Ceritasilat Novel Online

Si Rajawali Sakti 8

Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo Bagian 8


"Aku girang sekali dapat berte denganmu di sini, Han Lin. Akan tef biarlah dia yang bercerita karena a tadi hanya mengikuti Liu Cin untuk lerai perkelahian itu." kata Hui Lan.
Liu Cin bercerita. "Sebelumnya k ingin berterima* kasih padamu, Han Lf Kami telah menemui Thian te Siank dan berhasil mendapatkan petunjuk beliau. Terima kasih.
Sekarang akan f Ceritakan tentang campur tangan kati tadi. Kami berdua kebetulan
menye dua buah kamar di hotel L ok Koan i dan tadi kami mendengar ribut-r' Ketika kami keluar, kami melihat dara ini sedang dituduh sebagai pe
/ili dan hendak ditangkap. Aku pernah ?t mu dengan dia, yaitu ketika dia be-npa
waktu yang lalu menyerang Ang-V' Niocu dan hendak membunuh wanita li. Sayang
sekri ketika itu aku mem-i Ang-wa Niocu karena aku condong >fi bela seorang
wanita yang hendak B?nnuh seorang pria. Akhirnya baru aku Bti hui bahwa wanita
itulah yang jahat j saudara ini adalah seorang pendekar Kug menentang kejahatan.
Maka, me-T>.?t dia dituduh sebagai penjahat dan Smbunuh, aku tidak percaya lalu meng->ik Hui Lan untuk melerai. Akan tetapi, ku i berdua yang hanya ingin melerai jangka penjahat pula lalu dikeroyok liukan."
"Habis, kalian melindungi tersangka mbunuh, tentu saja aku menjadi curi-i " kata Kui Lin yang masih cemberut irena Han Lin agaknya tidak mau memolanya.
"Lin-moi, tenang dan bersabarlah. ^ iri kita semua menghadap Pangeran hou Kuan Tian dan biarlah beliau yang memutuskan Saudara Bu Eng Hoat ini bersalah ataukah
tidak." "Bagus, kami berdua juga ingin kali menghadap Pangeran Chou Ki Tian karena ada hal-hal penting perlu kami laporkan kepada beliau." Liu Cin dan Hui Lan hanya mengan menyetujuinya.
"Mari, Saudara Bu, agaknya kita mua masih segolongan yang suka negakkan
kebenaran dan keadilan, me tang kejahatan. Kalau merrang eng merasa tidak
bersalah, tentu eng bersedia untuk menghadap Pangeran Kuang Tian yang
bijaksana." kata Lin kepada Bu Eng Hoat.
"Tentu saja aku bersedia karena memang tidak merasa membunuh." ja Bu Eng Hoat dengan sikap gagah. Lin melirik padanya dan cemberut, tetapi Bu Eng Hoat yang
mengang gadis ini lucu, tersenyum simpul.
Mereka berlima lalu meninggal tempat itu dan menuju ke istana. Kar mereka datang
bersama Kui Lin y sudah dikenal baik para per ajun t pe< wal, maka mereka dapat masuk ta
ngan dan langsung menghadap Pa-At\ Chou Kuang Tian yang sudah 'unti untuk
menerima mereka di rutan tamu yang luas. Sang pangeran flu saja sudah menerima
laporan peria pembantunya tentang hasil penangan atas diri pemuda di Hotel Lok n
yang disangka sebagai -pembunuh teri Liong itu. Dia hanya dilapori wa penangkapan itu tidak jadi ditakuti dan para pemuda perkasa itu meng-"kan perundingann yang tidak didengar-> orang lain.
Melihat Kui Lin datang berlima dan antara mereka terdapat pula Si Han n, Pangeran Chou Kuang Tian menjadi iung dan melihat pemuda yang sudah a kenal kelihaian
dan kebijaksanaannya , hatinya merasa lega. Dengan singkat Kui Lin melaporkan '
yang terjadi ketika ia hendak me-kap Bu Eng Hoat ?.ampai muncul Liu in dan Ong
Hui Lan yang melerai, kemudian muncul pula Si Han Lin yang mghentikan
pertempuran. Han Lin lalu memperkenalkan mereka
satu demi satu. Tadi dalam perjal dia sudah mendengar pengakuan Bu Hoat bahwa
dia adalah murid T Leng Losu.
"Pangeran, kami berlima sesunggfl masih orang-orang sealiran, karena antara guru-guru kami terdapat ja' persahabatan yang erat, bahkan guru kami semua merupakan
pendu ker jaan baru Sung yang setia. Bu Hoat ini adalah murid Locianpwe Tj Leng
Losu, seorang pendeta Lama . yang berilmu tinggi dan bijaksana. Liu ini adalah murid tunggal dari Ceng Hosiang, tokoh Siauwlimpai yang 1 Adapun Ong Hui Lan ini adalah Locianpwe Tiong Gi Cinjin datuk berjuluk Tung-kiam-ong (Raja P Timur) dan ia adalah puteri dari Kepala Kebudayaan Kerajaan Chou tinggal di Nan-king."
Pangeran Chou Ki ang Tian menjg guk-angguk senang. Tentu saja dia ngehal Ong Su,
ayah dari Ong Hui L Setelah Pangeran Chou mend kesaksian Bu Eng Hoat tentang ?
pnhan atas diri Menteri Liong yang dia "ikan dan yang dia tidak mampu men-i I nya, pangeran itu mengerutkan
|?nya. "Nanti dulu, Bu Eng Hoat. Menteri i g terkenal sebagai seorang pejabat tfgi yang bijaksana dan baik budi, titi pernah mengganggu rakyat, bahkan 11 dan tangannya
selalu terbuka untuk antu rakyat. Dari mana engkau ndengar bahwa dia seorang
pembesar lm yang pantas dibunuh?" Bu Eng Hoat menghela napas panjang, iya
sendiri masih bingung, Pangeran. >gini ceritanya. Ketika saya memasuki ta raja, di jalan saya melihat seorang rwira dengan pasukannya menyiksa rong anak
perempuan dan ayahnya ig dianggap menghalang jalan. Saya lu menghajar pasukan
itu dan datang rang panglima yang baik hati. Dia ng memintakan maei dan dis
mengajak ya naik ke dalam keretanya. Dari pem- iraannya, saya menilai bahwa dia
se-g panglima yang bijaksana. Dialah .mg membentahu kepada saya bahwa banyak
pejabat tinggi yang lalim di raja, di antaranya yang paling jahat lah Menteri Liong.
Karena itu, mengambil keputusan untuk me hajaran kepada Menteri Liong itu. A
tetapi, ternyata sekarang bahwa Men Liong malah seorang pejabat tinggi bijaksana.
Saya tidak tahu siapa bunuh yang amat lihai itu. Sungguh merasa menyesal telah
percaya ke rangan panglima itu."
"Hemmm, ada satu hal yang kuan aneh dan sampai sekarang masih m bangkitkan
kecurigaanku kepadamu, Eng Hoat. Engkau seorang perantau melihat keadaanmu
engkau bukan seor yang kaya raya. Akan tetapi terny engkau dapat menyewa
sebuah kamar loteng Hotel Lo Koan yang paling dan paling mahal di kota raja!"
Wajah Bu Eng Hoat menjadi kemeraj an. Hatinya merasa mendongkol sel-kepada
gadis yang galak itu, walaup wajahnya yang manis sejak semula arti menarik hatinya.
"Panglima itu pula yang telah m wakan sebuah kamar untukku." "Siapakah panglima yang amat baik |l terhadapmu itu, akan tetapi yang ??< er i t akan keterangan yang menyesat-j> tentang Me.ueri Liong?" "Namanya adalah Panglima Chou Ban
'K-" Mendengar disebutnya nama ini, Pa-rran Chou Kuang Tian tersenyum. Ih, pantas
kalau begitu!" seru Song Kui u Juga Liu Cin dan Ong Hui Lan sair, pandang penuh arti.
"Pangeran, Chou Ban Heng itu adalah ?Tang yang merencanakan pemberontak-?.
Kami yakin bahwa yang menyuruh nuh Menteri Liong dan para pejabat tg menjadi
korban pembunuhan itu ikan lain adalah dia orangnya!"
Pangeran Chou Kuang Tian meng-?Kguk-angguk. "Bu Eng Hoat, jelas bah-i engkau telah dijebak agar engkaulah mg dituduh sebagai pembunuh yang lama ini kami cari-cari. Ketahuilah [k \ wa Panglima Chou Ban Heng itu diam i im mengusahakan
pemberontakan dan la mendalangi pembunuhan-pembunuhan yang terjadi di
antara para pejabat t gi di kota raja. Nah, sekarang kita] mua mengetahui bahwa kita merup segolongan orang yang menentang " pemberontakan itu. Sekarang harap k
Liu Cin dan Ong Hui Lan, menceritj pengalaman kalian yang berhubu dengan
Pangeran Chou Ban Heng."
Ong Hui Lan menceritakan betapa diutus ayahnya, Ong Su, untuk emba Jenderal
Chou Ban Heng. "Karena a dahulu merupakan Kepala Kebuday Kerajaan Chou, maka ayah mempun hubungan baik dengan Jenderal Chou ? Heng yang dahulu merupakan
seor pangeran. Ayah saya tidak tahu ba Jenderal Chou Ban Heng berkhianat J hadap
Kerajaan Sung dan hendak rr.e berontak, maka dia bukan saja menyur saya
membantu, bahkan ayah mencr pula ketika Pangeran atau Jenderal C Ban Heng
menjodohkan saya dengan teranya yang bernama Chou Kian Akan tetapi, setelah
saya mengefc bahwa Jenderal Chou Ban Heng hen memberontak, apalagi setelah
saya frnal Chou Kian Ki sebagai seorang muda yang bertabiat kurang baik, saya k
melarikan diri meninggalkan keluarga ju Ban Heng."
L lu Cin juga menceritakan pengalainnya. "Ketika saya bertemu dan Derma lan dengan Ang-hwa Niocu, saya
Tipu dan mengira bahwa ia seorang
r wanita yang gagah dan baik. la
ng membawa saya pergi menghadap
nderal Chou Ban Heng dan bekerja
nya. Akan tetapi setelah berada di
ia, saya baru mengetahui bahwa Ang*a Niocu adalah seorang iblis betina
|ni bahwa keluarga jenderal itu bukan
"mg baik-baik, maka saya lalu pergi
icninggalkannya. Saya bertemu dengan
' a Ong Hui Lan dan bersama-sama
pitmperdalam ilmu silat. Kami kembali
m kota raja memang dengan niat mementang rencana pemberontakan Jenderal
I nou Ban Heng, dan melihat Bu Eng
^loat dikeroyok perajurit, kami meleraii a karena saya tahu bahwa dia seorang
f ndekar yang gagah dan penentang kerajaan." Pangeran Chou Kuang Tian mengai guk-angguk. "Kita semua kini sudah d ngetahui dengan jelas bahwa Je Chou Ban Heng berkhianat dan h memberontak. Dia pula yang menda semua pembunuhan itu.
Hal itu s kuduga ketika kami berhadapan der Hongsan Siansu yang menjadi guru
Kailon tokoh Khitan,* dan Ang-hwa N* Akan tetapi kini tiga orang itu ti berada lagi di kota raja. Lalu sia pembunuh yang lihai itu?"
"Saya dapat menduga siapa ada para pembunuh itu, Pangeran." kata Lan. "Selain Hongsan Siansu, Jen Chou Ban Heng masih mempunyai orang pembantu yang lihai,
yaitu K< lam Sinkiam Kwan In Su, dan Im # Tosu. Mereka berdua adalah orang-or
yeng lihai sekali ilmu silatnya. M tetapi masih ada seorang yang lebih 1 lagi, yaitu puteranya sendiri yang j nama Chou Kian Ki. Dia ini lebih J dibandingkan semua
pembantu Jend Chou!"
"Benar sekali. Pangeran. Kalau bunuh yang amat lihai sehingga Bu Hoat sendiri tidak mampu menantinya ketika pembunuh itu membunuh interi Liong, dia tentulah Chou
Kian l" kata Liu Cin memperkuat pendapat Lan.
'Saya pernah menghadapal Chou Kian l dan harus saya akui bahwa belum i nah saya
melawan orang setangguh t, Pangeran."
Pangeran Chou Kuang Tian mengangin-angguk. Dia lalu minta ketegasan n orang
muda yang baru dia jumpai, Itu Liu Cin, Bu Eng Hoat, dan Ong ui Lan, apakah mereka benar-benar i ggup membantu pemerintah untuk Menghadapi Jenderal Chou Ban
Heng dan *vra pendukungnya. Orang-orang muda .ing berjiwa pendekar dan yang
oleh juru masing-masing memang sudah di-irsan agar mereka bertindak sebagal
-ndekar untuk membantu negara dan sa, segera menyatakan kesanggupan reka.
Pangeran Chou Kuang Tian men-i lega dan girang sekali. Dia telah mendapatkan
bantuan lima orang muda yang gagah perkasa, yang membl pemerintah menentang
para pemberon karena dorongan jiwa kepahlawanan 1 reka, sama sekali tidak
mempunyai 1 mrih untuk mendapatkan imbalan ba jasa berupa kedudukan atau
harta ber Pendekar-pendekar muda seperti ini ] ling dapat dipercaya. Dia
menganjurk agar mereka berlima tinggal di isi seperti Song Kui Lin yang memang sua tinggal di situ. Hui Lan yang s akrab dengan Kui Lin tentu saja me senang karena ia ingin berlindung d ancaman Chou Kian K i. Juga Liu di mana Pangeran Chou Kuang Tian ting! gal. Hanya Si Han Lin yang tetap ting; di
luar istana karena pemuda ini ini menyendiri dan dapat bergerak beba juga dia
dapat melakukan pengamat lebih teliti dan leluasa.
* Pangeran Chou Kuang Tian diam-diam Ah .melaporkan kepada kakaknya, Kai-) Sung
Thai Cu tentang sepak terjang I?.- eral Chou Ban Heng yang secara |i< ia melakukan pemberontakan dengan Inn membunuhi para pejabat setia, i?kan pernah berusaha
membunuh Pa-> ran Mahkota. Akan tetapi Kaisar Sung ku Cu melarang dia untuk
turun ta-Ji n menangkap jenderal itu karena se-iun perbuatanya itu tidak dapat
dibukti- "Sekarang sebaiknya begini," kata /",ar yang selalu bijaksana dan penuh hitungan itu. "Engkau melakukan pen-aan yang ketat agar keluarga kita tdak ada yang
terancam bahaya. Semen-tra itu, biarkan pengkhianat itu merasa ihwa
perbuatannya belum kita ketahui^ hingga dia berani bertindak lebih jaufi" gi. Nah, kalau dia b "r tindak, baru kau <>i gkap dia dan kaki tangannya sehingga nangkapan itu bukan atas dasar tuduh-i tanpa bukti dan kita kelihatan tidak til. Kumpulkan
orang-orang yang ber- pandaian tinggi dan amati semua gerakgeriknya sehingga
kalau dia berti kita tidak sampai kecoiongan dan menangkap basah dia dan anak
buahn Perintah Kaisar ini ditaati Pan Chou Kuang Tian. Dia menyebar penyelidiknya agar
diam-diam mengan dan membayangi gerak-gerik Pangl Chou Ban Heng dan
terutama puten yang bernama Chou Kian K i dan j orang pengawalnya, yaitu
Kanglam kiam Kwan In Su dan Im-yang Tf Juga mengamati siapa saja yang dat dan
berhubungan dengan jenderal Demikian pula lima orang muda y membantunya,
hanya diperbolehkan t lakukan pengamatan dan tidak bd turun tangan, kecuali kalau ada pa bunuh yang hendak melakukan pembun an terhadap pejabat yang setia ke
Kaisar. Juga kepada para pejabat setia, Pangeran Chou Kuang Tian nasehatkan agar
berhati-hati dan jaga keamanan diri dan keluarga masi masing dengan ketat,
menambah ju pengawal. Jenderal Chou Ban Heng me
asa terkejut dan menyesal akan ga i>va usaha pembunuhan terhadap Pa nan
Mahkota maupun Pangeran Chou wng Tian, akan tetapi dia merasa lega rna
sebegitu jauh dirinya belum di-tlgai. Buktinya pihak pemerintah masih i'
mengadakan tindakan apa pun ?i jdap dirinya. Para penyelidiknya laporkan bahwa
Liu Cin dan Ong Hui i kini muncul dan berada di istana ' ma Pangeran Chou Kuang
Tian. Hal ] tentu saja menimbulkan kekhawatira -? karena Ong Hui Lan yang tadinya bnjadi calon mantunya tentu telah tahu ban niatnya untuk menggulingkan Kaisar Ih
g dan merebut tahta. Akan tetapi tiknya gadis itu tidak melaporkannya, fungkin
takut kalau ayahnya terlibat.
tinya belum ada tanda bahwa dirinya |c urigai.
Akan tetapi Jenderal Chou Ban Heng |m menjadi hati-hati dan waspada. Meliat
betapa para pejabat tinggi yang t ia kepada Kaisar kini menjaga diri
gan perlindungan ketat, dia maklum ihwa lambat laun tentu pihak pemeritah akan
mencurigai dan menindak nya. Sebelum hal itu terjadi, lebih kalau dia turun tangan lebih dulu!
Secara rahasia, Panglima Ch Heng lalu mengundang para pem dan pendukungnya,
baik yang berada luar kota raja maupun beberapa or perwira tinggi yang berada di
kota r untuk mengadakan pertemuan rahasia dalam hutan di Ijukit terpencil sebe
Utara kota raja. Dia sendiri tidak mungkin pergi memimpin pertemuan karena dia tahu bahwa
dirinya selalu diawasi secara diam-diam oleh mata-mata pememerintah. Maka dia
mengutus puteranya, Chou Kian Ki untuk memimpin pertemuan itu. Bagi Chou Kian
Ki, walaupun dia juga tidak luput dari pengawasan, namun dengan ilmunya yang
tinggi, dengan mudah dia mampu lolos dari istana ayahnya tanpa diketahui seorang
pun yang diam-diam mengawasi keluarganya siang malam. Dengan gerakan yang
cepat seperti terbang, di suatu malam dia berhasil keluar dari gedungnya, bahkan
keluar dari kota raja menuju ke hutan di mana pada keesokan harinya telah
ditentukan menjadi tempat pertemuan persekutuan pemberontak itu.
Sekali ini Chou BanHeng hendak mengerahkan semua kekuatan para dukung dan
sekutunya. Yang diui datang menghadiri pertemuan yang pimpin oleh Chou Kian Ki
sebagai ayahnya itu merupakan yang paling kap dan paling besar jumlahnya semua
pertemuan yang pernah dia kan. Sejak malam sampai keesokan nya, di dalam hutan
itu telah berkum tidak kurang dari tiga puluh orang ; ting. Mereka adalah para tokoh kang yang sakti, - yang sejak semula me telah membantu Chou Ban Heng, sebagian
pula adalah para perwira ti yang dapat terbujuk oleh jenderal karena mereka adalah para bekas pej pemerintah Kerajaan Chou yang s jatuh.
Di antara para tokoh kangouw ad Kanglam Sinkiam Kwan In Su, Im-y Tosu, Hongsan
Siansu, KaiJon, Ang-Niocu, Tung-hai Tok, Ban-tok Moko, C beng Lokui. Mereka ini
pernah kita k dalam peristiwa-peristiwa yang lalu. la m itu muncul pula seorang
pende Lama jubah merah yang berjuluk Tho
|tin Lama, seorang pendeta Lama dan ? l yang datang ke kota raja Kerajaan K
dengan niat mencari sutenya (adik rguruannya), yaitu Thong Leng Losu K dianggap
berkhianat dan menjadi uin para pendeta' Lama. Secara ke-, lan dia bertemu dengan Chou Kian dan dapat dibujuk untuk membantu .ikan mereka dengan imbalan akan tu
mencari Thong Leng Losu. Kare-rnemang para pendeta Lama di Tibet il.ik suka akan
munculnya Dinasti Sung n mereka kehilangan hubungan baik .hgan Kerajaan Chou
yang jatuh, maka tang Thian Lama tanpa ragu lagi me-nma ajakan kerja sama itu.
fung-hai Tok di kuti pula muridnya, itu Boan Su Kok si muka hitam yang rnah menjadi juara dalam perebutan juaraan jago silat 5di puncak Thaisan. I.'iru dan murid ini bahkan mempersiapkan anak buah mereka, yaitu para ang-i ita Tung-hai-pang yang
kini berjumlah fkitar seratus orang! Juga Kailon, utusku dari suku Khitan itu telah memper ? pkan ratusan orang anak buahnya yang sewaktu-waktu dapat digerakkan
V bertempur! Tentu saja demikian | dengan para perwira tinggi yang siap dengan
pasukan masing-masing, laupun sebagian besar dari mereka f ragu dan belum yakin
benar bahwa ruh perajurit mereka akan menaati bila digerakkan untuk menyerbu
dan nyerang pasukan kerajaan yang men Kaisar. Sung Thai Cu.
Karena itulah, dalam perundi yang dipimpin Chou Kian K i pagi itu sampai siang,
kebanyakan para wira tinggi tidak setuju kalau pem" takan itu dimulai dengan penyerbuan mengandalkan kekuatan pasukan mereka pimpin. Karena mereka pun
bahwa pihak pemerintah memiliki kan-pasukan besar dan kuat yang pemimpinnya
setia kepada Kaisar. K harus dilumpuhkan dulu, demikian para pembantunya yang
setia. K pasukan pemerintah kehilangan para mimpinnya, barulah penyerbuan da
dilakukan dan harapan untuk ber pasti lebih besar.
Iurnya rencana ini diterima dan jskan bahwa Chou Kian Ki dan Iriya, Chou Ban Heng akan mencari I untuk menguasai Kaisar. Untuk itu flukan bantuan para pendukung
yang j. Dengan diam-diam dan rahasia, ka yang akan menyusup masuk kc raja dan
bersembunyi di istana Chou Heng untuk membantu pelaksanaan nna itu adalah
Tung-hai Tok, Ban-Moko, Cui beng Lokui, dan Tong Thian n karena empat orang
tokoh ini be-lkenal di kota raja. Tentu saja ?n In Su dan Im-yang Tosu juga ber-m mereka karena dua orang ini sejak liu menjadi pengawal keluarga Chou *> Heng.
Hongsan Siansu, Kailon dan ?g-hwa Niocu yang sudah dikenal Pa- ran - Chou Kuang
Tian sebagai tiga ung yang mengirim dua orang pem-inuh yang berusaha membunuh
Pangeran kota, tentL. saja tidak berani me-ki kota raja. Mereka bertiga hanya
rsembunyi di luar kota raja, siap mem-tu kalau pasukan pemberontak me rbu masuk
kota raja. Pertemuan rahasia itu dilakukan ngan amat teliti sehingga para pen dik yang
disebarkan Pangeran Kuang Tian tidak ada yang dapat ngetahuinya. Bahkan Si Han
Lin y seperti biasa secara diam-diam mela kan perondaan di atas wuwungan rum
rumah di kota raja, tidak menemu sesuatu. Dia hanya melihat pada kee~ an harinya, sore hari, Kwan In Su Im-yang Tosu berjalan memasuki rv gerbang kota raja dan
menuju ke is Jenderal Chou Ban Heng. Hal ini tki lah luar biasa karena memang dua ora itu merupakan pengawal sang jende Dia juga melihat seorang pendeta L tua
berjalan pada malam hari itu pendeta itu menghilang dalam kegela malam. Karena
tidak mengenalnya tidak menaruh curiga Han Lin ti mengikutinya, tidak tahu bahwa
pende itu adalah Thong Thian Lama, seorang antara mereka yang secara rahasia
masuki gedung Chou Ban Heng unti membantunya.
Betapapun pandai dan penuh raha ral Chou Bait Heng mengatar r e n ?a sehingga
semua pembantunya telah i>, namun Pangeran Chou Kuang Tian n para
pembantunya tidak kalah cerdik, k reka memang tidak dapat mengetahui hwa
Jenderal Cfeeut Ban Heng telah elundupkan taan bahan empat orang mg berilmu
tinggi untuk membantunya, mun Pangeran Chou Kuang Tian sudah -?t menduga
bahwa Jenderal Chou Ban ng tentu akan. mengadakan gerakan ng amat
membahayakan keselamatan n uar dan keluarganya. Oleh karena itu, i. bantu para
pendekar muda dan para lima yang setia, dia pun menyusun jagaan dan pertahanan
yang amat etat secara rahasia pula sehingga di luarnya seolah pihak Kerajaan tidak mencurigai Jenderal itu dan tidak melakukan penjagaan apa pun!
* Pada suatu malam yang gelap. Kota raja diselimuti mendung tebal ehi langit hanya
tarHpafe hitam tanpa sebuah pun bintang. Kilat menyam nyambar diselingi suara
guntur me gelegar* Tidak ada tampak orang di ja malam itu karena sertu? merasa I
aman berada dalam rumah. Agakn hujan lebat s?g?ra akan turun.
Istana pun tampak sunyi, agak* semua' penghuninya telah tidur di ka masingmasing. Bahkan para peng pun yang sedang bertugas jaga lebih suMI duduk
bergercnttwi di pos penjagaan ing?masing. Hanya ada beberapa pas? an saja ya?g
melakukan peronda an, pun dengan sikap ogah-ogahan.
Di antara para perajurit penga yang malam itu melakukan penjag yang jumlahnya
sekitar lima puluh or dan tersebar di seluruh bagian ist terdapat sepuluh orang
perajurit pen wal yang sudah "dibeli" dan menjadi a buah Jenderal Chou Ban Heng.
Ten saja sudah berbulan-bulan dia menggu kan sepuluh orang perajurit pengtf
kerajaan ini sebagai mata-mata sehin
| dapat mengetahui gerak-gerik i fam istana. Dari mereka pula dia* metv mgar
bahwa keadaan pep jagaan di is-rva mempunyai kelerwthan-kelemahan. derai Chou
Ban Heng mendengar pula i wa selama beberapa pekan ini Kaisar .miliki kebiasaan
yang ganjil, yaitu dia i i

Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

permaisuri maupun se-rnya dan kalau sudah memasuki ka-Ur, sama sekaji tidak
ingin diganggu, ah kan pengawal pun tidak diperbolehkan ndekati kamar dan tidak
boleh ada iara berisik di luar kamar itu. Men-ngar ini, Jenderal Chou Ban Heng yang
"jah bernafsu aekali untuk menguasai ihta kerajaan, segera menyusun rencana ng akan dilakukan pada malam gelap
Ja Dia sudah mengatur rencana siasat ngan para pembantunya. Dia akan me-uasal
kaisar, menyandera kaisar dan emaksa kaisar untuk menyerahkan ke-jasaan dan
mengangkat dia menjadi nggantl. Adapun semua pendukung dan mbantunya harus
sudah siap di luar kota raja, juga para panglima siap ngan pasukan mereka, untuk menyei kalau kaisar melawan dan tidak mau nyerahkan kekuasaan.
Demikianlah, dengan bantuan sepul orang perajurit ?pengawal, tanpa dikel hui para perajurit lainnya* Jenderal ( Ban Heng, puteranya, Chou Kian Tung-hai Tok, Bao-tok Moko, Cuil Lokui, dan Thong Thian Lama, e orang Ini menutupi pakaian mereka ngan
pakaian perajurit lalu mereka ; nyelundup masuk ke istana dan langj saja menuju ke kamar Istimewa di Kaisar Sung Thai Cu tidur.
Suasana amat sunyi j Selagi cm orang perajurit palsu itu berindap mer hampiri kamar itu, muncul lima om perajurit pengawal yang bertugas m jaga kamar itu dari jauh
karena mer? dilarang mendekat oleh Kaisar. Melif enam orang itu menghampiri
kam? nereka segera mengejar dan menegi dengan suara lirih.
"Hei, kalian tidak boleh mendekat kamar itu!1'
Ketika enam orang itu membalikkan tuh mereka, lima orang perajurit itu ikejut
karena tidak mengenal mereka, k--lagi ketika melihat bahwa yang se 7tok Moko, Cuibeng Lokui dan Tong Wan Lama sekali menggerakkan tangan, ima
orang perajurit pengawal itu roboh tewas tanpa sempat mengeluarkan ral Mereka
lalu menyeret lima mayat u dan melemparkannya ke bawah pohon, rtutup bayangan
pohon yang gelap, mudian mereka kembali berindap meng-piri kamar itu dan
Jenderal Chou Heng sendiri lalu membuat lubang di ndela dengan pedang lalu
mengintai ke alam. Kamar itu diterangi lampu meja yang ' mang"remang. Bukan kamar yang terlalu
mewah, hanya ada sebuah dipan i? rkelambu, sebuah meja dengan empat kursi, dan
sebuah almari berisi kitab-kitab* Di atas dipan itu, tertutup kelam-tu tipis, tampak tubuh seorang laki-laki tidi r rel* tang. Jenderal Chou Ban Hafl yang sudah mengenal baik Kaisar, y<\k bahwa yang tidur itu adalah Kaisar Thai Cu. Dia lalu mengangguk ke puteranya dan Chou Kian Ki mer* daun pintu kamar. Dengan penger tenaga saktinya
yang amat kuat,; mendorong dan berhasil membuka pintu kamar tanpa perlu
merusak a mengeluarkan suara gaduh. Dengan dahnya daun pintu terbuka. Ayah
anak ini lalu cepat melompat ke da kamar, sedangkan empat orang sak pembantu
mereka berjaga di luar kamar]
Melihat tubuh yang rebah miring, membelakangi mereka itu bergerak, derai Chou
Ban Heng segera berse "Jangan bergerak atau berteriak, Srf ginda, atau kami
terpaksa akan me bunuhmu!"
Mendengar ancaman Ini, kaisar i lalu menutupi kepalanya dengan sel m dan
menggigil ketakutan. Jenderal Cfc Ban Heng tersenyum mengejek. Klrany kaisar
kerajaan baru itu hanya seor pengecut yang ketakutan, pikirnya.
"Dengar baik-baik, Sribaginda. Engkau <-naati kami atau kami bunuh sekarang i fiA Tulis pernyataap bahwa engkau 'nyerahkan' tahta kerajaan kepadaku, ulah yang
berhak melanjutkan Keraja-i Chou, bukan engkau! Tulislah dengan tangan dan cap
kebesaranmu, dan a kerajaan akan pindah ke tanganku fJa1 adanya pertempuran.
Kalau engkau i lak menaati,. kami akan membunuhmu an akan mengobarkan perang
yang akar, rw^i ghancurkan seJ^ruA negerir.
Mean tetapi 0ada saat itu, terdengar entakan di luar kamar, seolah merupa k ah
jawaban dari ucapan Chou Ban Heng Ldi. ^Chou ttah Heng, menyerahlah, kalian
sudah terkepung'rt Mendengar ini, Chou Ban Heng ter-wjut, akan tetapi dia tidak merasa gen-tar.y"Kian Ki, jaga Kaisar jangan sampai lolos, akan tetapi jangan bunuh, tunggu ^rintahku!"
Setelah memesan demikian kepada puteranya, dia dengan cepat me lompat keluar.
Dia melihat empat orang pembantunya itu sudah berdiri teqak membawa senjata
masing-masing dan siaj. melawan mereka yang berada di dengan banyak pera juri t yang menge tempat Itu.
Dia melihat Pangeran Kuang Tlan berada di depan bersama' orang pemuda dan dua
orang gadis, segera rhengenal Llu Cin dan Bu Hoat, juga mengehat Ong Hui (Um ca
mantunya. Dia lalu berseru nyaring pada Pangeran Chou Kuang Tian.
"Chou Kuahg Tlan, jangan kalian rani bergerak! Ketahuilah, Kaisar Thai Cu telah berada di tangan ka kalau kalian membuat gerakan, dia a! lebih dulu kami bunuh.
Dan ketahui juga bahwa para panglimaku sudah s dengan pasukan mereka, juga
para p dukungku sudah siap dengan anak b mereka di luar pintu gerbang. Kalau i an menentangku, pertama Kaisar* a kami bunuh dan pasukan-pasukan dukungku akan
bergerak menyerbu is Garang bagaikan lima ekor Chou Ban Heng, Tung-hai Tok, Ban Moko, Cfu-beng Lokui,
dan Tong Th" Lama berdiri berjajar menghadapi Pan ran C"hou Kuang Tian yang didampi
j Cln, Bu Eng Hoat, Song Kui Lin, dan * Hui Lan. Mereka agaknya merasa kin bahwa
lawan-lawan mereka tidak ?n berani menyerang selama Kaisar ?ada dalam tawanan
mereka dan men-1 sandera. Chou Ban Heng bahkan asa yakin bahwa gertakannya
itu sti berhasil karena tidak mungkin Pa i ran Chou Kuang Tian mau mengor-nkan
nyawa kakaknya Sung Thai Cu, Isar pertama dinasti Sung. Akan tetapi sungguh sama
sekali ti-k disangkanya, mendengar ucapannya ng penuh semangat kemenangan, Pa
d eran Chou Kuang Tian tersenyum tenang, lalu berkata.
"Chou Ban Heng, pengkhianat pemberontak, manusia tak mengenal budi. Engkau
diberi kedudukan tinggi oleh Kakanda Kaisar, sekarang malah memberontak!
ertakanmu itu hanya gentong kosong t>claka. Dengar baik-baik, tiga belas ang
panglima yang dapat kau bujuk menjadi pengikutmu kini sudah kami langkap semua
sehingga tidak akan ada pasukan yang memberontak tanpa pimpin an. 3uga para
gerombolan penjahat luar kota kini sedang diserbu oleh p kan pemerintah. Nah,
sebaiknya ka berlima cepat membuang senjata menyerah, rnungkin Kakanda Kaisar
y bijaksana dan murah hati masih n mengampunimu."
Chou Ban Heng kalah gertak, merasa gentar juga, akan tetapi dia sih mengandalkan
kenyataan bahwa ka berada di tanganriya. Melihat Panger Chou Kuang 1w agaknya
bersungg sungguh dan dia bersama para pende muda itu melangkah maju, dia
berseru. "Berhenti! Selangkah lagi kalian ma akan kusuruh putefaku Vnernbunuh Ka yang berada di dalam- kamar!"
Pada saat itu, tiba-tiba terden suara yang datangnya dari atas. "C Ban Heng, ambisimu itu akan mengh curkan dirimu sendiri!"
Mendengar suara itu, Chou Ban H terkejut bukan main dan dia segera i mandang ke
atas dan di sana, di sebua loteng yang menjulur di depan kamar it
i pak Sribaginda Kaisar Sung Thai Cu diri dengan sikap tenang dan agung. "Ahhh.....
bagaimana ini.....?" Chou n Heng berseru, terkejut dan heran h pada saat itu terdengar suara gaduh radunya senjata di dalam kamar dan sok bayangan melompat
keluar dari "mar. Bayangan itu adalah Chou Kian \ yang membawa Hek-kong-kiam
(Pe-g Sinar Hitam), dengan mata tertalak memandang ayahnya dan berkata. "Kita terjebakl Dia bukan Kaisar!" Bayangan putih berkelebat dan Han in telah berada pula di luar. Ternyata di ketika Chou Ban Heng mengintai, ng rebah di pembaringan
tertutup ke-bu memang Kaisar, akan tetapi kemudian pembaringan yang sudah
dipasangi la t rahasia itu turun ke bawah dan di usngan bawah kaisar turun,
digantikan lan Lin. Kemudian pembaringan itu naik i?gi dan kini yang berada di
pembaringan bdalah Si Han Lin yang sengaja menutupi I- palanya dengan selimut
dan tubuhnya nggigl agar disangka kaisar yang ketakutan. Setelah dia mendengar
suara kaisar di luar, Han Lin membuka 4W mutnya. Melihat bahwa yang beradafl
situ adalah pemuda lihai yang pcrffl bertanding dengannya. Kian Ki terka! dan
menyerang. Akan tetapi seranfj pedang sinar hitamnya dapat dltanj oleh Han Lin.
Tahu bahwa mereka J jebak, Kian K i melompat keluar m?* beri tahu ayahnya dan
teman-temannya J "Serang.....!!" Pangeran Chou ftf Heng yang sudah nekat mengandalku kelihatan puteranya dan empat oral jagoannya, lalu menerjang maju.
Mer?aj disambut oleh Han Lin dan kawan-fcawrfl nya, dikepung para panglima dan
pasukan nya. Maklum akan kelihaian Chou KM Kir Si Han Lin menyambut putera
jenda ral ini dan mereka bertanding dengal seru. Tadinya Ong Hui Lan yang ingl
membalas dendam kepada Kian Ki, hefi dak menyerangnya dan ia sudah didarfJ pingi
Liu Cin karena mereka berdul maklum bahwa hanya kalau mereka befl dua maju
menggunakan ilmu Thian-t4 Im-yang Kun-hoat, dapat diharapkan me* reka akan
mampu menandingi dan meng
ikan Chou Kian Ki. Akan tetapi me-t Han Lin sudah menyambut putera terai itu, Hui Lan dan Liu Cin tidak in mengeroyok dan mereka menghadapi -.g lain.
Kian Ki tidaklah senekat ayahnya, lihat betapa para pendekar muda itu 1.1-rata lihai, terutama sekali pemuda kaian putih yang menyambutnya, dan belakang mereka
masih ada para pang-ma dan ratusan perajurit, Kian Ki mak-n bahwa ayahnya dan
para pembantu-fca tidak mungkin akan mampu menang.
"Ayah, mari kita lari!" teriaknya ke-t'ka dia melihat dua orang panglima pendukung ayahnya yang agaknya lolos lari tangkapan Pangeran Chou Kian Tian, d. i tang
bersama puluhan orang perajurit I ndak membantu sehingga terjadi pertempuran
yang tidak seimbang antara han perajurit yang ikut memberontak 'melawan ratusan
perajurit kerajaan. Akan tetapi Jenderal Chou Dan Heng Ivorseru. "Larilah engkau, Kian Ki dan kelak, balaskan sakit hati ayahmu!!" Kian Ki beberapa kali berteriak, akan p? Chou Ban Heng tetap tidak mau fctarikan diri, bahkan mengamuk dan kti-matian menyerang
Pangeran Chou ng Tian yang dibencinya karena dia ^anggap pangeran itulah yang men-i pimpinan
lawan sehingga usaha pemetakannya gagal. Akan tetapi, Paran Chou Kuang Thian adalah seorang >li silat yang tangguh dan setelah mebertanding selama tiga puluh jurus bih, seorang panglima yang membantu wgerah
Chou Kuang Tian berhasil me-uk lambungnya dari kiri dan robohlah khj Ban Heng.
Melihat ayahnya roboh, Chou Kian K i
krteriak, "Ayah H"
Pangeran Chou Kuang Tian membiar-Lnn pemuda itu menubruk ayahnya dan ia
malah memberi isarat mencegah tereka yang hendak menyerang pemuda ku. Kian Ki
merangkul ayahnya dan lihat ayahnya terluka parah, dia lalu mengangkat tubuh
ayahnya, dipondong Ulu dipanggul di atas pundaknya. Dengan ajah beringas dia lalu menerjang ke bepan dengan pedang hitamnya dan mengamuk. Demikian hebat
gerakan Kian Ki sehingga para perajurlt m menjauh. Han Lin juga merasa tidak untuk menghalangi pemuda itu mem pergi ayahnya yang terluka parah dan membiarkan
saja pemuda itu melari diri, apalagi setelah melihat Panger Chou K uang Tian ta li juga melar para perajurit menyerang pemuda y mungkin sekali kematian ayahnya
mel luka tusukan tombak yang menembus d-lambung kiri ke lambung kanan.
Melihat Pangeran Chou Ban H roboh dan Chou Kian Ki melarikan ay nya yang
terluka, empat orang dat yang membantu mereka itu pun me jalan keluar mengikuti
Chou Kian melarikan diri sanvbil mengamuk di panjang jalan.
Pangeran Chou K uang Tlan mem^ tadinya mencegah per" perajurit c pembantunya
meiKlesak pihak Lawan telah- melihat Chou Ban Heng, biang ladinya, telah roboh.
Akan tetapi fnelih betapa Chou Kian Ki di kuti em^at ora datuk sakti itu melarikan diri, dia te
kt bahwa mereka itu tetap merupa -bahaya bagi negara. Maka dia segera "mberi
aba-aba kepada para pendekar >da dan para panglima. "Kejar mereka!"
Pertgejarann dilakukan. Lima orang itu r larikan diri keluar dari pintu gerbang Uta
-raja sebelah utara, Apa yang di-?t akan Pangeran Chou K uang Tian tadi i-iak
bohong karena pada saat itu, di par pintu gerbang telah terjadi pertem-iran antara ratusan orang anak buah rromboian pendukung pemberontak dan isukan kerajaan
yang memang ditugaa-m untuk menggempur mereka. Biarpun tthak gerombolan
pemberontak kalah raar Jumlahnya, namun mereka dipimpin iteh orang-orang yang
memiliki ilmu Hat tinggi. Di antara mereka terdapat tongsan Siansu, Ang-hwa Niocu, KangUm | ' nkiam K wan In Su, Im-yang Toau, Kal-Lm dan Boan Su Kak murid Tung-hal n ok. Mereka mengamuk dengan ganas kian banyak perajurit yang roboh 4i ta-an
mereka. Ketika tiba di tempat itu, Chou Ban
Heng tewas dalam pondongan puter Kepada Chou Kian Ki dia hanya men galkan
pesan dengan suara terputus-pi "Kian K i...... selamatkan dirimu..?. I
kelak dapat membalas dendam
terutama kepada..... Pangeran Kuang Tlan "
Melihat ayahnya tewas, Kian K i Jadi marah bukan main. Dia metil betapa tiga orang gurunya, Hongsan Si su, Kwan In Su, dan Im-yang Tosu mengamuk, maka dia lalu
meleta jenazah ayahnya dt bawah sebatang hon besar yang agak jauh dari te~
pertempuran, lalu dia terjun ke dai* pertempuran 'dari ikut mengamuk.
Ketika para pengejar dari istana t' di situ, mereka segera terjun dalam f tempuran yang dahsyat itu. Si Han segera menghadapi Okou Kian K i y sedang mengamuk
dengan Hek-kong-k? (Pedang Sinar HrtamjV dan meroboh banyak perajumu
"Cringgg !!" Bunga api berpijar
nyilaukan mata ketika pedang hitam i ditangkis pedang Pek-sim?kiam (Peda.
Ali Putih) yang bersinar putih di tangan B Han Lin. Ketika itu cuaca sudah mu-Li
terang karena malam telah terganti myi sehingga mereka dapat saling me-li> dengan jelas. Kian K i terkejut ka-m>ia pedangnya terpental akan tetapi dia m, -ra
memandang dengan mata melotot kfika melihat bahwa penangkisnya adabi pemuda
yang pernah ditandinginya kali. Pertama kali ketika pemuda itu p| indung i Ong Hui Lan, dan ke dua linya ketika semalam pemuda itu me-amar sebagai Kaisar Sung Thai
Cu tam kamar. Dia menjadi marah sekali, >alagi ketika di ngat bahwa pemuda ini JNemiliki ilmu yang sama seperti yang rnah dipelajarinya dari mendiang Thian g
Siansu. "Keparat, siapakah engkau sebenar-hva" Dan dari mana engkau mencuri Imu
Keluarga Kok?" Dengan tenang Si Han Lin menjawab. < hou Kian K i, aku bernama Si Han Lin i .n guruku adalah Thai Kek Siansu, pewaris ilmu silat Keluarga Kok. Sebaliknya
bagaimana engkau dapat mempelajari ilmu warisan Keluarga Kok?" "Aku belajar dari guruku,
T hai n Beflg Sbnsuf "Ah, kiranya engkau murid Su couw (Paman Kakek Guru) Thian Siansu?" Sj Han Lin terkejut.
"Hemmm, kalap mendiang guru susiok-couwmu, berarti engkau murid
keponakanku. Mengapa memusuhiku?"
"Aku tidak memusuhimu, Chou K
K i, aku menentang segala bentuk buatan tarku seperti yang diajarkan g ku. Engkau dan ayahmu hendak merampas tahu kerajaan, bunuh banyak pejabat tinggi dan
menimbulkan perang yang menaakiba tewasnya banyak orang. Itu kejahatan besar,
maka aku harus nentangnya!"
"Huh, tahu apa engkau tentang jahatan" Chou Kuang Yin (kini Ka Sung Thal Cu) itulah pemberontak penjahat besar. Kami hanya mem juangkan hak-hak kami?
Engkau rr. bantunya, berarti engkau juga pengkhia?
t yang patut dibunuh! Haili ittttt...Ml" aaikan angin badai Kian Ki menyerang bngan pedang di tangan kanannya di-? ling tamparan tangan kirinya yang *rngandung
tenaga sakti amat kuat. Han Lin cepat menangkis sambaran mar hitam dan mengelak dari tamparan, arena
dia mengenal baik serangan latan, maka tidak sukar baginya untuk tenghtndarkan
diri dan Nan Lin seperti Masa banyak mengalah. Dia berkelahi hanya untuk
melindungi dirinya, dan dia n-embalas serangan hanya untuk melemahkan serangan
lawan. Kedua orang itu bertanding dengan cepat sehingga yang tampak hanya
gulungan sinar hitam melawan sinar putih yang saling desak dan saling himpit.
Sementara itu, para pendekar muda yang membantu Pangeran Chou Kuang Tian
juga menemukan lawan-lawan yang amat tangguh sehingga terjadilah pertempuran
antara orang-orang yang memiliki kesaktian sehingga tidak ada pera-rit kerajaan
atau anak buah gerombolan pemberontak yang berani mendekati mereka. Pa*a
perajurit itu bertempur lawan gerombolan dan karena ju para perajurit jauh lebih
besar, n mereka mulai dapat mendesak para buah gerombolan yang Kini tidak dib~
oleh para pimpinan mereka yang s sendiri menghadapi para pendekar mu
Orang ke dua dari para datuk bantu Chou Ban Heng yang paling I setelah Chou Kian
Ki adalah Thong Lama. Pendeta gundul jubah merah Tibet yang tinggi besar bermuka
hi ini bersenjatakan seuntai tasbih biji hitam dan sepak terjangnya dahsyat kali.
Melihat kehebatan pendeta L' ini, Liu Cin segera melompat maju i hadapuiya. Liu Cin sekarang jauh ber" dengan Liu Cin dulu sebelum dia I sama Hui Lan mempelajari ilmu da kitab Thian-te Im-yang Sin-kun. Biar ilmu itu baru tampak kedahsyatann
kalau dimainkan berdua dengan Hui L" namun latihan itu menambah kuat naga
dalamnya, juga terdapat banyak rusnya yang dapat dimainkan seorang < dengan
daya serang yang amat dahsyat.
Pendeta gundul jubah merah dari Tibet anc tinggi besar bermuka hitam ini beriatakarT seuntai tasbih biji baja hitam dan sepak terjangnya dahsyat sekali.
Dia melompat sambil memainkan semat nya yang terdiri dari dua buah tonp pendek
yang dimainkan seperti sepala pedang, dapat memukul dan menotok.
Melihat lawannya seorang pemU baju kuning yang memiliki Ilmu si) dengan dasar
aliran silat Siauwlimp* Thong Thian Lama tertawa bergeli Sejak dulu para pendeta
Lama rnemai dang rendah ilm?-silat Siauwhmpai kafi na mereka menganggap bahwa
ilmu sil itu didasari ilmu peninggalan Tat N Couwsu yang datang dari India dan d
anggap kalah tua dibandingkan ilmu ya* merupakan aliran Ilmu silat para pendet!
Lama di Tibet. Mereka tidak menyadari bahwa ilvtu silat Siauwhmpai telah beri
kembang -pesat berbaur dengan ihnu-ilml dari lain daerah. Apalagi Lva Cin tela?
memperkaya ilmu silatnya dengan ikm Thfan-te Im-yang Sm-kun, sebuah ilml yang
langkah dan luar biasa. Begitu mereka berdua saling serang Thong Thian Lara* tidak dapat menera
Uwekannya lagi karena oa mendapat kenyataan bahwa lawannya yang masif
ini benar-benar amat tangguh, lihat sambaran tasbihnya selalu dapat tangkis dan
dielakkan lawan, dia menit marah, melompat ke belakang dan lontarkan tasbih itu
ke udara. Tasbih itu mengeluarkan bunyi "wirrr.. t dan berputar-putar di udara, lalu layang dan menyambar ke arah kepala lu Cin bagaikan seekor burung menyam-r-nyambar dengan kekuatan dahsyat pala orang dapat pecah kalau disambar tasbih
dengan biji besi atau baja hitam u!
Sebagai murid Ceng In Hosiang tokoh Itauwlimpai, Liu Cin maklum bahwa [lawannya
menggunakan kekuatan sihir i?ntuk menggerakkan tasbih itu. Para |K-ndeta Lama
memang terkenal dengan Ilmu sihirnya. Namun dia tidak menjadi gentar. Di
Siauwhmpai (Kuil Siauwli i a selain ilmu silat juga mempelajari ilmu agama Siauwlim dan dia dapat mengerahkan tenaga batinnya untuk menolak pengaruh sihir itu dan
menggunakan tongkatnya untuk menangkis sambaran tasbih. Thong Thian Lama kini
maju menyerang dengan kaki tangannya sehingga Liu merasa dikeroyok oleh
pendeta itu oleb tasbih yang bergerak sendiri nyerang dari" atas.' Diserang secara d kian, Liu Cin menjadi terdesak j akan tetapi berkat meningkatnya tcn4 sakti yang
diperolehnya dari latihan il Thian-te Inv-yjarjg Kun-hoat, dte rrr dapat melindungi dirinya dengan baik.
Hongsun Siansu Kwee Cin Lok amat lihai dan karena tadi dia rhei amuk di dekat
Thong Thian Lama, kini Ong Hui Lan yang ingin berta melawan musuh dekat dengan
Liu C segera menyerangnya. Gerakan Hui ' kini juga cepat dan kuat sekali ber latihan Thian-te Im-yang Kun-hoat. dangnya Cheng-hwa-kiam yang bers hijau berkelebat
menyambar ke ar leher Hongsan Siansu. Ketua HongsarT ini tersenyum mengejek
ketika meli siapa yang menyerangnya. Tentu saja d mengenal Hui Lan yang pernah
tinggal istana Jenderal Chou Ban Heng, bahka telah menjadi tunangan Chou Kian K
Dia pun telah mengetahui sampai
.1 tingkat kepandaian gadis itu, maka i memandang rendah dan merasa yakin iwa
dalam beberapa jurus1 saja dia ?n mampu mengalahkan gadis itu. Dia ?1 h
mendapat gagasan untuk menang-> Hui Lan hidup-hidup karena dia tahu ar bahwa
Chou Kian Ki amat men-ta gadis itu dan ?pemuda itu pasti n girang dan berterima
kasih sekali danya kalau dia dapat menangkap ?lis itu hidup-hidup dari diserahkan pada pemuda itu.
Maka begitu dia menghindar dari r ifjgan Hui Lan dengan lompatan ke lakang, dia
menggunakan ilmu sihirnya, melontarkan pedangnya' ke atas menjadi knar kuning
dan nui-kiam (pedang terung) itu meluncur dan menyerang ke nah kepala Hui Lan.
Niatnya adalah i' embua.t gadis itu repot menangkisi M-rangan pedang terbangnya
sehingga dia i pat menggunakan kedua tangannya l?ntuk menotok dan menangkap
gadis itu tanpa melukainya.
"Trang-trang-cringgg !M Tiga kali
dang sinar hijau di tangan Hui Lan
menangkis dan menghantam pedang bang itu sedemikian kuatnya sehl pedang itu
akhirnya terpental dan bai kepada Hongsan Siansu! Ketua sanpai ini menjadi
bengong, terkejut memandang terbelalak. Rasanya t mungkin! Baru beberapa bulan
saja pandaian dan tenaga sakti gadis itu dah meningkat demikian hebat sehi bukan
hanya mampu menangkis ped terbangnya, bahkan dapat membuat , kiam itu
terbang kembali kepadanya! segera menangkap gagang pedangnya dengan marah
dia menerjang ke ~ tidak ingat lagi untuk menangkap hi hidup gadis itu. Sekarang


Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tujuannya nya satu, yakni membunuh gadis y merupakan lawan cukup berbahaya it
Akan tetapi dia benar-benar kecehk. f angannya yang dahsyat dan gencar i iapat
ditangkis dengan baik oleh H l.an, bahkan gadis itu pun dapat me ^alas dengan
serangan yang cukup be vahaya. Mereka segera bertanding deng seru, saling serang
dan biarpun Hui L masih kalah pengalaman dan kalah ti
liatnya, namun gadis itu melawan !?Krtr> gigih dan dapat bertahan walau- agak
terdesak. , Song Kui Lin yang melihat Ang-hwa Jim u Lau Cu Yin tak dapat menahan u arahannya. Ia pernah bertanding me-nn gadis yang cantik dan galak ini, ka ia segera berseru mengejek. "Wah, ini nenek-nenek jelek dan jahat mcu! juga di sini. Nah, sekarang nona-u tidak akan melepaskanmu lagi. Ke-lamu yang jelek dan tua itu
tentu m menggelinding putus!" Ang-hwa Niocu segera mengenal Kui Lin yang dulu mengaku berjuluk Hek | Lihiap. Biarpun gadis muda yang cantik Mil cukup lihai,
namun dulu ia mampu mendesaknya dan kalau tidak ada Si Kan Lin yang amat lihai,
tentu ia dapat mengalahkannya. Maka, kini mendengar rjekannya, ia hanya mampu
berseru marah. "Bocah setan, mampuslah!" Pedangnya yang mengeluarkan sinar merah Itu sudah menyerang dengan dahsyat. Kui Lin memutar pedangnya menangkis, pedang tipis
yang biasa ia pakai sebagai sabuk. "Tranggg.....!" Bunga api berpijar keduanya segera saling serang dengan mati-matian.
Bu Eng Hoat yang berada dekat Lin melihat pula Aog-hwa Niocu. dulu dikejarnya
karena dia tahu jbe jahatnya iblis betina itu. Dia ingin membantu Kui Lin, akan tetapi baru saja memutar toyanya hendak membantu, Lin sudah berseru marah.
"Aku tidak butuh bantuan, cari lawan lain!"
Eog Hoat mengerutkan alisnya. En bagaimana, sejak pertemuan perfa hatinya amat
tertarik kepada gadis yang lincah Jenaka dan galak namu cukup lihai itu. Dia sendiri berhati kerai akan tetapi terhadap Kui Lin dia tida dapat memperlihatkan
kemarahannya wj laupun hatinya mendongkol mendenga teguran itu. Selagi dia
meragu, tampa seorang kakek tinggi besar bermuka mc rah dengan kumis jenggot
dan ramt masih hitam, mukanya persegi dan nRis.
"Heh-heh, orang muda, apa engkau i.ih bosan hidup dan mencari kemati-f Mari
kuantar engkau ke alam baka!"
ck itu mencabut senjatanya siangkiam KKisang pedang). "Karena engkau membantu perriberon-dan berada di pihak yang jahat, eng lah yang akan mati!" kata Bu Eng Mt sambil maju menyerang dengan jngkatnya. Pemuda murid Thong Leng i>iu ini selain memiliki ilmu toya gaya 'ibet, juga memiliki tenaga yang kuat ? hingga biarpun
belum lama dia ber-Krcimpung dalam dunia persilatan, dia dikenal sebagai Sin-tung Tal-hlap (Pen-|il?'kar Tongkat Sakti) karena permainan i -ya atau tongkatnya yang luar biasa. Namun sekali ini Bu Eng Hoat bertemu tangan lawan yang amat tangguh
karena ek muka merah itu adalah Tung-hai ITok (Racun Laut Timur) yang sakti! Dia
[harus mengerahkan seluruh tenaga dan mengeluarkan semua jurus simpanannya
untuk dapat melindungi tubuhnya dan bertahan terhadap desakan lawan.
Di pihak pemberontak masih ada enam orang lagi yang lihai? yaitu Kwan In Im-yang
Tosu, Kailon, Bantok M< Cuibeng Lokui, dan Boa Su Kok. Meti ini dikeroyok oleh para panglima perwira, dibantu para perajurit. tetapi mereka adalah orang-orang y amat lihai sehingga banyak per a j yang roboh ketika mengeroyok mer< Para panglima dan perwira juga sukar untuk dapat merobohkan e orang yang mengamuk itu.
Pertempuran Mu berlangsung seru mati-matian, terutama perkelahian an para
tokoh yang mendukung pemberot... dan para pendekar muda yang memban
Pangeran Chou K uang Tian. Pangeran i sendiri tidak ikut bertempur, hanya me atur pasukannya untuk membasmi p anak buah pemberontak dan dalam ini dia mulai
berhasil mendesak p pemberontak. Banyak sudah anak pemberontak yang tewas
dan terluka , kini sisanya mulai merasa gentar sehing ga bertempur tidak seganas
tadi, bahka kurang semangat.
Perkelahian yang hebat terjadi antan Kj Kian Ki dar. Si Han Li. Kian Ki rasa penasaran bukan main karena imua serangannya selalu dapat dihindar y? Han Lin dengan
tangkisan maupun ikan. Betapapun kuat dan cepat dia rnyerang dengan pedangnya,
selalu it ditangkis dengan sama kuatnya dan akkan dengan sama cepatnya.
"Hyaaahhhhh.....!" Kini dia merendahkan tubuh dengan menekuk kedua lutut-i>>a, tangan kirinya dengan telapak ta M?n terbuka didorongkan ke arah Han Lin dengan
mengerahkan seluruh tenaga ?m-kangnya. Rupanya rasa penasaran dan I marah
membuat Kian K i menyerang de [i gan niat mengakhir pertarungan itu. danai dia
tahu benar bahwa pukulannya perti itu kalau bertemu dengan tenaga yang lebih
kuat. dapat membuat tenaganya membalik dan akan melukai atau merusak isi
dadanya! Han Lili juga maklum akan serangan maut yang amat berbahaya itu. Dia melihat
telapak tangan Chou Kian K i menjadi merah seperti berlumur darah. Dia teringat
akan keterangan gurunya. Tha)
Kek Siansu, bahwa di antara pukulan-puj an jarak jauh yang ampuh dart rriema.i
terdapat pukulan yang disebut Ang-b ciang (Tangan Merah Darah) dan pOk? itu
kalau mengenai korban yang kurang naga saktinya, dapat membuat korban I tewas
seketika! riahkan pukulan ini ka*r nya lebih jahat daripada Hek-tok-ciang ( ngan
Racun Hitam) atau Pek-tok-C (Tangan Racun Putih), karena kalaG' pukulan itu
membuat orang terluka dan lau di khtiarkan masih ada obafpenawa nya sebaliknya
Ang-jifak-cianj mem korban tewas seketika dan tidak disembuhkan lagi.
Han Lin segera menenggelamkan di dalam penyerahan kepada Thian Ya' Maha
Kuasa, menyimpan semua peria* dan yang mengalir dari tangan klriny hanyalah
hawa murni yang Adi Kodrati yang timbul dari jiwa manusia yang ber serah diri dan terbimbing sepenuhny oleh Kekuasaan Tuhan. Dia menjulurk telapak tangan kirinya
untuk menyambu pukulan lawan.
"Wuuttt wesss !!* Kian Ki terke"
W inya, yang kuat jitu bertemu dengan i yang lunak dan lentur, membuat an
kirinya .terpental dan dia sendiri /Wong dan terhuyung ke belakang Itipai enam
langkahi Dia bernapas panji dap merasa lega karena tidak men- ita luka. Dia pun
maklum bahwa talinya ini benar-benar tangguh. Dia ?us bertanding mati-matian
melawan Si )n Lin. "Engkau atau aku yang mati di sini!!" a membentak dan hendak menerjang
I?- "Sayang sekali kalau engkau membuat knazah ayahmu terlantar tidak ada yang
Ktcngurusnya dengan baik," kata Han Lin t mang. Tiba-tiba Kian Ki teringat akan Irnazah ayahnya yang dia tinggalkan di l"wah pohon besar. Kalau dia bertanding timpai napas terakhir dan mati di situ, bukan saja jenazah ayahnya tidak ada yang mengurus dengan semestinya, bahkan siapa yang akan membalaskan dendam sakit
hati ayahnya" Teringat akan Ini Kian Ki mengeluarkan pekik melengking dan dia lalu melompat jauh melampaui kepala para perajurit yang bertempur dan menghampiri
mayat a nya, dipanggulnya dan dibawanya meninggalkan tempat itu sambil nangis!
Han Lin tidak mau mengejar cepat dia membantu para panglima terdesak hebat oleh
enam orang I yang mengamuk dan membunuhi ban perajurit. Pertama-tama dia
menyerbu arah Cuibeng Lokui yang bersama Ban Moko merupakan dua orang
golong sesat yang membantu pemberontak yang paling kejam membunuhi para pe
jurit. Begitu dia menyerbu, Cuibeng Loku terkejut dan segera mengenal Han Li yang pernah membuat dia kewalahan da melarikan diri ketika dia ikut murid muridnya
menyerbu rumah Nyonya Kak, ibu Song Kui Lin, di Ctn-an. buah tamparan dari Han
Lin yang di tangkisnya membuat tubuhnya terhuyun ke belakang. Kakek tinggi besar
muk codet yang berpedang biru ini menja semakin gentar dan ini membuat gerakan
nya kacau dan ketika tiga orang pangmenyerangnya, dia hanya mampu ??i gkis dua
batang pedang. Pedang panglima ke tiga mengenai lehernya Cui-beng Lo-kui roboh
mandi darah tewas. h.mtok Moko yang sedang mengamuk an tongkat ularnya yang beracun, i bur)uhi
banyak perajurit, tiba-tiba lihat bayangan putih berkelebat dan ikat ularnya
disambar sinar putih. "Crakkk.....!!" Tongkat ularnya ter-Hong menjadi dua! Dia terkejut dan mpir tidak percaya. Tongkat saktinya og mampu menandingi segala
macam ljata pusaka itu demikian mudah pa-.>., hanya sekali bertemu dengan
pedang rsinar putih. Ketika dia melihat siapa ng menangkis dan membikin patah, dia kejut bukan main. Dia segera menge-I pemuda yang dulu bersama seekor rung
rajawali telah membuat dia dan Murid serta anak buahnya lari ketika vereka
menangkap Ong Hui Lan! Hatinya enjadi gentar sekali dan keadaannya itu Atembuat
dia tidak mampu menghindarkan diri ketika empat orang perwira,
menyerangnya dengan berbareng. Se tombak menembus dari punggung ke danya
dan dia pun roboh dan tewas ketikal
Han Lin segera membantu para wira lain dan kini pihak ,pembe menjadi semakin
kacau. Sementara itu, Hui Lan yang me Hongsan Siansu terdesak hebat, demi pula Liu Cin
yang melawan Thong Lama juga kewalahan. Hui Lan cerdik lalu sengaja menggeser
diri dekati Liu Cin, dikejar oleh Hon Siansu. Setelah dekat, tiba-tiba Hui berseru.
Thian-te Im-yang!" Tiba-tiba la lompat dan menyerang Thong Thian ma dan Liu Cin yang segera maklum yang dikehendaki Hui Lan juga melom dan berbalik menyerang
Hongsan Sian Dua orang kakek sakti itu terkejut ! tika tahu-tahu mereka telah berga lawan dan mulailah Liu Cin dan Hui La bersama-sama memainkan Ilmu Thian* te Im-yang Sin-kunl Tubuh mereka sel olah dikendalikan satu pikiran, berger
Ml ketika merasakan betapa tenaganya i kuat itu bertemu dengan hawa yang tk dan
lentur, membuat tangan kirinya kental dan dia sendiri terdorong dan Buyung ke
belakang sampai enam langit Dia bernapas panjang dan merasa L karena tidak
menderita luka. Dia \r> i aklum bahwa lawannya mi benar-wir tangguh. Dia harus bertanding Lu matian melawan Si Han Lin. pnp teriang karena gerakan gadis dan
imuda yang berselang-seling itu sungguh pmbuat mereka bingung.
Tiba-tiba Hui Lan memindahkan pe-kngnya ke tangan kiri, kemudian ia rentangkan
tangan kanan yang disam-|rt oleh tangan kiri Liu Cin. Keduanya gerahkan tenaga
sakti seperti yang reka pelajar i dari kitab Thian-te Im-g Sin-kun, dua aliran hawa Im dan ong kini saling tunjang dan disalurkan r arah pedang di tangan mereka. Kemu-lan. mereka
menerjang maju bersama ke ?ah Thong Thian Lama. Pendeta Lama ?1 terkejut,
cepat dia memutar tasbilv a dari baja hitam. Tasbih menjadi gulungan sinar
merupakan perisai nangkis tusukan pedang Hui Lan totokan tongkat pendek di
tangan Cin yang sudah menyelipkan tc kirinya ke Ikat pinggang.
"Blarrrrr.....?" Tasbih itu putus ut annya dan biji-biji tasbih itu jatuh tebaran di atas tanah. Sebelum 1 Thian Lama dapat mengatasi kaget pedang Hui Lan sudah
menyambar ngan tenaga gabungan yang amat menusuk ke arah dada pendeta itu.
"Cappp.....!H Pedang itu menusuk v dan ketika dicabut kembali, tubuh per ta Lama itu terkulai roboh. Hong* Siansu marah sekali dan sambil meng luarkan teriakan
nyaring, pedangnya ; bersinar kuning menyambar ke arah Lan sementara tangan
kirinya m?;nggi kan Thai-lek-jiu (Tangan Halilintar/ mukut ke arah Liu Cin! Sungguh meri kan serangan sekaligus kepada dua < yang bergandeng tangan itu secara syat sekali.
Akan tetapi Hui Lan dan Liu Cl
HhK masih bergandeng tangan dan mengabungkan tenaga mereka, tidak takut
^biyambut serangan itu. Hui Lan meng-^Hinkan pedang di tangan kirinya untuk
^biangkis pedang Hongsan Siansu se-^bgkan pukulan Thai-lek-jiu itu disam-b.t
tangkisan tongkat pendek yang dialiri naga sakti gabungan yang amat kuat.
"Krekkk..... desss.....Hn Pedang kuning M< tangan Hongsan Siansu menjadi patah Mm ketika pukulan halilintar tangan kiri-bva bertemu tongkat, tangannya Itu
terbantai, di kuti tubuhnya terjengkang dan i? banting keras sekali. Wajah Hongsan piansu menjadi kebiruan dan dia tewas "?ketika karena tenaga sakti yang me
i gandung hawa beracun dalam Thai-Iek )iu tadi membalik dan menyerang
jantungnya sendiri sehingga dia tewas se-ketikal
Setelah Hongsan Siansu dan Thong Thian Lama tewas, Hui Lan lalu membantu Kui
Lin yang masih terdesak oleh Ang Hwa Niocu, sedangkan Liu Cin membantu Bu Eng
Hoat yang kewalahan melawan Tung-hai Tok. Kini keadaannya berbal ik sama sekali.
Bukan hanya , anak buah'gerombolan pemberontak ya kocar-kacir melawan pasukan
pemerin* yang lebih banyak jumlahnya, juga tokoh kangouw yang mendukung
berontak kini terdesak hebat.
Kailon akhirnya roboh juga di ba\ serangan pedang aan tombak para p wira yang
dibantu Han Lin. 3uga Ban Kok murid Tung-hai Tok roboh dan te\
Melihat keadaan semakin berbal apalagi melihat Chou Kian Ki telah larikan dirt, Ang Hwa Niocta berser nyaring, lalu membanting sebuah alu peledak.
"BJarrr..*..!" Asap hitam menget tinggi. Kul Lin dan Hui Lan yang m, ngeroyoknya cepat berlompatan ke bela kang. Ketika asap tebal itu> membuye Ang Hwa Ntocu,
Tung Hai Tok, Kwan Su, dan Im Yang Tosu sudah tidak tar pak lagi. Mereka
menggunakan tirai as. hitam tadi untuk meloncat dan menyt linap di antara para
anggauta geromboli yang masih bertempur dan menghilang.
Setelah ditinggalkan para pemimpir
i'ka, dan banyak di antara mereka tewas atau tcrluka, sisa para ang ta gerombolan pemberontak itu me-ikan diri cerai berai dan banyak pula ng menaluk.
Maka terbasmilah pemberontakan itu. a perajurit bersorak gembira atas n enangan
mereka. Akan tetapi di an-a suara sorak sorai itu terdengar ke-i kesah dan rintihan mereka yang ter-jka dan di antara mereka yang menengik arak yang dibagikan oleh
para -perwira untuk merayakan kemenangan itu, ^rnpak banyak yang sibuk
mengangkuti tayat-mayat yang banyak itu. Mayat a perajurit di angkat dan diurus
se-itutnya, sedangkan mayat para ang-luta gerombolan diseret dan dikubur kreara
bersama, sebuah lubang besar di si |iuluhan mayat. Di dalam perang, mereka yang
kalah memang mengalami nasib buruk. Yang terluka mendapat perawatan
wkadarnya dan yang menaluk menjadi tawanan untuk diadili dan menjalani
hukuman. Sudah lajim terjadi di seluruh dunia, setiap kali terjadi perang, baik
perang antar bangsa, antar suku antar golongan, maka terjadilah keke an-kekejaman di luar batas prikemc an. Manusia dalam perang menjadi dan kejam yang
sesungguhnya bukan jadi watak aselinya. Akan tetapi da perang, rasa ttifcut bahwa dirinya tertawan, disiksa atau terbunuh musuh mendatangkan dendam dan k cian.
Ditambah lagi rasa dendam tewasnya rekan, sahabat atau keluar Dendam ini
ditujukan kepada pihak suh tanpa pandang bulu karena merupakan permusuhan
atau dendam badi terhadap seseorang, melainkan t hadap pihak musuh.
Akan tetapi Pangeran Chou K uang T ternyata memiliki kebijaksanaan seperti
kaknya, Kaisar Sung Thai Cu atau _ bernama Chou K uang Yin. Mungkin dia niru atau melanjutkan kebijakan kakakn Mayat para perwira pemberontak dan [ tokoh
kangouw yang membantu pihak pe berontak dimakamkan dengan cukup pant Juga
mereka yang tertawan, kecuali mer yang benar-benar merupakan tokoh pent"
m pimpinan, tidak dihukum mati. [ Setelah pemberontakan berhasil tik-Hapas,
Pangeran Chou K uang Tian me-fti ndang lima orang pendekar muda, Bit u Si Han
Lin, Liu Cin, Bu Eng Hoat, Bir Hui Lan, dan Song Kui Lin untuk Biang berkunjung ke istana. Pangeran Wuju Kuang Tian menghadapkan mereka M>ada Kaisar Sung Thai
Cu yang me-P' ima mereka dengan ramah. ' "Kalian adalah pendekar-pendekar
&Wda yang pantas dibanggakan, selain ah perkasa, juga merupakan pembela-m bela negara yang patriotik. Kami asa kagum dan heran. Begini muda lan telah dapat
memiliki ilmu yang ggi, juga memiliki budi pekerti yang ik. Si Han Lin, siapakah
gurumu?" "Guru hamba adalah Thai Kek Siansu, lbaginda."
Kaisar Sung Thai Cu mengangguk-gguk. "Ah, pantas kalau engkau muridnya. Kami mengenai siapa manusia sakti ihai Kek Siansu, per tapa Cin-lin-san ang mempunyai
peliharaan burung raja-ali itul Dan engkau, Liu Cin, siapa gurumu?"
Liu Cin menjawab dengan hor "Hamba mendapat kehormatan diambil murid oleh
Suhu Ceng InHo Sribaginda."
"Hemmm,* engkau murid Siauwh Kami pernah mendengar nama Ceng Hosiang
sebagai seorang tokoh Si lim-pai. Dan engkau? Bu Eng Hoat" apakah gurumu?"
"Hamba murid Suhu Thong Leng L Sribaginda."
"Thong Leng Losu?" Kaisar Sung Cu mengingat-ingat. "Hernmm, M belum pernah mendengar nama ini. A, kah dia juga seorang pendeta Buddha?"
"Suhu adalah seorang pendeta L dari Tibet, Sribaginda."
Kaisar mengangguk-angguk. "Begi kah" Kami sudah mendengar bahwa antara para
pendeta Lama di Tibet, nyak yang memiliki ilmu kepanda tinggi. Sekarang para
pendekar wani yang cantik-cantik ini. Ong Hul L siapa yang membimbingmu
sehingga eng kau menjadi seorang pendekar wani
ir lihai?" "Hamba murid Suhu Tiong Gi Cin-Sribaginda."
Tiong Gi Cin-jin" Maksudmu Tung nn-ong (Si Raja Pedang Timur) yang i"nal sebagai
ahli sastra dan peng-. pelajaran Guru Besar Khong-hu-cu *' Pantas engkau tampak
begini lembut nun kuat dan lihai. Sekarang engkau, g Kui Lin. Engkau tampak lincah h, murid siapakah engkau?" Kui Lin tersenyum dan menjawab an suara lantang.
"Guru hamba ada-i Suhu Louw Keng Tojin dan di antara reka semua ini, hamba yang paling vdoh, Sribaginda!"
"Ha-ha-ha!" Kaisar Sung Thai Cu ter-awa. "Agaknya selain diberi pelajaran jknu silat tinggi engkau juga mewarisi l safat merendahkan diri dari tosu (pen-ta To) itu! Kami mengenal Louw Keng ojin, pendeta To-kauw (Agama To) itu.
ankah dia yang terkenal dengan ju-nkan Lam-Iiong (Naga Selatan)?"
"Benar sekali, Sribaginda Yang Mulia!" ta Kui Lin, girang bahwa kaisar itu mengenal pula gurunya.
Kaisar Sung Thai Cu merasa ge sekali. "Ahhh, sungguh senang hati kami. Semua golongan agama kauw (Tiga Agama) ternyata mendu pemerintahan kami. Ini berarti
ba Thian memberkahi Kerajaan Sung! K tiga agama terbesar, Buddha, To(Tao dan
Khong-kauw (Confucianism) dukung dan di antara mereka ter hubungan
persaudaraan yang baik, re' tidak akan terpecah belah dan ne akan menjadi kuat.
Terima kasih k Thian Yang Agung."
Kaisar Sung Thai Cu ingin meng diahkan pangkat kepada lima orang dekar yang telah berjasa besar itu. tetapi mereka berlima tidak mau mene manya dan menolak
dengan hormat halus. "Yang Mulia, ternyata hamba beril tidak bersedia untuk terikat dengan dudukan.
Hamba berlima lebih se menjadi rakyat biasa saja akan tet hamba berjanji bahwa
hamba beril akan selalu siap untuk membela neg
i bangsal" Si Han Lin berkata me l i teman-temannya setelah mereka ua menyatakan tidak menerima ta-ian pangkat itu.
Sung Thai Cu menghela napas panil dan mengangguk-angguk. "Kami seperti jiwa
seorang pendekar yang i menghendaki kebebasan, tidak it oleh apa pun juga.
Baiklah, kalian rlima menolak kedudukan, akan tetapi mi harap kalian berlima tidak menolak mberian bingkisan dari kami sebagai rnyataan rasa sukur dan terima kasih
mi." Kaisar lalu memberi isarat kepada orang pelayan pribadi yang mengambil na buah kantung kain merah berisi g emas yang sudah dipersiapkan. Lalu tas perintah
Kaisar pelayan itu merahkan lima kantung uang emas Itu patta lima pendekar Itu,
masing-masing buah kantung. Lima orang muda itu tidak berani menolak. Mereka
menerima dan menghaturkan terima kasih. Setelah pertemuan Itu dinyatakan
selesai, lima orang pendekar itu lalu meninggalkan istana, diantar oleh Pangeran
Chou* Kuang] sampai di halaman isfana.
* Liu Cih dan Ong Hui Lan yang lakukan perjalanan bersama berhenti luar kota raja
bagian selatan. Tadi ketika meninggalkan kota raja. Hui yang menyatakan bahwa ia
harus mel kan pengejaran terhadap Chou Kian dan dalam perjalanan melakukan pe
jaran Itu, ia sekalian akan singgah rumah orang tuanya, yaitu Ong Su y tinggal di Nan-king. Kini di jalan u yang sunyi, di kaki sebuah bukit, hutan, Liu Cin yang
menahan agar m ka berhenti. Hui Lan menurut dan reka lalu duduk di bawah
sebatang po besar yang rindang dan yang meljnd mereka dari terik sinar matahari. Si itu memang matahari memutahkan sin nya yang panas sehingga, menyengat, dan
dan amat enak duduk di bawah
yang rindang itu, disejukkan angin il if. .
u Cin..... eh, maaf, Cin-ko," kata Lan yang belum lama ini ketika ber-i di kota raja. ia sudah bersepakat Mgan Liu Cin untuk menyebut Cin-dan Lan-moi. "Kenapa engkau meng-k aku berhenti di sini" Apakah engkau kth dan ingin beristirahat?"
Liu Cin tersenyum. "Ah, tidak? Lan-i . Hanya aku ingin bicara denganmu n tidak enak rasanya' kalau bicara ius sambil melakukan perjalanan." Hui Lan memandang wajah pemuda kj penuh perhatian dan sinar matanya mienyelidik. "Engkau hendak
membicara-in apakah, Cin-ko, yang demikian serius u?"
"Lan-moi, sejak engkau menyatakan hendak melakukan pengejaran terhadap ! hou Kian Ki, aku merasa heran sekali, an tetapi di sana, di depan banyak rahg, aku tidak mau banyak bertanya. Akan tetapi hal itu selalu mengganggu pikiranku yang merasa
heran dan tidak mengerti. Maka sekarang kuharap engkau suka menjelaskan,
mengapa engkau susah payah hendak melakukan pengrj an terhadap putera
pangeran pembe tak itu" Apa yang ingin kau laki kalau sudah dapat mengejarnya?"
Dengan alis berkerut, muka mei mata mencorong marah Hui Lan biasanya lembut
itu berkata tegas, harus membunuhnya!"
Liu Cin terkejut juga melihat wa gadis itu tampak penuh kebencian kel mengucapkan kata-kata itu.
"Akan tetapi maafkan aku,
mol, memang bukan urusanku, hanya, aku merasa penasaran sekali. Menga engkau
begitu membencinya" Mengj engkau begitu benci sampai harus ngejarnya dan
membunuhnya?" Hui Lan berpikir sejenak dan tamg ragu-ragu. Kemudian ia berkata, kemo lembut.
"Cin-ko, aku minta maaf pa< mu, terus terang saja, aku hanya dar, mengatakan bahwa aku harus membunv ya. Aku berjanji kepadamu, kalau sudah berhasil
membunuhnya, baru ar akan memberitahu kepadamu mengaj
harus membunuh jahanam itu.** Di dalam hatinya Liu Cin menduga-a. Ada yang
aneh dalam sikap Hui ?' ini, pikirnya. Dulu dia menemukan fi sempat menolong Hui
Lan yang hen-k bunuh diri. Gadis itu mengaku bahwa , melarikan diri dari rumah
Pangeran hou karena tidak sudi dinikahkan de?n Chou Kian Ki dan tidak mau pu-g
pula ke rumah orang tuanya sen-ri. Dan sekarang, gadis itu bertekad ituk membunuh Chou Kian Kl setelah emperdalam Ilmu bersama dia, mengua-I ilmu Thian-te Im-yang
Sin-kun. Dan t janji akan memberitahu kepadanya telah berhasil membunuh Chou
Kian fl. Mengapa ia demikian membenci puliera pangeran itu" Apa yang telah
dilakukan Chou Kian Ki kepadanya" Liu Cin menduga-duga, akan tetapi tidak mau
bertanya apa-apa, bahkan dia ber-p biasa saja.
"Baiklah, Lan-moi. Memang aku tidak berhak mencampuri urusanmu."
"Bukan begitu, Cin-ko! Engkau harus mencampuri urusanku karena terus terang saja, tanpa bantuanmu aku tidak al berhas.il membunuh Chou Kian Ki. Ak lah yang akan
mati di tangannya engkau tidak mau membantuku." U gadis itu keluar dengan suara sedih.
Tentu saja, Lan-moi. Aku pasti a tetap membantumu. Yang kumaksud adalah bahwa
engkau tidak perlu ceritakan mengapa engkau mem Chou Kian Ki kalau engkau tidak
menceritakannya kepadaku."
Hui Lan merasa sedih sekali sehin ia tidak dapat menahan ketika sepasa matanya


Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjadi basah dan beber butir air mata menetes keluar dan jat ke atas pipinya.
"Cin-ko, sekali lagi maafkanlah ak Sesungguhnya, setelah semua budi kebai an yang kau limpahkan kepadaku, tid semestinya aku masih merahasiakan t suatu darimu.
Akan tetapi, aku moh kepadamu, bersabarlah, Cin-ko. Setela aku berhasil
membunuh jahanam it "asti aku akan memberitahu kepadamu."
Melihat kesedihan Hui Lan, Liu Ci cepat berkata. "Ah, sudahlah, Lan-moi fcan bicarakan hal itu lagi. Mari kita t|utkan perjalanan kita. Kau bermaksud ih dulu pergi ke Natt-king, bukan?" jara Liu Cin biasa dan gembira Seolah hendak mengalihkan percakapan tadi tidak mau mengingatnya hrg'l. Pada-I di dalam hatinya, pemuda ini sudah t menduga, apa kiranya yang me-babkan gadis itu mendendam sedemi-n
besarnya terhadap Chou Kian Ki. dak terlalu sukar ditebak. Hui Lan rnah ditunangkan dengan Kian Ki dan Lihkan tinggal di gedung pemuda itu. ? mudiah tiba-tiba gadis itu meninggalkannya dan dia menemukannya hendak punuh diri! Malapetaka apa yang
me-Impa diri seorang gadis sehingga ia i ndak membunuh diri dan kebenciannya
edemikian besarnya" Dia dapat meraba rtrngan dugaannya. Bencana paling hebat
yang membuat seorang gadis mendendam takit hati kepada seorang laki-laki adalah
perkosaan! Bukan hal yang mustahil kekejian itu dilakukan oleh seorang laki-laki
macam Chou Kian Ki kepada Hui Lan. Kian Ki memiliki ilmu kepandaian tinggi
sehingga d,uj, tentu dapat maa gunakan paksaan fnenggagahl Hui Lm t g dengan
tipu, meslihat lainnya. Km na itu Hpi La n merahasiakannya, tttf gadis itu merasa malu untuk mengV kepada orang lain, terutama kepada Akan tetapi ini hanya
dugaannya dan dia mengharapkan semoga dugaan] itu keliru.
Mendengar pertanyaan Liu Cin yang nadanya biasa dan gembira, Hui Lan rasa lega.
Tadinya ia merasa khawatir kaau-kalau pemuda itu mendesaknya atau menjadi
kecewa dan marah. Akan ictapi ternyata Liu Cin sama sekali tidak bersikap demikian malah sebaliknya menghentikan percakapan tentang hal itu. la merasa bersukur dan
berterima kasih kekali. Semakin yakin hatinya bahwa Liu cin adalah seorang sahabat yang paling baik baginya. Maka ia pun menjadi gembira lagi dan menjawab
sejujurnya. "Benar, Cin-ko. Aku hendak singgah ke rumah orang tuaku, selain menceritakan tentang ditumpasnya pemberontakan yang dipimpin mendiang Jenderal Chou ban
Heng, juga aku ingin sekali memperkenalkan engkau kepada ayah ibuku!"
Wajah pemuda itu berubah kemerahandan hatinya berdebar girang. Kalau orang:;
gadis hendak memperkenal seorang teman prianya kepada orang tuanya, biasanya
hal itu berarti bahwa gi itu mencinta pria itu, agar orang tual mengenal pria pilihan hatinya!
Kemudian mereka melanjutkan perjalanan mereka dengan hati ringan gembira.
Keduanya merasa semakin dan cocok satu sama lain dan bagi Hui Lan sendiri kini
rasa sukanya makin mendalam dan harus ia akui bahwa ia mulai jatuh cinta kepada
Liu Cin. ooOOoo Song Kui Lin juga meninggalkan kotaraja dan melakukan perjalanan seorang diri
menuju ke Cin-an. Ia hendak pulang ke rumah ayah tirinya, yaitu Perwira Kwa Siong, duda yang mengawini ibunya yang sudah menjanda. Ayah tirinya dan tentu akan
gembira sekali mendengar ia menceritakan tentang terbasminya penghiatan dan
pemberontakan yang dipimpin mendiang Jenderal Chou Ban heng. Ayahnya itu,
biarpun ayah tiri, amat baik kepadanya dan ia tahu bahwa ayah tirinya adalah
seorang perwira yang setia terhadap Kerajaan Sung.
Sudah dua hari ia meninggalkan kotaraja dan tiba di daerah pegunungan yang sunyi.
Siang itu matahari memuntahkan sinarnya yang amat panas sehingga Kui Lin yang
sejak tadi merasa betapa kulitnya disengat matahari, kini merasa nyaman setelah
memasuki daerah yang berhutan dan sejuk dengan bayangan pohon-pohon.
Ketika mendengar gemerciknya air, Kui Lin baru merasa betapa tenggorokannya
terasa kering karena haus. la segera penyimpang dari jalan umum menyusup di
antara pepohonan mencari dari mana datangnya suara air gemercik itu. Akhirnya
dengan girang ia menemukan sebuah pancuran air, yaitu air gunung yang mengalir
di antara batu-batu dan terjun ke bagian yang lebih rendah. Air itu jernih sekali. Kui Lin lalu minum, membasuh mukanya dengan air yang dingin sekali, juga membasahi
lehernya, lengannya, melepas sepatu menggulung celana untuk membasahi kakinya.
Terasa dan sejuk bukan main. Karena tempat itu sepi, saking keenakan, Kui Lin mulai membuka bajunya karena timbul keinginannya untuk mandi!
Tiba-tiba ia mendengar bunyi seperti ranting, patah dan berkeresekan dan daundaun kering terinjak kaki. Ia cepat menoleh dan melihat seorang laki-laki muda
melangkah ke arah tempat itu.
"Kurang ajar!!" la membentak laki-laki itu baru melihatnya lalu cepat laki-laki itu memutar tubuh, berbalik membelakangi Kui Lin yang setengah telanjang. Gadis itu
cepat mengenakan lagi pakaiannya dan sepatunya, kemudian dengan lengan baju
masih tergulung sehingga tampak kulit lengannya yang putih mulus berlawanan
dengan pakaiannya yang serba hitam. Dengan langkah ringan dan cepat ia
menghampiri laki-laki itu dan memaki.
"Laki-laki kurang ajar, engkau mengintai aku, ya" Anjing kau. monyet, kuda, babi.....
" Kui Lin tiba-tiba menghentikan makiannya ketika laki-laki itu membalik tubuh menghadapinya karena ia segera mengenalnya. Pemuda itu bukan lain adalah Bu
Eng Hoat, seorang di antara para pendekar yang membantu Pangeran Chou Kuang
Tian membasmi pemberontak. Akan tetapi, biarpun ia tahu bahwa Bu Eng Hoat
adalah seorang pendekar gagah perkasa yang kiranya tidak mungkin mau mengintai
wanita dengan sengaja, ia pernah berkelahi melawan pemuda itu ketika ia hendak
menangkapnya dengan tuduhan pemuda itu membunuh Menteri Liong. Teringat ini,
Kui Lin yang tadinya sudah tenang, menjadi marah lagi.
"Hemmm, kiranya engkau, Bu Hoat" Mengapa engkau mengikuti aku" Engkau
membayangi aku, ya" Mau apa engkau mengikuti aku?"
Wajah Bu Eng Hoat menjadi kemerah-merahan karena marah. Pemuda ini berwajah
jujur dan keras. Dituduh membayangi tadinya malah dituduh mengintai, dia merasa
penasaran sekali. "Song Kui Lin, engkau ini sungguh keterlaluan sekali! Tanpa menyelidiki lebih dulu begitu mudah menuduh orang! kalau engkau menuduh aku membunuh Menteri
Liong, sekarang kembali engkau menuduh sembarangan. Tadi menuduh aku
mengintai dan memaki-maki aku, seorang menuduh aku membayangi dan
mengikutimu! Apa kau kira di dunia ini hanya engkau seorang yang paling baik dan
semua orang lain jelek dan jahat?"
"Siapa menuduh sembarangan" Aku menuduh karena ada sebabnya. Ketika aku
menuduhmu membunuh Menteri Liong, aku diutus Pangeran Chou Kuang Tian
untuk menangkapmu. Tadi aku menuduh engkau mengintai karena memang ketika
aku membasuh badan, tahu-tahu engkau muncul. Apalagi kalau bukan mengintai"
Dan sekarang, kenyataannya engkau berada di sini menyusul aku, apakah itu bukan
mengikuti dan membayangi namanya" Hayo jawab kalau bisa!" kata Kui Lin galak.
"Akan tetapi buktinya semua tuduhanmu itu kosong dan tidak benar, kenyataannya, dulu aku bukan pembunuh bahkan pembela Menteri Liong. Dan tadinya aku sama
sekali bukan ingin mengintaimu, tetapi aku mendengar suara gemericik air dan aku
ingin minum dan cuci muka. Juga aku tidak mengikuti karena aku memang
meninggalkan kotaraja dan hendak mencari Suhu Thong Leng Losu yang kini berada
di sana. Nah, semua dugaanmu itu kotor dan keliru, bukan" Kebetulan saja kita
bertemu di sini dan terus terang saja aku senang dapat bertemu dengan engkau
yang sudah kukenal sebagai seorang pendekar wanita sehaluan. Sayang begitu
bertemu, engkau menyangka yang buka bukan!"
"Ooo, begitukah" Kalau benar begitu maafkan aku. Aku tadi membentak dan
memakimu karena kaget. Siapa yang tidak kaget tiba-tiba melihat seorang laki-laki melotot memandang ke arah.... kakiku?"
Eng Hoat tersenyum. "Aku tidak sengaja memandang, akan tetapi ketika melihat engkau membasuh kakimu, hemm, harus kuakui bahwa aku belum pernah melihat
kaki seputih dan sebagus itu. ketika engkau hendak membuka baju, aku cepat
memutar tubuh membelakangimu. Aku bukan golongan laki-laki yang kurang ajar.
Kui Lin, walaupun terus terang saja, aku ........ aku kagum dan suka melihat kakimu yang indah tadi."
Kini sepasang pipi Kui Lin yang ke-?T?ihan. Mendengar kakinya dipuji indah, |>4ilagi yang memuji itu seorang pende-nr yang ia tahu berwatak jujur dan ikan sekadar
memuji untuk merayu, I i gadis mana yang tidak merasa bang-dan senang"
Akan tetapi pada saat itu, terdengar tara gaduh dan muncul belasan orang ang
dipimpin oleh tiga orang yang sudah i' ' eks kenal sebagai tokoh-tokoh kang-uw yang dulu membantu Pemberontak i hou Ban Heng. Mereka itu adalah Tung-t tok, ketua
Tung-hai-pang yang kini di kuti lima belas orang sisa anggauta Turvg-i ..,i-pang yang tidak tewas dalam perang i? mberontakan. Dia ditemani pula oleh
Kangiam Sin-kiam K wan In Su yang n rupakan ahli pedang yang terkenal hingga
mendapat julukan Kangiam kiam (Pedang Sakti dari Kangiam). To ini berusia kurang
lebih enam puluh hun, bertubuh sedang dan mukanya . sih. Adapun orang ke dua
yang mene Tung-hai-tok adalah I m Yang Tosu, deta To tokoh dari utara yang tadi
juga mendukung Chou Ban Heng dan ik melarikan diri setelah pemberontakan it
gagal. Tung-hai-tok, kakek berusia ha tujuh puluh tahun yang tinggi besar be muka merah
itu tertawa bergelak ket* melihat K lu Lin dan Eng Hoat. Dat sesat yang menjadi raja para penjahat di] sepanjang pantai timur ini senang seka "j apalagi melihat Kui Lin yang jelita. D memang seorang yang memiliki wat mata keranjang.
"Ha-ha<-heh-hefi. bagus sekail! 3' T tiang (Kedua Pendeta To), mereka i alah t dua orang dj antara para pe bantu Pangeran Chou Kuang Tian. Z ngan membunuh
mereka, setidaknya ke lahan kita yang lalu dapat terbalas!" "Siancai!" Im Yang Tosu berseru, o tidak mempunyai permusuhan pri-1 'i dengan mereka, Tung-hai Pang-cu. lau pin-to (aku)
membantu Pangeran liou Ban Heng, hal itu adalah untuk gakkan kembali Kerajaan
Chou. ' an tetapi usaha itu telah gagal, Pa-eran Chou Ban Heng telah tewas dan i pinto, tidak ada permusuhan pribadi dengan siapa pun, juga dengan pe-" *da dan gadis ini!"
"Hemmm, Im Yang Tosu, engkau ti-ckik setia! Mari, Kangiam Sin-kiam, kita Jk rdua bunuh pemuda ini dan tangkap gadis jelita ini, aku ingin bersenang-v nan g dulu
dengannya sebelum membunuhnya. Jangan pedulikan Im' Yang [Tosu yang tidak
setia!" ajak Tung-hai-tok kepada Kwan In Su. Akan tetapi tosu i pun menggelengkan kepala. "Aku pun tidak me Keri permusuhan pribadi, apalagi membantumu yang
mempunyai keinginan keji menuruti nafsu setan. Tidak, aku tidak mau
membantumu." Tung-hai-tok marah sekali dan pada saat itu tampak bayangan putih berMfl bat dan di situ telah berdiri sed?1 wanita berpakaian serba putih, orang
memandang penuh perhatian kari mereka tidak mengenal wanita itu. U??< nya
sekitar tiga puluh tahun, wajah' cantik berkulit putih, bentuk muk bulat. Namun
kecantikannya ftu mci bayangkan kekerasan hati, mulutnya berbentuk indah itu
selalu tampak sini seperti tersenyum mengejek dan sepas matanya tajam dan dingin
galak. Agaknya Tung-hai-tok mengenai nita cantik itu. "Hai, bukankah engk Pek Bian Ci, murid pertama dari Hwa Moh di puncak Ang-hwa-san (( nung Bunga Merah)?"
Wanita itu dengan sikap dingin merl jawab. "Benar, Tung-hai Peng-cu (Keti
Perkumpulan Laut Timur). Mengapa enj kau dan para anggauta Tung-haimengepung pemuda, gadis, dan dua oranj tosu itu" Siapa mereka dan apa
persoalannya?" "Kebetulan sekali engkau datang, Pc Bian Ci. Engkau tentu telah mendengar
Inpa perjuangan para pahlawanan un-i menegakkan kembali Kerajaan Chou l' K telah
direbut oleh para pemberon-yang mendirikan Kerajaan Sung telah jal. Banyak kawan
kami pera pahlawan bela Kerajaan Chou tewas. Pemuda >> gadis ini adalah dua di antara mere-yang mefrtbantu pengkhianat Chou " ng Yin, maka aku ingin
membunuh ?-reka untuk membalas dendam. Akan tapi dua orang tosu ini yang
tadinya i< mbantu perjuangan sekarang berbalik lak mau membantuku membunuh
peda dan gadis ini. Pek Bian Ci, mengikat akan persahabatanku dengan Hwa iwa
Moh gurumu, kuharap engkau suka embantuku membunuh pemuda dan pdis yang
membela pemberontak Chou tuang Yin ini."
Pek Bian Ci mengerutkan alisnya dan Umpak ragu-ragu. Akan tetapi Tung-i i-tok
segera menyambung. "Pek Bian i r, bukankah gadis yang berjuluk Ang iwa Niocu itu juga datang dari Ang i wa-san dan merupakan murid Hwa Hwa Srtoli?"
"Ia adalah Lai Cu Yin, sumoi-ku seperguruanku). Di mana ia?" tanya Bian Ci.
"Sumoi-mu" Ia pun tadinya memba kami akan tetapi ketika terjadi per ia sudah tewas juga." Tung-hai-tok bohong untuk memanaskan hati baju putih itu.
Pek Bian Ci tampak marah. "Kepar siapa berani membunuhnya" Hanya yang berhak membunuhnya!"
"Siapa lagi kalau bukan mereka-m ini yang membela pengkhianat C K uang Yin"
Marilah kita bunuh mef untuk membalas dendam, Pek Bian Ci."
Mendengar ini, Pek Bian Ci lalu cabut pedangnya dan ia menghampiri Eng Hoat.
"Biar kubunuh pemuda ja nam ini!" katanya dan tanpa banyak kap lagi ia sudah menyerang den dahsyatnya. Pedangnya meluncur menusuk ke arah dada Eng Hoat
de jurus Sian-li-coan-ciam (Dewi Menusu kan Jarum). Gerakannya cepat dan
dangnya menjadi sinar perak menyera dada lawan. Bu Eng Hoat sudah s'
V^v?^ ?fran^lr..!" Pertemuan pedang to/l nSltlkan Derekan bunga api dan
begitu menangkis, ?^^ajSte? ?Sah balas menyerang dengan jurus Liong ,^uwluat
(Naga Masuk Gua Harimau). Dengan Toyanya. Dia menangkis dengajfl gerakan Sianjin-sui-po (Dewa Menyama but Mustika).
"Tranggg.....!" Pertemuan pedang dai toya menimbulkan percikan bunga afl dan begitu menangkis, ujung toya yaicM lain sudah balas menyerang dengan jurufl
Liong-jip-houw-hiat (Naga Masuk Gvm Harimau). Toya itu dengan dahsyat sudahi
menusuk ke arah perut Pek Dian Ci. Na-J mun dengan gerakan yang amat gesit! Pek
Bian Ci sudah mengelak dan bala*! menyerang. Segera terjadi perkelahian I yang
amat seru antara Pek Bian Ci dani Bg Eng Hoat. Pek Bian Ci adalah se-1 orang wanita pembenci pria, maka begitu! mendapat lawan seorang pria, denganl semangat
berapi-api ia menyerang de-l ngan niat membunuhnya!
Sementara itu, melihat Pek Bian Ci sudah membantunya dan menyerang Bu Eng
Hoat, Tung-hai-tok sambil tersenyun menghadapi Song Kui Lin. Dengan mulu cengar
cengir dia berkata. "Nona manis, apakah tidak lebih baik kalau engkau menyerah saja dan menI" ti sahabatku" Sayang kalau sampai m< litmu yang halus itu terluka."
"Jahanam keparat tua bangka mau I?' mpus!" Kui Lin membentak marah Aambil melepaskan pedang yang dililit-an di pinggangnya sebagai sabuk. "Tutup lt< ulutmu yang busuk itu dan bersiaplah imtuk mampus!"
Ia menggerakkan pedangnya yang
Irmas itu. "Singgggg !" Pedang itu
ubah menjadi sinar bergulung-gulung ketika ia memutarnya, kemudian sinar Itu
mencuat dan menusuk ke arah dada Tung-hai-tok!
Tung-hai-tok sudah tahu akan kehebatan gadis ini, maka ia juga tidak berani
memandang rendah. Kalau tadi dia mengharapkan untuk dapat menawan gadis ini
dalah karena dia mengandalkan bantuan dua orang tosu itu. Akan tetapi ternyata
Kwan In Su dan Im Yang Tosu tidak mau membantunya, maka karena dia hanva maju
seorang diri, dia tidak berani memandang ringan dan segera mencabut sepasang
pedangnya. Dia menangkis lalu memutar siangkiam(sepasang pedang) itu,
membalas serangan Kui Lin dengan syat sehingga mereka lalu berta mati-matian.
Dua orang tosu itu tidak mau r bantu Tung-hai-tok, akan tetapi tidak mau membantu Kui Lin dan Hoat. Mereka tadinya membantu Pa ran Chou Ban Heng untuk memperj
kan bangkitnya kembali Kerajaan C. Sekarang, perkelahian itu adalah uri yang sama sekali tidak menyangkut > juangan melainkan dendam pribadi. A lagi Tung-hai-tok mempunyai niat k terhadap gadis cantik itu. Mereka t ingin mencampuri dan hanya
menonton Perkelahian itu seru dan m ti-mat Akan tetapi setelah lewat tiga pt jurus, mulai
tampak betapa Kui Lin repotan melawan Tung-hai-tok, dan t Hoat juga terdesak oleh Pek BianJ yang ternyata lihai bukan main. Keli an wanita itu tidaklah aneh kalau dun bahwa ia merupakan murid tersay dari Hwa Hwa Moli dan suci (kakak
rguruan) dari Ang-hwa Niocu Lai } Vin yang sudah kita kenal kelihaiannya!
Kwan In Su dan Im Yang Tosu hanya Imonton. Mereka tidak mau mencam-, i
perkelahian itu karena merasa bah-i?i itu bukan urusan mereka dan tidak 'a sangkut pautnya dengan perjuangan.
an mereka merasa tidak enak dan Kiah siap untuk meninggalkan tempat u. Akan
tetapi mereka terkejut men-Irngar suara melengking di angkasa dan pelihat seekor
burung rajawali meluncur kurun dengan cepat. Di punggung rajawali Itu duduk
seorang pemuda yang mereka .mal karena pemuda itu pernah membantu
pemerintah Kerajaan Sung e i wan pemberontak. Karena hati mereka tarik, maka
mereka tidak jadi pergi dan ingin melihat apa yang akan terjadi.
Yang datang adalah Si Han Lin dengan rajawalinya. Seperti diketahui, Si Man Lin
dengan para pendekar muda lainnya menghadap Kaisar, diantar oleh Pangeran Chou
Kuang T'an dan menolak pemberian kedudukan akan tetapi tidak mungkin menolak
pemberian hadiah sekantung uang emas. Dia tidak tergesa-gesa meninggalkan kota
raja dan selama dua hari dia berjalan-jalan dan gumi keadaan kota raja yang ramal serba mewah. Akan tetapi di san gedung-gedung besar dan megah, melihat
kenyataan bahwa gubuk-kecil reyot lebih banyak jumlahnya mereka berada di
perkampungan, sembunyi di belakang gedung-gedj megah itu. Dia melihat pula
toko-t yag dibanjiri pengunjung yang rata-berpakaian indah dan mewah, ada yang
menunggang kereta. Namun ju mereka masih kalah jauh dibandin dengan mereka
yang berpakaian hana, pakaian lusuh, bahkan banyak para pengemis berkeliaran di
jalan r" mengharapkan dermaan dari para har wan yang kebanyakan lewat tanpa
nengok seolah para pengemis itu t tampak oleh mereka.
Melihat perbedaan yang mend antara si kaya dan si miskin ini, h Han Lin menjadi
terharu dan sedih, lalu menukarkan uang emasnya pemberf Kaisar kepada para
pedagang besar un mendapatkan potongan uang yang le1
l sehingga sekantung uang emas itu menjadi lima kantung uang dengan ngan yang
lebih kecil. Malamnya, dia 11 berkeliling dan diam-diam, tanpa hu penghuninya, dia membagi-bagi * melemparkan potongan emas kecil ke i i gubuk mereka. Bagi para
penduduk kin itu, sepotong emas kecil kiranya tip untuk makan sekeluarga beberapa I m lamanya!
Setelah uangnya habis, pada keesokan i ya Han Lin meninggalkan kota raja. tibanya di luar kota raja di waktu f>i, tiba-tiba terdengar suara yang amat i nalnya di udara.
Dia menengadah dan inibir? sekali melihat rajawali terbang r* layang di udara.
"Tiauw-ko !" Dia berseru sambil
engerahkan tenaga dalamnya sehingga nya dapat mengandung getaran kuat i*ng
mencapai rajawali itu. Sang rajali mendengar dan sambil memekik
ng dia meluncur turun dan hinggap di las tanah di dekat Han Lin. Begitu
ggap di tanah, rajawali itu lalu mengidap ke arah Han Lin, mengangg k anggukkan
kepalanya lalu mendekam. Lin yang sejak kecil berkumpul d rajawali itu, maklum
akan bahasa t ini. Dia tahu bahwa rajawali itu mi agar dia menungganginya dan baf rajawali itu memikul tugas tertentu y diberikan Thai Kek Siansu, gurunya. T tu
gurunya ingin agar dia mengha* Tanpa ragu lagi dia lalu melompat atas punggung
rajawali dan terba burung raksasa itu.
Akan tetapi tak lama kemudian, I Lin melihat perkelahian di bawah di bagian hutan kecil yang terbuka hingga tampak dari atas. Dia me tanda kepada rajawali untuk
melay turun dan melihat bahwa yang berk adalah Kui Lin dan Eng Hoat yang tanding
dengan Tung-hai-tok dan seor wanita baju putih yang lihai. Jelas bah dua orang
sahabatnya itu terdesak o lawan. Maka dia cepat menyuruh raja turun dan pada saat itu, keselamatan Lin dan Eng Hoat sudah terancam haya maut karena Tung-hai-tok y
ingin cepat-cepat mengalahkan law
S mengerahkan lima belas orang i buahnya untuk mengeroyok! Melihat keadaan ini,
Han Lin memberi nba kepada rajawali dan dia sendiri lompat dan menerjang Tunghai-tok mendesak Kui Lin. Rajawali yang V.gap akan aba-aba Han Lin juga me-r >ng dan menyambar-nyambar ke arah tosan orang angga u t a Tung-hai-pang se-hgga
mereka menjadi terkejut dan gen-. Banyak yang kena cakar atau kena tuk dan
banyak yang terpelanting oleh kulan sayap burung sakti itu!
'Trang-cring !" Sepasang pedang di
ngan Tung-hai-tok terpental, kedua I'i gannya tergetar dan nyeri ketika seusang
pedangnya disambar Pek-sim-kiam ?ng menangkisnya. Tung-hai-tok terkejut ban
melompat ke belakang, terbelalak Irtika melihat siapa yang datang me nangkis siangkiam di tangannya itu. Dia merasa gentar karena dia maklum akan KHfhaian pemuda
yang menunggang rajawali itu.
Sementara itu, Pek Bian Ci yang tidak mengenal Han Lin, tidak peduli.
akan munculnya pemuda dengan rajaw nya itu. Dengan penuh semangat kebencian
terhadap laki-laki yang M lawannya, pedangnya yang berubah mal jadi sinar
bergulung-gulung, menyambi nyambar Bu Eng Hoat yang sekuat ' naga melindungi
dirinya dengan putai toyanya. Namun, desakan Pek Bian membuat dia terhuyung ke
belakang. Han Lin yang sudah membuat Tu hai-tok melompat ke belakang, melir* betapa Bu
Eng Hoat terancam baha Dia melompat dan sinar putih pedang menghadang
desakan Pek Bian Ci. Keti gadis yang membenci laki-laki ini i lihat ada pemuda lain menghadangnya, menerjang dengan ganas dan dahsyat.
"Mampuslah!" Pedangnya membac ke arah leher dengan pengerahan si kang
(tenaga sakti) sekuatnya. Han L dengan tenang menggetarkan Pek-sirr kiam dan
menangkis. "Tranggggg.....!"
"Aihhh !" Pek Bian Ci terkeju
bukan main. Pedangnya hampir terle^ dari tangannya dan ia merasa beta
11 pak tangannya yang memegang pe-|ng panas dan pedih. Ia memiliki sin-kng yang
amat kuat. Kalau kini ada '?ng yang menangkis pedangnya dan rmbuat tangannya
tergetar hebat dan <-lapak tangannya panas, maka jelas wa tenaga sakti orang itu lebih kuat .ripada tenaganya sendiri! Ketika ia oleh, ia melihat Tung-hai-tok juga ndah menjauh dan la terbelalak melihat rekor burung rajawali raksasa meng-jrak-abrik belasan orang anggauta Tung-i -pang.


Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tung-hai-tok sendiri melihat Pek Bian i melompat ke belakang dengan wajah fiticat dan melihat anak buahnya ter-i lanting ke sana sini, maklum bahwa n elawan terus
sama saja dengan bunuh diri. Maka dia bersuit nyaring memberi tanda kepada anak
buahnya untuk melarikan diri. Dia sendiri melompat jauh dan pergi. Melihat ini, Pek Bian Ci memaki dalam hatinya.
"Pengecut!" Karena yang ia bela sudah melarikan diri, ia pun tidak ingin elaka di tangan orang yang lebih kuat^
daripadanya. Ia juga melompat dan larikan diri.
"Lin-ko !" Kul Lin mengharu
Han Lin dan memegang lengan kakak itu, kakak angkat, dengan manja, mentara itu,
Bu Eng Hoat mengham dua orang tosu yang masih berdiri situ. Dia memberi hormat
dan berk kepada mereka. "Ji-wi To-tiang (Bapak Pendeta dua), kami mengucapkan terima k bahwa 3i-wi tidak ikut menyerang kam
"Siancai! Untuk apa kami menyer kalian" Kami tidak mempunyai uru pribadi dengan kalian." kata Im Y Tosu.
Kui Lin menggandeng tangan Han kini menghampiri dua orang tosu itu. Lin segera
berkata, "Ji-wi adalah pende pendeta, sekarang tidak memusuhi ka akan tetapi mengapa 3i-wi memba pemberontak Chou Ban Heng" Kami y merasa diri sebagai
para pendekar m bela pemerintah, akan tetapi meng wi malah membantu
pengkhianat d pemberontak?"
Kanglam Sin-kiam Kwan ln Su men-wab. "Siapakah yang memberontak" Si->> pula yang membantu pengkhianat n pemberontak" Kami adalah orang-?mg setia kepada
Kerajaan Chou dan mi bahkan menentang kekuasaan pem-rontak."
Mendengar jawaban ini, Si Han Lin kr r tarik dan segera menghampiri dan r- hadapan dengan dua orang tosu itu.
"Maaf, Ji-wi To-tiang. Saya merasa hrrtarik dan heran mendengar jawaban li di.
Maukah Ji-wi memberi penjelasan l'-ntang siapa yang menjadi pengkhianat il.m
pemberontak menurut pendapat To-liang"?
Kini Im Yang Tosu yang menjawab. "Siancai, selalu terjadi hal seperti ini, [undangan seperti ini dari dua kelompok yang saling bertentangan. Pin-to (Aku) nhu, kalian para pendekar muda karena menganggap bahwa Chou Kuang Yin yang kini menjadi Kaisar
Sung Tha. Cu itu benar, maka kalian, berpihak kepadanya dan membela Kerajaan
Sung yang didirikannya! Kalian menganggap bahwa Pangeran Chou Ban Heng
seorang khianat dan pemberontak!"
"Kenyataannya memang demiki Km Lin berkata dengan galak. "Dia dak membunuh Sribaginda Kaisar bermaksud merebut tahta kerajaan!"
"Itu pendapat kalian I Akan te pendapat kami lain sama sekali bah sebaliknya dari pendapat kalian. Pange Chou Ban Heng adalah seorang patr yang setia kepada
Kerajaan Chou. Se~ orang tahu bahwa Chou K uang Yin i rebut tahta kerajaan Chou
dan mend* kan Kerajaan Sung. Dialah yang menj pengkhianat dan pemberontak
bagi Ker jaan Chou. Adapun Pangeran Chou B Heng adalah keturunan keluarga Keraj
Chou yang setia dan berniat untuk m jatuhkan Kerajaan Sung dan memban kembali
Kerajaan Chou. Karena ka menganggap dia benar, dan kami ju ingin memperlihatkan
kesetiaan kep Kerajaan Chou yang dijatuhkan C Kuang Yin atau Kaisar Sung Thai
maka kami membantu mendiang Pan ran Chou Ban Heng!" kata Kangl
ikiam Kwan In Su menggantikan ucap-sahabatnya.
Kui Lin hendak membantah lagi akan m, lalu Han Lin memberi hormat t ida dua orang tosu itu dan berkata. "Saya hargai
pendapat Ji-wi To-tiang u karena pendapat itu memang tidak tpat disangkal
kebenarannya kalau hati al pikiran kita terbebas dari keakuan ?ng selalu memihak
demi kesenangan n kepentingan diri pribadi. Kebenaran rang atau sepihak mungkin
saja diundang sebagai yang tidak benar sama *< kali oleh orang atau pihak lain. Perli daan ini timbul dari penilaian dan pe~ i ilaian biasanya dipengaruhi kepentingan iri sendiri. Yang menguntungkan diri iribadi tentu saja dianggap baik dan tM-nar,
sebaliknya yang merugikan diri pribadi selalu dianggap tidak baik dan tidak benar.
Demikian pula dengan adanya bentrokan antara sisa pengikut Kerataan Chou dan
pengikut Kerajaan Sung. Akan tetapi, kalau kita dapat menyisihkan keakuan yang
selalu mementingkan diri sendiri itu, akan muncul kebijak an dapat melihat
kenyataan. Melihat Jiwi Totiang, tentu Jiwi masih n akan keadaan pemerintah
sebelum Ke jaan Sung berdiri. Lima Wangsa tic tenggelam dalam waktu singkat,
kera* demi kera aan bangun dan jatuh karf terjadinya perebutan kekuasaan dan
rang saudara. Juga tercatat dalam i an orang-orang tua betapa Kera Chou juga
demikian, rapuh dan pemer tahannya dipenuhi orang-orang yang nt; jadi penguasa
lalim, korup dan mempe kaya diri sendiri, bahkan memeras rak jelata. Lalu
bandingkan dengan kebij sanaan pemerintah Kerajaan Sung ya sekarang! Tidak ada
yang dapat meT ingkari akan kebijaksanaan Sribagi Kaisar Sung Thai Cu yang selalu i jauhi pertikaian dengan bersikap adil pemurah, juga bersikap adil dan ker terhadap pejabat yang menyeleweng * peraturan pemerintah. Karena itu kami mendukung
dan membela Keraja Sung yang pemerintahannya mulai usaha sekuatnya untuk
memerangi inan dan menyejahterakan rakyat a. Kami para pendekar akan selalu 'i rubela
kepentingan rakyat, bukan ke-tingah diri pribadi." Dua orang tosu itu memandang kagum, .uni berdua juga bukan orang-orang ung nekat tanpa mau melihat kekeliruan
)i i sendiri, orang muda yang bijaksana." > a Kwan In Su sambil memandang ka k'jm.
"Setelah berada di gedung mendiang 'ungeran Chou Ban Heng, baru kami -tahui
bahwa dia berjuang karena ambisi I? ibadi, ingin menjadi Kaisar dan dia juga
mengundang tokoh-tokoh kangouw yang sesat untuk membantunya. Hal ini k.imi
sadari, maka setelah usaha merebut kekuasaan itu gagal, kami tidak mau terlibat
oleh permusuhan pribadi yang rl perlihatkan Tung-hai-tok tadi. Mulai rang, kami
akan berhati-hati dan tidajk mudah dipengaruhi pihak yang mt-i uruti nafsu
keinginan pribadi dengan berkedok perjuangan. Kami ingin tekun dalam pertapaan
kami." Dua orang tosu itu memberi salam lalu keduanya pergi dari tempat itu. Han Lin
menghadapi Kui Lin dan Eng H sejenak memandang mereka bergant' lalu tersenyum.
"Hemmm, bagus sekali kalian bekerja sama menghadapi serangan T hai-tok dan
wanita baju putih yang li itu. Seandainya kalian tidak melaku' perjalanan bersama, tentu akan lain sudahannya."
"Akan tetapi kalau engkau tidak gera muncul menolong, kami berdua t tu tidak akan hidup saat ini." kata Eng Hoat.
"Bukan aku yang menolongmu at rajawali itu, melainkan Tuhan yang men atur
sehingga aku dan Tiauw-ko (Ka* Rajawali) datang pada saatnya yang t pat. Bu Eng
Hoat, aku juga berteri kasih atas perlindunganmu terhadap adi ku Kui Lin."
"Ah, aku tidak melindunginya, mungkin malah la yang melindungiku ata
kamj saling melindungi, begitulah..... kata Eng Hoat bingung karena dia me mang
tidak pandai bicara. "Lin-ko, aku tidak melakukan pernan bersama dia!" kata Kui Lin. "Benar, Saudara Han Lin. Kami ha-.i kebetulan saja bertemu di sini." Kata ig Hoat membenarkan.
Han Lin tersenyum. Dia senang mevit adik angkatnya itu bergaul dengan
j Eng Hoat yang gagah, ganteng dantan. "Ha-ha, ini artinya kalian sudah
Hoh " "Lin-ko !" Kui Lin menjerit sambil melotot kepada kakak angkatnya, mukanya merah padam. Eng Hoat juga terkejut dan menundukkan mukanya yang l>erubah
kemerahan. "Ha-ha-ha, dengarkan dulu omonganku il n jangan marah, dulu, anak manis!"
kata Han Lin. "Omonganku tadi belum lesai sudah kau sambar begitu saja.
Yang kumaksudkan, kalian ini sudah jodoh untuk berjumpa di sini, menjadi kawan seperjalanan. Bukankah pertemuan kalian ini tidak disengaja" Nah, itulah
artinya jodoh, sudah dipertemukan oleh Tuhan. Berjodoh untuk melakukan peralanan bersama yang kumaksud, bukan jodoh hemmm, kalau soal jodoh itu,_
terserah kepada hati kalian mas masing. Nah, aku harus cepat pergi, moi. Guruku
memanggilku dan mengi^ rajawali untuk menjemputku."
"Aku ikut, Lin-ko!"
"Hush, mana mungkin" Aku men gang rajawali dan burung ini tidak da membawa
dua orang, selain itu gur tidak akan mengijinkan aku memba orang lain menghadap
beliau. Eng.' pulanglah dulu ke rumah orang tuamu Cin-an dan setelah aku
menghadap S aku akan menyusulmu ke sana. Pulan dan aku minta kepadamu,
Saudara Eng Hoat, kau temanilah adikku ini lakukan perjalanan ke Cin-an."
Kui Lin hendak membantah dan Lin cepat melanjutkan kata-katan "Kalian berdua tadi melihat sendiri b wa masih ada sisa para pengikut Pan ran Chou Ban Heng yang lihai dan a' menyerang kalian kalau bertemu den kailan. Nah, dengan melakukan
perjala bersama kalian akan dapat saling bantu dan saling melindungi, sehir akan
lebih kuat kalau bertemu musu
i , sekarang aku harus pergi!" Setelah r kata demikian, tanpa memberi kesemutan kepada Kui Lin untuk membantah w,- Han Lin melompat ke atas pung-i ng rajawali
yang sudah siap dan men-1 am di situ. Rajawali itu lalu terbang gan cepatnya.
Bu Eng Hoat menghela napas panjang ik ngan amat kagum. "Bukan main hebat-> a kakakmu itu, Kui Lin. Aku pernah ndengar cerita guruku Thong Leng osu* tentang
Thai Kek Siansu yang amat kti dan melihat kakakmu yang menjadi muridnya, baru
aku tahu bahwa apa yang diceritakan guruku itu memang benar."
Tentu saja Kui Lin merasa bangga. Ia adalah adik angkat Si Han Lin dan serang
hatinya mendengar kakaknya dipuji-puji.
"Kakakku memang hebat," katanya. 'Akan tetapi, Bu Eng Hoat, engkau harus ihu bahwa aku sama sekali tidak per nan minta engkau untuk menemani aku pergi ke
Cin-an!" "Aku tahu, Kui Lin. Kakakmu Si Han Lin yang minta aku menemanimu, akan tetapi andaikata kakakmu tidak mem nya, aku pun sedang melakukan per an searah. Aku
hendak pergi ke san, mencari guruku. Karena itu, t ada salahnya kafau kita
melakukan jalanan bersama. Tentu saja, kalau kau sudi melakukan perjalanan bers
aku, seorang pemuda yatim piatu miskin dan bodoh."
"Ih, siapa bilang engkau bodoh" tentang miskin, aku tidak peduli or kaya atau miskin, yang penting orartg benar dan berwatak pendekar. Lagi p bukankah engkau
juga menerima ha sekantung uang emas dari Sribagir Kaisar" Dengan memiliki
sekantung e rtu, engkau tidak miskin lagi."
"Jadi, engkau sudi melakukan pe jalanan bersamaku?" Eng Hoat berta penuh gairah karena gembira.
"Asal engkau tidak macam-macam!'
"K u i Lin, apa maksudmu dengan cam-macam itu?"
"Aih, sudahlah mari kita lanjut perjalanan!" kata Kui Lin sambil te senyum simpul.
Mereka lalu melakukan perjalanan hama. Setelah melakukan perjalanan i sama
selama beberapa hari saja, per-ulan mereka menjadi akrab. Kui Lin ndapatkan
kenvataan bahwa pemuda u adalah seorang yang berwatak bersih "i baik, selalu bersikap sopan dan hor-?it kepadanya.
- Chou Kian Ki berlutut, mendekam 1m menangis di depan gundukan tanah di ana dia
baru saja selesai mengubur jenazah ayahnya. Dia tenggelam ke dani kenangan yang
menyedihkan tentang iyahnya, tentang keluarga ayahnya, dan 'ntang dirinya sendiri.
Perjuangan ayahnya membangun kembali Kerajaan Chou gal, bahkan ayahnya
tewas. Dia sendiri masih belum hilang kedukaannya karena i ehilangan Ong Hui Lan, satu-satunya adis yang sangat dikasihinya, bahkan i dah menjadi tunangannya dan
lebih daripada itu, sudah digaulinya. Bia dengan mudah dia dapat mencari g gadis
lain yang cantik, namun tidak yang dapat dikasihinya seperti dia ngasihi Ong Hui Lan.
Perjuangan ga ayahnya tewas, kekasihnya meninggal, nya. Biarpun dia mendengar
bahwa dan keluarga ayahnya tidak dihukum oj Kaisar Sung Thai Cu, namun dia mer
malu untuk kembali -ke kota raja. Put belum tentu Kaisar Sung Thai Cu a Pangeran
Chou Kuang Tian akan mi ampuninya dan tidak menghukumnya i perti ibu dan
keluarga ibunya karena sendiri terjun secara langsung da pemberontakan ayahnya.
Setelah agak reda tangisnya dan menghapus air matanya, dia tampak le! tenang
walaupun sepasang matanya me jadi kemerahan dan wajahnya mura rambut dan
pakaiannya kusut tidak perti biasanya d"a selalu ber penampi I mentereng dan
pesolek. Tiba-tiba mendengar suara banyak orang dan tika dia menoleh, ternyata
yang datai adalah Tung-hai-tok bersama bela i i g anak buahnya. Wajah kakek ini
mpak muram dan marah, akan tetapi i.? gembira dapat bertemu dengan Chou ian Ki
di tempat itu. "Chong Kongcu!" katanya sambil mem-irri hormat.
"Pangcu (Ketua)," kata Kian Ki. "Se-L g hatiku melihat engkau dapat me i tamatkan diri. Di mana teman-teman lnin" Apakah tidak ada yang dapat menyelamatkan diri
dan sudah terbunuh Mrnua?"
Tung-hai-tck tidak menjawab karena memandang ke arah gundukan tanah kuburan
itu. "Chou Kpngcu, siapakah yang dikubur di situ?"
Dengan lesu Kian Ki menjawab. "Aku baru saja mengubur jenazah ayah di sini."
"Ahhh !" Tung-hai-tok lalu menghampiri kuburan itu lalu menjatuhkan
diri berlutut, di kuti oleh belasan orang anak buah Tung-hai-pang. Setelah memberi hormat kepada kuburan Pangeran Chou Ban Heng, kembali Tung-hai-tok
duduk di atas tanah berumput menghadapi Kian Ki.
"Pangcu, engkau belum menja pertanyaanku tadi. Di mana teman-terl yang lain?"
Tung hai-tok mengepal kedua tang.t nya dengan wajah merah karena mani
"Hemmm, sungguh menggemaskanl K tahuilah, Kongcu. Tadi aku berhasil larikan diri dengan belasan orang a buahku dan juga bersama Kwan In dan Im Yang Tosu. Di
dalam perjalan kami bertemu dengan dua orang di antar musuh-musuh kita, yaitu
gadis yang be nama Song Kui Lin dan Bu Eng Hoa Aku sudah merasa girang akan
dapat membalas dendam membunuh dua orang itu. Akan tetapi' sungguh
menggemaskan, dua orang tosu brengsek itu tidak ma membantuku dan hanya
menjadi pen ton!" "Hemmm, kenapa begitu" Bukanka selama ini mereka berdua menjadi pem' bantu
setia dari mendiang ayahku?"
"Mereka mengatakan bahwa urusan memperjuangkan Kerajaan Chou telah gagal
dan selesai, dan mereka tidak m membuat permusuhan pribadi. Sunggu
rVnyebalkan!" "Lalu bagaimana" Bukankah engkau Jrrsama belasan orang anak buahmu, l.ngcu?"
"Dua orang muda itu cukup lihai dan betulan pada saat itu muncul Pek Bian \\, gadis murid Hwa
Hwa Moli dari Ang--san. Ia mau membantuku karena aku pengenal baik gurunya dan
kami berdua >idah mendesak dua orang musuh itu dan indah hampir membunuh
mereka akan r tapi " Tung-hai-tok menghela napas panjang.
"Akan tetapi bagaimana, Pangcu?" "5ungguh sialan! Mendadak saja mun-ful pemuda yang menunggang rajawali )tu!"
"Hemmm, Si Han Lin itu?" "Benar, Kongcu. Dia muncul dan ber-lama rajawalinya membantu dua orang musuh kita itu sehingga usahaku membunuh mereka gagal.
Terpaksa kami melarikan diri karena dengan adanya penunggang rajawali itu, kami
kalah kuat." "Hemmm, menyebalkan sekali Si Han Lin itu! Aku pernah bertanding melawan dia dan aku belum kalah. Lain kali k kami saling bertemu, aku akan tr bunuh dia!" kata Chou Kian Ki ger Dia ingat bahwa selain menjadi peny: gagalnya perjuangan
ayahnya, juga Han Lin itu yang menggagalkan dia n bawa pulang Ong Hui Lan,
tunangan wanita yang dikasihinya.
Tung-hai-tok yang sudah tahu be lihainya putera Pangeran Chou Ban t ini,
mengangguk-angguk. Aku perc Kongcu pasti akan mampu mengala dan
membunuhnya. Dan kalau sew waktu Kongcu membutuhkan bant kami, Kongcu
mengetahui ke mana mencari Tung-hai-pang. Kami selalu membantumu."
"Terima kasih, Pangcu. Aku t akan pernah melupakan bantuan Pa dan Tung-hai-pang yang setia memba mendiang ayah. Kalau kelak aku berh menjadi Raja Kang-ouw, aku
pasti m. membantu untuk memperbesar dan i perkuat Tung-hai-pang sebagai sa
utama." Tung-hai-tok bersama anak buah
-ntai Timur, meninggalkan Chou Kian J yang kemudian duduk termenung lagi depan makam ayahnya. Setelah merasa puas
duduk termenung depan makam ayahnya, Kian Ki lalu engambil sebuah batu gunung
yang be-?r, menggulingkannya sampai di depan iburan ayahnya dan pedagnya Hekkong-Kiam (Pedang Sinar Hitam) dia perguna m untuk mengukir nama ayahnya di
permukaan batu besar itu. Pedang pusaka s mg tajam itu, digerakkan tangan yang
dipenuhi tenaga sakti, mengukir huruf-huruf besar berbunyi: MAKAM YANG MULIA
CHOU BAN HENG DARI KERAJAAN CHOU. Setelah merasa puas dia segera pergi
setelah memberi penghormatan terakhir.
Baru saja keluar dari hutan di bukit itu, tiba-tiba terdengar suara wanita
memanggilnya. "Chou Kongcu.....!"
Kian K i berhenti melangkah dan membalikkan tubuhnya. Dia melihat Ang-hwa
Niocu Lai Cu Yin berlari cepat menghampirinya. Wanita itu sama sekali tidak tampak seperti seorang yag b saja mengalami kekalahan perang 1 melarikan diri. Ia masih
tampak cant pakaiannya indah mengenakan perhi mencolok, dan tiga bunga merah
di J butnya masih seperti biasa, berseri per t i juga wajahnya yang cantik. Ro" ronce di gagang pedangnya berkibar k ka ia berlari cepat.
"Yin-moi !" Kian Ki berseru gira
"Sukur engkau dapat meloloskan dengan selamat." Ketika Lai Cu mendekat, Kian Ki merangkul yang d balas dengan penuh kemanjaan dan (< mesraan oleh Lai Yu Cin.
Mereka b4 cumbu di tempat sunyi itu untuk n" lepaskan kerinduan dan terutama
unti menghibur hati mereka yang gundah rena kekalahan dalam pertempuran lawan
para pendukung Kerajaan Sung.
Setelah melepaskan kerinduan ha\ mereka duduk di atas batu-batu ya banyak
terdapat di luar hutan itu.
"Kongcu, engkau sekarang hendj pergi ke manakah?" tanya Cu Yin.
Kian Ki menghela napas panjan u u masih belum tahu ke mana aku *n pergi. Setelah
kegagalan kita, aku i k berani pulang ke kota raja dan di 111 kota besar aku tentu akan dikejar-lj.-ir alat pemerintah sebagai seorang pruan. Aku ingin sekali
memperdalam i ilmu-ilmuku agar kelak aku dapat rnbalas kekalahan ini dengan cara
lain. i-11 ingin menjadi Raja Kangouw dan ngerahkan seluruh kekuatan dunia gouw
untuk menentang Kerajaan Sung!" U menghela napas lagi. "Sayang guruku iur g terakhir, Thian Beng Siansu, telah mggal dunia. Siapa lagi yang dapat if-mperdalam ilmuku?"
"Ah, yang dapat memperdalam ilmu-i"Hemmm, Beng-kauw" Aku pernah Mendengar bahwa Beng-kauw merupakan
rkumpulan rahasia yang aneh dan juga i ang ada orang luar dapat mendekati,
tapakah ketuanya yang kau maksudkan lu, Yin-moi?"
"Ketuanya bernama Co Sai, berjuluk Coat-beng-kwi (Setan Penyabut Nyai dan
kabarnya belum pernah ada or yang mampu menandingi ilmu-ilmu Kukira hanya
dialah yang dapat memb bingmu untuk menguasai ilmu yang t1 terkalahkan,
Kongcu." "Bagus! Aku ingin berjumpa dan lajar ilmu dari Coat-beng-kwi Co Apakah engkau mengenalnya, Yin-moi.
"Aku sendiri belum pernah bertc dengannya, Kongcu?.. Akan tetapi guru Hwa Hwa Moh, adalah sahabat baikn Kabarnya Coat-beng-kwi itu seorang d dan mempunyai
seorang anak peremp akan tetapi selirnya banyak sekali, merupakan raja tanpa
mahkota di d hitam dan semua orang takut kepadan Bahkan para pendekar
sekalipun t1 berani sembarangan mencampuri urusa nya dan merasa lebih aman
untuk m jauh dan tidak mempunyai perkara ngan Beng-kauw."
"Wah, kedengarannya hebat sekal Apa engkau tahu di mana adanya Coa beng-kwi"
Aku ingin menghadap dia d' minta diberi pelajaran ilmu yang leb
SK'- "Menurut keterangan su-bo (Ibu guru), Pegunungan Beng-san terdapat sebuah lut-beng-kwi Co Sai bersama anak buah mg-kauw yang terkenal. Mereka itu i menggunakan
jebakan-jebakan, sen-ta-senjata rahasia yang aneh, peng-aan racun-racun, dan
ditambah lagi mu sihir dari para pemimpinnya, yaitu urid-murid Coat-beng-kwi.
Karena itu, tidak ada orang berani mendekati tempat itu dan menurut cerita guruku, siapa yang berani mendaki Bukit Setan Hitam
bahkan bertemu maut!" "Hemmm, aku tidak takut. Aku akan pergi ke sana
menghadap Coat-beng-kwi Co Sai! Untuk mendapatkan ilmu yang (aling tinggi, aku
tidak takut mempertaruhkan nyawaku."
Harimau Mendekam Naga Sembunyi 2 Pendekar Kidal Karya Tong Hong Giok Pendekar Remaja 11

Cari Blog Ini