Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung Bagian 11
membunuh mereka?""
Tapi ucapan tersebut segera tertelan kembali setelah sampai diujung bibirnya.
Dia tahu dalam kelompok manusia tersebut dalam persoalan yang begitu banyak, sudah pasti
terselip masalah budi dan dendam diantara mereka pribadi, masalah yang pelik semacam itu tak
mungkin bisa dipahami oleh siapa saja kecuali mereka yang bersangkutan.
Tapi, peristiwa macam apapun bila sudah terungkap maka dunia persilatan akan menjadi
gempar, tentu saja banyak manusia akan jatuh korban.
Tak usah jauh-jauh, Cia Siau giok sendiripun sudah merupakan sebuah teka-teki.
Dia adalah putri kandung dari sam sau-ya Cia Siau hong dari Sin kiam san ceng,
perkampungan nomor satu dikolong langit dewasa ini.
Berhubung tiada penyangkalan dari Cia Siau hong pribadi, berhubung gadis itu selalu tinggal di
perkampungan Sin kiam san ceng, seolah-olah hal ini sudan pasti.
Perkampungan Sin kiam san ceng merupakan perkampungan termashur yang dianggap umat
persilatan sebagai tempat suci, tapi segala tindak tanduk majikan perempuannya justru penuh
dengan hawa sesat. Bukan cuma begitu, dia pun merupakan pentolan dari sekelompok pembunuh, dia adalah
jelmaan dari perempuan lain yang bernama Giok Bu sia.
Selain itu dia mempunyai hubungan yang begitu akrab dengan Kim say dan Gin Liong dua
orang tianglo dari Mo kau dimasa lalu. . .
Rahasia apakah yang sebenarnya berada dibalik semuanya itu"
Tiada orang yang bisa menjawab teka-teki tersebut.
Tapi di dunia ini tiada rahasia yang cepat atau lambat rahasia itu pasti akan terbongkar juga.
ooo0ooo MENAKLUKKAN NAGA TING PENG masih duduk dalam kereta.
Siau Hiang bersandar diatas kakinya bagaikan seekor kucing kecil yang mengenaskan.
Selamanya gadis ini mendatangkan perasaan menarik, lemah dan menawan bagi siapapun
yang melihatnya, bagi lelaki mana pun juga, bila ada gadis semacam ini dalam pelukannya maka
dia akan merasa seluruh dunia seolah-olah sudah menjadi miliknya.
Dia bukan seorang istri, bukan seorang kekasih, tapi asal ada dia berada disampingnya, lelaki
manapun akan melupakan istrinya, melupakan kekasihnya karena gadis ini selain memberikan
segala perasaan baginya. Dia pun seorang perempuan, tapi ia dapat mencegah timbulnya napsu birahi dari kaum lelaki
yang bisa dia berikan adalah kepuasan yang suci dan bersih.
Hanya ada dua macam lelaki yang bisa menaruh napsu birahi terhadap dirinya.
Pertama adalah lelaki paling kasar yang sama sekali tidak mengenal akan seni dan ketulusan
perasaan. Kedua adalah lelaki yaag kelewat eksentrik, setelah menerima kehalusan gadis ini masih tetap
akan merasakan daya tariknva sebagai orang perempuan.
Tentu saja Ting Peng bukan lelaki kasar.
Tapi Ting Peng pun bukan seorang lelaki eksentrik, kendatipun demikian, disaat ia sedang
memeluk tubuh Siau Hiang, ternyata muncul juga suatu perasaan yang aneh.
Perasaan aneh itu bukan dorongan napsu birahi, dia hanya ingin menelan janji gadis yang
berbau harum dan bertubuh indah ini, kemudian memeluknya kencang-kencang dan mengendusi
seluruh badannya, menikmati keharuman badannya.
Mungkin saja dalam keadaan demikian ia dapat melakukan tindakan selanjutnya tapi dalam
keadaan sekarang, dalam hati kecilnya hanya mempunyai satu niatan.
Bagi pandangan orang lain mungkin dia cantik dan suci bersih, tapi calam pandangannya dia
menawan hati. Ting Peng memang seorang lelaki yang segera bertindak setelah berpikir, maka begitu ingatan
mana melintas lewat, dia segera berseru dengan lantang:
"Ah Ku, putar kereta dan cari tempat untuk beritirahat, besi\ok kita baru datang lagi"
Sekarang belum lewat tengah hari, jaraknya hingga besok masih cukup lama, kalau toh besok
baru datang, buat apa mesti menunggu disana lebih lama lagi"
Karena dari sini menuju ke kota yang terdekatpun paling tidak membutuhkan waktu selama
satu jam. Tapi Ah Ku memang seorang pembantu yang setia, dia hanya tahu melaksanakan perintah,
selamanya tidak banyak bertanya.
Maka dia segera membalikkan keretanya dan bernagkat menuju ke arah jalan semula.
Dibawah kendalinya, keempat ekor kuda jempolan tersebut sudah teramat jinak dan penurut.
Binatang-binatang tersebut merupakan kuda jempolan pilihan yang setiap hari bisa menempuh
seribu li, meski kurang leluasa dan terbiasa pada mulanya ketika dipakai untuk menghela kereta,
tapi lama kelamaan mereka jadi terbiasa, bahkan bisa memberikan penampilan yang sangat
bagus sekali. Ketika binatang itu mulai bergerak ke depan, delapan kaki depan mereka diangkat bersamasama
dan jatuh ke tanah bersama juga, hingga kereta bisa bergerak maju secepat terbang.
Bila keempat ekor kuda itu sudah mulai bergerak maju, sulitlah untuk mengehntikan kereta
yang berat tersebut seketika.
Tapi baru seratus kaki mereka bergerak mendadak kereta itu berhenti sendiri.
Ah-ku tidak mengendalikan mereka, adalah kuda-kuda itu sendiri yang berhenti.
Sebab ditengah jalan telah berdiri seseorang.
Seorang manusia berbaju perak yang mengenakan topeng berwarna perak, dibawah topeng
nampak jenggotnya yang berwarna putih, sehingga dari sini dapat diketahui kalau dia adalah
seorang lelaki, seorang kakek.
Kuda-kuda tersebut sama sekali tidak terlatih untuk berhenti bila melihat manusia setelah
ditemukan kusir yang berpengalaman macam Ah ku, latihan semacam itu sesungguhnya sama
sekali tak berguna. Bila ada orang ditengah jalan yang tak sempat menghindar, cambuk panjang Ah ku bisa
mendahului terjangan kudanya untuk menggulung tubuh orang itu dan membawanya ke tepi jalan.
Ada suatu ketika, dihadapannya terdapat seorang kakek yang menunggang keledai, mungkin
keledainva sedang mengambek dan mogok ditengah jalan.
Padahal kereta Ah ku sudah menerjang tiba, dia lantas bertindak dengan cambuk panjangnya
menggulung orang berikut keledainya dan disingkirkan ke tepi jalan.
Alhasil orang dan keledainya selamat, tapi dua orang penonton ditepi jalan segera jatuh
pingsan saking kagetnya. Seandainya ada orang berusaha menghalangi jalan perginya, maka bila cambuk Ah ku
menyambar, rintangan macam apapun akan segera tersingkirkan dari sana.
Tapi kakek itu sanggup membuat kuda jempolan yang sedang lari berhenti seketika, bahkan
bisa memaksa cambuk Ah ku yang lihay tak berkutik sama sekali.
Dari sini dapat diketahui kalau orang tersebut memang luar biasa sekali.
Dia berdiri ditengah jalan tanpa berkutik tapi dari balik tubuhnya terpancar keluar kekuatan
tanpa wujud yang menggidikkan hati, membuat siapapun tak berani mengusiknya.
Tangan Ting Peng masih membelai rambut Siau Hiang yang lembut, ini sudah menjadi
kebiasaannya, kebiasaan selama berada dalam kereta.
Ketika kereta berhenti secara tiba-tiba, Siau Hiang mendongakkan kepala sambil memandang
keluar, tiba-tiba ia menjerit kaget.
"Aaah, Gin liong tianglo"
Ting Peng masih membelai rambut si nona dengan tenang, katanya acuh tak acuh:
"Apakah Gin liong dari Mo kau dimasa lalu?"
Siau Hiang manggut-manggut.
Kembali Ting Peng bertanya:
"Apakah Thi yan siang hui sekomplotan dengan mereka?"
Sekali lagi Siau Hiang mengangguk, bisiknya lirih:
"Dalam empat tianglo, dia menempati urutan kedua, jauh lebih hebat dari pada Thi yan suami
istri" Ting Peng tertawa: "Kalau begitu mah tak usah dikagetkan, agaknya mereka semua telah berhianat kepada Mo
kau?" Kembali Siau hiang mengangguk.
"Benar, mereka dan Kim say tianglo telah berkomplotan secara diam-diam dengan pihak lima
partai besar, menghianati perkumpulan dan menghancur lumatkan Mo kau, kalau tidak, kekuatan
dan kekuasaan Mo kau tak akan musnah secepat ini"
"Benarkah tingkah laku Mo kau dimasa lampau sudah mencapai tingkatan sedemikian rupa
sehingga disumpahi dan dikutuk setiap umat persilatan di dunia ini?"
"Soal ini .... budak tidak begitu jelas, tak berani berbicara seenaknya sendiri"
`Tak menjadi soal, katakan saja, menurut pendapatmu bagaimanakah sikap mereka?"
"Sewaktu aku dilahirkan, Mo kau telah punah, maka aku sendiri kurang begitu jelas, tapi
menurut apa yang kudengar dikemudian hari, segala perbuatan Mo kau memang dikutuk dan
disumpahi orang" "Kalau begitu penghianatan mereka toh termasuk suatu perbuatan yang tepat dan bijaksana?"
"Tapi menurut apa yang budak pahami kemudian, bukan demikian latar belakangnya,
walaupun peraturan yang berlaku dalam Mo kau berbeda dengan peraturan di daratan Tionggoan,
tapi merekapun mempunyai peraturan yang melarang setiap orang sembarangan membunuh"
"Kalau memang demikian, apa sebabnya perbuatan mereka sampai disumpahi dan dikutuk
setiap orang?" "Hal ini disebabkan kaucu dari Mo kau harus mempelajari semacam ilmu silat baru dan
mengasingkan diri, maka semua urusan partai diserahkan kepada mereka untuk
melaksanakannya, siapa tahu tindak tanduk mereka terkutuk seningga akibatnya merusak pamor
Mo kau dan menjadi musuh umum umat persilatan, menanti kepandaian silat kaucu telah berhasil,
mereka kuatir kaucu tak akan mengampuni dosa-dosa mereka, maka merekapun berhianat dan
bersekongkol dengan pihak lima partai besar?"
"Jadi kalau begitu, merekalah melakukan kejahatan tersebut ?" kata Ting Peng menegaskan.
"Begitulah menurut pengertian budak"
"Masa pihak lima partai tidak mengetahui akan hal ini?"
"Soal tersebut kurang begitu jelas, tapi yang pasti tiada orang luar yang tahu kalau kaucu kami
hendak menutup diri, anggota Mo kau sendiripun jarang yang mengetahui rahasia tersebut, tapi
mereka telah menjatuhkan semua tanggung jawabnya kepada kaucu hingga jadinya susah di
bantah lagi oleh semua pihak"
Ting Peng manggut-manggut.
"Jadi para ciangbunjin dari lima partai besar telah meminta bantuan dari Cia siau hong
sebelum berhasil memaksa Kaucu dari Mo kau terjatuh kebawah jurang bukit Ci-lian san?"
"Benar, seandainya bukan gara-gara Cia Siau hong, sekalipun cianghunjin dari lima partai
bersatu padu pun belum tentu mampu menghadapi kelihayan dari kaucu"
"Tapi aku lihat Cia Siau hong adalah seorang yang mengutamakan soal cengli"
"Cia tayhiap tidak tahu menahu tentang keadaan yang sebenarnya, sedang kaucu juga enggan
memberi penjelasan" "Mengapa dia enggan menerangkan hal yang sebenarnya?"
"Waktu itu dia belum tahu kalau dari empat orang kepercayaan ada tiga diantaranya telah
berhianat, sekalipun ia merasa tak puas terhadap perbuatan mereka, toh kesalahan mana tak bisa
dilimpahkan keatas kepala anak buahnya, dia adalah seorang yang tinggi hati"
ooo0ooo BIASANYA orang yang tinggi hati adalah seorang yang berani bertanggung jawab.
Paras muka Ting Peng sekarang telah dilapisi oleh perasaan kagum dan menghormat yang
tebal, sambil sambil membopong goloknya dia melompat turun dari atas kereta.
Ah ku yang duduk ditempat kusir tampaknya sudah dibikin keder oleh kewibawaan kakek itu, ia
duduk tak berkutik. Namun Ting Peng masih tetap bersikap santai dan tenang, sama sekali tidak terpengaruh oleh
keadaan di depan matanya.
Dia cuma tertawa, lalu bertanya:
"Sudah kau dengar semua apa yang kami bicarakan sewaktu berada dalam kereta tadi?"
"Lohu belum tuli, telinga masih berfungsi seperti sedia kala!"
"Apakah penuturan Siau hiang barusan terdapat bagian-bagian yang rasanya kurang adil?"
"Persoalan dalam dunia persilatan sukar untuk ditimbang dengan masalah keadilan, bisa saja
bagi lohu untuk mencari setumpuk alasan untuk membantah, tapi sayang sekali percekcokan
hanya kerja kaum wanita, lohu tak sudi melakukannya"
"Bagus sekali, puas, sunggub memuaskan, kau memang tak malu disebut sebagai jagoan
hebat" Naga perak tertawa. "Aku datang untuk mencoba kejantanan golokmu, selain itu juga ingin mengajukan satu
pertanyaan kepadamu, siapa yang mengajarkan ilmu golok tersebut" Sekarang dia berada
dimana?" Sebelum kau, Thi yan siang hui pernah menanyakan juga persoalan itu, setelah lengan
mereka kutung, kedua orang itu masih rela menyerahkan nyawanya untuk ditukar dengan jawaban
tersebut?" "Keadaan lohu berbeda sekali, tanganku masih utuh dan tetap segar bugar ....."
?"Senjata apa yang kau pergunakan" sekarang sudah boleh persiapkan.. . !"
Kembali Naga perak tertawa.
"Tentu saja lohupun menggunakan golok, tapi golokku tak akan melebihi ditanganmu, lebih
baik tak usah dicabut keluar, lohu akan mencoba kehebatanmu dengan tangan kosong saja"
Ting Peng akan menunggu sampai dia menyelesaikan perkataan itu, tahu goloknya telah
dicabut keluar kemudian diayunkau ke muka.
"Menyaksikan datangnya sambaran golok tersebut, Naga perak masih tetap berdiri tak
berkutik, menanti mata golok sudah satu kaki dihadapannya, ia baru memperlihatkan rasa ngeri
bercampur takut, buru-buru tubuhnya mundur ke belakang.
Ting Peng tidak mengejar, malah dia masukkan kembali goloknya ke dalam sarung dan balik
kembali ke atas keretanya.
Naga perak baru berhenti setelah mudur sejauh lima enam langkah, saat itulah dia berteriak.
"Sebuah bacokan golok yang amat cepat!
Ketika menyelesaikan perkataan itu, batok kepalanya sudah terbelah menjadi dua bagian.
Betul-betul sebuah bacokan yang cepat, bacokan yang menggidikan hati.
ooo0ooo KERETA kuda sudah berangkat menelusuri jalan, singa emas masih menyembunyikan diri
ditempat kegelapan terbungkam dalam seribu bahasa. Rupanys ia sudah dibikin ketakutan
setengah mati. Cia Siau giok pun berada disampingnya pucat pias paras mukanya, dia sepergi lagi
memikirkan suatu persoalan.
Ia sedang berpikir, andaikata bacokan golok dari Ting Peng ditujukan ke tubuhnya apa yang
harus dia lakukan. Dua orang itu sama-sama membungkam sama-sama tidak berbicara, lama, lama kemudian:
Akhirnya Kim say tianglo baru sadar kembali dari lamunannya, dengan perasaan bergidik
katanya. "Sebuah bacokan maut, sebuah bacokan yang mengerikan hati ....."
Cia Siau giok tak dapat menyangkal, mereka hanya sempat menyaksikan Ting Peng
mengayunkan goloknya. tapi tak sempat melihat dengan pasti dari arah manakah bacokan golok
tersebut berhasil membelah si Naga perak menjadi dua bagian.
Satu-satunya orang yang mengetahui hal ini dengan pasti mungkin hanya si Naga perak
pribadi. Setelah termakan bacokan itu, dia masih dapat mundur sejauh lima kaki, masih dapat
mengutarakan perasaannya setelah termakan bacokan itu, sebelum tubuhnya terbelah menjadi
dua bagian. Bacokan tersebut benar-benar merupakan sebuah bacokan kilat yang mengerikan.
Kini, kereta tersebut meluncur ke arah luar, paling tidak hari ini tak mungkin akan kembali lagi.
Sambil menghembuskan napas panjang, Cia Siau giok berkata.
"Untuk ke empat kalinya kusaksikan ia melepaskan bacokan mautnya, tapi sungguh
mengherankan, tenaga dalamnya kali ini sepertinya jauh lebih sempurna dari beberapa hari
berselang, sewaktu ia membacok Thi Yan siang hui tempo hari, aku masih dapat menyaksikan
dengan jelas, tapi hari ini, bacokannya seperti tak berwujud lagi"
Kim say tianglo menghela napas panjang.
"Nona" katanya kemudian, "untuk menghadapi Ting Peng, jelas kita sudah tak berdaya lagi
untuk menghadapinya dengan cara kekerasan, kita semua bukan tandingannya, kita harus
menghadapinya dengan menempuh cara lainnya"
Cia Siau giok tertawa getir tanpa mengucapkan sepatah katapun, gampang memang untuk
berkata bahwa cara lain masih banyak, tapi ia telah mencoba dengan berbagai cara sampai boleh
dibilang dia sudah kehabisan akal, namun tak sebuah pun yang pernah berhasil menandingi Ting
Peng. ooo0ooo TAPI dia harus mencarinya, bahkan harus mendapatkannya dengan cepat...
Sebab besok Ting Peng akan datang mencarinya lagi, bila ia telah datang besok kendatipun ia
tidak mengirim perahu untuk menjemputnya, toh cara ini tak akan menghalangi kedatangannya
disana. Untung saja Ting Peng baru akan datang lagi besok pagi, berarti masih ada waktu selama
semalaman suntuk baginya untuk berpikir.
Waktu selama semalaman bisa jadi akan merubah banyak persoalan, bahkan siapa tahu
dalam malam tersebut dia berhasil menemukan suatu cara yang terbaik untuk menghadapi Ting
Peng" Waktu seringkali memang merupakan alasan terutama dari penyebab berubahnya segala
sesuatu. Seorang pemberani dapat berubah menjadi pengecut, seorang perempuan suci dapat berubah
menjadi wanita jalang. Banyak sekali jagoan yang tak terkalahkan, akhirnya roboh juga karena waktu.
Bahkan waktu dapat merubah sejarah, dapat pula menciptakan sejarah baru.
Itulah sebabnya ada banyak orang yang
*************************
Halaman 49 - 50 hilang *************************
pernah belajar silat namun mereka tidak terhitung hebat, bahkan Cia Siau Giok tidak
membawa senjata tajam. Padahal dalam perkampungan Sin kiam san-ceng terdapat dua ratus macam racun, dua ribu
macam cara dan senjata untuk membunuh orang, terdapat pula puluh orang pembunuh yang
Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
paling termashur dalam dunia persilatan dewasa ini.
Akan tetapi Cia Siau giok tidak mempergunakannya semua, sebab Cia Siau giok mengerti,
walaupun dia mempunyai dua ribu dua ratus dua puluh macam cara dan alat untuk membunuh
orang kenyataannya tak semacam pun yang sanggup digunakan untuk membunuh Ting Peng.
Kini Ting Peng sudah naik keatas perahu, Cia Sian giok tidak menjalankan perahu tersebut ke
arah perkampungan Sin kiam san-ceng sebaliknya pelan-pelan berlayar menelusuri sungai di
depan perkampungan itu. Sungai itu tidak terlampau lebar, kurang lebih setengah jam pun sudah cukup mengitari satu
kali, itupun dijalankan amat lambat, kalau dijalankan cepat, dalam setengah jam saja paling tidak
sudah berputar sebanyak empat lingkaran.
Cia Siau giok cuma berharap bila Ting Peng sedang berang dan meloloskan goloknya, hanya
dia seorang yang terbacok mati, dia berharap pemuda itu jangan sampai menghancurkan
perkampungan Sin kiam san ceng yang telah dibangunnya dengan susah payah itu.
Meskipun perkampungan Sin kiam san-ceng sudah ada semenjak dulu, bahkan selalu tersohor
dalam dunia persilatan, namun tak pernah semegah dan secemerlang sekarang.
Dahulu, tempat itu hanya suatu tempat sebuah perkampungan, tapi sekarang entah seperti
apa, tapi yang pasti tidak mirip perkampungan Sin kiam san ceng yang dulu.
ooo0ooo PERAHU itu berputar empat lingkaran di sungai, sudah dua jam dilalui, Ting Peng pun sudah
menghabiskan beberapa kati artak, namun goloknya belum pernah dicabut.
Cia Siau giok tahu kalau nyawanya sudah tak bisa diselamatkan lagi. .
Hanya dia sendiripun tak tahu, mengapa Ting Peng belum juga membunuhnya.
Ting Peng naik keperahu dengan mengajak Ah ku dan Siau hiang.
Perahu itu terbagi menjadi dua tingkat, tingkat atas adalah ruang loteng, meja perjamuan
diselenggarakan disitu, Ah ku duduk dibagian bawah.
Antara atas dan bawah sesungguhnya tidak jauh berbeda, semua peralatannya sama hanya
tingkat atas jauhlebih tinggi letaknya.
Lagipula kalau dibilang bagian bawah sesungguhnya jauh lebih tinggi tingkatannya daripada
tingkat atas, sebab setiap macam sayur yang keluar dari dapur pasti di tahan sebagian oleh Ah ku,
bahkan harus dicicipi olehnya lebih dulu sebelum boleh diangkut ke atas.
Siau hiang menanti di anak tangga, dia yang menerima sayur tersebut dan menyampaikannya
ke atas. Bila sayur itu sudah melalui pemeriksaan dan pengawasan dari kedua orang itu, maka
siapapun dilarang memegangnya lagi.
Untung saja Cia Siau giok tidak melakukan tindakan yang bodoh dalam sayur dan arak itu, dia
hanya berharap bisa meredakan sebagian hawa amarah Ting Peng dengan sayur dari arak
terbaik, mengurangi sedikit hawa membunuhnya, dengan demikian mungkin sekali selembar
jiwanya dapat diselamatkan.
Sekarang, mungkin saja selembar jiwanya sudah dapat diselamatkan dari ujung tanduk.
la baru saja bersyukur, akan keberuntungannya, ketika Ting Peng membuka suara.
"Kemarin aku datang mencarimu, aku bermaksud membunuhmu"
"Aku mangerti" Cia Siau giok mengangguk.
Dia hanya mampu mengucapkan dua patah kata itu saja, sesungguhnya ia bisa saja
menjawab dengan beratus-ratus patah kata, malah mungkin jauh lebih enak di dengar daripada
dua patah kata tersebut tapi akhirnya toh dia hanya menggunakan dua patah kata itu saja.
Dia tahu kata-kata manis, bujuk rayu macam apakah masih belum cukup untuk melindunginya,
bila ingin menjawab sejujurnya, dua patah kata itulah merupakan kata-kata yang jujur.
"Tahukah kau apa sebabnya aku hendak membunuhmu?" kembali Ting Peng bertanya.
Cia Siau giok berpikir sejenak, kembali dia mengangguk.
"Aku tahu!" Jawaban inipun jawaban yang jujur, tapi justru mengandung banyak sekali latar belakangnya,
juga termasuk pengakuannya bahwa dia adalah Giok Bu sia.
Ting Peng bukan seorang yang amat banyak bicara, dia suka dengan jawaban yang singkat,
tandas dan jelas seperti ini, maka dia pun amat puas dengan jawaban tersebut.
Kembali ujarnya sambil tertawa: ?"Hari ini aku kembali datang untuk membunuhmu"
?"Aku tahu!" untuk sekian kalinya Cia Siau giok mengangguk.
"Tapi sekarang aku justru tak ingin membunuhmu" kata Ting Peng sambil tertawa.
"Terima kasih banyak Ting toako" Cia Siau giok turut tertawa.
Jawabnya masih tetap enteng dan leluasa, seakan akan tidak terlampau merasa gembira
karena baru saja berhasil menemukan kembali nyawanya.
Ting Peng sendiripun tidak merasa keheranan, ia bertanya lagi sambtl tertawa:
"Tahukah kau, mengapa aku tak ingin membunuhmu?" "
Cia Siau giok termenung sejenak, kemudian baru menjawab.
"Aku tahu" "Kau benar-benar tahu!" kali ini Ting Peng merasa sedikit agak kaget bercampur tercengang.
Yaa, aku benar benar tahu"
?"Coba katakan!"
"Sebab pertama, Aku tidak mencelakaimu, tidak mencelakai pula binimu, kedua aku tidak
mengacau dirimu lagi, tiga Aku sudah menyerahkan diri siap menerima kematian dan tidak
memberikan perlawanan lagi. Keempat. . .. setiap jawaban yang kuberikan semuanya adalah
jawaban yang sejujurnya, tidak dibuat-buat lagi.."
ooo0ooo ALASAN YANG KE LIMA CIA SIAU GIOK telah menyebutkan empat macam alasan, setiap alasan sudah cukup
memenuhi syarat untuk membebaskannya dari kematian, oleh sebab itu dia menjawab dengah
penuh kepercayaan pada diri sendiri.
Walaupun Giok Bu sia telah menculik Cing cing, namun tak pernab mencelakainya, lagipula
dia pun tak mengakibatkan Ting Peng menderita kerugian apa-apa, tentu saja Ting Peng pun tidak
mempunyai keharusan untuk membunuhnya.
Dulu, meskipun Cia Siau giok pernah memasang perangkap untuk menjebak Ting Peng,
namun hari ini dia bersikap sopan santun dan cukup tahu diri.
Meskipun Cia Siau Giok tahu Ting Peng hendak membunuhnya, namun dia tidak
mempersiapkan perlawanan apapun, sebagai seorang pendekar besar seperti Ting Peng, tentu
saja dia tak akan membunuh seorang gadis yang tidak melawan.
Setiap pertanyaan selalu dijawab Cia Siau giok dengan jujur, ia tak pernah membantah atau
melakukan pembelaan terhadap setiap perbuatannya, berada dalam keadaan seperti ini,
sanggupkah bagi Ting Peng untuk turun tangan"
Tapi Ting Peng toh menggeleng juga.
Kau keliru!?" ia berkata.
Aku keliru?" Cia Siau Giok tertegun.
Ia seperti tidak percaya kalau Ting Peng masih mempunyai alasan yang ke lima.
Sambil tertawa Ting Peng menjawab.
"Benar, kau keliru, aku hendak membunuhmu disebabkan satu alasan, aku tidak
membunuhmu juga disebabkan satu alasan, tapi bukan alasan-alasan yang telah kau sebutkan
tadi" Lantas apa alasannya?" tak tahan Cia Siau giok bertanya.
"Karena kau adalah putrinya Cia Siau hong" Itulah sebuah alasan yang sangat baik.
Cia Siau giok termenung sejenak, kemudian baru berkata: "Karena aku adalah putrinya Cia
Siau hong, maka aku pantas mati?"
"Putrinya Cia Siau hong tidak pantas mati, tapi putri Cia Siau hong yang melakukan perbuatanperbuatan
itu pantas mati! Cia Siau hong adalah seorang pendekar besar yang dihormati setiap umat persilatan didunia
ini, sebaliknya putrinya telah menjadi pemmpin dari sekelompok pembunuh bayaran, perbuatan
semacam ini memang pantas dibunuh.
Siapa pun tak dapat menyangkal kalau alasan tersebut merupakan suatu alasan yang tepat.
Tapi Cia Siau giok tidak puas dia berseru:
Ting toako, bila kau membunuhku karena alasan ini, maka aku benar-benar merasakan amat
penasaran" "Oya?". Dengan semangat yang menyala-nyala Cia Siau giok berkata lagi:
"Ayahku memang amat termashur, tapi ia menjadi termashur karena mengandalkan
pedangnya itu" Ucapan inipun tak dapat disangkal siapa pun, perkampungan Sin kiam san ceng memang
menjadi tenar berkat kelihayan pedangnya.
Cia Siau giok berkata lebih jauh.
"Pedang ayahku bisa menjadi tenar karena pedangnya sudah pernah membunuh banyak
sekali jago pedang ternama, atau dengan perkataan lain, dia menjadi ternama karena membunuh
orang, bahkan orang yang tewas diujung pedangnya belum tentu setiap orang mempunyai
kesalahan yang pantas untuk dihukum mati"
Ting Peng hanya manggut-manggut, dia tak tahu bagaimana harus menjatuhkan perkataannya
itu. "Bila kau adalah musuh ayahku" kata Cia Siau giok lagi, demi membalas dendam baru
membunuhku, alasan tersebut masih bisa diterima sebagai suatu alasan, tapi aku tahu kau bukan
dikarenakan membalas dendam, kau ingin membunuhku karena aku adalah Giok Bu sia, padahal
Giok Bu sia tak lebih hanya seorang manusia yang pernah membunuh sekelompok manusia, tidak
jauh berbeda seperti ayahku membunuh orang. mengapa kalau ayahku yang membunuh maka
perbuatannya benar, sedang putrinya yang membunuh orang justru harus dijatuhi hukuman yang
setimpal?" Itu berbeda, sebah ayahmu belum pernah membunuh orang disebabkan karena upah
sejumlah uang" Lantas dia membunuh orang dikarenakan apa "."
Ting Peng merasa tertegun dan tak sanggup menjawab pertanyaan tersebut.
Yaa, Cia Siau hong pernah membunuh banyak sekali orang kenamaan, tapi karena apa"
Karena mempertahankan nama besarnya"
Mula-mula ia tak senang ada orang lebih ternama dari pada dirinya, ia mencari orang itu dan
menantangnya untuk berduel, setelah pihak lawan roboh terbunuh, dia menjadi semakin tenar.
Lambat laun dia pun berjumpa dengan sekawanan manusia lain yang ternama, masing-masing
tidak puas dengan kebolehan lawannya hingga terjadi pertarungan, ia berhasil membunuh lawan
dan dia pun mendapat julukan sebagai jago pedang yang tiada bandingannya.
Sampai pada akhirnya, baru muncul manusia-manusia yang kalah tenarnya dari dia, mereka
bermunculan dengan harapan bisa mengalahkan dia dan menjadi ternama, datang mencarinya,
menantangnya berduel, tapi kenudian tewas di ujung pedangnya.
Entah berada dalam keadaan macam apa pun, sebagai alasannya hanya satu, yakni nama.
Maka dengan semangat yang menyala- nyala Cia Siau giok berkata lebih jauh:
"Ayahku membunuh orang karena nama sedang aku membunuh orang karena upah, aku rasa
kedua hal tersebut sama sekali tak ada perbedaannya, bahkan aku menganggap diriku masih jauh
dapat diampuni dari pada ayahku, aku membunuh karena upah, ada kalanya aku justru mendapat
pesanan untuk membunuh sekawanan orang jahat, selain menguntungkan orang lain pun
menguntung-kan diri sendiri, ada kalanya pihak lawan memang tidak terlalu jahat, aku hanya bisa
merugikan orang tapi menguntungkan diri sendiri. sebaliknya ayahku yang membunuh orang,
selalu merugikan orang, dia sendiri tak berhasil mendapatkan keuntungan apa2"
Ting Peng hanya bisa menghela napas..
Cia Siau giok berkata makin gencar:
"Aku tahu, perkataanku barusan hanya alasan yang terlalu dibuat-buat, belum tentu kau dapat
menerimanya, tapi aku masih mempunysi satu hal yang bisa menunjang pendapatku ini, dari dulu
sampai sekarang, belum pernah ada seorang manusia pun yang pernah mengajarkan kepadaku,
bagaimana caranya menjadi putri, Cia Siau hong yang baik, termasuk ayahku sendiri juga tak
pernah mengajarkan hal itu kepadaku. sedang aku jauh sebelum aku mengetahui asal usulku yang
sebenarnya, sebelum datang ke perkampungan Sin kiam san ceng ini, aku telah menjadi Giok Bu
sia, karena kehidupan tersebut merupakan gaya hidupku yang sesungguhnya"
"Dahulu, kau tidak tahu kalau kau adalah putrinya Cia Siau hong?"
"Benar, kalau tidak, akupun tak akan menjadi Giok Bu sia, walaupun aku tidak pintar, tapi aku
tahu perananku sebagai Giok Bu sia dan putri Cia Siau hong adalah dua peranan yang
bertentangan, dan ber peran sebagai putrinya Cia Siau hong harus bersikap jauh lebih baik dari
pada sewaktu berperan sebagai Giok Bu sia, tapi sayang sekali aku justru telah menjadi Giok Bu
sia lebih dulu, untuk menjadi seorang tuan putri yang bersih dan suci, aku harus melepaskan diri
dari ikatanku dengan Lian im cap si sat."
Maka kau baru datang mencariku?"
Cia Siau giok segera tertawa.
Lian im cap si sat bukanlah lelaki dan perempuan yang baik, bukan suatu cara yang mudah
untuk melepaskan diri dari belenggu mereka, kecuali pedang ayahku, hanya golokmu yang
sanggup menolongku. ayahku sudah pasti tak akan sudi melakukan pekerjaan bagiku, itulah
sebabnya terpaksa aku datang mencarimu.
Sekarang, Ting Peng hendak menghela napas pun tak mampu lagi.
(Bersambung ke Jilid 22) Jilid : 22 AKU mengira perbuatanku itu cukup rahasia, siapa tahu toh akhirnya ketahuam juga olehmu"
keluh Cia Siau giok, sewaktu kau datang mencariku, aku sudah tahu kalan kau tak akan
melepaskan aku, sedang aku pun tidak memiliki kemampuan apa-apa untuk melawanmu, terpaksa
aku hanya menyerakkan diri untuk menerima kematian tapi aku pun harus membuat dudukuya
persoalan menjadi jelas lebih dulu, bila kau membunuh aku demi ditegakkannya keadilan dan
kebenaran, tentu saja aku tak dapat berbicara apa-apa, karena orang yang melakukan perbuatan
jahat mengatas namakan perbuatannya demi keadilan dan kebenaran pun tak sedikit jumlahnya,
kalau dibiarkan bergilir ke bawah, akhirnya aku bakal terkena juga.
"Sudahlah, toh kau sudah melepaskan diri dari mereka, kecuali aku, mungkin tiada orang lagi
yang tahu kau pernah menjadi Giok Bu sia, mulai sekarang aku hanya berharap kau bisa baik-baik
menjadi Cia siocia mu itu!"
"Tidak, masih ada seorang lagi yang tahu"
"Siapa?" "Liu Yok siong, waktu aku hendak meninggalkan perkampungan Lian im san ceng rahasia ini
telah diketahui olehnya."
"Waaah, orang itu memang benar-benar memiliki kemampuan yang luar biasa, tak nyana dia
pun dapat mencari sampai ketempat tinggalmu", ujar Ting Peng sambil tertawa.
"Dia adalah seorang manusia yang sangat berbahaya, ketika kuculik istrimu dan menyuruh kau
membunuhnya, waktu itu aku tak punya alasan lain kecuali kurasakan bahwa kehadiran orang itu
disisimu tak mungkin akan mendatangkan kebaikan apa-apa, aku tidak mengerti apa sebabnya
kau tidak membunuhnya?"
Kembali Ting Peng tertawa.
"Ketika ia mengetahui rahasiamu itu
*************************
Halaman 5 s/d 18 hilang *************************
Cia Siau giok tertawa. "Ting toako, kau pernah berjumpa dengan ayahku, pernah pula bertanya sendiri kepadanya,
apakah aku adalah putrinya atau bukan, dia toh tak pernah menyangkalnya bukan?"
Benar, dia nemang tak pernah manyangkal."
"Tapi dia belum pernah memberitahukan kepadamu, Ibuku itu seorang perempuan macam
apa.?" "Benar, dia tak pernah mengatakan tentang soal tersebut."
Sekali lagi Cia Siau giok tertawa.
"Jikalau ibuku adalah seorang yang pantas dihormati, seandainya mereka menikah secara
terang-terangan, dia pasti akan memberi tahukan kesemuanya itu kepadamu.
Terpaksa Ting Peng harus manggut-manggut, dia tak dapat menyangkal ucapan tersebut.
"Kalau toh dia malu menyebut tentang ibuku, tidak sudi memberi tahukan hal tersebut
kepadamu, seharusnya kah kuberitahu kan hal ini kepada dirimu?"
Pernyataan tersebut segera membuat Ting Peng menjadi rikuh sendiri, dia seperti lagi
menyelidiki rahasia pribadi orang lain saja, sehingga tanpa terasa wajahnya berubah menjadi
merah. Sambil tertawa kembali Cia Siau giok berkata:
"Mungkin aku tidak termasuk perempuan yang tahu aturan, tapi aku pun tidak bergaul asal
bergaul, paling tidak aku selalu menggoda kaum pria tapi tidak membiarkan kaum pria
menggodaku, kuakui aku memang ingin sekali menarik perhatianmu, maka aku selalu
mengodamu, tapi aku rasa hal ini bukan sesuatu yang memalukan, aku tahu perempuan dalam
dunia persilatan dewasa ini yang bersedia mempersembahkan tubuhnya kepadamu banyak sekali,
asal kau manggutkan kepala, rasanya hampir setiap orang gadis mencoba bermesrahan
denganmu" Bila lelaki yang mendengar perkataan tersebut, mereka tentu akan merasa bangga dan
gembira, tapi Ting Peng bukan lelaki sembarangan, ia tidak terpengaruh oleh ucapan tersebut, tapi
ia tak dapat menyangkal dia memang senang mendengar perkataan semacam itu, paling tidak ia
tak merasa jemu. Untuk sesaat kedua orang itu sama-sama membungkam dalam seribu bahasa, lama kemudian
Cia Siau giok baru berkata sambil tertawa:
"Aku sudah mencoba dengan banyak cara tapi aku selalu gagal, aku dapat merasakan kau
bukannya seorang lelaki yang tak suka perempuan tapi kau kelewat mencintai istrimu sehingga
daya tarikmu terhadap perempuan lain menjadi berkurang, itulah sebabnya aku jadi ingin sekali
mengetahui macam apakah istrimu itu, benarkah dia seperti bidadari yang baru turun dari
kahyangan?" "Maka kau lantas menculik Cing cing?"
"Yaa, inilah alasan yang terutama, tentu saja usahaku untuk melepaskan diri dari Lian im cap
si sat juga merupakan salah satu alasan hingga kupancing kedatanganmu disitu"
"Apa yang berhasil kau temukan"
Cia Siau giok tertawa. "Kutemukan kalau istrimu menang seorang perempuan yang sangat menawan hati, aku
memang tak mampu untuk melebihi dirinya, karena itu akupun lantas mengurungkan niatku untuk
mencoba merampasmu dari dalam pelukannya?"
Ting Peng tertawa. . "Hei, rupanya kau tidak percaya?" tegur Cia Siau giok.
"Ucapanmu memang enak didengar, sekali pun dalam hatiku tak percaya, namun diluar toh
aku tetap berharap bisa mendengarkan semacam itu banyak lagi"
"Sekarang kau toh sudah tahu kalau tahi lalat ditubuhku itu hanya tempetan belaka, jika aku
Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ingin berbuat secara sembunyi-sembunyi dan takut di ketahui orang, tak nanti akan kuperlihatkan
tahi lalat tersebut dihadapan enso.
Dalam hal ini Ting Peng tak dapat membantah, dia memang tak perlu berbuat demikian.
"Justru karena aku memberitahukan kepadamu manusia macam apakah Giok Bu sia tersebut,
maka aku baru berbuat demikian, agar kau lebih mudah menemukan diriku, walaupun aku tak
ingin orang lain juga tahu kalau aku adalah Giok Bu sia, akan tetapi aku tak ingin mengelabuhi
dirimu." Ting Peng segera terjerumus dalam lamunannya, dia sedang mempertimbangkan benar
salahnya ucapan tersebut.
Kembali Cu Siau giok berkata:
"Sekarang aku telah membuang tahi lalat ditubuhku, tapi suruh pelayan-pelayanku memakai
tahi lalat tersebut, hal ini kulakukan hanya bertujuan untuk menunjukkan kepadamu kalau aku
bersungguh hati untuk mengungkapkan kesemuanya ini, aku tidak bermaksud mengatur segala
sesuatunya itu hanya untuk membongongi dirimu saja.
Akhirnya Ting Peng menghela napas panjang.
"Baiklah, sekarang kau sudah menerangkan segala sesuatunya, akupun telah melepaskan
niatku untuk membunuhmu, diantara kita berdua rasanya sudah tak ada urusan lagi bukan?"
"Tidak bisa", seru Cia Siau giok sambil tertawa, aku masih membutuhkan bantuanmu,
sekarang keadaanku sangat berbahaya kemarin, kau datang kemari dan aku tak berani
menjumpaimu, karena baru saja aku menerima sepucuk gurat peringatan yang bernada ancaman,
katanya Gin liong tianglo dari Mo kau hendak datang mencariku"
"Aku telah bertemu dengannya"
Aku tahu, dia datang kemari untuk menuntutkan keadilan bagi Thi yan siang hui akhirnya
bertemu dengan kau ditengah jalan bahkan kemudian tewas diujung golok mu, Ting toako, setelah
membunuh Gin liong tianglo, kau akan semakin tersohor" Ting Peng tertawa hambar.
"Aku tidak merasa amat gembira, sebab bagaimanapun juga aku masih belum bisa
menandingi ayahmu" "Tapi ayahku sudah tidak mencampuri urusan keduniawian lagi"
"Disini letak kehebatan ayahmu dibandingkan aku, dia sudah sukses dan ternama, sekarang
tinggal berpesiar dan hidup bahagia, tak ada orang yang akan mencari gara-gara lagi dengannya,
dia seakan sudah melompat keluar dari lingkaran dunia persilatan, sedang aku" Kesulitankesulitan
sedang mulai datang mencariku!"
"Itu pun bukan masalah, ilmu silatmu sekarang sudah tak selisih banyak dari ayahku, asal
membunuh beberapa orang lagi, tentu kesulitan tersebut akan mereda dengan sendirinya"
"Persoalannya justru aku sudah tak dapat menemukan orang yang bisa kubunuh lagi" kata
Ting Peng sambil tertawa hambar, "empat tianglo dari Mo-kau boleh dibilang merupakan manusiamanusia
yang disegani setiap orang, tapi kenyataannya Thi-yan mau pun Gin liong telah roboh
binasa hanya dalam sekali bacokan saja, aku pun tak tahu baiknya membunuh siapa lagi
sekarang, Siau giok, dapatkah kau mencarikan beberapa orang untukku . ."
"Ting toako, lagi-lagi kau mengajakku bergurau, bagaimana mungkin aku bisa mencarikan
orang untuk kau bunuh?"
Karena kau bilang asal membunuh beberapa orang lagi maka kesulitan akan hilang dengan
sendirinya. "Maksudku, asal kau dapat membunuh beberapa orang yang lihay lagi, maka tak akan ada
orang yang berani datang mencari gara-gara lagi denganmu ....."
"Aku mengerti, tapi kau justru tidak tahu masih ada manusia macam apa lagi didunia ini yang
pantas kubunuh!" Cia Siau giok berpikir sebentar, kemudian sahutnya:
"Gin liong, Thi yan tak mampu menahan sebuah bacokan mu, dewasa ini dalam dunia
persilatan memang sukar untuk dicarikan sasaran yang tepat bagimu untuk melatih ilmu golokmu
itu, cuma aku toh dapat menemukan tiga orang lainnya, cuma ke tiga orang ini tidak gampang
untuk dibunuh" "Tak ada salahnya untuk kau sebutkan, aku bisa mencoba mereka semua..."
Cia Siau giok segera tertawa.
"Orang pertama tentu saja ayahku, sekarang sudah ada orang yang membandingkan golokmu
sama hebatnya dengan pedangnya, jika kau berhasil membunuhnya maka di kolong langit hanya
golokmu saja yang paling hebat, siapapun tak akan berani datang mencari gara-gara lagi
denganmu" Siau giok, kau bukan lagi bergurau" seru Ting Peng agak tercengang dan tidak habis mengerti.
"Tidak, walaupun dia adalah ayahku, tapi tak pernah mendidikku, juga tak pernah memelihara
aku, diapun mau mengakui diriku karena terpaksa, dia tak pernah menyayangi aku, diantara kita
boleh dibilang hambar sekali hubungannya, jika kalian berdua harus bertarung, aku lebih suka
mendoakan kau yang menang dari pada mendoakan dia"
"Mengapa" Sebab paling tidak kau lebih erat hubungannya denganku, daripada hubu-ngannya dengan
diriku" Ucapan tersebut diutarakan cukup berterus terang membuat Ting Peng tak dapat membantah.
Setelah menghela napas, Cia Siau giok berkata lagi.
"Walaupun demikian, namun aku tahu kalau kalian berdua tak bakal bertarung sendiri,
sekalipun bukan bersahabat namun kalian adalah dua orang musuh yang saling menghormati
lawannya, mungkin saja suatu ketika kalian akan bersua juga.. tapi kau tak akan membunuhnya
dan dia pun tak akan membunuh mu!"
"Tampaknya kau sangat memahami keadaan kami berdua?"
"Bagaimanapun jua aku adalah putrinya Cia Siau hong, sekalipun tak dapat mewariskan ilmu
pedang saktinya, namun aku toh cukup memahami manusia macam apakah bapakku itu!"
Ting Peng tak dapat menyangkal ucapan-nya itu dan hanya membungkam diri dalam seribu
bahasa. "Sedang tentang kau,walaupun pengertian-ku terhadapmu masih cetek, namun toh jauh lebih
dalam bila dibandingkan orang lain" lanjut Cia Siau giok lebih jauh, kau adalah manusia sejenis
dengan ayahku, itulah sebabnya aku baru menyinggung tentang persoalan ini, akupun tahu kalau
hal ini tak mungkin terjadi, kalau tidak, bukankah aku akan menjadi seorang manusia yang paling
berdosa, seorang anak tak berbakti yang menganjurkan orang lain untuk membunuh ayah sendiri."
Ting Peng segera tertawa.
"Coba kau katakan orang yang kedua, siapakah dia?"
"Orang kedua adalah binimu sendiri!"
"Siau giok, kau belum gila?"
Cia Siau giok tertawa. "Aku belum gila, kaupun belum gila, enso adalah perempuan paling baik dan paling pintar di
dunia ini, bila kau membunuhnya hal ini membuktikan kalau kau sudah gila, demikian gilanya
hingga tak bisa membedakan mana yang harus dibunuh dan yang tidak, siapa pun tak akan
menggunakan nyawa sendiri untuk barang taruhan bukan?"
Ting Peng tertawa. "Kau memang sangat pandai mengadu domba, sekarang coba kau sebutkan orang yang ke
tiga, sebab dua orang yang pertama tak mungkin akan kubunuh"
"Orang yang ke tiga adalah kau sendiri"
Sambil berkata dia menuding ke arah Ting Peng, tapi justru karena itu pakaiannya kembali
tersingkap" Tapi Ting Peng sedang dibuat terkejut oleh perkataan itu, sehingga ia tidak terlalu
memperhatikan ke sana. Sambil tertawa Cia Siau giok berkata lagi.
"Asal kau telah membunuh dirimu sendiri, maka kau tak usah kuatir orang lain datang mencari
gara-gara denganmu lagi, kau pun tak akan mengalami kesulitan apapun"
"Ya, ucapanmu memang masuk diakal, sayang sekali aku masih belum ingin mati"
Aku pun tidak menginginkan kau mati" sambung Cia Siau giok cepat sambil tertawa.
Dengan suatu gerakan yang manis dia menyingkap pakaiannya, kali ini dia berhasil juga
memancing perhatian Ting Peng, sepasang mata pemuda itu segera berapi-api.
Siau hiang tahu saat ini adalah saat baginya untuk mengundurkan diri, Cuma sebelum dia
sempat turun dari loteng, ia sudah mendengar suara dua orang menggelinding di atas tanah.
ooo0ooo SEMUA Peristiwa yang terjadi seakan-akan berlangsung dengan wajar.
Dengan perasaan yang sangat puas Cia Siau giok menghela napas panjang, ia benar-benar
merasa sangat puas, sambil membelai bahu Ting Peng, katanya pelan:
"Ting toako, sekarang aku baru mengerti mengapa enso begitu mencintai dirimu.
Mengapa" tanya Ting Peng ogah-ogahan.
?"Sebab kau begitu kuat, begitu perkasa, pada hakekatnya kau adalah lelaki diantara lelaki"
Ting Peng tertawa. "Tapi dia justru bukan perempuan diantara perempuan, oleh sebab itu aku harus sering kali
keluar, tujuannya adalah agar dia mendapat waktu cukup untuk beristirahat, setiap kali kami
selesai bercinta, dia selalu mengeluh kesakitan selama beberapa hari.
"Aku pun dapat memahami akan hal ini" kata Cia Siau giok sambil tertawa, oleh sebab itu dia
selalu membawa perempuan yang bernama Siau Im itu, tujuan pasti untuk menolong keadaan bila
sudah kritis dan ia tak berdaya lagi.
"Dia bukan seorang perempuan yang kelewat sempit pikirannya"
Cia Siau giok menghela napas panjang.
"Aaaah, dia memang seorang perempuan yang berbahagia, karena dia memiliki jiwa yang
besar dan bisa menerima keadaan, kalau aku tak mungkin bisa, sekalipun aku tahu kalau kau
akan mencintaiku, tapi aku lebih baik mati saja, aku lebih suka mati dari pada membagi dirimu
dengan orang lain." "Siau giok, kau harus mengerti, aku adalah seorang lelaki yang telah berkeluarga", kata Ting
Peng dengan kening berkerut.
Cia Siau giok tertawa. "Aku tahu. kau tak usah kuatir Ting toakxo, aku tak akan memaksa untuk mengawini aku,
akupun tak akan sepanjang hari merengek kepadamu, aku hanya mengemukakan pikiranku
sekarang, selama aku berada disampingmu, aku tak akan membiarkan perempuan lain menempeli
dirimu, ketika kita tak berada bersama, aku tak akan ambil perduli, setiap saat kau boleh saja
bermesraan dengan perempuan lain, dan aku tak akan memikirkannya didalam hati?"
Kau benar-benar tidak memikirkannya dalam hati?"
Bohong, tentu saja aku akan memperhatikannya terus" Cia Siau giok tertawa cekikikan, "aku
adalah seorang yang mempunyai napsu besar, hanya dengan seseorang saja aku tak akan
cemburu, orang itu adalah binimu sendiri, karena aku tidak berhak untuk merasa cemburu"
"Kecuali itu?" "Aku tak akan membiarkan perempuan lain menempeli dirimu lagi, cuma aku pun tahu bukan
suatu yang mudah untuk mencegah seorang lelaki tidak nyeleweng diluar rumah, oleh sebab itu
aku hanya berharap kau jangan menggaet perempuan lain lagi selama berada didekatku, kalau
tidak. . . " "Kalau tidak kau dapat berbuat apa?"
Kalau tidak aku akan membunuh orang jika kau adalah lelaki lain, maka aku akan membunuh
kalian berdua bersama-sama, tapi berhubung kau adalah Ting Peng, terpaksa aku hanya
membunuh perempuan yang berada disampingmu saja"
"Apakah disebabkan kau tidak sanggup membunuhku?"
Mencorong sekilas cahaya tajam dari balik mata Cia Siau giok, kemudian ujarnya sedih.
"Ting toako, ucapanmu itu sungguh membuat hatiku sedih, walaupun aku bukan seorang gadis
baik-baik, tapi sekarang aku berbicara dengan bersungguh hati, sekalipun aku bisa membunuhmu,
akupun tak akan rela membunuhmu"
"Aku pernah juga mendengar perempuan lain mengucapkan kata-kata seperti itu, dia adalah
perempuan pertama yang masuk ke dalam lembaran hidupku, tapi justru setelah dia mengucapkan
kata-kata itu dia malah mendorongku kedalam sebuah perangkap yang hampir saja merenggut
nyawaku..." "Oooh, dia pastilah bini Liu Yok siong bernama Chin Ko cing itu?" kata Siau giok sambil
tertawa. "Waktu itu dia bernama Ko siau (menggelikan), dan ternyata dia memang melakukan suatu
lelucon yang menggelikan"
Cia Siau giok kembali tertawa.
Sebetulnya dia telah salah memilih nama, semestinya ia tak cocok memilih nama Ko siau
(menggelikan) semestinya bernama Ko pay (mengenaskan) baru cocok, perempuan yang rela
melepaskan seorang lelaki macam kau justru adalah seorang perempuan yang mengenaskan
sekali nasibnya" Tiba-tiba ia tertawa lagi, kemudian melanjutkan:
Tapi hal ini pun tak bisa disalahkan, waktu itu kau pasti tak menyenangkan seperti sekarang,
waktu itu kau memang masih kalah jaun kalau dibandingkan dengan Liu Yok siong."
Sambil membelai pipi Ting Peng terusnya:
"Bile waktu itu kau sudah matang seperti saat ini, tak mungkin kau akan memiliki kedudukan
seperti hari ini" Masa begitu serius?"
"Benar, bagi seorang perempuan yang benar-benar mengerti tentang lelaki, hal-hal semacam
itu merupakan hal-hal yang mesti diperhatikan dengan seksama, sebab kelebihan yang dimiliki
seorang lelaki sejati sesungguhnya merupakan suatu gengsi, dan gengsi semacam ini merupakan
semangat bagi kaum lelaki untuk mencapai kesuksesan.
"Seandainya sejak dulu kau kenal dengan aku?" "
Aku pun akan merasakan kebodohanmu itu, mungkin aku akan merasa bahwa kebodohanmu
itu sedikit menyenangkan, tapi aku tak akan bisa mencintaimu"
Tapi Cing Cing justru mencintai aku disaat aku paling sial, disaat aku paling mengenaskan
keadaannya" Cia Siau giok menghela napas panjang.
"Itulah sebabnya kukatakan kalau dia lebih berbahagia daripada aku, karena dia dapat
merasakan cintanya sedari kau masih biasa dan tak punya apa-apa, sedang aku.."
"Kau tidak memiliki cinta suci seperti itu?"
"Benar, aku selalu diajarkan untuk hidup melalui keadaan yang tidak biasa, lama kelamaan
akupun tak bisa merasakan lagi cinta yang tumbuh karena suatu kewajaran, aku hanya dapat
mencari cintaku melalui keadaan yang tak wajar, tapi orang yang tak wajar biasanya sulit untuk
ditemukan cinta yang lurus.
Tidak Siau giok, kau keliru kata Ting Peng sambil menghela napas panjang.
?"Aku keliru" Dalam hal yang bagaimana aku keliru" Ting toako, jika kau memahami
kehidupan dan riwayatku dulu"
"Aku tak perlu memahami, tapi aku tahu kalau kau keliru, bahkan kekeliruanmu itu sudah amat
kelewat batas, cinta hanya ada satu, tidak dibedakan pada manusia biasa atau manusia luar
biasa, orang biasa atau manusia luar biasa hanya mempunyai suatu perasaan cinta yang sama,
kau tak bisa mendapatkannya bukan karena orang-orang itu tidak mudah memberikan cinta yang
sesungguhnya kepadamu. "Mengapa" Apakah syarat-syarat yang kumiliki tidak cukup?"
"Tidak, syaratmu sudah cukup, kau cantik, pirtar, kaya bahkan berasal dari suatu keluarga
persilatan yang termashur, hanya persoalannya semuanya itu cuma bisa mendatangkan cinta
yang palsu, bujuk rayu yang kosong dan tak mungkin bisa memperoleh cinta yang murni.
"Lantas syarat apa yang kubutuhkan agar bisa memperoleh cinta yang murni?"
"Tiada syarat tertentu untuk mendapatkan cinta yang murni, bila kau tak dapat melepaskan
syarat-syarat tersebut maka sepanjang hidup kau tak akan emperoleh cinta yang murni, disamping
itu cinta yang murni hanya bisa diperoleh bila kaupun menukarnya dengan cinta yang murni juga,
bila kau sendiri tak mau membayar dengan cinta yang murni, bagaimana mungkin bisa
mengharapkan orang lain memberikan cintanya yang murni kepadamu?"
Untuk sesaat Cia Siau giok menjadi tertegun, ucapan tersebut beum pernah didengar
sebelumnya, dia tak pernah berpikir sampai kesitu.
"Ayah seorang yang amat memandang tinggi soal cinta, pada hakekatnya dimana pun dia
menyebar cintanya, akibatnya perempuan-perempuan itu ada yang membencinya sampai
merasuk ketulang sum-sum, apa yang rela menerima penderitaan tanpa mengucapkan sepatah
kata pun, ada pula yang menuntutnya habis-habisan tapi terlepas dari mereka yang membenci
atau mencintai, yang dia peroleh semuanya adalah cinta yang murni sebab dia sendiripun
membayar kesemuanya itu dengan cintanya yang murnipula dan disinilah terletak kebesarannya"
"Bukankah kau mengatakan cinta yang murni hanya ada satu" Bagaimana mungkin ia bisa
mencintai perempuan sebanyak itu"
"Meskipun cinta yang murni hanya satu bukan berarti hanya bisa dipersembahkan kepada
seorang saja, ada sementara orang yang memiliki jiwa yang besar, terhadap setiap perempuan
yang mencintainya, dia selalu membayar dengan cintanya yang murni pula, entah orang itu adalah
bidadari dari kahyangan atau perempuan miskin dari lorong sempit, dia memandang mereka
sebagai perempuan yang sama, cinta yang mereka terima pun cinta yang sama pula, dia tidak
membedakan antara yang biasa dengan luar biasa"
"Yang beginikah yang disebut hebat"
"Benar, berbicara soal ayahmu, dia sejak lahir sudah merupakan manucia luar biasa, tapi dia
tidak mempunyai perasaan kalau dia ini luar biasa, ia toh bisa juga mempersembahkan cintanya
yang murni untuk perempuan-perempuan yang biasa"
Cia Siau giok termenung berapa saat, selang berapa waktu kemudian dia baru bertanya:
"Ting toako, kalau kau sendiri, termasuk manusia macam apakah dirimu ini?"
Ting Peng menghela napas panjang.
"Aaaai, terus terang saja, aku tidak memiliki kebesaran jiwa seperti apa yang dimiliki ayahmu,
tak bisa mencintai setiap perempuan yang mencintai diriku, istriku adalah seorang manusia yang
luar biasa, cinta yang dia berikan kepadaku sudah terlampau banyak, terlampau murni dan
berlebihan, sehingga sukar bagi diriku untuk menerima cinta yang diberikan seorang gadis biasa
kepada diriku, kendatipun cinta yang diberikan gadis biasa itu kepadaku adalah cinta yang amat
murni" "Kalau begitu, apakah ayahku bisa menjadi demikian karena cinta yang diberikan gadis-gadis
tersebut kepadanya kurang banyak murni dan kurang mencukupi kebutuham perasaannya" Atau
karena ada sesuatu alasan yang lain?"
"Tidak! Justru cinta yang dia terima dari cinta gadis-gadis itu kelewat banyak, sedemikian
banyak dan berlimpahnya sampai dia sendiripun tak sanggup menerima kesemuanya, sedemikian
banyaknya sampai dia tak mampu untuk membalasnya satu persatu, itulah sebabnya dia pun
hanya bisa membalas cinta yang bisa dia terima dan dia bisa rasakan. . . "
"Ting toako, aku belum dapat memahami arti dari perkataanmu ini.. ?" seru Cia Siau giok
kemudian. "Aku rasa kau tak akan mengerti, sebab kau sendiripun masih belum bisa menentukan kepada
siapakah cintamu yang murni itu harus kau berikan ....?"
"Seandainya aku bilang aku telah menaruh cinta yang murni kepadamu, dapatkah kau
mempercayainya?"
Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bila kau telah mengatakannya keluar, tentu saja aku tak akan percaya, cinta yang murni
bukan hanya diucapkan dibibir saja, melainkan harus ditujukan dalam kenyataan, kenyataan yang
didorong oleh suara hati yang murni?"
Dia mengenakan pakaiannya siap berlalu.
Cia Siau giok tidak menahannya, karena dia mengerti apa pun yang dia katakan sekarang tak
mungkin bisa menahannya untuk tetap tinggal disitu.
Walaupun ia telah mendapatkan lelaki ini, namun ia justru menemukan kalau jarak mereka
sesungguhnya terpaut makin jauh.
ooo0ooo PENGEJARAN TING PENG telah duduk kembali dalam keretanya, Siau hiang masih tetap berbaring diatas
lututnya, sedang Ah ku menjalankan keretanya tanpa tujuan.
Berhubung Ting Peng sewaktu naik kereta tadi hanya memberitahuican demikian kepada Ah
ku: "Terserah kemana pun akan pergi!"
"Terserah" berarti kemana pun boleh, asal bukan menuju kerumah.
Tentu saja "terserah" bisa berarti" pula pulang ke rumah, tapi jika Ting Peng hendak pulang,
dia akan mengatakan secara langsung dan terus terang.
Maka Ah ku menjalankan keretanya tanpa tujuan, tapi bukan menuju pulang.
Ah ku tidak pandai berbicara tapi dapat memahami apa yang dimaksudkan orang, justru
karena dia tak pandai berbicara, dia baru mengerti apa yang tidak diucapkan orang lain
kepadanya. Maka Ah Ku menjalankan keretanya hanya berputar-putar disekitar tempat itu.
Tangan Ting Peng masih saja membelai rambut Siau hiang, cuma tangannya sudah makin
bergerak turun, dari kepala ini berpindah ke atas tengkuknya.
Tengkuk gadis itu lembut halus, bersih dan menyenangkan, siapa saja yang membelai tengkuk
tersebut pasti tak akan tega untuk membelai keras-keras, tapi Ting Peng seperti terkesima, dia
mulai membelai keras-keras.
Pada mulanya Siau Hiang masih bisa menahan diri, tapi sampai akhirnya dia benar-benar tak
tahan sehingga teriaknya:
"Kongcu, dapatkah kau berlaku lebih lembut?"
Suaranya amat memelas, yaa bila seorang nona cantik yang melakukan suatu gerakan maka
gerakan apapun akan nampak menyenangkan, tapi Ting Peng tertawa terbahak-bahak.
"Kongcu, apa yang membuatmu kegelian" Siau hiang bertanya dengan wajah tercengang.
Ting Peng masih terus tertawa.
"Aku masih mengira kau sudah tidak berperasaan lagi, rupanya kau pun masih tahu sakit!"
"Selama ini budak selalu bersikap normal, adalah kongcu sendiri yang nampaknya gugup dan
tidak tenang. "Tadi kau anggap aku sengaja membuatmu sakit hanya disebabkan oleh suatu tindakan
khilaf?" "Memangnya bukan"`
Sambil tersenyum Ting Peng menggeleng-kan kepalanya berulang kali.
"Tentu saja bukan!"
"Kalau begitu kongcu sengaja berbuat begitu?"
"Benar!" Didalam hal apakah budak telah menyalahi kongcu" tanya Siau hiang dengan gugup..
Kau sedang menggerutuku didalam hati!"
Siau hiang menjadi tertegun, selang berapa saat kemudian ia baru berkata lagi:
"Kongcu, masa kau sampai menembusi hatiku?"
"Apakah kau tidak percaya?"
"Tentu saja tidak percaya!"
"Dalam hati kau sedang menggerutu kepadaku sebagai lelaki yang tak tahu budi, gara-gara
Cia Siau giok aku telah melupakan Cing cing dengan begitu saja!"
"Budak tak berani berpendapat demikian, dalam kenyataan kongcu mempunyai perasaan cinta
yang amat dalam terhadap nona, bahkan selalu memikirkannya."
Ting Peng segera tertawa.
"Kalau memang begitu, mengapa sejak naik ke dalam kereta kau selalu saja bermuram durja,
seakan-akan ada sesuatu persoalan yang mengganjal dalam hatimu!"
Siau hiang berpikir sebentar, kemudian baru menjawab:
"Budak sedang kuatir!"
"Apa yang kau kuairkan.."
"Kuatir kongcu tidak kembali ke kota Hang ciu!"
Kembali Ting Peng tertawa.
Rumahku berada di kota Hang ciu, tentu saja aku harus pulang ke situ .. ...
"Tapi nampaknya kongcu seperti belum berniat untuk pulang ke rumah ...."
Benar, urusanku diluar memang belum selesai.
Agaknya kongcu seperti ada rencana untuk balik lagi ke perkampungan Sin kiam san ceng?"
Siau hiang berkata lagi. Ting Peng tertawa. Perkampungan Sin kiam san ceng bukan rumahku, tak bisa dikatakan kalau aku pulang ke
situ, lebih cocok untuk dikatakan sebagai suara kunjungan.
Kongcu bermaksud akan melakukan kunjungan lagi?"
Benar, kalau diluar sana tiada suatu kejadian yang lebih segar, setelah berputar-putar kita
harus berkunjung sekali lagi ke situ."
Nona Cia memang seorang gadis yang cantik dan amat menawan hati!"
Ucapanmu memang tepat sekali" ujar Ting Peng sambil tertawa, "cuma tidak bisa dibilang
suatu penemuan baru, sebelum kau, paling tidak sudah ada selaksa orang yang berkata
demikian!" "Tapi ke selaksa orang itu tak bakal bicara dengan maksud dan perasaan seperti aku
sekarang!" Ting Peng tidak bertanya apakah maksudnya dan bagaimanakah perasaannya, dia seperti
telah memahami akan hal tersebut, tanyanya sambil tertawa:
"Hanya dikarenakan aku hendak kembali lagi ke perkampungan Sin kiam san ceng, maka kau
berpendapat demikian?"
Benar, karena kau sudah tidak mempunyai alasan untuk harus pergi ke sana"
Kembali Ting Peng tertawa:
Siau hiang, kau tidak bisa dianggap seorang gadis yang amat cerdik, Cing Cing suruh kau
mendampingi ku karena dia mengharapkan kau selalu menegurku dan memperingatkan kepadaku
tentang segala macam tipu muslihat dalam dunia parsilatan, daripada aku menderita kerugian di
tangan mereka. "Aku tahu tugas ini terlalu berat" seru Siau hiang cepat, "apalagi cara kerjaku kurang baik, tapi
aku telah mengerahkan segenap kemampuan yang kumiliki, oleh sebab itulah aku berharap
kongcu jangan berkunjung lagi ke situ!"
"Kau anggap perkampungan Sin kiam san ceng penuh dengan tipu muslihat...?"
"Bahkan orang yang paling bodoh pun dapat melihat akan hal ini, seluruh perkampungan Sin
kiam san ceng penuh dengan tipu muslihat, bahkan Cia Siau giok itu sendiri juga rada ada
persoalan, aku sangat curiga kalau dia bukan putri Cia tayhiap!"
"Dia tak mungkin ada pcrsoalan!"
Siau hiang seperti hendak mengucapkan sesuatu lagi, niat tersebut kemudian diurungkan,
sudah jelas dia tak setuju dengan perkataan tersebut.
Kembali Ting Peng melanjutkan:
"Kecuali she Cia, dia dengan pihak Sin kiam san ceng seakan-akan sama sekali tidak
mempunyai persamaan apa-apa, tingkah lakunya juga tidak mirip dengan perilaku orang-orang
keluarga Cia, tapi tak bisa di sangkal lagi dia benar-benar adalah putri nya Cia Siau hong!"
"Putri dari Cia tayhiap, belum tentu mesti seorang yang baik" kata Siau hiang cepat.
Ting Peng segera tergelak.
"Cia Siau hong sendiripun belum tentu terhitung seorang malaikat yang suci bersih, apa lagi
putrinya" "Tapi kongcu mengatakan dia tak bakal ada persoalan!" kata Siau hiang sambil mencibirkan
bibirnya. "Tentu saja dia tak bakal ada persoalan! karena dia adalah putri Cia Siau hong, kalau dia ada
persoalan berarti Cia siau hong juga ada persoalan, paling tidak bukan kita yang harus
menyelesaikan persoalannya itu. ."
"Dapatkah Cia tayhiap untuk menyelesai-kannya"`
"Aku rasa sudah pasti bisa, bagaimana pun juga Cia Siau hong tetap adalah Cia Siau hong!"
Tapi Siau hiang tidak setuju dengan pandangan tersebut, katanya dengan cepat.
"Mengapa dia tidak segera melakukan suatu panyelesaia"
Ting Peng tertawa. "Jadi kau menganggap ditubuh Cia Siau giok ada persoalan?" tanyanya kemudian.
Tentu saja, dia adalah penyaruan dari Giok Bu sia, pemimpin dari Lian im cap si sat seng,
disinilah letak persoalannya"
Tapi persoalan itu toh sudah selesai, Lian im cap si sat seng telah punah, Giok Bu sia juga
sudah tiada wujudnya lagi!"
Tapi ditubuhnya masih tetap ada persoalan, menurut pandanganku, seluruh perkampungan
Sin kiam san ceng ada persoalannya semua!" "
"Setengah harian sudah kau berbicara, hanya sepatah kata ini saja yang paling pintar" puji
Ting Peng tiba-tiba sambil tertawa" Siau hiang membelalakkan matanya lebar-lebar sambil
bertanya: "Jadi kongcu pun sudah tahu kalau perkampungan Sin kiam san ceng ada sesuatu yang tak
beres?" Ting Peng tertawa tergelak.
"Aku toh bukan orang yang paling bodoh!"
Siau hiang turut tertawa pula.
"Aku malah mengira kongcu telah terpikat oleh Cia Siau giok.
Kau toh sudah mengetahui lakuku ?" Ting Peng berkata sambil tersenyum"
Siau hiang manggut-manggut.
Yaa, benar!" Ting Peng tidak tertawa lagi, dengan wajah berubah amat serius dia berkata lebih jauh:
Aku sudah pernah terpikat satu kali oleh perempuan, pernah tertipu satu kali"
Di dalam peristiwa tersebut kongcu tak bisa disalahkan, sebab Liu Yok siong sekalian yang
telah mengatur semua rencananya dengan amat teliti dan sempurna, sedangkan kongcu hanya
seorang pemuda ingusan yang baru terjun ke dalam dunia persilatan"..
Bagaimanapun juga, toh tetap tertipu" kata Ting Peng sambil menggeleng, "pertama kali aku
tertipu karena dibodohi orang, kalau kedua kalinya sampai tertipu lagi maka akulah yang bodoh,
padahal aku bukan orang bodoh"
Mengapa kongcu hendak mengunjungi perkampungan Sin kiam san ceng lagi. .?"
"Cia Siau giok telah merubah perkam-pungan Sin kiam san ceng menjadi lebih bergaya dan
lebih berwibawa!" "Orang yang paling termashur dalam perkampungan Sin kiam san ceng adalah Cia Siau hong,
tapi sewaktu Cia Siau hong masih menjadi majikan, belum pernah dia memperlihatkan gaya
semacam ini" "Hal tersebut dikarenakan dia jarang berada di rumah, lagi pula tidak terlalu suka akan segala
yang berlebihan" "Tentu saja dia pun bukan seseorang yang punya uang banyak" sambung Ting Peng sambil
tertawa. "Tentu saja bukan, dia telah mengasingkan diri sekian waktu, sewaktu masih bekerja dulu
masih bisa untung beberapa tail perak, kemudian sering dia tak beruang, untung saja dia kelewat
ternama sehingga ke mana pun dia tak perlu menggunakan uang, oleh sebab itu diapun tak
pernah berpikir untuk mengejar uang, tentu saja dari perkam-pungan Sin kiam san ceng sendiri
masih ada sedikit pemasukan, tapi jumlahnya tidak banyak, hanya cukup untuk menghidupi
beberapa orang pembantu dalam gedung tersebut.
Tak tahan Ting Peng menghela napas.
"Itulah, sebabnya uang yang ada didalam perkampungan Sin kiam san ceng sekarang bukan
uang dari keluarga Cia sendiri!" katanya.
"Yang aneh adalah orang persilatan tak seorang pun yang menaruh curiga terhadap persoalan
ini, semua orang terlampau menaruh hormat kepada Cia tayhiap, terhadap perkampungan Sin
kiam san ceng juga di anggap sebagai tempat suci, oleh sebab itu mereka semua beranggapan
perkampungan dalam bentuk sekarang barulah bentuk Sin kiam san ceng yang paling pantas, jika
dahulu mereka pernah berkunjung ke Sin kiam san Ceng, mungkin mereka malah tidak akan
percaya dibuatnya. Sambil tertawa Ting Peng bertanya:
Pengetahuan begitu luas, tahukah kau dari mana datangnya uang dalam perkampungan Sin
kiam san ceng" Mengapa bisa begitu mewah dan hidup berkelebihan"
Aku tidak tahu, tapi sejak nona Cia datang kesitu, keadaan Sin kiam san ceng memang sama
sekali berubah, cuma nona Cia tidak membawa uang sepeserpun sewaktu datang ke situ!"
"Lantas dari manakah datangnya uang dalam perkampungan Sin kiam san ceng itu"
Pertanyaan ini bukan saja tak ada yang menanyakan, mungkin juga tiada orang yang dapat
menjawab. "Seandainya persoalan ini kutanyakan kepada Cia Siau giok, dapatkah ia memberi jawaban
kepadaku?" "Kebanyakan bisa, sahut Siau hiang sambil tertawa, cuma jawaban yang dia berikan itu meski
kedengarannya amat masuk diakal belum tentu merupakan kenyataan!?"
"Bagaimana caranya untuk mendapatkan jawaban yang sebenarnya?"
"Terpaksa harus dicari sendiri!"
"Ke mana untuk mencarinya?"
?"Tentu saja ke perkampungan Sin kiam san ceng!"
"Sekarang kau masih ingin bertanya apa kepadaku?"
"Tidak ada, budak hanya tahu apa sebabnya kongcu kembali ke situ lagi, dan kini hatiku sudah
lega" Dia lantas melongokkan kepalanya sambil memberi tanda kepada Ah ku, kereta di putar balik
dan arahnya menuju ke perkampungan Sin kiam san ceng, sementara sekulum senyuman
menghiasi wajah gadis itu, senyum yang nampak manis sekali.
ooo0ooo KERETA kuda itu telah balik ke dermaga tempat penyeberangan perkampungan Sin kiam san
ceng, kini mereka sedang menunggu datangnya perahu penyeberangan tersebut, lama kemudian
perahu penyeberang itu baru muncul, ternyata yang turun dari perahu adalah Cia sianseng.
Begitu turun dari perahu, dia lantas menjura ke arah kereta seraya berkata:
"Maaf Ting tayhiap, kami tidak tahu kalau kau telah berkunjung kembali ke perkam-pungan
kami sehingga datang agak terlambat!"
Siau hiang melongokkan kepalanya dan menyahut sambil tertawa:
"Aaaah, tidak menjadi soal, adalah kedatangan kami yang terlalu mendadak, harap Cia
sianseng tak usah sungkan-sungkan!"
Ah-ku telah menjalankan keretanya naik keatas perahu, perahu pun melesat ke tengah sungai.
Siau hiang hanya berdiri terus disamping kereta, ia tidak masuk kembali kedalam keretanya.
Cia sianseng segera mendekat sambil berkata:
"Kedatangan Ting tayhiap kali ini entah disebabkan persoalan apa ?"
"Sianseng sedang bertanya kepadaku" Ataukah sedang bertanya kepada Kongcu kami?"
Cia sianseng memandang kereta itu sekejap, kemudian baru menjawab.
"Semuanya boleh, apakah ada perbe-daannya?"
"Perbedaannya jauh sekali, kalau sianseng sedang bertanya kepadaku maka aku akan segera
menjawab pertanyaan sianseng, sebaliknya kalau sianseng sedang bertanya kepada kongcu kami,
maka aku tak bisa mewakilinya untuk menjawab, kongcu selamanya amat membedakan antara
tingkatan majikan dan tingkatan pembantu!
Tanpa disadari Cia sianseng sudah terbentur pada batunya oleh perkataan tersebut, paras
mukanys segera berubah hebat.
Akan tetapi teringat kembali musibah yang pernah dialaminya berapa waktu berlangsung di
depan pintu perkampungannya, dia tak berani mengumbar amarahnya dengan begitu saja,
terpaksa dia berkata: "Kalau begitu, aku bertanya kepada nona saja"
"Aku tidak tahu" sahut Siau hiang tertawa.
Hampir saja Cia sianseng dibuat muntah darah saking gusarnya, dengan memaksakan diri dia
telah berusaha untuk menurunkan derajat sendiri, menjadi seorang bawahan dengan harapan dia
bisa mengajak Siau hiang berbicara dan mengorek keterangan darinya, siapa tahu yang diperoleh
hanya jawaban seperti itu saja.
Tampak Siau hiang tertawa cekikikan, kemudian berkata lebih jauh:
Harap Cia sianseng jangan marah, aku benar-benar tidak mengetahui, sebab apa yang
hendak kongcu kami lalukan, selamanya tak pernah dirundingkan dahulu dengan kami sebagai
orang bawahan!" "Ketika gadis itu menyaksikan Cia sianseng hendak berbicara, dengan cepat dia menyerobot
lebih dulu: "Bila kau ingin bertanya kepada kongcu kami, maka kuanjurkan kepadamu ada baiknya tak
usah mencari penyakit buat diri sendiri, selamanya kongcu kami tak pernah akan berbicara
sembarangan terhadap orang bawahan seperti kita ini!."
Paras muka Cia sianseng benar-benar berubah menjadi sangat tak sedap dipandang tiba-tiba
dia membentak keras: "Aku orang she Cia adalah Congkoan dari perkampungan Sin kiam san ceng, bukan orang
bawahan" Kembali Siau hiang tertawa.
"Congkoan dari rumah kami adalah Liu Yok siong, dahulu diapun seorang jago persilatan yang
mempunyai nama amat besar tapi sejak berada dirumah kami, dia toh tetap terhitung seorang
bawahan, apakah bedanya dengan kau?"
"Itu dirumahmu!" teriak Cia sianseng makin gusar, "congkoan dari perkampungan Sin kiam san
ceng tak bisa dibandingkan dengan rumah kalian, kedudukan aku orang she Cia dalam dunia
persilatan juga tak bisa dibandingkan dengan Liu Yok siong"
?"Apakah Congkoan dari perkampungan Sin kiam san ceng mempunyai suatu ke istimewaan
lain?" tanya Siau hiang tertawa, apa kedudukan sianseng sudah setaraf dengan kedudukan dari
Siau hong tayhiap?" "Itu sih belum!"
"Kalau begitu kau sudah setaraf dengan kedudukan nona Siau giok ......"
Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Juu.... juga belum"
Kontan saja Siau hiang tertawa dingin.
"Kongcu kami telah berkata, dewasa ini dalam perkampungsn Sin kiam san ceng hanya ada
dua orang yang bisa disebut sebagai majikan, yang satu adalah Cia tayhiap sedangkan yang lain
adalah nona Siau giok, kini Sianseng bukan apa-apa, kalau bukan bawaban namanya lantas apa
?" Sebetulnya Cia sianseng tak perlu meributkan persoalan kecil semacam itu, akan tetapi api
amarahnya pada hari ini nampak nya sedikit kelewat besar, dia segera tertawa dingin setelah
mendengar ucapan mana. Tapi, Ting konscu kalian toh pernah menyebut diri sebagai boanpwe sewaktu berada diruman
Liu Yok siong dulu?"
"Cia sianseng" ucap Siau hiang tersenyum: ?"setelah kau menyinggung kembali persoalan ini
aku baru mengerti apa sebabnya kongcu kami telah menganggap kau sebagai seorang bawahan,
dia bilang kau tidak punya bakat untuk menjadi seorang cianpwe, dengan tulus hati dia
menghormati kalian sebagai cianpwe, mengharapkan keadilan dan kebenaran kalian dalam
menghadapi persoalan, tapi kalian hanya bisa membanggakan diri dengan kedudukan yang
diperoleh, bekerja sama untuk menekan dia.
"Tapi saat ini tak bisa salahkan kami, adalah ilmu menipu yang dimiliki Liu Yok siong kelewat
tinggi, siapa yang akan menduga kalau dia bakal mengumpankan bini sendiri untuk melakukan
perbuatan semacam itu?"
Dalam sepanjang hidupnya, entah berapa banyak kesulitan yang pernah dialami majikan
kalian Cia tayhiap, tapi dia belum pernah tertipu satu kalipun, kini sianseng sebagai seorang
congkoan dari perkampungan Sin Kiam san ceng, tentunya pasti bermata dan telinga tajam,
berotak pintar bukan, tapi kenyataannya manusia macam apakah bini Liu Yok siong tak mau
diketahui, bahkan manusia macam apakah Liu Yok siong pribadi, kau juga tak tahu"
"Urusan yang harus diselesaikan oleh perkampunnan Sin kiam san ceng amat banyak" teriak
Cia sianseng keras-keras, siapa yang masih punya waktu untuk mengurusi masalah tetek bengek
tentang mereka berdua"
Siau hiang kembali tertawa.
"Apa yang sianseng ucapkan memang benar, kalau toh sianseng tidak sudi bergaul dengan
manusia-manusia semacam itu, mengapa pula kau harus pergi ke situ untuk menonton
keramaian" Apalagi menjadi seorang saksi untuk peristiwa semacam itu, padahal kebenaran dunia
persilatan digantungkan pada kesaksian kalian saja, kau hendak menjadikan dunia persilatan
menjadi apa?" Oleh dampratan yang pedas tersebut, Cia sianseng benar-benar dibikin terbungkam, sepasang
matanya melotot besar dan mulutnya melongo, untuk beberapa saat lamanya dia tak sanggup
mengucapkan sepatah katapun...
Setelah tertawa lebar, Siau Hiang berkata lagi:
"Cia sianseng waktu itu, andaikata Cia tayhiap yang hadir diarena kejadian, aku percaya dia
tak akan dikibuli Liu Yok siong dengan begitu saja"
"Aaaah, belum tentu, majikan kami...."
"Cia tayhiap memang tak akan lebih pintar sedikit dari pada dirimu" Siau hiang cepat tapi yang
pasti dia jauh lebih pintar dari padamu, sekalipun dia berhadapan dengan seorang yang tidak
begitu dikenal dan tidak memiliki persahabatan yang akrab, terhadap pekerjaan yaag belum tahu
seluk beluknya dia tak akan mencampurinya. itulah sebabnya mengapa ia mendapat sebutan
sebagai tayhiap. Sedang kau cuma congkoan dan dia adalah cengcu, itulah sebabnya kukatakan
kau adalah seorang bawahan, sebab tiada bawahan yang bisa lebih pintar daripada majikannya"
Tangan Cia sianseng sudah diangkat ke tengah udara, namun belum sempat diayunkan ke
bawah.. Sebab pada waktu itu perahu telah merapat dengan pantai.
(Bersambung ke Jilid 23) Jilid : 23 CIA SIANSENG harus menahan diri menyaksikan para kelasinya memasang papan
penyeberang dan membiarkan kereta yang di kendalikan Ah-ku bergerak menuju ke pintu
gerbang. Dari balik pintu tiada seorang manusia pun yang muncul, buru-buru Cia sianseng memburu ke
depan sambil berteriak. "Tunggu sebentar!"
Waktu itu Siau hiang sudah bersiap-siap naik ke dalam kereta, mendengar teriakan mana dia
lantas melompat turun kembali, lalu tanyanya sambil tertawa:
"Toa congkoan masih ada petunjuk apa lagi?"
Sambil tertawa dingin Cia sianseng berkata:
"Tadi nona telah menasehati diriku habis-habisan, aku belum sempat mengucapkan terima
kasih kepadamu." Tak usah sungkan-sungkan, kata Siau hiang sambil tertawa, dan aku harap kau pun tak usah
dipikirkan dalam hati, kita toh sama-sama orang bawahan, bagaimana pun juga hubungan kerja
kita sama, kalau bisa saling membantu untuk lebih memperbaiki cara kita melayani majikan,
bukankah hal ini merupakan suatu keuntungan yang besar buat kita berdua?"
Seandainya Cia sianseng tidak berusaha keras untuk menahan diri, mungkin dia sudah
muntah darah sedari tadi, dengan susah payah dia berhasil juga menenangkan hatinya, sambil
tertawa dingin ia lantas berseru:
"Nona benar-benar pandai sekali berbicara, cuma aku tak tahu ucapan tersebut merupakan
ucapan dari Ting tayhiap yang suruh nona sampaikan, ataukah ucapanmu sendiri?"
Sianseng benar-benar seorang yang pelupa, bila kongcu kami ingin mengucapkan sesuatu, dia
tak akan pernah suruh orang bawahan seperti aku untuk menyampaikan kepada bawahan lain
pihak semacam kau, bila kongcu ingin berbicara dia akan membicarakan langsung dengan
majikan kalian sendiri!" "
"Heeehhh . . . heeeehh. . . heehhh. . . bagus, bagus sekali, nona masih muda tapi pandai
sekali mengemukakan pendapat yang begitu berharga, benar-benar sesuatu yang tidak
gampang!". Dalam dunia persilatan tiada pembagian tingkatan, yang ada adalah siapa sukses dulu dialah
yang berada diatas, delapan orang belum tentu bisa menggotong kata "cengli" tersebut, aku tahu
kau merasa tak puas karena memandang usiaku yang masi muda, tapi apa yang kuucapkan
adalah soal cengli juga!"
Cia sianseng tertawa dingin.
"Sekalipun semua perkataan nona masuk di akal, tapi aku sebagai congkoan dari
perkampungan Sin kiam san ceng juga tidak membutuhkan pendapat dari nona, sekalipun aku
membutuhkan nasehat. Siau hiang segera tertawa cekikikan.
"Jiwamu benar benar amat sempit, kongcu kami adalah sahabat karib nona kalian, buat apa
diantara kita berdua belah pihak mesti dibagi sejelas ini" Bila kau merasa dirugikan, kau toh bisa
mencari masalah lain untuk menasehati pula diriku"
Ucapan tersebut sekali lagi membuat sepasang mata Cia sianseng melotot besar sekali, dia
memandang sekejap ke arah balik pintu, kemudian serunya:
Perkampungan Sin kiam san ceng mempunyai peraturan tersendiri. cara yang digunakan
untuk menasehati bawahan berbeda sekali dengan cara-cara yang digunakan pada umumnya.
Masuk desa menuruti adat istiadat setempat, kalau begitu kau boleh menasehati aku dengan
menuruti peraturan kalian. aah betul! Bagaimana sih cara orang-orang Sin kiam san ceng memberi
nasehat kepada orang lain ?"
Mendadak Cia sianseng mengayunkan telapak tangannya menghajar bahu Siau hiang selain
cepat pun tepat. Walaupun dia telah turun tangan, namun yang paling di kuatirkan olehnya tetap Ting Peng
yang berada dalam kereta, maka sepasang matanya tak berani terlepas dari ruang kereta
tersebut, sementara serangannya juga tak berani disertai dengan tenaga penuh.
Ketika ujung telapak tangannya sudah hampir menyentuh diatas bahu Siau hiang, dari dalam
kereta masih juga tiada suatu gerakan apa pun, begitu Cia sianseng memperhitungkan, Ting Peng
sudah tak mungkin akan mencegah perbuatannya lagi, tenaga serangannya yang amat dahsyat
baru dikerahkan secara tiba-tiba.
Akan tetapi ketika dilihatnya Siau hiang berdiri tanpa persiapan disitu dengan wajah yang
memelas, mendadak hatinya merasa tak tega juga, dia tahu seandainya ini sampai di lepaskan,
maka pihak lawan pasti akan menjadi cacad selamanya. .
Apa gunanya bersikap keji terhadap seorang gadis muda yang lemah lembut seperti itu"
karena ingatan mana tanpa terasa dia pun menarik kembali sebagian besar tenaga serangannya.
Tapi justru karena ingatan tersebut, dia pun berhasil menyelamatkan sebuah lengan sendiri.
Karena disaat ujung telapak tangannya tinggal setengah inci dari atas bahu Siau hiang,
mendadak terlintas setitik bayangan hitam dari hadapan matanya yang mencengkeram pinggiran
telapak tangannya, kemudian seluruh tubuhnya terangkat tinggi tinggi ke tengah udara.
Telapak tangannya seakan-akan menyen-tuh diatas baja yang sedang membara saja seketika
itu juga, membengkak sebagian besar, menanti tubuhnya sudah mencapai permukaan tanah lagi,
dia baru merasakan kesakitan yang luar biasa.
Bayangan hitam itu adalah cambuk Ah ku, ujung cambuk itu telah menyambar tiba tepat pada
saat yang paling kritis dan mengesampingkan pukulan yang dilancarkan tersebut secara keras
lawan keras. Untung saja Cia sianseng telah menarik kembali tenaganya sebesar delapan bagian sehingga
hanya tubuhnya yang tergantung di tengan udara.
Coba kalau dia menyerang dengan sekuat tenaga tadi begitu membentur dengan ayunan
cambuk tersebut, niscaya seluruh telapak tangannya akan hancur tak berwujud lagi.
Seketika itu juga, suasana di sekeliling tempat itu berubah menjadi amat hening dan tak
terdengar sedikit suarapun.
Para centeng yang berdiri didepan pintu perkampungan, para kelasi yang berada di perahu
penyeberang serta sementara orang yang kebetulan berada disana, bersama-sama menghentikan
pekerjaan masing-masing untuk menonton peristiwa itu, suasana amat hening sekali.
Cia sianseng bukan orang yang paling berkuasa didalam perkampungan Sin kiam san ceng.
Yang menjadi majikan disitu seharusuya Cia Siau hong dan putrinya Cia Siau giok.
Tapi tak bisa disangkal Cia sianseng mempunyai kekuasaan cukup besar disitu, entah
terhadap mereka yang baru datang atau yang sudah datang lama, bahkan termasuk juga tamutamu
yang datang untuk melakukan suatu kunjungan.
Setiap orang menaruh sikap yang sangat menghormat terhadap Cia sianseng ini.
Jarang ada yang melihal Cia sianseng turun tangan, tapi mereka sering mendengar ia
memberikan penilaian maupun kritik terhadap suatu ilmu pedang, siapa saja tahu kalau ilmu
silatnya telah mencapai tingkatan yang luar biasa sekali.
Tentu saja dia masih belum bisa dibandingkan dengan Cia Siau hong, juga tak bisa
dibandingkan dengan beberapa orang jagoan pedang termashur didalam dunia persilatan, tapi dia
tidak berada dibawah beberapa orang ciangbujin dari partai-partai pedang tersebut.
Urutan nama dalam hal ilmu pedang, selamanya Cia Siau hong menempati kedudukan nomor
satu, bertahun-tahun lamanya orang mencoba untuk merebutnya tapi tak pernah berhasil, apa lagi
belakangan ini, boleh dibilang sudah tiada orang yang berani mencoba lagi.
Sekalipun ada orang yang bisa mengalahkannya dengan permainan ilmu silat, toh mustahil
bisa menggunakan pedang..
Dia sudah merupakan malaikat didalam permainan ilmu pedang.
Justru karena ia telah menempati kedudukan nomor satu itu, maka semua orang tak ada yang
berusaha merebut kedudukan nomor dua atau nomor tiga, siapapun tak akan berusaha matimatian
untuk mendapatkan sebutan jago pedang nomor dua dari kolong langit.
Oleh sebab itu pada urutan ke berapakah ilmu pedang yang dimiliki Cia sianseng, hingga kini
tiada seorangpun yang tahu, kalau ada orang mengatakan dia tercantum dalam deretan angka
sepuluh, sudah pasti tak ada orang yang menaruh curiga.
Cia sianseng tahu akan kedudukan dan penilaian orang terhadap dirinya, oleh sebab itu dia
jarang mau turun tangan secara sembarangan.
Ting Peng pernah membuatnya marah, bahkan dihadapan enam orang ciangbunjin dari partai
besar pernah memalukan dia, waktu ia tetap bersabar menahan diri.
Dia tahu kemampuan yang dia miliki masih belum sanggup untuk menandingi Ting Peng, itulah
sebabnya dia tak ingin mendapat malu, apalagi menerima cemoohan dari Ting Peng juga bukan
sesuatu yang dapat memalukan dirinya.
Sekalipun demikian, sedikit banyak dia toh akan merasa amat tidak gembira akibat dari
peristiwa tersebut. Sewaktu dalam perahu tadi, dia pun hanya mengucapkan sepatah kata yang sama sekali tidak
mempunyai maksud tertentu, siapa tahu ucapan tersebut mendapat tangapan dari Siau hiang yang
membuat hatinya amat gusar, sehingga timbul niatnya untuk memberi pelajaran kepada gadis
tersebut. Congkoan dari perkampungan Sin kiam san ceng bukan seorang bawahan, dia mempunyai
kekuasaan seperti apa yang dimiliki majikannya.
Kalau dibicarakan tentu kedudukan maupun kekuasaan yang dimilikinya dalam perkampungan
tersebut, maka dia boleh dibilang masih berada diatas Cia Siau hong, tapi sedikit dibawah Cia
Siau giok. Sebab Cia Siau hong hanya menyantumkan namanya saja dalam kenyataan ia hampir tak
perduli dengan urusan dalam perkampungan, kecuali tiga orang yang menjaga daerah
terlarangnya, boleh dibilang dia tidak mengenal orang-orang yang lain.
Cuma sayang dia tak sanggup menerangkan keadaan yang sebenarnya kepada Ting Peng
maupun Siau hiang, oleh sebab itu terpaksa dia harus menerima dengan begitu saja sebutan
bawahan baginya. Setelah tiba diatas daratan kembali dia dicemooh habis-habisan kesabaran yang di tahan
selama ini, akhirnya meledak juga, dia turun tangan melancarkan serangan.
Siapa pun berharap bisa menyaksikan toa congkoan yang berkekuatan besar ini turun tangan.
Tapi siapa pun tidak menyangka kaulah Cia sianseng akan turun tangan terhadap seorang
gadis muda. Lebih-lebih tidak menyangka lagi kalau Cia sianseng harus keok dalam satu gebrakan saja.
Sorot mata semua orang yang berada di sekitar arena terasa dingin seperti es sebab sedikit
banyak mereka merasa gembira menyaksikan bencana tersebut, bisa melihat Cia sianseng dihajar
orang, hal ini memang merupakan suatu kegembiraan yang tersendiri.
Perasaan Cia sianseng seperti dibakar dengan api, jika dia tidak melakukan suatu tindakan
lagi, sudah pasti selanjutnya ia tak bisa menancapkan kaki lagi dalam perkampungan Sin kiam san
ceng, apa lagi dalam dunia persilatan.
Tapi dia bukan seorang yang nekad, seorang yang membuat gara-gara tanpa perhitungan, dia
pun tak ingin mencabut pedangnya, dia kuatir dengan Ting Peng yang berada dalam kereta, kuatir
dengan golok bulan sabitnya.
Tapi bila dia mesti bertarung dengan tangan kosong, dia pun merasa tak mampu untuk
menghadapi si lelaki bertenaga besar itu.
Lama sekali dia berdiri termenung.
"Lama" hanya berlaku bagi perasaannya, juga perasaan para penonton yang berada di sekitar
sana, mereka semua megganggap lama sekali, namun didalam kenyataan, hal mana tidak
berlangsung kelewat lama.
Cia sianseng berpaling melongok ke dalam perkampungan, ternyata Cia siau giok belum juga
menampakkan diri. Hal ini berarti dia harus bertahan lebih jauh, bertahan sambil mengeraskan kepalanya.
Oleh sebab itu dia lantas menggapai ke arah Ah ku sambil berseru lantang.
?"Hei, kau turun kemari."
Ah ku menurut sekali, dia segera melompat turun dan berdiri dihadapannya persis seperti
malaikat langit. perawakan tubuh mereka kalau dibandingkan, Cia sianseng merasa kalah
separuh. Cia sianseng sama sekali tidak kuatir, dengan perawakan tubuhnya yang besar, yang ditakuti
adalah tenaganya, maka begitu dia tampil segera tegurnya:
"Barusan, Kau yang telah menghadiahkan sebuah ayunan cambuk kepadaku..."
Ah ku tidak menggubris ucapan itu, sebab Ah ku tak punya lidah, tak dapat berbicara.
Tapi Ah ku mempunyai cara untuk menyampaikan maksud hatinya, dia memberi suatu
gerakan tangan kepada Siau hiang, lucu sekali gerakannya seperti anjing yang sedang
merangkak. Cia sianseng tak tahan ingin tertawa, ucapan Siau hiang kemudian membuat tertawanya
hampir saja berubah menjadi tangisan.
Siau hiang berkata begini:
"Dia tidak menghajarmu, hanya menghajar seekor anjing, dia menganggap seorang lelaki yang
menyergap seorang anak gadis tanpa mengucapkan sepatah katapun merupakan perbuatan dari
seekor anjing yang tak punya otak!"
Cia sianseng berusaha dengan sekuat tenaga untuk menenangkan hatinya, tapi dia toh masih
tak tahan juga untuk berteriak keras.
"Omong kosong ngaco belo, aku toh sudah memberi peringatan lebih dahulu kepadamu"
Siau hiang tertawa. "Benar, kau memang mengatakan hendak memberi pelajaran kepadaku ...."
"Lantas mengapa menuduh aku melancarkan sergapan?"
?"Aku kan sudah memberitahukan kepadamu, aku tidak mengetahui bagaimakah peraturan
dari Sin kiam san ceng kalian memberi pelajaran kepada orang, sekalipun menurut peraturan dari
Sin kiam san ceng kalian memberi pelajaran berarti menghantam dengan tangan, paling tidak kau
toh mesti memberitahukan hal tersebut kepadaku lebih dulu sebelam turun tangan"
"Aku tak pernah memberitahukan kepada orang lain bila aku hendak menanya, begitu pula
keadaannya disini, mengapa aku harus memberikan perbedaan kepadamu?" kata Cia sianseng
dingin. Siau hiang segera tertawa.
Itulah sebabnya kau baru mendapat cambukan, selamanya bila paman Ah ku hendak
mencambuk anjing, diapun tak pernah memberitahukan dulu kepada si anjing kalai dia hendak
menghajarnya" Sekali lagi Cia sianseng memandang ke arah kereta, melihat keadaan dalam kereta, tetap
tenang, dia baru mengambil keputusan didalam hati, ujarnya kepada Ah ku:
"Kau sanggup mencambukku, hal ini menunjukkan kalau kepandaianmu lumayan sekali dan
pantas bagiku untuk meloloskan pedang, apakah cambuk itu merupakan senjata andalanmu?"
Ah ku melemparkan cambuknya ke samping, gagang cambuk tersebut secara otomatis
menancap kembali dalam lubang tempat cambuk di atas kereta, selain jitu pun mantap, jelas bisa
diketahui kalau dia sudah amat sempurna dalam mengendalikan tenaga, lagi-lagi Cia sianseng
merasa terkejut dengan dilemparnya cambuk Ah ku ke tempat semula, hal ini berarti dia hendak
bertarung menggunakan tangan kosong belaka dan tak ingin tertipu.
"Rupanya kau tidak mempergunakan cambuk, baiklah terserah kau hendak mempergunakan
senjata apa saja, bile kau tak punya, aku akan menyuruh orang untuk mengambilkan bagimu!"
Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cia sianseng yang pintar, tentu saja enggan melakukan perbuatan bodoh, oleh sebab itu dia
ingin menyumbat lawan dengan kata-kata tersebut agar lawannya terpaksa mengguna-kan
senjata. Sayang sekali, Cia sianseng yang pintar kali ini telah melakukan suatu perbuatan yang tidak
pintar. Dia mengira dalam perkampungan Sin kiam san ceng dewasa ini hampir terdapat setiap
macam senjata yang dipakai orang di dunia ini, sekalipun tak akan ditemukan dalam rak senjata
diluar sana, dalam gudang rahasia mereka pasti akan didapatkan.
Dahulu Pek Siau seng pernah membuat kitab senjata yang mencantumkan pelbagai macam
senjata di dunia ini menurut urutan nya, meski yang diurutkan adalah senjatanya tapi dalam
kenyataan orangnya yang diatur menurut urutan.
Dalam kita senjata mana, senjata yang dicantumkan pada urutan pertama adalah senjata
tongkat thian ki-pang milik Thian-ki lojin.
Kedua adalah gelang Liong Hong huan milik Sangkoan Kim lui, sedang ketiga adalah pisau
terbang milik Siau li tham hoa Li Sin huan .......
Berhubung yang diurut adalah senjata nya, maka selama ini urutan tersebut, dianggap paling
adil, kendatipun Thian ki lojin serta Sangkoan Kim Jin akhirnya tewas di ujung pisau terbang Siau li
tham hoa. Hal ini bisa terjadi karena watak manusianya, Li Sin huan telah berhasil membawa dirinya ke
suatu keadaan yang mendekati sempurna, apalagi pisau terbangnya dipakai untuk menolong
orang, dalam benaknya sama sekali tiada hawa napsu untuk membunuh.
Oleh sebab itu, pisau terbangnya tak mampu melebihi tongkat Tiang Ki pang serta pedang
Liong hong huan, tapi kedua orang pemilik senjata tersebut justru tewas di ujung pisau
terbangnya. Peristiwa ini telah berlangsung lama sekali, sudah berlangsung beberapa generasi berselang
sehingga ceritanya sudah dianggap orang sebagai dongeng saja.
Tapi Cia Sianseng tak pernah menganggap kejadian itu sebagai dongeng, dia bersama Cia
Siau giok mempunyai sesuatu kegemaran yang sama, kegemarannya itu sudah dimulai dari tubuh
Cia Siau hong. Kegemaran itu adalah mengumpulkan senjata tajam yang pernah dipergunakan orang,
terutama sekali senjata aneh yang tercantum dalam kitab senjata.
Semasa masih muda dulu, Cia Siau hong juga pernah terkena penyakit itu, mengumpulkan
pelbagai macam macam senjata antik.
Kemudian setelah Cia Siau hong mulai jemu dengan kegemarannya itu, Cia sianseng
meneruskan kegemarannya ini.
Pengumpulan benda-benda antik yang tak pernah akan berkurang ini tentu saja membuat
benda yang terkumpul makin lama semakin banyak, tapi benda-benda itu baru lebih banyak
jumlahnya setelah Cia siau giok terjun pula dalam kegemaran ini.
Sebab dia membawa tongkat Thian ki-pang, sepasang martil Hong hu siang liu seng dan
tombak baja serta tangan baja milik Lu Hong sian.
Berhubung dalam urutan senjata tersebut Lu Hong sian diletakan pada urutan dibawah pedang
bajanya Kwik siong yang, dalam marahnya dia membuang tombak baja kesayangannya dan
khusus melatih tangan nya agar lebih keras dari pada baja.
Sayang sekali Pek Siau seng keburu mati sehingga tangan bajanya itu tak sempat
dicantumkan dalam urutan nama, meski demikian ia tak kecewa, dengan tangan bajanya itu dia
sanggup menangkan Kwik Siong yang menempati urutan ke empat.
Kini dalam perkampungan Sin kiam san ceng telah berhasil mengumpulkan tujuh delapan
puluh persen dari senjata yang tercantum dalam kitab senjata itu.
Tongkat Thian ki pang maupun gelang liong hong huan tentu saja terdapat diantaranya, yang
belum mereka temukan tinggal pisau terbangnye si Siau li tham hoa dan pedang bajanya Siong
yang thi kiam. Walau pun setelah mengundurkan diri dari dunia persilatan, Li Tham hoa masih sering
melakukan perbuatan besar yang menggemparkan kolong langit, tapi tak seorangpun yang tahu
dimanakah dia menetap. Pisau terbang miliknya pun turut bersama jejaknya lenyap tak berbekas, dalam dunia
persilatan hanya tertinggal kisah-kisah cerita tentang kegagahannya belaka.
Pedang baja milik Kwik Siong yang tersimpan dalam gedung keluarga Kwik, suatu keluarga
persilatan yang dihormati setiap orang, anak muridnya banyak, ilmu pedangnya lihay, pendidikan
keluarga mereka pun sangat baik, tidak suka mencari gara-gara dengan orang lain.
Bila mereka tidak menggangu orang, tentu saja orang pun tak berani mengganggu mereka,
sebab leluhur mereka adalah sahabat karib Li Tham hoa, semasa masih hidupnya dulu dan telah
mempersembahkan nyawanya untuk Li Sin huan.
Li Sin huan selalu merasa bersalah kepadanya, terhadap keturunannya otomatis memberikan
perhatian yang khusus, bahkan tanggung jawab ini selalu diwariskan turun temurun kepada para
ahli warisnya. Setelah Li Sin huan, hanya seorang ahli warisnya yang bernama Yap Kay pernah menerima
budi kebaikan dari keluarga Kwik, oleh sebab itu hutang budi dari pihak Li Sin huan pun semakin
bertambah mendalam. Setelah Yap kay, tiada orang yang tahu siapakah ahli waris selanjutnya, tapi siapa pun tidak
berani mengatakan kalau mereka tak punya ahli waris.
Sebab dalam dunia persilatan sering kali masih banyak terjadi kisah-kisah yang aneh.
Banyak persoalan yang amat rahasia, mendadak terungkap sama sekali hingga diketahui tiap
orang. Manusia yang paling sukar dihadapi, tahu-tahu kehilangan batok kepalanya dengan begitu
saja. Banyak pekerjaan yang sukar di selesaikan, tiba-tiba saja telah dikerjakan orang secara diamdiam
hingga selesai. Siapapun tidak tahu siapakah yang telah melakukan perbuatan tersebut, cara kerja mereka
selalu bersih tanpa meninggalkan jejak, ibarat naga sakti yang tampak kepala tidak nampak
ekornya, kelihayan ilmu silat orang itu hampir boleh dibilang tiada taranya lagi didunia ini.
Semua orang percaya kalau perbuatan tersebut dilakukan oleh ahli waris dari Siau li si pisau
terbang, Yap Kay atau Poh Hong soat, sedang orang-orang itupun mempunyai hubungan yang
erat sekali dengan orang-orang dari keluarga Kwik.
Oleh sebab itu tiada orang yang berani mencari gara-gara dengan keluarga Kwik, bahkan
semasa jayanya Cia Siau hong pun, dia tak pernah mencari gara-gara dengan keluarga Kwik.
Pedang Siong yang kiam dianggap sebagai senjata suci oleh keturunan keluarga Kwik, pedang
itu dihantar pulang oleh Li Sin huan bersama-sama dengan jensahnya.
Bahkan selama tiga bulan lamanya, Li Tham hoa telah berkabung ditempat itu.
Pihak perkampungan Sin kiam san ceng pun tak berani meminta pedang baja tersebut, sebab
Cia Siau hong pasti akan menampik untuk berbuat demikian.
Cia Sianseng telah berbicara sesumbar, namun Ah ku tetap membungkam, Siau hiang yang
mewakilinya berbicara: "Paman Ah ku tak akan mempergunakan senjata apapun, tapi dia paling berharap kalau bisa
mempergunakan sejenak pisau terbang milik Li Sin huan!"
Sudan jelas pihak lawan berniat untuk mencari gara-gara, maka dengan terus terang Cia
sianseng menjawab: "Benda itu tak mampu kami keluarkan dan aku percaya bukan hanya pihak kami saja, di
kolong langit belum pernah ada orang yang sanggup memperlihatkan pisau terbang tersebut"
Perkataan itu tak akan disalahkan oleh siapapun, cuma sayang justru karena ucapan Cia
sianseng tersebut persoalan segera muncul.
Sambil tertawa cekikikan Siau hiang merogoh ke sakunya dan mengeluarkan sebilah pisau
terbang yang amat tipis, setelah di perlihatkan sebentar kepada semua orang dengan cepat dia
menyimpannya kembali, lalu ujarnya sambil tertawa:
"Walaupun ilmu melepas pisau terbang dari Siau li hui to sudah menjadi suatu kepandaian
yang sangat hebat, namun pisau terbang miliknya masih tetap ada di dunia ini, padahal pisau ini
pun bukan suatu benda yang luar biasa"
"Mencorong sinar tajam dari balik mata Cia sianseng, cepat-cepat dia bertanya:
Apakah pisau yang berada ditangan nona benar-benar merupakan pisau terbang yang pernah
digunakan Li Sin huan dahulu?"
"Tanggung asli!"
Sungguh membuat orang tidak habis percaya.
Sekalipun pisau terbang yang pernah digunakan Siau li tham hoa kebanyakan di tarik kembali,
tapi ada juga yang tak bisa diambil kembali karena keadaan, benda tersebut bukan cuma satu saja
yang kemudian beredar dalam dunia, cuma pemiliknya sering menyimpan benda tersebut
bagaikan mestika, tak mungkin akan diperlihatkan kepada siapa pun dengan begitu saja!"
Cia Sianseng menjadi sangat terperanjat sesudah mendengar ucapan itu, segera tanyanya:
"Nona, darimana kau dapatkan pisau itu" Aku tahu sudah pasti leluhurmu yang mewariskan
kepadamu, sebab Li Tham hoa sudah lama meninggal, mustahil dia sendiri yang menghadiahkan
untukmu!" pertanyaan dari Cia sianseng, tentu saja Siau hiang berhak untuk membungkam, tapi ia
bertanya dengan begitu sungkan, hal ini membuat si none menjadi serba salah.
Terdengar Cia sianseng berkata lagi:
"Nona, sepanjang hidupnya Li Tham hoa adalah seorang pendekar yang berjiwa besar dan
terbuka, setiap orang mengetahui tentang semua persoalannya, kecuali pisau terbang itu kau
dapatkan dengan cara mencuri kalau tidak, kau seharuinya tak perlu kuatir untuk
mengutarakannya keluar! Akhirnya Siau hiang menggigit bibirnya kencang-kencang, lalu menjawab pelan.
"Pisau terbang itu bukan kudapatkan dari mencuri, pisau terbang itu pun tak akan
mendatangkan kegagahan apa-apa bagiku, Li Tham hoa sendiri yang menghadiahkan pisau itu
buat kakekku, dia pun telah mewariskan ilmu pisau terbang tersebut kepada kakekku"
Semua orang merasa terperanjat setelah mendengar ucapan itu, cepat-cepat Cia sianseng
bertanya: "Jadi kau pun bisa?"
Dengan cepat Siau hiang menggeleng.
"Tidak, meskipun Li Tham hoa mewariskan ilmu pisau terbangnya kepada kakekku, nanun hal
ini diketahui oleh kong co ku, seketika itu juga otot dari sepasang tangan kakekku dibetot keluar,
membuat dia tak mampu mempergunakan ilmu tersebut lagi untuk selamanya"
"Tapi mengapa begitu" apakab keluarga mu ada perselisihan dengan Li Tham hoa"!"
Siau-hiang tidak menjawab pertanyaan tersebut, dia hanya berkata:
"Aku she Liong bernama Liong Than hiang"
"Kalau begitu kong co mu itu pasti bernama Liong Keh im?" sambung Cia sianseng cepat.
Dengan sedih Siau hiang manggut-manggut kemudian setelah menghela napas kata nya lagi:
"Kong co ku bermusuhan dengan Li Sin huan hampir sepanjang jaman, tapi dia sendiripun
harus merasakan penderitaan sepanjang masa, ilmusilat dari kong co ku dipunahkan oleh Li Sin
huan sehingga dia membencinya sampai merasuk ke tulang sum-sum, tapi semuanya itu bukan
rasa benci yang sebenarnya, mereka mencelakai diri sendiri dan lebih banyak dari pada
mencelakai orang lain!"
"Aku tahu, siapa pun mengira Li Sin huan telah dicelakai oleh keluargamu, siapapun mengira
Liong Siau im kelewat banyak menerima balas budi dari Li Sin huan dan ber hutang kelewat
banyak kepadanya, hanya aku yang menganggap Li Tham hoa telah ber hutang budi kepada
keluarga Liong, karena dia telah memberikan penderitaan sepanjang hidup untuk Liong Siau im!"
Kembali Siau hiang manggut-manggut.
Benar Li tham hoa sendiripun memahami akan hal ini, sewaktu dia mengajarkan ilmu pisau
terbang kepada kakekku diapun pernah berkata demikian, dia bilang ia telah berbuat salah,
menyerahkan mak co ku untuk Kong co ku pun merupakan suatu perbuatan salah yang besar
baginya, peristiwa tersebut bukan saja membuat mereka bertiga menderita sepanjang hidup, juga
mengakibatkan banyak orang terseret didalam persoalan tersebut?"
Setelah berhenti sejenak, dengan suara yang agak emosi dia meneruskan:
"Terutama sekali keluargaku sampai akhirnya selalu hidup dalam penderitaan, orang lain yang
mengetahui kalau keluarga kami adalah keturunan Liong siau im, sama-sama memandang hina
kepada kami, justru karena alasan itulah Li Sin huan mengajarkan rahasia ilmu pisau terbang
kepada kakekku, maksudnya agar dia menjadi tenar dan hebat, tapi soal ini diketahui kong co ku
dan dihalangi olehnya....."
"Kongco mu memang berbuat agak kelewat batas" komentar Cia sianseng, "sekali pun dia
punya perselisihan dengan Li Tham hoa dimasa lampau, kalau toh hendak menghalangi kakekmu,
dia toh bisa menghalangi dengan cara lain, buat apa mesti memunahkan ilmu silatnya?"
"Yang memunahkan sepasang tangan tangan kakekku adalah Mak co ku!"
Sekali lagi semua orang merasa terperanjat bahkan Cia sianseng pun ikut menjerit kaget:
"Apakah mak co mu itu adalah Lim Si in yang pernah disebut perempuan paling cantik dalam
dunia persilatan?" "Benar" sahut Siau hiang bangga. "aku percaya didalam dunia persilatan dewasa ini belum
pernah ada perempuan ke dua yang sukar dilupakan orang seperti dirinya!
Cia sianseng tidak mengumpak tentang soal itu, hanya ujarnya kemudian:
"Dia adalah kekasih hati Li sin huan, mengapa bisa membenci Li sin huan?"
"Dia bukan membenci Li Sin huan" sahut Siau hiang bangga, "dia hanya menyatakan
posisinya saja dalam peristiwa itu, karena dia adalah istri Liong Siau im, ibu Liong Ken im, sekali
pun semua orang tidak memandang sebelah matapun kepada kong co ku, dia tetap merasa
bangga bagi suaminya, anak keturunan keluarga Liong tidak membutuh-kan perlindungan dari Li
Tham hoa" "Apakah Li sin huan mengetahui akan hal ini"
Tentu saja tahu, sebab waktu itu Li Tham hoa hadir pula disana, sebetulnya dia masih
memohon ampun untuk kakekku, tapi setelah mendengar ucapan dari mak co ku, dia segera
berlalu dengan hati sedih, konon semenjak peristiwa itulah dia mengundurkan diri dari keramaian
dunia persilatan?" Cia sianseng menghela napas panjang.
Mereka semua adalah manusia-manusia aneh, tapi tak bisa disangkal lagi, mereka semua pun
merupakan manusia-manusia yang amat berperasaan" katanya.
Siau hiang tidak berbicara lagi, sorot matanya menatap wajah Cia sianseng tajam-tajam, ketika
dilihatnya sorot mata orang itu masih saja memperhatikan sakunya, sambil tertawa tiba-tiba
ujarnya: Tentunya kau sangat berharap bisa mendapatkan pisau terbang ini bukan.." Dengan agak
rikuh Cia sianseng menyahut.
"Nona kau tahu kalau perkampungan kami mempunyai kegemaran mengumpulkan senjata
tajam milik orang-orang kenamaan, dan hingga kini masih kekurangan beberapa macam
diantaranya..." Kalau begitu seandainya aku bersedia memberikan pisau terbang ini kepada kalian, sudah
pasti kau tak akan menampiknya?" kata Siau hiang sambil tertawa.
Buru-buru Cia sianseng menyahut:
Tentu saja, tentu saja, bila nona bersedia memberikan benda itu kepadaku, syarat apa pun
pasti akan kuterima!"
Sebenarnya dia adalah seorang yang berpengalaman luas, tapi berhubung menjumpai suatu
persoalan yang sangat menggembirakan hatinya, dia berubah menjadi sedikit agak kekanakkanakan,
sampai akhirnya dia baru merasa kalau pihak lawan tak nanti akan lepas tangan dengan
begitu saja, maka wajahnya kembali berubah menjadi amat sedih.
Jumlah pisau terbang yang ditinggalkan Li Tham hoa dalam dunia persilatan paling banyak,
karena benda itu menyerupai senjata, tapi bisa dipakai juga sebagai senjata rahasia, tidak seperti
senjata orang lain, jumlahnya hanya sebuah dan tak mungkin berpisah-pisah.
Tapi pisau terbang milik Li Sin huan justru paling sukar ditemukan, karena semua orang
menganggap dia sebagai malaikat, tentu saja setiap orang yang merasa punya sedikit hubungan
dengan Li Tham hoa akan merasa bangga akan hal itu, tak heran kalau mereka pun tak suka
menyerahkan tanda bukti itu kepada orang lain.
Sudah barang tentu jumlah pisau terbang yang tertinggal di dunia pun tidak banyak jumlahnya,
sebab pisau itu mempunyai bentuk yang istimewa, jauh berbeda dengan pisau biasa.
Dari dalam sakunya Siau hiang mengeluarkan pisau terbang itu, kemudian ujarnya lagi:
"Mungkin saja pisau ini akan dianggap sebagai mestika dalam pandangan orang lain, tapi
ditangan kami keturunan dari keluarga Liong, benda tersebut tidak terhitung sebe-rapa, aku
bersedia memberikan kepadamu tanpa syarat"
Untuk sesaat lamanya, Cia sianseng masih mengira dirinya sedang bermimpi, dengan
menggunakan nada suara yang sukar untuk percaya dia berkata:
"Kau hendak menghadiahkan kepadaku?"
?"Benar" sahut Siau hiang sambil tertawa "akan kuserahkan pisau itu kepada Ah Ku agar dia
yang menimpuknya kedepan, asal kau mampu menerima sambitannya, pisau terbang itu akan
menjadi milikmu ...."
Paras muka Cia sianseng berubah hebat.
"Sambitan pisau terbang Siau li, tak pernah meleset dari sasaran"
Ucapan mana telah beredar sejak ratusan tahun berselang, belum pernah ada orang yang
meragukan kebenarannya. Berhadapan dengan senjata tajam yang tiada keduanya di dunia ini. Cia sianseng benar-benar
tidak mempunyai keberanian untuk menyambutnya ...
Hanya sayang, dia sendiri yang mencabut pedang dan menantang orang lebih dahulu.
Hanya sayang dia adalah congkoan dari perkampungan Sin kiam san ceng, sedang sekarang
dia berada dalam perkampungan Sin kiam san ceng, dihadapan anak buahnya yang begitu
banyak. Sekalipun Cia sianseng takut mati, dia pun tak bisa menampik dengat begitu saja.
Apalagi Siau hiang telah menyerahkan pisau terbang tersebut ke tangan Ah ku, telapak tangan
Ah ku yang begitu memegang pisau itu maka pisau berikut gagangnya segera tergenggam dalam
telapak tangan nya dan tidak nampak sama sekali.
Tangan Ah ku pun sudah mengenakan sarung kuku, sarung kuku yang membawa ujung kuku
yang tajam, kini dia sudah ditunggu, sekalipun dia tak mau turun tangan, Ah ku juga tak akan
melepaskannya dengan begitu saja.
Maka pedang yang berada ditangan digetarkan kencang, kemudian dengan gerakan lurus
menusuk ke muka. diujung pedangnya sama sekali tidak disertai jurus kembangan, akan tetapi
dibalik serangan mana justru mencakup suatu kekuatan yang luar biasa.
Orang-orang yang berada disekeliling arena segera terasa digetarkan oleh jurus serangan
tersebut, sekalipun mereka berdiri agak jauh dari arena, akan tetapi serasa orang dapat
merasakan hawa pedang yang menyayat badan, memancarkan ke empat penjuru, sehingga tanpa
terasa mereka mundur ke belakang.
Ah ku tentu saja merasakan daya tekanan yang jauh lebih dahsyat dari pada orang lain, tapi
cara Ah ku untuk mematahkan serangan ini ternyata sama sekali tak diduga oleh siapa pun.
Dia mengalungkan kepalannya dan langsung menghantam persis diujung pedang tersebut.
Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Menghadapi jurus serangan seperti ini, paras muka Cia sianseng segera berubah hebat.
Selama ini, Ah ku baru satu kali mendemontrasikan kepandaiannya dalam perkampungan Sin
kiam san ceng, yakni ketika berada di muka Cong kiam lu untuk menghadapi empat orang budak
pedang. Didalam pertarungan tersebut dia hanya mempergunakan satu jurus serangan, yakni sambil
maju kedepan, menyambut tusukan gabungan dari empat pedang musuh, selain berhasil
mendesak mundur lawannya, dengan sekali ayunan tinju ia berhasil menghancurkan kunci dimuka
pesanggarahan Cong kiam lu dan mengungkap rahasia tempat itu.
Waktu itu pedang dari keempat budak pedang tersebut kena tertahan oleh hawa khikangnya,
Istana Pulau Es 14 Menjenguk Cakrawala Seri Arya Manggada 1 Karya S H Mintardja Pendekar Wanita Penyebar Bunga 19
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama