Golok Maut Tjan Tjie Leng Karya O P A Bagian 2
Ternyata Yo Tjie Tjong masih belum tahu bahwa mustika yang masuk kedalam mulutnya tadi adalah benda pusaka alam yang dibuat perebutan oleh orang-orang gagah itu dengan pertaruhkan jiwanya.
Tadi jiwanya hampir saja melayang, karena dirinya dicurigai sebagai muridnya Yo Tjie Hoan, Pangcu dari Kam-Lo-Pang yang terkenal pada dua puluh tahun berselang, untung
perbuatannya ketiga orang jahat tadi keburu dicegah oleh Thian-San Liong-Lie, sehingga dirinya terhindar dari kematian.
Tetapi sekarang, benda pusaka yang dibuat rebutan itu telah masuk kedalam perutnya, ini sangat runyam jadinya.
Kalau benar seperti apa yang diduga oleh Tjin Bie Nio dan kedua Pangcu itu, bahwa anak muda ini ada hubungannya dengan Golok Maut, jika dibiarkan dirinya mendapat kekuatan tenaga demikian hebatnya, akibatnya tentu ada bencana bagi dunia rimba persilatan.
Maka pada saat itu, diantara orang-orang yang mengurung dirinya Yo Tjie Tjong, adalah Lie Bun Hao Pangcu Tjie-In-Pang, Thio Phan Pangcu dari Ban-Siu-Pang dan Tjin Bie Nio Ketua dari Pek-Leng-Hwee, yang nampak paling gelisah.
Pada saat itu seorang tua berewokan dengan gigi bercaling telah menerobos keluar dari antara orang-orang banyak, mulutnya memperdengarkan suara ketawanya yang mirip
dengan suara iblis. Orang tua itu telah mengawasi orang banyak itu sejenak, lalu berkata :
"Bocah ini akan kubawa. Siapa yang mengenal gelagat, lekas minggir!"
Semua orang terkejut mendengar perkataan itu, ternyata orang yang mengeluarkan
perkataan tersebut adalah si Iblis Wajah Singa yang sangat buas itu.
Mustika dari Gu Liong Kao sudah masuk kedalam perutnya si pemuda yang bersikap dingin itu. Entah apa maksudnya orang tua itu hendak membawa anak muda tersebut.
Sementara Yo Tjie Tjong yang mendengar perkataan si iblis, kedua matanya lantas merah beringas, ia berkta sambil kertak gigi :
"Dengan hak apa kau hendak membawa aku pergi?"
"Bocah, aku si orang tua telah menaksir kau ada mempunyai bakat yang luar biasa untuk menjadi seorang gagah yang terkuat didalam rimba persilatan, maka aku mempunyai
maksud hendak menjadikan kau muridku. Ini sebetulnya ada keberuntunganmu. Apakah kau tidak suka?" kata si Iblis Wajah Singa sambil perdengarkan suara ketawanya yang aneh.
"Maksud baikmu aku ucapkan terima kasih, sayang aku tidak mempunyai peruntungan
untuk menjadi muridmu," demikian Yo Tjie Tjong menjawa sambil ketawa dingin.
Orang-orang yang ada disitu, mendengar tanya jawab kedua orang itu, ramai kasak-kusuk.
Pada umumnya mereka berpendapat bahwa iblis tua itu karena sudah tidak mempunyai harapan mendapatkan mustika dari Gu Liong Kao, maka latas timbul pikirannya hendak mengambil pemuda itu sebagai muridnya.
"Bocah, kau boleh pikir biar mateng dulu. Aku si orang tua sebenarnya belum pernah menerima murid, tetapi hari ini buat kau aku kecualikan. Maka ini adalah peruntunganmu yang bagus!"
"Tadi sudah kukatakan, bahwa maksud baikmu itu hanya aku bisa mengucapkan terima kasih, maka kecuali itu sebetulnya tidak perlu lagi."
"Bocah, perkataanku ada merupakan hukum. Kau tidak suka juga harus suka."
"Memaksa orang jadi murid, sesungguhnya merupakan suatu hal yang langka dalam rimba persilatan."
"Bocah, kau berani menentang maksudku" Sesungguhnya kau tidak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi, he, he!"
"Habis kau mau apa?" tanya Yo Tjie Tjong jengkel, ia merasa tidak puas dengan caranya si Iblis Wajah Singa memaksa orang menjadi muridnya.
"Setan cilik, kau mau atau tidak?"
"Tidak!!!!" Iblis itu lantas perdengarkan suaranya yang menyeramkan.
"Setan cilik! Kalau kau tidak mau ikut aku, sekalipun kau mempunyai jiwa yang hidup seratus kali, juga akan binasa ditepi danau ini. Tahukah kau, sudah berapa banyak orang yang menginginkan dirimu?"
Yo Tjie Tjong terkejut, lalu berpaling dan dengan mata gemas ia mengawasi si Wanita Baju Putih dan dua orang tua yang tadi telah turun tangan keji terhadap dirinya. Ketika matanya berbentrokan dengan matanya si Gadis Baju Merah yang berdirinya disampingnya Tjin Bie Nio, hatinya merasa berdebar, tetapi dengan cepat ia lantas mengalihkan pandangannya kearah si iblis kemudian berkata padanya :
"Hidup atau mati adalah urusanku sendiri, tidak perlu kau turut capaikan hati."
"Setan cilik, tetapi sekarang kau tidak dapat berbuat menurut kehendakmu sendiri."
Saat itu tiba-tiba terdengar suara orang tertawa dingin.
Si Iblis Wajah Singa itu lalu berpaling dan mencari orangnya yang ketawa tadi, orang itu ternyata adalah Tjin Bie Nio, Ketua dari Pek-Leng-Hwee.
Si iblis lantas menegur dengan suara bengis:
"Tjin Bie Nio, kau jangan berbuat dengan tidak melihat gelagat."
Wanita centil itu tertawa terkekeh-kekeh dan kemudian maju tiga tindak kearah si Iblis Wajah Singa, matanya yang genit mengerling dan mulutnya masih memperdengarkan
ketawanya yang dingin. "Yo, apa artinya tidak kenal gelagat?" jawabnya. "Aku juga ada mempunyai maksud hendak membawa bocah ini ke perkumpulanku. Kau pikir bagaimana?" sehabis berkata kembali ia memperdengarkan ketawanya yang nyaring.
"Rase genit, setan cilik ini sikapnya dingin. Hatinyapun dingin. Dia merupakan barang yang enak dilihat, tetapi tidak enak dimakan."
Perkataan si Iblis Wajah Singa sesungguhnya ada sangat tajam dan mengandung ejekan terhadap dirinya wanita centil itu.
Tetapi Tjin Bie Nio tidak menunjukan perubahan sikap apa-apa, malah ia menyahut dengan suaranya yang merdu.
"Hal ini tidak perlu kau turut campur. Kami sebagai Ketua dari suatu perkumpulan, juga harus melaksanakan setiap perkataan yang keluar dari mulut kami. Hari ini, biar bagaima bocah ini pasti akan kami bawa. Siapa yang mau coba-coba merintangi kami ingin melihat sampai dimana tingginya kepandaian orang itu!"
"Hmmm, aku si orang tua terhadap kesukaan dalam hal makan nyali manusia, tidak perduli nyalinya laki-laki atau wanita, aku anggap serupa saja."
Wajah Tjin Bie Nio lantas berubah. Ia lantas berkata :
"Dengan memandang persahabatan dengan suamiku almarhum, aku sebetulnya masih
hendak mengindahkan dirimu. Tetapi nyatanya kau adalah seorang yang tidak kenal budi.
AKU Tjin Bie Nio nyalinya ada panas laksana bara. Tetapi kerasnya seperti baja. Barangkali tidak biasa masuk kerongkonganmu."
Yo Tjie Tjong yang mendengarkan pembicaraan mereka berdua telah memperebutkan
dirinya, dalam hati merasa sangat gemas tetapi apa daya" Karena badannya yang bekas terluka parah, sedikitpun ia tidak mempunyai kemampuan.
Terutama terhadap wanita yang centil genit itu, bencinya semakin menjadi-jadi.
Ia juga mengetahui bahwa keadaan dirinya sendiri saat itu sebetulnya sungguh berbahaya, maka ia tidak dapat memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Tetapi hatinya yang keras seperti baja dan sifatnya yang tinggi hati telah membuat ia dapat menghadapi segala kejadian dengan ketabahan, sedikitpun tidak mempunyai rasa takut.
Si Iblis Wajah Singa itu yang biasanya memang bersifat buas bagaimana dapat membikin sudah saja tantangan Tjin Bie Nio" Maka saat itu juga ia lantas menggeram serta maju dua langkah, dengan matanya yang buas ia membentak :
"Rase genit! Apa benar-benar kau hendak mencari kematian?"
Ucapan si Iblis Wajah Singa itu yang selalu mengatakan Tjin Bie Nio sebagai "Rase genit", apalagi hadapannya begitu banyak orang, betapapun tebalnya muka Tjin Bie Nio, juga tidak biasa tinggal diam begitu saja, maka sikapnya lantas berubah, dengan suara ketus ia menjawab:
?"Iblis tua, kau jangan sombong, bole coba-coba saja!"
Suasana ditepi danau itu kembali menegang.
Si Iblis Wajah Singa kelihatan berjingkrat-jingkrat bahna gusarnya, tetapi selagi hendak bergerak, tujuh orang tua dan tiga laki-laki kuat serta dua orang muda dengan satu Gadis Baju Merah dengan cepat sudah bergerak maju berada disampingnya Tjin Bie Nio.
Dua diantara ketujuh orang tua itu adalah Pangcu dari Tjie-In-Pang dan Ban-Siu-Pang.
Barisan yang demikian kuatnya itu mau tidak mau membuat
................................................................... to be
Bagian Ke Lima Juga oleh karena pernyataan Tjien Bie Nio itu, telah membuat beberapa kawanan iblis yang ada didalam rombongan orang banyak itu, masih mengandung harapan terhadap mustika
"Gu liong kao" yang sangat mujijat itu.
Beberapa pasang mata yang kejam, kini mulai ditujukan kepada dirinya Yo Tjie Tjong.
Maksud biadab dan nafsu serakah yang melebihi binatang buas itu, sesungguhnya sangat menakutkan.
Tjin Bie Nio dan kedua pangcu yang semula bermaksud hendak membinasakan dirinya Yo Tjie Tjong, karena mencurigai anak muda itu sebagai keturunannya Yo Tjin Hoan, mengapa sekarang tidak membiarkan si iblis berwajah singa turun tangan terhadap anak muda itu "
Ini bukannya merupakan suatu teka " teki.
Keserakahan hati manusia memang tidak ada batasnya. Disuatu fihak hendak
membinasakan jiwanya, tadi dilain fihak menginginkan mustika diperutnya.
Tjien Bie Nio dapat menebak maksudnya yang keji dari si iblis tua wajah singa, ada suatu bukti, ia sendiri juga memang mempunyai maksud yang serupa.
Yo Tjie Tjong kini telah dijadikan sasaran.
Suatu usaha pembunuhan yang keji dan menakutkan akan terulang lagi.
Kawanan manusia yang berhati iblis itu akan memperlakukan Yo Tjie Tjong seperti halnya mereka memperlakukan mahluk ajaib Gu " Liong " kao tadi. Mereka akan berusaha dengan segala daya upayanya untuk mencapai maksuknya mendapatkan barang ajaib itu.
Diantara orang banyak itu ada juga yang masih mempunyai prikemanusiaan, orang " orang itu kini perlahan lahan bubarab meninggalkan tempat yang seperti neraka itu, meskipun diantara mereka ada juga yang mengandung maksud hendak mendapatkan benda mujijat itu, tapi masih merasa segan untuk membelek perut manusia hanya sekedar untuk
memenuhi keserakahannya hati sendiri.
Orang " orang yang saat itu masih berada ditempat tersebut, sudah tentu ada serombongan kawanan iblis yang masih menginginkan benda tersebut.
Satu kecualian hanya terhadap dirinya Thian-San liong-lie.saat itu ia masih nampak bingung, ia tidak mau meninggalkan tempat tersebut, entah kekuatan apa yang membuat ia tidak tega meninggalkan dirinya si pemuda bersikap dingin yang keadaannya sudah sangat payah itu.
Tjin Bie Nio dan dua pangcu serta para pembantunya, yang sudah sekian lama berhadapan dengan si iblis berwajah singa, akhirnya Tjin Bie Nio-lah yang membuka kesunyian dari suasana tegang itu.
Setelah perdengarkan suara ketawanya yang genit, matanya memandang kedua pangcu
yang berdiri dikedua sisinya sejenak,kemudian perintahkan kepada para pembantunya :
,,kalian boleh mundur dulu !"
Gadis baju merah yang dipanggil kiauw-djie itu menggerendeng sendirian, nampaknya merasa kurang senang, dengan sikapnya ogah " ogahan ia terpaksa undurkan diri, yang lantas di ikuti oleh kedua pemuda baju ungu.
Saat itu Yo Tjie Tjong masih rebah menggeletak ditanah, darah yang mengalir dari mulut dan hidungnya sudah membeku. Entah masih hidup atau sudah binasa, tapi yang terang ialah sedikitpun tidak kelihatan ia bergerak. Setelah mengundurkan orang " orang, Tjin Bie Nio lalu berkata pula kepada si iblis berwajah singa :
,,apakah kau bersedia menerima suatu usulku ?"
Iblis berwajah singa itu tahu bahwa diantara orang banyak yang kini berada ditempat itu, hanya wanita ini yang paling sulit dilayani. Selain centil genit dan kejam buas, ia juga mempunyai banyak akal. Dan sekarang entah akal muslihat apalagi yang hendak diajukan.
Maka seketika itu ia lantas menjawab dengan suara dingin :
,, Usul apa " coba sebutkan !"
,, Kau kau sudah bertekad bulat hendak mendapatkan benda mujijat ?"
,, Benar !" ,, Apa kau sudah berkeputusan dan tetap hendak membelek perutnya setan cilik ini, untuk mengambil mustikanya ?"
,, Ng !" ,, Jikalau kami tidak turut campur tangan?"..?"
,, Itu ada kecerdikan kalian !" si iblis memotong.
Tjin Bie Nio bersenyum simpul, ia berkata pula sambil menunjuk orang " orang sekitarnya :
,, Sudahlah kau memikirkan, bahwa kecuali aku dan kedua pangcu, masih ada banyak sahabat dari dunia Kang " ouw yang datang untuk turut merebut benda gaib itu " Dan apakah mereka membiarkan anak muda itu begitu saja ?"
Ucapan ini benar " benar sangat lihai ! sampai si iblis yang ditanya demikian lantas melongo seketika lamanya tidak mampu menjawab.
Andai kata bertempur satu " persatu, kawanan iblis yang berada disitu, mungkin semua bukan tandingan si iblis berwajah singa, tapi jika main keroyok, ini lain soalnya.
Pada saat itu, matanya semua kawanan iblis yang ada disitu dari dirinya Yo Tjie Tjong telah dialihkan kearah si iblis berwajah singa dan Tjie Bie Nio. Cuma dua orang yang sikapnya terhadap To Tjie Tjong harus dikecualikan.
Satu adalah sigadis baju merah, sikapnya nampak sangat gelisah. Barangkali, pemuda dengan wajah dingin kecut itu, sudah mendobrak pintu hatinya.
Yang lain adalah Thian " san Liong " lie, ia sangat bingung. Seolah-olah ada pengaruh gaib yang mendorong padanya : kau harus menolong anak itu, kau tidak boleh membiarkan dia dibelek perutnya oleh kawanan iblis !
Tapi saat itu kawanan iblis sudah pada bersiap untuk turun tangan, disamping itu masih ada lagi Tjin Bie Nio dan kedua pangcu, yang juga ada mengandung maksud hendak
membinasakan dirinya pemuda itu, taruh kata kepandaiannya Thian " san Liong " lie sangat luar biasa, tapi kalau mau merebut jiwanya pemuda dibawah ancamannya begitu banyak musuh, sesungguhnya bukan soal mudah.
Si iblis berwajah singa sesungguhnya ada manusia yang sangat kejam ganas dan buas, setelah mendengar keterangan Tjin Bie Nio, hanya nampak terkejut sebentar, kemudian matanya menyapu para kawanan iblis lainnya, lantas pendengarkan suara ketawanya yang menyeramkan.
,, Tadi kata tidak akan campur tangan ?" demikian tanyanya kepada Tjin Bir Nio.
,, Jah !" jawabnya Tjin Bir Nio singkat.
,, Apa kau dapat menguasai kedua pangcu ?"
,, Kau rupanya terlalu memandang rendah kepada Tjin Bie Nio !"
,, Ng ! kau dan kedua pangcu tanpa sebab akan melepaskan kesempatan yang sukar
diketemukan ini ?" ,, Tidak kecewa kau menjadi jago untuk satu masa, dugaanmu sedikitpun tidak keliru !"
,, Apa syaratnya ?" ,, Kau harus melakukan pembedahan anak itu dan mengambil mustikanya dihadapan aku dan kesua pangcu !"
Si iblis itu setelah berpikir sejenak, lalu menjawab sambil ketawa :
,, Kau anggap aku situa bangka sebagai anak-anak umur 3 tahun saja !"
,, Apa artinya ?" ,, Kau hendak menggunakan tenagaku, mengundurkan semua orang kuat yang berada
disini, kemudian kau akan menggunakan ketika selagi aku kehabisan tenaga, lantas turun tangan bersama kedua pangcu itu, betul tidak ?"
,, Kau telah mengukur jiwa orang dengan jiwanya orang rendah. Kita sebagai ketua dan pangcu dari perkumpulan besar, didalam kalangan Kang " ouw bukan orang " orang yang tidak ada nama. Rasanya belum sampai berbuat begitu rendah seperti apa yang kau
ucapkan !" ,, Kalau begitu mengapa kau suruh aku melakukan perbuatan itu didepan kalian ?"
,, Setan cilik itu dengan aku kadua pangcu seolah- olah air dengan api. Maksudnya supaya kau melakukan pembedahan perutnya anak itu dihadapan kita, hanya mengharap bisa
menyaksikan dengan mata kepala sendiri kematiannya setan cilik itu !"
,, Benar ?" ,, Hm ! apa?" Para kawanan iblis yang lainnya saat itu agaknya sudah tidak sabar lagi.
Pertama- tama adalah si 3 cebol dari Kiong " lay yang bertindak lebih dulu, dengan kecepatan bagai kilat ia menyerbu dirinya Yo Tjie Tjong.
Selanjutnya sepasang penjahat dari Lam-bong, 4 setan dari Pak-bin, si garuda kepala botak dari bukit Kow-nia bertuju juga pada bergerak mengikuti jejak si 3 cebol.
Pertempuran sengit lantas dimulai.
3 cebol dari Kiong-lay itu belum sampai kakinya menginjak tanah, sudah disambut oleh Thian-san Liong-lie dengan serangannya yang amat dasyat !
3 cebol itu tidak menduga kalau Thian-san Liong-lie bisa turun tangan secara demikian mendadak, selagi badan mereka masih berada ditengah udara, angina kuat sudah kuat menyambar dirinya, maka lantas buru-buru jumpalitan ditengah udara dan melayang turun setombak lebih jauhnya.
Si iblis berwajah singa mengeluarkan geramnya yang sangat hebat, ia maju beberapa langkah, kemudian melancarkan serangannya tangan yang tepat menghalangi majunya 7
iblis dibelakangnya 3 cebol.
7 iblis itu terpaksa harus menarik diri masing-masing secara mendadak.
Kesua fihak sekarang saling berhadapan.
Hanya Tjin Bie Nio dan kedua pangcu itu yang berdiri sebagai penontonsambil bersenyum puas.
Bagian ke 6 PANGCU dari Tjie-in-pang Lie bun hao, pancu dari Ban-siu-pang Thio Phan dan ketua Pek-leng-hwee Tjin Bie Nio bertiga selain berdiri sebagai penonoton, bahkan
kadang-kadang memberi anjuran kepada kedua fihak yang bertempur.
Akal muslihatnya Tjin Bie Nio ini sesungguhnya sangat jahat.
Ia menganjurkan si iblis berwajah singa supaya bertempur mati-matian dengan para iblis lainnya, tidak peduli fihak mana saja yang menang, ia bersama kedua pangcu yang akan memungut hasilnya.
Thian-san Liong-lie namanya sangat terkenal didunia Kang-ouw sebagai satu pendekar wanita yang tinggi sekali kepandaiannya ilmu silatnya, terutama ilmu pedangnya. Dan ia sekarang telah turun tangan membela Yo Tjie Tjong, Tjin Bie Nio dan kedua pangcu tidak usah berhadapan sebagai musuh dengan pendekar wanita itu.
Tjin Bie Nio sudah berhasil dalam usahanya hendak menyingkirkan dirinya bocah yang dicurigai itu dengan menggunakan tenaganya para iblis itu.
Karena golok maut sudah muncul didekat situ, yang mengambil jiwanya si buli-buli arak berwajah burung, siapa berani pastikan kalau pemilik golok maut itu tidak berada dibukit Keng-san ini maka Pek-leng-hwee, Tjie-in-pang dan Ban-siu-pang harus menyimpan tenaga untuk menghadapi segala kemungkinan.
Dengan berdasarkan perhitungan kepentingan sendiri, maka tercapailah suatu perjanjian antara fihak Tjin Bie Nio dan kawannya dengan fihak si iblis berwajah singa,. Sementara itu, apakah perjanjian itu dapat dipertahankan terus atau tidak " itu ada lain soal.
Mari sekarang kita balik lagi kepada 3 si cebol dari Kiong-lay yang ditahan serangannya, oleh Thian-san Liong-lie.
Yang tertua dari 3 cebol itu ialah Wie Bu Liang, saat itu matanya yang sipit lantas didelikan, dengan suaranya yang keras is berkata :
,, Thian-san Liong-lie yang menganggap dirinya sebagai pendekar budiman, apakah juga kepingin mendapat bagian ?"
,, Aku Tho Hui Hong Cuma tahu berbuat apa yang aku harus buat. Aku minta supaya kalian bertiga suka kembali kepada kebenaran, perbuatan yang melanggar prikemanusiaan ini, tidak dapat di zinkan oleh tuhan dan manusia !" jawab Thian-san Liong-lie.
Si cebol kedua Tjong liat lantas menyahut sambil ketawa dingin :
,, Kita bertiga Cuma tahu ambil apa yang harus kita ambil tidak mengerti peraturan kebuddahan. Kau Thian-san Liong-lie jauh-jauh datang kemari, apa perlunya masih
berpura-pura berlaku sebagai orang budiman ?"
,, Dibawah sepasang mataku seorang she tho, tidak mengizinkan manusia kawanan buas melakukan perbuatan buas !"
,, Kau thian-san Liong-lie sesungguhnya terlalu tidak memandang mata kepada lain orang.
Kita bertiga sodara bukannya orang yang mudah diperhina, kalau kau tahu diri, lekas kau mundur untuk menjaga nama baik dan mukamu dikemudian hari !" kata Wie Bu Liang
sambil kedip-kedipkan matanya yang sipit.
,, Benda ajaib yang muncul dari bumi atau langit, sudah tahu sendiri siapa yang berhak memilikinya, hanya orang yang berjodo yang bisa memiliki benda tersebut. Merebut dengan akal atau atau dengan kekerasan, akan merupakan bencana sebaliknya membawa bahagia.
Apalagi membedah perut orang itu ada perbuatan yang melanggar undang-undang
ketuhanan !" Si cebol yang ketiga Wan Hong Hong lantas menyahut sambil ketwa aneh :
,, Thian-san Liong-lie memang baik hati, Cuma sayang kau sudah salah liat orang !"
,, Apa kalian bertiga pasti hendak turun tangan terhadap pemuda itu ?"
,, Memang begitu !" ,, Boleh coba !" ,, Baik !" sahutnya berbareng.
Tiga orang cebol itu lantas turun tangan berbareng menyerang Thian-san Liong-lie Kekuatan dari tiga orang cebol itu sesungguhnya tidak boleh dipandang ringan,
serangannya seolah-olah gelombang laut yang datang menggulung.
Tapi Thian-san Liong-lie Cuma ganda ketawa, lalu ulur tangannya satu tenaga lunak meluncur keluar, hingga kekuatan tenaga keras yang dilontarkan oleh ketiga orang cebol itu lantas lenyap tanpa bekas.
Tiga manusia cebol itu berubah wajahnya semua. Setelah saling memandang sejenak, Wie Bu Liang mundur setindak, lalu melancarkan serangan dengan kedua tangan, angin kuat telah menyambar kearah Thian-san Liong-lie.
Berbareng pada saat itu, si lodjie atau si cebol kedua Tjiong Liat mendadak merabu dari bawah ia mengunakan kaki dan tangannya, menyerang kaki bagian Thian-san Liong-lie.
Serangannya itu dilakukan secara ganas sekali.
Losam atau cebol yang ketiga Wan Hong Hong badannya melesat tinggi, kemudian dengan menggunakan kedua tangannya menyambar muka lawannya.
Thian-san Liong-lie badannya melesat miring untuk mentingkirkan serangan Tjiong Liat Jang ditujukan kepada kakinya tangan kirinya melanjutkan satu serangan untuk menyambuti serangannya Wie Bu Liang, sedang tangan tangannya balik menyambar tangannya Wan
Hong Hong. Setelah mendengar suara "bruk !", Wie Bu Liang terpental tubuhnya, dan Wan Hong Hong yang menampak tangannya hendak disambar, lantas buru-buru narik kembali tangannya, sedang Tjiong Liat Jang serangannya mengenakan tempat kosong juga lantas melayang turun ketanah.
Sitiga cebol itu dengan kekuatannya tiga orang masih tidak berdaya menghadapi Thian-san Liong-lie, dalam gusarnya lantas menyerbu berbareng.
Dilain fihak si iblis berwajah singa sudah mulai menggebrak dengan Empat Setan dari pak-bin ( Pak-bin Si-kui ).
Empat orang yang mendapat julukan 4 setan itu dengan gerak ilmunya seperti setan gesit dan lincahnya, ternyata bisa bekerja sama dengan rapat dan baik sekali, hingga si iblis wajah singa hampir tidak berdaya sama sekali.
Masih ada 10 orang-orang kuat dari golongan hitam yang berdiri sebagai penonton, ketika menampak dalam medan pertempuran itu telah berlangsung pertempuran dasyat dari dua rombongan, telah menganggap kedua itu ada kesempatan yang paling baik bagi mereka, maka dengan berbareng lkantas menyerbu Yo Tjie Tjiong.
Tapi dua penjahat dari Lam-bong dan si Garuda kepala botak yang berdiri menonton si iblis wajah singa bertarung, ketika menampak perbuatan pengecut itu lantas melesat berbareng, untuk merintangi majunya orang-orang tersebut.
Suara jeritan ngeri lantas terdengar dari sana-sini, ditanah lalu terkapar bangkainya 6 orang yang menjadi korban serangan lawannya.
Sisanya buru-buru mundur secara teratur.
Kedua penjahat dari Lam-bong dan garuda kepala botak yang begitu turun tangan lantas minta korban 6 jiwa dan mengusir mundur sisa yang lainnya, dengan berbareng telah melayang turun tidak jauh dari Yo Tjie Tjong menggeletak.
Pada saat itu, apabila kedua penjahat dari Lam-bong itu turun tangan, sudah tentu akan dihalangi oleh garuda kepala botak dari bukit Kow-nia. Sebaliknya apabila si garuda kepala botak turun tangan , juga akan dirintangi oleh dua penjahat dari Lam-bong.
Dalam keadaan demikian, tiga iblis itu jadi berdiri saling memandang dan memikirkan cara bagaiman turn tangan.
Thian-san Liong-lie yang menyaksikan keadaan demikian, diam-diam merasa gelisah, dengan cepat ia lantas menghunus pandangnya, dengan sgerakan yang sangat hebat ia berhasil mendesak mundur 3 orang cebol yang melakukan serangan secara kalap.
Kemudian jago betina dari Thian-san itu melesat kesampingnya Yo Tjie Tjong.
Dua penjahat dari Lam-bong dan si garuda kepala botak bertiga menjadi terjengang.
Iblis wajah singa yang mengawatirkan mangsanya didahului oleh orang lain,lantas timbul pikiran buasnya. Dengan kekuatan tenaga penuh yang demikiannya ,ia lantas mengirim serangannya yang paling ganas kepada lawannya.
Salah satu dari "Empat Setan" yaitu yang paling tua adalah orang yang pertama-tama menjadi korbannya.
Setan sial itu setelah keluarkan jeritan ngeri,badanya terpertal sejauh tiga tumbak lebih dan tidak bisa bangun lagi.
Tiga orang kawannya yang menyaksikan keadaan demikian lantas pada berdiri terpaku dengan kertak gigi,
Iblis wajah singa masih belum merasa puas hatinya, dengan kecepatan bagaikan kilat kembali ia menyerang setan ketiga yang berdiri diujung kanan. Setan itu sudah kena tersambar badannya, kedua setan yang lainnya dengan mata beringas menterang
berbareng dari kanan dan kiri.
Iblis wajah singa sambil menggeram hebat dengan menggunakan tubuhnya setan ketiga yang sudah berhasil ditangkap olehnya untuk memapaki serangan setan kedua dan
kemudian memutar balik tubuhnya menyambuti serangan setan keempat.
Sebentar lalu terdengar suara jeritan ngeri, kepalanya setan ketiga telah hancur remuk karena digunakan untuk memakai serangan kawannya sendiri.
Berbareng pada saat itu, serangan setan keempat telah beradu dengan kekuatan dari si iblis wajah singa yang dipakai untuk menjabuti serangan tersebut.
Kesudahnya, setan keempat itu rubuh terduduk ditanah, sedangkan si ivlis berwajah singa juga terpental mundur lima tumbak.
Setan kedua yang tidak menduga-duga bahwa lawannya ini akan menggunakan tubuhnya setan ketiga menjabuti serangannya tadi, maka ia sudah tidak sempat menarik serangannya kembali, sehingga sang kawan itu harus menjadi korban dari tangannya sendiri. Dalam gusar dan sakit hatinya, ia lantas maju menyerang lagi secara nekad?"..
Maka ketika si iblis wajah singa baru saja bisa tancap kaki, serangan setan kedua sudah sampai.
Iblis wajah singa itu pendengarkan suara ketawanya yang aneh tangan kanannya
melancarkan satu serangan yang hebat sambil menggeser maju badannya.
Sementara itu, lima jari tangan kirinya yang runcing tajam menghantam badannya setan kedua.
Setan kedua itu badannya telah terpental mundur beberapa tindak karena serangannya si iblis wajah singa tadi, siapa punya jari tangan terus membayangi menghantam serangan total, serangan luar biasa dasyat.
Si iblis wajah singa tidak keburu mengegos maka setelah keluarkan seruan tertahan, mulutnya lantas menyemburkan darah, tubuhnya mundur terhujung-hujung.
Tetapi berbareng tubuhnya si setan kedua dan ditarik sehingga badannya terbelah menjadi dua bagian dan isiu perutnya berhamburan ditanah.
Semua orang pada bergidik menyaksikan perbuatan si iblis wajah singa itu.
Sehabis membereskan setan kedua, iblis itu menghampiri si setan keempat yang masih duduk ditanah.
Si setan keempat mendadak lompat bangun, setelah mengawasi mayat ketiga saudaranya, lantas berseru dengan suara memilukan hati :
,, Iblis tua, kembalikan ketiga nyawa saudaraku !"
Kegusarannya meluap dari takeran, mukanya berubah buas."
Ia lalu mengerahkan ilmu simpanannya yang paling ampuh untuk menyerang musuh.
Tangan kanannya mendadak melebar menjadi besar, kemudian berubah menjadi hitam.
Ditengah-tengah telapakan tangannya itu ada timbul satu bundaran seperti bola sebesar mangkok.
Si iblis wajah singa adalah seorang yang sudah mempunyai banyak pengalaman. Begitu melihat, segera juga ia mengerti bahwa setan keempat ini bermaksud hendak mengadu jiwa dengannya dan telah mengerahkan serangan simpanannya yang dinamakan Tok tijang
Kui-tjian". Tipu "Tok-tjiang Kui-tjian"iniadalah tipu yang menggunakan seluruh kekuatan dan darah yang dipusatkan ketelapak tangan, kemudian membikin pecah kulitnya sendiri, sehingga dari kulitnya itu menyemburkan darah laksana anak panah yang terlepas dari busurnya.
Semburan itu dapat mencapai jarak satu tumbak lebih sekalipun badannya berbadan seperti besi juga jika terkena serangan darah itu bisa tembus.
Tetapi bagi sipenyerang sendiri, juga akan binasa karena kehabisan tenaga dan darahnya, maka ilmu ini merupakan ilmu serangan yang paling kejam.
Setan keempat itu karena melihat ketiga orang saudaranya sudah binasa semua
ditangannya si iblis wajah singa dan hanya ketinggalan dia seorang diri yang masih hidup, maka ia telah memilih jalan yang terhir ini.
Si iblid wajah singa yang mengetahui maksud lawannya itu hatinya diam-diam juga terkejut, maka telah urungkan gerakannya menyerbu lagi.
Telapakan tangan si setan keempat yang melambung seperti bola tadi, tiba-tiba telah pecah dan menyemburkan darah menyerang kearah si iblis wajah singa.
Betapapun ganas dan buasnya si iblis wajah singa, juga tidak akan berani pertaruhkan jiwanya sendiri untuk menjabuti serangan yang nekad itu. Dalam kagetnya ia lantas melompat nyamping kekanan apa mau sekalipun ia sudah bergerak sangat gesit, sehingga bagian anggota badan terpenting dapat dihindarkan dari serangan tersebut, tetapi tidak urung daun telinga kirinya sudah terkena semburan darah itu dapat copot jatuh, sedangkan pundak kirinya juga berlubang mengeluarkan darah segar.
Berbareng dengan itu tubuhnya si setan keempat juga lantas rubuh untuk tidak bangun kembali.
Iblis wajah singa itu lolos dari bahaya matanya kelihatan lebih buas ia lalu menghampiri mayat setan ke empat, dengan tangan kirinya ia merobek baju setan ke empat tangan tangannya lalu di tancapkan kedadanya sebentar kemudian nyalinya si setan ke empat sudah berada di tangannya.Nyali yang masih bertetesan darah itu lantas di masukan kemulutnya.
Perbuatan iblis wajah singa talah mengejutkan semua orang yang memyaksikan dan berdiri bulu roma.
Si iblis wajah singa telah menghilangkan nyali setan ke empat lantas melompat kearah Tian-san Liong-lie.
Hampir bersamaan pada saat itu tiga orang pendekar dari Kiong-lay juga menyusul.
Pada saat itu keadaan kembali meneggang.
Tian-san Liong-lie tampaknya sedang berpikir keras.Karna pada saat itu Yo Tjie Tjong masih dalam keadaan pingsan,jika ia tidak berhasil melindungi tentu saja sangat berbahaya.
Dengan kekuatanya sendiri untuk menghadapi kawanan iblis mungkin tidak menjadi soal tetapi hendak menolong dirinya Yo Tjie Tjong yang sudah hampir mati itu keluar dari tempat yang berbahaya itu benar-banar merupakan satu persoalan yang sangat sulit
Si iblis wajah singa yang saat itu mulut dan badannya penuh dengan darah manusia dengan suara bengis lantas membentak :
,,siapa yang tahu gelagat,lekas mundur !"
Dua penjahat dari Lam-bong,tiga pendekar dari Kiong-lay dan si garuda keapala botak dari bukit Kow-nia,meskipun mreka merasa jeri terhasap keganasan iblis tua itu,tetapi tidak ada seorangpun yang mau mundur.
Sedangkan Thian-san Liong-lie sambil memegang erat-erat pedang.Mengawasi kawanan iblis itu tanpa berkedip.
Disamping itu di luar sejarak kira-kira lima tombak jauhnya orang-orang dari
pek-leng,Tjie-in-pang dan Ban-siu-pang dengan sikap yang tenang menyaksikan semua kejadian yang terjadi di tempat itu seolah-olah kejadian itu tidak ada hubungannya dengan mereka sendiri.
Selain daripada itu, ditempat sejauh kira-kira sepuluh tumbak masih ada banyak
orang-orang kuat dari golongan hitam dan putih yang hendak menghentikan berahirnya peristiwa yang mengenaskan demikian.
Diantaraanya, adajuga yang bermaksud hendak mencari untung dalam kekeruhan itu.
Yo Tjie Tjong yang lama pingsan perlahan-lahan telah terlihat membuka matanya, ketika kedua matanya berbentrokan dengan berapa pasang mata kawanan iblis yang buas-buas itu, diam-diam merasa bergidik sendirinya, ia insyaf dirinya ada dalam bahaya.
Ketika melihat Thian-san Liong-lie ada disitu, siapa pernah memberikan obat padanya waktu ia terkena serangan orang-orang ganas, sedang berdiri disampingnya dengan pedang terhunus, dalam hatinya diam-diam merasa bersyukur. Ia berpikir, siapakah wanita pertengahan umur itu " mengapa ters-terusan memperhatikan diriku yang sangat asing dan sebagai anak piatu yang tidak mempunyai sanak keluarga " apakah ia mampu menghadapi kawana iblis itu semua " jika aku Yo Tjie Tjong tidak binasa, aku nanti akan membalas budinya yang besar ini.
Karena kesannya yang sangat baik itu, maka ia lantas mengawasi Thian-san Liong-lie sambil tersenyum.
Justru senyuman itu telah membikin goncang hatinya thian-san Liong-lie. Tekadnya bertambah bulat untuk menolong dirinya anak muda itu. Ia merasa bahwa dari dirinya anak muda ini ia akan mendapat sedikit hiburan untuk hatinya yang terluka.
Si iblis wajah singa ketika melihat gertakannya tidak ada seorangpun yang menggubrisnya, timbul pula hati ganasnya. Setelah berpikir sejenak, tiba-tiba ia memutar kedua tangannya dan menyerang kearah dua orang penjahat dari lam-bong.
Golok Maut Tjan Tjie Leng Karya O P A di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Iblis tua wajah singa ini meskipun adatnya kejam dan buas, tetapi ia bisa bertindak sangat hati-hati. Ia telah memperhitungkan masa-masa dari kekuatan lawan-lawannya, maka lantas mengambil keputusan hendak merubuhkan satu demi satu.
Dengan adanya Thian-san Liong- lie disitu,beberapa orang itu tentunya tidak
berdayamendapatkan dirinya Yo Tie Tjong.
Maka ia mau membereskan lawannya yang kuat satu-persatu dulu, setelah itu baru
menghadapi Thian-san Liong-lie.
Tetapi dua penjahat dari Lam-bong itu juga bukannya orang-orang sembarangan, bahkan kekuatan mereka berdua masih berada diatasnya kekuatan " Empat Setan dari Pak-bin".
Ketika mereka dijadikan sasaran pertama oleh siiblis wajah singa, sambil keluarkan ketawa dingin, kedua-duanya lantas mengeluarkan tangan mereka untuk menjabuti serangan si iblis tua wajah singa itu.
Karena masing-masing pada mendendam maksud untuk mrmbinasakan lawannya. Maka
setiap serangan telah dilancarkan dengan sepenuh tenaga dan ganas.
Sementara itu, dipihaknya tiga orang pendek dari Kiong-lay, ketika menyaksikan kejadianitu mereka bertiga lantas menganggap bahwa itu merupakan suatu kesempatan baik yang
harus digunakan. Maka setelah satu sama lain memberikan isyarat. Wang Hong-hong
tiba-tiba melesat tinggi, dengan gerakan burung elang menerkam tajam, lantas menyerbu dirinya garuda kepala botak.
Bersamaan saat itu juga, Wie Bu Liang dengan sepenuh tenaga menerjang Thian-san
Liong-lie, sedangkan Tjiong-Liat juga secepat kilat menyambar dirinya Yo Tjie Tjong dan melompat keliar kalangan.
Gerakan mereka itu sebenarnya diluar dugaan semua orang. Thian-san Liong-lie wajahnya berubah seketika, rupanya ia sudah gusar benar-benar. Sambil keluarkan bentakan hebat pedang di tangannya bergerak seperti bianglala, dengan kecepatan luar biasa sebentar saja sudah mengeluarkan serangannya secara bertubi-tubi dengan demikian. Maka serangannya Wie Bu Liang lantas kandas ditengah jalan.
Thian-san Liong-lie merangsek, sehingga Wie Bu Liang seluruh badannya lantas terkurung oleh sinar pedangnya.
Mendadak terdengar suaranya Thian-san Liong-lie yang berseri kena !" yang selanjutnya terdengar suara dijeritnya Wie Bu Liang, ternyata kanan orang she Wie itu sudah terpapas kutung darah tampak berhamburan ditanah, dan orangnya bergulingan.
Dengan tidak mendongak lagi Thian-san liong-lie lantas mengejar si cebol kedua, Tjiong-liat.
Sementara itu, si garuda kepala botak yang diserbu oleh Wan Hong-hong secara
mendadak,ternyata tidak berkelit atau tidak menyingkirkan diri dari serangan lawannya, bahkan dengan kedua tangannya ia memapaki serbuannya lawannya itu.
Sementara itu, si garuda kepala botak yang diserbu oleh Wan Hong-hong lantas terpental, dan setelah jumpalitan ditengah udara baru jatuh ketanah, sedangkan sigarusa kepala botak sendiri badannya juga terhujung-hujung.
Si garuda kepala botak yang dalam golongan hitam paling terkenal dengan kepandaian mengentengi tubuhnya, setelah kakinya berdiri lagi, lalu meledat tinggi keatas mengejar Wan Hong-hong.
Si iblis wajah singa dan kedua orang penjahat dari dari Lam-bong, ternyata merupakan lawan yang berimbang. Meskipun kedua pihak sudah berdaya sedapat-dapatnya untuk
menjatuhkan lawannya, tetapi untuk sementara tidak ada yang berhasil melepaskan diri dari lawannya, keadaannya ternyata sudah berubah.
Tjing-liat, si pendek yang kedua, ternyata sudah binasa dalam keadaan terkutung
kepalanya, sedangkan pemuda baju kuning, Yo Tjie Tjong, sudah dikuasai oleh
orang-orangnya Pek-leng-hwee, dan Ban-siu-pang.
Thian-san liong-lie dan lain-lainnya pada berdiri sejarak dua tumbak lebih.
Si iblis wajah singa dengan mata beringas lantas hendak menerjang maju"..
Tetapi sesaat itu mendadak terlihat berkelebatnya satu bayangan putih, Tjien Bie Nio dengan sepasang pedang dikedua tangannya menghadang didepannya Yo Tjie Tjong, ia masih tetap dengan gusar lantas ia berkata kepada Tjien Bie Nio :
,, Tjien Bie Nio, perkataanmua tadi masih berlaku atau tidak ?"
,, Perkataan apa ?" ,, Setan cilik ini sksn kubelek perutnya."
Meskipun dirinya Yo Tjie Tjong sudah dikuasai orang, tetapi pikirannya masih terang. Ketika mendengar perkataan si iblis wajah singa itu, bukan kepalang rasa gusarnya, ia segera mengerti bahwa maksudnya kawanan iblis itu ialah hendak mengambil mustika dari dalam perutnya.
Atas ucapan si iblis wajah singa tadi, Tjien Bie Nio lalu menyahut sambil ketawa :
,, Setiap perkataan yang keluar dari mulut kami selalu berharga."
Si iblis tampaknya kegirangan, ia berkata pula dengan suara cemas :
,, Apa sekarang juga kau hendak memberikan setan cilik itu kepadaku,"
,, Ini sangat mudah sekali, Cuma sahabat-sahabat dunia Kang-ouw yang berada disekitar tempat ini apakah?".." jawab Tjien Bie Nio mengerling kearah dua penjahat dari
Lam-bong, garuda kepala botak dan lain-lainnya.
Belum sampai si iblis wajah singa menjawab mendadak Wie Bu Liang si pendek yang tertua menjelak dengan suara gusar.
,, Kembalikan jiwa saudaraku !" lalu ia bersama saudaranya yang ketiga lantas menyerang berbareng pada Tjien Bie Nio.
Ternyata si pendek yang kedua Tjing-liat, tadi ketika berhasil merebut dirinya Yo Tjie Tjong dan hendak dibawa kabur telah binasa ditangannya Tjien Bie Nio, dengan demikian Yo Tjie Tjong juga telah direbut oleh Tjien Bie Nio.
Ketika melihat kedua orang cebol itu menerjang, Tjien Bie Nio tertawa terpingkal-pingkal, lantas memutar kedua pedangnya, sehingga pedang itu merupakan tembok yang
melindungi dirinya. Kedua orang pendek tadi terpaksa harus melancarkan serangan menggunakan tenaganya dengan sepenuh tenaga.
Serangan dari kedua orang pendek itu ternyata sangat hebat sebab mereka sudah berhasil membuyarkan tembok pedangnya Tjie Tjong juga direbut oleh Tjien Bie Nio, tetapi
keduanya juga terpental jauh.
Dipihak si iblis wajah singa, setelah permintaannya diterima baik oleh Tjien Bie Nio, pikirnya asal tidak ada orang ketiga yang turut campur tangan, dirinya Yo Tjie Tjong segera akan terjatuh dalam tangannya, maka seketika itu ia lantas turun tangan membantu Tjien Bie Nio.
Tiga orang pendek dari Kiong-lay yang sekarang Cuma tinggal dua orang lagi, rupa-rupanya mengerti bahwa jika pertempuran dilakukan terus, tidak akan menguntungkan fihaknya sendiri, ketambahan lagi si pendek yang tertua saat itu tangannya Cuma tinggal sebelah, maka pengharapan mereka jadi semakin tipis untuk merebut kemenangan.
Setelah menyaksikan si iblis wajah singa membantu Tjin Bie Nio, kedua-duanya lalu lompat melesat sejauh setumbak lebih menghindari serangan si iblis wajah singa itu dan lantas hilang kedalam rimba.
Si iblis wajah singa tertawa bergelak-gelak, lalu berpaling dan berkata kepada dua penjahat dari Lam-bong.
,, Apakah kalian masih belum mau lepas tangan ?"
Dua penjahat dari Lam-bong itu mengawasi Tjin Bie Nio dan Thian-san liong-lie sejenak, kedua-duanya lantas mundur sejauh sepuluh tumbah.
Sementara itu, si garuda kepala botak juga meninggalkan tempat tersebut.
Disitu hanya tertinggal Tjin Bie Nio, kedua pangcu, si iblis wajah singa dan Thian-san liong-lie.
Yo Tjie Tjong dengan wajah pucat pasi, kedua tangannya dipegangi oleh orang-orangnya Pek-leng-hwee, saat itu berdiri ditempat sejauh lima tumbak, dengan matanya juga beringas ia mengawasi kawanan iblis itu.
Si gadis baju merah yang dipanggil "Kiauw Djie" terus menggerak-gerakan pecut lemas ditangannya, sebentar mengawasi Yo Tjie Tjong yang berada disampingnya, sebentar lagi mengawasi kedalam kalangan. Tampak tegas sekali betapa tegang perasaan hatinya,
sedangkan pemuda baju ungu itu kelihayan berdiri sebagai penonton dengan perasaan puas.
Thian-san liong-lie dengan sangat memperhatikan mengawasi Yo Tjie Tjong sejenak, kemudian telah mengambil suatu keputusan tetap. Dengan keadaan tidak bersuara ia lantas melajang kea rah Yo Tjie Tjong.
Orang-orangnya Pek-leng-hwee yang saat itu menguasai dirinya Yo Tjie Tjong, kecuali dua orang kuat yang memegang tangannya Yo Tjie Tjong, masih ada lagi lima orang tua.
Kala itu, ketika melihat melesatnya bayangan manusia, lima orang tua itu lantas maju berbareng, masing-masing mengeluarkan serangan tangannya.
Thian-san liong-lie, sebelum lawan sampai sudah melanjutkan serangan tangannya, maka serangan kelima orang tadi lantas berbentrokan dengan serangan tangannya Thian-san liong-lie, dan kelima orang tua itu lantas terpental mundur semuanya.
Sebentar kemudian, pedangnya Thian-san liong-lie dengan kecepatan kilat sudah menikam kearah laki-laki yang sedang memegang dirinya Yo Tjie Tjong.
Mendadak suara " terang terdengar nyaring, pedang Thian-san liong-lie telah terpental miring.
Ketika ia melihat siapa orangnya yang mengkis serangannya tadi, ternyata orang itu adalah Tjin Bie Nio yang dengan sepasang pedangnnya sudah berdiri didepannya kedua laki-laki tua tadi denga wajah merah padam.
Terang bahwa ia tadi sudah menggunakan tenaga sepenuhnya untuk mengkis serangan
Thian-san liong-lie. Yo Tjie Tjong yang masih terluka parah, saat itu dirinya dipegangi oleh dua orang laki-laki kuat, tampaknya terus menggigil, sedangkan jidatnya sudah penuh keringat dingin. Ia hanya kuatkan hatinya saja sehingga tidak merintih.
Saat itu, ketika menyaksikan Thian-san liong-lie telah menolong dirinya lagi, bahkan dengan tidak menghiraukan jiwanya sendiri, hatinya merasa tergerak.
Kedua matanya yang sayu telah memancarkan sinar berterima kasih mengawasi Thian-san liong-lie, sedangkan dalam hatinya berpikir : Wanita pertengahan umur ini kalau dilihat dari wajahnya, seharusnya aku panggil kwok-kwok ( bibi ) padanya. Jika hari ini aku akan binasa ditangannya kawanan iblis, busi ini rasanya hanya dapat kubahas dilain penitisan.
Tjin Bie Nio kecuali cabul dan centilnya yang sudah sangat terkenal, juga merupakan seorang cerdik juga banyak akalnya. Ketika melihat Thian-san liong-lie berkali-kali turun tangan melindungi dirinya Yo Tjie Tjong, dengan tidak menghiraukan segala bahaya, ia sudah mengetahui bahwa disitu pasti ada sebab-sebabnya maka ia lantas berkata sambil ketawa :
,, Tho Lihiap perlu apa campur tangan dalam urusan ini ?"
,, Campur tangan " apa dosanya anak ini " mengapa kalian akan membelek perutnya dan mengambil mustikanya " perbuatan jahat yang melanggar hukum dan perikemanusiaan ini, aku Tho Hui Hong tidak boleh tidak harus turut campur tangan" jawab Thian-san liong-lie tegas.
Jawabnya itu telah membuat Tjin Bie Nio wajahnya berubah seketika.
Pangcu dari Tjie-in-pang, Lie Bun Hao, tiba celetuk :
,, Tho Lihiap, barangkali tidak bermaksud dengan kami berdua pang dan Pek-leng-hwee."
,, Dua pang Pek-leng-hwee tidak dapat menggertak orang." jawab Thian-san liong-lie sambil ketawa dingin.
Pangcu dari Ban-siu-pang. Tio Phan, lantas berkata sambil ketawa bergelak-gelak :
,, Sombongnya perkataan Tho Lihiap."
,, Kalau benar, kau mau apa ?" jawab Thian-san liong-lie ketus.
Tiba-tiba Tjin Bie Nio mengeser kakinya tiga tindak, tangannya menekan jalan darah Beng-hun-hiat dibelakang gegernya Yo Tjie Tjong. Dengan wajah masih ramai dengan senyuman ia berkata kepada Thian-san liong-lie :
,, Tho Lihiap barangkali tidak suka melihat bocah cakap ini melayang jiwanya disini ?"
Thian-san liong-lie melongo.
Yo Tjie Tjong lantas membentak dengan suara yang serak :
,, Iblis perempuan, aku Yo Tjie Tjong menyesal sekali tidak bisa membeset kulitmu dan makan dagingmu !"
Thian-san liong-lie hampir saja meledak dadanya, wajahnya nampak merah padam, dengan suara gusar ia berkata :
,, Pek-leng-hwee dan Tjie-in-pang serta Ban-siu-pang ternyata Cuma bisa mengeluarkan perbuatan yang begitu rendah, turun tangan selagi orang tidak berdaya. Apa masih ada muka untuk mengaku sebagai ketua dari partai-partai terbesab dalam dunia Kang-ouw ?"
Tjin Bie Nio lepaskan tangannya, ia maju 3 tindak dan kata dengan tenang :
,, Menurut pikiran Tho Lihiap, urusan ini bagaimana harus kita bereskan ?"
,, Anak ini dengan perkumpulan kalian sebetulnya ada masalah apa " mengapa kalian harus membinasakan jiwanya " jika memang benar anak ini memang cukup alasannya patut
dibinasakan, maka aku Tho Hui Hong akan terlalu tanpa ambil perduli lagi !" jawab Thian-san liong-lie, mendengar perkataan itu, merah mukanya Tjin Bie Nio.
Memang sebetulnya mereka tidak punya alasan untuk mengambil jiwa Yo Tjie Tjong,
mereka hanya mencurigakan dirinya pemuda itu ada hubungan dengan golok maut.
Tapi karena hal itu ada menyangkut urusan atau peristiwa yang terjadi pada 20 tahun berselang, biar bagaiman tentu mereka tidak dapat menjelaskan.
Tjin Bie Nio dengan kecantikannya, kegenitan dan akal muslihatnya yang banyak, telah merupakan kepala dalam rombongan dari orang-orang Pek-leng-hwee, Tjie-in-pang dan Ban-siu-pang-siu-pang. Saat itu setelah berdiam sejenak, lalu menjawab dengan sangat misterius :
,, Urusan ini ada menyangkut urusan pribadi dalam perkumpulan kami, maaf tidak dapat kami beritahukan kepadamu !"
,, Segala permusuhan dan dendaman dalam dunia Kang-ouw, boleh saja diumumkan
secara terus terang, dalam urusanmu ini mungkin ada urusan yang tidak patut diketahui oleh orang lain ?" Tanya Thian-san liong-lie.
Sebetulnya Yo Tjie Tjong sendiri juga mengerti, tapi ia tidak mau buka mulut, karena jika ia menerangkan dirinya bukan Cuma Pek-leng-hwee, Tjie-in-pang dan Ban-siu-pang saja akan membinasakan dirinya, tapi masih ada banyak lagi manusia iblis yang menakutkan tentunya juga tidak akan melepaskan dirinya.
Tjin Bie Nio rupanya merasa jengah, sikapnya yang genit lantas musnah seketika. ,, Tho Hui Hong, kami ketua dari Pek-leng-hwee ada menjungjung tinggi kau seorang pendekar wanita kenamaan, maka selalu bersikap mengalah. Jangan ka uterus mendesak demikian rupa.
Aku sekarang Tanya hendak kau, hari ini kau hendak berbuat apa ?" demikian Tanya gusar.
,, Harap kau suka lepaskan anak yang tidak berdosa ini dengan sekuat tenaga yang ada padaku !"
Suasana kembali menjadi tegang.
,, Dengan memandang mukamu Thian-san liong-lie, bukan tidak bisa kita lepaskan anak ini, tapi?"" jawabnya Tjin Bie Nio dingin.
,, Tapi bagaimana ?"
,, Orang lain mau mengerti atau tidak " kami tidak tahu !" sahutnya Tjin Bie Nio sambil melirik pada si iblis wajah singa.
,, Kalau begitu kau lepaskan dulu orangnya, tentang orang lain mau mengerti atau tidak, ada urusanku Tho Hui Hong !" Thian-san liong-lie mendesak.
Dengan tanpa ragu-ragu Tjin Bie Nio lantas memberi tanda kepada kedua laki-laki yang memegangi tangan Yo Tjie Tjong, kedua laki-laki itu lantas lepaskan cekalannya. Dan selagi kedua pangcu itu hendak membuka mulut, tapi sudah dicegah oleh Tjin Bie Nio dengan lirikan matanya yang tajam.
Sepasang alisnya Kiauw-djie yang dikerutkan sejak tadi, kini baru kelihatan terang.
Yo Tjie Tjong dengan badan sepoyongan menghampiri Thian-san liong-lie, kemudian
berkata padanya dengan suara sangat terharu :
,, Bibi Tho, izinkan aku demikian memanggil dirimu. Terhadap budimu yang begitu besar yang kau lepaskan kepada diriku, aku tidak berani mengucapkan bisa membalas. Tapi aku Yo Tjie Tjong selama masih hidup, pasti akan ingat terus budimu ini dalam hatiku.
Sehabis mengucapkan perkataannya itu, sikap dan wajahnya kembali nampak sangat dingin dan kecut, sedang matanya memancarkan sinar kebencian.
Sebutan Bibi Tho itu ternyata sangat menggirangkan hati Thian-san liong-lie, sehingga sepasang matanya yang agak layu memancarkan sinar yang menandakan tergoncangnya
sang hati. Ia terus mengawasi wajahnya Yo Tjie Tjong, agaknya sedang mencari-cari barangnya prang yang sudah menghilang dari depan matanya, tapi agaknya juga seperti mengenangkan kepada masa yang sudah lampau. Akhirnya ia berkata sendiri dengan suara perlahan : ?"Betapa miripnya anak ini dengan dia.."
Wajahnya mendadak berubah sedih, air mata tampak mengembang ditelakupan matanya.
Kemudian mengetes turun kedadanya.
Yo Tjie Tjong memandang dengan perasaan heran, entah siapa yang dimaksudkan denga s?Di? "
Saat itu mandadak terdengar suara ketawa aneh, si iblis wajah singa sudah lompat maju ke depan Thian-san liong-lie, dengan matanya yang beringas ia berkata dengan sengit :
"Thian-san liong-lie, kau berani bermusuhan dengan aku si orang tua ?"
Thian-san liong-lie angkat perlahan-lahan mukanya, baru menjawab dengan suara dingin :
"Kau hendak berbuat apa ?"
"Kalau kau kenal gelagat, lekas serahkan dirinya bocah ini !"
Yo Tjie Tjong lekas nyeletuk dengan mata beringas :
"iblis tua, aku Yo Tjie Tjong kalau tidak mati, pasti akan bikin remuk tulang-tulangmu !"
".setan cilik, kau pasti tidak bisa hidup lagi, tunggu sampai lain penitisan kau baru bisa membuat perhitungan hutang ini !" kata si iblis wajah singa.
Thian-san liong-lie nampaknya sudah gusar benar-benar ia bertanya dengan suara bengis :
"iblis tua, kau benar-benar hendak melakukan perbuatan yang melanggar hukum dan
prikemanusiaan !" "Kau berani ganggu selembar rambut saja anak ini, pembalasan segera berada didepan mata !"
"He"he"he! Orang semacam kau masih belum pantas untuk mengucapkan demikian "
"Kalau begitu kau boleh coba saja !"
Rambut dan jenggot si iblis wajah singa nampak pada berdiri mulutnya mengangah hingga kelihatan calingnya yang tajam. Sikapnya itu sungguh menakutkan, seolah-olah siluman wajah singa berbadan manusia.
Setelah pendengaran geramnya yang seram, ia lantas menyerang dengan beruntun sampai 8 kali kepada Thian-san liong-lie.
Iblis ini sudah napsu benar-benar hendak mendapatkan mustika dari dalam perutnya Yo Tjie Tjong. Dan Thian-san liong-lie, wanita setengah umur yang sangat cantik ini, merupakan musuh kuatnya yang terakhir. Maka ia harus menghadapi dengan dengan sepenuh
tenaganya. Serangan 8 kali itu dilanjutkan sekaligus, setiap gerakan mengandung kekuatan tenaga dalam yang hebat.
Thian-san liong-lie mundur 3 tindak, baru berhasil menghindarkan serangan yang sangat hebat itu.
Ketika serangan lawanya agak kendor, ia lantas balas menyerang dengan pedang
panjangnya. Ia melanjutkan serangan berantai sampai 9 kali.
Iblis wajah singa itu nampak sangat ripuh. Setelah berkelit kesana-kemari, baru berhasil meloloskan diri dari ancaman ujung pedangnya Thian-san liong-lie. Tapi dengan demikian justru telah membangkitkan kebuasannya.
Dengan mendadak ia tarik mundur dirinya sampai 5 kali. Lalu mendorong kedua tangannya dengan kekuatan tenaga sepenuhnya. Seketika itu lantas terbit angin hebat yang
ditimbulkan oleh serangan si iblis wajah singa tua itu. Serangan itu benar-benar sangat dahsyat. Thian-san liong-lie meski ada satu ahli pedang kenamaan tetapi kekuatan tenaga dalamnya masih kalah setengah tingkat dari pada si iblis wajah singa, maka pedangnya lantas tidak dapat digunakan.
Ketika menapak serangan lawannya ada begitu hebat, ia tidak berani menyambuti dengan kekuatan tangan kanannya dan terpaksa berkelit kesamping sampai 8 kali jauhnya.
Si iblis wajah singa tidak mau memberi hati, dengan cepat susulkan serangan berikutnya.
Karena dirinya sedang terluka parah, bergerak saja masih menjadi pertanyaan, mana ada kemampuan untuk melawan para iblis tua "
Thian-san Liong Lie meski membela dirinya secara mati-matian meski untuk menghadapi si Iblis Wajah singa rasanya masih tidak menjadi soal, tapi jika Tin Bie Nio Dn kedua pancu itu turut turun tangan, sudah tentu ia tidak dapat melawan. Disamping itu masih banyak lagi kawanan iblis yang mengincar diam-diam " Masih belum diketahui.
Pikir bolak-balik, semuanya merupakan jalan buntu, satu-satunya jalan ialah kematian.
Dalam keadaan demikian, ia telah inggat dirinya yang tidak ketahuan asal-usulnya. Ia ingat dendam sakit hati gurunya.
Denangan tidak terasa, air matanya lantas mengalir turun.
Ia tidak takut mati, tapi ia merasa bahwa pada saat itu ia tidak boleh mati.
Banyak urusan masih masih menantikan padanya, yang ia harus dapat melaksanakan
sebaik-baiknya. Namun dalam keadaan demikian, pengharapannya hidup rasanya sedikit sekali !
Dengan tanpa terasa ia lantas berpaling dan berkata kepada Thian-san Liong-Lie.
..Bibi Tho, pergilah ! Budi kebaikanmu, sampai matipun aku tidak bisa melupakan. Buat sekarang ini aku susah menandingi mereka, jikalau aku terjadi apa-apa atas dirimu karena hendak menolong diriku ?"." Perkataannya kandas sampai disini. Thian-san Liong-Lie dengan sorot matanya yang penuh welas asih, yagn memandang wajah Yo Tjie Tjong,
kemudian menjawab dengan suaranya yang lemah lembut :
".Anak, bibi Tho sejak berkelana di dunia Kang-ouw, belum pernah tunduk kepada
pengaruh kejahatan !"
Jawaban itu telah menggerakan hatinya Yo Tjie Tjong, wajahnya yang putih lantas berubah merah.
Dari mulutnya seorang wanita, telah keluar perkataan yang demikian gagah. Benar-benar sangat menggerakan hati Yo Tjie Tjong dan sesungguhnya juga memalukan kaum laki-laki yang menganggap diri ada seorang gagah.
Si Iblis wajah singa karena daging gemuk yang sudah berada dalam mulutnya telah hilang lagi, lantas menjadi kalap, dengan mata mendelik dan mulut berkaok-kaok ia berkata kepada Thian-san Liong-Lie :
"Thian-san Liong-Lie, apa kau benar-benar tidak kenal dengan gelagat " . Tidak peduli kau ada mengandalkan dirinya siapa yang bagaimana lihainya, aku si Orang Tua akan turun tangan terhadap dirimu juga !"
Oleh karena itu Iblis Tua menyebut orang yang diandalkan oleh Thian-san Liong-Lie, membuat Tjin Bie Nio dan kedua pancu saat itu pada terkejut. Kalau sejak tadi mereka mereka masih berlaku hormat kepada Thian-san Liong-Lie, membuat Tjin Bie Nio dan kedua pancu saat itu pada terkejut.
Kalau sejak tadi mereka masih berlaku horamt kepada Thian-san Liong-Lie sebabnya ialah dibelakangnya Thian-san Liong-Lie masih ada seorang yang kepandaiannya luar biasa tingginya.
Suhunya Thian-san Liong-Lie " To-thian Le-siu usianya sudah lebih seratus tahun, tinggi kepandaiannya tidak bisa di jajaki, tabeatnya juga luar biasa. Di dalam rimba persilatan tidak ada yang berani main-main padanya.
Di mulutnya si Iblis wajah Singa itu meski mengatakan demikian , tapi dalam hatinya sebetulnya merasa kebat-kebit, biar bagaimana ia tidak berani turun tangan jahat terhadap muridnya orang gagah itu.
Apa lagi kekuatanya sendiri ada seimbang dengan kekuatannya Thian-san Liong-Lie kalau bertempur benar-benar. Belum tau siapa yang akan menang dan siapa yang kalah.
Thian-san Liong-Lie ketika mendengar si Iblis wajah siapa nyebut-nyebut orang yang diandalkan. Sudah tentu yang dimaksudkan adalah suhunya, maka lantas berkata sambil ketawa dingin :
"Aku Tho Hui Hong sejak berkelana didunia Kang-ouw belum pernah membawa-bawa
namanya suhu !" Si Iblis wajah Singa itu sedang mengimpikan cita-citanya menjadi orang kuat nomor satu di dunia , sudah tentu menjadi gelap pikirannya.
Dengan sorot mata buas, ia memandang dirinya. Yo Tjie Tjong.
Tapi satu-satunya rintangan terberat adalah Thian-san Liong-Lie maka ia harus merubuhkan dirinya wanita itu, maka seketika ia lantas berkata :
"Bagus sekali !Biarlah aku yang menyingkirkan kau !"
Baru saja menutup mulutnya tangannya, tangannya melancarkan 5 serangan dengan
beruntun. Thian-san Liong-Lie pada saat itu masih berdiri dihadapan Yo Tjie Tjong kira-kira 5 kaki jauhnya, kalau ia berkelit, pasti dirinya Yo Tjie Tjong yang menjadi sasaran serangannya Iblis tua itu.
Sang waktu tidak memberikan kesempatan untuk ia banyak berfikir, terpaksa sambil gertak gigi ia menymbuti serangannya si Iblis wajah singa itu. Setelah kedua kekuatan beradu, Thian-san Liong-Lie terpental mundur beberapa tindak, dadanya dirasakan sesak.
Sejenak ia memulihkan jalan pernapasannya. Kemudian ia putar pedangnya melanjutkan serangan membalas dengan hebatnya.
Tipu-tipu serangan pedang yang membingungkan musuh yang diperlihatkan secara indah dan bersahaja. Sehingga membuat kelabakan si Iblis. Ia terpaksa mundur sampai satu tombak jauhnya, mulutnya berkaok-kaok tidak berhentinya.
Ia menantikan sampai serangan Thian-san Liong-Lie agak kendor, lalu buka serangannya pula. Kedua pihak nampaknya tidak ada yang mau mengalah.
Setelah pertempuran berjalan seratus jurus lebih, kedua pihak sudah kelihatan lelah, gerak serangannya mulai kendor, meski demikian, tapi setiap serangan cukup untuk mengambil jiwa lawannya.
Mendadak Thian-san Liong-Lie melanjutkan tipu serangan simpanan yang paling lihay yang dinamakan `Seng-Lo-kie-p?. Tipu serangn ini setiap dikeluarkan, pasti meminta korban.
Selama hidupnya Thian-san Liong-Lie baru menggunakan dua kali saja tipu serangan demikian.
Si Iblis Wajah Singa ketika nampak Thian-san Liong-Lie mengeluarkan tipu serangannya yang aneh itu. Ia jadi kebingungan untuk menjaga dirinya, maka seketika itu timbul pikiranya untuk mengadu jiwa.
Ia tidak mundur, sebaliknya merangsak maju. Ia putar kedua tangannya dengan cepat ia hendak menggunakan kekuatan tenaga dalamnya untuk merintangi serangannya pedang.
Disamping itu ia lantas gigit lidahnya sendiri sehingga dalam mulutnya penuh darah.
Dibarengi dengan tenaga dalamnya, darah dari dalam mulutnya disemburkan kewajahnya Thian-san Liong-Lie.
Perbuatan itu juga merupakan tindakan terakhir bagi si iblis tua itu.
Ia mengunakan tipu serangan itu harus menghamburkan kekuatan tenaga dalam yang tidak sedikit, tapi si iblis wajah singa yang berada dalam keadaan kepepet, ia sudah tidak pikirkan lagi bahwa tindakannya itu akan membuat hilang kekuatannya yang ia latih beberapa puluh tahun lamanya.
Sebentar kemudian, kelihatan kedua-duanya pada mundur.
Si Iblis wajah singa tangannya terpapang kutung, darah darah menyembur keluar seperti air mancur.
Thian-san Liong-Lie pipi kanannya terkena semburan darahnya si iblis, sehingga terdpat tiga lubang sebesar kacang kedele, wajahnya yang cantik manis, kini telah menjadi cacat.
Selain dari pada itu, sebutir darah lagi mengenakan dengan tepat pada jalan darah
`Sim-hiong-hiat`sehingga ia lantas jatuh duduk ditanah.
Si Iblis wajah singa menggunakan jarinya menotok jalan darah lengan kanannya untuk mencegah mengalirnya darah lebih banyak kemudian badannya bergerak menubruk dirinya Yo Tjie Tjong yang masihj berdiri kesima.
"tunggu dulu !" demikian mendengar suara bentakan nyaring.
Badannya si iblis tiba-tiba terpental mundur oleh kekuatan angin yang menyerang padanya, ia ketika pentang matanya. Ternyata adalah Tjin Bie Nio yang berdiri dihadapannya.
Sebentar saja, pasir dan batu berhamburan. Suatu gemuruh terdengar saling menyusul.
Thian-san liong-lie dengan mengandal gerak badannya yang lincah dan gesit. Berhasil menghindarkan dari serangannya si iblis wajah tua itu.
Tapi Yo Tjie Tjong masih terluka parah, lantas kehilangan pelindungnya.
Si iblis wajah tidak mau sia-siakan kesempatan yang baik itu selagi Thian-san liong-lie ripuh menghindarkan diri serangannya. Dengan kecepatan bagikan kilat ia menyambar dirinya Yo Tjie Tjong.
Thian-san liong-lie yang sudah tidak keburu menolong dirinya Yo Tjie Tjong dalam keadaan kepepet tiba-tiba telah melontarkan pedangnya ke arah iblis.
Lontaran itu dilakukan dengan separuh tenaga, apalagi jarak antara ia dengan si iblis Cuma 2 tumbak saja jauhnya, dapat dibayangkan betapa hebatnya serangan tersebut.
Si iblis wajah singa yang baru saja merasa girang karena usahanya sudah berhasil tidak menduga kalau Thian-san liong-lie melontarkan pedangnya.
Kalau ia teruskan tindakannya, meski dirinya Yo Tjie Tjong bisa didapatkan, tapi tapi pedangnya Thian-san liong-lie pasti akan menembus badannya.
Dalam keadaan demikian sudah tentu melindungi jiwanya dulu yang paling penting.
Ia lalu ayun tangan kanannya untuk menyampok badan pedang. Sedang badannya sediri lantas melesat mundur 5 kaki.
Sedang Thian-san liong-lie berbaring pada saat melontarkan pedangnya, dirinya sudah melompat melesat kedepannta Yo Tjie Tjong. Maka ketika pedangnya kesampok oleh
tangannya si iblis wajah singa ia lantas sambar kembali dengan tangannya.
Tindakan yang sangat berani dan bagus sekali itu membuat kesima semua orang yang menyaksikannya.
Hanya Thian-san liong-lie yang sikapnya nampak berlainan dengan orang banyak.
Semula ia nampak girang melihat tindakannya si iblis wajah singa akan berhasil tetapi ketika melihat Thian-san liong-lie dapat mencegah maksud musuhnya dengan caranya yang
sangat hebat itu alisnya lantas dikerutkan.
Iblis wanita yang ganas dan genit itu apa yang sebetulnya yang di pikir dalam hatinya "
siapapun tidak ada yang tahu ! benarkah ia dapat membiarkan si iblis wajah singa berhasil mendapatkan dirinya Yo Tjie Tjong "Rasanya masih belum tentu!
Sekalipun pancu dari Tjie Tjong-in-pang dan Ban-siu-pang yang merupakan ?rang dekat`
juga masih tidak bisa menebak maksud maksudnya si wanita genit itu.
Keadaanya Yo Tjie Tjong itu waktu sesungguhnya sukar di lukiskan dengan pena. Dengan secara kebetulan ia telah menelan mustika yang sangat mukjijat bagi orang rimba persilatan tapi kini dirinya mendadak menjadi rebutan kawanan iblis. Dan semua iblis itu tujuannya ialah serupa : hendak membelek perutya !
Bab Sesudah: Bagian Ke Tujuh
Bagian Ke Tujuh PANGCU dari Tjie-in-pang Lie Bun Hoo dan pangcu dari Bang-sio-pang Thio Pan, juga ikut nyerbu dalam kalangan, mereka berdiri berdampingan dengan Tjin Bie Nio.
"Tjin Bie Nio saat itu wajahnya sudah tidak semanis seperti tadi, dengan suaranya yang dingin ketus ia balas menanya :
"Pungkir apa ?"
..Lohu sudah menepati janji memukul mundur semua orang yang ingin turut ambil bagian dalam urusan ini. Tadi kau kata sendiri, setelah lohu memukul mundur mereka bocah ini hendak kau serahkan kepada lohu untuk di belek perutnya dan diambil mustikanya, apa kau tidak mengakui janjimu sendiri.
"benar, memang aku tadi kata begitu "
"kalau brgitu mengapa kau merintangi tindakanku ?"
"Tapi sekarang keadaannya ada lain, aku tidak ingin bocah ini biasa !"
"Benarkah kau hendak mengingkari janjimu sediri ?"
"kau jangan lupa bocah ini tadi jatuh ditangan siapa"
Dia selain kita lepaskan sesudah terjatuh dalam tangan orang-orang Pek-leng-hwee, Tjie-in-pang Lie Bun Hoo, maka perjanjian tadi harus kita batalkan "
Si iblis wajah singa yang mendengar itu, hatinya sangat mendelu. Bukan kepalang
gusarnya. Sampai-sampai urat jidatnya kelihatan menonjol. Matanya mendelik seperti seperti mau mau meloncat keluar. Tetapi mulutnya tidak bisa mengatakan apa-apa.
Pada saat itu matahari sudah kelihatan mendoyong ke Barat. Angin malam meniup
sepoy-sepoy. Puncak gunung sekitar danau Liong-than sudah diliputi oleh suasana malam.
Yo Tjie Tjong dengan susah payah berjalan menghampiri Thian-san Liong-Lie.
Ia melihat wajahnya Thian-san Liong-Lie yang cantik bercacad oleh serangan yang ganas dari si iblis wajah singa semata-mata karena hendak menolong dirinya.ia merasa tidak enak terhadap wanita cantik yang berbudi luhur itu, maka lalu berkata padanya dengan dengan suara agak bergetar :
"Bibi Tho, kau?""."
".Anak, tidak apa. Aku hanya menyesal tidak mempunyai tjukup kekuatan untuk menolong kau dari tangannya kawanan iblis ini"."
Thian-san Liong-Lie tidak sanggup melanjutkan perkataanya, dalam hati berdo? supaya pemuda yang cakap ganteng ini tidak mengalami nasibnya yg mengerikan.
Yo Tjie Tjong pada saat itu juga seperti mendapat firasat bahwa tangan maut sedang melambai-lambai hendak menyembutnya ia seperti merasa bahwa ajalnya sudah hampir sampai, dengan tidak terasa air matanya mengalir keluar.
Kematian ada merupakan berakhirnya penghidupan manusia. Setiap manusia tidak akan terhindar daripada kematian.
Yo Tjie Tjong bukan karena takut mati, tetapi kematian yang mengenaskan, apa lagi mati ditangan musuhnya, kematian itu baginya merupakan penderitaan bathin yang sangat hebat.
Dengan perasaan putus asa ia menghelap napas panjang kembali ia berkata kepada
Thian-san Liong-Lie. ".Bibi Tho, budi kebaikanmu terpaksa hanya bisa kubalas pada lain penitisannya ."
Golok Maut Tjan Tjie Leng Karya O P A di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
".Anak, siapa suruh kita saling jumpa " ini yang dinamakan jodoh yang sudah diatur oleh yang maha kuasa. Kau masih sangat muda, barangkali tidak akan memahami perkataanku ini".
"Bibi Tho, kau ".."
Yo Tjie Tjong menatap wajah cantik pertengahan umur itu yang berusaha sedapat mungkin untuk menolong jiwanya tanpa menghiraukan keselamatan jiwanya sendiri. Tiba-tiba ia merasa sedih dalam hati.
Sehingga air-mata mengalir bercucuran tanpa terasa.
Dengan tindakan berat ia berlalu meningalkan bibinya yang baik hati itu. Dalam hatinya diam-diam mendoakan :Bibi Tho,selamat tinggal.biarlah kau selalu dalam keadaan sehat dan bahagia.
Ia berlalu karena ia tidak ingin orang yang memperhatikan dirinya begitu sangat, akan binasa ditangan musuhnya karena hendak membela dirinya.
Kira2 dua tumbak jauhnya disebelah sana, si Iblis wajah singa yang amarahnya sudah memuncak,telah mendengarkan suara ketawanya yang benar2 seperti iblis.
Selagi ia masih ketawa itu tanggan kirinya mendadak mengeluarkan sebuah benda hitam sebesar kepalan tangan.Benda hitam itu mengeluarkan bau harum yang sangat luar
biasa.Tjin Bie Nio dan kedusa pangtjuketika menyaksikan benda itu.
Karena mereka ingat bahwa benda aneh itu adalah senjata ampuhnya si iblis wajah singa yang pernah digunakan untuk membunuh binatang Gu-liong-kao yang aneh itu.
Jika si iblis wajah singa nanti melempar benda yang aneh itu maka semua orang yan ada di dekatnya kan mati seketika.
Perbuatan iblis tua itu sesungguhnya di luar dugaan semua orang banyak yang
menyaksikan bagaimana hebatnya benda itu,siapapun tidak mau menghantarkan nyawanya dengan percuma.
Sekalipun Tjin Bie Nio sendiri yang terkenal cerdik dan banyak akalnya saat itu juga tidak berdaya sama sekali kelihatannya.
Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri ialah membiarkan si iblis itu mencapai maksudnya membelek perut Yo Tjie Tjong.
Tetapi Tjin Bio Nio wanita yang genit cabul, saat itu dengan mendadak timbul hati sukanya terhadap Yo Tjie Tjong yang masih muda dan tampan itu. Kalau bukan karena dibawah mata orang banyak barangkali ia sudah berbuat apa yang ia suka terhadap dirinya Yo Tjie Tjong.
Sebetulnya ia ingin pemuda tampan itu binasa ditangannya si iblis wajah singa. Tetapi kenyataan ada ada begitu rupa jadinya, ia harus dengan segera memilih satu jalan antara dua dan tidak mungkin dibikin sempurna kedua-duanya.
Oleh karena itu iblis wajah singa mempunyai senjata yang sangat ampuh, maka itu berarti pula bahwa ia itu sudah menguasai jiwanya semua orang. Dengan sangat jumawa dan
bangga sekali si iblis berkata kepada Tjin Bio Nio dan kedua Pancu :
".Sekarang kalian bertiga lekas mundur ketempat sepuluh tumbak jauhnya dari tempat kalian !"
Perkataan ini merupakan suatu perintah. Anehnya tiga orange aneh itu yang biasanya mengangap diri jempolan sebagai pemimpin dari perkumpulan besar tidak ada seorangpun yang berani melanggar perintah itu.
Ketiga orang itu mundur seperti apa yang diperintahkan oleh si iblis wajah singa.
Setelah mereka mundur, si iblis wajah singa lalu berpaling dan berkata kepada Thian-san Liong-lie :
"perempuan hina ! sakit hati lantaran kau bikin putus tanganku, sebentar lagi laho akan bikin perhitungan dengan kau "
Setelah berkata demikian, benda hitam itu dikempinya di ketiak kanannya supaya jika perlu bias digunakan lagi, kemudian baru ia menghampiri Yo Tjie Tjong.
Pemuda itu sudah mengetahui bahwa dirinya menghadapi bahaya maut, tetapi ia sudah tidak mempunyai daya memberi perlawanan.
Thian-san Liong-lie yang tadi hamper saja jatuh pingsan karena terkena serangan darah dari si iblis, kini memaksakan diri untuk melompat bangun lagi.
Karena ia sangat simpatik terhadap Yo Tjie Tjong, maka ia rela mengorbankan dirinya dibawah ancaman senjata si iblis wajah singa demi keselamatan Yo Tjie Tjong, jangan sampai terbelek perutnya?".
Pada saat itu tiba-tiba kedengaran suara melengking dan sosok bayangan merah lantas meluncur turun ke dalam kalangan.
Bayangan merah itu ternyata adalah si gadis baju merah yang oleh Tjin Bio Nio dipanggil Kiauw-djie.
Oleh karena itu hatinya Kiauw-djie yang masih suci murni adalah jatuh cinta pada Yo Tjie Tjong, maka karana pengaruhnya asmara itulah membuat Kiauw-djie tidak memperdulikan bahaya, ia lantas bergerak melindungi dirinya orang yang dicintainya.
".. Kiauw-djie, apa kau sudah gila " lekas kembali !" demikian terdengar suara Tjin Bio Nio yang cemas.
Tetapi Kiauw-djie saat itu sudah berlaku nekad, bagaimana ia mau mendengar perkataan orang ?"
Baru saja gadis itu sampai dikalangan pertama-tama ia tersenyum kerpada Yo Tjie Tjong kemudian memutar tubuhnya dengan senjata pecut lemasnya ia hendak menghajar si iblis wajah singa.
Dengan kepandaian ytang dimiliki oleh si gadis. Sebetulnya masih berselisih sangat jauh dengan kepandaian si iblis, maka perbuatannya itu sebetulnya sangat gegabah dan tidak mengukur dirinya sendiri. Tetapi pengaruhnya cinta ada lebih kuat daripada segala apapun juga. Sekalipun seekor kambing juga berani melawan seekor singa.
Si iblis wajah singa yang lengan kanannya sudah dibikin kutung oleh Thian-san Liong-lie maka kekuatnya pada saat itu agak berkurang. Apa yang diandalkan sebetulnya sekarang hanyalah benda yang dapat meledak itu saja.
Yo Tjie Tjong terhadap gadis baju merah itu sebetulnya tidak mempunyai kesan yang mendalam, ditambah lagi setelah ia mengetahui bahwa si gadis ternyata ada orang dari golongan Pek-leng-hwee dan kedua pang, maka ia sudah mengangap gadis itu sebagai musuhnya.
Tetapi saat itu melihat kelakuannya si gadis baju merah perasaan Yo Tjie Tjong yang tadinya menganggap gadis itu sebagai musuhnya, telah banyak berkurang.
Pada saat itu, Thian-san Liong-lie juga sudah berdiri disampingnya Yo Tjie Tjong.
Si iblis wajah singa sesungguhnya tidak menyangka kalau masih ada orang yang tidak takut mati seperti gadis itu, maka saat itu ia sendiri juga menjadi kesima.
Jika ia menggunakan senjatanya itu mungkinsemua akan musnah, sedangkan ia sendiri juga tidak bisa mendapatkan apa-apa tetapi jika ia tidak mau menggunakan senjatanya yang paling ampuh itu sudah tentu ia tidak akan mampu melawan kedua wanita itu. Karena tangannya Cuma tinggal sebelah lagi.
Sebentar kemudian benda hitam juga berada dibawah ketiak lengan kanannya kembali tenggelam dalam tangan kirinya. Dengan mata buas ia memandang kedua wanita itu.
Agaknya ia tengah menimbang-nimbang, apakah senjata itu harus dilemparkan atau tidak.
Jika benda hitam itu dilemparkan, maka empat orang yang berada disitu termasuk ia sendiri sekejapan saja akan hancur lebur, jangn harap bisa lolos dari situ.
Suasana yang tampaknya sunyi itu sebetulnya sangat tegang.
Kiauw-djie sampai saat itu masih belum mengetahui nama dan asal-usulnya Yo Tjie Tjong tetapi ia sudah berani korbankan diri untuk membela diri pemuda itu.
Pengaruhnya asmara besar sekali.
Yo Tjie Tjong meskipun wajahnya tampan cakap tetapi yang menarik hatinya si gadis baju merah itu adalah sikapnya yang dingin dan angkuh dari si pemuda.
Perasaan cinta itu memang bisa timbul dari beberapa sudut ini kadang-kadang memang suatu keanehan. Dan begitulah perbuatan si gadis baju merah, juga merupakan satu keanehan dari begitu banyak keanehan.
Thian-san Liong-lie dengan perasaan heran mengawasi Kiauw-djie sesaat itu hatinya agak tergoncang. Ia sudah mengetahui dari sebab apa gadis itu unjuk perbuatanya yang nekad hendak melindungi Yo Tjie Tjong.
Suasana kembali menjadi sunyi, setiap saat menjadi suatu pembunuhan yang mengenaskan kalau si iblis itu bergerak melemparkan benda ditangannya.
Si iblis wajah singa meskipun sifatnya sangat kejam dan ganas, tetapi saat ia juga ragu-ragu atas dirinya sendiri. Karena jarak antara kedua pihak sudah dekat sekal, maka sudah tentu senjatanya itu bisa membinasakan lawannya tetapi ia sendiri juga tidak akan terluput dari kematian.
Namun ia juga tidak berdaya menghadapi kedua wanita itu terutama Thian-san Liong-lie sebelum lengannya dibikin kutung saja, barang kali masih belum mampu menandingi, apalagi sekarang tangannya Cuma tinggal satu.
Apakah ia harus tinggalkan begitu saja " bagaiman ia mau mengerti "
Pikirnya iblis wajah singa itu masih terus berkekuatan diantara dilemparkan atau tidak senjatanya itu.
Pada saat itu, timbul pula keanehan. Didalam kalangan mendadak kelihatan menancap 3
buah bendera kecil segi tiga.
Benderaitu dasarnya putih, pinggirnya warna emas, ditenga-tengahnya ada terlukis seekor burung laut warna merah dadu.
Orang-oranga yang berada disitu baik dari golongan hitam maupun dari golongan putih, ketika menyaksikan bendera kecil itu semua lantas pada berubah wajahnya, hanya merasa ngeri.
Bendera burung laut itu seolah-olah mewakili pendekar aneh yang sangat misterius.
Bendera burung laut ini muncul didalam rimba persilatan didaerah tionggoan, hanya baru setahun sajatapi ternyata sudah menggetarkan orang-orang golongan hitam dan putih, pemilik bendera aneh itu kabarnya ada seorang yang memakai kedok kain warna merah, kepandaiannya ilmu silat tinggi sekali, hingga sukar di jajaki. Ia ada mempunyai kurang lebih 12orang pengikut, yang biasanya disebut " utusan burung laut" orang-orangnya itu juga merupakan orang-orang kuat dalam rimba persilatan.
Dimana bendera burung laut itu muncul, berarti pendekar aneh berkedok kain merah itu juga segera akan tiba, dan dimana pendekar aneh itu unjukan diri, sudah tentu merupakan kejadian yang bukan biasa lagi.
Mengapa pendekar kedok itu bisa muncul secara tiba-tiba tidak ada seorangpun yang mampu menjawab.
Orang banyak yang tadinya hendak menonton keramaian itu, kini dengan sendirinya telah bubardengan diam-diam, sehingga hanya ketinggalan mereka, orang-orang yang
mempertengkarkan dirinya Yo Tjie Tjong.
Pada saat itu, hanya satu orang saja yang seperti acuh tak acuh orang itu ialah Yo Tjie Tjong yang sedang terluka parah dan tengah menantikan nasibnyayang hendak disembelih oleh iblis berwajah singa.
Disatu fihak, karena ia baru saja muncul didunia Kang-ouw dan dilain fihak, ia sekarang bagai seekor kambing yang tengah menantikan nasibnya hendak dijadikan korban, hingga sudah tidak kenal lagi apa artinya takut.
Orang-orang yang ada disitu dengan perasaan heran dan takut mengawasi pada bendera kecil segi tiga itu, coba menebak-nebak akan maksud kedatangan sipendekar aneh
berkedok. selagi semua orang masih belum hilang rasa takutnya, dua bayangan orang secara tiba-tiba sudah muncul ditengah-tengah lapangan kedatangannya kedua orang itu bukan saja secara mendadak juga tidak kedengaran suaranya. Dengan kepandaiannya mengentengi tubuh itu saja, sudah cukup mengejutkan orang yang mengerti silat.
Semua orang itu semuanya memakai kedok kain hitam tersulam bergambar seekor burung laut warna putih. Ditengah-tengah sulaman burung laut itu ada terdapat angka "1" dan seorang lagi berangka "7".
Itu mungkin satu tanda untuk membedakan diri mereka, tapi tidak seorangpun yang tahu maksud yang sebenarnya.
Orang yang berkedok angka "1" itu tiba-tiba membuka mulutnya :
,, Atas perintah majikan burung laut, siapa saja dilarang membikin celaka dirinya bocah ini !"
Semua orang ketika mendengar perkataan itu pada terkejut
,,Harap semua pada meninggalkan tempat ini" kata pula arang berkedok itu.
Perkataan itu seolah-olah satu perintah, orang-orang disitu semuanya merupakan
orang-orang Kang-ouw kenamaan, sudah tentu tidak mau menurut begitu saja.
,, Djiwie siapa ?" si iblis wajah singa majukan pertanyaanya, ini mungkin merupakan ucapannya si iblis yang paling sopan untuk menghadapi orang yang belum dikenalnya.
,, Utusan burung laut !" demikian dijawabnya.
Jawaban itu membuat kaget semua orang.
Thian-san Liong-lie meski sudah pernah dengar namanya pendekar berkedok kain merah yang aneh dan sangat misterius sepakterjangnya itu, tapi karena saat itu sedang
memikirkan keselamatannya Yo Tjie Tjong maka tidak mau meninggalkan tempat tersebut secara gegabah.
Sebab jika orang berkedok yang mengaku dirinya utusan burung laut itu ada mengandung maksud jahat seperti si iblis wajah singa, bukankah akan mengantarkan jiwanya anak muda itu secara Cuma-Cuma."
Kiauw-djie, gadis baju merah, memang ada satu gadis berandalan yang tidak takut segala apa, sudah tentu tidak gubris perintahnya utusan tersebut. Dan bagaiman dengan si iblis wajah singa sendiri "
Ia merupakan orang satu-satunya yang hendak mengangkangi mustika sudah barang tentu tidak mau meninggalkan begitu saja.
Utusan burung laut itu agaknya dapat memahami semua maksud yang terkadang dalam hati orang-orang itu, maka dengan mendadak ia lantas mendekati Thian-san Liong-lie dan kiauw-djie serta berkata kepada mereka.
?"Tho liehiap" nona siang-koan, kalian berdua harap jangan khwatir, majikan kita tidak ada mengandung maksud jahat terhadap sahabat kecil ini, mungkin malah ada faedahnya bagi dia !"
Thian-san Liong-lie dan sigadis baju merah pada merasa heran, mengapa utusan ini mengetahui nama mereka, bahkan tahu maksud mereka ini benar-benar sangat aneh.
Yo Tjie Tjong saat itu mendengar dari mulutnya utusan burung laut, lantas mengetahui bahwa sigadis baju merah itu ada seorang she Siang-koan, namanya sudah tentu adalah siang- koan kiauw. Sebab tjin Bie Nio panggil padanya Kiauw-djie ( anak kiauw ).
Siang-koan kiauw yang biasanya membawa adatnya sendiri, lantas menanya kepada si utusan :
,, Bagaiman jika aku tidak mau berlalu ?"
Utusan angka "1" ketawa ringan.
,, Barangkali tidak mungkin kau bisa bawa caramu sendiri !" jawabnya.
Baru saj habis ucapannya, sang utusan itu nampak gerakan tangannya, suatu kekuatan tenaga dalam yang tidak kelihatan, sudah meluncur kearah Siang-koan kiauw, seranganitu nampaknya sedikitpun tidak ada yang luar biasa.
Siang-koan kiauw dengan seenaknya saja lantas angkat tangannya untuk menyabuti.
Siapa serangan yang kelihatan biasa saja itu, begitu menyentuh badan orang, segera menimbulkan semacam kekuatan yang luar biasa hebatnya, sehingga dirinya Siang-koan Kiauw terpental sampai 3 tumbak jauhnya.
Untuk sesaat lamanya, ia berdiri seperti patung.
Satu utusan saja sudah demikian hebat kekuatannya, apalagi majikannya, pikirnya.
Thian-san Liong-lie dengan berpendirian menantikan perkembangan lebih jauh, lalu melanjang sejauh 5 tumbak, namun sepasang mata terus ditunjukan kedalam kalangan tanpa berkesip.
Utusan burung laut angka "1" itu lantas maju dua tindak dan berkata kepada si iblis wajah singa :
,, Bagaiman dengan saudara ?"
Si iblis wajah singa yang dengan senjatanya yang istimewa telah berhasil membinasakan Gu-liong-kauw, sebetulnya mustikanya sudah berada dalam tangannya, siapa Tanya
kemudian menjadi barang rebutan kawanan iblis, sehingga secara kebetulan masuk
kedalam perutnya Yo Tjie Tjong.
Dan setelah bertempur mati-matian sampai ia kehilangan sebelah lengannya, kini muncul dua orang yang mengaku sebagai utusan burung laut, biar bagaiman ia tentu tidak mau mengerti, apalagi dalam tanganya masih ada mempunyai senjatanya yang paling ampuh, sudah tentu tidak mau mandah begitu saja.
Maka setelah mendengar pertanyaan sang utusan itu, lantas menjawab sambil
perdengarkan suara ketawanyayang aneh :
,, Lohu tidak akan berlalu dari sini, saudara mau apa ?"
,, Didalam dunia Kang-ouw belum pernah ada orang yang berani menatang terang-terangan perintahnya pemilik bendera burung laut !" berkata utusan angka "1" itu.
,, Lohu justru tidak mau percaya segala omong kosong demikian, bocah ini pasti lohu hendak bawa !" jawab si iblis dengan mata beringas.
,, Dimana bendera burung laut sampai, siapa yang menentang berarti binasa !"
Bicaranya sang utusan itu diucapkan sepatah demi sepatah, dan perkataan yang paling terahir itu ia sengaja tandaskan demikian rupa.
Si iblis wajahnya berubah seketika, sambil kertak gigi ia berkata dengan suara bengis :
,, Lohu ingin sekali belajar kenal dengan kepandaiannya partai burung laut, ada apanya yang patut dibanggakan, sampai begitu berani tidak memandang mata segala orang heh, heh?""
,, Kau masih belum berhak untuk belajar kenal !" bentak si angka "1".
Si iblis wajah singa yang sudah meluap kegusaranya, lantas
Angkat tangan kirinya. Benda kecil hitam dalam gengamanya sudah akan dilemparkan.
Jika hal demikian terjadi, maka 4 orang yang berada di situ akan binasa semuanya.
Dua orang utusan burung laut itu lantas mundur 2 tindak.
Pada saat itu Yo Tjie Tjong perlahan-lahan sudah pulih kekuatanya. Wajahnya yang pucat pasi, perlahan-lahan berubah merah, mungkin itu ada pengaruhnya mustika Gu-Liong-Kauw yang masuk dalam perutnya.
Tapi ia tau bahwa bahaya maut masih belum berlalu dari depan matanya.
Nama pemikik bendera burung laut itu ia belum pernah dengar tapi sekarang tiba-tiba datang utusanya yang hendak membawa ia pergi, ini sesungguhnya sangat aneh.
Dengan sorot mata yang dingin ia mengawasi wajah orang-orang yang ada disitu, hatinya merasa mendelu.
Malam sudah mulai tiba, keadaan seputar situ sudah agak gelap, keadaan itu nampaknya bertsmbsh menyeramkan.
Utusan burung laut itu meski mempunyai kepandayan tinggi, tapi menghadapi keadaan demikian, agaknya juga merasa sulit, tidak bisa mengambil keputusans.
Karena setiap kali bendera burung laut itu muncul, segala sesuatu bisa dibnereskan dengan segera. Maka kalau hari ini tidak bisa menghadapi persoalan yang agak sulit ini, bendera kecil ini selanjutnya akan tidak berharga lagi.
Dipihak Si Iblis Raja Singa, sudah berkeputusan hendak menghancurkan semua orang yang ingin mendapatkan dirinya Yo Tjie Tjong, sekalipun ia sendiri harus binasa.
Ia tidak senang barang yang ia ingin dapatkan terjatuh kepada orang lain.
Orang yang ia paling benci adalah
Tjin Bie Nio, itu wanita yang setengah tua yang genit dan jahat. Jikalau ia tidak ada Tjin Bie Nio yang selalu menghalang-halangi, mustika Gu-Liong-Kauw itu siang-siang sudah menjadi kepunyaanya.
Maka ia merasa gemas sekali terhadap Tjin Bie Nio, ia ingin bisa membesat kulitnya dan kemudian memakan ginjalnya.
Pikiran jahat lalu timbul dalam hatinya : "Jika aku bisa berusaha membinasakan perempuan tua yang genit dan jahat bisa binasa lebih dulu, sekalipun aku sendiri binasa aku puas".
Maka ia lantas berkata kepada kedua utusan itu:".Lohu ingin melepas bocah ini, juga tidak akan menggunakan senjata lohu yang ampuh itu, tapi ada syaratnya. Kalian harus
melakukan sesuatu untuk Lohu".
Kedua utusan itu saling memandang sejenak, untuk sementara tidak bisa menjawab.
Merasa merasa heran, mengapa iblis itu bisa mengatakan demikian" Dan apa syarat yang hendak diajukan" Kiranya syarat itu tidak mudah tentunya.
Karena kedua utusan itu wajahnya tertutup oleh kedok kain hitam, maka tidak bisa dilihat bagaimana sikapnya pada saat itu.
Thian "san Liong Tie dan Siang Koan Kiaw yang berdiri ditempat sejauh 5 tumbak, ketika menyaksikan orang yang mereka sangat perhatikan keselamatanya berada dalam keadaan bahaya, hati mereka sangat gelisah.
Mereka ingin menggempur iblis wajah singa itu,tapi kuatir membuat gusar iblis itu dan betul-betul melemparkan senjatanya yang bisa meledak itu, sehingga Yo Tjie Cong juga turut binasa.
Sebentar kemudian. Utusan burung laut angka "I" mendadak berkata:
..syarat apa yang saudara hendak ajukan " coba sebutkan!" Si iblis wajah singa itu dengan matanya yang buas mengawasi Chin Bie Nio juga berdiri jauh-jauh, kemudian berkata sambil kertak gigi:
"..perlu Lohu jelaskan dulu, apa bila syarat ini tidak trpenuhi, maka lohu akan bawa bocah ini pergi. Sipa yang berani menghalangi, kita akan bisa bersama-sama dibawah senjata peledak ini.
Perkataan yang kejam dan tidak tau malu ini, membuat kedua utusan itu tercengang.
..sahabat boleh sebutkan dulu !"
..Lohu dengan wanita baju putih itu, mempunyai permusuhan yang sangat dalam. Kalian berdua coba pergi tangkap padanya setelah lohu pergi dengan tangan sendiri coba
membereskan musuh ini, lantas berlalu dengan tangan kosong. Bagaimana"
Maksud dan tujuan si iblis itu, kendak menggunakan tenaganya dua utusan itu untuk menangkap diti Tjien Bie Nio, kemudian mati bersama-sama.
..yang sahabat maksud apakah bukan ketua perkumpulan Pek-Leng-Hwee "."
Benar, dengan kepandaian kalian berdua, rasanya tidak sulit menangkap dia !."
.. kita berdua hanya mendapat perintah dari majikan bocah ini, tidak mencampuri urusan lainya. Tentang maksudmu ini maaf kami tidak terima !."
..kalian tidak pikirkan akibatnya?"
..syarat ini kami tidak terima!."
..jangan sesalkan kalo Lohu berlaku kejam, kita terpaksa harus binasa bersama-sama!" si iblis itu kembali mengancam dengan senjatanya yang ampuh.
Ketegangan makin memuncak, peristiwa yang sangat mengenaskan rasanya tidak dapat dielakan lagi.
Tian-san Liong-lie dan siang koan Kiaw wajahnya berubah pucat, mereka tidak bisa membayangkan bagaimana kesudahanya. Apabila siiblis itu benar-benar buktikan
ancamanya. Dua utusan burung laut itu telah mendapat perintah dari atasanya, tapi tidak berhasil melaksanakan tugasnya, sekalipun dirinya akan dirinya bakal hancur lebur, juga tidak akan mundur setengah jalan sebab ini menyangkut nama baik partai burung laut.
Pertama saja kedua utusan itu sudah nenpunyai kepandayan yang sangat tinggi karena pada saat itu mereka tidak berdaya sama sekali.
Sebentar saja suasana nampak semakin gawat .
Mendadak suara nyaring terdengar menggema diudara.
..utusan angka 1 dan 7 lekas mundur, biarlah punleng yang menyelesaikan persoalan ini sendiri.
Kedua utusan itu tanpa banyak bicara lantas melesat sejauh lima tumbak lebih., sekali bergerak lagi. Sudah lenyap dalam kegelapan kegesitanya itu sungguh mengagumkan.
Hati orang-orang pada berdebaran, karena manusia yang sangat misterius itu akan segera muncul. Entah dengan cara bagaimana ia dapat membereskan masalah ini.
Didalam hatinya si blis wajah singa, tiba-tiba timbul kekejamanya
Dengan kecepatan luar biasa ia pindahkan senjata ampuhnya, kebawah ketiak kanan, tangan kirinya sudah siap sedia mencegah segala kemungkinan, ia lantas menengok ke dalam liang yang dalam dan gelap gulita. Bekas tempat persembunyian Gu-Liong-Kauw.
Bagaimana keadaanya didalam liang itu, tidak seorang pun yang tau.
Si Iblis wajah singa dengan mendadak menubruk dirinya Yo Tjie Tjong, kemudian lemparkan matanya, kedalam liang yang dalam itu. Supaya simustika yang direbut itu tidak jatuh pada siapapun juga.
Kekejaman iblis tua itu, sesungguhnya sukar dicari keduanya.
Serangan yang dilancarkan dengan sepenuh tenaga itu, sudah
Tentu ada yang sanggat hebat.
Yo Tjie Tjong yang kekuatan tenaganya baru pulih dua bagian terang tidak mampu
menyingkir.perbuatan si iblis tua ini benar "benar dugaan semua orang suara jeritan terdengar.mulut Yo Tjie Yong menyemburkan darah segar,badan nya terpental tinggi seolah
"olah jangan putus talinya tubuhnya meluncur hendak masuk kedalam liang.suara jeritan dua wanita terdengar,disusul oleh melesatnya dua bayangan orang laksana anak panah cemburu pada Yo Tjie Tjong.
Hampir bersamaan pada saat itu juga,kembali satu bayangan melesat kearah jatuhnya Yo Jjie Tjong.
Ketika dua bayanggan yang disebut duluan hampir tiba di dekat liang, tubuhnya Yo TJie Tjong sudah disambar oleh bayangan orang yang melesat belakangan tadi.
Dua bayangan orang yang bergerak duluan tadi adalah Thian-san Liong-lie dan Siang-koan kiauw.setelah menjerit kaget mereka enjot badannya melesat untuk menolong Yo Tjie Tjong Pada saat itu,orang yang bergerak berhasil menyambar dirinya Yo Tjie - Tjong,dengan sangat hati-hati meletakan tubuhnya Yo Tjie Tjong ditanah.ia mencoba memeriksa jalan pernapasan,lantas geleng-gelengkan kepalanya sambil menghela napas kemudian
menghampiri si iblis wajah singa.
Orang itu badanya tinggi langsing,wajah nya di tutupi oleh kedok warna merah mengenakan pakaian baju panjang.Gerakannya gesit luar biasa.
Thian-san Liong-lie dan Siang-koan Kiaw tidak mau memperhatikan orang yang baru datang itu,ia merasa ngeri terhadap orang aneh itu yang jalan menghampiri padanya.
Sebentar kemudian orang itu sudah berdiri dihadapannya kira2 dua kaki jauhnya.
Orang itu pertama-tama mengambil bendera kecil yang menancap ditanah,kemudian
dimasukan kedalam sakunya.
Si iblis wajah singa sudah dapat menduga siapa adanya orang itu,hatinya agak
bimbang.tetapi ia masih mau mengandalkan senjata peledak didalam tangan nya yang dianggap dengan senjata itu mampu melindungi dirinya.
Saat itu ia coba berlaku tenang sebisanya,dengan suara bengis ia menanya:
..kau siapa ?" ..pemilik bendera burung laut !"jawab orang berkedok itu dengan dingin.
Jawaban yang sangat ringkas itu telah membuat orang2 Pek-Leng-Hwee dan kedua berdiri jauh2 pada terperanjat dan gemetaran.
Karena manusia aneh yang sangat misterius itu benar2 telah muncul.
Sipemilik golok maut yang telah di kuatirkan oleh ketua Pek-Leng-hwee dan kedua pangcu ternyata sehingga saat itu masih belum menunjukan dirinya dan sebagai gantinya telah muncul si pendekar aneh ini sesungguhnya ada diluar dugaan mereka.
Kalau begitu,pemuda yang bersikap dingin kecil itu mungkin benar tidak ada hubungannya dengan pemilik golok maut.tetapi kepandaian ilmu silatnya yang pernah
diperlihatkatnya,merupakan kepandaian yang hanya dimiliki oleh Pangtju dari Kam-Lo-Pang.dan orang yang mengganas dengan Golok maut itu pernah menyebut dirinya sebaggai Pangtju dari Kam-lo-Pang.
Sudah tentu mereka tidak mengetahui bahwa pemilik golok maut yang asli yang selama waktu empat bulan pernah menggerakan dunia rimba persilatan,sudah kepergok jejakanya oleh musuh lama yang merupapakan musuh nomor satu.ia dikuntit dan kemudian di
binasakan. Sedangkan orang yang melakukan pembunuhan terhadap dirinya Si-buli2wajah burung
sebetulnya adalah pengganti pemilik Golok maut,bukannya Golok Maut yang asli.
Dan penggantinya itu adalah Yo Tjie Tjong yang saat itu masih belum diketahui nasibnya.
Baiklah kita tinggalkan dulu tentang pikiranyakedua pantju dan ketua dari Pek-Leng-Hwee itu.
Sekarang kita balik lagi kepada si iblis wajah singa yang saat itu menjadi gelap pikirany,maka ia lantas menanya pula kepada orang di depannya :
,,mengapa sahabat mencampuri urusan ini ?"
,,hal ini tidak perlu kau menanyakan."
,,bagaimana maksudmu ?"
,,menurut kebiasaan,siapa yang berani menentang perintah burung laut berarti mati !"
,,Huhh,huhh! dengan satu jiwa aku tukar dengan jiwamu,hitung2masih tidak rugi!"kata si iblis sambil mengacungkan senjata peledak di tangannya.
,,sebutir peluru kecil ini dapat digunakan untuk menggertak orang2 biasa,tetapi bagiku tidak ku pandang sama sekali ."
,,kal au begitu kau boleh coba merasakan peluru kecil ini."
,,bagus!" Orang berkedok kain merah itu mengucapkan "bagus!badanya bergerak laksana kilat.
Si iblis wajah singa itu belum sempat memikirkan apa yang terjadi,didepan matanya mendadak berkelebat bayangan kemudian tanggannya menjadi ringan benda kecil hitam yang dianggap mempunyai pengaruh melindungi dirinya tahu2 sudah berada ditangan orang lain.
Semangatnya lantas terbang seketika. Wajahnya pucat seperti mayat.
Perbuatab yang dilakukan oleh orang berkedok itu tadi seolah-olah bukan perbuatan manusia.
Orang berkedok itu tiba-tiba pendengaran suaranya yang nyaring.
Sambil ketwa orang berkedok itu mengagkat takan kananya.. 5 jari tanganya kelihatan menunjuk pada si Iblis wajah singa. Jari-jari itu mengeluarkan amgin tajam yang luar biasa hebatnya.
Suara jeritan si Iblis lantas terdengar, Iblis raja singa yang terkenal kejam dan ganas itu telah tamat riwayatnya.
Orang berkedok sehabis membereskan Iblis raja singa itu lalu memutar tubuhnya, dengan perlahan menghampiri Yo Tjie Tjong.
Bagian Ke Delapan DIRINYA Yo Tjie Tjong yang dibuat terpental oleh serangan si Iblis wajah singa, kalau tidak keburu disambar oleh orang berkedok itu, sudah tentu tamat riwayatnya. Dan orang berkedok itu karena anggap ditanganya sio Iblis wajah singa masih mempunyai senjata peledak yang sangat ampuh, maka lantas mengambil keputusan. Untuk membereskan si Iblis wajash singa itu.dulu.
Yo Tjie Tjong yang menggeletak ditanah, dari mulut, hidung dan telinganya mengeluarkan darah matanya tertutup rapat, keadaanya sangat mengenaskan.
Thian-san Liong-lie dan siang-koan Kiauw yang sudah berada didampinginya, lantas memreiksa pernafasanya, yang ternyata sudah tidak ada, sedang jantungnya juga sudah berhenti, sekujur badannya sudah mulai kaku dingin. Maka seketika itu mereka jadi tertegun.
Siang-koan Kiauw sudah melupakan keadaan dirinya sebagai seorang gadis, telah
memeriksa urat-urat penting pemuda itu. Ia kaget dan menangis, dengan suara yang terisak-isak ia bertanya Thian-san Liong-lie.
"Bibi Tho?"! Dia?""dia?"..
Karena tadi ia dengar Yo Tjie Tjong membahas Tian-san Liong-tie "bibi" dalam keadaan cemas seperti itu, ia juga turut menggunakan panggilan "bibi" itu.
Tapi pertanyaany tidak dilanjutkan, karena suara tangisan sudah tidak dapat dicegah lagi.
Ia aganya sudah mendapat firasat yang tidak baik, tapi ia masih bertanya juga, dengan perngharapan dari mulutnya orang lain. Tidak membenarkan dugaanya sendiri yang sngat menakutkan.
Sepasang mata Thian-san Liong-lie sudah basah dengan air mata parasnya pucat pasi.
Dengan perlahan ia angkat kepalanay, sambil menghela nafas panjang ia menatap wajah siang-koan Kiauw-djie, kemudian dengan suara sediah ia menjawab :
,, Nona siang-koan Kiauw ! dia?"dia?"..
,, Dia bagaimana " apa masih ada harapan untuk ditolong ?"
..Dia sudah mati,"jawab Tian Liong-lie. Sambil gelengkan kepala."Mati".Dia sudah mati?"
Parasnya siang-koan Kiauw berubah menjadi pucat. Mulutnya mendumal sendiri, seperti sedang mengigo. Air matanya mengalir deras dari sela-sela matanya.Hati seorang gadis putih bersih telah hancur luluh.
"Bibi Tho ! apakah ?"".ini benar " demikian ia bertanya.
Nona siang-koan Kiauw dai bukan apa-apaku, aku hanya merasa bahwa dengan bocah ini aku seperti merasa cocok. Selain dari pada itu, sebagai manusia yang mempunyai
perasaan, peri kemanusiaan, aku tidak bisa tinggal peluk tangan!, "jawab Thian-san Liong-lie ".yang kemudian balas menanya;
"nona Siang-koan Kiauw kau mencintai dia ?"
Pertanyaanya secara terus terang ituy telah membuat jengah Siang-koan Kiauw. Setelah menyusut air matanya, yang mengalir di kedua pipinya, nona itu menjawab sambung
menghela nafas: "yah dia sudah binasa !"
Angin malam meniup kencang, kesunyian meliputi jagat, kedukaan dan kesedihan dilubuk hatinya kedua wanita itu.
"bibi Tho siapanamanya ?"
"eh !, " pertanyaan itu sesungguhnya membuat heran Thian-san Liong-lie dan siang liang koan. Yang sudah berada disampingnya.lantas memeriksa pernapasannya,yang ternyata sudah tidak ada,sedang jantungnya juga sudah berhenti berdenyut,sekujur badannya juga sudah mulai kaku dingin.maka seketika itu mereka tertegun.
Siang-koan kiauw saat itu telah sudah melupakan keadaannya sendiri sebagai seorang gadis,telah memeriksa urat2 penting dari pemuda itu.Ia kaget dan menangis,dengan suara tersiak2 ia bertanya pada Thian-san Liong-lie
,,Bibi Tho"! dia"dia?"
Karma ia tadi dengar Yo Jie Tjong membahaskan Thian-san Liong-lie"Bibi,dalam keadan cemas seperti itu,ia pun turut menggunakan panggilan itu.
Tapi pertanyaannya tidak dapat dilanjutkan,karena suara tangisan sudah tidak dapat di cegah lagi.
Ia agaknya mendapat pirasat tidak baik,tetapi ia masih menya juga,dengan pengharapan dari mulut orang lain.tidak membenarkan dugaannya sendiri yang menakutkan.
Sepasang matanya Ia agaknya mendapat pirasat tidak baik,tetapi ia masih menya juga Thian-san Liong-lie sudah basah dengan air mata parasnya pucat pasi.dengan perlahan ia angkat kepalanya, sambil menghela napas panjang ia mengawasi wajahnya.
...Nona Siang-koan ! dia"..dia".
Golok Maut Tjan Tjie Leng Karya O P A di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Dia bagaimana " apa masih ada harapan untuk ditolong ?"
"Dia sudah mati." Jawabnya Thian-san Liong-Lie sambil gelengkan kepala.
"Mati " dia sudah mati ?"
Parasnya Siang-koan Kiauw berubah menjdi pucat, mulutnya mendumel sendiri. Seperti sedang mengigo. Air matanya mengalir deras dari sela-sela matanya, hati seorang gadis yang masih putih kini telah hancur luluh !"
"Bibi Tho !apakah ?"..ini ada benar ?" demikian ia bertanya seperti orang linglung.
...Nona Siang-koan Kiauw. Itu adalah benar".sudah tidak tertolong lagi!"
"Bibi Tho ! ijinkanlah aku menyebut demikian kepada dirimu : dia ".dia pernah apa dengan kau ?"
Thian-san Liong-Lie tergoncang hatinya ketika mendengar pernyataan seperti itu. Sudah tentu ia tidak bisa menjawab. Yo Tjie Tjong ada sangat mirip dengan kekasihnya yang sepuluh tahun lebih lamanya ia piker dan cari-cari. Dia merupakan sebuah jawaban kedua.
Kalau ia tadi sampai tidak menghiraukan jiwanya sendiri hendak menolong jiwanya Yo Tjie Tjong sebab pemuda ini sikap dan wajahnya ada sangat mirip dengan kekasihnya pada sepuluh tahun berselang hingga dianggapnya seperti penjelmaan sang kekasih yang sudah lama tidak kedengaran kabar ceritanya itu.
Seandainya jarum lonceng mundur 10 tahun ia bisa anggap pemuda itu kekasihnya.
"Nona Siang-koan Kiauw. Dia bukan apa-apa ku, aku hanya merasa bahwa dengan bocah ini kau merasa cocok. Selain dari pada itu sebagai manusia yang mempunyai perasaan prikemanusiaan, aku tidak bisa tinggal peluk tangan !" jawab Thian-san Liong-Lie yang kemudian balas menanya :
"Nona Siang-koan Kiauw kau mencintai dia ?"
Pertanyaaan secara terus terang itu telah membuat jengah Siang-koan Kiauw. Setelah memesut air matanya yang memgalir di kedua pipinya, nona itu menjawab sambil menghela napas :
"yah dia sudah binasa !"
Angin malam meniup kencang, kesunyian menyelimuti jagat kedukaan dan kesedihan
menindik lubuk hatinya kedua wanita itu.
"Bibi Tho Hui Hong, dia siapa namanya ?"
"Eh !" Pertanyaan itu sesungguhnya membuat heran Thian-san Liong-Lie. Cinta itu benar-benar buta. Nona ini yang masih belum mengenal nama orang yang di cintainya. Dan toh sudah berani mempertaruhkan jiwanya untuk membela !"
"Dia bersama Yo Tjie Tjong !"
"Yo Tjie Tjong !" Siang-koan Kiauw menyebut nama itu sampai berulang-ulang.
Hening?"". Kedua wanit itu masing-masing mengandung perasaan sendiri-sendiri?"
Nona baju merah Siang-koan Kiauw sejak dilahirkan di dalam dunia untuk pertama kalianya telah jatuh cinta kepada seorang laki-laki. Hatinya seorang gadis yang masih putih bersih telah di doberak oleh Yo Tjie Tjong tapi sekarang orang yang dicintainya itu sudah tidak bernyawa ".
Mungkin cintanya itu hanya sepihak saja sebab pemuda itu cinta padanya atau tidak. Masih merupakan sebuah pertanyaan tapi ia tidak berpikir demikian cinta adalah cinta biar walau bagaimana cinta ia timbul dari hatinya yang suci murni.
Pada saat itu hatinya sedang diliputi oleh kedukaan putus asa dan kehilangn pegangan.
Lain pula sifatnya rasa cinta Thian-san Liong-Lie yang di curahkan kepada Yo Tjie Tjong cintanya bukan cinta birahi, bukan karena pemuda itu mempunyai wajah yang cakap
tampan. Tapi semata-mata ia ada mirip dengan wajahnya seorang yang pernah `menempat? hatinya pada sepuluh tahun lebih berselang.
Namun ia juga merasa seperti kehilangan hingga hanxur luluh hatinya.
"Aih !" Suara elahan napas berat telah memecahkan kesunyian dn mengejutkan kedua wanita itu, hingga kedua-duanya lantas menoleh dengan serentak.
Seorang dengan kedok kain merah entah sejak kapan sudah berdiri di belakan g mereka.
Kedua wanita itu seolah-olah sufah tidak tahu kalau orang berkedok kain merah itu tadi sudah membinasakan si iblis wajah singa. Karena hati mereka sedang diliputi oleh perasaan duka yang terlalu hebat.
..Aih ! Tuhan sudah menjelmakan dia di dunia mengapa tidak diberikan umur panjang "
Bakat dan tulang-tulangnya anak ini dalam beberapa ratus tahun lamanya susah ditemukan keduanya. Apalagi dengan secara kebetulan sudah menelan mustika Gu-lion Kauw tidak susah membuat dia jadi seorang kuat nomor satu dalam rimba persilatan : Apamau
sekarang telah direnggut jiwanya oleh orang jahat ah ! Tuhan sesungguhnya tidak adil !
demikian orang berkedok itu berkata seolah-olah kepada dirinya tapi juga seperti ditunjukan kepada kedua wanita itu.
Thian-san Liong-Lie seperti pernah dengar suaranya orang berkedok itu , begitu pula dedak dan sikapnya tapi pada saat itu sudah tidak ingat lagi. Mak ia lantas bertanya :
,,Bolehkah tuan memberitahukan kepada kami nama tuan yang mulia ?"
Orang yang berkedok itu agaknya dibikin kaget oleh pertanyaan itu. Badannya agak gemetar, ia mundur satu tindak lama baru menjawab dengan perasaan dingin :
"Pemilik bendera burung laut !"
".yang kutanyakan adalah nama tuan yang mulia ?" Thian-san Liong-Lie tegaskan.
Orang berkedok itu tiba-tiba perdengarkan suara ketawanya yang panjang. Badannya nampak semakin gemetar.
".Aku tidak mempunyai she dan nama aku hanya seekor burung laut yang tidak ada artinya di dunia ini!" jawabnya dengan suara parau.
Sehabis berkata, seakan-akan tidak suka ditanya lagi oleh wanita itu maka lantas menghampiri dirinya Yo Tjie Tjong pula. Sekali lagi ia juga memeriksa urat nadinya, lalu berkatasambil gelengkan kepala."
"benar-benar ia sudah binasa !"
Siang-koan Kiauw mengalir lagi air matanya. Ia dongakan kepala mengawasi langit yang gelap. Pikirannya menjadi linglung seolah-olah sudah tidak menyadari apa yang terjadi disekitarnya.
Apa yanga ada dalam alam pikiranyan pada saat itu ialah satu-satunya orang yang dicintai kini benar-benar sudah binasa dia meninggalkan padanya untuk selama-lamanya.
Thian-san liong-lie melihat orang berkedok itu tidak mau memberi tahukan namanya ia juga tidak baik,maka wajahnya lantas berubah.
,,memangnya kenapa ?"ia bertanya, dengan suara tidak senang.
,,harus di jaga supaya janggan sampai ada orang jahat yang tidak ada yang menggali kuburannya dan membelek matanya."
Thian-san Liong-lie terperanjat.
,,Hal itu memang terjadi."
,,Menurut pikiranmu bagaimana ?"
,,Harus dikubur ditempat tersembunyi supaya tidak diketahui orang lain."
Thian-san Liong-lie mengagukkan kepalanya,suatu tanda ia menyetujui pikiran si orang berkedok.
Pada saat itu orang-orang Pek-leng-Hwee,Tjie-in-pang dan ban-siu-pang diam-diam berlalu semuanya,karena mereka takut berhadapan dengan orang berkedok itu.
Tetapi masih ada orang yang menyembunyikan diri sambil terus memperhatikan gerak-gerik semua orang yang ada disitu.
Siapa orangnya itu "
Orang itu tidak lain adalah Tjien Bie Nio,ketua Pek-Leng-Hwee yang terkenal genit dan banyak akal nya.
Mengapa ia masih belum maumeninggalkan tempat itu " apakah karma di sebabkan
Siang-koan Kiauw masih berada di situ " oleh karna ia ibu tirinya Siang-koan Kiauw-djie,ibu yang memperhatikan anaknya.
Tetapi wanita genit dan jahat tidak mau mengaku sama sekali.sebetulnya ia tidak
meninggalkan tempat itu karena menggandung suatu maksud tertentu.
Saat itu satu pikiran jahat memalukan telah timbul di dalam otaknya.
Orang berkedok itu tiba-tiba menghela napas.
Entah karena bersedih atas kematiannya Yo Tjie Tjong atau karena di sebabkan soal lain lagi.
,,Thio Lihiap, aku permisi pergi dulu."ia berkata pada Thian-san Liong-lie.
Atas bantuanmu yang berharga, aku si orang she Tho mengucapkan terima kasih !"
Kedua mata orang berkedok itu, tiba-tiba memancarkan sinar yang aneh, ia mengawasi Thian-san Liong-lie sejenak, kemudian berlalu.
Seperginya orang berkedok itu, keadan di situ kembali menjadi sunyi senyap.
Thian-san Liong-lie mengawasi berlalunya orang berkedok itu, dalam hatinya timbul perasaan aneh.
Orang berkedok itu seandainya mengetahui siapa adanya Yo Tjie Tjong yang saat itu sudah binasa,tidak nanti ia gampang-gampang meninggalkannya begitu saja.
Tetapi ia sama sekali tak menduga kalau pemuda itu ada hubungannya dengan dirinya.
Thian-san Liong-lie pada depuluh tahun silam menjadi kenangan bagi dirinya yang
menyedihkan, setelah meninggalkan gunung Thian-san Liong-lie,terus berkelana dalam dunia Kang-Ouw dengan maksud hendak mencari seseorang, yaitu kekasihnya yang
seumur hidupnya tidak dapat dilupakan.
Orang itu wajahnya mirip sekali dengan Yo Tjie Tjong hanya umurnya saja berbeda.
Siang-koan Kiauw saat itu agaknya sudah menduga dari semula. Ia tidak berani
melihat,tetapi dengan tidak sengaja matanya di tunjukan pula kearah jenajah Yo Tjie Tjong.
Rasa perih dan sedih kembali menusuk hatinya.
Tiba-tiba memeluk Thian-san Liong-lie dan menangis mengngerung-ngerung seperti anak kecil.
Suara tangisannya itu menyayat hati, apa lagi dalam keadaan malam yang sunyi malam itu.
Thian-san Liong-lie turut merasa sedih air matanya turun seperti hujan.
,,nona Siang-koan Kiauw-djie,kau harus pulang."
,,bibi Tho,bagaimana denagan dia ?"
,,aku kan mencari ke suatu tempat yang sangat sembunyi untuk mengubur jenajahnya."
"..kenapa ?" "oleh karena dalam perutnya masih ada mustika Gu-liong-kao. Jika kuburanya diketahui oleh orang lain, kuburannya bisa dibongkar dan perutnya bisa dibelek."
"Aku mau ikut. Aku harus mengetahui kuburanya. Supaya aku bisa sering-sering tengoki dia."
Thian-san Liong-lie tergerak hatinya terhadap kecintaan hati nona itu pada dirinya Yo Tjie Tjong lantas ia berkata dengan suara lemah lembut :
".Nona Siang-koan ?""."
".Aku bernama Kiauw-djie. Bibi Tho panggil saja aku Kiauw-djie. "
"Baiklah Kiauw-djie mari kita jalan ."
Thian-san Liong-lie lalu menggotong jenajahnya Yo Tjie Tjong.
Dua bayangan orang dengan cepat berjalan menuju kesebuah bukit yang paling tinggi.
Pada saat itu satu bayangan orang lain telah muncul keluar dari tempat persembunyiannya.
Dengan jalan sembunyi-sembunyi ia mengikuti jejak kedua orang yang jalan lebih dulu tadi.
Setelah orang-orang berlalu semuanya. Keadaan ditepi danau itu kembali menjadi sepi sunyi.seperti keadaan semula.
Malam telah makin larut tidak lama lagi akan menjelang pagi hari. Pada suatu tempat yang jauh dari keramaian manusia. Di dalam lembah yang sangat tersembunyi yang berumput subur dan berbunga-bunga beraneka warna. Dibawah sebuah pohon cemara yang besar
kelihatan segundukan tanah yang baru penuh dengan bunga-bunga beraneka warna.
Gundukan tanah itu adalah sebuah kuburan baru yang tidak ada batu nisannya juga tidak ada namanya.
Di depan kuburan itu ada berdiri seorang wanita cantik setengah tua dan gadis berpakaian baju merah.
Mereka itu adalah Thian-san Liong-lie dan Sian-koan kiauw.
Dua orang yang rebah dalam kuburan itu adalah Yo Tjie Tjong pemuda yang tampan
cakap.yang bersiakp adem kecut.
Thian-san Liong-lie dengan perlahan tangannya menarik tangannya Siang-koan Kiauw yang kelihatannya sudah terbang semangatnya.
?"Kiauw-djie mari kita pulang."
"..Bibi Tho apakah kita akan membiarkan dia rebahan di dalam lembah yang sesunyi ini ?"
"Anak tolol, jangan mengucapkan perkataan yang setolol ini mari kita pulang.
Kembali Siang-koan Kiauw mengamati gundukan tanah didekatnya, mulutnya kemak-kemik dengan air mata berlinang-linang.
"..Engko Tjong kami akan meninggalkan kau tetapi aku akan kembali menengoki kau lagi si nona berkata dalam kemak-kemiknya.
Thian-san Liong-lie menghela napas sambil menggendong tangannya Siang-koan Kiauw berjalan keluar lembah, tetapi sebentar-sebentar masih menoleh kea rah kuburan Yo Tjie Tjong. Tidak lama setelah kedua orang itu berlalu kelihatan satu bayangan putih muncul disitu.
Bayangan putih itu adalah Tjin Bio Nio ketua Pek-leng-hwee yang sejak semalam terus mengikuti jejak Thian-san Liong-lie dan Siang-koan Kiauw-djie.;
Saat itu wajahnya kelihatan perasaan bangga. Ia mengetahui bahwa Yo Tjie Tjong tidsk bisa mati selama biji mukjijat itu masih berada di dalam badannya.
Setelah berfikir sejenak,Tjin Bio Nio mulai bertindak dengan sangat mudah ia sudah menggali kuburan itu, dan sebentar kemudian jenajah Yo Tjie Tjong sudah terbentang dihadapan matanya.
Ia membiarkan jenajah itu rebah terlentang dia sendiri mengawasi jenajah itu sambil tersenyum. Tapi dimatanya terpancar sinar yang menakutkan.
".Dia tidak bisa mati. Setelah terkena sinar matahari Cuma setengah jam saja ia bisa hidup kembali. Hanya setengah jam saja. " demikian ia berkata kepada dirinya kemudian
menghunus pedang panjangnya. Wanita cantik genit dan jahat itu sudah akan membelek perut orang dan mengambil mustikanya. Sambil memperlihatkan senyumnya yang
kejam.ujung pedangnya sudah akan di tancapkan di pusarnya Yo Tjie Tjong. Asal ia mengerakan tangannya sedikit saja ia sudah dapat mustika yang tidak ada duanya di dunia ini. Tidak ada yang seorangpun yang mengetahui dan menghalang-halangi. Perbuatnnya yang sangat keji itu.
Apa mau ketika matanya melihat wajahnya Yo Tjie Tjong yang cakap dan tampan
mendadak ia jadi ragu-ragu, matanya terus menatap pemuda yang tampan itu.
Meskipun sudah banyak laki-laki yang dikenalnya tapi tidak ada seorangpun yang dapat mnandingi kecakapannya pemuda ini.
Maka pada saat itu hatinya mulai tergoncang.
Napsu jahatnya yang tadinya hendak mengambil jiwanya pemuda itu perlahan-lahan lenyap dengan sendirinya dan napsu keji itu kini telah berganti dengan napsu birahi.
Dimatanya yang hitam jeli terlihat berkobar napsu birahinya,sehingga tangannya lantas bergetar.
Pemuda itu kalau di binasakan sangat sayang.sebab seorang yang tampan seperti
ini,mungkin sukar di cari tandingannya.
Jenazahnya Yo Tjie Tjong lalu di pindahkan kesebuah tempat yang mendapat cahaya
matahari ! dengan sabar ia menantikan perubahan yang akan sebantar lagi.
Kiranya mustika Gu-liong-kao itu harus bertemu dengan cahaya matahari baru kelihatan kasiatnya.betapun berat luka orang yang mengandung mustika di perutnya, asal tubuhnya tidak di cingcang.orang itu tidak bisa mati.
Khasiatnya yang mukjijatnya ini, sampai orang-orang yang sudah pengalaman seperti oramg berkedok dan Thian-san liong-lie sekalipun tidak bisa mengetauinya.
Sang Penerus 1 Panggung Penghukum Dewa Seri Pengelana Tangan Sakti Karya Lovelydear Angrek Tengah Malam 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama