Ceritasilat Novel Online

Hong Lui Bun 11

Hong Lui Bun Karya Khu Lung Bagian 11


hebat lagi. Melihat betapa dahsyat pukulan lawan, Kiam-ping menduga
pukulan pertama tadi lawan belum mengerahkan seluruh
tenaganya, ia menggeser kekanan terus sambut pukulan
lawan dengan dorongan sekali pukulanjuga, kali ini kerugian
yang dialami Pek-bi-sin-ang lebih besar lagi.
Diwaktu pukulannya hampir mengenai lawan, Llok Kiamping
mendadak menggeser kesamping sehingga sebagian
besar tenagarya menyambar lewat, maka begitu Kiam-ping
balas memukul kontan dia tergetar mundur lima langkah^
Karuan bukan kepalang amarah Pek-bi-sian-ang, kedua
matanya melotot merah, tanpa bicara dia maju mendesak.
dengan serangan cepat dan gencar dia merabu lawannya,
tampak bayangan telapak tangannya sedahsyat guntur seperti
s a mb era n kilat. Lekas Kiam-ping himpun seluruh semangat dan
kekuatannya, mengembangkan Ling-hi-pou-hoatpula, dia
bergerak selincah kupu-kupu menari diantara s a mb era n
telapak tangan lawan, bila ada peluang balas merangsak tak
mau kalah perbawa. Keduanya menggunakan serangan kilat,
maka pertempuran ini membuka lembaran sejarah yang belum
pernah terjadi dalam dunia persilatan begitu hebat tenaga
pukulan mereka sehingga hawa udara betul-betul bergolak
semakin keras, suara dentuman demi dentuman menggelegar,
getarannya cukup menggoncangkan bumi dan merontokkan
daon-daonpohon, telinga orangpun seperti pekak. jantung
siapa takkan tegang. Hadirin mundur semakin jauh karena di landa angin ribut,
siapa tidak mauterluka oleh s a mb era n batu pasir harus
mundur dan siaga. Pepohonan dalam jarak tiga tombak mulai
tumbang. Penonton mundur lebih jauh lagi. Betapa dahsyat
pertempuran ini dapat dibayangkanSeratus jurus telah tercapai, kedua jago yang berlaga
ditengah arena sudah mulai berkeringat, napas juga sudah
tersengal, namun tiada yang mau mengalah. sepihak harus
mempertahankan gengsi dan kebesaran nama puluhan tahun
yang digalinya sejak muda, pihak lain harus merebut balik
markas pusat yang baru didirikan, maka kedua pihak sudah
kerahkan seluruh ilmu yang pernah dipelajarinya. Lambat laun
gerak g erik mereka, dari cepat semakin lamban dan berat.
Akhirnya mereka seperti sedang latihan sendiri-sendiri,
setiap jurus setiap gerakan seperti diperhitungkan dengan
cermat, begitu saling tubruk segebrak keduanya lantas
mencelat berpencar, cukup lama kemudian baru mengadu
satu jurus pula, kelihatannya seperti sedang saling jajal
Kungfu dan mengukur kepandaian, pada halpetempuran
babak terakhir ini sudah akan menentukan menang kalah,
tapijuga menentukan mati atau hidup,
Jangan kira gerakan mereka lambat dan setiap jurus
permainan seperti tak acuh, padahal gerakan itu merupa kan
jurus-jurus ilmu silat sakti yang amat dalam dan tinggi, sudah
tentu mengandung tenaga dahsyat yang mampu membunuh
musuhnya, sedikit lena resikonya besar kalau tidak terluka
parah, jiwa akan melayang seketika, menyesal juga sudah
kasep. Tampak Pek-bi-sian-ang seperti teringat sejurus ilmu
simpanannya yang lihay, segera dia mendesak maju dua
langkah. telapak tangan kiri yang keluar mendadak ditarik
mundur kaki kanan mundur berputar setengah langkah, d is a
at tubuhnya berkelebat itulah telapak tangan kanan secara
areh menakjupkan menepuk perlahan dari samping sacara
miring. Cepat sekali Llok Kiampingjuga rnenyadari kehebatan
serangan lawan, untuk menangkis jelas sudah tidak sempat,
untung dia sudah kembangkan Ling-hi-pou-hoat mencapai
puncaknya, beruntun dia ganti langkah dan gaya berkelit
kesana kemari, syukur masih mampu menyelamatkan diri dari
serangan berbahaya. Dalam hati dia mengucap syukur kepada
Yang Maha Kuasa karena telah memberi keselamatan hidup
kepadanya. Kini dia mengonsentrasikan pikiran dan semangat. Bila
kedua orang mulai saling labrak pula, maka jurus serangan
yang dilancarkan lebih sakti. Bola mata mereka saling melotot
berkedippun tidak berani, disamping mencari titik kelemahan
dan lobang pertahanan lawan, otak merekapun bekerja
mencari tipu yang lihay untuk menyerang lawan, jadi di
samping mengadu kekuatan merekapun mengadu kecerdikan
---oo0dw0ooo--- Sang waktu berjalan teramat lambat.
Mendadak tampak wajah Liok Kiam-ping berseri tawa,
mendadak dia teringat dua jurus Wi- liong- ciang yang harus
dilancarkan Llong-kiap-gin-gan, ribuan lapisan bayangan
telapak tangan berbentuk seperti gugusan gunung diseling
suara gemuruh laksana gugur gunung, dalam waktu yang
sama telapak tangan kananjuga melancarkan Wi-llong-tinggak,
telapak tangan menyodok kedepan secepat kilat,
kekuatannya jauh berlipat ganda dari tenaga yang tersalur
ditelapak tangan kiri. Pek-bo-sian-ang sudah merasa bingung dan pandangan
berkunang-kunang menghadapi Llong-kiap-sin-gan yang
dilancarkan dengan tangan kiri, untung dia memiliki kungfu
yang luar biasa, secepatnya dia menyingkir baru terhindar dari
ancaman elmaut, Tapi mimpipun dia tidak pernah menduga
lawan yang masih muda ini sekaligus mampu melontarkan dua
jurus berlainan dengan kedua tangannya, celakanya tangan
kanan yang menyerang belakangan justru tiba lebih dulu, oleh
karena itu baru saja dia berkelit, pundak kiri telah kena pukul
secara telak. Karuan tubuhnya gentayangan mundur lima langkah,
tulang pundaknya patah, saking kesakitan dia mengertak gigi,
keringat dingin berketes-ketes, matapun mendelik besar.
Untung Liok Kiam-ping menaruh belas kasihan, serangan telak
itu tidak menggunakan seluruh kekuatannya, kalau tidak
lengan kirinya itu pasti akan cacad selamanya.
Bagai nenek tua yang dijegaljatuh anak asuhannya saja.
pada hal Lwekangnya sudah diyakinkan lebih dari enam puluh
tahun lamanya, tapi hari ini dia harus menghadapi kenyataan,
dikalahkan oleh seorang pemuda yang usianya baru likuran
tahun- Sungguh rasanya lebih menyedihkan dari pada jiwa
melayang. Tampak bibirnya gemetar, air mata berkaca-kaca dipelupuk
matanya: "Gelagatnya Siau-hiap sudah berhasil meyakinkan
seluruh Wi- liong- ciang-hoat. Yah, cukup setimpal kekalahan
Lohu, selanjutnya namaku akan hapus dari percaturan dunia
persilatan-.. "lenyap suaranya, tub uh nyapun sudah melayang
jauh lenyap ditelan gerombolan pohon diluar perkampungan
Mendadak terdengar suara jepretan yang ramai, anak
panah selebat hujan mernberondong dari empat penjuru,
sorak sorai gegap gempita dari mulut para pembidik panah.
Kuatir orang banyak ada yang lena dan terluka, lekas Liok
Kiam-ping memberi peringatan: "Lekas berkumpul ketengah,
semua b era d u punggung perhatikan bidikan panah musuh.
Bocah gede, serbulah keb arisan pemanah musuh." Segera dia
mendahului beraksi, badannya melambung lima tombak, di
tengah udara, dia menekuk pinggang dengan gaya indah,
berbareng lutut ditekuk terus di sendai, laksana segulung asap
tubuhnya menukik ketengah semak-semak rumput sana.
Bertepatan dengan lompatan Kiam-ping yang melambung
keudara itu, P^-lik-jiu cui Khay karena mundur dengan gugup,
sebatang panah menancap dipahanya, saking kesakitan
tubuhnya sampat tersungkur, hampir saja dia terbanting jatuh
ditanah. Untung Siang Wi berada didekatnya, lekas dia
meraihnya serta menyampukjatuh hujan panah. Sambil kertak
gigi ciu Khay cabut anak panah terus bubuhi obat dan dibalut,
Katanya: "Siangheng, lekas serbu, aku masih mampu
bertahan." "Liok Kiam-ping sempat melihat peristiwa ini, karuan
amarahnya makin memuncak dengan sengit dia layangkan
kedua tangannya, bayangan tubuh orang satu persatu
dipukulnya roboh. Di mana dia berada jeritanpun seperti
berlomba, darah muncrat mayat b erg elimpa ng a n.
Dengan memutar pentung besarnya Siang Wijuga
menyerbu kearah para pembidik panah. Dia meyakinkan kulit
kebal, tubuhnya tidak mempan senjata tajam, namun karena
bidikan panah cukup kencang kuatir mukanya terpanah,
diapun tidak berani menerjang terlalu cepat. tanpa berani lena
sedikitpun dia terus menyerbu dengan pentungnya. Anak
panah disapunya rontok. di tengah bentakannya yang keras,
dia mengamuk seperti banteng ketaton ditengah gerombolan
pemanah. Lekas sekali hujan panah menjadi agak reda karena
serbuan Kiam-ping dan si gede, yang lainjuga ciut nyalinya
dan mundur tidak berani menyerang lagi.
Korban dipihak lawan sudah terlalu banyak, Kiam-ping
menjadi tidak tega mengganas pula, lekas dia membentak:
"Kawanan kunyuk, lekas enyah dari sini, memangnya kalian
ingin mampus ditanganku."
Baru sekarang para pembidik itu sadar, seperti mendapat
pengampunan, beramai-ramai mereka angkat langkah seribu,
dalam sekejap bayangan mereka sudah tidak kelihatan lagi.
Lekas Kiam-ping menghampiri ciu Khay katanya prihatin:
"Pertahanan musuh belum kita jebol, ciu-losu sudah terluka,
kesalahan terletak ditangan Kiam-ping, bagaimana keadaan
dirimu " Apakah perlu beristirahat dulu ?"
Ciu Khay sudah selesai membalut luka-lukanya, menelan pil
pemberian Kiam-ping lagi, segera dia melompat berdiri,
katanya tertawa lebar: "Banyak terima kasih akan perhatian
ciangbun, luka-luka seringan ini masih belum mengganggu
diriku, umpama badan harus hancur leburjuga sukar aku
membalas budi pertolongan ciangbun yang telah
menyelamatkan jiwaku dulu. Hayolah kita terjang kedalam."
lalu dia mendahului menyerbu kedalam perka mpung a nPertempuran sedang berlangsung dengan seru didalam
perkampungan, bentakan dan hardikan berpadu menjadikan
suasana ribut. Kiam-ping pimpin orang-orangnya terus menerjang
kedalam melewati beberapa rumah dan pekarangan, akhirnya
tiba diujung sebuah lorong. Lorong ini panjang tiga tombak,
lebarnya hanya dua kaki, dindingnya terbuat dari batu hijau
yang mengkilap seperti kaca, lantainya dari ubin marmer, rata
dan teratur rapi, karena cahaya di sini agak guram, sukar
dilihat didalam ada perangkap apa.
Seingat Kiam-ping dulu tidak ada lorong sempit ini, jelas
dibangun belum lama ini. Karena timbul rasa curiganya,
segera dia hentikan langkah, dengan ujung kakinya dia
menjejak dua kali, ternyata mengeluarkan suara mendengung
tanda disebelah bawahnya kosong. Segera dia berpaling dan
berseru kepada orang banyak: "Disini banyak dipasang
perangkap. setiap langkah berbahaya, maka kalian harus lebih
waspada, ikuti saja langkahku." segera dia kembangkan
Ginkang melayang kedalam lorong, orang banyak mengintil
dibelakangnya. Baru mencapai kira-kira setombak, mendadak terdengar
suara keretakan dari bawah lantai, Liok Kiam-ping tahu
gelagat tidak baik, segera dia berteriak: "Lekas kalian
menerjang keluar." secepat kilat dia mendahului melesat
kedepan menerobos keluar diujung lorong sebelah depanorang
banyak juga mengikuti langkahnya.
Ginkang ciu Khay memang agak rendah, pahanya terluka
panah lagi hingga gerak g eriknya kurang leluasa. Sebelum dia
mencapai mulut lorong mendadak "Blum" sebuah papan besi
sudah menutup rapat mulut lorong,
Begitu menginjak bumi, Kiam-ping dikejutkan oleh suara
keras, dengan dia berpaling, sekilas pandang dia lantas tahu
hanya ciu Khay seorang yang ketinggalan terkurung didalam
lorong. Kontan dia anteb kedua tangan memukul kepapan besi
"Bung" kerasnya dapat merobohkan sebuah pohon besar tapi
papan besi itu tidak bergeming sedikitpun.
Maka It-cu-kiam, berkata: "Menurut pendapatku usaha
menolong ciu- los u terpaksa ditunda saja, supaya tidak
membuang tenaga dan waktu. Lebih penting kita bereskan
dulu segala urusan, bila situasi telah kita kuasai dan Kwi hunceng
terebut kembali, belum terlambat kita berusaha
menolongnya keluar."
Keadaan memang cukup genting, waktu tidak boleh
terbuang percuma. terpaksa dia mengangguk menyetujui usul
It-cu-kiam. Kembali dia pimpin orang banyak terus memburu
kedalam. cepat sekali mereka tiba disebuah lapangan besar,
tampak bayangan orang bergerak gerak, sorak soraipun
gemuruh, ratusan anak buah Ha m-ping-klong dengan golok
pedang terhunus sedang memberi aplus kepada jago-jago
Ham-ping-klong yang lagi berlaga ditengah arena.
Ditengah arena tiga babak pertandingan sedang
berlangsung dengan seru. Tampak Kim-ji tay-beng sedang menggerakkan kaki
tangannya, dengan napas menggeros keras sedang berusaha
menghalau serangan gencar dari delapan jago-jago Ham-pingklong
yang mengeroyoknya, jelas keadaannya sudah terdesak
dan payah. Seorang laki kakek berjenggot dan beralis putih,
berperawakan pendek kepala plontos sedang menghadapi lima
lawan- keadaannya jauh lebih minding, karena dia masih
sempat balas menyerang dan mampu menendang lambung
seorang lawan, dalam waktu dekat jelas dia masih kuat
bertahan tidak sampai kalah..
Dipaling selatan seorang pemuda berpedang panjang juga
menghadapi keroyokan tujuh orang, pedangnya diputar
kencang, namun langkahnya sudah gentayangan, mundur dan
maju tidak teratur, lengan kiripun telah terluka, darah
mengalir membasahi badan dan kaki dengan kertak gigi dan
terus berusaha melawan dengan gigih.
Kedatangan Liok Kiam-ping tepat pada waktunya,
bentaknya nyaring: "coh huhoat, jangan gugup, bala bantuan
Hong-lui-bun telah datang. belum habis bicara, dia melesat
turun kedepan si pemuda bersenjata pedang.
Setelah meninggalkan Kwi-hun-ceng tempo hari, ternyata
Kim-ji-tay-beng langsung keluar perbatasan, mencari Tiangpekj i- lo anggota tertua Hong-lui-bun yang sekarang masih
hidup, yaitu It-sisin-kang SinBunhoat dan Ai-pong-sat Thong
ciau, Waktu dia tiba ditempat tetirah mereka, kebetulan kedua


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiang lo ini sedang keluar. diketahui bahwa Ai-pong-sat Thong
ciau sedang bertandang ke Thian-san menemui sahabatnya,
setelah Kim-ji-tay-beng menjelaskan maksud kedatangannya,
maka murid penutup Ai-pongsut yang bernama TioJin-kiat,
bersedia menemaninya menyusul sang guru ke Thian-san,
karena harus putar balik itulah maka banyak waktu terbuang.
Tiga hari yang lalu mereka sudah kembali ke Kwi-hun-ceng,
mereka cukup pengalaman, melihat gelagat tidak beres,
mereka tahu telah terjadi sesuatu yang tidak menguntungkan,
pada hal dimana jejak ciangbunjin dan para saudara yang lain,
maka malam ini mereka datang lagi, menyerempet bahaya
masuk keperkampungan ingin menyelidiki, diluar tahu mereka,
kemaren Liok Kiamping sudah membuat onar, makapejagaan
malam inijauh lebih ketat, maka jejak mereka kenangan,
terjadilah pertempuran yang tidak seimbang ini.
Kedatangan Kiam-ping bagai malaikat yang terjun dari
langit, kaki menginjak bumi kedua tangannya sudah memukul
enam j urus, Amarahnya sudah memuncak maka serangan
tidak kenal kasihan, tujuh pengeroyok s i pemuda seketika
didesaknya mundur, seorang bergerak paling akhir terkena
telak pukulannya, sambil mengerang tubuhnya terlempar jatuh
ditengah kerumunan anak buah Hamping-klong yang
berdesakan diluar arena meski parah, untung jiwanya selamat,
"lekas dia menyelinap kebelakang, menyela matkamjiwa.
Darah keluar terlalu banyak, mengalami pertempuran yang
melelahkan lagi, kalau tadi dia harus berjuang mati-matian
mempertahankan hidup, sekuatnya masih kuat melawan, kini
setelah bantuan tiba, pertahanannya lantas buyar, seketika dia
sempoyongan hampirjatuh. coh-sang-hwi ih Tiau-hlong berada dibela kang Kiamping,
lekas dia memburu maju memapahnya. Kiam-ping lempar
bungkusan obat, katanya: "Tolong Ih-losujaga Siauhiap ini dan
bubuhi obat luka lukanya, setelah istirahat sebentar pasti
sembuh." orang-orang Ham-ping-klong memang kaget dan terbeliak
oleh keperkasaan Kiam-ping, kini setelah melihat lawan hanya
beberapa gelintir manusia, lega hati mereka, serempak
mereka menyerbu pula. Belum habis Kiam-ping bicara angin pukulan sudah
menyerang dari belakang tahu ada orang membokong, namun
dia harus melindungi TioJin kiat, serta perhatikan musuh
disebelah depan, jelas tak mungkin dia membalik tubuh
menangkis, lekas dia kerahkan Kim -kong-put-hoay-sin-kang
melindungi badan- Kim -kong-put-hoay-sin-kang sudah diyakinkan sempurna,
keinginan timbul ilmu sakti itupun bekerja, maka pukulan
deras itu hanya mencapai satu kaki diluar badannya sudah
sirna tanpa bekas, Ilmu sakti apakah ini" Demikian orangorang
Ha m-ping-klong bertanya-tanya dalam hati. Usianya
masih begini muda tapi sudah memiliki Lwekang sehebat ini,
sungguh luar biasa, karuanparapembokong itu terpesona dan
ciut sendiri nyalinya, tak berani membokong lagi.
Lekas sekali luka-luka TioJin- kiat sudah diobati dan dibalut.
Maka Liok Kiam-ping segera memutar badan, katanya dengan
seringai dingin kepada tiga orang tua: -jadi kalian bertiga yang
main bokong, begitu saja kemampuan h alia n?"
Ketiga orang tua ini adalah para Huhoat dari Ha m-pingklong.
ilmu silat mereka bertaraf kelas satu, biasanya disegani
dan dihormati oleh anggota Ha m-ping-klong yang lainDengan gabungan kekuatan mereka bertiga ternyata tak
berhasil menjatuhkan lawan muda, apalagi secara
membokong lagi, disaat terkesiap itulah, mereka mendengar
nada ejekan si pemuda yang kurangajar ini. Seketika terbakar
emosi mereka, serempak mereka menyerbu Kiam-ping seperti
amukan banteng terluka. Kiam-ping tidak mau melayani secara keras, dia hanya
kembangkan kegesitan, lalu membalik tangan balas
menyerang. Belum ada duapuluh jurus, ketiga Hu-hoat Hampingklong itu sudah didesaknya mundur. Kiamping mainkan
sepasang telapak tangannya menjadi ribuan lapis bayangan
tangan, tiga orang itu dikurung dan dipermainkan.
Mendadak ketiga IHuhoat itu menggerung bersama, enam
telapak tangan mereka menari dengan seluruh kekuatan
terakhir, dengan sengit menggempur Liok Kiam-ping. Kiamping
tersenyum ejek. kedua tangan segera menyongsong
hantaman lawan- Ditengah benturan keras, ketiga Hu-hoat itu
terdesak mundur tiga langkah, muka pucat napas tersengal.
Llok Kiam-ping hanya limbung selangkah.
Amarahnya sudah tak terkendali lagi, dendam dan
kebenciannya terhalap orang-orang Ham-ping-klong merasuk
tulang sumsum, sekali hantam berhasil, serangan selanjutnya
tidak memberi ampun lagi, begitu tegak berdiri pula, tanpa
bersuara dia mendahului menyerang pula.
Coh-siang-hwi Ih Tiau-hlong dan Tih tin-kiat melompat
maju, seorang lawan satu bertempur dengan ramai.
Kim-ji-tay-beng dan Ai-pong-sut Thong ciau sedang
berhantam dengan seluruh kemampuan, mendadak Llok Kiamping
menyerbu datang dengan bentakkannya yang
menciutkan nyali musuh, tahu bala bantuan Honglui-bun telah
tiba, bangkit semangat tempur mereka.
Lekas sekali It-cu kiam dan Tan Kian-thay telah menyerbu
tiba sambil menggerakkan senjata, sementara keadaan
mereka yang terdesak berhasil ditahan- Baru hari ini Ai-pongsut
kembali keharibaan Hong- lui- bun, sebelum mampu
melakukanjasa apa-apa kini telah terkepung oleh musuh,
hampir saja jiwa melayang dan terluka, karuan a marahnya
jug a tidak ter tahan lagi. maka mendelik gigi gemeratak.
Mumpung bala bantuan datang, cepat dia menarik napas,
sambil merogoh keluar sepasang bandulannya yang sudah
puluhan tahun mengangkat namanya.
Tampak dia menyendal tangan, dua benda gemerdep gelap
seketika meluncur secepat meteor kemanapun lawan berkelit,
bandulan itu seperti puny a mata saja juga mengudak
kemana, ternyata kedua bandulannya ini dikendalikan oleh
tenaga murni yang telah diyakinkan puluh a n tahun, maka
bandulan itu dapat bekerja sekehendak hatinya, berputar
secara wajar puluh a n tahun lamanya tetap bertahan tak
pernah kecundang, namunjarang dia menggunakan g a man
andalannya ini. Baru saja kedua bandulannya digunakan menyerang,
seorang lantas menggembor panik, "Awas Yam-yam-tam
(pelor belibis) Lekas menyingkir."
Dis ana Kim-ji-tay-beng berdampingan dengan It-cu-kiam,
permainan telapak tangan dan pedang mereka ternyata dapat
kerja sama dengan baik, perbawanyapun bertambah hebat,
terutama Kim-ji-tay-beng sekaligus mengembangkan Hwi-engcappwe-po, Ginkang tunggalny d is a at badan terapung
diudara sambiljumpalitan mendadak menukik turun disertai
gempura sepasang tangan yang kemilau kuning emas,
merupakan tekanan berat dan serangan berbaha bagi musuhmusuhnya.
Maka disamping tubrukan Kim-ji tay-beng yang
lihay dari tengah udara, sinar pedang It-cu-kiam selalu
mengancam jiwa lawan, maka keadaan mereka masih cukup
tangguh untuk dikalahkan meskijumlah musuh lebih banyak.
Makin lama anak buah Ham-ping-klong makin banyak.
walaupihak Hong-luibun bertempur sebagah harimau
mengamuk dan setangguh gajah, namunjumlah mereka kalah
banyak, meski hebat kepandaian mereka, dalam waktu
singkatjuga belum berhasil merobah situasi. Apalagi ratusan
anak buah Ham-ping-klong sorak sorai memberi aplus kepada
rekan-rekannya yang terjun dimedan sana.
Hanya Llok Kiam-ping yang mampu memperlihatkan
kesaktiannya, bergerak dengan Ling-hi-pou-hoat, kedua
tangannya selalu membundar terus disendai kedepan. secara
beruntun dia lancarkan Llong-kiap-sin-gan, seorang IHuhoat
Ham-ping-klong berhasil dipukulnya mencelatjauh terjun
digerombolan kawan-kawannya.
Sementara sepasang bandulan Ai-pong-sut Thong ciaujuga
berhasil melukai dua jago kosen lawan- Walau
mengembangkan kelincahan Ginkangnya seperti elang
menerkam dibarengi samberan pedang It-cu-kiam, namun
karena lawannya adalah Tang-ling-sin-kun, dalam waktu
dekatjelas tak mampu berberbuat apa-apa, makin lama dia
kehabisan tenaga, keadaan semakin payah.
Pertempuran semakin genting. Pada saat itulah dua
bayangan orang bagai burung terbang meluncur datang dari
belakang perkampungan. dibawengi bentakan kerasJian li-tokheng
dan GinJi-tay-beng terjun ketengah arena. Melihat
saudara tuanya kepepet, tanpa ayal dia melompat datang
terus menerjang kepada Tang-ling-sin-kun, sinar perak
menyambar seiring gerakan telapak tangannya, rangsakannya
cukup gencar. Jian-li-tok heng hinggap disamping It- cu- kian Koan Yong,
diapun kembangkan Sian-tian-ciang-hoat, menyerang secara
kilat pula. Pertempuran lebih dahsyat lagi. Situasi segera berobah,
bahwa bala bantuan mulai berdatangan karuan pihak Hongluibun semakin berkobar semangat tempurnya, dari pihak
terdesak kini mereka balas menyerang dengan gagah.
Betapapun banyak anak buah Ham ping-klong, yang rendah
kepandaiannya hanya merubung diluar gelanggang, yang
merasa berkepandaian tinggi juga berusaha menyelamatkan
jiwa, apalagi orang-orang Hong lui- bun menyerbu dengan
mempertaruhkan jiwa. Setelah memukul roboh dua lawan mendadak Kiam-ping
memekik seram, di mana bayangan putih menyambar,
tubunnya melejit keudara, maka terdengarlah jeritan-jeritan
ngeri, kaki tangan protol batok kepala mencrelat, mayat
berjatuhan saling tindih.
Mata Kiam-ping sudah membara saking bernapsu, tapi dia
sendirijuga merasa ngeri dan merinding, dalam hati dia
membatin: "Semoga musuh tahu diri dan mundur teratur,
sesungguhnya aku tiada keinginan membunuh orang
sebanyak ini" Sekilas ujung matanya menangkap gerakan ngawur cohsunghwi ih Th ia n- h long yang sedang terdesak oleh
serangan kakek bertubuh kecil pendek. Nafsu yang sudah
membara semakin berkobar lagi, disertai raungan keras, dia
menubruk darijauh seraya melontarkan pukulan tangannya.
Kakek kecil itu sedang girang bahwa lawannya bakal
dirobohkan, tak nyana Kiam-ping mendadak menyergapnya,
sebelum musuh berhasil dirobohkan- dia sendiri sudah
menjerit roboh setombak jauhnya, jiwa melayang seketika.
Kiam-ping tidak pernah berhenti, gerakannya secepat kilat
menyambar kian kemari, setiapjurus serangannya pasti
membawa korban, dua IHuhoat Ham-ping-klong berhasil
dipukulnya lagi binasa. Mendadak bayangan orang berkelebat didepan, dua orang
kakek beruban mendadak meluncur ditengah gelanggang..
Kedua orang ini bukan lain adalah Kim-kong-ci Hong Kiat dan
Tay-bok-it-siu. Waktu Llok-Kiam-ping melawan Peksbi-sian-ang tadi, diamdiam
Tay-bok-it-siu berlari masuk ked a la m perkampunganSebagai orang yang memegang pera nan penting dalam
menduduki Kwi-hun ceng ini, setelah melihat gelagat, segera
dia berlari masuk menemui Kim-kong-ci Hong- kiat serta
mengatur muslihat yang lebih jahat untuk menghadapi situasi
yang semakin genting, bila pihak sendiri memang tak kuat
bertahan, mereka siap membakar perkampungan-Maka
sampai sekarang baru kedua orang ini muncul.
Lwekang Kim-kong-ci Hong Kiat sudah mancapa i taraf ting
g i, j a go silat umumnya tiada yang kuat menahan sekali
serangannya, begitu hinggap ditanan kontan dia melancarkan
serangan melintang mengincar lambung Llok Kiam-ping.
Dalam pertempuran yang kacau balau ini mendadak Kiamping
disergap. karuan dia melengak. untung Lwekangnya amat
tinggi, meski menghadapi bahaya dia tidak menjadi gugup,
sambil mengegos mundur tiga kaki, tangannya balas menepuk
sekali. Tepukan ini dilakukan dengan gerakan membalik,
tenaganya sudah tentu kurang ampuh, pada hal terjangan
tenaga lawan amat kuat, untung dia menggeser langkah
hingga tenaga besar lawan meny amber dari samping tubuh.
begitu kedua tenaga beradu mereka tergeliat mundur,
kekuatan berimbang. Hong Kiat terkial-kial, getaran suaranya memekak telinga,
agaknya dia maupamer kekuatan Lwekangnya yang ampuh.
Llok Kiam-ping tetap bersikap tenang. katanya: "Siapa
tuan" Ada permusuhan apa dengan Hong-lui-bun" Berani kau
merebut dan menduduki markas pusat Hong-lui-bun kita" Hari
ini akan kutuntut keadilan kepadamu".
"Bocah, Lohu Kim-kong-ci Hong Kiat, siapa aku kau tidak
tahu, berarti kau cupat pandangan cetek pengalaman. Bukan
sehari Lohu menunggu kedatanganmu, semula kukira kau
sembunyi tak berani datang. Agaknya besarjuga nyalimu, biar
hari ini Lohu mengganyangmu. Bicara tencang markas pusat
Hong-lui-bun kalian, d ia la m baka nanti boleh kau membuat
perhitungan dengan ceng-san-biau-khek, urusan akan beres
sendirinya." "Ternyata kaupun salah seorang antek Ham-ping-klong,
demi menegakkan keadilan Bulim, hari ini akan kutuntut
hutang darahmu." ' "Setan cilik, kau mencarijalan kematianmu, apa boleh buat
biar Lohu tunjukkan kepadamu.'
"Setan tua, j angan putar b a cot, siapa yang akan diantar
kealam baka, buktikan dengan Kungfumu.' Kiam-ping
mendanului mengembangkan Ling hi-pou-hoat, kedua
tanganpun menyerang lebih dulu merebut kesempatanLwekang ^blis tua ini memang tangguh, Kiam-ping sendiri
sudah mengalami pertempuran beberapa babak. tenaganya
sudah banyak berkurang, dibabak terakhir dia yakin masih
harus menghadapi pertempuran yang lebih besar lagi, maka
sekarang dia tidak berani bertindak gegabah.
Melihat betapa ajaib langkah lawan, seranganpun
menak^upkan Hong Kiatjuga tidak berani lengah, diapun
kembangkan gerak tubuhnya yang sudah diyakinkan puluh a n
tahun, lawan dirabunya denga gencar.
Maka kedua pihak sama-sama menyerang serba kilat,
tampak betapa lincah dan tangkas gerak gerik mereka.
Pertempuran kedua orang ini berbeda lagi denganpertarungan
Kiam-ping melawan Pek-b^-sian-ang tadi, namun sama-sama


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jago kosen maka adu kekuatan inipun tidak kalah dahsyatnya.
Di sebelah sana Tay-bok-it-siujuga terjunkearena, kedua
tangan tangan bergerak menyerang satu j urus, sasarannya
adalah Ai-thong-sut Thong cau.
Bandulan ditangannya itu sudah menciutkan nyali orangorang
Ha m-ping-klong, dimana bayangannya meny amber,
beramai-ramaimereka melompat pergi mendadak Thong-ciau
rasakan tindihan angin kencang dari belakang, lekas dia
melompat miring kedepan meluputkan diri dari sergapan
mematikan ini. Begitu kedua tangan menggape, kedua bandulan itu
kembali ketangannya. Baru sekarang sempat Ai-pong-sut berpaling, melihat yang
menyergap adalah Tay-bok-it-siu, ternyata musuh besar sejak
dua puluh tahun lalu, maka segera dia balas menyerang.
Agaknya dendam keduanya tidak kecil maka serangan demi
serangan lebih keji dan teleng as.
Watak Ai-pong-sut yang pendek lucu ini memang humor,
suka ngeledek dan menggoda lawan, sambil melayani
serangan lawan, dia berseri tawa sambil mencemooh:
"Sahabat baik, apakah murid kesayanganmu itu masih suka
menindas orang lemah" Pukulanku dua puluh tahun yang lalu,
tentu belum kau lupakan ya"'
Beruntun memukul tiga kali baru Tay-bok-it-siu
menanggapi: "Sepuluh tahun yang lalu Hong-lui bun kalian
digebah keluar Tlonggoa n seperti menggiring kambing oleh
Hamping Lojin, yakin rupanya juga tidak manis bukan." '
Tay-bok-lo-koay' Ai-pong-sut Thong ciau yang humor ini
malah naik pitam lebih dulu.
"Hari ini biar kau tahu, wibawa Hong lui-bun masih ada dan
tidak boleh dibuat main-main:" secepat kilat dia mencecar
tujuh jurus, Tay-bok-it-siu terpaksa mundur mempertahankan
diri. Dalam pada itu dengan gerakan menukik dari atas disertai
pukulan dahsyatnya Kim-ji-tay-beng bersama Gin-j^ay-beng
bergantian merangsak musuh segagah burung rajawali. Walau
Tang-ling-sin-kun masih kuat bertahan, celaka adalah anak
buah Ham-ping-klong tidak sedikit diantaranya yang menjadi
korban- Sayang cara menyerang dengan sergapan dari udara terlalu
makan tenaga selama tenaga murni mereka masih kuat,
serangan itu tidak kurang kehebatannya, tapi paling banyak
juga hanya beruntun sembilan kali, harus ganti napas sekali.
Kini mereka berendeng ditengah kepungan, untung orangorang
Ham-ping-klong sedang mundur, bila mereka merubung
maju pula Kim-gin-hu hoat sudah ganti napas tapi untuk
menghadapi rangsakan^bersama, mereka tidak segera
melambungkan diri keatas pula.
It-cu-kiam masih terus mengembangkanJi bong- kia mhoat,
hawa pedangnya bagai asap mendesis nyaring,
lawannya adalah seorang Tongcu Ham-ping-klong, It-cu-hikiam
yang dikembangkan itu mempunyai tipu permainan yang
bersambung. Begitu dikembangkan lawan takkan diberi
peluang untuk merobah posisi, sayang tenaga dalamnya
sedikit lebih asor, namun kelihayan pedangnya cukup
mempertahankan posisinya.
Thi-pi-kim-to Tan Kian-thay juga sedang berhantam dengan
seorang jago kosen dengan mati-matian, lwekang lawan lebih
tinggi, untung permainan goloknya dapat dikombinasikan
dengan permainan pukulan telapak tangan kiri, tinju dan golok
berganti menyerang, maka keadaan terus bertahan sama
kuat. Di kala kedua pihak masih terus bertahan dalam
pertempuran dahsyat ini. Mendadak terjadilah satu ledakan yang menggoncang
bumi, tembok kamar belakang tampak runtuh. Dengan
memutar pentung gedenya Ki-ling-s in Siang wi menerjang
keluar dari reruntuh rumah, seluruh badan berdebu, mulutnya
berkoak-koak: "Maknya kuntilanak. anak kura-kura semua
takut digebuk. Kenapa kalian menutup pinto seluruhnya,
memangnya tuan besar ini tidak dapat menghajar kalian "' '
Seperti diketahui si gede inipun ikut Kiam-ping menerjang
kedalam. badannya gede bobotnya berat, langkahnya
ketinggalan dibela kang, setelah melewati beberapa gedung
dan pekarangan dia sudah tak dapat menyusul rekanrekannya,
bila dia tiba didepan lorong, papan besi didepan dan
dibelakang sudah anjlok menyumbatjalan- Karuan gusarnya
bukan kepatang kontan dia ayun pentung besinya menghajar
papan besi. Sekali pukul papan besi tebal beberapa dim itu
ternyata tidak bergeming. Dengan gemas sekuatnya dia
menghantam dua puluhan kali, lama kelamaan tenaganya
menjadi lemas sendiri, maka otaknya yang tumpul berpikir.
"Kalian mengira tuan besarmu ini tidak mampu
menggunakan ilmu ringan tubuh, memangnya aku si gede ini
tidak mampu menerjang masuk kedalam rumah " Ya, biar aku
terjang dari dalam rumah saja. Kalau terlambat ditinggal
bocah cilik, aku bisa tidak kebagian makan malam ini." setiap
persoalan yang dipikir pasti dilakukan, cukup lama dia putar
kayun dipekarangan kecil itu, namun tetap tidak menemukan
pintu lain- Karuan dia naik pitam, berjingkrak meraung-raung,
pentungnya diayun terus menggempur tembok, "Blang"
ditengah kepulam debu dan kapur, tembok telah dihantamnya
ambruk dan bolong. Tanpa periksa lebih dulu, dia mendekam terus, menyelinap
masuk. ternyata dia memasuki kamar kecil, itulah gudang
tempat menyimpan barang-barang tidak berguna. Barang apa
saja ada dikamar ini, bahwasanya tiada jalan tembus di sini.
Dasarpikunsi gede tidak pikir lagi, yang teraih telah
dilemparnya keluar dari lobang tembok. cukup asal badannya
yang gede bisa maju setapakpun mending, sementara
pentungnya tetap diayun mengobrak abrik, akhirnya pintu
gudang itujuga dijebolnya.
Setelah diluar gudang, siapapun yang ditemuinya terus
dihajar, setiap pintu yang tertutup tentu digempurnya pora k
porand a, entah mereka kacung atau pelayan perempuan Ham
ping-klong, semua menjerit-jerit dan lari menyingkir. Dengan
amukannya itu si gede terus menerjang kedalam melampaui
dua ruang besar, baru mendengar suara sorak sorai disebelah
belakang. Waktu dia pasang mata melongok keluar jendela,
aduh ramainya, ternyata semua manusia tumplek ditanah
lapang besar sana. Semestinya dia berputar keluar pintu lalu keluar dari
serambi sana. Tapi dia kuatir terlambat, pentungnya diayun
terus menghajar jendela menggempur tembok. ditengah
gemuruhnya tembok ambrol cepat sekali dia sudah berlari
ketengah lapangan- Mulutnya masih terus berkaok: "Anakanak
kelinci semua ada di sini, nah coba saja mau lari kemana
kalian.' langkahnya ditujukan kearah rombongan orang
banyak. Dengan kedua tangan pegang pentung, seperti orang gila
orang-orang Ham-ping-klong dibabat dan disapunya pontang
panting maka terjadilah jerit tangis yang mengerikan, yang
tidak keburu lari kalau tidak pecah kepalanya, juga putus leher
atau retak tulang punggungnya, yang jelas banyak yang
menyesal karena waktu dilahirkan bapak ibunya dulu tidak
memperpanjang tulang kaki mereka.
Insyaf bahwa dirinya tidak boleh terlalu bernafsu
menyerang dengan kekuatan besar, setelah mengalami
beberapa kali pertarungan sengit tadi, tenaganya banyak
berkurang, maka Kiam-ping menggunakan kelincahan gerak
badannya ajak lawannya bertempur merebut kecekatan- Linghipou-hoat dikembangkan sampai puncaknya, gerakannya
seenteng asap berkelebat. Hong Kiatjuga telah
mengembangkan segala kemampuannya, tapijangan kata
memukul lawan, ujung pakaian orangpun tak mampu
disentuhnya, sebaliknya karena kedua pihak bergerak teramat
cepat terasa dipukul didepan, tahu-tahu lawan sudah berada
dibela kang, karuan gembong iblis yang sudah kenyang hidup
ini keripuhanjuga akhirnya.
Tapi pengalaman tempurnya memberikan jaminan
kepadanya, kecerdikannya jug a melebihi orang, dia tahu anak
muda berdarah panas dan pasti ingin menang, setelah balas
menyerang dua j urus, sengaja dia b erg elak tawa: "Boca h,
jangan pamer langkah setanmu saja, berkelit selalu tanpa
berani balas menyerang, memangnya begini yang dinamakan
tunas muda harapan kaum persilatan- Apa kau berani adu
pukulan mengukur kekuatan dalam ?"
Kalau lawan sudah mengajukan usul, betapapun dirinya
tidak boleh menurunkan pamor sebagai seorang ciangbunjin,
apalagi Kiam-ping memang pemuda darah panas yang
congkak, meski tahu lawan sengaja memancing amarahnya,
kemungkinan lawanjuga mempunyai rencana keji, apapun dia
tidak harus gentar menghadapinya.
Lekas Kiam-ping menarik serangan menghentikan langkah,
katanya dengan tersenyum:
"Boleh terserah bagaimana cara pertandingan, cayhe selalu
melayani, betapapun aku akan buat kau tua bangka ini tunduk
lahir batin." sedikit benaknya berpikir, Kim-kong-put-hoay-sinkang
dengan sendirinya telah bekerja, pasang gaya meng
konsentrasikan diri siap siaga.
Memicing sekejap mata Kim-kung-ci Hong Kiat, baru
sekarang dia menatapjelas muka orang, batinnya: "Bocah ini
memang berbakat, tulangnya cocok sebagai pesilat yang akan
mahir menguasai ilmu tingkat tinggi, namun wajahnya
kelihatan bersih biasa, tak ubahnya anak sekolahan, siapa
percaya kalau dia pernah belajar silat dan membekal ilmu
sakti, apa benar latihannya sudah mencapai taraf Hoan-bukwicin Lwekang aliran Lwekeh yang paling top" padahal usia
nya masih begini muda, tidak mungkin-.. "
Disaat dia mereka-reka dalam hati itulah Llok Kiam-ping
sudah mengerahkan ilmu saktinya, sorot matanya berobah
mencorong tajam, saking kaget lekas dia menekan gejolak
perasaannya, seketika lenyap lamunannya tadi.
Hong Kiat juga maklum, situasi yang menyulitkan hari ini
memang sukar dibereskan tapi pihak sendiri yang mengajukan
cara pertandingan, lawanjuga sudah siap menyambut
tantangannya, sebelum bertanding malu rasanya kalau dirinya
harus mundur karena j eri, untung sebelumnya dia sudah
mengatur tipu daya, bila terpaksa dia yakin dirinya masih bisa
meloloskan diri dengan selamat. Hanya sekejap benaknya
berputar, hati pun lega dan mantap. Kedua tangan segera
membundar dan terang kap didepan dada, seiring dengan
gerakan kedua tangannya dia menghirup napas panjang,
telapak tangannya pelan-pelan berobah merah, semakin
merah sehingga menyala seperti darah, dengan gaya aneh
pula telapak tangannya menepuk keluar. Rembusan angin
kencang terasa panas seperti lahar gunung berapi.
Ilmu sakti sudah membungkus badan, Kiam-ping tidak
gentar menghadapi suhu panas, tapijuga tidak berani
gagabah. Diapun menggerakkan kedua tangan terus memapak
kedepan dengan sebuah pukulan- Kali ini tiada ledakan,
benturan kedua kekuatan ternyata menimbulkan desis suara
yang berada tinggi seperti ban motor yang mendadak kempes,
hawa panas berderai keempat penjuru lenyap dihembus angin
lalu. Lekas Kim-kong-cu Hong Kiat membentak keras, segera dia
gunakan Kim-kong-ciang ^ari arhad) yang teramat keras dan
ganas. Begitu dia menuding tampak sejalur hawa putih
melesat keluar dari tengah kedua jari tertunjuk dan jari
tengah. Kekuatan tenaga jarinya itu sebetulnya mampu
menembus gunung atau batu besar, ilmu tunggal Hong Kiat
yang diyakinkan puluhan tahun lamanya, selama
berkecimpung di Kangouw belum pernah dia menemukan
tandingan. Melihat tenaga jari lawan melesat datang, lekas dia
kerahkan Kim-kong-put-hoay-sinkang lebih kokoh untuk
menyambut tutukanjari hebat itu secara kekerasan- Satu kaki
kekuatan jari itu datang diluar tubuhnya, lantas terdengarlan
suara "Duk" sekali, padahal pertahanan hawa pelindung badan
itu setebal tiga kaki, jadi mampu menembus dua kaki, masih
satu kaki kekuatan pelindung badan itu tak mampu ditembus,
tenaga tutukan inipun sirna tanpa bekas.
Llok Kiam-ping tersenyum lebar, kedua tangan lantas balas
menggempur. Bahwa Kim-kong-ci-lat yang diandalkan selama inijuga tidak
mampu melukai anak muda ini, sangguh Hong Kiat amat
penasaran, mendadak dia menduga apakah bocah ini sudah
berhasil meyakinkan Kim-kong-put-hoay-sin-kang dari aliran
Hud " Seketika dia terhenyak kaget dan menjublek
ditempatnya. Saat itulah Kiam-ping sudah melancarkan
serangan belasan, mau berkelitjelas sudah terlambat, sedapat
mungkin dia menepuk sekali, namun tubuhnya seperti
diterjang badai, tak tertahan dia menyurut tiga langkah baru
tega k pula. Gempuran pertama membawa hasli, berkobar semangat
tempur Llok Kiam-ping, seluruh tenaga dikerahkan kembali dia
menyerang dengan jurus kedua. Kekuatan pukulannya bagai
amukan gelombang pasang yang menggulung garang. Setelah
terkena pukulan pertama, maka Hong Kiat melawan lebih hatihati,
lekas dia meg g egos minggir berbareng kedua tangan
kerahkan seluruh kekuatan menyongsong hantam lawan"Biang" keduanya mundur tiga tindak. Mumpung lawan
melenggong mendadak Kiam-ping mendorong kedua telapak
tang a n pula, j urus serangan yang takterhingga hebatnya.
Ditindih amukan badai dengan gugup Hong kiat angkat
kedua tangannya menangkis kedepan, tapi dalam merebut
kecepatan dia terlambat sedetik, baru saja dia angkat tangan
belum sempat mengerahkan tenaga, damparan tenaga lawan
sudah menggulung tiba. Sementara itu Kim-gin-hu-hoat yang menghadapi
keroyokan Tang-ling-sin-kun dan lain-lain sudah semakin
terdesak kepayahan, untung kedua saudara ini sering
bertempur berdampingan, keempat tangan mereka dapat
kerja sama dengan rapi, serang menyerang bergantian sambil
melindungi rekan sendiri, meski terdesak yakin mereka masih
mampu bertahan. Pertarungan Ai-pong-sut Thong ciau yang melawan Ta ybokit-siu kelihatan paling sengit dan menyedihkan. Kedua
musuh bebuyutan ini sama ingin menuntaskan perhitungan


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lama dan dendam baru, maka dalam adu kekuatan ini mereka
sama mengeluarkan segala ilmu yang pernah diyakinkan,
setelahjurus serangan ganas dan telengas, setapakpun tidak
mau mundur meski menyadari serangan lawan teramat
ampuh, sehingga serangan keji dibalas jurus ganas, tipu lawan
tipu. Benturan keras sering terdengar. Pertempuran cara keras
lawan keras ini jelas menguras tenaga, biar sampai titik darah
terakhir juga mereka tidak akan mau menyerah kalah sebelum
salah satu roboh binasa lebih dulu.
Mereka sudah bertarung ratusan jurus, keringat telah
membasahi sekujur badan, napas juga ngos-ngosan, tenaga
makin lemah, lama kelamaan gerakan mereka menjadi lambat
dan berat. Mendadak Ai-pong-sut Thong ciau seperti teringat
apa-apa, wajahnya mendadak bersenyum cerah tidak
menerjang musuh mendadak dia menjatuh kau diri ketanah
malah, ternyata dia sedang menggunakan ilmu To-tong-kang.
Paha dan lutut digunakan bersama, tubuhnya yang kecil
pendek itu mendadak menggelinding secepat bola mengelilingi
gelanggang, jangan kira tubuhnya pendek gemuk, ternyata
setelah dia menggunakan To-tong-kang, gerakannya ternyata
cepat dan tangkas. Yang kelihatan hanyalah gumpalan
bayangan kelabu yang menggelundung kian kemari diatas
tanah, bagaimana sebetulnya dia melancarkan ilmu
menggelundung ditanah, hakikatnya orang sukar melihat jelas.
Menghadapi permainan aneh lawan, ternyata Tay-bok-it-siu
keripuhan dan sukar melayani, maklum Te-tong-kang selalu
mengincar bagian bawah orang, perawakan Tay-bok-it-siu
tinggi besar, kalau tidak membungkuk tak mungkin dia dapat
melayani serangan lawan, sebetulnya dia berlompatan diudara
seperti elang menerkam ayam untuk menghadapi serangan
ini, namun sudah terlalu banyak dia mengeluarkan tenaga,
paling juga hanya beberapa jurus tentu dirinya akan
kepayahan sendiri, terpaksa dia hanya main kelit, lompat sana
nyingkir ^ini kalau tadi dia mampu menggasak lawan,
sekarang malah terdesak d iba wah angin tak mampu balas
menyerang. Jian-li-tok-heng dan It-cu-kiam berdampingan, telapak
tangan dan pedang menghadapi keroyokan enam jago
tangguh Ham-ping-klong, semula masih terjadi saling serang,
namun pihak musuh dapat berganti kawan, jadi secara
bergiliran mengeroyok mereka berdua, setelah K^oan Yong
melancarkan seluruh permainan It-cu-hwi-kiam, tenaga juga
sudah lemah, untuk menangkis saja sudah terasa makan
tenaga. Jian-li-tok-heng melihat gelagat jelek. mumpung ada
kesempatan lekas dia merogoh keluar segenggam biji teratai
besi. Begitu lawan menyergap tiba, dia incar musuh terus
sambitkan lima biji. Luncuran biji teratai besi diudara
mengeluarkan desing suara keras, kontan seorang menjerit
roboh terkena dua biji, tiga biji lagi mengincar tiga pengeroyok
yang lain, tapi berhasil dipukul jatuh.
Thi-pi-kim-to Tan kian-thay mengandal permainan tinju
tang a n kirinya yang aneh, cukup gagah dia melawan dua
lawan baju hitam, roboh satu maju satu, demikian lawan
bergiliran mengeroyoknya, tapi sekali swing.. nya mengenai
badan lawan pasti menjungkir tak bangun lagi. Apalagi golok
emasnya itujuga bukan olah-olah lihaynya. Sayang tenaganya
sudah makin lemah, beberapa kejap lagi kala u pertempuran
tidak berakhir, akhirnya dia juga pasti roboh lemas kehabian
tenaga. Untung Lwekangnya tangguh, melayani secara tabah,
dalam waktu singkat masih kuat melawanCelaka adalah coh-sung-hwi ciu Khay. makin tempur makin
terdesak disamping harus menyambut serangan musuh dia
harus melindungi TioJin-kiat yang terluka, untung Ginkangnya
melebihi lawan, dalam keadaan terdesak kadang kala dia bisa
menyergap lawan dengan ketangkasan gerak tubuhnya. tapi
itupun takkan bertahan lama.
Ki-ling-sin Siang wi masih terus mengamuk dengan
pentungnya, dimana banyak orang kesitu dia mengamuk,
golok lawan tidak mempan ditubuhnya, karuan orang-orang
Ham-ping-klong makin kocar kacir dilabraknya seperti
harimau lapar terjun digerombolan kambing, jeritan demi
jeritan, korban berjatuhan semakin banyak.
Keadaan semakin kalut jeritan-jeritan mengerikan
menambuh pertempuran makin sengit.
Dengan melancarkan Te-tong-kun Ai-pongsut Thong ciau
mendesak Tay-bok-it-sin sehingga lawannya ini dipaksa
melompat menyelamatkan diri. agaknya lawan sengaja hendak
dikuras tenaganya. Saat itu Ai-pong-sut sedang menggunakan
jurus tunggal To-coansam-jia dari Te-tong-kun yang lihay,
tampak kedua kakinya memancal keatas, sementara kedua
sikutnya menahan bumi, tubuhnya berputar secepat roda
menggelinding kebelakang Tay-bok-it-siu. Dengan tangkas
kedua kakinya menendang dan memancal, sekaligus dia
serang s elang kang a n dan pinggang lawanTay-bok-it-siu dipaksa melambungkan badan keudara,
disaat tubuhnya meluncur turun hampir menginjak bumi,
sungguh tak nyana bahwa lawan yang bergelundungan di
tanah dapat bergerak secepat itu. tahu-tahu sudah
menggelinding balik, jelas kemaluan bisa pecah tertendang.
Untung Lwekangnya tinggi, menghadapi bahaya tidak gugup,
dikala ujung kaki lawan hampir mengenai tubuhnya,
mendadak dia mendehem keras, kedua lengan terbuka lalu
menepuk kebawah, hingga tubuhnya dipaksa mumbulpula tiga
kaki. Syukur masih sempat dia menyelamatkan diri, namun
keringat dingin sudah bercucuran.
Agaknya Ai-pong-sut Thong Ciau sudah menduga lawan
akan berbuat demikian, sekali berkelebat dia mencelat duduk,
tangan kanan terangkat mulut membentak: "Sahabat lama,
sambut lagi yang satu ini^" "dimana sinar gemeredep gelap
menyambar, ternyata bandulannya sudah melesat kearah
lawan- Dengan meminjam tekanan kedua lengan Tay-bok-it-siu
paksa tubuhnya mumbultiga kaki pula, pada hal hawa
murninya sudah hampir ludas, saat itu tubuhnya juga
melayang turun, Ternyata Ai-pong-sut tidak memberi
kelonggaran pula, sepasang bandulannya ditimpuk dengan
tenaga penuh, maka daya luncurnya pesat luar biasa, dalam
keadaan seperti itu jelas dia takkan mampu berkelit lagi.
Dalam gugupnya sedapat mungkin dia menyendal kaki, maka
terdengar: "Plak", telapak kakinya bolong tertembus, saking
kesakitan dia mengerang tertahan, tub uhpun jatuh terduduk
diatas tanah, sangat kaget dan ketakutan pula, ternyata dia
melupakan sakit dengan jurus La y- lok- b a k- gun (keledai
malas menggelundung) dia menjatuhkan diri terus
menggelinding setombak lebih, sekali melejit lagi tubuhnya
sudah melesat kearah hutan- Sudah kalah, terluka dan
berusaha melarikan diri, tapi dia tidak lupa akan akal muslihat
dan perangkap yang telah direncanakan, sambil berlari dia
menimpuk tangan keatas melepas pelor api "Tar" selarik sinar
biru menjulang tinggi keangkasa meninggalkan jalur asap
putih. Pada saat yang sama coh-siang-hwi It Tiau-hiong yang
melawan keroyokan dua jago baju hitam kelihatan payah,
pertempuran lama banyak menguras tenaga sehingga
gerakannya menjadi lamban, maka pundak kirinya kena sekali
pukulan, sambil mendehem badannya terhuyung kesamping
hampir tersungkur. Ai-pong-sut Thong ciau yang berhasil melukasi dan
memukul mundur lawan kebetulan melompat berdiri dengan
gusar segera dia menubruk sambil membentak: "Kunyuk kau
berani...' telapak tangannya menampar.
Kedua jago Ham-ping-klong seragam hitam itu tengah
kesenangan, lawan sudah terpukul, sekali jotos lagi pasti
melayang jiwanya, sungguh tak nyana, mendadak serangan
hebat datang dari sebelah samping, tangan yang sudah
kebacut terangkat dibuat menangkis, tapi terlambat.
Terdengar dua jeritan saling susul, dua bayangan orang
mencelat dua tombak jauhnya, roboh muntah darah dan
takkan bergerak lagi. Berkat perlindungan Coh-siang-hwi Ih Tiau-hlong sehingga
TioJ in- kiat sempat bersamadi menghimpun tenaga
menyembuhkan luka dalam, sudah tentu bukan kepalang
rasaterima kasihnya. Kini berbalik Ih Tiau-hlong yang terluka,
mana berani ayal lekas dia tinggalkan lawannya memburu
kesana memapahnya. Alis Ai-pong-sut tampak berkerut, wajahnya masam diliputi
hawa membunuh. Setelah merobohkan dua musuh, langsung
dia terjun ketengah gerombolan musuh yang merubung maju,
berputar kehadapan TioJ in- kiat, seorang lelaki setengah baya
kebetulan hendak menyergap. kontan dia menjotosnya pula
sampai mencelat dengan kepala pecah.
Sebetulnya sudah kepalang basah, tangannya berlepotan
darah, musuhpun main keroyok secara keji, sudah timbal
niatnya hendak mengganyang musuh sebanyak mungkinTapi kedua pemuda disampingnya ini sudah terluka dan
perlu dilindungi. maka tak mungkin dia meninggalkan mereka
terpaksa dia keluarkan pula bandulannya.Jago-jago Ha mpingklong yang mengepung Kim-gin-huhoat, Dua jago musuh
dirobohkan pula terluka parah, tapi musuh mampu melarikan
diri. Tekanan seketika agak longgar bagi Kim-gin-hu-hoat
dengan dua musuh dipukul mundur, semangat tempur mereka
berkobar pula meski tenaga sudah banyak terkuras, seperti
banteng ketaton saja dua saudara ini mengamuk kepada
Tang-ling-sin-kun dan lain-lain yang mengeroyok ketat. Sinar
emas dan perak samber menyamber, kalau sinar emas
menepis miring, cahaya perak mengemplang turun, kerja
sama mereka cukup ketat dan banyak variasi lagi, permainan
lebih leluasa sehingga para pengeroyoknya kabur pandangan,
namun juga Begitu melihat sinar api biru menjulang keangkasa, Hong
Kiat lantas tahu bahwa Tay-bok-it-siu sudah keok dan
melarikan diri, sementara Tang-ling-sin-kunjuga sibuk
menghadapi kedua musuhnya, dirinya tinggal harus bertahan
mati-matian, kalau rencana jahat tidak lekas dilaksanakan,
kemungkinan terlambat untuk meloloskan diri. Dasar licik dan
licin, jelas dirinya sudah kalah, namun sikapnya tetap tenang,
mendadak dia membentak: "Berhenti. Bocah, apa kau berani
ikut Lohu pergi kesuatu tempat " Di sana kita berdua
bertanding satu lawan satu sebagai penyelesaian terakhir
pertarungan malam ini"'
Llok Kiam-ping memang tidak ingin banyak membunuh,
diapun mengharap pertempuran kacau balau ini lekas diakhiri,
orang-orang pihaknya banyakjuga yang terluka dan sudah
kehabisan tenaga, mereka perlu pengobatan dan istirahat,
maka dia bergelaktawa sambil menanggapi tantangan lawan:
"Umpama sarang naga gua harimaujuga boleh, asal kau
sendiri tidak takut mampus, kemanapun kehendakmu pasti
kuiringi.", "Baiklah, lekas kau suruh orang-orangmu.
Kiam-ping segera angkat tangan serta memberi aba-aba
kepada orang-orangnya, lalu dia memperkenalkan diri kepada
Tiang lo Aipong-sut Thong ciau serta menjelaskan tantangan
musuh. Sementara itu orang-orang Ha m-ping-klong juga
berbondong-bondong mengundurkan diri keempat penjuru.
Pihak Hong- lui- bun juga mundur ke samping, istirahat dan
membubuhi obat di luka-luka mereka.
"Mari silakan ikut Lohu." seru Hong Kiat sambil menyila h
ka n Kiam-ping berjalan lebih dulu. Dia berjalan paling depan
dalam rombongan besar orang-orang Ha m-pingrklong menuju
kearah kanan. Sudah tentu Kiamping tidak mau kalah wibawa, segera dia
mendahuluijuga d ih a d apa n orang banyak. Sigede Siang Wi
sesaat berdiri bingung, mengawasi rombongan besar orangTiraikasih
Website orang itu pergi, dia tidak mampu melompat tinggi atau
mengembangkan Ginkang, lawan sudah mundur semua, maka
dia berteriak gugup: "Bocah cilik, hai, tunggu aku." "orang
banyak sudah berada puluhan tombak jauhnya, dalam
suasana kacau, setiap orang mengurus diri sendiri, mana
pikirkan si gede lagi. Lekas sekali orang banyak sudah tiba disebuah pekarangan,
dibela kang pekarangan adalah sebuah gedung berloteng
tingkat dua, kabut pagi tampak remang-remang, orang
banyak melihat pigura besar yang tergantung, diataspintu,
dimana terukir tiga huruf Pau-gwat-kan.
Tanah lapang didepan loteng luasnya ada sepuluh tombak.
lengkap dengan segala peralatan latihan Kungfu yang serba
baru, Mungkin disinilah biasanya jago-jago Ham-ping-kiong
latihan silat. Tiga jurusan dipagari tembok tinggi, kecuali pintu
yang menjurus ke villa berloteng itu tiada jalan keluar.
Sementara itu orang-orang Ham-ping-kiong sudah
berkumpul di depan tumpukan pasir yang diratakan, diatas
pasir itulah tertancap ratusan bambu-bambu sebesar jari
tangan yang runcing laksana pisau
Kim-kong-ci Hong-kiat berkata sambil menjura:
"Ciangbunjin, inilah sekedar permainan Tlok-tok-bu-sa-tin
(barisan bambu dipasir kering) Losiu ingin mohon beberapa
jurus pelajaran diatas barisan bambu ini, telapak tangan,
senjata atau Am-gi boleh digunakan sesuka hati. Jikalau tuan
merasa di sini kurang mencocoki selera, boleh diganti cara
lain' Berdiri alis Liok Kiam-ping, sorot matanya memancar tajam,
katanya dengan gelak tawa lantang: 'Kalau Hong-tongcu ada
minat Cayhe sih boleh saja mengiringi.'
Hong Kiat sudah mencopot jubah panjangnya, dalamnya
mengenakan pakaian ketat yang cocok untuk bertanding
dimedan-laga. Setelah memberi tanda sambil berkata:
'Silahkan,' segera dia melompat keatas dengan gayga Pek-hocongthian (burung bangau menjulang ke langit), dengan
ringan dia hinggap di atas pucuk bambu.
Kelihatannya barisan bambu diatas pasir yang tidak padat
itu biasa saja, tapi kalau mau diteliti dan diperhatikan, seorang
berpengalaman akan tahu bahwa barisan ini sukar dihadapi,
maklum tancapan bambu diatas pasir kering itu tidak kokoh,
demikian pula bambu itu runcing, untuk mengembangkan
Ginkang diatas bambu runcing itu, kalau tidak memiliki latihan
Ginkang selama dua puluh tahun, orang tidak akan bergerak
bebas diataSnya. Apalagi bambu-bambu sebesar jari dan


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

runcing sejumlah seratu dua puluh delapan batang itu
dipasang menurut posisi Pat- kwa. Kalau dalam pertempuran
maju mundur atau serang menyerang tidak dapat
menempatkan dirinya pada posisi yang tepat, kemungkinan
bisa ambruk dan kalah. Apalagi pasir kering dengan tancapan
bambu itu tidak boleh diinjak terlalu keras dengan tenaga
dikerahkan, dalam pertempuran boleh sesuka hati
menggunakan tangan kosong, senjata atau Am-gi, maka lebih
sukar pula untuk melayani dua perhatian sekaligus, bagi yang
belum mempunyai kepandaian tinggi dan sempurna. siapapun
takkan berani mencoba atau main-main dengan maut.
Jian-li-tok-heng sejak muda sudah kenyang berkelahi
menghadapi berbagai macam lawan, sekilas pandang dia tahu
gelagat cukup mencurigakan, lawan bilang boleh main Am-gi
maka dia menduga musuh tentu mempunyai akal keji dan
serangan jahat, siap membantu bila Liok Kiam-ping berada
dalam keadaan kritis. Liok Kiam-ping sendirijuga cukup cerdik, bahwa lawan
berani mengajak bertanding di atas barisan bambu macam ini,
maka diapun tidak berani gegabah, lekas dia copotjubah
bagian atas serta diikat dipinggang dengan kedua lengan
bajunya, pundak tidak kelihatan bergerak. dengan gaya Ciamllongseng-thian, badannya melambung dua tombak. Di
tengah udara menekuk pinggang menggeliat dengan gerakan
membundar, lalu melayang turun dengan gaya indah
mempesona hinggap diatas barisan bambu.
Untuk bertanding diatas barisan bambu orang hanya
mengutamakan kekuatan tenaga dalam dan pengaturan
napas, maka tak mungkin buka suara lagi. Maka kedua orang
hanya saling menjura lalu berputar berganti tempat.
Dengan tangkas Kim-kong-ci Hong Kiat. tiba-tiba
menggoyang badan, tahu-tahu melejit maju menginjak dua
pucuk bambu dua tindak didepan Liok Kiam-ping, tangan
kanan bergerak dengan jurus To-coa-sin-hiat (ular beracun
mencari lobang) langsung menutuk Jian-kin-hiat dipundak
kanan. Kiam-ping mundur dengan kaki kanan, telapak tangan
memotong miring menabas pergelangan.
Lekas Kim-kong-ci Hong Kiat meninggikan pundak menarik
tangan, kirinya menggesar selangkah, dari samping dia
bergerak dengan jurus Yu-hong-hi- jim (Kumbang menari
dipucuk puntul) kedua jarinya mengincar Ki-kiat-hiat ditubuh
Liok Kiam-ping. Kiam-ping berputar kekanan, seringan kapas dia berpindah
dua pucuk bambu, denrgan jurus Peksho-jan-ji (bangau putih
pentang sayap), telapak tangannya menepuk miring Giok-simhiat
dibelakang batok kepala Hong Kiat.
Hong Kiat dipaksa mengkeret lebar menyembunyikan
kepala, namun tidak menyurut mundur tubuhnya malah
berputar kearah kiri, kedua telapak tangan mendorong
kedepan denganjurus Siang-jong ciang, yang diincar Hoa-kayhiat
didepan dada Liok Kiam-ping, Dalam sekejap kedua orang
sudah saling serang dua puluh jurus.
Gebrak pertandingan kali ini berbeda pula dengan
pertarungan tad i, karena diatas pucuk bambu yang runcing
lagi, tidak boleh menggunakan tenaga berat, apa lagi
mengadu tenaga maka mereka hanya saling mematahkan dan
merobah serangan, terutama harus mengembangkan
kelincahan langkah dan gerakan tubuh yang enteng, ketimur
atau mendesak kebarat, maju mundur sambil berputar, makin
lama kedua pihak bergerak makin cepat laksana dua balingbaling
yang saling kejar. Waktu itu Kim-kong-ci Hong Kiat harus mengegos diri dari
serangan maut, badannya bergerak sekaligus melewati lima
enam bambu, Liok Kiam-ping mengudak dari belakang secara
ketat. Dua langkah lebih lagi dia sudah akan menyusul lawanWajah Kim-kong-ci Hong Kiat kelihatan masam, nafsunya
sudah berkobar, maka turun tangannya juga tidak kenal
kasihan lagi, begitu ujung kaki menutul bambu, badannya
sedikit bergeming, kelihatannya gaya itu seperti akan berputar
kearah kiri menuju belakang, yang benar meminjam gerakan
menggeliat ini, secara sembunyi-sembunyi tangan kanannya
sudah mengeluarkan Am-gi, itulah sebuah bumbung jarum
mungil yang dinamakan hoa-toh bing-ciam sudah digenggam
ditangannya Saat itu dia juga tidak memutar badan, mendadak malah
menjatuhkan diri kedepan, dengan gaya Ku-gu-bong-gwat
(kerbau jantung memandang rembulan), dia sudah incar
gerakan lawan terus mengayun tangan kanan kebelakang
"Cret" suaranya tidak nyaring namun Bwe-hoa-toh-bing-ciam
sudah melesat kearah Liok Kiam-ping.
Lihay amat serangan Bwe-boa-bing-ciam jarum sakura
pencabut nyawa) ini, tampak titik sinar dingin terbagi atas
tengah bawah dan kanan kiri dari lima jurusan, daya
luncurannya pesat kekuatannya jelas jauh lebih keras dari
timpukan senjata rahasia jago silat manapun.
Pada hal jarum-jarum baja itu selembut bulu kerbau, tapi
ditengah udara dapat mendesing nyaring memecah udara,
maka dapatlah dibayangkan betapa keras daya luncurannya.
Orang-orang Ham-ping-kiong bersorak dan keplok, mereka
girang bahwa cong-tongcu mereka pasti berhasil dengan
serangan gelap ini, maka semua berseri tawa.
Sebaliknya orang orang gagah pihak Hong-lui-bun semua
terbeliak kaget dan melongo. hanya keajaiban atau adanya
pertolongan dari melaikat dewata saja yang mampu menolong
jiwa ciangbunjin mereka dari petaka ini. Pada halJian-li-tokheng
berdiri dibela kang Kim-kong-ci Hong Kiat, umpama dia
timpukkan biji teratai besinya juga takkan bisa menolongnya,
karuan dia gugup dan membanting kaki belaka.
Sejak mula Liok Kiam-ping sudah menduga bahwa la wan
pasti sudah mempersiapkan Am-gi yang ganas danjahat,
namun tak pernah dia menduga bahwa serangan bakal
seganas dan selincah ini, untung sebelum dia memburu maju,
mendadak dilihatnya lawan menjatuhkan diri kedepan, rasa
curiga telah menghentikan niatnya, sedikit merandek ini telah
menolong jiwanya. Bila dia mendengar suara jepretan,
berbareng lima bintik sinar dingin melesat keluar, lekas dia
menutul kaki diujung bambu, badannya lantas menjulang
keatas, syukur masih sempat dia menyelamatkan diri.
Diatas barisan bambu yang tertancap dipasir kering seperti
itu sebetulnya tidak boleh menggunakan tenaga, apalagi
menjejak mumbul keatas, dasar Kiam-ping berkepandaian
tinggi nyalinyapun besar, terdesak oleh keadaan pula,
terpaksa dia menempuh cara berbahaya.
Sama sekali tidak diduganya pula disaat tubuhnya melorot
turun, Kim-kong-ci Hong Kiat menyerang pula dengan jarumjarum
lembutnya untuk yang kedua kali. Kali ini Liok Kiamping
jelas takkan bisa meluputkan diri dari serangan
mematikan ini. Seperti diketahui diatas barisan bambu tidak boleh
mengerahkan tenaga. diwaktu menjulang keatas Liok Kiamping
tidak bisa menggunakan tenaga besar, setelah terapung
diudara segera tubuhnya akan melorot turun, hal ini sudah
diperhitungkan oleh Hong Kiat.
Diluar tahunya Ling-hi-pou-hoat yang diyakinkan Liok Kiamping
sudah sempurna dan dapat dikembangkan beruntun
sembilan kali berputar diudara seperti burung elang
jumpalitan, walau tadi kakinya tidak menggunakan tenaga
untuk melambung keatas, namun ditengah udara untuk
berputar terbang bukankah suatu kerja berat bagi dirinya.
Begitu mendengar suara jepretan, lantas dia tahu lawan
menyerang kedua kali dengan jarum jahatnya, lekas dia
menarik napas, di mana kedua lengan terkembang, tubuhnya
meringkel terus meronta sekali, hingga tubuhnya melayang
naik pula satu tombak, Bwe-hoa-ciam itupun tidak mengenai
sasarannya pula. Ditengah udara Kiam-ping berputar sekali, tubuhnya rebah
datar diudara, begitu kaki memancal laksana seekor burung
rajawali tubuhnya melesat maju memburu kearah Hong Kiat.
Bahwa Kim-kong-ci Hong Kiat menyerang dua kali dengan
jarum jahat secara keji dan nakal, tanpa mematuhi peraturan
dunia persilatan, orang-orang gagah Hong- lui- bun sudah
berjingkrak gusar. Beramai-ramai mereka membentak dan
memaki, ada yang mengacung tinju, ada yang menggosok
telapak tangan, siap bertindak bila mendapat komando.
Kini mari kita ikuti-jejak si gede Siang Wi, karena
ketinggalan tepaksa dia mengudak kearah mana tadi orang
banyak pergi, langkahnya lebar, pentungnya masih terus
berkerja, sering pula kaki menendang apa saja yang
menghalangi perjalanannya, pintu atau dinding yang
menghadang juga dihajar dengan pentung baja. Setelah
sekian lama mengobrak abrik kian kemari, belumjuga dia
menemukan orang banyak, karuan si gede yang pikun ini
semakin bingung uring-uringan akhirnya dia pegang pentung
berdiri melongo celingukan, entah kemana die harus
menerjang pula. Karena berdiam diri itulah, dalam keheningan dia
mendengar suara sorak sorai orang banyak. seketika dia
berjingkrak girang, mulutnya mengoceh: "Maknya kura-kura,
akhirnya kutemukan juga." kembali pentungnya bekerja,
tembok dijebolkan secara kekerasan- setelah membelok dua
kali dia tiba disebuah serambi.
Diujung tikungan sana dilihatnya bayangan orang bergerakgerak.
Dengan getak tawa mulutnya berkaok-kaok: "Anak
kelinci, coba mau sembunyi kemana lagi." sambil menjinjing
pentung segera dia memburu ke sana.
Keluar dari serambi panjang berliku-liku itu dia memasuki
sebuah pekarangan dibawah sebuah bangunan loteng.
Tampakpula banyak lelaki sedang sibuk bekerja menggotong
buntalan-buntalan kertas entah apa isinya, yang terang
buntalan kertas itu semua dilempar kesebuah lobang dibawah
tanah. Memangnya sudah penasaran dan keki sejak tadi, perut
lapar lagi, maka orang-orang Ham-ping-kiong yang kesamplok
ditangannya tentu tidak diberi ampun, dengan mata mendelik
segera dia menyerbu sambil ayun pentungnya.
orang-orang itu sedang sibuk bekerja, penuh perhatian dan
hati-hati menggotong buntalan-buntalan kertas itu, mimpipun
tidak menduga bahwa petaka turun dari langit mengincar jiwa
mereka. d iluar pekarangan tadi mereka sudah merasakan
kelihayansi gede ini, tahu permainan pentungnya amat
kencang dan berat, siapa tidak lekas menyingkir pasti celaka,
apalagi sigede berkulit tebal tak mempan senjata, melihat dia
menyerbu datang dengan mata mendelik laksana raksasa iblis
yang jahat saja. Seketika hampir terbang arwah mereka
saking ngeri den ketakutan, siapa berani ayal, beramai ramai
mereka menjerit ngeri sambil melempar buntalan kertas yang
dipegang terus ngacir seperti dikejar lawan, lari ke lobang
dibawah tanah. Lobang itujuga tidak terlalu lebar, mereka berjumlah
banyakjadi mereka berebutan menyelamatkan diri, yang
berada dibela kang jelas terlambat. maka tidak sedikit yang
dihajar pentung hingga kepala bocor tulang patah, yang mati
dan terluka parah bergelimpangan ditanah.
Akhirnya si gede kehabisan lawan, terpaksa dia mengudak
kebawah lobang. Dibawah lobang gelap gulita, begitu dia
berada di bawah lobang, matanya seketika menjadi gelap tak
bisa melihat apa-apa. Sejenak dia berdiri ragu-ragu, setelah
merasa pandangannya agak biasa, baru dia melihat sebuah
lorong panjang berada didepannya, mau maju atau mundul
kebelakang, buntalan-buntalan kertas satu kaki persegi
berserakan disepanjang lorong, orang-orang yang
mengangkuti buntalan itu sudah lari tak kelihatan
bayangannya. Di arena tidak teriampias rasa gusarnya akhirnya buntalan
kertas itu menjadi sasaran ayunan pentungnya, isinya segera
tercecer berhamburan, ternyata bubuk kuning yang berbau
menusuk hidung. Mendadak didengarnya suara mendesis tajam dari tempat
gelap sana disertai percikan api, Lekas si gede memburu
kesana sambil menyeret pentung. Dua puluhan langkah
kemudlan desis suara itu makin keras, tapi maju lagi lebih
jauh sudah buntu, tiada jalan belok pula " Setelah
membanting kaki dia putar batik hendak memburu kearah
datangnya suara. Mendadak dia menumbuk sebatang bambu
sebesar mulut mangkok yang tegak berdiri ditengah lorong
menyanggah langit-langit lorong, tanpa peduli tiga kali tujuh
dua puluh satu sigede angkat pentung terus memukul, tapi
tonggak bambu besar itu tidak bergeming, seperti berakar
dibumi, setelah puluhan kali dipukul tetap berdiri tegak. Gema
suara pukulan pentung bergema diujung lorong sebaliknya.
Lorong terlalu sempit, tak mungkin sigede mengayun
pentung menyapu miring, maka pukulan pentungnya itu tidak
menggunakan sepenuh tenaganya, akhirnya sigede
menumbuk dengan kedua lengan berganti kanan kiri, pundak
sudah kesakitan, tonggak bambu itu tetap tidak bergerak,
karuan dia menjadi jengkel, akhirnya pentung dia buang,
kedua tangan pegang tonggak bambu itu terus kerahkan
seluruh tenaganya mencabutnya keatas.
Siang Wi memang dibekali tenaga raksasa sejak dilahirkan,
begitu dia kerahkan kekuatannya tonggak bambu itu mulai
terangkat sedikit. Setelah diulang beberapa kali, tonggak
bambu itu akhirnya tercabut seluruhnya. Karuan senangnya
bukan main, bambu masih dipegang kencang terus disendai
keras kesamping. Maka terdengarlah suara gemuruh, langit-langit lorong itu
ambruk sehingga bolong dan menyorotlah cahaya terang
kedaiam lorong yang gelap. Menyusui pasir kuning yang
lembut seperti dituang saja menguruk kebawah.
Tenaga sendai sigede terlalu besar, begitu tonggak itu
copot dia sendiri ikut tertarik kepinggir lima kaki, hingga pasir
kuning menguruk seluruh kakinya sebatas paha.
Semula masih sempat kupingnya mendengar suara
bentakan ramai diatas, tapi hanya sekejap suasana menjadi
sepi. Lekas si gede melonjak berdiri sambil meraih pentung
terus merambat keatas lobang. Diatas pasir tak bisa
menggunakan tenaga, badan sigede yang besar berat pula,
hanya dua langkah kakinya sudah terjeblos hingga dia roboh
terjengkang, dengan pentungnya lekas dia menyanggah
badan serta merambat bangun pula kearah lobang diatas.


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Waktu dia angkat kepala selayang pandang hanya pasir
kuning melulu, maka hatinya bingung dan heran: "Tempat
apakah ini " Apakah disini ada laut "'
Tengah dia celingukan dengan bingung, mendadak
didengarnya suara dari atas pasir sana serta muncul bayangan
orang: "He, bocah gede, bagamana kau bica muncul dari
bawah tanah " Sekarang jangan bergerak dulu, biar kubantu
kau membuka jalan diatas pasir ini."
"Ih losu," seru sigede, tolong lekas kau bantu aku. Terus
terang perutku sudah lapar. Kemana pula orang banyak ?"
"Baiklah, segera aku bantu." Lalu dia lompat turun diatas
tumpukan pasir serta merambat naik pula. Tak lama kemudian
si gede sudah ditarik keluar oleh Ih Tiau-hiong tak urung
sekujur badannya kotor oleh pasir kuning, Ternyata lobang
besar diatas lorong kebetulan tepat ditengah barisan bambu
runcing yang dipasang dipasir kering.
Seperti diketahui Hong Kiat sengaja memancing Liok Kiamping
bertanding diatas barisan bambu ditancap dipasir itu,
sebelumnya diapUn sudah menyiapkan Bwe-hoa-toh-bingciam
yang ganas untuk adu jiwa dengan lawan- bila masih
gagal juga merobohkan lawan dan pihak sendiri yang kalah,
terpaksa dia akan meledakkan bom geledek yang sudah
dipendam dibawah pasir, bukan saja orang-orang gagah
Hong-lui-bun akan mampus seluruhnya oleh ledakan dahsyat
itu, seluruh perkampungan Kwi-hun-ceng inipun akan hancur
luluh oleh ledakan demi ledakanDiwaktu dia menantang Liok Kiam-ping, sementara anak
buahnya sedang sibuk mengatur bahan-bahan peledak. Dilua r
perhitungannya pula bahwa sigede yang ketinggalan ini tanpa
sengaja justru main trobos masuk kelorong bawah tanah,
bukan saja mematikan sumbu peledak. barisan bambu diatas
pasir itupun ambruk kebawah.
Waktu Kiam-ping meluputkan diri dari timpukan jarum
musuh dengan Ginkangnya yang tinggi, tubuhnya menukik
lurus kebawah seenteng kapas, turun dibela kang Kim-kong-ci
Hong Kiat, Kim-kong-ci Hong kiat terpesona oleh demontrasi
Ginkang yang tiada taranya itu. maklum bahwa pihak dirinya
takkan mungkin menang, ingin dia segera meleeakkan bom d
iba wah pasir, tapi dia juga tahu bahwa orang-orangnya belum
selesai mengatur bagian bawah, terpaksa dia harus mengulur
waktu. Diwaktu otaknya bekerja mencari akal untuk menghadapi
musuh itulah, bagian tengah barisan bambu diatas pasir tepat
dimana bom peledaknya terpendam mendadak ambruk
dengan suara gemuruh, melesak runtuh kedalam tanah.
Sudah tentu kejadian ini bukan saja mengejutkanjuga
memusingkan kepalanya, batinnya: "Lorong sekokoh itu tanpa
sebab tidak mungkin runtuh. orang-orang Hong-lui-bun semua
ada disini, tidak mungkin ada yang mendadak merusak
rencanaku didalam lorong bawah tanah," Padahal sigede yang
ketinggalan itu telah dilupakan olehnya, "Bantuan dari luar
juga tidak mungkin datang secara kebetulan. Mungkinkah ada
orang orang Ham-ping-kiong yang sudah mengkhianat
membantu pihak musuh"
Betapun runtuhnya barisan bambu itu merupakan pukulan
berat bagi pihaknya, mumpung masih ada kesempatan kalau
tidak lekas pergi, bila terlambat pasti menyesal seumur hidup.
mendadak dia bersuit panjang memberi tanda kepada anak
buahnya, berbareng kedua tangan didorong lurus ke depan.
Terdengar dua kali jepretan pula, dua rumpun jarum halus
kembali melesat keluar dari dalam bung bung, masing-masing
mengincar Liok Kiam-ping dan rombongan besar orang-orang
Hong-lui-bun. Mendengar suitan panjang dari mulut Hong Kiat, orangorang
Ham-ping-kiong bergegas berlompatan mundur, tanpa
membuka suara mereka berlompatan keluar pagar tembok.
Sementara Hong Kiat sendiri setelah menyambitkan jarumnya,
ikut kabur dari tempat itu.
Dua kali Liok Kiam-ping selamat dari seranganjarum berbisa
lawan, sekarang dia tidak perlu gentar lagi, lekas dia
menyingkir lima kaki kesamping, Serangan ketiga ini pun tidak
mengenai dirinya. Sejak tadiJian-li-tok-heng memang sudah menggenggam
biji teratai besi, sekarang tiba saatnya dia pamer kepandaian,
lima bintikjarum menyambar ke arah orang banyak, kontan dia
ayun tangan menimpukkan biji teratai besi, kelima Bwe-hoaciam
kena ditimpuknya jatuh semua.
Bila Kiam-ping berhasil menyelamatkan diri dari s a mb era
n Bwe-boa-ciam musuh, dilihatnya Hong Kiat sudah kabur
melompati pagar tembok. Saking gusar dia memekik seram,
dengan gerakan cam-llong-seng-thian, tubuhnya melambung
lima tombak, secepat panah mengudak keluar pagar.
Demikian pula orang-orang Hong-lu^bun yang lain
membentak dan mencaci maki, beramai-ramai mereka
mengudak keluar. Hanya coh-siang-hwi yang terluka, dia
masih harus menjaga Tio-jin-kiat, maka hanya mereka berdua
saja yang masih tinggal d is itu.
Begitu tiba diluar pagar Liok Kiam-ping meluncur turun,
kabut pagi masih tebal, lapat-lapat kelihatan puluh a n tombak
didalam hutan bayangan orang berkelebat, tanpa ayal dia
menjejak kaki ditanah, tubuhnya berlompatan beberapa kali,
mengembangkan Ling-hi-pou-hoat. G^ak tubuhnya laksana
damparan angin les us, melesat kedepan dengan kencang.
Diluar sungai pelindung perkampungan merupakan hutan
belantara yang lebat, maju pula kedepan adalah mulut
gunung. Sementara itu bayangan orang didepan itu masih
terpaut puluhan tombak. yakin beberapa kali lompatan pula
pasti dirinya dapat menyandak.
Hatinya sudah kebacut girang, gembong iblis yang jahat
kali ini pasti takkan lolos. Tapi setelah dia mengitari perut
gunung, seketika dia celingukan heran dan kaget, bayangan
yang dikejarnya ternyata telah lenyap dalam sekejap ini.
Samar-samar Liok Kiam-ping masih kenal daerah sekitar ini,
dulu waktu kecil sering juga dia dolan ditempat ini, melewati
perut gunung, maju kedepan lagi adalah tega la n yang
belukar dan tiada jalan menembus kejurusan lagi.Jarak
belasan tombak hanya ditempuh sekejap mata, pada hal
orang-orang Ham-ping-kiong sebanyak itu, bagaimana mereka
bisa melarikan diri dalam jangka sependek ini " Kiam-ping
tahu urusan agak ganjil, dibelakang kejadian pasti ada rahasia
yang belum diketahui. Maka dia panggil orang banyak berkumpul lalu membagi
tenaga mencari ke segala jurusan- Dalam jangka satu jam
daerah itu boleh dikata sudah digeledah. tetap tidak
menemukanjejak musuh. Sementara fajar telah menyingsing,
terpaksa orang banyak kembali kemulut gunung, tunggu
punya tunggu semua sudah balik, hanya It-cu-kiam saja yang
belum kunjung tiba. Kiam-ping gelisah dan tidak sabar lagi.
Padahal orang banyak sudah bertempur semalam suntuk.
meski Lwekang mereka tinggi juga harus beristirahat. Maka
dia minta orang banyak pulang dulu ke Kwi-hun-ceng,
bersamaJian-l^tok-heng mereka mencari ke arah It-cu-kiam
pergi. Dengan cermat mereka menyelidik dan mencari dengan
teliti. Satu jam kemudian mereka memasukijalanan kecil yang
penuh ditumbuhi rumput alang alang, dua dinding gunung
mengapitjalan kecil ini jadi bentuknya mirip selat gunung, tapi
karena jarang dilewati orang, maka jalanan kecil ini sudah
ditumbuhi rumput liar. Selat sempit ini berliku-liku, makinjauh
kedalam keadaannya makin seram dan menakutkan.
Kiam-ping berdua terus maju puluhan tombak, dipinggir
dinding gunung sebelah kanan terdapat sebuah batu raksasa
yang menonjol, pada hal sekitar sini tiada batu lain dan batu
raksasa inipun menghadang jalan, jadi amat menyolok.
Rumput liar disekitar batu raksasa tumbuh satu kaki
tingginya. kelihatan rumput di sini morat marit seperti ditindih
barang berat hingga rebah datar diatas tanah. Maju lagi
adalah semak-semak yang belukar. Jian-li-tok-heng merasa
heran, katanya: "Daerah yang jarang dijelajah manusia, tinggi rumput lebih
satu kaki, bagaimana mungkin bisa roboh kalau tidak tertindih
benda berat " Dilihat keadaannya, kejadian baru saja,
mungkin... ' tiba-tiba dia jemput sepotong batu sebesar mang
kok lalu lompat keatas batu raksasa serta menghantam
dinding gunung dengan batu ditangannya.
Ternyata bunyi ketukan itu menimbulkan gema kosong
dibalik dinding, lekas dia berkata: 'Keadaan dibalik dinding
agak mencurigakan, mari kita geser dulu batu besar ini.'
Batu raksasa itu ada ribuan kati beratnya, tapi dengan
gabungan tenaga mereka berdua dengan mudah batu itu
dirobohkan kesamping, dan terbuka lah sebuah lobang persegi
lebar tiga kaki. Mulut lobang ternyata rata halus seperti diiris
pisau. jelas hasil buatan manusia. Lobang goa ini amat dalam
dan sempit panjang tak terlihat ujungnya.
Liok Kiam-ping berkata kepada Jian-li-tok-heng: "Lo-koko,
tolong kau jaga di mulut gua, biar Siaute yang -memeriksa
kedalam." Jian-li-tok-heng mengerut kening, katanya: "Gua ini
bentuknya cukup mencurigakan, kuatirnya ada perangkap
didalam, biar aku saja yang masuk." dia kuatir sebagai
ciangbun meski berkepandaian tinggi, tapi kurang
pengalaman, kalau terjadi sesuatu yang tidak diharapkan
tentu berabe, maka dia tidak ingin Kiam-ping menyerempet
bahaya. Liok Kiam-ping bernyali besar, wataknya angkuh lagi,
bahwa Jian-li-tok-heng menguatirkan keselamatannya,
sungguh terharu hatinya, dengan tersenyum dia berkata: "Lokoko
tak usah kuatir, gua kecil dialas pegunungan, yakin
takkan ada mara bahaya besar, yakin Siaute masih mampu
mengatasi." tanpa menunggu jawaban Jian-li-tok-heng segera
dia melompat turun kedalam gua, dengan langkah lebar dia
masuk kedalam. Gua ini gelap gulita, lima jari sendiri juga tidak kelihatanSetelah maju beberapa langkah Kiam-ping berdiri sejenak.
memusatkan perhatian memasang kuping, kini matanya sudah
biasa ditempat gelap lambat laun pandangannya mulai terang.
Tinggi gua setombak, lebarnya empat kaki, gua inijelas buatan
manusia karena dindingnya rata seperti terpacul, jelas belum
lama ini dibangun. Semakin dalam hawa terasa makin dingin
dan lembab, desis air mengalir tampak gemericik diantara
celah-celah dinding membasahi lantai gua.
Setiap tiga tombak diatas dinding dipasang sebuah obor
dari bambu, obor padam tapi terasa masih hangat, jelas belum
lama dipadamkan.. Segera Kiam-ping keluarkan ketikan lalu
menyulut obor, begitulah setiap obor dia nyalakan hingga
lorong gua ini semakin terang, semakinjauh keadaan semakin
nyata. Kiam-ping sudah menyusuri lorong gua satu jam lamanya,
tapi belumjuga tiba diujung, dalam hati dia menggerutu,
pikirnya berhenti: "Lorong gelap macam apa ini " Diatas
pegunungan seperti ini, buat apa membuang banyak tenaga
membangun proyek sebesar ini" Apa gunanya " Setelah
orang-orang Ham-ping-kiong menduduki Kwi-hun-ceng,
ratusan li daerah sini boleh dikata berada dalam kekuasaan
dan pengamatan mereka, mungkinkah ada rombongan besar
dari golongan lain bisa membangun proyek d iba wah tanah
sebesar ini dipegunungan ini "' tak perlu diragukan lorong gua
inipun pasti dibangun oleh pihak Ham-ping-kiong, sebagaijalan
mundur mereka bila mengalami kekalahan total, Kemungkinan
besar It cu-kiam Koan Yong juga terperangkap didalam gua
ini. Karena menguatirkan keselamatan It-cu-kiam Koan Yong,
maka amarah Kiam-ping berkobar, sebelum ini dirinya
tidakpernah kenal dia, dengan suka rela dia datang
membantu, sekarang orangnya hilang tak karuan paran,
adalah menjadi kewajibannya untuk menemukan kembali mati
atau hidup, betapapun dirinya tidak boleh mundur.
Segera dia mempercepat langkah meneruskan perjalanan
kedepan. Mendadak sebuah ledakan dahsyat terdengar dari
mulut gua, begitu keras ledakan ini sehingga lorong gua di
mana Kiam-ping berada seperti digoncang gempa.
Dalam pada ituJian-li-tok heng yang menunggu dimulut gua
sudah resah dan gelisah, tiba-tiba kupingnya mendengar tawa
dingin seseorang yang lirih dibelakangnya. Dia tahu
kemungkinan dirinya sekarang sudah ada dalam pengawasan
musuh, sementara dia tidak boleh meninggalkan mulut gua.
Maka dia pusatkan perhatian kesekitarnya.
Sebuah gelak tawa memecah kesunyian, seorang berkata
pongah: Jian-li-tok-heng, ternyata memang cerdik pandai, tapi
hanya kau seorang memangnya dapat berbuat apa di sini?"
Habis perkataannya dari atas dinding curam melayang turun
bayangan seorang laksana seekor rajawali hinggap ditengah
selat. Begitu menginjak bumi kedua tangan Kim-kong-ci Hong
Kiat lantas menyilang dan bergerak turun naik bertemu
ditengah terus didorong sekali kearahJ ia n- li-tok h eng.
Tahu Lwekang lawan amat tangguh, betapapunJian-li-tokheng
tidak berani melawan dan menyambut secara keras. B
eg itu pukulan lawan menerpa tiba lekas dia melompat lima
kaki, berbareng kedua lengannya membundar terus miring
tubuh dari samping menyendal kedua telapak tangan balas
menepis angin pukulan lawanBegitu benturan terjadi, meski Jian-li-tok-heng melawan
dari samping tak urung dia tergentak mundur setindak.
Sementara Kim-kong-ci Hong-kiat hanya menggeliat sedikit.
Kuatir Liok Kiam-ping segera keluar dari dalam gua, hingga
rencana jahatnya yang terakhirjuga gagal pula, demi cepat
menyelesaikan lawan yang satu ini, segera dia gunakan Kimkongci- kang. Tampak dua jalur hawa putih melesat keluar
dari kedua jarinya dengan suara memecah udara.
Kekuatan Kim-kong-ci kang dapat menusuk gunung
menembus dada, sudah tentu Jian-li-tok-heng tidak berani
lena, lekas dia melompatjauh tiga tombak, syukur masih
sempat menghindar, melihat tujuan sudah tercapai segera
Hong Kiat merogo keluar sebuah granat tangan bundarnya
sebesar buah kepala terus dilempar kedalam lobang gua.
Baru saja Jian-li tok-heng menyentuh bumi, badannya
lantas tergetar oleh ledakan dahsyat. Tampak lobang gua itu
sudah hancur lebur, tanah padas dan batu-batu gunung


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

raksasa menyumbat mulut gua.
Takpernah terpikir oleh Jian-li-tok-heng bahwa lawan bakal
melakukan muslihat sekeji ini, sedikit kelalaian dirinya, Kiamping
terkurung didalam gua, mati hidupnya belum diketahui,
karuan gusarnya seperti kebakaran jenggot, dengan nekad
segera dia merogoh dua genggam biji teratai besi dengan
gerakan hujan kembang diangkasa dia timpukkan kearah Kimkong
ci Hong- Kiat. Melihat mulut gua sudah ambruk dan tertutup rapat,
musuh satu-satunya yang paling diseganijelas takkan mungkin
bisa keliuar, namun dia kuatir ledakan keras ini memancing
kedatangan orang-orang Hong- lui- bun yang lain, dirinya
sendirian kalau sampai dikeroyok bisa berabe, biarlah urusan
diselesaikan lain kesempatan- Maka dia berkata: Jian-li-lo
koay, apa maumu sekarang" Bocah she Liok sudah terkubur
didalam gua. cepat atau lambat Kui-hun-ceng akan jatuh
ketanganku lagi, sementara biar kalian hidup beberapa hari
lagi." Habis bicara dia langsung menjejak bumi melambungkan
tubuhnya keatas, beberapa kali kakinya berpijak didinding
gunung yang menonjol keluar, beberapa kalijumpalitan pula
bayangannya sudah lenyap.
Karuan bukan kepalang amarah Jian-li-tok heng, ingin
rasanya dia telan bulat lawan yang satu ini.
Sementara itu Kiam-ping juga mendengar ledakan dahsyat
diluar, tahu gelagat jelek lekas dia berlari balik. Tapi setiba
diujung lorong, seketika dia berdiri melenggong. Mulut gua
sudah tidak kelihatan bentuknya, tanah padas dan batu-batu
raksasa telah menyumbatjalan keluar, dia coba meraba dan
memukulnya beberapa kali, tapi tidak bergeming sedikitpun,
saking gelisah dia berteriak-teriak: "Lo-koko, di mana kau."
ditunggu sesaat tidak memperoleh jawaban- Maka dia
membatin: 'Agaknya musuh sengaja meledakkan mulut gua,
kemungkinan Lo-koko sekarang sedang melabrak musuh.
Dalam gua masih ada hawa segar, tentunya ada lobang lain
yang menembus luar, aku harus berusaha mencari lobang
keluar itu secepatnya supaya tidak terlambat meloloskan diri."
bagai terbang dia berlari menyusuri lorong gua.
Obor masih menyala maka penerangan cukup untuk
membedakan arah, sehingga Kiam-ping lebih leluasa
mengembangkan Ginkang. Rasa gelisah membakar dada,
maka larinya bagi terbang, kecepatannya memang luar biasa.
Kira-kira seratus tombak kemudian, tiba-tiba dirasakan
sepatunya agak basah, waktu dia menunduk seketika dia
berusaha heran, ternyata air sedang mengalir datang dari
depan dengan cepat. Datangnya airjuga terlalu aneh, kebetulan mulut gua
tersumbat baru air membanjir tiba, padahal gelagatnya gua ini
belum pernah tergenang air selama ini. Mungkinkah ini
perbuatan manusia" Setelah menyumbat mulut gua, musuh
hendak membunuhnya pula tenggelam dalam lorong sempit
ini. Betapapun cerdik pandai Kiam-ping, sekarang dia
kehabisan akal, sementara air bah sudah mulai deras menjadi
arus kencang dengan suaranya yang gemuruh, keadaan
terasa amat tegang. Maka Kiam-ping membatin: "Kalau air
bisa masuk kemari dari depan pasti ada lobang keluarnya,
apalagi arus sedemikian besarnya,jelas bukan dialirkan dari
sungai kecil dan lobang air tentujuga cukup lebar dan
banyak." Air setinggi lutut, arus tak terbendung, Dalam waktu dekat
seluruh lorong gua ini bisa kelelap. namun sekuatnya Kiamping
kerahkan tenaga untuk maju kedepan melawan arus.
Kira-kira sejam kemudian arus terasa makin besar dan daya
terjangnya juga makin besar, hingga daya majunya semakin
lambat. Air semakin tinggi datangnya arus ternyata makin galak. air
bergulung-gulung seperti amukan ombak^ suaranya gemuruh
dengan air muncrat kian kemari. Tinggi air mencapai pundak^
Kiam-ping merasa keadaanya cukup genting, namun ia tetap
berlaku tenang, dengan segala kemampuannya dia terus
terjang kedepan- Tapi kekuatan arus memang teramat besar, kedua kakinya
kini sukar menggunakan tenaga. Walau Lwekangnya tinggi
didalam air Kungfu setinggi langitjuga tidak berguna, namun
dengan tenaga murninya, dia masih kuasa mengapungkan diri
untuk maju terus melawan arus. Tapi majunya juga
menggeremet. Mendadak sebuah arus yang bergolak besar menerjang
datang, karena daya terjangnya teramat besar, tubuh Kiamping
samphai terhanyut mundur sejauh satu tombak. Lekas
Kiam-ping gunakan daya berat tubuhnya, kedua kaki
mengendak turun kebawah Tapi seluruh badan termasuk
kepalanya seketika amblas kedalam air, telapak kaki juga tidak
dapat menyentuh tanah, ternyata ketinggian air sudah
melebihi tinggi badannya. Lekas Kiam-ping meringankan tubuh
mengambang kepermukaan air, namun badannya terus
hanyut beberapa tombak pula kedalam gua.
Karena tanpa halang tidak puny a pegangan, dengan
kekuatan tenaga murninya dia apungkan tubuhnya
dipermukaan air, pasrah nasib membiarkan tubuhnya dibawa
arus air entah ke mana. Air masih terus bergulung gulung
datang. Hanya sekejap seluruh lobang gua diperut gunung ini
sudah terendam air, dari sini dapat dirasakan bahwa sumber
air yang menderojok kedalam gua letaknya pasti lebih tinggi
dari gua ini. Menahan napas meringankan badan hingga mengapung
dipermukaan tidak bisa bertahan lama, apalagi air sudah
mencapai langit-langit gua, kuping juga sudah terendam air,
keadaan betul-betul gawat. Dalam keadaan yang sudah kritis
ini otak Kiam-ping masih jernih, dengan tenang dia mencari
akal untuk menyelamatkan diri.
Mendadak tergerak hatinya, teringat olehnya didalam
Thian-gwa-cin-keng ada sejenis latihan Lwekang dinamakan
Kui-gip-tay-hoat (ilmu kura-kura tidur) yang dapat menyumbat
pernapasan orang dan hanya mempertahankan
denganjantung, luka-luka separah apapun dapat disembuhkan
dan penyakit tidak akan merembet atau bertambah parah.
Tapi cara inijuga hanya pisa digunakan sementara dalam
waktu singkat, tapi untuk menolong keadaan yang sudah
kepepet begini, terpaksa dia harus berani mencobanya. lekas
dia kerahkan hawa murni dalampusar, terlebih dulu dia
sumbat seluruh IHiat-to dan urat nadi, Lalu arus hawa murni
itu dia tuntun keseluruh badan serta mulai menutup
pernapasan, yang terjaga hanyalah kesadaran otaknya. Kini
keadaann a sudah dalam keadaan setengah sadar, tubuhnya
terapung didalam air. Kira-kira setengah jam pula, air sudan tidak mengalir
masuk pula, jadi air gua ini sudah dalam keadaan tenang dan
merata. cukup lama juga keadaan tenang ini bertahan,
mendadak air mulai bergerak pula, bukan mengalir kejurusan
belakang tapi pelan-pelan bergerak balik kearah datangnya
semula, semula turunnya ketinggian air masih perlahan, tapi
setelah turun satu kaki arus yang mengalir balik ini ternyata
makin cepat, seperti air dituang dari tempat tinggi menderojok
kebawah. Kini badan Liok Kiam-ping sudah terapung dipermukaan air,
tak bergerak mengikuti arus air hanyut kearah mulut gua dan
akhirnya rebah dipinggir sungai. Mendadak Kiam-ping menarik
napas panjang, mengerahkan tenaga mengalirkan pula arus
darah dalam tubuhnya, setelah seluruh hiat-to dan urat nadi
tembus, jalan berjalan normal, segera dia mencelat bangun.
Selepas mata, memandang sekitarnya. seketika dia kaget
oleh keadaan sekelilingnya. Tampak didepannya adalah
sebuah sungai yang cukup besar, ternyata air sungai memang
surut tak heran air dalam guapun mengalir keluar dan
membawa dirinya dipinggir sungai. Sungai di mana dia berada
ternyata dekat muara, maju takjauh lagi sudah lautan besar.
Dengan seksama dia meneliti keadaan sekitarnya,
diperkirakan tempat itu adalah muara Ao-kang. Dari Kwi-hunceng
ada seratusan li jauhnya.
Ternyata diwaktu dirinya tertutup didalam gua, musuh
menyumbat air sungai serta mengalirkan air kedalam gua,
dengan cara ini mereka kira dapat membunuh Kiam-ping.
Betapapun tinggi kepandaian dan Lwekangnya juga pasti mati
tenggelam. Sayang rencana mereka yang sempurna ini tidak
memperhitungkan kuasa alam. Mereka juga tidak mengira
bahwa Liok Kiam-ping beberapa kali memperoleh rejeki
sehingga bekal ilmunya sekarang sakti mandraguna, ilmu
pengobatannya jug a tinggi sekali, terutama tentang pelajaran
lwekang untuk melindungi badan dan menjaga kesehatanBiasanya air pasang juga terbatas waktunya, walau Kui-gi-tayhoat
hanya kuat bertahan beberapa jam, namun kali ini justru
cocok digunakan dan berhasil menyelamatkanjiwanya. hal ini
sudah tentu tidak pernah terpikir oleh musuh.
Menghadapi kekejaman dan keculasan musuh yang banyak
muslihatnya. bukan kepalang rasa gusar Kiam-ping. Segera
dia copot pakaiannya dan dikeringkan diatas batu karang
dipinggir sungai, sambil menunggu Kiam-ping beristirahat
dibawah pohon. Waktu dia siuman daritidurpakaianpunsudah
kering, setelah berpakaian lekas dia melompati sungai terus
berlari masuk hutan belukar menuju ketimur. Dia mengharap
bisa memperoleh sesuatu yang diharapkan sambil mencari
jejak It-cu-kiam Koan Yong yang hilang.
---ooo-dw-ooo--- CIOK-WIJUN adalah perkampungan nelayan yang kecil, tapi
letaknya yang strategis menjadikan para nelayan atau
pelancongan yang mau pesiar atau berlayar harus lewat
kampung ini, maka perdagangan didesa ini cukup ramai,
penduduknya juga ada ribuan, namun semuanya hidup dari
hasil laut, penduduknya hidup sahaja, selama ini aman
tentram. Tapi sejak Ham-ping-kiong menduduki Kwi-hun-ceng,
mereka mendirikan cabang di desa ini, secara langsung
menjadikan pusat kekuasaan Tang- ling- kiong yang hijrah
dari Giok-hoan-to. Waktu itu menjelang magrib, karena terkurung didalam gua
hampir sehari, perut Kiamping betul-betul sudah keroncongan,
setiba dijalan ingin dia mencari warung atau penginapan untuk
makan dan isiirahat, sekaligus menyirapi keadaan desa ini.
Waktunya memang tepat orang makan malam, lampulampujuga
sudah mulai dipasang, pelayan warung ataupara
kacung banyak yang keluar berdiri dimuka pintu menyambut
kedatangan para tamu, bukan saja sibuk merekajuga mandi
keringat. Waktu Liok Kiam-ping datang menghampiri, begitu melihat
tampang dan dandanannya seketika seri tawa mereka kuncup,
semua bersikap takut-takut serta melarang dia masuk dengan
alasan sudah penuh tidak menerima pengunjung lagi, silahkan
cari warung lain saja. Beruntun Kiamping memasuki beberapa warung dan
penginapan, tapi semua menolak dengan alasan sama. Pada
hal desa ini hanya terdapat sebuah jalan raya, seluruh warung
dan penginapan di sini sudah dia kunjungi semua, mau tidak
mau timbul rasa curiganya, pikirnya: "Kemungkinan ada matamata
atau kekuatan musuh yang dipendam di desa ini, jelas
jejakku sudah kenangan mereka, kalau kutanya secara terang
terang jelas takkan memperoleh hasil apa-apa, Untuk putar
balik begini saja, rasanya penasaran, apalagi It-cu-kiam Koan
Yong belum ditemukan, lebih baik aku bekerja secara
sembunyi-sembunyi sambil menyelidik apa latar belakang dari
semua penolakan mereka terhadapku. Baiklah akan kuselidiki
secara diam-diam memangnya aku tidak mampu membongkar
gerombolan musuh d id es a ini."
Maka dia membeli dua bungkus makanan dan sebotol arak
serta seperangkat pakaian disebuah warung makan dan toko
klontong terus beranjak keluar desa memasuki hutan.
Kira-kira kentongan kedua, dia mengembangkan Ginkang
meluncur kedalam desa nelayan-Disetiap tempat yang
dirasakan tepat didalam desa dia memberi tanda rahasia
Hong-lui-bun, lalu sengaja memberatkan langkah, kakinya
berlompatan sambil lari mengeluarkan suara.
Setelah berlari setengah lingkar, didengarnya suara
keresekan disebelah belakang dia tahu pasti ada orang
menguntit dan mengawasi gerak-geriknya, diam-diam dia
merasa senang, maka dia makin memperlambat langkah.
suara keresekan dibelakang itu semakin keras dan nyata,
menurut pendengarannyajarak penguntit itu kira-kira lima
tombak. Lekas Kiam-ping mempercepat langkahnya, sekali
berkelebat dia sembunyi d iba wah payon rumah.
Dua bayangan orang memburu datang dari belakang, gerak
gerik mereka tampak kasar dan berat, kepandaiannya biasa
saja. Setelah tiba diujung jalan kedua orang tampak
celingukan, tak lama kemudianputar balik pula dan kebetulan
berada d iba wah payon, keduanya bersuara heran, seorang
berkata: "Aneh, jelas kelihatan ada didepan, kenapa sekejap
mata telah lenyap. Pada hal gerak geriknya lamban,
memangnya dia mampu amblas kebumi ?"
"Dandanan dan perawakannya persis dengan apa yang
kami terima dari pusat, tapi gerak tubuhnya tidak sebanding
dengan apa yang dikatakan dalam berita acara itu. Kurasa
lebih baik kita balik memberi laporan ke kantor cabang saja."
demikian usul seorang lain"Alah, kenapa bingung tidak karuan, urusan sekecil ini juga
harus dilaporkan segala. Musuh sudah terperangkap dalam
gua dan tuang air lagi, setelah sekian lama memangnya dia
masih hidup didaratan ini, sekarang tentu sudah melaporkan
diri kepada Hay-liong-ong dilautan sana."
"Ya. omong sih benar, tapi kepandaian musuh luar biasa,
bila dia bisa lolos dari lobang gua itu lalu terhanyut keluar pula
karena air sungai surut, lalu bagaimana " Betapapun
menghadapi urusan harus hati-hati kurasa.." lebih penting kita
utus Yu Sam pulang ke pulau untuk memberikan laporan ke
istana.." "Begitupun baik. Sedikit banyak pertanggungan jawab
sudah kita lakukan-" setelah mencari putar kayun disekitar
situ, baru ke dua orang ini putar balik kedalam desa.
Dari pembicaraan kedua orang ini Kiamping tahu bahwa
musuh hanya mendirikan cabang di desa ini, kekuasaan kecil,
namun belum berhasil dia mengetahui di mana markas cabang


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka. Pulau apa pula yang mereka maksud, apakah It-cukiam
ditawan ke atas pulau " Mumpung mereka mengutus
orang pulang ke pulau, biar aku menguntitnya.
Tanpa mengeluarkan suara Kiam-ping kuntit dibelakang
kedua orang itu. Setelah melampaui beberapa gang, mereka
memasuki sebuah perkampungan yang besar. Kiam-ping
mendekam ditempat gelap menunggu. Tak lama kemudian
pintu besar perkampungan terbuka dan menyelinap keluar
seorang lelaki kekar, dengan langkah gugup dia menuju
keping gir sungai. Saat mana tiada rembulan sinar bintangpun guram, angin
laut menghembus dengan suaranya yang ribut, hawa segar
sehingga Kiam-ping merasa nyaman dan bersemangat.
Lelaki itu menghampiri sebuah kapal kecil yang berkabin
dengan tertutup kain, setelah melepas tambatan dan
menarikjangkar, baru saja dia hendak melompat keatas kapal.
Dua tombak dibawah pohon sana mendadak didengarnya
suara gedebukan seperti ada benda b erat jatuh terus
kecemplung ke sungai, air tampak muncrat.
Buru-buru lelaki itu berlari kebawah pohon, tampak air
sungai gemeletuk^ tapi tidak terlihat apa-apa disekitar sini.
Mendapat kesempatan baik ini, lekas Kiam-ping melompat
terbang seringan asap melayang turun ke atas kapal tanpa
mengeluarkan suara. Sesaat, memperhatikan air sungai, tiada
sesuatu yang menarik perhatiannya, maka lakl-laki kekar itu
kembali keatas perahu, mengangkat galah mendorong kapal
ketengah sungai terus dikayuh kearah laut.
Kebetulan mendapat angin buritan maka laju kapal secepat
anak panah. Kiam-ping mendekam diatas kabin, suasana sepi
yang terdengar hanya gemericik air yang tergayuh, jelas lakilaki
ini cukup ahli mengemudi kapal ditengah lautan- Kecuali
ketemu hujan badai atau gelombang pasang baru kapal kecil
berlayar ini akan terombang ambing, sekarang cuaca baik,
angin menghembus tenang, maka laju kapal amat pesat.
Kira kira satujam kemudian, laju kapal mulai diperlambat,
kelihatannya sedang melewati daerah yang banyak karang,
karena kapal harus putar kalian belok kiri, sering juga kapal
menyerempet karang hingga mengeluarkan suara cukup
keras. Mendadak terdengar sebuah bentakan: "Saudara dari
cabang mana yang kemari membawa kapal, ada urusan apa
tengah malam kemari "'
Lelaki kekar segera melompat keatas dek serta menjawab
dengan suara berat, Dari markas cabang ciok-wi-cun, ada
laporan penting harus langsung disampaikan kepada Kiongcu,
tolong sampaikan dan bantu menunjukkan jalan-'
"Ikuti aku. " maka kapal bergerak maju pula, setelah
membelok beberapa kali kapalpun berhenti di pesisir.
Dari tempat tinggi terdengar sebuah suara kumandang:
"Hentikan kapal di situ, tunggu pemeriksaan-"
"Laporan Tong cu. Markas cabang dari ciok-wi-cun ada
kabar penting harus disampaikan kepada Kiong-cu, hamba
memberanikan diri membawanya kemari, mohon Tongcu
memberikan putusan- yang bersuara adalah orang menjadi
penunjuk jalan-Ternyata tempat itu merupakan benteng
pertahanan yang terletak dipinggir laut.
Suara lantang itu sedikit bimbang, lalu katanya pula: "Kapal
itu sudah diperika belum ?"
"Aku yang rendah tidak berani bertindak lebih dulu, mohon
Tongcu maklum." "Tan Kui-jay," suara lantang itu berkata, "turunlah kau
danperiksa dengan teliti, jangan sampai mata-mata musuh
menyelundup kemari."
Maka terdengar seorang mengiakan, lalu terdengar langkah
seorang beranjak turun ke arah kapal. Maka petugas yang
menunjukjalan itu berkata lega perlahan: "Baiklah, selanjutnya
mohon Tang-heng menunjukkan jalannya, Siaute harus segera
kembali kepos penjagaan-" lalu terdengar gemericik air, kayuh
bekerja, kapalpun bergerak mundur.
Mendengar kapal akan diperiksa lekas Kiam-ping kerahkan
tenaga di kaki tangan, sambil menghirup napas tubuhnya
segera meletik mumbul keatas. kedua kaki menginjak dinding
papan, sementara tangan kanan merogoh keatas memegang
celah-celah langit-langit di atas kabin, begitu kaki kiri
menyendalpula tubuhnya membalik, jadi tubuhnya gelantung
menempel langit-langit seperti cecak.
Terasa ujung kapal bergerak. langkah mendekat
menyingkap kerai kabin lalu menyoroti kedalam kabin yang
kosong tanpa perabot apapun. Hanya sekilas pandang kerai
lalu diturunkan pula. Langkah kaki semakin jauh pula, jelas
petugas itu sudah melompat kedaratan bersama utusan dari
ciok-wi-cun. (Bersambung ke Bagian 76)
Tanah lapang didepan loteng luasnya ada sepuluh tombak.
lengkap dengan segala peralatan latihan Kungfu yang serba
baru, Mungkin disinilah biasanya jago-jago Ham-ping-kiong
latihan silat. Tiga jurusan dipagari tembok tinggi, kecuali pintu
yang menjurus ke villa berloteng itu tiada jalan keluar.
Sementara itu orang-orang Ham-ping-kiong sudah
berkumpul di depan tumpukan pasir yang diratakan, diatas
pasir itulah tertancap ratusan bambu-bambu sebesar jari
tangan yang runcing laksana pisau
Kim-kong-ci Hong-kiat berkata sambil menjura:
"Ciangbunjin, inilah sekedar permainan Tlok-tok-bu-sa-tin
(barisan bambu dipasir kering) Losiu ingin mohon beberapa
jurus pelajaran diatas barisan bambu ini, telapak tangan,
senjata atau Am-gi boleh digunakan sesuka hati. Jikalau tuan
merasa di sini kurang mencocoki selera, boleh diganti cara
lain' Berdiri alis Liok Kiam-ping, sorot matanya memancar tajam,
katanya dengan gelak tawa lantang: 'Kalau Hong-tongcu ada
minat Cayhe sih boleh saja mengiringi.'
Hong Kiat sudah mencopot jubah panjangnya, dalamnya
mengenakan pakaian ketat yang cocok untuk bertanding
dimedan-laga. Setelah memberi tanda sambil berkata:
'Silahkan,' segera dia melompat keatas dengan gayga Pek-hocongthian (burung bangau menjulang ke langit), dengan
ringan dia hinggap di atas pucuk bambu.
Kelihatannya barisan bambu diatas pasir yang tidak padat
itu biasa saja, tapi kalau mau diteliti dan diperhatikan, seorang
berpengalaman akan tahu bahwa barisan ini sukar dihadapi,
maklum tancapan bambu diatas pasir kering itu tidak kokoh,
demikian pula bambu itu runcing, untuk mengembangkan
Ginkang diatas bambu runcing itu, kalau tidak memiliki latihan
Ginkang selama dua puluh tahun, orang tidak akan bergerak
bebas diataSnya. Apalagi bambu-bambu sebesar jari dan
runcing sejumlah seratu dua puluh delapan batang itu
dipasang menurut posisi Pat- kwa. Kalau dalam pertempuran
maju mundur atau serang menyerang tidak dapat
menempatkan dirinya pada posisi yang tepat, kemungkinan
bisa ambruk dan kalah. Apalagi pasir kering dengan tancapan
bambu itu tidak boleh diinjak terlalu keras dengan tenaga
dikerahkan, dalam pertempuran boleh sesuka hati
menggunakan tangan kosong, senjata atau Am-gi, maka lebih
sukar pula untuk melayani dua perhatian sekaligus, bagi yang
belum mempunyai kepandaian tinggi dan sempurna. siapapun
takkan berani mencoba atau main-main dengan maut.
Jian-li-tok-heng sejak muda sudah kenyang berkelahi
menghadapi berbagai macam lawan, sekilas pandang dia tahu
gelagat cukup mencurigakan, lawan bilang boleh main Am-gi
maka dia menduga musuh tentu mempunyai akal keji dan
serangan jahat, siap membantu bila Liok Kiam-ping berada
dalam keadaan kritis. Liok Kiam-ping sendirijuga cukup cerdik, bahwa lawan
berani mengajak bertanding di atas barisan bambu macam ini,
maka diapun tidak berani gegabah, lekas dia copotjubah
bagian atas serta diikat dipinggang dengan kedua lengan
bajunya, pundak tidak kelihatan bergerak. dengan gaya Ciamllongseng-thian, badannya melambung dua tombak. Di
tengah udara menekuk pinggang menggeliat dengan gerakan
membundar, lalu melayang turun dengan gaya indah
mempesona hinggap diatas barisan bambu.
Untuk bertanding diatas barisan bambu orang hanya
mengutamakan kekuatan tenaga dalam dan pengaturan
napas, maka tak mungkin buka suara lagi. Maka kedua orang
hanya saling menjura lalu berputar berganti tempat.
Dengan tangkas Kim-kong-ci Hong Kiat. tiba-tiba
menggoyang badan, tahu-tahu melejit maju menginjak dua
pucuk bambu dua tindak didepan Liok Kiam-ping, tangan
kanan bergerak dengan jurus To-coa-sin-hiat (ular beracun
mencari lobang) langsung menutuk Jian-kin-hiat dipundak
kanan. Kiam-ping mundur dengan kaki kanan, telapak tangan
memotong miring menabas pergelangan.
Lekas Kim-kong-ci Hong Kiat meninggikan pundak menarik
tangan, kirinya menggesar selangkah, dari samping dia
bergerak dengan jurus Yu-hong-hi- jim (Kumbang menari
dipucuk puntul) kedua jarinya mengincar Ki-kiat-hiat ditubuh
Liok Kiam-ping. Kiam-ping berputar kekanan, seringan kapas dia berpindah
dua pucuk bambu, denrgan jurus Peksho-jan-ji (bangau putih
pentang sayap), telapak tangannya menepuk miring Giok-simhiat
dibelakang batok kepala Hong Kiat.
Hong Kiat dipaksa mengkeret lebar menyembunyikan
kepala, namun tidak menyurut mundur tubuhnya malah
berputar kearah kiri, kedua telapak tangan mendorong
kedepan denganjurus Siang-jong ciang, yang diincar Hoa-kayhiat
didepan dada Liok Kiam-ping, Dalam sekejap kedua orang
sudah saling serang dua puluh jurus.
Gebrak pertandingan kali ini berbeda pula dengan
pertarungan tad i, karena diatas pucuk bambu yang runcing
lagi, tidak boleh menggunakan tenaga berat, apa lagi
mengadu tenaga maka mereka hanya saling mematahkan dan
merobah serangan, terutama harus mengembangkan
kelincahan langkah dan gerakan tubuh yang enteng, ketimur
atau mendesak kebarat, maju mundur sambil berputar, makin
lama kedua pihak bergerak makin cepat laksana dua balingbaling
yang saling kejar. Waktu itu Kim-kong-ci Hong Kiat harus mengegos diri dari
serangan maut, badannya bergerak sekaligus melewati lima
enam bambu, Liok Kiam-ping mengudak dari belakang secara
ketat. Dua langkah lebih lagi dia sudah akan menyusul lawanWajah Kim-kong-ci Hong Kiat kelihatan masam, nafsunya
sudah berkobar, maka turun tangannya juga tidak kenal
kasihan lagi, begitu ujung kaki menutul bambu, badannya
sedikit bergeming, kelihatannya gaya itu seperti akan berputar
kearah kiri menuju belakang, yang benar meminjam gerakan
menggeliat ini, secara sembunyi-sembunyi tangan kanannya
sudah mengeluarkan Am-gi, itulah sebuah bumbung jarum
mungil yang dinamakan hoa-toh bing-ciam sudah digenggam
ditangannya Saat itu dia juga tidak memutar badan, mendadak malah
menjatuhkan diri kedepan, dengan gaya Ku-gu-bong-gwat
(kerbau jantung memandang rembulan), dia sudah incar
gerakan lawan terus mengayun tangan kanan kebelakang
"Cret" suaranya tidak nyaring namun Bwe-hoa-toh-bing-ciam
sudah melesat kearah Liok Kiam-ping.
Lihay amat serangan Bwe-boa-bing-ciam jarum sakura
pencabut nyawa) ini, tampak titik sinar dingin terbagi atas
tengah bawah dan kanan kiri dari lima jurusan, daya
luncurannya pesat kekuatannya jelas jauh lebih keras dari
timpukan senjata rahasia jago silat manapun.
Pada hal jarum-jarum baja itu selembut bulu kerbau, tapi
ditengah udara dapat mendesing nyaring memecah udara,
maka dapatlah dibayangkan betapa keras daya luncurannya.
Orang-orang Ham-ping-kiong bersorak dan keplok, mereka
girang bahwa cong-tongcu mereka pasti berhasil dengan
serangan gelap ini, maka semua berseri tawa.
Sebaliknya orang orang gagah pihak Hong-lui-bun semua
terbeliak kaget dan melongo. hanya keajaiban atau adanya
pertolongan dari melaikat dewata saja yang mampu menolong
jiwa ciangbunjin mereka dari petaka ini. Pada halJian-li-tokheng
berdiri dibela kang Kim-kong-ci Hong Kiat, umpama dia
timpukkan biji teratai besinya juga takkan bisa menolongnya,
karuan dia gugup dan membanting kaki belaka.
Sejak mula Liok Kiam-ping sudah menduga bahwa la wan
Pendekar Panji Sakti 5 Hikmah Pedang Hijau Karya Gu Long Hati Budha Tangan Berbisa 13

Cari Blog Ini