Hong Lui Bun Karya Khu Lung Bagian 13
pihak mereka b akal jatuh korbanSyukurlah dalam sibuknya itu masih sempat Jian-li-tok-heng
mencari akal, lekas dia berpaling memberi tanda kepada Kimginhu-hoat dan ih Tiau-hlong, dia suruh mereka berpencar.
Begitu mereka berpencar, maka bidikan panah barisan tidak
dapat dipusatkan pada satu sasaran, dengan sendiri
tekananpun berkurang, maka mereka berempat
mengembangkan Ginkang masing-masing, setiap ada
kesempatan terus mendesak maju.
Kini jarak mereka dengan barisan pemanah tinggal belasan
tombak, Kim-gin-hu-hoat saling memberi tanda ulapan
tangan, mendadak kedua orang bersiul panjang, tubuh
mereka menjulang keudara, mengembangkan Ginkang tunggal
mereka Eng-sian-kiu-coan (elang berputar sembilan lingkar),
tubuhnya tegak lurus, kedua tangan terkembang laksana dua
burung elang yang pentang sayap dan berputar di udara.
Para pemanah itu sembunyi dalam hutan, pandangan
mereka hanya terarah pada ketinggian setombak lebih dari
tanah, maka bidikan mereka tidak terarah keudara yang lebih
tinggi, kini kedua orang ini melambung tinggi lima tombak.
jadi lenyap dari pandangan, hakikatnya lenyap dari sasaran,
maka bidikan mereka tetap diarahkan yang masih berada
dibawah. Cepat sekali Kim-gin-hu-hoat sudah berputar tiga lingkar,
jarak dari pohon tinggal satu tombak lagi, di tengah udara
mereka menekuk pinggang, gerakan seindah perenang yang
memperagakan loncatannya dari papan loncatan, begitu kaki
memancal, tubuhnya seketika melesat kencang kedepan,
dengan enteng mereka sudah menerobos masuk kedalam
hutan, sedikit menutul dipucukpohon, tubuh mereka tidak
berhenti terus anjlok ketengah para pemanah.
Para pemanah sedang sibuk pasang panah tarik busur
membidikkan panah. mereka penuh perhatian kearah depan,
mimpi tidak pernah duga bahwa musuh tahu-tahu menubruk
dari udara, begitu Kim-gin-hu-hoat terjun ditengah mereka,
karuan terjadi jerit tangis, barisanpanah kalang kabut. Kedua
orang Hong - lui- bun ini menyerbu bagai banteng ketaton,
serangan mereka tidak kenal ampun lagi, tampak di mana
telapak emas dan perak mereka bergerak. korbanpun
berjatuhan meregang jiwa.
Dalam sekejap sepertiga para pemanah telah disikat roboh,
sisanya yang masih hidup membuang busur dan panah terus
ngacir kedalam hutan, bubar seperti kera yang ketakutan
karena pohon tumbang. Begitu hujan panah berhenti, lekas sekaliJian-li-tok-heng
bertiga ikut menyerbu ke dalam hutan- Si gede berada
dipaling belakang sambil menyeret pentungnya.
Kambrat-kambrat Tan- liong- kiong sudah lenyap tak
kelihatan bayangannya, maka mereka dapat maju lebih
leluasa, namun belumjauh mereka maju, terdengar sebuah
suara serak kasar seperti bunyi gembreng berkata: "orangorang
Hong- lui- b un j angan terlalu takabur, kalau tahu diri,
lekas buang senjata dan menyerah, kami akan mohon belas
kasihan Kiongcu untuk mengampuni jiwa kalian, berani, maju
selangkah lagi, dalam hutan inilah kalian akan terkubur
dengan badan hancur." lalu dia memberi aba-aba: 'Tembak.'
'Dar.' letusan keras memekak telinga, maka terdengarlah
suara mendesing menembus hutan mematahkan dahan dan
merontokkan dadaonan- Di susul dari kiri kanan beruntun
terdengar letusan pula dalam suara yang tetap keras,
kekuatan daya tembak senjata musuh memang cukup
dahsyat. Jian-li-tok-heng mendengarkan suara membedakan benda,
hatinya merasa aneh, maka dia melompat keatas pohon besar,
dari rimbunnya pohon dia sembunyi dan mengintip kedepan,
seketika keringat dingin membasahi tengkuknya. Lekas dia
melompat turun dan berkata kepada Kim-gin-hu-hoat:
'Kawanan tikus bertindak keji, entah dari mana mereka
memperoleh senjata api, kalian harus lebih berhati-hati, kita
harus cari daya untuk merampas atau paling tidak merusak
senjata api itu,jangan dilawan secara gegabah dan berkorban
sia-sia.' Berempat menepekur mencari akal, namun senjata api
memang terlalu keras daya tembaknya, daging manusia biasa
takkan mampu menahannya, hingga lama mereka tak berhasil
menemukan jawaban. Pada hal suara letusan senjata api semakin dekat, ternyata
para pemanah tadi menggeremet maju pula kedalam hutan
sambil membawa senjata api. Untunglah letupan senjata api
dari tiga arah itu hanya sekali-sekali. ini membuktikan bahwa
lawan hanya memiliki tiga batang senjata api. Apalagi untuk
mengisi peluru mereka harus berhenti cukup lama.
Sejak mula Jian-li-tok-heng sudah perhatikan, lawan sudah
menembakkan kira-kira tujuh peluru, setelah menembak harus
berhenti cukup lama baru menembak lagi, dia tahu senjata api
itu harus selalu dibersihkan mesiunya dan ditiup keluar
asapnya lalu disogok lagi baru bisa diisi peluru serta
ditembakkan lagi, jadi setiap ganti peluru harus makan waktu
beberapa menit, maka Kim -gin-hu-hoat berembuk. mumpung
musuh berhenti menembak itulah mereka akan menerjang
keluar hutan Tapi coh-siang-hwi lh Tiau-hlong memang lebih Carmat,
katanya: "Kurasa lebih dulu dua orang menerjang keluar,
menyerbu kearah rombongan penembak itu, bila waktu
mendesak dan tidak sempat lagi, untuk mundur kurasa juga
masih sempat" Kim-gin-hu-hoat menerima usulnya, secara diam-diam
mereka terus menyelinap kearah datangnya letusan, sembunyi
ditempat yang tidak terjangkau oleh tembakan, bagitu letusan
berbunyi segera melompat keluar.
Ginkang mereka kerahkan sekuat tenaga, dalam sekejap
puluhan tombak mereka capai, berapa kali lompatan lagi
mereka sudah akan mencapai rombongan penembak musuh.
Disaat mereka kegirangan dalam itulah, mendadak mereka
seperti dihadang oleh gumpalan angin kencang yang kokoh
hingga luncuran tubuh mereka terhalang.
Begitu mereka anjlok turun angkat kepala, tampak Tanglingsin-kun, Tay-bok-it-siu dan belasan orang menghadang
didepan- Wajah Tang-ling-sin-kun kelihatan mengulum senyum sinis,
katanya sesumbar: "Para Hu-hoat yang terhormat. Masih mau masuk kedalam
" Biar kuberitahu kepada kalian, bocah she Liok itu sudah
terperangkap di Thay-im-lou, untuk meloloskan diri hanya
dalam mimpi belaka, sekarang biar Lohu beramai sekalian
tangkap kamu berdua lebih dulu."
Sudah tentu Kim-gin-hu-hoat kaget, namun lahir mereka
tetap wajar, mereka tahu Liok ciangbun bukan orang yang
pendek umur, meski terperangkap dalam Thay-im-loo, meski
kaget den sedikit Cidra, yakinjiwanya tidak akan berbahaya,
betapapun harus terjang masuk meniliknya didalam. Setelah
mereka mengambil tekad, perasaanpun menjadi tenang.
Bentak Kim -gin-hu-hoat: "iblis laknat, jangan membual, hari
ini Lohu beramai akan menyapu habis kalian kawanan tikus
busuk ini, Tang- ling- kiong akan kami bumi hanguskan- coba
kalian tikus-tikus busuk ini akan lari dan sembunyi di mana."
tanpa menunggu reaksi Tang-ling-lo-koay, kedua telapak
tangannya bergerak menyerang dengan Kim-sa-ciang.
Lekas Tang-ling-lo-koay memusatkan, pikiran
mengembangkan kelincahan tubuhnya, tubuhnya tampak
lincah dan gesit menyelinap pergi datang diantara samberan
telapak emas lautan, sering pula balas menyerang dengan
Hek-sat-ciang yang mematikanMelihat saudara tuanya sudah turun tangan, maka Gin-jiaybeng
tidak mau ketinggalan, begitu kedua tangan bergerak.
laksana lembayung perak tubuh mencelat maju terjun
ketengah arena. Tanpa bicara segera Tay-bokit-siu memapak
maju menyambut pukulannya, kedua orang inipun bertarung
dengan sengit. Pada jaman itu bedil sudah merupakan senjata api yang
lihay, tapi didepan mereka orang pihak sendiri sedang
melabrak musuh, maka seranganpun dihentikanDalam beberapa kejap kemudian Jian-litok-heng, bertiga
juga tidak mengabaikan kesempatan, bersama Ih Tiau-hung
dan si gede Siang Wi lekas mereka memburu maju.
Kim ji-tay-beng perang tanding melawan Tang -ling-sin-kun
kedua lawan menggunakan gerakan cepat dan serangan kilat,
maka bayangan mereka berkelebat cepat seperti dua naga
yang berkutet secara rapat, bagi mereka yang berpandangan
biasa, hakikatnya susah mengikuti apa lagi membedakan
gerakan dan bayangannya. Gin-ji-tay-beng menghadapi permainan Loh-sing-ciang-hoat
Tay-bok-it-siu, keduanya sama-sama ahli bertempur saling
terkam dan lompat ketengah udara, ditengah udara mereka
sering adu kekuatan pula. Bertarung ditengah udara dengan
lompatan kuat dan pukulan dahsyat sudah tentu terlalu
menguras tenaga, setelah puluhan jurus saling pukul, wajah
mereka sudah mulai terkering at, napas juga menderu berat.
Begitu tiba ditengah gelanggang Jan-li-tok-heng terus
menyerbu dengan serangan kilat. Demikian pula si gede
khusus menyerbu kearah orang banyak. pentungnya dlobatabitkan
sekencang baling-baling pesawat udara. Ternyata
orang-orang Tang-ling-kiong juga menyerbu maju memapak kedatangan
mereka. Maka ramailah pertempuran yang acak-acakan ini.
Menghadapi Tang-ling-sin-kun, Kim-jitay-beng sudah
merasa payah, kini lawan dibantu tiga jago kosenpula, untuk
membela diri sudah kerepotan, apalagi balas menyerang,
untung dia cukup berpengalaman di medan laga. Ginkangnya
juga tinggi, dalam waktu singkat mungkin masih kuat
bertahan. Memangnya napas sudah menderu- deru seperti truk penuh
muatan, keadaan Giniji-tay-beng juga tidak lebih baik dari
saudara tuanya, apalagi dia dihimpit dari depan dan belakang,
sehingga menjadi bulan-bulanan musuh, walau melawan
dengan nekad tapijuga sudah mandi keringat.
LwekangJian-li-tok-heng juga cukup tinggi, tapi lawannya
ada empat, semuanya jago-jago Tang- ling- kiong, begitu tiba
dia sudah diserbu lebih dulu, maka keadaannya juga menjadi
repot. Coh-Siang hwi melawan tiga musuh, keadaannya jauh lebih
terdesak lagi, kepandaiannya paling rendah diantara tiga
rekannya kecuali si gede, masih untung Ginkangnya memang
setaraf cuma Lwekangnya yang lebih rendah, dengan
kelincahan tubuhnya dia masih mampu bikin ketiga lawannya
saling tumbuk dan tubruk.
Pentung Siang Wi memang panjang dan berat, disapukan
bagai angin badai, namun menghadapi jago kosen, betapapun
lihay permainan tongkatnya juga tidak berguna, untung
badannya kebal, meski mengalami beberapa kali benturan dan
pukulan tidak kurang suatu apa.
Disaat pertempuran hampir mencapai babak terakhir, suara
pertarungan yang gegap gempita disebelah depan mendadak
sirap. bayangan orang muncul seperti diterjang ombak, lalu
terdengar suara gedebukan, kejap lain bayangan orang
mencelat terbang disertai lolong panjang yang mengerikanKim-gin hu-hoat sedang bertahan mati-matian, mendengar
jeritan-jeritan sekilas mereka melirik kesana, mata mereka
amat tajam, meski hanya sekilas pandang, tapi mereka sudah
melihat Liok Kiam-ping dibuntuti It-cu-kiam Koan Yong sedang
menerjang keluar dari istana dalam. Musuh yang merintangi
disikatnya tanpa ampun. Ternyata setiba dibawah Thay-im lou, Kiam-ping bersama
Koan Yong sudah tidakjauh lagi dari telaga, disaat mereka
mencari perahu atau jalan lain untuk menyeberang, mendadak
mendengar suara letusan-letusan keras dari luar istana,
samar-samar terdengar pula pertempuran ramai. Mereka
menduga bala bantuan Hong- lui- bun juga sudah menyerbu
tiba, atau musuh Tang- ling-sin-kun dari kelompok lain tengah
membuat perhitungan dengan pihak Tang- ling- kiong, apapun
yantg terjadi, kesempatan baik pula bagi pihaknya untuk
menerjang keluar. Namun menghadapi permukaan air seluas ini, mau tidak
mau dia berdiri bingung, dirinya bisa menyeberang dengan
cara datangnya tadi. namun It-cu-kiam Koan Yong jelas tidak
bisa melakukan apa yang pernah dilaksanakannya tadi.
Dengan gelisah dia mondar mandir dibawah loteng, periksa
sana meneliti sini, dengan harapan dapat menemukan kunci
alat-alat rahasia, supaya dengan bebas mereka bisa
menyeberang serta memberi bantuan teman-teman yang lagi
berantam di luar. It-cu-kiam Koan Yong juga merasakan di atas permukaan
air telaga, dirinya jelas tidak mampu melesat terbang
dipermukaan dalam jarak sejauh ini, namun pikirannya lebhih
cermat, akhirnya berhasil dia memperoleh akal. Maka katanya
kepada Liok Kiamping: "Kulihat kacung cilik tadi hanya
memiliki Kepandaian kembangan belaka, tidak bisa Ginkang
lagi, tapi dia bisa berada disini., pasti ada jalan rahasia lain
untuk sebrang menyebrangi telaga, maka dapat dipastikan
kunci alat rahasianya pasti berada diatas loteng, dijaga dan
dikendalikan oleh seorang petugas pula. Bagaimana kalau kita
periksa kedalam " Seketika Liok Kiam-ping sadar, usul It-cu-kiam memang
masuk akal tidak rugi untuk dicoba, maka sambil mang gut
segera dia mendahului masuk pula kedalam loteng, mereka
berpencar kekanan dan kiri mengetuk dinding, memeriksa
setiap sudut dan kaki tembok, bila perlu ditusuk dan diungkit
dengan ujung pedang lagi. Begitu mendengar ketukan
menyebabkan suara mendengung, dinding segera dibongkar
dan papan lantaipun disingkap. Usaha mereka ternyata tidak
sia-sia, akhirnya ditemukan kamar bawah tanah, namun
kosong melompong tidak dihuni orang.
Waktu mereka maju terus dan membongkar kaki dinding d
iba g ia n tengah mendadak terdengar suara mencurigakan,
bayangan orang tampak berkelebat terus lenyap dari
pandangan- Liok Kiam-ping tahu tanpa sengaja mereka sudah
menemukan orang yang bertugas mengendalikan alat rahasia
diseluruh Tang -ling-kiong, baru saja dia hendak lompat
kebawah, mendadak didengarnya derap orang berlari naik
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
keatas tangga, bayangan orang melesat keluar terus lari
kearah danau. Sementara itu ikatan bambu panjang yang semula tersebar
dan tenggelam itu kini sudah merapat dan sambungTiraikasih
Website menyambung dipermukaan air, orang itu tampak berlari sipat
kuping kearah sebrang diatas bambu bambu terapung, dalam
sekejap. Separo jarak permukuan danau telah dicapainya,
jelas orang inipun memiliki kepandaiaan yang lumayan,
sekejap lagi dirinya bakal mencapai Sebrang.
"Lekas kejar "seru Liok Kiam-ping, lalu mendahului
bergerak. tubuhnya melesat terbang keudara, lenyap
suaranya, orang nyapun sudah menutul bambu terapung terus
memburu orang didepan itu. Gerakan Kiamping laksana
meteor mengejar rembulan, hanya beberapa kali lompatan dia
sudah menyandak orang didepan itu, setelah jarak dekat lekas
dia tepukkan telapak tangannya kedepan
Orang didepan itu sedang mengenjot langkah sekuat
tenaga, seperti para pelari yang hampir mencapai finis,
sebrang sudah didepan mata, sungguh tak pernah terpikir
olehnya bahwa musuh dibela kang dapat mengudak secepat
kilat, baru saja dia kerahkan tenaga ditelapak kaki untuk
melompat keseb erang serta menurunkan alat rahasia,
sehingga bambu terapung berpencar dan kembali ke tempat
semula. Tahu-tahu segulung tenaga pukulan dahsyat sudah
menindih punggungnya. Kontan dia mengerang tertahan,
tubuhnya memang melompat tiga tombak jauhnya, tapi
"Biang" ambruk ditanah untuk tidak bangun lagi, jelas jiwanya
tidak tertolong lagi. Cepat sekali Liok Kiam-ping sudah hinggap diseberang,
kejap lain lt-cu-kiam Koan Yong juga sudah menyusul tiba.
Legalah hati mereka. Dari tempat tinggi mereka terus
menerjang turun kebawah, dengan kencang mereka
menerjang kearah datangnya pertempuranSetelah melompati pagar tembok Liok Kiam-ping dan It-cukiam
melihat Tang-ling-sin-kun bersama begundalnya sedang
mengeroyok Kim-gin-hu-hoat berlima, karuan memuncak
amarah mereka. Keadaan coh-siang-hwi ih Thian-hiong saat itu paling kritis,
dengan ginkang tinggi, dia harus berkelit kian kemari dari
sergapan para lawamnya, namun karena terkepung rapat itu
dia sudah terdesak mundur kebawah tembok jalan mundur
sudah tiada, maka gerak geriknya makin terbatas, mendadak
segulung tenaga menindih badan, jelas jiwanya takkan
tertolong lagi. Untung kedatangan Liok Kiam-ping sedetik lebih cepat,
kedua tangannya menggempur dengan lekuatan gugur
gunung, menukik dari tengah udara, belum tiba orangnya,
tenaga pukulan sudah melanda.
Dua kekuatan dahsyat beradu.Jago Tang- ling- kiong yang
menggempur dengan sekuat tenapa itu jelas bukan tandingan
Liok Kiam-ping, apalagi kedudukannya disebelah bawah, maka
akibat yang dideritanyapun lebih mengenaskan pula. Begitu
pukulan menindih hingga dadasesakdiatahu elmaut tengah
mengancam jiwa, sebisanya dia menjatuhkan tubuh
kebelakang, tapi sudah terlambat. "Blang", kedua lengannya
patah, dadapun seperti ditumbuk benda berat ribuan kati,
darah menyembur dari mulutnya, orangnyapun terbanting
gepeng tak bergerak ditanah.
Gempuran Liok Kiam-ping makin mengobarkan amarahnya,
musuh yang kebentur ditangannya tiada yang diberi ampun,
sedikit menutul sebat sekali, dia sudah melabrak kearah Tanglingsin-kun, musuh yang merintangi dibabat dan diterjangnya
kocar kacir. Sambil menghardik kedua tangannya
menggempur terpencar kearah Tang- ling-sin-kun dan dua
jago yang membantunya. Lwekang kedua orang yang membantu Tang- ling-sin-kun,
setingkat lebih rendah di banding jago yang tertindih gepeng
oleh pukulan Liok Kiam-ping, namun sekuatnya mereka
mempertahankan diri, namun sebelum mereka sempat
bersuara pukulan Kiam-ping sudah bikin mereka terpental jauh
jatuh ditengah gerombolan anak buahnya.
Coh-siang-hwi sendiri juga tersibak mundur membentur
dinding oleh s ambera n tenaga kuat. Begitu melihat yang
menolong dirinya adalah Liok Kiam-ping, entah dari mana
datangnya tenaga dan semangatnya, sambil angkat pedang
lekas dia lari balik kearah gerombolan Tang- link- kiong yang
sedang mengeroyok Kim-ji-tay-beng, seorang jago memapak
dirinya. kedua orang seimbang bertempur dengan seru.
It-cu-kiam Koan Yong juga menerjang kearahJian-li-tokheng
yang dikeroyok musuh, dengan kekuatan mereka
berdua, keroyokan musuh berhasil dibendung.
Liok Kiam-ping memekik panjang dan keras, nadanya tinggi
melengking menemtbus mega, genderang telinga serasa
pecah, sebelum gema suaranya lenyap. tubuhnya sudah
terapung di udara, kedua kaki menendang dan mendepak.
sementara tangan kanan menjotos, telapak tangan kiri
membabat, empat lawan sekaligus diserangnya jumpalitan tak
bangun lagi, kejap lain dia sudah berada di samping Gin-ji-taybeng.
Begitu mendengar pekik suara Liok Kiam-ping, Tang- lingsinkun dan gembong-gembong iblis lainnya tertegun, setelah
melihat bayangan Liok Kiam-ping baru mereka betul-betul
terpukul lahir batin, semua mereka-reka dalam hati: "orang ini
manusia biasa atau malaikat dewata " Thay-im-lo kokoh kuat
berdinding baja berlantai besi, manusia baja juga jangan
harap dapat membobol ke luar, apalagi dia harus menolong
seorang ?" di saat lawan melengak itulah Gin-jitay-beng
memperoleh kesempatan ganti napas, namun masih
tersengal-sengal. Amarah Liok Kiam-ping benar-benar memuncak. musuh
besar didepan mata, bola matanya menyala gusar, kedua
tangannya menari, tenagapun dikerahkan, "Biang, Blang" dua
jiwa orang telah digasaknya pula.
Umpama burung yang sudah ketakutan melihat bidikan
panah, demikian pula nyali Tay-bok-it- siu sudah pecah, kini
melihat Liok Kiam-ping menyerbu dengan serangan dahsyat,
gempuran tenaganya mampu merobohkan gugusan gunung,
mana berani dia melawan-lekas dia kembangkan kelincahan
tubuhnya, dalam hati dia sudah mengatur rencana melarikan
diri. Walau kulit badan kebal tidak mempan senjata, tapi musuh
yang mengepung Siang wi semua adalah jago-jago silat,
sasaran yang diincar diatas tubuhnya juga tempat-tempat
yang lemah, mau tidak mau dia harus berlaku lebih hati-hati
dan selalu harus menyelamatkan titik kelemahannya. Saat itu
dia sedang mengembangkan Na-kang-cap-pebak dan sudah
hampir habis, lawan masih belum berhasil dirobohkan,
seketika dia teringat tempo hari betapa leluasa dia menyikat
musuh yang bergerombolan dengan teriakan yang gegap
gumpita. Ya. kenapa tidak aku menerjang kerombengan besar
musuh daripada terkepung disini: Segera dia robah permainan
tongkatnya, kini dia ganti menggunakan permainan Liu-hunhwibu, ilmu pentung mega mengalir kabut terbang, tampak
ditengah putaran pentungnya yang kencang, laksana mega
mengambang seperti air mengalir saja dia menerjang
kelingkaran luar. Jago-jago Tang- ling- kiong itu tidak menduga akan
perobahan permainan pentungnya, begitu si gede menerjang
keluar, mereka juga belum siaga, demi menyelamatkan jiwa
terpaksa mereka melompat menyingkir, kepungan keb a cut
jebol maka sigedesudah menerjang ketengah gerombolan
orang banyak. orang-orang Tang- ling- kiong berteriak-teriak^
senjata menyerang s era buta n, namun karena jumlah musuh
terlalu banyak, berdesakan lagi, satu sama lain malah saling
tumbuk dan terhalang, sehingga senjata susah digerakkancara
tempur si gede, yang mengincar bagian lemah musuh
memang bermanfaat, pihak Tang- ling- kiong memang dlobrak
abrik kalang kabut, tidak sedikit yang pecah nyalinya dan arus
manusiapun berpencar dan bergerak makinjauh. Melihat
musuh dipukul mundur ketakutan, si gede kegirangan, terlak
nya: "Nah, kalian takut sekarang. Haha, sungguh
menyenangkan-' kembali dia putar pentungnya terus mengejar
seperti menggiring kambing.
Melihat Liok Kiam-ping terjun kearena pertempuran, lolos
dari segala upaya, yang menjebaknya, maka Ta ng-ling-s inkun
sudah tahu bahwa hari ini pihaknya pasti akan mengalami
kekalahan total, keadaan yang sudah fatal begini, kalau
dirinya tidak melancarkan ilmu tunggal simpanan, untuk
melaloskan diri nanti pasti sukar. Beruntun dia cecar Gln-j^aybeng
enam pukulan hingga lawan terdesak tiga langkah.
Tubuhnya sedikit membungkuk kedepan, kedua telapak
tangan didorong lurus sebatas dada, hawa murni dipusar
dikerahkan pula, telapak tangannya yang putih mulai bersemu
hijau, dari hijau berobah pula menjadi hitam. Seperti sepasang
cakar, uap hitam merembes keluar, begitu pengerahan
tenaganya mencukupi dibarengi bentakan dia memukul kearah
Gin-ji-tay-beng dan coh-siang-hwi Ih Tiau-hiong.
Gin-ji-tay beng terdesak mundur, baru saja dia siapkan
tenaga hendak balas menggempur, mendadak dilihatnya
telapak tangan lawan berobah hitam mengeluarkan asap
gelap. maka dia tahu lawan sudah mengerahkan ilmu Hekssatelang,
asap hitam itu mengandung racun jahat, manusia sukar
tertolong bila menghisap asap racun itu. Tempo hari Gin-jitaybeng sudah merasakan sendiri betapa lihaynya pukulan
beracun musuh. Lekas dia berteriak: "Itulah Hekssat-ciang,
lekas menyingkir," lalu dia mendahului melompat keatas
dengan gerakan Peksho-ciong-thian, syukur serangan luput
tidak mengenai dirinya. Coh-siang-hwi Ih Tiau-hiong kaget mendengar peringatan
kawannya, lekas dia menerjang keping gir, tapi sudah
terlambat, hidungnya telah menghirup sedikit asap hitam itu,
seketika tububnya lunglai dan terperosokjatuh.
Tatkala itu kebetulan Kiam-ping memukul mundur Tay-bokitsiu, semestinya dia sudah siap menambahi sekali pukulan
lagi, namun mendadak dilihatnya Ih Tiau-hiong roboh
keracunan, lekas dia kerahkan Kim-kong-put-hoay-sin-kang,
tubuhnya mencelat mumbul bersalto ke belakang. Menolong
jiwa orang lebih penting, lekas dia keluarkan Soat-lian
dijejalkan kemulut Ih Tiau-hiong serta berpesan supaya dia
bersamadi mengerahkan hawa murni membantu khasiat Soatlian
menawarkan racun- Setelah berdiri dia membalik terus
menyerang sejurus kearah Tang- ling-sin-kunAmarahnya benar-benar sudah memuncak. nafsunya sudah
ketagihan merenggut jiwa orang, maka pukulannya ini
dilandasi kekuatan yang hebat, walau pundak kanannya
terluka oleh Kim-kong-ci dan belum sembuh, namun pukulan
dengan sepenuh tenaga ini ternyata bukan olah-olah
dahsyatnya. Beberapa kali pernah mengalami kekalahan dibawah
pukulan orang, maka kali ini Tang-ling-sin-kun betul-betul
sudah jeri, Hekssat-ciang juga tidak berguna terhadap lawan,
gempuran sedahsyat ini, lekas dia melompat lima kaki
kepinggir, begitu gempuran dahsyat lawan menyerempet
dipinggir tubuhnya, tenaga yang dipersiapkan kontan
dilontarkan membalas dengan gempuran hebat.
"Blum" dentuman keras, tanah selebar satu tombak
melesak amblas seperti ditindih batu segede gajah sedalam
satu kaki. Pukulan balasan Tang-ling-sin-kun sirna tanpa
bekas, seperti tiupan angin dari mulut melawan hembusan
angin lalu. Tang-ling-sin-kun sudah kerahkansetakertenaga dan segala
kemampuannya, sekuat tenaga dia berkelit baru terhindar dari
rangsakan lawan, namun balas menyerang sudah tidak
mampu lagi. Celaka adalah anak buah Tang^ling-sinkun, tidak sedikit
yang menjadi korban oleh tenaga pukulan Liok Kiam-ping
yang nyasar, satu persatu korban bergelimpangan, yang
terluka parah juga merintih- rintih menyedihkanMelihat It-cu-kiam Koan Yong selamat dan sekarang
mendampingi dirinya, bukan kepalang senangJian-li-tok-heng,
semangat tempurnya menyala lagi, diantara s a mb era n
telapak tangan, seorang musuh kena digenjotnya terjungkal,
keadaan ini seimbang. lt-cu-hwi-kiam yang dilancarkan Koan Yong juga bergulunggulung,
sedemikian ketat serangan pedangnya sehingga
musuh kerepotan menangkis. Kerja sama dengan serangan
kilat telapak tanganJian-li-tok-heng lagi, sungguh pertahanan
mereka sekokoh baja, serangan juga deras.
Empat jago Tang- ling- kiong lawan mereka berbalik
kedesak kerepotan, mereka terus menyurut mundur sambil
berpencar, pikirnya hendak merobah posisi dan menggunakan
perlawanan cara lain- "Aduh," mendadak seorang jago Tag-ling-kiong menjerit
roboh, ternyata telapak tangan Jian-li-tok-heng telah
mendarat di Ling-tai-hiat ditengkuknya, "Bluk " tubuhnya
terlempar setombakjauhnya, jiwa melayang seketika.
Seorang jago Tang- ling- kiong yang lain merinding dan
panik oleh jeritan temannya, sekilas tertegun, pedang It-cukiam
sudah menabas tiba, "cret" pundak kiri bagian belakang
tergores luka panjang satu kaki, darah seketika mengucur
deras, saking kesakitan lekas berlari pergi.
Melihat keempat lawannya kini mati satu terluka satu,
kemenangan jelas berada di pihaknya maka It-cu-kiam Koan
Yong tidak tega, serunya dengan tekanan berat:
"Sahabat, lekas tinggalkan arena pertempuran yang tidak
kenal kasihan ini, masing-masing tidak bermusuhan, kamijuga
tidak ingin membunuh. Lekas kalian pergi saja.'
It-cu-kiam Koan Yong memang berpikir bajik, tapi tak
pernah terpikir olehnya bahwa anak buah Tang- ling- kiong
terkenal buas dan culas, biasanya bertangan gapah, apalagi
peraturan amat keras, sementara Tang-ling-sin-kun sendiri
masih hadir dan melawan musuh, mana berani mereka
melarikan diri, apalagi pertempuran masih begini kacau, siapa
menang dan mana bakal kalah masih sukar diramalkanKedua orang itu segera menyeringai, katanya: "Anak murid
Tang ling-kiong tiada yang penakut, j angan kira kalian pasti
menang." tanpa menunggu reaksi It-cu-kiam, mumpung lawan
tidak menduga, mereka maju bersama melabrak dengan
pedang ditanga n- Tujuan Jian-li-tok-heng berdua adalah setelah lawan
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terdesak kewalahan, pihaknya memberi kelonggaran supaya
musuh tahu diri dan mundur teratur, siapa duga maksud baik
mereka justru d is a la h artikan oleh lawan, sifat buas mereka
justru makin membara, serangan bukan lagi gencar tapi, juga
ganas dan kotor, main bokong dan sergap pula.
Jian- li-tok-heng gelak- gelak saking marah, serunya:
"Sebelum melihat peti mati kalian memang belum kapok,
baiklah, Lohu berdua sempurnakan keinginan kalian.' serangan
dipergencar dengan tenaga dahsyat, tipu-tipu lihay
dilontarkan, kedua lawan dan anak buahnya yang mengepung
arena didesaknya mundur pula hingga tak mampu balas
menyerang. Namun kedua jago Tang- ling-kiong masih terus bertahan
dengan bandel, mereka ingin bertempur sampai titik darah
penghabisan, bila perlu biar gugur bersama, lama kelamaan
terbakar amarah It-cu-kiam, apalagi mengingat mereka masih
berada di sarang musuh, selain ditawan musuh dirinya juga
tersiksa dan banyak menderita. Maka dengan sengit segera
dia putar pedang ikut menggempur.
Melihat Liok Kiam-ping meluruk kearah Tang- ling-sin-kun,
sudah tentu dalam hati Tay-bok-it-siu bersorak girang, kini s a
at paling baik untuk menyelamatkan diri, lekas dia gempur
Gin-jitay-beng tiga kali pukulan. bila lawan terdesak mundur,
mendadak dia kembangkan Ginkang meluncur ketanah miring
diluar sana. Gin-jitay-beng memang terdesak mundur oleh gempuran
musuh yang mendadak. baru saja dia menubruk balik, lawan
sudah ngacir lebih dulu, terpaksa dia awasi musuh pergi
dengan mendelong, saking dongkol dia membanting kaki.
Rasa penasarannya segera dia tujukan kepada anak buah
Tang- ling- kiong dan jago-jagonya, tubuhnya melompat tinggi
mengembangkan Glngkang Eng-sian-kiu-coan ditengah udara
dia menukik naik turun dengan pukulan sepasang telapak
tangannya ke arah orang banyak.
Tampak cahaya perak laksana kilat menggempur kebawah,
begitu tubuhnya melorot turun kebetulan gempuran
tenaganya menyanggah tubuhnya sehingga tertolak ke udara
pula, sungguh mirip elang yang menerkam kelinci, musuh
sebanyak itu saling berdesakan lagi, tidak sedikit yang menjadi
korban pukulan peraknya. Disamping puluhan korban yang berkepandaian biasa ada
dua jago Tang ling-kiong yang mampus jug a.
Demikian pula Kim-ji tay-beng bertindak seperti adiknya,
Tang-ling-sin-kun sudah ditandingi Llon Kiam-ping dirinya
tidak perlu membantu ciangbunjin, maka kini dia bergerak
lebih bebas, jago-jago Tang- ling- kiong dilabraknya seperti
banteng ketaton. Di mana cahaya emas berkelebat, dua orang
menjerit roboh dengan kepala pecah.
Si gede masih terus mainkan tongkatnya melawan serbuan
anak buah Tang-ling-kiong yang tidak kenal takut sama sekali,
pada hal setiap pentung si gede mendarat ditubuh mereka
kalau tidak kepala pecah, tulang patah, pasti perut kesodok
bolong, lama kelamaan orang-orang Tang-ling-kiong hanya
berputar-putar dan lari kian kemari tetap mengepungnya,
akhirnya sigede dikeroyok pula oleh jago-jago yang
berkepandaian lebih tinggi.
Setelah keracunan keadaan coh-siang-hwi ih Tiau-hong
diantara sadar tak sadar setelah menelan Soat-lian,
semangatnya sudah jauh lebih baik, Soat-lian memang obat
mujarab peranti pemunah racun, tapi Hekssat-ciang memang
teramat ganas, meski hawa racun sudah didesak keluar, tapi
tenaga dan Lwekangnya belum pulih, maka dia tetap
bersimpuh ditanah. Melihat ih Tiau-hiong duduk ditanah menyembuhkan lukaluka,
seorang jago Tang-ling-kiong anggap ada kesempatan,
mendadak dia menerobos maju terus melompat kebelakang
coh-siang-hwi ih Tiau-hiong, pedang terangkat hendak
menusuk. Disebelah sana Jian-li-tok-heng berhasil menewaskan
seorang jago, kebetulan ujung matanya menangkap ancaman
bahaya yang mengancam jiwa ih Tiau h long, karuan rasa
kagetnya tercetus dari bentakannya yang menggelegar,
menyusul ke sana jelas sudah terlambat, kontan dia sambitkah
biji teratai besi, yang diincar adalah urat nadi dipergelangan
tangan yang memegang pedang.
"Ser, ser," biji teratai besi mendesing di udara dan "Plak,"
Aduh, orang itu menjerit ngeri. Tangannya tertembak bolong,
tulangpun patah, saking kesakitan dia meraung mundur sambil
mendekap tangannya yang terluka, pedang jatuh di tanah.
Berhasil meny alamatkan jiwa Ih Tiau-hiong, Jian-li-tokheng
tidak berhenti, lekas dia memburu ke sana lalu berjaga
dihadapan ih Tiau-hiong. Menghadapi perlawanan Tang-ling-sin-kun yang
mengembangkan kelincahan gerak tubuh-yang aneh dan lihay,
Liok Kiam-ping agak kewalahan juga menghadapi kelicikan
lawan, bila bertempur begini terus sedikitnya dua ratus jurus
baru dirinya bisa mengalahkannya. celakanya bila waktu
terulur lebih lama lagi, siapa tahu bala bantuan tangguh pihak
lawan keburu datang, hal itu pasti tidak menguntungkan
pihaknya maka dia harus secepatnya merobohkan gembong
laknat ini. Otaknya memang encer, sekilas berpikir, segera dia
mendapat cara untuk mengatasi jurus tunggal musuh. Segera
dia perkeras gerak serangannya, bagai amukan angin gila
sekaligus dia mencecar tujuh jurus, Tangling-sin-kun
didesaknya mundur tiga langkah tangan meraih kebelakang,
maka Liat-jit-kiam-pun telah dicabutnya. Kontan dia lancarkan
jurus Jit-lun-jut-seng . Padahal Tang-ling-sin-kunjuga sudah siap menggempur.
mendadak dilihatnya sinar surya mencorong diangkasa
menyilaukan mata, jarak seperti begitu dekat, begitu
pandangan menjadi gelap hakikatnya dia tidak melihat di
mana musoh berada, tahu betapa lihay jurus serangan diri
Liat-jit-kiam-hoat, lekas dia menyurut lima kaki.
Keyakinan sudah semayam dalam benak Liok Kiam-ping,
menyusul tubuhnya yang melar keudara, jurus kedua Liat-jityamyam disambung membelah kepala, sementara telapak
tangan kiri menggempur dahsyat denganjurus i-hwe-kiu-thianBaru saja Tang-ling-sin-kun berdiri tegaki sementara lawan
sudah mengudak tiba, sebelum serangan tiba, hawa panas
laksana lahar gunung merapi telah merangsang, cahayanya
yang benderang jauh lebih cemerlang darijurus pertama tadi.
Mau mundur lagi jelas tidak keburu, lekas dia kerahkan
seluruh kekuatannya, sambil menggerung pula dia lontarkan
pukulannya kearah bola matahari, berbareng kakinya
menggeser berusaha menyingkir pergi.
Diluar tahunya jurus serangan telapak tangan Liok Kiamping
ternyata tidak menggunakan sepenuh tenaga, ditengah
jalan mendadak berobah jadi jurus Llong-jiau-king-thian,
mumpung lawan berkelit dan menyingkir, jari-jarinya telah
berhasil mencengkram urat nadi dipergelangan tangannya.
Pedang sudah terangkat hendak memenggal.
Begitu niat nadi tercengkram seketika tubuh Tang-ling-sinkun
merasa lemas den separo tubuhnya seperti kaku, terpaksa
dia pejam mata menunggu ajal.
Mendadak terdengar sultan-sultan nyaring beberapa kali,
seluruh orang-orang Tang-ling-kiong menghentikan
pertempuran terus lari menyingkir, tinggal orang-orang Hongluibun yang masih berada ditengah gelanggang. Kiam-ping
tahu sesuatu yang tidak beres, waktu dia angkat kepala,
tampak orang-orang Tang-ling-kiong menyingkir ke tiga
jurusan, dari ketiga jurusan ini terpancang tiga pucuk bedil
yang diarahkan kearah gelanggang.
Terdengar suara Yu-ling Kongcu membentak: "Pat-pi-kimliong,
berani kau turun tangan keji kepada bapakku, hari ini
kalian harus terkubur pula di pulau ini. Baiklah bebaskan dulu
bapakku, boleh kita tentukan suatu tempat dan hari apa
terserah untuk bertanding menentukan kalah menang,
bagaimana ?" Liok Kiam-ping membatin: "Maksud ke datang a nku hanya
menolong It-cu-kiam, tujuan sudah tercapai, buat apa barus
menumpahkan darah di sini " Tang-ling-sin-kun berulang kali
keok ditanganku, untuk membereskan dia kelak masih ada
kesempatan." maka dengan gelak tawa dia berkata: "Asal Asal
bertanding berdasar kepandaian sejati, kapan saja Liok Kiamping
masih melayani." "Baik," jeng ek Yu-ling Kongcu, pada pertandirgan silat di
Ui-san tahun ini, kita bereskan perhitungan hari ini."
Liok Kiam-ping berpaling dan tersenyum kepada Tang-lingsinkun, katanya: 'Mobon Sin-kun mencapaikan diri mengantar
kami seperjalanan," lalu dia berseru kepada orang banyak
terus beranjak kepinggir laut. Ih Tiau-hiong kembali pegang
kemudi mengerek layar, kapal kecil itu segera berlayar menuju
ke ciokswi-cun. ---ooo0dw0ooo--- Mentari memancarkan cahayanya yang benderang hawa
tidak begitu panas, burung berkicau dipucukpohon, musim
semi memang tampak permai dan sejuk didaerah Kang lam.
Tatkala itu orang-orang Hong-lui bun sedang sibuk
membangunjalan, serta memperbaiki gedung, luar dalam
tampak sibuk bekerja dengan giat, namun suasana yang ramai
ini terasa tentram dan bergembira. Mereka sibuk
mempersiapkan segala keperluan demi tercapainya kejayaan
nama besar Hong-lui-bun dikalangan Kangouw, markas besar
harus dibangun dengan segala bentuk kemegahannya, supaya
berwibawa dan kelihatan angker.
Sejak kembali dari Tang- ling-kiong, Liok Kiam-ping lantas
pimpin seluruh anggota Hong-lui-bun membangun dan
memperbaiki Kwi-hun-ceng, banyak yang dirombak dan
adapula bangunan baru, terutama lorong-lorong bawah tanah
telah disumbat buntu, serta mencari para anggota yang bubar
dan terpencar. Dalam jangka satu bulan, proyek besar dalam membangun
markas pusat Hong-lui-bun inipun berakhir, bentuk gedung
serta warnanya telah berobah, demikian pula jalan raya
sekitarnya yang menjurus kearah Kwi-hun-ceng telah
diperlebar dan diratakan sehingga Hong-lui-bun tampak lebih
angker dan disegani. Pagi hari itu setelah sarapan pagi Liok Kiam-ping
kumpulkan Tianglo Hong-lui-bun Ai-pang-sut Thong ciau, Kimginhu-hoat di Pau-gwat-lou untuk membicarakan kapan
peresmian berdirinya Hong-lui-bun didunia persilatan akan
diadakan. Kim-ji-tay-beng memberi usul: "Sekarang orang-orang kita
sudah bermunculan di Kangouw, tiba saatnya angkat nama
dan menegakkan wibawa, sekaligus menuntut balas bagi
kematian ciangbun kita, serta melampiaskan penasaran kita
dua puluh tahun harus menyembunyikan diri biar selamat.
ciangbun, kuharap kau dapat memaklumi perasaanku.'
Giniji-tay-beng juga angkat bicara, "Yang terang Hong-luibun
kita sudah jelas bermusuhan dengan Ham-cui, Tang-ling,
Hwe hun, Bu-tong, Siau-lim, Gobi dan lain-lain golongan silat,
umpama kita berlaku bajik hati mereka justru sekejam
binatang, apapun urusan takkan berakhir demikian saja,
banyak urusan besar harus kita tanggulangi dikelak kemudian
hari, oleh karena itu perlu kita membuat kejutan lebih dulu,
masing-masing Kita gempur perguruan silat itu satu persatu,
supaya kita tidak dikeroyok lagi seperti nasib yang menimpa
ciangbun kita dulu."
"Menuntut balas melampiaskan dendam benar adalah tugas
mulia dan itu memang yang utama bagi kita." demikian ujar
Ai-pong sut Thong ciau, "tapi hanya mengandal tenaga kita
sekarang masih jauh dari mencukupi. Berkat bantuan para
Enghiong sehingga kali ini kita berhasil merebut kembali Kwihunceng, betapapun mereka bukan atau belum menjadi
anggota kita." Jadi menurut aturan Bulim, perguruan atau golongan mana
yang tidak banyak menerima murid serta mendidiknya.
generasi demi generasi merupakan tradisi. Hanya Pang atau
Pay saja yang boleh mengumpulkan sebanyak mungkin tunastunas
muda, serta tokoh-tokoh lihay dan orang aneh yang
berkepandaian tinggi, berjuang berdampingan demi mencapai
cita-cita tinggi. Maka Losiu berpendapat," Hong-lui-bun sudah dua puluh
tahun hapus dari percaturan dunia persilatan, anggota lama
kita sudah bubar dan tersebar entah kemana, kalau kali ini
kita harus berdiri pula dan merehabilitir nama baik Hong-luiTiraikasih
Website bun kita dulu, lebih baik kalau memupuk kekuatan dasar dan
memperbanyak anggota, dengan kekuatan utuh dan besar,
baru kita bisa menjagoi bulim."
Mendengar petunjuk Locianpwe yang satu-satunya ini, Liok
Kiam-ping juga merasakan betapa gawat urusan yang harus
dihadapinya. Maklum, soalnya pengalaman dirinya di kalangan
Kangouw masih terlalu cetek sehingga sukar baginya
mengambil suatu kesimpulan dan keputusan, setelah
manggut-manggut Kiam-ping mohon petunjuk lebih lanjut
kepada Ai-pong-sut Thongciau: "Baiklah, menurut pendapat
cianpwe, bagaimana kita harus mempersiapkan diri supaya
lebih sempurna. Kiam-ping masih muda cetek pengalaman,
mohon banyak diberi petunjuk."
Melihat sikapnya yang polos dan setulus hati, maka Aipongsut menghela napas, katanya: "Situasi sudah mendesak.
Hong-lui-bun pantang mundur, jikalau urusan ini sampai gagal
bukan saja mengabaikan harapan dan cita-cita para cianpwe
yang telah berada dialam baka, selanjutnya akan mengalami
masa bahaya dan kemungkinan bisa runtuh lagi. oleh karena
itu kita harus memperbesar, nama dan melebarkan kekuatan
selanjutnya diganti menjadi Hong-lui-pang. Pintu dibuka lebar
untuk menerima dan mengumpulkan orang-orang gagah
sebanyak mungkin, baru kita akan berdiri dalam percaturan
Bulim, selanjutnya tinggal usaha kita untuk memperbesar
sayap dan menambah kekuatan- Tentang tata tertib dan
peraturan, tetap kita gunakan ketentuan-ketentuan yang telah
dicapai oleh para cianpwe terdahulu. Ini adalah usul pribadi
Losiu sendiri, mohon ciangbun dan lain-lain ikut
mempertimbangkan lebih dulu.'
Kim-gin-hu-hoat ternyata langsung mengangguk tanda
setuju. Liok Kiam-ping lantas berkata dengan prihatin: "ini
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
persoalan besar jaya atau runtuhnya perguruan kita. Petunjuk
cianpwe memang sesuai situasi dan kondisi. Maka Kiam-ping
harus lebih giat bekerja. Baiklah dikala peresmian akan
kupanjatkan doa kepada para cosu dan cianpwe yang telah
mendahului kita, supaya beliau-beliau lega hati."
Selanjutnya Kim-ji-tay-beng berkata:
"Kalau mengundang dan menerima banyak orang gagah
dariBun dirobah jadi Pang. Disaat Hong-lui-pang akan
diresmikan, kita harus menyebar luas undangan untuk sesama
kaum persilatan, sebagai gengsi dan menjaga harga diri."
Liok Kiam-ping mengangguk, tapi lekas dia mengerut alis,
katanya: "Menilai situasi yang kita hadapi sekarang, musuh
terlalu banyak. kurasa tidak benar kalau urusan dibesarbesarkanTapi peresmian Hong-lui-pang merupakan urusan
besar, adalah pantas kalau hal ini disampaikan kepada para
Bulim cianpwe... " sebelum dia bicara habis Ai-pong sutThong
ciau sudah ditatapnya seperti mohon pendapatnya.
Betapapun usia Ai-pong-sut memang lebih tua,
pengalamanjuga lebih matang, sejenak dia menerawang lalu
berkata dengan seri tawa: "Urusan tiada yang sempurna dan
kita tidak boleh terlalu menitik beratkan sesuatu pada urusan
bercabang. Demi menyesuaikan keadaan yang kita hadapi
sekarang, terpaksa harus bekerja demi keuntungannya saja,
marilah kita tentukan dulu kapan peresmian akan dirayakan,
baru selanjutnya dipilih pula siapa-siapa yang patut kita
undang bagaimana pendapat ciangbun "'
Liok Kiam-ping memuji berulang kali. Sudah tentu Kim-ginhuhoatjuga setuju saja. Maka mereka berempat lantas
merundingkan waktu untuk peresmian itu. Baru saja rapat
kerja itu berakhir. Kebetulan Suma Lingkhong telah datang.
Dua saudara muda bertemu lagi, sudah tentu bukan kepalang
riang hati mereka, hubungannya semakin intim.
Baru saja Liok Kiam-ping turun dari atas loteng, tiba-tiba
didengarnya sebuah suara semerdu kicau burung kenari:
"Pingko, kenapa sampai sekarang baru bubar rapatnya,
betapa gelisah aku menanti. Apakah kalian mau berangkat
lagi" Jangan seperti tempo hari waktu menyerbu ke Tang-lingkiong,
begitu lama kaupergi hingga aku menunggu dengan
merana... " tiba-tiba siau Hong sudah berdiri didepannya,
dengan langkah gemulai menyambut dirinya, entah karena
sudah terlalu rindu atau keki, dengan cemberut tiba-tiba dia
membalik tubuh pula terus melangkah pergi dengan lebar.
Sudah terlalu biasa Kiam-ping memanjakan nona jelita yang
menjadi teman bermainnya sejak kecil. Sejak dia
menyembuhkan luka-lukanya, nona binal ini sudah anggap
Kiam-ping sebagai teman hidupnya seumur hidup, maka
makan minum dan dandanan, semua menuntut dan harus
dipenuhi, kemanapun Kiam-ping pergi selalu dia mendampingi.
Kali ini karena harus merundingkan urusan besar, maka
terpaksa Siau Hong disuruh menunggu di bawah.
Sebenarnya cinta Liok Kiam-ping sudah dicurahkan kepada
Le Bun, padahal Kiamping pemuda romantis, lelaki sejati yang
berpegang teguh pada norma-norma susila. apapun dia tidak
akan mengalihkan cintanya kepada gadis lain, terhadap Siau
Hong yang sebatang kara ini, hanya belas kasihan belaka yang
meresap dalam sanubarinya, maka dalam hal apa saja dia
selalu membela dan melindunginya seperti adik kandung
sendiri. Kini melihat Siau Hong mengumbar adat pula, lekas dia
memburu dua langkah, dengan lembut dia pegang kedua
tangannya, lalu berkata dengan tawa lembut: "Hari ini harus
membicarakan pemulihan perguruan kita dalam percaturan
Bulim, maka banyak persoalan yang harus dibicarakan,
sehingga kau menunggu terlalu lama. Tentang perjalanan ke
Tang-ling-kiong tempo hari, mengingat pentingnya menolong
jiwa orang, terpaksa aku hatus bekerja keras hingga terlambat
pulang. Waktu sudah lohor, hayolah kita makan siang."
Melihat betapa besarperhatian Kiamping terhadap dirinya,
seketika lebar senyum Siau Hong, dia balas memeluk lengan
Kiamping serta melangkah gemulai ikut Kiam-ping menyusuri
jalan kecil berbatu menuju kekamar makan
Tiga hari kemudian. Luar dalam Kwi hun-ceng sudah disapu dan dibersihkan
serta dipajang, sejak pinggir jembatan sampai diluar pintu
gerbang perkampungan, setiap tiga tindak dipasang sepasang
tamplon merah. Dibawa h lamplon berdiri seorang pemuda
berpakaian ketat warna hijau.
Empat lamplon besar dengan cahayanya yang benderang
tergantung masing-masing dua di kanan kiri pintu gerbang,
cahayanya menerangi daonpintu gerbang yang bercat merah
hingga kelihatan semarak.
Hong-lui-ting terletak tak jauh dibela kang pintu gerbang,
menghadap keluarpintu pula, jendela kaca tampak bersih dan
dihiasi guntingan kertas yang rapi dan bagus dengan berbagai
corak dan warna. Semua kelihatan bersih mengkilap.
didepanpintu berdiri delapan orang lelaki seragam biru muda,
semua berperawakan kekar berotot dengau daging merongkol,
tampak betapa besar semangat mereka dengan pandangan
lurus menyala. Lantai Hong-lui-ting yang mengkilap bagai kaca itu terbuat
dari batu hijau, luasnya ada satu setengah bau, ruang seluas
ini hanya disanggah dua saka bundar besar di kanan kiri
ruangan tengah, melingkari kedua saka beton besar itu adalah
relif dua ekor naga besar yang berebut mutiara, proyek
bangunannya sungguh luar biasa.
Mepet dinding diujung ruangan sana, dikiri kanan dijajar
dua baris kursi besar bersandar dikanan kiri dan belakang
terbuat dari kayu cendana, alas kursi adalah kasur bundar
terbuat dari beludru biru bersulam indah, menambah semarak
dan angker. Sejajar dengan dua baris kursi kebesaran itu
tergantung disebelah atas lampu sorot sebanyak puluhan
buah, sehingga seluruh ruangan besar ini benderang seperti di
siang hari bolong. Tepat ditengah ruangan letaknya agak ke belakang
terdapat sebuah meja panjang, asap dupa tampak mengepul
dari hlolo yang berada diatas meja. Disebelah kiri terdapat
meja kecil, sebuah kotak batu jade berada di atasnya,
permukaan batujade berukir empat huruf berbunyi wi-hongpitkip. diatas kotak batujade terletak sekeping batujade
warita putih hijau mengkilap. ditengahnya terukir seekor naga
warna darah yang sedang pentang cakar, ukirannya begitu
bagus seperti hidup, Dibelakang kotak tertancap tiga batang panji masingmasing
berwarna merah biru dan putih, ditengah setiap panji
disulam benang hitam bertuliskan dua huruf "HONG LUI".
Diatas rak meja panjang itu tertancap sebuah pentung bambu
sebesar mulut mangkok, bagian luarnya dibungkus kain
kuning. Dibelakang meja panjang terdapat tempat pemujaan,
di sana dipuja sinci cousu IHonglui-bun Kiu-thian sin-llong,
dan para cianpwe dari beberapa generasi. Kain gordyn warna
kuning tampak menjuntai dari langit-langit terbelah dua
kekanan kiri. Didepan gordyn tergantung sebuah lampu abadi
yang akan menyala sepanjang jaman
Ruangan sebesar itu kini diliputi keheningan. Kira-kira
menjelang tengah hari, bunyi genta bertalu sembilan kali,
maka dari belakang ruangan muncul Tan Kian-thay, dilengan
kirinya terikat secarik kain merah yang bertuliskan ci tong dua,
huruf kuning, dibelakangnya ikut delapan anak-anak berbaju
hijau. Begitu masuk ruang besar Tan Kian-thay pimpin kedelapan
anak-anak itu menuju kemuka meja panjang serta
menyampaikan sembah hormat kearah pemujaan. Setelah itu
mereka berpencar, menyalakan Tingeoa, lilin dan menyiapkan
meja sembahyangan, dengan teliti dan penuh perhatian- Dua
batang lilin merah sebesar lenganpun sudah dinyalakan,
dibatang lilin itu ada ditulisi huruf yang berbunyi 'bersatu padu
kita teguh" sementara lilin sebelah kanan ditulisi "melebarkan
sayap membesarkan kekuatan", dibawah penerangan yang
benderang, persiapan ini berjalan tertib hikmad.
Thipi-kim-toTan Kian-thay membalikkan badan lalu berdiri
tegak disamping kiri pintu, kedua tangannya terkembang,
maka delapan anak-anak berseragam hijau itu berpencar
berdiri jajar di kanan kiri pintu.
Tak lama kemudian, dari kejauhan terdengar derap langkah
yang lembut tapi kerap dan banyak. Maka dari pintu kiri
membelok masuk empat pasang lampu istana yang kelihatan
antik berwarna merah, dibelakangnya adalah pemuda
berjubah putih, alis lentik mata menyala semangatnya gagah,
langkahnya mantap dan enteng langsung menuju, kearah
pintu. Delapan lamplon antik istana itu sudah berpencar pula
di kanan kiri pintu semuanya angkat tinggi lampu diatas
kepala, Tan Kian-thay memburu maju keambang pintu serta
menjura. Liok Kiam-ping sedikit mengangguk terus melangkah
masuk kedalam ruang besar.
Dibelakangnya adalah orang-orang gagah serta anggota
Hong-lu^-bun, beriring satu persatu melangkah masuk. pelan
tapi pasti ruang besar itu akhirnya penuh sesak dibanjiri
manusia. Liok Kiam-ping langsung menuju kedepan tengah
menghadap kepemujaan, maka protokol segera menarik
suara: "Upacara dimulai." Seorang petugas atau pembantu
upacara segera maju menyerahkan sembilan batang dupa
wangi kepada Liok Kiam-ping, maka Liok Kiam-ping mulai
menyampaikan sembah sujudnya kepada pemujaan setelah
doa dipanjatkan maka dupa itu ditancapkan diatas hiong-lo
kuningan berukir kepala singa. Setelah itu dia berlutut tiga kali
menyembah sembilan kali. Hadirinpun ikut menjura kearah
altar. Setelah berdiri pula pelan-pelan Kiam-ping membalik
menghadap keluar, Ai-pongsut Thong ciau melangkah maju
dari rombongan orang banyak, terlebih dulu dia menjura
kearah altar lalu berseru lantang: 'Sejak ciangbunjin Hong-luibun
kita mengalami keroyokan serta gugur oleh enam partai
besar perguruan di Tay-pa-san, tanda kebesaran dan Pit-kip
kita juga direbut hingga akhirnya tak karuan paran, maka
seluruh anggota kita tercerai berai dan dipaksa
menvembunyikan diri secara terpencar dua puluh tahun
lamanya. Demi memikul tugas dan tanggung jawab warisan
para leluhur, hari ini Liok-ciang bun menegakkan pula nama
kebesaran Hong-lui-bun kita, bersumpah untuk menuntut
balas, maka sejak hari ini kita memaklumkan kepada hadirin
bahwa selanjutnya kita merobah dan memperluas Hong-luibun
menjadi Hong-lui-pang, semoga kita bersatu padu,
berjuang bahu membahu memperkuat diri dan masa depan
yang lebih cemerlang. Yakin para Enghiong yang mengadiri upacara kebesaran ini,
semua punya tekad dan cita rasa yang seirama dengan kita,
maka hadirin pasti juga setuju akan kebi^aksanan dari ciang
bun.' Serentak hadirin mengiakan bersama sambil angkat tinju
kanan keatas kepala: 'Setuju ' suaranya bergema dan bertalutalu
hingga mengalun panjang dan lama.
Ai-pong-sut berputar menghampiri. meja kecil disebelah
kanan, mengambil Hiat-llong-po-giok serta diangkat setinggi
alis, setelah menjura tiga kali kearah altar lalu mendekati Liok
Kiam-ping serta mengalungkan batu pusaka itu dileher Liok
Kiam-ping. Kembali hadirin bersuara dalam paduan yang
rendah berat: "Pangcu." semua menjura hormat.
Lekas Liok Kiam-ping balas menjura, setelah mengangguk
dia ulapkan tangan serta berkata dengan tersenyum: "cukup
sampai sekian saja." lalu wajahnya berobah serius. katanya
lebih lanjut: "Atas kebijaksanaan dan kewelas-asihan para
cosu kita, hari ini Kiam-ping diangkat menjadi ciang bun dan
menerima warisan serta cita cita besar para leluhur, sejak kini
sebagai Llong-thian Pangcu dari Hong-lui-pang, tugas utama
adalah menegakkan Hong-lui-pang didalam percaturan dunia
persilatan, giat bekerja demi membela kebenaran dan keadilan
kaum Bulim, Kami kuatir dengan bekal kemampuanku yang
kurang becus ini tidak mampu memikul tugas dan tanggung
jawab berat, untuk itu kami mohon kesudian para cianpwe
dan saudara serta seluruh anggota kita untuk memberikan
nasehat, petunjuk dan koreksi, segala persoalan harus
dimusyawarahkan dan ditampung bersama. Dengan bekal
Kungfu yang kumiliki aku bersumpah untuk membela
keutuhkan Pang kita serta rela berkorban demi tegaknya
kebesaran Hong-lui-pang pula."
Habis Liok Kiam-ping menyampaikan pidato sambutannya,
protokol melambai tangan keluar, dua orang pembantu
upacara segera menggotong masuk sebuah guci perak tinggi
satu kaki dengan kaki sepanjang dua kaki ketengah ruang
besar. Dua orang lagi dibelakangnya membawa sebuah guci
arak simpanan lama, segel dibuka arakpun dituang kedalam
guci perak berbareng empat orang itu memberi hormat
kepada Kiam-ping lalu mengundurkan diri kes ambing.
Maka Thi-pi-kim-to Tan Kian-thay selaku protokol tarik
suara pula, "Bersumpah setia minum arak darah."
Seorang pembantu upacara lain segera tampil kedepan,
sebelah tangan menyunggih sebuah nampan perak. diatas
nampan menggeletak sebilah pisau yang kemilau tajam
kedepan Liok Kiam-ping, sebelah lututnya tertekuk, kedua
tangan dia angkat nampan berat berisi pisau tajam kehadapan
sang Pangcu. Liok Kiam-ping ambil pisau cilik itu serta berkata: "Atas
kebijaksanaan para cos u, sehingga para Enghiong sudi
menyatukan diri kedalam Hong-lui-pang kita, selanjutnya
Hong-lui-pang akan terjun dalam percaturan dunia persilatan,
inipun merupakan keberuntungan dan kebahagian kaumBulim,
mohon para saudara sudi bersatu padu seia-sekata berjuang
bercama menanggulangi segala kesukaran. Sekarang cayhe
memberi contoh, dengan darahku ini kutuang kedalam arak
sebagai tanda setia kawan"
Pisau kecil tajam itu segera mengiris ujung jari tengahnya,
darah segera mengucur dan menetes kedalam guci perak.
dengan lantang mulutnya membacakan naskah sumpah serta
sepuluh larangan besar setiap anggota.
Selanjutnya Ai-pong-sut, Kim-ji tay-beng Kongsun cinkheng,
Ginjutay-beng Kongsun cin-giokJian-li-tok-hengJin Hou
dan lain-lain berurutan maju kedepan diambil darahnya.
Setelah seluruh hadirin sudah memberikan darahnya, semua
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kembali ketempat semula. Acara selanjutnya adalah
pemberian hormat kearah altar pemudaan para cos u, dua
belas orang maju bersama berdiri satu barisan, d iba wah
komando protokol mereka bersumpah setia.
Setelah seluruh acara selesai. Dengan lantang Liok Kiamping
berkata: "upacara perserikatan kita bersama telah
berakhir. Sekarang silakan protokol membacakan daftar para
Tong-cu dan Hiangcu Hong-lui-pang kita.'
Ruang sebesar itu, dengan hadirin sebanyak itu, ternyata
hening lelap. seluruh hadirin berdebar jantungnya.
Liok Kiam-ping melangkah kedepan menjura kearah altar
lalu dari atas meja panjang dia mengambil sejilid buku tebal
bersampul kulit kambing, itulah buku jurnal dari permulaan
berdirinya Hong- lui-pang.
Thi-pi-kim-to-Tan Kian-thay memburu maju dua langkah
menjura kepada Liok Kiamping lalu terima buku tebal itu dari
tangan Liok Kiam-ping. Sejenak dia tenangkan diri serta
membasahi teng gorokan- maka dengan lantang dia
membacakan: "Para calon Tongcu dan Hiangcu kita sudah
diputuskan dalam rapat. Jin-bong-tong Tongcu Kim-ji-tay-beng
Kongsun cin-kheng, tugasnya mengatur jadwal kerja para
anggota serta diberi wewenang penuh dalam keanggotaanKim-ji-tay-beng segera tampil kedepan altar, dengan laku
hormat. dia menyulut dupa serta sembahyang kearah altar,
lalu membalik kearah Kiam-ping memberi hormat pula,
dengan kedua tangan dia terima selembar panji kebesaran
jabatannya lalu mundur kesamping.
Protokol melanjutkan dengan lantang, Jun-lui-tong Tong-cu
Jian-li-tok-heng Jin Hou, berkuasa dalam hukum serta berhak
memberi jasa kepada anggota yang berpahala.
Jian-li-tok-hengJin Houjuga maju kedepan altar memberi
hormat selayaknya, dari Kiam-ping diapun menerima selembar
panji kecil warna biru. Hoat-hi-tong Tongcu Gin-ji-tay-beng Kongsun Cin-giok,
mengurus ransum dan dana. Ginjutay-beng juga menerima
selembar panji warna putih.
Lebih lanjut adalah: "Sing-tong-cu It-cu-kiam Koan Yong
pelaksana hukuman. Ci-tong-cu bagian protokol Thi-pi-kim-to
Tan Kian-thay. Coh-huhoat Coh-sung-hwi lh Tiau h long, Yuhuhoat
Ki-ling-sin Siang Wi. Congsinje (komisaris umum)
Suma Ling-Khong. Cong koan perkampungan Pi-lik-jiu Ciu
Khay, selanjutnya di bacakan pula para Hingcu dan Thocu,
mereka juga menerima tanda jabatan yang terbuat dari
sekeping bambu kuning. Para angggota biasa juga menerima selembar kain panjang
yang berbeda warna dan tulisannya, tanda para anggota
terbagi dalam beberapa barisan yang harus tunduk kepada
pimpinan masing-masing. Terakhir Liok Kiam-ping berseru lantang, pula: 'Hari ini
Pang kita berdiri secara resmi, berkat bantuan Tiang lo kita
sejak generasi lampau Ai-pong-sut Thong-locianpwe yang ikut
memberikan saran dan pendapatnya, maka beliau juga patut
mendapat kehormatan dari seluruh anggota." hadirin
serempak menjura kepadanya. Sampai di sini maka upacara
resmi berdirinya Hong-lui-pang telah berakhir.
Suasana berobah riang gembira, satu sama lain memberi
salam dan selamat, cukup lama ramah tamah ini berlangsung
acara terakhir adalah perjamuan, dalam ruang samping sudah
tersedia lengkap puluhan meja perjamuan, hadirin segera
mencari tempat duduk. Kembali suasana menjadi ramai oleh
gelak tawa yang riuh rendah. Bila perjamuan usai haripun
sudah hampir tengah malam.
Liok Kiam-ping kembali ke Pau-gwat-lau, Siau Hong seperti
burung mungil segera lari menyongsongnya. memicingkan
matanya yang masih ng antuk dengan Jenaka dia mengawasi
wajahnya. Liok Kiam-ping tertegun, katanya penuh kasih sayang:
"Kenapa belum tidur. kalau kedinginan kau bisa selesma"
Betapa kasih sayang dan besar perhatian Kiam-ping
terhadap dirinya, sungguh manis dan senang hati Siau Hong
dengan wajah merah dan aleman dia pegang kedua lengan
Kiam-ping, bibirnya yang merah merekah mendesis haru:
"Ping-ko." segera dia menjatuhkan diri kedalam pelukan Kiamping.
Sikapnya yang aleman tidak perlu dibuat heran, sejak Liok
Kiam-ping kembali di Kwi-hun-ceng, hanya Kiam-ping seorang
yang pandang sebagai orang dekatnya, Kiam-ping begitu kasih
sayang dan memperhatikan segala kebutuhannya, betapa
hatinya takkan senang dan haru hingga sesenggukanLiok Kiam-ping melenggong, lekas dia pegang pundak Siau
Hong dan berkata lembut: "Siau Hong, jangan terlalu emosi, di
sini banyak orang, sebentar mungkin ada orang datang, hari
sudah larut malam, kau harus istirahat." bicara punya bicara
nada suaranya ternyata makin sember, tenggorokannya terasa
tersumbat. Sejak kecil bukankah Liok Kiam-ping juga sudah
sebatangkara, pernah hidup terlunta-lunta, melihat betapa
haru Siau Hong, dengan sendirinya terketuk hula sanubarinya.
Mendengar suara Kiamping juga tersendat, lekas Siau Hong
angkat kepalanya, dengan berlinang air mata dia tersenyum
manis, barusan dia mau bicara, didengarnya langkah orang
mendatangi dari bawah loteng, tersipu-sipu mereka memisah
diri. ---ooo-dw-ooo--- Tiga bulan kemudian Malam hari dimusim panas. Kwi-hun-ceng tampak berdiri
gagah perkasa ditengah kegelapan, disepanjang sungai
pelindung perkampungan mondar mandir rombongan ronda.
Disekeliling Hong-lui-ting juga terpendam para penjaga
yang tersembunyi, namun tidak sedikit pula para Hiang-cu
serta Thocu yang bertugas jaga dibagian luar, ini pertanda ada
persoalan penting sedang dibicarakan, ternyata rapat memang
sedang berlangsung didalam.
Ruang besar itu terang benderang. Didepan meja panjang
duduk berderat belasan orang,
Liok Kiam-ping duduk ditengah, diatas kursi berukir indah,
sebelah kanan duduk Ang pong-sut Thong Ciau lalu berurutan
Kim-ji tay-beng Kongsun Cin-kheng,Jian-li-tok-heng Jin Hou,
Gln-ji-tay-beng Kongsun Cin giok dan seterusnya dengan
beberapa Hiangcu, hadirin bersikap serius dan duduk tegak
menambah suasana menjadi hikmad.
Liok Kiam-ping membuka suara lebih dulu, "Sudah tiga
bulan sejak Hong-lui-pang kita berdiri, berkat kerja sama para
saudara, sampai sekarang kita telah berhasil mencapai
kemajuan tahap pertama, para Thocu dari berbagai cabang
juga sudah menunaikan tugasnya. Dalam beberapa hari
belakangan ini, laporan terus masuk. ada beberapa perguruan
yang pernah bermusuhan dengan kita, secara diam-diam
sedang berlatih diri serta mengundang bala bantuan
menambah kekuatan, jelas mempunyai rencana jahat
terhadap pihak kita, terutama Ham-cui, Tang- ling dan Sebong
sudah ada tanda-tanda akan berserikat, bila saatnya
sudah tiba, pasti akan mengadakan aksi yang tidak
menguntungkan kita. Sementara Siau-lim, dan Gobi agaknya
juga sudah terhasut oleh Bu-tong, tanpa hiraukan nama baik
dan kebesaran perguruan mereka di Bulim, secara diam-diam
memilih dan menguji jago-jago mereka untuk bergabung
menyerbu markas besar kita ini. Demikian pula Pa-kian toahud
dari Tibet juga ada niat jahat terhadap kita. Menyaring
seluruh laporan ini, jelas posisi Pang kita dalam bahaya, untuk
itu harap persoalan kita rundingkan bersama, entah bagai
mana pendapat kalian. Maka Ai-pong-sut bicara lebih dulu: "Hong-lui-pang kita
baru memupuk dasar kekuataannya, kekuatan luar dalam
sudah terjalin dengan baik, sudah saatnya kita beraksi untuk
bertindak kepada para musuh, dengan menggempur musuh
lebih dulu, kita akan menegakkan wibawa di Kangouw,jikalau
kita menunggu partai-partai persilatan itu bergabung
mengeroyok kita, nasib ciangbun kita yang dahulu menjadi
contoh yang nyata, maka beliau mati di Tay-pa san dikeroyok
enam perguruan bestar, hal ini perlu kita pertimbangkan
secara mendalam." Menyinggung dendam perguruan, Hoat-Tongcu Girn ji-taybeng
berkata penuh emosi sambil melotot mata: "Yang
menamakan dirinya perguruan besar tidak lebih hanyalah
manusia yang sudi berbuat kotor dan rendah, demi
meruntuhkan kita dan merebut tanda kebesaran tidak segansegan
mereka main bunuh jikalau dendam kesumat ini tidak
segera di balas bagaimana kita tegak berwibawa di Kangouw,
betapa kita harus bertanggung jawab kepada arwah leluhur
kita." Jin-hung-tong Tongcu Kim-ji-tay-beng juga tampil bicara
dengan menegak alis: "Membalas dendam kematian
ciangbunjin kita yang terdahulu merupakan tugas utama yang
harus segera kita lakukan. Urusan tidak berlaru-larut,
mumpung situasi masih menguntungkan kita sebelum musuh
bergabung dan meluruk kemari, lebih menguntungkan bila kita
turun tangan lebih dulu, satu persatu kita gempur dan
hancurkan." Pi-lik-jiu Ciu Kay juga terbakar amarahnya, katanya:
"Cianpwe kita mengalami ajalnya secara mengenaskan dalam
pengeroyokan yang tidak seimbang, dendam ini tidak boleh
ditunda pula. Pangcu, meski harus terjun kedalam lautan api.
Ciu Khay siap menpelopori"
Hadirin yang lainjuga memeluk dendam dan kemarahan
yang memuncak, semua bertekad menuntut balas, semangat
tempur mumpung menyala. MakaJun-lui-tong Tong-cuJian-li-tok-heng Jin Hou angkat
bicara dengan kalem: "Menyerang atau bertahan harus pandai
melihat gelagat, terutarna sebelum menyerang harus dapat
mengukur kekuatan lawan dan mempertimbangkan tenaga
sendiri. Untuk itu lebih baik kita jadikan dendam permusuhan
lama menjadi ukuran, atau kita pilih dulu yang dekat baru
menggempur yang lebih jauh pelajaran sudah membuktikan,
markas pusat kitapun tilak boleh kosong. Hal inipun perlu
dipertimbangkan." Liok Kiam-ping manggut, katanya: "Usul kalian memang
seirama dengan tekadku, menilai kekuatan musuh, kukira
pihak Ham-cui paling tangguh, selanjutnya Se-bong, Pa-kim
Tay-hud yang utama. Selanjutnya Bu-tong, Hwe-hun dua
partai ini pernah kusikat habis kekuatan inti mereka, yakin
dalam waktu dekat mereka takkan berani bertindak. Tang- ling
juga sudah kita obrak abrik, mereka sudah takluk dan
bergabung kepada Ham-cui Malah anasir-anasir mereka sudah
diselundupkan ke Tionggoan pula, maka tindakan pertama kita
harus menggempur Ham-cui-kiong, sekaligus mencegah
mereka kerja sama dengan Se-bong, Setelah itu baru kita
luruk ke Tibet mengganyang Bong-siu, Sa-yang dengan pihak
Tang-ling kita sudah menjanjikan waktu pertandingan, bila
sekarang kita serbu, apakah tidak melanggar aturan, entah
bagaimana pendapat hadirin "' lalu Kiamping mengeluarkan
selembar peta, diataspeta itu memberi garis-garis sebagai
jalan dari mana mereka harus menggempur musuh.
Sing-tong-cu It cu-kiam Koan Yong berkata: 'Kawanan
jahat yang selalu ingkar janji dan sering berbuat keji, tak perlu
kita bicara tentang aturan dengan mereka.'
"Betul." seru Gin-ji-tay-beng, bersikap aturan dengan
mereka akan merugikan kita sendiri. Kematian ciangbunjin kita
yang terdahulu karena dikeroyok di Tay-pa-san merupakan
contoh yang nyata." Coh-siang-hwi Ih Tiau-hiong berpikir panjang, katanya
perlahan: "Untuk menggempur musuh kita harus kerahkan
seluruh kekuatan, baru punya keyakinan bisa menang, dengan
sendirinya pertahanan markas besar kita menjadi lebih lemah,
dalam situasi yang sudah gawat luar dalam sukar mengadakan
ikatan kerja sama, Tang- ling dekat didepan mata, umpama
duri yang mengancam keselamatan kita, sembarang waktu
akan meluruk kemari lebih dulu. Maka mereka perlu
dilenyapkan lebih dulu, tentang bagaimana kita serbu partai
perguruan yang lain, biarlah kita tentukan lagi setelah saatnya
tiba.' Pendapat Coh-siang-hwi Ih Tiau-hiong memang obyektif,
orang banyak hanya memperhitungkan cara bagaimana
menyerbu musuh, tidak memikirkan pertahanan sendiri,
apalagi musuh terlalu banyak, bukan mustahil di saat markas
kosong, musuh lain meluruk datang, bukankah sejarah akan
berulang, Coh-siang hwi memang cerdik dan cermat tak heran
orang banyak kagum dan memujinya.
Liok Kiam-ping memuainya berulang kali, katanya: "Cohhuhoat
memang betul, situasi memang seperti apa yang
diuraikan- Maka keputusan pertama saat ini adalah serbu dulu
Tang-ling, tapi kita juga harus mengadakan segala persiapan
untuk menghadapi segala kemungkinan. "
Ci-tong-su Thi-pi-kim-to Tan Kian-thay berkata: "Dalam
menghadapi situasi didepan mata, kurasa kekuatan kita tidak
boleh dipencar, apakah pada arah menyerbuan kita,
sepanjang jalan perlu didirikan pos-pos penghubung, bila
menghadapi situasi genting, bagaimana harus memberi tanda
S.o.S., bagaimana pula pihak yang lain harus segera memberi
bantuan, semua ini harus kita bicarakan juga."
"Hal ini memang sudah kupikirkan,' ucap Liok Kiam-ping.
"Baiklah sekarang kita tentukan, Suma Cong-sin harus
memimpin puluhan orang kita yang cekatan, pandai bekerja
bertindak cepat untuk mengatur segala keperluan kita di
sepanjang jalan, kontak harus selalu diadakan sehingga lancar
dan tertib. Tiga buah kapal besar sudah harus disiapkan di
Ciok-wi-cun untuk dipakai"
Cong sin-je Suma Ling-khong berdiri, sambil menjura dia
menyatakan terima tugas, Terus mohon mengundurkan diri,
segera mempersiapkan tugasnya.
Liok Kiam-ping berkam kepada Ai-thong-sut -Thong ciau
dengan tertawa: "Markas pusat ini perlu dijaga juga, untuk ini
aku mohon cia npwe suka menerima tugas berat, dibantu oleh
Ciu-congkoan. Bila menghadapi persoalan genting lekaslah
adakan hubungan dengan tanda panah api. Selebihnya harus
ikut dalam penyerbuan ini. Diantara anak buah para Tongcu,
pilih dulu sepuluh Hiangcu sebagai pengawal." Rapat ini
diakhiri setelah hadirin makan tengah malam.
---ooo-dw-ooo--- Dari dalam Kwi-hun-ceng dicongklang puluhan kuda
tunggangan, dipimpin oleh seorang pemuda jubah biru
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berwajah putih cakap. penunggang kuda dibelakangnya
semua berpakaian ketat warna hitam, perawakan kekar tubuh
tegap. Setiba diluar perkampungan kuda dibedal kencang,
penunggangnya mendekam dipunggung kuda, lekas sekali
rombongan besar berkuda tadi lenyap ditelan tabir malamPemuda cakap itu adalah Suma Lingkhong yang sekarang
menjabat komisaris umum Hong-lui-pang, malam itu dia
pimpin belasan, orang menuju ke ciok-wi-cun serta mengatur
pos-pos penjagaan sebagai kontak antara markas pusat
dengan rombongan besar yang akan menyerbu ke Tang-lingkiong,
merekapun harus menyiapkan tiga buah kapal besar.
Besok pagi, hari belum terang tanah, didepan
perkampungan telah berjajar dua barisan panjang, semua
berdiri tegak penuh semangat, sepasang matanya menatap
kearah pintu gerbang, tampak betapa gagah perkara barisan
ini. Tak jauh disisijembatan, tiga puluhan anak buah Hong-luipang,
setiap tangan memegang tali kendali seekor kuda,
perawakkan tinggi badan kekar kaki panjang, selintas pandang
orang biasa juga akan tahu, kuda-kuda itu semua pilihan.
Dengan tenang mereka melalui dipinggir sungai.
Tak lama kemudian, dari dalam perkampungan beranjak
keluar serombongan orang, dua orang berjalan paling depan,
sebelah kiri adalah pemuda jubah putih, wajah cerah mata
bersinar, laagkahnya tegap gagah, dan bukan lain adalah Hong-lui-pang Pang-cu Pat-pi-kim-liong Liok Kiam-ping, Aipongsut Thong ciau berjalan disebelah kanan, tampak
wajahnya bundar, jenggot alisnya putih, kepalanya plontos,
tubuhnya pendek gemuk, semangatnyapun bergairah, suara
bicaranya lantang, wajahnya cerah dan tersenyun lebar dan
ramah, Dibelakangnya adalah orang-orang gagah Hong-lui-pang,
tinggi rendah, tua muda tidak ketinggalan
Setiba rombongan besar ini didepan perkampungan,
barisan yang berada diluar itu segera siap tegak lalu memberi
hormat. Liok Kiam-ping sambut dengan anggukan sedikit kepala.
setelah mereka melewati jembatan Liok Kiam-ping
menghentikan langkah, dengan senyum ramah dia berkata
kepada Ai-pong-sut Thong Ciau, "Kiam-ping serba tidak
mampu, mana berani membuat capai Cianpwe mengantar
sejauh ini, mohon silakan berhenti sampai di sini saja, Terima
kasih." Ai-pong-sut Thong Cau berkata: "Ah, kenapa Pangcu bilang
demikian Terpaksa Losiu tunduk akan perintah, semoga kalian
sukses dalam tugas. lekas pulang."
Liok Kiam-ping menerima tali kendali, setelah mengucap
selamat berpisah, segera dia cemplak kuda terus dibedal
keluar hutan orang-orang gagah yang lainjuga naik kepung g
ung kuda masing-masing. Lekas sekali rombongan besar
Hong-lui-pang ini sudab lenyap dikejauhan
Dibawah terik matahari Liok Kiam-ping pimpin barisannya
menempuh perjalanan dalam kecepatan tinggi, daerah yang
mereka lalui sekarang adalah pegunungan yang berhutan
belukar, maka kuda terpaksa dilarikan agak perlahan, hingga
hari sudah lohor, mereka yang berada dibela kang sudah
merasa gerah dan capai, maka Kiam-ping perintahkan barisan
beristirahat, setiap orang membawa rangsum kering sendiri,
sambil istirahat mereka makan siang, hanya beberapa kejap
istirahat setelah makan, mencongklang kuda pula melanjutkan
perjalanan secara tertib tidak banyak berisik.
Menjelang magrib, sebelum mentari terbenam, ciok-wi-can
sudah jauh kelihatan di sebelah depan. Diwaktu barisan depan
mulai memasuki hutan pula, sayup,sayup Kiam-ping
mendengar suara caci maki dan bentakan serta bentrokan
senjata tajam yang beradu disebelah depan agaknya ada
orang lagi bertempur sengit, dari suaranya kedengarannya
bukan hanya satu dua orang.
Tahu ada sesuatu yang tidak beres, lekas Kiam-ping
memberi tanda kebelakang barisan, segera dia mendahului
lompat turun dari punggung kuda terus menerobos hutan
bertari kearah datangnya suara.
Lekas sekali orang banyak telah tiba di gelanggang
pertempuran, tampak Suma Ling-khong bersama dua anak
buahnya sedang dikeroyok oleh tujuh orang Tang-ling-kiong.
seorang anak buah Suma Ling-khong tampak terluka lengan
kirinya, darah membasahi separo badannya, namun dia masih
bertempur gagah berani. Tak jauh dikaki tembok sana, tampak rebah seseorang, dari
dandanannya jelas adalah anggota Hong-lui-pang. Seorang
diri suma Ling-khong sedang melawan seorang tua jubah
hitam dan lima orang Tang-ling-kiong, kelihatan keadannya
sudah demikian payah, untung Lwekangnya terpupuk baik dan
kuat, dalam waktu dekat masih kuat bertahan.
Laki-laki tua jubah hitam adalah seorang Tongcu dari Tang
-ling-kiong, bulan lalu dia ditugaskan pegang pimpinan markas
cabang Tang-ling-kiong di ciok-wi-ca.- Memergoki Suma Lingkhong
mencari kapal dan hendak menyewanya pergi ke
ciokshoan-to, maka dia menampilkan diri serta bertanya
dengan sikap menantang karena tiada persesuaian kata, maka
mereka saling labrak. Semula dia masih mampu menandingi Suma Ling-khong,
tapi lama kelamaan dia semakin terdesak. Melihat pihak lawan
hanya ada empat orang, sementara pihak sendiri lebih
banyakjumlah dan tenaganya, maka dengan siulan lagu
khusus dia memberi isyarat kepada anak buahnya supaya ikut
terjun kedalam arena. Seorang diri menghadapi keroyokan orang banyak. semula
Suma Ling-khong masih gagah perkasa, serang menyerang
dengan leluasa, celaka adalah tiga anak buahnya, ilmu silat
mereka biasa saja, mana kuat menghadapi serbuan belasan
musuh, dalam per tempuran seru itu seorang anak buahnya
menjerit roboh, saat itulah lengannya terbacok luka panjang,
untung Suma Ling-khong sempat memburu datang
menolongnya sehingga jiwanya diselamatkan
Melihat adik angkatnya dikeroyok dan anak buahnya
menjadi korban, karuan bukan main gusar Liok Kiam-ping,
ditengah bentakan, dia melompat maju seraya mengayun
kedua tangan sebelah tangan menggempur kearah lelaki tua
jubah hitam, tangan yang lain menggempur kawanan Tanglingkiong. Pihaknya sudah hampir menang, suma Ling-khong tinggal
tunggu waktu menerima kekalahan, mimpipun tidak terbayang
dalam benaknya bahwa elmaut justru merengut nyawanya,
begitu mendengar bentakan, sementara damparan angin
kencang sudah melanda tiba, mau menangkis sudah
terlambat. Tahu-tahu dia rasakan dada seperti ditumbuk
kepala kerbau, kerongkongan seketika menjadi anyir, darah
segarpun menyembur dari mulutnya, tubuhnyapun terlempar
dua tombak jauhnya. tanpa mengeluarkan jeritan, nyawanya
melayang seketika. Hanya segebrak Liok Kiam-ping telah tamatkan riwayat
lelaki tua jubah hitam sudah tentu anak buah Tang-ling-kiong
yang lain menjadi panik dan terbang sukmanya, melirikpun
tidak berani, mereka berlomba melarikan diri.
Gusar Suma Ling-khong belum termampias, dengan gemas
masih sempat dia membunuh dua orang dengan pedangnya,
agaknya masih belum puas lagi, dia terus mengudak. Lekas
Liok Kiam-ping menyusulnya serta memanggilnya: "Hian-te,
musuh sudah lari tak usah dikejar, lebih penting kita
selesaikan dulu urusan kita."
Suma Ling-khong menghentikan langkah terus putar balik,
dia sendiri turun tangan membubuhi obat serta membalut luka
anak buahnya. Kejap lain orang banyak langsung menuju ke
sungai. Sementara itu orang-orang Tang-ling-kiong sudah tidak
kelihatan lagi bayangannya, Ciok-wi-can seperti kedatangan
perampok. para nelayan dan keluarganya masuk pintu, tiada
seorangpun yang berkeliaran dijalanan, demikian pula toko,
warung dan hotel restoran semua tutup pintu, tidak heran
kalau keadaan dermaga juga sepi lengang.
Dengan susah payah berhasil juga mereka menggunakan
tiga kapal layar, cukup tiba muat seluruh orang-orang Honglumpang
yang datang. Coh-siang-hwi tetap pegang kemudi di
kapal paling depan, berlayar ketimur laut menuju ke Giokkoanto. Karena pernah datang, sekali maka In Tiau-hiong
lebih leluasa bekerja, kapal mereka tidak mengalami
hambatan sedikitpun, kali ini. mereka hanya memerlukan
waktu dua jam, Tang- ling kiong sudah jauh kelihatan diatas
bukit. Sudah tentu pihak Tang-ling-kiong sudah kelihatan
bayangan orang berlari kian kemari menempati pos-pos
penjagaan mereka agaknya musuh sudah siap menyambut
serbuan mereka. Kira-kira lima tombak lagi kapal sudah akan menepi, tapi
Liok Kiam-ping sudah tidak sabar lagi, segera dia mendahului
melompat tinggi lima tombak. dengan gaya seorang juara
loncat indah dia meluncur keatas hinggap diatas karang tak
jauh dibawah undakan batu.
Kejap lain orang-orang gagah lainnyapun eudah
berlompatan keatas darat. Seperti air bah yang tak
terbendung lagi, orang-orang Hong-lui-pang terus menyerbu
keatas, ternyata perlawanan musuh tidak berarti hingga
mereka mencapai depan istana, ternyata ditanah lapang diluar
istana inilah Tang-ling-sin-kun pusatkan seluruh kekuatannya
untuk menyambut serbuan mereka, Kecuali seluruh anak buah
Tang-ling-kiong, pihak musuh ketambah dua padri perawakan
kasar dengan kasa warna merah. Liok Kiam-ping bersama
rombongannya maju terus sampai dipinggir tanah lapang.
Padri disebelah kiri gelak-gelak tertawa, katanya: "Apakah
kalian datang dari Kui-hun ceng, Pinceng beramai memang
sedang bersiap-siap bersama Tang-ling-sin-kun untuk meluruk
kesarang kalian, kebetulan kalian datang sendiri. agaknya
yang maha Kuasa nemang memberi berkah kepada kepada
kalian untuk mencari jalan kematian. kembali dia akhiri
perkataannya dengan loroh tawa latah.
Padri bertubuh sedikit kate disebelah kanan ikut
menimbrung: "itulah yang dinamakan berbuat jahat
memperoleh ganjaran semestinya, cepat atau lambat jiwa
kalian harus menebus dosa." betapa jumawa sikap dan tutur
katanya sungguh menyebalkan, seolah-olah para pendekar
dari Hong-lui-pang sudah dianggapnya domba-domba yang
sudah siap dijagal. Berdiri alis Liok Kiam-ping, maju selangkah dia membentak
sambil menuding: 'Kepala gundul, jangan takabur dan
membual belaka, sebutkan dulu nama kalian, Hong-lui-pang
tidak sudi bergebrak dengan kawanan celurut yang tidak
punya nama." Umpat caci Kiam-ping ternyata manjur, kedua padri asing
mendelik gusar, bentaknya geram: "Anak muda, kau inilah
Pat-pi-kim-liong bukan, kami Kelin dan Kelong dua diantara
sepuluh Huhoat Pa-kim Tayhud juga tidak kau ketahui, buat
apa kau mengagulkan diri dlkalangan Kangouw. ingin aku
tanya ada permusuhan apa perguruan kita dengan kau, berani
kau membunuh Keling dan Keting dua Huhoat kita, hari ini kau
harus menebus dosamu."
Liok Kiam-ping menerawang: "Bagaimana jadinya padripadri
Tibet ini bisa sekongkol dengan pihak Tang-ling-kiong,
jelas dalam persoalan ini pasti ada seseorang yang menjadi
promotor dari muslihat keji ini." lalu dia menyeringai dingin:
"Wah kurang hormat agaknya sikapku tadi, kiranya tokoh
kosen dari luar perbatasan yang masih liar, memang harus di
akui cayhe belum pernah mendengar nama kalian. Perbuatan
jahat, memperkosa, merampok serta membunuh semenamena
adalah pantangan utama kaum persilatan, sebagai insan
persilatan, menjadi kewajiban kita bersama untuk
menegakkan kebenaran, membela yang lemah menindas yang
lalim, terhadap manusia durjana yang keliwat berbuat jahat,
siapapun wajib menumpasnya. Dengan alasan itulah maka aku
wakilkan guru kalian membersihkan anasir jahat, kalian adalah
pendeta dari perguruan besar yang ternama, kenapa
sebaliknya bicara soal dengan dan pembalasan segala."
Makin berkobar amarah kelin, bentaknya dengan melotot:
"Tutup mulutmu, membersihkan anasir jahat adalah menjadi
kewajiban perguruan kita sendiri, umpama hari ini lidahmu
dapat berkembang laksana bunga teratai juga jangan harap
mencuci bersih dosa kesalahanmu, apapun hari ini kita pasti
menuntut balas bagi kematian kedua Sute."
Liok Kiam-ping tertawa menyindir: "Hanya kalian berdua,
apa yakin dapat tercapai?"
Kelong menimbrung: 'Kami dapat perintah kemari untuk
membantu Tang-ling-sin-kun, biar kuberitahu kepadamu, guru
kami Pa-kim Tayhud dengan empat Huhoat besar segera juga
menyusul datang langsung meluruk ke Kui-hun-cang.
sekarang umpama kalian ingin putar balikjuga jangan harap
bisa lolos. Nah, coba kalian lihat kebelakang, apa yang ada di
sana." tangannya menuding kebelakang orang banyak.
Jian-li-tok-beng dan coh-siang-hwi segera membalik badan,
tampak dari arah jalan mereka datang tadi. pihak Tang-lingkiong
telah memasang tiga pucuk bedil, ternyata Tang-lingsinkun yang culas dan jahat ini insyaf bahwa Hong-lui-pang
kali ini pasti menyerbu dengan segala kekuatannya, apakah
pihaknya kuat membendung serbuan mereka masih
merupakan tanda tanya, mumpung padri Tibet ajak mereka
perang mulut, diam-diam dia sebar juru tembaknya berputar
kebelakang lalu mencari posisi yang baik siap menembak bila
diberi aba-aba. Jarak orang-orangnya dengan kedua padri
Tibet tidak terlalu jauh dari orang-orang Hong-lui-pang, maka
mereka agak kuatir bila tembakan bedil mengenai pihak
sendiri. Jian-li-tok-heng banyak pengalaman, coh-siang-hwi cermat
dan teliti, kedua orang segera membisiki sesuatu kepada Liok
Kiam-ping. Langsung Liok Kiam-ping angkat lengan kanannya
seraya membentak: "Lekas berpencar dan terjang kedepan,
jangan biarkan mereka menyingkir jauh, dekati secara ketat."
Belum habis bicara orangnya sudah mendahului melompat
keatas menubruk kedepan, berbareng kedua tangan bergerak
menyerang sejurus kepada Kelin. Memikirkan keselamatan
markas pusat di Kui-hun-ceng, pasti Ai-pong-sut Thong can
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang berada di sana takkan kuat melawan serbuan musuh.
maka dia merasa perlu urusan di sini segera dibereskan untuk
segera pulang memberi bantuan, maka serangannya ini
menggunakan tenaga penuh.
Kelin adalah Huhoat terbesar dari sepuluh murid Pa-kim
Tayhud, Lwekangnya tangguh, biasanya dia terlalu agulkan
dirinya, kali ini ada kesempatan meluruk ke Tionggoan, dia
pikir musuh masih terlalu muda, betapapun tinggi Lwekangnya
juga pasti bukan tandingannya, maka dia juga gerakkan kedua
lengan menangkis hanya dengan delapan kekuatan
"Blang" dentuman menggelegar. Badan Kelin yang tinggi
besar itu terpental delapan kaki dan jatuh terduduk darah
bergolak sudah menyentuh tenggorokan, untung Lwekangnya
tinggi, lekas dia telan kembali darah yang sudah hampir
menyembur keluar, lekas dia keluarkan sebutir pil merah terus
ditelannya, mukanya yang kasar berwarna coklat mengkilap
kini menjadi pucat hijau, jelas luka dalamnya tidak ringanTiraikasih
Website Pukulan Liok Kiam-ping benar-benar memecah nyalinya, dari
mana bocah ini bisa memiliki Lwekang setangguh ini "'
Mendengar aba-aba Liok Kiam-ping Kim-ji-tay-beng segera
memberi tanda kepada saudaranya, segera mereka berpencar
menubruk kearah Tang-ling-sin-kun dan Kim-kong-ci Hong
Kiat. Empat orang ini sudah menjadi musuh bebuyutan, bukan
sekali ini mereka sudah bertarung, kekuatan mereka kira-kira
seimbang, kini bertarung merebut mati hidup, maka setiap
pukulan menggunakan seluruh kemampuan mereka.
Jian-li-tok-heng melompat kedepan Tay-bok-it-siu, katanya
gelak tertawa: "Saudara lama memalukan kalau kami
menganggur, hayolah menambah keramaian" mulut
berceloteh, kaki tangan bekerja, dia mainkan pukulan kilatnya
merabu Tay-bok-it-siu segencar hujan badai. Telapak
tangannya berpeta laksana lapisan baling-baling mengurung
tubuh lawan Tay-bok-it-siu siap membalas olok-olok lawan, apa celaka
serbuan lawan terlalu gencar sesaat dia tersedak kerepotan,
terpaksa dia meng konsentrasikan diri mengembangkan Lohingciang-hoat, selincah kupu menari dia berlompatan kian
kemari setiap peluang tidak diabaikan untuk balas menyerang.
Melihat Kelin Sang Suheng roboh hampir muntah darah
dalam segebrak. Kelong merinding dibuatnya, namun dia
nekad menerjang maju dengan sergapan dahsyat
membendung pukulan Liok Kiam-ping.
Liok Kiam-ping terloroh tawa, katanya: "Kalian berdua
boleh maju bersama, supaya aku tidak membuang tenaga."
kedua tangan bergerak. kini menepuk kedua lawan
Dalam pada itu It-cu-kiam Koan Yong, Thi-pi-kim-to Tan
Kian-thay dan coh-siang-hwi Ih Tiau-hiang juga menerjang
maju melabrak lima jago Tang-ling-kiong. Sementara si gede
Siang Wi tanpa bicara menerjang ketengah rombongan besar
anak buah Tang-ling-kiong, Belasan hiangcu yang lain juga
menyerbu dengan sengit. Pertempuran besar berlangsung
dalam ketegangan yang memuncak. benturan senjata tajam
diselingi jerit kesakitan, jiwa melayang dan korbanpun
berjatuhan diantara ceceran darah yang mengerikan
Kim-ji-tay-bang melawan Tang-ling-sin-kun, kedua lawan
sama-sama memiliki Ginkang tinggi, mereka mengadu
kelincah dan ketangkasan, Lwekang merekajuga setanding,
maka pertarungan mereka kelihatan lebih dahsyat, pukulan
telapak tangan berwarna kuning emas berbentuk laksana
busur yang berpindah-pindah, gerak gerik mereka kelihatan
sebat dan saling merebut kesempatan, maka mereka berusaha
dahulu mendahului menyerang lawan
Kim-ji-tay-beng juga kuatir akan keselamatan markas
pusat, maka dia tidak ingin bertempur berkepanjangan, sambil
bersiul panjang tubuhnya melambung keangkasa, ke dua
tangan terkembang laksana sayap burung mengembangkan
Eng-sian-kiu-cwan (elang sembilan putaran) Ginkang
andalannya, sinar emas dari kedua telapak tangannya
menindih turun dari atas kebatok kepala Tang-ling-sin-kunBerada di bawah jelas posisi Tang-lin-sin-kun, agak terjepit,
melihat lawan menudih dengan setaker tenaganya, dasa
rjahat dan otaknya licik, jelas dia tidak mau dikalahkan dengan
menderita rugi besar, lekas dia menggeser lima kaki kepinggir,
tubrukan dari atas terhitung dapat diluputkan. Begitu kaki
menyentuh tanah, baru saja dia membalik hendak balas
menggempur, tak nyana segulung tenaga dahsyat telah
menindih tiba laksana gugur gunung. Ternyata meminjam
daya pantul pukulannya yang luput, Kim-ji-tay-beng
melambungkan pula tubuhnya sambil berputar satu lingkar
mengudak musuh yang menyingkir. Belum tubuhnya
menerjang tiba angin pukulannya sudah menerjang tiba lebih
dulu. Melihat gempuran lawan berantai, untuk menangkis dengan
membalik tidak sempat lagi, Tang-ling-sin-kun tahu lebih
penting menyelamatkan diri, lekas dia menjejak kaki
melompat maju sekalian, begitu ujung kaki menyentuh tanah,
kembali dia kerahkan tenaga hingga tubuhnya melejit
kedepanpula lebih jauh. Begitu turun tangan Gin-ji-tay-beng menggunakan caranya
pula, setiap pukulannya dilandasi kekuatan Lwekangnya yang
dahsyat, padahal taraf Lwekang setingkat lebih asor dari Hong
Kiat, namun kekuatan Kim-kong-ci Hong Kiat sudah
dipunahkan oleh Liok Kiam-ping, maka Lwekangnya dikorting
cukup besar, sehingga pertarungan melawan Gin-ji-tay-beng
cukup seimbang. Setelah mengadu beberapa kali pukulan,
bahwa .tenaganya tidak lebih asor, semangat tempur Gin jitaybeng semakin besar, apalagi dia tahu Hong Kiat baru
mengalami luka dalam yang cukup parah, meski sudah
sembuh juga belum pulih seperti semula, kekuatannya tidak
akan kuat bertahan lama, maka serangannya tidak pernah
kendor. Tiga puluh jurus kemudian, Hong Kiat sudah terdesak
hingga napasnya sengal-sengal. Sedang Gin-ji-tay-beng hanya
berkeringat jidatnya. Jian-li-tok-heng sesuai nama gelarannya, diapun
mengembangkan kelincahan gerak tubuhnya, Tay-bok-it-siu
terus dicecar dengan serangannya, diselingi pula olok-olok
yang membakar amarah lawan, karuan Tay-bok-it-siu semakin
naik pitam, serangan balasannya semakin sengit dan bernafsu.
Si gede Siang Wi putar tongkat besarnya menerjang kian
kemari diantara rombongan besar orang-orang Tang -lingkiong,
dimana tongkatnya menyambar, batok kepala pecah,
kaki tang a n putus, jeritan demi jeritan. seperti rumput yang
disapu badai saja, anak buah Tang- ling-kiong diterjangnya
tercerai berai. Makin mengamuk Siang wi makin bernapsu,
sementar mulutnya berkaok-kaok pula: "Anak kura-kura,
kemana kalian akan lari."
Ditengah menghambur serangan dan caci makinya,
sekonyong-konyong segulung angin pukulan dahsyat
menerjang dari depan. Karuan si gede melengak. gerakannya
tertunda sesaat, setelah melihat yang membokong adalah Yuling
Kongcu yang juga menghadang didepannya, dengan
murka dia ayun tongkatnya mengemplang.
Ternyata sejak tadi Yu-ling Kongcu memimpin juru
tembaknya dan memencar kekuatan barisan senjata apinya ini
ditempat-tempat strategis, mendadak dilihatnya sigede
mengamuk dan membantai anak buahnya dengan tongkat
besarnya, lekas dia melompat maju menghadang. Dia tahu
sigede ini meyakinkan kekebalan, senjata tidak mempan,
tenaganyapun dahsyat, sukar dilawan dengan kekuatan kasar,
melihat pentung lawan mengemplang segera dia kembangkan
kelincahan badannya berkelit kekanan, kedua lengan
membundar terus terangkap didepan dada serta didorong
dengan landasan Hek-sat-ciang kedua telapak tangannya
berwarna hitam legam mengeluarkan asap hitam pula.
Bahwa badannya kebal selama bertempur belum pernah
menderita kalah, mana si gede tahu kelihayan Hek-sat-ciang,
melihat dorongan kedua telapak tangan lawan perlahan dan
lemah, pentungnya tetap diputar memapak maju. Seketika
hidungnya mengendus bau racun, kepala menjadi pusing
pandanganpun gelap. "Bluk" tongkat besarnya terlepas jatuh,
langkahnyapun sempoyongan hampir jatuh.
Melihat serangan berhasil, Yu-ling Kongcu tidak menyianyiakan
kesempatan, lekas dia maju selangkah, tangan
terangkat terus membelah.
Coh-siang-hwi sedang melabrak seorang jago Tang-lingkiong,
jaraknya paling dekat, ditengah pertempuran sengit, dia
mendengar tongkat beratjatuh, sekilas dia melirik ke sana,
melihat sigede kecundang oleh Yu-ling Kongcu, tempo hari dia
pernah terluka juga pukulan Heks sat-ciang Tang-ling-sin-kun.
tahu betapa lihaynya pukulan sesat ini, maka tanpa ayal
sekuatnya dia menggempur lawannya hingga terdesak
mundur. kaki kerahkan tenaga menjejak sekuatnya, tubuhnya
melambung keudara meluncur kesamping si gede, sambil
menahan napas dari samping dia menusuk telapak tangan
musuh. Yu-ling Kongcu tengah lancarkan serangan mematikan,
tiba-tiba selarik sinar putih dingin menyambar tiba, betapapun
tinggi kungfunya, dia dipaksa menyelamatkan diri dengan
membatalkan serangan lebih dulu, lekas dia berkelit
kesamping. Dilihatnya pula asap beracun Heks-sat-ciangnya
tidak membawa pengaruh terhadap penyergapnya ini, lekas
dia melompat sambil ayun tinju menyerang.
Lebih penting menolong orang, maka coh-siang-hwi berdiri
tegak ditengah gelanggang sambil menuding pedang menahan
serangan musuh. Tapi kepandaian Yu ling Kongcu teramat
tinggi bagi dirinya, maka dia dipaksa melayani dengan cukup
berat. It-ji-hwi-kiam yang dilancarkan Koan Yong bertubi-tubi
laksana semburan sumber air yang deras, lawan digempur
ketat sehingga keripuhan- Sementara Thi-pi-kim-to Tan
Kian-thay disamping melancarkan ilmu goloknya juga
mengembangkan coh-pit-kun (tinjau lengan kiri)
dikombinasikan permainan Pat-kwa-to-hoat, sehingga
perbawa permainannya berlipat ganda.
Sementara Liok Kiam-ping menahan Kelin dan Kelong,
tenaganya lebih kuat, ketrampilannyajuga lebih unggul,
namun permainan silat kedua paderi Tibet ini memang aneh
dan lihay pula, Lwekang mereka juga tangguh, hingga Kiamping
dipaksa untuk mencurahkan perhatiannya. Mendadak dia
bersiul, kedua tangannya melintir terus disendai dengan jurus
Llong-kiap-sin-gan. Wi-liong-ciang merupakan ajaran silat warisan jaman kuno,
tampak bayangan telapak tangan berterbangan diselingi
gemuruh guntur yang menggelegar, seluruh Hiat-to ditubuh
lawan menjadi incaran jari jemarinya. Betapapun tingginya
kungfu Kelin dan Kelong, kapan pernah menyaksikan ilmu
pukulan selihay ini, denganjurus apa musuh menyerang,
hakikatnya dia belum melihat jelas, maka dia tidak berani
melawan dengan pukulan keras pula, dalam seribu
kesibukannya lekas dia kembangkan ajaran perguruan yang
tidak sembarang diajarkan kepada muridnya, yaitu Liu-sipbiauhong-pou-hoat, badannya bergeming langkahpun
bergerak. Diluar tahunya jurus serangan Liok Kiamping tidak
diteruskan, sebelum tenaga dikerahkan, telapak tangan kiri
yang dilandasi tenaga berputar balik dengan jurus Liong-jiaukingthian, secepat kilat menabok belakang batok kepala
Keling yang gundul. Kelong sedang kebingungan karena kuatir Kelin mati
dibawah pedang Liok Kiam-ping, apapun dia tidak menduga
bahwa gerak gerik lawan bisa segesit setan, tahu-tahu sudah
putar balik kebelakangnya, serangannya jauh lebih dahsyat
dan sigap dari serangan yang terdahulu. Padahal angin
pukulan sudah menyentuh badan, berkelit jelas tidak sempat,
namun dia tetap berusaha menjejak kaki, badannya mumbul
kedepan, tapi terasa pinggangnya seperti ditumbuk Suatu
benda ribuan kati. mulutnya seketika mengerang tertahan,
orang nyapun ambruk tersungkur, darah menyembur sejauh
setombak dari mulutnya. Sudah tentu Kelin tersirap kaget, serasa terbang arwahnya,
nyalinya pecah, lekas dia bersalto beberapa kali, menyelinap
kedalam rombongan orang banyak terus menghilang.
Baru sekarang Liok Kiam-ping sempat menjelajah pandang
sekelilingnya, dilihatnya si gede menggeletak ditanah, cohsianghwi melindungi mati-matian menghadapi serangan Yuling
Kongcu, dia membatin sigede tentu semaput terkena
pukulan Hek-sat-ciang yang beracun, padahal dengan
kekebalan badannya, tak mungkin dia bisa kecundang secepat
ini, kuatir coh-siang-hwi juga menjadi korban, lekas dia
melesat kesana, tiba diarena. langsung dia menepuk tangan
kearah Yu-ling Kongcu. Pada saat yang sama, seorang jago pedang Tang-ling-kiong
secara diam-diam menyelinap kebelakang si gede yang
menggeletak miring tak bergerak. tiba-tiba pedangnya
menusuk kepunggungnya. Sudah tentu cohsiang-hwi Ih Tiauhiong
tersirap gusar, bola matanya melotot membara, untuk
membebaskan diri dari serangan Yu-ling Kongcujelas tidak
bisa, mana mungking dirinya mampu menyelamatkan jiwa si
gede. Walau kepalang pusing tujuh keliling, pandangan
berkunang-kunang, tapi kekebalan si gede ternyata tidak jadi
pudar, punggungnya terasa sakit seperti kena lecutan pakaian
dipunggung, bolong dan sobek. garis putih seperti goresan
kapur menghias punggungnya.
Melihat si gede tidak kurang suatu apa, lega hati coh-sianghwi,
namun amarahnya juga memuncak. dia benci kepada
jago yang membokong secara licik, tanpa bersuara dengan
kertak gigi dia merangsa sengit.
Tang-ling-sin-kun didesak mundur berulang kali, karuan
semakin membara amarahnya, semula dia berikrar untuk
mengulur waktu, setelah para juru tembaknya menempati
posisi yang menguntungkan baru akan mengganyang musuh.
Tapi setelah dia menerawang arena pertempuran dilihatnya
pihak sendiri jatuh korban lebih banyak. orang-orang Hong-luipang
bertempur seperti banteng ketaton laksana harimau
ngamuk celakanya dua padri Tibet yang diandalkan juga
sudah dikalahkan, situasi jelas tidak menguntungkan
pihaknya, bila tidak segera melancarkan pukulan jahatnya,
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemungkinan urusan bisa berantakan, Serta merta dia
kerahkan Hek-sat-ciang-kang, dua gumpal asap hitam
menyembur dari telapak tangannya menerjang kearah Kim-jitaybeng yang menukik turun Ditengah udara sedang menukik lagi, tahu-tahu dirinya
disongsong semburan asap hitam uncuk memutar tubuh jelas
tidal keburu lagi, lekas Kim-ji-tay-berg menahan napas serta
memberatkan badan anjlok kebawah turun ditanah.
Liok Kiam-ping berhasil membatalkan sergapan Yu-ling
Kongcu, baru saja dia hendak menyerang pula, ujung matanya
menangkap situasi yang mengancam jiwa rekan-rekannya
yang lain, dengan darah tersirap lekas dia menggentak,
tubuhnya melambung. kedua tangan mumpung tubuh masih
menerjang kemuka sekuatnya dia pukulkan menimbulkan
damparan angin lesus. Begitu keterjang angin lesus gumpalan asap hitam beracun
itupun buyar, meski ada sebagian yang melanda kearah Kimjitay-beng, untung dia sudah menutup napas, hingga asap
racun tidak sampai melukainya. Tapi hatinya sudah kebat
kebit dan mengucap syukur.
Mumpung Liok Kiam-ping menolong Kim-ji-tay-beng, Yuling
Kong cupunya peluang berlari kearah barisan juru
tembaknya. Dalam pada itu Gin-ji-tay-beng masih bertarung dengan
Hong Kiat, keduanya mengerahkan tenaga latihan puluhan
tahun, gempur menggempur adu kekuatan. Kini napas Gin-jitaybeng juga sudah senin kempis, badan Hong Kiat sudah
basah kuyup, napasnya berat tinggal satu-satu, Limu puluh
jurus kemudian gerak gerik mereka mulai lamban. Setiap kali
mengadu pukulan harus diselingi istirahat yang cukup makan
waktu, begitu bentrok lantas terpencar pula, seperti bocah
bermain petak satu sama lain saling kejar. Seratus jurus
kemudian, gerakan mereka benar-benar diperhitungkan,
keduanya sudah kehabisan tenaga, laksana dian yang hampir
kehabisan minyak. namun jurus serangan yang dilancarkan
justru merupakan ilmu simpanan yang sakti dan tunggal,
cukup lama baru melontarkan sejurus serangan
Jian-li-tok-heng masih terus mempermainkan Tay-bok-it-siu
dengan serangan dan olok-olok, tujuh turunan Tay-bok-it-siu
telah dimakinya hingga mata mendelik rambut berdiri, saking
murka dan gemas, ingin rasanya dia kremus musuh yang satu
ini. Maka serangannya dilandasi kekuatan besar, laksana angin
ribut saja dia menggempur dengan sengit.
Rangsakan badai Tay-bok-it-siu ini justru telah melanggar
pantangan bagi setiap pesilat didalam arena pertarungan
antara mati dan hidup. Melihat pancingan berhasil dan saat
sudah tiba, maka Jian- li-tok- heng juga lancarkan permainan
pukulannya mencapai puncak kehebatannya. Dengan
sendirinya keadaan Tay-bok-it-siu lebih mendekati adu jiwa
secara ngawur dan menghabiskan tenaga.
Kebetulan saat itu Jian- li-tok- heng tengah melancarkan
jurus cui-hun-cu-bu, (mengejar mega menyandak kabut),
kedua telapak tangannya menepuk secara bersilang,
kecepatannya luar biasa. Dirangsak oleh serangan hebat ini
Tay-bok-it-siu menyurut selangkah, telapak tangannya
sekalian balas menepuk kepundak kiri mengincar Thian-conghiat
di pundak kiri Jian-li-tok-heng mengundurkan kaki kiri,
berbareng tubuhnya berputar ke kanan, dlkala berputar itulah
sigap sekali tangan kiri sudah menggenggam dua butir biji
teratai besi. Bila tubuhnya sudah berputar berhadapan, tangan kanan
mencengkeram pergelangan tangan Tay-bok-it-siu dengan
jurus memetik bintang merogoh rembulan
Karena jarak terlampau dekat, Tay-bok-it-siu dipaksa
berkisar sambil berkelit, diwaktu dia menyurut mundur inilah,
tangan kiri Jian-li-tok-heng menutupi lengan kanan yang
melengkung lalu menggunakan im-jiu menggentak. tampak
dua titik bayangan gem melesat ke kanan kiri pundak Taybokit-siu. Jurus Am-toh-tan-jiang (diam-diam menyebrang sungai)
me rupakan jurus tunggal yang peranti untuk membebaskan
diri dari ancaman elmaut berbareng balas menyerang,
sebetulny merupakan permainan keji dan kotor, selama hidup
jarang dia guankan, kini mengingat dirinya berada di sarang
musuh, menguatirkan keselamatan para saudara yang
lainpula, maka dia tidakpikirkan resikonya lagi, tapi setiap dia
lancarkan jurus keji ini, tiada lawan yang mampu
menyelamatkan diri. Tay-bok-it-siu diburu amarah, hatinya tegang dilandasi
emosi lagi, sehingga serangannya kurang kontrol, begitu
merasa samberan angin tajam dia juga sudah menginsyafi
adanya bahaya, secepat kilat dia berkisar sambil merendahkan
tubuh, meski cukup sigap dia bergerak tak urung pundak
kirinya terkena am-gi lawan
Jarak sedemikian, daya luncuran biji teratai besi teramat
besar hingga senjata rahasia itu tembus melobangi
pundaknya. Saking kesakitan dia menjerit ngeri, badannya
terhuyung tiga langkah. Kali ini Jian-li-tok-heng tidak memberi ampun lagi, laksana
setan dia menubruk maju dengan mengayun kedua tangan
menyerang Hong-kay-hiat dan Tam-tiong-hiat didada orang.
Serangan ini lebih keji dan menamatkan riwayat orang. Karena
terluka gerak gerik Tay-bok-it-siu sudah jauh lebih lamban,
untuk berkelit sudah tidak mampu lagi, cepat dia sumbat
beberapa Hiat-to bagian atas disekitar luka, sekalian
menjatuhkan diri menggelundung kesana. Sayang usahanya
tetap terlambat serambut, pukulan lawan menyerempet Sengkiathiat dan telak mengenai dada, tubuhnya terlempar dua
tombak darah menyembur dari mulutnya. begitu terbanting
ditanah dengan luka parah dan semaput.
Jian-li-tok-heng tahu, pukulannya berusaha teramat berat,
umpama tidak mati iblis tua ini pasti terluka parah, dalam
jangka lima tahun paling cepat baru bisa memulihkan tenaga
semula. Setelah Tay-bok-it-siu dipukulnya roboh, tanpa ayal Jian-litokheng menyerbu kearah Kim-ji-tay-beng sambil bersiul
panjang keduanya mahir Ginkang tinggi, dari kiri kanan
mereka menggencat musuh mengudak keluar kalanganmenyusurijalanan
kecil mereka berlari kencang kearah kiri
terus berputar balik, hanya dalam sekejap tanpa banyak
mengeluarkan suara mereka sudah menyelinap kedalam
hutan, Mereka merunduk hati-hati dan penuh perhatian
menyelinap kebelakang barisan juru tembak yang sudah siap
membidikkan bedilnya. Mendadak keduanya membentak bersama, kedua tangan
masing-masing menggempur dengan seluruh kekuatan
mereka kearah kawanan juru tembak. Maka terjadilah
penjagalan secara tuntas, di mana angin pukulan melanda
jiwa melayang mayat bergelimpangan. Kaki tangan protol
darah berhamburan. hanya beberapa orang yang sempat
melarikan diri kedalam hutan karma jarak mereka tidak
terjangkau oleh kekuatan pukulan mereka berdua, sekejap
mata musuh telah ngacir dan tidak kelihatan lagi.
Lekas Jian-li-tok-heng melejit kedepan mendekati beberapa
pucuk bedil yang ditinggalkan begitu saja, dengan gerak cepat
dia kumpulkan beberapa pucuk bedil, serta memegang satu
dan siap menarik pelatuknya.
Lain lagi yang dilakukan Kim-ji-tay-beng, dia langsung
memanjat keatas ngarai yang berpohon rotan menjuntai
kebawah, setelah melampaui sebuah gundukan karang, dia
menyusuri lekukan karang menyelinap kebelakang hutan
diarah lain, Ginkangnya tinggi gerakannya laksana burung
elang yang menyelinap keselah-selah dahan pohon- Bila dia
sudah tiba diatas kawanan juru tembak mendadak dia menarik
kedua lengannya, laksana malaikat dewata dia terjun dari
tengah udara. Juru tembak itu sedang tumplek perhatian kearah
gelanggang pertempuran didepan sana, mimpi juga tidak
menduga bahwa elmaut mengancam dari belakang hutan,
malah penyergap mempunyai Kungfu tinggi, bila mereka sadar
telah kedatangan musuh, untuk menyelamatkan diri atau
bertindak sudah tidak keburu lagi.
Sebelum Kim-ji-tay-beng anjlok kebawah, tenaga sudah
dikerahkan dikedua tangan, "Plak, plok" beruntun dua juru
tembak terdekat telah ditempeleng dan ditabok batok
kepalanya, dua jiwa melayang seketika. Begitu kedua kaki
hinggap diatas tanah, ke dua tangannya lantas bekerja,
cahaya emas lantas gemerlapan diudara, jeritan demijeritan,
berapa kali dia gerakan tangan mengangkat kaki, beberapa
orang telah dirobohkan lagi dengan patah tangan, kaki
keseleo, mayat tumpang tindih.
Saat itulah juru tembak diarah kanan sana sudah mulai
membidikkan bedilnya dengan suaranya yang menggelegar..
"Dar." asap mengepul pelor besipun beterbandan sehingga
daon-daon pohon rontok berhamburan dengan suaranya yang
keresekan. Jian-li-tok-heng yang sembunvi di hutan sebelah depan
segera menggeser arah bedil, tapi dia tidak berani balas
menembak karena kuatir bila Kim-ji-tay-beng belum berhasil
dengan sergapannya, pihak dirinya kemungkinan bisa jatuh
korban lebih banyak, sekali salah langkah, urusan besar bisa
gagal total. Sementara itu Kim-ji-tay-beng sudah menyikat juru tembak
dihutan sebelah kiri, segera dia angkat sepucuk senapan terus
menembak kearah hutan sebelah kanan- "Dar." karuan orangorang
Tang-ling-kiong tersirap kaget dan bingung, namun
nyali mereka memang sudah ciut, siapa berani mengadu jiwa
raga sendiri dengan pelor besi yang mengandung pasir besi,
ingin membuang bedil melarikan diri, namun Yu-ling Kong-cu
berada dibelakang mendorong semangat tempur mereka,
keadaan jadi serba susah, maju mundur berabe, terpaksa
hanya mengeluh dalam hati.
Mendengar tembakan Kim-ji-tay-beng Jian-li-tok-heng
kegirangan, segera diapun menarik pelatuk bedil menembak
kearah kanan, serumpun lidah api menerjang kearah hutan
sebelah kanan Maka Kim-ji-tay-beng tahu bahwa Jian-li-tokheng
juga sudah berhasil, tanpa ayal kembali dia membidik
pula dengan beberapa kali tembakau. Reaksi jian-li-tok-heng
juga tidak lambat, tembakan demi tembakanpun dibidikkan.
Suara "Dar, dor" tembakan bedil kuno memang cukup
keras hingga mereka yang lagi berhantam ditengah arena
pekak telinga. Sudah tentu juru tembak orang-orang Tang-ling-kiong tidak
hiraukan perintah lagi, beramai-ramai mereka lari lintang
pukang keempat penjuru. Yu-ling Kongcu berkaok-kaok sambil
mengancam, tapi menyelamatkan jiwa lebih penting, Siapapun
tiada yang tunduk akan perintah dan ancamannya lagi.
Karuan amarahnya memuncak. sambil menggerung dengan
mata membara dia melompat ma menerjang kearena, Heksatciang di lancarkan sekuat kemampuannya, yang dijadikan
sasaran serangan kejinya adalah para Hiangcu, Thocu Hongluipang. Tindakan Yu-ling Kongcu memang keji, di mana asap
hitamnya menyembur, beberapa jiwa seketika melayang.
Karuan beberapa jago kosen Hong-lui-pang yang sibuk
mengganyang musuh dipaksa putar balik melindungi orang
sendiri. orang-orang Tang-ling-kiong sebelumnya sudah
menelan obat pena war racun, kalau musuh kuatir menghirup
asap beracun sebaliknya pihak mereka menyerbu majupula
beramai-ramai. Melihat situasi yang mendesak bertaut alis Liok
Kiam-ping, mendadak dia membentak keras, tubuhnya melejit
ke atas menubruk kearah Yu-ling Kongcu.
Begitu tekanan menjadi enteng, Tang- ling-sin-kun kini
dapat bergerak bebas, make timbul niat jahatnya, jelas para
juru tembak dan bedil pihaknya sudah terjatuh ketangan
musuh, terpaksa dia kembangkan senjata ampuh satu-satunya
yang masih ada yaitu melancarkan Hek-sat-ciang yang ganas.
Kini ganti dia yang melabrak ke rombongan orang-orang
Hong-lui-pang. Lwekangnya tangguh maka Hek-sat ciang
memperlihatkan kekuatannya yang mengejutkan, sebelum
tenaga pukulan mengenai sasaran, semburan asap hitam telah
melanda lebih dulu, siapa saja sedikit menghirup asap hitam
ini, kontan jatuh pingsancohsiang-hwi Ih Tiau-hiong berteriak: "Kalian harus
menahan napas, cari tempat yang lebih tinggi dan melawan
angin," cara yang diserukan ternyata memang tepat, dalam
Keris Pusaka Nogopasung 2 Rahasia 180 Patung Mas Karya Gan Kl Pendekar Super Sakti 9
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama