Hong Lui Bun Karya Khu Lung Bagian 9
selat, api berkobar amat besar disebelah bawah, lekas dia
melompat turun terus memburu ke sana.
Dalam pada itu secara beruntun sembilan kali Liok Kiamping
secara zig-zag menjejakkan kedua kakinya sambil
mengembangkan Ginkang sudah hampir mencapai puncak,
sayang hawa murni dalam tubuhnya mendadak mengendap.
sehingga tubuh yang terapung itupun seperti direm secara
mendadak. Karuan jantungnya melonjak kaget, sehingga
menambah cepat tubuhnya anjlok ke bawah.
Lekas dia konsentrasikan pikiran, kebetulan disebelah
bawah dilihatnya dinding karang sebelah kiri ada bagian
melekuk, di mana kebetulan ada tempat untuk berpijak, lekas
dia menggeliat pinggang bersalto ke samping kiri dan secara
tepat kakinya berhasil hinggap di lekuk karang itu. Dari
ketinggian seratusan tombak dia memandang kebawah,
tampak jago merah membara dengan asap tebal yang
bergulung-gulung ke angkasa, meski membekal ilmu sakti tak
urung ciut juga nyali Liok Kiam-ping, terlambat sedikit tentu
dirinya sudah terbakar hangus didasar selat, perasaan menjadi
berat. Dari kejauhan Jian-li-tok-heng juga mendengar suara
gemuruh bagai guntur menggelegar, hatinya semakin gugup
maka langkahnya lebih cepat lagi melayang kemulut selat
diatas puncak. cepat sekali dilihatnya puluhan lelaki seragam
hitam sedang sibuk bekerja melempar batu, karung kapur dan
belirang serta balok-balok kayu kedalam selat.
Amarahnya tak tertahan lagi, dengan mempercepat langkah
cukup beberapa kali lompatan, laksana elang dia menubruk
keatas. Belasan lelaki yang sibuk menghujani batu dan balok
kedalam selat itu mimpipun tidak pernah duga banwa elmaut
bakal merenggut jiwa mereka.
Begitu menubruk tiba kontan Jian-li tok-heng menggenjot
dengan kedua tangannya berbareng kedua kakipun
menendang, empat lelaki seketika dipukul dan ditendangnya
roboh, dua terjungkal kedalam selat dengan jiwa melayang
seketika. Seperti harimau mengamuk ditengah gerombolan
kambing saja Jian-li-tok-heng mengganyang belasan lelaki
yang terhenyak kaget, maka terdengar jeritan-jeritan ngeri
saling susul, sebagian besar dari belasan lelaki itu dipukul
jatuh kedalam selat yang curam dan dalam ditelan lautan api. '
Beruntung bagi yang berdiri sedikit jauh melihat gelagat
jelek lekas mereka lempar karung dan meletakkan batu terus
ngacir menyelamatkan diri. Dalam sekejap seanua sudah
kabur tak kelihatan bayangannya pula.
Suma Ling-khong mengembangkan Ginkang berlomparan
dipucukpohon, tubuhnya meluncur secepat anak panah,
beberapa kali lompatan sudah mencapai puncak sebelah
kanan, bentaknya keras: "Bangsat kurcaci, serahkan jiwa
kalian." Sebelum dia turun tangan, mendadak bayangan hitam
berkelebat, didepannya menghadang seorang kakek baju
hitam, hidung elang pipi panjang dagupendek. kedua sorot
matanya mencorong terang, kedua pelipisnya menonjol, jelas
Lwekangnya amat tangguh. Melihat yang datang pemuda berusia belum genap dua
puluh tahun, kakek baju hitam, lantas menyeringai hina,
bibirnya juga mengejek: "Bocah yang masih bau tetek.
memangnya kau sudah bosan hidup, Biar Lohu antar kau
pulang kedalam pelukan nenekmu dialam baka." setelah lawan
buka suara kedua tangannya sudah melingkar terus didorong
menerbitkan segumpal angin tenaga.
Baru pertama kali ini Suma Ling-khong bergairah melawan
musuh, jelas pengalamannya masih cetek. mendadak
dirasakan angin deras menampar dirinya, untuk menangkis
jelas dia terlambat, lekas dia berkelit mundur lima kaki,
untung masih sempat meluputkan diri. Namun darah panasnya
terbakarjuga, segera dia kerahkan tenaga dikedua tangan,
sekali menyedot napas dia salurkan hawa murni dari pusar
terus memukul sekuatnya. Melihat lawan berkelit kakek baju hitam makin takabur.
seenaknya saja dia menggerakkan tangan menangkis.
Kejadian sungguh d ilua r perhitungannya, begitu tenaga
pukulan saling bentrok, "Blang", kakek baju hitam tergetar
mundur lima langkah, darah hampir menyembur dari dada,
roman mukanya seketika pucat, jelas dia sudah terluka dalam,
untung Lwekangnya cukup tangguh. maka dia masih mampu
mengendalikan hawa murni melindungi badan.
Memang diluar tahunya bahwa Jin-tlok-ji-meh Suma Lingkhong
telah tembus. Lwekangnya sekarang setaraf
denganjago kosen kelas wahid, hanya pengalamannya saja
yang masih terlalu cetek. Melihat pukulannya berhasil
memukul mundur lawan, tambah tabah hati Suma Ling-khong,
lekas dia mendesak maju seraya melontarkan enam pukulan
secara beruntun. Dengan mantap kakek baju hitam melayani serangannya
dengan gerak langkah dan tipu-tipu yang lihay, dalam suatu
peluang dia malah balas menyerang tiga jurus, maka
terjadilah perang tanding secara seru, kedua lawan setanding
sama kuat. Sementara itu kawanan penjahat yang menjatuhkan batu
dan balok kedasar selat sedang disikat oleh Jian-li-tok-heng
diseberang sana, dalam sekejap kawanan penjahat itu sudah
lenyap tak karuan parannya Karuan kakek baju hitam menjadi
gugup, Tahu gelagat tidak menguntungkan, lekas dia
lancarkan dua kali pukulan mendesak mundur lawan, disaat
Suma Ling-khong terhuyung dia membungkuk membusung
dada, hawa murni telah dikerahkan, maka telapak tangannya
yang putih pelan-pelan berobah hijau, uap hitampun tampak
mengepul dengan baunya yang amis memualkanSuma Ling-khong sedang tidak karuan perasaannya,
mendadak hidungnya mencium bau amis seperti busuknya
bangkai, seketika kepala pusing hampir pingsansementara
kakek baju hitain sudah siap turun tangan.
Mendadak didengarnya sebuah bentakan sekeras guntur:
"Bedebah masih berani mengganas." suara belum lenyap
orangnya sudah menubruk tiba, segulung tenaga laksana
amukan badai tahu-tahu telah menindih tiba. Sebelum tahu
apa yang telah terjadi, kakek baju hitam mencelat terbang
dengan jeritan keras, tubuhnya melayang tiga tombak
menumbuk batu. kepala pecah tubuh remuk.
Sudah dituturkan disebelah depan bahwa Liok Kiam-ping
terhenti dilekuk dinding, tak lama kemudian batu kapur dan
balok yang berjatuhan dari atas terhenti, disusul suara jeritanjeritan
keras serta tampak beberapa sosok tubuh orang
melayang jatuh dengan jeritan ngeri. Dalam hati dia menduga
bahwa Suma Ling-khong dan Jian-li-tok-heng tengah beraksi
disebelah atas. Sementara dia sudah memulihkan pula
tenaganya, setelah menghimpun tenaga sambil bersuit dia
menjejak kaki dan kaki tangan bekerja sama seperti lutung
manjat pohon saja. jari-jari tangannya sekeras baja mencakar
dinding terus melambung keatas, setelah bersalto dua kali
dengan sigap tubuhnya sudah mencapai bibir jurang.
Dikala kakinya hinggap diatas puncak kebetulan dilihatnya
kakek baju hitam sedang menghimpun tenaga hendak
melancarkan Hek sat-ciang, maka sambil membentak dia
menerkam lebih dulu, syukur lawan berhasil dipukulnya
mampus. Kim-kong-put-hoay-sin-kang yang diyakinkan
sekarang sudah mencapai puncaknya, maka dia tidak kuatir
menyedot hawa beracun dari asap hitam itu. sedikir menutul
kaki dia memburu maju sambil ulur tangan memapah Suma
Ling-khong, tanyanya kuatir: "Kenapa kau Hian-te "
Suma Ling khong sudah dalam keadaan setengah sadar,
meski pernah menelan Soat-lia n, maka pikirannya sedikit
jernih, dengan lemah dia menjawab: "Bau busuk memualkan,
kepala pening membuat badan terasa enteng." habis bicara
diapun sudah pulas. Kiam ping tahu adik angkatnya keracunan enteng, beruntun
dia menutuk urat nadi supaya hawa racun tidak menjalar.
suma Ling-kong lantas dipanggulnya dibawa lari kebibir
jurang. Waktu itu magrib telah mendatang, tebir malam mulai
menyelimuti jagat raya, Liok Kiam-ping memanggul Suma
Ling-khong bersamaJian-li-tok-heng baru keluar dari selat
yang lain- Supaya tidak terlambat memberipertoltongan, mereka
berusaha mencari tempat, tapi diatas pegunungan ini
tiadajejak manusia, terpaksa mereka mencari gua untuk
menetap sementara. Gua itu cetek luasnya tidak ada
setombak, untuk menjaga segala kemungkinan Jian-li-tokTiraikasih
Website heng terpaksa berjaga diluar dan sembunyi dibelakang sebuah
batu besar dipinggir gua.
Malam semakin berlarut, mendadak melengking sebuah
siulan keras menggetar malam sunyi, tiga bayangan orang
tampak meluncur turun dari puncak sebrang. sambil maju
mereka seperti mencari-cari apa. Terdengar seorang tua serak
berkata: "Lohu datang terlambat hingga setan cilik itu sempat
melarikan diri. Menurut laporan barusan ketiga orang itu
masih berada disekitar sini, kenapa jejak mereka tidak
kelihatan ?" Seorang lain menanggapi: "Sepuluh li di sekitar
pegunungan ini Sudah kami geledah, memangnya bocah itu
sudah jadi setan dan bisa menghilang."
"Kalian harus hati-hati." seorang pemuda berkata sinis,
"setan cilik itu bertangan gapah, Lwekangnya tinggi
betapapun tidak boleh teledor."
Suara serak itu tertawa g elak-gelak. katanya: "Kenapa
Kengcu makin takut menghadapi urusan, dia sudah dalam
kepungan kita, tumbuh sayapjuga jangan harap dapat
melarikan diri," "Bukan aku takut urusan, namun sebelum ayah datang,
apapun kita harus berhati-hati. "
Jian-li-tok heng yang sembunyi dibelakang batu maklum
bahwa mereka bertiga sudah terkepung dan selalu dalam
pengawasan musuh, kedua saudara mudanya sedang samadi,
apapun tak boleh terganggu diam-diam dia berdosa supaya
ketiga orang ini lekas menyingkir ketempat lain- Dengan
mengerut alis dia celingukan menerawang keadaan sekitarnya
Mendadak dia merunduk pergi beberapa tombak- sengaja
melangkah dengan memberatkan kaki sehingga mengeluarkan
sedikit suara terus berlari daerah timur.
Maka didengarnya suara lambaian pakaian beberapa orang
berkibar dibelakang, waktu dia menoleh tiga bayangan orang
tampak mengudak kearahnya. karuan hatinya senang.
Ginkangnva memang cukup hebat, kalau dia mau mengempos
seluruh tenaga, ketiga orang itu jelas takkan bisa menyandak,
tapi kuatir ketiga orang itu kehilangan jejaknya lalu putar balik
maka dia berlari dalam kecepatan ssdang saja, mengingat
situasi cukup gawat bagi keselamatan kedua saudaranya.
sengaja lari ketimur lalu belok keselatan, paling hanya puluhan
tombak jauhnya dari letak gua itu.
Cukup lama juga jian-li-tok-heng putar kayuh, dari selatan
mutar kebarat terus belok keutara, secara diam-diam dia
menyelinap masuk ke hutan terus menyelundup balik kemuka
gua. Tampak Kiam-ping berdua sudah terbungkus oleh uap
putih tebal, diam-diam dia girang bahwa usahanya berhasil
mengulur waktu "setengah jam lagi pasti usaha Kiam-ping
menolong Suma Ling-khong akan berhasil, biarlah kawanan
iblis itu nanti merasakan kelihayan kami bertiga."
Sementara itu tiga orang yang mengudak itu akhirnya
kebingungan diluar hutan, sejenak mereka celingukan lalu
kasak kusuk akhirnya diputuskan untuk membagi diri
menggeledah ketiga jurusan, mereka sadar bahwa musuh
sengaja mempermainkan, maka sambil mengumpat caci
mereka terus menggeledah hutanCaci mereka kedengaran semakin dekat, Diam-diam Jian litokheng merasa gelisah, kali ini jelas pasti kepergok. maka
dia membatin: "Satu lawan dua, sekuatnya aku masih bisa
menandingi mereka, bila tiga orang mengeroyokku, jelas aku
tidak akan bisa menang, padahal keadaan cukup kritis bagi
kedua saudaranya, meski harus berkorbanjiwa, betapapun dia
harus berusaha membendung mereka jauh diluar gua. Untung
pengalamannya cukup luas, akhirnya terpikir sebuah akal
untuk menghadapi musuh, paling tidak masih bisa bertahan
beberapa kejap lagi. Langkah orang semakin dekat, tiga tombak. dua tombak.
akhirnya hanya setombak, mendadak berhenti. Suara serak
tua itu berkata: "Gua ini letaknya cukup tersembunyi, kenapa
tadi tidak ditemukan, bukan mustahil bocah keparat itu
sembunyi didalam sedang menyembuhkan luka,"
"Benar, aku yakin dugaanmu tidak meleset. Mari kita
geledah kedalam." seorang tua yang lain berkata. Maka
mereka beranjak maju kedepan gua. ternyata mereka semua
berpakaian hitam. dua tua satu muda, d ibawah sinar
rembulan, kelihatan wajah mereka seburuk setanSekonyong-konyong serangkum angin pukulan dahsyat
laksana kilat menyerbu dari samping gua, tiga orang itu
dipaksa mandek dan menyurut mundur, Tahu-tahu bayangan
seorang sudah menghadang dimulut gua, jengeknya dingin:
"Badut kurcaci dari mana yang tidak tahu diri berani
mengoceh membuat ribut disini, Lohu sedang enak tidur
sampai terjaga kaget, kalau tahu diri lekas mencawat ekor
enyah dari sini." "Anjing tua, j angan pura-pura pikun, malam
ini jiwa mupun tak diberi ampun." "Boleh buktikan jiwa siapa
yang tidak terampun, kalau berani sebutkan dulu namamu."
"Tuan mudamu ini datang dari Tang-ling kedua orang ini
adalah Kik-bun-toh-pek dua rasul kami."
"oooh, kiranya kawanan setan dari akherat biarlah Lohu
kirim kalian pulang ketempat asal kalian-"
Suara serak itu mendengus: "Jangan bersilat lidah, sambut
dulu pukulan Lohu." lakilaki tua baju hitam di sibelah kanan
menggerakan tangan- segulung hawa dingin segera
menerjang kedepan, begitu hebat tekanan hawa dingin ini
hingga napasnya terasa sesak.
Jian-li-tok-heng tahu lawan me lancarkan jenis pukulan
jahat, beracun, karuan amarahnya memuncak. kedua tangan
segera bergerak diapun lontarkan serangkum angin pukulan
keras. "Pyaar." ledakan terjadi.
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mungkin karena kedudukan lelaki tua berada disebelah
bawah hingga dia harus menyongsong pukulan lawan dari
atas, maka dia terg entak mundur lima langkah, darah terasa
mendidih didalam tubuhnya. Sementara Jian-li-tok-heng hanya
tergeliat sedikit, wajahnya tersenyum simpul, jelas dia berada
diatas angin. Pemuda dan seorang tua yang lain seketika berobah air
mukanya, sekilas mereka saling pandang, mendadak
menyergap daridua sayap. empat telapak tangan melontarkan
deru angin dahsyat. Jian-li-tok-heng melompat keatas menghindar pukulan
dahsyat, ditengah udara tubuhnya bersalto lalu menukik
dengan kaki diatas, kepala dibawah, meminjam daya luncuran
tubuh dari atas kedua tangannya menampar dari kanan kiri,
dua arus hawa panas laksana kilat meluncur kedua musuh.
Posisinya memang unggul karena disebelah atas hingga
kekuatan tamparan tangan nya bertambah hebat, kedua
musuh tua dan muda terpukul mundur dua langkah,
Sementara itu lelaki tua ditengah sejenak melenggong, tapi
lekas sekali dia sudah menubruk maju pula. Kini tiga orang
bergerak secara ketat dan menyerang seperti berlomba saja
dengan pukulan kencang. Jian-li-tok-heng dipaksa untuk mengembangkan Sian-tiancianghoat (pukulan halilintar) perguruannya, badannya selalu
berlompatan naik turun dludara sehingga menaburkan hawa
panas yang berarus tinggi, sepenuh tenaga dan perhatian dia
layani keroyokan ketiga musuh.
Sebagai rasul kedua lelaki tua itu juga membekal
kepandaian tinggi, kalau satu lawan satu mungkin Jian-li-tokheng
masih mampu merobohkan mereka dalam lima puluh
jurus, tapi dikeroyok tiga, betapapun tinggi ilmu silatnya
akhirnya terdesak dibawah anginTiraikasih
Website Tiga puluh jurus kemudian Jian-li-tok-heng sudah mandi
keringat, dia sudah amat payah, kaki tangan sudah terasa
berat hingga gerak geriknya juga lamban.
Pemuda jubah hitam berhati lebih culas banyak akal
liciknya pula. melihat suatu kesempatan sambil membentak
mendadak dia tambah daya serangannya. Maklum dirinya
menghadapi bahaya lekas Jian-li-tok-heng menyurut mundur,
berbareng kedua tangan terpentang, segenggam Thi-lian-cu
(biji teratai besi) dengan gaya Boan-thian-hoa-hi (hujan
kembang diang kas a) dia taburkan kepada ketiga lawan,
sudah puluhan tahun dia memperdalam ilmu Am-ginya ini,
gaya dan gerakan serangannyaJauh berbeda dengan serangan
senjata rahasia umumnya, setiap serangan Am-ginya tak
pernah percuma. kini menyadari awak sendiri terdesak
dibawah angin terpaksa dia gunakan kemahiran sendiri untuk
mempertahankan diri. Kakek tua suara serak itu berada paling dekat, sedikit lena,
dia terlambat berkelit, pundaknya terkena timpukan biji teratai
besi, saking kesakitan dia menjerit kesakitan, darah sudah
meleleh didada dan punggung.
Karuan pemuda dan seorang tua yang lain amat murka,
serempak mereka menggerung sambil menerkam bersama,
secara aneh mereka menggerakkan kedua tangan, hingga
telapak tangan mereka menghitam legam mengeluarkan asap
hitam pula. Jian-li-tok-heng sudah siap dan hendak menyerang.
Mendadak didengarnya Kiam-ping berteriak gugup: "Lo-koko
lekas mundur, itulah Hekssat-tok-ciang" berbareng angin
deras laksana gugur gunung memberondong dari dalam gua.
Uap hitam itu seperti dilanda badai saja tertiup buyar
beberapa tombakjauhnya dan sirna dialam pegunungan,
Berbareng sesosok bayangan orang telah mencelat keluar dari
dalam gua. Tampak Kiam-ping berdiri dipinggir Jian-li-tokheng
dengan tatapan tajam kearah Yu-ling Kongcu dan kedua
lelaki tua bermuka bengis itu. Dengan tersenyum ejek dia
berkata: "Kukira siapa, kiranya kawaran tikus dari Tang- ling yang
pandai main keroyok"
Yu-ling Kongcu menyeringai sinis, katanya: "Hadiah sekali
pukulanmu di Kwi-hun-ceng tempo hari masih belum
kulupakan- Daerah seluas dua puluh li dipegunungan ini sudah
terjaga ketat oleh kekuatan kita. Anjing cilik, lekas menyerah
atau bunuh diri -saja, cepat atau lambat kau akan mampus
juga." Sikap Kiam-ping tetap wajar dan adem ayem, tanpa bicara
dia tatap satu persatu ketiga lawanya lalu mengerling kekanan
kiri, memang bayangan orang tampak bergerak dari berbagai
penjuru, jelas tempat ini sudah terkepung secara ketat. Tapi
alisnya malah berdiri, katanya lantang: 'Sepak terjang kalian
tiada yang perlu dibuat kaget, Yu-ling-toa-tin juga hanya
begitu saja. tempo hari cayhe sudah merasakan sendiri,
untung jiwamu lolos dari telapak tanganku.
Nanti pasti tidak akan kubiarkan kau kecewa seperti dulu."
nadanya mencemooh dan menghina. '
Mengejang muka Yu-ling Kongcu, mendadak dia
mengeluarkan sebuah pelor api terus ditimpuk ketengah
udara. Dengan desis suara nyaring lalu meledaklah diudara
dan kembang api warna warnipun berpijar menghias angkasa
kelam. Maka timbul berbagai suitan dan sempritan dari berbagai
penjuru, semua meluruk kearah sini.
Lick Kiamping maklum bahwa pihak Tang- ling- klong sudah
memboyong seluruh kekuatannya, situasi jelas cukup gawat,
kawanan penjahat ini bertangan gapah dan telengas, akal lick
dan busuk apa saja beramai mereka lakukan, teringat jiwanya
hampir saja amblas ditengah selat sempit, seketika amarahnya
mendidih pula, lekas dia merogoh keluar dua kelopak Soat-lian
dan Pi-hwe-cu diserahkan kepada Jian-li-tok-heng, katanya"
Mengulum Soat-lian dapat menolak hawa racun, Pi-hwe-cu
adalah mestika penunduk iblis. didalam Yu-ling toa-tin yakin
aku tidak kurang suatu apa, baiklah kita bekerja secara
terpencar, ganyang habis kawanan kurcaci itu."
Sebelum mereka bertindak sebuah pekik nyaring panjang
sepertijeritan setan memecah udara malam. orang-orang
Tang-ling itu seketika unjuk rasa senang. Mungkin senang
bahwa bala bantuan tangguh segera akan tiba musuh sudah
terkepung seumpama semut didalam kuali, maka mereka
menanti dengan penuh siaga.
Pekik suara itu makin keras dan dekat, terasa menusuk
telinga. Begitu pekik suara itu lenyap Tang- ling- g ia m- lo
tahu-tahu sudah berdiri ditengah arena, Dibelakangnya
meluncur datang pula dua lelaki tua berjubah hitam putih.
Dengan menyeringai lebar Tang-ling-giam lo berkata: "Ikan
yang lolos dari jaring di Kwi-hun-ceng, siapa nyana sembunyi
didaerah belukar ini, hingga lohu susah payah mencari. Setan
cilik, punya pesan apa lekas katakan mumpung jiwamu belum
amblas." Berhadapan dengan musuh bebuyutan, saking gusar Liok
Kiamping malah tertawa: "Jangan menyepuh emas dimukamu sendiri, kalian
kawanan kurcaci yang hina dina, tukang keroyok pandai
memungut keuntungan, hari ini belum pasti kalian bisa
menang, tadi kau menyinggung Kwi-hun-ceng memangnya
ada apa "' ' "Biarlah kujelaskan kepadamu, supaya di alam baka kau
tidak terperanjat bertemu dengan para begundalmu. Markas
besar Honglui-bun yang kau bangun di Kwi-hun-ceng sekarang
sudah kurebut dan kududuki. Gin-jay-beng dan lain-lain
terluka parah, sekarang mungkin sudah menunggu kalian
dipintu akherat' Dendam lama dan sakit hati baru saling menggejolak dalam
hati perasaan Liok Kiam-ping amat terpukul oleh berita buruk
ini, matanya seketika menyala gusar. Bentaknya: "Setan tua,
segala dendam kesumatku biar sekarang kutuntut kepadamu
untuk melunasinya." lalu dia pasang kuda-kuda dan siap
tempur. Lelaki jubah putih yang berbadan sedikit gemuk dipinggir
Tang-ling-giam-lo tampil selangkah, katanya dengan tertawa
kasar: "Anak muda. kau punya kepandaian apa, berani
bermulut besar, biarlah aku Pekhoan Kek Eng memberi
hajaran kepadamu." Melihat lawannya masih muda, dia yakin
Lwekangnya juga pasti terbatas, pihak sendiri banyak jagojago
kos en sudah kumpul, keinginan untuk pamer kepandaian
terlalu merasuk hatinya, maka dia merasa perlu tampil lebih
dulu. Tampak dia menggeser ke samping begitu tubuhnya
berputar tangannya tahu-tahu sudah memegang sebilah badik
pendek. Liok Kiam-ping berdiri santai sambil menggendong kedua
tangan- sikapnya tak acuh seperti meremehkan lawan,
katanya: "Baiklah, cayhe akan layani dengan tangan kosong
beberapa jurus." Bahwa Liok Kiam-ping hendak melawan dengan tangan
kosong, karuan Pek-boan Kek Eng naik pitam, serunya: "Anak
jadah, jangan takabur, rasakan ketajaman badikku"
Liok Kiam-ping tertawa angkuh, jengeknya: "Boleh silakan
mulai, jangan cerewet -saja."
Lwekang Pek-boan Kek Eng dikalangan Tan -ling-klong
hanya disebelah bawah Giamlo-sin-kun, selama hidupnya
terlalu jumawa dan mengagulkan kemampuan sendiri, kapan
pernah dihina seperti ini dihadapan umum. Mukanya yang
gembrot putih itu seketika merah melar, sambil memekik
setan, badik ditangannya mendadak menikam enam Hiat-to
dibagian atas tubuh Liok Kiam-ping.. Gepakannya cepat tanpa
membawa deru angin, jurus tipunya juga aneh dan susah
diraba. Begitu berkelebat badiknya seperti hampir
menghunjam ditubuh lawanLiok Kiam-ping kembangkan kelincahan gerak tubuhnya,
gerak g eriknya bagai naga menari dengan tangkas dia naik
turun selulup diantara samberan sinar badik lawan- Bukan saja
lincah dan tangkas, badannyapun gemulai seperti senam
irama saja. Keruan makin memuncak amarah Pek-boan Kek Eng, badik
ditangan dia tarikan sekencang kitiran, tabir cahaya
serapatjala mengurung sekujur badan Liok Kiam-ping, sayupsayup
terdengar suara gemuruh seperti gelegar guntur
ditempatjauh. Dengan gerakan yang mengaburkan pandangan secepat
kilat Liok Kiam-ping seperti menari saja berlompatan kian
kemari selicin belut selincah kera kadang-kadang dia malah
balas menyerang, Dalam sekejap kedua orang sudah
bergebrak tiga puluh jurus.
Mendadak Liok Kiam-ping menghardik sekali, jurus Liongkiapsin-gan tiba-tiba menyelonong. Tampak bayangan
telapak tangan berlapis-lapis sedahsyat s a mb era n halilintar
menepuk tiba. Pek-boan Kek Eng mendelong, sedikit lena itu jiwanya
sudah terancam elmaut. Untunglah pada detik yang menentukan itu, sebuah tawa
dingin berkumandang, sejalur tenaga pukulan deras telah
mengancam Liok Kiam-ping dari belakang. Tapi satu kaki
menjelang menyentuh badan Liok Kiam-ping terasa daya
pukulan itu seperti membentur tembok kokoh yang tidak
kelihatan dan 'Wut' tenaga itu tercerai berai tak karuan paran
Kim-kong-put-hoay-sin-kang Liok Kiamping sudah
diyakinkan seirama dengan jalan pikiran hatinya, begitu
merasa disergap dari belakang, kewaspadaan lantas timbul,
sementara secara reflek ilmu sakti itupun telah berkembang.
setelah memunahkan sergapan dari belakang lekas dia
membalik dengan gerakan langkah kesamping, kedua tangan
terus memukul kearah pembokong.
Pembokongnya ternyata lelaki tua berjubah hitam bertubuh
kurus tinggi, yaitu Hek-boan Toan Seng. Bahwa sergapannya
tidak berhasil, dilihatnya lawan tidak merasa apa-apa, malah
tenaga pukulannya sirna seperti batu kecemplung laut, baru
saja dia melenggong. Mendadak dilihatnya sinar putih
berkelebat, bayangan orang sudah menubruk kearahnya.
Karena lawan membokong secara keji Kiam-ping marah
dan timbul nafsunya membunuh maka pukulannya itu
dilandasi tenaga keras dan berat. Lekas Hek-boan angkat
kedua tangannya pula tapi sabelum dia kerahkan tenaga, s eg
ulung tenaga laksana gugur gunung telan menindih tiba,
Blang" dada seperti digodam, mulutnya setengah merintih
tahu-tahu badannya mencelat tiga tombak jauhnya, roboh tak
bangun lagi. Kawanan penjahat diluar arena sama berteriak-tertak siap
bertindak Jian-li-tok-heng amat senang bahwa kekuatan Kiamping
bukan saja hebat tapi lihay, malam ini tak perlu gentar,
maka hati sendiripun bertambah tabah dan mantap.
Tang-ling-giam-lo sebaliknya berobah rona mukanya,
hatinya berpikir: "Baru berpisah dua bulan, Lwekang bocah ini
sudah maju sepesat ini, kalau hari ini tidak ditumpas, kelak
aku pasti takkan mampu mengalahkan dia." mendadak bola
matanya mendelik, serunya dengan galak tawa keras: "Anjing
cilik bertangan gapah, hatimu sekejam binatang. Tempo hari
Lohu menaruh belas kasihan kepadamu, kalau tidak
memangnya kau bisa hidup sampai sekarang.'
Menyinggung pertempuran tempo hari, seketika
mengobarkan dendam Liok Kiam-ping, bentaknya: "Baiklah
dendam lama sakit hati baru dibereskan sekarang saja ?"
Suasana menjadi tegang, hawa udara seperti membeku,
perasaan siapa takkan tercekam menghadapi pertempuran
dahsyat yang bakal beriangsung.Jantung Jian-li-tok-heng
berdebar keras, dia kuatir Kiam-ping masih muda bertindak
kurang perhitungan bagaimana sampai bermusuhan dengan
gembong iblis besar ini, bila lena sedikit, dirinya jelas takkan
mampu memberi bantuan. Celaka adalah Peksboan Kek Eng yang masih harus
melayani gempuran Jian-li-tok-heng, melihat pihak sendiri
sudah jatuh banyak korban, sementara Tang- ling-sin-kun dan
anaknya juga sudah mencawat ekor pada hal betapa besar
kesetiaan dirinya kepada pimpinan itu, dalam keadaan gawat
dirinya ditinggal sendirian dimedan laga, sungguh bukan
kepalang sedih hatinya, selama puluhan tahun entah betapa
besar jasa dirinya untuk pihak Tang- ling-klong, hari ini harus
mati konyol ditangan musuh, namun demi jiwa sendiri
terpaksa dia tetap bertahan mati-matian, meski dia insyaf
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dirinya tak ubahnya binatang yang sudah masuk perangkap.
namun matipun dia tidak mau menyerah,
Karena gejolak perasaan menyebabkan konsentransinya
menjadi buyar, sedikit lena saja, badik ditangannya sudah
terpukul terbang oleh Jian-li-tok-heng. Tapi wataknya
memang keras, selama ini dia malang melintang tiada
tandingan, bertempur dengan senjata juga baru kali ini,
sekarang dirinya jelas sudah dikalahkan, maka dia menghela
napas panjang, kedua tangan diluruskan sambil memejam
mata menunggu ajal, sikapnya yang gagah sungguh patut
dipuji, meski kalah sebagai seorang ksatria boleh dibunuh
pantang dihina. Mendadak timbul rasa hormat dan simpati Kiam-ping
kepada orang tua ini, lekas dia berseru: "Ampuni dia Lo-koko."
belum habis dia bicara orangnya sudah menyelinap maju
ketengah kedua orang. Katanya dengan sikap kereng:
"Kejadian hari ini patut disesaikan, aku tahu tuan menjalankan
tugas, pada hal satu dengan yang lain tiada permusuhan
pribadi, maka boleh kau pergi secara bebas, cuma kuharap
selanjutnya sudi bekerja demi kepentingan kaum Bulim yang
tertindas, membela yang benar dan menindas yang lalim."
Terbuka lebar mata Pek-boan Kek Eng, melihat pemuda ini
bicara setulus hati segera dia tersenyum. katanya: "Kungfu
Siauhiap teramat tinggi, sikapmu begini ramah dan welas asih
pula, sungguh Lohu harus malu diri, selanjutnya aku akan
mundur dari percaturan dunia persilatan, akan kucari suatu
tempat diatas gunung untuk tetirah saja, kelak bila ada
kesempatan ingin aku membalas budi kebaikanmu ini." setelah
menjura badannya lantas melompat tinggi dan meluncurjauh
kearah timur. Waktu itu sudah menjelang fajar, puluhan mayat yang
bergelimpangan sudah mencair oleh racun api kunang-kunang
musuh, yang ketinggalan hanyalah tulang belulang dan
pakaian serta rambut mereka saja, bau amis memualkanKiam-ping menghela napas, katanya kepada Jian-li-tokheng:
"Lo-koko, jejak kita sudah konangan, harus secepatnya
kembali kemarkaspusatpula, maka menurut pendapat Siaute,
mari kita menempuh jalan putar yang sepi, meski agak jauh,
yakin tiada rintangan lagi.?"
Jian-li-tok-heng menepekur, katanya kemudian: "cara
inijuga baik, tapi dinilai dari situasi didepan mata,
kemungkinan besar Kui-hun-ceng sudah jatuh, kekuatan
musuhpun begitu besar, padahal tenaga kita masih seminim
ini, jelas tidak mudah melawan secara blak-blakan- Maka aku
merasa perlu untuk pulang dulu ke Ki-bun, akan meminta
bantuan Kim-bun-siang-hiap. di saat kau membuka lembaran
baru berdirinya Hong-lui-bun, yakin aku sudah tiba juga di
sana." " Meski merasa berat berpisah, tapi mengingat urusan cukup
genting, urusan tidak boleh ditunda dan mengulur waktu,
maka dia menjura mohon berpisah setelah saling berpesan
supaya hati-hati sepanjang perjalananSetelah berpisah dengan Jian-li-tok-heng Kiam-ping dan
Suma Ling-khong menempuh jalan pegunungan yang sepi dan
belukar, untung Ginkang mereka sudah amat tinggi, semak
belukar pegunungan tidak menjadi halangan buat perjalanan
mereka. Pada hal hati mereka seperti dibakar, ingin cepat tiba
di Kwi-hun-ceng, maka Kiam-ping gandeng Suma Ling-khong
hingga mereka bisa menempuh perjalanan lebih cepat lagi.
Lwekangnya memang sudah mencapai taraf tertinggi, setiap
malam cukup istirahat duajam sudah pulih tenaganya dan
melanjutkan perjalanan pula.
Hari itu, menjelang magrib. Mereka sudah menempuh
perjalanan sehari penuh, terasa benar perlu mencari suatu
tempat untuk istirahat. Tapi dialas pegunungan ditengah
hutan lagi jauh dari kota dandesa, disaat mereka celingukan
mencari tempat. Mendadak sebuah jengek tawa dingin
berkumandang dari dalam hutan di samping sana, suaranya
seperti sudah amat dikenal. Lalu tampak sesosok bayangan
orang melesat laksana s a mb era n panah, sengaja orang itu
menoleh sambil mengulum senyum tawa, badannya
meluncurjauh kedepan seperti anak panah.
Pandangan Liok Kiam-ping amat tajam sekilas dia kenal
bayangan itu adalah Tangling-lo-koay, karuan gemasnya
bukan kepalang, sepanjang jalan musuh berusaha
membokong dan menyergap dengan berbagai perangkap keji,
hatinya teramat gusar dan dendam, kali ini dia bertekad
menyandak musuh, betapapun lawan tidak boleh lolos lagi,
maka dia berseru kepada Suma Lingkhong: "Hayo kejar." lalu
dia mendahului melambung kedepan, tapi hanya dalam
sekejap ini, orang itu sudah meluncur puluhan tombak, betapa
tinggi Lwekang dan Ginkangnya, sungguh mengejutkanKejar mengejarpun berlangsung dalam kecepatan tinggi,
orang itu membelok kebawah lekuk gunung terus melambung
kesebrang ternyata dibalik gunung sana terdapat sebuah
perkampungan besar, perkampungan didirikran ditengah
hutan lebat, maka kehadiran perkampungan ini mirip sebuah
pulau ditengah samudra raya. Hutan belukar inijelas jarang
dijelajah manusia, binatang buas juga jarang kelihatan di sini,
maka perkampungan besar itu cukup menyolok.
Bayangan orang didepan terus menuju ke perkampungan,
sekali berkelebat lantas lenyap dibalik tembok.
Tanpa pikir Kiam-ping berdua terus mengudak masuk.
Perkampungan sebesar ini ternyata sepi hening, tidak
kelihatan ada bayangan manusia. Mereka langsung masuk
kependopo, ruang besar ini terawat baik dan bersih,
perabotnya mentereng, jelas masih dihuni manusia. Mereka
terus maju keluar d ari pintu samping menyelusuri serambi
panjang, tiba-tiba terdengar gelak tawa orang kumandang dari
kebon dibelakang. Kebon kembang ini luas dan besar, pohon kembang yang
tumbuh subur di sini semua dari jenis yang jarang didapat
didunia ramai. bentuk bangunan di sinijuga serba antik dan
mewah, meskijauh dari keramaian tapi terasa betapa angker
keadaan rumah ini. Kiam-ping terus maju ke sana memasuki sebuah kamar
satu seluas beberapa tombak, gelak tawa berkumandang dari
kamar batu ini. Menghadang pintu adalah sebuah meja
panjang yang menjurus masuk kedalam, diujung meja sana
duduk Hwe-ang-it-sian dan dua lelaki tua berusia enam
puluhan- Seorang tua yang ditengah beraja h mirip burung
kokok beluk, matanya juling, alisnya gombyok memutih,
melihat kedatangan Liok Kiam-ping dia terloroh, serunya:
"Siapa diantara kalian adalah Pat-pi-kim-llong"' begitu
mendelik matanya, mencorong cahaya kilat.
Liok Kiam-ping bergelak tawa, katanya kalem: "Angkatan
muda yang tidak bernama tak usah disinggung. Sebaliknya
tuan tentu seorang tokoh kosen, coba sebutkanjulukanmu.'
dalam hati dia memuji akan Lwekang orang tua ini yang
tinggi. "Bagus, Lohu Tay-bok-it-siu, pejabatan cong-hu-hoat dari
Ham-ping-klong. Anak muda, ceng-san-biau-kek punya
permusuhan apa dengan kau, kau turun tangan keji
membunuhnya " Memangnya Ham-ping Lojin juga kau
remehkan "' Kiam-ping belum banyak tahu tentang tokoh-tokoh
persilatan masa lalu. Tay-bok-it siu sudah menggetarkan B
ulim tiga puluh tahun yang lalu, bahwa orang menyinggung
ceng-san-biau-kek, secara langsung membuat Liok Kiam-ping
terbayang akan kematian ibunya yang mengenaskan, seketika
berdiri alisnya, katanya: "Penjahat pembunuh dan pencuri
siapapun patut mengganyangnya. ciangbunjin kami yang
terdahulu ciang-kiam-kim-ling puluhan tahun yang lalu pernah
di keroyok oleh Ham-ping Lojin hanya lantaran mereka tamak
ingin merebut Wi-llong-pit-kip. tak segan mereka melanggar
aturan Kangouw, meruntuhkan gengsi dan pamor mengeroyok
beliau dengan enam pimpinan perguruan lain, sebagai
penjabat ciangbun baru adalah menjadi kewajibanku untuk
menuntut keadilan kepada mereka."
"Setan kecil. Tak usahjual lagak dihadapan Lohu. Hari ini
kau pasti menebus segala dosamu. Selama hidup inijangan
kau bermimpi untuk menemukan Ham-ping Lojin.' lalu
berpaling kepada Ang-hun-jit-sian, 'Dendam ayahmu juga bisa
kau tuntut sekarang juga, bukankah amat menyenangkan.
Anak muda, kuanjurkan lebih baik kau bereskan diri sendiri
saja, Lohu masih boleh bermurah hati takkan merusak
mayatmu." "Memangnya aku ini penakut" Apa keherdakmu
boleh silakan saja.' "Bagus, kau akan lebih menderita dari
pada mati.' 'Memangnya kau yakin dapat mengalahkan aku"'
Agaknya Tay-bok-it-siu sudah memperoleh sedikit
gambaran tentang Liok Kiam-ping, sekilas tampak dia
melongo, dasar licik keraguan hatinya tidak dia tampilkan
dirona mukanya malah dia lebih mantap bahwa rencananya
pasti akan berhasil dengan baik, maka dia bergelak tawa,
serunya: 'Anak muda, kau akan menerima ganjaranmu sendiri. Asal
kau mampu menahan tiga kali pukulan Lohu, persoalan hari ini
anggaplah tidak pernah terjadi, menepuk pantat Lohu akan
segera pergi dari sini sejak itu namaku akan hapus dari
percaturan Bulim.." Kalau berani mari kau ikut Lohu.' tanpa menunggu
jawaban, ketiga orang itu sudah mengundurkan diri.
Secara gamblang lawan sudah menantang sudah tentu
Kiam-ping berdua pantang mundur, mengiakan bersama
merekapun terus melayang masuk. Belum genap mereka maju
lima langkah, "Blam" pintu dibelakang mereka menutup sendiri
dengan suaranya yang keras gemuruh. Lekas mereka
memburu ke ujung meja sana, meja kursi masih ditempat
semula, keadaan sudah kosong melompong, ternyata ketiga
iblis itu sudah merat lewat lorong rahasia.
Liok Kiam-ping berdua terkurung dalam kamar batu yang
rapat dan tebal ini, menyesal juga sudah kasep akan
kecerobohan sendiri, mesti membekal ilmu sakti, untuk lolos
dari kamar batu inijuga sesukar memanjat kelangit. Tengah
dia berdiri menjublek tiba-tiba didengarnya suara mendesis,
dari celah-celah dinding batu dari berbagai penjuru
menyembur asap putih yang berbau pedas dan busuk. lekas
sekali asap putih, ini sudah memenuhi ruang batu.
Lekas Kiam-ping kerahkan Kim-kong-put-hoay-sin-kang,
tiga kaki seputar badannya seperti dilindungi papan baja, asap
putih seperti tersibak ming gir bergulung keempat penjuru.
Untuk mengerahkan Kim-kung-put-hoaysin-kang terlalu
memeras tenaga, bila berselfang cukup lama Kiam-ping sudah
mulai mandi keringat, kepalanya juga mulai berdenyut merasa
pusing. Tiba-tiba kumandang sebuah suara bisikan lirih dari luar
pintu: "Lekas geser ke samping batu bundar dipinggir kursi d
iba wah meja, dibawahnva ada lobang hawa rahasia,
sementara kalian bisa menghirup hawa dan biarkan asap itu
tersedot ke bawah, lalu duduklah mendekati pintu sini untuk
mengatur tenaga." Lekas Kiam-ping memapah suma Ling-khong mendekati
meja, memang ditemukan sebuah batu bundar d iba wah
meja terus di dorong kesamping, memang d iba wah meja
terdapat sebuah lobang batu seluas satu kaki, dibawahnya
adalah lobang gelap yang dalam asap itu lantas tersedot
masuk kedalam lobang sehingga tawar.
Karena asap semakin menipis maka pertahanan Liok Kiamping
ikut menjadi ringan pula, Jelas dia mundur kedekat pintu
lalu duduk samadi, hanya sekejap kesadarannya sudah pulih,
lalu diapun berbisik kearah pintu: 'Kawan mana yang memberi
bantuan, sudilah memperkenalkan dirimu"'
'Aku yang rendah adalah salah satu pengawal kereta dari
Hong-jang Piaukiok, bernama Tie Hok. Bulan yang lalu
kawalan barang kami dirampok didaerah Siang-tham, dan aku
ditawan serta dikurung disini. Tadi sudah timbul keinginan
memberi peringatan kepada Siau-hiap supaya tidak terjebak.
sayang lawan terlalu banyak orang, kini penjagaan mulai
kendor, baru ada kesempatan aku memberi keterangan-'
Mendengar Hong-jang Piauklok dirampok. Suma Ling-khong
menjadi kuatir dan gusar, tanyanya: "Bagaimana keadaan Jilopiauthau
danpara Piausu yang lain?"
"Seluruhnya jatuh korban delapan belas jiwa. Ji-piauthau
dan beberapa Piausu tertawan dan disekap di cu-cu-kau, kirakita
sepuluh li dari sini. Untung aku yang rendah kenal baik
dengan Peng- hoa-coa LiSi dari golongan hitam, aku pura-pura
menyerah dan ditarik menjadi pembantu disini, secara diamdiam
aku berusaha menolong dan meringankan penderitaan
para saudara yang terluka"
"Syukur Tio-heng cerdik pandai dan berani menyerempet
bahaya, entah tempat apa pula perkampungan ini "'
"Disinilah markas pusat yang didirikan Ham-ping-klong
didaerah Kanglam, tempat ini dinamakan clok-tong-ho, seratus
li dari Siang-tham. cong-thocu bernama cui-hun-jlu Sun Taycoan,
yaitu lelaki tua yang duduk disebelah kanan.'
Maka Liok Kiam-ping berpikir: "Golongan Ham-ping biasa
merajai daerah utara, belum pernah mengembangkan
sayapnya ke Tlonggoan, kalau mendadak mendirikan markas
didaerah Kang la m, pasti dibela kang persoalan ini punya
rencana jahat, situasi agaknya semakin gawat. Apa pula
permusuhan mereka denganpihak Hong-jang Piauklok.
merampok dan membunuh mereka, sungguh susah
dimengerti." Maka Suma Ling-khong bertanya: "Barusan ketiga
gembong iblis itu hanya mundur lantas lenyap tak berbekas,
apakah kamar batu ini dipasang pintu rahasia ?"
"Belum lama aku bertugas di sini, kunci rahasianya belum
berhasil kuselidiki. Ada orang datang, sementara kalian harus
pura-pura pingsan, nanti akan kukirim makanan-" suaranya
makin lirih, mungkin bicara sambil menyingkir.
Lekas sekali terdengar derap kaki berat mendatangi, seperti
memeriksa pintu batu, terdengar seorang bersuara kasar: "Ahjit,
apa barusan kau tidak mendengar orang bicara, dalam
sekejap kenapa tidak kelihatan bayangan orang, memangnya
ada setan di sini. Mungkinkah kedua bocah itu masih segar
bugar ?" "Dari mana ada suara, mungkin kau sudah mabuk,
kupingmu perlu dikorek." seorang lain berkata, 'Tang-keh tadi
bilang kedua bocah itu dibius dengan asap yang mereka buat
secara khusus, meski memiliki Kim-kong-sin-kang, bila
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bertahan terlalu lama juga akhirnya pasti semaput."
"Arak lima kati mana bisa membuatku mabuk. Kurasa lebih
baik hati-hati, biar kuperiksa" lalu terdengar suara geseran
perlahan, muncul sebuah lobang persegi diatas dinding.
Waktu kedua orang bicara diam-diam Liok Kiam-ping,
sudah memburu kebawah meja menutup kembali lobang d iba
wah meja lalu menggeletak di sana pura-pura pulas.
Dari lobang persegi kecil itu tampak dua mata orang
menyapu pandang keseluruh ruangan- sejenak lagi terdengar
dia berseru. "He, anak muda, kau sudah tidur " peduli
kaupura-pura atau betul-betul pingsan, biar kalian kelaparan
tujuh hari sampai mampus, hari kedelapan akan kuseret
mayat kalian, ked a la m jurang buat makan binatang buas."
lalu dia tutup pula lobang kecil itu. Langkah berat mereka
semakinjauh. Tak lama kemudian Tlo Hok datang pula memasukkan
beberapa bungkus makanan serta memberita h u: "Kunci
rahasia kamar batu ini, kecuali cong-thocu tiada orang lain
yang tahu, terpaksa harus menunggu tujuh hari dan harus
pura-pura mati kelaparan bila mereka membuka pintu baru
menyergapnya. Supaya tidak menimbulkan kecurigaan, aku
tak boleh lama lama disini, dua hari lagi baru aku akan kemari
pula." Kamar batu itu gelap gulita tiada sepereik sinar, jadi sukar
membedakan siang dan malam, entah sudah berapa lama
mereka terkurung didalam, suatu ketika Tio Hok datang pula
membawa makanan untuk mereka.
Serasa dihukum tahunan oleh Liok Kiam-ping berdua,
semenitjuga terasa lama, ingin rasanya sekali memukul
membobol dinding dan menerjang keluar. Namun gugup dan
bencijuga tidak berguna. Mungkin beberapa hari telah berselang, mendadak
terdengar suara tawa orang dari kejauhan, seorang berkata:
"cong-huhoat memang tepat perhitungan, dengan mudah PatTiraikasih
Website pi-kim- liong masuk perangkapmu. selanjutnya duri tajam
didepan mata kita telah tersingkir, sekaligus menguntungkan
kaum persilatan umumnya."
Seorang yang bersuara lantang berkata dengan tertawa:
"orang bilang bocah itu bagaimana pintar, ternyata
pengalamannya masih terlalu cetek. hanya sedikit pakai akal,
bocah itu sudah terperangkap. kini pasti sudah mampus.
Selanjutnya pihak kita boleh tidur denganpulas dan menjagoi
dunia persilatan." Jadi kehadiran kita disini bakal menangkap bulus
dalamjaring. Wah sayang bulus yang sudah mati, kurang
menyenangkan, Khu-hiangcu dan Li-hiangcu, tolong kalian
seret mayat kedua bocah itu keluar."
Bukan kepalang gemas dan benci Liok Kiam-ping, sekali
kremus ingin dia menelan lawan bulat-bulat, tapi untuk
meloloskan diri terpaksa dia tekan amarah danpurapura rebah
semaput, secara diam-diam diapun memberi peringatan
kepada Suma Ling-khong untuk siap bertindak, lebih penting
menerjang keluar dulu, turun tangan tak boleh menaruh belas
kasihan- Terdengar daun pintu yang terbuat dari batu tebal dan
berat mulai terpentang kedua samping. Dua lelaki muncul dari
luar, dengan tertawa-tawa mereka melangkah masuk. "Wah,
keparat, bocah ini enak enak tidur, sebal aku harus menyeret
mayatya keluar." "Aalah kenapa banyak mulut, seret saja
kebelakang gunung dan buang kedalam jurang."
Mendadak Liok Kiam-ping melejit berdiri, sorot matanya
berapi, melotot penuh kebencian kepada kedua lelaki
didepannya, Bahwa orang yang dikira sudah mampus
mendadak mencelat berdiri, karuan kedua lelaki itu
berjingkrak kaget menyurut tiga tindak pada hal disamping
keracunan asap diapun sudah kelaparan tujuh hari, mana
mungkin bisa hidup dan segar bugar begini " seketika ciut
nyali mereka, bulu kudukpun mengkirik, wajah pucat badan
menggigil. Sebelum mereka sempat berteriak minta tolong,
Kiam-Ping dan Suma Ling-khong seorang satu menceng kram
serta merogoh, isi perut mereka seketika dedel berhamburan,
darah menyemprot sekujur badan mereka.
Mungkin dengar suara ganjil yang mencurigakan d id a la
m, maka kedua lelaki tua diluar pintu segera memburu
kedepan pintu. Kebetulan Kiam-ping berdua menerjang keluar
pintu dengan badan berlepotan darah, mata melotot buas
penuh kebencian, seketika mereka bergidik dan membatin:
"Memang kedua bocah ini malaikat dewata, sudah kelaparan
tujuh hari tujuh malam masih tidak mati, sungguh aneh."
Memangnya dendam sudah terpendam sekian saat, kini
berhadapan dengan musuh tak terbendung lagi nafsu Liok
Kiam-ping, sambil menggeram kedua lengannya diabitkan, s
eg ulung tenaga dahsyat kontan menerjang kearah Tay-bok-itsiu.
Kepandaian Tay-bok-it-siujuga sudah mencapai taraf tinggi,
selama puluhan tahun lwekangnva belum pernah ketemu
tandingan didaerah barat daya, pengalaman dan tabah pula,
jiwanya culas dan keji. Melihat serangan amat dahsyat lekas
dia himpun semangat mengerahkan tenaga, namun sedikitpun
tidak berani lena, kaki menggeser kesamping dari samping dia
balas menyerang. "Blang" kedua orang sama tergentak mundur selangkah. Di
sinilah dia memperlihatkan kelicikannya. Dia tahu lawan pasti
melontarkan pukulan sepenuh tenaga untuk melampiaskan
dendam, sebelum mengukur sampai dimana taraf kekuatan
lawan, betapapun dia tidak akan bertindak tanpa perhitungan,
karena membuang tenaga akan berakibat fatal bagi diri
sendiri. Di waktu dia menggeser kesamping itu, kekuatan
pukulan lawan tidak seluruhnya menerjang dirinya, tapi
benturan kekuatan dari samping toh tetap membuatnya
menyurut selangkah. Dari sini mudah dinilai bahwa kekuatan
lawan memang susah diukur, maka selanjutnya dia tidak
berani melawan dengan kekerasan- Dengan mengembangkan
Wi- liong- ciang-hoat, dia berputar dan menyergap secara
bergerilya. Demikian pula Suma Ling-khong jug a di bakar amarah,
lawannya adalah cui hun-jiu Sun Tay-coan cui-hun-jiu (tangan
mengudak mega) Sun Tay-coan merupakan bang kota n dunia
persilatan yang sudah terkenal, bahwa lawan muda ini datangdatang
terus melabrak dirinya, maka diapun tak berani
gegabah, dengan kemahiran permainan pukulan tang a n
diapun memapak maju. Permainan mereka sama-sama mengutamakan kecepatan,
keras lawan keras, tipu kontra tipu, bayangan saling tubruk
danpencar, dalam sekejap mereka sudah saling labrak dua
puluh j urus, Begitu dahsyat pertarungan mereka sehingga
angin ribut laksana angin puyuh.
Liok Kiam-ping mencecar musuh dengan serangan kilat,
desakan pukulannya menggebur sehingga lawan dipaksa
mundur berkelit sambil lompat kian kemari, kadang kala saja
sempat balas memukul, meski terdesak jelas lawan belum
menggunakan seluruh tenaga. Kiam-ping cukup cerdas, sudah
tentu dia tahu maksud lawan, tapi untuk mengejar waktu dia
pun tidak hiraukan sebab dan akibatnya, makin cepat
pertempuran diselesaikan lebih menguntungkan, tapi dia juga
maklum bila tidak mengguna kau j urus sakti, sedikitnya
seratus jurus baru dia mampu mengalahkan musuh.
Mendadak dia merobah gerakan tubuhnya menubruk keatas
lalu menyerang dcnganjurus Liong- kiap-sin-gan di susul
Liong-hwi-kin-thian dari Wi- liong- ciang-hoat.
Bukan saja permainan pukulan itu dahsyat lihay,
tenaganyapun teramat besar sehingga Tay-bok-it-siu seperti
merasakan dirinya berada ditengah alunan gelombang
samudra, terdesak mundur dan mundur terus tanpa kuasa
meski dia sudah kerahkan setaker kekuatannya melawan
sambil mengembang G^nkang berkelit kian kemari, beruntung
dua kali dia berhasil menghindari serangan maut lawanLwekang Kiam-ping memang bertaraf seratus tahun sejak
dia menelan Kiu-yap-cilan, tapi kalah pengalaman tempurnya
kalau dibanding lawan- sementara khasiat obat mujarab itu
belum berhasil dimanfaatkan semaksimal, sekarang paling
baru menelorkan setengah kemukjijadannya. "Kalau dia sudah
berhasil mencapai serba top. lawan pasti binasa oleh dua jurus
serangan mautnya tadi. Bahwa dalam usia semuda ini cukup dua jurus hebat yang
dilancarkan tadi dapat mendesak Tay-bok-it-siujelas taraf
kepandaiannyapun sudah teramat mengejutkan- Sudah
puluhan tahun dengan bekal kepandaian Kungfunya yang
berbeda dengan aliran silat umumnya, Tay-bok-it-siu malang
melintang dikawasan kekuasaannya, hari ini dia kebentur
dengan anak muda yang masih berbau pupuk bawang, tapi
dirinya asor dibawah angin, betapapun ganas, licik dan
piciknya, penasaran ini takkan mungkin bisa terlampias.
Dari malu dia menjadi gusar, nafsujahatpun membakar
sanubarinya, sejenak dia tenangkan pikiran, segera dia
kembangkan Loh-ing-ciang-hoat (pukulan tangan bintang
jatuh), secara latah dia harus menyerang dengan gencar. Lohsing
ciang-hoat dikembangkan secara cepat dan gesit,
dilandasi Lwekang latihannya selama puluhan tahun lagi,
menyerang dengan rangsangan nafsu jahat pula, sudah
tentuperbawa serangan balasannya ini tak boleh dipandang
remeh. Kedua tela nak tangannya seperti membuahkan ribuan
telapak tangan licin yang berjatuhan laksana bintang dari
angkasa di selingi desir suara yang membisingkan- Tapi
permainan Liok Kiam-ping sendiri sekarang juga semakin
mantap dan lancar. Ling- h i po-hoat sudah terlebur dalam
kombinasi permainan ilmu pukulan yang diyakinkan.
Tiga puluh j urus kemudian, dengan kecepatan yang
mengaburlan pandangan jago lihay. suatu kesempatan dia
tetap berhasil membendung rangsakan gencar telapak tangan
musuh dengan dua jurus permulaan W^ liong- ciang-hoatJ
angan kira hanya dua jurus, namun pertahanannya cukup
membikin Tay-bok-it-siu mati kutu dan kehilangan kesempatan
untuk mencecernya. Sementara itu Suma Ling-khong sudah saling labrak
dengan cui-hun-jlu Sun Tay-coan sebanyak delapan puluh
jurus, sejak menelan Soat-lian, dibantu Liok Kiam-ping lagi
sehinggaJin-tlok- ji-meh nya tertembus, Lwekangnya sekarang
juga bertarap enam puluhan tahun, tekadnya sudah bulat
untuk mengganyang musuh yang jahat dan teleng as ini,
maka serangannya tidak kepalang tanggung, tenaga dalamnya
laksana sumber air yang tidak pernah berhenti, makin tempur
makin gagah dan semangat, karuan cui-hun-Jiu Sun Tay-coan
makin keripuhan dan tobat menghadapi rangsangan pukulan
lawan yang menggebu, lambat laun dia sudah menginsyafi
dirinya mulai kehabisan tenaga.
cui-hun-jiu Sun Tay-coan sebetulnya seorang begal besar
yang disegani, bahwa dia diangkat menjadi cong-thocu d id a
era h Kang la m oleh Ham-ping-klong, tentu dia memiliki bekal
kepandaian yang cukup tangguh, kini menghadapi seorang
pemuda yang masih hijau plonco ternyata terdesak d iba wah
angin sudah logis kalau dia amat gusar, lekas dia
menenangkan hati dan memusatkan perhatiannya, cui-hunsamcap-lak-ciang ilmu tunggal kemahirannya segera
dikembangkan- Maka berhamburan selebat hujan serangan
kedua tangannya, sekaligus dia merebut posisi balas
menyerang delapan j urus, syukur dia berhasil merebut
inisiatif kembali sehingga sementara keadaan bertahan sama
kuat alias setanding. Liok Kiam-ping sedang melancarkan Llong-jiau-kingthianjurus
ketiga dari Wi- liong- ciang-hoat, mendadak
dirasakan angin menderu- deru dibela kang nya, s eg ulung
tenaga dahsyat laksana gugur gunung telah menindih dari
pinggir. Tak sempat dia melancarkan serangan atau mengganti
gerakan, cepat sekali dia berkisar sambil berkelit, berbareng
tangannya menyampuk kebelakang, begitu kedua tenaga
saling bentur "Blang" terdengar seorang mendehem berat,
kedua orang sama sama tergetar mundur selangkah. Waktu
dia mendelik pandang, dilihatnya Tang-ling-lo-koay tengah
berdiri sambil mengulum senyum.
Saking murka Liok Kiam-ping tertawa besar, serunya:
"Hanya kawanan serigala yang pandai main sergap secara licik
dan hina, jiwamu pernah lolos dari telapak tanganku, baiklah
hari ini tuan muda tidak akan memberi ampun lagi
hepadamu." Mulut menyeringai tapi Tang-ling-lokoay tidak tertawa,
katanya: "Setan cilik, agaknya kau sudah bosan hidup,
dihadapan Lohu berdua memangnya kau masih bermimpi
untuk meloloskan diri ?"
Padahal dia hanya main gertak saja, bila bertarung satu
lawan satujelas dirinya takkan bisa menang, bila mereka main
keroyok, betapapun tinggi dan saktinya Kiam-ping, paling juga
hanya mampu mempertahankan diri belaka, namun dia
banyak muslihat dan jahat, lawan digertak dan dipancing pula
oleh ocehannya, lawan masih muda dan berdarah panas, tak
kuatir dia lawan bakal tidak tertipu olehnya.
Betuljuga Liok Kiam-ping bergelak tertawa, katanya:
"Begitu lebih baik, kalian boleh maju bersama, supaya
menyingkat waktu dan menghemat tenagaku^'
Setelah mendapat kesempatan mengatur pernapasan dan
istirahat sejenak, keadaan Tay-bok-it-siu sudah banyak pulih,
dalam hati dia kegirangan akan kedatangan Tang-ling-sin-kun
yang telah menolong dirinya, segera dia menjengek: "Anak
muda, kau memang cari mampus, hayo ganyang," sambil
bicara dia memberi kedipan mata kepada Tang-ling-sin-kun.
Lenyap suaranya empat telapak tangan merekapun sudah
bekerja. Pukulan dari dua jurusan membentur serta pusaran
kencang laksana angin puyuh yang mengamuk.
Menghadapi dua musuh tangguh maka bulat tekad Liok
Kiam-ping, lekas dia himpun seluruh kekuatannya di kedua
lengan, sigap sekali kedua tangannya terentang menggentak
kedua arah serangan musuh. Benturan kekuatan dahsyat
laksana ledakan gunung berapi sungguh hebat dan
menggoncang bumi, tanah seluas dua tombak disekitar
gelanggang seketika melesak amblas sedalam satu kaki.
Liok Kiam-ping tampak menyurut mundur tiga langkah,
badannya limbung, mukanya, pucat lesi. Sementara Tang-linglokoay dan Tay-bok-it-siu tergetar mundur lima tindak. darah
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seperti mendidih dirongga dada, napaspun tersengal berat dan
sesak, wajah mereka yang beringas kelihatan lebih seram
menakutkan- Sungguh mimpipun tidak pernah mereka bayangkan
dengan gabungan kekuatan mereka masih bukan tandingan
sepasang tangan lawan, betapa duka dan amarah mereka,
sungguh lebih menderita dari menemui ajal seketika.
Sejenak mereka melenggong, tanpa berjanji mendadak
keduanya meraung bersama terus menubruk dengan serangan
gencar. dalam gebrak berhasil memukul mundur musuh,
sudah tentu bukan kepalang senang hati Liok Kiam-ping. jiwa
kesatrianya bangkit, kepahlawananpun membakar dada,
melihat musuh melabrak lalu kedua tangan bergerak pula
dengan deru gemuruh laksana guntur dengan berani dia
songsong serangan lawan- Maka terdengar pula ledakanledakan
beruntun, meski tidak sekeras tadi, namun pasir debu
beterbangan-Dalam sekejap mereka sudah bertarung lima
puluh jurus. Sebuah gemboran keras mendadak berkumandang disertai
meluncurnya sesosok bayangan merah selincah burung elang
menukik serta menerjang kearah Suma Ling-khong.
Sekilas Liok Kiam-ping sempat melirik kesana, dilihatnya
Ang-hun-jit-sian Leng Pwe-ing sedang menerjang kearah
Suma Ling-khong, karuan hatinya kaget dan gerakanpun
sedikit merandek. Kalah menang pertarungan jago kosen hanya terpaut
dalam waktu sekejap mata, siapapun dilarang memecah
perhatian, hanya sepersepuluh detik Kiam-ping melengos,
kedua gembong silat lawannya sudah tentu tidak
mengabaikan kesempatan baik ini, serempak mereka
menggebu dengan serangan gencar berusaha merebut posisi,
sehingga Kiam-ping didesaknya mundur lima langkah.
Untung Liok Kiam-ping lekas menyadari kesalahannya,
pikirnya: 'Pihakku hanya dua orang jago-jago kosen lawan
masih akan berdatangan lebih banyak lagi, kalau terlalu lama
salah-salah kami berdua bisa celaka d is ini." matanya yang
mendelik gusar seperti hampir mencelat keluar, ditengah
gejolak amarahnya mendadak dia merobah permainan
silatnya, tangan kanan membundar sementara tangan kiri
melingkar didepan dada lalu dig entak bersama, sekaligus dia
melontarkanjurus Llong-jiau-king thian dan Wi-llong-ting-gak,
dua jurus tunggal yang tiada taranya.
Tang-ling-lo-koay dan Tay-bok-it-siu sedang kegirangan
bahwa rangsekan mereka bakal merobohkan lawan,
mendadak dilihatnya lawan merobah permainan, serangan
yang dilancarkan ternyata begitu menakjubkan, belum pernah
mereka saksikan selama h id up j urus silat sebagus ini, d is a
at mereka memeras otak cara bagaimana harus menyambut
serangan ini. Tahu-tahu damparan angin keras laksana
amukan badai telah menggulung mereka.
Wi- liong- ciang-hoat memang merupakan ilmu pukulan
yang sakti mandraguna, dahulu delapan ciangbunjin dari aliran
besarpun tidak kuat menghadapi sejurus permainannya.
betapa tanggub Lwekang kedua orang inijuga belum
setanding dengan gabungan delapan ciangbunjin, mana kuasa
mereka melawannya. Seperti arwah hampir copot, nyali merekapun pecah,
seperti berlomba saja mereka berusaha berkelit, dengan
ketangkasan gerak tubuhnya, meski berhasil mereka
menghindar terjangan langsung, tak urung damparan angin
kencang itupun masih menyerempet mereka sehingga
terlemparjauh beberapa tombak. Untung cukup tangkas
mereka menyingkir, walau isiperutterluka parah, berkat
Lwekang mereka yang tinggi, sekuatnya mereka menahan
darah yang hampir tumpah dari mulut, begitu terbanting
jatuh. sigap sekali mereka masih bisa melornpat berdiri,
namun pandangannya mend e long kepada Liok Kiam-ping
keringat dingin membasahi jidat, punggungpun semilir dingin
oleh keringat yang bercucuran.
Untuk melancarkan j urus Wi llong-ting-gak Kiam-ping
cukup membuang tenaga. karena jurus ini memang terlampau
ganas dan keras, sejenak diapun berdiri menahan diri serta
siap tempur pula. "Blak, bluk" mendadak Suma Ling-khong terpental delapan
kakijatuh terduduk ditanah, mukanya seketika pucat, jelas dia
terluka dalam, Menolong orang lebih penting, lekas dia
menyelinap ke sana, di mana kedua tangannya bergerak
tenaga pukulannya dilontarkan pula, berbareng mulut berseru:
"Hian-te. tak usah kuatir, lekas semadi alirkan tenaga
murni, lindungi isi perut dan sembuhkan luka luka."
cui-hun-jiu dan Leng-Pwe-ing yang mengeroyok lawan
berhasil memukul jatuh Suma Ling-khong, sebelum mereka
sempat bertindak lebihjauh, mendadak bayangan orang
berkelebat, berbareng angin kencangpun menampar tiba.
lekas mereka mencelat mundur berpencar kedua arah, namun
sigap sekali mereka sudah menubruk maju pula.
Kuatir pertarungan di sini melukai adik angkat sendiri,
beruntun Liok Kiam-ping membentak. dua tangannya terayun
bersama, sekaligus dia menyerang enam j urus, hingga lawan
dirabunya mundur lima langkah.
Sementara itu Tang-ling-lo-koay danTay-bok-it-siu yang
terluka parah mendapat kesempatan untuk mengundurkan
diri. Dengan kekuatan Sun Tay-coan dan Leng Pwe-ing,
betapapun mereka bukan tandingan Liok Kiam-ping terpaksa
mereka menggunakan kelincahan gerak tubuh untuk melayani
rangsakan Liok Kiam-ping. Pada hal benci Liok Kiam-ping
terhadap mereka sudah tak terlukiskan dengan kata-kata,
kesempatan ini tak boleh diabaikan, kuatir bala bantuan
musuh datang pula segera serangannya lebih gencar dan keji.
Sekali pukul dia bikin gerakan lawan ksear kacir, lekas
kedua kaki bergerak dengan Ling-hi-pou-hoat. dengan
kecepatan yang tak terukur, tiba-tiba dia menyelinap
kebelakang cui-hun-jiu, sekali cengkeram dia pegangjan-kin-hiat
dipundak lawancui hun-jiu SunTay-coansedang berputar kebelakang,
mimpijuga tidak menduga gerakan lawan seperti setan telah
menyelinap kebelakang, seketika dia rasakan tulang
pundaknya kesakitan, seluruh lengan kiri lunglai badanpun
lemas Sambil memperkeras Cengkramannya Liok Kiam-ping
membentak beringas: "Ham-ping-kiong mengerahkan seluruh
kekuatannya ke Tlonggoan serta mendirikan cabang
markasnya di Kanglam, apa maksud tujuan mereka " Di mana
sekarang Ham-sim-leng-mo ?"
"Belum lama Lohu ditarik masuk kedalam Ham-ping-klong,
soal-soal itu tak bisa kujelaskan-' dia insyaf urusan ini
menyangkut mati hidup pihaknya, sekarang belum tiba
saatnya membeber rahasia ini, maka dia pantang membuka
mulut. Berdiri alis Liok Kiam-ping, rasa dongkol, gemas dan
amarahnya beberapa hari ini seketika meledak. tenaga
cengkrarnannya lebhih diperkeras lagi, kelima jarinya sampai
menembus kulit daging, darah meleleh ke luar, saking
kesakitan cui-hun-jiu menjerit dengan badan bergetar pula
'Mau jawab tidak ?" bentak Kiam-ping.
"Setan keparat, kau boleh menyiksaku sampai mati, pasti
ada orang menuntut balas kematianku.'
Makin menyala amarah Liok Kiam-ping, tangan kiri segera
menekan Beng-bun-hiat tenagapun dikerahkan, Cui-hun-jiu
mengerang tertahan, badannya limbung dan melosojatuh.
Dalampada ituSuma Ling-khong sudah rampung semadi,
kesehatannya pulih, rasa sakit telah lenyap. Segera dia
melompat berdiri, bersama Liok Kiam-ping mereka berpencar
menggeledah perkampungan ini.
Waktu mereka tiba dibelakang kamar batu, dilihatnya Tio
Hok sudah menanti di belakang kebon sambil menuntun tiga
ekor kuda, dengan gugup dia berteriak begitu melihat Kiamping
berdua: "Siauhiap. lekas kita berangkat, kalau terlambat
mungkin bisa celaka, kawanan iblis sudah merat semua." lalu
dia mendahului cemplak kepung g ung seekor kuda terus
dibedal keluar pintu. Liok Kiam-ping seperti teringat sesuatu, segera dia berkata
kepada Suma Ling-khong, "Kalian berangkat lebih dulu, aku
segera menyusul." bukan menerjang keluar dia malah
memutar pula menerjang masuk kembali ked a la m
perkampungan Tio Hok bawa Suma Ling-khong menuju ke cu-ca-kau, kuda
mereka dapat bertari dengan kencang .J a rak sepuluh li
hanya ditempuh setanakan nasi, dari kejauaan sudah tampak
sebuah kuil kecil terletak diatas bukit, tengah mereka
membedal kuda. dari belakang terdengar pula derap lari kuda
yang dipacu secara kilat, ternyata Liok Kiam-ping sudah
menyusul. Waktu Suma Ling-khong berdua menoleh kebelakang,
tampak asap tebal membumbung tinggi keangkasa, Liok Kiamping
hanya tersenyum lebar kearah mereka. cepat sekali
mereka sudah tiba didepan kuil itu. Terdengar suara gaduh
seperti benda-benda berat saling bentur diseling suara
bentakan dan makian, Kiamping bertiga tahu ada kejadian
apa-apa didalam, serempak mereka menyerbu ked a la m.
Tampak belasan lelaki berpakaian ketat merubung sebuah
kerangkeng kayu yang besar, beramai-ramai mereka
menggerakkan gaman apa saja yang terpegang sedang
menghajar kearah kerangkeng kayu itu. Did a la m
kerangkeng beberapa Piausu yang terluka berusaha melawan
dengan tekad yang membara,
Ternyata di waktu Kiam-ping berdua masih terkurung
dikamar batu, secara diam diam Tio Hok telah mengadakan
kontak dengan para Piausu yang terkurung dalam kerangkeng,
supaya merekapun bersiap menyambut gerakan dari luar.
Tay-bok-it-sin ngacir dengan luka parah, cui-hun-jiu
SunTay-coanjuga mati, markas cabang di Giok-hong-bo sudah
kehilangan pimpinan, kekuatan Ham-ping-kiong di Kanglam
boleh dikata sudah jatuh. Anak buahnya yang menjadi berpikir
hendak merebut sangu untuk menempuh perjalanan- Untung
kawanan Piausu yang terluka itu masih kuat melawan dan
mempertahankan barang kawalan mereka. disaat keadaan
sudah kritis, syukur Kiam-ping bertiga memburu tiba tepat
pada waktunya. Serombongan penunggang kuda tampak menggiring dua
buah kereta menempuh perjalanan menuju keutara, diatas
kereta terdepan tertancap sebuah panji sutra segi tiga yang
tersulam dua huruf Hong-jang, panjiputih dengan tulisan
hitam tampak berkibar megah diatas kereta. Puluhan orang
berkuda itu ternyata bukan lain adalah rombongan Hong-jang
Piauklok yang ditolong Liok Kiam-ping, belasan penunggang
kuda itu kelihatannya banyak yang terluka karena wajah
mereka banyak yang pucat.
Kereta paling belakang tertutup rapat oleh kain hitam
hingga anginpun tidak tembus ked a la m, dari dalam kereta
serirg terdenggar suara rintihanSemenara itu Tio Hok sipelopor perjalanan jauh berada
didepan sedang tarik suara dengan suara lantang dan sikap
senang dan bangga. Perjalanan masih cukup jauh untuk tiba
ditempat tujuan kota Tiang-sa.
Seorang lelaki brewok berusia empat puluhan menjepit
perut kudanya memburu maju kedepan, dengan tertawa dia
menjura kepacia Liok Kiam-ping, katanya: "Kali ini berkat
bantuan ciangbunjin sehingga seluruh rombongan kita dapat
diselamatkan, seakan kita hidup kembali, sekarang ciang bun
sudi membantu pula dalam pengawalan ini, sungguh tak
terhingga rasa terima kasih kami. Biarlah setelah Lo-piauthau
sudah sembuh, akan kami haturkan terima kasih"
"Ah, urusan sekecil ini kenapa dibuat pikiran- Ucapan Hucongpiauthau terlalu berat. Apalagi Suma-s a mte pernah
mendapat bimbingan dan rawatan Lo-piauthau, budi setinggi
gunung ini pantas dibalas, bicara tentang j as a haruslah
dicatat pahala Tio Hok paling besar, berkat usahanya yang
berani hingga rombongan besar ini dapat di selamatkan,
sepantasnya dia yang menerima pahala."
Hu-congpiauthau bergelar Thi-pi-kim-to (golok emas lengan
besi) Tan Kian-thay, tokoh lihay dari Hoay yang-pay, Pat-kwatohoat yang diyakinkan dengan enampuluh empatjalan jarang
menemukan tandingan, jiwanya terbuka, lapang dada dan
setia pada janji, karena supel pergaulannya amat luas dan
mendapat banyak penghargaan kaum persilatan-Thi-ci-kimhoan
mengangkatnya sebagai tangan kanannya yang
terpercaya, dalam pengawalan kali ini, karena lawan teramat
tangguh, meski dia tertawan, untung tidak terluka. Tio Hok
pura-pura menyerah dan terima menjadi antek musuh,
terakhir terjadi pertempuran diluar kerangkeng pula, semua ini
adalah berkat petunjuk Tan Kian-thay. jasanya terhitung
cukup baik. Dia masih menguatirkan Thi-ci-kim-hoatJi Thian-siu yang
terluka parah dan masih tidak sadarkan diri, d a la m perca
kapan tampak wajahnya murung dan kesal. Suma Ling-khong
juga kuatir, maka dia bertanya: "BarusanJi-ko sudah
memeriksa penyakitnya, bagaimana keadaan Lopiauthau,
apakah masih bisa disembuhkan"'
Liok Kiam-ping berpikir beberapa saat lamanya, katanya:
"Agaknya dia terluka oleh serangan im-jiu. untuk
menyembuhkan memang agakpeliktapi aku sudah menutup
beberapa Hiat to sehingga luka-lukanya tidak menjalar. Setiba
dikota Tang-sa akan segera kubuatkan resep untuk diminum,
yakin dalam waktu dekat sudah sembuh kembali.^
Legalah hati Thi-pi-kim-to Tan Kian thay setelah
mendengar penjelas a n Liok Kiam-ping. Tapi wajahnya masih
kelihatan masgul. Sebelum magrib mereka sudah tiba di kota Tiang-sa^
Setelah menyerahkan barang kawalan dan menerima upah,
mereka menginap dihotel Tiang- jun. Tlo Hok sudah diutus
Thi-pi-kim- to Tan Kian-thay untuk mencari kamar, seluruh
kamar yang kosong dihotel Tiang-jun boleh dikata sudah dipol,
begitu rombongan besar datang, maka sibuklah hotel itu.
Meski repot para pelayan tampak riang gembira, para
piausu disambut ramah dan diantar kekamar masing-masing.
Ternyata mereka sudah menjadi langganan lama, seluruh
pegawai hotel sudah dikenal baik, maka pembicara a npun
boleh sembarang a n dan bergerak bebas.
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Setelah makan malam Thi-pi-kim-to langsung menuju
kekamar Ji- lopiauthau, Liok Kiam-ping sudah berada dalam
kamar sekian, membuka tutukan Hiat-to ditubuh si pasien, lalu
dia pegang urat nadi sejenak. baru badanJi-lopiauthau
dibalikkan tidur tengkurap. bila dia menyobek pakaian
dipunggungnya, setelah diperiksa dengan teliti seketika dia
menjerit kaget. Orang banyak ikut kaget dan kuatir mendengar Liok Kiamping,
semua merubung maju ingin melihat apa yang terjadi.
TampakpunggungJi-lopiauthau berpeta sebuah luka gosong
berbentuk segi tiga sebesar mulut cangkir.
Liok Kiam-ping menghela napas, katanya: "Memang benar
terluka oleh Im-jiu, kalau tidak lekas disembuhkanjiwanya bisa
terancam," lalu dia suruh dua piausu membeli dua keranjang
jahe lalu digodok. airnya dituang kedalam ember besar.
Sementara Liok Kiam-ping mengeluarkan sebuah kotak
tembaga yang mungil, dari dalam kotak dia keluarkan tiga
puluh enam batang jarum emas yang panjang pendeknya
tidak sama, dengan tangkas dia tusukkan jarum-jarum itu
diatas tiga puluh enam Hiat-to yang tersebar di tubuh Jilopiauthau,
sementara godokan air jahe juga sudah tersedia,
mumpung air masih mengepul hangat tubuh Ji-piauthau
diremdam air jahe panas itu.
Air jahe harus tetap dipertahankan hangat selama setengah
jam, mulai Ji-lopiauthau menggeliat sambil merintih, agaknya
amat tersiksa karena sakit, suaranya masih teramat lemah.
Beberapa kejap lagi Kiam-ping bopong Ji-lopiauthau
dibaringkan diatas ranjang, jarum-jarum itu dicabutinya satu
persatu berurutan dari atas kebawah, dari lobang-lobang
tusukan jarum meleleh keluar air hitam.
Kedua tangan Kiam-ping kembali sibuk bekerja, mengurut
dan memijat antara sendi tulang dan urat nadi, terakhir j ari
telunjuknya menekan ci-tong-hiat dipunggung. Maka
tenggorokan Ji-piauthau berbunyi lalu memuntahkan sekumur
darah hitam, baunya busuk memualkan- Deru napasnya mulai
berat dan lancar, namun mulutnya makin merintih.
Baru sekarang Liok Kiam-ping menegakkan badan sambil
menarik napas lega: "Luka dalamnya sudah tidak
menguatirkan. Tapi kadar racun sudah kebacut meresap
dalam tubuh, hawa murni sudah hampir terbenam, maka dia
harus cuci darah dan perlu menambah tenaga." setelah minta
peralatan tulis segera dia membuka resep. setelah digodok
terus diminumkan- cara pengobatan Kiam-ping ternyata
memang manjur dan resep yang dibuatnya juga ces-pleng,
orang banyak sama memuji akan kelihayannya.
Hari kedua menjelang magrib, ruang besar hotel Tiang-jun
tampak terang benderang lilin besar dan lamplon bias
dipasang seterang siang hari, Ditengah ruang terletak sebuah
meja panjang perjamuan yang penuh hidangan- Ternyata
untuk menyatakan terima kasih atas pengobatan Liok Kiamping
yang telah menyembuhkan luka-lukaJi Thian-siu, maka
Thi-ci-kim-hoan cong-piauthau dari IHong-jang Piauklok
mengadakan pesta besar, seluruh warg ajang- Kong Piauklok
hadir bersama Liok Kiam-ping dan Suma Ling-khong.
Sebuah suara serak tua berkata: "Kungfu, ciangbunjin tiada
bandingan, bakat dan kecerdasanmu merupakan tunas
harapan bagi kaum persilatan umumnya, kelak bila kelana di
Kangouw hendaklah berpegang teguh dalam membela
keadilan, syukurlah Thian mengkaruniai para umatnya pemuda
yang sakti dan perkasa."
"Mana cayhe berani menerima pujianJi-lo-piauthau,
selanjutnya mohon kau orang tua sudi memberikan petunjuk."
demikian jawab Liok Kiam-ping
Semula Thi-ci-kim-hoan menyilakan Liok Kiam-pin, duduk
dipaling atas, namun dengan halus dia menampik, setelah
basa basi sekedarnya, maka orang banyakpun mulai
menempati kursi duduknya masing-masing.
Ditengah perjamuan itu Liok Kiam-ping bertanya asal mula
kejadian pihak Ha m-ping-kiong menyergap IHong-jang
Piauklok mereka. Thi-ci-kim-hoatJi Thian-siu menghela napas, katanya:
"Losiu mendirikan Hong-jang Piauklok, berkat penghargaan
para kawan, sehingga usaha ini berjalan lancar dan
memperoleh kemajuan cukup baik, meski sering terjadi
persoalan tapi semua dapat dibereskan dengan baik, selama
belasan tahun Hong-jang Piauklok cukup terkenal didaerah
Kanglam. Denganpihak Hamping-kiong hakikatnya tidakpernah
bermusuhan, kejadian kali inipun amat mengherankan kami
juga." Maka Thi-pi-kim-to lantas menjelaskan: "Menurut laporan
Tio Hok yang menyelidiki peristiwa ini, agaknya pihak Hamping
kiong mempunyai suatu rencana besar dengan muslihat
keji d id a era h Kanglam merampok barang kawalan kita
hanya sedikit memperlihatkan kekuatan mereka, supaya
selanjutnya kaum persilatan di Kanglam baik aliran putih
maupun golongan hitam tahu dan mau tunduk kepada
keangkeran mereka, tujuannya jelas adalah hendak merajai di
Tionggoan. Disamping itu tujuan utama adalah menuntut
balas kepada Kiu-thian-sin liong yang dahulu pernah
melukainya, seluruh kekuatan mereka hendak dipusatkan
keselatan untuk menghadapi Hong- lui- bun.'
Liok Kiam-ping maklum urusan tidak sederhana, namun dia
berwatak angkuh, katanya dengan menegak alis: "Tak heran
Tang-ling-lo-koay dan Hwe-hun-jit-sian Leng Pwe-ing
sekaligus muncul di Giok-hong-bo" kemungkinan merekapun
sudah digaruk kedalam komplotan mereka, kawanan tikus
rombongan serigala memang sama jahat. Baik, dengan bekal
kepandaian yang kumiliki, cayhe siap menghadapi tantangan
mereka sampai titik darah penghabisan"
Thi-ci-kim-hoanJi Thian-siu segera angkat cangkir antiknya
mengajak hadirin minum bersama, katanya kemudian: 'Losiu
sudah tua dan tidak becus lagi, kejadian yang menimpa Hongjang
Piauklok menimbulkan banyak korban, apapun hatiku
takkan bisa tenang, selanjutnya juga malu berdiri dikalangan
Kangouw, maka selanjutnya aku berkeputusan untuk
membubarkan Hong jang Piauklok, atas persetujuan bulat
para saudara, kami siap ikut berjuang bersama ciangbunjin
demi kepentingan Hong-lui-bun, sebagai pertanggungan
jawab kami atas pertolongan ciangbun dengan berlinang air
mata segera dia keluarkan panji Hong-jang Piauklok bersama
cap rerusahaan dia serahkan kepada Liok Kiam-ping.
Thi-pi-kim-to Tan Kiam-that segera bertepuk seraya
berseru: "inilah keinginan kami setulus hati, semoga
ciangbunjin dapat menerima kami yang tidak becus ini, yakin
ciangbun tidak akan mengecewakan harapan kita bersama."
Para Piausu lain seperti Pek-lik-ciang ciu-Khay, coh-sianghwi
lh Tiau-hong juga berkeplok menyatakan setuju, maka
bersoraklah seluruh hadirin.
Dengan tertawa lebar Liok Kiam-ping berkata: "Bahwa
seluruh hadirin sudi menggabung diri kedalam Hong-lui-bun
kita, sudi membantu kami berjuang demi kepentingan umat
persilatan, aku mewakili seluruh anggota dan pimpinan Honglui
bun menyatakan terima kasih dan menyambut dengan rasa
senang dengan tangan terbuka. cuma perjuangan teramat
berat dan konsekwensinya teramat besar, bagi kalian yang
sudah punya keluarga kurasa perlu berpikir pula lebih matang,
supaya kebahagiaan keluarga tidak menjadi berantakan
Thi-pi-kim-to tertawa gelak-gelak. katanya: "Kita ini kaum
kasar, bahwa ciangbun sudi memandang dan menghargai kita,
sungguh tidak sia-sia aku orang she Tan berkelana puluhan
tahun di Bulim. Dibawah pimpinan ciangbun yang masih muda
dan berbakat, membekal ilmu sakti pula, bila selanjutnya kami
bisa memperoleh bimbingan, harapan besar masa depan
teramat cerah terbentang didepan mata."
Pi-lik-ciang ciu Khay angkat cangkir araknya seraya
bergelak tawa, katanya: "Selanjutnya kita sudah menjadi
anggota dan warga dari Hong-lul-bun, dengan secangkir arak
ini, kami sampaikan selamat dan hormat kami kepada
ciangbunjin, semoga selalu sehat, jayalah Hong-lul-bun.' lalu
secangkir arak itu ditenggaknya habis.
Hadirin beramai-ramai angkat cangkir araknya pula terus
ditenggak habis, tempik sorakpun bergema dalam ruang pesta
itu. Mendadak Llok Kiam-ping menepuk tangan sekali dan
berkata kepada hadirin: "Bahwa kalian sudi menggabung merupakan
keberuntungan Hong- lui- bun kita. Namun sebelum mereka
secara resmi menjadi anggota setelah mengikuti upacara,
terhadap cayhe sementara mohon masih membahasakan
saudara saja, kalau tidak sungguh cayhe tidak berani
menerima." Perjamuan itu terus berlangsung hingga tengah malam,
banyak diantaranya yang mabuk dan digotong kedalam
kamar, dalam suasana riang perjamuanpun usai.
Besok pagi setelah sarapan seluruh rombongan berdandan
rapi terus berangkat. Suma Ling-khong ingin lekas pulang ke
Lok-yang untuk menghadap ibunya yang sudah sekian tahun
ditinggaikan untuk sementara dia minta diri dan berpisah
dengan rombongan orang banyak, seorang diri menempuh
perjalanan keutara. Meski berkumpul hanya dua bulan, namun sifat Suma Lingkhong
alim, sederhana dan suka terus terang, kesan Kiamping
terhadap adik angkatnya ini amat baik, kini harus
berpisah, mau tidak mau terasa berat juga.
Thi ci-kim-hoatJiThian-siupegang kedua pundak Suma Lingkhong,
katanya dengan berlinang air mata: "Semoga kau
hidup berdampingan dengan ibu dalam suasana riang
gembira. Selanjutroya dibawah pimpinan Llok ciangbun, kau
akan mulai menelusuri masa depanmu yang cemerlang, kalau
ada kesempatan datanglah kedesa Ko-yang dipropinsi ShoaTiraikasih
Website tang, Losiu akan menunggu kedatanganmu," akhir katanya
suaranya tersendat dan air matapun bercucuranBahwa Ji-lopiauthau dulu mau menerima kehadiran Suma
Ling-khong dalam Piaukloknya lantaran sampai setua itu dia
tidak pernah dikaruniai anak. hidupnya terasa hampa bersama
seorang istri setia, maka ada makud dia memungut Suma
Ling-khong sebagai anak angkat, maka dalam Piauklok Suma
Ling-khong memperoleh fasilitas dan bebas bergerak. cuma
hal ini tidak dia jelaskan, sekarang baru bertemu sudah harus
berpisah lagi, logis kalau orang tua ini merasa haru dan sedih.
Pengalaman Thi-ci-kim-to Tan Kian thay lehih luas, melihat
orang banyak ikut mend elu, seperti berat berpisah, mendadak
dia gelak tertawa, katanya: "Saudara Suma tidak perlu
berduka, bukankah ibumu hidup menyendiri dirumah, supaya
tidak merasa kesepian, sarankan kalian pindah saja ke Koyang,
kumpul dengan keluargaJi-lopiauthau, bukankah
hubungan akanjauh lebih intim. Disamping itu Suma Lotej uga
tidak perlu takut menghadapi bahaya, ibumu terlindung,
sepenuh hati kau bisa menderma- baktikan tenagamu untuk
kepentingan Hong-Lui-bun. Kedua belah pihak sama-sama
mendapatkan keberuntunganLlok Kiam-ping mengangguk menyatakan setuju, diapun
menganjurkan kepada Suma Ling-khong .Ji Thian-hu sendiri
sudah tentu teramat setuju. dia menyambut anjuran Tan Kianthay
dengan tepuk tangan girang.
Lekas Suma Ling-khong menjura kepadaJi Thian-siu,
katanya: "Kalau begitu Siautit akan banyak merepotkan saja,
sekarang biar aku mewakili ibu mengucapkan terima kasih
lebih dulu." Beramai-ramai orang banyak saling memberi
hormat lalu berpisah. Setelah Suma Ling-khong pergi jauh baik Llok Kiam-ping
putar kudanya sambil mengayun pecut, kudanya dilarikan
kearah Lam-jang. Hari itu menjelang tengah hari, orang banyak sedang
bebenah, seorang pembantu Piauklok tiba-tiba berlari masuk
dengan sikap gopoh terus berbisik ditelinga Lo-piauthau,
tampak roman mukanya berobah, dengan nada gusardia
berkata kepada orang banyak: "Ada seseorang menuding Lohu
minta bertemu, biar orang s h eJ i pergi menemuinya "
oiang banyak seketika gempar dan marah, terutama Pi-likjiu
ciu Khay yang berangasan sudah berjingkrak gusar,
serunya: "Manusia picak dari mana berani terang-terangan
menantang di Piauklok kita, hayo, kita ikut keluar," segera dia
mengekor dibelakangJi Thian-siu, berbondong-bondong orang
banyak ikut keluar. Setiba dipekarangan luar tampak diambang pintu
berdirijajar lima orang berpakaian aneh, tinggi pendek tidak
rata, orang yang berdiri paling tengah berusia lima puluhan,
hidung bengkok mata sipit pipi menonjol, jenggot kambing
pendek menghias dagunya, jubahnya terbuat dari kain blaco,
panjangnya juga hanya menyentuh lutut, dipinggang
tergantung sebatang pipa cangklong, berdiri tegak tak
bergerak menatap tajam. Begitu melihat tampang kelima orang ini, seketikaJi Thiansiu
melenggong, batinnya: "Bin-san-ngo-hou yang bertabiat
kejam ini kenapa mendadak meluruk kemari. Sungguh tak
habis herannya kapan dirinya pernah bermusuhan dengan
manusia durjana ini." lekas dia melangkah maju seraya
menjura, sapanya ramah: "Bin san-ngo-yu, hari ini bertandang
ke Piauklok kami, entah ada petunjuk apa terhadap kami ?"
Wajah kelima orang itu tampak sadis, sikap mereka tetap
kaku dan angkuh, lelaki hidung bengkok ditengah itu akhirnya
mendengus, katanya: Ji-lopiauthau tidak usah pura-pura
bodoh, seorang lelaki berani berbuat berani bertanggung
jawab. Kau kira begini saja urusan bakal selesai ?"
Karuan Ji Thian-siu menarik alis, katanya: "IHoan Han-ting,
jangan kau menyembur orang dengan darah, orang sheJi
selama kelana di Kangouw, selalu membedakan tegas antara
budi dan dendam, selamanya pantang melakukan perbuatan
jahat, jikalau kalian sengaja hendak mencari perkara, boleh
silakan sebutkan cara apa yang kalian kehendaki, orang sheJi
tidak akan mundur setapakpun."
Orang aneh yang berdiri disebelah kiri mendadak tertawa
melengking, serunya: "Setan tua, kau memang sombong,
biarlah kujelaskan supaya kau mampus dengan meram. Due
bulan yang lalu masa kau tidak ingat lagi kepada pemuda
yang kaupukul luka parah dijalan raya Siang-hoay " Hari ini
kau harus membayar hutang darah itu."
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
SekarangJi Thian-siu baru paham duduk persoalannya, dua
bulan yang lalu dalam perjalanan ke Tiang-sa, kebetulan dia
melihat seorang lelaki kekar sedang menghajar seorang
penjual bakso karena si penjual menuntut bayaran sepuluh
mang kok yang digaresnya.Ji-Thian-siu menengahi dan
membujuknya, pemuda itu malah menuding dan memakinya,
karena jengkel dia tempeleng pemuda itu hingga giginya
rontok. Sungguh tidak nyana bahwa pemuda itu ada
hubungan dengan Bin-san-ngo-hou.
Bahwa lawan bersikap kasar dan menantangJi Thiansiujuga
naik pitam, sebelum dia bertindak seorang
disampingnya telah mengejek: "Bin-san-ngo-hou, jangan
anggap kalian saja orang gagah.Ji-lopiauthau masih menepati
aturan kangouw, sikapnya tidak malu sebagai orang ternama,
memangnya kau kira kami takut terhadapmu ?" yang bicara
adalah Hu-cong-piau-thau Thi-pi-kim-to Tan thian-thay.
Bin-san-ngo-hou adalah saudara angkat yang berlainan
she, mereka berasal dari kalangan Llok-liem, masing-masing
memiliki kepandaian khusus yang lihay, semua bertangan g
apa h dan terkenal sebagai penjahat keji, tidak mau rugi selalu
menuntut keuntungan. siapa bila bentrok dengan mereka,
sebelum ajal takkan berhenti, maka mereka terkenal sebagai
kawanan penjahat yang sukar diajak kompromi.
Lotoa dari Bin-san-ngo-hou bergelar Hwi-hian-hou Hoan
Han-ting, sekilas matanya mengerling, lalu katanya tertawa
besar: "Kukira siapa, kiranya Hu-cong-piau-thau, sudah lama
kudengar Pat-kwa-ban seng-to-coat Tan- los u yang punya
enam puluh empat j urus itu menggetar B ulim. orang she
IHoantidak becus, biar aku mulai mohon petunjuk kepadamu.
Entah Tan- los u sudi memberi pengajaran-' sikapnya terlalu j
umawa. Dikalangan Kangouw, Tan Kian-tay terhitung jago
kenamaan, sudah tentu dia tidak mau kalah ditantang
dihadapan umum, meski tahu lawan cukup tangguh, terpaksa
dia mengeraskan kepala turun gelanggang. Serunya tertawa
besar: "IHoan-lo-su ada maksud memberi petunjuk, memang
kebetulan malah bagiku.' Sembari bicara dia melangkah setapak. Pat-kwa-kim-to
ditangannya dig entak keatas lalu pasang kuda-kuda
membuka jurus permulaan, siap siaga menanti serangan.
Ai-ga-hou cia Liang yang berdiri diujung kanan berkata
kepada Hwi-thian-hou Hoan han-ting: 'Memotong ayam
kenapa harus pakai golokjagal, babak pertama ini boleh
serahkan kepada Siaute saja untuk menghajar manusia
sombong ini" maka dia pun tampil kedepan sambil merogoh
pinggang, maka sebatang coa-kut-pian (cambuk tulang ular)
yang berwarna hitam leg a m pun telah terlolos ditangannya,
sekalian dia ayun serta d lob at abitkan mengeluarkan deru
angin terus dituding lurus kedepan menutuk kedada Tan Kiunshay,
tutukan datang secepat kilat tanpa membawa suara
angin- Melihat tutukan cambuk tulang ular lawan cukup ganas Tan
Kian-thay tidak mau menangkis, lekas dia menggeser minggir
sambil memutar badan, berbareng tangan kanan menyampuk
dengan gerakan burung Hong mengangguk, tajam goloknya
menepis miring kepergelangan tangan lawan yang memegang
cambuk. Ai-ga-hou (harimau kaki pendek) cia Liang tertawa riang,
tangan kanan ditarik mundur diapun berkisar membundar
tahu-tahu berpindah ke belakang Tan Kian-thay cambuk
ditangannya ikut menyabet keping gang lawanMaka Thi-pi-kim-to Tan Kian- thay mengembangkan Patkwaban-seng-to-hoat menghadapi serangan lawan dengan
tabah, maka serang menyerang antara g a man yang berbeda
itu berlangsung dengan seru, dalam sekejap. dua puluh jurus
telah mereka capai. Ternyata Ai-ga-hou lebih temb erang dan
ingin lekas menang, mendadak dia merobah permainan, kini
dia kembangkan Ling- coa-pia n- hoat perguruannya yang
berjumlah tiga puluh enam j urus, cambuk hitamnya itu
seperti berobah seekor naga yang mengamuk ditengah udara.
Kebetulan Tan Kian-thay melancarkan j urus menyapu
ribuan tentara, goloknya mengubat bagian bawah lawan, d
ilua r tahunya perawakan harimau kaki pendek cia Liang meski
gembrot, namun Ginkangnya teramat baik sebelum golok
menyambar tiba dia sudah mendahului melompat keatas
setinggi delapan kaki, ditengah udara dia menggeliat sekali
hingga badannya berputar arah, coa-kut-pian ditangannyapun
mengepruk kebawah. Pada hal Tan Kian-thay sudah kebacut melancarkan
serangan, sementara cambuk lawan sudah mengepruk kepala,
untuk berkelitjelas tidak sempat lagi, baru saja dia hendak...
Seg ulung angin kencang mendadak melesat laksana anak
panah "cret" kontan coa-kut-pian terpental keatas, tubuh Aigahou cia Liang yang anjlok kebawah juga terpental
mumbulpula oleh damparan tenaga dahsyat ini hingga
terjengkang kebelakang. karuan saking kaget jantung serasa
hampir pecah. Begitu melihat pecut lawan terpental lepas badannyapun
mencelat mumbul kebelakang,
Tan Kian-thay lantas tahu bahwa seseorang telah
membantu dirinya, memangnya hati sedang berang, segera
dia menubruk maju pula, goloknya membacok kesikut Ai-gahou
cia Liang. Pada hal Ai-ga-hou cia Liang masih terjengkang, tak
mampu menguasai diri sendiri, mendengar desir angin tajam
menyambar dari kanan lekas dia menggeliat sambil
menyingkir, tapi gerakannya kalah cepat, kontan dia menjerit
ngeri, tiga jari tangan kanannya protol tertabas golok, darah
mengalir deras, saking kesakitan badannya gemetar, muka
pucat. sementara pecut tulang ularnya terlempar jauh keluar
tembok. Hwi-thian-hou lekas memburu maju mengeluarkan obat
membalut lukanya, lalu dia memberi tanda supaya LojiJat-jihou
TanJan mewakili dia menolong sang adik, setelah itu dia
membalik badan turun keg elang gang.
cukup lama Bin-san-ngo-hou berbuat sewenang-wenang di
Kangoaw, kapan pernah dikalahkan separah ini. Hwi-thian-hou
cukup berpengalaman- dari samping dia sudah mendapat
firasat bahwa kejadian agak ganjil, dia tahupihak lawan ada
seorang yang membantu secara diam-diam, namun dia juga
tahu bahwa Lwekang orang cukup tinggi maka dia tidak berani
sembrono menantangnya, Langsung dia menghadapiJi Thianhou
sambil menyeringai, katanya: "Berapa banyak jago kosen
undangan kalian untuk membantu secara diam-diam, boleh
silahkan disuruh keluar?" nada bicaranya sudah tidak seketus
dan segalak tadi, tapi sikapnya masih tetapjumawa.
Kawanan Piausu tadi juga kuatir akan keselamatan Tan
Kian-thay, dikala hati mereka berkuatir, entah kenapa Ai-gahou
sendiri yang berbalik tertabas luka tangannya, keruan
mereka berdiri melongo keherananTiraikasih
Website Ji Thian-siu sendiri juga lagi melenggong, setelah
mendengar perkataan lawan kembali dia tertegun, sekilas dia
ragu-ragu akhirnya dia b erg elak tawa, katanya: "Hoan los uh
u, boleh tidak usah kuatir, yang hadir d is ini adalah kawan
seperjuanganku, pasti tiada teman lain yang membantu secara
diam-diam." Lega juga hati Hwi-thian-hou Hoan Hanting memperoleh
jawaban ini, tapi dia tetap tidak gentar, menghadapi
keroyokan orang banyak. Lo-piausu marilah persoalan kita
bereskan sendiri saja." kuatir urusan berkepanjangan, apa lagi
pihak sendiri yang meluruk kemari, maka dia ingin lekas
menyelesaikan persoalan ini.
Berkerut alis Thi ci-kim-hoanJi Thiansiu, katanya
tersenyum: 'Untuk menghormat terpaksa menerima perintah,
baiklah Losiu akan iringi kehendakmu." sembari bicara dia
melangkah maju seraya menggerakkan kedua tangan lalu
pasang kuda-kuda. Melihat lawan maju dengan bertangan kosong, Hwi-thianhoujuga
harus jaga nama baik, maka diapun tidak
mengeluarkan senjata, sedikit manggut dia berseru: "Baiklah
aku mulai dulu." tangan kiri membundar ke kanan sementara
tinju kanan menyelonong dari tengah bundaran, segumpal
angin pukulan keras langsung menerjang kedana Thi-ci-kimhoan,
tenaga jotos a nny a ini memang cukup hebat.
Lo-piautau baru sembuh dari luka-lukanya, kesehatannya
belum sehat sepenuhnya dia tahu dalam hal tenaga dirinya
jelas bukan tandingan, lekas dia berkelit miring lima langkah,
berbareng membalik tangan melancarkan ilmu tangan kosong
Kim-na-jiu yang punya tiga puluh enam j urus, sebat sekali dia
sudah balas menyerang enam j urus, syukur rangsakan lawan
berhasil dibendung. Sebagai tertua dariBin-san-ngo-hou, sudah tentu Hwi thianhou
Hoan Han-ting memiliki Kungfu yang patut dibanggakan,
melihat lawan melancarkan Kim-na-jiu, bukan saja permainan
sudah mahir namunjuga lihay, maka diapun tidak berani
gegabah, segera dia enjot kaki melompat keatas, ditergah
udara badannya berputar, kelima jari terpentang mencakar
turun, kiranya dia melancarkan Hwi-eng-ciang-hoat (pukulan
tangan elang). Ciang-hoat atau pukulan tangan ini merupakan ilmu
tunggal yang dirahasiakan pihak Tiang-pek-pay, kalau tidak
genting tak dipamerkan didepan umum, bila
dikembangkanjurus permainannya merupakan serangan
berantai yang deras dan ganas, pesilat yang memainkan
pukulan inipun harus memiliki Ginkang tinggi, beruntun orang
bisa menukik turun tujuh kali dengan serangannya, sehingga
lawan terdesak kerepotan dan tak mampu balas menyerang
pula. Hwi-eng-ciang-hoat memang ganas dan menakutkan.
Mengembangkan Kin-na-jiu-hoatjuga banyak memeras
tenaga, apalagi menghadapi sergapan musuh dari atas begini,
sedikit lena jiwa bisa melayangJi Thian-sinjuga sudah
merasakan kekuatan sendiri takkan mampu bertahan lama,
apalagi setelah sakit Lwekangnya belum pulih, hanya
beberapa jurus dia sudah merasa kepayahanLekas sekali serang menyerang ini berlangsung sampai dua
puluhan jurus, keringat sudah membasahi jidat Lo-piauthau,
napasnya juga sudah mulai sengal-sengal, jelas dia sudah
terdesak dibawah angin- Memperoleh angin Hwi-th ia n- hou ternyata lebih gencar
menyerang. sedikitpun lawan tidak diberi peluang, Tatkala
ituThio-kim hoan sedang membungkuk meluputkan sejurus
serangan lawan, sebelum dia sempat memutar tub uh, j urus
Hwi-ing-po-tho yang dilancarkan Hwi-th ia n- hou sudah
menceng kram turun mang ancam pundak kiri.
Disaat g anting itulah, mendadak kumandang sebuah
bentakan: "Bangsat, berani mengganas." sesosok
bayanganputih tiba-tiba melesat disertai terjangan angin
kencang meluncur bagai kilat ketengah arena.
Hwi-thian-hou sudah kegirangan bahwa cengkraman
jarinya bakal meremuk tulang pundak lawan, maka daya
tubrukannya diperkeras sambil menambah tenaga, tiba-tiba
pandangannya serasa kabur oleh berkelebatnya bayangan
putih, menyusul lengan kanan lunglai berbareng sekujur
badan menjadi enteng, waktu kakinya anjlok ketanah
langkahnya limbung. Waktu dia angkat kepala dilihatnya berdiri seorang pemuda
gagah, j ubah putih berkibar di tiup angin, berdiri garang
menatap tajam dirinya. Karuan kaget Hwi-th ia n- hou bukan
kepalang, bagaimana lawan menyerang menggunakan j urus
apa hakikatnya tidak di ketahui olehnya, tahu-tahu dirinya
sudah di desak turun dan anjlok gentayanga sesaat dia
berdiri menjublek. Dengan wajah serius Llok Kiant-ping, berkata: "Dengan
kepandaian cakar kucing kalian berani meluruk ketempat
orang mencari perkara. Lo-piauthau bermaksud baik, ternyata
mendapat tanggapan jahat kalian lekas pulang dan hukum
berat anak muridmu sendiri, selanjutnya dilarang menindas si
lemah, mengganas terhadap sesama manusia, kalau kudengar
kalian melakukan kejahatan, kalau membangkang hari ini akan
kutuntut keadilan kepadamu"
Lawan masih begini muda, bicaranya juga pongah, namun
kepandaian yang dipertunjukkan tadi memang teramat
menakjubkan, siapa orang muda ini perlu, diketahui lebih
dulu, maka dia merobah sikap, katanya tersenyum: "Saudara
masih begini muda kepandaianmu ternyata cukup hebat,
boleh kau sebutkan nama perguruanma ?" "Kau tidak setimpal
tanya siapa diriku. "Anak muda, jangan terlalu pongah.'
"Pongah atau tidak- bila kau tetap bandel, sebentar juga
bisa kau ketahui." Loji TanJan sudah naik pitam, segera dia rneraung: "Setan
alas, memangnya kau sudah makan nyali harimau berani
memusuhi kita, Bin-san-ngo-hou tidak boleh dibuat
permainan, tahu.". secara tidak langsung dia sudah
menandaskan bahwa mereka berlima siap turun gelanggang
bersama. Pikirnya dengan tenaga lima bersaudara betapapun tinggi
Kungfu bocah inijuga tak kan lolos dari keganasan mereka,
maka sebelumnya dia menantang dengan menyebut nama
julukan mereka bersaudara.
Llok Kiam-ping juga pintar, dia juga tahu maksud orang,
tapi kepandaiannya tinggi, nyalinya besar, wajahnya sengaja
mengunjuk mimik menghina, katanya dengan menyeringai:
"Ah, tiada artinya, dengan kekuatan kalian berlima sampah
persilatan ini, memangnya tuan muda ini ada maksud hendak
menyapu kalian, nah boleh kalian maju bersama supaya tuan
muda tidak membuang tenaga."
Bin-san-ngo-hou dibilang a n kekuasaannya cukup disegani,
kapan mereka pernah dihina dan diremehkan begini rupa,
sungguh hampir meledak dada mereka. Hwi-th ia n- hou si
licin dan penuh akalnya itujuga ikut naik pitam. Segera dia
memberi aba-aba: "Siap." dari pinggang dia turunkan pipa
cangklongnya terus mengeruk lebih dulu kekepala Kiam-ping.
Menyerang dengan gusar, maka pipa cangklongnya
menderu keras. Tiga saudara yang lain juga mengeluarkan
senjata, dua batang pedang dan sebilah Poat-hung-to. maka
terdengarlah dering senjata ramai, di susul sinar kilat
berkelebatan, karena terluka jari tangannya maka Ai-ga-hou
hanya bertangan kosong, menyerang dengan tangan kiri.
Llok Kiam-ping tetap berdiri tegak sambil tersenyum,
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sedikitpun dia tidak gentar atau gugup menghadapi situasi
gawat ini. Bila senjata musuh hampir mengenai tubuhnya,
baru dia bergerak dengan Ling-hi-pou-hoat. seperti setan
gentayangan tiba-tiba badannya berkelebat menyelinap
diantara senjata lawanTiraikasih
Website Terasa pandangan kabur Ngo-houjadi bingung dan
celingukan, tahu-tahu bayangan lawan telah lenyap dari depan
mata. Tiba-tiba suara lirih diluar kalangan- Waktu mereka
berpaling, ternyata Llok Kiam-ping sudah berdiri dua tombak
di sana, memandang mereka dengan senyum mencemooh
Sekilas mereka saling pandang, siap menerjang maju pula.
Terdengar Kiam-ping sudah membentak:
"Kali ini kalian tidak boleh diberi kelonggaran lagi." kedua
tangan segera melancarkan j urus Llong-kiap-sin-gan. Betapa
hebat, salah satu j urus W.^ liong- ciang-hoat ini. mana Binsanngo-hou mampu bertahan. Ditengah berkelebatnya
samberan telapak tangan, beberapa jeritan terdengar saling
susul, bayangan orangpun mencelat robohJi-hou dan Sam Hou
terpukul paling keras, badan mereka terlempar lima tombak,
begitu terbanting jatah tak mampu bangun lagi, darah
menyembur dari mulut mereka. Si- hou dan N go- hou
berjarak lebih j a uh, maka mereka hanya keserempet angin
pukulan saja. namun merekapun mencelat satu tombak^
mukanya pucat pias, darah sudah bergolak hampir tumpah,
jelas merekapun sudah terluka parah. Kepandaian Hwi-th ia nhou
Hoan han-ting paling tinggi, d iapun pandai melihat
gelagat dan berkelit lebih sigap hanya terg entak mundur lima
langkah, wajahnya juga pucat lesi.
Membesi kaku muka Llok- Kiam-ping, tanya: "Mengingat
kalian bersalah baru pertama terhadapku. maka kali ini aku
tidak akan bertindak lebih keras, bila kelak kebentur lagi
ditanganku,jiwa kalian pasti ^ak tera mpun lagi, Sekarang
boleh kalian minggat dari sini.'
Hwi-thian-hou tenengkan diri, dilihatnya keempat
saudaranya juga terluka parah.
betapa perih dan duka hatinya segera dia menggembor
seperti lolong serigala: "Sahabat, membunuh orang
seumpama kau mengangguk kepala. Bin-san-ngo-hou hari ini
memang hancur ditanganmu mau bunuh atau akan disembelih
boleh silakan turun tangan, selama orang she IHoantetap
bernapas, dendam hari ini pasti akan kubalas."
"Melihat tampangmu yang menjijikkan ini, tuan muda tak
ingin mengotori tangan sendiri, maka jiwamu tetap
kupertahankan- Mau menuntut balas Hong-lui bun selalu
membuka lebar pintunya, kapan saja boleh kalian datang
membuat perhitungan."
"Hong-lui-bun "' mendadak Hwi-thianhou berjingkrak.
seketika dia teringat seseorang, pekiknya: Jadi kau inilah patpikim liong," "Ah, itu hanya julukan tak berarti yang diberikanpara
saudara," "Hari ini go-hou terjungkal ditangan ciangbunjin Hong-luibun
terhitung setimpal juga. Selama gunung tetap menghijau
biarlah airpun tetap mengalir." lalu dia papah kedua saudara
yang terluka beranjak keluar.
Kapan para piausu itu pernah melihat pertunjukan silat
sehebat tadi, semua menyaksikan dengan mendelong takjup.
setelah musuh digebah pergi baru mereka bersorak gembira.
TerutamaJi Thian-siu geleng-geleng dengan menghela napas,
dia sesali umurnya yang sudah tua dan lemah tenaga, maka
lebih teguh tekadnya untuk mengundurkan diri, tetirah
dikampung halaman- Hari kedua Hong-jang Piauklok mengadakan perjamuan
besar, mengundang para tokoh-tokoh Bulim setempat serta
para sahabat, dipermaklumkan bahwa sejak hari ini Ji Thiansiu
sudah Kim-bun-se-jiu (cuci tangan dibaskom emas),
selanjutnya menggantung senjata tetirah dikampung bebas
dari percaturan dunia persilatanDalam perjamuan itu antaranya hadir Bian- elang ouwyang
Tekspoh, Tiang lo dari Kun-lun-pay, Klongjin-ping murid Siaulim
yang terkenal dari keluarga preman, Thian-lo-jiu can cuTiraikasih
Website seng, congpiauthau dariTinwanpiauklok dan masih banyak lagi
kaum persilatan terkenal.
Ditengah perjamuan Ji Thian-siu angkat cangkirnya ajak
hadirin minum bersama, lalu dia berpidato: "Berkat kerjasama
yang baik denganpara sahabat Kangouw, IHong-jang Piauklok
yang kudirikan dapat berdiri sampai hari ini, usaha untuk
mencari sesuap nasi ini syukur dapat bertahan selama tiga
puluh, tahun dan belum pernah gagal, bersama ini kami
haturkan terima kasih kepada para sahabat yang selama ini
telah memberi bantuan dan nasehat yang berharga, sekarang
terasa usia tua tenaga lemah, maka sejak hari ini kami
putuskan untuk mengundurkan diri, cuci tangan dari semua
pertikaian kangouw atau urusan ekpedisi.
Urusan piauklok kita yang belum sempat dibereskan sudah
kami serahkan kepada can-lopiau-thau dari Tin- wan piauklok
untuk mewakilinya. Hari ini sengaja kuadakan perjamuan ini,
disamping menyampaikan persoalan ini sekaligus kami mohon
diri kepada para sahabat, terima kas ih pula akan kehadiran
kalian." Habis pidato Ji Thian-sin anjurkan hadirin mulai makan
hidangan yang sudah tersedia, maka pesta besar itupun
berlangsung dalam suasana gembira.
Bian- elang ouwyang Tekspoh, Tiang lo dari Kun-lun-pay
mendadak berbisik kepadaJi Thian-sin, Lo-piauthau tampak
mengerut kening, sikapnya kelihatan serba susah, dari
samping Klong Jin-ping murid preman Siaulimjuga kelihatan
ikut membujuk, akhirnya dia berdiri dengan dengan tertawa,
katanya kepada Llok Kiam-ping: "owyang cianpwe amat
mengagumi Kungfu ciangbunjin yang tiada taranya,
menggetar dunia persilatan maka beliau ada maksud berlomba
dengan Lote, diminta Losiu untuk menyampaikan maksud
hatinya kepada ciangbun, mohon pendapat Lote."
Llok Kiam-ping bingung dan tak tahu bagaimana harus
menghadapi persoalan ini,
KlongJin-pin murid preman Siau-lim sudah buka suara:
"Kapan kita bisa berkumpul dalam pesta perjamuan seperti ini,
mohon ciangbunjin tidak menolak, tunjukkan beberapa jurus
supaya mata kita terbuka, untuk menyemarakkan perjamuan
ini pula." Hadirin sudah pernah dengar betapa hebat kepandaian Liok
Kiam-ping, namun betapa hebatnya belum ada yang pernah
membuktikan, maka tidak sedikit yang ingin tahu dan melihat
demonstrasinya untuk menambah pengetahuan, mendengar
dukungan KlongJin-ping. maka bersoraklah para hadirin,
semua keplok tanda setuju.
Melihat betapa besar hasrat hadirin melihat pertunjukan,
dilihatnya pula owyang Tek-poh duduk diam sambil menatap
tajam kepadanya, sikapnya kelihatan pongah, maka hatinya
terbakar. darah panasnya mendorong dirinya melakukan
sesuatu, terpaksa dia berdiri dan menjura kepada hadirin,
katanya: "Hanya kepandaian permainan kera saja yang pernah
kupelajari, bahwa ouwyang cianpwe sudi memberi petunjuk
biarlah cayhe melayani sekuat tenaga, untuk bertanding jelas
cayhe tidak berani, biarlah masing-masing menunjukkan
kemampuannya saja " Thi-ci-kim-hoan Ji Thian-sin tertawa gelak-gelak, katanya:
"Ucapan Lote memang cocok kehendak ouwyang cianpwe,
nah marilah kita habiskan pula dua cangkir, sebentar kita pergi
kekebun belakang, disana lapangan luas, lebih bebas
bergerak." lekas hadirin habisi dua cangkir arak pula terus
terus berdiri, suara menjadi ribut dan ramai.
Maka Thian-siu bawa orang banyak kebelakang, di mana
ada lapangan latihan silat, Usia ouwyang Tek-poh sudah
delapan puluh, satu-satunya Tiang lo Kun lun-pay yang masih
hidup, alisnya gompyokjuga sudah uban, matanya juling
tajam, jenggot rambutnya seputih saiju, wajahnya kelihatan
bersih, berwibawa dan gagah, ilmu silatnya juga sudah
mencapai taraf tertinggi dalam perguruannya. Lima puluh
tahun yang lalu namanya sudah terkenal di Bulim, namun
jiwanya jujur, hanya sifatnya agak angkuh, sejak lama dia
bersahabat dengan Thi-ci kim hoan, maka kali ini Lo-piauthau
mengundangnya dalam jamuan perpisahanDipinggir lapangan yang terletak dibelakang kebon berdiri
beberapa pucuk pohon rindang dahan pohon sebesar pelukan
orang, tinggi juga beberapa tombak. Saat itu mentari hampir
mencapai titik tengah memancarkan cahayanya yang
benderang, mesti masih dalam musim semi, hawa masih
terasa panas. Dibawa h pohon sudah dijajar beberapa bangku
panjang serta beberapa buah meja.
Setiba dibawah pohon rindang ouwyang Tekspoh tertawa,
katanya: "Losiu amat kagum mendengar Kungfu sakti .
Siauhiap. maka mengajukan permohonan yang kurang pantas
ini, harap Siauhiap sudi menerangkan demonstiasi apa yang
kita tunjukkan d ih a d apa n umum "' Llok Kiam-ping
mengangguk, katanya: "Ciangpwe seorang berbudi dan luhur pula sejak lama
sudah terkenal dan disegani kaum persilatan, mana berani
cayhe mendahului, ingin mend emontras ikan apa boleh
silakan cianpwe saja yang menyatakan"
Dalam hati ouyang Tekspoh menggerutu, namun sikapnya
tetap ramah, katanya tertawa keras: "Baiklah, kita gunakan
pohon-pohon besar ini sebagai sasaran pertandingan,
bagaimana ?" Llok Kiam-ping maklum bahwa Bian-ciang (pukulan kapas)
orang telah diyakinkan sampai taraf tinggi, kelihayannya pasti
sukar diukur, tapi dia sudah kebacut bilang supaya orang yang
mengajukan usul pertandingan, apapun dirinya tidak boleh
menyesal, Maka dia mengangguk tanda setuju.
Terhadap kelihayan Kungfu Llok Kiam-ping sudah lama
ouyang Tek-poh dengar dan kurang percaya, oleh karena itu
dia berani mempertaruhkan kebesaran nama baiknya selama
puluhan tahun ajakpemuda ini bertanding, lahirnya kelihatan
sikapnya wajar dan biasa padahal hatinya tegang luar biasa,
betapapun kali ini dia harus mencurahkan seluruh perhatian
dan tenaga. Tampak dia berdiri tegak kira-kira setengah
tombak di depan pohon, lengan baju sudah menyingsingnya
pula, pelan-pelan kedua tangannya terangkat mencapai dada,
perlahan telapak tangannya menekan ke arah dahan pohonangin
deras menderu keras menerjang kedepan, "Duk" pohon
sebesarpelUkan itu tampak bergetar. Menyusul telapak tangan
kirijuga didorong kedepan- maka pohon itu bergetar lebih
keras lagi. Disaat getaranpohon belum habis, telapak tangan secara
berantai menepuk pula, begitulah kanan kiri secara bergantian
maju mundur sehingga pohon itupun makin bergetar seperti
digoncang lindu, dahan dan daon mulai rontok berjatuhanSetelah pukulan ketujuh mendadak dia menarik napas terus
menggentak keras "Hep", Lalu kedua telapak tangan didorong
bersama tenaga pukulan sea muka n badai menerjang pohon
itu' 'Krak' suara dahan putus berbunyi nyaring.
Kejap lain pohon sebesar pelukan orang besar itu pelanpelan
tumbang karena dahannya patah terpukul.
Hadirin seketika bersorak kagum dan berkeplok dengan
ramai. Dengan wajah tidak berobah dan napas tidak memburu
pelan-pelan ouyang Tek-poh mundur kembali ketempat
duduknya, wajahnya menampilkan rasa bangga.
Sekarang Llok Kiam-ping sudah cukup ahli dalam soal
Kungfu, dia tahu pukulan kapas sekaligus biasanya dapat
melontarkan lima kali pukulan, bahwa orang tua ini sekaligus
dapat memukul tujuh kali, jelas Lwekangnya memang
mencapai taraf yang lebih sempurna.
Maka Kiam-ping juga tidak berani takebur, bukan maju dia
malah beranjak mundur lima kaki, pelan-pelan dia menarik
napas menghimpun hawa murni, tenaga dia kerahkan dikedua
lengan, pertama dia memukul ke pucuk pohon sekali.
Damparan angin sedahsyat gugur gunung itu ternyata
menghembus kencang sehingga pohon besar itu tertiup
doyong kedepan, disaat dahan pohon itu seperti hampir patah
mendadak Kiam-ping menambahi sekali pukul lagi. Padahal
pucuk pohon itu sudah mulai menegak lurus pula, kini
didorong oleh tenaga pukulan pula hingga meliuk turun
bengkok hampir menyentuh tanah dan "Bum" akhirnya pohon
besar itu tumbang dengan suara yang gemuruh, seperti
dicabut saja pohon itu roboh keakar- akarnya,
Karuan hadirin yang berduduk dibangku panjang semua
berdiri, saking kaget mereka menjublek. ada pula yang melelet
lidah tak mampu bersuara.
Watak ouwyang Tekspoh memang jujur dan lapang dada
segera dia tertawa lebar serta bicara lebih dulu: "Pertunjukan
Hi-khong-sip-hut Siauhiap barusan sungguh membuka mata
Losiu. umumnya kekuatan daya sedot dari Hi-khong-sip-but
itupalingjauh hanya dapat menjangkau dalam jarak tiga
tombak. bahwa Siauhiap mampu bermain sewajar itu dalam
jarak lima tombak, sungguh sukar dibayangkan kehebatannya.
Ada sebuah permintaan Losiu yang kurang pantas, entah
Siauhiap sudi tidak selanjutnya memanggil Losiu Lo-koko
Pendekar Riang 11 Sejengkal Tanah Sepercik Darah Karya Kho Ping Hoo Pendekar Buta 10
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama