Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen Bagian 11
mempunyai maksud tersendiri.
U-bun Hoo ingin agar Su-giok menjadi istrinya karena Su-giok
sangat cantik dan dia sangat menyukainya. U-bun hujin ingin di satu
sisi agar Kie Su-giok menjadi menantunya tapi tujuan yang paling
besar adalah memperalat Kie Su-giok untuk menguasai Kie Lekbeng, karena dia tahu hanya dengan mengandalkan adiknya
rencananya itu tidak akan berhasil. Setelah tertawa U-bun hujin
berkata: "Anak Giok, kalau begitu, pikiranmu bisa berkurang separuh!"
Kie Su-giok terpaku dan berkata: "Aku tidak punya pikiran apa
pun." "Bukankah tadi kau mengatakan pergi ke ibukota untuk mencari
teman Bo-tan juga Coh Thian-su?"
"Itu adalah 2 hal yang berbeda." Kata Kie Su-giok tertawa.
"Kau mengatakan ada temanmu yang sudah lebih dulu pergi ke
ibukota 5 hingga 6 hari yang lalu, apakah itu benar?"
"Benar." Jawab Kie Su-giok
"Apakah kau khawatir dia tidak tinggal lama di ibukota?"
Kie Su-giok mengangguk dan U-bun hujin bertanya lagi: "Dari
mana dia berangkat?"
"Mungkin dari daerah sekitar sini!" Jawab Kie Su-giok singkat.
"Kalau begitu kau akan tiba lebih cepat 3 hari darinya, karena
kau naik kereta kuda dan dia hanya menunggang kuda sendiri.
Menurut perhitungan, kita bisa tiba dalam waktu bersamaan di
ibukota, dan kau dapat menemuinya."
U-bun hujin berkata lagi:
"Apakah kita bisa bertemu dengan Coh Thian-su di ibukota"
Apakah kau sudah berjanji dengannya?"
"Tidak!" Tanya U-bun hujin lagi: "Kalau begitu kita akan susah untuk mencarinya, apakah di
ibukota dia mempunyai kenalan" Kalau kau bisa cari tahu orang
yang dia kenal..." "Aku tidak tahu apakah dia mempunyai kenalan di sana." U-bun hujin sebenarnya ingin tahu Coh Thian-su bersembunyi di mana.
Tapi U-bun Hoo mengira ibunya tidak tahu dan tidak terpikir
mungkin mereka akan bertemu dalam perjalanan, maka dia berkata:
"Ibu, kau tidak perlu mengkhawatirkan Adik Yu, murid Hoa-san
yang bernama Leng Hi bukankah mengatakan bahwa ketua mereka
meninggal 6 hari yang lalu" Dan Coh Thian-su pergi ke Hoa-san
untuk memberi ucapan bela sungkawa, artinya baru 4 hari atau 5
hari yang lalu dia baru berangkat dari Hoa-san. Dari Hoa-san datang
ke sini dengan menunggang kuda memerlukan waktu 2 hari, kita
dan dia hanya berselisih 3 hari, kita akan bertemu dengannya di
tengah perjalanan." Dia tahu bahwa ibunya pernah bertemu dengan Yu He-cu dan
Coh Thian-su di Hoa-san, supaya rahasia ibunya tidak bocor di
depan Kie Su-giok, dia berpura-pura membantu ibunya menghitung
jarak dan waktu yang harus ditempuh oleh Coh Thian-su.
U-bun Hoo tidak ingin membocorkan rahasia di depan Kie Sugiok, tapi kata-katanya malah membuat Kie Su-giok curiga. Kie Sugiok berpikir, 'Katanya Toako dan ibu angkat belum pernah ke Hoasan tapi mengapa bisa tahu menunggang kuda dari Hoa-san ke
tempat ini menghabiskan waktu 2 hari?"
Walaupun dia curiga, dalam mimpi pun dia tidak tahu bahwa dia
sudah masuk ke dalam perangkap ibu dan anak U-bun ini.
Begitu dia ingat hampir ditangkap oleh Lo-toa dari Kim-leng-sameng, hatinya masih berdebar-debar.
'Bila ibu angkat tidak menolongku, bila aku tidak mati, aku pasti
udah diperkosa mereka! Mereka begitu baik kepadaku, walaupun
kata-kata mereka ada yang aneh, aku tidak perlu curiga kepada
mereka, di dunia persilatan orang-orang selalu tidak jujur, begitu
juga denganku!' Begitu memikirkan hal ini sikapnya sudah kembali normal dan Kie
Su-giok berkata: "Untung ibu angkat menolongku, jadi aku bisa lebih awal tiba di
ibukota, aku sudah tidak perlu memikirkan apa-apa lagi bila dalam
perjalanan bertemu dengan Coh Thian-su, itu akan lebih baik."
Kata U-bun hujin: "Kau tidak perlu sungkan, karena kita adalah ibu dan anak." Ubun hujin melihat bahwa Kie Su-giok benar-benar berterima kasih
kepadanya Dalam hati dia berpikir, 'Walau rencanaku dikacaukan oleh tosul?su Hoa-san itu sehingga timbul celah, tapi celah itu sudah
kututupi." Kata Kie Su-giok:
"Hutang budi kepada ibu angkat susah untuk dibalas, tapi aku
akan ?lalu mengingatnya dalam hati."
Dia sangat berterima kasih kepada U-bun hujin, dia tidak tahu
Kie Ling San Ying sebenarnya adalah suruhan dari U-bun hujin
untuk membuat masalah dengan Su-giok.
U-bun hujin sangat berpengalaman, mungkin Kie Su-giok sendiri
pernah ada sedikit curiga kepada kata-kata U-bun Hoo.
"Aku harus memakai cara apa pun untuk menutupi celah ini."
Sengaja dia bertanya kepada putranya,
"Adikmu sudah tidak mempunyai masalah lagi, bagaimana
dengan dirimu?" "Apa masalahku?" Jawab U-bun Hoo terpaku.
Tapi setelah berkata seperti itu, dia baru tahu maksud ibunya.
Sengaja dia menggarukkan kepalanya dan berkata:
"Tebakan ibu tidak salah, adik sudah tidak ada masalah yang
dipikirkan, tapi aku ada."
"Coba katakan kepada ibu, apa yang sedang kau pikirkan?"
"Lima tosu Hoa-san sudah dipukul olehku, mungkin mereka
sudah pulang ke Hoa-san dan melaporkan semuanya kepada
gurunya sehingga menjadi masalah untuk kita."
Kata U-bun hujin: "Kereta kuda kita larinya sangat cepat, begitu mereka tiba di
ibukota, kita sudah sampai di Pek-toh-san."
"Aku takut Adik Giok akan terganggu."
"Toako tidak perlu mengkhawatirkan diriku, Hoa-san-pai tidak
akan menggangguku, pertama, karena tadi aku sudah berusaha
membela mereka, kedua..." Kata Kie Su-giok.
"Kedua bagaimana?"
"Kedua tosu Hoa-san itu tahu bahwa aku dan Coh Thian-su
adalah teman, walaupun mereka kesal kepadaku, mereka pasti akan
memandang Coh Thian-su dan tidak akan menggangguku."
Sebenarnya dia tahu bahwa kakeknya dan Hoa-san-pai
berteman, tapi dia masih ingin menutup identitasnya, maka nama
Coh Thian-su lah yang dia sebut, setelah mengatakan itu, dia ingin
tertawa. "Mengapa keluarga ibu angkatku hanya mengenal keluarga Coh
dari Kang-lam, dan tidak mengenal keluarga Kie."
Kata U-bun Hoo: "Kalau begitu aku tidak perlu mengkhawatirkan dirimu lagi."
Kereta kuda berlari sangat kencang
"Mereka tidak akan membuat masalah denganku juga denganmu,
seperti kata ibu angkat, walupun mereka datang mereka tetap tidak
akan bisa mengejar kita." Kata Kie Su-giok.
"Akut tidak khawatir bila mereka mencari kami, yang aku
khawatirkan adaiah hal yang lain." Kata U-bun Hoo.
"Mengenai masalah apa?" Tanya Kie Su-giok.
"Kelima tosu itu dilukai olehku, apalagi yang bernama Leng Hi,
lukanya paling berat, aku takut mereka tidak akan bisa pulang ke
Hoa-san. Kie Su-giok tahu bahwa tenaga dalam Hoa-san-pai mempunyai
keistimewaan, maka dia tidak begitu khawatir, Kie Su-giok tertawa:
"Kau takut mereka pulang ke Hoa-san dan melapor kepada guru
mereka, kau juga takut mereka tidak bisa pulang ke Hoa-san,
pantas kau merasa tidak tenang."
"Kau jangan menghina orang lain, bukankah kau juga dengar,
sebelum besok siang, mereka sudah tiba di Hoa-san, tosu-tosu itu
bisa dalam 2 hari melakukan perjalanan. Yang bernama Leng Hi,
ilmu silatnya paling tinggi hampir setara denganmu, kau jangan
menganggap rendah kepada orang lain dan menganggap sendiri
lebih tinggi." Kata U-bun hujin.
"Ibu berpandangan lebih jauh, ibu bilang tidak perlu takut, aku
pun udak akan takut, aku dengar tosu-tosu itu berkata jarak dari
sini ke Hoa-san hanya butuh 2 hari perjalanan, apakah ibu juga
mendengar hal yang lainnya?" Kata U-bun Hoo.
"Kau tidak dapat dengar karena mereka sudah berada satu
setengah kie baru bicara, anak Giok, apakah kau pun bisa dengar?"
Kie Su-giok tertawa dan berkata:
"Kakak saja tidak bisa dengar, apalagi aku. Aku tidak dengar apa
Kata U-bun hujin: "Ucapan Leng Hi paling akhir hanya memberi semangat untuk
icman-temannya agar bisa bertahan hingga ke Hoa-san."
U-bun hujin berbohong dan sangat sempurna menutupi
kekurangan putranya, setelah Kie Su-giok mengira mereka
mendengar ucapan dari ucapan tosu-tosu itu, kecurigaannya yang
terakhir hilang begitu Kie Su-giok terlihat sangat senang dan berkata: "Kalau begitu,
Toako dan aku tidak perlu mengkhawatirkan tosu-losu itu, mereka
pasti bisa pulang ke Hoa-san dengan selamat."
"Yang harus kita lakukan sekarang adalah berharap bisa bertemu
dengan Coh Thian-su di tengah perjalanan." Kata U-bun Hoo.
U-bun hujin merasa senang dalam hati dia berpikir, 'Sedikit pun
udak salah, tosu-tosu itu sudah kembali ke tempat asalnya,
sekarang sudah lewat 3 jam, obat mulai bereaksi setengah jam
yang lalu, sekarang adalah waktunya bagi mereka untuk kembali ke
tempat asalnya, bukan kuda yang membawa mereka pulang tapi
akulah yang mengantarkan mereka pulang."
Ternyata sewaktu kelima tosu itu berpamitan, dia pun dengan
sopan membalasnya, di dalam lengan baju sudah dibubuhi oleh
racun yang udak berbau dan mengibaskan lengah bajunya ke
hidung lima tosu itu. Kie Su-giok masih belum merasa sesuatu yang aneh. Dia masih
mengira dia sudah bertemu dengan dewa penolong, dengan
sukacita mengikuti mereka pergi ke ibukota.
Sepanjang jalan ibu dan anak itu masih pura-pura tidak tahu
bahwa Kie Su-giok adalah seorang perempuan yang menyamar
menjadi laki-laki. Setelah menempuh setengah perjalanan, mereka
menginap di sebuah penginapan, Kie Su-giok memberi alasan tidak
dapat tidur dengan orang lain dan U-bun hujin serta putranya, Ubun Hoo tidak banyak bertanya, mereka memesan sebuah kamar
lain. Rencana ibu dan anak ini adalah mengulur tali yang panjang dan
memancing ikan yang besar walaupun U-bun Hoo menyukai
kecantikannya, dia tidak mau tergesa-gesa.
Semua rencana U-bun hujin berjalan sesuai dengan harapan,
hanya ada satu hal yang belum tercapai.
Sepanjang jalan mereka tidak bertemu dengan Coh Thian-su,
bukan karena perhitungan U-bun hujin yang meleset tapi Coh Thiansu yang mengalami perubahan, yang membantu Coh Thian-su di
tengah perjalanan adalah adiknya Gin-ho, Bok Koan-koan
Kuda yang diberikan oleh Bok Koan-koan adalah seekor kuda
terkenal walaupun tidak sebagus kuda U-bun Hoo, tapi tidak terlalu
berbeda jauh. Coh Thian-su tiba satu hari lebih awal di ibukota
Orang yang pertama dicari oleh Kie Su-giok adalah Wie Thianhoan dan yang kedua adalah Kie Lek-beng, ayahnya
Bukan dia lebih mementingkan Wie Thian-hoan daripada ayahnya
karena dia sama sekali tidak tahu jejak ayahnya ayahnya masih
hidup atau sudah mati, dia hanya mempercayai setengahnya. Harus
mencari Wie Thian-hoan baru bisa minta tolong kepadanya untuk
membuktikan mana yang benar dan mana yang salah.
Dia pernah mendengar cerita dari Wie Thian-hoan bahwa di kota
Peking di bagian barat ada sebuah kuil. Bu Sia yang menjadi
penanggung jawab kuil itu. Tapi Kie Su-giok tidak mau ibu dan anak
itu mengikutinya sejak tadi dia berpikir bagaimana cara melepaskan
diri dari mereka. Coh Thian-su sudah tiba di ibukota, yang pertama dicarinya
adalah ayahnya baru Hiat-kun. Kie Su-giok tahu dimana bisa
menemukan Wie Thian-hoan, tapi Coh Thian-su tidak tahu dimana
bisa mencari Hiat-kun. Kie Su-giok ingin mencari ayahnya tapi untuk
memulai dari mana, dia tidak tahu.
Coh Thian-su tahu dimana bisa mencari ayahnya, asalkan tahu di
mana letak kantor Sin-hoan Piaukok dan mencari Tong Hwie-yan,
pasti dapat menemukan ayahnya.
Untuk membongkar rencana busuk, bertemu dengan ayah.
Siapa yang tahu jala sudah terpasang"
---ooo0dw0ooo--- BAB 12 Bermain pedang di kota raja
Berebut kemenangan Bersedih di rumah Berkelana ke mana-mana A. Mempunyai Teman Baru Coh Kim-sung sedang berada di ruang tamu, sedang memandang
bunga chrysan, yang menemani di sisinya adalah istrinya, Song Englam dan putri bungsunya yang bernama Coh Thian-hong.
Mereka tinggal di rumah peristirahatan milik Tong Hwie-yan.
Rumah ini berada di tengah-tengah kota dan letaknya berada di
belakang kantor Piau milik Tong Hwie-yan, karena terhalang oleh
Piau-Iwiig, maka rumah peristirahatan itu sangat tenang
Di taman bunga itu terdapat berbagai jenis bunga, warnanya pun
bermacam-macam. Melihat Coh Kim-sung yang sedang santai, siapa
pun tidak menyangka bahwa dia adalah pendekar nomor satu di
Kang-lam. Orang-orang akan menganggapnya sebagai sastrawan,
lebih-lebih tidak menyangka bahwa dia akan mengikuti pertarungan
yang akan menggegerkan dunia persilatan.
Dia senang kecapi, lukisan, dan puisi-puisi, dia pun senang
menanam bunga, Song Eng-lam pun sama seperti suaminya. Di
tempat itu banyak jenis bunga chrysan. Chrysan-chrysan itu katanya
cukup terkenal. "Menurutku bunga-bunga ini belum tentu lebih bagus dari bunga
ilnysanyang berada di rumah kita."
Kata Coh Kim-sung: "Di Kanglam bunga yang tumbuh di sana pasti lebih bagus dan
lebih unggul, tapi di kota Peking bisa melihat bunga chrysan yang
bagus seperti ini itu sudah sangat lumayan."
Kata Song Eng-lam: "Kanglam berhawa sejuk, dalam setahun di empat musim pasti
tumbuh banyak bunga, keadaan di utara sini tidak sama. Ada saru
hal di mana keadaannya lebih baik di ibukota dari pada di Kanglam"
"Apakah itu?" Tanya Coh Kim-sung.
"Itu adalah daun Hong yang berwarna merah." Jawab Eng-lam.
Putrinya ikut bicara:
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apakah yang dimaksud oleh ibu adalah daun Hong yang berada
di Gunung barat?" Jawab Eng-lam: "Kau juga tahu tentang itu, tentang daun Hong yang berada di
gunung barat?" Kata Coh Thian-hong: "Cici Kim-giauw yang memberitahuku."
Coh Kim-sung mengerutkan dahinya, seperti ingin mengatakan
sesuatu tapi mengurungkan niatnya. Kata Song Eng-lam:
"Benar, katanya daun Hong yang berada di gunung barat begitu
masuk musim gugur, hutan seperti disepuh dengan warna merah,
hingga langit pun ikut berwarna merah, lebih bagus dari daun Hong
yang berada di Soh-ciu, ada sebuah puisi yang berbunyi:
Menghentikan kereta yang kita tumpangi
Melihat hutan Feng di musim gugur
Daun-daun merah seperti bunga yang mekar di bulan 2."
"Ayah, bila kita mempunyai waktu apakah kita juga akan pergi ke
gunung barat dan melihat daun Hong?" Kata Coh Thian-hong.
"Apakah kau tahu tujuan ayah datang ke ibukota" Kita tidak
punya waktu untuk bermain, apalagi saat ini bukan waktunya untuk
melihat daun Hong." Kata Coh Thian-hong: "Aku tahu bahwa ayah diundang oleh Tuan Kiam-ta dan
Pendekar Hie Tiong-gwee, dengan tujuan membantu mereka,
apakah musuh mereka itu sangat hebat?"
Jawab Coh Kim-sung: "Aku hanya tahu bahwa musuh mereka itu dijuluki Hui-thian-sinliong, dari julukannya saja dapat diketahui bahwa ilmu silatnya pasti
lumayan tinggi." Kata Song Eng-lam: "Itu sudah pasti, kalau tidak mengapa Tuan Kiam-ta dan
Pendekar Hie Tiong-gwee bersembunyi di rumah panglima
pasukan?" "Aku tidak takut kepadanya meskipun ilmu silatnya tinggi, setelah diundang aku sudah siap membantu mereka untuk menangkapnya,
aku belum pernah bertemu dengannya, tapi sekarang malah disuruh
hanya diam di ibukota." Kata Coh Kim-sung
Kata Coh Thian-hong: "Bila belum menangkap Hui-thian, sehari pun kita tidak dapat
pergi bermain, itu akan sangat membosankan!" Dia berkata lagi:
"Ayah, bila ayah tidak bisa pergi, apakah aku boleh pergi bermain sendiri?"
"Apakah kau ingin pergi seorang diri?"
"Cici Kim-giauw mengajakku pergi ke gunung barat untuk melihat
dan menikmati keindahan daun Hong."
Coh Kim-sung terdiam sebentar kemudian berkata lagi: "Apa kau
akan mencari Nona Hie lagi?"
Jawab Coh Thian-hong: "Aku hanya bertemu 2 kali dengannya. Pertama pada saat ayah
jueiubawaku ke rumah kepala pasukan, waktu itu dia ikut dengan
ayahnya, kedua kalinya pada saat dia bermain ke Piau-hang (Kantor
Piau)." Kata Coh Kim-sung: "Ternyata kemarin kau pergi ke Piau-hang."
"Rumah ini berada di belakang Piau-hang, aku pergi ke sana
melalui pintu kecil, aku tidak melihat ada orang di luar Piau-hang.
Apakah ayah merasa khawatir?"
"Bukan khawatir, tapi, tapi..." Kata Coh Thian-hong:
"Ayah juga tiap hari ke sana dan tidak mengijinkan aku ikut,
terpaksa aku pergi sendiri!"
"Kau adalah seorang gadis mana bisa disamakan dengan ayah,
ayah pergi ke Piau-hang karena ada hal penting yang harus
disampaikan kepada TongHwie-yan."
"Tiap hari harus tinggal di rumah, itu sangat membosankan
sekali, sewaktu di Yang-ciu ayah tidak melarangku pergi bermain.
Tong Hwie-yan adalah teman ayah, apakah ayah takut aku akan
dipermainkan oleh orang lain?" Tanya Coh Thian-hong
Kata Song Eng-lam: "Ini bukan Yang-ciu, kami pun takut bila kau di Piau-hang
bertemu dengan orang jahat, lebih baik kau tidak kemana-mana."
"Mengapa?" "Banyak hal yang tidak kau mengerti, dengarkanlah kata-kata
ayah. Begitu urusan ayah sudah selesai, kau mau main ke mana pun
akan ayah temani." Jawab Coh Kim-sung.
"Baiklah, aku tidak akan bertanya lagi, apakah aku boleh pergi
bermain dengan cici Kim-giauw?"
Coh Kim-sung terdiam sebentar dan berkata:
"Lebih baik kau batalkan janji ini! Kemarin dia ke Piau-hang, apa dia pergi sendiri atau bersama ayahnya?"
Kata Coh Thian-hong: "Dia datang dengan dua orang pemuda she Bok." Kata Coh
Thian-hong lagi: "Sepertinya pemuda-pemuda itu adalah anak laki-laki dari
Panglima Bok, dan mereka adalah kakak beradik kembar." Tanya
Coh Kim-sung: "Apakah mereka sempat mengobrol denganmu?" Kata Coh Thianhong: "Hanya menyapa saja, karena Tong Hwie-yan sudah menyuruh
mereka masuk, Cici Hie tidak suka mengobrol dengan orang
dewasa, aku dan dia pergi ke taman bunga di Piau-hang."
Tiba-tiba Coh Thian-hong bertanya:
"Ayah, mengapa kita tidak tinggal saja di Piau-hang" Di sana
sangat ramai!" Kata Coh Kim-sung: "Aku lebih suka tempat sepi dan Tong Hwie-yan mencarikan
tempat ini untuk ayah, bila senang dengan keramaian aku sudah
tinggal di rumah panglima pasukan, di sana lebih ramai lagi, karena
Tuan Kiam-ta dan Hie Tiong-gwee pun tinggal di sana, tapi aku
menolaknya. "Ayah, apakah Tuan Kiam-ta adalah temanmu?"
"Benar, kami sudah saling mengenal selama 20 tahun, walau
tidak sering bertemu, dapat dikatakan dia adalah teman baikku."
Kata Coh Thian-hong: "Ayah, sepertinya kau pernah berkata bahwa kau Pendekar
Tiong-ciu, Hie Tiong-gwee saling kenal dan kalian saling
mengagumi." Coh Kim-sung terpaku dan berkata:
"Mengapa tiba-tiba kau menanyakan hal ini?"
"Aku hanya merasa aneh, yang satu adalah teman baik dan yang
satu lagi adalah teman baru, tapi begitu ayah tiba di ibukota
sepertinya tidak mau bergaul dengan mereka."
Kata Coh Kim-sung: "Aku hanya tidak suka bergaul dengan orang kaya dan
berkuasa." "Apakah mereka tinggal di rumah panglima pasukan dan
menjilatnya?" Kata Coh Kim-sung: "Kau jangan sembarangan bicara, aku tidak berkata seperti itu,
mereka adalah teman baik Panglima Bok dan menjadi temannya,
orang lain tidak ada yang merasa aneh, aku dan Panglima Bok tidak
saling kenal, bila tinggal di rumahnya, orang mengira aku sedang
menjilatnya" Walaupun Coh Kim-sung sudah menjelaskannya, tapi Coh Thianhong masih merasa kalau ayahnya menyembunyikan sesuatu.
Coh Kim-sung berkata lagi:
"Aku pun tidak senang bergaul, kali ini aku datang karena
diundang oleh Tuan Kiam-ta, mereka adalah tamu dari Panglima
Bok, lebih baik aku tidak dekat-dekat dengan mereka. Lebih baik
kau pun jangan terlalu dekat dengan Nona Hie."
Kata Coh Thian-hong: "Ayah, kau sudah dua kali berpesan kepadaku, untuk tidak
berhubungan dengan dia pun tidak apa-apa, hanya..." "Hanya apa?"
"Ayah, apakah kau tidak ingin tahu kabar mengenai Toako?"
"Apakah kau menanyakan kabar mengenai Toakomu?" Kata Coh
Thian-hong: "Benar, kata Nona Hie dia mendapatkan kabar yang aneh."
"Kabar aneh yang bagaimana?" Tanya Coh Kim-sung.
Dengan suara kesal Coh Thian-hong berkata: "Ibu barunya
melarikan diri, apakah ayah tahu itu?"
Wajah Coh Kim-sung menjadi marah: "Seorang gadis mengapa
menanyakan hal ini?"
"Aku tidak bertanya kepadanya, tapi dia yang memberitahuku,
sebenarnya dia tidak memberitahu pun, aku akan dengar dari orang
lain." Kata Coh Kim-sung: "Aku menyuruhmu menanyakan kabar mengenai Toakomu,
mengapa km jadi berkata yang tidak-tidak?"
"Bukankah Toako pergi ke keluarga Hie untuk memberi ucapan
selamat?" Kata Coh Kim-sung: "Banyak orang ke rumah Hie, ada hubungan apa dengannya?"
"Mungkin ada hubungannya, sebab Toako berbeda dengan orang
lain." "Apa bedanya?" "Toako adalah seorang pemuda yang tampan dan belum
menikah, istri Hie Tayhiap juga bukan perempuan baik-baik dan
genit. Ayah, kau jangan terus mengerutkan dahi, aku tahu seorang
gadis tidak boleh sembarangan bicara tapi semua kata-kata ini
diucapkan oleh cici Hie, bukan aku. Dia bilang ibu tirinya adalah
perempuan murahan." Dalam hati Song Eng-lam berpikir, 'Mungkin putriku juga akan
marah kepadaku, tapi Anak Ang tidak tahu bahwa dia masih
mempunyai seorang cici, tidak sengaja dia sudah menusuk hatiku!"
Dengan lembut Eng-lam berkata:
"Jangan hiraukan perkataan orang lain, kata-kata yang tidak
enak didengar tidak perlu ikut-ikutan menjadi marah!" Kata Coh
Thian-hong: "Bila aku tidak menyampaikan kata-kata cici Hie, bagaimana
menjelaskan hal yang ingin diketahui oleh ayah?" Kata Coh Kimsung: "Baiklah, coba kau ceritakan cerita menurut Tuan Kiam-ta, istri
baru Hie Tiong-gwee direbut oleh Wie Thian-hoan, mengapa bisa
dihubungkan ini dengan Toakomu?"
Jawab Coh Thian-hong: "Cici Hie juga tidak menyebutkan bahwa istri baru ayahnya
melarikan diri dengan Toako, dia hanya curiga bahwa Toako dan ibu
tirinya mempunyai hubungan gelap. Ayah, kau jangan melotot
terus!" "Dari hal apa dia bisa curiga seperti itu?" Tanya Coh Kim-sung.
"Aku akan menceritakannya dari awal. Pertama aku bertanya
kepadanya apakah dia pernah bertemu dengan Toako, dia
menjawab tamu di rumahnya terlalu banyak dan dia tidak ingat
semuanya, kemudian aku mengatakan nama Toako, dia baru
ingat..." Kata Coh Kim-sung: "Dia tidak tahu siapa Toakomu, mengapa dia tahu bahwa
Toakomu pemuda tampan?"
"Ayah, apakah kau sudah pikun" Dia tidak pernah bertemu
dengan toako, tapi dia mendengar cerita dari orang lain. Di Lokyang Toako pernah mengunjungi rumah Po Tiong-ie, putra Po
Tiong-ie yaitu Po Leng-hoi adalah teman baik dari Suheng Nona
Hie." Kata Coh Kim-sung: "Po Leng-hoi yang mengatakan bahwa Toakomu dan Nyonya Hie
mempunyai hubungan gelap" Baiklah, bila aku datang ke Lok-yang,
aku akan bertanya kepada ayahnya."
Kata Coh Thian-hong: "Ayah, tidak perlu tergesa-gesa, aku belum selesai bercerita.
Pada hari pernikahan Hie Tiong-gwee, Hui-thian datang dan
membuat keributan di aula kemudian membuat Hie Tiong-gwee
terluka sehingga tidak dapat menjalankan upacara adat. Pada
malam kedua, terjadi hal yang menakutkan."
"Apakah Hui-thian masuk ke rumah Hie Tiong-gwee dan menculik
pengantinnya?" Tanya Coh Kim-sung.
"Ayah hanya mengetahui sedikit, katanya pada malam itu, kecuali
Hui-thian, masih ada orang lain yang datang lebih awal ke rumah
Hie, orang ini sudah berjanji terlebih dahulu dengan Nyonya Hie,
tapi akhirnya Hie melarikan diri bersama Hui-thian."
Kata Coh Kim-sung: "Mereka curiga bahwa orang itu adalah Toakomu?"
"Suheng Nona Hie membuktikan bahwa pada malam itu Toako
meninggalkan rumah Po."
"Karena itu Nona Hie mencurigai Toakomu?"
Kata Coh Thian-hong: "Nona Hie tidak mengatakan secara langsung, dia hanya curiga
saja" "Aku tidak yakin Toakomu tidak tahu aturan seperti itu." Tapi hati Coh Kim-sung sempat berpikir, 'Pantas ketika aku bertanya kepada
Hie Tiong-gwee mengapa Thian-su begitu lama belum pulang dan
menanyakan apakah dia tahu Thian-su berada di mana ekspresi
wajanya menjadi sangat aneh dan selalu berkata, tidak tahu,
apakah benar malam itu ada 2 orang yang masuk ke rumah Hie, dia
pun akhirnya curiga bahwa orang itu adalah Thian-su."
Kata Coh Thian-hong: "Aku pun tidak percaya aku mengatakan banyak orang ingin
menjodohkan putrinya dengan kakak, kakak menolaknya mengapa
kakak bisa mempunya hubungan gelap dengan perempuan yang
sudah bersuami?" "Lalu bagaimana jawaban dari Nona Hie?" Tanya Coh Kim-sung
"Dia tidak menjawab, kelihatannya dia sangat membenci ibu
tirinya kemudian ada Hui-thian, katanya ibu tirinya dan Hui-thian
pada masa lampau adalah sepasang kekasih. Hui-thian dan dia
mempunyai rencana lain, mereka ingin merusak nama baik Hie
Tiong-gwee juga menghancurkan rumah tangganya."
Coh Kim-sung menggelengkan kepalanya dan berkata, "Ini hanya
pendapat seorang anak kecil, perbuatan Hui-thian sepertinya jahat,
tapi perbuatannya itu membuktikan bahwa dia adalah seorang yang
berani dan bertanggung jawab. Orang seperti Hui-thian tidak
mungkin menggunakan cara dengan memperalat perempuan untuk
menghadapi Hie Tiong-gwee, bila dia orang jahat dia harus
mengulurkan benang yang panjang untuk memancing ikan besar,
tidak perlu merusak perrukaHan He Tiong-gwee."
Kata Coh Thian-hong: "Aku hanya menyampaikan pendapat Nona Hie."
"Teruskan ceritamu!"
"Mendengarkan kata-kata Nona Hie, dia tidak membenci Toako,
hanya merasa kasihan!"
Tanya Coh Kim-sung, "Apa" Mengapa anakku harus dikasihani" Kasihan karena apa?"
Jawab Coh Thian-hong, "Nona Hie juga tidak yakin bahwa kakak mempunyai hubungan
gelap dengan ibu tirinya kalau itu benar, itu pun kesalahan kakak,
dari ceritanya dapat diketahui bahwa ibu tirinya adalah perempuan
murahan, selain Hui-thian adalah kekasih lamanya, bila ada laki-laki
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lain yang mempunyai hubungan gelap dengannya, orang itu patut
dikasihani!" Kata Song Eng-lam: "Ibu tirinya kabur dengan Hui-thian, pasti dia sangat benci
kepada ibu tirinya, tapi bila mereka adalah sepasang kekasih dan
akhirnya mau menikah dengan ayahnya, pasti ada sebab-sebabnya.
Nona Hie dan kita sama-sama tidak tahu alasannya, apalagi aku
tidak percaya bahwa kakakmu begitu mudah terpikat kepada orang
lain." Kata Coh Thian-hong: "Mengenai hal-hal yang dialami oleh Toako, Nona Hie hanya
menceritakannya sedikit, bila ayah mengijinkanku pergi ke gunung
barat untuk melihat daun Hong, aku akan mencari tahu lebih banyak
lagi." Kata Coh Kim-sung, "Tidak perlu seperti itu, bila kebetulan bertemu dengannya dan
dia bercerita lagi, kau dengarkan saja, tidak perlu sengaja
menanyakannya. Kata Coh Kim-sung lagi:
"Adik, aku menyesal datang kemari!"
Kata Song Eng-lam: "Apakah kau merasa hal ini lebih rumit dari perkiraan kita?"
Coh Kim-sung tidak menjawab, tapi dia balik bertanya kepada
Eng-lam, "Adik, kau melihat Hie Tiong-gwee, seperti apakah orangnya
menurutmu?" Song Eng-lam berkata: "Kau adalah pendekar Yang-ciu, dia adalah Pendekar Tiong-ciu.
Tiong-ciu lebih besar daripada Yang-ciu, menurutku Pendekar
Tiong-ciu iidak dapat menandingi Pendekar Yang-ciu."
Kata Coh Kim-sung: "Kalau orang menjual labu dia pasti akan memuji labunya bagus,
terima kasih kau sudah menempelkan emas di wajah suamima"
Kata Song Eng-lam: "Aku tidak bercanda, jujur bicara nama Pendekar Tiong-ciu hanya
memberikan kesan baik, lebih baik dengan mendengar daripada
melihat orangnya! Dia bisa bergaul, meladeni kita dengan sangat
sempurna tapi bila dihubungkan dengan kata 'pendekar", kata ini
sepertinya tidak cocok, bila orang seperti dia diberi posisi di
pemerintahan, itu akan cocok sekali!"
"Benar, dia sangat pandai bergaul, aku juga pernah mendengar
perbuatan yang membuatku mual."
Kata Song Eng-lam: "Yang disebut berbuat amal adalah keluar uang untuk membantu
orang lain." Kata Coh Kim-sung: "Pasti semua itu hanya untuk menambahkan harum namanya
banyak hal tidak perlu diselesaikan dengan uang, tapi harus dengan
nama, seperti membantu teman membereskan masalah, itu bisa
menambah harum namanya juga."
"Siapakah yang dia bantu?" Tanya Eng-lam.
"Ada yang berasal dari golongan putih, golongan hitam, dari
perkumpulan mana pun, orang apa pun ada"
"Aku sudah mengerti."
Ucapan ini sangat tiba-tiba membuat Coh Kim-sung terpaku dan
bertanya: "Kau sudah mengerti apa?"
"Kau berasal dari keluarga pesilat, Hie Tiong-gwee baru muncul
beberapa tahun yang lalu, mengapa dia yang lebih terkenal"
Sekarang aku baru mengerti ini dikarenakan uangnya lebih banyak
dari dirimu. Dia memakai uang untuk membeli nama dengan
demikian namanya lebih besar dari namamu, uang memang bisa
sangat berguna." Coh Kim-sung tertawa dan berkata:
"Adik, kata-katamu terlalu tajam, tapi tepat mengenai sasaran."
Kata Song Eng-lam: "Aku pun mengerti mengapa kau menyesal datang ke sini, kau
merasa menyesal karena sudah diperalat oleh orang seperti Hie
Tiong-gwee." Kata Coh Kim-sung: "Jujur bicara aku berjanji kepadanya membantu menghadapi Huithian semua ini karena Tuan Kiam-ta, sekaligus membasmi orang
jahat di dunia persilatan bukan menjilat orang seperti Hie Tionggwee." Kata Song Eng-lam: "Hui-thian seperti apa pun orangnya kita belum tahu."
"Banyak orang yang berkata bahwa dia adalah penjahat kelas
berat, Tuan Kiam-ta pun berkata seperti itu." Kata Song Eng-lam:
"Mendengar belum tentu benar, harus melihat baru tahu dengan
jelas'' Kata Coh Kim-sung: "Kata-katamu benar, tapi aku sudah berjanji dengan Tuan Kiamta, Untuk sementara ini aku percaya dia tidak berbohong."
"Kalau begitu kau pun harus tenang menghadapinya" Coh Kimsung mengangguk dan berkata:
"Laki-laki sudah berjanji, walaupun itu salah, tetap harus ditepati dan aku tidak menyesal."
Song Eng-lam menghiburnya dan berkata:
"Tuan Kiam-ta sangat terkenal, dia adalah seorang pendekar
tidak sama dengan Hie Tiong-gwee, dia mengeluarkan undangan
untuk para pendekar kemungkinan tidak akan salah." Dia menatap
Coh Kim-sung yang masih mengerutkan dahi, Song Eng-lam merasa
aneh dan bertanya, "Kakak, apa yang kau pikirkan, apakah terhadap Tuan Kiam-ta
pun kau..." Kata Coh Kim-sung: "Aku sudah berteman dengan Tuan Kiam-ta selama 20 tahun
lebih, walau tidak sering bertemu tapi seperti pepatah yang
mengatakan : orang berteman yang paling penting adalah cocok
dengan hatinya, aku selalu mengira Tuan Kiam-ta adalah teman
yang sehati..." Kata Song Eng-lam dengan terkejut:
"Apakah kau merasa aneh, setelah berteman sekian lama baru
tahu bahwa dia bukan teman yang kau inginkan?"
Jawab Coh Kim-sung: "Dia masih seperti dulu, jujur dan sangat terbuka, tapi sekarang
ini nku merasa ada yang tidak beres, tapi aku tidak tahu di mana
letak tidak beresnya"
"Apakah dia berbeda dengan yang dulu?" Tanya Song Eng-lam.
"Ini hanya perasaanku saja, aku merasa dia sedang
menyembunyikan sesuatu, apakah ini hanya perasaanku saja?"
Kata Song Eng-lam: "Aku lihat kecurigaanmu timbul karena kau melihat Hie Tionggwee ndak pantas menjadi Pendekar Tiong-ciu, dia dan Tuan Kiamta sangat akrab, jadi kau pun merasa Tuan Kiam-ta pun sepertinya
sudah berubah, wbenarnya bila Hie Tiong-gwee bukan seorang
pendekar dan juga orang baik, kau akan merasa baik-baik saja.
Semua ini karena istri Hie Tiong-gwee vang dibawa kabur oleh Huithian, demi Hie Tiong-gwee, Tuan Kiam-ta marah dan itu sangat
wajar." Kata Coh Kim-sung: "Aku tidak bilang bahwa mereka tidak boleh membantu, tapi ini
hitnya kecurigaanku saja, mengapa aku bisa punya pikiran seperti
itu" Tapi ?lu merasa dia seperti bukan Tuan Kiam-ta yang dulu."
Kata Song Eng-lam: "Kau sudah menerima undangan pendekar dan sudah berjanji,
sekarang kau jangan ragu lagi." Dia membalikan tubuh dan
berpesan kepada putrinya,
"Anak Ang, yang diceritakan
oleh ayahmu tadi, jangan dibicarakan kapada orang lain!"
Coh Thian-hong berkata: "Aku mengerti, ibu jangan menganggapku anak kecil lagi."
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu dan ada yang berkata:
"Coh Toako, aku dan dua bersaudara ini datang untuk
menengokmu." Kata Coh Kim-sung kepada putrinya: "Tolong bukakan pintunya!"
Pintu dibuka, seorang gadis dan sepasang pemuda masuk, Song
Eng-lam langsung masuk ke dalam.
Si gadis adalah putri Hie Tiong-gwee bernama Hie Kim-giauw,
kedua pemuda itu adalah putra-putra Panglima Bok. Mereka
kembar, si kakak bernama Ling-ku, si adik bernama Ling-hoa..
Kedua bersaudara Mu ini sangat sopan, begitu melihat Coh Kimsung, mereka langsung menyapa:
"Apa kabar, Paman Coh" Apakah Anda sedang menikmati bunga
Chrysan" Kami disuruh oleh ayah untuk menanyakan keadaan
paman." "Terima kasih." Jawab Coh Kim-sung.
Kata Hie Kim-giauw sambil tertawa:
"Paman Coh, mereka membohongi Anda, mereka tahu aku sudah
berjanji dengan adik Coh, mereka ingin ikut, bila aku tidak dapat
seperti itu, apakah paman tidak senang terhadapku?"
Jawab Coh Kim-sung dengan tertawa:
"Kau begitu jujur, aku sangat senang." Dia senang dengan
kepolosan Hie Kim-giauw. Dalam hati dia berpikir, 'Hie Tiong-gwee adalah orang munafik,
tapi putrinya berbeda.' Kedua bersaudara Bok itu sangat malu, Ling-ku berkata:
"Nona Hie, dari dulu ayah sudah berpesan seperti itu, hanya saat
ini kami baru sempat bertemu dengan Paman Coh." Kata Hie Kimgiauw sambil tertawa: "Baiklah, aku yang salah, kau bilang cuacanya bagus, sangat
cocok untuk pergi bermain."
Kata Ling-ku: "Benar, kami datang ke sini hal pertama yang dilakukan adalah
menanyakan keadaan paman. Kedua, kami akan mengundang
paman dan keluarga ke gunung barat untuk melihat-lihat daun
Hong, sekarang ini daun Hong sedang memerah, paling cocok untuk
dinikmati keindahannya. Ayahku sangat sibuk tidak dapat menemani
paman, karena itu kami berdua mewakili ayah mengundang paman
sekeluarga untuk ikut."
Kata Coh Kim-sung: "Terima kasih atas kebaikan kalian, sayang aku orangnya meski
terlihat santai tapi hatiku tidak, aku pikir ayahmu juga tidak
berharap aku meninggalkan ibukota."
Kata Kim-giauw: "Paman Coh, bila kau tidak bisa pergi, biarlah adik Coh saja yang pergi bersama kami."
Coh Kim-sung terdiam, kemudian Coh Thian-hong berkata:
"Ayah, apakah aku boleh pergi?" Kata Hie Kim-giauw lagi:
"Paman, bila aku sendiri yang mengajak adik Coh untuk pergi
bermain paman pasti tidak akan mengijinkan, tapi sekarang ini ada
2 orang Bok Siauya yang siap menemani, jadi paman tidak perlu
khawatir." Walaupun sifat Coh Kim-sung agak kaku tapi dia masih mengerti
aturan, dia melihat kedua Siauya itu meminta ijin dengan sopan dan
putrinya pun ingin pergi bermain, akhirnya dia mengijinkan.
Dalam hati dia berpikir, 'Bila aku tidak mengijinkan Anak Hong
pergi, mereka akan salah paham, pertama, dia akan mengira
anaknya tidak dapat melindungi putriku. Kedua, dia akan mengira
aku tidak tenang karena putriku dibawa oleh anak-anaknya."
Walaupun dia tidak senang bergaul dengan orang yang berkuasa
dan kaya, tapi dia tetap mengijinkan putrinya pergi dan berkata,
"Kalian boleh pergi, cepat pergi dan cepat pulang lagi!" Ling-hoa.
yang dari tadi hanya diam akhirnya berkata: "Paman jangan
khawatir, kami sudah menyiapkan 4 ekor kuda perang Sore hari
kami pasti sudah kembali ke sini."
Kuda perang milik pengawal istana adalah kuda-kuda terbaik.
Ternyata mereka hanya menyiapkan 4 ekor kuda dan hanya untuk 4
orang Hja. Yang mereka sebut 'mengajak Coh sekeluarga itu tidak
sungguh-sungguh. Setelah putrinya pergi, Song Eng-lam baru keluar dan berkata:
"Tidak disangka dua tamu agung yang datang, sepertinya putri kita pun akan naik posisinya."
Coh Kim-sung pun tertawa dan berkata:
"Dua bersaudara Bok itu kelihaiannya sangat sopan dan tidak
sombong." Kata Song Eng-lam: "Karena mereka ada maksud, jadi harus sopan kepadamu."
"Kau kira mereka adalah..."
"Putri kita sudah disenangi oleh kedua bersaudara itu, entah si
kakak atau si adik."
"Tidak mungkin, mereka baru satu kali bertemu dengan putri
kita, mereka baru kenal." Kata Coh Kim-sung.
"Mereka tahu Tian Hong sudah berjanji dengan Nona Hie, dan
langsung menemani Nona Hie datang ke sini, anak orang kaya bila
tidak punya maksud, mengapa mau datang ke sini?"
Kata Coh Kim-sung: "Biarkanlah putri kita pergi bermain, aku kira mereka tidak akan
berani menipunya, begitu urusan kita di sini selesai, segera kita
tinggalkan ibukota."
"Jujur bicara, aku tidak suka bila putri kita menikah dengan orang dari keluarga macam itu, tapi aku harap ini hanya kecurigaanku
saja" "Putri kita masih kecil, soal jodoh, tidak perlu dikhawatirkan
beberapa tahun lagi aku akan mencarikan untuknya suami yang
baik." Tiba-tiba ada orang yang mengetuk pintu.
Kata Coh Kim-sung: "Kali ini pasti bukan orang kaya yang datang."
Begitu pintu dibuka yang datang adalah Cong-koan panglima
pasukan istana yang bernama Pheng Ta-ciu.
Pheng Ta-ciu tampak sudah tua mungkin sudah berusia 70 tahun
lebih tapi masih terlihat bersemangat, sewaktu berusia 65 tahun, dia
merasa sudah tua dan dipensiunkan oleh pihak istana, karena dia
dan ayah Bok Ci-giauw adalah sahabat maka Bok Ci-giauw
mengundang orang tua ini untuk membantunya.
Begitu Coh Kim-sung bertemu dengannya, dia berkata:
"Cong-koan, angin apa yang membawamu kemari?"
Kata Song Eng-lam: "Kim-sung, sepertinya nasib kita akan mujur."
Pheng Ta-ciu menjadi bengong dan bertanya:
"Nyonya Coh, apa maksud dari kata-katamu?"
"Bila dewa penolong datang, bukankah kami pasti akan mujur?"
Pheng Ta-ciu tertawa dan berkata:
"Nyonya jangan menertawakanku, jujur bicara, aku datang ke
sini untuk meminta bantuan kepada Anda berdua."
"Ada apa" Apa yang bisa kami bantu?" Tanya Coh Kim-sung.
"Aku ke sini mencari putra-putra Panglima Bok Ci-giauw, apakah
mereka datang ke sini?"
Kata Coh Kim-sung: "Kabar ini sangat cepat, tadi mereka datang bersama dengan
putri Hie Tiong-gwee."
"Apakah Coh Tayhiap tahu mereka pergi ke mana?"
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mereka pergi bermain ke gunung barat."
"Celaka!" Teriak Pheng Ta-ciu dengan kerkejut
"Apa yang celaka?" tanya Coh Kim-sung.
"Kami baru mendapat kabar bahwa Hui-thian berada di gunung
barat" Coh Kim-sung terkejut dan bertanya:
"Apakah kalian sudah menyuruh orang untuk pergi ke gunung
barat?" "Kami juga baru mendapat kabar, ada yang berkata dia di
gunung barat, kemarin ada yang bilang dia berada di Tauw-ganteng, sekarang kita sedang kekurangan orang dan tidak ada yang
bisa pergi ke gunung barat."
"Mengapa?" Tanya Coh Kim-sung.
"Pertama, gunung barat begitu luas sulit untuk mencarinya.
Kedua, kami juga takut bila dia memakai cara gerilya." Kata Song
Eng-lam: "Aku tidak tahu Tauw-gan-teng adalah tempat bermain yang
bagaimana, apakah letaknya berada di luar Kota Peking atau di
dalam Kota Peking?" "Tauw-gan-teng berada di pinggiran kota, tidak jauh dari rumah
Panglima Mu, hanya setengah jam perjalanan."
"Ternyata kalian takut Hui-thian akan menyerang ke rumah
Panglima Bok?" Kata Coh Kim-sung.
Kata Pheng Ta-ciu: "Karena Hui-thian selalu melakukan sesuatu yang mengejutkan,
kami harus selalu waspada!" Kata Coh Kim-sung:
"Bukankah Tuan Kiam-ta dan Hie Tiong-gwee berada di rumah
Panglima Bok?" Kata Pheng Ta-ciu dengan tertawa:
"Di sini tidak ada orang lain, aku akan jujur bicara, Hie Tionggwee memang pendekar dari Tiong-ciu tapi ilmu silatnya biasa-biasa
saja di rumah panglima pun ada beberapa penjaga yang ilmu
silatnya cukup tinggi lapi bila untuk menghadapi Hui-thian,
sepertinya mereka tidak akan sanggup, jadi kami hanya
mengandalkan Tuan Kiam-ta saja, karena itu kami tidak dapat
menyuruh orang pergi ke gunung barat."
Tanya Coh Kim-sung: "Bagaimana dengan orang-orang di kantor Sin-hoan Piaukok?"
"Kami belum memberitahu Ketua Tong."
"Kalau begitu cepat beritahu kepadanya!"
"Aku punya alasan tertentu, pertama, orang-orang di Piau-hang
ingat banyak berita ini akan cepat tersebar. Kedua, jujur bicara
hanya Ketua Tong saja yang bisa diandalkan."
Pheng Ta-ciu tertawa kecut dan melanjutkan:
"Tapi yang benar-benar bisa diandalkan hanya Anda seorang."
Kata Coh Kim-sung: "Tuan terlalu memuji, tamu-tamu yang tinggal di Piau-hang,
kebanyakan diundang oleh Tuan Kiam-ta, aku tidak percaya di
antara mricka tidak ada yang bisa diandalkan."
Kata Pheng Ta-ciu: "Menurutku, para pesilat tangguh baru datang besok atau lusa,
saat ini yang mempunyai ilmu silat tinggi hanya kau saja."
Dia berkata lagi: "Panglima berada di istana, kita tunggu beliau dulu, baru
merencanakan bagaimana cara menangkap Hui-thian. Tapi sekarang
yang harus kita lakukan adalah bagaimana cara melindungi kedua
putra Panglima Mu." Tanya Coh Kim-sung: "Bukankah kau bilang bahwa Hui-thian sudah masuk ke kota?"
"Dia hanya sebentar muncul di Tauw-gan-teng yaitu kemarin
malam, apakah dia menginap di kota, tidak ada yang
mengetahuinya, mungkin dia sudah menuju ke gunung barat, bila
kedua putra Panglima Bok bertemu dengan Hui-thian, bagaimana..."
Tanya Coh Kim-sung: "Apakah kau ingin aku melindungi kedua pemuda Bok ini?"
"Juga demi putrimu."
Coh Kim-sung adalah orang yang di luar keras tapi di dalamnya
tidak, dalam hati dia berpikir, 'Aku bisa membantu Tuan Kiam-ta,
tapi bila aku menjadi pengawal orang kaya namaku bisa tercemar,
walaupun Hui-thian disebut penjahat besar, tapi dia pun sudah
terkenal. Dia tidak akan menganiaya perempuan yang lemah.
Sekarang aku membantu musuhnya, bila dia tidak suka dia bisa
mencariku.' Sepertinya Pheng Ta-ciu tahu pikirannya, dan dia berkata:
"Hui-thian bukan orang baik-baik, dia orang jahat yang bisa
melakukan apa pun, bila terjadi sesuatu pada putrimu, kau
membunuh dia pun sudah tidak ada gunanya!"
Coh Kim-sung tidak percaya bahwa Hui-thian itu sangat jahat
seperti yang dikatakan orang-orang, tapi hatinya tetap tidak tenang,
akhirnya dia setuju untuk ikut Pheng Ta-ciu ke gunung barat.
---ooo0dw0ooo--- B. Mengintip Pesta Setelah Coh Kim-sung pergi, Song Eng-lam tinggal di rumah
sendirian, dia teringat kepada putrinya.
Putri yang diingatnya adalah putri yang dia tinggalkan di rumah
Kie, dia bernama Kie Su-giok.
"Aku meninggalkan Su-giok sewaktu dia berumur setahun,
sekarang bila dihitung-hitung umurnya sudah 18 tahun, apakah dia
tahu bahwa ibu kandungnya masih hidup?"
Waktu dia meninggalkan keluarga Kie itu pun seijin mertuanya
hanya ada satu syarat yang diajukan yaitu dia tidak diijinkan pulang
untuk menengok putrinya, syarat ini disampaikan oleh pelayan
mertuanya yang bernama Ting Po.
"Putraku bukan orang baik, tidak serasi dengannya, apalagi anak
durhaka ini sudah meninggal, bila dia ingin pergi dari keluarga Kie,
biarkan dia pergi, tapi keburukan keluargaku tidak perlu disebarkan
kepada orang lain, kau beritahu saja kepadanya, begitu dia keluar
dari keluarga Kie, aku akan menganggap dia sudah mati."
Pesan-pesan Kie Yan-gan disampaikan oleh Ting Po ketika dia
jkan meninggalkan keluarga Kie.
Bila ingat kata-kata ini, dia masih merasa sakit hati, walaupun dia
tidak menyesali pernikahannya yang kedua.
"Bila dia tahu bahwa aku masih hidup, dia pasti akan marah
Karena aku adalah ibu yang tidak bertanggung jawab, selama 16
tahun aku belum pernah menengoknya, apakah dia tahu keresahan
hatiku" Aku berharap dia menganggapku sudah mati, agar dia tidak
malu mempunyai ibu seperti diriku ini."
Eng-lam menghubung-hubungkan cerita tentang Nyonya Hie dan
Hui-thian yang melarikan diri bersama-sama, dihina oleh banyak
orang. "Aku benar-benar kagum kepada Nyonya Hie, dia begitu berani.
Waktu itu karena tidak mau mengecewakan ayah maka aku mau
menikah dengan Kie Lek-beng. Apa alasan Nyonya Hie hingga mau
menikah dengan Hie Tiong-gwee" Pasti bukan kemauannya. Huithian pun sangat berani, dia berani menentang pernikahan Pendekar
Tiong-ciu, Hie Tiong-gwee dan merebut kembali kekasihnya."
Tapi dia tidak tahu bahwa Kang Hiat-kun belum kembali ke
pelukan Hui-thian, karena keadaan ini mirip dengan keadaannya
dulu, maka dia merasa kasihan kepada sepasang kekasih ini.
Dia berpikir kembali, 'Nyonya Hie belum resmi menjadi istri Hie
Tiong-gwee, dia sudah dihina orang, bila orang-orang tahu bahwa
aku meninggalkan suami dan putriku kemudian menikah kembali,
dengan cara apa mereka akan menghinaku"'
Dia teringat kepada kata-kata Hie Kim-giauw yang begitu kejam
menghujat ibu tirinya, dia merasa lebih sedih lagi, karena keadaan
ibu tiri kim-gjauw seperti dirinya. Kim-giauw adalah gadis yang
polos, karena ibu linnya melarikan diri, dia jadi memandang rendah
kepada ibu tirinya. 'Bila putriku seperti dia memarahiku, lebih baik aku mati,'
Kemudian dia berpikir lagi, "Sudah begitu lama tidak mendengar
kabar tentang Kie Lek-beng, sewaktu aku meninggalkan keluarga
Kie, Kematiannya belum terbukti. Sudah menjadi rahasia umum
bahwa keluarga Kie adalah keluarga pesilat nomor satu secara turun
temurun, keluarga Kie hdak mempunyai menantu yang kawin lari, di
keluarga lain bila suaminya aidah meninggal kemudian menikah lagi
itu tidak aneh." Agar putrinya tidak dihina, dia berharap Kie Lek-beng benarbenar sudah meninggal. Sewaktu dia berpikir, ada yang mengetuk pintu. Yang datang
adalah putra Tong Hwai-ie yang bernama Tong Peng-kian.
Tong Peng-kian diperintah oleh ayahnya untuk mengundang Coh
Kim-sung. Kata Song Eng-lam: "Tong Siauya, kau datang tidak tepat waktu, dia sudah pergi."
Tong Peng-kian terkejut dan berkata:
"Sejak Coh Tayhiap tiba di ibukota, belum pernah pergi keluar,
mengapa hari ini Paman Coh bisa pergi?"
"Dia tidak pergi bermain, dia pergi mencari teman, siapa
temannya aku pun tidak tahu."
Kata Tong Peng-kian dengan cemas:
"Kalau begitu, ini sangat disayangkan!" Lanjut Tong Peng-kian lagi:
"Piau-hang kedatangan 2 orang tamu, mereka sangat
mengagumi Paman Coh, ayah juga sedang menyiapkan pesta
penyambutan untuk mereka karena itu aku disuruh ayah
mengundang Paman Coh datang ke pesta itu."
Hati Song Eng-lam terasa tidak enak, tapi dia berusaha
menyembunyikannya, dia tertawa dan berkata,
"Aku mengira ada hal yang penting, ternyata hanya menyuruh
dia menemani tamu, baiklah bila dia sudah pulang, aku akan
memberitahu kepadanya."
Kata Tong Peng-kian dengan malu:
"Aku tahu Paman Coh tidak senang dengan pesta, tapi kedua
tamu ini bukan tamu biasa."
Tanya Song Eng-lam: "Mereka tamu yang datang dari mana?"
"Yang satu adalah ketua perkumpulan Bwee-hoa-koan, Bwee Toseng, dia diundang oleh Tuan Kiam-ta, Pendekar Hie Tiong-gwee
dan ayahku katanya dia adalah teman Paman Coh."
Kata Song Eng-lam: "Benar, aku pernah dengar Kim-sung mengatakannya. Lalu yang
satu lagi siapa?" "Yang satu lagi adalah tamu agung yang diundang oleh paman
keduaku, katanya orang itu sangat aneh, tapi paman keduaku
sangat menghormatinya dan paman terus berpesan agar meladeni
orang itu dengan baik"
Yang dimaksud Tong Peng-kian sebagai paman keduanya adalah
Tong Hwai-ie, dalam hati Song Eng-lam berpikir, 'Ilmu silat Tong
Hwai-ie tidak begitu tinggi dan pergaulannya tidak begitu luas, tidak
seperti kakaknya, siapa yang dimaksud dengan orang yang aneh
dan berilmu silat tinggi" Belum tentu orang itu mempunyai ilmu silat
yang dasyat' Dia bertanya kepada Tong Peng-kian:
" iapa nama tamu aneh itu?"
"Dia she Kie, bernama Tai-seng."
Song Eng-lam terpaku dan berkata:
"Namanya sangat aneh, mungkin itu bukan nama aslinya."
Kata Tong Peng-kian: "Aku tidak tahu apakah itu nama aslinya atau bukan" Ayahku pun
sewaktu mendengar nama yang begitu aneh dari paman kedua,
juga pernah bercanda seperti ini mungkin orang ini mau bersaing
dengan Kie Tai-seng vang asli'- Tapi setelah dia bertemu dengan
ayahku, melihat sikap ayahku sepertinya ayah pun jadi hormat
kepadanya." Song Eng-lam tampak berpikir dan dia terdiam.
Tong Peng-kian berkata lagi:
"Orang itu baru datang, yang pertama kali dia tanyakan adalah
lentang Paman Coh kelihatannya dia sangat mengagumi Paman
Coh." Dengan terkejut Song Eng-lam bertanya: "Bagaimana caranya bertanya tentang Paman Coh?" Jawab Tong Peng-kian:
"Dia hanya berkata sudah lama kagum kepada Paman Coh. Tapi
Kudengar Paman Kie sudah berada di Piau-hang, karena itu begitu
tiba dia langsung ingin bertemu dengan Paman Coh."
"Dia berasal dari mana?"
"Dia belum pernah mengatakan tentang identitasnya"
"Apakah dia berasal dari mana pun tidak mengatakannya?"
"Benar, menurut paman keduaku, dia sangat misterius, tapi..."
"Tapi apa?" tanya Song Eng-lam.
Tong Peng-kian melihat Eng-lam begitu teliti dan merasa aneh,
Tong Peng-kian berpikir, 'Setiap orang pun ingin tahu, apalagi tibatiba datang orang yang begitu misterius, tidak aneh bila Bibi Coh
terus bertanya." Kemudian dia berkata: "Mendengar logatnya sepertinya dia berasal dari Holam." Song Eng-lam terkejut tapi dia segera menahan dirinya agar tidak
berteriak dan berkata: "Ternyata dia adalah orang Holam." Kata Tong Peng-kian:
"Pesilat tangguh Kie Yan-gan pun tinggal di Holam, tepatnya di
gunung Ong-bu, apakah Bibi Coh mencurigainya sebagai salah satu
dari keluarga Kie?" "Bagaimana menurutmu?"
Tong Peng-kian tertawa dan menjawab:
"Aku tidak pernah melihat ilmu silatnya, bila dia benar-benar
seperti yang dikatakan oleh paman kedua, dia pasti bukan dari
keluarga pesilat nomor satu."
"Mengapa bisa begitu?"
Kata Tong Peng-kian: "Sangat sederhana, orang itu berumur kurang lebih 40 tahun, dia
pusti bukan Kie Yan-gan, bila Kie Yan-gan masih hidup, dia pasti
sudah berumur 70 tahun lebih."
Dia berkata lagi: "Kie Yan-gan hanya mempunyai seorang putra, 20 tahun yang
lalu sudah mati di tangan 5 Bu-tong Tianglo. Ini sudah diketahui
semua orang, apakah bibi juga tahu?"
Jawab Song Eng-lam: "Aku tahu, di dunia persilatan masih banyak tersembunyi harimau
dan naga, di mana-mana banyak pesilat tangguh. Dia adalah orang
Holam yang kebetulan she Kie, itu tidak aneh. Tapi sayang, Paman
Coh nanti malam baru tiba di rumah, hari ini tidak dapat
mengunjungi tamu agung. Aku mohon maaf!"
Setelah Tong Peng-kian pergi, hati Song Eng-lam tidak tenang
dan dia terus berpikir, 'Siapakah Kie Tai-seng ini?"
Tiba-tiba dia teringat pada satu hal, sewaktu dia masih menjadi
menantu keluarga Kie, pelayannya Ting Po pernah memberitahu
bahwa suaminya, Kie Lek-beng sejak kecil sudah sangat nakal, dia
mempunyai julukan 'kera kecil', di depan ayahnya dia pura-pura
sangat sopan karena itu juga julukannya bertambah menjadi
siluman monyet. Waktu itu dia baru menikah, suaminya sudah
selingkuh dan sering mabuk-mabukan. Ting Po memberitahu hal ini
agar dia bisa mengerti. Sejak kecil suaminya sudah nakal dan tidak
bisa diatur, dia diharapkan bisa bertahan dengan keadaan ini.
Song Eng-lam berkata pada dirinya sendiri, 'Kera kecil dan
siluman kera'
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiba-tiba hatinya bergetar, 'Apakah dia yang dimaksud" Dia tidak
mati dan hidup kembali"'
Jaman dulu, yang disebut siluman kera adalah Kie Tai-seng Sun
Go-kong, walaupun cerita tentang raja kera ini hanya sebuah
legenda, tapi semenjak ada See-yu raja kera ini diberi nama Kie Taiseng Sun Go-kong, sejak jaman dulu orang pun sudah tahu.
"Apakah karena sejak kecil dijuluki sebagai kera kecil maka
setelah besar dia mau menjadi Sun Go-kong yang membuat
keributan di istana langit?" pikir Song Eng-lam.
Bila tidak salah tebak, Kie Tai-seng memang julukannya. Tempat
di mana Song Eng-lam berdiri hanya terhalang oleh sebuah dinding
dengan Piau-hang, bila dia membuka jendela belakang kamar tidur,
dia bisa melihat keadaan di sana. Yang membuatnya senang i
adalah di dekat jendela ada sebuah pohon, walau dia berdiri lama di
depan jendela, tidak akan terlihat oleh orang-orang.
Di taman sangat ramai, seperti ada pesta penyambutan tamu.
Song Eng-lam masuk ke kamar tidur kemudian membuka jendela,
hatinya berdebar-debar. Tebakan Song Eng-lam tidak salah, di taman Piau-hang sedang
ada pesta penyambutan. Tamu yang datang adalah Bwee To-seng
dan Kie Tai-seng serta masih ada beberapa orang lagi yang
diundang oleh Tong Hwie-yan. .
Di antara tamu-tamu itu ada juga murid Siauw-lim yang sudah fl
menjadi orang biasa Dia adalah Hun Sim-boh.
Masih ada guru silat yang terkenal, dia adalah Cia Kwee-tong, dia
adalah teman baik Hie Tiong-gwee.
Ada seorang lagi, dia lebih terkenal dibanding kedua tamu itu, dia
adalah Cianpwee persilatan, pernah menjadi ketua pelatih penjaga
istana, pia sudah pensiun pada umur 60 tahun, sekarang dia
berumur 73 tahun. Semua tamu di sana kebanyakan saling kenal, hanya Kie Taiseng vang tidak dikenal oleh orang-orang di sana, kelihatannya Kie
Tai-seng tidak bersemangat, walaupun di sana banyak orang, tapi
dia hanya bertanya satu kalimat, "Yang mana Pendekar Yang-ciu,
Coh Kim-sung?" Begitu tahu Coh Kim-sung tidak dapat hadir di pesta itu, dia
hanya diam terus. Dia adalah Cianpwee persilatan bernama Tuan Yong, dan yang
itu adalah Pendekar Yap dari Bu-tong, dan masih ada Pendekar Hun
dari Siauw-Um. Tuan rumah memperkenalkan tamu-tamunya, Kie Tai-seng hanya
mengangguk, sepatah kata pun tidak keluar suara.
Sepertinya dia hanya ingin berkenalan dengan Pendekar Yangciu, Coh Kim-sung, yang lainnya dia tidak tertarik.
Dengan keadaan seperti itu membuat suasana menjadi tidak
enak, sekarang para undangan dipersilakan duduk. Biasanya tamu
yang paling dihormati akan duduk di kursi paling depan dan kursi itu
hanya ada satu, harus bagaimana agar membuat semua orang tidak
tersinggung. Kie Tai-seng dan Bwee To-seng adalah tamu yang datang dari
tempat jauh, pesta ini diselenggarakan untuk mereka. Di antara
mereka berdua harus ada satu yang duduk di depan bila Bwee Toseng duduk di depan, bagaimana dengan Kie Tai-seng" Bila Kie Taiseng duduk di depan, bagaimana dengan Bwee To-seng"
Sepertinya Bwee To-seng tahu keadaan bahwa tuan rumah
tampak kebingungan dan dia berkata,
"Kedudukan Tuan Yong paling tinggi, silakan Tuan Yong duduk di
depan " Segera Tong Hwie-yan berkata:
"Silakan agar Tuan Yong ke depan!"
Tuan Yong menggelengkan kepala dan berkata:
"Tidak, aku tidak bisa. Tamu yang datang dari jauhlah yang
harus duduk di depan."
Kata Bwee To-seng: "Aku lebih muda 2 generasi, bila kulit mukaku tebal orang akan
menertawakan Ko Tan menilaiku sombong." Kata Tuan Yong,
"Bila Adik bwee tidak mau, silakan agar Tuan Kie Tai-seng yang
duduk di depan." Kie Tai-seng tidak sungkan lagi, segera dia duduk di depan. Hati
Tuan Yong tidak enak, tapi dia hanya diam.
Sewaktu Kie Tai-seng akan duduk, Hun Sim-boh berkata:
"Tunggu!" dia membersihkan kursi itu dengan lengan bajunya,
dengan tertawa dia berkata:
"Ada sedikit debu, aku sudah membersihkannya, silakan duduk!"
Sifat Hun Sim-boh sudah terkenal dengan cepat naik darahnya,
sebenarnya dia adalah hweesio Siauw-lim, karena terlalu pemarah
beberapa kali dia diperintahkan untuk menjadi orang biasa, kali ini
dia juga bukan bermaksud berbaik hati kepada Kie Tai-seng.
Dia ingin mempermalukan tamu yang akan duduk di depan,
begitu dia mengibaskan lengan bajunya, sebenarnya kayu kursi itu
sudah menjadi 'lembek, bila diduduki, kursi itu pasti akan hancur.
Kie Tai-seng sepertinya tidak tahu, dia langsung duduk dan
berkata: "Terima kasih!"
Hun Sim-boh tertawa dan berkata:
"Jangan sungkan!" dan Hun Sim-boh memasang mata lebih besar
lagi, dia ingin melihat tamu terhormat itu dipermalukan olehnya.
Tapi yang ditunggu-tunggu tidak terjadi, walaupun matanya
dibuka semakin besar dan semakin besar, Kie Tai-seng tetap duduk
dengan tenang. Apa yang sudah terjadi" Hanya Tong Hwie-yan yang bisa melihat
begitu Hun Sim-boh membersihkan kursi itu, dia sudah tahu bahwa
Hun Sim-boh mempunyai niat tidak baik, dia terus memperhatikan
gerak gerik Kie Tai-seng, tapi sewaktu Hun Sim-boh sedang
membersihkan kursi itu, Kie Tai-seng menekan kursi itu sangat
keras. Tong Hwie-yan adalah seorang pesilat, walaupun dia tidak
mengerti ilmu silat apa yang digunakan oleh Kie Tai-seng, tapi dia
tahu bahwa Kie Tai-seng duduk di kursi itu dan kursi itu tetap utuh,
karena tenaga dalam Hun Sim-boh sudah dihilangkan oleh jari Kie
Tai-seng. Begitu Kie Tai-seng duduk, para tamu pun ikut duduk Hanya Hun
Sim-boh yang masih berdiri terpaku.
Kie Tai-seng berkata: "Pendekar Hun, jangan sungkan, silakan kau juga duduk!" Dalam hati Hun Sim-boh berpikir,
"Untung tidak diketahui oleh orang lain." Terpaksa dia duduk di depan Kie Tai-seng, hanya bangku itu yang masih kosong.
Terdengar suara kursi yang patah karena Hun Sim-boh tidak siap
maka dia terkejut hingga meloncat, kursi itu sudah hancur
berkeping-keping. Kata Kie Tai-seng: "Menurut orang-orang, ilmu silat Siauw-lim ada 72 macam,
nama-namanya aku tidak ingat, yang tadi dipertunjukkan oleh
Pendekar Hun apakah ilmu itu disebut ilmu silat pantat besi" Benarbenar membuat orang menjadi terkagum-kagum"
Hun Sim-boh masih dalam keadaan terkejut, wajahnya memerah
dan dia tidak dapat menjawab, tapi sekarang dia sudah tahu bahwa
dia sedang dipermainkan oleh Kie Tai-seng, karena Kie Tai-seng
mempersilakan dia duduk, dia memakai tenaga dalamnya membuat
kursinya patah, begitu dia sadar, semua sudah terlambat.
Tong Hwie-yan tertawa dan berkata:
"Pendekar Hun, bila kau mau bermain silat, aku pun
mempersiapkan beberapa kursi." Dia sengaja berkata seperti itu
supaya Hun Sim-boh tidak merasa malu.
Karena ingin mengubah suasana yang tidak enak, Tong Hwie-yan
lerus menyuruh para tamu untuk minum arak.
Kie Tai-seng, Tong Hwie-yan, dan Tuan Yongpun bersulang, Yup
Jin-tong berdiri dan berkata:
"Tuan Kie, aku pun bersulang untukmu!"
Kata Kie Tai-seng: "Baiklah, aku tidak menolak sidangan dan siapa pun, mari
bersulang!" Yap Jin-tong dan Hun Sim-boh adalah teman baik, dia bersulang
memakai nama, tapi sebenarnya dia ingin membalaskan dendam
teman baiknya. Tenaga dalam Bu-tong yang lembut bisa
mengalahkan tenaga dalam yang keras. Begitu bersulang, dengan
tenaga dalam yang lembut, hanya selang beberapa waktu gelas
akan pecah di tangan Kie Tai-seng, mungkin waktunya tepat pada
saat Kie Tai-seng akan minum
Kie Tai-seng adalah seorang pesilat, cara licik seperti itu mana
bisa menipunya" Pada saat gelas beradu, pikir Kie Tai-seng, 'Bila aku getarkan
gelasnya hingga pecah, itu sangat mudah, tapi tuan rumah begitu
baik kepadaku, aku tidak boleh membuatnya malu. Bila gelas pecah,
kepingannya nkan berhamburan ke mana-mana. Walaupun tidak
melukai orang tapi akan mempermalukan tuan rumah.'
Dia langsung memutar otaknya, 'Lebih baik aku menggunakan
jurus Lui-ci-kang (Jari Petir).'
Begitu gelas beradu, Yap Jin-tong merasa
lawan tidak menggunakan tenaga dalam dan dia sangat senang.
Kie Tai-seng menarik kembali gelasnya dan meminum habis
semua arak, gelas ditaruh kembali, gelas sama sekali tidak hancur.
Yap Jin-tong terkejut: "Apakah tenaga dalamnya lebih hebat dariku?" dia melihat gelas tidak pecah sama sekali, dengan hati-hati dia mengambil gelasnya
dan minum. Arak di dalam gelas tidak berbeda, tapi rasanya aneh, tadinya
arak terasa setengah hangat, tapi begitu mengalir ke mulutnya,
lidahnya terasa panas dan tidak tertahankan panasnya
Karena Yap Jin-tong tidak ada persiapan sama sekali, dia
memuntahkan kembali araknya.
Ternyata jurus Lui-sin-ci adalah ilmu yang bisa mengeluarkan
panas yang tinggi. Ini adalah ilmu yang sangat aneh dan tidak
sedalam ilmu lurus biasanya Bila sudah berlatih hingga tinggat
tertinggi, jari yang menotok ke tubuh pun dapat meninggalkan luka
bakar, karena Kie Tai-seng sudah hampir mencapai tingkat
sempurna dia mengubah Lui-sin-ci menjadi tenaga telapak dan
semua kekuatan dikumpulkan di telapak tangannya. Begitu gelas
beradu, panasnya berpindah ke gelas lawan. Tenaga itu mengalir ke
dalam arak, gelas tidak terasa panas, tapi arak seperti sudah panas
mendidih. Karena terlalu panas Yap Jin-tong memuntahkan araknya
dan ini membuatnya sangat malu. Kali ini Tong Hwie-yan tidak
melihat ada sesuatu yang aneh.
Dengan cepat dia membantu menutupi rasa malu Yap Jin-tong,
dia berkata: "Yap Toako, baru juga beberapa gelas, kau sudah tidak kuat?"
dia menganggap Yap Jin-tong sudah mabuk.
Dengan cepat Yap Jin-tong berkata:
"Aku tidak bisa minum lagi, hari ini terlalu banyak minum, aku
mohon maaf!" Tuan Yong pun menganggap tidak terjadi apa-apa, maka dia
berkata, "Bila sudah minum tidak dapat berhenti, mabuk di pesta itu
sudah biasa, tidak perlu sungkan. Kita minum sepuasnya." Setelah
berkata seperti itu dia tertawa terbahak-bahak.
Sewaktumerekasedangmengobrol,pelayansudah
membersihkan lantai dan membawa semacam arak yang membuat
Yap Jin-tong sadar dari mabuk. Yap Jin-tong tampak ragu.
"Apakah arak ku sudah diberi racun lagi?" dia tidak berani minum arak lagi.
Bwee To-seng dan Kie Tai-seng sama-sama tamu agung, tadinya
dia tidak menyukai Kie Tai-seng karena dia duduk di depan. Tapi
setelah dia melihat Siauw-lim dan Bu-tong dibuat malu oleh Kie Taiseng, dia pun tidak berani coba-coba.
Semua pun berpikiran seperti itu,
"Orang ini sangat pendiam wajahnya pun sangat jelek, tapi ilmu
silatnya sangat tinggi, biasanya bila orang berilmu silat tinggi,
pembawaannya pasti aneh."
Awalnya orang-orang membenci dia, sekarang mereka sangat
kagum kepadanya. Song Eng-lam mengintip dari atas, semua yang terjadi di sana
dapat dia lihat dengan jelas.
Dia tidak minum, tapi tubuhnya terasa limbung dan gemetar, di
depan mata dan di dalam hati semua terasa kacau dan berputarputar, seperti orang mabuk.
Dia menggigit jarinya hingga terasa sakit, ini bukan mabuk juga
tidak sedang bermimpi, dia menutup pintu.
Orang itu menghilang dari pandangan Song Eng-lam setelah
jendela ditutup. Jantungnya serasa hampir meloncat keluar.
Hal yang dia khawatirkan benar-benar sudah terjadi, orang itu
adalah dia, bekas suaminya.
---ooo0dw0oo--- C. Ternyata Benar Dia Memang benar, wajah Kie Lek-beng sudah berubah banyak,
hingga hampir tidak dikenali lagi oleh Song Eng-lam. Yang dia lihat
adalah wajah yang penuh dengan bekas luka, orangnya sangat
kotor seperti pengemis, kenangan yang tertinggal dalam pikiran
Song Eng-lam adalah bahwa Kie Lek-beng seorang pemuda yang
tampan. Bila bukan nama Kie Tai-seng yang membuat dia penasaran, dia
tidak mungkin menghubungkan dua sifat orang yang berbeda
dengan satu orang. Tapi dia tetap bisa mengenalinya, karena mereka pernah menjadi
suami istri walaupun bukan suami istri yang harmonis.
Dari tubuh orang yang jelek dan kotor itu, akhirnya dia tahu
bahwa dia adalah Siauya Kieyang dulu dikatakan sudah meninggal.
Kie Lek-beng tidak banyak bicara, Song Eng-lam pun tidak dapat
mendengar suaranya dengan jelas, tapi dia merasa Kie Lek-beng
begitu dingin dan angkuh. Mungkin karena harga diri dan perasaan
dirinya sehingga membuat dia seperti itu.
Suaranya pun berubah tapi tidak sebanyak wajahnya. Dia tidak
dapat mendengar kata-kata Kie Lek-beng, tapi dengan satu kalimat
yang dia dengar itu sudah cukup.
"Yang mana Pendekar Yang-ciu, Coh Kim-sung?" begitu banyak
tamu tapi dia tidak sudi bergaul dengan mereka. Begitu melihat
tuan rumah datang, dia langsung menanyakan Coh Kim-sung, kalau
bukan dia, siapa lagi. Begitu mendengar Coh Kim-sung tidak dapat ikut dan hadir di
pesta itu, dia langsung menarik nafas.
Mungkin orang akan mengira dia kecewa tapi Song Eng-lam
merasakan dia menarik nafas karena ada rasa kemarahan dan
kebencian. Hati Song Eng-lam terasa kacau, apakah ini karena sedih, marah,
henci, atau kasihan"
Benar, dia dan Kie Lek-beng sudah tidak mempunyai perasaan
apa-apa lagi tapi mereka mempunyai seorang putri.
Putrinya inilah yang mengikat hubungan mereka, begitu teringat
kepada putrinya, dia teringat kepada kebenciannya dulu.
Dia ingat, pada malam itu Kie Lek-beng pulang dari tempat
kekasih gelapnya dalam keadaan mabuk. Dia hanya diam dan Kie
Lek-beng tidak suka dengan sikap dinginnya. Kie Lek-beng
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memukulnya, malam itu dia ingin memberitahu suaminya bahwa dia
sedang hamil, karena itulah dia bertekad meninggalkan Kie Lekbeng dan keluarga Kie. Api kemarahan berkobar lagi, dia benar-benar ingin suaminya
mati Tapi sekarang yang berada di depan matanya adalah Kie Lekbeng dan dia masih hidup walau dia kembali dengan keadaaan
seperti itu dia masih bisa mengenalinya. Jendela sudah tertutup tapi
bayangan orang itu masih tertinggal di benaknya.
Bekas luka di wajah, tubuh yang kotor dan lesu, tapi dia tahu
wajah Kie Lek-beng memacarkan kehidupan.
"Sesudah beberapa tahun dia tersiksa,"
kemarahannya berkurang, dia kasihan kepada Kie Lek-beng.
Dia selalu teringat kepada siksaan Kie Lek-beng, tapi Kie Lekbeng pun sudah mendapat hukuman yang pantas.
Kie Lek-beng bisa seperti itu banyak faktor penyebabnya, tapi
alasan yang paling utama adalah karena dirinya.
Malam itu Kie Lek-beng mabuk, dia hampir dicekik mati oleh Kie
Lek-beng karena takut dimarahi oleh ayahnya, dia lari meninggalkan
rumah. Pertama dia memang sudah tidak benar dalam melangkah,
begitu meninggalkan rumah kelakuannya sudah tidak tertolong lagi.
Dia mengira dia bisa menghindari kemarahan ayahnya, tapi
malah diganti dengan hukuman yang lebih berat.
"Aku berharap dia sudah menyesali perbuatannya Tapi
kelihatannya sampai saat ini, dia masih terlihat belum menyesal. Bila
dia benar-benar menyesal, aku akan memaafkannya walau aku tidak
akan mengikutinya lagi untuk pergi. Tapi sayang, aku berharap
terlalu tinggi." Dia tahu Kie Lek-beng datang ke sini untuk balas dendam.
"Begitu dia datang dia sudah langsung mencari Coh Kim-sung, di
dalam harinya Kakak Sung adalah musuh utamanya."
Song Eng-lam merasa sangat marah, dalam hati dia berpikir, 'Kau
marah karena aku menikah lagi dengan orang lain, seharusnya kau
membalas dendam langsung kepadaku, mengapa harus mencari
Kakak Sung" Aku tidak menyesal meninggalkanmu, walaupun kau
tidak mati, aku tetap harus bercerai denganmu, kau menyalahkanku
karena bersikap dingin kepadamu. Bagaimana dengan kelakuanmu
terhadapku" Sebelum menikah sudah ada perempuan lain di luar,
waktu baru menikah pun setiap malam kau menginap di luar atau
menemani kekasihmu, mengapa kau hanya bisa marah-marah
kepada orang lain tapi tidak marah kepada dirimu sendiri?"
Sekarang dia harus berpikir bagaimana cara menghadapi Kie Lekbeng. Hatinya terasa kacau, dia berharap Coh Kim-sung bisa cepat
pulang ke rumah, pemikiran satu orang untuk mencari jalan keluar
sangat terbatas , bila ada 2 orang mungkin akan menemukan cara
yang lebih baik lagi. Hari sudah sore, suaminya belum pulang, suaminya mencari
putrinya dan kedua-duanya belum pulang.
"Apakah Anak Hong di gunung barat mengalami sesuatu?"
Tadinya dia hanya khawatir kepada suaminya, sekarang
ditambah lagi dengan keselamatan putrinya, dia tidak bisa duduk
dengan tenang. Akhiranya Coh Kim-sung pulang dan putri mereka berada di
belakangnya. Dia seperti orang yang sudah berjalan jauh,
langkahnya sangat berat, sepertinya untuk bicara dengan putrinya
pun enggan. Dia hanya menundukkan kepala, dan terus berjalan.
Dia pergi ke gunung barat dengan Jnenunggang kuda, tidak ada
yang percaya bahwa dia adalah Pendekar
Begitu kudanya memasuki ibukota, langsung dikembalikan, dia
berjalan kaki melewati Jalan Tiang-an.
Putrinya juga tahu kekhawatiran ayahnya, apakah ayahnya
terluka di dalam hatinya atau di tubuhnya"
"Ayah, bagaimana perasaanmu?"
Coh Kim-sung tersenyum dengan terpaksa: "Tidak ada apa-apa,
tenanglah sebentar lagi kita akan tiba di rumah, apakah kau masih
khawatir tidak dapat tiba di rumah?"
Tapi hanya beberapa langkah lagi, dia tidak dapat masuk ke
dalam rumah, padahal dia sangat berharap bisa bertemu degan
orang yang dia cintai, tiba-tiba ada undangan dari seseorang.
Ketika itu ada penjaga pintu yang datang dan dia adalah Guru
Piao, biasanya yang menjadi penjaga pintu adalah orang biasa.
Begitu melihat Coh Kim-sung pulang, Guru Piau berkata:
"Coh Tayhiap, kami sudah lama menunggumu, untung masih
sempat!" Coh Kim-sung terkejut dan berkata: "Sudah terjadi apa?"
"Ada teman yang datang dari jauh, dia sangat ingin bertemu
denganmu!" Tong Hwie-yan tahu bahwa dia tidak senang bergaul tapi
sekarang malah menyuruh orang menunggunya. Ini pasti bukan
pertemuan biasa. Mungkin dia menemukan masalah besar dan
harus bertemu dengannya. Coh Kim-sung berkata kepada putrinya:
"Anak Ang, beritahu ibumu, setengah jam lagi aku baru pulang."
Hati Coh Thian-hong tidak tenang dan dia berkata: "Ayah,
apakah tidak bisa menunggu besok baru menemui teman
Guru Piau berkata: "Nona Coh, teman itu diundang oleh Tuan Tong, begitu dia
datang, dia langsung mencari ayahmu, jangan tunggu sampai
besok!" Tanya Coh Thian-hong: "Siapa dia" Dan ada perlu apa dengan ayahku?"
Coh Kim-sung menjadi marah dan berkata: "Jangan banyak
bicara, ini urusan orang dewasa. Anak kecil imigan ikut campur!"
Kata Coh Kim-sung kepada Guru Piau,
"Anak kecil tidak tahu sopan santun, jangan salahkan dia. Ayo
kita jalan !" Tanya Coh Thian-hong: "Apakah kata-kata ayah tadi sungguh-sungguh?"
Dengan lembut Coh Kim-sung menjawab:
"Gadis bodoh, apakah ayah pernah berbohong kepadamu" Kau
pulang dulu temui ibumu!"
Pikir Guru Piau, "Gadis ini sudah berumur 15-16 tahun, mengapa
masih begitu manja"'
Dia tidak tahu kata-kata Coh Kim-sung kepada putrinya mengenai
'tidak terluka', bukan setengah jam baru pulang. Coh Thian-hong
takut ayahnya terluka, tapi ayahnya menutupi itu darinya.
Orang-orang yang sedang berpesta begitu melihat kedatangan
CohKim-sung,merekasangatsenangdanlangsung
menyambutnya. Hanya Tong Hwie-yan yang terkejut, dia adalah seorang pesilat
sekali melihat dia sudah tahu bahwa ada yang tidak beres dengan
Coh Kim-sung, dia tidak tahu apakah Coh Kim-sung terluka atau
tidak" Tapi dapat dipastikan Coh Kim-sung sudah kehilangan banyak
tenaga. "Ternyata dia bukan mencari teman tapi sudah bertarung.
Siapakah lawannya" Hingga membuat tenaganya terkuras hingga
60%?" Tanya Tong Hwie-yan dalam hati.
Tuan Yong tertawa dan berkata:
"Coh Tayhiap, dari tadi kami menunggumu seperti menunggu
kedatangan burung Hong, untung kami belum bubar. Mari, di sini
masih ada kursi, dekat dengan Kie Tai-seng karena sejak tadi dia
terus menanyakanmiL "
Kie Tai-seng sudah berdiri dan berkata:
"Coh Tayhiap, kau sudah datang, tempatku harus kau yang
duduki!" Tadinya Coh Kim-sung masih mengira yang mencarinya adalah
Tong Hwie-yan karena ada hal penting, ternyata menyuruhnya
datang ke pesta, dalam hati dia sangat tidak suka, dia berpikir,
'Tahu begini, aku akan menunggu pesta bubar, baru aku datang.'
Dia mengira putrinya sudah memberitahu keadaan di sana
kepada ibunya. "Eng-lam pasti mengkhawatirkanku, kecuali dia melihat sendiri
baru akan percaya!" dia mengambil keputusan dalam waktu
setengah jam lagi dia akan pulang meskipun pestanya belum
selesai. Kie Tai-seng sudah mengulurkan tangannya dan berkata, 'Sudah
lama aku mendengar namamu, sekarang baru ada kesempatan
bertemu. Coh Tayhiap ternyata bukan nama kosong saja, jangan
sungkan silakan duduk!' Kata Coh Kim-sung: "Aku hanya mendapat nama saja, tidak pantas untuk dipuji. Tuan
Kie, kau adalah tamu yang datang dari jauh, jangan terlalu
sungkan!" sambil i berkata mereka berjabat tangan.
Namanya berjabat tangan tapi mereka malah beradu kekuatan
tenaga dalam. Ini adalah hal biasa, apalagi sejak tadi Kie Tai-seng
ingin bertemu dengan Coh Kim-sung, pasti dia mengambil
kesempatan ini untuk beradu tenaga dalam.
Tadi Hun Sim-boh dan Yap Jin-tong berturut-turut dikalahkan
oleh Kie Tai-seng, semua orang tahu ilmu silatnya begitu tinggi, tapi
dalam hati mereka, tetap tidak rela dikalahkan olehnya. Mereka
berharap Coh Kim-sung bisa memenangkannya dan mengembalikan
wajah mereka. Tong Hwie-yan lebih terkejut lagi, dalam hati dia berpikir, 'Coh
rayhiap tenaga dalamnya sudah terkuras, aku pun dapat
melihatnya. Orang she Kie ini seharusnya pun dapat melihatnya, bila
dia masih mau beradu tenaga dalam ini disebut mengambil
kesempatan dalam kesempitan dan mengikis habis nama besar
Pendekar Yang-ciu." Belum habis pikirannya, mereka berdua sudah berjabat tangan.
Terlihat Kie Tai-seng mengerutkan dahi, tapi wajah Coh Kim-sung
mengeluarkan ekspresi yang aneh, tapi dengan segera dia
tersenyum. Semua orang menghembuskan nafas, dalam hati mereka
berpikir, "Walaupun ilmu silat Kie Tai-seng sangat hebat, tapi Coh
Kim-sung tetap berada di atas angin.'
Hanya Tong Hwie-yan yang masih terkejut, dia lebih tahu ilmu
silat Coh Kim-sung, dalam hati dia berpikir, 'Melihatnya
mempermainkan Yap Jin-tong dan Hun Sim-boh tadi, kelihatannya
ilmu silatnya lebih tinggi bila tenaga dalam Coh Kim-sung terkuras
habis. Bila tidak mereka bisa bersaing, tapi sekarang Coh Kim-sung
sudah terkuras tenaga dalamnya sebanyak 60%, mengapa dia
masih bisa bertahan dan terlihat begitu tenang" Apakah mereka
tidak sedang beradu tenaga dalam" Tapi mereka tidak melepaskan
tangan masing-masing.' Walaupun dia tahu banyak tentang ilmu
silat tapi sekarang ini dia tampak kebingungan.
Biasanya dengan cara seperti ini mengadu tenaga dalam hanya
berlangsung sebentar karena tujuan sebenarnya adalah berjabat
tangan untuk berkenalan, mengapa sekarang waktunya begitu
lama" Apalagi setelah berjabat tangan mereka saling tidak
melepaskannya, dengan orang biasa yong berjabatan 10 kali lipat
lebih lama. Tong Hwie-yan kebingungan, tapi dia menemukan hal yang aneh.
Wajah Coh Kim-sung yang tadinya pucat sudah kembali merah,
matanya yang bersorot lesu sekarang sudah bercahaya kembali,
segera Tong Hwie-yan bisa menebak.
Ternyata Kie Tai-seng tidak sengaja melihat bahwa tenaga Coh
Kim-sung terkuras habis kemudian mengadu tenaga dalam,
sekarang malah berbalik membantu memulihkan tenaga dalam Coh
Kim-sung. Coh Kim-sung merasa pada saat berjabat tangan, ada tenaga
panas yang mengalir melalui telapak tangannya, masuk ke dalam
tubuhnya hanya memakan waktu pembakaran setengah batang
dupa dan tenaga dalam Coh K im-sung sudah kembali, ini seperti
sebuah mukjizat. Semua tamu tampak bengong, tiba-tiba Kie Tai-seng tertawa dan
pula: "Benar-benar nama Coh Tayhiap itu bukan main-main, membuat
orang menjadi kagum."
Orang-orang yang ada di pesta itu begitu mendengar Kie Taiseng berkata demikian, mereka mengira Coh Kim-sung lah yang
menang, hati mereka sangat senang, Hun Sim-boh dan Yap Jin-tong
pun segera memberi selamat kepada Coh Kim-sung.
Kata-kata mereka belum sempat keluat, terlihat Coh Kim-sung
sedang memberi hormat kepada Kie Tai-seng dan berkata:
"Terima kasih atas budi baik Kie Toako. Kagum, harus aku yang
bilang seperti itu, jujur bicara aku belum pernah mendengar nama
Kie Toako tapi aku benar-benar mengagumi ilmu silat Kie Toako."
Semua orang menjadi bingung, bila kata 'kagum' semua orang
dapat menggunakannya, tapi kata 'terima kasih' dan "budi baik',
tidak pantas dikatakan setelah bertarung.
Kata Kie Tai-seng: "Coh Tayhiap, kau jangan merendahkan diri, jarang ada yang
mempunyai ilmu silat setinggi itu, kau hanya terkuras tenaganya
tapi tidak terluka."
Kata Tong Hwie-yan: "Apakah Coh Tayhiap baru saja bertarung?"
"Apakah kau mencari teman, lalu bertemu dengan musuh yang ,
kuat?" Kata Tuan Yong
Coh Kim-sung tertawa dan berkata:
"Aku tidak tahu, apakah dia menganggapku teman atau lawan"
Aku hanya tamu, dia tidak menganggapku musuh, bila disebut
bertarung bisa dikatakan seperti itu."
Tuan Yong masih tidak percaya, kata Kie Tai-seng:
"Aku kira dia menganggapmu teman."
"Mengapa kau bisa tahu?" Tanya Tuan Yong.
"Aku hanya menebak saja." Jawab Kie Tai-seng.
Dia membalikkan tubuh dan berkata kepada Coh Kim-sung:
"Bila aku salah bicara, aku mohon maaf!"
"Silakan teruskan!" Kata Coh Kim-sung.
Tanya Kie Tai-seng: "Apakah kau sudah mencoba ilmu silatnya" Beradu telapak
dengan telapak?" "Benar!" Tenaga Coh Kim-sung hanya terkuras tapi tidak terluka, semua
orang bisa menebak bahwa mereka pada saat itu hanya bertanding,
tidak saling melukai. "Coh Tayhiap, tenaga telapakmu pun tidak mematikannya, orang
itu pun hanya memakai 70% tenaga untuk berjaga dan 30% untuk
menyerang, apakah benar?" Kata Kie Tai-seng.
Coh Kim-sung terkejut dan berkata:
"Betul sekali, kau seperti melihatku bertanding."
Kata-kata yang lain tidak perlu dikatakan lagi, karena ini hanya
pertandingan bukan pertarungan antara hidup dan mati.
Tuan Yong terpaku dan berkata:
"Tuan Kie, apakah kau kenal dengan teman Coh Kim-sung itu?"
Bila tidak kenal, dia pasti tidak akan hafal dengan jurus-jurusnya.
Kata Kie Tai-seng sambil tersenyum:
"Sudah kukatakan aku hanya menebak, karena sewaktu berjabat
lengan aku merasakan aliran darah Coh Kim-sung berubah dari sana
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
aku mencoba menebak ilmu silat lawan Coh Kim-sung dan tenaga
apa yang dipakainya. Dan secara kebetulan tebakanku benar
semua." "Coh Tayhiap, temanmu itu siapa?" Tanya Tuan Yong.
Kata Coh Kim-sung: "Dia adalah teman yang baru kukenal." Dia tidak mengatakan hal yang lainnya, orang lain pun tidak berani bertanya.
Orang-orang merasa aneh, begitu juga dengan Kie Tai-seng.
Ternyata dari aliran darah Coh Kim-sung, dia sudah tahu orang
itu memakai ilmu silat keluarga Kie, karena itu pula dalam waktu
yang sangat singkat dia bisa melancarkan jalan darah yang
tersumbat dan mengembalikan kondisi Coh Kim-sung seperti
semula. Kie Tai-seng bertanya-tanya dalam hati,
"Orang yang ditemui oleh Coh Kim-sung, apakah dia adalah
orang vang dicari olehku" Tapi orang itu adalah musuh Tuan Kiamta dan Hie Liong-gwee, apakah Coh Kim-sung membantu mereka
maka datang ke ibukota" Mengapa begitu mereka bertemu tapi
tidak saling menekan" Apakah mereka kebetulan berteman tidak
saling tahu identitas masing-masing?"
Pertanyaan ini tidak dapat dia tanyakan kepada Coh Kim-sung,
dia hanya menyimpanannya dalam hati.
Hal lain yang ingin dia tahu, dia bertanya tapi tidak langsung:
"Coh Tayhiap, katanya kau tidak tinggal di Piau-hang, lalu kau
tinggal di mana?" Jawab Coh Kim-sung: "Apakah Tong Hwie-yan tidak memberitahumu" Aku tinggal di
belakang Piau-hang, di rumah peristirahatan milik Tong Hwie-yan."
Sengaja Kie Tai-seng bertanya:
"Piau-hang lebih ramai, mengapa kau senang tinggal seorang diri
di rumah peristirahatan itu?"
Jawab Tong Hwai-ie: "Coh Tayhiap membawa istri dan anaknya, jadi lebih baik bila
iniTcka tinggal di rumah peristirahatan."
Kie Tai-seng tertawa untuk menutupi hatinya yang terguncang,
dia berkata: "Ternyata Coh Tayhiap begitu rukun dengan istrinya, aku tidak
tahu aku mohon maaf."
Kata Coh Kim-sung: "Adik, jangan tertawakanku, aku hanya membawanya ke ibukota,
karena dia belum pernah datang ke sini, putriku juga sekalian
kubawa." "Apakah besok Coh Toako mempunyai waktu?"
Coh Kim-sung balik bertanya: "Ada apa gerangan?"
"Bila tidak ada halangan, besok aku ingin mengunjungi kalian."
Kata Coh Kim-sung: "Terima kasih, aku tunggu pada waktunya."
"Coh Toako, malam ini tidurlah dengan nyenyak, besok kau
sudah pulih seperti sedia kala."
Jawab Coh Kim-sung: "Terima kasih untuk perhatian Kie Toako, aku sudah dibantu oleh
Kie Toako, kondisiku sudah hampir pulih. Terimalah arak ini sebagai
rasa hormatku kepadamu."
Pesta sudah selesai, para tamu pun pulang dengan senang.
Sewaktu Tong Hwie-yan mengantarkan Coh Kim-sung kembali ke
rumah peristirahatan, tiba-tiba dia dengan suara kecil berkata:
"Coh Toako, sebenarnya kau harus beristirahat tapi aku masih
ingin bertanya kepadamu, apakah aku boleh mengganggumu
setengah jam saja" Apakah anda tahu mengenai tamu aneh itu"
Apakah dia itu mempunyai maksud atau orang yang membantu
kita" Apakah kau ingin tahu"
---ooo0dw0ooo-- Bab 13 Menahan kesulitan Menolak pernikahan, dihina
Menghukum orang jahat Menolong yang lemah A. Sama-Sama Sulit Kata Tong Hwie-yan: "Tempat ini bukan tempat yang baik untuk kita bicara, ikutlah
'dengan aku, di gunung buatan itu ada sebuah terowongan dan ada
ruang rahasia nanti kita berbicara di sana."
Kemudian dia berkata lagi:
"Sepertinya Hui-thian sudah tiba di ibukota."
Dia mengira setelah Coh Kim-sung mendengar kabar ini, dia akan
terkejut atau setidaknya wajahnya berubah, ternyata reaksi Coh
Kim-sung biasa-biasa saja.
Tong Hwie-yan menjadi terpaku dan berkata:
"Kabar ini kudapat dari Tuan Kiam-ta, katanya dia muncul di
gunung barat, walaupun belum jelas tapi kemungkinan 80% adalah
benar." Coh Kim-sung tetap tidak bereaksi, dia hanya berkata:
"Kalau memang dia, terus bagaimana?"
Jawab Tong Hwie-yan: "Kalau itu memang dia, Kakak harus bertarung dengannya."
"Ilmu silat Kie Tai-seng 10 kali lipat lebih tinggi dariku."
"Memang ilmu silatnya lebih tinggi, tapi kita baru kenal
dengannya, dan dia hanya berkata bahwa dia hanya ingin
berkenalan dengan Hui thian, apakah benar dia mau bertarung, kita
belum tahu. Bila dia melihat ini tingkat ilmu silatnya lebih rendah dia pasti tidak akan mau meladeninya, bila ilmu silatnya terlalu tinggi,
dia pun tidak akan berani menghadapi Hui-thian."
Coh Kim-sung tertawa: "Sulit mencari pesilat yang setara dengannya"
"Tujuannya bertarung pun tidak sama, dia bilang dia hanya ingin
melihat ilmu silat Hui-thian, tidak tertarik untuk masuk dalam
keruwetan ini. Tapi kau tahu bukan, bahwa Tuan Kiam-ta dan Hie
Tiong-gwee begitu ingin membunuh Hui-thian."
"Pikiran orang itu bermacam-macam,
kita tidak boleh memaksakan kehendak."
Kata Tong Hwie-yan: "Masih ada lagi, identitasnya tidak jelas, kadang-kadang banyak
hal yang tidak dapat diberitahukan kepadanya seperti masalah Huithian yang berada di gunung barat, aku tidak berani
memberitahunya." Tanya Coh Kim-sung: "Apakah kau mengira bahwa dia adalah sahabat Hui-thian?"
"Mungkin bukan, hanya kita harus waspada, jujur bicara, dia
hanya orang biasa, bila tidak terpaksa jangan ditonjolkan."
"Kalau begitu, kita jangan bicarakan dia, kau ingin aku
bagaimana?" Jawab Tong Hwie-yan: "Tuan Kiam-ta berharap besok kau dan aku pergi ke rumah
Panglima Bok, menurutku sepertinya Bok Ci-giauw ingin kau yang
pertama bertarung dengan Hui-thian."
"Besok aku ada janji dengan Kie Tai-seng." Kata Coh Kim-sung.
Kata Tong Hwie-yan: "Aku tahu, kita hanya sebentar ke sana, tidak akan lama-lama."
"Dia berkata seperti itu tapi aku merasa sepertinya masih ada hal lain yang ingin dia utarakan." Kata Coh Kim-sung. Kata Tong Hwie-yan,
"Sekarang yang ada di depan kita adalah bagaimana cara
menghadapi Hui-thian, tidak ada hal lain yang lebih penting lagi.
Begini saja, besok aku akan menemani dia ke rumahmu, bila ada
yang ingin dia katakan sebelum siang pun tentu sudah beres. Janji
dengan Tuan Kiam-ta adalah siang hari. Mungkin Tuan Kiam-ta akan
menyuruhmu mencari tahu keadaan gunung barat, dan kau harus
siap-siap." "Bersiap-siap untuk apa?"
Dengan suara kecil Tong Hwie-yan berkata:
"Coh Toako, kita adalah teman lama, aku harus memberitahumu
rahasia ini bila tidak, aku seperti bersalah kepada teman lama."
"Rahasia apa?" Suara Tong Hwie-yan dikecilkan lagi,
"Mengenai rahasia identitas Hui-thian, aku tidak akan membohongimu." Mereka mengobrol di ruang rahasia, tapi begitu mengatakan
tentang identitas Hui-thian, seperti takut ada yang mendengar.
Coh Kim-sung tertawa dan berkata:
"Kau dan aku adalah teman lama, kapan aku tidak percaya
kepadamu, kau belum bicara tentang dia pun sudah terlihat begitu
tegang!" Kata Tong Hwie-yan:
"Toako jangan menertawakanku, karena dia bukan orang
sembarangan!" Dia melanjutkan lagi:
"Dia adalah cucu murid pesilat nomor satu dunia persilatan, Kie
Yan-gan." "Apakah kau terkejut mendengar nama Kie Yan-gan" Tapi kabar
ini belum tentu benar." Kata Coh Kim-sung. "Mengapa kau bilang seperti itu?" Kata Coh Kim-sung:
"Menurutku, Kie Yan-gan hanya mempunyai seorang putra,
seorang murid. Putra dan muridnya sudah meninggal."
Kata Tong Hwie-yan: "Kau hanya tahu sebagian saja, Hui-thian adalah anak dari murid
Kie Yan-gan yang bermarga Wei, dia tumbuh besar di keluarga Kie,
di atas nama Kie Yan-gan adalah kakek gurunya. Tapi sebenarnya
dia dilatih sendiri oleh Kie Yan-gan! Karena anak dan muridnya
sudah meninggal, maka dia sangat sayang kepada cucu muridnya
ini. Aku tidak berani menyuruhmu mundur dari sini, juga tidak mau
kau yang turun pertama menghadapinya."
Kata Coh Kim-sung: "Aku tahu, bila aku bertarung di partai pertama, apakah bisa atau tidak membunuh Hui-thian, Kie Yan-gan tetap akan mencariku untuk
membunuhku untuk menggantikan nyawa cucu muridnya, ditambah
lagi dia akan mencelakakan keluargaku!"
"Benar, karena itu aku memberitahu kepadamu, sekarang tinggal
kau sendiri yang memutuskan." Kata Tong Hwie-yan.
"Menurutmu bagaimana?"
Tong Hwie-yan mengerutkan dahi dan berkata:
"Aku pun serba salah, demi teman aku harus membantu,
tapi...tapi..." Kata Coh Kim-sung: "Tong Toako, bila kau tidak bisa bercerita..."
Akhirnya Tong Hwie-yan berkata:
"Coh Toako, aku adalah teman baikmu, aku akan memberitahumu sebuah rahasia lagi, walaupun aku tidak mencari
pangkat, tapi aku dan Kie Yan-gan pun berteman, atau setidaknya
dia menganggapku teman."
Lanjut long Hwie-yan lagi:
"Apalagi murid she Wie itu, sebelum meninggal dia adalah
temanku, apakah kau tahu mengapa dia bisa meninggal?"
"Aku tidak tahu."
Tong Hwie-yan berbisik ke telinganya:
"Murid Kie Yan-gan yang bernama Wie Seng-kong, dia adalah
pemimpindariperkumpulanyanginginmenggulingkan
pemerintahan kerajaan Ceng, dia dibunuh oleh 8 pengawal istana,
dia membunuh semua musuh yang menyerangnya, tapi dia pun
terluka parah, hanya dalam jangka waktu beberapa hari saja dia
langsung meninggal."
Kata Coh Kim-sung: "Kalau begitu dia adalah keturunan pahlawan yang
menggulingkan kerajaan Ceng, mengapa sekarang dia malah
menjadi seorang penjahat?"
Tong Hwie-yan tidak menjawab pertanyaan ini, dia malah
berkata, "Orang sepertiku, membuka Piau-hang, orang garis hitam
atau putih. kami tentu harus berhubungan dengan mereka, apalagi
kantorku berada di ibukota, pasti harus berhubungan dengan
pemerintahan. Jujur bicara, aku kasihan kepada orang-orang yang
berniat menggulingkan kerajaan Qing."
Kata Coh Kim-sung: "Aku pun seperti dirimu, apakah kau pun tidak mau ikut campur
dalam masalah ini" "Inilah kesulitannya, bila dibilang berteman, aku lebih
akrab dengan Tuan Kiam-ta daripada Kie Yan-gan, kali ini
yang mengundang kalian menghadapi Hui-thian adalah aku, Tuan
Kiam- ta, dan Hie Tiong-gwee, masa aku dalam situasi seperti ini
malah mundur?" Kata Coh Kim-sung: "Sewaktu kalian mengeluarkan undangan itu, kalian belum tahu
identitas Wie Thian-hoan, bila sekarang mundur, berarti kalian
orang yang tidak bisa dipercaya."
Tong Hwie-yan tertawa kecut dan berkata:
"Coh Toako, kau sudah cukup berpengalaman, mengapa berkata
seperti itu" Hie Tiong-gwee ingin balas dendam kepada Hui-thian,
dia juga didukung oleh Panglima Bok, bila aku tidak melihat wajah
Tuan Kiam-ta, bila ditanya oleh Panglima Bok, bagaimana aku harus
menjawab?" Kata Coh Kim-sung: "Benar, keadaan ini sangat sulit, tapi kejadian sudah ada di
depan mata, kau harus mengambil keputusan."
Tong Hwie-yan terus berpikir, dia tertawa kecut dan berkata:
"Aku benar-benar tidak mempunyai cara lain, aku harus minta
bantuanmu." "Kalau terburu-buru aku pun tidak bisa membantumu mencari
jalan keluar, tapi:.."
"Tapi apa?" Tanya Tong Hwie-yan.
"Aku ingin menanyakan satu hal."
"Silakan, aku akan jawab bila aku tahu."
Coh Kim-sung bertanya: "Apakah Tuan Kiam-ta tahu bahwa kau kenal dengan Kie Yangan?" "Mereka tidak tahu."
Coh Kim-sung bertanya lagi:
"Kau lihat, apakah ilmu silat Kie Tai-seng adalah ilmu silat
keluarga Kie?" yang dia maksud dengan keluarga Kie adalah Kie
Yan-gan. Tanya Tong Hwie-yan:
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apakah kau curiga bahwa Kie Tai-seng dan Kie Yan-gan
mempunyai hubungan keluarga?" Jawab Coh Kim-sung,
"Yang aku tahu, putranya sudah meninggal, tapi ilmu silat Kie
Tai-seng begitu tinggi, aku curiga bila dia bukan dari keluarga Kie
Yan-gan, tapi setidaknya dia pernah belajar kepada Kie Yan-gan."
Tong Hwie-yan tertawa: "Aku hanya tahu sedikit ilmu silat keluarga Kie."
Coh Kim-sung terpaku dan berkata:
"Mengapa kau bisa berteman dengannya?"
"Dia menganggap aku sebagai temannya, dia hanya mengenalku,
kami hanya sekali bertemu."
Kemudian dia bercerita bagaimana bisa mengenali Kie Yan-gan.
"Waktu itu muridnya Wie Seng-kong dibunuh, Kie Yan-gan
pernah datang ke rumahku, menanyakan kabar tentang muridnya,
aku dan dia tidak saling mengenal, tapi dia bertanya kepadaku.
Walau hanya ini, aku berterima kasih kepadanya. Waktu itu aku
tidak dapat membantunya, karena pada waktu itu aku pun tidak
tahu kabar mengenai Wie Seng-kong. Katanya waktu itu Wie Sengkong terluka parah, tapi dia tetap bisa pulang ke rumah gurunya."
Kata Coh Kim-sung: "Mungkin waktu itu Hui-thian dibawa oleh ayahnya ke rumah
gurunya." Kata Tong Hwie-yan: "Aku tidak tahu detil ceritanya, aku hanya tahu bahwa Hui-thian
tumbuh besar di keluarga Kie. Aku berharap Hui-thian itu seperti
yang dikatakan oleh Hie Tiong-gwee yaitu penjahat besar, dengan
demikian aku akan membantu Hie Tiong-gwee menghadapinya, jadi
aku lebih enak kepada Kie Yan-gan."
Coh Kim-sung hanya terdiam, Tong Hwie-yan bertanya:
"Kau memikirkan apa?"
"Aku hanya teringat bahwa kata-kata dari orang itu sangat
menakutkan." Kata Tong Hwie-yan: "Maksudmu itu apakah kau menganggap bahwa Hui-thian tidak
sejahat seperti apa yang dikatakan orang-orang" Kau melihatnya
dari segi apa ?" "Aku hanya merasakan seperti itu, perasaan ini timbul dari
ceritamu mengenai Kie Yan-gan. Bukankah Kie Yan-gan disebut
sebagai iblis oleh orang-orang serta tidak mempunyai perasaan, tapi
dari ceritamu tadi. sepertinya dia mempunyai sisi baik dan hangat.
Hui-thian adalah muridnya dan dia dididik langsung oleh Kie Yangan, pasti dia mempunyai sisi baiknya juga."
Tong Hwie-yan terdiam kemudian berkata:
"Yang mengatakan tentang semua ini adalah Tuan Kiam-ta."
Tanya Coh Kim-sung, "Apakah kau merasa Tuan Kiam-ta sudah tidak seperti dulu?"
Tong Hwie-yan menjawab: "Aku tidak terlalu memperhatikannya, tapi begitu kau
mengatakan hal mi, aku pun merasa dia tidak sama seperti
biasanya. Apanya yang tidak sama aku pun tidak tahu."
Kata Coh Kim-sung: "Aku tidak mengerti mengapa dia bisa begitu akrab dengan Hie
Tiong-gwee, memang benar Hie Tiong-gwee adalah Pendekar Yangciu seperti yang disebut oleh orang-orang, dia lebih boros uang
daripada belajar silat, tapi aku merasa dia hanya mencari nama
saja, aku berharap kau jangan berprasangka bahwa aku iri
kepadanya." Kata Tong Hwie-yan dengan tertawa:
"Kau bukan orang seperti itu, maka itu aku berani mengatakan
rahasiaku kepadamu."
Tanya Coh Kim-sung: "Apakah kau melihat keakraban Hie Tiong-gwee dan Tuan Kiamta seperti satu orang saja" Apa ini tidak aneh" Menurut kebiasaan
dan sifat Tuan Kiam-ta, dia pergi ke pesta pernikahan He Tionggwee untuk memberi selamat dan juga menjadi saksi pernikahan He
Tiong-gwee, itu tidak aneh, tapi mengapa dia begitu gesit
membantu Hie Tiong-gwee untuk balas dendam" Apalagi sekarang
ini Hie Tiong-gwee menjadi tamu Panglima Bok. Apakah ini mirip
dengan Tuan Kiam-ta yang biasanya?"
Tong Hwie-yan hanya bisa tertawa kecut, tidak dapat membela
Tuan Kiam-ta, tapi batinya pun berpikir seperti itu.
"Tuan Kiam-ta tidak seperti diriku, aku membuka Piau-hang, mau
tidak mau harus bergaul dengan pejabat pemerintahan, tapi Tuan
Kiam-ta tidak perlu menjilat Bok Ci-giauw."
Mereka terdiam, Tong Hwie-yan berkata lagi:
"Coh Toako, kau datang kemari karena diundang oleh Tuan
Kiam-ta sedangkan kau dan Hie Tiong-gwee tidak begitu kenal, bila
kau menganggap tidak ingin mempertaruhkan nyawa demi Hie
Tiong-gwee, lebih baik kau pergi, aku bisa menjelaskannya kepada
Tuan Kiam-ta." "Bagaimana denganmu?"
"Mereka pasti tidak akan menyuruhku bertarung untuk pertama
kalinya. Nanti aku akan memikirkan alasannya, bila kau tidak pergi
besok sore, kau pasti akan disuruh oleh mereka untuk menemui
Hui-thian di gunung barat."
"Aku tidak akan pergi!" Kata Coh Kim-sung.
Kata Tong Hwie-yan: "Kalau begitu kau tidak ingin membantu teman."
"Aku berteman dengan Tuan Kiam-ta, tapi tidak dengan Hie
Tiong-gwee," kata-kata Coh Kim-sung menegaskan bahwa dia tidak
mau mempertaruhkan nyawanya demi Hie Tiong-gwee.
Kata Tong Hwie-yan: "Kau membuatku jadi bingung, kau mau mempertahankan
hubunganmudenganTuanKiam-ta,tapitidakmau
mempertaruhkan nyawa demi Hie Tiong-gwee, mana bisa keduaduanya sama-sama dijalankan, kecuali kabar dari mereka adalah
palsu bahwa orang yang berada di gunung barat itu bukan Huithian!" "Bila itu bukan palsu pun, aku tidak mau bertemu dengan Huithian." Tong Hwie-yan bertanya lagi kepada Coh Kim-sung: "Kau tahu
dari mana bahwa kabar ini bukan palsu" Kau mengatakan tidak mau
pergi juga tidak mau bertemu dengan Hui-thian, bagaimana kita
menjelaskannya kepada Tuan Kiam-ta dan Hie Tiong-gwee
Kata Coh Kim-sung: "Aku bukannya tidak mau pergi, tapi tidak perlu pergi ke sana."
"Aku tidak mengerti maksudmu." Kata Tong hwie-yan bingung.
"Mereka ingin aku bertarung untuk pertama kalinya, hanya ingin
supaya aku mencoba kekuatan Hui-thian dan aku sudah
melakukannya." Tong Hwie-yan terkejut dan berkata:
"Apa" Kau sudah bertemu dengan Hui-thian!"
"Benar, aku baru pulang dari gunung barat dan di sana aku
bertemu dengan Hui-thian, sempat beradu telapak tangan
dengannya." Tong Hwie-yan baru sadar dan berkata:
"Ternyata kau dan dia sudah beradu ilmu silat sehingga
membuatmu kehilangan banyak tenaga!" Kata Coh Kim-sung:
"Benar, dan ilmu silat Hui-thian lebih tinggi daripada yang
dikatakan oleh orang-orang."
"Bahkan lebih tinggi darimu?" Jawab Coh Kim-sung:
"Walaupun tidak di atasku, juga tidak berada di bawahku, aku
lebih tua darinya, bila lama bertarung, aku pasti akan kalah.
Mencoba sebuah jurus saja sudah menguras banyak tenaga, apakah
aku harus mencobanya lagi?"
Tong Hwie-yan benar-benar terkejut hingga tidak bisa bicara.
Coh Thian-hong sedang menceritakan bagaimana dia dan
ayahnya bin bertemu dengan Hui-thian.
Dia baru berumur 16 tahun dan hidupnya selalu tenang. Hari ini
ilm mendapat pengalaman yang belum pernah dia alami selama 16
tahun ini. Walaupun sekarang ini dia sudah berada di sisi ibunya, hatinya
Mum bisa tenang. Dia ingin menceritakannya lebih jelas lagi.
---ooo0dw0ooo--- B. Putra Panglima Mempermainkan Dua Gadis
Mula-mula dia teringat kepada wajah Bok Ling-hoa yang dia
benci. Kedua putra Panglima Mu bukan pemuda-pemuda yang tampan
tapi juga tidak terlalu jelek. Coh Thian-hong pun tidak membenci dia
dari awal. Bila dari awal dia sudah benci kepada orang itu, dia tidak
akan mau pergi bersama mereka.
Sebenarnya orang yang tingkahnya biasa-biasa saja, mengapa
bisa dibenci olehnya" Alasan yang tepat adalah karena
pembicaraannya tidak menyambung jadi wajahnya pun terlihat
menyebalkan dan terlihat jelek.
Dia ingat Kim-giauw pernah menyinggung soal Toakonya. Kimgiauw belum habis ceritanya jadi Thian-hong selalu mencari
kesempatan untuk menanyakannya. Tapi dia tidak memiliki
kesempatan mendekati Kim-giauw, pada saat mereka berempat pun
tidak ada kesempatan karena Bok Ling-ku selalu mendekati Kimgiauw dan Bok Ling-hoa. terus mendekati Coh Thian-hong.
Bok Ling-hoa. di depan ayahnya diam saja, tapi di depan Coh
Thian-hong tidak pernah berhenti bicara
Dia bukan tidak bisa bicara, tapi terlalu banyak bicara, dia
bertujuan mengambil hati Coh Thian-hong, tapi hasilnya malah
sebaliknya. Karena dia tidak mengerti seorang Coh Thian-hong. Coh Thianhong adalah seorang gadis cantik walaupun baru berumur 16 tahun
tapi dia tidak seperti gadis yang lain mudah dirayu dengan kata-kata
yang manis. Memang benar dia masih belia, tapi dia adalah putri Coh Kimsung, dia seperti ayahnya, memiliki kepribadian agak tinggi. Dia pun
seperti gadis biasa, yang terlalu manja dan masih senang bermain,
dia pun senang dipuji. Tapi begitu melihat orang itu berusaha
mendapatkan sesuatu darinya atau tahu kekurangan darinya dan
terus memancingnya, sifat yang diturunkan dari ayahnya langsung
muncul, membuatnya merasa benci dengan orang itu.
Bok Ling-hoa. masih terus bicara, dia terus memuji kekayaan dan
kekuasaan ayahnya. Bila Coh Thian-hong mau, dia akan memberi
kemakmuran kepada Coh Thian-hong.
Dia masih membicarakan tempat bermain dan berkata,
"Bila kau ikut denganku, pasti tidak akan ada yang berani yang
mengganggumu, ada banyak tempat yang menjual pemak pernik,
kita jangan pergi ke tempat biasa, kita harus pergi ke toko besar,
bila kau ikut denganku mereka akan mengeluarkan barang-barang
bagus untuk dilihat, bila kau pergi sendiri atau dengan teman biasa,
pemilik toko tidak akan mengeluarkan barang-barangnya, karena itu
adalah barang-barang yang sangat mahal."
Bok Ling-hoa. masih terus bicara:
"Perbiasaan emas di rumahku pun sangat banyak, kadangkadang harganya bisa mencapai harga untuk membeli sebuah kota."
Kata Coh Thian-hong: "Maaf, aku bukan gadis yang senang pemak pernik emas, kau
salah tujuan." Bok Ling-hoa berkata lagi:
"Benar, ayahmu adalah seorang sastrawan dan juga seorang
endekar, tentu menyukai lukisan yang terkenal. Kalau begitu, aku
akan membawamu melihat-lihat lukisan kuno."
Coh Thian-hong tertawa dan berkata:
"Maaf, kau juga salah orang, itu adalah ayahku, aku tidak
mengerti tentang lukisan sama sekali"
Kata Bok Ling-hoa lagi: "Kalau begitu kau senang bermain bukan" Besok aku akan
mengajakmu bermain ke tempat lain."
Kata Coh Thian-hong: "Besok ayahku tidak ada waktu."
Bok Ling-hoa tertawa dan berkata: "Siapa yang bilang akan pergi
dengan ayahmu?" "Aku ingin pergi bersama ayahku." Kata Coh Thian-hong.
Kata Bok Ling-hoa: "Ayahmu pernah pergi ke ibukota, kau jangan merepotkannya."
"Kau bukan ayahku, mana tahu ayahku tdak mau pergi" Tempatii-iupat yang kau sebut tadi, kami sekeluarga berencana akan ke
sana." Bok Ling-hoa terlihat sangat kecewa, tiba-tiba dia berkata:
"Aku akan membawamu ke suatu tempat, aku jamin tempat ini
tidak akan pernah dikunjungi kalian."
"Di manakah tempat itu?" Tanya Coh Thian-hong.
Dengan sombong Bok Ling-hoa menjawab:
"Tempat tinggal raja, ayahku adalah panglima pasukan kerajaan,
nKal kau mau menjadi pelayan yang membawa bukuku, aku bisa
membawamu mengelilingi taman bunga, bahkan mungkin bisa
bertemu dengan raja."
Dengan marah Coh Thian-hong berkata:
"Apa anehnya, aku tidak mau menjadi budak raja, walau sudah
bertemu dengan raja, belum tentu aku bisa hidup 100 tahun lagi,
tidak pergi ke taman bunga juga tidak apa-apa."
Bok Ling-hoa marah dan berkata:
"Jangan sembarangan bicara! Untung di sini tidak ada yang
mendengar." "Apakah aku sudah salah bicara, bukankah ayahmu adalah budak
raja ?"" "Mengapa kau begitu tidak dewasa" Atau sengaja membuatku
marah" Semua yang berada di bawah pimpinan raja adalah
budaknya, ingin menjadi budak raja pun belum tentu bisa dilakukan
oleh orang lain!" Kata Coh Thian-hong: "Kalian sudah biasa menjadi budak, sekarang malah
menyombongkan diri, aku tidak mau menjadi budak raja, lebih-lebih
tidak mau menjadi budaknya budak raja."
Bok Ling-hoa tertawa kecut:
"Baiklah, bila kau tidak mau pergi tidak apa-apa, tapi jangan
bicara dengan kata-kata yang tidak enak didengar."
Tidak terasa mereka sudah tiba di gunung barat. Gunung barat di
Peking terdiri dari 3 buah gunung, gunung-gunung ini adalah Cuiwie-san, Lu-si-san, dan Bin-po-san. Yang pertama didatang oleh Coh
Thian-hong dan Bok Ling-hoa. adalah Cui-wie-san. Cui-wie-san
seperti namanya pemandangan di sana sangat indah, sekarang
saatnya daun Ang mulai memerah, langit pun ikut menjadi merah,
membuat orang menjadi pusing hingga bergoyang-goyang.
Sekarang Coh Thian-hong baru merasakan nikmatnya perjalanan ini,
karena jalan di pegunungan sangat kecil dan sempit, maka mereka
memutuskan untuk berjalan kaki dan mengelilingi gunung. Kudakuda itu dilepaskan, karena sudah terlatih, kuda-kuda itu langsung
mencari rumput sendiri tapi mereka tidak kabur.
Begitu mendaki ke Cui-wie-san, mereka melihat kuda milik Hie
Kim-giauw tapi tidak bertemu dengannya atau dengan Bok Ling-ku.
Coh Thian-hong mempercepat langkahnya, setelah tiba di tempat
yang lebih tinggi, dia mendengar ada suara seseorang.
Dari kecil dia sudah terlatih mendengar suara senjata beradu,
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan pendengarannya pun lebih tajam. Yang didengar oleh Coh
Thian-hong adalah suara Hie Kim-giauw. Sepertinya sedang perang
mulut dengan Bok Ling-ku, suara itu dibawa oleh angin.
"Kau scmbarangan bicara, siapa yang berjodoh denganmu?"
"Ayahmu akan sangat senang bila kau menikah denganku,
apakah kau tidak tahu ini?" ini adalah suara Bok Ling-ku.
Kemudian terdengar ada suara orang yang dikejar-kejar, Hie
Kim-giauw dengan terengah-engah berkata:
"Mengapa kau mencegahku mencari Coh Thian-hong?"
Bok Ling-ku tertawa kecil dan berkata:
"Dia sedang ditemani oleh Lo-ji, tidak perlu mencarinya!"
"Ternyata kalian berdua mempunyai niat jahat, kalian menghina
kami berdua, kau menghinaku tidak apa-apa, tapi Coh Thian-hong
tidak boleh, karena ayahnya adalah..."
Bok Ling-ku tertawa: "Aku tahu ayahnya adalah Pendekar Yang-ciu, Coh Kim-sung tapi
ayah kami adalah panglima pasukan kerajaan, Bok Ci-giauw!"
Hie Kim-giauw tertawa dingin dan berkata:
"Panglima pasukan penjaga istana, nama ini bisa mengejutkan
ayahku tapi tidak untuk Coh Tayhiap! Kalau tahu kalau putrinya
sudah dihina oleh orang, kalian berdua akan dihukum!"
Kata Bok Ling-ku: "Aku tidak takut, aku akan memberitahumu sebuah rahasia"
"Apa?" Karena arah mereka berjalan tidak searah dengan hembusan
angin, maka Coh Thian-hong sudah tidak dapat mendengar,
terpaksa menghampiri arah angin lain.
Bok Ling-hoa. pun berlari di belakangnya, dia berteriak: "Tadi kau mengatakan naik kuda menikmati pemandangan tidak tocok,
sekarang kau malah berlarian sambil melihat pemandangan."
"Tidak perlu mengurusiku!" Kata Coh Thian-hong. Karena suara itu di atas, lebih-lebih tidak terdengar jelas.
Bok Ling-hoa. Tertawa: "Orang lain sedang berkasih-kasihan, apakah kau mau mengintip
mereka?" "Kau bilang apa?"
"Aku akan memberitahumu sebuah rahasia." Kata-katanya sama
dengan Bok Ling-ku kepada Hie Kim-giauw.
"Ada rahasia apa" Katakan saja!"
"Hie Tiong-gwee ingin putrinya menikah dengan kakakku, dia
menyuruh Tuan Kiam-ta menjodohkan mereka."
Coh Thian-hong berpikir, 'Pantas ayah sangat membencinya,
ternyata dia hanya pendekar yang mempunyai nama kosong.'
Dengan tertawa dingin Coh Thian-hong berkata:.
"Itu sudah bukan rahasia lagi, bila Hie Tiong-gwee dan
keluargamu berbesan, aku tidak merasa aneh!"
"Ayah masih mengatakan hal lain lagi, apakah kau bisa
menebaknya?" Tanya Bok Ling-hoa
"Aku malas menebaknya."
"Baiklah, aku akan beritahu saja, yang disukai oleh ayahku
adalah dirimu " Dengan marah Coh Thian-hong berkata:
"Bok Siauya jangan mencari kesenangan lewat kami gadis miskin
ini. apakah itu tidak akan merendahkan nama ayahmu?"
Bok Ling-hoa. tertawa dan berkata:
"Kau salah paham, ayahku menyukaimu, beliau inign kau menjadi
menantunya." Coh Thian-hong sangat marah dan berteriak: "Kurang ajar!"
"Kau yang ingin tahu rahasia ini, aku hanya menyampaikan katakata orang tuaku, apakah kau mau atau tidak, itu hal lain lagi. Tapi
aku tidak sembarangan bicara apakah kau mau mendengar
Harpa Iblis Jari Sakti 29 Pendekar Kidal Karya Tong Hong Giok Golok Sakti 10
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama