Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen Bagian 17
juga tidak salah. Aku adalah perempuan jahat, menunjukku siluman
juga boleh." Kie Su-giok mendengar suara perempuan itu berbeda sekali
dengan U-bun hujin, dia terkejut dan bertanya: "Siapa kau?"
"Kau belum pernah bertemu denganku tapi aku adalah orang
yang paling kau benci! Di rumahmu aku adalah orang perempuan
yang paling jahat sedunia, karena diriku keluargamu berantakan,
menunjukku sebagai siluman rase pun boleh, karena di dunia
persilatan banyak yang memanggilku Gin-ho, kau belum pernah
mendengar namaku, tapi kau pasti pernah mendengar julukanku."
Kie Su-giok berteriak: "Ternyata kau adalah Gin-ho, Bok Koan-koan, kau adalah kekasih
gelap ayahku!" Bok Koan-koan tertawa masam dan berkata:
"Kau benar, tapi hanya benar separuhnya." Katanya lagi:
"Aku sepenuh hati mencintai ayahmu, tapi aku tidak tahu apakah
ayahmu mencintaiku?"
Kie Su-giok tiba-tiba merasa tenaganya sudah pulih, dia
menggerakkan kaki tangannya, ternyata sudah bertenaga dan bisa
digerakkan. Kata Bok Koan-koan: "Kau tenang saja, walaupun aku adalah perempuan jahat apalagi
di mata kalian tapi kali ini aku datang untuk menolongmu, obat
yang kuberikan bukan racun tapi obat penawar."
Kata Kie Su-giok: "Mengapa kau menolongku?"
"Karena aku juga ingin meminta bantuan kepadamu, apakah kau
mau mendengar cerita tentang aku dan ayahmu?"
"Baiklah, coba kau ceritakan!"
Anak muda biasanya senang mendengarkan kisah cinta, apalagi
cerita cinta yang berliku-liku.
Dalam perjalanan cinta ada wangi bunga juga ada badai.
Orang yang mengarungi cinta biasanya selalu senang dengan
wangi bunga, tapi orang yang mendengarkan kisah cinta itu merasa
bila bisa menempuh badai cinta, maka cerita itu akan lebih seru lagi.
Orang yang berada dalam cerita berharap kisah cintanya berakhir
dengan bahagia. Orang yang mendengarkan kisah cinta lebih
senang kisahnya berakhir dengan menyedihkan.
Tapi ini adalah cerita yang belum berakhir. Siapa pun tidak tahu
bagaimana aldiirnya. Walaupun belum berakhir tapi kisahnya begitu
menyedihkan. Orang yang berada dalam cerita itu hampir mati tapi
dia bisa hidup kembali, seumur hidupnya berakhir dengan tubuh
yang rusak begitu pula dengan nama baiknya. Tidak mempunyai
rumah, berpisah dengan keluarga
Bok Koan-koan seperti menumpahkan perasaannya kepada
temannya sendiri, bila sedih dia meneteskan air mata.
Cerita cinta yang begitu menyedihkan, biasanya gadis-gadis
paling senang mendengar kisah seperti ini, sayangnya cerita ini
menyangkut hidup Kie Su-giok, dia tidak bisa berpihak sebagai
pendengar, dia ingin mendengar cerita ini tapi takut mendengarnya
Cerita ini begitu menggugah perasaannya.
Akhir cerita ini akan berakhir dengan sedih atau bahagia hanya
Kie Su-giok-yang bisa menentukan.
Cerita yang belum berakhir ini, dia sudah mengetahui sebagian
dari Ong Toanio dan Paman Ting. Tapi walaupun dia tahu atau
bahkan tidak tahu, hal ini telah membuat hatinya bergetar.
"Sebenarnya, aku adalah perempuan penghibur, kebetulan aku
sedang singgah di kampung halamanmu dan bertemu dengan
ayahmu. Kami menjadi sepasang kekasih yang berdosa aku mengira
hal ini akan seperti air sungai yang mengalir, jodoh berakhir cinta
pun bubar, siapa yang tahu..."
Hingga di sini Koan-koan membacakan sebuah puisi,
"Kehidupan di mana pun sama.
Seperti burung menginjak tanah salju.
Di tanah itu meninggalkan jejak.
Telapak kaki burung. Burung-burung hanyalah mahluk hidup."
Bok Koan-koan menarik nafas dan berkata:
"Puisi ini adalah puisi yang sangat disukai oleh ayahmu, aku tidak mengerti artinya Mula-mula aku tidak mengerti mengapa ayahmu
menyukai puisi ini, sekarang aku sudah mengerti. Ayahmu
menganggap kami adalah jodoh yang berdosa aku dan dia adalah
burung yang menginjak salju, meningalkan jejak di atas tanah itu,
banyak hal yang terjadi di luar kehendaknya, walaupun dia ingin
terbang seperti burung, tapi dia sudah tidak bisa lagi, aku dan dia
tidak bisa seperti pelaku utama yang berada dalam cerita. Tidak
peduli dengan perasaan."
Kata Bok Koan-koan lagi: "Aku tahu aku tidak serasi dengan ayahmu, aku pun tidak ingin
merusak kebahagian kehidupan rumah tangganya, begitu dia
menikah sudah beberapa kali aku ingin meninggalkan dia, tapi aku
tidak dapat melakukannya, apakah kau tahu sebabnya?"
Kie Su-giok tidak menjawab, dalam hatinya dia berkata:
"Tidak perlu kau katakan alasannya, itu semua karena kau
mencintai dia." ' Bok Koan-koan bertanya tapi dia sendiri yang menjawab:
"Betul, aku mencintainya, aku tidak bisa meninggalkan dia.
Apakah kau sudah mengerti?"
Kie Su-giok seperti tidak mengerti, dia hanya mendengar.
Bok Koan-koan menarik nafas dan berkata:
"Karena aku merasa dia patut dikasihani!" Setelah bicara, dia tertawa seperti orang bodoh.
Dia berkata, "Ibumu berasal dari keluarga baik-baik dan gadis terhormat, ilmu
silat dan kecantikannya lebih baik daripadaku, seorang laki-laki bila
mempunyai istri seperti itu akan sangat bahagia, apakah
menurutmu itu benar" Tapi mengapa rasa kasihan bisa
berhubungan dengan pengantin laki-laki yang sedang berbahagia"
Aku bicara seperti itu, apakah kau tidak merasa aneh?"
Kie Su-giok tidak merasa aneh, karena dia tahu bahwa
pernikahan ayahnya tidak bahagia, walaupun dia tidak tahu siapa
yang harus bertanggung jawab, tapi dia pun merasa bahwa ayahnya
patut untuk dikasihani. Kata Bok Koan-koan lagi: "Ayahmu sering melarikan diri ke tempatku untuk minum arak,
tiap kali minum dia minum sampai mabuk, aku sudah sering
menasihatinya supaya pulang dan menemani istri yang baru dia
nikahi. Dia langsung marah-marah, bila mabuk dia akan menangis
sejadi-jadinya, atan tertawa terbahak-bahak, kadang kala dia akan
memukulku untuk melampiaskan kemarahan hatinya. Aku tidak
menyalahkan dirinya, aku tahu bila dia sedang bersedih dia tidak
dapat menahan diri, tadinya aku tidak tahu mengapa dia melakukan
seperti itu, akhirnya aku tahu, tapi aku tidak dapat mengatakannya
kepadamu!" Kie Su-giok ingat pada kejadian di keluarga Coh. Pada malam itu
pertama kalinya dia bertemu dengan ayahnya, dia pun bertemu
dengan ibunya untuk pertama kali. Sejak kecil ibunya sudah
meninggalkan dia. Kejadian yang dilihat pada malam itu hampir
membuatnya gila. Tidak perlu dikatakan oleh Bok Koan-koan. Dia
sudah tahu mengapa ayahnya begitu sedih.
Bok Koan-koan melanjutkan:
"Akhirnya pada malam kejadian itu ayahnya sudah melakukan
kesalahan besar dengan meninggalkan rumah dan pergi. Dia tidak
kawin lari denganku, aku baru tahu kesalahannya pada saat-saat
terakhir ini. Apakah kau percaya?"
Kie Su-giok tidak berbicara dia hanya mengangguk.
Bok Koan-koan menarik nafas dan berkata:
"Walaupun dia putus hubungan dengan keluarga bukan karena
diriku, tapi tubuhnya rusak dan nama baiknya pun hancur, itu
semua karena diriku. Dia bisa meninggalkanku tapi aku tidak bisa
meninggalkan dia!" Kata Bok Koan-koan: "Aku terus menguntit dia, sewaktu dia bertarung dengan 5 Butong Tianglo, dia terluka parah dan dari tepi jurang dia terjun ke
sungai semua orang mengira dirinya pasti mati, tapi dia tidak mati.
Apakah kau tahu mengapa dia bisa keluar dari pintu kematian?"
"Karena kau yang menolongnya."
Kata Bok Koan-koan: "Aku mengambil mayat itu, kusebut mayat itu bukan hal yang
berlebihan karena pada saat itu nafasnya sudah berhenti, tapi
tubuhnya masih hangat. Aku berusaha dengan keras, akhirnya dia
kembali hidup, kemudian, kemudian,..."
Bok Koan-koan sudah meneteskan air mata:
"Kemudian 10 tahun hidup di hutan rimba dan gunung. Mulamula masih seperi orang setengah hidup setengah mati. Makan,
buang air besar dan kecil harus aku yang membantunya. Lukannya
terkena infeksi, penuh dengan nanah dan berbau. Bila mengganti
obat, aku harus sampai menutup hidung. Dia hidup seperti itu
selama 3 tahun, pada tahun ke-5 dia baru bisa bangun, mulai
belajar berjalan seperti orang biasa. Pada tahun ke-6 baru bisa
berlatih silat lagi. Sekarang ilmu silatnya sudah kembali seperti semula, ilmu
silatnya yang sekarang lebih hebat lagi dari dulu, ada yang
mengatakan dia sudah melampaui kemampuan ayahnya, menjadi
seorang pesilat nomor satu. Coba kau tebak, dia mengatakan apa
kepadaku" Dia sangat berterimakasih padaku, dia ingin membalas
budi padaku, cara dia membalas budi adalah dengan
meninggalkanku, dia bahkan mengatakan bahwa jodoh kami sudah
habis dan dia ingin berpisah.
'Jodoh sudah habis', kata-kata ini seharusnya dia katakan 20
tahun yang lalu, mengapa baru sekarang dia mengatakannya Aku
tidak mau menuruti kehendaknya. Cerita ini sudah habis, tapi
kisahnya belum berakhir!"
"Aku tidak benci kepadamu, tapi aku kasihan kepadamu." "Aku tidak mau kau kasihani!" Kata Kie Su-giok:
"Aku tahu, aku kasihan kepadamu sama seperti pada saat kmi
dulu kasihan kepada ayahku, aku pikir pada waktu itu ayahku pun
tidak itiau kau kasihani."
Bok Koan-koan terdiam sebentar kemudian berkata:
"Sepertinya kau lebih memahami keadaanku dibanding ayahmu
Terima kasih kau menganggapku sama seperti ayahmu, aku tahu
dalam hati ayahmu, posisiku tidak sepadan dengannya."
Kemudian dia berkata dengan suara kecil:
"Aku tidak mau dikasihani oleh orang lain tapi aku berterima
kasih" "Aku tidak seperti dugaanmu,
menganggapmu sebagai perempuan jahat." Kata Kie Su-giok.
Kata Bok Koan-koan: "Apakah setelah mendengar ceritaku kau baru berubah pikiran?"
"Tidak, sebelum kau bercerita pun aku sudah dengar cerita ini
dan teman yang bisa kupercaya, hanya saja ceritanya tidak sedetil
ini." Koan-koan tidak menanyakan siapa teman Kie Su-giok, dia hanya
menggenggam erat tangan Su-giok dan berkata:
"Terima kasih kau tidak menganggapku perempuan jahat,"
"Aku yang harus berterima kasih karena kau sudah menolongku."
Bok Koan-koan tertawa kecil:
"Kau jangan menganggapku terlalu baik, aku menolongmu
dengan suatu tujuan, apakah kau sudah lupa" Begitu masuk tadi
sudah kukatakan ada hal yang aku ingin minta bantuanmu."
"Ini adalah persyaratan yang adil, aku setuju!"
"Kau jangan terlalu cepat mengiyakan apa yang kuinginkan. Bila
aku mengatakannya kau akan terkejut mungkin malah tidak akan
menyangkanya." "Walaupun di luar dugaanku, apakah itu masih dalam batas yang
wajar?" Bok Koan-koan terpaku dan menjawab: "Apakah kau sudah tahu
apa permintaanku?" "Benar, aku sudah tahu karena aku sudah memikirkan hal ini,
karena itu pula aku menganggap hal itu masih wajar."
Kata Bok Koan-koan: 'Ternyata kau sudah bertemu dengan Coh Thian-su?"
"Tadi aku mengatakan teman dan memang dia orangnya. Karena
itu aku menyetujui permintaanmu!"
Kie Lek-beng tidak tahu apa yang dikatakan Bok Koan-koan
kepada putrinya, dia juga tidak akan tahu bahwa putrinya telah
menyetujui permintaan Koan-koan. Dia gelisah menunggu putrinya
keluar. Akhirnya Bok Koan-koan dan putrinya sudah keluar, mereka
sedang bergandengan tangan.
Kie Lek-beng merasa sangat aneh. Begitu juga dengan putrinya,
karena ada satu hal yang tidak disangka oleh Su-giok, dia melihat
ayahnya juga melihat Kang Hiat-kun. Ini benar-benar di luar
dugaannya. "Cici Hiat-kun, mengapa kau bisa berada di sini?"
"Aku seperti dirimu sudah tertipu oleh siluman itu."
Dengan dingin U-bun hujin berkata:
"Sekarang kau tidak mau memanggilku ibu angkat lagi?"
Kie Su-giok menjawab: "Aku memandang muka adikmu,
bila tidak aku akan memanggilmu siluman perempuan."
U-bun hujin tertawa: "Adik, kau mempunyai banyak cara, membuat putri musuh
cintamu menjadi begitu menurut kepadamu. Baiklah kita saling
bertukar persyaratan. Cepat keluarkan obat penawar ulat sutra
emas." Kata Bok Koan-koan: "Begitu dia sudah pergi, aku akan segera memberikannya
kepadamu. Apakah kau tidak percaya kepadaku?"
Kata U-bun hujin: "Bukan aku tidak mempercayaimu, kau yang tidak percaya
kepadaku." Koan-koan tidak menjawab, berarti itu memang benar. Kata Ubun hujin: "Kita adalah kakak beradik, baiklah aku akan membiarkan Nona
Kie pergi dulu." Kata Bok Koan-koan: "Su-giok, kau mau ikut dengan siapa" Terserah padamu!"
"Anakku, ikutlah ayah pulang." Kata Kie Lek-beng.
Kie Su-giok mengangguk "Tunggu sebentar!" Kata U-bun hujin.
"Kau mau apa?" Tanya Kie Lek-beng.
"Kau sudah mendapatkan
putrimu mengapa kau
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak melepaskan putraku?"
Dengan dingin Kie Lek-beng menjawab:
"Putriku ditukar oleh Koan-koan dengan Bok Siauya, ini adalah
perdagangan antara kau dengan Koan-koan, tidak ada hubungannya
denganku!" Kata U-bun hujin sambil melihat Koan-koan dan berkata: "Adik,
bicaralah jangan kau diam saja!"
Kata Bok Koan-koan: "Cici, kau sangat tahu sifatku, sifatku sangat keras. Kau tahu
bagaimana perlakuannya padaku, aku tidak mau meminta-minta
kepadanya." Kata U-bun hujin: "Kie Lek-beng, aku mengaku kalah, apa syaratmu supaya putraku
dapat kau lepaskan?"
Kata Kie Lek-beng: "Kau ingin mendapatkan kembali putramu, kau harus
mengadakan perdagangan denganku, syaratnya yaitu Nona Kang
ini." Kata U-bun hujin: "Baiklah, aku akan membiarkan dia pergi!"
"Mana obat penawarnya?"
Jawab U-bun hujin dengan dingin:
"Aku mengijinkan dia pergi, tapi tidak akan memberi obat
penawar kepadamu. Aku harus memberitahukan ini kepadamu, kau
sudah terkena racun yang kuberikan. Paling-paling kau bisa hidup 1
tahun lagi. Aku tidak bisa memberikan obat penawarnya kepadamu,
kecuali ditukar dengan Wie Thian-hoan."
Kata Kie Lek-beng: "Aku tidak membutuhkan obat penawarmu. Tapi Nona Kang tidak
bersalah!" Kata U-bun hujin: "Aku tidak peduli, pokoknya tidak dapat ditawar lagi!"
Kelihatannya akan terjadi perang lagi, tiba-tiba Bok Koan-koan
berkata: "Cici, tolong berikan kepadaku seguci arak!"
"Untuk apa?" Jawab Bok Koan-koan: "Arak untuk merayakan berkumpulnya kita di sini juga bisa
menghilangkan kesedihan. Sewaktu aku senang, aku ingin minumminum, sewaktu aku tidak enak hati juga seperti itu. Cici, aku tidak
meminta banyak-banyak, apakah kau tidak akan memberikannya
padaku?" Kata U-bun hujin: "Jangan kau berkata seperti itu, aku hanya takut bila kau minum
kau akan semakin sedih."
Kata Bok Koan-koan: "Kita bersaudara jarang bertemu, aku sangat gembira hari ini.
Jujur saja, kali ini aku datang untuk mengunjungimu sekalian
membereskan masalah ini."
Arak sudah diambil, Bok Koan-koan mencium bau arak itu dan
berkata: "Arak yang bagus." Segera dia mengisi penuh cawannya. Dengan dingin U-bun hujin berkata:
"Adik, ilmu menggunakan racunmu lebih tinggi dariku, mana
berani aku bertindak macam-macam. Bila kau sangsi, aku akan
minum dulu." Koan-koan menjawab, "Arak ini bukan untukmu, bila kau mau minum nanti saja
minumnya agar lebih puas." Dia membalikkan kepala dan
memberikan kepada Su-giok
"Berikan arak ini kepada Nona Kang," kata Bok Koan-koan. Kie Su-giok merasa aneh,
"Mengapa harus diberikan kepada Nona Kang?"
Kata Bok Koan-koan: "Bukankah Nona Kang adalah teman baikmu?"
"Benar, dia adalah teman baikku."
"Kalau begitu, berikanlah
arak ini kepadanya, semoga perjalanannya selalu lancar."
Kie Su-giok sudah mengerti, segera dia memberikan arak ini
kepada Hiat-kun, "Aku berharap supaya perjalananmu benar-benar lancar. Minumlah arak ini!" Hati Kang Hiat-kun tergerak, dalam hati dia berpikir, 'Bila Su-giok
curiga pada Gin-ho yang sudah memberikan racun ke dalamnya, dia
tidak akan mengatakan 'benar-benar'. Gin-ho tidak melukai Su-giok,
dia juga tidak akan melukaiku. Apalagi aku sudah terkena racun
Kim-ho. Bila segelas arak ini ada racunnya, aku juga sudah tidak
peduli.' Begitu minum, dia mulai merasakan seluruh tubuhnya menjadi
hangat, tiba-tiba dia merasa ada tenaga, wajahnya yang pucat
mulai menjadi merah. U-bun hujin tertawa dingin,
"Adik, kau sangat pintar, bisa lolos dari pengamatanku,
memasukkan obat penawar ke dalam arak itu. Obat penawarmu
begitu cepat khasiatnya. Kelihatannya ilmu racunmu lebih tinggi
dariku. Dan ilmu penawar racun pun lebih tinggi dariku. Benar-benar
mengagumkan, apakah bila kau sudah melakukan hal itu, merasa
tidak enak kepadaku?"
Jawab Bok Koan-koan: "Terima kasih untuk pujianmu, sebentar lagi aku pun akan
memberikan obat penawar yang terbaik kepada Bok Siauya."
Kang Hiat-kun mulai pulih, dia berkata:
"Selamat, ayah dan anak sudah berkumpul kembali, aku pergi
dulu." Kie Su-giok terpaku dan berkata: "Kau tidak akan pergi bersama
kami?" Jawab Kie Lek-beng: "Nona Kang ada keperluan, jangan kau paksa dia!" dia berharap putrinya bisa menikah dengan Wie Thian-hoan, karena itu dia
sangat berharap Kang Hiat-kun segera pergi supaya tidak ada orang
ketiga yang hadir di antara mereka.
Tapi Kie Su-giok salah paham, dia mengira Kang Hiat-kun
memang ada keperluan, untuk bertemu dengan Wie Thian-hoan, Kie
Su-giok merasa sedih "Cici Kang!" "Ada apa?" Kata Kang Hiat-kun menoleh.
"Aku tidak ingin bertemu dengan Wie Toako, beritahu kepadanya
di hadapan kakek aku akan memberitahu supaya dia tidak perlu
harus cepat-cepat pulang."
"Kau harus mencari dia karena dia sangat membutuhkan
bantuanmu " Kie Su-giok terkejut dan bertanya: 'Apa yang sudah terjadi?"
"Kau tenang saja, sementara ini dia tidak berada dalam bahaya
mengenai dirinya ada orang yang bisa memberitahumu."
Kie Su-giok merasa aneh, dia bertanya: "Siapa?"
"Dia adalah gadis aneh, kau tidak mengenalnya, tapi dia bisa
membantumu melakukan banyak hal, dia dan Hoan Toako sudah
seperti teman, kau pun bisa mempercayainya."
Kie Su-giok mendengar kata-kata 'seperti', dia merasa aneh lagi,
dia berkata: "Aku belum pernah mendengar Wie Toako mempunyai teman
yang aneh Apakah kau sudah tahu identitasnya?"
"Aku tidak tahu tapi aku mempercayainya."
"Dengan cara apa aku mencarinya?"
"Dia seperti mengetahui semua hal, kau tidak perlu mencarinya,
dia sendiri yang akan mencarimu, bila kau sudah bertemu
dengannya kau akan tahu bagaimana membantu Hoan Toako."
Tanya Kie Su-giok: "Apakah kau tahu di mana Wie Toako sekarang?"
"Bila aku mengetahuinya, aku pun tidak mempunyai waktu untuk
mencarinya. Kau tidak perlu bertanya, kelak kau akan
mengetahuinya. Aku pergi dulu!"
Setelah Kang Hiat-kun pergi, Kie Lek-beng berkata:
"Anakku, kita harus pulang!"
Tiba-tiba Kie Su-giok bertanya:
"Ayah, apakah menjadi orang itu harus bisa membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk?"
"Benar, mengapa kau bertanya seperti itu?"
"Kalau begitu kau tidak boleh berkata pergi ya harus pergi."
---ooo0dw0ooo--- C. Arak Perpisahan Kie Lek-beng tertawa masam dan berkata:
"Untuk apa kita tinggal di sini?"
Kie Su-giok tidak menjawab, dia mengisi dua gelas arak.
Dia mengangkat gelas itu dan berkata:
"Bibi, mari kita bersulang, terima kasih kau sudah menolongku."
Kata Bok Koan-koan: "Maaf, aku tidak bisa menjadi keluarga Kie, kita tidak perlu
sungkan aku tidak berani mengatakannya tapi aku sangat berterima
kasih kepadamu karena kau tidak menganggapku siluman atau
orang yang rendah. Jujur bicara, kau memanggilku bibi itu pun
sudah sangat baik untukku. Aku hanya benci mengapa aku tidak
mempunyai putri sepatimu Baiklah, mari kita bersulang." Setelah
berkata seperti itu dia menghabiskan arak
Kie Su-giok mengambil dua gelas arak dan berkata:
"Ayah, bibi juga pernah menolongmu, kita tidak perlu
membicarakan hal yang sudah lewat, ini semua demi putrimu, kau
harus bersulang untuk bibi."
Hati Kie Lek-beng bergejolak, dia menahan air mata. Dia
mengambil gelas dari tangan putrinya dan berkata:
"Koan-koan, aku berhutang kepadamu terlalu banyak"
Bok Koan-koan tertawa seperti orang gila dan berkata:
"Aku merusak tubuhmu, namamu pun hancur, sekarang aku
mengembalikan putrimu, kelak kita tidak akan saling berhutang lagi.
Baiklah, arak ini adalah arak perpisahan!"
Sambil tertawa Bok Koan-koan sudah minum hingga habis
araknya dan dia melempar gelas itu, gelas itu jatuh hingga
berkeping-keping. Kie Lek-beng berteriak,: "Koan-koan, mengapa harus begitu?"
Tapi Bok Koan-koan sudah masuk ke dalam rumah.
Kie Lek-beng dan putrinya berjalan di sisi danau Seng-su-hai.
Permukaan danau sangat tenang, tapi pikiran ayah dan anak ini
tidak tenang. "Anakku, sekarang kau sudah tahu semuanya, sewaktu ayah
masih muda aku sudah melakukan banyak kesalahan. Bersalah
kepada ibumu dan juga kepada dirimu. Apakah kau masih
membenci ayahmu ini?" tanya Kie Lek-beng.
"Ayah, hal yang sudah terjadi jangan dibicarakan lagi."
Kie Lek-beng menarik nafas dan berkata:
"Betul, yang sudah berlalu biarkan berlalu. Aku kehilangan istri
tapi aku mendapatkan putriku. Aku harus puas dengan keadaan
seperti ini." "Dimana ibu berada?" Tanya Kie Su-giok
"Dia sudah pulang." Jawab Kie Lek-beng.
"Pulang" Pulang kemana?"
"Dia sudah bersuami lagi, juga mempunyai seorang putri, dia
pasti akan pulang ke rumahnya."
Dia menarik nafas lagi: "Bok Koan-koan mengatakan dia tidak sepadan denganku, maka
aku pun tidak sepadan dengan ibumu."
"Ayah, aku ingin bertanya kepadamu."
"Katakanlah!" "Apakah ayah mencintai ibu?"
"Itu sudah pasti, bila tidak mengapa aku ingin merebut kembali
ibumu?" Tiba-tiba Kie Su-giok berkata: "Ayah, kau salah!"
"Aku bersalah?"
"Terhadap ibu, ayah mempunyai rasa iri dan ingin membalas
dendam. Itu bukan benar-benar cinta."
Tanya Kie Lek-beng: "Kau menganggap hal ini hanya karena ingin membalas
dendam?" Dia mengaku bahwa dia memang iri.
"Benar, ayah tidak mencintai ibu, maka kau mempunyai
keinginan untuk merebut ibu kembali."
"Mengapa aku harus membalas dendam kepadanya?"
"Ayah, aku baru bertemu denganmu, tapi aku tahu bahwa kau
adalah orang yang suka memaksakan kehendak."
Kie Lek-beng mengakui hal itu.
"Kau merasa ibu memandang rendah kepadamu, walau dulu kau
yang bersalah tapi kau pun tidak mau melepaskan ibu"
Kie Lek-beng terdiam, akhirnya dia menarik nafas dan berkata:
"Kau benar, aku yang salah, bila aku mencintai ibumu aku nk.m
membuatnya bahagia."
Kata Kie Su-giok lagi: "Putrimu ingin mengatakan satu kalimat lagi. Ayah kau bukan
tidak sepadan dengan ibu hanya saja kalian bukan pasangan yang
cocok." Kata Kie Lek-beng: "Aku tahu aku membiarkan dia pulang sebenarnya karena ada
satu alasan lagi yaitu semuanya ini demi dirimu."
"Bila kita satu keluarga bisa berkumpul, itu adalah hal yang
terbaik. Dulu aku pun mempunyai pemikiran seperti itu, tapi
sekarang aku sudah mengerti bila aku ingin keluargaku bisa
berkumpul aku harus mencerai-beraikan keluarga oarng lain tapi ibu
pun belum tentu akan merasa bahagia. Keluarga kita pun belum
tentu akan bisa bahagia."
Kata Kie Lek-beng: "Aku selalu menganggapmu sebagai anak kecil yang tidak tahu
apa-apa, sekarang aku baru tahu bahwa kau sudah dewasa. Dulu
pada saat seusiamu aku tidak begitu mengerti."
Kata Kie Su-giok: "Pada malam itu setelah aku bertemu dengan kalian, aku merasa
dalam satu malam seperti sudah tumbuh dewasa. Memikirkan
banyak hal yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan."
Kie Lek-beng tertawa masam dan bertanya:
"Kau memikirkan apa?"
"Aku memikirkan ibu juga memikirkan Bibi Bok, dulu aku hanya
kasihan kepada ibu, sekarang aku baru tahu yang lebih patut
dikasihani adalah Bibi Bok Ayah, kau melakukan kesalahan terhadap
ibu, tapi kau lebih bersalah terhadap Bibi Bok."
Kie Lek-beng mengerutkan dahi dan berkata:
"Hal mengenai diriku aku yang lebih tahu, tidak perlu kau yang
mengatakanya kepadaku!"
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tapi Kie Su-giok terus melanjutkan:
"Ayah, kau dan Bibi Bok sepertinya lebih cocok..."
Kie Lek-beng sangat marah dan berkata:
"Urusan orang dewasa, anak kecil jangan ikut campur!"
Ini adalah pertama kalinya Kie Su-giok dimarahi oleh ayahnya.
Mereka bertemu untuk pertama kalinya dan dia sudah dimarahi. Dia
menangis dan berkata: "Ayah, bukankah tadi kau mengatakan bahwa aku bukan anak
kecil lagi?" Kie Lek-beng menarik nafas dan berkata:
"Anakku, maafkan ayahmu, aku tidak marah kepadamu, aku
hanya kesal! Jangan bicarakan soal Bibi Bok lagi!"
Kemudian dengan tertawa dia berkata:
"Anakku, ceritakanlah mengenai dirimu, apakah kau menyukai
Suhengmu?" Wajah Kie Su-giok memerah dan menjawab:
"Aku tumbuh besar bersama dengan Wie Toako. Kami hanya
seperti adik dan kakak."
"Maksudmu, kau menyukai dia, tapi dia hanya menganggapmu
seperti adik kecilnya" Asal kau menyukainya aku akan menjodohkan
kalian." Kata Kie Lek-beng.
"Ayah, jangan kau ikut campur urusanku!"
Kata Kie Lek-beng: "Aku hanya mempunyai seorang putri, hal yang menyangkut
dirimu mana bisa aku tidak peduli" Aku akan antar kau pulang dulu"
Kie Su-giok terpaku dan berkata:
"Ayah, mengapa ayah menyuruhku pulang" Masih banyak hal
yang harus kulakukan."
"Di ibu kota saat ini dalam keadaan sedang kacau, berbagai jenis
orang ada di sana. Hal itu berbahaya untukmu. Kau adalah seorang
gadis, tinggal sendirian di sini tidak baik untukmu. Aku tahu kau
sangat ingin mencari Wie Thian-hoan, aku akan mencarinya, lebih
mudah aku yang mencari dibandingkan kau yang mencarinya." Dia
takut putrinya terlalu khawatir, dia tidak berani menceritakan bahwa
Wie Thian-hoan berada dalam keadaan bahaya. Dia akan menolong
Wie Thian-hoan secara diam-diam.
Kata Kie Su-giok, "Ayah, bila aku ingin mencarinya lebih baik aku yang mencari
sendiri Suhengku. Kata cici Hiat-kun akan ada orang yang
membantuku, jadi ayah tidak perlu khawatir tapi aku janji tidak akan
meninggalkanmu untuk sementara waktu"
Kata Kie Lek-beng: "Kau salah, aku bukan mau meniggalkanmu..." Kata-kata ini
belum habis diucapkan dia merasakan kepalanya pusing, tubuhnya
tidak bertenaga, kaki dan tangannya merasa lemas. Ilmu silatnya
tiba-tiba lenyap. Kie Lek-beng terkejut dan memanggil-manggil:
"Anakku! Anakku!"
"Ayah kau kenapa?"
"Aku pun tidak tahu, tenagaku tiba-tiba lenyap, tolong papah
aku" Begitu putrinya mendekat tiba-tiba dia mengeluarkan 3 jarinya dmi memegang denyut jalan darah putrinya.
Kie Su-giok terkejut dan berkata:
"Ayah kau kenapa?"
"Anakku, jujurlah kepadaku, mengapa tenagaku tiba-tiba lenyap
kau pasti tahu alasannya!"
Kie Su-giok menarik tangan dan berkata:
"Ayah, kau terlalu menekan tanganku, tanganku sakit!"
Ternyata dengan cepat tenaga Kie Lek-beng sudah lenyap, tadi
dia masih bisa menggunakan sedikit tenaga, tapi sekarang dia
seperti ayam yang sudah diikat.
Kata Kie Su-giok: "Ayah, jangan salahkan diriku, ini adalah syarat yang harus
kutukar dengan Bibi Bok, tapi ini pun demi dirimu!"
Kie Lek-beng berkata: "Demi kebaikanku" Aku sudah menjadi orang cacat, seumur
hidup kau harus mengurusku."
Kata Kie Su-giok: "Ayah, aku tidak perlu mengurusmu, Bibi Bok yang akan
mengurusmu, dia akan lebih baik mengurusmu dibanding diriku."
"Memang aku harus mendapatkan balasan ini, hanya saja aku
tidak menyangka..." Kata-katanya belum habis sudah terdengar suara nyaring yang
berkata: "Terima kasih Nona Kie, kau sudah membantuku."
"Ayah, kau tidak perlu khawatir Bibi Bok sudah datang untuk
mengurusmu." Sambil berbicara Kie Su-giok berlari menghampiri
Bok Koan-koan. Kata Bok Koan-koan: "Gadis itu bernama Shangguan Hui-hong, ini alamatnya bila kau
tidak bertemu dengannya di tempat ini kau bisa mencari tahu di
Piau-hang untuk menanyakan Wie Thian-hoan."
Kie Su-giok menerima surat itu dan berkata,
"Bibi Bok, aku menyerahkan ayah kepadamu."
Bok Koan-koan memapah Kie Lek-beng, Kie Su-giok sudah lari
menjauh. Dengan tertawa dingin Kie Lek-beng berkata: "Koan-koan, kau
banyak akal tidak kusangka putri kandungku sendiri yang
mencelakai diriku." Kata Bok Koan-koan: "Jangan bicara yang menusuk telinga. Memang benar dalam arak
aku sudah menaruh Su-kut-san, Su-kut-san milikku lebih ampuh
dibandingkan dengan milik kakakku. Di dalam arak tadi masih ada
satu obat lagi, yaitu obat penawar. Obat penawar itu akan
menawarkan racun yang sudah diberikan kakakku, tahun depan kau
tidak akan mati. Bila mau kau bisa hidup sampai 100 tahun lagi!"
Kata Kie Lek-beng: "Terima kasih sudah menjadikanku orang cacat, untuk apa aku
memiliki umur panjang?"
Jawab Bok Koan-koan: "Kie Koko, jangan kau marah, aku hanya ingin kau menemaniku
seumur hidup" Kata Kie Lek-beng: "Aku pernah mengatakan kepadamu, kali ini kau sudah menolong
putriku, kau ingin aku melakukan apa pun akan kulakukan, tapi
mengapa harus menggunakan cara seperti ini?"
Kata Bok Koan-koan: "Kata-kata seperti ini tidak hanya satu kali kau ucapkan."
"Kali ini aku sungguh-sungguh, Koan-koan aku benar-benar
menyesal aku sudah bersalah kepadamu. Bila kau mau
memaafkanku, aku akan selalu bersamamu."
Kata Bok Koan-koan: "Aku yang membuatmu hancur, bukankah kau sudah berniat
akan meninggalkanku?"
Kata Kie Lek-beng: "Dulu aku bersalah kepadamu, juga telah salah bicara, bila kau
mau memaafkanku, biarlah aku mulai dari awal lagi. Asal kau tidak
meninggalkan aku, aku pasti tidak akan meninggalkanmu."
Kata Bok Koan-koan: "Apakah itu kata-katamu yang sebenarnya?"
"Ya pasti, Koan-koan aku katakan sekali lagi, aku ingin
bersamamu bukan karena kau sudah menolong putriku hingga
harus membalas budi kepadamu."
"Tapi aku tetap tidak percaya padamu!"
"Aku harus bagaimana supaya kau dapat percaya?"
"Lebih baik kau seperti dulu Makan harus aku suapi, buang air
besar dan air kecil harus aku yang urus, dengan begitu aku baru
merasa bahwa kau benar-benar milikku seutuhnya."
"Apakah kau tidak akan merasa lelah?"
"Memang akan terasa lelah, tapi aku bahagia karena hanya aku
saja yang bisa menjagamu, hatiku pun akan bahagia." Kie Lek-beng
tertawa kecut dan berkata:
"Aku sudah minum Su-kut-san, sekarang aku sudah cacat,
apakah kau masih merasa tidak tenang?"
Jawab Bok Koan-koan: "Aku masih tidak tenang, tenaga dalammu terlampau tinggi, Sukut-san milikku belum tentu bisa mengikatmu dan Su-kut-san pun
memiliki penawarnya, aku memilikinya begitu pula dengan ciciku."
"Apakah cicimu akan memberikan obat pemunahnya ?"
"Belum tentu, begitu dia ingin memperalatmu dia akan
memberikan obat penawarnya, atau pada saat hatiku lemah aku
pun bisa ditipu olehmu."
Kata Kie Lek-beng: "Kalau begitu kau harus memukulku hingga setengah hidup dan
setengah mati, apakah baru merasa tenang?"
"Tidak perlu sampai begitu. Kie koko, aku ingat kau pernah
mengatakan demi diriku kau rela berkorban?"
"Demi dirimu aku rela mengorbankan nyawa."
"Aku tidak mau nyawamu, asalkan ilmu silatmu musnah aku udah
merasa tenang." Begitu bicara dengan tenang
tangan Koan-koan sudah memegang pundak Kie Lek-beng.
Kie Lek:beng berteriak: "Koan-koan, kau mau apa?"
Dengan lembut Bok Koan-koan menjawab:
"Kie koko, kau tahan rasa sakit ini sebentar, dengan begitu kita
tidak akan berpisah lagi."
Dengan sekuat tenaga Koan-koan mematahkan tulang pundak
Kie lek-beng. Tenaga dalam Kie Lek-beng sudah hilang karena
sudah minum obat Su-kut-san, tidak bisa menentang serangan Bok
Koan-koan. Segera Kie lek-beng pingsan, setelah cukup lama Kie
Lek-beng baru sadar. Begitu sadar sepasang tangannya sudah tidak
bisa digerakkan lagi. Bok Koan-koan masih dengan lembut berkata:
"Aku sudah mengobati lukamu, apakah masih sakit?"
"Tanganku! Tanganku!" Teriak Kie Lek-beng.
Kata Bok Koan-koan: "Kie koko, maafkan aku karena aku tidak mau kau tinggalkan
lagi, lengan terpaksa aku mematahkan tulang pundakmu, dengan
begitu kau pun ikan menjadi tenang."
Tulang pundaknya sudah patah, semua ilmu silatnya musnah, Kie
lek-beng serasa mau pingsan lagi.
Kata Bok Koan-koan: "Kie koko, kau pernah mengatakan bahwa kau rela
mengorbankan semuanya hingga nyawa pun kau rela serahkan
padaku, bukankah begitu?"
Kie Lek-beng menarik nafas dan berkata:
"Benar, ini adalah karma yang harus aku terima."
"Sepertinya kau masih menyalahkanku, seumur hidup aku harus
nengurusku, bukankah kau bisa dengan enak melewati sisa
hidupmu" bukankah itu lebih baik daripada harus berkelana di dunia
persilatan, setiap hari mengalami hidup penuh bahaya?"
Kie Lek-beng tidak bisa berkata apa-apa lagi Dia hanya bisa
tertawa masam dan berkata:
"Aku harap semua berjalan seperti yang kau inginkan."
Bunga jatuh beberapa kali mengikuti aliran sungai
Berpisah tapi bersatu lagi, sulit mengatakan yang mana dendam
dan yang mana budi. Kie Lek-beng dituntun oleh Bok Koan-koan, melangkah berjalan
ke depan. Bok Koan-koan bersedia menuntun Kie Lek-beng berjalan
kemana pun. Kie Lek-beng tidak berani bertanya juga tidak mau bertanya,
hanya satu yang sangat dia mengerti, seluruh sisa hidupnya sudah
diserahkan kepada Bok Koan-koan.
JALA PEDANG mengacaukan orang seperti perangkap dunia
JARING SUTRA berbelit-belit seperti serat benang cinta.
Bandung 30 September 2005 Salam
See Yan Tjin Djin Lencana Pembunuh Naga 15 Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo Si Dungu 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama