Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen Bagian 5
Kata Kie Su-giok: "Mengapa dia bisa menjadi teman baik Hie" Mengapa paman
tidak menasehatinya?"
Kata Po Tiong-ie: "Walaupun Hie adalah orang yang haus akan nama baik tapi dia
juga memberikan persahabatan dan kebaikan, bila dia tidak pernah
berbuat baik, julukan Pendekar Tiong-ciu akan sulit didapatnya."
Kata Kie Su-giok: "Aku mengerti, dia berbuat baik kepada orang lain supaya orangorang dekat dengannya."
"Benar,orang-orangpersilatanlebihmementingkan
persahabatan, mereka akan sangat berterima kasih dan membalas
budi." Po Tiong-ie terus berkata:
"Bwee Ceng-hong adalah anak yang berbakti, pernah satu kali
dia pergi ke tempat jauh, ibunya sakit berat di rumah, tidak
mempunyai uang untuk berobat. Hie Tiong-gwee mencarikan tabib
dan mengobati ibunya hingga sembuh. Tuan Kiam-ta yang disegani
oleh orang-orang pun bisa bersahabat dengan Hie Tiong-gwee,
apalagi Bwee Ceng-hong, dia tidak akan bisa menolak pendekatan
Hie Tiong-gwee. Betul, aku curiga bahwa Hie Tiong-gwee adalah orang yang
sering memalsukan bukti tapi caranya sangat sempurna. Aku tidak
dapat mencari buktinya, bagaimana Bwee Ceng-hong bisa
mempercayai kata-kataku?"
"Sekarang sudah terjadi hal seperti ini, apakah Tuan Kiam-ta
masih bisa dikatakan orang yang terhormat?" Kata Kie Su-giok.
"Karena Bwee Ceng-hong menemukan hal yang begitu aneh, dia
menjadi ragu. Dia memberitahuku, sekarang dia mau mendengar
kata-kataku, tidak akan mengurusi hal-hal yang menyangkut Hie
Tiong-gwee. Dia sudah kembali ke desanya." Kata Po Tiong-ie.
Hal yang terjadi pada Tuan Kiam-ta hanya membuat Coh Thiansu dan Kie Su-giok bertambah hati-hati tapi tidak membantu apa
pun. Kata Kie Su-giok: "Waktu itu Tuan Kiam-ta juga menerima sebuah jurus Hui-thiansin-liong kelihatannya ilmu silatnya tidak begitu tinggi. Tidak
disangka dia mempunyai ilmu hebat yang lain, bila benar dia bisa
dari jarak jauh menotok, apakah Wie Toako dapat mengalahkannya"
Bila Wie Toako belum membalas dendam, dia pasti akan ke rumah
Hie Tiong-gwee, kita harus mencarinya di sana."
Tebakan Kie Su-giok tidak meleset, malam itu Hui thian-sin-liong
untuk ketiga kalinya masuk ke dalam kediaman Hie Tiong-gwee,
kedua kali dia datang sendiri, sekarang di sisinya ada pembantu
yang cantik Walaupun dia belum sembahyang dengan Hie Tiong-gwee tapi
mereka juga belum benar-benar bercerai, di atas nama, Hiat-kun
masih istri Hie Tiong-gwee dan dia adalah nyonya rumah ini. Tapi
sekarang yang mempunyai rumah harus secara sembunyi-sembunyi
'pulang'. Hal ini sangat lucu jadinya.
Beberapa hari yang lalu, dia adalah seorang pengantin yang ingin
dilihat banyak orang, sekarang dia mengikuti seorang laki-laki
masuk ke rumah orang dan takut ketahuan orang-orang.
Perubahan yang drastis, membuat semuanya menjadi lucu dan
ingin tertawa. Kemarin dia masuk ke rumah Hie Tiong-gwee, seperti sebuah
boneka yang diatur oleh orang lain.
Kali ini dia masuk ke rumah Hie sesuai dengan keinginannya, tapi
hatinya bertambah berat. Siang hari, dia pernah mencari tabib yang mengobati ayahnya,
tapi hasilnya nihil, mereka sudah terlambat datang.
Yang mereka temui hanyalah mayat tabib itu. Kematiannya
seperti kematian pamannya. Kepala tidak pecah tapi sudah
melengkung ke dalam. Dia dibunuh dengan kekuatan telapak
tangan yang kuat. Sebelum ibunya meninggal, pernah menyebut
nama si pembunuh. Pembunuh itu membunuh paman dan juga
ibunya. Nama yang disebut adalah orang yang terkenal di dunia
persilatan, membuat mereka tidak percaya tapi mau tidak mau
harus percaya, dan dia adalah Tuan Kiam-ta.
Tenaga telapak tangannya adalah campuran antara Bian-ciang
dengan tenaga Ta-sik-pek-jiu, inilah ilmu andalan Tuan Kiam-ta.
Bukti mengarah pada Tuan Kiam-ta dan mereka tidak ragu lagi.
Apakah Hie Tiong-gwee adalah pembunuh ayah Hiat-kun"
Mereka masih belum bisa memastikan, tapi yang pasti Tuan Kiam-ta
adalah pembunuh ibunya. Dia juga yang merencanakan menaruh racun keluarga Tong ke
dalam obat ayah Hiat-kun. Sekarang bukti-bukti itu sudah kuat, tapi
dalangnya ada satu atau dua (ditambah Hie Tiong-gwee) masih
harus diselidiki lagi. Akhirnya mereka bisa tahu siapa pembunuhnya karena mereka
sudah menemukan orangnya Di taman bunga, ada sebuah bangunan, lampunya masih
menyala dari luar jendela terlihat ada 2 bayangan orang.
Mereka adalah Hie Tiong-gwee dan Tuan Kiam-ta, hanya
terdengar Hie Tiong-gwee berkata:
"Aku pernah menyelamatkan Bwee Ceng-hong pasti dia tidak
akan berani tidak mendengar pesan-pesanku, tapi bila kau masih
khawatir juga kau ingin membunuhnya juga tidak apa-apa."
Kata Tuan Kiam-ta: "Aku tahu dia adalah satu komplotan denganmu dan dia juga
adalah ketua satu perguruan, bila dia mati di rumah ini, akan
merepotkanmu " Kata Hie Tiong-gwee: "Aku tidak takut direpotkan, hanya saja dia adalah seorang
ketua, masih berguna untukku, tapi kalau kau..."
Kata Tuan Kiam-ta: "Aku tidak takut dia bicara kepada orang lain karena yang
mereka katakan itu bukan diriku."
Hie Tiong-gwee tertawa dan berkata:
"Benar, bila dia tidak mendengar pesanku, aku akan menjalankan
cangkokan. Mungkin ini akan berguna untuk kita, kau tidak merasa
aku terlalu jujur bukan?"
Kata Tuan Kiam-ta: "Kau dan aku sama-sama punya hubungan, kau selalu
memperhatikan aku, aku tidak akan menyalahkanmu. Kita tidak
perlu membunuh dia untuk tutup mulut."
Percakapan mereka membuat Wie Thian-hoan dan Hiat-kun
menjadi bingung. Tapi dari percakapan mereka membuktikan bahwa
Tuan Kiam-ta dan Hie Tiong-gwee adalah sahabat karib. Dalam hati
Wie Thian-hoan berpikir, 'Dulu aku mengira Tuan Kiam-ta dibohongi
oleh Hie Tiong-gwee, tidak tahu siapa Hie Tiong-gwee sebenarnya.
Sekarang aku baru tahu mereka ternyata bersekongkol.'
Begitu juga dengan penularan Hiat-kun, 'Tuan Kiam-ta lebih licik
dari Hie Tiong-gwee semua sikap sopannya adalah pura-pura untuk
menipu orang-orang. Sekarang sudah pasti bahwa Tuan Kiam-ta
adalah pembunuh ibu.' Terdengar Hie Tiong-gwee berkata lagi: "Biarkan Bwee Cenghong pergi, tapi sayang..."
Tuan Kiam-ta tertawa dan berkata:
"Tapi sayang istrimu yang cantik itu, apakah itu yang hendak kau
katakan" Jangan khawatir kita pikirkan cara lain."
"Dia sudah ikut Hui-thian-sin-liong melarikan diri, masih ada cara apa lagi?"
"Asal kita bisa menyingkirkan Hui-thian-sin-liong, pasti ada cara untuk menipunya, waktu itu aku menjadi orang jahat dan kau jadi
orang baik, semua kesalahan kau bebankan kepadaku."
Kata Hie Tiong-gwee: "Ilmu silat Hui-thian-sin-liong begitu tinggi, siapa yang bisa
mengalahkan dia?" "Benar, ilmuku dengan ilmunya sama tinggi, mau menyingkirkan
dia tidak mudah, meskipun aku tidak bisa menyingkirkan dia, bukan
berarti tidak ada orang yang bisa menyingkirkan dia."
Dalam hati Hiat-kun tertawa geli, 'Apakah silatmu sama tinggi
dengan Hoan Toako" Benar-benar tidak tahu malu.'
Dua hari yang lalu dia baru bertarung dengan Kiam-ta, ilmu silat
Tuan Kiam-ta hanya sedikit lebih tinggi dari Hiat-kun. begitu Wie
Thian-hoan datang segera bisa menotok jalan darahnya, sekarang
dia sudah tahu bahwa Tuan Kiam-ta menguasai Bian-ciang. Malam
itu dia tidak menggunakannya tapi bagaimana pun Hiat-kun tidak
percaya dia bisa melawan Hoan Toako.
"Benar, di luar langit masih ada langit lagi, di luar orang masih ada orang lain lagi. Orang yang memliki ilmu silat yang lebih tinggi
dari Hoan Toako pasti ada, tapi air yang jauh tidak bisa
memadamkan api yang dekat Malam ini aku akan mengambil
nyawamu, kalian sudah tidak ada waktu untuk mengundang pesilat
tangguh," hati Hiat-kun sudah tidak sabar lagi.
Wie Thian-hoan berbisik kepadanya:
"Tunggu sebentar lagi, mereka tidak akan bisa lolos."
Wie Thian-hoan ingin tahu dari percakapan mereka bisa
mendapat banyak rahasia lagi.
Terdengar Hie Tiong-gwee berkata:
"Benar, aku percaya pasti ada orang yang bisa mengalahkan Huithian-sin-liong, tapi orang yang bisa mengalahkannya belum tentu
ingin membantuku, yang mau membantuku tidak bisa mengalahkan
dia, dalam waktu singkat ini sepertinya kita akan susah mencari
orang itu." Kata Tuan Kiam-ta: "Sebenarnya tidak perlu merasa begitu takut kepada Hui-thiansin-liong, kita hanya harus hati-hati, lebih baik kau tinggalkan Lokyang untuk sementara."
Kata Hie Tiong-gwee: "Apakah aku harus mencari Jenderal Bok?"
"Benar, kalau kau merasa seperti itu."
Hiat-kun bertanya kepada Wie Thian-hoan dengan suara kecil:
"Hoan Toako, siapa itu Jenderal Bok?"
"Dia adalah pemimpin pasukan kerajaan yang bernama Jenderal
Bok Ci-giauw." Mereka tahu sebuah rahasia lagi, Tuan Kiam-ta yang terkenal di
dunia persilatan dan disegani oleh orang-orang persilatan,
mempunyai hubungan yang erat dengan pemimpin pasukan
kerajaan. Wie Thian-hoan mendengar percakapan mereka juga sangat
terkejut dan berpikir, 'Kian-yan ternyata lebih menakutkan dari Hie
Tiong-gwee, bila tidak mendengar sendiri, mimpi pun tidak akan
menyangka bahwa dia adalah orang semacam itu. Bila dia tidak
mempunyai hubungan erat dia tidak akan menyuruh Hie Tiong-gwee
pergi mencari Bok Ci-giauw."
Tebakan Wie Thian-hoan tidak meleset, terdengar Hie Tionggwee berkata lagi: "Memang hubunganku cukup dekat dengan Jenderal Bok tapi
belum bisa untuk tinggal selamanya di rumahnya."
Tuan Kiam-ta tertawa: "Aku tidak bisa berkata bahwa hubunganku dengan Jenderal Bok
lebih dekat dari dirimu, tapi aku pernah bicara dengannya dan dia
pun berjanji akan membantu kita membasmi Hui-thian. Bila kau
masih ragu kita bisa pergi ke ibu kota mencarinya."
Kata-kata Tuan Kiam-ta membuktikan bahwa dia memang
bersekongkol dengan Hie Tiong-gwee.
Wie Thian-hoan menarik nafas dan berpikir, 'Benar-benar Tuan
Kiam-ta bersekongkol dengan Hie Tiong-gwee, pura-pura menjadi
orang baik dan ilmu silatnya pun tidak di tunjukkan.'
Tapi Wie Thian-hoan lebih teliti dari Hiat-kun, walaupun dia
mendengar percakapan antara Hie Tiong-gwee dan Kiam-ta, tapi dia
merasa curiga. Yang dia curigai sebab Tuan Kiam-ta terkenal di dunia persilatan
maka orang-orang memanggilnya dengan sebutan Tuan Kiam-ta
dan Hie Tiong-gwee sangat menghormatinya. Tapi semenjak tadi
dia tidak mendengar Hie Tiong-gwee memanggil dia dengan
sebutan Tuan Kiam-ta, hanya menyebut 'kau' dan 'aku'. Cara bicara
Hie Tiong-gwee pun tidak begitu hormat kepadanya. Tapi
kecurigaan ini tidak dapat mengubah pandangan Wie Thian-hoan
terhadap Tuan Kiam-ta, dia berpikir mungkin mereka adalah
sahabat karib, jadi dalam bercakap-cakap Hie Tiong-gwee tidak
perlu sangat menghormatinya.
Pada saat Wie Thian-hoan sedang berpikir tiba-tiba terdengar
suara langkah kaki berjalan ke arahnya.
Hiat-kun takut keadaan akan berubah dan dia berkata,
"Hoan Toako, mari kita bergerak," terlihat ada cahaya perak, Hiat-kun memegang pedang masuk melalui jendela.
Wie Thian-hoan berteriak:
"Kau tangkap Hie Tiong-gwee, Kiam-ta bagianku!"
Karena ilmu silatnya lebih tinggi dari Hiat-kun dan dia pernah
bertarung 2 kali dengan Tuan Kiam-ta. Terakhir dia hanya melihat
punggung Tuan Kiam-ta, sekarang dia melihat Tuan Kiam-ta. Tidak
seperti yang dikatakan oleh Hiat-kun.
Hie Tiong-gwee belum terbukti bersalah, Hiat-kun lebih benci
kepada Tuan Kiam-ta. Tapi karena Wie Thian-hoan ada di depannya
terpaksa dia berjalan ke arah Hie Tiong-gwee.
Karena gerakan mereka sangat cepat, Hie Tiong-gwee terkejut
dan meloncat kemudian mundur beberapa langkah
Tapi Tuan Kiam-ta malah sebaliknya, dia berjalan menghampiri
mereka. Terdengar suara TENG', ini adalah suara Hui-thian-sin-liong dan
Tuan Kiam-ta beradu tenaga telapak tangan. Tubuh Hui-thian
bergoyang, Tuan Kiam-ta mundur beberapa langkah, dua pasang
telapak telah saling beradu. Hui-thian merasa seperti terkena besi
yang panas terbakar. Tenaga telapak tangan Tuan Kiam-ta adalah gabungan tenaga
Bian-ciang dan tenaga Ta-sik-pek-jiu, tapi sepertinya dia juga
pernah berlatih 'Lui-sin-ciang' (Pukulan guntur sakti) dari Tibet. ilmu silatnya sangat aneh, membuat Hui-thian merasa aneh.
"Penjahat tua ini ilmu silatnya lebih tinggi dari perkiraanku."
Lengan baju Hui-thian dikibaskan, lengan baju itu sebenarnya
adalah benda yang lembek, tapi begitu dikibaskan oleh Hui-thian
seperti sebuah pisau yang membelah angin, dia menggunakan ilmu
silat yang diturunkan dari Kie Yan-gan"yaitu ilmu Tiat-siu-hui-thian
Tapi Tuan Kiam-ta bisa menghadapinya dengan tenaga telapak
tangan, dengan tertawa dingin Kiam-ta berkata:
"Bila sudah diberi aku tidak membalasnya, namanya tidak sopan,
kau pun boleh menyaksikan ilmu totok ku."
Dia juga melambaikan lengan bajunya, menutupi pandangan Huithian, membalikkan jari dan menunjuk tapi yang dia tunjuk adalah
Hiat-kun. Dua langkah lagi Hie Tiong-gwee hampir mendekati dinding. Di
dinding sudah dipasang tombol rahasia, sekali tekan akan keluar
pintu rahasia. Tapi sudah tidak sempat karena sebelum tangan Hie Tiong-gwee
menekan tombol itu, pedang Hiat-kun sudah ada di jantung bagian
belakang. Hie Tiong-gwee berteriak,
"Hiat-kun, walau kita belum sembahyang tapi kita adalah suami
istri, ampuni aku!" Pedang Hiat-kun menusuk sedikit, walaupun tidak mengambil
nyawanya tapi bisa membuat Hie Tiong-gwee terluka parah dan
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tertangkap. Hiat-kun juga bisa menotoknya dengan pedang tapi dia jarang
menotok jalan darah di belakang tubuh. Jalan darah itu terletak
antara sebuah jalan darah kematian bila tenaga Hiat-kun tidak
tepat, Hie Tiong-gwee akan mati di bawah pedangnya. Pertama, Hie
Tiong-gwee belum terbukti dosa-dosanya harus dipertanyakan lagi
tentang hal yang terjadi. Kedua, dia bukan orang sekejam itu.
Dia tidak yakin bisa menotok jalan darah menggunakan pedang
karena itu Hiat-kun mencari jalan darah lain untuk ditusuk dan
membuat dia menjadi kaku.
Hiat-kun masih ragu-ragu, tiba-tiba dia merasa tangannya
kesemutan dan pedangnya terjatuh.
Ternyata Hiat-kun telah ditotok oleh Tuan Kiam-ta dari jarak
jauh, jari Tuan Kiam-ta seperti angin. Pertama, dia menotok tangan,
kedua dan jarak jauh menotok jalan darah di lutut.
Pedang terlepas, orang pun terjatuh.
Hie Tiong-gwee sangat gembira, segera membalikkan tangan
menangkap Hiat-kun, untung dasar tenaga dalam Hiat-kun sudah
kuat. Ilmu totok jarak jauh milik Tuan Kiam-ta'pun belum begitu
tinggi, walau sudah ditotok di dua titik tapi Hiat-kun masih bisa
bergerak sedikit. Dia menggulingkan tubuh di bawah, menghindari cengkeraman
Hie Tiong-gwee, telah terjadi sesuatu yang tidak diduga oleh kedua
pihak. Hui-thian pun tertotok di satu tempat oleh Tuan Kiam-ta dari
jarak jauh, tapi karena silat Hui-thian sudah kuat hanya membuat
Hui-thian sedikit kesemutan, tapi tidak tertutup jalan darahnya. Dia
mengayunkan pukulan tangan kosong menggetarkan Tuan Kiam-ta
dan dia pun tergetar mundur.
Hie Tiong-gwee tidak dapat
menangkap Hiat-kun, malah ditangkap oleh Hui-thian.
Waktu Hui-thian merasa senang, tiba-tiba mendengar tawa
dingin Tuan Kiam-ta, "Hui-thian-sin-liong, kau mau istri orang ini, atau mau orang itu?"
Sewaktu Hui-thian menangkap Hie Tiong-gwee, Tuan Kiam-ta pun
menangkap Hiat-kun. Kata Wie Thian-hoan: "Bila kau berani menyentuk satu helai rambutnya saja aku akan
mengambil nyawa Hie Tiong-gwee."
"Kalau begitu, yang kau mau bukan suaminya melainkan istrinya.
Baiklah, mari kita berunding, kau lepaskan Hie Tiong-gwee dan aku
akan melepaskan Nona Kang."
Wie Thian-hoan sudah tahu kemauan mereka, dalam hati dia
berpikir, 'Bila aku membiarkan Hie Tiong-gwee pergi ke ibu kota
untuk mencari Jenderal Bok, maka akan lebih sulit untuk
menangkapnya. Tapi Hiat-kun ada di tangan Kiam-ta, apakah aku
bisa meninggalkan dia begitu saja?"
Dia tampak ragu, tiba-tiba dia merobek baju atas Hie Tionggwee. Waktu itu hatinya sangat kacau, bila dia bisa membuktikan
bahwa Hie Tiong-gwee adalah orang yang ditutup wajahnya dan dia
yang membawa pengawal istana untuk membunuh ayahnya, apakah
dia akan melepaskan Hie Tiong-gwee atau tidak.
Dia harus mencari tahu teka teki ini, tapi dia takut bila teka teki
ini terbongkar. Tapi pundak Hie Tiong-gwee tidak ada bekas gigitan, bekas luka
pun tidak ada. Tuan Kiam-ta marah dan berkata: "Kau mau apa!?"
Hie Tiong-gwee pun terkejut karena perbuatan Wie Thian-hoan.
Dari teriakan Hie Tiong-gwee, Tuan Kiam-ta tahu bahwa Hie
Tiong-gwee tidak terluka, dia berkata:
"Jangan sembarangan bertindak, masih ada sandera di tanganku,
kalau kau tidak melukai Hie aku juga tidak akan melukai Nona
Kang." Walaupun Wie Thian-hoan sudah mendapat jawaban dari teka
teki ini tapi hatinya tetap kosong.
Dia mengira bahwa Hie Tiong-gwee adalah orang yang ditutup
wajahnya ternyata bukan. Walaupun Hie bukan orang yang
dimaksud tapi masih banyak yang dicurigai dari dirinya, dia masih
tidak percaya bahwa Hie tidak ada hubungan dengan kematian
ayahnya. Tapi bukti yang kuat tidak ada di tubuh Hie Tiong-gwee.
Sekarang dia punya alasan untuk melepaskan Hie Tiong-gwee. Dia
tidak merasa malu kepada ayahnya yang sudah meninggal.
Tuan Kiam-ta melihat dia tampak ragu, dia merasa agak sedikit
terburu-buru. "Bagaimana ini" Jadi atau tidak?" Tanya Tuan Kiam-ta.
"Tidak perlu terburu-buru, kedua belah pihak saling tidak percaya bila mau menukar sandera, harus ada persyaratannya."
Wie Thian-hoan sedang memikirkan syarat-syaratnya. Tiba-tiba
ada yang berkata: "O-mi-to-hud." Kemudian ada yang berkata:
"Apa kabar Tuan Wei, aku di sini memberi hormat."
Wie Thian-hoan terkejut dan membalikkan tubuh, dia melihat ada
seorang hweesio yang kurus sudah berada di hadapannya.
Hweesio itu lebih terkenal lagi dibanding Tuan Kiam-ta, dia
adalah Ko Tan Taysu dari Siauw-lim.
Pertama kali dia bertarung dengan Hie Tiong-gwee di Siong-san,
biksu ini adalah saksi juri pertama.
Di dunia persilatan namanya terkenal dan dia juga tahu identitas
asli dari Wie Thian-hoan karena Ko Tan Taysu dan kakek gurunya
adalah teman baik. Setelah terjadi insiden itu, Hie Tiong-gwee mengundang dia
untuk datang ke Lok-yang tapi masih dalam batas wajar.
Tapi dia bisa datang pada waktu sekarang ini, Wie Thian-hoan
menjadi curiga, "Dia dan kakek bukan teman biasa, walaupun dia datang karena
diundang oleh Hie Tiong-gwee, tapi aku berharap dia tidak hanya
mendengar dari satu pihak," pikir Wie Thian-hoaa
Wie Thian-hoan pun memberi hormat kepada Ko Tan Taysu:
"Apakah Cianpwee datang untuk diriku" Cayhe sangat berterirna
kasih, apakah ada petunjuk untukku?"
Kata Ko Tan: "Wie Sicu, apakah kau sudah melihat dengan jelas" Jujur katakan
kepadaku, apakah Hie Tayhiap adalah orang yang kau curigai?"
Wie Thian-hoan tampak terkejut dan berkata: "Apakah Anda
sudah tahu semua?" "Benar, kau mau mencari bukti, kakek gurumu sudah memberitahu bila benar orang itu adalah Hie Tayhiap, aku tidak berani
campur tangan" Wajah Tuan Kiam-ta seperti terkejut setelah mendengar katakata ini apakah dia memang pura-pura atau memang tidak tahu"
Dengan marah dia berkata:
"Mengapa Hie Tayhiap dicurigai sebagai pembunuh?"
"Ini adalah urusan keluarga mereka, Tuan Kiam, maaf aku tidak
bisa memberitahumu." Kata Ko Tan. Dia bertanya lagi:
"Kelihatannya kau tidak mendapat bukti itu di tubuh Hie Tionggwee, apakah benar?"
"Bukti tidak kudapatkan, tapi..." Kata Wie Thian-hoan.
"Tapi apa?" Wie Thian-hoan tidak tahu harus mulai menjelaskan dari mana.
Bila tidak ada bukti, apakah orang lain akan percaya" Dengan pelan
Ko Tan berkata: "Kecurigaanmu belum terhapus, apakah benar" Kau dan Hie
Tiong-gwee sudah salah paham, sekarang tidak ada bukti, aku
mengatakannya dengan adil, jangan membuat susah Hie Tayhiap."
Di dalam kata-kata Ko Tan terkandung makna bahwa dia
memarahi Wie Thian-hoan agar jangan mencurigai Hie Tiong-gwee,
dan juga marah karena Wie Thian-hoan masih tertarik kepada Hiatkun. "Aku punya mulut pun susah untuk menjelaskannya," pikir Wie
Thian-hoan. "Baiklah!" kata Wie Thian-hoan,
"Tuan Kiam-ta, kau buka totok Hiat-kun, kita berbarengan
melepaskan sandera."
Dengan ada Ko Tan Taysu, Wie Thian-hoan tidak takut Tuan
Kiam-ta akan main licik. "Baiklah!" Tuan Kiam-ta berkata: "Kita hitung sampai 3 kemudian berbarengan melepaskan sandera. Satu, dua, tiga, lepas!"
Hiat-kun sangat malu tapi juga berterima kasih, malu karena
disalah sangka oleh Ko Tan Taysu, berterima kasih karena Wie
Thian-hoan sangat sayang kepadanya. Dia tahu demi balas dendam
Wie Thian-hoan telah banyak menghabiskan tenaga dan pikiran.
Demi dia, Wie Thian-hoan harus melepaskan musuhnya.
Hiat-kun menjadi terharu, dia memanggil:
"Hoan Toako!" Begitu dia memanggil, orang-orang menganggap dia perempuan
murahan tapi dia tetap berlari ke arah Wie Thian-hoan.
Tuan Kiam-ta pun tidak berani berlaku licik, dia membuka
totokannya, tapi ada hal aneh yang terjadi.
Hie Tiong-gwee dan Hiat-kun berlari ke teman masing-masing,
mereka bertemu di tengah-tengah, di sisi mereka ada gunung
buatan. Hiat-kun merasa ada angin yang berhembus dari gunung itu dan
dia merasa lututnya kaku, dia sudah jatuh di pelukan Hie Tionggwee. Hie Tiong-gwee langsung mencengkram dan menotoknya hingga
Hiat-kun pingsan. Hiat-kun pingsan dalam pelukan Hie Tiong-gwee, pura-pura Hie
Tiong-gwee berkata: "Istriku, kau ingin kembali ke dalam pelukanku, aku sangat
senang, kau tidak perlu banyak cerita lagi, aku akan memaafkan
kesalahanmu yang dulu."
Wie Thian-hoan sangat terkejut, tubuhnya seperti disengat api
dan dia berteriak: "Orang tidak tahu malu! Lepaskan dia!"
Waktu itu Tuan Kiam-ta sudah menghampiri Hie Tiong-gwee dan
melindunginya, dan terjadi lagi adu tenaga telapak tangan.
Mereka tahu kemampuan ilmu silat masing-masing, walau Tuan
Kiam-ta tidak bisa memukul mundur Wie Thian-hoan, setidaknya
bisa menghalangi dia. Hie Tiong-gwee tertawa dingin:
"Kurang ajar! Kau merebut istriku, malah masih sempat
memarahiku! Walaupun ilmu silatmu tinggi, tapi tetap harus tahu
aturan, ada Tuan Kiam-ta dan Ko Tan Taysu, mereka akan
memberikan keadilan, aku tidak pantas bicara dengan orang
sepertimu!" Dia pura-pura takut Wie Thian-hoan akan merebut Hiat-kun lagi,
maka dia segera kembali ke ruang rahasia dan menekan tombol
kemudian masuk. Dari luar Wie Thian-hoan hanya mendengar suara dinding yang
terbuka, karena tidak bisa melewati hadangan Kiam-ta hanya bisa
melibat Hiat-kun digotong oleh Hie Tiong-gwee, kemudian masuk
dan menghilang di depan matanya.
Seorang pesilat bila sedang bertarung harus berkonsentrasi dan
tenang, pada saat Wie Thian-hoan tidak berkonsentrasi jari Kiam-ta
sudah melewati pundak kirinya dan Wie Thian-hoan merasa sangat
kesakitan Untung dia segera mengibaskan ilmu Tiat-siu, bisa
menahan tulang pundaknya tidak sampai patah.
Wie Thian-hoan sangat marah, segera menyerang dengan 3
jurus. Tuan Kiam-ta yang licik segera meloncat keluar dan mundur
ke sisi Ko Tan Taysu. Wie Thian-hoan sangat marah: "Kian-yan, kau tidak menepati
janji." "Yang mana yang tidak kutepati?"
Wie Thian-hoan masih marah:
"Kita sudah membuat perjanjian, bersama-sama melepaskan
sandera." Dengan tergesa-gesa dan marah Wie Thian-hoan berkata lagi,
"Kau tidak tahu malu! Orang yang kau inginkan sudah kembali,
mana orang yang aku inginkan!" Kiam-ta tertawa dingin:
"Apakah kau meninginkan Nona Kang" Sungguh tidak tahu malu!
gila kau tidak tahu malu itu urusanmu, aku Kiam-ta harus menepati
janjiku, sudah melepaskan Nona Kang, tapi Hie Tiong-gwee ingin
istrinya kembali, itu urusan Hie Tiong-gwee, tidak ada hubungannya
denganku!" Walaupun dia licik tapi kata-katanya masuk akal, dalam waktu
yang sangat tergesa-gesa, Wie Thian-hoan tidak tahu bagaimana
cara menjelaskannya. Ko Tan Taysu yang sudah lama terdiam, kemudian berkata:
"Tuan Kiam-ta, hal ini ada hubungannya denganmu!"
Wie Thian-hoan segera bersemangat, seperti orang yang sudah
hampir tenggelam, tiba-tiba mendapat sebuah kayu, Wie Thianhoan berkata: "Benar, Ko Tan Taysu. Coba Anda jelaskan dengan adil..."
Ko Tan Taysu mengatupkan telapak tangan dan berkata:
"O-mi-to-hud!" Dengan pelan dia berkata lagi:
"Wie sicu, aku nasihati dirimu, buanglah pikiran yang tidak benar, jangan memikirkan istri orang lain, kembalilah ke tempat asal."
Wie Thian-hoan terkejut dan bertanya: "Taysu mengatakan itu,
apa artinya?" Ko Tan Taysu membalikkan tubuh dan berkata kepada Tuan
Kiam-ta: "Tuan Kiam-ta, kali ini perselisihan antara Hie Tiong-gwee dan
Wie Sicu, kau selalu berada di tempat kejadian, kau melihat lebih
jelas dari diriku, Wie Sicu minta keadilan, kau tidak boleh pura-pura
tidak tahu, mari bantu aku menjelaskan kepadanya."
Wie Thian-hoan sangat marah hampir tidak bisa bicara.
Tuan Kiam-ta malah tersenyum dan berkata:
"Wie Thian-hoan baru saja bertarung denganku, lebih baik aku
pergi dulu, Anda adalah Cianpwee di dunia persilatan, Anda saja
yang mengurusnya, tidak akan ada yang berani membantah."
Kata Ko Tan Taysu: "Wie Sicu, tolong dengan tenang dengarkan kata-kataku!" Ko
Tan Taysu sudah menerima usul Kiam-ta.
Terpaksa Wie Thian-hoan berkata: "Silahkan beri petunjuk!"
"Aku tidak berani memberikan petunjuk, hanya saja aKo Tan
kakek gurumu adalah teman baik, aku nasihati dirimu, Nona Kang
adalah istri sah dari Hie Tiong-gwee, tidak boleh merebut istri
orang." "Nona Kang tidak ingin menikah dengan Hie Tiong-gwee, aku
tidak merebut istri orang lain..." Kata Wie Thian-hoan.
Ko Tan Taysu berkata lagi:
"Ini adalah perintah ayah dan ibunya agar dia menikah dengan
Hie Tiong-gwee, walaupun dia tidak mau, tapi tubuhnya sudah
menjadi milik Hie Tiong-gwee, apalagi, bila dia tidak mau mengapa
dia datang untuk menjalankan adat pernikahan" Wie Sicu,
pandanglah kakek gurumu, kembalilah ke tempatmu. Aku tidak ingin
marah kepadamu, kelakuanmu sudah merusak norma-norma. Bila
kau tidak sadar, kau akan dihukum oleh masyarakat. Waktu itu yang
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
marah mungkin bukan aku saja."
Ko Tan Taysu makin bicara kata-katanya semakin memberatkan,
Wie Thian-hoan pun semakin mendengarnya semakin marah
"Kau belum mengetahui kejadian sebenarnya, semua hal belum
terbuka dan aku sulit untuk menjelaskannya, tapi Tuan Kiam-ta
semalam sudah melakukan suatu hal, aku harus menyampaikan ini
kepada Taysu," kata Wie Thian-hoan.
Ko Tan mengerutkan dahi dan menatap Tuan Kiam-ta, karena
mereka adalah teman yang saling menghormati, bila belum
mendapat persetujuan dari teman, membiarkan orang lain
menjelekkan Tuan Kiam-ta, itu adalah tindakan tidak sopan. Karena
itu dia mengerutkan dahi dan memandang Kiam-ta. Ada 2 arti dari
pandangannya, pertama, dia tidak percaya kepada Wie Thian-hoan.
Kedua, minta ijin kepada Tuan Kiam-ta.
Kata Kiam-ta: "Seumur hidupku, tidak ada masalah yang tidak bisa kukatakan,
aku tidak pernah melakukan hal yang merugikan orang lain. Walau
kau bilang seperti itu tidak menjadi masalah bagiku."
"Baiklah, coba ceritakan!" Kata Ko Tan.
Dengan dingin Wie Thian-hoan berkata:
"Apa benar, kau tidak melakukan kejahatan" Benar-benar
bermuka tebal, sepasang tanganmu penuh dengan darah, kau
masih tampak tenang seperti itu."
"Aku membunuh orang yang jahat."
Dengan marah Wie Thian-hoan berkata:
"Apakah itu benar?"
"Wie Sicu, jangan menyerang orang terus, cepat katakan saja
yang sebenarnya!" Kata Ko Tan Taysu.
Dengan suara besar Wie Thian-hoan berkata:
"Kemarin malam dia membunuh ibu Hiat-kun dan pamannya,
walaupun pamannya adalah orang yang berpikiran sempit tapi tidak
harus dibunuh. Ibu Hiat-kun pun tidak dapat disebut sebagai orang
jahat." "Kita tidak bicara tentang baik atau jahat. Aku bertanya
kepadamu, kemarin malam kau katakan dia membunuh orang?"
"Benar." "Kapan?" "Menjelang subuh."
"Apakah kau sendiri yang melihatnya?"
"Sebelum meninggal ibu Hiat-kun mengatakan nama
pembunuhnya, aku mendengar dengan jelas, dia bilang Kiam-ta dan
dia menggunakan ilmu Bian-ciang."
Ko Tan membaca lagi: "O-mi-to-hud!" dengan pelan dia berkata,
"Wie Sicu, aku berharap kau jangan berbohong, apakah ibu Hiatkun tidak salah melihat orang?"
Wie Thian-hoan sangat sedih sekaligus marah, dia berkata:
"Apakah Anda tidak percaya?"
Ko Tan melambaikan tangan, melarangnya bicara terus, dan Ko
Tan berkata: "Aku tidak percaya, karena kau sendiri yang dengar tapi aku
sendiri yang melihat."
Wie Thian-hoan menjadi bengong dengan suara besar dia
bertanya: "Anda melihat apa?" Wie Thian-hoan sudah tidak sabar lagi.
Dengan pelan Ko Tan Taysu berkata:
"Kemarin malam aku dan Tuan Kiam-ta main catur hingga dini
hari, setelah itu dia kembali ke kamar tidur."
Wie Thian-hoan yang mendengar perkataan ini menjadi bengong.
Tidak mungkin Tuan Kiam-ta dalam waktu yang bersamaan
menemani Ko Tan Taysu main catur dan pada waktu itu juga di
rumah paman Hiat-kun membunuh orang.
Malam itu walaupun dia tidak jelas melihat wajah pembunuhnya
tapi dari bayangan belakang punggungnya dapat dipastikan bahwa
itu adalah Tuan Kiam-ta, apalagi dia sendiri yang mendengar ibu
Hiat-kun menyebut nama pembunuhnya.
Apakah Tuan Kiam-ta bisa terbagi dua" Dan itu sama sekali tidak
mungkin. Apakah Ko Tan Taysu juga berbohong" Dan itu juga tidak
mungkin. Dia seperti tidak percaya kepada telinganya sendiri, dia hanya
bengong menatap Ko Tan Taysu. Kata Wie Thian-hoan:
"Bila Anda bisa membuktikan Tuan Kiam-ta kemarin malam
bermain catur dengan Anda, walaupun aku mempunyai banyak
pertanyaan tapi aku tetap menyimpannya karena sulit untuk
menjelaskannya." Sepertinya Ko Tan Taysu tidak senang dan dia berkata:
"Wie Sicu, bila kau tidak percaya kepadaku, aku juga tidak bisa
berbuat apa-apa lagi."
"Aku tidak berani..."
"Dosa adalah kau sendiri yang membuatnya, kejahatan tumbuh
dari hatimu sendiri, aku ingin kau mengingat kata-kata ini, bila tidak berani, berhentilah sampai di sini! O-mi-to-hud, kau pulang saja!"
"Masih ada satu hal lagi yang belum Anda ketahui."
Dengan dingin Ko Tan Taysu berkata: "Ada apa lagi?"
Sikapnya dingin, sepertinya dia takut Wie Thian-hoan berubah
pikiran lagi. "Anda mau percaya atau tidak, terserah pada Anda, aku baru
dengar Tuan Kiam-ta dan Hie Tiong-gwee sedang berunding akan
pergi ke ibukota untuk mencari Jenderal Bok!"
Kata Ko Tan Taysu: "Aku berteman dengan Tuan Kiam-ta sudah puluhan tahun selalu
tahu sikapnya. Wie Sicu, sebenarnya aku sangat berharap
kepadamu tapi kali ini sikapmu sungguh mengecewakanku, aku
berharap ini hanya untuk sementara kau seperti mi, kelak kau
jangan asal bicara!"
Benar, dia sudah tidak percaya kepada Wie Thian-hoan dan katakatanya bertambah tajam. Sekarang keluarga Hie sudah banyak yang datang, ada murid Hie
Tiong-gwee yang bernama Leng Tiang-goan, dan lain-lain. Dan
tamu yang belum pulang seperti Hun Sim-boh, Yap Jin-tong, dan
lain lain. Hun Sim-boh adalah murid Siauw-lim. Malam itu dia sudah
dirugikan oleh Wie Thian-hoan sekarang kebetulan Ko Tan Taysu
sudah datang, dia berkata kepada Ko Tan Taysu:
"Supek, orang ini merebut istri orang lain, tidak tahu malu dan
sangat sombong, bila tidak menghukumnya, Siauw-lim mana bisa
memimpin dunia persilatan lagi?"
Ko Tan Taysu membaca ayat-ayat yang berada di dalam kitab
suci, artinya: Budha selalu sayang kepada manusia, termasuk orang
jahat. Yang galak seperti elang dan harimau, Budha tetap
memotong dagingnya sendiri untuk memberi makan kepada
mereka, apalagi kepada manusia
Dua kata terakhir jelas ditujukan kepada Hun Sim-boh agar dia
tidak memikirkan balas dendam.
Setelah membaca ayat kitab suci, Ko Tan Taysu menyuruh Wie
Thian-hoan meninggalkan tempat itu.
Wie Thian-hoan merasa ada tenaga lembut yang mendorong dia
hingga mundur beberapa langkah, dia merasa terkejut dan marah.
Dia terkejut karena tenaga dalam Ko Tan Taysu begitu hebat, walau
dia sudah berlatih ilmu silat yang begitu tinggi, tetapi tetap tidak
bisa menahan dorongan tenaga dalam dari Ko Tan Taysu. Yang
membuat Wie Thian-hoan marah adalah bahwa dia ditipu oleh Tuan
Kiam-ta dan Hie Tiong-gwee.
Dalam keadaan seperti ini, dia tidak ada cara lain, satu-satunya
adalah dia harus pergi dari sini.
Wie Thian-hoan memberi hormat kepada Ko Tan Taysu dan
berkata: "Terima kasih anda sudah menasehati aku, mana yang salah dan
mana yang benar." Hun Sim-boh tahu bahwa tadi Ko Tan Taysu membaca ayat kitab
suci untuk menasihati dia, tapi dia tahu bagaimana pun Supeknya
pasti perada di pihaknya, dia pura-pura tidak mengerti dan berkata:
"Supek sangat welas kasih, tapi kau tidak mau menerimanya,
masih berani melawan, Supek bisa menerima sikapmu, tapi aku
tidak bisa!" Sehabis berkata itu Hun Sim-boh menyerang Wie Thian-hoan
dengan tongkatnya Wie Thian-hoan segera mengeluarkan jurus Liu-in-hui-siu,
tongkat yang dipegang oleh Hun Sim-boh jadi terlepas dari
tangannya, dan jatuh ke dalam gunung buatan, dengan tertawa
lepas dia meninggalkan tempat itu.
Ko Tan Taysu marah: "Hun Sim-boh, aku sudah menyuruhmu jangan ikut campur,
mengapa kau tidak dengar?"
Hun Sim-boh mengira bila dia bertarung, Supeknya pasti akan
membantunya, siapa tahu pada malam itu dia sudah kalah dalam
satu jurus dan Wie Thian-hoan tidak membunuhnya, tongkatnya
ditancapkan ke dalam batu. Ujung tongkat masih bergoyang, Hun
Sim-boh terkejut sampai bengong.
Kata Tuan Kiam-ta: "Orang ini tidak bisa mendengar perkataan orang lain, guru
sudah menasihati juga tidak akan berhasil, lebih baik aku
melindungi Hie Tayhiap, meninggalkan Lok-yang untuk bersembunyi
sementara waktu." Ko Tan Taysu menarik nafas dan berkata:
"Wie Thian-hoan tidak tahu aturan, aku tidak menyangkanya,
menurut aturan aku harus membantu Hie Tiong-gwee tapi aku
adalah pengawas Siauw-lim, tidak dapat meninggalkan Siauw-lim
lama-lama. Aku menyesal, sekarang Kiam Toako bisa
menanganinya. Itu lebih baik."
Karena pertarungan di Siong-san Ko Tan Taysu pernah beberapa
kali memuji Wie Thian-hoan. Waktu itu dua orang menganggap
saksi lain karena terlalu percaya kepada kata-kata orang-orang
persilatan, mereka menganggap Wie Thian-hoan adalah penjahat
kelas kakap. Hanya Ko Tan Taysu yang tidak mempercayainya dan
selalu membantu dia, karena itu Tuan Kiam-ta dan It Piau berjanji
akan adil menjadi juri karena itu sekarang Ko Tan Taysu agak
menyesal. Dia tidak tahu yang dikatakan oleh Tuan Kiam-ta adalah alasan
untuk meninggalkan Lok-yang dengan Hie Tiong-gwee untuk pergi
ke ibukota, asal Ko Tan tidak mencurigainya. Walaupun dia dapat
ditemui di ibukota, orang-orang tidak akan percaya Hui-thian dan
mencurigainya melakukan kejahatan di ibukota.
Karena Ko Tan Taysu merasa malu, dia tidak pamitan kepada Hie
Tiong-gwee, langsung pergi dengan Hun Sim-boh.
Tuan Kiam-ta yang sudah berhasil menipu hatinya sangat
senang, tapi dia juga agak khawatir.
"Hie Tiong-gwee sudah mendapatkan kembali istrinya, besok
tentu tidak mau meninggalkan Lok-yang, mungkin Hie Tiong-gwee
akan berbulan madu beberapa hari di sini."
---ooo0dw0ooo--- C. Main Gila dengan Kakak Ipar
Dia tidak tahu bahwa Hie Tiong-gwee pun mempunyai kesulitan,
si cantik tidur di sisinya, tapi dia tidak bisa menikmatinya.
Hiat-kun perlahan mulai agak sadar, samara-samar dia mendengar ada suara genit yang sedang tertawa dan berkata:
"Hie Tiong-gwee, aku sudah merebut kembali istrimu, bagaimana
caramu berterima kasih kepadaku?"
Hiat-kun mengenali suara ini, dia merasa aneh mengapa dia ada
di sini" Biasanya dia dingin seperti es, mendengar kata-katanya tadi,
apa maksudnya" Hiat-kun curiga dia salah dengar, pelan-pelan dia membuka
matanya dan mencuri-curi pandang melihat keadaan sekitarnya.
Untung Hie Tiong-gwee dan perempuan itu membelakangi Hiat-kun
dan mereka tidak melihat Hiat-kun yang sudah sadar. Tapi Hiat-kun
dapat dengan jelas melihat mereka.
Hiat-kun tidak salah mendengar, perempuan itu adalah kakak
ipar dari istri Hie Tiong-gwee yang sudah meninggal, di dunia
persilatan dia dijuluki 'Yu-bin-lo-sat' (Pembunuh berwajah giok), dia
bernama Tio Ang-bi. Dia adalah seorang perawan tua berumur 36
tahun dan selalu tinggal di rumah Hie Tiong-gwee.
Dengan tertawa Hie Tiong-gwee berkata:
"Cici, bagaimana caraku berterima kasih kepadamu?"
"Kau harus tahu sendiri!" Kata Tio Ang-bi.
"Aku tahu, kau ingin aku sebagai adik ipar menjadi suamimu,
tenanglah pada suatu hari aku akan menjadikanmu sebagai Nyonya
Hie yang sah!" Dengan tertawa dingin Tio Ang-bi berkata: "Aku sudah bosan
mendengarnya!" "Kali ini aku tidak akan berbohong lagi kepadamu."
Tio Ang-bi marah: "Pada suatu hari, pada suatu hari, kau menyuruhku menunggu
sampai kapan?" Dengan tertawa Hie Tiong-gwee menjawab:
"Kali ini tidak perlu lama-lama, asal kau dapat menunggu dengan
sabar, paling lama setengah tahun paling cepat 3 bulan, cita-citamu
akan tercapai." "Mengapa kau malah menikahi Hiat-kun?"
"Aku hanya pura-pura kepadanya, berbeda denganmu, kau harus
percaya kepadaku!" "Aku tidak percaya, Hiat-kun kabur dari sini dan dia pun
mempunyai laki-laki lain, tapi kau tetap menginginkan dia menjadi
istrimu, pasti mengaku tidak sepenuh hati."
"Karena itulah aku tidak mau kalah dari Wie Thian-hoan. cici Tio, berilah obat penawarnya!" pinta Hie Tiong-gwee.
"Bila kau tidak mau kalah, sekarang dia masih pingsan, perkosa
saja kemudian bunuh dia! Dendammu akan selesai, mengapa harus
memberi dia obat penawarnya?"
Kata Hie Tiong-gwee: "Tidak, aku ingin dia dengan senang hati menjadi istriku, jangan
bunuh dia sekarang, juga tidak perlu memakai kekerasan."
Hiat-kun masih pura-pura pingsan, dalam hati dia sangat marah
tapi dia berusaha menahan diri. Dia berpikir, 'Benar, mengapa dia
bersusah payah mau menikah denganku"'
Ini adalah pertanyaan Tio Ang-bi kepada Hie Tiong-gwee tapi
tidak dijawab oleh Hie Tiong-gwee. Hiat-kun juga ingin tahu.
Terdengar Tio Ang-bi tertawa dingin:
"Kau mau membohongi dia atau aku" Katakan saja kau suka
dengan kecantikannya, dan ingin membangun rumah tangga yang
harmonis." Hie Tiong-gwee menarik nafas dan berkata:
"Baiklah, bila kau tidak percaya, aku akan jujur kepadamu, aku
menikahinya karena aku ingin memperalatnya."
"Apa yang bisa diperalat darinya" Dia hanya seorang gadis
biasa."
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ayahnya dan ayah Hui-thian-sin-liong adalah sahabat karib,
apakah kau tahu itu?"
"Aku tahu, karena itulah istrimu tidak dapat melupakan kekasih
lamanya, tapi ayahnya dan ayah Hui-thian bukankah sudah mati"
Dan itu juga akibat perbuatanmu bukan" Apalagi yang kau mau dari
dia?" "Ssstt, suaramu jangan terlalu keras!" Kata Hie Tiong-gwee.
"Kau takut apa" Dia sudah terkena jarum Su-kut-ciam (jarum
pelemas tulang), paling sedikit harus pingsan selama 12 jam. Kau
berteriak di depan telinganya pun dia tidak dapat mendengar,
apalagi ini adalah ruang rahasia, tidak perlu khawatir didengar oleh
orang." Mereka tidak tahu Hiat-kun menguasai ilmu tenaga dalam turun
temurun dari keluarganya, dia bisa membuka totokan jalan
darahnya, walau dalam keadaan tidur, nafasnya pun bisa mengatur
sendiri. Walau Hiat-kun sudah terkena jarum Su-kut-ciam tapi dalam
waktu 6 jam dia sudah sadar.
Walau Hiat-kun sudah sadar tapi tenaga dalamnya belum pulih.
Hiat-kun sudah mendegar pengakuan dari Hie Tiong-gwee. segera
tahu bahwa dia adalah pembunuh ayahnya, dia ingin membunuh
Hie Tiong-gwee tapi tenaganya belum pilih. Jari kelingkingnya pun
belum bisa digerakan. Terdengar Hie Tiong-gwee tertawa kecut,
"Aku tidak takut dia mendengar tapi rahasiamu aku tidak ingin
orang lain tahu, aku ingin memberitahumu saja."
Tio Ang-bi tertawa dan berkata:
"Seseorang bila sudah berbuat jahat, hatinya pasti akan
ketakutan, aku tidak menyalahkanmu, teruskan ceritamu!"
Hie Tiong-gwee membela diri dan berkata:
"Aku tidak menganggap aku berbuat jahat, aku hanya ingin
berbakti kepada kerajaan, aku juga ingin memperalat Hiat-kun,
mengabdi kepada kerajaan."
"Bagimana caranya?"
"Ayah Hui-thian adalah salah satu ketua dari Perkumpulan Thiante (langit bumi) dan dia berhubungan dengan penjahat yang pernah
memberontak kepada kerajaan. Ayah Hiat-kun adalah teman baik
ayah Hui-thian, walaupun belum mendapat bukti yang kuat, tapi
mungkin mereka satu komplotan, bila tidak mereka tidak akan
menjadi sahabat karib."
"Walaupun sewaktu mereka masih hidup adalah sahabat, tapi
sekarang mereka sudah mati."
"Tapi Hiat-kun masih hidup, dia pasti tahu bahwa ayahnya
sebelum mati telah bertemu dengan siapa" Kali ini dia ditipu oleh
Hui-thian. Dalam beberapa hari dia akan tahu rahasia Hui-thian."
Tio Ang-bi dengan dingin berkata:
"Apakah kau mengira Hiat-kun akan memberitahumu?"
"Dia tidak tahu aku yang membunuh ayahnya, dan yang paling
penting pada saat Hui-thian-sin-liong merobek bajuku dia tidak bisa
membuktikan bahwa aku adalah musuh mereka. Aku akan
membuktikan bahwa aku adalah teman baik Hui-thian dan akan
membuat dia percaya bahwa ini adalah salah paham karena Huithian cemburu kepadaku maka dia curiga aku adalah musuhnya.
Sifat Hiat-kun jujur dan baik, bila dia sudah tinggal di rumahku dia
akan rela menjadi istriku."
Ang-bi sangat marah: "Memang rencana yang sempurna, tapi kenyataan tidak bisa
selalu ditutup, seperti luka di pundakmu..."
Hie Tiong-gwee baru sadar dan berkata:
"Benar, aku ingin bertanya kepadamu, kau memindahkan kulit
untuk menutupi luka ini, benar-benar sangat sempurna, tapi sampai
kapan dapat bertahan" Jangan hanya 3 bulan saja."
Ang-bi tertawa: "Aku tidak akan memberitahumu, kau juga tidak perlu tergesagesa ingin tahu, kau licik sekali dan aku harus mencari tali untuk
mengikat kera tua ini."
Hie Tiong-gwee tertawa dan berkata:
"Aku bisa membohongi orang lain tidak akan bisa membohongi
dirimu, karena kita adalah orang bertipe yang sama."
Hie Tiong-gwee tertawa dan berkata:
"Aku akan menurut kepadamu, kau sudah membantuku satu kali,
pasti bisa membantuku untuk kedua kalinya.
"Aku harus lihat bagaimana caramu untuk membalas budi, kau
baik kepadaku, aku juga baik kepadamu."
"Sekarang aku akan membalas budimu."
Setelah bicaranya habis, terdengar suara tawa yang cabul, mata
Hiat-kun tidak perlu dibuka pun sudah tahu mereka sedang
melakukan apa. Hiat-kun sangat marah tapi tidak dapat berbuat apa-apa, dia
hanya merasa keadaannya lebih baik sedikit dari pada tadi.
"Bukti yang dicari Hoan Toako, benar-benar ada di tubuh Hie
Tiong-gwee, tapi Hoan Toako juga sudah ditipu oleh Hie Tionggwee. Sekarang dimana Hoan Toako berada" Apakah masih ada
orang yang dapat menolongku kali ini?"
Memikirkan keadaan sekarang membuat hatinya marah sekaligus
takut. Di rumah Hie masih ada orang yang hatinya kacau.
Walaupun dia marah tidak seperti Hiat-kun tapi rasa bimbangnya
sama seperti Hiat-kun. Orang ini adalah murid kesayangan Hie Tiong-gwee yaitu Kwee
Goan-cay. Hiat-kun marah karena sudah tahu pembunuh ayahnya.
Kwee Goan-cay bingung dan bimbang karena dia mulai curiga
kepada gurunya. Dia curiga kepada Hie Tiong-gwee.
Dia paling mengagumi gurunya, tapi sekarang dia seperti tidak
bisa menerima keadaan ini.
Mengapa dia bisa merasa curiga kepada gurunya" Kecurigaannya
dia dengar dari Sumoinya. Hal ini terjadi kemarin malam.
Hie Kim-giauw secara sembunyi-sembunyi memberitahunya,
"Kemarin malam ayah menyuruh bibi mengobati lukanya, ini
membuatku curiga." Kata Kwee Goan-cay: "Bibimu selalu menggunakan senjata rahasia yang sudah
direndam dalam racun, dia juga ahli membuat obat penawar. Kau
merasa apa ada yang aneh?"
Jawab Hie Kim-giauw: "Luka yang disebabkan oleh Hui-thian tidak begitu berat, aku
lihat kemarin ayah sudah sembuh, ayah juga tidak perlu obat
penawar." "Bibimu selain mempunyai obat penawar dia juga bisa mengobati
penyakit biasa. Mungkin ayanmu menyuruhnya mengobati lukanya.
Apa anehnya?" "Yang bibi obati bukan luka biasa, tapi luka di pundak ayah, luka bekas digigit orang."
Kwee Goan-cay jadi bingung:
"Apa" Bekas gigitan" Apakah ayahmu pernah digigit hingga
terluka?" "Benar, kemarin Hui-thian juga tidak menggigitnya, aku curiga
dengan percakapan mereka, luka ayah ini sudah lama." Kwee Goancay merasa aneh. Hie Kim-giauw terus berkata:
"Masih ada lagi, ayah tidak mengijinkan aku ada di sisinya, hanya ingin bibi saja yang mengurus lukanya." Kwee Goan-cay tertawa:
"Mungkin ayahmu dalam mengobati lukanya harus bertelanjang
dada, di depan anaknya dia merasa malu."
"Ayah dan bibi tidak ada hubungan apa-apa, aku ingin tahu,
apakah kau sedikit..."
"Adik, kau jangan curiga, kalau memang benar juga tidak apaapa, aku selalu hormat kepada guru."
Sebenarnya Kwee Goan-cay menyukai Hiat-kun, tapi karena
gurunya mempunyai hubungan dengan perempuan lain, dia jadi
tidak enak hati. "Aku lebih memilih bibi menjadi ibu tiriku, daripada Hiat-kun."
"Guru tidak ingin kau ada di sisinya, mengapa kau bisa tahu?"
"Aku mencuri dengar pembicaraan mereka, aku mendengar bibi
berkata yang aneh-aneh."
"Dia bicara apa?" Tanya Kwee Goan-cay.
"Setelah bibi mengobati luka ayah, bibi berkata seperti ini, 'Aku tidak bilang sempurna, tapi bila Hui-thian tidak teliti, dia pasti tidak bisa membedakannya.'. Luka ayah dipindahkan, apa hubungannya
dengan Hui-thian" Apakah ini tidak aneh?"
Kemarin malam Kim-giauw memberitahukan ini kepada Kwee
Goan-cay, setelah mendengarnya dia juga tidak mengerti. Sekarang
dalam kebingungan ini dia sudah mendapat sedikit jawaban.
Walaupun belum semua. Karena kemarin malam Hui-thian menangkap gurunya dan Tuan
Kiam-ta menangkap Hiat-kun. pada saat menukar sandera, Huithian menyobek baju gurunya.
Kemudian Ko Tan Taysu datang. Ko Tan menanyakan apakah
Hui-thian mendapat bukti" Akhirnya Hiat-kun tetap jatuh ke tangan
Hie Tiong-gwee, bukti yang dicari oleh Hui-thian tentunya luka
bekas gigitan di pundak Hie Tiong-gwee.
Dari percakapan Hui-thian dan Ko Tan Taysu, dia tahu Hui-thian
ke sini untuk membalas dendam. Hui-thian ingin membalas dendam,
Ko Tan Taysu tidak melarangnya, asal memang ada buktinya.
"Guru menutupi lukanya pasti dia sudah berbuat suatu kejahatan." Walaupun Kwee Goan-cay sangat kagum kepada gurunya, tapi
dia sekarang mulai curiga kepada gurunya. Tapi dia tetap tidak
percaya bahwa gurunya adalah orang jahat.
Pada waktu dia sedang bingung, terdengar ada yang mengetuk
jendela kamarnya. "Siapa?" dia terkejut dan bertanya. Orang di luar tertawa.
"Aku adalah orang yang pernah kau bantu, aku belum berterima
kasih kepadamu." "Oh, Coh Tayhiap!" dia terkejut dan senang, segera dia membuka pintu.
Benar saja, di luar ada Coh Tayhiap.
Tapi Coh Thian-su tidak sendirian, ada seseorang yang tidak dia
kenal, dia lebih muda dari Coh Thian-su, tapi wajahnya kaku walau
dia sangat tampan. Orang ini belum dikenal olehnya, tapi Kwee Goan-cay merasa dia
seperti sudah pernah melihatnya
Kwee Goan-cay menutup pintu dan berkata, "Coh Tayhiap, Huithian baru saja ada di sini."
"Aku tahu, karena dia kami jadi kemari."
"Kakak ini adalah..."
Pemuda itu tertawa dan berkata:
"Kau tidak mengenaliku lagi" Aku pun pernah datang ke sini
untuk membuat keributan. Hari itu Hui-thian membuat Hie Tionggwee tidak dapat menikah, aku adalah pembantu Hui-thian. Aku
berharap kau jangan seperti gurumu, menganggapku adalah
musuh." Kwee Goan-cay baru tahu dia adalah gadis yang membawa Huithian keluar dari aula. "Benar, aku adalah Sumoi Hui-thian, aku bernama Kie Su-giok."
Kemudian dia membuka topeng kulitnya dan berkata:
"Coh Toako pun memakai topeng karena takut kau tidak mau
membuka pintu." Hui-thian baru pergi, nyawa guru hampir melayang, sekarang
datang lagi Sumoi Hui-thian, entah akan terjadi apa lagi.
Tadi Kwee Goan-cay sudah bingung, sekarang dia tambah tidak
tenang. Tanya Coh Thian-su: "Apakah Po Leng-hoi sudah memberitahu identitasku?"
"Aku tahu kau adalah Suheng Hiat-kun."
"Aku juga tahu kau adalah teman baik Po Leng-hoi karena itu aku
berani datang ke sini untuk meminta bantuanmu."
Hati Kwee Goan-cay lebih kacau lagi:
"Mereka datang pasti untuk mencari guru, bila aku membantu
mereka aku pasti bermusuhan dengan guru."
Karena itu dia menjawab: "Ini... ini..."
Tiba-tiba Kie Su-giok tertawa dan berkata:
"Kau memanggil istri gurumu dengan Hiat-kun, aku mengira kau
pasti mau membantu kami."
Kata Kwee Goan-cay: "Bila kau ke sini untuk mencari Hui-thian, dia sudah pergi." "
Suhengku sudah pergi, tapi Hiat-kun belum! Aku tahu Hiat-kun
dipaksa untuk tinggal di sini."
Kwee Goan-cay merasa malu dan berkata:
"Benar, Hiat-kun disuruh tinggal di sini oleh guru, tapi kalian
jangan bilang dipaksa, sepertinya kata-kata ini terlalu..."
"Apakah salah bila dikatakan dipaksa?"
"Aku tidak berani bilang salah, tapi nona Kang sudah digotong
oleh tandu masuk ke dalam keluarga Hie, dan dia tetap istri guru
yang sah." "Kau juga tahu dia tidak ingin menikah dengan gurumu."
"Nona Kie, aku sedikit tidak mengerti."
"Kau tidak mengerti apa?"
"Mengapa kau begitu bersemangat membantu kakakmu mencari
Kang Hiat-kun?" Kemarin dia datang dan menarik Hui-thian, Kwee Goan-cay tahu
Kie Su-giok mencintai Suhengnya.
Kata Kie Su-giok: "Pertama, aku kasihan kepada Hiat-kun, dia sudah ditipu oleh
gurumu. Kedua, karena dia adalah orang yang disukai oleh
Suhengku." Kwee Goan-cay tidak menyangka Kie Su-giok akan menjawab
dengan begitu jujur, dia hanya bisa tertawa kecut.
Kata Coh Thian-su: "Kakak Kwee, aku tidak mau menyusahkanmu, tapi Hiat-kun
adalah Sumoiku, aku harus menolongnya, aku tahu dia dikurung di
ruang rahasia oleh gurumu. Aku hanya minta agar kau
menunjukkan tempatnya dan kami sendiri yang akan menolong
Hiat-kun. anggap saja kau tidak tahu apa-apa."
Coh Thian-su dan Kie Su-giok tiba di rumah Hie tepat pada saat
Hui-thian meninggalkan rumah Hie, juga pada saat Hie Tiong-gwee
menarik Hiat-kun masuk ke dalam ruang rahasia.
Bila mengerti sifat Kie Su-giok, dia pasti akan menolong Hiat-kun
tapi Coh Thian-su melarangnya, dia ingat ada Tuan Kiam-ta dan Ko
Tan Taysu. Mereka benar-benar tidak dapat menolong Hiat-kun.
sekarang Coh Thian-su meminta bantuan kepada Kwee Goan-cay.
Dan sekarang Kwee Goan-cay tampak ragu, ini membuat Kie Sugiok marah. Kata Kwee Goan-cay: "Nona Kie, ada satu hal yang ingin kutanyakan, apakah kau bisa
menjelaskan?" " Hal apa?" "Bekas gigitan di pundak guru, apakah kau tahu luka itu datang
dari mana?" "Dua hari yang lalu aku dengar dari kakakku tapi dia berkata aku
harus menjaga rahasia ini."
"Aku tidak akan memaksa, bila teka teki ini belum terjawab aku
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak bisa menentang guru."
Kata Kie Su-giok: "Baiklah, demi menolong Hiat-kun, Wie Toako tentunya tidak
akan menyalahkanku, aku akan memberitahumu."
Segera Kie Su-giok menceritakan secara ringkas peristiwa
mengenai asal mula gigitan itu, sesudah selesai mendengar cerita ini
hati Kwee Goan-cay semakin risau, wajah Kwee Goan-cay menjadi
pucat seperti kertas. Dia baru tahu gigitan di pundak gurunya adalah bekas gigitan
Hui-thian-sin-liong. Luka itu dampaknya lebih berat dari yang dia bayangkan.
Gurunya ternyata mengkhianati pemberontak kerajaan Ceng dan
mendapat luka gigitan di pundaknya.
Idola yang dia telah lama kagumi tiba-tiba sirna dalam hatinya,
dia seperti lilin di dalam hembusan angin, bergoyang-goyang hampir
jatuh. Coh Thian-su memapah dia dan berkata:
"Kakak Kwee, kenapa kau?"
"Aku tidak apa-apa, aku masih bisa bertahan."
Kata Kie Su-giok: "Kau tidak menyangka bahwa gurumu adalah orang seperti itu
bukan?" Kwee Goan-cay tidak menjawab karena banyak hal yang tidak
disangkanya semua tampak timbul dan tenggelam. Dia harus
berpikir lambat-lambat. Kata Coh Thian-su: "Guru adalah guru, murid adalah murid, itu tidak sama, teratai
tumbuh di rawa-rawa, tapi bunganya tidak kotor. Kami percaya
kepadamu." Kwee Goan-cay tidak menjawab, tapi dia sudah berdiri.
Tanya Kie Su-giok: "Apakah baju gurumu disobek oleh Wie Toako?"
"Benar." "Kalau begitu kau harus percaya kami tidak berbohong, kau
masih meragukan apa?"
Kedatangan Kie Su-giok bertepatan pada saat Hui-thian pergi, dia
tidak melihat Hui-thian merobek baju Hie Tiong-gwee.
Tapi jawaban yang ditunggu Kie Su-giok malah sebaliknya, kata
Kwee Goan-cay, "Tapi di pundak guru tidak ada bekas gigitan."
Kie Su-giok bengong dan berkata:
"Mengapa kau masih membantu gurumu menutupi kejahatannya?" "Aku tidak berbohong."
Dalam hatinya dia berpikir, 'Apakah aku harus mengatakan yang
sebenarnya, aku tidak berbohong tapi guru yang membuat semua
kebohongan ini.' Kie Su-giok berkata lagi:
"Apakah Wie Toako yang berbohong?"
Coh Thian-su pun ikut ragu, dia berpikir, 'Ada Ko Tan Taysu, bila
Hui-thian sudah mendapat bukti, Ko Tan Taysu tidak akan mau
membela Hie Tiong-gwee dan dia memaksa Hui-thian keluar dari
rumah Hie, apalah Hui-thian tidak menemukan bekas luka"'
Belum habis berpikir, Kwee Goan-cay berkata dengan pelan,
"Kakakmu juga tidak berbohong"
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Kata Coh Thian-su.
"Aku pun tidak tahu, bila kalian bertemu dengan Hiat-kun maka
akan lebih jelas lagi."
Sebenarnya Kwee Goan-cay bukan tidak tahu tapi dia tidak mau
membuka kedok gurunya. Kata Kie Su-giok: "Baiklah, coba kau tunjukkan kepada kami cara menolong Hiatkun." "Kalian harus berjanji dulu baru kuberitahu."
"Silahkan katakan!" Kata Coh Thian-su.
"Kalian hanya boleh menolong orang tapi jangan melukai orang!"
"Maksudmu?" "Bagaimana pun kalian tidak boleh melukai guruku!"
Kie Su-giok mengerutkan dahi dan berkata: "Guru yang kurang
ajar, kau masih begitu baik kepadanya?"
Kata Kwee Goan-cay: "Bila aku masih ada di perguruan ini dan masih menjadi murid
Hie Tiong-gwee, walaupun perilakunya seperti apa, kalian tidak
boleh memarahi guruku di depanku. Aku harap kalian mengerti, aku
harus menganggap kalian adalah teman, tapi dari kecil aku sudah
diterima murid oleh guruku, jadi aku harus menghormatinya"
Coh Thian-su sudah mengerti maksudnya, tapi Kie Su-giok belum
mengerti. Kwee Goan-cay mengajukan syaratnya untuk membalas
budi kepada gurunya Sehingga di kemudian hari dia akan tenang
meninggalkan perguruan atau melepaskan hubungan antara guru
dan murid, karena Hie Tiong-gwee adalah musuh Hui-thian Yuan,
juga sampah dunia persilatan, orang seperti itu bila terlepas dari
hukuman terlalu bagus untuknya.
Kie Su-giok masih ragu, tapi Coh Thian-su sudah berjanji dan
berkata: "Kakak Kwee, aku mengerti maksudmu, kami akan menuruti
permintaanmu." "Bila gurumu bertarung dengan kami, kami tidak yakin tidak akan
melukainya" Kata Kie Su-giok.
"Aku hanya meminta kalian jangan mengambil nyawa guruku!'
"Baiklah, aku berjanji!"
Kwee Goan-cay masih sangsi dan berkata:
"Kalian sudah berjanji, kalian harus menepatinya, mari kita
bersumpah." Setelah bersumpah, dia membawa mereka ke dalam terowongan
dan memberitahu cara menggunakan tombol rahasia kepada Coh
Thian-su dan Kie Su-giok Hiat-kun sedang mengumpulkan tenaga, untuk membuka
totokannya, sedangkan Hie Tiong-gwee dan Ang-bi sedang bermain
cinta Hanya mendengar Ang-bi berkata:
"Obat penawar akan keberikan kepadamu tapi harus menunggu
hari sudah terang, baru akan kuberikan kepadanya."
Jawab Hie Tiong-gwee dengan tertawa:
"Apakah kau ingin lebih lama bersamaku?"
"Kau hanya menganggapku seperti perempuan genit saja, aku
tidak ingin kau dekat-dekat dengannya."
Hie Tiong-gwee tertawa dan berkata:
"Kau jangan cemburu, sudah kukatakan hanya kaulah yang
kucintai." Ang-bi sangat senang dengan manja dia berkata: "Mulutmu
seperti sudah dioles oleh madu, kau sangat senang membohongiku.
Nona Kang cantik seperti bunga lebih muda dariku, apakah kau
tidak suka kepadanya" Dia sudah menjadi istrimu, bertahanlah
sedikit!" Hie Tiong-gwee bersumpah:
"Ang-bi, kau jangan curiga dan menuduh aku berbohong
kepadamu, adat dan sifat kita cocok, walaupun Hiat-kun cantik,
belum tentu dia akan cocok sekelompok denganku. Kami tidak bisa
menjadi suami istri dalam waktu lama."
Tanya Ang-bi: "Tolong beritahu aku, siapa yang bisa menjadi istrimu dalam
waktu yang lama?" Hie Tiong-gwee tertawa dan berkata: "Yang pasti kau, si genit!"
Kemudian hanya terdengar suara tawa mereka yang cabul, Hiatkun ingin membunuh mereka, tapi tenaganya terasa belum pulih,
walaupun dia malu dan marah tapi dia tetap mengucapkan rasa
syukur karena dia belum sembahyang. Bila tidak, meloncat ke
sungai pun tidak akan bisa mencuci bersih penghinaan ini.
Waktu kemarahannya akan meledak, tawa mereka tibat-tiba
berhenti. Ada yang membuka pintu rahasia
Hie Tiong-gwee dan Ang-bi berbarengan meloncat duduk.
Hiat-kun membuka matanya dalam sekejap dia tidak percaya
dengan matanya sendiri. Karena yang datang adalah Suhengnya, Coh Thian-su dan Kie
Su-giok. Coh Thian-su tertawa dingin dan berkata:
"Pendekar Tiong-ciu, kau sembunyi di sini untuk melakukan hal "
yang memalukan!" Hie Tiong-gwee tidak sempat memakai
baju dan dia sudah marah, "Hei orang she Coh, aku tidak ada
dendam permusuhan denganmu, mengapa berkali-kali kau mencari
gara-gara" Sepertinya
aku harus menghajarmu." Seraya berkata
itu Hie Tiong-gwee melancarkan serangan kepada Chu Tian Su
Coh Thian-su mengerakan jari-jarinya balas menyerang Hie
Tiong-gwee dan menghindari ilmu Ta-sik-pek-jiu, dengan dingin
dia berkata: "Orang sepertimu adalah sampah dunia persilatan, sekarang aku
belum membuat perhitungan sudah terlalu bagus untukmu.
Pendekar Tiong-ciu, berteriaklah supaya murid-muridmu dan semua
keluargamu datang untuk melihat keadaanmu sekarang!"
Hie Tiong-gwee terdiam dan menunduk.
Ilmu silatnya tidak setinggi Coh Thian-su, apalagi dia tidak
mengenakan baju membuat dia tidak leluasa bergerak. Dalam 5
jurus dia sudah ditotok oleh Coh Thian-su.
---ooo0dw0ooo--- Bab 6 Bertemu di jalan kecil Sulit membedakan yang baik dan yang jahat
Jodoh yang putus menyambung kembali
Jangan tanya asal usulnya
A. Bekas Gigitan di Pundak
Kie Su-giok dan Ang-bi masih bertarung.
Ilmu silat Ang-bi lumayan tinggi dan dia selalu memakai racun
tapi bila dibandingkan dengan Kie Su-giok, dia masih kalah jauh.
Apalagi dia bertarung dengan tubuh telanjang, semua senjata
rahasianya tidak sempat diambil. Dia hanya bisa bertahan tapi tidak
bisa menyerang. Begitu dia melihat Hie Tiong-gwee sudah roboh tertotok, dia
tampak lebih gugup lagi. Tiba-tiba terlintas suatu pikiran jahat, dia
memiringkan tubuhnya dan mencakar Hiat-kun.
Dia ingin mati berbarengan, menjadikan Hiat-kun yang masih
lemah menjadi sasarannya.
Walaupun dia telanjang dan tidak ada senjata rahasia tapi
kesepuluh kuku jarinya sangat panjang dan sudah direndam racun.
Kesepuluh jarinya seperti 10 jarum yang beracun.
Ilmu silat Kie Su-giok lebih tinggi dari dia, jadi dia tidak punya
kesempatan untuk menggunakannya. Tapi bagi Hiat-kun yang masih
tertidur di ranjang sama sekali tidak bisa bergerak, asalkan kulit
Hiat-kun tergores dan mengeluarkan darah, maka dia akan mati.
Jaraknya sangat dekat dan dia sudah bertekad untuk mati
bersama-sama, Kie Su-giok mau menolong Hiat-kun tapi sudah tidak
sempat. Di luar dugaan, maksud Ang-bi juga tidak tercapai, walaupun
tenaga Hiat-kun belum pulih bukan berarti tidak dapat bergerak
sama sekali. Dalam keadaan terancam, Hiat-kun menjatuhkan dirinya ke
bawah tempat tidur, dan bisa menghindari cakaran Tio Ang-bi.
Waktu itu pun Kie Su-giok sudah mengeluarkan jurus Liu-in-tiatsiu, menghadang Ang-bi yang hendak menyerang Hiat-kun kembali.
Ilmu Tit-siu (Lengan baju besi) adalah ilmu dari keluarganya,
walaupun tenaga dalamnya kurang kuat tapi ilmu itu ada unsur ilmu
gaib, lengan baju Kie Su-giok bisa berubah seperti papan besi
mengebut tepat mengenai bagian dari muka Ang-bi.
Seketika wajah Ang-bi seperti dicelup warna merah, warna itu
adalah warna darah, ada yang berwarna hijau yang keluar dari
ingusnya, yang berwarna biru kehitaman adalah kulitnya yang
terluka. Ang-bi pun langsung pingsan.
Coh Thian-su memapah Hiat-kun dan bertanya:
"Sumoi, kau tidak apa-apa?"
"Toako, tolong ambilkan obat penawarnya."
Coh Thian-su bingung mencari obat penawarnya, Ang-bi sudah
pingsan, terpaksa dia harus menunggu dia siuman, begitu
mendengar Hiat-kun tahu di mana obat penawarnya dia sangat
senang. Tapi Coh Thian-su tetap tidak tenang, dia bertanya,
"Kau terkena racun apa?"
"Katanya aku terkena Su-kut-ciam (Jarum Pelemas Tulang),
bukan racun yang mematikan tapi membuat tulang dan otot
menjadi lemas." "Apakah jarumnya sudah dikeluarkan?"
"Sepertinya belum."
"Di mana lukamu?"
"Ada dijalan darah kaki sebelah kanan."
Hiat-kun merasa aneh, dalam hati dia berpikir,
"Dia mau memberiku obat penawar, mengapa bertanya begitu
banyak?" Belum habis berpikir, terdengar Coh Thian-su berkata,
"Nona Kie, tolong bantu aku, jarum ini harus diambil dengan batu
magnet." Kie Su-giok membantu Hiat-kun mengeluarkan jarum, Coh Thiansu juga sudah mengumpulkan sejata rahasia Ang-bi.
Tiba-tiba Coh Thian-su mengambil Su-kut-ciam, menusukkan ke
kakinya sendiri. Kie Su-giok terkejut dan bertanya,
"Coh Toako, kenapa kau?"
"Aku sedang mencoba obat penawarnya."
Dan dia mencoba sebutir obat kemudian benar juga, rasa lemas
dan mati rasa semakin menghilang, dengan tertawa Coh Thian-su
berkata: "Benar, inilah obat penawarnya."
Dia baru memberikannya kepada Hiat-kun.
Hiat-kun sangat terharu dan berkata:
"Toako, kau jangan berbuat bodoh, sangat berbahaya mencoba
obat penawar ini, aku... aku..."
Coh Thian-su tidak memberi kesempatan untuknya bicara, segera
dia tertawa dan berkata: "Karena kita adalah Sheng Sumoi, jangan sungkan, racunmu
sudah dalam, bila obat itu palsu, racun akan bertambah ganas, lebih
baik kita harus berhati-hati. Baiklah, jangan bicara dulu, cepat atur
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
nafasmu untuk mendorong racunnya keluar."
Kie Su-giok menghadapi 2 orang yang telanjang bulat, pada saat
dia bertarung dia belum merasa ada yang aneh, setelah
pertarungan berhenti. Wajah Kie Su-giok menjadi merah, dengan
marah dia berkata: "Pendekar Tiong-ciu apa, apa yang dinamakan Yu-bin-lo-sat yang
dingin seperti es, semua adalah munafik, kalian tidak tahu malu!
Aku sendiripun jadi merasa malu!"
Dia membantu Tio Ang-bi memakai baju, sebab sampai sekarang
dia belum sadar. Coh Thian-su juga membantu Hie Tiong-gwee memakai baju,
karena Hie Tiong-gwee sudah ditotok oleh Coh Thian-su, dia tidak
bisa bergerak tapi dia masih sadar. Walaupun berwajah tebal,
sekarang dia juga merasa malu hingga wajahnya merah.
Begitu Coh Thian-su membantu Hie Tiong-gwee mengenakan
baju, Coh Thian-su merasa di belakangnya ada angin, sekarang
Hiat-kun sudah memulihkan tenaga dalamnya. Dia mengambil
pedangnya dan langsung menusuk Hie Tiong-gwee.
Lengan baju Coh Thian-su dikibaskan dan pedang Hiat-kun
terjatuh, Hiat-kun marah dan berkata:
"Toako, kau kenapa?"
"Kau tidak boleh membunuhnya!"
"Penjahat ini terlalu banyak dosa, mengapa kau menghalangiku?"
Coh Thian-su sulit menjelaskannya terpaksa di balik tubuh Hie
Tiong-gwee memberi isyarat kepada Hiat-kun dan berkata,
"Adik, lihatlah wajahku. Maafkan dia sekali lagi!"
Hiat-kun sudah tahu ada yang ingin diceritakan oleh Coh Thiansu, lalu Hiat-kun berkata,
"Toako, apakah hanya mengampuninya sekali ini saja?"
"Benar, hanya untuk kali ini!"
Hiat-kun tidak begitu mengerti mengapa Coh Thian-su
melarangnya membunuh Hie Tiong-gwee, tapi isyarat dari Coh
Thian-su dia tahu ada sesuatu yang ingin disampaikan. Lalu Hiatkun berkata: "Karena nyawaku ditolong oleh Coh Toako, aku akan menuruti
kemauan Toako. Demi Toako aku akan mengampuni dia kali ini
saja, tapi..." "Tapi apa?" "Sementara nyawanya tidak kuambil tapi aku harus mengupas
kulitnya." "Bila kulitnya dikupas, apakah dia masih bisa hidup?"
"Hanya mengupas sedikit, aku jamin dia tidak akan terluka
parah." Dia mencoba tenaganya tapi dia tidak sanggup mengupas kulit
Hie Tiong-gwee lalu dia berteriak:
"Toako, tolong bantu aku, apakah kau bisa?"
Syarat dari Kwee Goan-cay untuk Coh Thian-su adalah bisa
membuat Hie Tiong-gwee terluka ringan, Coh Thian-su juga takut
bila Hiat-kun melukai Hie Tiong-gwee, kemudian Coh Thian-su
berkata: "Bila adik tidak melukainya, aku akan membantu."
"Tolong sobek kulit yang berada di pundak Hie."
Karena itu adalah kulit yang ditempel maka dengan mudah Coh
Thian-su merobeknya. Hiat-kun mendekatkan lampu ke pundak Hie Tiong-gwee dan
benar ada sebaris bekas gigitan.
"Nona Kie, apakah kau tahu asal usul gigitan ini?"
Kie Su-giok menjawab: "Aku dengar dari Wie Toako, memang dia adalah orang yang
dimaksud dan yang dicari oleh Wie Toako. Bila tidak dihalangi oleh
Coh Toako aku juga ingin membunuhnya."
Tanya Coh Thian-su: "Sumoi, apakah kau bisa jalan?"
"Sedikit ilmu meringankan tubuh masih bisa."
"Baiklah, kalau begitu kita pergi."
Pada saat mereka siap-siap akan pergi terdengar suara langkah
kaki berjalan ke arah mereka, ada suara seorang gadis yang
memanggil: "Ayah... ayah..." Ini adalah suara Hie Kim-giauw.
Kim-giauw dipesan oleh Kiam-ta untuk memberitahu suatu hal
kepada Hie Tiong-gwee, dia tahu ayah dan bibinya sedang berada di
ruang rahasia, demi menghindari rasa malu, dia tidak ingin tiba-tiba
masuk, begitu memasuki terowongan, sengaja dia memberatkan
langkahnya agar ayahnya tahu dia datang, dan bisa bersiap-siap
dulu. Hie Tiong-gwee mendengar putrinya datang, dia jadi khawatir
dan malu. Yang dikhawatirkannya adalah musuhnya belum pergi,
mereka akan melakukan sesuatu terhadap putrinya, juga malu bila
putrinya melihat keadaan dia sekarang. Apakah dia masih memiliki
muka lagi di depan putrinya"
Suara langkah semakin mendekat.
Coh Thian-su segera mempunyai pikiran, dengan pelan dia
berkata kepada Kie Su-giok dan Hiat-kun,
"Dia datang tepat pada waktunya, Nona Kie, kau dan aku pergi
dulu. Sumoi, kau tetap di sini!"
Karena Kim-giauw tidak mendengar jawaban ayahnya, dia
berhenti melangkah kemudian memanggil lagi.
"Ayah!" Dalam hati dia berpikir, 'Apakah mereka belum selesai memakai
baju sehingga ayah malu untuk menyahutku"'
Tiba-tiba dia merasa angin berhembus, Kim-giauw belum lagi
berteriak lagi, Coh Thian-su sudah menotok jalan darahnya.
Coh Thian-su berbisik kepadanya:
"Nona Hie, jangan takut, kami adalah teman Kwee Toakomu!"
Kim-giauw hafal dengan suara Coh Thian-su, hatinya agak tenangKie Su-giok berkata: "Nona Hie, aku tahu kau menyukai Kwee Toakomu, bila kau mau
menolong nyawanya, kau harus menuruti perintah kami."
Kim-giauw terkejut dalam hati dia berpikir. Dia adalah adik
seperguruan Hui-thian-sin-liong, yang membuat keributan di aula.
Tian Kiam-ta pun tidak bisa mengalahkan dia. Dia sangat kejam
lebih-lebih dari Hui-thian-sin-liong, bila dia berkata seperti itu,
apakah dia ingin membunuh Kwee Toako"'
Kie Su-giok seperti tahu pikirannya, dia berkata lagi di telinga
Kim-giauw, "Kami tidak melukai ayahmu, lebih-lebih tidak mau membunuh
Kwee Toakomu, tapi Kwee Toakomu mungkin bisa dibunuh oleh
orang lain, hanya kaulah yang bisa membantunya menghindari
bencana ini." Coh Thian-su sudah membuka totokannya, walau hanya separuh,
membiarkan tubuhnya bisa sedikit bergerak dan berkata,
"Nona Hie, apakah kau percaya kepadaku" Bila percaya kau
jangan bertanya apa-apa kepada kami, asal kau mendengar katakata kami, itu juga sudah cukup."
Kim-giauw mengangguk. Kata Coh Thian-su lagi,
"Kau beritahu ayahmu, kau terpaksa memberitahu tempat ini
kepada kami karena kau takut ayahmu terluka, kami sudah
melepaskanmu dan kau langsung kemari dan ternyata kami belum
pergi dari sini!" Walaupun Coh Thian-su adalah orang yang agak sombong tapi
dia bukan tipe orang yang ceroboh, dia sudah mendapat petunjuk
dari Kwee Goan-cay dan bisa menolong Hiat-kun. dia sangat
berterima kasih tapi dia juga memikirkan cara supaya dia tidak
dicurigai. Yang tahu tempat rahasia ini di dalam keluarga Hie tidak terlalu
banyak. Hie Tiong-gwee sudah dirugikan begitu besar, pasti dia
akan mencari tahu siapa yang telah membocorkan letak ruang
rahasianya. Dan yang paling dicurigai tentunya adalah Kwee Goancay. Dengan cara inilah, Coh Thian-su sudah membersihkan nama
Kwee Goan-cay. Sekarang Kim-giauw sudah bisa bicara, dia ingin bekerja sama
dengan mereka, dia mendekat ke arah Kie Su-giok dan berkata,
"Tuan Kiam-ta sedang menunggu ayahku, dia tinggal di sebelah
selatan taman bunga, bila kalian keluar dari sebelah barat, maka
tidak akan bertemu dengannya."
Sekarang Kie Su-giok berperan lebih meyakinkan lagi:
"Aku mengira dia adalah gadis biasa-biasa saja, sekarang baru
tahu dia adalah Nona Hie. Bila tahu dari tadi kita harus menotok
jalan darahnya." "Sekarang menotok pun tidak apa-apa." Jawan Coh Thian-su.
Dengan nada dingin Coh Thian-su berkata: "Kami tidak mau
melukai seorang gadis, tapi kami juga tidak mau kau segera
bertemu dengan ayahmu. Berbaringlah selama 2 jam."
Dia berperan dengan begitu sungguh-sungguh. Sekali lagi dia
menotok Kim-giauw. Mereka kembali lagi ke ruang rahasia itu, Coh Thian-su
membantu Hie Tiong-gwee berpakaian lagi.
"Hai, Hie Tayhiap! Aku sudah menotok putrimu, ini sangat tepat
untukmu. Apakah kau mengerti" Bila dia melihatmu seperti ini,
pendekar yang membohongi dunia persilatan, bagaimana kau bisa
mengangkat wajahmu di depan putrimu" Totokanmu akan terbuka
setengah jam lagi dan kau nanti bantu putrimu membuka
totokannya. Baiklah, Adik Kang, mari kita pergi!"
Hiat-kun membuang ludah ke muka Hie Tiong-gwee dan berkata,
"Kali ini aku mengampunimu, lain kali bila aku bertemu
denganmu, kau akan kubunuh!"
Mereka menuruti petunjuk jalan Kim-giauw, keluar dari
terowongan di sebelah selatan. Dengan lancar mereka keluar dari
rumah Hie. Hari baru terang, mereka sudah berada di luar Lok-yang.
Matahari baru terbit, membuat langit menjadi cerah. Hari ini adalah
hari yang baik, tapi hati Hiat-kun tetap gelap dan bingung.
"Sumoi, sekarang kau mau ke mana?" Tanya Coh Thian-su.
"Aku tidak tahu." Setelah lama dia baru berkata lagi, "Aku harus membalas dendam ibu dan ayahku, tapi sekarang aku tidak sanggup
membalasnya." Sekarang dia baru tahu penyebab Hiat-kun ingin membunuh Hie
Tiong-gwee, Coh Thian-su berkata,
"Sumoi, maafkan aku sudah melarangmu membunuh Hie Tionggwee. Aku sudah berjanji kepada Kwee Goan-cay, hanya untuk kali
ini saja. Kelak aku akan membantumu membalas dendam untuk
mengganti kesalahanku tadi."
"Suheng, ini bukan salahmu, bila kedudukan kita dibalikkan, aku
juga akan melakukan hal seperti itu. Demi diriku dia mengkhianati
gurunya, tidak ada alasan bagi kita untuk menolak permintaannya.
Tapi bila Suheng ingin membantuku balas dendam, aku
menerimanya dengan senang hati."
Tanya Coh Thian-su: "Sumoi, apakah harus kau sendiri yang membalas dendam?"
"Aku tidak ingin menyusahkan Toako."
Coh Thian-su mengerutkan dahi dan berkata:
"Kita adalah Suheng,Sumoi, mana boleh bicara seperti itu?"
"Kata-kataku belum habis, waktu untuk membalas dendam masih
belum tentu, tapi aku pun tidak akan mengulur waktu lagi."
"Ingin membunuh orang itu tidak mudah tapi juga tidak sulit
sebab ilmu silatnya biasa-biasa saja. Ko Tan Taysu sudah pergi,
murid-muridnya dan para tamu yang berjaga rumah, tidak akan bisa
terus menjamin keselamatannya!" Kata Kie Su-giok.
"Hie Tiong-gwee dan Tuan Kiam-ta sudah mengambil keputusan
akan berangkat ke ibukota mencari Jenderal Bok, mungkin mereka
sekarang sudah berangkat." Kata Hiat-kun.
"Apakah mereka hanya berdua?" Tanya Coh Thian-su.
Hiat-kun mengerti maksud Coh Thian-su dan berkata:
"Bukan aku menganggap remeh kalian. Ilmu silat Tuan Kiam-ta
sangat dahsyat, pada waktu di aula dia beradu satu jurus dengan
Nona Kie, dia sengaja tidak memperlihatkan kepandaian yang
sebenarnya. Tapi sebelum kalian datang, Wie Toako sudah
bertarung dengannya. Sepertinya ilmu silat Wie Toako masih berada
di bawahnya." Ilmu silat Wie Thian-hoan berada di atas Coh Thian-su. Walaupun
terdengar tidak enak, dia hanya diam saja.
"Cici Hiat, musuhmu adalah musuh Wie Toako juga, bila kalian
bergabung apakah kau setuju?" Kata Kie Su-giok.
Sebenarnya kemarin malam Hiat-kun dan Thian-hoan sudah
bergabung untuk balas dendam. Sekarang yang dia pikirkan, dia
tidak ingin mengemukakan di depan Kie Su-giok.
Kie Su-giok adalah gadis periang, melihat cara berpikir Hiat-kun
segera dia tertawa dan berkata:
"Aku tahu kau dan Wie Toako tumbuh bersama, bila kau ingin
bergabung dengan kami, aku tidak akan iri bila Wie Toako lebih baik
kepadamu." Wajah Hiat-kun menjadi merah dan berkata: "Kau bergurau
saja!" "Aku tidak bergurau, aku bicara serius!" Tanya Coh Thian-su:
"Apakah kau akan mengundang dia ke ramahmu?"
"Aku mengundangnya juga mengundangmu." Kata Kie Su-giok
lagi, "Kali ini Wie Toako tidak bisa membalas dendam karena
bertemu Kiam-ta yang kuat, tapi dia juga dihalangi oleh Ko Tan
Taysu, hweesio tua itu membaca 'O-mi-to-hud' tapi tidak tahu hati
orang licik, sehingga juga mudah ditipu oleh Hie Tiong-gwee dan
memihak kepada Hie Tiong-gwee. Bila Wie Toako membalas
dendam menjadi sulit. Tapi hweesio tua itu dan kakekku
bersahabat, aku mengira Wie Toako tidak jadi membalas dendam
pasti akan pulang ke rumah. Menyuruh kakek berbicara kepada
hweesio tua itu. Cici Hiat, bila kau mau mencari dia, ikutlah pulang
denganku." Dia melihat Hiat-kun ragu-ragu, dia menambah lagi:
"Bila aku tidak salah tebak itu lebih baik daripada kau yang tidak mempunyai keputusan."
Dalam hati Hiat-kun berpikir, 'Hoan Toako dan Nona Kie adalah
sepasang kekasih, kalau aku berada di tengah-tengah mereka, aku
takut cinta Hoan Toako kembali bersemi, dengan begitu aku akan
merusak hubungan mereka. Tapi dendam orang tuaku harus
dibalas, aku harus bergabung dengan Hoan Toako, apalagi aku
sudah tidak punya saudara dan keluarga, aku tidak mau merepotkan
Coh Toako, bila tidak bertemu dengan Hoan Toako, aku bisa tinggal
di mana?" Memikirkan urusan membalas dendam orang tuanya, dia jadi
berpikir untuk mengerjakan tanpa dihalangi-halangi oleh urusan
tetek bengek yang merepotkan. Hiat-kun menjawab dengan tegas:
"Baiklah, Nona Kie, aku tidak akan sungkan lagi, aku bakal
merepotkanmu." Kata Kie Su-giok dengan tertawa,
"Coh Toako, Hiat-kun sudah mau, bagaimana denganmu?" Coh
Thian-su masih ragu, dalam hati dia berpikir, "Ayah tidak
menginginkan aku berteman dengan keluarga Kie dan aku sudah
melanggarnya. Bila aku ke rumah Kie Yan-gan, ini akan tambah
kerepotan. Tapi mendengar perkataan ibu tiri dan Nona Kie
sepertinya pak tua itu menyukai ayah, walaupun mereka bukan
teman tapi pasti bukan musuh."
Dia tidak menutupi hatinya yang ingin jelas persoalannya. Begitu
ditanya Kie Su-giok, langsung dia menjawab,
"Nona Kie, aku punya satu permintaan, apakah boleh?"
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kie Su-giok tertawa: "Katakanlah!" "Bila bertemu dengan kakekmu, tolong jangan beritahu identitasku." "Mengapa?" "Aku tidak ingin hidup di bawah bayangan nama ayah, aku ingin
menemui kakekmu tapi tidak ingin dia tahu hubunganku dengan
keluargaku." "Kau sangat aneh, apakah harus memakai cara seperti ini?"
"Benar, apakah kau mau?"
"Kalau begitu kau harus memakai nama palsu."
"Tidak perlu, asal kau jangan mengatakan bahwa aku adalah
siapa, itu sudah cukup."
Kie Su-giok masih kekanak-kanakan dan berkata:
"Baiklah, tapi cara ini keterlaluan dan sangat lucu, aku akan
menurut saja." Coh Thian-su mengulurkan tangannya dan berkata:
"Bila Tuan sudah keluar kata-kata..."
Kie Su-giok tertawa dan berkata:
"Kau masih tidak percaya kepadaku" Baiklah, walau aku bukan
'tuan', aku juga bisa bersumpah."
Dia mengeluarkan tangannya yang lembut dan berkata: "Kami
berjanji." Dia menyelesaikan kata sumpah dunia persilatan.
---ooo0dw0ooo--- B. Bertemu tapi Tidak Dikenal
Kie Su-giok mengira Wie Thian-hoan sudah kembali ke rumah
tapi ternyata dugaannya meleset.
Malam itu Wie Thian-hoan tidak jadi membalas dendam, malah
kehilangan orang yang dia cintai. Dia merasa sakit hati dan sulit
untuk melukiskannya, tapi dia adalah orang yang kuat, dia menahan
rasa sedih dan berpikir, 'Untuk keluarga Kang dan Wie, dendam dua
keluarga ini harus aku yang membalas, yang terpenting adalah
membalas dendam. Sementara ini persoalan Hiat-kun harus aku
kesampingkankan dulu.' Kemudian dia berpikir lagi, 'Bila Hie Tiong-gwee dan Kiam-ta
pergi ke ibukota mencari kepala pasukan, kesempatanku lebih
sempit lagi, jadi harus mencegah mereka di tengah jalan, bila perlu
aku akan bertarung.' Wie Thian-hoan tahu bila ada Ko Tan Taysu, dia tidak akan bisa
membalas dendam, tapi bila hanya ada Hie Tiong-gwee dan Kiamta, dia masih ada kesempatan.
Dia tahu bahwa silat Kiam-ta dengan dirinya tidak berbeda jauh,
bila dia menyerang mendadak, dia harus melukai Kiam-ta dulu, baru
ada kesempatan untuk menang. Tapi bila tidak bisa melukai Kiamta, asal dia siap untuk mati, membunuh Hie Tiong-gwee juga bukan
hal yang sulit. Setelah keluar dari kota Lok-yang, dia mencari kudanya,
mengikuti rencananya menuju ibukota.
Pada hari kedua, siang hari, dia sudah tiba di suatu kota, karena
sudah merasa lapar dia ke kota tersebut sekalian beristirahat. Dia
mencari rumah makan yang agak lumayan dan kemudian masuk.
Siapa sangka begitu dia masuk ke rumah makan itu, dia bertemu
dengan 5 orang yang dia kenal. Yang lebih mengagetkan lagi
musuhnya ternyata juga ada di sana!
Musuhnya bukan Hie Tiong-gwee, tapi dia adalah Tuan Kiam-ta.
Kiam-ta duduk di tengah, wajahnya menghadap ke arah pintu. Yu
Yong berada di sebelah kiri dan Bong Cong-kian berada berada di
sebelah kanan. Ada juga Giok-yan.
Mereka bertiga tidak berbuat apa-apa, yang membuat Wie Thianhoan terkejut adalah guru Yu Yong, It Piau cinjin.
Pada pertarungan pertama dengan Hie Tiong-gwee, It Piau cinjin
menjadi saksi/juri. It Piau cinjin adalah orang yang berbakat di dunia persilatan dan
dalam ratusan tahun ini dia dikatakan memiliki ilmu silat yang
hampir sama tinggi dengan Hweesio Siauw-lim, Ko Tan Apakah itu
benar" Tidak ada yang tahu, tapi semenjak dia menjadi Ketua Kongtong-pay 40 tahun yang lalu, dia sudah banyak melatih pesilatpesilat tangguh. Perkumpulan Kong-tong juga semakin lama
semakin terkenal. Walaupun tidak setara dengan Siauw-lim dan Butong, tapi sejajar dengan Go-bi-pay dan Hoa-san. It Piau cinjin
memiliki pandangan yang lurus, orang persilatan menghormatinya,
karena itu juga Wie Thian-hoan bisa menerimanya menjadi saksi/juri
sewaktu dia bertarung dengan Hie Tiong-gwee.
It Piau cinjin sekarang sudah hampir berusia 70 tahun, lebih tua
dari Ko Tan Taysu, sebenarnya dalam beberapa tahun ini semua
urusan sudah ditangani oleh muridnya Yu Yong. Yang hanya
tergantung pada nama It Piau berteriak: "Kau!"
Telapak tangannya dimiringkan, dengan jurus Burung gereja
menarik ekor melawan jurus Tiat-siu.
Pecahan kaca seperti digulung oleh tenaga yang tidak terlihat
hanya terdengar bunyi pecahan kaca, semua sudah menancap di
langit-langit. Meskipun Jaraknya begitu dekat, dan keping gelas begitu banyak.
Tapi Guru It Piau hanya mengangkat tangannya membantu Kiam-ta
menghadang, tenaganya yang begitu kuat, membuat Hui-thian-sinliong terkejut. Tamu-tamu di rumah makan itu semua tampak terkejut bahkan
ada yang bersembunyi di bawah meja.
Wie Thian-hoan tahu pertarungan tidak dapat dihindari lagi
karena itu dia menyerang terlebih dulu. Dia sudah siap mati
bersama musuhnya, tidak disangka ilmu silat It Piau di luar
perkiraannya, serangannya dengan gampang ditahan oleh It Piau.
Tuan Kiam-ta sama sekali tidak terluka.
Wie Thian-hoan sudah tahu ilmu silat Tuan Kiam-ta, bila satu
lawan satu dia sedikit kalah, serangan tadi tidak tepat pada sasaran,
dia merasa hatinya jadi dingin. Sekarang dia sudah siap untuk mati
demi memenangkan pertarungan ini.
Dia seperti panah yang sudah siap dipasang di busur, siap
dilepaskan ke sasaran. Ketika tangan It Piau masih sibuk Wie Thianhoan sudah mengeluarkan jurus Ceng-liong-jiu (Cengkeraman
Naga). Dia mencengkram pundak Kiam-ta.
Dalam waktu bersamaan pedang Yu Yong dan Giok-yan sudah
menyerang Wie Thian-hoan dari dua samping.
Tuan Kiam-ta membalikkan tubuhnya tapi dapat ditangkap oleh
Wie Thian-hoan terdengar suara Kiam-ta berteriak dan tangannya
sudah dicakar oleh Wie Thian-hoan.
Begitu Wie Thian-hoan melukai Kiam-ta malah dia sendiri yang
bengong karena dia tidak menyangka akan terjadi hal ini.
Ilmu silat Wie Thian-hoan dan Tuan Kiam-ta seharusnya setaraf
yang berbeda hanya tenaga dalamnya saja. Mungkin tenaga dalam
Tuan Kiam-ta lebih kuat dari dia, tidak mungkin Tuan Kiam-ta bisa
begitu gampang terluka. "Aneh, mengapa penjahat tua ini ilmu silatnya tiba-tiba menjadi
tidak berguna?" Dan yang lebih aneh, mengapa Tuan Kiam-ta kondisinya kembali
lagi pada saat pertama kali bertarung"
Setelah dua kali bertarung dengan Tuan Kiam-ta, ilmu Liu-in-huishi sudah bisa mengalahkannya dan masih bisa menotoknya, walau
sebelumnya dia sudah bertarung sengit dengan Coh Thian-su, tapi
dalam 2 hingga 3 jurus sudah bisa mengalahkan Kiam-ta, artinya
ilmu silat Wie Thian-hoan berada di atas Kiam-ta.
Pertarungan kedua tidak sama, ilmu yang dipakai adalah ilmu
gjan-ciang bercampur dengan Ta-sik-pek-jiu. Hui-thian sama sekali
tidak dapat mengambil keuntungan saat itu.
Karena itu Hui-thian menganggap pada saat pertama bertarung,
Tuan Kiam-ta tidak menggunakan ilmu sebenarnya. Pada
pertarungan pertama dia belum tahu bahwa Tuan Kiam-ta adalah
pembunuh ibu Hiat-jam, sehingga tidak punya perasaan harus
melawan Tuan Kiam-ta. Dia adalah orang persilatan, karena tahu
nyawanya tidak marasa terancam sehingga dia membiarkan Huithian menotoknya. Pada pertarungan kedua karena Tuan Kiam-ta sudah diketahui
sebagai pembunuh oleh Hui-thian, karena itu dia mengeluarkan
semua ilmu silatnya. Sekarang adalah pertarungan untuk ketiga kalinya, seharusnya
Tuan Kiam-ta tahu bahwa Hui-thian ingin membunuhnya, mengapa
dia masih seperti pada pertarungan pertama" Ilmu silatnya begitu
lemah. Yang terluka adalah Tuan Kiam-ta, bagaimana menjelaskannya"
Mengapa ilmu silat Tuan Kiam-ta kadang kuat kadang lemah"
Seperti pepatah mengatakan 'pagi dan malam, harganya tidak
sama'. Walaupun Hui-thian sangat pintar tapi setelah terjadi hal yang
aneh, dia pun tidak dapat menjelaskannya.
Sekarang bukan waktunya untuk berpikir karena telapak tangan
Y/u Yong dan pedang Giok-yan sudah menyerang dari dua sisi.
Yang membuatnya repot adalah serangan Guru It Piau yang telah
"menyapu' senjata rahasianya. Sekarang sedang menyerang Wie
Thian-hoan dengan telapak tangannya.
Kelihatannya Tuan Kiam-ta tidak berpura-pura, bagian belakang
telapak tangannya dicakar hingga terluka. Karena tergetar oleh
tenaga telapak tangan Hui-thian, dia seperti sebuah bola terlempar
keluar. Untung hanya kulitnya saja yang terluka, dia segera berdiri
dan segera meloncat keluar seperti seekor burung.
It Piau cinjin belum tahu bagaimana luka Tuan Kiam-ta, dia
sangat marah, dia ingin mencabut nyawa Hui-thian. Dengan marah
It Piau berkata: "Dasar penjahat tidak tahu malu, berani membunuh orang di
depanku. Hari ini kau tidak bisa kabur lagi!"
Dalam teriakannya, tenaga dalamnya
sudah dikerahkan sepenuhnya. Dia sangat bernafsu membunuh.
Di depan ada serangan tenaga dalam It Piau, dari dua sisi Yu
Yong dan Giok-yan berbarengan menyerang. Hui-thian diserang dari
3 sisi, keadaannya sangat berbahaya. Benar-benar sudah tidak ada
jalan keluar. Kelihatannya Hui-thian-sin-liong akan mati dalam pertarungan ini,
tapi jalan terakhir yang dipaksa keluar biasanya membuat orang
yang bodoh pun akan menjadi pintar, apalagi Hui-thian memiliki
ilmu silat dan kepintaran.
Hui-thian sama sekali tidak melihat pedang Giok-yan, dia
membalikkan tangan, dia segera menarik tenaga pukulan Yu Yong
ke depan. Ujung pedang Giok-yan yang hampir mengenai tubuh Hui-thian,
tiba-tiba dia merasa ujung pedang meleset ke pinggir, dan
tangannya terasa kesemutan, pedangnya pun sudah terlepas dari
genggamannya. Yu Yong merasa pukulan yang dikeluarkan, tidak mendapat
perlawanan, dia merasa tenaganya malah tersedot dan terus keluar.
Ini adalah suatu cara Hui-thian-sin-liong menghadapi 3 orang
lawan secara bersamaan, di antara mereka bertiga yang paling
lemah adalah Giok-yan. Hui-thian hanya mengeluarkan tenaga
dalam Cap-ie-cap-pwee-tiap (menempel dan menjatuhkan 18 kali ),
sudah bisa mengatasinya. Hui-thian pun tidak perlu mengeluarkan
semua tenaga. Bila pedang tidak dilepas tubuh lawannya akan jatuh
terguling. Tenaga Yu Yong berada di atas Kiam-ta tapi tetap tidak setinggi
Hui-thian. Cara Hui-thian menghadapinya adalah meminjam tenaga
mengembalikan tenaga lagi.
Tenaga yang dipinjam bukan untuk memukul Giok-yan, tapi
untuk menghadapi serangan It Piau cinjin.
Dua tenaga dijadikan satu, cukup untuk melawan It Piau cinjin. It
Piau cinjin karena takut melukai muridnya, terpaksa dia menarik
kembali tenaga telapak tangannya. Yu Yong terbawa ke depan. It
Piau dengan ringan membawa Yu Yong maju beberapa langkah,
setelah menabrak ke meja depan, baru bisa menghentikan
langkahnya. Hui-thian sudah meloncat keluar dari jendela,
"Guru, jangan marah, aku tidak membohongimu, kau
menyuruhku meminta maaf, sudah aku lakukan. Tapi aku tidak
berjanji akan melepaskan penjahat tua itu!"
Dengan cepat dia mengejar Tuan Kiam-ta.
Tuan Kiam-ta marah dan berkata:
"Hui-thian, apakah kau sudah gila" Aku tidak ada dendam
denganmu, mengapa kau..."
Hui-thian lebih marah lagi, dia mendekati Kiam-ta, suara seperti
guntur berkata: "Penjahat tua! Kalau bukan kau yang mati, aku lah yang mati!"
Tuan Kiam-ta yang berwibawa dan disegani oleh orang-orang,
baru pertama kalinya disebut penjahat tua'. Kiam-ta sangat marah
dan berkata: "Benar-benar seperti anjing gila, mau mengigit orang, benarbenar sudah tidak tahu aturan lagi!"
Waktu itu juga Hui-thian sudah mengeluarkan telapak tangannya
ke dada Tuan Kiam-ta. Dengan dua telapaknya Kiam-ta menggambar bulatan dan
mengambil posisi bertahan, menerima serangan Hui-thian. Untung
dia sudah mempunyai pengalaman selama puluhan tahun dan
karena hanya bertahan tjdak menyerang maka tenaga dalamnya
masih bisa menahan serangan Hui-thian
Dalam hati Hui-thian berpikir, 'Aneh, mengapa ilmu silat yang
sebenarnya tidak dikeluarkan"'
Tuan Kiam-ta sudah berusaha sekuat tenaga menerima serangan
itu tapi tetap tidak seperti malam itu pada saat berada di rumah Hie
Tiong-gwee. Tapi karena Hui-thian teringat pada balas dendam, dia tidak mau
jagi memikirkan keanehan-keanehan yang terjadi, serangannya
seperti gelombang, satu demi satu semakin dasyat. Jurus kedua
sudah dikeluarkan lagi, lebih dahsyat.
Tuan Kiam-ta tergetar oleh pukulan tangannya, tubuhnya pun
ikut bergoyang, hatinya sudah dingin.
"Aku akan mati di tangan Hui-thian tapi tanpa sebab mengapa
dia mau membunuhku, benar-benar penasaran."
Walaupun ilmu silat Kiam-ta berada di bawah Hui-thian tapi dia
tahu diri, dia tahu dia tidak sanggup menerima serangan yang
ketiga. Dengan tertawa sinis Hui-thian berkata:
"Keparat! Bayar dengan nyawamu!"
Telapak tangan kanan dengan miring dan telapak kiri lurus, Huithian sudah bertekad akan membunuh Tuan Kiam-ta.
Serangan ketiga lebih dasyat lagi. Mungkin dewa masih memihak
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kepada Kiam-ta, maka masih ingin dia terus hidup, karena It Piau
cinjin sudah datang, orangnya belum tiba tapi tenaganya sudah
datang terlebih dahulu. Dalam ketegangan ini, Hui-thian merasa ada angin kencang
menyerang dari belakang, dan mendorongnya ke samping, karena
itulah Tuan Kiam-ta bisa lolos dari kematian.
Tadinya dada Tuan Kiam-ta terasa berat seperti ditekan oleh
batu, begitu Hui-thian miring, dia sudah bisa menegakkan kembali
tubuhnya Kata It Piau: "Yu Yong, kau ke sana, lihat keadaan Tuan Kiam-ta!" Begitu
habis bicara, tubuhnya sudah melayang mencegah Hui-thian.
Hui-thian sangat marah dan berkata:
"Guru, anda selalu berpikiran lurus, mengapa memihak kepada si
keparat ini?" It Piau cinjin juga marah dan berkata:
"Kau yang salah! Sekarang kau ingin minta ampun juga susah!"
Dalam kemarahannya, It Piau cinjin sudah meloncat, tangan kiri
seperti kaitan, menyabet wajah dan mata Hui-thian, tangan kanan
seperti pisau, menebas lutut Hui-thian. Hui-thian dengan cara
Burung walet membuka sayap, dia terbang miring, dia sekarang
sudah mengeluarkan ilmunya, dan diam-diam memakai ilmu
mujijad. Uap panas sudah memenuhi tubuhnya, dia sudah
melambungkan tubuhnya di tengah-tengah udara, angin
menghembus bajunya, bajunya seperti layar perahu, walau tenaga
dalamnya tidak sehebat It Piau, tapi tenaga serangannya sangat
kuat. Terdengar suara seperti sebuah balon ditusuk dengan benda
tajam, baju Hui-thian sudah berlubang, untung dia cepat
menghindar, bila tidak tubuhnya akan tertusuk oleh jarinya It Piau.
Walaupun baju Hui-thian sudah sobek, tapi serangan It Piau
dapat dia hindari, It Piau Toau mengerutkan dahi dan berpikir,
'Pantas bocah tengik ini begitu sombong, dalam 30 tahun ini dia
adalah orang yang paling berbakat, benar-benar tidak ada yang
dapat menandinginya, dan dia masih muda tapi sudah begitu
berbakat, sayang bakatnya tidak dipakai semestinya"
Pikiran menyayangi bakat seseorang tertutup oleh keinginan
untuk memusnahkan kejahatan. It Piau cinjin seperti bayangan
mengikuti kemana Hui-thian pergi dan berteriak:
"Keparat, kau masih mau kabur!"
Dia lebih tua tidak mungkin main licik menyerang dari belakang
maka dia bersuara setelah itu baru mengeluarkan serangannya,
serangan ini lebih dahsyat dari yang pertama.
Kaki Hui-thian baru saja menginjak tanah, dia merasa sulit
menggunakan ilmu meringankan tubuh untuk mengelak terpaksa
dia menyambut telapak tangan It Piau cinjin.
Hanya terlihat tubuhnya berputar, arah telapak tangannya pun
ikut berputar, seperti petir berputar-putar hingga beberapa kali
putaran. Caranya sangat aneh, It Piau cinjin pun belum pernah
melihatnya, itu adalah ilmu silat yang diajarkan oleh kakek gurunya,
Kie Yan-gan. Cara ini hanya bisa menahan sebagian dari serangan It
Piau. "Baiklah, aku akan melihat kau bisa menerima berapa banyak
jurusku!" kata It Piau, telapak tangan seperti golok membacok, jari menusuk, itulah ilmu Jit-cap-ji-lian-hoan-tuo-beng (72 jurus pukulan
berantai perengut nyawa) dari perkumpulan Kong-tong sebagai ilmu
andalannya. Hui-thian makin merasa terdesak, It Piau berkata: "Bocah tengik!
robohlah!" Dia mengubah telapak tangannya membentuk kepalan, dengan
jurus Heng-sin-ta-houw (Tubuh mendatar memukul harimau),
memukul Hui-thian yang sudah berada dalam kurungan It Piau.
Sepertinya Hui-thian sudah tidak dapat bertahan lagi.
It Piau cinjin sudah tahu bahwa Hui-thian sudah tidak dapat
menyambut jurusnya lagi, kali ini dia tidak akan mengambil nyawa
Hui-thian, hanya ingin mematahkan beberapa tulang rusuknya dan
memusnahkan setengah ilmu silatnya. Hui-thian tidak mempunyai
tenaga untuk membalas tapi masih ada sedikit tenaga untuk
mengeluarkan jurus'Tiat-siu'.
Pada saat nyawanya terancam dia mengeluarkan ilmu Liu-in-huisiu. Lengan bajunya tiba-tiba melewati pundaknya, hendak
pembungkus pundak It Piau, kali ini It Piau sangat terkejut.
Tapi Liu-in-hui-siu tetap tidak dapat membungkus pundak It Piau.
Karena It Piau segera memakai tenaga dalam yang kuat dengan
kepalan angannya sangat dahsyat menyambut lengan baju
lawannya. Lengan bajunya bisa membungkus lengan It Piau tapi tidak bisa
mengatasi tenaga dalam It Piau. Terdengar suara robekan lengan
baju Hui-jjjian yang sudah hancur berjatuhan seperti kupu-kupu
Untung tangan Hui-thian sedang dikepalkan, bila tidak jari-jarinya
bisa patah. Walaupun ilmu Tiat-siu tidak bisa menahan tenaga dalam It Piau
dan lengan baju Hui-thian sudah hancur tapi Hui-thian tidak terluka
parah, pia hanya menderita luka ringan saja, karena Hui-thian
tergetar oleh tenaga dalam, dia juga mundur beberapa meter, dari
sudut mulutnya sudah keluar darah.
Kata It Piau cinjin: "Sayangkan ilmu silat begitu bagus, tidak digunakan pada
tempatnya!" Dia mulai akan menyerang Hui-thian lagi, tiba-tiba Tuan Kiam-ta
berteriak: "Berhenti dulu!"
It Piau menjadi bingung dan berkata:
"Kakak Kiam, apakah kau sendiri yang akan membunuhnya?" It
Piau tidak tahu kemampuan silat mereka berdua, walaupun Huithian terluka, tapi Tuan Kiam-ta tetap tidak dapat mengalahkan Huithian. Kata Tuan Kiam-ta:
"Dia ingin membunuhku, tapi aku tidak mau membunuhnya."
Hui-thian marah dan berkata:
"Keparat, aku tidak mau kau berpura-pura baik! Lebih baik bunuh
saja aku! Ada It Piau yang menjadi pendukungmu, ini adalah
kesempatan yang baik untukmu. Hari ini kau tidak membunuhku,
lain waktu aku akan membunuhmu!"
Dia berkata seperti itu supaya Kiam-ta marah dan bertarung
dengannya, bila Tuan Kiam-ta mengeluarkan serangan, dia bisa
langsung membunuhnya walaupun dia tahu dia akan mati di tangan
It Piau. It Piau mengetahui pikiran Kiam-ta, dia berkata:
"Tuan Kiam-ta, orang ini benar-benar sudah gila! Kau bisa
memaafkannya tapi aku tidak bisa! Kau jangan ikut campur lagi, biar
aku yang menyelesaikannya!"
"Tidak, aku tidak ingin membunuhnya, aku harap kau juga
jangan membunuhnya." Kata Tuan Kiam-ta
Sikapnya tampak sungguh-sungguh.
"Dia ingin membunuhmu, tapi kau masih memaafkannya, apa
sebabnya?" "Aku ingin tahu, mengapa dia begitu benci kepadaku" Memang
aku tidak ada dendam dengannya, mengapa dia ingin
membunuhku?" Kata-kata Tuan Kiam-ta membuat Hui-thian menjadi aneh. Dalam
hati dia berpikir, 'Si keparat ini mau main sandiwara apa lagi"'
Dengan tertawa dingin dia berkata:
"Keparat! Apa kau benar-benar tidak tahu mengapa aku ingin
membunuhmu?" - "Benar, seumur hidup aku tidak pernah berbuat jahat, kau
memarahiku keparat', maka aku akan bertanya apa sebabnya" Bila
aku memang salah, kau boleh marah atau bahkan membunuhku."
Tiba-tiba ada 2 orang prajurit yang datang ke arah mereka.
Mereka bertarung di jalan umum, karena takut semua toko di
jalan itu tutup, orang yang sedang berada di jalan berlarian karena
ketakutan, maka keamanan kota pun datang.
Kedua prajurit itu bertanya:
"Siapa kalian" Hari masih terang, malah berkelahi di jalan, hayo
semua ikut ke kantor keamanan!"
Dia mengeluarkan rantai dan digoyang-goyang.
Tapi karena kedua belah pihak yang berkelahi tidak tampak
seperti orang biasa maka 2 prajurit itu hanya bisa bicara tapi tidak
berani bertindak. Yu Yong adalah orang persilatan yang berpengalaman, segera dia
maju dan berkata: "Maafkan kami, kami tidak ada waktu untuk pergi ke kantor
keamanan, ini ada sedikit uang..."
Kedua perjurit itu melihat ada uang, wajahnya langsung berseriseri. "Berkelahi dijalan, hukumannya berat..."
Mereka bemaksud meminta lebih banyak lagi.
"Apakah masih kurang" Menurutku ini sudah cukup." Kata Yu
Yong Kemudian dia memecahkan uang itu dan memberikannya kepada
kedua prajurit itu. Setelah menerima uang itu, salah satu prajurit berkata:
"Bila belum selesai bertarung, pergi saja ke tempat lain!"
Yu Yong mengeluarkan uang perak lagi dan berkata:
"Tolong berikan uang ini kepada bos rumah makan itu, uang uu
untuk mengganti piring-gelas yang pecah. Dan sisanya untuk kalian
minum-minum. Urusan di sini biar kami yang menyelesaikannya!"
Yu Yong berteriak kepada bos rumah makan itu;
"Bos, kami sudah mengganti piring, gelas, dan meja yang rusak
Apakah 10 tail perak sudah cukup?"
Bos itu menjulurkan kepalanya dan berkata:
"Cukup, sudah lebih dari cukup!"
Kata It Piau,: "Baiklah, ikut aku, siapa yang benar siapa yang salah mari kita
bicarakan baik-baik."
Hati Hui-thian masih ragii, dia berpikir, 'Aku tidak peduli lagi
dengan nyawaku, aku akan lihat mereka mempunyai permainan apa
lagi"' Yu Yong lebih tahu jalan di sana, dia berjalan di depan. It Piau
dan flui-thian jalan bersamaan, karena takut dia akan melukai Tuan
Kiam-ta lagi- Mereka keluar dari kota itu, sampai di pinggir sungai, karena
tidak ada orang, mereka berhenti:
"Kita berhenti di sini dulu. Hui-thian kau jelaskan, mengapa kau
harus membunuh Tuan Kiam-ta?"
It Piau cinjin tetap dingin bertanya kepada Hui-thiaa
"Baiklah!" Hui-thian pun membalas dengan nada yang dingin.
"Seharusnya Tuan Kiam-ta bicara dulu, karena umurnya lebih
tua." Sebenarnya bila mencari keadilan, kedua belah pihak harus
berada di dalam posisi yang sama, tapi It Piau cinjin sudah
membuat Hui-thian menjadi tersangka. Dan itu sebabnya Hui-thian
tidak terima, dia ingin mengikuti aturan dunia persilatan. Kedua
belah pihak menjelaskan sebab-sebabnya dan biasa yang lebih tua
mempunyai hak untuk bicara dulu.
Walaupun Hui-thian tidak sungkan berkata kepada It Piau tapi
terhadap Tuan Kiam-ta, dia mulai kembali menghormatinya, dia
menyebut nama tidak menyebut "keparat'.
Kata Tuan Kiam-ta, "Baiklah, aku akan mulai bertanya. Peristiwa ini membuatku
bingung, aku tidak tahu mengapa dia begitu membenciku?"
Dia ingat beberapa tahun lalu, dia pernah bertemu dengan Huithian. "Tiga tahun lalu yang lalu, aku menjadi saksi pertarungan antara
Hie Tiong-gwee dan dia. Karena diundang oleh Ko Tan Taysu, aku
tidak memihak kepada siapa pun. Apakah Wie-heng menganggap
aku tidak adil, maka rasa benci tersimpan di hatimu sampai
sekarang?" Dengan tertawa dingin Hui-thian berkata:
"Waktu itu aku sengaja membuat Hie Tiong-gwee berada di pihak
yang beruntung, adil tidak adil, tidak ada hubungannya denganmu."
Kiam-ta berkata lagi: "Kedua kali aku bertemu dengannya di aula pernikahan Hie
Tiong-gwee, dia menyelesaikan pertarungan dengan Hie Tionggwee dan melukai Hie Tiong-gwee. Aku dan Yu Yong menjadi saksi,
walaupun aku merasa dia keterlauan, tapi juga tidak melarangnya,
aku merasa sudah adil kepadanya."
Kata Hui-thian: "Hari itu aku belum tahu siapa sebenarnya dirimu. Maka aku
membiarkanmu tetap menjadi juri pertarunganku, karena aku
percaya' kepadamu, jangan bicara yang lain lagi, langsung saja
pada topik pembicaraan."
It Piau cinjin mengerutkan dahi dan berkata:
"Aku harus menjelaskan permasalahan di antara kalian. Bila aku
mendengar penjelasan kalian seperti tidak ada hubunganya, aku
akan melarangnya bila tidak perlu."
Kata Tuan Kiam-ta: "Itu juga bukan alasanmu membenciku. Ketiga kalinya adalah 5
hari yang lalu, malam itu kau menculik Nyonya Hie..."
Dengan marah Hui-thian berkata: "Jangan sebut 'menculik'!"
"Kalau begitu aku akan mengatakan bahwa kau dan Nyonya Hie
melarikan diri, apakah benar?"
"Bila kau bicara seperti itu, tidak masalah untukku."
"Malam itu aku berada di rumah Hie, aku tidak mengijinkan dia
melakukan hal itu." Kata Hui-thian dengan dingin:
"Tidak perlu kau jelaskan lagi! Sebenarnya kau ingin membunuhku!" Dia mengeluarkan kata-kata ini, tapi dia sendiri merasa bersalah
karena malam itu dia bertarung dengan Tuan Kiam-ta, tapi Tuan
Kiam-ta tidak mengeluarkan jurus silat yang sebenarnya.
Kiam-ta menggelengkan kepala dan berkata:
"Karena aku menganggap kelakuanmu tidak benar, aku hanya
melarangmu tapi tidak berniat untuk membunuhmu. Kau dan
Nyonya Hie akan kawin lari, tapi karena ilmu silatku tidak tinggi,
malah ditotok olehmu!"
Kata It Piau cinjin: "Wie Thian-hoan, apakah karena Tuan Kiam-ta melarangmu
berbuat itu, jadi kau harus membunuhnya?"
"Bila aku mau membunuhnya, malam itu aku sudah
membunuhnya, tapi jujur bicara, malam itu aku tidak
membunuhnya, karena waktu itu aku belum tahu siapa dia
sebenarnya!" Kata Tuan Kiam-ta:
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Di matamu, sebenarnya aku ini siapa?"
"Aku akan mengatakannya setelah kau selesai bicara!"
Kata It Piau cinjin: "Karena kau belum menjelaskan alasannya, sementara kita tidak
perlu membicarakan kejadian malam itu, tapi bagaimana pun juga
kau membuat orang-orang dunia persilatan yang segan padamu
malah menghinamu dan kau memang tidak pantas! Tadi kau bilang
malam itu kau tidak menganggap dia adalah orang jahat. Mengapa
kau sekarang menganggap dia adalah orang jahat?"
"Benar, karena waktu itu aku masih menghormatinya, bila
tidak..." Tuan Kiam-ta tertawa kecut dan berkata:
"Kalau begitu, dia hanya menotokmu itu artinya tidak mau
membunuhku." Dengan dingin Hui-thian berkata lagi:
"Sama-sama, kami tidak perlu berterima kasih kepada siapa
pun." "Apa artinya ini?" Tuan Kiam-ta bengong.
"Malam itu, aku tidak membunuhmu, tapi kau juga tidak
mengeluarkan ilmu silatmu yang sebenarnya."
Tuan Kiam-ta mengira kata-kata Hui-thian adalah sebaliknya,
kemudian dia menjawab: "Terima kasih, kau tidak perlu membantuku menutupi keadaan
sebenarnya aku kalah darimu, itu pun tidak perlu ditutup-tutupi!"
Hui thian jadi terkejut dan berkata:
"Jujur bicara, malam itu apakah kau sudah mengeluarkan semua
ilmu silatmu?" Tuan Kiam-ta marah dan berkata:
"Seumur hidupku aku tidak pernah bohong, apakah aku sendiri
yang harus bicara bahwa aku sudah berusaha tapi tetap tidak bisa
menahan jurusmu sebanyak 3 kali."
Hui-thian melihat dia marah, seperti bukan yang sedang berpurapura, dalam hati dia juga merasa aneh, dia hanya bisa bengong.
Tanya It Piau: "Wie Thian-hoan, mengapa kau curiga bahwa Tuan Kiam-ta
belum mengeluarkan semua jurusnya?"
"Karena kepandaian yang digunakan barusan dengan silat yang
terdahulu tidak sama."
It Piau terkejut dan berkata:
"Terdahulu" Maksudmu apa?"
"Terdahulu, ya terdahulu..." Kata Wie Thian-hoan.
Dalam hati dia berpikir, 'Apa ini juga harus dijelaskan"'
It Piau cinjin terus melihatnya dengan aneh, terpaksa Hui-thian
berkata, "Setelah kejadian malam itu."
It Piau merasa aneh, kemudian dia melihat Kiam-ta. Tuan Kiamta menggelengkan kepala kemudian mengangguk.
Hui-thian malah makin merasa aneh, tapi It Piau cinjin sudah bisa
menebak apa yang terjadi.
Kata It Piau cinjin: "Bila kau menganggap Tuan Kiam-ta adalah orang yang jahat,
mengapa harus menyembunyikan ilmu silatnya" Mengapa dia tidak
mau dengan sekuat tenaga bertarung denganmu, apakah dengan
begitu dia tidak takut kau akan membunuhnya?"
"Aku juga curiga dia berpura-pura."
"Mengapa dia harus berpura-pura?"
"Karena dia masih ingin berpura-pura menjadi pendekar yang
disegani." "Tuan Kiam-ta tidak perlu melakukan hal seperti itu karena orang
persilatan tidak akan pernah curiga karena dia memang pendekar
sejati." Setelah saling membuktikan bahwa alasan Hui-thian tidak dapat
dijadikan bukti. Kata It Piau cinjin: "Baiklah, sekarang kembali ke asal, tadi kau mengatakan bahwa
silat Tuan Kiam-ta yang dulu dan sekarang tidak sama, sebenarnya
ada apa?" Dengan dingin Hui-thian berkata:
"Kiam-ta, kau belum selesai bicara, ayo teruskan!"
"Sudah habis ceritanya." Kata Tuan Kiam-ta
"Apakah kau tidak terlalu jauh loncat dari cerita aslinya" Dari
kejadian malam itu hingga sekarang, sudah melewati 4 hari, kau
sudah melakukan kejahatan apa?"
Jawab Tuan Kiam-ta: "Sampai hari ini, kami baru bertemu 3 kali, tadi sudah
Prabarini 5 Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 Karya Marshall Pendekar Latah 11
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama