Ceritasilat Novel Online

Wanita Iblis 24

Wanita Iblis Karya S D Liong Bagian 24


tercapailah maksudmu!"
Ban Thian seng tertawa nyaring, "Benar, benar! Masakan gelarku sebagai Dewa iblis itu
hanya gelar kosong saja!"
sip siau hong tertawa, "Jika locianpwe memang menghasratkan kedudukan pemimpin
dunia persilatan, sudah tentu dengan segala senang hati akan kuserahkan!"
"Aku sudah tua, masakan masih mempunyai selera untuk menjadi pemimpin
persilatan," sahut Ban Thian-seng dingin.
sip siau hong merenung sejenak, ujarnya, "Kalau begitu silahkan lo cianpwe
mengatakan maksud lo cianpwe yang sebenarnya!"
sepasang mata Dewa iblis memandang sip siau hong tajam tajam, ujarnya, "Aku
bersedia membantu kau menundukkan sisa tokoh tokoh dunia persilatan agar tujuanmu
terlaksana"." "Terima kasih lo cianpwe!"
Dewa iblis tertawa, "Jangan buru buru berterima kasih dulu. Aku masih mempunyai
syarat!" "Silahkan!" Ban Thian seng tertawa dingin, "Kau seorang wanita yang cantik jelita tiada
bandingannya. Adanya Lo Hian mau mengambil kau sebagai murid, selain sayang akan
bakatmu pun juga suka pada kecantikanmu. Itulah yang pokok!"
sip siau hong tertawa mengikik sambil mengusap alisnya, "Lihatlah baik baik, adakah
bintik bintik ini mengurangi kecantikan wajahku"."
Nada tertawanya merdu memikat hati.
Walaupun dari tempat yang jauh tapi dengan ketajaman mata, dapatlah Siu-lam
melihat Wajah wanita Beng-gak itu. Memang cantik luar biasa. senyum tawanya benar
benar mendebarkan jantung. Buru buru Siu-lam pejamkan mata tenangkan semangat.
Tampaknya Dewa iblis Ban Thian seng tak dapat menguasai ketenangan hatinya
mendengar senyum tawa sip siau hong itu. Buru buru dia juga katupkan mata lalu
mengeluarkan sebuah kotak kumala dan menuang sebutir pil merah,
"Dari suhumu Lo Hian kau tentu banyak menerima pelajaran tentang ilmu pengobatan.
Dengan mengandalkan obat bius kau telah berhasil menundukkan tiada sedikit tokohtokoh
sakti. Maka hari inipun kau hendak kusuruh mencoba pil aku yang beracun ini!."
Jilid 45 Dengan enggan sip siau hong menyambuti pil merah itu. seketika senyum tawanya
lenyap dan bertanyalah ia dengan dingin, "Apakah guna pil beracun ini?"
"Setelah minum pil itu, seumur hidup harus mendengar perintahku!"
"Jika membangkang?" sip siau-hong menegas.
"Jika membangkang, dalam waktu sepeminum teh saja, pil itu akan bekerja!"
"Apakah orang itu akan mati seketika?"
"Ah, terlalu enak bagimu!" sahut Dewa Iblis.
"Bilanglah, bagaimana orang itu jadinya!" sip siau hong makin mendesak.
"Tulang dan urat-uratnya akan menyusut semua, ilmu silatnya lenyap. Tiap hari akan
menderita kesakitan sampai tiga jam. Dan akan berlangsung seumur hidup!"
"Sungguh ganas sekali!" sip siau hong seraya terus menelan pil itu.
Tindakan sip siau hong itu benar benar mengejutkan Ban Thian-seng. Ia tak
menyangka kalau wanita itu sedemikian beraninya. Tetapi pada lain kilas ia teringat bahwa
sip siau hong itu seorang wanita yang licik dan ganas.
"Harap membuka mulutmu," katanya dengan tertawa. "Akan kulihat. Aku tak percaya
engkau berani sungguh sungguh menelan pil itu"
sip siau hong tersenyum, ujarnya, "Ah, locianpwe benar-benar banyak curiga!" Ia lalu
mengangakan mulutnya. Dengan cermat Ban Thian seng mengamati mulut wanita itu. Ah, ternyata pil itu
memang tak ada lagi atau sudah ditelan ke dalam perut. Kebalikannya, hidungnya terbaur
oleh serangkum hawa harum yang membuat orang seperti mabuk.
Dengan perlahan sip siau hong menghembuskan hawa harum dari mulutnya itu lalu
menutup mulutnya lagi. "Tentunya locianpwe mau percaya sekarang!"
sambil menengadahkan muka. berkatalah Ban Thian-seng dengnn serius, "Menilik Lo
Hian orang begitu cerdik toh celaka di tangan wanita ini, masakan aku Ban Thian seng
mampu menandingi kepandaian Lo Hian?" sebenarnya kata kata itu adalah suara hatinya,
tetapi entah bagaimana telah diucapkan dengan mulut.
sip siau-hong tertawa dan berkata lembut, "Pil telah kutelan, jika masih ada syarat lain,
silahkan locianpwe mengatakan lagi!"
sejenak merenung, tertawalah Dewa Iblis itu. "Sekalipun engkau main siasat tak
menelan pil itu, tetap engkaupun bukan tandinganku!"
sip siau hong kerutkan dahi, sahutnya, "Tetapi benar-benar aku sudah menelannya.
Mati hidupku kini berada di tangan locianpwe". " sesaat ia membereskan rambutnya yang
terurai lalu melanjutkan. "Saat itu seluruh tokoh persilatan sudah berkumpul di kota Khik
ciu. Menghadapi lawan seberat itu, sudah tentu aku tak kuasa melawan dua macam
bahaya. Daripada menanggung hina kalau sampai jatuh di tangan mereka, lebih baik
menyerah dan bersatu dengan locianpwe."
Mendengar alasan yang kuat itu, tertawalah Ban Thian seng. "Ho, masakan gelarku
sebagai Dewa Iblis itu hanya gelar kosong saja!"
"Dengan memaksa aku supaya menelan pil beracun itu, tentulah locianpwe mempunyai
alasan. silahkan locianpwe memberitahukan."
Ban Thian-seng terbahak-bahak. "Lo Hian memang satu-satunya manusia yang dapat
mengalahkan aku. Aku pernah bertanding ilmu, pedang dengannya sampai tiga kali. Yang
pertama, ternyata berimbang, tiada yang kalah dan menang. Tiga tahun kemudian kami
bertarung lagi. Ternyata dia jauh lebih kuat"."
"Sayang dalam kedua pertandingan itu, aku belum hadir!" kata sip siau-hong.
Ban Thian seng mendengus dingin. "Hanya dalam waktu tiga tahun saja. dia sudah
dapat lebih unggul. Benar benar bukan sembarang orang mampu melakukan. Tetapi saat
itu pikiranku hanya diburu kemarahan. Tak kusadari hal itu dan terus kutantangnya untuk
bertempur nanti sepuluh tahun kemudian. Dalam waktu sepuluh tahun ini, kusiksa diriku
antuk meyakinkan ilmu pedang. setelah yakin kesaktianku bertambah maju, segera
kudatangi. Tetapi ah, dalam, pertempuran itu aku telah menderita kekalahan yang hina.
Belum mencapai seratus jurus saja, aku sudah kalah. Hal itu kurasakan sebagai suatu
hinaan yang besar dalem hidupku. siang malam aku selalu ingat untuk merencanakan
pembalasan dendam. Dalam saat menderita kekalahan yang memalukan itu, pikiranku
gelap dan seketika itu juga aku hendak bunuh diri. Tapi tiba-tiba aku sadar bahwa di dunia
ini hanya dia seorang yang dapat, mengalahkan diriku. Jika dia mati, bukankah aku yang
akan merajai dunia" Dengan pikiran itu menyalalah hasratku untuk melenyapkannya. Dan
hasrat untuk hiduppun timbul lagi dalam batiku!"
"Karena itu maka engkau memilih aku?" sip siau-hong mengangguk-angguk.
"Benar"." sahut Ban Thian-seng lalu memandang ke sekeliling penjuru. Kemudian
berkata pula, "Satelah bersumpah hendak membunuh Lo Hian, kemarahankupun mulai
reda. Dari ketenangan itu, dapatlah aku memperoleh pikiran yang sadar. Bahwa dalam
hidupku sekarang ini, tak mungkin aku dapat mengalahkan kesaktian Lo Hian"."
"Mengapa?" sip siau-hong heran, "bukan kepandaian kalian hanya terpaut sedikit saja?"
"Dalam pertempuran pertama, kami telah bertempur sampai dua ribu jurus tanpa ada
yang kalah dan menang. Tiga tahun kemudian bertempur, pun aku sudah kalah dalam
seribu jurus sepuluh tahun kemudian, kurang dari seratus Jurus saja, aku sudah kalah.
Adalah karena dirangsang nafsu kemarahan maka aku tak dapat menilai terang. Kemudian
setelah pikiranku tenang, dapatlah kurenungkan jalannya pertempuran itu. Ah, ternyata
setiap jurus yang di mainkan itu adalah jurus yang khusus untuk membendung
seranganku semua. Baru pertempuran di mulai, dengan cepat ia sudah mengeluarkan
jurus permainan yang aneh sehingga aku tidak sempat lagi mengeluarkan jurus permainan
pedangku. Begitu itu barulah seorang yang cerdik tiada bandingannya. Karena itulah maka
aku putus asa untuk melawan Lo Hian lagi!"
"Pandai melihat, gelagat itulah orang cerdik. Begitu pula dengan keadaanku yang tanpa
ragu ragu menelan pil merah tadi, juga karena terdesak oleh keadaan," sip siau-hong
memberi tanggapan. "Niatku untuk membunuhnya sudah tetap. sebelum hal itu terlaksana, aku tak mau
berhenti urtuk mencari daya upaya," kata Ban Thian seng.
"Engkau memang bernyali besar berani bersekutu dengan murid pewarisnya. Jika saat
itu kulaporkan kelicikanmu pada suhu, dia tentu takkan melepaskanmu!" sip siau hong
menimpali. Ban Tnian seng tertawa angkuh, "Jika tidak mempunyai pegangan yang cukup
meyakinkan tak akan aku berani sembarangan menarikmu!"
sip siau hong serentak menarik tertawanya. Alisnya mengerut gelap. Rupanya ia
menyesal atas pengkhianatannya terbadap suhunya dulu.
Ban Thian seng menengadah tertawa lagi, serunya-. "Lo Hian memang seorang sakti
yang luar biasa pintarnya. Mungkin di dunia tiada yang mampu menandingi kepintarannya
itu. sayang dia mempunyai cacad kelemahan yaitu terlalu yakin pada dirinya!"
"Sesungguhnya dia memperlakukan aku dengan baik"." sip siau hong menghela napas.
sepasang mata tajam dari Ban Thian-seng mencurah kewajah wanita cantik itu, lalu
tertawa, "Lo Hian jelas mengetahui bahwa engkau adalah insan pilihan, berwatak tinggi
hendak mengungguli orang lain. Maka dia telah bersusah untuk memanfaatkan dirimu dan
merobah perangaimu. Adalah karena engkau memang sebelumnya sudah mengandung
hati untuk berkhianat, maka akupun segera membantumu melaksanakan cita-citamu itu!"
Tiba-tiba wajah sip siau-hong mengerut serius dan berkata dengan tandas, "Peristiwa
yang lalu tak perlu di ungkit lagi. Lebih baik kita bicarakan hal-hal yang sekarang saja"."
sejenak berhenti, wanita itu melanjutkan kata-katanya pula, "Dewasa ini seluruh kaum
persilatan dari berbagai partai sudah berkumpul di Khik ciu. Jika kali ini kita berhasil
menghancurkan sisa sisa tokoh persilatan itu, mungkin dalam jangka waktu tiga puluh
tahun mendatang, tentu tak terdapat manusia yang berani melawan pada kekuasaan kita!"
Siu-lam mendengar pembicaraan itu dengan serius. Ia tertarik akan kisah Lo Hian. Ah,
ia mendadak kecewa karena sip siau hong telah mengalihkan bahan pembicaraan kearah
penyelesaian tokoh tokoh yang sedang berkumpul di Khik ciu.
Tiba tiba angin berhembus. Kerudung sarang tawon tersingkap dan dua ekor tawon
serentak terbang keluar. sip siau hong dan Ban Thian-seng amat tajam panca indranya. Mereka segera
memandang kearah pohon jati itu
Hian Song dan Hui ing terperanjat. Mereka pun memandaug kearah pohon itu.
"Hei. siapa itu?" bentak sip siau hong seraya apungkan tubuh, menuju kepohon itu. Siulam
terlindung gerumbul daun yang lebat sekali.
sebaliknya Ban Thian-seng tetap duduk tenang. Ia memandang tajam tajam kearah
puncak pohon untuk menyelidiki.
Siu-lam ragu ragu. Adakah dirinya sudah diketahui apa belum. Apakah lebih baik unjuk
diri sama sekali. Belum sampai mengambil keputusan, tiba-tiDa telinganya terngiang suara
lembut macam nyamuk melengking.. "Untuk sementara ini mereka belum melihatmu.
Tetapi jika wanita itu tiba didekat pohon tempatmu bersembunyi, ia pasti akan melihat
dirimu. sekarang hanya dua pilihan. Cegah wanita itu jangan sampai mendekati pohon
atau kau cepat cepat melarikan diri!"
Nada orang yang membisiki ilmu Menyusup suara itu tawar dan dingin sehingga Siu-lam
terkesiap. Hampir saja ia lupa bahwa saat itu dirinya sedang terancam bahaya maut.
"Eh, kau ini bagaimana" Mengapa tidak cepat cepat membuka sarang tawon untuk
mencegah wanita itu" Apakah kau hendak menunggu maut?"
Cepat-cepat Siu-lam menenangkan hatinya terus menyingkap ujung sarang tawon
segerombolan tawon segera meluncur menyerang sip-siau hong.
sip siau hong terkejut terus ayunkan hantaman. Memang dahsyat sekali tenaga pukulan
ketua Beng gak itu Beberapa ekor tawon berhamburan jatuh ketanah.
Tetapi hal itu hanya membangkitkan amarah gerombolan tawon itu. Mereka segera
pecah diri jadi sebuah lingkaran seluas satu tombak. Tahu-tahu sip siau hong diserbu dari
delapan penjuru. Melihat bentuk tawon-tawon itu luar biasa besarnya dan seperti sudah dilatih orang
untuk menyerang, tergeraklah hati sip siau hong. setelah lepaskan dua buah hantaman, ia
pelahan lahan mundur. Pukulannya berhasil menahan laju serangan binatang itu.
setelah mundur kira kira empat tombak jauhnya, kawanan tawon itu tak mengejar lagi.
Kemudian, wanita beng-gak itu berpaling kearah Ban Thian seng, "Sekarang aku sudah
menelan pil pemberianmu. Mati hidupku berada ditanganmu. Tetapi tahukah kau mengapa
aku begitu serta merta menelan pil beracun itu?"
Ban Thian seng tertawa meloroh "Ho, karena kau hendak menggabung diri padaku
untuk melenyapkan tokoh tokoh persilatan itu!"
"Benar," sahut sip siau-hong, "karena sudah jelas, nah, sekarang sudah tiba waktunya
kita laksanakan bekerja sama "
Bin Thian-seng tertawa gelak-gelak, "Benar, bukankah kau hendak meminta aku turun
tangan kepada tawanan tawon beracun itu?"
sip siau hong menggeleng dan tertawa, "Walau pun kawanan tawon itu berjumlah
besar dan dapat menyerbu dahsyat tetapi tak mudah hendak mencelakai aku. Yang
kukehendaki ialah orang dapat menjinakkan tawon-tawon raksasa itu. Harap suka
memberitahukan, siapakah dia itu?"
"Didunia hanya ada seorang saja!"
"Siapa?" "Raja tawon Nyo Ko. Bukan saja ahli menjinakkan tawon beracun, juga dapat
mengembang biakkan jenis tawon yang besar. Dia mengumpulkan segala jenis tawon di
dunia lalu dikembangbiakkan dalam perkawinan campur dan mendapat jenis baru. sejenis
tawon yang luar biasa besarnya dan amat ganas racunnya."
"Bagaimana orang itu?"
Ban Thian seng tertegun sesaat, jawabnya, "Adanya Lo Hian memilih engkau sebagai
murid pewarisnya, tentulah karena tertarik oleh sikap dan gayamu."
sip siau hong tertawa mengikik, "Kutanya tentang pribadi Nyo Ko tetapi engkau
menjawab tentang diri Lo Hian."
"Kecantikan merupakan santapan yang lezat, Ah, memang benar kata kata orang kuno
itu," masih tetap Ban Thian-seng tak memberi jawaban langsung.
"Kutanya, termasuk golongan kaum persilatan apakah Nyo Ko itu?" sip siau hong
mendesak lagi. "Lebih suka mengasingkan diri, angkuh dan dingin. Bergerak bebas menurut kehendak
hatinya sendiri. Bukan orang golongan Putih, bukan pula golongan Hitam," kali ini Ban
Thian-seng baru memberi keterangan yang kena.
"Bagaimana kepandaian silatnya?"
"Jago taklukanku!"
"Jika dalam pertemuan Jembatan burung Prenyak nanti, mendapat tenaga bantuan
tawon tawon raksasa itu. tentu akan menambah kedahsyatan pihak kita," kata sip siau
Hong. "Engkau seorang angkatan muda, mungkin dia tak sudi engkau perintah!"
"Orang orang yang kutawan itu termasuk tokoh tokoh terkemuka. Masakan Nyo Ko
menang dengan siau Yau ci atau si Tabib sakti Gan Leng poh?"
"Kalau menilai ilmu silatnya memang mungkin begitu. Tetapi dalam kepandaian
bersiasat, dia jauh lebih ganas dari kedua tokoh yang kau sebutkan itu. Apalagi dia
mempunyai tawon tawon raksasa. Tak mudah engkau menundukan-nya!"
"Bagaimana dengan locianpwe sendiri?"
"Dia pasti jeri kepadaku!"
"Kalau begitu sukalah locianpwe saja yang mengundangnya. Jika dia mau membantu
kita, tentu amat berguna sekali!"
"Menundukkan tawon harus menundukkan orang. Di kuatirkan dia tak sudi bekerja dibawah
perintahmu. Tetapi akan kucoba!" kata Ban Thian seng seraya melangkah kepohon.
sesungguhnya Dewa Iblis Ban Thian seng itu cerdik dan ganas sekali. Tetapi ternyata
tanpa disadari, ia dapat diperalat sip siau hong.
"Hai, siapakah yang sembunyi diatas pohon itu Nyo Ko" Aku Ban Thian seng!" serunya.
Siu-lam terkesiap dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Ia merasa tidak mempunyai
jalan lain kecuali unjukkan diri.
Pada saat ia masih ragu-ragu, tiba-tiba suara lambut seperti ngiang nyamuk tadi
melengking di telinganya lagi, "Orang ini ganas dan licin. Kalau sampai ketahuan jejakmu,
tentu akan terjadi pertempuran yang ngeri!"
Tiba tiba Siu-lam mendapat pikiran. Jika ia dapat mengadu domba kedua orang itu,
tentu ia tinggal ongkang-ongkang kaki melihat mereka saling bunuh.
setelah mengambil keputusan, ia lantas melepaskan tawon lagi agar menyerang Ban
Thian seng. "Hai, siapa yang berani kurang ajar terhadapku itu?" bentak Bon Thian seng murka.
ssielab menaksir kekuatan tawon-tawon yang nenyerbu itu, segera ia menampar dua kali
dengan tangan kirinya. setelah dapat menahan serbuan tawon, ia susuli lagi dengan
sebuah hantaman kearah tempat Siu-lam bersembunyi. Pukulan dengan tangan kanan itu
bukan main dahsyatnya. Gerumbul daun lebat yang menutupi Siu-lam, serempak
berhamburan gugur ke-bawah.
Siu-lam terperanjat menyaksikan kedahsyatan pukulan Dewa Iblis itu. Cepat ia empos
semangat terus loncat keatas. sejak tedi ia sudah memeriksa sekeliling pohon itu. Apabila
dahan tempat persembunyiannya itu hancur, ia masih dapat pindah kelain tempat tanpa di
ketahui musuh. "Sungguh berbahaya!" diam-diam Siu-lam mengeluh ketika melihat keadaan dahan
tempat ia bersembunyi tadi, saat itu tumbang berantakan karena pukulan Ban Thian seng.
Kembali suara lembut macam nyamuk mengiang tadi menyusup ketelinganya lagi,
"Sekali pun engkau dapat menghindari pukulannya dan belum ketahuan dirimu. Tetapi
sekali sudah turun tangan, dia tentu tak man berhenti sebelum mengetahui dirimu.
Betapapun usahamu, tetap takkan dapat mengelabui Ban Thian-seng dan wanita
pemimpin Beng gak ini"."
"Jika tidak mau tunjukkan mukamu hai, Nyo Ko, jangan sesalkan aku tak kenal kasihan
pada seorang kenalan lama!" teriak Ban Thian seng.
saat itu Siu-lam sudah melepaskan hampir semua tawon raksasa. Pohon jati yang tinggi
itu seolah-olah tertutup oleh tawon-tawon raksasa. Bunyi tawon yang mendengung itu
amat membisingkan telinga. Biarpun sakti, tetapi Ban Thian-seng tak berani gegabah


Wanita Iblis Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menempuh bahaya juga. setelah suara dampratan Ban Thian seng lenyap, kembali orang tak di kenal itu
menyusupkan bunyi nyamuk ditelinga Siu-lam, "Ternyata tawon tawon yang engkau
lepaskan itu dapat menggertak mundur Ban Thian-seng. Untuk sementara waktu, engkau
aman. Jika kau mau gunakan kesempatan sebagus itu untuk meloloskan diri, tentu akan
berhasil! setelah berulang kali perdengarkan nada suara orang yang menyusupkan peringatan
itu, akhirnya Siu-lam dapat memastikan bahwa itu
lah nada suara Bwe Hong-Swat. sambil menghadap kearah suara itu, ia menghaturkan
terima kasih. "Ingin kuperingatkan padamu, saat ini adalah detik-detik berbahaya bagi jiwamu. Ban
Thian seng dan ketua Beng gak mengira, engkau si Nyo Ko. Hendak menangkap engkau
untuk di peralat. Oleh karena itu mereka tak mau melepaskan tangan ganas. Jika tak ada
rencana itu masakan kawanan tawon itu mampu menahan kemarahan mereka!"
Dengan seksama Siu-lam menelusuri arah datangnya suara itu. Tampak pada jarak tiga
tombak dari pohon yang ditempatinya, sebuah pohon jati lain yang tinggi. Diatas gerumbul
daun dari sebatang dahan silang, tampaklah seekor burung raksasa yang indah bulunya.
Burung itu mirip menyerupai burung merak. serupa burung garuda. Burung aneh"
Kecuali burung aneh itu, Siu-lam tak melihat lain-lainnya!
"Mengingat kita pernah berkenalan, aku berjanji takkan mencelakai engkau," tiba-tiba
Ban Thian seng berseru pula. "Tetapi jika tetap tak mau unjuk diri, jangan salahkan aku
kalau terpaksa menuruni serangan ganas!"
sambil mendengar ancaman Ban Thian seng mata Siu-lam masih melekat pada burung
aneh itu dan keadaan di sekeliling.
"Ho, kau kira aku benar-benar tak berdaya memberantas tawon peliharaanmu itu?"
seru Ban Thian-seng tetus melepaskan dua buah hantaman.
Bagaikan prahara melanda, kawanan tawon yang mengerumuni sekeliling pohon itu
berbamburan jatuh ke tanah. Tak sedikit jumlahnya tawon yang hancur binasa. Tetapi hal
itu bahkan menimbulkan kemarahan binatang itu Mereka bertambah liar dan tak mau
menurut perintah Siu-lam lagi. Laksana hujan mencurah, gerombolan tawon itu segera
menyerbu Ban Thian seng dari segala penjuru.
Ban Thian-seng menggembor keras, memukul dengan tangan kanan dan tangan kirinya
menyapu. Rupanya kawanan tawon itu terlatih baik sekali. Kematian sejumlah besar kawankawannya,
rupanya menyadarkan binatang itu bahwa mereka sedang berhadapan deegan
musuh sakti. Dengan cerdik mereka tak mau menyongsong pukulan lawan tetapi berpencaran
menyerang dari segala arah.
Ban Thian seng makin penasaran. Ia menghujani penyerang-peryerang itu dengan
pukulan dahsyat. setiap kali pukulannya melanda, tentu berantakanlah kelompok tawon
yang terkena. Tetapi sacepat tenaga pukulan Ban Thian seng reda, binatang itu
menyerang lagi. Memang tokoh Nyo Ko itu pernah menggemparkan dunia persilatan. Tak sedikit jagojago
kelas satu yang roboh ditangan Nyo Ko dengan bantuan tawon peliharaannya itu.
Bahkan pada suatu saat. ia pernah dikepung oleh delapan belas jogo-Jago silat kelas satu.
Mereka hendak beramai ramai membunuhnya. Tetapi berkat tawon-tawon peliharaannya,
dapatlah Nyo Ko mengalahkan pengeroyoknya itu semua. Pertempuran dahsyat itu telah
mengangkat nama kemasyuran Nyo Ko. Mulailah Nyo Ko dimalui orang.
sekalipun tak menyaksikan sendiri, tetapi Ban Thian seng pernah mendengar juga
tentang peristiwa pertempuran itu. Diam-diam ia tak memandang rendah pada Nyo Ko.
Dan setelah pada saat itu ia meratakan sendiri kehebatan dari tawon peliharaan Nyo
Ko, barulah ia kewalahan. Bertubi tubi pukulan yang dilontarkan itu untuk sementara
hanya dapat mencegah saja tetapi tak kuasa menghancurkan.
Pada saat Ban Thian-seng sibuk diserbu tawon tawon raksasa, sedang Hian Song dan
Hui-ing pun tengah terpikat perhatiannya, secepat kilat sip siau hong meludahkan sebutir
pil merah dan lekas pula pil itu disimpan dalam bajunya.
Hampir tujuh bagian dari kesaktian Lo Hian, telah diturunkan kepada sip siau hong.
Ilmu lwekang telah mencapai tataran tinggi. Di tambah pula dengan kecerdikan dan
keganasannya yang luar biasa, dia merupakan tokoh nomor dua di dunia persilatan setelah
Ban Thian-seng. Ketika disuruh menelan pil oleh Ban Thian seng dengan cepat sip siau hong sudah
mengambil putusan untuk menelannya. Dengan gunakan lwekang, ia mengantar pil itu
kedalam kerongkongannya tetapi tak sampai masuk kedalam perut. Begitu mendapat
kesempatan, segera ia ludahkan pil itu keluar lagi.
Untuk mengalihkan perhatian Ban Thian-seng sengaja ia menghujani pertanyaan
kepadanya. sip siau-hong menyadari bahwa sedetik pil beracun itu berada dalam mulutnya, sedetik
itu juga jiwanya terancam. Namun iapun menyadari pula bahwa berbahaya sekali apabila
ia tak hati-hati meludahkannya.
Maka ia tetap bersabar menunggu kesempatan dan kesempatan itu akhirnya tiba pada
saat Ban Thian-seng sedang diserang kawanan tawon. Cepat cepat wanita Beng gak itu
menyedot keluar pil itu dari tenggorokannya dan di ludahkan keluar terus disimpan dalam
bajunya. Kemudian ia mengawasi kemuka. Dilihatnya Ban Thian-seng masih sibuk dalam
kepungan tawon raksasa. Adalah berkat, tenaga dalamnya yang sakti maka Dewa iblis itu
dapat melancarkan pukulan tanpa berhenti dan tanpa lelah. Ia dapat memaksa binatang
itu mundur sampai dua tiga meter. Tetapi kawanan tawon itu tetap berterbangan
mengurung dalam jarak empat lima tombak. Mereka menunggu kesempatan.
sejenak merenung, sip siau hong segera menghampiri dan berseru lantang,
"Locianpwe, jangan takut, aku akan menolongmu!"
Bukannya menyambut tawaran itu kebalikannya Ban Thian-seng malah marah,
"Menghadapi kawanan binatang begini saja, masakan perlu minta bantuanmu. Hm, jangan
menghina aku!" Ia menutup kata-katanya dengan hantaman kedua tangannya. Empat buah hantaman
yang dilancarkan dengan tenaga penuh itu telah berhasil menyibak kawanan tawon itu
pecah menjadi dua belah Tetapi selekas angin pukulan lewat, kawanan tawon itupun
merapat lagi. Ban Thian-seng terkejut sekali. Diam-diam ia bingung. Tak tahu bagaimana ia harus
mengenyahkan binatang itu.
Akhirnya ia memutuskan untuk menghujani mereka dengan pukulan lagi. Kedua
tinjunya segera berhamburan menghantam. Angin menderu-deru keempat penjuru.
Melihat kawanan tawon itu saling berbenturan dengan kawan sendiri akibat pukulan
orang, diam diam Siu-lam gelisah juga. Ia kuatir kawanan tawon itu tak mampu bertahan.
Diam diam timbul keinginannya untuk turun tangan.
"Ah, ingin kuketahui sampai dimana kemajuan yang kucapai setelah berlatih keras
selama setengah tahun ini. Mendapat lawan seorang tokoh utama seperti Ban Thian seng,
tentulah akan tambah pengalamanku." pikirnya.
Tetapi pada saat ia hendak bergerak, tiba tiba Bwe Hong Swat melengking kedalam
telinganya lagi, "Jangan buru buru keluar dulu. Tawon tawonmu itu hebat sekali. Rupanya
Ban Thian-seng sukar menghalau mereka"."
suara lembut itu berhenti sejenak lalu berkata lagi, "Saat ini sip siau hong sedang
mengadakan persekutuan anjing dengan kucing kepada Ban Tnian seng. Kesempatan ini
menguntungkan engkau, Jika engkau dapat menguasai tawon itu dari jauh, sekarang
inilah saatnya engkau meloloskan diri."
Anjuran Bwe Hong Swat itu bertentangan dengan keputusannya tadi. Ia hendak
menempur Ban Thian seng. Diam diam is memperhatikan arah suara lembut itu. Tetapi
empat penjuru sunyi senyap. Kecuali burung raksasa itu, tiada tampak lain lain makhluk
lagi. "Keberanian, harus melihat tempat dan saat. Jika saat ini kau hendak muncul dan
menempur Ban Thian seng, kalah menang kau akan menderita. Jika kau tak mau lekas
melarikan diri, mereka tentu tetap mengira kau Raja tawon Nyo Ko. Kelak apabila perlu,
kau boleh menyaru sebagai Nyo Ko dan masuk kedalam apa yang disebut sebagai
perjamuan Jembatan prenyak itu," suara lembut itu terdengar lagi.
saat itu Siu-lam benar benar memperhatikan burung raksasa itu. Ia dapatkan bahwa
suara Bwe Hong-Swat itu memang barasal dari belakang burung. Ia duga bukan mustahil
Bwe Hong Swat dapat memelihara burung raksasa itu.
Karena tak lekas menurut Bwe Hong-Swat, nona itu menduga kalau Siu-lam menolak
anjurannya. Buru-buru nona itu menyusupkan suara lagi, "Jangan menuruti nafsu
kegagahanmu. Bisa mengakibatkan terlantarnya urusan besar. Ketahuilah, pertemuan
Jembatan prenyak itu besar sekali hubungannya dengan nasib dunia persilatan. Jika dalam
urusan kecil tak dapat bersabar, urusan besar tentu akan kacau"."
suara itu terhenti sejenak lalu terdengar lagi, "O. apakah kau kuatir kedua sumoay itu
akan mengatakan jejakmu" Ah, seratus persen mereka tentu tak mau membuka
rahasiamu, jangan kuatir!"
Siu-lam anggap kata-kata nona itu memang benar "Baiklah, aku menurut"." iapun
menggunakan ilmu menyusup suara kearah burung itu,
"aku akan menunggumu diluar hutan ini"."
"Tak perlu, kau seorang pemuda cakap. Banyak gadis gadis yang jatuh hati padamu,
termasuk kedua sumoaymu itu. Masakan kau masih ingat kepadaku lagi?" tiba-tiba Bwe
Hong-Swat menyahut. Siu-lam terbeliak. Tak tahu ia bagaimana harus menjawabnya. Rupanya gerak gerik
pemuda itu tak lepas dari pengawasan Bwe Hong Swat. Nona itu segera menyusuli katakata,
"Baiklah, aku bersedia untuk bertemu muka dengan kau satu kali lagi, Lekaslah
pergi, tak perlu kau kuatirkan aku tak dapat mencarimu. Kemana kau pergi, aku tentu
dapat mencarimu silahksn pergilah sekarang!"
"Baik." sahut Siu-lam seraya melayang turun terus lari ke arah barat. setengah li
jauhnya, ia berhenti. sesuai dengan ilmu pelajaran dari Nyo Ko, ia segera mengetuk
ngetuk sarang tawon. Lebih kurang tiga ratus ekor tawon segera terbang ke luar dan menuju ke arah tempat
ia bersembunyi tadi. setelah itu ia terus lari. Kawanan tawon itu kembali mengikutinya
dengan cepat. Walaupun ilmu peringan tubuh dari Siu-lam telah maju pesat, tetapi karena
cukup lama, tubuhnya mandi keringat. Dan begitu berpaling, ternyata kawanan tawon itu
sudah meluncur turun dan menyusup masuk lagi ke dalam sarangnya. Siu-lam pun lantas
menutupi sarang Bok-liong dengan kain hitam.
Memandang ke sekeliling, tampak deretan gunung sambung menyambung macam
rantai. Ban Thian-seng ternyata tak tampak mengejar.
segera ia duduk di sebuah batu karang besar.
Baru saja ia duduk lantas terdengar derap langkah kaki orang berjalan perlahan. Dan
pada lain kejap, muncul si dara baju putih Bwe Hong Swat dari balik batu.
"Nona Bwe," serentak Siu-lam bangkit memberi hormat. Tetapi segera terpesona ketika
memandang wajah nona baju putih itu. Hanya lebih kurang setengah tahun tak berjumpa,
kini Bwe Hong-Swat makin bertambah cantik. Buru-buru ia tundukan kepala tak berani
memandang. "Mau apa kau hendak jumpa denganku?" tegur nona itu dengan sikap dingin.
Siu-lam batuk batuk lalu mengatakan bahwa ia hendak bertanya tentang beberapa hal.
"Katakanlah!" seru Bwe Hong Swat.
"Atas bantuan tadi nona, aku menghaturkan terima kasih"." tiba-tiba ia berhenti tak
dapat melanjutkan kata-katanya.
Siu-lam tertegun. "Pertemuan Jembatan Prenyak kali ini, menyangkut kelangsungan
hidup dari dunia persilatan"."
"Hal itu sudah kuketahui. Kalau tak salah, kata-kata itu sku yang memberitahukan
kepadamu!" sahut Bwe Hong Swat.
Siu-lam tersipu merah mukanya. "Maksudku adalah hendak meminta nona turun tangan
untuk menyelamatkan dunia persilatan."
"Ah, belum tentu," sahut Bwe Hong Swat. "Dengan ketua Beng gak aku masih
mempunyai bekas hubungan guru dan murid. sekarang masih sukar menentukan hendak
membantu fihak yang mana. sampai saat itu, baru aku dapat menetapkan keputusan."
Kembali Siu-lam tertegun tak dapat berkata spa apa.
"Atas dssar apa kau mengatakan hal itu kepadaku?" Bwe Hong Swat tertawa dingin.
Siu-lam batuk-batuk perlahan. Namun tetap ia tak dapat menemui jawaban.
"Kebalikannya akupun mempunyai sebuah hal yang hendak kuberitabu kepadamu,"
kata Hong Swat. "Aku bersedia mendengarnya." sahut Siu-lam.
"Apakah itu bersedia atau tidak. Tahukah kau, apamukah aku ini?" tanya Hong-Swat.
Siu-lam batuk batuk keras, ujarnya tergugup "Ini, ini"." sampai lama sekali belum juga
bicara. Akhirnya Bwe Hong Swatlah yang berkata dengan tandas, "Aku adalah isterimu!"
Siu-lam menghela napas, ujarnya, "Peristiwa yang lampau, hanyalah sekedar untuk
menyelamatkan keadaan, mengapa nona begitu bersungguh sungguh?"
"Di bawah langit biru rembulan purnama, mengangkat sumpah sehidup semati. Adakah
peristiwa itu bukan sungguh-sungguh" Hm Kesucian wanita, bagaimana semudah itu
hendak diinjak injak!"
Diam diam Siu-lam heran, Mengapa seorang gadis yang diasuh dalam lingkungan
suasana cabul di Beng gak, dapat menganggap sumpah di bawah rembulan itu dengan
kesungguhan hati. Bwe Hong Swat menghela napas, "Tak peduli engkau suka atau tidak suka aku ini
isteri-mu, bagiku tidaklah penting. Tetapi engkau harus mengakui bahwa memang kita ini
terikat nama sebagai suami isteri. Bukankah banyak sekali suami isteri yang saling tak
menyukai dan berpijah selama lamanya" Mengapa kita tak boleh menggunakan nama
sebagai suami istri"."
Nona itu berhenti sejenak, memandang awan yang tengah berarak dicakrawala, lalu
melanjutkan berkata pula, "Sebenarnya aku hendak mencukur rambut menjadi biarawati.
Tetapi karena mengingat belum memberitahukan hal itu kepadamu, maka untuk
sementara ini rambutku masih kupelihara."
Nona itu seolah olah menumpahkan kandungan hatinya selama ini. Dan Siu-lam hanya
terlongong-longong tak dapat berkata apa-apa.
Kata nona itu lebih jauh, "Mungkin kesegananmu untuk mengaku aku sebagai isteri
karena engkau takut aku sebagai seorang istri takkan memperbolehkan engkau mengambil
lain wanita sebagai isteri lagi, bukankah begitu?"
"Nona salah faham"."
"Sama sekali tidak salah faham," tukas Bwe Hong Swat, "Seorang pria tidak bertindak
berlebih-lebihan karena mempunyai empat istri. Jangan kuaur, asal engkau mengakui
hubungan suami isteri itu, akupun takkan menghalangi tindakanmu kalau engkau hendak
mencari beberapa isteri lagi!"
Siu-lam menghela napas, "Perjanjian ditelaga Han cui thian itu, hanya untuk menolong
keadaan yang genting. Kemungkinan engkau sendiripun belum mempertimbangkan
dengan masak. Tetapi bagaimanapun, aku sangat mengindahkan pribadimu"."
"Siapa sudi menerima penghormatan itu" Hai, seorang wanita baik takkan bersuami
dua pria. sekalipun pada saat itu aku tak memikir masak masak tetapi apa yang kukatakan
itu, tak mungkin kujilat lagi. Masakan aku harus menyesal" "
"Ah, sebaiknya kita bicarakan hal itu besok saja lagi," kata Siu-lam, "yang penting
sekarang ini adalah tentang pertemuan jembatan-prenyak. Karena kau mau datang
kemari, tentulah kau takkan berpeluk tangan"."
Tiba tiba kata Siu-lam itu terputus karena terdengar suara derap langkah orang yang
berjalan cepat. "Siapa?" bentak Bwe Hong Swat terus melesat mengejarnya.
Siu-lam terkejut dan buru buru berseru mencegah nona itu. saat itu Bwe Hong Swat
sudah tiap hendak menutuk jalan darah pendatang itu. Ketika mendengar suara Siu-lam,ia
hentikan tangannya dan berpaling, "Dia mata-mata yang di utus Beng gak. Apakah kau
hendak mintakan ampun untuknya?"
Siu-lam buru buru menghampiri, "Dia adalah sahabat baik dari mendiang guruku!" ia
memegang bahu kanan orang itu dan pelahan lahan menampar jalan darah dibagian
pusarnya. Memang melihat orang berpakaian jubah biru dan memelihara jenggot panjang.
lupa-lupa ingatlah Siu-lam. Rasanya ia pernah melihat orang itu tetapi entah dimana.
setelah diurut-urut beberapa saat, orang tua jubah biru itu tersadar. Ia membuka mata
dan menghela napas. Diam diam Bwe Hong Swat terkejut karena mengetahui Siu-lam ternyata pandai juga
mengurut jalan darah. Orang itu tiba tiba memukul Siu-lam.
"Paman Tio," seru Siu-lam sambil menghindar, "masakan engkau lupa kepadaku?"
Ternyata orang berjubah biru dan berjenggot panjang itu adalah Tio It-ping. Dan
serentak teringatlah Bwe Hong Swat kalau pernah melihat orang Itu bersama Siu-lam dan
Hui-ing menyelundup kedalam pertempuran besar digunung Thay-san tempo dulu.
Jotosannya luput, Tio It ping serentak loncat bangun lalu menyerang Siu-lam terpaksa
mengeluarkan ilmu meringankan tubuh,untuk berlincahan menghindarkan diri. Tetapi ia
tak mau balas menyerang. Rupanya Tio It-ping tak menyadari bahwa sesungguhnya Siu-lam hanya mengalah. Bwe
Hong Swat pun banya diam memperhatikan gerakan Siu-lam. Diam-diam ia terkejut
karena menyaksikan gerakan anak muda itu bukan mein gesitnya.
Tio It-ping menyerang dengan pukulan dan tendangan. Dalam beberapa detik saja, ia
sudah melancarkan seratusan jurus. Tetapi yang diserang tak apa-apa, dia sendiri juga
kelelahan. sambil meloncat sambil menghindari, Siu Jam terus menerus memanggil dia paman Tio
lt ping. Memang ia tahu bahwa setiap orang yang ditawan Beng gak tentu diminum
semacam ramuan obat yang menghilangkan daya ingatannya.
Karena kehabisan tenaga, hampir Tio It-ping tak dapat meneruskan serangannya yang
gencar itu. Siu-lam tersadar. Cepat ia menampar dada Tio It ping.
Kembali Bwe Hong Swat terkejut melihat kecepatan gerakan tangan Siu-lam cepat dan


Wanita Iblis Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tepat. secepat menampar dada, tangan kiri Siu-lam pun menyanggapi tubuh Tio It ping dan
pelahan-lahan meletakkannya. Diam diam ia hendak mencari keterangan tentang diri jago
tua itu kepada Bwe Hong Swat.
Nona itu menghampiri dan terus letakkan tangannya ke bagian belakang kepada Tio It
ping, lalu berseru dingin, "Apakah kau hendak menolongnya?"
"Kumohon petunjuk nona," sahut Siu-lam.
"Akan kusalurkan tenaga dalamku, Urat jantungnya tentu hancur," kata Hong Swat.
"Apa maksudmu?" Siu-lam tertegun.
"Engkau mengakui sumpah dibawah rembulan itu atau tidak?" tanya Hong-Swat.
"Ah, kau mengungkit soal itu lagi. Lekas lepaskan!" seru Siu-lam seraya hendak
menghampiri. Tetapi Hong-Swat cepat membentaknya, "Berhenti, sekali kau berani
melangkah jiwanya tentu akan kuhancurkan"."
Makin tak mengerti Siu-lam akan pribadi nona itu. setempo sikapnya dingin, setempobicara
dengan serius dan agung. Tetapi setempo pun bertindak aneh menurut
sekehendaknya hatinya sendiri.
Siu-lam menghela napas, "Makin lama semakin bingung memikirkan pendirianmu.
Baik". baik buruk, benar benar sukar dirabah"."
"Jawab dulu pertanyaanku tadi, baru nanti kita bicara lagi!" tukas Hong-Swat.
Melihat wajah nona itu bersemu merah tahulah Siu-lam bahwa nona itu memang sudah
mengerahkan tenaga dalam. Kata-katanya itu bukan ancaman kosong. Diam-diam Siu-lam
terkejut. "Jangan! Kita bicara yang tenang," serunya.
Kedua- suhunya dan kedua orang tuanya sudah meninggal. Tio It-ping yang disebut
sebagai pamannya itu, memang baik sekali kepadanya. Bahkan memberikan juga ilmu
pelajaran silat. Paman Tio itu adalah sahabat karib dari mendiang gurunya. Mengingat
guru, Siu-lam pun bertanggung jawab juga atas keselamatan Paman Tio itu.
"Engkau mau mengakui atau tidak, lekas bilang." teriak Bwe Hong Swat lagi.
"Jangan turun tangan dulu. Kalau toh memang peristiwa itu suatu kenyataan,
bagaimana aku dapat mengingkari!" katanya dengan rangkaian kata yang melingkar.
"Engkau udah mengakui sendiri!" tiba-tiba Bwe Hong Swat tertawa dan lepaskan
tangannya dari kepala Tio It ping. Jarang sekali nona itu tertawa. Tetapi sekali tertawa,
wajahnya benar benar bagai sekuntum bunga mekar di pagi hati".
"Aku hendak mohon tanya kepadamu." kuatir nona itu akan menghujani pertanyaan
soal itu lagi, buru Siu-lam alihkan pembicaraan.
"Soal apa?" "Nona lama tinggal di Beng gak. Tentulah tahu bagaimana untuk menghilangkan obat
yang membuat orang orang tawanan itu kehilangan kesadarannya!"
"Maksudmu hendak menyembuhkan kesadaran orang ini?" tanya Hong Swat.
"Kalau nona sudah tabu. harap jangan membikin susah," Siu-lam menghela napas
"Cobalah engkau periksa ubun ubun kepalanya!"
Ketika Siu-lam memeriksa, ternyata pada ubun ubun kepala Tio It ping terdapat
sekeping koyok hitam yang melekat dikulit kepalanya. setelah mencabutnya, Siu-lam terus
hendak membuang barang itu. Tetapi tak jadi dan dimasukan kedalam kantong bajunya.
Kemudian ia memberi hormat kepada Tio It ping, "Paman Tio, Siu-lam memberi hormat."
Tetapi jago tua itu tetap terlongong longong. Siu-lam tersadar. Karena jalan darah
paman Tio itu belum dibuka, tentu tak dapat bicara. segera ia menampar jalan darah yang
tertutuk itu. setelah itu mengulangi memberi hormat dan menegur, "Adakah paman Tio
masih ingat pada ku?"
Tio It ping mendengus. Tiba tiba ia menghantam. Karena jaraknya sangat dekat dan
tak terduga duga, Siu-lam tak dapat menghindar lagi. Bluk, bahunya terhantam sehingga
ia terhuyung huyung beberapa langkah.
Hong Swat cepat melesat kebelakang Tio It ping lalu menutuk jalan darahnya.
"Eh, mengapa engkau memandangku begitu rupa?" tegurnya kepada Siu-lam.
"Mengapa koyok Pelenyap jiwa dikepaianya sudah dilepas, dia masih tak sadar?" kata
Siu-lam. "Huh, Siapakah suruh hendak begitu terburu buru dan tak mau tanya yang jelas" Hm,
untung pukulannya agak perlahan. Jika dia memukul sekerasnya dan mengenai bagian
yang berbahaya, bukankah engkau akan mati dengan penasaran?"
"Apakah dia masih terkena lain obat?" tanya Siu-lam.
"Kalau kepandaian ketua Beng gak itu hanya begitu saja, masakan dia mampu
menguasai sekian banyak jago jago persilatan" Hm, seharusnya engkau pun tahu bahwa
alat-alat untuk menundukkan yang dipasang ketua Beng gak itu, tentulah bukan hanya itu
saja. sayang engkau terlalu gegabah"
"Bagaimana aku harus mengetahui?" sahut Siu-lam.
"Sederhana sekali. Bukankah kawanan paderi siau lim-si itu tak memelihara rambut"
Tetapi mengapa mereka tetap dapat dikuasai ketua Beng gak?"
Siu-lam tertegun, ujarnya, "Bagus, memang aku harus dimaki maki. Benar benar tak
dapat memikir sampai disitu". ah, silahkan memberi keterangan tentang alat yang lain
itu!" "Cobalah engkau periksa tengkuknya. Benda apa yang melekat disitu!" seru si nona.
Ketika memeriksa tengkuk Tio It ping, Siu-lam mendapatkan semacam benda aneh
sebesar cap kecil warna emas.
"Apakah ada harapan ditolong?" Siu-lam kerutkan dahi.
"Apakah engkau tak dapat mencabut jarum emas yang menancap ditengkuk kepalanya
itu?" tanya Hong Swat.
Siu-lam ulurkan dua buah jarinya hendak mencabut. Tiba tiba Bwe Hong Swat memberi
peringatan, "Hati hati, jarum itu menancap pada bagian yang gawat. sekali salah tangan,
menyesal tiada gunanya."
Siu-lam tarik kembali tangannya. Diam-diam ia kerahkan tenaga dalam. Tangan kiri
mencekal bahu Tio It-ping supaya jangan bergerak, lalu gunakan tangan kanan untuk
mencabut jarum emas itu. Dengan hati hati ia berbasil mencabut benda itu. sebuah jarum
emas yang amat halus dan tajam sekali. panjangnya hampir satu setengah dim. Ia
menyimpan benda itu dalam bajunya. setelah itu minta keterangan lagi kepada Bwe Hong
Swat kalau masih ada alat yang bersarang pada tubuh Tio It ping.
"Sudah tentu masih ada. Kalau tidak engkau tentu segera mengetahui jarum itu pada
kepala paderi siau-lim-si yang gundul," sahut Bwe Hong-Swat.
Atas permintaan Siu-lam, nona baju putih itu menerangkan, "Lepaskan bajunya.
Cobalah periksa pusarnya apakah disitu terdapat suatu benda!" habis berkata ia terus
berputar tubuh membelakangi lagi.
setelah melakukan perintah sinona, ternyata pusar Tio It ping tertancap sebatang jarum
emas. sstelah dicabut Siu-lam menanyakan lagi.
"Cobalah engkau periksa dada kebawah sampai keulu hatinya tiga buah jalan darah!"
kata Bwe Hong-Swat. Apa yang dikatakan nona itu memang benar. Siu-lam kembali mencabut tiga batang
jarum emas di tempat-tempat yang diunjuk Bwe Hong Swat itu. setelah dicabut, ia minta
keterangan lagi. Tetapi kali ini Bwe Hong Swat mengatakan kalau sudah cukup dan suruh
memakaikan baju pada Tio It ping.
"Apakah sekarang boleh membuka jalan darahnya yang tertotok itu?" tanya Siu-lam.
"Jangan dulu, dia baru saja terlepas dari kelima jarum emas, jangan lekas lekas dibuka
jalan darahnya. Tunggu beberapa saat lagi!"
"Apakah kelima batang jarum emas itu menurut ajaran Lo Hian?" tanya Siu-lam.
Bwe Hong Swat mengangguk. "Benar, sebelum masuk ke dalam Telaga Darah, tentu
aku-pun tak dapat mengetahui apa apa seperti kau."
Siu-lam mendengus. "Hm, orang memuji-muji Lo Hian itu manusia luar biasa yang tiada
tandingannya. setiap orang menghormat dan menjunjung tinggi kepadanya. Tetapi apa
yang kulihat saat ini atas cara-caranya yang sedemikian ganas, jelas bukan laku seorang
manusia ksatria, bukan seorang manusia yang luhur!"
"Tetapi alat alat itu diperuntukkan menghadapi bangsa bangsa durjana yang gemar
membunuh. Dengan menancapkan jarum jarum emas pada bagian tubuhnya yang
tertentu. tentulah durjana itu dapat menurut perintah. Bukankah hal itu berguna juga?"
"Ada dua hal yang tak kumengerti, tolong kau jelaskan!"
"Katakanlah, asal aku tahu tentu akan kuterangkan." sahut Bwe Hong Swat.
"Beberapa jarum yang kucabut dari badannya tadi, kalau tak salah adalah bagian jalan
darah maut. Tetapi mengapa dia tak mati?"
Bwe Hong Swat tersenyum, ujarnya, "Apakah kau sudah meneliti dengan seksama"
Walaupun jarum itu tampaknya menancap pada bagian jalan darah maut, tetapi
sesungguhnya ditusukkan agak miring kesamping pada bagian urat nadi yang menjadi
pusat penggerak urat syaraf, tujuannya hanya untuk melenyapkan kesadaran pikiran
sehingga lupa segala, lupa pada peristiwa dan sahabat kenalan lama."
"Kemungkinan hal itu memang benar. Tapi hanya orang yang berotak luar biasa, baru
bisa memperhitungkan hal itu." kata Siu-lam.
"Lo Hian faham sekali akan semua jalan darah di tubuh manusia serta kegunaan setiap
urat-urat. Dengan bekal pengetahuan ilmu Hayat itu, dapatlah ia menciptakan ilmu Lima
Jarim Pemaku Jiwa. Mudah tampaknya tetapi bukan main sukarnya menciptakan ilmu itu."
kata Bwe Hong Swat. seketika teringatlah Siu-lam akan pesan mendiang Kak Hui-taysu supaya ia mencari Lo
Hian dan mengadu kepandaian untuk menentukan siapa yang lebih unggul.
"Tak perduli Lo Hian itu bagaimana cerdas dan saktinya, tetapi ilmu kepandaiannya itu
termasuk aliran sia pay (Hitam), tak dapat di golongkan suatu sumber ajaran yang baik."
kata siu- lam. Ucapan Siu-lam itu benar besar mengejutkan Bwe Hong Swat. Nona itu tertegun heran
lalu berseru, "Apa" kau tak tuntuk padanya?"
Siu-lam menengadah dan tertawa keras. "Kecerdikan Lo Hian, tak dapat diukur berapa
tingginya. Tetapi maaf, aku terpaksa tak dapat menghormatinya karena ia telah
menciptakan ilmu ajaran jenis sia-pay itu!"
"Kata katamu itu terlalu tak menghormati terhadap seorang locianpwe yang berbakat
luar biasa. sebaliknya hati-hatilah dengan perkataanmu!" kata si nona.
Siu-lam tertawa. "Jika mempunyai kesempatan berjumpa dengan Lo Hian, aku benar
benar hendak meminta pelajaran dari dia barang satu dua jurus."
Tiba tiba Bwe Hong-Swat teringat bagaimana aneh gerakan pemuda itu ketika
menghindari pukulan Tio It ping- Diam diam nona itu menduga, kata-kata Siu-lam itu
memang mempunyai dasar. "Kau berkata dengan sungguh sungguh?" ia menegas.
"Ya," sahut Siu-lam. "Mungkin aku bukan tandingan Lo Hian, Tetapi kalau aku hendak
mencarinya dan mengadu kepandaian, kan bukan suatu hal yang melanggar kesopanan?"
Wajah Bwe Hong swat agak berobah. Tiba tiba ia membuka jalan darah Tio It ping.
Rupanya Siu-lam sudah menyadari akan perobaban Bwe Hong-swat. Buru buru ia
menyusuli kata katanya, "Oleh karena itu maka aku hendak menempur wanita Beng gak
itu dulu. Bagaimana hasilnya barulah nanti kita bicarakan lagi."
Dijamahnya Tio It ping. Orang tua itu menghela napas dan memandang Siu-lam lekat
lekat. Beberapa saat kemudian ia berkata, "Apakah kau ini Pui hiantit?"
Siu-lam girang sekali. "Benar, aku Pui Siu-lam. Harap paman Tio beristirahat dulu, aku
masih mempunyai banyak hal yang hendak kubicarakan."
Tio It-ping berkilat-kilat memandang anak muda itu, katanya, "Ah, mengapa hiantit
sampai di sini?" "Panjang sekali ceritanya. Lebih baik paman beristirahat dulu, aku yang menjaga."
Karena memang lelah sakali. Tio It-ping pun segera duduk bersemedhi memulangkan
semangat. Dalam pada itu Siu-lam terkejut ketika melihat Hong Swat lenyap lagi di balik
batu. Ia hendak menariaki tetapi kuatir membikin kaget pamannya.
Kira-kira sepenanak nasi lamanya, Tio It-ping pun membuka matanya lagi dan
menghela napas. "Hiantit, pakaianmu begitu"."
"Banyak peristiwa yang kualami. Panjang sekali jika diceritakan. Yang penting sekarang
aku hendak bertanya kepada paman!"
"Hal apa?" "Apakah paman masih ingat keadaan pada waktu kita bertempur tadi?" tanya Siu-lam.
"Setengah ingat, setengah tidak," sahut It-ping.
Siu-lam -mengeluarkan kelima jarum emas. "Karena dicabuti, jarum jarum ini maka
ingatan paman menjadi hilang dan lupa pada peristiwa lama"."
sambil mengawasi jarum-jarum itu, It-ping mengerut heran. "O, begitu"!"
Siu-lam segera menuturkan apa yang telah terjadi. It ping menghela napas. "Jika hiantit
tidak menolong, seumur hidup aku pasti akan menjadi budak wanita kuntilanak itu"." ia
keliarkan pandang matanya ke sekeliling, tiba-tiba, "Hai, kenana nona Bwe tadi" Aku harus
menghaturkan terima kasih kepadanya!"
Karena tak tahu pasti apakah Bwe Horg-Swat sudah pergi atau hanya bersembunyi,
maka Siu-lam mengatakan bahwa nona itu pergi lebih dulu karena mempunyai lain urusan.
Tiba tiba Tio It-ping teringat sesuatu. serentak ia loncat bangun. "Pui hiantit!"
"Mengapa?" "Apakah Hui ing masih hidup?"
"Atas lindungan arwah suhu, adik Hui-ing masih hidup."
saat itu Tio It ping sudah pulih kesadaran pikirannya dan teringat semua peristiwa yang
lampau. Ia segera menanyakan di mana tempat Hui-ing.
"Sekalipun dia masih hidup, tetapi tidak mudah untuk menjumpainya!"
"Mengapa?" Tio It-ping heran.
"Dia sudah menjadi murid Dewa Iblis Ban Thian seng. Dan Ban Thian seng itu
bersekutu dengan wanita Beng-gak sip siau hong. Mereka tengah mempersiapkan
pertempuran besar untuk membasmi seluruh kaum persilatan!"
Merenung sejenak, berkatalah Tio It-ping, "Berpuluh tahun yarg lalu, dunia persilatan
memang sudah mendengar tentang sepak terjang Ban Thian seng. Dengan Lo Hian,
merupakan sepasang jagoan Ceng pay dan sia pay!"
Siu-lam mendengus. "Keganasan Ban Thian sang telah termasyur dan diketahui umum.
Tetapi Lo Hian yang disohorkan orang sebagai manusia luar biasa, juga hanya luarnya saja
baik tetapi dalamnya jahat, banyak tipu muslihat dan seorang ksatria palsu. Dia telah
mengelabui mata dunia!"
Tio It ping terbeliak. "Lo Hian adalah seorang tokoh utama dalam dunia persilatan. Tak
seorangpun yang tak mengindahkan kepadanya. Mengapa hiantit sembarangan
menghinanya?" Menunjuk jarum jarum emas itu, berkatalah Siu-lam, "Jarum-jarum emas ini adalah
salah satu ciptaannya. Karena mendapat pelajaran ilmu itu, sip siau hong telah
menggunakannya untuk mencelakai tokoh-tokoh persilatan. Hanya sebuah contoh ini saja,
khan sudah cukup membuktikan bahwa dia bukan seorang tokoh Ceng-pay"." tiba-tiba
Siu-lam berhenti dan serentak berbangkit seraya membentak . "Siapa itu!"
"Aku"." terdengar sebuah suara perempuan menyahut. Dan tak lama, muncullah si
nona baju biru dari balik sebuah batu besar.
serentak wajah Tio It ping berobah dan terus loncat bangun. Ternyata melihat nona
baju biru itu, timbullah rasa ngeri pada benak It ping.
"Tong Bun-kwan, mau apa kau kemari?" tegur Siu-lam dengan tertawa dingin.
"Apa" Engkau melupakan janji yang telah kita adakan itu?" Tong Bun-kwan balas
tertawa "Janji apa?" "Ih. benar-benar seorang pelupa sekali. Bukankah telah kubawa engkau melihat kedua
suhu itu dan tak kuberitahukan kepada mereka tentang dirimu"."
"Apakah engkau hendak menagih ilmu pelajaran dari aku?"
"Janji telah kita setujui, jadi bukan semata mata minta pelajaran secara cuma cuma."
sejenak merenung, Siu-lam berseru, "Baiklah, akan kuberimu sebuah jurus pelajaran!"
"Hanya sebuah jurus"."
"Apa" Masih kurang" Hm, sekalipun hanya satu jurus tetapi kalau engkau yakinkan
dengan mahir, seumur hidup tak nanti habis. Lekas kemari bawa pedang!" seru Siu-lam.
Tong Bun kwan mencabut pedangnya dan menyerahkan kepada Siu-lam, serunya, "Ada
sebuah hal yang lupa kuberitahukan kepadamu."
"Apa?" "Pedang pusakamu yang kurampas digereja siau lim-si tempo hari, telah kukembalikan
kepada isterimu." Siu-lam tertegun, serunya marah, "Jangan ngaco belo"."
"Sama sekali aku tak mengaco belo," sahut Tong Bun kwan, "engkau berani bilang Bwe
Hong Swat itu bukan istrimu?"
sulit bagi Siu-lam untuk menjawab pertanyaan itu. Adakah Bwe Hong-Swat masih
sembunyi didekat situ atau sudah pergi, ia belum pasti. Ia tak dapat mengakui tetapipun
sukar untuk menolak. Ia segera akhiri pembicaraan, "Aku hanya memberi sejurus
pelajaran. Engkau bisa atau tidak, itu urusanmu sendiri."
Tong Bun-kwan buru buru berpaling dan mengawasi dengan seksama. Tampak Siu-lam
tegak berdiri dengan semangat penuh. Pedang perlahan lahan digerakkan menurut irama
pelajaran. Gerak perobahannya dilakukan dengan perlahan sekali".
Kepandaian Tong Bun-kwan memang sudah mencapai tingkat tinggi. Begitu melibat
gerakan pedang dimainkan Siu-lam, segera ia mengetahui kalau ilmu pedang itu luar
biasa. Iapun tumpahkan perhatian dan diam diam mencatat dalam hati.
setelah memainkan, pedangpun diserahkan kembali kepada Tong Bun-kwan, katanya
dengan serius, "Aku berani membanggakan bahwa ilmu pedang yang kuajarkan itu, tentu
belum pernah engkau lihat seumur hidnp. sekalipun telah ku mainkan dengan perlahan
sekali, tetapi engkau tentu tak mampu mencatat seluruhnya Asal engkau mampu mencatat
separoh saja, tentu takkan habis kau gunakan selamanya!"
sesungguhnya Tong Bun kwan hendak membantah. Tetapi ia kuatir kalau ia lupa
mengingat pelajaran itu. segera ia pusatkan perhatian dan mulai berlatih.
Siu-lam memanggul sarang Bok liong lalu mengajak Tio It ping lari. setelah belasan li
dan tiba disebuah tempat yang sepi barulah ia berhenti.
sambil duduk beristirahat diatas sebuah batu, mulailah Tio It ping membuka mulut,
"Pada masa kedua suhumu masih hidup, dia pernah meminta kepadaku supaya menjadi
perantara untuk menjodohkan Hui-ing kepadamu. Adalah karena suhumu tertimpa
peristiwa yang mengenaskan itu, sampai sekarang belum sempat ku bicarakan soal itu.
Tak kukira sama sekali bahwa kelalaian yang berlarut larut itu telah menimbulkan


Wanita Iblis Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

peristiwa yang menjengkelkan sekali!"
"Soal apa?" tanya Siu-lam.
"Tadi nona baju biru itu mengatakan bahwa engkau telah beristeri"."
Siu-lam cepat menukas, "Tidak, paman jangan"." tiba tiba ia berhenti dan berpikir,
"Ah, sekalipun ikatan janji dibawah rembulan itu hanya suatu sandiwara dalam keadaan
terdesak, tetapi kalau memang Bwe Hong Swat menganggapnya dengan sungguhsungguh,
memang sukar ditolak"."
Melihat anak muda itu terdiam. sebagai seorang tua yang berpengalaman, dapatlah Tio
It ping mengetahui kesulitan hati Siu-lam
"Ah, tak perlu engkau bersedih. Kesemuanya itu, memang salahku. Nanti apabila
bertemu dengan Hui-ing, akan kujelaskan hal ini kepadanya."
Siu-lam menghela napas panjang. setelah berdiam diri sampai sekian lama barulah ia
mengangkat kepala dan memandang langit.
"Dewasa ini dunia persilatan sedang diliputi mendung. setelah menyanggupi
permintaan dari kedua paderi sakti, aku tak dapat berpeluk tangan lagi. sekalipun Hui-ing
sumoay marah kepadaku, tetapi aku tak dapat berbuat apa apa."
Mendengar itu, Tio It ping bertanya, "Apakah yaag engkau maksudkan dengan
mendung gelap dan pesanan paderi sakti" Maukah engkau memberitahukan kepadaku?"
Siu-lam berpaling memandang paman itu, "Apakah paman benar benar tak tahu?"
"Sudah tentu tak tahu sungguh-sungguh!"
"Wanita Beng gak sip siau hong berserikat dengan Ban Thian seng hendak
menyelenggarakan sebuah pertemuan Jembatan Prenyak. Tujuannya ialah hendak
menghancurkan seluruh tokoh persilatan!"
"Eh, begitu?" "Ah, ilmu Lima jarum percabut jiwa ternyata sedemikian ganas. Bukan saja
menghilangkan kesadaran orang, juga melenyapkan semua ingatan orang akan kejadian
yang dialami masa lampau"." kemudian Siu-lam menuturkan apa yang telah dialami dan
didengarnya selama ini. "Sekalipun aku pemuda yang masih hijau baru saja menceburkan diri dalam dunia
persilatan tetapi aku telah mengalami berbagal peristiwa yang aneh-aneh. Ah, kekotoran
dunia persilatan, benar-benar menjijikkan orang. seorang tokoh pujaan dunia persilatan
semacam Lo Hian, ternyata seorang pemain sandiwara besar. Luarnya baik tetapi hatinya
jahat. Dengan bakat kepandaiannya yang luar biasa, ia telah menciptakan berbagai ilmu
kesaktian yang istimewa. Tetapi dia telah meninggalkan bencana dalam dunia
persilatan"." "Ah, tetapi sebelum kau mengetahui jelas akan keseluruhannya, janganlah kau menilai
seorang tokoh besar sedemikian rupa!" Tio It-ping memberi nasehat.
Siu-lam tertawa dingin. "Cukup dengan bukti ciptaannya ilmu Lima Jarum Pemaku Jiwa
ini saja dapatlah kita menilai pribadinya. Dan karena menerima budi kebaikan hati kedua
paderi sakti aku tetap akan melaksanakan pesannya. Aku akan mengabdikan diri pada
kepentingan kebenaran dan keadilan, tanpa mengacuhkan segala peraturan dunia
persilatan dan soal-soal asmara"."
"Aku si orang tua ini sungguh merasa malu dalam hati melihat jiwamu yang luhur itu."
kata Tio It-ping. Siu-lam menghela napas perlahan. "Menghadapi akal muslihat keji dari wanita Benggak
itu, tiada jalan lain kecuali harus menggunakan cara "racun melawan racun". Harus
mengadu kecerdasan dengannya"." ia berhenti memandang Tio It-ping.
"Kau tak meneruskan kata katamu?" tegur Tio It ping.
"Aku tak sampai hati mengatakannya!"
"Soal apa" Katakanlah. Kau yang semuda itu sudah memiliki angan angan untuk
menyelamatkan dunia persilatan dan umat manusia, masakan aku si tua ini takut untuk
menerjang lautan api. silaukan hiantit memberitahukan!"
"Sesungguhnya aku hendak merepotkan paman tetapi hal itu kubayangkan berbahaya
sekali"." Tio It ping tertawa gelak gelak. "Bukankah kau bermaksud hendak menyuruh aku pura
pura masih pangling agar dapat menggabungkan diri dalam gerombolan Beng gak lagi dan
menyelidiki berita?"
"Dahulu di lembah Beng gak, sip siau hong pernah mengadakan suatu perjamuan
maut. Dengan namanya saja, orang sudah tahu bagaimana corak dan tujuannya. Tetapi
kali ini dia handak menyelenggarakan pertemuan Jembatan Prenyak. sebuah nama yang
merdu kedengarannya. Entah spa tujuannya. Tetapi menurut dugaanku, tentulah akan
terjadi suatu peristiwa besar dalam pertemuan itu"."
"Bukankah hiantit bermaksud hendak mengetahui latar belakang dan tujuan dari
pertemuan itu?" seru Tio It ping.
"Benar," Siu-lam mengiyakan. "Mengingat namanya yang aneh, tentulah dalam
pertemuan itu akan terjadi banyak sekali peristiwa yang aneh. Dan terutama akan
menyangkut kaum wanita. Jika sebelumnya kita dapat mengetahui rencana pertemuan itu,
tentulah kita dapat menyelesaikan dan menggagalkan usaha mereka "
"Tepat sekali pandanganmu hiantit!" Tio It-ping memuji, "telah kukatakan tadi, bahwa
jika kau seorang anak muda saja sudah berani mengabdikan diri untuk menyelamatkan
dunia persilatan, masakan si orang tua masih sayang jiwa" Baiklah, hiantit. Akupun tak
mau berpeluk tangan membiarkan engkau berjuang sendiri. Aku bersedia untuk
melakukan perintahmu."
Siu-lam menghaturkan terima kasih kepada pamannya itu. sesuai dengan dugaan Tio
It-ping, ia memang hendak minta orang tua itu pura pura masih dalam keadaan linglung
dan kembali menggabung fihak Beng gak.
setelah Tio It ping pergi, Siu-lam segera duduk bersemedhi menyalurkan napas,
mengembalikan semangat. Tiba tiba ia melihat sesosok bayangan hitam yang semakin lama semakin dekat
kearahnya. "Hai, benda apakah yang sedemikian besarnya?" diam-diam ia terkejut.
Tiba tiba bayangan besar itu berhenti. Tetapi walaupun mengerahkan pandangan
matanya, Siu-lam tak mampu melihat apa sesungguhnya benda itu. Yang tampak
hanyalah semacam benda hitam berbentuk bulat.
Karena ingin tahu, ia pindah sarang Bok-liong dan dengan berlindung pada kegelapan
malam, ia menyusur sepanjang karang. Berkat ilmu Iwekangnya sudah tinggi, dapatlah ia
menghampiri kedekat benda hitam itu. setelah terpisah hanya dua tombak jauhnya,
barulah ia dapat melihat jelas benda itu.
Kiranya benda hitam itu adalah sebuah tandu yang terbungkus eleh kain hitam. sedang
di samping tandu itu tampak dua ekor mahluk aneh menyerupai orang utan.
Tengah Siu-lam menduga duga, tiba tiba dari tandu itu terdengar suitan perlahan.
Kedua mahluk berbulu panjang mirip dengan orang utan itu segera celingukan
memandang kearah penjuru.
Siu-lam makin terkejut. Ia teringat bahwa bangsa orang utan itu memiliki indra
pendengaran dan hiduug yang luar biasa tajamnya. Buru-buru ia tahankan
pernapasannya. Untung karena orang utan itu rupanya letih menempuh perjalanan jauh sehingga
nspasnya kedengaran terengah engah, maka mereka tak dapat mengetahui tempat
persembunyian Siu-lam. salah satu mahluk aneh itu berkuik perlahan dan tiba tiba kain penutup tandu
tersingkap dan terdengarlah bunyi roda berputar. Ternyata tandu itu diperlengkapi dengan
dua buah roda". Kira-kira beberapa meter berjalan, kereta tandu itu berhenti lagi. Dalam ruang tandu itu
terdapat seorang yang berbaring dan ditutupi oleh sehelai kain hitam. Entah dia orang
mati ttau dia masih hidup.
"Kalau menilik gerak geriknya yang aneh, kemungkinan orang ini". diam diam Siu-lam
menimang. Tiba tiba ia dikejutkan suara helaan napas panjang. Nadanya penuh
kerawanan". Terdengar bunyi berderak derak lagi dan tempat duduk belakangpun menjulang naik.
Kain penutup warna hitam pun turut tersingkap. Dan tampak wajah orang itu.
Tampak kepala orang itu bersandar kepada bantalan tempat duduk, jenggotnya yang
putih menutupi dadanya. sepasang matanya cekung kedalam tetapi kening dan dahinya
menonjol. Keadaannya letih sekali sehingga tampaknya lihat orang itu tak kuat
mengangkat muka. Pandang matanya memancarkan rasa muak terhadap orang-setelah
bergerak sedikit, ia menghela napas lagi lalu tak berkutik.
seketika timbullah rasa kasihan dalam hati Siu-lam terhadap orang tua itu. Tiba-tiba
orang tua itu menghela napas panjang dan mengucap beberapa patah kata yang aneh.
Nadanya mirip dengan burung bercuit sehingga tak jelas apa yang dikatakan itu.
Kedua orang utan itu berebutan lari ke-tandu itu, menyerahkan dua biji buah tho
kemuka orang tua tersebut.
Orang tua itu bercuit-cuit aneh dan kedua orang utan itu segera mengupas kulit buah
tbo. setelah memakan separuh, orang tua itu memberikan yang separoh kepada mahluk
aneh itu. Dengan tertawa, orang utan itu segera memakannya"Aneh, siapakah orang itu" Dia sudah tak bertenaga lagi tetapi mengapa masih dapat
memerintah binatang aneh iru" Ah, dunia persilatan itu memang penuh dengan aneka
corak manusia yang aneh-aneh. Benar-benar dunia ini penuh dengan tokoh yang sakti.
Diatas gunung masih terdapat langit. Raja tawon Nyo Ko saja sudah mengherankan orang
karena kepandaiannya memelihara binatang tawon. Tetapi orang tua ini jauh lebih aneh
lagi karena dapat memelihara mahluk yang aneh".
Kedengaran orang tua itu berkata seorang diri dengan pelahan, "Barisan Jembatan
prenyak. ah, tak kira budak perempuan itu gemar sekali membunuh"."
Tersirap darah Siu-lam seketika, pikirnya, "Tampaknya orang tua itu mengidap penyakit
berat sehingga hampir tak kuat lagi mengangkat tubuhnya. Masakan dia hendak hadir
dalam pertemuan Jembatan prenyak itu".?"
Terdengar lagi orang tua kurus kering itu itu mengigau dan salah seekor makhluk
berbulu itu tiba tiba loncat lalu lari pesat keatas sebuah puncak gunung. Dan beberapa
kejap saja, makhluk itu sudah lenyap dalam kegelapan.
Tak berapa lama, terdengar suitan aneh. Nadanya melengking tajam sekali dan
berirama. sebentar keras sebentar lemah dan makin lama makin jauh. suara suitan tetap
terdengar. Kini makin lama makin dekat lagi dan beberapa saat kemudian makhluk aneh
tadi muncul lagi ke kereta tandu.
Siu-lam benar-benar tertarik. Makin keras keinginannya untuk mengetahui apa yang
akan terjadi. Tiba-tiba terdengar suitan nyaring dari jauh. Orang tua baju hitam itu menggerakkan
tubuh dan lambaikan tangannya yang kurus. Kedua makhluk berbulu itu segera
menengadah dan bersuit panjang.
Lebih kurang seperminum teh lamanya, dari puncak gunung di sebelah muka, tiba tiba
muncul sesosok bayangan putih. Cepat laksana kilat, bayangan putih itu sudah tiba di
tempat kereta tandu. Ketika memandang dengan teliti, bukan kepalang kejut Siu-lam. Ternyata pendatang
berbaju putih adalah Bwe Hong Swat sendiri!
Terlintas dalam benak Siu-lam suatu dugaan. Adakah orang tua berbaju hitam itu Lo
Hian sendiri" Apakah dia belum meninggal"
Siu-lam benar-benar bingung memikirkan. Lo Hian merupakan tokoh misterius yang
diliputi rahasia. Namanya dipuja-puji dan diagungkan orang sebagai seorang tokoh sakti
yang luar biasa. hanya di dunia hanya dua orang saja yang tak sudi menghormati Lo Hian.
Mereka adalah kedua paderi sakti dari siau lim-si. Kedua paderi itu mencemooh tingkah
laku Lo Hian yang pura-pura suci dan luhur.
Terdengar Bwe Hong Swat berkata dengan nada rawan, "Suhu amat lemah mengapa
jauh jauh datang kemari?"
Tergetarlah hati Siu-lam seketika. Orang tua baju hitam itu ternyata memang Lo Hian.
Orang tua itu menghela napas dan berkata dengan suara lemah, "Dahulu karena iseng,
aku telah menciptakan barisan jembatan Prenyak. Barisan itu terdiri dari bermacammacam
binatang. "Ah, tak kira budak itu telah mencuri gambarnya! Jika budak perempuan
dapat menyelami inti rahasia barisan, ah, entah berapa banyak orang yang celaka dalam
barisan itu"." Jilid 46 IA BERHENTI untuk batuk-batuk, nafasnya terengah engah.
"Ah, kalau menilik napasnya, dia seperti sedang menderita sakit berat. Kalau begitu,
cita citaku untuk mengadu kepandaian dengan orang itu tentu tak terlaksana." diam-diam
Siu-lam membatin. "Suhu memiliki tenaga dalam yang sakti dan bermacam-macam ilmu istimewa. Jika
suhu beristirahat, tentulah tenaga suhu akan pulih kembali?"
"Ah ?" orang tua aneh cepat menukas kata-kata Bwe Hong Swat. "Obat hanya
mengobati penyakit tidak dapat membasmi. dan di dunia ini tidak ada obat yang dapat
membuat orang panjang umur. Tak perduli bagaimana tinggi lwekang seseorang, semua
tentu akan mati, Dan aku si tua yang sudah begini lanjut usia ini, matipun tak kecewa. Hanya sip siauhong,
si budak keparat itu ?" kembali ia batuk-batuk beberapa saat sehingga tak dapat
melanjutkan ucapannya. "Harap suhu jangan banyak bicara dulu dan tenangkan diri mengobati sakit. Tempat ini
anginnya keras pada malam hari, Lebih baik cari tempat istirahat yang terlindung dari
angin. Nanti kita bicara lagi" kata Bwe Hong-Swat.
"Tidak," kata orang tua itu. "Aku sudah seperti pelita kehabisan minyak. suatu saat
tentu mati. sedang pertemuan Jembatan Prenyak itu menyangkut kepentingan dunia
persilatan. Di dunia tiada seorang manusia yang mampu memecahkan rahasia itu, Maka
aku kuatir, mereka akan menjadi korban keganasan budak perempuan itu ?"
Rupanya Bwe Hong Swat tak dapat menahan keinginannya tahu lagi, tanyanya,
"Mengapa barisan itu disebut Jembatan Prenyak?"
"Kugunakan cara cara bangsa burung bergerak. Perobahan barisan itu mengambil
intisari gerak gerik buruug yang khusus menaburkan racun. Tetapi di dalam barisan itu
penuh berhias dengan nyanyian burung dan wanginya bunga serta merdunya dendang
suara gadis-gadis cantik, dan tarian yang mengasikan. Di dalam kemegahan dan
keagungannya tersembunyi suasana penbununan. Nama Jembatan Prenyak merupakan
garis pemisah yang kabur antara mati dan hidup!"
"O. begitu," kata Bwe Hong Swat.
Orang tua itu tiba-tiba bangun dan duduk, ujarnya, "Mungkin aku tak ada harapan lagi.
Lekas papahlah aku!"
"Sebaiknya suhu rebah saja, mengapa mau bangun?" tanya Bwe Hong Swat.
"Di bawah tempat dudukku ini terdapat sehelai peta Jembatan Prenyak dan lampiran
cara pemecahannya. sip siau hong menganggap dirinya pandai tetapi tak tahu kalau aku
sudah bersedia. setelah menciptakan barisan abeh itu, lalu kuperas otak uatuk mencari
cara pemecahannya. Dan setelah ketemu lalu kucatat dalam sebuah buku, Apabila aku
mati, kau harus mempelajari cara pemecahan barisan itu decgan teliti. Ketahuilah bahwa
hal itu menyangkut kepentingan besar, jangan menelantarkannya!"
"Baiklah, murid pasti akan melaksanakannya" kata Bwe Hong Swat memapah gurunya
dengan sebelah tangan, lalu tangannva yang kiri merogoh ke bawah tempat duduk. Benar
saja, ia dapat menemukan sebuah kitab.
"Simpanlah kitab itu. Dan carikanlah tempat yang sesuai untuk panguburanku?" kata
orang tua itu. Siu lam terkejut, pikirnya, "Apakah dia sudah tahu kalau bakal mati?"
Setelah msnyimpan kitab, Bwe Hong Swat minta orang tua itu beristirahat. Rupanya
orang tua aneh itu sudah terlaksana isi hatinya. Ia merebahkan diri di atas kereta lagi.
Saat itu Siu lam sudah memastikan bahwa orang tua kurus kering itu adalah Lo Hian,
tokoh yang paling agung di dunia persilatan. Mengingat bagaimana gagah perkasa ketika
dia masih malang melintang di dunia persilatan dulu, kemudian pada saat itu berubah
menjadi seorang tua jompo yang sudah loyo, Siu-lam menghela napas rawan.
Telinga Bwe Hong-swat luar biasa tajamnya. Begitu mendengar helaan napas siu lam,
nona itu cepat berteriak, "siapakah itu ?" wuuut, ia terus ayunkan tangannya
menghantam. Terlintas dalam pikiran Siu lam. Dalam setengah tahun itu ia sudah mendapat pelajaran
dari paderi Kak Bong. Entah sampai dimanakah kemajuan yang dicapainya saat itu. Ah,
bagaimana kalau ia coba coba untuk menguji kepandaian dengan nona itu.
Dengan pertimbangan itu, segera ia menangkis.
Bum " ketika kedua putulan itu saling beradu, siu-lam rasakan tubuhnya menggigil.
tetapi ketika memandang kemuka, dilihatnya Bwe Hong Swat pun tersurut mundur
beberapa langkah. Rupanya Lo Hian pun msngetahui juga kesaktian Siu lam segera ia bangkit dan berteru
mencegah Bwe Hong Swat. Karena terpental mundur, Bwe Hong Swat marah sekali. Tetapi sebelum ia bertindak,
Lo Hian sudah melarangnya. Terhadap guru itu, Bwe Hong Swat memang tunduk.
Kemudian terdengar orang tua itu berseru, "sahabat dari manakah isu" sudah bertemu
berarti ada jodoh. Harap suka keluar unjuk diri?"
Terngiang dalam telinga Siu-lam akan pesan mendiang Kak Hui. Bahwa ia disuruh
mencari Lo Hian dan mengadu kepandaian. Tetapi melihat keadaannya, sukarlah untuk
menantang Orang tua itu. Ah, diam diam ia kecewa dau menyesal karena tak dapat
melaksanakan permintaan paderi itu"
Karena sampai beberapa saat tak muncul, Bwe Hong Swat tak sabar lagi dan
membentak "Jika tak mau keluar, jangan salahkan aku bertindak kejam !"
Kedua mahluk berbulu itupun bersuit marah. Mata mereka berapi-api memandang
kearah tempat Siu lam bersembunyi. Terpaksa Siu-lam herbangkit dan keluar dari
tempatnya. Pada saat itu sebenarnya Bwe Hong swat sudah mengangkat tinju, siap hendak
dihantamkan. Tetapi demi melihat siapa yang muncul ia tertegun, serunya, "Ah, kiranya
kau!" Siu lam tertawa, "Benar, memang aku?" ia memberi hormat kepada orang tua aneh itu
"Adakah locianpwe ini Lo Hian yang termashyur itu?"
"Tutup mulutmu!" bentak Bwe Hong swat dengan murka, "kurang ajar, kau berani
begitu saja memanggil nama guruku?"
Orang tua aneh berbatuk-batuk dan tertawa:


Wanita Iblis Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Swat-ji, jangan banyak mulut?".." ia memandang lekat-lekat pada Siu-lam, lalu,
"Benar, memang aku ini Lo Hian, siapakah namamu ?"
Sambil busungkan dada, Siu lam menjawab. "Aku yang rendah ini Pui Siu lam?"
"Saudara Pui?" "Ah, tidak tidak, aku yang rendah ini dipanggil Pui Siu-lam," buru-buru Siu-lam menukas
ketika Lo Hian menggunakan kata kata yang sungkan kepadanya.
Dengan lemah, Lo Hian tertawa, "Kepandaian saudara Pui, hebat sekali. Entah siapakah
gurumu?" "Guruku adalah Ciu Pwe?"
"Diantara sekian banyak tokoh-tokoh sakti didunia persilatan, jarang sekali yang
memiliki kepandaian seperti kau. Ah, aku tak percaya," tukas Lo Hian.
Dengan terus terang Siu lam mengatakan bahwa ia memang telah memperoleh ajaran
ilmu kesaktian dari dua paderi sakti Kak Bong dan Kak Hui.
"Tepat! Memang aku teringat kepada mereka, "kata Lo Hian
Siu lam menghela napas panjang. Ditatapnya Lo Hian lekat. Mau bicara tapi tak jadi.
"Anak muda, apakah kau mempunyai kandungan hati yang belum kau tumpahkan?"
tegur Lo Hian. "Memang ada tetapi karena mungkin dapat di anggap tak mengindahkan maka lebih
baik tak kukatakan saja!"
"Kalau begitu,lebih baik jangan kau ucapkan saja agar jangan sampai menimbulkan
bahaya," tukas Bwe Hong-Swat dengan dingin.
Siu lam berpaling memandang nona itu, "Engkau banyak sekali melepas budi kepadakuAkan kuterima apa saja yang kau hendak hamburkan kepadaku."
Tiba-tiba Bwe Hong Swat menengadah dan berteriak dingin, "Kita sudah terikat ssbagai
suami isteri. sudah menjadi kewajibanku untuk melindungi dirimu. Tetapi kalau kau
menghina guruku, terpaksa akan kubunuhmu juga, Walaupun aku nanti harus menyesal
seumur hidup!" Lo Hian mengulurkan tangan kanannya yang kurus kering dan melambai beberapa kali
lalu berkata bisik- bisik kepada Bwe Hong Swat, "Swat ji, jangan kau ikut campur. Aku
hendak bicara panjang dengan saudara Pui ini!"
Sambil memandang kepada Bwe Hong Swat, Siu lam menyahut, "sekalipun kau akan
berpaling haluan memusuhi diriku tetapi akupun terpaksa tetap hendak mengutarakan isi
hatiku." Lo Hian mengangguk, "Katakanlah! Atas perintahku, tak nanti Swat ji berani turun
tangan?" ia menghela napas pelahan, "tetapi sekali pun ia turun tangan belum tentu ia
menang." "Suhu, benarkah itu?" teriak Bwe Hong Swat dengan nada tak puas.
"Sedikitpun tak salah. Jika benar kedua paderi itu Kak Bong dan Kak Hui itu telah
memberikan seluruh kepandaian kepadanya, tak, mungkin kau mengalahkannya"."
Kemudian Lo Hian beralih memandang muka Siu lam, "Jika kau telah mempelajari habis
seluruh kesaktian Kak Bong dan Kak Hui, saat ini Swat-ji tentu bukan taadinganmu. Tetapi
apa-bila aku sudah meninggal, kepandaian Swat ji tentu tak ada yang mengalahkan!
sekalipun tenaga dalam lebih unggul dari Swat ji, tetapi orang tentu tak mampu melawan
ilmu pedangnya!" Siu-lam heran, serunya, "Tetapi aku sama sekali takkan bermusuhan dengan nona Bwe.
Maka sangguh mengherankan sekali mengapa lo-Cianpwe mengatakan begitu!"
Lo Hian menghela napas pelahan. Tiba tiba ia berganti nada ramah, "Nak, masih
banyak hal yang kau belum mengetahui. Kecerdikkan dan kepandaian ilmu silat, laksana
lautan bebas yang tiada berujung. Didunia ini tak mungkin terdapat tokoh yang nomor
satu. Karena betapapun cerdas otak seseorang namun tak mungkin dapat mempelajari
seluruh ilmu dalam dunia?"
Ia batuk pelahan lahan lagi dan berkata, "Benar, Kak Bong dan Kak Hui merupakan
manusia luar biasa pada masa itu. Dalam kecerdikan, memang mereka tak mampu
mengungguli aku. Tetapi mereka sabar dan tekun sekali dan hanya mencurahkan seluruh
perhatian kepada sejenis ilmu kesaktian. Tidak seperti aku mempelajari terlalu banyak
macam kepandaian".,"
ia batuk-batuk lagi. Bwe Hong Swat mengelus elus punggung suhunya, "Ah, harap suhu jangan banyak
bicara dulu" Lo Hian menghela napas pelahan, "semula hendak kukubur rahasia dalam hatiku
bersama tubuhku. An, tetapi saat ini kurubah keputusan-ku?"
Tokoh itu pelahan lahan mengangkat muka, sepasang matanya yang pudar menumpah
kearah Bwe Hong Swat ujarnya, "Swat ji, kau dan sip siau hong merupakan tunas tunas
yang berbakat bagus sekali. Kepandaian kalianpun hampir berimbang. yang berbeda ialah,
kau dapat kukuh mempertahankan kebaikan"."
Ia tak melanjutkan kata-katanya melainkan mengigau ssperti berkata kepada dirinya
sendiri, "Ah, terjadinya pertumpahan darah, dunia persilatan sekarang ini, tak dapat
seluruhnya dibebankan pada sip siau hong. Aku sendiripun ikut bertanggung jawab ?" Ia
beralih memandang ke arah Siu lam, katanya, "Katakanlah, nak, seumur hidup aku jarang
mendengar kata kata yang menghormat. Asal kau bicara dengan betul, aku tentu rela
menerima. Ai". sekalipun kau berkata salah, aku tak apa apa. Bilanglah"
Setitikpun Siu lam tak mimpi bahwa tokoh agung dari dunia persilatan itu ternyata
begitu ramah kepadanya. sesaat ia tak dapat berkata apa apa. setelah merenung
beberapa jenak, barulah ia dapat membuka mulut, "Banyak dongeng yang tersiar di dunia
persilatan. Jangankan bisa diterima menjadi anak murid, bahkan dapat bertemu dengan
locianpwe saja, orang tentu sudab merasa bangga dan mendapat kehormatan besarTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Tetapi dari kedua paderi sakti siau lim si, aku mendapat keterangan bahwa locianpwe ini
seorang yang berhati dingin, menyendiri dan tak kenal peradatan ?"
"Paderi tua itu ngaco belo".." tukas Bwe Hong-Swat.
Lo Hian tersenyum, "Mereka benar, memang aku berhati dingin dan tak acuh."
Siu lam menghela napas, "Tetapi setelah bertemu dengan locianpwe sendiri, kurasa?"
tiba tiba ia teringat akan mendiang Kak Bong dan Kak Hui. Ia percaya kedua paderi sakti
itu tentu tak akan sembarangan menilai orang jika sesungguhnya begitu.
"ih, mengapa engkau tak mau melanjutkan?" tegur Bwe Hong Swat.
Siu lam batuk batuk perlahan. "selain tak mendapatkan locianpwe itu berhati dingin"."
"Apa lagi yang mereka katakan kepadamu?" tukas Lo Hian.
"Segala tindakan yang locianpwe lakukan selalu melanggar kehendak Alam sehingga
menimbulkan kehebohan dunia persilatan. Entah apakah hal itu benar?" tanya Siu-lam.
"Walaupun hal itu sudah dalam dugaanku tetapi sesungguhnya bukan aku bermaksud
begitu," sahut Lo Hian.
"Pada saat Kak Hui taysu hendak menutup mata, beliau telah pesan kepadaku agar
mengadu kepandaian dengan locianpwe. Dan demi membalas budi kebaikan orang tua
yang sudah menjelang maut, saat itu akupun meluluskan agar beliau dapat meram di alam
baka"." "Hm. besar sungguh mulutmu! Apakah engkau tak takut lidahmu akan hilang tertiup
angin?"seru Bwe Hong Swat.
Siu lam berpaling memandang nona itu, katanya, "Kupikir, setelah membasmi wanita
Beng gak itu, barulah aku hendak mencari cian-pwe untuk melaksanakan pesan Kak Hui
taysu. Tetapi tak kira, sip siau hong telah muncul lagi bersekutu dengan Dewa Iblis Ban
Thian seng, membentuk barisan Jembatan prenjak melenyapkan seluruh tokoh-tokoh
persilatan. Ah, dan tak kira sama sekali kalau malam ini aku bakal bertemu dengan
locianpwe disini !" "Nak, masih ada lagi sebuah hal yang tak engkau kira," kata Lo Hian dengan hambar,
"bahwa pada saat berjumpa dengan aku, keadaan ku sudah tunggu saat mati sehingga
sukar untuk melayani keinginanmu sehingga engkau dapat menunaikan pesan kak Hui
taysu." "Memang hal itu benar-bener diluar dugaanku," sahut Siu lam, "benar benar tak kukira
kalau locianpwe ternyata masih hidup. Ah, alat rahasia yang begitu banyak jumlahnya
dalam Telaga darah itu, kiranya tentulah locianpwe yang merencanakan?"
Lo Hian mengangguk, "seumur hidup aku selalu menentang alam. Ah, siapa tahu
akhirnya aku harus pulang kealam asal.."
"Mengapa?" Siu lam heran.
"Kurasa dalam dunia persilatan disaat ini, tiada seorangpun yang berani menentang
suhu. Hm, sungguh picik sekali pengetahuanmu?" tukas Bwe Houg-Swat dengan dingin.
Tiba-tiba Siu lam tertawa nyaring. Nadanya penuh kerawanan dan kekecewaan.
"Mengapa engkau tertawa?" bentak Bwe Hong Swat marah, "jika engkau berkeras
hendak melaksanakan penan paderi tua itu, boleh coba coba adu kepandaian dengan aku
saja. toh tidak beda!"
Siu lam hentikan tertawanya, memandang Lo Hian dan membentaknya, "Ya, aku
mengerti.., aku mengerti?"
"Engkau berani berlaku kurang hormat begitu. Apakab engkau sudah bosan hidup","
teriak Bwe Hong Swat seraya menghantam.
Siu lam menghindar Ke samping tetapi tak mau balas menyerang.
Keduanya terpisah dengan kereta tandu Lo Hian. Bwe Hong-Swat kuatir kalau salah
pukul sampai mengenai Lo Hian maka ia tak berani menyerang lagi. Nona itu loncat
setombak jauhnya lalu menantang, "Kemarilah, malam ini kita dapat bertempur dengan
puas!" Lo Hian mencegah muridnya untuk itu lalu bertanya kepada Siu lam, "Apa yang engkau
ketahui?" "Penghianat dan durjana besar, memang sudah dirabah jejaknya," kata Siu-lam, "sudah
tahu bahwa sip siau hong itu berwatak jahat tetapi toh tetap engkau terima sebagai
murid. Engkau berikan ilmu pelajaran sakti agar dia dapat mengaduk dunia persilatan.
Engkau tinggalkan peta Telaga darah agar kaum persilatan saling bunuh membunuh untuk
memperebutkannya. Tantu belasan tahun sip siau hong ikut kepadamu sekalipun ia
berwatak jelek, tetapi seharusnya engkau dapat mendidiknya kearah yang baik. Tetapi
sewaktu dia tinggalkan perburuannya, tabiatnya bahkan semakin ganas. Engkau
menciptakan ilmu jarum pemaku jiwa, jelas memberi jalan kepada sip siau hong untuk
menguasai tokoh tokoh persilatan. Kuyakin Lo Hian yang terkenal pandai itu tentu
menyadari bahwa ilmu seganas itu kelak tentu akan melupakan bencana besar. Dengan
demikian tak dapat diragukan lagi, engkau telah membiarkan dia berbuat kejahatan"."
Lo Hian menengadah memandang bintang dilangit lalu berkata seorang diri, "Makian
yang bagus sekali! Hebat benar karena setiap patah makian itu belum pernah kudengar"."
Ia menghela napas lalu berkata pula, "Lanjutkanlah! seumur hidup aku tak pernah
dimaki orang. Bahwa dalam saat saat kematianku, aku dapat menerima koreksi orang,
sungguh suatu kebahagiaan!"
Siu lam tertawa dingin, "sayang engkau mati terlambat sekali. Kalau dulu-dulu sadah
wafat, aku tentu tak sampai ketemu lagi. Aku mempunyai kesangsian besar kepadamu,
tetapi selama itu hanya dalam dugaan saja bahwa dalam pertemuan malam ini, dapatlah
kubuktikan kebenaran dari kecurigaanku itu. Hm, aku Pui Siu lam jika malam ini beruntung
lolos dan tangan ganas tentu akan kusiarkan tujuanmu yang ganas itu kepada dunia."
Lo Hian mengangguk tertawa, "Nak, apakah masih ada lainnya lagi?"
"Agar keharuman namamu yang dipuji orang selama ini, remuk redam dalam jurang
kehinaan orang" kata siu lam.
Pelahan lahan Lo Hian mengangkat kedua tangannya yang kurus kering. Ia bertepuk
sekali lalu berkata, "sWat ji, kemarilah engkau. malam ini hendak kuberitahu isi hatiku
kepadamu!" Bwe Hong-Swat melangkah menghampiri, Matanya yang memancar kemarahan,
tertumpah pada siu lam, serunya, "Ingat, apa yang engkau lakukan pada suhuku malam
ini, tentu akan kubalas kepada Kedua tua baugka paderi siau lim yang enggan mati itu!"
Lo Hian gelengkan kepala, "Swat-ji, tak dapat mempersalahkannya. Memang dia benar.
Dalam sepak terjangku sepanjang hidup ini, aku terlalu bangga kepada diriku, dimana dan
dengan siapa saja, aku selalu hendak menentang. Tetapi tujuan hatiku tidak benar seperti
yang dikatakan anak muda itu. Aku tidak seganas itu, dan hal ini siapapun tentu
mengetahui"." Saat itu tokoh yang diagungkan paling tinggi dalam dunia persilatan, nadanya berubah
rawan, penuh kemenyesalan seorang tua..
Siu lam berdebar debar hatinya. Teringat akan kata katanya tadi, ia tundukkan kepala.
"Kalian duduklah," tiba-tiba Lo Hian menyuruh.
Bwe Hong Swat dan Siu lam melangkah maju dan duduk di samping kereta tandu.
Lo Hian ulurkan tangannya membelai rambut Siu lam yang morat marit seraya
bertanya; "Apakah engkau pernah berjumpa dengan sip siau hong.?"
"Pernah," sahut Siu lam.
"Bagaimana Orangnya?"
"Cantik laksana bunga, berbisa seperti ular!"
"Ah, itu hanya penilaian lahir saja. sesungguhnya ia seorang wanita cantik yang jarang
terdapat didunia. Jika tidak kuterima sebagai murid dan sering kuajak berkelana, didunia
persilatan sekarang jadi mungkin berlainan keadaannya!"
"Sudah tentu demikian," sabut Siu lam, "ia hanya seorang wanita biasa. sekalipun
berbakat luar biasa tetapi sukar untuk menonjol didunia!"
Lo Hian menghela napas, "Anak muda, jangan terburu buru. Dengarkanlah aku
melanjutkan penuturan dengan pelahan lahan".?"
Ia batuk batuk beberapa kali lagi baru meneruskan, "Wanita cantik merupakan bencana
negara. Hal itu memang terjadi sejak dari dahulu kala hingga sekarang. sip siau hong
berwatak seperti ular yang cantik sekali tertawa tentu membuai semangat orang. Dengan
kecantikan dan kecerdasannya, tak nanti ia mau menjadi seorang istri biasa. Ia dapat
mengacau dunia persilatan menggoncangkan negara dan menyengsarakan rakyat. suatu
hal yang bukan mustahil"."
Siu lam tercengang, "Ini, ini?"
"Peristiwa ini terjadi pada puluhan tahun yang lalu. Yang menemukan sip siau hong,
bukanlah aku tetapi ketiga paderi sakti dari siau-lim si itu. Adalah karena sip siau hong,
maka ketiga paderi saudara seperguruan itu saling bermusuhan sendiri ?"
"Hai, benarkah?" Siu-lam terkejut.
"Aku seorang sedang menjelang maut, perlu apa aku harus membohongimu!"
Siu lam merenung beberapa jenak lalu gelengkan kepala, "Aku tak pecaya! Memang
aku belum pernah berjumpa dengan Kak seng taysu Tetapi aku sudah melihat sendiri Kak
Bang dan Kak Hui taysu, mereka menutup diri bertapa mencari kesempurnaan. Paderi
seukuran itu, masakan mempunyai tindakan yang mustahil pada akal. Kuatir kalau engkau
sengaja hendek memfitnah nama baik mereka"."
"Tutup mulutmu!" bentak Bwe Hong Swat.
Siu lam berpaling memandang nona itu dan menurut permintaannya.
Lo Hian menghela napas, ujarnya, "Anak muda hal itu memang seratus persen benar.
Demi peristiwa itulah maka Kak Bong dan Kak Hui telah mencari aku selama puluhan
tahun!" Siu lam menimang. "Memang benar, kedua paderi itu pernah mengatakan hal itu
kepadaku, Tentulah mereka hendak menantangmu mengadu kesaktian." sahutnya.
Lo Hian tertawa hambar. "Apa sebab mereka hendak mencari aku mengadu
kepandaian" Anak muda, pada saat itu aku hanya seorang yang tak begitu ternama. Kalau
kedua paderi itu hendak mengadu kepandaian denganku, bukankah kedudukanku akan
naik berpuluh derajat!"
Kembali Siu lam merenung lama dan akhirnya membentak, "Jika hanya atas dasar itu
saja, locianpwe hendak menghina nama baik kedua paderi itu, aku tak dapat menerima!"
"Ah, anak muda yang keras kepala kau ini." kata Lo Hian. "Tetapi sengaja aku telah
menghina kedua paderi siau-lim. Memang mereka sesungguhnya tak berbuat kesalahan
besar?" Siu-lam tak dapat berkata apa apa.
"Yang menyebabkan kesalahan besar abad ini, adalah aku. Oleh karena itu, sebelum
mati aku hendak memberikan rencana untuk menghahadapi wanita itu ?"
Perlahan lahan ia memandang wajah Siu lam, ujarnya, "Nak, ini suatu peristiwa belasan
tahun yang lalu. Kala itu Kak seng taysu masih menjabat ketua siau lim-si. Aku amat
mengindahkan sekali kepada gereja siau lim si yang sudah berumur ratusan tahun. Maka
kuputuskan untuk mengadakan kunjungan kehormatan. Tetapi sebelum menikmati
kebesaran dan keagungan gereja itu, aku telah menemukan sebuah hal yang
menggoncangkan?" "Apakah locianpwe berjumpa dengan Kak Bong taysu?"
"Benar, memang Kak seng, Kak Hui dan Kak Bong bertiga itu. saat itu aku heran
mengapa meraka bertiga berada di sebuah tempat di, kaki gunung yang sepi. Dalam
perindahanku terhadap para paderi sakti dari siau lim si, aku merasa heran mengapa
mereka berada di tempat begitu pada malam buta. Aku segera menyembunyikan diri.
Ketika melongok ke luar untuk mengetahui apa yang akan terjadi, tiba tiba ku-dengar
suara wanita menangis. Tetapi suara tangis itu segera berhenti. Kuduga tentu wanita itu
telah ditotok jalan darahnya ?"
"Dimana kau bertemu mereka ?" tanya siu lam.
"Kalau bicara dengan suhuku pakailah aturan sedikit !" Bwe Hong-Swat mendengus
geram. Lo Hian tertawa hambar. "Swat-ji, jangan menghiraukannya. seumur hidup aku sudah
kenyang mendapat penghormatan dan pemujaan orang. Bahwa dalam saat menjelang ajal
seperti ini, biarlah kuterima juga beberaoa patah makian. Tak apalah, malah
menyenangkan juga !"
Bwe Hong Swat menghela napas. "Mengapa suhu begitu sabar kepadanya ?"
"Nak, seumur hidup aku tak kawin. Dan kini habislah keturunanku. sekalipun sip siau
hong menerima budiku, tetapi dia mengkhianati aku. Yang menerima seluruh warisan
ajaranku dan menjadi pewarisku adalah kau. Oleh karena dia itu suamimu, biarlah kau
mengalah saja dan biarkan dia bicara semaunya ?"
Kemudian ia alihkan pandang matanya ke arah Siu-lam, katanya, "Didalam lembah
dibawah puncak gunung Kosan!"
Siu lam cepat memberi hormat, katanya, "Harap locianpwe suka melanjutkan lagi."
"Memang pada saat itu aku heran sekali. Karena pengurusan gereja siau lim si itu keras
sekali peraturannya. Apalagi Kak seng taysu adalah ketua gereja. Tak nanti dia melakukan
hal yang menurunkan martabatnya. Tetapi jelas lengking teriakan wanita itu tajam sekali.


Wanita Iblis Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ya, aku tak salah dengar lagi seketika timbullah kecurigaanku. Kuputuskan untuk
menyelidiki peristiwa itu. segera aku menghampiri dan bersembunyi dibalik sebatang
pohon siong. Dari situ aku menunggu apa yang akan terjadi."
"Sip siau hong tentu baru berumur tujuh-delapan tahun," Siu lam menyeletuk.
Lo Hian menghela napas "Tak berapa lama, timbullah perbantahan sengit antara Kak
Bong dan Kak seng taysu. Menurut Kak seng taysu, akan merusakkan satu dua jalan darah
penting dalam tubuh wanita itu agar selamanya tak dapat belajar silat. Tetapi Kak Bong
dan Kak Hui tidak setuju. Lama sekali mereka bertiga, berselisih namun tetap tiada
kebulatan pendapat. Pada saat itu dari dalam lembah merangkak keluar seorang wanita
pertengahan umur"."
"Siapa?" Siu-lam terkejut.
"Ibu dari sip siau hong," kata Lo Hiat "tampaknya dia sudah terluka berat sehingga tak
dapat berjalan dan hanya merangkak. Dari tumpukan batu batu didalam lembah, ia
merangkak sampai di hadapan Kak seng taysu bertiga. Di belakang wanita itu ikut seorang
anak perempuan kecil berumur tujuh delapan tahun. Walau pun masih kecil tetapi anak itu
bertabiat ketus. Ia tak gentar berhadapan dengan ketiga paderi sakti itu. ia betdiri dengan
kepala tegak dada membusung."
"Anak perempuan itu tentulah siap siau hong, bukan?" tanya Siu lam.
Lo Hian mengangguk, "sudah tiba dihadapan Kak seng taysu. Wanita itu beriba iba
meratap agar Kak seng taysu suka melepaskan darah dagingnya sendiri"."
Siu lam terpagut kaget, serunya, "Apa" Ayah sip siau hong itu Kak seng taysu sendiri?"
"Hal itu merupakan sebuah rahasia pelik. Pada masa itu mungkin tiada seorangpun
yang dapat mengatakan hal itu. Mungkin hanya Kak Hui dan Kak Bong berdua paderi itu
yang tahu isi dalamnya. Tetapi karena hal itu menyangkut nama baik selama ratusan
tahun dari gereja siau lim si, sekalipun tahu, kemungkinan kedua paderi itu tak mau
memberitahu kepada orang lain!"
Agaknya Bwe Hong Swat juga terkejut mendengar penuturan itu. serentak ia tak tahan
lagi dan bertanya, "Adakah paderi itu mengakui anak perempuannya?"
Lo Hian gelengkan kepala, "Jika Kang seng taysu mengakui, segala kesulitan tentu
sudah diselesaikan para paderi angkatan yang lebih tua Dan mungkin aku sendiripun tak
sampai jatuh dalam keadaan yang begini mengenaskan. Ban Thian seng juga mungkin
takkan melaksanakan rencananya yang busuk!"
Siu lam menghela napas, "Ah, kiranya dalam persoalan itu terjalin suatu liku-liku karma.
silahkan lo cianpwe melanjutkan lagi!"
"Mendengar rintihan yang mengibakan dari wanita itu, Kak seng taysu tertegun seperti
patung. sedang Kak Bong dan Kak Hui dengan marah segera angkat kaki. Jelas bahwa
mereka bertiga kenal dengan wanita itu. Tiada angin yang tak menimbulkan gelombang.
Adakah kat kata wanita itu benar atau tidak, tetapi sayangnya Kak Bong dan Kak Hui telah
mengandung salah faham terhadap suheng mereka yang menjabat sebagai ketua gereja
itu." "Lalu?" tanya Siu lam.
"Setelah Kak Bong dan Kak Hui pergi di lembah sunyi itu hanya terdapat Kak seng dan
wanita itu. Dan anak perempuan yang keras hati"."
"Dan lo cianpwe sendiri yang menyembunyikan diri itu," tukas siu-lam.
Lo Hian tertawa getir, "Tampaknya Kak seng taysu tegang sekali dan hendak
memanggil kembali kedua sutenya. Tetapi sebagai seorang ketua gereja, sukar baginya
untuk membuka mulut. Dipandangnya kedua sute itu sampai lenyap dalam kegelapan baru
ia menghela napas. Kemudian ia menegur wanita itu apakah maksud tujuannya","
"Kalau begitu jelas mulut wanita itu tak dapat dipercaya! Ah, jika lo cianpwe tak
menyaksikan ditempat persembunyian, seumur hidup Kak seng taysu tentu akan
berlumuran kenistaan," kata Siu lam.
"Anak muda, jangan terburu menentukan kesimpulan dulu," kata Lo Hian, "kutahu
engkau memang sangat mengindahkan sekali kepada beberapa paderi sakti siau lim si.
Tetapi manusia yang hidup berpuluh puluh tahun itu memang sukar untuk menjaga
kesadaran pikirannya. Anak muda, memang bagi peredaran bulan dan matahari, waktu
berpuluh, puluh tahun itu tidaklah lama. Tetapi bagi kehidupan manusia, masa berpuluh
puluh tahun itu dapat menimbulkan perbuatan salah yang sukar dihindari ?"
"Adakah Kak seng taysu mengaku?" tanya Siu lam.
"Kak seng taysu merupakan pimpinan siau lim si yang disegani sebagai bintang Kejora
dunia persilatan. Kedudukannya dan kesaktiannya memang sangat tinggi. Jika ia mengakui
hal itu, tentulah takkan terlepas dari".."
"Jika Kak seng taysu berkeras tak mengakui, jelaslah kalau wanita itu hanya
menghembus fitnah belaka ?" kata Siu lam.
"Hm, bagaimana kau tahu ?" Bwe Hong Swat menyeletuk.
Pertanyaan itu membuat Siu lam terpukau tak dapat menjawab.
Lo Hian melanjutkan lagi, "sekalipun Kak seng tak mengakui tetapi wanita itu tetap
mengukuhi pendiriannya. Ia menyatakan bahwa anak perempuan itu adalah darah daging
Kak seng sendiri. Dikatakan dengan jelas tentang hari dan kelahiran anak itu."
"Has, paderi licik ! Masakan anaknya sendiri tak mau mengakui!" damprat Hong Swat.
"Eh, mengapa kau memastikan ucapan wanita itu memang sesungguhnya?" tegur Siu
lam. "Kalau wanita itu gila, mengapa dia tak mengatakan lain orang tetapi berkeras
menuduh tetesan darah Kak seng?" sahut si nona.
"Sebagai pimpinan siau-lim si, Kak seng Taysu amat dihormati orang. Jika ia mau
melindunginya, siapakah yang berani mencari musuh pada wanita itu ?"
Bwe Hong Swat tertegun. Tak tahu apa yang barut ia katakan.
Lo Hian menyambung ceritanya lagi, "sekalipun wanita itu dapat menerangkan hari dan
bulan kelahirannya, namun Kak seng taysu tetap tak mau mengakui. Karena ratapannya
tak berbasil, marahlah wanita itu. Ia mandamprat tandas kepada Kak seng taysu. Percaya
atau tidak, tetapi ia tetap mengatakan bahwa anak perempuan itu tetesan darah Kok seng
taysu, Dan sebelum menjadi paderi. Kak seng itu orang she sip, maka wanita itu
memberikan she sip kepada anak itu dan menamakannya siau hong, Hong adalah nama
dari wanita itu. siau-hong artinya si Hong kecil ?"
"Kalau begitu, paderi itu seharusnya percaya !" tukas Bwe Hong-Swat.
Lo Hian menggelengkan kepala. "Kak seng taysu tetap tak mau mengakui tetapi
meluluskan akan memperkenalkan seorang sahabat untuk memeliharanya !"
"Kalau begitu, dalam hatinya ia sudah menyadari tetapi lahirnya dia tak mau
mengakui?" kata Bwe Hong-Swat.
"Jika soalnya begitu sederhana, akupun takkan muncul mengurusi hal itu lagi," kata Lo
Hian. "Apakah masih ada perubahan lagi, mengajukan pertanyaan kepada Kak seng
bagaimanakah paderi itu hendak bertindak terhadap dirinya."
"Memang telah kuduga maksud tujuan wanita itu. Ialah hendak mencari perlindungan
di bawah kebesaran nama gereja siau lim si," kata Siu-lam.
Lo Hian batuk batuk dua kali lalu menyambung kata-katanya, "Mendengar pertanyaan
wanita itu, tiba tiba Kak seng taysu tertawa dingin dan berseru, "Huh, memang telah
kuduga tujuan mu. Dan ternyata benar." habis berkata Kak seng terus kebutkan lengan
bajunya dan pergi, "Wanita itu bingung ketika melihat Kal seng pergi." kata Lo Hian lebih lanjut, "tiba-tiba
ia loncat membentur Kak seng Taysu, Paderi itupun menghindar kesamping wanita itu
sedang menderita luka parah. Karena menggunakan tenaganya untuk mnmbenturkan diri,
begitu benturannya luput, ia tak menahan peluncuran tubuhnya lagi. Kepalanya
membentur karang, benaknya berhamburan dan melayanglah jiwanya seketika "
"Ah, benar-benar tak terduga sekali. Dalam hal itu Kak seng taysu tak dapat
dipersalahkan!" kata Siu-lam.
Lo Hian tertawa hambar, "Ketika mengetahui wanita itu mati, Kak seng menyesal.
Dipandangnya jenazah itu dengan helaan napas panjang. Kemudian ia sendiri yang
menguburnya?" "Apakah ketika menyaksikan peristiwa yang mengenaskan itu, anak perempuan itu tak
menangisi ibunya?" tanya Bwe Hong Swat.
"Tidak, ia tetap tabah melihat peristiwa ngeri itu tanpa berkata suatu apa. setelah Kak
seng selesai mengubur, barulah anak itu bertanya; "Apakah kau ini benar benar bukan
ayahku?" Sekecil itu ternyata anak perempuan ia sudah mempunyai keberanian yang
mengagumkan. Bukan hanya Kak seng taysu yang terpukau, aku sedikitpun terkejut
sekali. Anak perempuan itu benar-benar sudah lebih dewasa dari usianya"
"Karena wanita itu sudah menggigil, seharusnya Kak seng taysu mau mengakui hal itu."
Bwe Hong Swat menyeletuk.
"Tidak!" sahut Lo Hian, "Kak seng memandang anak itu lekat-lekat sampai ia sekali.
Tiba-tiba ia menengadah kepala dan berkata "Ah, muncul lagi seorang binatang Kemukus.
Jika kubiarkan kau hidup, kelak tentu akan menimbulkan bencana yang jauh lebih hebat
dari ibumu itu. Buddha maha murah, maafkan bedosaanku"." habis berkata tiba tiba
paderi itu mencengkeram anak itu?"
"Hai! Apakah Kak seng taysu sampai hati berbuat sedemikian terhadap seorang anak
perempuan yang tak berdosa?" teriak Siu-lam terkejut,
"Jika benar-benar dia turun tangan, mungkin dunia persilatan takkan dilanda banjir
darah seperti dewasa ini. Ketika ia mengangkat anak itu, tiba tika ia menghela napas dan
perlahan lahan menurunkannya lagi. Adalah karena penundaan itu maka Kak Bong den
Kak Hui muncul kembali. Melihat apa yang telah terjadi di situ, dengan menggerung kedua
pideri itu segera menyerang Kak seng. Kak seng berulang kali berseru meminta kedua adik
seperguruannya itu berhenti dulu. Tetapi kedua paderi itu tak menghiraukan. Mereka
melancarkan serangan yang fatal. Bsrmula memang Kak seng taysu masih dapat melayani,
tetapi lewat beberapa jurus, ketua siau-lim-si itu menjadi kelabakan sehingga terpaksa
balas menyerang"."
Siu lam menghela napas perlahan. Ia hendak bertanya tetapi tak jadi.
Sementara itu Lo Hian pun sedikit menggeserkan tubuhnya lalu menyambung
penuturannya, "Melihat ketiga paderi itu saling baku hantam sendiri, anak peremouan itu
diam-diam melarikan diri. Ah, hebat benar anak itu. Menghadapi peristiwa sedahsyat itu,
bukan saja dia tak menangis, tetapi bahkan dapat berpikir untuk meloloskan diri.
Demikianlah rasa kagumku timbul pada saat itu. Tetapi sekarang, ah, aku menyesal".?"
"Adakah anak itu memang sudah mempunyai pengalaman menyelamatkan diri?" tanya
Bwe Hong-Swat. "Benar," sahut Lo Hian. "sekalipun masih kecil, tetapi anak itu sudab berulang kali
menghadapi peristiwa ngeri semcam itu Dan dia lari justru kearah aku bersembunyi.
Adalah karena terdorong oleh rasa kasihan. saat itu kutolong-nya. selagi tiga paderi itu
masih berhantam hebat, ku bawanya menyelinap pergi"."
"Ah, siapapun yang melihat keadaan itu tentu bersedia menolongnya" ," kata Siu-lam.
Tiba-tiba Lo Hian bangun dan duduk. "Anak perempuan itu bukan lain adalah sip siauhong.
setelah lari belasan li jauhnya, kuajak dia berhenti dibawah pohon. Teringat katakata
Kak seng tadi, kuamat amati wajah anak itu dengan seksama. Memang disela-sela
kedua alisnya memancarkan hawa siluman. saat itu baru kuakui kebenaran ucapan Kak
seng. Jika membiarkan dia hidup sampai dewasa tentu akan menimbulkan bencana pada
rakyat. Tetapi" ah, sayang sekali saat itu aku tak sampai hati untuk membunuh anak
itu"." Lo Hian menghela napas, ujarnya pula, "Adalah karena watakku keras maka
kulanjutkan usanaku. Pikirku, asal aku dapat mendidiknya dengan sekuat tenaga, tentulah
dapat mempengaruhi sifat sifatnya yang jelek. Tetapi tak kira, jerih payah itu sia-sia
belaka"." Kembali ia memejamkan mata. Dua butir air mata menitik dari pelupuk matanya.
Siu lam dan Bwe Hong-Swat saling berpandangan. Ingin mereka hendak menghibur
tetapi tak tahu bagaimana harus memulai kata-katanya.
Kira-kira seperminum teh lamanya keheningan itu berlangsung, dan tiba tiba Lo Hian
membuka mulut lagi; "Demikian dia berangkat dewasa dalam asuhanku. Wajahnyapun
makin mekar serempak dengan kedewasaannya. Makin dewasa makin cantik. Karena
sebenarnya sudah mempunyai prasangka jelek maka kudidiknva dengan keras sekali.
seringkali dia harus menemani disampingku. Dan demi melenyapkan sifat-sifatnya yang
jelek, kuputuskan hubunganku dengan dunia persilatan. Aku jarang muncul keluar dan
membentuk sebuah tempat yang terasing dari dunia ramai. Kuperindah tempat itu dengan
tanaman-tanaman yang aneh dan jarang terdapat. Demikian pula kupelihara unggas dan
burung-burung yang sukar diperoleh didunia. Disamping binatang rusa dan bangau, Apa
bila bermain main ditaman itu, kuharap dia akan terpengaruh oleh keindahan alamnya dan
dapat melepaskan tulang tulang pembawaannya yang jelek itu. Ahh jika merenungkan hal
itu, kesemuanya jerih payah yang kuhamburkan itu hanyalah dikarenakan pengaruh Ke
Akuan saja (egois). Karena diluar kesadaranku, diam-diam aku telah terpengaruh oleh
kecantikannya. Hanya saja pada saat itu aku tak merasakan hal itu ?"
Siu-lam dan Bwe Hong Swat tertarik sekali mendengar penuturan itu. Mereka saling
bertukar pandangan mata sejenak lalu saling tertegun dengan berbagai pikiran.
Perlahan lahan Lo Hian mulai baringkan diri lalu melanjutkan kata-katanya, "Akhirnya
pada malam prahara, aku telah melakukan suatu kesalahan besar dalam hidupku. setelah
peristiwa itu lewat, sesalku tak terkatakan lagi. Ingin aku mati saja. Tetapi pikirku, kalau
aku bunuh diri begitu saja,, masih ringanlah hukumanku. Ku putuskan untuk hidup terus
menderita siksaan Penyesalan telah menyebabkan sikapku berubah dingin kepadanya. Kuanggap dia
seekor cantik yang berbisa. Perubahan sikapku itu, di sadarinya. Rupanya ia merasa tak
betah lagi tinggal disitu dan merencanakan hendak melarikan diri. Ia bersekutu dengan
seorang jago pecundangku, Ban Thian seng, untuk meracuniku. sebenarnya kuketahui hal
itu tetapi aku tak marah. Aku merasa telah merusak kesuciannya dan ia membunuhku,
itulah sudah sewajarnya. Dengan pertimbangan itu, akupun pura-pura tidak tahu dan
membiarkan ia bertindak menurut rencananya. Tetapi ketika aku sudah keracunan dan
hampir mati, tiba-tiba kupikir bahwa aku tak boleh mati. Karena jika aku mati, siapakah
yang mampu mengalahkannya" JiKa ia menimbulkan gara gara di dunia, bukanjkah aku
juga yang bersalah" Dengan keputusan baru itu, aku segera mengatur rencana. Diam
diam kukerahkan tenaga dalam untuk memusatkan racun dalam tubuhku itu ke arah kaki.
Biar aku cacad, aku masih hidup. Dan kuatur siasat. Aku pura-puri mati dan terkapar di
pintu supaya diketahuinya. Diam diam aku telah memutuskan dalam hati, Jika ia dapat
merobah perangainya dan berlaku baik, akan kubiarkan racun itu mengaliri tubuh ku lagi
dan mati. Tetapi ah, ternyata setelah lolos dari perguruan, dia telah melakukan serangkaian
pembunuhan yang menggemparkan. saat itu kedua kaki ku sudah lumpuh sehingga tak
leluasa berjalan, sekalipun mempunyai kemampuan untuk memberantasnya tetapi harus
memerlukan waktu yang lama. Karena sekali ular itu sudah berkeliaran ke luar, sukarlah
diburu jejaknya. Dalam kebingungan aku segera menerima seorang murid lagi.
sebelumnya, dia memang sudah seorang tokoh termasyur dalam dunia persilatan. Tiga
tahun lamanya kuberikan ilmu ajaran kepadanya, agar dia mampu mewakili aku untuk
membersihkan nama perguruan, membasmi si Ular sip siau-hong. Tetapi ketika dia sudah
menyelesaikan pelajaran dan turun gunung, tiba-tiba kupikir lagi, Jika dia sampai
mengkhianati, bukanlah berarti aku menambah dosa lagi " Akhirnya kusuruh dia bersabar
dulu sampai tiga bulan. Dalam waktu itu, kubuatlah sehelai peta Telaga Darah. Karena
saat itu aku merasa bahwa racun yang kupusatkan pada kaki, mulai menyerang ketubuh
lagi. Mungkin aku tak dapat hidup lebih lama lagi. satu satunya untuk mempertahankan
hidup, yalah harus masuk ke dalam sumber air panas dalam gunung berapi. Dengan
meminjam hawa panas dan ditambah dengan tenaga dalam, mungkin dapat menahan
menjalarnya racun itu ?"
"Murid baru yang locianpwe terima itu apakah bukan orang she Tan ?" tiba tiba Siu-lam
menyeletuk. "Benar, dia bernama Tan Thian- siang," Lo Hian mengiyakan.
"Kalau begitu dia tentu kakek dari Tan sumoay." kata Siu- lam seorang diri.
"Lebih baik jangan mengganggu!" dengus Bwe Hong Swat, bentakan itu membuat Siu
lam terdiam. Kemudian Lo Hian melanjutkan ceritanya lagi, "setelah selesai membuat peta Telaga
Darah, kuberikan kepadanya tiga buah Kim-liong
(kantong azimat). Kusuruhnya dia membuka Kantong azimat itu sesuai dengan
waktunya. Dan menjalankan pesan dalam kantong azimat itu.
Kantong azimat pertama berisi, supaya dia menyaru diriku dan memakai namaku,
muncul didunia persilatan sesuai dengan rencanaku, setelah rencana kesatu itu dijalankan,
banyaklah kaum persilatan yang gempar dan berbondong-bondong mengejar jejakku "
Pada Kantong azimat kedua, kusuruh dia nyiarkan peta Telaga darah itu keseluruh
dunia. Dia harus kembali menjadi Tan Thian siang asli yang pura pura mendapatkan peta
itu. Bila ada orang yang sanggup bertempur melawannya sampai lima puluh jurus, dia
harus pura pura kalah dan melepaskan peta itu.
Setelah melaksanakan kedua isi Kantong azimat itu, barulah dia boleh membuka
Kantong yang ketiga. Dalam kantong ketiga itu kuperintahkan dia mewakili aku uutuk
membersihkan nama perguruan, membunuh sip siau hong. Apa bila tiga Kantong itu telah
dilaksanakan dengan baik, berarti dia telah membalas budiku. Dengan penegasan itu
memang sengaja kujaga agar dia jangan sampai jauh dibawah pengaruh kecantikan sip
sian hong sehingga berbalik dia yang akan diperalat atau mungkin dibunuh oleh sip siau
hong"." "Perhitungan locianpwe memang"." baru Siu lam hendak memberi tanggapan, Lo Hian
su dah mendahului, "Kutahu memang dalam kecerdikan dia tak mungkin menang dengan
sip siau hong. Aku harus bertahan hidup untuk mencari daya menundukkan ular cantik itu.
Untuk itu aku harus tinggalkan kampung halaman den masuk kedalam Telaga darah. Akan
kutunggu seorang tunas yang berbakat istimewa. Yang mampu masuk kedalam Telaga
darah dan bertemu muka dengan aku atau mendapatkan barang peninggalanku.
Kemudian keluar lagi untuk menundukkan sip siau-hong.
"Ah, tak kira walaupun sudah membenam diri dalam perut gunung berapi selama
berpuluh tahun, tetap belum muncul orang yang dapat mamecahkan rahasia Telaga darah
itu Aku memang gemar alam pemandangan yang indah untuk mencari ketenangan dan
menyelidiki rahasia alam. sebelum menerima sip siau hong, kupernah masuk sekali
kedalam Telaga darah itu. Diam-diam telah kurancangkan cara cara masuk ketempat itu.
Asal dapat memecahkan rahasia peta itu tentu dapat masuk kedalam Telaga darah"."


Wanita Iblis Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lo Hian menghela napas panjang lalu perlahan lahan mengalihkan matanya kearah Bwe
Hong Swat. "Tiada kusangka sama sekali dia telah di desak sip siau hong supaya bunuh diri loncat
dalam kawah gunung. Dan tak sengaja telah masuk kedalam Telaga darah. Walaupun
telah ku berikan seluruh ilmu kepandaianku kepadanya, tetapi karena tenaganya masih
belum cukup maka sukar untuk menandingi sip siau hong. Paling tidak memerlukan latihan
giat selama tiga tahun, baru dia dapat menghadapi ular itu !"
Kata Bwe Hong-Swat, "Ah, suhu harus menghadapi kesulitan lagi. Tetapi jika dapat
merawat sakit dengan baik baik tentulah akan terlepas dari bahaya maut!"
Lo Hian gelengkan kepala, "Ah, tidak! Keadaanku sembarang saat bisa mati. siksaan
Kisah Bangsa Petualang 4 Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo Laron Pengisap Darah 1

Cari Blog Ini