Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Sin Tiaw Hiap Lu Karya Chin Yung Bagian 25
Tak tahunya selama 20-an tahun Kwe Ong giat berlatih "Kiu-im-cin-keng?" itu kitab pusaka kunci saripati ilmu silat yang tak terkatakan hebatnya, semula tenaga yang dikeluarkannya tidak begitu menonjol, tapi setelah belasan jurus, tahu- tenaga pukulan Hang-liong-cap-pek-ciang bisa ber-ubah kadang2 kuat, tiba2 menjadi enteng lagi, mendadak membadai, tahu2 mereda lagi, dari maha kuat bisa berubah menjadi maha lunak, inilah ilmu sakti yang belum sempat dipahami oleh mendiang Ang Chit-kong dahulu.
Nyata sedikitpun dia tidak terdesak oleh ketiga lawannya yang amat tangguh itu, sebaliknya Kwe Cing malah terus menyerang, makin bertempur makin leluasa.
Sungguh kejut dan kagum Nyo Ko tak terhingga, Ketika di kuburan kuno dahulu pernah juga dia mempelajari "Kiu-im-cin-keng", cuma tiada petunjuk dari orang lain sehingga tidak diketahui kehebatan kitab pusaka yang begini luar biasa, ia coba mengikuti ilmu pukulan Kwe Cing itu dan dicocokkan dengan kunci ilmu yang dipelajarinya dari Kiu-im-cin-keng itu, seketika ia banyak mendapatkan teori baru yang sangat bermanfaat dan diingatnya dengan baik2, seketika iapun lupa akan membunuh Kwe Cing untuk menuntut balas sakit hatinya.
Ilmu silat antara Kim - lun Hoat-ong dan Kwe Cing sebenarnya setingkat, meski Kwe Cing lebih banyak mendapatkan penemuan aneh, tapi usia Hoat-ong lebih tua 20-an tahun, itu berarti keuletannya lebih tua 20 tahun pula, kalau satu lawan satu sedikitnya ribuan jurus baru dapat menentukan menang kalah.
Hoat-ong dibantu Siau-siang-cu dan Nimo Singh, sebenarnya tidak ada baginya mengalahkan lawannya, cuma Hang liong-cap-pek-ciang yang dimainkan Kwe Cing itu teramat lihay, ditambah lagi langkah Paktau-tin ajaran Coan-cin-kau yang digunakan Kwe Cing itu sukar diraba arahnya, seorang se-akan2 berubah menjadi tujuh orang, selain itu pertama kali In Kik-si sudah dilukainya lebih dulu, hal ini telah membikin jeri lawan pula, maka Hoat-ong bertiga menjadi tidak berani sembarangan menyerang, dengan begitu Kwe Cing dapat bertahan dengan satu lawan ketiga orang itu.
Setelah beberapa puluh jurus lagi, lambat-laun roda emas Kim-lun Hoat-ong mulai memperlihatkan daya tekanannya, ular besi Nimo Singh juga makin kencang menyerang, diam2 Kwe Cing mengeluh kalau pertarungan berlangsung lebih lama dan tiba2 pihak lawan datang lagi seorang pembantu, maka pasti dirinya tak sanggup bertahan lagi, sedangkan Nyo Ko yang menempur si gede itu entah bagaimana keadaannya.
Maklumlah, terpaksa ia harus memusatkan perhatian untuk melayani lawannya sehingga tidak sempat mengikuti pertarungan Nyo, Ko melawan Be Kong co di sebelah sana itu.
Tiba2 terdengar suara suitan aneh, kedua kaki Siau-siang-cu kaku menegak dan meloncat ke atas, dari udara pentungnya terus menutuk.
Cepat Kwe Cing mengegos ke samping, mendadak pandangannya terasa gelap, dari ujung pentung orang tersembur keluar asap hidup, seketika hidungnya mencium bau busuk amis, kepala menjadi rada pening Kwe Cing mengeluh, ia tahu pentung lawan itu tersimpan barang racun, cepat ia melangkah mundur.
Siau-siang-cu menjadi heran sekali, sudah jelas Kwe Cing telah mengendus racun yang disemburkan dari pentungnya, tapi tidak jatuh kelengar dan bahkan seperti tidak berhalangan apa2, padahal biarpun singa harimau atau binatang buas apapun juga akan jatuh pingsan jika tersembur oleh racun yang disemburkannya itu.
Segera ia meloncat lagi ke atas, untuk kedua kalinya ia menutuknya pula dengan pentungnya yang berbisa itu.
Dahulu waktu dia berlatih ilmu "mayat hidup" di daerah pegunungan yang sunyi, kebetulan dilihatnya seekor katak kecil sedang bertempur melawan seekor ular besar, katak pura itu menyemburkan hawa berbisa dan merobohkan lawannya yang jauh lebih besar itu.
Dari situlah Siau-siang-cu mendapatkan ilham, ia menangkap katak puru dan diambil lendir berbisanya untuk disembunyikan di dalam pentungnya.
Pangkal pentung ini ada pesawat rahasianya, sekali ditekan dengan jari akan segera menyemburkan asap berbisa, waktu menyemburkan asap berbisa itu Siau-siang-cu sengaja meloncat ke atas supaya daya guna racun itu tambah keras.
Biasanya asap berbisa itu tidak pernah meleset merobohkan musuh, siapa tahu tenaga dalam Kwe Cing sedemikian kuatnya dan sanggup bertahan.
Kim-lun Hoat-ong dan Nimo Singh meski bukan sasaran racun Siau-siang-cu itu, tapi merekapun ikut mengendus racun dan terasa muak, cepat mereka melompat mundur, Siau-siang-cu sendiri sudah memakai obat penawar sehingga tidak kuatir keracunan, ia angkat pentungnya dan menubruk maju lagi.
Sebelum lawan menggunakan racun pula, mendadak Kwe Cing menyambutnya dengan pukulan dahsyat ke dengkul musuh.
Terpaksa Siau-siang-cu tarik kembali pentungnya untuk menangkis, walaupun begitu tidak urung tubuhnya tergentak mundur beberapa langkah oleh tenaga pukulan Kwe Cing yang lihay itu.
Waktu Kwe Cing berpaling ke sana, dilihatnya senjata ular Nimo Singh sedang menyambar tiba.
di siang hati bolong jelas kelihatan ular besi lawan itu dapat mulur mengkeret, tampaknya juga ada sesuatu yang aneh, jika mendadak membidikkan senjata rahasia, seketika sukar ditahan.
Cepat Kwe Cing mendahului menghantam ke dada musuh sebelum senjata ular lawan itu mendekat.
Nimo Sing menyadari betapa hebat tenaga pukulan Kwe Cing, lekas2 ia tarik kembali senjata ularnya, kedua tangan memegangi kedua ujung senjata dan berusaha menangkis pukulan lawan.
Akan tetapi cara Kwe Cing menggunakan tenaga pukulannya ternyata lain daripada yang lain, bagian tengah tidak membawa tenaga, sebaliknya tenaga pakaiannya memencar ke sekeliling titik sasaran jadi tangkisan Nimo Singh lantas terasa hampa, sebaliknya perut dan muka segera merasakan samberan tenaga pukulan yang dahsyat.
Untung gerak-gerik Nimo Singh juga cepat dan gesit, pula tubuhnya pendek kecil, lekas ia menjatuhkan diri, disertai dengan beberapa kali jumpalitan laksana boIa saja ia menggelinding ke sana sehingga luput dari hantaman Kwe Cing itu.
Melihat ada kesempatan baik, cepat Kwe Cing melompat pergi saja - Tanpa ayal ia melangkah ketempat peluang yang di tinggalkan Nimo Sing tadi.
Kim-lun Hoat-ong terkejut melihat musuhnya loIos dari kepungan, cepat ia menubruk maju.
Sementara itu Kwe Cing telah dicegat oleh barisan pasukan Mongol, belasan tumbak telah di tusukkan kearahnya, Mendadak Kwe Cing angkat kedua tangannya, beberapa tombak disampuk pergi, sekali tangannya membalik, dua prajurit kena dicengkeramnya terus dilemparkan ke arah Hoat ong sambil berseru: "Awas, tangkap ini.
" Kalau Kim-lun Hoat-ong tidak pegang kedua perajurit Mongol itu, tentu keduanya akan terbanting mampus, sebaliknya kalau kedua orang itu di tangkapnya, itu berarti dia teralang dan kesempatan itu akan digunakan Kwe Cing untuk kabur lebih jauh.
Dasarnya memang keji, tanpa pikir Hoat-ong terus memiringkan tubuh ke samping dan ditunjuknya kedua perajurit itu dengan bahunya, kontan kedua orang itu terpental beberapa meter jauhnya dan terguling binasa.
Segera pula roda emas mengepruk ke punggung Kwe Cing.
Asalkan Kwe Cing menangkis atau balas menyerang maka sukar lagi untuk kabur.
Cepat Kwe Cing merampas dua tumbak dan menusuk ke belakang, Caranya merampas dan menyerang dilakukannya dalam sekejap saja, sedang kakinya tidak pernah berhenti, tusukannya ke belakang seperti punggungnya bermata saja, tumbak yang satu menusuk bahu kanan Hoat-ong sedang tombak lain menusuk kaki kirinya, jitu lagi keras.
Diam2 Hoat-ong memuji ketangkasan lawan, segera menggunakan roda emas untuk menghantam, "krak-krak", kedua tumbak itu patah semua, karena sedikit merandek itulah Kwe Cing sempat menyusup ke tengah pasukan MongoI.
Pasukan Mongol itu mendapat perintah Kubilai agar menawan hidup2 Kwe Cing, sekarang sasarannya itu malah menerobos ke tengah barisan, dengan sendirinya mereka menjadi serba salah, menawannya sukar, melukainya tidak boleh.
Yang terdengar hanya suara benturan senjata dan bentakan di sana-sini yang riuh, keadaan menjadi kacau dan Hoat-ong bertiga malah teralang.
Dengan sembunyi di tengah pasukan musuh.
Kwe Cing malah dapat lolos dengan leluasa seperti menyusup ke tengah rimba lebat saja.
Beberapa kali lompat dapatlah dia mendekati seorang Pek-hu-tiang, sekali betot ia seret orang itu dari kudanya segera ia cemplak ke atas kuda rampasan itu terus menerjang ke sana-sini, sebentar saja ia sudah menerobos keluar barisan musuh dan membedakan kudanya secepat terbang.
Waktu ia bersuit, kuda merah kesayangan yang menunggu jauh disana itu lalu berlari mendatangi.
Asalkan Kwe Cing sudah berada di atas kuda mestikanya, biarpun Kubilai mengerahkan segenap pasukannya yang paling tangkas juga sukar menyusulnya lagi Dari jauh Nyo Ko dapat melihat kuda merah itu sedang menghampiri Kwe Cing, diam2 ia me-ngeluh, tiba2 ia mendapat akal, oepat ia berteriak: "Aduh, mati aku!"- Habis ini ia sengaja sempoyongan seperti akan roboh, berbareng ia membisiki Be Kong-oo: "Lekas menyingkir, jangan bicara padaku, lekas pergi sejauhnya!" Jeritannya mengaduh itu dilakukan dengan tenaga dalam yang kuat, meski di medan perang yang gaduh itu juga pasti didengar oleh Kwe Cing, ia yakin sang paman pasti akan putar balik untuk menolongnya, tapi kalau Be Kong-co masih berada jadi sekali dipukul oleh Kwe Cing jiwanya dogol itu akan melayang, sebab itulah dia suruh Be Kong-co lekas pergi.
SemuIa Be Kong-co melengak heran, tapi segera ia pikir Nyo Ko pasti mempunyai maksud tertentu, tanpa membantah lagi terus angkat langkah seribu dan berlari ke kemah Kubilai.
Benar juga setelah mendengar jeritan Nyo Ko tadi Kwe Cing menjadi kuatir, tanpa menunggu mendekatnya kuda merah segera ia putar kuda rampasannya tadi dan menerjang lagi ke tengah pasukan, ke arah beradanya Nyo Ko.
Sedikit pikir saja Kim-lun Hoat-ong lantas paham maksud tujuan Nyo Ko itu, maka ia tidak merintanginya melainkan membiarkan Kwe Cing menerjang lewat di sampingnya, tapi kemudian baru ia mencegat jalan mundur lawan itu.
Setiba di dekat Nyo Ko, dengan kuatir Kwe Cing lantas berseru: "Ko-ji, bagaimana kau?" Nyo Ko pura2 sempoyongan dan menjawab: "sebenarnya orang gede itu bukan tandinganku tapi entah mengapa, mendadak dadaku sesak dan perutku sakit" Alasannya ini cukup masuk diakal, sebab ilmu silat Be Kong-co tidak tinggi, kalau dia bilang dikalahkan orang dogol itu tentu Kwe Cing takkan percaya, tapi kalau menyatakan tenaganya mau-tak-mau Kwe Cing akan percaya terutama dihubungkan dengan kejadian semalam, di mana Kwe Cing menyangka lwekang anak muda jta mengalami kemacetan, kalau sekarang penyakitnya komat lagi adalah lazim.
Segera Kwe Cing melompat turun dari kudanya dan berseru: "lekas naik di punggungku, biar kugendong kau!" "Tidak, Kwe-pepek," jawab Nyo Ko pucat "jiwaku tidak soal, tapi engkau adalah tulang punggung pertahanan kota Siangyang, segenap perajurjt dan rakyat jelata di sana sedang menantikan kepulanganmu, engkaulah tumpuan harapan mereka.
" "Kau datang bersamaku, mana boleh kutinggalkan kau di sini?" ujar Kwe Cing," hayo lekas menggemblok di punggungku.
" Ketika nampak Nyo Ko masih ragu2, segera Kwe Cing berjongkok dan menarik anak muda-itu ke atas punggungnya.
Pada saat itu juga kuda rampasannya tadi telah roboh binasa oleh beberapa panah musuh.
Sudah biasa Kwe Cing menyerempet bahaya, semakin gawat keadaannya semakin gagah berani pula dia dan menghadapinya dengan tenang.
"Jangan takut, Ko ji, kita pasti dapat menerjang keluar.
" demikian katanya kepada Nyo Ko, segera ia berdiri dan menerjang ke sebelah utara.
Sementara itu Hoat-ong, Nimo Singh dan Siau siangcu juga sudah menyusul tiba, Kwe Cing melihat kepungan musuh di sekelilingnya terlebih rapat daripada tadi.
Di bawah panji kebesaran di depan kemah sana tampak Kubilai sedang menyaksikan pertarungan sengit itu sambil bicara dengan seorang Hwesio, melihat sikapnya yang "adem ayem" itu jelas Kubilai yakin kemenangan sudah pasti berada ditangannya.
Kwe Cing menjadi gusar, ia menggertak keras dan mendadak menerjang ke arah Kubilai dengan menggendong Nyo Ko, hanya beberapa kali lompatan saja ia sudah sampai di depan Kubilai.
Keruan para pengawal Kubilai terkejut, be-ramai2 mereka mengacungkan tumbak untuk menerjang Kwe Cing Akan tetapi pukulan Kwe Cing luar biasa dahsyatnya, siapa yang berani merintanginya pasti celaka, Ketika seorang pengawal pribadi Kubilai kena dihatiam terpental asal dia menyerobot maju lagi beberapa langkah, tentu pukulannya dapat mengena.
Beberapa pengawal itu berusaha mengadang dengan mati-matian, namun sukar juga menandingi Kwe Cing yang perkasa itu.
Melihat keadaan berbahaya, cepat Kim-lun Hoat-ong menyambitkan toda emasnya dari kejauhan.
Namun sedikit menunduk kepala dapatlah roda itu dihindari oleh Kwe Cing sambil masih terus menerjang maju.
Nyo Ko pikir sampai Kubilai kena ditawan Kwe Cing sebagai sandera, dalam keadaan terpaksa tentu pihak Mongol akan melepaskannya.
Kalau sekarang aku tidak turun tangan, mau tunggu kapan lagi" Dalam keadaan agak ragu2 ia toh bertanya lagi: "Paman Kwe, apakah ayahku berniat amat jahat dan berdosa sehingga engkau harus membinasakan dia?" Melengak juga Kwe Cing atas pertanyaan itu, tapi keadaan tidak mengidzinkannya untuk berpikir ia menjawab: "Dia mengaku musuh sebagai ayah, berkhianat dan melakukan kejahatan setiap orang dapat membunuhnya," "O, begituI" kata Nyo Ko, tanpa ragu ia terus angkat pedangnya dan hendak menikam ke kuduk sang paman.
Pada saat itulah mendadak bayangan berkelebat, sebuah pentung menghantam pedangnya sehingga pedangnya tertangkis ke samping.
Waktu Nyo Ko melirik, kiranya yang bertindak itu adalah Siausiang-cu.
ia menjadi heran mengapa oranj| berbuat begitu, tapi segera iapun sadar: "Ya, kail sengaja menggagalkan usahaku membunuh Kwe Cing agar gelar jago nomor satu itu tidak jatuh kepadaku, Huh, kau mayat hidup ini mana tahu tujuanku hanya ingin menuntut balas saja, tentang nama kosong itu masakah pernah kupikirkan?".
Segera ia putar pedangnya, beberapa kali gebrakan ia desak pentung Siau-siang-cu ke samping menyusul ia hendak menikam lagi ke punggung Kwe Cing.
Waktu itu Kwe Cing lagi melayani gempuran kim-Iun Hoat-ong dan Nimo Singh, ia tidak maut tahu Nyo Ko sedang main gila di atas punggungnya disangkanya anak muda itu lagi menempur Siau siang cu dengan mati2an, malahan ia lantas memperingatkan Nyo Ko: "Awas, Ko-ji, pentungnya itu dapat menyemburkan asap berbisa!" Nyo Ko mengiakan, sementara itu pentung Siau-siang-cu menyambar tiba pula.
Keadaan itu dapat dilihat dengan jelas oleh Kim-lun Hoat-ong.
Nimo Singh yang berdiri di depan sana, jelas Nyo Ko akan berhasil, tapi selalu digagalkan.
oleh Siau-siang cu, dengan gusar mereka lantas membentak: "Hai, Siau-siang cu, kau main gila apa?" Siau-siang-cu menyeringai seram, mendadak pentungnya menghantam Kwe Cing, ketika untuk ketiga kalinya Nyo Ko hendak menikam punggung Kwe Cing, mendadak Siau-siangcu menangkis lagi pedangnya.
Mengingat Nyo Ko lagi kurang sehat, Kwe Cing menguatirkan anak muda itu tidak sanggup melayani serangan Siau-siang-cu, segera ia membaiki tangan kiri dan menghantam ke dada musuh itu, seketika tubuh Siau-siang-cu tergetar dan terpaksa mundur dua-tiga tindak.
Dalam keadaan bebas tanpa rintangan, asal ditikam lagi tujuan Nyo Ko pasti akan tercapai tapi dilihatnya iga kiri Kwe Cing menjadi tidak terjaga karena serangannya kepada Siau-siang-cu, kesempatan itu telah digunakan Nimo Simgh untuk menerobos maju, senjata ularnya terus me-nusuk.
Karena kuatir tikaman akan berhasil setelah mundur segera Siau-siang-cu menubruk lagi dengan cepat, pentungnya terus menutuk hiatto maut di punggung Nyo Ko untuk membuat anak muda itu mau-tak-mau harus menjaga lebih dulu.
Sementara itu tangan kanan Kwe Cing sedang melayani Hoat-ong, kedua orang sedang mengadu tenaga dalam, tapi dia dan Nyo Ko justeru terancam bahaya sekaligus, dasar watak Kwe Cing memang berbudi luhur, dia tidak menyelamatkan diri sendiri, tapi menolong Nyo Ko lebih dulu, tangan kirinya terus menyampuk dengan jurus Sin-Iiong-pah-bwe" (naga sakti goyang ekor), dengan tepat pentung Siau-siang-cu terhantam, sekujur badan Siau-siangcu terasa panas, mukanya yang pucat seketika berubah merah.
Tapi pada saat yang sama, senjata ular Nimo Singh juga sudah menyamber tiba, Kwe Cing sedang mengerahkan sebagian besar tenaganya untuk melayani Kim-lun Hoat-ong serta menghantam Siau-siang-cu sehingga tiada sisa tenaga untuk menahan serangan Nimo Singh itu, dalam keadaan kepepet sedapatnya menarik tubuhnya sedikit ke belakang.
Serangan Nimo Singh itu dapat dielakkan, walaupun begitu kepala ular besi itu toh masuk juga pada iganya sedalam dua tiga senti-seketika Kwe Cing mengerahkan tenaga dan otot tangannya mengencang, daya tusuknya senjata ular tertahan dan sukar menancap lebih dalam dan sebelah kaki Kwe Cing lantas menendang hingga Nimo Singh terjungkal.
Tadinya Nimo Sing sudah bergirang melihat serangannya berhasil mengenai sasarannya dan yakin Kwe Cing pasti akan binasa dan gelar jago nomor satu akan jatuh padanya, sungguh tak terduga.
bahwa dalam keadaan kepepet Kwe Cing sanggup mengeluarkan kepandaian lihay dan ia sendiri malah kena di tendang tepat pada dadanya kontan tiga tulang rusuknya patah.
Kalau disebelah sini ber-turut2 Siau-siang-cu dan Nimo Singh kecundang, di sebelah sana Kim-lun Hoat-ong terus mendesak lebih kuat dengan tenaga pukuIannya, lantaran luka pada iga kiri sehingga tenaga dalam Kwe Cing banyak terkuras, Kwe Cing tidak sanggup bertahan lagi, terasa suatu tenaga maha dahsyat menimpanya, kalau paksakan diri mengadu tenaga tentu jiwa sendiri akan melayang Terpaksa dilepaskan pertahanannya dan menerima sebuah pukulan dengan Lwekang tingkat tinggi telah dilatih selama sepuluh tahun ini.
"Wuaakkk", tumpahlah darah segar keluar dari muIutnya.
Walaupun jiwa sendiri terancam bahaya namun Kwe Cing masih tetap memikirkan keselamatan Nyo Ko, serunya: "Lekas rebut kuda dan lari, Ko-ji, akan kutahan kejaran musuh bagimu!" Betapapun hati Nyo Ko tergetar dan darah bergolak dalam rongga dadanya demi menyaksikan sang paman membelanya mati2an tanpa menghiraukan keselamatan sendiri, tak terpikir lagi olehnya tentang dendam kesumat segala, ia pikir sedemikian luhur budi paman Kwe, kalau aku tidak membalas budi kebaikannya ini berarti percumalah hidupku ini.
! Segera ia melompat turun dari gendongan sang paman, ia putar pedangnya sedemikian kencang untuk melindungi Kwe Cing.
ia mengamuk seperti banteng ketaton, ia menyerang mati2an.
. " Kim-lun Hoat ong dan Siau-siang-cu tercengang melihat tindakan anak muda itu, seru mereka: "Hai, Nyo Ko, apa2an kau ini?" Nyo Ko tidak menjawab "sret", ia menusuk Hoat-ong, begitu musuh mengelak "sret" serangannya beralih ke arah Siau-siang-cu.
Melihat Nyo Ko seperti orang kalap, tanpa terasa mereka sama melompat mundur.
"Jangan urus diriku, Ko-ji, lekas kau menyelamatkan dirimu!" seru Kwe Cing.
"Kwe-pepek, akulah yang bikin susah padamu, biarlah aku mati bersama kau saja," teriak Nyo Ko sambil putar pedangnya dengan kencang dia hanya melindungi Kwe Cing saja tanpa menghiraukan bahaya yang mengancam dirinya sendiri Kim-lun Hoat-ong dan Siau-siang-cu sama2 ingin berebut gelar "jago nomor satu", karena itu mereka saling berlomba menawan atau membunuh Kwe Cing, senjata mereka berbareng menyerang.
Tapi Nyo Ko telah putar pedangnya begitu hebat sehingga kedua orang itu tak dapat mendekat.
Di sekeliling mereka be-ribu2 perajurit Mangol bersorak sorai riuh rendah mengikuti pertarungan sengit itu.
Ber-ulang2 Kwe Cing mendesak Nyo Ko lekas lari, tapi anak muda itu tetap bertempur membelanya, ia menjadi cemas dan berterima kasih pula, akhirnya ia merasa lemah dan tidak sanggup bertahan Iagi, kedua kakinya terasa lemas,jatuh terduduk.
Nimo Singh benar2 tangkas, meski tulang rusuknya patah tiga buah, ia angkat senjata ular dan mendekat dengan pelahan untuk membunuh Kwe Cing, Sekuatnya Nyo Ko menghalau ini, ia tahu sendirian sukar menahan tiga lawan, mendadak ia menarik Kwe Cing ke punggungnya dengan nekat ia terus menerjang keluar.
Kepandaian Nyo Ko memangnya bukan tandingan Kim-lun Hoat-ong, kini dia menggendong Kwe Cing, tentu saja dia tidak sanggup bertahan, Beberapa gebrakan kemudian lengan kirinya telah kena dilukai oleh roda emas Hoat-ong.
Pada detik yang berbahaya itulah se-konyong2 pasukan Mongol yang mengepung itu tersiak ke samping, seorang tua berkaki pincang bertongkat besi tampak menerjang datang dengan memutar senjatanya yang berbentuk palu besar.
"Lekas terjang keluar, Nyo Ko, akan kulindungi kau dari belakang!" seru kakek pincang itu.
Kiranya dia adalah Pang Bik-hong, murid Ui Yok-su.
Seperti diketahui, dia dipaksa wajib kerja bagi pasukan Mongol untuk menggembleng dan membuat senjata, tapi diam2 ia bercita2 akan membunuh beberapa perwira Mongol namun selama ini belum ada kesempatan.
Kebetulan hari ini ia terdengar suara pertempuran yang sengit, dari tempat ketinggian ia melihat Kwe Cing dan Nyo Ko dikepung, segera ia menerjang ke sisi untuk membantu merek.
, Ia putar palunya yang besar itu dengan kencang, siapa yang kebentur pasti kepala remuk dan tulang patah, karena itu dia berhasil membuka suatu jalan berdarah, Tentu saja Nyo Ko bergirang, cepat ia menerobos ke sana.
Tapi Kim-lun Hoat ong tidak tinggal diam, ia putar rodanya dan sekaligus mengadang di depan Nyo Ko dan Pang Bik-hong, ia sambut semua serangan kedua orang itu.
. Hanya kalau pentung Siau-siang-ou menghantam ke punggung Kwe Cing, maka Hoat-ong lantas memberi kesempatan pada Nyo Ko untuk menangkisnya agar serangan Siau-siang-cu itu gagal mengenai Kwe Cing.
Tapi jika rodanya mengepruk Kwe Cing, Siau-siang-cu juga lantas ayun pentungnya untuk menangkiskannya, untunglah kedua orang itu saling berlomba membunuh Kwe Cing, kalau tidak biarpun Nyo Ko bertempur mat2an juga sukar untuk menyelamatkan jiwa Kwe Cing.
sementara itu Kwe Cing dan Nyo Ko sudah bertempur sekian lamanya di tengah kepungan musuh yang ketat itu, Kim-lun Hoat-ong tidak sangsi lagi, cepat ia menubruk maju, rodanya terus menghantam dan beradu dengan pedang Nyo-Ko Kun-cu-kiam yang didapatkan Nyo Ko dari Coat-ceng-kok itu sangat tajam, roda Hoat-ong tertabas secuil, tapi Hoat-ong terus mendorong rodanya ke depan dengan tenaga kuat, kuatir Kwe Cing terluka, Nyo Ko tak berani mengegos ke samping, terpaksa ia menangkis pula dengan pedangnya, karena roda itu sudah menyerang dulu ke samping belakangnya, maka lengannya kembali tergores luka dan mengucurkan darah.
Meski lukanya tidak parah, namun sekali ini, pembuluh darah teriris oleh tepian roda yang tajam, darah terus mengalir, lambat laun Nyo Ko merasa lemas, tenaga juga semakin kurang, sedangkan musuh menyerang lebih gencar sehingga tak sempat membalut lukanya.
Dengan putar tongkat dan palunya Pang Bik-hong bermaksud membantu, namun pukulan Hoat-ong telah membuatnya kelabakan.
Melihat kesempatan baik, mendadak Siau-siang cu melompat ke atas, pentungnya terus menutuk kepala Kwe Cing, segera ia hendak menggunakan asap berbisa.
Tentu saja Nyo Ko terkejut, dengan menggendong Kwe Cing, gerak-geriknya menjadi kurang gesit, tanpa pikir ia mengulur tangan kiri untuk menangkap ujung pentung musuh menyusul pedang di tangan kanan terus menusuk.
Keadaan Nyo Ko sekarang sama sekali tidak terjaga, kalau mau dengan mudah saja Hoat-ong dapat membinasakan anak muda itu, tapi Hoat-ong sengaja hendak memperalat Nyo Ko untuk menghalau serangan Siau-siang-cu, maka setelah mendesak mundur Pang Bik-hong, segera ia mencengkeram punggung Kwe Cing, dengan menawan Kwe Cing hidup2 berarti suatu jasa maha besar.
Dalam pada itu Nyo Ko telah mengeluarkan segenap kemahirannya, ia merebut pentung dan menusuk dengan pedang, kedua gerakan ini dilakukan dengan sekaligus belum lagi kaki Siau-siang-cu menancap kembali di atas tanah, tahu2 pentungnya sudah dipegang lawan, malahan pandangannya menjadi silau, ujung pedang Nyo Ko sudah nyamber tiba di depan Dalam keadaan kepepet, tiada jalan lain kecuali pentung diIepaskannya, tubuhnya terus balik ke belakang dan dengan begitu jiwanya dipertahankan.
Sementara itu Pang Bik-hong menjadi melihat keadaan cukup gawat, kembali tongkat dan palunya menghantam ke punggung Kim-Iun Hoat-ong, Terpaksa Hoat-ong membaliki rodanya untuk menangkis, "trangtrang", tangan tergetar sakit namun sebelah tangannya masih terus mencengkeram ke punggung Kwe Cing.
Pang Bik-hong meraung keras, tongkat dan palu dibuangnya terus menubruk maju dengan kalap, ia rangkul tubuh Kim-Iun Hoat-ong se-kencang2nya, seketika kedua orang jatuh terguling, Tidak kepalang gusar Hoat-ong, "blang".
ia hantam pundak Pang Bik-hong hingga isi perut murid Ui Yok su itu serasa terjungkir balik dan rontok.
Namun Pang Bik-hong benar2 sudah nekat, ia telah menyaksikan keganasan pasukan Mongol dan betapa hebatnya Siangyang digempur serta cara Kwe Cing berusaha menghalau musuh dengan mati2an, ia tidak kenal Kwe Cing dan juga tidak orang adalah menantu gurunya, cuma ia pikir kalau Kwe Cing mati, tentu kota Siangyang juga jatuh, sebab itulah ia sudah bertekad akan menoIong Kwe Cing sekalipun jiwa sendiri harus terbunuh.
. . Begitulah tanpa ampun Kim-lun Hoat-ong menghantam beberapa kali, seketika otot Pang Bik-hong putus dan tulang remuk, walaupun terluka parah, namun rangkulannya tidak menjadi kendur, bahkan semakin kencang sehingga kesepuluh jarinya ambles ke dalam daging tubuh Kim-lun Hoat-ong.
Tadinya perwira dan perajurit Mongol hanya menyaksikan pertarungan sengit itu, mereka yakin Kim-lun Hoat-ong dan Lain2 pasti akan berhasil kini mendadak tampak Hoat-ong terguling dan Siau-siang-cu melompat mundur, serentak mereka terus mengerubut maju.
Dalam keadaan demikian, sekalipun tidak terluka juga Kwe Cing dan Nyo Ko sukar menahan terjangan beribu2 orang itu.
Diam2 Nyo Ko mengeluh nasibnya sekali ini pasti akan tamat Tapi sebelum ajal ia pantang menyerah, tanpa pikir ia putar pentung rampasannya dari Siau-siang-cu.
Mendadak terdengar mendesis dari ujung pentung itu tersembur keluar asap, kontan sepuluh perajurit Mongol yang paling depan itu roboh terguIing.
Kiranya tanpa sengaja Nyo Ko telah menyentuh pesawat rahasianya itu dan menyemprotkan asap berbisa yang tersimpan di dalamnya.
Tercengang juga Nyo Ko, tapi segera iapun sadar apa artinya itu, cepat ia gendong Kwe Cing dan melangkah ke depan.
Dilihatnya pasukan musuh membanjir tiba pula dari kanan-kiri, cepat ia tekan pesawat rahasia pentung itu, asap hitam tersembul keluar lagi dan berpuluh perajurit musuh kembali terguling.
Meski perwira dan perajurit Mongol, pada umumnya sangat tangkas di medan perang, tapi rata2 percaya tahayul, serentak mereka ber-teiak2: "Awas, dia bisa ilmu sihir, lekas menyingkir lekas!.
. " Dengan leluasa dapatlah Nyo Ko menerjang lagi ke depan, ketika ia persuit, kudanya yang kurus itu mendekatinya dari sana, Nyo Ko sendiri sudah lelah, ia taruh Kwe Cing di atas kuda, ia sendiri tidak sanggup lagi lomoat ke atas kudanya, ia hanya tepuk pelahan pantat kuda itu dan berkata: "Kuda baik, lekas lari !" Kuda itu sangat cerdik pula, dahulu Nyo Ko menyelamatkan jiwanya maka iapun cinta kepada majikannya, sebelum sang majikan naik di punggungnya, ia hanya angkat kepala dan meringkik saja, betapapun tidak mau lari dengan cepat.
Karena keadaan sangat gawat, pasukan Mongol sedang mengejar datang, terpaksa Nyo Ko gunakan pentungnya untuk menjojoh pantat kuda agar berlari, "Lekas kabur, kuda baik.
" serunya Tak terduga karena ulahnya, tutukan pentung itu rada menceng dan mengenai kaki Kwe Ceng.
sebenarnya Kwe Cing dalam keadaan hampir tak sadar, tutukan pentung itu membuatnya membuka matanya, segera ia tarik Kyo Ko ke atas kuda.
Merasakan sang majikan sudah berada di punggungnya, kuda itu meringkik girang dan membeda secepat terbang.
Terdengar suara tiupan tanduk riuh rendah di sana sini, pasukan Mongol mengejar dengan kencang, segera Kwe Cing bersuit, kuda merahnya berlari mendekati kuda kurus itu dan menggosokkan moncongnya pada tubuh Kwe Cing.
. . Nyo Ko tahu kuda sendiri itu betapapun tak dapat menandingi kecepatan kuda merah Kwe Cing itu, sementara itu pasukan Mongol melepaskan panah dari belakang.
ia rangkul Kwe Cing dan sekuatnya melompat keatas kuda merah.
Pada saat itu juga terdengar suara mendengung di belakang, roda emas Hoat-ong sedang menyambar tiba.
Sedih juga Nyo Ko, ia tahu si pandai besi she Pang jelas telah menjadi korban keganasan Kim-lun Hoat-ong.
Dalam pada itu roda musuh sudah semakin mendekat, ia berusaha mendekam di atas kuda dengan harapan roda itu menyamber lewat di atas tubuhnya, Tapi dari suara mendengung itu kedengaran berada di bagian bawah, agaknya sasaran roda itu adalah kaki kuda.
Serangan Kim-lun Hoat-ong ini sungguh keji, Setelah memukul mati Pang Bik-hong tadi, waktu ia berdiri kembali, dilihatnya Kwe Cing dan Nyo Ko sudah menyemplak ke atas kuda, untuk mengubernya jelas tidak keburu lagi segera ia mengumpulkan tenaga dan menyambitkan roda emasnya.
Yang diarah adalah kaki kuda, ia pikir andaikan Nyo Ko atau Kwe Cing tentu korbannya akan tetap dibawa lari oleh kuda itu, hanya kalau kaki tertabas patah barulah maksud tujuannya akan tercapai Begitulah ketika mendengar roda musuh semakin mendekat, terpaksa Nyo Ko membaliki pedang ke belakang untuk menangkis, ia menyadari tenaga sendiri sudah lemah, tangkisan itu tetap sukar menahan roda musuh, soalnya sudah kepepet ia hanya berbuat sebisanya saja.
Tampaknya roda itu semakin mendekati tinggal satu meteran saja dari kaki kuda, suara mendengungnya terdengar mengejutkan Nyo Ko coba, mengacungkan pedangnya ke bawah untuk melindungi kaki kuda.
Siapa duga kuda merah itu seperti sudah keranjingan setan saja, larinya semakin kencang, sekejap kemudian jarak roda dan kaki itu-tetap semeteran dan tidak bertambah dekat Sungguh girang Nyo Ko tak terpikirkan, ia tahu samberan roda emas musuh itu makin lama tentu ma-kin lemah.
Benar juga, sejenak pula jarak roda ini dengan kaki kuda itu sudah bertambah jauh, kini sudah ada dua meteran, habis itu lantas tiga meter, empat meter dan semakin jauh tertinggal di belakang Akhirnya "trang" roda emas itu jauh ke tanah.
Selagi bergirang, Yo Ko mendengar suara ringkikan kuda, waktu ia menoleh ke belakang, dilihatnya kudanya sendiri tadi telah terkapar dengan panah menancap di perut.
Hati Nyo Ko menjadi pedih dan tanpa terasa mencucurkan air mata mengingat jasa kuda kurus itu.
Dalam pada itu kuda merah masih terus membedal secepat terbang, dalam sekejap saja pasukan Mongol yang mengejar itu sudah jauh tertinggal di belakang.
Sambil merangkul tubuh Kwe Cing, kemudian Nyo Ko bertanya "Bagaimana keadaanmu Kwe-pepek?" Kwe Cing hanya bersuara lemah sekali dan tidak menjawabnya.
Waktu Nyo Ko memeriksa pernapasannya, terasa napasnya cukap keras, agaknya tidak menjadi soal sementara ini, hatinya terasa lega dan ia sendiri lantas pingsan malah.
Entah berapa lama ia mendekap di atas kuda dalam keadaan lelap, ketika mendadak dilihatnya di depan be-ribu2 perajurit musuh mengadang pula hendak menangkap Kwe Cing, segera ia memutar pedangnya sambil ber-teriak2: "Jangan mencelakai paman Kwe!" - ia memudar pedangnya serabutan dan mendadak pandangannya menjadi samar2 di sana-sini banyak wajah orang yang sedang memperhatikannya, waktu ia mengawasi lebih jelas, tiba2 sebuah wajah yang sangat dikenalnya tampak tersenyum padanya.
Siapa lagi dia kalau bukan Siaoliong li.
Nyo Ko merasa sepeiti dalam mimpi saja, serunya: "He, Kokoh, engkau juga berada disini.
Lekas - lari, jangan pikirkan diriku, Kwepepek, mana Kwe-pepek?" "Tenanglah, Ko-ji, kau sudah pulang di sini, Kwe-pepekmu juga selamat, jangan kuatir," kata Siao-liong-li dengan suara lembut Sangat lega hati Nyo Ko mendengar keterangan itu, baru sekarang ia merasakan tubuhnya lemas lunglai, ruas tulangnya se-akan2 terlepas semua, segera ia pejamkan mata pula.
Didengarnya suara Ui Yong sedang berkata: "Dia sudah siuman dan tak beralangan lagi, engkau masih mengawasi dia di sini.
" Terdengar Siao-liong-li mengiakan, lalu Ui Yong melangkah pergi.
Tapi sebelum keluar kamar, tiba2 terdengar suara kresek di atap ramah, air muka Ui Yong berubah, sekali ayun tangannya tiup padam api lilin.
Nyo Ko juga kaget dan cepat berduduk, dia cuma terluka luar lantaran banyak mengeluarkan tenaga pula terlalu seIama daIam pertempuran, sebab itulah dia jatuh pingsan.
Tapi setelah istirahat sekian lama, pula Ui Yong telah memberi obat mujarab buatan Tho-hoa-to.
tenaganya sudah pulih sebagian besar, maka begitu mendengar suara mencurigakan segera ia berbangkit hendak menghadapi musuh.
Namun dalam keadaan gelap Siao-liong-li sudah mengadang di depannya dengan pedang terhunus desisnya kepada Nyo Ko: "jangan bergerak, Ko-ji, kujaga kau di sini!" Dalam pada itu terdengar suara gelak tertawa seorang di atas rumah, katanya: "kedatangan ku adalah untuk menyampaikan surat, tak kuduga bahwa menurut adat menerima tamu kalian adalah dalam keadaan gelap gulita.
" -Dari suaranya dapat dikenali orang ini adalah murid Kim-lun Hoat-ong, yakni pangeran Hotu.
"Menurut adat istiadat bangsa kami, menerima tamu yang terhormat harus di tempat yang terang, untuk menghadapi tamu yang suka main sembunyi paling baik dilakukan pada malam gelap gulita," jawab Ui Yong.
Seketika Hotu tak dapat berdebat lagi, pelahan ia melompat turun ke pelataran dan berscru: "Sepucuk surat ini diaturkan kepada: Kwe-Tayhiap.
" Ui Yong membuka pintu kamar dan menjawab: "Baiklah, silakan masuk!" Namun Hotu ragu2 karena kamar itu gelap gulita, ia berdiri di luar kamar dan berkata pula: "lnilah suratnya, harap diterima saja?" "Kau mengaku sebagai tamu, mengapa tidak mau masuk kemari?" tanya Ui Yong.
"Laki2 sejati tidak sudi tersudut di tempat berbahaya, perlu waspada kemungkinan di jebak" ujar Hotu.
"Huh, masakah ada laki2 sejati mengukur orang lain dengan jiwa rendah seorang pengecut?" jengek Ui Yong.
Muka Hotu menjadi merah, diam2 ia mengakui ketajaman mulut Ui Yong, kalau berdebat pasti bakal kalah, daripada malu lebih baik mundur teratur saja.
Maka ia tidak bicara pula, dengan pandangan tajam ke arah pintu ia menyodorkan surat yang dibawanya itu.
Ui Yong menjulurkan pentung bambunya dan mendadak menutuk kemuka orang, keruan Hotu terkejut dan cepat melompat mundur, tahu2 tangannya terasa kosong, surat yang dipegangnya entah kabur kemana" Kiranya ketika pentingnya menutuk, berbareng Ui Yong terus memutar ujung pentung ke bawah untuk menyanggah surat yang disodorkan Hotu itu, ketika Hotu melompat mundur, surat itu seperti meiengket di ujung pentung dapat ditarik oleh Ui Yong.
soalnya dia sedang hamil tua dan tidak ingin menemui tamu, sebab itulah dia tidak mau berhadapan dengan musuh.
Setelah terkejut segera pula dia berubah menjadi lesu, semangatnya yang menyala ketika memasuki Siangyang seketika lenyap sebagian besar menghadapi kelihayan Ui Yong itu, segera ia berseru: "Surat sudah kuserahkan sampai bertemu pula petang besok!" Diam2 Ui Yong mendongkol atas kekurang-ajaran orang yang berani datang dan pergi sesukanya di kota Siangyang mi, mendadak ia ambil poci teh yang terletak di atas meja itu, air teh yang masih panas didalam poci itu terus dipancur-kan ke sana.
Sebenarnya sejak tadi Hotu sudah siap siaga menghadapi segala kemungkinan kalau ada senjata rahasia menyambar keluar dari dalam kamar, akan tetapi pancuran air teh panas itu datangnya tanpa suara apa2, tiada suara mendenging seperti senjata rahasia tajam umum nya, maka ketika dia mengetahui apa yang terjadi, tahu2 leher, dada dan lengannya sudah basah kuyup oleh air teh yang panas itu, ia menjerit terkejut dan cepat mengegos puja ke samping.
Namun Ui Yong sudah berdiri ditepi pintu sebelum Hotu berdiri tegak, cepat pentung bambunya menjulur ke lengan gaya "menjegal" dari Pakkau-pang-hoat (ilmu permainan pentung penggebuk anjing), "plok", ia sabet kaki Hotu hingga pangeran Mongol itu jatuh terjungkal.
Cepat Hctu melompat bangun, tapi gaya menjegal pentung Ui Yong masih terus bekerja dengan cepat, belum lagi dia berdiri sudah dirobohkan pula dan begitu seterusnya dia jatuh bangun hingga kepala pusing tujuh keliling.
Sebenarnya ilmu silat Hotu tidaklah rendah, kalau bertempur benar2 dengan Ui Yong rasanya takkan dirobohkan secara begitu mengenaskan walaupun kepandaiannya memang masih kalah tinggi dan dibawah pangcu kaum jembel yang sedang hamil tua ini.
Tapi lantaran mendadak dia disembur air teh panas, dia mengira kena serangan obat berbisa yang sangat lihay dan bisa jadi jiwanya akan melayang, kalau tertahan lebih lama dan air racun itu bekerja, bukan mustahil badannya akan membusuk dan entah bagaimana dia akan tersiksa.
Dalam keadaan kejut dan ragu2 itulah mendadak Ui Yong menyerangnya pula, bahkan pentungnya menyambet ber-turut2 tanpa berhenti, sama sekali dia tidak sempat balas menyerang, keruan dalam kegelapan itu ia jatuh bangun hingga hidung bocor kepala benjut.
Sementara kedua saudara Bu juga mendengar keributan itu dan memburu tiba, segera Ui Yong menyuruh mereka meringkus Hotu.
Mendadak Hotu mendapat akal, ia tahu kalau bangun lagi pasti akan di jegal jatuh pula, maka ia pura2 menjerit dan terbanting jatuh, padahal tubuhnya memang sudah kesakitan maka sekalian ia lantas berbaring di situ untuk mengaso, Ketika kedua saudara Bu menubruk maju hendak menawannya, se-konyong2 Hotu menjulurkan kipasnya dan sekaligus tutuk Hiat-to kaki kedua orang, menyusul ia dorong tubuh kedua saudara Bu untuk merintangi pentung Ui Yong, ia sendiri terus melompat ke sana dan naik ke atas pagar tembok.
"Ui pangcu, lihay benar permainan pentung-mu, tapi goblok amat anak didikmu!" serunya dengan tertawa.
"Huh, tubuhmu sudah terkena air beracun, mana orang lain mau menyentuh tubuhmu?" jengek Ui Yong.
Seketika Hotu melengak kaget, ia merasa air panas yang mengenai tubuhnya itu berbau teh, entah air racun macam apa" Rupanya Ui Yong dapat menerka pikirannya, ia berkata pula: "Kau terkena racun, tapi sama sekali kau tak tahu nama racunnya, tentu matipun kau tidak rela, Baiklah, biar kuberitahukan, air racun itu bernama Cu-ngo-kian-kut teh (teh pembusuk tulang sampai lohor).
" "Cu-ngo-kian-kut-teh?" Hotu mengulang istilah itu.
. "Benar," ujar Ui Yong.
"Setetes saja racun itu mengenai tubuh, maka sekujur badan akan membusuk hingga kelihatan tulangnya pada waktu Iohor.
Nah, kau masih ada waktu beberapa jam, lekas pulang saja untuk mengurus tempat kuburanmu.
" Hotu tahu Ui-pangcu dari Kay-pang ini terkenal lihay dan cerdik, bahwa dia mampu meracik obat racun seperti apa yang dikatakan itu memang tidak perlu disangsikan lagi, seketika ia menjadi termangu bingung, apa mesti pulang menanti ajal atau merendah diri untuk mohon obat penawarnya" Ui Yong juga tahu pangeran Mongol itu bukan orang bodoh, tentang air racun segala hanya dapat menipunya sementara, lama2 tentu juga akan diketahui kebohongannya.
Maka ia lantas berkata pula.
"Sebenarnya kita tiada dendam apa2, kalau kata2mu tidak kasar, tentu jiwamu takkan melayang.
" Dari naga ucapan orang Hotu merasa ada setitik sinar harapan untuk hidup, tanpa pikir harga diri lagi segera ia melompat turun dari pagar tembok, ia memberi hormat dan berkata: "Ya,Cayhe-tadi berlaku kasar padamu, mohon Ui-pangcu sudi memaafkan.
" Berdin di belakang pintu dapatlah Ui Yong meraba secomot kotoran debu, lebih dulu ia ludahi dan dipelintir menjadi butiran, Dengan pelahan ia selentikkan "obat pil" itu kepada Hotu sambil feerkata: "Baiklah, lekas minum!" Cepat Hotu menangkap "pil" itu dan tanpa pikir terus ditelan mentah2, walaupun rasanya agak pahit namun jiwa selamat paling perlu, ia memberi hormat pula dan mengucapkan terima kasih kepada Ui Yong, Kini ia sudah patah semangat ia mundur2 ke tepi pagar tembok baru melompat ke atas dan angkat kaki.
Ui Yong menghela napas gegetun setelah Ho tu pergi, dibukanya Hiat-to kedua saudara Bu yang terkutuk tadi.
Teringat olehnya kata2 ejekan Hotu tadi, "Iihay sangat permainan pentung Ui-pangcu, tapi goblok amat anak didikmu", ia menjadi sedih melihat kedua saudara Bu.
Meski caranya menjatuhkan Hotu tadi tidak menggunakan tenaga, tapi perutnya terasa rada sakit juga, ia duduk mengaso di kursi.
Sementara itu Siao-liong-li telah menyalakan api lilin, Ui Yong coba membuka surat antaran Hotu itu dan dibacanya, Kiranya surat itu dari Kim-lun Hoat ong yang menyatakan kagum atas ketangkasan Kwe Cing, yang dapat datang dan pergi di tengah pasukan Mongol itu, untuk itulah Kim-lun Hoat-ong menyatakan hendak mengadakan kunjungan balasan ke Siangyang besok.
Tentu saja Ui Yong terkejut, ia perlihatkan surat itu kepada Nyo Ko dan Siao-liang li- Katanya: "Meski tembok benteng Siangyang sangat kuat, tapi sukar menahan tokoh2 persilatan.
Paman Kwe terluka parah, akupun tidak mampu berbuat banyak, sedangkan musuh akan datang secara benar2 bagaimana baiknya nanti?" "Paman Kwe.
. . " belum lanjut ucapan Nyo-Ko, tiba2 dilihatnya Siao liong li melirik padanya dengan sinar mata yang mengandung arti menyalahkannya menyelamatkan jiwa Kwe Cing, seketika ia tidak melanjutkan perkataannya.
Ui Yong menjadi curiga, ia tanya pula: "Nona-Liong, kesehatan Ko-ji juga belum pulih, nanti terpaksa harus mengandalkan engkau dan Cu Cu-liu, Cu-toako menghadapi kedatangan musuh.
" Siao-liong-li tidak biasa berdusta dan ber-pura2, apa yang dipikirkan.
itu pula yang dikatakan, dengan tak acuh ia lantas menjawab: "Aku cuma melindungi Ko-ji seorang, mati-hidup orang lain tiada sangkut paut dengan kami.
. " Tentu saja Ui Yong bertambah heran, seketika iapun tidak dapat bertanya lebih banyak, hanya dikatakan kepada Nyo Ko: "Menurut paman Kwe, semuanya berkat perjuanganmu.
" Teringat kepada maksudnya hendak membunuh Kwe Cing, Nyo Ko merasa malu diri, jawabnya: "Ah siautit tidak becus hingga membikin Kwe pepek terluka.
" "Kau sendiri istirahat dulu, kalau musuh datangi jika tidak mampu melawan dengan tenaga dapatkah kita mengalahkan mereka dengan akal," ujar Ui Yong, Lalu ia berpaling kepada Siao-liontg-Ii "Nona Liong, marilah ikut padaku, aku ingin bicara sebentar dengan kau.
" "Tapi dia. . . . . " Siao-liong-li ragu2 memandangi Nyo Ko.
Sejak pulangnya anak muda itu, Siao-liong-li terus menunggunya di situ, maka ia merasa berat meninggalkan anak muda itu.
"Musuh menyatakan akan datang besok, ku-yakin malam ini pasti takkan terjadi sesuatu," ujar Ui Yong, "Marilah ikut, apa yang hendak kubicarakan ada hubungannya dengan Ko-ji.
" Siao-liong-li mengangguk.
Lebih dulu ia membisik beberapa pesan kepada Nyo Ko, habis itu baru ikut Ui Yong keluar kamar, Ui Yong membawanya ke kamarnya sendiri, letelab menutup pintu kamar barulah ia berkata: "Nona Liong, kau bermaksud membunuh kami suami istri, bukan?" Walaupun watak siao-liong-li polos bersih, tapi dia bukanlah orang bodoh, dia bertekad akan membunuh Kwe Cing dan Ui Yong untuk menolong jiwa Nyo Ko, kalau Ui Yong memancingnya dengan kata2 mana dapat mengelabuinya, tapi sekarang Ui Yong dapat meraba wataknya yang lugu, tanpa tedeng aling2 ia tanya secara langsung, Karuan Siao-liong-li menjadi melengak dan menjawab dengan tergagap "Ka.
. . kalian baik kepada kami, mengapa kami.
. . kami membunuh kalian?" Melihat sikap orang, Ui Yong tambah yakin akan dugaannya segera ia berkata pula: "Kau tidak perlu merahasiakannya lagi, sudah kuketahui maksud kalian, Ko-ji menganggap kami yang membinasakan ayahnya, maka dia ingin membunuh kami untuk menuntut balas, Kau suka kepada Ko-ji dan hendak membantu terlaksana cita2nya itu.
" Karena isi hatinya dengan jitu kena dikatai, dasar Siao-liong-li memang tidak bisa berdustai, seketika ia terdiam, sejenak kemudian barulah ia menghela napas dan berkata: "Sungguh aku tidak paham!" "Tidak paham apa" tanya Ui Yong.
"Sebab apa tadi Ko ji menyelamatkan Kwe-tayhiap dengan mati2an, padahal dia sudah berjanji dengan Kim-lun Hoat-ong akan membunuh Kwe- tayhiap," kata Siao-liong-li.
Terkejut juga Ui Yong mendengar keterangan itu, bahwa dia sudah menduga ada maksud jahat pada Nyo Ko, tapi sama sekali tak tersangka anak muda itu akan bersekongkol dengan pihak Mongol.
Maka iapun tenang2 saja dan berlagak sudah mengetahui semuanya, katanya: "Mungkin dia melihat Kwe-tayhiap sangat baik hati padanya, akhirnya dia sendiri tidak tega turun tangan.
" Siao-liong-li mensangguk, katanya dengan sedih: "Urusan sudah telanjur begini, apa mau dikatakan lagi" Kalau dia tidak memikirkan jiwanya sendiri, ya terserah padanya, Aku sudah tahu dia adalah orang paling baik di dunia ini, dia lebih suka mati sendiri daripada mencelakai musuhnya.
" Sekilas timbul beberapa pertanyaan dalam benak Ui Yong, tapi sukar juga menarik kesimpulan dari arti ucapan Siao-liong-li itu.
Dilihatnya air muka si nona sangat sedih dan cemas, sedapatnya iapun menghiburnya: "Tentang kematian ayah Ko-ji itu memang banyak lika-likunya, biarlah kelak kita membicarakannya secara lebih jelas, Lukanya tidak parah, setelah istirahat beberapa hari tentu akan sehat kembali, kau tidak perlu berduka.
" Siao-liong-li memandangi Ui Yong dengan ter-mangu2, sejenak kemudian mendadak air matanya bercucuran, katanya dengan ter-gagap2: "Tapi.
. . tapi jiwanya hanya. . . hanya tinggal tujuh hari, mana mungkin istirahat lagi hehe.
. . beberapa hari segala. . . " "Jiwanya tinggal tujuh hari apa maksudmu?" Ui Yong menegas dengan terkejut "Lekas jelaskan.
kita pasti dapat menolongnya.
" Siao-liong-li menggeleng pelahan, tapi akhirnya ia menceritakan juga kejadian di Cui-sian-kok itu tentang cara bagaimana Nyo Ko terkena racun bunga cinta dan Kiu Jian-jio cuma memberinya setengah butir pil Coat-ceng-tan serta memberi waktu 18 hari untuk membunuh Kwe Cing dan Ui Yong, habis itu baru setengah butir Coat-ceng-tan yang lain akan diberikan lagi.
Diceritakan juga betapa tersiksanya apabila racun bunga cinta itu mulai bekerja dan bahwa di dunia ini hanya tersisa separoh Coat-ceng-tan itu yang dapat menolong jiwa Nyo Ko.
Semakin kejut dan heran Ui Yong oleh cerita itu, sama sekali tak terduga olehnya bahwa Kiu Jian-jiu itu tokoh Bu-Iim yang terkenal belasan tahun yang lalu itu masih mempunyai seorang adik perempuan serta membangkitkan malapetaka sehebat itu.
Setelah bercerita secara ringkas, akhirnya Siao liong-li berkata: "Jadi umurnya tinggal tujuh hari lagi, seumpama malam ini kalian suami-istri dapat dibunuh juga tak sempat lagi untuk kembali ke Coat-ceng-kok, lalu untuk apa lagi kubikin celaka kalian" Tujuanku hanya menolong Ko-ji, mengenai dendam kematian ayahnya segala aku tidak urus.
" SemuIa Ui Yong mengira maksud tujuan Nyo-Ko hanya ingin menuntut balas kematian ayahnya jtu, siapa tahu di dalam urusan ini masih banyak lika-liku soal lain, jika begitu berarti anak muda itu membunuh diri kalau dia batalkan niatnya membunuh Kwe Cing, sungguh luhur pengorbanan Nyo Ko yang tiada bandingannya ini.
Begitulah Ui Yong mondar mandir di dalam kamar dengan bingung, betapapun cerdik pandainya, tak berdaya juga menghadapi keadaan yang serba sulit ini ia pikir beberapa jam lagi musuh akan menyerbu tiba secara besar2an, meski tadi ia menghibur Nyo Ko agar jangan kuatir dan bahwa dapat mengalahkan musuh dengan akal andaikan tidak mau melawannya dengan kekuatan.
Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Sin Tiaw Hiap Lu Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tapi bagaimana akalnya itu sungguh sukar diperoleh.
Bahwasanya Siao-liong-li hanya memikir dan mencintai Nyo Ko dengan setulus hatinya, sedangkan pikiran Ui Yong justeru bercabang dua, setengahnya ia berikan kepada sang suami dan separuh lain terbagi kepada anak perempuannya.
Yang dipikirkannya kini hanya "Bagaimana caranya menyelamatkan kakak Cing dan anak Hu?" Tiba2 terpikir olehnya: Kalau Ko-ji dapat mengorbankan dirinya sendiri demi orang lain, mengapa aku tidak" Karena pikiran ini, segera ia berpaling kepada Siao-liong-Ii dan berkata, dengan ikhlas: "Nona Liong, aku mempunyai akal yang dapat menolong jiwa Ko-ji, apakah kau mau menurut padaku?" Saking girangnya tubuh Siao-liong-li sampai gemetar, jawabnya "Biarpun aku harus.
. . . harus matipun. . . Ai, sebenarnya matipun bukan apa2 bagiku, sekalipun berpuluh kali lebih susah daripada mati juga aku.
. . aku akan menurut. " "Baik," kata Ui Yong, "Urusan ini hanya kau dan aku saja yang tahu, jangan sekali2 kau bocorkan kepada orang lain, Ko-ji sekalipun tidak boleh kau beritahu.
Kalau tidak semuanya akan gagal total.
" Ber-uIang2 Siao-liong-li mengiakan lalu Ui Yong berkata pula: "Jika musuh datang nanti, hendaklah kau dan Ko-ji melindungi Kwe-tayhiap sekuat tenaga, bila bahaya ini sudah lalu, segera kuserahkan kepalaku ini padamu dan Ko-ji dapat menggunakan kuda merah ke Coat-ceng-kok untuk menukarkan sisa obat yang diperlukannya itu.
Siao-liong-li melengak, "Apa katamu?" ia menegas karena belum paham apa maksudnya.
Dengan suara halus Ui Yong menjelaskan "Cintamu kepada Ko-ji melebihi jiwamu sendiri, bukan" Asalkan dia selamat, biarpun kau sendiri akan mati juga kau rela dan gembira, bukan?" Ucapan Ui Yong dengan jitu mengenai lubuk hati Siao liong-li, nona itu mengangguk dan berkata.
"Sebab serupa kau, akupun cinta kepada suamiku," ucap Ui Yong dengan tersenyum hambar.
Kau tidak punya anak sehingga tidak tahu perasaan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya sesungguhnya tidak kurang daripada kasih sayang antara suami isteri.
Aku cuma minta kau melindungi keselamatan suami dan putriku, selebihnya apa lagi yang kuharapkan?" Siao-liong-li berpikir sejenak, belum lagi ia menjawab Ui Yong telah berkata pula: "Kalau kau mau bergabung dengan Ko-ji tentu tidak sukar mengalahkan si gundul Kin lun Hoat-ong, Sudah beberapa kali Ko-ji menolong jiwa kami suami istri, masakah sekali saja aku tak dapat menolong jiwanya" Kuda merah itu sehari dapat berlari ratusan li, tidak sampai tiga hari tentu dapat mencapai Coatceng-kok, ingin kukatakan padamu, Kiu Jian-li dan Nyo Khong semuanya mati di tanganku dan tiada sangkut pautnya dengan Kwe-tayhiap.
jika kepalaku sudah diserahkan, walaupun masih belum puas tentu juga Kiu Jian-jio akan memberikan obatnya kepada Ko-ji.
selanjutnya kalian berdua semoga dapat berjuang bagi negara dan bangsat andaikan tidak dapat dan ingin mengasingkan diri dipegunungan sunyi juga aku merasa berterima kasih.
" Cukup tegas ucapan Ui Yong, kecuali itu memang tiada jalan lain lagi, Beberapa hari terakhir ini Siao-liong-li selalu memikirkan cara bagaimana akan membunuh Kwe Cing dan Ui Yong untuk menyelamatkan jiwa Nyo Ko, tapi sekarang hal itu terucap dari mulut Ui Yong sendiri, ia menjadi merasa tidak enak malah ber-ulang2 ia menggeleng dan berkata: "Tidak, tidak bisa!" Selagi Ui Yong hendak membujuknya lebih lanjut, tiba2 terdengar Kwe Hu berseru di luar kamar "lbu, ibu! Engkau di mana?"suaranya kedengaran gelisah dan bingung.
Ui Yong terkejut cepat ia menjawab: "Ada urusan apa, Hu-ji?" Kwe Hu mendorong pintu dan melangkah masuk, tanpa pedulikan hadirnya Siao-lieng-li di situ, ia terus menubruk ke dalam pelukan sang ibu dan berseru: "lbu, kedua kakak Bu telah.
. . " mendadak ia menangis dan tidak dapat melanjutkan.
"Ada api lagi?" tanya Ui Yong sambil mengerutkan dahi.
"Mereka . . . mereka kakak beradik telah keluar.
. . keluar benteng untuk ber.
. . berkelahi," tutur Kwe Hu dengan ter sendat2.
"Berkelahi apa?" bentak Ui Yong dengan bengis saking gusarnya.
"Maksudmu mereka kakak beradik saling berhantam?" Jarang sekali Kwe Hu melihat ibunya marah, ia menjadi takut, jawabnya dengan suara gemetar: "Ya.
. . ya, kuminta mereka jangan berkelahi tapi mereka tidak mau menurut Katanya akan berkelahi mati2an, mereka menyatakan diantara mereka hanya akan pulang seorang saja, yang kalah, andaikan tidak mati juga takkan pulang Idgi untuk menemuiku.
" Ui Yong tambah gusar, ia pikir musuh berada di depan mata, jiwa segenap penduduk kota berada di ujung tanduk, tapi kedua saudara Bu itu masih sempat saling bunuh untuk berebut seorang nona.
Saking gusarnya hingga mengganggu kandungannya yang sudah besar itu, seketika keringat dingin memenuhi dahinya.
"Tentu kau lagi yang mengacau.
" kata Ui Yong dengan suara berat "coba ceritakan yang jelas, apa yang telah kau lakukan, sedikitpun tidak boleh dusta.
" Kwe Hu melirik sekejap ke arah Siao-Iiong-!i, mukanya berubah merah dan ragu2 untuk bicara.
Siao-liong-li sendiri lagi memikirkan Nyo Ko dan tiada minat buat mendengarkan cerita tentang saling hantamnya kedua saudara Bu itu, segera ia mohon diri dan menuju ke kamar Nyo Ko, sepanjang jalan ia terus merenungkan apa yang diuraikan Ui Yong tadi.
Sesudah Siao-liong-Ii pergi barulah Kwe Hu berkata pula: "Bu, setelah kedua kakak Bu gagal berusaha membunuh Kubilai dan tertawan musuh sehingga membikin susah ayah, semua itu adalah kesalahan anak.
Kalau persoalan ini tidak ku tuturkan bukankah sia2 saja kasih sayang ayah-ibu padaku?" BegttuIah ia lantas bercerita tentang persaingan kedua saudara Bu kepadanya dan cara bagaimana dia menyuruh mereka membunuh musuh sebagai syarat utama untuk mendapatkan dirinya, tapi akibatnya kedua pemuda itu tertawan musuh.
Ui Yong tahu anak perempuannya ini terlalu dimanjakan sejak kecil, meski berbuat salah juga tidak mau mengaku salah, Maka iapun tidak mengungkat kejadian yang sudah lalu itu, ia hanya berkata: "Mereka sudah pulang dengan selamat, mengapa keluar benteng lagi untuk berkelahi?" "Hal ini adalah salahmu, Bu," ujar Kwe Hu.
"Sebab engkau mengatakan mereka adalah murid yang goblok.
" "Kapan pernah kukatakan demikian?" jawab Ui Yong melengak.
"Menurut cerita mereka, tadi Hotu datang menyampaikan surat tantangan, ibu menyuruh mereka menangkap Hotu, tapi Hiat-to mereka malah kena ditutuk dan engkau mengomeli mereka sebagai "murid goblok" Ui Yong menghela napas, katanya: "Kepandaian mereka memang kalah tinggi, apa mau di-katakan lagi" "Mund goblok" adalah olok2 yang diucapkan Hotu," "Pantas," ucap Kwe Hu "lbu tidak membalas olok2 Hotu itu berarti mengakui kebenaran - ucapannya, Maka kedua saudara Bu merasa penasaran keduanya bertengkar sendiri dan saling menyalahkan, yang satu bilang saudaranya kurang cepat menawan Hotu, yang lain menuduh sang kakak merintangi pandangannya sehingga sukar bertindak.
Dari ribut mulut akhirnya mereka meloIos senjata, Aku mengomeli mereka, jika perbuatan mereka dilihat orang dan dilaporkan kepada ayah, kuancam akan menghajar mereka, Karena itu mereka menyatakan akan berkelahi keluar benteng saja.
" "Banyak persoalan penting yang harus kuselesaikan, urusan mereka tak dapat kupikirkan lagi, mereka suka ribut, biarkan saja," ujar Ui Yong.
"Tapi. . . tapi kalau terjadi apa2 antara mereka, lantas bagaimana, ibu?" kata Kwe Hu sambil merangkul pundak sang ibu.
"Kalau mereka terluka di medan perang barulah perlu dikuatirkan sekarang mereka saling berhantam antara saudara sendiri, biar mampus juga syukur," kata Ui Yong dengan gusar.
Melihat sikap sang ibu yang bengis itu berbeda sekali dengan biasanya yang sangat memanjakan dirinya, Kwe Hu tidak berani bicara lagi, ia menangis dan berlari pergi.
. . Sementara itu fajar sudah tiba, Ui Yong berduduk sendiri di dalam kamar, meski dalam hati sangat gemas terhadap perbuatan kedua saudara Bu, tapi mengingat kedua kedua anak muda itu dibesarkannya sejak kecil, betapapun ia merasa kuatir.
Teringat pula bencana yang bakal menimpa, tanpa terasa ia mencucurkan air mata, Kemudian iapun teringat kepada keadaan Kwe Cing, cepat ia menuju kamar sang suami untuk menjenguknya.
Dilihatnya Kwe Cing sedang duduk semadi di atas ranjang, walau mukanya rada pucat, tapi napasnya teratur, tampaknya setelah istirahat beberapa hari lagi dapatlah sehat kembali.
Pelahan2 Kwe Cing membuka matanya, ketika melihat sang isteri ada tanda bekas air mata, namun tersenyum simpul, ia lantas berkata: "Yong-ji, kau tahu lukaku tidak beralangan, kenapa kau berkuatir", kukira kau sendiri yang perlu mengaso se-baik2nya.
" "Ya, beberapa hari terakhir ini perutku terasa mengencang, agaknya putera atau puterimu segera akan berjumpa ayah,-" ujar Ui Yong dengan tertawa.
Agar Kwe Cing tidak berkuatir, maka soal Hotu datang menyampaikan surat tantangan dan kepergian kedua saudara Bu untuk berkelahi itu sama sekali tak diceritakannya.
"Hendaklah kau suruh kedua saudara Bu perketat patroli di atas benteng, musuh tahu aku terluka, mungkin kesempatan ini akan digunakan mereka untuk menyerang," ujar Kwe Cing.
Ui Yong mengiakan. Lalu Kwe Cing bertanya pula tentang keadaan Nyo Ko.
Bclum lagi Ui Yong menjawab, terdengar suara tindakan orang dari luar, suara Nyo Ko telah menanggapi "Kwe-pepek, aku cuma terluka luar saja, setelah minum obat pemberian Kwe-pekbo, kini sudah sehat kembali" Habis itu anak muda itupun melangkah masuk dan berkata pula- "Baru saja kuperiksa keadaan penjagaan di atas benteng, tampaknya semangat tempur segenap saudara kita ber-kobar2, hanya kedua saudara.
. . " Sampai di sini mendadak Ui Yong berdehem dan mengedipinya, Nyo Ko dapat menerima arti isyarat itu,cepat ia menyambung: "kedua saudara Bu menyatakan bahwa paman terluka demi menolong jiwa mereka, kalau musuh berani menyatron ke sini, mereka pasti akan bertempur mati2an untuk membalas budi kebaikan paman.
" "Ai, setelah peristiwa itu tentunya merekapun bertambah pengalaman sedikit dan tidak terlalu meremehkan orang lain," kata Kwe Cing.
Tiba2 Nyo Ko bertanya: "Kwe-pekbo, apakah Kokoh tidak datang ke sini?" Tadi kami bicara sebentar, mungkin dia kembali ke kamarnya untuk mengaso.
" jawab Ui Yong, "Sejak kau terluka dia terus menunggui kau tanpa tidur.
" Nyo Ko pikir apa yang dibicarakan antara Siao-liong li dengan Ui Yong itu tentu akan diberitahukan padanya, bisa jadi kembalinya Siao-liong-li tadi kebetulan dirinya sedang pergi tidak bertemu.
Rupanya setelah berkumpul lagi beberapa hari dengan Kwe Cing dan Ui Yong, Nyo Ko merasa suami-isteri itu benar2 berjuang bagi negara dan bangsa tanpa memikirkan kepentingan pribadi, hati Nyo Ko menjadi sangat terharu, apalagi setelah kejadian di tengah pasukan Mongol itu, di mana Kwe Cing telah menyelamatkannya dengan mati2an, maka maksudnya hendak membunuh Kwe Cing seketika dibuang seluruhnya dan berbalik ia bertekad akan membalas budi kebaikan Kwe Cing dengan segenap tenaganya.
Ia tahu racun bunga cinta dalam tubuhnya akan bekerja tujuh hari lagi, tapi ia sengaja melupakannya dan sedapatnya ingin berbuat sesuatu yang baik di dalam tujuh hari ini agar tidak sia2 menjadi manusia.
Sebab itulah begitu dia sadar kembali dan merasa sehat, segera ia ikut ronda akan kemungkinan serbuan musuh.
Begitulah ia menjadi kuatir akan diri Siao-liong-li, segera ia hendak pergi mencarinya.
Pada saat itulah tiba2 di atas wuwungan rumah sana seorang bergelak tertawa dengan suaranya yaag nyaring menggetar telinga, menyusul terdengar pula suara benturan logam yang mendengking, jelas Kim-lun Hoat-ong yang telah tiba.
Air muka Kwe Cing berubah seketika, cepat ia tarik Ui Yong ke belakangnya.
Dengan suara tertahan Ui Yong berkata: "Engkoh Cing mana lebih penting mempertahankan Siangyang atau cinta kasih kita" Lebih penting keselamatanmu atau ke-sdamatanku?" "Benar, kepentingan negara lebih utama," jawab Kwe Cing sambil melepaskan pegangannya kepada sang isteri Segera Ui Yong siapkan pentung bambu dan mengadang diambang pintu, ia menjadi ragu2 pula pada Nyo Ko, anak muda ini entah akan ikut menghalau musuh atau berbalik akan menuntut batas dendam pribadi pada saat orang sedang terancam bahaya.
Karena itulah meski dia berjaga di ambang pintu, tapi pandangannya justeru mengawasi gerak-gerik Nyo Ko.
Tanya jawab singkat Kwe Cing dan Ui Yong tadi ternyata seperti bunyi guntur yang menggelegar dalam pendengaran Nyo Ko, Bahwa dia sebenarnya sudah bertekad akan membantu Kwe Cing hanya disebabkan dia terharu oleh budi luhur sang paman dan rela berkorban baginya.
Tapi kini mendadak didengarnya sang paman menyatakan: "Kepentingan negara lebih utama", segera teringat pula ucapan Kwe Cing di luar Siangyang kemarin yang menganjurkannya mengabdi bagi rakyat dan negara, seketika pikiran Nyo Ko terbuka dan paham arti semua luapan itu.
Dilihatnya betapa kasih sayang paman dan bibinya itu, disaat menghadapi bahaya mereka tetap mengutamakan kepentingan negara dan bangsa, sebaliknya dirinya senantiasa melulu memikirkan sakit hati pribadi dan tidak melupakan cinta ibunya dengan Siao liong-Ii, bilakah dirinya pernah ingat kepada kepentingan negara yang lebih utama dan penderitaan rakyat jelata di bawah keganasan musuh" Kalau dibandingkan, maka dirinya sendiri sungguh rendah dan memalukan sekali.
Setelah menginsafi semua itu, seketika lega dadapun lapang terngiang kembali ajaran Ui Yong di Tho-hoa-to dahulu yang mengutamakan pendidikan budi pekerti itu, semua itu kini menjadi sangat jalas dan terang dalam benaknya, tanpa terasa ia menjadi malu, tapi bangkit juga semangatnya.
Maklumlah watak Nyo Ko memang ekstrim, sejak kecil kenyang siksa derita, sebab itu tindak tanduknya sering rada nyentrik.
Tapi setelah mendengar percakapan Ui Yong dan Kwe Cing tadi, kepalanya seperti mendadak dikemplang, pikirannya menjadi terbuka, seketika dia memasuki hidup baru.
Meski apa yang dipikirnya itu hanya terjadi sekilas saja, tapi Ui Yong dapat melihat perobahan air muka Nyo Ko itu dari rasa bimbang menjadi malu, dari bersemangat berubah menjadi tenang, tapi entah apa yang dipikirkan anak muda itu.
"Jangan kuatir," tiba2 Nyo Ko mendesis kepada Ui Yong, mendadak ia bersuit nyaring dan menuju ke depan pintu dengan pedang terhunus- Dilihatnya Kim-lun Hoat-ong berdiri di atas rumah dengan memegang sepasang rodanya.
"Adik Nyo, kau suka miring ke sana dan doyong ke sini, pagi merah sore biru, bagus ya rasanya menjadi pengecut yang.
bolak-balik?" ejek Hoat-ong.
0i waktu biasa tentu Nyo Ko akan gusar mendengar ejekan itu, tapi sekarang pikirannya sudah terang, ia tidak gubris sindiran orang, dengan tertawa malahan ia menjawab : "Ucapanmu memang benar, Hoat-ong, entah mengapa aku menjadi kesetanan dan membantu Kwe Cing lari ke sini, Begitu sampai dt sini ia lantas menghilang entah ke mana dan tak dapat kuketemukan Iagi.
Aku menjadi menyesal, apakah kau tahu dia sembunyi di mana?" Habis itu ia lantas melompat ke atas rumah dan berdiri tidak jauh di sebelah Hoat-ong.
Dengan perasaan sangsi Kim - lun Hoat - ong melirik Nyo Ko, ia pikir anak muda ini banyak tipu akalnya, entah benar tidak ucapannya itu, dengan tertawa ia lantas berkata: "Dan bagaimana kalau dapat menemukan dia?" "Segera kutusuk dengan pedangku ini," jawali Nyo Ko.
"Hm, kau berani menusuk dia?" jengek Hoat-ong.
"Siapa bilang menusuk dia?" ujar Nyo Ko.
"Habis menusuk siapa?" Hoat-ong menegas dengan bingung.
"Sret", mendadak Kuncukiam yang terhunus di tangan Nyo Ko itu menusuk iga kiri Hoat-ong dengan cepat luar biasa.
"Sudah tentu menusuk kau!" seru Nyo Ko sekaligus Di tengah sendau guraunya mendadak Nyo Ko melancarkan serangan lihay itu, kalau saja Kim-lun Hoat-ong kurang tinggi kepandaiannya tentu jiwanya sudah melayang oleh tusukan itu.
Untung dia dapat bergerak dengan cepat, dalam keadaan bahaya itu dia kerahkan tenaga pada lengan kiri dan menyampuk ke samping, dengan demikian ujung pedang Nyo Ko dapat ditangkis, walaupun begitu tidak urung lengannya terluka juga oleh pedang pusaka itu, darahpun bercucuran.
Meski sudah tahu Nyo Ko banyak tipu akalnya, tapi sama sekali Hoat-ong tidak menduga anak muda itu akan menyerangnya sekarang secara mendadak, segera roda emas ditangan kanannya bergerak dan ber-turut2 ia balas menyerang dua kali, berbareng itu roda perak di tangan kiri juga menghantam.
Nyo Ko tidak gentar sedikitpun, musuh menyerang tiga kali, kontan iapun batas menusuk tiga kali, katanya dengan tertawa: "Ketika di tengah pasukan Mongol kau telah melukai aku dengan rodamu, sekarang beruntung aku dapat membalas kau dengan sekali tusukan, Cuma ujung pedangku ini ada sesuatu yang aneh, kau tahu tidak?" Dengan gusar Hoat-ong melancarkan serangan gencar sambil bertanya: "Sesuatu yang aneh apa maksudmu?" "Kau tahu pedangku ini kuperoleh dari Coat-ceng-kok tempat Kongsun Ci yang mahir menggunakan racun itu," kata Nyo Ko dengan ber-seri2.
"Nah, kelak kau boleh mencari dia untuk membikin perhitungan.
" Hoat-ong terkejut, ia menjadi sangsi apakah benar Kongsun Ci telah memoles racun pada ujung pedang, karena bimbang hatinya, serangannya menjadi rada kendur.
Padahal pedang Nyo Ko itu sama sekali tidak berbisa.
soalnya ia ingat pada cara Ui Yong menggertak lari Hotu dengan air teh itu, maka iapun menirukan cara itu untuk mengacaukan pikiran musuh yang lihay ini.
Meski lukanya tidak terlalu parah, tapi darah mengucur terus, seumpama pedang Nyo Ko itu tidak berbisa, lama2 kalau darah keluar terlalu banyak tentu akan lemah tenaganya, maka Kim-lun Hoat-ong lantas menyerang dengan lebih gencar agar bisa mengalahkan Nyo Ko.
Namun Nyo Ko cukup cerdik, ia bertahan dengan rapat sedangkan serangan roda Hoat- ong itu semakin dahsyat.
Mendadak roda emasnya itu menghantam bagian atas dan roda peraknya menyabet dari samping.
Merasa tidak sanggup menangkisnya, cepat Nyo Ko melompat mundur.
Kcsempatan itu segera digunakan Hoat-ong untuk merobek kain baju buat membalut luka, akan tetapi Nyo Ko segera menubruk maju dan menyerang lagi, sedapatnya ia mengganggu Hoat-ong agar tidak sempat mengurus lukanya, Begitulah beberapa, kali Hoat-ong tidak berhasil membalut lukanya, tiba2 ia mendapat akal, ketika Nyo Ko dipaksa melompat mundur, ia sendiri juga lantas melompat - mundur, menyusul ia menimpukkan roda emas untuk mendesak Nyo Ko terpaksa harus menghindari lagi, dengan begitu jarak kedua orang bertambah jauh, ketika Nyo Ko memburu maju lagi, sekejap itu telah dapat digunakan Hoat-ong untuk membalut lukanya.
Pada saat itu juga di sebelah sana terdengar suara nyaring benturan senjata, waktu Nyo Ko memandang ke sana, dilihatnya Siao-liong-li sedang menandingi kerubutan Siau-siang-cu dan Nimo Singh.
Meski pentung Siau-siang-cu sudah dirampas Nyo Ko kemarin, tapi sekarang dia memegang pentung yang serupa, hanya pentung ini entah juga berbisa atau tidak.
Nyo Ko pikir Kwe Cing dan Ui Yong berada dalam kamar di bawah, kalau diketahui Kim-Iun Hoat-ong tentu urusan bisa runyam, ia pikir Hoat-ong harus dipancing pergi sejauhnya, cuma tindakan ini harus dilakukan, secara wajar tanpa menimbulkan curiga musuh, Karena itulah ia sengaja berseru: "Jangan kuatir, Kokoh, akan kubantu kau!" Habis ini ia sengaja meninggalkan Kim-lun Hoat-ong dan melompat ke sana, begitu sampai di belakang Nimo Singh.
segera pedangnya menusuk punggung musuh itu.
Setelah dilukai Nyo Ko sudah tentu hati Kim lun Hoat-ong sangat gusar, kalau orang lain tentu akan menguber Nyo Ko untuk membalas dendam.
Tapi dia memang seorang pemimpin besar, setiap tindak tanduknya selalu dipikir secara panjang, ia pikir tujuan utama kedatangannya ini adalah membunuh ICwe Cing, sakit hati pada anak muda nakal yang telah melukainya ini biarlah kubalas kelak.
Begitulah ia lantas berteriak keras2: "Wahai, Kwe Cing" Ada tamu datang dari jauh, mengapa kau tidak sudi menemuinya?" Dia berteriak beberapa kali dan tetap tiada jawaban orang, hanya dari sebelah lain ada suara orang bertempur yaitu kedua muridnya, Darba dan Hotu, sedang mengeroyok Cu Cu-Iiu.
Dilihatnya pertempuran antara Siau-siang-cu dan Nimo Singh melawan Nyo Ko serta Siao liong-li juga sukar di tentukan kalah menang dalam waktu singkat, sementara itu di bawah rumah sudah ramai orang banyak, agaknya pasukan penjaga benteng juga mendengar datangnya musuh, maka dikerahkan ke sini untuk menangkap musuh penyelundup ini.
Biarpun tidak gentar terhadap perajurit yang tidak mahir ilmu silat itu, tapi kalau berjumlah banyak tentu juga repot menghadapinya, segera Hoat-ong berteriak pula: "Wahai Kwe Cing, percumalah nama kepahlawananmu yang termashur selama ini, mengapa sekarang kau terima menjadi kura2 yang mengerutkan kepala!" Ia ber-teriak2 dengan tujuan memancing keluar Kwe Cing, akan tetapi Kwe Cing tetap tidak mau muncul Tiba2 Hoat-ong mendapat akal keji, ia melompat turun ke pekarangan belakang, di situ ada kayu bakar yang mudah dijilat api, segera ia mengeluarkan alat ketikan api dan membakar kayu dan benda2 lain yang mudah terbakar, Dengan gesit ia lari kian kemari, ber-turut2 ia menyalakan api di beberapa tempat, lalu ia melompat lagi ke atas rumah, ia pikir kalau api sudah berkobar masakah kau Kwe Cing takkan menongol " Walaupun Nyo Ko sedang menempur Siau siang-cu berdua, tapi pandangannya tidak pernah meninggalkan gerak-gerik Kim-lun Hoat-ong, ketika melihat orang mulai membakar rumah, bagian utara dan selatan tempat berdiam Kwe Ciag itupun mengepulkan asap api, ia menjadi kuatir, karena sedikit lengah hampir saja dadanya tersabet oleh ular baja Nimo Singh, syukur pada detik terakhir ia sempat menarik dadanya sedikit hingga terhindar dari maut Diam2 Nyo Ko berkeringat dingin dan bersyukur dapat menyelamatkan diri.
, Segera terpikir pula olehnya Kwe pepeknya terluka parah dan sang bibi sedang menantikan kelahirannya, di tengah api yang sudah berkobar itu, kalau tidak lekas lari tentu akan terkurung oleh api.
Tapi kalau lari keluar tentu pula akan dipergoki oleh Kim-lun Hoat-ong.
Terpaksa ia meninggalkan Siao-liong-li sendiri menghadapi kedua lawan tangguhnya lebih duIu ia menyerang Siau-siang-cu, habis itu ia terus melompat turun ke rumah dan maju ke tengah asap api itu, untuk mencari Kwe Cing.
Dilihatnya Ui Yong berduduk di tepi ranjang menjagai Kwe Cing, asap tebal ber-gulung2 me-rembes ke dalam kamar.
Kwe Cing memejamkan mata sedang menghimpun tenaga, kedua alis Ui-Yong berkerut rapat, namun air mukanya tampak tenang2 saja, ia tersenyum ketika melihat Nyo Ko.
Hati Nyo Ko rada lega melihat kedua orang itu tidak merasa cemas atau gugup, segera ia berkata kepada Ui Yong: "Akan kupancing pergi musuh, harap bibi memindahkan paman ke tempat yang aman.
" Habis berkata dengan pelahan ia menanggalkan kopiah Kwe Cing, cepat pula ia berlari keluar ruang.
Ui Yong tercengang dan tidak paham tingkah itu, tapi ia tahu anak muda itu banyak tipu akal2 nya, dilihatnya api sudah semakin berkobar mendekati kamar, cepat ia memayang Kwe Cing dan berkata: "Marilah kita pindah ke tempat lain.
" -Tapi baru saja ia mengangkat sang suami, tiba2 perutnya kesakitan keras, tanpa tertahan ia mengaduh dan terduduk kembali di tepi ranjang.
Diam2 ia mendongkol terhadap jabang bayi yang berada dalam kandungannya itu, sungguh brengsek, tidak lambat tidak cepat, justeru mau lahir pada saat segenting ini, bukankah sengaja hendak bikin celaka kedua orang tua" Padahal hari lahirnya sebenarnya masih beberapa hari lagi, tapi lantaran beberapa hari terakhir ini ia terus sibuk sehingga menggoncangkan janin dalam kandungannya itu lahir terlebih cepat.
. . Begitulah Nyo Ko keluar kamar Kwe Cing dilihatnya para perajurit sedang ber-teriak2 dan sibuk memadamkan api, ada pula yang memanah ke atas rumah dan ada pula yang memutar senjata berjaga di bawah rumah.
Ia incar seorang pemira muda yang sedang memanah, mendadak ia tutuk Hiat-to perwira itu, menyusul kopiah Kwe Cing terus dipasang pada kepala perwira itu, kemudian ia menggendongnya terus melompat ke atas rumah.
Saat itu Siau-siang-cu dan Nimo Singn yang mengerubut Siao-liong-li serta Darba dan Hotu mengroyok Cu Cu-Iiu sudah tampak unggul, sedangkan Kim-lun Hoat ong sedang mempermainkan Kwe Hu dengan ancaman sepasang rodanya, ia sengaja tidak mencelakai jiwa nona itu, hanya tepian roda yang tajam sengaja mengiris kian kemari di depan wajah Kwe Hu, jaraknya cuma satu-dua senti meter saja, kalau tersenggol pasti rusaklah muka Kwe Hu yang cantik itu, dengan begitu ber-ulang Kim-lun Koat-ong membentak agar nona itu mengaku di mana ayah-bundanya bersembunyi.
Rambut Kwe Hu tampak semerawut, pedangnya sudah kutung sebagian, tapi ia masih terus bertahan dengan nekat, ia anggap tidak mendengar semua pertanyaan Kim-lun Hoat-ong.
Selagi Kim-lun Hoat-ong berusaha memaksa pengakuan Kwe Hu, se-konyong2 dilihatnya Nyo Ko menggendong seorang dan berlari cepat ke barat-laut.
Ah, Orang yang digendongnya itu tidak bergerak, tentu Kwe Cing adanya.
Sambil bersiul panjang Hoat-ong terus meninggalkan Kwe Hu dan mengudak kesana.
Melihat itu, Siau-siang-cu, Nimo Singh, Darba dan Hotu berempat juga meninggalkan lawan mereka dan ikut mengejar, Cu Cu liu menguatirkan Nyo Ko yang sendirian itu pasti bukan tandingan musuh sebanyak itu, cepat iapun menyusul ke sana untuk membantu Nyo Ko dan melindungi Kwe Cing.
Waktu melompat ke atas rumah dan lewat di samping Siao-liong-li tadi, Nyo Ko sempat mengedipi Siao-liong-li disertai senyuman yang aneh penuh arti, Siao-liong li tahu anak muda itu sedang "main" lagi, hanya tidak tahu tipu daya apa yang sedang dilakukannya.
Tampaknya kekuatan musuh terlalu besar, maka iapun bermaksud mengejar kesana untuk membantunya.
Tapi pada saat itu juga tiba2 di bawah rumah ada suara tangisan jabang bayi.
"He, ibu telah melahirkan adik!" seru Kwe Hu dengan girang sambil melompat turun.
Siao-liong-li menjadi tertarik dan ingin tahu orang melahirkan, pula ia yakin isyarat Nyo Ko yang banyak tipu akalnya itu pasti mempunyai makna tertentu, maka segera iapun ikut ke dalam rumah untuk melihat anak yang dilahirkan Ui Yong.
Sementara itu Kim-lun Hoat-ong mengejar dengan kencang, tampaknya jaraknya dengan Nyo Ko makin dekat, ia menjadi gjrang, pikirnya: "Coba sekali ini apakah kau mampu lolos dari tangan ku!" Ginkang aliran Ko-bong pay (kuburan kuno) yang dipelajari Nyo Ko itu boleh dikatakan tiada tandingannya di dunia ini, meski dia menggendong seorang, tapi mengingat semakin jauh meninggalkan Kwe-pepeknya berarti keselamatan sang paman ter-jamin, karena itu ia berlari secepatnya seperti kesetanan, seketika Kim-lun Hoat-ong tak dapat menyusulnya.
Begitulah Nyo Ko terus ber-Iari2 di atas deretan rumah, ketika kemudian mendengar langkah orang dibelakangnyn semakin mendekat, segera ia melompat ke bawah rumah, lalu dia berputar kian kemari diantara gang2 sempit dan main kucing2an dengan Kim-lun Hoat-ong.
Meski Ginkang Nyo Ko lebih tinggi setingkat daripada Hoat-ong, tapi dia dibebani menggendong seorang, kalau kejar mengejar ditanah datar tentu sejak tadi sudah disusul oleh Hoat-ong, untung dia lari putar sini-dan belok sana di antara gang dan lorong sempit rumah2 penduduk sehingga Hoat-ong tetap tak dapat menangkapnya.
Segera Hoat-ong berkata: "Saudara Sing, cepat jaga dimulut gang ini, biar kumasuk ke sana untuk menangkap setan cilik itu.
" Mendadak Nimo Singh mendelik dan menjawab: "Memangnya aku mesti tunduk kepada perintahmu?" Hoat-ong pikir si Hindu cebol ini sukar di-ajak berunding, tanpa berkata lagi ia terus melompat ke atas rumah, dari ketinggian ia memandang sekitarnya, kebetulan dilihatnya Nyo Ko meringkuk pada pojok tembok dengan menggendong "Kwe Cing", agaknya sedang melepas lelah.
Girang sekali Hoat-ong, dengan ber-jinjit, ia merunduk maju, bara saja ia hendak menubruk ke bawah, mendadak Nyo Ko menjerit sekali, dengan cepat sekali anak muda itu menyusup ke tengah kabut asap yang tebal dan seketika kehilangan jejaknya.
Tujuannya Hoat-eng mengobarkan api adalah untuk memaksa keluarnya Kwe Cing, sekarang dimana2 api berkobar dan asap tebal ber-gulung2, jadinya malah sukar menemukan Kwe Cing.
Selagi dia celingukan ke sana-sini, tiba2 terdengar seruan Darba: "lni dia, di sini!" Cepat Hoat-ong memburu ke sana, dilihatnya Darba dengan gadanya yang berat itu sedang kececar oleh serangan pedang Kyo Ko.
Dua kali lompatan saja dapatlah Hoat-ong tiba di sana dan mencegatnya dulu jalan lari anak muda itu.
Diluar dugaan mendadak Nyo Ko menerjang ke depan, "bluk", tahu2 Darba diterjangnya hingga terjungkal pada saat itu juga roda perak Hoat-ong juga sudah disambitkan Samberan roda perak itu cepat luar biasa, Nyo Ko tidak sempat mengelak, "cret", dengan tepat pundak Kwe Cing tergores luka yang cukup dalam.
Dengan girang Hoat-ong berseru: "Kena kau sekali ini!" Tak tahunya Nyo Ko sedikitpun tidak peduli- akan mati hidupnya Kwe Cing dan masih terus ber-Uri ke depan.
Tapi begitu sampai di ujung lorong sana, mendadak seorang bersuara seram menghaIanginya: "Menyerahlah, anak kecil!" - Kiranya Siao-siang -cu adanya.
Keadaan Nyo Ko sekarang benar2 kepepet bagian depan diadang musuh, jalan mundur juga tersumbat, waktu ia mendongak, diatas pagar tembok pun berdiri Nimo Singh, Tanpa Nyo Ko melompat ke atas, kontan Nimo Singh mengemplangnya dengan ular bajanya, untuk mendesak anak muda itu turun ke lorong buntu lagi.
Nyo Ko pikir setelah sekian lamanya tentu Kwe Cing dan Ui Yong sudah lolos dari bahaya, segera ia cengkeram perwira yang digendongnya itu terus disodorkan kepada Nimo Sinnh sambil terseru: "lni, kuserahkan Kwe Cing padamu!" Kaget bercampur girang Nimo Singh, disangkanya Nyo Ko memang suka bolak-balik memihak sana-sini dan sekarang mendadak anak muda itu berputar haluan lagi serta memberikan pahala besar padanya, maka tanpa pikir ia terus tangkap tubuh orang yang dilemparkan padanya itu.
Tak terduga Nyo Ko terus menyusuli dengan sekali tendang dan tepat mengenai pantat Nimo-Singh, kontan Hindu cebol terjungkal ke bawah tembok dan tentu pula kesaktiannya, tapi Nimo-Singh sama sekali tidak memusingkan sakit atau tidak, bahkan ia terus ber-teriak2 girang: "Kwe Cing berhasil kutangkap! Kwe Cing sudah kutangkap!" Tentu saja Siau-siang-su dan Darba tidak membiarkan pahala besar itu dicaplok sediri oleh Nimo Singh, cepat mereka memburu maju untuk merebut, ketiga orang sama memegangi anggota badan perwira tadi, ada yang pegang tangan, ada yang memegang kaki, sekali mereka membetot, karena tenaga mereka sama2 kuat, seketika tubuh perwira itu terbeset menjadi tiga bagian.
Kopiah yang dipakainya lantas terjatuh, Nimo Singh bertiga dapat melihat jelas orang yang mereka rebut-kan itu ternyata bukan Kwe Cing adanya, keruan mereka melengak dan tak dapat bersuara.
Ketika melihat Nyo Ko membuang Kwe Cing yang digendongnya terus melarikan diri, segera Hoat-ong menduga pasti ada sesuatu yang tidak beres, maka waktu melihat ketiga kawannya itu melengak kesima, ia lantas memaki: "Goblok" Segera Hoat-ong mengudak lagi ke arah Nyo Ko, ia pikir andaikan Kwe Cing, tidak berhasil ditangkap, kalau dapat menawan Nyo Ko juga tidak sia2 kedatangannya ke Siangyang ini.
Namun sementara itu Nyo Ko entah sudah kabur ke mana, jelas sukar menemukannya.
Hoat-ong berpikir sejenak, segera ia dapat menarik kesimpulan "Bocah itu sengaja menggendong seorang Kwe Cing palsu dan main kucing2an dengan aku, tentu tujuannya memancing aku mengejarnya, jika begitu jelas Kwe Cing pasti berada ditempat yang kubakar tadi.
Dia memakai akal licik, biarlah akupun menggunakan akalnya itu untuk menjebak dia.
" - Karena itu ia tidak peduli lagi ke mana kaburnya Nyo Ko, ia terus menuju ke tempat yang paling ganas dimakan api.
Padahal saat itu Nyo Ko sedang mengawasi gerak-gerik Hoat-ong, ia bergelantungan di bawah emper rumah, ketika melihat Hoat-ong berlari cepat ke tempat sembunyi Kwe Cing, ia menjadi kuatir, ia tidak tahu waktu itu Ui Yong sudah memindahkan suaminya ke tempat lain atau belum, maka cepat iapun mengintil Hoat-ong.
Setiba di dekat tempat Kwe Cing tadi, mendadak Hoat-ong melompat ke bawah sambil membentak: "Bagus, kau Kwe Cing! Kiranya kau berada di sini, lekas ikut saja padaku?" Keruan Nyo Ko kaget, selagi hendak melompat turun, tiba2 terdengar suara gemerincing, suara beradunya senjata, lalu terdengar pula suara bentakan Hoat-ong: "Nah, Kwe Cing lekas menyerah saja kau.
" Menyusul suara mendering benturan senjata berbunyi pula ber-turut2.
seketika Nyo Ko tahu apa yang terjadi, ia tertawa sendiri dan mengomel di daIam hati: "Setan gundul, hampir saja kuterjebak olehmu, Sayang akalmu yang busuk itu kurang cermat, kau pura2 mengeluarkan suara benturan senjata segala, padahal dalam keadaan terluka mana Kwe pepek sanggup menempur kau dengan senjata, Hnw kau ingin menipu aku, aku justeru sembunyi di sini untuk menonton sandiwaramu.
" Begitulah mendadak terdengar Hoat-ong berteriak pula: "Aha, sekali ini kau pasti mampus, NyoKo!" Tentu saja Nyo Ko terkejut, ia heran mengapa dirinya dikatakan pasti mampus" Tapi segera ia paham maksudnya, agaknya Kim - lun Hoat - ong tidak berhasil memancing dirinya keluar, sekarang berbalik hendak memancing munculnya Kwe Cing muncul menolongnya.
Terdengar Hoat-ong bergelak tertawa dan berkata pula: "Hahaha, Nyo Ko, sekali ini jiwamu melayang di tanganku, agaknya memang nasibmu begini.
" Belum habis ucapannya se-kenyong2 bayangan putih berkelebat seorang gadis menerobos keluar dari tengah gumpalan asap sana dan menubruk ke arah Hoat-ong, Cepat Nyo Ko berseru: "Aku berada di sini, Kokoh!" Gadis itu memang Siao-liong-li adanya, Hoat ong lantas putar rodanya dan mencegat di depan Siao-liong-li.
Rupanya suara Hoat-ong yang mengatakan jiwa Nyo Ko pasti akan melayang itu telah membikin kuatir Siao - liong - li, tanpa pikir ia terus menerjang keluar untuk menolongnya.
Terpaksa Nyo Ko ikut menerjang maju untuk mengerubuti Hoat-ong, Kedua muda-mudi saling pandang dengan tersenyum bahagia, seketika Giok-ii-kiam-hoat dimainkan dengan sangat indah, sinar pedang mereka mengurung rapat Kim-lun Hoatong.
Diam2 Hoat-ong mengeluh: "CeIaka, ini benar2 mengundang bahaya untuk mencelakai diri sendiri!" Sementara itu api masih berkobar dengan hebatnya, banyak tiang dan belandar berjatuhan Mendadak Hoat-ong perlihatkan keperkasaannya, sekali kedua rodanya diangkar sekaligus ia tangkis kedua pedang lawannya, habis itu cepat ia mundur ke kiri sana.
"Sekali ini jangan membiarkan dia lolos lagi, harus binasakan bibit bencana ini!" seru Nyo Ko kepada Siao-liong-Ii sambil memburu maju, "sret", kontan ia menusuk punggung Hoat-ong.
Sejak kecundang oleh Giok-li-kiam-hoat tempo hari dengan tekun lioat-ong telah merenungkan sejurus ilmu silat yang dapat mematahkan ilmu pedang itu, walaupun begitu ia mengakui Giok-li-kiam-hoat yang dimainkan secara berganda itu teramat lihay, apakah dirinya dapat mematahkannya atau tidak sesungguhnya iapun tidak berani memastikannya, sekarang keadaan berbahaya tanpa pikir ia keluarkan ilmu silat ciptaannya yang baru itu: Ngo-lun-tay-coan" (putaran Iima roda sekaligus) untuk mencobanya, Begitulah serentak ia keluarkan semua senjata rodanya, terdengar suara gemerincing nyaring, tiga buah rodanya terus melayang di udara, sedangkan setiap tangannya tetap memegangi sebuah roda pula.
Kelima rodanya itu terbuat dari emas, perak, besi, tembaga dan-timah, bobotnya tidak sama, besar kecilnya juga rada berbeda, akan tetapi secara bergiliran ia menyambitkan dan menangkap kembali rodanya, lalu disambitkan pula dan begitu seterusnya, samberan roda itu terkadang lurus dan terkadang miring, seketika Nyo Ko dan Siao-liong-Ii dibikin bingung.
Melihat cara serangan musuh sangat aneh dan lihay, sedapatnya Nyo Ko dan Siao liong-li mendempel punggung, mereka berjaga sedapatnya untuk mengamati serangan musuh, habis itu baru mencari jalan untuk mematahkannya.
Kelima roda Kim-lun Hoat-ong itu terus beterbangan, akan tetapi Nyo Ko dan Siao-Iiong-li telah memutar pedangnya hingga berwujud sebuah jaringan sinar perak, betapapun hebatnya roda Hoat-ong itu tetap sukar menembus pertahanan lawan.
Diam2 Hoat-ong patah semangat, ia pikir percumalah latihanku selama ini, ternyata lima rodaku sekaligus juga sukar menandingi permainan ganda ilmu pedang mereka.
Selagi Hoat-ong merasa lesu, se-konyong dari pangkuan Siao-liongli ada suara menguak beberapa kali, itulah suara tangisan jabang bayi.
Hal ini tidak saja membuat Hoat-ong terkejut, bahkan Nyo Ko juga melengak heran.
Ketiga orang sama tertegun sehingga pertarungan mereka menjadi mengendur dengan sendirinya.
Dengan tangan kiri Siao-liong-li menepuk pelahan pangkuannya sambil berkata: "Jangan menangis sayang, lihatlah kuhajar Hwesio tua ini.
" -Tak tahunya bayi itu malah menangis semakin keras.
"Anak Kwe-pekbo?" tanya Nyo Ko dengan suara lirih.
Siao-liong-li mengangguk dan menusuk satu kali pada Kim-lun Hoat-ong.
Kim-lun Hoat-ong menangkis dengan roda emasnya ia tidak dengar jelas pertanyaan Nyo Ko tadi seketika ia tidak paham untuk apakah Siao-liong-Ii membawa seorang bayi, tapi mengingat nona itu dibebani seorang bayi, tentu daya ilmu pedangnya akan berkurang dan sebaliknya sangat menguntungkan dirinya, maka cepat ia lancarkan serangan gencar kepada Siao-liong-li.
Lekas Nyo Ko balas menyerang beberapa kali agar tekanan musuh kepada Siao-liong li berkurang berbareng ia mendesis pula kepada Siao-liong-li.
"Apa paman dan bibi Kwe baik2 saja?" "Ui-pangcu sempat memayang Kwe-tayhiap menyelamatkan diri dari lautan api.
. . . . " trang" ia tangkis roda musuh yang menyerangnya, lalu menyambung: "Keadaan waktu itu sangat gawat, belandar rumah sudah hampir runtuh, syukur aku sempat menyelamatkan anak perempuan ini dari tempat tidur.
"Anak ini perempuan?" Nyo Ko menegas sambil menabas kaki Hoat-ong untuk memaksa musuh menarik kembali serangannya kepada Siao-liong-li.
Tadinya ia pikir Kwe Cing sudah punya anak perempuan, anaknya yang bakal lahir tentu anak laki2, siapa tahu kembali mendapatkan anak perempuan, hal ini rada diluar dugaannya.
Siao-liong-Ii mengangguk dan menjawab: "Ya, perempuan, lekas kau membawanya.
. . " sembari berkata tangan kirinya terus menjulur ke pangkuannya dan bermaksud menyerahkan orok itu kepada Nyo Ko.
Akan tetapi bayi itu menangis keras, sedang saat serangan Hoat-paig semakin gencar, tiga buah roda ber-putar2 di atas kepala, begitu ada peluang lantas menyerang ke bawah, kedua roda yang di-peganginya terlebih lihay pula cara menyerangnya, Nyo Ko juga cuma dapat bertahan sekadarnya dengan segenap tenaganya, sehingga sukar menerima penyerahan bayi dari Siao-liong-li.
. Karena itu ber-ulang2 Siao-liong-li berseru pula "Lekas bawa bayi ini dan gunakan kuda merah itu ke.
. . " trang-trang, roda Hoat-ong menyerang lebih gencar hingga Siao-liong-li tidak dapat melanjutkan ucapannya.
Dalam keadaan demikian, apa yang terpikir oleh Nyo Ko dan Siao-liong-li menjadi berbeda sehingga daya tempur Giok-li-kiam-hoat sukar dikerahkan.
Nyo Ko pikir bayi itu harus diterima dulu agar Siao-liong-li tidak terpencar perhatiannya, maki pelahan ia menggeser ke sana, Siao - liong-li juga ingin menyerahkan bayi itu kepada Nyo Ko, jadi kedua orang ada perpaduan pikiran, segera daya tempur ilmu pedang mereka bertambah kuat, Kim lun Hoat-ong terdesak mundur lagi.
Segera Siao - liong - li menyodorkan bayi itu kepada Nyo Ko dan baru saja anak muda itu mengulur tangan hendak menerimanya, se-konyong2 bayangan hitam berkelebat roda besi Hoat-ong menghitam ke badan bayi itu, Kuatir bayi itu terluka, Siao-liong-li lepaskan bayi itu, berbareng tangannya Iurus memutar ke atas untuk mencengkeram roda isi itu.
Samberan roda besi itu sangat keras, pula tepian cukup tajam, kalau orang lain pasti tidak berani menyentuhnya, tapi Siao-liong-li memakai sarung tangan buatan dari benang emas yang halus, sekalian pedang dan golok pusaka juga berani dipegangnya dan dipatahkan olehnya.
Maka waktu menempel roda musuh, sekapan ia tolak ke samping lalu dengan gerakan miring ia hentikan putaran roda.
Pada saat itu juga Nyo Ko sudah dapat memondong bayi tadi dan berseru memuji demi menyaksikan Siao-liong-li merampas roda musuh, Kalau saja roda itu langsung menghantam Siao-liong-Ii tentu sukar dipegangnya tapi lantaran sasaran roda itu adalah si bayi, maka Siao-liong-li berhasil menangkapnya dari samping, Tampaknya inilah kelemahan permainan "panca-roda" Kim-lun Hcat-ong, Siao liong-li sangat senang karena dapat menangkap senjata lawan, tiba2 ia menirukan gaya permainan Hoat-ong, roda besi itu terus menghantam musuh, ia pikir biar "senjata makan tuannya".
Hoat-ong menjadi kejut dan malu karena senjatanya terampas musuh, dengan sendirinya pula ii tidak dapat memainkan "panca roda" dengan begitu ia terus simpan kembali kedua roda yang lain, hanya dua roda saja yang dipegangnya untuk menyerang.
Sambil merangkul bayi itu, Nyo Ko berseri kepada Siao-liong-li agar membinasakan dulu musuh gundul itu.
Siao-liong-li mengiakan, segera mereka menyerang dengan sepasang pedang ditambah lagi roda rampasan.
Tak terduga, makin Iaraa daya serangan mereka bukanlah bertambah kuat, sebaliknya malal sering kacau, kerja sama terasa kurang "sreg", keruan Siao-liong-li merasa bingung, ia tidak tahu apa sebabnya.
Ia lupa bahwa Giok-li-kiam-hoat itu memiliki daya tempur yang hebat adalah karena adanya perpaduan perasaan antara pasangan yang memainkan ilmu pedang itu.
sekarang di antara sepasang pedang mereka bertambah lagi roda besi, hal ini menjadi seperti di antara sepasang kekasih telah di susupi oleh orang ketiga yang menimbulkan gangguan, dengan sendirinya paduan pikiran "menreka menjadi teralang dan kerja sama merekapun menjadi kacau.
Setelah beberapa jurus lagi dan terasa semakin payah, Siao-liong-li menjadi gelisah, katanya kepada Nyo Ko: "Hari ini kita tak dapat mengalahkan dia, lekas kau membawa anak ini ke Coat-ceng-kok.
. . " Segera Nyo Ko paham maksudnya, kalau sekarang juga berangkat dengan kuda merah itu tentu dalam tujuh hari dapat mencapai Coat-ceng-kok, meski kepala Kwe Cing dan Ui Yong tak dapat di bawanya, tapi anak perempuan mereka yang dibawa ke sana, tentu Kwe Cing dan isterinya akan segera menyusul ke sana dan Kiu Jian-jio dapat berusaha menuntut batas kepada mereka.
Dalam keadaan begitu mau tak-mau Kiu Jian-jio harus memberikan separoh obatnya kepada Nyo Ko dan bila racun dalam tubuhnya sudah punah, kelak ia masih dapat berdaya untuk menyelamatkan anak bayi ini.
Usaha mengulur waktu ini rasanya dapat diterima oleh Kiu Jian-jio, sebab kalau Kwe Cing dan Ui Yong datang kesana untuk mencari anaknya, dalam keadaan lumpuh dan ingin menuntut balas, mau-tak-maii Kiu Jian-jio mengharapkan bantuan Nyo Ko, sebab itulah sisa obat yang masih ada itu betapapun harus diberikan kepada anak muda itu.
Jika hal ini terjadi dua hari yang lalu tentu tanpa ragu2 Nyo Ko akan melaksanakannya, tapi sekarang dia benar2 sangat kagum dan hormat kepada jiwa kepahlawanan Kwe Cing, sungguh ia tidak ingin membikin susah anak perempuan orang demi untuk kepentingannya sendiri, karena itulah ia menjadi ragu dan berkata: "Kokoh, urusan ini tidak boleh begitu.
. . " "Kau. . . kau. . . " belum lanjut ucapan Siao-liong li, "bret", mendadak baju bahu kirinya ter-robek oleh roda emas Kim-lun Hoat ong.
"Jika kulakukan hal ini, sungguh aku malu terhadap Kwe-pepek," kata Nyo Ko pula.
"Pula aku tidak sesuai lagi untuk menggunakan pedangku ini!" Sembari berkata iapun acungkan Kun-cu-kiam (pedang laki2 sejati) ke atas.
Sudah tentu Siao-liong-li sama sekali tidak tahu bahwa jalan pikiran Nyo Ko telah berubah mendadak segenap usahanya hanya ditujukan untuk menyelamatkan Nyo Ko, sekarang mendengar anak muda itu segan kepada musuh pembunuh ayahnya dan ingin menjadi laki2 sejati, sejenak Siaoliong-li menjadi bingung.
Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Sin Tiaw Hiap Lu Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dan karena tiada kesatuan pikiran antara mereka, ilmu pedang yang mereka mainkan menjadi kurang baik, segera Hoat-ong melangkah maju, sikutnya lantas menyodok bahu kiri Nyo Ko.
Betapa lihay tenaga Hoat-ong, keruan saja Nyo Ko merasakan setengah tubuhnya kaku kesemutan, bayi yang dipondongnya itu terlepas dan jatuh.
Padahal waktu itu mereka bertempur di atas rumah, langsung saja orok itu terbanting ke bawah.
Nyo Ko dan Siao-liong-li menjerit kaget dan segera bermaksud melompat ke sana untuk menyelamatkan bayi itu, namun sudah terlambat.
Sementara itu dari percakapan Nyo Ko berdua.
dapatlah Hoat-ong mengetahui bahwa bayi itu adalah anak Kwe Cing dan Ui Yong, ia pikir bila Kwe Cing tak dapat ditangkap, boleh juga anak perempuannya diculik untuk di jadikan sandera agar dia menyerah, dan sama saja suatu jasa besar bagiku" Dalam pada itu keadaan bayi yang terjatuh ibawah itu tampaknya sangat berbahaya, cepat ia sambitkan roda emasnya ke sana, dengan tepat roda itu menyangah di bawah gurita bayi itu dan terus melayang ke sana satu meteran di atas permukaan tanah, bayi itu tersanggah di atas dengan antengnya.
Serentak tiga orang melompat turun buat berebut roda itu, Tempat berdiri Nyo Ko paling dekat.
Ginkangnya juga tinggi, ia melihat roda itu makin melayang makin rendah, sebentar bagi pasti akan jatuh ke tanah.
Cepat ia menubruk ka sana, badannya berguling maju roda bayi itu hendak dirangkulnya sekaligus agar bayi itu tidak terluka.
Ketika tangannya hendak meraih, mendadak roda emas Hoat-ong itu mengapung ke atas, sebuah tangan menjulur dari samping, roda emas itu terpegang dan bayi itupun diserobot lagi.
. Waktu Nyo Ko melompat bangun, sementara itu Hoat-ong dan Siao-liong-li juga sudah memburu tiba, "He, itulah Suciku!" seru Siao-liong-li.
Dari jubah orang yang berwarna kuning dan tangan lain membawa kebut, Nyo Ko juga tidak sangsi lagi memang benar penyerobot bayi itu ia adalah Li Bok chiu.
Mengingat watak Li Bok-chiu yang kejam, nasib bayi itu pasti celaka bila berada dalam cengkeraman iblis itu, tanpa pikir ia terus mengudak ke sana.
Siao-liong-li juga lantas ber-teriak2.
"Suci, Suci bayi itu besar artinya bagiku, untuk apa kau menyerobotnya?" Li Bok-chiu tidak menoleh, dari jauh ia menjawab: "Hm, turun temurun ahli waris Ko-bong pay kita adalah perawan yang suci bersih, tapi anak saja sudah kau iahirkan, sungguh tidak tahu malu.
" "ltu bukan anakku, lekas kau kembalikan padaku" teriak Siao-liong-li.
Selagi dia hendak mengejar sekuat tcnaga, tiba2 sesosok bayangan melompat keluar dari samping sambil berseru: "Selamat bertemu pula, nona Liong!" Sama sekali Siao-liong-li tidak memandang siapa gerangan orang ini, sedikit mengegos segera ia bermaksud menyelinap lewat di sebelah orang.
Tapi orang itu telah mengulur kipasnya dan menutuk pelahan ke Koh-eng-hiat dibahunya sambil berseru: "Ah, masakah nona cantik bersikap dingin" "Jangan merecoki aku!" bentak Siao-liong-li sambil menangkis dengan pedang dan tetap tidak memandang orang itu.
Kembali kipas orang itu menutuk lengannya katanya sambil tertawa: "Sungguh malang, mengharapkan pandangan mesra si cantik sekejap saja tak dapat kuperoleh.
" Sementara itu Li Bok-chiu, Hoat-ong dan Nyo Ko sudah cukup jauh di depan, tampaknya sukar untuk menyusul mereka, baru sekarang Siao liong-li berpaling, kiranya orang yang mengadangnya dengan memegang kipas ini adalah pangeran Hotu, Biasanya Siao-liong-li memang tidak pernah unjuk rasa gusar atau gembira, kecuali cinta kasihnya kepada Nyo Ko, urusan lain sama sekali tak pernah terpikir olehnya.
Maka melihat Hotu bicara dengn cengar-cengir, iapun tidak ambil pusing, hanya dikatakannya dengan tak acuh: "Aku lagi ada urusan penting, masakah kau tidak melihatnya?" Melihat sikap si nona ramah tamah tanpa marah, Hotu bergirang, segera ia berkata pular.
"Sejak berpisah, betapa rindu hatiku akan dikau, Siau-ong ingin bicara sesuatu, entah nona sudi mendengarkan tidak?" Tapi Siao-liong-li sedang menguatirkan Nyo Ko serta bayi itu, ia hanya mendengus saja dan tidak menggubrisnya lagi sekali mengegos segera ia menyelinap lewat samping orang.
Sejak pertama kali Hotu mengunjungi Cong-lam-san untuk meminang Siao - liong - li, sebelum bertemu muka si nona dia sudah lari ter-birit2 karena diusir oleh gerombolan tawon, hal ini sungguh membikin pamornya merosot habiskan, kemudian di perjamuan Eng - hiong - yan dia melihat sendiri wajah Siao-liong-li yang cantik molek, dia benar2 kesemsem dan rindu kasmaran pula siang dan malam, sekarang kebetulan dapat berjumpa berhadapan sendirian, mana dia mau membiarkan si nona pergi begitu saja tanpa mengutarakan isi hatinya yang rindu dendam itu.
BegituIah ketika Siao - liong - li hendak tewat, cepat ia pentang kedua tangannya dan mengadangnya-katanya sambil tertawa: "Siau - ong benar2 ingin mengutarakan cinta pada nona, masakah nona sama sekali tidak sudi mendengarkan?" Siao-liong-li menjadi aseran melihat orang merecokinya, "sret", segera ia menusuk kekiri dan mendadak berputar pula ke kanan, kontan pundak kanan Hotu berlumuran darah.
Sambil menahan sakit Hotu balas menyerang satu kali sambil berkata: "Mcngapa engkau setega ini?" Kembali Siao-liong-Ii hanya mendengus saja, pedangnya berputar pula, sekali ini menusuk pinggang lawan.
Melihat tipu serangan si nona cukup keji, tapi air mukanya tetap tenang dan ramah tamah, Hotu menyangka orang sengaja hendak menguji ketulusan cintanya, maka ia sengaja menurunkan kipasnya dan tidak balas menyerang pula, namun masih mengadang di depan si nona.
Kembali Siao-liong-li menusuk pula, tapi Hotu malah membusungkan dada menyambut serangan itu, ia pikir si nona pasti takkan membunuhnya.
Keruan Siao-liong-li menjadi melengak malah dan tidak tahu apa maksud orang, sedikit ia miringkan ujung pedang, "cret", bahu Hotu yang tertusuk pedangnya.
Tusukan ini cukup parah, seketika Hotu merasa kesakitan luar biasa, tapi hatinya malah bergirang, pikirnya: "Nyata dia memang sengaja menguji ketulusan hatiku dan tidak menusuk dadaku.
" Sementara itu Siao-liong-li lantas menggeser cepat ke belakang Hotu, kuatir digoda lagi, pedangnya terus membalik lagi menusuk, sedangkan kakinya melangkah tanpa berhenti.
Dari suara angin yang keras itu Hotu merasa tusukan si nona sekali ini tampaknya bukan cuma menguji saja, tapi bila kena bukan mustahil jiwa akan melayang, maka cepat ia mendoyongkan tubuh ke belakang, waktu ia berdiri tegak lagi, ternyata Siao-liong-li sudah kabur jauh dan sukar disusul.
Walaupun pedang Siao-liong-li berhasil menusuk Hotu, tapi pikirannya lagi tertuju kepada keselamatan Nyo Ko, apa yang terjadi dengan Hotu itu sama sekali tidak diperhatikan olehnya.
ia lihat Li Bok-chiu bertiga berlari menuju ke utara, maka cepat iapun memburu ke jurusan sana.
Sementara itu suasana dalam kota sedang ribut, di mana2 pasukan dikerahkan menangkap mata2 musuh, Namun, Siao-liong-li tidak ambil pusing semua ituy ia terus berlari ke pintu bentengwaktu itu Loh Yu-kah sedang ronda dengan sekelompok anggota Kay-pang.
Melihat Siao-liong-li, segera Loh Yu-kah bertanya: "Nona Liong, apakah Ui pangcu dan Kwe-tayhiap baik2 saja?" Siao-liong-li tidak menjawab, sebaliknya ia malah bertanya: "Apakah kau melihat Nyo-kongcu dan Kim-lun Hoatong serta seorang tokoh yang membawa anak bayi?" "Semuanya melompat ke sana," jawab Loh-Yu-kah sambil menuding keluar benteng.
Siao-Iiong-li melengak, ia pikir tembok benteng begitu tinggi, cara bagaimana ketiga orang itu turun ke sana, apakah mereka takkan patah tulang dan pecah kepala" Sekilas dilihatnya seorang perajurit sedang menyikat bulu kuda merah, itu kuda mestika kesayangan Kwe Cing, terkesiap hati Siao-liong-Ii, ia pikir kalau Nyo Ko tidak menggunakan kuda mestika ini jelas sukar mencapai Coat-ceng-kok dalam waktu singkat, segera ia memburu maju dan menarik tali kendali kuda itu, katanya kepada Loh Yu-kah: "Aku ada urusan penting keluar kota, sementara ku pinjam pakai kuda ini.
" Yang dikuatirkan Loh Yu-kah hanya keselamatan Ui Yong dan Kwe Cing saja, kembali ia tanya: "Apakah Ui-pangcu dan Kwe-tayhiap baik2 saja!" "Mereka tidak kurang apa2," jawab Siao-Iiong li.
"Bayi yang baru dilahirkan Ui- pangcu telah di culik orang, aku harus merampasnya kembali.
" Loh Yu-kah terkejut cepat ia memerintahkan membuka pintu benteng, baru saja pintu geybang terbuka sedikit dan sebelum jembatan gantung di-turunkan lurus, cepat sekali Siao-lion-li sudah membedakan kuda merah itu keluar benteng secepat terbang, Waktu Siao-liong-li memandang ke kaki tembok benteng sana, di lihatnya dua mayat perajurit hancur mumur menggeletak di saaa, di sebelahnya ada pula bangkai seekor kuda juga terbanting hancur, selain itu tiada sesuatu tanda lain yang men-curigakan.
Diam2 ia merasa heran cara bagai mana Nyo Ko, Hoat-ong dan Li Bok-chiu melompat turun tembok benteng yang tinggi itu.
Tapi mengingat Nyo Ko bertiga tidak beralangan apa2, segera ia mengejar ke sana cepat untuk membantu anak muda itu merebut kembali anak bayi itu.
Akan tetapi sejauh pandangannya ke depan suasana sunyi senyap tiada bayangan seorang, entah ketiga orang itu sudah lari ke mana.
Dalam keadaan bingung tak berdaya, Siao-liong-li tepuk2 leher kuda merah itu sambil berguman: "Wahai kudaku sayang, aku hendak menyelamatkan majikan mudamu yang baru lahir itu, lekas membawaku ke sana.
" Entah kuda itu benar2 paham perkataannya atau tidak, mendadak kuda merah itu menegak kepala dan meringkik keras, segera pula membelai ke arah timur laut sana.
Kiranya waktu Nyo Ko dan Hoat-ong mengejar Li Bok-chiu, sampai di atas benteng, mereka pikir menghadapi jalan buntu, Li Bok-chiu pasti akan dapat di bekuk.
Tak terduga Li Bok-chiu memang kejam tapi juga cerdik, setiba diatas benteng, se-konyong2 ia tangkap seorang perajurit terus dilemparkan kebawah, menyusul iapun melompat turun.
Ketika perajurit itu hampir menyentuh tanah, pada saat itulah sebelah kaki Li Bok-chiu menutul pada punggung perajurit itu sehingga daya turunnya itu berkurang, habis itu ia terus melompat ke depan dan turun diatas tanah dengan enteng, bahkan bayi dalam pangkuan nya juga tidak terkaget sementara itu perajurit tadi telah terbanting mampus.
Diam2 Heat-ong mengakui kelihayan Li Bok chiu, iapun menirukan cara orang, iapun mencengkeram seorang perajurit dan dilemparkan ke bawah benteng, akhirnya iapun dapat melompat turun dengan selamat.
Nyo Ko menjadi ragu2 menyaksikan kejadian itu, kecuali dahulu ia membinasakan seorang anggota Kay-pang secara tidak sengaja, selama ini dia belum pernah lagi membunuh seorangpun, apalagi harus mengorbankan jiwa orang lain untuk dipakai sebagai batu loncatan dirinya, betapapun ia tak tega.
Namun keadaan sudah mendesak, tiba2 ia mendapat akal, ia dorong seekor kuda keluar benteng, ketika kuda itu hampir jatuh ke tanah barulah dia menutul punggung kuda terus mengejar ke sana mengikuti jejak Hoat-ong.
Sebenarnya keadaan Nyo Ko rada lemah karena sebelumnya telah bertempur sengit di tengah pasukan Mongol dan terluka oleh roda Kim-lun Hoat-ong, darah mengucur cukup banyak, apalagi tadi bertempur lagi sekian lama, sesungguhnya ia hampir tidak kuat.
Tapi mengingat puteri Kwe Cing diculik musuh, ia pikir apapun yang terjadi bayi itu harus direbut kembali.
Sebenarnya kekuatan lari ketiga orang sangat cepatnya, Li Bok-chiu dibebani seorang bayi, Hoat-ong terluka dan kuatir racun bekerja pada lukanya itu, maka ia tidak berani mengerahkan segenap tenaga untuk mengejar.
Pendekar Latah 6 Pertarungan Dikota Chang An Seri 2 Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Tujuh Pedang Tiga Ruyung 16
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama