Kereta Berdarah Karya Khu Lung Bagian 1
" Kereta Berdarah Karya : Khulung Diceritakan oleh Tjan ID Jilid 1 Bab 1 SINAR REMBULAN nan terang memancarkan sinarnya
memenuhi seluruh permukaan tanah, sebuah bangunan
rumah yang amat besar dan angker berdiri di bawah
kegelapan malam yang membuta.
Dari dalam bangunan rumah itu terlihatlah sinar lampu
yang redup secara samar-samar memancarkan sinarnya
berkelap-kelip, suasana begitu sunyi.... sedikitpun tidak
terdengar suara. Saat ini merupakan musim rontok yang cukup dingin, angin
berhembus dengan santarnya di sekeliling rimba membuat
pepohonan pada bergoyang dan mengeluarkan suara yang
amat berisik. Di bawah sorotan sinar rembulan, tiba-tiba.... dari dalam
hutan berlarilah mendatang seekor kuda dengan amat
cepatnya di atas kuda itu duduklah seorang pemuda berusia
kurang lebih dua puluh tahunan, pada tubuhnya memakai
seperangkat pakaian singsat yang berwarna putih keperakperakan,
pada punggungnya yang tertutup oleh secarik mantel
berwarna hijau tua tersorenlah sebilah pedang panjang ikat
kepala yang berwarna putih berkibar tak henti-hentinya
bertiup angin. Jika dilihat dari wajahnya kelihatan sekali dia amat lelah,
bahkan penuh dikotori oleh debu serta pasir.
Ketika dilihatnya bangunan besar itu cepat-cepat dia
menarik tali les kudanya, suatu senyuman segera muncul
menghiasi bibirnya diikuti oleh hembusan napas lega.
"Heeeey.... akhirnya sampai di rumah juga," pikirnya di
dalam hati. "Sekarang aku tidak usah terlalu cemas lagi."
Dengan perlahan dia menjalankan kudanya ke depan pintu,
sesudah meloncat turun dari punggung tunggangannya
dengan perlahan dia mulai mengetuk pintu rumah.
Beberapa saat kemudian, terdengarlah suara langkah yang
ribut semakin lama semakin mendekat diikuti terbukanya pintu
besar dengan amat perlahan seorang kakek tua berbadan
bongkok dengan perlahan muncul di depan pintu dan
memperhatikan sang pemuda dengan penuh keheranan.
Air muka pemuda itu sekali lagi memperhatikan senyuman
manisnya. "Tiong-siok," panggilnya sambil tertawa. "Bagaimana
keadaan kamu orang tua" Apa sudah lupa pada diriku?"
Air muka kakek tua bongkok itu segera berubah sangat
hebat, titik-titik air mata menetes keluar dari kelopak
matanya. "Ing Siauw ya!" serunya dengan nada gemetar. "Kiranya
kau sudah pulang." Pemuda itu tertawa, dengan menggunakan tangannya dia
menepuk-nepuk pundak si orang tua, ujarnya kembali sambil
tertawa. "Tiong-siok, tidak bisa salahkan kamu yang sudah lupa
padaku, kita sudah ada sepuluh tahun lamanya tidak bertemu.
Sesudah menerima surat dari Tia, karena suhu dia orang tua
sedang sakit, maka dia menyuruh aku berangkat terlebih
dahulu, entah Tia, dia orang tua apakah dalam keadaan baikbaik
saja?" "Kenapa?" seru si kakek tua bongkok itu tertegun.
"Suhumu Ku Kiam Seng atau si pendekar pedang
menyendiri dari gunung Chin Leng, Cu Thayhiap tidak ikut
datang?" pemuda itu segera mengerutkan alisnya rapat-rapat.
"Sebetulnya di rumah sudah terjadi peristiwa apa?"
ujarnya, "di dalam suratnya Tia tidak memberi penjelasan,
penyakit yang diderita suhu sangat berat dia tidak ikut
datang." Si kakek tua bongkok itu berdiri tertegun kembali beberapa
saat lamanya, akhirnya dengan nada amat sedih ujarnya,
"Loo-ya sudah tiga hari lenyap tanpa bekas."
"Apa?" teriak pemuda itu terperanjat. "Tiong-siok,
perkataanmu apa betul?"
Dengan perlahan kakek tua bongkok itu menundukkan
kepalanya rendah-rendah, tidak sepatah katapun diucapkan
keluar. Pemuda itu benar-benar dibuat terperanjat oleh berita ini
dia berdiri tertegun di tempat, titik-titik air mata menetes
keluar membasahi wajahnya, dia sama sekali tidak menduga
dengan nama besar ayahnya sebagai Siang Kiang Thayhiap,
Koan Thian Jen ternyata bisa lenyap tanpa bekas.
"Bagaimana keadaannya sekarang ini" Sebetulnya sudah
terjadi peristiwa apa?"
Dengan termangu-mangu dia menoleh kembali ke arah
kakek tua bongkok itu lalu tanyanya kembali, "Tiong-siok,
sebetulnya sudah terjadi peristiwa apa?"
Dengan perlahan-lahan si kakek tua bongkok itu menghela
napas panjang. pada setengah bulan yang lalu mendadak di belakang
rumah kita muncul sebuah pintu
rahasia, aku beserta Loo-ya lalu bersama-sama pergi
mencari dan membuka pintu tersebut.... Heey.... coba kau
terka barang apa yang ada dibalik pintu rahasia itu" Sebuah
tengkorak manusia, di atas kening tengkorak manusia itu
tertancaplah sebilah pedang pendek.
Begitu Loo-ya melihat benda tersebut air mukanya segera
berubah sangat hebat, sesudah menutup kembali pintu
rahasia itu dia segera kirim surat kepadamu meminta suhumu
datang ke sini, dia sudah memutuskan sebelum suhumu
datang ke sini tidak perduli sudah terjadi urusan apapun aku
dilarang memasuki pintu rahasia itu lagi.... Heeeey.... Tidak
disangka pada tiga hari yang lalu Loo-ya entah sudah pergi
kemana?" Dengan termangu-mangu Koan Ing mendengarkan kisah
itu, sebuah tengkorak manusia" Di atas keningnya tertancap
sebilah pedang pendek" Selamanya dia belum pernah
mendengar orang berkata kalau di dalam Bu-lim ada
perkumpulan atau partai yang menggunakan cara begitu
sebagai tandanya. Dengan termangu-mangu Koan Ing termenung berpikir
keras, akhirnya dengan menggigit kencang bibirnya dia
berkata kembali, "Tiong-siok, mari kita pergi kesana lihatlihat!"
Seketika itu juga si kakek tua bongkok itu menjadi
melengak. "Tetapi.... tetapi Cu Thayhiap.... "
"Suhu tidak akan segera datang kemari, apalagi Tia sudah
tiga hari lenyap tanpa bekas, dia orang tua tentu memasuki
tempat itu." Teringat akan lenyapnya ayahnya selama tiga hari air
mukanya segera berubah menjadi amat murung bercampur
sedih. Tiba-tiba Koan Ing membuka mulutnya kembali
menyadarkan lamunan dari si kakek tua bongkok itu, "Tiongsiok.
Kau tidak perlu merasa kuatir buat diriku, aku sudah
cukup besar, aku masih bisa menjaga diriku sendiri."
"Ing Siauw-ya," akhirnya ujar si kakek tua bongkok itu
sambil menghela napas panjang, "ibumu sudah meninggal
dunia sejak dahulu, kini tinggal kau seorang saja yang
hidup.... kau harus lebih berhati-hati menjaga diri."
Ketika Koan Ing mendengar si orang tua bongkok ini
mengungkit kembali soal ibunya yang sudah meninggal dunia,
teringat kembali ayahnya yang lenyap tanpa bekas, tidak
terasa lagi hatinya serasa ditusuk oleh berjuta-juta batang
golok sukar ditahan. "Tiong-siok, aku sudah tahu!" serunya sambil mengerutkan
keningnya rapat-rapat. Sekali lagi si orang tua bongkok itu menghela napas
panjang, kemudian dengan terpaksa dia putar badannya
berjalan masuk ke dalam rumah.
Setelah masuk ke dalam ruangan tengah mereka
melanjutkan perjalanannya menuju ke ruangan belakang dan
masuk ke dalam kamar paling ujung.
Sesampainya di dalam kamar itu terlihatlah si orang tua
bongkok itu ragu-ragu sebentar akhirnya dia ulurkan
tangannya menekan sesuatu pada dinding kamar.
Di balik pintu rahasia itu terlihatlah keadaan yang gelap
gulita, tanpa berpikir panjang lagi Koan Ing segera menerobos
masuk ke dalam tetapi mendadak dia menghentikan
langkahnya, karena saat itulah dia sudah mendengar suara
jeritan tertahan dari si orang tua bongkok itu.
"Tiong-siok ada apa?" tanyanya.
"Itu.... itu tengkorak manusia, kenapa sekarang sudah
rubuh ke atas tanah?"
Mendengar perkataan dari si orang tua bongkok itu dengan
cepat Koan Ing memutarkan badannya dan berjalan keluar
dari lorong tersebut. "Selama ini apakah pintu ini ditutup
terus?" "Selamanya aku belum pernah masuk lagi ke dalam, kecuali
Loo-ya tidak ada orang luar lagi yang pernah masuk kesana."
Beberapa perkataan dari Koan Ing baru saja ini sebetulnya
diucapkan secara kebetulan saja, pada saat dia berbicara
berbagai pikiran sudah berkelebat di dalam benaknya.
Mendadak dia maju kembali ke depan lantas masuk ke
dalam pintu rahasia tersebut dan berjongkok memeriksa
keadaan dari tengkorak itu dengan amat teliti, agaknya dia
punya maksud untuk menemukan sesuatu dari benda
tersebut. Baru saja tubuhnya berjongkok sampai separuh jalan,
mendadak dia merasakan segulung angin pukulan yang amat
santar menyambar dari belakang badannya, hatinya menjadi
sangat terperanjat, tanpa menoleh lagi dia sudah tahu ada
orang sedang membokong dirinya dari arah belakang.
Dengan kecepatan yang luar biasa tubuhnya berputar ke
samping, jari telunjuk serta jari tengah tangan kirinya dengan
cepat ditonjokkan ke depan menotok jalan darah "Yao Hu
Hiat" pada punggung orang itu.
Tetapi baru saja tangan kiri dari Koan Ing ini tiba di tengah
jalan secara tiba-tiba terasalah olehnya suatu golakan hati
yang amat keras menerjang hatinya, buru-buru dia mundur
dua langkah ke belakang sedang bulu kuduknya pada berdiri.
Kiranya orang yang baru saja membokong dirinya dari
belakang itu bukanlah seorang manusia hidup, melainkan
sesosok mayat yang sudah dingin kaku.
Dari gerakan menotok tangan kirinya segera diubah
menjadi telapak biasa dan menyambut datangnya mayat
tersebut, di bawah sorotan sinar lampu lilin yang samar di
dalam satu kali pandang saja dia sudah mengenal kembali
kalau mayat itu bukan lain adalah mayat dari ayahnya Koan
Thian Jen. Seketika itu juga Koan Ing merasakan seluruh tubuhnya
kaku, bagaikan baru saja dia mentas dari gentong yang
berisikan air dingin seluruh tubuhnya meringkik. Kepalanya
pening matanya berkunang-kunang seperti baru saja dipukul
dengan sebuah martil besar.
Mendadak.... dia mendengar suara teriakan dari Tiong-siok
yang amat keras, dia sadar kembali dari kagetnya, bayangan
pertama dengan cepat berkelebat di dalam benaknya.
Dengan perasaan amat gusar dia bersuit panjang,
tubuhnya bagaikan kilat cepatnya menubruk ke arah samping
terus naik ke atas wuwungan rumah pada lorong tersebut.
Setelah mengikuti suhunya si pendekar pedang menyendiri
dari gunung Chin Leng selama sepuluh tahun lamanya,
imannya sudah dilatih cukup kuat, sekalipun baru saja dia
menemui kejadian yang menyedihkan hatinya tetapi untuk
sementara dia masih sanggup untuk menguasai dirinya
sendiri. Dengan perasaan amat gusar Koan Ing meloncat ke atas
wuwungan rumah, dalam lobang itu dengan menggunakan
sepasang matanya yang amat tajam dia memperhatikan
keadaan di sekelilingnya, di bawah sorotan sinar api lilin yang
redup mendadak matanya terbentur dengan sesosok
bayangan manusia yang sedang berlari menjauhi tempat itu.
Dalam hati dia merasa terkejut dan bercampur gusar, satusatunya
ingatan yang berkelebat di dalam benaknya saat ini
hanyalah ingin menangkap si pembunuh.
Tubuhnya segera berkelebat ke depan, laksana seekor
burung elang dengan gerakan yang amat cepat bagaikan anak
panah yang terlepas dari busurnya dia melayang ke depan
mengejar ke arah bayangan hitam itu.
Dia sama sekali tidak menduga dengan nama besar dari
ayahnya Siang Kiang Thayhiap ternyata bisa dibunuh orang
dengan demikian mudahnya, bahkan masih ada satu teka teki
buat dirinya siapakah bayangan hitam itu" Sungguh besar
nyalinya sehingga berani menyatroni diri Siang Kiang Thayhiap
yang sudah punya nama terkenal di dalam Bu-lim.
Walaupun di dalam hatinya Koan Ing terus berpikir keras
tetapi kakinya sedikit pun tidak berhenti, bagaikan kilat
cepatnya dia mengejar terus ke arah orang itu.
Di dalam dua tiga kali loncatan saja akhirnya Koan Ing
berhasil mendekati sampai di belakang badan orang itu.
Agaknya orang itupun sama sekali tidak menduga kalau
Koan Ing bisa mengejar begitu cepatnya, tubuhnya mendadak
berhenti sambil membalikkan badannya dia melancarkan satu
pukulan dahsyat menghajar pundak kiri dari Koan Ing.
Saat ini Koan Ing memangnya sedang bersiap-siap
menawan pihak musuh, melihat datangnya serangan ini
dengan dinginnya dia mendengus, tubuhnya semakin
mendesak ke depan sedang tangan kanannya di ayun
menotok jalan darah Cian Cing Hiat pada pundak orang itu.
Tubuh Koan Ing semakin mendekati tubuh orang itu, baru
saja jarinya mau melancarkan totokan mendadak pergelangan
tangan orang itu berputar balas mencengkeram tangannya.
Koan Ing menjadi sangat terperanjat untuk menghindar sudah
tidak sempat lagi, telapak tangan kiri orang itu dengan amat
tepat menghajar dada kirinya.
Terdengar dia mendengus dengan amat beratnya, untung
sekali tenaga dalam orang itu tidak tinggi sehingga
pukulannya ini tidak terlalu berat bersarang di dadanya,
walaupun begitu dia merasakan juga dada kanannya teramat
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sakit. Ketika orang itu melihat serangannya mencapai pada
sasarannya tanpa menunggu Koan Ing berganti napas lagi
tubuhnya bertindak semakin maju mendesak tubuh Koan Ing,
pada saat tangan kanannya berkelebat pada genggamannya
sudah bertambah lagi dengan sebilah pedang pendek
kemudian dengan dahsyatnya di tusukan ke iga Koan Ing.
Karena sedikit gegabah Koan Ing terkena hajaran dari
pukulan orang itu, dalam hatinya dia benar-benar merasa
terkejut bercampur gusar, kini mana dia mau mengalah lagi"
Mendadak tangan kanan dengan mendatar berputar setengah
lingkaran di depan dada. Orang itu mendengus dengan dinginnya serangan dari
Koan Ing ini kelihatan amat aneh dan tidak jelas arah yang
hendak dituju, tetapi orang itu tidak perduli, tubuhnya
semakin maju ke depan. Baru saja pedang pendek orang itu di tusukan ke depan,
tangan kanan dari Koan Ing yang berputar setengah lingkaran
di depan dadanya mendadak berkelebat ke depan, tiga jari
tangannya menyambar pergelangan tangannya dengan amat
dahsyat. Orang itu menjadi sangat terperanjat karena dia sekarang
baru sadar ketiga jari tangan dari Koan Ing yang mengancam
urat nadi pergelangan tangannya ini sukar untuk dihindari,
walaupun dia mau berkelit dengan cara apapun tidak mungkin
akan bisa berhasil. Waktu yang dibutuhkan mereka berdua untuk bertempur
baru-baru ini sangat singkat sekali, belum sempat dia berpikir
panjang mendadak terasalah olehnya urat nadi pada
pergelangan tangan kanannya sudah terbentur dengan tiga
jari totokan dari Koan Ing.
Di dalam keadaan yang amat terperanjat terburu-buru dia
mundur ke belakang, dia tahu jika dia mau selamat maka
pedang pendek itu harus dilepaskan, sedangkan tangan
kirinya bersamaan waktunya pula melancarkan pukulan ke
arah dada Koan Ing. Tiga jari dari Koan Ing dengan cepat dibalik merebut
pedang pendek yang ada di tangan orang itu kemudian
dengan gerakan cepat pula dia meloncat mundur ke belakang.
Begitu dia mundur, orang itupun tidak berani mendesak
kembali, masing-masing berdiri diarah yang berlawanan
sambil saling berpandangan.
Agaknya orang itu sama sekali tidak menduga kalau tenaga
dalam dari Koan Ing jauh di atas seperti apa yang diduga
semula, tidak disangka pukulan yang dilancarkan olehnya
ternyata sudah mencapai sasaran yang kosong.
Dalam hati Koan Ing semakin merasa terperanjat lagi, dia
tahu pada saat ini orang yang bisa melancarkan serangan
sambil memutarkan pergelangan tangannya saja cuma si
manusia aneh dari Laut Timur Ciat Ie Toocu, Ciu Tong beserta
anak muridnya. Karena sifatnya yang aneh dan berkepandaian tinggi para
jago yang ada di dalam Bu-lim tidak seorangpun yang berani
mencari gara-gara dengan Ciu Tong ini, tidak perduli orang itu
punya hubungan atau sangkut paut dengan Ciat Ie To,
asalkan berbuat salah kepada mereka maka orang-orang itu
tentu akan menawan orang tersebut, tetapi.... dengan
kepandaian silat yang dimiliki ayahnya tidak mungkin beliau
bisa terbunuh oleh orang semacam ini.
Pikirannya dengan cepat berkelebat, akhirnya di dalam hati
dia mengambil kesimpulan bahwa kematian ayahnya tentu
mempunyai sangkut paut yang sangat erat dengan orang ini.
Berpikir sampai di sini, pandangan matanya segera beralih
ke atas wajah orang itu, di tengah kegelapan dia hampirhampir
tidak sanggup untuk melihat lebih jelas lagi bentuk
wajahnya, tetapi secara samar-samar dia masih bisa tahu
kalau lawan di hadapannya merupakan seorang pemuda yang
usianya masih muda. "Heee.... heee.... kau punya hubungan apa dengan Ciat Ie
Toocu dari lautan Timur?" terdengar Koan Ing dengan
dinginnya berseru. Pemuda itu menjadi melengak, dia sama sekali tidak
menduga karena satu jurus serangannya tadi sudah
memberitahukan perguruannya kepada Koan Ing sedang
sampai kini dia sendiri masih tidak tahu jurus-jurus aneh yang
digunakan Koan Ing tadi berasal dari perguruan mana.
Dia berdiam diri beberapa waktu lamanya, kemudian
dengan congkaknya mendengus.
"Hmm, kalau sudah tahu aku orang punya hubungan
dengan pihak pulau Ciat Ie, kenapa kamu orang masih tidak
mundur teratur dari tempat ini?"
Sepasang alis dari Koan Ing dikerutkan semakin
mengencang. Pada sembilan belas tahun yang lalu sewaktu diadakan
pertemuan puncak para jago di atas gunung Hoa-san, Ciat Ie
Toocu dengan mengandalkan ilmu silatnya yang sangat aneh
dan lihay pernah menggetarkan seluruh dunia persilatan
sehingga mendapat sebutan sebagai Chiat Hay Mo Su atau si
iblis sakti dari luar lautan, sejak itulah tidak ada orang yang
berani mencari gara-gara lagi dengan si iblis dari pulau Ciat Ie
To ini. Sekalipun di dalam hatinya Koan Ing tahu itu si iblis sakti
Ciu Tong sukar untuk dilayani tetapi dendam sakit hati
ayahnya harus dibalas, dia tidak akan mundur teratur karena
hal ini. Terdengar dia tertawa dingin tak henti-hentinya, ujarnya
kemudian, "Hee.... hee sekalipun kamu orang punya sangkut
paut dengan orang-orang pulau Ciat Ie To, aku juga tidak
akan membiarkan kau pergi dari sini."
Sambil berkata tubuhnya dengan cepat bergerak maju
mendesak ke arah orang itu.
Orang itu sama sekali tidak menduga Koan Ing begitu
bernyali berani mencari gara-gara dengan pihak pulau Ciat Ie
To, dia tahu dirinya bukanlah tandingan tubuhnya dengan
cepat berjumpalitan di tengah udara kemudian dengan
tergesa-gesa mengundurkan diri dari situ.
Dalam hati Koan Ing sudah ambil keputusan untuk
menawan orang itu, sudah tentu dia tidak akan membiarkan
dia pergi dengan seenaknya, tubuhnya segera melayang pula
ke depan mengejar dari belakang badannya.
Dengan cepat orang itu melarikan diri ke dalam sebuah
lorong kecil di bawah tanah kemudian dengan cepatnya
lenyap di tengah kegelapan.
Melihat keadaan disana Koan Ing menjadi ragu-ragu. dia
tidak paham seluk beluk di tempat itu tapi diapun tidak ingin
melepaskan orang itu begitu saja.
Tangan kanannya dengan cepat dibalik memasukkan
pedang pendek itu ke arah pinggangnya, sepasang telapak
tangannya sesudah melancarkan satu serangan dahsyat
tubuhnya baru berkelebat ke arah lorong tersebut.
Kiranya dia menggunakan tenaga pantulan dari angin
pukulan tadi untuk mengetahui keadaan di sana, tubuhnya
tanpa berhenti lagi dengan cepat melayang ke dalam.
Lorong kecil di bawah tanah itu sangat sempit dan ruwet
sekali, cabang kecil-kecil banyak tersebar di sekitar sana
membuat dia yang sedang melakukan pengejaran di dalam
sekejap saja sudah kehilangan jejak musuhnya.
Untuk beberapa saat lamanya Koan Ing menjadi sangat
bingung, dia berdiri termangu-mangu di sana.
Lama sekali dia pusatkan perhatiannya untuk
mendengarkan keadaan di sekelilingnya tetapi selama ini tidak
terdengar sedikit suarapun.
Diam-diam pikirnya di dalam hati, "Dengan kepandaian
yang dimiliki orang berbaju hitam tadi, tidak mungkin dia bisa
berjalan tanpa menimbulkan suara.... Hmm, kecuali dia sudah
berhenti bergerak di sekitar tempat itu."
Koan Ing agak ragu-ragu sebentar, sepasang telapaknya
mendadak melancarkan satu serangan dahsyat ke depan
sedang tubuhnya bersamaan waktunya pula membuka pintu
besi itu untuk menerobos masuk ke dalam.
Berpikir sampai di sini, sepasang mata Koan Ing yang
sangat tajam mulai memperhatikan keadaan di sekitar tempat
itu. Lorong kecil di bawah tanah itu sangat gelap sekali
sehingga sukar untuk melihat lima jarinya sendiri, tetapi pada
sebelah kiri dari tempat itu secara samar-samar memancar
keluar sinar yang agak remang.
Koan Ing semakin mengerutkan alisnya rapat-rapat, dia
mulai berjalan mendekati tempat berasalnya sinar itu.
Kurang lebih sesudah berjalan sepuluh kaki jauhnya
terlihatlah sebuah pintu besi muncul di hadapannya, dari balik
pintu secara samar memancar keluar sinar merah darah yang
agak tawar, di dalam kegelapan sinar merah itu sangat
menusuk mata membuat hati setiap orang yang melihat
serasa bergolak dengan kerasnya.
Begitu tubuh Koan Ing masuk ke dalam ruangan itu, dari
samping tubuhnya segera terdengar suara dengusan yang
amat dingin bergema mendatang, segulung angin pukulan
yang sangat dahsyat menerjang dirinya dari arah samping.
Dia benar-benar merasa sangat terperanjat sekali, dari
angin pukulan yang baru saja dilancarkan oleh orang itu dia
sudah tahu kalau tenaga dalam orang itu sudah mencapai
pada tingkat yang jauh lebih tinggi dari dirinya sendiri, tangan
kanannya dengan cepat dibalik lalu batas melancarkan satu
serangan gencar mengarah pergelangan tangannya.
Jurus yang digunakan si pembokong itu ternyata sangat
hebat dan mempunyai perubahan yang sangat aneh sekali,
serangan yang dilancarkan Koan Ing dengan penuh
perhitungan ini ternyata sudah mencapai pada sasaran yang
kosong. Dalam hati Koan Ing benar-benar merasa sangat
terperanjat, segera teringat olehnya kemungkinan sekali orang
inipun merupakan orang-orang dari pulau Ciat Ie To di lautan
Timur, walaupun saat ini dia sudah tahu tetapi dia sama sekali
tidak mempunyai pengalaman bertempur dengan musuhmusuh
yang menggunakan ilmu silat demikian anehnya
karena itu diapun tidak mempunyai cara-cara untuk
memecahkan ilmu tersebut.
Terlihatlah pergelangan tangan orang itu tiba-tiba menekuk
ke bawah menyambar badannya, dengan cepat Koan Ing
berjongkok untuk menghindar.
"Sreeeet....!" mantel di punggungnya sudah terkena
sambaran tersebut sehingga terobek.
Tubuhnya dengan cepat bergeser ke samping, di dalam
keadaan yang amat kritis itulah dia berhasil menghindarkan
diri dari serangan musuh kemudian berkelebat untuk berdiri di
pinggir ruangan saat ini seluruh tubuhnya sudah basah kuyup
oleh keringat dingin yang mengucur keluar dengan amat
derasnya, dengan tenaga dalam yang begitu tinggi dari orang
itu bilamana serangannya tadi dengan tepat menghajar
badannya, saat ini dia pasti binasa atau sedikitnya terluka
amat parah. Setelah badannya bisa berdiri tegak, sepasang matanya
dengan amat tajam menyapu sekejap ke arah sekeliling
tempat itu. Di bawah sorotan sinar yang agak remang terlihatlah tepat
di hadapannya duduklah bersila seorang lelaki berusia tiga
puluh tahunan dengan wajah penuh kegusaran, di sampingnya
berdirilah si pemuda berbaju hitam yang memancing dirinya
kemari tadi. Sekali lagi Koan Ing merasa sangat terperanjat,
kelihatannya orang yang baru saja melancarkan serangan
bokongan kepadanya itu bukan lain adalah orang yang duduk
bersila Jika dilihat keadaannya jelas orang itu adalah seorang yang
cacat tetapi.... seorang cacat saja kepandaiannya sudah begitu
lihay, jelas sekali ilmu silat yang dimilikinya memang betulbetul
mengerikan sekali. Ayahnya telah dibunuh orang, tidak salah lagi orang yang
ada di hadapannya inilah si pembunuh yang sesungguhnya.
Orang itu dengan pandangan amat dingin memandang ke
arah Koan Ing, mendadak sepasang telapaknya menggebrak
permukaan tanah tubuhnya laksana kilat yang menyambar
berkelebat menubruk ke arah diri Koan Ing, bersamaan pula
telapak tangannya dengan mengancam belakang maupun
muka tubuhnya mengirim satu pukulan dahsyat ke arah diri
Koan Ing. Saat ini Koan Ing sudah melakukan persiapan, tangan
kanannya dengan cepat membalik.
"Criiing!" pedang panjang yang tersoren di punggungnya
sudah dicabut keluar, di dalam sekejap mata dia sudah
melancarkan tiga tusukan dahsyat.
Setiap tusukan pedangnya selalu berbentuk bulat setengah
lingkaran, tetapi kecepatan arah yang diancam pedang itu
memaksa orang itu mau tidak mau menarik kembali
serangannya. Mereka berdua saling serang menyerang sebanyak tiga
jurus banyaknya, tampaklah orang itu secara tiba-tiba
melancarkan satu serangan kosong ke depan sedang
tubuhnyapun dengan cepat berkelebat kembali ke tempat
semula. Sepasang matanya jelas memperlihatkan perasaannya yang
amat terkejut, air mukanya berubah menjadi merah padam
saking gusarnya. Koan Ing yang dipelototi sudah tentu tidak mau
mengunjukkan kelemahannya, diapun balas memandang ke
arah musuh dengan pandangan amat gusar sedang dalam hati
diam-diam dia merasa sangat kaget, kehebatan dari tenaga
dalam orang itu sungguh-sungguh memaksa dia sama sekali
tidak mempunyai kesempatan untuk melancarkan serangan
balasan. Beberapa saat kemudian terdengarlah orang itu baru
membuka mulutnya bertanya, "Hmmm. Tentu kau anak murid
dari itu Kong Bun-yu."
Kong Bun-yu yang dimaksud adalah si pendekar aneh
Thian-yu Khie Kiam daripada Siao, Khet, Sin, Mo atau si dewa
aneh, sakti, iblis daripada empat aneh di dalam dunia
kangouw saat itu, dia merupakan suheng daripada suhunya si
pendekar pedang menyendiri dari gunung Chin Leng, Cu Yu.
Kiranya suhunya Cu Yu suheng-te pada masa yang lalu
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dikarenakan suatu urusan sudah berbentrok sehingga tidak
akur, dan kini masing-masing pada mengambil jalannya
sendiri-sendiri. Kini sewaktu mendengar orang itu menyebut dirinya
sebagai murid Kong Bun-yu dia segera tertawa dingin, belum
sempat dia membuka mulutnya untuk memberikan jawaban
terdengar orang itu dengan dinginnya sudah berkata kembali.
"Aku adalah anak murid dari Ciat Ie Toocu, Bun Ting-seng,
lebih baik urusan yang sudah terjadi disini kau tidak usah ikut
campur." Diam-diam Koan Ing sedikit merasa terperanjat, tidak
terkira olehnya orang yang ada di hadapannya sekarang ini
adalah si iblis sakti dari dalam Bu-lim, Cing Ie Kongcu atau si
sastrawan berbaju sutera, Bun Ting-seng adanya.
Tidak tahu dikarenakan persoalan apa dia bersembunyi di
tempat ini bahkan sepasang kakinya sudah cacat"
Tidak menanti Koan Ing berbicara, Bun Ting-seng sudah
keburu menyambung kembali, "Perguruanmu maupun
perguruanku tidak ada hubungan apa-apa dan selamanya
tidak saling ganggu mengganggu, walaupun karena
keteledoranmu ini aku harus mengorbankan latihanku selama
tiga tahun, tetapi memandang wajah suhumu aku akan
menyudahi saja urusan ini hari."
Si pendekar pedang Thian-yu Khei Kiam, Kong Bun-yu
memiliki kepandaian silat yang sangat aneh sekali, dengan
mengandalkan ilmunya yang amat sakti Thian-yu Khie Kang
dia merajai dunia persilatan, baik di dalam melancarkan
pukulan maupun ilmu pedangnya selama ini selalu membuat
setengah lingkaran dulu di depannya sendiri tetapi
ketepatannya tidak pernah meleset, pihak lawannya bilamana
tidak membubarkan serangannya sendiri maka dia pasti
terluka di bawah serangan pedang atau pukulannya, karena
itulah walaupun Bun Ting-seng merupakan seorang iblis yang
amat lihay terhadap diri Kong Boeo Yu pun dia tidak berani
berlaku kasar apalagi menyalahi dirinya. Koan Ing tertawa
dingin tak henti-hentinya.
"Hee.... hee.... heee.... suhuku adalah si pendekar pedang
menyendiri dari gunung Chin Leng, sama sekali bukan itu si
pendekar pedang aneh Thian-yu Khei Kiam, kau sudah salah
sangka apalagi dendam terbunuhnya ayahku aku harus minta
ganti pula." Bun Ting-seng jadi melengak, dia adalah seorang jago
kawakan di dalam Bu-lim apapun juga dia sudah bisa
menduga, dia tahu Koan Ing merupakan seorang pemuda
yang baru saja menerjunkan diri ke dalam dunia kangouw dan
kini mau mengadu jiwa pula dengan dirinya, untung saja dia
bukan anak murid dari Kong Bun-yu tetapi Koan Ing itu pasti
tidak akan melepaskan dirinya begitu saja.
Bilamana dia sungguh-sungguh berkelana di dalam dunia
kangouw setelah mengetahui siapa dirinya, siapa yang berani
mengganggu Su Khei Sam Ceng atau si empat aneh tiga
genah" Dia tertawa dingin pula. "Kau memiliki ilmu aneh Thian-yu Khei Keng, memandang
hal itu untuk sementara aku lepaskan kamu orang satu kali ini,
apalagi urusan yang sudah terjadi disinipun kau tidak tahu.
Hmmm.... Hmm perlu aku beritahu padamu, ayahmu modar
karena dia cari jalan kematian ini sendiri!"
Sinar mata Koan Ing segera berkedip-kedip dengan
gusarnya, dia tahu si sastrawan berbaju sutera Bun Ting-seng
ini jadi orang amat ganas dan kejam sekali, tetapi haruskah
dia mengalah cuma karena atasan itu"
Apalagi ketidak akuran antara suhunya si pendekar pedang
menyendiri dari gunung Chin Leng ini dengan si pendekar
pedang aneh Thian-yu Khei Kiam semua orang sudah
mengetahuinya, bentroknya dia dengan pihak pulau Ciat Ie To
dari pihak Kong Bun-yu tidak mungkin kau membantu dirinya
tapi kenapa Bun Ting-seng mau menyudahi urusan ini.
pikirannya dengan cepat bergerak memikirkan hal ini.
Bun Ting-seng yang melihat Koan Ing tetap tidak mau pergi
air muka berubah menjadi sangat hebat....
"Kamu orang tidak mau pergi, apa sengaja menunggu saat
kematian buat dirimu?" bentaknya dengan amat gusar.
Koan Ing pun mengerutkan alisnya rapat-rapat.
"Hmm.... hmmm.... " dengusnya dengan amat gusar.
"Sebelum dendam sakit hati kematian ayahku dilunasi aku
tidak akan pergi dari sini."
Air muka Bun Ting-seng berubah semakin menghebat,
tangannya dengan cepat menggape memberi tanda kepada si
pemuda berbaju hitam yang berdiri di sampingnya.
Si pemuda berbaju hitam itu segera putar badannya dan
menekan sesuatu di atas dinding, tampaklah sebuah pintu
rahasia terbuka dengan perlahannya ke arah samping.
Dalam hati Koan Ing merasa sangat terperanjat, tubuhnya
meloncat ke atas untuk menubruk ke depan, sedang mulutnya
dengan perasaan amat gusar membentak, "Ini hari aku orang
mau mencoba-coba kepandaian sakti dari Teng Hay Mo Kang!"
Baru saja tubuhnya mencelat ke atas mendadak tampaklah
olehnya air muka Bun Ting-seng sudah berubah menjadi
merah darah, dia membentak keras tangan kanannya dibabat
ke depan dua bilah pedang pendek bagaikan kilat cepatnya
sudah meluncur menghajar badan Koan Ing.
Pedang pancang yang ada di tangan Koan Ing cepat-cepat
di pontang-pantingkan ke depan memukul jatuh kedua bilah
pedang pendek itu. Tetapi dengan cepat pula tubuhnya tergetar ke belakang
beberapa tindak, pergelangan tangannya terasa sakit sekali
tergetar oleh tenaga dalam yang disalurkan ke dalam kedua
bilah pedang pendek itu. Karena terdesak oleh kedua bilah pedang pendek itu tubuh
Koan Ing jadi berhenti sejenak, saat itulah sepasang tangan
dari Bun Ting-seng sudah memukul ke atas permukaan tanah,
tubuhnya dengan cepat melayang ke atas sambil melancarkan
lima serangan dahsyat mengancam seluruh tubuh musuhnya,
jurus serangannya sangat aneh tetapi lihay sekali.
Koan Ing benar-benar merasa terperanjat, pedang
panjangnya dengan cepat berputar satu lingkaran ke depan,
dengan menggunakan jurus "Thian Hong Cu-hok" atau pelangi
langit menutup jalan pedangnya berkelebat menyerang
pergelangan tangan dari sepasang tangan Bun Ting-seng.
Mereka berdua sama-sama tidak tahu jelas keanehan dan
kesaktian ilmu silat pihak lawannya, jurus-jurus serangan yang
baru saja digunakan separuh jalan terpaksa harus ditarik
kembali. Koan Ing hanya merasakan keanehan dari ilmu silat yang
dimiliki Bun Ting-seng ini benar-benar membuat hatinya jera,
karena pertempuran inilah tenaga dalamnya pun di dalam
beberapa saat ini mengalami kerugian yang sangat besar.
Baru saja hatinya merasa ragu bercampur heran, tibatiba....
suara ringkikan kuda yang amat ramai berkumandang
keluar dari dalam ruangan tersebut.
Bluuuk....! Empat ekor kuda jempolan berwarna merah darah dengan
menarik sebuah kereta yang amat besar dan megah
menerjang keluar.... orang yang ada di atas kereta itu bukan
lain adalah si pemuda berbaju hitam itu.
Ketika kereta kuda itu menerjang keluar dari pintu Bun
Ting-seng sudah tidak kuat menahan diri lagi, dia muntahkan
darah segar dengan sangat derasnya, sedang tubuhnya
dengan kecepatan yang luar biasa menubruk ke arah kereta
berkuda itu. Koan Ing yang melihat munculnya sebuah kereta berkuda
secara tiba-tiba di sana sesaat dibuat tertegun, tetapi sebentar
kemudian dia sudah tahu apa yang telah terjadi, Bun Tingseng
pasti sudah terluka parah, sedangkan kereta berkuda itu
bukankah "Kereta Berdarah" yang pernah menggetarkan dunia
persilatan" Sembilan belas tahun yang lalu sewaktu empat manusia
aneh mengadakan pertemuan di atas gunung Hoa-san, tujuan
mereka yang terutama juga dikarenakan Kereta berdarah ini.
Menurut berita yang tersiar di dalam Bu-lim katanya pada
masa yang lalu pernah berdiri sebuah partai yang diberi nama
Hiat-ho-pay atau partai banjir darah, kepandaian silat dari
orang-orang Hiat-ho-pay ini sangat tinggi sekali sukar dijajaki
oleh orang lain bahkan ciangbunjiennya memiliki sebuah
kereta berkuda yang bisa digunakan di daratan maupun di
dalam air dan diberi nama Kereta berdarah, dimana kereta itu
berada di sana pasti akan terjadi banjir darah laksana
mengalirnya air di sungai.
Akhirnya para jago di dalam Bu-lim bekerja sama untuk
bersama-sama menumpas partai Hiat-ho-pay ini membuat
kelanjutan dari kereta berdarah ini merupakan suatu teka-teki
buat semua orang. Menurut berita yang tersiar katanya di dalam kereta
berdarah itu termuat juga ilmu silat yang dimiliki ciangbunjin
partai Hiat-ho-pay tempo hari, karenanya Kereta Berdarah ini
jadi incaran setiap jago di dalam Bu-lim bahkan diperebutkan
baik oleh golongan Pek-to maupun dari kalangan Hek-to.
Berita tentang Kereta berdarah ini semakin tersiar luas, tapi
karena tidak ditemukan buktinya maka keinginan para
pencaripun semakin lama semakin menipis, tetapi pada dua
puluh tahun yang lalu itulah mendadak Bu-lim Ku cu atau si
manusia tunggal dari Bu-lim Jien Wong munculkan diri dengan
mengendarai kereta berdarah itu.
Kepandaian silat yang dimiliki Jien Wong ini sebetulnya
biasa saja, tetapi ketika dia muncul kembali, kepandaian silat
yang dimilikinya sangat tinggi sekali, berturut-turut dia
membinasakan ratusan orang jago nomor wahid di dalam Bulim.
Dimana kereta berdarahnya tiba di sana pasti banjir
darah. Dengan kejadian itu para jago di dalam Bu-lim lainnya
segera berkumpul untuk mengerubuti pemilik kereta berdarah
itu. Pertempuran di atas gunung Hoa-san, empat manusia aneh
bersatu padu mengerubuti si manusia tunggal dari Bu-lim itu
dan akhirnya berhasil juga membinasakan dirinya, tetapi
dikarenakan memperebutkan kereta berdarah ini masingmasing
pihak lalu terjadi duel yang seru.
Kepandaian silat yang dimiliki manusia-manusia aneh ini
masing-masing mempunyai keistimewaan yang tersendiri,
sesudah bertempur siang malam sepuluh hari lamanya masih
tidak dapat juga menentukan siapa menang siapa kalah.
Pada saat itulah si manusia tunggal dari Bu-lim sadar
kembali dari pingsannya, dengan meminjam kesempatan
sewaktu mereka berempat pada rebutan dia meloncat naik ke
atas kereta dan melarikan diri dari situ.
Waktu itulah empat manusia aneh baru merasa terkejut,
walaupun mereka tahu dia pasti binasa tetapi dalam hati
mereka pun tak urung merasa murung juga.
Sembilan belas tahun kemudian persoalan kereta berdarah
itu sudah dilupakan orang saat ini, cuma ada nama-nama
"Sian, Khei, Sin, Mo" saja yang menggetarkan dunia persilatan,
siapa sangka kereta berdarah itu ternyata bisa muncul kembali
di tempat ini. Pikiran ini dengan cepatnya satu persatu berkelebat di
dalam benaknya, ketika dia sadar kembali dari lamunannya
Bun Ting-seng sudah menunggang kereta melarikan diri, dia
menjadi sangat terkejut baru saja dia bersiap-siap untuk
melakukan pengejaran mendadak terlihatlah sesosok
bayangan manusia berkelebat masuk ke dalam, orang itu
bukan lain si kakek bongkok.
Waktu itu kereta berdarah sedang beranjak menerjang ke
depan sedang si kakek bongkokpun berlari mendatang dari
arah depan, bilamana dia tidak cepat-cepat menghindar tentu
segera akan terbinasa di bawah injakan kaki kuda itu.
Melihat hal ini Koan Ing menjadi sangat terperanjat, untuk
sesaat dia tidak bisa mengurusi kereta berdarah itu lagi,
tubuhnya dengan cepat berkelebat mendorong badan si kakek
bongkok itu ke samping. Kereta berdarah dengan amat cepatnya menerjang terus ke
depan, cepat-cepat Koan Ing merendahkan badannya.
"Bluuuumm!" dengan menjebol dinding ruangan itu kereta
berdarah tersebut melarikan dirinya ke arah depan.
Koan Ing dengan cepat menyambar ke dua belah pedang
pendek yang disambitkan Bun Ting-seng ke arahnya tadi,
tubuhnya segera berkelebat pula ke depan dengan mengambil
jalan dinding yang sudah jebol tadi dia melakukan pengejaran.
Pada saat tubuhnya bergerak itulah terdengar suara
ringkikan kuda yang memanjang diikuti dengan suara
berputarnya roda-roda kereta menjauhi tempat itu.
Kereta berdarah sudah berlari menjauhi tempat itu, di
bawah sorotan sinar rembulan terlihatlah dia seorang diri
berdiri termangu-mangu di sana.
Setelah termangu-mangu beberapa waktu lamanya barulah
terlihat Koan Ing menyimpan kembali pedang panjangnya dan
memungut kedua bilah pedang pendek tersebut.
Mendadak.... tampaklah olehnya di bawah sorotan sinar
rembulan dari tubuh kedua bilah pedang pendek itu
memancarkan sinar hijau yang sangat tajam sekali, di
sekeliling tubuh pedang itu melingkarlah sebuah lingkaran
garis berwarna merah darah, tidak lain tidak bukan itulah
tanda kepercayaan daripada partai Hiat-ho-pay tempo hari.
Dari dalam sakunya dia segera mengambil keluar pedang
pendek yang ditemuinya semula, kini terlihatlah tiga bilah
pedang pendek dengan bentuk serta besar kecil yang sama
berjejer di tangannya. Seketika itu juga Koan Ing menjadi paham, kiranya Koan
Thian Jen ayahnya sudah menemui tanda kepercayaan dari
Hiat-ho-pay ini sehingga membuat orang tua merasa tegang,
mungkin karena dia memasuki jalan di bawah tanah itulah
maka sudah menemui kematian di bawah serangan Bun Tingseng
itu. Dengan berdiam diri dia termenung berpikir beberapa
waktu lamanya, tak terasa lagi air mata menetes keluar
dengan derasnya membasahi wajahnya, dalam hati dia
merasa sangat sedih sekali.
Tidak disangka olehnya baru saja dia keluar dari perguruan
belum sempat bertemu dengan ayahnya, ternyata dia orang
tua sudah dicelakai orang lain.
Tiong-siok dengan perlahan berjalan mendekati diri Koan
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ing, dari kelopak matanya air matapun menetes keluar
membasahi wajahnya. "Ing Siauw ya," ujarnya dengan perlahan, "Kau harus
mencari balas atas kematian Loo-ya."
Mendengar perkataan dari Tiong-siok ini, Koan Ing
merasakan hatinya semakin sedih, dengan perlahan-lahan dia
memejamkan sepasang matanya.
Sesudah berdiam diri beberapa waktu lamanya dia baru
berkata, "Tiong-siok, aku pasti akan membalas atas kematian
Tia, sesudah kita mengubur jenazah ayah, aku akan segera
berangkat cari musuh besarku, tidak perduli dia lari ke ujung
langitpun, aku pasti akan mengejar dan mendapatkan si
pembunuh yang melarikan diri menunggang kereta berdarah
itu." Dengan perlahan-lahan dia memutar tubuhnya, mendadak
dia berdiri tertegun tampaklah olehnya di atas tanah
menggeletak sebilah pedang pendek beserta sarungnya,
dengan termangu-mangu dan hati penuh tanda tanya dia
berjalan mendekati kemudian memungutnya.
Ooo)*(ooO Bab 2 KETIKA Koan Ing memungut pedang pendek itu terasalah
olehnya kalau pedang itu sangat berat, dengan meminjam
sorotan sinar rembulan dia memeriksa lebih teliti lagi,
tampaklah olehnya sarung pedang pendek itu terbuat dari
emas yang memancarkan sinar terang.
Dengan perlahan-lahan dia mencabut keluar pedang itu,
terlihatlah seluruh tubuh daripada pedang itu memancarkan
hawa dingin yang berwarna merah darah, jelas sekali pedang
itu merupakan sebilah pedang yang sangat berharga sekali.
Koan Ing sekali lagi terjerumus di dalam keadaan
termangu-mangu, bukankah ini yang di sebut sebagai "pedang
sakti darah mengalir?"
Tidak salah, pedang ini bukan lain adalah benda
kepercayaan dari ciangbunjin partai Hiat-ho-pay, ini hari tidak
disangka bisa terjatuh di tangannya.
Dengan perlahan-lahan dia memasukkan kembali pedang
itu ke dalam sarungnya kemudian menyimpannya di dalam
saku, sesudah termenung beberapa waktu lamanya dia angkat
kepalanya dan menghela napas panjang.
Dalam hati dia bersumpah pasti akan mengejar kereta
berdarah itu, dia harus membalaskan sakit hati ayahnya,
teringat akan ayahnya tak tertahan lagi air mata menetes
keluar dengan derasnya. Sang surya memancarkan sinarnya jauh di tengah udara,
angin musim rontok bertiup dengan santarnya membuat awan
yang menipis pada melayang menjauh. Kota Kang Cho
merupakan pemandangan yang paling indah di daerah Kang
Lam. Pemuda dengan potongan badan tegak, pakaian
berkabung, berpedang dan menunggang seekor kuda
jempolan dengan perlahan menjalankan kudanya memasuki
kota, dari sinar matanya jelas memperlihatkan dia sangat
lelah, pemuda itu bukan lain adalah Koan Ing yang sedang
melakukan pengejaran terhadap jejak kereta berdarah.
Dia sudah melakukan pengejaran selama sepuluh hari
lamanya, selama ini dia cuma tahu arah dimana kereta
berdarah itu melarikan diri, di sepanjang jalan yang dilaluinya,
tampaklah olehnya mayat-mayat para jago-jago Bu-lim
menggeletak di atas tanah, dia tahu itu pasti perbuatan dari si
kereta berdarah itu. Dengan cepat Koan Ing melarikan
kudanya ke dalam kota. Baru saja dia berjalan melalui pintu kota tampaklah olehnya
seorang pemuda dengan dandanan pelayan berlari
mendatang. "Kongcu kau mau cari penginapan?" tanyanya kepada diri
Koan Ing. "Penginapan Lay Hong kami mempunyai pelayanan
yang paling bagus." Koan Ing yang sudah melakukan perjalanan selama
beberapa hari lamanya kinipun merasa badannya sedikit lelah,
dia segera mengangguk kemudian mengikuti pelayan itu
berjalan masuk ke dalam, sesudah berbelok satu lorong
sampailah mereka di depan pintu rumah penginapan Lay Hong
tersebut. Di depan rumah penginapan itu sudah terlihatlah berpuluhpuluh
orang dengan dandanan pakaian lebar berwarna putih,
melihat hal ini tak terasa lagi Koan Ing mengerutkan alisnya
rapat-rapat, dia merasa sangat heran sekali atas keadaan di
sana, buat apa orang-orang dengan dandanan yang sama itu
berkumpul di sana" Ketika teringat kalau urusan itu tidak ada hubungannya
dengan dirinya diapun tidak mau ambil perduli lagi, setelah
turun dari kuda tunggangannya dia berjalan masuk ke dalam
rumah penginapan itu, Keadaan di dalam rumah penginapan
itu diatur sangat rapi sekali, begitu masuk dia sudah berada di
sebuah ruangan yang amat besar, di belakang ruangan besar
itu berderetlah dua buah bangunan rumah.
Koan Ing segera berjalan masuk ke dalam ruangan tengah,
terlihatlah di tengah ruangan kini sudah bertambah lagi
dengan seorang pemuda dengan berpakaian baju berwarna
hijau, alis pemuda itu hitam pekat wajahnya penuh senyuman,
jika dilihat dari dandanan serta sikapnya jelas dia merupakan
anak seorang hartawan. Dengan seenaknya saja Koan Ing melirik sekejap ke
arahnya, dalam hati dia benar-benar merasa sangat heran,
pikirnya dalam hatinya. Di depan sana banyak kelihatan orang yang sedang
melakukan jual beli, kenapa sesudah masuk ke dalam rumah
penginapan ini seorang pun tidak tampak"
Sedang dia memikirkan urusan ini, pemuda berbaju hijau
itu dengan langkah perlahan sudah berjalan mendekat,
ujarnya sambil tersenyum. "Tolong tanya apakah saudara mau
memberitahukan nama saudara?"
Koan Ing menjadi melengak.
"Siauwte bernama Koan Ing, entah saudara punya urusan
apa?" pemuda tampan itu sekali lagi memperlihatkan senyuman
manisnya. "Bukankah saudara putra dari Siang Kiang Thayhiap" Dan
baru saja datang dari rumah?"
Mendengar perkataan itu Koan Ing merasa sangat
terperanjat, pikirnya, "Entah dari mana asalnya orang ini, dia
tahu aku berasal dari daerah Siang Kiang tentu tahu juga
tentang diriku, kelihatannya dia mengandung sesuatu maksud
terhadap diriku." Dengan perlahan dia angkat kepalanya memperhatikan
sekejap ke arah pemuda tampan itu, tampaklah sepasang
matanya yang jeli menarik dengan kulit berwarna putih salju.
persis mirip seorang gadis, dia benar-benar tertegun oleh
keadaan itu. "Aku memang berasal dari daerah Siang Kiang."
sahutnya. Ketika pemuda tampan itu melihat sinar mata dari Koan Ing
dengan amat tajamnya memperhatikan dirinya terus menerus,
sepasang matanya segera berkedip agaknya dia berusaha mau
menghindar, alisnya segera dikerutkan dalam-dalam sambil
balas melototi diri Koan Ing ujarnya.
"Lalu peristiwa kereta berdarahpun tentu kau tahu bukan?"
"Kereta berdarah?" seru Koan Ing tertegun.
Dia sama sekali tidak menduga peristiwa munculnya kereta
berdarah sudah tersebar luas di dalam Bu-lim, di dalam hati
dia masih mengira orang yang mengetahui peristiwa Kereta
berdarah ini cuma beberapa orang saja, sungguh tidak terkira
orang inipun mencari dirinya karena soal ini.
Pemuda tampan itu sewaktu melihat Koan Ing tidak
menjawab, dalam anggapannya Koan Ing mau berpura-pura,
dengan perasaan tidak senang dia mendengus.
"Kereta berdarah sudah muncul kembali di dalam Bu-lim
bahkan sudah membinasakan tiga belas jago nomor wahid
dari Bu-lim," ujarnya sembari tertawa dingin. "Bukan begitu
saja, bahkan setiap orang Bu-lim yang ditemuinya tentu
dibinasakan, munculnya kereta berdarah kini sudah diketahui
oleh para jago di dalam Bu-lim, bukankah kau sudah
menguntit kereta berdarah itu sejak dia munculkan dirinya
untuk pertama kali?"
Koan Ing yang mendengar pemuda ini berbicara tak hentihentinya
dia cuma mengangguk sambil tertawa.
Tetapi mendadak pemuda tampan itu berdiri melengak,
sama sekali tidak terduga olehnya Koan Ing bisa mengaku
begitu cepatnya. "Lalu kereta berdarah itu sekarang berada dimana?"
tanyanya dengan cepat. "Bilamana aku tahu sekarang tidak akan berdiri mematung
di tempat ini," sahut Koan Ing sambil tertawa.
Pemuda tampan itu benar-benar terdesak oleh kata-kata
dari Koan Ing ini, air mukanya berubah sangat hebat,
bentaknya dengan amat gusar, "Kau tidak ingin bicara?"
Alis yang dikerutkan Koan Ing pun semakin kencang, dia
merasa jengkel sekali melihat silat orang itu begitu buruknya.
"Kalau tidak mau berbicara lalu bagaimana?" serunya
sambil tertawa gusar. Air muka pemuda itu segera berubah sangat hebat, dengan
pandangan yang amat gusar dia pandangi diri Koan Ing.
"Hmmm, jangan menyesal kau!" ancamnya.
Begitu dia selesai berbicara tampaklah dari luar pintu
berjalan masuk seseorang sambil berkata, "Siauw Touw-cu,
buat apa marah-marah dengan orang ini, biarlah aku beri
sedikit hajaran kepada orang ini."
Dengan perlahan-lahan Koan Ing balik badannya,
tampaklah di depan pintu rumah penginapan itu sudah
bertambah lagi dengan seorang lelaki berusia pertengahan
dengan memakai baju berwarna putih, wajahnya lebar
telinganya besar, sikapnya gagah sekali.
Diam-diam dalam hati dia merasa sangat terperanjat,
"Siauw Touw-cu" Entah pemuda ini berasal dari perkumpulan
apa" Kini dirinya betul-betul sudah tersangkut dalam satu
peristiwa dengan perkumpulannya. walaupun dia tidak takut
segala sesuatu, tetapi dendam sakit hati ayahnya belum
dibalas, dirinya mana boleh membuang waktu dengan
percuma?" pemuda tampan itu sekali lagi mendengus, dia mundur satu
langkah ke belakang tanpa mengucapkan sesuatu, agaknya
dia sudah memberi ijin kepada orang itu untuk turun tangan.
Tampaklah orang berusia pertengahan itu melemparkan satu
senyuman ke arah Koan Ing.
"Koan Siauw-hiap" ujarnya. "Tahukah kamu orang yang
ada di hadapanmu sekarang adalah Siauw Touw-cu dari
perkumpulan Tiang-gong-pang" cepat kau minta maaf
kepadanya, kemungkinan sekali melihat kesopanan dirimu, dia
orang mau melepaskan dirimu satu kali ini."
Dalam hati diam-diam Koan Ing merasa sangat terperanjat,
"Tiang-gong-pang" Siauw Touw-cu dari Tiang-gong-pang"
Bukankah dia adalah putra dari si Tiang Gong Sin-cie atau si
jari sakti dari Tiang Gong, Sang Su-im dari "Sian, Khei, Sin
Mo"- empat manusia aneh" Dia sama sekali tidak menduga
kalau dirinya sudah bentrok dengan seorang manusia yang
paling sukar untuk dihadapi.
Ketika pemuda tampan itu mendengar si lelaki berusia
pertengahan itu meminta Koan Ing untuk meminta maaf
kepadanya, dia menjadi amat gusar.
"Hoo Lieh!" teriaknya keras. "Jika kamu orang tidak suka
bertempur dengan dia, biarlah aku sendiri saja yang turun
tangan." Koan Ing menjadi melengak, kiranya orang lelaki berusia
pertengahan ini bukan lain adalah TanJiang KuayJien atau si
tombak sakti Hoo Lieh, segera dia tertawa.
"Terima kasih atas kebaikan dari Ho Thayhiap, tetapi aku
tidak salah, aku tidak akan meminta maaf kepadanya."
Ketika Hoo Lieh melihat sikap Koan Ing tetap tenangtenang
saja tanpa berubah sedikitpun juga dia menjadi
tertegun, pikirnya, "Pemuda ini sungguh mirip harimau yang
baru saja turun dari gunung, bagaimana dia tidak takut
dengan nama besar dari si jari sakti Sang Su-im?"
Di dalam hati sebetulnya pemuda tampan itu merasa tidak
senang karena si Hoo Lieh sudah laporkan namanya, dalam
anggapannya setelah Koan Ing mendengar namanya ini dia
tentu minta ampun kepada dirinya tetapi tidak disangka
olehnya dia sama sekali tidak menjadi jeri.
Dia menjadi amat gusar sekali.
"Bagus sekali!" teriaknya keras. "Nyalimu sungguh tidak
kecil, aku sama sekali tidak menduga kamu orang mempunyai
nyali yang demikian besarnya."
Hoo Lieh tahu dengan jelas bagaimana sifat Siauw Touwcunya
ini, di dalam hatinya diam-diam dia mau memuji atas
semangat yang tinggi dari Koan Ing, karena takut bilamana
Siauw Touw-cunya turun tangan sendiri sehingga membuat
Koan Ing celaka dengan gugup serunya, "Siauw Touw-cu
tahan dulu, biar aku saja yang turun tangan memberi sedikit
pelajaran kepadanya."
Sambil berkata tubuhnya dengan cepat bergerak ke depan,
telapak tangannya dengan melancarkan satu serangan
dahsyat menghajar pundak kanan Koan Ing.
Koan Ing segera mengerutkan alisnya rapat-rapat,
walaupun di dalam hatinya dia merasa sangat berterima kasih
sekali atas maksud baik dari Hoo Lieh to tapi di dalam
permainan kali ini dia sama sekali tidak mau mengalah barang
satu tindakpun, karena di dalam kedua buah urusan ini sama
sekali tidak mempunyai sangkut pautnya.
Tangan kanannya dengan cepat berputar satu lingkaran ke
depan, jari tengah maupun jari telunjuknya dikencangkan
setelah berputar setengah lingkaran di tengah udara dengan
kecepatan yang luar biasa dia menggencet pergelangan
tangan dari Hoo Lieh. Dalam hati Hoo Lieh menjadi sangat terperanjat sekali
datangnya serangan ini, ketika dia melihat tangan kanan dari
Koan Ing menggencet pergelangan tangannya dia tahu jika
tidak cepat-cepat menarik serangannya maka dia akan
menemui bencana, tetapi terhadap cara menyerang yang
digunakan Koan Ing baru-baru ini dia sudah pernah
mendengarnya. Tangan kanannya dengan cepat ditarik ke belakang, saat
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itulah Koan Ing sudah mendengus dengan amat dinginnya,
tangan kanannya sedikit merendah dari serangan jari diubah
menjadi serangan mencengkeram, lima jarinya dengan sangat
dahsyat sekali mencengkeram pergelangan tangan Hoo Lieh.
Ketika Hoo Lieh melihat cengkeraman dari Koan Ing ini
dilakukan amat cepat dan tepat bahkan lima jarinya laksana
mega yang menutupi langit hatinya terasa berdesir, untuk
sesaat dia benar-benar dibuat bingung oleh keadaan, dengan
tergesa-gesa tubuhnya bergerak mundur ke belakang.
Baru saja Hoo Lieh mengundurkan dirinya terdengar si
pemuda tampan yang menonton jalannya pertempuran di
samping sudah memperdengarkan suara dengusannya yang
sangat dingin. "Berhenti." teriaknya. Sebetulnya di dalam hati Koan Ing
dia tidak ingin berbuat sesuatu terhadap diri Hoo Lieh, kini
mendengar si pemuda tampan itu berteriak untuk
menghentikan pertempuran itu cepat-cepat tubuhnya
meloncat ke samping, dengan pandangan yang amat dingin
dia melototi diri pemuda tampan itu.
"Tidak kusangka sama sekali setelah si pendekar pedang
aneh Thian-yu Lhei Kiam bersembunyi sepuluh tahun lamanya
ternyata berhasil memperoleh seorang murid semacam kau!"
seru pemuda tampan itu sambil mengerutkan keningnya.
Koan Ing cuma tertawa tawar saja, ketika dia mendengar si
pemuda tampan itu sudah salah menganggap dirinya sebagai
anak muridnya Kong Bun-yu, di dalam keadaan semacam ini
dia tidak mau membantah suatu senyuman manis segera
menghiasi bibirnya kembali.
Setelah Hoo Lieh mendengar perkataan dari pemuda
tampan itu, melihat juga sikap dari Koan Ing yang tidak
bermaksud membantah segera sudah menganggap dia benarbenar
anak murid dari Kong Bun-yu, dalam hati kecilnya diamdiam
dia merasa sangat terperanjat, si pendekar pedang aneh
bukanlah seorang yang mudah diganggu, kini mereka mencari
gara-gara dengan diri Koan Ing bilamana nanti Kong Bun-yu
ikut unjukkan diri, mereka harus berbuat bagaimana untuk
menghadapi dia orang"
Si pemuda tampan yang melihat Koan Ing cuma tertawa
tawar saja tanpa berbicara sudah menganggap dia tidak
pandang sebelah matapun terhadap dirinya, hawa amarah
yang membakar di dalam hatinya semakin berkobar.
Terdengar dia tertawa dingin tak henti-hentinya.
"Hmmm, kau kira kepandaian silat yang kau miliki sekarang
ini sudah sangat tinggi sekali" Hee.... hee.... jangan mimpi
dulu di siang hari bolong, kau kira sesudah menjadi anak
muridnya si pendekar pedang aneh Kong Bun-yu lalu tidak ada
orang yang berani mengganggu kamu orang" Ini hari aku
sudah ambil keputusan pasti akan menahan kamu di sini.
Koan Ing yang melihat kesalahpahaman pemuda itu
terhadap dirinya semakin lama semakin mendalam, dia
mengerutkan alisnya tetapi tetap membungkam di dalam
seribu bahasa. Mendadak.... dengan kecepatan yang luar biasa pemuda
tampan itu menggerakkan badannya melayang ke depan diri
Koan Ing. Koan Ing yang melihat kecepatan gerak dari pemuda
tampan ini jauh berada di luar dugaannya, dalam hati benarbenar
merasa sangat terkejut, tangan kirinya dengan tergesagesa
diangkat sedang tangan kanannya setelah berputar satu
lingkaran ke depan menyambut datangnya serangan dari
pemuda itu. Tangan kanan si pemuda dengan cepat diulur ke depan,
diantara lima jarinya yang runcing dan sangat tajam itu, jari
tengah serta jari telunjuknya di kencangkan kemudian dengan
cepat menyambar mengancam jalan darah Cie Tie Hiat pada
diri Koan Ing. Koan Ing yang melihat kecepatan gerak dari si pemuda luar
biasa ditambah ketepatan menotok jalan darahnya dalam hati
terasa bergidik. tidak malu dia sebagai putra dari si jari sakti
yang punya nama besar di dalam dunia persilatan.
Dalam hati dia tahu dirinya bukanlah tandingannya, lima
jari tangan kanannya segera dipentangkan lebar-lebar,
gayanya seperti sedang menyambut datangnya serangan,
seperti juga sedang menarik kembali serangannya, inilah yang
dinamakan Thiao Hong pian Huan atau pelangi langit berubahubah
daripada ilmu Mo Thian-yu Cap jie Si.
Jurus serangan ini boleh dikata merupakan suatu jurus
serangan sungguh-sungguh boleh juga merupakan sebuah
jurus serangan yang kosong, dapat ditarik dapat juga diserang
sesuka hatinya, terhadap penjagaan tubuh boleh dikata rapat
sekali sehingga air hujan pun sukar tembus.
Agaknya si pemuda tampan itupun pernah mendengar
kehebatan dari ilmu telapak Thian-yu Ciang Hoat ini, sekalipun
belum pernah bertemu secara langsung tetapi terhadap jurus
serangan yang digunakan Koan Ing dia tidak berani
menerimanya dengan gegabah.
Lima jarinya dengan perlahan ditarik kembali, tubuhnya
dengan cepat berkelebat ke samping tubuh Koan Ing
kemudian berjumpalitan di tengah udara.
Melihat gaya serangan dari pemuda itu, Koan Ing untuk
sesaat dibuat bingung juga, tubuhnya dengan cepat
berkelebat ke samping sepasang telapaknya dengan
menggunakan jurus Seng Gwat Ceng Hwee atau bintang bulan
berebut pamor melancarkan serangan dahsyat ke depan.
Baru saja Koan Ing melancarkan serangannya sampai di
tengah jalan mendadak pemuda tampan yang tubuhnya masih
ada di tengah udara itu membentak.
Mendadak tangannya dibalik melancarkan tujuh kali
totokan, dimana serangan itu lewat segera terdengarlah suara
gesekan yang amat membisingkan telinga.
Koan Ing menjadi sangat terkejut, walaupun dia pernah
mendengar nama besar dari si Tiang Gong Sin-cie atau si jari
sakti Sang Su-im, tetapi selamanya belum pernah mengetahui
kalau ilmunya Leng Gong Chiet Cie atau ilmu tujuh jari
menembus awan bisa begitu dahsyatnya, di dalam keadaan
yang amat terkejut terasalah angin serangan itu sudah
mendekati badannya. Angin serangan itu sama sekali tidak memberikan sedikit
tempat kosongpun buat dirinya untuk menghindarkan diri,
terasa segulung demi segulung angin serangan menghajar
setiap jalan darahnya, tubuhnya tergetar dengan amat keras,
untuk menghindar tidak sempat lagi jalan darah 'Cie Ti', 'Sauw
Hu', serta 'Cian Cing', tiga jalan darah besar sudah tertotok,
tak tertahan lagi tubuhnya roboh ke atas tanah dengan
menimbulkan suara yang amat keras.
Setelah pemuda tampan itu berhasil menotok rubuh Koan
Ing, air mukanya kelihatan sudah berubah menjadi merah
darah, dengusnya dengan dingin.
"Hmm, ilmu sakti Thian-yu Khei Kang tidak disangka cuma
begitu saja." Sekalipun kini Koan Ing sudah dikuasai oleh pihak musuh
tetapi dalam hati merasa sangat gusar bercampur malu, dia
mengira dengan kepandaian silat yang dimilikinya sekarang ini
sudah lebih dari cukup untuk mengangkat nama di dalam
dunia persilatan, siapa sangka ini hari dia harus jatuh
kecundang ditangan seorang gadis yang sedang menyamar
sebagai seorang putra, jika begitu saja tidak sanggup lalu
kapan dia baru bisa membalas sakit hati ayahnya"
Dia memejamkan sepasang matanya erat-erat, sepatah
katapun tidak diucapkan. "Sungguh keras sekali hatinya," terdengar si pemuda
tampan itu mendengus lagi dengan amat dinginnya. "Cepat
gotong dia ke dalam!"
Koan Ing tetap memejamkan sepasang matanya tanpa
mengucapkan separah kata pun, terasalah dua orang segera
menggotong badannya masuk ke ruangan belakang.
Tetapi.... baru saja badannya diangkat mendadak dari
badannya terjatuh suatu benda.
"Criiiing....!" dengan cepat pemuda itu memungutnya.
"Pedang sakti Hiat Ho Sin pin!" teriak pemuda itu tertahan.
Tetapi sebentar kemudian dia sudah mendengus kembali
dengan dinginnya, sambil mengembalikan pedang dia ke
dalam tubuhnya, dia berkata, "Kiranya kau adalah ciangbunjin
dari Hiat-ho-pay, sungguh maaf, sungguh maaf.... "
Diam-diam dalam hati Koan Ing merasa sangat terperanjat,
kini pedang sakti Hiat Ho Sin pin sudah muncul, keadaan
dirinya akan semakin merepotkan.
Baru saja dia digotong sampai di ruangan belakang,
mendadak terdengar suara hiruk-pikuk bergema di luar
ruangan hatinya jadi merasa sangat heran.
Bagaimanapun juga dia masih mempunyai sifat kanakkanak,
diam-diam matanya dipentangkan kembali, terlihatlah
si pemuda tampan itu dengan sepasang matanya yang
melotot lebar-lebar sedang memandang dengan gusarnya ke
arah jendela luar. Ketika Koan Ing memandang keluar kembali, terlihatlah
saat itu tubuh si pemuda tampan dengan kecepatan yang luar
biasa sudah berkelebat keluar ruangan.
Dari luar rumah penginapan itu muncullah seorang pemuda
berusia dua puluh lima enam tahunan, seluruh tubuhnya
memakai baju berwarna putih salju sedang pada ujung
bibirnya tersungginglah suatu senyuman yang sangat congkak
sekali. Hoo Lieh pun dengan tergesa-gesa mengikuti diri pemuda
itu berjalan keluar dari ruangan dalam, diam-diam Koan Ing
mulai mengintip dari balik pintu belakang sedang dalam hati
diam-diam pikirnya, "Ehmm.... siapakah sebetulnya pemuda
berbaju putih itu?" Ketika pemuda berbaju putih itu melihat munculnya Hoo
Lieh serta pemuda tampan di hadapannya segera tertawa
terbahak-bahak. "Dimana Siauw Touw-cu kalian?" tanyanya
keras-keras. "Akulah, siapakah kamu orang?" teriak pemuda tampan itu
dengan amat gusar, sedang suara dengusan yang amat dingin
bergema terus dari hidungnya.
"Heee.... hee.... " Terdengar si pemuda berbaju putih itu
tertawa ringan, sedang sepasang matanya dengan amat tajam
memperhatikan seluruh tubuh pemuda itu dari atas kepala
hingga ke ujung kakinya. "Aku dengar si jari sakti Sang Loo
pak punya seorang puteri yang sangat cantik sekali, ini hari
aku bertemu sendiri tidak terkira begitu tampan kiranya, aku
kira kamu orang tentunya Siauw-tan moa y bukan?"
Saking Kekhienya seluruh air muka Sang Siauw-tan sudah
berubah menjadi merah padam, untuk sesaat tak sepatah
katapun bisa diucapkan keluar....
"Saudara sebenarnya siapa?" tanya Hoo Lieh yang ada di
samping dengan cepat. "Kalau sudah tahu nama dari Siauw
Touw-cu kami kenapa tidak lekas-lekas menghindar?"
"Ha.... haaa.... haaa.... cayhe adalah Ciu Pak, tentunya
kalian sudah pernah mendengar namaku bukan?"
Dalam hati Hoo Lieh merasakan perasaannya berdesir, dia
sama sekali tidak menyangka kalau pemuda berbaju putih
yang ada di hadapan ini ternyata adalah bukan lain putra dari
Chiat Hay Mo Su atau si iblis sakti dari luar lautan Ciu Tong, si
Bo Cing Kongcu atau si sastrawan tak berbudi Ciu Pak.
Menurut berita yang tersiar di dalam Bu-lim katanya
kepandaian silat orang ini jauh berada di atas kepandaian silat
suhengnya si sastrawan berbaju sutera Bun Ting-seng, entah
karena persoalan apa ini hari dia bisa munculkan diri di
hadapan mereka" "Hmmm. Kiranya anak anjing dari iblis luar lautan!" seru
Sang Siauw-tan sambil mendengus dingin, "Aku harus
menjajal-jajal juga kepandaian silat Khi Bun Mo Kang dari
kalian!" Sambil berkata tubuhnya dengan cepat bergerak, tangan
kanannya dibabat ke depan menotok jalan darah Cie Bun Thoy
Hiat pada dada sebelah kanan dari Ciu Pak.
Ciu Pak segera tertawa terbahak-bahak.
"Siauw-tan moay-moay, Walaupun kita bertemu baru untuk
pertama kalinya tetapi sejak dahulu aku sudah ingin sekali
bertemu dengan kamu orang, ada perkataan lebih baik kita
bicarakan secara baik-baik saja buat apa turun tangan main
kepalan?" Walaupun pada mulutnya dia berbicara demikian tetapi
gerakan tangannya sedikitpun tidak kendor, tubuhnya miring
ke samping dengan gaya yang amat manis berhasil
menghindarkan diri dari totokan jari Sang Siauw-tan ini.
Koan Ing yang mengintip dari belakang jendela, ketika
melihat gerakan dari Ciu Pak di dalam hati diam-diam ikut
merasa kuatir atas keselamatan dari Sang Siauw-tan, kelihatan
sekali orang yang bernama Ciu Pak ini jadi orang kurang jujur
dan berhati licik, sedangkan kepandaian silat yang dimilikipun
sangat tinggi sekali, dia merupakan seorang manusia yang
sangat berbahaya sekali. Sang Siauw-tan ketika melihat serangannya mencapai pada
sasaran yang kosong mendengar pula perkataan dari Ciu Pak
begitu tidak memandang sebelah matapun kepada dirinya
dalam hati betul-betul merasa sangat jengkel, tubuhnya
dengan cepat mencelat ke atas kemudian melayang di tengah
udara. pertemuan puncak para jago di gunung Hoa-san tempo
hari, walaupun Ciu Tong memiliki ilmu aneh Hu Si Kang atau
ilmu mayat membusuk tetapi terhadap ilmu jari Han Yang Cie
dia paling takut cukup satu kali totokan saja segera akan
memecahkan seluruh tenaga dalam yang dilatihnya.
Berpikir sampai di sini tubuhnya yang ada di tengah udara
segera membalik kearah yang berlawanan, berturut-turut dia melancarkan tujuh kali
serangan totokan yang amat dahsyat, tampaklah tujuh gulung
angin pukulan yang amat santar dengan amat cepatnya
meluncur mengancam tujuh jalan darah penting pada tubuh
Ciu Pak. Dalam hati Sang Siauw-tan sekarang ini sedang merasa
gemas atas kekotoran perkataan dari Ciu Pak ini, karenanya
baru saja mulai bergebrak dia sudah menggunakan ilmu jari
Tiang Gong Chiet Cie andalan ayahnya.
Tubuhnya dengan cepat melayang ke depan mendesak
terus ke arahnya, tetapi Ciu Pak cuma tertawa terbahakbahak,
sinar matanya yang amat tajam berkelebat beberapa
kali, mendadak tubuhnyapun ikut melayang ke tengah udara
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengejar dari belakang tubuh Sang Siauw-tan.
Melihat gerak-geriknya itu Sang Siauw-tan menjadi amat
gusar, diam-diam makinya, "Hmmm, omonganmu sedikitpun
tidak bersih, aku harus memberi sedikit pelajaran kepada
kamu orang." Suara angin serangan yang menembus udara meluncur ke
depan membuat orang yang melihat benar-benar merasa
sangat terperanjat. pada tempo hari Ciu Tong pernah merasakan kerugian di
tangan Sang Su-im, sudah tentu Ciu Pak pun tahu bagaimana
lihaynya ilmu jari Han Yang Cie yang dimiliki Sang Siauw-tan
ini, ketika dilihatnya tujuh serangan bersama-sama
mengancam seluruh tubuhnya dia tertawa terbahak-bahak,
tubuhnya sedikit miring ke samping, dengan sengaja dia
membiarkan ke tujuh buah serangan itu menghajar separuh
badannya yang ada di sebelah kirinya.
Dengan amat dahsyatnya ke tujuh buah serangan itu
dengan tepat menghajar badannya, terdengar dia mendengus
dengan amat beratnya, air mukanya berubah sangat hebat....
mendadak tubuhnya dengan dahsyatnya menubruk ke arah
diri Sang Siauw-tan. Sang Siauw-tan baru saja menggunakan seluruh tenaga
yang ada untuk melancarkan tujuh totokan itu, ketika
dilihatnya Ciu Pak sama sekali tidak menghindar dalam hati
merasa sangat girang sekali, kini secara tiba-tiba dia melihat
tubuh Ciu Pak bukannya rubuh bahkan menubruk ke arahnya,
dia menjadi sangat terperanjat.
Sewaktu menghadapi Koan Ing tadi dia hanya
menggunakan ilmu jari yang biasa saja tetapi sudah terasa
amat ngotot, apa lagi kini dia harus menggunakan ilmu jari
Han Yang Cie yang sudah terkenal di dalam Bu-lim, terasa
olehnya tenaga dalamnya berkurang.
Kini melihat Ciu Pak mendesak terus ke arah dirinya, di
dalam keadaan yang amat terdesak dia melancarkan satu
pukulan dahsyat ke arahnya.
Ciu Pak tertawa terbahak bahak, dalam sekejap saja dia
sudah berhasil menawan diri Sang Siauw-tan.
Hoo Lieh sama sekali tidak menduga keadaan di dalam
kalangan pertempuran bisa berubah sampai sedemikian rupa,
baru saja dia bermaksud untuk maju ke depan saat itulah
Sang Siauw-tan sudah berhasil dikuasai oleh pihak musuh.
Dengan cepat Ciu Pak merangkul tubuh Sang Siauw-tan ke
dalam pelukannya. "Aku kira kalian tidak akan maju untuk merebut orang
bukan?" tegurnya sambil menoleh ke arah Hoo Lieh sekalian.
Tempo hari sesudah Ciu Tong mendapatkan kerugian dari
Sang Su-im di atas gunung Hoa-san dengan segera dia pulang
ke pulau Ciat Ie To untuk memikirkan cara pemecahan ilmu
tersebut akhirnya dia berhasil menciptakan sebuah ilmu aneh,
dia mengalirkan seluruh darahnya pada separuh badannya
sehingga membuat separuh badan yang sebelah menjadi kaku
laksana kayu lapuki sekalipun terkena serangan yang
bagaimana dahsyatpun saat itu tidak akan terasa lagi.
Setelah Ciu Pak mengumpulkan hawa murninya pada
separuh badannya sekalipun dia tidak sampai rubuh oleh tujuh
totokan sekaligus dari Sang Siauw-tan tadi tetapi dia
merasakan juga badannya menjadi kaku, untung saja tidak
sampai rubuh sehingga bisa menubruk kembali ke depan.
Setelah pertempuran di atas gunung Hoa-san tempo hari,
sekalipun akhirnya si manusia tunggal di dalam Bu-lim
melarikan diri dengan menunggang Kereta berdarah tetapi di
dalam hati mereka berempat masing-masing merasa tidak
puas lalu sudah memutuskan untuk mengadakan pertemuan
kembali dua puluh tahun kemudian.
Saat itulah Sang Siauw-tan sudah kehabisan tenaga, untuk
melawanpun tidak ada gunanya lagi.
Hoo Lieh tahu Ciu Pak yang disebut sebagai Bo Cing
Kongcu atau si kongcu tak berbudi sudah tentu sifatnya
sangat kejam sekali, cukup dilihat dari serangannya baru-baru
ini saja sudah jelas tertera kalau hatinya amat kejam sedang
serangannya pun sangat ganas. Segera dia tertawa dingin.
"Tentunya Ciu Kongcu masih ingat dengan pangcu
perkumpulan kami bukan?"
"Haa.... haa ha.... haa.... waktu dua puluh tahun sudah
hampir tiba, ayahku saat ini sedang melatih silatnya mencapai
pada waktu yang terpenting, sudah tentu pamanpun demikian
pula bukan?" Hoo Lieh yang sedang omong kosong tetapi terbongkar
oleh diri Ciu Pak untuk sesaat lamanya tidak sanggup
mengucapkan sepatah katapun, sesudah termangu-mangu
beberapa saat lamanya barulah dia berkata kembali, "Entah
apa maksud tujuan kedatangan Ciu Kongcu kali ini?"
Ciu Pak tertawa, sesudah melihat sekejap ke arah Sang
Siauw-tan yang berada di dalam pelukannya dia berkata,
"Padahal jelasnya tidak ada urusan, sejak tadi aku sudah
bilang sama kalian. baiknya kita berunding saja, asalkan kalian
mau menyerahkan sang pemuda yang sedang melakukan
pengajaran terhadap Kereta berdarah itu, segera akan
menyudahi urusan ini."
Hoo Lieh menjadi melengak, pikirnya, "Ooooh.... kiranya Si
Bo Cing Kongcu Ciu Pak inipun sedang mencari diri Koan Ing."
"Bagaimana?" tanya Ciu Pak sembari tertawa dingin.
"Jangan coba menipu aku yaaah, aku tahu kalian sudah
berhasil menipu dia kemari, sudah tentu dia tidak akan lolos
dari tangan kalian, ayoh cepat serahkan padaku!"
Jilid 2 Sehabis berkata dia tertawa tambahnya, "Kaupun tahu
ayahmu mempunyai hubungan yang sangat baik dengan
ayahnya Siauw-tan Moay-moay, aku tidak akan berani
memperlakukan tidak senonoh terhadapnya."
Ketika Hoo Lieh mendengar Ciu Pak mengungkit-ungkit
juga tentang Koan Ing, mendadak di dalam benaknya terlintas
satu ingatan, segera dia pikirkan satu siasat yang sempurna.
Ciu Pak melihat Hoo Lieh tidak mengucapkan sepatah
kaupun dia segera mengerutkan keningnya.
"Kenapa?" Seketika itu juga Hoo Lieh terjaga kembali dari lamunannya
dengan amat terkejut, "Oooh.... oooh.... dia sudah diantar
pergi dari sini. "Apa?" tanya Ciu Pak terperanjat, sedang sinar matanya
berkedip-kedip tak henti-hentinya.
Hoo Lieh tertawa paksa. "Karena ingin mengetahui jejak dari kereta berdarah,
begitu berhasil menawan dirinya kami sudah membawa dia
pergi untuk disiksa, saat ini sudah tidak ada lagi di sini."
Dengan pandangan ragu-ragu Ciu Pak memandang diri Hoo
Lieh beberapa saat lamanya, lama sekali baru terdengar dia
mendengus dengan dinginnya.
"Hmmm.... hmmm, kau jangan menganggap aku seorang
manusia yang mudah dipermainkan.... "
Walaupun pada mulutnya dia berbicara begitu, tetapi di
dalam hatinya merasa ragu-ragu juga, dengan kekuatan dari
perkumpulan Tiang-gong-pang, untuk membawa seorang jago
yang memiliki ilmu silat biasa saja bukanlah suatu pekerjaan
yang sukar. Bahkan untuk kirim dia pergi dari tempat inipun merupakan
suatu urusan yang mudah sekali dikerjakan, tetapi dia pun
merasa curiga bahwa Hoo Lieh sudah menganggap dia tidak
berani melakukan perbuatan tidak senonoh terhadap diri Sang
Siauw-tan sehingga sengaja berkata tidak ada.
Sekali lagi Hoo Lieh tertawa paksa.
"Bilamana Ciu Kongcu percaya terhadap diriku, aku segera
akan kirim orang untuk pergi mengejar, mungkin setengah
jam kemudian sudah bisa sampai di sini kembali.
Dengan beberapa patah kata dari Hoo Lieh ini membuat
perasaan curiga yang semula meliputi hati Ciu Pak segera
tersapu bersih dari dalam hatinya, diapun tidak takut Hoo Lieh
bisa melakukan sesuatu perbuatan terhadap dirinya, dia
segera mendengus. "Hmmm, baiklah aku beri setengah jam
buat kau orang." Hoo Lieh segera mengangguk dan putar badannya berjalan
menuju ke ruangan dalam. Ciu Pak tetap berdiri dengan amat dinginnya di tempat
semula, selama ini dia selalu bersiap sedia terhadap segala
macam permainan gila dari Hoo Lieh, dia tak ingin
membuntuti diri Hoo Lieh, dalam anggapannya asalkan Sang
Siauw-tan masih ada di tangannya Hoo Lieh tidak akan berani
melakukan sesuatu yang merugikan dirinya.
Koan Ing yang diam-diam mencuri lihat dari balik jendela,
ketika melihat Sang Siauw-tan tertawan, di dalam hati diamdiam
merasa amat terperanjat, akhirnya dia dengar pula
beberapa patah perkataan dari Hoo Lieh yang sangat
membingungkan, membuat dia semakin merasa bingung tujuh
keliling. Dengan cepat Hoo Lieh berjalan mendekati samping badan
Koan Ing kemudian memberikan tanda dengan lirikan mata
kepada kedua orang pengawal yang ada disampingnya untuk
menggotong tubuh Koan Ing menuju ke salah satu kamar di
samping ruangan tersebut.
Tanpa banyak pikir panjang lagi Hoo Lieh membebaskan
jalan darah dari Koan Ing, kemudian ujarnya sambil
merangkap tangannya memberi hormat, "Koan Siauwhiap, ini
hari kau orang harus membantu perkumpulan kami."
Koan Ing tidak paham apa arti dari perkataan dari Hoo Lieh
ini, dia segera mengerutkan alisnya kebingungan.
"Ho Thayhiap kau sedang membicarakan urusan apa, aku
Koan Ing sama sekali tidak paham," ujarnya,
"Aku ingin sekali agar Koan Siauwhiap mau menyamar
sebentar sebagai suhumu."
Sekali lagi Koan Ing dibuat melengak.
Dengan cepat Hoo Lieh membetulkan perkataannya,
"Maksudku menyamar sebagai suhumu Kong Bun-yu
Thayhiap." Mendengar perkataan itu Koan Ing menjadi paham apa
maksudnya yang sebenarnya, dia membantah, "Kau sudah
salah sangka, suhuku bukan Kong Bun-yu, suhuku adalah si
pendekar pedang menyendiri dari gunung Chin Leng,"
Sekarang ganti Hoo Lieh yang dibuat melengak, dia
mengira Koan Ing adalah anak muridnya Kong Bun-yu, siapa
sangka ternyata dugaannya sama sekali meleset.
Tetapi urusan ini sudah menjadi begini, dia pun tidak bisa
berbuat apa-apa lagi, terpaksa sambungnya, "Untuk menolong
Siauw Touw-cu harap Koan Siauwhiap mau memberi bantuan
kepada kami," Koan Ing yang baru saja kena ditawan oleh serangan Sang
Siauw-tan dalam hati masih merasa sangat tidak puas, kini dia
diminta untuk menyamar sebagai Kong Bun-yu hatinya
semakin kheki. "Bukankah lebih bagus lagi kalau kau serahkan saja diriku
kepadanya?" Hoo Lieh tertawa, dengan pengalamannya yang luas dan
pengetahuannya yang mendalam hanya di dalam sekali
pandang dia sudah dapat mengetahui kalau Koan Ing sedang
mengumbar sifat ke bocah-bocahannya.
Ujarnya kemudian sambil tertawa, "Koan Siauwhiap, jangan
dibilang Ciu Pak itu seorang manusia yang tidak bisa
dipercaya, dengan memandang perasaan jerinya terhadap
pangcu kami sesudah dia berhasil menawan diri Siauw Touwcu
tidak mungkin dia orang mau melepaskannya kembali, coba
Koan Siauwhiap bayangkan saja jika dia tidak mau
melepaskan dia orang akan apa jadinya" Sekarang urusan
sudah jadi begini, kecuali Koan Siauwhiap seorang tidak ada
lagi yang bisa memberi pertolongan untuk membebaskan diri
Siauw Touw-cu." Koan Ing yang mendengar perkataan dari Hoo Lieh ini tak
terasa hatinya bimbang juga, sebetulnya dia ingin pergi
menolong Sang Siauw-tan, tetapi baru saja dia kena tawan
oleh dirinya kini bilamana dirinya harus pergi menolong dia
orang harus ditaruh kemana wajah sendiri" Dia betul-betul
merasa tidak enak untuk berbuat itu,
Sejak semula Hoo Lieh sudah tahu perasaan hati Koan Ing
ini, tetapi dia tidak sampai mengutarakannya keluar,
"Urusan seperti ini kita manusia golongan pendekar dan
enghiong hoo han siapa bisa melakukannya, jikalau Koan
Siauwhiap tidak mau melakukannya dikarenakan tadi Siauw
Touw-cu sudah berbuat salah terhadap dirimu, aku Hoo Lieh
juga tidak akan memaksa. Koan Siauwhiap boleh
meninggalkan tempat ini sesukanya. Biarlah urusan yang ada
disini aku Hoo Lieh memikirkannya seorang diri, aku rasa
akhirnya urusan tentu akan mencapai penyelesaiannya dengan
sendirinya." Koan Ing yang hatinya dipanasi oleh beberapa patah kata
dari Hoo Lieh ini membuat sepasang alisnya dikerutkan rapatrapat,
ujarnya kemudian. "Tapi aku takut penyamaranku tidak
persis." Hoo Lieh yang mendengar Koan Ing sudah menyanggupi,
hatinya menjadi amat girang.
"Soal ini Koan Siauwhiap boleh berlega hati." ujarnya
dengan cepat "Koan Thayhiap sudah lenyapkan diri dari Bu-lim
kurang lebih lima puluh tahun lamanya, dengan usia dari Ciu
Pak sekarang ini tidak mungkin dia pernah bertemu dengan
dia orang tua, apalagi akupun bisa membantu sedikit buat
kamu orang. Koan Ing yang merasa dirinya sudah memberi
kesanggupan sudah tentu harus melakukannya dengan rela
hati, dia tahu Kongcu tak berbudi bukan manusia yang dapat
diganggu seenaknya, sedikit berbuat salah saja mungkin bisa
membuat urusan semakin menjadi kacau.
Dengan pandangan amat tajam Hoo Lieh memperhatikan
wajah Koan Ing, lalu ujarnya, "Yang perlu kau perhatikan,
asalkan suara serta gerak-gerikmu sangat luwes tanpa rasa
kikuk, urusan sudah tentu akan berhasil, sekarang biar aku
bantu ubahkan sedikit wajahmu kemudian kita latihan satu kali, aku kira urusan
tidak akan ada bahayanya,"
Di dalam hati Koan Ing sudah membuat perhitungan yang
masak, dengan berdiam diri dia segera mengangguk,
Ciu Pak yang seorang diri berdiri menanti di tengah
ruangan kini sudah sedikit merasa tidak sabaran, matanya
dilirikkan ke kanan ke kiri melihat keadaan sedang wajahnya
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kelihatan amat murung, terlihatlah dengan menggendong
badan Sang Siauw-tan dia berjalan menuju ke sebuah bangku,
Sesudah duduk di atas bangku dia meletakkan badan Sang
Siauw-tan ke atas tanah dan menotok jalan darah pulasnya,
setelah itu dengan amat tajam dia memperhatikan wajahnya,
dia merasa wajah dari Sang Siauw-tan sangat cantik sekali.
Semakin melihat dia merasa semakin tertarik, mendadak
dia melepaskan topi yang menutupi kepalanya, seketika itu
juga gulungan rambut yang amat panjang terurai ke bawah,
Dia menjadi tertegun, di dalam benaknya dia sama sekali
tidak menyangka kalau wajah Sang Siauw-tan semakin cantik
lagi tanpa memakai topi itu,
Walaupun orang lain menyebut dirinya sebagai Kongcu tak
berbudi tetapi sekarang merasa sayang juga untuk
melepaskan diri Sang Siauw-tan, dia tahu ayahnya Sang Su-im
bukanlah manusia yang bisa dipermainkan seenaknya, jika dia
harus melepaskan diri Sang Siauw-tan maka di dalam
menghadapi ayahnya Sang Su-im dia akan mengalami
kesulitan. Berpikir sampai disitu tak terasa lagi pada ujung bibirnya
tersungginglah salah satu senyuman yang amat tawar.
Pada saat yang bersamaan mendadak terdengar olehnya
suara bentakan keras yang amat
gusar diikuti tubuh Hoo Lieh terlempar masuk ke tengah
ruangan, dia menjadi termangu-mangu, sedang tubuhnya
dengan amat cepat bangkit berdiri.
Baru saja badannya bergerak, terlihatlah seorang siucay
berusia pertengahan dengan menggembol sebilah pedang
berjalan masuk ke dalam ruangan dengan langkah yang amat
perlahan. Tubuh Hoo Lieh terus menerus mundur ke belakang,
tombaknya yang ada ditangan dengan cepat diputar ke depan
dadanya kemudian dengan sekuat tenaga menusuk ke arah
dada si siucay pertengahan itu.
Si siucay berusia pertengahan itu cuma tertawa menghina,
tangan kanannya diputar satu lingkaran di depan dada
kemudian dengan sangat mudahnya dia berhasil
menghindarkan diri dari tusukan Hoo Lieh lalu memukul
dengan amat tepatnya ujung tombak tersebut.
Terkena sampokan tangan siucay berusia pertengahan itu
tak tertahan lagi ujung tombak tersebut patah menjadi dua
bagian. Ooo)*(ooO Bab 3 Dengan amat terperanjat Hoo Lieh mundur dua langkah ke
belakang. Dalam hati Ciu Pak merasa amat terperanjat, dengan
gerakkan yang begitu mudah si siucay berusia pertengahan itu
sudah berhasil menghancurkan ujung tombak yang sedang
melancarkan serangan ke arahnya, jika dilihat dari gerakan
tersebut jelas sekali kalau tenaga dalam orang ini tidak berada
di bawah tenaga dalam ayahnya.
Dia merasa agaknya gerakan tangan orang ini pernah
didengarnya, pikirannya dengan cepat berputar.
Mendadak hatinya terasa berdesir, jurus serangan yang
menggunakan putar setengah
lingkaran di depan dada cuma ada seorang yang
menggunakannya yaitu keluarga dari Thian-yu Khei Kiang
Kong Bun-yu. Berpikir sampai di situ dengan cepat dia berteriak.
"Tahan....!" Hoo Lieh mundur dua langkah ke belakang sepatah
katapun tidak diucapkan sedangkan si siucay berusia
pertengahan itu dengan pandangan sangat dingin
memperhatikan diri Ciu Pak kemudian dengan kerasnya
mendengus. "Hmmm, kau memiliki ilmu Mayat membusuk, sudah tentu
anak murid dari Ciu Tong siluman tua itu." Dalam hati Ciu Pak semakin bergidik pikirnya, "Sungguh
tajam pandangan mata orang ini, cuma di dalam satu kali
pandangan saja dia sudah tahu kalau aku memiliki ilmu mayat
membusuk.... " Segera dia mengangguk, "Ciu Tong memang
ayahku, apakah saudara adalah paman Kong?" Si siucay
berusia pertengahan itu tertawa dingin.
"Kalau sudah tahu aku si orang tua, kenapa tidak cepat
menyingkir dari sini" hmmm, kau kira urusan kereta berdarah
adalah urusan yang dapat dicampuri oleh kalian dari angkatan
muda?" Ciu Pak melengak, sebenarnya saat ini dia sudah ada di
atas angin, sudah tentu dia orang tidak ingin meninggalkan
tempat ini dengan begitu mudah, apalagi jurus serangan yang
baru saja digunakan Kong Bung Yu ini sama sekali tidak
memperlihatkan sesuatu keanehan atau keistimewaan.
Dengan memperlihatkan tertawa paksa dia berseru,
"Paman Kong.... "
Kong Bun-yu segera melototkan matanya bulat-bulat,
potongnya setengah berteriak, "Cepat kau pulang beritahu
sama si siluman tua, katakan saja kereta berdarah sudah
muncul kembali, kitapun harus bergebrak coba-coba lihat
siapa yang lebih unggul, ayoh cepat menggelinding dari sini."
Sehabis berkata tangan kanannya diayun sebilah pedang
pendek dengan kecepatan yang luar biasa meluncur ke depan,
tapi baru saja meluncur sampai di tengah jalan pedang itu
mendadak berputar dan berbelok ke samping untuk kemudian
meluncur dan menancap di atas dinding.
Ciu Pak merasa sangat terperanjat, ilmu pedang semacam
ini selamanya dia tidak pernah mendengarnya, segera dia
berjalan mendekati dinding, terlihatlah pedang pendek itu
sudah tertancap ke dalam dinding sampai ke gagangnya, dia
benar-benar merasa sangat terkejut, kelihatannya tenaga
dalam dari Kong Bun-yu ini jauh lebih tinggi satu singkat dari
tenaga dalam ayahnya. Dia mencabut kembali pedang pendek itu, hatinya terasa
semakin bergidik, kiranya pada tubuh pedang pendek itu
tergoreslah sebuah garis berdarah yang amat panjang, tidak
salah lagi itulah tanda dari partai Hiat-ho-pay, dia tidak raguragu
lagi, segera putar badannya memberi hormat.
"Terima kasih paman Kong tidak turun tangan jahat
kepadaku." Sehabis berkata begitu tanpa menoleh lagi dia melarikan
diri terbirit-birit meninggalkan tempat itu.
Hoo Lieh yang melihat Ciu Pak meninggalkan tempat itu
dengan terbirit-birit, segera berlari ke samping tubuh Sang
Siauw-tan bantu membebaskan dirinya dan totokan.
Sang Siauw-tan yang jalan darahnya terbebas dengan
perlahan bangkit berdiri, dari kelopak matanya tak tertahan
titik-titik air mata menetes keluar membasahi pipinya, selama
ini dia tidak pernah menderita kekalahan seperti ini hari.
Koan Ing menghembuskan napas lega, dengan perlahan
dia menghapus penyamarannya, pertempurannya tadi dengan
diri Hoo Lieh sudah tentu hanya pura-pura saja, sedang
pedang yang dilempar tadi terlebih dahulu pada dinding
setelah dipasang besi semberani di tambah pula dia memiliki
pedang pendek peninggalan partai Hiat-ho-pay karenanya
dengan mudah sekali mereka berhasil mengusir Ciu Pak dari
sana, Sewaktu Sang Siauw-tan melihat orang yang baru saja
menolong dirinya bukan lain adalah diri Koan Ing, dia sedikit
melengak, dalam hati dia merasa sangat tidak puas sesudah
memandang beberapa saat ke arahnya, mendadak dia orang
memperdengarkan suara dengusan yang amat dingin.
"Hmmm, jangan kau anggap pertolonganmu ini hari bisa
memaksa hatiku menaruh perasaan terima kasih kepadamu,
ini hari kau menolong aku, lain kali aku akan membalas budi
kebaikanmu ini." Selesai berkata dengan amat dingin dia mengibaskan
tangannya membawa Hoo Lieh sekalian meninggalkan tempat
itu. Hoo Lieh tahu sifat dari Sang Siauw-tan ini, diapun tidak
punya akal lain terpaksa dengan pandangan minta maaf dia
memandang sekejap ke arah diri Koan Ing.
Koan Ing sendiri sama sekali tidak mengira setelah dia
menolong diri Sang Siauw-tan dia bisa bersikap begitu dingin
terhadap dirinya, saking gemasnya tak sepatah katapun bisa
diucapkan keluar, cuma matanya dengan pandangan melotot
memandang bayangan Sang Siauw-tan sekalian meninggalkan
tempat itu. Dia yang melihat mereka pada meninggalkan tempat itu
tanpa menggubris dirinya lagi, dengan gusarnya mendepakkan
kakinya ke atas tanah, pikirnya, "Hmmm, bocah perempuan
itu sungguh tidak punya aturan, lebih baik untuk selamanya
jangan sampai bertemu muka kembali dengan dirinya."
Cuaca semakin menggelap, malam hari pun datang
menjelang, malam itu dia beristirahat satu malam disana,
keesokan harinya baru berangkat kembali menuju ke arah
utara, Koan Ing yang baru saja keluar dari pintu sebelah utara
mendadak dari hadapannya berpapasan dengan seorang
penunggang kuda yang bukan lain adalah si kongcu tak
berbudi Ciu Pak, batinya menjadi amat terperanjat, pikirnya,
"Aduh celaka, jangan sampai diketahui oleh dia orang."
Setelah mereka berdua saling lewat di sampingnya, hati
Koan Ing baru merasa sedikit lega, tiba-tiba....
"Iiih.... " terdengar si kongcu tak berbudi Ciu Pak berseru
tertahan kemudian menahan tali les kudanya, dan putar balik
kudanya melakukan pengejaran.
Koan Ing tahu tentu Ciu Pak sudah menaruh perasaan
curiga terhadap dirinya, pikirannya dengan cepat berputar memikirkan suatu cara
untuk meloloskan diri dari pengejaran tersebut.
Ciu Pak dengan cepat sudah berada dihadapan diri Koan
Ing, dia memandang sekejap ke arahnya kemudian pada
ujung bibirnya tersungginglah suatu senyuman yang misterius,
tanyanya, "Hey siauwko, Sang Siauw-tan sekarang ada
dimana?" Koan Ing yang melihat Ciu Pak sudah berada di
hadapannya, dia segera sadar untuk menghindarkan diri
sudah tidak sempat lagi, Dia pura-pura melengak, "Siapa yang bernama Sang Siauwtan?"
Ciu Pak tertawa dingin sesudah memperhatikan kembali
seluruh tubuh Koan Ing beberapa saat lamanya, dia berkata
kembali dengan perlahan, "Penyamaranmu sungguh mirip
sekali, cuma suaramu.... Heee.... Heee.... "
Koan Ing tahu Ciu Pak sudah mengenali dirinya, dengan
amat tenangnya dia tersenyum, mendadak sepasang kakinya
melancarkan tendangan menghajar perut kuda
tunggangannya, membuat sang kuda dengan cepat berlari ke
depan. Ciu Pak yang melihat Koan Ing tertawa, dia mengira dia
mau mungkir kembali, teringat kembali selama hidupnya baru
untuk pertama kali dia mengalami penipuan yang demikian
memalukan, perasaannya gusar segera membakar hatinya.
Dia sama sekali tidak menyangka Koan Ing bisa
melancarkan tendangan menghajar perut kuda sehingga
tunggangannya kesakitan dan lari ke depan, di dalam keadaan
yang amat gusar tubuhnya dengan cepat meloncat ke atas
sembari berteriak, "Mau lari kemana?"
Baru saja suaranya diucapkan keluar, tubuhnya laksana
seekor burung elang sudah melayang ke tengah udara
kemudian dengan dahsyatnya menubruk ke tubuh Koan Ing,
Koan Ing dengan cepat mencabut keluar pedangnya,
kemudian balas melancarkan satu tusukan dahsyat
mengancam punggungnya, Dengan dingin dia mendengus, tubuhnya dengan cepat
menghindar ke samping, sedang tangannya tanpa menoleh
lagi mencengkeram ke arah pedang pendek tersebut
sebaliknya tangan kirinya dengan amat cepat menghajar iga di
badannya. Koan Ing sama sekali tidak menduga kalau tenaga dalam
dari Ciu Pak begitu tinggi, tangan kanannya dengan cepat
mengendor kemudian berlari mengejar ke arah kuda tersebut,
Ciu Pak sendiri juga sama sekali tidak menyangka Koan Ing
bisa melepaskan pedangnya, melihat serangannya tidak
mencapai pada sasaran dia mendengus kembali, tangan
kanannya dengan cepat menyambar pedang pendek itu dan
dipandangnya lebih teliti, terlihatlah di atas tubuh pedang itu
tergoreslah sebuah jalur merah darah,
Saat ini perasaan gusarnya sudah mencapai pada
puncaknya, bukan saja dia sudah berhasil mengejutkan dirinya
sampai melarikan diri terbirit-birit bahkan kehilangan seorang
penting juga, Ciu Pak dengan amat gusar mendengus, tubuhnya dengan
cepat meloncat naik ke atas punggung kudanya dan mengejar
ke arah Koan Ing, Koan Ing tahu sifat si kongcu tak berbudi ini amat ganas
dan kejam sekali, asalkan dirinya terjatuh ke tangannya, maka
akibat yang akan diterima sukar untuk dibayangkan,
Dengan mengempit kencang perut kudanya dia melarikan
tunggangannya itu dengan amat cepatnya,
Demikianlah segera terjadilah suatu perlombaan kuda
saling kejar mengejar, kurang lebih satu jam kemudian jarak
diantara mereka masih tetap sejauh tiga kaki lebih.
Kini jalanan di hadapannya adalah suatu jalan bukit yang
amat terjal, Ciu Pak tidak sabaran lagi, sambil bersuit panjang
tubuhnya meloncat ke atas menubruk ke arah Koan Ing.
Koan Ing yang melarikan diri dengan menunggang kuda
mulai merasa tubuhnya amat lelah, kecepatan bergeraknya
pun semakin berkurang. Di dalam dua tiga kali loncatan saja Ciu Pak sudah berhasil
menyandak belakang tubuhnya.
Koan Ing merasakan hatinya berdesir, dia tahu untuk
melarikan diri tidak mungkin lagi, tubuhnya dengan cepat
meloncat turun dari punggung kudanya.
Ciu Pak dengan cepat mengejar ke arahnya, telapak tangan
kanannya dengan dahsyat menghajar arah belakang Koan Ing.
Dengan cepat Koan Ing menghindar ke samping, pedang
panjangnya dicabut keluar dari sarungnya, setelah ujung
pedangnya membuat gerakan setengah lingkaran di tengah
udara, dengan hebat menebas pergelangan tangan Ciu Pak.
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ciu Pak bukanlah manusia yang goblok, dia bisa melihat
kehebatan dari serangan pihak lawan, dia tahu ilmu pedang ini
bukan lain adalah ilmu pedang Thian-yu Kiam Hoat yang
menggetarkan seluruh dunia persilatan.
Dia tertawa dingin, tubuhnya dengan cepat meloncat ke
tengah udara, kemudian berturut-turut melancarkan
tendangan dahsyat disertai lima pukulan gencar,
Ilmu silat dari Ciat Ie To memang sangat aneh dan amat
sakti, setiap arah serangan yang dituju selalu jauh berada di
luar dugaan Koan Ing, Walaupun Koan Ing bukannya manusia yang belum pernah
bertempur dengan ilmu silat yang demikian anehnya tetapi
untuk beberapa saat lamanya dia dipaksa repot juga untuk
menangkisi setiap serangan, dia mulai merasa tangan dan
kakinya mulai linu, Kehebatan dari tenaga dalam Ciu Pak jelas sekali jauh lebih
tinggi dari tenaga dalamnya sendiri, semakin bertempur dia
merasa semakin terdesak dibawa angin,
Ciu Pak tahu musuhnya tidak bisa meraba kelemahan dari
ilmu silatnya, segera dia menggunakan kesempatan ini
semakin mendesak diri Koan Ing, membuat dia orang untuk
berganti napaspun tidak sempat.
Walaupun dia ragu Koan Ing mempunyai sangkut paut
dengan diri Koan Bun-yu, tetapi selama ini dia belum pernah
menderita kerugian yang demikian besarnya, jika ini hari dia
tidak berhasil melukai diri Koan Ing maka namanya di dalam
dunia kangouw akan terganggu
juga. Koan Ing yang semakin lama semakin terdesak dalam hati
segera merasa amat mendongkol sekali, dia gemas kenapa
ilmu silatnya sendiri tidak hebat sehingga tidak dapat
memberikan perlawanan yang lebih seru lagi terhadap
lawannya. Sebetulnya dia sudah terdesak di bawah angin, kini
pikirannya bercabang dua. terdengar Ciu Pak tertawa dingin,
mendadak pedang panjangnya berhasil dipukul mabur oleh
serangan musuh, Koan Ing merasa hatinya berdesir, dengan cepat dia
mundur tiga langkah ke belakang,
Ciu Pak tetap berdiri di tempat dengan dinginnya, lama
sekali dia pandang wajah sang pemuda, kemudian ujarnya
dengan dingin, "Kau boleh buntungi satu tangan dan satu
kakimu sendiri, melihat di atas suhumu, aku beri kesempatan
hidup buat dirimu," Koan Ing mengerutkan alisnya rapat-rapat, sepatah
katapun tidak diucapkan, "Bagaimana" Tidak tega?" ejek si kongcu tak berbudi itu
tak henti-hentinya, "Kekalahanku kemarin hari dikarenakan
kau orang, kamu tahu sudah mempengaruhi aku seberapa
besar" jika kau tidak tega, mari biar aku yang mewakili kau
turun tangan!" Sekali lagi Koan Ing mengerutkan alisnya, dia tahu
nyawanya sekarang berada di dalam cengkeramannya orang
lain, buat dirinya sudah tentu tidak ada perkataan lain lagi,
tetapi bilamana dia orang hendak memberikan siksaan
kepadanya dia sudah ambil keputusan untuk mengadu jiwa,
Ciu Pak tertawa-tawa, ujarnya, "Orang lain memanggil aku
sebagai si kongcu tak berbudi, hal ini dikarenakan aku paling
suka melihat mimik yang amat jelek dari orang yang sekarat."
Sambil berkata dia mulai mendesak ke arah diri Koan Ing.
Tetapi.... baru saja Ciu Pak maju dua langkah ke depan dari
tempat kejauhan secara mendadak berkumandang datang
suara suitan panjang yang satu tinggi yang lain rendah....
Begitu mendengar suara suitan tersebut, air muka si
kongcu tak berbudi segera berubah sangat hebat, dia
memandang sekejap ke arah diri Koan Ing, agaknya dia
bermaksud membereskan dirinya terlebih dahulu tetapi
merasa tidak berani juga untuk tinggal lebih lama lagi disana.
Dalam hati Koan Ing sendiri saat ini juga merasa sangat
heran jika didengar dari kedua buah suara suitan itu jelas
sekali kepandaian silat mereka amat tinggi tetapi dia sama
sekali belum pernah dengar orang berkata ada orang aneh
yang menggunakan suara suitan mempertanyakan
kedudukannya. Sinar mata Ciu Pak segera berkelebat beberapa kali,
tubuhnya dengan cepat berputar kemudian melarikan diri
dengan mengambil jalan semula.
Koan Ing benar-benar merasa amat heran, dia tidak tahu
jago darimana yang sudah munculkan diri sehingga membuat
manusia semacam Ciu Pak pun ketakutan seperti itu, dalam
hati benar-benar merasa tidak paham,
Di dalam sekejap saja suara suitan itu sudah berhenti, Koan
Ing tidak mau ambil perduli lagi, segera dia melanjutkan
perjalanan menuju ke depan.
Kurang lebih seperminum teh kemudian tampaklah olehnya
seorang kakek tua yang rambutnya sudah beruban dengan
langkah sempoyongan berjalan mendekati dirinya.
Koan Ing segera menghentikan langkahnya, dia
mengerutkan alisnya rapat-rapati pikirnya, "Eeeh.... kenapa
dengan orang tua ini" Agaknya dia menderita luka dalam yang
amat parah.... " Baru saja dia berpikir sampai disitu mendadak tampaklah
orang tua itu terhuyung-huyung kemudian rubuh ke atas
tanah. Koan Ing menjadi sangat terperanjat dengan cepat dia
maju dua langkah ke depan membimbing bangun, "Lootiang,
kau.... " Belum selesai dia berbicara, baru saja tangannya
menempel pada pundak si orang tua, mendadak nampaklah
tubuhnya secara tiba-tiba berdiri tegak, lima jari tangan
kanannya laksana cakar macan dengan kecepatan bagaikan
kilat mencengkeram tangan kanan Koan
Kecepatan gerak dari orang tua itu sama sekali tidak
memberi kesempatan bagi Koan Ing untuk membalas,
terdengar dia mendengus dengan amat berat separuh badan
bagian kanannya sudah menjadi kaku sedikitpun tak bisa
bergerak, Saking sakitnya keringat sebesar kacang kedelai sudah
mengucur keluar membasahi bajunya, kepandaian silat yang
dimiliki si orang tua itu ternyata jauh berada di atas dirinya
bahkan dirinyapun sama sekali tidak menyangka dia orang
bisa turun tangan membokong dirinya.
Saking tak tahannya terdengar Koan Ing berteriak, "Hey....
tidak kusangka di dalam dunia sekarang ini masih ada
manusia yang tak tahu malunya."
Orang tua itu tertawa serak, segera dia menyeret badan
Koan Ing mendekati dirinya.
"Kau tidak kenal dengan aku si orang tua" Aku bernama
Gui Cun-pak, seharusnya kau tidak boleh memaki aku orang
tua.... tahu?" Koan Ing menjadi tertegun, kiranya orang yang ada di
hadapannya sekarang ini adalah Thiat-lang atau srigala baja
Gui Bun Cun Pak. Suhunya si pendekar pedang menyendiri pernah
memberitahukan kepadanya bahwa di dalam dunia kangouw
ada sepasang suami istri yang amat lihay dan sering muncul di
dalam Bu-lim mereka bernama Thiat-lang atau srigala baja Gui
Cun-pak serta Cien-hu atau Si rase perak Cau Tok-soat,
karena kedua manusia ini mempunyai sifat yang sangat aneh,
karenanya suhunya sama sekali tiiak kenal kepada mereka ini.
Sungguh tidak disangka olehnya Gui Cun-pak adalah manusia
semacam ini. Gui Cun-pak angkat kepalanya memandang sekejap ke
arah empat penjuru kemudian kepada Koan Ing ujarnya, "Aku
dengar katanya kau orang adalah ahli waris dari Thian-yu Khoi
Kiam, apa benar?" "Bukan!" Seru Koan Ing dengan amat tawar sedang
sepasang alisnya dikerutkan rapat-rapat.
Gui Cun-pak menjadi melengak kemudian tertawa dingin
tak henti-hentinya. "Hey nenek tua!" teriaknya ke arah kejauhan, "Setan cilik
ini bilang bukan." Baru saja perkataan dari Gui Cun-pak ini ucapkan dari
dalam sebuah rimba segera berkelebat keluar sesosok
bayangan manusia, "Mana mungkin bukan?" Serunya kurang
puas, Suara orang itu sangat aneh sekali laksana pekikan burung
malam membuat Koan Ing yang mendengar merasakan
seluruh badannya sangat tidak enak, dia tidak tahu siapakah
orang ini, apakah mungkin si rase perak Cau Tok-soat"
Sedang dia berpikir terdengar Gui Cun-pak sudah berteriak
kembali, "Hey nenek tua, cepat kemari sambut ini!"
Begitu dia menutup mulutnya, tubuh Koan Ing yang ada
ditangannya dengan cepat dilemparkan ke arah Cau Tok-soat.
Koan Ing yang dilemparkan Gui Cun-pak ke tengah udara
segera merasa jalan darahnya lancar kembali, belum sempat
dia melakukan gerakan tubuhnya sudah diterima oleh si rase
perak Cau Tok-soat sedang jalan darah "Leng Thay Hiat"nya
sudah terancam oleh telapaknya. Sedikit saja dia
mengerahkan tenaga dalam maka jiwanya segera akan
melayang. Koan Ing menjadi sangat terperanjat. tubuhnya dengan
cepat berbalik ke samping sedang tangan kanannya dengan
membentuk setengah lingkaran melancarkan serangan
dahsyat menghajar tubuh Cau Tok-soat.
Baru saja serangan ini dikerahkan keluar terdengar Cau
Tok-soat sudah tertawa dingin, tubuhnya berkelebat ke
samping lima jari tangan kanannya dari telapak berubah
menjadi mencengkeram, gerakan tubuhnya yang sangat cepat
bagaikan kilat ini membuat Koan Ing belum sempat berganti
jurus tangannya sudah berhasil dicengkeram oleh pihak
musuh. Cau Tok-soat yang berhasil mencengkeram diri Koan Ing
segera berkata kepada suaminya Gui Cun-pak.
"Memang bukan, mungkin dia anak murid dari Cu Yu."
Sehabis berkata dia melepaskan kembali diri Koan Ing.
Dalam hati Koan Ing benar-benar merasa sangat
terperanjat, dia sama sekali tidak mengira kalau pandangan
mereka berdua begitu tajamnya, cuma satu jurus saja dia
melancarkan serangan segera sudah diketahui oleh mereka
kalau dirinya bukanlah anak murid dan si Thian-yu Khei Kiam
Tapi, entah mereka berdua punya ganjalan sakit hati apa
dengan si Kong Bun-yu itu"
Sambil berpikir pandangannya dengan amat tajam
memperhatikan kedua orang itu, tampaklah si nenek yang ada
di hadapannya mempunyai badan yang sangat kurus dan
repot sekali, rambutnya sudah pada beruban, tetapi sepasang
matanya amat tajam bagaikan sebilah pisau.
Gui Cun-pak memandang sekejap ke arah diri Koan Ing
kemudian ujarnya, "Hey si nenek reyot, lebih baik kita bunuh
saja dirinya." Dengan perlahan Cau Tok-soat mengangguk, tangannya
dengan perlahan diangkat siap dihajarkan ke atas batok
kepala Koan Ing. Pada saat itulah mendadak terdengar suara dengusan yang
amat berat berkumandang dari tempat kejauhan.
Dia menjadi sangat terperanjat, tubuhnya dengan cepat
mundur ke belakang. Walaupun suara dengusan itu tidak keras, tetapi amat jelas
sekali didengar, bahkan seperti berkumandang keluar dari
samping badannya saja. Koan Ing sendiripun merasa amat terperanjat, ketika dia
menoleh ke belakang terlihatlah di samping jalan tidak jauh
dari tempat itu muncullah seorang kakek tua berjubah hijau
berdiri berjajar dengan seorang nona yang amat cantik sekali.
Ketika Koan Ing melihat ke arah gadis itu mendadak dia
berdiri tertegun, terasa olehnya wajah nona itu seperti pernah
di kenalnya. Setelah berdiri termangu-mangu beberapa saat lamanya
akhirnya teringat juga olehnya kalau gadis itu bukan lain
adalah Sang Siauw-tan yang kemarin menyamar sebagai
seorang lelaki. Sang Siauw-tan yang kini sudah berganti memakai baju
perempuan kelihatan sangat cantik sekali membuat dia saking
terpesonanya berdiri melongo, Sang Siauw-tan segera
mendengus dan menoleh ke arah lain pura-pura tidak melihat.
Koan Ing segera sadar kembali dari lamunannya, pikirnya di
dalam hati, Jago berkepandaian tinggi semacam dia boleh dikata
sangat sedikit jumlahnya, kakek berjubah hijau ini tentu si jari
sakti Sang Su-im adanya, Gui Cun-pak maupun Cau Tok-soat sama sekali tidak
menyangka secara tiba-tiba bisa muncul seorang yang
berkepandaian demikian tingginya, bahkan kemunculannya
tidak terasa oleh mereka.
Sinar mata dari Gui Cun-pak dengan berkelebat, tanyanya
dengan suara berat. "Siapa kau orang?"
"Tiang Gong Sin-cie, kau juga tidak kenal?" balas tanya si
kakek tua berbaju hijau itu dingin.
Seketika itu juga Gui Cun-pak maupun Cau Tok-soat
merasakan hatinya berdesir, walaupun di dalam hati mereka
berdua sejak dulu sudah punya maksud untuk mencoba-coba
ilmu silat dari empat manusia aneh tetapi nama besar dari
Tiang Gong Sin-cie sudah cukup membuat hatinya keder,
sehingga walaupun Sang Su-im kini sudah muncul dihadapan
mereka, Gui Cun-pak berdua tidak berani memperlihatkan
gerakan apapun. Gui Cun-pak yang mendengar nama besar dari Tiang Gong
Sin-cie segera merasakan hatinya berdebar-debar, sesudah
berusaha menenangkan hatinya dia berteriak kepada isterinya,
"Hey nenek reyot, cepat bersiap sedia!"
Si rase perak Cau Tok-soatpun kelihatannya merasa
terkejut juga, mendengar suara teriakan dari Gui Cun-pak dia
menjadi sadar kembali, tubuhnya dengan cepat berkelebat
berdiri di belakang badan Gui Cun-pak sedang tangan
Harpa Iblis Jari Sakti 33 Keris Pusaka Nogopasung Karya Kho Ping Hoo Pedang Golok Yang Menggetarkan 24
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama