Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono Bagian 16
ada di tempat itu. "Li Ing....." Mengapa kau cuma mondar-mandir saja tanpa
bicara" Apa saja yang kaulihat di tempat ini" Apakah kau
dapat menemukan jejak-jejak 'suamimu?"" Lo-sin-ong bertanya tak sabar. "Tidak, su-hu. Aku tidak bisa menemukan jejaknya di sini.
Tempat ini memang rusak dan berantakan. namun aku tak
bisa menemukan senjata, sobekan kain ataupun bekas-bekas
mayat di tempat ini........"
"Kalau begitu marilah kita kembali ke kota lagi .....! Tapi.....
tunggu dulu!" "Ada apa, su-hu?" Tiauw Li Ing berseru kaget melihat
gurunya itu tiba tiba berdiri tegang. Kepalanya yang berambut
putih itu miring ke kanan, seakan-akan sedang mendengarkan
sesuatu. "Aku mendengar suara barisan itu lagi!" orang tua itu
menjawab singkat. "Oh...." Barisan perajurit kerajaan itu" Mengapa mereka
lewat di tempat seperti ini" Bagaimana dengan pedati-pedati
mereka?" '"Diam lah! Biarlah......ah, ternyata mereka lewat di sana!"
Lo-sin-ong tiba tiba menuding ke arah kota.
"He.....benar! Sekarang aku mendengarnya pula. Oh, kalau
begitu pasukan itu lewat di jalan yang mengelilingi tembok
kota itu. Apa yang hendak kita lakukan, su-hu?"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Marilah kita melihatnya! Siapa tahu 'suamimu" ada di
sana?" T iba-tiba wajah Tiauw Li Ing menjadi pucat. "Maksud
su-hu.....dia telah dibawa oleh panglima kerajaan itu?"
serunya khawatir. Lo-sin-ong tidak menjawab. Tapi dengan cepat tangannya
menarik lengan Tiauw Li Ing dan mengajaknya melihat barisan
itu. "Li Ing, meskipun aku tidak belajar ilmu meramal seperti
halnya Toat-beng jin tapi perasaanku mengatakan bahwa
keberangkatan pasukan kerajaan itu ada hubungannya
dengan 'suamimu'," sambil berlari ia berkata kepada gadis itu.
"Su-hu... Mungkin benar juga dugaanmu. Aku tak melihat
Hong-lui-kun Yap Kiong Lee diantara pasukan itu. Tentu ada
apa-apa dengan jagoan dari istana itu. Mungkin dia memang
berada bersama-sama dengan Liu Yang Kun. Keduanya
sengaja berjalan lebih dulu agar tidak terlalu menyolok
mata........" sehabis memperhatikan barisan itu dari tempat
yang tersembunyi, Tiauw Li Ing mengutarakan pendapatnya.
''Bagus! Akupun berpikir demikian pula. Nah, Li Ing....kalau
begitu marilah kita mengejarnya! Jalan manakah menurut
pendapatmu yang telah dipilih oleh Hong-lui-kun Yap Kiong
Lee?" "Jalan ini menuju ke jalan utama yang menghubungkan
kota Cia-souw dengan kota Cin-an. Agaknya Hong-lui-kun dan
Liu Yang Kun menuju ke kota itu pula ".."
"Bagus. Marilah kita berangkat!" Demikianlah, dengan
hanya mengandalkan dugaan mereka saja, Lo-sin-ong
bersama Tiauw Li Ing lalu menuju ke kota Cin an. Mereka
tidak tahu persis, apakah Liu Yang Kun benar-benar pergi ke
kota Cin-an atau tidak" Bahkan mereka juga tidak tahu
dengan pasti pula, apakah Liu Yang Kun pergi bersama HongLui-kun atau tidak. Lo sin ong hanya mengandalkan pada
ketajaman perasaannya saja. Ketajaman perasaan seorang
bekas ketua Im-Yang-kauw yang terkenal dengan ilmu Lin-cuishui-hoat itu. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sementara itu Souw Lian Cu bersama Liu Yang Kun dan
Yap Kiong Lee telah berada di sebuah kota kecil Lai-ying.
Sebuah kota persinggahan yang cukup ramai karena terletak
di persimpangan jalan antara Cia-souw ke Cin-an dan Tung
san ke Thian-sin. Banyak para pedagang dan orang-orang bepergian yang
lewat dan kemudian singgah di kota itu. Selain di kota itu
tersedia berbagai macam sarana bagi pengembara yang ingin
singgah dan beristirahat sebentar di tempat itu, di kota itupun
tersedia pula segala macam hiburan murah yang dapat
mereka nikmati selama mereka berada di sana. Bahkan
warung-warung arak dan tempat-tempat judi kecilpun ada
pula di kota itu. "Kita beristirahat dulu di kota ini. Ada sebuah urusan yang
hendak kuselesa ikan di sini. Silahkan Yap ciang kun mencari
tempat beristirahat bersama pangeran. Aku akan menggabungkan diri lagi nanti malam," begitu memasuki kota
itu Souw Lian Cu berkata kepada Yap Kiong Lee.
Tentu saja pendekar dari istana itu terkejut. Bahkan Liu
Yang Kun yang selama perjalanan itu tak berani mengganggu
atau mengajak berbicara dengan gadis itupun tampak pucat
wajahnya. "Nona Souw......?" Yap Kiong Lee berdesah bingung.
"Ini....ini....oh, lalu bagaimana dengan......?" Liu Yang Kun
berseru gugup. Dengan nada tengadah Souw Lian Cu memandang Yap
Kiong Lee dan Liu Yang Kun. Wajah yang amat cantik itu
tampak keras dan dingin. "Jangan khawatir, pangeran. Aku takkan melarikan diri.
Percayalah! Aku takkan menjilat ludahku sendiri. Silahkan saja
memberi tanda dimana pangeran menginap, aku tentu datang.
Tolong pesankan sekalian sebuah kamar untuk aku nanti."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Oh! Lalu....kapan kita melanjutkan perjalanan kita lagi?"
dengan agak tersipu-sipu Liu Yang Kun bertanya.
"Besok pagi! Nah, maafkan.....aku permisi dulu!" Souw Lian
Cu menjawab singkat, lalu menyelinap pergi diantara lalu
lintas di jalan itu. "Oooooh..." liu Yang Kun menghela napas panjang. Tibatiba tubuhnya terasa lemas. Rasa-rasanya ada sesuatu yang
hilang di dalam dadanya. Beberapa saat lamanya pemuda itu seperti orang bingung
di tempatnya. Matanya menatap kosong ke depan arah mana
Souw Lian Cu tadi menghilang.
Dan tentu saja semuanya itu tak lepas dari perhatian Yap
Kiong Lee. "Pangeran," sapanya hati-hati. "Biarlah. Marilah kita
mencari penginapan dahulu! Kita turuti saja kemauan nona
Souw itu." Liu Yang Kun tersentak kaget. "Oh,, ....! Tapi.....tapi
dia........?" Sambil menggandeng lengan Liu Yang Kun dan mencari
penginapan, Yap Kiong Lee mencoba menyelami lagi keadaan
pemuda itu. "Pangeran, benarkah pangeran tidak ingat lagi
akan hubungan pangeran dengan gadis itu?"
Sekali lagi Liu Yang Kun tersentak kaget, sehingga ia
menghentikan langkahnya. Namun dengan cepat Yap Kiong
Lee menarik lengannya dan mengajaknya berjalan lagi.
"Maaf, pangeran. Tapi kurasa sikap gadis itu adalah akibat
dari semua itu. Itulah sebabnya saya bertanya kepada
pangeran....." Yap Kiong Lee menerangkan.
Liu Yang Kun menghela napas panjang. Kemudian sambil
menatap wajah dan memegang lengan jagoan istana itu eraterat pemuda itu menggeleng-gelengkan kepalanya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Aku benar-benar tidak berbohong, ciang-kun. Aku sama
sekali tidak mengenalnya lagi. Ohhh......! Tolonglah. Ciangkun! Apakah sebenarnya yang pernah terjadi antara aku dan
dia?" Yap Kiong Lee balas menatap mata Liu Yang Kun. Melihat
sinar kejujuran dan kesungguhan di dalam pandangan
pemuda itu ia mengangguk.
"Baiklah, pangeran. Aku akan bercerita. Tetapi tentu saja
sejauh yang aku ketahui selama ini....." katanya kemudian
dengan suara rendah. Lalu berceritalah Yap Kiong Lee tentang hubungan
Pangeran Liu Yang Kun dengan puteri pendekar besar Souw
Thian Hai itu. Diceritakannya juga tentang hubungan mereka
yang kurang begitu lancar, akibat kesalah-pahaman demi
kesalah-pahaman, serta akibat kekerasan hati mereka masingmasing, sehingga percintaan mereka menjadi kacau dan
tersendat-sendat. Padahal masing-masing sangat mencintai
satu sama lain. Kemudian Yap Kiong Lee bercerita pula tentang latar
belakang dan keadaan keluarga Souw sewaktu gadis itu masih
kecil. Bagaimana keadaan Souw Lian Cu setelah ibu dan kedua
kakeknya dibunuh orang. Dan bagaimana pula keadaan Souw
Lian Cu setelah ayahnya menjadi gila dan hilang ingatan
karena ulah si pembunuh itu.
"Jadi sejak kecil gadis itu selalu menderita. Bahkan setelah
menjelang dewasapun lengannya putus dibabat orang. Maka
ketika bertemu dengan pangeran, gadis itu langsung merasa
cocok, karena pangeran pun mempunyai riwayat hidup yang
hampir sama dengan dia."
"hampir sama dengan dia.. ?"
Liu Yang Kun mengerutkan dahinya. "Bukankah ciang-kun
mengatakan bahwa aku adalah putera hong-siang" Mengapa
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
sekarang ciang-kun mengatakan bahwa riwayat hidupku
hampir sama dengan dia?"
Yap Kiong Lee menundukkan kepalanya. Hatinya sedikit
menyesal karena terlanjur mengatakan rahasia kerajaan itu.
Tapi apa boleh buat, nasi telah menjadi bubur, ia sudah
terlanjur mengatakannya. Dan ia sudah tak bisa mengelak
lagi. Oleh karena itu ia terpaksa menceritakannya bagaimana
pangeran itu dipelihara oleh ayah angkatnya, seorang
bangsawan Chin, yang menjadi musuh ayahnya sendiri. Ketika
seluruh keluarga bangsawan Chin itu dibunuh orang, maka Liu
Yang Kun juga hidup terlunta-lunta pula seperti halnya Souw
Lian Cu. "Oh, kiranya begitu." Liu Yang Kun berdesah. "Kalau
demikian sungguh patut dikasihani gadis itu. Aku benar-benar
tak menyangka kalau aku dan dia pernah menjalin
persahabatan yang amat dalam. Itulah agaknya yang
menyebabkan hatiku selalu bergetar bila menatapnya. Hmm....
ternyata aku tidak kehilangan hati dan perasaanku seperti
halnya aku kehilangan semua ingatanku."
Demikianlah, kedua orang itu lalu berbelok ketika melihat
sebuah rumah penginapan di pinggir jalan. Memang cuma
itulah rumah penginapan yang ada di jalan itu. Kota Lai-yin
hanya memiliki dua buah rumah penginapan. Rumah
penginapan yang lain ada di dekat pasar, agak jauh dari
tempat itu. Mereka memesan dua buah kamar. Satu kamar untuk
mereka, dan satu kamar lagi untuk Souw Lian Cu nanti.
Sebelum masuk mereka memberi pesan kepada pengurus
penginapan, bahwa mereka sedang menunggu seorang gadis
yang buntung lengan kirinya. Mereka meminta agar gadis itu
segera dibawa masuk bila datang.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Mungkin temanku itu datang agak malam..." Liu Yang Kun
menerangkan. "Baik, siauw-ya (tuan muda)......?" pengurus penginapan
itu menyahut sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
Hari masih siang. Matahari baru saja lewat di atas kepala.
Oleh karena itu Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee keluar lagi
untuk mencari makan. "Baru malam nanti dia kembali. Sungguh lama benar.
Kemanakah dia sebenarnya" Dan apa....apa saja yang
diurusnya itu?" sambil melangkah Liu Yang Kun bergumam
perlahan seperti kepada dirinya sendiri.
"Siapakah yang pangeran maksudkan?" Yap Kiong Lee
menegaskan. "Nona Souw........" Liu Yang Kun menjawab tersipu-sipu.
"Ooooo....?" Yap Kiong Lee mengangguk-angguk. "Entahlah......."
Mereka masuk ke sebuah warung arak. Sebuah warung
sederhana yang menyediakan belasan meja kursi untuk
minum arak. Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee masuk ke
tempat itu karena mereka melihat warung itu juga melayani
tamunya dengan berbagai macam masakan pula.
"Wah, tampaknya kita tidak mendapatkan tempat duduk
lagi, ciang-kun. Semua meja telah penuh tamu......"
"Ssssst!'" Yap Kiong Lee berdesis sambil memberi tanda
kepada Liu Yang Kun. "Jangan memanggil dengan sebutan
ciang-kun di tempat umum ! Lebih baik pangeran
memanggilku Yap twa-ko saja.."
Liu Yang Kun berpaling, lalu tersenyum. "Baiklah, Yap twako. Tapi kuharap kau juga jangan memanggil aku dengan
sebutan pangeran. Cukup Liu su-te atau............"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Baiklah, pangeran. Aku juga akan memanggilmu su-te
saja." Yap Kiong Lee berbisik perlahan.
Sementara itu pelayan warung arak itu tampak mendatangi
mereka. "Wah, maaf.....maaf... Warung kami memang selalu penuh
setiap waktu makan siang tiba. Tapi kami masih bisa
menyediakan kursi apabila Ji-wi mau duduk di ruang dalam,"
pelayan itu berkata ramah.
Liu Yang Kun memandang Yap Kiong Lee. "Bagaimana,
twa-ko" Kita duduk di dalam?"
"Terserah su-te......di luar dan di dalam sama saja bagiku."
"Baiklah. Biarlah kami duduk di dalam," akhirnya Liu Yang
Kun berkata kepada pelayan itu.
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Silahkan, tuan......silahkan!" pelayan itu mempersilakan
mereka dengan suka cita. Mereka berjalan melewati tamu-tamu yang duduk
memenuhi meja makan itu. Beberapa orang tamu tampak
mengawasi mereka. "Lewat pintu ini, tuan......" pelayan itu mendahului mereka
dan masuk melalui pintu samping.
Mereka sampai di bangunan samping yang menghadap ke
arah kebun. Di sana terdapat beberapa buah meja pula. Malah
satu diantaranya telah ada yang memakainya, yaitu seorang
kakek tua berpakaian sederhana. Jubahnya yang terbuat dari
kain kasar berwarna kuning itu sudah kelihatan lusuh. Dan
kakek tua itu asyik bermain catur sendirian. Di depannya
tersedia sebuah guci arak beserta cawannya, sementara di
samping kursinya terletak sebatang tongkat kecil untuk
membantu dia waktu berjalan.
Liu Yang Kun mengangguk hormat ketika me lewati orang
tua itu. Begitu pula halnya dengan Yap Kiong Lee.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Siapakah dia....." Tamu atau......penghuni rumah itu
sendiri?" Yap Kiong Lee berbisik kepada pelayan yang
mengantar mereka itu. Pelayan itu me lirik sebentar, kemudian tersenyum. ''Tamu
juga, tuan. Sejak tiga hari yang lalu dia berada di warung
kami. Dia menyewa kamar kami di belakang. Tampaknya dia
sedang menunggu keluarganya."
"Ooooh......?" Yap Kiong Lee dan Liu Yang Kun
mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Ehm ". apakah ji-wi ingin memesan makanan juga?"
pelayan itu akhirnya bertanya.
"Ya. Selain kami minta arak yang enak kami pun minta
kausediakan pula masakan yang paling nikmat di warung ini.
Bisa......?" dengan cepat Yap Kiong Lee menyahut. Bibirnya
tersenyum dan matanya melirik ke arah Liu Yang Kun.
"Tentu .. .. tentu! Masakan kami sudah terkenal di kota ini,
tuan. Apakah tuan ingin masakan udang, kepiting atau......
ular laut?" "Ular laut?" Liu Yang Kun berseru hampir berbareng
dengan Yap Kiong Lee. "Ya, ular laut......! Ular laut dari jenis pemakan penyu putih
yang banyak terdapat di Laut Kuning. Tepatnya di Teluk Laicouw. Ular itu enak sekali dimasak dengan arak wangi dari
Hang-couw. Selain rasanya agak manis serta nikmat luar
biasa, khasiatnya juga hebat tiada terkira.....!" pelayan itu
memuji masakannya setinggi langit.
Yap Kiong Lee dan Liu Yang Kun tak bisa menahan senyum
mereka. Dengan saling mengangguk dan mengedipkan mata
mereka, mereka sepakat untuk mencoba daging ular yang
dipuji setengah mati itu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Kau sungguh pandai menawarkan masakanmu. Cobalah
kauberikan kepada kami masakanmu itu. Kami ingin
mencicipinya," Yap Kiong Lee berkata.
"Benar, tuan. Tuan takkan menyesal nanti. Percayalah.....!"
Bergegas pelayan itu kembali ke depan untuk melayani
pesanan itu. Sedangkan Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee lalu
menarik kursi dan duduk menghadap ke arah kebun. Sekilas
mereka melirik ke meja yang dipakai oleh orang tua tadi.
Namun betapa terkejutnya mereka ketika meja itu telah
kosong. Orang tua berjubah kuning sederhana itu telah tiada
lagi di tempat itu. Bahkan papan caturnya tadi juga sudah
tiada pula di sana. Liu Yang Kun memandang Yap Kiong Lee. "Kemanakah dia
tadi" Masakan dia bisa menghilang begitu saja tanpa kita
ketahui gerakannya?" pemuda itu berdesah keheranan.
"Entahlah.....saya juga tidak tahu. Padahal dia begitu
dekatnya dengan kita." Yap Kiong Lee berbisik pula dengan
suara tak percaya. Diam-diam berdesir juga hatinya.
"Hah......?"?"
Tiba-tiba mereka terperanjat. Seperti tahu saja kalau
dirinya sedang dipercakapkan, orang tua itu tiba-tiba keluar
dari kamarnya yang tadi ditunjuk oleh pelayan. Dengan
langkah tertatih-tatih orang tua itu berdiri di depan pintu
dengan bantuan tongkatnya.
"Heran. Mengapa sampai sekarang bocah itu belum juga
datang!" terdengar desahnya yang berat dan agak serak.
Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee terpaku diam seperti
patung di tempat masing-masing. Dan mereka berdua segera
membuang muka ketika orang tua itu tiba-tiba menatap ke
arah mereka. Mereka berdua benar-benar seperti tukang intip
yang takut ketahuan oleh orang yang mereka intip. Sungguh
sangat menggelikan. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Gila! Kenapa kita menjadi salah tingkah begini?" akhirnya
Liu Yang Kun berdesis perlahan tatkala orang tua itu sudah
masuk ke kamarnya kembali.
Yap Kiong Lee menghela napas dan menggeleng-gelengkan
kepalanya. "Bukan main.....!" serunya perlahan pula.
"Hah" Apanya yang 'bukan main'?"
"Wibawa orang tua itu! W ibawa orang tua itu benar-benar
besar sekali, sehingga orang seperti kitapun masih bisa
tercengkam olehnya! Bukan main! Saya berani bertaruh, orang
tua itu tentu memiliki kesaktian yang maha hebat!" Y ap Kiong
Lee berdecak kagum. Liu Yang Kun tertegun. Tiba-tiba kesadarannya seperti
terbangun pula mendengar ucapan Yap Kiong Lee itu.
"Benar," pikirnya. "Aku memiliki Bu eng Hwe-teng yang
boleh dikatakan sudah mencapai ke tingkat yang paling tinggi.
Namun demikian ternyata aku tetap tidak bisa menangkap
gerakannya. Hemmm......... kalau begitu gin kangnya rasa
rasanya masih lebih tinggi dari pada gin-kangku. Bukan
main......!" Demikianlah, karena mereka selalu memikirkan kejadian
itu, maka lidah mereka tidak bisa menikmati kelezatan
masakan 'ular laut' itu. Bahkan kemudian mereka seperti
menjadi tergesa-gesa untuk meninggalkan tempat tersebut.
"Bagaimana, tuan" Lezat sekali, bukan?" sambil tetap
memuji masakan warungnya itu pelayan tadi mengantar
mereka sampai ke pintu. Dengan senyum kecut Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee
terpaksa menganggukkan kepalanya. Mereka lalu bergegas
menuju ke jalan raya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Jilid 29 "Bagaimana pendapat Ciangkun tentang orang tua itu
tadi?" sambil melangkah Liu Y ang Kun meminta pendapat Yap
Kiong Lee. Jagoan dari istana itu menghela napas panjang. Dengan
tiada bersungguh-sungguh ia menjawab, "Saya agak bercuriga
kepada orang itu pangeran. Saya yakin dia tentu bukan orang
sembarangan bahkan perasaan saya mengatakan bahwa
orang tua itu tentu memiliki kedudukan tinggi di dunia
persilatan. Bayangkan saja! Pangeran yang telah memiliki ilmu
silat sempurna dan telah tertulis di Buku Rahasia itu saja tak
mampu menangkap gerakannya........"
Kening Liu Yang Kun berkerut tatkala Yap Kiong Lee
menyebutkan Buku Rahasia. "Buku Rahasia"." Buku apakah
itu" Mengapa namaku juga tertulis di dalamnya?" tanyanya
bingung. "Aaah..... !" Y ap Kiong Lee berdesah sadar bahwa Liu Yang
Kun telah kehilangan semua masa lalunya. Oleh karena itu
dengan cepat pula ia bercerita serba sedikit tentang buku
yang sangat menghebohkan tersebut.
"Oh".begitu!"
Liu Yang Kun tersenyum seraya mengangguk-angguk kepalanya. Lalu tambahnya pula,
"Jadi.,.....siapakah orang tua itu menurut pendapat Ciang-kun"
Mungkinkah dia itu termasuk orang-orang yang tertera
didalam Buku Rahasia itu?"
Yap Kiong Lee tersenyum. Sambil mengangkat pundaknya
Jagoan dari istana itu mengelak. "Saya tak berani
mengatakannya, pangeran. Demikian banyaknya manusia
sakti di dunia ini dan demikian luasnya pula negeri kita ini,
sehingga orang tak mungkin bisa menduga apa yang
terkandung di dalamnya. Dahulu kala orang menyebut-nyebut
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
bahwa Empat Datuk Persilatan seperti Bu-eng Sin-yok-ong dan
kawan-kawannya itu adalah tokoh-tokoh yang tiada
tandingannya di dunia ini. Tapi bagaimanakah sekarang"
Nyatanya nama-nama mereka masih kalah tersohor dengan
tokoh-tokoh yang sekarang tertulis di dalam Buku Rahasia itu.
Nah, siapa tahu pula di luar nama-nama yang tertera di dalam
buku itu, masih ada lagi tokoh-tokoh terpendam yang
kesaktiannya justru lebih dahsyat dan lebih tinggi dari pada
mereka" Siapa tahu?"
Liu Yang Kun mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia
memaklumi ucapan dan pemikiran Yap Kiong Lee tersebut.
Dunia memang sangat luas, dan manusiapun juga tak
terhitung pula jumlahnya. Maka bukan tidak mungkin kalau di
dunia ini masih banyak tokoh-tokoh terpendam yang sengaja
menyembunyikan diri di tempat-tempat sepi serta terpencil,
dan tak mau muncul atau melibatkan dirinya dengan segala
keramaian dunia. Ataupun kalau mereka itu berada di tempat
umum, mereka sengaja menyembunyikan kepandaiannya,
sehingga tak seorangpun tahu bahwa sebenarnya mereka itu
memiliki ilmu yang maha dahsyat.
"Benar, Orang-orang yang tersohor di dunia persilatan
sekarang ini adalah orang-orang yang sengaja melibatkan
dirinya di dunia persilatan, sehingga nama dan kepandaian
mereka menjadi terkenal serta ditakuti oleh orang banyak.
Tapi selain mereka itu tentu masih banyak pula yang sama
sekali tak mau melibatkan dirinya atau memperlihatkan
kesaktiannya di muka umum. Mereka ini lebih suka
mengasingkan diri bertapa di tempat sunyi, demi untuk
kedamaian dan kesempurnaan hidup mereka di dunia akherat
nanti." Liu Yang Kun menyetujui pendapat Yap Kiong Lee.
Mereka berdua lalu berjalan ke pusat kota untuk melihatlihat keramaian. Tapi baru saja mereka berbelok ke jalan
besar, Yap Kiong Lee telah menggamit lengan Liu Yang Kun.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sambil berbisik perlahan jagoan dari istana itu menunjukkan
jarinya ke seberang jalan.
"Pangeran, lihat.....! itu dia si Giok-bin T ok-ong!"
"Ciangkun maksudkan"..kakek tua berambut hitam yang
berjalan bersama dua orang temannya itu?"
"Benar. Tapi kurasa dua orang itu bukan temannya.
Bukankah Lo-sin-ong dan".dan muridnya pernah mengatakan
bahwa Giok-bin Tok-ong telah mengeroyok pangeran bersama
murid-muridnya" Kedua orang itu tentulah muridnya."
"Oh?".!" Liu Yang Kun menggeram dan tiba-tiba saja
wajahnya menjadi tegang. Namun dengan cepat Yap Kiong Lee menyentuh lengan
pemuda itu kembali. Dengan nada rendah ia berusaha
mendinginkan hati pemuda tersebut. "Maaf, pangeran.......Kita
masih mempunyai banyak urusan. Kita jangan mencari
perselisihan dahulu dengan mereka. Biarlah mereka bebas
untuk sementara ........"
"Baiklah, Ciang-kun". Aku........ hei?"" Lihat! Bukankah
gadis itu....nona Souw Lian Cu?" Liu Yang Kun yang akhirnya
bisa mengendalikan dirinya itu tiba-tiba berseru tertahan. Jari
telunjuknya teracung ke arah belakang Giok-bin Tok-ong.
Yap Kiong Lee terperanjat pula. Beberapa puluh langkah di
belakang Iblis dari Lembah Tak Berwarna itu tampak Souw
Lian Cu berjalan dengan mengendap-endap dan berhati-hati.
Gadis ayu itu seperti sedang mengikuti langkah Giok-bin Tok
ong. "Ah, benar. Dia memang nona Souw...."
"Hmm, Ciang-kun ..... aku menjadi penasaran. Aku akan
mengikuti mereka....." tiba-tiba Liu Yang Kun berkata dengan
tegas. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tapi ketika hendak menyeberang jalan mendadak dari arah
timur berderap belasan ekor kuda dengan kecepatan tinggi.
Kuda yang paling depan hampir saja menabrak Liu Yang Kun.
Untunglah pemuda itu cepat-cepat melompat mundur kembali.
Sekilas pemuda itu melihat penunggangnya melotot marah
kepadanya. "Kurang ajar! Kalau dia tahu siapa yang hendak
ditabraknya, niscaya hatinya menjadi takut dan menyesal
bukan main," tiba-tiba Y ap Kiong Lee menggeram marah.
Liu Yang Kun menyeringai kaku. Kulit mukanya menjadi
merah juga. Namun demikian suaranya tetap tenang ketika
menyahut perkataan "pengawalnya" itu.
"Ciang-kun tahu siapa para penunggang kuda tadi" Kulihat
mereka mengenakan seragam prajurit kerajaan."
"Mereka memang sebagian dari perajurit kerajaan yang
ditempatkan di daerah ini. Perwira yang hendak menabrak
pangeran tadi adalah Thio Cian-bu (Kapten Thio) namanya
Thio Tek Kong. Sebenarnya dia adalah seorang prajurit yang
baik. Banyak jasanya di dalam pertempuran. Itulah sebabnya
dia dipercaya adikku untuk mengawasi kota-kota yang berada
di daerah ini. Tapi ... hmmh, mengapa sikapnya menjadi
kurang ajar begitu?" Yap Kiong Lee menerangkan dengan
suara sesal. Sekali lagi Liu Y ang Kun mencoba untuk tersenyum. Sambil
mengebut-ngebutkan lengan bajunya yang kotor terkena
debu, ia berkata, "Sudahlah, Ciang-kun. Mungkin mereka
sedang tergesa-gesa. Siapa tahu mereka sedang mengurus
sebuah keperluan yang sangat penting?"
"Tapi?"?" "Ah, sudahlah! Marilah kita .... oh" Dimana dia tadi?" tibatiba Liu Yang Kun tersentak kaget. Matanya terbuka lebar ke
arah dimana Souw Lian Cu tadi berada.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Dia.... " Siapa!" Yap Kiong Lee tertegun.
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Nona Souw dan Giok-bin T ok-ong tadi ......." Liu Yang Kun
berdesis. "Ooooh .. . , mereka sudah menghilang !"
"Kurang ajar !!!" Liu Yang Kun mengumpat kesal. Kini ia
benar-benar marah. Marah dan menyesal karena telah
kehilangan buruannya. Kemungkinan ia akan benar-benar
menghajar para prajurit berkuda itu kalau mereka sekarang
berada di depannya. Liu Yang Kun lalu bergegas menyeberang jalan, dan Yap
Kiong Lee pun dengan cepat mengikutinya. Mereka mencoba
mengejar buruan mereka tadi. Namun demikian ternyata
mereka tetap tak bisa menemukan orang-orang itu. Bahkan
saking kesal serta penasarannya, Liu Yang Kun mengajak Yap
Kiong Lee untuk mencari buruan mereka itu kese luruh pelosok
kota. Tetapi usaha mereka itupun tetap sia-sia pula. Buruan
mereka itu seperti lenyap ditelan oleh kesibukan dan
keramaian kota. Mereka berdua justru bertemu lagi dengan rombongan
prajurit berkuda itu di dekat pasar. Para prajurit berkuda itu
tampak menyebar dan mengepung pasar tersebut. Dan Thio
Cian-bun yang berseragam lengkap itu kelihatan memberi
perintah kepada anak-buahnya. Mereka menggeledah seluruh
penghuni pasar tersebut. "Hem .... ada apa sebenarnya" Mengapa prajurit-prajurit itu
tampak sibuk sekali" Kelihatannya ada sesuatu yang dicari
oleh mereka." Liu Yang Kun bergumam perlahan.
Mereka berdua lalu melangkah mendekati tempat itu.
Kepada beberapa orang penduduk yang menonton kesibukan
itu mereka bertanya, "Maaf, ada apa sebenarnya" Mengapa
pasar ini digeledah perajurit-perajurit kerajaan itu?"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Orang-orang itu mengawasi Liu Yang Kun dan Yap Kiong
Lee. Hampir serempak mereka menjawab. "Mereka mencari
hantu kuntilanak!" "Mencari hantu kuntilanak....?" Liu Yang Kun berseru kaget.
"Ya. Hantu itu telah sampai kemari pula. Bahkan tadi
malam telah berani memasuki gedung Thio Cian-bu dan
hendak menculik bayinya. Untunglah Thio Cian-bu berada di
rumah, sehingga niat buruk Hantu Kuntilanak itu dapat
digagalkan. Meskipun demikian Thio Cian-bu tetap menjadi
marah dan penasaran. Seluruh kota ini lalu digeledahnya."
salah seorang dari penduduk itu memberi penjelasan.
"Hemmm.....,lagi-lagi Hantu Kuntilanak! Seperti apakah
sebenarnya hantu itu" Mengapa dalam sepekan ini hantu itu
menghebohkan beberapa kota di daerah Propinsi Santung?"
Yap Kiong Lee berkata dengan suara geram pula.
Liu Yang Kun mendekati Yap Kiong Lee. "Bagaimana twako......?" tanyanya pelan sambil melirik kepada orang-orang
itu. "Mari kita kembali ke penginapan. Kita tak perlu ikut
campur urusan negara. Ayoh!" seperti orang dusun yang baru
saja datang ke kota, Yap Kiong Lee mengajak Liu Yang Kun
pergi. Sekilas tampak matanya berkedip untuk memberi
isyarat kepada pemuda itu.
Liu Yang Kun cepat menangkap isyarat itu pula. Namun
sebelum melangkah ia sempat berkata, yang nadanya seperti
ditujukan kepada orang-orang disekitarnya. "Eh, masakan
persoalan mencari hantu saja menjadi persoalan negara"
Dan.....mana ada hantu di siang hari begini" Memangnya
hantu itu mau berbelanja juga?"
"Hush" Yap Kiong Lee pura-pura membentak, lalu menyeret
lengan Liu Yang Kun pergi.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Orang-orang tertawa mendengar ucapan Liu Yang Kun.
Tapi suara mereka itu segera terhenti manakala mereka
menyadari bahwa ucapan tersebut memang ada benarnya
juga. Mereka berdesah seraya mengerutkan kening mereka,
kemudian satu persatu juga meninggalkan tempat itu pula.
Sementara itu setelah berada agak jauh dari pasar, Yap
Kiong Lee bergegas menarik lengan Liu Yang Kun dan
mengajaknya berlari-lari kecil ke arah barat. Jagoan dari istana
itu sengaja menyusup-nyusup diantara lalu lintas para pejalan
kaki yang hilir mudik di jalan besar itu. Bahkan kadang-kadang
ia membawa Liu Yang Kun ke tengah jalan, untuk berlindung
di belakang kereta atau pedati yang lewat.
Tentu saja Liu Yang Kun menjadi heran dan bingung.
Pemuda itu sama sekali tak mengerti maksud dan tujuan Yap
Kiong Lee. Oleh karena itu setelah mereka melangkah di
tempat yang agak sepi, Liu Yang Kun lalu menanyakan
maksud dan tujuan mereka.
"Maaf, pangeran. Tampaknya memang ada sesuatu yang
akan terjadi di kota ini. saya baru saja melihat seorang tokoh
persilatan lagi di dekat pasar tadi." Yap Kiong Lee
menerangkan sambil tetap berjalan cepat.
"Tokoh persilatan lagi" Siapakah dia?"
"Bu-tek Sin-tong! Dia lewat menumpang kereta. Tampaknya dia menumpang dengan cara paksa, karena saya
lihat pengendara kereta itu kelihatan ketakutan."
"Bu-tek Sin-tong" Tokoh yang pernah Ciang-kun ceritakan
kepadaku itu?" "Benar, Dia memang tokoh ketiga di dalam Buku Rahasia
itu. Tadi hanya secara kebetulan saja saya melihatnya. Mulamula saya merasa kaget ketika mendengar suara tangis bayi
dari dalam kereta itu. Ketika saya menoleh, sekilas saya
melihat wajah Bu-tek Sin tong di dalamnya."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Oooh.....lalu apa yang hendak Ciang-kun kerjakan
sekarang" Mengejarnya" Tapi..........bukankah Ciang-kun tak
ingin kita terlibat dalam keributan di s ini?"
Tiba-tiba Yap Kiong Lee menghentikan langkahnya. Begitu
pula halnya dengan Liu Yang Kun. Mereka berdiri berhadapan
di dekat pintu gerbang kota Lai-ying sebelah barat.
"Pangeran .... Semula saya memang menginginkan agar
perjalanan kita ini tidak terhambat oleh segala macam
persoalan yang mungkin timbul di dalam kota ini. Tapi
pendapat itu tiba-tiba berubah setelah saya melihat beberapa
tokoh persilatan terkemuka berkeliaran di tempat ini.
Bagaimanapun juga perjalanan kita ini sangat tergantung
kepada nona Souw. Dan perasaan saya mengatakan bahwa
urusan yang hendak diselesa ikan oleh nona Souw itu tentu
berkaitan dengan kedatangan tokoh-tokoh persilatan terkemuka ini. Oleh sebab itu tidak boleh tidak kita harus ikut
campur pula. Hemm.....bagaimana pendapat pangeran?"
Tiba-tiba wajah Liu Yang Kun menjadi berseri-seri. Dengan
suara mantap ia menjawab. "Saya setuju! Marilah kita selidiki
urusan yang hendak diselesaikan oleh nona Souw itu! Kalau
perlu kita tolong dia, sehingga urusannya menjadi cepat
selesai, dan kita dapat cepat-cepat meninggalkan kota ini!"
"Nah! Kalau begitu marilah kita kejar kereta Bu-tek Sin-tong
itu! Kereta itu tentu telah keluar me lalui pintu-gerbang ini.
Marilah, pangeran......!"
Mereka lalu keluar dari tembok kota. Mereka lalu berlari
menyusuri jalan berdebu yang menghubungkan kota itu
dengan kota lainnya. Namun sampai belasan lie mereka
berlari, kereta itu tetap tak mereka ketemukan juga.
Tentu saja mereka berdua menjadi heran.
"Heran. Kemana kereta itu sebenarnya" Tak mungkin ia
melaju sedemikian cepatnya." Yap Kiong Lee berhenti berlari
dan bersungut-sungut. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Jangan-jangan kereta itu masih berada di dalam kota.
Siapa tahu kereta itu berbelok ke sebuah gang atau jalan
kecil?" Liu Y ang Kun berkata.
"Tapi rasanya..eh, apakah itu?" tiba-tiba Yap Kiong Lee
tersentak kaget. Tiba-tiba terdengar suara bunyi-buny ian yang riuh ditabuh
orang. Bahkan diantara hiruk-pikuknya suara tersebut masih
terdengar pula suara tangisan yang melengking bersaut
sautan. Dan suara itu berasal dari desa di depan mereka.
"Ah! Tampaknya ada iring-iringan jenazah yang hendak
lewat di jalan ini." Liu Yang Kun bersungut-sungut.
Yap Kiong Lee mengangguk. Dan tak lama kemudian benar
juga dugaan pemuda itu. Sebuah iring-iringan para pengantar
jenazah tampak muncul dari lorong desa tersebut. Iringiringan itu melangkah ke jalan raya dan lewat di depan Liu
Yang Kun dan Yap Kiong Lee.
"Dua sosok jenazah?".." Liu Yang Kun berbisik perlahan.
?""jenazah seorang yang telah dewasa dan jenazah anakanak." Yap Kiong Lee mengangguk lagi. Mulutnya tetap diam. Dia
baru membuka suara ketika iring-iringan itu sudah lewat. Dia
bertanya kepada seorang lelaki tua yang ketinggalan langkah
di belakang. "Maaf, Lo-pek"..siapakah yang meninggal dunia itu"
Kenapa sekaligus ada dua buah jenazah?"
Lelaki tua itu berhenti dan tertegun untuk beberapa saat
lamanya. Matanya memandang dengan curiga. Namun
demikian ia tetap menjawab juga, meskipun singkat.
".....yang meninggal adalah isteri dan anak kepala desa
kami. Mereka mati dibunuh.....hantu kuntilanak!"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Dan begitu selesai berbicara ia segera berlari menyusul
rombongan. Sama sekali ia tak peduli lagi pada Liu Yang Kun
dan Yap Kiong Lee yang terbelalak kaget mendengar
keterangannya. "Hantu kuntilanak......?" desah Liu Yang Kun dan Yap Kiong
Lee gemetar. Dan untuk beberapa waktu lamanya mereka
berdua tak bisa berkata apa-apa.
Mereka baru tersadar dan tersentak kembali dari kebekuan
mereka itu tatkala sebuah suara yang lain tiba-tiba
berkumandang di belakang punggung mereka.
"Ah, bohong! Ada-ada saja. Mana ada hantu kuntilanak di
dunia ini?" suara itu terdengar terang dan jelas.
Seperti berlomba Liu Yang Kun, Yap Kiong Lee
membalikkan tubuh mereka.
Dan betapa terkejutnya mereka ketika tiba-tiba saja di
depan mereka telah berdiri si Kakek Tua yang tadi mereka
lihat di warung arak itu. Dengan tersenyum sabar orang tua
itu memandang mereka berdua.
"Selamat bertemu kembali ji-wi siauw-heng........." orang
tua itu menyapa. "Se-selamat.....bertemu......." Liu Yang Kun menjawab
sedikit gugup. "Ah......tampaknya kedatanganku kali ini sangat mengagetkan ji-wi Siauw-heng. Maafkanlah aku.....," orang
tua itu berkata lagi dengan nada menyesal.
"Ah, tidak apa.....tidak apa. Kami berdua memang kaget,
karena sedikitpun kami tidak mendengar langkah kaki locianpwe tadi. Eem.....bolehkah kami berdua mengetahui nama
dan gelar lo-cianpwe?" Yap Kiong Lee cepat-cepat menyahut.
Tapi wajah itu tiba-tiba berubah. Wajah yang tenang dan
berseri tadi mendadak berubah menjadi kecut dan hampa.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Bahkan sambil menengadahkan kepalanya orang tua itu
tampak menarik napas panjang berulang-ulang.
"Nama........." Apa perlunya 'nama' dan 'gelar' di dunia ini"
Nama dan gelar hanya akan membatasi kebebasan hati. Lebih
baik tak bergelar dan tak bernama dari pada untuk itu kita
harus terbelenggu di dalam ikatan dan kurungannya." orang
tua itu bergumam perlahan.
Beberapa saat lamanya Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee
tertegun mendengar ucapan orang tua itu. Mereka dapat
menangkap makna ucapan tersebut. Namun demikian mereka
tak dapat segera menjawabnya. Mereka sadar bahwa yang
mereka hadapi adalah seorang yang telah menjauhi urusan
keduniaan. "Tapi 'nama' bagi kita, orang-orang yang masih belum bisa
melepaskan diri dari pergaulan umum ini. Sebab nama itu
sangat memudahkan bagi orang lain untuk membedakan
seseorang dengan seseorang lainnya. Lain halnya dengan
'gelar'. Gelar memang sering membuat kita menjadi
terpenjara. Banyak contoh yang dapat kita simak di sekeliling
kita. Dan saya sendiri juga sependapat dengan lo-cianpwe itu.
Saya sendiri juga banyak gelar yang seram-seram, sehingga
aku justru menjadi sulit bergerak di tempat umum karena
gelarku itu ......." tiba-tiba Liu Yang Kun membuka mulutnya.
Orang tua itu tersentak kaget. Dengan wajah tak percaya ia
menatap Liu Yang Kun. "Siauw-heng memiliki gelar yang seram-seram" Bolehkah
aku yang tua ini mengetahuinya?" desaknya kemudian.
Sekarang ganti Liu Yang Kun yang terdiam. Sambil
menyembunyikan senyumnya pemuda itu meniru gaya
lawannya ketika berbicara tadi.
"Ah......apa perlunya sebuah nama" Nama hanya akan
membatasi kebebasan hati. Aku sudah melupakannya........"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Orang tua itu terperangah. Wajahnya menjadi merah.
Namun demikian sekejap kemudian wajah itu telah berubah
menjadi terang kembali. Sambil mengangguk-anggukkan
kepalanya orang tua itu memuji kecerdikan Liu Yang Kun.
"Siauw-heng, kau benar-benar sangat menyenangkan
hatiku. Hatimu sangat mudah tersinggung. Tapi kau sangat
cerdas dan cerdik. Hmm.......kau benar-benar seperti muridku.
Sama-sama muda, cerdik dan elok. Dan tentang namaku...
emm.....sayang.....aku benar-benar telah melupakannya.
Baiklah kalian panggil dengan sebutan 'lo-jin" saja.
Bagaimana?"
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Liu Yang Kun menghela napas. "Kalau lo-cianpwe memang
menghendaki demikian apa boleh buat?"
Tiba-tiba Y ap Kiong Lee tertawa.
"Wah.....sedari tadi kita cuma omong saja tentang 'nama'.
Kita sampai lupa bahwa kita berada di jalan raya. Locianpwe.....! Apakah Lo-cianpwe juga ikut mengantar jenazah
itu tadi" Silahkan kalau..........!"
"Ah, tidak.....tidak! Aku tidak mempunyai hubungan apaapa dengan rombongan pengantar jenazah itu. Kedatanganku
kemari adalah untuk mencari muridku."
"Mencari murid lo-cianpwe?" Yap Kiong Lee dan Liu Yang
Kun menyahut hampir berbareng.
Tiba-tiba orang tua itu tersadar bahwa dia telah terlanjur
mengatakan kepentingannya kepada seseorang yang baru
dikenalnya. Tapi karena sudah terlanjur, apa boleh buat, ia
terpaksa mengatakannya juga semuanya.
"Benar. Aku sudah menunggunya selama dua hari di kota
ini. Tapi dia tak muncul-muncul juga. Tapi secara kebetulan
aku keluar di jalan raya. Dan sekilas mataku seperti
melihatnya di depan pasar. Namun ketika aku mengejarnya, ia
telah menghilang lagi diantara kerumunan orang banyak.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Selanjutnya aku lalu mendapatkan kesulitan untuk menemukannya kembali. Itulah sebabnya aku sampai ke
sini......." "Oooooh......" bagaimanakah ciri-ciri murid lo-cianpwe itu"
Maaf.......siapa tahu kami bisa membantu lo-cianpwe?" Yap
Kiong Lee menyela. Namun dengan cepat orang tua itu menggoyangkan
telapak tangannya. Bahkan seperti orang yang taku ketahuan
rahasianya orang tua itu cepat-cepat meminta diri.
"Ah, tak usah.....tak usah. Terima kasih. Muridku itu paling
tidak suka dikenal orang. Aku tak ingin mengecewakannya.
Permisi......" Dan sekejap saja orang tua itu telah hilang di kelokan jalan.
"Aneh! Orang tua itu benar-benar aneh sekali......!" Yap
Kiong Lee bergumam perlahan.
"Memang benar. Semakin tinggi ilmunya, biasanya orang
menjadi semakin aneh pula tingkah lakunya............." Liu Yang
Kun menambahkan. Keduanya lalu kembali ke kota Lai-yin lagi. Tetapi di luar
pintu gerbang kota lagi-lagi mereka berjumpa dengan pasukan
Thio Ciang-bu atau Thio Tek kong itu. Cuma yang amat
mengagetkan mereka ialah keadaan pasukan itu sekarang.
Pasukan yang semula tampak sangat garang dengan
seragam dan kuda-kudanya yang bagus itu, kini tiba-tiba telah
berubah menjadi tidak keruan dan berantakan. Mereka seperti
sebuah pasukan yang baru saja kalah perang. Bahkan
beberapa orang diantara mereka telah menjadi mayat dan
ditumpuk di atas pedati mereka.
Yap Kiong Lee tidak melihat Thio Tek Kong diantara
pasukan itu. Otomatis hatinya menjadi tegang dan gelisah.
"Berhenti......!" Jagoan dari istana menghentikan mereka.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Pasukan yang kini tinggal delapan atau sembilan orang lagi
itu berhenti pula dengan ketakutan. Mereka menyangka telah
berjumpa dengan musuh mereka lagi.
Tapi ketika menyaksikan siapa yang datang, tiba-tiba wajah mereka
menjadi berseri-seri. Mereka segera mengenal wajah Hong-luikun Yap Kiong Lee! Meskipun Yap Kiong Lee tidak menjadi tentara atau
menjabat jabatan apapun di istana, namun setiap orang tahu
bahwa pendekar berkepandaian tinggi itu adalah kakak Yap
Tai Ciang-kun dan orang kepercayaan kaisar mereka.
"Yap Tai-hiap, celaka......! Thio Cian-bu"..Thio Cianbu"..mati dibunuh orang!" salah seorang dari para prajurit
yang masih tertinggal itu melapor dengan suara gugup.
"Hah" Apa".." Thio Tek Kong mati" Siapakah yang
membunuhnya?" Yap Kiong Lee berseru kaget. Suaranya
bergetar menahan marah. "Kami".kami tak tahu. Ketika kami mengejar bayangan
seorang wanita berbaju putih, yang berlari keluar tembok
kota, kami menemukan sebuah bangunan kuno di tengahtengah hutan. Thio Cian-bu"..Thio Cian-bu lalu memberi
perintah kepada kami untuk mengepung bangunan kuno
tersebut, sementara beliau".sementara beliau bersama dua
orang pengawal memasukinya. Lalu".lalu".tiba-tiba kami
mendengar beliau menjerit keras sekali".dan"..dan".."
"Dan ketika kalian masuk, kalian.....mendapatkan tubuh
Thio Tek Kong telah menjadi mayat! Begitu....?" Yap Kiong
Lee cepat-cepat memotong.
"Be-be-benar! Bahkan......bahkan....."
"Hmm, bahkan kalian semuapun lalu mendapat serangan
dari sesosok bayangan yang tidak kalian ketahui wajah mau
pun bentuknya! Begitu bukan" Dan serangan tersebut
demikian dahsyatnya sehingga semua tak kuasa untuk
menyelamatkan diri. Sehingga beberapa orang dari kalianpun
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
lalu bergelimpangan pula menjadi mayat! Begitu.....?" sekali
lagi Y ap Kiong Lee yang sedang marah itu menukas.
"Be-benar, tai-hiap! Mengapa tai-hiap mengetahuinya"
Apakah.....apakah Tai-hiap berada di tempat itu pula?" dengan
heran prajurit itu bertanya.
"Goblog! Aku cuma menduga saja!" Yap Kiong Lee
membentak marah. Lalu sambungnya lagi. "Nah! Sekarang
katakan kepadaku, dimanakah bangunan kuno itu berada?"
Dengan agak takut-takut prajurit itu lalu menunjuk ke arah
utara, dimana beberapa lie jauhnya dari tempat itu terlihat
tanah perbukitan yang diselimuti oleh hutan belukar nan lebat.
"Di sana, tai-hiap.....!"
"Baik! Sekarang kalian pergilah ke kota! Laporkan kejadian
ini kepada wakil T hio Cian-bu!"
"Baik, tai-hiap......."
Pasukan berkuda yang sudah tidak karuan bentuknya itu
lalu berjalan lagi memasuki kota. Mereka tampak semakin
kepayahan terkena sinar matahari yang bergulir ke arah barat.
"Nah! Bagaimana menurut pendapat pangeran tentang hal
ini?" Yap Kiong Lee kemudian bertanya kepada Liu Yang Kun
yang sejak tadi cuma diam saja.
Liu Yang Kun memandang ke arah pasukan yang sedang
memasuki pintu gerbang kota itu untuk beberapa saat
lamanya. Setelah itu sambil menarik napas panjang kepalanya
tertunduk. "Kukira pendapat kita tidak akan jauh berbeda.... "
Yap Kiong Lee mengerutkan keningnya. "Jadi pangeran
juga berpendapat bahwa hantu Kuntilanak itu sebenarnya juga
seorang manusia biasa" Seorang manusia berwatak aneh dan
berkepandaian sangat tinggi?"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Liu Yang Kun mengangguk. "Ya! Dan hantu itu membunuh
Thio Cian-bu beserta anak buahnya, karena mereka telah
mengganggu tempat tinggalnya."
"Lalu......bagaimana dengan bayi-bayi yang diculiknya?"
"Diculik" Aku belum mendengar khabar bahwa hantu itu
telah menculik bayi. Aku hanya mendengar bahwa ia selalu
mengelilingi rumah korbannya di malam hari."
"Dan.....bayi si pemilik rumahpun akan mati keesokkan
harinya!" Yap Kiong Lee meneruskan.
"Ya, begitulah.......Jadi selama ini orang yang dijuluki
'Hantu Kuntilanak' itu selalu mendatangi rumah penduduk
yang ada bayinya. Tak seorangpun yang tahu, apa yang
dikerjakan oleh 'hantu' tersebut. Namun yang terang dia tak
pernah mengganggu atau menculik bayi. Dia cuma mondarmandir saja di sekeliling rumah korbannya, sementara bayi
yang ada di dalam rumah itu akan menangis terus tiada hentihentinya." "Dan bayi itu akan mati keesokan harinya, karena hantu itu
telah mengguna-gunainya......!" sekali lagi Yap Kiong Lee
menandaskan. Liu Yang Kun tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Mungkin disinilah perbedaan kita....." pemuda itu berkata
perlahan. "Aku sama sekali tak melihat hubungan antara
kematian bayi itu dengan kedatangan 'hantu' tersebut. Tapi
terus terang saja akupun tak bisa menjelaskan, mengapa aku
mempunyai dugaan atau pendapat demikian. Semuanya itu
cuma perasaanku saja......"
Yap Kiong Lee tersentak kaget. Dengan kening berkerut
jagoan dari istana itu berdesah. "Aneh! Kenapa pangeran
berpendapat begitu" Apakah tidak terlintas di dalam hati
pangeran bahwa 'hantu' itu sedang mendalami sebuah ilmu
hitam yang mempergunakan bayi-bayi sebagai sarananya?"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sekali lagi Liu Yang Kun tersenyum dan menggelengkan
kepalanya. "Semula aku memang berprasangka demikian pula.
Tapi entah mengapa, perasaanku seperti tidak menyetujuinya.
Perasaanku cenderung untuk mengatakan yang lain. Namun
seperti yang telah kukatakan tadi, aku tak bisa menjelaskannya......."
"Oooh, lalu....apa yang hendak kita lakukan sekarang?"
setelah berdiam diri beberapa saat lamanya, Yap Kiong Lee
bertanya kepada Liu Yang Kun.
Liu Yang Kun terpekur sebentar. Lalu jawabnya.
"Kalau.....kalau ciang-kun setuju, aku ingin menyelidiki
bangunan kuno itu pula. Tapi......malam nanti saja. Sekarang
kita ke rumah Thio Cian-bu lebih dahulu. Kita mencari
keterangan yang benar, apa sebenarnya yang telah terjadi di
rumah perwira itu malam tadi?"
Liu Yang Kun agak bingung juga untuk menyebut Yap
Kiong Lee. Semula ia menyebut 'ciang-kun' karena menyangka
jagoan istana itu sebagai seorang perwira kerajaan pula
seperti adiknya, yaitu Yap Tai-ciangkun itu. Tapi setelah
mendengar sebutan para perajurit berkuda itu tadi, ia menjadi
sadar bahwa ia telah salah duga. Ternyata Yap Kiong Lee
bukanlah seorang perwira.
Sebaliknya Yap Kiong Lee sendiri agaknya juga tidak ambilpusing pada sebutan yang diberikan Liu Yang Kun kepadanya.
"Terserah kepada pangeran. Apabila pangeran memang
menghendaki demikian, sayapun hanya menurut saja......"
Katanya kemudian dengan mantap.
Demikianlah, seperti halnya pasukan yang kalah perang
tadi, mereka berduapun lalu melangkah memasuki pintugerbang kota itu pula. Mereka berjalan menyusuri jalan besar,
menuju ke rumah kediaman Thio Tek Kong di tengah kota.
Sekilas mereka masih bisa melihat debu yang ditinggalkan
oleh pasukan yang kalah perang itu. Sementara di kanan-kiri
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
jalan tersebut mereka juga masih bisa menyaksikan para
penduduk yang saling bergerombol membicarakan kejadian
itu. Ketika mereka berdua melewati perempatan jalan yang
pertama, mereka tiba-tiba dikejutkan oleh suara jerit tangis
yang memilukan dari sebuah rumah besar di pinggir jalan.
Otomatis pikiran Liu Y ang Kun dan Yap Kiong Lee tertuju pada
keluarga para perajurit T hio Cian-bu yang tewas itu.
"Tampaknya khabar tentang kematian para perajurit itu
telah sampai pula kepada keluarganya......" Yap Kiong Lee
menghela napas duka. "Agaknya memang demikian. Tetapi ?"?"
Tiba-tiba Liu Yang Kun menghentikan langkahnya.
Wajahnya menjadi bersungguh-sungguh. Matanya memandang ke rumah besar itu tanpa berkedip.
"Pangeran .... " Ada apa?" Tentu saja Yap Kiong Lee
menjadi terkejut sekali. "Oh, tidak.......!" Liu Yang Kun tersentak sadar. "Tiba-tiba
saja perasaanku menjadi lain. Aku seperti mencium sesuatu
yang ganjil di rumah itu. Tangis itu rasanya bukan karena
mereka adalah keluarga perajurit yang tewas itu. Rasarasanya mereka menangis karena sesuatu hal yang lain.
Ciang-kun, marilah kita singgah sebentar....!"
Yap Kiong Lee menatap Liu Yang Kun sebentar, kemudian
menundukkan mukanya. Walau merasa sedikit aneh, tapi
jagoan dari istana itu tidak berani membantah. Perlahan-lahan
mereka melangkah memasuki halaman luas itu. Mereka
melewati beberapa orang tetangga atau penghuni rumah yang
lain, yang juga datang menjenguk ke rumah itu.
Beberapa orang pelayan rumah itu cepat menyambut
kedatangan Liu Yang Kun. Namun karena mereka merasa
belum pernah melihat wajah Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee,
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
maka mereka tidak segera menyapa atau mempersilakan
masuk. Bahkan mereka menjadi curiga dan agak takut.
Tapi dengan tenang serta tidak memperdulikan kecurigaan
mereka, Liu Yang Kun mendekati mereka.
"Maaf, kami berdua adalah petugas dari bagian keamanan
kota".." Liu Yang Kun membohong. "Bolehkah kami
mengetahui, apa yang telah terjadi di rumah ini?"
Mendengar tamu-tamunya adalah petugas keamanan kota,
para pelayan itu menjadi lega. Dengan ramah dan hormat
mereka mempersilakan Liu Yang Kun masuk.
Tapi Liu Yang Kun tidak segera masuk. Dengan suara
perlahan ia bertanya kepada para pelayan itu, apa sebenarnya
yang telah terjadi di rumah tersebut.
Tuan besar baru saja dianiaya penjahat! Dan........dan
calon nyonya besar diculik pula!" pelayan itu paling tua segera
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjawab. "Hah" Ada penjahat yang berani menganiaya dan menculik
orang di siang hari begitu" Kurang ajar......!" Yap Kiong Lee
menggeram marah. "Be-benar, tuan .....! Mari...mari silahkan tuan berdua
menyaksikan sendiri keadaan tuan besar kami! Beliau ada di
ruang tengah." Pelayan itu lalu membawa Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee
masuk, sementara teman-temannya yang lain segera
mendahului dan me lapor kepada majikan mereka. Dan
seorang lelaki setengah baya segera keluar pula menyambut
kedatangan Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee.
"Terima kasih ...terima kasih! Belum juga kami sekeluarga
sempat melapor, ternyata ji-wi telah sampai di tempat ini.
Terima kasih......." lelaki setengah baya itu menyambut
dengan ramah, meskipun sinar kesedihan tetap memenuhi
wajahnya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Bolehkah kami berdua menengok..?" Y ap Kiong Lee cepat
melangkah ke depan dan menyahut sambutan dari tuan
rumah itu. "Silahkan....silahkan......!"
lelaki setengah baya itu mempersilakan, kemudian mendahului masuk ke ruang
tengah. Di ruangan tengah telah berkumpul menyaksikan
seluruh keluarga penghuni rumah tersebut. Mereka mengelilingi sebuah pembaringan dengan wajah yang sedih
dan diliputi oleh kedukaan yang mendalam. Seorang lelaki
berwajah tampan, namun sudah berusia sekitar limapuluhan
tahun, tampak tergolek pucat di atas pembaringan itu.
Sementara di dekat kepalanya tampak duduk seorang nenek
tua-renta menangisinya. "Hek-pian-hok Ui Bun Ting........?" tiba-tiba Yap Kiong Lee
berdesah kaget begitu menyaksikan wajah orang yang sakit
itu. Dan kekagetan Yap Kiong Lee ini tentu saja juga amat
mengejutkan Liu Yang Kun pula.
"Ciang......eh, twa-ko mengenalnya........?"
Yap Kiong Lee cepat menganggukkan kepalanya. Namun
ketika ia hendak menjawab, tiba-tiba Hek-pian-hok Ui Bun
Ting atau orang yang terbaring di atas pembaringan itu
membuka matanya. Agaknya kedatangan Yap Kiong Lee yang
menyebut namanya itu telah menyadarkannya.
Mula-mula ia hanya memandang saja kepada Yap Kiong
Lee. Bahkan beberapa kali dahinya tampak berkerut menahan
sakit. Namun beberapa saat kemudian ketika kesadarannya
mulai penuh, ia mulai mengenal pula wajah Yap Kiong Lee.
"Yap Tai-hiap..........?" gumamnya perlahan.
"Ui Ciang-bun (Ketua Partai Persilatan Ui) ....." Benarkah
ini" Mengapa Ui Ciang-bun berada di tempat ini" Bukankah
hari pernikahan itu tinggal sehari lagi?" Yap Kiong Lee
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
bertanya dengan heran seolah-olah tak percaya bahwa orang
yang dihadapinya itu benar-benar ketua persilatan Tiam-jongpai. Tapi U i Bun T ing cuma menyeringai saja kepada Yap Kiong
Lee. Ia tak menjawab pertanyaan itu. Sebaliknya ia malah
memperkenalkan keluarganya kepada Yap Kiong Lee.
"Yap Tai-hiap, perkenalkanlah ini ibuku......" katanya
perlahan seraya memandang wanita tua-renta yang duduk di
dekat kepalanya. "Dan......itu adikku." lanjutnya lagi sambil
menunjuk ke lelaki setengah baya yang tadi menyambut
kedatangan Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee.
Kemudian Ui Bun Ting menyebut pula satu-persatu orangorang yang ada di sekelilingnya. Bibinya, adik-adiknya yang
lain, keponakannya dan lain-lainnya lagi. Dan setiap ketua
Tiam-jong-pai itu menyebutkan nama keluarganya, Liu Yang
Kun dan Yap Kiong Lee terpaksa membungkuk memberi
hormat. Namun ketika ketua Tiam-jong-pai itu hendak berbicara
lagi, Yap Kiong Lee cepat mencegahnya.
"Sudahlah Ui Ciang-bun, jangan banyak bicara dahulu! Kau
harus beristirahat! Ehm......bolehkah aku memeriksa lukalukamu?" jagoan dari istana itu memotong.
Ui Bun Ting menatap tamunya dengan perasaan terima
kasih. Namun dengan amat berat kepalanya menggeleng.
Tiba-tiba wajahnya sangat sedih.
"Tidak ada gunanya, Tai-hiap, Lukaku sungguh sangat
parah. Selain itu aku juga terkena racun yang mematikan.
Rasanya aku sudah tidak mungkin hidup lagi........Tapi aku
tidak akan menyesali kematianku. Aku hanya....,ooh".." Ui
Bun Ting tidak kuasa melanjutkan kata-katanya. Rasa sedih
dan rasa sakit mendadak telah menyerang dada dan perutnya.
Otomatis semua keluarganya menjerit dan menangis
menyaksikan penderitaannya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Yap Kiong Lee cepat menyambar lengan Ui Bun Ting.
Diperiksanya denyut nadinya, kemudian detak jantungnya.
Lalu yang terakhir Y ap Kiong Lee menotok beberapa titik jalan
darah di sekitar pusar ketua Tiam-jong-pai itu. Namun ketika
Yap Kiong Lee hendak menyalurkan tenaga saktinya untuk
mengurangi beban sakit di dada Ui Bun Ting, tiba-tiba ia
meloncat mundur. Wajahnya mendadak menjadi pucat.
Liu Yang Kun dan lelaki setengah baya itu cepat mendesak
maju. "Twa-ko, ada apa"..?" Liu Yang Kun berseru kaget.
"Bagaimana tuan".?" Lelaki setengah baya itu ikut
berdesah pula. Yap Kiong Lee menatap Liu Yang Kun dengan wajah ngeri.
"Racun!" geramnya. "Sungguh keji sekali orang yang
melukainya. Hampir saja racun itu membalik ketika aku tadi
mengerahkan tenaga..." Sambil berbicara Yap Kiong Lee
memperlihatkan telapak tangannya yang terbakar. Liu Yang
Kun mengerutkan keningnya.
"Biarlah aku yang mengobatinya.....," katanya kemudian
sambil menggenggam Po-tok-cu di tangan kanannya.
"Ah, tapi.........?" Yap Kiong Lee yang sangat mengkhawatirkan keselamatan Liu Yang Kun itu mencoba
mencegahnya. Namun Liu Yang Kun tetap melangkah maju. "Twa-ko tak
usah cemas! Aku dapat menjaga diri. Percayalah...." ucapnya
seraya memegang urat nadi Ui Bun Ting.
Lelaki setengah baya yang diperkenalkan sebagai adik Ui
Bun Ting tadi tiba-tiba juga mendesak maju pula. Ia tampak
sangat mengkhawatirkan keselamatan kakaknya. Di satu pihak
ia ingin agar kakaknya ada yang bisa mengobati tapi di lain
pihak ia juga agak ragu terhadap orang-orang yang belum
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
dikenalnya itu. O leh karena itu ia kelihatan bingung dan salah
tingkah di depan Yap Kiong Lee.
"Sudahlah"..! tuan tak perlu khawatir. Kami berdua akan
berusaha menolong Ui Ciang-bun. Kami berdua adalah
sahabat-sahabatnya".." Yap Kiong Lee yang bisa menduga
dan memaklumi hati dan perasaan orang itu cepat
menghiburnya. "Tuan, maafkanlah saya".." lelaki setengah baya itu
tersipu-sipu. Sementara itu Liu Yang Kun telah menggores urat nadi Ui
Bun Ting dengan kukunya, kemudian menutupi luka kecil itu
dengan Po-tok-cu atau Mustika Inti Racunnya. Lalu dengan
perlahan-lahan ia menyalurkan tenaga saktinya melalui
mustika itu. Hawa hangat perlahan-lahan merambat melalui lengan Ui
Bun T ing, kemudian menyebar ke seluruh tubuh dan mengusir
racun yang mengeram di dalamnya. Uap seolah-olah keluar
dari dalam tubuh ketua Tiam-jong-pai itu. Uap berwarna
kekuningan yang diikuti pula oleh merembesnya keringat
berbau amis yang luar biasa banyaknya. Semua orang yang
ada di dalam ruangan itu terbelalak matanya. Semuanya
merasa kaget dan ngeri. Apalagi ketika menyaksikan keringat
yang mengalir itu berwarna kehitaman dan mengotori pakaian
Ui Bun Ting. Dan beberapa waktu kemudian semuanya menjadi lega
ketika Ui Bun Ting membuka matanya. Wajah orang tua itu
telah berubah menjadi kemerah-merahan kembali.
Liu Yang Kun melepaskan tangannya lalu sambil berpurapura mengusap peluhnya ia menyimpan kembali Po-tok-cunya.
"Sekarang biarlah Ui Ciang-bun beristirahat sebentar sambil
memulihkan tenaganya. Racun yang ada di dalam tubuhnya
telah hilang......" katanya perlahan sambil memandangi
keluarga ketua Tiam-jong-pai itu satu-persatu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Terima kasih, Tai-hiap..... terima kasih!" lelaki separuh
baya itu tiba-tiba berlutut di depan Liu Yang Kun seraya
menyatakan terima kasihnya yang kemudian diikuti pula oleh
seluruh keluarga Ui yang ada di dalam kamar tersebut.
Repot juga hati Liu Y ang Kun menerima penghormatan itu.
Sambil menyeringai kikuk pemuda itu menoleh ke arah Yap
Kiong Lee. "Sudahlah.....! Marilah kita duduk di ruang depan! Kami
berdua ingin mendengar kisahnya, bagaimana asal-mulanya
semua kejadian ini......" Yap Kiong Lee cepat menengahi dan
menarik tubuh lelaki setengah baya itu ke atas, kemudian
mengajaknya ke ruang depan.
Otomatis yang lain lalu berdiri puIa dan mengikuti langkah
lelaki setengah baya tersebut. Dan Liu Yang Kun pun
kemudian me langkah pula mengikuti mereka. Namun sebelum
beranjak dari tempatnya pemuda itu masih mendengar desis
ucapan Ui Bun Ting yang ditujukan kepadanya.
"Terima kasih, Tai-hiap........"
Demikianlah di ruang depan lelaki setengah-baya itu lalu
bercerita tentang kakaknya. Ui Bun Ting sejak kecil memang
mempunyai watak dan perangai yang berbeda dengan
saudara-saudaranya. Dia lebih suka ngeluyur dan bermainmain di luar rumah dari pada belajar dan berkumpul dengan
saudara-saudaranya. Ui Bun Ting gemar berkelahi dan sering
membuat onar. Bahkan di dalam usianya yang masih kecil itu
ia sudah kerap-kali kabur meninggalkan rumah. Dan
kelakuannya tersebut semakin bertambah menjadi-jadi pula
ketika usianya mulai menginjak remaja.
Dan puncak dari semua kebengalannya itu adalah ketika ia
membunuh orang didalam suatu perkelahian. Ui Bun Ting
yang bengal itu menjadi ketakutan. Takut kepada ayah ibunya
dan juga takut kepada para petugas keamanan yang tentu
akan menangkapnya. Dalam ketakutannya Ui Bung Ting lalu
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
minggat melarikan diri. Lari meninggalkan kampunghaIamannya. Kali ini Ui Bun Ting sungguh tidak tanggung-tanggung di
dalam minggatnya. Sepuluh tahun kemudian ia baru pulang ke
kampungnya, ke tengah-tengah keluarganya. Dan saat itu
pula Ui Bun Ting telah tumbuh menjadi seorang pemuda
dewasa yang tampan dan gagah. Bahkan Ui Bun Ting juga
telah memiliki ilmu silat yang tinggi pula. Selain dari pada itu
ternyata sifat dan kelakuannya juga telah berubah. Ui Bun
Ting telah menjadi pemuda yang baik, sopan dan lihai.
Tapi ternyata Ui Bun Ting tidak betah tinggal terlalu lama di
rumahnya. Dia lebih suka berada di tempat perguruannya,
yaitu perguruan Tiam-jong-pai, Cin-an. Dia lebih suka
berdekatan dan melayani gurunya, ketua Partai T iam-Jong-pai
yang terkenal pada waktu itu. Hanya kadang-kadang saja Ui
Bun Ting pulang untuk menengok ayah ibunya.
Suatu saat Ui Bun Ting pulang membawa seorang wanita,
pendekar dari Aliran Im-Yang-kauw. Namanya adalah Han Sui
Nio. Belakangan dikatakan kepada ayahnya bahwa wanita itu
adalah calon isterinya. Tapi beberapa tahun kemudian ternyata Ui Bun Ting
membawa pulang wanita lain. Bahkan wanita yang bernama
Siauw Hong Li itu katanya telah dikawininya. Tentu saja
ayahnya menjadi heran dan menanyakan keadaan Han Sui
Nio. Namun dengan enaknya Ui Bun Ting menjawab bahwa
mereka tak jadi menikah. Setelah itu Ui Bun Ting jarang sekali pulang. Ui Bun Ting
hanya pulang ketika ayahnya meninggal dunia. Dan saat itu
pula seluruh keluarganya tahu bahwa Ui Bun Ting telah
berpisah pula dengan Siauw Hong Li, dan kini Ui Bun Ting
telah diangkat sebagai Ciang-bun-jin (ketua perguruan) Tiamjong-pai. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Begitulah, setelah belasan tahun Ui Bun Ting tak pernah
menampakkan batang hidungnya pula, tiba-tiba tadi siang
telah muncul kembali di rumah itu. Dan kedatangannya kali ini
ternyata juga amat mengejutkan seluruh keluarganya, karena
Ui Bun Ting yang kini telah berumur limapuluhan tahun itu
datang bersama Han Sui Nio, wanita yang batal ia nikahi dulu.
Dan maksud kedatangannya itu adalah untuk memohon doa
dan perkenan dari ibunya untuk menikah dengan kekasih
lamanya itu. Namun belum juga mereka itu selesai berbicara, ternyata
datang pula beberapa orang tamu yang tak dikenal. Begitu
datang tamu-tamu yang berperangai jahat itu lalu berselisih
dengan Han Sui Nio. Mereka segera berkelahi. Tetapi salah
seorang dari tamu itu ternyata lihai sekali. Meskipun Ui Bun
Ting datang membantu kekasihnya, keduanya tak mampu
mengalahkannya. Bahkan Ui Bun Ting dapat dilukainya dan
Han Sui Nio dibawa pergi.
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kami sekeluarga tak ada yang berani keluar untuk
membantu, karena tak seorangpun diantara kami semua yang
dapat bermain silat. Jangankan hendak menolong, sedangkan
untuk melihat atau mengikuti gerakan merekapun kami tak
bisa. Mereka bergerak seperti baying-bayang yang saling
membelit dan berputar cepat sekali".." lelaki setengah baya
itu menutup ceritanya dengan menghela napas panjang.
"Ah, lihai benar tamu itu, sehingga Ui Ciang-bun pun tak
kuasa mengatasinya. Sungguh mengherankan sekali. Siapa
sebenarnya mereka itu......?" Yap Kiong Lee menatap Liu Yang
Kun dan bergumam perlahan.
"Dia adalah.....Giok-bin Tok-ong!" tiba-tiba terdengar suara
Ui Bun Ting di belakang mereka.
"Giok-bin Tok-ong"."Eh, Ui Ciang-bun".. mengapa kau
turun dari pembaringanmu?" Yap Kiong Lee tersentak kaget.
Benar-benar kaget sekali.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Ternyata semuanyapun menjadi kaget pula melihat
kedatangan Ui Bun Ting. Mereka bergegas menyambutnya
dan membawanya duduk diantara mereka. Dan semuanya
memandanginya dengan heran karena saudara mereka itu
telah bisa berjalan kembali, walaupun masih lemah.
"Maaf, aku tak tahan untuk berbaring terus. Aku ingin
cepat-cepat berkenalan dengan orang yang menolongku. Aku
belum sempat mengingat-ingat namanya tadi......" Ui Bun Ting
cepat memberi keterangan. Kemudian ketua Partai T iam-jongpai itu berdiri pula kembali. Ia menjura dengan hormat kepada
Liu Yang Kun. Ucapnya perlahan namun jelas dan terang.
"Tai-hiap..." bolehkah aku yang tua ini mengetahui nama dan
gelarmu?" Sekejap Liu Yang Kun menjadi bingung. Pemuda itu tak
tahu harus menjawab bagaimana. Oleh karena itu matanya
segera mengawasi Yap Kiong Lee untuk meminta
pertimbangan. Yap Kiong Lee cepat berdiri di depan Ui Bun Ting. Dengan
sikap yang halus dan cerdik ia menjawab pertanyaan orang
tua itu. "Maaf, Ui Ciang-bun"..sahabatku ini menderita penyakit
"lupa ingatan". Dia sama sekali sudah lupa masa lalunya. Dia
sudah tak bisa mengingat lagi siapa dirinya, ayah ibunya,
keluarganya dan semua handai-taulannya. Bahkan ia juga
sudah lupa pula akan namanya sendiri. Oleh karena itu.....
maafkanlah apabila dia tak bisa menjawab pertanyaanmu."
"Haaah...." dia sakit "lupa ingatan"......?"
Semuanya menjadi kaget, ragu dan tak percaya. Bahkan Ui
Bun Ting sendiri juga tertegun pula ditempatnya. Semuanya
baru sekali ini mendengar ada penyakit seaneh itu.
Yap Kiong Lee menarik napas panjang. Dia bisa memaklumi
perasaan mereka, karena dia sendiripun juga berperasaan
seperti mereka itu pula ketika mendengar yang pertama kali.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Oleh karena itu dia lalu menjelaskannya dengan hati-hati
semua yang terjadi pada sahabatnya itu, tanpa sedikitpun
menyebutkan bahwa pemuda itu adalah Pangeran Liu Yang
Kun. "Jadi.....Jadi Tai-hiap itu juga pernah bertarung dengan
Giok-bin Tok-ong pula" Aaah.....!" Ui Bun Ting berdecak dan
menggeleng-gelengkan kepalanya. Matanya semakin memancarkan sinar kekaguman.
"Sudahlah, Ui Ciang-bun......aku pun tak mengetahui yang
lebih banyak lagi tentang dia, karena aku sendiri juga baru
mengenalnya kemarin."
"Hah" Jadi.......?"
"Sudahlah. Sekarang lebih baik Ciang-bun saja yang ganti
bercerita kepada kami, kenapa Ui Ciang-bun sampai
bermusuhan dengan Giok-bin Tok-ong..." Yap Kiong Lee
cepat-cepat memotong agar Ui Bun Ting tidak banyak
bertanya lagi. Tiba-tiba ketua Partai Tiam-jong-pai itu terdiam sedih.
Wajahnya tertunduk lesu. Matanyapun tampak berkaca kaca.
Agaknya bayangan Han Sui Nio yang diculik oleh Giok-bin T okong itu kembali menggoda hatinya.
"Hal ini sebenarnya adalah persoalan pribadi kami. Malu
rasanya kalau harus diceritakan kepada orang lain. T api.... tak
apalah kalau harus kuceritakan juga kepada Ji-wi tai-hiap.
Bagaimanapun juga aku sudah berhutang budi kepada Taihiap berdua. Rasanya jiwaku ini sudah tidak tertolong lagi
kalau tidak ada ji-wi tai-hiap......"
Ui Bun Ting berhenti sebentar untuk mengambil napas.
Wajahnya terangkat dan matanya menatap Liu Yang Kun
maupun Yap Kiong Lee berganti-ganti. Kemudian dengan jelas
dan tidak tergesa-gesa ia bercerita tentang dirinya, tentang
hubungannya yang kurang lancar dengan Han Sui Nio atau Si
Pendeta Palsu Dari T eluk Po-hai itu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Ui Bun Ting berkenalan dengan Han Sui Nio ketika ia ikut
gurunya berkunjung ke Gedung Pusat Aliran Im-Yang-kauw di
Sian-yang. Dan perkenalan itu ternyata berkembang menjadi
hubungan cinta yang mendalam. Mereka berdua bercita-cita
untuk melanjutkan hubungan mereka itu ke dalam jenjang
perkawinan. Apalagi para orang tua maupun guru dalam
perkumpulan masing-masing juga merestui hubungan mereka
tersebut. Tapi memang dasar belum jodoh mereka. Hubungan batin
yang telah mereka pupuk dengan baik itu tiba-tiba seperti
dihempas oleh gelombang pasang dengan kedatangan pihak
ketiga. Seorang gadis cantik murid ketua perguruan Ngo biepai tiba-tiba muncul di dalam kehidupan Ui Bun Ting. Gadis
yang di dalam segala hal me lebihi Han Sui Nio ternyata
mampu menjerat dan mengalihkan perhatian Ui Bun Ting.
Segala macam petuah dan nasehat yang diberikan oleh
orang-orang tua tidak juga bisa menyadarkan keduanya. Ui
Bun Ting nekad meninggalkan Han Sui Nio dan mengawini
Siauw Hong Li, murid Ngo-bie-pai itu. Di dalam 'kelupaannya'
itu Ui Bun Ting sama sekali sudah tak ingat lagi akan nasib
Han Sui Nio yang telah dia sia-siakan itu.
Namun mahligai perkawinan yang dibangun di atas puingpuing penderitaan orang lain itu ternyata tidak bisa bertahan
lama. Ternyata Siauw Hong Li memiliki s ifat yang liar terhadap
lelaki. Wanita cantik itu mempunyai nafsu yang sangat besar
dan tidak puas hanya dengan satu lelaki. Beberapa bulan saja
sejak perkawinannya, ia sudah berani main gila dengan lelaki
lain. Tentu saja Ui Bun Ting menjadi marah sekali. Lelaki yang
berani main gila dengan isterinya itu dibunuhnya dan Siauw
Hong Li pun lalu diceraikannya pula. Di dalam kemarahan dan
kesedihannya Ui Bung Ting lalu bertapa mengasingkan diri. Ia
benar-benar malu dan terpukul hatinya, hingga ia menjadi
malu pula bertemu dengan orang lain. Dan ia baru mau keluar
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
dari pertapaannya ketika belasan tahun kemudian disusul oleh
adik-adik seperguruannya. Dia bersedia pulang kembali ke
Tiam-jong pai, karena gurunya yang tercinta telah meninggal
dunia. Dan gurunya itu menunjuk dirinya sebagai pewaris
kursi ketua Partai T iam-jong-pai.
Sementara itu karena malu, marah dan dendam, Han Sui
Nio juga minggat pula dari Im-Yang-kauw. Gadis itu berjalan
terlunta-lunta seorang diri di dunia persilatan yang kejam dan
ganas. Yang membara di dalam hati gadis itu hanyalah
perasaan dendam dan sakit hati karena ditinggalkan
kekasihnya itu. Hanya satu yang menjadi cita-cita gadis itu,
yaitu membalas dendam kepada Ui Bun T ing dan Siauw Hong
Li. Api dendam membuat rusak jiwa Han Sui Nio. la mulai
bergaul dengan orang jahat yang sekiranya bisa memberi
bekal ilmu kepadanya. Dan pada saat yang seperti itulah ia
berkenalan dengan Ang-leng Kok-jin, dari perguruan Lembah
Tak Berwarna. Dengan hati yang telah berubah menjadi kelam
karena dendam itu, maka Han Sui Nio dengan mudah jatuh ke
dalam pelukan Ang-leng Kok-jin. Keduanya menjadi suami
isteri. Selain ingin berguru, Han Sui Nio memang memiliki maksud
tertentu di dalam perkawinannya itu. Ia ingin mempergunakan
kedahsyatan ilmu silat Ang-leng Kok-jin untuk menghadapi
Tiam-jong-pai dan Ngo-bie-pai. Pokoknya ia harus membunuh
mati Ui Bun Ting dan Siauw Hong Li, serta membumihanguskan pula seluruh perguruan Tiam-jong-pai
dan Ngo-bie-pai. Namun cita-citanya itu ternyata tak pernah terlaksana.
Ketika pada suatu hari ia dan Ang-leng Kok-jin datang ke
Tiam-jong-pai untuk menuntut balas, ternyata Ui Bun Ting
sudah tidak ada disana. Begitu pula halnya ketika mereka
mencari Siauw Hong Li di Ngo-bie-pai. Wanita genit itupun
sudah tidak ada pula di tempatnya. Dan satu-satunya yang
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
dapat mereka lakukan untuk melampiaskan kemarahan dan
kemendongkolan mereka hanyalah mengamuk dan menimbulkan kerusakan yang sebesar-besarnya di kedua
perguruan itu. Dan di dalam bidang rusak-merusak ini memang Ang-leng
Kok-jin lah jagonya. Dengan kekejamannya yang tiada tara,
serta dengan kemahirannya dalam mempergunakan racun,
Ang-leng Kok-jin benar-benar seperti iblis yang haus darah
dan mengerikan. Apalagi di dalam partai persilatan itu tiada
seorangpun yang mampu mengungguli ilmu silatnya. Maka
sungguh tidak mengherankan bila korban yang jatuhpun
menjadi tidak terhitung pula jumlahnya.
Tapi tindak kebrutalan itu sendiri ternyata menimbulkan
gelombang kemarahan di kalangan para pendekar persilatan.
Seperti ada yang memberi komando, maka para pendekar
persilatan pun lantas berbondong-bondong mencari An leng
Kok-jin dan Han Sui Nio. Dan dunia kang-ouw pun lalu terjadi
peristiwa-peristiwa yang menarik karena ulah mereka.
Han Sui Nio dan Ang-leng Kok-jin tetap mencari dan
memburu Ui Bun Ting serta Siauw Hong Li. Tapi sementara itu
setiap saat merekapun harus berlari dan menghindarkan diri
pula dari gempuran para pendekar, sebab bagaimanapun juga
lihainya Ang-leng Kok-jin, mereka berdua tak bisa terusmenerus melayani serbuan para pendekar itu.
Demikianlah setelah bertahun-tahun mereka mencari,
akhirnya Siauw Hong Li dapat mereka ketemukan juga. Tapi di
luar dugaan Han Sui Nio, kali ini jagonya tiba-tiba melempem
di hadapan musuh besarnya itu. Ang-leng Kok-jin yang kejam
dan garang itu tiba-tiba tak berkutik ketika berhadapan
dengan "jago' Siauw Hong Li! Ternyata Siauw Hong Li telah
mendapatkan seorang pelindung pula, yaitu Giok-bin T ok-ong,
guru dari Ang-leng Kok-jin sendiri, sehingga ketika mereka
berdua, guru dan murid itu bertarung, maka Ang-leng Kok jin
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
lah yang menderita kekalahan. Jago Han Sui Nio itu terluka
parah di tangan gurunya sendiri !
Terpaksa dengan perasaan sedih dan kecewa Han Sui Nio
membawa suaminya menyingkir dari depan lawannya. Mereka
berdua bersembunyi sambil berusaha mencari akal untuk
menghadapi lawannya itu. Ang-leng Kok-jin memang tidak mungkin menang melawan
gurunya sendiri, sebab bagaimanapun juga semua ilmunya itu
adalah pemberian gurunya. Tentu saja Giok-bin Tok-ong
memiliki ilmu yang lebih lengkap dan lebih banyak dari pada
dia. Satu-satunya jalan untuk memenangkannya hanyalah
apabila dia bisa belajar selengkap dan sebanyak gurunya itu.
Oleh karena itu lalu diputuskan oleh Han Sui Nio dan Angleng Kok-jin bahwa mereka harus bisa mendapatkan Im-Yang
Tok-keng dan Po-tok-cu, pusaka warisan leluhur perguruan
Lembah Tak Berwarna. Namun karena barang itu berada di
tangan Giok-bin Tok-ong, maka mereka harus bisa mencari
jalan dan siasat untuk mengelabuhinya.
Mereka berdua harus bisa mendekati Giok-bin Tok-ong.
Sukur bisa memperoleh kepercayaannya kembali. Kalau
berdua tidak dapat, maka Han Sui Nio bersedia melakukannya
sendirian. Sebab Han Sui Nio tahu bahwa kelemahan Giok-bin
Tok-ong adalah perempuan. Namun demikian mereka harus
menunggu apabila Giok-bin Tok-ong sudah tidak mempunyai
kawan wanita lagi. Dan kesempatan tersebut akhirnya datang juga. Siauw
Hong Li itu akhirnya pergi juga meninggalkan Giok-bin Tokong. Maka Han Sui Nio pun lalu pura-pura datang sendirian
mencari Siauw Hong Li. Kemudian dengan berbagai macam
siasat serta bujuk rayu, berhasillah Han Sui Nio mendekati
Giok-bin Tok-ong. Bahkan saking pintarnya melayani kakek
iblis itu, maka Han Sui Nio pun segera memperoleh
kepercayaannya pula. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Begitulah, dengan segala macam siasat dan tipu-dayanya,
akhirnya setahun kemudian Han Sui Nio bisa membawa lari
kedua buah pusaka itu. Betapa marahnya Giok-bin Tok-ong
tak bisa dilukiskan lagi. Dicari dan diburunya terus wanita
yang telah memperdayakannya itu, kemanapun juga wanita
itu bersembunyi. Sementara itu Han Sui Nio pun sudah bergabung pula
kembali dengan Ang-leng Kok-jin. Mereka berlari dan selalu
berpindah-pindah tempat untuk menghindarkan diri dari
kejaran Giok-bin Tok-ong. Sambil berlari dan bersembunyi
Ang-leng Kok-jin mencoba mempelajari buku warisan
leluhurnya itu.
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tapi ilmu yang tercatat di dalam buku Im-Yang Tok-keng
itu ternyata sukar sekali dipelajari. Ilmu tersebut harus
dipelajari dengan tenang, sabar serta dengan ketekunan yang
luar biasa. Maka dari itu untuk mempelajarinya dengan
sungguh-sungguh, harus dibutuhkan tempat yang sunyi serta
jauh dari keramaian dunia. Oleh karena itu sungguh tidak
mungkin sekali bila ilmu tersebut dipelajari sambil berlari-lari
seperti Ang-leng Kok-jin itu.
Dan hal ini sebenarnya disadari pula oleh Ang-leng Kok-jin.
Bahkan murid Giok-bin Tok-ong itu sudah mengetahuinya
sejak dulu. Dia memang mempunyai sebuah rencana rahasia
di dalam hal ini. Sebagai murid Giok-bin Tok-ong yang culas
dan jahat, wataknyapun memang tidak jauh berbeda pula.
Kalau tidak demikian, masakan ia tega mengumpankan
isterinya sendiri ke tangan gurunya"
Demikianlah, setelah waktunya dirasa tepat, maka pada
suatu hari Ang-leng Kok-jin kabur meninggalkan Han Sui Nio.
Dan wanita yang selama beberapa tahun menjadi isterinya itu
dibiarkannya terlunta-lunta sendirian menghadapi Giok-bin
Tok-ong. Dapat dibayangkan, betapa marah, sakit hati dan sengsara
keadaan Han Sui Nio pada waktu itu. Semua pengorbanan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
yang telah ia lakukan selama ini ternyata sia-sia belaka.
Akhirnya ia tetap tak bisa membalaskan api dendam yang
menyala di dalam hatinya. Bahkan nasib telah menyeretnya ke
dalam lembah kesengsaraan dan penderitaan yang semakin
dalam lagi. Dan semua kepedihan itu menjadi semakin lengkap pula
ketika ia ketahui dirinya sedang hamil. Ternyata ketegangan
demi ketegangan yang ia alami selama dalam pengejaran
Giok-bin Tok-ong itu telah membuatnya 'lupa' atau kurang
perhatian terhadap keadaan tubuhnya sendiri.
Begitulah, semua cobaan itu tampaknya sudah tidak
tertahankan lagi bagi Han Sui Nio. Demikian beratnya
sehingga ia memutuskan untuk mati saja dari pada terusterusan hidup di dalam penderitaan.
Jilid 30 Tapi ketika Han Sui Nio dalam keadaan sekarat setelah
minum racun, tiba tiba Giok-bin Tok-ong muncul dan
menolongnya. Han Sui Nio tidak jadi mati. Bahkan wanita
malang itu dirawat dengan baik oleh Giok-bin Tok-ong, walau
pun dibalik semua kebaikan kakek iblis juga terkandung
maksud yang tersembunyi pula.
Tapi Han Sui Nio pun sudah tahu dan bisa meraba pula
maksud kakek iblis tersebut. la takkan dibiarkan mati dahulu
sebelum memberikan keterangan tentang kedua buah pusaka
yang dicurinya itu. Ia baru akan dibunuh apabila pusakapusaka itu telah kembali ke tangan kakek tersebut.
Namun apa lagi yang ditakutkan oleh wanita yang telah
berputus asa seperti Han Sui Nio itu" Bahkan yang amat
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
diingininya pada waktu itu hanyalah kematian. Lain tidak. Oleh
karena itu ketika kemudian Giok-bin Tok-ong bertanya tentang
pusaka itu, iapun segera mengatakan saja apa adanya,
dengan demikian Han Sui Nio berharap agar nyawanya segera
dikirim ke akherat sehingga maksudnya untuk mati pun segera
terlaksana pula. Tapi ketenangan dan kenekadan wanita itu justru menarik
perhatian Giok bin Tok-ong malah. Tiba-tiba saja kakek iblis
itu mengurungkan maksudnya untuk membunuh Han Sui Nio.
Bahkan dengan gencar kakek itu lalu mendesak dan berusaha
mengetahui latar belakang kenekadan serta ketenangan Han
Sui Nio tersebut. Namun serentak tahu bahwa Han Sui Nio hamil, Giok-bin
Tok-ong menjadi kaget sekali! Seperti orang yang bingung dan
ketakutan kakek iblis itu menanyakan ayah bayi itu.
Sebaliknya dengan tenang dan acuh Han Sui Nio menjawab
bahwa dia tak tahu siapa ayah dari bayi yang dikandungnya
itu. Dari semula memang tidak tahu, sejak kapan ia mulai
mengandung bayi itu. Dari bingung dan ketakutan tiba-tiba Giok-bin Tok-ong
menjadi berang. Hampir saja Han Sui Nio dibunuhnya.
Untunglah pada saat itu pula datang pertolongan yang tak
disangka-sangka. Tiga orang tokoh puncak Aliran Im-Yang
kauw tiba-tiba datang di tempat itu. Mereka adalah Lo-sinong, Lo-jin-ong atau Toat-beng-jin, dan Pang Cu-si (Pengurus
Perkumpulan) Song Kang. Lo-sin-ong pada waktu itu belum
buta dan masih menjabat sebagai Ketua atau Kepala Kuil
Agung Aliran Im-Yang Kauw. Dan kedatangan Lo-sin ong itu
ternyata membuat Giok-bin Tok-ong mengurungkan niatnya
untuk membunuh Han Sui Nio. Bahkan kedatangan Lo-sin-ong
dan kawan-kawannya itu membuat Giok bin Tok ong menjadi
malu dan salah tingkah, sehingga tanpa banyak bicara lagi ia
melesat pergi meninggalkan tempat itu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Kemudian Lo-sin-ong membawa Han Sui Nio, yang
memang bekas murid Im-Yang-kauw itu kembali ke kuil
mereka. Mereka bertiga lalu berusaha membenahi kembali
jiwa Han Sui Nio yang telah rusak itu. Setiap hari mereka
bertiga secara bergantian menggojlog Han Sui Nio dengan
ajaran-ajaran agama mereka, hingga akhirnya wanita itu
menjadi sadar kembali akan dirinya.
Namun ketika wanita itu hendak melahirkan, Lo-sin-ong
terpaksa menyembunyikannya di tempat yang terpencil, yaitu
di dekat Teluk Po-hai untuk menjaga agar aib yang menimpa
Han Sui Nio tersebut tidak menimbulkan citra buruk pada
Aliran Im-Yang-kauw. Begitulah, akhirnya Han Sui Nio yang
telah kenyang mereguk pahit-getirnya kehidupan itu lalu
mendalami agamanya. Dia berusaha menjadi pengikut aliran
Im-Yang-kauw yang tekun, sehingga akhirnya ia bisa menjadi
pendeta dan bahkan mampu menjadi ketua cabang Im-Yangkauw di teluk Po-hai. Demikianlah selama hampir duapuluhan tahun kemudian,
tak seorangpun dari mereka yang terlibat di dalam urusan
"cinta dan dendam' itu saling mengunjungi atau bertemu satu
sama lain. Hubungan antara Ngo-bie-pai dan Tiam-jong-pai
pun menjadi retak. Apalagi sete lah Siauw Hong Li
menggantikan gurunya menjadi ketua Ngo-bie-pai.
Pertemuan diantara mereka bertiga baru terjadi satu
setengah tahun yang lalu yaitu ketika para pendekar persilatan
berkumpul di kota Soh-ciu untuk memburu Iblis Penyebar
Maut, yang merajalela menyebar kematian di dunia persilatan.
Tapi di dalam pertempuran sengit di Lembah Dalam, Siauw
Hong Li menjadi korban. Bahkan Ui Bun T ing pun juga terluka
parah pula. Akan tetapi justru karena itu pulalah benang cinta yang
dahulu pernah terputus antara Ui Bun Ting dan Han Sui Nio
dapat tersambung kembali. Meskipun mereka telah tua,
namun perasaan cinta mereka ternyata tak pernah pudar.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Mereka berdua lalu berniat untuk mengukuhkan kembali
hubungan mereka itu ke jenjang perkawinan. Tiada istilah
terlambat bagi mereka berdua.
Tapi hanya sehari sebelum pernikahan itu mereka
laksanakan, ternyata siang tadi telah mendapat cobaan
kembali. Secara tak terduga mereka berdua berjumpa dengan
Giok-bin Tok-ong di kota Lai-yin ini. Entah apa maksudnya
tiba-tiba saja kakek iblis itu menyerang Ui Bun Ting dan
melarikan Han Sui Nio. "Demikianlah ceritanya, Tai-hiap......" Ui Bun Ting menutup
kisahnya sambil menarik napas panjang berulang ulang.
"Tampaknya Thian memang tak pernah mengijinkan aku
kawin dengan Sui Nio..........."
Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee ikut berdesah pula
mendengar kisah yang amat menyedihkan itu. Mereka tak
menyangka bahwa Ui Bun Ting yang terkenal di dunia
persilatan itu memiliki rahasia cinta yang begitu mengharukan.
"Dan......semua cerita tentang Han Sui Nio itu juga baru
kuketahui setahun yang lalu, yaitu ketika hatiku telah
dipautkan kembali satu sama lain. Aku sangat menyesal dan
merasa berdosa kepada Han Sui Hio, sehingga aku bersumpah
akan membahagiakannya di dalam sisa hidupku ini. Tapi
tampaknya Thian tetap tak mengijinkan........." Ui Bun Ting
menyesali dirinya. "Ui Ciang-bun, kau jangan terlalu cepat berputus
asa........Kita masih dapat berusaha untuk menemukan
kembali Han Li-hiap. Aku mempunyai dugaan bahwa Han Lihiap masih tetap sehat dan segar bugar. Giok-bin Tok-ong
takkan tega mencelakakannya....." tiba-tiba Yap Kiong Lee
membujuk dan membesarkan hati Ui Bun Ting.
"Giok-bin Tok-ong tak tega mencelakakannya....."
Mengapa.. ..mengapa Yap Tai-hiap berpendapat demikian?"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Yap Kiong Lee tersenyum. Dipandangnya wajah ketua
partai Tiam jong-pai itu dalam-dalam. Lalu ucapnya yakin,
"Kalau Giok-bin Tok-ong bermaksud membunuh Han Li-hiap,
dia tentu takkan berpayah-payah membawanya dari sini. Dia
tentu mempunyai maksud-maksud tertentu kepada Han Lihiap. Bukankah Ui Ciang-bun tadi telah menceritakannya pula,
bahwa mereka mempunyai hubungan tertentu di masa silam?"
"Oooh," Ui Bun Ting berdesah, lalu mengangguk-angguk.
Matanya tertunduk mengawasi lantai di depannya. "Yaa.,..mereka memang mempunyai hubungan yang amat
akrab di masa silam. Bahkan.......bahkan....."
"Nah, itulah Ui Ciang-bun........!" Yap Kiong Lee cepat
memotong, untuk mencegah orang-tua itu berkata lebih
lanjut. "Paling-paling Giok-bin Tok-ong ingin mendapatkan
sesuatu keterangan dari mulut Han Li-hiap, yang tak ingin
didengar oleh siapapun juga?"
"Keterangan?"" Keterangan tentang apa kira-kira, Taihiap?" Ketua partai Tiam-jong-pai itu tiba-tiba tersentak.
Dahinya berkerut. Yap Kiong Lee menghela napas pendek. "Bukankah Ui
Ciang-bun tadi menceritakan bahwa pada waktu itu Han Lihiap mengandung" Lalu bagaimana dengan bayi yang ada di
dalam kandungannya itu" Inilah yang tentu akan ditanyakan
oleh Giok-bin Tok-ong itu! Sebab"..saya pernah mendapat
keterangan bahwa Giok-bin Tok-ong sangat takut mempunyai
anak." "Takut mempunyai anak......" Eh, aneh sekali" T api kenapa
ia justru senang 'main perempuan?""
Yap Kiong Lee tertawa. "Itu memang sudah wataknya. Tapi
karena takut mempunyai anak, maka ia selalu membunuh
mati wanita-wanita yang pernah digaulinya!"
"Kecuali?"Han Lo-cianpwe!" Liu Yang Kun ikut berbicara.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Benar. Tapi Han Li-hiap pun sebenarnya juga hendak
dibunuhnya pula. Namun maksud tersebut menjadi urung
karena kedatangan tokoh-tokoh Im-Yang-kauw itu."
"Apakah kakek iblis itu takut kepada tokoh-tokoh Im-Yangkauw?" Liu Yang Kun menyahut lagi.
Yap Kiong Lee tersenyum dan memandang ke arah Liu
Yang Kun. "Bukan karena itu yang menyebabkan Giok-bin
Tok-ong urung membunuh Han Li-hiap. Giok-bin Tok-ong
sendiri tak pernah takut kepada siapapun juga, apalagi
mereka. Meskipun mereka berjumlah tiga orang tak
seorangpun yang kepandaiannya melebihi Giok-bin Tok-ong.
Bahkan kalau mereka bertiga itu mengeroyokpun juga belum
tentu menang. Giok-bin Tok ong merasa segan dan malu
terhadap mereka itu.. .. ."
"Segan dan malu....." Eh, tampaknya Yap Tai-hiap justru
lebih banyak tahu dari pada saya di dalam urusan ini." Ui Bun
Ting cepat-cepat menukas. "Kalau begitu......ayolah, Taihiap"lekaslah kauceritakan kepada kami!"
Sekali lagi Yap Kiong Lee tersenyum. Matanya memandang
ketua partai Tiam-jong-pai itu dengan gembira. Ui Bun Ting
kelihatan bersemangat dan tidak loyo lagi.
"Ui Ciang-bun...... ! Aku pernah bertemu dengan Toatbeng-jin yang pandai meramal itu. Dia bercerita kepadaku
bahwa dia pernah berselisih dengan seorang kakek tampan
yang mahir menggunakan racun. Kakek tampan itu sangat
lihai, sehingga Toat beng-jin tak bisa menandinginya. Satusatunya jalan bagi Toat-beng-jin untuk menyelamatkan diri
hanyalah dengan cara menunjukkan kelebihannya dibidang
ramal-meramal itu kepada musuhnya........"
Semua orang yang ada di dalam ruangan itu memandang
dengan heran kepada Y ap Kiong Lee. Mereka semua menjadi
heran, bagaimana ilmu meramal bisa untuk menyelamatkan
diri dari kebengisan Giok-bin T ok-ong"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Yap Kiong Lee mengetahui keragu-raguan mereka. Oleh
karena itu lanjutnya kemudian. "Memang demikianlah yang
diceritakan oleh Toat-beng-jin kepadaku. Beliau juga tidak
menceritakannya sampai ke hal yang sekecil-kecilnya,
sehingga sayapun juga tidak mengetahuinya pula, bagaimana
ia bisa menyelamatkan dirinya dengan iImu ramalnya itu.
Namun yang jelas Giok-bin Tok-ong tidak jadi membunuh
Toat-beng jin. Bahkan akhirnya kakek iblis itu menjadi begitu
percaya pada ilmu ramal Toat-beng-jin, sehingga ia minta
diramalkan nasibnya di kemudian hari........."
"Lalu.......?" Ui Bun Ting mendesak tak sabar.
"Toat-beng-jin meramalkan bahwa Giok-bin Tok-ong besuk
akan mati ditangan .........menantunya sendiri! itukah
sebabnya dia menjadi ketakutan ketika mengetahui Han li-hiap
mengandung. Namun ketika ia hendak membinasakan Han Lihiap, tiba-tiba datang Toat beng-jin bersama tokoh Im-Yangkauw yang lain. Giok-bin Tok-ong menjadi segan dan ma lu,
apalagi ketika diejek Toat-beng-jin bahwa kakek iblis itu takut
kepada ramalannya....."
"Oh,
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jadi itukah sebabnya," orang-orang yang mendengarkan di dalam ruangan itu berdesah.
Tiba-tiba Ui Bun Ting tersentak kaget. "Eh, kalau
begitu.....kalau begitu......Sui Nio sekarang berada dalam
bahaya! Kini dia tentu benar-benar akan dibunuh oleh iblis
itu!" serunya gugup.
"Tidak!" dengan cepat Y ap Kiong Lee menyanggah. "Sudah
kukatakan bahwa Giok-bin Tok-ong takkan segera membunuh
Han Li-hiap sebelum ia memperoleh keterangan yang
dimaksudkan. Nyawa Han Li-hiap justru tidak diinginkan lagi
oleh iblis itu. Yang diinginkan oleh Giok-bin Tok-ong itu
sekarang adalah........anak yang dulu dikandung oleh Han Lihiap itu. Nah, .. ...... anak itulah yang kini hendak dicari oleh
Giok-bin Tok-ong melalui Han Li-hiap!"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ooooooooh............?"" semuanya berdesah lagi.
"Nah, Ui Ciang-bun........pernahkah Han Li-hiap bercerita
tentang anak itu kepadamu" Sebab kalau ia masih hidup,
usianya tentu telah menjelang delapanbelas tahun sekarang,......, " Yap Kiong Lee bertanya hati-hati.
Tapi Ui Bun Ting tidak segera menjawab. Ketua Partai
Tiam-jong-pai itu tiba-tiba terpekur diam memandangi lantai
rumahnya. "Maaf, Yap Tai-hiap..... , aku tak bisa mengatakannya. Sui
Nio memang sudah memberitahukannya kepadaku. Tapi juga
memintaku untuk tidak mengatakannya kepada orang laini"
akhirnya ia berkata lirih.
"Ah, maafkanlah aku kalau begitu........" Yap Kiong Lee
cepat-cepat meminta maaf.
Sementara itu udara di luar rumah ternyata sudah menjadi
gelap. Tirai ma lam sudah mulai membungkus bumi. Para
pelayan di rumah itu juga sudah memasang lampu di pojok
ruangan. Bahkan dua orang pelayan tampak membawa
tempat lilin besar yang hendak mereka taruh di tengah-tengah
ruangan itu. "Ah.....tampaknya hari telah mulai ma lam," tiba-tiba Yap
Kiong Lee berdesis sambil menoleh ke arah Liu Yang Kun.
Kemudian lanjutnya lagi, yang ditujukan kepada Ui Bun Ting
dan pula tuan rumah. "Ui Ciang-bun, perbolehkanlah kami
berdua meminta diri lebih dulu. Kami akan ikut berusaha
mencari Han Li-hiap sampai ketemu."
"Ah, Tai-hiap..... ! Saya justru hanya mengandalkan ji wi
Tai-hiap untuk mendapatkan Sui Nio kembali. Aku sendiri
sudah tidak bisa apa-apa lagi, padahal besok lusa hari
perkawinan kami telah tiba. Dan.....celakanya, aku sendiri
tidak membawa pembantu atau pengawal dari Tiam-jong-pai
!" Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Selesa i berkata Ui Bun Ting lalu turun dari kursinya dan
berlutut di depan Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee. Begitu
pula dengan keluarga Ui Bun Ting yang lain. Merekapun lalu
ikut-ikutan berlutut pula di depan Liu Yang Kun dan Yap Kiong
Lee. Tak enak juga perasaan Yap Kiong Lee diberi hormat
sedemikian rupa oleh seorang ketua partai persilatan besar
seperti Ui Bun Ting itu. Oleh karena itu diapun lalu berlutut
pula di depan Ui Bun T ing dan kemudian mengajaknya berdiri
kembali. "Aaah ". jangan bersikap begitu, Ui Ciang-bun. Diantara
kita sudah bukan orang lain lagi. Tanpa kauminta pun kami
berdua tentu akan berusaha dengan sekuat tenaga pula.
Kautinggallah baik-baik di s ini kami berdua akan mendapatkan
kembali Han Li-hiap untukmu! Nah ". kami mohon diri dulu !"
Setelah memberi hormat kepada tuan rumah, Yap Kiong
Lee lalu menarik lengan Liu Y ang Kun dan mengajaknya pergi
dari tempat itu. Mereka melesat secepat angin, menerobos
daun jendela yang masih terbuka di belakang mereka.
Demikian cepatnya gerakan mereka sehingga seorang ketua
persilatan besar seperti Ui Bun Ting pun masih tetap
menggeleng-gelengkan kepalanya karena kagum.
"Mereka masih muda-muda, tapi kepandaiannya sudah
demikian jauh melampaui aku........"
''Tapi kaupun juga sudah melebihi orang kebanyakan, twako. Padahal datang dari keluarga yang tak pernah mempelajari
ilmu silat, seperti aku adik-adikmu yang lain itu," adik Bun
Ting yang berusia setengah baya itu menyahut.
Sekali lagi Ui Bun Ting mengangguk-angguk. Lalu tanpa
berkata apa-apa lagi dia melangkah perlahan-lahan ke ruang
dalam, diikuti oleh ibu dan adik-adiknya.
Sementara itu di luar rumah Liu Yang Kun bertanya kepada
Yap Kiong Lee. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Kemana kita pergi.....?"
"Pangeran".! Giok-bin Tok-ong tidak pernah menyukai
tempat-tempat yang ramai. Maka dari itu kita lebih baik pergi
keluar tembok kota dan melihat-lihat di tempat yang sepi.
Sekalian singgah di bangunan kuno itu. bukankah pangeran
masih berkeinginan untuk pergi ke sana ?"
Liu Yang Kun tersenyum. "Tentu saja. Bukankah sejak
semula kita ingin pergi ke sana?"
"Nah! Kalau begitu mau tunggu apalagi" Marilah
pangeran....... !" Yap Kiong Lee berkata, kemudian
mendahului melangkahkan kakinya.
"Tapi......ehm, apakah kita tidak singgah dulu di
penginapan untuk me lihat kalau-kalau nona Souw sudah
kembali?" Liu Yang Kun bertanya ragu.
"Ah .....kukira tak perlu, pangeran. Bukankah dia sudah
mengatakan bahwa dia akan pulang agak malam?" Y ap Kiong
Lee menjawab tanpa mengendorkan langkahnya.
Liu Yang Kun terpaksa mengejar langkah jagoan istana itu.
Mereka mengambil jalan yang sepi sehingga sebentar saja
mereka telah keluar pintu gerbang kota. Kemudian mereka
berjalan menyusuri pinggiran parit yang mengelilingi tembok
kota itu. Bulan belum lagi muncul. Langit masih tampak geIap.
Hanya bintang-bintang saja yang tampak di sana. Sedangkan
di sekeliling mereka hanya terdengar suara nyanyian binatang
malam yang bersautan tiada hentinya.
Mereka berjalan cepat. Meskipun demikian mereka selalu
waspada dan siaga penuh. Bahkan mereka selalu memperlambat langkah mereka apabila merobos hutan atau
melalui tempat-tempat yang gelap dan mencurigakan.
Beberapa kali mereka dibuat kaget oleh munculnya binatangbinatang hutan yang berkeliaran mencari mangsa.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Namun sampai mereka itu berpisah kembali ke pintu
gerbang semula, Giok-bin Tok-ong tetap tidak dapat mereka
temukan. "Hmm..... kemanakah kita mencari lagi?" Liu Yang Kun
berbisik lesu. Kakinya melangkah ke pintu gerbang, untuk
masuk ke dalam kota kembali.
"Maaf, pangeran......Memang sulit mencari seseorang tanpa
mengetahui jejak-jejaknya. Apalagi mencari seorang tokoh
sakti seperti Giok-bin Tok-ong itu. Lebih baik kita ke.........
heiii...... pangeran! lihat!" Tiba-tiba Yap Kiong Lee berseru
tertahan. Sebuah kereta kecil tampak berpacu keluar dari dalam kota.
Kuda penghelanya yang tidak begitu besar namun tampak
kokoh kuat menghelanya di jalan yang berdebu. Sekilas
tampak wajah seorang kakek tua berambut panjang duduk
melenggut di dalamnya. Dan Yap Kiong Lee takkan melupakan
wajah kakek tua dan Kereta itu!
"Siapa.......?"?" Liu Yang Kun berdesah sambil mengerutkan
keningnya. "Bu-tek Sin-tong! Dialah tokoh yang kita cari siang tadi!
Mari kita ikuti dia!"
"Bagaimana dengan Giok-bin T ok ong?"
"Sudahlah! Nanti kita cari lagi dia! Y ang perlu kita ikuti dulu
Jago Silat Nomer Tiga Di Dunia ini! Tapi kita harus hati
........eh" Pangeran, lihat.......!" sekali lagi Yap Kiong Lee
berseru tertahan. Jari telunjuknya menuding ke arah pintu
gerbang lagi. Seorang wanita dengan wajah yang hampir tertutup oleh
rambut panjangnya sendiri kelihatan melesat keluar dari dalam
pintu gerbang tersebut. Begitu cepatnya bayangan itu
melintas di bawah lampu yang tergantung di atas pintu
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
gerbang, sehingga apabila mereka tidak sedang kebetulan
melibat ke sana tak mungkin mereka bisa mengetahuinya.
"Si-siapa......dia......?"" Liu Yang Kun berseru tertahan pula.
"Entahlah ! Saya tidak tahu. Tapi yang jelas dia sedang
mengejar kereta Bu-tek Sin-tong tadi. Pangeran, marilah kita
buntuti mereka......!" jawab Yap Kiong Lee tegang.
Kemudian dengan cepat jagoan dari Istana itu meloncat ke
dalam gelap mengejar bayangan wanita tadi. Dan Liu Yang
Kun pun tak ada pilihan lagi selain mengikutinya. Keduanya
mengerahkan seluruh kemampuan mereka, sehingga tubuh
mereka bagaikan bayangan yang melesat di dalam kegelapan.
Empat atau lima langkah yang pertama Yap Kiong Lee
memang dapat membarengi langkah Liu Yang Kun, tapi pada
langkah-langkah selanjutnya jagoan dari istana itu menjadi
semakin jauh tertinggal di belakang. Itupun Liu Yang Kun
telah sedikit mengendorkan langkahnya, karena bagaimanapun juga pemuda itu masih menghormati perasaan
Yap Kiong Lee, Namun setelah jarak itu semakin menjadi jauh
dan Yap Kiong Lee sudah tidak dapat menyaksikan lagi
gerakan kakinya, Liu Yang Kun lalu betul-betul mengerahkan
Bu-eng Hwee-tengnya. Dan sekejap saja tubuhnya telah
lenyap di dalam gelap. Demikianlah, selagi Yap Kiong Lee menjadi kebingungan
karena telah kehilangan jejaknya, Liu Yang Kun sendiri telah
berada jauh di tengah-tengah hutan pohon cemara. Seperti
halnya Yap Kiong Lee ternyata pemuda itu juga telah
kehilangan jejak kereta Bu-tek sintong dan
wanita pengejarnya itu. ''Sungguh mengherankan sekali! Masakan di dunia ini ada
seekor kuda yang memiliki gin-kang seperti halnya manusia
berilmu tinggi" Baru saja kereta itu lewat. Bahkan suara
gesekan roda besinyapun juga masih dapat kutangkap dengan
telingaku pula. Tapi mengapa tiba-tiba saja aku telah
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kehilangan jejaknya" Masakan kereta itu bisa menghilang
begitu saja bersama penumpangnya" Aneh..........?"
Liu Yang Kun lalu melangkah dengan hati-hati di bawah
bayang bayang pohon cemara itu. Dikerahkannya seluruh lwee
kangnya untuk mempertajam kemampuan mata dan
telinganya, agar ia mampu menangkap suara-suara ataupun
benda-benda yang paling lemah sekalipun.
"Krreek! Kresek.........!" tiba-tiba terdengar suara benda
berat bergeser. Liu Yang Kun cepat melompat dan menyeberangi jalan itu.
Kemudian ia melongok ke dalam jurang dimana suara tersebut
terdengar. Dan betapa terkejutnya hatinya tatkala menyaksikan kereta Bu-tek Sin-tong itu di sana. Ternyata
kereta itu terguling di dasar jurang yang menganga di pinggir
jalan tersebut. Bagaikan seekor kera Liu Yang Kun berloncatan turun
dengan tangkasnya. Walaupun gelap pemuda itu mampu
melihat dan memilih tempat berpijak dengan baik. Bahkan
dengan ilmu meringankan tubuhnya yang sempurna pemuda
itu boleh dikatakan 'melayang' dari pada 'berloncatan".
Tapi sampai di dasar jurang pemuda itu tertegun. Kereta
itu memang kereta yang dilihatnya di pintu-gerbang kota tadi.
Dan keadaannya sudah berantakan, sementara kuda
penghelanya juga sudah mati pula. Namun anehnya......... tak
seorangpun yang ia jumpai di tempat itu, baik Bu-tek Sin-tong
maupun wanita yang mengejarnya itu. Bahkan kusir atau
pengemudi kereta itupun juga tak djumpainya pula.
"Hmm.........aneh benar! Dimana orang-orang itu" Apakah
Bu-tek tong telah meloncat menyelamatkan dirinya sebelum
kereta itu hancur di jurang" Tapi.......bagaimana dengan
kusirnya" Apakah kusir kereta itu pandai ilmu s ilat pula?"
Karena penasaran Liu Yang Kun mencoba meneliti keadaan
di sekitar. Ditengoknya tempat-tempat yang mencurigakan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
yang sekiranya dapat dipergunakan untuk bersembunyi.
Bahkan ia melangkah menyusuri dasar jurang sampai
beberapa puluh tombak jauhnya.
Benar juga dugaannya. Duapuluh tombak jauhnya dari
bangkai kereta ia menemukan tubuh kusir kereta tersebut.
Tubuhnya tergolek di atas bebatuan menantikan datangnya
ajal yang akan menjemputnya.
Liu Yang Kun bergegas memeriksanya. Namun orang itu
memang tidak bisa diselamatkan lagi. Tubuhnya telah terluka
parah. Bahkan kaki-tangannya juga telah patah pula.
Tampaknya orang itu tidak bisa silat sama sekali, sebab ketika
keretanya jatuh dari bibir jurang, ia tidak bisa menyelamatkan
dirinya. Namun sebelum menghembuskan napasnya yang
penghabisan, Liu Yang Kun masih sempat memperoleh
keterangan tentang Bu tek Sin-tong dan wanita pengejarnya.
"Kakek Iblis.......kakek iblis itu....lari ke dalam gua di"..
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
didekat pohon Siong itu! Dan... dan" kun.....kunti-la-nak
itu.......mengejarnya!"
"Kuntilanak..........?"?" Liu Yang Kun berseru kaget seraya
mengguncang tubuh kusir kereta tersebut, namun nyawa
orang itu telah terlanjur pergi meninggalkan jasadnya.
Otomatis Liu Yang Kun memandang ke tempat yang
ditunjuk oleh kusir kereta itu. Dan kebetulan pula bulan yang
hanya seiris kecil itu muncul dari balik awan, sehingga jurang
yang gelap itu menjadi sedikit terang karenanya.
Liu Yang Kun melihat sebuah lobang tampak di lereng
jurang. Tempatnya tidak jauh dari sebatang pohon Siong tua
yang lebat daunnya. Ada sebuah aliran mata air yang keluar
dari lobang itu. Sebenarnya ada perasaan khawatir juga di hati Liu Yang
Kun untuk memasuki lobang gua tersebut, Namun ketika
lapat-lapat telinganya mendengar suara pertempuran di
dalamnya, hatinya tidak bisa ia kendalikan lagi. Bergegas ia
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
melompat masuk, setelah tentu saja menyiapkan seluruh
kemampuannya. Semuanya kelihatan gelap gulita. Tapi dengan tenaga sakti
Liong-cu-I-kangnya Liu Yang Kun mampu melihat dan
menembus kegelapan itu dengan matanya. Bahkan dengan
tenaga saktinya yang dahsyat itu pula mata Liu Yang Kun
menjadi mencorong seperti naga di dalam kegelapan.
Sekilas pandang saja Liu Yang Kun telah melihat dengan
jelas semua yang ada di dalam gua tersebut. Seorang kakek
cebol berambut panjang tampak sedang bertarung seru
melawan seorang kakek berwajah tampan. Sementara di
pinggir gua itu tampak seorang nenek, masih kelihatan sisasisa kecantikannya, sedang menangisi seorang wanita muda
yang terkapar pingsan di lantai gua. Dan juga hanya dalam
sekilas pandang pula Liu Yang Kun segera mengenal bahwa
wanita yang pingsan tersebut adalah wanita yang tadi
mengejar kereta Bu-tek Sin-tong itu.
Liu Yang Kun menggeram. Ia segera mengenal kakek
tampan yang sedang bertempur melawan kakek cebol itu.
"Hmmm....... Giok-bin Tok-ong! Jadi kakek inilah yang
menurut Lo-sin-ong dan Tiauw Li Ing telah ikut mengeroyok
serta melukai aku! Dan...... kakek cebol itu tentulah Bu-tek
Sin-tong kakek yang ada di dalam kereta itu."
Hanya kedua wanita itu saja yang belum diketahui oleh Liu
Yang Kun. "Kusir kereta tadi menyebut wanita muda itu dengan
sebutan........ kuntilanak! Hmm,........ benarkah dia itu
kuntilanak yang dikejar-kejar orang selama ini" Lalu siapa pula
wanita tua yang menangisinya itu" Eh, jangan-jangan dia
adalah Han Sui Nio yang diculik oleh Giok-bin T ok-ong itu" Ah,
benar........! Jangan-jangan memang dia. Menilik pakaiannya
dia memang seperti seorang pendeta wanita..........."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Dengan mengendap-endap Liu Yang Kun lalu bergeser
mendekati kedua wanita itu. Tak seorangpun tahu
kedatangannya karena semuanya tercekam oleh kesibukan
mereka masing-masing. "Oueek.....oouek........ouuuuoeek!"
tiba-tiba terdengar suara tangis bayi. Liu Yang Kun terkejut. Ternyata wanita
muda yang pingsan itu mendekap bayi di dadanya. Dan bayi
tersebut ternyata masih hidup pula.
"Ouh...... wanita muda itu membawa bayi?" pemuda itu
berdesah dan otomatis pikirannya teringat pada khabar
burung tentang hantu kuntilanak pengganggu anak kecil itu.
Liu Yang Kun lalu mendekat lagi. Dengan bersembunyi di
belakang batu besar yang menjorok keluar dari dinding gua,
pemuda itu hanya beberapa langkah saja jaraknya dari kedua
orang wanita itu. Dan dari tempat tersebut Liu Yang Kun
benar-benar bisa melihat dengan jelas kedua orang itu.
"Tui Lan....... ..Tui Lan..........oough!'' tiba-tiba terdengar
wanita tua itu merintih lemah. "Kau.....kau jangan mati, nak!
Lihatlah, ibumu datang!"
Liu Yang Kun mengerutkan dahinya. Tiba-tiba saja hatinya
bergetar dengan keras. Nama yang disebutkan oleh wanita tua
itu bagaikan palu besi yang tiba-tiba menghantam dinding
ingatannya, sehingga ingatannya yang tertutup oleh jarumjarum yang ditanam oleh Lo-sin-ong itu seperti bergetar
dengan hebatnya. "Tui Lan.........."! Oh, rasa-rasanya aku pernah mendengar
nama itu...." pemuda itu tiba-tiba menjambak rambutnya
seraya berbisik lemah sekali.
"Oueek.......ouuueek............Oueeeeoek!" bayi yang ada di
dalam pelukan wanita muda itu menangis lagi.
"Nah, Tui Lan........lihatlah! Anak yang kau perebutkan
dengan Bu-tek Sin-tong itu menangis. Sadarlah....Kaubujuklah
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
dia! Aku......, aku tak tahan mendengar tangisnya......." wanita
tua itu meratap lagi. Liu Yang Kun tertegun. "Anak yang diperebutkan dengan
Bu-tek Sin-tong. Oh, apa artinya ini?" desahnya semakin
bingung. "Heii......" Siapa di situ" Ayoh, keluar !!" tiba-tiba wanita
tua itu menoleh ke tempat persembunyian Liu Yang Kun dan
membentak keras. Ternyata desah napas Liu Yang Kun tadi telah didengar
oleh wanita tua itu. Padahal hanya sekejap saja pemuda itu
tadi terguncang perasaannya. Namun hal itu ternyata telah
mempengaruhi pemusatan ilmunya sehingga desah napasnyapun lalu menjadi berat dan akibatnya didengar oleh
telinga perempuan tua tersebut.
Karena telah diketahui lawannya maka Liu Yang Kun tak
bisa terus bertahan di tempat persembunyiannya. Pemuda itu
terpaksa keluar dari belakang batu besar tersebut.
"Siapakah yang datang itu, Sui Nio?" Giok-bin Tok-ong tibatiba berteriak. "Alaaa......kau tak perlu mencari-cari alasan untuk
menghentikan pertarungan kita! Siapapun yang datang kita
tak perlu mempedulikannya! Y ang penting kita selesaikan dulu
urusan kita! Kaulah tadi yang memulainya. Kaulah tadi yang
tiba tiba mencampuri urusanku! O leh karena itu pula kau tidak
boleh menghentikannya begitu saja! Kau harus memikul
tanggung jawabnya! Huh!" Kakek kerdil yang tidak lain
memang Bu-tek Sin-tong itu memaki-maki Giok-bin Tok-ong.
"Manusia Kerdil! Manusia Kura-kura .......!" Giok-bin Tokong balas mengumpat tak kalah kerasnya. ''Siapa yang hendak
mencari-cari alasan, heh " Ou, Monyet Busuk! Kau kira aku
takut menghadapi monyet kerdil macam kau ini, heh" Kurang
ajar......!" Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ha-ha.......kau menjadi marah, bukan" Nah". itu tandanya
kata-kataku tadi benar! Hehehehe .......... !"
Bu-tek Sin-tong terus saja mengejek dan sama sekali tidak
tersinggung oleh sumpah serapah lawannya.
"Keparat ! Lihat Cit-hoam-tok-ciamku (Jarum Tujuh
Langkahku)..........!"
Bu-tek Sin-tong terkejut. "Apa" Kau mulai mempergunakan
senjata-senjata racunmu" Apakah engkau tidak takut kalau
racun ganas itu mengenai kekasihmu sendiri, heh?"
Sambil mengolok-olok Bu-tek Sin-tong melayang ke
samping, sehingga jarum itu luput mengenai tubuhnya.
Bahkan kemudian dalam waktu yang bersamaan kakek kerdil
itu balas menyerang pula dengan lemparan paku-pakunya.
Pedang Kayu Harum 15 Perguruan Sejati Karya Khu Lung Kuda Binal Kasmaran 4
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama