Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo Bagian 10
diambilnya dari buntalan dipakainya, juga sepatunya, tiba-tiba saja tubuhnya meloncat dan
seperti seekor burung garuda tubuhnya melayang
ke balik batu besar. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dapat dibayangkan betapa kaget rasa hati
pemuda yang tadi mengintai. Sama sekali tidak
disangkanya bahwa gadis yang tadi disangka
bidadari atau ikan duyung atau mahluk dari dunia
lain, dapat meloncat seperti terbang dan tahu-tahu
telah berdiri di depannya dalam pakaian lengkap
walaupun agak acak-acakan karena te rburu-buru
dan rambutnya yang digelung sederhana itu masih
meneteskan air. Wajah yang masih agak basah itu
segar kemerahan, akan tetapi sepasang mata yang
jeli itu mencorong penuh kemarahan.
"Laki-laki kurang ajar! Berani engkau mengintai
orang mandi, ya" Apakah nyawamu rangkap" Ah
engkau sudah bosan hidup?"
Aduh manisnya, aduh galaknya! Demikian keluh
pemuda itu, tidak kelihatan takut melainkan malumalu dan mukanya juga menjadi kemerahan. Dia
mengangkat ke dua tangan ke depan dada
memberi hormat, matanya yang tajam bersinar
itu menatap wajah Cin Cin dengan lembut dan
penuh penyesalan. "Harap nona suka memaafkan saya. Saya
kebetulan lewat dan mendengar suara senandung
tadi membuat saya tertarik dan ingin melihat siapa
yang bersenandung, tidak menyangka sama sekali
bahwa ada seorang gadis sedang mandi di sana.
Sekali lagi, maafkan kelancangan saya, nona."
Sikap pemuda itu lembut dan sopan, dan di dalam
suaranya te rkandung penyesalan yang tidak
dibuat-buat. Akan tetapi ia masih merasa penas aran. Laki-laki ini sudah melihat ia bertelanjang bulat. Tidak mungkin hal seperti itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibiarkan saja hanya dengan maaf! Alangkah
enaknya! "Hem, kebetulan lewat dan kebetulan melihat.
Mengapa engkau tadi memandang dengan melotot?" tanyanya dengan suara bengis .
Pemuda itu menjadi semakin gugup dan
wajahnya semakin merah. "Aku.........saya.......eh..
Aku tadi.......te rkejut dan heran, terpesona karena
mengira ada........."
"Ada apa" Aku bukan setan, bukan iblis, bukan
siluman" Hayo katakan, kaukira ada a pa?" kembali
Cin Cin membentak. ".......tadinya kukira nona.......ehh, seorang bidadari dari kahyangan............."
Cin Cin terbelalak, mengira pemuda itu berolokolok, akan tetapi melihat pandang mata yang jujur
itu nampaknya sungguh sungguh dan entah
mengapa. tiba-tiba saja hatinya merasa senang
sekali. Entah senang karena wajah yang tampan
dan simpatik itu, entah karena sinar mata yang
tajam bersinar itu, ataukah karena pujian itu.
Pujian tidak langsung. Ia disangka bidadari
kahyangan! Hati siapa tidak akan te rasa ayem
te nte ram, gembira bangga, menggembung seperti
katak te rkejut, kalau disangka bidadari" Bidadari
adalah mahluk wanita yang cantik jelita, sakti dan
bijaksana Akan te tapi kegembiraan itu hanya
menyelinap di hati Cin Cin dan hanya mencuat
keluar melalui sinar matanya saja. Mulutnya masih
dicemberutkan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, enak saja engkau mengintai orang
mandi, lalu minta maaf begitu saja. Engkau yang
enak, aku yang muak. Lain kali engkau akan
memukul orang, menghina orang, atau membunuh
orang lalu minta maaf dan sudah, ya" Enaknya!"
Aduh. galak benar, pikir pemuda itu. Dia
menahan senyumnya karena maklum bahwa
senyum geli hatinya akan dapat disalah-tafsirkan
pula, disangka senyum mente rtawakan. Bis a lebih
runyam lagi. Kembali dia mengangkat kedua
tangan memberi hormat. "Maaf........ "
"Sudahlah, jangan berulang kali memberi hormat merangkap kedua tangan di depan dada
lalu membungkuk-bungkuk. Memangnya sekarang
ini hari sincia (tahun baru) untuk saling memberi
selamat.! Memangnya aku ini sedang merayakan
sesuatu, maka engkau te rus-terusan memberi
salam" Katakan saja apa maumu, jangan banyak
maaf segala. Sebelum kau minta, maafku kepadamu sudah habis!"
Pemuda itu terbelalak, namun hatinya tertarik
sekali. Selama hidupnya dia tidak banyak bergaul
dengan gadis -gadis cantik, dan biarpun ada gadis
cantik yang juga galak, akan tetapi agaknya tidak
segalak dan sebengal yang satu ini.
"Baiklah, aku tidak lagi minta maaf. A kan tetapi,
aku sudah merasa bersalah dan apa yang harus
kulakukan sekarang?" tanyanya, sikap dan nada
suaranya merendah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Engkau harus dihukum!" Suaranya begitu
mantap seperti seorang hakim mengetukkan palu
pada keputusan sidang pengadilan menjatuhkan
hukuman pada pesakitan. "Baik, aku sudah bersalah dan aku siap
menerima hukumannya," kata pemuda itu dan
sikapnya yang te nang mulai menarik hati dan
mengejutkan Cin Cin. "Orang bilang, hutang uang membayar uang,
utang budi membayar budi. I tu baru adil namanya.
Engkau tadi melihat aku mandi, sekarang hukumannya harus kaute bus dengan keadaan
yang sama. Engkau mandi dan aku yang melihatnya!" Setelah berkata demikian, dengan
gerakan yang cepat sekali Cin Cin sudah
menangkap pergelangan tangan pemuda itu dan
mendorongnya ke sungai. Pemuda itu terkejut,
agaknya tidak melawan dan tubuhnya terlempar ke
air. "Byuuur........!" Air muncrat tinggi ketika pemuda
itu terbanting ke air dengan pinggul te rlebih
dahulu. Cin Cin te rtawa terkekeh-kekeh melihat
pemuda itu gelagapan, tenggelam lalu muncul dan
menyemburkan air dari mulutnya. Ia kini nampak
seperti seorang anak kecil menerima mainan baru,
demikian gembira dan wajahnya berseri-seri segar.
"Nah, rasakan kamu! Mandilah sepuasnya sampai
bersih!" katanya dan sekali berkelebat Cin Cin
sudah lenyap dari te pi sungai itu.
Tinggal pemuda itu yang berenang ke te pi
bersungut-s ungut. "Sialan!" katanya kepada diri
sendiri sambil memandang ke bekas tempat gadis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu tadi berdiri, lalu diapun berenang ke batu yang
tadi diduduki Cin Cin, naik dan duduk di situ.
Pakaian dan rambutnya basah kuyup. "Sial hari ini
berte mu dengan........bidadari cantik manis akan
tetapi galaknya seperti setan!"
Dia melepaskan tekukan rambutnya dan memeras air dari rambutnya, akan te tapi air itu
malah menyiram ke bajunya. "Huh, kepalang
basah!" katanya lagi dan diapun memandang ke
kanan kiri. Sunyi, ia menanggalkan pakaiannya
yang basah, juga sepatunya, memeras baju dan
celana, menuangkan air keluar sepatunya dan
merentangkan baju, celana dan sepatunya di atas
batu. De ngan bertelanjang bulat diapun kini mandi
sekalian sambil menanti pakaian dan sepatunya
te rtiup angin dan agak kering.
Dan dia menemukan kenyataan betapa segarnya
mandi di situ. Gadis itu benar.!
Memang menyenangkan sekali air di s itu. Dasarnya berbatu
dan berpasir, dan airnya cukup je rnih. Tempatnya
sunyi sepi. Setelah merasa agak dingin, dia berenang
kembali ke batu tadi, baik ke atas batu dan meraih
pakaian hendak dipakainya sambil berdiri di atas
batu, bertelanjang bulat. Tiba-tiba matanya melihat
sebuah buntalan di dekat semak-semak, dan
setumpuk pakaian. Gadis itu! Benar saja, te rdengar suara cekikikan tawanya dan tiba-tiba
gadis itu muncul di balik semak-semak.
Memang tadi Cin Cin sudah pergi, akan tetapi ia
te ringat bahwa buntalan dan pakaiannya yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kotor masih berada di balik se mak-semak, maka ia
kembali ke situ untuk mengambilnya. Kebetulan
ketika ia datang melihat pemuda yang tadi
dilemparkannya ke sungai kini berdiri bertelanjang
bulat di atas batu yang tadi, sehingga ia melihat
semuanya. Ia terbelalak, terkejut, terheran, akan
tetapi juga geli maka tertawalah ia.
"Heiii, engkau......?"" Pemuda itu melepaskan
bajunya dan menggunakan kedua tangan menutupi bawah pusarnya, mukanya menjadi
panas karena malu. "Jangan melihat aku!"
Gadis itu masih tertawa cekikikan, lalu mengambil buntalan dan pakaiannya, memandang
lagi kepada pemuda itu sambil tersenyum nakal.
"Siapa yang melihatmu" Aku datang kembali untuk
mengambil pakaianku yang te rtinggal, bukan
untuk mengintaimu. Akan te tapi kebetulan begini,
ini namanya adil, hutangmu lunas sudah! Hi-hihik, engkau ....jelek amat, seperti............monyet...
hi-hik!" Dan Cin Cin meloncat pergi bersama
pakaiannya. Pemuda itu menghela napas panjang. Ketika tadi
dia tergesa-gesa menggunakan kedua tangan
menutupi bawah pusar, dia melepaskan baju yang
dipegangnya dan baju itu te rjatuh ke air dan
hanyut. Entah di mana sekarang. Terpaksa dia
hanya mengenakan celana dan sepatunya saja, lalu
pergi dari situ tanpa memakai baju, mengomel
panjang pendek. "Huh, ia bilang adil. Padahal aku mengatakan ia
seperti bidadari dan ia sebaliknya menyebut aku
seperti monyet! Sialan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
-ooo0dw0ooo- Cin Cin berhenti di bawah sebatang pohon,
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membereskan pakaian yang tadi dipakai secara
te rgesa-gesa, menyanggul lagi rambutnya dan
dihias tusuk sanggul perak, mengambil kalung
mutiara yang indah dari buntalan pakaiannya,
memakai kalung itu, kemudian mengeluarkan pula
Koai-Liong-kiam (Pedang Naga Siluman) dari
buntalan dan menggantungkan pedang itu di
punggungnya, mengambil buntalan pakaian dan
menggendongnya pula, kemudian dengan cepat ia
melanjutkan perjalanannya ke sebuah dusun di
te pi sungai yang tadi di lihatnya dari jauh sinar
lampu-lampu dusun itu. Melihat sebuah rumah kecil sederhana di te pi
dusun dan seorang wanita setengah tua di depan
rumah, di atas bangku bambu, Cin Cin segera
menghampiri dan dengan sikap ramah dan sopan
ia bertanya. "Bibi, aku seorang pejalan yang
kemalaman di sini. Apakah engkau dapat menunjukkan te mpat di mana aku boleh menumpang untuk malam ini" Aku bersedia
membayar uang sewanya semalam."
Wanita itu berusia limapuluh tahun lebih akan
tetapi nampaknya sudah le bih tua, agak bongkok
dan je las ia miskin. "Nona mau membayar sewa"
Aih, nona, aku akan senang sekali engkau
menumpang di sini dan memberi sekedar uang
kepadaku.........aku amat membutuhkan itu......"
Cin Cin mengerutkan alisnya. Rumah itu hanya
gubuk kecil dan sederhana, te ntu bukan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merupakan te mpat yang enak untuk bermalam.
Akan te tapi, kalau wanita itu membutuhkan uang.
"Bibi, dengan siapa engkau tinggal di sini?"
Wajah itu nampak sedih sekali. Di bawah sinar
lampu gantung kecil, wajah itu nampak penuh
kerut merut. "Aku seorang janda, nona. Anakku
hanya seorang, laki-laki, akan tetapi put-hauw
(durhaka), sudah lima tahun pergi ke kota mencari
pekerjaan, sampai sekarang tidak pernah pulang,
tidak pernah memberi kabar. Aih, dasar nasibku
yang amat buruk....... "
Wajah Cin Cin berseri. "Engkau hanya tinggal
seorang diri di sini" Kalau begitu, aku suka
bermalam di sini. Jangan khawatir, aku akan
memberi uang sewa yang cukup banyak, bi bi."
Wanita itu menjadi gembira. "Aih, terima kasih,
nona. Silakan masuk. Biarpun je lek, rumah ini
kujaga bersih dan tempat tidur anakku juga selalu
kubersihkan walau tidak pernah dipakai. Siapa
tahu sekali waktu, pada saat yang baik, dia
pulang!" Cin Cin dan wanita itu memasuki rumah gubuk
dan benar seperti yang dikatakan nenek itu.
Biarpun kecil, dan jelek, akan tetapi dalam rumah
itu rapi dan bersih. Sebuah rumah dengan perabot
murahan namun te rawat dan bersih, jauh lebih
menyenangkan daripada perabot rumah mewah
dalam gedung besar yang tidak te rawat dan kotor.
Begitu memasuki rumah, Cin Cin merasa senang,
Gubuk itu memiliki dua buah kamar yang kecil
dan ia memperoleh kamar putera wanita itu, kamar
kecil namun te rawat dan bersih pula. Alas tempat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidur sudah ada tambalannya, akan te tapi bersih
sekali. Legalah hatinya dan dalam hati ia berjanji
besok pagi akan memberi uang yang le bih banyak
daripada uang sewa kamar hotel besar kepada
wanita itu. "Nah, di sinilah kamarmu, nona. Kalau mau
tinggal di sini berapa lamapun aku akan merasa
senang sekali, selain mendapatkan uang sekedarnya juga mendapatkan
te man dalam hidupku yang kesepian ini. Silakan beristirahat,
nona, aku akan membuatkan minuman te h
dan..........eh, makanan malam sekedarnya........ "
Melihat keraguan itu, Cin Cin segera mengeluarkan sepotong perak dan memberikannya
kepada wanita itu. "Bibi, ini untuk berbelanja
membeli hidangan makan malam, eh, kalau
ada........ aku ingin sekali makan daging ikan emas
kuning dan merah." Katanya, teringat akan dua
ekor ikan yang ditangkapnya dan yang tertinggal di
te pi sungai karena perjumpaannya dengan pemuda
pengintai itu. Dan ketika wanita itu pergi sambil
membungkuk-bungkuk senang menerima uangnya. Cin Cin tak dapat menahan kekeh
gelinya membayangkan kembali pemuda yang
berdiri di atas batu, bertelanjang bulat. Akan tetapi
tak lama kemudian, kekehnya te rpecahkan oleh
pikirannya. Aneh, bayangan pemuda itu selalu
te rbayang dan ia tidak mampu menggusirnya,
te rutama sekali pandang matanya yang begitu
tajam. Setelah makan hidangan nasi dan masak ikan
yang disuguhkan nyonya rumah, Cin Cin secara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
iseng bertanya, "Bibi, apakah engkau mengenal
seorang pangeran yang tinggal di sekitar le mbah
Huang-ho?" Wanita itu membelalakkan mata dan te rsenyum
geli sehingga nampak mulutnya yang ompong,
"Walah, engkau aneh sekali, nona! Aku ini hanya
seorang perempuan dusun yang bodoh dan miskin,
bagaimana mungkin mengenal seorang pangeran"
Wah, melihatpun belum pernah. Apakah nona
mengenal seorang pangeran" Pangeran sungguhan" Hebat sekali! Siapa namanya, nona?"
Cin Cin memang tidak mengharapkan mendapat
keterangan dari wanita itu. Ia tadipun bertanya
secara iseng saja. Siapa tahu wanita itu demikian
gembira mendengar pertanyaan te ntang pangeran.
Sambil lalu iapun menjawab tanpa mengharapkan
apa-apa. "Namanya Pangeran Cian Bu Ong." Ia
seperti menjawab kepada diri sendiri agar tidak
melupakan nama yang dipesan oleh gurunya itu. Ia
melanjutkan keterangan yang ia dengar dari
gurunya. seperti menghafal. "Orangnya gagah,
tinggi besar, mukanya kemerahan, usianya enampuluh lebih........"
"Ehhh" Nanti dulu nona. Di sini tidak pernah
ada pangeran, akan tetapi cung-cu ( kepala dusun )
kami. Cian-wangwe (hartawan Cian) mirip yang
kauceritakan itu. Tinggi besar, gagah, muka
kemerahan dan usianya enampuluh tahun lebih."
Tentu saja Cin Cin menjadi tertarik dan ia
mengamati wajah wanita itu penuh selidik.
"Hartawan Cian" Dari mana dia datang" Apakah
selama ini dia memang penduduk dusun ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, nona. Dia pendatang baru, kaya raya dan
dermawan. Kami semua suka kepadanya dan
menghor matinya, bahkan akupun sudah sering
menerima bantuan darinya. Karena itu kami
semua memilih dia menjadi kepala dusun. Dia she
Cian dan namanya......hemm, kalau tidak salah
Bu. Ya, Cian Bu.. , akan tetapi lebih terkenal
dengan sebutan Cian-wangwe (hartawan Cian) atau
Cian cungcu ( Lurah-Cian)."
"Cian Bu.........?"" Berdebar rasa jantung Cin
Cin. Besar sekali kemungkinannya. Mengapa
begitu kebetulan" Yang dicarinya pangeran Cian
Bu Ong dan di sini ia mendengar tentang lurah
Cian Bu yang keadaannya mirip pangeran yang
dicari. "Bagaimana keadaan keluarganya?" Ia
mencari tahu lebih lanjut karena timbul harapannya sekarang untuk menemukan musuh
besar gurunya. "Keluarganya amat baik, nona. Isterinya jauh
le bih muda, sekitar empatpuluh lima tahun lebih
sedikit, cantik jelita dan manis budi, pakaiannya
selalu serba hitam. Mereka mempunyai dua orang
anak yang te lah dewasa, seorang pemuda dan
adiknya, seorang gadis . Tampan dan cantik, juga
baik budi." "Engkau yakin benar lurah Cian Bu itu bukan
bekas pangeran?" tanya Cin Cin seperti kepada diri
sendiri. Tentang isteri dan anak-anak orang itu ia
tidak tertarik. "Bagaimana aku tahu, nona" Keluarga Cian itu
pindah ke dusun ini sebagai keluarga hartawan,
membangun rumah besar dan bersikap baik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada kami semua, suka menolong orang, baik
dengan barang ataupun dengan pengobatan.
Mereka pandai mengobati orang sakit."
Keterangan ini semakin menarik hati Cin Cin.
Besar kemungkinan keluarga itu ahli silat yang
pandai mengobati, hal itu tidak aneh. Dan kalau
orang she Cian itu memang ahli silat, maka
dugaannya semakin kuat bahwa dia adalah bekas
pengeran yang dicarinya. "Apakah mereka pandai
ilmu silat?" ia bertanya lagi.
"Ilmu silat" Mana aku tahu, nona" Puteranya
yang kami sebut Cian Kongcu (tuan muda Cian)
dan Cian Siocia (Nona muda Cian) kelihatan sehat
dan gagah, entah mereka bisa silat atau tidak, aku
idak tahu." Keterangan itu cukup bagi Cin Cin. "Di mana
rumah mereka, bibi?"
"Mudah sekali dicari. Di ujung dusun sebelah
barat ini, dan rumah mereka adalah satu-satunya
gedung bes ar yang berada di dusun ini."
Cin Cin tidak bertanya lagi. Ia membantu wanita
itu mencuci mangkok piring biarpun nyonya
rumah mencegahnya, lalu ia membersihkan mulut
dan memasuki kamar, merebahkan diri seperti
orang hendak tidur. Nyonya rumah itu yang
menyangka ia te ntu lelah, membiarkannya tidur
dan ia sendiripun memasuki kamarnya.
Tentu saja Cin Cin tidak tidur. Keterangan
wanita itu tentang lurah Cian Bu amat menarik
hatinya dan ia mengambil keputusan untuk
menyelidik. Kalau lurah itu bukan Pangeran Cian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bu Ong pun tidak mengapa, akan te tapi kalau
benar orang yang dicarinya, alangkah beruntungnya. Tak disangkanya akan demikian
mudahnya mencari orang yang oleh gurunya hanya
dikatakan tinggal di sekitar lembah Huang-ho.
Padahal lembah itu panjang dan luasnya tak
te rukur lagi. Apalagi hanya setahun, biar lima
tahunpun belun tentu ia akan mampu menemukan
orangnya! Wanita pemilik gubuk itu belum tidur ketika Cin
Cin keluar dari kamarnya. Ketika ia bertanya, Cin
Cin menjawab bahwa ia ingin berjalan-jalan
sebentar. Wanita itupun tidak bertanya lagi dan
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cin Cin keluar dari rumah kecil itu dan berjalanjalan di jalan dusun yang lumayan baiknya.
Agaknya dusun itu memang sebuah dusun yang
maju, mungkin berkat bimbingan kepala dusunnya
itu. Jalan-jalan di situ rata dan bersih, rumahrumahnya walaupun rumah dusun, seperti rumah
wanita yang ditumpanginya tadi, nampak bersih
pula, dengan ruangan yang te ratur. Memang
sesungguhnyalah, semua mahluk itu membutuhkan bimbingan seorang pemimpin. Masyarakat tanpa pemimpin akan menjadi kacau
balau, seperti juga segala kelompok binatang hutan
pasti mempunyai pemimpinnya. Bukankan Maha
Pencipta, Tuhan Yang Maha Kasih, juga sekaligus
menjadi Pemimpin Agung seluruh ciptaannyaa"
Dusun itu cukup besar, dengan lampu pene rangan sederhana di depan setiap rumah
sehingga jalan itu tidak gelap benar. Di langit
banyak bintang. Malam itu amat indah dengan
hawa udara yang sejuk. Tanah di lembah HuangTiraikasih Website http://kangzusi.com/
ho memang terkenal subur dan pohon-pohonan,
tanam-tanaman di dusun itu nampak subur pula.
Ada beberapa kedai minuman dan kedai penjual
segala macam keperluan sehari-hari yang masih
buka. Akan te tapi lalu lintas sudah sepi. Memang
di dusun kurang sekali adanya hiburan malam,
tontonan dan keramaian malam seperti di kota,
maka penduduk dusun jarang yang bergadang di
luar rumah. Seperti yang dite rangkan pemilik gubuk tadi,
mudah saja mencari rumah lurah Cian tanpa
bertanya-tanya. Setelah menyusuri jalan ke barat
dan tiba di ujung dusun, nampaklah sebuah
gedung. Kalau di kota, gedung itu termasuk sedang
saja, akan tetapi di dusun itu nampak megah dan
mewah. Tidak baik mengganggu kedamaian dusun
ini, pikir Cin Cin. Bagaimana kalau lurah itu
bukan pangeran yang dicarinya" Melihat betapa
pene rangan di depan gedung itu masih te rang, dan
ada seorang gadis nampak duduk seorang diri di
situ, Cin Cin mengambil keputusan untuk berkunjung secara baik-baik saja. Kalau kemudian
ia bertemu muka dengan lurah Cian dan mendapat
keterangan bahwa benar dia orang yang dicarinya,
baru dia akan turun tangan membunuhnya seperti
pesan gurunya. Kalau te rnyata bukan pangeran
yang dicarinya, kunjungannya te ntu tidak akan
mendatangkan keributan dan gangguan.
Ketika Cin Cin memasuki pekarangan yang juga
menjadi taman bunga yang indah dan sunyi itu,
gadis yang duduk melamun di atas kursi, di ruang
depan, mengangkat muka dan segera bangkit
berdiri ketika melihat ada orang memasuki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pekarangan. Setelah berdiri, nampak oleh Cin Cin
betapa gadis itu memiliki tubuh yang ramping
padat, dan wajahnya manis sekali. Cara ia bangkit
dari te mpat duduknya dan berdiri menunjukkan
bahwa gadis itu memiliki gerakan yang gesit dan
berte naga, mungkin bukan ahli silat lihai, akan
tetapi setidaknya bukan seorang gadis yang lemah,
pikir Cin Cin yang memandang penuh perhatian.
Gadis itu adalah Cian Kui Eng. Ia sedang duduk
melamun, memikirkan ulah suhengnya yang
tadinya ia anggap sebagai kakak kandungnya itu.
Biarpun kini ia tahu bahwa kakaknya, Thian Ki,
bukan kakak kandung, bahkan bukan kakak tiri,
dan le bih tepat disebut suheng (kakak seperguruan), namun karena sejak kecil ia sudah
menyebut koko (kakak), maka sampai sekarangpun
ia masih menyebutnya koko. Sore tadi ulah
kakaknya itu amat aneh. Dia pulang hanya
memakai celana dan sepatu tanpa baju! De ngan
bertelanjang dada Thian Ki pulang sambil menenteng dua ekor ikan emas kuning dan merah
yang gemuk.! Tentu saja ia dan ibunya, atau le bih te pat lagi
ibu tirinya yang menyambut kedatangan Thian Ki
itu menjadi te rheran-heran dan bertanya kenapa
pemuda itu pulang berte lanjang dada dan
membawa dua ekor ikan. Dan jawaban kakaknya
membuat ia te tap merasa aneh sampai sekarang.
Kakaknya menjawab, dengan muka menunduk dan
tidak lancar bahwa kakaknya melihat dua ekor
ikan itu, lalu membuka baju, te rjun dan
menangkap dua ekor ikan itu. Akan te tapi ketika
dia mengejar dua ekor ikan itu, bajunya terbawa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
angin, jatuh ke air sungai dan hanyut tanpa dia
ketahui. Jawaban yang dianggapnya janggal karena
selamanya belum pernah Thian Ki mengejar-ngejar
ikan sampai te rjun ke sungai! Dan cara kakaknya
menjawab juga tidak lancar, seperti
orang berbohong, padahal kakaknya tidak pernah membohong.! Ibunya bersikap tidak curiga bahkan te rtawa
geli, akan tetapi senang melihat dua ekor ikan yang
gemuk itu, yang segera dibawa ibunya ke dapur.
Dan tadi kakaknya menyusul ayahnya yang pergi
ke dusun lain untuk mengadakan rapat mengenai
para nelayan sungai dengan kepala-kepala dusun
yang lain, dan sampai sekarang belum pulang. Ia
menanti mereka di serambi depan sambil duduk
melamun ketika muncul seorang gadis memasuki
pekarangan rumahnya. Kui Eng mengerutkan alisnya ketika melihat
bahwa gadis cantik yang menghampirinya itu
membawa pedang di punggungnya. Jelas gadis ini
bukan gadis dusun, dan melihat pedang itu, tentu
ia seorang wanita kang-ouw, pikirnya. Hal ini
sesungguhnya tidak te rlalu aneh baginya, mengingat bahwa ayahnya dan ibunya adalah
orang-orang yang pandai ilmu silat, seperti juga ia
sendiri dan kakaknya. Akan te tapi mengapa tamu
ini datang malam-malam"
"Selamat malam, apakah engkau ini yang
disebut Cian Siocia?" tamu itu bertanya. Melihat
sikap tamunya yang terbuka dan ramah, lenyap
perasaan tidak senang dari hati Kui Eng. Gadis ini
juga memiliki watak yang lincah jenaka dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
te rbuka, walaupun ia juga tabah, berani dan
kadang galak. "Benar, aku Cian Kui Eng. Enci siapa dan apa
keperluanmu berkunjung ke rumah kami?"
He mm, gadis ini tidak kampungan, pikir Cin Cin.
Terbuka dan jujur, dan sama sekali tidak pemalu.
Lebih pantas seorang gadis kangouw! Tebal
dugaannya bahwa ia datang ke alamat tepat. I apun
menjawab sejujurnya. "Orang memanggil aku Cin Cin, dan aku datang
ke sini untuk mencari ayahmu. Bukankah dia she
Cian?" "Tentu saja dia she Cian. Engkau tahu aku
disebut Cian Siocia (nona muda Cian), siapa lagi
she (nama keturunan) ayahku kalau bukan Cian.
Mau apa sih engkau malam-malam begini datang
mencari ayah?" He mm, ia mulai curiga dan mulai kasar, pikir
Cin Cin, hatinya juga mulai panas. Kalau betul
ayah gadis ini musuh besar gurunya, berarti gadis
inipun boleh dianggap musuh!
"Kedatanganku ini ada urusan penting dengan
ayahmu dan tidak dapat kukatakan kepada orang
lain biar engkau ini pute rinya sekalipun. Bukankah nama ayahmu Cian Bu......?"
"Benar, ayahku lurah di dusun ini!" jawab Kui
Eng agak ketus karena sang tamu tidak mau
memberitahukan keperluannya datang berkunjung. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan dia dahulu seorang pangeran bernama
Cian Bu Ong bukan?" tanya Cin Cin tiba-tiba dan
dengan pandang mata menusuk penuh selidik.
Kembali Kui Eng mengerutkan alisnya. Ayah
ibunya sudah berulang kali melarang ia bicara
te ntang ayahnya sebagai Pangeran Cian Bu Ong,
karena hal itu berbahaya sekali, dapat membuat
ayahnya ditangkap oleh pemerintah sebagai
seorang buronan atau bekas pemberontak!
"Hai, Cin Cin, apa perlunya engkau bertanyatanya tentang keadaan ayahku" Dia boleh jadi ini
atau itu, apa hubungannya denganmu dan engkau
mau apa" Ayahku adalah ayahku, lurah dusun ini
dan engkau atau siapa saja tidak berhak untuk
bertanya-tanya tentang urusan pribadinya.! Mau
apa engkau sebenarnya?" kini Kui Eng bertolak
pinggang, matanya melotot.
"Nona Cian yang manis , kalau ayahmu itu benar
Pangeran Cian Bu Ong, aku datang untuk
membunuhnya!" kata Cin Cin,
tidak kalah bengisnya. "Heii! Enak saja engkau membuka mulutmu
yang lancang.! Apa kaukira setelah engkau
membawa-bawa pedang, engkau dapat menakutnakuti aku seperti anak kecil saja" Baik ayahku
seorang lurah, pangeran atau raja sekalipun,
engkau tidak patut mengancamnya seperti itu.
Mungkin engkau seorang gila. Pergi dari sini atau
aku akan menampar mulutmu biar rontok semua
gigimu!" Cin Cin adalah seorang wanita yang keras hati.
Mendengar ucapan ini, te ntu saja perutnya terasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
panas. "Cian Kui Eng, sombong amat engkau.
Engkau tidak tahu berhadapan dengan siapa!"
"Engkau yang sombong! Engkaupun tidak tahu
nonamu ini orang macam apa! Habis kau mau
apa?" bentak Kui Eng.
"Engkau juga mau apa kalau aku akan
membunuh Pangeran Cian Bu Ong?"
"Kau mau membunuh pangeran atau raja bukan
urusanku, akan te tapi kalau engkau menghina
ayahku, engkau akan mampus di tanganku."
"Heh-heh, nona cilik, hendak kulihat bagaimana
engkau akan membikin aku mampus!" tantang Cin
Cin. Kui Eng menggerakkan kakinya dan tu buhnya
meluncur ke depan Cin Cin. Kini kedua orang itu
saling berhadapan dalam jarak dua mete r, saling
melotot dengan muka merah dan dari hidung
mereka mengembus uap panas. "Pergi kau, kalau
tidak, terpaksa aku akan memukulmu!"
"Jangan banyak mulut, pukullah kalau berani!"
tantang Cin Cin. "Sombong, lihat pukulanku!" Kui Eng memberi
peringatan dan iapun maju menyerang dengan
tamparan tangan kiri. Tangan itu menyambar
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cepat dan kuat sekali ke arah muka Cin Cin.
Melihat betapa tamparan itu membawa angin
pukulan yang dahsyat, maklumlah bahwa ia
menghadapi seorang lawan yang tidak boleh
dipandang ringan, Cin Cin cepat menarik tubuh ke
belakang sehingga tamparaan itu mengenai angin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kosong. Akan tetapi kaki kanan Kui Eng sudah
menyambar pula dengan tendangan maut ke arah
perutnya! "Hemm, ganas juga engkau!" seru Cin Cin dan
iapun terpaksa meloncat ke samping untuk
menghindarkan diri dari tendangan itu. Iapun
segera membalas, melangkah maju sambil mendorong ke arah dada lawan. Akan tetapi,
te rnyata lawannya itu memiliki gerakan yang tidak
kalah gesitnya, sehingga dorongannya itupun
hanya mengenai angin kosong. Kembali Kui Eng
sudah menyerang dari samping sebagai balasan,
tangannya mencengkeram ke arah pundak kiri Cin
Cin. Karena ingin menguji tenaga lawan, Cin Cin
memutar le ngan menangkis sambil mengerahkan
te naga saktinya. "Dukkk!" Dua buah le ngan yang kecil mungil
berkulit halus, namun yang keduanya mengandung te naga dalam yang amat kuat itu
berte mu dan keduanya terpental ke belakang!
Mereka saling pandang dengan mata te rbelalak,
karena kini keduanya menyadari bahwa lawan
benar-benar tangguh dan mereka memiliki tenaga
sin-kang yang seimbang! Kembali mereka saling hantam dan saling
te ndang bagaikan dua ekor singa betina mengamuk. Sebetulnya, kalau dibuat perbandingan, Cin Cin masih lebih menang
setingkat. Biarpun keduanya digemble ng oleh guru
yang sakti, namun ketika kecilnya, Kui Eng yang
merasa menjadi puteri pangeran, agak manja dan
kadang malas berlatih. Berbeda dengan Cin Cin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang mengandung sakit hati karena kehancuran
keluarganya, ia berlatih dengan tekun sekali untuk
dapat membalas dendamnya.
Akan te tapi, menghadapi Kui Eng, Cin Cin tidak
mau menghabis kan seluruh tenaga dan kepandaiannya. Ia tidak ingin membunuh Kui Eng,
karena belum mengetahui dengan pasti apakah ia
berada di te mpat musuh besar gurunya ataukah
tidak. I a belum yakin benar apakah ayah lawannya
ini Pangeran Cian Bu Ong atau hanya seorang
lurah kaya yang bernama Cian Bu saja. Sebaliknya, melihat orang mengancam ayahnya,
Kui Eng menjadi marah sekali dan ia mengerahkan
seluruh kepandaian dan te naganya sehingga
keadaan mereka menjadi berimbang.
Biarpun demikian, karena memang kalah tingkat. setelah lewat tigapuluh jurus, mulailah Kui
Eng te rdesak mundur. Pada saat itu, dari dalam
rumah bermunculan para pembantu rumah tangga
dan mereka segera lari ke dalam untuk melapor
kepada nyonya majikan mereka.
Sim Lan Ci berlari keluar sambil membawa
pedangnya, yaitu pedang Cui-mo Hek-kiam (Pedang
Hitam Pemburu Iblis)! Melihat puterinya te rdesak
oleh seorang gadis cantik lain yang memiliki
serangan ganas dan kuat, ia terkejut. Kepandaian
pute rinya sudah hebat, dan jarang ada orang
mampu menandinginya, akan tetapi kini ia melihat
jelas betapa pute ri tirinya itu te rdesak oleh
lawannya. "Tahan dulu, hentikan perkelahian ini!" te riaknya sambil meloncat ke depan dan melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pute rinya terancam sebuah tamparan lawan, iapun
menangkis tamparan itu. "Plak!" Keduanya terkejut karena keduanya
merasa betapa lengan te rgetar hebat. Mengertilah
Sim Lan Ci mengapa pute rinya te rdesak. Gadis ini
memang lihai sekali dan merupakan seorang lawan
tangguh. Di lain pihak, melihat bayangan berkelebat dan seorang wanita setengah tua cantik
jelita menangkis tamparannya membuat lengannya
te rgetar hebat, Cin Cin juga meloncat ke belakang
dan memandang penuh perhatian. Ia sudah
mendengar keterangan dari pemilik rumah yang
ditumpangi bahwa lurah Cian Bu memiliki seorang
isteri cantik yang selalu berpakaian hitam. Iapun
dapat menduga bahwa te ntu wanita ini isteri sang
lurah dan ibu dari gadis ramping yang menjadi
lawannya tadi. Makin kuat dugaannya bahwa ia
tidak tiba di alamat yang keliru. Pasti mereka ini
keluarga Pangeran Cian Bu Ong karena gurunya
memesan agar ia berhati-hati karena Pangeran
Cian Bu Ong memiliki ilmu kepandaian tinggi. Dan
te rnyata keluarganya, isteri dan puterinya, juga
amat lihai. Akan te tapi, melihat wajah wanita
berpakaian serba hitam itu, ia te rte gun. I a merasa
mengenal wanita ini! Ya, ia mengenalnya dengan baik karena wanita
ini dan suaminya dan pute ranya menjadi tamu
yang amat menarik perhatian dan yang disambut
dengan meriah oleh seluruh keluarga He k-houwpang! De ngan melongo Cin Cin mengamati nyonya
berpakaian hitam itu, mengingat-ingat. Tak salah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lagi pikirnya. Wanita ini adalah bibinya sendiri,
isteri dari pamannya yang bernama Coa Siang Lee,
saudara sepupu ibunya sendiri yang bernama Coa
Liu Hwa. Dan ia ingat benar bahwa wanita ini
bernama Sim Lan Ci, dan pute ra mereka bernama
Coa Thian Ki. Akan tetapi....kenapa ia berada di
sini dan menjadi keluarga lurah Cian Bu atau
mungkin Pangeran Cian Bu Ong" Di lain pihak,
Sim Lan Ci juga mengingat-ingat karena merasa
sudah mengenal gadis itu, akan tetapi lupa di
mana dan kapan. Hanya wajah gadis cantik itu
adalah wajah yang tidak asing baginya.
"Nona, kenapa engkau menyerang pute riku" Kui
Eng, kenapa engkau berkelahi dengan nona ini?"
tanya Sim Lan Ci kepada mereka berdua.
"I bu, Iblis betina ini datang menghina ayah! Ia
hendak membunuh ayah!" teriak Kui Eng marah
sekali. Tentu saja Sim Lan Ci menjadi terkejut bukan
main. Sebagai seorang wanita yang banyak
pengalamannya di dunia kangouw, iapun dapat
menduga bahwa te ntu gadis ini mempunyai alasan
yang kuat maka berani datang untuk membunuh
suaminya! Dan alasan itu pasti ada hubungannya
dengan pangeran Cian Bu Ong, karena selama
menjadi lurah Cian Bu, suaminya tidak mempunyai musuh besar. "Nona, kenapa nona hendak membunuh suamiku, lurah Cian Bu di dusun ini?" ia bertanya,
sengaja menekankan kepada sebutan lurah.
"Lurah.......?" kata Cin Cin meragu. "Nyonya, aku
datang bukan hendak membunuh lurah Cian Bu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atau siapapun, melainkan hendak bertanya apakah
lurah Cian Bu itu Pangeran Cian Bu Ong. Kalau
dia Pangeran Cian Bu Ong. aku akan membunuhnya dan siapapun ju ga tidak dapat
menghalangiku!" Sim Lan Ci memandang dengan mata te rbelalak.
Akan te tapi ia dapat menguasai guncangan dan
debaran jantungnya dan bersikap te nang. "Nona,
siapakah engkau sebenarnya?" Ia mengamati wajah
itu. "Aku seperti pernah mengenalmu."
"Aku juga. Bibi mirip benar dengan seorang
wanita yang kukenal baik, sama wajah, pakaian
dan suaranya, seperti Bibi Sim Lan Ci."
Wajah Sim Lan Ci berubah pucat. "Jadi kau.. ..
siapakah kau......."
"I bu, namanya Cin Cin," kata Kui Eng cepat.
"Cin Cin......" Engkau pute ri ketua He k-houpang" Engkau.......Kam Cin?"
"Benar! Aih, tidak kusangka dapat berte mu
dengan bibi di sini. Akan tetapi aku menghadapi
urusan genting, bibi. Tolonglah bibi beritahu
sebenarnya siapa lurah Cian Bu itu. Benarkah dia
Pangeran Cian Bu Ong?" tanya Cin Cin dan
matanya mencorong, menatap tajam wajah wanita
itu penuh selidik. "Tapi kenapa......?" Ucapan Sim Lan Ci ini
dipotong suara lain. "Apakah yang te rjadi di sini" Siapakah ia ini
dan.......ohhh.......!" Pemuda itu terkejut ketika Cin
Cin menoleh dan memandang kepadanya. Gadis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang dilihatnya berte lanjang bulat di te pi sungai
itu! Cin Cin tersenyum mengejek ketika melihat
Thian Ki. "Hemm, kiranya engkau monyet jelek
berada di sini pula. Mau apa kau mencampuri
urusan kami!" "Koko, ia datang hendak membunuh ayah!"
te riak Kui Eng. "Ehhnh.......?" Thian Ki terkejut sekali.
"Thian Ki, nona ini adalah Kam Cin puteri ketua
He k-houw-pang, saudara misanmu sendiri!" kata
Sim Lan Ci. "Cin Cin..........?""
"Thian Ki.........?"" Teriakan Thian Ki dan Cin Cin
hampir berbareng dan mereka saling pandang, lalu
perlahan-lahan muka keduanya berubah kemerahan karena mereka te ringat betapa mereka
pernah saling melihat dalam keadaan telanjang
bulat, teringat akan peristiwa di tepi Huang-ho.
"Cin Cin, engkau tidak bole h membunuh ayah!"
"Ayah" Bukankah ayahmu, paman Coa Siang
Lee, telah tewas ketika He k-houw-pang diserbu
gerombolan?" "Yang
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kumaksudkan......dia..........
ayah tiriku..........." kata Thian Ki, mukanya merah. Cin
Cin mengerutkan alisnya dan menoleh, memandang kepada Sim Lan Ci yang menundukkan muka. Peristiwa ini sama sekali tak
pernah disangkanya datangnya begitu tiba-tiba dan
ia dihadapkan kepada kenangan masa lalu!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Cin mengangguk-angguk dan senyumnya
sinis. "Hemm, mengerti aku sekarang. Kiranya
setelah ditinggal mati paman Coa Siang Lee, bibi
Sim Lan Ci te lah menikah lagi dengan.........lurah
Cian Bu......atau Pangeran Cian Bu Ong si
pemberontak?" "Cin Cin.....!" teriak Thian Ki, sedih melihat
ibunya dicaci. "I blis betina busuk!" bentak Kui Eng marah. Cin
Cin menoleh kepada Thian Ki. "Engkau hendak
membela ayah tirimu" Kalau begitu, benar
makianku bahwa engkau monyet buruk. Majulah!"
Dan Cin Cin sudah memasang kuda-kuda. siap
menghadapi pengeroyokan tiga orang itu.
"Tahan........!" terdengar bentakan dan suara ini
demikian berpengaruh sehingga mengejutkan hati
Cin Cin. Gadis itu cepat melangkah mundur lalu
menghadapi orang yang datang dari sebelah
kanannya. Dan dia melihat seorang laki-laki tinggi
besar, berjenggot panjang rapi, berwajah merah
dan usianya te ntu mendekati tujuhpuluh tahun,
namun masih nampak gagah perkasa dan kokoh
seperti batu karang. Tidak ragu lagi hatinya bahwa
dia te ntu berhadapan dengan Pangeran Cian Bu
Ong, karena laki-laki ini di waktu mudanya
te ntulah ganteng dan gagah perkasa sehingga tidak
mengherankan kalau gurunya jatuh cinta. Tidak
mungkin ada seorang lurah memiliki wibawa
seperti ini. -ooo0dw0ooo- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 18 "Nona, aku sudah mendengar bahwa engkau
mencari Pangeran Cian Bu Ong untuk membunuhnya. Nah katakan, kenapa engkau
hendak membunuh Pangeran Cian Bu Ong, apa
kesalahannya kepadamu?"
Cin Cin menatap tajam wajah yang jantan itu
dan bertanya. "Apakah engkau Pangeran Cian Bu
Ong?" Pangeran Cian Bu Ong tersenyum. "Aku bukan
seorang pengecut. Kalau aku menyembunyikan
nama dari umum, hal itu hanya agar keluargaku
dapat hidup dengan te nteram. Akan tetapi kalau
ada yang memusuhiku secara pribadi, aku tidak
akan lari bersembunyi atau mengelak. Aku
memang bekas Pangeran Cian Bu Ong. Nah,
katakan kenapa engkau hendak membunuhku.!"
Cin Cin melepaskan kalung mutiara dari
le hernya, lalu melemparkan kalung itu ke arah
Cian Bu Ong sambil berseru. "Cian Bu Ong, lihat
benda ini dan engkau akan tahu mengapa aku
hendak membunuhmu!" Tentu saja ia menyambitkan kalung itu dengan pengerahan
te naga sin-kang sehingga yang nampak hanya
sinar putih berkilau menyambar ke arah muka pria
tua itu. Namun, dengan te nang saja Cian Bu Ong
menyambut benda itu, walaupun di dalam hatinya
diam-diam dia terkejut mendapat kenyataan betapa kuatnya sambitan ketika benda itu
disambutnya. Dan ketika dia melihat benda itu,
sebuah untaian kalung dari mutiara yang besarbesar dan indah, matanya terbelalak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sui Lan.........!" gumamnya seperti dalam mimpi
dan te rbayanglah semua pengalaman hidupnya di
waktu dia masih muda. Dia pernah bertemu de
ngan seorang gadis yang mendatangkan rasa
kagum dalam hatinya, bukan hanya oleh kecantikannya yang luar biasa, akan te tapi juga
karena gadis itu memiliki ilmu kepandaian silat
yang cukup tinggi disamping ilmunya bermain
dalam air. Gadis itupun kagum kepadanya dan
mereka saling jatuh cinta. Demikian besar cinta
gadis itu kepadanya sehingga gadis itu menyelam
ke dalam lautan yang berbahaya, mengumpulkan
banyak mutiara pilihan dan membuat kalung dari
untaian mutiara yang amat berharga, lalu memberikan kalung itu kepadanya sebagai tanda
cinta! De mikian te rharu hatinya oleh hadiah ini
sehingga dia pernah mengatakan bahwa dia akan
menghargai kalung itu seperti nyawanya sendiri.
Mereka saling jatuh cinta, bahkan gadis yang
bernama Bhok Sui Lan itu sudah menyerahkan diri
kepadanya. Hal ini saja sebetulnya sudah mendatangkan sedikit kekecewaan di dalam hatinya. Betapa mudahnya Sui Lan menyerahkan
diri kepadanya, walaupun hal itu dianggapnya
sebagai pernyataan cinta kasih yang tulus. Mereka
memang sudah bersepakat untuk menikah. Akan
tetapi kemudian dia mendengar bahwa Bhok Sui
Lan adalah s eorang gadis kang-ouw yang termasuk
golongan sesat, atau golongan hitam. Gadis itu
datang dari keluarga para tokoh sesat yang
te rkenal, dari golongan manusia yang berwatak
iblis. Tidak pernah mau mengenal peraturan dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selalu mendatangkan kekacauan dengan perbuatan mereka yang te ramat keji dan jahat. Hal
ini membuat dia memaksa hatinya yang mencinta
untuk meninggalkan dan melupakan Sui Lan dan
diapun menikah dengan gadis lain. Dia adalah
seorang pangeran yang bercita-cita tinggi, kalau
mungkin dapat menggantikan kedudukan kaisar.
Bagaimana mungkin seorang calon kaisar menikah
dengan seorang gadis golongan sesat yang jahat"
Hal itu tentu akan mencemarkan seluruh nama
keluarga Kerajaan Sui! Dia mengembalikan kalung mutiara itu kepada
Sui Lan, kemudian meninggalkan gadis itu dan
diapun tidak takut menghadapi Sui Lan walaupun
gadis itu lihai karena tingkat kepandaiannya le bih
tinggi. Pula dia seorang pangeran yang memiliki
banyak jagoan dan banyak pengawal sehingga
gadis itu sama sekali tidak akan mampu berbuat
sesuatu untuk mengganggunya. Dia sudah hampir
melupakan Sui Lan karena hal itu sudah terjadi
puluhan tahun yang lalu. Dan hari ini, tiba-tiba
saja seorang gadis datang mengembalikan kalung
itu kepadanya dan mengatakan hendak membunuhnya! Dia mengamati kalung itu, menyebut nama bekas kekasihnya dan mengangkat muka lagi memandang kepada Cin
Cin, gadis itu te rsenyum mengejek.
"Nona, apa hubunganmu dengan Sui Lan"
Bukan Bhok Sui Lan sekarang telah terkenal
dengan julukan Tung-hai Mo-li (Iblis Betina Lautan
Timur )?" tanyanya, suaranya masih te nang
walaupun hatinya terasa te gang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus kalau engkau masih ingat nama subo
Bhok Sui Lan! Aku adalah muridnya dan ia
mengutusku untuk menukar kalung itu dengan
nyawamu." Mendengar ini, Kui Eng membentak, "Perempuan
iblis, siapa takut padamu" Ibu, koko, mari kita
basmi siluman jahat ini!"
Akan te tapi Cian Bu Ong mengangkat tangan
atas. "Kalian tidak boleh mencampuri. Ini adalah
urusan pribadiku, urusan ketika aku masih muda
dan kalian belum ada bersamaku."
Mendengar ucapan bekas pangeran itu, Sim Lan
Ci, Thian Ki dan Kui Eng tidak berani bicara lagi,
hanya menjadi penonton yang berhati tegang. Cian
Bu Ong lalu berkata kepada Cin Cin, suaranya
berwibawa. "Nona, aku memang ada urusan dengan
gurumu. Kalau ia mendendam kepadaku kenapa
bukan ia sendiri yang datang membuat perhitungan denganku di sini" Kenapa harus
engkau, seorang gadis muda yang mencari
keributan di sini?" "Cian Bu Ong, hal itu adalah urusan antara
kami guru dan murid. Aku mewakili subo untuk
membalas dendam ini. Aku bukan orang yang suka
cari keributan dan tidak suka membuat kekacauan. Juga aku bukan seorang yang curang.
Kalau engkau tidak menghendaki keributan di
dusunmu ini, dan agar engkau dapat bersiap-siap
menghadapiku , biarlah kuberi waktu sampai
besok sore. Setelah matahari condong ke barat,
aku menantimu untuk membuat perhitungan di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
luar dusun sebelah barat di te pi sungai. Nah,
selamat malam!" Setelah berkata demikian, Cin Cin
membalikkan tubuhnya meninggalkan pekarangan
itu dengan langkah gagah.
Kui Eng yang merasa penasaran sudah melangkah maju hendak mengejar, akan te tapi
le ngannya dipegang oleh ayahnya. "Jangan kejar,
biarkan ia pergi." Sim Lan Ci yang sejak tadi hanya menjadi
penonton dan pendengar, mengerutkan alisnya dan
kini iapun bertanya kepada suaminya. "Sebenarnya
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
siapa sih itu Tung-hai Mo li Bhok Sui Lan dan
mengapa ia mengirim muridnya untuk menukar
kalung mutiara itu dengan nyawamu?"
Lurah Cian Bu atau bekas Pangeran Cian Bu
Ong itu menghela napas panjang. Sambil mempermainkan kalung mutiara
itu diapun berkata, "Mari kita masuk ke dalam dan akan
kuceritakan semua kepada kalian, agar kalian tahu
apa yang te lah terjadi dan mengapa hari ini terjadi
peristiwa yang membuat kalian semua merasa
heran dan penasaran itu."
Mereka berempat masuk ke dalam rumah dan di
ruangan dalam, duduk mengelilingi meja besar,
bekas pangeran itu menceritakan riwayatnya
dengan Bhok Sui Lan. Sebagai penutup ceritanya
dia berkata, "Me mang tadinya kami
saling mencinta, bahkan kami sudah bersepakat untuk
menikah. Akan te tapi setelah aku tahu latar
belakang kehidupannya, bagaimana mungkin aku
yang ketika itu seorang Pangeran yang mendambakan kedudukan sebagai kaisar dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menikah dengan seorang gadis dari keluarga para
tokoh sesat yang amat jahat dan yang namanya
sudah te rcemar" Aku mengembalikan kalung
pemberiannya ini dan mengucapkan selamat
berpisah. Tidak kusangka selama ini ia menyimpan
dendam padaku." Karena urusan cinta gagal itu terjadi ketika
suaminya masih muda dahulu, jauh sebelum
berte mu dengannya, maka Sim Lan Ci juga tidak
merasa te rsinggung. Ia hanya ikut menyesal dan
bertanya, "Kalau memang ia mendendam, kenapa
tidak sejak dahulu ia membalas dendamnya
kepadamu?" Cian Bu te rsenyum. "Tentu saja ia tidak berani.
Selain ketika itu ilmunya tidak akan menang
melawanku, juga sebaqai pangeran te ntu saja aku
mempunyai banyak pengawal yang pandai."
"Tapi sekarang?" tanya isterinya.
Cian Bu menghela napas panjang. "Entahlah,
tetapi melihat gerakan gadis tadi, jelas kini Tunghai Mo-li te ntu telah memperdalam kepandaiannya. Tadi kulihat engkau dan Thian Ki
seperti telah mengenalnya, benarkah?"
"Benar, kami mengenalnya. Ia bernama Kam Cin
dan biasa dipanggil Cin Cin. Ia puteri ketua Hekhouw-pang yang te was pula ketika terjadi penyerbuan malam itu......." Sim Lan Ci teringat
akan keterlibatan suaminya dalam penyerbuan itu
dan menahan ucapannya. "Tapi kenapa tiba-tiba ia muncul sebagai murid
Tung-hai Mo-li?" tanya Cian Bu sambil Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengerutkan alisnya yang te bal. Bagaimanapun
juga, ayah gadis itu, ketua Hek-houw-pang, te was
oleh lima orang anak buahnya. Kalau gadis itu
mengetahuinya, bukan untuk subonya saja ia
datang hendak membunuhnya, juga te ntu untuk
membalas kematian ayahnya!
"Kami juga tidak mengerti. Ketika aku kembali
ke dusun Ta-bun-cung dulu itu, kami mendengar
bahwa Cin Cin diantar oleh susioknya (paman
gurunya) untuk menjadi murid Huang-ho Sin-liong
(Naga Sakti Sungai Kuning) Si Han Beng. Entah
bagaimana kini tiba-tiba saja ia muncul sebagai
murid Tung-hai Mo-li."
Bekas pangeran itu mengangguk-angguk dan
meraba dagunya yang ditumbuhi je nggot yang
te rawat rapi. Kalau gadis itu murid Huang-ho Sinliong tidak aneh kalau ia lihai sekali. Akan te tapi ia
mengakui Tung-hai Mo-li sebagai gurunya.
"Bagaimanapun juga, aku melihat bahwa gadis
itu memiliki watak yang gagah. Buktinya, ia
memberi waktu kepadaku untuk bersiap sampai
besok sore." "Engkau hendak menandinginya?" tanya isterinya khawatir. "Engkau khawatir aku kalah?"
Sim Lan Ci menggeleng kepala. Ia maklum akan
kemampuan suaminya dan ia tadi sudah melihat
kelihaian Cin Cin. Bagaimanapun juga, sukar
dapat dipercaya kalau gadis itu akan mampu
mengalahkan suaminya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku justeru khawatir engkau membunuhnya
hingga permusuhan akan menjadi semakin parah
padahal, biarpun agak jauh, te tap saja ia masih
keponakanku dan saudara misan Thian Ki."
Cian Bu te rsenyum. "Engkau kira aku ini orang
macam apa hendak membunuh seorang gadis
muda yang menjadi lawanku" Jangan khawatir,
aku tidak akan mencelakainya. Kalau memang Sui
Lan hendak membalas dendam kepadaku, ia harus
datang sendiri. Tidak menyuruh orang lain."
Diam-diam bekas pangeran ini merasa terharu
karena dia mengenal betul watak Sui Lan. Wanita
itu bukan seorang penakut, bahkan sangat
pemberani. Kalau ia mengutus muridnya, hal itu
pasti bukan karena ia takut maju sendiri. Satusatunya sebab yang dapat menyebabkan Sui Lan
tidak datang sendiri adalah bahwa ia masih
mencintanya! Sui Lan agaknya tidak pernah
melupakannya, menaruh dendam akan tetapi tidak
mau turun tangan sendiri karena agaknya yakin
bahwa kalau berhadapan muka, Sui Lan tidak
akan te ga mencelakainya karena masih mencintanya. Kalam itu, Cian Bu tidur nyenyak, sedikitpun
agaknya tidak memikirkan te ntang tantangan Cin
Cin untuk membuat perhitungan besok sore. Akan
tetapi sebaliknya, Sim Lan Ci dan Thian Ki tidak
dapat tidur, merasa gelisah membayangkan apa
yang akan te rjadi esok. Ketika malam itu Sim Lan Ci menyelinap dari
dari dalam kamarnya, meninggalkan suaminya
yang sedang tidur nyenyak, ia mendapatkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pute ranya duduk te rmenung seorang diri di
ruangan belakang. Melihat ibunya. Thian Ki segera
menyambut dengan pertanyaan, "Kenapa ibu
belum tidur?" "Kulihat engkaupun belum tidur masih melamun
di sini, Thian Ki. Agaknya pikiran kita sama.
Engkau juga memikirkan Cin Cin, bukan?"
"Benar, ibu. Aku khawatir sekali membayangkan
apa yang akan te rjadi besok sore." "Thian Ki, tadi
agaknya Cin Cin te lah mengenalmu. Mengapa ia
memakimu sebagai monyet jelek?"
Wajah Thian Ki berubah kemerahan. Tentu saja
dia merasa malu untuk menceritakan peristiwa itu
kepada ibunya, dan dia tidak tahu harus menjawab
bagaimana s ehingga dia menunduk saja.
"Thian Ki, apakah ada kaitannya dengan ketika
engkau pulang bertelanjang dada membawa dua
ekor ikan itu?" Thian Ki mengeluh dalam hatinya. Ibunya
adalah seorang wanita yang cerdik sekali, bagaimanapun sukar untuk membohonginya. Dia
harus menceritakan pertemuannya dengan Cin
Cin, te ntu saja tanpa menyebut dan menyinggung
te ntang dia dan Cin Cin saling melihat masingmasing bertelanjang bulat!
"Benar, ibu. Akan te tapi ketika kami saling
jumpa di te pi sungai itu, kami tidak saling
mengenal. Ketika itu aku hendak mandi dan sudah
membuka baju, ketika aku melihat dua ekor ikan
itu menggelepar di balik semak. Aku menangkap
dua ekor ikan itu. Tidak tahunya, ia muncul dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
marah-marah, mengatakan bahwa aku hendak
mencuri ikan miliknya. Lalu sebagai gantinya, ia
dengan marah membuang bajuku yang sudah
kutanggalkan ke te ngah sungai sampai hanyut,
lalu ia memaki aku monyet jelek dan pergi. "
Terpaksa Thian Ki berbohong dan mengubah
kejadian yang sebenarnya kepada ibunya, karena
bagaimanapun te ntu saja dia merasa malu untuk
bicara terus terang tentang ketelanjangan itu.
Ibunya mendengarkan penuh perhatian dan
menarik napas panjang. "Hemm, ia masih lincah,
je naka dan pemberani seperti dahulu, hanya kini
bertambah galak dan lihai. Thian Ki, bagaimanapun juga, kita harus mencegah te rjadinya perkelahian antara ia dan ayahmu."
"Akan tetapi bagaimana caranya, ibu" Ayah
sudah mengatakan bahwa itu urusan pribadinya
dan kita tidak boleh mencampuri. Ayah benar dan
aku tidak berani untuk membujuknya."
"Engkau harus dapat membujuk Cin Cin agar
membatalkan perkelahiannya dengan ayahmu.
Kalau aku yang membujuk, kurang baik. Engkaulah yang le bih dekat dengannya, karena
ayahmu adalah saudara sepupu ibunya. Engkau
bujuklah ia agar tidak melanjutkan kehendaknya
menantang ayahmu." Thian Ki membayangkan Cin Cin yang demikian
galak te rhadap dirinya dan diam-diam dia merasa
je rih juga. Gadis itu demikian galak seperti
harimau betina. Akan tetapi, ketika itu Cin Cin
belum mengetahui bahwa dia adalah Thian Ki.
Mungkin kini sikapnya berubah le bih lunak,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengingat betapa dulu, ketika dia menjadi tamu
keluarga gadis itu bersama ayah ibunya, mereka
adalah saudara misan yang bersahabat karib.
"Baiklah, ibu. Akan kucoba besok. Akan kucari
Cin Cin sebelum ayah pergi ke sana menyambut
tantangannya." Setelah bicara dengan Thian Ki, agak le galah
hati Sim Lan Ci dan wanita inipun kembali ke
kamarnya dan tidur di samping suaminya. Thian Ki
juga memasuki kamarnya dan semalam itu dia
gelisah, membayangkan perte muannya dengan Cin
Cin dan mencari-cari cara dan jalan untuk
membujuk gadis itu tanpa dapat menemukan cara
te rbaik sampai akhirnya dia kelelahan dan tertidur
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjelang pagi. Sejak tengah hari. Thian Ki sudah berkeliaran di
sepanjang tepi sungai sebelah barat sungai Kuning
untuk mencari Cin Cin. Dia sama sekali tidak
menduga bahwa gadis itu semalam tidur di rumah
milik janda miskin di ujung dusun, dan gadis yang
berhati-hati itu tidak mau keluar dari rumah
sebelum matahari mulai condong ke barat. Ketika
siang hari itu Thian Ki tiba di tepi sungai tentu s aja
dia tidak dapat menemukan Cin Cin yang masih
berada di rumah kecil itu bersama wanita pemilik
rumah, bahkan masak-masak bersama wanita itu
yang merasa suka sekali kepada gadis itu.
Sambil masak berdua di dapur, wanita yang
mulai merasa suka sekali kepada Cin Cin berkata,
"Nona, kalau aku boleh bertanya, apakah nona
sudah..........eh, sudah menikah atau bertunangan"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maafkan pertanyaanku, aku tidak bermaksud
untuk bersikap kurang ajar."
"Ah, tidak mengapa, bibi. Aku belum menikah,
juga tidak bertunangan. Kenapa sih bibi menanyakan hal itu" Apakah bibi ingin mengambilku sebagai mantu untuk dijodohkan
dengan pute ramu yang pergi tak pernah memberi
kabar itu?" Wanita itu te rsipu. "Aih, nona harap jangan
mengolok-olok. Orang seperti kami ini mana pantas
untuk menarik nona menjadi anggota keluarga"
Bukan itu maksudku tadi, aku kagum dan suka
kepadamu, dan aku hanya ingin tahu saja. Kalau
seorang gadis seperti nona ini, paling tidak harus
berjodoh dengan seorang pemuda yang pilihan,
seperti.......seperti misalnya Cian Kongcu itu."
"Cian Kongcu..........?"
"Maksudku, putera lurah kami itu.......... "
Cin Cin teringat dan te rbayanglah wajah Thian
Ki, bukan hanya wajahnya, melainkan seluruh
tubuh pemuda yang pernah dilihatnya telanjang
bulat itu dan iapun te rtawa. "Monyet.......monyet
jelek itu." Kini wanita itu yang memandang dengan mata
te rbelalak. "Monyet jelek" N ona, putera lurah Cian
amat tampan dan gagah, juga manis budi
walaupun agak pendiam."
"Sudahlah, bibi, jangan bicara te ntang orang
lain. Masakannya sudah matang dan perutku
sudah lapar. Mari kita makan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
De mikianlah, ketika matahari sudah condong ke
barat dan Cin Cin meninggalkan rumah kecil itu
menuju ke te pi sungai di luar dusun, ucapan
wanita itu te rngiang lagi di telinganya dan diapun
melangkah sambil melamun. Teringatlah kenangan
lama, ketika Thian Ki bersama ayah ibunya
menjadi tamu orang tuanya. Betapa orangtuanya
dan seluruh keluarga He k-houw-pang menghormati para tamu itu, dan betapa ia dan
Thian Ki telah bersahabat baik. Kemudian, teringat
pula ia akan perte muannya dengan pemuda itu di
te pi sungai dan mau tak mau ia tersenyum geli.
Akan te tapi hanya sebentar karena ia segera
te ringat lagi bahwa kini Thian Ki yang dulu bukan
lagi Thian Ki yang sekarang. Sekarang dia adalah
anak tiri Cian Bu Ong, musuh besar gurunya yang
harus dibunuhnya! Heran ia memikirkan bagaimana ibu Thian Ki yang ditinggal mati
suaminya itu kini tahu-tahu telah menjadi isteri
bekas pangeran itu. "Cin Cin........."
Gadis itu terkejut dan sadar dari lamunannya,
menahan langkahnya dan tahu-tahu Thian Ki telah
berada di depannya. Ia mengerutkan alis, heran
dan juga penas aran karena yang ia nantikan
adalah Cian Bu Ong, bukan Thian Ki.
"Hemrn, kiranya engkau. Mau apa engkau
menghadangku?" tanyanya dengan sikap dan
suara yang ketus. Thian Ki melangkah maju mendekat. "Cin Cin,
aku adalah Thian Ki, saudara misan dan sahabatmu......" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Cin mundur dua langkah. "Jangan mendekat.! Engkau bukan lagi Thian Ki putera
paman Coa Siang Lee, melainkan Thian Ki anak
musuh besarku Cian Bu Ong!"
Sedih sekali hati Thian Ki melihat sikap
mendengar ucapan itu. "Cin Cin, bersikaplah adil.
Memang benar bahwa ibuku telah menjadi janda
dan kini telah menjadi isteri bekas pangeran Cian
Bu Ong, akan tetapi hal itu tidak berarti bahwa ibu
dan aku menjadi musuhmu. Pula, engkau sendiri
tidak mempunyai permusuhan apapun dengan
ayah tiriku itu. Cin Cin, dengarlah baik-baik,
urusan antara ayah tiriku dan gurumu, urusan itu
adalah urusan pribadi, urusan mereka berdua,
tidak ada hubungann ya dengan kita. Mereka
dahulu saling mencinta, akan tetapi kemudian
ayah tiriku te rpaksa meninggalkannya, dan sama
sekali bukan kesalahan ayah tiriku........ "
Cin Cin melotot dan mukanya kemerahan,sinar
matanya berkilat. "Huh, kalian laki-laki memang
mau enaknya sendiri saja! Guruku di waktu gadis
telah menyerahkan segala-galanya kepada Cian Bu
Ong, mencintanya dengan seluruh jiwa raganya.
Akan tetapi Cian Bu Ong malah meninggalkannya
dan menikah dengan gadis lain. Apa ini bukan
perbuatan yang khianat dan hina" Guruku sejak
itu hidup merana, tidak pernah menikah lagi.
Tidak pernah berdekatan lagi dengan laki-laki lain,
seluruh sisa hidupnya dipergunakan untuk memperdalam ilmu agar kelak dapat membalas
dendam kepada Cian Bu Ong. Dan sekarang
engkau, anak tiri Cian Bu Ong, mengatakan bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia tidak bersalah. Apakah guruku yang disiasiakan itu yang salah" Jawab!"
Diberondong serangan kata-kata itu, Thian Ki
agak gelagapan juga. Dia memang seorang yang
tidak begitu pandai bicara, bahkan condong
pendiam. Kalau kini dia dapat mengeluarkan
banyak kata-kata, hal itu adalah karena rasa
khawatirnya, bukan terhadap ayah tirinya yang dia
tahu seorang sakti, melainkan terhadap Cin Cin.
"Gurumu juga tidak bersalah, Cin Cin. Akan
tetapi ayah tiriku juga tidak bersalah. Mereka,
sebagai dua orang kekasih, mereka telah menjadi
korban keadaan. Mereka memang saling mencinta
dan sudah bermaksud untuk menjadi suami isteri.
Akan te tapi kemudian Pangeran Cian Bu Ong
mendapat kenyataan bahwa kekasihnya itu adalah
seorang anggota keluarga tokoh-tokoh sesat yang
te rsohor karena kejahatan dan kekejaman mereka.
Sebagai seorang pangeran yang bercita-cita menjadi kaisar, te ntu saja Pangeran Cian Bu Ong
tidak ingin mencemarkan nama keluarga kerajaan
dengan menikahi kekasihnya itu, maka te rpaksa
dia meninggalkannya."
"Alasan kosong! Buktinya dia sekarang tidak
menjadi kaisar, malah menjadi lurah saja, dan
berganti nama pula.! Thian Ki, jangan engkau
mencampuri urusanku. Apapun alas annya, Cian
Bu Ong te lah menghancurkan kehidupan guruku,
dan guruku mengutus aku untuk membunuhnya,
maka hal itu akan kulakukan dan siapapun tidak
boleh menghalangiku!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cin Cin, jangan kaulanjutkan niatmu yang siasia itu.......... " "Apa" Engkau berani melarangku" Engkau
hendak membela ayah tirimu itu ya?"
"Bukan membela, Cin Cin. Dia tidak perlu
dibela. Aku mencegah perkelahian ini karena aku
tidak ingin melihat engkau cedera atau tewas. Ayah
tiriku itu seorang yang sakti, Cin Cin. Engkau
bukan lawannya." Ucapan ini bagaikan minyak disiramkan kepada
api, membuat Cin Cin menjadi semakin marah.
"Kaukira aku takut" Untuk membela guruku, aku
akan mempertaruhkan nyawaku! Dan aku hendak
melihat sampai dimana kehebatan laki-laki yang
telah merusaak kehidupan guruku itu! Jangan
engkau mencampuri.!" Cin Cin bertolak pinggang
menghadapi Thian-Ki dengan sikap marah sekali.
"Kenapa dia tidak datang" Apakah Cian Bu Ong
hanya seorang pengecut yang mengirim putera
tirinya untuk membujuk agar aku mau mundur?"
Thian Ki tidak menjawab, bahkan mundur
beberapa langkah karena dia tahu bahwa ayah
tirinya sudah berada di situ.
"Nona. aku sudah berada di sini!" terdengar
suara Cian Bu Ong yang berwibawa dan te nang.
Kemudian dia berkata kepada Thian Ki. "Thian Ki,
sudah kukatakan bahwa ini urusan pribadi,
engkau tak boleh mencampuri."
"Maafkan saya, ayah," kata Thian Ki dengan hati
te rpukul dan dia hanya berdiri menjadi penonton,
jantungnya berdebar tegang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus engkau sudah datang, Cian Bu Ong!"
kata Cin Cin. "Maaf, aku tidak tahu bahwa Thian Ki telah
mendahuluiku. Nah, aku sudah siap sekarang,
nona." "Singgg........!!" Nampak sinar berkilauan ketika
gadis itu mencabut Koai-liong-kiam dari sarung
pedang. Pedang pusaka yang ampuh itu merupakan sebatang pedang yang tajam dan
bentuknya seperti seekor naga.
"Cian Bu Ong, keluarkan senjatamu!" bentak Cin
Cin dan dengan gagahnya dan ia sudah memasang
kuda-kuda dengan pedang di tangan.
Cian Bu Ong tetap bersikap tenang. Teringat dia
kepada bekas kekasihnya, Bhok Sui Lan yang dulu
juga merupakan seorang yang lihai mempergunakan pedang, bahkan diapun te ringat
bahwa itu adalah pedang milik kekasihnya sehingga dia tidak ragu lagi bahwa gadis ini
memang murid bekas kekasihnya itu.
"Hemm, Koai-liong-kiam. Ingin aku melihat
sampai di mana kemajuan Sui Lan melalui
muridnya. Aku tidak perlu mempergunakan senjata, nona. Mulailah, aku sudah siap sedia."
"Kalau begitu, bersiaplah untuk mampus di
tanganku!" teriak Cin Cin dan iapun menyerang
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan pedangnya, menerjang bagaikan angin
badai mengamuk. Ge rakan pedangnya memang
dahsyat bukan main. Gadis ini maklum bahwa ia
menghadapi lawan yang tangguh dan lihai sekali,
maka begitu menyerang ia telah memainkan ilmu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pedang Koay-liong-kiam-sut (Ilmu Pedang Naga
Siluman) yang dahsyat. Cian Bu Ong mengenal
ilmu pedang ini, akan tetapi diapun tahu bahwa
ilmu pedang itu selama puluhan tahun ini tentu
telah diperhebat oleh Bhok Sui Lan, maka diapun
tidak memandang rendah dan cepat menggerakkan
kedua tangannya. Lengan bajunya yang le bar itu
menyambar-nyambar mengeluarkan angin kuat
dan agaknya kedua lengan baju yang panjang dan lebar itulah
yang dipergunakan Cian Bu Ong untuk menghadapi pedang lawan. Thian Ki yang masih berdiri di situ sebagai
penonton, melihat dengan jantung berdebar penuh
ketegangan. Dia melihat bahwa Cin Cin memang
hebat bukan main, apalagi dengan pedangnya yang
ampuh itu. Pantas kalau Kui Eng tidak mampu
menandinginya. Dia sendiripun agaknya tidak
akan mudah menang. Cin Cin telah menjadi
seorang gadis yang hebat sekali ilmu silatnya, juga
galak dan ganas! Akan te tapi, dia juga melihat
gerakan ayah tirinya dan mulailah dia merasa
khawatir. Betapapun hebat ilmu pedang gadis itu,
namun te rnyata dalam hal te naga sin-kang, dia
masih kalah setingkat oleh Cian Bu Ong. Setiap
kali ujung pedang berte mu ujung le ngan baju,
pedang itu te rpental dan nampak gadis itu seperti
orang te rkejut. Hanya kelincahan gadis itu yang
membuat mereka menjadi seimbang, karena tentu
saja Cian Bu yang sudah tua tidak mampu
menyamai kecepatan gerakan gadis semuda dan
selincah Cin Cin. Akan tetapi ada satu hal yang
membuat hati Thian Ki merasa lega, dan juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
heran. Dia maklum bahwa kalau Cian Bu Ong
menghendaki, dengan kelebihan tenaga sinkangnya, dia akan mampu mendesak bahkan
merobohkan lawannya. Akan te tapi te rnyata bekas
pangeran itu tidak melakukan hal itu. Ini hanya
membuktikan bahwa Cian Bu Ong te lah sengaja
mengalah! Dan sikap mengalah ini hanya mempunyai satu arti, yaitu bahwa ayah tirinya itu
masih mempunyai perasaan cinta terhadap guru
Cin Cin, yaitu Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan! Atau
setidaknya, ayah tirinya menyadari kesalahannya
te rhadap Bhok Sui Lan maka sekarang sengaja
mengalah terhadap muridnya.
Cin Cin yang merasa penasaran sekali tidak
mampu mendesak lawannya yang bertangan
kosong itu dengan pedangnya, tiba-tiba mengeluarkan bentakan nyaring dan melengking,
tubuhnya berputar cepat sekali dan pedangnya
digetarkan, ujung pedang menjadi banyak dan
bertubi-tubi menusuk ke arah bagian-bagian
paling berbahaya dari tu buh lawan. Sekali saja
ujung pedang itu berhasil mengenai sasaran, tentu
Cian Bu Ong, betapapun lihainya, akan roboh dan
te was! Melihat ini, timbul pula kekhawatiran dalam hati
Thian Ki. Serangan gadis itu teramat berbahaya
walaupun dengan serangan itu Cin Cin membuka
pula pertahanannya, kalau ayah tirinya te rus
mengalah, serangan itu dapat mencelakakannya .
Akan te tapi, ia tidak dapat turun tangan mencampuri karena selain dia tidak ingin menyinggung hati ayah tirinya. juga dia tidak ingin
membikin marah hati Cin Cin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis itu tidaklah jahat walaupun telah menjadi
murid seorang tokoh sesat. Ia hanya taat dan setia
kepada gurunya, dan kini berte kad membunuh
Cian Bu Ong demi gurunya, bukan karena dendam
pribadi. Kebenciannya te rnadap Cian Bu Ong juga
hal yang sewajarnya karena sebagai seorang
wanita, tentu saja ia tidak senang mendengar
gurunya menderita dalam hidupnya karena disiasiakan oleh bekas kekasihnya.
Karena desakan serangan bertubi-tubi itu,
tubuh Cian Bu Ong te rjengkang, akan te tapi bagai
binatang trenggiling, dia bergulingan ke kiri dan
sambil meloncat, diapun menggerakkan kedua
le ngan bajunya, diputar bagaikan dua buah kitiran
menyambar ke arah gulungan sinar pedang.
"Plakkk!" keras sekali ujung le ngan baju itu
bergerak, yang satu menahan ujung pedang, yang
lain menotok ke arah pergelangan tangan Cin Cin.
Tak dapat dicegah lagi, tangan kanan Cin Cin yang
seperti lumpuh seketika itu melepaskan pedangnya, akan te tapi gadis yang lihai itu masih
sempat menggerakkan kakinya menendang ke arah
dada lawan. Pandang mata Thian Ki yang terlatih
menangkap gerakan kaki ini dan melihat pula
betapa ayah tirinya masih sempat menghindar
kalau ia kehe ndaki. Namun bekas pangeran itu
agaknya memang sengaja memperlambat gerakannya dan dadanya masih te rkena te ndangan
itu. "Dukk!" Tubuh Cian Bu Ong te rjengkang dan
te rbanting keras. Dia bangkit duduk, meringis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesakitan akan tetapi tersenyum dan berkata,
"Kiamsut (ilmu pedang) yang hebat...........!"
Akan te tapi tiba-tiba gadis itu meloncat dan
menyambar pedangnya yang tadi terlepas dan
secepat kilat ia menyerang Cian Bu Ong yang
masih duduk dan belum bangkit berdiri itu. Bekas
pangeran itu terkejut, sama sekali tidak pernah
menyangka bahwa gadis itu sedemikian ganasnya,
menyerang ia yang sudah terkena tendangan.
"Plakk!" lengan tangan Cin Cin yang memegang
pedang dite puk dari samping dan gadis terkejut
bukan main karena merasa betapa seluruh
le ngannya tergetar dan dengan sendirinya tusukan
pedangnya ke arah Cian Bu Ong itu menyamping
dan tidak mengenai sasaran. Ketika ia menengok,
ia melihat bahwa yang menghalanginya adalah
Thian Ki. Matanya melotot dan kedua pipinya
menjadi kemerahan. "Coa Thian Ki! Engkau berani menghalangi aku
membunuh musuh bes arku!" bentaknya.
"Sabar dan te nanglah, Cin Cin. Tidak tahukah
engkau betapa tadi ayah telah bersikap mengalah
kepadamu" Kalau dia menghendaki, tentu engkau
tadi telah dirobohkan. Dia sudah mengalah,
bahkan menerima te ndanganmu dengan sengaja.
Mengapa engkau begini nekat untuk menyerang
selagi dia belum siap?"
"Tidak perduli! Dia atau aku yang harus mati di
sini, dan kalau engkau membelanya, berarti
engkau menjadi musuh besarku dan harus mati
pula!" setelah membentak demikian, Cin Cin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggunakan pedangnya menyerang Thian Ki
dengan ganasnya.! Tentu saja Thian Ki tidak ingin menjadi mangsa
pedang di tangan Cin Cin yang sedang marah itu.
Dia mengelak dan te rpaksa balas menyerang
karena kalau tidak, te ntu dia tidak mampu
bertahan terus. Diapun menggunakan ilmu silat
yang sama seperti dimainkan ayah tirinya tadi, dan
menggunakan kedua ujung le ngan baju untuk
senjata. Walaupun kedua ujung le ngan bajunya
tidak selebar lengan baju ayah tirinya, namun
Thian Ki memiliki gerakan yang lebih cepat. Pula,
dia memiliki te naga sin-kang yang amat kuat pula,
bahkan le bih kuat dari ayah tirinya berkat
kemampuannya menguasai hawa beracun yang
ada di dalam tubuhnya, ilmu yang dia dapatkan
dari mendiang Lo Nikouw atau yang dahulunya
adalah Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu, neneknya.
Diam-diam Cin Cin terkejut bukan main. Dalam
kemarahannya tadi melihat Thian Ki membela ayah
tirinya, ia kecewa dan penasaran sekali dan
hendak membunuh siapa saja yang membela
musuh besarnya. Tidak disangkanya sama sekali
bahwa Thian Ki te rnyata tak kalah lihainya
dibandingkan Cian Bu Ong! Dia te rkejut, heran
dan kagum, akan te tapi kemarahan dan rasa
penas arannya memuncak. Ia mengeluarkan seluruh kepandaiannya, dan mengerahkan seluruh
te naga, menggunakan ilmu pedang Koai-liongkiamsut yang memang dahsyat itu. Diam-diam
Thian Ki mengeluh dalam hatinya. Gadis ini
memang tangguh bukan main dan sukar memang
menundukkannya tanpa meruntuhkan pedangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau dia membuat pedang itu terlepas, hal itu
te ntu akan membuat Cin Cin menjadi semakin
marah. Akan te tapi kalau tidak demikian, bagaimana mungkin menundukkan gadis yang
lihai dan ganas ini" Satu-satunya jalan adalah
mencontoh ayah tirinya tadi.
Menjatuhkan pedang dari tangan Cin Cin dan
membiarkan dirinya te rkena tendangannya yang
lihai. Kalau dia mengerahkan sin-kang, tentu
te ndangan itu tidak akan melukainya, seperti yang
dilakukan ayah tirinya tadi.
"Haiiiiitttt..........!" Cin Cin menyerang semakin
ganas. "Cukup, Cin Cin!" Thian Ki membentak dan tibatiba saja kedua ujung lengan bajunya menangkap
dan membelit ujung pedang, lalu tangan kirinya
meluncur keluar dari ujung le ngan baju dan
menotok jalan darah di bawah siku lengan gadis
itu. "I hhh...............!" Untuk ke dua kalinya te rpaksa
Cin Cin melepaskan pedangnya, akan tetapi
dengan kemarahan meluap, dan dengan nekat
tangan kirinya bergerak mencengkeram ke arah
le her di atas pundak kanan Thian Ki. Serangan itu
demikian tiba-tiba sehingga mengejutkan Thian Ki
yang tadinya mengharapkan gadis itu akan
menendangnya seperti yang dilakukannya kepada
Cian Bu Ong. Ia cepat menarik tubuh atas ke
belakang namun Cin Cin sudah menguasai ilmu
yang membuat le ngannya dapat
memanjang beberapa inci, sehingga biarpun tangannya tidak
dapat mencapai le her, masih mampu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencengkeram pundak kanan Thian Ki. Kelima jari
tangannya berubah seperti baja dan kuku-kuku
tangannya mencengkeram bagai lima batang pisau
tajam runcing, lima jari tangan kiri itu menancap
dan masuk ke dalam daging di pundak Thian Ki.
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ahhh............!" Thian Ki terkejut setengah mati,
bukan karena luka di pundaknya, melainkan
karena secara otomatis, tanpa dapat dicegah lagi,
hawa beracun di tubuhnya bekerja menyambut
jari-jari tangan yang memasuki daging pundaknya
itu. "Aihhhhhhh............!" Cin Cin menjerit cepat
menarik kembali tangan kirinya dan ia te rbelalak
memandang kepada tangan kirinya yang te lah
menghitam seluruh jari tangannya. Kemudian
te rbelalak pula ia memandang kepada Thian Ki,
"Kau.......kau...........!"
Wajah Thian Ki berubah pucat sekali ketika
memandang ke arah tangan kiri gadis itu. Dia tahu
bahwa nyawa Cin Cin te rancam bahaya maut.
Hawa beracun yang ditanamkan oleh mendiang
neneknya ke dalam tubuhnya adalah racun yang
amat dahsyat, bahkan belum dapat ditemukan
pemunahnya. Hawa beracun yang membuat ke lima jari tangan
Cin Cin menghitam itu akan menjalar terus ke atas
daan kalau s udah sampai ke jantung, gadis itu tak
akan dapat diselamatkan lagi. Jalan satu-satunya
hanyalah........, Thian Ki tidak sempat banyak
berpikir lagi. Yang terpenting saat itu adalah
menyelamatkan nyawa Cin Cin. Secepat kilat dia
menyambar pedang Cin Cin yang tadi terlepas dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berada di atas tanah, bagaikan kilat pedang itu
menyambar ke arah tangan Cin Cin yang kini
memegang le ngan kirinya dengan tangan kanan
sambil terbelalak. "Singgg......crakkk!" te pat sekali pedang itu
membabat ke arah pergelangan tangan kiri Cin Cin
dan tangan itupun buntung sebatas pergelang
tangan tangan. "Aduhhhhhh..........!" Cin Cin te rpelanting, akan
tetapi ia cepat bangkit kembali, memandang lengan
kirinya yang buntung sebatas pergelangan dengan
mata terbuka lebar. "Cin Cin......maafkan aku......maafkan aku....!"
Thian Ki berkata seperti meratap dan seperti orang
jijik dia membuang pedang itu ke tas tanah
kembali. Pedang yang baru saja membuntungi
pergelangan tangan kiri Cin Cin menancap di atas
tanah, gagangnya bergoyang-goyang seperti mengejek. "Nona, biar kuobati luka di lenganmu......." Cian
Bu Ong berkata pula s ambil menghampiri Cin Cin.
"Jangan mendekat!" Cin Cin berteriak, suaranya
bercampur is ak dan biarpun ia tidak menangis,
akan tetapi air mata bercucuran dari kedua
matanya. Ia menggunakan jari tangan kanannya
untuk menotok jalan darah di dekat siku dan
memijit bagian jalan darah dekat pergelangan yang
buntung untuk menghentikan darah keluar dari
luka. Kemudian ia mencabut pedang yang menancap di atas tanah, menyarungkan pedangnya kembali, mengambil sehelai saputangan
dan dengan tangan te rlindung saputangan, ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memungut tangan kirinya yang buntung menghitam itu. Semua ini dilakukannya dengan amat te nang
sehingga mengerikan bagi Thian Ki. Setelah
menyimpan buntalan tangan hitam ia menatap
tajam wajah Thian Ki. "Coa Thian Ki, akan tiba saatnya engkau
membayar untuk semua ini!"
"Cin Cin, maafkan aku.......aku tidak sengaja..........." Namun Cin Cin tidak memperdulikannya dan
kini memandang kepada Cian Bu Ong. "Cian Bu
Ong sekali ini aku mengaku kalah. Akan tetapi
kelak aku masih akan menebus kekalahan ini.
Sebelum kau mati untuk membayar dosamu
te rhadap subo, aku tidak akan berhenti berusaha."
Setelah berkata demikian, sekali loncat gadis itu
le nyap dari situ. "Aahhhhh.......Cin Cin......!" Thian Ki menjatuhkan diri berlutut dan menutupi mukanya.
Ia tidak menangis, akan te tapi dia merasa ngeri
membayangkan peristiwa tadi sehingga ia menutup
muka seolah dia tidak ingin melihat kenangannya,
ia sama sekali tidak memperdulikan pundaknya
yang terluka dan bercucuran darah.
"Sudahlah, Thian Ki. Semua itu telah terjadi dan
aku tahu bahwa engkau tidak bersalah. Gadis itu
buntung tangannya karena ulahnya sendiri. Hanya
satu hal yang membuat aku menyesal. Bhok Sui
Lan te ntu akan semakin benci dan dendam
kepaku. Dan aku menyesal mengapa engkau tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menurut pemintaanku agar tidak mencampuri
urusan ini." "Maaf, ayah. Akan tetapi melihat ayah tadi
te rancam, bagaimana aku dapat tinggal diam
saja?" Kakek yang masih nampak gagah itu te rsenyum
dan menghela napas. "Memang karmaku yang
buruk. Segala yang kusentuh selalu gagal. Kalau
saja tadi tidak ada engkau dan aku te was di tangan
gadis itu, segalanya akan selesai dan beres, tiada
dendam mendendam dan hutang piutang lagi.
Akan tetapi sekarang, dendam bertumpuk."
Kakek itu menggeleng-geleng kepalanya lalu
menghampiri Thian Ki, menotok sekitar pundak
untuk menghentikan darah keluar, dan mengeluarkan obat bubuk dari sakunya. Setelah
mengobati luka di pundak putera tirinya, Cian Bu
Ong tanpa banyak cakap lagi lalu berjalan pulang,
diikuti dari belakang oleh Thian Ki yang berjalan
sambil menundukkan mukanya dan tidak mengeluarkan kata-kata pula. Kedua orang ini
te nggelam dalam renungan mereka sendiri, renungan yang menyedihkan.
-ooo0dw0ooo- Puteri Li Hong Lan amat terkenal dan disuka
semua orang di lingkungan Istana. Bahkan selir
kaisar, para dayang, dan permaisuri sendiri suka
kepadanya. Gadis yang berusia delapanbelas tahun
ini memang pandai membawa diri. Ia cantik jelita,
dengan wajah bulat telur, dagu meruncing dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kulit putih kemerahan. Sepasang pipinya, terutama
bibirnya, selalu merah tanpa menggunakan alat
kecantikan. Rambutnya hitam panjang berombak.
Alisnya seperti dilukis, sepasang matanya seperti
sepasang bintang kejora, hidungnya mancung
te rutama sekali mulutnya teramat manis, dengan
bibir merah basah dan terhias lesung pipi di kanan
kiri. Kalau bibir itu te rsenyum, mata dan seluruh
bagian wajah itu seperti membayangkan senyun
pula, cerah, je naka dan lincah. Bukan hanya
wajahnya yang cantik jelita, juga gadis itu memiliki
bentuk tubuh yang mempesona dengan lekuk
le ngkung sempurna dan menggairahkan. Semua
kecantikan ini menjadi semakin cemerlang karena
iapun memiliki otak yang sehat dan cerdas
sehingga setelah berusia delapanbelas tahun. Li
Hong Lan te rkenal sebagai seorang gadis yang
menguasai ilmu silat tinggi, juga ilmu sastra yang
mendalam, ahli pula dalam segala kesenian, ahli
menari, memainkan yang-kim dan meniup suling.
Dan kalau bernyanyi, suaranya juga merdu.
Pendeknya Li Hong Lan merupakan kebanggaan
Istana, merupakan kebanggaan Kaisar Tang Tai
Cung, yaitu julukan Pangeran Li Si Bin (627 - 649)
setelah ia menjadi kaisar.
Ibunya, yang sesungguhnya bukan apa-apanya,
yaitu Kwa Bi Lan, telah belasan tahun menjadi selir
Kaisar Tang Tai Cung, semenjak kaisar ini masih
menjadi pangeran. Kaisar Tang Tai Cung mencinta
selirnya ini, yang selain menjadi selir, juga menjadi
pengawal pribadinya. Akan tetapi ada satu hal saja
yang mengecewakan hati Kaisar Tang Tai Cung,
yaitu bahwa Kwa Bi Lan sendiri tidak menurunkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anak untuknya. Memang Bi Lan membawa Hong
Lan, akan tetapi gadis yang menjadi pute ri Istana
yang membanggakan ini, bagaimanapun juga
bukan anaknya sendiri, bahkan bukan pula anak
kandung Kwa Bi Lan! Setelah belasan tahun tinggal sebagai selir
kaisar di istana, kini Kwa Bi Lan telah berusia
empatpuluh tahun, dan Kaisar Tang Tai Cung juga
sebaya. Wanita ini tidak lagi bertugas sebagai
pengawal pribadi karena kedudukannya adalah
selir kaisar yang tadinya te rkasih dan te rpandang.
Akan te tapi telah beberapa bulan ini terjadi
perubahan besar dalam kehidupannya sebagai
seorang selir. Kwa Bi Lan menjadi selir kais ar yang
dahulunya masih pangeran, bukan karena te rtarik
oleh kedudukan seorang pangeran mahkota,
seperti hampir semua selir dan dayang kaisar,
melainkan karena dengan kesungguhan hati ia
jatuh cinta kepada Pangeran Li Si Bin yang kini
menjadi Kais ar Tang Tai Cung. Ia bertemu dan
saling jatuh cinta dengan Pangeran Li Si Bin
setelah ia menjadi seorang janda tanpa anak,
hanya membawa Hong Lan sebagai anak angkat.
Maka, iapun tidak terlalu mengharapkan kedudukan atau kemuliaan, melainkan mengharapkan kasih sayang dari pria yang
dicintanya dan yang kini menjadi suaminya. Iapun
maklum bahwa suaminya adalah seorang pangeran
mahkota dan kini menjadi seorang kaisar, maka
betapapun perih rasa hatinya melihat suaminya
memiliki sejumlah selir, dayang di samping seorang
permaisuri, iapun menahan diri dan pasrah karena
maklum bahwa kehidupan seorang kaisar tentu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja tidak dapat disamakan dengan pria biasa yang
menjadi suami. Tidak mungkin ia memonopoli
kasih sayang Kaisar Tang Tai Cung, harus
membagi kasih pria itu dengan selir dan dayang
yang banyak jumlahnya, juga harus bersabar kalau
suaminya itu sibuk dengan urusan pemerintahan
sehingga jarang dapat dekat dengannya.
Akan te tapi, telah berbulan-bulan lamanya
kaisar seolah lupa kepadanya! Ia merasa disiasiakan. Kaisar tidak pernah datang ke kamarnya,
tidak pernah berkunjung, bahkan kalau berte mupun seolah kaisar tidak melihatnya! Ia
amat merindukan orang yang dicintanya, namun
kaisar agaknya telah lupa kepadanya.
Pada malam hari itu, Kwa Bi Lan duduk seorang
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
diri di pendapa tempat tinggalnya yang cukup
indah menyenangkan, le ngkap dengan perabot
rumah yang serba indah. Namun, keindahan
segala macam benda itu tidak lagi terasa indah
olehnya. Keindahan memang hanya dapat dirasakan kalau barang itu masih baru dimilikinya.
Kalau sudah menjadi miliknya, maka akan timbul
kebosanan! Apakah iapun han ya dianggap sebagai
benda yang membosankan oleh suaminya, sang
kaisar" Ia teringat akan mendiang suaminya yang
pertama, yang juga menjadi gurunya, yaitu
mendiang Sin tiauw (Rajawali Sakti) Liu Bhok Ki.
Dan mengenang pria ini, walaupun pria ini jauh
le bih tua darinya, suami pertama ini berusia
enampuluh tahun lebih dan ia sendiri baru
duapuluh tahun dan ketika menjadi is teri pria itu
ia masih seorang gadis , namun kini terkenanglah
ia betapa besar kasih sayang suami pertama itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada dirinya. Kas ih sayang yang dirasakannya
sampai suami itu meninggal dunia. Terkenang
akan suami pertama itu, dan teringat akan dirinya
yang kini seperti dilupakan oleh suaminya yang ke
dua, yaitu sang kaisar, Kwa Bi Lan tak dapat
menahan kesedihannya lagi dan air mata menuruni kedua pipinya yang masih nampak segar
dan halus. Wanita ini memang masih cantik jelita
dalam usianya yang sudah mendekati empatpuluh
tahun itu. Akan tetapi ia segera menahan hatinya
dan menghapus air matanya. Tidak baik kalau
sampai terlihat ole h dayang, apalagi oleh puterinya.
Sebagai selir seorang kaisar sungguh akan
memalukan sekali kalau memperlihatkan kedukaan ketika kaisar lama tidak datang berkunjung. Nasib seperti ini, ia tahu diderita oleh
semua selir kaisar! Tiba-tiba kesunyian malam yang syahdu itu
dipecahkan suara yang-kim yang dimainkan oleh
jari-jari tangan yang amat pandai. Suara yang-kim
itu berdenting-denting naik turun, kemudian
diikuti suara nyanyian yang merdu. Tahulah ia
bahwa yang memainkan yang-kim sambil bernyanyi itu adalah Hong Lan, dan secercah
senyum menghias bibir wanita itu. Untung ada
Hong-Lan di sampingnya! Gadis yang te lah
dianggap sebagai anak kandungnya sendiri itulah
yang selalu memberinya semangat hidup untuk
menghadapi segala macam kepahitan. Dan iapun
mendengarkan nyanyian itu penuh perhatian.
Akan te tapi, semakin didengarkan, perlahanlahan air matanya semakin banyak bercucuran.
Puterinya itu menyanyikan lagu yang amat sedih,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lagu seorang isteri yang ditinggal mati suaminya!
Mengapa begini kebetulan" Suara nyanyian itu
bahkan kini menyayat-nyayat hatinya yang sudah
te rluka, perih dan pedih rasanya dan iapun
menjatuhkan diri di atas pembaringan, menelungkup dan menyembunyikan mukanya
pada bantal. Kwa Bi Lan tidak tahu bahwa suara yang-kim
dan nyanyian itu sudah lama berhenti, tidak tahu
pula bahwa Hong Lan memasuki kamarnya dengan
langkah ringan sehingga tidak menimbulkan suara.
"I bu, tidak biasanya ibu sudah tidur sebelum
larut malam. Apakah ibu tidak sehat?" Gadis itu
duduk di te pi pembaringan dan menyentuh
pundak ibunya yang rebah menelungkup.
Kwa Bi Lan te rkejut, berusaha untuk mengusap
sisa air matanya sebelum bangkit duduk. Akan
tetapi wajahnya yang pucat, pipinya yang basah
dan sepasang matanya yang merah agak membengkak membuat Hong Lan te rkejut bukan
main. Gadis itu segera merangkul ibunya. "Aih, ibu
menangis" Kenapakah, ibu" Belum pernah aku
melihat ibu menangis!" Hong Lan terkejut dan juga
heran. "Apakah ibu sakit?"
Bi Lan te rsenyum dan menggele ng kepala. Akan
tetapi senyumnya pahit sekali. "Tidak, anakku. Ibu
tidak sakit.........."
"Kalau begitu ibu berduka" Kenapa, ibu?"
Bi Lan sudah mampu menguasai dirinya. "Lan
Lan, aku tadi terharu mendengar permainan yangTiraikasih Website http://kangzusi.com/
kim dan suara nyanyianmu, lagu itu sedih sekali
dan tak te rasa ibu menangis."
Hong Lan menciumi pipi ibunya yang masih
basah. "Ibu sudah sering mendengar aku menyanyikan lagu itu dan biasanya ibu tidak apaapa. Ibu, aku tahu mengapa ibu bersedih. Tentu
karena ayahanda kais ar, bukan" Aku sudah cukup
dewasa, ibu dan aku mengetahui kehidupan selirselir. Bukan hanya ibu saja yang menderita
kesepian seperti sekarang ini. Banyak sudah para
bibi selir lainnya yang mengeluh kepadaku tentang
kesepian mereka karena ayahanda tidak pernah
datang lagi mengunjungi mereka. Ibu, sudah
beberapa bulan ini sribaginda tidak datang
berkunjung. Karena itu ibu merasa berduka,
bukan?" Bi Lan menundukkan mukanya. Percuma saja
membantah dan berpura-pura. Anaknya ini te rlampau cerdik untuk dapat dibohongi begitu
saja. Ia menghela napas panjang lalu berkata
membela, "Ayahmu terlalu sibuk, Hong Lan. Beliau
bertanggung jawab atas semua urusan pemerintahan yang amat banyak........ "
"Aku tahu, ibu. Banyak tugas dan banyak is te ri!
Dahulu, paling lama dua tiga hari sekali ayahanda
datang dan bermalam di sini. Sekarang berbulanbulan sudah beliau tidak pernah nampak, tidak
pernah menjenguk ibu."
Bi Lan merangkul anaknya. "Terimalah keadaan
ini dengan hati lapang, anakku. Memang beginilah
kehidupan seorang selir seperti ibumu. Sribaginda
masih termasuk seorang suami yang baik, karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kita selalu dicukupi segala kebutuhan kita,
bukan?" "I nilah salahnya, ibu. Para wanita yang menjadi
selir raja selalu menerima keadaan, menerima
nasib. Beginilah jadinya. Sekali waktu, kalau
kebetulan aku bertemu ayahanda, akan kuingatkan beliau bahwa ibu menanti beliau di sini
dengan hati setia dan berduka."
"Eihh, jangan, Lan Lan! Beliau akan marah
kepadamu!" Melihat kekhawatiran ibunya, Lan Lan te rsenyum dan mengangguk. "Baiklah, aku tidak
akan bicara sekarang, untuk sementara ini aku
akan menahan diri, akan tetapi ibu juga tidak
boleh menangis dan berduka lagi," katanya manja.
Kwa Bi Lan tersenyum dan menciumi kedua pipi
anaknya. Terima kasih kepada Tuhan, pikirnya,
bahwa aku mempunyai Hong Lan. Andaikata tidak
ada anaknya ini, ia tahu bahwa ia pasti tidak kan
betah lagi tinggal di istana.
"Lihat, ibumu sudah tidak bersedih lagi, kan"
Mari kita latihan silat!" Bi Lan meloncat turun dari
pembaringan, menarik tangan anaknya dan keduanya berlari-lari sambil tertawa ke ruangan
berlatih silat yang memang te rdapat di te mpat
tinggal ibu dan anak ini. Tak lama kemudian, ibu
dan anak ini sudah berlatih silat, bertangan
kosong, lalu bertanding pedang dan diam-diam
Kwa Bi Lan merasa gembira dan bangga, juga
kagum karena ia mendapat kenyataan bahwa
pute rinya itu kini sudah maju sekali. Ia sendiri
sukar mengalahkannya. Hal ini adalah karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hong Lan pandai membujuk para jagoan is tana
untuk menurunkan satu dua ilmu silat mereka
yang paling tangguh kepadanya. Dan Bi Lan
sendiri juga menggembleng pute rinya ini dan
menurunkan seluruh ilmu yang dimilikinya kepada
Hong Lan. Para dayang dan pembantu yang
kebetulan melihat ibu dan anaknya itu berlatih
silat di waktu malam seperti itu, hanya menggeleng-geleng kepala dengan heran dan
kagum. Kaisar Tang Tai Cung adalah seorang manusia
biasa, seorang pria dengan segala kelebihan dan
kekurangannya seperti orang lain, dengan kelemahannya. Ketika mudanya, semangat untuk
berjuang membesarkan Kerajaan Tang membuat
dia hanya memperhatikan urusan negara, dan
nampaknya tidak begitu te rtarik akan segala
macam kesenangan! Akan te tapi, setelah dia
menjadi kaisar dan keadaan pemerintahannya
lancar, mulailah semangat yang tadinya dikerahkan untuk perjuangan itu mencari sasaran
lain, yaitu melampiaskan nafsu mencari kesenangan. Kemewahan dia sudah mempunyai
berlimpahan, kehormatan, kemuliaan dan kekuasaan sudah berada di tangannya. Kebutuhan
manusia te rbatas sekali, akan tetapi keinginan
yang didorong oleh nafsu angkara murka membuat
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seseorang tak pernah puas dengan apa yang
dimilikinya. Mulailah dia tergoda oleh nafsu
berahinya sendiri. Selirnya yang banyak mulai
membosankan, demikian pula para dayangnya
yang setiap saat dengan senang hati siap untuk
melayani segala kehendaknya. Nafsu yang dituruti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan dimanjakan tidak pernah menjadi kenyang,
tidak pernah merasa puas, bahkan semakin
banyak tuntutannya. De mikian pula dengan nafsu
yang mencengkeram diri Tang Tai Cung. Dia selalu
haus akan wajah wanita yang baru, sehingga entah
sudah berapa banyak gadis yang menjadi kekasihnya hanya untuk waktu sebulan dua bulan
saja, lalu dia mulai mencari yang lain.
Seperti biasa, di dekat orang yang berkuasa
besar, selalu merangkak banyak kaum penjilat
yang ingin membonceng kekuasaannya, dengan
cara menjilat dan menyenangkan hati atasannya,
te ntu saja demi keuntungan pribadinya. De mikian
pula dengan Kais ar Tang Tai Cung. Banyak pejabat
tinggi, terutama para thaikam (pelayan pria kebiri)
yang mempergunakan kesempatan itu untuk
menyenangkan hati sang kaisar, dengan mencarikan gadis -gadis cantik dari daerah-daerah.
Dan pada masa itu, tidak ada seorangpun gadis
yang tidak dengan hati gembira menerima pengangkatan menjadi dayang di istana!
Menjadi dayang berarti derajat mereka naik
beberapa tingkat, apalagi kalau sampai dapat
menyenangkan hati kaisar dan diambil selir! Ada
harapan kelak menjadi permais uri.
Satu di antara dayang istana yang dimasukkan
oleh para penjilat itu, dan memasukkan seorang
gadis inipun berarti menerima hadiah yang tidak
sedikit dari orang tua si gadis , yang mau
menyerahkan seluruh milik mereka, asal anak
gadis mereka diterima menjadi dayang, adalah
seorang dari dusun yang bernama Bu Couw Hwa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia sudah mempersiapkan diri menjadi dayang.
Usianya baru enambelas tahun, bagaikan setangkai bunga yang sedang mekarnya, memiliki
wajah cantik manis dan bentuk tubuh yang sedang
mekar, te rutama sekali pinggulnya yang berbentuk
indah dan bes ar, dan ia sudah mempersiapkan diri
dengan segala tata-cara tentang sikap dan
kelakuan seorang dayang istana yang baik. Bahkan
ia mempelajari segala macam kesenian dan caracara untuk menyenangkan hati seorang pria
junjungannya. Akan te tapi ketika ia berhasil dimasukkan ke
dalam is tana, terlalu banyak saingan te rdapat di
istana. Terlalu banyak dayang is tana yang cantikcantik sehingga Bu Couw Hwa merasa kecil dan
rendah diri. Bagaimana mungkin ia, seorang dara
desa, mampu bersaing melawan sekian banyaknya
dayang cantik untuk menawan perhatian dan hati
Kaisar" Apalagi begitu tiba di situ, ia sudah melihat
kenyataan betapa setiap orang thai-kam dan
petugas di situ amat haus akan sogokan. Tanpa
menyogok sana sini, tidak mungkin ia mampu
mendekati Kais ar! Bahkan ia mendapatkan tugas
yang paling rendah, yaitu dayang pembersih kamar
mandi dan kakus milik kaisar!
Couw Hwa menerima pekerjaan ini dengan hati
sabar. I a menanti kesempatan yang baik dan mulai
melakukan pendekatan dengan para thai-kam yang
dekat dengan kaisar. Sampai harus habis semua
perhiasan dan bekalnya, juga gajinya yang ia
tabung, untuk menyenangkan hati para thai-kam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis yang amat cerdik ini, yang menjadi dayang
bukan sekedar mencari pekerjaan, melainkan
untuk mencapai tujuan atau cita-citanya yang
amat muluk, mengatur siasat dengan rapi dan
licin. Setelah dapat mendekati thai-kam, maka
dengan bantuan para thai-kam, pada suatu senja
thai-kam yang bertugas memberi is yarat kepada
Bu Couw Hwa. Gadis ini cepat memperhalus
wajahnya dengan bedak tipis, menggosok mukanya
dengan handuk yang dibasahi air panas, menggosok keras-keras sehingga kedua pipinya
menjadi kemerahan dan berbau harum oleh air
yang dicampuri air mawar, mengenakan baju yang
agak longgar di bagian dada, sehingga kalau ia
membungkuk, orang akan dapat melihat bukit
dadanya yang menonjol le mbut. Rambutnya yang
hitam berombak itu dibiarkan
agak kusut, te rutama di bagian dahi sehingga anak rambut
yang halus sekali melingkar-lingkar di dahi, di
pelipis, dan di belakang te linga, melingkar-lingkar
halus seperti benang sutera yang kekeringan.
Setelah itu, cepat ia mendahului masuk ke
kamar mandi pada saat para thai-kam memberi
is yarat bahwa kaisar berkenan mempergunakan
kamar mandi itu. Seperti tidak disengaja, gadis itu terkejut ketika
selagi ia membersihkan kamar mandi, kaisar
muncul di pintu kamar mandi.
"Aihh.......banswe-ban-banswe......" serunya lirih
sambil menjatuhkan diri berlutut di depan kaki
Kaisar Tang Tai Cung. Kaisar yang usianya
sudah kurang le bih empatpuluh
tahun itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
te rsenyum melihat seorang dayang sedang membersihkan kamar mandi. Dia membiarkan
dayang itu berlutut dan diapun membuang air kecil
di te mpat yang disediakan untuk itu, tidak perduli
betapa dayang itu masih berlutut di situ dan
biarpun tidak melihatnya, setidaknya suara air
kencingnya terdengar. Setelah selesai, Kais ar Tang Tai Cung membereskan celananya dan membalikkan tubuh.
Dayang itu masih berlutut di situ dengan muka
menunduk, takut dan malu-malu.
"Heii kau, ambilkan air untuk aku mencuci
tangan," perintahnya.
Bu Couw Hwa dengan jantung berdebar te gang
segera mengambil sepanci air harum. Inilah
kesempatan yang dinanti-nantinya selama ini,
sejak menginjakkan kaki di lantai istana. Harus ia
pergunakan baik-baik, pikir hati kecilnya yang
cerdik. Dengan jalan berjongkok ia menghampiri
Kaisar yang masih berdiri, lalu berlutut dan
mengangkat panci air itu ke atas kepala, mukanya
tetap menunduk, akan tetapi matanya melirik ke
arah dadanya. Bagus, pikirnya, karena ia mengangkat kedua tangannya yang memegang
panci air, baju di dadanya te rbuka dengan le bar
dan memperlibatkan dua le ngkung bukit dadanya
yang indah. Kaisar Tang Tai Cung mencuci tangannya
dengan menunduk. Tentu saja, dengan sendirinya,
pandang matanya berte mu dengan sepasang bukit
yang menonjol dan nampak di balik baju yang
te rbuka sedikit itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Angkat mukamu, aku ingin melihatmu," kata
Kaisar Tang Tai Cung yang mulai te rtarik. Dengan
gaya yang sudah lama dilatihnya. Bu Couw Hwa
mengangkat mukanya, muka yang amat manis,
senyum malu-malu yang memperlihatkan lesung
pipinya, dengan mata yang mengerling ke atas,
bibir yang akan terbuka menantang, cuping hidung
yang berkembang kempis, lalu ia menunduk
kembali, maklum bahwa penglihatan sekilas itu
akan jauh le bih memikat daripada kalau ia
berlama-lama membiarkan sang kaisar menatap
wajahnya. Darah tersirap ke kepala dan gairah sang
Kaisarpun timbul. "Siapa namamu, kenapa aku
tidak pernah melihat dayang secantik engkau di
sini.?" "Ampun, Sri baginda. Hamba selalu bertugas di
sini, dan hamba tidak berani memperlihatkan diri
tanpa diperintah." Suara gadis itupun sudah diatur dan dilatih
lama, maka te rdengar merdu dan juga menyenangkan. Sang kaisar yang sudah te rpikat
itu mengambil panci dari kedua tangan Bu Couw
Hwa, meletakkan panci itu ke atas meja dan ia
memegang kedua tangan gadis itu dan ditariknya
untuk berdiri. Bentuk tubuh yang indah itu,
dengan le kuk le ngkung menggairah kan, dilalap
pandang matanya, dan hidungnya ju ga mencium
keharuman yang khas keluar dari rambut dan
dada dayang itu. Tanpa banyak upacara lagi, tanpa banyak cakap
lagi. Kais ar Tang Tai Cung yang telah menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hamba nafsu berahinya, merangkul Bu Couw Hwa
dan menuntunnya ke dipan yang memang menjadi
perle ngkapan kamar mandi yang luas itu dan di
situlah tercapai apa yang diidamkam hati Bu Couw
Hwa, te rlaksana semua yang te lah dicitakan, yaitu
ia berhasil memikat hati kaisar dan menyerahkan
tubuhnya melayani kaisar demi
memperoleh kedudukan yang tinggi. Setelah terjadi peristiwa itu, wajah Bu Couw
Hwa selalu berseri penuh kegembiraan, pandang
matanya bersinar-sinar penuh harapan. Pasti akan
te rcapai seperti yang direncanakan, yaitu ia yang
telah menyerahkan diri melayani sang kaisar, akan
segera diangkat menjadi seorang di antara selir
yang berjumlah tujuhpuluh dua itu, menggantikan
seorang di antara para selir yang akan dipersilakan
mundur, dan kalau sudah menjadi seorang selir,
maka semakin dekat lagi tujuan yang menjadi citacita terakhir, yaitu menjadi permaisuri ke tiga, ke
dua atau pertama! Apalagi kalau ia dapat
melahirkan seorang putera!
Cita-cita adalah kata yang halus dan indah yang
artinya tidak lain hanyalah keinginan! Dan
keinginan manusia tidak pernah ada batasnya,
makin diberi semakin mekar berkembang, karena
keinginan adalah ulah nafsu daya rendah. Keinginan adalah pengejaran akan sesuatu yang
belum dimilikinya. Pengejaran seperti ini biasanya
hanya mempunyai dua akibat. Kalau te rcapai,
sebentar saja apa yang dikejarnya mati-matian itu
akan membosankan dan sama sekali tidak
mendatangkan kebahagiaan seperti
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibayangkan semula dan kalau tidak te rcapai,
timbullah kekecewaan dan kedukaan.
Sesuatu yang belum dimilikinya yang dikejarkejar, selalu dibayangkan sebagai sesuatu yang
amat indah, sesuatu yang akan mendatangkan
kebahagiaan. Akan tetapi setelah sesuatu itu dapat
dimiliki, maka memudarlah bayangan-bayangan
yang muluk akan keindahan dan kebahagiaan itu,
karena nafsu daya rendah sudah mendorong lagi
kepada kita untuk mengejar sesuatu yang lain,
yang belum kita miliki. -ooo0dw0ooo- Jilid 19 Karena itu, berbahagialah orang yang dapat
menikmati apa yang telah dimilikinya. Tidak
te rseret nafsu daya rendah yang tiada putusnya
menarik kita untuk selalu mengejar sesuatu yang
belum kita miliki, membuat kita menjadi angkara
murka dan tidak pernah merasa puas dengan apa
yang ada. Kalau sudah begini, hiduppun merupakan penderitaan, kekecewaan, kebosanan,
yang takkan berhenti. Orang yang kaya raya, yang
sebelum kaya membayangkan betapa akan bahagianya setelah dia dapat menjadi kaya, mulai
menderita karena kekayaannya. Bermacam masalah yang meresahkan, membingungkan dan
menyedihkan timbul karena adanya kekayaan yang
berlimpah. Orang yang berpendidikan tinggi, yang berpengetahuanpun tidak sebahagia seperti yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibayangkan ketika dia sedang mengejar ilmu
pengetahuan itu. Dia seperti terhimpit oleh ilmu
pengetahuannya sendiri. Demikian pula orang yang
berkedudukan. Tadinya kedudukan dianggap sebagai sarana utama untuk mencapai kebahagiaan, akan tetapi setelah kedudukan
diperolehnya, justeru kedudukannya itulah yang
menjadi penghalang bagi kebahagiaannya. Kita
te rbelenggu oleh apa yang kita kejar, karena kita
diperhamba oleh apa yang kita kejar sendiri.
Bu Couw Hwa segera merasakan kepahitan oleh
kenyataan bahwa jalan hidupnya tidaklah semulus
seperti yang ia citakan. Ia hanya mendapatkan
sedikit perubahan dari peris tiwa dalam kamar
mandi itu. Ia dipindahkan dari kedudukan pembersih kamar mandi menjadi dayang sebelah
dalam. Akan te tapi, kenaikan kedudukan ini tidak
ada artinya baginya. Kini hanya diketahui semua
penghuni bagian pute ri itu bahwa ia adalah
seorang di antara dayang yang pernah mendapat
"kehormatan" melayani kaisar! Itu saja. Hanya
beberapa kali saja ia dipanggil untuk melayani
kaisar di tempat tidurnya. Setelah itu, Kaisar Tang
Tai Cung seolah melupakannya! Dan yang lebih
menggelisahkan hatinya, selama beberapa kali
melayani kaisar itu, ia tidak berhasil mengandung.
Akan te tapi, Bu Couw Hwa adalah seorang
wanita yang sejak kecil memiliki hati yang keras
dan semangat yang besar. Ia tidak pernah turun
semangat, bahkan segala kegagalan dianggapnya
sebagai pupuk bagi semangatnya untuk mencapai
apa yang dicitakannya. Kalau perlu, ia berani
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menempuh segala cara dan jalan demi tercapainya
cita-citanya. Setelah melihat betapa Kaisar Tang Tai Cung
yang pembosan itu acuh saja te rhadap dirinya,
iapun mencari sasaran lain. Banyak memang pria
yang dapat dijadikan sasaran olehnya. Para
pengawal atau komandan pengawal, bahkan pejabat-pejabat tinggi yang dekat dengan kaisar
dan sering bertemu dengannya. Namun, ia
bukanlah seorang wanita yang mudah puas. Citacitanya setinggi langit. Segala macam pria yang
berkedudukan tinggi itu tidak ada artinya baginya.
Ia harus mencapai puncaknya! Orang ke dua
setelah Kaisar Tang Tai Cung yang dianggapnya
akan mampu mengangkatnya ke te mpat tertinggi,
adalah Pangeran Li Hong, putera mahkota!
Pangeran ini berusia duapuluh tahun, tentu saja
jauh lebih menarik daripada ayahnya, Kaisar Tang
Tai Cung yang sudah berusia empatpuluh tahun.
Kembali Bu Couw Hwa mengatur siasat. Sebagai
seorang dayang yang dipercaya membersihkan
kamar-kamar, te ntu saja banyak kesempatan
baginya untu k menyambar barang-barang berharga yang berserakan dan tidak pernah diteliti
oleh para permais uri dan selir. Mudah saja bagi Bu
Couw Hwa untuk mencuri barang-barang perhiasan berharga dan benda-benda ini ia
pergunakan untuk mendekati para thai-kam.
De ngan menyogok sana sini akhirnya para thaikam dapat mengatur suatu pertemuan yang
seolah-olah tidak disengaja antara ia dan Pangeran
Mahkota Li Hong di dalam taman.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada suatu malam te rang bulan, ketika Pangeran Mahkota Li Hong sedang berjalan-jalan
seorang diri di taman besar istana, hanya ditemani
dua orang thai-kam kepercayaan, tiba-tiba ia
mendengar suara yang-kim (s iter) yang nyaring.
Lalu suara itu disusul kemerduan suara seorang
wanita yang bernyanyi. Mendengar ini, Pangeran Li
Hong menghentikan langkahnya dan mendengarkan. Nyanyian itu amat terkenal, nyanyian rakyat yang menceritakan tentang seekor
burung merak yang merindukan seekor burung
dewata, betapa sang merak merasa rendah diri dan
buruk dibandingkan sang burung dewata, namun
betapa rindunya untuk berdekatan dengan raja
burung itu. Entah karena is i nyanyian itu atau merdunya
suara dan yang-kim atau karena malam te rang
bulan di taman mendengar nyanyian itu merupakan perpaduan yang amat indah, namun
pangeran yang masih muda itu merasa tertarik dan
kagum se kali. "Siapa yang bernyanyi itu?" tanyanya sambil
memandang ke arah sebuah pondok kecil mungil
yang berada di dalam taman, darimana suara itu
te rdengar. Tentu saja dua orang thai-kam itu tahu siapa
pemilik suara itu, karena merekalah yang mengatur perte muan ini, akan tetapi mereka tidak
mau mengaku dan mengatakan bahwa mungkin
seorang dua oran g dayang yang sedang bertugas di
situ membersihkan pondok yang menjadi te mpat
peristirahatan para puteri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Akan te tapi itu hanya dugaan hamba saja
pangeran," kata pula orang kedua, "s etahu kami
tidak ada dayang is tana yang memiliki suara
semerdu itu dan keahlian memainkan yang-kim
seindah itu." Tentu saja hati sang pangeran menjadi semakin
te rtarik, maka ketika dua orang thai-kam itu
mengajak dia untuk mengintai melalui belakang
pondok, diapun tersenyum dan mengikuti mereka.
Semua ini memang sudah diatur oleh Bu Couw
Hwa dan dua orang thai-kam itu. Ketika sang
pangeran bersama dua orang thai-kam mengintai
melalui pondok belakang, mereka melihat seorang
gadis cantik jelita sedang duduk seorang diri
memainkan yang-kim karena nyanyian itu telah
selesai. Gadis itu cantik manis dan jari-jari tangannya
yang le ntik bergerak menari-nari dengan indahnya
di atas yang-kim, mukanya agak diangkat seolah
gadis itu sedang memandang bulan di langit
dengan mata yang redup sayu, dengan mulut yang
setengah terbuka. Bukan main indahnya penglihatan itu. Melihat seorang gadis cantik jelita
bermain yang-kim, di taman bunga dalam te rang
bulan, sungguh suatu keindahan seperti yang
te rkandung dalam sajak yang indah. Hati sang
pangeran seketika terpikat. Suasana itu mendatangkan ketentraman dan kelembutan yang
penuh damai, menimbulkan gairah romantika yang
syahdu dan darah mudanya bergejolak.
Melihat bahwa gadis itu mengenakan pakaian
seperti seorang dayang, maka keberanian sang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pangeran meningkat. Kalau wanita itu seorang selir
ayahnya, te ntu saja dia tidak akan berani
menggodanya. Akan te tapi seorang dayang hanyalah seorang pelayan, walaupun banyak selir
berasal dari dayang. Bersama dua orang thai-kam
yang di percayanya itu, diapun memasuki pondok
itu dari pintu belakang dan menghampiri gadis
yang masih memainkan yang-kim lirih-lirih sambil
melamun. "Nona, suaramu indah sekali." Pangeran Li Hong
memuji setelah berada dekat di belakang gadis itu.
De ngan permainan sandiwara yang baik sekali,
gadis itu mele paskan yang-kimnya saking kaget,
memutar tubuhnya, te rbelalak dan membuka
mulut secara manis sekali, mengangkat kedua
tangan ke atas, lupa bahwa baju depannya
setengah terbuka sehingga nampak sebagian
dadanya yang mulus dan putih, lalu menjatuhkan
diri berlutut. "Yang mulia Pangeran......, hamba.... hamba
mohon maaf......hamba tidak tahu akan kehadiran
paduka.... hamba siap menerima hukuman mati.."
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
katanya dengan suara yang merdu dan seperti
orang yang ketakutan, suaranya berdesah dan
berbisik. Pangeran Li Hong tertawa, semakin kagum
karena setelah berada dekat, dia melihat bahwa
gadis ini memang cantik sekali dan keharuman
khas keluar dari tubuhnya. Padahal gadis ini baru
selesai bekerja agaknya, setelah membersihkan
pondok itu dan beris tirahat, tentu tidak mempersiapkan diri, tidak mempersolek diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bajunyapun setengah te rbuka dan rambutnya
kusut. Sama sekali dia tidak pernah mimpi bahwa
kekusutan pada diri Bu Couw Hwa itu adalah
kekusutan "teratur".
"Ha-ha-ha, nona, jangan takut. Engkau tidak
bersalah apa-apa, aku tadi hanya te rtarik oleh
suaramu yang merdu dan permainan yang-kimmu
yang indah. Aku ingin mendengar le bih banyak.
Mainkanlah yang-kim itu dan bernyanyilah untukku." "Aiih, ampunkan hamba, pangeran. Bagaima
hamba berani memperdengarkan suara hamba
yang parau dan permainan yang-kim hamba yang
ngawur" Hamba hanya seorang dayang......."
"Jangan merendahkan dirimu, eh, siapa namamu?" Bukan main girangnya rasa hati Bu Couw Hwa.
Perhatian dari pangeran itu menunjukkan bahwa
siasatnya mulai berhasil. Umpannya mulai disambar kakap! "Nama hamba Bu Couw Hwa, pangeran."
"Bagus, Couw Hwa, atau kusebut saja engkau
Hwa Hwa!" Pangeran itu tertawa lagi, girang karena
wajah gadis itu demikian cerah dan ramah
sehingga menimbulkan suasana yang gembira. Dia
lalu memerintahkan kedua orang thai-kam. "Cepat
ambilkan arak dan makanan, aku ingin makan
malam di sini. Hwa Hwa, maukah engkau
melayaniku makan malam di s ini?"
"Mau" Aiiih, pangeran. Hamba merasa seperti
kejatuhan bintang, mendapat kehormatan besar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali. Tentu saja hamba suka sekali. Biar hamba
bersihkan dulu meja dan dan hamba ganti dengan
kain penutup yang baru!" Dengan gerakan lincah,
le nggang yang membuat pinggulnya yang bulat
besar seperti menari-nari, gadis itu mengerjakan
persiapan untuk makan malam sang pangeran.
Setiap gerak geriknya diikuti pandang mata
pangeran muda itu yang menjadi semakin te rpesona. "Aku harus dapat menaikkan harga diriku,"
demikian sambil membersihkan dan merapikan
meja, gadis itu berpikir. "Kalau kujual murah,
te ntu akhirnya sebentar saja dia akan lupa
padaku." Bu Couw Hwa memang cerdik luar biasa. Ia
mempergunakan siasat memikat pangeran mahkota bukan sekedar merupakan petualangan
cinta belaka. Sama sekali tidak! Ia memiliki tujuan
yang le bih inggi lagi, mempunyai cita-cita yang
muluk. Usahanya te rhadap Kaisar gagal setengah
jalan, maka kini ia menempuh jalan lain, melalui
Pangeran Mahkota! Tak lama kemudian, pangeran itu makan minum
di dalam kamar, dilayani Bu Couw Hwa, kemudian
gadis itupun beberapa kali memainkan yang-kim
dan bernyanyi, bahkan mengajak pangeran itu
bercakap-cakap tentang seni suara dan seni sastra,
karena iapun pandai membuat sajak atau syair
berpasangan yang mengandung makna dalam.
Mendengar bahwa usia gadis itu baru menjelang
tujuhbelas tahun, sang pangeran menjadi semakin
kagum. Akan te tapi ketika dia mulai Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memperlihatkan gejolak berahinya, dengan le mbut
Bu Couw Hwa menolaknya. Dengan halus dan
le mbut.! Tentu saja sang pangeran menjadi
penas aran bukan main. Penolakan yang halus itu
Hati Budha Tangan Berbisa 12 Pedang Naga Kemala Karya Kho Ping Hoo Pendekar Lembah Naga 20
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama