Ikat Pinggang Kemala Sabuk Kencana Karya Khu Lung Bagian 1
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karya : Khu Lung Cersil ini mulanya berjudul : Ikat Pinggang Kemala
diterjemahkan OKT Kemudian dilanjutkan oleh Tjan ID dengan judul Sabuk
Kencana Diterbitkan Sastra Kumala 1973
Ebook oleh : Dewi KZ & aaa
http://kangzusi.com/ atau http:// http://dewi-kz.info/
Jilid : 1 GUNUNG Bong-san terletak di sebelah Timur Laut
keresidenan Lok-yang dalam bilangan propinsi Hoo-lam,
meskipun gunungnya tidak tinggi tetapi wilayah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pegunungannya sangat lebar. Bagian Utara gunung Bong-san
tersebut, orang kuno menyebutnya sebagai Pak Bong-san.
Di atas Pak Bong-san banyak tersebar kuburan serta batu2
nisan yang bertaburan di sepanjang lereng, tulang belulang
serta tengkorak manusia berserakan di mana2 sehingga
seluruh bukit nampak putih berkilauan, perduli tersengat sinar
matahari, hembusan angin ataupun curahan hujan, tak
seorangpun yang ambil perduli, hal ini membuat suasana
kelihatan begitu menyedihkan dan begitu mengenaskan...
Setiap kali malam menjelang datang, kerlipan cahaya api
bertaburan di seluruh bukit, desiran angin bersuit laksana
jeritan iblis, hawa yang lembab dan dingin terutama ditengah
malam yang basah oleh curahan hujan serta hembusan topan,
seluruh bukit diliputi oleh hawa setan yang mengerikan,
membuat bulu kuduk setiap orang terasa pada bangun
berdiri... Malam itu, awan tebal menyelimuti seluruh angkasa,
cahaya rembulan tertelan dibalik kegelapan, hujan turun
rintik2 membasahi seluruh permukaan, se akan2 kegelapan
yang menggila menyelimuti seluruh bukit Pak Bong-san,
suasana kelihatan makin mengerikan semakin menyeramkan...
Pada saat itulah, ketika kentongan pertama haru saja lewat
dari kaki gunung Pak Bong-san muncul dua sosok bayangan
manusia, satu kate dan yang lain tinggi, menempuh deraan
hujan gerimis serta kabut yang tebal, dengan gerakan tubuh
yang ringan, gesit tapi cepat laksana kilat me luncur naik ke
atas puncak. . Ditinjau dari ilmu meringankan tubuh yang diperlihatkan
kedua orang itu, meski gerakan tubuh s i pendek, rada kurang
mahir, tetapi dalam pandangan seorang ahli s ilat, segera akan
diketahui bahwa kedua orang itu bukan lain adalah jago2 Bulim. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sungguh cepat sekali gerakan mereka dalam sekejap mata
kedua sosok bayangan hitam itu sudah mencapai di atas
puncak dan berdiri di depan sebuah batu nisan yang tinggi lagi
besar. Bayangan manusia berperawakan pendek
itu berjongkok membaca sejenak tulisan di atas batu nisan
kuburan itu, lalu menoleh dan ujarnya ke pada si manusia
berperawakan tinggi besar itu:
"Suhu ! Kuburan ini bukan lain adalah kuburan dari
keluarga Chee, tetapi . . ."
Ia merandek sejenak, lalu menambahkan:
"Orang itu kirim surat undangan kepada suhu diajak bikin
perhitungan ditempat ini, sebenarnya antara suhu dengan
orang itu pernah terikat permusuhan apa sih " apakah dalam
hati suhu sudah temukan asal mulanya peristiwa ini?"
Kiranya kedua sosok bayangan manusia itu bukan lain
adalah guru dan muridnya.
Mendengar ucapan dari muridnya ini, sang guru lantas
menghela napas panjang. "Aaaai . . . ! urusan ini memang rada aneh" sahutnya. "aku
sudah pikirkan berulang kali, tetapi masih belum jelas juga
siapakah sebenarnya musuhku itu " tetapi kalau ditinjau dari
gaya tulisan yang ternyata di atas surat tantangan tersebut,
aku rasa pihak lawan pastilah seorang perempuan. Tapi
sungguh mengherankan, sudah puluhan tahan lamanya aku
berkelana dalam dunia persilatan, boleh dikata jarang sekali
mengikat tali permusuhan dengan orang lain, apalagi dengan
kaum wanita, bukankah hal ini. ."
Sementara sang guru masih berucap, tiba2 dari tengah
udara berkumandang suara alunan seruling yang merdu
merayu. seketika itu juga ia berhenti berbicara, wajahnya
menunjukkan tanda2 tercengang, telinga dan perhatian segera
dicurahkan untuk mendengarkan suara tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lapat2 irama seruling mengalun datang makin nyaring,
irama lagunya sebentar meninggi sebentar kemudian
merendah, begitu merayu, begitu mempesonakan suaranya
membuat pikiran orang jadi kosong.. dibuai dalam lamunan.
Tiba2 irama seruling tadi berubah meninggi makin lama
makin tinggi hingga akhirnya mencapai puncaknya, irama
tersebut melengking ditengah udara menembusi awan
menggema ke empat penjuru, suaranya keras laksana
derapan kaki kuda sepasukan prajurit menambah panas
suasana, membuat seluruh permukaan diliputi hawa napsu
membunuh..." Lama...lama sekali... mendadak irama itu berubah
mendatar dan akhirnya merendah, begitu dalam suaranya
seakan ada nyanyian kematian berkumandang dari akhirat
membuat orang merasa melongo dan kosong . . . dan terakhir
irama seruling tadi berhenti sama sekali.
Dua sosok bayangan manusia guru dan murid itu sama2
berdiri menjublek, mereka dibikin tertegun, melongo oleh
irama seruling aneh itu, se-akan2 pada saat ini mereka telah
melupakan tujuan mereka yang sebenarnya.
Pada saat itulah tiba2 dari bawah lereng muncul empat
buah lentera yang ber-goyang2 dan berkelap-kelip ditengah
hembusan angin serta rintikan hujan, lima sosok bayangan
tubuh yang kecil mungil laksana kilat berkelebat ke arah
puncak bukit. Dalam sekejap mata, kelima sosok bayangan tubuh yang
kecil mungil itu sudah tiba di atas puncak dan serentak
berhenti kurang lebih delapan depa di hadapan guru dan
murid orang itu. Di bawah sorotan sinar lentera yang menerangi empat
penjuru, masing2 pihakpun segera dapat melihat raut muka
masing2. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tampaklah dua orang yang datang duluan, sang guru telah
berusia lima enam puluh tahunan, memakai jubah warna abu2
dengan sebuah Huncwee sepanjang tiga depa terselip di atas
pinggangnya, huncwee tersebut berwarna hitam pekat, tak
usah diragukan lagi siapapun akan segera menduga benda itu
terbuat dari besi bercampur baja murni.
Wajahnya persegi empat dengan warm merah padam,
jenggot serta kumisnya pendek, dari sepasang matanya
memancarkan sinar tajam laksana kilat, potongan mukanya
penuh berwibawa. Sedang sang murid baru berusia empat lima belas tahunan
dengan memakai baju warna biru, sebilah pedang tersoren
dipunggungnya. Dia adalah seorang bocah bermuka putih,
beralis lancip dart bermata jeli. Walaupun tampan sekali
wajahnya namun masih belum lenyap sifat kekanakannya.
Dari lima orang yang muncul belakangan, empat orang
diantaranya berdandan sebagai pelayan usianya baru lima
enam belas tahunan, dengan masing2 mencekal sebuah
lentera dan ditengah mereka berdiri seorang gadis berbaju
merah. Potongan badan gadis itu sangat menggiurkan, usianya
tidak lebih dari dua puluh tahun, tetapi wajahnya pucat pias
bagaikan mayat, sedikitpun tidak nampak adanya warna
darah, raut mukanya tidak lebih dari pada sesosok mayat
hidup. Ditengah tanah pekuburan yang liar dan tak terawat,
tengkorak manusia berserakan di-mana2, serta ditengah
malam buta yang dingin menyeramkan, seandainya tiada
sorotan empat buah lentera, niscaya orang akan dibikin
bergidik sete lah menyaksikan raut wajah tersebut, meski dia
adalah seorang jagoan kelas satu dari dunia persilatanpun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, ketika guru dan murid dua orang dapat
menyaksikan wajah sang gadis yang amat menyeramkan itu,
mereka terkejut dan sama2 merasa ngeri.
"Siapakah dia !" pikir mereka hampir berbareng." Agaknya
belum pernah kudengar namanya disebut dalam dunia
persilatan" Sementara mereka sedang melamun, tiba2 terdengar gadis
berbaju merah itu menegur dengan tiada dingin:
"Benarkah anda bernama Bong-san Yen Shu Si kakek
Huncwee dari gunung Bong-san Yu Boo adanya ?"
Sembari berkata, sepasang matanya dengan memancarkan
sinar tajam menatap si kakek itu dalam-dalam.
Si kakek itu bertindak kalem, ia balas menatap wajah gadis
itu dengan s inar mata tajam, lalu mengangguk.
"Tidak salah !" sahutnya, "Lohu bukan lain adalah si kakek
Huncwee dari gunung Bong-san, Yu Boo adanya, entah
siapakah nona " permusuhan apakah yang telah mengikat
antara kita berdua " harap nona suka kasi penjelasan !"
Dara berbaju merah itu tidak langsung menjawab,
sebaliknya ia bertanya kembali:
"Anda datang memenuhi janji hanya seorang dirikah ?"
atau sudah mengundang bala bantuan ?".
Pertanyaan ini membuat si kakek huncwee dari gunung
Bong-san tertegun, tapi dengan cepat ia dapat memahami
maksud ucapan tersebut, si kakek itu segera mendongak dan
tertawa ter-bahak2. "Haa--haa---sudah puluhan tahun lamanya aku orang she
Yu berkelana dalam dunia persilatan, aku yakin tindak
tandukku masih terbuka dan mencerminkan sifat seorang
lelaki sejati. Nona, kau tak usah kuatir, kecuali muridku Gong
Yu seorang, loohu sama sekali tidak mengundang bala
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bantuan, seandainya kedatangan nona barusan telah
menemukan sesuatu, maka lohu tegaskan bahwa mereka
sama sekali tiada sangkut pautnya dengan diriku!"
"Hm ! bagus kalau begitu" dengus sang dara berbaju
merah dengan suara dingin.
Sepanjang hidupnya si kakek huncwee dari gunung Bongsan selalu berkelana di dalam dunia persilatan, puluhan tahun
sudah ia angkat nama pengalamannya boleh dikata luas
sekali. Dari nada ucapan si gadis berbaju merah barusan, ia tahu
gadis tersebut telah menyangsikan kejujurannya.
Hal ini membuat ia tersinggung, air mukapun segera
berubah hebat. Haruslah diketahui, sejak terjunkan diri ke dalam dunia
persilatan, si kakek huncwee dari gunung Bong san tidak
pernah bicara bohong barang sekecappun, apa yang
diutarakan selalu benar dan sejujurnya, tidak aneh kalau
kesangsian yang tercermin dalam wajah gadis berbaju merah
barusan amat menyinggung perasaannya sehingga air
mukapun berubah hebat. Murid kesayangan dari si kakek huncwee dari gunung
Bong-san, yakni Gong Y u meski baru berusia empat lima belas
tahunan, namun ia sudah mewarisi hampir seluruh ilmu silat
yang dimiliki gurunya si kakek huncwee dari gunung Bong-san
tenaga dalamnya tidak lemah, apabila sepanjang tahun selalu
berkelana didalam dunia kangouw mendampingi gurunya,
pengalaman maupun pengetahuannya luas sekali.
Sejak kemunculan gadis berbaju merah itu, ia sudah
merasa tidak senang hati karena sikapnya yang angkuh,
perkataannya yang ketus dan dingin serta wajahnya yang
hambar, pucat pias sama se kali tidak berperasaan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini, mendengar gadis itu menyangsikan kejujuran
gurunya, bahkan menunjukkan tanda2 menghina.
Ia semakin gusar dibuatnya, hawa amarah terasa bergolak
dengan hebatnya dalam rongga dada.
Sekalipun ia tahu gadis berbaju merah itu pasti memiliki
ilmu s ilat yang lihay, terbukti dari keberaniannya menantang si
kakek huncwee dari gunung Bong-san untuk bikin
penyelesaian di atas tanah pekuburan keluarga Chee, namun
ia tidak jeri. Ia sadar gadis berbaju merah itu bukan manusia
sembarangan, namun hawa amarah yang berkobar dalam
dadanya sukar terkendalikan kembali, tak tahan ia
menghardik: "Ciss ! guruku adalah seorang angkatan tua dalam dunia
persilatan, nama besarnya dihormati banyak orang dan
sepanjang hidup tak pernah bicara bohong. Hmm ! sungguh
tak nyana kau budak jelekpun berani pandang enteng kaum
tua bahkan menghinanya pula---".
"Setan cilik ! tutup bacotmu yang bau" tukas seorang
budak dengan suara yang nyaring. "Hm ! agaknya kau sudah
makan nyali beruang, jantung harimau, berani benar mencaci
maki nona kami sebagai budak jelek ! hati2 kau, sekali lagi
berani bicara tidak karuan, nona mudamu segera akan potong
lidahmu yang bau itu !".
Bentakan berasal dari salah satu dayang si gadis berbaju
merah itu, dia adalah dayang tertua diantara dayang2 lainnya
dan merupakan pemimpin pula diantara keempat dayang
tersebut, ia bernama Siauw Leng.
Kiranya gadis berbaju merah ini the Tong-hong bernama
Beng Coe, dia adalah puteri dari T onghong Koen seorang jago
Bu-lim yang pernah menggetarkan dunia persilatan dengan
permainan kedua belas batang senjata rahasia peluru
emasnya, begitu lihay permainan silatnya sehingga boleh
Ikat Pinggang Kemala Sabuk Kencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dikata merupakan salah satu ilmu sakti dalam dunia persilatan.
Karena kelihaian nya inilah maka ia diberi gelar si Malaikat
peluru emas oleh umat Bu-lim.
Sejak kecil T onghong Beng Coe mendapat didikan ilmu s ilat
dari ayahnya, sekalipun tenaga dalamnya tidak sesempurna
yang dimiliki orang tuanya namun delapan sembilan bagian
sudah ia warisi. Ke empat dayang itupun belajar silat dari nonanya sejak
kecil, berkat kecerdikan mereka serta bakatnya yang bagus,
maka ilmu silat ke empat orang dayang inipun boleh dikata
sudah mencapai kesempurnaan, lihay luar biasa.
Disamping pemimpinnya yang bernama, Siauw Leng, ketiga
orang dayang lainnya masing2 bernama Siauw Lin, Siauw Cie
serta Siauw Giok. Walaupun antara Tonghong Bengcu dengan ke empat
orang dayang itu terikat hubungan antara majikan dan
pembantu, dalam kenyataan hubungan mereka lebih erat dari
pada saudara kandung sendiri.
Belum habis Gong Yu berbicara, tiba2 telah ditukas oleh
Siauw Leng, hal ini semakin menggusarkan hatinya, dengan
wajah sinis dan memandang rendah kembali ia membentak.
Budak busuk! jangan tak tahu malu, selembar wajahmu
yang kaku macam mayat hidup sungguh mengerikan bagi
yang memandang, se-olah2 baru saja keluar dari liang kubur.
Hemm, kalau bukan si budak berwajah jelek, lalu harus
disebut apa" Hmm..."
"Anak Yu, kenapa kau tak tahu sopan" ayoh cepat tutup
mulutmu!" tiba2 gurunya si kakek huncwee dari gunung Bongsan membentak. Meskipun ucapan dari Gong Yu belum habis diutarakan,
namun ia tak berani membangkang perintah gurunya,
terpaksa ia bungkam dalam seribu bahasa, sekalipun begitu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hatinya merasa sangat tidak puas sepasang biji matanya yang
jeli dengan penuh rasa gemas melotot sekejap ke arah Siauw
Leng. Dalam pada itu, setelah menegur muridnya, kakek huncwee
dari gunung Bong-san segera berpaling ke arah Tonghong
Beng Coe dan menjura dalam2, ujarnya:
"Muridku lancang dengan sudah mengeluarkan kata2 yang
tidak senonoh, harap nona suka memaafkan kesalahannya
dan jangan marah !" Tonghong Beng Coe melirik sekejap ke arah Gong Yu,
kemudian mendengus dingin.
Sikap yang angkuh dan jumawa ini amat menusuk
penglihatan namun si kakek huncwee dari gunung Bong-san
pura2 berlagak pilon, ia lanjutkan kata2nya:
"Nona, Bolehkah aku tahu siapa nama besar anda "
permusuhan apakah yang pernah kita buat " harap anda suka
menjelaskan kepada diri lohu !"
"Nonamu bernama Tonghong Beng Coe !" jawab sang dara
dengan sepasang mata memancarkan cahaya membunuh, ia
tatap wajah sang dara dengan sepasang mata mendendam.
"Si peluru sakti Tonghong Koen adalah ayah nonamu. Hey
bajingan tua ! sekarang kau sudah mengerti bukan ?"
Walaupun suara Tonghong Beng Coe kedengaran rada
gemetar, dari sepasang matanya memancar cahaya
membunuh, namun selembar wajahnya yang sangat pucat
pias bagaikan mayat kaku dan sama sekali tidak menunjukkan
perubahan. "Oooow...! kiranya kau adalah nona Tonghong" Seru si
kakek huncwee dari gunung Bong san dengan nada
tercengang. Lohu benar2 tidak paham, dendam sakit hati
apakah yang sebenarnya pernah terikat antara aku dengan diri
nona " harap nona suka bicara terus terang !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menyaksikan sikap tercengang yang ditunjukkan Si kakek
huncwee dari gunung Bong-san, Tonghong Beng Coe
menyangka si kakek itu sedang pura2 berlagak pilon, ia jadi
semakin gusar. Setelah tertawa dingin, bentaknya:
"Bajingan tua! kau tak usah berlagak pilon lagi, tiga bulan
berselang ayahku telah menemui ajalnya di depan tanah
pekuburan keluarga Chee ini, nona tidak percaya kalau begitu
cepat kau telah melupakan peristiwa berdarah ini !"
Pengalaman yang dimiliki si kakek huncwee amat luas, dari
ucapan tersebut dengan cepat ia dapat dibikin paham
tantangan Tong-hong Beng Coo terhadap dirinya untuk bikin
perhitungan di depan tanah kubur keluarga Chee pada malam
ini benar2 merupakan suatu kesalahan paham yang
mengerikan sekali... Walaupun ia rada tertegun, namun dengan tenang dan
sabar ujarnya kembali: "Meskipun lohupun pernah dengar tentang terjadinya
peristiwa berdarah ini, namun aku tak tahu duduk perkara
sebenarnya, lagi pula sama sekali tiada sangkut pautnya
dengan diri loohu" "Kurang ajar...si setan tua ini tak mau mengaku juga" pikir
Tonghong Beng Co, setelah menyaksikan si kakek tua itu tak
mau mengaku. Kenapa aku tidak ambil keluar barang bukti
agar ia saksikan dengan mata kepala sendiri" akan kulihat,
apa yang hendak ia katakan nanti".
Berpikir sampai disitu hatinya lantas bergerak, ia merogoh
ke dalam saku dan ambil keluar sebilah golok emas bersisik
ikan atau Gie-Lim Kiem-To yang panjangnya kurang lebih
delapan coen, lalu benda tadi ditunjukkan pada si orang tua
itu seraya tertawa dingin.
"Bajingan tua ! coba kau lihat benda apakah ini ?".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aaah---!". Golok emas bersisik ikan Gie Lim Kiem To merupakan
senjata penjaga keselamatannya yang telah menggemparkan
dunia persilatan selama puluhan tahun ini, terhadap barang
sendiri tentu saja si akek huncwee dari gunung Bong-san
mengenalinya, tidak aneh kalau ia lantas tahu bahwa benda
tersebut adalah miliknya begitu sang dara mengambil keluar
dari sakunya. Maka dari itu, ia lantas berseru kaget setelah menyaksikan
golok emas bersisik emas Gie Lim Kiem To tersebut dengan
wajah tercengang ia mundur dua langkah ke elakang, lalu
tanyanya kepada sang gadis dengan suara rada gemetar:
"Gooo... golok ikan bersisik ikan ini memang merupakan
senjata penjaga keamanan lohu selama aku berkelana dalam
dunia persilatan, tetapi pada beberapa bulan berselang tiba2
hilang lenyap, entah nona dapatkan benda ini dari mana ?".
Tonghong Beng Coe tertegun menyaksikan sikap kaget dan
melengak dari Bong-san Yen Shu tetapi dengan cepat ia
merasa yakin dan pasti bahwa sikakek tua inilah pembunuh
ayahnya almarhum. "Hey bajingan tua !" katanya kemudian sambil tertawa
dingin. "Ayahku mati di jung golok emas ini dan kini barang
bukti sudah ada di depan mata, apakah kau hendak
menyangkal lebih jauh ?".
"Sekarang Bong-san Yen Shu pun sadar, lenyap nya golok
emas tersebut pada beberapa bulan berselang bukan hanya
kebetulan saja, tetapi merupakan siasat dari seseorang untuk
memfitnah dirinya. Tentu saja orang yang memfitnah dirinya tentu adalah
musuh besarnya, tetapi siapakah orang itu"
Dalam dunia persilatan, Tonghong Koen bukanlah manusia
sembarangan, dia adalah seorang jago Bu lim yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkepandaian tinggi, kesempurnaan ilmu silatnya boleh
dikata hampir sejajar dengan kepandaian yang ia miliki.
Dan sekarang terbukti Tonghong Koen telah menemui
ajalnya di ujung golok emas bersisik ikan milik dirinya yang
dicuri, hal ini membuktikan pula bahwa ilmu silat yang dimiliki
sang pembunuh benar2 luar biasa bahkan jauh di tas
kepandaian silatnya. Kalau betul orang itu berkepandaian lihay dan menaruh
dendam pula dengan dirinya, mengapa ia tak langsung
mencari dirinya dan menuntut balas dengan tangan sendiri"
mengapa ia harus gunakan siasat keji, untuk memfitnah
dirinya.." Sekalipun pengalaman serta pengetahuan si kakek
huncwee dari gunung Bong-san sangat luas, tak urung ia
dibikin tercengang juga oleh peristiwa ini, ia merasa heran
bingung dan tidak habis mengerti.
Golok emas bersisik ikan Gie Lim Kiem To adalah benda
milik pribadinya, sekarang terbukti Tonghong Koen binasa di
ujung golok tersebut, kenyataan ini tak mungkin bisa dibantah
lagi, dan tak mungkin baginya untuk menerangkan kenyataan
tersebut, sekalipun ia bicara sampai lidah membusuk dan air
liur mengering, apakah Tonghong Beng Coe sudi mempercayainya " Maka dari itu, berada dalam keadaan seperti ini kakek
huncwee dari gunung Bong-san cuma bisa menatap wajah
sang nona dengan sinar mata mendelong, mulutnya terkatup
rapat2. "Bajingan tua !" Teriak Tonghong Beng Coe sambil gertak
gigi menahan rasa benci yang meluap dalam hati. "Seorang
lelaki sejati berani berbuat berani bertanggung jawab, apa
gunanya kau bersembunyi dan menyangkal terus macam cucu
kura2. Kini golok emas bersisik ikan sebagai barang bukti, apa
yang hendak kau katakan lagi ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bicara sampai di situ tiba2 nada suaranya berubah dengan
suara keras bagaikan guntur membelah bumi hardiknya:
"Hutang darah bayar dengan darah, bajingan tua !
serahkan nyawamu !" Badannya segera maju ke depan, golok emas bersisik ikan
yang berada dalam genggamannya dengan menciptakan
serentetan cahaya keemas2an laksana kilat menusuk ke arah
pinggang si kakek huncwee dari gunung Bong-san.
Serangannya dilancarkan cepat, gerakan tubuhnya lincah,
benar2 terhitung gerak-gerik seorang jagoan lihay.
Bong san Yen Shu terkesiap menyaksikan datangnya
serangan, buru2 ia enjot badannya mundur delapan depa ke
belakang. Menyaksikan serangannya mengenai pada sasaran yang
kosong. T onghong Beng Coe jejakkan kakinya ke atas tanah,
ujung bajunya berkibar tersampok angin diiringi bentakan
nyaring cahaya ke-emas2an menyambar ke depan menusuk
kembali ke arah tubuh lawan.
Tonghong Beng Coe adalah ahli waris seorang jago
kenamaan, sekalipun gerakan tubuhnya sangat lihay namun si
kakek huncwee dari gunung Bong-san pun merupakan
seorang jago kenamaan dalam Bu-lim, tenaga dalam yang
dilatih selama puluhan tahun benar2 amat sempurna, Tong
hong Beng Coe mana bisa menandingi dirinya"
Tetapi Bong-san Yen Shu sudah menyadari bahwasanya
peristiwa tni terjadi karena kesalah pahaman belaka, meskipun
tubrukan2 dari Tong hong Beng Coe amat ganas, jurus
serangannya amat keji namun ia tidak me layani semua
serangan nona tersebut. Ia takut seandainya sampai terjadi
pertarungan dimana ia salah turun tangan hingga melukai
nona tersebut, bukan saja pamornya akan merosot karena
menganiaya seorang nona muda, disamping itu bagaimanakah
pertanggungan jawab terhadap sahabat2 kangouw.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka dari itu, terhadap serangan2 yang ganas dari
Tonghong Beng Coe sama sekali tidak dilayaninya, dengan
andalkan kegesitan ia berkelit dan menghindar terus kesana
kemari. Satu pihak menyerang mati2an dengan keluarkan segenap
jurus serangannya yang paling keji dan paling ganas untuk
membalaskan dendam kematian orang tuanya.
Dilain pihak demi menjaga pamor serta nama baiknya
selama puluhan tahun dalam dunia persilatan, perduli diancam
dengan serangan sekeji dan seganas apapun selalu
menghindar dengan andalkan ilmu meringankan tubuhnya
yang amat sempurna. Begitulah seraya menghindar Si kakek huncwee dari
gunung Bong san berteriak tiada hentinya:
"Nona! tahan! nona! harap tahan. . ."
Dendam orang tua sedalam lautan, apalagi musuh besar
berada di depan mata, pada saat ini sepasang mata Tonghong
Beng Coe telah berubah merah membara, ia tidak sudi
berhenti, sekalipun Bong-san Yen Shu telah berteriak sehingga
lidahnya membusuk, air liur mengering ia tetap tidak ambil
gubris, golok emas sepanjang delapan coen tersebut
melancarkan serangan2 mematikan dan tiada hentinya
mengancam bagian2 penting di atas tubuh sikakek tersebut.
Manusia dari tanah liatpun memiliki tiga bagian watak
tanah liat, apalagi manusia benar2. Meskipun iman Bong-san
Yen Shu amat tebal, namun lama kelamaan ia dibikin naik
pitam juga oleh desakan2 T onghong Beng Coe yang tak mau
tahu akan teriak2anya, ia tidak sabar sehingga akhirnya
dengan alis berkerut bentaknya:
"Hey bocah! kalau kau terus menerus menyerang aku
dengan membabi buta, apakah kau hendak paksa lohu pun
harus turun tangan balas melancarkan serangan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bajingan tua!" Seru Tonghong Beng Coe pula sambil
menyerang kalap tiada hentinya Jikalau malam ini nonamu tak
dapat membinasakan dirimu di ujung golok ini, arwah ayahku
dialam baka tidak akan merasa tenteram ! tak usah banyak
bicara lagi, ayoh cepat serahkan jiwamu !"
Saat ini sikakek huncwee dari gunung Bong-san benar2 tak
dapat menahan diri, hawa gusar telah memuncak. Ia segera
membentak. "Budak ingusan! kau begitu keterlaluan tak tahu keadaan,
jangan salahkan kalau lohu terpaksa harus memberikan
Ikat Pinggang Kemala Sabuk Kencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perlawanan" Ditengah bentakan keras, badannya bergerak ke depan,
ujung baju tersampok angin, gerakan tubuhnya tiba2 berubah,
sepasang telapak berputar dan menari memenuhi angkasa,
dalam sekejap mata ilmu cengkeraman Sah cap Lak-Thay
Kiem-na Cioe yang terdiri dari tiga puluh enam jurus telah
dilancarkan ke depan laksana sambaran kilat.
Dalam beberapa detik kemudian, secara beruntun ia telah
lepaskan tiga buah jurus serangan dahsyat, bukan saja luar
biasa bahkan cepatnya sukar dilukiskan dengan kata2.
Haruslah diketahui, si kakek huncwee dari gunung Bongsan terhitung sebagai jagoan kelas wahid dalam dunia
persilatan dewasa ini, kepandaian silat yang dimilikinya telah
mencapai puncak kesempurnaan, Tonghong Beng Coe mana
sanggup menerima datangnya ketiga serangan yang cepat
dan luar biasa itu ?""
Ditengah desakan gencar, seketika itu juga gadis she
Tonghong itu terdesak mundur dua langkah ke belakang.
Kejadian ini semakin menggusarkan Tonghong Bong Coe, ia
membentak keras, golok emas bersisik ikannya yang
sepanjang delapan coen dengan menciptakan serentetan
cahaya emas yang berkilauan memenuhi seluruh angkasa, ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maju mendesak dan langsung membabat dada si Bong-sun
Yen Shu. Si kakek huncwee dari gunung Bong-san mendengus
dingin, sepasang telapak dilancarkan berbareng, dengan jurus
"Tong Ciong-Kie-Kouw" atau memalu gembreng memukul
tambur, ia babat sepasang pundak sang nona.
"Tahan!" tiba2 terdengar bentakan nyaring berkumandang
datang. Baru saja suara bentakan itu menggema datang, terasa
segulung tenaga pukulan yang lunak tapi kuat menerobos
datang dari antara kedua orang yang sedang bermusuhan itu
sehingga memaksa mereka berdua tak sanggup berdiri tegak
dan mundur beberapa langkah ke belakang dengan
sempoyongan. Tonghong Beng Coe serta si kakek huncwe dari gunung
Bong san jadi amat terperanjat, mereka sama2 alihkan sinar
matanya ke arah mana berasalnya tenaga serangan berhawa
lunak itu. Tampaklah seorang pemuda berusia dua puluh tahunan
dengan memakai baju berwarna abu2 potongan sastrawan,
telah berdiri ditempat itu dengan sikap tenang.
Kepalanya tertutup oleh sebuah kopiah model pelajar,
wajahnya halus dan ganteng, sebuah seruling kumala tersoren
pada pinggangnya dan sebuah kipas berada ditangan
kanannya. Waktu itu ia sedang tersenyum, dengan langkah yang
angkuh, lambat2 berjalan ke depan dan akhirnya berhenti
diantara kedua orang itu.
Ditengah ma lam berhawa dingin yang sangat menusuk
tulang, perbuatan pemuda sastrawan itu berjalan sambil
goyangkan kipasnya boleh di kata merupakan suatu perbuatan
yang sedikit keterlaluan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menyaksikan tingkah laku serta gerak gerik sang pemuda
sastrawan itu, si Kakek huncwee dari gunung Bong-san
merasa tercengang, dengan wajah penuh rasa kaget dan
keheranan ia memandang sastrawan itu dengan sinar mata
tertegun. Dalam hati Tonghong Beng Coe pun merasa amat kaget
dan tercengang, namun di atas wajahnya yang pucat pias
bagaikan mayat sama sekali tidak menunjukkan perubahan
apapun. Sejak kecil Tonghong Beng Coe kehilangan kasih sayang
seorang ibu, berada dalam bimbingan ayahnya Tonghong
Koen yarg selalu memanjakan dirinya ia tumbuh jadi dewasa,
sehingga akhirnya terbentuklah watak yang angkuh dan tinggi
hati dalam hati gadis ini.
Sekarang, menyaksikan sikap yang angkuh dan ketus dari
pemuda sastrawan itu, timbul hawa amarah dalam hatinya, ia
segera membentak nyaring:
Hey ! Kutu Buku, apa maksudmu datang kemari " ayoh
cepat enyah dari sini, apakah kau sudah bosan hidup?"
Se-akan2 sama sekali tidak mendengar dampratan dari
Tong-hong Beng Coe, si pemuda sastrawan itu gelengkan
kepalanya sambil bergumam seorang diri:
"Aaaaai . ! manusia binasa karena harta, burung mati
karena makanan, jaman dulu hingga kini tidak pernah
berubah, kau merampas, aku merebut, semuanya selalu
begitu !". Tiba2 ia berpaling ke arah Tonghong Beng Coe dan
tertawa, tanyanya dengan suara lantang:
"Nona ! Kalian berdua saling adu jiwa ditempat ini, tolong
tanya kalian sedang memperebutkan harta " ataukah karena
saling memperebutkan makanan ?".
Selesa i bicara pemuda sastrawan itu tertawa manis.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berdebar keras jantung sang nona menyaksikan senyuman
orang, timbul suatu perasaan yang aneh sekali didalam
hatinya, tetapi ucapan tersebutpun menimbulkan rasa benci
dalam hatinya. Sepasang biji mata Tonghong Beng Coe yang jeli segera
melotot bulat, sinar tajam menyorot keluar menyilaukan mata,
bentaknya: "Darimana datangnya pelajar edan, berani benar bicara
ngaco belo di hadapan nonamu, ayoh cepat enyah dari sini !".
Pemuda sastrawan itu mendongak tertawa ter-bahak2,
suaranya nyaring dan bersih menawan hati membuat orang
merasa hatinya bergetar dan berdebar keras.
Setelah sirap gelak tertawanya, air muka yang semula
penuh senyuman tiba2 berobah jadi keren, ujarnya serius:
"Nona, kenapa kau tak bisa membedakan mana yang hitam
mana yang putih, mana yang benar dan mana yang salah"
bukannya pergi mencari musuh besar yang sebenarnya,
malahan karena bukti golok emas lantas menuduh orang lain
yang sama sekali tiada sangkut pautnya dengan peristiwa ini
sebagai musuh besar pembunuh ayahmu" dengan tindakanmu
yang serba ngawur ini, apakah kau tidak takut arwah ayahmu
dialam baka merasa tidak tenteram?"
Ia merandek sejenak untuk tukar napas, setelah itu
tambahnya lebih jauh: "Terhadap tindak tandukmu yang serba tidak pakai aturan,
meskipun cayhe tidak ingin banyak cari urusan dengan dirimu,
tetapi mengikuti kebiasaan aneh dari cayhe, paling sedikit aku
harus kasih sedikit pelajaran pahit getir sebagai peringatan
bagimu. Tetapi... mengingat c ita2mu untuk membalas dendam
adalah perbuatan yang luhur, maka aku bisa maafkan
perbuatanmu kal3i ini! Sedangkan mengenai pembunuh
sebenarnya yang telah membinasakan ayahmu. Ehm bicara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terus terang saja, cayhepun pernah menyaksikan peristiwa itu
dengan mata kepala sendiri..."
Tiba2 pemuda sastrawan itu membungkam, sepasang
matanya yang jeli dan tajam laksana kilat segera dialihkan ke
atas wajah Tonghong Beng Coe dan menatapnya tajam2.
Terhadap sikap angkuh dari pemuda sastrawan itu,
Tonghong Beng Coe merasa amat tidak puas, timbul hawa
gusar dalam hati kecilnya. Tetapi setelah mendengar
bahwasanya pemuda sastrawan itu menyaksikan dengan mata
kepala sendiri s iapakah pembunuh ayahnya, pikiranpun segera
berubah, ia berusaha menahan hawa gusar dalam hatinya.
Sepasang sinar mata yang jeli dengan cepat di alihkan ke
atas wajah si sastrawan yang ganteng menanti lanjutan dari
ucapan tersebut, ia ingin tahu siapakah pembunuh sebenarnya
yang telah membinasakan ayahnya !
Si kakek huncwee dari gunung Bong-san, sendiripun
merasa kegirangan setengah mati ketika mendengar
bahwasanya si pemuda sastrawan itu tahu siapakah
pembunuh sebenarnya dari Tong hong Koen, buru2 ia
menjura kearah orang itu dalam2.
"Sauw-hiap, apabila kau tahu siapakah musuh sebenarnya
dari nona Tonghong, harap kau suka berbicara langsung
kepadanya, bukan saja lohu bisa bebas dari fitnahan keji itu,
bahkan nona Tonghong pun bisa menuntut balas dendam
berdarahnya agar arwah Tonghong Koen dialam baka bisa
tenteram. bantuanmu bukan saja akan membuat loohu serta
nona Tonghong merasa sangat berterima kasih, sekalipun
arwah Tonghong Koen ayah dari nona Tonghong yang berada
dialam baka pun bisa merasa berlega hati atas budi kebaikan
dari s iauw-hiap yang tak terhingga ini!"
Pemuda sastrawan itu tertawa angkuh.
"Tidak sulit apabila anda berdua inginkan agar cayhe
menyebutkan siapakah pembunuh sebenarnya dari Tonghong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Koen" ujarnya. Tetapi cayhepun ada suatu syarat sebagai
imbalan dari jasa ini, bagaimana menurut pendapat anda
berdua?" Tonghong Beng Coe merasa amat tidak puas dengan
ucapan dari si pemuda sastrawan itu, ia merasa tidak
sepantasnya orang minta satu imbalan atas jasa2nya itu seolah2 mereka sedang adakan jual beli saja. ia lantas cibirkan
bibirnya yang kecil, sambil mendengus dingin serunya.
"Hmmm ! dipandang dari wajahmu yang mirip seorang kutu
buku, sungguh tak nyana lihay sekali dalam jual beli,
seandainya nonamu tak mau kasih imbalan untukmu, kau mau
apa ?" "Sederhana sekali !" jawab sastrawan itu tanpa pikir
panjang, Cayhe akan menyingkir ke sisi kalangan dan sambil
berpeluk tangan menyaksikan kalian berdua lanjutkan
pertarungan yang dikarenakan suatu urusan penasaran
belaka." Si kakek huncwee dari gunung Bong-san pun merasa tidak
puas dengan syarat yang diajukan sastrawan tersebut, ia
merasa syarat itu mirip dengan suatu pemerasan. tetapi apa
yang dapat ia lakukan dalam keadaan seperti ini "
Setelah termenung dan berpikir sejenak, akhirnya sambil
tertawa ia berkata: "Bagaimana kalau anda sebutkan dahulu apakah syarat
yang kau inginkan " asal kami merasa cocok dan cengli, lohu
pasti akan laksanakan semampuku."
"Percuma kalau cuma kau seorang yang sanggupi syarat
ini, bagaimana seandainya nona Tong hong tak mau terima ?"
tanya Sang sastrawan sambil me lirik ke arah Tonghong Beng
Coe. Meskipun dalam hati Tonghong Beng Coe rada sangsi juga
akan perkataan dari si sastrawan tersebut, tetapi sebagai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang gadis yang cerdik, setelah ia bayangkan kembali
pelbagai perubahan yang muncul di atas wajah Bong-sau Yen
Shu sejak ia lontarkan tuduhan bahwa dia adalah pembunuh
ayahnya, gadis inipun merasa persoalan rada sedikit
mencurigakan, ia merasa kemungkinan besar pembunuhan
berdarah itu bukan hasil karya dari sikakek huncwee dari
gunung Bong-san. Seandainya pembunuhan ini hasil karya dari Bong-san Yen
Shu, dengan watak serta kedudukan si kakek huncwee itu
dalam dunia persilatan tak mungkin ia akan menyangkal
terus2an. Karena berpikir demikian, Tonghong Beng Coe ingin sekali
cepat2 mengetahui nama sebenarnya dari musuh besarnya
itu, agar ia bisa cepat2 balaskan dendam berdarah ayahnya.
Tetapi iapun merasa tidak puas dengan tindakan sang
sastrawan yang mengajukan syarat sebagai imbalan atas
jasanya itu, ditambah pula sikap angkuh yang ditunjukkan
sastrawan itu semakin tidak memuaskan hatinya.
Sebagai seorang gadis yang berwatak angkuh pula, ia tak
mau turunkan gengsi sendiri dengan ajukan permohonan
kepada lawannya. Dalam pada itu si kakek huncwee dari gunung Bong-san
telah melirik sekejap ke arah Tonghong Beng Coe. tiba2 ia
putar badan dan menjura dalam2 kepadanya.
"Nona !" ia berkata: "Agar duduknya perkara bisa jadi jelas
dan pembunuh sebenarnya dari ayahmu pun bisa dibikin
terang, lohu berharap agar nona sudi menyanggupi syarat dari
siauw-hiap ini, dengan begini urusanpun bisa diselesa ikan . . ."
"Baiklah !" Ambil kesempatan baik ini Tonghong Beng Coe
mengangguk. ..Memandang di atas wajah emas Loo-pek,
kusanggupi permintaan dari pelajar edan ini !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat ini, Tonghong Beng Coe telah sadar bahwa si
kakek huncwee dari gunung Bong-san bukanlah pembunuh
ayahnya, semua yang di alami selama ini hanya suatu
kesalahan paham belaka, terhadap si kakek itu ia merasa
menyesal dan malu, maka sebagai taraf pertama dari
perwujudan rasa sesalnya ia sebut si Bong san Yen Shu
sebagai ..Loo-pek" atau Empek tua.
Mendengar sang dara sudah menyanggupi, Bong san Yen
Shu pun berpaling kembali kearah pemuda sastrawan itu.
"Sekarang nona Tonghong pun sudah menyatakan
kesanggupannya, harap anda suka sebutkan syarat yang kau
harapkan !" katanya.
"Padahal kalau diutarakan keluar, syaratku itu tidak
seberapa berat." kata sastrawan itu sambil melirik ke arah
Bong san Yen Shu serta Tonghong Beng Coe dan tertawa.
"Berhubung cayhe hendak menangkap sepasang kadal kuma la
beracun keji "Pek-to Giok Tiat" yang telah mencapai masa
suburnya, maka aku butuh bantuan orang untuk melindungi
keselamatanku, agar sewaktu cayhe menangkap binatang
berbisa itu tidak sampai diganggu orang lain !"
Berbicara sampai di situ, mendadak lenyap roman
angkuhnya, sinar mata yang tajam menggidikkanpun sirap
sama sekali, ia pandang kedua orang itu dengan muka serius.
"Entah sudikah kalian berdua membantu usahaku ini ?"
serunya. Walaupun sinar mata sastrawan sirap sama sekali, namun
kejadian ini cukup menggetarkan hati Tonghong Beng Coe
serta si kakek huncwee dari gunung Bong-san.
"Betapa sempurnanya tenaga lwekang yang dimiliki
Ikat Pinggang Kemala Sabuk Kencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sastrawan ini !" pikir mereka berdua hampir berbareng.
Sastrawan itu mengatakan hendak menangkap sepasang
kadal kumala beracun keji "Pek tok-Giok-Tiat", bagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendengaran Tonghong Beng Coe, gadis ini tidak merasakan
sesuatu, namun berbeda dengan sikakek huncwee dari
gunung Bongsan yang berpengetahuan luas, ia merasa amat
terperanjat, segera pikirnya:
"Kadal kuma la beracun keji Pek-Tok-Giok- Tiat merupakan
salah satu diantara tiga jenis binatang paling beracun dikolong
langit, mengapa sastrawan ini hendak tangkap binatang
beracun itu dengan menempuh bahaya " kenapa tidak ku
tanyakan dahulu maksud tujuan sebenarnya?".
Karena berpikir demikian, ia lantas berpaling ke arah
sastrawan itu dan tanyanya:
"Kadal Kumala beracun keji merupakan binatang langka
yang jarang ditemui dalam kolong langit dan beracun sekali,
apa maksud anda menangkap binatang itu " dapatkah kau
kasih penjelasan ?" "
Pemuda sastrawan itu me lirik sekejap ke arah si kakek
huncwee dari gunung Bong san, sikapnya yang angkuh serta
jumawapun segera pulih kembali menyelimuti wajahnya, ia
menjawab dingin: "Maaf, tak dapat kujelaskan latar belakang dari maksud
tujuanku ini" Si kakek huncwee dari gunung Bong san ketanggor
batunya, terpaksa ia bungkam dalam seribu bahasa.
"Eeeei sebenarnya kalian berdua mau bantu atau tidak "
harap kasih keputusan yang tegas" tiba2 sastrawan itu
bertanya kembali. "Berhubung binatang itu terlalu keji dan beracun, sedang
andapun tidak sudi menjelaskan apa maksud tujuan anda
menangkap binatang tersebut, maka lohu merasa kurang
leluasa untuk . . " Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bong-san Yen Shu segera membungkam, hanya sepasang
matanya yang tajam segera dialihkan ke arah si sastrawan
tersebut. Menyaksikan tingkah laku orang, agaknya si pemuda
sastrawan itu mengerti apa yang sedang dimaksudkan lawan,
ia tertawa nyaring. "Haaa.. haaa. .haaa...tentang soal ini kau boleh legakan
hati, walaupun cayhe tidak sudi menjelaskan keperluanku
untuk menangkap binatang beracun itu, tetapi cayhe berani
jamin, aku tak akan mengandalkan binatang beracun itu untuk
mencelakai orang" "Baik, kalau memang anda berkata demikian, maka lohu
serta nona T onghong dengan suka hati akan menolong usaha
anda dan bantu menjagakan segala gangguan yang
datangnya dari luar" akhirnya si kakek itu mengangguk.
"Kalau begitu, jual beli kita pun boleh di kata sudah beres,
bagus, kita tetapkan dengan sepatah kata ini saja" seru sang
sastrawan dengan wajah kegirangan.
Tiba2 se-olah2 ia teringat akan sesuatu air mukanya
berubah hebat. "Aduuhhh .." Teriaknya.
Kepada Tonghong Beng Coe serta Bong san Yen Shu
segera ia berseru: "Harap kalian berdua cepat2 ikuti diriku".
Ia enjotkan badannya dan tidak nampak gerakan apakah
yang telah digunakan tahu2 bagaikan anak panah yang
terlepas dari busurnya ia sudah melayang sejauh puluhan
tombak dari tempat semula . .
Sekali lagi T onghong Bong Coe serta si kakek huncwee dari
gunung Bong-san dibikin kagum akan kehebatan serta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesempurnaan ilmu meringankan tubuh dari sisasterawan
tersebut. "Nona Tonghong, mari kita segera susul dirinya !" ajak
sikakek huncwee dari gunung Bong san.
Tidak menanti jawaban dari gadis itu lagi, tangan kanannya
segera menyambar tangan Gong Yu, enjotkan badan dam
segera menyusul dimana pemuda itu berlalu.
Buru2 Tonghong Bong Coe beserta ke empat orang
dayangnya enjotkan badan menyusul, dari belakang Bong-san
Yen Shu. Dua lelaki lima perempuan semuanya tujuh orang sama2
mengembangkan ilmu sinkangnya berlarian ditengah jalan
gunung yang sempit, dalam beberapa loncatan mereka sudah
berada empat lima puluh tombak dari tempat semula.
Sementara mereka masih berlarian, tiba2 dari hadapan
mereka berkumandang datang suara bentakan keras
"Setan tua ! demi sepasang benda tersebut, siauya sudah
menunggu lama sekali di tengah tanah pekuburan yang sunyi
dam terpencil ini. Eei. .datang2 kau lantas hendak memungut
hasil " kau kira urusan bisa selesai dengan begitu gampang
dan enaknya ?". Suara bentakannya nyaring dan lantang, setiap patah kata
bagaikan martil menghantam di atas dada membuat hati
tergetar keras, jelas menunjukkan ucapan tersebut muncul
dari seorang tokoh sakti yang memiliki tenaga dalam amat
sempurna! Si kakek huncwee dari gunung Bong-san segera kenali
suara itu sebagai suara dari Sastrawan tersebut, ia semakin
terkesiap: "Siapakah sebenarnya sastrawan itu" berasal dari manakah
dia" usianya masih muda namun memiliki tenaga dalam yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
amat sempurna, apa gunanya ia tangkap sepasang Kadal
Kumala Beracun keji itu?"
Sementara ia masih termenung, tiba2 terdengar suara
gelak tertawa yang serak dari seorang tua disusul munculnya
serentetan, kata2 yang tajam melontar keluar:
"Hey pelajar rudin! Kadal Kumala Beracun Keji adalah
binatang tak bertuan, siapapun boleh menangkapnya bilamana
sanggup, dengan andalkan apa kau ingin mengangkangi
binatang itu seorang diri" Hmmm! kalau masih tidak tahu diri
jangan salahkan kalau aku Gia Kang-Tok Shu bertindak kejam
dan telengas kepadamu?"
"Aaaa . kiranya orang itu adalah Gia-Kang Tok Shu salah
satu dari pada empat manusia beracun dari Bu-lim" pikir si
kakek huncwee dari gunung Bong-san dengan hati
terperanjat. Selamanya si kakek Kelabang Beracun ini malang
melintang di daerah sebelah Barat dan selatan wilayah Biaw,
sejak kapan gembong iblis ini telah berpindah tempat ke
dataran Tionggoan." Pada waktu itu ke empat buah lampu lentera yang dibawa
empat orang dayang pribadi Tonghong Beng Coe telah
dipadamkan, sekalipun suasana di sekeliling tempat itu gelap
gulita, namun dengan andalkan tenaga dalam yang sempurna
dari masing2 orang, benda yang berada satu dua tombak di
hadapan mereka masih bisa dikenali dengan nyata.
Setelah menghentikan gerak tubuhnya, si kakek huncwee
dari gunung Bong-san segera berpaling kearah Tonghong
Beng Coe dan bisiknya lirih:
"Nona ! harap kau suka menguntil dibelakang loohu, hati2
dengan gerak gerikmu, jangan sampai menimbulkan suata
yang berisik, dari pada jejak kita diketahui gembong iblis tua
itu !" "Ehmmmm, aku tahu." Tonghong Beng Coe mengangguk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, Gong Yu, Tonghong Beng Coe beserta ke
empat orang dayangnya menahan napas dan merangkak maju
ke depan dengan langkah sangat ber-hati2.
Kurang lebih dua tombak disisi kalangan dimana sastrawan
tersebut sedang berdiri saling ber-hadap2an dengan Gie Kang
Tok Shu kebetulan terdapat sebuah kuburan kuno yang tinggi
dan besar, tempat itu bisa digunakan sebagai tempat
persembunyian. Tujuh orang sama2 menyembunyikan diri di belakang
kuburan kuno tadi, seluruh perhatiannya segera dicurahkan ke
arah depan. Tampaklah beberapa tombak di hadapan sastrawan
tersebut berdiri seorang kakek tua yang kurus kering tinggal
kulit pembungkus tulang belaka, potongan badannya bagaikan
sesosok mayat hidup, sepasang matanya memancarkan sinar
tajam, dipunggungnya tersoren sebilah senjata kaitan
kelabang dan roman mukanya mengerikan sekali.
Tiba2 terdengar sastrawan itu tertawa dingin sambil
menjengek: "Nama besar Gia Kang-Tok Shu hanya bisa menakut2i suku
Biauw yang masih liar belaka, Hmm ! jangan harap bisa
menakut2i siauya mu, aku lihat lebih baik kau ikuti saja
nasehat dari siauya, dan segera kau harus pulanglah ke
wilayah Biauw dan hiduplah tenang di sana, kalau tidak
...Hmm.. hmm... jangan sampai menggusarkan siauyamu, aku
nanti bisa suruh kau bisa datang tak dapat pulang lagi dalam
keadaan hidup2 !" Ucapan ini sangat menggusarkan Gia-Kang Tok-Shu, ia
mendongak dan tertawa aneh, suaranya tinggi melengking
bagaikan jeritan kuntilanak ditengah malam buta, amat
mengerikan ! "Anjing cilik! siapakah gurumu dan kau berasal dari
perguruan mana ?" Bentaknya keras2. "Berani benar bersikap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jumawa di hadapanku dan tidak pandang sebelah matapun
kepada orang lain !"
"Hmm! siapakah guru siauyamu dan berasal dari perguruan
manakah aku, dengan andalkan kedudukanmu sebagai iblis
keji tak berpendidikan di luar perbatasan masih belum sesuai
untuk bertanya, aku lihat, kalau kau masih tahu diri cepat2lah
gelinding balik ke wilayah Biauw !"
Gia-Kang-Tok-Shu adalah salah satu diantara empat
manusia beracun yang tersohor dalam dunia persilatan
disamping Bu-lim-It-Mo, Siang Sat, Sam-Koay serta Su-Tok.
Kepandaian silatnya telah berhasil dilatih hingga mencapai
puncak kesempurnaan, dalam dunia persilatan dewasa ini
boleh dikata terhitung salah seorang tokoh maha sakti.
Bagi orang2 kangouw biasa cukup berjumpa dengan salah
satu diantara sepuluh manusia sesat itupun telah merepotkan
mereka, siapa sangka si sastrawan ini bernyali besar, bukan
saja tidak kenal tingginya langit tebalnya bumi bahkan bicara
sesumbar seenaknya sama sekali tidak pandang sebelah
matapun terhadap gembong iblis ini, ia benar2 tak tahu diri.
Diam2 si kakek huncwee dari gunung Bong -san pun
merasa kuatir buat keselamatan si pemuda itu sehingga
tampak terasa keringat dingin mengucur keluar membasahi
seluruh tubuhnya. Di sebelah sini si kakek huncwee dari gunung Bong-sin
menguatirkan keselamatan si sastrawan tersebut, sebaliknya si
anak muda itu dengan wajah angker dan sambil goyang kipas
tetap berdiri tenang ditengah kalangan, sikapnya angkuh dan
jumawa, seakan-akan tidak pandang sebelah matapun
terhadap Gia-Kang Tok-Shu yang berada dihadapannya.
Tiga empat puluh tahun Gia-Kang-Tok-Shu malang
melintang dalam dunia persilatan tak pernah dihina dan
dipandang remeh orang macam ini hari, mendengar ucapan
tersebut saking gusarnya hampir2 saja dada terasa mau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meledak, napsu membunuh segera berkobar memenuhi
benaknya. Tampaklah dari sepasang matanya memancarkan cahaya
buas, ia membentak: "Anjing cilik! berapa besar sih tenaga dalam yang kau
miliki" berani benar bersikap kurang sopan terhadap lohu"
malam ini apabila aku tak berhasil membinasakan kau si
anjing cilik di bawah telapakku, lohu tidak sudi disebut jago
diantara sepuluh manusia sesat lagi."
"Hmm, siapa yang bilang kau sesuai untuk di sebut jagoan
diantara sepuluh manusia sesat?" jengek si sastrawan sambil
tertawa dingin. "Tidak sesuai " bagus terimalah sebuah serangan lohu ini?"
Ditengah bentakan keras, sepasang telapaknya sama2
didorong ke depan dengan hebatnya.
Ditengah bentakan yang maha dahsyat, gulungan angin
puyuh memancar ke empat penjuru dan menyapu seluruh
jagad, ditengah deruan kerFas tercium bau amis yang sangat
memuakkan. Sastrawan itupun seorang jago yang telah lima belas tahun
lamanya dididik oleh seorang tokoh sakti dunia persilatan,
bukan saja sudah mewarisi segenap kepandaian yang dimiliki
orang itu, dengan bakatnya yang bagus serta rejekinya yang
baik beberapa kali ia mendapat pengalaman aneh, sehingga
tidak aneh kalau kepandaian silatnya benar2 luar biasa.
Walaupun usianya masih muda namun kepandaian silatnya
telah mencapai pada puncaknya, hanya yang kurang kedua
buah urat pentingnya belum sampai ditembus, seandainya
kedua tempat penting ini sudah tertembus, niscaya tenaga
dalamnya akan hebat bagaikan gulungan air di sungai Tiangkang. . Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekalipun begitu, ditinjau dari kemampuan yang ia miliki
saat ini boleh dikata ia terhitung salah seorang jago sakti
dalam dunia persilatan, jarang sekali ada jago yang bisa
menandingi kepandaiannya.
Bukan saja kepandaian silatnya lihay, sastrawan itupun
berotak cerdas, dikala sepasang mata Gia Kang Tok Shu
memancarkan cahaya buas diam2 ia sudah bikin persiapan, ia
tahu karena hawa gusar yang memuncak telah menimbulkan
ulat jahat dalam hati si kakek kelabang tersebut, asal turun
tangan niscaya ia akan menyerang dengan ilmu Gia Kang T ok
Kang nya yang luar biasa.
Maka dari itulah, baru saja Gia-kang Tok shu mendorong
telapaknya dan sastrawan itu mencium bau amis, ia segera
sadar bahwa dugaannya tidak me leset, sepasang alisnya
kontan melenting dan mendengus dingin, badannya bergerak
langsung menubruk ke dalam lingkaran angin puyuh yang
berbau amis tadi. Pada waktu itu sastrawan tersebut telah kerahkan ilmu
khie-kang, Hiat-bun Kan Goan Khie kangnya mengelilingi
Ikat Pinggang Kemala Sabuk Kencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seluruh badan dan jalan darah penting.
Dalam kolong langit tidak pernah dijumpai cara berkelahi
macam ini, terhadap datangnya angin serangan yang maha
dahsyat, bukan saja tidak berkelit malahan menubruk masuk
dan menyongsong datangnya serangan, bukankah tindakan ini
sama artinya cari kematian buat diri sendiri "
Menyaksikan perbuatan si anak muda itu, si kakek huncwee
dari gunung Bong-san serta Tong hong Beng Coe sekalian
merasa terkesiap. "Aduuuuh, habislah sudah !" teriak mereka dalam hati.
Sebaliknya Gia Kong Tok Shu merasa kegirangan setengah
mati, pikirnya: Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Keparat cilik ! kau terlalu jumawa dan angkuh. Hmmm !
jangan dikata siapa saja yang terkena ilmu beracun Gia Kang
Tok kang ku tidak tertolong lagi, cukup andalkan tenaga
pukulanku ini saja sudah dapat menghancurkan tubuhmu
hingga berkeping-keping ....."
oooo0oooo TETAPI, si sastrawan itu bukanlah manusia bodoh,
seandainya tidak punya keyakinan untuk menang, mana ia
berani bertindak gegabah ?"
Sewaktu tubuhnya menubruk masuk ke dalam lingkungan
angin puyuh yang berbau amis itu, lengan kanannya tiba2
meluncur ke depan menotok jalan darah di dada Gia Kang Tok
Shu. Bukan saja gerakannya aneh dan sakti, bahkan cepatnya
melebihi sambaran kilat. Jangan dilihat Gia Kang-Tok Shu adalah salah seorang
diantara sepuluh manusia sesat dunia persilatan dan
merupakan jago kelas satu dalam kolong langit, tetapi berada
di bawah serangan gencar serta aneh dari si sastrawan itu,
jangan dikata untuk berkelit, ingatan kedua belum sampai
berkelebat dalam benaknya, tahu2 totokan tersebut telah
bersarang di atas dadanya.
Serangan totokan dari si sastrawan ini bukan ilmu jari
sembarangan, ia telah pergunakan ilmu maha sakti dari dunia
persilatan "Kan Goan Ci Kang" adanya.
Ilmu jari Kan Goan Ci Kang tersebut luar biasa sekali, meski
sekeping bajapun akan tertotok hancur apabila terhajar oleh
serangan tersebut, apalagi manusia "
Meskipun tenaga lweekang yang dimiliki Gia Kang Tok Shu
amat sempurna, bagaimanapun juga ia terdiri dari darah dan
daging, darimana ia sanggup menerima datangnya serangan
tersebui" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terdengar ia menjerit ngeri, suaranya menyayatkan hati. .
tahu2 isi perutnya telah terhajar hancur, darah segar
mengucur keluar darn tujuh lubang indranya, dan tidak
sempat banyak berkutik badannya roboh binasa diatas tanah.
Demikianlah, seorang gembong iblis yang sudah terlalu
banyak melakukan kejahatan selama hidupnya telah binasa
dalam keadaan mengenaskan ditangan seorang pemuda tak
dikenal. Dalam pada itu si kakek huncwe dari gunung Bong-san
sekalian tujuh orang yang bersembunyi dibalik kuburan kuno
sama2 menjerit kaget, mereka dibikin tertegun oleh peristiwa
tersebut. "Ilmu shat apakah ini " sungguh luar biasa dan dahsyat
bukan kepalang ... pikir mereka hampir berbareng.
Ditinjau dari gerak gerik yang serba lembut dari sastrawan
ini, meskipun angkuh dan jumawa namun wajahnya yang
tampan serta halus sama sekali tidak terpancar bahwa dia
adalah seorang jago Bu-lim yang memiliki ilmu silat sangat
lihay" pikir si kakek huncwee dari gunung Bong-san pula
dalam hatinya. Siapa nyana dia betul2 kosen, agaknya ilmu
tenaga dalamnya telah mencapai apa yang disebut sebagai
"Lak-Hoo-Koei-It" suatu tingkat yang tiada taranya dalam ilmu
silat.... Sementara si kakek huncwee itu masih termenung, tiba2
terdengar si sastrawan itu berteriak ke arah tempat
persembunyian mereka: "Kini sudah tak ada urusan lagi, cuwi sekalian boleh segera
munculkan diri !" Mendengar teriakan itu si kakek huncwee meloncat keluar
duluan, ia segera menghampiri si sastrawan itu dan menjura
dalam2. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ilmu silat yang sauw-hiap miliki benar2 luar biasa"
katanya. "Hal ini membuat lohu merasa sangat kagum, entah
dapatkah anda beritahu nama serta asal perguruanmu "..."
Seraya berkata sepasang matanya menatap wajah
sastrawan itu tajam2. "Cayhe Hoo Thian Heng" jawab sang sastrawan itu dengan
sikap dingin. "Sedangkan mengenai asa l perguruanku, di
kemudian hari kalian bakal tahu sendiri, maaf apabila dewasa
ini cayhe tak dapat menjelaskan!"
Berbicara sampai di sini, sinar matanya berputar menyapu
sekejap ke arah Tonghong Beng Coe sekalian, tambahnya:
"Kadal kuma la beracun keji adalah binatang beracun yang
langka dan jarang sekali ditemui dalam kolong langit,
sekarang dalam saatnya bagi binatang itu untuk keluar dari
gua, cayhe harap cuwi sekalian suka meninggalkan tempat ini
sejauh lima tombak demi menjaga keselamatan sendiri dan
carilah tempat untuk menyembunyikan diri, pertinggi
kewaspadaan serta jaga dan hadanglah setiap orang yang
hendak melancarkan bokongan dengan ambil kesempatan ini,
asal usaha cayhe sukses besar, niscaya akan kujelaskan
siapakah pembunuh sebenarnya dari Tonghong Kun..."
Sementara mereka sedang bercakap2, tiba2 terdengar
jeritan lengking yang sangat aneh berkumandang keluar dari
kuburan kuno yang terletak beberapa tombak sebelah kiri
mereka, suara itu tinggi melengking dan amat menyeramkan,
membuat bulu kuduk semua orang hingga berdiri.
Sekilas cahaya tajam berkelebat dalam mata Hoo Thian
Heng, wajahnya yang ganteng menampilkan sikap tegang,
buru2 serunya: "Inilah saatnya bagi binatang beracun itu untuk munculkan
diri, harap kalian cepat2 mengundurkan diri !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika berhadapan muka dengan Gia Kang T ok Shu tadi, si
anak muda ini sama sekali tidak menunjukkan sikap tegang,
bahkan berdiri dengan sikap hambar melirik sekejappun tidak.
Sebaliknya sekarang, baru saja mendengar jeritannya Hoo
Thian Heng telah menunjukkan wajah tegang, hal ini bisa
menunjukkan bahkan kadal kumala beracun keji ini jauh lebih
sulit dihadapi daripada menghadapi seorang jago Bu lim kelas
satu. Menyaksikan sikap tegang yang diperlihatkan Hoo Thian
Heng, si kakek huncwee yang dari gunung Bong san tak
berani untuk bertindak gegabah, buru2 ia enjotkan badan,
dalam dua kali loncatan telah berada enam tombak dari
tempat semula, setelah memeriksa situasi sekelilingnya ia
segera menyembunyikan diri, meloloskan senjata tajam dan
bersiap sedia dengan pusatkan segenap perhatiannya.
Menanti ke tujuh orang itu sudah mengundurkan diri
semua, Hoo Thian Heng baru menyulut sebuah obor lalu
diletakkan di atas tanah, dan ia sendiri mundur sejauh tujuh
depa dari tempat semula, duduk bersila menghadap ke arah
kuburan kuno dimana berasalnya suara aneh tadi dari dalam
sakunya ia ambil keluar sesuatu dan dijejalkan ke dalam
mulutnya, sepasang mata berkilat, seluruh perhatiannya
ditujukan ke arah kuburan kuno tersebut.
Hujan rintik telah berhenti, hanya angin dingin berhembus
tiada hentinya, sekalipun tidak terlalu kencang namun cukup
membuat orang merasa tersiksa.
Tanah pekuburan di atas gunung Pak Beng san dasarnya
memang sudah seram dan mengerikan apa lagi berada dalam
kegelapan yang mencengkeram serta suasana yang diliputi
ketegangan, membuat orang merasa semakin bergidik
semakin ngeri ..... Tiba2 dari bilik semak belukar di empat penjuru tempat itu
berkumandang keluar suara gemerisik yang nyaring be-ribu2
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ekor ular beracun secara teratur sekali muncul dari delapan
penjuru dan langsung tergerak ke arah kuburan kuno
tersebut. Kalau diberitakan aneh sama sekali, rombongan ular2
beracun itu bergerak dari sisi tubuh Hoo Thian Heng tak
seekorpun yang menunjukkan reaksi, se olah2 tidak
merasakan bahwa di situ ada manusia, mereka teruskan
gerakannya meluncur ke depan kuburan kuno itu.
Kurang lebih lima depa dari kuburan kuno tadi, ular2
beracun itu segera berhenti dan bergerombol jadi satu.
mereka berhenti tak berkutik se-akan2 sedang menantikan
sesuatu. Ketika itulah jeritan aneh tadi berkumandang kembali,
suaranya sangat menusuk pendengaran, diikuti dari balik
kuburan kuno tadi menyembur keluar segumpal kabut putih
dan sesaat kemudian dua ekor makhluk aneh berbadan putih,
berkaki empat berbentuk seperti Toke dan panjangnya dua
depa munculkan diri dari balik goa.
Makhluk aneh inilah yang disebut sebagai Kadal Kumala
Beracun Keji Pek Tok Giok T iat.
Setelah keluar dari goa, sepasang kadal kuma la beracun
keji itu menyemburkan kabut putih tiada hentinya, kabut
tersebut amat beracun dan hebatnya luar biasa.
Barang siapa yang menghisap kabut putih tadi, kendati
memiliki tenaga dalam amat sempurnapun seketika akan
merasakan kepalanya pening tujuh keliling dan merasa mual
sekali, lama kelamaan isi hatinya akan kaku dan akhirnya mati
binasa. Untung Bong-san Yen Shu bertujuh berada enam tombak
dari tempat itu, sehingga mereka tidak sampai keracunan.
Sebaliknya kendati Hoo Thian Heng berada enam tombak
dari tempat itu, tetapi berhubung ia sudah menghisap pil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mustajab penawar racun dalam mulutnya maka meski kabut
putih itu sangat beracun namun tidak mempengaruhi dirinya
sama sekali. Dalam pada saat itu sepasang kadal kumala tersebut
menggerakkan ke empat buah matanya menyapu rombongan
ular2 tersebut, beberapa saat kemudian tiba2 binatang ini
meloncat ke dalam rombongan ular beracun itu, masing2
makhluk tadi menggigit seekor ular kecil sepanjang tiga depa
yang memancarkan cahaya ke-emas2an kemudian mengunyah
dengan lahapnya. Ular2 lainnya setelah menyaksikan kejadian itu, se-olah2
mendapat pengampunan mereka bersama putar badan dan
bergerak meninggalkan tempat itu, dalam sekejap mata
seekorpun tak bersisa lagi.
Bong-san Yen Shu sekalian jadi kagum dan tertarik oleh
peristiwa tersebut, inilah keajaiban dunia yang tak bisa
dirubah ataupun dicari keduanya ....
Setelah rombongan ular2 itu berlalu, di depan kuburan
kuno itupun tinggal kedua ekor kadal kumala tadi sedang
menikmati dua ekor ular emas kecil dengan lahapnya, dari
mulut mereka mengeluarkan suara nyaring yang aneh,
seakan2 mereka sedang merasa bangga.
Sejak kemunculan dua ekor kadal itu, wajah Ho Thian Hong
menunjukkan perasaan semakin tegang, sepasang matanya
mengawasi kedua ekor kadal kuma la itu tak berkedip, seluruh
kekuatannya sudah dihimpun untuk siap melancarkan
tubrukan. Beberapa saat kemudian kedua ekor kadal kuma la itu
sudah habis menelan ular emas tersebut dan memperdengarkan jeritan kemenangan yang nyaring, tiba2
empat mata mereka yang kecil tertarik oleh kobaran api
kurang lebih tujuh depa di hadapan Hoo Thian Heng, kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ekor kadal itu kelihatan ragu2, sejenak kemudian lambat laun
bergerak menuju ke arah kobaran api ini.
Ho Thian Heng jadi kegirangan setengah mati, ia siapkan
segenap tenaganya untuk menyergap.
Ketika kedua ekor kadal kuma la beracun keji itu tiba kurang
lebih lima enam depa dari kobaran api itu. mendadak
segulung angin puyuh berhembus lewat menggulung kobaran
api tadi hingga padam. Kedua ekor kadal kuma la Pak TOk-Glok Tiat tersebut
benar2 amat cerdik, ketika menyaksikan padamnya api itu
mereka kelihatan terkejut dan merasa adanya tanda bahaya,
buru2 badannya berputar dan me lompat lari masuk ke arah
goa. Justeru karena takut sergapannya tidak berhasil maka Hoo
Thian Heng hendak pancing kedua ekor kadal itu
meninggalkan guanya lebih jauh dengan gunakan kobaran api
tersebut, siapa nyana Thian tidak memberi bantuan dan timbul
kejadian diluar dugaan, kobaran api yang sangat besar tiba2
terhembus padam oleh gulungan angin puyuh sehingga kedua
ekor kadal kuma la itu mengerti bahaya dan melarikan diri.
Kesempatan baik sukar dicari kembali dan dalam sekejap
mata akan lenyap Hoo Thian Heng tak mau buang
kesempatan itu dengan sia2, sepasang lengannya segera
dipentang lebar2, jari tengah serta jari telunjuk sepasang
tangannya bergerak cepat menotok ke arah tubuh kedua ekor
kadal kuma la itu. "Binatang, kau hendak lari kemana " kena!" bentaknya.
Ditengah bentakan keras, serentetan kabut putih meluncur
keluar menghantam di tubuh kedua ekor kadal kuma la
tersebut. Plook ! Plook ! serangan tersebut dengan telak
bersarang pada sasarannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Walaupun kena diserang, kedua ekor kadal kumala itu seakan2 tidak merasa, mereka hanya berguling belaka di atas
Ikat Pinggang Kemala Sabuk Kencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tanah untuk kemudian bangun dan lari lagi.
Menyaksikan keampuhan binatang itu, Hoo Thian Heng
tertegun, ia tidak sangka ilmu jari Kan Goan Ci Kang nya yang
lihay ternyata sama sekali tidak mempan.
Walaupun hatinya melengak, ia tak berani berayal, sambil
mengempos hawa murni ilmu jari Kan Goin Ci Kang nya
dilancarkan kembali. Ditengah saat yang amat kritis itulah, tiba2 terdengar dua
kali suara gemerincingan se-olah2 senjata saling beradu,
sesosok bayangan putih dengan diiringi dua titik cahaya emas
meluncur ke luar dari balik kuburan kuno dimana ada sarang
kadal kumala tersebut, hanya sekilas pandang bayangan tadi
sudah lenyap kembali kecuali tertinggal sisa bau wangi yang
menawan hati ditengah udara.
Hoo Thian Heng melengak, buru2 ia kerahkan segenap
tenaganya menghantam ke arah sepasang kadal kuma la itu,
bersamaan pula badannya ikut menubruk ke depan.
Serangan yang dilancarkan kali ini dengan segenap tenaga
berhasil juga merobohkan binatang tersebut, tetapi si anak
muda itu segera berdiri mendelong, kiranya kadal kuma la
beracun keji ltu tinggal seekor belaka, kadal kedua telah
lenyap tak berbekas. Hoo Thian Heng segera sadar, binatang itu pasti sudah
diserobot orang, ia jadi sadar sampai alisnya berkerut, tapi
apa yang dapat ia lakukan"
Sebab bukan saja ia tak tahu siapakah yang serobot kadal
kumala itu, bahkan tadipun ia cuma melihat berkelebatnya
sesosok bayangan putih mengiringi dua titik cahaya emas,
bagaimanakah raut muka serta potongan badannya tak ia lihat
sedikitpun, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ditinjau dari hal ini sudah cukup membuktikan bahwa
kepandaian silat yang dimiliki orang itu benar2 lihay, atau
paling sedikit tidak lebih rendah dari kepandaiannya.
Walaupun begitu iapun merasa bersyukur sebab orang itu
tidak serobot kedua2nya, ia masih tinggalkan seekor bagi
dirinya. Dari dalam saku Hoo Thian Heng segera ambil ke luar
sebilah pisau belati sepanjang tujuh coen, ditengah
berkelebatnya cahaya emas mengikuti bagian yang lunak di
atas lambung kadal kumala tadi ia membelek dan menyodet
perut binatang itu dan mencukil keluar sebutir mutiara tadi ke
dalam mulutnya. Setelah mutiara ditelan ia masukkan kembali pisau
belatinya ke dalam saku lalu duduk bersila di atas tanah, dan
pejamkan matanya mengatur pernapasan, ia hendak gunakan
hawa murninya untuk melebur mutiara tadi agar kekuatannya
bisa berlipat ganda. Saat itulah Bong-san Y en Shu bertujuh baru munculkan diri
dari tempat persembunyian dan mengelilingi Hoo Thian Heng
untuk ber-jaga2 atas serangan dari pihak luar.
Beberapa saat berlalu, Hoo Thian Heng telah berhasil
melebur mutiara tadi dengan mengandalkan tenaga dalamnya
lalu tenaga gabungan tadi bergerak mengelilingi delapan urat
tiga puluh enam jalan darah hingga mencapai cap jie Tiongloo, setelah mengitari tubuh dua kali dan merasa badannya
makin segar, ia baru tarik kembali hawa murninya, tersenyum
dan bangun berdiri !"
"Sauw-hiap !" Bong-san Yen Shu sekalian segera menjura
dengan wajah menyesal. Pesan yang kau titipkan kepada lohu
sekalian ternyata tak dapat kami jalankan dengan baik, harap
sauw-hiap suka memaafkan !"
Aaaai . . . ilmu s ilat orang itu terlalu lihay, dalam persoalan
ini aku tak bisa salahkan kalian beberapa orang, hanya saja .."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia melirik sekejap ke arah beberapa orang itu, lalu
menggeleng dan menghela napas tiada hentinya.
Walaupun si kakek huncwee sekalian mendengar bahwa
Hoo Thian Heng tidak akan menyalahkan mereka, tetapi dari
perubahan wajahnya mereka dapat melihat betapa sedihnya
hati pemuda itu. Sejak munculnya Hoo Thian Heng, Tonghong Beng Coe
selalu merasa tidak puas dengan sikap angkuh si anak muda
itu, tetapi sekarang ia merasa sudah sepantasnya kalau si
anak muda itu bersikap angkuh, sebab ilmu silat yang
dimilikinya benar2 luar biasa dahsyatnya.
Disamping itu iapun merasa senang terhadap pemuda she
Hoo ini, me lihat si anak muda itu bersedih hati karena
kehilangan salah seekor kadal kumala tersebut, ia menghela
napas panjang dan jalan menghampiri s i anak muda itu.
Sepasang matanya yang jeli memancarkan cahaya berkilat,
ia tatap wajah pemuda itu dan ujarnya dengan suara lembut:
"Hoo sauw-hiap " walaupun kadal kuma la Pek Tok Giok T iat
merupakan salah satu diantara tiga binatang paling beracun
dikolong langit tetapi belum tentu benda tersebut merupakan
barang yang benar2 berharga, buat apa kau selalu bersedih
hati hanya karena persoalan itu ".
Bukan saja suaranya empuk mempesonakan bahkan merdu
bagaikan nyanyian burung nuri, nada suaranya jelas
kedengaran membawa perhatian yang mendalam.
Walaupun Hoo Thian Heng adalah seorang pemuda
berwatak angkuh, tetapi s ikapnya itu hanya terpancar diluaran
saja, apalagi dia adalah seorang pemuda yang masih
gampang terpengaruh oleh asmara.
Ia merasa terharu dan simpatik terhadap gadis ini, sambil
tersenyum jawabnya: Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona Tonghong, bukannya cayhe tak bisa berpikir luas,
tetapi kau harus tahu, untuk mendapatkan sepasang kadal
kumala itu aku sudah menanti selama tiga bulan ditengah
tanah kuburan yang seram dan terpencil ini, siapa sangka
bukan saja pada saat ini sudah kehilangan seekor bahkan
bayangan manusiapun tidak nampak, jelas bukankah hal ini
sama artinya aku telah jatuh kecundang ditangan orang lain"
coba nona pikirkan, apakah cayhe harus rela hati dan berpeluk
tangan belaka" bagaimana hatiku tidak sedih ...?"
"Oooouw - - - kiranya demi makhluk tersebut, kau sudah
menanti selama tiga bulan ditempat ini?"
"Seandainya aku tidak berjaga selama tiga bulan ditempat
ini, darimana cayhe bisa tahu kalau ayahmu dibunuh oleh
seseorang?" (OodwoO) Jilid : 2 TONGHONG BENG COE merasa semakin keheranan, ia
bertanya kembali. "Benda itu kecuali bisa digunakan untuk me lawan racun,
apalagi kasiat mutiara tersebut?"" kau telah membuang waktu
selama tiga bulan lebih ditempat ini untuk tunggui binatang
tersebut, apakah kau sedang melatih suatu ilmu beracun?"" "
Hoo Thian Heng tahu nona ini bisa bertanya demikian
sebab ia tak tahu apakah kasiat dari pil mutiara dari kadal
kumala berusia ribuan tahun itu, padahal orang yang tahu
akan kasiat mutiara tersebut kecuali satu dua orang diantara
lima manusia aneh dari dunia persilatan, boleh dikata jarang
sekali yang tahu. Maka ia lantas tertawa angkuh, gerak-gerik pun pulih
kembali seperti sedia kala, sombong dan jumawa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona bukannya cayhe bicara sesumbar dalam dunia
persilatan dewasa ini jarang sekali orang yang tahu akan
hasiat mutiara kadal kumala tersebut kecuali bisa digunakan
untuk mengusir racun, padahal kecuali itu masih ada
keguaaan yang jauh lebih besar lagi"
Pada waktu itu Tonghong Beng Coe telah menaruh
pandangan lain atas sikapnya yang angkuh maka dari itu ia
tidak menunjukan perasaan apapun sebaliknya malah nada
suaranya kedengaran makin halus.
"Sebenarnya apa sih kasiatnya?" tanyanya kembali dengan
suara manja, dari sepasang matanya memancarkan sinar
memohon: Hoo Thian Heng menyapu sekejap wajah Bong-san Yen Shu
serta Tonghong Beng Coe sekalian, kemudian jawabnya
lantang. "Orang2 dikolong langit hanya tahu bahwa salah satu
diantara tiga jenis binatang paling beracun dikolong langit ini
bisa mengeluakan cairan yang sangat beracun, apabila cairan
tersebut dipoleskan diatas senjita atau digunakan untuk
melatih ilmu beracun, maka barang siapa yang terluka niscaya
akan tidak ketolongan lagi. Tetepi mereka tidak tahu bahwa
bilamana mahkluk tersebut telah hidup seribu tahun keatas,
maka cairan beracun dalam tubuhnya akan menggumpal dan
membentuk jadi seburir pil beracun dalam lambungnya, inilah
yang dikatakan sebagai Lweetan oleh kalangan persilatan ..."
Ia berhenti dan menyapu kembali wajah orang2 itu dengan
sinar mata tajam. Dalam pada itu Bong-san Yen Shu bertujuh sedang
menatap wajah Hoo Than Heng dengan mata terbelalak,
seluruh perhatiannya telah di curahkan untuk mendengarkan
keterangaa tersebut. Terdengar Hoo Thian Heng berkata kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pil beracun ini merupakan mustika yang tiada ternilai
harganya, bagi orang yang berlatih silat cukup menelan
sebutir saja sehingga dapat bergabung dengan tenaga
murninya, bukan saja tidak mempan terhadap segala macam
ilmu beracun, dan tidak mempan terhadap bahaya racun
macam apapun bahkan tenaga dalamnya bisa bertambah
bagaikan berlatih selama enam puluh tahun. Sebaliknya bila
seseorang dapat menelan dua butir, maka kasiatnya benar2
akan semakin besar, kecuali tenaga dalamnya akan bertambah
seperti hasil latihan seratus dua puluh tahun bahkan dari tua
ia akan pulih jadi muda, sepanjang hidup tetap awet muda,
jikalau dua tempat pentingnya bisa ditembusi, maka
kepandaiannya tak terhingga lagi, ia berhasil mencapai suatu
titik di mana tak terkalahkan oleh siapapun juga.
Berbicara sampai disitu, sianak muds itu merandek dan
menghela napas panjang, tambahnya:
"Sayang sekali takdir menentukan lain, sekali pun cahye
sudah berjaga dengan susah payah selama tiga bulan, siapa
sangka pada saatnya muncul seseorang yang berhasil
merampas salah satu di antara kadal kumala itu, bahkan
memiliki pula ilmu silat yang sangat tinggi, hal ini tak bisa
salahkan kalian teledor dalam penjagaan, tetapi harus
salahkan rejekiku yang jelek. Hanya tidak tahu siapakah orang
itu2, disamping itu dalam kolong langit kecuali dua diantara
lima manusia aneh Bu-lim yang tahu kasiat tersebut, sepuluh
manusia sesatpun tidak tahu, tetapi orang itu mengetahui
akan kasiat ini, hal inilah yang membuat cayhe jadi kaget dan
curiga". Setelah habis mendengar penjelasan dari hoo Thian Heng,
Sikakek huncwee dari gurung Bong san serta Tonghong Beng
Coe sekalian baru tahu bahwa kasiat dari Tok-tan kadal
kumala ini jauh lebih hebat dari pada jinsom serta
sebangsanya yang sering tersiar dalam Bu-lim, benda itu
benar2 merupakan benda mustika yang tak ternilai harganya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diam2 mereka ikut merasa sayang buat rejeki Hoo Thian
Heng, namun dalam keadaan seperti ini mereka tak dapat
bicara lain kecuali tundukkan kepala dengan mulut
membungkam. Pada saat ini orang yang merasa paling sedih boleh dikata
Tonghong Beng Coe adanya, sebab dalam hati kecilnya diam2
ia sudah mencintai sastrawan angkuh tapi tampan ini, ia
sudah jatuh hati terhadap Hoo Thian Heng.
Dalam pada itu Hoo Thian Heng ikut merasa terharu
setelah menyaksikan sikap beberapa orang itu, ia sadar
merekapun ikut merasa sedih akan rejekinya yang kurang
baik. Ia lantas mendongak dan tertawa ter-bahak2.
"Sudahlah, kalian tak usah bersedih hati karena diriku, aku
bahkan amat berterima kasih atas kesudian kalian suka
membantu usahaku. Meski salah satu diantara kadal kumala itu lenyap diserobot
orang, bukankah aku telah mendapatkan pula salah satu
diantaranya, sekalipun kedua buah jalan darahku tak berhasil
ditembusi, tetapi asalkan berlatih rajin bukannya tak ada
kemungkinan "Jien Tok'" kedua jalan darah tersebut berhasil
kutembusi, sekarangpun aku Hoo Thian Heng sudah merasa
puas dengan hasil yang kudapatkan".
Bicara sampai disitu, mendadak tiada suara:
"Tujuan cayhe telah terpenuhi, aku rasa saat inilah masaku
untuk berpamitan dengan kalian semua !".
Si kakek Huncwee dari Gunung Bong san mengerti apa
yang dimaksudkan, buru2 ia menjura:
"Nah, kalau begitu silahkan siauw-hiap bicara secara
langsung !". Hoo Thian Heng tertawa angkuh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Orang yang membinasakan Tong-hong Koen bukan lain
adalah Pak Mo-Siang Sat atau sepasang malaikat gurun pasir!"
Begitu nama itu diutarakan, sikakek Huncwe dari Gunung
Bong-san tersentak kaget, segera pikirnya:
"Eeei .... darimana bisa kedua orang gembong iblis itu ?""
Sementara itu Tonghong Beng Coe bagaikan tersambar
guntur disiang hari bolong, ia tertegun dan berdiri melongo, ia
tidak mengira kalau musuh besarnya bukan lain adalah Pak
Mo Siang Sat. Ia tahu sepasang malaikat dari gurun pasir itu adalah sa lah
satu diantara sepuluh manusia sesat dunia persilatan, ilmu
silatnya sangat lihay sekali.
Diam2 ia berbisik dalam hati:
"Ooooh ayah -- dendam sakit hati ini mungkin tak bisa
puterimu tuntutkan balas sendiri demi kau orang tua . . . "
la sadar dengan andalkan kepandaian silat yang dimilikinya
saat ini ditambah dengan bantuan keempat orang dayangnya,
masih belum tandingan dari sepasang malaikat tersebut, kalau
toh nekad pergi niscaya jiwanya akan dikorbankan dengan
sia2. Tetapi sakit hati ayahnya lebih dalam dari lautan, ia merasa
lebih baik mati konyol daripada dikutuk orang sebagai anak
Ikat Pinggang Kemala Sabuk Kencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tak berbakti, sekalipun harus menempuh bahaya dan badan
harus hancur luluh, ia harus mencari Pak-Mo Siang-Sat untuk
diajak adu jiwa. Setelah ambil keputusan didalam hati, ia lantas gertak gigi
dan serunya dengan nada penuh kebencian:
"Aku Tonghong Beng Coe apabila tak bisa menyembelih
kedua orang gembong iblis itu dengan tangan sendiri, aku
bersumpah tidak jadi orang.?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suaranya keras, tegas dan tandas, dari sepasang matanya
memancarkan cahaya berkilat dan roman mukanya menunjukan kebulatan tekadnya.
Hoo Thian Heng serta Bong san Yen-Shu yang menyaksikan
kejadian itu diam2 mengangguk kagum.
Tiba2 Tonghong Beng Coe maju selangkah ke depan,
kepada Bong-san Yen-Shu seraya menjura ujarnya:
"Yu Loocianpwee, karena rasa duka atas binasanya ayahku
untuk beberapa saat keponakan telah salah menuduh
Loocianpwee sebagai pembunuh ayahku, kelancanganku ini
harap suka di maafkan oleh kau orang tua!"
Kemudian kepada Hoo Thian Heng pun ia menjura dan
ujarnya lebih jauh: "Atas kesudian sauw-hiap untuk memberitahukan pembunuh sebenarnya yang telah membunuh orang tuaku,
aku Tonghong Beng Coe akan mengingatnya didalam hati.
Dalam pembalasan dendam ini seandainya aku beruntung bisa
selamat, suatu hari budi kebaikan ini pasti akan kubalas.
Tetapi kalau tidak beruntung dan aku binasa, biarlah budi ini
akan kubalas dalam penjelmaanku untuk kedua kalinya
dikolong langit..." Habis bicara air mata nona itu terasa mengembang
hampir2 saja mengucur keluar membasahi pipinya, namun ia
berusaha untuk menahan diri agar air mata tidak membasahi
wajahnya. "Selamat tinggal!" tiba2 Tong hong Beng Coe gertak gigi
dan berseru, tidak menanti jawaban lagi, ia putar badan dan
berkelebat pergi dari s itu.
"Nona Tong hong, tunggu sebentar!" Si Kakek Huncwee
dari gunung Bong-san berseru:
Berada ditengah udara Tonghong Beng Coe menarik
pinggangnya kebelakang, putar badan dan melayang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beberapa tombak dari kalangan, memandang kearah sikakek
tua itu ia bertanya: "Yu Loo-cianpwee, ada urusan apa?".
"Nona! meskipun loolap tak ada hubungan sama sekali
dengan ayahmu almarhum namun kita toh sama2 berasal dari
dunia persilatan, kematian ayahmu ditangan
Sepasang Malaikat dari Gurun pasir kendati tak ada sangkut
pautnya dengan loolap tetapi beliau binasa diujung golok
emasku, karena persoalan golok emas ini aku ingin mencari
sepasang malaikat itu dan dimintai keterangan apa
maksudnya mencuri golok emasku kemudian menfitnah loolap,
Aku ingin menuntut suatu keadilan dari sepasang malaikat
tersebut, oleh sebab itu sengaja aku ingin berangkat bersama2 nona, agar bilamana perlu loolap pun bisa memberi
bantuan buat nona sekuat tenaga yang kumiliki".
Tonghong Beng Coe dibuat sangat terharu oleh perkataan
sikakek huncwee dari gunung Bong san yang begitu
bersemangat, setia kawan dan suka memberi bantuan
kepadanya. Namun, pada dasarnya nona ini angkuh dan keras kepala,
meskipun ia tahu dengan andalkan kepandaian yang
dimilikinya sekarang masih bukan tandingan dari lawannya,
walaupun ia tahu harapan untuk berhasil membalas dendam
amat tipis, namun ia tak sudi mendapat bantuan dari orang
lain. Oleh karena itu sehabis mendengar perkataan itu, sang
nona termenung dan membungkam dalam seribu bahasa, ia
merasa sangsi dan ragu2 untuk memberikan jawabannya.
Sementara nona itu berniat menampik, mendadak Hoo
Thian Heng buka suara dan bicara dengan suara lantang:
"Nona, Sepasang malaikat dari Gurun Pasir merupakan
gembong iblis diantara sepuluh manusia sesat, kepandaian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
silatnya luar biasa, tenaga lweekangnya yang mereka
milikipun amat sempurna, aku kuatir meskipun nona berada
ber-sama2 Yu Loo-hiap kalian berdua masih bukan tandingan
dari kedua orang Malaikat itu . . ."
Berhenti sejenak untuk menatap kedua orang itu, kemudian
tambahnya: "Diantara kalian berdua, satu pihak ingin menuntut
balaskan dendam kematian ayahnya dan pihak lain ingin
menuntut keadilan atas fitnahan yang ditimpakan kepada
dirinya, benar urusan ini tiada sangkut paut dengan cayhe,
namun berhubung barusan kalian berdua telah membantu
cayhe, sebagai rasa terima kasihku, cayhe suka berangkat
ber-sama2 kalian berdua dan menyumbangkan sedikit tenaga
untuk bantu mensukseskan harapan kalian, tetapi sebelumnya
itu aku pun ingin menerangkan, cayhe berbuat begini bukan
karena urusan jual beli, aku membantu kalian karena muncul
atas hati rela, entah bagaimana menurut pendapat kalian
berdua?"?" Dasar angkuh, selesai bicara pemuda itu mendongak dan
tertawa lantang. Tong-hong Beng Coe dan si Kakek Huncwee dari gunung
Bong san tergoncang setelah mendengar ucapan itu, inilah
diluar pemikiran mereka berdua, maka dari itu dengan sinar
mata keheranan mereka menatap Hoo Thian Heng tajam2.
"Sungguh aneh sekali" pikir Si kakek Huncwee dari gunung
Bong-san dengan hati tertegun. "Di pandang dari wajahnya
ganteng dan lurus, Hoo Thian Heng tidak mirip seorang
manusia sesat yang licik dan keji, namun apa sebabnya ia
memiliki watak yang kukoay, angkuh, jumawa dan berubah
tiada menentu " .... semoga saja ia berhati lurus, kalau tidak
niscaya ia merupakan musih tangguh yang paling menakutkan
bagi kita orang2 aliran larus dalam dunia persilatan !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tawaran yang diajukao secara sukarela oleh Hoo Thian
Heng tentu saja sama halnya "Pucuk dicinta ulam tiba" bagi
sikakek Huncwee dari gunung Bong-san, buru2 ia maju
kedepan dan menjura. "Hoo Sauw hiap sudi membantu usaha kami ... aaah !
sungguh bagus, bersyukurlah atas kemurahan Thian, kali ini
sepasang Malaikat dari Gurun Pasir tak bakal lolos lagi dari
tuntutan keadilan !"
Hoo Thian Heng membungkam, ia berpaling ke arah si
kakek Huncwee dari gunung Bong-san dan tertawa angkuh.
Sebetulnya Tonghong Beng Coe ada niat untuk menampik
tawaran si Kakek Huncwee dari Gunung Bong-san untuk
berangkat ber-sama2, tetapi sekarang, setelah ia mendengar
Hoo Thian Heng pun akan berangkat ber-sama2 mereka,
entah apa sebabnya nona ini jadi berubah pendapat, mulutnya
segera bungkam dalam seribu bahasa.
"Kalau begitu marilah kita berangkat sekarang juga !" kata
si Kakek Huncwee dari gunung Bong san kemudian.
Sepasang biji mata Tonghong Beng Coe yang jeli
mengerling sekejap kearah Hoo Thian Heng lalu ia
mengangguk. Pemuda itu terseryum tawar, tiba2 ujarnya:
"Yu Loo hiap, nona Tonghong, silahkan kalian beberapa
orang berangkat lebih dahulu, cayhe akan menyusul
belakangan, lima hari kemudian pada tengah malam
kentongan kedua kita berjumpa lagi disarangnya sepasang
malaikat, yaitu didalam rimba diselat Kan T jie Kok gunung Im
san, siapa yang datang duluan dia musti menunggu yang
lain!" Begitu ia selesai bicara lantas mendongak dan bersuit
nyaring. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suitan itu tajam dan tinggi menjulang ke angkasa
memecahkan kesunyian yang mencekam malam itu, sebentar
kemudian dari tempat kejauhan menggema pula suara
sahutan berupa ringkikkan panjang yang tak kalah kerasnya
diikuti munculnya suara derapan yang santar.
Sungguh cepat sekali pertama kali mendengar ringkikkan
tersebut masih berada ditempat kejauhan, dalam sekejap
mata muncul sesosok bayangan hitam bagaikan hembusan
angin taupan meluncur datang.
Bayangan hitam itu laksana sambaran kilat membelah
bumi, dalam waktu singkat telah tiba dihadapan Hoo Thian
Heng dan mendadak berhenti berlari.
Ketika itulah si Kakek Huncwee dari gunung Bong-san
sekalian baru dapat melihat bahwa bayangan hitam itu bukan
lain adalah seekor keledai hitam mulus tanpa pelana,
setibanya didepan anak muda itu sang keledai segera
meringkik lirih.. kepalanya dengan manja dielus pada bahu
Hoo Thian Heng, suatu pertanda binatang itu amat jinak dan
menyayangi majikannya! Hoo Thian Heng yang di-elus2 binatang kesayangannya
segera tertawa, sambil membelai pula leher keledai itu ia
berkata. "Siauw Hiat, selama beberapa bulan ini kau tentu banyak
menderita bukan... !"
Manusia mengajak binatang bicara, tidaklah suatu lelucon
yang tak lucu?" Dalam pada itu Hoo Thian Heng telah enjotkan badannya
meloncat naik keatas punggung keledai, kepada si kakek
Huncwee dari gunung Bong san sekalian sambil menjura
serunya. "Sampai berjumpa kembali dilembah Kan Ce Kok!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ditengah derapan kaki yang amat ramai, tahu-tahu keledai
tersebut telah membawa majikannya puluhan tombak dari
tempat semula. Jelas lari keledai ini tidak kalah dengan lari kuda Cian lie-kia
yang sehari bisa menempuh seribu li.
Manusia angkuh, keledai jempolan .... dua macam makhluk
yang berbeda wujud ini meninggalkan kesan yang mendalam
dalam benak tujuh orang. Dengan ter-mangu2 Tong-hong Beng Coe mengawasi
kearah mana Hoo Thian Heng lenyapkan diri, malam sangat
gelap, benda apapun tidak kelihatan, gadis itu merasakan
sesuatu perasaan yang aneh, ia merasa se-olah2 dalam hati
kecilnya telah kehilangan sesuatu.
Tapi, mengapa ia bisa mendapat perasaan seperti itu" Ia
sendiripun tak tahu ... "Nona Tong-hong! Mari kita segera berangkat!" tiba2 si
Kakek Huncwee dari gunung Bong san berseru memecahkan
kesunyian. "Baik!" sahut si nona agak terperanjat, ia segera
mengangguk. Badannya bergerak ringan, dalam sekali enjotan ia
meluncur kedepan ditengah lindungan ke empat orang
dayangnya, ujung baju tersampok angin dalam sekejap
mereka telah meluncur turun kebawah puncak.
"Anak Yu! ayoh berangkat!" buru2 si Kakek Huncwee dari
gunung Bong-san menarik tangan muridnya Gong Yu.
Begitulah si kakek tua beserta muridnya pun segera
berkelebat turun gunung menyusul lima orang gadis
sebelumnya" Dalam sekejap mata beberapa orang itu telah lenyap dibalik
kegelapan malam yang merekah seluruh jagad.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tidak lama si Kakek Hunewee dari gunung Bong san
sekalian berlalu mendadak dari belakang sebuah kuburan
kuno lima tombak dari gelanggang muncul sesosok bayangan
manusia. Orang itu munculkan diri dengan gerakan gesit, sembari
memandang kearah mana beberapa orang itu lenyapkan diri ia
tertawa menyeringai suaranya seram dan mengerikan, untuk
kemudian orang itu enjotkan badannya menyusul turun
gunung. oooo0oooo MALAM, sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun,
saking hening dan sepinya mendatangkan suasana yang
seram, menakutkan bagi siapapun juga.
Angin Barat laut berhembus kencang menggidikkan tubuh
setiap makhluk yang berlalu lalang terutama sekali didaerah
Utara dan Mongolia luar, waktu itu musim dingin sedang
mencekam hawa dingin meresap ketulang sumsum membuat
hidung dan telinga terasa amat sakit.
Meskipun malam itu diterangi oleh cahaya rembulan yang
putih keperak-perakan, namun hembusan angin Barat laut
yang kencang menyapu daun kering, serta pasir dan debu
merusak pemandangan indah malam itu.
kentongan kedua baru saja tiba, beberapa li diluar lembah
Kan Tjie kok digunung Im san dalam sebuah hutan rimba
mendadak muncul lelaki perempuan tujuh orang, dua lelaki
dan lima orang gadis remaja.
Siapakah orang itu" Sungguh aneh sekali, mengapa orang2
itu munculkan diri diatas sebuah bukit yang gersang lagipula
ditengah malam yang begitu menyeramkan!
Mungkinkah mereka adalah kaum pelancong yang sengaja
datang kemari untuk menikmati keindahan alam"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aaaah, tidak benar, untuk menikmati keindahan alam
ditengah malam buta sudah pada umumnya hanya dilakukan
oleh kaum sastrawan tidak mungkin diantaranya terdapat
kaum gadis, apalagi gadis muda belia.
Atau mungkin mereka adalah serombongan pemburu" Tapi
Ikat Pinggang Kemala Sabuk Kencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak mirip juga, karena ketujuh orang itu meskipun
menggembol senjata tajam yang digunakan untuk memburu.
Lalu siapakah orang itu" sungguh aneh sekali.
Ternyata laki perempuan tua muda tujuh orang ini bukan
lain adalah Tonghong Beng Coe beserta dayangnya serta si
kakek Huncwee dari gunung Bong san dengan murid
kesayangannya Gong Yu. Sekian lama Tong hong Beng Coe mengawasi sekeliling
hutan itu dengan sinar matanya yang jeli, kemudian dengan
nada kecewa ia berseru: "Kenapa ia belum juga munculkan diri ?"?"
"Mungkin sebentar lagi ia akan tiba!.. jawab si kakek
Huncwee dari gunung Bong-san sambil tertawa.
Mendengar jawaban itu, Tong hong Beng Coe berpaling,
sepasang matanya dengan memancarkan cahaya ke ragu2an
melototi wajah Bong-san Yen Shu tak berkedip.
"Aku merasa rada sangsi, benarkah ia suka membantu
usaha kita ?"?" katanya.
"Nona menurut pendapat loolap tidak demikian adanya"
kata si orang tua itu setelah termerung sejenak. "Meskipun
tingkah polahnya rada kukoay dan sukar diraba, namun dia
bukan seorang manusia yang tak pegang janji, bahkan
wajahnya kelihatan jujur, aku lihat ia tentu merupakan jago
segolongan dengan kita. Cuma- - memang kuakui tindakan
serta perbuatannya rada kejam, telengas dan sadis !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tong-hong Beng Coe mengangguk sementara ia hendak
buka suara, mendadak terdengar suara gelak tertawa yang
amat nyaring berkumandang datang.
"Haaa... haaa. . . haaa. . . maaf kalau kedatangan cayhe
rada terlambat selangkah sehingga merepotkan cuwi beberapa
orang harus menunggu agak lama !"
Tong-hong Beng Coe bertujuh sama2 tersentak kaget,
mereka berpaling. Beberapa tombak dibelakang mereka, dibawah sorotan
sinar putri malam berdirilah seorang pemuda tampan berbaju
warna abu2, sambil goyang kipas ditangannya ia berdiri gagah
disitu. Melihat munculnya sang pemuda, si kakek Huncwee dari
gunung Bong-san mendongak dan tertawa ter-bahak2.
"Haaa- - haaa. . . haaa barusan kita membicarakan Co Coh,
Co Coh telah tiba, Hoo sauwhiap! kau sungguh seorang jago
yang pegang janji !" "
Tak usah ditanya lagi, pemuda ganteng tersebut bukan lain
adalah jago kita Hoo T hian Heng yang berhasil membinasakan
si Kakek Kelabang Beracun salah seorang diantara empat
manusia beracun serta menangkap sepasang cecak kumala
ditanah pekuburan Bong san.
Lambat2 Hoo Thian Heng maju menghampiri Tong-hong
Beng Coe beberapa orang, air mukanya adem dan sinar
matanya berkilat. "Nona Tong hong !" segera tegurnya hambar. "Walaupun
belum lama cayhe munculkan diri kedalam dunia persilatan,
namun aku mengerti apa yang dimaksud dengan pegang janji,
perkenalan cayhe dengan diri nonapun belum lama, apa
sebabnya nona begitu gampang mengambil pertimbangan
atas diriku, dan apa alasannya pula sehingga nona tidak
percaya atas diri cayhe"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Merah padam selembar wajah Tong hong Beng Coe setelah
kena disemprot, ia tahu apa yang diucapkan barusan tentu
sudah didengar semua oleh Hoo Thian Heng.
Masih beruntung wajah sebenarnya terselubung oleh
selapis topeng yang tebal, orang lain tak dapat melihat
perubahan wajah itu, kalau tidak, gadis ini tentu dibikin amat
jengah. Memperbincangkan seorang dibelakang orang itu sendiri
sudah merupakan suatu perbuatan yang tercela, apalagi
menaruh kesangsian terhadap seseorang yang belum lama
terkenal, hal ini merupakan suatu pantangan berat.
Kena ditegur didepan umum, dara itu jadi sangat malu,
mulutnya membungkam dalam seribu bahasa.
Walaupun orang lain tak dapat meligat bagai manakah
perubahan wajahnya ketika itu, namun ditinjau dari kepalanya
yang tertunduk dengan s ikap ter sipu2 kemudian me lihat pula
mulutnya membungkam, semua orang tahu hati kecil gadis itu
tentu amat susah. "Yu Thay hiap !" tiba2 Hoo Thian Heng buka suara lagi
memecahkan kesunyian yang mencekam. "Aku tahu sepuluh
manusia sesat dari Bu lim amat jahal, ganas dan keji, jikalau
mereka disingkirkan itu berarti kita telah menyingkirkan
bencana besar bagi kaum Rimba persilatan, mengapa kalian
masih menuduh cayhe bertindak terlalu telengas ?"
Bicara sampai disitu sinar matanya berkilat tajam, namun
cuma sebentar untuk kemudian punah kembali. Dengan wajah
serius ia meneruskan: "Buat aku, tindakan ini baru merupakan mula pertama,
sejak hari ini asalkan diantara sepuluh manusia sesat
berjumpa dengan aku Hoo Thian Heng, tak ada ampun lagi
akan kusingkirkan semua dari muka bumi !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Si Kakak Huncwee dari gunung Bong-san terkesiap, dengan
andalkan kepandaian silat serta tenaga lweekang yang amat
dahsyat, ia memang bisa melakukan seperti apa yarg
diutarakannya, itu berarti saat naas bagi seluruh manusia
sesat telah berada diambang pintu ! pikirnya,
Meskipun Si Kakek Huncwee dari gunung Bong san tahu
berapa buas, ganas, keji dan telengas nya sepuluh manusia
sesat, dan menyadari pula sudah pantas menjatuhi hukuman
mati terhadap gembong iblis ganas tersebut, namun
bagaimana pun juga dia sudah berusia lanjut, napsu angkara
murka serta ambisinya sudah jauh berkurang, lagi pula dasar
wataknya welas kasih, selama banyak tahun berkelana dalam
dunia persilatan, kecuali terhadap manusia yang betul2 ganas
dan banyak melakukan perbuatan terkutuk, jarang sekali ia
melukai jiwa manusia. Tidaklah aneh, sehabis mendengar perkataan dari Hoo
Thian Heng, ia begitu terkejut, kaget dan terkesiap.
Demikianlah, dengan membawa perasaan welas kasih serta
rasa peri kemanusiaan yang tebal ia menasehati pemuda she
Hoo itu. "Meskipun sepuluh manusia sesat adalah gembong2 iblis
yang banyak melakukan kejahatan" ia berkata. "Dan memang
sudah sepantasnya manusia semacam ini dibasmi dari muka
bumi, namun tahukah sauw-hiap" bisa menyadarkan
seseorang yang sesat jauh lebih baik dari pada membinasakan
orang itu sendiri ?" tahukah kau berfaedahnya seorang
manusia sesat bisa bertobat untuk kemudian banyak
melakukan jasa bagi umat manusia guna menebus dosadosanya " maka dari itu aku berharap Sauwhiap bisa
mengobralkan cinta kasihmu terhadap manusia, berilah
kesempatan bagi orang2 itu memperbaiki jalan hidupnya agar
mereka berguna bagi umat manusia dan tanah air !"
"Yu Thay-hiap, welas kasihmu serta rasa peri kemanusiaanmu yang tebal membuat cayhe tergerak hati dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa sangat kagum" sahut Hoo Thian Heng sambil
tersenyum, "Untuk selanjutnya cayhe tentu akan mengikuti
petunjukmu dan sebisa mungkin mengobralkan rasa cinta
kasihku terhadap umat manusia, namun hal ini pun
tergantung bagaimanakah nasib serta keberuntungan orang2
itu !" Secara lapat2 Si Kakek Huncwee dari gunung Bong-san
merasa, walaupun nada ucapan Hoo Thian Heng angkuh,
dingin dan sesumbar, namun ia memiliki kegagahan yang luar
biasa, ia memiliki kewibawan dan keagungan yang tak boleh
dipandang enteng oleh siapapun.
Dalam hati diam2 pikirnya:
"Memandang kegagahan serta kepandaian silat yang
dimiliki orang ini, tidak selang beberapa bulan kemudian ia
pasti berhasil menggetarkan seluruh dunia persilatan dan
angkat diri sebagai seorang gembong iblis atau mungkin
sebaliknya jadi tokoh s ilat yang dikagumi semua orang ".
Berpikir akan hal itu ia mendongak lantas tertawa terbahak2, serunya: "Semoga saja gembong2 iblis itu bisa bertobat dan berubah
pikiran untuk melakukan perbuatan baik --"
"Hmm ! semoga saja apa yang Yu Thayhiap harapkan bisa
tercapai seperti yang diinginkan !".
Bicara sampai disitu mendadak Hoo Thian Heng melirik
sekejap kearah Tonghong Beng Coe, menjumpai dara itu
masih tundukkan kepala dengan mulut membungkam, ia tahu
gadis itu amat sedih hati, tak kuasa timbul rasa menyesal
dalam hati kecilnya, pemuda itu merasa apa yang
disemprotkan tadi memang rada terlalu keras. memang tidak
pantas mengucapkan kata2 sekasar itu terhadap seorang nona
muda belia. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena berpikiran demikian, ia lantas maju dan menjura
kearah Tonghong Beng Coe.
"Nona, harap kau suka memberi maaf atas kelancanganku
mengutarakan kata2 yang tidak sononoh, aku harap nona
jangan pikirkan dalam hati!" ia berkata.
Meskipun Tong hong Beng Coe tidak menyangka manusia
angkuh dan tinggi hati semacam Hoo Thian Heng secara tiba2
bisa minta maaf kepadanya, suatu kejadian yang tak mungkin
terjadi. Sang gadis jadi terkejut bercampur kegirangan, hatinya
terasa amat manis penuh kehangatan.
Sepasang biji mata Tong hong Beng Coe yang bening jeli
kontan bercahaya terang, kepada Hoo Thian Heng buru2 ia
menjura. "Aaaah. . . jangan . . . jangan minta maaf kepadaku"
serunya manja. "Sauw hiap kau tak usah sungkan, dalam
kenyataan memang Akulah yang salah, tidak pantas aku
menggunakan hati seorang siauw-jien untuk menuduh yang
bukan-bukan atas seorang Kun-cu, dalam kejadian ini tak bisa
salahkan kalau Sauw-hiap jadi mengambek!"
Menjumpai sepasang muda mudi itu saling mengalah dan
banyak adat, si kakek Hun-cwee dari gunung Bong-san tak
kuat menahan diri lagi, ia mendongak dan tertawa ter bahak2.
"Haaaa...haaaa...haaaa... Hoo Sauw hiap, nona Tonghong,
persoalan yang telah lewat biarkanlah berlalu, kalian
berduapun tak usah berlaku banyak adat lagi, aku lihat
sekarang adalah tugas kira untuk memasuki lembah dan
tuntut keadilan atas diri sepasang malaikat"
"Baik!. Tonghong Beng Coe segera menurut setelah
mendengar ajakan itu. Sepasang pundak bergerak, sang
badanpun meluncur kearah mulut lembah diikuti keempat
orang dayangnya dari belakang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona, harap tunggu sebentar!" mendadak Hoo Thian Heng
berseru. Tonghong Beng Coe segera berhenti dan berpaling, kepada
Hoo Thian Heng tegurnya: "Hoo-Sauw-hiap, kau masih ada urusan apa lagi.?"
"Nona, aku mohon bertanya, didalam lembah gunung yang
begini luas apakah kau sudah tahu pasti dimana letak tempat
tinggal sepasang malaikat itu?" Hoo Thian Heng bertanya
sambil tersenyum. Tonghong Beng Coe melengak dari sepasang biji matanya
yang jeli memancarkan cahaya bimbang. Lama sekali, ia
memandangi wajah Hoo Thian Heng dengan pandangan
mendelong untuk kemudian menggeleng.
"Aku tidak tahu, apakah sauw hiap tahu ?"
Sama halnya dengan diri nona sendiri, cayhe pun
menginjak lembah ,an Tjie kok ini untuk pertama kalinya !"
jawab pemuda itu seraya menggeleng.
Sepasang alis Tonghong Beng Coe yang bersembunyi
dibalik topeng berkerut kencang, ia lantas berpaling kearah
sikakek Huncwee dari Gunung Bong san.
"Yu Loocianpwee, apakah kau tahu dimanakah sepasang
malaikat itu berdiam ?"?"
Namun sebagai jawaban, sikakek Huncwee dari Gunung
Bong-san inipun menggeleng.
"Loolap pun belum pernah detang kemari!"
Si nona berdiam diri. "Waaah -- kalau begitu terpaksa kita harus melakukan
pengusutan yang teliti dlsekitar tempat ini !" serunya
kemudian. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ehmm, aku rasa memang terpaksa kita harus berbuat
demikian !" "Hoo Thian Heng mengangguk membenarkan.
"Kalau begitu, ayoh kita segera berangkat !" sambung si
kakek Huncwee dari Gunung Bong san.
Tidak menanti jawaban orang lagi, ia tarik tangan murid
kesayangannya Gong Yu, mengeluarkan ilmu meringankan
tubuhnya dan berkelebat ke arah lembah Kan Tjie Kok.
Tonghong Bengcu melirik sekejap kearah Hoo Thian Heng,
kemudian dia menggerakan sepasang pundak, diiringi ke
empat orang dayangnya ia segera berkelebat mengikuti Bongsan Yen Shu berdua. Melihat semua orang sudah berangkat, Hoo Thian Heng
segera mengempos napas dan menguntil dibelakang
Tonghong Beng Coe sekalian.
Langkahnya kelihatan begitu tenang, air mukanya biasa
dan sama sekali tidak kelihatan gugup atau tergesa.
Ujung baju tersampok angin, sang badan bergerak
bagaikan awan yang melayang diangkasa, meski kelihatan
sangat lambat dalam kenyataan cepatnya luar biaaa.
Sewaktu si Kakek Huncwee dari gunung Bong san serta
Tonghong Bong Coe sekalian berpaling dan menjumpai
langkah Hoo Thian Hong yang tenang namun mantap, mereka
segera mengenali ilmu meringankan tubuh sianak muda itu
Ikat Pinggang Kemala Sabuk Kencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bukan lain adalah "Leng-hi, poh" atau jalan me-layang2 suatu
ilmu meringankan tubuh tingkat atas.
Dalam dunia persilatan dewasa ini, belum tentu ada
beberapa orang yang berhasil menguasahi ilmu meringankan
tubuh Jalan Melayang2 tersebut.
Bahkan, kemungkinan besar "Oe Lwee Ngo Khi" atau Lima
manusia aneh dari kolong langit pun belum tentu berhasil
mengusahi ilmu meringankan tubuh "Leng hi poo" itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setibanya dimulut lembah, orang2 itu temukan kedua belah
sisi jalan merupakan dinding bukit yyng terjal dan tinggi
menjulang ke angkasa, batu cadas yang tajam dan berbentuk
aneh tersebar di-mana2, antara bukit yang terjal terlintang
sebuah lorong lembah yang sempit lagi kecil, luasnya hanya
muat dua orang jalan berbareng.
Baru saja sikakek Huncwee dari Gunung Bong-san
beberapa orang tiba dimulut lembah, mendadak terasa
pandangan mata jadi kabur, sesosok bayangan manusia
berkelebat lewat, kiranya Hoo Thian Heng yang selama ini
menguntil tertus dibelakang dengan sikap tenang telah
melampaui beberapa orang itu.
Jalan direngah lembah sempit lagi kecil, dua orang jalan
berbarengpun sudah susah dan tak ada ruang kosong, entah
dengan cara bagaimana ternyata pemuda itu berhasil
melampaui beberapa orang tadi dengan aman dan tenteram.
Kepandaian apa yang telah ia gunakan, tak seorang pun
yang tahu, sungguh suatu kejadian yang aneh dan misterius,
membuat orang bergidik dan ngeri...
Setibanya didepan Si kakek Hunewee dari gunung Bongsan, Hoo Thian Heng segera berseru lirih.
"Silahkan mengikuti diriku!"
Sembari berkata, sang badan melayang kedepan laksana
sambaran kilat cepatnya susah dilukiskan dengan kata2.
Melihat hal itu Si kakek Huncwee dari gunung Bong san
segera berpaling kearah Tonghong Beng Coe dan berseru:
"Nona, ayoh cepatan dikit!"
Diam2 ia mengempos napas, kakinya makin di percepat,
sambil menarik tangan murid kesayangannya Gong Yu,
dengan cepat ia menguntil dibelakang Hoo Thian Heng masuk
kedalam lembah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tonghong Beng Coe tidak mau berayal, diam-diam iapun
mengempos tenaga kemudian lari mendampingi sikakek
Huncwee dari gunung Bongsan dengan ilmu meringankan
Istana Pulau Es 11 Peristiwa Merah Salju Karya Gu Long Kesatria Berandalan 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama