Ceritasilat Novel Online

Pedang Keadilan 18

Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 18


bertambah tebal. sebaliknya Phang Thian hua pun segera putar otak
untuk mencari-jalan keluar dalam menghadapi situasi
seperti ini. Dipandang sekian banyak jago dari Seantero
du-nia, timbul juga suatu perasaan ngeri dan takut yang
1537 aneh dalam hati kecilnya, setelah berpikir lama sekali,
baru ia berteriak keras ke arah pemilik bunga bwee:
"Barang dalam peti itu milikmu, lebih baik kau sendiri
yang membuka peti itu"
"Kenapa?" jengek pemilik bunga bwee. "Dewa jinsom
yang termashur di seluruh kolong langit pun sudah pecah
nyali..." Setelah tertawa hambar, tambahnya: "Kalau isi peti itu
cuma barang biasa, Harimau sakti penakluk kerbau tak
nanti rela berkorban diri..."
Perkataan itu amat singkat dan sederhana tapi justru
ibarat menambah bensin dalam api. Rasa ingin tahu
kawanan jago di sekitar arena pun semakin menjadi-jadi,
pikir mereka: "Betul juga perkataan ini, kalau isi peti itu
bukan barang yang,sangat ber-harga, tak mungkin
Harimau sakti penakluk kerbau akan nekad menyerang
Phang Thian hua...."
Rasa ingin tahu yang semakin tebal secara otomatis
membangkitkan pula keberanian mereka untuk
menentang Dewa jin-som tersebut.
Terdengar pemilik bunga bwee berkata lebih iauh:
"Salah satu tujuanku mengundang kehadiran kalian di
sini pun tak lain karena ada hubungannya dengan benda
dalam peti itu..." 1538 "Kau tak usah sengaja bicara sok rahasia, katakan saja
apa isi peti itu, kenapa kau tak berani mengutarakannya
keluar sehingga menghilangkan rasa curiga para jago?"
Pemilik bunga bwee tertawa hambar.
"Bila kau yakin tak akan timbul sifat tamakmu setelah
melihat benda itu, kenapa kau tidak mencoba untuk
membukanya sendiri" Toh peti itu sudah berada di
hadapan-mu?" Phang Thian hua tertawa dingin.
"Kau tak usah memanasi hatiku dengan kata-kata
macam begitu, kau anggap aku Phang Thian hua benarbenar
tak berani membuka peti itu" Baik, akan kubuka
sekarang juga" ia maju dua langkah mendekati peti itu
lalu menggetarkan tongkatnya ke atas tanah, Blaaam.,.
Ketika tongkat itu membentur tanah, terjadilah suara
benturan yang cukup keras. Empat orang pemuda
berbaju biru yang berada di sisinya serentak meloloskan
pedang dan menyebarkan diri ke empat penjuru untuk
melindungi belakang dan kedua sisi Phang Thian hua.
Bersamaan waktunya keempat manusia berbaju hitam
yang bergolok pun mengeluarkan sarung tangan dari
sakunya dan dikenakan lalu dari dalam kotak kayu yang
dipanggulnya mereka mengeluarkan segenggam benda
hitam macam pasir besi bersiap siaga di sekitar pemuda
berbaju biru itu. 1539 Kenekadan Harimau sakti penakluk kerbau telah
meningkatkan kewaspadaan Phang Thian hua dalam
menghadapi situasi tersebut, dengan menggunakan
tanda menggempur tanah dengan tongkatnya tadi secara
diam-diam ia telah memerintahkan anak buahnya untuk
melakukan perlindungan. Hampir sebagian besar para jago yang hadir di situ
saat ini tahu kalau Phang Thian hua jago dalam ilmu
pertabiban dan obat-obatan. Begitu melihat anak
buahnya telah mengenakan sarung tangan sambil
menggenggam segenggam pasir besi, semua orang pun
segera berpikir: "Pasir besi itu tentu sudah direndam
dengan racun jahat, kalau tidak. mustahil anak buahnya
mengenakan sarung tangan...."
Menunggu sampai anak buahnya sudah menyebarkan
diri melakukan persiapan, phang Thian hua baru
mendongkel penutup peti kayu itu dengan tongkatnya.
Tenaga dalam yang dimilikinya amat sempurna,
dongkelan tersebut boleh dibilang memiliki kekuatan
sampai ratusan kati, siapa tahu ternyata peti kayu itu tak
bergerak sedikit pun Phang Thian nua segera merasakan pipinya jadi
panas, matanya berubah jadi merah, setelah menyapu
sekejap sekitar tempat itu ia menegur ketus: "Siapa yang
secara diam-diam memusuhi aku" silahkan tampil ke
muka untuk bicara" 1540 suasana tetap hening, tak seorang pun menjawab tapi
dalam hati kecilnya sama-sama berpikir: "Tenaga dalam
yang dimiliki orang itu pasti luar biasa, buktinya ia bisa
mempermalukan Phang Thian hua...."
Terdengar pemilik bunga bwee berkata dengan pelan:
"Peti kayu milikku ini memang memiliki suatu tabiat yang
aneh, dia hanya mau dibuka jika si pembuka
menggunakan tangannya, kalau coba-coba memakai
benda, ia pasti akan ngambek..."
"Hmmm, aku tak percaya ada kejadian seperti ini"
seru Phang Thian hua gusar.
" Kalau kau tak percaya, kenapa tidak dicoba sendiri?"
"Baik" Diam-diam hawa murninya dihimpun ke-dalam tongkat
kayunya, kemudian dengan sekuat tenaga didongkel ke
atas. siapa tahu peti itu seolah-olah sudah ditindih
dengan benda yang beratnya mencapai ribuan kati.
Kendatipun dongkelan phang Thian hua itu dilakukan
dengan sekuat tenaga, peti itu tetap tak bergeming.
Dengan terjadinya peristiwa itu, bukan saja Phang
Thian hua dibuat amat terperanjat, kawanan jago yang
hadir di seputar arena pun sama-sama terkesiap
dibuatnya. 1541 Tiba-tiba pemilik bunga bwee bangkit berdiri,
menyentil debu dari pakaiannya dan berkata sambil
tertawa: "sekarang tentunya kau sudah percaya
bukan...?" Phang Thian hua mendengus dingin"Hmmmm sekalipun tutup peti itu kokoh bagaikan
baja, bukan berarti peti itu kuat sekali" Mendadak
tongkatnya diayunkan ke muka melancarkan sebuah
bacokan keras. Ia tak tahan dipermalukan orang di hadapan para
jago, hawa amarahnya kontan saja memuncak. bisa
dibayangkan betapa dahsyatnya babatan tongkatnya itu.
Blaaammmm., . Diiringi suara benturan yang amat dahsyat, hancurlah
peti kayu itu menjadi berkeping- keping .
sambil mengelus jenggotnya pemilik bunga bwee
tersenyum lalu duduk kembali. Dengan hancurnya peii
kayu itu, maka di antara hancuran dan serpihan kayu
lamat-lamat tampak ujung sebuah kitab, Baru saja Phang
Thian hua hendak mencongkel kitab itu dari tumpukan
kayu, tiba-tiba muncul segulung asap tebal Ternyata
kitab beserta serpihan kayu itu mulai terbakar. sambil
tertawa tergelak pemilik bunga bwee berseru: "Ha ha ha.
sayang sayang" "Apanya yang patut disayangkan?" bentak Phang
Thian hua gusar Tongkatnya bekerja cepat
1542 menyingkirkan serpihan kayu dari atas kitab tersebut,
dengan cepat terbacalah judul buku itu: "Tiga belas bab
kupasan kitab pusaka Tat mo ie cin keng."
Mimpi pun Phang Thian hua serta para jago yang
hadir di sekitar tempat itu tak pernah mengira kalau isi
peti itu ternyata adalah kitab pusaka Tat mo ie cin keng
yang dipandang sebagai ilmu maha sakti oleh semua
jago persilatan, untuk sesaat semua orang jadi tertegun
dibuatnya. sebenarnya pusaka itu milik siau lim pay, tapi orang
persilatan sudah mendengar kabar kalau kitab tersebut
telah dicuri orang kendati pun pihak siau limpay sendiri
tak pernah mengakui secara resmi, lalu bagaimana
mungkin kitab tersebut bisa muncul dalam peti saat ini"
Kobaran api yang membakar kitab itu semakin
membesar, dalam waktu singkat kitab tersebut telah
berubah menjadi sebuah gumpalan api. "omintohud..."
Menyusul bentakan keras, sesosok bayangan abu- abu
secepat sambaran petir menyerang masuk ke dalam
arena. Kesatu gerakan orang itu sangat cepat, kedua para
jago yang berjaga-jaga di seputar arena sedang kecewa
karena punahnya kitab pusaka itu sehingga ketajaman
pendengaran mereka berkurang, Ketika merasa
datangnya sambaran angin, keadaan sudah terlambat,
1543 tahu-tahu bayangan manusia itu sudah menembus
pertahanan mereka dan mendekati arena.
seorang pemuda berbaju biru yang berada paling
dekat dengan Phang Thian hua segera mengayunkan
pedangnya melancarkan bacokan. Traaang.,.
Dentingan nyaring berkumandang, tusukan pedang
dari pemuda berbaju biru itu tahu-tahu sudah terpental
ke samping. "Berhenti" hardik Phang Thian hua-sambil berpaling.
Padahal tanpa disuruh berhenti pun bayangan putih
tadi telah berhasil menembus pertahanan dan tiba di sisi
tubuhnya, bahkan tangannya langsung menyambar ke
arah kitab yang sedang terbakar itu Dengan tenaga
pukulan yang amat kuat, sekali sambaran saja kobaran
api itu padam seketika, tapi debu bekas bakaran pun ikut
beterbangan keempat penjuru karena hembusan angin
pukulannya. semua peristiwa ini berlangsung dalam waktu sekejap
mata. Belum habis ingatan pertama melintas dalam
benak Phang Thian hua, sisa kitab yang terbakar itu
sudah jatuh ke tangan bayangan putih itu.
Ketika para jago mencoba untuk mengawasi kitab
tersebut, ternyata sebagian besar telah terbakar habis,
yang utuh kini hanya tinggal dua puluh persen saja.
1544 sambil tertawa dingin phang Thian hua segera
berseru: " Kukira siapa yang begitu bernyali, rupanya
Coat pin taysu, hmm Tak heran kalau kau tidak pandang
sebelah mata pun terhadap aku Phang Thian hua"
Mimik muka Coat pin taysu penuh diliputi rasa sedih
dan kecewa, ia berdiri ter-mangu-mangu sambil
mengawasi sisa buku yang terbakar itu. ia seakan-akan
tidak mendengar sama sekali apa yang diucapkan Phang
Thian hua. Terdengar seseorang berseru nyaring: "To heng, kau
jangan termakan siasat adu domba orang lain, Coba
bayangkan saja tiga belas bab kupasan kitab pusaka Tat
mo ie cin keng merupakan kitab pusaka yang tiada
ternilai harganya, sekalipun benar-benar terjatuh ke
tangan orang lain, siapa yang rela membakarnya dengan
begitu saja?" Ketika perhatian semua orang dialihkan ke arah si
pembicara, ternyata orang itu adalah si Bangau hijau ui
Yap cu, salah satu di antara tiga bangau partai Bu tong.
Nama serta kedudukan tiga bangau dari Bu tong
dalam dunia persilatan cukup tegar dan terhormat,
karena itu para jago pun kembali mulai berpikir setelah
mendengar perkataannya itu. "Benar juga perkataan ini,
Tat mo ie cin keng adalah kitab pusaka yang tak ternilai
harganya, masa pemilik bunga bwee tega membakarnya
1545 dengan begitu saja" Jangan-jangan ia sengaja
menggunakan buku palsu untuk menipu kita semua.,.?"
sekalipun di hati kecilnya para jago telah berpikir
demikian, namun mereka tetap masih penasaran, sebab
daya tarik kitab pusaka Tat mo ie cin keng memang luar
biasa hebatnya, Bahkan bagi sebagian besar umat
persilatan tersebut, mereka lebih suka mempertaruhkan
nyawa untuk memperebutkan kitab itu dari pada
membiarkan pusaka itu terjatuh ke tangan orang lain.
Terdengar Coat pin taysu menghela napas panjang,
sambil memegangi sisa kitab yang hangus ia termangumangu
seperti orang kehilangan akal, sampai lama sekali
tak mampu mengucapkan sepatah kata pun.
Dalam keadaan begini, andaikata Phang Thian hua
melancarkan serangan bokongan maka dalam sekali
gebrakan saja ia pasti berhasil membinasakan Coat pin
taysu. Tapi nama besar siau Limpay kelewat luar biasa,
di samping itu kedudukan Coat pin taysu dalam partai
pun sangat tinggi dan terhormat, seandainya Phang
Thian hua sampai melukai jiwanya, sudah pasti
permusuhannya dengan pihak siau lim si tak bakal ada
habisnya. oleh sebab itulah ia tak berani turun tangan
secara sembarangan Tiga orang pendeta pelindung hukum yang ikut hadir
disana telah menghimpun tenaga dalam masing-masing
siap turun tangan, tapi mereka sudah terhadang oleh
1546 kawanan lelaki berbaju hitam itu sejauh berapa kaki di
luar arena, karena itu meski mereka saksikan keadaan
Coat pin taysu yang macam orang kehilangan sukma, tak
seorang pun dari antara mereka berani turun tangan
secara sembarangan Mereka takut bila sampai bentrok
hingga membangkitkan amarah Phang Thian hua., bisa
jadi Coat pin taysu bakal segera dilukainya.
si Bangau hijau Ui Yap cu mempunyai hubungan
persahabatan yang amat erat dengan coat pin taysu, ia
jadi sangat kuatir setelah melihat keadaannya yang
macam orang mabuk itu, teriaknya keras-keras: "Phang
cengcu, bolehkah aku menghampiri Coat pin toh eng


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

serta mengajaknya bicara?"
Rupanya semua anak buah yang dibawa Phang Thian
hua kini sudah menempati posisi masing-masing siap
untuk menghadapi serangan musuh, Dalam keadaan
begini tanpa peroleh ijin dari yang bersangkutan berarti
orang yang hendak mendekati tempat itu harus bersiapsiap
menerima gempuran. Rupanya Phang Thian hua sendiri pun sudah melihat
keadaan Coat pin taysu yang tidak beres, ia segera
mengangguk "silahkan to heng"
Manusia berbaju hitam yang menghadang di tengah
jalan itu serentak menyingkir ke samping memberi jalan
lewat. 1547 Dengan langkah lebar Ui Yap cu melangkah masuk ke
dalam arena dan mendekati Coat pin taysu, begitu
sampai dia langsung menghantam punggung pendeta itu
keras-keras. Ketika itu Coat pin taysu sudah kehilangan kontrol
karena panik dan sedihnva, gaplokan dari Ui Yap cu
persis di atas jalan darah Mia bun hiat nya ini seketika
menyadarkan kembali pikirannya.
"To heng" Ui Yap cu segera menegur. " Kitab pusaka
Tat mo ie cin keng itu asli atau palsu?"
"Kitab Tat mo ie cin keng yang asli..." jawab Coat pin
taysu sedih, tangannya yang menggenggam sisa kitab itu
kelihatan gemetar Mimik mukanya yang semula layu dan
loyo tiba-tiba saja berubah jadi bersemangat kembali,
sepasang matanya memancarkan sinar yang tajam
menggidikkan setelah memandang sekejap para jago
dalam arena, ujarnya keras-keras: "Hari ini lolap (saya)
hendak mengumumkan satu kejadian yang nyata, yakni
tiga belas bab kupasan dari kitab pusaka Tat mo ie cin
keng milik siau lim si telah dicuri orang. Meski sudah
lama berita ini beredar dalam dunia persilatan, tapi latar
belakang yang sesungguhnya dari peristiwa ini tidak
banyak diketahui orang.,."
Perlu diketahui kedudukan Coat pin taysu dalam
memimpin ruang Tat mo wan di kuil siau lim si
sesungguhnya hanya setingkat di bawah kedudukan
1548 seorang ketua partai, dengan sendirinya apa yang dia
ucapkan amat berbobot sekali, serentak para jago
mendengarkan dengan serius.
Namun Coat pin taysu tidak meneruskan kata-katanya
lagi meski telah disinggung setengah jalan, ia seperti
teringat akan sesuatu kejadian yang berat danpenting
hingga merasa kurang leluasa untuk melanjutkan katakatanya.
seseorang dengan nada dingin segera menegur: "Hey
hweesio tua, kalau mau bicara, katakan secara gagah,
apalagi kau sudah menyinggung setengah bagian,
kenapa tidak kau lanjutkan?"
orang yang barusan berbicara adalah seorang kakek
berjenggot putih yang memakai baju warna hijau, meski
gagah dan keren namun amat asing wajahnya dan
selama ini belum pernah dikenal olehnya. Dengan kening
berkerut pendeta tua itu pun berkata:
"Ucapan sicu memang benar. setelah terlanjur
kusinggung memang sepantasnya bila kuterangkan lebih
jauh, tapi berhubung ada sesuatu dan lain hal aku tidak
berniat lagi untuk menjelaskan masalah ini, Hanya satu
hal yang dapat kutegaskan di sini adalah kitab Tat mo ie
cin keng yang terbakar ini benar-benar adalah kitab asli
milik kami yang tercuri"
1549 suasana kembali berubah jadi gempar dan ramai sekali
setelah penjelasan itu di-berikan, para jago merasa
terkejut, kegaduhan pun muncul di sana sini.
Tiba-tiba Phang Thian hua membentak keras "Harap
kalian tenang, dengarkan dulu berapa patah kataku"
Para jago yang sedang gaduh seketika berubah
menjadi tenang kembali. BAB 46. Dewa Jinsom Melawan Empat iblis
Phang Thian hua mengalihkan perhatiannya ke wajah
Coat pin taysu, tegurnya: "Kitab pusaka Tat mo ie cin
keng merupakan pusaka andalan perguruan anda,
bagaimana mungkin bisa sampai dicuri orang" Kau harus
menerangkan hal ikhwal terjadinya peristiwa ini.,."
Pemilik bunga bwee yang selama ini membungkam
tiba-tiba menyela pula dengan nada dingini "sebenarnya
kitab pusaka Tat mo ie cin keng sudah kusimpan dalam
peti dan siap kukembalikan dalam keadaan utuh. Kalau
ingin mencari dalang dari hancurnya kitab itu, kita harus
mencari orang yang telah menghancurkan peti serta
membakar kitab pusaka tersebut"
Phang Thian hua mendengus dinginTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
1550 "Hmmm seandainya peti itu tidak diberi perangkap
alat rahasia, sekali pun peti itu kuhajar berapa kali pun
tak mungkin kitabnya bisa terbakar secara tiba-tiba...."
"jangan mencari kambing hitam" bantah pemilik bunga
bwee sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Andaikata kau tidak menghancurkan peti itu dengan
tongkatmu, bukankah kitab pusaka itu tetap akan
tersimpan baik-baik di dalam peti kayu itu?"
Mendadak Coat pin taysu memberi hormat kepada
pemilik bunga bwee, lalu ujarnya: "Ada beberapa patah
kata lolap ingin bertanya kepada lo sicu, bersediakah kau
memberi petunjuk?" "soal apa?" "Tolong tanya apakah kitab pusaka Tat mo ie cin keng
ini kau ambil dari dalam kuil siau lim si kami?"
Ia segan menggunakan istilah " mencuri" atau "
merampok" maka dalam kata-katanya pun kedengaran
sangat halus dan sopan. "Bukan" sambil tertawa pemilik bunga bwee gelengkan
kepalanya. " Kalau memang bukan sicu yang mengambil dari kuil
kami, lalu dari manakah kau dapatkan kitab itu" aku
harap sicu mau memberi penjelasan"
1551 Pemilik bunga bwee tertawa jengah.
"Bagaimana pun juga kitab pusaka Tat mo ie cin keng
toh sudah musnah, kalau kita harus membicarakan lagi
sumber mula kudapatkan kitab itu... aku rasa beritanya
sudah basi, Bagaimana kalau kita berganti acara dengan
soal yang lain saja?"
" Kedatangan lolap untuk menghadiri pertemuan
puncak para jago hari ini bukanlah bertujuan untuk
merebut nama atau kedudukan terhormat dengan para
jago lainnya. Kendati pun demikian, kitab pusaka Tat mo
ie cin keng mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan kuil kami, jika sicu enggan menerangkan
masalah ini sejelasnya kepada- ku, bilamana keadaan
terpaksa mau tak mau terpaksa aku harus
mencampurkan diri dalam peristiwa hari ini...."
Pemilik bunga bwee tetap duduk dengan tenang, air
mukanya tidak menunjukkan perubahan apa pun, seolaholah
ia sama sekali tak pandang sebelah mata pun
terhadap pendeta sakti dari siau limpay yang amat
tersohor itu "Jadi maksud taysu, kau hendak memaksa aku untuk
mengembalikan sejilid kitab pusaka Tat mo ie cin keng
yang asli untukmu...?" ujarnya pelan,
"Kami partai siau lim mempunyai peraturan perguruan
yang amat ketat. Kami tak pernah memojokkan orang,
1552 kami pun tak pernah mengandalkan kekuatan untuk
menindas kaum lemah. Andaikata kitab pusaka Tat mo ie
cin keng itu memang bukan sicu yang curi, tolong sicu
sebutkan saja siapa pencuri yang sebenarnya, tapi kalau
sicu tak dapat menjawab siapa pencuri-nya... terpaksa
aku akan memberanikan diri untuk mengundang sicu ikut
kami berkunjung ke kuil siau lim si" Pemilik bunga bwee
tertawa terbahak bahak. "Ha ha ha..-. sudah lama aku dengar pemandangan
alam di sekitar bukit siong san amat indah. Bila taysu
sudi mengundangku untuk berkunjung ke kuil kalian,
dengan senang hati aku akan memenuhi undangan itu,
cuma kita baru bisa berangkat apabila urusan di sini
telah rampung" sekali pun ia tidak secara langsung menerangkan asal
mula kitab Tat mo ie cin keng itu, tapi dari nada
pembicaraanku samar-samar orang bisa mendengar
bahwa dia belum pernah berkunjung ke bukit siong san,
itu artinya kitab pusaka Tat mo ie cin keng bukan dia
yang curi. Phang Thian hua yang selama ini membungkam tibatiba
berkata: "Musnahnya kitab pusaka Tat mo ie cin
keng boleh disebut sebagai suatu peristiwa besar yang
mengejutkan tapi selain masalah itu, aku tak bisa
membayangkan masih adakah peristiwa lain yang jauh
lebih besar dan mengejutkan daripada peristiwa itu..."
1553 Ia memandang sekejap para jago diseputar arena,
kemudian terusnya: "Kalau memang tak ada urusan lain,
aku hendak mohon diri lebih dulu."
"silahkan saja pergi" sahut pemilik bunga bwee sambil
tertawa dingin, Kemudian sambil mengalihkan
pandangannya ke wajah Coat pin taysu, ujarnya pula:
"Taysu, pengetahuan dan pengalamanmu sangat luas,
tentunya kau dapat menduga bukan benda mustika apa
lagi di dunia ini yang jauh lebih berharga dnripada kitab
pusaka Tat mo in cin keng?"
Waktu itu Phang Thian hua sudah membalikkan badan
siap neninggalkan tempat tersebut, tapi setelah
mendengar perkataan itu tiba-tiba saja ia membatalkan
niatnya untuk pergi. Dari bawah bangkunya pelan-pelan pemilik bunga
bwee mengeluarkan sebuah kotak kemala berwarna
hijau, lanjutnya: "Kenalkah taysu dengan benda ini?"
seraya berkata dia letakkan kotak kemala itu ke atas
ujung meja, oleh karena kemunculan kitab pusaka Tat mo ie cin
keng tadi telah meninggalkan kesan yang amat
mendalam serta daya rangsang yang luar biasa, maka
setelah pemilik bunga bwee meletakkan kotak kemala itu
di atas meja, kembali terjadi kegaduhan di antara
kawanan jago itu, Berbondong-bondong mereka
bergerak maju ke muka. 1554 Para pengikut Phang Thian hua tetap berjaga-jaga di
sekeliling meja serta menghadang jalan maju kawanan
jago itu Dewa buas berbaju merah yang pertama-tama tak
bisa mengendalikan diri, sambil membentak gusar ia
lancarkan sebuah babatan keras ke muka. Petugas yang
menjaga posisi selatan adalah seorang lelaki berbaju
hitam yang menggenggam pasir beracun di tangannya.
Belum sempat lelaki ini menyebarkan-pasir
beracunnya, angin pukulan dari si Dewa buas berbaju
merah telah meluncur tiba, angin pukulan yang sangat
dahsyat itu muncul bagaikan gulungan ombak samudra
di tengah badai. Lelaki berbaju hitam itu sadar apabila
pasir beracunnya dilepaskan pada saat ini, maka pasirpasir
tersebut niscaya akan terpental balik oleh tenaga
pukulan yang amat maha kuat itu hingga berakibat
senjata makan tuan. oleh sebab itulah mati-matian, dia tetap
menggenggam pasir beracun itu agar jangan sampai
terlepas, dengan bahu kirinya dia siap menerima
gempuran musuh dengan keras melawan keras.
Pada saat yang amat kritis itulah tiba-tiba si Dewa
jinsom Phang Thian hua mengayunkan tangan kanannya
melepaskan sebuah pukulan, Menyusul serangan yang
dilancarkan tadi si Dewa buas berbaju merah ikut
1555 mendesak maju pula ke depan sambil mencengkeram
badan lelaki berbaju hitam itu.
Ketika secara tiba-tiba ia merasakan datangnya
serangan balik yang membendung balik tenaga pukulan
yang dilancarkan itu, buru-buru ia mengubah gerakannya,
badan yang sedang bergerak maju pun tiba-tiba
bergeser tiga depa ke belakang, "Blaaammmm., . "
Di tengah suara benturan keras yang memekikkan
telinga, terlihat pasir dan debu beterbangan di angkasa.
segulung angin pusaran timbul sebagai akibat
membentur-nya dua kekuatan dahsyat itu.
Phang Thian hua sendiri kendatipun berhasil
menyelamatkan anak buahnya dengan serangan itu,
namun ia pun mulai sadar bahwa kekuatan anak
buahnya mustahil dapat membendung amukan massa,
karena itu dengan suara rendah bentaknya: " kalian
menyingkir semua" Setelah lolos dari lubang jarum tadi sebetulnya lelaki
berbaju hitam itu sudah siap menyebarkan pasir
beracunnya, tapi begitu mendengar perintah dari Phang
Thian hua, ia pun segera mengundurkan diri.
Begitu anak buah Phang Thian hua yang berjaga di
empat penjuru menarik diri, para jago pun saling berebut
maju ke depan serta mengurung pemilik bunga bwee
rapat-rapat. Begitu sempitnya ruang kosong di bagian
1556 tengah sehingga orang-orang yang berada pada barisan
terdepan dapat mengambil kotak kemala itu setiap saat.
Coat pin taysu maupun siBangau hijau Ui Yap cu
sudah terkurung oleh kawanan jago sehingga terdesak
ke tepi meja, sebaliknya Phang Thian hua sama sekali
tidak bergeser dari posisinya semula.


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Keanehan dan kekejian sifatnya sudah cukup diketahui
umat persilatan, siapa pun enggan mencari gara-gara
dengan dirinya, oleh sebab itu beramai-ramai mereka
berusaha menghindar serta menjauhinya.
Dengan terjadinya keadaan tersebut, maka Phang
Thian hua pun terdesak keluar dari kerumunan manusia
dan kini berada pada barisan paling belakang, jarak
antara dia dengan meja itu terhadang oleh kerumunan
orang banyak. Yang lebih aneh lagi, kendati pun para jago sudah
berada sangat dekat dengan meja dan setiap saat
mereka dapat merampas kotak kemala itu, namun tak
seorang pun di antara mereka yang berusaha turun
tangan lebih dulu. Agak tergetar juga perasaan Coat pin taysu setelah
menyaksikan situasi yang serba kalut ini, tak tahan
ujarnya kepada Ui Yap cu: "To heng, coba kau lihat
situasi kalut semacam ini, bagaimana mungkin bisa
menenangkan mereka?"
1557 "Kawanan jago yang berkerumun di sekitar meja
sekarang terdiri dari jago-jago golongan putih maupun
golongan hitam.jangankan pinto gagal menemukan cara
terbaik untuk mengatasi situasi ini, sekalipun ketua
perguruan kami hadir sendiri di sini pun mungkin sukar
baginya untuk menenangkan situasi ini"
"Orang-orang yang bisa hadir dalam pertemuan
puncak ini sebagian besar adalah tokoh-tokoh silat yang
punya kedudukan dan nama dalam dunia persilatan Bisa
saja dia seorang pengembara, bisa juga seorang
pentolan rimba hijau, Kalau di masa-masa biasa tak
mungkin emosi mereka akan bergolak seperti saat ini,
justru yang membuat situasi jadi kalut dan gaduh adalah
daya pikat yang luar biasa dari kitab pusaka Tat mo ie cin
keng tadi, sehingga akibatnya mereka sukar untuk
mengendalikan diri..."
Belum habis perkataan itu diucapkan, tiba-tiba
pendeta itu merasakan pergelangan tangan kanannya
kaku, urat nadinya tahu-tahu sudah dicengkeram orang,
sisa kitab pusaka Tat mo ie cin keng yang berada dalam
genggamannya pun ikut dirampas.
Ketika ia berpaling, tampak bayangan manusia
berkelebat lewat ternyata orang itu sudah kabur dengan
melewati atas kepala para jago, kehebatan ilmu
meringankan tubuhnya sangat mengagumkan.
1558 Ui Yap cu segera menghardik keras: "Taysu, cepat
kejar" seraya berteriak pendeta ini pun ikut melakukan
pengejaran dengan kecepatan tinggi, sebagai seseorang
yang diberi julukan bangau hijau, tentu saja ilmu
meringankan tubuh yang dimilikinya sangat hebat sekali
melejit ia telah meluncur di atas kepala para jago lainnya
dan mengejar di belakang perampas itu.
Dalam keadaan begini, banyak sekali orang yang tak
tahu apa yang sebenarnya terjadi ikut melakukan
pengejaran pula dari belakang.
Mendadak pemilik bunga bwee bangkit berdiri, ujarnya
kepada Coat pin taysu dengan nada dingini "Taysu
adalah seorang pendeta yang berkedudukan tinggi dalam
kuil siau lim si, tapi buktinya sekarang sisa kitab yang
berada dalam genggamanmu pun berhasil direbut orang,
Kelihatannya ilmu silat aliran siau lim tidak sehebat apa
yang digembar gemborkan selama ini"
Merah padam paras muka Coat pin taysu, segera
pikirnya: "Meskipun kejadian ini di luar dugaan, tapi
sesungguhnya bukan pekerjaan gampang untuk
merampas sisa kitab itu dari genggamanku. nyatanya
orang itu bisa bergerak demikian cepat bahkan membuat
aku kehilangan daya, kehebatan ilmu silatnya benarbenar
mengagumkan, entah siapakah dia?"
1559 Karena malu bercampur menyesal, pendeta itu hanya
membungkam diri, sama sekali tak ada niat untuk
membantah ejekan pemilik bunga bwee.
Waktu pun larut dalam keheningan yang sangat
menegangkan. Meskipun kawanan jago itu tak ada yang
bergeser d ari posisi, masing-masing, namun di hati kecil
mereka sama-sama berharap agar Ui Yap cu dapat
menawan balik orang yang menyerobot sisa kitab itu.
Mendadak terdengar jeritan ngeri yang menyayat hati
bergema memecahkan keheningan.
Ketika -para jago berpaling, tampak seorang lelaki
tinggi besar telah berdiri kaku di tempat dengan mata
terbelalak dan wajah amat mengerikan, tangan kanannya
telah menempel di atas kotak kemala di atas meja itu.
sebilah pisau terbang berwarna
kebiru-biruan telah menembus telapak tangannya itu
dan memanteknya di atas meja.
Waktu itu perhatian para jago sedang teralih untuk
memikirkan Ui Yap cu yang mengejar penyerobot sisa
kitab itu, sehingga tak seorang pun yang menaruh
perhatian jago dari mana yang telah menyambitkan pisau
beracun tersebut. T api semua orang mengerti bahwa racun yang
dioleskan pada pisau tersebut tentulah sejenis racun keji
yang mematikan Buktinya begitu pisau terbang itu
1560 menembus telapak tangan lelaki itu, belum sempat
tangannya ditarik balik, nyawanya sudah keburu
melayang. Kenyataan ini kontan saja mengejutkan para
jago di samping menimbulkan rasa ngeri di hati kecil
masing-masing. Tiba-tiba Phang Thian hua menghentakkan tongkatnya
ke atas tanah sambil berseru keras: "Tampaknya
perjamuan hari ini tak mungkin bisa dinikmati lagi, Aku
harap saudara sekalian mau menuruti anjuranku dengan
mundur sejauh satu kaki dari meja itu. Berkerumun
melulu ditempat itu tak akan bermanfaat bagi siapa
pun.,." Beberapa kali dia mengulangi teriakan tersebut,
namun kawanan jago yang berkerumun di sana tak ada
yang bergerak Dengan terjadinya hal ini, Phang Thian hua merasa
sangat kehilangan muka, tiba-tiba ia siapkan tongkatnya
sambil membentak marah: "Jika kalian anggap mampu
untuk menerima seranganku ini, silahkan untuk tetap
berdiri di tempati" Baru saja dia akan mengayunkan tongkatnya untuk
memaksa mundur para jago yang berkerumun,
mendadak terdengar suara bentakan nyaring bergema
pula memecahkan keheningan:
1561 "Apa yang diucapkan Phang cengcu tepat sekali, Bila
kalian bersedia mundur berapa langkah sehingga
memberi ruang yang lebih lebar di arena tersebut, maka
kesempatan untuk menerima bokongan bagi kalian pun
akan jauh berkurang...."
serentak para jago berpaling, ternyata orang yang
barusan berbicara adalah seorang kakek berwajah hitam
berkilat, berbaju hijau dan memelihara jenggot putih
sepanjang dada. suara gaduh pun segera terjadi di antara kawanan
jago, terdengar seseorang berseru: "Aaah... rupanya si
Hakim sakti Ciu taihiap pun telah tiba"
sorak sorai dan helaan napas bergema silih berganti
serentak kawanan jago itu mundur berapa langkah
hingga terbukalah sebuah arena kosong seluas dua kaki.
Dari sekian banyak jago yang mundur secara teratur,
ternyata ada juga yang enggan menuruti nasehat itu,
diantaranya adalah empat manusia buas dari sin ciu,
Phang Thian hua beserta anak buahnya serta Coat pin
taysu diiringi para pendeta pelindung hukumnya.
Hawa amarah telah menyelimuti paras muka Phang
Thian hua saat itu, agak mendongkol jengeknya ketus:
"Hmmmm, sungguh hebat, sungguh perkasa, rupanya
nama besar ciu tayhiap bukan nama kosong belaka"
1562 "Phang cengcu terlalu memuji" sahut Ciu Huang
sambil tertawa hambar. Karena merasa kehilangan muka dan dipermainkan
terpaksa Phang Thian hua menyampaikan tantangannya
kepada Ciu Huang, serunya sambil tertawa dingini "Aku
enggan menuruti perintahmu untuk mundur, boleh aku
tahu apa yang hendak Ciu tayhiap lakukan?"
"Aku tak pernah memaksa orang untuk menuruti
nasehatku, Bila Phang cengcu enggan mundur, tentu
tindakan tersebut mempunyai alasannya sendiri, aku pun
tak akan banyak bertanya lagi...."
Mendengar jawaban itu diam-diam Phang Thian hua
berpikir: "Agaknya bukan tanpa alasan orang persilatan
menganggap si Hakim berwajah besi ini sebagai
pendekar nomor satu di kolong langit Contohnya
beberapa patah katanya barusan, ia tidak memaksa juga
tidak berdebat, tapi posisinya justru menyudutkan diriku.
Bila aku tetap ngotot untuk membantah dan
mengajaknya berdebat, orang persilatan pasti akan
menertawakan kekerdilanku.
Begitu ingatan tersebut melintas lewat, sambil tertawa
dan manggut-manggut dia pun berkata: "Kebesaran jiwa
serta keluasan wawasan ciu taihiap sungguh
mengagumkan hatiku, Benar, keempat pendeta siau lim
si itu enggan mundur karena mereka telah kehilangan
kitab pusakanya dan ingin menuntut ganti dari pemilik
1563 bunga bwee, sedang aku enggan mundur lantaran aku
ingin mencoba kehebatan pemilik bunga bwee serta
mewakili para jago untuk menyingkap rahasia di balik
kotak kemala itu." Pada saat itu, mayat lelaki tadi masih tetap berdiri
kaku di tempat. Telapak tangannya yang ditembusi pisau
beracun itu kini telah berubah jadi hijau membesi, dari
sini bisa disimpulkan betapa ganasnya racun yang
dioleskan pada pisau belati tersebut.
setelah tiba di tepi meja Phang Thian hua berseru
lantang: "Adakah di antara saudara sekalian yang kenal
dengan orang ini" silahkan tampil ke depan untuk
mengurusi jenasahnya..."
Perkataan itu diutarakan sampai empat kali, suasana
juga makin lama semakin keras, namun kawanan jago itu
hanya saling berpandangan tanpa seorang pun tampilkan
diri. "Baiklah," kata Phang Thian hua kemudian "Kalau
memang tak ada yang kenal, terpaksa aku harus berbuat
lancang" Dengan tongkatnya dia cungkil lepas telapak tangan
mayat itu dari atas meja.
Sejak menghembuskan napasnya yang penghabisan
tubuh orang itu bisa tetap berdiri tegak hal ini
1564 disebabkan tangannya ter-pantek pada meja oleh
tusukan pisau terbang tersebut Dengan terlepasnya
pantekan itu, otomatis mayatnya juga ikut roboh ke
tanah. Di bawah cahaya matahari terlihat kotak kemala hijau
itu memantulkan selapis cahaya hijau yang menyilaukan
mata. Agak bergidik juga perasaan Phang Thian hua setelah
menyaksikan kematian yang mengerikan dari lelaki
tersebut. Kendati pun ia memiliki ilmu silat yang luar
biasa, diam-diam hawa murninya dihimpun untuk slap
melancarkan serangan, kemudian tangan kirinya
bergerak mencengkeram kotak kemala itu, sepanjang
tindakannya itu dilakukan sepasang matanya yang tajam
mengawasi terus sekeliling arena.
Kali ini ternyata di luar dugaan Phang Thian hua, tak
seorang manusia pun yang berusaha menghalanginya
menyentuh kotak kemala itu. Setelah kotak kemala itu
terjatuh ke tangan Phang Thian hua, kawanan jago itu
baru seolah-olah teringat dengan ucapan pemilik bunga
bwee tadi, bahwa benda yang ada dalam kotak kemala
itu jauh lebih berharga daripada kitab pusaka Tat mo ie
cin keng. Mereka semua percaya kalau pemilik bunga bwee
bukan cuma membual dengan kata-katanva tadi,
Buktinya kitab Tat mo ie cin keng telah diakui
1565 keasliannya oleh Coat pin taysu sebagai pihak yang
memilikinya. Maka suasana gaduh pun kembali bergema di arena,
tanpa sadar kawanan jago itu mulai bergerak maju lagi.
Terdengar seseorang berseru nyaring: "Ayo buka
kotak kemala itu dan periksa isinya" suara teriakanpun
bersahut-sahutan, semua orang berteriak agar kotak itu
di-buka.... Terkesiap juga Phang Thian hua menyaksikan luapan
emosi kawanan jago itu, kembali dia berpikir: "Kalau
sampai membangkitkan kemarahan mereka, sekalipun
ilmuku jauh lebih hebatpun sulit rasanya untuk
menandingi mereka,..."
Kepada pemilik bunga bwee, segera serunya pula:
"sebenarnya apa isi kotak kemala ini" Dapat kau
sebutkan?" pemilik bunga bwee tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha... kini kotak tersebut sudah berada di
tanganmu, kenapa tidak dibuka untuk diperiksa sendiri
isinya?" Membayangkan kembali peristiwa yang menimpa kitab
Tat mo ie cin keng tadi, tiba-tiba muncul perasaan
bimbang di hati kecil Phang Thian hua, kembali pikirnya:


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau isi kotak itu memang benar-benar lebih berharga
1566 dari pada kitab pusaka Tat mo ie cin keng, keadaan
masih bisa diatasi, Bagaimana kalau isinya justru
makhluk atau benda beracun lainnya" Bukankah aku
yang akan menjadi korban pertama?"
sekalipun dia cerdas dan segala tindakannya
diperhitungkan matang-matang, sayang beban
"martabat" dan "harga diri" membuatnya sulit untuk
mengembalikan kotak itu ke atas meja lagi. Terpaksa
sambil menutup semua pernapasannya pelan-pelan ia
buka kotak kemala itu. Begitu kotak itu terbuka segera muncullah selapis
cahaya berwarna merah darah, Di bawan sinar matahari
cahaya merah itu nampak seperti bianglala tapi mirip
juga dengan kabut hingga sukar untuk dibedakan apakah
itu cahaya kabut atau cahaya bianglala.
sebagai pakar ilmu pertabiban dan obat-obatan Phang
Thian hua segera dapat mengenali bahwa cahaya itu
berasal dari pancaran sesuatu benda, mendadak timbul
sifat serakahnya, Kotak kemala yang belum sempat
terbuka sama sekali itu segera ditutup kembali rapatrapat,
lalu serunya sambil tertawa dingin:
"Tak kusangka kau mampu menyimpan kabut beracun
bunga bwee ke dalam kotak kemala itu, aku benar-benar
merasa kagum." 1567 Kabut beracun bunga bwee adalah sejenis racun yang
tidak berwujud, sebagai jago silat yang biasa
mengembara dalam dunia persilatan tentu saja semua
orang mengenalinya, apalagi para jago pun dapat
melihat munculnya cahaya merah setelah kotak kemala
tadi terbuka, tak heran kalau perkataan Phang Thian hua
sebagai Dewa jinsom ini segera dipercayai oleh kawanan
jago tersebut. sambil tertawa hambar pemilik bunga bwee berkata:
"Nama besar Dewa jinsom ternyata bukan nama kosong
belaka, Kalau toh Phang cengcu menganggap isi kotak
kemala itu adalah kabut beracun bunga bwee, kenapa
tidak diletakkan kembali kotak itu ke tempatnya
semula..?" Phang Thian hua mendengus dingin.
"Benda itu sangat jahat dan beracun, Betul isi dalam
kotak kemala itu tidak banyak tapi cukup untuk
mencelakai jiwa manusia, aku tak bisa membiarkan
barang semacam itu tetap tertinggal di sini"
Kalau didengarkan perkataan itu bernada gagah,
terbuka dan sangat memikirkan keselamatan orang
banyak. sikap pemilik bunga bwee tetap tenang, pelan-pelan
ujarnya: "siapa menyimpan barang berharga, dia akan
menjadi sumber bencana, Kalau Phang cengcu tidak
1568 kuatir berdosa dengan para jago di kolong langit,
silahkan saja kotak kemala itu kau simpan" Phang Thian
hua tertawa dingin. "Rupanya maksud anda mengundang seluruh jago
untuk berkumpul di sini selain karena kitab pusaka Tat
mo ie cin keng, aku lihat sudah tiada lagi hal lain yang
lebih hebat lagi, Maaf, aku tak bisa berdiam lebih lama di
sini dan selamat tinggal"
Ia takut pemilik bunga bwee menyinggung lagi
masalah kotak kemala itu, maka ia sengaja mengalihkan
pokok pembicaraan kesoal lain agar perhatian para jago
tercabang. Pemilik bunga bwee berpaling memandang Coatpin
taysu sekejap. lalu katanya sambil tertawa: "Bukan aku
sengaja mengibul sesungguhnya barang yang kusimpan
dalam kotak kemala itujauh lebih berharga daripada kitab
pusaka Tat mo ie cin keng dari siau lim pai. Kini aku
dengan senang hati hendak menghadiahkan benda itu
kepadamu, agar kalau aku berkunjung lagi ke bukit siong
san lain waktu, paling tidak aku akan mendapat
pelayanan yang sesuai...."
"sebenarnya apa sih isi kotak kemala itu?"
"Mulai detik ini kotak kemala tersebut sudah menjadi
milik taysu, kenapa kau tidak memintanya dari Phang
Thian hua untuk diperiksa sendiri isinya...?"
1569 sebagai jago yang berpengalaman coat pin taysu tahu
kalau pemilik bunga bwee sengaja mengadu domba
mereka agar saling bentrok sendiri, Tapi berhubung ia
sedang sedih karena hilangnya barang pusaka milik
partainya, selain itu dia pun berhasrat mencari
penggantinya, maka tergerak juga hatinya setelah
mendengar perkataan itu. Kepada Phang Thian hua
iapun berseru: "Tentunya Phang cengcu sudah
mendengar perkataan dari pemilik bunga bwee bukan?"
"sebagai seorang pendeta agung, masa taysu begitu
gampang masuk perangkap orang" pemilik bunga bwee
itu berniat mengadu domba kita. Aku percaya seorang
bocah berusia tiga tahunpun akan mengetahui
maksudnya itu, kenapa taysu mempercayai obrolannya
itu?" "Betul, pemilik bunga bwee memang bermaksud
mengadu domba kita"jawab Coat pin taysu pelan, "Tapi
pinceng sendiri pun berhasrat untuk menengok apa
gerangan isi kotak kemala tersebut, jikalau terbukti nanti
bahwasanya benda itu tiada hubungan dengan kitab
pusaka Tat mo cin keng, aku pasti akan mengembalikan
lagi kotak tersebut kepada Phang cengcu."
"isi kotak kemala ini hanya kabut bunga bwee yang
amat jahat dan mengerikan Tadi taysu toh sudah melihat
sendiri bahwa racun itu tak berwujud dan tak berbau, ia
bisa melayang mengikuti gerakan udara dan membunuh
1570 korbannya tanpa disadari oleh sang korban sendiri,
Menurut pendapatku lebin baik taysu tak usah
melihatnya lagi" "Kalau isinya benar-benar adalah kabut beracun bunga
bwee, apakah Phang cengcu tidak takut?"
Tiba-tiba pemilik bunga bwee menimbrung: "Kalau isi
kotak kemala itu benar-benar adalah kabut beracun
bunga bwee, sewaktu diintip isinya tadi pasti sudah
merobos keluar dan meracuni seluruh udara, Buktinya
hingga saat ini belum ada seorang manusia pun yang
keracunan" "Orang ini amat jahat dan keji" seru Phang Thian hua
sambil tertawa dingin, "Ia berniat menjaring semua jago
persilatan Serta membunuhnya, apakah taysu belum
sadar bila kau sedang diperalat olehnya untuk memusuhi
aku?" coat pin taysu termenung dan berpikir berapa saat
lamanya, kemudian berkata: "Aku tahu tujuan pemilik
bunga bwee memang jahat dan bersifat adu domba, tapi
apa yang dikatakan olehnya masuk di akal juga,
Semisalnya isi kotak tersebut benar-benar adalah kabut
beracun bunga bwee, mungkin pada saat ini sudah ada
di antara kita yang keracunan-"
"Kalau begitu taysu ngotot hendak melihat isinya?"
1571 "Sebelum menengok sendiri isi kotak itu, aku memang
merasa tak tenang dan tetap menaruh curigai"
"Keputusan taysu itu sangat menyulitkan diriku."
"Tempat di mana kitab pusaka Tat mo cin keng
disimpan dalam kuil kami, terdapat pula tujuh puluh dua
jilid kitab ilmu silat lainnya. Kalau benar orang itu bisa
melarikan kitab Tat mo ie cin keng milik kami, ada
kemungkinan dia pun bisa melarikan beberapa jilid kitab
dari ketujuh puluh dua macam ilmu silat itu"
Kening Phang Thian hua kontan saja berkerenyit,
ujarnya ketus: "Bila taysu bersikeras hendak melihat,
silahkan ikut aku pulang ke perkampungan Pit tim san
ceng, Betul kalau selama ini kami tidak menerima tamu,
tapi bagi Coat pin taysu boleh berlaku suatu
keistimewaan. sepulangku keperkampungan pasti akan
kunantikan kehadiranmu sebagai tamu agung, Nah,
sampai jumpa lagi" Kepada anak buahnya ia memberi tanda sambil
tambahnya: "Ayo kita pergi"
Keempat orang pemuda berbaju biru itu serentak
mencabut keluar pedangnya dan melangkah pergi
meninggalkan tempat itu. Dewa buas berbaju merah
yang selama ini membungkam diri, tiba-tiba saja
mengulapkan tangannya memberi tanda, Empat manusia
buas itu serentak berjajar di tengah jalan dan
1572 menghadang jalan pergi rombongan Dewa jinsom Phang
Thian hua. "Cepat mundur" hardik Phang Thian hua. Keempat
pemuda berbaju biru yang sudah siap turun tangan itu
serentak menarik kembali senjatanya dan mengundurkan
diri begitu mendengar bentakan dari pemimpin-nya.
"Ada urusan apa kalian berempat menghalangi
perjalananku?" tegur Dewa Jinsom sambil tampil ke
depan. "Kami empat bersaudara tidak takut kabut beracun
bunga bwee, serahkan saja kotak itu kepada kami" seru
Dewa buas berbaju merah garang.
"Kabut beracun dapat dipakai untuk mencelakai orang
tapi dapat pula digunakan untuk menolong orang, Aku
menguasai ilmu pengobatan dan setiap orang tahu akan
kemahiranku ini, Bila kubawa kabut tersebut pulang
keperkampungan pit tim san ceng lalu dicampur dengan
beberapa macam obat, maka akan terbentuklah pil anti
kabut beracun yang bisa kupakai untuk menolong umat
manusia" "Selama hidup kami Dewa, Iblis, Setan dan Sukma
hanya tahu memikirkan kepentingan sendiri, kami tak
perduli mati hidup orang lain" seru Dewa buas berbaju
merah dingin. 1573 Iblis jahat berbaju hijau menyambung pula: "Apa yang
telah diucapkan toako kami selamanya tak bisa diganggu
gugat lagi, sekali dia mengatakan menginginkan kotak itu
maka kotak tersebut tetap akan kami dapatkan"
"Agar di antara kita jangan sampai terjadi salah
pengertian, lebih baik jangan main ngotot dengan kami"
sambung Setan gusar berbaju kuning pula sambil tertawa
seram. "Apa lagi kotak itu adalah hadiah pemilik bunga bwee
untuk Coat pin taysu" kata sukma murung berbaju putih
tak mau kalah. "sekalipun si penerima hadiah menampik,
tidak seharusnya Phang cengcu berusaha untuk
mengangkangi sendiri"
Phang Thian hua mendengus dingin "Hmmm Mungkin
saja orang lain takut kepada kalian empat manusia buas
dari sin ciu, tapi aku Phang Thian hua tidak memandang
sebelah mata pun terhadap kalian, Apabila kamu,
berempat nekad hendak menjajal kepandaianku, dengan
senang hati aku akan melayaninya"
"sudah menjadi tradisi kami empat bersaudara untuk
turun tangan bersama dalam setiap pertempuran baik
dalam menghadapi satu orang atau seribu orang, karena
itu kami empat bersaudara siap menghadapimu.,."
"Betul" sambung iblis jahat berbaju hijau sambil
melirik Phang Thian hua sekejap. "Phang cengcu
1574 ditambah delapan orang anak buahnya total berjumlah
sembilan orang, kalau dihitung kau masih lebih banyak
lima pembantu daripada kami berempat
Phang Thian hua tertawa dingin, tukasnya: "Aku tidak
butuh pembantu, akan kuhadapi kalian empat manusia
buas seorang diri" Setan gusar berbaju kuning mendengus dingin,
jengeknya pula: "Bila seseorang sudah berada dijalan
kematian, biar ada sebuah tembok benteng sebagai
penghalang pun perjalanan tetap dilanjutkan phang
cengcu, apabila kau sanggup mengalahkan kami empat
bersaudara dengan kekuatan seorang diri, mulai hari ini
kami empat bersaudara dari sin ciu tak akan
menginjakkan kaki dalam dunia persilatan lagi"
Phang Thian hua mendongakkan kepalanya tertawa
tergelak. suaranya amat keras hingga membumbung
tinggi ke angkasa, membuat pendengaran para jago
mendengung dan terasa amat sakit,
Gelak tertawa itu berlangsung kurang lebih
sepeminuman teh lamanya sebelum berhenti, tapi gema
suaranya tetap mendengung di udara sampai lama
sekali. Diam-diam empat manusia buas dari sin ciu itu
terkesiap juga meski tak sampai diutarakan keluar, pikir
mereka: "Ternyata nama besar, si Dewa jinsom bukan
1575 nama kosong. Terbukti dari gelak tertawanya itu, jelas
tenaga dalam yang dimilikinya telah mencapai puncak
kesempurnaan." Mendadak terdengar Dewa buas berbaju merah
mendengus dingin, serentak iblis jahat berbaju hijau,
Setan gusar berbaju kuning dan sukma murung berbaju
putih menyebarkan diri membentuk sebuah formasi yang
siap tempur. Perlu diketahui, hubungan batin yang sangat erat di
antara empat manusia buas itu telah menjalin hubungan
yang akrab pula di antara mereka. setiap gerak gerik
seseorang dapat diterima pihak lain sebagai suatu
pemberitahuan. oleh sebab itulah meski si Dewa buas
berbaju merah cuma mendengus saja, tapi ketiga
saudaranya dapat menangkap arti sebenarnya dari suara
dengusan itu.

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mendadak Phang Thian hua memutar tongkatnya
kuat-kuat, deruan angin yang tajam dan luar biasa
mendesak empat manusia buas dari sin ciu itu harus
mundur selangkah dari posisi semula.
"Hati-hati Phang cengcu, kami empat bersaudara akan
segera melancarkan serangan" seru Dewa buas Derbaju
merah dingin. Phang Thian hua menyilangkan tongkatnya sejajar
dada, wajahnya yang semula serius tiba-tiba
1576 menyungging senyuman, sahutnya: "Silahkan Harl ini
kebetulan pikiranku sedang lega, aku akan mengalah
satu jurus lagi untuk kalian berempat...."
Hanya di dalam waktu singkat si Dewa jinsom ini
mampu menenangkan kembali pikirannya dari kobaran
emosi dan amarah, Para jago yang menyaksikan hal ini
diam-diam merasa kagum juga, puji mereka dalam hati:
"Selain tenaga dalamnya amat sempuma, kemampuan
Phang Thian hua dalam menguasai emosi betul-betuI
mengagumkan...." sementara itu Dewa buas berbaju merah telah
berkata: "Banyak orang persilatan berbicara tentang
aturan dan adat kebiasaan tapi kami berempat tidak
mengerti sama sekali tentang tetek bengek itu. Kalau toh
Phang cengcu bersedia mengalah empat jurus, kami pun
tidak akan sungkan-sungkan lagi"
Begitu selesai berbicara, sebuah pukulan yang amat
dahsyat telah dilontarkan ke depanBetul juga, ternyata Phang Thian hua enggan
membalas, ia miring kan badannya ke samping, dengan
lincah menghindarkan diri dari gempuran tersebut.
sementara melepaskan sebuah pukulan tadi, tangan
kiri si Dewa buas berbaju merah telah merogoh ke dalam
sakunya untuk mengeluarkan sebuah senjata penggaris
1577 yang terbuat dari emas dengan panjang satu depa
delapan inci. Iblis jahat berbaju hijau tertawa terbahak-bahak. dari
kejauhan ia lepaskan sebuah pukulan pula sementara
tangan kirinya merogoh keluar sebuah senjata martil
perak berantai. Phang Thian hua bergerak maju
selangkah, di antara jenggot putihnya yang berkibar
tahu-tahu dia sudah menghindar sejauh lima depa,
meloloskan diri dari gempuran iblis jahat berbaju hijau.
"Phang cengcu" seru setan gusar berbaju kuning
dingin. "Sekarang tiba giliranmu untuk mencicipi ilmu jari
panca setanku" Ketika tangan kanannya dicakarkan ke depan, lima
gulung desingan angin dingin yang menggidikkan segera
memancar keluar. Meskipun secara mudah Phang Thian hua berhasil
meloloskan diri dari gempuran Dewa buas berbaju merah
dan iblis jahat berbaju hijau, namun di hati kecilnya dia
tahu bahwa kepandaian kedua orang tersebut bukan
cuma begitu saja, Betul mereka berkoar-koar
mengatakan tak kenal aturan dunia persilatan, akan
tetapi bagaimana pun juga mereka terhitung orang
kenamaan dalam jajaran persilatan, sudah barang tentu
mereka tak ingin kehilangan harga diri lantaran mencari
keuntungan di antara sikap mengalah lawannya.
1578 Berbeda dengan si setan gusar berbaju kuning ini, dia
tak gubris masalah gengsi atau harga diri, begitu
melepaskan serangan, maka ilmu Ngo kui imhong ci
andalannya segera digunakan, itu pun didahului dengan
peringatan lebih dahulu. Diam-diam Phang Thian hua menghimpun tenaga
dalamnya guna membuat sekujur tubuh lebih keras dari
baja. Menunggu sampai desingan angin dingin itu
menghampiri badannya, baru ia berjumpalitan untuk
meloloskan diri sekalipun ia sudah membuat persiapan tak urung
terasa juga desingan angin dingin yang lewat dari sisi
badannya itu mendatangkan perasaan tak sedap
ditubuhnya, Coba kalau gempuran itu disambut dengan
kekerasan, betul badannya dilindungi tenaga dalam, tapi
ia sadar belum mampu untuk menghadapinya.
Bersamaan dengan dilepaskannya pukulan Ngo kui im
hong ci tadi, si setan gusar sukma murung berbaju putih
memutar pula sepasang tongkat besinya untuk
membendung ancaman lawan dengan keras melawan
keras. Traaanggg.,. Benturan keras yang disertai percikan api bergema di
udara, akibatnya tubuh si-sukma murung berbaju putih
tergetar mundur sejauh dua langkah oleh kesempurnaan
tenaga dalam Phang Thian hua.
1579 iblis jahat berbaju hijau tak mau berdiam diri saja,
cambuk lemasnya segera diputar, dengan jurus
"mengusir bintang mengejar rembulan" ia lancarkan satu
serangan dari kejauhan. Biarpun di mulut Phang Thian bicara sombong,
sesungguhnya ia sudah menganggap keempat manusia
buas ini sebagai musuh tangguh, tentu saja ia tak berani
bersikap gegabah. Tongkatnya segera digerakkan mendorong ke depan,
secara melintang dia hajar ruyung lemas palu perak dari
iblis jahat berbaju hijau, Buru-buru Iblis jahat berbaju
hijau menekan pergelangan tangannya ke bawah,
senjatanya yang sedang menyodok lurus ke muka itu
tahu-tahu meluncur ke bawah, begitu lolos dari babatan
tongkat musuh, ia sapu tubuh bagian bawah lawan.
Dengan menyalurkan tenaga dalamnya membuat
sebuah ruyung lemas menjadi kaku seperti tongkat besi
bukan suatu kejadian aneh dalam dunia persilatan, tapi
dari kaku tiba-tiba berubah jadi serangan melintang ke
bawah betul-betul termasuk suatu kejadian yang langka
sekali, kontan saja para jago yang berada di sekitar
arena bersorak memuji, pikir mereka bersama: "Agaknya
kemampuan empat manusia buas dari sin-cui untuk
malang melintang dalam dunia persilatan tanpa
tandingan, bukan diperoleh secara kebetulan... ilmu silat
mereka benar-benar sangat tangguh."
1580 Phang Thian- hua segera menekan toyanya ke bawah
memapaki datangnya serangan itu.... "B la a a mmmm. .
. " Diiringi suara benturan yang sangat keras, senjata
palu perak lawan pun berhasil dipentalkan ke samping.
Mendadak terlihat cahaya kuning berkilauan sepasang
kencrengan tembaga meluncur datang dengan kecepatan
luar biasa. Phang Thian- hua kembali menyodokkan tongkat
besinya ke atas sambil menyontek ke samping, sekali lagi
terdengar suara benturan nyaring yang memekikkan
telinga, kencrengan tembaga itu seketika terpental ke
samping arena. Buru-buru setan gusar berbaju kuning menarik
pergelangan tangan kanannya ke belakang, tahu-tahu
kencrengan tembaga itu terbang berubah arah dan
meluncur balik ke tangannya, di saat tangan kanannya
menyambut kencrengan tembaga yang meluncur balik
inilah, kencrengan yang berada di tangan kirinya
disambit ke muka dengan kecepatan luar biasa.
Sukma murung berbaju putih tidak tinggal diam,
SepaSang toya besinya bagaikan ular berbisa yang keluar
dari Sarang menyergap punggung phang Thian-hua.
1581 Ruyung lemas iblis jahat berbaju hijau tidak tinggal
diam, dengan jurus "Tiarap di tanah mengejar angin"
menyapu tubuh bagian lawan musuh. Kali ini iblis jahat,
setan gusar dan sukma murung melancarkan serangan
bersama-sama, tubuh bagian muka, belakang, atas dan
bawah Phang Thian-hua boleh dibilang telah terkurung
dalam ancaman senjata martil perak, kencrengan
tembaga serta toya besi lawanDi antara empat manusia buas, tinggal Dewa buas
berbaju merah dengan senjata penggaris emasnya belum
melancarkan serangan. Para jago yang menonton jalannya pertarungan itu
diam- diam mengucurkan peluh dingin, mereka kuatir
Phang Thian-hua yang terkepung dalam kurungan ketiga
orang jago lihay itu tak sanggup menahan sepuluh
gebrakan lagi. Phang Thian-hua tertawa terbahak-bahak^ di tengah
gelak tertawa yang keras permainan toyanya tiba-tiba
berubah, ia ciptakan berlapis-Iapis bayangan toya untuk
melindungi tubuh sendiri,
"Traaang... traaang... traaang.,."
Ditengah serangkaian suara dentingan nyaring,
senjata martilperak, kencrengan tembaga dan toya besi
lawan tahu-tahu sudah terpental ke mana-mana oleh
sambaran bayangan toya lawan.
1582 "suatu jurus "Gulungan ombak seribu lapis" yang
sangat hebat" seru Dewa buas berbaju merah sambil
tertawa dingin. Di tengah bentakan keras tiba-tiba ia mendesak ke
depan, dengan senjata penggaris emasnya melindungi
badan ia desak ke sisi tubuh Phang Thian-hua. Rupanya
senjata penggaris emas miliknya itu hanya sepanjang
satu depa delapan inci, paling cocok untuk pertarungan
jarak dekat. Phang Thian-hua terkejut, toyanya segera
diputar melakukan tangkisan, di antara gerak
serangannya itu terbesit desingan angin kuat yang
memekikkan telinga. Ia sadar, bila Dewa buas berbaju merah dibiarkan
mengembangkan serangan jarak dekat terhadapnya
maka dengan mengisi kelemahan dari serangan jarak
jauh ketiga manusia buas lainnya, dengan cepat dirinya
akan terjerumus ke dalam situasi yang sangat berbahaya
dan sukar dihadapi oleh sebab itu dalam serangannya kali ini dia telah
sertakan tenaga dalamnya sebanyak tujuh bagian untuk
membendung gempuran Dewa buas berbaju merah, dia
berharap musuhnya tahu lihay dan segera
mengundurkan diri siapa tahu Dewa buas berbaju merah justru
menggerakkan senjata penggaris emasnya dan
1583 menyongsong datangnya serangan toya Phang Thian-hua
yang disertai desingan angin kuat itu.
"Braaaak..." Benturan keras segera terjadi, tubuh si Dewa buas
berbaju merah tergetar mundur satu langkah, akan tetapi
toya Phang Thian-hua terpental juga sejauh beberapa
depa. Di saat senjata toya dan penggaris emas saling
membentur itulah, senjata martil perak dari iblis jahat
berbaju hijau dan Kencrengan tembaga dari setan gusar
berbaju kuning telah menyeruduk tiba.
setelah merasakan kerja sama dari keempat manusia
buas itu, Phang Thian-hua sudah sadar atas kelihayan
lawan-lawannya, ia segera mengubah taktik pertarungan
dengan mengikuti perubahan situasi, ia mengutamakan
pertarungan seimbang lebih dulu sebelum berusaha
merobohkan lawan, Kali ini toyanya ditarik kembali untuk
melindungi seluruh badannya, dengan berkelit sejauh
lima depa, ia berusaha meng hindari benturan kekerasan
dengan senjata martilperakserta kencrengan tembaga itu
setelah bentakannya dengan Dewa buas berbaju
merah barusan, phang Thian-hua telah menyadari bahwa
kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki lawannya itu
hampir seimbang dengan kemampuan miliknya, itu
berarti jika dia tangkis serangan martil perak dan
1584 kencrengan tembaga itu dengan kekeras an, maka akan
terbukalah kesempatan bagi Dewa buas berbaju merah
untuk mendesak ke depan, bila sekali saja ia berhasil
dipaksa untuk melayani pertarungan jarak dekat,
kesempatan untuk meraih kemenangan baginya hari ini
akan punah. Apa yang diduga ternyata benar juga, ada saat
serangan dari martil perak dan kencrengan tembaga itu
meluncur tiba, mendadak Dewa buas berbaju merah merundukkan
badannya sambil menerjang ke sisi badan
Phang Thian-hua dengan kecepatan bagaikan sambaran
petir. sebaliknya Phang Thian-hua sendiri pun tidak mengira
si Dewa buas berbaju merah tetap melanjutkan
terjangannya meski sudah melihat kalau dia telah
membuat persiapan, dalam kaget dan gusarnya ia
membentak keras, dengan mengerahkan tenaga
dalamnya sampai sepuluh bagian toyanya disodokkan ke
muka kuat-kuat. Mengikuti datangnya dorongan toya yang sangat kuat
ini tiba-tiba Dewa buas berbaju merah melejit ke udara
dan melambung setinggi dua kaki lebih. Menyaksikan
adegan pertarungan ini kawanan jago di seputar arena
sama-sama merasa terkesiap. pikirnya:
"Tak nyana ilmu silat yang dimiliki Phang Thian-hua
betul-betul luar biasa hebatnya...." Belum habis ingatan
1585 tersebut melintas lewat, tiba-tiba terlihat tubuh si Dewa
buas berbaju merah yang mencelat ke udara itu
berjumpalitan beberapa kali, kemudian sekali lagi
menubruk ke arah Phang Thian-hua.
Ternyata Dewa buas berbaju merah segera sadar
bahwa sulit baginya untuk bertarung keras melawan
keras dengan lawannya begitu senjata penggaris


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

emasnya menyentuh toya lawan dan merasakan
datangnya serangan yang maha dahsyat, buru-buru dia
himpun hawa murninya untuk menahan gerak maju
badannya, lalu sambil menutul toya musuh dengan
senjata penggaris emasnya dia meminjam kekuatan yang
maha dahsyat itu untuk mencelat ke udara serta
berjumpalitan beberapa kali, kemudian dengan
memanfaatkan kesempatan yang ada ia menubruk
kembali ke arah Phang Thian-hua.
sekali lagi para jago yang berada di seputar arena
memuji kehebatan Dewa buas berbaju merah yang
pandai memanfaatkan peluang, sukma murung berbaju
putih berpekik nyaring, sepasang tongkat besinya dengan
jurus "sepasang naga keluar air" menyergap belakang
tubuh Phang Thian-hua dengan kecepatan tinggi.
Phang Thian-hua mengayunkan toyanya ke belakang
mementalkan sepasang tongkat besi itu, tapi serangan
martil perak dari iblis jahat berbaju hijau telah menyodok
tiba. 1586 Bersamaan waktunya Dewa buas berbaju merah pun
memanfaatkan peluang ketika toya musuh mementalkan
sepasang tongkat besi itu untuk meluncur turun ke
bawah dengan ilmu bobot seribu, begitu berada dekat
dengan sisi badan phang Thian-hua, senjata penggaris
emasnya memakai jurus "Menampik harimau diluar
pintu" ia bendung serangan toya musuh, sementara jari
telunjuk dan jari tengah tangan kirinya menyodokjalan
darah Hian-ki-hiat di tubuh Dewa jinsom itu.
sungguh luar biasa Phang Thian-hua, biar terancam
bahaya pikirannya tak sampai panik, menggunakan sisa
kekuatan toyanya yang menyapu pental senjata tongkat
besi lawan, badannya ikut berputar pula menghindari
serangan martil perak serta sodokan jari dari Dewa buas
berbaju merah, pergelangan tangan kanannya segera
diputar, toyanya diputar kencang-kencang membentuk
berlapis-lapis bayangan senjata yang melindungi seluruh
badannya, kini ia tidak cabangkan pikiran untuk
menyerang musuh lagi, dia lebih utamakan pertahanan
diri. Pertarungan ini merupakan suatu pertempuran sengit
yang jarang terjadi dalam dunia persilatan, Dewa buas
berbaju merah dan sukma murung berbaju putih tidak
berpeluk tangan saja, dengan mengandalkan senjata
masing-masing mereka memukul musuhnya dari muka
dan belakang, sebaliknya iblis jahat berbaju hijau dan
setan gusar berbaju kuning dengan senjata martil perak
1587 serta kencrengan tembaganya menyerang bagian atas
dan bawah musuh. BAB 47. memperebutkan Kotak Kemala
Phang Thian-hua sendiri pantang menyerah, toyanya
sebentar disodok sebentar ditarik, ia ciptakan berlapislapis
bayangan toya untuk melindungi badan, dari arah
mana pun keempat manusia buas itu menyerang dan
betapa gencar serta dahsyatnya mereka mendesak, tak
sebuah serangan pun berhasil mencederai dirinya Tak
selang berapa saat kemudian kelima orang itu sudah
bertarung empat lima puluh gebrakan lebih.
Tampak senjata martil perak berputar-putar seperti
gangsingan, kencrengan tembaga menyambar seperti
guntur, bayangan toya menderu-deru meninggalkan
bayangan kabur, pertarungan berlangsung dengan
sengitnya, tapi kedua belah pihak tidak menunjukkan
tanda-tanda akan kalah. kawanan jago yang mengikuti jalannya pertempuran
itu rata-rata merasa terkejut bercampur ngeri, pikir
mereka: "Pertempuran sengit semacam ini benar-benar
belum pernah dijumpai sebelumnya...."
Dalam pada itu delapan orang anak buah Phang
Thian-hua telah meloloskan senjata masing-masing
1588 sambil mengikuti perubahan situasi dalam arena
pertarungan dengan perasaan tegang, seingat mereka
Phang Thian-hua belum pernah bertarung lebih dari lima
puluh gebrakan melawan orang lain, biasanya asal dia
turun tangan sendiri maka belum sampai sepuluh
gebrakan musuhnya pasti telah dirobohkan tak berkutik,
Tapi kenyataannya sekarang, berpuluh-puluh
gebrakan sudah lewat tanpa diketahui siapa yang
menang dan siapa yang kalah, bahkan kalau dilihat dari
situasinya posisi Phang Thian-hua semakin terdesak di
bawah angin- kini dia malah cuma bisa menangkis tanpa
mampu melancarkan serangan balasan.
Tiba-tiba terdengar Dewa buas berbaju merah
membentak keras: "Lepas tangan"
Cahaya emas tiba-tiba saja berkilauan tajam dan
langsung menyerang masuk ke balik bayangan toya yang
diciptakan Phang Thian-hua.
"Belum tentu.,." hardik Phang Thian-hua pula dengan
suara teramat gusar. Di tengah bentakan nyaring itu mendadak tubuh
kedua orang itu paling berpisah, Posisi kuda-kuda si
Dewa buas berbaju merah tak bisa dipertahankan lagi,
secara beruntun ia mundur sejauh enam tujuh langkah,
Tapi akhirnya ia tak mampu mempertahankan diri,
tubuhnya roboh terjungkal ke atas tanah, iblis jahat
1589 berbaju hijau, setan gusar berbaju kuning dan sukma
murung berbaju putih serentak menarik kembali
senjatanya sambil melompat ke sisi Dewa buas berbaju
merah. "Toako, kau terluka?" tanya mereka hampir serentak.
sepasang mata Dewa buas berbaju merah terbelalak
lebar-lebar, mulutnya terbungkam rapat, wajahnya
diliputi mimik muka yang menyeramkan Melihat keadaan
saudaranya itu, iblis jahat berbaju hijau segera memukul
punggung Dewa buas berbaju merah itu keras- keras
.begitu punggungnya dihantam, Dewa buas berbaju
merah menghembuskan napas panjang, bisiknya: "Phang
Thian-hua juga telah terluka"
Ketika para jago berpaling, terlihat Phang Thian-hua
sedang berdiri tak bergerak dengan wajah termangumangu,
tongkatnya digunakan untuk menopang
badannya dan mulutnya terbungkam dalam seribu basa.
setan gusar berbaju kuning tertawa dingin, tiba-tiba
dia mengayunkan pergelangan tangan kanannya, secepat
petir senjata kencrengan tembaganya meluncur ke muka.
Kedelapan orang anak buah Phang Thian-hua serentak
bergerak maju dan mengurung phang Thian-hua di
tengah arena. 1590 Dua orang pemuda berbaju biru dengan
menggetarkan pedang masing-masing menciptakan
selapis jaring pedang yang amat kuat. "Traaang."
traaaang..." Di tengah serangkaian suara dentingan yang amat
nyaring, sepasang kencrengan tembaga dari setan gusar
berbaju kuning terpental keempat penjuru begitu
membentur cahaya pedang yang sangat kuat itu.
Mendadak terdengar Phang Thian-hua mengangkat
tinggi toyanya sambil berseru lantang:
"Menang kalah masih belum diputuskan, kalian cepat
mundur dari sini" Delapan orang anak buahnya itu
kelihatan agak tertegun, tapi serentak mereka segera
mengundurkan diri "Dewa buas berbaju merah" teriak Phang Thian-hua
sambil memutar tongkatnya, "Kau masih punya kekuatan
untuk melanjutkan pertarungan?"
"Kenapa Tidak?" jawab Dewa buas berbaju merah
sambil maju ke depan dengan sempoyongan, sementara
itu para jago yang berada di seputar arena dapat melihat
bahwa kedua belah pihak sama-sama sudah terluka
parah, apa bila pertarungan ini dilanjutkan maka salah
satu di antara mereka tentu akan terluka parah atau
bahkan tewas, kendati begitu tak seorang pun yang
berusaha mencegah atau menghalangi.
1591 Hal ini disebabkan kedua orang itu sama-sama
termasuk tokoh yang paling sukar dilayani dalam dunia
persilatan, otomatis orang lain segan mencampuri urusan
mereka hingga berakibat mendatangkan kesulitan buat
diri sendiri sebaliknya si iblis jahat berbaju hijau, setan gusar
berbaju kuning, sukma murung berbaju putih maupun
kedelapan orang anak buah Phang Thian-hua telah dapat
melihat pula kalau kedua orang itu tak sanggup
melanjutkan kembali pertarungan tersebut, namun
mereka pun cukup memahami sifat mereka sehingga
siapa pun tak berani mencegah.
Berada dalam keadaan begini mereka hanya bisa
menghimpun tenaga dalam sambil bersiap sedia,
Dilamana perlu mereka baru akan turun tangan
membantu. Tiba-tiba Phang Thian-hua menghentakkan tongkatnya
ke atas tanah, lalu dengan jurus "Bukit Thay-san
menindih kepala" ia babat tubuh lawannya keras-keras.
Dewa buas berbaju merah buru-buru menangkis
serangan itu dengan jurus "Mendekati awan menyanjung
matahari" Tapi begitu senjata penggaris emasnya
bentrok dengan senjata tongkat lawan, mendadak tubuh
Dewa Buas Berbaju merah mundur sempoyongan,
agaknya dia tak sanggup membendung datangnya
ancaman tersebut, 1592 pada saat yang amat kritis inilah terlihat cahaya perak
berkelebat lewat, senjata martil perak dari iblis jahat
Berbaju hijau tahu-tahu sudah meluncur datang dari
kejauhan sana untuk menangkis tongkat Phang Thianhua
yang sedang membabat ke bawah itu.
sambil miring kan tubuhnya ke samping mendadak
Phang Thian-hua maju satu langkah ke depan,
menggunakan kesempatan itu tangan kirinya diayunkan
melepaskan satu pukulan menghantam dada Dewa buas
berbaju merah, padahal ketika itu gerak gerik Dewa buas
berbaju merah sudah tidak selincah tadi, melihat
datangnya hantaman dari Phang Thian-hua itu ternyata
ia tak sanggup menghindarkan diri
Terdengar bentakan gusar berkumandang tiba,
sepasang kencrengan tembaga milik setan gusar berbaju
kuning dengan menciptakan segulung cahaya kuning
meluncur tiba secepat kilat Dalam keadaan demikian,
seandainya Phang Thian-hua tidak segera menarik
kembali serangan tersebut kendatipun ia berhasil
menghajar dada Dewa buas berbaju merah secara telak.
namun pergelangan tangan kirinya niscaya akan terbabat
juga oleh sambaran senjata kencrengan tembaga yang
dilepaskan setan gusar berbaju kuning.
Tapi sayang keadaan phang Thian-hua pada saat ini
sudah tidak segesit dan selincah awal pertarungan tadi,
baginya sudah amat sulit untuk menarik kembali
1593 serangan itu sambil menghindari serangan kencrengan
tembaga dari setan gusar berbaju kuning.
Meskipun begitu, kesadarannya belum hilang sama
sekali, sadar kalau tak mungkin lagi untuk menghindar,
sambil menggertak gigi ia percepat serangannya untuk
menghantam dada lawan- Di tengah suara dengusan tertahan, tubuh si Dewa
buas berbaju merah yang termakan hantaman keras
Phang Thian-hua itu seketika mencelat ke belakang dan
roboh terjungkal. Akan tetapi serangan kencrengan tembaga dari setan
gusar berbaju kuning pun segera tiba, di antara kilatan
cahaya tajam, darah segar berhamburan keempat
penjuru, seluruh lengan kiri Phang Thian-hua nampak
terkulai lemas ke bawah, rupanya luka yang dideritanya
cukup parah. Di tengah robohnya tubuh Dewa buas berbaju merah
dan terlukanya Phang Thian-hua, terdengar suara
bentakan gusar, teriakan kaget bergema memecahkan
kesepian, ke delapan anak buah Phang Thian-hua
maupun iblis jahat Berbaju Merah dan sukma murung
berbaju putih telah menerjang maju ke arena.
sambil memutar sepasang tongkat besinya yang
membawa deruan angin kuat sukma murung berbaju
putih menangkis semua serangan senjata dari anak buah
1594 Phang Thian-hua, kemudian secepat kilat ia terjang ke
sisi Dewa jinsom itu dan menendang perutnya kuat-kuat.
Mendadak Phang Thian-hua membuka matanya lebarlebar,
di antara pancaran sinar tajam dari balik matanya,
tongkat di tangan kanannya didorong ke muka dan
melindungi perutnya yang ditendang itu
Mimpi pun sukma murung berbaju putih tidak mengira
dalam keadaan dua kali terluka ternyata Phang Thianhua
masih memiliki sisa tenaga untuk menggunakan
tongkatnya untuk membendung serangan tersebut.
Padahal ketika itu tendangan yang dilancarkan sudah
telanjur setengah jalan, sementara sepasang tongkat
besinya digunakan untuk membendung serangan senjata
yang datang dari kiri dan kanan tubuhnya, dalam posisi
demikian sulit baginya untuk menarik kembali tendangan
itu meski ada keinginan dalam hati kecilnya.
Tak ampun lagi kaki kirinya dihajar keras- keras oleh
sambaran tongkat dari Phang Thian-hua itu
Terdengar sukma murung berbaju putih mendengus
dingin, mengikuti gerak kaki kirinya tubuhnya ikut
berputar kencang, lalu dengan berdiri di satu kaki
kanannya, sepasang tongkat besi di tangannya tetap


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyambar ke kiri kanan untuk membendung datangnya
serangan senjata dari kedua belah sisinya
1595 "Roboh" Terdengar iblis jahat berbaju hijau
membentak gusar, seorang lelaki berbaju hitam mencelat
ke udara dan roboh terjungkal lebih kurang satu kaki dari
arena. Rupanya senjata martil perak milik iblis jahat berbaju
hijau itu hanya cocok untuk pertarungan jarak jauh,
maka sewaktu menerjang maju ke depan tadi ia telah
menyimpan kembali senjatanya dan melepaskan
serangan dengan tangan kosong.
seorang lelaki berbaju hitam anak buah Phang Thianhua
segera memapaki kedatangannya dengan sebuah
sapuan golok, maksudnya hendak menghadang jalan
maju iblis jahat berbaju hijau, siapa tahu goloknya
terpental ke samping akibat serangan tangan kanan iblis
jahat tersebut sementara tangan kirinya memanfaatkan
peluang itu menghajar punggung lelaki tersebut,
akibatnya lelaki itu terhajar telak dan mencelat keluar
dari arena. Dipihak lain, setan gusar berbaju kuning dengan
mengandalkan permainan sepasang kencrengan
tembaganya bertempur sengit melawan dua orang
pemuda berbaju biru dan dua orang lelaki berbaju hitam,
untuk sementara waktu mereka masih dapat
mempertahankan posisi seimbang.
1596 sesudah berhasil melukai seorang lelaki berbaju hitam,
iblis jahat berbaju hijau tidak berpeluk tangan saja,
kembali ia menerjang ke arah Phang Thian-hua.
Terlihat cahaya pedang berkilauan, dua orang pemuda
berbaju biru itu segera meninggalkan sukma murung
berbaju putih untuk menghadang jalan maju iblis jahat
berbaju hijau. Waktu itu, Dewa jinsom Phang Thian-hua maupun
Dewa buas berbaju merah telah duduk bersila sambil
mengatur pernapasan, terhadap jalannya pertarungan
yang sedang berlangsung di arena itu mereka tidak
menggubrisnya sama sekali, bahkan melirik sekejap pun
tidak. Ternyata kedua orang itu berusaha merebut waktu
agar bisa menyelesaikan pernapasannya lebih awal.
Tiba-tiba Phang Thian-hua membuka matanya
kembali, tongkatnya segera dihujamkan sedalam satu
depa ke dalam tanah, lalu dari sakunya mengambil keluar
sebutir pil yang segera ditelannya, kemudian setelah
melirik Dewa buas berbaju merah sekejap. kembali ia
mengeluarkan sebuah botol porselen dari sakunya dan
menaburkan bubuk putih itu ke atas mulut lukanya
sebagai seorang ahli pertabiban dan obat-obatan, pil dan
bubuk obat ramuannya betul-betul manjur, begitu
dibubuhi obat, darah yang mengucur keluar itu seketika
berhenti. 1597 Cepat dia melangkah maju ke depan dan
mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan
kanan Dewa buas berbaju merah, hardiknya kemudian
dengan suara dingin: "Berhenti"
sekalipun anak buah yang dibawa Phang Thian-hua itu
memiliki ilmu silat yang cukup tangguh, sesungguhnya
mereka bukan tandingan ketiga orang manusia buas itu,
Mereka dapat bertahan diri selama ini tak lain karena
mereka sudah bertempur mati-matian dengan prinsip
beradu jiwa demi menyelamatkan jiwa majikannya Meskipun
begitu tapi berhubung selisih ilmu silat di antara
kedua belah pihak cukup banyak, kendatipun sistem
pertarungan adu jiwa ini dapat bertahan untuk
sementara waktu, namun lama kelamaan mereka keteter
juga dibuatnya. Untunglah di saat yang amat kritis ini Phang Thian-hua
membentak keras, memanfaatkan kesempatan ini buruburu
mereka menarik kembali senjatanya dan
mengundurkan diri. Dengan sinar mata yang
menggidikkan hati Phang Thian-hua mengawasi ketiga
manusia buas itu sekejap kemudian ujarnya:
"Walaupun hasil pertarungan ini tidak menunjukkan
kemenangan mutlak bagiku, paling tidak aku tak sampai
menderita kekalahan"
1598 "Hmmm, seandainya berapa orang anak buahmu tidak
turun tangan, saat ini kau pasti sudah mampus" jengek
iblis jahat berbaju hijau sambil tertawa dingin.
"Sekarang toh kalian bertiga boleh menyerang diriku
lagi...." Melihat Dewa buas berbaju merah sudah terjatuh
ke tangan Phang Thian-hua, tentu saja ketiga orang
manusia buas itu tak berani bertindak gegabah, terpaksa
mereka hentikan pula serangannya .
"Lepaskan dulu toako kami...." seru Setan gusar
berbaju kuning dengan nada gusar, Phang Thian-hua
tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha... sekalipun lengan kiriku terluka, tapi dari
kalian berempat manusia buas sudah ada dua orang
yang terluka juga, malah terluka di tanganku sendiri,
siapa menang siapa kalah dalam pertarungan ini lebih
baik kita serahkan saja keputusannya kepada para jago
yang menonton jalannya pertempuran-..."
Tiga manusia buas dari Sin-ciu ini cukup mengerti
posisi mereka dalam pandangan para jago, bahkan boleh
dikata musuh mereka berada di mana-mana, jika para
jago yang diminta untuk memberikan penilaiannya maka
mereka yakin hal tersebut tentu tidak menguntungkan
pihaknya. oleh sebab itu dengan suara dingin iblis jahat berbaju
hijau berkata: "Kami mempunyai hubungan yang kurang
1599 serasi dengan umat persilatan, kalau hasil pertarungan
hari ini harus diputuskan orang lain, aku kuatir keputusan
itu bakal kurang adil." Kembali Phang Thian-hua tertawa
terbahak-bahak "Hahahaha... setiap umat persilatan tahu bahwa aku
pun amat jarang melakukan hubungan dengan umat
persilatan, biarpun hubungan kalian empat manusia buas
dengan para jago kurang baik, hubunganku dengan
mereka pun tidak lebih baik daripada kalian berempat."
iblis jahat berbaju hijau segera mengalihkan
pandangan matanya menyapu para jago sekejap setelah
itu tegurnya: "Adakah di antara kalian yang bersedia tampil ke
muka untuk memberikan keputusan atas pertarungan
yang barusan kami langsungkan?"
suasana amat hening, tak seorang jago silatpun
memberikan komentarnya apalagi tampilkan diri
Melihat tak ada yang menjawab, Phang Thian-hua
segera berkata pula: " Kalian telah menyaksikan sendiri jalannya
pertarungan itu, kuharap kalian bersedia memberikan
keputusan yang adil siapa di antara kami yang berhak
disebut sebagai pemenang."
1600 Kedua belah pihak sama-sama termasuk manusia yang
susah dihadapi, sudah barang tentu tak seorang pun
mau memberikan komentarnya, sebab mereka mengerti
sedikit salah bicara bisa berakibat terlibatnya tali
permusuhan di antara mereka.
Itulah sebabnya meski iblis jahat berbaju hijau dan
Phang Thian-hua sudah mengulangi perkataan itu
beberapa kali pun belum ada seorang manusia pun
memberikan tanggapannya. Mendadak terdengar
seseorang berseru keras: "Hanya satu orang yang dapat memberikan
pandangannya secara adil "
"siapa?" tanya Phang Thian-hua.
"Ketua Hian-hong-kau"
Phang Thian-hua berkerut kening, belum sempat ia
menjawab para jago yang berada di sekeliling arena
telah berseru keras: "Betul, ketua Hian-hong-kau, ketua
Hian-hong-kau..." suasana segera berubahjadi gaduh dan rikuh, suara
yang terdengar pun hampir semuanya mendukung ketua
Hian-hong-kau sebagai juri yang paling pantas. Maka
dengan suara keras Phang Thian-hua berseru:
1601 " Kalian semua telah mendukung ketua Hian-hong-kau
sebagai juri, entah bagaimana pandangan ketua Hianhongkau sendiri" beranikah kau menjadi juri?"
"Kenapa tidak berani...." jawaban yang merdu
bergema di udara menyusul munculnya seorang manusia
berbaju hitam dan berkerudung muka hitam berjalan ke
tengah arena. Di belakang manusia berbaju hitam itu mengikuti
seorang kakek bertubuh ceking yang bermata tunggal.
sambil tertawa dingin iblis jahat berbaju hijau berkata:
"Bila keputusan kaucu tidak adil, itu berarti kau
mencari kesulitan bagi diri sendiri"
Ketua Hian-hong-kau tertawa dingin, tukasnya:
"Hehehe... aku berani tampil ke muka untuk menjadi
juri, tentu saja aku tak pernah pandang sebelah mata
pun terhadap kalian empat manusia buas dari sin-ciu."
"Bagus sekali" teriak sukma murung berbaju putih
penasaran, "Rupanya kau ingin mencari gara-gara...."
sebuah pukulan dahsyat langsung dilontarkan ke
depan. "Mundur kamu" hardik kakek bermata satu itu sambil
menggerakkan tangan kanannya .
1602 Kali ini sukma murung berbaju putih menurut sekali,
tahu-tahu tubuhnya sudah terpental mundur sejauh dua
langkah. seorang kakek bermata tunggal yang tidak dikenal
ternyata mampu mementaikan salah satu dari empat
manusia buas dalam sekali gebrakan saja, kenyataan ini
kontan saja menggemparkan seluruh jago, beratus-ratus
pasang mata serentak dialihkan ke wajahnya. Terdengar
ketua Hian-hong-kau berkata lagi dengan suara dingin:
"semua jago yang hadir di sini telah mengangkat
diriku sebagai juri, bila kalian tak mau tunduk
keputusanku berarti kau akan menjadi musuh umum
seluruh jago dari kolong langit."
Mendengar perkataan itu Phang Thian-hua segera
berpikir. "Lihay betul keputusan orang ini, nampaknya ketua
Hian-hong-kau memang bukan manusia bernama kosong
belaka...." sekarang baik Phang Thian-hua maupun keempat
manusia buas dari sin-ciu itu sama-sama mulai kuatir,
Ketua Hian-hong-kau muncul sebagai juri atas desakan
para jago, ini berarti keputusannya berbobot dan diakui
seluruh umat persilatan di dunia ini, bila ia memutuskan
pihaknya yang kalah, maka nama besarnya selama inipun
1603 pasti akan hancur berantakan- setelah mendehem
berapa kali Phang Thian-hua pun berseru:
"sudah lama aku hidup diperkampungan pit-tim-sanceng
dan jarang sekali mengadakan hubungan kontak
dengan para jago persilatan, meski begitu sudah lama
aku mendengar nama besar kaucu"
"Aku tak akan berat sebelah di dalam mengambil
keputusan nanti, jangankan antara kalian dengan aku tak
pernah punya hubungan apa-apa, sekali pun kalian
adalah anggota perkumpulan Hian-hong-kau pun aku
tetap akan memberi penilaian secara adil."
Keadaan Phang Thian-hua dan empat manusia buas
dari sin-ciu ini ibarat si bisu makan empedu, biarpun
kepahitan namun tak mampu mengutarakan keluar,
padahal berbicara dari kedudukan keempat orang
tersebut, mereka tak akan berdiam bila diri dicemooh
ketua Hian-hong-kau dengan kata-kata seperti itu.
Tapi situasi saat ini sangat berbeda, baik empat
manusia buas dari sin-ciu maupun si Dewa jinsom Phang
Thian-hua tak ingin menyalahi ketua dari Hian-hong-kau
ini. Dengan sorot mata yang tajam ketua Hian-hong-kau
mengawasi sekejap sekeliling tempat itu, kemudian
ujarnya dingin: 1604 "sepintas lalu hasil pertarungan kalian ini nampaknya
seimbang dan memang kalah sukar ditentukan,
padahal...." "Keputusanmu amat menyangkut nama baik kami,
harap kaucu memberi keputusan yang adil," tukas Phang
Thian-hua sambil mendehem.
"Lebih baik Phang ceng cu jangan menyela ucapanku
daripada menghalangi hasil keputusanku"
Berubah paras muka Phang Thian-hua mendengar
perkataan itu, sebenarnya dia hendak mengumbar
amarahnya, tapi kata-kata yang sudah sampai di ujung
bibir tiba-tiba ditelan kembali, katanya pelan: "Benar juga
perkataan kaucu." Pelan-pelan ketua Hian-hong-kau menyambung
kembali ucapannya: "Dalam pertempuran ini Phang cengcu seharusnya
menang tapi tidak menang, dia malah terdesak di bawah
angin...." "Benar, benar sekali, keputusan kaucu betul- betul adil
tanpa mempertimbangkan hubungan pribadi." seru iblis
jahat berbaju hijau cepat.
sebaliknya paras muka Phang Thian-hua berubah jadi
hijau membesi, untuk sesaat dia malah tak sanggup
1605 mengucapkan sepatah kata pun. Ketua Hian-hong-kau


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkata lebih jauh: "Kalau Phang cengcu seharusnya menang tapi tidak
menang, maka kalian empat manusia buas dari sin-ciu
justru seharusnya kalah tapi tidak sampai kalah..."
Pelan-pelan dia mengalihkan sorot matanya ke wajah
iblis jahat berbaju hijau, kemudian terusnya:
"Aku hanya mengatakan Phang cengcu berada
dibawah angin tapi tidak mengatakan dia kalah, sebelum
pertarungan ini mencapai pada akhirnya, Phang cengcu
masih tetap memegang kesempatan untuk meraih
kemenangan sebaliknya kalian empat manusia buas
seharusnya sudah keok, sayang sekali kalian tidak
mengetahui dimana letak kunci untuk meraih
kemenangan dan kunci untuk menghindarkan diri dari
kekalahan-" "Maksud kaucu...." seru Phang Thian-hua.
"sebenarnya kalian belum berhasil menentukan siapa
menang siapa kalah, bagaimana mungkin aku bisa
memberikan keputusannya" Tapi dalam sepuluh
gebrakan kemudian kalian pasti dapat menentukan siapa
yang unggul dan siapa yang kalah."
"Dari mana kaucu bisa mengetahui hal ini?" tanya iblis
jahat berbaju hijau. 1606 "Apa kau tidak percaya?"
iblis jahat berbaju hijau agak tertegun, kemudian
ujarnya: "Kalau berbicara dalam hal ilmu silat, aku benar-benar
tak habis mengerti bagaimana mungkin menang kalah
bisa ditentukan dalam sepuluh gebrakan saja, tapi kaucu
bisa mengatakan demikian tentunya kau sudah punya
gambaran yang lebih jelas bukan?" Ketua Hian-hong-kau
tertawa dingin. "Aku sanggup mengalahkan kalian berempat hanya
dalam lima gebrakan saja, percayakah kalian dengan
perkataanku ini?" "Aku tidak percaya..." seru setan gusar berbaju
kuning. "Bagus, kalau begitu kita boleh mencobanya."
"Nanti dulu, kita harus bicarakan dulu masalah ini
sejelasnya," sela iblis jahat berbaju hijau cemas.
"Apa lagi pendapatmu?"
"Maksud kaucu, dalam lima gebrakan Phang Thian-hua
sanggup mengungguli kami berempat?"
"Benar" 1607 "Jika dalam lima gebrakan Phang Thian-hua gagal
mengungguli kami berempat, apa yang hendak kaucu
perbuat?" "Jika dalam lima jurus Phang Thian-hua gagal
mengungguli kalian berempat, anggap saja aku pun
sudah kalah di tangan kalian berempat."
"Hahahaha..." setan gusar berbaju kuning tertawa
tergelak, "Suatu janji yang sangat enteng, kaucu anggap
setelah mengaku kalah kepada kami maka urusan jadi
beres?" "Menurut pendapatmu?" Dalam hati iblis jahat berbaju
hijau berpikir, sekali pun ketua Hian-hong-kau turun
tangan bersama Phang Thian-hua pun belum tentu
mereka sangg mengungguli dirinya berempat dalam lima
gebrakan saja, maka dengan penuh semangat serunya:
"Menurut pendapat kami, seharusnya kaucu pun
mengajukan taruhannya."
"Kau ingin aku bertaruh apa?"
"Kami ada dua syarat, entah bersediakah kaucu untuk
memenuhinya?" "Jangankan dua syarat sekalipun dua puluh, dua ratus
pun aku tetap berani bertaruh, katakan saja"
1608 "Jika dalam lima jurus Phang Thian-hua gagal
mengungguli kami berempat, kaucu harus memberi
jaminan bahwa Phang Thian-hua bersedia menyerahkan
kotak kemala dari pemilik bunga bwee itu kepada
kami...." "syarat kedua" lebih gampang lagi, aku minta Kaucu
melepaskan kerudung mukamu di hadapan para jago
agar semua orang dapat menikmati kecantikan wajah
kaucu." "Aku masih ada syarat ketiga" sambung setan gusar
berbaju kuning cepat, "Bila kaucu memiliki wajah yang
cantik hingga kami berempat tertarik, maka kaucu harus
menyerahkan diri kepada kami untuk memenuhi semua
keinginan kami...." Begitu perkataan itu diutarakan semua jago yang hadir
di situ menjadi gempar, setiap orang tahu kalau ketua
Hian-hong-kau ini masih seorang gadis, bisa dipastikan la
tentu akan sangat gusar setelah dipermainkan seperti ini.
siapa tahu apa yang kemudian terjadi sama sekali
diluar dugaan siapa pun, bukan saja ketua Hian-hongkau
itu tidak gusar, ia malah berkata:
"Baiklah, aku setuju dengan ketiga syaratmu itu, tapi
bila kalian keok di tangan Phang Thian-nua dalam lima
gebrakan, apapula yang hendak kalian perbuat?"
1609 sikapnya yang terbuka dan langsung ini kontan
mengejutkan keempat manusia buas itu, pikirnya tanpa
sadar: "Ia berani menerima syarat kami tanpa dipikir lagi,
kalau tidak yakin pasti menang tak mungkin dia akan
berbuat demikian...." Keempat manusia buas itu saling
bertukar pandangan sekejap. kemudian iblis jahat
berbaju hijau berkata: "Bila kami berempat menderita kekalahan, sejak hari
ini kami akan mengundurkan diri dari dunia persilatan"
"Waaah, kalian memang hebat, terhadap orang lain
mengajukan syarat yang berat tapi terhadap diri sendiri
justru kelewat ringan-"
"Menurut pendapat kaucu, apa yang harus kami
perbuat?" tanya sukma murung berbaju putih.
" Kalian empat manusia buas dari sin-ciu selalu liar
dan sukar dikendalikan tingkah laku serta sepak terjang
kalian menyalahi aturan dunia persilatan mungkinkah
kalian bersedia mentaati syarat yang kuajukan kepada
kamu berempat itu?" Dengan gusar iblis jahat berbaju
hijau berseru: "sekalipun sepak terjang kami tak pakai aturan dan
menyalahi kebiasaan dunia persilatan masa terhadap
1610 ucapan yang kami katakan sendiripun akan
mengingkari?" "Kau jangan naik darah dulu" ujar ketua Hian-hongkau
pelan, "coba kau tanyakan kepada para jago yang
hadir di sini, adakah di antara mereka yang berani
memberikan jaminan untuk kalian berempat?"
"Bila kau punya syarat katakan saja blak-blakan, kami
pasti akan menerima semuanya."
"Kalau cuma bicara sih gampang, baik-lah, kalau
kalian kalah di tangan Phang Thian-hua dalam lima
gebrakan maka kamu berempat harus masuk menjadi
anggota perkumpulan Hian-hong-kau dan selama hidup
menjalankan semua perintahku."
iblis jahat berbaju hijau termenung sambil berpikir
berapa saat lamanya, kemudian dia baru mengangguk.
"Baiklah, kita tetapkan begitu, sekarang suruhlah
Phang Thian-hua bebaskan toako kami."
Ketua Hian-hong-kau tidak menanggapi permintaan
itu, dengan sorot matanya yang tajam dia awasi setan
gusar berbaju kuning dan sukma murung berbaju putih,
kemudian tegurnya: "Bagaimana pendapat kalian
berdua?" 1611 "Kami akan mentaati perintah kakak kami" sahut
kedua orang manusia buas itu serentak. " Kalau bicara
tanpa bukti percuma...."
"Lantas apa yang mesti kulakukan?" teriak iblis jahat
berbaju hijau gusar. "Beranikah kau bertepuk tangan denganku sebagai
sumpah?" "Sekalipun Datuk sepuluh penjuru siang Lam-ciau
muncul kembali di dalam dunia persilatan, aku tak
percaya dia mampu mengalahkan kami berempat hanya
dalam lima gebrakan, dalam taruhan ini kau pasti
kalah...." Kakek bermata tunggal yang berdiri di belakang ketua
Hian-hong-kau segera mencorongkan sinar tajam dan
mata tunggalnya, tapi sebentar kemudian ia sudah
pejamkan kembali matanya.
Dari balik bajunya ketua Hian-hong-kau mengeluarkan
telapak tangannya yang putih halus, kemudian katanya
lagi: "Baik, sekarang kita bertepuk tangan sebagai tanda
sumpah, siapa mengingkari janji dia bakal dipermalui
seluruh umat persilatan."
1612 Di bawah aoiar matahari terlihat jari tangannya yang
putih bersemu merah, sangat menawan hati siapa pun
yang melihat. iblis jahat berbaju hijau mengeluarkan pula telapak
tangannya yang kurus kuning dan langsung ditabokkan
ke atas telapak tangan ketua Hian-hong kau yang putih
mulus itu. orang ini punya tujuan lain dengan tindakannya itu, ia
ingin menggunakan kesempatan sewaktu bertepuk
tangan nanti mencoba kehebatan tenaga dalam yang
dimiliki ketua Hian-hong-kau tersebut
Begitu sepasang tangan saling beradu, terjadilah suara
benturan yang lembut, tubuh ketua Hian-hong-kau
kelihatan tergetar hingga mundur satu langkah dari posisi
semula. Sambil tertawa dingin iblis jahat berbaju hijau
segera menjengek: "Hmm, ternyata ketua Hian-hong-kau
yang amat tersohor itu hanya begitu saja...."
Ketua Hian-hong-kau sama sekali tak menggubris
ejekan iblis jahat berbaju hijau, ia berpaling ke arah
setan gusar berbaju kuning dan Sukma murung berbaju
putih kemudian masing-masing bertepuk tangan
dengannya, terakhir dia baru mendekati Dewa buas
berbaju merah sambil ujarnya dingin:
"Kau adalah orang terakhir, juga ketua empat manusia
buas, jadi tepukan ini harus kau lakukan-"
1613 Dengan langkah yang lemah gemulai dia berjalan
menghampiri si manusia buar terakhir ini, langkahnya
yang indah mempesona membuat para jago
memandangnya dengan mata terbelalak.
Sekali pun Dewa buas berbaju merah merasa keadaan
kurang beres, namun untuk sesaat dia tak tahu di mana
letak ketidak beresan itu, melihat telapak tangan ketua
Hian-hong-kau yang putih mulus itu didorong ke
hadapannya, terpaksa ia sambut dengan telapak tangan
kirinya. Urat nadi pada tangan kanannya masih dicengkeram
oleh Phang Thian-hua, berada dalam keadaan begini
sekalipun dia ingin mengerahkan tenaga pun tak akan
berhasil, sepasang tangan pun segera bersentuhan
secara pelan sekali. sambil menarik, kembali tangannya ketua Hian-hongkau
berkata kemudian: "Phang cengcu, sekarang kau
boleh bebaskan dia."
Phang Thian-hua termangu-mangu, ia tetap
menggenggam pergelangan tangan kanan Dewa buas
berbaju merah erat-erat. Agaknya ia mengerti bahwa taruhan menangkan
keempat manusia buas dalam lima gebrakan mustahil
bisa diraih olehnya, maka ia berniat mencengkeram jalan
darah Dewa buas berbaju merah selama mungkin, sebab
1614 selama ketua dari empat manusia buas ini masih berada
di tangannya, ketiga orang rekannya tak akan berani
bertindak gegabah, sebaliknya kalau dia lepaskan Dewa
buas berbaju merah, maka taruhan tersebut harus
dilaksanakan Terdengar ketua Hian-hong-kau menjengek
sambil tertawa dingin: "Phang Thian-hua, tanpa sebab musabab aku pun
berani terjun ke dalam taruhan kalian dengan memegang
kau sebagai pihak pemenang, masa kau pribadi tak
berani menerima taruhan itu?"
Phang Thian-hua merasakan pipinya jadi panas
lantaran malu, pelan-pelan ia lepaskan cengkeramannya
atas pergelangan tangan Dewa buas berbaju merah,
kemudian sahutnya: "Aku yakin dapat mengungguli keempat manusia buas
dari sin-ciu ini tapi harus bertarung di atas seribu jurus,
kalau suruh mengalahkan mereka berempat hanya dalam
lima gebrakan... maaf aku Phang Thian-hua merasa tidak
berkemampuan untuk melaksanakannya, aku percaya di
kolong langit dewasa ini belum ada tokoh seperti ini."
"Berbicara dari kemampuan tenaga dalammu
sekarang, dalam satu gebrakan kau masih mampu untuk
mengalahkan salah satu di antara mereka, empat orang
dalam lima gebrakan berarti kau masih punya sisa satu
gebrakan lagi sebagai cadangan...."
1615 sambil tertawa getir Phang Thian-hua gelengkan
kepalanya berulang kali, katanya:
"Terima kasih banyak atas kepercayaan kaucu
kepadaku, tapi aku benar-benar tidak mempunyai
kemampuan tersebut" Bukan hanya Phang Thian-hua tidak memiliki
kepercayaan atas kemampuan sendiri, bahkan para jago
yang berada disekeliling tempat itu pun semua


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berpendapat bahwa ketua Hian-hong-kau bakal kalah kali
ini. Hongpo Lan yang berbaur dalam kerumunan para jago
segera berbisik kepada Li Bun-yang:
"saudara Li mempunyai pengetahuan yang luar biasa,
menurut pendapatmu siapa yang bakal unggul dalam
pertarungan kali ini?"
sambil menyeka keringat dingin yang membasahi
jidatnya sahut Li Bun-yang pelahan : "Menurut
pendapatku taruhan kali ini bakal dimenangkan oleh
ketua Hian-hong-kau."
"Atas dasar apa kau berpendapat demikian?"
"Bila ketua Hian-hong-kau tidak mempunyai keyakinan
yang pasti untuk mengungguli keempat manusia buas
dari sin-ciu, tak nanti ia berani bertaruh dengan keempat
orang itu" 1616 "Aku selalu kagum dengan pandangan serta pendapat
saudara Li, tapi kali ini berbeda sekali keadaannya...."
Dalam pada itu ketua Hian-hong-kau telah berkata
lagi: "Kau tidak yakin bisa mengungguli mereka dalam satu
gebrakan, hal ini lantaran kau belum tahu rahasianya,
asal kau bersedia mengikuti petunjukku maka
kemenangan pasti berada dipihakmu."
Phang Thian-hua mendehem berulang kali
"sekarang urusan telah berkembangjadi begini,
kendatipun aku segan menuruti kata-katamupun sudah
tak mungkin, boleh aku tahu apa pandangan kaucu?"
"Rahasia ini tak boleh didengar pihak ketiga, silahkan
cengcu datang mendekati aku." Phang Thian-hua
mempunyai perawakan tubuh yang tinggi besar,
sedangkan ketua Hian-hong-kau kecil mungil, ketika
mereka berdiri bersama, tinggi badan ketua Hian-hongkau
tidak lebih tinggi dari bahu Phang Thian-hua, hal ini
memaksa Dewa jinsom itu harus membungkukkan
badannya Tampak ketua Hian-hong-kau membisikkan
sesuatu dengan suara lirih sementara Phang Thian-hua
manggut berulang kali sambil tertawa getir, meskipun
para jago tidak mengetahui apa yang mereka bicara-kan,
namun ditinjau dari mimik muka : Phang Thian-hua bisa
1617 dilihat bahwa Dewa jinsom itu tidak seberapa setuju
dengan ucapan dari ketua Hian-hong-kau itu.
Dalam pada itu keempat manusia buas dari sin-ciu
telah berdiri berjajar sambil siap siaga, delapan buah
mata mereka dengan sinar mata yang tajam mengawasi
gerak gerik Phang Thian-hua serta ketua Hian-hong-kau
tanpa berkedip. Tiba-tiba ketua Hian-hong-kau
memperkeras suaranya seraya berseru:
"Phang cengcu, sekarang kau harus turun ke
gelanggang, tindakan ragu-ragu macam begitu
bukanperbuatan seorang lelaki sejati."
Meskipun Phang Thian-hua sudah menderita luka
parah, tapi sebagai seorang ahli obat-obatan yang
disebut orang Dewa jinsom, obat-obatan yang dimilikinya
betul-betul manjur, setelah minum obat tadi keadaan
lukanya kini sudah jauh membaik,
Dengan langkah lebar dia pun berjalan menghampiri
Dewa buas berbaju merah sambil serunya:
"Kau sambut dulu pukulanku yang pertama"
Ia mengerti, kemampuan yang dimilikinya tak mungkin
bisa mengalahkan empat manusia buas dari sin-ciu itu
dalam lima gebrakan, berarti dalam taruhan ini pihaknya
yang bakal kalah, oleh sebab itu begitu selesai bicara ia
segera lancarkan sebuah pukulan.
1618 Bagi Dewa buas berbaju merah sendiri, sesungguhnya
dalam kondisi terluka ia merasa tak mampu menerima
serangan itu dengan kekerasan, tapi bila teringat apabila
ia terima serangan tersebut dengan kekerasan maka hal
ini dapat melenyapkan banyak kekuatan yang dimiliki
Phang Thian hua, berarti juga sangat menguntungkan
bagi ketiga orang rekan lainnya, maka sambil
menggertak gigi ia sambut datangnya serangan tersebut
dengan tangan kanan-nya. Begitu sepasang telapak tangan saling beradu,
mendadak tubun Dewa buas berbaju merah mundur dua
langkah dengan sempoyongan lalu roboh terjungkal ke
atas tanah. Kenyataan itu seketika membuat Phang Thian-hua
tertegun, untuk sesaat ia tak sanggup mengucapkan
sepatah kata pun. Rupanya dia berpendapat bahwa
serangan tersebut tiada harapan untuk meraih
kemenangan maka ia cuma menggunakan tenaganya
sebesar empat lima bagian, siapa tahu si Dewa buas
berbaju merah tetap tak sanggup menerima pukulan itu
dan roboh terjengkang, kenyataan ini kontan saja
mengobarkan kembali semangatnya,
Sambil membalikkan badan dia hampiri iblis jahat
berbaju hijau dengan langkah lebar, serunya kemudian:
"Kau berani menyambut pukulanku ini?"
1619 sebuah pukulan segera dilontarkan ke depan,
sekalipun iblis jahat berbaju hijau merasa ngeri
bercampur kaget setelah menyaksikan Dewa buas
berbaju merah roboh terjengkang hanya dalam sekali
gebrakan saja, tapi dia mengira hal tersebut disebabkan
luka dalam yang diderita saudaranya belum sembuh....
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, serangan
dari Phang Thian-hua telah menyambar tiba,
Tanpa sadar iblis jahat berbaju hijau mengayunkan
tangan kanannya pula untuk menyambut datangnya
serangan tersebut setelah ada pengalaman dalam
serangan pertama tadi, kali ini phang Thian-hua
menggunakan tenaga dalamnya sampai delapan bagian.
Terdengar iblis jahat berbaju hijau mendengus tertahan,
tubuhnya tahu-tahu roboh terjungkal ke atas tanah.
Kenyataan ini bukan saja membuat Phang Thian-hua
tertegun, bahkan para jago yang mengikuti jalannya
pertarungan itu pun dibuat terbelalak saking herannya,
mereka tak habis mengerti kenapa hal semacam ini bisa
terjadi. Kalau Dewa Buas Berbaju merah tak sanggup
menerima pukulan itu semua orang dapat memaklumi
karena ia masih terluka parah, tapi iblis jahat berbaju
hijau juga tak sanggup menerima pukulan dari phang
Thian-hua, kejadian ini betul-betul diluar dugaan siapa
pun. Berhasil merobohkan iblis jahat berbaju hijau
1620 dengan serangan keduanya, Phang Thian-hua segera
membalikkan badan berjalan menghampiri setan gusar
berbaju kuning, sebuah pukulan kembali dilontarkan ke
depan. si setan gusar berbaju kuning amat kaget bercampur
ngeri, apalagi setelah melihat lotoa dan lojinya yang
memiliki ilmu silat lebih tangguh daripada dirinya pun tak
mampu menerima serangan dari Phang Thian-hua, Tapi
kejadian tersebut terlalu luar biasa, untuk sesaat dia pun
tak bisa mengupas dimana letak sebab musababnya,
maka sewaktu menyaksikan serangan dari Phang Thianhua
telah meluncur datang, tanpa sadar dia pun
mengayunkan tangannya untuk menyambut.
"Blaaammm..." Benturan dua belah telapak tangan itu menimbulkan
suara getaran yang amat keras.
Kali ini phang Thian-hua telah menggunakan
tenaganya mencapai sembilan bagian, setan gusar
berbaju kuning segera menjerit ngeri, sambil muntah
darah segar tubuhnya roboh terkapar ke atas tanah.
Dalam tiga pukulan beruntun Phang Thian-hua berhasil
merobohkan Dewa buas berbaju merah, iblis jahat
berbaju hijau dan setan gusar berbaju kuning, kenyataan
ini kontan meningkatkan rasa percaya dirinya, Dengan
cepat dia membalikkan tubuh dan menghampiri sukma
murung berbaju putih, dengan jurus "Mendorong Bukit
1621 mengurut samudra" ia lepaskan satu pukulan sejajar
dengan dada. Tak terlukiskan rasa kaget dan takut sukma murung
berbaju putih setelah menyaksikan ketiga orang
saudaranya tak sanggup menerima pukulan dari Phang
Thian-hua, melihat datangnya serangan tersebut tentu
saja ia tak berani menerima dengan kekerasan, buruburu
tubuhnya mengegos ke samping untuk
menghindarkan diri. "Phang cengcu" dengan suara dingin
ketua Hian-hong-kau berseru, "Kita janji lima jurus dan
sekarang kau sudah lepaskan empat pukulan, jurus yang
terakhir jangan kau lepaskan secara sembarangan"
BAB 48. Murid Yang Durhaka
Pada saat ini phang Thian-hua sudah menaruh
kepercayaan penuh atas perkataan dari ketua Hian-hongkau,
mendengar teguran tersebut segera sahutnya:
"Ucapan kaucu amat tepat, sisa satu jurus ini tak
boleh. kulepaskan secara sembarangan."
sementara itu sukma murung berbaju putih telah
menghampiri iblis jahat berbaju hijau begitu berhasil
lolos dari serangan Phang Tnian-hua, cepat-cepat dia
periksa denyut nadi saudaranya itu, ia baru lega setelah
merasakan denyut nadinya masih berdetak, hanya saja
1622 luka yang dideritanya cukup parah. Terdengar ketua
Hian-hong-kau berkata lagi:
"Jangan kuatir, ketiga orang itu tak bakalan mampus,
mereka hanya pingsan karena getaran pukulan
penghancur hati milik Phang Thian-hua." semua sifat
buas dan liar pada diri sukma murung berbaju putih telan
lenyap sudah saat itu, buru-buru dia memberi hormat
sambil bertanya: "Tolong tanya kaucu, bagaimana
caranya menyadarkan mereka?"
"Luka yang mereka derita hanya bisa diobati oleh dua
orang saja di dunia saat ini, yang satu adalah si Dewa
cebol Cu Gi sedang yang lain adalah aku sendiri" sambil
mendehem pelan Phang Thian-hua menimbrung:
"Kalau soal obat-obatan dan pertabiban, aku yakin
kemampuanku tidak kalah dibandingkan orang lain,"
Ketua Hian-hong-kau segera tertawa.
"Paling baik jika Phang cengcu pun sanggup menolong
mereka, sayang sekali untuk menolong mereka
dibutuhkan obat-obatan yang amat langka ditambah
dengan suatu sistem pengobatan yang unik,..."
sekali lagi Phang Thian-hua mendehem, kali ini dia
alihkan pokok pembicaraan kesoal lain, serunya kepada
sukma murung berbaju putih: "Kalau memang kau tak
1623 berani menerima pukulanku, berarti dalam taruhan ini
akulah dipihak pemenang bukan?"
Melihat sampai di sini kembali Hongpo Lan berbisik
kepada Li Bun-yang dengan suara lirih:
"saudara Li, sebenarnya apa yang telah terjadi?"
"Tampaknya ketua Hian-hong-kau memang pantas
menjadi pimpinan para jago" kata Li Bun- yang sambil
tertawa, "Kalau dugaanku tidak keliru, penyakitnya tentu
terletak pada saat bertepuk tangan sebagai tanda setuju
dengan taruhan tadi." Bagaikan baru sadar dari impian
Hongpo Lan berseru keras:
"Betul-betul hebat, betul-betul hebat, kecuali itu
memang tiada yang patut dicurigai."
Teriakan yang sangat keras ini segera memancing
perhatian para jago untuk berpaling ke arahnya.
satu ingatan dengan cepat melintas dalam benak Li
Bun-yang, ia ikut berseru lantang:
" Kalau memang sukma murung berbaju putih tak
berani menyambut pukulan dari Phang Thian-hua, maka
taruhan ini tentu saja dimenangkan oleh Phang Thianhua."
sebenarnya para jagopun mempunyai pendapat yang
sama hanya tak ada yang berani bicara, maka setelah
1624 mendengar seruan dari Li Bun-yang ini, serentak mereka
pun ikut berseru: "Betul, Dewa buas berbaju merah, iblis jahat berbaju
hijau, serta setan gusar berbaju kuning tak sanggup
menerima satu pukulan dari Phang Thian-hua, jelas
sukma murung berbaju putih pun tak nanti bisa
menerima serangan ini, tentu saja taruhan kali ini
dimenangkan oleh Phang Thian-hua."
Waktu itu, sukma murung berbaju putih sudah tidak
memikirkan tentang menang kalahnya lagi dalam
taruhan, ia cuma menguatirkan keselamatan jiwa ketiga
orang rekannya itu, maka kendatipun mendengar sorak
sorai dari kawanan jago, namun ia tidak memikirkannya
di dalam hati. Pelan-pelan ketua Hian-hong-kau berjalan mendekati
sukma murung berbaju putih, kemudian dengan suara
dingin tegurnya: "Kau ingin menyelamatkan ketiga orang
saudaramu?" "Dari empat manusia buas kini sudah terluka tiga
orang, tinggal aku si sukma Murung seorang diri, apa
senangnya hidup sendirian...."
"Tidak nyana kalian empat manusia buas mempunyai
hubungan persaudaraan yang begitu erat dan akrab" sela
ketua Hian-hong-kau, "Kini nama besar kamu berempat
sudah rontok, jadi tak perlu dibicarakan soal kedudukan
1625 serta martabat lagi, lebih baik bergabunglah dengan
perkumpulan Hiang hong- kau kami, paling tidak kalian
akan mendapat tempat penampungan yang aman dan
tenteram...." "Apa?" teriak Sukma murung berbaju putih gusar,
"Sebuah perkumpulan kecil macam Hian-hong-kau pun


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berani menjaring kami empat bersaudara" Kaucu, apakah
kau tidak merasa bahwa pikiranmu itu kelewat batas?"
"Bila kau ingin menyelamatkan jiwa ketiga orang
saudaramu maka inilah salah satu jalan yang dapat
kalian tempuh, tentu saja aku tak akan memaksa kalian
dengan kekerasan." Dengan sorot mata yang berapi-api karena amarah
yang meluap sukma murung berbaju putih berseru lagi:
"selama ini kami empat manusia buas dari sin-ciu
hanya tahu malang melintang dalam dunia persilatan
menuruti suara hati sendiri, segala peraturan yang
berlaku dalam dunia persilatan tidak berlaku untuk kami,
kalau sekarang kami harus bergabung dengan
perkumpulan Hian-hong-kau serta terbelenggu oleh
pelbagai peraturan, HHmmm Lebih baik kami mampus
saja daripada hidup tersiksa...."
"Bersedia atau tidak menggabungkan diri dengan
Hian-hong-kau, lebih baik kalian empat manusia buas
1626 mengambil keputusan sendiri, aku hanya bermaksud
mengingatkan kalian saja."
"selama kami bertindak dan berbuat, kami empat
manusia buas tak pernah takut pada siapa pun, sekalipun
akhirnya kami setuju untuk bergabung dengan
perkumpulan Hian-hong-kau, kami pun tak akan tunduk
untuk selamanya." "Anak buah perkumpulan kami berpuluh ribu orang
jumlahnya, di antara mereka tak sedikit yang memiliki
kemampuan jauh lebih hebat dari pada kalian berempat,
asal kalian berempat sudah setuju untuk bergabung
dengan kami, pihak perkumpulan pasti ada cara untuk
mengendalikan sifat liar kalian semua."
sukma murung berbaju putih berpaling dan
memandang Dewa buas berbaju merah, iblis jahat
berbaju hijau serta setan gusar berbaju kuning sekejap.
tiba-tiba semua semangatnya runtuh, setelah menghela
napas panjang katanya: "Baiklah, asal kau bersedia menyembuhkan luka yang
diderita ketiga orang saudaraku itu, kami bersedia untuk
bergabung dengan perkumpulan kalian...." Dalam pada
itu setelah melalui suatu pemikiran yang cukup lama,
akhirnya Phang Thian-hua menyadari juga apa yang
sesungguhnya telah terjadi Meskipun tenaga dalam yang
dimiliki empat manusia buas dari sin-ciu masih kalah satu
tingkat dibandingkan dengan kemampuannya, namun
Rahasia Lukisan Kuno 3 Pendekar Kelana Karya Kho Ping Hoo Amarah Pedang Bunga Iblis 7

Cari Blog Ini