Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 28
sedih, "Yang kuharapkan hanya pemberian obat penawar
untuk hamba, sehingga penderitaan dan siksaan yang
hamba derita setiap tiga hari sekali dapat dihilangkan-"
"Ehmmm, setelah berjumpa majikan nanti, pasti akan
kumohonkan pengampunan untukmu ..." sahut Lim Hankim.
Gadis berbaju hijau itu segera menjatuhkan diri
berlutut dan kembali berseru: " Untuk itu hamba ucapkan
terima kasih lebih dulu..."
2383 "Tidak perlu sungkan-sungkan, oya . . . sudah berapa
hari kedua orang ini tersekap di sini?"
" Lebih kurang tiga-empai hari."
"Tiga-empat hari?" pikir Lim Han-kim. "Biarpun tenaga
dalam mereka cukup sempurna, tentu ada efeknya juga
bila berapa hari tidak makan tidak minum ..."
Tak lama kemudian kembali Lim Han-kim berkata:
"Dengan kehadiranku sekarang, kau tak perlu takut lagi.
Cepat ambil keluar obat penawarnya."
"obat penawar?" gadis berbaju hijau itu kelihatan
bingung, "orang itu tidak meninggaikan obat penawarnya
di sini." Gantian Lim Han-kim yang tertegun, katanya
kemudian: "Aaaai... rupanya obat penawar itu tidak
diberikan padamu, itu berarti dia tidak percaya kepada
nona." "Yaa betul, dia memang tidak percaya padaku.
Padahal kami cuma rakyat biasa yang mencari sesuap
nasi dengan membuka rumah makan disini, kami tak
punya hubungan apa-apa dengan orang persilatan
sekarang kalian paksa kami untuk melakukan kejahatan,
tentu saja kami tak rela berbuat begini..."
"Eeeh, nona," sela Lim Han- kim sambil tertawa.
"Kalau cuma berkata padaku sih tak apa-apa. Kalau
berjumpa orang lain lebih baik jangan kau singgung soal
itu, jangan sampai gara-gara salah bicara mendatangkan
bencana kematian buat kalian berdua."
2384 "Biarpun mesti mati aku tak takut Tapi kalian sungguh
keji, kenapa saudara-saudaraku juga tidak kalian
lepaskan?" Lim Han-kim menghela napas panjang, "Biar kubawa
pergi kedua orang ini" katanya kemudian
"Meskipun tidak rela, tapi di bawah ancaman dan
desakan kalian, aku telah melakukan perbuatan yang
merugikan orang lain, Dua orang ini tak ada dendam
maupun sakit hati dengan kami, tapi aku telah
mencampuri hidangan yang mereka makan dengan obat
bius. selama hidup aku tak pernah akan tenteram bila
teringat kejadian ini."
"Nasi toh sudah menjadi bubur, biar disesalkan juga
tak ada gunanya, Kedua orang ini tetap akan kubawa
pergi." "Baiklah, bagaimana pun mereka sudah pingsan
beberapa hari, tak ada gunanya dibiarkan terus di sini."
Lim Han-kim segera meloloskan ikatan pada tubuh
kedua orang itu, kemudian mengempit mereka dan turun
dari loteng. Baru sampai di depan pintu rumah makan, mendadak
satu ingatan melintas dalam benaknya, segera pikirnya:
"Bila kubawa mereka tinggaikan tempat ini, si dalang
yang sesungguhnya tentu akan menyusahkan dua
bersaudara itu bila datang kemari dan tahu kejadian
yang sebenarnya. Daripada membiarkan mereka mati
konyol, lebih baik kuanjurkan pada mereka untuk
secepatnya pergi meninggaikan tempat ini." Berpikir
begitu, dia pun balik kembali ke dalam ruangan sambil
berseru: "Nona.,."
2385 Berubah paras muka nona berbaju hijau itu setelah
melihat Lim Han-kim muncul kembali, buru-buru
tegurnya: "Mau apa kau balik lagi?"
Lim Han-kim menghela napas sedih setelah melihat
sinar matanya penuh rasa takut bercampur kaget,
katanya: "Nona tak usah curiga, ada beberapa persoalan
yang ingin kusampaikan kepada nona dengan
sejujurnya." "soal apa?" "sebetulnya aku bukan penyamun dunia persilatan
yang sedang nona nantikan."
"Apa" Kau bukan komplotan mereka?"
"Tentu saja bukan, cuma kedua orang korbanmu yang
belum sadar ini sebetulnya adalah sahabatku."
"Kalau mereka memang sahabatmu, ajaklah mereka
pergi dari tempat ini."
"Justru aku mengkhawatirkan keselamatan nona
berdua, Aku khawatir sepeninggalku, mereka akan
datang dan mencari nona, kalau sampai terjadi apa-apa,
bukankah aku yang jadi biangnya?"
"Mereka belum tahu kalau aku berhasil menawan dua
orang, asal tidak diberitahu tentu mereka juga tak tahu."
"Aaaaai... nona bukan anggota dunia persilatan, tentu
tidak kau ketahui intrik dan segala akal busuk yang
berlaku dalam dunia itu. sekalipun mereka tidak
mengetahui berapa orang yang berhasil kau tawan, tapi
obat pemabuk yang mereka serahkan padamu tentu
sudah dihitung jumlahnya. Asal mereka periksa sisa obat
2386 pemabuk yang masih ada, mereka sudah dapat menduga
berapa korban yang telah kau kerjai, Nah, jika kau gagal
menyerahkan korbannya, bukankah mereka akan
bertambah curiga?" Nona berbaju hijau itu menghela napas. "Aaaaai...
betul juga ucapanmu, pil yang mereka serahkan padaku
berwarna merah semua dan telah mereka hitung
jumlahnya untuk dipakai seorang sebutir..."
Dia alihkan pandangan matanya ke wajah Li Bunyang
serta Han si-kong, kemudian melanjutkan: "sesuai
dengan perintah mereka, kucampurkan sebutir pil dalam
mangkuk mereka masing-masing. Ternyata betul juga,
mereka berdua segera jatuh tak sadarkan diri"
"Aku rasa hanya ada dua jalan yang dapat nona pilih
sekarang." Tampaknya nona berbaju hijau itu berhasil
ditundukkan oleh ucapan Lim Han-kim, setelah menghela
napas sedih katanya: "Dua jalan yang bagaimana"
Tolong jelaskan." "Jalan pertama adalah ajaklah saudara-saudaramu
untuk kabur dari tempat ini. : Aku bersedia memberi
bekalala kadarnya sebagai modal kerjamu di tempat lain.
Dunia amat luas, aku percaya nona pasti akan
menemukan tempat yang lebih aman di tempat lain."
"Tidak mungkin," gadis berbaju hijau itu gelengkan
kepalanya berulang kali. "Aku serta kakakku telah
dicekoki obat racun oleh mereka, Tanpa obat penawar
khusus, sehari kemudian kami bakal mati keracunan Aku
rasa cara ini mustahil dilaksanakan, lebih baik terangkan
jalanmu yang kedua."
2387 "Untuk melaksanakan jalan kedua, aku butuh kerja
sama dari nona." "Asal dapat selamatkan kakak serta adikku dari
bencana kematian, biarpun harus menerjang lautan api,
aku bersedia untuk melakukan"
"Bagus Tahukah nona, kapan kawanan manusia itu
akan muncul lagi di tempat ini?"
"Seingatku, semestinya mereka akan datang lagi hari
ini." " Kalau begitu bagus sekali, Tolong ikat juga diriku
dalam ruangan di atas loteng sana. Bila kawanan
manusia itu sudah sampai di sini, harap nona mengajak
mereka naik ke loteng, sementara kau sendiri harus
secepatnya pergi dari situ, jangan sekali- kali kau
berdiam diri terlalu lama dalam loteng..."
"Tapi... mana boleh aku berbuat begitu" Jika kau pun
ikut kuikat, bukankah..."
"Tidak apa-apa, tak usah khawatir Tali tersebut masih
belum cukup kuat untuk membelenggu diriku, Asal
mereka mau naik ke loteng, aku pasti mampu
menghadapi mereka." Gadis berbaju hijau itu termenung beberapa saat,
akhirnya dla mengangguk juga. "Baiklah"
Kembali Lim Han-kim membopong Li Bun- yang
berdua naik ke loteng, mengikatnya lagi dengan tangan
lalu katanya sambil tertawa: "Tolong nona, ikat juga
sepasang tanganku" 2388 Tanpa membantah gadis berbaju hijau itu,
mengikatkan talinya ketangan pemuda itu, kemudian
memasukkannya ke dalam ruangan di atas loteng.
Menunggu sampai gadis berbaju hijau itu sudah
berlalu, Lim Han-kim segera bangkit dan duduk. ia
perhitungkan posisi terbaiknya untuk turun tangan nanti
kemudian baru duduk bersila sambil mengatur
pernapasan. Kurang lebih setengah jam kemudian, mendadak
terdengar suara langkah kaki manusia yang menaiki anak
tangga bergema datang, menyusul kemudian terdengar
gadis berbaju hijau itu sedang berkata: "Semuanya ada
tiga orang, sekarang berada di ruang atas, tapi kalian
hanya berdua, bagaimana caranya membawa pergi
ketiga orang itu?" Mendengar perkataan tersebut, diam-diam Lim Hankim
memuji di dalam hati, pikirnya: "Tak nyana budak ini
cerdik sekali, Rupanya dia sedang memberitahu
kepadaku berapa orang musuh yang telah datang."
Buru-buru dia miringkan badannya bersandar pada
dinding ruangan, sementara napasnya segera diatur
menjadi lemah sekali. segera terdengar seseorang dengan suara yang kasar
dan keras menyahut: "Kau tak usah merisaukan masalah
ini" Blaaammmm Di antara suara benturan keras dan belerbangnya
debu dan kotoran, tahu-tahu pintu ruangan itu sudah
diterjangnya hingga terpentang lebar.
2389 Gadis berbaju hijau itu segera berseru: "Hei, kenapa
kalian menumbuk pintu kamarku hingga rusak" Kalau lain
hari aku berhasil menangkap orang persilatan lagi,
mereka harus kusimpan di mana?"
Waktu itu Lim Han-kim telah memilih posisi yang
paling strategis sehingga sedikit melirik saja ia sudah
dapat melihat munculnya dua orang lelaki berbaju serba
hitam. "sudah kelihatan?" Dengan suara keras gadis berbaju
hijau itu berteriak, "Jumlahnya persis tiga orang, tidak
kurang satupun" selesai berkata, tergopoh-gopoh ia
turun dari loteng. Lelaki berbaju hitam yang ada di sebelah kiri segera
menuding ke arah Han si-kong sambil berseru: "Aku
kenal dengan orang ini"
"Yaa, aku pun kenal, dia adalah si Raja monyet ceking
Han si-kong" sambung lelaki yang di sebelah kanan.
sambil membalikkan wajah Li Bun- yang kembali lelaki
di sebelah kiri itu berkata: "Kau kenal tidak dengan orang
ini?" "Tentu saja kenal, orang ini adalah ketua keluarga
persilatan bukit Hong-san generasi ketiga, Li Bun- yang."
"Waaah... waaah... tak nyana kedua orang ini adalah
tokoh-tokoh kenamaan dalam dunia persilatan" seru
lelaki di sebelah kiri sambil tertawa gembira, "Jika kita
membawanya pulang, dapat dipastikan hadiah besar
sudah menanti kita." Lelaki di sebelah kanan menghela
napas panjang, 2390 "Aaaai... bicara sejujurnya, aku tidak begitu tertarik
dengan segala macam emas, mutiara, intan permata
maupun barang antik, Aku cuma berharap siau-cui si
bidadari itu sudi menemani aku semalam saja, asal
keinginanku bisa kesampaian, biar mati pun aku puas."
"Hei sobat, aku lihat kau ibarat katak buduk yang
merindukan rembulan, Nona siau-cui begitu cantik jelita,
mana mungkin ia bisa tertarik dengan tampang jelekmu
itu?" "Tapi orang itu kan sudah berjanji, barang siapa dapat
membuat jasa besar untuk perguruan bunga bwee, maka
permintaan apa pun yang diajukan pasti akan
dikabulkan, Betul siau-cui tak bakalan tertarik dengan
tampangku, tapi kalau majikan sudah perintahkan masa
dia berani membantah?"
"Aaah, ternyata mereka betul-betul anggota perguruan
bunga bwee," pikir Lim Han-kim setelah mengikuti
pembicaraan tersebut "seebun Giok-hiong betul-betul
gila, demi tercapai cita-citanya tak nyana ia begitu tak
segan menggunakan segala cara."
sementara itu lelaki di sebelah kiri itu sudah menuding
kearah Lim Han-kim sambil berkata: "Entah siapa bocah
lelaki itu" Aku rasa kalau dia bukan orang terkenal lebih
baik kita enyahkan saja cepat-cepat, daripada
menimbulkan kesulitan di kemudian hari."
Lim Han-kim segera merasakan ada sebuah tangan
mencengkeram lengan kiri-nya, jelas ia berniat untuk
membalikkan wajahnya agar diketahui identitasnya.
Pemuda itu tahu, inilah saat yang dinanti-nantikan.
setelah memperkirakan asal suara tersebut, mendadak ia
2391 melejit bangun, tangan dan kakinya serentak bergerak
menyergap kedua orang itu.
Mimpipun kedua orang lelaki itu tak menyangka kalau
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka telah dikerjai seorang gadis lemah. Tak sempat
melakukan sesuatu tindakan, tahu-tahu jalan darah
mereka sudah tertotok. Bruuukk Bruukkkk Kedua orang itu roboh terjungkal ke
atas tanah. selesai menotok jalan darah pada keempat anggota
badan kedua orang lelaki itu, Lim Han-kim berkata sambil
tertawa: "Waaah... hebat juga perhitungan kalian
berdua" sementara itu si nona berbaju hijau itu sudah muncul
kembali di atas Io-teng, setelah menengok Lim Han-kim
sekejap. serunya penuh gembira: "Kau seorang diri
mampu meringkus mereka berdua sekaligus?"
"Yaa, keberhasilanku tak luput dari kerja sama nona
yang baik" "Aaaai..." gadis berbaju hijau itu menghela napas.
"sekalipun kau berhasil meringkus mereka berdua
sekarang, tidak tertutup kemungkinan ada rekan lainnya
yang segera akan muncul di sini..."
"Tak usah takut Aku akan menunggu di sini sampai
nona benar-benar lolos dari bahaya."
sambil menempelkan kedua telapak tangannya pada
punggung kedua lelaki itu, ia pun berseru dingin: "Bila
aku ingin membunuh kalian berdua sekarang, ini bisa
kulakukan semudah membalikkan telapak tangan, cuma
2392 aku tahu bahwa kalian berdua adalah orang-orang gagah
yang tidak takut mati..."
Biarpun jalan darah keempat anggota badannya
tertotok hingga tak mampu memberikan perlawanan, tak
urung kedua orang lelaki itu tersenyum senang juga
setelah mendengar kata-kata pujian tersebut
setelah tertawa dingin Lim Han-kim berkata lebih jauh:
"oleh karena itu aku bermaksud memilih seorang dulu di
antara kalian untuk mencicipi bagaimana rasanya ilmu
Melepas Tulang Menggeser otot milikku ini, hanya aku
tidak tahu siapa di antara kamu berdua yang punya
keberanian untuk mencicipinya?"
senyuman yang semula meghiasi wajah kedua orang
lelaki itu lenyap seketika setelah mendengar perkataan
ini. Untuk sesaat mereka hanya bisa memandangi wajah
Lim Han-kim dengan termangu-mangu.
Tahu bahwa kedua orang itu sudah mulai ngeri dan
takut, Lim Han-kim tidak mengulur waktu lagi,
dicengkeramnya lelaki di sebelah kiri sambil berseru:
"Bagaimana jika kau dulu yang merasakan?"
Tangan kanannya bergerak cepat, tahu-tahu ia sudah
menggeser tulang lengan kiri lelaki itu.
Sambil mengaduh kesakitan lelaki itu buru-buru
berteriak: "llmu silat yang dimiliki saudara Kang jauh
lebih hebat ketimbang kemampuanku ..."
"He he he... kalau begitu biar dia yang merasakan
dulu," sahut Lim Han-kim sambil tertawa dingin,
Disambarnya lengan kanan lelaki di sebelah kanan itu
lalu menggeser letak tulangnya.
2393 Ilmu menggeser tulang yang dipergunakan Lim Hankim
merupakan jenis ilmu siksaan yang terhitung keji.
Daiam posisi tertotok jalan darahnya kedua orang itu tak
sanggup mengerahkan tenaga dalamnya untuk melawan
rasa sakit, tak pelak mereka pun merintih kesakitan.
Kembali Lim Han-kim tertawa dingin: "Hmmmm,
apabila kamu berdua berpendapat masih sanggup
mencicipi rasa sakitnya siksaanku ini, obat pemunah
racun tak usah diserahkan keluar."
"Tidak, tidak... kami bersedia menyerahkan obat
penawar racun itu..." teriak dua lelaki itu hampir
serentak, Tanpa banyak bicara Lim Han-kim menyambungkan
kembali tulang lengan kedua lelaki itu, Begitu terasa
lengan mereka telah beres, mereka segera mengambil
keluar obat pemunah racun dari dalam saku.
Mula-mula Lim Han-kim cobakan dulu ke tubuh kedua
lelaki itu, kemudian baru diberikan kepada Han si-kong
serta Li Bun- yang. setelah itu dia pun paksa kedua lelaki
itu menyerahkan obat penawar racun bagi si nona
berbaju hijau, kemudian baru ia berkata: "Nona,
sekarang cepatlah bebenah, lalu kaburlah secepat
mungkin dari tempat ini"
Sambil berlutut di atas tanah nona berbaju hijau itu
berseru: "ln-kong (tuan penolong), harap kau sebutkan
namamu. Aku tahu budi kebaikan ini sukar di-balas, tapi
dengan mengingat nama in-kong, aku akan berusaha
mendoakan kesejahteraan bagimu setiap hari..."
"Tidak usah," Lim Han-kim menggeleng. " Lebih baik
nona pergi dari sini secepatnya" sambil berkata,
2394 disodorkannya beberapa keping uang emas yang ia
janjikan sebagai modal baru pada gadis itu, Termangu
gadis itu menerimanya. Gadis berbaju hijau itu menghela napas panjang, tidak
banyak bicara lagi ia turun dari loteng.
Lim Han-kim harus duduk menunggu hampir setengah
jam lamanya sebelum Han si-kong dan Li Bun- yang
mendusin kembali. Begitu membuka matanya Han si-kong segera
berteriak marah: "Budak busuk. besar nian nyalimu, kau
berani meracuni arak dan sayurku" Hmmm Aku si
monyet tua bersumpah akan menjagalmu"
Begitu melihat kehadiran Lim Han-kim di tempat
tersebut, dengan wajah tertegun segera tegurnya: "siapa
kau?" "saudara Han, masa kau sudah tidak mengenali
suaraku, lagi?" sapa Lim Han-kim sembari menjura.
"Ehmmm, kalau didengar dari suaranya sih rasanya
sangat kukenal, tapi wajahmu teramat asing bagiku."
"Aku adalah Lim Han-kim"
"omong kosong" sambil melompat bangun Han Sikong
segera berusaha mencengkeram lengan pemuda
itu. Dengan cekatan Lim Han-kim menarik, mundur lengan
kirinya sembari mengegos ke samping, kembali serunya:
"saudara Han, aku betul-betul Lim Han-kim"
2395 "Kau jangan ngaco belo" teriak Han si-kong penuh
amarah, "saudara Lim gagah dan tampan, tak mungkin
wajahnya begitu jelek macam gendruwo"
Lim Han-kim menghela napas panjang, "Aaaaai...
sesungguhnya wajahku telah dirusak orang"
Li Bun- yang yang selama ini membungkam tiba-tiba
ikut menimbrung: "Betul, suara itu memang suara
saudara Lim, Aaaai... kalau bukan saudara Lim sendiri,
tak nanti orang lain mau menolong kita berdua."
Dengan wajah ragu-ragu Han si-kong mengamati
wajah Lim Han-kim beberapa saat, lalu tegurnya lagi:
"saudara Lim, siapa yang merusak wajahmu?"
"seebun Giok-hiong"
"Aaaah, lagi- lagi gembong iblis wanita itu," umpat
Han si-kong. sambil melompat bangun kembali ia
berseru: "Ayoh kita cari budak busuk itu untuk membuat
perhitungan saudara Lim. Kita balas dendam dulu baru
kemudian berbincang-bincang."
"Tunggu sebentar saudara Han-" cegah Lim Han-kim
buru-buru. "Hal ini tak bisa kita salahkan nona tersebut ia
dipaksa untuk berbuat begitu, Bayangkan saja, seorang
gadis muda diracuni orang lalu dipaksa untuk melakukan
hal tersebut, apa ia mampu untuk
melawan?" "Betul, saudara Han" seru Lim Bun- yang pula sambil
tersenyum "Kau tak usah terburu napsu, Mari kita
dengarkan dulu penjelasan saudara Lim."
2396 setelah Han si-kong duduk kembali, secara ringkas Lim
Han-kim baru menceritakan kejadian yang
sesungguhnya. selesai mendengar penuturan itu, sambil menghela
napas Li Bun- yang bergumam: "Aaaai... dunia persilatan
memang selalu dipenuhi masalah dendam dan
keruwetan, entah sampai kapan dunia ini baru menjadi
tenang kembali." sebenarnya Lim Han-kim ingin menceritakan juga
kejadian bertemunya Li Tiong-hui dan seebun Giok-hiong
di tengah telaga Tay-oh tadi, namun setelah berpikir
sejenak. niat itu kemudian diurungkanHan si-kong menengok dua lelaki berbaju hitam itu
sekejap. lalu serunya dengan geram: " Kalau memang
dua cecunguk ini anak buah seebun Giok-hiong, lebih
baik kita jagal saja"
"Jangan dibunuh, berilah kesempatan hidup buat
mereka, Biar nasib yang menentukan kehidupan mereka
selanjutnya," cegah Lim Han-kim sambil menotok
beberapa buah jalan darah penting di tubuh kedua lelaki
itu. setelah menyaksikan sendiri betapa menderitanya Pek
si-hiang bergelut melawan maut, ia merasa sangat beriba
hati dengan nasib manusia di dunia ini. Pemuda tersebut
berharap dengan sedikit melakukan amal dan kebaikan
bagi umat manusia, ia bisa membawa Pek si-hiang lolos
dari lembah kematian Tentu saja hal semacam
merupakan rahasia baginya yang tak mungkin diutarakan
keluar. 2397 Sambil tertawa terbahak-bahak Han Si-kong berseru:
"Saudara Lim, kau bakal rugi besar jika berhati begitu
welas asih dalam dunia persilatan. BetuI saja kau ampuni
jiwa mereka berdua hari ini, di kemudian hari belum
tentu mereka berdua pun akan bersikap sama
kepadamu" sekalipun ia bicara begitu, namun kakek ceking ini
tidak bersikeras hendak menghukum mati dua lelaki
tersebut. sementara itu Li Bun- yang mengamati terus gerakgerik
Lim Han-kim secara diam-diam. ia melihat
kegagahan pemuda tersebut sudah jauh memudar
ketimbang baru pertama kali berjumpa tempo dulu.
Tanpa terasa ia genggam lengan kanan pemuda tersebut
erat-erat sambil menghibur.
"saudara Lim, bagi kita orang lelaki, yang penting
dalam dunia persilatan adalah jiwa yang gagah dan
ksatria, Masalah wajah yang tampan atau jelek tak perlu
kau risaukan-" "Terima kasih banyak atas perhatian saudara Li,"
sahut Lim Han-kim sambil tersenyum, "sudah lama aku
tidak mempersoalkan hal ini lagi dalam benakku."
Han si-kong tertawa tergelak "Ha ha ha... tepat sekali"
serunya "Hanya orang gagah sejati yang tidak
mempersoalkan ketampanan wajah, saudara Lim, terus
terang saja aku si engkoh tua betul-betul kagum
kepadamu, kagum karena kau tidak murung lantaran
perubahan wajahmu. Ayoh jalan Kita cari rumah makan
dan minum sampai mabuk. hari ini aku harus
menghormati kau dengan tiga cawan arak wangi" Maka
2398 berangkatlah mereka bertiga meninggalkan rumah
makan Pek sim-thian itu. Setelah beberapa hari terbius tanpa mengisi perut
sama sekali, sesungguhnya Li Bun-yang serta Han sikong
sudah kelaparan Mereka pun percepat langkahnya
dengan harapan bisa segera menemukan rumah makan
dan mengisi perut sepuasnya.
setelah menempuh perjalanan belasan li, tibalah
mereka di sebuah kota yang cukup ramai. Kota ini ramai
dan makmur, juga merupakan persimpangan jalan raya
utama, tak pelak lagi disinilah konsentrasi perdagangan
untuk daerah di sekitarnya, suasana amat ramai, rumah
penginapan maupun rumah makan berjajar-jajar
sepanjang jalan- Dengan langkah lebar Han si-kong menyerbu masuk
ke dalam sebuah rumah makan merangkap penginapan
yang cukup besar dengan merek Tiau- yang- lo", Begitu
melangkah masuk ke dalam ruangan- Han si-kong
langsung berteriak keras: "Hei pelayan, siapkan arak
Cong-goan-ang yang terbaik, daging sapi tiga kati serta
delapan macam sayur lainnya, lebih cepat lebih baik"
Waktu itu tengah hari belum tiba, belum saatnya
orang makan siang, karena itu suasana dalam rumah
makan itu tak seberapa ramai, Tak selang beberapa saat
kemudian, sayur dan arak yang dipesan Han si-kong
telah dihidangkan- Dengan lahap Han si-kong meneguk habis dua kati
arak sekaligus sebelum berhenti dan berkata: "saudara
Lim, sudah dua kali kau selamatkan jiwa aku, si monyet
2399 tua, aku lihat hubungan kita sekarang sudah ibaratnya
sehidup semati." "Aaah, cuma urusan sepele, saudara Han tak perlu
terlalu dipikirkan," sahut Lim Han-kim tersenyum.
Tiba-tiba Li Bun-yang menghela napas panjang,
katanya: "saudara Lim, ke mana saja kau pergi selama
berapa hari ini" sudah beberapa kali adikku mengutus
orang untuk melacak jejakmu tapi berita saudara Lim
ibarat batu yang tenggelam di dasar samudra, tak setitik
berita pun yang berhasil kami peroleh." Lim Han-kim
tertawa hambar. "Berbagai pengalaman yang menyedihkan dan
mengharukan telah kualami selama beberapa hari ini,
Aku sudah bosan dan muak menyaksikan segala
pertikaian yang berlangsung dalam dunia persilatan. Aku
pikir selanjutnya aku tak ingin melibatkan diri lagi di
dalam kancah pergolakan itu"
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apa?" Han si-kong berteriak sambil menggebrak meja
keras- keras, "Kau hendak mengundurkan diri dari
keramaian dunia persilatan" saudara Lim, kau masih
muda dan gagah, kenapa kau ingin pensiun?"
"Aaaaai..." kembali Lim Han-kim menghela napas,
"Tak akan berakhir segala pertikaian yang terjadi dalam
dunia persilatan bila setiap orang tak ingin
mengakhirinya, Kalau setiap orang tak mau mengalah,
bukankah hari-hari dalam kehidupannya hanya akan
dilalui dalam segala persoalan yang diwarnai pertikaian
berdarah?" Untuk sesaat Li Bun-yang nampak tertegun, sesaat
kemudian ia baru berbisik "saudara Lim, baru berpisah
2400 berapa bulan, ke mana larinya semua semangat serta
kegagahanmu itu" Apakah sudah terjadi...?"
"Aaaah, tak ada apa-apa"
Han si-kong tertawa tergelak. selanya: "saudara Lim,
tahukah kau kenapa aku si monyet tua dan saudara Li
datang ketelaga Tay-oh hingga akhirnya dipecundangi
orang?" " Kenapa?" "Kenapa lagi kalau bukan gara-gara kau, saudara Lim
Kami kemari karena mendapat perintah dari nona Li
untuk melacak jejakmu. Kau tahu, kegagahan dan
kehebatan nona Li telah mendatangkan dukungan dari
Ciu tayhiap serta Kim- hud lotiang sekalian jago-jago
persilatan untuk mengangkatnya menjadi pemimpin umat
persilatan sekarang nona Li sedang berjuang untuk
merebut kursi Bu- lim Bengcu"
Mendengar ucapan ini, diam-diam Lim Han-kim
berpikir Ternyata apa yang dikatakan seebun Giok-hiong
benar, demi merebut kursi Bu- lim Bengcu ternyata Li
Tiong-hui tak segan-segan melepaskan iblis wanita itu
dengan begitu saja, Aaaai, perempuan ini sungguh egois,
demi kepentingan pribadi ia tak segan-segan
mengorbankan kepentingan orang banyak.
Ketika Li Bun-yang menyaksikan Lim Han-kim hanya
berdiam diri saja, seakan-akan ada yang sedang
dipikirkan, tak tahan ia melanjutkan pula: "saudara Lim,
rencana apa yang hendak kau lakukan selanjutnya?"
"Aku berniat kembali ke sekitar kota si-ciu sambil
melacak jejak adik seperguruanku."
2401 "saudara Lim" seru Han si-kong sambil tertawa,
"sudah cukup lama adik seperguruanmu itu lenyap bagai
ditelan bumi, aku rasa tak gampang untuk menemukan
jejaknya, Bagaimana kalau kau ikut kami pulang ke Lamchong
dulu" Di situ para jago dari pelbagai daerah akan
berkumpul, siapa tahu dari mulut mereka kau akan
berhasil mendapat berita tentang adik seperguruanmu
itu" Lim Han-kim kembali tertawa hambar, "Bukankah
kalian berdua hendak ke kota Lam-chong untuk
menghadiri pertemuan besar dalam pemilihan Bu-lim
Bengcu?" "oooh, rupanya kaupun sudah tahu?"
"Aaaai... sayang sekali aku harus mengecewakan
kalian berdua, aku tak berhasrat untuk hadir di sana."
"Kenapa?" seru Han si-kong dengan mata terbelalak
"semua jago dan orang gagah dari kolong langit bakal
berkumpul di kota Lam-chong untuk memilih Bu- lim
Bengcu, Kita hendak berikrar untuk bersama-sama
menentang seebun Giok-hiong, kenapa kau tak berniat
untuk menghadiri pertemuan sebesar ini?"
"Aaaah, apa lagi yang mereka cari kalau bukan nama
serta kedudukan" Lalu apa beda mereka dengan seebun
Giok-hiong?" Tampaknya ucapan ini kelewat berat bagi yang
mendengar, untuk sesaat Han si-kong serta Li Bun-yang
cuma bisa tertegun tanpa mampu mengucapkan sepatah
katapun. 2402 Biarpun Han si-kong seorang jago kawakan, namun
wataknya yang polos membuat ia tak sanggup menahan
diri lagi, tak kuasa teriaknya keras: "saudara Lim, baru
berpisah berapa bulan, rasanya kau sudah banyak
berubah" Lim Han-kim tidak menanggapi hanya pikirnya: "Jika Li
Tiong-hui benar-benar ada niat untuk melenyapkan bibit
bencana dari muka bumi, seharusnya ia sudah
membunuh seebun Giok-hiong sejak dulu, Buat apa ia
perebutkan kursi Bu- lim Bengcu?"
Berbeda dengan rekannya yang berangasan, Li Bunyang
jauh lebih tenang dan mampu menguasai diri,
setelah menghela napas ia berkata: "setiap orang punya
tujuan sendiri-sendiri, kita tak boleh terlalu memaksa,
saudara Han- Urusan ini tak perlu kau masukkan ke
dalam hati." Tampaknya Lim Han-kim juga mengerti kalau
perkataannya barusan kelewat berat nadanya, maka dia
pun tak banyak bicara lagi,
Mendadak Han si-kong meletakkan kembali cawan
araknya ke meja, lalu dengan sorot matanya yang tajam
ia awasi wajah Lim Han-kim lekat-lekat, kemudian
gumamnya: "Heran ... sungguh heran"
"Ada apa sih?" tanya Lim Han-kim bimbang.
"sebetulnya kau benar-benar Lim Han-kim atau
bukan?" Lim Han-kim segera tertawa, "Biar wajahku sudah
rusak hingga kelihatannya jelek, masa suaraku juga ikut
berubah?" 2403 "seingatku, saudara Lim adalah pemuda yang gagah,
bersemangat tinggi dan tak gentar menghadapi
persoalan apapun,jauh berbeda dengan watak yang kau
perlihatkan sekarang."
Lim Han-kim tidak menanggapi hanya dalam hati
kecilnya ia berpikir "sejak wajahku berubah, perangaiku
memang beda sekali dengan watak kebiasaanku dulu,
tidak heran jika ia menaruh curiga kepadaku."
Terdengar Han si-kong berkata lebih lanjut dengan
suara keras: "saudara Li, kita harus berhati-hati, seebun
Giok-hiong licik dan banyak akal muslihatnya, kita jangan
sampai terjebak oleh siasat busuknya"
Agaknya dari mulut LiTiong-hui adiknya, Li Bun-yang
sudah mendengar bahwa wajah Lim Han-kim dirusak
orang, karena itu ia sendiripun tak berani memastikan
apakah Lim Han-kim yang berada di hadapannya
sekarang tulen atau bukan, Untuk sesaat ia cuma
termenung saja sambil membungkam.
Melihat gelagat serba kikuk, Lim Han-kim segera
bangkit berdiri, katanya: " Kalau toh kalian berdua
mencurigai aku, baiklah, aku mohon diri lebih dulu"
Selesai bicara dia membalikkan badandan beranjak
pergi meninggalkan tempat itu.
"Berhenti" hardik Han si-kong tiba-tiba sambil
melompat bangun, sebuah serangan dilontarkan ke
depan- Buru-buru Li Bun-yang menghalangi tindakan
rekannya itu sambil serunya: "saudara Han- kau tak
boleh gegabah" 2404 sementara dua orang itu terlibat dalam pembicaraan,
Lim Han-kim telah mempercepat langkahnya dan sekejap
kemudian bayangan tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan- "Kenapa kau menghalangi aku?" tegur Han si-kong
gusar. Li Bun-yang menghela napas panjang, "Aaaaai,
sebetulnya dia adalah Lim Han-kim tulen, bila saudara
Han nekat menyerangnya, bukankah hubungan
persaudaraan di antara kita akan menjadi retak?"
"Dari mana kau tahu kalau dia adalah Lim Han-kim
tulen?" pelan-pelan Han si-kong duduk kembali,
"Lagipula seandainya dia adalah saudara Lim tulen,
kenapa dalam berapa bulan yang singkat watak serta
perangainya telah berubah sama sekali?"
"Tak bisa salahkan dia," Li Bun-yang gelengkan
kepalanya berulang kali sambil tertawa getir
"Kalau seorang pemuda macam dia bisa kehilangan
semangat serta keberaniannya hanya dalam berapa
bulan saja, hal ini menunjukkan bahwa dia adalah
manusia tak berguna, Aku pikir, sekalipun dia betul-betul
saudara Lim, rasanya aku, si monyet tua, juga tak perlu
berhubungan lagi dengan sahabat macam dia"
"Kaujangan bicara begitu dulu, kau tahu sampai di
mana kemampuan yang dimiliki seebun Giok-hiong?"
Han si-kong nampak agak tertegun, lalu sambil
menggebrak meja serunya tertahan "Aaaah, betul juga,
kenapa aku si monyet tua begitu tolol Bisa jadi setelah
wajahnya dirusak seebun Giok-hiong, ia dipaksa juga
2405 untuk minum racun bersifat lambat" Dengan cepat dia
melompat bangun dan lari keluar ruangan.
Buru-buru Li Bun-yang menghadang jalan perginya
seraya menegur: "Eeei, saudara Han, mau ke mana
kau?" "Sekarang kita sudah tahu kalau saudara Lim dipaksa
minum racun, masa kita harus berpeluk tangan saja?"
"Tak mungkin kau bisa menyusulnya" kata Li Bun-yang
seraya menggeleng, Kemudian setelah berhenti sejenak,
ia meneruskan "Aku lihat kejernihan otak saudara Lim
masih baik sekali, ini berarti sekalipun ia benar-benar
sudah dicekoki racun, sifatnya juga lambat dan ringan,
aku percaya dia masih sanggup untuk menjaga diri"
"sekalipun begitu kita toh tak boleh berpeluk tangan
saja tanpa berusaha membantu, apalagi kita sudah tahu
keadaannya sekarang"
Tanpa perduli bagaimana pendapat rekannya lagi, dia
dorong Li Bun-yang kesamping lalu mengejar dengan
langkah lebar. Memang begitulah watak monyet tua ini,
berangasan tapi penuh setia kawan, setelah mengetahui
rekannya dalam keadaan bahaya, iapun berusaha untuk
menolong tanpa memikirkan apa pun resikonya.
Terpaksa Li Bun-yang harus membereskan rekening
makan lalu menyusul dengan cepat.
suasana dijalan raya amat ramai manusia berlalu
lalang, namun bayangan tubuh Lim Han-kim sudah tak
kelihatan lagi. Tanpa menggubris suasana di sana, dengan nada
keras Han si-kong berteriak memang gil "saudara Lim
2406 saudara Lim" Dengan langkah lebar dia mengejar ke arah
utara. sebenarnya saat itu Lim Han-kim masih bersembunyi
di sudut rumah, Betapa terharunya pemuda ini setelah
melihat dan mendengar sendiri rasa panik dan cemas
dari Han si-kong, tapi begitu teringat bahwa tujuannya
ke kota Lam-chong tak lebih hanya urusan perebutan
nama serta kedudukan, rasa muak dan sebal kembali
mencuat dalam lubuk hatinya, oleh sebab itu dia pun
menahan diri dan tidak berusaha menampakkan dirinya,
Menunggu bayangan tubuh Han si-kong serta Li Bunyang
sudah lenyap dari pandangan mata, ia baru
memutar arah meneruskan perjalanannya menuju
selatan, Dengan mengambil arah yang berlawanan, tentu
saja Han si-kong tak mungkin bisa menyusulnya
kendatipun menyusul sampai ke kutub utara.
Dengan langkah santai Lim Han-kim melanjutkan
perjalanannya, tanpa terasa belasan li sudah dilalui,
Waktu itu senja telah menjelang tiba, cahaya merah
yang membara terlihat menghiasi ujung langit sebelah
barat. Lim Han-kim merasa hatinya sumpek dan
pikirannya kalut, banyak masala h memenuhi benaknya
namun ia tak mampu menyelesaikan semuanya.
BAB 20. Gadis Cantik setengah Telanjang
Lambat laun kegelapan mulai menyelimuti angkasa,
pemandangan di sekitar situ pun mulai dicekam
kegelapan yang redup, Entah berapa lama sudah ia
menempuh perjalanan, 2407 akhirnya dari depan sana terlihat kilatan selintas
cahaya. Mengikuti arah datangnya cahaya lampu itu, Lim Hankim
berjalan mendekat Akhirnya ia mengetahui bahwa
tempat itu adalah sebuah kuil kecil. Cahaya yang terlihat
itu tak lain berasal dari balik kuil tersebut.
Ketika Lim Han-kim mencoba mendorong pintu depan,
ternyata pintu itu segera terbuka, agaknya memang tidak
terkunci Dengan langkah lebar Lim Han-kim berjalan
masuk ke dalam ha la man kuil itu.
Luas halaman hanya sekitar setengah bau, termasuk
dua ruang utamanya tak lebih hanya terdiri dari belasan
bilik, cahaya lentera itu berasal dari balik sebuah ruang
kecil di sisi balairum utama. Tanpa pikir panjang Lim
Han-kim berjalan mendekati bilik kecil tadi dan
mendorong pintunya. Di dalam bilik itu ia jumpai seorang kakek berjubah
pendeta sedang duduk bersia. Tak jauh disamping kakek
itu duduk pula seorang gadis cantik berambut panjang
yang tidak mengenakan pakaian atas, tubuhnya yang
setengah bugil itu membuat payudaranya kelihatan jelas
sekali. Dua ekor ular raksasa berwarna merah darah
melingkar di sisi gadis itu sambil mengangkat kepalanya
siap mematuk. Dalam sekilas pandang saja Lim Han-kim segera
merasa bahwa kakek berjubah pendeta itu rasanya
seperti pernah ia kenal sebelumnya, tapi berhubung
benaknya sedang dipenuhi pelbagai masalah yang pelik,
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ia segan untuk cabangkan pikirannya memikirkan
masalah lainTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
2408 Baru saja ia memutar badan siap mengundurkan diri
dari situ, mendadak terdengar gadis cantik setengah
bugil itu membentak keras: "Berhenti setelah berani
menerjang masuk ke mari, kau masih ingin pergi dengan
gampang?" Kebetulan pada waktu itu Lim Han-kim sedang
membayangkan keadaan Pek si-hiang, pikirnya: "Entah
bagaimana nasib nona Pek sekarang" Apakah ia sudah
mulai berlatih ilmu sesat?"
Karena itu ia segera menghentikan langkahnya setelah
mendengar bentakan tersebut.
Terdengar gadis cantik setengah bugil itu kembali
berseru dengan nada dingini "Jika masih ingin hidup,
duduklah dengan sikap manis di sudut ruangan sana"
Tanpa berpikir sedikitpun, Lim Han-kim melangkah ke
sudut ruangan dan duduk di situ, Agaknya gadis cantik
setengah bugil itu tidak mengira kalau lawannya begitu
penurut, padahal ia sudah menyiapkan seekor ular kecil
berwarna hitam yang siap dilontarkan ke depanKetika melihat Lim Han-kim menurut dan betul-betul
duduk di tempat yang ditunjuk, terpaksa dia pun
urungkan kembali niatnya,
Kakek berjubah pendeta itu melirik Lim Han-kim
sekejap. lalu ujarnya kepada gadis cantik setengah bugil
itu: "Urusan di antara kita berdua tak ada sangkut
pautnya dengan pihak ketiga, kenapa kau melarangnya
pergi?" "Hmmmm Tempat ini sepi, terpencil, tiada jejak
manusia di sekitarnya, siapa suruh dia datang kemari
2409 sendiri" ini yang dinamakan jalan sorga tak mau dilalui,
jalan ke neraka justru ditelusuri, apa salahku kalau
menahannya juga?" "Kesalahan yang dibuat tanpa disengaja bukan
merupakan kesalahan besar, apalagi menahannya di sini
pun tak ada faedahnya, lebih baik biarkan saja dia pergi"
Kembali gadis cantik setengah bugil itu mendengus
dingin. "Aku hendak menggunakan dia sebagai contoh,
biar dia rasakan dulu kelihaianku" serunya.
Tergerak juga perasaan Lim Han-kim setelah lamatlamat
ia menangkap niat gadis itu untuk menjatuhkan
hukuman kepadanya, kesadarannya juga ikut jernih
kembali sambil menghimpun tenaga dalamnya bersiap
sedia, ia menegur: "Apa kau kata?"
"Aku ingin kau mencicipi bagaimana rasanya bila racun
ular menyerang hatimu," kata gadis cantik setengah bugil
itu sambil tersenyum " Kenapa?" seru Lim Han-kim terkejut "Di antara kita
toh tiada ikatan dendam maupun sakit hati?"
Kembali gadis setengah bugil itu tertawa terkekehkekeh:
"He he he... betul di antara kita memang tak ada
ikatan dendam atau sakit hati, tapi berapa orang kah di
dunia ini yang benar-benarpunya dendam denganku?"
Ia mendongakkan kepalanya sambil menarik napas
panjang, kemudian melanjutkan "Bila aku tidak
membunuh orang yang tak punya dendam denganku,
bukankah di dunia ini aku sudah tak akan temukan
korban yang bisa kubunuh lagi?"
2410 "Kejam amat perempuan ini,"pikir Lim Han-kim diamdiam.
"Dia anggap nyawa manusia macam nyawa semut
yang tak berharga saja, Kurang ajar betul, dianggapnya
membunuh orang hanya permainan kanak-kanak^
Dengan cepat ia dapat mengambil kesimpulan bahwa
kekejaman perempuan ini sesungguhnya berpuluh lipat
lebih hebat ketimbang seebun Giok-hiong.
Kedengaran tosu tua berjenggot panjang itu menghela
napas dan berkata: " Kalau kau masih punya cara
siksaan yang lebih keji, silakan kaupergunakan di atas
tubuhku, Tolong pandanglah pada wajahku dengan
membiarkan dia pergi dari sini."
Lim Han-kim merasa kenal sekali dengan logat suara
tosu itu, seakan-akan pernah didengarnya di suatu
tempat, setelah dia mati dengan lebih seksama, pemuda
itu segera terkesiap. rupanya tosu itu tak lain adalah
Thian-hok sangjin- Memang taksalah dugaannya, pendeta berjenggot
putih ini memang Thian-hok sangjin dari bukit Mao-san.
Perempuan cantik setengah bugil itu mendengus
dingin, jengeknya: "Mintakan ampun baginya" Hmmm,
lebih baik kau saksikan dulu bagaimana tersiksanya bila
seseorang digigit ular beracunku"
Tiba-tiba ia mengayunkan tangannya ke depan, seekor
ular kecil segera melesat ke udara dan menyambar ke
arah Lim Han-kim. sudah sejak tadi Lim Han-kim membuat persiapan
dengan mengerahkan tenaga dalamnya ke seluruh
badan, Begitu melihat datangnya sergapan itu, tubuhnya
2411 melejit berapa depa ke samping dengan cekatan, lalu
sebuah pukulan dilontarkan ke depan, segulung angin
pukulan yang kuat dan ganas dengan cepat meluncur ke
udara dan menghantam ular kecil itu.
"Aaaah" perempuan cantik setengah bugil itu menjerit
kaget, "Tak nyana ilmu silatmu cukup tangguh"
setelah melepaskan sebuah pukulan tadi, dari sakunya
Lim Han-kim sudah merogoh keluar pedang Jin-siangkiam,
dengan marah ia mengumpak "Perempuan busuk.
sungguh kejam hatimu. Aku toh belum pernah
menyalahimu, kenapa kau lepaskan ular beracunmu
untuk menggigit aku?"
Perempuan cantik setengah bugil itu tertawa dingin,
"Ada apa" Kau anggap pedang pendek di tanganmu itu
cukup tajam?" Mendadak Thian-hok sangjin menyela: "Anak muda,
kalau tidak kabur saat ini, mau tunggu sampai kapan
lagi?" Ujung bajunya segera dikebaskan ke muka
segulung angin ribut menerpa dalam ruangan membuat
cahaya lilin mendadak padam. suasana dalam
ruanganpun seketika berubahjadi gelap gulita.
Kedengaran perempuan cantik setengah bugil itu
kembali membentak nyaring, disusul kemudian seluruh
ruangan terendus bau anyir yang sangat memualkan
perut. Lamat-lamat Lim Han-kim dapat merasakan
munculnya beberapa ekor ular beracun yang menyergap
ke arahnya. Buru-buru diaputar pedangnya untuk
melindungi seluruh badan.
2412 Biarpun pedang Jin-siang-kiam bukan termasuk
senjata mestika yang luar biasa, namun kemampuannya
cukup untuk membelah besi baja serta benda keras pada
umumnya, Dalam putaran pedangnya untuk melindungi
badan ini, Lim Han-kim bisa merasakan senjata itu
seperti membentur sesuatu benda, pikirnya: "Aku yakin
ketajaman pedangku masih mampu mengutungi binatang
melata, cuma berapa banyak ular yang akan menjadi
korban senjataku ini?"
Tiba-tiba kelihatan cahaya api memercik kembali di
ruangan, lilin yang semula padam kini terang benderang
kembali. Dengan hilangnya kegelapan maka
pemandangan di seputar ruangan pun bisa kelihatan
lebih jelas. Buru-buru Lim Han-kim periksa sekeliling tubuhnya, di
situ ia jumpai ada dua ekor ular yang benar-benar
menjadi korban pedang tajamnya, tergolek dengan perut
terbelah. Sementara itu si perempuan cantik setengah bugil itu
sudah menggeser posisi berdirinya lebih dekat dengan
pintu ruangan- Agaknya dia khawatir Thian-hok Sangjin
manfaatkan peluang itu untuk melarikan diri.
Perlahan-lahan Lim Han-kim mengalihkan sorot
matanya ke sudut ruangan, di mana Thian-hok Sangjin
terduduk tadi. Namun apa yang kemudian teriihat
olehnya segera membuat anak muda itu terperangah.
Rupanya ada seekor ular raksasa berwarna merah
darah sebesar lengan bocah sedang membelit seluruh
tubuh Thian-hok sangjin kencang-kencang. Kedua
lengannya sudah terbelenggu oleh lilitan ular itu
2413 sementara lidah si ular yang berwarna merah persis
berada di muka jidat pendeta tua itu.
Berdiri seluruh bulu kuduk Lim Han-kim setelah
melihat adegan ini, dia ngeri bercampur bergidik,
pikirnya: "Daripada menerima siksaan lahir batin seperti
itu, mendingan mati dalam sekali tebasan golok..."
Anehnya, sikap Thian-hok sangjin sangat tenang,
seolah-olah tak pernah ada kejadian apa pun
terhadapnya, Malah dia menengok sekejap ke arah si
ular raksasa itu pun tidak, matanya terpejam rapat dan
mulutnya terkancing ketat.
Kembali terdengar perempuan cantik setengah bugil
itu menjengek: "Hmmmm, untuk pertahankan
keselamatan diri sendiri pun kau tak mampu, masih ada
waktu untuk mengurusi urusan orang lain... Huuuh,
betul-betul tak tahu diri"
Pelan-pelan Thian-hok sangjin membuka matanya
kembali, ujarnya hambar: "Nona, ada sepatah dua patah
kata aku ingin sampaikan kepadamu semoga saja kau
terima bujukanku" "soal apa?" "Di dalam ruang sempit ini, melain kau dan aku
sesungguhnya masih ada lagi seorang..."
"Seorang pemuda jelek, yakni dia" tukas perempuan
cantik setengah bugil itu sambil menuding Lim Han-kim.
"Dia berdiri di situ dengan tegar dan blak-blakan, siapa
saja bisa melihat kehadirannya, bukan dia yang
kumaksudkan" 2414 " Kalau bukan dia, masa masih ada manusia
keempat?" seru perempuan setengah bugil itu
keheranan- "Benar, memang orang keempat yang kumaksudkan
orang itu memiliki ilmu silat yang sangat hebat, tapi
wataknya juga amat jelek. Apabila aku tidak
membujuknya berulang kali secara diam-diam, mungkin
kau sudah terluka di tangannya."
"He he he... masa ada kejadian seperti itu?"
perempuan bugil itu tertawa dingin.
"Jadi kau tak percaya pada perkataanku?"
"sebelum dia menampakkan diri, aku tak bakal
percaya" "Bila ia sampai dipaksa untuk tampilkan diri, aku takut
ia akan menolak untuk menuruti bujukanku lagi, bila ia
sampai turun tangan mencelakai dirimu..."
" Kau tak usah menakut-nakuti aku" hardik perempuan
bugil itu naik pitam. "Aku tahu kau sedang bohong, sengaja menggertak
aku, padahal di sini tak ada orang keempat"
"sepasang lenganku sudah dililit oleh ular merahmu,
pemuda itu juga lagi sibuk memutar pedang, sebaliknya
kau berjaga di muka pintu, lalu siapa yang telah
menyulut lilin dalam ruangan ini?"
Begitu pertanyaan tersebut diutarakan, perempuan
cantik setengah bugil itu terbelalak seketika dan
terbungkam dalam seribu basa, sementara sorot
matanya dengan liar menyapu seluruh ruangan tersebut.
2415 "Benar juga ucapan ini," Lim Han-kim berpikir pula,
"Sepasang lengannya terlilit ular hingga mustahil bisa
bergerak, sedang aku tak pernah menyulut lilin, apalagi
perempuan setengah bugil itu. Kecuali kami bertiga,
berarti di sini telah hadir orang keempat, dialah yang
telah menyulut lilin itu..."
Dia pun mencoba untuk melakukan pemeriksaan, tapi
selain sebuah meja di mana lilin itu terletak, boleh
dibilang dalam ruangan itu tak ada tempat lain yang bisa
dipakai untuk menyembunyikan diri
selesai memeriksa seluruh ruangan itu sekejap.
dengan nada dingin perempuan setengah bugil itu
berkata: "Aku tahu kau licik dan banyak tipu muslihat aku
tak bakal percaya dengan perkataanmu"
Thian-hok sangjin menghela napas panjang, katanya:
"Musibah yang kuderita saat ini merupakan akibat dari
salah langkah yang kuperbuat tempo dulu, Aku tak ingin
melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya,
Bila nona enggan menuruti bujukanku, yaaa sudahlah,
apa boleh buat..." Berbareng dengan selesainya perkataan itu, terasa
cahaya lilin bergoncang keras, lalu dalam ruangan itu
sudah bertambah lagi dengan seorang kakek berambut
putih. "Rupanya dia sembunyi di atas tiang rumah yang
melintang di belakang pintu," pikir Lim Han-kim.
Tampak kakek itu menggosok sepasang telapak
tangannya berulang kali, lalu sambil mengangkat telapak
tangan kanannya ke hadapan perempuan setengah bugil
itu, serunya dingin: "Kenal kau dengan ilmu silatku ini?"
2416 setelah memandang telapak tangan itu sekejap.
perempuan cantik setengah bugil itu segera menjerit
tertahan- "sam-yang-sin-ciang"
"Betul, ilmuku adalah sam-yang-sin-ciang" kakek
berambut putih itu mendengus.
sewaktu masih ada di bukit Im-lu-san, Lim Han-kim
sudah pernah berjumpa dengan orang ini. Dia tahu kakek
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tersebut adalah suami Gadis naga berbaju hitam, atau
dengan perkataan lain dia adalah Pek Ki-hong, ayah Pek
si-hiang. Terdengar Pek Ki-hong berkata dengan suara dingin:
"setelah kau mengenali ilmu pukulan sam-yang-sin-ciang
milikku, semestinya kau sudah mengerti bukan bahwa
aku memiliki kemampuan untuk membinasakan dirimu"
"Kita kan belum pernah bertarung, siapa menang
siapa kalah aku rasa kelewat dini untuk diramalkan"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Pek Ki-hong,
serunya dingin- "Jadi kau memaksa aku untuk turun
tangan" pelan-pelan dia mengangkat kembali telapak
tangannya siap melancarkan serangan,
"Jangan lukai dia" tiba-tiba Thian-hok sangjin
mencegah sambil menghela napas panjang, "Dulu aku
sudah melakukan kesalahan besar gara-gara terburu
emosi dan menuruti suara hati sendiri sampai kini rasa
menyesalku belum juga hilang, maka bila kau
membunuhnya hari ini, aku akan kehilangan kesempatan
sama sekali untuk menebus dosa-dosaku itu. Apakah kau
senang melihat aku tersiksa gara-gara kejadian ini?"
2417 sambil menarik napas panjang Pek Ki-hong menarik
kembali serangannya, ia berkata: "Tak seorang manusia
pun di dunia ini yang luput dari kesalahan, yang penting
kita tahu salah, bertobat serta tidak mengulanginya
kembali Apa sih gunanya kau menyiksa dirimu sendiri?"
"Aaaai... memang sulit untuk diterangkan di mana
letak rasa menyesalku itu. Hanya keponakanku si- hiang
seorang yang dapat memahami perasaan hatiku ini,"
kata Thian-hok sangjin serius.
"Kasihan keponakanmu itu lenyap bagai ditelan bumi,
tak setitik berita pun yang diperoleh Gara-gara urusan
ini, hampir saja istriku menjadi gila lantaran paniknya."
Pek Ki-hong turut menghela napas.
seakan-akan batinnya peroleh gempuran yang sangat
kuat, mendadak sekujur badan Thian-hok sangjin
gemetar keras, bisiknya: "Apakah sampai sekarang sihiang
keponakanku belum berhasil melepaskan diri dari
cengkeraman maut...?"
" Hidup tak ada beritanya, mati tak nampak
jenasahnya, Aaai... Yang paling menjengkelkan lagi
adalah siok-bwee dan Hiang-kiok, dua orang budak
busuk itu, entah kemana perginya hingga sampai
sekarang pun tidak mengirim berita"
Mendengar pembicaraan yang sedang berlangsung itu,
dalam hati kecilnya Lim Han-kim segera berpikir
"Ternyata orang tuanya tidak tahu kalau Pek si-hiang
bersembunyi di pesanggrahan pengubur bunga..."
sementara dia masih termenung, Thian-hok sangjin
telah berkata lagi: "Kau tak usah gelisah. Aku percaya
dengan kemampuan serta kecerdikan yang dimiliki siTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2418 hiang, ia pasti dapat mengusahakan cara untuk
meloloskan diri dari ancaman elmaut."
Kembali Pek Ki-hong menghela napas panjang,
"selama bertahun-tahun sudah cukup banyak derita dan
siksaan yang kami berdua alami gara-gara penyakitnya,
Kalau ia betul-betul sudah mati, yaa sudahlah karena
memang takdir. Tapi kini, tak secuil berita pun yang kami
peroleh, hal ini betul-betul membuat kami panik dan
tidak tenang." "Kau tak usah panik," hibur Thian-hok sangjin sambil
tertawa, "Sesungguhnya si-hiang sudah memperoleh
cara untuk menolong diri, hanya ia sendiri yang enggan
melanjutkan hidupnya, Aku yakin bila ia benar-benar
sudah menjelang ajalnya, ia tentu akan teringat kembali
dengan budi kebaikan kalian berdua, Apalagi masih ada
aku, si empek yang tersiksa di istana panca racun, ia tak
akan tega membiarkan kita-kita ini menderita."
Dalam hati kecilnya Lim Han-kim segera berpikir
"Jawabanmu hanya benar separuh, meskipun ia
mempunyai cara untuk menolong diri sendiri, namun
tidak terlalu yakin akan keberhasilannya, jadi mati
hidupnya tetap separuh-separuh..."
Mendadak terdengar wanita cantik setengah bugil itu
mengejek dengan suara dingin- "Thian-hok sangjin, bila
kau yakin keponakanmu mampu selamatkan jiwamu,
kenapa tidak suruh dia mencoba?"
Dengan penuh amarah Pek Ki-hong menghardik:
"Kalau aku mau membunuhmu aku bisa melakukannya
segampang membalik telapak tanganku sendiri Tapi aku
tak ingin mengusik niat rekanku. HHmmm... lebih baik
2419 tutup saja bacotmu yang bau, jangan membangkitkan
amarahku hingga terpaksa kubunuh kau secara keji"
seraya berkata ia mengayunkan telapak tangannya
melepaskan satu pukulan ke depan-seekor ular raksasa
berwarna merah yang melingkar persis di depan
perempuan setengah bugil itu segera berkelejitan
beberapa kali lalu tergeletak mati.
Bergidik juga perasaan Lim Han-kim menyaksikan
adegan ini, pikirnya: "Tak nyana ilmu pukulan sam-yangsinciang benar-benar begitu hebat"
Agaknya kekuatan inti yang paling diandalkan
perempuan cantik setengah bugil itu hanyalah beberapa
ekor ular berbisa itu, ia terbungkam seketika setelah
melihat kehebatan tenaga pukulan lawannya, Wanita itu
agaknya sadar kemampuan yang dimilikinya masih bukan
tandingan lawan, bila dia masih banyak mulut, maka
jiwanya benar-benar terancam.
Melihat perempuan bugil itu sudah dibikin ciut nyalinya
oleh kehebatan tenaga pukulannya, Pek Ki-hong pun
berpaling ke arah Thian-hok sangjin sambil bertanya:
"Kau sudah bertemu dengan ketua istana panca bisa?"
"Sudah" "Apa dia bilang?"
"Aaaai..." Thian-hok sangjin menghela napas panjang,
"Dia masih tidak dapat melupakan dendam sakit hatinya
dulu..." Mendadak ia berpaling ke arah Lim Han-kim dan
segera membungkam. 2420 Pek Ki-hong turut mengalihkan pandangan matanya ke
arah Lim Han-kim, lalu tegurnya dingin: "Mau apa kau
berada di sini?" "Jelek amat tabiat orang ini," batin Lim Han-kim,
setelah mendeham katanya: "Aku hanya kebetulan saja
lewat di sini, aku berniat menginap semalam di sini"
"Sekarang kau boleh pergi dari sini" tukas Pek Kihong.
"Baiklah" pelan-pelan Lim Han-kim membalikkan
badan dan beranjak pergi dengan langkah lebar, Tapi ia
terpaksa menghentikan kembali langkahnya setelah
menjumpai perempuan cantik setengah bugil itu masih
berdiri menghadang di depan pintu utama.
"Minggir kamu" hardik Pek Ki-hong penuh amarah.
Kali ini perempuan setengah bugil itu tidak
membantah pelan-pelan ia bangkit berdiri dan
menyingkir ke samping, agaknya ia sudah dibikin keder
oleh kehebatan Pek Ki-hong.
sambil melangkah keluar dari ruangan, Lim Han-kim
kembali berpikir "Sungguh aneh, Pek si-hiang begitu
lembut, ramah dan halus tak nyana ayahnya begitu
kasar, berangasan dan tak tahu aturan-.. perbedaan
mereka benar-benar ibarat langit dan bumi.
Kini, ia sudah tidak percaya terhadap siapa pun, ia
juga tidak menaruh perhatian kepada orang lain, Dalam
anggapannya manusia di dunia ini tak lepas dari
perburuan nama serta kedudukan, gara-gara ingin
memenuhi kepentingan sendiri, mereka tak segan
mengorbankan sahabat, rekan bahkan keselamatan
2421 seluruh umat persilatan. Maka dari itu dia pun tidak ambil
pusing lagi siapa yang bakal menguasai dunia persilatan
ini, baik dia seebun Giok-hiong maupun Li Tiong-hui,
dalam bayangannya kedua orang ini tidak selisih terlalu
jauh. satu-satunya masalah yang tak dapat dilupakan
olehnya kini tinggal keselamatan Pek si-hiang.
selama beberapa waktu ini, benaknya telah dipenuhi
banyak masalah yang memusingkan kepalanya, Dia
berharap bisa menemukan jawabannya, tapi dia pun
sadar bila dia harus berpikir sendiri untuk menemukan
jawabannya, mungkin sampai tiga atau lima tahun pun
belum tentu akan berhasil menarik suatu kesimpulan.
Hanya kecerdikan Pek si-hiang seorang yang bisa
membantunya untuk memperoleh semua jawaban
tersebut. Tentu saja semuanya ini terbatas pada jalan
pikirannya sendiri, padahal ia tak sadar bahwa seratserat
cinta yang ditaburkan Pek si-hiang sesungguhnya
telah menjerat perasaan hatinya, Gerak-gerik si nona
yang lemah lembut, pandangan matanya yang bening
penuh kehalusan cinta sudah jauh merasuk ke dasar
lubuk hatinya, Dengan perasaan bimbang ia berjalan terus ke depan
tanpa arah dan tujuan- sejak hari itu, ia pun mulai
dengan penghidupan mengembaranya, tidak mengenal
waktu dan tanpa tujuan- Hari ini sampailah anak muda
tersebut di sebuah kota yang amat besar Karena merasa
lapar, ia pun berjalan menuju ke sebuah rumah makan
terdekat Waktu itu tengah hari sudah menjelang tiba,
suasana dalam rumah makan itu sangat ramai.
2422 setelah hidup luntang-lantung seorang diri sekian
waktu, Lim Han-kim boleh dibilang hanya memikirkan
persoalan sendiri tanpa ambil perduli terhadap urusan di
sekelilingnya, keadaannya waktu itu tak ubahnya macam
orang linglung saja. setelah mencari sebuah tempat kosong di sudut
ruangan, ia memesan hidangan lalu bersantap sendirian
tanpa banyak bicara, Meskipun suasana di ruangan itu
ramai dan banyak orang berlalu lalang di hadapannya,
namun ia tidak melirik barang sekejap pun, seolah-olah
dalam ruangan itu hanya ada dia seorang.
Entah berapa lama sudah lewat, mendadak dari
belakang tubuhnya kedengaran seseorang menegur:
"Tuan, apakah kau sudah selesai bersantap?"
Lim Han-kim segera tersadar kembali dari
lamunannya, kini ia baru menjumpai tamu yang semula
memenuhi ruangan rumah makan saat itu sudah pergi
tak tersisa seorang pun-Melihat sisa arak dalam pocinya
masih setengah, ia pun menggeleng seraya menjawab:
"Arak dalam pociku belum habis, sebentar lagi"
Pelayan itu nampak sangat gelisah, peluh bercucuran
membasahi wajahnya, namun ia pun tak berani bertindak
apa-apa melihat wajah Lim Han-kim yang begitu
menyeramkan, terpaksa sambil menjura dalam-dalam
mohonnya lagi: "Tuan, kami tidak melarang tuan
meneruskan santapannya, tapi bagaimana kalau
berpindah ke tempat lain?"
"Baiklah" sahut Lim Han-kim sambil tertawa, tanpa
banyak cincong dia pindah ke bangku lain,
2423 sambil membesut peluh yang mengucur membasahi
jidatnya pelayan itu berkata lagi sambil menghembuskan
napas lega: "Tuan, kau masih begitu tenang duduk
santai di sini, tahu tidak bahwa hamba nyaris gila
lantaran panik," "Apa yang telah terjadi?"
"Lhoo...?" pelayan itu berseru tertahan dengan wajah
terlongong, "Jadi kau tidak mendengar sama sekali
teriakan dari tauke kami tadi?"
Lim Han-kim gelengkan kepalanya berulang kali.
"Tidak- aku tidak mendengar apa-apa, sepatah kata
pun tidak kudengar..." sahutnya.
sekali lagi pelayan itu menjura dalam-dalam seraya
memohon- "Tuan, janganlah mengajak hamba bergurau,
sungguh mati hamba betul-betul panik, Mumpung
sekarang masih ada kesempatan, lebih baik cepatlah
menyingkir dari sini"
"Sebetulnya apa sih yang sudah terjadi?"
"jadi kau sungguh-sungguh tidak tahu?"
"Tentu saja aku betul-betul tidak mengerti, buat apa
sih membohongi dirimu?"
sambil menyeka peluh yang membasahi wajahnya
pelayan itu menjelaskan- "sebenarnya rumah makan
kami sudah di-borong oleh Lau toaya hari ini, dan
sekarang waktunya sudah hampir tiba, mumpung belum
terlambat lebih baik cepatlah tuan beranjak pergi..."
Belum lagi perkataan itu selesai diucapkan, suara
derap kuda telah bergema mendekat disusul munculnya
2424 empat ekor kuda jempolan di muka rumah makan itu.
Empat lelaki kekar berpakaian ringkas yang duduk
dipunggung kuda sebera melompat turun dengan
gerakan cekatan, kemudian dengan langkah lebar masuk
ke dalam ruangan. "Mampus kau tuan," bisik pelayan itu ketakutan.
Keempat lelaki kekar itu langsung berjalan
menghampiri Lim Han-kim. orang pertama melirik
pemuda itu sekejap. lalu kepada si pelayan tegurnya
ketus: "Cengcu kami toh sudah bilang seluruh rumah
makan ini sudah diborong..." Kenapa kalian tak tahu
diri?" Tergopoh-gopoh pelayan itu menjura dalam-dalam
segera menyahut: "Arak dalam poci tua ini masih ada
setengah, begitu selesai ia pasti pergi"
Lelaki kekar itu mendengus dingin: " Kalau begitu
percuma saja kami pernah berpesan kepadamu?"
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ampun tuan, hamba tak bisa disalahkan, harap kau
sudi memaafkan kesalahan ini..." seru pelayan itu
semakin ketakutan, Tiba-tiba saja ia jatuhkan diri
berlutut dan menyembah berulang kali,
Ketika itu, semangat Lim Han-kim boleh dibilang
sudah punah sama sekali, ia tak punya emosi sedikit pun
untuk membuat gara-gara. seandainya lelaki itu langsung
mencarinya, meski ia dihadiahi berapa kali bogem
mentah pun belum tentu dia akan membalas, tapi
hatinya jadi tak tega setelah melihat sikap pelayan
tersebut. Mendadak ia menegur dengan suara dingin:
"Kamu berempat tak usah menyusahkan si pelayan Kalau
ada urusan- langsung saja bicara dengan aku"
2425 Lelaki itu segera berpaling, serunya: "Besar amat
bacotmu, tampaknya kau sedikit berisi juga"
Tanpa banyak membuang waktu ia sambar poci arak
Lim Han-kim di atas meja lalu membantingnya ke lantai.
Mefihat tingkah laku lelaki itu Lim Han-kim tertawa
terbahak-bahak, "Ha ha ha... bagus sekali bantinganmu"
ejeknya. Tampaknya lelaki itu semakin sewot, teriaknya makin
gusar: "Bangsat, kau kira aku takut menghajarmu?"
"Waaah... waaah... antara kita berdua toh tak punya
ikatan dendam, kenapa kau mesti ingin menghajarku?"
"Baik, hari initoaya bersumpah harus memberi
pelajaran kepadamu, agar kau tahu diri" umpat lelaki itu
sambil melepaskan sebuah cengkeraman ke depan .
Lim Han-kim tertawa ringan, ditangkisnya sambaran
itu dengan gampang ke samping kiri, lalu jengeknya:
"Janganlah kelewat kurang ajar terhadap orang yang
belum kau kenali" Termakan tangkisan Lim Han-kim yang nampak
enteng itu, lelaki tersebut tergetar mundur sampai dua
langkah lebih, kejadian ini kontan saja membuatnya
melengak. Melihat rekannya menderita kerugian, ketiga orang
rekan lainnya serentak menyerbu maju. Pisau belati yang
telah dipersiapkan langsung ditusukkan ke arah jalan
darah kematian di tubuh Lim Han-kim.
Kekejian orang-orang itu dengan cepat memancing
amarah Lim Han-kim, bentaknya gusar "Kalian berempat
2426 betul-betul tak tahu sopan santun Di tengah siang hari
bolong begini kalian ingin berkomplot membunuh orang"
Betul-betul tak tahu diri"
sebuah gempuran balasan segera dilontarkan, dalam
waktu singkat tiga orang di antaranya tergeletak dengan
menderita luka-luka. Kegarangan keempat lelaki itu seketika lenyap tak
berbekas, bagaikan anjing kena gebuk mereka segera
balik badan dan melarikan diri sipat kuping.
Agaknya si pelayan itu tidak menyangka kalau Lim
Han-kim memiliki ilmu silat begitu hebat. selain terharu
dan berterima kasih, ia pun nampak sangat ketakutan,
katanya kemudian sambil menghela napas panjang:
"Tuan, kau telah membuat bencana besar..."
"Bencana apa?" " Keempat orang itu adalah pelayan-pelayan tuan Lau,
Gara-gara peristiwa ini..."
Belum lagi ucapan itu selesai, dari luar rumah makan
sudah kedengaran seseorang menegur dengan suara
ketus: "sahabat dunia persilatan dari mana yang telah
mengajak aku orang she-Lau bergurau?"
Ketika Lim Han-kim mengangkat kepalanya, ia jumpai
seorang lelaki setengah umur berusia antara empat
puluh tahunan dengan memakai baju sutera berwarna
hijau, muka hitam, alis tebal, mata lebar dan penuh
amarah sedang melangkah masuk.
Pelayan itu nampak semakin ketakutan, meski dia
jengkel kepada Lim Han-kim yang membuat gara-gara
itu, ia pun merasa berterima kasih karena telah ditolong
2427 pemuda tersebut tadi, maka sambil menjura kepada
lelaki setengah umur itu serunya: "Tuan Lau, harap
kau..." Lelaki setengah umur berbaju sutera hijau itu
mendengus dingin, tanpa menjawab ia sambar lengan
kiri pelayan itu lalu melontarkannya ke depan, "Aduuuh"
sambil mengaduh kesakitan pelayan itu terlempar
sejauh enam-tujuh depa dari posisi semula dan jatuh
terbanting keras-keras di atas tanah, Melihat musuhnya
cukup tangguh, Lim Han-kim tak berani bertindak
gegabah, diam-diam ia mengerahkan tenaga dalamnya
bersiap sedia. Dengan suara dingin kembali lelaki ber-sutera hijau itu
menegur: "Sobat, tahukah kamu hari apa hari ini?"
Lim Han-kim berpikir sejenak lalu menggeleng
"Entahlah..." Lelaki setengah umur itu semakin gusar, kembali
berteriak: "sobat, nampaknya kau memang sengaja
hendak menyusahkan aku orang dari marga Lau?"
"Tapi aku betul-betu tidak tahu..."
Mendadak dari luar rumah makan muncul lagi seekor
kuda, penunggangnya langsung melompat turun begitu
sampai di depan pintu, lari masuk dan melapor "Taan
Lau, rombongan Bengcu sudah berada dua li dari sini"
" Cepat selidiki lagi," titah lelaki setengah umur itu
sambil mengulapkan tangannya, Kemudian kepada Lim
Han-kim ia berseru pula: "sekarang kau tentu sudah tahu
bukan"- 2428 "Bengcu apaan itu?"
"Tentu saja Bu- lim Bengcu" sahut lelaki itu. "Hei
sobat, sebetulnya kau pernah berkelana dalam dunia
persilatan atau tidak?"
Belum sempat Lim Han-kim menjawab, kembali seekor
kuda berhenti di depan pintu, belum sempat turun dari
kudanya penunggang itu sudah berteriak keras: "Bengcu
telah tiba, harap ceng-cu segera datang menyambut"
Mendengar teriakan itu, lelaki tersebut tak sempat
meladeni Lim Han-kim lagi, kepada si pelayan titahnya:
"Ajak tuan itu ke sudut sana, anggap saja dia adalah
tamuku" Kemudian tanpa menunggu jawaban lagi ia
beranjak keluar dengan langkah tergesa-gesa.
Dengan jalan timpang pelayan itu berjalan mendekat
seraya" berseru: "Tuan, coba lihat. Gara-gara ulahmu,
aku jadi pincang, Bagaimana kalau sekarang ikut hamba
pindah ke sudut dalam sana?"
Lim Han-kim tersenyum, sambil pindah ke sebuah
bangku dekat pintu ia berkata: "Aku rasa tempat ini yang
paling bagus" Beberapa orang pelayan yang berada di situ tak satu
pun berani merintangi kehendaknya. Apalagi setelah
mereka menyaksikan kehebatan ilmu silatnya dalam
merobohkan keempat lelaki kekar tadi, tentu saja mereka
segan membangkitkan amarah pemuda ini.
Tak lama kemudian dari luar pintu rumah makan
kedengaran seseorang berseru dengan nyaring: "Lau
Cong dari Wan- lam menyambut dengan gembira
kehadiran Bengcu terhormat"
2429 "saudara Lau tak usah banyak adat," seseorang
menjawab dengan suara lembut. "Apakah hidangan siang
telah disiapkan?" "Yaa, hamba telah siapkan hidangan di rumah makan
ini, setiap saat hidangan dapat dikeluarkan"
Tampak empat lelaki kekar yang menunggang kuda
jempolan melompat turun dari tunggangannya lalu
berdiri berjajar di kedua sisi pintu rumah makan dengan
sikap serius. Di belakang mereka mengikuti puluhan orang lelaki
berdandan aneka ragam berjalan mengitari sebuah
kereta kuda yang nampak megah dan mewah.
Lim Han-kim dapat melihat bahwa rombongan yang
mengelilingi kereta itu terdiri dari aneka macam aliran,
ada pendeta, ada hwesio, ada lelaki ada pula wanita.
Di muka kereta berjalan seseorang berdandan
sastrawan yang memakai baju kuno, dia tak hentinya
menuding ke sana kemari memberi petunjuk kepada
rombongan yang berada di sekelilingnya.
sebuah bendera berwarna kuning berkibar dengan
megahnya, pada bendera itu tertera empat huruf besar
yang berbunyi: "BU-LIM BENGCU."
Tatkala kereta itu berhenti di depan pintu rumah
makan, rombongan jago yang berada di seputar kereta
serentak menyebarkan diri berdiri berjajar di kedua belah
sisi. Pelan-pelan tirai kereta disingkap dan muncullah
seorang gadis cantik berbaju hijau dengan mantel
2430 kuning, rambut disanggul tinggi serta membaca sebuah
panji Bengcu. Dalam sekali pandang saja Lim Han-kim dapat
mengenalinya sebagai Li Tiong-hui. ia jadi amat terkejut,
sambil ngeloyor ke sudut ruangan yang lebih dalam,
pikirnya: "Akhirnya ia berhasil juga merebut kursi Bu- lim
Bengcu. Tak heran orang persilatan mengincar
kedudukan tersebut, nampaknya menjadi seorang
Bengcu cukup dihormati dan disanjung orang banyakUntuk sesaat ia merasa pikirannya kosong, dia tak
tahu haruskah ikut bergembira bagi kesuksesan Li Tionghui"
Suara langkah manusia kedengaran bergema dari
belakang tubuhnya, lebih kurang sepeminuman teh
lamanya suara itu bergema sebelum akhirnya berhenti.
Dengan cepat Lim Han-kim berpikir lagi: " Kalau tidak
pergi sekarang, mau tunggu sampai kapan lagi?"
Pelan-pelan ia berpaling dan mencoba memeriksa
keadaan di sekeliling sana, keningnya segera berkerut
setelah melihat ada empat lelaki kekar yang menyoren
golok berjaga di muka pintu rumah makan, sekali lagi ia
berpikir "Masa begitu ketat penjagaan di tempat
penginapan seorang Bu-lim Bengcu sehingga orang
awam tak boleh keluar masuk?" Berpikir sampai di situ, ia
pun segera bangkit berdiri dan beranjak dari tempat itu.
BAB 21. kekasih Bagaikan orang Asing
sadar kalau wajahnya yang berwarna-warni paling
gampang menarik perhatian orang, maka ia berjalan
2431 dengan kepala tertunduk dan langkah tergesa-gesa,
ternyata para penjaga pintu pun tidak berniat
menghalanginya. Dengan langkah cepat ia menempuh perjalanan
sejauh puluhan li sebelum memperlambat kembali
langkahnya, sambil menghembuskan napas panjang,
tiba-tiba saja ia merasa perutnya amat lapar. Rupanya
selama berada di rumah makan tadi ia hanya minum arak
sambil melamun terus, jadi tak heran kalau ia mulai
merasa lapar setelah menempuh perjalanan sekian jauh.
Lim Han-kim mencoba memeriksa keadaan di
sekitarnya. Di antara bentangan ladang nan hijau, lebih
kurang dua-tiga li ke arah Barat-laut, di bawah sebatang
pohon besar ia jumpai ada sebuah warung arak.
Selama beberapa waktu belakangan ini Lim Han-kim
betul-betul menjalani kehidupan sebagai seorang
pengembara. ia tak pernah memilih tempat untuk
menginap dan rumah makan untuk ber-santap. bahkan
kalau kemalaman di tengah hutan ia tak segan-segan
mengisi perutnya dengan hasil buruan dan tidur di alam
ter-buka, ia seolah-olah sudah tidak menaruh perhatian
sama sekali terhadap kejadian apa pun di dunia ini. Dia
pun tidak mempercayai siapa pun- satu-satunya orang
yang tak pernah dilupakannya hanyalah Pek si-hiang
yang lemah lembut. Gaya dan sikap Li Tiong-hui sebagai seorang Bu-lim
Bengcu meski memberikan sedikit rangsangan baginya,
namun rangsangan itu ibarat sebutir kerikil yang
dilempar ke dalam kolam, hanya terjadi sedikit riak yang
kemudian pulih kembali dalam ketenangan kegagahan
2432 serta kehebatan seorang Bu-lim Bengcu sama sekali tidak
membangkitkan semangat serta ambisinya untuk
bersaing dengan orang lainTampak sebuah rumah gubuk yang terbuat dari
bambu berdiri di tepijalan, Gubuk itu dibangun persis
menempel pada sebuah hutan- sebatang pohon Pekyang
berdiri tegar di depan rumah gubuk itu. Dua meja
dengan delapan bangku bambu menciptakan sebuah
warung makan kecil yang amat sederhana,
Pelan-pelan Lim Han-kim melangkah masuk dan
mencari sebuah tempat duduk dekat jendela, lalu dengan
suara keras teriaknya: "Ada orangkah di sini?"
walaupun hanya sebuah warung kecil yang sederhana,
ternyata keadaannya amat bersih dan rapi, meja maupun
bangku bambu semuanya bersih.
Terdengar seseorang menyahut dengan suara yang
lembut: "Tunggu sebentar" Dari balik tirai muncullah
seorang gadis berbaju biru.
Perasaan hati Lim Han-kim segera tergerak setelah
memandang gadis itu sekejap. pikirnya: "Aneh, dari
mana munculnya seorang gadis secantik ini di tengah
hutan sepi begitu?" Gadis itu mempunyai sebuah kuncir yang panjang
sepinggang dengan sebuah pita merah menghiasi
pangkalnya, Matanya bening, hidungnya mancung dan
bibirnya kecil menarik dengan dua baris gigi yang putih
bersih. "Tuan, mau pesan apa?" tanyanya sambil tertawa.
2433 sebetulnya ia muncul dengan senyuman dikulum, tapi
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
begitu melihat wajah Lim Han-kim yang aneh
menyeramkan senyumannya kontan lenyap. sedang
tubuhnya berdiri tak berkutik,
Agak tersipu-sipu Lim Han-kim tundukkan kepalanya
rendah-rendah, sahutnya: "ToIong siapkan sepoci arak
dengan empat macam hidangan"
sebetulnya dia masih ingin memesan nasi atau kueh
sejenisnya, tapi mengingat gadis itu memandangnya
dengan sikap muak. la pun tak berani banyak bicara lagi,
Begitu hidangan siap. ia segera menyantap dengan
terburu-buru, lalu setelah meletakkan sekeping uang
perak di meja, buru-buru ia beranjak dari tempat itu.
siapa sangka baru saja badannya bangkit bediri, tibatiba
kepalanya terasa sangat berat, matanya berkunangkunang
dan tak tahan lagi tubuhnya roboh terjungkal
keatas tanah. Berbareng dengan robohnya ia ke lantai, gadis cantik
berbaju biru itu muncul kembali dari balik ruangan
dengan tangan kanan menggenggam sebilah pisau
pendek, tangan kiri membawa seutas tali yang kuat.
Waktu itu kesadaran Lim Han-kim belum hilang meski
badannya sudah roboh lemas di lantai, sambil berusaha
merangkak bangun tegurnya: "Nona, kita tak punya
ikatan dendam maupun sakit hati, kenapa kau campuri
hidanganku dengan racun?"
Ia betul-betul bingung, ia tak tahu apa sebabnya gadis
yang berdiam di warung terpencil ini meracuni dirinya,
2434 padahal seingatnya dia tak punya ikatan dendam apaapa
dengannya. Terdengar gadis itu berseru sambil tertawa dingin- "
orang tuaku, saudara-saudaraku..."
Tampaknya racun yang dibubuhkan ke dalam
hidangan itu sangat keras dan kuat, walaupun Lim Hankim
sudah mencoba bertahan dengan mengandalkan
ilmu silatnya, toh akhirnya ia tidak tahan juga, ia merasa
racun itu mulai menyerang ke otaknya, seluruh kekuatan
badannya hilang seketika dan tak ampun lagi ia
terjerembab ke lantai dalam keadaan tak sadar, otomatis
kata-kata berikut yang diucapkan gadis itu pun tak
sempat terdengar olehnya.
Entah berapa lama sudah lewat... Tatkala tersadar
kembali dari pingsannya, ia menjumpai dirinya terduduk
dalam sebuah kerangkeng besi. pinggiran kerangkeng
berupa tiang besi yang besar, sementara sepasang
lengan dan kakinya diikat dengan otot kerbau yang
diikatkan pula pada tirai besi kerangkeng itu.
Lamat-lamat dia cun mendengar suara roda kereta
yang bergelinding disertai goncangan yang cukup keras,
nampaknya ia berada dalam kereta yang sedang
bergerak melintasi jalan pegunungan.
Setelah berhasil menenangkan pikirannya Lim Han-kim
mencoba mengerahkan ketajaman matanya untuk
memeriksa sekeliling tempat itu. ia menjumpai dirinya
berada dalam sebuah kereta yang cukup lebar, tapi
sekeliling ruang kereta itu ditutup dengan kain hitam
yang tebal sehingga tak bisa nampak pemandangan di
luar sana. 2435 Mendadak dari sisi kirinya kedengaran seseorang
berteriak dengan suara nyaring:
" Kala u hendak dibunuh ayoh bunuhlah, kalau cuma
mengurungku terus di sini, jangan salahkan bila aku
mulai meng umpak" seseorang dengan nada yang dingin menggidikkan
sebera menjawab: "Hmmmm Bila Anda tak ingin disiksa
hingga menderita, lebih baik sedikitlah tahu aturan. Kalau
kau berani mengumpat lagi, jangan salahkan bila
kusumbat mulutmu yang bau itu"
Mendengar tanya jawab itu, diam-diam Lim Han-kim
berpikir: "Bagus, rupanya masih ada rekan lain yang
menemani aku" Ketika ia berpaling, tampaklah sebuah kerangkeng
besi lain diletakkan berjajar dengan kerangkeng yang
digunakan untuk membelenggu dirinya. Dalam
kerangkeng tersebut duduklah seorang lelaki berbaju
serba hitam. Tampaknya lelaki berbaju hitam itu sudah tahu sedari
tadi kalau Lim Han-kim terkurung di situ. Begitu melihat
pemuda itu berpaling, ia segera menegur "Hei, sejak
kapan kau telah mendusin?"
orang yang mengalami nasib sama seringkali gampang
menimbulkan simpati rekan senasib lainnya, Begitu juga
Lim Han-kim sekarang, walaupun kesannya terhadap
orang itu tak terlalu mendalam, toh ada juga perasaan
simpati di hatinya, maka dengan suara dasar sahutnya:
"Aaaah, aku baru saja mendusin-"
"Apakah kau anggota perguruan bunga bwee?"
2436 Lim Han-kim tertegun seketika, pikirnya: "Waaah...
jangan-jangan nona dari warung makan itu salah
mengira aku adalah anggota perguruan bunga bwee
hingga tak heran kalau dia meracuni hidanganku"
Berpikir demikian dia pun menjawab: "Bukan, aku
bukan anggota perguruan bunga bwee"
"Kalau begitu sungguh aneh, Kalau kau bukan anggota
perguruan bunga bwee, kenapa mereka menyekapmu di
tempat ini?" Lim Han-kim tertawa getir. "Mungkin saja hal ini
disebabkan tampangku yang kelewat aneh dan jelek
hingga gampang menimbulkan kecurigaan orang lain,
lalu aku dianggap sebagai anggota perguruan bunga
bwee," Tiba-tiba lelaki berbaju hitam itu merendahkan
suaranya dan berbisik lagi: "Kau betul-betul bukan
anggota perguruan bunga bwee?"
Suaranya begitu lirih sampai Lim Han-kim harus
pasang telinga baik-baik untuk mendengarnya .
"Sungguh, aku bukan anggota perguruan bunga
bwee" Lim Han-kim manggut-manggut,
Sambil tertawa dingin lelaki berbaju hitam itu
melengos ke arah lain dan tidak menggubris anak muda
itu lagi Sesungguhnya banyak pertanyaan yang ingin diajukan
Lim Han-kim kepada orang itu, namun sikap dingin dan
kaku yang diperiihatkan lelaki berbaju hitam itu
memaksanya harus menelan kembali niatnya ini. Untung
saja selama berapa waktu belakangan ini ia sudah
2437 hambar mengurusi masalah lain, karena itu dia pun
melengos ke arah lain dan tidak menggubris lelaki itu
lagi. Entah berapa lama sudah lewat... Mendadak kereta itu
berhenti bergerak, Di susul kemudian tirai hitam yang
menutupi ruang kereta itu disingkap. cahaya matahari
pun mencorong masuk, seorang lelaki berpakaian ringkas
munculkan diri dalam ruang kereta, Mula-mula dia
membuka dulu kerangkeng yang mengurung Lim Hankim.
Dengan selembar saputangan ia tutup mata pemuda
tersebut dan menuntunnya turun dari kereta itu.
Biarpun matanya ditutup kain hitam, namun Lim Hankim
dapat merasakan angin kencang yang menghembus
bajunya, ia perkirakan dirinya sedang diajak menelusuri
jalan di lapangan yang luas.
Lebih kurang sepeminuman teh kemudian, tiba-tiba
didengarnya seseorang berseru dengan suara dingin:
"Ayoh duduk" "suruh duduk yaa duduk." batin Lim Han-kim, tanpa
banyak bicara ia jatuhkan diri untuk duduk. la merasa
sekitar tempat ini tak ada hembusan angin, agaknya dia
sudah dibawa masuk ke dalam sebuah ruangan tertutup.
Tak lama kemudian terdengar seseorang dengan
suara yang berat dan kasar menegur "Jika tak ingin
mencicipi siksaan badan, lebih baik jawab semua
pertanyaanku sejujurnya"
Dengan perasaan heran Lim Han-kim berpikir.
"Disuruh menjawab" Apa yang harus kujawab?"
2438 Belum habis ingatan tersebut me- lintas, suara orang
itu terdengar lagi bergema di situ. "Berapa orang
rombonganmu?" "Hanya aku seorang"
"omong kosong Kami berhasil menangkap empat
orang, mana mungkin hanya kau seorang diri" Hmmm,
nampak-nya.,." Belum selesai perkataan itu disampaikan, mendadak
terdengar dua kali jeritan ngeri bergema memecahkan
keheningan- disusul kemudian suasana berubah amat
hening. Lim Han-kim dapat merasakan bahwa suatu kejadian
besar telah terjadi di situ, hanya sayang lengan dan
kakinya masih dibelenggu otot kerbau yang kuat dan
matanya ditutup dengan kain hitam hingga ia tak bisa
melihat peristiwa itu, Dalam keadaan begini, terpaksa ia
hanya duduk tenang sambil menanti terjadinya
perubahan lain. Betul juga, terasa ada sebuah tangan menyentuh sapu
tangan yang menutupi matanya lalu membuka ikatan
tersebut Begitu sapu tangan itu terlepas, ia segera periksa
keadaan di sekeliling-nya. Ternyata saat itu dia berada
dalam sebuah kuil, dua sosok mayat tergeletak berjajar
di depan meja sembah-yang. seorang lelaki berpakaian
ringkas warna hijau dan seorang gadis berbaju hitam
yang memakai kain cadar hitam sedang berbincang
dengan suara amat lirih. 2439 selama waktu-waktu terakhir ini boleh dibilang Lim
Han-kim tak pernah memikirkan urusan yang
menyangkut dunia persilatan, tapi situasi dan keadaan
yang dihadapinya sekarang mau tak mau memaksanya
harus putar otak untuk menganalisa situasi itu.
secara samar ia dapat menyimpulkan bahwa dalam
dunia persilatan saat ini sedang berlangsung suatu lomba
pembantaian secara diam-diam, Masing-masing pihak
telah mengirim jago-jago pembunuh gelapnya untuk
menumpas mata-mata pihak lawan. Hal itu berarti
pertarungan ini tentu akan menyeret pula banyak rekan
persilatan yang tak terlibat ke dalam gejolak tersebut.
Tampak lelaki berbaju hijau itu pelan-pelan berpaling,
lalu dengan sorot matanya yang tajam ia memandang
Lim Han-kim sekejap. Tiba-tiba ia cabut keluar sebilah
pisau belati dan dibacokkan ke atas otot kerbau yang
membelenggu tangan dan kaki nya.
sambil mengendorkan anggota badannya yang kaku,
Lim Han-kim kembali berpikir " Kejadian ini betul- betul
suatu pengalaman yang unik, Mula-mula ditangkap orang
tanpa sebab, dinaikkan ke dalam kereta berkerangkeng,
sekarang aku dibebaskanpula tanpa alasan, betul-betul
aneh... Ketika ia berpaling lagi, tampak lelaki tersebut sedang
melucuti pakaian yang dikenakan salah satu mayat itu
lalu dikenakan ke tubuhnya dengan cepat.
Lim Han-kim hanya menyaksikan semua ulah lelaki itu
tanpa komentar, sementara hati kecilnya benar-benar
terkesiap. pikirnya: Ternyata kedua belah pihak telah
melangsungkan pertarungan jarak dekat, bahkan
2440 masing-masing pihak menghalalkan segala cara untuk
mencapai cita-citanya sementara dia masih melamun, terdengar gadis
bercadar hitam itu sudah berkata lagi: "Kau telah hapal
dengan nama serta riwayat hidupnya?"
"Yaa, sudah hapal"
"Kalau begitu coba ulangi di hadapanku"
"Aku dari marga Phoa bernama Kao, berasal dari bukit
Bong-lay di propinsi shan-tung..."
Gadis itu sebera manggut-manggut dan menukas:
"Nah, berangkatlah dengan hati-hati"
setelah membungkukkan badannya memberi hormat,
lelaki berbaju hijau itu segera beranjak pergi dengan
langkah lebar Memandang bayangan punggung yang menjauh itu
diam-diam Lim Han-kim berpikir. "orang ini menyamar
sebagai Phoa Kao, aku mesti ingat baik-baik nama
tersebut..." Tiba-tiba terdengar suara nona itu bergema lagi:
"Gotong kedua sosok mayat itu dan sembunyikan ke
belakang arca" Lim Han-kim menoleh memandang gadis berbaju
hitam itu sekejap. kemudian tanyanya: "Nona sedang
bicara dengan aku?" Gadis berbaju hitam itu mendengus marah, teriaknya:
"Kalau bukan bicara denganmu, lalu kau anggap aku
sedang berbicara dengan kedua sosok mayat itu" Kau
2441 anak buah siapa" Benar-benar berotak bebal dan tak ada
gunanya" sedih juga Lim Han-kim kena disemprot gadis
tersebut, pikirnya: "Jelek-jelek begini aku Lim Han-kim
masih seorang lelaki tulen, masa aku mesti diumpat
habis-habisan oleh seorang gadis macam dia?"
suatu niat untuk melawan yang sangat kuat segera
muncul dari lubuk hatinya dan mencekam perasaannya,
kembali ia berpikir. "Kelihatannya susah juga bagi
seorang manusia untuk melepaskan diri dari kelompok
manusia, apalagi tidak mencampuri urusan orang lain,
kecuali aku hidup memencil seorang diri di puncak
gunung atau tengah hutan-.."
Gadis berbaju hitam itu makin gusar ketika dilihatnya
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lim Han-kim masih berdiri tak berkutik dari tempat
semula, telapak tangannya segera diayunkan ke depan
melepaskan sebuah pukulan.
Lim Han-kim sama sekali tak menduga dirinya bakal
ditabok orang, Untuk menghindar jelas sudah tak sempat
lagi, tak ampun dadanya kena dihajar telak hingga
badannya terjerumus maju dua langkah dan menumbuk
di atas dinding ruangan. sesungguhnya pada saat itu sudah timbul niatnya
untuk melawan, maka begitu termakan hantaman
tersebut, hawa amarahnya makin meledak, Baru saja dia
akan melancarkan serangan balasan, mendadak jalan
darah Mia-bun-hiatnya terasa kaku dan tahu-tahu sudah
dicengkeram oleh gadis bercadar hitam itu.
Mia-bun-hiat merupakan jalan darah kematian di
tubuh manusia, Apabila lawan menghentakkan tenaga
2442 dalamnya, niscaya urat nadi dalam tubuh Lim Han-kim
akan tergetar putus. Dalam situasi kritis antara hidup dan mati inilah
pelbagai ingatan melintas dalam benak pemuda itu,
pikirnya: "Dalam keadaan begini, bila aku salah
menjawab sepatah kata saja niscaya dia akan
membinasakan aku. Kalau mesti mati dalam keadaan
begini, rasanya kematianku kelewat konyol..."
Sementara dia masih termenung, gadis berbaju hitam
itu telah menegur lagi dengan suara ketus: "Avoh jawab,
kau anak buah siapa?"
Dalam paniknya tanpa berpikir panjang lagi Lim Hankim
menyahut: "Aku bekerja di bawah perintah nona
Siau-cui" Ia tak berani memastikan identitas gadis berbaju
hitam itu, tapi menurut pengamatan serta analisanya,
besar kemungkinan dia adalah anak buah pemilik bunga
bwee oleh sebab itulah dia pun sadar bahwa jawaban
yang diberikan sekarang merupakan keputusan final
bagi-nya. Apabila menjawab dengan benar, maka dia bakal
selamat tapi kalau salah menjawab, jiwanya tentu akan
melayang, Tiba-tiba tekanan pada jalan darah Mia-bunhiatnya
mengendor, disusul kemudian terdengar gadis
berbaiu hitam itu berkata sambil tertawa merdu:
"Ternyata kau anak buah nona Cui, kalau begitu harap
dimaafkan atas kekasaranku barusan"
Ketika Lim Han-kim berpaling kembali, ia menjumpai
nona berbaju hitam itu sudah menanggalkan kain cadar
mukanya hingga kelihatan wajahnya yang cantik, sedikit
2443 jalang, dengan bibir yang kecil serta dua baris gigi yang
putih bersih. Kalau dibilang cantik sebetulnya gadis ini masih
termasuk golongan kelas dua. Namun ia justru memiliki
daya tarik. daya rangsangan yang luar biasa bagi setiap
lelaki yang memandangnya, tidak terkecuali Lim Hankimsaat
ini, ia merasa hatinya bergetar keras dan tibatiba
napsu birahinya timbul. Dalam keadaan begini buru-buru anak muda itu
melengos ke arah lain sambil sahutnya: "Yang tidak tahu
tidak salah ..." Kembali gadis berbaju hitam itu ter-senyum. "siapa sih
namamu?" Dengan perasaan kaget Lim Han-kim berpikir " Kenapa
ia menanyakan namaku" Jangan-jangan sudah menaruh
curiga padaku ...?" Cepat-cepat ia menyahut: "Aku dari
marga Pek" Karena selama ini yang dipikirkan siang malam hanya
Pek si-hiang seorang, tanpa disadari ia menjawab
dengan menggunakan nama marga gadis itu.
"oooh, rupanya saudara Pek" seru si nona sambil
tertawa, "sudah lama bekerja di bawah pimpinan nona
Cui?" Kembali Lim Han-kim putar otak sambil berpikir:
"Kelihatannya dia sudah mulai curiga, kalau sikapku ragu
dan tidak tegas, jelas rasa curiganya akan semakin
bertambah." 2444 Berpikir begitu, ia pun menyahut dengan suara dingin
"Sudah hampir dua tahun aku bekerja di bawah perintah
nona siau-cui" senyum genit yang semula menghiasi wajah gadis
berbaju nitam itu mendadak sirna, Dengan matanya yang
jeli dia mencoba awasi wajah Lim Han-kim tanpa
berkedip. tegasnya: "Masa sudah selama itu" Kenapa aku
belum pernah bersua denganmu" semestinya aku kenali
saudara Pek" "Celaka . . ." batin Lim Han-kim. "Bila interogasi ini
dilanjutkan, niscaya kebohonganku bakal terbongkar
semua. Nampaknya aku mesti sedikit menggertaknya"
sambil menarik wajahnya ia balik menegur dengan suara
dingin "Kau bekerja di bawah perintah siapa?"
Gadis berbaju hitam itu termenung sejenak. lalu
jawabnya: "Aku bekerja di bawah perintah Delapan gadis
genit" "Tak heran dia begitu jalang dan liar," pikir Lim Hankim.
"Rasanya cuma seebun Giok-hiong yang bisa
menciptakan nama julukan seaneh itu."
sambil mendeham pelahan, ia berkata kemudian:
"Rupanya nona adalah orangnya Delapan gadis genit, tak
heran ilmu silatmu begitu tangguh."
"saudara Pek terlalu memuji."
"Terima kasih banyak atas pertolongan nona hari ini,
bila aku bersua dengan nona Cui nanti, kejadian ini pasti
akan kulaporkan secara terperinci"
2445 Gadis berbaju hitam itu tertawa, buru-buru serunya:
"Aku menempati urutan keenam dalam Delapan gadis
genit, bila saudara Pek bersua dengan nona Cui nanti, ia
pasti akan segera tahu bila kau menyinggung soal ini."
"Maaf, aku tak dapat berhenti lama di sini, Karena
masih ada tugas penting, aku ingin mohon diri lebih
dulu." selesai beri hormat dia pun beranjak pergi dengan
langkah lebar. Memandang bayangan punggung Lim Han-kim yang
menjauh, nona berbaju hitam itu seperti ingin
mengucapkan sesuatu namun niat itu ia urungkan
kemudian Keluar dari pintu kuil, buru-buru Lim Han-kim lari
masuk ke balik semak belukar dan menyembunyikan diri
di situ. Betul juga, tak lama kemudian gadis berbaju hitam itu
sudah mengejar keluar dengan langkah cepat, setelah
memeriksa sekeliling tempat itu sekejap. ia segera
berangkat ke arah utara. Hingga gadis itu lenyap dari pandangan Lim Han-kim
baru menghembuskan napas panjang, pikirnya:
"Pergolakan dalam dunia persilatan memang penuh
menyimpan hawa pembunuhan yang mengerikan Meski
kau tidak mengganggu orang lain, tidak dijamin kau tak
bakal diganggu orang lain, Rasanya memang tidak
gampang bagiku untuk melepaskan diri dari urusan dunia
persilatan. Kalau toh susah melepaskan diri, kenapa aku
tidak sekalian terjun kembali ke dalam kancah
pergolakan itu..?" 2446 Berpikir demikian, tanpa terasa semangatnya bangkit
kembali, sebagaimana diketahui, selama beberapa waktu
belakangan ini semangat Lim Han-kim selalu tenggelam
dan meredup, ia berusaha menghindari perselisihan
dengan orang lain dan tidak mencampuri urusan dunia
persilatan lagi. Ia telah berhasil mempelajari cara menahan diri yang
mungkin tak bisa dilakukan orang lain, memandang
hambar semua perselisihan dan bentrokan yang terjadi
dalam dunia persilatan. Dia ingin menjauhkan diri dari
semuanya itu dan bersikap acuh tak acuh, Namun
sayang apa yang diharapkan sukar terpenuhi,
perselisihan yang semakin berkembang meluas dalam
dunia persilatan memaksanya untuk terlibat kembali,
seakan-akan tak seorang manusia pun bisa melepaskan
diri dalam kancah pergolakan dan perubahan besar yang
sedang berlangsung dalam dunia persilatan ini.
pengalaman serta kejadian yang dialaminya berulang
kali memaksa semangatnya yang sudah tenggelam dan
meredup itu untuk bangkit dan berkobar kembali, Ketika
ingatan tersebut melintas cepat di dalam benaknya,
semangatnya segera berkobar-kobar kembali, sambil
busungkan dada ia melanjutkan perjalanannya dengan
langkah lebar. ia mencoba memeriksa sekeliling tempat itu, namun
suasana amat hening, jangan lagi bayangan manusia,
bahkan kereta tahanan yang berisi kerangkeng besipun
sudah pergi entah ke mana.
suasana di sekeliling tempat itu amat hening, sepi,
bagaikan di tengah tanah pekuburan, Lim Han-kim
2447 merasakan semangatnya bergolak keras, sambil berpekik
nyaring ia menerobos kegelapan bergerak maju ke
depan. Kalau di masa lalu ia berusaha menghindari masalah,
tapi setiap kali justru harus menghadapi banyak kejadian,
maka sekarang ia berharap bisa menjumpai sedikit
masalah tapi nyatanya tak satu kejadian pun
dijumpainya... Tak selang berapa saat kemudian, tibalah dia di
tengah sebuah dusun, Dari kejauhan ia saksikan ada
sebuah kereta yang cukup mewah nampak diparkir di
depan sebuah bangunan yang amat besar, sebuah
bangunan besar dibangun di tengah dusun yang sepi dan
terpencil, keberadaan bangunan tersebut boleh dibilang
sangat menyolok mata. Menyaksikan bangunan megah serta kereta kuda yang
mewah itu tiba-tiba rasa curiga menyelimuti benak Lim
Han-kim, pikirnya: "Aku toh tidak khawatir menghadapi
masalah, kenapa tidak langsung kuserbu masuk ke dalam
halaman bangunan itu?"
Berpikir begitu, dia ipun melangkah menuju ke arah
bangunan tersebut, Pintu gerbang berwarna hitam
berada dalam keadaan setengah terbuka, ketika Lim
Han-kim menolaknya, pintu itu segera terpentang lebar.
Di balik pintu terdapat sebuah halaman yang sangat
luas dengan aneka macam bunga yang tumbuh dalam
pot-pot bunga, anehnya ternyata tak nampak sesosok
bayangan manusia pun. 2448 Lim Han-kim termenung sebentar, lalu ia terobos
halaman yang penuh bunga itu menuju ke pintu kedua.
Ternyata pintu kedua pun tidak dalam keadaan terkunci.
Lim Han-kim menolak pintu kedua itu, ia saksikan
sebuah jalan yang beralas batu putih terbentang ke
dalam langsung berhubungan dengan sebuah ruangan
besar. Kedua sisi jalan beralas batu itu pun dalam
keadaan bersih dan terawat, namun anehnya tidak
nampak juga bayangan manusia di situ.
Keheningan yang mengerikan dan menggidikkan hati
benar-benar menyelimuti seluruh bangunan tersebut,
membuat Lim Han-kim tanpa terasa bergidik dan
jantungnya berdebar keras.
Agak ragu ia berdiri sejenak di pintu lapis kedua ini,
tapi kemudian setelah mengerahkan tenaga dalamnya
bersiap sedia, kembali ia melanjutkan perjalanannya ke
dalam, pengalaman yang dialaminya berulang kali selama
waktu belakangan ini membuat kewaspadaan anak muda
ini semakin meningkat, sikapnya pun makin tenang dan
mantap. selesai menelusuri jalan setapak beralas batu putih itu,
ia menaiki anak tangga sebanyak lima tingkat dan
sampailah di depan pintu ruangan yang tertutup rapat,
Dalam perkiraan Lim Han-kim, pintu ruangan ini pun
pasti tidak dalam keadaan terkunci karena sepanjang
jalan pintu-pintu yang dilalui terbuka semua, Kali ini dia
pun menolak pintu itu ke dalam.
siapa sangka apa yang terjadi ternyata sama sekali di
luar dugaannya, Pintu ruangan ini ternyata dikunci dari
2449 dalam. Kenyataan ini menunjukkan bahwa di dalam
ruangan itu ada penghuninya.
setelah berpikir sebentar, Lim Han-kim menegur
dengan suara lantang: "Ada orangkah di sana?"
sampai berapa kali ia mencoba memanggil, namun tak
kedengaran suara jawaban dari balik ruangan itu.
Kejadian ini kembali di luar dugaannya, mendatangkan
rasa bimbang dan curiga yang makin tebal di dalam
benak pemuda itu. Dengan perasaan sangsi segera
pikirnya: "Bagaimana pun aku toh sudah sampai di sini,
kenapa tidak kuselidiki hingga tuntas?" Tenaga dalamnya
segera dihimpun ke dalam telapak tangan nya dan pintu
ruangan itu ditolak keras-keras,
Agaknya pintu ruangan dibangun sangat kokoh dan
kuat, Dengan dorongan Lim Han-kim yangpaiing tidak
mengandung kekuatan di atas lima ratus kati pun,
kenyataannya pintu tersebut tidak bergeming sedikit pun.
Dengan rasa tercengang Lim Han-kim berpikir:
"seandainya dalam ruangan ini ada penghuninya,
teriakanku tadi tentu akan menimbulkan reaksi, Tapi
kalau dibilang tak ada orangnya, kenapa pintu ruangan
ini dikunci dari dalam?"
Makin dipikir ia semakin keheranan, rasa ingin tahunya
juga makin tebal, dengan tekad yang makin bulat ia
berteriak: "saudara yang berada dalam ruangan, kalian
betul-betul tak tahu sopan santun, masa kedatangan
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tamu pun tidak disambut" Baiklah, terpaksa aku harus
masuk sendiri" 2450 setelah mundur dua langkah, dengan menghimpun
segenap kekuatan yang dimilikinya ia menumbuk pintu
ruangan itu keras-keras, Blaaammm
Diiringi suara benturan yang memekikkan telinga,
pintu ruangan itu segera terpentang lebar
Dengan pengalamannya yang semakin bertambah, Lim
Han-kim tak berani menerjang masuk ke dalam ruangan
itu secara gegabah kendatipun pintu ruangan sudah
terbuka lebar, Bukannya maju, dia malah mundur sejauh
dua langkah sambil menunggu terjadinya suatu
perubahan Ketika itu malam sudah semakin kelam, suasana
dalam ruangan itu lebih-lebih lagi gelap gulita susah
untuk melihat jelas pemandangan di dalam ruangan itu.
Lim Han-kim menunggu beberapa saat lagi. Melihat
belum juga ada sesuatu gerakan, maka pelan-pelan ia
berjalan menuju ke dalam ruangan. sambil mengayunkan
langkahnya, pemuda itu berpikir: "sekarang aku baru
sadar, ternyata untuk melakukan perjalanan dalam dunia
persilatan, kini harus mempersiapkan segala kebutuhan
macam korek api dan sebagai-nya. Coba kalau aku dapat
membuat obor sekarang, niscaya pemandangan dalam
ruangan ini akan terlihat jelas."
Mendadak ia melompat mundur dengan perasaan
terperanjat, segera tegurnya dengan keras: "siapa di
situ?" Rupanya secara tiba-tiba ia menjumpai di dalam
ruangan itu, di sekeliling sebuah meja empat persegi,
duduk banyak sekali manusia, Dalam keadaan seperti ini,
2451 bagaimana pun besarnya nyali Lim Han-kim, ia dibuat
terperanjat juga, Terdengar seseorang dengan suara yang lemah
menjawab: "Kau tak usah takut, di atas meja ada lilin
dan korek api. sulutlah sendiri"
Lim Han-kim dapat mendengar bahwa suara orang itu
terputus-putus dan lemah sekali, jelas ia sudah
menderita luka dalam yang sangat parah. setelah
berhasil menenangkan hatinya pelan-pelan, ia berjalan
menghampiri meja yang dimaksud. Betul juga, di atas
meja terletak sebuah lilin. empat lelaki dengan
busungkan dada dan kepala terangkat duduk kaku di
sekeliling meja itu. Lim Han-kim mendeham pelan, baru saja ia hendak
menegur tiba-tiba orang tadi berkata lagi dengan suara
lemah: "Jalan darah kematian mereka sudah tertotok.
sudah tewas sejak tadi... kau... kau tak usah ta...
takut..." Rasa curiga dan ragu menyelimuti benak Lim Han-kim.
setelah sangsi sejenak. Ia meraba juga ke atas meja di
hadapannya, Betul juga ia temukan korek api di situ, Tak
lama kemudian secercah cahaya pun menerangi ruangan
tersebut Dengan meminjam cahaya lilin yang redup itu ia mulai
periksa keempat orang yang duduk kaku itu, Mereka
tewas dengan mimik yang berbeda, ada yang mulutnya
terbuka lebar, ada pula yang matanya mendelik hingga
kelihatan mengerikan sekali Bila dilihat dari mimik wajah
keempat sosok mayat itu, jelas mereka tak mungkin bisa
2452 berbicara lagi. Terdengar suara yang lemah itu kembali
bergema: "Aku berada di sini"
Mengikuti arah datangnya suara tersebut Lim Han-kim
berpaling, ia segera menjumpai seorang kakek berbaju
kuning duduk di atas bangku dengan bersandar pada
dinding ruangan, sebilah pisau pendek jelas sekali
menancap telak di atas dada kakek berbaju kuning itu.
Buru-buru Lim Han-kim berjalan mendekat dan
mencekal gagang pisau tersebut sambil katanya: "Biar
kubantu mencabut keluar pisau ini..."
"Jaa ...jangan ..," tampik kakek itu.
"Kenapa?" sambil bertanya Lim Han-kim menarik
tangannya kembali. "Kini aku hanya tinggal memiliki sehembusan napas
yang masih kupertahankan dengan andalkan tenaga
dalam yang kulatih puluhan tahun lamanya, jika pisau itu
kau cabut, napasku seketika akan terhenti."
"Aku mengerti soal ini."
"sesungguhnya tusukan pisau ini telah mengenai titik
kelemahanku, Aku justru bertahan terus sampai sekarang
karena ingin menunggu ada orang datang kemari.
Ternyata orang yang kutunggu akhirnya datang juga."
Dari gagang pisau yang gemetar keras ketika kakek itu
berbicara, Lim Han-kim dapat membayangkan betapa
tersiksa dan menderitanya kakek tersebut. sambil
menghela napas panjang ia berseru: "saudara, lebih baik
jangan bicara dulu, coba atur pernapasan"
2453 "Tak ada waktu lagi, sudah dua jam lamanya aku
bergelut melawan datangnya maut. Aku tak berani
bergerak. juga tak berani mencabut pisau ini. Aku
berharap masih bisa mengulur sedikit waktu lagi..."
Mendadak ia membelalakkan sepasang matanya yang
sudah memudar itu sambil lanjutnya: "Apakah kau
adalah anak buah pemilik bunga bwee?"
Perasaan hati Lim Han-kim segera tergerak pikirnya
dengan rasa keheranan: "Lucu benar, si nona di warung
menganggap aku sebagai anak buahnya pemilik bunga
bwee sekarang kakek ini pun menganggap aku sebagai
anggota perguruan bunga bwee sebenarnya apa yang
telah terjadi?" . Belum sempat ia mengajukan sesuatu pertanyaan,
kakek berbaju kuning itu sudah melanjutkan kembali
perkataannya: "Aku tak perduli siapa kau dan berasal
dari mana, rasanya aku sudah tak punya pilihan lagi..."
"Aku bukan anggota partai bunga bwee, bila Anda
ingin menyampaikan sesuatu, katakan saja"
Kakek berbaju kuning itu menarik napas panjang, kulit
wajahnya berkerut kencang menahan rasa sakit yang
luar biasa, ucapnya: "Aku tahu... kau... kau adalah
anggota partai bunga bwee, cuma itu tak penting,
asalkan kau bersedia..."
Mendadak ia terbatuk-batuk. dari lubang hidung dan
mulutnya darah segar menyembur keluar seperti
pancuran, kepalanya pelan-pelan terkulai lemas dan
badannya mengejang keras. jelas ia sudah tak mampu
mempertahankan diri lagi.
2454 Cepat-cepat Lim Han-kim memburu ke sisinya, dengan
menghimpun hawa murninya ia tepuk punggung kakek
itu keras-keras. Memperoleh saluran tenaga dalam dari Lim Han-kim
ini, peredaran darah di dalam tubuh si kakek yang mulai
berhenti itu segera mengalir dan berdetak kembali.
sambil menghela napas panjang Lim Han-kim berbisik,
"Bila locianpwee ingin menyampaikan sesuatu,
katakanlah Aku pasti akan berusaha memenuhi
permintaanmu itu sebisa mungkin"
Kakek berbaju kuning itu mengangkat kepalanya
memandang Lim Han-kim sekejap. lalu bisiknya: "si... si
penjual bakmi di... di rumah makan Hong-hoksio..."
Dengan susah payah dia mengucapkan beberapa
patah kata itu. Belum selesai ucapannya disampaikan, ia
sudah pejamkan mata dan menghembuskan napasnya
yang penghabisan. Dengan tak segan-segan mengerahkan tenaga
dalamnya, Lim Han-kim beberapa kali mencoba
membantu kakek tersebut untuk mendetakkan kembali
denyut jantungnya yang telah berhenti, namun usaha itu
gagal. Gagal menolong kakek berbaju kuning itu, Lim Han
kim mencoba memeriksa keempat lelaki lainnya, namun
tubuh keempat orang itu sudah kaku dan di-ngin, jelas
mereka sudah mati cukup lama.
Mengawasi tubuh si kakek berbaju kuning yang mulai
mendingin, ia menghela napas sedih sambil pikirnya:
"Dengan mengorbankan tenaga dalamnya yang dilatih
2455 selama puluhan tahun, dia hanya mampu
memperpanjang usianya selama dua jam saja. sayang
apa yang diharapkan dengan mengemukakan isi hatinya
pada orang yang dijumpai tidak terpenuhi seutuhnya,
sungguh kasihan orang ini"
Dengan demikian, dia pun tak berhasil mengetahui
identitas kelima orang itu, Dia juga tak tahu apakah
mereka adalah tuan rumah pemilik gedung itu atau
bukan. Dengan termangu- mangu diawasinya lilin yang
tinggal separuh batang itu, ia tak tahu bagaimana harus
membereskan kelima sosok mayat itu, akhirnya sambil
menghela napas dan memberi hormat katanya:
"Maafkanlah saya, saudaara-saudara berlima yang telah
di alam baka, Berhubung di sini tak tersedia peti mati,
aku tak bisa membantu kalian untuk membereskan
jenasah kalian semua ... "
selesai berdoa, dia membalikkan badan meninggalkan
ruangan itu dengan langkah lebar,
Terlihat olehnya kereta kuda yang mewah itu masih
diparkir di tepi pintu gerbang, sayang tirainya tertutup
hingga tidak nampak jelas apa isi dalam ruang kereta itu,
Tergerak hati Lim Han- kim, segera pikirnya:
"seandainya kereta ini milik kelima orang yang telah
tewas itu, berarti aku bisa menemukan tanda-tanda yang
menyangkut asal usul serta identitas mereka di dalam
ruang kereta ini. sebaliknya kalau bukan milik kelima
korban, kehadiran kereta mewah ini sangat
mencurigakan" 2456 Terdorong rasa curiga dan ingin tahunya, tanpa terasa
dia mengayunkan langkahnya menuju ke arah mana
kereta itu parkir, Tampak dua ekor keledai yang kekar
dan angker berdiri gagah di sana, namun anehnya kedua
ekor binatang ini hanya berdiri tanpa bergerak sedikit
pun. Pelan-pelan Lim Han-kim menyingkap tirai kereta,
Terlihat seorang lelaki yang berdandan sebagai kusir
kereta sedang duduk menanti di situ. Dengan perasaan
heran pemuda itu siap menegur serta menanyakan asal
usulnya. Tapi sebelum ia sempat bersuara, kusir kereta itu
sudah menegur lebih dulu: "Berangkat?"
Kembali hati Lim Han-kim ter-gerak. la segera
melangkah naik ke dalam ruang kereta seraya
mengangguk: "Yaa, berangkat."
Lelaki kusir kereta itu segera menerobos keluar dari
ruang kereta. Tali les ditarik dan kedua ekor keledai itu
segera bergerak meninggalkan tempat tersebut dengan
cepat. Lim Han-kim hanya duduk membungkam di dalam
kereta, Hingga kini ia masih belum tahu apa gerangan
yang sebenarnya telah terjadi Dalam suasana semangat
yang berkobar-kobar, rasa ingin tahunya membuat
pemuda ini tidak banyak melawan, ia biarkan dirinya
dibawa kereta tersebut melakukan perjalanan
Ia merasa kereta itu dilarikan kencang sekali, Rasanya
biar menunggang kuda jempolan macam apa pun sulit
untuk menandingi kecepatan lari kereta ini, boleh
2457 dibilang baru pertama kali ini dia menunggang kereta
secepat ini. Entah berapa lama kereta itu menempuh perjalanan...
suatu ketika, mendadak kereta itu berhenti Ketika Lim
Han-kim mengintip dari balik tirai, ia saksikan kereta
tersebut sudah berhenti di muka sebuah gedung
bangunan yang tinggi besar sambil melompat turun dari
kudanya, kusir itu berpesan: "Harap kau menanti
sebentar di situ, aku akan memberi laporan lebih dulu."
"silakan" sebenarnya lelaki itu sudah balikkan badan berjalan
beberapa langkah, mendadak ia balik kembali ke depan
kereta sembari berbisik, "Apakah kau telah berhasil?"
Membayangkan kembali peristiwa tragis yang ia
saksikan dalam ruang besar tadi, Lim Han-kim merasa
amat masgul, pikirnya: "Tampaknya kehadiran kereta ini
memang berhubungan erat dengan peristiwa berdarah di
gedung itu. Tapi aneh, cukup lama aku berada dalam
gedung tersebut tanpa menyaksikan sesuatu, mana
mungkin si pembunuh yang datang menunggang kereta,
setelah berhasil melaksanakan tugasnya malah kabur
dengan meninggalkan keretanya?"
ia tak habis mengerti, untuk beberapa saat dia tak
mengerti di mana letak alasannya. Terdengar lelaki kusir
kereta itu kembali menegur: "Apakah kau telah berhasil?"
Melihat gelagat tidak menguntungkan, buru-buru Lim
Han-kim mengerahkan tenaga dalamnya bersiap sedia.
sekarang ia baru tahu bahwa lelaki itu berdiri di
hadapannya dengan wajah terpejam dan mimik wajah
kaku. 2458 satu ingatan segera melintas dalam benaknya:
"Jangan-jangan orang ini buta..."
Terdengar lelaki itu menegur lagi dtngan nada gusar:
"Hei, aku bertanya padamu, sudahkah berhasil?"
BAB 22. Bertemu Lagi Dengan sang Adik
Menyaksikan orang itu makin gusar, Lim Han-kim
segera berpikir "Perduli amat apa maksudnya, lebih baik
kujawab dulu pertanyaannya itu." Maka ia pun menyahut
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seraya manggut: "Sudah berhasil"
Belum selesai dia menjawab, lelaki itu sudah
menggerakkan tangan kanannya melancarkan sebuah
cengkeraman dengan kecepatan bagaikan sambaran
kilat, Kelima jari tangannya bagaikan senjata kaitan
berusaha mencengkeram jalan darah kaku di
pergelangan tangan kanan anak muda itu.
Lim Han-kim menarik mundur pergelangan tangan
kanannya dan meloloskan diri dari ancaman tersebut
Gagal dengan cengkeramannya, kembali lelaki itu
menegur dingin: "Siapa kau?"
Ternyata jawaban dari Lim Han-kim barusan telah
menyadarkan lelaki tersebut bahwa logat suaranya jauh
berbeda dengan rekannya, Dengan nada tenang Lim
Han-kim menjawab: "Aku dari marga Lim, seharusnya
kau mengerti sejak tadi bahwa aku bukan rekan
sejawatmu" "Kurang ajar, bedebah, kau berani mempermainkan
aku?" teriak lelaki buta itu murka.
2459 Sepasang telapak tangannya kembali diayunkan
bergantian melepaskan gempuran ke arah kereta.
Dahsyat benar tenaga pukulan orang itu...
BlaaamBlaaammrn Diiringi benturan nyaring yang
memekikkan telinga, tiang kereta yang terbuat dari kayu
itu terhajar hancur dan beterbangan ke mana-mana,
Diam-diam Lim Han-kim merasa terperanjat sekali
setelah menerima dua buah pukulannya dan merasakan
betapa kuatnya tenaga pukulan orang itu, pikirnya: "Bila
ditinjau dari sasaran pukulannya yang melenceng, jelas
ia buta, buat apa kulayani orang cacad macam dia?"
Dengan tangan kanannya ia sambut sebuah
pukulannya dengan keras melawan keras, memanfaatkan
peluang tersebut tubuhnya melejit ke udara dan
meluncur turun di luar kereta.
Tampak bayangan manusia berkelebat kian kemari,
tahu-tahu dari empat penjuru telah muncul tujuhdelapan
orang lelaki bergolok yang mengepung Lim Hankim
rapat-rapat. Terdengar kusir buta itu berteriak keras: "Bajingan
tengik ini jahat sekali, jangan biarkan ia lolos"
Melihat jala n perginya sudah terkepung rapat
sementara musuh berhamburan datang dari empat
penjuru, Lim Han-kim sadar bahwa tanpa melalui suatu
pertarungan yang sengit, mustahil baginya untuk
meloloskan diri. Maka sambil meloloskan pedang Jinsiangkiam dari balik bajunya, ia berkata dingin: "saudara
sekalian, ketahuilah bahwa senjata tak bermata, jangan
paksa aku turun tangan, kalau tidak . . .jangan salahkan
jika terjadi banjir darah di tempat ini"
2460 Kecuali si kusir buta itu, di sekeliling tempat itu
terdapat pula delapan orang lelaki yang menghadang di
empatpenjuru, namun tak seorang pun di antara mereka
yang bersuara, bahkan terhadap hardikan Lim Han-kim
pun mereka bersikap tak acuh dan seolah-olah tidak
Pangeran Anggadipati 1 Pendekar Sakti Dari Lembah Liar Karya Liu Can Yang Pendekar Misterius 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama