Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 31
menjerit kaget. Ternyata manusia berambut panjang itu mempunyai
raut muka yang jeleknya tak ketolongan, selembar
wajahnya penuh bopeng seakan-akan kulit mukanya
habis dipatuki burung, wajah itu bukan cuma bopeng,
bahkan meninggalkan warna merah muda yang
menjijikkan "Laki- laki atau perempuan manusia aneh ini," pikir
Lim Han-kim. "Mungkinkah dia sudah berdiam selama
puluhan tahun dalam kuil Thian-li-bio ini?"
Sementara ia masih termenung, mendadak manusia
berambut panjang itu mengalihkan sorot matanya
langsung ke tempat persembunyian Lim Han-kim, lalu
dengan suara yang dingin hardiknya: "Kalian anggap
dengan menyembunyikan diri di belakang wuwungan
rumah, maka aku tak bisa mengetahui kehadiranmu?"
Lim Han-kim terkejut sekali.
"Tajam amat pandangan mata orang ini," pikirnya,
"Apa yang harus kuperbuat sekarang?" Untuk sesaat ia
jadi bimbang, panik dan tak tahu bagaimana harus
menjawab pertanyaan itu. 2617 Sementara ia serba salah, mendadak terdengar
seebun Giok-hiong menyahut: "Yaa, memang aku berada
di sini, mau apa kamu?"
Dengan suatu gerakan cepat ia melompat keluar dari
tempat persembunyiannya dan meluncur turun ke tengah
halaman. Dengan cepat Lim Han-kim meraba pedang Jin-siangkiamnya,
lalu menyusul di belakang seebun Giok-hiong.
Terdengar manusia aneh berambut panjang itu
tertawa terkekeh-kekeh, suaranya aneh menyeramkan:
"Ho he he... jadi kalian berdua yang menantang aku
untuk berduel?" Lim Han-kim berpaling, ia jumpai wajah seebun Giokhiong
yang semula cantik jelita bak bidadari dari
kahyangan kini telah berubah jadi aneh, menyeramkan
dan berwarna merah darah. Entah sejak kapan, rupanya
ia telah mengenakan topeng kulit manusia pada
wajahnya. seebun Giok-hiong tertawa dingin, jengeknya: "Kan
masih ada seorang lagi, kenapa tak suruh dia keluar
sekalian" Memangnya ia amat jelek hingga malu bertemu
orang?" Lim Han-kim membayangkan kembali bagaimana ia
diumpat sebagai manusia jelek sewaktu berada dalam
ruang kuil tadi, Tak disangka orang yang mengumpat
ternyata memiliki wajah jauh lebih jelek lagi, Hampir saja
ia tertawa tergelak saking gelinya.
Terdengar manusia berambut panjang itu berteriak
dengan geram: "Biarpun ia sudah tua sekarang, biar
2618 rambutnya telah berubah semua, namun kecantikan
wajahnya tetap tiada tandingannya di kolong langit
dewasa ini" "Kenapa tidak kau suruh dia keluar" Bagaimana aku
bisa percaya sebelum membuktikan sendiri katakatamu?"
ejek seebun Giok-hiong sambil tertawa.
Berkilat sepasang mata manusia berambut panjang
itu, ditatapnya kedua orang tersebut lama-lama,
kemudian katanya: "Aku rasa tampang muka kalian juga
tidak lebih menarik daripada raut wajahku. Baiklah, tak
ada salahnya kalau kusuruh dia keluar agar kalian bisa
buktikan sendiri.." setelah berhenti sejenak, teriaknya: "Hei, istriku
Ayohlah keluar Biar mereka saksikan sendiri kecantikan
wajahmu..." Mendengar sampai di sini, kembali Lim Han-kim
berpikir: "Rupanya mereka adalah sepasang suami istri...
Ehmmm, meski usia orang ini sudah begitu lanjut, tak
nyana ia masih memuji kecantikan wajah istrinya,
terbukti hubungan suami istri ini cukup mendalam dan
harmonis..." Terdengar suara dentingan nyaring bergema datang.
Dari belakang patung dewi yang roboh itu pelan-pelan
berjalan keluar seorang wanita yang cantik rupawan
Perempuan itu memiliki rambut sanggul yang penuh
dihiasi mutu manikam. Pakaian yang dikenakan juga
nampak berkilat dan mewah, entah terbuat dari bahan
apa. Namun sayang pakaian yang mewah dan mutu
manikam yang berharga tak dapat menutupi bekas-bekas
2619 penderitaannya yang mendalam, wajahnya sudah penuh
dengan kerutan. sambil tertawa hambar, seebun Giok-hiong berkata:
"Pakaian yang dikenakan memang mahal sekali
harganya, apalagi mutu manikam yang menghiasi
sanggulnya, mungkin bernilai puluhan laksa tail emas
murni..." sebagaimana diketahui, saat ini seebun Giok-hiong
sedang mengenakan topeng kulit manusia hingga
kecantikan wajahnya sama sekali terselubung dari
pandangan orang. Kakek berambut panjang itu cepat menimbrung: "
Yaa, pakaian mewah dan mutu manikam yang menghiasi
sanggulnya membuat kecantikan wajahnya berlipat
ganda, cukup setara bila dibandingkan dengan patung
dewi ini." "seandainya dia lebih muda tiga puluh tahun, mungkin
kecantikan wajahnya bisa masuk hitungan," ejek seebun
Giok-hiong sambil tertawa.
Ucapan ini benar-benar tajam dan penuh sindiran,
paras muka kakek berambut panjang dan perempuan
cantik itu seketika berubah hebat. Dengan penuh
amarah, perempuan cantik itu membentak keras: "Hei,
bocah perempuan kau anggap wajahmu jauh lebih cantik
ketimbang aku si nenek?"
seebun Giok-hiong berpaling memandang Lim Han-kim
sekejap. kemudian sahutnya sambil tersenyum: "Nah,
kau menyebut diri sebagai si nenek. hal ini membuktikan
bahwa kau masih tahu diri"
2620 "Bocah perempuan yang tidak tahu diri," teriak
perempuan cantik itu gusar. "Hari ini aku harus memberi
pelajaran yang setimpal kepadamu hingga kau tidak
kurang ajar lagi" seraya berkata, ia lancarkan sebuah
cengkeraman ke depan Dengan cekatan seebun Giok-hiong menghindar ke
samping meloloskan diri dari ancaman tersebut.
Gagal dengan serangannya, perempuan berwajah
cantik itu tidak meneruskan ancamannya, ia berhenti dan
mengawasi musuhnya dengan geram.
seebun Giok-hiong adalah seorang jagoan yang amat
cerdik, la segera merasa curiga setelah melihat
perempuan itu menghentikan langkahnya meski
serangan yang dilancarkan dengan penuh amarah itu
tidak berhasil mengenai sasaran
Ketika diperhatikan dengan cermat, ternyata betul
juga dugaannya, sepasang kaki perempuan itu rupanya
dirantai dengan seutas rantai berwarna putih yang
diikatkan pada dinding ruangan
satu ingatan segera melintas dalam benaknya:
"Ternyata perempuan ini memang disekap di sini. Kalau
begitu si suami yang amat mencintai istrinya memang
sengaja menyusul kemari untuk menemani sang istri di
kuil Thian-li-bio, bahkan kelihatannya sudah cukup lama
berdiam di tempat ini. Heran, kalau memang begitu,
kenapa ia tidak berusaha untuk memutuskan rantai itu
saja?" Sementara itu si kakek berambut panjang telah
berkata: "Nyonya, kau tak usah marah dan baliklah ke
bilik untuk beristirahat, akan kubekuk kedua kunyuk ini
2621 agar kau bisa menjatuhkan hukuman yang setimpal
kepada mereka" "Hmmm, hanya andalkan sedikit kemampuanmu itu?"
ejek seebun Giok-hiong sambil tertawa dingin.
Kakek berambut panjang itu membentak marah, tibatiba
ia lancarkan sebuah cengkeraman maut.
seebun Giok-hiong bisa merasakan betapa dahsyatnya
tenaga serangan tersebut, Belum lagi ujung jarinya
menempel badan, desingan angin tajam sudah menyayat
kuit, sadarlah gadis ini bahwa ilmu jari yang dikuasai
musuh telah amat sempurna.
Menghadapi kejadian seperti ini, seebun Giok-hiong
tak berani bertindak gegabah, Buru-buru badannya
mengelak ke samping untuk menghindarkan diri dari
serangan utama, lalu pergelangan tangan kanannya
dibalik, ia ganti menabok tangan kanan kakek tersebut.
Kakek berambut panjang itu segera menarik kembali
tangan kanannya, sementara tangan kirinya secepat kilat
meluncur ke muka melepaskan sebuah gempuran.
seebun Giok-hiong pun langsung menghimpun tenaga
murninya, Tangan kirinya didorong ke muka menyambut
datangnya pukulan tersebut dengan cara keras lawan
keras. Blaaammmm. . . Diiringi suara benturan yang keras, kedua kekuatan itu
saling bentur satu sama lain, akibatnya kedua belah
pihak sama-sama terdorong mundur satu langkah.
Dengan wajah tertegun kakek berambut panjang itu
berseru: "Hebat betul tenaga dalam yang kau miliki
Beranikah kau menerima sebuah pukulanku lagi?" Tanpa
2622 menunggu jawaban dari lawan, sekali lagi ia lepaskan
sebuah gempuran dengan jurus sekop Terbang
Membentur Lonceng. seebun Giok-hiong tertawa dingin Jari tangannya
segera menyentil ke depan, segulung desingan angin
tajam langsung menyergap urat nadi pergelangan tangan
kakek berambut panjang itu.
Tampaknya si kakek sudah sadar bahwa musuh yang
dihadapinya sangat tangguh, Dengan cepat dia mundur
dua langkah untuk menghindari gempuran tersebut, lalu
dengan sorot mata yang tajam ditatapnya wajah seebun
Giok-hiong lekat-lekat sampai lama kemudlan baru ia
menegur dengan suara dingin: "sudah lama ilmu sentilan
Jari sakti lenyap dari dunia persilatan, dari mana kau
pelajari ilmu tersebut?"
Tergerak juga hati seebun Giok-hiong setelah melihat
lawannya berhasil menyebutkan ilmu silat yang
dipakainya dalam sekali gebrakan saja, pikirnya: "Ditinjau
dari kemampuannya untuk mengenali ilmu jari Tan-cisinkang yang barusan kugunakan, bisa disimpulkan
bahwa dia bukan manusia sembarangan Tampaknya aku
tak bisa menghindari pertarungan yang amat sengit hari
ini. Namun jika orang ini bisa kutaklukkan dan mau
bekerja untukku, jelas dia akan sangat bermanfaat
bagiku." setelah mengambil keputusan, dia pun berkata:
"Ditinjau dari kemampuanmu untuk mengenali ilmu jari
Tan-ci-sin-kang, terbukti kau memang cukup hebat,
sepantasnya jika kau tahu diri dan segera mengundurkan
diri" 2623 "Hmmm" kakek berambut panjang itu mendengus
gusar. "Biarpun ilmu jari Tan-ci-sin-kang termasuk ilmu
langka dalam dunia persilatan, bukan berarti aku takut
kepadamu" "He h e h e... berarti kau ingin cari mampus" ejek
seebun Giok-hiong sambil tertawa dingin
Karena ia punya tujuan tertentu, maka gadis ini
sengaja memancing amarah kakek tersebut sehingga
lawan akan menyerang dengan sepenuh tenaga, Dengan
mengandalkan kelihaiannya, gadis itu bermaksud
menaklukkannya hingga mau bekerja untuknya.
Betul juga, dengan penuh amarah kakek berambut
panjang itu mengumpat. "Perempuan busuk, besar amat
nyalimu" Sepasang tangannya secara berantai melepaskan
pukulan demi pukulan, Dalam sekejap mata ia sudah
lancarkan delapan buah pukulan dahsyat, Kedelapan
pukulan ini dirangkai menjadi satu dan dilancarkan
dengan kecepatan luar biasa, membuat orang susah
berkelit maupun bernapas.
Menyaksikan adegan ini diam-diam Lim Han-kim
menghela napas panjang, pujinya dalam hati: "Benarbenar
serangkai ilmu pukulan yang luar biasa hebatnya"
Sayangnya musuh yang dihadapi kali ini memang luar
biasa lihainya, dengan enteng dan santai Seebun Glokhiong
berhasil menghindari kedelapan buah pukulan itu
tanpa satu jurus pun berhasil menjawil ujung bajunya.
Malahan sambil tertawa dingin kembali, ejeknya:
"Bagaimana" Sudah takluk?"
2624 "Hmmm, ilmu Langkah Tujuh Bintang Jit-to-huansengoh milik Biau-in Ancu dari Lam hay memang ilmu
langkah hebat, tapi jangan harap kau bisa mengelabui
aku" Seebun Gok-hiong segera mengernyitkan alis matanya
sambil berpikir: "Pengetahuan yang dimiliki orang ini
benar-benar amat luas jarang ada orang persilatan yang
memiliki kemampuan semacam dia."
Berpikir begitu segera katanya: "Bila dugaanku tak
keliru, ilmu pukulan yang kau pergunakan seharusnya
adalah delapan belas jurus ilmu Pukulan Penyanggah
Langit" "Tepat sekali Tak nyana kau bisa mengetahui asal-usul
ilmu pukulan yang kugunakan"
"Hmmm, kau tak usah takabur dulu, Bandingkan saja
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
antara ilmu Langkah Tujuh Bintang dengan delapan belas
jurus ilmu Pukulan Penyanggah Langit, mana yang lebih
unggul?" Tiba-tiba kakek berambut panjang itu mendongakkan
kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. sahutnya: "Dua
jenis ilmu sakti itu memiliki ciri yang berbeda, mana
mungkin bisa dibandingkan satu dengan lainnya..."
Kemudian setelah berhenti sejenak, lanjutnya: "selama
bertahun-tahun, belum pernah kujumpai seseorang yang
sanggup menandingi kelihaian ilmu silatku, beruntung
sekali aku dapat menjumpai kau hari ini. Hoi, bocah
perempuan kita harus bertarung habis-habisan hari ini"
"Aku yakin kau pasti keok di tanganku" ejek seebun
Giok-hiong lagi. 2625 "Aaaah, belum tentu"
"Kau berani bertaruh denganku?"
"Bagaimana taruhannya?"
"Kalau aku kalah di tanganmu, maka selama hidup aku
bersedia melayani kalian berdua sebagai dayang dan
melaksanakan semua perintahmu, tapi bagaimana jika
kau yang kalah?" "Aku..." Tiba-tiba ia berpaling memandang ke arah nyonya
cantik itu dan segera membungkam. Tampak nyonya
cantik itu mencibirkan bibirnya dan menjawab: "Kalau
kami yang kalah, kami berdua segera akan pergi dari kuil
Thian-li-bio ini dan menyerahkan kuil ini kepadamu"
"Baik" sambung kakek berambut panjang itu. "Aku
setuju dengan usul istriku" Dengan kening berkerut
seebun Giok-hiong tertawa dingin.
"Kalau ingin taruhan, taruhannya mesti adil, Apa kalian
berdua tidak merasa bahwa taruhan kalian kelewat
enteng?" "Lalu bagaimana menurut pendapatmu?"
"Kita harus bertaruh secara adil, Karena aku bersedia
jadi pelayan kalian, bila aku kalah, maka jika kalian
berdua yang kalah, kalian harus jadi pelayanku juga"
Kembali kakek berambut panjang itu berpaling ke arah
nyonya cantik itu sambil bertanya: "Bagaimana" Mau
bertaruh tidak?" "Kau yakin bisa mengalahkan mereka?"
2626 "Tentu saja yakin"
"Baik, kalau begitu kita terima dia sebagai pelayan"
Mendengar tanya jawab kedua orang ini, seebun Giokhiong
tak bisa menahan rasa gelinya lagi, ia tersenyum,
kepada Lim Han-kim katanya: "Bila aku berhasil
menerima kedua orang budak tua yang berilmu tinggi ini
sebagai pelayanku, maka cita-citaku untuk merajai dunia
persilatan pasti akan terwujud lebih awal"
Mendadak kakek berambut panjang itu menerjang
maju ke muka, sebuah pukulan langsung dilontarkan ke
atas bahu kiri seebun Giok-hiong sambil membentak
keras: " ingin kucoba apakah ilmu langkah tujuh bintang
serta ilmu sentilan jari saktimu benar-benar mampu
mengungguli delapan belas jurus ilmu pukulan
Penyanggah Langitku"
sementara pembicaraan masih berlangsung, secara
beruntun dia telah lepaskan delapan buah pukulan
berantai Dengan cekatan seebun Giok-hiong berkelit kesana
kemari dengan mengandalkan ilmu langkah tujuh
bintangnya, sementara itu jari tangan kanannya
menyentil berulang kali melepaskan rangkaian serangan
yang mengancam jalan darah penting di tubuh kakek
berambut panjang itu. sebagai dua orang jagoan yang berwatak tinggi hati,
kedua orang ini sama-sama enggan mengeluarkan jurus
silat lain. Kakek berambut panjang itu berusaha
mencecar lawannya dengan mengandalkan kedelapan
belas jurus ilmu pukulan Penyanggah Langit-nya,
sedangkan seebun Giok-hiong tetap berkelit dengan ilmu
2627 Langkah Tujuh Bintang dan menyerang dengan ilmu
sentilan jari tangan-nya.
BAB 28. Taruhan Menjadi Pelayan
Lim Han- kim hanya menonton jalannya pertarungan
itu dengan wajah kesemsem, sekalipun kedua orang itu
hanya membatasi diri dengan menggunakan dua jenis
ilmu silat, namun perubahan gerakannya betul-betul
hebat dan luar biasa. Meskipun ilmu Pukulan Penyanggah Langit yang
diandalkan kakek berambut panjang itu hanya terdiri dari
delapan belas jurus, namun setelah digunakan ternyata
memiliki perubahan yang luar biasa banyaknya, sebentar
ia menyerang dengan menggunakan tangan tunggal,
sejenak kemudian mencecar dengan kedua belah
tangannya, namun jurus yang digunakan ternyata
berlainan satu sama lainnya.
Pertarungan yang berlangsung saat ini betul-betul
merupakan suatu pertarungan sengit yang langka terjadi
dalam dunia persilatan pertarungan itu membuat Lim
Han- kim begitu terpesona hingga lupa segala-galanya.
Tak selang berapa saat kemudian, kedua belah pihak
telah bertempur hingga ratusan jurus lebih, namun
keadaan tetap berimbang dan tak satu pun berhasil
mengalahkan lawannya. Tiba-tiba kakek berambut panjang itu memperketat
serangannya, setelah melepaskan tiga buah pukulan
berantai, ia melompat mundur sambil berteriak: "Tahan"
2628 "Ada apa?" seebun Giok-hiong ikut menghentikan
serangannya dan mundur dua langkah.
"Bila pertarungan harus dilangsungkan dengan cara
begini, aku rasa walau bertarung sampai besok pun,
susah untuk menentukan siapa lebih unggul di antara
kita" "Lalu apa pendapatmu?"
"Aku tak perlu harus terus menggunakan delapan
jurus ilmu pukulan Penyanggah Langit, sedang kau pun
tak terbatas hanya menggunakan ilmu Langkah Tujuh
Bintang serta ilmu sentilan jari sakti. Kita masing-masing
bebas menggunakan segala kemampuan yang dimiliki
untuk bertarung habis-habisan, Aaaai... sudah puluhan
tahun aku tak pernah bertarung melawan seseorang
hingga sepuas hari ini"
"Baik, kupenuhi permintaanmu itu"
"Ha ha ha... puas sungguh puas Tak nyana kau meski
cuma seorang bocah perempuan, namun punya
kegagahan yang mengagumkan" selesai bicara, ia
membentak nyaring dan segera lancarkan sebuah
gempuran dahsyat seebun Giok-hiong segera mengayunkan tangan
kanannya, Dengan ujung jari dan jari tengahnya, ia
sodok urat nadi pada pergelangan tangan kakek
tersebut. Buru-buru kakek berambut panjang itu menarik
tangannya sambil membatalkan serangan. Diiringi
bentakan nyaring, telapak tangan kirinya kembali
melancarkan sebuah bacokan kilat.
2629 Dalam melancarkan setiap pukulannya, kakek itu
selalu membentak nyaring lebih dulu, Hasil pukulan yang
dilontarkan ternyata dahsyat, bahkan diselingi desingan
angin tajam yang membuat baju para penonton di
seputar arena pun turut berkibar.
Diam-diam Lim Han- kim berpikir: " Kehebatan tenaga
pukulan kakek ini jarang sekali dijumpai dalam dunia
persilatan sayang, kendatipun ia memiliki tenaga dalam
yang sempurna, bila pertarungan harus dilalui dengan
cara begini, mungkin ia tak bisa bertahan lama.
Tampaknya seebun Giok-hiong enggan melayani kakek
tersebut dengan pertarungan keras lawan keras, selama
pertempuran berlangsung, sepasang tangannya hanya
mengandalkan ilmu memotong urat untuk mengancam
nadi-nadi penting di tangan lawan yang memaksa kakek
berambut panjang itu membatalkan setiap ancamannya
di tengah jalan. Pertarungan ini benar-benar merupakan suatu
pertarungan tenaga melawan akal, Keganasan ilmu jari
yang digunakan seebun Giok-hiong serta keganasan dan
kedahsyatan ilmu pukulan kakek berambut panjang itu,
ditambah pula dengan suara-suara bentakan yang
memekik telinga, membuat pertarungan ini berlangsung
amat sengit dan amat berbahaya.
Dilihat dari kedahsyatan tenaga pukulan dari kakek
berambut panjang itu, seandainya seebun Giok-hiong
tersambar sekali saja, niscaya nyawa gadis itu bakal
melayang, namun ilmu jari yang diandalkannya justru
mampu membatalkan setiap ancaman yang dagang,
bahkan dipakai tepat pada saatnya.
2630 Tak selang berapa saat kemudian, kakek berambut
panjang itu sudah lepaskan ratusan pukulan dahsyat,
sementara seebun Giok-hiong juga telah membendung
ratusan pukulan itu, Namun suara bentakan yang
dilontarkan justru makin lama makin nyaring, Angin
pukulan yang dilepaskan juga kian lama kian bertambah
kuat dan ganas, seakan-akan dia memiliki tenaga dalam
yang tiada habisnya. Kembali kedua belah pihak bertarung hampir dua
puluh gebrakan, Tiba-tiba terdengar seebun Giok-hiong
membentak nyaring: "Hati- hati"
Mendadak permainan jurusnya berubah, Dengan
tangan kanan melepaskan pukulan dan tangan kiri
melepas sentilan jari, ia kembangkan serangan balik
yang tak kalah dahsyatnya.
Ketika desingan angin jarinya yang cepat berhasil
mendesak keluar pukulan yang dilepaskan kakek
berambut panjang itu, pukulan tangan kanannya segera
menerobos masuk-pukulan yang dilontarkan tak nampak
hebat, juga tak kedengaran deruan angin pukulan yang
kuat, tapi kakek berambut panjang itu berhasil dipaksa
untuk mundur berulang kali.
Lim Han- kim yang menonton jalannya pertarungan
dari sisi arena diam-diam harus memuji juga, pikirnya:
"llmu silat yang dimiliki seebun Giok-hiong benar-benar
luar biasa hebatnya, jika malam ini ia benar-benar
berhasil menaklukkan sepasang manusia yang tak
diketahui asal-usulnya ini, posisinya ibarat harimau
tumbuh sayap. Dunia persilatan akan bertambah repot
lagi menghadapi kedua gembong iblis ini..."
2631 sementara dia masih termenung, mendadak terdengar
nyonya cantik itu berteriak keras:
"Hei bocah jelek, berani kau bertarung melawanku?"
Lim Han- kim angkat kepalanya memandang nyonya
cantik itu sekejap. lalu tanyanya: "Kau ingin
menantangku untuk berduel?"
"Dalam ruangan kuil Thian-li-bio ini cuma ada empat
orang. Dua orang sudah bertarung, berarti tinggal dua
orang lagi, Kalau aku tidak menantangmu, lantas kau
anggap aku menantang diriku sendiri?"
Lim Han- kim segera berpikir. "Ilmu silat yang lelaki
saja sudah begitu hebat dan luar biasa, jelas kepandaian
silat yang dimiliki perempuan ini tak kalah hebatnya, Aku
tak mungkin menolak tantangan wanita ini, Menampik
tantangan seorang wanita akan sangat memalukan diriku
dan menurunkan pamorku. Tampaknya malam ini aku
mesti bertarung habis-habisan, aku tak boleh tunjukkan
kelemahan di hadapannya."
Berpikir sampai di situ, ia pun menjawab dengan suara
dingin: "Kita akan bertarung dengan cara apa?"
Nyonya cantik itu termenung berpikir sejenak.
kemudian jawabnya: "Terserah kau, mau adu pukulan
tangan kosong atau beradu senjata?"
"Bertarung dengan senjata kelewat bahaya,
bagaimana kalau kita beradu tangan kosong saja?"
"Baik, bagaimana kalau kita pun bertaruh?"
"Celaka," pikir Lim Han- kim. "Bagaimana mungkin aku
bertaruh dengannya" Asal ilmu silat yang dimilikinya ada
2632 separuh saja dari kemampuan yang dimiliki suaminya,
aku sudah tak mampu mengungguli dia..."
Meski berpikir begitu, tanpa sadar ia bertanya juga:
"Apa yang kita pertaruhkan?"
"Kalau kita harus tentukan taruhan sendiri, rasanya
kelewat repot, bagaimana kalau kita bertaruh secara
berangkai saja?" "Bertaruh secara berangkai" Bagaimana maksudmu?"
"Pertaruhan kita mempertaruhkan menang kalah
mereka berdua saja, Bila dia kalah, aku pun kalah hingga
kami berdua sama-sama kalah, maka kami akan
mengaku kalah dengan perasaan puas..."
setelah melirik sekejap pertarungan yang masih
berlangsung antara seebun Giok-hiong dengan kakek
berambut panjang itu, kembali lanjutnya: "Sebaliknya
bila bocah perempuan itu kalah dan kaupun kalah di
tanganku, berarti kalian berdua sama-sama kalah, maka
kalian harus secara ikhlas menjadi budakku..."
"Bagaimana kalau masing-masing pihak menang sekali
kalah sekali?" "Bila aku dapat mengungguli kau sedangkan suamiku
kalah di tangan bocah perempuan itu, maka pertarungan
harus dibatalkan Kita harus mengulangi kembali dengan
pertaruhan baru" Cepat-cepat Lim Han- kim gelengkan kepalanya
berulang kali. 2633
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak bisa Lebih baik apa yang kita pertaruhkan
hanya terbatas untuk kita berdua, tak perlu disangkut
pautkan dengan orang lain"
Karena ia tak yakin bisa mengungguli nyonya cantik
itu, pemuda tersebut tak berani menyanggupi
tantangannya. Melihat pemuda itu sangsi, sambil tertawa dingin
nyonya cantik itu mengejek lagi:
"sebagai seorang lelaki sejati, masa kau tak punya
keberanian untuk melayani tantangan perempuan tua
macam aku?" Rupanya perempuan cantik ini sudah melihat bahwa
pertarungan antara suaminya melawan seebun Giokliong
bakal di-menangkan gadis tersebut. Untuk
menghindari taruhan yang menyebabkan mereka harus
jadi pelayan gadis tersebut, dia pun melirik Lim Han- kim
yang dipandangnya sebagai musuh enteng. Dia berharap
bisa mengalahkan pemuda tersebut dan membatalkan
pertaruhan tersebut. Termakan sindiran tersebut, kontan saja Lim Han- kim
naik darah. Dengan kening berkerut ia berseru: "Nyonya,
jadi kau anggap aku takut kepadamu?"
"Yaa, sudah sepantasnya kau takut kepadaku" ejek
nyonya cantik itu sambil tertawa.
"omong kosong" bentak Lim Han- kim sambil
meluncurkan sebuah pukulan dahsyat ke depan.
Nyonya cantik itu segera mengebaskan tangannya
menangkis pukulan itu, kembali ia berseru: "Bagaimana
dengan taruhannya?" 2634 "Kita tak usah bicara soal taruhan, Masing-masing
pihak boleh andalkan semua kekuatan yang dimiliki untuk
meraih kemenangan, yang kuat akan unggul dan yang
lemah akan mampus" sepasang kepalannya diayunkan,
beruntun ia melepaskan dua pukulan berantai yang
dahsyat. Dengan enteng dan cekatan perempuan cantik itu
berkelit dari dua pukulannya itu, lalu ia kembali berseru
dengan ketus: "Jika kau enggan bertaruh, sama artinya
dengan mencari penyakit buat diri sendiri" sementara
berbicara, ia lepaskan dua serangan balasan.
Diam-diam Lim Han- kim berpikir: "Tampaknya ilmu
silat perempuan ini tak beda jauh dengan kepandaian
yang dimiliki kakek berambut panjang itu, Aku tak boleh
membiarkan ia menduduki posisi di atas angin." Berpikir
begitu, secara beruntun kepalannya melepaskan lagi
serangkai pukulan berantai.
Didesak hebat oleh serangan Lim Han- kim, mau tak
mau perempuan cantik itu harus mengeluarkan pula
segenap kemampuannya untuk saling menyerang dengan
lawannya. Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah bertarung
hampir empat-lima puluh gebrakan, Di awal pertarungan
perempuan cantik itu belum menunjukkan kehebatan
atau keistimewaannya, ia mengambil posisi bertahan dan
membiarkan Lim Han- kim melepaskan pukulan
gencarnya. Begitu lewat empat-lima puluh gebrakan, tiba-tiba
perempuan cantik itu mulai melancarkan serangan
2635 balasan, pukulan demi pukulannya dilancarkan makin
lama semakin hebat. Belasan gebrakan kemudian, jurus serangan yang
digunakan perempuan cantik itu makin gencar dan
hebat, Dalam keadaan demikian, bukan saja Lim Hankim
tak berhasil melancarkan serangan balasan, ia malah
keteter hebat dan terperosok dalam posisi yang
berbahaya sekali. Pada saat itulah tiba-tiba terdengar seebun Giok-hiong
berseru: "saudara Lim, cepat mundur tiga langkah
sebelum meneruskan pertarungan ketahuilah sepasang
kakinya sudah dirantai orang ke atas dinding, Bila kau
mundur tiga langkah, maka jangkauannya tak bakalan
mencapai tubuhmu. serangannya yang dahsyat pun akan
hilang separuh daya hancurnya"
Mendengar teriakan itu, Lim Han- kim segera berpikir
"Tampaknya segala masalah akan nampak gampang dan
sederhana sekali bila rahasianya sudah terungkap. Ketika
masuk ke dalam ruang kuil Thian-li-bio tadi kami berdua
sama-sama sudah melihat rantai yang membelenggu
perempuan itu, heran, kenapa aku tak berpikir sampai ke
situ?" sambil berpikir ia benar-benar menuruti anjuran
tersebut dengan mundur berapa langkah.
Tampaknya perempuan cantik itu pun sudah menduga
niat Lim Han- kim. Mendadak ia lancarkan serangan
mematikan, tangan kanannya melepaskan sebuah
pukulan dahsyat sementara kelima jari tangan kirinya
dipentangkan lebar-lebar dan langsung mencengkeram
tubuh pemuda tersebut 2636 Buru-buru Lim Han- kim mengeluarkan jurus Burung
Merak Pentang sayap untuk membendung gempuran
perempuan tersebut, kemudian kakinya mundur
setengah langkah menghindari datangnya cengkeraman
maut itu. Mendadak perempuan cantik itu menekuk kelima jari
tangannya sambil menyentil, beberapa desingan tajam
langsung menggempur bahu kiri Lim Han- kim.
Pemuda itu seketika merasakan lengan kirinya
kesemutan sadar kalau gelagat tidak menguntungkan,
buru-buru dia menghimpun tenaga murninya dan
melompat mundur sejauh lima langkah.
Apa mau dikata, sepasang kaki perempuan cantik itu
dirantai ke atas dinding, Begitu Lim Han- kim melompat
mundur, posisi pemuda itu pun telah berada di luar
jangkauan tangannya lagi, otomatis ia tak sanggup
melanjutkan sergapannya. Di saat lengan kiri Lim Han-kim menderita luka itulah,
pertarungan antara seebun Giok-hiong dengan si kakek
berambut panjang telah menunjukkan hasil, Terdengar
kakek berambut panjang itu mendengus tertahan, secara
beruntun tubuhnya mundur sejauh tiga langkah sebelum
berhasil berdiri tegak kembali.
seebun Giok-hiong berdiri dengan wajah dingin dan
serius, sambil menyeka peluh dingin yang membasahi
jidatnya ia menegur: "Bagaimana" Mengaku kalah?"
seraut wajah kakek berambut panjang yang jelek dan
aneh itu kini sudah berubah jadi merah padam, ia
mendongakkan kepalanya dan menghembuskan napas
panjang. "Yaa, aku harus mengaku kalah," sahutnya.
2637 seebun Giok-hiong tersenyum, katanya lagi: "Padahal
ilmu silat kita berimbang, Aku hanya lebih mujur karena
berhasil mengungguli kau satu jurus"
sebagaimana diketahui, gadis ini berniat menarik
lawannya agar memihak dia, karena itu nada
pembicaraannya ikut berubah pula, Dia tak ingin
membuat malu orang tersebut sehingga jadi nekat dan
beradu jiwa dengannya. Perempuan cantik itu buru-buru menyela: "Meskipun
kau berhasil melukai suamiku, tapi aku pun berhasil
melukai suamimu, jadi kita berimbang"
Waktu itu Lim Han-kim merasa beberapa buah jalan
darah pada lengannya terasa sakit sekali. ia jadi naik
pitam setelah mendengar perkataan itu, teriaknya
segera: "Hei, apa yang kau ocehkan?"
"Memangnya aku salah bicara?"
"Kami memang bukan suami istri" buru-buru Seebun
Giok-hiong menerangkan sambil tertawa.
"sekalipun bukan suami istri, kalian tentu sepasang
kekasih" "sayang, kami pun bukan pasangan kekasih"
"Kalau bukan suami istri, juga bukan sepasang
kekasih, kenapa kalian melakukan perjalanan bersama"
Macam apa itu?" teriak perempuan cantik itu gusar.
"Kau tak usah mencampuri urusanku" tukas Lim Hankim
ketus, "Aku toh sudah jelaskan sejak awal,
pertarungan kita tak ada sangkut pautnya dengan
pertarungan mereka" 2638 "sekalipun tak ada sangkut pautnya, tapi pertarungan
kita juga belum selesai Ke sini kamu, biar kucabut
nyawamu untuk memenuhi janjiku tadi"
"sudah, sudahlah," sela kakek berambut panjang itu
tiba-tiba sambil menggoyangkan tangannya berulang
kali, "Selama bertahun-tahun aku selalu berharap bisa
menderita kekalahan, tapi harapanku itu belum pernah
terkabul. Hari ini beruntung sekali aku dapat berjumpa
dengan nona yang berilmu sangat tinggi, aku benarbenar
kalah dengan ikhlas..."
"Apa"Jadi kau benar-benar hendak memenuhi janjimu
dan berbakti sebagai pelayannya?" potong perempuan
cantik itu "Pembicaraan kaum perempuan macam kau boleh saja
tak usah dipegang, tapi sebagai seorang lelaki sejati aku
tak ingin ingkar janji, setelah kalah, aku wajib memenuhi
janjiku." Perempuan cantik itu menghela napas panjang,
katanya kemudian: "Aku tahu, kau ingin pergi
meninggalkan tempat ini. Aaaai... sudah puluhan tahun
lamanya kau sekap aku di sini, sesungguhnya akupun
sudah terbiasa dengan penghidupan yang sepi macam
begini, Tak nyana justru kaulah yang tak tahan dengan
penghidupan sepi di sini..."
"Siapa bilang aku tak tahan dengan penghidupan
begini" bantah kakek berambut panjang itu mencakmencak.
"Aku hanya kalah bertanding dengan orang
sehingga aku tak ingin ingkari janjiku"
2639 "Setelah kepergianmu jadi pelayannya, bagaimana
pula dengan aku" Kau hendak tinggalkan aku seorang
diri di sini?" "Tentu saja aku akan mengajakmu pergi"
"Tapi ingat, dalam dunia persilatan banyak terdapat
jago-jago yang ganteng dan gagah. Kau tak takut aku
jatuh cinta kepada mereka dan meninggalkan dirimu"
pikirlah dulu, jangan menyesal di kemudian hari"
Lim Han-kim yang mendengar perkataan tersebut jadi
tertegun, pikirnya tanpa terasa: "Kenapa perempuan itu
bicara begitu" Apa maksudnya memaksa suaminya agar
tidak meninggalkan dirinya?"
Tampak kakek berambut panjang itu berjaan mondarmandir
dengan perasaan tak tenang, sambil berjalan
gumamnya: "Justru persoalan inilah yang paling aku
khawatirkan. Aaaai... gara-gara persoalan ini, sudah
puluhan tahun aku terbelenggu di tempat ini, sudah
kusia-siakan masa remajaku dengan percuma."
Kini Lim Han-kim baru mengerti duduknya persoalan
Diam-diam ia jadi geli sendiri, pikirnya: "Rupanya dia
takut istrinya tertarik dengan pria lain, maka ia sengaja
menyekap istrinya di tempat ini, bahkan mengurungnya
sampai puluhan tahun. Tindakan orang ini betul-betul
tolol. Masa sampai dia sendiri pun rela berdiam di tempat
seperti ini hanya untuk menemani istrinya... Di lain sisi
terbukti juga bahwa cinta kasihnya terhadap sang istri
teramat mendalam, meski agak goblok."
Dalam saat itu si kakek berambut panjang masih
berjalan hilir mudik sambil bergumam tiada hentinya,
jelas ia tak bisa mengambil keputusan gara-gara
2640 pertanyaan yang diajukan istrinya itu. Selama ini Seebun
Glok-hiong hanya berdiam diri saja tanpa komentar
sekecap pun. Tiba-tiba kakek berambut panjang itu menghentikan
langkahnya seraya berseru: "Aaaah, ada akal, ada akal
Aku berhasil temukan sebuah cara yang bisa mencegah
agar kau tidak mencintai orang lain"
"Apa caramu itu?" tanya perempuan cantik itu.
Tiba-tiba kakek berambut panjang itu kembali
menghela napas panjang, katanya: "cara ini bagusnya sih
bagus, cuma kau bakal lebih sengsara"
"Tidak apa-apa, coba kau terangkan"
"cantik jeleknya seseorang bukankah tergantung pada
pandangan sepasang mata?"
"Betul, dan kau berniat mencongkel keluar sepasang
mataku ini agar aku tak bisa melihat kegantengan lelaki
iain?" "Tepat sekali dugaanmu cuma aku membayangkan
kembali betapa menderita dan tersiksanya kau tatkala
kucongkel keluar sepasang biji matamu nanti, sehingga
aku merasa cara ini kurang baik,"
Tergerak perasaan Lim Han- kim setelah mendengar
perkataan ini, diam-diam dia berpikir. "sungguh tega dan
keji perasaan orang ini Hanya gara-gara khawatir istrinya
tertarik pada kegantengan lelaki lain, ia begitu tega
hendak mencongkel keluar sepasang matanya."
sebaliknya seebun Giok-hiong hanya berdiri santai di
tempat itu. ia bersikap tak acuh terhadap tanya jawab
2641 kedua orang itu, seolah-olah tidak mendengar sama
sekali. "Baiklah" terdengar perempuan cantik itu berkata
kemudian, "Selama ini aku memang bukan tandinganmu.
Jika kau bersikeras hendak mencongkel sepasang
mataku, lakukanlah sesuai dengan keinginanmu"
"Biarpun aku sangat ingin mencongkel keluar
sepasang matamu, tapi aku pun tak tega menyaksikan
kau tersiksa dan menderita, Kita harus temukan dulu
sebuah jalan pemecahan yang sempurna."
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lim Han- kim tak sanggup menahan diri lagi tiba-tiba
ia menimbrung: "cara apa pun yang bakal kau temukan,
mencongkel sepasang matanya sama berarti
membuatnya menjadi cacad, dengan membuatnya jadi
cacad, apa bedanya dengan membuat ia menderita?"
Mencorong sinar tajam dari balik mata kakek
berambut panjang itu, ditatapnya wajah Lim Han- kim
dengan garang, lalu umpatnya: "Anjing sialan, apa
urusannya dengan kau?"
"Manusia ini benar-benar tidak tahu diri.." pikir Lim
Han-kim dalam hati. Dengan suara berbisik seebun Giok-hiong segera
berkata: "orang itu pencemburu berat, Asal kau tidak
mengajak bininya bicara, urusan apa saja dapat
dirundingkan" Terdengar perempuan cantik itu berkata: "Suamiku,
begini saja, bagaimana kalau kau biarkan aku berdiam
seorang diri di kuil Thian-ii-bio ini?"
2642 "Tidak bisa" Kakek berambut panjang itu gelengkan
kepalanya berulang kali, "Membiarkan kau berdiam
seorang diri di sini membuat hatiku semakin tak lega."
Tiba-tiba seebun Giok-hiong menimbrung: "Bukankah
kau hanya tak ingin dia tertarik dengan pria lain?"
"Betul" kakek itu membenarkan
"Kalau begitu kau tak perlu mengorek biji matanya.
Aku punya pemecahan yang amat bagus."
"Nona, bagaimana caramu?" seebun Giok-hiong
tertawa. "Aku akan membiarkan dia menelan sejenis obat,
setelah itu dia akan menaruh rasa benci dan muak yang
amat sangat terhadap kaum pria. Bila rasa muak itu
sudah muncul, otomatis dia tak bakal tertarik lagi pada
pria lain." "Apakah obat tersebut dapat dipercaya?" tanya si
kakek dengan kening berkerut
"Tanggung sangat manjur" setelah berhenti sejenak.
seebun Giok-hiong meneruskan "Cuma ada satu hal aku
perlu jelaskan lebih dulu."
"Masalah apa?" "setelah dia minum obat tersebut, maka rasa muaknya
terhadap kaum pria akan berlaku merata, termasuk juga
terhadap dirimu sendiri".
"Itu bukan masalah"sahut kakek itu cepat-cepat.
"Kalau begitu, beres sudah"
2643 Kakek berambut panjang itu segera menjulurkan
tangannya ke muka sambil berkata:
"sekarang serahkan dulu obat tersebut kepadaku"
"Kenapa kau terburu napsu?" sahut seebun ciiok hiong
dengan kening berkerut "Lagipula obat tersebut tidak
berada dalam sakuku sekarang..."
"Sebelum dicobakan, dari mana aku bisa tahu jika
obat itu pasti manjur dan bisa dipercaya."
Hampir meledak suara tertawa Lim Han-kim saking
gelinya menyaksikan tingkah pola kakek itu. ia pun
berpikir "Dari dulu sampai sekarang, mungkin hanya dia
seorang yang punya rasa cemburu sehebat ini."
Kebetulan waktu itu si kakek sedang melirik ke arah
Lim Han-kim. Melihat ujung bibir pemuda itu
menyungging senyuman, dengan mata mendelik kontan
ia membentak penuh amarah: "Hei, apa yang kau
tertawakan?" Lim Han-kim melirik perempuan cantik itu sekejap.
kemudian katanya: "Aku lihat sifat istrimu sangat halus
dan berbudi, mustahil dia bakal melakukan perbuatan
yang menyalahi dirimu, Aku rasa keinginanmu untuk
mencongkel matanya dan membuat ia benci pria dengan
obat-obatan merupakan tindakan yang berlebihan"
"Huuuuh Dengan usia semuda itu, tahu apa kau" Aku
sudah banyak pengalaman, memangnya aku tidak lebih
jelas darimu?" "Masa seorang lelaki sejati tak mampu melindungi
kesetiaan istri sendiri.."
2644 "omong kosong" bentak kakek berambut panjang itu
gusar, "sudah puluhan tahun lamanya kutinggalkan nama
dan kedudukan hanya agar ia hidup tenteram di sini,
Kalau sampai detik terakhir aku tidak mengurusi dirinya
bukankah usahaku selama puluhan tahun bakal sia-sia
belaka...?" Kembali Lim Han- kim berpikir "Bukan cuma kau,
apakah istrimu juga tidak merasa bahwa kehidupannya
selama puluhan tahun hanya sia-sia saja karena selama
ini tersekap di tempat semacam ini." Namun demi
menyaksikan kakek itu sedang marah besar, ia segan
untuk membantah lebih jauh.
Dalam situasi itulah seebun Giok-hiong menyela:
"Kalian berdua sudah berusia lanjut, Jadi suami istri pun
sudah puluhan tahun lamanya, ibarat perasaan cinta pun
mungkin sudah membatu dan membesi, mana mungkin
masih punya pikiran untuk nyeleweng..."
setelah berhenti sejenak. seebun Giok-hiong
melanjutkan "Lebih baik kalian bicarakan dulu masalah
ini baik-baik. Tiga hari lagi aku akan datang kemari untuk
menjemput kalian pergi meninggalkan tempat ini."
"Baik, akan kutunggu kedatanganmu tiga hari lagi"
jawab kakek berambut panjang itu cepat, "Selewatnya
tiga hari, bila kau belum datang, maka taruhan ini
kuanggap batal." "Bila kau belum puas dengan kekalahanmu hari ini,
tiga hari kemudian kita boleh bertaruh sekali lagi"
Kakek berambut panjang itu seketika terbungkam dan
tak mampu berkata apa-apa. sambil mengangkat
tangannya, kembali seebun Giok-hiong berkata: "Tiga
2645 orang gadis yang kau tawan semalam adalah anak
buahku, kau harus merawat mereka baik-baik. Tiga hari
lagi bila aku datang kemari akan kubawa mereka pergi."
Tanpa menunggu jawaban dari kakek itu lagi, dengan
menggandeng tangan Lim Han- kim ia segera berlalu dari
situ. Lim Han-kim sendiri meski tidak berkata apa-apa,
namun dengan perasaan keheranan pikirnya:
"sesungguhnya persoalan apa sih yang ia hadapi
sekarang" Kenapa begitu terburu- buru sehingga waktu
untuk menolong siau-cui sekalian pun diabaikan?"
Dengan menarik tangan Lim Han-kim, seebun Giokhiong
langsung keluar dari kuil Thian-li-bio dan
menempuh perjalanan sejauh dua-tiga li sebelum secara
tiba-tiba ia jatuhkan tubuhnya ke dalam pelukan anak
muda itu. "Cepat cari sebuah tempat yang sepi dan terpencil"
bisiknya lirih. "Aku harus mengatur napas untuk
menyembuhkan lukaku."
Ketika Lim Han-kim menengok wajahnya, tampak
paras muka gadis itu sudah berubah pucat pias bagaikan
mayat, matanya redup dan wajahnya amat kuyuh.
Dengan perasaan terkejut segera tegurnya:
"Kenapa kau?" seebun Giok-hiong tertawa getir.
"Bukankah kau selalu mengagumi ilmu silatku dan kau
katakan tanpa tandingan" Lihatlah sendiri, hari ini aku
telah bertemu dengan musuh paling tangguh yang belum
pernah kujumpai sebelumnya."
"Kau maksudkan kakek berambut panjang itu?"
2646 "Betul, dialah orangnya"
Boleh dikata saat ini Lim Han-kim harus meneruskan
perjalanan dengan membopong tubuh seebun Giok-hiong
yang lemas, sambil berlari kecil ia berkata lagi: "Tapi
jelas kau yang berhasil mengungguli pertarungan tadi
bahkan ia berhasil kau kalahkan dengan mudah."
"Apabila kemenangan tadi tidak kuraih dengan susah
payah, mustahil ia bersedia mengikuti aku secara
sukarela." "Lalu kau sudah terluka sekarang?"
"Yaa..." seebun Giok-hiong menghela napas panjang,
"Bahkan lukaku cukup parah, Bila kau ingin balaskan
dendam bagi kematian Pek si-hiang, sekaranglah
kesempatan yang terbaik untukmu, Kini, keadaanku amat
lemah, kemampuanku untuk bertarung masih jauh di
bawah kemampuanmu. Bila ingin membunuh seebun
Giok-hiong, kau dapat melakukannya segampang
membalikkan telapak tanganmu sendiri"
"sayang sekali, Lim Han- kim bukan manusia pengecut
yang berjiwa kerdil, aku bukan orang yang suka
memanfaatkan kelemahan orang lain."
"Mungkin selama hidupmu kau hanya mempunyai
kesempatan sebaik ini satu kali ini saja, Bila kau lewatkan
kesempatan ini, mungkin selama hidup kau akan merasa
menyesali". "Hingga detik ini, terus terang saja aku masih belum
percaya bahwa kaulah pembunuh Pek si-hiang..."
"Jadi kau percaya dia masih hidup di dunia ini?" tanya
seebun Giok-hiong sambil tertawa.
2647 "Benar, aku percaya dia belum mati."
"Tapi semua peristiwa itu merupakan kenyataan,
bahkan dengan mata kepala sendiri kusaksikan ia putus
nyawa, buat apa aku membohong imu?"
"Bila kau benar-benar membunuhnya, suatu ketika
nanti aku pasti akan membalaskan dendam sakit hatinya"
"Kenapa kau tidak turun tangan sekarang juga?"
"Tidak Kalau ingin membalas dendam, aku harus
dapat mengalahkan kau dengan andalkan ilmu silat Aku
ingin suatu pertarungan yang adil. Aku baru akan
membunuhmu bila memang aku berhasil
mengalahkanmu" "Dalam sepuluh tahun mendatang, belum tentu kau
akan menjumpai kesempatan seperti ini lagi."
sementara pembicaraan masih berlangsung, tibalah
mereka berdua di tepi sebuah hutan. Lim Han-kim segera
membimbing seebun Giok-hiong masuk ke dalam hutan
mencarikan sebuah tanah berumput yang datar dan
membimbingnya untuk duduk, kemudian baru ia
melanjutkan: "Bagi seorang lelaki sejati, membalas dendam pada
sepuluh tahun kemudian pun belum terhitung terlambat
.Biarlah kutunggu sepuluh tahun lagi sebelum
membunuhmu." "Bagaimana seandainya sepanjang hidup kau tak
punya kesempatan ini?" tanya seebun Giok-hiong sambil
tertawa. 2648 "Pasti ada. Paling lama sepuluh tahun, paling cepat
lima tahun, aku pasti akan berhasil mempelajari ilmu silat
yang sanggup digunakan untuk membunuhmu"
Tertegun juga seebun Giok-hiong ketika dilihatnya
pemuda itu bicara dengan begitu serius dan yakin,
katanya kemudian: "Tidak banyak guru kenamaan di
dunia saat ini yang sanggup mengalahkan diriku."
"Aku percaya pasti ada jalan untuk mempelajari ilmu
tangguh tersebut, kau tak usah ikut merisaukan"
"Boleh kau terangkan padaku kepada siapa kau
hendak belajar ilmu silat tangguh itu?" Dengan cepat Lim
Han-kim menggeleng. "Maaf, aku tak boleh menjawab pertanyaanmu ini,"
katanya. seebun Giok-hiong tidak banyak bicara lagi, ia segera
pejamkan mata dan mulai mengatur pernapasan.
Dua jam berlalu dengan cepatnya, saat itulah seebun
Giok-hiong baru selesai bersemedi, sambil membuka
mata ia bertanya: "Sudah jam berapa sekarang?"
"Mendekati sore."
"Terima kasih banyak atas perlindunganmu selama
ini." "Bagaimana keadaanmu sekarang" sudah agak
baikan?" "Yaa, sudah segar kembali"
"Kalau begitu, nona harus jaga diri baik-baik. Aku
hendak mohon diri lebih dulu."
2649 "Kau hendak pergi ke mana?" seebun Giok-hiong
segera melompat bangun. "Dunia amat luas, kemana kakiku melangkah, ke
sanalah aku pergi" "Bila kau ingin menonjolkan diri dalam dunia
persilatan, hanya ada dua jalan yang bisa kau tempuh,
Kesatu adalah bekerja sama denganku, Jalan kedua
adalah bergabung dengan Li Tiong-hui. selain kedua
jalan tersebut mungkin sulit bagimu untuk membentuk
kelompok tersendiri dalam dunia persilatan saat ini."
"Aku tak percaya selain bergabung dengan kalian
berdua, maka aku tak akan temukan jalan lain" selesai
berkata, ia membalikkan badan dan beranjak pergi
dengan langkah lebar. "Kini posisi kami berdua sudah terbentuk. situasi ini
tak mungkin bisa diubah lagi dengan kekuatan satu- dua
orang, Asal kau berniat untuk bergabung dengan
kelompokku, setiap saat seebun Giok-hiong akan
menyambut kedatanganmu dengan segala hormat"
Lim Han-kim berpaling seraya menjura, ucapnya:
"Maksud baik nona biar kuterima dalam hati saja, sayang
kepandaian silat yang kumiliki masih belum mampu
membantu usaha nona." selesai berkata, tanpa
menunggu jawaban dari seebun Giok-hiong lagi, ia
teruskan perjalanannya meninggalkan tempat itu. Dalam
waktu singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan. Memandang hingga bayangan punggung pemuda itu
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lenyap dari pandangan mata, seebun Giok-hiong
2650 menghela napas panjang, pelan-pelan ia pun berjalan
meninggalkan tempat tersebut.
sementara itu Lim Han-kim melakukan perjalanan
cepat sejauh puluhan li sebelum menghentikan
langkahnya, Ketika berpaling dan tidak melihat seebun
Giok-hiong mengikutinya, ia menghembuskan napas
panjang dan memperlambat langkahnya.
Angin gunung yang berhembus lewat menimbulkan
rasa dingin di badan. Hitung-hitung, ia baru sadar bahwa
hari ini telah memasuki bulan kedelapan, Teringat
dengan janjinya pada malam Tiong-ciu, pemuda itu
segera bergerak menuju ke kota Bu-chong.
Hari itu, ketika mendekati tengah hari, sampailah
pemuda itu di kota Bu-chong. Tanggal menunjukkan
bulan delapan tanggal empat belas, berarti selisih satu
hari dengan tanggal perjanjiannya. Pengembaraan
selama ini telah membuat pemuda tersebut berhasil
menghimpun banyak pengalaman.
Mula-mula ia mencari rumah makan dulu untuk
mengisi perut, kemudian baru ia berangkat ke rumah
makan Ui-hokslo, tempat yang dijanjikan sebagai tempat
pertemuan. Rumah makan Ui-hok-Io dibangun dekat sungai
dengan pemandangan alam di sekitarnya yang sangat
indah, Lim Han- kim mencari sebuah tempat dekat
rumah makan tersebut dengan merek Kanglam-cun.
Dicari-nya sebuah tempat yang terpencil. ia menarik
turun topi caping yang dikenakan hingga menutupi
sebagian besar wajahnya dan diam-diam memperhatikan
2651 orang yang lalu lalang dalam rumah makan Ui-hok-lo di
hadapan-nya. Meskipun tempat duduk yang dipilihnya agak memojok
dan terpencil namun cukup strategis, pemandangannya
luas dan setiap orang yang memasuki rumah makan Uihoklo dari sudut mana pun tak akan luput dari
incarannya. Tak lama setelah ia duduk. muncul seorang pelayan
sambil menyapa: "Tuan, hendak pesan apa?"
"Sediakan sepoci arak bagus dan empat macam
sayur." Pelayan itu mengiakan Tak lama kemudian sepoci arak
dan empat macam sayur telah dihidangkan Dengan
santai Lim Han- kim penuhi cawannya dengan arak lalu
mencicipi setegukan, sementara sepasang matanya
mengawasi terus orang yang lalu lalang di rumah makan
Ui-hok-lo. Mendadak terdengar suara derap kaki kuda yang
ramai berkumandang datang, disusul kemudian tampak
empat ekor kuda bergerak mendekat dan berhenti di
depan rumah makan Ui-hok-lo tersebut Penunggangnya
serentak melompat turun dari kudanya.
orang yang terakhir bertugas menerima tali les kuda
rekan-rekannya dan menggiring binatang itu ke sisi lain.
Lim Han-kim menghela napas panjang, diambilnya
cawan arak di hadapannya dan meneguk isinya hingga
habis. Ternyata mereka bertiga adalah Han si-kong, Li
Bun-yang serta Hongpo Lan. Tampak ketiga orang itu
2652 memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian
bersama-sama masuk ke dalam rumah makan.
Lim Han-kim yang menyaksikan hal ini segera berpikir:
"Mereka bertiga datang sehari lebih awal, hal ini
membuktikan bahwa perhatian serta cinta kasih mereka
kepadaku amat mendalam. Kini aku sudah tiba di sini,
kenapa tidak segera kujumpai mereka bertiga?"
Baru saja dia hendak memanggil pelayan untuk
membuat perhitungan, tiba-tiba dilihatnya seorang
pemuda berbaju biru dengan seorang pemuda bertopi
hijau sedang berjalan memasuki rumah makan Kanglamcun
di mana ia berada sekarang.
Begitu melihat jelas paras muka orang tersebut buruburu
Lim Han-kim melengos ke arah lain dan tak berani
meliriknya kembali, Ternyata pemuda bertopi hijau itu
tak lain adalah Yu siau-Iiong, sedangkan pemuda berbaju
biru yang ada di sisinya tak lain adalah samaran dari Li
Tiong-hui. sementara itu Li Tiong-hui telah melirik sekejap
sekeliling tempat itu, kemudian pelan-pelan mengambil
tempat duduk di meja sisi Lim Han-kim dan berkata:
"Siau-liong, yakinkah kau bahwa Lim suheng- mu pasti
akan datang kemari?"
"Aku dibesarkan bersama dia, aku tahu jelas sifat serta
wataknya, Asalkan saudara Hongpo Lan tidak bohong, ia
pasti akan datang untuk memenuhi janjinya."
BAB 29. Bertemu Dengan kekasih
2653 "Aaaai..." Li Tiong-hui menghela napas panjang,
"Tempo hari, gara-gara sikapku agak sangsi hingga
menyinggung perasaannya, mungkin ia sudah menaruh
dendam kepadaku kini."
"Tidak apa-apa," hibur Yu siau-liong. "saudara
seperguruanku ini bukan orang yang picik dan gampang
tersinggung, sekalipun kau berbuat salah kepadanya, dia
tak akan mendendam kepadamu."
Lim Han- kim yang mendengarkan pembicaraan
tersebut, diam-diam berpikir "Tampaknya Li Tiong-hui
telah berhasil mengobati luka beracun yang diderita Yu
siau-liong. sudah sepantasnya bila aku tampilkan diri
untuk mengucapkan terima kasih kepadanya,"
Tiba-tiba terdengar Li Tiong-hui menghela napas
panjang, lalu katanya: "Tahukah kau, wajah suhengmu
telah dirusak oleh seebun Giok-hiong?"
"sungguh?" seru Yu siau-liong terkejut,
"sepintas lalu tampaknya seperti sungguhan, tapi
seebun Giok-hiong licik dan banyak akal muslihatnya,
Menurut dugaanku, mungkin hal itu tidak betul-betul
terjadi." "Semoga saja wajahnya memang tidak benar-benar
rusak." Setelah suasana hening beberapa saat, kembali Li
Tiong-hui berkata sambil menghela napas: "Menurut
pendapatmu, mungkinkah suhengmu akan datang lebih
awal satu hari?" "Aku tak berani memastikan hal ini, tapi aku yakin dia
pasti akan datang memenuhi janjinya."
2654 Lim Han-kim yang mendengar sampai di sini segera
berpikir kembali: "Mereka membicarakan terus masalah
kehadiranku di sini, padahal aku sudah berada di sisinya
semenjak tadi..." Mendadak terdengar suara langkah kaki bergema
mendekat disusul dengan suara bangku yang bergeser,
Tampaknya ada seseorang menghampiri Li Tiong-hui dan
duduk di sampingnya. Lim Han-kim tak berani menoleh, jadi dia tak tahu
siapa gerangan yang telah datang, Menyusul kemudian
terdengar seseorang berkata dengan suara rendah:
"Hamba bersama saudara Li dan Han locianpwe telah
meneliti seluruh ruangan rumah makan itu, namun tidak
kujumpai jejak Lim Han-kim."
Begitu mendengar suara pembicaraan orang tersebut,
Lim Han-kim segera dapat mengenalinya sebagai Hongpo
Lan. Terdengar Li Tiong-hui menjawab: "Hari ini baru bulan
delapan tanggal empat belas, mungkin besok ia baru
sampai di sini," "Dugaan Bengcu selalu tepat, hamba rasa dugaanmu
kali ini tak bakal salah lagi"
"Pada saat dan kondisi seperti ini, kau tak usah
menyebut aku sebagai Bengcu. Aaaai... padahal aku, Li
Tiong-hui, bukan manusia yang kemaruk akan nama dan
kedudukan. Asal aku berhasil memaksa seebun Giokhiong
meninggalkan daratan Tionggoan, maka
kedudukan Bengcu pun segera akan kutinggalkan"
2655 Meskipun pembicaraan kedua orang itu dilangsungkan
dengan nada lirih, namun berhubung Lim Han-kim
memperhatikan dengan serius, maka setiap patah
katanya dapat terdengar dengan jelas sekali.
Terdengar Hongpo Lan berkata lagi: "Han locianpwee
telah menjumpai sebuah perahu nelayan yang
mencurigakan berlabuh dekat telaga, oleh sebab itulah
hamba diutus untuk melaporkan hal ini kepada Beng..."
Belum habis kata-katanya diucapkan, ia segera
membungkam. "Kau panggil aku Li sianseng saja" perintah Li Tionghui
sambil tertawa. setelah berhenti sejenak. terusnya: "Bagian manakah
dari perahu nelayan itu yang mencurigakan"
"sebetulnya perahu nelayan itu sendiri tak ada yang
aneh atau mencurigakan, justru kain serta berapa tulisan
yang dikerek pada tiang layarnya itulah yang aneh."
"Apa yang tertulis di situ?"
"Membalik tangan melumat Tiong-hui, sambil tertawa
mengejutkan seebun..."
"Waaah... besar amat omongannya"
"Setelah Han locianpwe menemukan kehadiran perahu
nelayan itu dan makin dipikir semakin curiga, maka ia
khusus mengutus aku untuk melaporkan hal inc kepada
Li sianseng." "Di kolong langit dewasa ini hanya ada seorang yang
mampu mengibarkan tulisan semacam itu. Bukan saja
2656 aku tak akan marah kepadanya, bahkan aku takluk
dengan perasaan ikhlas."
"siapa sih orang yang berani bicara sebesar itu?"
"Pek si-hiang..."
"Betul," pikir Lim Han-kim. " Hanya Pek si-hiang yang
mampu berbuat begitu, Jangan-jangan ia sudah berhasil
menguasai ilmu iblisnya dan kini terjun kembali ke dunia
persilatan" Aku harus menengok sendiri keadaan
tersebut" Ia merasakan gejolak emosi yang membara hingga
tanpa sadar tangan kanannya menyentuh cawan arak di
meja. Arak yang penuhi cawan tersebut kontan saja
tumpah dan mengotori pakaian Li Tiong-hui serta Yu
siau-liong, Li Tiong-hui segera mengebaskan bajunya yang basah
sambil melirik Lim Han-kim sekejap. Melihat dia memakai
baju yang jelek dan dandanannya mirip seorang tukang
kereta, maka ia pun tak banyak bicara.
sebaliknya Yu siau-liong segera naik pitam, dengan
amarah yang berkobar ia melangkah ke hadapan Lim
Han-kim, lalu sambil menggebrak meja umpatnya: "Hei,
bisu rupanya kamu ini?"
Gebrakan itu sangat keras sampai membuat sayur dan
arak yang berada di meja tergetar keras, tak sedikit yang
tertumpah dan mengotori pakaian Lim Han-kim.
Waktu itu Lim Han-kim cemas sekali Li Tiong-hui dan
Yu siau-liong mengenali penyamarannya, buru-buru ia
menjura dan sambil menyerakkan suaranya ia berkata:
"Maaf bila aku mengotori pakaian toaya berdua."
2657 Kemudian dengan tergopoh-gopoh ia beranjak pergi
meninggalkan rumah makan itu.
Dalam gugup dan paniknya ia sampai lupa membayar
si pelayan yang kebetulan berada di sampingnya buruburu
menangkap lengannya sambil berteriak: "Hei, kau
ingin makan gratis" Ayoh bayar dulu sebelum pergi."
Dari dalam sakunya Lim Han-kim mengambil sekeping
perak dan segera menyelipkannya ke tangan pelayan itu,
kemudian buru-buru ia pergi meninggalkan tempat itu.
Pelayan itu mencoba menimang uang perak yang
cukup untuk membayar sebuah perjamuan kecil itu,
namun sebelum ia sempat memberi uang kembalian,
pemuda itu sudah jauh meninggalkan warung makan.
Li Tiong-hui melirik sekejap kepingan perak di tangan
pelayan itu, lalu bisiknya: "orang itu sangat
mencurigakan" "Biar kutangkap dia" seru Hongpo Lan sambil
meninggalkan tempat duduknya dan segera melakukan
pengejaran Lebih kurang sepeminuman teh kemudian tampak
Hongpo Lan berjalan balik seorang diri sambil melapor:
"Gerakan tubuh orang itu cepat sekali sudah kukelilingi
rumah makan Ui-hokslo satu kali, namun tak nampak
bayangan tubuhnya" "Di tempat ini memang banyak pelancong yang lalu
lalang, gampang bagi orang itu untuk menyembunyikan
diri" setelah berhenti sejenak, terusnya: "Kini jejak kita
sudah ketahuan orang, cepat beritahu mereka agar lebih
berhati-hati" 2658 Hongpo Lan menyahut dan segera meninggalkan
tempat itu, Pada saat itu Lim Han-kim telah
meninggalkan rumah makan dengan cepat, Buru-buru ia
menuju ke tepi sungai, Menggunakan kesempatan di saat
orang tidak memperhatikan, ia melompat naik ke atas
sebuah perahu dan menyembunyikan diri
Perahu nelayan itu cukup besar, namun penghuninya
hanya seorang gadis berkepang dua yang sedang
menanak nasi, Dengan bersembunyi di belakang jala
ikan, Lim Han-kim dapat melihat Hongpo Lan memeriksa
sekejap sekeliling tempat itu untuk kemudian balik lagi ke
jalan semula. Menunggu sampai bayangan Hongpo Lan sudah jauh,
pemuda itu baru bangkit berdiri dan siap melompat turun
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dari perahu nelayan itu. Tapi belum sempat ia berbuat
sesuatu, mendadak si nona yang sedang menanak nasi
itu berpaling, Gadis itu nampak tertegun setelah
menyaksikan wajah anak muda tersebut
Baru saja dia akan berteriak. secepat sambaran petir
Lim Han-kim sudah melompat masuk ke dalam ruang
kapal sambil mendekap mulut nona tersebut bisiknya:
"Nona, harap jangan teriak. Aku sedang dikejar orang,
sehingga terpaksa bersembunyi dalam perahu mu, harap
kau sudi memaafkan" sementara berbicara, ia lepaskan kembali tangan
kanannya yang mendekap mulut nona itu.
Tampaknya nona itu sudah terbiasa hidup keras di
atas perahu nelayannya hingga nyalinya agak besar
setelah perhatikan sekejap wajah Lim Han-kim. katanya:
2659 "Dilihat dari dandanan serta wajahmu. nampaknya kau
bukan orang persilatan"
Lim Han-kim segera berpikir: "padahal ia menyaksikan
dengan jelas bagaimana aku melompat naik ke atas
perahu ini, semestinya ia tahu jika aku adalah orang
persilatan, Ehmm, aku mesti mengaku terus terang
kepadanya, kalau tidak. Ia malah mencurigai diriku..."
Berpikir begitu, dia pun menjawab: "Aku benar-benar
anggota dunia persilatan, cuma aku sedang menyamar
sehingga nampaknya tidak mirip orang persilatan.."
"oooh, rupanya begitu" Gadis itu manggut-manggut.
Dari sakunya Lim Han-kim mengeluarkan sekeping
uang perak, lalu katanya lebih lanjut: "Aku ingin
memohon sedikit bantuan nona. Anggap saja uang ini
sebagai ungkapan rasa terima kasihku, harap nona
jangan mentertawakan"
Nona itu hanya memandang sekejap uang perak di
tangan Lim Han-kim itu, lalu katanya: "Kau mesti
jelaskan dulu bantuan apa yang kau butuhkan?"
"Aku ingin meminjam perahu nona..."
"Tidak bisa," tolak nona itu sambil menggeleng, "Kami
sekeluarga hidup dengan bergantung pada perahu ini,
bagaimana mungkin dapat kupinjamkan kepadamu?"
"Tampaknya nona salah paham. Maksudku, aku
hendak menyewa perahu untuk mencari sebuah perahu
lain yang mungkin sedang berlabuh di sekitar tempat ini"
"Masa kau tidak bisa pergi mencarinya sendiri?"
2660 "Terus terang kuakui nona, aku memang sengaja
hendak menyewa perahu ini karena nonalah yang mesti
mendayung perahu ini, sedang aku harus bersembunyi
agar jejakku tidak ketahuan orang."
Pelan-pelan nona itu meletakkan mangkuknya ke atas
meja, setelah itu baru ia berkata lagi: "Seandainya tidak
kukabulkan permintaanmu ini, manusia buas macam
kalian tak nanti akan lepaskan aku dengan begitu saja,
Aaaai... kalian manusia persilatan memang rata-rata
kejam, masa membunuh orang seperti menginjak mati
seekor semut saja." Lim Han-kim hanya membungkam tanpa menjawab,
diletakkannya kepingan uang perak itu di atas meja.
"Kau boleh duduk di dalam ruangan," ujar nona itu
kemudian sambil berjalan ke arah geladak, "Aku akan
segera mendayung perahu ini."
Lim Han-kim dapat melihat bahwa perahu itu
panjangnya dua tombak, sementara usia gadis tersebut
hanya enam-tujuh belas tahunan, sesungguhnya ia tak
tega membiarkan gadis tersebut mendayung perahunya
seorang diri, tapi ia pun tahu bahwa dirinya tak mungkin
tampil secara terang-terangan, oleh sebab itu terpaksa ia
duduk saja dalam ruangan tanpa bergerak.
setelah menaikkan jangkar, nona itu bertanya lagi:
"Hendak ke mana kita sekarang?"
"Dayung perahumu ke arah barat, di mana banyak
perahu berlabuh." Kelihatannya saja gadis nelayan itu masih muda belia,
ternyata ilmu mendayungnya amat hebat dan sempurna,
2661 pelan-pelan bergeraklah perahu itu menuju ke arah
barat. Lim Han-kim membuka lebar jendela dalam ruang
perahu, Dari sana ia dapat menyaksikan pemandangan di
luar dengan jelas, sejauh mata memandang terlihat
perahu nelayan berjajar-jajar, namun tak terlihat perahu
dengan bendera yang berkibar itu.
sementara ia masih mencari dengan seksama,
mendadak terdengar suara dayung membelah ombak
bergema datang, Tampak sebuah sampan kecil bergerak
laju melewati perahunya dengan menimbulkan percikan
gelombang yang menyebar keempat penjuru.
Dalam sekilas pandangan saja Lim Han-kim dapat
mengenali orang-orang yang berada di atas sampan itu
tak lain adalah Li Tiong-hui, Yu siau-liong serta Hongpo
Lan bertiga, sedang orang yang bertugas mendayung
adalah seorang lelaki yang memakai baju serba hitam.
Ilmu mendayung lelaki itu sangat hebat, Tenaga
dayungannya juga luar biasa, sekali mendayung sampan
itu meluncur bagaikan anak panah yang terlepas dari
busurnya, sekilas pandang saja dapat diketahui bahwa
lelaki itu adalah jagoan dan dunia persilatan.
Tampak sampan itu meluncur langsung menuju ke
arah sebuah perahu yang berlabuh beberapa kaki di
hadapannya, Lim Han-kim segera berpikir "Kemungkinan
besar perahu itulah perahu yang sedang kucari- cari
selama ini..." Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, kembali
terlihat sebuah sampan cepat sedang bergerak menuju
ke arah sasaran yang sama, penumpang sampan
2662 tersebut ada dua orang, mereka adalah Li Bun-yang
serta Han si kong. sekali lagi Lim Han-kim berpikir: "Tampaknya
dugaanku tak meleset kali ini"
Ia segera berjalan keluar dari ruang perahu dan
berkata kepada gadis itu sambil menjura: "Nona, aku
punya satu permintaan yang terpaksa harus
kukemukakan harap nona bersedia membantu."
Gadis nelayan itu nampak agak tertegun, lalu
ancamnya: "Bila kau berani punya pikiran jahat
kepadaku, aku segera akan berteriak keras. jika kau
berani menyentuh badanku, aku segera akan terjun ke
air untuk bunuh diri"
Buru-buru Lim Han-kim goyangkan tangannya
berulang kali, serunya: "Nona, kau jangan salah paham
aku hanya ingin meminjam satu stel pakaian nelayan
darimu." Gadis nelayan itu perhatikan sekejap diri Lim Han-kim.
kemudian baru menjawab: "Mungkin kau cocok dengan
pakaian kakakku." "Terima kasih atas kesediaanmu nona." sekali lagi Lim
Han-kim memberi hormat. Ketika gadis nelayan itu melihat pemuda tersebut
meski berwajah buruk namun sikapnya lugu dan jujur,
bahkan kepolosannya tak tampak dibuat-buat, tak tahan
lagi sambil tertawa geli ia berkata: "Biasanya orang
persilatan berhati keji dan ganas, salah sedikit saja
segera turun tangan membunuh orang, Tapi aku lihat
kau berbeda sekali dengan mereka, meski rupamu sedikit
2663 agak buruk dan aneh, ternyata hatimu sangat halus dan
penuh sopan santun."
Lim Han-kim menghembuskan napas panjang.
"Aku akan berterima kasih sekali kepada nona atas
bantuanmu ini. Bila urusanku hari ini dapat diselesaikan,
pasti akan kuberi imbalan yang setimpal kepadamu."
"sekeping uang perak itu sudah cukup untuk
membeayai penghidupan kami sekeluarga selama
berhari-hari, Kau tak perlu memberi ongkos lagi, Aku
cuma berharap kita bisa segera kembali ke daratan agar
keluargaku tidak bingung mencari aku."
"Jangan kuatir nona, paling cepat satu jam, paling
lama sebelum matahari terbenam, kita pasti sudah
kembali ke daratan,"
Gadis itu masuk ke dalam ruangan sambil
mengeluarkan satu stel pakaian, sambil menyerahkan
pakaian itu ia berkata: "Kau boleh tukar pakaian di dalam
ruangan." Tak lama kemudian Lim Han-kim sudah muncul
dengan pakaian nelayannya, kepada gadis itu katanya:
"Nona, silakan kau pegang kemudi, biar aku yang
mendayung." "Tidak usah" tampik gadis itu sambil menggeleng.
"Tampaknya dia tak mau berdiri bersanding
denganku," pikir Lim Han-kim dalam hati., sambil
berjalan menghampiri jala ikan, katanya lagi:
"Bagaimana kalau kubantu nona untuk mengeringkan
jala ikan ini?" 2664 "Masa kau bisa?"
"Kita coba saja." Kemudian sambil membentangkan
jala ikan tersebut, kembali ujar-nya: "sudahkah nona
perhatikan arah yang dituju kedua buah sampan cepat
itu?" "Yaa, sudah kulihat"
"Mari kita kejar kedua sampan tersebut" Gadis nelayan
itu seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi kemudian
mengurungkannya, ia segera memutar kemudi dan
mendayung perahunya menyusul kedua sampan tersebut
Tentu saja kecepatan gerak perahu nelayan ini kalah
jauh bila dibandingkan kecepatan kedua sampan
tersebut, Gadis itu terpaksa mendayung dengan sekuat
tenaga, akibatnya keringat bercucuran membasahi
seluruh tubuhnya. "Kau tak perlu gelisah," hibur Lim Han-kim sambil
melirik gadis itu sekejap. "Mereka tak bakal pergi terlalu
jauh, kejar saja pelahan lahan. Lebih baik lagi jika jejak
kita tidak ketahuan mereka."
sambil menyeka peluh yang membasahi jidatnya tibatiba
gadis itu bertanya: "Mau apa sih kau kejar mereka?"
"Nona tak usah kuatir, seandainya terjadi sesuatu
peristiwa, tak nanti aku akan menyusahkan dirimu."
Kembali gadis nelayan itu berkerut kening, Dia seperti
ingin mengucapkan sesuatu, tapi niat tersebut
diurungkan kemudian- Biarpun gerak laju perahu nelayan ini amat lambat,
namun selisih jaraknya dengan perahu tersebut hanya
2665 seratus kaki lebih, Tak selang berapa saat kemudian
mereka sudah tiba di hadapannya.
Dengan mengenakan topi bambu yang lebar untuk
menutupi sebagian wajahnya, Lim Han-kim mencoba
memperhatikan keadaan di sana, Tampak olehnya kedua
sampan tadi telah mengepung sebuah perahu layar yang
besar dan lebar. Tampaknya perahu layar itu sudah menurunkan
jangkar dan berlabuh di sana. Tubuh perahu kelihatan
terombang-ambing mengikuti gulungan ombak, sebuah
tiang dengan selembar kain yang lebar terlihat berkibar
di ujung layar. Betul juga, Pada kain itu tertera beberapa
huruf yang berbunyi: "Membalik tangan melumat Tionghui,
sambil tertawa mengejutkan seebun"
Perahu layar ini mirip dengan sebuah perahu nelayan
yang belum lama diubah sesuai bentuknya, di sana sini
tampak bekas-bekas perubahan yang kelihatan masih
baru. selain kain lebar yang berkibar di atas tiang, suasana
dalam perahu itu amat hening dan sepi, Pintu ruangan
maupun jendela tertutup oleh kain berwarna merah yang
tebal sehingga orang luar tak dapat melihatjelas keadaan
di dalamnya. Tiba-tiba Lim Han-kim bangkit berdiri, sambil
menghampiri si nona nelayan, ia berbisik: "Nona, jangan
terlalu dekat dengan mereka, daripada menimbulkan
kecurigaan orang-orang di sampan tersebut"
Gadis nelayan itu manggut-manggut, pelan-pelan ia
memutar haluan perahu dan bergerak menuju ke arah
barat sementara itu sampan yang ditumpangi Li TiongTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2666 hui tiba-tiba memutar haluan dan bergerak langsung
menghampiri perahu layar itu.
Ketika sampan berada lebih kurang tujuh-delapan
depa dari perahu besar, mendadak Hongpo Lan
melompat naik ke atas perahu layar tersebut sambil
berseru: "Aku mendapat perintah dari Bu-lim bengcu
untuk menyambangi Anda yang berada dalam perahu,
harap Anda bersedia menjumpai kami"
suasana dalam perahu layar itu amat hening, tak
kedengaran seorang manusia pun menjawab.
Merasa sapaannya tak digubris, Hongpo Lan naik
pitam. Dengan langkah lebar ia berjalan mendekati pintu
ruangan sebelum ia sempat mendorong pintu tersebut,
tiba-tiba Li Tiong-hui membentak keras: "Jangan
bertindak gegabah" Hongpo Lan menyahut dan segera mengundurkan diri,
katanya sembari menjura: "siap menantikan perintah
Bengcu berikut" Li Tiong-hui memberi tanda, sampan itu segera
bergerak mendekati perahu layar itu. pelan-pelan Li
Tiong-hui bangkit berdiri lalu serunya: "Jago lihai dari
manakah yang ada di sini?"
Baru saja ucapan tersebut diutarakan, mendadak pintu
ruang perahu terbuka dan muncul selembar papan
merah yang bertuliskan "Tidak terima tamu"
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Li Tiong-hui mengerutkan kening, sambil melompat
naik ke atas perahu ia berseru: "Li Tiong-hui khusus
datang untuk bertamu"
2667 Kembali papan merah itu berputar, kali ini di atas
papan itu tertera dua huruf yang amat besar: "silakan
kembali" Li Tiong-hui menghembuskan napas panjang, ia
segera memberi tanda, Li Bun-yang, Han si-kong dan Yu
siau-liong serentak melompat naik ke atas perahu besar
itu. Lim Han-kim yang menyaksikan kejadian ini segera
berpikir di dalam hati: "Tampaknya Li Tiong-hui naik
darah lantaran malu. Mungkin dia akan menerjang masuk
dengan kekerasan" sementara ia masih termenung, mendadak pemuda itu
merasa ada empat buah sinar mata yang amat tajam
sedang mengamati dirinya. Ternyata mereka adalah Han
si-kong serta Li Bun- yang. jelas gerakan perahu nelayan
yang memutar haluan telah memancing kecurigaan
kedua orang tersebut. Pengembaraan yang dilakukan Lim Han-kim selama
beberapa bulan membuat pemuda ini lebih mampu
menahan diri, Buru-buru ia tundukkan kepalanya, purapura
membenahi jala ikan dan tidak menengok lagi ke
arah mereka. Terdengar ujung baju terhembus angin bergema
datang, agaknya ada orang yang melompat naik ke
perahu nelayan itu Lim Han-kim pura-pura tidak
mendengar, ia tetap tundukkan kepalanya sambil
membentang jala. Terdengar Hongpo Lan menegur dengan suara dingin:
"Sebetulnya apa maksud kalian mengejar sampan kami
sampai di sini?" 2668 Lim Han-kim angkat kepalanya sedikit lalu menuding
ke arah mulut sendiri sambil goyangkan tangannya
berulang kali, ia sadar, begitu dirinya buka suara, pasti
nada suaranya akan ketahuan sahabat karibnya ini, maka
ia terpaksa berlagak bisu.
Hongpo Lan segera berpaling ke arah gadis nelayan
itu sambil menegur: "Apakah dia bisu?"
Tampaknya gadis itu cerdik juga, dengan cepat ia
mengangguk "Yaa, ia tak bisa bicara"
"Dia ini apa mu?"
"saudara sepupu" Tampaknya gadis itu sudah
mempersiapkan jawaban yang jitu.
Menggunakan kesempatan tersebut Hongpo Lan
memeriksa sekejap seluruh ruang perahu itu. Beberapa
waktu kemudian ia baru berkata: "Turuti nasehatku,
cepat tinggalkan tempat ini dan bawa perahumu
menjauh dari sini" Gadis itu menyahut dan buru-buru
memutar haluan perahu. Hongpo Lan tidak banyak bicara lagi, ia segera melejit
balik ke arah sampannya kemudian melompat baik ke
atas perahu besar itu. Lim Han-kim meletakkan kembali jala ikan ke atas
geladak lalu menghampiri si nona seraya berbisik,
"Jalanlah agak lambat." setelah itu dia kembali ke dalam
ruang perahu dan mengintip dari balik jendela.
Tampak Li Bun-yang serta Han si-kong telah bergerak
menghampiri pintu ruang perahu layar itu sementara Yu
siau-llong serta Hongpo Lan berdiri di kedua sisi tubuh Li
Tiong-hui. 2669 Dari kejauhan terdengar Li Tiong-hui berseru: "Apakah
nona Pek yang berada di dalam ruang perahu?"
Kembali dari balik ruang perahu muncul sebuah papan
merah bertuliskan beberapa huruf.
Ketika itu perahu nelayan yang ditumpangi Lim Hankim
sudah agak jauh meninggalkan perahu besar. Hanya
mengandalkan ketajaman mata sulit baginya untuk
melihat jelas tulisan pada papan itu. Namun samar-samar
terbaca juga beberapa huruf yang berbunyi: "Ternyata
Tiong-hui tidak pintar, buat apa kau menjadi ujung
tombak?" Begitu selesai membaca tulisan tersebut mendadak Li
Tiong-hui mengulapkan tangannya seraya berseru: "
Kembali ke perahu sendiri" Tanpa membuang waktu ia
melompat balik lebih dulu ke atas sampan sendiri
Yu siau-liong, Hongpo Lan, Li Bun-yang serta Han sikong
serentak menyusul di belakangnya untuk kembali
ke perahu sendiri Dalam waktu singkat kedua sampan
tersebut sudah bergerak meninggalkan tempat itu.
Melihat hal ini buru-buru Lim Han-kim berseru: "Nona,
cepat jalankan perahu ke dalam kelompok perahu
nelayan lainnya, dengan begitu mereka tak akan
melakukan suatu tindakan"
Gadis nelayan itu menyahut dan sekuat tenaga
mendayung perahunya menyusup ke dalam rombongan
perahu lainnya, Tak lama kemudian kedua sampan
tersebut sudah menyusul tiba, tapi mereka hanya
mengitari rombongan perahu nelayan itu sekali kemudian
bergerak menuju ke timur.
2670 selang berapa saat kemudian kedua sampan itu sudah
lenyap dari pandangan mata.
Dari dalam sakunya kembali Lim Han-kim merogoh
keluar selembar daun emas. seraya meletakkan ke meja
dalam ruangan, katanya: "Terima kasih banyak atas
bantuan nona. Untuk sementara ini aku ingin mohon diri
lebih dulu, mungkin malam nanti aku masih
membutuhkan bantuan nona, Bila kau bersedia
membantu, tolong pasanglah sebatang hio di atas
geladak perahumu." Dengan cepat dia melangkah keluar dari ruang perahu
untuk kemudian melompat ke perahu sampingnya.
Dengan cepat pula ia sudah bergerak mencapai daratan.
sambil mengawasi bayangan punggung pemuda itu,
dalam hati gadis nelayan itu berpikir "Biarpun orang ini
punya wajah yang jelek. ternyata hatinya baik sekali..."
sementara itu setibanya di daratan, Lim Han-kim
mencari sebuah tempat yang sepi untuk beristirahat
Ketika hari sudah gelap baru dia balik kembali ke tepi
sungai di mana perahu nelayan itu tertambat Benar juga,
pada geladak perahu itu tertancap sebatang hio.
"Besar amat nyali budak ini," batin Lim Han-kim sambil
melompat naik ke atas perahu. Waktu itu rembulan
bersinar terang, angin berhembus sepoi-sepoi
meninggalkan udara yang dingin,
"Nona..." sapa Lim Han-kim setelah membetulkan
letak topinya, Pintu ruang terbuka, gadis nelayan itu muncul lebih
dulu diikuti seorang lelaki berperawakan tinggi besar.
2671 Melihat kehadiran lelaki itu, Lim Han-kim membatin:
"Tampaknya ia berniat membohongi aku..."
Belum habis ingatan itu melintas, si nona sudah
menengok ke arah Lim Han-kim sambil berbisik kepada
lelaki kekar itu: "Dialah orang yang kumaksudkan..." Lalu
sambil menuding ke arah lelaki kekar itu, katanya lagi:
"Dia adalah kakak kandungku" Lim Han-kim segera
memberi hormati "Maaf saudara, aku ingin meminjam
perahumu." "Adikku telah menerangkan niatmu ini kepadaku tadi,
sebagai orang awam yang tidak mengenal dunia
persilatan, sebetulnya kami enggan melibatkan diri dalam
persoalan macam begini, tapi menurut adikku kau sangat
baik dan tahu sopan santun."
"Anda tak perlu cemas," tukas Lim Han-kim. "Bila
terjadi sesuatu, aku tak akan melibatkan kalian."
"Kau hendak ke mana?"
"sore tadi adikmu sudah ke situ"
Gadis nelayan itu bergerak menuju ke buritan perahu,
lalu serunya: "Aku tahu tempatnya Kau mendayung biar
aku yang pegang kemudi"
Tak lama kemudian bergeraklah perahu nelayan itu
menembus ombak sungai menuju ke barat, Lebih kurang
sepenanakan nasi kemudian, sampailah mereka di sisi
perahu besar tadi. Di bawah sinar rembulan tampak perahu besar itu
berlabuh dengan tenang di atas permukaan air. Tidak
nampak cahaya lentera dalam ruang perahu itu namun
2672 daun jendela terpentang lebar. Tampaknya penghuni
perahu tersebut sedang menikmati keindahan malam.
sambil berdiri di ujung geladak, Lim Han-kim memberi
hormat dan berseru keras: "Aku, Lim Han-kim, ingin
bertemu dengan jago lihai dalam perahu"
Baru selesai ia berseru, pintu ruangan telah
terpentang lebar, seorang gadis yang menyoren pedang
munculkan diri seraya berseru: "Apakah Lim kongcu di
situ" Masih ingat dengan budak?"
Lim Han-kim melompat naik ke atas perahu besar itu,
sapanya sambil tertawa: "Kau adalah nona Hiang- kiok.
masa aku lupa?" Gadis berpedang itu memang Hiang- kiok. Ditatapnya
wajah Lim Han-kim lekat-lekat, sampai lama kemudian ia
baru menegur: "Kau benar-benar adalah Lim siangkong?"
Rupanya saat itu ia berdandan sebagai seorang
nelayan sehingga tak heran kalau Hiang- kiok tidak kenal
dan menaruh curiga. "Nona, masa suaraku pun tidak kau
kenali lagi?" seru Lim Han-kim.
"suaranya sih rasanya mirip sekali . . ."
Tiba-tiba dari dalam ruangan terdengar suara seorang
gadis berseru dengan nyaring: "suara itu memang suara
Lim siangkong, persilakan dia masuk"
"Kalau nona sudah bilang betul, dia tak bakalan keliru
lagi" Lim Han-kim segera berpaling ke arah kakak beradik
di atas perahu nelayan, serunya sambil menjura:
"sekarang kalian berdua boleh pergi, bantuan Anda tak
2673 akan kulupakan untuk selamanya" Maka bergeraklah
perahu nelayan itu meninggalkan tempat tersebut.
Lim Han-kim sendiri pelan-pelan membalikkan badan
dan berjalan menuju ke ruang perahu, ia berjalan sangat
lamban sementara pikirannya berputar kencang, pikirnya:
"sepatutnya aku gembira karena ia berhasil mempelajari
ilmu sesat dan lolos dari kematian, Namun ia pernah
berkata, apabila ilmu sesat tersebut berhasil dipelajari
maka selangkah demi selangkah dia akan terjerumus ke
dalam cengkeraman iblis, bahkan watak akan turut
berubah, Entah bagaimana sikap serta tindak-tanduknya
kini?" sementara berpikir ia sudah masuk ke dalam ruangan,
cahaya api tampak berkilat, sebatang lilin telah disulut
Tampak Pek si- hiang duduk di atas selembar kulit
harimau dengan wajah bersinar, pipinya merah dan ia
memakai baju berwarna putih.
Tatkala melihat Lim Han-kim berjalan masuk, ia cuma
ulapkan tangannya sambil menyapa: "Lim Han-kim, baikbaikkah
kamu selama ini?" Lim Han-kim tertegun, Diamatinya Pek si hiang
dengan wajah melongo, sampai lama sekali ia tak
sanggup mengucapkan sepatah kata pun. Ternyata sikap
maupun cara bicara Pek si- hiang ketika bertemu
dengannya sekarang ternyata jauh berbeda dengan apa
yang diduganya semula. "Kenapa sih kau memandangi wajahku terus" sudah
tidak kenal?" kembali Pek si- hiang menegur seraya
membenahi rambutnya. 2674 "Nona, kau benar-benar telah berubah" bisik Lim Hankim.
Pek si- hiang terawa, "Berubah jadi lebih segar dan makmur bukan" Tapi
coba kau tengok dandananmu sekarang, bukankah kau
pun berubah?" "Yang kumaksudkan bukan bentuk luar nona, tapi
watak serta tindak-tandukmu."
"O ya" Bagian mana yang berubah?"
"Aku tak bisa mengatakannya," Lim Han-kim
menggeleng, "Pokoknya seluruh tubuhmu, semua
tingkah laku, setiap kata dan tertawamu sudah berbeda
sekali dengan keadaan dulu."
sementara itu siok-bwee telah muncul dengan
membawa baki berisi teh wangi, segera ia menyapa:
"Lim siangkong, baik-baik sajakah kau selama ini" silakan
minum teh." "Terima kasih nona," Lim Han-kim menerima cawan
teh itu. Hiang- kiok segera menarik sebuah bangku dan
meletakkannya di belakang pemuda itu, lalu katanya:
"Lim siangkong, silakan duduk"
Pelan-pelan Lim Han-kim duduk. setelah melepaskan
topi bambunya ia berkata: "Nona, tolong ambilkan sebaki
air. Aku hendak mengubah kembali wajahku menjadi
seperti sedia kala."
sambil berkata, sepasang matanya mengawasi terus
wajah Pek si-hiang tanpa berkedip.
2675 Hiang- kiok menyahut dan beranjak pergi, tak lama
kemudian ia sudah muncul dengan membawa sebaskom
air. Lim Han-kim mengambil keluar obat pemulih wajah
pemberian seebun Giok-hiong dan menuangnya ke dalam
air, setelah itu ia mulai mencuci wajahnya dengan air
obat itu. Betul juga, obat itu sangat manjur, tak selang berapa
saat kemudian wajahnya sudah pulih kembali seperti
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sedia kala, tampan dan menawan hati.
Pek si- hiang angkat wajahnya memandang Lim Hankim
sekejap. lalu katanya sambil manggut-manggut:
"Ehmmm, tak heran kalau seebun Giok-hiong menempel
ketat di sisimu dan enggan melepaskan kau pergi,
Ternyata wajahmu memang tampan dan sangat
menawan hati." Lim Han-kim mengerutkan kening, dan menukas: "Aku
masih tetap aku yang dulu, justru nona yang telah
berubah, bukan nona yang dahulu lagi"
Berubah hebat paras muka Pek si- hiang. Tiba-tiba ia
tertawa dingin, sambil melemparkan pandangan matanya
keluar ruangan, hardiknya: "siapa di situ?"
"Aku, Li Tiong-hui" seseorang menjawab dengan suara
yang merdu. Menyusul kemudian pintu ruang didorong
dan gadis itu berjalan masuk ke dalam.
Lim Han-kim turut berpaling, Tampak gadis itu
mengenakan pakaian ringkas berwarna hijau dengan
rambut yang dibungkus saputangan berwarna hijau pula,
2676 Mantelnya berwarna hitam dan ia tidak membawa
senjata. "Li Tiong-hui" tegur Pek si- hiang ketus, "siapa suruh
kau turut masuk kemari?"
Dengan agak tertegun Li Tiong-hui berhenti buru-buru
katanya sambil memberi hormat: "Bila kedatanganku kau
anggap lancang, harap cici sudi memaafkan kelancangan
ku ini." "Sebelum senja tiba tadi, kau telah mengajak anak
buahmu datang mengusikku, Waktu itu aku toh sudah
peringatkan kau agar tidak datang mengusik
ketenanganku lagi, masa baru selisih berapa jam, kau
sudah melupakan peringatanku itu?"
Li Tiong-hui semakin tertegun dibuatnya, "Aku tahu
tindakanku itu salah, justru karena itulah aku hadir
kemari malam ini tanpa kawan, Aku datang untuk minta
maaf kepada cici." Bagaimana juga ia masih menaruh perasaan yang
amat menghormat terhadap Pek si- hiang sehingga
meskipun dalam hati merasa tak senang hati, namun ia
tetap merendah bahkan mau minta maaf.
Pek si- hiang mengalihkan sorot matanya ke wajah
Hiang- kiok, katanya tiba-tiba: "Apa hukuman bagi orang
yang berani memasuki perahu kita secara lancang?"
"soal ini... soal ini. . . budak . .." Hiang-kiok nampak
gelagapan. Pek si- hiang semakin gusar, kembali
hardiknya: "Apa ini itu, ayoh cepat jawab"
Hiang-kiok melirik Lim Han-kim sekejap lalu menengok
pula ke arah Li Tiong-hui, setelah itu baru ia menjawab:
2677 "Bagi pelanggar, hukumannya adalah kutungi sepasang
kakinya" Pek Si-hiang segera mengalihkan kembali sorot
matanya ke wajah Li Tiong-hui, "Sudah kau dengar?"
bentaknya. "Yaa, sudah kudengar"
"setelah mendengar, apa yang hendak kau lakukan?"
Li Tiong-hui termenung sambil berpikir sejenak, lalu ia
balik bertanya: "Menurut pendapat nona Pek, apa yang
harus kulakukan?" "Tentu saja melaksanakan hukuman itu"
"Bila cici memaksa hendak menerapkan hukuman
tersebut kepadaku, aku memang tak bisa berkata apaapa
lagi, cuma sebelum itu aku punya sebuah syarat."
"Apa syarat itu?"
Dengan sedih Li Tiong-hui mengalihkan sorot matanya
ke wajah Lim Han-kim. Dari dalam sakunya iia
mengambil keluar sebuah panji berbenang emas yang
bertuliskan- "Bengcu-Ki". setelah melakukan itu ia pun
berkata: "Selama ini aku paling kagum dengan
kecerdikan serta kehebatan cici dalam mengatur strategi.
Adapun kedatanganku malam ini juga lantaran ingin
memohon kepada cici akan satu hal, tak disangka
kehadiranku ternyata sudah melanggar pantangan yang
cici terapkan. Asal nona Pek bersedia menerima panji
Bengcu ini serta mau memimpin dunia persilatan untuk
melenyapkan ancaman seebun Giok-hiong, jangan lagi
baru mengurungi sepasang kakiku, bahkan hendak
2678 mengorek keluar hatiku pun aku tak akan meampik
apalagi menyesal" "Masalah ini merupakan dua masalah yang berbeda,
kau tak bisa mencampur-baurkan menjadi satu persoalan
yang sama" kata Pek si- hiang dengan kening berkerut.
Mimpi pun Li Tiong-hui tidak menyangka Pek Si- hiang
yang dahulu begitu lemah dan ramah, kini secara tibatiba
telah berubah jadi begitu dingin, kaku, kejam dan
sama sekali tak berperasaanTanpa terasa rasa sedih, kecewa bercampur rasa
tercengang menyelimuti seluruh perasaan hatinya,
dengan termangu-mangu diawasinya wajah gadis
tersebut tanpa berkedip. BAB 30. Menjadi kejam "Hmmm Mau apa kau memandangi aku terus?" tegur
Pek si- hiang sambil tertawa dingin.
"Ingin kuamati wajahmu dengan lebih teliti, benarkah
kau Pek si hiang yang pernah kukenali."
"omong kosong" hardik Pek si-hiang marah. "Kau
anggap ada orang lain yang berani menyaru sebagai
aku?" "Bila kau benar-benar adalah enci Pek yang pernah
kukenal dulu, aku benar-benar tak berani percaya."
Mendadak Pek si- hiang mendongakkan kepalanya dan
tertawa terkekeh-kekeh: "Ha ha ha... ada apa" Bisa kau
tunjukkan bagian mana ku yang tidak mirip dengan
keadaan dulu?" 2679 "Enci Pek si-hiang yang kukenal dulu."
"Tunggu dulu" sela Pek Si-hiang mendadak "siapa sih
yang kesudian jadi enci- mu" Kau tak perlu memanggil
enci, enci terus, muak rasanya perutku"
setelah dipermainkan berulang kali, habis sudah
kesabaran Li Tiong-hui. Hawa amarahnya mulai
berkobar, dengan wajah berubah jadi merah padam ia
tertawa dingin, ia berseru: "Pek si- hiang yang kukenal
dulu orangnya halus, sopan dan berjiwa ksatria. Dia tak
segan-segan menolong kesulitan orang lain hingga setiap
orang menaruh hormat kepadanya"
"Bagaimana dengan Pek si-hiang yang sekarang?"
tukas gadis itu. "Kejam, berhati busuk tak punya perasaan dan sadis"
Pek si- hiang tidak banyak komentar lagi, berpaling ke
arah siok-bwee, perintahnya: "Berikan pedang
kepadanya, biar dia potong kaki sendiri"
Pada saat itu Lim Han-kim hanya menyaksikan semua
adegan itu dari samping tanpa komentar, ia perhatikan
juga sikap serta tindak-tanduk siok-bwee serta Hiangkiok.
Dia ingin tahu setelah sifat Pek si-hiang berubah
jadi kejam dan tidak berperasaan, apakah sifat kedua
orang dayangnya turut berubah juga.
Tampak siok-bwee mencabut keluar pedangnya
dengan kening berkerut, perlahan bisiknya "Nona Li..."
Pek si- hiang menyambar pedang itu lalu... Traaaang
Dilemparkannya pedang itu ke hadapan Li Tiong-hui
sambil berseru: "Li Tiong-hui, bila kau turun tangan
sendiri mengurungi sepasang kakimu itu, mungkin kau
2680 masih punya harapan untuk terus hidup, Bila aku mesti
turun tangan sendiri, mungkin bukan hanya sepasang
kakimu saja yang bakal kutung"
Li Tiong-hui membungkukkan badan memungut
pedang itu dari lantai, setelah ditimang-timang sebentar,
tiba-tiba ia tertawa tergelak, "Hei, apa yang lucu?" tegur
Pek si-hiang gusar. "Seandainya kau adalah Pek si-hiang yang
sebenarnya, jangan lagi mesti mengurungi sepasang kaki
ku, biar ditambah sepasang tanganpun aku, Li Tiong-hui,
akan melaksanakan tanpa berkerut keinng. Betul aku
hanya seorang wanita, tapi aku tak takut menghadapi
rasa sakit. Aku bersedia mengorbankan diri demi
kepentingan orang banyak"
Dengan pandangan mata yang sedih dipandangnya
Lim Han-kim sekejap. kemudian lanjutnya: "Tapi
sayang... saat ini aku tidak percaya bahwa kau adalah
Pek si-hiang yang sesungguhnya, Pek si- hiang yang
pernah kukenali" selama ini Lim Han-kim hanya duduk melulu tanpa
bertindak atau komentar sekecap pun, tapi kini secara
tiba-tiba ia bangkit berdiri Dipandangnya Pek si- hiang
dengan sorot mata tajam, lalu katanya: "Apa yang
dikatakan nona Li tepat sekali. Terlepas kau adalah nona
Pek yang sebenarnya atau bukan, tapi satu hal sudah
jelas, semua perbuatan dan tingkah lakumu sekarang
sudah bukan merupakan tingkah laku nona Pek yang
dulu" "Tutup mulut" hardik Pek si- hiang. "Siapa suruh kau
ikut komentar?" 2681 Lim Han-kim tertawa tergelak: "Ha ha ha aku sendiri
yang ingin bicara, kenapa" siapa yang bisa melarang?"
"Hiang-kiok" bentak Pek si- hiang penuh amarah,
"Tangkap dulu orang ini"
"Tapi nona... dia adalah Lim siangkong..." bantah
Hiang-kiok agak tertegun.
"Aku tahu, totok dulu jalan darahnya sebelum
berbicara lagi" Hiang-kiok menyahut dan segera mengayunkan
tangannya untuk menotok jalan darah di ketiak Lim Hankim.
Dengan cekatan Lim Han-kim berkelit ke samping,
katanya kemudian "Nona, walaupun kau turun tangan
karena terpaksa, namun apabila kau mendesak terus
menerus, terpaksa aku harus turun tangan untuk
membela diri" Hiang-kiok tidak banyak bicara, sepasang tangannya
bekerja keras melancarkan serangkaian totokan. Dalam
waktu singkat ia telah melancarkan belasan buah
totokan-namun kesemuanya dapat dihindari Lim Han-kim
dengan mudah. Mendadak terdengar Pek si- hiang membentak marah:
"Budak yang tak berguna, ayoh cepat mundur dari situ"
Hiang-kiok menyahut dan segera mengundurkan diri.
Ketika Lim Han-kim berpaling, ia saksikan Pek sihiang
sudah bangkit berdiri dan pelan-pelan berjalan
mendekatinya. 2682 Tiba-tiba Li Tiong-hui melangkah ke depan, serunya:
"saudara Lim, cepat mundur dari perahu ini, biar aku
yang menghadapi Pek si-hiang"
"Kedudukanmu sekarang adalah Bu-lim Bengcu,
harapan serta mati hidup beribu-ribu orang rekan dunia
persilatan sudah berada di atas bahumu. Kau tak boleh
sembarangan menyerempet bahaya, lebih baik nona saja
yang segera mengundurkan diri dari sini"
"Persoalan ini timbul gara-gara aku. Aku tak ingin
membiarkan kau menderita lantaran kejadian ini"
Belum sempat Lim Han-kim berbicara, Pek si- hiang
sudah berada di hadapan mereka sambil berkata: "Lim
Han-kim, dengan andalkan sedikit kepandaianmu itu, kau
masih ingin membela orang lain?"
"Aku siap menanti petunjukmu" tukas Li Tiong-hui
dingin Lim Han-kim melintangkan lengan kanannya
menghalangi jalan maju Pek si- hiang sambil berseru:
"siapa yang telah menetapkan peraturan memotong
sepasang kaki ini?" "Aku . . . Pek si-hiang Kenapa" Ada yang salah?"
"Aku yang tiba di atas perahumu lebih dulu, Apabila
nona bersikeras hendak menerapkan peraturan ini,
sepantasnya bila kau kutungi lebih dulu sepasang kakiku"
"Kau anggap aku tak berani melakukannya?"
"Meskipun nona berani, namun belum tentu aku akan
menyerahkan diri dengan begitu saja"
2683 Berkedip sepasang mata Pek si- hiang, tiba-tiba selapis
hawa membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, dengan
nada dingin ia mengejek: "Kau ingin bertarung
melawanku?" Membayangkan kembali sikap mesra yang pernah
dialaminya bersama gadis tersebut di masa lalu, tak
kuasa Lim Han-kim menghela napas sedih. "Bebaskan Li
Tiong-hui, aku akan merelakan sepasang kakiku untuk
kau potong" Tiba-tiba Pek si-hiang tertawa terkekeh-kekeh.
sepasang pipinya berubah jadi semu merah, ujarnya
lembut: "Lim Han-kim, apakah kau amat menyukai Li
Tiong-hui?" setelah mengucapkan perkataan tersebut,
wajahnya kembali berubah jadi dingin, ketus dan serius,
selisih jarak antara kedua orang itu teramat dekat
sehingga Lim Han-kim dapat menyaksikan semua gerakgeriknya
dengan amat jelas, Melihat gadis tersebut
hanya dalam satu kerdipan mata saja dapat
menampilkan dua mimik muka yang berbeda dan
berlawanan, tak kuasa lagi ia menghela napas sedih,
pikirnya: "Jika ditinjau dari sikapnya sekarang, jelas sifat
aslinya sudah terpengaruh oleh ilmu sesat yang
dipelajarinya, setengah tahun berselang dia masih
merupakan seorang tokoh lemah lembut yang menjadi
harapan umat persilatan. semua orang berharap ia bisa
menaklukkan seebun Giok-hiong, tapi sekarang... aaaai,
ia mau berkorban demi orang banyak. masa sekarang
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
aku Lim Han-kim juga tak bisa berkorban demi dia, Pek
si-hiang...?" 2684 Terdengar Pek si- hiang menegur dengan suara
dingin: " Kenapa kau tidak berbicara" seorang lelaki
sejati berani berbuat, berani tanggung jawab. Kenapa sih
kau begitu tak bersemangat?"
"Semoga saja wajahnya memang tidak benar-benar
rusak." Setelah suasana hening beberapa saat, kembali Li
Tiong-hui berkata sambil menghela napas: "Menurut
pendapatmu, mungkinkah suhengmu akan datang lebih
awal satu hari?" "Aku tak berani memastikan hal ini, tapi aku yakin dia
pasti akan datang memenuhi janjinya."
Lim Han-kim yang mendengar sampai di sini segera
berpikir kembali: "Mereka membicarakan terus masalah
kehadiranku di sini, padahal aku sudah berada di sisinya
semenjak tadi..." Mendadak terdengar suara langkah kaki bergema
mendekat disusul dengan suara bangku yang bergeser,
Tampaknya ada seseorang menghampiri Li Tiong-hui dan
duduk di sampingnya. Lim Han-kim tak berani menoleh, jadi dia tak tahu
siapa gerangan yang telah datang, Menyusul kemudian
terdengar seseorang berkata dengan suara rendah:
"Hamba bersama saudara Li dan Han locianpwe telah
meneliti seluruh ruangan rumah makan itu, namun tidak
kujumpai jejak Lim Han-kim."
Begitu mendengar suara pembicaraan orang tersebut,
Lim Han-kim segera dapat mengenalinya sebagai Hongpo
LanTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
2685 Terdengar Li Tiong-hui menjawab: "Hari ini baru bulan
delapan tanggal empat belas, mungkin besok ia baru
sampai di sini," "Dugaan Bengcu selalu tepat, hamba rasa dugaanmu
kali ini tak bakal salah lagi"
"Pada saat dan kondisi seperti ini, kau tak usah
menyebut aku sebagai Bengcu. Aaaai... padahal aku, Li
Tiong-hui, bukan manusia yang kemaruk akan nama dan
kedudukan. Asal aku berhasil memaksa seebun Giokhiong
meninggalkan daratan Tionggoan, maka
kedudukan Bengcu pun segera akan kutinggalkan"
Meskipun pembicaraan kedua orang itu dilangsungkan
dengan nada lirih, namun berhubung Lim Han-kim
memperhatikan dengan serius, maka setiap patah
katanya dapat terdengar dengan jelas sekali.
Terdengar Hongpo Lan berkata lagi: "Han locianpwee
telah menjumpai sebuah perahu nelayan yang
mencurigakan berlabuh dekat telaga, oleh sebab itulah
hamba diutus untuk melaporkan hal ini kepada Beng..."
Belum habis kata-katanya diucapkan, ia segera
membungkam. "Kau panggil aku Li sianseng saja" perintah Li Tionghui
sambil tertawa. setelah berhenti sejenak. terusnya: "Bagian manakah
dari perahu nelayan itu yang mencurigakan"
"sebetulnya perahu nelayan itu sendiri tak ada yang
aneh atau mencurigakan, justru kain serta berapa tulisan
yang dikerek pada tiang layarnya itulah yang aneh."
"Apa yang tertulis di situ?"^2686 "Membalik tangan melumat Tiong-hui, sambil tertawa
mengejutkan seebun..."
"Waaah... besar amat omongannya"
"Setelah Han locianpwe menemukan kehadiran perahu
nelayan itu dan makin dipikir semakin curiga, maka ia
khusus mengutus aku untuk melaporkan hal inc kepada
Li sianseng." "Di kolong langit dewasa ini hanya ada seorang yang
mampu mengibarkan tulisan semacam itu. Bukan saja
aku tak akan marah kepadanya, bahkan aku takluk
dengan perasaan ikhlas."
"siapa sih orang yang berani bicara sebesar itu?"
"Pek si-hiang..."
"Betul," pikir Lim Han-kim. " Hanya Pek si-hiang yang
mampu berbuat begitu, Jangan-jangan ia sudah berhasil
menguasai ilmu iblisnya dan kini terjun kembali ke dunia
persilatan" Aku harus menengok sendiri keadaan
tersebut" Ia merasakan gejolak emosi yang membara hingga
tanpa sadar tangan kanannya menyentuh cawan arak di
meja. Arak yang penuhi cawan tersebut kontan saja
tumpah dan mengotori pakaian Li Tiong-hui serta Yu
siau-liong, Li Tiong-hui segera mengebaskan bajunya yang basah
sambil melirik Lim Han-kim sekejap. Melihat dia memakai
baju yang jelek dan dandanannya mirip seorang tukang
kereta, maka ia pun tak banyak bicara.
2687 sebaliknya Yu siau-liong segera naik pitam, dengan
amarah yang berkobar ia melangkah ke hadapan Lim
Han-kim, lalu sambil menggebrak meja umpatnya: "Hei,
bisu rupanya kamu ini?"
Gebrakan itu sangat keras sampai membuat sayur dan
arak yang berada di meja tergetar keras, tak sedikit yang
tertumpah dan mengotori pakaian Lim Han-kim.
Waktu itu Lim Han-kim cemas sekali Li Tiong-hui dan
Yu siau-liong mengenali penyamarannya, buru-buru ia
menjura dan sambil menyerakkan suaranya ia berkata:
"Maaf bila aku mengotori pakaian toaya berdua."
Kemudian dengan tergopoh-gopoh ia beranjak pergi
meninggalkan rumah makan itu.
Dalam gugup dan paniknya ia sampai lupa membayar
si pelayan yang kebetulan berada di sampingnya buruburu
menangkap lengannya sambil berteriak: "Hei, kau
ingin makan gratis" Ayoh bayar dulu sebelum pergi."
Dari dalam sakunya Lim Han-kim mengambil sekeping
perak dan segera menye-lipkannya ke tangan pelayan
itu, kemudian buru-buru ia pergi meninggalkan tempat
itu. Pelayan itu mencoba menimang uang perak yang
cukup untuk membayar sebuah perjamuan kecil itu,
namun sebelum ia sempat memberi uang kembalian,
pemuda itu sudah jauh meninggalkan warung makan.
Li Tiong-hui melirik sekejap kepingan perak di tangan
pelayan itu, lalu bisiknya: " orang itu sangat
mencurigakan" 2688 "Biar kutangkap dia" seru Hongpo Lan sambil
meninggalkan tempat duduknya dan segera melakukan
pengejaran Lebih kurang sepeminuman teh kemudian tampak
Hongpo Lan berjalan balik seorang diri sambil melapor: "
Gerakan tubuh orang itu cepat sekali sudah kukelilingi
rumah makan Ui-hokslo satu kali, namun tak nampak
bayangan tubuhnya" "Di tempat ini memang banyak pelancong yang lalu
lalang, gampang bagi orang itu untuk menyembunyikan
diri" setelah berhenti sejenak, terusnya: "Kini jejak kita
sudah ketahuan orang, cepat beritahu mereka agar lebih
berhati-hati" Hongpo Lan menyahut dan segera meninggalkan
tempat itu, Pada saat itu Lim Han-kim telah
meninggalkan rumah makan dengan cepat, Buru-buru ia
menuju ke tepi sungai, Menggunakan kesempatan di saat
orang tidak memperhatikan, ia melompat naik ke atas
sebuah perahu dan menyembunyikan diri
Perahu nelayan itu cukup besar, namun penghuninya
hanya seorang gadis berkepang dua yang sedang
menanak nasi, Dengan bersembunyi di belakang jala
ikan, Lim Han-kim dapat melihat Hongpo Lan memeriksa
sekejap sekeliling tempat itu untuk kemudian balik lagi ke
jalan semula. Menunggu sampai bayangan Hongpo Lan sudah jauh,
pemuda itu baru bangkit berdiri dan siap melompat turun
dari perahu nelayan itu. Tapi belum sempat ia berbuat
sesuatu, mendadak si nona yang sedang menanak nasi
2689 itu berpaling, Gadis itu nampak tertegun setelah
menyaksikan wajah anak muda tersebut
Baru saja dia akan berteriak. secepat sambaran petir
Lim Han-kim sudah melompat masuk ke dalam ruang
kapal sambil mendekap mulut nona tersebut bisiknya:
"Nona, harap jangan teriak Aku sedang dikejar orang,
sehingga terpaksa bersembunyi dalam perahu mu, harap
kau sudi memaafkan" sementara berbicara, ia lepaskan kembali tangan
kanannya yang mendekap mulut nona itu.
Tampaknya nona itu sudah terbiasa hidup keras di
atas perahu nelayannya hingga nyalinya agak besar
setelah perhatikan sekejap wajah Lim Han-kim. katanya:
"Dilihat dari dandanan serta wajahmu. nampaknya kau
bukan orang persilatan"
Lim Han-kim segera berpikir: "padahal ia menyaksikan
dengan jelas bagaimana aku melompat naik ke atas
perahu ini, semestinya ia tahu jika aku adalah orang
persilatan, Ehmm, aku mesti mengaku terus terang
kepadanya, kalau tidak. Ia malah mencurigai diriku..."
Berpikir begitu, dia pun menjawab: "Aku benar-benar
anggota dunia persilatan, cuma aku sedang menyamar
sehingga nampaknya tidak mirip orang persilatan-.."
"oooh, rupanya begitu" Gadis itu manggut-manggut.
Dari sakunya Lim Han-kim mengeluarkan sekeping
uang perak, lalu katanya lebih lanjut: "Aku ingin
memohon sedikit bantuan nona. Anggap saja uang ini
sebagai ungkapan rasa terima kasihku, harap nona
jangan mentertawakan"
2690 Nona itu hanya memandang sekejap uang perak di
tangan Lim Han-kim itu, lalu katanya: "Kau mesti
jelaskan dulu bantuan apa yang kau butuhkan?"
"Aku ingin meminjam perahu nona..."
"Tidak bisa," tolak nona itu sambil menggeleng, "Kami
sekeluarga hidup dengan bergantung pada perahu ini,
bagaimana mungkin dapat kupinjamkan kepadamu?"
"Tampaknya nona salah paham. Maksudku, aku
hendak menyewa perahu untuk mencari sebuah perahu
lain yang mungkin sedang berlabuh di sekitar tempat ini"
"Masa kau tidak bisa pergi mencarinya sendiri?"
"Terus terang kuakui nona, aku memang sengaja
hendak menyewa perahu ini karena nonalah yang mesti
mendayung perahu ini, sedang aku harus bersembunyi
agar jejakku tidak ketahuan orang."
Pelan-pelan nona itu meletakkan mangkuknya ke atas
meja, setelah itu baru ia berkata lagi: "Seandainya tidak
kukabulkan permintaanmu ini, manusia buas macam
kalian tak nanti akan lepaskan aku dengan begitu saja,
Aaaai... kalian manusia persilatan memang rata-rata
kejam, masa membunuh orang seperti menginjak mati
seekor semut saja." Lim Han-kim hanya membungkam tanpa menjawab,
diletakkannya kepingan uang perak itu di atas meja.
"Kau boleh duduk di dalam ruangan," ujar nona itu
kemudian sambil berjalan ke arah geladak, "Aku akan
segera mendayung perahu ini."
2691 Lim Han-kim dapat melihat bahwa perahu itu
panjangnya dua tombak, sementara usia gadis tersebut
hanya enam-tujuh belas tahunan, sesungguhnya ia tak
tega membiarkan gadis tersebut mendayung perahunya
seorang diri, tapi ia pun tahu bahwa dirinya tak mungkin
tampil secara terang-terangan, oleh sebab itu terpaksa ia
duduk saja dalam ruangan tanpa bergerak.
setelah menaikkan jangkar, nona itu bertanya lagi:
"Hendak ke mana kita sekarang?"
"Dayung perahumu ke arah barat, di mana banyak
perahu berlabuh." Kelihatannya saja gadis nelayan itu masih muda belia,
ternyata ilmu mendayungnya amat hebat dan sempurna,
pelan-pelan bergeraklah perahu itu menuju ke arah
barat. Lim Han-kim membuka lebar jendela dalam ruang
perahu, Dari sana ia dapat menyaksikan pemandangan di
luar dengan jelas, sejauh mata memandang terlihat
perahu nelayan berjajar-jajar, namun tak terlihat perahu
dengan bendera yang berkibar itu.
sementara ia masih mencari dengan seksama,
mendadak terdengar suara dayung membelah ombak
bergema datang, Tampak sebuah sampan kecil bergerak
laju melewati perahunya dengan menimbulkan percikan
gelombang yang menyebar keempat penjuru.
Dalam sekilas pandangan saja Lim Han-kim dapat
mengenali orang-orang yang berada di atas sampan itu
tak lain adalah Li Tiong-hui, Yu siau-liong serta Hongpo
Lan bertiga, sedang orang yang bertugas mendayung
adalah seorang lelaki yang memakai baju serba hitam.
2692 Ilmu mendayung lelaki itu sangat hebat, Tenaga
dayungannya juga luar biasa, sekali mendayung sampan
itu meluncur bagaikan anak panah yang terlepas dari
busurnya, sekilas pandang saja dapat diketahui bahwa
lelaki itu adalah jagoan dan dunia persilatan.
Tampak sampan itu meluncur langsung menuju ke
arah sebuah perahu yang berlabuh beberapa kaki di
hadapannya, Lim Han-kim segera berpikir "Kemungkinan
besar perahu itulah perahu yang sedang kucari- cari
selama ini..."
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, kembali
terlihat sebuah sampan cepat sedang bergerak menuju
ke arah sasaran yang sama, penumpang sampan
tersebut ada dua orang, mereka adalah Li Bun-yang
serta Han si kong. sekali lagi Lim Han-kim berpikir: "Tampaknya
dugaanku tak meleset kali ini"
Ia segera berjalan keluar dari ruang perahu dan
berkata kepada gadis itu sambil menjura: "Nona, aku
punya satu permintaan yang terpaksa harus
kukemukakan harap nona bersedia membantu."
Gadis nelayan itu nampak agak tertegun, lalu
ancamnya: "Bila kau berani punya pikiran jahat
kepadaku, aku segera akan berteriak keras. jika kau
berani menyentuh badanku, aku segera akan terjun ke
air untuk bunuh diri"
Buru-buru Lim Han-kim goyangkan tangannya
berulang kali, serunya: "Nona, kau jangan salah paham
aku hanya ingin meminjam satu stel pakaian nelayan
darimu." 2693 Gadis nelayan itu perhatikan sekejap diri Lim Han-kim.
kemudian baru menjawab: "Mungkin kau cocok dengan
pakaian kakakku." "Terima kasih atas kesediaanmu nona." sekali lagi Lim
Han-kim memberi hormat. Ketika gadis nelayan itu melihat pemuda tersebut
meski berwajah buruk namun sikapnya lugu dan jujur,
bahkan kepolosannya tak tampak dibuat-buat, tak tahan
lagi sambil tertawa geli ia berkata: "Biasanya orang
persilatan berhati keji dan ganas, salah sedikit saja
segera turun tangan membunuh orang, Tapi aku lihat
kau berbeda sekali dengan mereka, meski rupamu sedikit
agak buruk dan aneh, ternyata hatimu sangat halus dan
penuh sopan santun."
Lim Han-kim menghembuskan napas panjang.
"Aku akan berterima kasih sekali kepada nona atas
bantuanmu ini. Bila urusanku hari ini dapat diselesaikan,
pasti akan kuberi imbalan yang setimpal kepadamu."
"sekeping uang perak itu sudah cukup untuk
membeayai penghidupan kami sekeluarga selama
berhari-hari, Kau tak perlu memberi ongkos lagi, Aku
cuma berharap kita bisa segera kembali ke daratan- agar
keluargaku tidak bingung mencari aku."
"Jangan kuatir nona, paling cepat satu jam, paling
lama sebelum matahari terbenam, kita pasti sudah
kembali ke daratan,"
Gadis itu masuk ke dalam ruangan sambil
mengeluarkan satu stel pakaian, sambil menyerahkan
2694 pakaian itu ia berkata: "Kau boleh tukar pakaian di dalam
ruangan." Tak lama kemudian Lim Han-kim sudah muncul
dengan pakaian nelayannya, kepada gadis itu katanya:
"Nona, silakan kau pegang kemudi, biar aku yang
mendayung." "Tidak usah" tampik gadis itu sambil menggeleng.
"Tampaknya dia tak mau berdiri bersanding
denganku," pikir Lim Han-kim dalam hati., sambil
berjalan menghampiri jala ikan, katanya lagi:
"Bagaimana kalau kubantu nona untuk mengeringkan
jala ikan ini?" "Masa kau bisa?"
"Kita coba saja." Kemudian sambil membentangkan
jala ikan tersebut, kembali ujar-nya: "sudahkah nona
perhatikan arah yang dituju kedua buah sampan cepat
itu?" " Ya a, sudah kulihat"
"Mari kita kejar kedua sampan tersebut" Gadis nelayan
itu seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi kemudian
mengurungkannya, ia segera memutar kemudi dan
mendayung perahunya menyusul kedua sampan tersebut
Tentu saja kecepatan gerak perahu nelayan ini kalah
jauh bila dibandingkan kecepatan kedua sampan
tersebut, Gadis itu terpaksa mendayung dengan sekuat
tenaga, akibatnya keringat bercucuran membasahi
seluruh tubuhnya. 2695 " Kau tak perlu gelisah," hibur Lim Han-kim sambil
melirik gadis itu sekejap. "Mereka tak bakal pergi terlalu
jauh, kejar saja pelahan lahan. Lebih baik lagi jika jejak
kita tidak ketahuan mereka."
sambil menyeka peluh yang membasahi jidatnya tibatiba
gadis itu bertanya: "Mau apa sih kau kejar mereka?"
"Nona tak usah kuatir, seandainya terjadi sesuatu
peristiwa, tak nanti aku akan menyusahkan dirimu."
Kembali gadis nelayan itu berkerut kening, Dia seperti
ingin mengucapkan sesuatu, tapi niat tersebut
diurungkan kemudian- Biarpun gerak laju perahu nelayan ini amat lambat,
namun selisih jaraknya dengan perahu tersebut hanya
seratus kaki lebih, Tak selang berapa saat kemudian
mereka sudah tiba di hadapannya.
Dengan mengenakan topi bambu yang lebar untuk
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang 2 Putri Ular Putih Karya Zhang Hen Shui Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San 13
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama