Ceritasilat Novel Online

Pedang Keadilan 33

Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 33


tentang dirinya. Mungkin seribu tahun lagipun masih ada
orang yang menyinggung tentang dirinya, sebaliknya jika
dia mempelajari ilmu sesat tersebut lebih jauh, dia akan
tetap hidup namun perangainya akan mengalami
perubahan besar, tingkah lakunya akan berlawanan
dengan hukum dan banyak kerugian akan diderita dunia
persilatan. Waktu itu namanya akan jadi busuk dan
sampai seribu tahun kemudian orang masih tetap akan
mengumpatnya, Keadaan seperti itu tentu jauh lebih
tersiksa dari pada mati."
setelah menghela napas panjang, siok-bwee
melanjutkan "Waktu itu aku dan adik Hiang-kiok berulang
kali memohon kepadanya agar ia tetap mempelajari ilmu
sesat, bahkan kami bersumpah di hadapannya, apapun
yang bakal terjadi dan perangainya berubah seperti apa
pun, kami dua bersaudara tetap akan mendampinginya
dan tidak bakal menghianati dirinya."
"oooh, rupanya begitu kejadiannya, Aaaai... tak nyana
hubungan kalian bertiga begitu akrab dan mendalam"
"Padahal dulu, kami pernah memohon kepadanya agar
mau berlatih ilmu tersebut untuk melanjutkan hidupnya.
2775 setiap kali pula permintaan kami ditolak. Kau harus tahu
Lim siangkong, dia mau hidup sesungguhnya karena
demi kau" "Demi aku?" "Yaa, demi kau" sambung Hiang- kiok cepat "Ia
pernah berkata kepada kami berdua, seandainya ia mati
maka kau pun tak nanti bisa tancapkan kaki lagi dalam
dunia persilatan. Demi kau, dia wajib untuk hidup lebih
lanjut" "Dalam pergelutannya antara mati dan hidup, nona
selalu teringat akan dirimu, Keadaannya waktu itu ibarat
dia bisa mati demi kau, bisa hidup pula demi kau. coba
bayangkan betapa mendalamnya perasaan cintanya
kepadamu... Bayangkan sendiri, mana ada orang yang
begitu mencintaimu selain nona Pek?" sambung Siokbwee.
"Tapi sekarang, ia sudah terlalu dalam terperosok
dalam ilmu sesatnya, dengan cara apa pula aku bisa
memulihkan kembali kejernihan pikirannya?" tanya Lim
Han-kim. "caranya sih ada, hanya adakah kesabaran dari Lim
siangkong untuk melakukan hal tersebut?"
"Asal cara tersebut benar-benar mampu menolong dia
keluar dari lingkaran iblis, berapa pun pengorbanan yang
harus kulakukan, aku Lim Han-kim tak bakal menolak"
Hiang-kiok segera tersenyum, pujinya: "Nah, begitu
baru hebat Tak salah kalau nona kami memilihmu"
"Nona berdua, cepat terangkan apa yang harus
kulakukan sekarang" 2776 "Menurut pengamatan kami, selama nona mempelajari
ilmu sesat tersebut, tampaknya ada suatu saat yang
tertentu pikirannya pulih kembali dalam kejernihan,"
ucap Siok-bwee. "Yaa, barusan nampaknya ia tersadar sejenak, tapi
sayang waktunya terlalu singkat," sela Lim Han-kim.
"Saban hari, setiap dua belas jam, ia pasti akan
tersadar kembali beberapa saat. setelah lewat tujuh hari
dia akan memperoleh kesadaran dalam waktu yang
cukup lama, Pada saat itu dia tentu akan meminta
kepada budak berdua untuk menceritakan kembali apa
yang telah diperbuatnya selama tujuh hari itu. Dia akan
mendengarkan dengan seksama, Bila menyentuh hal
yang menyedihkan, dia akan menangis tersedu-sedu..."
"seberapa lama saat sadarnya itu?"
"Lebih kurang sepeminuman teh lamanya"
"Waaaah, waktu segitu sangat pendek"
"Tapi jika Lim siangkong bisa memanfaatkan
kesempatan itu untuk meluapkan suara hatimu, hal
tersebut sudah lebih dari cukup,"
"Percuma," Lim Han-kim menggeleng, "sekalipun ia
menyanggupi semua permintaanku di saat sadar, namun
bila pengaruh sesat itu datang kembali, sifat dan sepak
terjangnya akan berubah kembali, lalu apa gunanya jerih
payah kita ini?" siok-bwee menghela napas panjang: "Lim siangkong,
tahukah kau bahwa di dunia ini tak ada orang lain yang
bisa menolong nona kami?"
2777 "Justru itulah aku bilang, usaha kita bakal sia-sia
belaka." "Tidak. sesungguhnya ia punya cara untuk menolong
diri sendiri" "Menolong diri sendiri?" tanya Lim Han-kim tak habis
mengerti. "Benar, dalam dunia saat ini tak seorang manusia pun
memiliki kecerdasan seperti dia. Tak seorang pun
memiliki pengetahuan seluas dia. Tentu saja tak ada
manusia yang bisa menolong dirinya kecuali dia
menolong diri sendiri"
"Kalau benar ia dapat menolong diri sendiri, tak
mungkin nona Pek akan membiarkan dirinya terperosok
ke dalam pengaruh iblis"
"Persoalan ini merupakan dua masalah yang berbeda,
kau tak boleh mencampurkannya menjadi satu"
"Apa maksudmu dengan dua masalah yang berbeda?"
"Ia terpaksa mempelajari ilmu iblis tersebut gara-gara
ingin menyelamatkan jiwanya. sudah jelas ia tahu bahwa
dirinya bakal terperosok ke dalam pengaruh iblis, namun
mau tak mau dia tetap harus mempelajari juga ilmu
tersebut." sesudah menghela napas panjang, siok-bwee kembali
melanjutkan: "Kini tinggal usaha dia untuk memperoleh
kembali sifat kemanusiaannya, Meski tahu bahwa
mengubah cara berlatih ilmu sesat tersebut besar sekali
resikonya, namun mau tak mau dia wajib untuk
mencobanya." 2778 "Dalam waktu yang begitu singkat, aku rasa tak besar
hasil yang bakal diperolehnya."
"Yaa, apa boleh buat. Terpaksa selangkah demi
selangkah kita coba untuk menelusuri-nya. Bila tiada
orang yang bisa membujuknya untuk melakukan hal ini,
cara tersebut tak mungkin bisa terlaksana."
"Baiklah, aku setuju dengan permintaan nona berdua,
Cuma satu hal perlu kutegaskan, sekarang aku belum
dapat membebaskan totokan jalan darahnya"
"Kalau tidak kau bebaskan totokan jalan darahnya,
dari mana kita bisa tahu ia sedang sadar atau tidak?"
Lim Han-kim berpaling dan memandang Li Tiong-hui
serta seebun Giok-hiong sekejap. kemudian katanya:
"Bila segera kubebaskan totokannya, aku kuatir jiwa
kedua orang nona ini segera akan melayang di
tangannya." "Jadi bagaimana menurut pendapat siang-kong?"
"Menurut pendapatku, lebih baik kita antar kedua
orang nona ini ke tempat lain lebih dulu kemudian baru
membebaskan totokan jalan darahnya."
"Jadi bebaskan mereka berdua lebih dulu?" tanya siokbwee.
"Betul, bebaskan mereka berdua lebih dulu, setelah itu
kita baru dapat menolong Pek si-hiang dengan perasaan
lega." "saat ini kita terbawa oleh arus dan tidak tahu sudah
berada di mana, lagipula di sekitar sini tak ada perahu
lain, Ke mana kita mesti antar mereka berdua?"
2779 Waktu itu matahari telah terbit, sekilas cahaya
keemas- emasan memancar masuk ke dalam ruang
perahu, Lim Han-kim ingin sekali berjalan keluar dari
ruang perahu untuk melihat keadaan, tapi dia pun kuatir
sepeninggal dirinya kedua orang dayang itu akan
membebaskan totokan jalan darah di tubuh Pek si-hiang,
akibatnya ia tak berani beranjak pergi.
sementara dia masih termenung, mendadak tubuh
perahu terasa berputar satu lingkaran disusul kemudian
terdengar seseorang berseru dengan nada kasar:
"Apakah perahu ini sudah tak ada manusia hidupnya
lagi?" "Kurang ajar siapa yang berani bicara sekasar ini, aku
harus memberi pelajaran yang setimpal kepadanya"
teriak Hiang-kiok dengan marah, Dengan kecepatan
tinggi ia melesat keluar dari ruangan.
"Adik Hiang-kiok" siok-bwee segera berteriak, "jangan
bertindak gegabah" Buru-buru ia menyusul pula keluar
dari ruangan- Melihat kedua orang dayang itu sudah meninggalkan
ruang perahu, Lim Han-kim segera menyusul pula di
belakangnya sekalian menutup rapat pintu ruangan.
Tampak sebuah perahu besar sedang melaju
mendekati empat buah galah bambu sudah dijulurkan ke
depan untuk menahan ujung perahu yang
ditumpanginya, saat itu Hiang-kiok sudah tiba di ujung
geladak dan siap menghadang, tapi untung segera
dicegah oleh siok-bwee. sambil berdiri di depan pintu ruang perahu, Lim Hankim
mengamati perahu pendatang itu dengan cermat, ia
2780 saksikan pada kedua sisi buritan perahu itu masingmasing
berdiri enam orang lelaki berbaju hitam yang
sedang mendayung. Terdengar suara seseorang yang nyaring kembali
bergema: "Rupanya dua orang nona cilik, kemana larinya
para pendayung perahumu?"
"Di tengah jalan kami tertimpa badai," kata siok-bwee.
"Para anak kapal terhanyut ke sungai sedang dayung
kami juga patah hingga perahu tak bisa dikendalikan oleh
sebab itu terpaksa kami biarkan perahu ini terbawa arus"
suara yang amat nyaring itu kembali bergema:
"sepuluh li lagi dari sini akan tiba di teluk batu karang,
permukaan sungai di sana amat sempit, batu karang
tersebar di mana-mana, Bila perahumu tanpa kemudi
dan dayung, bisa jadi akhirnya akan menabrak batu
karang dan karam, ini berbahaya sekali untuk kalian"
"Paman, terima kasih atas petunjukmu, tapi kami
kehabisan daya, bersediakah kau membantu kami?"
Lim Han-kim yang mendengar pembicaraan itu diamdiam
berpikir "Cerdik benar budak ini, perkataannya
manis didengar dan rayuannya maut. Kelihatannya
selama setengah tahun terakhir ini ia sudah banyak
peroleh kemajuan". Terdengar suara yang nyaring itu bertanya: "Kalian
hendak ke mana?" setelah termenung sejenak jawab siok-bwee: "Kami
tak berani kelewat banyak mengganggu paman, cukup
ajaklah kami sampai ke sebuah tempat pemberhentian.
2781 Untuk jasa paman, kami akan merasa berterima kasih
sekali." Terdengar suara yang berat itu bergema lagi: "Tak
ada masalah untuk membawa kalian ke tempat
pemberhentian yang aman, cuma siapa saja penghuni
dalam perahumu itu, kami wajib untuk menyelidikinya
lebih dulu." sebenarnya Lim Han-kim sudah tiba di depan pintu,
mendengar ucapan mana ia segera mundur kembali ke
dalam ruangan. Terdengar siok-bwee menjawab: "Yang berada dalam
ruang perahu kami hanya kaum wanita, lebih baik paman
tak usah memeriksanya"
"Tidak bisa Aku harus memeriksanya lebih dulu"
Mendengar hal ini Lim Han-kim sekali lagi berpikir:
"Masih mending kalau mereka bukan anggota persilatan.
Jika mereka adalah jagoan dari dunia kangouw, apa
jadinya setelah melihat seebun Giok-hiong dan Li Tionghui
berada di sini, Niscaya mereka akan membebaskan
jalan darah mereka yang tertotok, padahal bila salah
seorang di antara mereka terbebas dari pengaruh
totokan, dunia bakal kacau balau dibuatnya..."
Baru selesai ingatan tersebut melintas dalam
benaknya, terdengar suara derap langkah yang berat
telah bergema tiba. Lim Han-kim sangat gelisah, buru-buru ia menutup
rapat pintu ruang perahu itu.
"Paman," terdengar siok-bwee memohon, "Kurang
leluasa untuk kau periksa ruang perahu itu..."
2782 Blaaaammmm Belum selesai dia berkata, pintu ruang perahu sudah
digempur hingga terpentang lebar
"Aaaah, ternyata mereka adalah jagoan dunia
persilatan," pikir Lim Han-kim, Buru-buru tangan
kanannya disodok ke muka, segulung tenaga pukulan
yang kuat segera mendorong pintu ruangan itu hingga
merapat kembali. sebenarnya orang itu sudah mengayunkan kakinya
untuk melangkah masuk. Ketika dilihatnya pintu ruangan
kembali menutup, terpaksa ia tarik kembali langkahnya.
Belum sempat pintu itu menutup rapat, lagi-lagi
muncul segulung tenaga besar yang menggulung tiba,
pintu yang sedang menutup pun segera terbuka lagi.
Untuk sesaat Lim Han-kim tak berhasil menemukan
cara terbaik untuk mengatasi kesulitan ini. Terpaksa dia
ayunkan kembali tangan kanannya melepaskan sebuah
pukulan lagi, Kali ini dia menggunakan tenaga pukulan
yang cukup kuat, siapa tahu pada saat yang bersamaan
ternyata pihak lawan melepaskan sebuah pukulan juga.
sebagaimana diketahui, pintu ruang perahu itu terbuat
dari kayu biasa, bayangkan saja bagaimana mungkin


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sanggup menahan gempuran tenaga pukulan dua orang
jagoan itu" Braaaak . . . Kraaaaak . . .
Tak ampun lagi pintu kayu itu terbelah jadi dua bagian
dan roboh ke atas lantai, sesosok bayangan tubuh yang
tinggi besar segera menerjang masuk ke dalam ruang
perahu. 2783 Lim Han-kim menengadah memandang sekejap orang
itu.Ternyata dia adalah seorang lelaki berjenggot yang
memiliki perawakan tinggi besar, saat itu dia berdiri
serius di depan pintu. Dengan sorot mata yang tajam
lelaki itu memandang sekejap Pek si-hiang, Li Tiong-hui
serta seebun Giok-hiong yang terkapar di lantai, lalu
sambil menatap tajam Lim Han-kim, ia menegur dingin:
"siapa kau?" "Guru silat pelindung rumah tangga," jawab Lim Hankim
setelah berpikir sebentar.
"Yaa, dia adalah guru silat kami," sambung siok-bwee.
"la sedang bertugas melindungi tiga orang nona".
"Hmmm Budak busuk. kau pandang aku sebagai
manusia goblok?" seru lelaki kekar itu sambil tertawa
dingin, "di samping ketiga orang nona itu tergeletak
senjata tajam, jelas mereka adalah jago-jago
berkepandaian silat."
"Mau percaya atau tidak. tak ada sangkut pautnya
dengan kami, kenapa kau mengumpat kami?" sela Hiangkiok
gusar "Kurang ajar" bentak lelaki itu marah, "Kalian dua
orang budak busuk juga berani mempermainkan aku"
Tampaknya sudah bosan hidup?" Tiba-tiba ia lancarkan
sebuah cengkeraman mengancam tubuh siok-bwee yang
berada di hadapannya. Dengan cekatan siok-bwee miringkan badannya ke
samping meloloskan diri dari ancaman itu, sindirnya:
"Seorang kuncu tak akan main kasar, hanya kaum
kurcaci yang mengumbar emosi. Kalau memang ada
persoalan, masa tak bisa dibicarakan secara baik-baik?"
2784 sementara itu Hiang-kiok yang sudah memburu
datang ikut menimbrung: "Cici, buat apa kita bicara soal
aturan dengan manusia macam ini, lebih baik diberi
pelajaran lebih dulu" Telapak tangan kirinya segera
diayunkan ke depan melancarkan sebuah pukulan.
Lelaki kekar itu membentak marah, dia lepaskan pula
sebuah serangan balasan. orang ini memiliki tenaga yang
luar biasa hebatnya, serangan yang dilancarkan
membawa deruan angin serangan yang memekikkan
telinga. Melihat betapa dahsyatnya gempuran yang dilepaskan
orang itu, Hiang-kiok tak berani menyambut dengan
kekerasan ia segera melejit ke samping untuk
menghindarkan diri. Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, kembali
ada dua orang lelaki berpakaian ringkas yang
menggembel golok melompat naik ke atas perahu itu.
Kepada dua orang lelaki yang baru tiba itu, lelaki kekar
berjenggot tadi segera membentak keras: "Untuk
menghadapi dua orang budak ini, ada baiknya ditawan
hidup, hidup. Kalau tak bisa ditawan hidup-hidup, tak
ada salahnya untuk dibunuh saja"
Dua orang lelaki bergolok itu mengiakan, serentak
mereka meloloskan senjatanya dan menerjang ke arah
siok-bwee serta Hiang-kiok. sementara itu lelaki kekar
berjenggot tadi menerjang masuk ke dalam ruang
perahu dengan langkah lebar.
Buru-buru Lim Han-kim merogoh ke dalam sakunya
mengeluarkan pedang Jin-siang-kiam, sambil
menghadang jalan maju lelaki itu ujarnya dengan nada
2785 dingin "Ketiga orang nona yang berada dalam ruang
perahu sedang tak enak badan, lebih baik Anda jangan
masuk kemari" "Kalau aku bersikeras hendak masuk. mau apa kamu?"
"Bila Anda tetap memaksa, lebih baik kalahkan dulu
pedangku ini sebelum berbicara lagi"
Lelaki kekar itu memandang Lim Han-kim sekejap.
kemudian dengan langkah lebar melanjutkan
perjalanannya ke depan. Lim Han-kim segera
menggetarkan pergelangan tangan kanannya, dengan
membiaskan selapis cahaya pedang yang menyilaukan
mata pedang pendeknya langsung menusuk dada lelaki
itu. Ternyata lelaki kekar itu enggan menghindar ia putar
tangan kanannya dan secepat petir mencengkeram
pergelangan tangan kanan Lim Han-kim yang sedang
menggenggam pedang, Buru-buru anak muda itu
menarik kembali pergelangan tangan kanannya,
sementara telapak tangan kirinya disodok ke muka
melepaskan sebuah pukulan.
Lelaki kekar itu tertawa dingin. ia dorong telapak
tangan kirinya ke muka untuk menyongsong datangnya
ancaman tersebut. Blaaammmm
Ketika sepasang telapak tangan itu saling beradu,
terjadilah suara ledakan yang keras, baik Lim Han-kim
maupun lelaki kekar itu masing-masing terlempar
mundur sejauh satu langkah.
sambil tertawa tergelak lelaki itu berseru: "Ha ha ha...
anak muda, tak kusangka dengan usia semuda kau,
2786 ternyata tenaga dalammu sudah amat sempurna, betulbetul
luar biasa" Bagaikan gangsingan, sepasang telapak tangannya
berputar kencang dan melepaskan serangkaian pukulan
berantai. Menyaksikan musuhnya enggan meloloskan senjata
tajam, terpaksa Lim Han-kim menyimpan kembali pedang
pendeknya dan melayani serangan-serangan musuh
dengan sepasang kepalannya.
Suatu pertempuran kilat pun berlangsung antara
kedua orang itu, dalam waktu singkat mereka sudah
bertarung dua puluh gebrakan Bagaimana pun gencarnya
lelaki kekar itu melancarkan gempuran ternyata ia tak
berhasil menerjang maju selangkah pun. sebaliknya Lim
Han-kim juga gagal memaksa mundur lelaki itu dari
posisinya, kedudukan mereka tetap berimbang.
Dalam saat itu suara bentrokan senjata tajam
berlangsung amat ramai di atas geladak, jelas
pertarungan yang berlangsung di sana pun berjalan amat
seru, namun menang kalah belum bisa ditentukan
Lim Han-kim merasa gelisah sekali, pikirnya: "ilmu silat
yang dimiliki lelaki ini begitu lihai, padahal aku tak tahu
masih berapa banyak jago yang berada dalam
perahunya, Bila bala bantuannya berdatangan lagi, jelas
peristiwa hari ini akan berakhir dengan posisi kurang
menguntungkan bagiku. Tampaknya aku mesti gunakan
serangan yang keji untuk melukai orang ini lebih dahuu."
Berpikir sampai di sini dengan cepat tangan kirinya
melancarkan sebuah pukulan ke dada lelaki itu.
2787 Buru-buru lelaki itu miringkan badannya ke samping
untuk menghindarkan diri, Lim Han-kim sengaja
menggunakan jurus serangannya sampai akhir, dengan
demikian badannya secara otomatis ikut roboh ke arah
depan. Benar juga, lelaki kekar itu segera masuk perangkap.
Sambil tertawa dingin. ia membalikkan tangannya
mencengkeram pergelangan tangan Lim Han-kim.
Mendadak Lim Han-kim menarik kembali tangan kirinya
sambil menyodokkan sikutnya menumbuk iga lelaki
tersebut. Mimpi pun lelaki kekar itu tak menyangka kalau dirinya
bakal disikut lawan, Dalam keadaan tak terjaga,
serangan tersebut bersarang telak, kontan tubuhnya
mundur tiga langkah dengan sempoyongan.
Begitu berhasil dengan serangannya, secepat kilat Lim
Han-kim melancarkan totokan menotokjalan darah lelaki
itu. Termakan oleh totokan kilat ini, tubuh lelaki tersebut
mundur dengan gontai lalu roboh terjengkang ke tanah.
perawakan tubuhnya yang tinggi besar ambruk menimpa
dinding ruangan. Saking beratnya tubuh orang itu,
dinding yang tertimpa badannya itu kontan roboh dan
rusak berat. Begitu mendengar suara hiruk pikuk dalam ruang
perahu, Hiang-kiok segera ber-seru: "Lim siangkong,
apakah kau telah berhasil" Cepat bebaskan totokan
nona, musuh tangguh telah menyerbu ke atas perahu"
2788 Tergopoh-gopoh Lim Han-kim keluar dari ruang
perahu, ia saksikan siok-bwee dan Hiang-kiok dengan
andalkan gedangnya sedang bertarung melawan limaenam
orang lelaki berbaju hitam, Pada saat itu dari atas
perahu lawan kelihatan bayangan manusia berkelebatan,
kembali ada empat orang lelaki berbaju sutera telah
melompat naik ke atas perahu pesiar.
Keempat orang lelaki berbaju sutera ini memakai
dandanan yang amat menyolok. di punggung masingmasing
tergembel sebuah tameng berwarna emas,
sedang tangannya menggenggam sebilah golok
sepanjang tiga depa. Di bawah pantulan cahaya matahari tampak badan
golok itu membiaskan selapis warna biru yang tajam.
jelas senjata tersebut telah dilumuri racun jahat.
satu ingatan segera melintas dalam benak pemuda ini,
pikirnya: "Jarang sekali anggota dunia persilatan yang
memakai baju warna-warni macam ini. Kalau dilihat dari
dandanan mereka, tampaknya orang-orang itu adalah
pasukan pengawal dari suatu kelompok kekuatan dalam
dunia persilatan." sementara ia masih termenung, keempat lelaki
berbaju sutera itu sudah membentak bersama, Dengan
tangan kiri mereka loloskan tameng emas itu kemudian
serentak menyerbu ke depan.
Buru-buru Lim Han-kim meloloskan pedang Jin-siangkiam
untuk melindungi badan, dengan cepat dia mundur
masuk ke dalam ruang perahu, Rupanya ia sudah sadar
bahwa kekuatan musuh amat dahsyat Dengan andalkan
kekuatan dirinya beserta siok-bwee dan Hiang-kiok.
2789 mustahil mereka dapat membendung kekuatan itu,
berarti dia harus memilih salah seorang di antara ketiga
orang gadis itu dan membebaskan totokan jalan
darahnya. sungguh cepat gerakan tubuh keempat orang lelaki
berbaju sutera itu, Baru saja Lim Han-kim mundur ke
dalam ruang perahu, keempat orang tersebut telah
menyerbu pula ke dalam ruang, orang pertama langsung
memutar goloknya dengan jurus Menghancur Lumat
Sarang Musuh dan menusuk perut Lim Han-kim.
BAB 33. Pangeran Pedang Belum sempat Lim Han-kim memutuskan gadis mana
yang harus dibebaskan totokan jalan darahnya, musuh
sudah menyerang tiba. Terpaksa pemuda itu
menggerakkan pedangnya untuk menangkis,
Traaangg Di tengah suara bentrokan nyaring yang diiringi
percikan bunga api, golok panjang dari lelaki berbaju
sutera itu tertangkis oleh serangan pedang pendek
pemuda kita hingga miring dari sasaranTernyata lelaki itu sangat pemberani dan nekat,
meskipun goloknya ditangkis musuh, namun ia tidak
berhenti sampai di situ saja, Dengan tameng di tangan
kirinya untuk melindungi badan, ia lanjutkan
terkamannya ke depan. Terpaksa Lim Han- kim memutar
kembali pedangnya melepaskan sebuah bacokan.
Buru-buru lelaki berbaju sutera itu menangkis
ancaman tersebut dengan tamengnya, begitu berhasil
2790 membendung serangan lawan ia lancarkan sebuah
tendangan kilat Tampak cahaya golok berkilat, senjata golok dari lelaki
kedua telah meluncur datang menusuk pergelangan
tangan kanan Lim Han- kim. sekilas pandang, kawanan
lelaki berbaju sutera itu seakan-akan menyerang sendirisendiri
dan masing-masing tiada kaitannya, padahal
kenyataannya mereka menjalin kerja sama yang sangat
erat. Terdesak oleh keadaan, mau tak mau Lim Han- kim
harus mundur dua langkah untuk menghindari bacokan
serta tendangan lawan. Tampak lelaki kedua itu mendesak maju selangkah
hingga berdiri bersanding dengan lelaki pertama, Dua
bilah golok panjang mereka secara berpisah menyerang
datang dari sisi kiri dan kanan
Berbicara sebenarnya, posisi kawanan lelaki berbaju
sutera itu jauh lebih menguntungkan ketimbang posisi
Lim Han- kim. Mereka mempunyai tameng besar yang
dapat dipakai untuk melindungi bagian tubuh yang
mematikan, sebaliknya senjata yang dipakai Lim Han-kim
amat pendek. Ruangan dalam perahu pun amat sempit.
Posisi semacam ini amat merugikan keadaan anak muda
itu. Demikianlah, kedua lelaki tersebut dengan tamengnya
membendung serangan pedang dari lawan, sepasang
golok mereka mendesak dari kedua sisi yang memaksa
Lim Han-kim selangkah demi selangkah mundur terus ke
belakang. 2791 Kini Lim Han-kim sudah sadar akan keadaannya, ia
mengerti hanya andalkan kekuatannya seorang mustahil


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bisa membendung seluruh serangan dari keempat lelaki
berbaju sutera itu. Atau dengan perkataan lain, kecuali
membebaskan totokan jalan darah dari ketiga orang
gadis tersebut, ia sudah tak punya pilihan lain.
Dari ketiga orang gadis tersebut, Li Tiong-hui
terhitung paling jinak dan mudah diatasi. Pada mulanya
Lim Han-kim memang ingin membebaskan jalan darah Li
Tiong-hui lebih dulu, tapi di bawah cecaran kedua orang
lelaki tersebut, ternyata selangkah demi selangkah ia
dipaksa untuk mundur ke sisi seebun Giok-hiong.
Dalam saat itu dua orang lelaki berbaju sutera lainnya
juga sudah menyerbu masuk ke dalam ruang perahu.
Lim Han-kim betul-betul panik bercampur gelisah. sekuat
tenaga ia menyerang lawannya dengan pedang pendek
di tangan kanah, pukulan berantai di tangan kiri.
Begitu gempuran- gempuran dari kedua orang lelaki
berbaju sutera itu berhasil ditangkis, ia manfaatkan
peluang yang ada untuk membalikkan telapak tangannya
dan menepuk bebas jalan darah seebun Giok-hiong yang
tertotok sesungguhnya pada waktu itu seebun Giok-hiong juga
telah mengerahkan tenaga dalamnya untuk
membebaskan diri dari pengaruh totokan. Sayangnya,
berhubung pancingan ilmu sesat dari Pek si-hiang telah
menyebabkan tersesatnya aliran hawa murni ke dalam
urat nadi, maka pengerahan tenaga yang dilakukan tidak
membuahkan hasil walaupun sudah membuang banyak
waktu, totokan jalan darahnya belum berhasil juga
2792 dibebaskan. Begitu memperoleh bantuan tabokan dari
Lim Han-kim, dengan cepat Seebun Giok-hiong telah
melompat bangun. Sementara itu, dua orang lelaki berbaju sutera yang
lain sebenarnya sedang berjalan menghampiri Li Tionghui
serta Pek si-hiang, begitu melihat seebun Giok-hiong
melompat bangun secara tiba-tiba, serentak mereka
menerkam ke arah gadis itu.
Seebun Giok-hiong pentang sepasang tangannya
masing-masing melepaskan satu pukulan untuk
membendung terjangan kedua orang lelaki tersebut,
kemudian tegurnya: "Lim Han-kim, apa yang sebenarnya
telah terjadi?" Tenaga pukulan gadis ini sangat kuat dan dahsyat.
Sayang kedua orang lawannya kelewat memandang
enteng kemampuan lawannya, mereka segan
menggunakan tameng emasnya untuk membendung
ancaman tersebut, malahan dengan telapak tangan kiri
disambutnya ancaman mana dengan keras melawan
keras. Sebelum mereka sadar akan gelagat yang tidak
menguntungkan keadaan sudah terlambat Tubuh mereka
berdua tergetar keras dan terpental sejauh dua langkah
dari posisi semula, malahan isi perut mereka terluka
parah hingga muntahkan darah segar.
"Tak sempat kujelaskan latar belakang peristiwa ini
sekarang" jawab Lim Han-kim lantang, "Lebih baik nona
pukul mundur serangan musuh tangguh terlebih dulu"
Kembali seebun Giok-hiong mengayunkan jari
tangannya melancarkan serangan dengan ilmu jari
2793 Bintang Langit, segulung desingan angin tajam langsung
mendesir ke depan. seorang lelaki berbaju sutera yang siap menerjang ke
arah Lim Han-kim seketika memapaki datangnya
serangan jari tangan dari seebun Giok-hiong ini.
Dengusan tertahan bergema memecahkan
keheningan, tiba-tiba lelaki itu roboh terkapar ke tanah.
Dengan terlukanya salah seorang lawan Lim Han-kim,
daya tekanan yang menghimpit pemuda ini secara
otomatis ikut berkurang juga. Kontan anak muda itu
mengembangkan serangan balik, Dengan pedang di
tangan kanan, pukulan tangan kosong di kiri ia desak
lelaki berbaju sutera itu hingga cuma mampu menangkis
saja. Pada saat itulah kembali terdengar suara derap
langkah manusia berkumandang tiba, Di depan pintu
ruang perahu lagi-lagi menerjang tiba empat orang lelaki
berbaju sutera. "Bagus" teriak seebun Giok-hiong sambil tertawa
riang. "Makin banyak memang semakin bagus" sepasang
tangannya diayunkan berbareng, tenaga pukulan segera
menggulung keluar bagaikan amukan ombak samudra.
Dua lelaki yang berada di paling depan seketika
termakan oleh hajaran itu hingga terpental roboh ke
samping dan terluka parah, Dengan cepat gadis itu
menerobos ke samping dan menyongsong datangnya
musuh lain, Tertegun juga keempat lelaki yang baru
masuk ke dalam ruang perahu itu. Mereka tak mengira
rekannya tak tahan menghadapi serbuan dari seorang
gadis secantik itu. 2794 sementara mereka masih tertegun, tahu-tahu seebun
Giok-hiong sudah menerjang tiba. Tangan kanannya
diayun, lagi-lagi ilmu jari Bintang Langit dilontarkan ke
depan. Lelaki berbaju sutera yang berada di barisan paling
depan segera mendengus tertahan dan roboh terjungkal
ke tanah, Ketiga orang lainnya menjerit kaget, serentak
mereka loloskan tameng untuk melindungi diri. Dengan
golok panjang di tangan kanan mereka menyerbu dari
tiga penjuru dan mengepung seebun Giok-hiong rapatrapat.
Mendadak seebun Giok-hiong memutar kencang
tangan kanannya. serentetan bunyi gemerincing
bergema di udara, entah apa sebabnya tahu-tahu ketiga
bilah golok panjang itu sudah terpental ke belakang.
Ketika mereka dapat mengamati dengan seksama,
barulah terlihat tangan gadis tersebut kini sudah
bertambah dengan sebuah lingkaran putih yang
memancarkan cahaya perak.
Berhasil memukul mental ketiga bilah golok panjang
itu, kembali seebun Giok-hiong mengayunkan tangan
kirinya melepaskan sebuah pukulan, segulung tenaga
serangan yang dahsyat dan kuat langsung menerpa
keluar menggempur lelaki yang berdiri di sebelah utara.
Cepat-cepat lelaki itu melindungi badannya dengan
tameng dan menyambut pukulan dahsyat tersebut
dengan tamengnya, Kendatipun secara paksa ia berhasil
juga menerima gempuran dahsyat dari seebun Giokhiong
ini, tak urung badannya tergetar juga hingga
mundur dua langkah dengan sempoyongan.
2795 "Bagaimana kalau kau coba lagi sebuah pukulanku
ini?" bentak seebun Giok-hiong nyaring. Di tengah
bentakan, sebuah pukulan kembali dilontarkan ke depansetelah
menerima gempuran yang pertama tadi, meski
lelaki itu tak sampai menderita luka parah, namun
sepasang pergelangan tangannya terasa linu, kaku dan
sakit sekali. Tatkala melihat datangnya gempuran yang
kedua, sebetulnya ia sudah tak berani menyambutnya.
lagi. Tapi sayang ruang dalam perahu itu terlampau kecil
dan sempit, ia tak mampu lagi menghindarkan diri.
Terpaksa sambil keraskan kepala, disambutnya juga
ancaman itu. Dalam serangan seebun Giok-hiong kali ini ternyata
tenaga pukulan yang disertakan jauh lebih dahsyat lagi,
mana mungkin lelaki tersebut mampu mempertahankan
diri" Diiringi teriakan keras, tahu-tahu senjata tamengnya
sudah terlepas dan mencelat ke tanah.
sungguh hebat ilmu silat yang dimiliki seebun Giokhiong.
Kelihatannya saja tangan kirinya saat itu sedang
menyerang seorang lawannya yang berada di utara,
ternyata pada saat yang bersamaan tangan kanannya
berhasil juga membendung serangan golok dari dua
orang musuhnya yang lain.
Ketika lelaki tadi tergetar hingga roboh terjungkal ke
tanah, dengan cepat seebun Giok-hiong memburu ke
depan dan melepaskan sebuah sentilan jari lagi dengan
ilmu jari Bintang Langit untuk menotok jalan darahnya.
Belum sampai sepuluh gebrakan pertarungan itu
berlangsung dari empat lelaki berbaju sutera itu, ada tiga
2796 di antaranya sudah terluka, Dengan demikian dari
delapan orang lelaki yang menyerbu masuk ke ruang
dalamperahu, enam orang sudah roboh ke lantai,
seorang masih bertempur sengit melawan Lim Han-kim
sedang yang seorang lagi hanya bisa berdiri dengan
wajah termangu. Rupanya kemampuan seebun Giok-hiong melukai
ketiga orang rekannya dalam sekejap mata telah
membuat orang ini sedemikian ketakutan hingga dia
cuma bisa berdiri termangu sambil mengawasi lawannya
tanpa berkedip. Seebun Giok-hiong tetawa dingin: "Hei, kenapa cuma
berdiam diri?" tegurnya, "Kau tak ingin melancarkan
serangan?" Lelaki itu gelengkan kepalanya berulang kali,
jawabnya: "Sejak terjun ke dalam dunia persilatan,
belum pernah kujumpai seorang nona dengan
kepandaian silat sehebat ini. Aku mengerti bahwa
kemampuanku bukan tandinganmu"
"Jadi kau takut mati?"
"Tidak, aku bukan manusia yang takut mati Aku bukan
seorang lelaki pengecut" kata lelaki itu sambil
melemparkan golok panjang dan tamengnya ke lantai.
"Kalau memang bukan ingin merengek minta ampun,
kenapa kau buang senjatamu?" jengek Seebun Giokhiong
dingin, "Menyerang atau tidak, toh hasilnya sama saja. Sulit
bagiku untuk menahan gempuran- mu, jadi lebih baik tak
usah bertarung." 2797 "Kalau begitu hati-hatilah, akan kutotok jalan
darahmu" Seraya berkata ia mengayunkan jari tangannya
melancarkan sebuah totokan
Ternyata lelaki itu tidak berkelit maupun menghindar,
sambil pejamkan mata ia sambut datangnya totokan itu.
Pada saat lelaki itu roboh ke tanah, lelaki yang bertarung
melawan Lim Han-kim- juga terkena tusukan pada dada
kirinya. Sebuah tendangan susulan membuat badannya
terjungkal ke tanah. Dengan begitu maka kedelapan
orang lelaki penyerbu tersebut semuanya sudah roboh
terluka di lantai ruang perahu itu.
Tiba-tiba Seebun Giok-hiong mengalihkan sorot
matanya yang tajam ke wajah Pek si-hiang. selapis hawa
napsu membunuh dengan cepat menyelimuti seluruh
wajahnya, selangkah demi selangkah ia berjalan
langsung menghampiri gadis itu.
"seebun Giok-hiong" teriak Lim Han-kim terperanjat
seebun Giok-hiong menghentikan langkahnya seraya
berpaling, "Ada apa?"
"Kau hendak menyerang Pek si-hiang?"
"Yaa, kenapa?" seebun Giok-hiong tertawa hambar.
"Tindakan semacam itu bukan perbuatan seorang
jagoan" "Lebih baik kubunuh Pek si-hiang lebih dulu sebelum
kita berbicara lebih lanjut"
2798 Lim Han-kim gelisah sekali, pikirnya: "sepatutnya
kutolong Li Tiong-hui lebih dulu, seebun Giok-hiong liar
dan binal, rasanya sulit untuk mencegah kemauannya."
Sementara ia masih gelisah bercampur cemas,
mendadak dari luar pintu ruang perahu bergema lagi
suara seseorang yang berat dan dalam: "Ehmmm, benarbenar
sebuah pertempuran yang sengit dan
mengerikan"- Seebun Giok-hiong berpaling, ia saksikan di muka
pintu telah berdiri seorang lelaki berkopiah emas yang
memakai jubah berwarna ungu.
Dengan sepasang mata yang tajam lelaki berkopiah
emas itu menyapu seebun Giok-hiong dan Lim Han-kim
sekejap. kemudian menegur: "Siapa di antara kalian yang
telah melukai mereka?"
"Aku" jawab Lim Han-kim dan seebun Giok-hiong
hampir bersamaan- "Ditinjau dari kemampuan kalian berdua yang berhasil
melukai delapan orang peng awalku, terbukti bahwa
kepandaian kamu berdua memang cukup hebat..."
sinar matanya dialihkan ke wajah Pek si-hiang dan Li
Tiong-hui, kemudian tanyanya lagi: "Siapa pula kedua
orang nona itu?" seebun Giok-hiong tertawa dingin, "Tidakkah kau
merasa bahwa pertanyaan yang kau ajukan kelewat
banyak...?" tegurnya.
"Seingatku, belum pernah ada orang berani bicara
sekurang ajar ini kepadaku" seru lelaki berkopiah emas
itu marah. 2799 "Bagus Kalau begitu kau harus mendengar lebih
banyak lagi hari ini, sekalian untuk menambah
pengetahuanmu" Dalam saat itu Lim Han-kim sedang berpikir " orang
berkopiah emas berjubah ungu ini tidak mirip orang
persilatan yang biasa malang melintang di dunia
kangouw. Dandanan semacam ini lebih mirip sebagai
seorang panglima perang, sebagai rakyat jelata, aku Lim
Han-kim, tidak seharusnya bentrok dengan para pejabat
pemerintah, lebih baik aku selidiki dulu asal-usulnya ..."
Berpikir demikian, dia pun segera menegur "jika


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kulihat dari dandanan Anda, rasanya tak mirip dengan
orang persilatan, sebetulnya siapa kau dan apa
kedudukanmu?" Mendadak lelaki berkopiah itu mendongakkan
kepalanya dan tertawa terbahak-bahak, Dari balik jubah
ungunya ia cabut keluar sebilah gedang yang bergagang
batu giok dan bersarung dari emas murni, sambil
letakkan pedang tersebut di tangannya ia balik bertanya:
"Anda sekalian kenal dengan pedang ini?"
Lim Han-kim hanya merasa pedang itu, baik gagang
maupun sarung pedangnya terbuat sangat indah dan
mewah, selain itu tidak nampak keistimewaan apa pun.
Mendadak terdengar seebun Giok-hiong berseru.
"Pedang pusaka dari Raja pedang"
Walaupun lelaki berkopiah emas itu memiliki
perawakan tubuh tinggi besar, namun usianya belum
terlalu dewasa, suara tertawanya masih membawa nada
kekanak-kanakanTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2800 "Benar" sahutnya lantang. "Pedang ini memang
pedang pusaka dari Raja Pedang"
Seebun Giok-hiong mendengus dingin: "Hmmm Raja
pedang sudah dua puluhan tahun lenyap dari muka bumi
sekalipun dia masih hidup di dunia ini, paling tidak
usianya sudah mencapai enam puluh tahunan, dari mana
kau temukan pedang pusaka dari Raja pedang itu?"
"Ngaco belo" teriak lelaki berkopiah emas itu marah.
"Pedang pusaka dari Raja pedang ini merupakan
pemberian ayahku. Budak kurang ajar, kau berani
menghina aku?" "Jadi kau adalah si pangeran pedang?"
"Tepat sekali dugaanmu"
seebun, Giok-hiong segera tertawa terkekeh-kekeh:
"Hei, siapa yang mengakui dirimu sebagai pangeran"
Huuuh, tak tahu malu, berani mengaku dirinya sebagai
seorang pangeran, pangeran dari negeri mana kamu
mi?" sambil menuding kopiah emas yang dikenakan di
kepalanya lalu menunjuk pula jubah ungu yang
dikenakan, lelaki itu berkata: "Aku mengenakan kopiah
emas, memakai jubah ungu, kenapa tak boleh menyebut
diri sebagai pangeran?"
Dengan rasa heran Lim Han-kim berpikir "Kalau cuma
mengenakan kopiah emas, memakai jubah ungu dan
membawa pedang berdagang batu giok, bersarung emas
murni lantas bisa menganggap diri sebagai pangeran,
waaah... berapa banyak pangeran yang bakal muncul
dalam dunia persilatan...?"
2801 sementara itu, si lelaki berkopiah emas tersebut telah
berkata lebih lanjut: "Berkopiah emas dan berjubah ungu
merupakan benda-benda terhormat yang diakui semua
umat persilatan di dunia, Para ketua partai dan
perkumpulan sama-sama telah menandatangani surat
pengakuan tersebut kepada ayahku dan setiap orang
persilatan pasti mengetahui akan peristiwa ini, maka
kalian berdua tidak mengetahui?"
sejak kecil Lim Han-kim ikut ibunya berdiam di lembah
Hong-yap- kok di wilayah Pak-gak. selain belajar silat,
ibunya tak pernah menyinggung masalah dunia
persilatan dengan dirinya, Kadangkala ia sempat
bertanya tentang asal-usul dirinya, tapi selalu diumpat
habis-habisan oleh ibunya, sehingga boleh dibilang ia
buta sama sekali mengenai kejadian dalam dunia
persilatan. oleh sebab itulah ia cuma bisa berdiri dengan mata
terbelalak dan mulut melongo setelah mendengar
perkataan lelaki itu. Dia tak tahu bagaimana harus
menjawab pertanyaan tersebut.
Tampak seebun Giok-hiong tertawa hambar "Bila kami
bukan anggota partai atau perguruan mana pun dalam
dunia persilatan, otomatis kami pun tak perlu mengakui
akan kehebatan si Raja pedang, atau dengan perkataan
lain kami tak usah mengakui dirimu sebagai pangeran
pedang" Lelaki berkopiah emas yang mengaku diri sebagai
pangeran pedang itu segera tertawa dingin, katanya:
"Sebetulnya kedatanganku ke daratan Tionggoan kali ini
pertama, ingin berjumpa dengan para jago dari dunia
2802 persilatan, kedua ingin menemukan kembali sedikit
barang pusaka peninggalan ayahku di masa lampau.
Mengingat usia kalian berdua masih begitu muda, aku
percaya kalian pasti bukan manusia kenamaan,
Terlampau sayang rasanya apabila kalian sampai tewas
di ujung pedang aku, si pangeran pedang."
Mendengar ucapan itu, Lim Han-kim segera berpikir
"Meskipun perkataan orang ini sedikit agak sombong dan
takabur, tapi bisa disimpulkan bahwa hatinya baik dan
berbudi." "Sementara itu seebun Giok-hiong sudah menjengek
sambil tertawa dingini "Kenapa" Kau punya keyakinan
untuk bisa mengungguli kami berdua?"
"Pedang dari Raja pedang tak akan sembarangan
diloloskan dari sarungnya," kata pangeran pedang
dengan wajah serius, "Sekali dicabut keluar, pedang
tersebut tak akan di-sarungkan kembali sebelum
mencium darah, sekalipun kalian berdua telah melukai
pengawal pribadiku, tapi aku enggan sembarangan
mencabut keluar pedang emasku ini, apalagi membunuh
dua manusia yang sama sekali tak bernama"
"Hmmm, aku malas untuk banyak bicara denganmu,
Perduli amat kau seorang pangeran pedang atau bukan,
yang pasti tak ada sangkut pautnya dengan diriku, Cepat
cabut keluar pedangmu, kalau tidak jangan salahkan bila
aku akan merampas pedangmu itu"
"Budak busuk, besar amat bicaramu" seru pangeran
pedang dengan wajah berubah. "Bila kau bersikeras ingin
kucabut keluar pedangku, laporkan dulu siapa namamu.
2803 Pedang pusaka dari Raja pedang tak pernah membunuh
manusia tak bernama"
"He he he... darimana datangnya peraturan yang
begitu banyak?" jengek seebun Giok-hiong sambil
tertawa dingin "Sebelum kau sebutkan namamu, aku si pangeran
pedang sulit rasanya untuk meloloskan pedang."
Menyaksikan tindak-tanduk orang tersebut kembali
Lim Han-kim berpikir: "Bila ditinjau dari ucapannya, jelas
dia belum punya pengalaman dalam dunia persilatan..."
Pada saat itu dengan kening berkerut seebun Giokhiong
telah menjawab: "seebun Giok-hiong namaku,
cukup bukan?" "seebun Giok-hiong... seebun Giok-hiong..." gumam
pangeran pedang pelahan. seebun Giok-hiong benar-benar amat gusar, teriaknya:
"Belum pernah kujumpai seorang lelaki yang begitu
cerewet dan banyak omong macam kau"
"Tatkala pangeran hendak berkunjung ke daratan
Tionggoan, ayahku pernah menjelaskan tentang jagojago
kenamaan yang berdiam di sini, Konon keluarga
persilatan dari bukit Hong-san merupakan jagoan paling
tangguh di tanah daratan, tapi... rasanya belum pernah
kudengar nama seebun Giok-hiong disebut-sebut..."
"Kalau memang belum pernah mendengar, hari ini
akan kusuruh kau mengenali diriku lebih dalam" Tiba-tiba
ia lancarkan sebuah totokan kilat ke depan.
2804 Menyaksikan datangnya ancaman tersebut, pangeran
Pedang segera mencabut keluar pedangnya. selapis
cahaya tajam segera melindungi perawakan tubuhnya
yang tinggi besar. seebun Giok-hiong terkejut juga melihat betapa
kuatnya pertahanan hawa pedang yang melapisi tubuh
lelaki itu. Bagaimana pun ia berusaha, ternyata
serangannya tidak membuahkan hasil, terpaksa ia harus
tarik kembali ancamannya sambil melompat mundur.
Ketika berpaling, ia saksikan Lim Han-kim sedang
berjalan menuju ke arah Pek si-hiang, maka bentaknya
nyaring: "Berhenti"
"Ada apa?" tanya Lim Han-kim ketus.
"Kau hendak membebaskan Pek si-hiang dari
pengaruh totokan?" "Benar, setelah membebaskan kau dari totokan, aku
wajib membebaskan pula mereka berdua, masa aku
harus membiarkan kau membantai mereka berdua
dengan begitu saja?"
"Bagus Kalau begitu akan kubunuh Pek si- hiang lebih
dulu sebelum menghadapi pangeran pedang"
sambil mengancam gadis itu melejit ke udara dan
langsung menerjang ke hadapan Pek si-hiang. Lim Hankim
terkejut sekali, buru-buru ia melompat ke depan
menghadang jalan pergi seebun Giok-hiong.
Ia sadar, baik dalam tenaga dalam maupun dalam
ilmu silat dirinya masih bukan tandingan seebun Giokhiong.
jika serangannya disambut dengan kekerasan,
2805 maka meski tak sampai tewas paling tidak isi perutnya
akan terluka parah. siapa tahu seebun Giok-hiong tidak melanjutkan
terjangannya, Tiba-tiba ia menarik kembali tubuhnya dan
melayang turun kembali ke lantai, hanya bentaknya
dengan nada dingin: "Lim Han-kim, apakah kau ingin cari
mampus?" "Bila nona bersikeras hendak membunuh Pek si-hiang,
terpaksa kau harus menghabisi nyawaku terlebih dulu"
Tiba-tiba terdengar pangeran pedang membentak
keras: "Hei, kalian berdua apa-apaan" Apa yang
sebenarnya terjadi?"
"Apa urusannya dengan kau?" sahut see-bun Giokhiong
seraya berpaling. "Apakah kalian suami istri?"
"suami istri atau bukan, apa urusannya dengan
dirimu?" "Jika kalian adalah suami istri, lebih baik turun
tanganlah bersama-sama, dengan begitu mungkin kalian
masih punya sedikit harapan untuk tetap hidup,"
"Besar amat bacotmu" bentak seebun Giok-hiong
penuh amarah, "Kau anggap aku betul-betul takut
kepadamu?" sambil memeluk pedangnya si pangeran pedang
berdiri dengan wajah serius, katanya dingin: "sekalipun
kalian bukan suami istri, aku tetap ijinkan kalian untuk
turun tangan bersama..."
2806 Seebun Giok-hiong membentak nyaring, tiba-tiba ia
menerjang ke depan, telapak tangannya diayun ke muka
melancarkan sebuah pukulan
Pangeran pedang pun segera mengayunkan
pedangnya membentuk selapis bianglala berwarna
keperak-perakan untuk membendung datangnya
gempuran tersebut, kembali serunya: "Kenapa kau tidak
meloloskan senjatamu"
Seebun Giok-hiong dapat merasakan munculnya
segulung hawa pedang yang dingin menggidikkan dari
ujung pedang lawannya itu, tanpa terasa pikirnya:
"Tampaknya ilmu pedang yang dimiliki orang ini sudah
mencapai puncak kesempurnaan aku tak boleh pandang
enteng kemampuannya..." setelah menarik napas
panjang, ia pun berkata lagi dengan dingin:
"Kelihatannya kau seperti begitu yakin dapat
mengungguli diriku?"
"Tentu saja, kau hanya seorang gadis muda, mana
mungkin bisa menandingi kepandaianku sebagai
pangeran pedang?" Seebun Giok-hiong menarik napas berusaha
menenangkan pikiran dan perasaan hatinya, setelah itu
baru tanyanya: "Bagaimana jika kau tak mampu
mengungguli diriku?"
"Sebenarnya tujuan kedatanganku ke daratan
Tionggoan kali ini adalah untuk mengunjungi Thian-hok
Sangjin di atas puncak bukit Mao san. Sayang ia tak ada
di pesanggrahannya, hal ini membuat hatiku sangat
kecewa, Oleh sebab itulah aku berencana mengunjungi
kuil Siau-lim-si di bukit Siong-san. Kudengar Siau-lim-si
2807 adalah tulang punggung dari ilmu silat dunia persilatan,
aku ingin mengalahkan siau-lim-pay lebih dulu sebelum
menjelajahi daratan lainnya..."
"Aku tak ingin tahu urusanmu" tukas seebun Giokhiong
cepat. "Aku hanya ingin tahu apa yang hendak kau
lakukan jika dalam pertarungan melawanku kali ini kau
menderita kekalahan?"
"Kemampuanku dalam menguasai ilmu pedang sudah
mencapai delapan puluh persen dari kemampuan
ayahku, jadi aku yakin pasti dapat mengalahkan kau"
"seandainya kau tetap kalah?"
"saat ini juga aku akan segera kembali ke Lam-hay"
"Hmmmm... enak amat taruhan ini," ejek seebun Giokhiong
sambil tertawa dingin. "Apa salahnya?"
"Bila kau kalah di tanganku, jangan harap dirimu bisa
kabur dari sini dengan seenaknya"
"Jadi menurut pendapatmu" "
"Bila kau kalah di tanganku, kau harus bersedia
menjadi budakku untuk selamanya"
"Bagaimana kalau aku yang menang?" tanya pangeran
pedang setelah tertegun sejenak.
"Akupun bersedia menjadi pelayanmu dan menuruti


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

semua perintahmu selama hidup,"
"Aaaai... sayang" bisik pangeran pedang setelah
mengamati beberapa saat wajah seebun Giok-hiong
dengan sorot mata yang tajam.
2808 "Apanya yang sayang?""Masa gadis secantik kau harus menjadi pelayanku,
apa tidak terlalu sayang?"
"Lantas apa maumu?"
Mendadak pangeran pedang tertawa tergelak "Ha ha
ha... bila aku berhasil mengungguli dirimu, maka kau
harus menjadi istriku sebagai istri seorang pangeran, kau
tentu boleh berbangga hati"
Berubah hebat paras muka seebun Giok-hiong,
nampaknya dia hendak meradang, tapi kemudian ujarnya
sambil tertawa hambar: "Baiklah, bila aku kalah di
tanganmu, terserah apa maumu nanti, mau dijadikan bini
atau pelayan terserah kau sendiri yang putuskan"
"Bagus" seru pangeran pedang tertawa lantang.
"Kalau dilihat dari keberanianmu untuk bertaruh
melawanku, aku percaya kepandaian silatmu pasti hebat
sekali, cabut pedangmu"
Kini, seebun Giok-hiong sudah tak berani memandang
enteng kemampuan Pangeran pedang lagi, Tenaga
dalamnya segera dikerahkan seraya menggapai ke arah
pedang milik Li Tiong-hui yang berada di lantai, tahutahu
pedang tersebut melayang ke udara dan jatuh ke
tangan seebun Giok-hiong.
Tertegun pangeran pedang menyaksikan demonstrasi
ini, pekiknya tanpa sadar: "sempurna benar tenaga
dalam mu" "Hmmm" seebun Giok-hiong mendengus dingin, " Kau
paksa aku menggunakan senjata, kini aku sudah
2809 menggenggam pedang, berarti kau boleh segera turun
tangan" "Aku sebagai seorang pangeran adalah lelaki sejati,
mana ada lelaki melancarkan serangan duluan, lebih baik
kau saja yang menyerang terlebih dulu"
"Huuuuh, malas aku banyak bicara denganmu, hatihati"
Pedangnya digetarkan langsung melepaskan sebuah
tusukan ke depan, pangeran pedang segera memutar
pedangnya menyapu pula miring ke arah samping.
Traaaang Ketika sepasang pedang itu saling beradu,
terdengarlah suara dentingan yang amat memekikkan
telinga diiringi percikan bunga api. seebun Giok-hiong
merasakan lengannya jadi kaku dan kesemutan, tak
kuasa tubuhnya mundur satu langkah.
Pangeran pedang sendiri pun tergetar keras hingga
mundur dua langkah, ia tarik napas panjang-panjang lalu
pujinya: "Tak kusangka nona sebagai seorang wanita
ternyata memiliki tenaga dalam begitu sempurna..."
seebun Giok-hiong mendengus dingin, ia mendesak
maju lebih ke depan, Di antara getaran senjatanya ia
lepaskan sebuah tusukan lagi ke depan, Tampak cahaya
tajam berkilauan di seluruh angkasa, Dalam waktu
singkat selapis kabut pedang telah menyelimuti seluruh
angkasa. Buru-buru Pangeran pedang memutar kencang
pedangnya membentuk selapis bianglala berwarna perak
untuk melindungi perawakan tubuhnya yang tinggi besar.
2810 Di antara dentingan nyaring yang berlangsung
beruntun, dengan cepat seebun Giok-hiong melompat
mundur dari arena, Rupanya dalam waktu sekejap mata,
mereka berdua telah bertarung sebanyak delapan
gebrakan. sebilah pedang yang berada dalam
genggaman seebun Giok-hiong juga tersisa setengahnya,
Ternyata pedang yang digunakan pangeran pedang
tersebut kendatipun bukan terhitung benda mestika yang
tajam, namun besinya terbuat dari campuran baja
dengan emas putih, maka tak heran kalau senjata yang
digunakan seebun Giok-hiong untuk membendung
serangan pangeran pedang itu tergetar patah .
Mengawasi kutungan pedang yang berada dalam
genggamannya seebun Giok-hiong menjengek dingin,
"Ternyata ilmu pedang yang dimiliki pangeran pedang
hanya begitu-begitu saja"
"Menang kalah masih belum ditentukan dalam
pertarungan ini, lebih baik kau tukar dengan pedang lain
sebelum melanjutkan pertempuran"
"Tidak usah Dengan andalkan kutungan pedang ini
pun aku masih mampu untuk mengunggulimu, Nah,
berhati-hatilah" Tiba-tiba ia menggerakkan kutungan pedangnya dan
melancarkan serangan ke depan, Kali ini ia sudah tak
mau beradu kekerasan lagi dengan pedang milik
pangeran pedang. jurus serangan yang diandalkan
adalah "ringan" dan "gesit" dengan perubahan yang tak
terhingga. Ternyata pangeran pedang memiliki kesempurnaan
yang luar biasa dalam ilmu pedangnya, Di antara putaran
2811 senjatanya, selapis hawa pedang yang tebal dan
menggidikkan menyelimuti sekujur badannya, Betapapun
banyaknya perubahan jurus yang digunakan seebun
Giok-hiong, ia tetap tak mampu melukai musuhnya ini.
sementara itu Lim Han- kim mengikuti jalannya
pertarungan itu dengan seksama, ia melihat jurus
pedang yang diandalkan seebun Giok-hiong merupakan
jurus dengan perubahan yang amat rumit, sebaliknya
pangeran pedang bertahan dengan sistem pertahanan
yang luar biasa kokohnya.
Ditinjau dari keadaan mereka berdua, tampaknya
pertarungan belum dapat berakhir dalam waktu singkat,
karenanya pelan-pelan ia berjalan ke samping Pek sihiang
dan siap menepuk bebas totokannya. Tapi sebelum
tindakan itu dilakukan, mendadak ia urungkan kembali
niatnya sambil berpikir: "Bila kubebaskan totokan Pek sihiang
sekarang juga, situasi pada hari ini pasti akan
berkembang makin rumit dan kalut..."
Karena pendapat ini, untuk beberapa saat ia jadi
termangu dan tak tahu apa yang mesti diperbuatnya.
Mendadak terdengar seebun Giok-hiong membentak
nyaring: "Lepas" Menyusul kemudian terdengar suara
getaran senjata yang amat memekikkan telinga.
Ketika pemuda ini menengok kembali ke arena,
tampak seebun Giok-hiong sudah mulai menguasai
keadaan, permainan pedang pangeran pedang sudah
tidak setegar dan sehebat tadi, ia keteter hebat oleh
permainan pedang seebun Giok-hiong hingga tak punya
kekuatan lagi untuk melancarkan serangan balasan,
2812 Menyaksikan kejadian ini, dengan cepat Lim Han- kim
berpikir "seandainya seebun Giok-hiong berhasil
mengungguli Pangeran pedang, mungkin sulit bagi Pek
si-hiang dan Li Tiong-hui untuk lolos dari ancamannya."
situasi yang mendesak membuat pemuda ini tak bisa
mengulur waktu lagi, Dengan langkah lebar ia menerjang
ke sisi Li Tiong-hui dan menepuk bebas totokan jalan
darahnya, Ternyata di saat yang kritis ia teringat bahwa
di antara ketiga orang itu, Li Tiong-hui terhitung paling
lembut dan halus budi, oleh sebab itu dia membebaskan
totokan jalan darahnya terlebih dulu.
Tampak Li Tiong-hui menggeliat kemudian melompat
bangun, setelah memandang sekejap suasana dalam
ruang perahu itu, tanyanya: "siapa orang itu?"
"Pangeran pedang "
Mendadak Li Tiong-hui mengerutkan kening, setelah
mundur dua langkah katanya: "Pangeran pedang" Dua
puluh tahun berselang dalam dunia persilatan terdapat
seorang pendekar yang mahir dalam ilmu pedang, Mulamula
ia menaklukkan lima partai pedang terlebih dulu
kemudian menyerbu kuil siau-lim-si. setelah bertempur
sehari semalam tanpa berhenti, ia berhasil menaklukkan
kuil tersebut hingga akhirnya diberi gelar Raja pedang
oleh umat persilatan Apakah pangeran pedang ini adalah
putranya?" "soal ini... mungkin saja benar" sahut Lim Han- kim
setelah ragu sejenak. "Raja pedang itu masih terhitung satu ..."
"Terhitung apa?"
2813 "Terhitung masih satu marga dengan diri- mu, dia
juga bermarga Lim" "Di dunia ini orang yang bermarga Lim tak terhingga
jumlahnya, apalagi dia berdiam jauh di Lam-hay, mana
mungkin ada sangkut pautnya dengan aku?" sedang di
hati kecilnya ia berpikir "Padahal sampai sekarang pun
asal-usulku belum jelas, Benarkah aku bermarga Lim
masih merupakan tanda tanya besar..."
sementara itu Li Tiong-hui telah bergumam sendiri
setelah memandang sekejap pertarungan yang
berlangsung antara seebun Giok-hiong melawan
Pangeran pedang: " Lebih baik biarkan mereka bertarung
dulu sampai salah satu pihak meraih kemenangan..."
Mendadak ia mengerutkan kening, tak kuasa badannya
mundur lagi sejauh dua langkah.
Melihat gadis itu menunjukkan sikap sakit dan amat
menderita, tak tahan Lim Han- kim menegur "Kenapa
kau?" Li Tiong-hui tertawa getir, "Tampaknya ilmu silat yang
diajarkan Pek si-hiang kepadaku telah meninggalkan bibit
bencana..." sesudah berhenti sejenak. Li Tiong-hui
melanjutkan "sebenarnya raja pedang berasal dari
daratan Tionggoan, ia masih terhitung satu bangsa
dengan kita semua, Konon bukan saja ilmu pedang yang
dimilikinya sangat hebat, wajahnya pun amat tampan
sehingga banyak skandal cinta yang dibuatnya sepanjang
masa petualangannya dalam dunia persilatan."
Kembali gadis itu berkerut kening menahan rasa sakit
yang amat sangat, kemudian sambil tertawa hambar ia
meneruskan "Padahal kejadian semacam ini bukan
2814 terhitung kejadian yang luar biasa pada zaman
sekarang." Entah kenapa, tiba-tiba saja muncul suatu perasaan
aneh dalam hati kecil Lim Han-kim, tak tahan pemuda ini
berkata: "ooooh,jadi raja pedang berasal dari daratan
Tionggoan dan selama petualangannya ia banyak
membuat skandal dengan gadis-gadis sini...?"
"Benar, Untuk menceritakan segala sepak terjangnya
mungkin sehari semalam pun tak ada habisnya,
Ringkasnya, yaa begitulah, tentu kau sudah paham
bukan?" "Kalau begitu tolong nona ceritakan yang ringkasnya
saja, aku ingin tahu cerita tentang ayah orang itu."
"Pada puluhan tahun berselang, si Raja pedang dari
marga Lim ini bukan saja tersohor dalam dunia
persilatan, dia pun merupakan pemuda idaman setiap
gadis cantik pada zaman tersebut Banyak skandal cinta
dilakukannya sebelum akhirnya dia ditawan ke Lam-hay."
"Kalau memang ilmu silatnya sangat hebat, mana
mungkin dia bisa ditawan orang?"
"Hanya kelembutan yang bisa mengalahkan
kekerasan. Memang betul ilmu pedangnya sangat hebat
dan tiada tandingan, tapi ia toh tak bisa lolos dari jaring
cinta putri Lam-hay yang penuh kelembutan."
"Putri Lam-hay?"
"Yaa, ia menyebut dirinya sebagai tuan putri dari Lamhay,
tentang siapa yang memberi gelar tuan putri
kepadanya, tak seorang pun yang tahu. Pokoknya ia
berhasil menawan si Raja pedang ini dan memboyongnya
2815 ke Lam-hay, semenjak saat itulah di daratan Tionggoan
sudah tak ditemukan lagi jejak dari si Raja pedang ini."
"Oooh, rupanya begitu."
"Bukankan ceritanya amat ringkas" Aaaaai sejak
kepergian Raja pedang ke Lam-hay, entah berapa
banyak gadis Tionggoan yang melelehkan air mata
kerinduannya gara-gara kepergian itu."
Tiba-tiba muncul kembali suatu perasaan yang sangat
aneh dalam lubuk hati Lim Han- kim. ia tak bisa
melukiskan bagaimana macam perasaannya sekarang,
Dengan pandangan termangu ditatapnya Pangeran
pedang yang sedang bertarung melawan seebun Giokhiong
itu tanpa mengucapkan sepatah kata punDalam saat itu pos isi pangeran pedang sudah makin
kritis dan terdesak hebat, Menghadapi serangan gencar
dari seebun Giok-hiong yang begitu dahsyat, ia dipaksa
tak mampu melancarkan serangan balasan. Kendatipun
posisinya sangat tak menguntungkan ternyata permainan
pedang si Pangeran pedang ini tak sampai kacau, ia
tetap bertarung dengan gagah berani.
Diam-diam Li Tiong-hui mengerahkan tenaga
murninya untuk meredakan gejolak yang terjadi dalam
dadanya, kemudian pelan-pelan la menghampiri Lim
Han- kim seraya berbisik "Apa yang sedang kau pikirkan?"
"Aku sedang memikirkan satu masalah."
"Masalah apa?" "Tentang si Raja pedang itu..."
2816 "Aaaah, peristiwa ini sudah lewat belasan tahun, buat
apa kau memikirkannya kembali?" kata Li Tiong-hui
sambil tertawa. "Bukankan kau mengatakan bahwa Raja pedang itu
berasal dari marga Lim . . .?" Lim Han- kim menegaskan.
"Benar, Raja pedang memang bermarga Lim."


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Raja pedang itu... raja pedang itu..." Tiba-tiba
pemuda itu merasa tenggorokannya seperti tersumbat
oleh sesuatu, sampai lama sekali ia tak mampu
melanjutkan kata-katanya .
"Ada apa dengan Raja pedang itu?"
"Berapa lama si Raja pedang itu bercokol di daratan
Tionggoan?" Li Tiong-hui termenung dan berpikir sejenak.
kemudian sahutnya: "sesungguhnya dia berasal dari
daratan Tionggoan juga. sejak kecil hingga dewasa ia
hidup di daratan besar, jadi kalau mau dihitung mestinya
dihitung dari sejak ia terjun ke dalam dunia persilatan-"
"Tahukah nona, raja pedang ini berasal dari daerah
mana?" BAB 34. Terluka Parah "Aku hanya tahu ia berasal dari daratan Tionggoan,
sedang desa asalnya jarang sekali diketahui orang,"
jawab Li Tiong-hui. Kemudian setelah berhenti sejenak.
ujarnya lebih jauh: "Konon mendiang ayahku kenal
dengan-nya, bahkan hubungan mereka berdua sangat
2817 baik, Kemudian entah apa sebabnya, ternyata hubungan
mereka retak dan saling berpisah.
Dengan andalkan pedangnya si Raja pedang berhasil
mengalahkan lima partai pedang ter-besar, kemudian
mengalahkan pula kuil siau-lim-si. saat itu semua orang
menaruh rasa jeri kepadanya, namun sampai hilang dari
peredaran belum pernah dia usik keluarga kami di bukit
Hong-san-" Lim Han- kim ingin mengucapkan sesuatu, namun niat
tersebut diurungkan kembali. sorot matanya segera
dialihkan ke tengah arena di mana seebun Giok-hiong
sedang terlibat pertempuran yang amat seru melawan
pangeran pedang. Tampak seebun Gok-hiong dengan permainan
pedangnya yang ganas mendesak musuhnya habishabisan.
serangannya ibarat gulungan ombak di tengah
samudra yang sambung menyambung, Kekuatannya luar
biasa sekali. sebaliknya pedang yang berada di tangan pangeran
pedang ibarat sebuah pulau karang yang berdiri sendiri
di tengah samudra luas. Betapa pun dahsyatnya
gulungan ombak yang menerpanya, ia tetap tegar di
tempat tanpa bergeming. Melihat kehebatan lelaki itu, tak kuasa lagi Lim Hankim
berseru memuji: "Jurus pedang dari Raja pedang
memang nyata kehebatannya, Aku rasa serangan gencar
dari nona seebun belum akan mengungguli permainan
pedang dari pangeran pedang dalam waktu singkat"
Biarpun waktu itu seebun Giok-hiong sedang
bertempur sengit melawan pangeran pedang, namun
2818 telinganya masih bisa mendengar suara di sekeliling
tempat itu, Gerak-gerik Lim Han-kim serta Li Tiong-hui
tak satu pun yang lolos dari pengamatannya, cuma saja
lantaran ia sedang terlibat dalam pertempuran sengit
maka tak ada waktu baginya untuk mengurusi mereka.
Hawa amarahnya kontak meluap setelah mendengar
Lim Han-kim memuji kehebatan ilmu pedang pangeran
pedang tersebut sambil tertawa dingin ia menukas:
"Akan kusuruh kalian saksikan ilmu silat yang
sesungguhnya dari seebun Giok-hiong"
Pedangnya segera dialihkan ke tangan kiri, sementara
tangan kanannya menyentil ke depan melepaskan
sebuah serangan jari. Waktu itu, seluruh perhatian
pangeran pedang sedang tertuju pada permainan pedang
lawannya, ia tak mengira akan datangnya sergapan ilmu
jari lawan. "Duuuuk"
Dengan telak serangan tersebut bersarang di atas
bahunya, membuat ia mundur beberapa langkah dengan
sempoyongan dan akhirnya berdiri bersandar pada
dinding ruang perahu. "Bagaimana pangeran pedang?" ejek seebun Giokhiong
sambil tertawa dingin, "Masih ingin melanjutkan
pertarungan ini?" "Tidak. aku sudah tak memiliki kemampuan untuk
melanjutkan pertarungan ini," jawab Pangeran medang
sambil menggeleng. "Jadi kau sudah mengaku kalah?"
"Tidak. Aku bukan kalah oleh permainan ilmu
pedangku" 2819 "Dalam pertaruhan kita tadi, tidak disinggung bahwa
aku harus mengalahkan kau dengan ilmu pedangku"
"Menurut ayahku, hanya pedang yang merupakan
senjata paling sah dalam dunia persilatan oleh sebab itu,
selama bertahun-tahun aku hanya khusus mempelajari
ilmu pedang, Aku tak mengerti kepandaian lainnya"
Mendengar perkataan tersebut, seebun Giok-hiong
merasa jengkel sekaligus juga geli, tegurnya kemudian
dengan ketus: "jadi kau hendak mengingkari janjimu
tadi?" Cepat- cepat pangeran pedang menggeleng: "Tidak.
ucapan manusia lebih berharga daripada emas murni,
apa yang telah diucapkan tak boleh diingkari kembali"
"Bila kau tak ingin ingkar janji, berarti sejak sekarang
kau harus menjadi budakku"
"Kalau aku enggan menjadi budakmu, mau apa kau?"
"Boleh saja kalau tak ingin menjadi budak-ku, ada
sebuah jalan lain yang bisa kau pilih"
"Apakah jalan itu?"
"Mati" Pangeran pedang segera tertawa terbahak bahak: "Ha
ha ha... pada awal perjalananku ke daratan Tionggoan
tempo hari, sebenarnya aku bercita-cita dapat
mengalahkan lima partai pedang terbesar seperti apa
yang dilakukan ayahku dulu, kemudian membentuk
sebuah nama Raja pedang baru dalam dunia persilatan
sungguh tak kusangka dalam pertarungan yang pertama
aku sudah menderita kerugian besar. sekalipun aku tidak
2820 bertaruh dengan nona, rasanya aku pun sudah takpunya
muka lagi untuk pulang menjumpai ayahku." selesai
berkata, ia segera menggorokkan pedangnya ke arah
leher sendiri "Tahan" bentak Lim Han- kim keras-keras.
"Ada apa?" tanya pangeran pedang sambil
menghentikan gerakannya. "Menang atau kalah merupakan kejadian yang lumrah
dalam suatu pertarungan kenapa Anda harus bunuh diri
hanya lantaran kalah dalam pertarungan ini?"
"Ayahku adalah Raja pedang yang terkenal. sebagai
putranya, aku telah mewarisi semua kepandaian yang
dimilikinya, tapi sekarang aku harus kalah di tangan
orang lain, Aku tak boleh menodai nama baik ayahku.
Kalau tidak menetesnya dengan kematian, apa lagi yang
bisa kuperbuat?" "Kendatipun ayahmu berhasil meraih predikat sebagai
Raja pedang, bukan berarti sepanjang hidupnya ia tak
pernah kalah di tangan orang lain"
"omong kosong" maki pangeran pedang gusar. "Coba
katakan ayahku pernah kalah dari siapa?"
Lim Han- kim tertegun, ia jadi gelagapan dan tak
mampu melanjutkan kembali kata-katanya.
Li Tiong-hui yang menyaksikan hal ini, buru-buru
menyambung: "Menurut apa yang kuketahui ayahmu
pernah dua kali menderita kekalahan di tangan orang
lain." 2821 "Dua kali" Dengan siapa?" desak pangeran pedang
penasaran "Pertama ketika terkurung dalam barisan Lo-han-tin
partai siau-lim, kedua kalah dari Datuk sepuluh penjuru
siang Lam-ciau." "Benarkah perkataanmu itu?"
"Tentu saja benar. Buat apa aku membohongimu?"
"Sekalipun semua yang dikatakan merupakan
kenyataan, hal tersebut tak ada hubungannya sama
sekali dengan pertaruhan kita," jengek seebun Giokhiong
dingin. "Kalau ayahku saja pernah dua kali menderita
kekalahan, berarti kekalahanku hari ini di tanganmu
bukan termasuk suatu kejadian yang luar biasa."
"ooooh, jadi kau hendak ingkar janji?"
"Nama besar ayahmu adalah Raja pedang," sambung
Lim Han-kim pula, "Berarti ia cuma hebat dalam
permainan pedang dan mempunyai kepandaian yang
sempurna dalam masalah ini, bukan berarti selama
hidupnya ia tak pernah menderita kekalahan."
"Apa urusannya dengan kau?" bentak seebun Giokhiong
gusar, "siapa suruh kau mencampuri urusanku?"
"Aku toh hanya membujuk dia agar tidak bunuh diri
gara-gara kekalahan yang di-deritanya, apa salahku
untuk berbuat demikian?"
"Mati hidupnya apa urusannya dengan kau?" kata
seebun Giok-hiong lagi ketus. "Kenapa kau mesti cerewet
dengan ikut menimbrung. Lagipula meski kau berhasil
2822 membujuknya agar tidak bunuh diri, bukan berarti kau
mampu menyelamatkan dirinya"
"Bila ia enggan bunuh diri, mungkin nona seebun juga
tak akan mampu membunuhnya."
"Baik, akan kubuktikan kepadamu"
Melihat kenekatan nona itu, dengan lantang Lim Hankim
segera berseru: "Bila nona bersikeras hendak
membunuhnya mungkin aku dan nona Li terpaksa tak
dapat berpangku tangan saja"
Dengan sorot mata yang tajam seebun Giok-hiong
menyapu sekejap wajah Lim Han-kim serta Li Tiong-hui,
kemudian ujarnya: "sekalipun kalian bertiga turun tangan
bersama, belum tentu kalian mampu menandingi diriku"
"Gabungan nona Li serta Pangeran pedang paling
tidak masih sanggup menahanmu sebanyak tiga
gebrakan, Aku pun akan manfaatkan peluang ini untuk
membebaskan totokan Pek si-hiang"
seebun Giok-hiong menoleh, ia saksikan posisi berdiri
Lim Han-kim saat itu persis menghadang di depan tubuh
Pek si-hiang, berarti dengan cara apa pun mustahil
baginya dapat melukai Pek si- hiang hanya dalam sekali
pukulan. Kembali Lim Han-kim berkata dengan nada dingin:
"Gempuran nona mungkin saja dapat melukai aku Lim
Han-kim, tapi asalkan aku mampu menahan dua jurus
seranganmu, maka Li Tiong-hui dapat membebaskan
totokan jalan darah Pek si-hiang. Bila hal ini sampai
terjadi, kau bakal menghadapi musuh tangguh dari
2823 mana-mana, kami semua akan bersama-sama
memusuhimu" "Lim Han-kim" teriak seebun Giok-hiong dengan
gemas, "Tahu begini, semestinya kubunuh dirimu sejak
dini Dalam urusan apa pun kau selalu ingin
mencampurinya" "Yaa, apa boleh buat, kenapa setiap terjadi peristiwa
macam begini, secara kebetulan aku selalu hadir di situ,"
sahut Lim Han-kim setelah termangu sejenak, sementara
dalam hati kecilnya ia berpikir:
"Benar juga apa yang ia katakan. Aku belum lama
terjun ke dalam dunia persilatan, tapi dalam waktu yang
relatip singkat ini aku selalu hadir dalam setiap masalah
besar yang sedang terjadi..." Membayangkan kembali
kejadian yang sangat aneh ini, tak kuasa lagi ia tertawa
geli. "Apa yang kau tertawakan?" bentak seebun Giokhiong
semakin gusar. "Betul juga apa yang nona katakan, aku Lim Han- kim
dengan sedikit kepandaian yang kumiliki ternyata selalu
terpaksa terlibat dalam pertikaian antara jago-jago lihai
berotak cerdas macam kalian. Kalau dipikirkan kembali
sungguh aneh." "sedikit pun tidak aneh," suara seseorang yang lembut
dan halus ikut menimbrung, "Hal ini bukan kehadiranmu
yang sangat kebetulan, melainkan karena di hati kecil
mereka sama-sama merindukan dirimu hingga sengaja
atau tak sengaja kau menjadi pusatnya semua perkara,
pertikaian dan perselisihan pun selalu timbul di depanmu,
otomatis kau selalu terlibat dalam kejadian-kejadian ini"
2824 Ketika semua orang berpaling, tampak Pek si-hiang
sedang pelan-pelan bangkit berdiri dan mengawasi setiap
orang yang hadir di dalam ruang perahu itu.
"siapa yang membebaskan kau dari totokan?" tegur
Lim Han- kim setelah tertegun sejenak.
Pek si-hiang tersenyum, "Tatkala menotok jalan
darahku tadi, kau menggunakan tenaga kelewat ringan,
otomatis aku bisa membebaskannya dengan gampang."
"Aaaai, semestinya aku dapat menduga kalau kau
mampu membebaskan diri dari pengaruh totokan, Tahu
begini, sepantasnya bila kutotok lebih banyak lagi jalan
darahmu" "Percuma, asal aku dapat menghimpun hawa murniku
untuk menembusi nadi-nadi penting, satu jalan darah
atau sepuluh buah jalan darah adalah sama saja bagiku"
Entah kenapa, seebun Giok-hiong yang garang dan
ganas begitu berjumpa dengan Pek si-hiang, dalam
hatinya segera timbul perasaan ngeri dan takut yang luar
biasa, Begitu melihat gadis itu sudah sadar kembali,
kegarangannya kontan surut sebagian besar.
Pek si-hiang angkat kepalanya memandang Pangeran
pedang sekejap. lalu serunya: " Cepat perintahkan anak


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

buahmu untuk membebaskan kedua orang dayangku"
Pangeran pedang segera merasa bahwa kecantikan
wajah gadis ini tidak berada di bawah kecantikan seebun
Giok-hiong, bahkan bila dibandingkan, ia memiliki gaya
kelembutan yang menawan hati. Tak kuasa lagi hatinya
tergerak. pikirnya: "Tak kusangka gadis daratan
Tionggoan begitu cantik bak bidadari dari kahyangan.
2825 seandainya aku dapat membawa pulang kedua orang ini
ke Lam-hay dan kujadikan selirku, tidak sia-sia
perjalananku kali ini.."
Baru selesai dia berpikir, sambil tertawa dingin Pek sihiang
telah menegur "HHmmmm Kematian sudah di
depan mata, kau masih berani membayangkan hal yang
bukan-bukan." Dengan perasaan terkejut pangeran pedang bertanya:
"Ada apa?" Rupanya ia begitu kesemsem membayangkan
bagaimana dirinya membawa kedua orang gadis itu
pulang ke Lam-hay dan dijadikan selirnya sehingga ia
hampir tak mendengar apa yang sedang diucapkan Pek
si-hiang. Dengan nada ketus kembali Pek si-hiang berseru:
"suruh anak buahmu membebaskan kedua orang
dayangku" Pangeran pedang termenung berpikir se-jenak,
kemudian sahutnya: "Baiklah..." setelah berhenti
sejenak. sambil menengok keluar ruang perahu, ia
berseru lagi sambil memberi tanda: "Bebaskan kedua
orang nona itu" Rupanya geladak perahu itu sudah dipenuhi kawanan
lelaki berbaju sutera, Hanya saja, sebelum mendapat
perintah dari pangeran pedang, mereka tak berani
menyerbu masuk. Tampak bayangan manusia berkelebat lewat di depan
pintu ruang perahu, siok-bwee dan Hiang-kiok telah
masuk secara beruntun, sekujur badan dua orang
2826 dayang itu sudah dipenuhi dengan luka, darah segar
masih bercucuran membasahi bajunya.
Pek si-hiang melirik dua orang dayangnya itu sekejap,
lalu menegur: "Parah tidak luka kalian?"
"Luka kami tidak parah, nona tak perlu cemas "jawab
dua orang dayang itu serentak.
"Kemarilah kamu berdua"
Dua orang dayang itu saling bertukar pandang
sekejap. lalu bersama-sama menghampiri Pek si-hiang.
"Ada perintah apa nona?"
Dengan kecepatan luar biasa Pek si-hiang menotok
jalan darah di tubuh kedua orang dayang itu, kemudian
baru katanya: "Sekarang kamu berdua boleh duduk
bersemedi dulu." Tertotok jalan darahnya, kedua orang dayang itu tak
banyak bicara lagi, Dengan langkah lamban mereka
menuju ke sudut ruangan di belakang Pek si-hiang dan
duduk bersemedi di situ. Pelan-pelan Pek si-hiang menyapu sekejap orangorang
yang berada dalam ruang perahu, lalu katanya: "Li
Tiong-hui, seebun Giok-hiong, sudah kalian ulangi
sepuluh kali?" "Belum" Li Tiong-hui menggeleng.
"Kenapa?" "Bukan kesalahan mereka untuk tidak menepati janji,
akulah yang telah menotok jalan darah mereka,"
timbrung Lim Han-kim tiba-tiba.
2827 Pek si-hiang segera berkerut kening, omelnya: "Kau
memang lelaki bawel, selalu gemar mencampuri urusan
orang lain" "Dan aku sudah mencampurinya sekarang..."
"Mulai saat ini kuanjurkan kepadamu agar keluar dari
lingkaran ini, jangan campuri urusan ini lagi," tukas Pek
si-hiang ketus. "sayang sekali ucapan nona tersebut sudah sangat
terlambat saat ini," jengek Lim Han-kim cepat.
"Jadi kau ngotot ingin mencampurinya juga?"
"Benar, setelah mencampurinya, terpaksa aku harus
mencampuri hingga akhir"
sambil menghela napas panjang Pek si-hiang
gelengkan kepalanya berulang kali, gumamnya: "Lim
Han-kim, wahai Lim Han-kim, kau betul-betul manusia
tak tahu diri" Lim Han-kim mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak. "Ha ha ha... asal aku merasa tindakanku ini benar,
biarpun harus mati, aku tak pernah memikirkannya
dalam hati..." "oooh, jadi kau benar-benar ingin mati?" bentak Pek
si-hiang nyaring, Tiba-tiba ia mengayunkan tangannya
melancarkan sebuah pukulan.
serangan ini dilancarkan dengan kecepatan luar biasa,
ibarat sambaran petir di tengah udara, segulung angin
pukulan yang dahsyat langsung menghantam dada Lim
Han-kim. 2828 Tahu akan datangnya ancaman tesebut, Lim Han-kim
berusaha untuk menghindarkan diri, sayang terlambat...
Duuuuk serangan tersebut bersarang telak di dadanya.
Gempuran ini bukan saja dilancarkan dengan
kecepatan luar biasa, lagipula amat berat dan dahsyat...
sekujur badan Lim Han- kim kelihatan bergoncang
keras, sambil mundur sempoyongan ia muntahkan darah
segar dan kemudian-.. badannya roboh terjungkal ke
tanah. Li Tiong-hui segera merasa meluapnya hawa amarah
dalam dadanya, dengan amarah yang meledak-ledak
bentaknya keras: "Kau benar-benar ingin
membunuhnya?" sambil menerjang ke muka, sebuah
pukulan dilontarkan. Dengan cekatan Pek si-hiang miringkan badannya
menghindar dari gempuran itu, mendadak terasa
segulung tenaga pukulan yang kuat kembali mendesak
tiba. Gagal dengan serangan pertama, tanpa mengubah
gerak jurusnya, Li Tiong-hui memutar badan sambil
menubruk kembali. semua jurus dan gerakan yang
digunakan merupakan jurus-jurus adu nyawa.
Diam-diam Pek si-hiang menggeretak gigi sambil
mengerahkan tenaga dalamnya untuk menyambut
serangan tersebut dengan keras melawan keras, Tangan
kanannya diayunkan, kembali ia lepaskan sebuah
pukulan untuk menghantam Li Tiong-hui.
Ketika dua gulung tenaga saling bertemu, terjadilah
benturan keras yang memekakkan telinga. Gerak maju Li
2829 Tiong-hui segera terbendung oleh tenaga benturan itu
hingga bergetar keras dan mundur dua langkah.
sebaliknya, Pek si-hiang tetap berdiri tenang di tempat
semula. Rupanya ia telah memanfaatkan siasat "pinjam
tenaga memukul lawan" untuk memanfaatkan kekuatan
musuh yang menerjang tiba guna dikembalikan
menghantam diri sendiri. Melihat keampuhan gadis itu, seebun Giok-hiong
berseru keras: "Baru berpisah berapa hari tak nyana
kemajuan yang berhasil kau capai telah mencapai
tingkatan yang begitu hebat."
sembari berkata, ia turut menerjang ke muka. Di
antara kilatan cahaya pedang yang membias di angkasa,
dia langsung membacok tubuh Pek si-hiang.
Pada saat itu Li Tiong-hui telah memungut sebilah
golok panjang dan menerjang lagi ke arah Pek si-hiang
tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Melihat
datangnya ancaman dari dua arah, dengan cepat pula
Pek si- hiang merogoh ke dalam sakunya dan
mengeluarkan sebilah pedang pendek yang
memancarkan cahaya tajam.
Ia berkelit ke samping dengan cekatan untuk
menghindarkan diri dari serangan golok Li Tiong-hui,
kemudian pedangnya diayun ke samping menyapu
pedang seebun Giok-hiong.
"Hati- hati nona seebun" teriak Li Tiong-hui cepat
"Pedang yang dipergunakan amat tajam dan luar biasa"
"Terima kasih atas petunjukmu" sahut seebun Giokhiong.
Dengan cepat ia menarik kembali kutungan
2830 pedangnya dan berkata lebih lanjut: "Nona Li, bila kau
berniat membalaskan dendam bagi Lim siangkong, untuk
sementara waktu kita dapat kesampingkan dulu
permusuhan di antara kita berdua"
"Memang itulah yang kuharapkan" seru Li Tiong-hui.
Golok di tangannya segera diayunkan kembali ke muka
dan secara beruntun melancarkan enam kali bacokan.
Pedang pendek di tangan Pek si-hiang memang tajam
luar biasa dan sanggup mengutungi senjata jenis apa
pun, tapi sayang Li Tiong-hui sudah memperhatikan hal
tersebut ia lantas bertindak lebih berhati-hati dan selalu
berusaha menghindari bentrokan dengan senjata lawan.
Terdengar seebun Giok-hiong membentak nyaring,
sambil memutar kutungan pedangnya ia menyerbu maju
lagi ke depan. Menghadapi serangan gencar dua tokoh sakti ini, Pek
si-hiang mulai kewalahan dan keteter hebat kendati
senjata yang diandalkan adalah sebilah pedang mestika.
Dengan berkobarnya pertarungan sengit antara ketiga
orang gadis tersebut, untuk sementara waktu kehadiran
Pangeran pedang pun terkesampingkanPangeran pedang hanya berdiri termangu sambil
mempermainkan pedang di tangannya, untuk sesaat dia
tak tahu harus membantu pihak yang mana. Pek si-hiang
belum lama berlatih ilmu silat, kendatipun ilmu sesat
sembilan iblis membuatnya memperoleh kemajuan yang
amat pesat, namun waktu latihan yang relatif singkat
membuat pondasinya kurang kokoh. otomatis, dalam
pertarungan sungguhan, banyak gerakan yang tak sesuai
dengan kehendak hatinya. 2831 Di tengah pertarungan, mendadak terdengar suara
bentakan-bentakan nyaring bergema tiba, agaknya di
luar geladak telah meletus pula suatu pertarungan
sengit. Buru-buru seebun Giok-hiong melancarkan dua
serangan gencar untuk mendesak mundur Pek si-hiang,
kemudian serunya: "Apa yang terjadi?"
Ia sudah terbiasa pergi ke sana kemari dengan
membawa anak buah dalam jumlah banyak setelah
pertanyaan itu diajukan, ia baru sadar bahwa dirinya
hanya seorang diri, berarti pertanyaan tersebut
sesungguhnya tak ada gunanya.
Terdengar Pangeran pedang menyahut dengan
lantang "Entah dari mana datangnya begitu banyak jago
dunia persilatan, mereka telah menyerbu naik ke atas
perahu " Belum habis ucapan tersebut diutarakan, mendadak
suara bentakan keras dari Ciu Huang bergema tiba,
menyusul kemudian dua orang lelaki berbaju sutera yang
berdiri di muka pintu roboh terjungkal.
sambil tertawa dingin seebun Giok-hiong segera
berseru: "Li Tiong-hui, bala bantuanmu telah tiba."
sementara itu Ciu Huang telah menyerbu masuk ke
dalam ruang perahu, setelah memandang sekejap situasi
di sana, ia segera menegur dengan suara keras.
"Bengcu, baik-baikkah kau?"
"Aku sangat baik" jawab Li Tiong-hui cepat Kemudian
setelah berhenti sejenak, lanjutnya: "Kau hanya datang
seorang diri?" 2832 "Selain aku, masih ada si Dewa jinsom Phang Thianhua,
Hongpo Tiang- hong serta Kim-hud totiang"
Li Tiong-hui segera mengalihkan sorot matanya ke
wajah Pangeran pedang, serunya lagi: "Perintahkan anak
buahmu agar segera berhenti, meskipun para pengawal
elitmu terdiri dari jago-jago pilihan, mereka masih bukan
tandingan para jago kelas satu dari daratan Tionggoan"
Pangeran pedang mencoba menengok ke luar, betul
juga hampir separuh dari pasukan pengawal elitnya
sudah roboh terkapar di atas geladak, melihat itu segera
bentaknya keras: "Berhenti"
Tampaknya pasukan pengawal elit itu sangat menaruh
hormat terhadap Pangeran pedang, Begitu perintah
diturunkan, serentak mereka menghentikan
serangannya. Di pihak lain, pertarungan antara Pek si-hiang
melawan seebun Giok-hiong berdua pun ikut berhenti
juga. Terlihat bayangan manusia berkelebat lewat, Phang
Thian-hua sambil memutar tongkatnya, Hongpo Tianghong
sambil menghunus pedang dan Kim-hud lotiang
dengan senjata kebutannya telah menyerbu masuk ke
dalam ruang perahu. Kawanan jago ini rata-rata pada menaruh hormat
terhadap Pek si-hiang, serentak mereka anggukkan
kepala memberi hormat. sambil tersenyum Pek si- hiang menarik kembali
pedang pendeknya seraya menyapa: "Baik-baikkah
saudara sekalian?" 2833 "Terima kasih atas doa restu nona." jawab Phang
Thian-hua dan Ciu Huang sekalian serentak.
sambil tertawa hambar tiba-tiba seebun Giok-hiong
menyela: "Li Tiong-hui, aku takut kau sudah tak mampu
mengendalikan kawanan jago lihay yang menjadi anak


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

buahmu itu" "Aaaai... mereka memang menaruh sikap yang sangat
menghormat terhadap nona Pek, tak disangka wataknya
kini telah berubah seratus delapan puluh derajat" Li
Tiong-hui menghela napas panjang.
Agak termangu ciu Huang berpaling memandang Li
Tiong-hui sekejap. tegasnya: " Watak siapa yang telah
berubah?" "Pek Si-hiang Pek Si-hiang yang kau jumpai saat ini
sudah bukan nona Pek yang kita jumpai dulu."
"Kenapa?" tanya Phang Thian-hua keheranan
"Gara-gara ingin selamatkan jiwanya dari kematian, ia
telah berlatih semacam ilmu sesat yang membuat watak
serta perangainya mengalami perubahan drastis, nyaris
ia sudah berubah menjadi seseorang yang lain."
"Berubah jadi apa?"
"Berubah jadi egois, kejam dan tidak
berperikemanusiaan. ia seakan-akan seseorang yang
lain." "Aaaah, masa ada kejadian macam begini di dunia
ini?" seru Ciu Huang agak tak percaya.
"Yaa, masa betul" yang kuketahui selama ini, ilmu silat
memang bisa mengubah seseorang dari lemah menjadi
2834 kuat, tapi belum pernah kudengar kalau ilmu silat dapat
mengubah perangai seseorang," sambung Hongpo Tianghong.
Dengan langkah lebar ciu Huang menghampiri Pek sihiang,
tiba di hadapannya ia segera menegur "Nona Pek,
masih ingat dengan aku, Ciu Huang si tua bangka?"
"Kalian mesti ekstra hati-hati" teriak Li Tiong-hui
dengan suara tinggi, "jangan biarkan tubuh kalian
tertusuk oleh serangan pedangnya yang tiba-tiba"
walaupun dalam hati kecilnya Ciu Huang belum
percaya, tapi setelah diperingatkan Li Tiong-hui, mau tak
mau ia tingkatkan juga kewaspadaannya, Diam-diam
hawa murninya dihimpun ke dalam tangan untuk bersiap
sedia, sementara di hati kecilnya ia berpikir
"Masa betul nona Pek sekejam itu hingga kenalan
sendiri pun diserang secara membabi buta?"
Dalam saat itu Pek si-hiang telah menegur "Kau
bernama Ciu Huang?" "Benar" "Kalau begitu, bekuklah Li Tiong-hui dan bawa
menghadap ke depanku" Agak tertegun Ciu Huang, ia
lalu berusaha membantah. "Tapi... nona Li adalah Bulim Bengcu, pemimpin
masyarakat persilatan dewasa ini, setiap anggota
persilatan menaruh hormat padanya, mana boleh
kutangkap dia untuk diserahkan kepadamu?"
"Kenapa"Jadi kau enggan membekuknya untukku?"
tegur Pek si-hiang dingin.
2835 "Benar" Mendadak Pek si-hiang menggetarkan tangannya,
Diiringi hiasan cahaya tajam, pedang usus ikannya yang
tajam langsung menusuk ke dada jago tua ini.
Untung ciu Huang sudah membuat persiapan buruburu
ia mengegos ke samping menghindarkan diri dari
sergapan itu Tak terlukiskan kecepatan gerak Pek si-hiang dalam
serangannya ini, kendatipun ciu Huang sudah membuat
persiapan hingga jalan darah kematiannya bisa terhindar
dari sergapan maut, namun ia tetap gagal
menghindarkan diri dari buruan cahaya tajam pedang
usus ikan tersebut sreeeeet
Diiringi desingan angin tajam, pedang itu menyambar
lewat dari atas lengan sekalian merobek ujung baju yang
dikenakannya. Dengan perasaan terkesiap ciu Huang berpikir "Masih
untung Li Tiong-hui memberi peringatan agar aku
bersiap sedia, Coba kalau tidak. sekalipun tusukan
tersebut belum tentu sanggup menewaskan aku, paling
tidak sebuah lengan kananku bakal menjadi Korban siasia"
Belum habis ingatan tersebut melintas, kembali cahaya
tajam berkelebat lewat, serangan berikut telah menyusul
tiba. Kali ini Ciu Huang tak berani gegabah lagi, hawa
murninya segera dihimpun ia lalu menjejakkan kakinya
ke tanah dan meluncur mundur sejauh tiga depa dengan
gerakan cepat 2836 Ketika dua kali serangannya gagal mengenai sasaran,
ternyata Pek Si-hiang tidak mengedar lebih jauh.
"Saudara ciu." Phang Thian-hua segera berbisik "Apa
yang telah terjadi denganmu?"
"Aku sendiri pun heran, Saudara Phang, kau hebat
dalam ilmu pertabiban dan obat-obatan, coba pikirlah,
adakah penyakit aneh seperti yang dialami nona Pek...?"
Mendadak ia saksikan Lim Han-kim yang terkapar
luka, buru-buru dihampirinya pemuda itu. Seraya
membopongnya, ia lalu menegur: "Siapa yang telah
melukainya?" "Pek Si-hiang..."
"Waaah, kalau begitu Pek Si-hiang betul-betul sudah
gila" "Benar, Li Tiong-hui membenarkan "Aaaai... andaikata
Lim Han-kim tidak turun tangan menolong, mungkin aku
serta Seebun Glok-hiong tak mampu berdiri lagi di sini
bertemu dengan saudara sekalian-"
"Aaaah, masa begitu?" Phang Thian-hua keheranan
"Dapatkah Bengcu menerangkan lebih jelas?"
"Aaaai... panjang untuk diceritakan-" Li Tiong-hui
menghela napas panjang. "Lebih baik kita periksa dulu
luka yang diderita Lim Han-kim."
Dengan langkah lebar Phang Thian-hua menghampiri
ciu Huang dan periksa denyut nadi pada pergelangan
tangan kirinya, kemudian ia berbisik: "Luka yang
dideritanya cukup parah"
"Dia terluka oleh pukulan tenaga dalam Pek si-hiang"
2837 0oo0 Jilid:21 "Masih ada harapan untuk ditolong?" sela seebun
Giok-hiong dingin "Bila ditolong dan diobati sekarang juga, mungkin
jiwanya masih bisa ditolong, tapi kalau sampai tertunda
dua-tiga jam kemudian, aku tak yakin dapat mengobati
lukanya." "separah itu?" Berubah hebat wajah Li Tiong-hui.
"Aku berbicara sesuai dengan kenyataan."
"Baik Kalau begitu kumohon kepadamu agar
mengobati lukanya sekarang juga,"
"Di dalam ruang perahu ini?" phang Thian-hua
berpaling memandang sekejap sekeliling tempat itu.
"Yaa, ada apa" Biarpun situasi di sini agak gawat, aku
rasa kita sudah tak perlu memperdulikan masalah
tersebut lagi." Phang Thian-hua menyahut bersama Ciu Huang
mereka mengundurkan diri ke sudut ruangan dan
berjongkok di sana. Kepada Kim-hud totiang dan Hongpo Tiang- hong, Li
Tiong-hui segera berbisik lirih:
"Sementara waktu kalian tak usah turun tangan, awasi
saja gerak-gerik si pangeran pedang beserta anak
buahnya..." 2838 Lalu sambil berpaling kembali ke arah see-bun Giokhiong,
lanjutnya: "Nona seebun"
"Ada apa?" seebun Giok-hiong tertawa dingin
"saat ini kita berhadapan sebagai teman atau musuh?"
"Bila kau beranggapan bahwa inilah saat baik bagimu
untuk menaklukkan aku setelah tibanya bala bantuanmu,
lebih baik aku berhadapan denganmu sebagai musuh
saja." "Yaa, betul Bagaimana pun, toh pada akhirnya kalian
berdua harus berduel dan bertarung habis-habisan"
sambung Pek si-hiang tiba-tiba.
seebun Giok-hiong tertawa tergelak. "sayang sekali,
sebelum pertarungan antara kami berdua berlangsung,
kami akan menghadapi kau Pek si-hiang, terlebih dulu"
Pek si-hiang tertawa terkekeh-kekeh: "Ha ha ha...
bagaimana" Apakah kau berpendapat bahwa
kemenangan sudah pasti berada dalam genggamanmu
hari ini?" "Pek si-hiang" Tiba-tiba seebun Giok-hiong berbicara
serius, "Kini kau sudah pandai bersilat, berarti aku dapat
membunuhmu sekarang tanpa khawatir dicemooh orang
karena melukai seorang gadis lemah."
"Hanya mengandalkan kekuatanmu seorang?" ejek
Pek si-hiang. "Benar, beranikah kau berduel habis-habisan
denganku dengan mengandalkan kepandaian masingmasing"
" 2839 "Kenapa kau tidak bergabung saja dengan Li Tionghui?"
"Barusan kami sudah sempat bertarung berapa
gebrakan, siapa menang siapa kalah di hati kecil masingmasing
sudah peroleh jawaban yang tepat. Aku rasa
tidak usah orang lain membantuku lagi."
"Hmmm, melihat sikapmu yang begitu optimis,
seakan-akan aku pasti keok di tanganmu saja.
Tampaknya bila kesempatan mencoba tidak kuberikan,
kau benar-benar beranggapan bahwa kepandaian silatmu
sudah tiada tandingannya di kolong langit..." Pelan-pelan
dia maju dua langkah, kemudian terusnya: "silakan mulai
menyerang" sementara itu dalam hati kecilnya seebun Giok-hiong
sudah membuat perhitungan, ia yakin bukan masalah
yang terlampau sulit baginya untuk membunuh Pek sihiang
dengan andalkan kepandaian yang dimilikinya.
Akan tetapi rasa kedernya tetap tak dapat hilang, ia
merasa kecerdasan gadis tersebut sukar untuk diraba,
maka ketika melihat Pek si-hiang menghampirinya, tibatiba
saja ia merasa bergidik dan amat takut.
sembari menyilangkan pedangnya di depan dada, Pek
si-hiang berkata sambil tertawa: "seebun Giok-hiong,
kenapa tidak mulai menyerang?"
"Hmmm, sekalipun ilmu sembilan iblismu sudah
peroleh kemajuan yang luar biasa, kau tetap masih
bukan tandinganku" kata seebun Giok-hiong dengan
kening berkerut. 2840 Ucapan yang membangkitkan kembali keberaniannya
ini membuat gadis itu maju selangkah ke muka,
senjatanya segera dipersiapkan.
Pek si-hiang tersenyum, ucapnya: "Apabila kemajuan
yang dicapai dalam mempelajari ilmu sembilan iblis
hanya kecil sekali, buat apa kupelajari ilmu tersebut?"
Tiba-tiba Hongpo Tiang-hong menimbrung sambil
menggetarkan gedang dalam genggamannya: "Nona
telah pelajari ilmu sesat sembilan iblis?"
Pelan-pelan Pek si-hiang berpaling, ditatapnya Hongpo
Tiang-hong sambil tersenyum manis, kemudian
sahutnya: "Yaa, kenapa"
Li Tiong-hui segera merasakan betapa memikatnya
senyuman gadis tersebut, tak kuasa jantungnya berdebar
keras. Hongpo Tiang-hong pejamkan matanya rapat-rapat
seraya berteriak keras: " Hati- hati, senyuman tersebut
adalah "senyuman maut pencabut nyawa" dari ilmu sesat
sembilan iblis" Pek si- hiang tidak menyia-nyiakan kesempatan baik
ini, mendadak pedangnya bergetar melepaskan sebuah
tusukan Tampak peluh sebesar kacang kedele bercucuran
membasahi wajah Hongpo Tiang-hong, ia kelihatan
masih pejamkan mata rapat-rapat, terhadap datangnya
serangan ternyata ia tidak menghindar
Melihat ancaman maut tersebut Kim-hud totiang
segera membentak keras. senjata kebutan emasnya
2841 disodokkan ke depan sementara telapak tangan kirinya
secepat kilat melepaskan satu pukulan.
Termakan pukulan dari Kim-hud lotiang yang
mendorong bahunya, tubuh Hongpo Tiang-hong segera
terlempar ke samping. Pada saat itulah tusukan kilat Pek
si-hiang menyambar lewat, lengan kiri Hongpo Tianghong
kontan tersambar robek hingga bercucuran darah
segar. Gagal membinasakan musuhnya, Pek si-hiang
melanjutkan serangan mautnya, Kali ini dia sambut
datangnya serangan kebutan emas dari Kim-hud totiang.
Buru-buru tosu kebutan emas ini menarik ke belakang
senjatanya, dia segan beradu senjata dengan pedang
mestika lawan, secepat kilat pula Pek si- hiang menarik kembali
senjatanya, lalu sambil mengawasi tosu itu tajam-tajam,
tegurnya: "Totiang, sungguh hebat jurus serangan ilmu
kebutanmu, aku merasa sangat kagum."
"Terima kasih atas pujianmu ..."
sambil berkata dia angkat wajahnya, tapi tosu itu
segera tertegun, Ternyata Pek si-hiang sedang
menatapnya dengan air mata bercucuran wajahnya
sangat memelas. "Aneh betul gadis ini," pikirnya, "Tidak ada persoalan
apa-apa, kenapa ia malah menangis?"
Pada saat itulah mendadak Pek si-hiang mengayunkan
tangan kanannya, secepat petir pedang mestikanya
berbalik menusuk dada Kim-hud totiang.
2842

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Waktu itu Kim-hud totiang sedang termangu lantaran
isak tangis gadis tersebut, mimpi pun ia tak mengira
gadis itu bakal menyerangnya secara tiba-tiba. Dalam
posisi tak siap ini terpaksa ia salurkan seluruh hawa
murninya untuk melompat mundur dari situ.
Betapa pun cepatnya reaksi yang dilakukan, tapi
sayang semuanya sudah terlambat Bahu-nya tertusuk
telak oleh senjata lawan hingga darah segar mengucur
dengan deras. sambil tertawa terkekeh-kekeh jengek Pek si-hiang:
"Ha ha ha... hati-hati, pedangku sudah dipolesi racun
jahat" "Nona Pek. kau betul-betul sangat keji" umpat Li
Tiong-hui penuh amarah, golok panjangnya segera
diayun ke depan melepaskan sebuah tusukan kilat.
Terdengar Hongpo Tiang-hong berteriak keras: "llmu
sesat sembilan iblis mempunyai banyak perubahan yang
unik selama bertarung jangan sekali-kali kau pandang
dirinya, juga tak usah melayani tanya jawabnya."
Pek si- hiang menyodokkan pedang pendeknya cepat
ke depan, langsung menyongsong golok dari Li Tionghui.
sejak awal Li Tiong-hui sudah waspada, Buru-buru ia
tekuk pergelangan tangannya sambil menarik kembali
senjata goloknya, lalu sambil merendah secepat petir dia
tusuk perut musuh. Ilmu silat keluarga Hong-san memang tersohor
sebagai ilmu silat gado- gado. Kalau dalam serangan
pertamanya tadi ia menggunakan jurus pedang dari
2843 partai Bu-tong, maka dalam serangannya yang terakhir ia
gunakan jurus "burung hong pentang sayap" dari aliran
Kun-lun-pay. Kembali Pek si-hiang merendahkan senjatanya
menyongsong tubuh golok Li Tiong-hui, tegurnya sambil
tersenyum: "Bagaimana keadaan luka Lim Han-kim?"
Begitu perhatian Li Tiong-hui agak bercabang
goloknya segera terhajar oleh senjata Pek si-hiang.
Traaaang senjatanya patah jadi dua.
Memanfaatkan peluang ini, Pek si-hiang mengubah
gerak serangannya, secepat petir ia sodok pedangnya kc
atas menusuk dada Li Tiong-hui.
Tergopoh-gopoh Li Tiong-hui melompat ke belakang
untuk meloloskan diri dari ancaman maut itu.
Tiba-tiba Seebun Giok-hiong maju selangkah, tegurnya
dengan suara dingin: "Pek si-hiang, apa yang pernah kita
janjikan bisa diwujudkan saat ini bukan?"
"Aku tahu, selama aku belum mati, kau tak akan
berani bertindak sewenang-wenang dengan melakukan
pembantaian dalam dunia persilatan Nah, silakan turun
tangan" Dua-tiga patah kata ini amat sederhana
pengungkapannya, tapi seketika membuat Li Tiong-hui
dan Hongpo Tiang-hong sekalian tertegun.
Rupanya dalam hati kecil ketiga orang ini sudah
membekas kesan yang mendalam terhadap Pek si-hiang,
namun setelah mendengar kata-katanya itu, tak urung
mereka manggut-manggut juga seraya berpikir.
2844 "Betul juga perkataan Pek si-hiang, satu-satunya
orang yang paling ditakuti seebun Giok-hiong cuma Pek
si-hiang. seandainya ia sampai terbunuh hari ini, siapa
lagi yang mampu mengontrol kebuasan seebun Giokhiong..?"
Tanpa terasa niat mereka untuk membunuh Pek sihiang
pun sirna seketika itu juga. Tatkala mereka alihkan
kembali perhatiannya ke tengah arena, kelihatan seebun
Giok-hiong telah bertarung sengit melawan Pek si-hiang.
Biarpun seebun Giok-hiong cuma menggunakan
kutungan pedang, namun kedahsyatan serangannya
ibarat gulungan ombak di tengah samudra luas, Hawa
pedang yang ber-lapis-lapis membungkus sekujur badan
Pek si-hiang dalam jala cahaya pedang yang menyilaukan
mata. sebaliknya, meski Pek si-hiang mengandalkan pedang
mestika yang tajamnya luar biasa, namun di bawah
cecaran serangan pedang seebun Giok-hiong yang begitu
gencar, ia benar-benar kewalahan dan tak berdaya
melakukan serangan balasanDalam saat itu Hongpo Tiang-hong serta Kim-hud
totiang telah usai membalut luka masing-masing, Dengan
senjata terhunus mereka ikut menyaksikan jalannya
pertarungan di tengah arena.
Tiba-tiba Li Tiong-hui menghela napas panjang,
bisiknya kepada Hongpo Tiang-hong: "Biarpun Pek sihiang
patut dibunuh, namun ia tak boleh mati dalam
keadaan begini" "Ucapan Bengcu tepat sekali"
2845 "Awasi dari sisi arena, jangan beri kesempatan kepada
seebun Giok-hiong untuk membunuh Pek si-hiang."
Kemudian ia membalikkan badan menghampiri ke sudut
ruang perahu, bisiknya lirih: "Bagaimana keadaan
lukanya?" saat itu Phang Thian-hua sedang menguruti dada Lim
Han-kim, ia segera angkat kepala setelah mendapat
pertanyaan itu, sahutnya: "Parah sekali lukanya..."
"Masih bisa ditolong?"
"Akan kuusahakan dengan sepenuh tenaga, tertolong
atau tidak akan kita ketahui sepeminuman teh
kemudian." "Aaaai... tampaknya Phang cengcu mesti bersusah
payah," bisik Li Tiong-hui sambil menghela napas.
"Ucapan Bengcu terlalu serius."
Kembali ia menguruti dada Lim Han-kim serta
mencoba memompa denyut jantungnya.
Dalam keadaan begini, Li Tiong-hui sudah tak
menaruh perhatian sama sekali atas situasi dalam arena
pertarungan seluruh pikiran dan perhatiannya
tercurahkan pada Lim Han-kim yang sedang ditolong
Phang Thian-hua. sepeminuman teh kemudian tampak Phang Thian-hua
angkat wajahnya dengan muka berseri, Katanya sembari
membesut keringat yang membasahi jidatnya: "Ia
tertolong" "Terima kasih Phang cengcu atas jerih payahmu,"
sambut Li Tiong-hui girang.
2846 BAB 35. janji pertarungan Di Hong-san
Dari dalam sakunya Phang Thian-hua mengeluarkan
sebuah botol porselen dan menuang ke luar dua butir pil
berwarna merah tua, lalu setelah menjejalkan ke mulut
Lim Han-kim, ia berkata dengan nada yakin"Pil Hui-seng-wan ramuanku merupakan obat mestika
yang tiada taranya di kolong langit. Bila kedua butir pil
tersebut masih belum mampu menyembuhkan lukanya
dengan cepat, maka paling tidak Lim Han-kim harus
beristirahat selama tiga bulan penuh sebelum dapat pulih
kembali seperti sediakala."
Rasa girang yang semula menghiasi wajah Li Tiong-hui
hilang lenyap seketika, sebagai gantinya kabut murung
yang tebal menyelimuti wajahnya. " Kenapa begitu?"
serunya. "Aku telah memulihkan kembali denyut jantungnya
dengan tenaga murni, ditambah lagi dengan khasiat Huisengwan tersebut untuk memulihkan kembali kondisinya
yang lemah, Bila lukanya tidak terlampau parah, kedua
butir pil Hui-seng-wan itu pasti dapat memulihkan
kembali kekuatannya dalam waktu singkat Tapi, jika obat
itu pun tak manjur, berarti..." Ketika dilihatnya rasa
murung dan sedih menyelimuti wajah Li Tiong-hui, tak
kuasa lagi ia segera menghentikan perkataannya.
" Lanjutkan perkataanmu," pinta Li Tiong-hui lirih,
"Jangan bohongi aku. Meski dia bakal mati, paling tidak
Phang cengcu telah berusaha dengan sepenuh tenaga."
2847 setelah menghela napas panjang phang Thian-hua
berkata: "Apabila pil mestika Hui-seng-wan gagal
pulihkan kembali tenaga murninya dalam waktu singkat,
hal ini membuktikan bahwa isi perutnya telah mengalami
luka yang teramat parah, berarti pula kekuatan tubuhnya
mustahil dapat dipulihkan dalam sehari dua."
"Ehmmm, mengerti aku kini, bila dalam waktu singkat
tenaga dalamnya tak berhasil pulih kembali, maka
keselamatan jiwanya bakal terancam bukan?"
"Tidak separah dugaanmu Maksudku, bila ia gagal
pulihkan kekuatannya dalam waktu singkat, maka
dibutuhkan waktu paling cepat setengah sampai setahun
untuk memulihkan kembali kondisi badannya."
"Aaaai Moga-moga ilmu pengobatan phang cengcu
memang hebat sehingga kesehatan tubuhnya dapat pulih
dalam waktu singkat."
Tiba-tiba Ciu Huang bangkit berdiri dan menjura
kepada Phang Thian-hua lalu katanya: "sudah lama
ibunya hidup menjanda, ia cuma punya putra seorang,
Apabila anaknya sampai mengalami suatu musibah, sulit
rasanya untuk mencegah ibunya mengambil keputusan
pendek. saudara Phang, bagaimana pun kau harus
berupaya dengan sepenuh tenaga"
"Aku pasti akan berusaha dengan sepenuh tenaga"
janji Phang Thian-hua seraya menghembuskan napas
panjang. Dengan perasaan agak tercengang Li Tiong-hui
mengawasi wajah Ciu Huang, kemudian tegurnya: "Jadi
Ciu tayhiap mengetahui asal-usulnya?"
2848 Dengan kepala tertunduk ciu Huang termenung
sejenak. lalu sahutnya: "Yaa, di kolong langit saat ini,
paling banyak hanya ada tiga orang yang tahu akan asalusulnya..."
"Dan locianpwee adalah satu di antara ketiga orang
itu?" "Tapi aku telah bersumpah tak akan bocorkan asalusulnya
kepada siapa pun, jadi aku harap Bengcu
maklum dan sudi memaafkan." Berkilat sepasang mata Li
Tiong-hui sehabis mendengar ucapan itu, mendadak
bisiknya: "Apakah asal-usulnya ada sangkut paut dengan
si Raja pedang?" Ciu Huang agak tertegun, setelah menghela napas
katanya: "Liku- liku di balik persoalan ini banyak
melibatkan orang ternama dalam dunia persilatan. Betul
aku punya watak bicara blak-blakan tanpa tedeng aling,
tapi harap Bengcu maafkan diriku, Dalam masalah ini,
aku benar-benar harus bungkam, lebih baik jangan kau
desak lagi." Biarpun perkataan itu diucapkan setengah berbisik,
tapi Phang Thian-hua yang berada persis di hadapan
mereka berdua dapat mendengar dengan jelas sekali.
Agaknya Li Tiong-hui masih pantang menyerah, sekali
lagi desaknya dengan suara lirih: "Ciutayhiap. apakah
kau takut menyinggung perasaan si Pangeran pedang itu
hingga segan bicara terus terang?"
Ciu Huang tersenyum "Ketika nama besar Raja Pedang
masih tersohor dalam dunia persilatanpun aku tak
pernah takut kepadanya, apalagi sekarang."
2849 "Kalau begitu, locianpwee lebih takut menyalahi
sesama umat persilatan ketimbang berhadapan dengan
si Raja pedang?" "Selama hidup, sudah kenyang aku hidup malang
melintang dalam dunia persilatan Tak sedikit jagoan
tangguh yang pernah kujumpai, rasanya selama ini
belum pernah kukenali perkataan takut."
" Kalau memang begini bukan, begitu pun bukan,
lantas lantaran apa kau enggan bicara?"
"Aaaai panjang untuk mengisahkan peristiwa ini, lagi
pula menyangkut reputasi serta nama baik seseorang,
jadi aku berharap agar Bengcu jangan kelewat
memaksaku." Melihat keseriusan orang tersebut, tentu saja Li Tionghui
sungkan untuk mendesak lebih jauh, terpaksa semua
pertanyaan ditelan kembali ke dalam perut. Tiba-tiba
terdengar seebun Giok-hiong membentak nyaring:
"Lepaskan senjatamu"
Kutungan pedangnya diayun ke depan secepat kilat
menghantam pergelangan tangan kanan Pek si-hiang.
Waktu itu, pedang yang berada dalam genggaman pek
si-hiang sudah terlanjur menyodok ke depan untuk
mengunci gerak serangan seebun Giok-hiong, bukan
masalah gampang baginya untuk menarik kembali
senjatanya dalam waktu singkat.
Tampaknya bila tabokan pedang seebun Giok-hiong
yang begitu cepat berhasil menghajar tangannya, kecuali
melepaskan senjatanya, pergelangan tangan kanannya
niscaya akan terluka. 2850 Dalam posisi yang terdesak. mau tak mau Pek sihiang
harus lepaskan pedangnya, seebun Giok-hiong
sama sekali tidak menggubris pedang mestika yang
rontok ke tanah itu, kutungan pedangnya kembali diayun
secepat kilat menyapu tenggorokan musuh.
Melihat keadaan amat kritis, Kim-hud lotiang segera
membentak keras: "Atas perintah Li bengcu, kita wajib
menghalangi niat jahat nona seebun ..."
Buru-buru senjata kebutannya dikebut ke depan
menggempur tubuh seebun Giok-hiong.
"Hey, apa-apaan kau?" bentak seebun Giok-hiong
sembari memutar kutungan pedangnya untuk
membendung ancaman senjata kebutan.
"Atas perintah Li Bengcu, terpaksa pinto harus
melaksanakan semua titahnya" sahut Kim-hud totiang
sambil menarik kembali senjata kebutannya,
Tiba-tiba terlihat cahaya tajam berkelebat lewat,


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebuah tusukan maut meluncur tiba. Buru-buru Kim-hud
totiang mengegos ke samping, Ketika berpaling,
dilihatnya sipenyerang ternyata adalah Pek si-hiang.
Kontan saja tosu ini naik darah, terutama bila teringat
baru saja ia berusaha selamatkan jiwanya.
"Budak sialan" umpatnya, "Apa-apaan kamu" Hmmm,
tahu begini, tak nanti kutolong dirimu."
"Hmmm, dengan susah payah aku baru berhasil
memancingnya untuk masuk perangkap. bahkan nyaris
berhasil mengungguli dirinya, siapa suruh kau turut
campur hingga semua usahaku gagal total?"
2851 "Hmmm sudah jelas pedangmu berhasil dipaksa orang
hingga terlepas dari genggaman, sekarang malah
menyalahkan aku, Hmmmm, hmmmm, benar-benar
manusia tak tahu diri"
Tiba-tiba Pek si-hiang berpaling ke arah seebun Giokhiong,
lalu katanya sambil tertawa: "Bagaimana
keyakinanmu sekarang untuk dapat mengungguli aku?"
seebun Giok-hiong termenung sambil berpikir sejenak.
kemudian sahutnya: "Yaa, aku telah melanggar
pantangan terbesar, yakni kelewat pandang enteng
kemampuanmu sepantasnya kaulah pemenang dari
pertarungan barusan."
Melihat seebun Giok-hiong sudah mengaku kalah, Kimhud
totiang makin tercengang dibuatnya. Untuk sesaat ia
jadi termenung dan tak tahu apa yang mesti dilakukan.
Pada saat inilah si Pangeran pedang yang selama ini
hanya menonton dari sisi arena mendadak melangkah
maju menuju ke luar ruang perahu. "Halangi dia" bentak
Li Tiong-hui begitu melihat hal tersebut
Hongpo Tiang-hong menyahut dan maju ke depan
menghadang persis di depan ruang perahu.
Terdengar bentakan nyaring bergema dari luar
ruangan, keempat- lima orang lelaki bertameng yang ada
di situ serentak menyerbu masuk dan siap membantu
pangeran pedang, "Tahan" hardik seebun Giok-hiong cepat dengan
kening berkerut Pangeran pedang segera memberi tanda, kawanan
busu yang siap menyerbu masuk itu segera mundur
2852 kembali ke belakang, lalu sembari berpaling ke arah
seebun Giok-hiong tanyanya: "Apa yang hendak kau
sampaikan nona?" "Bukankah maksud kedatanganku ke daratan
Tionggoan adalah untuk mencari nama" Nah, tak perlu
susah-susah naik ke gunung siong-san untuk mencari
siau-lim-pay. Asal kau mampu mengungguli kawanan
jago yang hadir di sini kini, nama besarmu pasti akan
lebih termashur ketimbang Raja pedang tempo dulu.."
Kemudian setelah menoleh sekejap ke arah Li Tionghui,
lanjutnya: "Pertarungan hari ini lebih baik dihentikan
sampai di sini saja, Bicara soal kekuatan yang terbentang
saat ini, meski kekuatanmu setingkat lebih unggul, tapi
bila aku bergabung dengan Pek si-hiang serta Pangeran
pedang, mungkin pihakmu tak akan mampu meraih
keuntungan apa pun. Bagaimana kalau kita tetapkan
masa lain untuk melakukan pertarungan habis-habisan?"
Li Tiong-hui tidak langsung menjawab, pikirnya: "Bila
kusia-siakan kesempatan baik pada hari ini, mungkin aku
bakal kehilangan peluang untuk membunuh seebun Giokhiong".
Belum sempat ia mengucapkan sesuatu, mendadak
terlihat bayangan abu-abu berkelebat lewat dari sisi
Hongpo Tiang-hong, menerobos masuk ke ruang perahu
dan hinggap di pundak seebun Giok-hiong.
Li Tiong-hui segera mengenali bayangan itu sebagai
burung aneh yang sehari-hari bertengger di bahu kakek
berbaju kuning, anak buah andalan seebun Giok-hiong.
2853 Justru karena bentuknya yang sangat aneh itulah,
siapa pun akan segera mengenalinya dalam sekilas
pandangan. Terdengar seebun Giok-hiong tertawa terkekeh- kekeh
sambil ejeknya: "Li Tiong-hui, bala bantuanku akan
segera tiba, Perlu kau ingat, kekuatanku maha dahsyat,
jauh di atas kekuatanmu"
"Bila kami berhasil mencegah burung aneh yang
bertengger di bahumu terbang meninggalkan perahu ini,
belum tentu bala bantuanmu berhasil mencapai tempat
ini," kata Hongpo Tiang-hong.
"Burung ini tak perlu terbang lagi. ia memang datang
sebagai petunjuk jalan, Lihat saja nanti, bala bantuanku
toh akan tiba dengan sendirinya di sini..."
Kemudian sambil berpaling ke wajah Pek si-hiang,
lanjutnya: "Kalau ingin disalahkan, maka keteledoran
nona Pek yang mesti disalahkan Tatkala naik ke perahu
ini tadi, secara diam-diam aku telah tinggalkan kode
rahasia, sayang nona Pek tidak menyadari akan hal ini."
Tampak Pek si-hiang sedang berdiri mendelong sambil
mengawasi Lim Han-kim yang tergolek di sudut ruang
perahu tanpa berkedip. "Nona Li" Mendadak siok-bwee berteriak keras,
"sebentar lagi nona kami akan mendusin sayang, luka
yang diderita Lim siangkong kelewat parah hingga tak
Misteri Lukisan Tengkorak 5 Dendam Dan Prahara Di Bhumi Sriwijaya Karya Yudhi Herwibowo Pedang Dan Kitab Suci 20

Cari Blog Ini