Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 40
siapkan untuk kami?"
3349 Berdebar keras detak jantung Li Tiong-hui setelah
mendengar gelak tertawanya yang begitu nyaring
menusuk pendengaran, pikirnya segera:
"Tak heran orang ini disebut iblis cinta yang
menggemparkan seluruh dunia persilatan, ternyata ia
betul-betul memiliki daya pikat yang luar biasa, untung
senyumannya terjadi saat ini, coba kalau hal ini
berlangsung dua puluh tahun berselang, mungkin
nyawaku sudah ikut terbetot hingga aku rela takluk dan
menuruti semua perintahnya."
Walaupun berpikir demikian, sahutnya juga:
"Bukankah di meja perjamuan sebelah sana masih ada
tempat kosong" Duduk saja sendiri"
"Tidak. aku ingin duduk pada meja perjamuan yang
terpisah." Raja pedang menampik, Li Tiong-hui berpikir
sejenak. akhirnya ia berpaling dan perintahnya kepada
Tui-im: "Tambahkan satu meja khusus untuk keluarga
mereka" Tui-im menyahut dan segera beranjak pergi dari situ.
Sementara itu wanita tinggi besar tadi telah menarik
tangan putra pangerannya sembari bertanya:
"Apakah nona ini yang kau maksudkan?"
"Benar, memang nona ini yang kumaksud, cuma yang
ananda harapkan adalah bisa mengawini ketiga orang
nona yang duduk dalam perjamuan itu sekaligus."
Kini, semua jago yang hadir dalam ruang pendopo
telah paham, apa sebabnya pangeran pedang memiliki
3350 postur badan yang jauh berbeda daripada ayahnya yang
tersohor sebagai iblis cinta ini, rupanya dia dilahirkan
oleh seorang ibu yang berperawakan menyeramkan.
Terdengar perempuan tinggi besar itu berseru:
"Baik, kita pinang ketiga-tiganya untukmu" Mendengar
ucapan tersebut semua jago ya hadir dalam ruang
pendopo sama-sama tertegun, pikirnya:
"Luar biasa, enak amat cara perempuan itu berbicara,
dia tak menyangka kalau ketiga orang nona itu justru
merupakan manusia-manusia yang paling susah dihadapi
dalam dunia persilatan saat ini. Mungkin saja Li Tiong-hui
dan Pek si-hiang yang berwatak lembut tidak
memberikan reaksinya, tapi seebun Giok-hiong... iblis
wanita ini bertabiat kasar dan berangasan, ucapan
tersebut pasti akan membangkitkan hawa amarahnya..."
"Terima kasih ibu permaisuri" Terdengar pangeran
pedang menyambut tanggapan dari ibunya dengan
penuh antusias. Ditinjau dari wajahnya yang berseri-seri penuh
keriangan, seolah-olah dianggapnya apa yang telah
disetujui ibunya pasti akan kesampaian.
Dalam pada itu, perempuan tinggi besar itu telah
berkata lagi dengan suara lantang:
"Hey suamiku, tampaknya tidak sia-sia perjalanan jauh
kita ke daratan Tionggoan kali ini, coba lihat kita berhasil
mencarikan gundik muda untuk putra kesayangan kita."
Raja pedang mendehampelan, belum sempat
memberikan sesuatu tanggapan, Tui-im dengan
membawa dua orang lelaki berbaju hijau telah muncul
3351 dengan menggotong sebuah meja baru dan dengan
cepat meja perjamuan baru telah disiapkan.
Setelah berada dalam ruang pendopo beberapa saat,
raja pedang telah memanfaatkan kesempatan tersebut
untuk mengamati situasi di seputarnya, ketika
menyaksikan begitu banyak jago tangguh dari dunia
persilatan hadir di situ, sikap angkuhnya yang semula
menghiasi wajahnya seketika hilang lenyap.
Dengan cepat perempuan tinggi besar itu bersama
putranya berjalan menuju ke meja perjamuan yang
tersedia dan mengambil tempat duduk.
Begitu pula dengan si raja pedang, sambil mengambil
tempat duduk. bisiknya: "Tak nyana dalam pertemuan kali ini, begitu banyak
jago tangguh dari seluruh penjuru dunia telah berkumpul
di sini, sebelum mengetahui duduk persoalan yang
sebenarnya, lebih baik hindari semua pertikaian dan
bentrokan phisik dengan orang lain, mengerti?"
Pangeran pedang melirik ibunya sekejap. kemudian
mengangguk. menundukkan kepala dan tidak berbicara
lagi, Sebaliknya perempuan tinggi besar itu nampak sangat
tak puas dengan nasehat suami-nya, tiba-tiba ia
menggebrak meja keras-keras sambil berteriak:
"Apa yang perlu kita takuti" Hmmm, siapa berani
macam-macam dengan kita, akan kujagal dirinya terlebih
dulu" Teriakan itu sifatnya bergumam, seolah-olah berbicara
sendiri dan tidak tertuju kepada siapa pun, tapi ratusan
3352 pasang mata para jago yang hadir dalam ruang pendopo
serentak ditujukan ke arahnya.
Begitu- juga seebun Giok-hiong yang sudah terbakar
oleh emosi dan hawa amarah sejak tadi, meski suara
hatinya ingin turun tangan, namun ia tetap berusaha
mengendalikan diri, Bisiknya kepada Nyonya pedang
patah hati: "siapa sih perempuan aneh yang kasar dan
tinggi besar itu?" "Raja wanita penakluk harimau"
"Rasanya belum pernah kudengar nama sebutan itu?"
"Tak seorang manusia pun mengetahui asal usulnya,
ada orang mengatakan ia adalah penduduk daratan
Tionggoan yang sejak kecil hidup di daerah Lam- hay,
meskipun postur badannya kasar dan tinggi namun ilmu
silat yang dimilikinya terhitung sangat tinggi dan
tangguh." "Nyonya pernah bertarung melawannya?"
BAB 54. Pertempuran Babak Pertama
"Biarpun belum pernah bertarung sendiri, tapi sudah
banyak kudengar orang menceritakan tentang kehebatan
ilmu silatnya..." sesudah berhenti sejenak, kembali
tambahnya: "Kalau ilmu silat yang dimilikinya tidak hebat dan luar
biasa, bagaimana mungkin bisa menjadi istrinya si raja
pedang yang gila perempuan?"
3353 "Hampir setengah abad lamanya raja pedang malang
melintang di dalam dunia persilatan dengan
meninggalkan banyak sekali kejadian-kejadian romantis,
sekarang, justru perempuan jelek macam begitu yang
menjadi istri sahnya, itu namanya kualat, memang dia
mesti makan karma tersebut."
Nyonya pedang patah hati tertawa dingin
"Semenjak meninggalkan daratan Tiong-goan dan
hidup mengasingkan diri di Lam-hay, belum pernah satu
kali pun ia balik kemari, tak nyana hari ini dia datang lagi
ke daratan, tampaknya besar juga nyali orang ini."
"Kenapa" Apa si raja pedang punya banyak musuh di
sini?" "Dengan wajahnya yang ganteng, ilmu silatnya yang
tinggi, ditambah lagi orangnya tak mau terikat dan hidup
dalam suasana percintaan bebas, entah berapa banyak
peristiwa menghebohkan pernah ia buat di sini, orang
persilatan memandang dia sebagai duri dalam pelupuk
mata, siapa saja berharap bisa mengenyahkan dirinya
dari muka bumi." "Jadi nyonya pun amat membencinya?" tanya seebun
Giok-hiong sambil tertawa.
"Bukan cuma aku, saya yakin setiap manusia di dunia
ini pasti membenci lelaki cabul semacam itu, bila ada
kesempatan emas untuk membunuhnya, aku tak akan
melepaskan peluang tersebut."
Meski tidak memberikan tanggapan apa pun, dalam
hati kecilnya Seebun Giok-hiong berpikir:
3354 "Aku rasa, kejadiannya tak mungkin sesederhana itu...
tentu ada udang di balik batu"
Dalam pada itu Li Tiong-hui telah bangkit berdiri,
angkat cawan araknya dan berseru lantang:
"Aku merasa bersyukur dan berterima kasih sekali atas
kesediaan saudara-saudara sekalian untuk menghadiri
pertemuan puncak di gunung Hong-san kali ini, sebagai
tanda rasa terima kasihku yang besar, terimalah
sulangan secawan arakku ini..." selesai bicara, ia segera
meneguk habis isi cawannya.
Kata-katanya yang halus, lembut, penuh sopan santun
amat mengesankan para jago yang hadir dalam ruang
pendopo saat itu, termasuk juga seebun Giok-hiong
pribadi, tanpa terasa banyak orang ikut mengangkat
cawan masing-masing dan meneguk habis isinya.
"Li Tiong- hui" seru Seebun Giok-hiong kemudian
sambil tertawa dingin ,"Masih ada tidak bala bantuanmu
yang belum tiba di sini?"
"Raja pedang beserta keluarganya bukan termasuk
kelompok yang mendukung pihakku, cici, apa kau
anggap aku sedang menggelar siasat dengan sengaja
mengulur-ulur waktu?"
"Kalau memang sudah tiada bala bantuan yang
diharapkan, lebih baik kita mulai bertarung"
"Enci seebun, apa kau tak tenang untuk makan di
sini?" sindir Pek si-hiang tiba-tiba sembari tertawa
hambar "Hmmm Bila saat pertarungan sudah dimulai nanti,
pertama-tama aku harus menjajal dulu ilmu silat kursus
3355 kilat yang adik Pek pelajari selama ini, pingin tahu
seberapa hebat sih kepandaian yang kau pelajari itu."
Pek si-hiang menghela napas panjang:
"Haaai... enci seebun tak usah kelewat memojokkan
posisiku, sampai waktunya aku pasti akan melayani
keinginanmu itu ..."
Berubah hebat paras muka seebun Giok-hiong, namun
ia tidak banyak bicara lagi.
Terhadap Pek si-hiang, seebun Giok-hiong memang
menaruh perasaan ngeri yang tak terhingga, walaupun
dalam pembicaraan dia selalu berusaha mengejek dan
memojokkan posisi gadis tersebut, padahal dalam hati
kecilnya ia benar-benar merasa amat takut Kembali Li
Tiong- hui memenuhi cawannya dengan arak. lalu
katanya: "Enci seebun, ada beberapa persoalan ingin
kutanyakan kepadamu, bersediakah kau memberi
jawaban?" "Katakan saja cepat Mumpung masih ada kesempatan
untuk bertanya, gunakan sebaik-baiknya, sebab setelah
pertarungan berkobar nanti, kau sudah tak punya waktu
lagi untuk berbuat itu"
"Dengan membawa begitu banyak jagoan cici datang
meluruk tempat tinggalku, sebenarnya tujuanmu hanya
ingin membalaskan dendam atas kematian orang tuamu
atau masih ada maksud lain, seperti misalnya ingin
merebut kedudukan Bu-lim Bengcu?"
3356 "Selain membalaskan dendam sakit hati orang tuaku,
kedudukan Bu-lim Bengcu pun aku berhasrat untuk
merebut serta mendapatkannya"
"Cici, sebagian besar pembunuh orang tuamu telah
hadir dan berkumpul semua di sini, memang inilah
kesempatan terbaik buat cici untuk membalas dendam,
sedang mengenai posisi seorang Bu-lim Bengcu,
seandainya cici berhasrat dengan senang hati kedudukan
tersebut akan kupersembahkan kepadamu."
Seebun Giokshiong tertawa dingin.
"Aku tak sudi menjabat sebuah kedudukan tinggi yang
diperoleh dengan gampang, kedudukan tersebut harus
kurebut dengan mengandalkan tenaga, pikiran serta
kemampuanku sendiri, aku ingin seluruh umat persilatan
betul-betul tunduk dan takluk seratus persen kepadaku,
mau turuti semua perintahku dengan iklas dan takluk.
aku tak ingin kedudukan Bu-lim Bengcu yang kupangku
nanti diperoleh secara kebetulan seperti dirimu."
"Kalau begitu, kecuali terjadi suatu pertarungan habishabisan
aku sudah tidak mempunyai pilihan lain lagi?"
Seebun Giok-hiong tertawa hambar.
"Jadi kau anggapjauh-jauh aku membawa rombongan
besarku datang kemari hanya bermaksud untuk
mengajak kau bergurau?"
"Aaai... bila cici sudah berketetapan begitu, aku tak
ada jalan lain kecuali melayani keinginanmu"
Sementara pembicaraan berlangsung, hidangan
mengalir masuk ke ruangan tiada henti nya.
3357 "Cici." Kembali Li Tiong- hui berkata sambil menyumpit
hidangan, "silakan mengisi perutmu dengan sedikit
hidangan yang ada, daripada kau kehabisan tenaga bila
harus bertempur nanti."
"Aku rasa, di lain waktu masih cukup banyak
kesempatan untuk menikmati hidangan, kenapa aku
mesti buang waktu dengan percuma?"
"Jadi cici sudah menemukan cara terbaik untuk
melangsungkan pertarungan ini?" tanya Li Tiong- hui
sambil meletakkan kembali sumpitnya ke meja.
"Aku rasa cara terbaik untuk melangsungkan
pertarungan ini adalah langsung bertempur dengan
mengandalkan kemampuan serta kekuatan masingmasing,
kenapa harus dicari jalan lain yang
merumitkan?" "Maksudku, dengan cara bagaimana kita akan
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
melangsungkan pertarungan ini?"
"Menurut pendapatmu" "
"Kita akan bertempur partai demi partai, babak demi
bahak. atau bertarung secara massal ?"
"Kalau soal itu sih kau putuskan saja sendiri"
"Heran amat orang ini," pikir Li Tiong-hui dalam hati,
"Padahal dia sudah mempunyai rencana, kenapa tidak
dikemukakan secara blak-blakan?"
Ia mencoba memperhatikan situasi dalam perjamuan
tampak Pek si-hiang sedang memandang ke empat
penjuru dengan pandangan santai, seakan-akan ia sama
sekali tidak mendengarkan pembicaraan mereka berdua.
3358 Seebun Giok-hiong mengangkat cawannya sambil
meneguk habis isinya, kemudian baru ujarnya:
"Sebagai seorang tamu, kurang pantas bagiku untuk
mendahului tuan rumah, jadi lebih baik kau saja yang
memberikan usulan serta keputusannya kujamin
usulanmu tak bakal kutampik, satu-satunya harapanku
adalah pertarungan bisa segera diselenggarakan
sehingga sebelum malam hari tiba nanti, siapa menang
siapa kalah sudah ada keputusannya"
"Bagus sekali, kalau toh cici sudah memberi mandat
kepadaku untuk mengambil keputusan akupun akan
segera beberkan semua perencanaanku. Aku rasa,
meskijumlah kedua belah pihak sangat besar dan
banyak. bukan berarti semua orang harus turun tangan
dalam kancah pertarungan ini..."
Belum habis perkataan itu diucapkan seebun Giokhiong
telah menukas sambit tertawa terkekeh-kekeh:
"Pihak siau-Iim-pay lelah menggetar formasi Lo-hantin
di muka pendopo sana, formasi semacam itu
termasuk pertarungan satu lawan satu atau pertarungan
keroyokan?" "Tentu saja pertarungan seperti itu termasuk
pertarungan keroyokan." jawab Li Tiong-hui eepat,
sementara dalam hatinya berpikir.
"Seebun Giok-hiong benar-benar sangat hebat,
ternyata ia tahu kalau pihak siau-Iim-pav telah
menggelar formasi lo-han-tin di depan pendopo sana..."
Terdengar seebun Giok-hiong berkata lagi:
3359 "Aku harus kemukakan juga sebuah pandanganku
yakni selama aku bertarung melawan seseorang, selama
ini aku mempunyai suatu pandangan yang jauh berbeda
dengan pandangan orang biasa, terlepas jalan licik atau
cara keji macam apa pun yang hendak dilakukan asal
bisa menaklukkan pihak lawan, hal ini sudah kuanggap
sebagai suatu kemenangan."
"Ehmm, jalan pemikiranmu itu memang cukup adil,"
sindir Pek si-hiang. "Tentu saja adil, apakah nona Pek tidak puas dengan
pandanganku ini?" Pek si-hiang angkat wajahnya melihat waktu,
kemudian kepada Li Tiong-hui katanya:
"Kini semua jago yang ingin hadir dalam pertemuan
puncak ini telah hadir, aku rasa kita pun tak usah
menunggu lebih lama, kalau memang nona seebun
sudah tak sabar menunggu, apa salahnya bila
pertarungan akbar segera kita buka?"
Li Tiong-hui mengiakan, bangkit berdiri, memandang
parajugo sekejap lalu tanyanya: "Apakah saudara
sekalian sudah makan kenyang?"
"Sudah" sahut para jago serentak.
"Nona seebun sudah tak sabar menanti, karena itu bila
ada di antara saudara sekalian belum puas minum arak.
minumlah dulu sepuasnya, bila belum puas makan, isilah
perut Anda sekenyangnya. Bila sudah cukup puas, mari
kita keluar daripendopo, di sana sudah tersedia lapangan
yang cukup luas untuk melangsungkan pertarungan kita
3360 dapat segera melangsungkan pertarungan yang telah
kita nanti-nantikan selama ini."
Serentak para jago bangkit berdiri, keluar dari ruang
pendopo menuju ke lapangan yang telah tersedia.
Biarpun sebagian besar jago sudah keluar dari
ruangan, ternyata para tokoh yang duduk semeja dengan
seebun Giok-hiong masih tetap duduk tak bergerak di
tempat semula. Karena perempuan itu tidak bangkit berdiri, nyonya
pedang patah hati, Ngo-tok Kiong-cu serta Thia-sik-kong
juga tidak turut bangkit dari tempat duduknya.
Sang Lam-ciau, Pek si-hiang serta si Dewa cebol Cu Gi
ikut tidak bangkit juga dari tempat duduknya.
Menyaksikan hal ini, dengan perasaan keheranan Li
Tiong- hui berpikir. "Aneh betul perempuan ini, tadi ia mendesak terus
untuk segera dilangsungkan pertarungan sekarang dia
malah duduk tak bergerak dari posisinya, aneh apaapaan
dia ini?" Berpikir sampai di sini, dia pun berseru:
"Mari enci seebun, semua orang sudah menanti"
Seebun Giok-hiong menyapu sekejap ke seluruh
ruangan, benar juga, semua jago telah meninggalkan
ruang perjamuan kecuali keluarga si raja pedang yang
masih tetap duduk di tempat semula,
Melihat pangeran pedang mengawasi wajahnya terus
dengan mata melotot, kontan saja amarah seebun Giokhiong
berkobar, sambil tertawa dingin serunya: "Apa
3361 yang kamu pelototkan terus" Hati-hati kucongkel keluar
biji matamu" Pangeran pedang tidak marah, pun tidak
memberi komentar, dia hanya tersenyum.
Agaknya Pek si-hiang sudah bisa menebak isi hati
seebun Giok-hiong, tiba-tiba sindirnya sambil tertawa
hambar: "Cici seebun apakah kau enggan meninggalkan
ruangan ini karena masih ada diriku di sini?"
"Benar, aku rasa persoalan di antara kita berdua harus
segera diselesaikan daripada Li Tiong-hui turut campur di
dalam masalah ini." "Apanya yang perlu diselesaikan?" tanya Li Tiong-hui
keheranan. "Hanya urusan pribadi kami berdua, lebih baik kau tak
usah turut campur" sambil tersenyum Pek si-hiang
berkata pula: "Enci seebun kuatir aku mengaturkan strategi bagimu
dalam pertarungan nanti hingga merepotkan pihaknya,
oleh karena itu dia bermaksud menghabisi nyawaku lebih
dulu." "Ternyata kau memang amat pandai" puji seebun
Giok-hiong sambil tertawa dingin.
Mendadak dayang berbaju hijau yang berada di
belakangnya mencabut keluar sebilah pedang yang
berada di bahunya, kemudian dengan kecepatan luar
biasa menerjang ke arah Pek si-hiang sambil melepaskan
sebuah tusukan maut. 3362 Buru-buru Li Tiong-hui memberi tanda, si Sukma
Murung yang berada di belakangnya segera menyahut,
melepaskan sebuah pukulan dahsyat dan berdiri
menghadang di muka Pek si-hiang.
"Minggir kamu" hardik dayang berbaju hijau itu sambil
tertawa dingin. "Hmmm, tidak semudah itu..." jengek Sukma Murung
sinis. Dayang berbaju hijau itu membentak nyaring,
pedangnya diputar dua kali di tengah udara, mendadak
sasarannya berubah, kali ini dia tusuk dada Sukma
Murung dengan kecepatan bagaikan kilat
Sukma Murung sama sekali tidak meloloskan
senjatanya dengan pukulan dahsyat yang dilepaskan
tangan kirinya dia tahan serangan pedang yang tiba,
dengan kelima jari tangan kanannya yang setengah
ditekuk berbentuk cengkeraman ia balas mengancam
pergelangan tangan kanan dayang tersebut.
Melihat dayangnya yang pertama sudah dihadang
Sukma Murung, seebun Giok-hiong segera memberi
tanda kepada tiga orang dayang lainnya sambil berseru:
"Kalian serentak maju bersama"
"Li Tiong-hui tak mau kalah, dia pun memberi tanda
kepada si Dewa buas yang berbaju merah, iblis jahat
yang berbaju hijau dan setan gusar yang berbaju kuning
untuk serentak maju bersama menyongsong kedatangan
ketiga orang dayang tadi.
3363 Dalam waktu singkat delapan orang terbagi dalam
empat partai terlibat dalam suatu pertarungan yang amat
seru dalam ruang pendopo itu.
Kepada Ngo-tok Kiongcu yang duduk di sisinya,
seebun Giok-hiong kembali berseru:
"Kiongcu, sudah saatnya untuk pamerkan
kebolehanmu" Rupanya meski seebun Giok-hiong tidak percaya kalau
Pek si- hiang bisa melatih sejenis ilmu silat yang maha
sakti dalam waktu relatif singkat, namun di hati kecilnya
tetap muncul suatu perasaan takut yang luar biasa, dia
kuatir bila apa yang dikatakan Pek si-hiang merupakan
suatu kenyataan maka kesulitan yang bakal dihadapi
pasti akan bertambah besar.
Itulah sebabnya walau pertarungan sudah
berlangsung ia masih segan untuk turun tangan sendiri.
Di antara keempat orang jagoan dari kubu seebun Giokhiong,
ilmu silat yang dimiliki Ngo-tok Kiongcu terhitung
yang terlemah, namun ilmu beracun serta binatang
beracunnya susah dilawan dan dihadapi siapa pun.
Dalam keadaan demikian, ia berharap Pek si-hiang
bisa diracuni oleh jagoannya itu entah dengan cara apa
pun, asalkan korbannya bisa dilenyapkan dalam waktu
singkat, dengan matinya Pek si-hiang maka situasi pasti
bisa dikendalikan olehnya.
Tentu saja Ngo-tok Kiongcu tidak mengerti latar
belakang tersebut, lagipula dia pun tak pernah
memandang sebelah mata pun atas kemampuan yang
dimiliki gadis tersebut, Rengeknya sambil tertawa dingini
3364 "Bocah perempuan, tadi kau enggan meneguk habis
arak beracunku, bagaimana kalau sekarang kau saksikan
kehebatan binatang beracunku yang lain?"
"Lebih baik jangan terburu napsu dulu" jawab Pek sihiang
sambil menggeleng. "Pesan terakhir apa yang ingin kau sampaikan" Ayoh
cepat diutarakan" Pek si-hiang tertawa dingin.
"Seebun Giok-hiong" ejeknya dingin, " Kenapa kau tak
berani turun tangan sendiri terhadapku" sudah tahu
kalau serangan terhadapku bisa mengakibatkan
kematian, kenapa kau suruh orang lain menyambung
nyawa untukmu?" seebun Giok-hiong tersenyum.
"Tidak kusangka dengan tubuh yang lemah gemulai,
nada bicaramu sombongnya luar biasa, kau tahu nama
besar Kiongcu sudah tersohor sampai di mana-mana,
dengan mengutarakan pembicaraan semacam itu, sama
artinya kau tak pandang sebelah mata pun atas
kemampuannya . " "Nampaknya makin lama watakmu semakin rusak. kau
anggap aku tak sanggup menghabisi nyawamu?" bentak
Pek si-hiang marah. Sementara itu Ngo-tok Kiongcu sudah mengeluarkan
seekor ular berbisa yang siap diluncurkan ke arah gadis
tersebut, hatinya tergerak begitu selesai mendengar
tanya jawab kedua orang tadi, tanpa terasa pikirnya:
"Betul juga perkataan budak ini, kalau nona ini
kelewat gampang untuk dihadapi, kenapa seebun Giokhiong
tidak turun tangan sendiri untuk menghadapinya,
3365 malahan aku yang disuruh menghadapi dia" Hmmm, aku
tak boleh nyerempet bahaya demi kepentingan orang
lain" Berpikir sampai di sini, dia pun urungkan niatnya
untuk turun tangan. Pek si-hiang menyapu sekejap wajah Ngo-tok Kiongcu,
lalu katanya lagi dengan suara dingin:
"Seebun Giok-hiong bisa meminta kepadamu untuk
turun tangan menghadapiku, aku rasa kau pasti memiliki
suatu kepandaian yang hebat, kenapa tidak kau cobakan
sekarang untuk menghadapiku" "
Berubah hebat paras muka Ngo-tok Kiongcu setelah
mendengar perkataan ini, alis matanya bekernyit, hawa
napsu membunuh menyebar menyelimuti seluruh
wajahnya, dalam hati ia berpikir.
"Sehebat- hebatnya ilmu silatmu, tak mungkin kau
bisa menghabisi nyawaku hanya dalam satu kali
gempuran, kelewat jumawa perkataannya ini... Hmm,
sekarang kau telah memojokkan posisiku dengan
perkataan tajam, bila aku tetap enggan turun tangan,
orang lain pasti akan menertawakan ketidak becusanku."
Berpikir begitu ia pun berseru sambil tertawa dingini
"Baiklah, bersiap-siaplah menerima seranganku"
Dengan pandangan tajam seebun Giok-hiong
mengawasi gerak gerik kedua orang itu, dia ingin
menyaksikan siapa yang keluar sebagai pemenang dalam
pertarungan tersebut Belum lagi Ngo-tok Kiongcu melepaskan makhluk
beracunnya untuk melancarkan serangan, tiba-tiba ia
3366 saksikan Pek si-hiang malahan memejamkan matanya
seolah-olah tidak perduli dengan dirinya, tindak tanduk
gadis tersebut kontan memancing rasa keheranan dalam
hati kecilnya.
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aneh benar budak ini." Demikian ia berpikir
"Bukannya bersiap-siap menerima se-rangan, kenapa ia
malahan pejamkan matanya rapat-rapat" Apa-apaan
dia?" Tampak Pek si-hiang masih dengan mata terpejam
bergumam: "Manusia hanya bisa mati satu kali, bila kau tak kuatir
menghadapi kematian, silakan saja melepaskan serangan
terhadapku" Sepanjang hidup, belum pernah Ngo-tok Kiongcu
menjumpai lawan seperti ini, bersikap begitu tenang dan
mantap walaupun ancaman telah berada di depan mata,
justru karena keanehan sikap lawannya, kembali dia
mengurungkan niatnya untuk melepaskan serangan.
"Nona seebun," tanyanya tiba-tiba, "Permusuhan apa
sih yang terjalin antara kau dengan dirinya?"
"Sebetulnya tak ada permusuhan khusus antara kami
berdua, tapi sekarang, posisi kita kan sudah berhadapan
sebagai musuh, ini berarti kalau bukan dia yang mati,
kaulah yang mampus, oleh sebab itu Kiongcu boleh turun
tangan sesuka hati, tak perlu sungkan-sungkan lagi..."
Ngo-tok Kiongcu tertawa hambar.
"Budak ini sesumbar dengan mengatakan sanggup
merobohkan musuhnya hanya dalam satu kali pukulan,
entah ancamannya ini benar atau tidak?"
3367 Tampaknya sikap Pek si- hiang yang begitu tenang
justru mendatangkan perasaan sangsi dan curiga bagi
Ngo-tok Kiongcu, oleh sebab itu ia tak ingin turun tangan
secara gegabah. Melihat suasana berubah jadi kaku dan nampaknya
bila tak segera dilerai maka pertarungan tak bisa
dihindari, Li Tiong-hui tersenyum sambil katanya:
"Enci seebun, oleh karena Anda sendiri segan
menyerempet bahaya, aku lihat saudara ketua dari istana
panca racun pun tak berniat adu nyawa dengan
percuma, aku rasa lebih baik kita geser dulu ke halaman
luar, di situ kita bisa menggunakan segenap kemampuan
yang dimiliki untuk beradu kepandaian sekalian
disaksikan segenap anggota dunia persilatan yang telah
menunggu di sana." "Perkataan Li Bengcu sangat tepat." Ketua istana
panca racun segera menimpali, "Kalau toh pertarungan
tak bisa dihindari, lebih baik kita tentukan menang kalah
dalam suatu pertarungan resmi."
Sebenarnya seebun Giok-hiong berniat melukai Pek sihiang
lebih dulu sebelum meninggalkan ruang pendopo
agar dalam pertarungan nanti ia bisa lebih berkonsentrasi
untuk menghadapi kawanan jago lainnya, dalam
perhitungannya, asal gadis tersebut dapat dirobohkan
maka seluruh umat persilatan bisa dibuat gempar atau
paling tidak timbul rasa ngeri mereka terhadap dirinya,
maka dengan manfaatkan kesempatan tersebut dia bisa
melukai mereka untuk selanjutnya menghabisi
perkampungan keluarga Hong-san dan membalaskan
dendam bagi kematian orang tuanya.
3368 Asalkan umat persilatan bisa dikalahkan akan
terbukalah peluang baginya untuk merebut kedudukan
sebagai ketua dunia persilatan
Siapa tahu apa yang kemudian terjadi sama sekali di
luar perhitungan, sikap tenang Pek si-hiang justru
membuat keder ketua istana panca racun hingga
mengurungkan niatnya untuk turun tangan
Menyaksikan hal tersebut, dengan suara dingin seebun
Giok-hiong pun berkata: "Adik Pek. pengorbananmu kelewat besar, maka ada
baiknya kau bersikap lebih berhati-hati di kemudian hari."
Warna semu merah mulai menghiasi wajah Pek sihiang,
nampaknya gadis ini agak naik darah, sahutnya:
"Tampaknya walaupun aku enggan membunuh orang
tapi ada seseorang justru berusaha memojokkan terus
posisiku, hmmm, nampaknya aku harus membunuh
beberapa orang lebih dulu sebelum memuaskan hatimu."
Seorang gadis lemah lembut yang semula berwajah
pucat pias seperti mayat, tiba-tiba berubah begitu kaku
dan keras hati bahkan sinar matanya memancarkan
cahaya yang menggidikkan hati, perubahan drastis ini
segera mengejutkan banyak orang.
Seebun Giok-hiong adalah seorang tokoh silat yang
cukup berpengalaman dari sikap serta mimik muka yang
diperlihatkan Pek si-hiang saat ini, ia sadar bahwa gadis
tersebut bukan lagi gertak sambal saja, tapi ia benarbenar
mampu membunuh seseorang hanya dalam satu
kali gempuran, bahkan dari sinar matanya yang begitu
tajam, ia pun dapat menangkap bahwa gadis tersebut
3369 benar-benar telah mempelajari sejenis ilmu silat yang
amat tangguh. Melihat gelagat yang sangat tidak
menguntungkan ini, buru-buru ia berteriak keras:
"Tahan" Keempat orang dayangnya serentak menghentikan
serangannya, begitu pula dengan ke-empat iblis yang
siap bertarung, yaitu si Dewa buas, iblis Jahat, Setan
Gusar serta Sukma Murung.
"Kita menuju ke lapangan pertarungan lebih dulu"
Kembali perintahnya. Sementara mengayunkan langkahnya menuju ke
lapangan di luar pendopo, dalam hati kecilnya Seebun
Giok-hiong memeras otak mencari akal bagaimana
caranya menghadapi Pek Si-hiang, ia tahu situasi yang
dihadapinya saat ini teramat kritis, itu berarti bila ia gagal
menghabisi gadis tersebut secara terang-terangan, maka
ia mesti membokong-nya secara gelap.
Yang dimaksudkan sebagai lapangan pertarungan tak
lebih hanya sebuah lapangan rumput yang tak terlalu
luas, di sekelilingnya terhadap bentangan tali yang
membentuk arena dengan deretan bangku berjajar di
luar garis arena tersebut.
Dalam pada itu, sekeliling arena telah dipadati
kawanan jago yang siap mengikuti jalannya pertarungan
tersebut, masing-masing golongan membentuk grupnya
sendiri hingga mana golongan musuh dan mana
golongan teman terlihat jelas sekali.
"Enci Seebun, silakan menempati kursi utama" kata Li
Tiong- hui kemudian sembari memberi hormat.
3370 Seebun Giok-hiong memutar pandangan matanya
memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, kemudian
pelan-pelan berjalan menuju ke arah barat dan
mengambil tempat duduk di sana.
Nyonya pedang patah hati, ketua istana panca racun
serta Thia sik-kong sekalian masing-masing
menempatkan diri pula di samping gadis tersebut.
Karena pihak lawan telah mengambil posisinya di
sebelah barat, maka Li Tiong-hui dengan memimpin
pasukannya menempatkan diri pada posisi sebelah timur
Li Tiong-hui melirik Pek si-hiang sekejap. lalu bisiknya:
"Nona Pek, apakah kau ingin duduk dipihakku?" Pek sihiang
manggut-manggut. "Bila aku duduk kelewat jauh dari sisimu bagaimana
caramu menghadapi seebun Giok-hiong?"
Biarpun dalam hati kecilnya Li Tiong-hui kurang
senang atas perkataan tersebut, namun ia sadar bahwa
apa yang dikatakan gadis tersebut memang suatu
kenyataan, maka sahutnya kemudian sambil tersenyum:
"Baiklah, silakan nona Pek duduk di sisiku dan
membantu aku menghadapi serbuan musuh."
Maka kedua orang gadis tersebut duduk bersanding
pada kursi utama. Dalam pada itu kawanan jago juga telah
menempatkan diri masing-masing, suasana berubah jadi
sangat hening kecuali suara angin yang berhembus
sepoi-sepoi. "Nona Pek. apa yang harus kita lakukan sekarang?"
bisik Li Tiong- hui kemudian.
3371 "Serbuan tentara harus dibendung dengan panglima,
lihat dulu siapa yang di terjunkan seebun Giok-hiong
dalam babak pertama nanti, kemudian kita baru memilih
orang yang tepat untuk menghadapinya."
Sementara kedua orang itu sedang berbincangbincang,
seebun Giok-hiong telah berseru lantang:
"Li Bengcu, kita boleh mulai bertarung bukan?"
"Katakan saja apa kehendakmu aku pasti akan
menuruti keinginanmu"
"Tidak baik tamu mendahului tuan rumah silakan Li
Bengcu utarakan keinginanmu"
"Akh, jangan Bagaimana pun juga cici adalah tamu
undanganku, tidak baik tuan rumah berebut dengan
tamunya, lebih baik cici saja yang mengutarakan
kehendakmu." seebun Giok-hiong termenung dan
berpikir sejenak, akhirnya dia berkata:
"Apa artinya usulan yang kuajukan nanti bakalnya juga
ditolak mentah-mentah oleh Li Bengcu" Aku rasa, lebih
baik kau yang mengajukan prasyaratnya."
Belum sempat Li Tiong- hui mengucapkan sesuatu,
Pek si-hiang telah mendahului. "Jangan kau sanggupi
keinginannya, kau bakal terjebak oleh siasat busuknya"
"Kenapa" Masa kita harus perlihatkan kelemahan
sebelum pertarungan dilangsungkan?"
"Bila kau termakan oleh jebakan busuknya hingga
mengucapkan janji, maka sesal kemudian tak ada
gunanya, lebih baik tolak mentah-mentah usulannya itu."
"Jadi kau sudah tahu apa yang bakal dia katakan?"
3372 "Seandainya ia mengajukan alasan agar korban yang
jatuh pada kedua belah pihak tidak terlalu parah maka
lebih baik urusan diselesaikan oleh kedua belah pihak
pimpinan tertingginya, apa kau akan menyetujui?"
Li Tiong-hui termangu, sampai lama kemudian baru
sahutnya: "Terima kasih banyak atas nasehat dan
petunjukmu" "Bagi dirinya, kedua belah pihak telah saling
berhadapan sebagai musuh, berarti kalau bukan dia mati
tentu kau yang hidup, pihak mana pun tak rela
melepaskan setiap peluang yang ada untuk meraih
kemenangan, jadi hadapi saja perempuan itu dengan
segenap kemampuan yang kau miliki, kita pasti punya
cara untuk membendung serta menghadapi
gempurannya . " Selesai mendengar perkataan itu, Li Tiong-hui berpikir
di dalam hati: "Betul juga ucapan ini, bukan saja bisa menjaga
kehormatanku, lagipula kita bisa hadapi mereka dengan
lebih luwes dan lentur"
Ketika sampai lama sekali belum kedengaran suara
jawaban dari Li Tiong-hui, sambil tertawa dingin Seebun
Giok-hiong mengejek: "Li Bengcu, kenapa tiba-tiba membungkam" ingin
membatalkan pertarungan ini?"
"Perkataan enci Seebun kelewat serius, bila aku benarbenar
keder dan ciut hati terhadapmu tak nanti aku
berani memusuhimu hingga kini." Diam-diam Seebun
Giok-hiong berpikir. 3373 "Sekali kau salah bicara, mampus kalian semua untuk
selamanya..." Maka untuk mewujudkan keinginannya ini,
kembali dia berkata: "Apabila Li Bengcu sudah setuju, maka aku ingin sekali
menantang dirimu untuk bertarung pada babak yang
pertama ini, memandang sikapmu yang selama ini selalu
menganggapku sebagai kakak, akan kuhadapi dirimu
dengan tangan sebelah, asal dalam pertarungan nanti
kau berhasil mengalahkan diriku, maka seketika itu juga
akan kubawa semua anak buahku untuk pergi tinggalkan
tempat ini dan mulai detik ini kuanggap kau sebagai
satu-satunya Bu-lim Bengcu serta tidak akan mencampuri
urusan dunia persilatan lagi."
Seandainya tidak diperingatkan Pek Si-hiang lebih
dulu, sudah bisa dipastikan Li Tiong-hui akan termakan
oleh jebakan ini, tapi sekarang, sikapnya amat tenang
dan sama sekali tak terpengaruh sindiran lawan, malah
katanya sambil tersenyum:
"Keliru besar bila enci seebun berpendapat begini
sekarang, kita harus bertarung mencari kemenangan
dengan andalkan kemampuan masing-masing, ini berarti
siapa memiliki kekuatan seberapa harus digunakan untuk
menghadapi resiko sesuai dengan kadar kekuatan-nya,
aku memang tahu enci seebun adalah pemimpin dari
golonganmu, sedang aku pun pemimpin dari golonganku,
jadi kelewat dini bila kita berdua mesti bertarung duluan,
Nona see-bun, apa pun kemampuan yang Anda miliki
boleh kau beberkan sekarang, asal kau sanggup
mengalahkan kekuatanku, pada akhirnya toh mau tak
mau aku harus turun tangan juga menghadapi Anda."
3374 Dengan perasaan jengkel seebun Giok-hiong melotot
sekejap ke arah Pek si-hiang, ia tahu rencananya gagal
total gara-gara ulah gadis tersebut, katanya kemudian:
"Nampaknya tamu memang tak boleh mendahului
tuan rumah, lebih baik Li Bengcu yang menentukan
langkah berikut" Sebagaimana diketahui kedua belah pihak sama-sama
memandang serius hasil pertarungan ini, bila dalam
babak pertama sudah menderita kekalahan maka
kekalahan tersebut akan sangat mempengaruhi
semangat juang rekan-rekan lainnya meski belum tentu
mempengaruhi seluruh situasi, oleh sebab itu orang
pertama yang harus diterjunkan dalam pertarungan
pembukaan ini merupakan kunci kesuksesan seluruh
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
babak pertarungan ini. Itulah sebabnya untuk memilih orang pertama yang
akan diterjunkan dalam pertarungan ini, masing-masing
pihak harus menganalisa secara teliti dan serius agar
tidak menderita kerugian besar dalam pertarungan nanti,
Li Tiong-hui melirik Pek si-hiang sekejap. lalu bisiknya:
"Nona Pek. seebun Giok-hiong bersikeras enggan
mengutus orangnya lebih dulu, apa yang mesti kita
lakukan sekarang?" "Dia ingin mencari kemenangan dari pertarungan
babak pertama ini, lebih baik nona utus orang yang bisa
mendatangkan seribu pertanyaan baginya."
"Tapi siapa yang paling cocok?"
3375 "Pilihlah seseorang yang sama sekali di luar
perhitungannya, tentang siapa orangnya, kau harus
putuskan sendiri" Li Tiong-hui jadi serba salah, sampai lama sekali ia
putar otak namun belum juga ditemukan orang yang
paling cocok. Sementara ia sedang serba salah, tiba-tiba Sang Lamciau
tampilkan diri seraya berseru: "Li Bengcu"
Begitu melihat kemunculan tokoh tersebut, Li Tionghui
segera berpekik di dalam hati:
"Akh Kenapa aku lupa dengan orang ini, memang
paling cocok bila dia yang tampil dalam pertarungan
babak pertama ini" Berpikir begitu segera sahutnya: "Ada
apa locianpwee?" "Aku bersedia terjun dalam pertarungan babak
pertama ini" "Sesungguhnya boanpwee tak berani memohon
kepada locianpwee untuk terjun dalam pertarungan
babak awal ini bila locianpwee tidak menawarkan diri.."
"Bengcu kelewat serius."
"Kalau begitu aku berharap locianpwee bisa
menangkan pertarungan pembukaan ini"
Sang Lam-ciau menggerakkan bibirnya seperti hendak
mengucapkan sesuatu tapi niat tersebut segera
diurungkan kembali. Pelan-pelan ia terjun ke tengah
arena dan berkata: 3376 "Aku hanya seorang tua yang cacad, adakah
seseorang jago yang bersedia memberi petunjuk
kepadaku?" Mimpi pun seebun Giok-hiong tidak menyangka kalau
pihak lawan akan terjunkan seorang tokoh misterius
dalam pertarungan babak pertama, untuk sesaat dia
sendiri yang kelabakan dan tak tahu siapa yang mesti
diterjunkan. Dia mencoba memandang kawanan jago-jagonya,
namun tak satu pun di antara mereka yang menyediakan
diri untuk tampil secara sukarela, nampaknya orangorang
itu segan menjadi tumbal yang pertama.
Setelah memperhatikan sekian lama kawanan jago
yang berjajar di belakangnya, see-bun Giok-hiong
menghentikan pandangan matanya ke wajah ketua
istana panca racun, katanya pelan:
"Bukankah Kiongcu punya ganjalan dan permasalahan
dengan orang gagah itu" Bagaimana kalau Anda saja
yang menghadapinya?"
Ketua istana panca racun tidak banyak komentar
pelan-pelan la bangkit berdiri dan beranjak menuju ke
tengah lapangan. Dengan suara lantang kembali seebun Giok-hiong
berseru: . "Kiongcu, dalam pertarungan ini, kedudukan kita
adalah saling bermusuhan sebagai musuh bebuyutan, ini
berarti siapa lengah dia harus menggadaikan nyawanya,
oleh sebab itu kau tak perlu sungkan untuk
menggunakan seluruh kemampuan yang dimiliki untuk
3377 merobohkan lawan, yang penting musuh harus
dirobohkan secepatnya."
Ia cukup sadar bahwa keahlian khusus orang itu
terletak pada makhluk-makhluk beracunnya, oleh karena
takut rekannya agak sungkan menggunakan keahliannya
karena ditonton banyak jago, maka sebelum jadi kasep ia
memberi peringatan terlebih dulu.
Dengan mata tunggalnya yang tajam sang Lam-ciau
mengawasi wajah ketua istana panca racun lekat-lekat,
kemudian katanya: "Dilihat dari kemampuanmu yang berhasil mendirikan
suatu partai dengan andalkan makhluk-makhluk beracun,
aku percaya ilmu yang kau pelajari pasti cukup tangguh,
tapi sayang sudah kelewat banyak kejahatan yang kau
perbuat, jadi orang semacam kau lebih pantang untuk
mati." "Hmmm, jangan sombong dan mengomentari ulahku,
menangkan dulu aku sebelum banyak bacot"
"Apa pun kelebihan yang kau miliki ada baiknya
digunakan sejak awal pertarungan, sebab bila nasibku
lebih mujur hingga sanggup mengalahkan dirimu, aku
pasti akan cabut nyawamu untuk membasmi kejahatan
dari muka bumi." "Hmmm, kau tidak merasa terlalu awal untuk
ngebacot seenaknya...?" potong ketua Istana panca
racun mangkel. Kemudian setelah berhenti sejenak. kembali lanjutnya:
"Nah, hati-hatilah..."
3378 Sepasang tangannya diayunkan secara tiba-tiba, dua
kilatan cahaya warna hijau segera meluncur ke depan
langsung menyambar ke tubuh sang Lam-ciau.
Dengan cekatan Sang Lam-ciau mengibaskan tangan
kanannya melepaskan sebuah pukulan dahsyat untuk
merontokkan kilatan cahaya yang datang dari sebelah
kanan, sementara tangan kirinya menyambar secepat
kilat mencengkeram kilatan cahaya yang datang dari kiri
Termakan gempuran dahsyat Sang Lam-ciau yang
dipancarkan dari pukulannya, cahaya di sebelah kanan
itu segera tergetar dan rontok ke samping, sementara
kilatan cahaya yang datang dari sebelah kiri berhasil
dicengkeram tokoh bermata satu ini.
Tapi begitu semua orang tahu apa yang berhasil
ditangkap tokoh tersebut, serentak para jago tertegun
dan berseru kaget. Rupanya kilatan cahaya hijau itu bukan sembarangan
senjata rahasia, melainkan dua ekor ular kecil berwarna
hijau pupus. Ular di sebelah kanan yang tergempur telak oleh
pukulan sang Lam-ciau tadi segera terguling ke tanah,
menggeliat beberapa kali kemudian mati, sebaliknya ular
di sebelah kiri yang kena cengkeram jago tua itu segera
membalikkan ekornya dan balas menghantam lima jari
lawannya. Sambil tertawa dingin Ketua istana panca racun
mengejek: "Jangan kau lihat ular itu kecil, kekuatannya luar biasa
sekali, sisik di seluruh badannya mengandung bisa yang
3379 paling jahat dan mematikan bila tergurat sedikit saja,
Wahai Sang Lam-ciau, nama besar pun bakal musnah di
tanganku hari ini... Hmmm, tak nyana kemampuanmu
cuma begitu saja." Sang Lam-ciau mendongakkan kepalanya berpekik
panjang, sahutnya: "Kau anggap hanya seekor ular kecil
sanggup menghancurkan namaku?"
Meminjam kesempatan di saat berpekik nyaring tadi,
ia kerahkan segenap tenaga dalam yang dimilikinya dan
menggencet ular yang dicengkeramnya itu keras-keras,
tak ampun hancuran tubuh ular tadi menjadi berkepingkeping
dan berserakan di tanah lapang.
Bagi kawanan jago yang menonton jalannya
pertarungan itu, demonstrasi tenaga dalam semacam ini
tidak menimbulkan decak kekaguman yang terlalu
berlebihan, sebab bagi setiap orang yang memiliki tenaga
dalam cukup sempurna, melakukan hal yang sama
bukanlah suatu pekerjaan susah.
Berbeda sekali bagi pandangan ketua istana panca
racun yang mengetahui jelas sejauh mana kemampuan
bertahan dari ular- ularnya itu, dengan perasaan kaget
bercampur terkesiap segera pikirnya:
"Tak nyana ilmu silat yang dimiliki tua bangka bermata
satu ini luar biasa hebatnya, dari kemampuannya
menghancurkan ularku dengan sekali gencetan saja, bisa
diperkirakan kekuatannya mencapai lima ratus kati
lebih... aku mesti waspada dan tak boleh kelewat
gegabah..." Rupanya ular kecil itu termasuk sejenis ular kecil yang
punya kulit bersisik amat tebal, kulit yang tebal tersebut
3380 tidak gampang terpotong, jangan lagi menggunakan
tangan, dengan senjata tajam pun belum tentu bisa
mengirisnya. Selesai menghancurkan ular kecil itu, kembali sang
Lam-ciau berkata sambil tertawa dingin
"Ngo-tok Kiongcu, aku tahu hatimu tak akan puas bila
aku tak memberi kesempatan kepadamu untuk
mengeluarkan seluruh kepandaian simpananmu, nah bila
masih ada kepandaian lain yang ingin kau gunakan,
pergunakanlah segera mumpung masih ada kesempatan
kalau tidak. akulah yang akan melakukan serangan
balasan" "Kau coba lagi kehebatanku ini" bentak Ketua istana
panca racun tiba-tiba. Terlihat beberapa sosok bayangan hitam meluncur ke
arah tubuh sang Lam-ciau dengan kecepatan luar biasa.
Dengan cekatan Sang Lam-ciau mengayunkan
tangannya berulang kali, beberapa sosok bayangan
hitam yang meluncur dengan kecepatan tinggi itu
serentak terbabat rontok ke atas tanah.
Tatkala semua jago mengalihkan perhatiannya ke
tanah, maka tampaklah empat sosok kelabang sepanjang
setengah depa tergeletak mati di situ, semua binatang
beracun itu sudah mati hancur karena termakan getaran
pukulan yang amat dahsyat
Kemampuan ketua istana panca racun menyerang
musuh dengan makhluk beracun sebagai senjata rahasia
segera menggidikkan hati kawanan jago yang hadir
dalam arena saat itu, tanpa sadar pikir mereka:
3381 "Entah berapa banyak makhluk beracun yang
disembunyikan di balik jubah kombornya yang pria tak
mirip pria, perempuan tak mirip perempuan itu?"
Begitu berhasil memusnahkan kawanan kelabang yang
menyergap dirinya tadi, Sang Lam-ciau segera mendesak
maju sambil melancarkan serangan kilat ke tubuh
perempuan nyentrik itu, pukulannya yang tajam
bagaikan ayunan golok langsung membacok dari sisi kiri
ke tengah badan Buru-buru Ketua istana panca racun melangkah
mundur untuk meloloskan diri, kemudian tangan kirinya
dibalik melancarkan pula sebuah serangan balasan. sang
Lam-ciau mendengus dingin.
"Hmmmm sudah cukup lama kau melakukan
kejahatan dalam dunia persilatan dengan tameng istana
panca racun, aku rasa inilah saat terakhir bagimu untuk
menghirup udara segar Hari ini aku harus lenyapkan bibit
bencana macam kau darl muka bumi."
Sementara pembicaraan masih berlangsung, secara
beruntun dia lancarkan delapan buah serangan berantai
yang datang susul menyusul.
Begitu gencar dan hebatnya serangan tersebut
membuat Ketua istana panca racun ini mundur berulang
kali sambil mengucurkan keringat dingin, nyaris ia
termakan oleh kedelapan serangan maha dahsyat itu.
Sang Lam-ciau memang amat hebat, di balik pukulanpukulan
berantainya yang tajam dan hebat, ia sertakan
pula ilmu Ki-na-jiu atau ilmu cengkeraman yang aneh
tapi hebat. 3382 Di tengah pertarungan yang berlangsung sengit, tibatiba
terdengar sang- Lam-ciau membentak keras: "Kena"
"Blaaammm..." suara benturan keras yang
memekikkan telinga bergema memecahkan keheningan
sebuah gempuran dahsyat bersarang telak di lengan kiri
Ketua istana panca racun itu.
Pukulan ini bersarang cukup telak. buktinya lengan kiri
Ketua istana panca racun patah seketika dan otomatis
lumpuh total tak bisa digunakan lagi.
Ketua istana panca racun mendengus dingin, dengan
tangan kanannya yang masih mampu bergerak ia balas
melancarkan sebuah pukulan ke dada lawan.
Sang Lam-ciau tidak berusaha menghindar sebaliknya
ia malah menyongsong datangnya gempuran itu dengan
keras melawan keras, "Blaaaammmm..." sekali lagi terjadi benturan keras
yang memekikkan telinga, dalam benturan untuk kedua
kalinya ini tubuh ketua istana panca racun tergetar
mundur satu langkah dari posisi semula.
Kendatipun serangannya ini berhasil memukul mundur
ketua istana panca racun, Sang Lam-ciau sendiri pun
mendengus dingin sembari tergetar mundur dua langkah.
Ketika semua orang mengalihkan perhatiannya ke
tubuh kakek bermata satu ini, maka tampaklah pada
pergelangan tangan kirinya bergelantungan seekor ular
kecil berwarna emas, di bawah cahaya matahari
kelihatan jelas sisik ularnya yang berkilauan
memantulkan cahaya. 3383
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Perubahan yang terjadi sangat mendadak dan sama
sekali di luar dugaan ini kontan mengejutkan para jago
hingga untuk beberapa saat lamanya mereka tak tahu
harus berbuat apa. Sampai lama kemudian baru kedengaran seseorang
berteriak keras: "Ach . . . itu mah ular bergaris emas yang paling
beracun di dunia ini"
BAB 55. Pertarungan Terakhir
Sang Lam-ciau tundukkan kepalanya perhatikan ular
emas itu sekejap. tiba-tiba ia membentak keras dan
langsung menerjang ke arah ketua istana panca racun.
Dengan tanpa perdulikan ular emas yang menggigit
pergelangan tangannya Sang Lam-ciau justru merangsek
musuhnya, semangat serta tindakan yang sama sekali di
luar dugaan ini seketika mengejutkan kawanan jago yang
hadir di seputar arena. Terkesiap hati Ketua istana panca racun melihat
datangnya serangan yang begitu dahsyat dan
mengerikan disertai kilatan sinar mata yang setajam
sembilu itu, buru-buru ia lontarkan dua pukulan berantai
dengan niat membendung datangnya ancaman maut itu,
"Braaaakkk .. ."
Serta merta serangan dahsyat itu berhasil dibendung
serta dihalaunya ke sisi badan
3384 Siapa tahu justru pada saat itulah sang Lam-ciau
melepaskan sebuah tendangan maut persis mengarah
ulu hati perempuan nyentrik ini.
Tendangan yang disertai tenaga seribu kati ini betulbetul
luar biasa dahsyatnya seketika itu juga badan
Ketua istana panca racun ini mencelat ke udara dan
terbanting keras-keras ke atas tanah, darah segar
mengucur keluar dari panca inderanya dan tewaslah
perempuan nyentrik tersebut seketika itu.
Selesai menghabisi nyawa ketua dari istana panca
racun itu, sang Lam-ciau membalikkan badannya sembari
mencabut keluar sebuah belati tajam dari sakunya, lalu
tanpa banyak cin-cong dia babat lengan kiri sendiri
hingga kutung menjadi dua bagian
Bisa dari ular bergaris emas itu benar-benar amat keji
dan jahat, apalagi sejak dipagut ular berbisa itu Sang
Lam-ciau belum sempat menutup peredaran darahnya
ataupun mengerahkan tenaga dalam untuk membendung
serangan bisa tersebut, apalagi kesempatan mana
digunakan untuk menggempur dan menghabisi nyawa
musuh, tak heran apa bila racun jahat tadi telah
menyebar hingga ke atas ketiaknya.
Melihat darah yang mengucur keluar dari bekas luka di
ketiaknya berwarna hitam pekat, Sang Lam-ciau sadar
bahwa racun ular itu sangat hebat dan jahat, Buru-buru
dia buang pisau belatinya ke atas tanah, lalu serunya
dengan suara keras: "siapa di antara rekan-rekan yang
bersedia pinjamkan senjata tajamnya kepadaku?"
3385 Lim Han- kim memberikan tanggapannya, sembari
meloloskan pedang jin-siang-kiam dari sakunya, ia
sodorkan senjata tersebut ke tangan pendekar tua ini.
"Pedang bagus" puji sang Lam-ciau sambil menerima
sodoran pedang pendek itu. kemudian secepat kilat ia
mengayunkan tangan kanannya dan memotong habis
sisa lengannya yang tinggal separuh tadi hingga kini
benar-benar kutung sebatas bahu.
Mengutungi lengan sendiri gara-gara dipagut ular
berbisa bukan merupakan atraksi aneh bagi umat
persilatan yang sudah terbiasa berkecimpungan dalam
masalah gempur menggempur, tapi dalam satu saat
yang sama dua kali mengutungi lengan sendiri benarbenar
merupakan tindakan langka, hampir semua jago
yang hadidi seputar arena dibuat terperangah, heran,
kagum oleh tindakan tersebut
Selesai mengutungi lengan sendiri, sang Lam-ciau
mengembalikan pedang tersebut ke tangan Lim Hankim,
lalu sambil mendekati Li Tiong-hui dengan langkah
lebar, ujarnya: "Beruntung sekali aku tak mengecewakan harapan
Bengcu dengan berhasil melenyapkan seorang musuh
tangguh dari muka bumi, dengan demikian aku pun telah
mewujudkan sumpah janjiku di masa lampau dengan
melaksanakan pesan terakhir kaucu. Kini aku sudah
menjadi seorang kakek yang cacad total, aku tak mampu
untuk melanjutkan pertarungan lagi, karena itu aku ingin
mohon diri terlebih dulu..."
3386 Tanpa menunggu jawaban dari gadis tersebut, ia
membalikkan badan dan segera beranjak pergi
meninggalkan arena. Memandang bayangan punggung Sang Lam-ciau yang
semakin menjauh, ada keinginan dalam hati kecil Li
Tiong-hui untuk memanggil serta menahannya, tapi niat
tersebut segera dicegah Pek si-hiang: "Jangan.. Biarkan
dia pergi..." Dengan langkah lebar Sang Lam-ciau meninggalkan
arena pertarungan, dimana ia lewat, kawanan jago buruburu
menyingkir dan memberi jalan lewat baginya.
Tak selang beberapa saat kemudian, bayangan
tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.
Baru saja pertarungan babak pertama berlangsung,
korban jiwa telah terjadi bahkan berakhir secara amat
tragis, kendatipun begitu kalau dihitung kembali,
kemenangan masih berada di pihak Li Tiong-hui.
Memandang mayat Ketua istana panca racun yang
terkapar bersimbah darah di atas tanah, seebun Giokhiong
mendengus dingin, katanya pelan:
"Lama kudengar Ketua istana panca racun berhasil
mempelajari sejenis ilmu beracun yang sangat aneh,
entah kematiannya kali ini. merupakan mati sungguhan
atau pura-pura?" Pelan-pelan ia bangkit berdiri,
kemudian perintahnya: "Singkirkan dia dari sana"
Mendadak terdengar seseorang berteriak keras disusul
berlarian mendekati arena pertarungan dengan langkah
tergopoh-gopoh, ketika Li Tiong-hui berpaling, segera
3387 dikenalnya orang itu adalah Thian-hok tootiang. Dengan
perasaan heran bercampur tak habis mengerti gadis itu
berpikir "Mau apa dia kemari" Kenapa lari ter-gopohgopoh
macam dikejar setan saja?"
Tampak Thian-hok tootiang berlarian menuju ke sisi
jenasah Ketua istana panca racun, sambil berlari
mendekat teriaknya: "Letakkan jenasahnya di sana"
Rupanya pada saat itu sudah muncul dua orang lelaki
kekar berbaju hitam yang siap menggotong pergi mayat
Ketua istana panca racun dari arena pertarungan.
Teriakan yang datang secara tiba-tiba ini segera
membuat kedua orang lelaki itu tertegun dan untuk
sesaat tak tahu apa yang mesti diperbuat
"Kembalikan padaku" Kembali Thian-hok tootiang
berteriak sambil berusaha merebut balik jenasah
perempuan nyentrik itu. Dengan perasaan ragu kedua orang lelaki itu
memandang sekejap ke arah seebun Giokshiong,
agaknya menunggu reaksi dari perempuan tersebut,
sementara tindak tanduk mereka nampak jelas
gelagapan, bingung dan tak tahu apa yang mesti
dilakukannya. "Serahkan saja kepadanya" perintah seebun Giokhiong
kemudian sambil tertawa hambar.
Pelan-pelan kedua orang lelaki itu serahkan jenasah
ketua istana panca racun ke tangan Thian-hok tootiang
kemudian mengundurkan diri dari arena.
Setelah menerima penyerahan jenasah Ke-tua istana
panca racun, mendadak tampak air mata jatuh
3388 bercucuran membasahi wajah Thian-hok tooting, titiktitik
air mata yang mengucur deras sempat menetes
membasahi jenasah ketua istana panca racun yang
berada dalam bopongannya.
Sampai lama kemudian Thian-hok tootiang baru
berjalan menuju ke hadapan Li Tiong-hui, lalu ujarnya:
"Semula aku berniat datang kemari untuk membantu
Bengcu menghadapi serangan musuh, tapi kini ia telah
tewas di tangan sang Lam-ciau, niatku pun ikut pupus
dengan kepergiannya, kau tahu kehadiranku di sini sudah
tak berguna lagi, aku tak lagi bisa membantu Bengcu
untuk memerangi mereka."
"Jadi locianpwee ingin pergi dari sini?" tanya Li Tionghui
pelan. "Yaa, aku harus segera balik ke kuil Lian-im-bio dan
mengubur jenasahnya di situ"
"Aneh benar sikap pendeta ini," pikir Li Tiong-hui
dalam hati kecilnya, "Ada hubungan apa antara Thianhok
sangjin dengan perempuan nyentrik yang lelaki tak
mirip lelaki, perempuan tak mirip perempuan ini?"
Berpikir demikian, tanpa sadar ia bertanya:
"Locianpwee, sebenarnya apa sih hubunganmu
dengan Ketua istana panca racun" Apakah dia adalah
sahabat karibmu?" Thian-hok sangjin termenung sambil berpikir sejenak.
akhirnya setelah menghela napas sahutnya:
"Aaaai... Bagaimana pun juga dia toh sudah
kehilangan nyawa, jadi akupun tak perlu menjaga nama
3389 serta reputasiku lagi, bicara sejujurnya dia adalah istriku
ketika aku belum menjadi pendeta dulu"
Begitu pengakuan tersebut dibeberkan, jerit kaget,
seruan tertahan segera bergema memecahkan
keheningan, hampir semua jago yang hadir di seputar
arena dibuat terkejut oleh pengakuan tersebut, sebab
mereka semua tahu bahwa Thian-hok sangjin adalah
seorang pendeta agama To yang sangat taat dan saleh,
nama harumnya juga sudah tersohor sampai di manamana,
siapa tahu justru pendeta saleh ini mempunyai
istri yang tersohor pula namanya dalam dunia persilatan.
setelah tertegun beberapa saat, Li Tiong-hui baru
berkata: "Kenapa tidak locianpwee kemukakan sejak tadi" Tahu
kalau dia adalah istrimu, boan-pwee pasti akan
memohon kepada sang locianpwee agar tidak mencelakai
jiwanya." Thian-hok sangjin menghela napas panjang.
"Aaaai... salah dia sendiri kenapa terlalu banyak
melakukan kejahatan, kalau dihitung dari perbuatannya
selama ini, dia memang pantas mendapat ganjaran
hukuman mati, lebih baik tak usah disayangkan lagi."
Li Tiong-hui ikut menghela napas panjang, katanya:
"Yaa, bila locianpwee bersikeras ingin pergi dari
sini,aku pun tak bisa menahanmu lebih lama lagi..."
"Sebenarnya dia termasuk seorang wanita yang baik
hati dan mulia, hanya gara-gara sedikit salah paham
akhirnya dia minggat meninggalkan aku, tak nyana
akhirnya dia malah bergabung dengan istana panca
3390 racun bahkan menjadi ahli waris dari perguruan
tersebut..." Berbicara sampai di situ, ia membalikkan badan dan
pergi dari situ dengan langkah lebar.
Memandang bayangan punggung Thian-hok sangjin
yang menjauh entah kenapa tiba-tiba muncul perasaan
sedih dalam hati kecil seebun Giok-hiong, bagaimana pun
juga drama tragis yang baru berlangsung sempat
menghujam perasaan dan hati sanubarinya yang paling
dalam... Tiba-tiba terdengar Thia sik-kong berseru dengan
suara dalam: "Jauh-jauh aku datang kemari, tujuanku tak lain ingin
bertemu dan bertarung melawan nyonya Li, nona
seebun, lebih baik kau jangan suruh budak itu untuk
maju bertempur lagi, aku sudah tak sabar untuk bertemu
dan bertempur habis-habisan melawan nyonya Li"
Seebun Giok-hiong mencoba untuk menyapu sekejap
suasana di sekeliling tempat itu, ketika dilihatnya
bayangan tubuh nyonya Li belum juga kelihatan, ia pun
berseru: "Li Bengcu"
Biarpun seruan tersebut tidak terlampau keras, namun
segera menyirnakan suasana duka dan tragis yang
semula mencekam seluruh seluruh arena pertarungan
menyadarkan semua jago yang hadir di situ dan
mengembalikan pikiran mereka yang terpengaruh
suasana dramatis tadi. Pelan-pelan Li Tiong-hui bangkit berdiri, lalu bertanya:
"Ada urusan apa nona seebun?"
3391 "Kawanan jago yang hadir di arena saat ini mencapai
ratusan orang banyaknya, bila setiap orang ingin turun
tangan melangsungkan pertarungan aku rasa bertempur
selama tiga hari tiga malam pun acara ini tak akan
selesai." "Ucapan Anda tepat sekali, lalu apa pendapat nona
seebun?" "Aku ingin menunjuk orangnya dalam pertarungan
berikut, apakah Li Bengcu bersedia mengabulkan?"
"Jangan kau kabulkan permintaan itu" Buru-buru Pek
si-hiang berbisik, "Kita harus mengambil keputusan
menurut jalan pemikiran sendiri"
Li Tiong-hui mengangguk. serunya kemudian kepada
seebun Giok-hiong dengan suara keras:
"Silakan nona seebun tunjuk nama kalau memang kau
ingin berbuat begitu, cuma... disetujui atau tidak. itu
urusanku sendiri"
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Pertarungan babak pertama tadi berlangsung antara
jago tangguh melawan jago tangguh, jadi dalam
pertarungan babak yang kedua ini jagoan yang ditunjuk
harus melebihi yang pertama bukan?"
"Katakan saja apa maksudmu"
"Sudah lama kudengar akan nama besar ibumu yang
tersohor dan tenar di seantero jagad, bagaimana kalau
aku ingin menantang ibumu untuk bertarung pada babak
berikut?" "Waah, kalau soal ini mah ..." Belum selesai Li Tionghui
menjawab, mendadak terdengar seseorang
3392 menimpali dengan suara yang dingin, hambar dan kaku:
"Kau tak usah bingung."
Nyonya Li dengan pakaian serba putih tahu-tahu
sudah muncul di sisi arena dan berjalan menuju ke
tengah gelanggang dengan langkah perlahan.
Biarpun usianya sudah melehihi setengah abad,
namun bekas kecantikan wajahnya masih kentara sekali,
hanya sayang di balik keayuan tersebut tersisip hawa
dingin dan kaku yang sangat menggidikkan hati.
Setibanya di tengah arena pertarungan, perempuan
itu menghentikan langkahnya dan bertanya ketus:
"Siapa yang ingin bertarung melawanku?"
Thia sik-kong maupun nyonya pedang patah hati
serentak bangkit berdiri dan saling berebut menuju ke
tengah arena pertarungan.
"Heei... tunggu dulu" seru seebun Giok-hiong
berusaha mencegah. "Thia sik-kong masih bukan tandingannya, biar aku
yang menghadapi perempuan ini" sela Nyonya pedang
patah hati cepat. "Darimana kau tahu jika aku bukan tandingannya?"
hardik Thia sik-kong marah.
"Kalau cuma andalkan berapa jurus ilmu toya angin
ributmu, bagaimana mungkin bisa kau tandingi
kehebatan nyonya Li?" . Thia sik-kong tertawa dingin.
"Kalau begitu kau boleh turun tangan sesudah aku
keok di tangannya nanti"
3393 Tanpa membuang waktu lagi ia melompat ke tengah
arena dan pasang kuda-kuda siap melancarkan serangan,
Nyonya pedang patah hati tak mau kalah, dia pun
bersiap sedia terjun ke arena, tapi tindakan tersebut
segera dicegah seebun Giok-hiong, bisiknya:
"Dia bukan tandingannya nyonya Li, dalam seratus
gebrakan pertama pasti sudah keok di tangan nyonya Li,
kenapa kau takut tak bisa membalas dendam?" Pelanpelan
nyonya pedang patah hati duduk kembali, hanya
bantahnya: "Jika dia sampai kalah, berarti kita sudah kalah dua
babak secara beruntung apakah hal ini tak akan
merosotkan mental serta semangat tempur kita?"
"Tak menjadi soal, aku datang dengan persiapan
cukup matang, jadi biarpun kalah berapa babak lagi pun
tak akan sampai mengendorkan semangat tempur kita."
Nyonya pedang patah hati tak banyak bicara lagi, ia
duduk di tempatnya semula dan membungkam diri dalam
seribu basa. Ketika mengalihkan pandangannya kembali ke arena,
tampak Thia sik-kong dengan membawa toya besinya
sedang menghampiri Nyonya Li dengan langkah lebar,
begitu tiba di hadapan perempuan tersebut tegurnya
dengan suara dingini "Masih kenal aku?"
"Hmm,Thia Sik-kong"
"Betul" 3394 Ditatapnya wajah nyonya Li dengan sinar mata
setajam sembilu, "Dulu kita pernah bersengketa bahkan
bermusuhan, tentu masih ingat bukan?"
"Ingat sekali" "Kalau memang masih ingat, cabut senjata-mu"
"Aku selalu melayani musuhku dengan tangan kosong,
apalagi terhadap ilmu toya angin ributmu itu, aku sudah
siap sedia, ayoh silakan mulai menyerang."
"Kau sudah edan?" hardik Thia sik-kong marah.
"Edan atau bukan, itu urusanku, kau boleh menyerang
segera, tak usah banyak ngebacot lagi." .
"Baik, akan kulihat sejauh mana kemajuan yang
berhasil kau capai selama ini." Diiringi desingan angin
tajam, toyanya melancarkan sebuah bacokan kilat ke
depan. Dengan sikap amat santai nyonya Li mengibaskan
ujung bajunya, lalu dengan gesit dan cekatan ia
menghindarkan diri dari serangan tersebut.
Gagal dengan serangan yang pertama buru-buru Thia
sik-kong menarik kembali senjatanya sambil melepaskan
sapuan kedua. Serangannya kali ini amat dahsyat, bahkan diiringi
deruan angin topan yang memekikkan telinga.
Nyonya Li mendengus dingin, bukan mundur ia justru
maju memapaki datangnya serangan tersebut, hanya
terlihat bahunya sedikit bergerak, tahu-tahu bagaikan
sambaran petir ia, sudah berkelebat lewat persis dari sisi
badan Thia Sik-kong. 3395 Gagal dengan serangan yang kedua Thia sik-kong
membentak nyaring, toyanya diputar membentuk lapisan
cahaya yang berlapis-lapis untuk mengurung sekujur
badan lawan. Sekali lagi Nyonya Li berkelit ke samping dengan
gerakan yang lincah dan gesit, tahu-tahu ia sudah lolos
dari kurungan lapisan cahaya tadi dan berdiri di posisi
semula. "Tahan" bentaknya tiba-tiba.
"Apa lagi yang ingin kau katakan?" tanya Thia sik-kong
sambil menarik kembali toya baja nya.
"Kau belum berhasrat untuk menyerah kalah?"
"Menang kalah belum ketahuan kenapa aku mesti
mengaku kalah?" "Hmm, tidak tahu diberi hati, coba kau periksa lengan
kirimu" Hampir sebagian besar jago yang hadir di seputar
arena tak mengerti apa yang telah terjadi buru-buru
mereka alihkan perhatiannya ke lengan kiri kakek
tersebut setelah mendengar ucapan tesebut.
Betul juga, pada ujung baju sebelah kiri Thia sik-kong
telah bertambah dengan dua lubang sebesar mulut
cawan, hanya tidak diketahui lubang itu dibuat dengan
benda apa. Menyaksikan robekan pada bajunya Thia sik-kong
kelihatan termenung dan berdiri termangu-mangu,
sampai lama sekali tak kedengaran ia mengucapkan
sepatah kata pun. 3396 Kalau mengikuti aturan yang berlaku dalam dunia
persilatan, Thia sik-kong harus mengaku kalah setelah
menjumpai kejadian seperti ini, tapi situasi saat ini
berbeda sekali dengan pertarungan di hari-hari biasa,
biarpun bajunya robek bukan berarti ia sudah tak mampu
melanjutkan pertarungan. "Thia sik-kong," ejek Nyonya pedang patah hati
segera sambil tertawa dingin, "sedari tadi aku toh sudah
bilang, kau masih bukan tandingannya, tapi kau ngotot
terus, nah coba lihat hasilnya sekarang, mengaku kalah
bukan?" Tak terlukiskan rasa gusar dan malu Thia sik-kong
sehabis mendengar sindiran tersebut, tanpa
mengucapkan pepatah kata pun mendadak ia
membentak keras dan melancarkan kembali sebuah
pukulan dahsyat. Ilmu toya angin ributnya termasuk ilmu toya paling
ampuh dan dahsyat dalam dunia persilatan, apalagi
dibentangkan dalam suasana malu bercampur gusar, bisa
dibayangkan betapa dahsyat dan luar biasanya tenaga
serangan tersebut. Dalam waktu singkat seluruh badan Nyonya Li sudah
terkurung dalam kungkungan bayangan toya tersebut.
Dilihat dari betapa kuat dan dahsyatnya tenaga
serangan yang terpancar dari toya tersebut, bisa
dibayangkan apa jadinya bila tubuh Nyonya Li sampai
tersapu senjata itu hal mana membuat para jago yang
menyaksikan jalannya pertarungan ikut tercekam dalam
ketegangan dan kekuatiran yang mendalam.
3397 Dalam waktu singkat puluhan gebrakan telah
berlangsung, Thia sik-kong telah melancarkan hampir
seratus kali sapuan dan pukulan, namun jangan lagi
melukai musuhnya, menyentuh ujung baju Nyonya Lipun
dia tak mampu. Di tengah pertarungan, mendadak terlihat Nyonya Li
melejit ke tengah udara dan melepaskan diri dari
kepungan, lalu bentaknya dingin: "Tahan"
"Ada apa?" "Kau masih enggan mengaku kalah?"
Thia sik-kong termenung sejenak, lalu sahutnya:
"Hingga kini menang kalah belum ketahuan kalau
memang kau hebat, ayoh coba lukai aku"
"Tidak, aku tak boleh melukaimu"
Thia sik-kong tertegun, pikirnya: "Masa dia masih
ingat bagaimana aku mengejar dan tergila-gila
kepadanya dulu, hingga tak tega melukaiku?"
Pikiran dan perasaannya jadi kalut untuk sesaat dia
tak dapat ambil keputusan hingga cuma berdiri melongo.
Nyonya Li termasuk seorang wanita yang amat cerdik,
dari perubahan mimik mukanya ia sudah dapat menebak
apa yang sedang dibayangkan kakek tersebut, sambil
tertawa dingin kembali tegurnya:
"Bila kubalikkan tanganku, nyawamu pasti akan segera
melayang" Dalam hati kecilnya Thia sik-kong sendiri pun tahu
bahwa kepandaian silat yang dimilikinya masih bukan
tandingan nyonya Li, tapi masalahnya sekarang ia
3398 sedang bertarung di hadapan ratusan orang jago, ia
merasa bakal kehilangan muka jika harus mengaku kalah
dan mundur dari arena pertarungan.
Membayangkan bagaimana reputasi serta nama
baiknya bakal hancur dalam sekejap, Thia sik-kong
merasa tak rela untuk mengakui dengan begitu saja,
maka serunya ketus: "Kau anggap dengan menggertakku maka aku segera
keok, ciut hatinya dan mundur dari arena pertarungan?"
Nyonya Li mendengus dingin:
"Hmmm, tua bangka tak tahu diri, kau anggap aku
benar-benar tak tega untuk membunuh mu" "
"Siapkan senjatamu" kata Thia sik-kong sambil
mempersiapkan senjata toya bajanya.
"Tidak, tak usah pakai senjata, dalam tiga jurus aku
sanggup membunuhmu, lagipula sampai detik ini sudah
berulang kali aku membujukmu agar mengurungkan
niatmu bertarung tapi kau keras kepala, enggan turuti
nasehatku, yaa apa boleh buat lagi, jangan salahkan bila
aku bertindak keji" Agaknya Thia sik-kong sudah dibuat naik darah ia
mendengus dingin: "Hm Kau anggap hasil latihanku selama belasan tahun
ini cuma sia-sia, tak ada guna-nya?"
"Kalau memang begitu, keluarkan semua
kemampuanmu" Thia sik-kong mengangkat toyanya tinggi-tinggi, paras
mukanya yang semula pucat pias seperti mayat
3399 mendadak berubah jadi mengerikan seakan-akan ada
selapis hawa putih macam mega yang menyelimuti
seluruh tubuhnya. Nyonya Li berdiri tenang, kaku, tak bergerak seperti
sebuah patung batu, hanya sorot matanya yang setajam
sembilu mengawasi toya baja Thia sik-kong tanpa
berkedip. Kabut putih yang menyelimuti wajah Thia sik-kong
makin lama semakin tebal, sementara toya bajanya yang
terangkat ke tengah udara pelan-pelan diayunkan ke
bawah. Menghadapi datangnya ancaman tersebut, nyonya Li
tetap berdiri tanpa bergerak, sepasang matanya masih
mengawasi terus toya baja lawan tanpa berkedip.
Ketika ujung toya kakek tersebut berada lebih kurang
dua depa dari tubuh Nyonya Li, mendadak gerak
serangannya bertambah cepat, kali ini secepat sambaran
petir langsung menghantam batok kepala perempuan
setengah umur itu. Rupanya di balik ayunan senjata toyanya tadi
terkandung pelbagai perubahan yang luar biasa sekali,
asalkan Nyonya Li mencoba untuk berkelit ke samping
maka senjata toya itu akan menyusul ke arah mana
lawannya menghindarkan diri
Siapa tahu musuh yang dihadapinya kali ini adalah
Nyonya Li yang memiliki tenaga dalam amat sempurna,
bukan saja ia tak mencoba menghindar, bahkan masih
tetap berdiri tak bergerak pada posisinya semula.
3400 Thia sik-kong perhitungkan jarak toyanya hampir
mengenai tubuh lawannya ketika secara tiba-tiba
menyerang lebih cepat lagi, kali ini dia hantam batok
kepala lawan dengan kekuatan penuh .
Terkesiap juga perasaan semua jago yang hadir dalam
arena setelah menyaksikan kejadian ini, dalam anggapan
mereka sulit bagi Nyonya Li untuk meloloskan diri dari
ancaman maut.
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Siapa tahu bersamaan dengan meluncur datangnya
toya tersebut, tiba-tiba Nyonya Li membuang tubuhnya
ke samping untuk menghindarkan diri dari babatan maut
tersebut, kemudian dengan suatu gerakan yang cepat ia
sodok bahu kanan lawannya.
Perubahan ini dilakukan sangat cepat, sedemikian
cepatnya hingga sukar diikuti dengan mata telanjang.
Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, dengan
kecepatan tak terlukis dengan kata nyonya Li menyelinap
ke sisi badan Thia sik-kong dan meluncur ke belakang
tubuhnya. "Blaaaammmm ..." Ayunan toya yang maha dahsyat
itu menghantam keras di atas tanah, selain menimbulkan
suara benturan yang memekikkan telinga, muncullah
sebuah liang sedalam dua depa pada bekas hantaman
tersebut. Li Tiong-hui sangat menguatirkan keselamatan ibunya,
ia coba melihat ke tengah arena.
Tampak Nyonya Li masih berdiri tenang dengan sikap
dingin dan kaku, hanya pipinya kelihatan semu merah
dan badannya sedikit bergetar, jelas di dalam
3401 pertarungan terakhir ini dia telah mengerahkan sepenuh
tenaganya. Ketika semua orang memperhatikan keadaan Thia Sikkong,
kelihatan ia berdiri bodoh di tempat semula
dengan pandangan kosong, tubuhnya agak gemetar,
sikapnya bodoh, sampai lama kemudian ia baru berpaling
ke arah Nyonya Li sambil ucapnya:
"Dua puluh tahun berselang, aku keok pada jurus ke99, tapi hari ini... satu jurus pun aku tak sanggup
menghadapi aaai... percuma latihanku selama ini."
"Untuk menghadapimu barusan, seluruh kekuatanku
telah kugunakan, mestinya biar kalah juga kalah dengan
terhormat, tadi sengaja aku mengampuni jiwamu, asal
setelah kejadian ini kau tidak berlatih ilmu silat lagi maka
lukamu tak bakalan kambuh kembali Usiamu kini sudah
lanjut, apa arti nama dan kedudukan bagimu"
semestinya gunakan sisa waktumu ini untuk menikmati
hidup ..." Thia sik-kong tertawa getir.
"Selama belasan tahun terakhir ini aku selalu dipacu
untuk berlatih karena dukungan semangat ingin menang,
tak disangka semakin dilatih, ilmu silatku semakin tak
berguna, nampaknya harapanku untuk mengunggulimu
sudah pupus, hidup terus di dunia pun rasanya tak
berarti lagi." Dari sakunya ia mencabut keluar sebilah pisau belati,
lalu terusnya: "Masih ingat dengan pisau belati ini?"
Nyonya Li hanya berdiri dengan sikap kaku dan dingin,
mulutnya tetap membungkam dalam seribu basa.
3402 Setelah tertawa tergelak, kembali Thia sik-kong
berkata: "Pisau belati ini kau tinggalkan kepadaku bersama
sepucuk surat yang isinya memperingatkan kepadaku
agar tidak merecoki dirimu lagi, andai aku tetap
menggodamu maka kau akan mencongkel keluar hatiku
dengan menggunakan pisau belati ini. Meski benda
tersebut bukan barang kesayanganmu paling tidak benda
itu pernah menjadi milikmu, karenanya selama ini aku
menyimpannya terus sebagai barang mestika. Kini akan
kupenuhi harapanmu tersebut, akan kukorek keluar
hatiku dengan pisau ini agar kau bisa menyaksikan hatiku
sebenarnya hitam atau merah ..."
Begitu selesai bicara, ia tancapkan pisau belatinya ke
dada sendiri dan mengorek keluar jantungnya .
Darah segar segera berhamburan membasahi seluruh
tanah, jantung yang terkorek keluar itu rontok ke tanah
dan nampak masih berdenyut keras.
Peristiwa semacam ini benar-benar di luar dugaan
siapa pun, suatu peristiwa yang tragis dan mengerikan
hati, membuat para jago tertegun dan berdiri melongo,
suasana amat hening hingga tak kedengaran sedikit
suara pun. Sambil mencoba mempertahankan dirinya, Thia Sikkong
menuding ke arah jantungnya yang terkapar di
tanah itu sambil berseru: "Ambillah jantungku itu"
Selesai berteriak, badannya menggeliat lalu terkapar
ke atas tanah, menghembuskan napas yang
penghabisan. 3403 Nyonya Li hanya berdiri di tempat tanpa berusaha
berkelit, lontaran jantung tadi seketika mengenai bajunya
yang berwarna putih dan menodai pakaiannya.
Begitu tragis kejadian ini membuat suasana di seputar
arena hening seketika, para jago berdiri tertegun dan tak
seorang pun mengeluarkan suara.
Sampai lama kemudian Nyonya Li baru
menghembuskan napas panjang seraya menegur.
"Seebun Giok-hiong, sudah kau saksikan semua?"
"Saksikan apa?"
"Semua jago dari angkatan tua pada patah semangat
dan putus asa, tahukah kau apa sebabnya?"
"Ombak belakang sungai Tiang kang selalu
mendorong ombak di depannya, memang sudah
sewajarnya bila generasi baru menggantikan generasi
lama..." Nyonya Li tertawa dingin, tukasnya:
"Nampaknya kau sudah kelewat kebiinger sehingga
tak ada gunanya aku banyak bicara, kini dari empat jago
yang kau andalkan sudah dua orang keok di tangan
kami, apa lagi yang bisa kau andalan untuk meraih
kemenangan dalam pertarungan kali ini?"
"Tak perlu nyonya kuatirkan keadaanku" sahut seebun
Giok-hiong kalem. Sementara itu Li Tiong-hui selalu mengamati
perubahan mimik muka lawannya, ketika dilihatnya gadis
itu tetap tenang, sedikitpun tak nampak kuatir dalam hati
kecilnya segera berpikir.
3404 "Nampaknya masih ada kekuatan lain yang
diandalkannya, ia kelihatan kalem dan begitu tenang..."
Di tengah keheningan yang mencekam seluruh arena,
dengan wajah serius selangkah demi selangkah Nyonya
pedang patah hati berjalan menuju ke tengah arena.
Nyonya Li sendiri tidak banyak komentar, dengan
mulut tetap membungkam diawasinya gerak gerik
nyonya pedang patah hati itu dengan sorot mata tajam.
Berada lebih kurang 5 depa di hadapan lawannya,
Nyonya pedang patah hati menghentikan langkahnya dan
berkata: "Seandainya nasibku kurang mujur hari ini hingga
mesti tewas di tanganmu, tolong bakar jenasahku hingga
menjadi abu dan taburkan ke dalam laut, aku tak ingin
membiarkan mayatku tetap utuh di dunia inu"
"Kau bersikeras ingin berduel habis-habisan?"
"Ehmm, aku rasa kita berdua tak mungkin bisa hidup
bersama di dunia ini..."
Nyonya Li menggerakkan bibirnya seperti hendak
mengucapkan sesuatu, tapi begitu lirih suaranya hingga
tak kedengaran oleh siapa pun kecuali yang
bersangkutan, kelihatan Nyonya pedang patah hati
tertawa getir, menggeleng dan tetap membungkam
dalam seribu basa. Karena tak menangkap apa yang diucapkan ibunya, Li
Tiong-hui berpaling ke arah Pek si-hiang sambil
bertanya: 3405 "Adik Pek. sebagai orang pintar tahukah kau apa yang
diucapkan ibuku barusan?"
"Tentu saja tahu, kami pernah membahas masalah
tersebut bersama, pokoknya masalah ini ada kaitannya
dengan si raja pedang dari Lam-hay."
Belum selesai ucapan tersebut, suasana di tengah
arena telah terjadi perubahan, dari sakunya Nyonya
pedang patah hati telah mencabut keluar sebilah pedang
kutung yang segera disilangkan di depan dadanya siap
melancarkan serangan, terdengar perempuan itu
berkata: "Sejak menderita kekalahan di tanganmu tempo hari,
aku telah bersumpah akan mengalahkan dirimu dengan
pedang kutung ini, hari ini akan kulaksanakan sumpahku
itu" Nyonya Li berkerut kening, dia seperti hendak
mengatakan sesuatu tapi niat itu dibatalkan kemudian,
pelan-pelan ia pun mencabut keluar sebilah badik dari
sakunya seraya ber-kata: "Kau boleh turun tangan"
"Hati-hati" hardik Nyonya pedang patah hati.
Tangannya digetarkan, kutungan pedang yang berada
di tangannya mendadak meluncur ke depan menusuk
dada Nyonya Li. Dalam menghadapi serangan dari Nyonya pedang
patah hati, kelihatan sekali Nyonya Li bertindak sangat
hati-hati dan cermat, tidak seperti menghadapi Thia sikkong
tadi dimana ia tak pandang sebelah mata pun.
Ketika melihat datangnya ancaman tersebut, buru-buru
3406 badiknya diayun ke muka menyongsong datangnya
serangan tersebut. Tidak menunggu kutungan pedang di tangan
kanannya mengenai sasaran, kembali Nyonya pedang
patah hati menggetarkan kutungan pedang di tangan
kirinya untuk melancarkan serangan berikut.
Nyonya Li berkerut kening, badiknya didorong ke
muka menyongsong datangnya kedua serangan tersebut.
Dua kutungan pedang menghadapi sepasang badik,
tanpa menimbulkan sedikit suara pun saling beradu satu
dengan lainnya diikuti kedua belah pihak sama-sama
berdiri mematung tanpa berkutik,
Beginilah cara bertarung tokoh-tokoh silat kelas dunia,
begitu bertemu mereka segera melangsungkan
pertarungan adu tenaga dalam.
Kendatipun tidak menimbulkan suara berisik, namun
semua jago yang hadir di seputar arena sadar,
pertarungan semacam ini merupakan pertarungan yang
paling berbahaya dan mematikan, di balik keheningan
dan kesunyian justru tersimpan mara bahaya yang begitu
besar, yang bisa mengancam jiwa seseorang dalam
waktu singkat. Beratus-ratus pasang mata serentak tertuju ke tubuh
kedua orang tersebut, menantikan hasil pertarungan itu
dengan hati berdebar. Terlihat pakaian yang dikenakan nyonya Li maupun
Nyonya pedang patah hati bergetar dan berkibar
kencang kendatipun tak ada angin yang berhembus
lewat, paras muka Nyonya Li kelihatan pucat seperti
3407 kertas, kabut putih mengepul dari ubun-ubunnya
sementara peluh mulai mengucur keluar membasahi jidat
dan tubuhnya. Sebaliknya paras muka Nyonya pedang patah hati
berubah jadi merah kehitam-hitaman, seluruh badannya
juga basah kuyup oleh cucuran keringat.
Dari keadaan tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa
kedua belah pihak telah mengerahkan segenap tenaga
dalam yang dimilikinya untuk melangsungkan
pertarungan mati hidup, ini berarti sebelum salah satu
pihak roboh terkapar pertarungan mustahi bisa
dihentikan di tengah jalan.
Li Tiong-hui segera menyadari kalau gelagat tidak
menguntungkan, kepada Pek si-hiang buru-buru
bisiknya: "Nona Pek. nampaknya gelagat tak beres, ibuku sudah
tak sanggup mempertahankan diri "
"Beritahu Lim Han-kim, suruh dia saja yang turun
tangan, sebab orang lain tak bisa menolong."
"Lim Han-kim..?" Li Tiong-hui keheranan.
"Yaa, hanya dia yang mampu mencegah terjadinya
banjir darah, cepat beritahu dia..."
Sementara pembicaraan sedang berlangsung
mendadak terlihat sesosok bayangan manusia berkelebat
lewat langsung menerjang ke tengah arena, ternyata
orang itu adalah raja pedang dari Lam-hay.
Tampak ia mencabut keluar sebilah pedang dari
punggungnya lalu ditebaskan ke tengah arena
3408 pertarungan dengan kecepatan luar biasa, di antara
kilatan cahaya yang berkelebat tahu-tahu kutungan
pedang di tangan nyonya pedang patah hati maupun
badik di tangan Nyonya Li sudah terpapas kutung jadi
berapa bagian dan tercecer di tanah.
Gerakan tubuh raja pedang sangat cepat, begitu
berhasil mengutungi senjata yang berada di tangan
kedua belah pihak kembali jari tangannya menari kian
kemari, tahu-tahu jalan darah kedua orang wanita itu
sudah tertotok telak. Tampak Nyonya Li serta Nyonya pedang patah hati
roboh terjungkal dan terkapar di tanah.
Pada saat yang bersamaan kembali jari tangan raja
pedang berkelebat lewat menepuk bebas pengaruh
tolokan pada tubuh kedua orang wanita itu, kemudian
baru ujarnya: "Bila pertarungan dilanjutkan, akhirnya kau berdua
bakal sama-sama mampus, aku rasa pertarungan ini tak
perlu dilanjutkan lagi."
"Dengan tangan yang mana kau totok jalan darahku?"
tegur Nyonya Li sambil menatap raja pedang itu penuh
amarah. "Tangan kanan" "Dengan tangan yang mana kau bebaskan totokan
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jalan darahku?" "Dengan tangan kanan juga"
"Bagus, akan kukutungi tangan kananmu lebih dulu"
3409 "Tidak bisa" teriak seseorang secara mendadak
dengan suara ketus, "Dia harus mengorek keluar
jantungnya seperti Thia sik-kong tadi, kita harus periksa
sampai sehitam apa hatinya."
Ketika semua orang berpaling, tampak seorang
nyonya berpakaian sangat sederhana diikuti seorang
tokau (pendeta wanita dari agama To) muncul di sisi
arena dan langsung menuju ke lengah gelanggang.
Begitu melihat kehadiran perempuan berpakaian
sederhana itu. Lim Han-kim merasakan hatinya bergetar
keras hingga tanpa sadar ia melompat bangun dari
tempat duduknya, sebab wanita itu tak lain adalah
ibunya. Untung Pek si-hiang kebetulan berpaling, melihat hal
itu buru-buru cegahnya: "Cepat duduk kembali musuh besar sedang di depan
mata, kau tak boleh mengusik konsentrasi mereka."
Kalau di hari-hari biasa nona ini selalu bicara lembut
dan halus. maka hardikannya yang kasar kali ini seketika
membuat Lim Han-kim tertegun, akhirnya ia duduk
kembali. Dalam pada itu raja pedang telah memperhatikan
beberapa orang wanita itu satu persatu, kemudian
katanva sambil tersenyum: "Rupanya kalian tiga
bersaudara masih berkumpul jadi satu."
"Dengan tangan kanan kau sentuh badanku, pantas
tidak kalau kukutungi lengan kananmu?" bentak Nyonya
Li dingin. "Pantas, pantas" Raja pedang mengangguk.
3410 "Kau berhati keji, meninggalkan aku di saat hamil tua,
pantas tidak kalau kucabut keluar jantung dan hatimu?"
"Yaa, memang pantas" Untuk kedua kalinya raja
pedang mengangguk. Tokau di sisi perempuan berbaju
sederhana itu berbicara pula:
"Gara-gara kehadiranmu kami tiga bersaudara harus
gontok-gontokan dan bermusuhan sendiri hampir dua
puluh tahun lamanya, kesemuanya ini tak lain berkat
rayuan gombalmu yang manis bagai madu, keji bagaikan
racun, bukan begitu saja bahkan kau membohongi aku,
menotok jalan darahku, memperkosaku lalu
meninggalkan aku seorang diri di tengah gunung yang
sepi hingga akhirnya aku diperkosa untuk kedua kalinya
oleh orang lain, untuk dosamu itu pantas tidak bila kuiris
lidah jahatmu itu?" "Pantas, memang pantas"
Nyonya pedang patah hati yang selama ini cuma
membungkam tiba-tiba ikut menimbrung pula:
"Gara-gara mata keranjangmu yang jahat, aku sampai
menghianati perguruan, membunuh guru sendiri, pantas
tidak bila kucongkel keluar sepasang matamu?" sambil
tertawa raja pedang manggut-manggut:
"Baiklah Tanganku, mataku, lidahku dan hatiku sudah
diingini orang lain, rasanya aku memang tak bisa hidup
lebih lama dari hari ini."
"Kau sudah kelewat banyak melakukan dosa dan
kesalahan, perbuatanmu terkutuk dan pantas dicerca,
sudah seharusnya kau mampus dari dulu."
3411 Tiba-tiba raja pedang mendongakkan kepalanya lalu
tertawa terbahak-bahak: "Hahahaha... nampaknya
sepanjang hidupku tak pernah kulakukan perbuatan
baik." "Perbuatan baik tak pernah dilakukan, perbuatan jahat
bertumpuk-tumpuk, aku heran, kenapa Thian masih
memberi kesempatan kepadamu untuk hidup hingga
kini?" Baru habis ucapan tersebut diutarakan mendadak
terdengar seseorang meraung keras: "Perempuan busuk.
jauhi suamiku ..." Suara itu kasar, nyaring dan penuh tenaga, persis
auman harimau, Disusul kemudian tampak permaisuri
raja pedang melompat masuk ke tengah arena dengan
langkah lebar dan wajah hijau membesi menahan marah.
Penutup Raja pedang berpaling memandang istrinya sekejap.
kemudian katanya: "Kau tak perlu kuatir, rasa benci mereka terhadapku
sudah merasuk hingga ke tulang sumsum, tak nanti
mereka akan rebut suamimu." Kepada Nyonya Li katanya
pula: "Aku sadar, selama ini tingkah lakuku yang kelewat
romantis telah mendatangkan banyak bencana dan
penderitaan bagi orang lain, sadar akan kesalahanku
inilah maka aku merantau jauh ke pulau Hay-nam untuk
3412 mencari seorang wanita yang aneh, jelek dan
menyeramkan untuk kujadikan istri, sudah hampir dua
puluh tahun kami hidup bersanding masih tak cukupkah
hukuman yang telah kujalin selama ini?"
"Belum, belum cukup, aku belum puas sebelum
menghancur lumatkan tubuhmu hingga remuk
berkeping-keping " "Aaaai..." Raja pedang menghela napas panjang,
"Padahal di masa mudaku dulu, tak terlintas setitik
pikiran pun untuk melakukan kejahatan apalagi
membohongi kalian, bila kurenungkan kembali sepak
terjangku di masa lalu, seratus tertusuk jarum selaksa
batang perasaan hatiku, aku sudah tak betah melewati
hari-hari tersiksa seperti itu. Maka apa pun yang kalian
inginkan akan kupersembahkan semuanya hari ini juga.
Namun, sebelum ajalku tiba, perbolehkan aku untuk
melaksanakan suatu tugas mulia bagi kepentingan umat
persilatan.." Tiba-tiba ia pungut kembali pedangnya dari atas
tanah, kemudian serunya: "Seebun Giok-hiong, aku hendak mencabut bibit
bencana bagi umat persilatan, kau ingin bunuh diri
ataukah bertarung melawanku?"
"Siapa suruh mereka tergila-gila padamu di masa
lampau hingga rela menyerahkan kehormatannya
kepadamu" Kalau mesti berbicara sejujurnya, kau tak
salah, kau tak pantas kelewat menyesali perbuatan
sendiri, apalagi menghukum diri sendiri yang sebetulnya
tak bersalah," bujuk seebun Giok-hiong.
3413 Sementara itu Lim Han-kim telah mengambil
kesimpulan bahwa raja pedang yang berada di
hadapannya sekarang, adalah ayahnya, tapi pikiran dan
perasaannya yang ruwet membuat pemuda ini tak tahu
apa yang mesti dilakukan. Ketika ia mencoba berpaling
ke arah Pek si-hiang, dilihatnya gadis itu sedang
memandangi Tokoh di tengah arena tersebut dengan air
mata berlinang. Kejadian ini tentu saja mencengangkan perasaan
hatinya, tanpa terasa bisiknya:
"Nona Pek. apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Cepat tampil ke depan, tantang seebun Giok-hiong
untuk berduel" "Mana mungkin aku bisa menandinginya?"
"Tiga pukulan geledek dan satu jurus ilmu pedang
langit merupakan ilmu silat maha dahsyat di kolong langit
saat ini, kendatipun belum cukup tangguh untuk
menghabisi nyawanya, paling tidak kau masih sanggup
mengalahkannya, hadapi saja dengan tenang hati"
Lim Han-kim tertegun, setelah ragu sejenak akhirnya
ia bangkit berdiri dan berjalan menuju ke tengah arena.
Begitu tiba di tengah arena, pemuda itu segera
berteriak keras: "Seebun Giok-hiong, dua babak pertama telah kita
lewatkan, kedua belah pihak sama-sama telah
menampilkan angkatan tua, maka dalam babak berikut
ini aku ingin menantang nona untuk berduel. Berani tidak
kau terima tantanganku ini?"
3414 Tantangan yang sama sekali di luar dugaan ini kontan
mengejutkan semua jago yang hadir di seputar arena,
tanpa terasa beratus pasang mata serentak tertuju ke
arahnya. Mula-mula seebun Giok-hiong kelihatan tertegun,
menyusul kemudian sahutnya sambil tertawa hambar.
"Kau ingin menantangku?"
"Benar, berani tidak kau terima tantanganku ini?"
Belum sempat jawaban diberikan raja pedang telah
berpaling memandang wajah Lim Han-kim sekejap sambil
menegur. "Anda adalah ..."
"Jangan bicara dengannya" hardik perempuan berbaju
sederhana itu mendadak. Tampak raja pedang
mengiakan dan benar-henar tidak banyak bicara lagi.
Dalam pada itu seebun Giok-hiong telah memberi
tanda, seorang dayang muncul sambil bertanya:
"Apa perintahmu nona?"
"Coba kau wakili aku menghadapi Lim tay-hiap.
cuma... kau boleh melukai tapi jangan membunuhnya,
mengerti?" Dayang itu menyahut, mencabut pedangnya berjalan
ke hadapan Lim Han-kim dan katanya:
"Lim siangkong, silakan menyerang lebih dulu"
Lim Han-kim menggeleng: "Kau bukan tandinganku lebih baik suruh seebun Giokhiong
maju sendiri." 3415 "Lim siangkong, asal kau mampu mengalahkan budak.
nona pasti akan melayani tantanganmu itu."
"Betul juga omongan dayang ini," pikir Li Han-kim
kemudian, "Lagipula aku toh belum tahu sampai sejauh
mana keampuhan ketiga jurus pukulan geledek serta
ilmu pedang langit tersebut, kenapa tidak kupakai
dayang ini sebagai kelinci percobaan?" Berpikir begitu,
maka ia pun berseru: "Kalau begitu berhati-hatilah nona"
sebuah pukulan segera dilontarkan lurus ke depan.
Menyaksikan datangnya serangan itu sangat aneh,
lagipula susah diramalkan ke bagian mana serangan itu
tertuju, terpaksa dayang itu melompat ke samping untuk
menghindarkan diri. Siapa tahu pada saat itulah Lim Han-kim memutar
tangan kanannya sambil mengerahkan hawa murni,
sebuah pukulan dahsyat tahu-tahu sudah meluncur ke
muka. Terdengar dayang itu menjerit kesakitan, tubuhnya
terlempar lima langkah ke belakang, roboh terjungkal
dan pedangnya terlempar hampir dua kaki dari sisi
tubuhnya. Mimpi pun Lim Han-kim tidak menyangka kalau
pukulan geledek memiliki kedahsyatan yang begitu
mengerikan untuk sesaat ia berdiri tertegun.
Ketika ia coba memperhatikan dayang tersebut,
tampak gadis itu sudah tergeletak tewas dengan darah
segar menyembur keluar dari ketujuh lubang inderanya.
Sambil gelengkan kepalanya berulang kali dan
menghela napas panjang kata Lim Han-kim:
3416 "Seebun Giok-hiong, kenapa kau biarkan seorang anak
buahmu dengan ilmu silat yang begitu bersahaja untuk
menghantar nyawa dengan percuma" Apakah kau tidak
merasa tindakanmu kelewat keji?"
Demonstrasi ilmu pukulan yang begitu dahsyat ini
kontan mengejutkan seluruh jago yang hadir di sana,
termasuk juga Nyonya Li sampai berdiri terbelalak
dengan sinar mata tak percaya, ternyata tak seorang pun
di antara yang hadir tahu ilmu silat macam apa yang
telah digunakan anak muda itu barusan. Pelan-pelan
Seebun Giok-hiong bangkit berdiri, katanya:
"Harus kuakui, Pek Si-hiang memang memiliki
kemampuan yang luar biasa, tak nyana dalam beberapa
waktu yang amat singkat kau mampu mengubah
seseorang menjadi begitu dahsyat..."
Kemudian setelah berhenti sejenak. tambahnya:
"Tapi sayang, kau telah mencelakainya, gara-gara
ulahmu itu, dia yang mestinya tak perlu mampus dalam
pertemuan kali ini, terpaksa harus menghadapi saat
akhirnya." Lim Han-kim cukup sadar sampai dimana kehebatan
ilmu silat yang dimiliki gadis tersebut seandainya ia
benar-benar berniat membunuhnya, hal itu bisa
dilakukannya semudah membalikkan telapak tangan, tapi
ibaratnya sudah terlanjur menunggang di punggung
harimau, mau mundur pun sudah tak mungkin, maka
mau tak mau sambil membesarkan nyali ia menanggapi:
"Nona tak usah banyak bicara, siapa menang siapa
kalah masih menjadi teka teki besar, kalau ingin bicara
3417 sesumbar, lakukan saja setelah berhasil mengungguli
diriku nanti." Mendengar ucapan tersebut raja pedang tertawa
tergelak. timbrungnya dengan suara menggeledek
"Anak manis, hadapi perempuan itu dengan perasaan
lega, cukup melihat semangatmu yang luar biasa, aku
yakin kemenangan pasti berada di pihakmu." ,
Walaupun di bibir seebun Giok-hiong bicara besar,
padahal hatinya sudah dibikin ciut oleh kematian
dayangnya di tangan Lim Han-kim tadi, ia cukup sadar
betapa dahsyatnya ilmu silat yang digunakan pemuda itu.
Maka setelah menghimpun tenaga dalamnya ia
menghardik. "Hati-hati"
Mendadak sebuah pukulan dilontarkan ke depan.
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Serangan ini dilancarkan dengan kecepatan luar biasa,
Lim Han-kim hanya merasakan pandangan matanya
kabur, tahu-tahu selapis bayangan tangan sudah
mengurung belasan buah jalan darah penting di seluruh
badannya. Menghadapi situasi seperti ini, tak terlukis rasa
terkejut anak muda itu, buru-buru dia menghimpun
seluruh kekuatan tubuh yang dimilikinya dan melepaskan
sebuah pukulan meledek. ilmu silat yang maha dahsyat ini bukan saja memiliki
perubahan yang sukar diduga sebe-lumnya, lagipula
secara otomatis akan mengeluarkan tenaga perlawanan
bila membentur sesuatu kekuatan lain.
"Blaaammmm . . ." Terdengar suara ledakan yang
memekikkan telinga bergema memecahkan keheningan,
3418 bayangan tangan yang semula menyelimuti seluruh
udara tadi tahu-tahu hilang lenyap tak berbekas, seebun
Giok-hiong dengan wajah hijau membesi terlempar
mundur sejauh tiga langkah lebih.
Selesai melancarkan pukulan yang pertama, secara
berantai Lim Han-kim melepaskan pula pukulan yang
kedua diimbangi terjangannya ke muka.
Buru-buru seebun Giok-hiong menangkis datangnya
ancaman itu, siapa tahu di saat terakhir sebelum terjadi
bentrokan kekerasan, tiba-tiba Lim Han-kim memutar
telapak tangannya sambil berganti sasaran.
"Duuuk . . . Kraaaakkk . . ." secara telak pukulan itu
bersarang di lengan kiri seebun Giok-hiong menyebabkan
lengan gadis itu terkulai lemas ke bawah.
Rupanya dalam hantaman kerasnya tadi Lim Han-kim
berhasil mematahkan tulang tangan kiri gadis tersebut
Seebun Giok-hiong mendengus dingin, secepat petir ia
mundur sejauh satu kaki lalu sambil meloloskan
pedangnya ia membentak nyaring, diiringi kilauan cahaya
putih, sebuah tusukan kilat dilepaskan. sedemikian cepat
gadis itu melancarkan serangan pedangnya membuat
Lim Han-kim tak sempat memutar otaknya, dalam
keadaan gelagapan cepat-cepat ia cabut pedangnya
sambil menyongsong kedatangan ancaman itu.
"Traaangg..." Dentingan nyaring bergema
memecahkan keheningan, sekali lagi seebun Giok-hiong
terdesak mundur sejauh tiga langkah, sekujur badannya
bermandikan darah, ia berdiri sambil menenteng
pedangnya dengan wajah serius dan kaku.
3419 Sebaliknya Lim Han-kim berdiri dengan napas
terengah-engah dan keringat membasahi seluruh
tubuhnya, jelas ia kelelahan dan kehabisan tenaga.
Bentrokan yang baru terjadi ini berlangsung amat
cepat, sedemikian cepatnya hingga tak banyak jago yang
sempat menyaksikan jalannya pertarungan itu secara
jelas. Kendati begitu, raja pedang dapat mengikuti semua
pertarungan itu dengan jelas, tampak dia menghampiri
Lim Han-kim dengan langkah pelan dan bertanya lembut:
"Anak muda, apa sih nama ilmu pedang yang barusan
kau gunakan?" "Il... ilmu gedang laa... langit" sahut Lim Han-kim
tersengal-sengal. Raja pedang segera tertawa terbahakbahak:
"Hahahaha... cukup, cukup, seandainya kau memiliki
kematangan seratus persen, aku yakin tiada seorang
manusia pun di dunia ini yang mampu menandingimu."
Sementara itu seebun Giok-hiong masih berusaha
menahan goncangan tubuhnya yang keras, lalu serunya
diiringi suara tertawa yang tinggi melengking:
"Pek si- hiang, kendatipun kau berhasil menangkan
pertarungan hari ini, sayang seluruh orang yang hadir
dalam pertemuan hari ini bakal mampus dan tak akan
terhindar dari petaka, peristiwa tragis tak lama lagi akan
segera berlangsung."
Pek si-hiang bangkit berdiri, bisiknya kepada Li Tionghui:
"Nona Li, ayoh kita bujuk cici seebun agar segera
mengakhiri drama ini."
3420 Sementara itu suasana dalam arena telah terjadi
perubahan, raja pedang dengan wajah serius telah
mencabut pedangnya dan ditancapkan di hadapan Lim
Han-kim sambil berkata: "Percuma aku memiliki nama besar sebagai raja
pedang nyatanya aku harus mengakui bahwa jurus
seranganmu tadi tak mampu kuhadapi. Nah, terimalah
pemberian pedang ini sebagai kenangan"
Setelah itu kepada seebun Giok-hiong tegurnya pula:
"Jadi kau adalah putrinya seebun Hong dari perguruan
bunga bwee?" "Benar" Meskipun darah yang bercucuran keluar dari mulut
lukanya amat deras, hampir seluruh pakaian yang
dikenakan telah bergelepotan darah, namun ia tetap
bersikap tegar, tenang dan tak terlintas perasaan
kesakitan, seakan-akan luka yang dideritanya itu tak
pernah terpikir olehnya. Setelah tertawa hambar kembali raja pedang
bertanya: "jadi sekarang kau ingin membalaskan dendam sakit
hati orang tuamu?" "Betul, dendam kesumat ini lebih dalam dari samudra,
sebagai keturunannya aku wajib membalaskan dendam
bagi kematian mereka berdua." Raja pedang segera
tertawa terbahak-bahak: "Hahahaha... membalaskan dendam kesumat bagi
kematian orang tua memang menjadi kewajiban setiap
3421 putra putrinya, cuma sayang seebun Hong bukan ayah
kandungmu." Mula-mula seebun Giok-hiong agak
tertegun menyusul kemudian teriaknya marah:
"Ngaco belo, kau jangan mencoba memutar balikkan
kenyataan semua peristiwa ini kudengar sendiri dari ibu
asuhku..." "Kau anggap Seebun Hong itu manusia super atau
manusia hebat?" Raja pedang tersenyum, "Mana mungkin dia bisa
melahirkan seorang putri secerdik dan sehebat dirimu?"
"Lalu menurut pendapatmu, siapa ayahku?"
"Tentu saja aku, si raja pedang"
Begitu ucapan tersebut dikemukakan, suasana di
seluruh arena jadi gempar. seebun Giok-hiong nampak
tertegun, tapi segera hardiknya: "Kau jangan ngoceh
seenaknya..." Sambil berteriak. tangan kanannya diayunkan
berulang kali, sekilas cahaya pedang segera meluncur ke
depan dengan kecepatan luar biasa.
Temyata si raja pedang sama sekali tak berusaha
untuk menghindar tampak empat bilah pedang pendek
menancap telak di tubuh raja pedang tersebut, darah
segar menyembur keluar membasahi tubuhnya.
Dengan rasa tertegun bercampur keheranan tegur
seebun Giok-hiong: "Mengapa kau tidak menghindar?"
"Mereka semua menuntut salah satu anggota tubuhku,
jadi sudah selayaknya bila kau pun mewakili ibumu untuk
menusuk tubuhku beberapa kali."
3422 "Jadi kau bicara serius?" seebun Giok-hiong mulai
mengerutkan dahinya. Pelan-pelan si raja pedang mengeluarkan separuh
gelang kemala dari dalam sakunya, sambil diperlihatkan
ke hadapan gadis itu katanya:
"Asal kau memiliki separuh gelang kemala yang lain,
maka ceritaku tadi akan terbukti bukan isapan jempol
saja." Seebun Giok-hiong menerima pemberian gelang
kemala itu, setelah diamati sekejap. dari dalam sakunya
dia pun mengeluarkan separuh buah gelang kemala yang
segera disatukan dengan gelang kemala pemberian raja
pedang. Benar juga, ternyata gelang itu memang asalnya satu,
bahkan pada kedua belah gelang yang telah disatukan itu
terbaca beberapa huruf yang berbunyi:
"PUTRI RAJA PEDANG."
"Sekarang kau sudah percaya bukan?" tanya raja
pedang sambil menghela napas panjang.
Tiba-tiba seebun Giok-hiong menutup wajahnya dan
menangis tersedu-sedu, tanpa mengucapkan sepatah
kata pun ia balikkan tubuh dan lari meninggalkan arena.
Sementara itu Nyonya Li mengikuti semua peristiwa
tersebut dengan pandangan kaku dan dingin, selapis
hawa putih menyelimuti wajah-nya, bentaknya
mendadak: "Kau benar-benar biadab, dimana saja
melakukan perbuatan tak senonoh"
3423 Pek si-hiang sendiri pun menggunakan kesempatan
tersebut berbisik kepada Li Tiong-hui:
"Kini ancaman musibah telah berlalu, yang tertinggal
hanya urusan pribadi beberapa orang itu, lebih baik kau
bubarkan dulu para jago yang hadir di sini." Li Tiong-hui
manggut-manggut, segera serunya lantang:
"Kini badai dan ancaman telah berlalu, aku rasa
saudara sekalian juga tak ada gunanya tetap tinggal
terus di sini, silakan kembali dulu ke ruang pertemuan
untuk mencicipi hidangan."
Pada mulanya kawanan jago itu mengira pertempuran
berdarah yang amat mengerikan pasti tak bisa dihindari,
bahkan keselamatan jiwa mereka pun menjadi tanda
tanya besar, siapa tahu akhir dari kesemuanya ini sama
sekali di luar dugaan. Maka begitu Li Tiong-hui turunkan perintahnya, para
jago pun serentak membubarkan diri dari seputar arena
menuju ke ruang pertemuan.
Nyonya pedang patah hati pun berpaling ke arah anak
buah yang dibawa seebun Giok-hiong sambil memberi
perintah: "Lebih baik kalian pun membubarkan diri"
Dengan kepergian seebun Giok-hiong, berarti
rombongan ini telah kehilangan pemimpinnya, ucapan
dari Nyonya pedang patah hati segera menyadarkan
mereka dari lamunan, tanpa diperintah untuk kedua
kalinya serentak mereka membubarkan diri dari arena
tersebut. Dalam waktu singkat lembah Ban-siong-kok jadi
hening dan sepi, dari berapa ratus orang yang semula
3424 memadati lapangan tersebut kini tersisa hanya belasan
orang saja. Setelah suasana jadi hening kembali, Pek si-hiang baru
tampil ke depan, berjalan menuju ke hadapari Tokau itu
dan memberi hormat sambil serunya: "Ooh ibu . . .
apakah kau masih kenal dengan putrimu?"
Dengan air mata berlinang Tokau itu membangunkan
Pek si-hiang, bisiknya: "Sekarang berdiri dan menyingkirlah dulu ke sana, aku
harus membantu bibi Li untuk membuat perhitungan
dengan lelaki paling keji ini." Raja pedang menggeleng
pelan, tukasnya: "Kalian tak perlu turun tangan sendiri, apa yang telah
kujanjikan pasti akan kupersembahkan satu persatu
kepada kalian semua."
Tiba-tiba Nyonya Li menghela napas panjang katanya:
"Kalau dipikir kembali, semua pertikaian, dendam
kesumat dan rasa benci yang berlangsung dalam tiga
puluh tahun terakhir ini hanya timbul gara-gara ulah kau
seorang, semestinya kau patut merasa bangga serta
menyesal atas semua perbuatanmu itu, karena
kesemuanya ini tak terlepas dari ulah kau seorang." Raja
pedang mendongakkan kepalanya dan tertawa keras:
"Hahahaha... mungkin kalian anggap hidupku selama
ini kulewati dalam suasana penuh riang gembira dan
kebahagiaan-.." setelah menghela napas sedih,
lanjutnya: "Kalau kamu semua masih bisa membenci
seseorang, sedang aku... tak ada seorang pun yang bisa
kubenci, tak seorang pun bisa ku- kekang dan kucintai...
3425 hidupku selama dua puluh tahun terakhir ibarat duduk di
atas jarum, mungkin sampai mimpi pun kalian tak akan
bisa membayangkan betapa tersiksa dan menderitanya
hidupku selama ini."
Mendadak Lim Han-kim berjalan menuju ke hadapan
ibunya, lalu berseru: "Ooh ibu, apakah si raja pedang
inilah ayah kandungku?"
"Sebelum kau lahir di dunia ini, ayahmu telah menyianyiakan
kau, membuang dirimu dari sisinya, jadi ayahmu
sudah mati sedari dulu."
"Ooh ibu . . ." Kembali Lim Han-kim menukas, "Bagi
seorang anak, orang tua itu selalu benar dan tak
bersalah, kendatipun di masa lalu mungkin ayah telah
menyakiti hati ibu serta menyia-nyiakan kita berdua, tapi
bagaimana pun juga ia tetap adalah ayah kandungku,
ibu..." "Tutup mulut" bentak perempuan itu penuh amarah,
"Sekarang kau telah dewasa, kau boleh pilih mau ikut ibu
atau ikut bapakmu, aku memang tak mampu mencegah
keinginanmu tentukan sendiri pilihanmu sekarang juga."
Lim Han-kim tertegun dan tak berani banyak bicara
lagi, dengan mulut terbungkam terpaksa ia mundur dari
arena. Pelan-pelan raja pedang menyapu Nyonya Li sekalian
sekejap. ketika dilihatnya beberapa orang wanita itu
memandang ke arahnya dengan sinar mata kebencian,
sadarlah lelaki ini bahwa kebencian mereka terhadap
dirinya telah merasuk sampai ke tulang sumsum, maka
setelah tertawa hambar katanya:
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
3426 "Sebelum ajalku tiba, ada beberapa patah kata ingin
kusampaikan terlebih dulu, sebab tidak enak rasanya
kalau tidak kuutarakan kepada kalian"
"Cepat katakan"
"Sepeninggalku nanti berarti semua dendam kesumat
yang terjalin antara kalian semua ikut berakhir pula, aku
berharap kalian jangan saling bermusuhan lagi, hiduplah
berdampingan dengan penuh kedamaian-"
"Kau tak usah mencampuri urusan kami bersaudara..."
potong Nyonya Li ketus. "Hahahaha... baiklah, beri sedikit kesempatan bagiku
untuk berpamitan dengan anak istriku..."
Ia berjalan menghampiri istrinya yang jelek itu dan
secara tiba-tiba menotok jalan darahnya hingga
Pangeran maupun permaisuri pedang tak dapat berkutik
lagi. Kemudian diambilnya kutungan pedang dari atas
tanah dan katanya lebih jauh:
"Bila jalan darah mereka berdua tidak kutotok lebih
dahulu, mereka pasti akan berusaha menghalangi
niatku..." Bicara sampai di situ, mendadak kutungan pedang itu
diayunkan ke atas lengan kanan sendiri dan menebasnya
hingga kutung menjadi dua bagian.
Darah segar pun segera menyembur keluar dari mulut
lukanya dan membasahi tubuhnya.
Paras muka si raja pedang tetap tenang seolah-olah
tak pernah terjadi suatu peristiwa pun, ia pungut lengan
kanan sendiri yang telah tertebas kutung itu dan
3427 diserahkan ke tangan nyonya Li sambil katanya: "Nah,
terimalah lengan kananku"
"Buang saja ke tanah" jawab Nyonya Li sambil
melengos ke arah lain. Raja pedang tersenyum, ia buang kutungan lengan
kanannya ke tanah kemudian baru berpaling ke arah
nyonya berpakaian Tokau itu sambil katanya lagi: "Kau
inginkan lidahku, nah segera kupersembahkan lidahku
untukmu..." Kembali kutungan pedang itu bekerja menyayat lidah
sendiri, kucuran darah segar kembali menyembur keluar
dari mulutnya membasahi pakaian maupun permukaan
tanah. Raja pedang kembali memungut potongan lidahnya
dan diberikan kepada pendeta wanita itu.
Dengan mata terpejam rapat dan air mata bercucuran
deras membasahi pipinya, pendeta wanita itu menerima
kutungan lidah tersebut dan memegangnya erat-erat.
Ketika ia mengalihkan kembali pandangan matanya ke
tengah arena, tampak si raja pedang telah mencongkel
keluar mata kanan sendiri dan menyerahkan ke tangan
Nyonya pedang patah hati.
Sambil menerima bola mata yang masih bergelepotan
darah segar itu Nyonya pedang patah hati
mendongakkan kepalanya dan tertawa keras.
Selesai mengutungi lengan sendiri, memotong lidah
sendiri dan mencongkel keluar biji mata sendiri, kembali
raja pedang mengayunkan kutungan pedang itu ke arah
ulu hati sendiri 3428 "Cukup," bentak Lim Han-kim sambil menerjang ke
arah si raja pedang. Mendadak raja pedang mengayunkan kakinya
melancarkan sebuah tendangan kilat ke arah dada Lim
Han-kim, tendangan tersebut meski dilancarkan sangat
cepat dan luar biasa hebatnya, namun sama sekali tidak
mengandung tenaga penghancur yang mengerikan,
sebaliknya tenaga yang lembut justru menahan tubuh
anak muda itu hingga tak mampu bergerak lebih jauh.
Bukan begitu saja, malahan bersamaan waktunya
terlihat tubuh Lim Han-kim terhuyung mundur dan roboh
terkapar ke tanah, rupanya dalam tendangan tersebut
raja pedang telah menotok jalan darahnya.
Bersamaan waktunya tubuh Lim Han-kim roboh
terkapar ke atas tanah, raja pedang telah mengayunkan
kutungan pedangnya ke arah ulu hati sendiri, membelah
dadanya dan mengorek keluar jantung sendiri yang
nampak masih berdenyut Di bawah sinar matahari yang cerah, wajah raja
pedang kelihatan amat menyeramkan dengan wajah dan
tubuh penuh gelepotan darah ia awasi perempuan
berbaju sederhana itu sambil menyeringai
Menyaksikan adegan yang sangat mengerikan ini,
perempuan berbaju sederhana itu tak sanggup menahan
diri lagi, tiba-tiba teriaknya keras: "Kekasih Lim ..."
Sembari berteriak, ia menerjang ke muka dan
memeluk tubuh raja pedang itu erat-erat.
Semenjak mengutungi lengan sendiri, mengorek
keluar biji mata kanannya, memotong lidah sendiri dan
3429 mencongkel keluarjantung sendiri, posisi raja pedang
masih tetap berdiri tegak, ini semua tak lain berkat
pertahanan tubuh serta tenaga dalamnya yang kuat, tapi
setelah ditubruk oleh tubuh perempuan berbaju
sederhana itu, ia tak sanggup menahan diri lagi,
tubuhnya langsung roboh terjungkal ke tanah.
Serentak Nyonya Li, pendeta wanita serta Nyonya
pedang patah hati maju mengerumuni tubuh si raja
pedang tersebut Tampak raja pedang menggeliat dan berusaha bangkit
Imam Tanpa Bayangan 2 Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen Prabarini 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama