Ceritasilat Novel Online

Pendekar Penyebar Maut 10

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono Bagian 10


hatinya menjadi tegang ketika melihat seorang gadis yang
cantik sekali melangkah keluar dari bayang-bayang daun.
Sinar bulan yang terang benderang itu menerangi tubuhnya
yang tinggi semampai. Matanya yang redup tapi berkilat tajam itu menatap dalam-dalam kepadanya, membuat hati menjadi
bergetar juga rasanya. "Nona siapa?" gadis berbaju hitam itu bertanya kaget, apalagi serentak dilihatnya lengan kanan gadis yang berada di depannya tersebut buntung.
Agaknya gadis buntung itu telah terbiasa melihat kekagetan setiap orang yang mengetahui cacatnya. Oleh karena itu
sedikitpun ia tidak menjadi tersinggung apalagi menjadi
marah. "Maaf, akulah yang bertempat tinggal di tempat ini, maka sudah sewajarnyalah jika aku pula yang bertanya
terlebih dahulu kepada nona?" gadis buntung itu menjawab tenang.
Tak enak juga rasanya bagi gadis berbaju hitam itu
menghadapi ketenangan lawannya. Tapi untuk berterus terang mengatakan siapa dirinya, rasanya juga kurang pada
tempatnya pula. Suasana kuil pada saat itu sedang dilanda
permusuhan terhadap Bing-kauw, apalah jadinya nanti apabila dia murid Put-ceng-li Lo-jin dari Bing-kauw"
Maka seolah-olah tidak mendengar pertanyaan itu, ia
menjura dengan tergesa, kemudian meloncat ke bawah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kembali dengan cepat. "Maaf, aku sangat terburu-buru!
Biarkanlah aku pergi.....!" serunya perlahan.
"Eeit! Nanti dulu... !" gadis bertangan buntung itu mencegah. Lengan kanannya yang masih utuh itu tampak
melayang ke depan dengan cepat, meraih ujung pakaian gadis berbaju hitam yang mencurigakan tersebut.
Tapi dengan gerakan yang sangat aneh gadis berbaju
hitam itu mengelak. Tubuhnya yang ramping itu melejit lebih cepat ke depan seperti kuda yang dilecut pada punggungnya, begitu tangan Iawannya hampir mencapai ujung bajunya!
Padahal gerakan tersebut dia lakukan ketika tubuhnya masih melayang di udara, jadi tak ada sesuatu benda atau
barangpun yang bisa dipakai sebagai landasan kakinya.
Sekejap gadis buntung itu menjadi termangu oleh
kehebatan lawannya, sehingga ia sedikit terlambat ketika
menyadari bahwa lawannya telah menginjakkan kakinya di
atas tanah. Terburu-buru ia mengejar. Tapi belum juga ia
meloncat turun dari atas genting, dari bawah tiba-tiba
meluncur belasan jarum-jarum kecil yang mengarah kepada
dirinya. Terpaksa gadis itu mengurungkan niatnya untuk mengejar.
Lebih dahulu ia mengelak dan mengebut serangan jarum itu
dengan saputangannya yang lebar. Baru setelah jarum jarum
tersebut dapat ia runtuhkan semuanya, ia melayang turun dari atas genting.
Tapi bayangan gadis yang mahir berloncatan di udara itu
telah lenyap. Di bawah ia justru menjumpai Toat-beng-jin dan Tong Ciak Cu-si.
"Oh, nona Souw! Engkau belum tidur juga?" Dengan terkejut orang tua itu menegur. Lalu dengan dahi berkerut ia melanjutkan, "Apakah yang terjadi" Bukankah kesehatan nona belum pulih kembali?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maafkan siauwte, Lo cianpwe.....! Bukannya siauwte mau melalaikan nasehat Lo-cianpwe, tapi aku menjadi tidak enak hati ketika mataku secara tak sengaja melihat berkelebatnya seorang asing di halaman samping dari kuil ini. Maka aku
lantas menyongsongnya! Tak kusangka orang itu lihai sekali, sehingga siauwte kehilangan jejaknya." Souw Lian Cu
menerangkan. "Hah"!?" Toat-beng jin terperanjat, kemudian menoleh
kepada Tong Ciak yang berada di sampingnya. "Tong-hiante, bagaimana...." Perasaanku benar, bukan" Ada seseorang yang datang ke kuil ini mengintai kita !"
Tong Ciak mengangguk-angguk. "Nona Souw,..... lalu ke mana larinya orang itu?" tanyanya kemudian.
"Dia meloncat turun dari atas genting ketika kukejar, tapi ternyata aku tidak bisa menemukannya kembali....."
"Hmm, kalau begitu..,., marilah kita berpencar
mencarinya!" Toat-beng-jin berkata.
"Marilah ! Tapi kuharap nona Souw lebih berhati-hati bila
mendapatkannya, kesehatan nona belum mengijinkan bila
dipakai untuk bertempur mati-matian." Tong Ciak menyahut.
"Baiklah, terima kasih!"
Mereka lantas berpencar. Dan agar supaya keadaan tidak
menjadi ribut dan gaduh, sehingga akan lebih menyukarkan
pencarian mereka, maka mereka menyusup kesana kemari
tanpa menimbulkan kecurigaan penghuni kuil lainnya.
Tapi meskipun sudah berusaha dengan keras, gadis
berbaju hitam yang dipergoki oleh Souw Lian Cu tadi ternyata tidak mereka ketemukan. Gadis itu seperti lenyap ditelan
bumi. Ketika mereka melayangkan pandangan mereka ke
sekitar kuil, mereka juga tidak melihat sebuah bayanganpun yang melintasi tanah berumput di sana.
"Gila! Ke manakah orang itu " Tak mungkin rasanya".."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lo-jin-ong! Tong Cu-si! Di depan kuil ada tamu dari Mo kauw yang ingin bertemu..." tiba tiba dari arah pendapa
terdengar suara orang mencari mereka.
"Huh! Ada apa pula dengan orang Mo kauw itu malam
malam kemari?" Tong Ciak yang sedang penasaran itu
menggeram. "Aku benar-benar bisa membunuh orang hari
ini......!" "Tong-hiante! Kau bersabarlah! Kau jangan terpancing oleh situasi yang belum jelas seperti ini! Salah salah kau bisa menyesal nanti !" Toat beng-jin memperingatkan rekannya yang agak pemarah itu.
Tong Ciak menatap orang tua yang berada di sampingnya
itu, dan begitu dilihatnya orang tua tersebut berbicara dengan serius dan juga balas memandang pada dirinya dengan tajam
berwibawa, maka hatinya bagai tersentuh dengan tiba-tiba.
Ah, benar juga, ia berpikir di dalam hati. Orang tua ini
mempunyai mata batin yang sangat tajam, siapa tahu dia
memang telah mendapatkan gambaran yang lebih jelas
tentang peristiwa ini. Maka dengan menghela napas berat tokoh bertubuh
pendek itu mengangguk. "Maafkan aku, Lo-jin-ong! Aku memang terlalu mudah
marah....." "Tidak apa, Tong-hiante. Kau memang masih muda, itu
sudah biasa dan wajar. Nah, marilah kita ke depan untuk
menemui mereka! Marilah, nona Souw! Kaupun boleh ikut
bersama kami, siapa tahu orang itu Pek-i Liong-ong yang
melukai dirimu?" "Terima kasih, Locianpwe." Gadis itu menjawab dengan bersemangat.
Ketiga orang itu lalu berlari ke depan, sehingga tempat itu menjadi sepi kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mereka sudah pergi ke depan. Biarlah aku pergi pula meloloskan diri melalui pintu belakang. Terima kasih atas
bantuanmu!" tiba-tiba terdengar suara lirih dari kamar Chin Yang Kun. Suara gadis berbaju hitam tadi!
Dan beberapa saat kemudian pintu kamar Chin Yang Kun
tampak terkuak sedikit, dan di lain saat dari dalam kamar
tampak sesosok bayangan hitam melesat keluar dengan cepat
sekali. Bayangan itu dengan gesit menerobos semak-semak
yang tumbuh di halaman belakang dan sebentar kemudian
telah terlihat melompat tembok pagar. Lalu hilang di dalam keremangan malam.
Bagaimana gadis itu sampai berada di kamar Chin Yang
Kun" Apakah gadis yang lihai dan cerdik itu telah
memanfaatkan keadaan Yang Kun yang belum segar benar itu
untuk menyembunyikan diri dari kejaran tokoh-tokoh sakti itu"
Setelah melepaskan jarum-jarumnya yang lihai untuk
menahan kejaran Souw Lian Cu, gadis itu menyelinap melalui lorong yang berada di muka kamar Chin Yang Kun. Tak
terduga dari halaman samping muncul Toat beng-jin dan Tong Ciak, agaknya juga bermaksud ke ruangan belakang, sehingga langkah gadis itu menjadi terhenti. Untung mereka belum
melihatnya. Oleh karena tak ada tempat yang baik untuk berlindung di
sekitarnya, maka dengan nekad gadis itu membuka pintu
kamar yang berada di sampingnya, dan cepat ia menerobos
masuk! Ternyata kamar tersebut adalah kamar Chin Yang Kun! Dan
pemuda yang baru saja memasuki kamarnya itu masih tampak
duduk di tepi pembaringannya. Melamun. Tentu saja
kedatangan gadis asing sangat mengagetkannya. Apalagi
ketika dengan tergesa-gesa gadis itu menaruh jari telunjuknya yang runcing itu di muka mulutnya.
"Ssst!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lalu selagi Yang Kun masih juga terlongong-longong oleh
kejadian yang mendadak tersebut, gadis itu telah meloncat ke atas pembaringannya, kemudian dengan kasar menyentakkan
lengannya, sehingga tanpa dapat ditahan lagi tubuh Yang Kun terlentang di atas kasur. Selanjutnya, sebelum Yang Kun
tersadar juga dari keterkejutannya yang membingungkan itu, si gadis telah memeluk dan menyelimuti tubuh mereka berdua dengan selimut yang tersedia. Hanya bedanya, gadis itu
menyelimuti seluruh badannya, sementara Yang Kun masih
kelihatan kepalanya. "Jangan kurang ajar dan berpikir yang bukan-bukan,
apalagi mempunyai pikiran kotor! Awas, pisauku telah
menempel di ulu hatimu! Sekali engkau bergerak yang
mencurigakan nyawamu akan melayang!" bibir merah yang
bersuara merdu itu berbisik di telinganya.
Sebenarnya pemuda itu agak merasa tersinggung, apalagi
ketika pisau yang ditekan pada ulu hatinya itu terasa
menggores kulitnya. Hampir saja, dia bergerak untuk
melawan! Tapi niat itu segera batal ketika dilihatnya wajah yang hampir menyentuh ujung hidungnya itu memandang
kepadanya dengan muka polos. Sekilas pemuda itu seperti
menatap bulan purnama yang sedang memancarkan sinarnya
yang gilang-gemilang, sehingga untuk sejenak dia menjadi
terpesona dan terhanyut oleh tatapan mata yang indah
berpendar-pendar itu. Apalagi ketika tubuh yang lembut dan hangat itu terasa menempel ketat di badannya. Seperti
terkena oleh aliran magnit yang sangat kuat, tubuhnya
menjadi gemetar dan darahnya terasa semakin cepat mengalir di dalam urat-uratnya. Otomatis tangannya bergerak ke depan dan mengelus pinggul yang membusung di sampingnya.
"Plaak!" tiba tiba telapak tangan gadis itu menampar pipi Yang Kun.
"Kurang ajar! Engkau mau apa" Lepaskan tanganmu !"
gadis itu berbisik marah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku." . aku......" pemuda itu tergagap kaget dan sadar dari keadaannya penuh gairah tadi, lalu,"Gila! Kau juga cantik
sekali, sih.. ..!" gumamnya mendongkol sambil mengusap
pipinya yang kemerah-merahan. Kemudian dengan gusar ia
bangkit dari tempat tidurnya.
"Berhenti !" gadis itu menarik lengan Yang Kun, sehingga yang belakangan ini terjatuh kembali di atas pembaringan.
"Apa maumu sebenarnya?" Yang Kun menjadi marah juga
akhirnya. Tiba tiba terdengar suara langkah kaki menuju kamar
mereka. "Diam! Ada orang datang! Tetaplah engkau berbaring di sini ! Kalau nanti ada orang masuk dan bertanya kepadamu,
katakanlah bahwa engkau tidak melihat apapun di sini. Awas !
Kau ingatlah baik baik! Jangan berbuat sesuatu yang
mencurigakan ! Nah.....!" gadis itu menghardik seraya menyelimuti dirinya kembali seperti tadi. Pisaunya menempel pula di ulu hati Yang Kun.
"Tok ! Tok ! Tok !"
"Siapa.....?" Yang Kun segera menyapa ketika pisau tersebut menekan dadanya.
Pintu itu segera dibuka dari luar. Gadis cantik bertangan
buntung itu tampak berdiri di muka pintu, sehingga Yang Kun yang tidak menduganya benar-benar menjadi terkejut sekali!
Coba kalau gadis yang berada di bawah selimutnya itu tidak mencengkeram lengannya, ia pasti sudah melompat
menyongsongnya. "Nona Souw....... apa...... apa maksudmu kemari ?" ia bertanya dengan gugup.
"Huh !" Souw Lian Cu melengos, agaknya ganjalan hatinya terhadap Yang Kun tak pernah bisa hilang dari benaknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah kau melihat seorang gadis berpakaian hitam-hitam
masuk ke mari?" Hening sejenak. Yang Kun tidak mampu menjawab
pertanyaan tersebut. Kedatangan gadis buntung yang sangat
menarik hatinya itu memang tidak terduga sama sekali
olehnya, apa lagi dalam keadaan kikuk seperti itu. Oleh karena itu tidak heran bila jawaban-jawaban yang telah dipersiapkan tadi menjadi hilang lenyap dari otaknya.
Beberapa saat lamanya Yang Kun hanya melotot tertegun
mengawasi Souw Lian Cu. Hatinya menjadi bingung, apa yang
mesti diperbuatnya. Menunjukkan gadis yang berada di bawah selimutnya itu apa tidak ! Sesaat terbesit pikirannya untuk menghukum gadis, "kurang ajar" yang kini sedang memeluk dirinya itu. Tapi di lain pikiran lalu berkelebat untuk
melarangnya, bukankah hal itu akan berarti membuat gadis
buntung tersebut menjadi semakin benci padanya" Bagaimana
tanggapan gadis itu apabila melihat dirinya berpeluk-pelukan dengan seorang gadis di atas tempat tidur" Bukankah gadis
itu akan benar-benar mencap dirinya sebagai seorang laki-laki yang suka tidur dengan wanita yang bukan isterinya"
Tapi kesempatan untuk membalas dendam atas perlakuan
gadis kurang ajar ini tak boleh disia-siakan. Maka ketika Souw Lian Cu membentak lagi karena ia tidak segera menjawab
pertanyaannya, Yang Kun berlagak kaget. Dengan tenang
pemuda itu bangkit perlahan lahan, lalu duduk di atas
pembaringannya, sehingga otomatis gadis yang berada di
dalam selimutnya terpaksa ikut-ikutan bergeser mengikutinya.
Tubuh indah itu meringkuk seperti udang di belakang
pantatnya. Dan ketika secara sambil lalu pemuda itu melirik, tampak paha dan pinggul si gadis binal tersebut menjulang
tinggi di sampingnya. Dan meskipun tertutup oleh selimut
yang rapat, tapi pemandangan itu sungguh amat
mempesonakannya. Gila, pemuda itu mengumpat dalam hati,
gadis ini memang benar benar hebat!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gadis berbaju hitam......" Sebentar......akan kuingat-ingat dahulu......" pemuda itu berlagak dengan memegangi
kepalanya, sehingga gadis dalam selimut itu menjadi
mendongkol bukan main. "Kurang ajar! Apa maumu....?" gadis itu menggeram
perlahan. "Kubunuh engkau nanti!"
"Kau bilang apa" Katakan yang jelas! Jangan pringaspringis!" Souw Lian Cu melotot.
"Kumaksudkan......aku seperti mendengar langkahnya.....
dan sekilas aku juga seperti melihat bayangannya." Yang Kun segera menyahut. Tangannya dengan tenang mengelus-elus
bukit dan lereng yang tersembul di sampingnya, seolah-olah mengelus-elus pinggul dan pahanya sendiri. Entahlah,
mendadak saja timbul niatnya untuk menggoda gadis itu.
Dapat dibayangkan bagaimana perasaan gadis yang
melingkar dalam pengapnya selimut itu. Rasa kesal, gemas,
mengkal dan mungkin banyak perasaan yang lain lagi. Apalagi ketika dirasakannya tangan pemuda itu mulai menggerayangi
paha, pinggul tanpa ia dapat berbuat apa-apa untuk
mengelakkannya. "Sungguh" Lalu kemana bayangan itu berkelebat pergi?"
Souw Lian Cu menegaskan. Sedikitpun gadis ini tidak sadar
kalau sedang dipermainkan oleh Yang Kun.
"Ehmmm ... berkelebat ke arah belakang" Yang Kun menjawab sekenanya.
"Bagus! Terima kasih !" gadis cantik bertangan buntung itu berseru sambil menutup pintu kembali dan berkelebat lenyap ke halaman belakang.
"Plak! Plak! Plok!"
Yang Kun menerima tiga kali tamparan lagi begitu Souw
Lian Cu telah lenyap dari depan pintu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bandot tua berotak cabul! Berani benar kau
mempergunakan kesempatan untuk meraba-raba pinggul dan
pahaku, yaa..," Berani benar kau...?"
"Eh! Gadis buntung itu datang kembali.,. !"
Yang Kun berpura-pura menoleh ke arah pintu dengan
kaget, sehingga tanpa berpikir panjang lagi gadis binal itu menyusup kembali ke dalam selimutnya.
Tapi setelah sekian lama dinanti, tak seorang yang muncul
di depan kamar, apalagi ketika diintipnya pemuda itu tampak tersenyum-senyum sendirian, yakinlah gadis itu bahwa sekali lagi ia telah dipermainkan orang.
"Plak! Plak!" Lagi lagi Yang Kun memperoleh hadiah tamparan. Cuma
kali ini tidak di atas pipi, tapi diatas dada dan bahunya.
"Pemuda cabul! Pemuda kurang ajar! Pemuda tidak tahu
aturan! Tidak sopan.....!" gadis itu mencecar dengan umpatan dan makiannya.
Yang Kun mengelak, lalu meloncat turun dari tempat
tidurnya. Bisa hancur badannya kalau dia tidak lekas-lekas menghentikan ulah gadis yang tidak tahu aturan itu.
"Berhenti! Enak saja kau menyakiti tubuhku. Lihat! Siapa
yang kurang ajar" Siapa yang tidak tahu aturan" Siapa yang tidak sopan?" Yang Kun berdesis marah. ".....kau atau aku?"
ternyata gadis itu tidak kalah gertak. Dengan ringan
tubuhnya yang indah itu mencelat ke hadapan Yang Kun. Lalu sambil bertolak pinggang telunjuk jari tangan kanannya
menuding-nuding muka pemuda dihadapannya. Bibirnya yang
mungil lancip itu berkicau tak henti-hentinya, sehingga Yang Kun yang sedianya mau marah itu justru tidak kebagian
tempat malah ! "Kurang ajar! Apa katamu" Kaubilang aku tidak tahu
aturan" Kaubilang aku tidak sopan santun" Begitu" Wah, jaga Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mulutmu! Jangan kau biarkan dia mengeluarkan kata-kata
yang menyakiti hatiku ! Salah-salah aku bisa sungguh
sungguh membunuh kamu nanti...."
"Hei, gadis tak......"
"Hah"!" Masih mau membantah" Apakah ingin kutampar
lagi mukamu yang jelek itu" Atau kupatahkan dulu lehermu
sehingga kau tidak dapat berkutik pula" Atau?"?"
"Kurang ajar! Gadis gi........."
"Apa" Kau masih saja memaki aku kurang ajar" Kapan aku
kurang ajar terhadap nenek moyangmu" Bukankah kau yang


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kurang ajar mengelus-elus pahaku " Kini mulutmu yang
berbau jengkol itu malah menuduhku yang bukan-bukan.
Minta ditampar lagi, yaaa......"
"Gadis tak tahu aturan......!"
"Tak tahu aturan...... hidungmu !! Kaulah yang tidak tahu
aturan sama sekali ! Ada seorang wanita mendapat kesukaran, kau justru malah menggoda dan menghinanya! Aturan mana
itu?" "Kau"..?" "Seharusnya kau sebagai laki-laki justru harus
menolongnya, tidak mengambil kesempatan untuk
menggerayangi malah?" Huh! Laki-laki apa itu" Enak yaa".
Pegang-pegang tubuh orang?"
"Aku?"." Yang Kun termangu-mangu seperti orang bisu.
"Apa lagi" Masih penasaran" Kurang ajar! Seharusnya
akulah yang masih penasaran atas kekurangajaranmu?"enak
saja mengelus pinggul orang!"
"Bukankah"..bukankah kau sendiri yang memulai?"?"
"Bandot tua bermulut lancang! Kau malah menuduhku yang
memulainya" Engkau menuduh aku yang mulai merayumu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Engkau".menuduh aku menggerayangi lebih dulu tubuhmu
yang berkeringat menjijikkan itu" Huh, pemuda yang tak
mengenal sopan santun! Pemuda yang tak tahu diri?"!"
dapat dibayangkan betapa mendongkolnya pemuda itu.
"Diam! Awas, kalau engkau tidak diam, aku akan berteriak
keras-keras sehingga semua orang akan datang ke tempat
ini!" akhirnya Yang Kun memuntahkan kekesalannya.
Benar juga! Gadis yang menggemaskan itu segera
menghentikan kicauannya dengan rasa gusar. Ancaman
tersebut benar-benar merisaukannya.
"Baiklah".baiklah! aku akan pergi dari sini. Terimakasih
atas bantuanmu." Gadis itu beranjak dari tempatnya, lalu
keluar meloloskan diri dari tempat tersebut.
Yang Kun menghempaskan dirinya ke tempat tidur kembali.
Kali ini benar-benar merasa mendongkol bukan main hatinya.
"Gadis cantik tapi tak punya aturan sama sekali"..!" geramnya agak keras.
Tapi bukan main terperanjatnya dia ketika dari jauh
terdengar suara lapat-lapat jawaban gadis itu dalam ilmu
mengirim suara dari tempat jauh (coan-im jib-bit).
"Memangnya kau tahu siapa aku" Aku adalah murid dari
seorang tua yang tak pernah memperdulikan segala macam
aturan di dunia ini. Orang kang-ouw menyebut diriku Put-sia Nio-cu (Perawan Yang Tak Tahu Adat)".!"
"Ooh"..lagi-lagi orang dari aliran Bing kauw!" Yang Kun
menghela napas. Demikianlah malam semakin larut dan pemuda itu segera
merebahkan diri pula di atas tempat tidurnya. Beberapa saat lamanya ia masih membayangkan bahwa baru saja tadi
disampingnya tergolek gadis cantik yang memeluk dirinya
dengan ketat. Kasur serta selimut yang dipakainya masih
terasa hangat. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Orang orang dari kalangan persilatan memang anehaneh......" pemuda itu membatin. "Gadis itu demikian
cantiknya.....tapi karena menjadi murid Put-ceng-li Lo-jin, wataknya menjadi aneh dan tidak mengenal sopan santun dan
adat-istiadat umum. Hmm, enak saja masuk ke kamar orang.
Naik ke tempat tidur dan memeluk laki-laki penghuninya
malah.....!! aturan dari mana itu?"
Pemuda itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Apalagi
ketika teringat bagaimana gadis itu tidak mau mengakui atau menyadari kesalahannya, tapi sebaliknya malah menjadi
marah dan menyalahkan orang lain. Sungguh amat sayang
sekali! Sementara Yang Kun sibuk dengan pikirannya ternyata di
pendapa depan kuil itu telah terjadi sesuatu pula yang tak kalah tegangnya. Tamu yang datang ternyata adalah tokoh-tokoh pimpinan Aliran Mo-kauw sendiri. Mereka terdiri dari orang tua berseragam hitam-hitam ringkas, tapi di luarnya
mereka menggunakan jubah hitam pula yang sangat tebal dan
lebar. Di belakang kedua orang itu mengiringkan seorang laki-laki berusia setengah baya, dengan seragam ringkas berwarna
coklat-coklat serta menutup pula dengan jubah lebar berwarna coklat tua. Sementara di belakangnya lagi berdiri tiga orang berseragam biru-biru, berjubah biru dan usianya juga lebih muda lagi.
Mereka berenam tampak terperanjat sekali ketika Toatbeng-jin dan Tong Ciak Cu-si keluar menemui mereka.
"Oh, Toat beng-jin dan Tong Cu-Si ada disini kiranya.."."
Salah seorang dari orang yang berjubah hitam itu menyapa.
"Hei ! Tumben benar saudara Bhong Kim Cu dan saudara
Leng Siau datang ke kuil kami yang sepi ini. Mari..... mari, silahkan duduk!" Toat-beng-jin yang agaknya telah mengenal mereka menyahut dan mempersilahkan mereka untuk duduk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih! Wah, kami hanya merepotkan tuan rumah
saja, malam malam berkunjung kemari......" orang yang dipanggil dengan nama Bhong Kim Cu itu berbasa-basi.
Seperti telah diketahui bahwa Aliran Mo ini muncul lebih
kurang dua atau tigaratus tahun sebelum cerita ini terjadi, yaitu sekitar 500 tahun sebelum Masehi. Adapun guru besar
mereka yang pertama adaIah Mo Ti, yang hidup antara tahun
490-403 sebelum Masehi. Dengan meminjam nama guru besar
mereka itulah para penganut aliran itu menamakan aliran
kepercayaan mereka dengan sebutan Mo kauw.
Biarpun antara kedua aliran itu, yaitu antara aliran Im
yang-kauw dan Aliran Mo kauw, sebenarnya boleh dikatakan
sejalan dalam ajaran ajarannya, tapi dalam praktek
penyebarannya ternyata terdapat perbedaan yang menyolok
di antara mereka. Kedua buah aliran kepercayaan ini sama sama
mengajarkan dan menuntun manusia ke arah kebahagiaan
dan kesempurnaan hidup manusia di alam semesta yang
maha luas ini. Hanya bedanya, kalau Aliran Im-yang-kauw
dalam praktek sehari-harinya banyak bergulat dengan dunia
mistik dan hal hal aneh yang sering terjadi di alam semesta, Aliran Mo kauw lebih bersifat kenyataan dan berdasarkan
logika-logika yang masuk akal.
"Eh, angin apakah kiranya yang meniup Lo-heng berdua
sampai kemari" Tentu bukan untuk mencari aku dan Tong Cu
si, bukan"..?" "Sebenarnya memang tidak.. Tapi dengan adanya Toat
beng-jin dan Tong Cu-si disini sungguh suatu kebetulan sekali bagi kami". Kami berdua dengan para murid ini tidak usah
jauh jauh pergi ke Gedung Pusat Im-yang-kauw untuk
menemui saudara berdua".." Bhong Kim Cu tersenyum.
"Maaf . . ada urusan apakah kiranya?" Tong Ciak ikut ambil suara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua tokoh Mo-kauw berjubah hitam itu saling
memandang satu sama lain, lalu seperti mendapatkan sebuah
aba-aba keduanya menghela napas bersama-sama. Yang
bernama Leng Siau yang sejak kedatangannya tadi belum
pernah mengeluarkan suara tampak beringsut maju.
"Jiwi Lo-heng (saudara berdua), sebenarnya urusan ini
adalah urusan yang sangat sepele. Tapi karena kami rasa
kalau tidak lekas lekas diselesaikan akan bisa berkembang
menjadi besar dan berlarut-larut, maka kami berdua terpaksa mewakili Mo cu (Ketua Aliran Mo) untuk menyelesaikannya."
orang she Leng itu berkata.
"ah, kami menjadi semakin tidak sabaran untuk
mendengarkannya. Leng Lo-heng, silahkan cepat cepat
mengatakannya kepada kami....!" Tong Ciak mendesak.
Kemudian jago Im yang kauw yang terkenal keras dan
pemarah ini melirik ke samping, di mana Souw Lian Cu
tampak berdiri di antara para penghuni kuil lainnya. Jangan jangan urusan itu adalah urusan yang menyangkut diri gadis buntung itu, pikirnya.
Sementara itu Souw Lian Cu masih tetap berdiri tenang di
tempatnya. Tadi begitu melihat bahwa yang datang bukan
Pek-i Liong-ong sendiri, hatinya sudah menjadi tenang dan
tidak merasa tegang lagi. Meskipun begitu karena yang datang itu ternyata juga bukan tokoh rendahan, maka gadis itu tetap berminat untuk menyaksikan apa yang bakal terjadi.
"Karena kurangnya pengertian dan kurangnya mereka
mendalami ajaran agama yang diperolehnya, maka banyak di
antara para pengikut kami bentrok dan berselisih dengan para pengikut dari aliran lain. Perselisihan itu terutama sering terjadi antara para pengikut kami dengan para penganut
Aliran Bing kauw. Hanya kadang-kala saja sering juga kami
dengar persengketaan mereka dengan para pengikut Im-yang
kauw....." Leng Siau memulai ceritanya. Matanya yang berkilat tajam sebagai tanda bahwa lwee-kangnya benar-benar sangat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tinggi tampak beredar mengawasi pihak tuan rumah. Lalu
setelah beberapa kali mengedarkan pandangannya, tokoh
sakti dari Aliran Mo-kauw tersebut meneruskan penuturannya.
"Perselisihan-perselisihan seperti itu terang tidak baik dan sangat bertentangan dengan ajaran-ajaran yang kita
kumandangkan selama ini ...... Oleh sebab itulah pihak kami selalu menahan diri dan berusaha mengalah sebisa-bisanya.
Beberapa kali orang Bing-kauw selalu membuat gara gara,
dan. .. beberapa kali pula kami selalu menghindar dan
mengalah, sehingga biarpun sering bentrok tetapi semua itu hanya terbatas pada perselisihan-perselisihan yang kecil dan ringan saja. Tak pernah perselisihan itu menjadi berlarut larut, apalagi sampai terjadi korban. Tapi........" sekali lagi Leng Siau menghentikan perkataannya, matanya dengan tenang
menatap Tong Ciak dan Toat beng-jin lekat-lekat. Beberapa
saat lamanya dia berdiam diri sehingga Tong Ciak menjadi
semakin tidak sabar menunggunya.
"Tapi.... bagaimana, Leng Loheng?" desaknya. Leng Siau mengalihkan pandangannya ke atas ke arah langit langit
pendapa yang tinggi dan terbuat dari kayu pilihan itu, seolah-olah ia ingin mencari pegangan untuk mengeluarkan isi
hatinya. "Maaf! Mungkin ji-wi Lo-heng benar-benar belum
mengetahui peristiwanya...." tokoh Mo kauw itu lekas-lekas menambahkan melihat kekagetan tuan rumah.
"Leng Lo-heng, jangan berbelit belit lagi ! Lekas katakan, apa yang mengejutkan kaljan itu!" Toat-beng-jin yang
biasanya sangat tenang itu menjadi tegang pula.
"Ji wi Loheng....., silahkan duduk dan menenangkan hati dahulu agar kita tidak menjadi saling bersalah paham nanti.
Tentu akan lo-hu ceritakan peristiwa yang sangat melukai
perasaan kami itu. Tapi marilah kita bicarakan secara
perlahan-lahan !" Bhong Kim Cu ikut menenangkan hati kedua tokoh Im yang-kauw tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ahh"..!" Akhirnya kedua tokoh Im-yang-kauw itu duduk pula
kembali dengan menghela napas berat, ketenangan yang
diperlihatkan oleh kedua orang tamunya itu bagai air dingin yang menyejukkan hati mereka, sehingga ketegangan yang
menggantung di dada mereka seperti larut pula karenanya.
"Nah, silahkan Bhong Lo-heng dan Leng Loheng
menceritakannya kepada kami......!" Toat-beng jin menatap penuh perhatian.
"Baiklah! Kami akan bercerita....." Bhong Kim Cu
mengangguk. Kemudian berceriteralah kedua tokoh Mo-kauw itu
bergantian. Mereka saling melengkapi keterangan temannya,
sehingga cerita yang mereka paparkan menjadi semakin
lengkap dan jelas. Begitu pandainya mereka bercerita
sehingga Tong Ciak yang biasanya selalu mengumbar
perasaan, kali ini tampak diam saja terpaku di tempatnya.
Sejak munculnya aliran kepercayaan Mo-kauw di Tiongkok
pada abad kelima sebelum Masehi hingga sekarang, para
pengikut dan penganut aliran ini belum pernah bersatu dalam suatu wadah atau organisasi yang teratur. Orang-orang
mereka yang berjumlah jutaan dan tersebar di seluruh daerah Tiongkok itu masing masing berdiri sendiri-sendiri dalam
melakukan kegiatannya. Hanya di beberapa tempat saja
terbentuk perkumpulan-perkumpulan, itupun hanya sebuah
perkumpulan kecil yang didirikan oleh satu dua orang
penganut yang sedikit punya pengaruh diantara temantemannya. Dan diantara masing-masing perkumpulan kecil
tersebut juga tidak ada hubungan pula satu sama lain,
masing-masing berdiri sendiri.
Dan diantara perkumpulan-perkumpulan kecil itu yang
paling terkenal dan punya anggota banyak adalah Liong-Ipang (Perkumpulan Jubah Naga) pimpinan Ouwyang Kwan Ek,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
murid kedua mendiang Bu-eng Sin-yok-ong. Oleh karena itu
tidaklah mengherankan ketika beberapa tahun yang lalu
diadakan pertemuan besar para penganut Mo-kauw di seluruh
negeri. Tokoh-tokoh Liong-I-pang banyak yang dipilih sebagai tenaga pengurus dalam persatuan yang mereka bentuk. Ketua
Liong-i pang Ouwyang Kwan Ek yang bergelar Pek-i Liong-ong malah terpilih sebagai Mo cu (Ketua Aliran Mo-kauw) yang
pertama. Sedang kedua murid utamanya, Bhong Kim Cu dan
Leng Siau, diangkat sebagai Siang-Shih-kauw (Sepasang
Utusan Agama) yaitu orang yang bertanggung jawab untuk
menyebarluaskan pengaruh aliran kepercayaan Mo-kauw di
dalam masyarakat. Demikianlah, bertahun-tahun mereka hidup dengan aman
dan damai. Biarpun sering berselisih dengan aliran lain, tapi perselisihan itu bukan perselisihan yang berarti. Semuanya dapat mereka atasi dengan musyawarah. Belum pernah
sekalipun persengketaan yang telah terjadi itu sampai
menimbulkan korban benda ataupun manusia.
Tapi peristiwa yang terjadi di pusat perkumpulan mereka
beberapa hari yang lalu justru benar-benar diluar dugaan
mereka. Sekelompok pendatang yang mengaku dari Kuil Bukit
Delapan Dewa, yaitu kuil dari penganut aliran Im-yang-kauw telah membuat keributan dan keonaran yang sangat melukai
hati mereka. Padahal saat itu di pusat perkumpulan mereka
sedang dalam keadaan kosong. Artinya Pek-I Liong-ong dan
semua orang wakilnya sedang pergi meninggalkan Gedung
perkumpulan mereka. Yang ada di gedung mereka hanyalah
para anggota dan pengurus harian, yang kepandaiannya
masih sangat rendah, sehingga tidak ada yang mampu
menghadapi para pendatang tersebut.
Kelompok pendatang tadi masuk ke gedung dengan paksa,
membunuh belasan penjaga yang ada di sana dan merusak
bangunan yang mereka cintai dan mereka hormati! Tidak
hanya itu saja. Ada yang sangat melukai hati dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memerahkan telinga mereka. Orang-orang itu menurunkan
papan nama yang mereka pasang di halaman depan dan
menghancurkannya. Kemudian yang paling brutal adalah
pengrusakan yang mereka lakukan terhadap ruang
sembahyang, di mana abu cikal-bakal pendiri aliran Mo-kauw disimpan !
"Nah, begitulah ceriteranya....." kedua tokoh Mo kauw tersebut mengakhiri penuturannya. Tak ada sedikitpun tanda-tanda kemarahan yang masih membekas di wajah mereka
berkenaan dengan peristiwa memalukan yang menimpa
perkumpulan mereka tersebut. Pembawaan mereka tetap
sabar tenang, benar-benar seperti sedang menghadapi sebuah masalah yang ringan dan sepele saja.
Tapi kesan seperti itu justru amat mendebarkan bagi jagojago tingkat atas seperti Toat-beng jin dan Tong Ciak !
Karena hanya orang-orang yang sudah betul betul dapat
dikatakan mencapai kesempurnaan saja yang bisa bersikap
seperti itu. Kalau misalnya peristiwa serupa menimpa Imyang-kauw, mungkin mereka sudah tidak tahan lagi, terutama Tong Ciak Cu-si.
"Oleh karena itu ji-wi Lo heng tentu sudah bisa
memakluminya sekarang, kenapa malam-malam begini kami
terpaksa datang merepotkan Kuil Delapan Dewa ini..... Kami hanya ingin meminta keterangan dari pemimpin kuil di sini, saudara Han Su Sing dan Hu Ki, yang memimpin para
pendatang dan perusak gedung perkumpulan kami itu !" Leng Siauw mengakhiri ucapannya dengan tandas dan tegas.
"Hei "!" Apa"! Aku?"?" tiba-tiba Ciong Hu Ki yang duduk
di belakang Toat beng-jin mencelat berdiri. "Heh, pembohong!
Enak saja menuduh orang! Kapan aku dan Han suheng pergi
ke sana?" Lalu dengan wajah tak percaya ia menghadap ke arah Toat-beng-jin dan Tong Ciak Cu-si. "Lo-jin-ong... Tong Cu-si ! lni .... ini bagaimana " Ini... terang fitnah! Aku dan Han-suheng tak". tak pernah meninggalkan kuil kita ini,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apalagi sampai ke gedung perkumpulan Mo-kauw yang jauh
itu. Lo-jin-ong dapat bertanya kepada semua penghuni kuil
ini." Leng Siau dan Bhong Kim Cu saling memandang dan
mengerutkan keningnya. "Ah, maaf..... kami belum mengenal saudara. Bolehkah
kami mengetahui gelar saudara ?" Bhong Kim Cu bertanya.
"Dialah salah seorang yang namanya telah Loheng
sebutkan tadi." Tong Ciak menyahut.
"Oh! Siapa. . ?"
"Ciong Hu Ki! Wakil pimpinan kuil Delapan Dewa ini."
"Ohhh.....!" kedua tokoh Mo-kauw itu membuang napas
hampir berbareng. Mata mereka yang bersorot tajam itu
tampak berkilat sekejap, membuat hati Toat-beng-jin dan


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tong Ciak kembali bergetar.
Bhong Kim Cu tampak menggeser duduknya, lalu menoleh
ke belakang, kearah para pengikutnya yang sedari tadi hanya berdiam diri saja di tempat masing-masing.
"Coba katakan, Hwa Siu! Saudara inikah yang dahulu
memimpin para pendatang itu ?" Salah seorang pengikutnya
yang berjubah hijau tampak berdiri dari kursinya. Dengan
suara ragu ia menjawab pertanyaan Bhong Kim Cu tadi.
"Maafkan siauw-te, Bhong Tai-shih (Utusan Bhong).
Peristiwa itu terjadi pada waktu tengah malam, sehingga kami tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas. Tapi perawakan
salah seorang dari mereka memang tinggi kurus seperti
saudara ini.....cuma pada saat itu pakaian yang dipakai tidak kelabu seperti ini, tetapi putih bersih dan mengkilap seperti sutera."
"Tinggi kurus berpakaian sutera putih bersih...." tanpa
terasa Toat beng-jin bergumam. Begitu juga dengan Tong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ciak. Keduanya segera teringat penuturan anak buahnya yang dilukai orang dilereng bukit siang tadi.
"Maaf, Lo-heng mengatakan apa?" Bhong Kim Cu yang
tidak begitu jelas mendengar perkataan yang digumamkan
oleh Toat-beng-jin itu menegas.
Orang tua itu tidak segera menjawab, sebaliknya ia malah
bertanya kepada tamunya. "Bhong Lo-heng, apakah pimpinan para pendatang yang
mengaku sebagai Han Su Sing dan Ciong Hu Ki itu yang satu
mempunyai bentuk tubuh tinggi kurus seperti dia......" Toat-beng-jin memandang ke arah Ciong Hu Ki. ".....dan yang lain tinggi besar berbulu lebat pada tangan dan mukanya ?"
"Benar".".!" Bhong Kim Cu mengangguk. Lalu matanya melirik ke arah rombongan tuan rumah yang tersebar di dalam pendapa itu, tapi tak dilihatnya seorang bertubuh tinggi besar berbulu lebat di antara mereka. "Ah! Mengapa kami tak
melihat saudara Han Su Sing disini" Apakah ia sedang pergi?"
Toat-beng-jin menarik napas dalam dalam. "Bhong Loheng... Leng Lo-heng, saudara berdua sungguh bijaksana
sekali dalam mengurus persoalan ini. Meskipun dada saudara hampir terbakar oleh kemarahan, tapi saudara berdua tak
pernah mengungkapkannya di hadapan kami, sehingga kami
menjadi kagum dan malu terhadap saudara." Tokoh Mo kauw itu menatap Toat beng-jin dengan dahi berkerut, sedikitpun tak tahu apa yang dimaksudkan jago Im-yang-kauw dengan
kata pujian itu. "Apakah maksud Lo-heng?" tanyanya pelan.
Toat-beng-jin bangkit dari kursinya, lalu diikuti oleh Tong Ciak dan yang lain-lain.
"Marilah Bhong Lo-heng dan Leng Lo-heng. Mari kita lihat
saudara Han Su Sing! Dia ada di ruangan samping." Ajak
orang itu kepada tamunya. "Marilah! Bukankah ji-wi ingin
bertemu dengan dia?" katanya lagi begitu melihat tamunya
masih ragu-ragu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Biarlah kami berada disini saja." Leng Siau mewakili
teman-temannya. "Kalau saudara Han Su Sing merasa
keberatan untuk menemui kami, biarlah kami tak usah
menemuinya. Dengan adanya ji-wi disini kukira sudah lebih
dari cukup bagi kami."
Agaknya Toat-beng-jin melihat keragu-raguan dan
kecurigaan tamunya, dan hal itu tentu saja dapat ia maklumi.
Oleh karena itu ia menoleh ke arah Tong Ciak yang berdiri di sampingnya. Dan ketika pengurus agama itu menganggukkan
kepalanya, diapun segera duduk kembali di tempatnya.
"Ciong Hu Ki! Ajaklah beberapa orang kawanmu untuk
membawa Han Su Sing kemari!" perintahnya kepada wakil
kepala kuil itu. "Lo-jin-ong"!" Ja-jangan.....!" orang itu menjadi pucat
mukanya. "Lo-heng, sudahlah...! tak usah repot....." Leng Siau
menjura. Tapi Toat beng jin tetap menyuruh Ciong Hu Ki pergi
mengambil Han Su Sing. "Bhong Lo heng! Leng Lo heng! Biarlah! Masalah ini bukan masalah kecil. Masalah yang terjadi ini kalau tidak kita
selesaikan sampai jernih tentu akan menjadi berlarut-larut.
Karena ji-wi Lo-heng tidak mau kubawa ke ruangan samping,
biarlah kami saja yang membawanya ke pendapa ini. Akan aku tunjukkan kepada saudara berdua kejanggalan-kejanggalan
yang terjadi dalam peristiwa ini."
"Kejanggalan....." Jadi maksud Lo-heng ada orang lain
yang......?" Bhong Kim Cu tidak melanjutkan perkataannya.
"Begitulah!" Toat-beng-jin mengangguk.
Lalu sambil menanti Ciong Hu Ki yang pergi mengambil Han
Su Sing, orang tua itu bercerita tentang peristiwa yang baru saja menimpa anak buah kuil Delapan Dewa di siang hari tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagaimana dua orang asing yang bertubuh tinggi kurus
berbaju putih serta kawannya yang tinggi besar berbulu lebat telah menganiaya dan membunuh tiga orang anggota Im-yang-kauw.
"Kedua orang itu mengaku sebagai penganut aliran Bing
kauw! Tapi kukira pengakuan mereka itupun juga tidak benar.
Mereka tentu berbohong. Tampaknya mereka itu sengaja ingin mengadu domba kita." Toat-beng-jin menutup ceritanya. "Nah sekarang akan saya buktikan bahwa para pendatang yang
merusak gedung Mo-kauw itu telah berbohong pula....."
"Lo-jin-ong.....!" tiba-tiba dari ruang dalam terdengar suara Ciong Hu Ki.
"Nah.....Han Su Sing telah tiba!" Toat-beng-jin menoleh ke arah pintu.
Tapi orang-orang Mo-kauw yang berada di pendapa itu
menjadi terkejut bukan main ketika melihat yang keluar dari pintu dalam tersebut ternyata bukanlah orang besar berbulu lebat, tetapi.....sebuah peti mati besar yang digotong oleh Ciong Hu Ki dan kawan-kawannya!
Peti mati itu oleh Ciong Hu Ki diletakkan di tengah-tengah pendapa, persis di depan meja tamu. Kemudian tutupnya ia
buka sehingga mayat Han Su Sing yang gemuk pendek itu
terlihat jelas oleh semua orang yang hadir.
"Toat-beng-jin Lo-heng! Permainan apakah yang
kaupertunjukkan di hadapan kami ini...?" Bhong Kim Cu dan
Leng Siau cepat berdiri dengan kening berkerut. Matanya
melirik ke sekitarnya dengan rasa curiga.
"Leng Lo-heng! Bhong Lo-heng! Lihatlah! Mayat yang
berada di depan kita ini adalah Han Su Sing, ketua kuil
Delapan Dewa. Biarpun gemuk dan besar tetapi tubuhnya
sangat pendek serta tidak berbulu.......! Nah, bukankah orang yang datang serta merusak gedung Mo-kauw itu hanya
berbohong dan mengaku-aku saja?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hmh!" kedua tokoh Mo-kauw itu menggeram berbareng.
Sepasang mata mereka yang berkilat-kilat itu masih tampak
curiga dan tidak percaya pada keterangan lawannya. Mereka
bercuriga jangan-jangan pihak tuan rumah Cuma sedang
memasang sebuah siasat saja.
Sekali lagi Toat beng jin seperti dapat menebak apa yang
sedang dipikirkan oleh tamunya. Maka dengan lantang iapun
berdiri di depan mereka. "Bhong Lo-heng! Leng Lo-heng! Sebenarnya aku tidak ingin
memperlihatkan mayat orang kami ini. Karena seperti juga
yang terjadi di gedung perkumpulan kalian, di tempat kami
sendiripun telah terjadi musibah yang amat memalukan kami
pula. Tapi karena kami ingin lekas-lekas menjernihkan
masalah ini agar tidak semakin menambah beban kami, maka
kami memaksa diri untuk memperlihatkan mayat ini kepada ji-wi. Kami berharap dengan menunjukkan mayat Han Su Sing
ini, kalian akan segera memaklumi bahwa kalian telah tertipu oleh orang yang menyamar sebagai orang-orang kami."
Leng Siau melangkah ke depan mendekati peti mati. Tanpa
meninggalkan kewaspadaan dia membungkuk dan mengamatamati mayat yang berada di dalam peti.
"Hm, benarkah orang ini yang bernama Han Su Sing?" ia
menegaskan. Kecurigaan dan ketidakpercayaan tamunya itu benar-benar
memanaskan perut Tong Ciak. Tanpa menghiraukan isyarat
yang diberikan oleh Toat-beng jin, tokoh Im-yang-kauw yang bertubuh pendek kekar itu telah meloncat maju.
"Maaf Leng Lo heng".." katanya dengan muka kemerahan.
"Mengapa kami mesti berbohong " Apakah Im yang kauw
sudah sedemikian lemahnya sehingga tokoh-tokohnya telah
berubah menjadi penakut dan pengecut yang tidak berani
beradu dada dengan orang lain?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kauw Cu-si dari Im-yang-kauw itu menghentikan katakatanya sebentar untuk mengambil napas. Ternyata hatinya
yang tersinggung itu telah mulai membara dan menyesakkan
dadanya, sehingga rasanya terlalu sukar untuk mengeluarkan isi yang terkandung di dalamnya.
"Semuanya ini kami lakukan di hadapan Lo-heng, karena
kami sangat menghargai dan mengagumi cara-cara Lo-heng
dalam menangani masalah yang menimpa perkumpulan Loheng itu. Biarpun dari rumah ji-wi Lo-heng telah membawa
bara api kemarahan di dalam dada, tapi sejak menginjakkan
kaki di kuil kami, ji-wi Lo-heng selalu bersikap tenang dan sabar. Sedikitpun ji-wi Lo-heng tidak pernah memercikkan
bara-bara api itu ke dada kami, yang akan membuat kami ikut terbakar pula..... jadi apa yang kami lakukan ini benar-benar bersih. Tapi bila hal yang seperti ini masih Lo-heng anggap tidak benar.....yah apa boleh buat! Tong Ciak bukanlah
seorang pengecut yang mudah dihina!"
"Ahh..... Tong Cu-Si, harap bersabar dahulu!" dengan
gugup Bhong Kim Cu mencelat pula ke depan, berdiri di antara Leng Siau dan Tong Ciak. "Maafkanlah Leng-sute! Dia tidak
bermaksud menghina siapapun juga. Dengarlah! Kami semua
memang belum pernah melihat ataupun mengenal saudara
Han Su Sing, maka sudah sewajarnya kalau kami bercuriga
dalam hal ini. Coba, kalau hal seperti ini terjadi pula pada Tong Cu-si, kukira Tong Cu si juga tidak akan percaya begitu saja terhadap omongan kami."
Toat beng jin menyentuh tangan Tong Cu-si dari belakang.
"Tong- hiante, kata kata yang diucapkan oleh Bhong Lo-heng itu benar belaka".." bisiknya perlahan.
"Benar, saudara Tong..... maafkanlah aku. Aku tidak
bermaksud untuk menuduh atau menghina siapapun juga. Aku
hanya benar-benar ingin memastikan apakah mayat yang
berada di dalam peti mati itu sungguh-sungguh mayat dari
saudara Su Sing. Sebab kami memang benar-benar belum
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pernah melihat ataupun mengenal orang itu sebelumnya."
Leng Siaupun ikut menjura kepada Tong Ciak. Sikapnya tidak berubah, tetap tenang dan tegas seperti semula. Sedikitpun juga tidak tampak terpengaruh oleh kemarahan Tong Ciak Cu-si! Sikapnya benar-benar sikap seorang pendekar yang telah begitu yakin terhadap dirinya. Sehingga untuk yang ketiga
kalinya perasaan Toat-beng-jin menjadi tergetar karenanya.
"Kedua orang ini adalah orang ke dua setelah Pek i Liong
ong dalam urusan tingkat jabatan Mo-kauw, tentu saja
kesaktiannya tidak boleh dipandang ringan. Tentu saja mereka merupakan pasang lawan yang sangat berat bagi Im-yang-kauw apabila mereka sampai berselisih jalan." orang tua itu berpikir di daIam hati.
Akhirnya Tong Ciak mau juga duduk kembali, mereka lalu
meneruskan kembali pembicaraan yang hampir saja membuat
mereka bentrok satu sama lain itu. Dan Toat beng jin bercerita pula tentang peristiwa yang sedang dihadapi Im yang-kauw
saat ini, Toat beng jin juga mengatakan kecurigaankecurigaannya tentang dua orang yang mengaku sebagai Han
Su Sing dan Ciong Hu Ki tersebut.
"Aku percaya bahwa yang menyamar sebagai Han Su Sing
dan Ciong Hu Ki itu tentulah orang yang telah menyaru pula sebagai orang Bing kauw membunuh orang-orang kami."
Toat-beng-jin mengeluarkan pendapatnya.
"Tapi, .. apa maksudnya mereka mengadu domba kita"
Sebelum terjadi perusakan terhadap gedung perkumpulan
kami, Mo cu kami juga telah bentrok dengan orang-orang
Bing-kauw yang dibantu oleh seorang gadis buntung......"
Bhong Kim Cu berkata pula.
"Hmm, agaknya memang benar apa yang diduga oleh Toat
beng Jin Lo-heng tadi. Kejadian-kejadian beruntun yang
menimpa Mo-kauw dan Im yang-kauw dalam beberapa hari ini
rasanya memang sangat aneh. Kelihatannya peristiwaperistiwa itu memang berkaitan satu sama lain dan agaknya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga dikendalikan oleh orang yang sama pula. Agaknya ada
orang yang menginginkan terjadinya pertumpahan darah
antara Mo-kauw, Bing kauw dan Im-yang kauw!" Leng Siau
ikut mengutarakan pendapatnya pula.
"Lalu..... siapakah orang itu?" Tong Ciak bergumam.
"Itulah yang harus kita selidiki dan kita cari bersamasama,..!" Toat beng-jin menjawab dengan tersenyum.
"Betul! Kunci dari masalah adu domba ini hanya terletak pada orang berbaju putih dan orang berperawakan tinggi
besar berbulu lebat. Oleh karena itu". Asal kita bisa
meringkus kedua orang misterius itu, semuanya akan menjadi beres." Leng Siau melanjutkan.
"Dan".. kita akan segera mengetahui, apa yang menjadi
latar belakangnya sehingga tiga buah aliran itu mereka adu domba." Bhong Kim Cu mengangguk-angguk.
Sementara itu Souw Lian Cu yang berdiri di antara para
penghuni kuil lainnya, tampak sedikit gelisah ketika namanya disebut sebut dalam pembicaraan itu. Untunglah tidak
seorangpun diantara para tamu tersebut yang
memperhatikannya. Dan agaknya Toat beng-jin, Tong Ciak dan orang-orang
Im-yang kauw lainnya juga tidak mau repot-repot mengatakan tentang beradanya gadis buntung tersebut di kuil mereka.
Mungkin mereka tidak ingin memperburuk lagi suasana yang
telah menjadi baik itu. Demikianlah, pertemuan malam itu diakhiri dengan
pulangnya para tokoh Mo-kauw dari kuil Delapan Dewa
tersebut, dengan suatu tugas bersama untuk mencari
keterangan, siapakah sebenarnya kedua orang yang
menyamar sebagai Han Su Sing dan Ciong Hu Ki itu.
Udara malam terasa semakin dingin menyentuh kulit. Angin
malam yang bertiup Iemah itu juga terasa lembab, sehingga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tanaman yang memenuhi halaman tengah kuil itu tampak
mengkilap basah ditimpa sinar bulan yang condong ke barat.
Ujung-ujung daun yang bergantungan itu terasa menggigilkan ketika menyentuh wajah dan lengan.
Toat beng-jin dan Tong Ciak tampak berjalan perlahan,
menerobos pohon-pohon bunga yang tumbuh lebat di
halaman tersebut. Di belakang mereka tampak Souw Lian Cu
mengikuti dengan kepala tertunduk. Beberapa kali mereka
harus menunduk atau menyingkirkan ranting pohon yang
menghalangi jalan mereka.
"Nona Souw....." Toat-beng-jin yang berjalan paling depan membuka suara.
"Yaa" Locianpwe memanggil saya?" gadis buntung itu
mengangkat mukanya. "Nona Souw. maaf.... bolehkah kami bertanya sesuatu
kepadamu?" "Tentu saja ! Mengapa locianpwe masih.....menaruh
sungkan pula kepadaku?"
"Ah, bukan begitu nona Souw...... Soalnya kami sebenarnya tidak ingin mencampuri urusan pribadi nona. Seperti juga
telah nona ketahui, sampai saat ini kami tak pernah bertanya siapa sebenarnya nona ini. Dari mana, murid siapa...atau
puteri siapa" Dan sampai sekarangpun kami tetap tidak peduli
! Nona membutuhkan pertolongan kami..... dan karena kami
merasa mampu menolong maka kamipun segera memberi
pertolongan. Itu saja !" orang tua itu berkata tegas. "Tetapi
... kali ini kami terpaksa mau bertanya sedikit kepada nona....
Sebab hal yang akan kami tanyakan kepada nona ini agaknya
mempunyai sangkut paut pula dengan masalah penting yang
sedang kami hadapi."
Souw Lian Cu menghentikan langkahnya, sehingga
otomatis Toat-beng jin dan Tong Ciak turut berhenti pula.
Mereka berdiri berhadapan dibawah pohon cemara yang besar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan berdaun rimbun. Meskipun demikian karena bulan
bersinar dengan amat terangnya, maka ketiga-tiganya dapat
saling memandang dengan jelas sekali.
"Locianpwe, apakah"..apakah yang ingin locianpwe
tanyakan?" gadis itu menatap orang tua itu dengan wajah
tegang. Toat-beng-jin menarik napas dalam-dalam, seolah-olah
ingin mengambil ancang-ancang untuk mengeluarkan isi
hatinya. Lalu sambil menatap gadis cantik yang berada di
depannya, ia mengatakan apa yang ingin diketahuinya.
"Nona Souw, ketika Put gi ho dan Put-chih to membawamu kemari, mereka mengatakan bahwa nona terluka oleh pukulan
Pek-i Liong ong. Kedua orang Bing kauw itu mengatakan
bahwa nona membantu mereka ketika terjadi pertempuran
antara mereka dengan para pengikut Mo-kauw. Sekarang
yang ingin kami ketahui ialah. ... apakah nona mengetahui
sebab sebab dari perselisihan mereka itu" Maaf, aku
mengajukan pertanyaan ini karena kami curiga, jangan-jangan penyebab dari perselisihan mereka juga karena ulah dua
orang yang menyaru sebagai Han Su Sing dan Ciong Hu Ki
itu!" Souw Lian Cu menundukkan kepalanya kembali, sehingga


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gumpalan rambut yang gemuk hitam diatas kening jatuh
menutupi dahinya yang licin. Sepasang matanya yang bulat
lebar itu tampak mengejap-ngejap, mengakibatkan bulu mata
yang lentik itu kelihatan bergetar dalam gemilang sinar bulan.
"Entahlah, locianpwe". Sesungguhnya aku memang belum
pernah mengenal masing-masing dari mereka. Hanya karena
aku kasihan melihat orang-orang itu dikeroyok oleh banyak
orang, maka aku berusaha menolong mereka. Ternyata lawan
mereka adalah orang-orang Mo-kauw, sehingga saya terpaksa
berhadapan dengan ketuanya. Untunglah saya".eh,
sebentar?"saya ingat sesuatu! Betul! Sebelum saya pingsan, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
salah seorang dari orang Bing kauw yang kutolong tersebut
sempat menyebut tentang dua orang".."
"Apa".apa katanya?" Tong Ciak menegasi.
"Nona Souw, apa yang dikatakannya.....?" Toat beng-jin
menjadi tegang pula. "Mereka seperti menyebut tentang dua orang misterius
yang berusaha menculik isteri Kauwcu (Ketua Agama)
mereka".." "Dan dua orang itu bertubuh tinggi kurus berbaju putih dan tinggi besar berbulu lebat?" Toat beng-jin mendesak.
Souw Lian Cu menggeleng. "Mereka tidak
menjelaskannya"."
"Ah".aku yakin, tentu orang itu pula!" Tong Ciak
menggeram. "Mungkin juga?"!" Toat beng-jin mengangguk.
"Baiklah, kita selidiki nanti!" Ketiga orang itu lalu
melangkah kembali ke belakang menuju kamar masing-masing
untuk beristirahat. Sebelum berpisah Toat-beng-jin berpesan kepada Souw Lian Cu.
"Nona, lukamu masih membutuhkan satu kali pengobatan
lagi. Padahal sebelum terang tanah aku dan Tong Cu-si harus berangkat pulang ke Gedung Pusat. Hmm, bagaimana kalau
engkau turut kami kesana" Setelah melaporkan semua
kejadian ini ke sidang agama nanti, aku dan Tong Cu-si
bermaksud akan menyelesaikan pengobatan itu."
Gadis itu tampak ragu ragu sebentar. "Terima kasih,
locianpwe. Ji-wi locianpwe sangat sibuk sekarang. Maka saya tak berani mengganggu pula lagi. Biarlah saya".."
"Eeee,.. nanti dulu! Jangan tergesa-gesa mengambil
keputusan. Dengarlah, nona! Kami berdua sebenarnya telah
mengambil keputusan untuk membawa nona tadi. Sebab kami
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetap akan merasa penasaran sebelum dapat mengobati nona
sampai sembuh betul. Tapi keinginan kami itu tentu saja tak dapat dilaksanakan begitu saja tanpa mendapatkan
persetujuan dari nona sendiri. Oleh sebab itulah kami
menanyakan pendapatmu tadi."
Ketika Souw Lian Cu masih tampak sungkan untuk
menjawab, biarpun dalam hati sudah tidak mempunyai
keberatan lagi, Toat beng-jin segera menepuk bahunya.
"Sudahlah! Besok pagi kita berangkat bersama-sama!
Sekarang beristirahatlah!"
Gadis itu mengangguk, Ialu pergi meninggalkan tempat itu.
Sebelum menaiki tangga, lebih dahulu matanya mengamati
keadaan di sekitarnya. Semua pintu telah tertutup, kecuali pintu kamar Yang Kun. Agaknya pemuda itu belum tidur pula.
Pintu tersebut tampak bergoyang-goyang hampir tertutup
ketika angin bertiup sedikit keras.
Dengan cepat Souw Lian Cu berjalan melewati pintu
tersebut. Sekejap ia menoleh ke dalam. Tampak pemuda itu
melingkar memeluk bantal di pembaringannya. Mukanya yang
tampan itu keIihatan tersenyum-senyum menghadap ke arah
pintu sehingga sepintas lalu seperti mengajak senyum
padanya. "Hmm, tanggal lima bulan depan tinggal berapa pekan Iagi
! Awas, akan kuberi hajaran di Meng-to nanti !" gadis itu
menggigit bibir dengan gemas.
Sesungguhnyalah, Yang Kun memang belum tidur sama
sekali. Bayangan gadis cantik yang baru saja memeluk dirinya masih selalu menggoda pikirannya. Oleh karena itu ia masih mendengar pula ketika Souw Lian Cu melewati kamarnya.
Ketika terdengar suara ayam berkokok pertama kalinya,
Toat-beng jin dan Tong Ciak telah mengajak kedua orang
muda-mudi itu berangkat. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh, mengapa Yang hiante belum juga kelihatan?" Toatbeng-jin yang telah siap untuk berangkat itu bertanya heran.
"Lo jin-ong, bukankah kita kemarin belum memberitahukan
rencana keberangkatan kita kepadanya" Wah, benar .. !" Tong Ciak berseru, kemudian dengan tergesa-gesa melangkah ke
kamar Yang Kun. "Yang-hiante! Kau sudah bangun......?"
"Oh! Tong Locianpwe mau pergi ke mana ?" Yang Kun bergegas membuka pintunya yang tidak terkunci, lalu dengan heran pemuda itu memandang kepada Tong Ciak, Toat bengjin dan Souw Lian Cu yang telah bersiap-siap di depan
kamarnya. Masing-masing tampak menjinjing buntalan
mereka. "Yang-hiante. Kami lupa memberitahukan kepadamu
kemarin, bahwa kami ingin membawa engkau beserta kami ke
Gedung Pusat pagi ini. Ada sesuatu hal yang harus kami
laporkan kepada Dewan Penasehat Agama dan Tai-si ong
dengan segera. Padahal kami belum selesai mengobatimu.
Oleh karena itu lo-hu dan Lo-jin-ong memutuskan untuk
mengajak engkau saja ke sana pagi ini. Nanti setelah segala urusan itu sudah selesai, kami berdua dengan mudah mau
menyelesaikan pengobatan yang belum rampung tersebut.
Bagaimana".?" Tong Ciak mengutarakan maksudnya.
"Kami berdua belum merasa puas bila belum dapat
menyembuhkan luka dalammu itu. Kami baru akan
mengijinkan kau pergi apabila luka itu telah lenyap dari
tubuhmu." Toat-beng-jin ikut menekankan.
"Baik, locianpwe"." Yang Kun mengangguk setelah lebih
dahulu melirik kearah gadis bunting yang sangat menarik
hatinya itu. Tapi Souw Lian Cu dengan tak acuh memalingkan mukanya
ke halaman, kearah Ciong Hu Kid an anak buahnya yang juga
telah bersiap-siap untuk melepas keberangkatan mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, kalau begitu lekaslah engkau bersiap!" Tong Ciak
berkata. Kemudian dengan diantar oleh Ciong Hu Ki sampai di pintu
gerbang rombongan kecil tersebut berangkat menuruni bukit, menuju kearah dusun di pinggir sungai yang terlihat oleh Yang Kun kemarin.
Demikianlah, dengan sisa-sisa sinar bulan yang masih
bergantung di puncak-puncak pohon, rombongan kecil yang
terdiri dari empat orang berkepandaian tinggi itu turun dengan hati-hati kearah lembah. Mereka bermaksud mengitari jajaran kelompok Bukit Delapan Dewa itu dahulu sebelum menuju
kearah Utara. Memang jalan yang mereka tempuh tersebut
akan lebih panjang dan lebih jauh akan tetapi jalan itu adalah jalan yang terbaik serta mudah dilalui. Selain melalui tanah-tanah datar jalan tersebut juga selalu melintasi perkampungan penduduk yang padat, sehingga apabila mereka
membutuhkan sesuatu mereka dengan mudah akan
mendapatkannya dengan segera. Apalagi jika diingat bahwa
dua orang diantara mereka masih menderita sakit.
Ternyata bekas-bekas amukan gempa bumi itu masih
terlibat di sepanjang jalan yang mereka lalui. Tanah-tanah yang retak, longsor, maupun pohon-pohon besar yang
tumbang, banyak mereka jumpai di lereng-lereng bukit
tersebut. Bahkan kadang-kadang mereka juga menjumpai
gubug-gubug kosong yang telah roboh dan ditinggalkan
penghuninya. "Sungguh mengherankan sekali! Getaran gempa itu
demikian dahsyatnya di daerah yang terpencil ini, tapi
mengapa kuil kita tadi masih tetap utuh seperti tak pernah dijangkau oleh getaran gempa tersebut" Seharusnya kuil kita yang bertengger di samping bukit tersebut mendapat
goncangan yang lebih kuat dari pada yang berada di tanah
datar." Toat beng-jin bergumam diantara langkahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, Lo-jin-ong! Lo-hu juga heran. Gedung Pusat kita
yang besar dan megah itu juga hanya mengalami kerusakan
ringan pula. Padahal bangunan lain disekitarnya pada roboh dan hancur dalam sekejap mata." Tong Ciak menyahut pula.
"Mungkin ini merupakan perlambang bagi kejayaan Imyang-kauw kita." Orang tua berjenggot putih itu berkata lagi.
Matanya yang hampir tertutup oleh alisnya yang lebat itu
menoleh sekejap kearah Chin Yang Kun, pemuda yang mereka
incar selama ini. Pemuda yang menurut pengamatan mereka
mempunyai peruntungan bagus bagi kejayaan aliran
kepercayaan mereka. "Agaknya memang demikian halnya......" Tong Ciak menengadahkan kepalanya dengan muka berseri-seri.
Jilid 14 DEMIKIANLAH, bersama dengan semakin tipisnya cahaya
bulan yang menerangi bumi, di ufuk timur telah mulai
berkembang sinar matahari yang hangat kemerah-merahan.
Mula-mula cuma seperti bara api yang membakar gumpalan
awan yang menutupinya. tapi lambat laun bara itu semakin
bertambah besar sehingga sinarnya secara perlahan-lahan
pula mampu mengusir kegelapan yang mencekam bumi.
Sedikit demi sedikit cahayanya yang kemerah-merahan itu
membakar ujung-ujung daun yang paling tinggi, lalu perlahan-lahan merambat ke bawah sehingga akhirnya seluruhnya
bagai tersepuh oleh kilauan emas yang kemerah-merahan.
Butiran-butiran embun yang semula membuka di setiap
ujung-ujungnya tampak mulai mencair, kemudian menguap
bersama-sama ke atas, sehingga lambat laun pohon-pohon
tersebut seperti terbungkus oleh kabut tipis yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyilaukan. Semakin tinggi matahari meninggalkan
cakrawala, semakin tebal pula kabut yang menutupi
permukaan bumi. Apalagi ketika rumput-rumput yang basah
dengan embun itu mulai terjamah pula oleh jangkauan
sinarnya. Keempat orang itu sudah mencapai lembah sungai dan
berjalan di antara rumah penduduk yang padat. Seorang
wanita tua yang telah turun dari rumah untuk menyapu
halaman memandang mereka dengan heran. Begitu pula
beberapa orang penduduk yang pergi ke ladang masingmasing. Orang-orang itu menatap rombongan kecil tersebut
tanpa berkedip, "Heran ! Orang-orang itu memandang kita seperti belum
pernah melibat orang sebelumnya. Agaknya bencana alam
yang hampir memusnahkan seluruh milik mereka itu telah
membuat mereka tidak bersahabat lagi" Tong Ciak berdesah di antara langkahnya.
Toat-beng jin menarik napas panjang, "biarlah! Kita tak
usah memperhatikannya! Nanti kita menyewa perahu saja di
desa Ho-ma-cun, biar tidak terlalu menarik perhatian
orang......" "Desa Ho-ma-cun.....?" tiba-tiba Yang Kun menukas.
"Benar! Ada apa ...?" Si Pendek Tong Ciak terheran heran.
"Kakek Piao Liang....."
"Ohh...... itu!" Tong Ciak tersenyum. "Kakek guruku memang berasal dari dusun itu, biarlah nanti kuperlihatkan bekas tempat tinggalnya. Toh kita akan melewatinya juga.
Apalagi rumahnya persis di pinggir jalan besar yang menuju ke arah sungai."
Toat-beng-jin dan Souw Lian Cu memandang Tong Ciak
dan Yang Kun dengan heran, tapi keduanya tidak bertanya
lebih lanjut. Mereka meneruskan langkahnya tanpa berbicara Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lagi. Toat-beng-jin paling depan, kemudian Tong Ciak Cu-si, baru kedua orang remaja yang tidak pernah berbicara satu
sama lain itu. Sebenarnya ingin juga rasanya pemuda itu mengajak
omong Souw Lian Cu. Tapi melihat gadis tersebut berwajah
keruh, apalagi tampaknya sangat membenci dirinya, Yang Kun terpaksa menutup mulutnya. Hanya sesekali ia melirik ke arah gadis ayu yang melangkah tak jauh darinya itu. Dalam hati
pemuda itu berharap kalau-kalau si gadis mau menyapa
dirinya. Tapi harapan itu tak pernah terlaksana. Jangankan
menyapa, sedang menolehpun hampir tak pernah
dilakukannya. Mata yang indah itu selalu menatap tajam ke
depan, sekejappun tak pernah menoleh ke samping atau ke
belakang, seakan-akan Yang Kun yang berada di dekatnya itu tak pernah ada. Kalau toh gadis itu membuka mulutnya, kata-kata yang keluar tentu hanya ditujukan kepada Toat beng-jin atau Tong Ciak Cu si.
"Ah, sudahlah....!" akhirnya Yang Kun berdesah di dalam hati. "Setiap orang tentu saja berhak untuk bersikap
sekehendak hatinya sendiri. Kenapa aku mesti penasaran"
Membuang-buang waktu saja !"
Kemudian pemuda itu memperlambat langkahnya, sehingga
beberapa saat kemudian dirinya sudah sedikit jauh tertinggal di belakang. Sambil menggendong tangannya di belakang
mulutnya bersiul-siul ke kanan dan ke kiri, seolah-olah sedang menikmati cerahnya pagi bersama-sama dengan burung-burung yang mulai beterbangan di sekeliling mereka. Sesekali dengan wajah gembira ia melempar burung kecil yang
bertengger di atas dahan dengan batu.
Ternyata gadis ayu itulah yang kini menjadi penasaran.
Ingin rasanya ia menoleh untuk melihat apa saja yang
dikerjakan oleh pemuda itu sehingga lagaknya demikian
riangnya. Suara siulan yang semakin lama semakin jauh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tertinggal di belakang itu benar-benar membuat perasaannya menjadi kesal. Tapi sungguh malu rasanya kalau ia harus
memalingkan kepalanya. Kedua orang tua yang berjalan di depan itu asyik berbicara satu sama lain. Sedikitpun tidak mengetahui apa yang sedang bergejolak di dalam hati kedua remaja yang berjalan di
belakang mereka. Mereka cuma memperingatkan ketika
mereka ketahui Yang Kun sedikit jauh tertinggal di belakang mereka.
"Yang-hiante.,..! Jangan terlalu jauh di belakang kami! Kau bisa sesat jalan nanti!"
"Ah.. ji-wi locianpwe tidak usah khawatir. Aku tidak akan pergi ke mana mana., "
Akhirnya rombongan itu sampai juga di desa Ho-ma cun,
yaitu sebuah desa yang berada di paling ujung dari lembah
tersebut. Matahari telah mulai menyengat punggung mereka.
Dan dusun besar yang menjadi pangkalan perahu perahu
nelayan tersebut tampak hidup di pagi hari itu. Orang-orang tampak hilir-mudik di jalan besar membawa barang bawaan
mereka masing masing. Ada yang membawa peralatan perahu
dan jala, ada yang kembali menjinjing keranjang ikan.
Beberapa buah warung makanan dan minuman juga
tampak sibuk dengan langganannya, sementara belasan orang
penjaja makanan kecil juga kelihatan bertebaran di tepi jalan.
Pagar kecil yang berada di simpang jalan menuju ke sungai
juga tampak ramai para pedagang dan pembelinya.
"Nah, rumah kecil yang berada di sana itulah rumah
mendiang Kim-mou Sai-ong Su-couw atau kakek Piao
Liang.....!" Tong Ciak menunjuk ke sudut jalan.
Chin Yang Kun memandang ke depan. Di atas sebuah
pekarangan luas dan tak terurus ia melihat sebuah rumah kecil berbentuk kuno. Semua pintu dan jendelanya tampak tertutup rapat dan banyak yang telah dimakan rayap. Serambi bagian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
depan malah sudah penuh dengan tanam tanaman menjalar.
Halamannyapun telah penuh dengan semak-semak berduri.
"Apakah sudah tidak ada seorangpun yang tinggal di sana?"
Yang Kun bertanya dengan dahi berkerut.
"Lo hu menaruh seorang penjaga sebenarnya......" tokoh Im-yang-kauw bertubuh pendek itu menghela napas berat.
"...tapi oleh karena orang tersebut sudah amat tua, apalagi hanya sendirian, dia tak mempunyai kemampuan lagi untuk
mengurusi rumah dan halaman yang begitu luasnya.
Lihatlah.....!" Tong Ciak menunjuk ke arah belakang rumah, di mana
berdiri sebuah kandang domba yang telah dirombak menjadi
tempat tinggaI. Biarpun rumah itu juga tidak bersih, tetapi dapat dilihat kalau di sana tentu ada penghuninya. Apalagi ketika dari belakang rumah terlihat asap mengepul dari sela-sela gentingnya.
"Hmm, Tong-hiante terkenang pada Kim-mou Sai-ong Sucouw rupanya....." Toat-beng-jin tersenyum.
"Benar, Lo-jin-ong! Apakah tidak lebih baik kita singgah
sebentar untuk makan pagi di sana?"
"Tentu saja. Tapi aku takut membikin orang tua itu menjadi sibuk karenanya. Sungguh kasihan. Lebih baik kita makan saja di warung, baru setelah itu kita pergi ke sana untuk menengok dia.....!"
"Begitu juga baik. Ayoh, kita masuk ke warung bubur Hao Chi kalau begitu ! Biarpun harus antri, tapi buburnya sungguh enak....." Tong Ciak tertawa.
"Marilah....." Mereka berempat memasuki warung Hao Chi yang berada
di pojok pasar. Warung itu sebenarnya cukup luas, mungkin
dapat menampung sekitar tigapuluh orang pembeli. Meski
begitu ketika mereka masuk ternyata semua kursi telah terisi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wah ! Kita terlambat datang agaknya".." Tong Ciak mengeluh.
"Kita mencari warung bubur yang lain saja..." Toat-beng-jin berkata.


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aduuhh..... Tong Tai-ciangkun kiranya ! Mari ! Mari
silahkan masuk! Di dalam masih ada kursi," tiba tiba seorang lelaki gemuk berwajah riang keluar menyambut mereka.
"Husss! Hoa Chi.. ! Aku kan tidak menjabat Tai-ciangkun lagi !" Tong Ciak mengawasi pemilik warung yang sudah amat dikenalnya itu.
"Oh. maaf.... maaf ! Marilah masuk Tong......Tong Taihiap!"
"Hmm, masih juga pakai taihiap segala !" Tong Ciak melangkah masuk mengikuti pemilik warung. "Marilah, Lo-jin-ong! Mari nona Souw...... Yang-hiante!"
"Hai ! Hai ! Hao Chi ! Mengapa orang - orang itu masih
memperoleh kursi juga " Kau bilang bahwa tempatmu telah
penuh sehingga kami harus duduk di atas bangku seperti ini !"
mendadak dari sudut ruangan berdiri seorang lelaki tinggi
besar berteriak teriak ke arah pemilik warung bubur.
"Lam sicu..... ini..... ini....." pemilik warung itu menjadi pucat dan gemetar.
"Berikan kursimu itu kepada kami! Biarlah orang yang baru datang ini ganti duduk di bangku kami!" orang tinggi besar itu berteriak kembali. Kawan-kawannya yang semula juga ikut
duduk di bangku tersebut turut berdiri pula di sampingnya.
Puluhan orang yang sedang makan minum di tempat itu
menonton peristiwa tersebut dengan tegang.
"Tapi... tapi...." Hao Chi semakin gugup.
Tong Ciak melangkah maju. Kemudian dengan tenang
tokoh im yang-kauw yang berkepandaian sangat tinggi itu
menepuk bahu si pemilik warung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tenanglah, Hao Chi. Luluskan saja permintaan mereka!
Biarlah kami duduk di bangku mereka. Tidak apa-apa. Jangan takut !"
"Tong-hiante benar.. .! Biarlah kami duduk saja di bangku mereka." Toat beng-jin tersenyum. Tokoh tua ini tersenyum melihat kesabaran Tong Cu-sinya kali ini.
"Tapi..... tapi ... mana aku berani... "
''Sudahlah! Biarlah kami semua duduk di bangku mereka.''
Tong Ciak menukas, lalu melangkah menuju ke tempat si
tinggi besar, diikuti Toat-beng jin dan sepasang remaja itu.
Ternyata hal itu justru sangat mengagetkan si tinggi besar dan kawan-kawannya. Mereka benar-benar tak mengira kalau
orang-orang yang baru datang itu demikian mudahnya mereka
kuasai. Mereka menjadi salah tingkah malah ketika keempat
orang yang baru datang tersebut mendatangi ke tempatnya.
Tapi si tinggi besar dan kawan-kawannya itu tentu saja tak mau kalah gertak. Dengan senyum memandang rendah
mereka bertolak pinggang.
"Nah, begitu ! Kalian datang belakangan. Sudah seharusnya kalau harus duduk pula di sini menggantikan kami....." si tinggi besar membuka mulut dangan nada sinis.
Ketika nona Souw dan Yang Kun melangkah ke depan,
Tong Ciak cepat-cepat menahan lengan mereka. Orang tua itu mengisyaratkan kepada muda-mudi itu agar bersabar.
Kemudian dengan penuh hormat tokoh Im-yang kauw
bertubuh pendek itu menjura.
"Si-cu benar......! Memang kamilah yang seharusnya duduk di bangku itu.. Maafkanlah Hao Chi ...... Eh! Anu..... bolehkah kami berkenalan dengan cu-wi semua?" ucapnya halus.
"Tuan-tuan ini adalah para..... pengawal Tan-wangwe
(hartawan Tan), pemilik separuh dari perahu yang tertambat di atas sungai itu." Hao Chi membisiki Tong Ciak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
''Benar ! Kami adalah orang-orang kepercayaan Tan
wangwe." orang she Lam yang tinggi besar itu membenarkan ucapan Hao Chi. "Namaku adalah Lam Hui, tapi orang-orang di daerah ini biasa memanggilku Houw ho (Si Harimau Air).
Sedang kawan-kawanku ini juga bukan orang sembarangan.
Mereka adalah Ngo-kui sui (Lima Siluman Air), dahulu adalah orang kepercayaan Sin-go Mo Kai Ci, datuk para bajak
sungai!" Agaknya selain Hao Chi memang tidak ada seorangpun di
warung itu yang mengenal Tong Ciak, apalagi Toat-beng jin !
Sebaliknya, semua orang yang berada di warung itu amat
mengenal siapa keenam orang kepercayaan Tan-wangwe
tersebut. Tetapi hal itu memang tidak aneh! Selain kedua
tokoh Im-yang-kauw itu jarang sekali berkunjung ke daerah
mereka, para penduduk di lembah itupun jarang sekali yang
pernah bepergian jauh dari lembah mereka itu. Selama ini yang mereka kenal hanya para jagoan Tan wangwe yang rata-rata memang mempunyai kepandaian yang melebihi manusia
biasa. "Tapi Lam-sicu...., beliau ini adalah..."
"Sudahlah Hao Chi, kau tidak usah menyombongkan
namaku! Sekarang aku juga seorang rakyat biasa seperti
kalian," Tong Ciak lekas-lekas memotong perkataan Hao Chi.
Tokoh bertubuh pendek ini memang tidak ingin dikenal orang.
"Kini lekaslah kauantar tamumu ini ke dalam ! Aku dan kawan kawanku sudah lapar sekali...."
"Baik, Tong...... Tong Tai....... Tong sicu! Marilah, tuan......!"
"Eh, sebentar.....! Aku juga ingin mengenal namanya."
orang she Lam itu curiga. "Siapakah nama mereka?"
"Ah, namaku Ciak dari marga Tong! Sedang orang tua di sampingku ini adalah pamanku. Dan kedua muda-mudi ini
adalah kemenakanku. Kami baru saja berkunjung ke kuil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Delapan Dewa yang berada di atas bukit itu." Tong Ciak cepat menjawab. "Sekarang kami sedang dalam perjalanan pulang kembali ke Liang yang."
"Apa maksud kalian mengunjungi kuil Im-yang-kauw itu?"
Yang Kun mengerutkan keningnya. Hatinya mulai tidak
sabar. Tapi Tong Ciak segera melangkah menengahinya.
"Kami semua adalah penganut lm-yang kauw..." Tong Ciak pura-pura merasa tidak senang atas pertanyaan Lam Hui
tersebut. "........ tentu saja kami berbicara dan berunding tentang agama kami."
"Ahh, ternyata kalian adalah pendeta pendeta dari Imyang-kauw!" sekali lagi Lam Hui tersenyum meremehkan, kecurigaannyapun lenyap. "Tak heran sikapmu demikian
tenang dan berani. Para penganut Aliran Im-yang-kauw ratarata memang mempunyai bekal iImu yang lumayan. Aku kenal
baik dengan Han Su Sing, kepala kuil di atas bukit itu..."
"Ohh......" Tong Ciak menjura lagi, seolah-olah sikapnya semakin mengindahkan lawannya. Dan hal ini membuat orang
she Lam itu semakin besar kepala.
"Sudahlah! Sekarang kalian duduk saja di sini
menggantikan kami. kami akan duduk di dalam !" dengan
lagak seorang jagoan Lam Hui melangkah pergi diikuti kawan-kawannya. "Eh! O iya...... tolong salamku kepada Tai-si-ong dan Lo jin-ongmu apabila kalian nanti menghadap pimpinan
kalian itu." "Hei, tuan sudah mengenal pimpinan pusat kami itu?" Tong Ciak bertanya heran. Matanya saling memandang dengan
Toat-beng-jin. "Tentu saja. Memang ada apa" Hoho, kalian tidak usah
takut!" orang she Lam itu menoleh dan membelalakkan
matanya. "Aku takkan melaporkan kejadian ini kepada
mereka." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Saking herannya mendengar 'ucapan' itu, Tong Ciak dan
Toat-beng-jin justru hanya tertegun saja di tempatnya.
Terlebih-lebih Lo-jin ong atau Toat-beng-jin! Mereka benar-benar tidak menyangka akan ditakut- takuti oleh seseorang
dengan nama mereka sendiri! Benar-benar konyol!
"Lo jin ong mengenal mereka ?" akhirnya Tong Ciak bertanya kepada Toat beng-jin. Orang tua itu menggeleng.
Bibirnya yang tertutup kumis itu tersenyum masam.
"Dia takkan sekurang ajar itu kalau sudah benar-benar mengenal aku,....." desahnya mendongkol.
"Hehe. ... orang sombong itu hanya bermaksud
menggertak kita. Tapi kali ini gertakannya benar-benar tidak lucu!" Yang Kun tertawa lirih.
Semuanya ikut tersenyum, cuma Souw Lian Cu yang tidak
! Gadis itu diam saja di tempatnya. Matanya yang bulat besar penuh pesona itu melayang jauh ke luar halaman, seakan
menghindar dari tatapan mata Yang Kun yang tidak
disukainya. "Sudahlah ! Biarlah orang itu merasa puas atas
kesombongannya. Kita tidak perlu melayaninya. Marilah kita duduk dan melanjutkan niat kita sendiri untuk melahap bubur panas di sini !" Toat-beng-jin berkata seraya melangkah ke bangku panjang yang ditinggalkan oleh para pengawal Tan
wangwe tadi. Bangku yang mereka duduki sebenarnya tidak terlalu
pendek, tapi karena mereka berempat, apalagi salah seorang di antara mereka adalah wanita, maka bangku itu terasa amat sempit bagi mereka. Hampir saja Souw Lian Cu tidak jadi
meletakkan pantatnya ketika ia harus duduk bersebelahan
dengan Chin Yang Kun. Tapi oleh karena tidak ada tempat
yang lain lagi, maka dengan hati berat ia terpaksa duduk juga di sana. la berusaha mengambil jarak sejauh mungkin,
sehingga hanya separuh saja pantatnya yang berada di atas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pinggir bangku. Meskipun begitu, karena tempatnya memang
sangat terbatas, lengan mereka terpaksa bersinggungan juga.
Gadis itu mengumpat di dalam hati ! Apalagi ketika dilihatnya Yang Kun tidak berusaha bergeser barang sedikitpun juga!
pemuda itu justru senyum-senyum seperti orang putus lotere.
Hao Chi mengantarkan sendiri bubur pesanan mereka.
Dengan terbungkuk-bungkuk pemilik warung tersebut
meminta maaf berulang-ulang. Tentu saja kelakuannya itu
sangat mengherankan orang-orang yang berada di tempat itu.
Apalagi orang yang telah lama mengenalnya. Tidak biasanya
Hao Chi gendut bersikap demikian takut dan menghormat
kepada seseorang. "Wah, kini semua orang memperhatikan kita?" Tong Ciak berdesah. "....... bubur ini menjadi liat rasanya dalam mulutku.
Sukar benar kutelan.....!"
"Ah....... Tong-hiante, kau ini ada-ada saja ! Ayohlah! Cepat habiskan mangkukmu! Kalau terlambat, kau tidak akan
sempat lagi menghabiskannya.....!" Toat beng Jin menukas.
"Benar.....! Hatiku rasanya kok tidak enak..." Yang Kun tiba-tiba menyela, seolab tahu dan merasakan pula perasaan kakek yang pintar meramal itu.
Belum juga pemuda itu menyelesaikan kata-katanya tiba
tiba Souw Lian Cu menuding ke arah jalan.
"Lo cianpwe, lihat.... ! Ada orang datang lagi!"
Semuanya menoleh ke halaman. Tampak enam-tujuh orang
berkuda memasuki halaman warung dan menambatkan kuda
masing-masing di pagar samping. Orang-orang itu bersamasama kudanya tampak lusuh dan kotor, seakan-akan baru saja datang dari perjalanan yang jauh dan panjang. Dengan
langkah lesu dan gontai mereka berjalan memasuki warung
tersebut. Tak seorangpun yang berbicara. Semua diam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seluruh tamu yang sedang makan minum di warung Hao
Chi mengawasi kedatangan orang-orang asing tersebut,
termasuk Hao Chi pula. Malah beberapa orang diantara
mereka telah mulai dijalari perasaan khawatir melihat
tampang para pendatang yang seram dan galak-galak itu.
Apalagi ketika orang-orang itu mulai berdesakan di muka pintu mengawasi mereka. Mata yang liar dan kemerah-merahan itu
seakan-akan mau menelan mereka.
"Hmm ! Di mana pemilik warung ini ?" salah seorang
diantara orang orang itu berseru dengan suara serak. Dengan sigap orang itu meloncat melangkah di depan teman-temannya. Tubuhnya yang gemuk bulat dengan kepala yang
gundul kelimis itu seperti sebuah bola yang menggelinding ke depan. Kulitnya yang pucat kehijau-hijauan semakin
menambah keseraman wajahnya.
"Ah, lo-jin-ong benar....!" Tong Ciak berbisik setelah mengetahui siapa yang datang. "Warung kecil ini benar-benar dalam bahaya bila Hao Chi tidak bisa melayani mereka."
"Tonghiante mengetahui siapa mereka?" Toat-beng-jin berbisik pula.
"Lo jin-ong adalah seorang tokoh yang sangat ternama.
Setiap orang kang-ouw tentu pernah mendengar nama toat
beng jin. Sayang Lo-jin-ong tidak pernah keluar ke dunia
persilatan, sehingga Lo-jin-ong tidak pernah berkenalan
dengan tokoh-tokoh kang ouw..."." Tong Ciak menjawab.
"Sebenarnya orang berkepala gundul ini bukan tokoh
sembarangan pula. Dia adalah salah seorang dari Tujuh Iblis Ban-kwi-to yang bergelar Ceng-ya-kang. Kepandaiannya
sangat tinggi, terutama racun kelabangnya......!"
"Eh! Dia.... " Tong hiante, biarpun aku tak pernah
keluyuran di dunia kang ouw tapi aku pernah pula mendengar nama itu," kakek itu menukas cepat. "Wah, kenapa orang itu keluyuran sampai kemari " Hati-hatilah, kudengar semburan
ludahnya mampu membunuh lawan seketika !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang Kun belum pernah mengenal orang berkepala gundul
itu. Tapi ia pernah mendengar nama tersebut dari Chu Seng
Kun. Sahabatnya itu pernah mengikuti perjalanan Hek-eng-cu yang dikawal oleh para pembantunya. Dan salah seorang di
antara pengawal tersebut adalah si Gundul itu. Yang pernah dikenal dan dilihat oleh Yang Kun adalah Tee-tok ci dan Jeng-bin Siang-kwi, saudara seperguruan si Gundul.
Mengingat nama Tee-tok-ci, perasaan Yang Kun sedikit
bergolak. Teringat ketika tokoh beracun itu berpura-pura
menjadi tabib palsu untuk menjebak dirinya. Lalu teringat pula ketika iblis tersebut menyiksa dirinya dengan tikus-tikusnya yang buas.
Agaknya perubahan dari wajah Yang Kun itu dilihat oleh
Toat-beng Jin. "Biarkanlah ! Kita tidak usah turut campur dengan urusan orang lain. Kita ke sini hanya untuk mengisi perut.
Dan.....urusan kita sendiri sudah sangat banyak dan sangat mendesak. Kita tak perlu menambah urusan itu dengan
masalah-masalah yang lain....." orang tua itu memberi peringatan kepada kawan-kawannya seraya menunduk lebih
dalam, agar tidak mudah dikenali orang.
Sementara itu Hao Chi tampak bergegas keluar menemui
orang-orang itu. Melihat tampang tamunya yang galak dan
seram, ia segera menyadari dengan siapa ia sedang
berhadapan. Dengan sikap yang menghormat serta wajah
yang penuh dengan senyuman ia mempersilahkan mereka
masuk. "Aduh, celaka,,..! Kami benar benar tidak tahu kalau hari ini tuan-tuan mau berkunjung ke warungku, sehingga kami tidak
mempersiapkan kursi yang cukup"."
"Huh! Tak usah berbasa-basi! Lekas siapkan meja dan kursi buat aku dan kawan-kawanku ! Potonglah ayam sebanyak-banyaknya, dan hidangkan kepada kami ! Jangan membantah!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kami semua sangat lapar, oleh karena itu kami tak segansegan untuk membunuh siapa saja yang menghalang halangi
kami." Ceng ya Kang berteriak memotong perkataan Hao Chi.
"Tapi......" "Apa katamu" Mau membantah?"
"Kami hanya menjual bubur. Kami tidak.........kami tidak punya ayam. Bagaimana kami dapat menghidangkannya......?"
Hao Chi menjawab terbata-bata.
"Tidak perduli! Lekas kerjakan!"
Beberapa orang tamu tampak mulai meninggalkan meja
mereka. Melalui pintu samping mereka keluar meninggalkan
warung itu. "Tuan ... ! Sungguh mati kami tidak mempunyai persediaan daging ayam...." Hao Chi mulai ketakutan.
"Apaaa. .?""
"Aku..... eh, kami.... tidak....."
"Kurang ajar! Nih rasakan! Cuh". !" Ceng ya kang
meludah. "Aduhh..... ohh! Mati aku!"
Ludah yang hanya segumpal itu melayang cepat menembus
leher Hao Chi, sehingga pemilik warung itu terjengkang ke
belakang dengan leher berlubang seperti terkena pisau. Darah merah yang agak bercampur kehijau-hijauan tampak
menyembur dari luka yang menganga tersebut. Sementara
tubuh yang gemuk itu berkelojotan seperti ayam disembelih, lalu diam tak bergerak. Mati.
Para tamu menjadi gempar. Mereka lari berserabutan
meninggalkan mejanya. Tinggal beberapa orang saja yang
tinggal, termasuk rombongan Chin Yang Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Para pembantu Hao Chi hanya tertegun saja di tempat masing-masing. Dengan mulut ternganga mereka mengawasi
majikan mereka yang telah terbujur menjadi mayat. Tubuh itu berwarna kehijau-hijauan. Mulutnya tertarik ke samping
seperti orang mau tersenyum atau tertawa.
Hampir saja Souw Lian Cu tidak bisa mengendalikan
hatinya. Tangannya yang tinggal sebelah itu telah bergerak untuk melabrak mereka, tapi dari samping Toat-beng-Jin
memberi isyarat agar bersabar lebih dahulu. Agaknya ada
sesuatu yang dinantikan oleh jago tua yang amat sakti itu.
Terpaksa gadis itu mengekang kemarahannya.
Tapi tidak demikian halnya dengan Chin Yang Kun ! Mayat
Hao Chi yang tergolek kehijau-hijauan dengan muka yang
seakan-akan tersenyum itu mengingatkan dia pada ibu dan
adik-adiknya. Masih jelas terbayang di kepalanya seluruh
peristiwa di hutan lebat yang tumbuh di lereng Bukit Ular itu.
Keadaan mayat ibu dan adiknya persis mayat Hao Chi yang
kini terlentang di depannya.
Dengan wajah kaku Yang Kun berdiri. Isyarat dari Toatbeng-jin tidak diacuhkannya. Buku-buku tangannya gemeratak menahan arus Liong-cu-i kang dan rasa sakit pada lukanya
juga tidak diacuhkannya. Yang terbayang di depan matanya
hanya mayat ibunya yang amat sangat dicintainya.
Tentu saja keadaan pemuda itu sangat mengagetkan
teman-temannya, Otomatis Tong Ciak dan Toat-beng-jin
bangkit pula dari duduknya.
Tapi sebelum pemuda itu melangkah lebih lanjut, tiba-tiba
dari ruang dalam muncul kelima orang pengawal Tan-wangwe
tadi. Dengan muka merah seperti orang yang lagi diganggu
kesenangannya mereka mendekati Ceng-ya-kang. Wajah itu
semakin meradang ketika melihat mayat Hao Chi yang
menggeletak di atas lantai.
"Ha, siapa membuat ribut di sini?" geram Lam Hui.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ceng-ya kang melangkah maju. Matanya yang bulat agak
kehijau-hijauan itu memandang Lam Hui tak kalah galaknya.
"Kau menanyakan aku ?" jawab iblis itu tak kalah dinginnya.
"Bangsat! Siapakah kau" Berani benar kau membikin rusuh di daerah kami?"
Dengan wajah kelam penuh nafsu membunuh Ceng-ya

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kang maju lagi selangkah, sehingga Lam Hui terpaksa surut
pula ke belakang. Kawan-kawan Ceng-ya kang yang berada di
belakang tampak menyebar ke samping diikuti oleh anak buah Lam Hui. Kedua pihak tampaknya sudah mulai bersiap-siap
untuk menjaga segala kemungkinan.
Melihat situasi demikian seakan Toat-beng jin mendapat
jalan untuk menahan Chin Yang Kun. Dengan sigap orang tua
itu melangkah di depan Yang Kun.
"Yang-hiante, ada apa " Mengapa sikapmu tiba-tiba
menjadi aneh " Apakah kau mengenal para pendatang itu?"
Yang Kun menggertakkan giginya untuk menahan perasaan
sakit yang menyengat lukanya. Wajahnya masih tetap tegang
ketika menjawab pertanyaan Toat beng jin.
"Lo Cianpwe, seluruh keluargaku dibunuh orang! Namun
pembunuhnya aku tidak tahu. Tapi mayat ibu serta adikadikku keadaannya persis mayat pemilik warung itu. Kulit
tubuh mereka juga kehijau-hijauan seperti kulit mayat itu.
Mulutnyapun juga tersenyum seperti itu. Nah, siapa tahu
orang itu adalah pembunuh ibuku?"
"Huh ?"" Hampir berbareng Toat-beng jin, Tong Ciak dan Souw Lian
Cu berseru kaget. Ketiga-tiganya memandang wajah Yang Kun
yang kelam. Memang, bagi mereka keadaan dan asal usul
pemuda itu masih sangat gelap. Meski begitu mereka benarbenar tidak menyangka kalau pemuda di hadapan mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersebut telah sebatangkara. Ingin benar rasanya mereka
mengetahui lebih lanjut riwayat pemuda itu. Tapi karena Yang Kun tidak mau berbicara lagi, maka merekapun terpaksa diam pula.
"Lalu apa yang akan hiante kerjakan?" Tong Ciak menyela.
"Siauw-te akan bertanya kepada orang gundul itu ! Jika dia memang benar orang yang membunuh ibuku... huh, akan
kucincang dia sampai lumat !" ancam pemuda itu penuh
dendam. "Tapi engkau masih belum sembuh. Padahal orang itu
bukan orang sembarangan. Kehebatannya mempergunakan
racun telah engkau lihat sendiri. Dengan segumpal ludah saja ia mampu membinasakan Hao Chi." Toat beng-jin
memperingatkan. "Siauw-te tidak perduli!"
"Tapi itu konyol namanya !" tiba-tiba Souw Lian Cu berkata tandas. "Apa gunanya membalas dendam kalau tidak berhasil
dan jiwa sendiri malah menjadi kurban" Apa kata leluhurmu
yang telah mati nanti " Dan siapa pula yang akan
melampiaskan dendam yang belum terlaksana itu " Siapa"
Huh, jangan bertindak bodoh! Pergunakanlah otakmu !"
Entah mengapa gadis itu seperti mau marah-marah melihat
Yang Kun yang sakit tersebut akan maju menghadapi Ceng ya
kang yang amat berbahaya itu. Agaknya perasaannya telah
tersentuh sehingga kebenciannya terhadap pemuda itu
menjadi agak berkurang begitu mendengar riwayatnya yang
menyedihkan. Riwayat pemuda itu hampir-hampir seperti
riwayatnya sendiri. Ibunya juga dibunuh orang secara kejam.
Untung ayahnya telah membalaskan sakit hati itu.
Agaknya kata kata Souw Lian Cu yang pedas itu justru
sangat mengena di hati Yang Kun. Buktinya pemuda itu
mengendorkan lagi urat uratnya. Dengan menghela napas
berat ia menatap gadis yang ia tahu sangat tidak menyukainya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu. Dan kesempatan ini benar-benar tidak disia-siakan oleh Toat beng-jin untuk menasehati.
"Nona Souw benar....! Yang hiante tidak boleh terlalu memperturutkan hati yang panas karena salah-salah
urusanmu justru menjadi runyam malah. Iblis gundul itu
mempunyai kepandaian tinggi. Biarpun kemungkinan tidak
setinggi kepandaianmu, tapi kini engkau sedang terluka. Ya kalau engkau menang. Kalau kalah " Itupun kalau dia
memang benar-benar pembunuh keluargamu, kalau bukan"
Apakah urusan tidak bertambah menjadi berbelit lagi " Yang hiante?"
"Yang-hiante........" Tong Ciak ikut berbicara.
"Iblis gundul itu sangat terkenal di dunia kang ouw. Kalau engkau sudah sembuh, sangat mudah bagimu untuk
menyelidiki dan mencari dia......"
Sementara itu antara rombongan Ceng-ya-kang dan Lam
Hui ternyata telah terlibat dalam sebuah pertempuran yang
sengit. Masing-masing memperoleh lawan sendiri-sendiri.
Tetapi oleh karena rombongan Ceng-ya-kang terdiri dari tujuh orang, maka Ceng-ya kang sendiri tampak berdiri bebas di
pinggir, menonton serta berjaga-jaga apabila kawankawannya membutuhkan pertolongan.
Lam Hui tampak bertempur dengan seorang tinggi kurus
berambut panjang. Mereka sama sama mempergunakan
golok, dan ilmu golok mereka juga sama-sama ganasnya.
Masing-masing lebih menitikberatkan pada kekuatan tenaga
dari pada keindahan jurusnya. Sehingga sepintas lalu
pertempuran itu dapat diibaratkan sebagai dua ekor kerbau
yang berlaga dari pada dua orang jago silat yang bertempur.
Suara langkah dan napas mereka seperti akan merobohkan
warung itu. Dan setiap senjata mereka beradu, suaranya
berdentang memekakkan telinga. Tapi kekuatan mereka
benar-benar seimbang, dalam tempo singkat amat sukar
untuk menentukan siapa yang akan kalah atau menang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sedangkan anak buah Lam Hui, yaitu kelima anggota Ngokui-shui tampak berpencar melawan musuh masing-masing.
Mereka berlima bersenjatakan ruyung (penggada) bersegi
delapan, sementara kelima lawannya memegang beraneka
macam senjata. Kelima pasangan itu juga bertempur dengan
kekuatan seimbang. Masing-masing pasangan seperti mau
berlomba untuk lekas-lekas membereskan lawannya dan
membantu temannya yang lain. Tapi karena kemampuan
mereka rata-rata seimbang maka pertempuran mereka benarbenar sengit bukan main. Mereka saling tindih-menindih
berganti-ganti. Setelah yakin bahwa kawan-kawannya tidak mungkin
dikalahkan, Ceng-ya-kang sambil meringis mendekati para
pelayan warung yang sejak tadi berdiri membisu bagai
kawanan patung batu. "Hei, mengapa kalian masih tetap berdiri di sini" Ingin kubunuh juga seperti kawanan itu?"
Bagai sedang menghadapi buntu para pelayan itu menggigil
ketakutan. Salah seorang di antaranya malah sudah
bersimpuh di lantai, kakinya yang gemetaran sudah tak kuat lagi menyangga tubuhnya yang gemuk.
"Ampun tuan....! Ampunilah kami! Anakku amat
banyak.....masih kecil-kecil pula...."
"Nah! Kalau begitu mengapa kalian tidak lekas-lekas
mengerjakan perintahku tadi?"
"Pe-perintah .....yang....yang mana, tuan.....?"
"Menyembelih ayam, kataku! Goblog!!" Ceng-ya kang
berteriak, sehingga pelayan gemuk yang bersimpuh tadi
menjadi pingsan saking kagetnya. Dengan ketakutan terpaksa kawan-kawannya menggotong dia pergi.
"Awas! Kalau dalam seperempat jam kalian tidak datang
membawa ayam, kubunuh seisi dusun ini! Mengerti?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengerti, tu-tuan...."
Iblis gundul itu tersenyum puas. Ditariknya sebuah kursi,
lalu duduk menonton pertempuran. Entah dimana ia
mengambil, tahu-tahu tangannya telah memegang sebuah
guci arak. Sambil menyaksikan teman-temannya yang
berkelahi sesekali ia menuangkan isi guci itu ke dalam
mulutnya. Pertempuran semakin bertambah hebat dan kacau,
sehingga para tamu yang masih berada di dalam ruangan
itupun terpaksa keluar pula. Toat-beng-jin dan kawankawannya terpaksa keluar pula untuk menghindar. Mereka
mencampurkan diri dengan para penonton yang lain.
"Hmm! Meski kaisar telah berganti, ternyata keadaan masih
juga demikian rusuhnya. Kesewenang-wenangan masih
meraja-lela dimana-mana....." Tong Ciak yang bekas pengawal kaisar itu bergumam.
'"Tentu saja, Tong-hiante. Selama masig ada manusia yang mengumbar nafsunya, dunia ini tak mungkin menjadi aman
dan damai." Toat beng jin yang berdiri di sebelahnya
menyahut. "Jika demikian halnya, mengapa kita ini tidak berusaha membantu terciptanya dunia yang aman dan damai seperti itu
?" tiba- tiba Souw Lian Cu ikut berbicara.
"Maksud nona.....?" Toat beng jin mengerutkan keningnya.
"Mengapa kita semua hanya diam saja menyaksikan
kesewenang-wenangan yang terjadi di depan kita " Mengapa
Io cianpwe mencegah siauw-te untuk turun tangan membantu
pemilik warung itu?"
Tong Ciak tampak tersenyum melihat semangat gadis
cantik yang baru menginjak masa remaja tersebut. Sedang
Yang Kun tampak mengangguk-anggukkan kepalanya,
agaknya pendapatnya sama dengan pendapat gadis itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu aku mesti harus berbuat bagaimana, nona "
Menghajar mereka " Haha, agaknya nona melupakan sesuatu,
meskipun lo hu mempunyai jabatan sebagai Algojo di Imyang-kauw, tapi lo-hu adalah seorang tokoh agama penganjur kebaikan dan kesucian ! Apa jadinya kalau aku sendiri selalu berbuat kekerasan" Apa bedanya perbuatanku itu dengan
perbuatan mereka?" orang tua yang bergelar Toat-beng jin itu menegaskan dengan panjang lebar.
"Tetapi,...... bukankah maksud dan tujuan kita baik" Kukira kekerasan yang kita lakukan berbeda sifatnya dengan
kekerasan yang mereka perbuat." Yang Kun ikut
mengeluarkan pendapatnya.
Kakek sakti itu menatap Yang Kun sejenak, kemudian
tertawa lirih. "Aha, agaknya Yang-hiante mempunyai pendirian yang
sama dengan nona Souw......."
"Aku.......aku..... maksudku, sikap lo-cianpwe itu benarbenar sangat membuat penasaran di hati kami." Yang Kun membela diri dengan muka berubah merah.
"Alaa,,,. Sudahlah, Yang hiante," Tong Ciak Cu-si menengahi mereka. "Kalau berbicara soal kebenaran,
kesalahan atau kesewenang-wenangan, apalagi tentang mana
yang salah atau yang benar, bisa lekas tua kita nanti.
Pengertian tentang itu sangatlah dalam dan luas, tak selesai dalam dua-tiga hari bila kita perbincangkan. Pendapat nona Souw serta Yang hiante untuk memberantas atau
menghancurkan tindak kesewenang-wenangan di dunia ini
memang benar. Tapi dalam hal ini pendapat Lo-jin-ong juga
tidak salah. Soalnya setiap orang mempunyai keyakinan dan
cara yang berbeda dalam melaksanakannya. Ibarat orang mau
membunuh ular, ada yang memakai tongkat pemukul, ada
yang memakai perangkap, tapi ada juga yang hanya memakai
tangan kosong belaka. Jadi, mestikah hal seperti itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diperdebatkan" Bukankah setiap orang bebas untuk memilih
cara masing masing?"
"Tapi......." Souw Lian Cu masih mau membantah.
"Sudahlah, nona......! Nanti kalau kita punya waktu, kita berbicara lagi mengenai soal ini. Lihatlah ! Pertempuran
mereka telah mencapai saat-saat yang menentukan !" Toat-beng-jin memandang ke arah pertempuran.
Benarlah. Pertempuran sengit yang melibatkan beberapa
jago silat tersebut ternyata telah menuju pada titik titik penyelesaian. Selain Lam Hui yang masih bertempur satu
lawan satu dengan lawannya, yang lain ternyata telah
mengelompokkan diri dan bertempur dalam satu barisan.
Ngo kui-shui yang semula berkelahi secara perseorangan
ternyata sekarang telah berkumpul menjadi satu dalam suatu barisan yang kuat. Kemampuan perseorangan di antara
mereka ternyata masih di bawah dari rata-rata kepandaian
lawannya, sehingga akhirnya mereka memutuskan untuk
bertempur secara bersama-sama. Memang benar, setelah
mereka berlima bertempur dalam satu barisan, mereka dapat
saling membantu dan menyerang musuh dengan lebih teratur.
Mereka menyerang dan bertahan secara rapi.
Akibatnya sungguh berat bagi kelima lawannya. Pertahanan
bersama Ngo-kui-shui sekarang benar-benar sukar ditembus.
Padabal serangan bersama yang dilakukan oleh Lima Siluman
Air itu semakin gencar dan berbahaya. Maka beberapa jurus
kemudian orang-orang yang datang bersama Ceng-ya-kang itu
menjadi repot dan terdesak dengan hebat. Beberapa orang di antara mereka malah sudah menderita luka tersabet ruyung
lawannya. Sementara itu Lam Hui yang bertubuh lebih besar dan
kekar dari pada lawannya, ternyata secara pasti juga dapat menindih musuhnya. Ayunan goloknya yang kuat dan keras itu semakin tak dapat ditahan oleh lawannya. Beberapa kali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tampak si Tinggi Kurus terhuyung-huyung bila beradu tenaga.
Sehingga tak lama kemudian anak buah Ceng-ya-kang itupun
terjatuh di bawah angin. Ceng-ya-kang yang menonton di tepi arena menjadi marah
bukan main. Kulit mukanya yang pucat kehijau-hijauan itu
semakin tampak hijau gelap. Tubuhnya yang tambun gemuk
tampak bergetar. Lalu sambil membanting guci araknya yang
telah kosong hingga berkeping-keping, ia bangkit dari
kursinya. Dengan mata menyala ia mendekat ke arah
pertempuran. Yang Kun dan Souw Lian Cu menjadi tegang sekali.
Beberapa kali kedua remaja itu menoleh ke arah Toat-bengjin, seolah menunggu reaksi atau perintah orang tua sakti itu.
Tapi Toat-beng-jin seakan tak mengacuhkan keadaan di
sekitarnya. Dengan tenang matanya masih mengawasi
langkah iblis berkepala gundul itu.
Sedikitpun tak ada tanda tanda kalau dia ingin membantu
para pengawal Tan wangwe, atau paling tidak mencegah iblis beracun itu membunuh lawan-lawannya.
"Lo cianpwe.....!" dengan bibir bergetar saking tegangnya
Yang Kun mendesak maju, diikuti Souw Lian Cu.
Tanpa menoleh orang tua sakti itu menempelkan jari
telunjuknya di atas bibir.
"Ssst! Jangan tergesa-gesa ! Orang itu takkan membunuh Lam Hui dan kawan-kawannya. Tunggulah ! Sebentar lagi
akan tiba seorang yang akan mencegah perbuatannya,......"
bisiknya perlahan. Memang benar. Belum lagi Ceng-ya-kang melangkah lebih
jauh, dari arah ujung jalan desa terdengar suara langkah kaki kuda berderap mendekati tempat itu. Iblis berkepala gundul itu tampak tertegun sebentar, kepalanya menoleh ke arah
pintu halaman. LaIu setelah meneliti suara itu sejenak, iblis Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersebut kemudian berteriak ke arah kawan-kawannya yang
sedang bertempur. "Awas, hati-hati! Anjing kaisar itu datang lagi!" Tong Ciak dan Toat-beng-jin saling memandang dengan wajah penuh
tanda tanya. "Anjing kaisar" Siapakah yang dimaksudkannya?" pengurus Agama bertubuh pendek itu berbisik perlahan.
"Entahlah........!" Toat - beng jin menggeleng.
Kawan-kawan Ceng ya-kang tampak berloncatan mundur
menjauhi lawannya. Mereka berkumpul di samping Ceng-yakang tanpa mengurangi kewaspadaan masing-masing. Senjata
mereka tetap teracung ke arah lawan mereka.
"Huh ! Bangsat perusuh! Jangan lari!" sambil berteriak Lam Hui melangkah memburu lawan-lawannya.
"Berhenti !" tiba-tiba Ceng ya-kang balas berteriak pula.
"Apakah engkau ingin menjadi mayat seperti orang itu?"
sambungnya sambil menunjuk ke arah mayat Hao Chi.
Lam Hui berhenti tepat di atas mayat Hao Chi. Matanya
melotot mengawasi mayat yang berwarna kehijau-hijauan itu.
Makin lama dia seperti mengenali ciri ciri kematian seperti yang kini berada di hadapannya. Mulut tersenyum mau
tertawa dengan kulit tubuh yang tetap segar berwarna
kehijau-hijauan ! Kemudian Lam Hui kembali menatap ke arah Ceng-yakang. Hatinya mendadak seperti tersiram air dingin ketika
lapat-lapat seperti mengenal orang berkepala gundul di
hadapannya itu. "Tuan..... apakah tuan berasal dari Ban-kwi to.....?"
gumamnya tak jelas. Ceng ya kang mendengus dengan angkuhnya. Tanpa
memperdulikan lagi pada Lam Hui dan kawan kawannya, iblis


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke lima dari Ban-kwi-to itu memberi perintah kepada anak
buahnya. "Buanglah mayat ini keluar ! Kemudian aturlah kembali
meja dan kursi yang berserakan itu ke tempat semula! Biarlah kutemui anjing kaisar itu di sini....."
Dipandang rendah begitu rupa oleh lawannya, Lam Hui
menjadi tersinggung. Tapi nama Ban-kwi-to (Pulau Selaksa
Setan) benar-benar membuat hatinya berkerut. Apalagi ketika tiba-tiba ia melihat seorang anak buah si Gundul sendiri
berteriak setinggi Iangit dan menggelepar di atas lantai begitu menyentuh mayat Hao Chi.
"Goblok! Dia terkena racun Kelabang Hijauku! Mengapa
kalian tidak memakai alas tangan?" Ceng ya-kang berteriak nyaring, sehingga anak buahnya yang lain mundur ketakutan.
Begitu pula Lam Hui dan teman-temannya. Tak terasa mereka
mundur keluar pintu. Orang itu hanya menggelepar sebentar di atas lantai,
kemudian mati. Perlahan-lahan kulit tubuhnya berubah
menjadi kehijau-hijauan. Bibirnya tertarik ke samping seperti orang mau tersenyum atau tertawa, seolah-olah pada saat-saat terakhir nyawanya akan keluar, ia melihat bidadari yang datang menjemputnya.
Sekali Iagi dada Yang Kun seperti berdentang dengan
keras. Bayangan wajah para pemikul tandu ibunya yang
berkelojotan di atas tanah yang becek kembali menggoda
hatinya ! Kematian para pemikul tandu itu benar-benar ia
saksikan dengan jelas. Persis kematian orang ini!
"Huh!" Yang Kun menggeram tanpa terasa, seakan ingin mengeluarkan semua rasa geram, marah, serta lega yang
menghimpit jantungnya. Kejadian yang baru saja berlangsung di depan matanya tadi membuat Yang Kun merasa yakin
bahwa racun si Kelabang Hijau inilah yang membunuh ibu
serta adik adiknya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hmm, keparat! Kubunuh kau!" desah pemuda itu hampir tak terdengar saking tegang hatinya.
Ternyata semua gerak-gerik Yang Kun tersebut tak pernah
terlepas dari pengawasan teman-temannya. Oleh karena itu
begitu terlihat dia melangkah maju dengan tangan terkepal, Toat-beng-jin dan Tong Ciak Cu si segera menahannya.
"Yang hiante, bersabarlah. ...! Mengapa engkau tidak bisa mengendalikan diri lagi " Tadi sudah kami katakan bahwa saat ini belum waktunya engkau mengumbar kemarahanmu,
apapun alasannya ! Kalau kau paksa juga, kemungkinan besar justru akan gagal dan kau malah kehilangan kesempatan
untuk membalaskan sakit hatimu.'' Tong Ciak membujuk.
"Tapi sekarang siauw-te telah yakin seyakin-yakinnya, pasti orang itu yang membasmi keluargaku! Racun itulah yang
membunuh ibuku! Dan seperti yang telah kita saksikan tadi, dialah si empunya racun aneh tersebut!"
''Benar! Memang benar dialah yang mempunyai racun inti
kelabang hijau itu ! Tapi"... siapa tahu bukan dia yang berbuat
" Siapa tahu ada orang lain yang meminjam racunnya untuk
membasmi ...... membasmi keluargamu?"
"Oleh karena itu siauw te ingin menanyakannya"."
Tong Ciak menghembuskan napasnya kuat kuat, seolaholah ingin menutupi rasa dongkolnya. "Itulah yang kami khawatirkan sejak tadi ! Kesehatanmu belum mengijinkan kau berhadapan dengan orang itu ! Dalam keadaan sehat kami
tidak perduli apa yang akan kaulakukan !" "Ohh......!"
Bagai tersiram air dingin, api kemarahan yang berada di
dalam dada Yang Kun surut kembali, kesadarannya menjadi
pulih seperti sedia kala. Benar, hatinya berkata. Paman
bungsunya pernah berkata, bahwa musuh keluarganya tidak
hanya satu orang. Mereka terdiri dari banyak orang ! Nah,
mengapa sekarang ia harus tergesa-gesa terhadap orang ini "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bukankah lebih baik ia mempergunakan orang ini sebagai
umpan untuk memancing musuh-musuhnya yang lain"
"Baiklah." pemuda itu berjanji di dalam hati, "Aku akan bersabar demi terlaksananya tugas yang diberikan oleh ayah dan paman. Ceng-ya-kang. ...! Hmm, aku tidak boleh lupa
kepada nama ini, Ceng-ya-kang dari Ban kwi-to! Akan kucari kelak nama ini, biar sampai di ujung langit sekalipun."
Memperoleh keputusan demikian Yang Kun menjadi lega
dan tenang kembali. Perlahan-lahan ia mundur kembali ke
tempat semula. Meskipun demikian matanya tetap
memandang dingin ke dalam warung, di mana iblis beracun itu sedang duduk dikelilingi kelima anak buahnya yang masih
hidup. "A-a..... anu t-tuan, ma .... maafkanlah kami!" tiba-tiba dari arah belakang warung muncul lagi para pelayan pembantu
Hao Chi, yang tadi diancam oleh Ceng ya kang untuk membuat masakan ayam. Dengan tergesa dan ketakutan
orang-orang itu membawa nampan-nampan berisi gorengan
daging ayam ke meja iblis Gundul tersebut. "Maaf kami. ..
kami agak terlambat, sebab..... sebab kami harus.... kami harus mencarinya dahulu di rumah tetangga .. sebab..... kami tidak punya ayam sendiri !"
Iblis dari Ban-kwi-to itu tampak tertegun sebentar.
Sebenarnya ia telah melupakannya, tapi melihat gorengan
ayam yang masih mengepul itu air liurnya otomatis menetes.
Dengan wajah gembira ia mengangguk dan menyuruh para
pelayan tersebut pergi dari sana.
"Hehehe..... bagus! Bagus! Biarlah masakan ini kupakai untuk menjamu anjing kaisar itu," katanya sambil menyambar sepotong paha ayam serta melahapnya.
Para penonton yang masih berdiri di halaman menoleh
dengan serentak ke jalan, ketika seorang penunggang kuda
tampak berhenti di pintu halaman. Seorang lelaki muda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berbadan tegap gagah dan berwajah keren, turun dari
punggung kudanya yang juga tegap perkasa.
Lelaki tersebut kelihatan tertegun sebentar. Matanya yang
mencorong tajam itu menatap nyalang ke arah orang-orang
yang berdiri bergerombol di halaman warung, agaknya ia
merasa heran melihat banyak orang yang berdiri di sana. Tapi serentak ia melihat Ceng ya kang sedang duduk di dalam
warung bersama-sama anak buahnya, ia tampak tersenyum
maklum. Dengan langkah tenang, setelah menambatkan kudanya,
lelaki gagah itu berjalan menuju warung. Tak ada kesan
apapun pada wajahnya yang putih bersih itu.
"Hehehe... selamat bertemu lagi, Hong-lui kun Yap Kiong Lee !"
"Hem, kau berada di sini. Ceng ya kang !"
"Hehe..... benar! Aku memang menunggumu di tempat ini.
Sudah kusiapkan makanan untuk menjamu engkau.
Marilah.....!" "Terima kasih !" Hong-lui-kun menarik sebuah kursi dan duduk di depan Ceng-ya kang. " .... Tapi biarlah aku memesan makananku sendiri. Tak usah kau.. ."
"Heheheh ... tidak usah repot-repot lagi. Kau tak mungkin bisa memesan masakan lain lagi selain ini. Pemilik warung ini telah kubunuh, heheh".."
Mata lelaki muda itu tampak berkilat sekejap, sehingga
senyum di bibir Ceng-ya kang juga ikut terhenti untuk
beberapa saat. Tapi lelaki itu segera tersenyum kembali.
"Sudah kuduga. Dimanapun kau dan saudara-saudaramu
dari Ban-kwi to berada, di situ tentu segera terjadi kerusuhan atau pembunuhan! Kalian memang kumpulan iblis yang tidak
berwatak manusia! Kalian lebih brutal dan lebih keji dari pada binatang!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Iblis Gundul itu tidak marah dicaci maki seperti itu.
Tangannya yang gemuk itu justru menyambar lagi daging
ayam di hadapannya. "Hehheh. . ayoh, makanlah! Nanti masih banyak waktu kalau kita ingin saling memaki," katanya sambil tertawa serak.
Sementara itu Toat beng-jin dan Tong Ciak Cu-si yang
berada tak jauh dan tempat itu kelihatan saling memandang
satu sama lain. "Tong hiante! Kau mengenai pemuda yang baru datang itu
?" "Ya! Aku mengenal dia dan keluarganya dengan baik.
Bersama-sama dengan ayah dan adiknya yang kini menjadi
panglima besar kepercayaan Kaisar Han, pemuda itu sering
pergi ke kota raja, ketika lo-hu masih menjabat sebagai
Keris Pusaka Sang Megatantra 2 Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo Harpa Iblis Jari Sakti 3

Cari Blog Ini