Ceritasilat Novel Online

Pendekar Penyebar Maut 12

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono Bagian 12


pernah mengenakan pakaian-pakaian kebesaran yang indah,
dan selama lima-enam tahun ia berkuasa belum pernah
baginda memakai mahkota intan berlian yang disediakan. Baju yang dipakai baginda sehari hari tak bedanya dengan baju
yang ia pakai sebelum ia menjadi kaisar, yaitu pakaian
seorang pendekar persilatan atau pakaian seorang petani
dusun yang sederhana. Dalam kehidupan sehari-harinya, baginda juga melarang
para punggawa atau hamba sahayanya bersikap terlalu
berlebih lebihan dalam menghormatinya. Tak jarang seorang
penjaga atau seorang dayang istana hanya mengangguk atau
tersenyum menundukkan kepala saja apabila berpapasan
dengan baginda. Tapi di dalam tubuh yang amat sangat sederhana itu
ternyata berakar watak ksatria dan cinta tanah air yang hebat!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di dalam jiwa yang lemah lembut itu ternyata berisi tanggung jawab yang besar terhadap negaranya. Dan rasa tanggung
jawab yang amat besar terhadap kelangsungan hidup
bangsanya inilah agaknya yang membuat dia mau duduk di
atas singgasana! Kaisar yang amat sederhana tapi berjiwa
besar ini tak rela bila negaranya diperintah oleh seorang raja yang kejam dan lalim. Dia rela terbelenggu di dalam
lingkungan istana dan meninggalkan kehidupan bebasnya
demi rakyat kecil yang dicintainya!
Begitulah. Karena rasa kagum terhadap kebesaran jiwa
Kaisar Han itulah Hong-lui-kun tanpa diperintah ikut pula
berkelana mencari cap pusaka yang hilang! Dan demi Yap
Kim, adiknya, Yap Kiong Lee turut pula mencari kaum perusuh yang berniat memberontak!
Bersama para anggota Sha cap-mi-wi, pemuda sakti itu
berkelana mencari berita ke seluruh pelosok negara. Setiap bulan atau setiap saat yang telah ditentukan mereka pulang kembali ke kota raja untuk melaporkan hasil yang mereka
peroleh, serta menentukan langkah langkah yang akan
mereka tempuh selanjutnya.
Tapi hampir setahun lebih pendekar muda itu berkelana,
berita tentang cap kerajaan itu belum juga mereka peroleh.
Yang mereka dapatkan dalam jangka waktu yang cukup
panjang tersebut hanyalah berita tentang kaum perusuh yang berusaha menumbangkan kekuasaan Kaisar Han! Itupun tidak
banyak! Mereka hanya tahu tentang pemusatan-pemusatan
pasukan liar di beberapa daerah! Celakanya, ketika kaum
perusuh menyusup ke kota raja diantara kaum pengungsi,
mereka tidak ada yang tahu sama sekali. Hampir saja kota
raja yang baru saja dilanda gempa bumi itu digilas rata oleh pasukan perusuh. Untunglah para anggota Sha cap mi-wi
kebetulan sedang pulang semua ke kota raja, sehingga kaum
perusuh yang sudah hampir dapat menguasai istana itu
dipukul mundur kembali. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa hari setelah usaha pemberontakan yang gagal
tersebut, Hong-lui-kun Yap Kiong Lee kembali berkelana
mencari cap kerajaan lagi. Dia naik gunung turun gunung,
masuk kota menjelajah desa, tanpa mengenal lelah.
Akhirnya jerih-payahnya itu memperoleh hasil pula,
meskipun belum seperti yang ia harapkan.
Jilid 16 HONG LUI-KUN Yap Kiong Lee berjalan dari kota raja ke
arah timur, sekalian mengikuti pasukan adiknya yang
beberapa hari sebelumnya dikerahkan ke sana untuk mengejar sisa-sisa pasukan perusuh yang mundur ke arah timur. Tapi di sebuah desa yang bernama Hok-cung, Yap Kiong Lee
mendapatkan pasukan adiknya telah dapat memusnahkan
pasukan lawannya. Meskipun adiknya itu tidak dapat
menangkap pimpinannya, sebab khabarnya pimpinan
pemberontak itu telah diselamatkan terlebih dahulu oleh
pengawal pribadinya yang lihai.
Dari Hok-cung, Yap Kiong Lee berjalan ke selatan, melewati jajaran pegunungan kecil yang membujur ke arah pantai
timur. Dia mendaki Bukit Delapan Dewa yang terkenal karena bangunan Kuil Im-yang kauw-nya itu, lalu bermaksud
menyusuri sungai yang berada di kakinya.
Tapi di lereng bukit itulah dia dengan tidak sengaja melihat musuh lamanya, yaitu Song bun kwi Kwa Sun Tek ! Pemuda
lihai putera ketua Tai-bong-pai itu bersama seorang temannya tampak sedang mempermainkan empat orang pengikut lm-yang kauw. Yang tiga orang malahan telah dibunuhnya,
sementara yang seorang lagi ia lepaskan supaya dapat
memberi laporan kepada pemimpinnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bukan main gembiranya Yap Kiong Lee ! Ternyata di
tempat yang sunyi sepi itu ia malah dapat menemukan orang
yang selama ini ia curigai sebagai pimpinan kaum
pemberontak. Padahal sudah setahun lamanya ia berusaha
menemukan orang itu untuk menyelidiki keterlibatannya dalam kerusuhan yang terjadi di kota Tie-kwan tempo hari. Di mana dalam pertempuran dengan kaum perusuh di gedung Si
Ciangkun itu, ia melihat adiknya bertempur satu lawan satu dengan seorang musuh, yang mahir ilmu silat Tai-bong-pai !
Meskipun saat itu orang tersebut menutupi wajahnya dengan
saputangan, tapi Hong lui kun Yap Kiong Lee yakin bahwa
orang tersebut tentulah Song bun-kwi Kwa Sun Tek. Musuh
lama dari Kaisar Han! Maka ketika ia menyanggupi permintaan tolong Kaisar Han
untuk ikut mencari siapa sebenarnya tokoh yang
menggerakkan kaum perusuh itu, Hong-lui-Kun segera
memusatkan pencariannya kepada Song-bun-kwi Kwa Sun
Tek! Tetapi pemuda iblis itu ternyata sukar sekali dicari.
Bagaikan hantu orang itu menghilang dan tak pernah
kelihatan lagi ! Malah di gedung pusat Tai-bong-pai sendiri orang telah melupakannya. Biarpun putera ketua mereka
sendiri, tapi Song-bun-kwi telah lama diusir oleh ayahnya, sehingga anggota perguruannya sendiri juga tak
mempedulikannya lagi. Setelah membunuh tiga orang anggota Im-yang-kauw,
Song-bun-kwi dan temannya lalu pergi meninggalkan Bukit
Delapan Dewa. Mereka melintasi bukit-bukit yang berada di
sebelahnya, lalu turun ke lembah, dan akhirnya menuju ke
tepian sungai yang mengalir di tempat itu.
Dengan sangat berhati-hati, Hong-lui kun mengikuti saja ke mana mereka pergi. Begitu pula ketika dua orang itu
mendekati beberapa buah perahu yang berlabuh di tepi sungai tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua orang yang amat sangat dikenal oleh Yap Kiong Lee
keluar dari sebuah perahu yang ditambatkan agak ke tengah.
Kedua orang itu berdiri di atas geladak, menyongsong Song
bun kwi yang baru saja datang.
"Tee-tok-ci dan Ceng-ya-kang...!" Hong-lui-kun bergumam perlahan. "Ahh.....jadi benar juga dugaanku selama ini. Si Ciangkun telah diperalat oleh Song-bun-kwi dan orang-orang Ban-kwi-to!"
Yap Kiong Lee menoleh kesana kemari, mencari jalan agar
dapat mendekati perahu tersebut. Tapi perahu itu jauh
terpisah dari perahu-perahu yang lain, sehingga sukar untuk mendekatinya tanpa terlihat oleh mereka.
"Satu-satunya jalan hanyalah menyelam dan berenang ke sana. Tapi apakah arus sungai ini tidak besar" Walaupun bisa, tapi aku tidak mahir dalam berenang......"
Tapi karena hanya dengan jalan itu ia bisa mendekati
lawannya, maka Hong-lui-kun nekad untuk menyelami sungai
yang lumayan besarnya itu. Berhati-hati ia beringsut ke hilir.
Lalu tempat yang terlindung oleh semak-semak, ia turun ke
dalam air dan.... menyelam!
Tiba tiba dilihatnya perahu tersebut melepaskan ikatannya
dan bergerak untuk berangkat. Perlahan-lahan perahu itu
berputar, kemudian hanyut ke hilir. Seorang tukang perahu
tampak berdiri di buritan mengendalikannya.
Hong-lui Kun tidak jadi berenang. Sambil memegang
patahan ranting berdaun rimbun di atas kepalanya, ia menanti lewatnya perahu tersebut di tempatnya. Kemudian dengan
hati-hati ia 'menempel' pada dinding perahu. Ranting berdaun lebat yang dibawanya ia pakai untuk menutupi kepalanya yang tersembul di atas air.
Beberapa saat lamanya perahu itu berjalan, tapi Yap Kiong
Lee belum juga mendengar percakapan mereka. Suasana di
dalam perahu masih tetap sunyi. Tak ada suara sedikitpun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selain suara kecipaknya air sungai yang menjilat dinding
perahu. Satu jam telah berlalu. Yap Kiong Lee sudah mulai bosan
dan kedinginan. "Kurang ajar ! Apa yang diperbuat orang orang itu"
Mengapa diam saja sejak tadi." pemuda itu menggerutu di dalam hati. Lalu dengan penasaran diraihnya tali yang
tergulung di atasnya, yang terikat kuat pada pagar perahu. Ia bermaksud menjenguk ke dalam.
Tetapi belum juga tali itu terjangkau oleh jarinya, tiba-tiba dari arah depan muncul sebuah perahu lain. Perahu tersebut dengan cepat menyongsong perahu yang 'ditempelnya",
Beberapa orang pendayung tampak bersemangat sekali dalam
mengayunkan dayungnya. "Ong-ya datang.......!" mendadak Hong-lui-kun mendengar suara serak dari dalam perahu. Agaknya suara orang tinggi
besar yang datang bersama dengan Song-bun kwi tadi.
Yap Kiong Lie mengurungkan niatnya. Dia justru semakin
membenamkan tubuhnya. Dari balik daun-daun yang
menutupi kepalanya, ia mengintip ke arah perahu yang
datang. Beberapa puluh meter sebelum kedua perahu tersebut
berpapasan, perahu yang datang dari depan tadi tampak
berputar berbalik haluan, kemudian berhenti menantikan
perahu yang dinaiki Song-bun-kwi Kwa Sun Tek. Lalu
keduanya berlayar berdampingan.
Yap Kiong Lee yang kebetulan berada di antara dua dinding
perahu yang sedang berdempetan, dengan leluasa dapat
mendengarkan percakapan mereka.
"Ongya......! Apakah ongya sudah terlalu lama menunggu,
sehingga terpaksa menyusul kami kemari ?" Song-bun kwi yang cuma terlihat kepalanya saja dari tempat persembunyian Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yap Kiong Lee itu membuka suara, menyambut seorang lakilaki misterius di atas perahu yang baru saja tiba.
"Uh ! Uh! Uh !"
Grobyag!! Tiba tiba dari dalam perahu orang misterius
tersebut terdengar suara berisik yang disertai suara manusia yang ditutup mulutnya dengan paksa.
Song-bun-kwi kelihatan tertegun di tempatnya. Begitu pula
Tee-tok-ci, Ceng ya-kang dan orang bertubuh tinggi besar
yang berdiri di belakangnya! Hong-Iui-kun yang berada di
dalam airpun ikut tegang dan berdebar-debar. "Permainan apa sebenarnya yang sedang dilakukan oleh orang-orang ini"
Song-bun-kwi yang telah diusir oleh perguruannya, iblis-iblis Ban-kwi-to yang biasa membuat kerusuhan dan?" orang
bertopeng yang selalu menyembunyikan wajahnya di balik
kerudung hitamnya !!" pemuda itu menduga-duga di dalam hatinya.
".Uh . uh !" sekali lagi terdengar suara berbisik itu.
"Hmh! Kau mau diam atau tidak ?" orang berkerudung itu menoleh ke dalam perahu dan menghardik.
"Ongya, siapakah dia ?" orang bertubuh tinggi besar itu bertanya.
"Dia adalah murid Si Tua Bangka dari Bing-kauw yang
kurang ajar itu !" "Oh ! Mengapa ongya menawannya..?"
"Hmh !" orang berkerudung itu mendengus tak menjawab.
Lalu badan yang terbungkus oleh mantel hitam tersebut
tampak melayang, menyeberang ke perahu yang ditumpangi
Song-bun-kwi dan kawan kawannya. Dengan mengangguk
hormat Song- bun kwi segera mempersilahkan orang itu ke
dalam perahunya. "Silahkan duduk, ongya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih !" orang misterius yang dipanggil dengan sebutan ongya itu mengangguk. Lalu katanya kemudian.
"Kwa-heng, Wan-heng, Tee-tok-ci dan..... Ceng-ya-kang!
Marilah kalian kupersilahkan pula duduk bersamaku di sini !
Banyak yang hendak kubicarakan dengan cu-wi semua....."
Dari tempat persembunyiannya Hong-lui-kun mendengar
suara kursi yang ditarik oleh orang-orang tersebut. Agaknya mereka duduk dalam satu meja.
"Hm, siapa pula orang ini" Kelihatannya semua orang
sangat menghormatinya. Apakah dia yang memimpin
kelompok perusuh itu?" pemuda ahli waris Sin-kun Bu-tek itu sibuk menduga-duga di dalam hati. "Kuharap aku tidak salah tebak! Dan ... kuharap aku benar benar telah menemukan
buruanku itu sekarang!"
Dengan perasaan tegang Hong-lui-kun Yap Kiong Lee
mendengarkan percakapan mereka.
"Kwa-heng..." Bagaimana dengan rencana yang hendak
Kwa-heng lakukan bersama Wan-heng dulu itu" Apakah Kwaheng sudah melaksanakannya" Bagaimana pula
perkembangannya?" orang misterius itu terdengar memulai percakapan mereka.
Terdengar suara tertawa dari dua orang yang baru saja
disebut namanya itu. "Hahaha.,.. ! Ongya, semuanya benar-benar berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan dahulu. Dunia persilatan
sudah mulai panas! Seluruh rencana yang telah kita
laksanakan, sekarang sudah mulai membawa hasil. Masingmasing perguruan dan golongan yang kita maksudkan telah
mulai saling cakar dan saling curiga-mencurigai satu sama
lain." Orang she Wan yang datang bersama Song-bun-kwi tadi menjawab pertanyaan itu.
"Apakah para pemimpin mereka telah bertempur satu sama lain?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Belum, ongya ! Tapi hamba kira hal itu segera akan terjadi takkan lama lagi....." Song-bun kwi menerangkan. "Masing-masing telah terbakar hatinya, sehingga mereka telah saling mempersiapkan diri....."
"Bagus! Sekali lagi aku mengucapkan terima kasih! Kwa-heng dan Wan-heng memang hebat sekali! Jadi sekarang kita
tinggal menanti saja......saat yang tepat ! Kita bersama-sama akan bergerak, dan.... eh, lalu bagaimana dengan cap
kerajaan itu" Apakah kalian semua telah mencium jejaknya ?"
tiba-tiba orang berkerudung itu mengalihkan pembicaraannya.
Hong-lui kun yang masih berada di bawah perahu itu
menjadi tegang bukan main. Cap kerajaan ! Mereka ternyata
juga mencari benda keramat itu ! Maka dengan hati berdegup keras, pemuda itu menempelkan telinganya lekat-lekat ke
dinding perahu, agar dapat lebih jelas mendengarkan
perkataan mereka. Hening sejenak. Semuanya terdengar menghela napas
panjang. "Maaf, ongya". Mengenai hal yang satu ini kami semua
masih menghadapi kegelapan. Tak seorangpun dari kami yang
bisa mendapatkan berita tentang benda ini. Yang dapat kami ketahui hanyalah siapa-siapa yang saat ini juga sedang
memburu benda keramat itu !" orang she Wan itu kembali menundukkan kepalanya.
"Hmm, siapakah selain kita yang menginginkan benda
tersebut?" "Kaisar Han dan...... bekas Putera Mahkota Wangsa Chin!"
"Hah" Apa"!!" orang berkerudung itu terlonjak kaget, sehingga yang lain ikut-ikutan terperanjat pula.
"Ongya " Mengapa....." Ada yang salah ?" Song bun-kwi segera berlutut di atas lantai perahu, kemudian diikuti pula oleh yang lain-lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, tidak ! Tidak ! Tidak apa-apa ! Silahkan kalian duduk kembali.....! Aku hanya tidak mengira kalau ternyata kelompok lain yang memburu cap kerajaan itu adalah bekas Putera
Mahkota itu ! Hmm... jadi orang itu belum mati juga."
"Memang belum mati ! Malah hamba dengar justru bekas
Putera Mahkota itulah yang memimpin penyerbuan yang
berkedok pengungsi ke kota raja beberapa hari yang lalu."
Song-bun kwi menyahut dengan perasaan sedikit aneh.
Orang berkerudung yang tidak lain adalah Hek-eng-cu,
yaitu seorang tokoh misterius yang mempunyai ambisi untuk
menjadi raja dengan cara menghancurkan kekuasaan Kaisar
Han itu, tidak berkata lebih lanjut. Orang itu kelihatan
termenung dan termangu mangu, sehingga para
pembantunya menjadi semakin merasa heran. Tak biasanya
pemimpin mereka itu bersikap demikian. Tapi untuk bertanya mereka tak berani, apalagi mereka tak bisa mengetahui apa
yang tersirat dalam wajah yang tertutup kain kerudung itu.
"Ongya...! Tak perlu Ongya merasa khawatir, apalagi
bersedih hati. Walaupun kami belum bisa mendapatkan cap
kerajaan itu, tetapi kami telah memperoleh mustika yang tak kalah berharganya pula......" Song-bun-kwi yang tidak tahan melihat keadaan tuannya itu segera mendekati.
Hek-eng-cu menoleh dengan cepat. Wajah yang terlindung
oleh topi dan kerudung hitam tersebut tampak menegang
sebentar. "Oh ! Apa yang Kwa-heng maksudkan ?" tanyanya singkat.
"Ongya!" orang she Wan yang berada di belakang Song-bun-kwi itu ikut mendekat pula. "Apakah Ongya masih ingat ketika kita mendapatkan potongan emas yang berbentuk aneh
di saku baju Chin Yang Kun dahulu itu" Ketika hamba dan
Tee-tok-ci berhasil menjebak pemuda itu di kota Tie-kwan dan membawanya ke gedung Si Ciangkun ?"
"Ya, aku ingat....! Lalu maksud Wan-heng?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata goresan-goresan yang terpahat pada potongan
emas itu menunjukkan sebuah peta penyimpanan harta karun
mendiang Perdana Menteri Li Su yang bukan main besarnya !"
"Hah?"" sekali lagi Hek-eng-cu tampak terkejut sekali.
"Benarkah....." Tapi kulihat goresan peta yang terlukis di situ seperti terpotong-potong dan..... tidak lengkap !"


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ong-ya benar. Potongan emas itu memang terdiri dari dua bagian sebenarnya...... Yang sepotong telah Ongya bawa.
Sedangkan yang sepotong lagi......" Orang berbadan gemuk besar itu tidak melanjutkan perkataannya.
"Yang sepotong lagi .....?" Hek-eng-cu menegaskan.
"Yang sepotong lagi baru saja hamba peroleh dari tangan Tung hai Nung jin pagi tadi !" Song bun kwi menyambung perkataan kawannya.
"Heh, coba kulihat!"
Song-bun kwi merogoh saku bajunya, lalu menyerahkan
potongan emas yang telah banyak membawa kurban itu.
"Inilah benda itu, Ongya. ."
Orang berkerudung itu segera menyambar potongan emas
yang berada di telapak tangan Song-bun kwi, lalu ditelitinya dengan seksama. Lalu dengan tergesa gesa tangannya
merogoh ke balik jubah hitamnya, dan di lain saat tangannya telah memegang potongan emas yang rupa dan bentuknya
persis dengan potongan emas yang baru saja diberikan oleh
pembantunya. Dua buah potongan emas itu dilekatkan satu sama lain
dan". persis benar !
"Ah! Benar! Kwa-heng ! Wan heng! Tee-tok-ci! Ceng ya
kang ... ! Lihatlah! Peta itu benar-benar lengkap sekarang!"
katanya sambil meletakkan potongan emas itu di atas meja
sehingga semua orang bisa menyaksikannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hei ! Aku tahu tempat ini!" tiba tiba Ceng-ya-kang menjerit.
"Hah " Benarkah" Lekas kausebutkan, Ngo-sute!" Tee-tok-ci mencengkeram lengan adik seperguruannya.
"Benar, Ngo-sicu! Kalau engkau tahu, lekas katakan......!"
Orang she Wan itu ikut mendesak.
Semuanya menatap dan menanti perkataan yang akan
diucapkan oleh orang kelima dari Ban-kwi to itu. Termasuk
juga Hong-lui-kun Yap Kiong Lee, yang mendengarkan
percakapan itu sejak tadi!
"Goresan ini bukan gambar peta"., tapi lukisan Pantai Karang di sebelah selatan Laut Po hai !" Iblis gundul itu berkata tegas.
"Pantai Karang" Pantai tempat penyeberangan ke Pulau
Meng-to itu?" Tee-tok-ci dan Song bun-kwi bertanya hampir berbareng.
"Betul ! Lihatlah . .! Bukankah di sebelah kiri ini adalah lukisan Batu Kepala Naga yang menjorok ke tengah laut itu !
Dan........ yang ini ! Bukankah ini gambar Batu Kilin Mandi yang terkenal itu?"
"Hah, benar! Jadi....... gambar garis-garis ini dimaksudkan sebagai laut, bukan kode-kode sandi atau yang lain. Dan
coretan coretan ini adalah lukisan-lukisan batu karang yang berada di tempat itu. Lalu..... ah, Ngo-sute..... kau benar ! Lo-hu sering juga lewat di sana !" Tee-tok-ci berteriak gembira.
"Hmm, untunglah aku mempunyai pembantu Tee-tok-ci
dan Ceng-ya-kang, yang telah biasa mengarungi pantai-pantai sebelah timur. Coba kalau tidak ! Siapa yang akan dapat
mengenal gambar ini?" Hek-eng cu mengangguk-angguk
senang. "Sekarang tinggal terserah kepada kita, kapan kita akan berangkat mengambil harta karun itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
'Wah..,., semakin cepat kita berangkat, hamba kira akan
semakin baik. Dalam urusan mencari rejeki ini, berlaku
pepatah: Siapa cepat akan dapat ! Siapa tahu sudah ada
orang lain pula yang mengetahui rahasia ini?" Song-bun kwi memberi saran.
"Kwa-heng benar......! Tapi kita tidak boleh berangkat ke sana bersama-sama......"
"Eh" Maksud Ongya......!" semuanya menatap Hek-eng-cu tak mengerti.
Agaknya orang berkerudung hitam itu sudah mengira kalau
akan mendapat pertanyaan seperti itu.
"Cu-wi tidak usah kaget. Dalam saat-saat seperti sekarang ini, di mana terompet sangkakala sudah dekat untuk kita
bunyikan, kita tidak boleh selalu menggerombol bersamasama! Kita semua sudah tahu bahwa pihak lawan juga
mempunyai orang-orang pilihan, yang tersebar di mana-mana.
Oleh karena itu kita mulai sekarang harus berhati-hati. Siapa tahu salah seorang dari kita, entah cu-wi entah aku, telah dicurigai atau diikuti oleh mereka ! Andaikata benar demikian, jangan sampai sekali tepuk mereka dapat menangkap kita
semua!" Semuanya menundukkan kepala. Sadar bahwa perkataan
pemimpin mereka itu memang benar adanya. Apa gunanya
jerih payah mereka selama ini, kalau semuanya telah
tertangkap musuh" "Cu wi semua........, kukira tak seorangpun diantara kita
yang belum mengetahui tempat yang disebutkan oleh Cengya-kang Lo-heng tadi. Setiap orang sudah tahu tempat
penyeberangan ke Pulau Meng to itu. Maka dari sini kita
berpisah dulu. Masing-masing mencari jalan sendiri-sendiri ke Pantai Karang itu. Dan...... dua hari lagi, tepat di waktu tengah malam kita berkumpul lagi di tempat itu ! Setuju...... ?"
"Baik, Ongya.....!" semuanya menjawab hampir berbareng.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sungguh sukar untuk digambarkan, bagaimana perasaan
Hong-lui kun yang dapat mendengarkan pembicaraan mereka
sejak tadi. Ada perasaan puas, senang dapat menemukan
buruannya, sekaligus mengetahui rencana mereka. Tetapi
ada juga perasaan takut dan khawatir melihat perkembangan
ternyata sudah sedemikian jauhnya. Selain itu hatinya merasa tegang juga mendengar rencana orang-orang itu untuk
mengambil harta karun di Pantai Karang!
"Wah, repot! Mana yang harus kukerjakan terlebih dahulu"
Melapor kepada Hong siang, mengikuti salah seorang dari
mereka, atau?"mencari bala bantuan yang terdekat untuk
menghadapi mereka ?" pemuda sakti itu kebingungan.
"Ongyaa..... di depan ada perahu yang menghalangi jalan kita!" tiba-tiba orang yang bertugas di atas geladak berteriak keras.
Hek-eng cu beserta para pembantunya bergegas naik ke
atas geladak. "Ingat! Kita berpencar dan berjumpa kembali di Pantai Karang dua hari lagi." orang berkerudung itu menegaskan kembali.
Di depan kedua buah perahu mereka tampak sebuah
perahu besar berhenti di tengah-tengah sampai dalam posisi melintang. Melihat keadaannya, mudah diduga bahwa perahu
besar tersebut sedang bermaksud menghadang mereka.
Belasan orang laki-laki berpakaian ringkas tampak berjejerjejer di atas geladaknya yang luas.
"Orang Bing-kauw....." Hek-eng-cu bergumam perlahan.
Song-bun-kwi saling memandang dengan orang she Wan
yang berdiri di sampingnya, begitu pula Tee-tok-ci dan Ceng-ya-kang !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ongya, apakah maksudnya mereka menghadang kita"
Adakah mereka sudah mengetahui kalau kita yang mengadu
domba mereka ?" Song-bun-kwi mengerutkan keningnya.
" ". Atau mereka ingin memiliki pula peta harta karun itu?"
Ceng-ya-kang ikut menduga-duga pula.
Sementara itu Hong-lui-kun Yap Kiong Lee ikut berdebardebar pula hatinya. "Uhh! Uhh! Uhhhh !"
Tiba-tiba suara aneh dari dalam perahu yang sebelah
kanan tadi terdengar lagi oleh Hong-lui-kun. Malah sekarang terdengar lebih keras dari pada tadi
Ternyata yang lain-lainpun mendengar suara itu pula,
sehingga otomatis semuanya menoleh ke arah Hek-eng cu.
"Ah, benar..... Aku belum sempat menceritakannya kepada kalian semua," orang berkerudung itu menerangkan.
"Ongya.....?" "Aku telah menangkap seorang anak murid Bing-kauw
kemarin sore. Bocah itu secara tak sengaja telah melihat dan mendengarkan pembicaraanku dengan Tan-wangwe dari
dusun Ho ma cun. Aku takut anak itu membocorkan
keterlibatan Tan-wangwe dalam perjuangan kita ini kepada
orang-orangnya Liu Pang, maka kutangkap dia.....! Semula
aku tak menduga kalau dia murid Put-ceng-li Lo-jin...." Hek-eng-cu berhenti sebentar. Suaranya ketika menyebut nama
Put-ceng li Lo jin terdengar sangat geram, menandakan kalau dia betul-betul amat membenci pada nama itu !
"..... Tapi ketika beberapa orang Bing kauw datang dan berusaha membebaskan anak itu, aku baru tahu kalau dia
adalah murid tua bangka yang tak mengenal aturan itu. Aku
tak mau membuang-buang waktu melayani mereka, maka
kubawa anak itu kemari. Tak kusangka orang- orang Bingkauw itu masih saja membuntuti aku....."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oh ... kalau begitu kita gempur saja mereka sekarang!"
Tee-tok-ci yang selalu haus darah itu menyeringai buas.
"Benar, Ongya! Kita sikat mereka agar tahu rasa!" Ceng-ya-kang mendukung usul kakak seperguruannya.
"Tidak !" Hek-eng-cu berkata tegas. "Kita tidak perlu melayani mereka! Apa gunanya rencana yang telah kita buat
itu kalau kita membunuh mereka di sini" Biarlah kekuatan
mereka itu mereka pergunakan untuk saling baku hantam
dengan Im-yang kauw dan Mo-kauw besok!"
"Ah, maaf .... kami benar-benar amat bodoh! Apa yang
Ongya katakan itu memang betul sekali?" Tee tok-ci dan
Ceng-ya-kang mengangguk-angguk.
"Oleh karena itu janganlah lupa.....! Kita menyebar dari tempat ini, dan..... bertemu kembali dua hari yang akan
datang !" "Baik, Ongya...." semuanya mengiyakan.
Kedua buah perahu yang ditumpangi Hek eng-cu dan para
pembantunya itu tampak semakin dekat dengan perahu
orang-orang Bing kauw. Hek-eng cu tidak berusaha untuk
memberi perintah kepada pendayung-pendayung perahunya
agar menghentikan dayungan mereka, sehingga kedua buah
perahu itu masih tetap melaju dengan pesat. Agaknya tokoh
pemberontak itu memang sengaja mau membentur perahu
lawan! "Jangan takut! Biarpun perahu mereka lebih besar dari pada perahu kita, tapi perahu mereka dalam posisi melintang.
Perahu itu takkan tahan menghadapi gempuran dua buah
perahu kita........! Nah, dalam keributan yang disebabkan oleh benturan kapal kita nanti, kita harus berpencar dan berusaha menyelamatkan diri kita masing-masing ! Jangan melawan
kalau tidak terpaksa....... ! Nah, marilah kita bersiap diri!" Hek-eng-cu berteriak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu Hong Iui-kun menjadi terkejut setengah mati
begitu tahu maksud orang berkerudung yang ingin
membenturkan perahu yang ditempelnya itu ke perahu lawan!
Tanpa membuang waktu lagi ia meraih gulungan tali yang
terikat pada dinding perahu di atas kepalanya, lalu menariknya kuat-kuat, sehingga tubuhnya yang berada di dalam air itu
terlontar ke dalam perahu. Tepat di samping orang Bing-kauw yang ditawan oleh orang berkerundung itu!
"Penyelundup......! Awas musuh!" salah seorang anak buah Hek-eng-cu yang melihat kedatangan Hong-Iui-kun tiba-tiba
berteriak. Bagaikan sebuah bayangan Hek-eng-cu terbang kembali ke
perahunya. Ketika dilihatnya ada seorang pemuda berada di
dekat tawanannya, tanpa pikir panjang lagi ia melontarkan
pukulan Pat-hong-sin-ciangnya yang ampuh bukan alang
kepalang ! Sekejap Hong-lui-kun merasa bagai digencet oleh kekuatan
yang tak kelihatan dari segala arah. Dan ketika matanya
menatap ke arah mata lawan yang sedang terbang ke
tempatnya, pemuda itu seperti melihat sinar matahari yang
mencorong ganas, seolah-olah mau membakar tubuhnya !
Tapi herannya, angin yang tertiup ke arah tubuhnya demikian dingin membekukan!
ltulah pukulan Pat hong-sin ciang (Pukulan Sakti Delapan
Penjuru), yang dahulu merupakan ilmu andalan Bit-bo-ong!
Ilmu yang sangat menggiriskan ini adalah gabungan antara
tenaga dalam dan ilmu sihir ! Siapa saja yang menjadi sasaran dari ilmu ini akan menjadi kaku kedinginan dan sukar bergerak seperti orang tergencet dalam lumpur tanah liat!
Tapi Hong-lui kun segera menyadari keadaannya yang
gawat. Dengan segala kemampuan yang ia dapatkan selama
ini, ia meronta dan menghentakkan seluruh kekuatan ilmunya
! Whuuaaah ! Kemudian setelah berhasil membebaskan diri
dari himpitan ilmu lawan, Hong-lui-kun segera mengayunkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lengannya ke depan, menyongsong pukulan Hek-eng-cu !
Kedua-duanya mengerahkan seluruh kemampuannya! Dan
pertemuan antara dua kekuatan raksasa itu bersamaan
waktunya dengan membenturnya dua buah perahu Hek-eng
cu ke arah perahu Bing-kauw !
"Kkrrroaaaakk !"
"Dhuuuuaar !" "Hwaduuh ! Tolong......!"
Perahu Bing-kauw yang besar itu terbelah dengan suara
yang menggiriskan menjadi tiga bagian ! Para penumpangnya
terlempar berhamburan ke dalam sungai. Dan sebentar
kemudian terdengar jeritan ngeri dari orang-orang yang tidak bisa berenang.
Tapi kedua buah perahu kecil yang menabraknya ternyata
juga tidak kalah parah keadaannya. Begitu membentur, kedua perahu itu langsung terbalik dan menumpahkan seluruh isinya, kecuali Hek-eng-cu dan Hong-lui-kun Yap Kiong Lee !
Ternyata sebelum benturan tersebut terjadi, kedua tubuh
mereka telah lebih dahulu terlempar ke udara akibat
pertemuan tenaga pukulan mereka sendiri ! Keduanya
tercebur ke dalam air dan hanyut bersama dengan yang lain !
Rasa sakit dan linu-linu membuat Hong lui-kun untuk
beberapa saat menjadi permainan gelombang sungai. Tapi
sesaat kemudian setelah ia sadar bahwa ia dalam keadaan
bahaya, pemuda itu segera mengerahkan semua sisa-sisa
kekuatannya untuk berenang ke pinggir.
Tak terduga tubuh pemuda itu melanggar sesosok tubuh
yang terikat kaki tangannya, hingga tentu saja orang tersebut tidak bisa menggerakkan badannya untuk berenang. Ah,
orang ini tentulah orang yang ditawan oleh orang misterius tadi, Hong-lui-kun berkata di dalam hatinya. Melihat orang itu sudah pingsan, tanpa berpikir lebih lanjut Hong-lui-kun segera menyeretnya pula ke tepian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu tirai senja telah mulai turun menutupi daerah sekitar tempat kedua orang itu mendarat. Dengan susah
payah Hong-lui-kun yang kepayahan itu menyeret orang yang
pingsan tersebut di atas pasir. Lalu dengan mata yang
berkunang kunang serta badan yang semakin lemas pemuda
itu menggendong orang yang ditolongnya ke tempat yang
aman. Kakinya tersaruk-saruk menaiki tebing sungai yang
tidak begitu tinggi lagi kemudian menjatuhkan dirinya di atas rumput tebal.
"Perawakan orang ini tidak begitu besar......Tapi tubuhnya kok berat nian, uhh...... kiranya dagingnya demikian gemuk !"
Hong-Iui-kun menggerutu diantara sadar dan tidak sadar.
Meskipun tidak sampai merenggut nyawanya, tetapi
ternyata pukulan Hek-eng cu tadi membuat tubuh Hong-lui
kun menjadi lemah sekali. Selain pukulan Pat hong-sin-Ciang lawan memang agak sedikit lebih unggul dari pada pukulan
Thian-lui-gong ciangnya, kedudukan Hek-eng-cu yang
menyerang dari atas tadi memang lebih menguntungkan
posisinya ! Seakan-akan pukulan lawan menjadi berlipat
ganda, karena ditunjang oleh berat badannya.
Dengan mata hampir terpejam, Hong-lui-kun masih ingat
untuk mengendurkan ikat pinggang dan melepaskan bajunya.
Dan sebelum ia benar-benar menjadi pingsan, ia juga masih
berusaha untuk melepas tali yang mengikat kaki tangan orang itu, sekalian melepas pula baju basah yang dikenakannya.
Tapi pemuda itu menjadi terkejut bukan main.......!
Suatu pemandangan yang belum pernah ia lihat selama
hidupnya tampak terpampang di balik baju yang baru saja
dibukanya ! Tapi pemandangan yang hebat itu tak dapat ia
nikmati sampai puas, karena sesaat kemudian ia telah jatuh pingsan !
"Pe- perempuann......"!?" keluhnya terputus.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sudah selayaknya kalau Hong-lui-kun menjadi amat
terkejut begitu mengetahui siapa sebenarnya tawanan Hek
eng cu yang baru saja ia selamatkan itu. Keadaan tubuhnya yang sangat lemah itu menyebabkan Hong-lui kun tak bisa
mempergunakan panca inderanya dengan baik. Pemuda itu
benar benar tak mengira kalau orang yang ia tolong tersebut adalah seorang gadis yang sangat cantik. Dan Hong-lui-kun
yang kini pingsan semakin tidak mengira ataupun
membayangkan, bahwa seseorang telah datang ke tempat itu
selagi ia pingsan. Dan orang itu adalah.......
"Uhhh".. benar-benar gila ! Untunglah aku mengerahkan seluruh tenaga dalamku, kalau tidak .......hmm, bisa-bisa aku sudah tidak ada lagi di dunia ini ! Tak kusangka bocah itu memiliki tenaga dalam demikian kuatnya. Hmmh, siapa
sebenarnya bocah itu " Adakah ia orang Bing-kauw pula ?"
tiba-tiba Hek-eng cu keluar dari permukaan air dan kemudian berjalan tersaruk-saruk ke atas tebing.
Orang itu terbelalak kaget ! Tergesa gesa ia membetulkan
letak topi dan kerudungnya ketika tiba-tiba ia melihat dua sosok tubuh tergolek di hadapannya ! Dan hatinya semakin
terkejut sekali ketika mengenali wajah Hong lui kun yang
pingsan ! Tapi rasa kaget itu segera lenyap begitu melihat pemandangan lain yang menyentuh nafsu birahinya. Hek-eng
cu benar-benar tidak menyangka bahwa gadis yang semalam
telah ditangkapnya itu memiliki tubuh yang demikian indahnya
! Semakin dipandang tubuh molek itu semakin
mempesonakan Hek eng cu sehingga tanpa terasa darahnya
mulai terbakar. Pelan pelan kakinya melangkah mendekati.
Lalu sepasang tangannya mulai menggerayangi tubuh
setengah polos itu dan jari-jarinya yang gemetar berusaha
melepas pakaian yang masih tertinggal. Dan sesaat kemudian terjadilah perbuatan yang sangat tercela dan terkutuk di atas tebing sungai itu.....!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Entah berapa lama hal itu berlangsung, tapi gadis cantik


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang merasa kesakitan itu tiba-tiba tersadar dari pingsannya.
Dan bisa dibayangkan betapa terperanjatnya dia begitu tahu ada orang yang sedang menindih dan memperkosanya !
Mungkin seribu letusan petirpun takkan bisa mengagetkannya seperti rasa kagetnya saat itu !
"Arrghhh .. !!" gadis itu meronta dan menjerit sejadi jadinya. Tangannya mencakar muka lawannya sehingga
kerudung beserta topi Hek-eng-cu terlepas dari tempatnya.
Hek-eng cu cepat cepat menutupi mukanya dan meloncat
pergi dengan cepat sekali ! Orang berkerudung itu sudah tidak mempedulikan lagi, bagaimana sepeninggalnya gadis yang
telah ia gagahi itu jatuh pingsan kembali. Gadis itu pingsan lagi gara-gara tak kuat menanggung hantaman batin yang
demikian beratnya ! Senja yang menyedihkan itu berangsur-angsur menjadi
gelap dan bintang-bintang di langitpun mulai bermunculan.
Suasana benar benar sunyi dan sepi. Pohon pohon yang
rindang itu berdiri kaku tak bergerak. Daun-daunnyapun
tergantung diam di kelopaknya, seolah-olah tak ada angin
yang berhembus di tempat itu. Suara belalang dan cengkerik yang biasa meramaikan tepian sungai itu belum juga
menampakkan lagunya. Sedangkan gelombang air sungai
yang biasa berkecipak menjilati tebing-tebing batu itu kini juga tampak mengalun tenang sekali. Hampir-hampir tidak beriak
sama sekali. Suasana pada saat itu benar-benar lain dari kebiasaannya.
Seolah-olah alam ikut berduka cita atas musibah yang
menimpa diri gadis cantik murid Put ceng-li Lo jin tersebut.
Perlahan-lahan Yap Kiong Lee membuka matanya. Pemuda
itu sedikit terperanjat begitu menyadari hari telah menjadi malam. Bintang-bintang telah bertaburan memenuhi angkasa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ohh..... lama benar aku tak sadarkan diri," katanya
perlahan. Untuk beberapa saat pemuda itu masih tetap saja
berbaring di tempatnya. Badannya masih terasa kaku dan
lemas. Terbayang dalam benaknya, peristiwa yang terjadi di gedung Si Ciang kun setahun yang lalu. Yaitu ketika ia
menemani adiknya menggerebeg rumah perwira yang
bersekongkol dengan kaum perusuh itu.
Ketika adiknya hampir berhasil menangkap Song bun kwi,
tiba-tiba saja datang orang berkerudung meloncat ke atas
tembok, dan menolong putera ketua Tai-bong-pai tersebut.
Orang itu mengenakan mantel hitam yang kebal terhadap
senjata dan orang itu mahir memainkan Bu eng Hwe-teng dan
Pat hong-sin ciang warisan Bit bo-ong!
"Ah, sekarang sudah mulai terang bagiku, siapa sebenarnya tokoh-tokoh pemberontak yang ingin meruntuhkan kekuasaan
Kaisar Han. Hanya yang belum dapat kuketahui ialah siapa
tokoh misterius yang selalu berlindung di balik kedok hitam itu
! Yang terang, orang itu telah mewarisi kesaktian mendiang Bit-bo-ong yang maha hebat."
"Ahhh.... aduuuh ". !!"
Yap Kiong Lee meloncat berdiri dengan cepat. Semua otot
tubuhnya menegang, sehingga tubuh atasnya yang terbuka itu semakin tampak jantan dan gagah. Matanya terbelalak
menatap ke tubuh telanjang yang tergolek tak jauh dari
tempatnya berdiri. Sedang wajahnya yang tampan itu menjadi pucat sekali begitu melihat cairan darah yang mengalir di atas paha putih mulus itu!
"Aduuuh... ohh..... keparat busuk!" gadis itu merintih kembali.
"Nonaaaa. . ."!?" Yap Kiong Lee meloncat menghampiri gadis itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba tiba gadis itu terbelalak ngeri menatap Yap Kiong Lee !
Lalu wajah itu berubah menjadi buas !
"Bangsat keji ! Kubunuh kau!! Keparaaaat...." gadis itu menjerit histeris.
Jari jari yang berkuku runcing itu mencakar dengan ganas
ke arah muka Yap Kiong Lee. Sepasang kakinya yang
berbentuk bagus itupun tak tinggal diam ! Beberapa kali tumit yang bulat kecil berwarna merah jambu itu nyaris
menghantam muka dan dada Yap Kiong Lee ! Untunglah
pemuda itu tak pernah kehilangan ketangkasannya.
Dengan gerakan-gerakan yang cepat dan manis ia selalu
bisa lolos dan serangan si gadis yang membabi-buta. Malah
akhirnya pemuda itu dapat meringkus si gadis yang malang
tersebut. "Nona... nona.... kau sadarlah! Jangan membabi buta
begitu.... !" "Lepaskan! Iblis keji.......! Lepaskan!!" gadis itu menjerit jerit, kemudian pingsan lagi dalam pelukan Yap Kiong Lee.
Dengan sangat berhati-hati sekali Yap Kiong Lee
membaringkan tubuh telanjang itu di atas pasir yang kering.
Lalu dengan gemetar ia mencoba mengembalikan pakaian si
gadis yang berserakan di atas rumput. Hanya pemuda itu agak mendapatkan sedikit kesukaran ketika harus memasukkan
lengan baju yang sebelah kiri, sebab jari-jari tangan kiri gadis itu mencengkeram sebuah topi berkerudung dengan amat
kuatnya. Meski dalam keadaan pingsan, ternyata jari jari itu tak dapat dibuka dengan paksa, seolah-olah tangan itu telah menjadi beku !
"Ahh... .!" Yap Kiong Lee tertegun. Pemuda itu menatap dengan tajam kerudung hitam yang amat dikenalnya itu. Lalu perlahan-lahan pandangannya beralih ke bawah ke arah paha
putih mulus yang ternoda oleh darah itu. Dan sesaat
kemudian Yap Kiong Lee telah dapat menduga, apa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebenarnya yang terjadi di tempat itu sewaktu dia pingsan.
Keparat Hek-eng-cu itu telah datang ke tempat tersebut,
kemudian mempergunakan kesempatan untuk memperkosa
gadis itu selagi dia tidak sadarkan diri.
"Bangsat benar orang itu".!" Yap Kiong Lee lalu duduk terpekur di samping tubuh molek itu. Dipandangnya wajah
cantik tersebut dengan seksama. Meski sudah pingsan, wajah itu masih tetap juga menampakkan kesedihan dan
penderitaan batinnya yang hebat! Tanpa terasa Yap Kiong Lee menghela napas panjang sekali. Hatinya benar-benar
tersentuh. Dan diam diam hatinya merasa menyesal dan ikut
bersalah pula. Tak seharusnya ia membawa gadis itu kemari, dan tak seharusnya pula ia membuka pakaian gadis itu
sebelumnya. Sekarang dia sendirilah yang menerima getahnya
! Gadis itu menyangka bahwa dialah yang telah
memperkosanya.........! "Oh, Tuhan....... bunuh sajalah aku ! Uh....hu.... huu ... !"
begitu sadar lagi gadis itu meratap dan menangis
sesenggukan. Suaranya sangat memilukan, sehingga hati Yap
Kiong Lee bagai dicopot rasanya. Otomatis timbul rasa
bencinya terhadap Hek-eng-cu !
"Bangsat keji !" pemuda itu menggeram marah. "Kubunuh kau bila bertemu denganku.....!"
"Hah....."!" Kau...." Keparat, kubunuh kauuu ... .!" gadis itu bangkit dengan wajah buas, lalu sambil menjerit ia menubruk Yap Kiong Lee. Sekali lagi gadis itu menyerang membabi buta
! "Nona....... tahan ! Kau telah salah sangka.. .Aku tidak
pernah berbuat buruk terhadapmu !" Yap Kiong Lee berteriak pula, mencoba memberi keterangan.
Gadis itu tampak tertegun sebentar, tapi serentak melihat
lagi tubuh atas Yap Kiong Lee yang telanjang, wajahnya
kembali beringas pula. Apalagi ketika sadar bahwa badannya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang tadi telanjang bulat itu kini telah tertutup pakaian
kembali, kemarahannya semakin tambah berkobar kobar!
"Setan ! Iblis ! Ohh.....kubunuh kau !"
Yap Kiong Lee terpaksa melayaninya dengan sungguhsungguh ! Bagaimanapun juga ilmu silat gadis itu tidak boleh dianggap rendah. Pukulan dan tendangan kakinya amat kuat
dan mantap, apalagi ditunjang oleh Iwee-kang yang tinggi
pula. Malah beberapa kali Yap Kiong Lee sempat dibuat
bingung oleh jurus-jurus si gadis yang aneh dan
membingungkan ! Kalau tidak waspada, salah-salah dirinya
bisa terjungkal malah ! Untunglah ilmu yang dimiliki Yap Kiong Lee masih sedikit
lebih matang dan lebih tinggi tingkatnya, apalagi gadis itu bersilat dengan kemarahan yang tak terkendalikan, sehingga bagaimanapun juga gerakan-gerakannya tidak terkontrol
dengan baik lagi. Oleh karena itu setelah Yap Kiong Lee yakin bahwa kata-katanya tak mungkin bisa menyadarkan lawannya,
ia mulai membalas serangan-serangan yang ditujukan
kepadanya. Dan serangan-serangan balasannya itu benarbenar merepotkan lawannya. Akhirnya gadis itu tertotok roboh oleh jari-jari Yap Kiong Lee yang ampuh !
Bertepatan dengan saat itu di atas tebing kelihatan
beberapa sosok bayangan berdiri berjejer-jejer mengawasi
Yap Kiong Lee dengan mata menyala. Salah seorang di
antaranya adalah wanita, yang dalam keremangan malam
tidak begitu jelas raut wajahnya.
"Nah, apa kataku..... bukankah Siau Put-sia berada di sini"
Telah kudengar jeritannya tadi?" wanita itu menunjuk ke bawah. Tubuhnya yang tinggi ramping itu bergoyang-goyang
seperti pohon yang-liu (cemara) tertiup angin, sehingga Yap Kiong Lee menjadi terpesona dibuatnya.
"Hong-cici.... !!" lawan Yap Kiong Lee yang disebut dengan nama Siau Put-sia itu menjerit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang orang yang berada di atas tebing itu segera
berloncatan turun dan berpencar dalam posisi mengepung.
Dua orang di antaranya bergegas lari menghampiri Siau Putsia, untuk membebaskannya dari totokan Yap Kiong Lee.
"Siau-sumoi... !"
"Ji-suheng! Sam-suheng....." mata Siau Put-sia merah berkaca-kaca, siap untuk meledakkan tangisnya.
Benarlah, begitu bebas, gadis itu segera menubruk dan
membenamkan kepalanya di dada wanita ayu tersebut.
Tangisnya benar-benar meledak tak terbendung Iagi! Begitu
sedihnya tangis itu sehingga semuanya menjadi heran dan
curiga. Tak biasanya gadis cantik yang amat lincah dan bengal itu menangis demikian memilukan!
"Put-sia, ada apa..." Kenapa kau menangis demikian
sedihnya?" alis yang sangat indah itu berkerut. Jari jarinya yang halus itu juga membelai rambut Siau Put sia, sehingga gadis malang itu semakin menjadi-jadi tangisnya.
Sementara itu bagaikan sebuah patung batu, Yap Kiong Lee
berdiri tertegun di tempatnya. Matanya terbelalak memandang wanita yang luar biasa cantiknya itu. Semakin lama ia
memandang, semakin yakin pula hatinya, bahwa wanita itu
pernah dilihat dan dikenalnya !
Sebaliknya, wanita tersebut tidak menyadari kalau dirinya
sedang diperhatikan oleh Yap Kiong Lee. Ia sedang sibuk
memusatkan perhatiannya kepada gadis yang menangis di
dadanya. Wanita itu menduga, tentu ada terjadi sesuatu yang hebat yang menimpa diri gadis ini sehingga menangis
demikian sengsaranya. "Put-sia... kau kenapa" Ayoh, katakan saja! Apakah laki-laki itu telah menggodamu...?" tanyanya dengan suara gemetar, seolah olah wanita itu sudah dapat menebak apa yang telah
terjadi. "Put sia...?""
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi yang ditanya tidak menjawab, tangisnya justru
semakin bertambah hebat. "Kurang ajar.....! Kauapakan sumoiku?" tiba-tiba salah seorang suhengnya yang tadi memunahkan totokan Yap Kiong
Lee, melompat ke depan dengan garangnya. Tangannya
terayun deras ke arah kepala pemuda itu. Suaranya tajam
mengaung, sehingga diam-diam Yap Kiong Lee tercekat di
dalam hatinya, ia benar-benar berhadapan dengan lawan
berat sekarang ! "Tunggu.....!!!" pemuda itu mengelak dengan tidak kalah gesitnya. "Jangan sembarangan menuduh orang! Aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi. Malah akulah yang
menolong gadis itu .."
"Bohong.... !" orang yang menyerangnya berteriak pula.
"Lihat keadaan dirimu itu" Kenapa kaubuka pakaianmu kalau kau tak bermaksud kurang ajar terhadap sumoiku" Huh!
Jangan harap kau bisa menyelamatkan diri dari hukuman
kami!" "Plaaaak !" Kedua tangan mereka yang penuh tenaga itu saling
bertemu satu sama lain. Yap Kiong Lee tergetar mundur dua
langkah, sementara lawannya tampak terhuyung huyung
beberapa langkah ke belakang dan hampir jatuh.
"Sam-te (adik ketiga) ......" seorang lagi yang tadi juga menolong Siau Put-sia, datang memeluk orang itu.
Tapi orang itu segera melepaskan pelukan kakak
seperguruannya. "Aku belum apa-apa, ji-suheng! Aku terlalu memandang
remeh kekuatannya, sehingga aku cuma mengerahkan
separuh bagian dari tenaga dalamku. Kauminggirlah. Biarlah adikmu saja yang menghajar dia, agar dia tidak berani main-main lagi dengan Bing-kauw.....!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi kau berhati-hatilah......! Kulihat orang itu memang berkepandaian tinggi."
"Jangan khawatir, Ji-suheng, percayalah kepadaku !"
adiknya berkata mantap. "Bagaimanapun perkasanya dia, tak
mungkin mengalahkan kebijaksanaan! Ibarat besi, meski kuat dan keras, akan tetap mencair melawan api......"
"Bagus. Samte! Tapi kebijaksanaan itu tidak cuma milik satu orang saja di dunia ini. Kalau dia membawa air, apipun tak ada gunanya lagi ..."
"Ah, Jisuheng! Bukankah banyak tanah di tempat ini?"
"Ya ! Tapi kau lupa bahwa dia... adalah besi!"
"Ohh...."!" adik seperguruannya terdiam. "Lalu
bagaimana.....?" Kakak seperguruannya tersenyum. "Ikuti sajalah aliran sungai.....!"
"Baik !" su-tenya mengangguk.
Kemudian dengan langkah perlahan orang itu maju ke
depan Hong lui kun lagi. Wajahnya sudah tidak merah padam
seperti tadi. Kini orang itu bersikap lebih sabar dan tenang.
tidak Kasar dan berangasan seperti sikapnya semula. Orang
itu benar-benar menuruti dan mengindahkan nasihat
suhengnya. Kini justru ganti Yap Kiong Lee yang menjadi bingung dan
serba salah! Selain merasa serba salah karena tidak dapat
membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah, pemuda itu juga
bingung mendengar percakapan kedua orang yang aneh-aneh
dan seperti berbau filsafat itu. Dia memang sering mendengar dan membaca filsafat filsafat kuno, biarpun tidak pernah
mempelajarinya secara bersungguh-sungguh. Apalagi sampai
mendalaminya. Meskipun demikian, paling tidak ia bisa
berfilsafat serba sedikit. Tapi mendengar percakapan mereka tadi sungguh-sungguh merasa pening! Cara mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengungkapkan kata-kata filsafat yang seenaknya sendiri itu benar-benar memusingkan orang !
Yap Kiong Lee memang sudah pernah mendengar serba
sedikit tentang Aliran Bing-kauw. Baik tentang ajaran
ajarannya maupun tentang ciri dan keanehan para
penganutnya. Pemuda itu juga tahu bahwa di dalam Aliran
Bing kauw banyak berkumpul tokoh-tokoh sakti yang jarang
ada tandingannya di dunia kang-ouw. Oleh karena itu dia
mulai berpikir, apa yang sebaiknya ia lakukan dalam peristiwa seperti ini.
Sementara mereka saling bersitegang, wanita ayu itu
membawa Siau Putsia ke tempat yang agak lapang dan bersih.
Tangis dara itupun sudah mulai reda, sehingga di antara
isaknya sudah dapat diajak berbicara.
"Siau Put-sia. .. " Apakah sebenarnya yang terjadi padamu
" Apakah pemuda yang bertelanjang dada itu benar-benar
telah mengganggu engkau " Ayolah, anak manis........
kaujawablah pertanyaan cicimu ini! Benarkah dugaan cicimu
itu " Benar" ?" wanita ayu itu mendesak dengan suara yang halus dan lembut.
Gadis itu mulai tersedu-sedu kembali. Sukar benar rasanya
menjawab pertanyaan yang sangat menyedihkan hatinya itu.
Oleh karena itu ia hanya mengangguk-angguk saja ketika
cicinya terus mendesak juga.
"Hah "!" Jadi kau benar-benar di. . di...." Oh, manusia keji
!" "Ciciii.... Uh-huuuu..... uh-huuuuuu......" gadis itu kembali menangis keras keras.
Wajah cantik dari wanita ayu itu berubah menjadi pucat
seperti kertas. Matanya yang bulat cemerlang itu terbelalak ke depan, memandang ke arah pertempuran antara kawannya
dengan laki-laki keparat yang telah memperkosa adiknya itu.
Lalu perlahan-lahan wajah itu berubah kemerah-merahan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sementara mulutnya yang berbentuk indah itu tampak
merapat sehingga giginya terdengar saling beradu dan
menimbulkan suara gemeretuk.
"Iblis keji ! Hmm ... BUNUH DIA!!" tiba-tiba bibir yang tipis itu berteriak dengan suara bergetar, tangannya menunjuk ke arah Yap Kiong Lee !
Bagaikan mendapatkan aba-aba, orang-orang Bing-kauw
yang berada di tempat itu segera maju menyerang Yap Kiong
Lee ! Dengan kemarahan yang meluap-luap mereka
mengeroyok untuk segera dapat membunuh pemuda kurang
ajar itu. Tentu saja Yap Kong Lee menjadi repot bukan main. Baru
melawan dua orang kakak beradik seperguruan itu tadi saja
belum tentu menang, kini harus pula melawan yang lainlainnya. Oleh karena itu hanya dalam tempo yang singkat ia telah terdesak dengan hebat ! Ilmu silat Aliran Bing kauw yang sangat aneh aneh itu, benar-benar membingungkannya.
Untunglah ilmu yang ia pelajari sudah demikian mantap, serta pengalamannya pun sudah matang, sehingga bagaimana pun
juga sulitnya ia masih bisa mempertahankan diri.
Sementara itu Siau Put-sia belum reda juga tangisnya.
Dengan sedih gadis itu masih terisak-isak di dalam dekapan wanita ayu tersebut. Malahan dari sepasang mata cicinya itu kini tampak mengalir pula air matanya yang bening.
"Sudahlah, Put-sia... .! Berhentilah menangis! Aku tahu betapa sedihnya hatimu...... cici juga pernah...." wanita itu menghentikan kata-katanya dan menghela napas berat sekali.
Siau Put-sia cepat-cepat melepaskan pelukannya. Dengan


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

wajah sendu serta muka berurai air mata ia menatap cicinya yang cantik bagai bidadari itu. "Cici, kau...... kau tidak marah kepadaku " Kau...... kau dapat memahami kesengsaraanku"
Kau,,,. kau.... oh, tapi bagaimana dengan suhu nanti?" gadis itu mulai mau menangis lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita ayu itu cepat meraih Siau Put sia serta memeluknya
lagi. "Jangan takut ! Apakah kaukira suhumu itu seorang yang bengis dan kejam ?" wanita itu membujuk. "Dengarlah.....!
Dahulu akupun mengalami juga perlakuan seperti yang
kaualami ini. Padahal saat itu aku juga masih remaja puteri seperti engkau sekarang ini. Coba bayangkan, betapa
sedihnya hatiku pada saat itu ! Begitu sedihnya sehingga
cicimu memutuskan untuk bunuh diri saja. Untunglah suhumu
datang menolong. Dengan penuh kelembutan dan kasih
sayang beliau membimbing tanganku agar dapat tegak
kembali dan menikmati lembutnya sinar matahari setiap
pagi..." "Cici..... kau..... kau?" Siau Put-sia terbelalak mengawasi cicinya. "Jadi kau..... dahulu itu.., juga diperkosa orang?"
"Benar! Memang demikian. Tapi kaulihat sekarang cicimu masih bisa berbahagia dan menjadi orang tua yang baik,
bukan... .?" "Ah, cici....! Kau ini berbicara seperti seorang nenek-nenek saja. Bukankah usia cici terpaut tidak banyak denganku"
Bukankah suhu membawamu pulang baru dua tahun yang
lalu....." Cici ini bisa saja....." gadis itu mulai kelihatan cerah mukanya.
"Ya.... tapi aku akan menjadi isteri suhumu sekarang!
Dipandang dari jalur tingkatannya, aku sekarang akan menjadi orang tua.... orang tua yang amat berbahagia....." wanita itu tersenyum sambil mengusap air mata yang tadi membasahi
pipinya. "Benarkah cici merasa berbahagia di samping suhu" Ah, cici tentu berbohong kepadaku." Siau Put-sia menengadahkan mukanya. "Aku sering melihat cici duduk melamun,,,.."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita ayu itu tersentak kaget. Sekejap wajah yang molek
itu tampak murung, tapi sesaat kemudian kelihatan berseriseri pula kembali. "Ah, kau ini aneh-aneh saja. Tentu saja aku sering
melamun, karena aku pun sering teringat keluargaku. Aku.....
eh, Put-sia, apa yang kaubawa itu ?" wanita itu terkejut ketika melihat topi berkerudung hitam yang masih dalam
cengkeraman Siau Put-sia.
"Ohh... ini.... Ini.... ini topi orang itu! Saya cengkeram dan lepas dari kepalanya ketika ia,,.,, memper.... memperkosa
aku." gadis itu kembali gemetar mau menangis. Topi yang aneh itu buru-buru ia lepaskan, seolah-olah terpegang oleh gadis itu sebuah barang yang sangat menjijikkan.
Tapi lain halnya dengan wanita ayu tersebut.
Topi yang aneh itu cepat dipungutnya, kemudian dengan
teliti dipandanginya benda tersebut dari segala arah.
Wajahnya berubah menjadi merah padam secara mendadak !
"Put-sia ! Benarkah lelaki itu tadi mengenakan topi dan kerudung ini ?" serunya dengan tegang. Wajah yang biasanya lembut dan tenang itu tampak menjadi ganas dan kejam,
sehingga Put-sia menjadi ketakutan. Belum pernah gadis itu melihat cicinya berwajah demikian!
"Be....... benar !"
"Bangsat keji ! Akhirnya kujumpai juga engkau .....!"
Jarak antara tempat mereka dan arena pertempuran
mungkin lebih dari pada lima tombak, tapi meskipun begitu
hanya dengan sekali lompat saja wanita ayu itu sudah dapat mencapainya ! Benar-benar membuat semua orang yang
melihatnya menjadi kagum bukan main!
Dan begitu sampai, wanita itu Iangsung menghantamkan
ujung sepatunya ke arah tengkuk Yap Kiong Lee ! Suaranya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terdengar mencicit tajam, suatu tanda bahwa lwee-kang
wanita ayu tersebut benar-benar sangat tinggi.
Padahal keadaan Yap Kiong Lee saat itu sudah amat parah.
Beberapa kali pemuda itu terpaksa jatuh berguling-guling
karena harus menahan serangan lawannya yang bertubi-tubi,
terutama serangan dua orang laki-laki yang menolong Siau
Put sia tadi ! Ilmu silat kedua orang itu benar-benar sangat tinggi, mungkin tidak kalah dengan ilmu silat adiknya Yap Tai ciangkun.
Maka ketika ujung sepatu tersebut datang menghunjam ke
arah tengkuknya, Yap Kiong Lee sudah tak bisa berkutik lagi.
Seluruh anggota badannya sudah ia pergunakan untuk
melayani para pengeroyoknya. Yang dapat ia usahakan,
hanyalah menggeser posisi tubuh saja, sehingga ujung tumit itu tidak jadi menghantam tengkuk tapi mengenai bahu
kanannya ! "Dhieeek !!" Tubuh yang sangat perkasa itu terlempar jauh dan
berguling-guling. Tapi sedetik kemudian tubuh tersebut sudah berdiri tegak kembali. Ternyata tendangan yang amat keras
itu tidak sampai membuatnya luka. Dengan menggeram kuat
pemuda itu telah bersiap-siap pula kembali.
"Kau.......?" sapanya, begitu tahu siapa yang datang.
"Benar! Kau masih ingat aku..." Gadis yang pernah kaubuat sengsara ini?"
Yap Kiong Lee mengusap usap matanya dengan punggung
tangan, seakan-akan tak percaya lagi pada penglihatannya.
Seorang gadis yang pernah ia buat sengsara " Rasanya ia
memang pernah mengenal gadis yang amat cantik ini, tapi......
membuatnya sengsara " Ah, selama hidupnya seperti belum
pernah menyengsarakan seorang gadis. Apalagi gadis yang
luar biasa cantiknya seperti ini!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi....... tunggu ! Benar! ingat dia sekarang ! Tujuh atau delapan tahun yang lalu ketika ia bersama ayahnya pergi ke sarang Iblis Ban kwi-to untuk membebaskan adiknya Yap Kim
yang saat itu ditawan oleh Ceng-ya-kang, ia berjumpa dengan beberapa orang muda-mudi berkepandaian silat tinggi,
sahabat dari Kaisar Han sekarang. Dan salah seorang di
antaranya adalah wanita yang kini berada di hadapannya itu !
Malah kalau ia tak salah, wanita ayu ini adalah sahabat karib Ho Pek Lian, murid dari Kaisar Han itu !
Tapi hanya itu yang dia ingat. Setelah peristiwa tersebut, rasanya ia tak pernah berjumpa lagi dengan gadis itu. Oleh karena itu ia benar-benar bingung dan penasaran mendengar
tuduhan yang tak masuk akal tersebut. Menyengsarakannya "
Gila, sungguh gila, pemuda itu menggeram di dalam hatinya.
"Nah, kau sudah mengingatnya...?" tiba-tiba wanita itu mengagetkan Yap Kiong Lee dari lamunannya.
"Tunggu, nona.....!"
"Nyonya!" wanita itu menghardik. "Aku sekarang adalah isteri Ketua Bing kauw !"
"Ohh.......... maaf!" Yap Kiong Lee mengangguk. "Tapi......
tapi aku.. aku benar benar tak mengerti apa yang nyonya
tuduhkan itu. Menyengsarakan.........." Menyengsarakan yang bagaimana ?"
"Kurang ajar ! Pengecut ! Lupakah kau pada peristiwa yang telah kaulakukan dua tahun yang lalu" Ketika kau
membohongi aku dengan mengatakan bahwa temanku telah
terluka parah " Tapi ternyata aku hanya kauperalat untuk
memeras kawanku itu. Sehingga peti pusakanya dapat
kaurampas. Meskipun begitu engkau tetap belum puas.
Engkau masih juga membunuh dia dan.,.. dan". dan
menyengsarakan kehidupanku! Kau benar-benar manusia
berhati iblis !" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona... eh, nyonya. . apa apa yang kaukatakan itu" Aku benar-benar tak mengerti!" Yap Kiong Lee menoleh kesana kemari dengan perasaan bingung.
"Huh, pengecut besar! Kau tidak usah mungkir! Lihatlah ini!" wanita itu membentak sambil membanting topi
berkerudung hitam yang tadi dibawa oleh Siau Put sia. "Nah, milik siapakah benda itu" Jawab !"
"Ohh!?" Yap Kiong Lee terbelalak.
Hmm, benar-benar celaka pemuda itu menggerutu dalam
hati ! Ternyata wanita itu juga pernah menjadi korban orang berkerudung itu. Celakanya dia yang tak mengetahui apa-apa malah dituduh sebagai pelakunya. Tapi untuk menjelaskan
kepada mereka sekarang, apa sebenarnya yang telah terjadi, tentu takkan mereka percaya begitu saja. Wanita itu sudah
sangat yakin bahwa dialah yang telah menyamar sebagai
orang berkerudung itu. Oleh karena itu jalan satu-satunya
hanyalah melarikan diri dulu untuk sementara dari hadapan
mereka. Dan selanjutnya ia harus bisa membuktikan bahwa
bukan dirinyalah yang berbuat itu. Atau paling tidak dia harus bisa mempertemukan orang-orang ini dengan orang
berkerudung yang sesungguhnya.
Begitulah ! Setelah memperoleh keputusan demikian, Yap
Kiong Lee segera bersiap siap untuk lolos dari tempat itu.
Selurub tenaga dalamnya ia kerahkan sepenuh penuhnya,
sementara kaki dan tangannya telah siaga untuk memainkan
ilmu Silat Angin Puyuh kebanggaannya!
Melihat gelagat tersebut si wanita ayu segera memberi aba
aba kepada kawan-kawannya.
"Bunuh orang ini ! Jangan biarkan dia lolos!" Tanpa diulang lagi, orang-orang itu segera menyerang Yap Kiong Lee ! Tapi pemuda sakti yang telah bersiap siaga ini segera menyambut pula dengan hangat. Sepasang tangannya tampak meluncur
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke depan dalam pukulan Thian-lui gong-ciang yang maha
dahsyat ! "Buuuumm! Buuuuumm".!" Bagaikan kilatan petir yang meledak, pukulan jarak jauh itu menyambar para
pengeroyoknya. Tapi ternyata orang-orang Bing kauw tersebut juga tidak kalah cerdiknya. Mereka sadar bahwa kekuatan
perorangan mereka masih jauh di bawah Yap Kiong Lee. Maka
dari itu mereka enggan untuk beradu tangan seorang lawan
seorang. Dengan cerdik mereka menyongsong setiap pukulan
lawan secara bersama-sama ! Akibatnya, pukulan Yap- Kiong
Lee yang amat dahsyat itu menjadi pudar dan sedikitpun tak mempunyai pengaruh apa apa terhadap lawannya.
"Gila! Orang-orang ini kelihatannya sudah biasa terlatih
untuk bertempur secara bersama-sama. Mereka dengan cepat
bisa saling menyesuaikan diri dan saling melindungi !" pemuda ahli waris Sin kun Bu-tek itu menggerutu tak habis-habisnya.
Begitu juga keadaannya ketika pemuda itu memainkan ilmu
Silat Angin Puyuhnya. Dua orang kakak beradik seperguruan
yang sejak semula sudah bertempur dengan dia itu segera
merubah pula cara bersilat mereka. Bagaikan orang tidak
waras kedua orang itu mulutnya berceloteh tidak keruan
sementara tingkahnya dalam bersilatpun bukan main anehnya
! Dalam tiupan angin yang membadai akibat kedahsyatan
Ilmu Silat Angin Puyuh Yap Kiong Lee, kedua orang itu tampak terhuyung-huyung dan berjingkrak jingkrak bagaikan orang
gila ! "Ada kuda sedang bunting, haha hihi.. ! Tapi... meski bunting, tak ada anaknya!" yang muda tertawa terkekeh kekeh. Sambil tertawa ia menirukan jalannya seekor kuda
yang sedang bunting. Cuma ketika lewat di samping Yap
Kiong Lee, sepasang kakinya benar-benar menyepak ke arah
kepala pemuda itu dengan ganas. Untunglah pemuda itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cukup waspada. Hampir saja kepalanya benar-benar terlepas
kena sepakan kuda yang menggelikan tersebut.
Ketika Yap Kiong Lee segera membalas sepakan kuda itu
dengan jurus Kan-seng-kai-pei (Memandang Bintang
Menghaturkan Cawan), orang itu buru-buru meloncat mundur
sambil berteriak-teriak ketakutan.
"Tolong - tolong ! Dia mau membelejeti celana dalamku!
Hoa..... hoaaa.....!"
Orang itu mundur sambil memegangi tali celananya,
sementara kedua lututnya diangkatnya bergantian. Hanya
anehnya, setiap lutut itu diangkat, tentulah persis dan
bertepatan dengan datangnya pukulan Yap Kiong Lee.
Sehingga seperti tidak disengaja, gerakan lutut itu selalu memunahkan serangan lawan !
"Hihihi haaaha, ... kuda bunting! Hohoho.....! Lihat!" tiba tiba kakak seperguruan orang itu berjingkat-jingkat pula
mendekati. "Kuda jantan yang membuntingimu telah datang, he-hehehe"!"
Sambil berjingkat hidungnya mendengus-dengus,
pantatnya megal-megol. Dari arah samping gayanya itu persis seekor kuda jantan yang sedang mabuk birahi. Anehnya,
setiap pantat itu tertuju kearahnya, Yap Kiong Lee merasakan hembusan angin tajam yang amat kuat melanda dirinya !
Begitu kuatnya sehingga dapat menahan angin pukulan Thianlui gong ciang! "Gila! Benar-benar dunia sudah gila! Ilmu silat apa pula ini.....?" Yap Kiong Lee kebingungan.
Pemuda itu tidak tahu bahwa kedua orang lawannya ini
adalah murid langsung dari ketua Bing-kauw sendiri, Putcengli Lo-jin ! Oleh karena itu tidaklah heran kalau mereka sangat lihai dan mewarisi ilmu-ilmu aneh dari alirannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Put-ceng-li Lo-jin mempunyai empat orang murid, dan
semuanya telah mewarisi seluruh ilmunya yang aneh-aneh!
Muridnya yang pertama adalah Put sim-sian (Dewa Tak
Berperasaan), seorang jago silat yang tak pernah keluar dari pintu perguruannya, oleh karena itu sering mewakili tugas-tugas gurunya bila sedang berhalangan. Murid kedua dan
ketiga adalah orang-orang yang kini sedang bertempur
melawan Yap Kiong Lee. Mereka adalah Put-swi-hui (Hantu
Tak Berdosa) dan Put ming-mo (Setan Tak Bernyawa). Sedang
murid yang terakhir adalah Put-sia Nio-cu atau gadis yang
dipanggil dengan sebutan Siau Put-sia itu tadi. Selain mereka, Aliran Bing-kauw masih mempunyai seorang "sesepuh" yang hampir tak pernah keluar dari gua pertapaannya. Dia adalah Put chien-kang Cin-jin (Pendeta Yang Tidak Waras), kakak
seperguruan Put ceng-li Lo-jin sendiri. Dan Pendeta Yang
Tidak Waras ini juga mempunyai seorang murid yang tidak
kalah gilanya dengan dia sendiri, namanya Put-pai siu Hong jin (Si Gila Yang Tak Punya Malu) !
"Hehe.... seekor kuda ingin membuntingi singa ! Hoho,...
bisa tidak, yaa..,?" Put-swi-kui yang megal-megol itu tertawa pringas-pringis (Hong-lui-kun yang perkasa itu mereka
ibaratkan seekor singa). Tiba-tiba tubuh yang megaI megol itu melesat ke atas dan
menubruk ke arah punggung Yap Kiong Lee. Gerakan itu
dilakukan seperti hanya sambarangan saja dan kelihatannya
cuma main-main belaka ! Tapi bukan main terperanjatnya Yap Kiong Lee ketika mendadak sepasang kaki dan tangan orang
itu mencakar ke arah pelipisnya dan menendang ke arah
pinggangnya ! Gerakannya cepat bukan kepalang dan
kekuatannyapun benar-benar susah diukur. Tahu-tahu
serangan orang itu telah menempel pada kulitnya !
Repotnya lagi, bersamaan dengan datangnya serangan Putswi-kui tersebut, Si Kuda Bunting Put-ming-mo juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melancarkan cengkeraman maut ke arah ulu hati Yap Kiong
Lee. Sambil menyerang tak lupa mulutnya berceloteh.
"Hihi - ha ha..... mengapa kawin saja tak bisa " Apa
salahnya kuda mengawini singa" Toh sama-sama
binatangnya" Hihi"! Ayolah kubantu ! Hahahhah.. Si Kuda
Bunting membantu jantannya untuk kawin lagi ! Haha-hoho ..
rusak! Rusak ! Dunia benar-benar sudah rusak !"
Dapat dibayangkan, betapa gawatnya keadaan Yap Kiong
Lee saat itu. Serangan Put swi-kui sudah menempel pada
kulitnya ! Padahal tanpa diduga-duga Put-ming-mo juga
menyerang ulu hatinya ! Dan yang terang pemuda itu sudah
tidak punya kesempatan lagi untuk mengelak. Oleh karena itu satu-satunya jalan cuma bertahan dan berusaha melindungi
diri dengan mengerahkan seluruh tenaga dalamnya ! Selain
itu, guna menghindari akibat yang lebih parah, Yap Kiong Lee menggeliatkan tubuhnya sedikit agar serangan lawan tidak
langsung mengenai pelipis dan ulu hatinya.
"Hhhilee !!" "Heeek !" Yap Kiong Lee terjerembab dan berguling-guling di atas
tanah. Sekejap ia meringis kesakitan, kepalanya terasa pening dan dadanya terasa ngilu ! Celakanya, belum juga dia sempat berdiri, lawan-lawannya yang lain telah datang pula
menggempurnya. "Bangsat ! Orang-orang tidak waras ini benar-benar telah memaksa aku untuk mempergunakan pedang"."
Dan sesaat kemudian, sebat dan cepat bagaikan kilat, Yap
Kiong Lee menghunus sepasang pedang pendeknya, lalu
menyongsong gempuran orang-orang tersebut keras lawan
keras! "Breees ! Croooot !"
"Hwuaah! Aduuuuh!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ohhh..... kantung nasiku!"
"Lhuh" Ke mana lenganku.....?"
Sekali lagi Yap Kiong Lee terlempar berguling-guling ke tepi sungai ! Tapi di lain pihak para pengeroyoknyapun tampak
jatuh bergelimpangan tergores pedang pendeknya. Sepasang
pedang pendek yang tersembunyi di balik lengan baju itu
sungguh tak diduga oleh lawan-lawannya. Untunglah pemuda
itu tak bermaksud membunuh mereka.
Dan dalam kesempatan selagi mereka terpukau oleh
kejadian tersebut, Yap Kiong Lee cepat-cepat menghambur ke dalam sungai. Byuuur ! Selamatlah dia.....
"Kejar dia..,. !" wanita ayu itu menjerit.
Tapi dengan sangat tangkas Yap Kiong Lee segera
menyelam dan berenang ke seberang. Kemahirannya bermain
dalam air sejak kecil sungguh amat menguntungkannya.
(Sejak kecil hingga dewasa, Yap Kiong Lee dan adiknya tinggal di tengah-tengah telaga bersama ayahnya. Malah bekas
gedung perkumpulan Thian-kiam pang yang dipimpin oleh Yap
Cu Kiat, ayahnya, juga didirikan di tengah-tengah telaga
tersebut.) Beberapa saat kemudian pemuda itu telah mendarat di
seberang. Sambil melambai-lambaikan tangannya ia berteriak ke arah lawan-lawannya yang berdiri mendongkol di tepinya
yang lain. "Kalau ingin mengejar aku, pergilah ke Pantai Karang dua hari lagi! Kutunggu kalian di sana, tepat di waktu tengah
malam.....!"

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ada beberapa orang Bing kauw yang mencoba untuk
berenang pula ke seberang, tapi baru beberapa langkah sudah kembali lagi. Sungai yang dalam dan lebar itu terlalu deras arusnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kurang ajar!" wanita ayu itu menghentak-hentakkan kakinya ke tanah, hatinya mendongkol sekali. Untunglah
kedua orang murid suaminya, Put swi-kui dan Put-ming-mo
segera membujuknya. "Sudahlah, subo..... Biarlah dia lolos kali ini. Lain kali kita takkan lengah lagi. Kalau kata-katanya benar, dua hari lagi kita dapat menangkapnya di Pantai Karang. Cuma kita harus
waspada dan hati hati menghadapinya. Kalau dia sampai
berani menantang kita seperti itu, tentu dia sangat yakin
bahwa dia akan menang. Mungkin dia akan mempersiapkan
teman-temannya untuk menghadapi kita." Put-swi-kui, yang
ketika bertempur dengan Yap Kiong Lee tadi bersikap seperti orang gila, kini ternyata dapat mengeluarkan ucapan yang
baik dan urut. "Benar! Toh Siauw-sumoi juga sudah dapat kita selamatkan
..." Put-ming mo menambahkan. Orang ini benar-benar tidak menyangka bahwa persoalannya tidak hanya sesederhana itu !
Wanita itu tampak kesal bukan main.
"Cici........" tiba-tiba Put-sia Nio cu menyentuh lengannya.
"Oh, Put-sia".."
Wanita ayu itu memeluk Put-sia Nio-cu, demikian pula
sebaliknya. Keduanya, saling berpelukan untuk beberapa saat lamanya, seakan-akan mereka ingin saling menghibur
kedukaan hati masing-masing.
Tapi sikap mereka tersebut membuat yang lain menjadi
bingung dan tak habis mengerti. Semuanya mengerutkan dahi
dengan mulut meringis. Mereka sungguh tak habis pikir, apa sih yang ditangisi oleh perempuan-perempuan itu"
Huh, dasar wanita...., gerutu mereka di dalam hati ! Cuma
persoalan begitu saja dipikir sampai mendalam. Pakai
menangis pula lagi. Kenapa sih" Toh ... Siau Put-sia telah selamat" Apalagi yang mesti dipikirkan"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau toh misalkan perbuatan orang itu mereka anggap
suatu penghinaan, mengapa mesti susah-susah juga " Cari
saja pemuda kurang ajar itu dan...... bunuh ! Habis perkara!
"Ci-ci"." Apakah dia.....?" Put-sia Nio-cu melepaskan pelukan kakaknya. Wajahnya yang cantik tapi sendu itu
menatap dengan penuh pertanyaan.
Lama juga wanita itu tak menjawab. Tapi ketika wajah
sendu yang berada di hadapannya itu terus mendesak, ia
mengangguk pula akhirnya. Air mata yang semula hanya
menggenangi pelupuk mata, menetes turun di atas pipinya
yang licin. "Benar, Put-sia.....! Laki-laki berkerudung itu pulalah yang menodaiku......" ucapnya Iirih.
Put-swi-kui dan adik seperguruannya Put ming-mo
mengajak kawan-kawannya untuk mengurus yang terluka.
Yang hanya terluka kecil mereka obati dengan obat bubuk
atau mereka olesi dengan cairan obat, sedang yang terluka
agak parah mereka balut dan digotong oleh teman-temannya
yang lain. Kemudian mereka naik kembali ke atas tebing dan selanjutnya pergi meninggalkan tempat itu.
"Put-swi-kui dan Put-ming-mo ikut aku ke Pantai Karang !
Yang lain boleh pulang membawa yang luka dan melapor
kepada Put-ceng-li Lo jin......!" Wanita ayu itu memberi aba-aba.
Tempat itu kembali sepi. Malam semakin terasa dingin.
Anginpun seakan-akan juga bertiup lebih kencang, sehingga
kabutpun seolah-olah juga dipaksa untuk turun lebih cepat
pula. Yap Kiong Lee yang basah kuyup dan tak berbaju itu juga
merasa dingin. Sambil terbungkuk-bungkuk memeluk dada ia
melangkah mengikuti derasnya aliran sungai itu. Ketika terlihat olehnya secercah sinar api di kejauhan, ia menjadi gembira Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bukan main. Dengan berlari-lari kecil, kakinya melangkah
mendekati. Api itu kelihatannya amat dekat, tapi sudah sekian lamanya ia berlari ternyata belum juga sampai. Baru setelah naik turun jurang dan bukit kecil, sumber api itu kelihatan dengan nyata.
Dan kenyataan itu benar-benar sangat menggembirakan
hatinya. Sebuah dusun kecil tampak ramai dan terang benderang
dengan obor-obor yang menyala di segala tempat. Suara
tambur dan gembreng terdengar menggema memeriahkan
suasana malam yang dingin. Terdengar suara sorak-sorai
gembira di antara riuhnya suara tambur dan gembreng yang
ditabuh. "Ah, ada keramaian di sana......" Yap Kiong Lee tersenyum gembira, Iangkahnya menjadi lebih cepat.
Tapi Iangkahnya berhenti dengan mendadak. Lapat-lapat ia
mendengar suara orang bertempur tidak jauh dari tempat itu.
Malah di antara dencingnya suara senjata ia mendengar suara tertawa yang dikenalnya.
"Oh, suara Ceng-ya kang..... "
Berindap-indap Yap Kiong Lee mendekati tempat itu,
sebuah padang rumput, terletak di antara sungai dan dusun
tersebut. Dari jauh ia telah melihat beberapa orang bertempur dengan seru. Dalam keremangan malam bayangan mereka
tampak berkelebatan seperti ayam berlaga. Sesekali teriakan mereka menguak memecahkan kesepian malam.
Tapi belum juga Yap Kiong Lee dapat datang terlebih
dekat, terdengar suara mengaduh beberapa orang yang
kesakitan, kemudian....... sepi ! Dan begitu Yap Kiong Lee tiba di tempat itu, yang ia dapatkan hanyalah mayat-mayat
bergelimpangan sementara di kejauhan didengarnya suara
derap kaki kuda yang berlari pergi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Uh ! Uh !" "Hei ! Ada yang masih hidup......" Yap Kiong Lee berdesah.
Pemuda itu melompat datang. Bau amis yang amat keras
merangsang hidungnya, membuat pemuda itu semakin
berhati-hati dalam setiap langkahnya. Apalagi ketika dilihatnya mayat-mayat itu berwarna kehijau-hijauan.
"Uh ! Uh !" Yap Kiong Lee berjongkok. Dalam keremangan malam ia
melihat orang tersebut merintih sambil mendekap dadanya.
Dari sela-sela jari tangannya tampak mengalir darah. Tidak seperti mayat-mayat yang lain, kulit orang itu tidak berwarna kehijau-hijauan.
"Coba kulihat lukamu......" Yap Kiong Lee membungkuk.
"Sia".siapakah tu.....tuan..,.." Oh, to.... longlah aku !
Bawalah aku ke rumah ! Biarlah Kam Lo-jin yang mengobati
lukaku....." Yap Kiong Lee menotok beberapa jalan darah di sekeliling
luka itu, sehingga darah yang mengalir menjadi berhenti.
Kemudian sambil memanggul tubuh itu Yap Kiong Lee
bertanya, "Dimana rumahmu ?"
"Di pinggir dusun itu"..Rumah bes.... besar bercat
kuning...." Yap Kiong Lee berlari menyeberangi padang berumput
tebal itu. Beberapa kali ia berpapasan dengan kelompok kuda yang sedang memakan rumput. Kelihatannya tempat itu
merupakan sebuah peternakan kuda.
Yap Kiong Lee melihat sebuah rumah besar bercat kuning
di pinggir dusun. Rumah itu dikelilingi kandang-kandang kuda yang amat banyak. Rumah itu sebenarnya merupakan rumah
yang amat besar dan bagus, sayang di bagian samping dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belakang tampak retak-retak, mungkin diakibatkan oleh
gempa bumi yang terjadi beberapa waktu berselang.
Empat orang lelaki yang berjaga-jaga di depan rumah
menyuruh Kiong Lee berhenti.
"Siapa....?" salah seorang di antaranya bertanya. "Lo Sam
... aku! Aku.... aku terluka!" orang yang berada di atas pundak Kiong Lee menjawab.
"Hei....." Twa-ko" Kenapa engkau?" tiba-tiba keempat orang itu kaget. Berebutan mereka menolong orang yang
terluka itu, sehingga hampir melupakan Yap Kiong Lee.
"Eh, sahabat... . marilah masuk!" salah seorang yang mendadak teringat kepada pemuda itu segera
mempersilahkannya masuk. Rumah itu menjadi gempar seketika. Beberapa orang
segera berlari ke belakang, memberi tahu pemilik rumah. Yap Kiong Lee duduk diam di tempatnya. Matanya mengawasi
hiasan hiasan dari kertas yang dipasang di pendapa rumah
tersebut. Beberapa orang perempuan tampak sibuk di beranda tengah. Kelihatannya mereka sedang merayakan sesuatu di
rumah besar ini. Seorang pelayan datang memberi seperangkat pakaian
kepada Yap Kiong Lee, dan tentu saja diterima dengan senang hati oleh pemuda tersebut. Bergegas ia mengganti pakaiannya yang basah dan bersamaan dengan itu dari dalam rumah
keluar pemilik rumah yang mengenakan pakaian yang
gemerlapan. Di sampingnya mengikuti seorang tua yang
membuat Kiong Lee mengejap-ngejapkan matanya karena tak
percaya apa yang dilihatnya. "Kam Lo-cianpwe.,...!" desahnya perlahan.
"Eh" Yap Siauw-hiap (Pendekar Muda Yap)..." orang tua itu tak kalah kagetnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua yang tak lain adalah Kam Siong Ki, murid bungsu
mendiang Bu eng Sin-yok ong itu segera datang mendekati
Yap Kiong Lee. Sambil menggandeng lengan, kakek sakti itu
berbisik di telinga Yap Kiong Lee, "Eh, Yap Siauw-hiap .....!
Jangan panggil aku Kam Lo-cianpwe ! Aku cuma dikenal
sebagai orang tua yang bisa mengobati orang di daerah ini.
Dan aku tak ingin orang-orang di sini mengetahui siapa
sebenarnya aku ini. Biarlah mereka tetap menyangka
demikian...." Sekali lagi kakek sakti yang tak ingin dikenal orang itu
menatap muka Yap Kiong Lee, lalu perlahan-lahan tangannya
menarik lengan pemuda ke depan, menghampiri pembaringan
yang dipergunakan untuk menidurkan orang yang terluka tadi.
Orang yang ada di tempat itu segera menyisih memberi jalan.
Dan si pemilik rumah yang ikut memeriksa orang yang terluka itu bangkit menyongsong pula.
"Kam lo jin (Kakek Kam), dia baru saja berkelahi dengan para pencuri kuda di dekat sungai. Keenam orang kawannya
telah tewas terkena racun pencuri-pencuri itu." pemilik rumah itu memberi keterangan.
"Biarlah aku periksa lukanya....." Kakek Kam menyahut dan memperkenalkan Yap Kiong Lee sebagai keponakannya.
"Ah, sungguh kebetulan sekali saudara Yap yang menolong orangku. Kam Lo jin ini sudah kami anggap sebagai keluarga sendiri. Itulah sebabnya beliau kami undang ke sini untuk
menghadiri pernikahan anak lelakiku malam ini. Sungguh tak kusangka pencuri pencuri kuda itu mempergunakan
kesempatan selagi kami sekeluarga sedang sibuk
mempersiapkan perayaan ini."
Yap Kiong Lee membalas penghormatan tuan rumah tapi
dia tidak berkata sepatahpun. Pemuda itu tak ingin menakut-nakuti tuan rumah dengan mengatakan bahwa yang mencuri
kuda mereka bukanlah pencuri biasa, melainkan seorang iblis Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari Ban-kwi-to. Hanya kepada Kam Song Ki pemuda itu
mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.
Kam Lo jin memeriksa luka orang itu dan mengobatinya.
Biarpun banyak mengeluarkan darah, tapi luka itu tidaklah
berbahaya. Hanya merupakan luka luar saja. Oleh karena itu setelah diberi obat dan dibalut, Kam Lo Jin hanya
menyuruhnya beristirahat saja untuk beberapa hari.
"Lo-ya, utusan dari pihak pengantin perempuan telah tiba."
tiba-tiba seorang pelayan masuk memberi laporan. "Katanya pengantin laki laki telah ditunggu kedatangannya....,.!"
"Hah" Mana mereka " Wah, celaka...... aku belum siap."
pemilik rumah itu gugup. Sekali lagi rumah itu menjadi ribut. Mereka bergegas
mempersiapkan pengantin lelaki dengan segala upacaranya,
sehingga semuanya melupakan kehadiran Yap Kiong Lee di
tempat itu. Kakek Kam yang ikut menjadi wakil pihak
pengantin lelaki juga tak punya waktu lagi untuk
mendampinginya. Tapi Yap Kiong Lee menyadari kesibukan
mereka. Sedikitpun pemuda sakti itu tidak berkecil hati
karenanya. "Ayoh! Kau ikut sekalian dalam rombongan pengantin
ini...,!" Kam Song Ki mengajak Kiong Lee sebelum iring-iringan itu berangkat.
"Ah, terima kasih Lo..... eh, Lo-jin!" Pemuda itu menolak.
"Wah, kalau begitu kau mampirlah di rumahku kalau ada
waktu. Kaucarilah aku di dusun Ho-ma cun..... sepuluh lie dari tempat ini."
"Baik !" Begitu rombongan pengantin itu berangkat, Yap Kiong Lee
juga berpamit untuk meneruskan perjalanannya. Mula mula
orang yang berada di dalam rumah itu melarangnya, begitu
juga orang yang ditolongnya itu. Tapi karena Yap Kiong Lee Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersikeras juga untuk berangkat, mereka terpaksa
melepaskannya. Yap Kiong Lee berjalan menyusuri jalan besar yang
membelah dusun kecil itu. Ia bermaksud menengok keramaian
itu pula. Beberapa orang laki perempuan tampak berbondongbondong bersama anak-anak mereka. Tampaknya mereka
juga ingin menonton keramaian yang diadakan oleh Kepala
Kampung mereka, sehubungan dengan hajatnya
mengawinkan anak perempuannya yang sulung. Keramaian itu
tentulah sebuah keramaian yang diadakan secara besarbesaran, mengingat besannya adalah Lo-wangwe, peternak
kaya di dusun mereka. Rumah kepala kampung itu persis berada di perempatan
jalan, dan tempat tersebut telah padat dengan penonton yang ingin menyaksikan pertunjukan wayang. Karena panggung
tempat pertunjukan itu didirikan di pinggir jalan, maka praktis para penontonnya menjadi tersebar memenuhi jalan raya.
Sementara para pedagang kecil memanfaatkan keramaian itu
dengan menjajakan dagangannya di tepian jalan.
Yap Kiong Lee membaurkan dirinya di antara penonton
yang bertebaran di tengah jalan. Sambil menyilangkan kedua lengannya di dada, pemuda itu bersandar pada gerobag kecil yang diparkir di tepi jalan. Gerobag itu tertutup semua pintu dan jendelanya, mungkin pemiliknya ikut pula bercampur di
antara penonton. Sedangkan kedua ekor keledai penariknya
dibiarkan mengorek-ngorek kotak tempat makanan yang
disediakan di depannya. Upacara perkawinan telah selesai
dilakukan. Sepasang pengantinnya telah dipersandingkan di
atas kursi yang disediakan. Para tamu mulai menikmati
makanan yang disuguhkan, sementara di ruangan depan juga
telah dimulai dipertunjukkan tari tarian rakyat yang amat
mempesonakan. Pihak tuan rumah memang sengaja
mendatangkan para penari itu dari kota.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semakin malam penonton semakin banyak, apalagi ketika
acara tari-tarian sudah selesai dan pertunjukan wayang telah mulai dipertontonkan. Para penonton mulai berdesak-desakan berebut tempat di depan panggung sehingga suasana menjadi
hingar-bingar dan ramai bukan main! Apalagi ketika para
pemain wayangnya telah mulai mempertunjukkan
kebolehannya di atas panggung, para penonton mulai bersuit-suit dan bertepuk tangan dengan riuhnya.
Yap Kiong Lee tetap saja bersandar pada gerobag itu. Ia
enggan untuk ikut berdesakan di antara mereka. Sambil
menonton, sesekali ia memperhatikan orang-orang yang
berlalu-lalang di dekatnya. Siapa tahu ia berjumpa dengan
seseorang yang telah dikenalnya.
Tiba-tiba pemuda itu tersentak kaget. Sekilas matanya
melihat Tee-tok-ci dan Ceng-ya kang di antara kerumunan
orang di depannya. Tapi ketika ia menegaskan lagi, kedua
orang itu telah hilang dan tak kelihatan lagi bayangannya.
Jilid 17 SESAAT Yap Kiong Lee menjadi termangu-mangu.
Benarkah apa yang dilihatnya tadi" Ataukah semuanya itu
hanya karena bayangannya sendiri saja " Ingin benar rasanya dia mencari serta membuktikannya. Tapi bagaimana mungkin"
Kedua orang itu dapat bergerak gesit dan cepat seperti iblis, padahal di situ berjubel demikian banyak orang !
Dan misalkan orang itu benar-benar ada di antara mereka,
akibatnya justru akan sangat berbahaya. Karena kalau kedua iblis itu menjadi marah dan merasa terganggu kebebasannya, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keduanya bisa menjadi pembunuh-pembunuh yang sadis. Bisa
saja keramaian yang demikian meriahnya ini berubah menjadi arena berdarah yang mengerikan !
"Uh..... uh!" Mendadak gerobak yang dipakai untuk bersandar Yap Kiong
Lee itu bergoyang-goyang. Dari dalam terdengar suara
keluhan lirih wanita, yang nada suaranya persis seperti orang yang baru bangun dari tidur. Setelah itu terdengar pula suara laki laki yang menyahut dengan perlahan pula. Dan beberapa saat kemudian kedua buah suara itu terlibat dalam bisikan
mesra yang amat panas, sehingga Yap Kiong Lee yang
mendengarkannya menjadi merah padam mukanya.
Gerobak itu bergoyang semakin lama semakin keras serta
disertai suara tertawa yang semakin lama juga semakin keras, sehingga akhirnya para penonton yang berada di sekitarnya
menjadi heran dan merinding. Beberapa orang di antaranya
mulai menyingkir dengan takut-takut. Mereka takut kalaukalau dari dalam gerobak itu tiba-tiba muncul sesosok hantu yang menakutkan.
Mendadak suara tertawa itu berhenti dengan tiba-tiba dan
sekejap kemudian terdengar suara gedubrakan yang keras,
disertai suara maki-makian kotor yang mendirikan bulu roma!
Dan sesaat kemudian terdengar perang mulut yang seru


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diikuti dengan suara gedebag gedebug orang berkelahi.
Semua penonton yang berada di dekat gerobak itu segera
menyingkir ketakutan. Tinggal Yap Kiong Lee yang masih
tertegun di tempatnya. Dengan sikap waspada pemuda itu
bersiap-siap untuk menjaga segala kemungkinan yang terjadi.
"Grobyaak! Bluuuk.....!"
Pintu gerobak itu jebol. Daun pintunya yang terbuat dari
kayu tebal terlempar dengan keras ke depan, menimpa keledai penariknya ! Tentu saja binatang itu menjadi kaget dan
kesakitan, sehingga otomatis kakinya meloncat ke depan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekuat kuatnya ! Bagai dihentak oleh tenaga raksasa, gerobak kecil itu melayang ke depan, menerjang kerumunan penonton
yang memadati jalan raya tersebut.
Belasan orang penonton langsung menggeletak, terkapar
luka parah ! Sebagian besar anak-anak dan wanita !
Penonton-penonton lainnya langsung berlari cerai berai,
berusaha menyelamatkan diri mereka masing-masing.
Beberapa orang wanita dan anak-anak kembali menjadi
korban lagi, mereka jatuh terinjak-injak penonton lainnya.
Teriakan-teriakan ketakutan, jeritan-jeritan putus asa dan panik, serta tangisan anak-anak yang terlepas dari orang
tuanya, berkumandang bersahutan, mengalahkan ributnya
suara tambur dan gembreng yang ditabuh oleh para pemain
wayang ! Suasana yang kacau itu membuat si keledai semakin menggila. Bersama dengan gerobak yang dihelanya, binatang itu berputar-putar menerjang kemana saja, menceraiberaikan para penduduk yang memadati jalan raya tersebut. Korban
bergelimpangan, baik yang disebabkan oleh amukan keledai
tersebut, ataupun yang disebabkan karena terinjak-injak
penonton lainnya ! Dan suasana menjadi makin kacau dan
mengerikan ketika dari dalam gerobak yang terguncangguncang itu berjatuhan segala macam botol-botol, bumbung
bambu, guci-guci, kantong kulit dan sebagainya ! Bendabenda tersebut pecah begitu jatuh atau terinjak, dan dari
dalamnya keluar segala macam binatang beracun seperti ular, kalajengking, kelabang, lebah, ulat dan lain-lainnya !
Binatang-binalang itu langsung menyerang dan menggigit pula karena kaget dan takut ! Korbanpun berjatuhan pula lagi!
Apalagi ketika beberapa buah di antara guci-guci itu ternyata berisi bubuk-bubuk atau cairan-cairan beracun yang
mematikan! Benda-benda berbahaya itu menyiram tanah
memercik ke mana-mana, mengenai orang-orang yang
menginjaknya ! Bau amis, bacin dan busuk bertebaran menyelimuti seluruh
tempat pertunjukan itu. Belasan penonton Iangsung tergeletak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
begitu menyedot hawa atau udara beracun tersebut ! Mayatmayat bergelimpangan, berserakan memenuhi arena
pertunjukan! Para tamu yang berada di halaman rumah Kepala Kampung
juga tak luput dari musibah tersebut, ketika gerobak maut itu menabrak pagar dan berputar-putar di antara jajaran kursi
yang tersedia. Tapi sebelum gerobak itu sempat menerobos
pagar, dua sosok bayangan lelaki perempuan tampak
melayang keluar dari gerobak. Keduanya berkejaran, meloncat ke sana ke mari sambil sesekali berhenti untuk saling
mengadu kepalan. Mulutnya yang kotor itu tetap saling
mencaci dan memaki juga. Dan bersamaan dengan saat
gerobak maut itu mengobrak-abrik para tamu, sepasang iblis lelaki perempuan itu juga meloncat kearah panggung wayang, dan membubarkan para pemainnya.
"Lelaki busuk! Lelaki lemah tak berdaya! Kurus
berpenyakitan"..! Kubunuh kau!"
"Huh! Perempuan tua! Perempuan gembrot seperti kerbau!
Perempuan jelek".!"
"Oh, kau berani berkata begitu"." Suami macam apa itu"
Awas, akan kukuliti kulitmu dan akan kumakan jantungmu!"
"Hei, siapa sudi jadi suamimu" Kapan kita menikah" Huh,
enaknya.....!" "Bangsattt?"! Kubunuh kau! Kubunuh kaaauuuu?"!"
Si iblis wanita yang bertubuh gemuk besar itu menyerang
kalang-kabut! Jari-jari tangannya yang berkuku panjang itu menaburkan pasir beracun yang ganas. Akibatnya beberapa
orang pemain wayang yang belum sempat pergi menjadi
korban pula. "Wah, suami isteri Im-kan Siang-mo (Sepasang Iblis dari
Neraka) dari Ban-kwi to"." Yap Kiong Lee bergumam marah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu terpaksa bertengger di atas pohon di pinggir
jalan untuk menghindari arus penonton yang kacau balau tadi.
Dari tempat itu ia dapat melihat dengan jelas amukan gerobak yang ditarik keledai tersebut. Gemetar sudah tangannya untuk menghentikan gerobak tersebut, tapi mengingat arena itu
sudah penuh dengan racun dan binatang-binatang berbahaya,
apalagi selain Im-kang Sian-mo tampak juga adanya Tee-tokci dan Ceng-ya-kang pula, maka ia mengurungkan niatnya
untuk sementara. Terlalu berbahaya baginya!
Sebentar saja tempat pesta yang amat meriah itu berubah
menjadi arena berdarah yang sangat mengerikan!
Mengingatkan orang pada zaman peperangan besar beberapa
tahun yang Ialu. Mayat bergelimpangan di jalan, jerit tangis memilukan dan suasana yang porak-poranda !
Yang amat mengherankan Yap Kiong Lee ialah mengapa
tak seorangpun dari pihak tuan rumah maupun besannya,
yang keluar untuk turun tangan mengatasi huru-hara tadi.
Sampai pada Kakek Kam yang ia tahu sangat sakti itupun juga tidak kelihatan batang hidungnya. Baru setelah gerobak
beserta keledainya terjerumus di dalam parit dalam dan
Sepasang Iblis Im-kan Siang-mo berkelebat pergi, orang tua itu tampak berlari-lari keluar rumah.
"Awas! Semua orang jangan menyentuh benda-benda yang
terkena racun iblis tadi ! Tanah, pohon, kayu, kursi, meja dan sebagainya.....!" kakek itu memperingatkan semua orang yang masih selamat.
Sementara itu melihat Kam Song Ki sudah keluar, Yap
Kiong Lee segera berkelebat pergi, menyusul Sepasang Iblis Neraka tadi.
Hampir saja pemuda itu kehilangan jejak buruannya.
Sepasang iblis itu lenyap ditelan kegelapan malam ketika tiba di tepian sungai. Kedua orang itu bagaikan hantu yang secara tiba-tiba menghilang begitu saja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tepian sungai itu banyak ditumbuhi semak-semak lebat
yang menjorok sampai ke tebingnya. Oleh karena itu Yap
Kiong Lee menyelusurinya dengan hati-hati sekali, siapa tahu kedua tokoh Ban-kwi to tersebut bersembunyi di dalamnya.
Dan ternyata dugaannya memang benar. Sepasang telinganya
segera menangkap gemerisiknya daun yang diinjak orang.
Seorang laki-laki gemuk berkepala gundul tampak melintas
di hadapannya. Ceng-ya-kang! Hm, iblis itu lagi. Yap Kiong Lee menggeram di dalam hati. Bukankah iblis gundul itu telah membawa pergi kuda-kuda curian itu" Mengapa sekarang dia
berada di tempat ini lagi" Mengapa orang itu tidak lekas-lekas pergi ke Pantai Karang" Ada urusan apa dia disini"
Yap Kiong Lee semakin meningkatkan kewaspadaannya.
Untunglah baju pemberian peternak kuda tadi berwarna agak
gelap, sehingga sangat menolong dia dalam kegelapan malam
itu. Dengan leluasa dia menyusup-nyusup mengikuti iblis Ban-kwi to tersebut.
Tiba-tiba Ceng-ya-kang berhenti di bawah pohon siong tua
yang berada di dekat tebing yang menjorok ke tengah sungai.
Sekejap kemudian dari atas pohon meluncur turun seorang
kakek bertubuh kecil, yang tidak lain adalah Tee-tok-ci.
Mereka saling berbisik satu sama lain, sehingga Yap Kiong Lee tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan.
Sementara itu Yap Kiong Lee malah mendengar suara cacimaki Im-kan Siang-mo di atas tebing yang menjorok ke
tengah sungai itu. "Nah! Bagaimana sekarang".perempuan busuk" Kendaraan
kita telah tiada. Benda-benda kesayangan kita yang kita
kumpulkan selama bertahun-tahun ikut lenyap pula." Bouw
Mo-ko memarahi isterinya.
"Hei" Mengapa engkau malah menyalahkan saya"
Bukankah engkau kusirnya" Kalau gerobak sampai tak bisa
dikendalikan dan menabrak kesana kemari, bukankah itu
karena kegoblogan si kusir?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar memang"..! tapi bagaimana aku bisa
mengendalikan gerobak, kalau engkau terus-menerus
memukul dan mau membunuh aku?"
"Nah! Itulah kegobloganmu....! laki-laki kurus....lemah!
mengapa engkau tidak bisa berkelahi sambil mengendalikan
gerobak?" "Bangsat! Apa kau juga bisa" Huh, perempuan jelek yang
mau menang sendiri saja!"
"Apa katamu" Keparat! Kubunuh kauuuuu.....!"
Sepasang suami isteri itu saling berbaku hantam kembali.
Kali ini malah lebih seru lagi dari pada tadi. Kalau semula perkelahian mereka Cuma sesaat-sesaat, yaitu mereka
lakukan sambil berlari-lari, sekarang mereka benar-benar
saling berhadapan beradu dada. Mereka tidak berlari-lari.
Mereka sungguh-sungguh bertempur habis-habisan sekarang!
"Hei! Hei! Berhenti.....!" Tee-tok ci dan Ceng-ya kang
berteriak berbareng. Tapi mana mau kedua manusia sinting itu berhenti" Mereka
hanya melirik sekejap, lalu melanjutkan pertempuran mereka lagi. Biarpun mereka tahu bahwa yang datang adalah kedua
orang suhengnya sendiri, tapi kedua orang itu tetap tidak
ambil pusing! Tentu saja Tee-tok ci dan Ceng-ya kang menjadi marah dan merasa diremehkan sekali. Maka tanpa berpikir
panjang lagi keduanya langsung terjun ke arena dan ikut
bertempur diantara mereka. Tee-tok ci menghadapi Hoan Moli, sedangkan Ceng-ya kang menahan Bouw Mo-ko!
"Kurang ajar! Toa-suheng, menyingkirlah".! Jangan
kauhalang-halangi aku! Akan kubunuh suamiku itu!"
"Huh! Bunuh saja perempuan jelek itu, Toa suheng! Jangan
sungkan-sungkan lagi! Aku sudah bosan mendengar
ocehannya....." Bouw Mo-ko tak mau kalah suara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Diam kau, cacing kurus!" Ceng-ya kang membentak sambil
menangkis serangan Bouw Mo-ko. "Kalau tak mau diam akan
kuludahi mukamu yang tak sedap itu!"
"Heh! Kalian berdua ini benar-benar seperti anak kecil yang tak tahu diri saja. Kalau kalian memang tidak cocok dan saling membenci satu sama lain..... huh, mengapa kalian tidak
bercerai saja?" Tee-tok ci ikut pula menghardik.
"Nah"..itu dia! Aku setuju!" Bouw Mo-ko berteriak.
"Diammm"..! kau memang ingin mencoba ludahku, yaa"."
Hmm, cuh"..cuh!" Ceng-ya kang menyemburkan ludah inti
racunnya. Dengan tergesa-gesa Bouw Mo-ko memiringkan mukanya.
Meskipun begitu ternyata gerakannya itu belum dapat
membebaskannya dari serangan suhengnya. Gumpalan ludah
yang meluncur kearah wajah itu memang dapat ia hindari, tapi percikan-percikan yang mengikutinya ternyata masih
bertaburan mengenai topinya. Terdengar suara berkeratak
seperti suara hujan yang menimpa genting, ketika topi itu
terlempar ke atas dengan lobang-lobang kecil pada setiap
permukaannya. Dengan wajah pucat Bouw Mo-ko meloncat
mundur. Dan sebelum bentrokan diantara mereka berlangsung
kembali, Tee-tok ci tampak mengeluarkan alat tiupnya yang
terkenal itu. "Semuanya berhenti"..! kalau tidak, peluitku ini akan
kubunyikan".dan kalian semua akan menjadi santapan tikustikus sungai." Ancamnya serius.
"Kalian semua ini memang benar-benar tak tahu diri!
Saudara seperguruan yang hanya tinggal enam orang
saja"..tak mau rukun juga. Mana bisa dihargai orang?" tiba-tiba terdengar suara wanita yang datang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yap Kiong Lee yang berada di tempat persembunyiannya
terkejut pula di dalam hati. Dari tempat gelap, cuma beberapa langkah saja dari persembunyiannya, muncul sepasang wanita kembar yang dandanannya sangat menyolok dan berlebih-lebihan.
"Wah, lengkap sudah mereka kali ini. Tadi Tee-tok ci, lalu Ceng-ya kang, kemudian".Im-kan Siang-mo, sekarang".
Jeng-bin Siang-kwi! Sayang iblis yang nomer dua, Tiat-siang-kwi, sudah meninggalkan dunia".."
"Sam sumoi dan Su sumoi....." Tee-tok ci menyapa
perlahan. "Kalian semua ini benar-benar teledor dan tak berhati-hati!
Sudah sekian lamanya diintai musuh tidak juga merasakan".!"
Jeng-bin Sam-ni mengomel marah.
"Hah?" "Apa" Diintai musuh... .?"
Semuanya terkejut bukan main. Tak terkecuali Tee-tok ci,
orang tertua dan terlihai di antara berenam saudara
seperguruan itu. Mereka memandang tak percaya kepada
Jeng-bin Siang-kwi yang kembar tersebut. Tapi melihat
kesungguhan nada suara sepasang wanita itu mereka toh
menjadi berdebar-debar pula akhirnya. Dengan mata mendelik mereka memandang ke sekeliling tempat tersebut.
Sementara itu Yap Kiong Lee yang berada di tempat
persembunyiannya ternyata tidak kalah terperanjatnya dari
pada mereka. Otomatis tenaga saktinya menyebar ke seluruh
urat-urat darahnya, siap untuk dikerahkan sewaktu waktu.
Tapi sebelum pemuda itu keluar dari tempat
persembunyiannya, dari bawah tebing tiba-tiba muncul lima
orang tua berseragam pengemis. Mereka rata-rata berusia
lima atau enampuluh tahun dan masjng-masing memegang
sebuah tongkat besi sepanjang lengan mereka sendiri. Biarpun Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengenakan baju lusuh dan penuh tambalan, tetapi sikap dan wajah mereka sedikitpun tidak mencerminkan wajah seorang
peminta minta. Dan bersamaan dengan munculnya kelima orang pengemis
tersebut dari arah pobon siong dimana Tee-tok Ci tadi
bersembunyi, mendadak juga muncul dua orang gadis cantik
pula. Kedua orang gadis cantik itu mendaratkan kaki mereka dengan manis di depan keenam iblis Ban-kwi-to tersebut.
Yang satu berwajah cerah dan bersanggul tinggi, sementara
yang lain agak kurus serta pucat ! Umur mereka sekitar
duapuluh tiga atau duapuluh empat tahun dan..... sama-sama cantiknya !
Sekali lagi Yap Kiong Lee dibuat terkejut oleh kedatangan
mereka. Tapi bukan karena kecantikan mereka yang
mempesonakan itu yang mengagetkannya, tapi kenyataan
bahwa ia telah mengenal merekalah yang membuatnya
terperanjat. Yang berwajah cerah dan amat cantik itu adalah Ho Pek Lian, murid dari Kaisar Han. Sedangkan yang berwajah pucat dan kurus, tapi berbau wangi, adalah Kwa Siok Eng,
puteri ketua Tai-bong-pai !
Setahun yang lalu kedua orang gadis itu bersama dengan
Chu Seng Kun, telah pergi berkelana untuk mencari Chu Bwe
Hong yang Ienyap diculik orang !
"Hah"!?" tiba-tiba Yap Kiong Lee menepuk dahinya. "Ingat aku sekarang! Wanita ayu .... wanita ayu yang bersama-sama dengan orang Bing-kauw itu..... hah, bukankah". bukankah
dia adalah Chu Bwe Hong" Wah, benar! Masa aku sampai lupa
juga?" pemuda itu sibuk sendiri dengan pikirannya.
Sementara itu suasana tegang dan mencekam telah
menyelimuti perjumpaan yang tak disangka-sangka tersebut.
Tee-tok-ci segera membelalakkan matanya begitu melihat
siapa yang datang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hoho hihi.... selamat berjumpa nona-nona cantik ! Lo-hu sungguh tak mengira sama sekali kalau dapat bertemu dengan musuh-musuh lama di sini. Haha, nona dulu sungguh
beruntung dapat lolos dari lorong jebakan di bawah tanahku
... " "Ya.....! Dan sekarang giliran kami untuk membalas
perlakuanmu itu." Ho Pek Lian menjawab.
"Hihi-hohoho..... mau membalas" Ooo.....jangan harap!
Dulu kalian selamat karena ada Yap Lo-cianpwe dan puteranya yang sakti (Yap Kiong Lee). Tapi kini kalian cuma ditemani pengemis-pengemis kelaparan seperti ini. Hihi hahaah. ..!"
"Bangsat!" tiba-tiba salah seorang dari pengemis itu
membentak. "Kami tidak ada hubungannya sama sekali
dengan kedua orang nona ini....! Kami adalah utusan utusan dari Keh-sim Siauw-hiap. Jangan ngawur....!"
"Ohh, begitu! Wah....jika demikian bakalan ramai, nih! Tiga pihak saling berhadapan dan sebentar lagi kita bisa main
bunuh-bunuhan, eh-eh-eh".! Bukankah begitu, koko"..?"
Hoan Mo-li yang tadi baru saja berhantam dengan suaminya,
kini menggelendot manja. "hmm, tentu saja"..kita dapat saling berlomba nanti siapa
yang paling banyak membunuh orang di tempat ini." Bouw
Mo-ko tersenyum senang. Ho Pek Lian dan Kwa Siok Eng juga saling pandang dengan
bibir tersenyum, sedikitpun mereka tidak gentar menghadapi tokoh-tokoh iblis dari Ban-kwi-to yang berdiri lengkap di depan mereka.
Ho Pek Lian tampak menghunus pedangnya, sementara
Kwa Siok Eng mengeluarkan ikat pinggangnya yang panjang.
"Tee-tok ci! Ayuh! Apakah kita akan langsung saja
menyelesaikan hutang-piutang kita itu disini .....?" Kwa Siok Eng yang kelihatan pucat dan lemah lembut itu menantang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Eh" Oh.....hoho, tentu saja !" kakek berperawakan kecil itu sedikit tertegun malah, melihat keberanian si gadis, "Tapi.....
eh, tunggu sebentar ! Aku akan bertanya terlebih dahulu
kepada para tukang korek sampah itu...."
"Manusia bermuka tikus yang menjijikkan ! biarpun kami seorang pengemis tapi tak pernah mengorek sampah seperti
katamu itu. Kami justru sudah terbiasa memberi ampun
kepada musuh-musuh kami. Hanya sekali ini".mungkin kami
tidak akan memberikannya kepadamu." Salah seorang dari
pengemis itu menggeram marah.
"Heh" Oh ... hohoho, agaknya kalian juga mempunyai
keberanian pula. Tapi agaknya kalian belum mengenal siapa
kami ini, heheh..... heheh !"
"Persetan! Siapapun adanya kalian, kami kaum Tiat-tung
Kai-pang tidak pernah takut!"
"Wah, celaka".! Kali ini korban kita benar-benar Cuma
seorang pengemis! Dan.....hanya dari Tiat-tung Kai-pang pula!
Huh! Rugi....benar-benar rugi!" Hoan Mo-li yang sangat
cerewet itu membuka mulutnya lagi.
"Babi kurang ajarrrr.....! kalian sungguh menghina Tiattung Lo-kai!" pengemis yang marah tadi meloncat maju.
"Lo-cianpwe, hati-hati".." Ho Pek Lian memperingatkan
orang itu. "Mereka adalah iblis-iblis dari Ban-kwi to!"
"Ooh!" pengemis itu berhenti melangkah. Ternyata nama
Ban-kwi to itu sedikit menggetarkan dadanya juga.
Tee-tok ci tertawa melihat keragu-raguan orang.
"Nah! Mengapa kalian mengintai dan memata-matai kami,
hah?" tanyanya keras.
"Siapa".siapa memata-matai kalian" Huh! Kamilah yang
lebih dahulu berada di tempat ini, baru kemudian"..kalian!
lihat sampan-sampan kami di tepi sungai itu! Kalau kami
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
datang belakangan, bukankah kalian akan mendengar suara
kami?" jawab Tiat-tung Lo-kai marah, biarpun tidak segarang tadi. Bagaimanapun juga nama Ban-kwi to tetap mengecutkan
hatinya. Bukan kepandaian atau kesaktiannya yang
menakutkan dia tetapi kehebatan racun mereka!
"Kami tidak peduli, kau datang lebih dulu atau datang
belakangan. Tapi yang jelas kalian telah mengintai kami.
Untunglah aku melihatnya?"" Jeng-bin Su-nio mendengus.
"Dan"..hal itu sudah merupakan alasan bagi kami untuk
membunuh kalian secepatnya." Jeng-bin Sam-ni
menambahkan. "Benar ! Benar sekali......!" suami isteri Im-kan Siang mo bertepuk gembira.
"Nah! Apa yang mesti kalian tunggu lagi" Ayoh, siapa yang
ingin mati duluan" Cuh! Cuh!" Ceng-ya kang yang sejak
semula hanya berdiam diri itu tiba-tiba meluncur ke depan, menyerang Tiat-tung Lo-kai dengan semburan ludahnya yang
ampuh! Tiat-tung Lo-kai mengelak sambil memutar tongkatnya di
depan dada, untuk menghalau percikan ludah itu. Tokoh ini
sering mendengar bahwa salah seorang dari iblis Ban-kwi to ada yang gemar mempergunakan air ludah untuk membunuh
lawannya. "Hai! Hai! Ngo-suheng"..!" Hoan Mo-li meloncat ke depan
sambil menjerit, diikuti oleh Bouw Mo-ko, suaminya. "Biar aku dulu yang membunuh dia"..!"
"Eh, enaknya".! Aku dulu, dong"..!" Bouw Mo-ko segera
menyela tak mau kalah. "Ngo-suheng, berikan saja dia
padaku!" "Kurang ajar, kau mau berebut lagi denganku" Baik!
Marilah kita tentukan dulu, siapa yang lebih jago diantara kita"..! Heiitt!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua orang suami isteri itu kembali berkelahi lagi. Tapi
Tee-tok ci segera meniup peluitnya, sehingga kedua orang itu segera menghentikan perkelahian mereka pula.
"Huh, manusia sinting! Kenapa kalian lanjutkan juga
perselisihan itu?" kakek bertubuh kecil itu membentak marah.
"Habis kami tak punya lawan yang lain lagi, sih"! Satusatunya lawan kita telah diambil oleh Ngo-suheng." Hoan Mo-li yang gendeng itu menjawab sekenanya.
"Hah, kalian benar-benar buta ! Tidakkah kalian lihat di tepi sungai itu masih ada empat ekor tukang korek sampah yang
lain?" "Apa" Masih... hei, benar! Koko, lihatlah ! Disana masih ada yang lain.....!" Hoan Mo-li bersorak gembira.
Sepasang iblis itu langsung berebutan menghambur ke
arah lawan, yaitu empat orang pengemis yang tidak lain
adalah Tiat-tung Su-lo! Mereka segera terlibat dalam
pertempuran yang seru dan kasar.
"Wah, terus bagaimana dengan kita ini,cici...?" Ho Pek Lian saling pandang dengan Kwa Siok Eng.
"Kenapa mesti bingung" Marilah kita yang sama-sama
wanita ini bermain-main berpasangan !" Jeng-bin Sam-ni dan adiknya Jeng-bin Su-nio melangkah ke depan sambil
tersenyum. Ho Pek Lian juga tersenyum. Tapi senyumnya mendadak
hilang ketika tiba-tiba dilihatnya sepasang iblis kembar itu menaburkan sesuatu dari tempat bedaknya. Baunya sangat
harum dan bubuk lembut berwarna putih itu melayang tertiup angin!
Belum juga Ho Pek Lian dan Kwa Siok Eng dapat menduga
apa sebenarnya maksud sepasang iblis kembar itu
menaburkan bedaknya, kedua tokoh Ban-kwi to tersebut
sudah menyusuli gerakannya dengan mengayunkan kaki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka ke depan. Kaki Jeng-bin Sam-ni terarah ke pusar Ho
Pek Lian, sedangkan kaki Jeng-bin Su-nio tertuju ke ulu hati Kwa Siok Eng!
Ho Pek Lian dan Kwa Siok Eng tidak mau mendesak
lawannya, maka tendangan itu sengaja tidak dielakkan oleh
mereka berdua. Dengan mengerahkan lwee-kang ke
lengannya, mereka menyongsong tendangan-tendangan
tersebut dengan pukulan! "Dhuuukkk! Dhuuuukk!"
"Ciiiitt! Ciiittt!"
"Auuuuuuhgh".!"
Sepasang iblis kembar itu terpental ke belakang, kemudian
jatuh berguling-guling. Sebaliknya Ho Pek Lian dan Kwa Siok Eng tampak terdorong mundur sambil memekik kesakitan.
Hina Kelana 44 Pendekar Wanita Buta Serial Tujuh Manusia Harimau (7) Karya Motinggo Busye Memanah Burung Rajawali 24

Cari Blog Ini