Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono Bagian 23
ini, meskipun hatiku sebenarnya merasa tidak enak untuk
menerimanya. Maaf......."
Setelah memberi hormat Chin Yang Kun lantas melompat
ke punggung kuda dan pergi meninggalkan tempat itu
bersama-sama dengan Tiau Li Ing. Para perajurit yang
dilewatinya tampak menatapnya dengan pandang mata
bingung dan tak mengerti. Agaknya mereka sungguh-sunguh
tak mengerti apa sebabnya Chin Yang Kun dibiarkan lepas
oleh Kim Cian-bu. Setelah keluar dari perkemahan Chin Yang Kun
membalapkan kudanya menuju ke jalan besar kembali. Kuda
itu benar-benar kuda pilihan seperti yang dikatakan oleh Kim Cian-bu. Selain kuat dan cerdik kuda itu tampaknya sudah
terlatih sekali. Dengan tangkas kakinya yang panjang-panjang itu menuruni lereng bukit yang terjal dan tidak rata itu dengan cepat sekali. Sedikitpun tidak kelihatan merasa berat meskipun harus menanggung beban dua orang di punggungnya.
Chin Yang Kun menepuk-nepuk leher binatang itu sebagai
tanda kekagumannya. "Hmm, nona Li Ing....... kuda ini sungguh hebat sekali!" pujinya gembira.
"Benar! Engkau sungguh beruntung bisa memilikinya.
Ehh........ Toat-beng jin! Siapakah namamu sebenarnya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mengapa orang-orang itu tadi memanggilmu saudara Yang?"
Tiau Li Ing yang masih tetap berada di atas pundak Chin
Yang Kun itu tiba-tiba membelokkan pembicaraan mereka
dengan bertanya tentang nama Chin Yang Kun yang
sebenarnya. "Akhhh........!" Chin Yang Kun berdesah lalu diam.
"Mengapa engkau tidak menjawab pertanyaanku?" Tiau Li Ing mendesak.
Chin Yang Kun masih tetap berdiam diri. Pemuda itu
memang bermaksud akan menjernihkan kesalah-sangkaan ini,
tapi selama ini ia selalu mendapatkan kesulitan untuk
memulainya. Maka sungguh kebetulan sekali baginya gadis itu telah membukakan jalan untuk mengungkapkannya sekarang.
Tapi meskipun demikian ia juga harus berhati-hati dalam
memulainya. Demikianlah, pemuda itu tidak segera menjawab
pertanyaan Tiau Li Ing, sebaliknya pemuda itu malah
menghentakkan tali kendali kudanya, sehingga kuda itu
melonjak dan berlari lebih cepat lagi.
"Nona, lebih baik kita pergi mencari tempat untuk
beristirahat dulu, baru nanti bercerita tentang segala macam soal, setuju". ?" Chin Yang Kun membujuk.
Gadis itu mendongakkan kepalanya ke langit. Tampak
olehnya bintang-bintang mulai bergeser ke arah barat, suatu tanda bahwa tengah malam telah lewat dan fajar pagi mulai
merangkak mendekati cakrawala.
"Yah, malam memang telah larut....... Kita memang juga harus beristirahat barang sebentar, agar tenaga kita menjadi pulih kembali. Tapi cobalah kauturunkan aku lebih dahulu
untuk melepaskan ikatanku ini, agar orang takkan bercuriga melihat keadaan kita nanti." Akhirnya gadis cantik itu menjawab dengan suara gemetar. Entah mengapa gadis itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiba-tiba merasa rikuh dan malu menghadapi pemuda yang
membelanya mati-matian itu.
"Oh, ya......ya benar!"
heran! Perasaan itu seperti menular juga kepada Chin Yang
Kun, sehingga pemuda itu mendadak menjadi gugup pula.
Entah mengapa pemuda itu merasa seperti mendapatkan
teguran halus dari si gadis.
Memang secara tidak sadar pemuda itu seperti merasakan
sesuatu yang asyik dan nikmat bersentuhan dengan tubuh
yang mulus dan lembut itu. Begitu nikmatnya sehingga tidak terlintas sama sekali di dalam otaknya untuk menurunkan
tubuh molek itu dari atas pundaknya. Barulah ia menjadi sadar ketika gadis itu menegurnya!
Maka dengan amat tergesa-gesa sekali pemuda itu lalu
menghentikan kudanya. Mukanya tetap tertunduk ketika
menurunkan tubuh Tiau Li Ing dan membuka ikatannya.
Wajahnya yang putih tampan itu tampak kemerah-merahan.
Begitu gugup hatinya sehingga jari-jarinya tampak gemetar
ketika memegang tali. Ternyata keadaan Tiau Li Ing juga sama saja. Gadis itu
juga tertunduk saja mengawasi tangan Chin Yang Kun yang
melepas tali ikatannya. Sekejappun gadis itu tak berani
menatap wajah pemuda yang begitu dekat dengannya itu.
"Terima kasih, Yang-twako........" ucapnya hampir berbisik ketika ikatan itu telah terurai semua.
Suara Tiau Li Ing terdengar mesra. Dan entah apa
sebabnya gadis itu tiba-tiba saja juga mengubah panggilannya dengan Yang-twako, suatu panggilan yang lebih indah dari
pada Toat-beng-jin. "Eh, oh?" marilah ! Jangan sungkan-sungkan !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka Ialu diam tak berkata-kata untuk beberapa saat
lamanya. Masing-masing tampaknya sedang berusaha untuk
menenangkan perasaannya sendiri-sendiri.
"Oh, ya........mengapa kita hanya berdiam diri saja disini"
Hari telah larut malam dan kita belum memperoleh tempat
untuk melepaskan lelah," akhirnya Chin Yang Kun yang lebih dulu dapat menenteramkan hatinya membuka suara.
"Be-benar! Kita berangkat sekarang......." Tiau Li Ing berkata pula.
"Ayoh.......!" Lalu keduanya bangkit berdiri. Chin Yang Kun segera
menuntun kudanya. "Kau naiklah.....! Aku akan berjalan kaki mengiringimu." pemuda itu berkata.
"Ah, mana bisa begitu" Kuda ini milikmu. Tidak enak kalau aku yang menaikinya, sementara engkau malah berjalan
kaki......." Tiau Li Ing cepat-cepat menggelengkan kepalanya.
"Tapi engkau seorang wanita, sudah seharusnya aku
mengalah." "Eh, mana ada aturan begitu" Itu peraturan kuno! Wanita dan lelaki sekarang sama saja, apalagi untuk kaum persilatan seperti kita ini."
Chin Yang Kun tersenyum sambil mengangkat pundaknya.
Pemuda itu tak ingin berdebat dengan Tiau Li Ing, apalagi
yang diperdebatkan cuma persoalan seperti itu. "Yah.....bagi kaum persilatan seperti kita ini memang tidak begitu
mempersoalkan lagi masalah seperti itu, tapi.....dalam hal etika pergaulan dan adat kesopanan umum kukira peraturan-peraturan seperti itu masih juga berlaku."
"Siapa bilang?" Tiau Li Ing tetap ngotot. "Lelaki dan
perempuan sama saja!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hmm, kalau begitu.....nona setuju, misalkan pada suatu
saat mandi bersama atau tidur berdua dengan pemuda lain?"
Chin Yang Kun menggoda. "Hah"!" Gila apa.....?" Tiau Li Ing menjerit dengan muka
merah padam. "Nah, tidak mau bukan" Itulah yang kumaksudkan tadi.
Bagaimanapun juga lelaki dan perempuan tetap berbeda. Dan
karena adanya perbedaan itu maka lalu timbul etika dan
aturannya," Chin Yang Kun menghentikan kata-katanya
sebentar, lalu,".....aku percaya nona mempunyai kesaktian
yang sangat hebat, sehingga kalau diperbandingkan dengan
pemuda-pemuda biasa, mesi dengan pemuda yang paling
berotot sekalipun, kekuatan nona masih berada jauh diatas
mereka. Tetapi meskipun demikian nona toh masih tetap
seorang wanita juga...."
"Tapi aku tetap tidak mau kalau disuruh naik kuda ini......."
Tiau Li Ing masih tetap tidak mau mengalah juga.
"Lalu bagaimana......?" Chin Yang Kun bertanya bingung.
"Engkaulah yang lebih berhak untuk menaikinya, karena
kuda ini adalah kudamu."
"Dan.....kau akan berjalan kaki?"
"Ya!" "Wah, kalau begitu aku juga akan berjalan kaki saja. Tidak enak rasanya dilihat orang di jalan nanti. Lebih baik kita tuntun saja kuda ini."
"Hei! Jangan.....! orang akan bercuriga kepada kita kalau
engkau menuntun kuda itu. Kita malah akan disangka sebagai pencuri kuda nanti......" Tiau Li Ing buru-buru mencegah.
"Wah....! repot benar, sih" Begini salah begitu juga salah.
Lalu harus bagaimana kita" Kita lepaskan saja kuda ini biar Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kembali ke tempat para perajurit itu," Chin Yang Kun
menghentakkan kakinya dengan perasaan jengkel.
"Hei.... jangan dilepaskan ! Kim Cian-bu akan menjadi curiga terhadap kita. Dia tentu akan mengerahkan para
perajuritnya untuk mencari kita nanti." sekali lagi Tiau Li Ing mencegah maksud Chin Yang Kun untuk melepaskan kuda
tersebut. "Lalu harus bagaimana........?" Chin Yang Kun habis akal.
"Kaulah yang naik !" Tiau Li Ing berkata tegas.
Chin Yang Kun terdiam tak menjawab. Dipandangnya
wajah cantik di depannya itu untuk beberapa saat lamanya
dengan kening berkerut. "Kalau begitu kita naik kuda lagi saja bersama-sama seperti tadi atau...... semuanya berjalan kaki!" akhirnya pemuda itu memutuskan. "......... bagaimana ?"
Tiau Li Ing terdiam juga untuk sementara. Kemudian,
"Baiklah! Terserah kepadamu !" jawabnya dengan kepala tertunduk. Warna merah membersit di atas pipinya yang
ranum. Demikianlah kedua muda-mudi itu akhirnya menaiki Si
Cahaya Biru bersama-sama. Chin Yang Kun duduk di depan
memegang kendali dan Tiau Li Ing duduk rapat di
belakangnya. Mereka mengendarai kuda dengan mulut
tertutup, masing-masing sibuk dengan angan-angan mereka
sendiri. Kabut turun semakin deras membasahi tubuh mereka dan
jalan yang mereka lalui. Kabut itu membasahi tanah sehingga menyebabkan jalan itu menjadi licin dan becek. Meskipun
demikian Cahaya Biru tetap berlari dengan gagahnya.
Tampaknya jalan yang licin tersebut bukanlah rintangan yang berat baginya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kota Ko-tien mereka capai berbareng dengan suara kokok
ayam pertama kali. Kota ini masih gelap dan belum ada
seorangpun yang telah membuka pintu rumahnya. Jalan-jalan
juga masih sunyi senyap, sehingga langkah kaki kuda mereka terdengar nyaring ketika menimpa batu-batu di jalan tersebut.
"Ah, meremang bulu kudukku. Rasa-rasanya kita sedang
memasuki sebuah kota mati saja." Tiau Li Ing mendekatkan
bibirnya ke telinga Chin Yang Kun dan berbisik pelan.
"Ya, akupun merasakannya juga. Rasanya kesunyian ini
memang tidak wajar, seperti suasana di dalam kuburan saja."
Chin Yang Kun mengangguk dengan hati berdegup kencang.
Napas gadis itu terasa hangat menghembus kulit pipi dan
telinganya. Chin Yang Kun lalu berusaha menghilangkan perasaan yang
menggangu tersebut dengan mempercepat langkah kaki
kudanya. Dan si Cahaya Biru memang seekor kuda yang
garang ! Begitu terasa kendali yang menempel mulutnya itu
disentakkan tuannya, ia segera melesat bagai anak panah
yang terlepas dari busurnya ! Suara telapak kakinya yang
dilapisi tapal besi itu terdengar berdentangan menimpa batu.
Chin Yang Kun lalu membelokkan kudanya ke jalan utama
yang membentang di tengah-tengah kota itu. Di sana jalan
lebih lebar dan bangunan rumahpun tampak lebih rapat dan
lebih bagus. Warung dan toko berceceran hampir memenuhi
seluruh bangunan yang ada di sepanjang jalan tersebut. Dan bangunan-bangunan itu juga tampak lebih meriah pula, sebab mereka tentu memasang papan nama atau gambar yang
besar dan menyolok mata, lampu teng besar kecil juga
tergantung dimana-mana, menerangi dan menyemarakkan
suasana malam. Meskipun demikian mereka tetap tak melihat sesosok
bayangan manusiapun di sana. Jalan besar itu juga sepi dan lengang pula. Tak sebuah makhlukpun yang tampak, sampai-sampai para gelandangan atau pengemis yang biasa tampak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di setiap kota itu pun tak kelihatan pula di sana. Kota itu betul-betul Iengang, sepi, bagaikan kota mati !
"Eh, Yang twa-ko....... bagaimana ini?" Tiau Li Ing berbisik lagi. dan ...... tubuhnya yang molek itu lagi-lagi mendesak ke depan sehingga buah dadanya yang mulai tumbuh itu
"mendorong" punggung Chin Yang Kun !
Keruan saja pemuda itu menjadi panas dingin badannya!
Pikirannya menjadi kacau sehingga otaknya menjadi rusuh
pula ! Segala macam angan-angan yang tidak-tidak menggoda
batinnya dengan hebat! Dan entah mengapa tiba-tiba timbul
keinginannya untuk memeluk tubuh yang menempel ketat di
belakangnya itu. "Eh, Yang twa-ko?" mengapa kita berhenti di sini" Apakah kita akan beristirahat di penginapan ini ?" Tiau Li Ing yang tidak tahu bahaya itu tiba-tiba bertanya.
"Eh ...... eh, eh...... apa ?" Chin Yang Kun tersentak kaget.
Kaget sekali, sehingga buyar semua lamunannya!
"Hai..... kau kenapa " Mengapa matamu merah sekali ?"
Tiau Li Ing mengerutkan keningnya.
Chin Yang Kun cepat-cepat meloncat turun dan membawa
kudanya ke pinggir. "Ah, tidak apa-apa! Cuma kena debu tadi......." pemuda itu membohong. "Marilah kita beristirahat saja di sini !"
Ternyata tanpa kemauan Chin Yang Kun kudanya telah
berhenti di depan sebuah rumah penginapan. Mungkin di
dalam ketegangannya tadi Chin Yang Kun telah menarik
kendali kudanya tanpa sengaja, sehingga kuda itupun lalu
berhenti pula dengan mendadak.
Tiau Li Ing turun juga dari kuda, lalu setelah Chin Yang Kun menempatkan kuda tersebut di tempat yang tersedia, mereka
bersama-sama melangkah memasuki penginapan itu.
Kemudian mereka mengetuk pintu tiga kali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tidak ada jawaban. Chin Yang Kun penasaran. Ia mengetuk sekali lagi,
sekarang lebih keras. Tapi tetap tidak ada orang yang
menjawab. Keduanya saling memandang dan Tiau Li Ing
mengangkat pundaknya sambil memonyongkan mulutnya.
"Heran ! Penginapan ini dipasangi lampu, dan semua
perabotannya juga teratur rapi. Tapi....... ke mana pemiliknya"
Masakan tiada yang menjaganya sama sekali?" Chin Yang Kun bersungut-sungut seraya mengguncang pintu penginapan
tersebut keras-keras. "Blug!" Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh sesosok tubuh yang jatuh
dari atap rumah ke samping mereka. Dan begitu jatuh orang
itu langsung melenting berdiri kembali. Dari mulutnya lantas terdengar sumpah-serapah dan caci-makinya, sementara
kedua tangannya sibuk membersihkan pasir dan tanah yang
melekat di atas rambutnya yang amat jarang.
"Bangsat ! Binatang ! Monyet busuk..... Uhh....... sedang
enak-enak tidur di atas atap, rumahnya digoyang gempa !
Makanya aku bermimpi bisa terbang........ eh, tahunya jatuh dari peraduan, hehehe.....! Huh, keparat! Keparaaaat.......!"
Chin Yang Kun memegang lengan Tiau Li Ing, kemudian
menariknya beberapa langkah ke belakang, menjauhi orang
gila itu. Dan gerakan mereka itu ternyata sangat mengagetkan orang tersebut. Kelihatannya orang itu sama sekali tidak tahu kalau di depan pintu itu ada orang lain.
"Hei, gempa bumi.......! Eh, kok gempa lagi, hehehe!" teriak orang gila itu latah. Matanya yang kocak dipicingkan,
mengawasi wajah Chin Yang Kun dan Tiau Li Ing, sementara
mulutnya yang lebar itu pringas-pringis menjijikkan.
Tapi tiba-tiba muka yang kocak itu berubah menjadi tegang
dan bersungguh-sungguh! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oh! Kau lagi ......!" serunya dingin. Lalu.".....Mau apa kau kemari" Ingin membunuh banyak orang lagi" Cek! Cek! Cek..!
Usiamu belum seberapa, tetapi tanganmu ternyata sangat
telengas dan ganas bukan main ! Dalam sehari ini saja kau
telah membunuh lebih dari limaratus orang! Dan tanganmu
benar-benar tidak mau memilih korbannya. Siapa pun jadilah.
Sampai-sampai para perajurit kerajaanpun tidak terkecuali
pula. Sungguh-sungguh edan".. !"
Chin Yang Kun mengerutkan dahinya, Ialu melirik ke arah
Tiau Li Ing, seolah-olah ingin bertanya tentang orang gila itu.
Apa sebabnya orang itu tahu tentang sepak-terjangnya hari
itu" Apakah gadis itu sudah mengenalnya"
Tapi gadis itu menggelengkan kepalanya, suatu tanda
bahwa gadis itu juga tidak tahu pula. Oleh karena itu dengan hati-hati Chin Yang Kun menghadapi orang yang tingkah
lakunya seperti orang gila itu.
"Siapakah Lo-cianpwe ini......" Dari mana Lo-cianpwe tahu aku telah membunuh banyak orang ?" tanyanya halus.
"Hah" Huahaha........ hahaha! Engkau menanyakan namaku
" Apakah aku juga akan engkau jadikan korbanmu pula " Eit, jangan harap....... hohoho !" Orang itu tiba-tiba tertawa terpinkal-pingkal sampai kedua buah matanya mengeluarkan
air mata. Kemudian sambil menyeka air matanya orang itu
mengambil buli-buli arak yang tergantung di pinggangnya dan meminum isinya.
"Hwaduh, segarnya! Arak putih memang pedas
rasanya........ Minum seteguk sebulan bermimpi, hahaha........!
Tapi?"" "Lo-cianpwe........" Chin Yang Kun berusaha memotong celoteh orang itu.
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tapi...... Arak Merah manis rasanya...Minum
segentongpun orang takkan merasa hehehe.........!" orang itu meneruskan nyanyiannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lo-cianpwe?"!"
"Sebentar! Kau diamlah dulu"..!" orang itu mengangkat
tangannya dengan cepat. Keningnya tampak berkerut-kerut,
agaknya sedang memikirkan rangkaian pantun yang akan
dinyanyikannya lagi. Tapi Chin Yang Kun sudah tidak mau menunggunya.
Dengan suara geram pemuda itu membentak. "Orang tua! Aku tidak butuh suaramu yang sumbang itu ! Aku hanya ingin
mengetahui gelar dan namamu, karena aku ingin bertanya
tentang sesuatu hal kepadamu!"
Mata yang kocak itu terbelalak lebar. MuIutnya melongo
seakan tak percaya bahwa ia baru saja dibentak orang.
"Ahhh......!" orang itu lalu menghela napas panjang.
Wajahnya yang lucu itu berubah menjadi serius. "Anak muda, keberanianmu sungguh mengagumkan. Engkau telah berani
membentakku, padahal selama ini aku belum pernah dibentak
orang. Dan kalaupun ada, orang itu tentu takkan bisa hidup lama....." orang itu berkata lagi dengan nada marah.
Tapi kesombongan itu justru semakin menaikkan darah
Chin Yang Kun. "Begitukah " Hmm, kalau begitu engkau sama saja dengan aku. Selama ini aku pun belum pernah dipandang rendah oleh siapapun juga. Dan...... kalaupun ada, orang itu tentu sudah tidak bernyawa pula!" geramnya keras.
"Apa katamu" Kurang ajar.......! Kubunuh kau!" orang gila
itu menjerit marah. Tapi Chin Yang Kun segera mengangkat
tangannya. "Nanti dulu........!" serunya.
"Monyet buruk! Ada pesan apa lagi?"
"Oh, jangan buru-buru marah dulu ! Tak ada gunanya
bagiku berkelahi denganmu kalau tidak ada taruhannya."
"Taruhan" Apa maksudmu" Bukankah taruhannya sudah
ada, yaitu.....nyawa?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun lebih dahulu menyuruh Tiau Li Ing
menyingkir, baru setelah itu ia menjawab,"....... nyawa itu bukan taruhan namanya, sebab kehilangan nyawa sudah
merupakan resiko dari setiap pertempuran. Yang kumaksud
dengan taruhan adalah imbalan yang telah kita sepakati
bersama bagi yang menang dalam pertempuran ini.
Bagaimana" Berani bertaruh tidak?"
"Bangsat! Kau benar-benar sombong sekali dan kau akan
menyesal nanti! Ayoh, lekas katakan apa taruhannya" Kurang ajarrr......!"
Chin Yang Kun melangkah ke depan, lalu tangannya
bertolak pinggang. "kalau kau kalah, kau harus menyebutkan namamu. Setelah itu kau juga harus bercerita kepadaku
mengenai semua yang kauketahui tentang kota ini, itu saja!"
"Begitukah" Lalu....bagaimana kalau kau yang mampus di
tanganku?" orang itu bertanya dengan suara tinggi.
"Wah, kau ini bagaimana....." kalau aku mampus di
tanganmu, tentu saja kau boleh berbuat sesukamu. Mau
kaukubur kek.....atau mau kau buang ke sungai kek.....itu
terserah kepadamu!" Chin Yang Kun menjawab tenang.
Hampir-hampir orang itu tak dapat mengendalikan hatinya,
ulah Chin Yang Kun itu betul-betul telah membakar dadanya.
"Baik! Ayoh bersiaplah untuk mampus!"
"Nanti dulu.......!"
"Babi ! Tikus! Monyet! Apa lagi... ?"
"Pertandingan ini harus dibatasi, yaitu dua-puluh jurus saja.
Kalau dalam duapuluh jurus ternyata belum ada yang kalah
atau menang, nanti kita tambah lagi......bagaimana.......?"
"Duapuluh jurus" Hah! Terlalu banyak! Lima juruspun
sudah lebih dari cukup untuk mencabut nyawamu!" orang itu
berteriak sambil menubruk ke depan. "Ayoh, kita mulai?"!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kau boleh merasa menang jika dalam duapuluh jurus tidak
mampus!" tampaknya saja otaknya tidak waras, tapi ketika bergerak
ternyata cepatnya bukan main! Belum juga kata-katanya
selesai, sepuluh buah jari tangannya telah berada di ubunubun Chin Yang Kun! Padahal jarak mereka berdiri lebih dari tiga tombak jauhnya!
Tentu saja Chin Yang Kun terkejut setengah mati! Sejak
semula pemuda itu memang sudah menduga bahwa lawannya
tentu berkepandaian tinggi, tapi ia tidak membayangkan
bahwa lawannya itu akan mampu bergerak sedemikian
cepatnya! Untunglah pemuda itu sejak semula juga telah bersiapsiaga sepenuhnya. Maka dalam keadaan yang sulit seperti itu ilmunya segera bergerak dengan sendirinya. Tiba-tiba saja
kepalanya melesak ke bawah, mendorong masuk tulangtulang lehernya yang panjang ke dalam rongga dada,
sehingga leher itu menjadi lenyap dan kepalanya kini seolah-olah menempel begitu saja tanpa tangkai di atas pundak. Tapi gerakan langka yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang
mahir Kim-coa-ih-hoat itu ternyata mampu membebaskan
pemuda itu dari sambaran jari-jari lawannya.
Tentu saja cara Chin Yang Kun yang aneh dalam
menghindari serangan itu membuat tercengang lawannya.
Dengan mata mendelik orang itu menatap Chin Yang Kun,
seolah-olah tidak percaya bahwa di dunia ini ada seseorang manusia yang mampu berbuat seperti itu. Saking kagumnya
orang itu sampai terpaksa diam untuk beberapa saat lamanya, lupa bahwa dirinya sedang marah dan bertempur dengan
musuh. "Mengapa berhenti menyerang" Kau sudan mengaku
kalah?" Chin Yang Kun bertanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu tersentak dari lamunannya. "Setan kuburan.....!"
umpatnya. ".....kiranya engkau punya modal juga. Makanya
sikapmu demikian sombong dan takabur...."
"Engkau mengaku kalah?"
"Mengaku kalah" Huh! Terlalu pagi.......Kau memang hebat, tapi kau jangan lekas-lekas menepuk dada dan menganggap
bahwa kepandaianmu sudah tidak ada yang menandingi !
Sekarang kau bersiaplah, akan kutunjukkan kepadamu bahwa
di luar langit masih ada langit........!"
Seperti tadi tiba-tiba orang itu menyerang lagi tanpa
memberi peringatan lebih dahulu. Hanya cara menyerangnya
kali ini juga aneh bukan main, sama sekali berbeda dengan
cara-cara yang umum dipakai oleh ilmu-ilmu silat kebanyakan.
Tampaknya orang itu tidak mau kalah dengan Chin Yang Kun,
dan kini mau memamerkan bahwa ilmunya juga tidak kalah
uniknya dengan ilmu silat Chin Yang Kun!
Orang itu meloncat ke atas, kemudian meluncur ke arah
Chin Yang Kun dengan kedua kaki lebih dahulu. Meskipun
gerakan itu amat aneh dalam ilmu silat, tetapi gayanya
sungguh enak dipandang dan cepat bukan main! Apalagi
lapat-lapat terdengar pula suara deru angin yang diakibatkan oleh gerakan itu.
"Wuuuuussssss.......!"
"Dua jurus!" Chin Yang Kun berteriak sambil meloncat ke
samping untuk mengelakkan serangan tersebut. Lalu dari arah samping pemuda itu membalasnya dengan tendangan pula.
Tapi melihat sasarannya telah pergi orang itu cepat-cepat
mengubah serangannya pula. Kedua buah kakinya yang
terjulur ke depan itu segera ia tekuk ke belakang, sehingga gaya berat tubuhnya berubah pula. Otomatis kepala orang itu terlempar ke depan sementara kaki dan pantatnya terayun ke belakang. Dan selanjutnya tubuh orang itu tampak berputar
(berjumpalitan) dengan kencangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sepintas lalu orang tentu akan mengira bahwa gerakan
tersebut hanya dilakukan untuk mengurangi kecepatan daya
luncurnya, sehingga tubuh itu tidak jatuh berdebam begitu
saja di atas tanah. Dan ternyata demikian pula yang dipikirkan oleh Chin Yang Kun!
Tapi dugaan itu ternyata keliru sekali!
Dengan perasaan kaget Chin Yang Kun merasakan
tubuhnya tiba-tiba tersedot ke arah lawan, sehingga kudakudanya lepas dan tubuhnya terbanting ke depan. Otomatis
tendangan kakinya melenceng dan ikut tersedot pula ke
depan. Orang gila itu tertawa gembira. "rasakan jurusku ini!
Baling-baling mengisap kaki....eh, keliru! Maksudku....baling-baling mengisap madu! Wah, bukan....bukan madu,
anu.....baling-baling mengisap.....mengisap......mengisap.......bangsat! kurang ajar
! kenapa aku sampai lupa pada ilmu silatku sendiri?"
celotehnya. Tampaknya seperti main-main saja, tetapi pengaruhnya
ternyata hebat bukan kepalang! Buktinya Chin Yang Kun yang berkepandaian tinggi itupun sampai terkecoh dan termakan
oleh jurus baling-baling tersebut! Tubuh dan kakinya tersedot ke arah lawan tanpa dapat dicegah lagi!
Untunglah pemuda itu segera menyadari keadaannya. Pada
saat-saat terakhir, dimana kakinya tinggal sejengkal saja dari lawannya, pemuda itu cepat mengerahkan Liong-cu-i-kang ke
kakinya, lalu dengan ilmu Kim-coa-ih-hoatnya yang ampuh ia melepaskan sambungan dari semua persendian tulang-tulangnya, sehingga ketika ia mengerahkan otot-ototnya kaki itu tertarik mengkerut ke belakang dan jauh lebih pendek dari pada ukurannya yang normal!
Oleh karena itu kaki yang nyaris masuk ke dalam putaran
baling-baling itu selamat dari guntingan lawan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tiga jurus!" begitu lolos dari lubang jarum pemuda itu
berteriak. "Tiga jurus!" orang gila itu mengulangi perkataan Chin
Yang Kun. Demikianlah, semakin lama mereka bertanding semakin
dahsyat di halaman rumah penginapan itu. Karena
pertandingan itu hanya dibatasi dalam duapuluh jurus, maka masing-masing segera mengeluarkan ilmu andalan mereka.
Keduanya sama-sama tidak ingin kehilangan waktu mereka.
Waktu sedetikpun sangat berharga bagi mereka.
Tiau Li Ing berdiri di bawah pohon, menonton pertempuran
itu dengan wajah tegang. Matanya hampir tidak pernah
berkedip mengawasi Chin Yang Kun. Hatinya merasa khawatir
sekali. Dilihatnya lawan pemuda itu benar-benar lihai bukan main. Ilmu silatnya amat aneh dan konyol, meskipun begitu
dahsyatnya tiada terkira. Sampai-sampai Chin Yang Kun yang belum pernah menemukan tanding itupun dibuat kewalahan
pula sekarang. Jilid 32 DAN yang sangat menjengkelkan tapi juga menggelikan
adalah ulah tingkah orang yang kini bertempur dengan Chin
Yang Kun itu. Orang itu bertempur sambil berceloteh tidak
karuan. Ada-ada saja yang dikatakan, dari yang biasa-biasa saja sampai yang kotor-kotorpun keluar dari mulutnya. Ilmu silatnyapun sangat konyol dan menggelikan, meskipun begitu Chin Yang Kun dibuat kewalahan karenanya.
Untunglah Chin Yang Kun mempunyai Kim-coa-ih-hoat yang
maha hebat. Biarpun kadang-kadang dibuat bingung oleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gerakan lawannya yang aneh-aneh, tapi dengan Kim-coa-ihhoat-nya yang lemas bagai ular itu ia selalu bisa meloloskan diri dari serangan lawannya. Malahan kadang kala ilmu
silatnya yang sangat mengerikan itu mampu mengecoh dan
mengelabuhi musuhnya sehingga orang itu ganti dibuatnya
jungkir-balik kebingungan pula. Begitu dahsyatnya mereka
berkelahi sehigga mereka sudah lupa menghitung jumlah jurus yang telah mereka keluarkan. Masing-masing sudah lupa pada taruhan yang mereka sepakati bersama. Yang ada di dalam
hati mereka sekarang adalah mengadu iImu silat mereka
sampai tuntas, sampai salah satu dari mereka mengaku kalah!
"Hei ! Hai........Yang twako ! Berhenti! Pertempuran sudah lebih dari dua puluh jurus ! Sekarang malah telah menginjak pada jurus yang ke duapuluh lima! Berhenti! Yang twa-ko, kau jangan terpancing oleh orang itu ! Kau sudah menang.......!"
tiba-tiba Tiau Li Ing berteriak-teriak.
"Jangan hiraukan gadis itu ! Mari kita selesaikan dulu pertempuran ini!" orang gila itu menggeram.
Mendadak Chin Yang Kun menjadi sadar. Memang tidak
ada gunanya ia bermusuhan dengan orang ini, hanya
menambah-nambah kesulitan saja. Yang perlu baginya adalah
keterangan mengenai kota ini, bukan bermusuhan dengan
para penghuninya. "Hai, berhenti..........! Kau sudah kalah! Kita bertempur lebih dari duapuluh jurus! Ingat kata-katamu tadi ! Jangan menjilat ludah sendiri!" Chin Yang Kun melompat keluar dari arena pertempuran sambil berteriak memperingatkan
lawannya. "Menjilat ludah sendiri " Ah, masakan pertempuran kita tadi telah ada duapuluh jurus?" Orang itu terpaksa menghentikan serangannya pula. Mulutnya yang lebar itu melongo dan
meringis berganti-ganti. Hatinya tampak bimbang, penasaran dan menyesal telah menyetujui taruhan dalam duapuluh jurus itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar. Malahan sudah lebih dari duapuluh jurus. Jadi kau sudah kalah...... dan akulah yang jadi pemenangnya dalam
taruhan ini." Chin Yang Kun menjelaskan dengan bibir
tersenyum. "Wah, ini....... ini tidak adil ! Aku toh belum kalah. Malahan engkaulah yang repot mempertahankan diri tadi. Betul
tidak.......?" orang itu berteriak penasaran.
"Ya....... tapi kau tadi sudah setuju bertarung dalam duapuluh jurus, bukan " Malah engkau sendiri yang bilang,
kalau dalam duapuluh jurus aku tidak mampus........aku sudah dapat dianggap sebagai pemenangnya, ingat tidak?"
Orang itu membanting-bantingkan kakinya di atas tanah
tanda penasaran sekali. "Babi busuk! Monyet gila......!"
umpatnya sambil menggaruk-garuk rambutnya yang jarang.
"Baik ! Aku kalah dalam pertaruhan ini ! Lekas katakan kehendakmu, bangsat !''
Chin Yang Kun tidak marah dicaci maki begitu. Ia tahu
orang itu tidak bermaksud untuk menghina atau
meremehkannya. Orang itu memaki dan mengumpat asal
bicara saja dan hanya merupakan logat kebiasaan setiap
harinya. "Nah, pertama-tama katakan dulu nama dan
gelarmu.........!" pintanya.
"Ha!" orang itu menggeram. "....... Aku sudah lupa pada nama pemberian orang tuaku. Tapi aku biasa disebut Hong-Jin (orang gila) oleh orang-orang yang mengenalku. Dan di dalam perkumpulanku aku diberi nama...... Put-pai-siu (Tak Punya Malu) ! Nah, puas ... " Sekarang katakan keinginanmu yang ke dua !"
Chin Yang Kun hampir tak kuasa menahan tawanya. Nama
itu benar-benar kocak dan sangat sesuai dengan orangnya.
"Put-pai-siu...!" tegasnya sambil melirik Tiau Li Ing. Kedua remaja itu saling pandang dengan mulut tersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya ! Memangnya kenapa"." Apakah kau ingin berkelahi
lagi" Ayoh !" orang itu bersiap-siap kembali.
"Nanti dulu.....! Aku toh belum mengatakan pertanyaanku yang kedua."
"Kalau begitu.....lekaslah kaukatakan, jangan cerewet saja
!" Chin Yang Kun melangkah maju. "Begini..........!
Kedatangan kami ini sebenarnya hanya mau mencari
penginapan. Cuma yang sangat mengherankan hati kami
adalah keadaan di dalam kota ini. Kenapa kota yang cukup
besar ini mendadak menjadi sepi seolah tak ada penghuninya sama sekali" Ke mana mereka itu ?"
"0hh...... itu !" Put-pai-siu Hong-jin mendengus dingin.
"Mereka semua adalah pengecut-pengecut yang takut mati.
Mereka semua bersembunyi di dalam rumah masing-masing
dan memalang pintu mereka kuat-kuat dari dalam."
"Bersembunyi........" Mengapa mereka bersembunyi ?" Chin Yang Kun dan Tiau Li Ing bertanya hampir berbareng.
"Itulah........! Kata mereka gerombolan perusuh yang mau memberontak kepada Kaisar Han akan lewat di sini malam ini.
Maka penduduk lantas menjadi panik dan bingung. Anak-anak
dan perempuan segera diungsikan oleh keluarganya,
sementara yang laki-laki tetap berada di rumah menjaga harta bendanya."
"Para perusuh.......?" sekali lagi Chin Yang Kun dan Tiau Li Ing saling memandang. Keduanya segera teringat pada
gerombolan yang sangat mencurigakan di puncak bukit itu.
"Tapi........ bukankah Kaisar Han telah mengirimkan
tentaranya ke daerah ini ?" pemuda itu mengerutkan
keningnya. "Benar! Itulah sebabnya kukatakan mereka pengecut.
Meskipun di dalam kota ini tidak ada pasukan Kaisar, tapi di Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekeliling daerah ini toh sudah dijaga dengan ketat oleh
pasukan itu. Masakan mereka masih berani lewat di kota ini juga ?"
"Ooo......... jadi mereka itu masih berada di dalam rumah masing-masing " Dan mereka itu takut keluar karena khabar
tentang kaum perusuh itu" Wah, jika demikian ...... janganjangan aku ini disangka sebagai anggauta kaum perusuh pula oleh mereka".." Chin Yang Kun tertawa kecut.
"Mungkin juga......." Put-pai-siu Hong-jin mengangguk-angguk.
"Mungkin juga" Eh, kalau begitu engkaupun mempunyai
anggapan demikian?" Chin Yang Kun tersentak kaget. Lalu katanya, "Nah, sekarang aku baru mengerti....... mengapa engkau berpura-pura marah dan menyerang aku tadi.
Sebenarnya engkau mencurigai aku dan bermaksud untuk
menangkapku. Ya atau tidak.......?"
"Berpura-pura marah dan bermaksud menangkapmu"
Hei...... apa yang kaumaksudkan" kenapa aku mesti harus
menangkapmu" Dan....... mengapa aku mesti berpura-pura
pula" Apa hubunganku denganmu " Kurang ajar....! Setan
busuk ! Bukankah engkau yang mula-mula membuatku
marah?" Put-pai-siu Hong-jin berjingkrak-jingkrak marah.
"Ah, tidak usah kaututup-tutupi lagi! Bukankah kau salah seorang dari penghuni kota ini " Dan melihat kepandaianmu
aku berani bertaruh bahwa kau tentu orang penting di sini.
Paling tidak sebagai pejabat keamanan atau........"
"Bocah gila..........! Kau benar-benar ngawur ! Siapa bilang aku penduduk kota ini" Siapa bilang aku pejabat keamanan "
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Huh....... masakan rupa seperti ini patut menjadi pembesar"
Nekad saja!" "Lantas siapakah sebenarnya engkau ini" Mengapa berada di tempat ini?" Chin Yang Kun yang telah salah terka itu tersipu-sipu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, begitu baru pertanyaan yang benar....." Put pai-siu Hong-jin tersenyum dengan wajah kocak. Perlahan-lahan ia
membuka tutup buli-buli araknya, lalu meminumnya beberapa
teguk sebelum menjawab pertanyaan Chin Yang Kun. "......
Akupun orang asing di kota ini. Aku juga baru saja datang tadi malam, beberapa jam lebih awal dari pada kalian. Aku terus berjalan kemari ketika kau ditangkap oleh pasukan Kaisar
itu......." "Hah"!" Jadi........ Jadi Lo-cianpwe tahu ketika aku
ditangkap oleh anak buah Kim Cian-bu itu?" Chin Yang Kun terkejut.
"Hahaha........ tentu saja. Kenapa tidak" Aku telah
membayang-bayangi kau sejak dari kota Poh-yang, sejak kau
dikelabuhi gadis ini untuk membawakan pedati kecilnya.....
sampai kau membakar daging di hutan bersama-sama Honggi-hiap Souw Thian Hai dan diberi baju yang kaupakai
sekarang ini, hehehe....... Semuanya telah kulihat, sampai yang sekecil-kecilnya." Put-pai-siu Hong-jin berkata sambil melirik Tiau Li Ing.
Sekejap muka Chin Yang Kun menjadi merah. "Jadi.... Locianpwe melihat juga ketika aku bertempur dengan mayatmayat di dalam kuil itu?"
"Tentu saja. Akupun berada di sana pada waktu itu. Kulihat kau sampai menjadi ketakutan melihat mayat-mayat hidup itu.
heee.... Padahal apa sih hebatnya ilmu hitam seperti itu "
Asalkan kaumusnakan sumbernya mereka takkan berguna
lagi." ".....Dan ketika aku terjerumus ke dalam sumur tua itu ?"
"Nah, saat itu aku beranggapan bahwa kau telah mampus.
Maka akupun lalu melihat-lihat ke dalam gedung besar itu.
Hehehe.... hampir saja aku diketahui Tung-hai-tiau dan
kawan-kawannya"."
"Ah........!" Chin Yang Kun berdesah kikuk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh....... tak tahunya ketika pertempuran di atas bukit itu sedang berlangsung dengan sengitnya ....... kau tiba-tiba
keIuar dari dalam gedung mengejar-ngejar gadis itu." Put-pai-siu Hong-jin meneruskan keterangannya sambil menunjuk ke
arah Tiau Li Ing. ''........Maka akupun lalu membuntutimu
lagi........" "Eh....... ahh......" Chin Yang Kun berdesah berulang-ulang, hatinya terasa semakin kikuk. "........ Tapi....... tapi mengapa aku sama sekali tidak mengetahui kalau Lo-cianpwe selalu
mengikutiku" Bukankah Souw Tai-hiap (pendekar besar Souw)
saat itu juga bersamaku" Apakah dia juga tidak tahu pula?"
"Tentu saja kau tidak melihatku, karena ginkangku jauh lebih tinggi dari pada ginkangmu, hehehe........ Eit, nanti dulu!
Kau jangan lekas-lekas merasa tersinggung pada perkataanku ini!" Put-pai-siu Hong-jin cepat-cepat menggoyangkan
tangannya begitu melihat mata Chin Yang Kun menyala
mendengar kelakarnya. "Dengarlah......! Kau memang hebat!
Kepandaianmu luar biasa tingginya! Sebagai seorang tua yang telah puluhan tahun berkecimpung di dunia persilatan, aku
benar-benar kagum melihat kesaktianmu. Selama ini aku
belum pernah menjumpai anak muda mempunyai ilmu
sedahsyat ilmumu itu. Tetapi,.......meskipun demikian kau juga harus mengakui bahwa gin-kangmu tidaklah sedahsyat
ilmumu yang lain. Kalau boleh kumisalkan, kau adalah seperti seekor naga yang kokoh kuat dan bertenaga besar. Kulitmu
liat dan keras, tenagamu luar biasa kuat dan dahsyat, tapi.....
sayang gerakanmu lamban !"
Chin Yang Kun tidak jadi marah. Memang, secara diamdiam iapun harus mengakui bahwa gin-kangnya tidak sehebat
ilmu-ilmunya yang lain. Hal ini pernah disinggung pula oleh Keh-sim Siau-hiap di haIaman rumah Pendekar Li beberapa
hari yang lalu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya........ ya, misalkan aku tak melihat Lo-cianpwe,
tapi........ masakan Souw Tai-hiap juga tidak melihat pula?"
sambil menghela napas pemuda itu bertanya.
"Ahh, kalau dia memang lain......... Di depan matanya tak seorangpun bisa menyembunyikan dirinya. Akupun sempat
dilihatnya, beberapa kali malah! Tapi meskipun demikian ia tak bisa menangkapku, biarpun dia juga telah mengerahkan
seluruh kepandaiannya."
Setelah sedikit membanggakan dirinya Put-pai-siu Hong-jin
diam. Begitu pula dengan Chin Yang Kun dan Tiau Li Ing.
Masing-masing sibuk dengan jalan pikiran mereka sendirisendiri. Sepi. Sementara itu di ufuk timur telah mulai bersinar kemerahmerahan. Alam pun mulai tampak terjaga dari tidurnya. Daun-daun pohon yang semula tampak diam tak bergerak itu mulai
terayun-ayun ditiup angin pagi. Embun-embun yang berada
diatasnya tampak bercucuran ke bawah, menimpa semaksemak dan rumput sehingga pohon-pohon kecil itu ikut
bergoyang-goyang pula. Tiba-tiba keheningan di halaman itu disentakkan oleh kicau burung di pojok rumah. Burung itu menggelepar terbang
meninggalkan sarangnya menuju ke pohon pek yang tinggi di
samping rumah. Dan suara kicau yang nyaring itu seolah-olah merupakan lonceng pembukaan bagi burung-burung yang
lain, karena sebentar kemudian ramailah suasana pagi itu
dengan suara nyanyian mereka.
Dan satu persatu pintu rumah di pinggir jalan besar itu
mulai terbuka. Beberapa buah kepala tampak menjenguk ke
luar dengan wajah pucat dan sinar mata ketakutan. Dan
wajah itu perlahan-lahan menjadi lega begitu melihat suasana tampak aman.
Satu persatu penghuni kota itu mulai ke luar dari
rumahnya. Mereka saling menyapa dengan tetangga mereka,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalu berbincang-bincang berkelompok-kelompok,
membicarakan keadaan kota mereka.
Begitu pula dengan pemilik rumah penginapan itu.
Bersama-sama dengan para pembantunya orang itu mulai
berani membuka pintu dan jendelanya. Setelah itu mereka
keluar untuk melihat-lihat keadaan.
"Heh" Sia-siapa......?" pemilik rumah penginapan itu terpekik kaget begitu matanya tiba-tiba bentrok dengan mata Put-pai-siu Hong-jin yang nakal.
"Nah, lihatlah...! Mereka telah keluar dari
persembunyiannya. Kau ingin bertemu dengan mereka?" Put pai-siu Hong-jin tersenyum ke arah Chin Yang Kun.
Chin Yang Kun tidak segera menjawab. Lebih dahulu
pemuda itu menatap Tiau Li Ing untuk menanyakan
pendapatnya, lalu setelah gadis itu menyerahkan semua
keputusan mereka kepadanya, barulah pemuda itu
mengangguk kepada Put-pai-siu Hong-jin.
"Yah, kami memang bermaksud beristirahat di penginapan ini meskipun hanya sebentar sebab kami hari ini juga harus lekas-lekas pergi melanjutkan perjalanan kami ke kota Sian-yang," pemuda itu menjawab pertanyaan Put-pai-siu Hong-jin.
"Kalau begitu silakan menemui orang-orang ini......." Put-pai-siu Hong-jin menunjuk pemilik rumah penginapan dan
para pembantunya, lalu perlahan-lahan dia sendiri melangkah meninggalkan tempat itu.
"Eh......,Lo-cianpwe mau pergi ke mana?" Chin Yang Kun buru-buru bertanya.
Orang sinting itu menoleh sebentar, lalu sambiI tetap
melangkahkan kakinya dia menjawab, "Akupun harus cepat-cepat pergi dari tempat ini, sebab kalau tidak........ aku bisa ditangkap suhuku nanti. Dan kalau aku tertangkap,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hehehe........ paling tidak aku harus menghadap tembok
selama tiga bulan sebagai hukumannya."
''Ditangkap suhu Lo-cianpwe...........?" Chin Yang Kun
tercengang, tapi tak berani menanyakan lagi sebab-sebabnya, takut dikatakan terlalu cerewet dan mau tahu urusan orang.
"Orang tua itu masih mempunyai guru" Lalu macam apa
gurunya itu" Kenapa dia dikejar-kejar gurunya sendiri ?" Tiau Li Ing yang sedari tadi diam saja itu tiba-tiba bergumam
bingung. "Entahlah! Orang itu memang sungguh aneh dan penuh
rahasia. Coba saja kaupikirkan, namanya saja Put pai-siu,
yang berarti Tak Punya Malu ! Lalu kepandaiannya yang
sangat konyol dan aneh gerakannya namun ternyata hebat
bukan main itu. Bukankah semuanya itu sangat aneh"
Kemudian sikapnya yang ketakutan karena dikejar gurunya.
Bukankah itu juga sangat membingungkan" Hmmm ". dunia
persilatan memang penuh rahasia, apapun bisa terjadi..... Hei!
Put-pai siu......?" Tiba-tiba pemuda itu terhenyak, pikirannya segera
melayang kepada Toat beng-jin dari Im-yang-kauw, orang tua yang pernah menolong dan menggendongnya keluar dari
dusun Hok-cung itu. Ketika berada di Bukit Delapan Dewa
orang itu bercerita tentang Aliran Bing kauw, yang para
anggotanya selalu memakai huruf "PUT" sebagai namanya.
Kalau begitu, apakah orang sinting itu tokoh dari Aliran Bing-kauw"
"Twa-ko, apakah yang sedang kaupikirkan?" Tiau Li Ing memegang lengan Chin Yang Kun.
"Ah, sudahlah....... nanti kuceritakan. Sekarang marilah kita menemui pemilik rumah penginapan ini dahulu !"
Keduanya lalu mendekati pemilik rumah penginapan yang
keluar bersama-sama para pembantunya tersebut. Dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
singkat mereka mengatakan maksud mereka untuk menyewa
kamar pada hari itu. "Masih ada kamar kosong, bukan?" Tiau Li Ing bertanya.
Mula-mula pemilik penginapan itu masih curiga juga kepada
kedua muda-mudi itu, tapi setelah Chin Yang Kun memberi
keterangan siapa sebenarnya mereka pemilik penginapan itu
mau juga menerima mereka.
"Baiklah, tuan ... akan kami sediakan kamar tuan. Hei, A Sun........ kauantarkanlah tuan-tuan ini ke kamar paling ujung itu !" pemilik rumah penginapan itu menjura, lalu
memerintahkan pembantunya untuk melayani Chin Yang Kun
berdua. Tapi Tiau Li Ing segera menjadi marah ketika mereka
dibawa ke kamar yang disediakan itu.
"Lhoh, kenapa hanya satu kamar" Aku minta dua kamar,
tahu....... ?" bentaknya kepada pelayan yang
mengantarkannya. "Tapi...... tapi bu........ bukankah nyonya tadi tidak ....
tidak".?" pelayan itu ketakutan.
"Kaupanggil apa aku, he" Nyonya ... " Siapa bilang aku sudah menjadi nyonya " Kurang ajar ! Kugampar mulutmu !"
Tiau Li Ing semakin menjadi marah.
"Ini"..ini".."!?" pelayan itu semakin gemetar sambil
menoleh ke arah Chin Yang Kun.
"Sudahlah ! Sudahlah......! Kita tadi memang salah, belum mengatakan bahwa yang kita butuhkan adalah dua kamar.
Pelayan ini tidak bersalah, kau jangan marah.......!" pemuda itu membujuk Tiau Li Ing. LaIu pemuda itu menoleh ke arah
pelayan yang ketakutan itu. "....... Nah, tolong sediakan kami dua kamar !" perintahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi".. tapi kami memang hanya tinggal mempunyai satu kamar ini, tuan. Sungguh !" jawab pelayan itu terbata-bata.
"Hanya tinggal satu kamar ini saja " Bagaimana dengan kamar-kamar yang lain itu " Apakah kamar-kamar itu isi
semua?" Tiau Li Ing membentak lagi.
"Yaa.... ya, benar ! Kamar-kamar itu ada penghuninya
semua. Oleh karena takut kepada kaum perusuh yang akan
menyerbu kota ini, maka banyak para hartawan yang
bertempat tinggal di luar kota masuk ke sini untuk tidur di penginapan. Mereka lebih aman dari pada tinggal di rumah
mereka sendiri." Chin Yang Kun memandang wajah Tiau Li Ing sambil
menggeIeng-gelengkan kepalanya agar supaya gadis itu mau
menghentikan kemarahannya. "Sudahlah, nona..... kau tidak perlu memarahi pelayan ini. Biarlah, satu kamarpun tak apa.
Kau pakailah kamar ini ! Aku akan duduk-duduk di pendapa
sana....." katanya sambil tersenyum.
"Hah" Tidak............! Aku tidak mau!"
'"Lhoh" Kenapa?" Chin Yang Kun yang sudah mau beranjak ke pendapa itu membatalkan niatnya.
"Aku tidak mau! Kau saja yang tinggal di kamar ini ! Aku yang pergi ke luar sana."
"Lhoh" Kenapa sih...." Kau seorang gadis, jadi lebih leluasa kalau beristirahat di dalam kamar ini. Bagiku sih mudah, tidur di kursi pun jadi.... Ataukah nona takut berada di kamar
sendirian ?" "Siapa takut sendirian?" Tiau Li Ing menyangkal dengan suara tinggi, tapi tidak segera mengatakan alasannya.
"Lalu kenapa... .?" Chin Yang Kun mendesak.
Gadis itu diam saja tak menjawab. Pipinya tiba-tiba
berubah merah bagai buah tomat masak. Bagaimana ia dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengatakan keberatannya itu kalau alasannya hanya karena
dia takut ditinggal pergi oleh pemuda yang mulai menarik
hatinya tersebut" "Pokoknya aku tidak mau ! Kau saja yang tinggal di kamar ini!" gadis itu menjawab seraya melangkah pergi ke pendapa.
"Eeee..... nanti dulu!" Chin Yang Kun cepat-cepat menahannya. "Wah, nona... repot benar kita ini. Masakan sejak tadi cuma bertengkar saja soal begini. Sekeluar kita dari perkemahan Kim Cian-bu tadi kita bertengkar soal siapa-siapa yang harus naik kuda kini di sini kita bertengkar lagi tentang siapa yang harus tinggal di dalam ini. Bagaimana sih
sebenarnya kita ini" Baiklah, sekarang begini saja....!
Perbedaan pendapat ini kita putuskan pula seperti tadi. Kita bersama-sama tinggal di dalam kamar ini! Atau ..... kalau
nona keberatan, lebih baik kita berpisah di sini saja dari pada selamanya kita selalu berselisih pendapat. Bagaimana..... ?"
Sambil berkata pemuda itu menggandeng lengan Tiau Li
Ing masuk ke dalam kamar, lalu menutupnya dari dalam. Dan
pelayan yang melongo melihat pertengkaran yang sangat
aneh itu juga pergi meninggalkan tempat tersebut. Beberapa kali pelayan itu menoleh, seolah-olah tak mempercayai apa
yang dilihatnya tadi. Sementara itu di dalam kamar Tiau Li Ing tidak berani
menatap muka Chin Yang Kun. Mukanya masih tampak merah
sekali seperti kepiting direbus. Dan mereka duduk berhadapan di atas kursi rotan, dipisahkan oleh meja kayu tebal yang amat kuat. Sambil beberapa kali mempermainkan ujung taplak meja gadis itu berusaha mencuri pandang ke arah Chin Yang Kun
yang juga duduk diam saja mengawasi langit-langit kamar.
Akhirnya kedua orang muda-mudi itu merasakan juga
kecanggungan tersebut. Bagai disentakkan dari dunia lamunan mereka masing-masing keduanya lalu menoleh secara
berbareng sehingga sepasang mata mereka bertatapan satu
sama lain, Tiau Li Ing tersipu-sipu malu, sementara Chin Yann Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kun justru malah terlongong-longong bingung mengawasi
wajah cantik yang kemerah-merahan seperti sekuntum bunga
bwee yang sedang mekar itu.
Tiba-tiba darah Chin Yang Kun bergolak dengan hebat.
Matanya terasa berkunang-kunang sementara kepalanya
terasa pening pula dengan mendadak. Dan sesuatu yang aneh
yang selama ini belum pernah ia rasakan tiba-tiba bergolak di dalam tubuhnya. Mendadak saja ia ingin menerkam gadis itu
dan menciuminya sepuas-puasnya. Entah mengapa bibir yang
merekah itu seperti menantang kejantanannya!
Pemuda itu bergegas bangkit dari kursinya. Tangannya
menyambar lengan Tiau Li Ing, kemudian...
"Twa-ko! Eh, twa-ko ! Kau.....kau kenapa" Ja-jangan
menakut-nakuti aku.......!" Tiau Li Ing menjerit sekuatnya sehingga Chin Yang Kun tersentak kaget dan urung menerkam
gadis itu. "Ohhh.....!" pemuda itu sadar kembali. Wajahnya berubah pucat dan merah berganti-ganti. Kedua belah tangannya
meremas-remas rambutnya sendiri. "Maaf....... maafkan aku!
Aku tak tahu apa yang telah kuperbuat . . ." katanya penuh rasa sesal dan malu.
"Twa-ko ! Kau kenapa" Mengapa mukamu merah sekali"
Kau....... " Mengapa sikapmu tiba-tiba berubah menjadi
sangat menakutkan ?" Tiau Li Ing cepat memeluk pundak Chin Yang Kun dengan perasaan khawatir.
Tapi pemuda itu cepat meronta sehingga Tiau Li Ing
terdorong ke belakang dengan kuatnya dan hampir menabrak
pintu keluar. "Pergi.......! Nona, kau pergilah dahulu dari kamar ini! Lekas
!" pemuda itu berteriak.
"Twa-ko.......!" Tiau Li Ing menjerit seraya berlari kembali menghampiri Chin Yang Kun. Gadis yang "belum mengenal Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahaya" ini cepat merangkul Chin Yang Kun kembali.
Wajahnya tampak cemas bukan main!
Tapi sekali lagi Chin Yang Kun mengibaskan tangannya,
dan ..... gadis itu kembali terhuyung-huyung ke belakang, kini tubuhnya malah menabrak pintu sehingga pintu tersebut
terbuka lebar. Seorang wanita muda dengan dandanan menyolok cepat
menangkap lengan Tiau Li Ing sehingga gadis itu tidak jadi terjatuh di Iuar pintu. Wanita itu tidak cantik, tapi karena pandai berdandan maka wajahnya tampak menarik juga.
Sayang sikapnya terlalu bebas dan binal. Dan hal ini bisa
dilihat ketika dia mulai berbicara. Suaranya yang centil dan gerakan tubuhnya yang dibuat-buat !
"Auu........ ramai benar, nih ! Ada apa sebenarnya "
iiiiiih.......!" wanita itu menutupi mulutnya dengan saputangan.
Matanya yang nakal ini tiba-tiba "menyala" melihat ketampanan Chin Yang Kun. Dan selanjutnya mata itu tampak
berkedip-kedip seperti orang mengantuk. Sekejap saja wanita itu ternyata telah tahu apa yang sedang bergejolak di dalam tubuh Chin Yang Kun.
"Dia.... dia....?" Tiau Li Ing menunjuk ke arah Chin Yang
Kun yang sedang menjambaki rambutnya sendiri.
"Dia kenapa" Ahh, dia tidak apa-apa! Kenapa kau takut"
Apakah kalian baru saja menikah?" wanita itu tertawa
terkekeh-kekeh malah. Tetapi gadis yang sedang bingung dan gelisah hatinya itu
seperti tak mendengar seloroh wanita pesolek tersebut. Dan seluruh perhatian gadis itu memang sedang tertumpah pada
Chin Yang Kun, sehingga dia sama sekali tidak menaruh
perhatian kepada wanita yang tiba-tiba muncul di dekatnya
itu, apalagi kepada orang-orang yang berdatangan ke tempat tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Twa-ko........!" gadis itu memanggil kembali dengan suara khawatir.
"Sudahlah, kau tak usah cemas! Dia tidak apa-apa,
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
biarkanlah dia sendirian, sebentar juga dia akan kembali
normal lagi, hihihihi ........! Dia cuma kecewa".." wanita pesolek itu membujuk Tiau Li Ing sambil sebentar-sebentar
tertawa geli melihat "kebodohan" gadis yang dikiranya pengantin baru itu.
"Ah, twa-ko......."
"Pergiiiii......! Semua pergilah dahulu!" mendadak Chin Yang Kun berteriak seperti orang gila, kemudian meloncat menutup pintu kamarnya.
"Twa-ko........ ?" Tiau Li Ing menjerit dan mau menerjang pintu tersebut, tapi dengan tangkas wanita pesolek itu
menahannya. "Hei, adik........... jangan kauganggu dia ! Dalam keadaan demikian laki-laki sungguh berbahaya sekali. Sekarang marilah kau beristirahat dahulu di kamarku! Nanti setelah panas yang
"membakar" tubuh kawanmu itu lenyap, dia akan kembali normal lagi. Dan pada saat itulah kau boleh menemuinya
kembali......" wanita itu cepat-cepat menggandeng lengan Tiau Li Ing, lalu membawanya ke ruangan belakang, di mana
kamarnya berada. Orang-orang yang datang ke tempat itu ingin melihat
ramai-ramai tersebut segera menyingkir begitu mereka Iewat.
Para pelayan yang mendapat laporan tentang keributan itu
juga datang dengan tergopoh-gopoh. Tapi sambil berjalan
wanita pesolek itu memberi keterangan kepada mereka bahwa
semuanya sudah beres, sehingga merekapun lalu kembali lagi ke tempat masing-masing.
"Adik, agaknya cara kau melayani dia tadi kurang
memuaskan sehingga dia tidak puas dan marah-marah
kepadamu. Tapi tak apa, jangan takut ! Lama-lama kau nanti Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga akan bisa melayaninya pula, hihihihi....." sambil
melangkah wanita itu mencoba mencari tahu tentang
keributan tersebut dari mulut Tiau Li Ing.
Tapi karena masih dicekam oleh kegelisahan dan kerisauan
hatinya Tiau Li Ing tetap belum bisa "menangkap" maksud dari kata-kata wanita yang agak jorok itu. Malahan gadis itu seolah-olah baru sadar dari mimpi buruknya ketika memasuki kamar wanita tersebut.
Kamar itu diatur dengan rapi dan luar biasa bagusnya.
Hiasan gambar-gambar dan sulaman-sulaman benang sutera
tampak dipasang di mana-mana, sementara pot-pot bunga
dengan segala macam isinya juga tampak menyegarkan
seluruh isi ruangan tersebut. Dan bau yang harum dari hunga bunga inilah yang menyadarkan Tiau Li Ing.
"Ah, di mana aku........" Dan kau...... kau siapakah ?" gadis itu bertanya bingung. Matanya yang lebar dan bagus itu
terbelalak mengawasi ruangan itu.
Wanita itu tersenyum genit. "Adik, kau duduklah dulu"..!
Nanti kubuatkan teh biar hatimu sedikit tenang kembali."
katanya seraya mendudukkan Tiau Li Ing di kursi rotan yang sangat bagus. Lalu sebelum gadis itu membantah lebih lanjut, wanita pesolek tersebut telah menghilang ke pintu samping.
Dan beberapa saat kemudian terdengar suara cangkir yang
sedang dituangi air. Hati Tiau Li Ing semakin gelisah. Untunglah wanita pemilik kamar itu lekas kembali. Kalau tidak, gadis itu mungkin telah lari kembali ke kamarnya sendiri.
"Nah, kauminumlah dulu agar hatimu sedikit tenang!
Setelah itu baru kita pergi menengok kembali suamimu......."
"Suami........" Dia..... dia bukan suamiku! Eh,
maksudku.......... maksudku kami belum menjadi suami-isteri
........" dengan kaget Tiau Li Ing memotong perkataan wanita itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aihh.......... jadi baru calon pengantin, ya....... " Wah".
wah, kalau begitu gawat juga kekasihmu itu!" wanita genit itu seolah seperti anak kecil yang mendapatkan barang mainan
baru. Matanya yang binal itu tampak bergetar liar.
Tiau Li Ing menunduk saja tak menjawab. Entah mengapa
gadis berwatak keras dan ganas itu kini seperti telah
kehilangan kegarangannya. Tampaknya pengaruh panah
asmara itu benar-benar telah menggoyahkan jiwanya dan
melupakan kepribadiannya, sehingga gadis itu untuk
sementara seperti gadis kebanyakan yang lemah tak berdaya.
"Ayolah! Mengapa tidak kauminum cangkir itu "
Marilah.......! Nanti kita segera kembali ke kamarmu." wanita itu tersenyum dan mempersilakan tamunya minum.
Bagaikan seorang yang sedang bingung dan kehilangan
akal Tiau Li Ing mengangguk, meskipun demikian ia tak
segera mengangkat cangkirnya. Biarpun sedang bingung gadis itu masih juga tidak lupa untuk berhati-hati. Baru setelah wanita genit itu mendahuluinya minum, Tiau Li Ing berani
meminum tehnya pula. Rasa segar dan bau harum teh itu
membuat gadis itu mulai mendapatkan kembali
ketenangannya. Tapi perasaan segar itu tiba-tiba lenyap dan diganti dengan perasaan mengantuk yang luar biasa kuatnya. Bukan main
terkejutnya Tiau Li Ing ! Dengan cekatan gadis itu bangkit dari kursinya, tapi tubuhnya segera terhuyung-huyung mau jatuh.
Kepalanya terasa berat sekali, sehingga kedua tangannya
terpaksa bertelekan pada meja di depannya.
"Kau....... kau"!" jeritnya sebelum tubuhnya jatuh
berdebam di lantai. Wanita genit itu tertawa melihatnya. "Hihihi.....
bagaimanapun hebat kepandaianmu kau takkan menang
melawan tipu muslihatku, hihi-hi....! Nah, sekarang kau
tidurlah barang sebentar, gadis bodoh ! Akan kulihat dulu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekasihmu yang tampan itu, apakah dia memang seekor kuda
jantan yang sangat hebat" Hihihi....!"
Wanita itu segera keluar dan menutup kamarnya. Dengan
gairah nafsu yang berkobar-kobar wanita itu bergegas pergi ke kamar Chin Yang Kun. Belum-belum sudah terbayang
dalam angan-angannya suara kegembiraan yang tidak terkira
memperoleh kuda jantan yang masih muda belia seperti itu.
Sementara itu sepeninggal Tiau Li Ing tadi Chin Yang Kun
cepat merebahkan dirinya di atas pembaringan. Dengan
sekuat tenaga pemuda itu melawan keinginan aneh yang
mendadak timbul di dalam tubuhnya. Keringat mengalir deras dari seluruh badannya, sehingga baju dan celananya basah
kuyup bagai direndam di dalam air.
"Gila! Kenapa aku in....ini ?" pemuda itu berdesah dengan gelisah di atas pembaringannya. Badannya berguling kesana
kemari, sehingga alas tempat tidurnya tersebut menjadi
berantakan. Pemuda itu lalu mencoba mengerahkan tenaga sakti Liongcu-i-kangnya untuk menekan pengaruh aneh itu, tapi tak
berhasil. Semakin ditentang nafsu iblis itu justru semakin berkobar tak terkendalikan !
"Keadaan ini be-belum pernah kuderita se... sebelumnya.
Mengapa tiba-tiba pengaruh aneh me- menyerangku?" Chin
Yang Kun menjerit di dalam hatinya. "Mula-mula nafsu Iblis ini menyerang untuk yang pertama kalinya ketika aku naik kuda
bersama-sama dengan nona Tiau itu. Tapi serangan itu cepat berhenti dan tak sehebat sekarang ini. ohhhh......! Ough
...apa........ apakah aku kini sedang keracunan" Tapi kalau keracunan.... lalu keracunan apa ini" Mengapa aku masih bisa keracunan juga?"
Lama-kelamaan pengaruh nafsu iblis itu mereda juga,
sehingga akhirnya pemuda itu dapat bernapas lega kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi meskipun demikian pengaruh itu juga belum lenyap sama sekali. Badan rasanya masih terasa panas bukan main.
"Tok! Tok! Tok !"
Tiba-tiba pintu kamar itu diketuk dari luar. Chin Yang Kun terkejut. Wajahnya berubah pucat. Jangan-jangan Tiau Li Ing kembali lagi, pemuda itu berpikir di dalam hati. Sungguh
gawat! Selama nafsu iblis itu belum hilang sepenuhnya dari badannya, kedatangan gadis itu sungguh berbahaya sekali.
"Sia......pa ?" pemuda itu menyapa dengan suara seret.
"Aku pemilik rumah penginapan ini".. Bolehkah aku
masuk?" terdengar suara genit di luar pintu.
Dan sebelum pemuda itu sempat menjawab, pintu
kamarnya telah dibuka dari luar dan bau wangi segera
menyebar ke dalam ruangan itu. Seorang wanita muda
dengan pakaian sangat sembrono memasuki kamarnya.
Chin Yang Kun terperangah ! Nafsu iblisnya tiba-tiba
bangkit kembali ! Entah disengaja atau tidak kancing baju sebelah atas dari
wanita itu tidak tertutup sebagaimana mestinya. Lebih gila lagi di bawah baju tersebut sama sekali tidak ada Iapisan
penutupnya lagi, sehingga ketika wanita itu membungkuk
untuk memberi hormat kepada Chin Yang Kun, buah dadanya
yang montok itu seolah-olah mau meloncat keluar dari
kandangnya ! Tidak hanya itu ! Kain celana yang dikenakan oleh wanita itu sedemikian
tipisnya sehingga bayangan lekuk-liku tubuhnya menerawang
dengan jelas ketika berdiri di depan pintu. Itupun masih
ditambahi pula dengan lagak dan gayanya yang merangsang
serta mengundang berahi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka tak heran kalau nafsu iblis yang sudah hampir bisa
dijinakkan oleh Chin Yang Kun itu tiba- tiba kambuh kembali !
Dan karena yang jadi penyebabnya juga lebih merangsang
dari pada tadi, maka akibat yang ditimbulkannya sekarang
juga Iebih hebat dan bergelora pula !
Mata pemuda itu tampak melotot merah mengerikan!
Semua urat-urat di dalam tubuhnya kelihatan menegang pula!
Dan sekejap kemudian, bagaikan singa yang lepas dari
kurungannya Chin Yang Kun menerkam wanita genit itu
dengan buasnya. Dan kali ini mangsanya tidak mengelak atau menjerit seperti Tiau Li Ing tadi. Korbannya kali ini justru menyongsongnya dengan semangat yang meluap-luap pula.
Maka di pagi hari yang mulai cerah itu terjadilah suatu
pergumulan penuh nafsu antara seorang pemuda yang entah
karena apa telah menderita kelainan pada tubuhnya, dengan
seorang wanita binal isteri pemilik rumah penginapan! Dan
gilanya, perbuatan itu mereka lakukan begitu saja di atas
lantai kamar yang terbuka pintunya!
Semula wanita binal itu memang tak menyangka bahwa
lawannya akan sebuas itu terhadapnya, tapi serentak ia
merasakan pula kenikmatan yang selama ini belum pernah ia
dapatkan dari lelaki lain, maka iapun lalu menjadi lupa segala-galanya!
Untunglah tak seorangpun diantara para pelayan dan
penghuni kamar-kamar itu yang berani melongok ke kamar
tersebut. Dan untung juga kamar itu berada di ujung lorong yang tak mungkin dilewati oleh penghuni-penghuni kamar
lainnya, sehingga perbuatan terkutuk itu dapat mereka
lakukan dengan aman pula.
Hanya suara rintihan wanita binal itu saja yang terdengar
oleh penghuni kamar sebelahnya. Suara rintihan yang
menyerupai suara kucing betina yang sedang mabuk berahi.
Tapi penghuni kamar sebelah itu tiba-tiba menjadi pucat
ketika suara rintihan tersebut tiba-tiba berubah menjadi jerit Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesakitan yang mendirikan bulu roma. Dan jerit kesakitan itu semakin lama semakin keras dan mengerikan. Malahan
sebentar kemudian terdengar suara gedubrakan di dalam
kamar tersebut, seolah-olah ada perkelahian seru di sana.
Penghuni kamar sebelah itu menjadi ketakutan. Meskipun
demikian ia tetap tak berani keluar dari kamarnya.
Ketakutannya terhadap kaum perusuh itu membuatnya selalu
curiga kepada siapa pun. Tapi seorang pelayan yang kebetulan lewat di dekat kamar
itu mendengar pula jeritan tersebut. Dan suara jeritan yang diikuti oleh suara gedubrakan itu sungguh menakutkan
hatinya, sehingga ia segera berlari menemui majikannya. Lalu bersama-sama dengan si pemilik penginapan dan beberapa
orang pelayan yang lain ia mendatangi kamar di ujung lorong tersebut.
Dan apa yang mereka lihat di dalam kamar itu benar-benar
menggoncangkan jiwa mereka !
"Ohhhh.......!" Pemilik rumah penginapan itu ternganga.
Di dalam kamar yang telah berantakan isinya itu tampak
mayat seorang wanita dengan keadaan yang sangat
menyedihkan ! Dan mayat itu ternyata adalah mayat si wanita genit atau isteri si pemilik rumah penginapan itu sendiri.
Dan suami yang malang itu bergegas melompat ke dalam
kamar menghampiri mayat isterinya. Isteri yang baru
dikawinnya dua bulan yang lalu, yaitu seorang wanita bekas kupu-kupu malam yang sangat terkenal di kota tersebut.
Pemilik rumah penginapan itu meneteskan air mata melihat
keadaan mayat isterinya. Tubuh yang biasanya sangat
menggairahkan itu kini tampak kaku dan penuh bekas-bekas
cakaran pada bagian bawah perutnya, sementara wajah dan
bibirnya yang biasanya amat menarik itu kini tampak pucat
kebiru-biruan. Dan kelihatannya kematian isterinya itu
didahului oleh penderitaan atau kesakitan yang amat hebat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hal itu dapat dilihat dari pakaiannya yang sobek dan
compang-camping, serta bekas-bekas cakaran kukunya sendiri pada bagian bawah perutnya. Isterinya itu seperti menderita keracunan hebat sebelum kematiannya!
"Dia... dia mati karena racun !" pemilik penginapan itu menggeram penasaran. Lalu bentaknya kepada para
pembantunya, "Cari di mana tamu yang menyewa kamar ini tadi ! Tentu dia yang membunuhnya....... !"
Para pelayan itu lalu mencari Chin Yang Kun, orang yang
baru saja masuk ke kamar itu. Mereka mengobrak-abrik
seluruh isi kamar yang sudah porak-poranda itu, tapi mereka tidak menemukannya. Mereka lalu mencarinya di seluruh
penginapan itu, tapi pemuda itu tetap tidak mereka
ketemukan juga. Pemuda itu telah menghilang entah kemana.
"Masakan kalian tak bisa menemukannya " Bukankah dia
baru saja di sini" Dia tentu masih berada di sekitar tempat ini!" pemilik rumah penginapan itu marah-marah.
"Tapi..... dia memang benar-benar tidak ada lagi,
tuan......." pelayan-pelayan itu menjawab ketakutan.
"Kurang ajar......!''
"Tapi........ teman puterinya ma-masih di sini tuan"!" tiba-tiba pelayan yang melihat Tiau Li Ing tadi melapor.
"Hah " Di mana dia.......?"
"Di kamar nyonya........" pelayan itu menjawab agak takut-takut.
"Hah" Benarkah " Mari kita lihat........!" Pemilik rumah penginapan itu bersemangat kembali. "....... Tapi marilah mayat itu kita taruh di atas pembaringan dulu !"
Demikianlah, setelah mayat isterinya ditidurkan di atas
tempat tidur dan kemudian menutupinya dengan kain, pemilik penginapan tersebut lalu bergegas pergi ke kamar isterinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pintu kamar itu ditendangnya dengan kasar sehingga
menimbulkan suara hiruk-pikuk ketika terbuka.
Kebetulan Tiau Li Ing juga sedang siuman dari pengaruh
obat yang diberikan oleh wanita genit itu. Gadis itu terkejut bukan main mendengar suara gaduh tersebut. Otomatis
tubuhnya melompat tinggi dan bersiap-siap menghadapi
segala kemungkinan. Kecurangan yang ia dapatkan dari
wanita yang berpura-pura berbaik hati kepadanya itu
membuatnya marah dan membangunkan kembali sifat kejam
dan ganasnya ! Sementara itu Si pemilik rumah penginapan yang baru saja
kehilangan isteri mudanya itu ternyata tidak melihat sama
sekali "bahaya" yang memancar dari mata Tiau Li Ing. Dengan suara serak orang itu memberi perintah kepada para
pembantunya untuk meringkus Tiau Li Ing!
"Tangkap gadis itu......!" teriaknya lantang.
Pelayan-pelayan itu cepat menyerbu ke dalam kamar.
Mereka berebut dahulu mendekati Tiau Li Ing seperti
sekawanan serigala buas yang hendak memperebutkan
mangsa. Celakanya korban mereka kali ini ternyata jauh lebih kuat dari pada yang mereka sangka. Bukan saja korban itu
sangat garang, tapi korban itu justru berani menyonsong
serangan mereka pula. "Aduhh!" "Hegh ! Ohh!" "Mati aku...!" Para pelayan itu berjatuhan ke lantai seperti buah kelapa
yang jatuh ke atas pasir. Mereka tampak berkelojotan
sebentar lalu mati. Darah mengalir dari seluruh lobang-lobang tubuhnya.
"Hah" Kau.... "!?" pemilik rumah penginapan itu terbelalak tak bisa mengeluarkan suara. Tubuhnya gemetaran saking
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
takutnya! Dia sungguh-sungguh tak menyangka kalau gadis
itu pandai silat, sehingga para pembantunya yang hanya
mengandalkan otot itu tersapu habis dalam sekejap mata.
Perlahan-lahan kakinya melangkah mundur, kemudian
setelah dekat dengan pintu ia meloncat melarikan diri. Tiau Li Tng yang telah kembali pada sifat aslinya itu tak
membiarkannya. Gadis ganas itu mengayunkan tangannya dan
sebuah kipas kecil yang terbuat dari besi baja tampak
meluncur dengan cepatnya ke arah batok kepala lawan. Prak !
Kepala itu pecah berantakan, sehingga darah berhamburan
memercik ke mana-mana ! Gadis itu lalu membalikkan tubuh yang jatuh berdebam di
atas lantai itu, mengambil kembali kipasnya, lalu keluar dari kamar tersebut. Kakinya segera berlari-lari kecil menuju ke kamarnya sendiri. Wajahnya yang pucat itu tampak gelisah
karena memikirkan keadaan Chin Yang Kun.
Bukan main kagetnya gadis itu ketika dilihatnya pintu
kamar itu masih tetap terbuka lebar seperti ketika ia
tinggalkan tadi. Dan hatinya semakin bertambah kecut ketika dilongoknya kamar itu dalam keadaan kalang-kabut seluruh
isinya. Dengan tergesa-gesa Tiau Li Ing masuk ke dalam kamar
dan serasa terbang semangatnya melihat sesosok mayat
tertutup kain di atas pembaringan !
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Toat-beng-jiiiiiiiin........!" jeritnya.
Tergopoh-gopoh gadis itu menghambur ke arah
pembaringan. Kain penutup mayat itu disentakkannya begitu
saja sehingga isinya ikut tertarik pula ke pinggir dan hampir saja jatuh ke lantai. Kepala mayat itu tergantung dengan
muka tengadah di bibir pembaringan.
"Ouhhh.......eh.....!"!" Tiau Li Ing terpekik melihat wajah wanita genit itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis itu menghela napas berulang-ulang. Dia memang
kaget, tapi kekagetannya itu segera berganti dengan
kelegaan, karena mayat tersebut ternyata bukan mayat
kawannya. Tapi dengan demikian hatinya lantas menjadi
bingung, apa sebenarnya yang terjadi di rumah penginapan
ini" Mengapa tiba-tiba kawannya bersikap sangat aneh begitu memasuki kamar ini" Dan siapa sebenarnya wanita genit itu"
Mengapa mendadak ia mati di tempat ini pula" Dan ke mana
pula temannya itu sekarang"
Sesungguhnyalah, ke mana sebenarnya Chin Yang Kun itu
" Setelah melakukan perbuatan terkutuk dengan wanita yang
belum pernah dikenalnya yang akhirnya ternyata
mengakibatkan kematian wanita itu, Chin Yang Kun lantas lari meninggaIkan tempat itu seperti orang dikejar dosa. Beberapa kali pemuda itu hampir menabrak para pejalan kaki yang
mulai berani keluar dari rumah masing-masing. Tentu saja
tingkah lakunya itu sangat menarik perhatian orang-orang
yang berada di jalan tersebut.
Tapi Chin Yang Kun tidak mempedulikan semua itu. Rasa
berdosa, malu dan menyesal karena peristiwa yang baru saja dilakukannya itu membuat dia seperti selalu dikejar-kejar oleh perasaan bersalah. Maka ia segera berlari. Berlari sejauh-jauhnya dari tempat terkutuk itu !
Hanya yang sangat mengherankan adalah Si Cahaya Biru!
Kuda itu seperti mempunyai pikiran dan perasaan saja. Melihat majikannya berlari keluar dari rumah penginapan ia segera
membetot pula dari tali ikatannya, lalu berlari juga mengikuti tuannya.
Demikianlah, Chin Yang Kun berlari terus bagai dikejar
setan. Mula-mula pemuda itu berlari menyusuri jalan besar di kota itu, sehingga akhirnya ia keluar dari kota dan berlari melewati ladang dan sawah penduduk. Dan beberapa waktu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemudian ladang dan sawah itu telah berganti dengan padang alang-alang dan hutan pula.
Chin Yang Kun tetap berlari terus dan makin lama makin
jauh, sementara Si Cahaya Biru juga selalu berderap beberapa langkah di belakangnya. Keduanya berlari cepat seperti
berkejaran di jalan yang semakin lama semakin sukar dan
jelek di daerah perbukitan dan lembah yang berhutan lebat.
Akhirnya langkah pemuda itu makin lama makin lambat
juga, dan ketika mendaki sebuah perbukitan lagi pemuda itu sudah tidak berusaha untuk berlari seperti semula. Sambil
menyeka aliran keringat yang membasahi muka dan lehernya
pemuda itu berjalan dengan langkah biasa. Demikian juga
yang dilakukan oleh Si Cahaya Biru. Kuda itu segera
menghentikan pula larinya, kemudian dengan langkah yang
tegap berjalan di samping tuannya.
Chin Yang Kun tetap berjalan terus, sama sekali tak
mengacuhkan kehadiran kudanya itu. Hatinya masih tetap
resah dan gelisah meskipun telah jauh meninggalkan tempat
terkutuk itu. Kekacauan dan kerisauan hatinya akibat peristiwa yang tidak dimengertinya itu tetap belum mereda juga sampai sekarang.
Diam-diam peristiwa yang sangat memalukan itu terbayang
kembali di depan matanya. Mula-mula perasaan aneh yang
timbul di dalam hatinya ketika naik kuda berhimpitan dengan Tiau Li Ing. Saat itu ia sendiri menjadi heran, mengapa tiba-tiba seperti ada suatu aliran aneh di dalam darahnya yang
menyebabkan nafsu berahinya memuncak dan bergelora !
Lalu yang kedua adalah ketika ia dan Tiau Li Ing duduk
berduaan saja di dalam kamar di rumah penginapan itu.
Melihat kecantikan Tiau Li Ing yang mempesonakan itu
darahnya serasa bergolak kembali. Getaran-getaran iblis itu rasanya seperti mengalir kembali di dalam darahnya. Dan kali ini serangannya terasa lebih kuat sehingga ia bagaikan mau Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi gila karenanya. Untunglah Tiau Li Ing segera dibawa pergi oleh wanita genit itu!
Tapi pada serangan yang ketiga ternyata dia tak bisa
mengelakkannya lagi. Ketika ia belum sepenuhnya bisa
menguasai serangan yang kedua, mendadak wanita genit itu
datang lagi ke kamarnya. Akibatnya nafsu iblis itu menjadi bergolak kembali dan ternyata kali ini ia tak bisa
mengekangnya lagi. Dan selanjutnya terjadilah peristiwa
terkutuk yang sangat memalukan itu !
Celakanya, setelah semuanya selesai dan ia baru
menyesali perbuatannya itu, tiba-tiba wanita genit yang
menjadi lawannya bermain cinta itu menjerit-jerit dan
menggaruk-garuk bagian bawah perutnya. Tampaknya wanita
itu merasa kesakitan dan gatal yang amat sangat di tempat
tersebut. Dan tampaknya rasa sakit dan gatal itu semakin
lama semakin menghebat serta tak tertahankan lagi, sehingga akhirnya wanita itu seperti orang gila yang menggaruk-garuk kulitnya sendiri secara ganas. Sambil menggaruk wanita itu bergulung-gulung menabrak ke sana ke mari sampai seluruh
isi kamar itu menjadi kalang-kabut berantakan !
Kemudian setelah menderita siksaan beberapa saat
lamanya wanita tersebut mati !
Tentu saja kematian wanita itu sangat mengejutkan! Tibatiba terlintas dalam benaknya keterangan Chu Seng Kun
tentang dirinya setahun yang lalu. Pada waktu itu Chu Seng Kun mengatakan kepadanya bahwa di dalam darahnya kini
tersimpan kadar racun yang tak mungkin bisa dihilangkan lagi.
Racun itu telah menyatu dengan sel-sel darahnya sendiri,
sehingga kadar racun tersebut semakin berkembang seperti
halnya darah yang mengalir di dalam tubuhnya itu. Dan hal ini mengakibatkan dirinya menjadi seorang manusia beracun
yang sangat berbahaya ! Darah beracun yang mengalir di
setiap pembuluh darahnya itu membuat semua kelenjar di
dalam tubuhnya menjadi beracun pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau....... kalau begitu wanita itu tampaknya juga
keracunan pula oleh darahku.....Ahhh.......!" Chin Yang Kun mengeluh panjang pendek sambil kakinya tetap melangkah di
atas jalan yang jelek itu.
Tiba-tiba saja Chin Yang Kun menjadi sedih dan hampa luar
biasa. Kalau dugaannya itu betul, hal itu berarti bahwa dirinya tak mungkin dapat hidup bersama dengan orang lain. Dia
harus hidup menyendiri di tempat yang sunyi, jauh dari
kehidupan manusia dan binatang, karena semua yang ada
pada tubuhnya bisa membahayakan kehidupan orang lain.
Darahnya, keringatnya, ludahnya, air kencingnya dan semua
saja yang keluar dari tubuhnya dapat menjadi alat pembunuh untuk orang lain.
"...... Dan hal itu juga berarti bahwa selama hidup aku tak boleh kawin pula, sebab siapa saja yang kawin denganku akan mengalami juga nasib seperti wanita genit itu."
Kenyataan tersebut sungguh-sungguh merupakan pukulan
batin yang amat berat bagi Chin Yang Kun. Seketika itu juga wajah Souw Lian Cu kembali terbayang di dalam angan-angannya. Wajah yang cantik itu seolah-olah sedang
melambai-lambaikan tangannya yang cuma satu itu sambil
pergi meninggalkan dirinya.
"Ooooooh........!" bibir Chin Yang Kun berdesah tak terasa.
Hatinya bagai teriris sembilu.
Pemuda itu berhenti melangkah, kemudian dipandangnya
matahari yang sudah hampir berada di atas kepalanya itu.
"Aaaah, ternyata sudah hampir setengah hari aku berlari.
Sampai di mana aku sekarang " Semoga aku tidak semakin
menjauhi kota Sin-yang saja." desahnya sambil menoleh ke arah kudanya yang ikut berhenti dan mencari rumput di
dekatnya. Ditepuk-tepuknya leher kuda itu, lalu perlahan-lahan
pemuda itu naik ke atas punggungnya. "Maafkan aku, Cahaya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biru. Tadi aku sampai lupa mengajakmu.... Sekarang marilah kita meneruskan perjalanan kita lagi. Kita cari dusun yang terdekat untuk mencari tahu di mana kita sekarang ini
sebenarnya." Kuda itu meringkik kecil seolah tahu apa yang dikatakan
tuannya, kemudian melompat ke depan dengan garangnya.
Jalan yang jelek dan mendaki terus itu seperti tak
dirasakannya. Dengan gagah ia mencongklang bagai tidak
membawa muatan berat saja.
Sampai di pinggang bukit jalan yang terus menanjak itu lalu habis, diganti dengan jalan yang melingkar-lingkar turun
seperti mau turun ke Iembah yang dalam. Dan jalan itu
memang menuju lembah, di mana dari atas telah terlihat
sebuah kota yang cukup lumayan besarnya. Biarpun tidak
sebesar Ko-tien maupun Poh-yang, tapi kota yang tampak dari atas bukit itu cukup Iebar dan padat penduduknya. Hal itu
dapat dilihat dari bangunan rumahnya, yang rapat dan
berjajar di sepanjang lembah.
"Lihatlah kota di bawah itu, Cahaya Biru! Tampaknya kali ini kita masih beruntung juga, tidak tersesat atau salah jalan.
Marilah kita ke sana untuk menanyakan kepada penduduknya,
apa nama kotanya itu.......!" Chin Yang Kun berusaha
menghibur hatinya sendiri dengan bayangan kegembiraan di
kota yang tampak dari atas bukit tersebut.
Sambil meringkik kuda itu mengangkat kedua kaki
depannya ke atas, lalu berlari menuruni bukit dengan
tegarnya. Tampaknya kuda itu juga sangat bergembira
melihat kota itu. Kakinya yang panjang-panjang itu melangkah dengan cepat, seolah-olah ingin lekas-lekas sampai di sana dan beristirahat sepuas-puasnya.
Dan tidak lama kemudian mereka telah tiba di pintu
gerbang kota itu. Berbeda sekali dengan penduduk Ko-tien
yang selalu merasa ketakutan kepada kaum perusuh,
penduduk kota ini tampaknya sangat tenang sekali. Sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali tak tampak pada wajah dan sikap mereka yang
mencerminkan rasa takut mereka kepada kaum perusuh yang
berkeliaran di daerah mereka. Tapi rasa heran Chin Yang Kun itu segera hilang begitu melihat sepasukan pemerintah yang terdiri dari belasan orang perajurit keluar dari pintu gerbang tersebut untuk melakukan tugas perondaan. Dan ketika
pemuda itu telah memasuki kota, dia juga banyak melihat
beberapa orang anggota pasukan kerajaan berlalu-lalang
hilir-mudik diantara penduduk.
"Ah, tampaknya kota ini lebih beruntung mendapatkan
perlindungan dari pada Ko-tien, Cahaya Biru." Chin Yang Kun menepuk-nepuk leher kudanya seraya mengedarkan
pandangnya ke sekeliling mereka. "Nah, di sana ada sebuah
rumah makan besar, Cahaya Biru! Marilah kita ke sana! Kau
boleh beristirahat sambil makan sepuas-puasmu.........."
Chin Yang Kun membawa kudanya ke rumah makan yang
dilihatnya itu. Seorang anak kecil berusia sekitar sepuluh tahunan datang menyongsongnya. Tampaknya anak itu biasa
mencari upah dengan membantu para tamu yang akan masuk
ke dalam restoran tersebut.
"Marilah, tuan......! Cobalah mencicipi masakan restoran yang paling terkenal di daerah ini ! Kalau tuan juga merasa lelah, di sinipun disediakan pula kamar-kamar yang paling
nyaman di seluruh dunia........" katanya dengan gerak yang lucu.
Chin Yang Kun menjadi tersenyum juga mendengar katakata anak itu. "Adik kecil, apakah tempat ini juga menyediakan tempat penitipan kuda yang paling baik seluruh dunia?" tanyanya kepada anak itu.
Anak itu tersenyum kemalu-maluan. Tapi melihat tamunya
sekedar berkelakar saja kepadanya, iapun lalu mengangguk
pula dengan berani, "Terbaik sih tidak ! Tapi kalau tuan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bandingkan dengan yang lain-lain, tempat ini kukira masih
yang paling baik juga...." katanya sambil mengacungkan
jempolnya. "Baik, aku akan mencobanya ! Nah, tolong urus kudaku ini baik-baik! Nih, uangnya....! Sisanya boleh kauambil," Chin Yang Kun merogoh kantung pemberian Liu-twakonya dan
mengeluarkan sekeping uang perak.
"Eh .. ini ". ini terlalu banyak." anak itu terbelalak menerimanya.
"Sudahlah, kauambil saja! Bukankah sudah sewajarnya,
kalau tempat yang baik itu sewanya juga mahal?" Chin Yang Kun tersenyum lagi.
"Baik! Baik ! Terima kasih...! Tuan benar-benar akan
mendapatkan pelayanan yang istimewa hari ini." anak itu mengangguk-angguk sambil mengambil tali kendali Si Cahaya
Biru. "Eh, tunggu".!" Chin Yang Kun berseru perlahan ketika anak itu mau menuntun kudanya ke belakang. "Apakah nama kota ini?" tanyanya.
"Lho, masakan tuan belum tahu" Ini adalah". kota Yu-tai !
Apakah tuan belum pernah ke kota ini" Dari mana tuan ini
sebenarnya?" anak kecil itu menjawab dengan wajah heran.
Chin Yang Kun bertepuk tangan. "Bagus! Ternyata aku
tidak salah jalan! Sungguh beruntung sekali aku bisa sampai di kota Yu-tai. Nah, kau pergilah! Urus baik-baik kuda itu, karena aku akan memakainya setelah makan siang nanti.......!"
"Jadi tuan hanya akan beristirahat sebentar saja di Yu-tai ?"
"Ya !" Chin Yang Kun mengangguk seraya melangkah memasuki restoran. "Aku akan meneruskan perjalanan ke Sin-yang. Di sana aku akan menginap"."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ohh!" anak kecil itu tampak kecewa. Dipandanginya
punggung tamunya yang royal dan dermawan itu dari
belakang. "Sayang...." gumamnya.
Rumah makan itu ternyata penuh dengan orang-orang
yang ingin makan siang, sehingga ruangan ini menjadi riuh
luar biasa. Chin Yang Kun segera diantar ke meja yang paling bagus setelah memberi uang hadiah kepada pelayan yang
menyongsongnya. "Silahkan, tuan muda........! Silakan! Tuan muda mau memesan apa ?" pelayan itu bertanya sambil membersihkan
meja yang telah bersih itu.
"Masakan apa yang paling mahal dan paling terkenal di
rumah makan ini?" Chin Yang Kun baIik bertanya.
Pelayan itu mengerutkan keningnya sebentar lalu tertawa.
"Wah, semua masakan dari restoran kami mahal-mahal dan amat terkenal, terutama masakan telur burung daranya.
Banyak orang dari luar daerah yang datang kemari hanya
khusus untuk menikmati masakan telur burung dara kami?"
"Baik! Aku memesan masakan itu".. dan ehh..... apakah restoran juga menyediakan arak merah dari Kang-lam?"
"Wah, tentu saja kami menyediakannya pula. Jangankan
hanya arak merah dari Kang-Iam, semua arak-arak pilihan
yang sukar didapatkan orangpun kami menyediakannya juga.
Tuan muda ingin Arak Tetesan Madu dari Hong-ciu" Ataukah
tuan menginginkan arak Harimau Kelabu dari Tibet" Dan
masih banyak lagi yang lain kalau tuan muda ingin
mencicipinya, seperti Arak Air Mata Perawan, Arak Embun Salju, Arak Pengantin dari Tiang-An dan lain sebagainya".."
pelayan itu menyebutkan nama-nama arak pilihan dengan
bersemangat. Chin Yang Kun melongo, matanya hampir tak berkedip
mengawasi bibir si pelayan yang berkicau tentang segala
macam nama arak yang aneh-aneh itu. Tak satupun dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sederetan nama itu yang pernah dikenal ataupun
didengarnya. "Tuan muda ingin yang mana.......?" pelayan itu bertanya.
Chin Yang Kun cuma meringis. "Wah, bisa gila kalau aku meminum minuman yang aneh-aneh itu. Beri saja aku Arak
Merah dari Kang-lam.......!" akhirnya pemuda itu berkata.
"Ohh, baik .....baik!" pelayan itu mengangguk-angguk
seperti ayam makan padi. Begitu pelayan itu pergi Chin Yang Kun segera
mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya.
Diperhatikannya semua orang yang kini sedang makan-minum
di dalam ruangan itu. Dilihatnya seorang hartawan kaya
sedang menjamu tamu-tamunya di meja tengah. Rata-rata
tamunya juga dari kalangan orang berada. Mereka makanminum, bergurau dan tertawa seakan-akan tidak
menghiraukan sama sekali kekacauan yang diletuskan oleh
para perusuh di daerah mereka. Agaknya mereka benar-benar
telah merasa aman dengan adanya pasukan kerajaan di kota
mereka. Dan Chin Yang Kun memang melihat belasan orang
perajurit yang sedang makan-minum pula di restoran itu.
Mereka ada yang duduk di meja depan, di meja dekat jendela dan malahan ada pula yang duduk di dekatnya. Mereka
dilayani secara khusus dan istimewa oleh para pelayan karena mereka dianggap sebagai dewi pelindung kota mereka.
Selain hartawan dan tamu-tamunya, serta para perajurit
itu, Chin Yang Kun masih melihat banyak orang lagi yang
makan minum di ruangan itu. Diantara mereka adalah para
pedagang dan pelancong yang kebetulan sedang singgah di
kota itu. Mata Chin Yang Kun tiba-tiba terbelalak mengawasi dua
orang Ielaki yang keluar dari ruang dalam. Kedua orang itu berpakaian ringkas dan membawa senjata di tangannya. Salah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang diantaranya segera dikenal oleh Chin Yang Kun
sebagai penjaga yang kemarin ikut memergoki dirinya di atas bukit yang digunakan oleh para perusuh itu.
Chin Yang Kun cepat-cepat menutupi wajahnya supaya
tidak terlihat oleh mereka. Tapi dua orang anggota kaum
perusuh itu malah berjalan ke arahnya kemudian duduk di
meja kosong yang ada di belakangnya. Begitu duduk kedua
orang itu Ialu memanggil pelayan dan memesan makanan.
Chin Yang Kun tidak bisa menebak, apakah kedua orang itu
sudah melihat dia atau belum tapi yang terang dengan
kehadiran orang itu di dekatnya ia harus hati-hati.
"Apakah yang harus kita kerjakan sekarang, twa-ko ?"
salah seorang dari kedua orang perusuh itu berbisik.
"Ssst, jangan terlalu keras! Lihat, di sini banyak sekali telinga!" perusuh yang lain, yang dikenal oleh Yang Kun
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebagai penjaga itu berbisik pula memperingatkan temannya.
Sambil berbisik orang itu menggerakkan ibu jarinya ke arah perajurit-perajurit itu.
"Ah, mereka takkan peduli kepada kita". Bagaimana, twa-ko" Kau belum menjawab pertanyaanku tadi. Apakah yang
harus kita lakukan sekarang" Memberitahukan musibah ini ke daerah-daerah dahulu, atau kita langsung mencari Wan Locianpwe untuk melaporkan kematian Song-bun-kwi itu?"
Temannya tidak segera menjawab. Beberapa saat lamanya
orang ini berpikir, apa yang sebaiknya mereka lakukan
berkenaan dengan musibah atau bencana yang telah menimpa
kawan-kawan mereka itu. Chin Yang Kun mendengarkan bisikan-bisikan itu dan
hatinya merasa kaget juga mendengar kematian Song-bun-kwi
Kwa Sun Tek. "Heh ! Iblis itu meninggal dunia" Siapakah yang membunuhnya" Apakah Tung-hai-tiau dan kawan-kawannya?"
pemuda itu menduga-duga di dalam hati. "..... Tampaknya memang demikian. Siapa lagi yang mampu membunuh Iblis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu selain Tung-hai-tiau" Dan musibah atau bencana yang
mereka katakan itu tentulah peristiwa hancurnya kekuatan
mereka di puncak bukit itu."
"Sebaiknya kita membagi tugas," tiba-tiba Chin Yang Kun mendengar lagi suara bisikan mereka, sehingga pemuda itu
buru-buru menghentikan lamunannya. "Kau pergi ke daerah-daerah mengabarkan berita musibah ini, dan....... aku akan ke Laut Timur menyusul Wan Lo-cianpwe untuk melaporkan hal
itu pula. Sukur aku bisa menghadap Ong-ya sendiri.
Bagaimana" Ataukah kau yang ke Laut Timur?" terdengar
suara perusuh, yang dikenal oleh Chin Yang Kun sebagai
penjaga itu membagi tugas yang harus mereka lakukan.
"Ah, aku tak biasa berhadapan dengan Wan Lo-cianpwe,
apalagi dengan Ong-ya sendiri. Twa-ko, kau sajalah yang ke sana, biarlah aku yang ke daerah-daerah mengabarkan hal
ini." kawannya lekas-lekas menyahut.
"Baiklah kalau begitu. Kita makan dahulu, setelah itu kita berpisah, untuk menunaikan tugas masing-masing. Moga-moga saja Wan Lo-cianpwe dan Ong-ya tidak terkejut
mendengar laporanku nanti."
Kedua orang perusuh itu lalu makan makanan yang telah
dihidangkan oleh pelayan, sementara Chin Yang Kun malahan
menjadi hilang nafsu makannya. Mendengar percakapan itu
pikirannya lantas menjadi sibuk sendiri malah ! Beberapa kali telinganya mendengar sebutan Wan Lo- cianpwee dan Ongya. Siapakah sebenarnya tokoh-tokoh itu " Tampaknya kedua
tokoh itu adalah tokoh puncak atau pimpinan mereka, yang
memimpin dan menghimpun kaum perusuh di seluruh daerah.
Dan tokoh yang mereka sebut "ong-ya" itu tentulah orang berkerudung hitam dan bergelar Hek-eng-cu itu, yaitu orang yang pernah menyekap dia di rumah Si Ciangkun setahun
yang lalu. Persoalannya sekarang adalah, siapa sebenarnya tokoh
yang mereka sebut dengan panggilan Wan Lo-cianpwe itu "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jangan-jangan orang itu adalah Wan It atau Hek-mou-sai Wan It, bekas pembantu atau bekas kepercayaan mendiang
ayahnya. Demikianlah, sementara dua orang anggota kaum perusuh
yang ada di belakangnya itu sibuk dengan makanan mereka,
Chin Yang Kun juga sibuk dengan angan-angan dan pikirannya sendiri pula.
"Tampaknya yang mereka sebut Wan Lo-cianpwe itu
memang paman Wan it adanya." pemuda itu meneruskan
renungannya. "Buktinya aku telah melihat sendiri kemarin
paman Wan It bersama-sama dengan Song-bun-kwi Kwa Sun
Tek di puncak bukit itu. Dan......."
Tiba-tiba wajah pemuda itu menjadi pucat, hatinya terasa
dingin. Lapat-lapat ia teringat akan penuturan Chu Seng Kun beberapa waktu yang lalu. Pemuda ahli obat itu pernah
bercerita kepadanya tentang seorang lelaki tinggi gemuk
berbulu lebat, yang kemana-mana selalu bersama-sama
dengan Hek-eng-cu. "Yaa, tampaknya orang itu memang paman Wan It dan tak dapat dipungkiri lagi. Tapi lalu apa maksudnya ia berkawan atau menjadi pembantu Hek-eng-cu, padahal ia pernah
ditangkap dan disakiti oleh iblis berkerudung itu" Mungkinkah paman Wan It telah mencurigai Hek-eng-cu sebagai
pembunuh keluarga Chin sehingga ia menyelidikinya dengan
cara mendekati iblis itu " Tapi rasanya juga tidak mungkin pula kalau ia berbuat demikian. Sebab kalau paman Wan lt
memang bermaksud menyelidiki keterlibatan Hek-eng-cu
dalam masalah pembunuhan keluargaku, tak mungkin rasanya
sampai memakan waktu yang sedemikian lamanya. Dua atau
tiga bulan rasanya sudah cukup, tidak perlu sampai berbulan-bulan atau setahun lebih seperti sekarang ini. Ah, janganjangan...... jangan-jangan paman Wan It....... paman Wan
It"." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu tak berani meneruskan dugaannnya. Rasanya
sungguh ngeri kalau membayangkan bekas tangan kanan
ayahnya itu berkhianat terhadap keluarganya.
"Hatiku benar-benar penasaran sekali. Aku harus
menyelidikinya sampai jelas."
Setelah memperoleh keputusan apa yang seharusnya ia
Iakukan pemuda itu lalu menghela napas lega kembali.
Matanya melirik sekilas ke belakang, melihat kalau-kalau dua orang itu telah selesai dengan makan siangnya. Tapi betapa terperanjatnya dia !
Dua orang itu sudah tidak ada lagi di tempatnya. Meja itu
sudah bersih. Tempat itu telah diduduki orang Iain lagi
sekarang, yaitu seorang kakek tua yang membawa-bawa
sepasang tongkat penyangga tubuh, yang kini disandarkan
pada kursinya. Dan kakek itu tampak sedang menatap Chin
Yang Kun pula dengan tajamnya !
"Ah !" Chin Yang Kun berdesah, lalu bangkit dengan tergesa-gesa untuk memanggil pelayan.
"Sabarlah, anak muda........! Kenapa kau lantas terburu-buru pergi " Marilah kita bercakap-cakap sebentar! Aku ingin bertanya sepatah dua patah kepadamu......." tiba-tiba telinga Chin Yang Kun berdengung perlahan tapi jelas sekali. Dan
ketika pemuda itu menoleh, dilihatnya kakek tua itu masih
tetap mengawasinya. Bibirnya yang berkeriput itu tampak
bergerak-gerak, tetapi tak sebuah suarapun yang terdengar
keluar. "Kakek ini sengaja berbicara dengan aku memakai Ilmu
Coan im-jib bit. Apa maksudnya" Baiklah kululuskan saja
permintaannya barang sebentar........ setelah itu aku akan mengikuti orang yang hendak menemui paman Wan It itu.
Biarlah, terlambat satu dua hari ke Sin-yang tidak apa. Toh semuanya juga untuk menyelidiki persoalan keluargaku
pula........." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Oleh karena itu Chin Yang Kun lantas mengangguk,
kemudian kakinya segera melangkah menghampiri kakek
tersebut, "Apakah Lo-cianpwe memanggil saya ?" tanyanya pelan seraya menarik kursi yang tersedia di meja kakek itu.
Dan tanpa sengaja pemuda itu melirik ke bawah sehingga
kedua buah kaki kakek yang lumpuh itu terlihat jelas olehnya.
Kakek itu meringis sambil memutar-mutarkan biji matanya
ke atas dan ke bawah seperti orang yang tak waras. Setelah berhenti, mata yang kocak itu lalu menatap Chin Yang Kun
dengan tajamnya. Dan mata itu menatap terus hampir tak
pernah berkedip seolah-olah mata kucing yang sedang
mengincar korbannya. Tentu saja Chin Yang Kun menjadi risih dan hilang
kesabarannya. "Kakek, apakah yang kaukehendaki sebenarnya"
Katakanlah cepat atau.......aku akan pergi dari tempat ini ! Aku harus lekas-lekas mengejar dua orang lelaki yang duduk di sini tadi......" bisiknya sedikit keras.
"Ahh!" kakek itu tergagap seperti orang yang baru
dibangunkan dari tidurnya. Matanya kembali berputar-putar
dengan kocaknya, sementara bibirnya terbuka lebar
memperlihatkan mulutnya yang ompong tak bergigi sama
sekali. "Ah-uh, kaumaafkanlah aku .... anak muda ! Begitu
asyiknya aku menaksir-naksir dirimu, sehingga aku sampai
melupakan segalanya....."
"Menaksir-naksir diriku" Apa maksudmu?" Chin Yang Kun bertanya bingung.
"Begini, anak muda ! Kulihat usiamu masih sangat muda.
Gerak-gerikmu juga amat halus........ Tapi kata orang kau
telah mengalahkan....... Put-pat-siu Hong jin tadi pagi !
Benarkah itu" Kalau benar, lalu........ di manakah orang sinting yang telah kaukalahkan itu sekarang ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun mengerutkan keningnya. Matanya yang
mencorong tajam itu balas menatap kakek tersebut dengan
berani. Nada suaranya terdengar kaku ketika menjawab
pertanyaan itu. "Hmm, aku tidak tahu ke mana orang sinting itu
selanjutnya! Dia segera pergi begitu kalah bertaruh denganku.
Nah......... puas" Atau masih ada lagi pertanyaanmu yang lain
" Kalau tidak.......akulah yang akan ganti bertanya kepadamu.
Dengarlah.....! Siapakah kau ini sebenarnya" Mengapa kau
menahan aku di sini?"
Kakek itu menutupi mulutnya agar suara tawanya tidak
terdengar oleh orang di sekitar mereka. "Anak muda, kau bersabarlah.......! Pertanyaanku belum habis. Coba katakan!
Apakah orang sinting itu tidak mengatakan apa-apa kepadamu ketika akan pergi" Maksudku, apakah dia tidak mengatakan
kepadamu........mengapa dia terburu-buru pergi dari rumah
penginapan itu ?" Chin Yang Kun tertegun, matanya sedikit memerah.
"Yang dikatakannya kepadaku" Ya, orang sinting itu
memang ada mengatakan sesuatu kepadaku. Katanya dia
sedang dikejar-kejar dan dicari-cari oleh gurunya. Nah,
memangnya kenapa" Mengapa kautanyakan itu kepadaku"
Apakah kau kenal dengan gurunya?"
"tentu saja! Akulah ..... gurunya orang sinting itu!"
Chin Yang Kun terbelalak. "Kau........ eh, Lo-cianpwe gurunya?"
"Tidak salah! Akulah Put-chien-kang Cin-jin........"
"Put-chien-kang Cin-jin ?" tiba-tiba pemuda itu teringat lagi akan dugaannya tentang tokoh-tokoh bernama "PUT" itu. "Eh, apakah.....lo-cianpwe ini tokoh dari Aliran Bing-kauw?"
Kakek itu tidak segera menjawab. Perlahan-lahan dia
berdiri, lalu meletakkan sekeping uang tembaga di atas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mejanya. Tangannya meraih tongkat yang tersandar pada
meja, kemudian melangkah tertatih-tatih meninggalkan
tempat itu. Dan sebelum kakinya yang lumpuh itu melangkah
keluar pintu, dia menoleh.
"Benar ! Aku memang seorang tokoh dari Aliran Bing-kauw.
Bekas ketuanya malah...." gumamnya dengan Ilmu Coan-im-jib-bit.
"Ohhh ......!" Chin Yang Kun yang sedianya mau mengejar
itu terhenyak di atas kursinya dan dibiarkannya kakek tua itu lenyap di balik pintu.
Chin Yang Kun lalu bergegas memanggil pelayan dan
membayar makanannya. Kemudian tanpa menunggu uang
kembaliannya lagi pemuda itu cepat-cepat keluar. Digapainya anak kecil yang tadi ia serahi tugas mengurus kudanya.
"Tuan muda sudah selesai makan?" anak itu bertanya.
"Ya ! Aku akan berangkat sekarang"..eh, adik kecil........
apakah kau tadi melihat dua orang lelaki berpakaian ringkas dan bersenjata pedang yang keluar dari rumah makan itu ?"
"Dua orang lelaki berpakaian ringkas ?" anak itu berpikir.
"Maksud tuan muda.......dua orang Ielaki berkuda yang berpisah ketika tiba di jalan raya itu?"
"Ya...... ya! Kemana mereka?"
Anak kecil itu menunduk sebentar sambil memegang
dahinya. "Oh, ya....... aku ingat sekarang.. Orang yang lebih tua mengendarai kudanya ke pintu gerbang kota sebelah
timur, sedangkan orang yang lebih muda kalau tidak salah
terus memacu kudanya ke selatan."
"Terima kasih! Nah, sekarang kaubawalah kemari kudaku itu! Aku akan segera berangkat........."
"Baik tuan muda." anak kecil itu mengangguk, lalu berlari ke belakang mengambil kuda Chin Yang Kun. Kuda yang kini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah bersih dan tampak segar itu dituntunnya ke depan.
Kendali dan pelananya sudah terpasang pula dengan rapi.
"Nih, ambillah lagi untuk membeli makan dan minummu
nanti!" Chin Yang Kun melemparkan sekeping uang perak kepada anak kecil itu, Ialu meloncat ke punggung Cahaya
Biru. "Terima kasih, tuan muda ........" anak kecil itu menangkap uang tersebut dengan wajah gembira.
Chin Yang Kun lalu memacu kudanya ke pintu kota sebeIah
timur. Dari sana pemuda itu lalu memacu kudanya kembali
melalui jalan yang keras dan berdebu. Panas matahari yang
menyengat punggung tidak dirasakannya. Kuda itu terus
dipacunya melewati sawah, ladang dan lereng-lereng bukit
yang gersang. Cahaya Biru berderap terus tanpa mengenal lelah. Kuda itu
hanya mengendurkan langkahnya bila memasuki
perkampungan penduduk. Meskipun demikian orang yang
dikejarnya itu belum tampak juga batang hidungnya.
"Gila! Kenapa orang itu belum kelihatan juga" Masakan kuda yang ditungganginya juga kuda pilihan yang dapat
berlari cepat seperti angin ?" Chin Yang Kun bersungut-sungut di dalam hati.
Jilid 33 CHIN YANG KUN berpacu terus. Semakin dekat dengan
kota Sin-yang semakin sering pula mereka melewati
perkampungan penduduk. Meskipun demikian orang yang
mereka kejar itu tetap tidak mereka ketemukan juga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu hari telah menjadi sore. Matahari telah
hampir mencapai cakrawala barat, sehingga sinarnyapun
menjadi semakin redup. Tetapi keredupan ini justru membuat suasana menjadi segar dan nyaman. Angin timur yang
membawa air itu bertiup lembut, menghalau udara sore yang
sudah tidak begitu panas lagi.
Tapi udara yang sejuk dan nyaman itu ternyata tidak dapat
mengobati hati Chin Yang Kun yang penasaran. Pemuda itu
tetap saja merasa jengkel karena tak bisa menemukan
buruannya. "Baiklah, agaknya aku memang takkan bisa menemukan
orang itu. Lebih baik aku pergi saja sekarang ke Sin-yang
meneruskan rencanaku semula, menemui Thio Lung di
Gedung Kim-liong Piauw-kiok," akhirnya pemuda itu
mengambil keputusan. Demikianlah, Chin Yang Kun Ialu memacu kudanya
kembali. Semakin dekat dengan kota Sin-yang, tanah ladang
dan persawahan semakin berkurang jumlahnya. Di kanan kiri
jalan yang dilaluinya sekarang mulai banyak didirikan
bangunan dan perkampungan penduduk. Dan makin dekat
dengan Sin-yang, bangunan dan perkampungan itu semakin
tumbuh rapat. Tiba-tiba pemuda itu menarik tali kendali kudanya. Sekejap pemuda itu berdebar-debar hatinya ketika mendadak
dilihatnya sebuah iring-iringan gerobag berjalan perlahan di depannya. Iring-iringan itu terdiri dari lima buah gerobag besar, yang masing-masing ditarik oleh dua ekor kudan beban yang kuat-kuat. Beberapa orang penunggang kuda tampak
berjaga-jaga di depan dan di belakang barisan.
"Kim-liong Piauw-kiok?"" Chin Yang Kun bergumam
perlahan ketika dilihatnya sebuah bendera besar bersulamkan gambar naga di tengah-tengahnya. "Sungguh kebetulan sekali aku bersua dengan mereka disini. Aku tak usah bersusah-susah mencari mereka di Sin-yang nanti".."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan hati gembira Chin Yang Kun memacu kudanya
mengejar iring-iringan gerobag tersebut. Di dalam hati
pemuda itu sudah merencanakan, bagaimana dia akan
menegur orang-orang itu nanti. Siapa tahu diantara mereka
ada yang telah mengenal dirinya.
Tapi kegembiraan itu segera musnah ketika Chin Yang Kun
melihat kain-kain putih yang melilit di kepala mereka. Orang-orang itu sedang berkabung! Wajah mereka tampak sedih,
pucat dan lelah! Chin Yang Kun cepat menahan kendali kudanya. Tapi
karena jarak mereka sudah dekat dan suara kaki Cahaya Biru sangat nyaring, maka kedatangan pemuda itu segera didengar oleh orang-orang Kim-liong Piauw-kiok tersebut. Dengan
tangkas dan sigap orang-orang itu menoleh dan bersiap-siaga.
Terpaksa Chin Yang Kun tak dapat menghindarkan diri lagi.
Dengan perasaan tegang pemuda itu mengendarai kudanya
melewati mereka. Mulut yang sedianya mau menyapa tadi
mendadak bungkam, sebab diantara orang-orang itu ternyata
tak seorangpun yang pernah dikenalnya. Orang-orang yang
sedang berkabung itu menatap dirinya dengan pandangan
asing dan curiga. Angin bertiup sedikit kencang dan tiba-tiba Chin Yang Kun
mencium bau yang tidak sedap. Pemuda itu menjadi curiga.
Diliriknya gerobag-gerobag yang ditutup rapat dengan kain
tebal itu. Apakah gerangan isi gerobag itu sebenarnya"
Chin Yang Kun menjadi bimbang, apa yang sebaiknya harus
ia lakukan! Menyapa mereka dan mengatakan maksudnya
untuk menemui Thio Lung, sehingga mereka bisa berjalan
bersama-sama ke kota Sin-yang" Ataukah lebih baik ia diam
saja meninggalkan mereka dan langsung menemui Thio Lung
disana" Pemuda itu tidak dapat segera mengambil keputusan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiba-tiba terdengar derap kaki kuda yang bergemuruh di
kejauhan. Semuanya terperanjat, tak terkecuali Chin Yang
Kun! Untuk sesaat mereka melupakan kecurigaan masingmasing, karena seluruh perhatian mereka sedang tertuju
kepada suara gemuruh tersebut.
"Suara apa itu"..?" salah seorang dari anggota Kim-liong
Piauw-kiok itu bertanya kepada temannya.
"Tampaknya seperti suara barisan berkuda berjumlah
besar. Hah!! Lihatlah itu?"! Debu di depan itu!"
Semuanya berdiri di atas punggung kuda masing-masing.
"Oh?"pasukan kerajaan kiranya!" orang-orang Kim-liong
Piauw-kiok itu bernapas lega begitu melihat bendera dan
panji-panji yang dibawa oleh barisan itu.
"Ya! Hampir terbang semangatku! Kukira kaum perusuh
itu".." yang lain mengangguk sambil menyeka keringatnya.
Tanpa terasa semuanya mempercepat langkah kaki kuda
mereka, sehingga roda-roda gerobag itu berdentangan pula
semakin riuh. Chin Yang Kun dan kudanya ikut terseret pula dalam iring-iringan mereka.
"Hei"..pasukan itu ternyata tidak sedang menuju ke arah
kita!" anggota Kim-liong Piauw-kiok yang berada di depan
sendiri berteriak memberi tahu kawan-kawannya yang berada
di antara iring-iringan gerobag itu.
"Apa"..?" orang yang berada di belakang iring-iringan itu
berseru menegaskan. "Mereka tidak melintasi jalan ini! Mereka cuma memotong
jalan ini menuju ke bukit-bukit itu!" orang yang di depan itu berteriak lagi seraya menuding ke arah perbukitan di sebelah utara.
"Yaa"..tampaknya pasukan itu sedang mencari tempat
berkumpulnya gerombolan-gerombolan perusuh itu. Kata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang Baginda Kaisar secara diam-diam telah mengerahkan
tentaranya untuk menggempur tempat-tempat pemusatan
mereka di seluruh negeri," yang lain memberi keterangan
pula. "Hei! Mengapa bendera Hong-thian-liong-cu (Burung Hong
Langit Mustika Naga) itu ada diantara panji-panji mereka?"
dengan kaget salah seorang diantara orang Kim-liong Piauwkiok itu berseru. "Apa" Bendera Hong-thian-liong-cu" Hei?"benar juga
penglihatanmu! Itu memang bendera Hong-thian-liongcu"..Panji Kekaisaran! Apakah baginda berada diantara
mereka?" Chin Yang Kun mengernyitkan alis matanya. Dilihatnya
diantara bendera-bendera dan panji-panji itu memang ada
sebuah panji besar berwarna merah bergambarkan seekor
burung Hong dan naga sedang bercengkeraman. Dan menurut
apa yang telah didengarnya, panji tersebut memang bendera
pertanda kekaisaran Tiong-kok.
Barisan itu berderap seperti tiada habis-habisnya. Selain
pasukan berkuda, di dalam barisan itu ternyata ada pula
pasukan panah dan perbekalan. Mereka berjejal di atas
pedati-pedati yang mereka bawa, bercampur dengan makanan
dan perbekalan yang mereka angkut. Dan di ekor barisan
tampak gerobag-gerobag pengangkut peralatan perang,
seperti jaring, alat-alat perangkap, senjata dan alat pelempar batu dan api.
"Wah, biarpun bukan sebuah laskar yang besar, tetapi
kekuatan itu benar-benar merupakan pasukan penggempur
yang komplit," terdengar salah seorang anggota Kim-liong
Piauw-kiok itu berkata. "Dan tampaknya dipimpin oleh Baginda Kaisar?"" yang
lain menambahkan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitulah, pasukan yang kurang lebih berjumlah limaratus
orang perajurit lengkap itu memotong jalan di depan mereka, menuju ke perbukitan yang memanjang di sebelah utara jalan.
Yaitu sebuah perbukitan yang mempunyai banyak lembahlembah subur. Dan derap langkah pasukan itu meninggalkan
kepulan debu yang bergulung-gulung tinggi di udara.
Beberapa saat lamanya Chin Yang Kun dan orang-orang
Kim-liong Piauw-kiok itu tetap berdiam diri saja di tempat masing-masing, menanti hilangnya atau habisnya kepulan
debu yang menggelapkan jalan di depan mereka. Dan sambil
menanti itu tanpa sadar mereka saling berpandangan lagi.
Dan Chin Yang Kun kembali bimbang dan ragu-ragu pula.
"Keteprak".! Keteprak"..! Keteprak"..!"
tiba-tiba mereka dikejutkan lagi dengan suara derap kaki
kuda yang datang ke arah mereka. Dan sebelum semuanya
bisa menduga siapa yang telah datang, dari balik kepulan
debu muncul bayangan lima orang penunggang kuda berpacu
ke arah mereka. Saking kencangnya lima orang berkuda itu hampir saja
menabrak iring-iringan gerobag mereka. Untunglah orangorang Kim-liong Piauw-kiok itu sudah berwaspada
sebelumnya. Dengan tangkas mereka mengelak dan
menyabetkan cambuknya. "Taar! Taar! Taaaaar !"
ujung cambuk mereka menyengat kuda-kuda yang hampir
melanggar mereka itu. Kontan saja kuda-kuda yang terkena
sabetan itu melonjak tinggi ke atas, seolah mau melemparkan penunggangnya ke udara.
"Kurang ajar! Siapa berani mengganggu jalannya kudakuda kami?" salah seorang dari lima penunggang kuda itu
menjerit marah. Tubuhnya yang terlempar ke atas itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berjumpalitan di udara dengan manisnya, lalu mendarat di
atas tanah tidak jauh dari penyerangnya!
Neraka Hitam 12 Pusaka Para Dewa Karya Lovely Dear Giring Giring Perak 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama