Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono Bagian 5
mengerikan ! "Kau lihat, cucuku " Hihi".. tentu saja dalam prakteknya
engkau tak usah menekuknya dengan pertolongan anggota
tubuh yang lain. Cukup kau kerahkan otot-otot lenganmu?"
dan tulang itu akan tertekuk ke arah yang kau kehendaki
dengan sendirinya ! Begitu juga pada persendian-persendian tulang-tulang yang lain. Mereka dapat kau permainkan sesuka hatimu ! Semua tergantung pada kekuatan Liong-cu-i-kang
yang telah kau pelajari. Semakin tinggi kau meyakinkannya, semakin bebas pula kau dapat mempermainkan susunan
tulang-tulangmu ! Dan oleh karena kita dapat menggeser urat-urat darah atau otot-otot daging kita, sehingga keadaan itu sangat menguntungkan kita dalam setiap pertempuran."
"Nenek, adakah nenek menamakan ilmu itu dengan
sebutan Kim-coa-ih-hoat karena nenek ingin mencontoh
kehebatan seekor ular yang dapat memperpanjang"..
memperpendek?".. memperbesar dan memperkecil tubuhnya
itu ?" Yang Kun menyela.
"Benar, cucuku"..! Sejak semula aku memang ingin lepas
dari lubang sempit itu, seperti halnya seekor ular yang dapat keluar masuk celah sempit betapapun besar tubuhnya?"!
Hanya dengan kekuatan tenaganya aku tidak mengambil dari
kekuatan seekor ular, tetapi dari seekor naga ! Liong-cu-i-kang
!" Demikianlah, dalam waktu yang tidak terlalu lama pemuda
itu telah menguasai pula Kim-coa-ih-hoat secara mahir.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sehingga kini pemuda itu dapat mengikuti nenek buyutnya
menerobos lubang-lubang kecil, dan mengunjungi gua-gua
lain. Betapa gembiranya hati Yang Kun melihat banyak gua yang
sambung-menyambung bagai sarang semut itu. Terasa
hatinya menjadi bertambah lapang, seakan dunianya menjadi
bertambah luas pula. Tidak hanya berada di dalam sebuah
gua yang terdiri dari dua buah ruangan seperti tempatnya
semula itu ! Masing-masing gua mempunyai keistimewaan dan
keindahan sendiri-sendiri. Ada sebuah gua yang entah apa
sebabnya hawanya dingin sekali, sehingga suasana di
dalamnya seperti suasana di daerah kutub saja. Batubatuannya yang beraneka macam warnanya itu seluruhnya
diselimuti gumpalan-gumpalan salju yang tebal. Tapi ada pula sebuah gua yang hawanya panas bukan main, sehingga rasa-rasanya semua batu yang berada di dalamnya telah berubah
menjadi bara api yang sangat panas.
Ada pula sebuah gua yang penuh dengan tanaman jamur
yang beraneka macam bentuk dan warnanya. Agaknya jamurjamur itulah yang selama ini dimasak menjadi bubur oleh
nenek buyutnya sebagai makanan pokoknya. Di tempat itu
pulalah neneknya tidur dan menaruh segala peralatannya.
Yang membuat takjub dan heran di hati Yang Kun adalah
penerangan di dalam lorong-lorong gua itu. Tak ada
sedikitpun sinar matahari yang masuk, tapi ruangan-ruangan di dalam gua-gua itu ternyata cukup terang. Pemuda itu sama sekali tidak menyadari bahwa selain keadaan batu-batuannya yang bening dan memantulkan sinar, pemuda itu sendiri kini telah menjadi lebih tajam daya penglihatannya !
Pemuda itu memang tidak menyadari betapa hebat
sebenarnya dia sekarang. Tiadanya manusia lain selain nenek buyutnya yang sangat sakti itu membuat dia tidak dapat
memperbandingkan kepandaian dengan orang lain. SatuTiraikasih Website http://kangzusi.com/
satunya perbandingan cuma neneknya itu ! Padahal kesaktian neneknya terasa selalu lebih hebat dari pada kepandaiannya.
Otomatis pemuda itu selalu merasa dirinya bodoh dan lemah !
"Nenek?".! Nenek?".!"
Tiba-tiba pada suatu hari Yang Kun berteriak-teriak mencari neneknya. Tubuhnya yang jangkung itu bagaikan seekor ular
menelusup ke lorong-lorong gua yang sempit untuk menemui
neneknya. Tangan kanannya membawa tangkai pancing
pendek yang tadi ia pakai untuk memancing di sungai bawah
tanah itu. Neneknya yang baru sibuk membuat bubur itu
sampai kaget dibuatnya. "Ada apa, cucuku"..?"
Dengan terengah-engah Yang Kun bercerita bahwa aliran
sungai yang berada di dalam gua mereka itu kini bercampur
dengan darah ! Begitu banyaknya darah tersebut sehingga
baunya menjadi sangat amis.
"Hah".." Daraaahh?"..?"
Nenek itu berteriak kaget, sehingga pemuda itu menjadi
kaget dibuatnya ! Baru kali inilah pemuda itu melihat
neneknya berkata atau berteriak dengan mulutnya.
Kedengarannya menjadi sangat aneh di telinganya. Selama
berbulan-bulan bersamanya nenek itu selalu berbicara tanpa menggerakkan bibirnya.
Bagai kilat menyambar nenek itu melesat ke arah sungai itu melalui lorong-lorong gua yang sempit. Tanpa terasa Yang
Kun mengikutinya dengan tidak kalah gesit pula. Dengan Kim-coa-ih-hoat mereka menyusup, menerobos, menyusuri celahcelah sempit seperti dua ekor ular yang berkejaran !
"Ya?" Thian ! Aku benar-benar tidak bermimpi ! Isyarat
yang ku terima itu kini telah menjadi kenyataan?"." nenek
tua itu terbelalak menyaksikan gumpalan-gumpalan darah
mengental yang hanyut dibawa aliran sungai tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Isyarat?"" Isyarat apakah itu, nenek " Apa".. apa?"?"
Yang Kun dengan gagap menegaskan.
Untuk pertama kalinya pula Yang Kun melihat nenek itu
tampak ketakutan dan merasa ngeri, sehingga otomatis
membuat pemuda itu menjadi tegang pula.
"Nenek"..! Nenek?"! Katakanlah?"!"
"Yang Kun?". nenek pernah mengatakan kepadamu
bahwa aku harus lekas-lekas menurunkan Kim-coa-ih-hoat
kepadamu sebab aku telah mendapat suatu firasat. Firasat
mengatakan bahwa sesuatu bakal terjadi kepada kita sehingga kita akan berpisah untuk selama-lamanya. Dan Sekarang
agaknya firasat itu akan segera terjadi?"! Saat itu aku seperti sedang bermimpi?" Aku merasa gua-gua ini tergenang oleh
air bah yang kemerah-merahan karena telah bercampur
darah. Aku dan engkau terhanyut dan digulung oleh air
tersebut tanpa bisa menyelamatkan diri lagi. Kita?" hei?"
ooooooohhh?" apa ini " Oooooh Yang Kun".. ini?" ini"..
Ya, Thian?" ini gempa ! GEMPA !" nenek itu tiba-tiba
berteriak kuat-kuat. Wajahnya semakin menampilkan rasa
ngeri dan takut yang maha hebat !
Terdengar suara gemuruh yang dahsyat. Gua itu bergetar
dengan keras. Debu berhamburan memenuhi ruangan itu dan
menghalangi pandangan mereka. Atap gua tampak berderakderak mau pecah. Begitu juga lantai gua yang mereka injak !
"Gempaaaa?"?" Yang Kun ikut berteriak sekuat tenaga.
Pemuda itu terjerembab ke depan. Hampir saja mereka
bertubrukan. Keduanya berlari ke sana ke mari, tapi
bagaimanapun mereka tetap tak bisa melepaskan diri dari
dalam gua. Oleh karena itu dapat dibayangkan betapa
paniknya mereka. Apalagi ketika bongkahan-bongkahan batu
sebesar gajah mulai berguguran menghantam lantai gua
dengan suara yang memekakkan telinga. Debu dan batu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kerikil bertebaran, menyebabkan udara menjadi gelap gulita dan menyesakkan nafas.
"Nenekkk?"!" Yang Kun berteriak di antara gemuruhnya
suasana yang mengerikan itu. Ternyata kedua orang itu
terpisah oleh damparan batu-batu yang berjatuhan di sekitar mereka.
"Yang Kuuuuun?""!" suara nenek tua itupun hampir tak
kedengaran lagi, padahal mereka cuma terpisah dalam
beberapa langkah saja. Yang Kun berusaha mati-matian untuk mendekati
neneknya. Beberapa bongkah batu besar yang
menghantamnya ia elakkan atau kalau tidak sempat lagi
terpaksa ditahannya dengan Liong-cu-i-kangnya ! Sehingga
akhirnya pemuda itu dapat memegang lengan kanan
neneknya. Tetapi bersamaan dengan itu terdengar suara
berderak yang sangat hebat ! Dinding gua itu pecah bagaikan terbelah menjadi dua bagian. Suara deburan gelombang air
menyembur ke arah tempat mereka berdiri dan tidak lama
kemudian tubuh mereka telah dihempaskan oleh arus air yang menyembur dari lapisan tanah yang terbelah lebar itu.
Mereka digulung dan dihempaskan oleh gelombang yang
menyerbu dan memenuhi lubang gua tersebut. Sedikitpun
mereka tidak dapat berkutik melawan keganasan alam yang
pada saat itu sedang mempermainkan tubuh mereka. Di
sinilah terbukti betapa lemahnya dan betapa kecilnya manusia dibandingkan dengan kebesaran alam. Betapapun hebat dan
saktinya manusia tersebut !
Yang Kun tidak tahu lagi di mana dan terbawa ke arah
mana dirinya dihanyutkan oleh arus yang dahsyat itu. Mata, telinga maupun seluruh anggota badannya sudah tidak
berdaya lagi menghadapi amukan gempa dan air bah yang
melanda dirinya. Dia hanya merasa bahwa badannya dibawa
berputar-putar, dihempas ke sana kemari, lalu dilontarkan ke atas bersama-sama batu-batu besar yang tampak berenang di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekelilingnya. Tangan nenek Hoa telah terlepas dari
gandengannya. Gempa yang maha dahsyat itu tidak lebih lama dari pada
sekejap mata, tetapi akibat yang ditimbulkannya ternyata
sungguh bukan kepalang besarnya. Tak sebuah bangunanpun
yang tampak berdiri tegak. Rata-rata telah menjadi rata
dengan tanah. Daerah yang semula merupakan sebuah
perkampungan yang bersih dan rapi, dengan tanaman yang
hijau subur, kini berubah menjadi sebuah padang reruntuhan yang kotor dan hancur sama sekali !
*** Yang Kun merasa bahwa telah terjadi suatu kemukjijadan
pada dirinya. Bencana hebat yang timbul pada saat dirinya
berada di dalam lorong-lorong bawah tanah, ternyata tidak
menghancurkan dirinya tetapi justru malah menyelamatkan
dan membebaskan dirinya dari penjara alam tersebut !
Tubuhnya sehat dan tidak ada segores lukapun yang menodai
kulit dagingnya. Padahal tubuhnya dihempas dan diombangambingkan oleh arus air yang menggila, bersama-sama
dengan bongkahan-bongkahan batu sebesar gajah ! Selain
pakaiannya yang basah dan compang-camping tak ada setitik
tandapun yang menyatakan bahwa dirinya baru saja bergulat
dengan maut yang sangat dahsyat ! Thian benar-benar
menurunkan suatu mukjijad pada diri pemuda itu !!
Yang Kun duduk termangu-mangu di dekat sebuah sumber
air yang menyembur keluar dari sebuah tebing jurang yang
terbelah menjadi dua bagian. Air tersebut menyembur begitu saja dari dalam tanah dengan amat derasnya, lalu mengalir
melalui batu-batu besar yang berserakan di bawah jurang dan akhirnya terjun ke sungai besar yang membawanya ke Sungai
Yang Tse Kiang. Dilihat dari keadaan tempat dan susunan
batu-batu di mana sumber air tersebut keluar, mudah diduga bahwa lubang air itu baru saja terbentuk beberapa saat yang lalu. Mungkin akibat gempa besar yang baru saja berlalu tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan dari tempat itu pulalah agaknya pemuda tersebut
dilontarkan keluar dari "penjara di bawah tanahnya".
"Yang?". Kun?". Cu".. cuku?"!"
Tiba-tiba pemuda itu mendengar rintihan neneknya yang
memanggil namanya. Bagai seekor kijang Yang Kun meloncat
dari tempat duduknya dan bergegas mencari arah suara itu,
Yang Kun tanpa terasa mengeluarkan Liong-cu-i-kangnya yang maha hebat. Bongkahan-bongkahan batu sebesar kerbau ia
angkat dan ia pindahkan dengan kedua belah tangannya !
Suara itu seperti datang dari bawah tumpukan batu yang
berserakan di depan sumber air tersebut. Oleh karena itu
Yang Kun semakin bernafsu untuk menyingkirkan batu-batu
tersebut dari tempatnya. Dan semakin banyak batu yang ia
singkirkan, semakin jelas pula suara tersebut terdengar.
Akibatnya Yang Kun bekerja bagai orang kesetanan !
Tumpukan batu-batu besar yang berserakan tersebut menjadi
porak-poranda dibongkarnya.
Didapatinya nenek tua itu dalam keadaan terluka parah di
dasar tumpukan batu itu. Luka tersebut sangat parahnya
sehingga tidak mungkin tertolong lagi. Tubuhnya boleh
dikatakan sudah remuk dan hancur. Tapi disebabkan oleh
kepandaiannya yang tinggi dan semangat keinginannya untuk
bertemu dengan Yang Kun, maka nenek itu masih dapat
bertahan untuk beberapa saat.
"Nenek?"" Yang Kun berlutut di sampingnya. Matanya
berkaca-kaca. "Cucuku?" dengarlah amanatku ! Aku sudah tidak dapat
hidup lebih lama lagi, maka aku ingin meninggalkan pesan dan warisan kepadamu" huk"huk ! Uuuuuhh?" nenek itu
terbatuk batuk dan memuntahkan gumpalan-gumpalan darah
kental dari mulutnya. "Nenek?".."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cucuku". untuk pertama kalinya sejak seratus tahun ini
aku dapat memandang langit dan matahari lagi.
Bagaimanapun juga akhirnya aku dapat kembali ke dunia
umum ini lagi?". oh?" betapa gembiranya aku. Aku benarbenar rela untuk mati sekarang. Hanya".. hanya aku minta
tolong kepadamu?""
"Katakanlah, nek ! Apapun permintaan nenek tentu akan
aku kerjakan ! Biar sampai berkorban nyawa sekalipun".."
pemuda itu berkata dengan penuh perasaan. tak terasa air
matanya mengalir membasahi pipinya.
"Simpanlah abuku nanti".. dan kalau kau mengembara
nanti, pergilah kau ke daerah Kang-lam ! Carilah sebuah
dusun di kaki Bukit Pat-sian-gai (Bukit Delapan Dewa), yang bernama dusun Ho-ma-cun?" lalu kau carilah berita tentang
seorang gembala tampan yang sangat terkenal pada 100
tahun yang lalu ! Namanya Pao Liang ! Kalau dia masih hidup, berikanlah abu dari tubuhku itu kepadanya".. tapi kalau dia juga telah mati". kau" kau tanamlah abuku itu di samping
makamnya huk". huk !"
"Jangan khawatir, nek".. cucumu tentu akan menjalankan
segala perintahmu ini dengan sungguh-sungguh." Yang Kun
berjanji. "Terima kasih, cucuku ! Huk ! Sekarang kau duduklah
dalam sikap". huk". dalam sikap Naga Bertapa ! Aku".. a "
aku akan memindahkan seluruh tenaga dalam Liong-cu-i-kang
yang kulatih selama 100 tahun i " itu ke?"k " kepadamu !"
"Nenek?"" pemuda itu tertegun.
"Jangan membantah ! Aku tahu aku akan mati kalau hawa
murni itu kupindahkan ke tubuhmu".. tapi tidak ada bedanya bagiku, mati sekarang atau nanti". toh hari ini aku tentu mati juga ! Le " lekaslah". mumpung badanku masih mampu."
Terpaksa Yang Kun menuruti kemauan neneknya.
Tubuhnya berbaring di samping neneknya dalam sikap Naga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bertapa. Salah satu sikap bersamadi dalam Liong-cu-i-kang
yang hebat. Sikap bersamadi yang sering ia lakukan apabila ia berlatih di celah-celah lubang sungai di bawah tanah itu.
"Yang Kun, cucuku".. Kau jangan melawan atau berusaha
menolak tenaga yang akan kusalurkan kepadamu. Berdiam
dirilah". a "apapun yang a " akan kuperbuat ke " kepadamu
itu".huk ! Nah, aku a " akan m " mulai"..!"
Terdengar suara gemertak dengan keras ketika kedua
orang itu secara bersama-sama mengerahkan Liong-cu-i-kang
mereka. Secara bersamaan pula mereka menyalurkan hawa
murni mereka, berputar melalui jalan darah terpenting ke
seluruh tubuh mereka secara terbalik. Suara nafas mereka
yang teratur itu seperti desis seekor ular atau naga yang
sedang marah. "Ssssssssssss?"?"!"
Beberapa saat kemudian?"?"
Ketika hawa murni itu telah berputar kembali ke arah tan "
tian tiba-tiba tampak badan nenek tua itu melenting ke atas disertai desis mulutnya yang semakin kuat. Seakan seluruh
kekuatan Liong-cu-i-kangnya telah terpusat untuk
menggempur lawan ! Sekejap Yang Kun terperanjat
menyaksikan peristiwa itu ! Hampir saja dia menggerakkan
tangan untuk berjaga-jaga, apalagi ketika nenek itu meluncur turun dengan mulut menganga menuju ke arah pusarnya. Tapi
dalam sekejap pula pemuda itu telah teringat kembali akan
pesan neneknya, sehingga ia menjadi urung melakukannya.
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia justru bersiap-siap untuk menyambut tenaga yang akan
dilimpahkan oleh orang tua itu kepadanya. Dia tidak ingin
menggagalkan maksud neneknya itu ! Ia juga tidak mau
membuat orang tua tersebut merasa penasaran menjelang
kematiannya. "Ceppp?".!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagai seekor ular yang ganas mulut nenek tua yang tak
bergigi itu mematuk dan menggigit pusar Yang Kun yang
tersembul di antara bajunya yang compang-camping ! Sebuah
arus tenaga yang maha dahsyat menyerbu masuk ke dalam
tubuh si pemuda melalui pusarnya dan berputar dengan cepat ke seluruh tubuh. Terasa tubuhnya semakin lama semakin
terasa panas, lalu disertai perasaan sakit seperti ditusuk oleh ribuan jarum pada urat-urat darahnya. Begitu sakitnya
sehingga lama-kelamaan Yang Kun tidak kuat bertahan lagi.
Pemuda itu jatuh pingsan !
Ketika Yang Kun telah sadarkan diri kembali, terasa
badannya menjadi lebih segar dan terasa ringan bukan main.
Begitu dirinya menghentakkan badan untuk bangkit dari
tanah, pemuda itu menjadi terkejut setengah mati ! Tubuhnya melenting ke atas bagaikan burung mau terbang ! Buru-buru
pemuda itu mengenjotkan kakinya ke bawah untuk turun
kembali ke tanah?" "Jlugg !!" Kakinya amblas terbenam di dalam tanah sebatas lutut !
Gila, Yang Kun mengumpat di dalam hati. Ada apa pula ini "
Mengapa tenaganya menjadi sedemikan dasyatnya "
Bermimpikah dia " "Ohh, pemuda itu sudah siuman dari pingsannya".."
Tiba-tiba terdengar beberapa orang berseru sehingga
semakin mengagetkan hati Yang Kun. Terlihat oleh Yang Kun
beberapa orang penduduk mendatangi ke tempatnya. Yang
Kun menoleh ke kanan dan ke kiri mencari jenazah nenek
buyutnya, tapi ia tidak menemukannya. Mayat tersebut sudah tidak ada. Dan yang sangat mengejutkan hati pemuda itu
adalah bahwa ternyata dirinya bukan lagi berada di dekat
sumber air itu. Dia telah berada di antara perkampungan
penduduk yang mengalami musibah gempa dahsyat itu.
Dirinya ternyata terbaring di atas tanah bekas reruntuhan
sebuah rumah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saudara, kami adalah orang-orang dari dusun Hi-sancung. Dusun kami terbenam oleh air bah akibat gempa bumi
yang mengerikan itu. Kami terpaksa mengungsi ke dusun ini
untuk menyelamatkan diri. Tadi di tengah jalan kami
menemukan tubuh saudara dan seorang nenek tua tergeletak
di antara batu-batu. Agaknya saudara dan nenek tua itu juga mengalami musibah gempa besar kemarin. Kami membawa
saudara ke tempat ini, sementara nenek tua yang telah
meninggal dunia itu kami kubur di tempat itu juga."
"Ohhhh?". terima kasih !" ucap pemuda itu dengan lega.
Ternyata jenazah neneknya telah diurus orang dengan
baik. Dan pemuda itu mengucapkan terima kasihnya kembali
ketika melihat dirinya juga telah berpakaian rapi dan bersih.
Biarpun hanya pakaian seorang petani biasa.
"Kami memang bukan dari golongan penduduk yang
mampu, apalagi baru saja kami mengalami musibah, tapi
salah seorang dari kami masih menyimpan beberapa buah
pakaian untuk sewaktu-waktu dipergunakan".." Orang itu
berkata lagi mewakili teman-temannya. Agaknya dia adalah
pemimpin dari kelompok penduduk tersebut. "Saudara ini dari mana".." Bolehkah kami mengetahui juga nama saudara ?"
"Saya?" saya adalah pengembara yang datang dari
jauh". Kebetulan saya bertemu dengan nenek itu".. dan"..
dan terjadilah bencana itu." Yang Kun menjawab pertanyaan
mereka dengan gagap. Ia sama sekali belum mempersiapkan
jawaban yang baik. Dan ketika dilihatnya orang-orang masih menanti kelanjutan dari perkataannya, Yang Kun cepat
meneruskan. "Saya bernama Yang Kun?""
"Untuk sementara saudara dapat tinggal di sini dengan
kami".. Cuma tentang makan dan minum".. ya".. seadanya
saja." orang itu menawarkan lagi jasanya dengan simpatik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih ! Saya akan berangkat besok. Hanya pada
malam ini saya memang bermaksud untuk memohon agar
diperbolehkan tidur di sini"."
"Hei, mengapa merasa sungkan " Marilah kita berkumpul di
rumah sebelah ! Di sana ada banyak kawan-kawan pengungsi
yang lain." Yang Kun bangkit dan membersihkan pakaian dan sepatu
yang kotor, lalu melangkah mengikuti orang-orang yang
menolongnya itu ke rumah sebelah. Dari jauh pemuda itu
telah mendengar suara ribut para pengungsi yang saling
bercerita tentang musibah yang menimpa diri mereka masingmasing, juga ributnya anak-anak yang telah kehilangan orang tua mereka. Beberapa orang tampak duduk menyendiri
mengenangkan nasibnya yang buruk.
Kedatangan mereka tidak begitu menarik perhatian orangorang yang ada di sana. Tempat itu adalah satu-satunya
bangunan yang masih kelihatan utuh, sehingga dapat dipakai sebagai tempat berteduh untuk sementara bagi para
pengungsi. Mereka membentangkan tikar dan tiduran di
segala tempat sementara para anak-anak mereka bermainmain di halaman. Yang Kun melewati beberapa orang yang terbaring di atas
tikar lebar di bawah pohon siong yang rimbun. Seorang gadis yang tidak bisa menyembunyikan kecantikannya meskipun
mengenakan pakaian yang sederhana dan kasar, tampak
merawat luka-luka mereka. Yang sangat menarik perhatian
Yang Kun ialah dengan gadis yang cantik itu. Lengan yang
sebelah kiri telah buntung sebatas siku ! Sejenak Yang Kun menghela nafas dengan perasaan tidak rela. Gadis secantik itu kenapa mesti cacat tangannya "
Gadis itu menoleh. Agaknya dia juga merasa kalau dirinya
sedang diperhatikan orang. Dua pasang mata bertemu".. dan
Yang Kun cepat-cepat meneruskan langkahnya, takut gadis itu akan tersinggung karenanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang Kun duduk di antara laki-laki yang berwajah kasar
dan bengis. Pakaian mereka seperti pakaian seorang piauwsu lengkap dengan senjatanya. Mereka berbicara dengan bebas
tanpa memperdulikan para pengungsi lain yang berada di
sekitar mereka. Kadang-kadang terdengar suara umpatan dan
caci-maki mereka di antara suara ketawa mereka yang keras.
Sebuah nada ketawa yang sumbang, karena mereka tertawa
untuk menutupi ketegangan hati mereka sendiri. Mereka
adalah para pekerja piauw-kiok yang meninggalkan
keluarganya di rumah. Mereka tidak tahu bagaimana nasib
anak istrinya yang terkena musibah bencana ini.
"Gila ! Mengapa penderitaan ini tidak juga selesai " Baru
saja kita menderita akibat peperangan besar lima tahun yang lalu".. dan belum juga kita sekarang dapat membenci luka-luka itu, kini datang lagi bencana yang lain," salah seorang dari mereka menggerutu.
"Itulah kalau Thian menjadi murka akibat ketamakan
manusia. Dari dulu orang selalu mengejar kemulian dan
kekayaan saja. Tak segan-segan manusia berbuat dosa dan
nista hanya demi kepentingan pribadi mereka sendiri. Mereka membunuh, merampok dan merusak nilai kehidupan mereka
sendiri, tanpa memperhitungkan segi-segi kemanusiaan dan
kesopanan. Mereka berlindung dalam panji-panji dan sebutan-sebutan yang muluk-muluk". demi kaum yang miskin dan
menderita".. demi rakyat yang tertindas?" demi tegaknya
keadilan".. Tapi mereka ternyata berbuat yang justru
berlawanan dengan azas peri-kemanusiaan itu sendiri?"!"
orang yang tertua di antara mereka menyambung dengan
nada berfilsafat. "Agaknya Ji-suheng masih belum hilang rasa penasarannya
akibat barang kawalan kita yang diganggu oleh anak buah
Keh-sim Siauw-hiap itu?"" orang yang pertama tadi berkata
lagi sambil tersenyum mengawasi kawan-kawannya yang lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu saja?"! Akupun masih mendongkol juga sampai
sekarang. Sudah dua kali ini Keh-sim Siauw-hiap dan anak
buahnya mengganggu Kim-liong Piauw-kiok kita. Tujuh bulan
yang lalu mereka mencegat dan merampas barang kawalan
kita sehingga suhu menjadi sangat marah. Kita bersama-sama dengan Thio Lung twa-suheng dikirim suhu untuk meminta
barang kawalan yang dirampas itu di sarang mereka, Tapi
dengan mudah kita dikalahkan oleh mereka dan twa-suheng
dilukai pula. Kini mereka kembali merampas barang-barang
kita lagi tanpa kita dapat berkutik sama sekali untuk
melawannya". Sungguh penasaran sekali, bukan ?" yang lain
lagi turut berbicara dengan mata melotot.
"Mereka memang sangat lihai dan kita bukan lawan
mereka".. Apalagi Keh-sim Siauw-hiap itu ! Agaknya suhu
sendiri juga belum dapat menyamai kesaktian si Keh-sim
Siauw-hiap yang hebat itu".." orang yang dipanggil ji-suheng itu menghela nafas berat.
"Lalu bagaimana nasib Kim-liong Piauw-kiok kalau setiap
barang kawalannya mesti dirampok orang tanpa dapat
merebutnya kembali " Selain orang tidak akan percaya lagi
pada kita, harta benda kitapun akan habis pula untuk
mengganti barang-barang yang telah hilang.. Dan bagaimana
kita harus memberi makan anak-istri kita di rumah ?"
"Hmm?" dan perampok-perampok itu dengan enaknya
bilang bahwa barang-barang itu akan mereka bagi kepada
kaum miskin yang membutuhkannya ! Huh ! Aku tidak percaya
! Paling-paling juga akan mereka makan sendiri !"
Yang Kun yang ikut mendengarkan percakapan mereka,
turut menjadi penasaran pula di dalam hati. Pemuda itu
memang benci sekali kepada segala macam pembunuh dan
perampok, karena hal itu akan mengingatkan dia kepada para musuh besarnya yang telah membantai orang tua dan paman-pamannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa tuan menghina Keh-sim Siauw-hiap ?" tiba-tiba
terdengar suara parau di belakang mereka. Otomatis
semuanya menoleh dengan cepat.
Seorang laki-laki berpakaian penuh tambalan tampak
mendatangi ke arah mereka. Beberapa langkah di
belakangnya tampak mengikuti dua orang temannya dengan
baju yang penuh tambalan pula. Mereka memandang
rombongan piauw-su itu dengan rasa tak senang. Dan ketika
berhenti di depan para piauw-su itu mereka mengeluarkan
tongkat kecil dari besi yang terselip di masing-masing
pinggangnya. "Tiat-tung Kai-pang (Perkumpulan Pengemis Bertongkat
besi)"..!" terdengar seruan tertahan dari beberapa orang
yang mengenal mereka. Terkejut juga orang-orang dari Kim-liong Piauw-kiok itu
demi mendengar siapa sebenarnya orang yang kini sedang
berdiri di hadapan mereka. Sebagai orang dari sebuah
perusahaan pengawalan barang, sesungguhnya mereka tidak
ingin menanam permusuhan dengan siapapun juga. Apalagi
bermusuhan dengan sebuah perkumpulan yang terkenal dan
banyak anggotanya. Hal seperti itu hanya akan mengganggu
bidang pekerjaan mereka saja. Tapi meskipun begitu, bukan
berarti bahwa orang-orang dari sebuah perusahaan
pengawalan barang adalah orang-orang yang sangat penakut
dan tidak berani berkelahi, sama sekali bukan ! Justru
sesungguhnya mereka itu adalah jago-jago berkelahi yang
bekerja dengan modal kekuatan dan otot mereka !
Maka sebelum adik-adik seperguruannya menjawab
tantangan mereka, orang tertua dari para piauw-su itu bangkit menyongsong ketiga orang itu.
"Ah, apakah kami sekarang sedang berhadapan dengan
saudara-saudara dari Tiat-tung Kai-pang ?" sapanya halus.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak salah ! Kami bertiga memang anggota Tiat-tung Kaipang. Dan harap tuan ketahui juga bahwa ketua kami adalah
sahabat karib dari Keh-sim Siauw-hiap"."
"Huh !" Tiba-tiba terdengar suara orang mendengus di antara
orang-rang Kim-liong Piauw-kiok yang duduk menggerombol
itu. Dengus yang bernada menghina atau meremehkan lawan
! Tentu saja ketiga orang pengemis itu menjadi tersinggung karenanya. Mereka menoleh ke arah orang-orang piauw-kiok
itu dengan melotot dan mencari orang yang telah
mengeluarkan suara dengusan tadi.
Yang Kun yang kebetulan juga sedang menatap mereka
dengan pandangan tak suka, malahan dicurigai oleh para
pengemis itu. Ketiga orang itu memandang Yang Kun dengan
mata mendelik ! Padahal suara dengusan itu keluar dari mulut orang termuda Kim-liong Piauw-kiok yang duduknya memang
berada di dekat Yang Kun.
Agaknya orang piauw-kiok yang bangkit menyongsong
mereka tadi mencium suasana yang membahayakan itu.
Mereka dengan tergesa-gesa ia meloncat menengahi di antara mereka dan berusaha menenangkan hati ketiga pengemis itu.
"Sam-wi (saudara bertiga), maafkan kelancangan suteku".!
Jangan saudara masukkan di dalam hati".. Marilah kita
berbicara secara baik-baik ! Anu".. bolehkan kami
mengetahui maksud sam-wi semua menghampiri tempat kami
di sini " Adakah sesuatu hal atau kesalahan yang telah kami perbuat sehingga tanpa sengaja telah merugikan sam-wi ?"
"Jangan berpura-pura tidak tahu. Kalian telah melakukan
suatu kesalahan besar. Kalian telah menghina dan
memperolok-olokkan Keh-sim Siauw-hiap yang menjadi
sahabat kami para fakir miskin." salah seorang dari para
pengemis itu membentak. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huh ! Musang berbulu domba. Pura-pura menjadi pembela
para fakir miskin. Tapi hal itu cuma untuk kedok saja. Sekali perampok". ya". tetap perampok !" orang yang mendengus
tadi mengeluarkan suara mengejek lagi.
"Bangsat ! Keluar kau dari tempat itu !" pengemis yang
pertama berteriak marah. "Jit-te (adik ke 7)".!" Orang yang tertua diantara para
piauw-su itu memperingatkan pula adiknya yang ringan mulut itu.
Terlambat. Pengemis itu telah meloncat dan menerkam ke
arah". Yang Kun ! Orang yang disangkanya telah
mempermainkan dirinya. Tentu saja pemuda itu kaget bukan
main ! Dengan gesit pemuda itu menghindar ke samping.
"Duaaaarrr?""
Lantai tempat di mana Yang Kun baru saja duduk telah
hancur berkeping-keping terkena tongkat besi si pengemis.
Meskipun begitu pecahan-pecahan batu itu telah mengotori
pakaian Yang Kun, sehingga pemuda itu menjadi marah juga.
Tapi sebelum pemuda itu melayani mereka, orang termuda
dari Kim-liong Piauw-su itu telah maju menghalanginya.
"Saudara".. maafkan ! Agaknya mereka salah mengenali
lawannya. Silahkan saudara menyingkir! Biar kuhadapi
dia?"!" "Jit-te, jangan sembrono?"!"
"Ji-suheng ! Biarkah aku melepaskan rasa sesak di dadaku
ini. Aku bisa gila kalau tidak melampiaskannya?""
Dan orang termuda dari Kim-liong Piauw-kiok itupun
meloloskan sebuah cambuk panjang dari pinggangnya. Lalu
dengan kaki direnggangkan ia menghadapi pengemis yang
marah itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gelandangan bermata buta ! Kau lihatlah aku ! Inilah
orang yang telah mendengus dan mengejekmu tadi".. Bukan
dia ! Dengarlah pula, bahwa aku memang sangat benci
kepada Keh-sim Siauw-hiap ! Maka kalau engkau telah
menjadi begundalnya dan ingin membela dia?".. nah,
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
silahkan kau maju !"
"Kau memang bosan hidup !" pengemis itu berteriak
mengguntur. Tongkatnya yang sepanjang lengan itu diayun ke depan, ke
arah kepala lawannya. Suaranya mencicit saking kuatnya
pengemis itu mengayunkan tongkatnya. Tapi jago dari Kimliong Piauw-kiok itupun juga tidak mau kalah gertak.
Cambuknya yang berjuntai panjang itu ia sabetkan pula ke
depan untuk menyongsong tongkat lawan. Dan sekali lagi
terdengar suara menggelegar yang memekakkan telinga,
ketika dua buah kekuatan yang terlontar itu bertemu di udara.
"Duaaaaaarr?""
Para pengungsi yang terdiri dari wanita dan anak-anak
menjerit serta berlarian menyelamatkan diri dari tempat itu.
Suasana di tempat tersebut menjadi kacau balau tidak keruan.
Anak-anak kecil menjadi ketakutan dan menangis dalam
gendongan ibunya. Sementara itu kedua orang itu masih melanjutkan
pertempuran mereka. Keduanya bergeser ke arah halaman, di
mana tempatnya lebih luas dan lebih leluasa untuk
menggerakkan senjata mereka. Suara ledakan cambuk mereka
terdengar berdentam-dentam di udara, memanggil para
pengungsi yang lain untuk datang ke tempat itu. Sehingga tak lama kemudian halaman rumah itu telah penuh dengan
pengungsi yang ingin menyaksikan pertempuran dahsyat itu.
Ketika beberapa saat kemudian tampak oleh rombongan
piauw-su itu, adik seperguruan mereka terdesak oleh tongkat lawan, dua orang di antara mereka lalu terjun membantu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja kedua orang pengemis yang lain juga tidak tinggal diam pula. Mereka turun juga ke dalam arena pertempuran
membantu kawannya, sehingga akhirnya terjadi pertempuran
tiga melawan tiga di tengah-tengah halaman itu.
Empat orang piauw-su yang lain, di antaranya adalah jisuheng mereka itu, tampak masih menonton di pinggir dengan perasaan tegang. Agaknya mereka kini telah menyadari bahwa kepandaian para pengemis dari Tiat-tung Kai-pang rata-rata memang lebih tinggi dari pada kepandaian mereka.
"Sam-te (adik ke 3), hari-hari keruntuhan Kim-liong Piauwkiok kita agaknya telah berada di depan mata?"" orang tua
dari rombongan piauw-su yang disebut sebagai ji-suheng oleh kawan-kawannya itu berdesah perlahan kepada orang yang
berada disampingnya. "Kau lihat ! Dalam dua hari ini saja kita telah tertimpa bencana dua kali. Barang kawalan kita telah dirampas orang?" kuda dan gerobak angkutan kitapun
dihancurkan gempa !"
"Dan Kini".. kini agaknya akan mendapat malu pula karena
dikalahkan orang !" kawannya menyambung. ?".. Masa
kejayaan Kim-liong Piauw-kiok agaknya memang telah
lampau." "Taaar ! Taaar ! Taaar !"
Suara lecutan cambuk ketiga orang piauw-su yang
bertempur di dalam arena itu semakin jarang terdengar.
Jangankan untuk meledakkan ujung cambuknya, sedang
untuk bertahan saja mereka semakin tampak kerepotan.
Tongkat besi lawan yang besarnya tak lebih daripada besar
ibu jari mereka itu terdengar mengaung-gaung di sekitar
tubuh mereka. Lambat tapi pasti, tongkat besi itu mengurung dan mendesak mereka.
Dibandingkan dengan lawannya, orang-orang dari Tiat-tung
Kai-pang itu memang tampak lebih gesit dan lebih tinggi
kepandaiannya, sehingga biarpun orang-orang dari Kim-liong Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Piauw-kiok itu akan maju semua, rasa-rasanya juga tidak akan menang. Gerakan ketiga orang pengemis itu benar-benar
sangat tangkas dan hebat. Terutama si pengemis yang datang pertama kali tadi ! Ayunan tongkatnya sangat kuat dan tak
terlawan oleh ketiga orang musuhnya. Suaranya mendesingdesing di udara seperti digerakkan oleh tenaga raksasa.
Siapapun yang berani menangkis tangan maupun senjatanya
tentu akan terlempar dari tempatnya.
"Apa boleh buat ! Sam-te, mari kita bantu saudara-saudara
kita ! Biarlah". kita tidak usah memperdulikan apa kata orang terhadap kita. Biarlah kita dikatakan orang sebagai tukang keroyok." ajak ji-suheng kepada saudara-saudara yang lain.
Keempat piauw-su itu segera melolos cambuk mereka, lalu
secara bersama-sama mereka terjun membantu kawankawannya yang telah terdesak di tengah-tengah arena.
Tampaknya ketiga orang pengemis itu juga telah
memperhitungkan kemungkinan itu. Buktinya mereka tidak
merasa kaget sedikitpun melihat datangnya bala bantuan itu.
Pengemis yang pertama itu malah tertawa terkekeh-kekeh
menyambut mereka. "Hahaha?" kenapa tidak sejak tadi kalian maju ke arena
ini".. Kalian boleh melihat sekarang macam apa kami bertiga ini. Sehingga lain kali kalian akan berpikir dulu beberapa kali sebelum mengejek dan menghina orang."
"Kurang ajar?"! Siapa yang mulai mengejek dan
menghina orang " Kalian benar-benar pandai omong ! Siapa
yang mula-mula menghardik kami bersaudara tadi " Bukankah
kalian yang mencari gara-gara terlebih dahulu ?" orang
termuda dari rombongan piauw-su yang ringan mulut itu
berteriak marah. "Benar ! Tapi bukankah pihakmu juga yang mula-mula
mengejek dan menjelek-jelekkan nama Keh-sim Siauw-hiap ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lhoh ! Mengapa kami mesti tidak boleh memaki-maki Kehsim Siauw-hiap " Orang itu adalah musuh kami. Dia
merampok barang-barang kami ! Mengapa kami tidak boleh
memakinya " Apakah kita justru diharuskan untuk berterima
kasih atas dirampoknya barang-barang kami itu " Begitukah ?"
"Persetan ! Kami tidak perduli ! Pokoknya kalau kalian tidak meminta maaf atas hinaan kalian kepada Keh-sim Siauw-hiap
itu kami akan menyeret kalian kehadapan Keh-sim Siauw-hiap sendiri!"
"Bangsat ! Jangan harap dapat memaksa kami?""..!"
Dan pertempuran tiga melawan tujuh orang itu makin
menjadi seru dan ramai. Biarpun dikepung oleh tujuh orang
bersenjata cambuk, ternyata ketiga pengemis dari Tiat-tung Kai-pang itu tidak mengalami kesukaran sama sekali. Agaknya mereka tadi memang belum mengeluarkan seluruh
kepandaian mereka. Sementara itu di luar kalangan telah penuh dengan para
pengungsi yang ingin menyaksikan perkelahian tersebut. Yang Kun yang berdiri di deret paling depan tampak meremas-remas telapak tangannya dengan perasaan tegang. Pemuda
itu benar-benar mengkhawatirkan nasib para piauwsu dari
Kim-liong Piauw-kiok tersebut. Bagaimanapun lihainya mereka, ketiga orang pengemis itu masih berada di atas kepandaian
mereka. Dan kekhawatiran pemuda itu segera terbukti ketika secara
tiba-tiba terdengar suara teriakan kesakitan dari piauwsu
termuda yang ringan mulut itu. Tubuhnya tampak terhuyunghuyung dari arena pertempuran. Lalu jatuh terlentang di atas tanah. Mati ! Perutnya terobek lebar oleh tongkat besi
lawannya. Darah mengalir membasahi besi lawannya.
Darahnya mengalir membasahi tanah di bawahnya. Yang Kun
tersentak ! Tiba-tiba terbayang di benaknya wajah mendiang ayahnya yang jatuh berlumuran darah di atas lantai gedung
itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jit-te (adik ke 7)"..!" Para piauwsu itu serentak menjerit dengan hati pilu.
orang yang tertua diantara mereka bermaksud keluar dari
kancah pertempuran untuk menengok adiknya tersebut justru
termakan lagi oleh tongkat besi lawannya.
"Aduuuuhh?".!"
Orang itu terkulai dengan dada tertembus tongkat besi !
Tubuhnya terkapar di atas tanah menyusul adiknya.
Para penonton mulai bubar ketakutan. Yang Kun yang
belum hilang rasa kagetnya itu semakin muak dan pening
kepalanya. Kini tidak saja wajah ayahnya yang terbayangbayang di depan matanya ?" tapi wajah paman dan ibunya
juga turut menggoda di depannya.
"Berhentiii?"!" mendadak pemuda itu berteriak sekuatkuatnya. Untung Yang Kun berteriak hanya sekedar untuk
menghentikan perkelahian dan juga hanya sekedar untuk
menghentikan perkelahian dan juga hanya sekedar untuk
menghilangkan bayang-bayang yang menggoda hatinya.
Coba, pemuda itu mengerahkan Lion-cu-i-kangnya, mungkin
akan terjadi bencana kematian di antara orang-orang yang
berada di tempat penampungan pengungsi itu. Meskipun
demikian suaranya yang keras itu mengagetkan juga pada
semua orang. Termasuk pula orang-orang yang sedang
berkelahi. "Mengapa saudara menghentikan pertarungan kami ?"
pengemis dari Tiat-tung Kai-pang itu membentak pula.
Pemuda itu melangkah ke depan, menghampiri ketiga
orang Tiat-tung Kai-pang itu dengan pelan. Wajahnya tampak pucat menahan geram. Dan semua orang mengikuti
langkahnya dengan perasaan tegang pula. Mereka tidak tahu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apa yang akan dikerjakan oleh pemuda tinggi kurus itu setelah menghentikan pertarungan para jago-jago silat tersebut.
Pemuda itu berhenti tiga empat langkah di depan orangorang Tiat-tung Kai-pang tersebut. Matanya yang mencorong
dingin itu menatap dengan tajam ke tiga orang pengemis yang berdiri congkak di depannya. Beberapa saat lamanya mereka
saling beradu pandang untuk mengukur kekuatan masingmasing. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh orang-orang Kim-liong Piauw-kiok untuk menengok kedua orang saudara
mereka yang tergeletak di atas tanah. Sementara di antara
para penonton juga telah bertambah dengan dua orang lain,
yaitu sepasang gadis cantik berpakaian hitam-hitam.
Keduanya tampak memandang dengan penuh perhatian ke
tengah-tengah arena. "Kudengar kalian berdua adalah seorang pengemis yang
tergabung dalam Tiat-tung Kai-pang." Yang Kun mulai
berbicara. "Tidak salah ! Saudara mau apa " Mau membela kawankawanmu itu " Majulah !"
"Kurang ajar?".! Kalau semua pengemis sedemikian kejam
dan sombong seperti kalian, betapa akan tidak amannya dunia ini. Sedikit-sedikit suka membunuh orang. Mengemis tidak
diberi". lalu membunuh orang !" Yang Kun menggeram
marah. "Apa pedulimu " Kalau berani, majulah ! Kalau tidak,
lekaslah pergi dari tempat ini. Pergilah menyusu ke dada
ibumu?".!" Hinaan itu benar-benar keterlaluan. Dan tanpa disadari
juga menyinggung pada tempat yang rawan di hati Yang Kun.
Pemuda itu seperti diingatkan kembali kepada kematian
ibunya yang menyedihkan ! Tampak wajah pemuda itu
menjadi merah padam. Tulang-tulangnya terdengar gemertak
menahan aliran Liong-cu-i-kang yang membanjir melanda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seluruh urat-urat darahnya. Dan ketiga orang pengemis itu
agaknya juga menyadari akan bahaya itu. Maka sebelum
pemuda itu selesai mengerahkan lweekangnya, ketiga orang
itu serentak menerjangnya terlebih dahulu.
"Awas serangan?"".!"
Tiga buah tongkat besi itu menghantam dengan kekuatan
yang dasyat ke arah tubuh Yang Kun. Debu di sekitar pemuda itu bagai tersibak kesegala penjuru saking hebatnya ketiga orang itu mengerahkan tenaganya. Yang Kun merasa kaget
juga menyaksikan kehebatan lawan. Tapi kemarahan pemuda
itu telah sampai di puncak ubun-ubunnya. Tak seorangpun di dunia ini yang mampu menakut-nakuti dirinya lagi.
Seperti gerakan seekor belalang Yang Kun melentingkan
tubuhnya ke samping menghindarkan diri. Bagaimanapun juga
ia belum yakin benar akan kekuatan lweekangnya. Selama ini ia hanya mengenal kekuatan lweekang paman dan ayahnya,
serta yang paling akhir ini adalah nenek buyutnya. Dan
semuanya itu dia anggap sangat hebat pula. Tak seorangpun
di antara mereka yang mampu dia kalahkan. Oleh sebab itulah sekarang pemuda tersebut juga masih ragu-ragu akan
kemampuan dirinya. Dia masih ragu-ragu untuk
membenturkan tenaganya. "Blaaaaaar?"?".!"
Tiga buah tongkat besi itu menghantam tanah dengan
keras sekali. Untuk beberapa saat lamanya tempat itu menjadi gelap oleh debu yang berhamburan ke mana-mana. Ketiga
orang pengemis itu tampak telah bersiap-siap kembali dengan serangannya, sementara Yang Kun masih juga menghindari
batu-batu kerikil yang berhamburan ke arah dirinya.
Ketiga orang pengemis itu berpencar ke samping. Mereka
bermaksud menyerang lawannya dari tiga jurusan. Dan selagi Yang Kun masih disibukkan oleh debu yang berhamburan ke
arahnya, ketiga orang itu kembali menyerang secara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berbareng. Mereka menyerang dengan kekuatan penuh
seperti tadi. Seorang menyerang bagian kaki, sedang dua
orang lainnya menggempur bagian kepala dan dada ! Tongkat
mereka tampak bergetar saking kuatnya mereka menyalurkan
tenaga. Hembusan angin serangan mereka sungguh-sungguh
mengagetkan pemuda itu. Tahu-tahu serangan itu telah
melanda dirinya. Terutama serangan lawan yang tertuju ke
arah kepalanya. Begitu pemuda itu menyadari bahaya yang
datang, tongkat itu sudah berada di depan alis matanya.
Padahal serangan lawan yang lain juga telah memburu
datang. Tak ada kesempatan lagi bagi Yang Kun untuk mengelak.
Serangan tongkat lawan sungguh di luar dugaan cepatnya.
Apa boleh buat, terpaksa pemuda itu memberanikan diri untuk membentur senjata lawan dengan sisi tangannya. Lebih baik
menderita patah lengan dari pada harus mati karena kepala
pecah, pemuda itu membatin.
Meskipun begitu Yang Kun tetap masih berusaha
menghindari benturan langsung. Dengan sedikit
menggeliatkan badannya Yang Kun menghantam ke arah
tongkat lawan yang datang. Untuk melindungi dirinya sedapat mungkin, pemuda itu mengerahkan seluruh tenaga Liong-cu-ikang kearah lengannya ! Terdengar suara berdesis dari
mulutnya, seperti suara ular senduk yang sedang marah ! Dan bersamaan dengan benturan yang terjadi, pemuda itu masih
dapat menghindari kedua serangan lawan yang lain.
"Kraaaaak !" "Aduuuuuuuuh?".!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 7 Yang Kun terdorong keras ke samping terhuyung-huyung.
Tenaga pengemis itu memang sangat hebat, apalagi
kedudukannya memang lebih menguntungkan. Begitu dapat
berdiri tegak kembali, yang pertama-tama diperbuatnya oleh Yang Kun adalah memeriksa lengan tangannya. Melihat lengan itu tetap dalam keadaan baik dan tidak kurang suatu apa,
begitu juga badannya, pemuda tersebut malah menjadi
terheran-heran di dalam hati. Cepat pemuda itu menoleh ke
arah lawannya. "Aduuuh?".. oh?".. gatal?""..! Gataaaaal?"..! Gatal
dan panaaas ?".! Argggg?"..!"
Yang Kun ternganga. Tampak di depan matanya pengemis
yang beradu tenaga dengan dia tadi terguling-guling di atas tanah dalam keadaan sekarat. Dari seluruh lubang di tubuhnya mengalir darah segar. Dan tidak lama kemudian orang itu
menghembuskan nafasnya yang penghabisan dalam keadaan
yang sangat mengerikan. Untuk sesaat suasana di tempat itu menjadi hening sepi.
Semua orang tidak menyangka sama sekali kalau pengemis
yang amat lihai itu akan mati dengan begitu mudahnya. Dan
kedua orang pengemis yang lain tampak termangu-mangu
pula seperti tidak percaya pada apa yang telah terjadi. Tapi begitu menyadari pada apa yang telah terjadi, mereka menjadi sangat marah sekali. Dengan berteriak keras mereka
meloncat, menyerang ke arah pembunuh yang telah
menghabisi nyawa temannya.
Sekarang Yang Kun telah yakin pada kemampuan ilmunya.
Maka melihat kedua orang lawannya yang lain menyerbu ke
arah dirinya, ia sudah tidak merasa ragu-ragu lagi. Kembali dikerahkannya Lion-cu-i-kang sepenuhnya ke arah lengan.
Begitu serangan mereka tiba, pemuda itu menyongsong
dengan kedua belah tangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kraaaak?"..!"
"Auuuugh?""!"
Seperti 2 buah layang-layang putus, tubuh kedua orang
pengemis itu terlontar kembali dengan nyawa melayang dari
tubuhnya. Mereka jatuh berdebam di tanah dengan darah
mengalir dari semua lubang tubuhnya. Kulit mereka menjadi
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
merah bagai kepiting yang baru saja direbus. Selain digempur dengan tenaga dalam yang sangat hebat, ternyata kedua
orang itu menderita keracunan yang mematikan pula.
Yang Kun memandang kepada korbannya dengan
termangu-mangu, lalu mengawasi kedua belah telapak
kakinya yang terbenam ke dalam tanah. Tampak wajahnya
sedikit muram. Timbul juga perasaan menyesal di dalam hati pemuda itu. Sebenarnya tak ada niat di hatinya untuk
membunuh mereka. Maka pemuda itu hanya melirik saja
ketika para piauw-su dari Kim-liong Piauw-kiok menjura
menyatakan rasa terima kasih mereka. Sedikitpun ia tidak
merasa gembira atas kemenangan itu.
"Saudara tadi mengatakan bahwa dunia ini tidak akan
aman lagi kalau ada orang yang sedikit-sedikit suka
membunuh orang".. Lalu apa bedanya perbuatan saudara ini
dengan para pengemis itu ?" tiba-tiba terdengar suara
perlahan dari tengah-tengah penonton.
Tersentak Yang Kun dari lamunannya. Dilihatnya dua orang
gadis berparas manis datang menghampiri dirinya. Pakaian
hitam-hitam yang mereka kenakan benar-benar tampak
menyolok di antara kulit mereka yang putih bersih. Sebuah
pedang pendek tampak tergantung pada masing-masing
pinggangnya. Yang Kun tergagap tidak dapat menjawab pertanyaan
mereka. Setelah semua kemarahannya hilang pemuda itu
memang merasa menyesal atas perbuatannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, bukankah saudara tidak dapat menjawabnya " Maka
untuk selanjutnya saudara tidak usah membual dengan katakata yang muluk-muluk, karena saudara sendiri ternyata juga bukan orang yang baik. Dalam hal ini ternyata saudara tidak ada bedanya pula dengan orang-orang Tiat-tung Kai-pang itu.
Malah kalau ditimbang, saudara justru lebih kejam dan bengis daripada mereka. Mereka cuma membunuh dua orang
sementara saudara membunuh tiga orang".."
"Benar ! Aku memang terlalu terburu nafsu sehingga
menjadi lupa diri"." Yang Kun mengakui dengan gagah.
"Tapi penyesalan saudara itu sudah terlambat !
Bagaimanapun saudara telah menanam bibit permusuhan
dengan Tiat-tung Kai-pang dan ". Keh-sim Siauw-hiap."
"Apa boleh buat ! Nasi telah menjadi bubur".. Aku tidak
takut, apalagi ingkar !" Yang Kun berkata dengan dada
tengadah. "Bagus ! Saudara memang seorang ksatriya tulen !
Sekarang bersiaplah"..!" kedua gadis berbaju hitam itu
membentak. "Bersiap?"" Apa maksud nona " Apakah?"?" Yang Kun
terperanjat setengah mati. Sedikitpun dia tidak mengetahui apa maksud kedua orang gadis manis tersebut.
"Mereka berdua adalah anak buah Keh-sim Siauw-hiap !"
salah seorang dari para piauw-su itu membisiki Yang Kun.
"Harap tuan berhati-hati ! Kepandaian mereka sangat tinggi.
Lebih tinggi dari pada kepandaian orang-orang Tiat-tung Kaipang itu."
"Hah "!" Anak buah Keh-sim Siauw-hiap?"?" pemuda itu
ternganga. "Perkataan piauw-su itu adalah benar". kami memang para
pembantu dari Keh-sim-Siauw-hiap. Mereka telah mengenal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami dengan baik. Apakah sekarang saudara menjadi takut ?"
gadis manis tersebut berkata dengan tandas.
Tersinggung kembali rasa keangkuhan pemuda itu.
"Hmh".. takut " Gila ! Mana ada kata-kata takut di hatiku "
Majulah ! Apabila aku sampai kalah melawan kalian, aku akan membunuh diri didepan hidungmu !" serunya marah.
"Oh". Tuan, ja". jangan terlalu memandang rendah gadis
itu ! Dialah yang merampas barang kawalan kami.
Kepandaiannya benar-benar sangat tinggi".." piauw-su tadi
memegang tangan Yang Kun dengan khawatir.
"Ah, tak usah saudara bersumpah seperti itu. Sedikitpun
kami tidak ingin melihat saudara membunuh diri di hadapan
kami. Nah, sekarang pilihlah di antara kami berdua, yang
mana di antara kami yang akan saudara lawan ?" gadis itu
berkata tenang. Keangkuhan pemuda itu kembali tersentuh oleh perkataan
gadis tersebut. "Memilih " Huh ! Membuang-buang waktu saja. Majulah,
nona berdua sekalian, biar lekas beres !"
Kedua gadis itu justru terlongong-longong seperti orang
kehilangan akal melihat kesombongan Yang Kun. Begitu pula
orang-orang lainnya. Para piauw-su yang berada di dekat
Yang Kun menatap pemuda itu dengan perasaan aneh.
Waraskah pemuda ini "
"Tuan"." Adakah tuan bersungguh-sungguh " Maaf"..
kami bukan tidak mempercayai kepandaian tuan, tetapi".
tetapi".. sesungguhnyalah kedua wanita itu mempunyai
kepandaian yang sangat tinggi. Kami tujuh bersaudara telah dikalahkan hanya oleh salah seorang diantara mereka"."
seorang dari para piauw-su itu berbisik kembali.
"Sudahlah ! Silahkan saudara sekalian minggir. Tolong
bawa mayat-mayat itu sekalian"..!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Salah seorang dari kedua gadis berbaju hitam itu maju ke
depan. "Saudara agaknya ingin lekas-lekas membunuh diri. Tapi
kami tidak sekejam itu. Biarlah aku saja yang menghadapi
saudara".." katanya perlahan. "nah, lekaslah saudara
mengeluarkan senjata ! Biarlah kuhadapi dengan tangan
kosong." "Telah kukatakan tadi, majulah kalian bersama-sama ! Dan
hunuslah pedang kalian itu ! Atau kalian akan mati di sini tanpa sempat lagi mempergunakannya ?" Yang Kun
membentak tidak kalah garangnya.
"Saudara sungguh sangat takabur. Baiklah, akan kulihat
sampai di mana saudara dapat bertahan untuk tidak
mempergunakan senjata." gadis itu berkata sambil bersiapsiap untuk menyerang. "Majulah berbareng, kataku !" Yang Kun menjerit marah.
"Dan hunus pedang itu !"
Tubuhnya yang jangkung itu tiba-tiba mencelat ke depan
dengan cepat sekali. Begitu cepatnya sehingga gadis yang
berada di depannya itu menjadi terkejut sekali. Kali ini Yang Kun memang mengerahkan seluruh kepandaiannya. Dia tidak
mau berlaku setengah-setengah lagi. Dari mulutnya terdengar suara desis yang mengerikan.
Gadis itu meloncat ke samping sehingga serangan Yang
Kun menemui tempat kosong. Lalu dengan tidak kalah
gesitnya gadis tersebut memukul Yang Kun dari arah samping.
Hembusan angin panas menerjang pemuda itu bersama-sama
dengan serangan yang menuju pinggangnya.
Begitu menjejakkan kakinya di atas tanah, Yang Kun cepat
memutar badannya. Kedua belah tangannya segera
menyongsong ke depan untuk memapaki pukulan lawan.
Gadis itu tampak mengerahkan seluruh tenaganya guna
menindih tenaga Yang Kun yang terlontar ke arah dirinya. Tapi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gerakan pemuda itu ternyata hanya merupakan gerak tipu
saja. Sebelum kedua belah tangan mereka saling berbenturan, Yang Kun segera menarik serangannya dan menggantinya
dengan cengkraman ke arah gagang pedang lawan yang
masih tergantung di atas pinggang.
Gadis itu menyentakkan tangannya kembali dengan kaget.
Kakinya melangkah selangkah untuk menghindari cengkraman
lawan yang datang. Tetapi bukan main kagetnya gadis itu
ketika dilihatnya lengan lawan yang terulur ke arah gagang pedangnya tersebut mulur (bertambah panjang) menjadi satu
setengah kali lipat dari lengan manusia biasa. Maka tak ampun lagi senjatanya telah berpindah ke tangan lawannya itu.
Begitu berhasil merampas pedang lawannya, Yang Kun
segera melenting ke arah gadis yang lain. Pedang
rampasannya ia sabetkan ke arah leher gadis yang masih
berada di pinggir arena tersebut. Selain sangat cepat gerakan pemuda itu benar-benar tidak terduga oleh lawannya.
Memperoleh serangan yang begitu mendadak, gadis itu
menjadi kelabakan. Otomatis tangannya mencabut pedang
pendeknya, lalu dengan gugup berusaha untuk menangkis
serangan tersebut sedapatnya.
"Trang !" Bunga api berpijar ketika kedua buah senjata itu saling
berbenturan di udara. Tampak tubuh si pemuda berjumpalitan lebih dahulu di udara sebelum dengan manis mendarat di atas tanah. Sedang si gadis tampak memutar badannya setengah
lingkaran untuk mengurangi daya tekan lawan yang hebat.
Dan begitu berdiri tegak gadis itu secara kebetulan berada di belakang punggung lawannya, sehingga dengan enak gadis itu memanfaatkan kesempatan tersebut untuk membokong lawan
dari belakang. Jarak di antara mereka hanya 2 langkah saja. Maka
menurut aturan, serangan tersebut tak mungkin dielakkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lagi. Jalan satu-satunya untuk menyelamatkan diri hanya
dengan menangkis pedang itu. Tapi mana mungkin hal itu
dilakukan " Sebagai manusia normal, untuk menggerakkan
lengan tangan ke belakang sungguh suatu hal yang sulit dan amat kikuk sekali. Misalnya bisa, juga takkan dapat mengejar lagi kecepatan gerak lawan.
Tapi kali ini gadis itu ternyata juga terkecoh oleh kehebatan dan keanehan Kim-coa-ih-hoat seperti juga kawannya tadi".!
Gadis itu menjadi gembira bukan main begitu melihat
tusukan pedangnya telah menyentuh baju lawan. Tetapi
sedetik kemudian kegembiraan itu berubah menjadi kekagetan yang luar biasa. Dengan mata terbelalak gadis itu melihat
suatu hal yang menakjubkan dan mustahil dapat dilakukan
oleh manusia biasa. Gadis tersebut melihat lengan si pemuda terlipat ke belakang dengan siku tertekuk terbalik, sehingga pedang yang terpegang dalam tangannya dapat menangkis
pedang yang tertuju ke arah punggungnya.
Dan selagi gadis itu masih dalam keadaan tercengang dan
tertegun, Yang Kun menyerangnya kembali dengan
cengkeraman tangannya. Dengan mudah pedang si gadis
dapat dirampasnya. Dan tidak itu saja".. pundak si gadispun dapat ia cengkeram pula dengan tangannya. Lalu begitu
tangan itu bergerak, tubuh gadis itu terlempar ke arah
kawannya, sehingga dengan terburu-buru kawannya tersebut
menyanggahnya. "Hunuslah pedang dan majulah berbareng, kataku !" Yang
Kun berseru lantang. "Nah, apa kata kalian sekarang ?"
Kedua orang gadis itu terdiam tak tahu apa yang mesti
mereka katakan. Peristiwa yang menimpa mereka tadi masih
mencekam perasaan mereka. Demikian cepat dan
membingungkan seperti dalam mimpi saja.
Begitu juga para penonton. Banyak di antara mereka malah
tidak tahu apa yang telah terjadi dengan ketiga orang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tahu-tahu kedua orang gadis tersebut telah dikalahkan oleh pemuda itu. Begitu juga dengan orang-orang Kim-liong Piauwkiok. Mereka masih ternganga keheranan menyaksikan sepak
terjang pemuda yang menolong mereka itu. Sungguh tidak
mereka sangka sejak semula bahwa pemuda itu begitu
saktinya. "Baiklah ! Kali ini kami berdua mengaku kalah. Tapi
sebenarnya di dalam hati kami belum sepenuhnya mengaku
kalah. Saudara telah memanfaatkan waktu dan keanehan ilmu
silat saudara untuk menjebak kami. Jadi belum berarti kalau ilmu silat kami adalah lebih rendah dari pada ilmu silat
saudara. Hal itu dapat dibuktikan apabila kita bisa mengadu ilmu dengan tenang serta jujur"." salah seorang dari kedua gadis itu berkata.
"Hmh ! Begitukah pendapat kalian ?" Yang Kun
mendengus. "Apakah kalian berani bertaruh ?"
"Hal ini?"?"
Tiba-tiba terlihat sesosok bayangan berkelebat dengan
cepat sekali dari kerumunan para penonton. Bayangan itu
berjumpalitan beberapa kali di udara sebelum mendarat
dengan ringan di depan kedua gadis tersebut.
"Cici".," bayangan itu menoleh ke arah kedua orang gadis
tersebut penuh wibawa," ?" tak usah cici melayani tantangan pemuda ini ! Lebih baik cici pulang saja ke Meng-to (Pulau Mimpi)?".!"
"Nona Souw"..! Kami memang sedang mencari nona. Nona
disuruh pulang selekasnya !" kedua orang gadis itu berseru berbareng begitu mengetahui siapa yang datang. Kedua orang gadis berbaju hitam itu tampak sangat menghormat kepada
gadis cantik yang baru tiba tersebut.
Sementara itu di lain pihak Yang Kun menjadi sangat
terkejut sekali begitu melihat siapa yang datang di
hadapannya. Di pandangnya dengan seksama tubuh gadis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cantik yang hanya bertangan sebelah itu. Gadis yang tadi
dilihatnya membantu para pengungsi yang sakit. Gadis yang
sempat menyentuh perasaannya dan menimbulkan rasa iba di
dalam hatinya. Ternyata gadis cantik itu segolongan dengan mereka dan mempunyai kepandaian yang tinggi pula.
Gingkang yang baru saja dipertunjukkan tadi adalah ginkang tingkat tinggi.
Gadis cantik bertangan buntung itu menganggukkan
kepalanya. "Baik !" Aku memang sudah ingin pulang kembali. Ayolah,
kita berangkat bersama-sama !"
Lalu tanpa memperdulikan lagi pada Yang Kun, ketiga
orang gadis itu beranjak pergi meninggalkan tempat tersebut.
"Hei, kalau kalian tak mau lagi bertarung denganku,
kembalikan barang-barang kawalan para piauw-su yang telah
kaurampas itu !" Yang Kun berteriak di belakang mereka.
Gadis buntung itu berputar dengan cepat. Matanya yang
jeli dan lebar itu mengawasi Yang Kun dengan tajam. Sinar
kemarahan tampak di dalam pandang mata gadis itu.
"Kalau saudara menginginkan barang-barang itu kembali,
silahkanlah saudara mengambilnya di Meng-to pada tanggal
lima bulan depan?""!"
Yang Kun menjadi tergagap mendapat semprotan gadis itu.
Heran ! Hilang semua kegarangan dan kesombongannya
selama ini. "Aku".. aku". eh, bukan itu maksudku"..! Aku tidak
mempunyai sangkut-paut sebenarnya dalam hal ini. Aku tidak kenal dengan mereka," pemuda itu menerangkan. Jarinya
menunjuk ke arah rombongan piauw-su yang berdiri di
dekatnya. "Maka".. aku tidak bermaksud ke Meng-to
untuk?" menerima undanganmu itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huh ! Lalu apa maksudmu membantu mereka dan
membunuh kawan-kawan Keh-sim Siauw-hiap ini " Hanya
untuk gagah-gagahan dan memameran kepandaian saja ?"
Memang benar-benar mengherankan sekali. Sedikitpun
pemuda itu tidak menjadi marah atau tersinggung oleh
perlakuan gadis tersebut, membuat para penonton merasa
heran juga. Padahal tadi pemuda itu demikian garang dan
sombong bukan main. "Eh".. aku tadi hanya tidak menyukai ada kekejaman dan
kebengisan orang-orang Tiat-tung Kai-pang itu terhadap para piauw-su dari Kim-liong Piauw-kiok ini. Barang-barang mereka sudah dirampas, orangnya masih dihina dan dibunuh
pula?".." "Hmm?" itulah kalau orang terlalu usil dan suka
mencampuri urusan orang. Apakah saudara telah mengetahui,
mengerti atau memahami persoalannya ?"
"Ini?" ini". aku tidak tahu".."
"Nah, itulah ! Dan saudara telah mencampurinya. Tapi
semuanya sudah terlanjur. Saudara tidak boleh ingkar lagi.
Saudara telah membunuh sahabat-sahabat dari Keh-sim
Siauw-hiap?" dan itu berarti bahwa saudara telah tersangkut pula dalam urusan ini."
Yang Kun mengangguk tegas.
"Nona" aku memang tidak ingkar. Akan aku hadapi
semuanya, apapun yang terjadi."
"Bagus ! Bersiaplah mulai sekarang ! Jalan yang akan
saudara lalui tidak akan selicin dulu lagi. Banyak aral yang akan melintang di jalan karena perbuatan saudara ini !"
Gadis itu membalikkan badannya, lalu bergegas pergi
dengan diikuti oleh kedua orang temannya. Mereka keluar dari halaman itu dan lenyap di tikungan jalan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang-orang dari Kim-liong Piauw-kiok itu datang
mengelilingi Yang Kun untuk sekali lagi menyatakan rasa
terima kasih mereka. Tapi pemuda itu hanya mengangguk
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kecil, kemudian melangkah pergi dari tempat itu pula. Di dekat pintu halaman Yang Kun dihentikan oleh orang yang telah
menolong dirinya dan membawanya ke tempat ini.
"Tuan". apakah tuan tidak jadi bermalam di sini ?"
"ohh". tidak ! Terima kasih ! Saya bermaksud untuk
meneruskan perjalanan saya sekarang juga. Sekali lagi saya mengucapkan banyak terima kasih atas pertolongan tuan
itu"." Yang Kun menjura dengan hormat.
Kemudian pemuda itu meneruskan langkahnya. Tapi di
tengah pintu halaman pemuda itu menoleh lagi.
"Tuan". di manakah tuan mengubur nenek saya itu "
Maksud saya". di kampung mana ?"
"Oh, apakah tuan belum pernah ke tempat ini " Nenek itu
kami makamkan di dekat sumber air baru yang muncul di
sebelah selatan Hok-cung"."
"Hok-cung (Kampung kelelawar)" Di manakah itu ?"
"Ah, agaknya tuan memang bukan orang dari sini.
Kampung Hok-cung itu terletak di sebelah timur Pesanggrahan Delapan Dewa, yaitu sebuah pesanggrahan yang sering
dipergunakan oleh Baginda Kaisar Han apabila sedang ingin
menyendiri." "Terima kasih !"
*** Yang Kun berjalan dengan kepala tertunduk. Dia tak tahu
apa yang pertama-tama mesti ia lakukan setelah dirinya
terbebas dari penjara bawah tanah itu. Sebenarnya banyak
tugas-tugas yang harus dia selesaikan, antara lain mencari benda pusaka yang diwariskan oleh leluhurnya. Kemudian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga mencari musuh-musuh besar keluarganya yang telah
membantai ayah, ibu dan paman-pamannya. Setelah itu dia
juga mendapat tugas dari nenek buyutnya untuk mencari
seorang gembala yang bernama Pao Liang untuk mengantar
abu neneknya itu. Matahari telah mulai terbenam. Hari telah berangsur-angsur menjadi gelap. Yang Kun berjalan perlahan-lahan ke arah
kampung Hok-cung yang tadi telah ditunjukkan oleh
penolongnya. Ia bermaksud bertanya kepada seseorang
tentang arah yang benar, tapi sudah sekian lamanya dia
berjalan belum pernah sekalipun ia berjumpa atau berpapasan dengan seseorang. Apalagi jalan yang dia lalui sekarang
memang sebuah jalan gunung yang sunyi. Malam hari pula.
Baru sekarang pemuda itu memasuki pedusunan, ia baru
dapat melihat beberapa orang laki-laki duduk menggerombol
di sebuah gardu penjagaan kampung. Orang-orang itu
serentak berdiri begitu melihat dirinya. Seorang di antaranya lalu melangkah ke jalan dan menghentikan perjalanannya.
"Maaf, saudara siapa " Mengapa malam-malam begini
berjalan seorang diri ?"
Yang Kun mengerutkan keningnya. Ada sesuatu yang tidak
beres dilihatnya pada sikap orang itu. Seperti ada suatu
kecurigaan yang ditujukan kepada dirinya. Dilihatnya kawan-kawan dari orang itu juga telah turun ke jalan dan bersiap-siap menghadapi dirinya.
"Saudara".. aku seorang pengembara yang sedang
mencari sebuah kampung yang bernama Hok-cung. Namaku
adalah Yang Kun. Tolonglah". adakah di antara saudarasaudara sekalian yang mengetahui letak kampung tersebut ?"
pemuda itu menjawab pertanyaan dengan halus.
Tapi bukan main terkejutnya Yang Kun ketika orang-orang
itu tiba-tiba mengepung dirinya sambil mengacungkan senjata mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hah ! Agaknya engkau juga kawan dari para penculik dan
perampok itu, kurang ajar ! Akan kami tangkap engkau lebih dahulu sebelum engkau bergabung dengan teman-temanmu
itu." teriak orang itu dengan geram. Lalu orang itu menoleh ke arah kawan-kawannya yang telah bersiap-siap pula untuk
menyerang. "Tangkap orang yang mencurigakan ini ! Kita
sandera dia sebagai alat penukar untuk membebaskan gadisgadis kita yang telah diculik oleh teman-temannya !"
Dan tanpa berkata-kata lagi orang-orang itu segera
menyerang Yang Kun. Senjata mereka yang terdiri dari
bermacam-macam bentuk itu menyerang bagai hujan ke arah
tubuh pemuda tersebut. Tapi dengan tangkas Yang Kun meloncat ke atas,
melampaui kepala mereka, kemudian turun dengan ringan di
belakang orang-orang itu.
"Tahan ! Saudara-saudara harap bersabar ! Aku bukan
seorang perampok, apalagi menjadi seorang penculik gadis !"
teriaknya mendongkol. "Hmm, penipu ! Kawan-kawanmu dulu juga berkata begitu.
Katanya mau menolong warga kampung ini dari penderitaan
akibat serangan gempa, tak tahunya malah merampok dan
menculik gadis-gadis kami. Oleh karena itu sekarang kami
tidak akan percaya lagi pada omongan orang".."
Wah, repot sekali nih, pemuda itu berpikir. Tanpa
menundukkan mereka terlebih dahulu, tentu sangat sukar
untuk mengajak mereka bicara. Maka pemuda itu lalu bersiap-siap pula untuk menghadapi orang-orang yang sudah mata
gelap tersebut. Kedua tangannya ia tekuk di depan dada,
sedang badannya yang jangkung itu mendorong ke depan.
Dari mulutnya terdengar suara desisan yang mengalun
mengikuti gelombang pernapasannya. Tapi karena dia tidak
ingin mengulang kejadian seperti beberapa saat yang lalu, di mana pukulannya ternyata menewaskan ketiga orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengemis dari Tiat-tung Kai-pang, maka pemuda itu hanya
mengerahkan seperempat saja dari kekuatannya.
Ketika orang-orang itu menyerang kembali, Yang Kun
sengaja diam saja menanti. Dan begitu senjata mereka telah berada di depan matanya, kedua lengannya segera melayang
ke depan dengan cepatnya. Lebih cepat dari luncuran senjata lawan-lawannya. Dan di lain saat, jari-jarinya telah membagi totokan serta merampas senjata mereka. Gerakan pemuda itu
cepat bukan main sehingga sebelum orang-orang itu
menyadari keadaannya, senjata mereka telah berpindah
semuanya ke tangan Yang Kun.
Baru setelah mereka sadar apa yang telah terjadi, mereka
menjadi gemetar ketakutan. Mereka sungguh tidak
menyangka sama sekali bahwa pemuda tampan yang mereka
kepung dan akan mereka tangkap itu ternyata mempunyai
kesaktian yang sangat hebat.
Sementara itu setelah berhasil menguasai lawannya, Yang
Kun membuang senjata-senjata yang telah dirampasnya itu
melangkah menghadapi mereka lagi. Ditatapnya wajah orang
yang pertama-tama menghadang dirinya tadi.
"Apakah engkau yang memimpin semua kawan-kawanmu
ini ?" Dengan tubuh gemetar orang itu mengangguk.
"Nah, ceritakan kepadaku semuanya ! Apa yang telah
terjadi di tempat ini beberapa waktu lalu sehingga kalian
menyangka bahwa aku adalah salah seorang anggota dari
para perampok yang kalian benci."
Sambil mengusap peluh dingin yang mengalir di dahinya
orang itu menceritakan apa yang telah menimpa para gadis di kampungnya.
Setelah siang harinya terjadi bencana alam yang
menimbulkan banyak korban itu, pada sore harinya kampung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka kedatangan tiga orang laki-laki asing. Begitu datang, mereka langsung membantu para penduduk yang sedang ribut
mencari harta dan anggota keluarganya yang hilang atau
diduga tertimbun dalam reruntuhan rumah mereka masingmasing. Mereka pergi ke sana ke mari membantu orang-orang
yang memang sangat membutuhkan pertolongan.
Tidak tahunya perbuatan mereka itu hanya sebagai kedok
saja agar mereka bisa mengetahui siapa-siapa yang
mempunyai harta benda banyak dan anak gadis yang cantik.
Malam harinya mereka datang lagi dengan membawa belasan
orang kawan-kawannya untuk merampok dan menculik gadisgadis di kampung mereka itu.
Para perampok itu membawa hasil rampokan mereka ke
Hok-cung yang letaknya tak jauh dari kampung mereka itu. Di sana mereka berpesta-pora bersama-sama dengan teman-teman mereka yang lain dan disaksikan oleh penduduk
setempat yang gemetar ketakutan melihat kekejaman mereka.
Harta benda penduduk yang masih tersisa dan terhindar dari malapetaka mereka pakai untuk berpesta, sementara gadis-gadis yang mereka culik mereka ajak menari dan minum arak
secara paksa. Dan akhirnya pada pagi hari gadis-gadis itu
mereka perkosa secara bergantian. Siapa saja yang merintangi dan mengganggu perbuatan mereka tentu mereka bunuh
tanpa ampun. "Bangsat keji !" Yang Kun berteriak marah mendengar
penuturan orang itu. Matanya yang tajam itu mencorong
ganas sehingga orang-orang kampung itu menjadi semakin
ketakutan melihatnya. "Lagi-lagi perampok?"! Lagi-lagi perampok?"!" pemuda
itu menggeram dengan penuh penasaran. "Hei, mengapa
kalian tidak pergi ke kota yang terdekat untuk melaporkan
mereka" Mengapa kalian malah mencegati orang-orang yang
tidak bersalah ?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang-orang itu semakin gemetar tubuhnya. "Kami".. kami
tidak berani ". eh". tidak seorangpun dari kami yang berani berangkat ke kota untuk melapor. Se-selain itu".. tidak ada gunanya pula kalau kita melaporkannya. Sebab".. sebab kami dengar para perampok yang berada di kampung Hok-cung itu
justru baru saja kembali dari penyerbuan mereka ke kota.
Malah kata beberapa orang yang menyaksikannya, jumlah
mereka banyak sekali. Ribuan jumlahnya. Dan di kota,
perampok-perampok itu telah menyerbu dan merusak istana
kaisar sebelum mereka dihalau dan diceraiberaikan oleh
pasukan Yap Tai-ciangkun."
Bukan main terperanjatnya pemuda itu. Istana kaisar
diserang gerombolan perampok " Ah, tentu orang-orang ini
yang salah terka. Sungguh tidak masuk akal apabila kawanan perampok sampai berani menyerang kota raja. Apalagi sampai menyerbu istana ! Yang disangka sebagai perampok itu
tentulah gerombolan para pemberontak yang ingin membunuh
Kaisar Han, Yang Kun berpikir di dalam hatinya.
Yang Kun lalu teringat akan gerombolan pembunuh yang
mengadakan pertemuan di rumah Si Ciangkun di kota Tiekwan beberapa bulan yang lalu. Mungkinkah gerombolan itu
yang menyerang kota raja " Jikalau benar-benar mereka,
hmmm". sungguh kebetulan sekali baginya. Akan kubasmi
mereka sehingga tak seorangpun yang tersisa, pemuda itu
menggeram di dalam hati !
"Ayo, antarkanlah aku menemui perampok-perampok itu !
Akan kumusnahkan mereka semuanya !" Yang Kun menunjuk
kepada orang itu. "Ini". ini". anu, mana aku berani ke sana ?" orang itu
segera menyahut dengan muka pucat.
"Sudahlah ! Antarkan saja aku !" Yang Kun meloncat pergi
sambil menyambar lengan orang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu berteriak minta tolong kepada teman-temannya,
tapi tak seorangpun berani bergerak untuk menolong. Temantemannya malah bubar melarikan diri. Lenyap ditelan oleh
gelapnya malam. Yang Kun menurunkan orang itu di tempat yang sepi di
tengah tengah persawahan.
"Sekarang tunjukkan arahnya ! Di manakah letak dari
kampung Hok-cung itu ?"
"Baik?" a-akan saya tunjukkan !" orang itu menjawab
ketakutan. Yang Kun mengikuti orang itu sambil sibuk memikirkan apa
yang akan ia perbuat sesampai di tempat para perampok itu
nanti. Haruskah dia menghadapi gerombolan itu secara
terang-terangan " Ataukah dia mesti menghadapinya dengan
secara sembunyi-sembunyi dan main kucing-kucingan " Baik
kulihat dulu keadaan di sana, setelah itu baru kupikirkan
tindakan apa yang mesti kuambil, Yang Kun bergumam.
Langit biru bersih, Bintang-bintang bertaburan di angkasa
raya. Berkelap-kelip, sepintas lalu seperti mutiara yang
berserakan di atas beludru berwarna biru maya. Maka dari itu biarpun bulan belum tampak menampilkan diri, suasana jalan yang mereka lalui sudah tampak terang benderang.
Dari jauh telinga Yang Kun sudah dapat mendengar suara
gaduh yang suara ketawa para perampok yang berpesta di
kampung Hok-cung. "Itu mereka, tuan !" kembali orang yang mengantarnya
mengigil ketakutan. "Baik ! Kau pulanglah kembali ! Aku dapat mencari sendiri
sekarang." "Terima kasih, tuan. Terima kasih?"!" dengan sangat
gembira orang itu bergegas pergi meninggalkan Yang Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akhirnya Yang Kun meneruskan perjalanannya tanpa
penunjuk jalan lagi. Tapi suara gelak ketawa dari gerombolan perampok itu dapat ia pakai sebagai pedoman dari
langkahnya. Semakin lama gaung suara gelak ketawa mereka semakin
keras terdengar oleh tenaga pemuda itu, menandakan bahwa
kampung yang dicarinya tersebut telah berada di depan
matanya. Benarlah, di antara bayang-bayang hitam yang
menyelimuti udara di sekitar tempat itu, Yang Kun melihat
berkelipnya lampu-lampu obor yang dinyalakan orang kira-kira satu lie di depannya.
Yang Kun mempercepat langkahnya. Tapi beberapa waktu
kemudian tiba-tiba didengarnya suara gemericik air tidak jauh dari jalan yang dilaluinya. Yang Kun berhenti melangkah. Lalu bergegas ia mencari arah suara air mengalir itu. Sebuah
sungai yang mengingatkan dia akan gua-gua di bawah tanah
serta".. neneknya ! Yang Kun berloncatan di antara tanah-tanah retak dan
bongkah-bongkah batu yang berserakan akibat gempa itu.
Dan semakin mendekati suara air itu, semakin banyak pula
bongkah-bongkah batu yang harus dilompatinya. Tanah-tanah
retak yang dijumpai pemuda itupun semakin dalam dan
semakin lebar pula. Sedangkan karena dalamnya tanah yang
retak tersebut kadang-kadang menjadi terisi air.
Akhirnya sampai juga Yang Kun ke tempat di mana suara
air yang didengarnya itu berasal. Pada sebuah tebing gunung yang terbelah menjadi dua bagian, tampak sebuah mata air
yang menyembur dengan deras sekali. Airnya yang melimpah
ruah itu mengalir ke bawah, melalui sela-sela bongkah batu yang berserakan di bawahnya.
Seketika itu juga Yang Kun menjadi teringat kembali pada
peristiwa yang menimpa dirinya beberapa waktu yang lalu.
Yaitu pada saat dirinya dilahirkan kembali ke dunia ramai dari dalam perut bumi. Bongkah-bongkah batu yang kini diinjak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan dilompatinya itu adalah batu-batu yang dulu ia singkirkan ketika ia berusaha untuk menolong nenek buyutnya. Dan di
tempat ini pulalah neneknya memberikan seluruh tenaga
Liong-cu-i-kangnya kepada dirinya. Dan menurut keterangan
para pengungsi itu, di tempat ini pulalah neneknya telah
dikuburkan. Bergegas Yang Kun mencari kuburan itu dan
menemukannya di tempat yang agak tinggi, tempat di bawah
pohon cemara yang telah hampir tumbang digoyang gempa.
Pemuda itu merasa lega dan bersyukur di dalam hati melihat makam itu tidak kekurangan suatu apa. Hanya sekarang ia
harus memikirkan, apa yang mesti diperbuatnya dengan
makan neneknya itu. Apakah ia harus membongkarnya
sekarang dan membakar jenasahnya " Atau biarkan seperti ini saja dahulu, baru setelah semua urusannya nanti telah selesai ia kembali lagi ke sini untuk mengurusnya"
Belum juga pemuda itu memperoleh keputusan apa yang
mesti ia kerjakan, mendadak dari jauh terdengar suara suitan nyaring memecah kesunyian malam. Pemuda itu segera
berlindung di balik sebuah batu besar, karena suara itu
bergerak menuju ke tempat di mana ia sekarang berada.
Bukan main terperanjatnya pemuda itu ketika tiba-tiba di
atas sebuah batu besar yang tidak jauh dari tempat ia
bersembunyi telah berdiri seorang laki-laki tinggi kurus.
Hampir seluruh badan orang itu tertutup oleh mantel hitamnya yang lebar dan panjang sampai ke bawah lutut. Kepalanya
tertutup pula dengan sebuah topi lebar yang bagian
pinggirnya terjuntai kain sutera tipis, sehingga wajah itu menjadi tertutup dan tidak kelihatan dari luar.
Yang membuat kaget Yang Kun bukanlah dandanannya
yang aneh itu tapi?" orang yang mengenakannya ! Biarpun
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dahulu hanya melihat orang itu sebentar saja tapi Yang Kun takkan mungkin dapat melupakannya. Sebab ketika dirinya
ditangkap secara licik oleh gerombolan yang ingin merebut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pusaka warisan keluarga Chin di kota Tie-kwan, Yang Kun
sempat melihat bahwa orang inilah yang ternyata menjadi
pemimpin dari gerombolan tersebut. Gerombolan yang sampai
saat ini ia anggap sebagai gerombolan yang bertanggung
jawab atas terbantainya seluruh keluarganya.
Belum juga hilang rasa kagetnya, Yang Kun mendengar lagi
langkah seseorang yang datang menuju ke tempat itu. Dan
tak lama kemudian di depan orang berkerudung itu telah
berdiri seorang laki-laki berpakaian putih-putih. Wajahnya yang putih pucat itu hampir tertutup pula oleh rambutnya
yang dibiarkan lepas terurai ke bawah.
Sekali lagi Yang Kun dibuat kaget setengah mati begitu
memandang dandanan orang yang baru tiba itu ! Hanya
kekagetannya sekali ini dibarengi dengan geraman hebat di
hatinya. Laki-laki berbaju putih itu telah dikenalnya pula dengan
baik, karena orang inipun termasuk salah seorang pimpinan
dari gerombolan itu pula. Orang inilah yang telah menyuruh seorang yang bergelar Tee-tok-ci untuk menyiksa dia dan Hek-mou-sai dengan barisan tikus-tikusnya. Hampir saja pemuda
itu tidak dapat mengekang kemarahannya. Tetapi ia segera
menyabarkan dirinya. Ia tidak boleh gegabah ! Orang itu tidak seorang diri di sana. Di depannya berdiri seorang laki-laki yang ilmu meringankan tubuhnya benar-benar sangat mengetarkan
hati. Jika ia bertindak ceroboh, boleh jadi malah dia sendiri yang akan menjadi korbannya. Oleh karena itu Yang Kun tetap berdiam diri di tempatnya. Dengan mata menyala pemuda itu
mengawasi gerak-gerik dua orang tersebut.
"Mungkin benar dugaanku itu. Orang-orang ini dan anak
buah merekalah yang kiranya oleh para penduduk itu sebagai perampok yang berani menyerang istana Kaisar Han. Dan
mereka sebetulnya memang bukan perampok tetapi memang
sebuah gerombolan pemberontak yang telah dipersiapkan
untuk mengambil alih kekuasaan Kaisar Han !" pemuda itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkata di dalam hati. "Sayang agaknya gerakan mereka
beberapa hari yang lalu telah menemui kegagalan".. Dan kini mereka mundur dari kota raja benar-benar menjadi perampok
! Mereka menjarah-rayah, merampok harta benda penduduk
dan mengacau keamanan negeri."
Yang Kun menghentikan lamunannya ketika melihat orang
berkerudung itu mengulapkan tangannya ke arah laki-laki
berbaju putih di depannya.
"Bagaimana hasil penyelidikanmu, Kwa-heng ?" orang
berkerudung itu berkata memecah kesunyian malam.
Laki-lai berbaju putih itu membungkuk dengan hormat
sekali. "Ong-ya, apakah Wan Lo-cianpwe belum datang
menghadap ?" "Belum. Mungkin dia belum dapat datang pada malam ini.
Dia aku perintahkan untuk pergi menyelidiki istana di kota raja. Adakah berita yang mengatakan bahwa istana telah
diserang oleh para pengacau itu benar adanya " Aku juga
ingin mengetahui siapakah yang ingin mendahului kita dalam memperebutkan takhta kerajaan itu ?"
"Ong-ya, agaknya berita itu memang benar. di dusun
sebelah ini siauw-te telah melihat beberapa puluh orang
bersenjata sedang berpesta-pora mengganggu para
penduduk. Siauw-te dengar mereka memang sebagian dari
para pengacau yang beberapa hari yang lalu telah menyerbu
kota raja." "Hahaha". Liu Pang itu sungguh sial sekali nasibnya. Baru
lima tahun di atas singgasana sekarang telah mulai dirongrong berbagai macam kesulitan. Sudah dikacau istananya masih
dihancurkan pula oleh gempa yang dahsyat ! Kwa-heng inilah tandanya Thian tidak merestui segala perbuatannya. Hal
tersebut juga dapat dipakai sebagai tanda bahwa saat-saat
kejatuhannya telah berada di ambang pintu !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar ! Ong-yalah yang sebentar lagi akan
menggantikannya. Karena Ong-yalah sebenarnya yang lebih
berhak menduduki singgasana emas itu. Kami semua telah
bersiap siaga menanti perintah dari Ong-ya, kapan
pemberontakan itu akan dimulai. Kapan barisan kita itu
diperbolehkan bergerak untuk menghancurkan kekuatan
Kaisar Han !" "Haha". kau sabar dulu, Kwa-heng ! Kukira saat itu tidak
akan lama lagi. Kita tidak boleh terlalu tergesa-gesa. Kita harus benar-benar memperhitungkan seluruh keadaan.
Baiklah". kita menunggu berita dari Wan-heng ! Kalian
berdua adalah pembantu-pembantu utamaku. Aku harus
mendengarkan nasehat kalian semua, lalu bersama-sama kita
merundingkannya. Baru setelah itu aku akan memutuskan apa
yang mesti kita perbuat selanjutnya dengan pasukan kita itu."
"Terserah Ong-ya kalau begitu?"."
Kini semakin jelas bagi Yang Kun, apa sebenarnya masalah
besar yang dahulu pernah diucapkan oleh ayah dan
pamannya. Masalah besar yang selalu dirahasiakan oleh
orang-orang tua itu kepadanya. Masalah besar yang kata
pamannya sedang dihadapi oleh keluarganya. Keluarga Chin !
Berdasarkan peristiwa-peristiwa yang dialaminya selama ini Yang Kun sudah dapat meraba serba sedikit, apa sebetulnya
masalah besar yang sedang dihadapi oleh keluarga Chin
tersebut. Menurut pengamatannya, yang dimaksudkan dengan
masalah besar oleh pamannya itu tentulah masalah tentang
takhta kerajaan ! Sebagai keturunan dari keluarga Chin yang masih tinggal
hidup, Ayah dan pamannya merasa berhak untuk
mendapatkan kembali takhta yang direbut oleh Kaisar Han.
Apalagi ayah dan pamannya juga merasa telah memegang
warisan pusaka kerajaan yang diperebutkan itu, biarpun
karena sesuatu hal benda itu belum sempat diambilnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Itulah pula sebabnya, mengapa pamannya tidak dapat
menyebutkan siapa saja sebenarnya yang memusuhi
keluarganya. Selain itu pamannya juga tidak bisa mengatakan siapakah sebenarnya musuh yang sedang dihadapi oleh
keluarga Chin dalam menghadapi masalah besar itu. Sekarang baru jelas bagi Yang Kun tentang sebab-sebab dan duduk
persoalannya. Tentu saja pamannya tidak bisa mengatakan
siapa saja yang menteror dan membikin sengsara
keluarganya, karena musuh yang mereka hadapi adalah
sebuah kekuatan besar yang terdiri dari ratusan, bahkan
ribuan orang jumlahnya. Kemungkinan malah tidak itu saja. Dari percakapan dua
orang di hadapannya itu dapat ditarik kesimpulan bahwa
kekuatan besar yang kini sedang bersaing untuk mendapatkan takhta ternyata tidak cuma satu golongan saja. Oleh karena itu otomatis yang memperebutkan atau mengincar pusaka
warisan keluarganya juga semakin tidak bisa dihitung lagi
jumlahnya. Tetapi dengan semakin jelasnya masalah besar itu bagi
Yang Kun, justru membuat pemuda itu malah semakin pusing
untuk menentukan siapa-siapa yang telah membunuh
keluarganya. Dulu pemuda itu beranggapan bahwa pembunuh
keluarganya tentunya orang-orang yang ingin merebut pusaka warisan itu. Dan karena yang dijumpainya pertama kali dan
terbukti juga ingin merebut pusaka itu adalah rombongan dari orang berbaju putih itu, maka saat itu ia telah memastikan bahwa orang-orang itulah yang telah membantai seluruh
keluarganya. Tidak tahunya yang mengincar dan ingin memiliki pusaka
warisan itu tidak hanya satu golongan saja. Tidak hanya
rombongan orang berbaju putih itu saja. Tetapi masih ada
golongan yang lain ! Wah, repot juga sekarang, pemuda itu berpikir di dalam
hati. Dugaannya bahwa orang berbaju putih dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gerombolannya itu yang bertanggung jawab terhadap
kematian keluarganya menjadi pudar sekarang. Artinya bisa
juga orang-orang itu yang berbuat, tapi bisa juga tidak !
"Terpaksa aku harus menyelidikinya lagi secara lebih teliti,"
pemuda itu memutuskan dalam hati.
Ketika Yang Kun memandang lagi ke depan dilihatnya
kedua orang itu telah bersiap-siap untuk meninggalkan tempat tersebut. Orang berkerudung itu telah berdiri berdampingan dengan laki-laki berbaju putih di atas tanah. Kepalanya yang tertutup topi lebar itu mendongak ke arah bulan muda yang
baru saja muncul di atas langit.
"Kwa-heng, aku mendengar kedatangan seseorang ke
tempat ini. Mari kita pergi !"
"Marilah, Ong-ya?"."
Tetapi belum juga mereka melangkah, tiba-tiba terdengar
suara bentakan yang sangat mengagetkan semua pihak. Baik
pihak kedua orang itu maupun pihak Yang Kun yang masih
berada di tempat persembunyiannya !
"Berhenti !!" Dua orang yang sesungguhnya telah bersiap-siap untuk
pergi itu benar-benar terkejut dengan kehadiran orang yang sangat tiba-tiba tersebut. Mereka sungguh tidak menduga
sama sekali bahwa gerakan orang yang baru tiba itu demikian cepatnya. Baru saja orang berkerudung itu mendengar
langkahnya, orang itu telah berada di depan mereka.
Begitu juga dengan Yang Kun. Selain dikagetkan oleh
kehebatan gin-kang orang itu, Yang Kun dikagetkan pula oleh kenyataan tentang siapa yang telah datang di hadapan kedua orang yang diintipnya itu. Yang Kun benar-benar masih dapat mengingat dengan jelas, siapakah orang yang baru saja tiba itu. Pemuda itu tidak mungkin melupakannya karena dia
berhutang jiwa dengan orang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi sungguh di luar dugaan. Ternyata orang itu juga
sangat kaget begitu tahu siapa yang berdiri di samping orang berkerudung itu.
"Kau?"?" desah orang itu tertahan.
"Kau?".?" laki-laki berbaju putih itu berdesah pula.
"Hei "!?" orang berkerudung itu mengangkat wajahnya.
"Kwa-heng, apakah kau juga telah mengenal orang ini ?"
Laki-laki berbaju putih itu cepat menggangguk dengan
tegas. "Tentu saja, Ong-ya. Bangsat inilah yang telah memelet
dan membujuk adik siauw-te dengan ketampanan wajahnya
sehingga adik siauw-te yang belum berpengalaman itu
menjadi terpikat olehnya."
"Kurang ajar?".!" saking marahnya orang yang baru
datang itu sampai tidak dapat berkata apa-apa selain
mengumpat. Orang berkerudung itu menoleh kepada pembantunya.
"Kwa-heng, orang ini sungguh tidak tahu diri. Sudah
mengaet adik orang, masih memaki-maki kakaknya pula !
Hmm, mengapa tidak kau bunuh saja dia ?"
"Siauw-te memang akan membunuhnya ! Sejak dia
menggoda adik Siauw-te, siauw-te telah berketetapan hati
untuk melenyapkannya dari muka bumi." laki-laki berbaju
putih itu mengeram. Orang yang baru datang itu menggeram pula menahan
hati. Tapi agaknya ia tidak bernapsu untuk melayani
tantangan orang berbaju putih tersebut. Dia justru
menghadapi orang berkerudung dengan mata yang menyalanyala. "Hmm".. akupun tidak akan lari apabila saudara memang
ingin membuat perhitungan dengan aku. Tapi tidak sekarang !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedatanganku kali ini untuk membuat perhitungan lebih dulu dengan Ong-yamu yang bergelar Hek-eng-cu (Bayangan
Hitam) itu !" "Apa maksudmu ?" laki-laki berbaju putih itu membentak.
Pendatang baru itu mengebutkan ujung lengan bajunya
yang lebar. "Sudahlah ! Biar aku berurusan sendiri dengan Hek-eng-cu
! Kau minggirlah !" "Anjing kurapan ! Selesaikan dulu urusan kita !" orang
berbaju putih itu meloncat marah.
Melihat orang berbaju putih itu menyerang dirinya, orang
yang baru datang itu cepat meloncat ke samping. Kemudian
sambil membalikkan badan ia balas menyerang dengan
cengkraman tangan kanannya ke arah mata lawan. Lengan
bajunya yang longgar itu sampai melembung saking cepatnya
tangan itu bergerak. Orang berbaju putih itu tersentak kaget juga melihat
kegesitan lawannya. Dengan amat tangkas ia menarik
kepalanya ke belakang, sehingga cengkraman orang itu gagal memcapai wajahnya. Lalu sebelum lawannya itu sempat
menyusuli lagi dengan serangan lain, orang berbaju putih itu cepat melangkah dua tindak ke belakang dan kembali di
tempatnya semula. Orang yang baru datang itu juga tidak mengejar lebih jauh.
Masing-masing berdiri berhadapan kembali seperti tadi.
Masing-masing menatap lawannya dengan tajam, seolah-olah
ingin menjajaki kemajuan apa yang didapat oleh lawan selama lima tahun tidak berjumpa. Selama ini, masing-masing merasa telah memperoleh kemajuan yang pesat dalam ilmu masing-masing. Tapi dalam gebrakan pertama tadi masing-masing
merasa pula bahwa pihak lawan juga telah mendapatkan
kemajuan dalam ilmu silatnya. Oleh karena itu tampaknya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keduanya menjadi lebih berhati-hati. Masing-masing tidak
berani gegabah dan memandang enteng lawannya lagi.
Sementara itu di balik tempat persembunyiannya Yang Kun
menggeleng-gelengkan kepalanya. Hatinya kagum bukan main
melihat ketangkasan dan kegesitan orang-orang itu. Inilah
baru benar-benar jago silat kelas satu. Gerakan mereka dalam menyerang, mengelak, meloncat, berputar lalu berdiri tegak kembali di tempat semula itu mereka lakukan dengan amat
cepat dan manis serta tidak lebih dari pada sekejap mata !
Betapa mengagumkan ! Melihat ini, jago-jago silat seperti para pengemis Tiat-tung Kai-pang, para piauw-su Kim-liong Piauwkiok dan gadis berbaju hitam itu menjadi seperti tidak ada artinya lagi.
Orang berbaju putih itu tampak mengerahkan seluruh
tenaga dalamnya, sehingga beberapa saat kemudian tampak
semua keringat yang berada di badannya seperti menguap
menjadi kabut tipis di sekeliling tubuhnya. Bau dupa hio
tercium semerbak ke mana-mana.
"Hio-yen Sin-kang"..!" lawannya menggeram. "Kwa Sun
Tek ! Apakah engkau tidak dapat menunda dulu urusan kita ini
" Apakah engkau tidak mau memberi sedikit kesempatan
kepadaku untuk membuat perhitungan dengan Hek-eng-cu itu
?" "Tidak bisa, Seng Kun ! Sebab bila kuberi kesempatan itu
kepadamu, selama hidup aku tidak akan bisa mengadakan
perhitungan denganmu".." laki-laki berbaju putih yang
dipanggil dengan nama Kwa Sun Tek itu menggelengkan
kepalanya. "Maksudmu"..?" pendatang baru yang ternyata adalah
pemuda ahli pengobatan itu bertanya menegaskan.
"Maksudku". engkau tak mungkin hidup lagi bila
berhadapan dengan Ong-ya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bedebah bermulut lancang".! kalau begitu majulah kalian
berbareng ! Akan kulihat macam apa kepandaian kalian itu !"
Chu Seng Kun berteriak marah sekali.
Pemuda ahli pengobatan itu menerangkapkan kedua belah
telapak tangannya di depan dada. Tubuhnya tampak bergetar
menahan tenaga Pai-hud Sing-kang (Tenaga Sakti
Menyembah Buddha) yang tersalur ke seluruh badannya. Paihud Sing-kang adalah ciptaan mendiang Bu-eng Sin-yok-ong
yang sakti. Lalu bersama-sama dengan hentakan napasnya yang berat
Chu Seng Kun menyerang lawannya. Kedua belah telapak
tangannya yang tadi terkatup di depan dada ia lontarkan ke depan dalam jurus Kim-hong-pai-thian (Burung Hong Emas
Menyembah langit) ! Jurus ke tiga dari ilmu silat andalan
mendiang Bu-eng Sin-yok-ong yang disebut Kim-hong-kunhoat (Ilmu Pukulan Burung Hong Emas).
Udara hangat menerpa tubuh Kwa Sun Tek. Rasanya
nyaman dan nikmat ke dalam badan. Tapi orang itu tidak mau lengah karenanya, sebab di balik kehangatan itu terkandung bahaya yang dapat membawa maut. Cepat Hio-yen Sing-kang
yang telah ia persiapkan tadi ia salurkan ke lengan tangannya, lalu dengan membentak keras kedua tangannya mendorong
ke depan untuk memapaki pukulan Chu Seng Kun.
Sebuah tenaga sedot yang luar biasa kuatnya seperti mau
menarik tubuh pemuda ahli pengobatan itu ke arah lawannya.
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tapi biarpun demikian, ilmu pukulan lawan yang bersifat aneh itu tidak membuat pemuda itu menjadi takut atau tergetar
hatinya. Bagi seorang ahli pengobatan seperti dia, tak sebuah hal pun yang membuat dirinya takut atau merasa aneh.
Apalagi dia memang sudah sangat mengenal ilmu silat
lawannya itu. Adik Kwa Sun Tek adalah calon istrinya. Dan
ilmu kepandaian Kwa Siok Eng, calon istrinya itu, tidak kalah pula tingginya dengan lawannya ini.
"Deeessssssss?"?"..!!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua buah tenaga sakti yang berlainan sifatnya tetapi samasama merupakan ilmu yang sukar dicari tandingannya, saling berbenturan satu sama lain. Tampak asap mengepul dari
kedua pasang tangan mereka yang bertemu. Kwa Sun Tek
tampak terhuyung-huyung ke belakang dua tiga langkah,
sementara Chu Seng Kun tampak terseret pula dua langkah ke depan oleh daya sedot lawannya yang aneh itu.
Lalu keduanya berdiri tegak kembali untuk mempersiapkan
diri. Chu Seng Kun mengamat-amati kedua belah lengannya,
kalau-kalau pukulan Hiat-chuo-kun-hoat (Ilmu Pukulan
Penghisap Darah) lawannya dapat menembus pertahanannya.
Dan hatinya menjadi lega begitu melihat kedua lengannya
tetap dalam keadaan bersih, tak setetespun darahnya yang
merembes keluar dari kulitnya.
Sebaliknya Kwa Sun Tek juga meneliti keadaan di dalam
tubuhnya. Dan begitu terasa olehnya semua jalan darah dalam keadaan normal dan tidak kurang suatu apa diapun menjadi
lega pula. Beberapa saat kemudian kedua orang itu terlibat pula
kembali dalam sebuah pertempuran yang dahsyat. Mereka
sama-sama keturunan dari Datuk Besar Persilatan yang hidup pada ratusan tahun yang lalu. Kwa Sun Tek adalah keturunan Cui-beng Kui-ong dari Tai-bong-pai, sedangkan Chu Seng Kun adalah keturunan Bu-eng Sin-yok-ong ! Masing-masing
mempunyai keistimewaan dan kehebatannya sendiri-sendiri.
Pertempuran itu benar-benar suatu pertempuran yang
hebat dan dahsyat. Masing-masing mengerahkan segala
kemampuannya. Kedua-duanya tidak membawa senjata.
Mereka bertempur dengan tangan kosong. Tapi dengan
tingkat kesaktian seperti mereka, tangan dan kaki sama juga berbahayanya dengan senjata. Dengan tangan kosong mereka
mampu membelah batu dengan kakinya mereka mampu
meruntuhkan batu karang !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baru kali inilah Yang Kun dapat menyaksikan sebuah
pertarungan yang demikian hebatnya. Debu dan pasir, bahkan kerikil dan batu-batu kecil yang berhamburan ke mana-mana
terlanda angin pukulan mereka. Sehingga sepintas lalu tempat tersebut seperti sedang dilanda oleh angin puting beliung.
Bahkan batu besar tempat dia berlindung juga tidak luput dari hamburan pasir dan batu tersebut. Dan lapat-lapat hidung
pemuda itu mencium bau hio yang menyesakkan nafas.
Orang berkerudung yang di kalangan persilatan dikenal
dengan sebutan Hek-eng-cu itu tampak pula menjauhi badai
pasir tersebut. Di dunia persilatan orang itu mendapat gelar Hek-eng-cu, karena ilmu meringankan tubuhnya telah
sempurna, sehingga banyak orang yang hanya mampu
melihat bayangannya saja tanpa dapat mengenal siapa
dirinya. Meskipun demikian ternyata orang ini juga
menggeleng-gelengkan kepalanya melihat ilmu meringankan
tubuh Chu Seng Kun yang mempesonakan itu.
Pek-in Gin-kang warisan Bu-eng Sin-yok-ong itu memang
bukan main hebatnya ! Untunglah aku memperoleh warisan
buku-buku pusaka itu. Kalau tidak, akupun takkan mampu
menghadapi Pek-in gin-kang (Ilmu Meringankan Tubuh Awan
Putih) pemuda ini." Hek-eng-cu berkata di dalam hati.
Apa yang dikatakan oleh orang berkerudung itu memang
benar adanya. Satu-satunya kelebihan dari Chu Seng Kun atas lawannya memang hanyalah ilmu meringankan tubuhnya yang
hebat itu. Kim-hong-kun-hoat (Ilmu Pukulan Burung Hong
Emas) yang dikeluarkannya ternyata tidak dapat menindih
Hiat-chuo-kun-hoat lawannya. Begitu pula tenaga Pai-hud-sinkangnya, sedikitpun tidak bisa mengungguli Hio-yen-sin-kang lawannya. Dalam segala hal mereka memang seimbang.
Maka dari itu Chu Seng Kun tidak menyia-nyiakan
kelebihannya itu. Ia mengerahkan Pek-in gin-kang
sepenuhnya sehingga lawannya menjadi repot dalam
mengembangkan ilmunya yang aneh dan mengerikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersebut. Dan akhirnya biarpun lambat pemuda itu dapat
mendesak laki-laki berbaju putih yang bernama Kwa Sun Tek
itu. Diam-diam Yang Kun bersorak di dalam hatinya.
Kebalikannya, orang berkerudung itu tampak tegang dan
khawatir. Jari-jarinya yang panjang-panjang itu tampak
mencengkeram batu karang yang berada di sebelahnya.
"Gila ! Lihai benar bocah ini !" gumamnya perlahan.
"Duueesssssss?"..!!"
Sekali lagi kedua buah pasang lengan mereka saling beradu
di udara. Chu Seng Kun tergetar mundur tiga langkah, sementara
Kwa Sun Tek tampak terhuyung-huyung tidak dapat menjaga
keseimbangannya. Sejenak mereka saling berdiri beradu
pandang. Sedikitpun tidak ada tanda-tanda kelelahan setelah sekian lamanya mereka mengadu tenaga.
Tiba-tiba Chu Seng Kun dikagetkan oleh perubahan gerakgerik lawannya. Tampak oleh pemuda ahli obat itu lawannya
melipat kedua belah lengannya di depan dada seperti orang
yang kedinginan. Sedangkan tubuhnya yang kurus itu tampak
berdiri lurus seperti sebuah tonggak kayu yang tertancap di atas tanah. Hanya yang sangat aneh tapi juga sangat
mengerikan adalah gerak-gerik dari tubuh yang kaku kejang
tersebut. Tubuh itu bergoyang-goyang ke kanan dan ke kiri
seperti tonggak pohon yang mau rebah karena tertiup badai.
Dan belum juga rasa kaget itu hilang, Chu Seng Kun
melihat tubuh yang kaku seperti mayat itu melayang ke arah dirinya. Heran ! Bersamaan dengan tubuh lawan yang
melayang ke arah dirinya itu, Seng Kun merasa serangkum
hawa yang luar biasa dinginnya menerjang dan melibat
tubuhnya. Begitu dingin hawa tersebut sehingga rasa-rasanya pemuda itu ingin melipat lengannya seperti yang dilakukan
oleh lawannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selain itu, Chu Seng Kun merasa adanya suatu perubahan
yang aneh pada alam sekelilingnya ! Udara seperti berubah
menjadi gelap dan suasana alam seperti berubah menjadi
sunyi. Padahal pemuda itu masih melihat bintang-bintang
yang bertaburan di langit. Dan bulanpun masih pula tampak
bersinar di angkasa. "Hmm, sungguh gila ! Ini pengaruh dari ilmu Kwa Sun Tek
yang aneh itu. Bocah ini benar-benar telah mewarisi semua
ilmu iblis dari Tai-bong-pai!" Chu Seng Kun menggeram
didalam hatinya. Pemuda ahli obat itu lalu teringat pada kata-kata yang
pernah diucapkan oleh Kwa Siong Eng, tunangannya, bahwa
salah sebuah ilmu rahasia dari Tai-bong-pai yang paling
mengerikan adalah Ilmu Silat Mayat Mabuk. Ilmu tersebut
sangat sukar dipelajari, karena harus mempergunakan ilmu
sihir dan ilmu hitam untuk melengkapinya. Hanya ayahnya,
ketua Tai-bong-pai, yang telah menguasainya. Ternyata
pemuda berbaju putih itu kini telah menguasainya pula.
Tapi Chu Seng Kun tidak mempunyai banyak waktu untuk
memikirkan ilmu silat lawan yang aneh itu. Beberapa detik
kemudian tubuh kaku dari lawannya telah meluncur tiba.
Bagai sebatang anak panah yang dilepaskan dari busurnya,
kepala dari Kwa Sun Tek menghantam ke arah dadanya.
Chu Seng Kun mengerahkan Pek-in ginkangnya untuk
meloncat dan menghindari serangan itu. Dan tubuh Kwa Sun
Tek meluncur lewat di sampingnya. Sehingga tubuh yang lurus kaku itu menghujam ke arah batu besar di belakang Chu Seng Kun dengan kepala terlebih dahulu.
Yang Kun hampir saja memejamkan matanya karena tak
ingin melihat kepala orang berbaju putih itu pecah berantakan menghantam batu besar tersebut. Tapi mata yang telah
hampir terpejam itu menjadi terbelalak kembali ketika melihat tubuh kaku Kwa Sun Tek itu membuat suatu gerakan aneh
dan menakjubkan sebelum membentur batu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa jengkal sebelum menghantam batu, kedua buah
lengan yang semula terlipat di dalam dada tiba-tiba
mengembang keluar. Bagaikan sepasang per baja, kedua buah
lengan itu melindungi kepala dan menahan daya luncur dari
tubuhnya. "Dunggggg!" Tubuh yang lurus dan kaku itu menekuk sebentar ketika
menghantam batu, lalu bagai seekor ulat daun, tubuh itu
melenting kembali ke arah Chu Seng Kun dengan kecepatan
yang berlipat ganda. Kali ini tubuh kaku itu meluncur dengan kaki terlebih dahulu. Dengan deras dan kuat tumit itu
meluncur ke arah pinggang dan punggung Chu Seng Kun yang
terbuka. Kembali Yang Kun menggeleng-gelengkan kepalanya.
Pengalaman yang dilihatnya kali ini benar-benar sangat
berharga sekali. Tampak oleh Yang Kun orang berkerudung
yang berdiri tak jauh dari tempatnya itu juga menghela napas kagum. Beberapa kali dilihatnya orang itu mengangguk-angguk, sehingga tirai sutera hitam yang menutupi wajahnya itu kelihatan melambai-lambai. Mungkin juga baru kali inilah dia menyaksikan seluruh kepandaian dari pembantunya yang
dipercaya itu. Gerakan melenting dan membalik dari Kwa Sun Tek itu
memang sangat aneh dan di luar dugaan semua orang.
Termasuk pula Chu Seng Kun yang menjadi sasaran dari
serangan tersebut ! Pemuda ahli pengobatan itu benar-benar tidak menyangka bahwa lawannya akan menyerang lagi
dengan gerakan yang begitu aneh, sehingga ketika tumit itu tinggal sejengkal lagi dari punggungnya, baru pemuda itu
menyadari akan keterlambatannya.
Dan keterlambatannya itu benar-benar dibayar mahal oleh
Chu Seng Kun. Tak ada kesempatan lagi buat pemuda ahli
pengobatan itu untuk mengelakkan serangan tersebut.
Padahal untuk menangkisnya juga sulit, karena harus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memutar tubuh dahulu baru menangkis. Sehingga satusatunya jalan hanya menahan serangan itu dengan
pengerahan lweekangnya. "Desssss?""..!"
Kedua buah tumit Kwa Sun Tek tepat mengenai
sasarannya, sehingga tubuh Chu Seng Kun terbanting dengan
keras ke tanah. Untunglah dalam saat-saat terakhir pemuda
itu dengan Pek-in ginkang masih mampu menggeser
badannya, sehingga sasaran dari serangan tersebut bergeser ke arah pundak dan siku tangannya.
Sekali sudah terbanting ke atas tanah, pemuda ahli obat itu sudah tidak bisa memperbaiki posisinya lagi. Dan
lawannyapun tidak mau memberi kesempatan pula, sehingga
dalam keadaan terbaring Chu Seng Kun dicecar habis-habisan oleh lawannya !
Tak ada kesempatan sedikitpun bagi Chu Seng Kun untuk
bangkit dari atas tanah. Bagai seekor cacing tanah yang
sedang dipermainkan oleh paruh burung bangau, pemuda itu
menggeliat ke sana ke mari untuk menghindari serangan
lawannya. Dan keadaan ini tak berlangsung lama. Beberapa
saat kemudian pemuda itu terpaksa tidak dapat menghindari
lagi serangan Ilmu Silat Mayat Mabuk itu.
"Desss?"..!"
"Aughh?""!"
Tersentak Yang Kun melihat pemandangan itu. Saking
kagetnya pemuda itu meloncat keluar dari tempat
persembunyiannya tanpa terasa, lalu dengan sigap
menghambur ke arena untuk menolong pemuda yang pernah
melepas budi kepadanya itu. Tampak oleh Yang Kun, orang
berbaju putih itu sudah bersiap-siap untuk melepaskan
serangan berikutnya. "Berhenti?""!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang Kun berteriak sekuat tenaga. Tubuhnya yang
jangkung itu menyambar ke arah pertempuran dengan
dahsyatnya. Tangan kanannya terulur ke depan untuk
mencengkeram punggung laki-laki berbaju putih itu, dengan
maksud agar orang itu mengurungkan maksudnya menyerang
Chu Seng Kun yang sudah tidak berdaya.
Dan penampilan Yang Kun yang sangat tiba-tiba itu
memang mengagetkan semua pihak. Terutama orang berbaju
putih yang sudah siap dengan serangan mautnya. Orang ini
mengira bahwa kawan dari Chu Seng Kun telah datang untuk
menolong calon korbannya itu. Begitu pula orang berkerudung yang sedari tadi menyaksikan pertarungan itu. Selain sangat kaget karena tidak dapat mengetahui kehadiran Yang Kun
yang berada di balik batu tersebut, orang misterius itu juga menyangka bahwa Yang Kun adalah kawan dari Chu Seng Kun
pula. "Kwa-heng, awas di belakangmu"..!" Hek-eng-cu memberi
peringatan kepada pembantunya.
Orang berbaju putih itu merasakan pula hawa pukulan
Yang Kun yang tertuju ke arah punggungnya, tapi dia tidak
bergitu mengacuhkannya. Selain dia sangat percaya pada
kemampuan ilmunya, serangan yang tertuju ke arah
punggungnya itu masih terlalu jauh pula darinya. Sehingga ia masih mempunyai banyak kesempatan untuk menangkis atau
menghadapinya setelah dia membereskan korbannya itu
terlebih dahulu. Tetapi bukan main terperanjatnya orang berbaju putih itu.
Hampir-hampir dia tidak percaya pada apa yang telah terjadi.
Ternyata semuanya berjalan di luar dugaan, tidak seperti yang telah dia bayangkan semula.
Semula Kwa Sun Tek berpikir bahwa ia masih mempunyai
banyak waktu untuk menghadapi serangan ke arah
punggungnya itu, karena orang yang menyerangnya itu masih
empat lima meter jauhnya dari tempat dia berdiri. Di luar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dugaan serangan itu ternyata justru datang lebih cepat dari pada maksud hatinya untuk memukul mati Seng Kun ! Baru
saja tangannya bergerak ke atas, serangan yang tertuju ke
arah punggungnya itu telah menyelinap tiba !
Dengan tergesa-gesa Kwa Sun Tek meloncat menjauh
untuk menghindari cengkeraman lawannya yang baru tiba itu.
Tapi belum sempat juga ia berbalik, tahu-tahu punggung
bajunya telah kena dicengkeram lawan. Dan di lain saat
tubuhnya telah terlempar tinggi di udara.
Begitu mendarat lagi di atas tanah. Kwa Sun Tek
terlongong-longong tak habis mengerti. Dilihatnya orang yang menyerang dirinya itu masih tegak berdiri dua tiga meter
jauhnya dari tempat dia berdiri tadi. Tapi".. benar-benar sial dangkalan, mengapa punggung bajunya sampai kena
dicengkeramnya tadi "
Hek-eng-cu yang dari semula selalu mengawasi gerak-gerik
Chin Yang Kun, tersentak kaget sekali setelah dengan jelas dapat mengetahui siapa sebenarnya pemuda yang menolong
Chu Seng Kun itu. Tidak itu saja. Diapun mengetahui dengan jelas apa yang telah terjadi dengan pembantunya itu sehingga pembantunya tersebut terlempar ke udara.
"Kwa-heng". kau tidak apa-apa, bukan " Lihatlah anak
muda itu ! Dia?" dia?" bukankah dia Chin Yang Kun yang
dulu kau tangkap dan kita jebloskan ke penjara di bawah
tanah itu ?" "Chin Yang Kun".." laki-laki berbaju putih itu mendesah.
"Saudara Yang Kun?".." terdengar suara Chu Seng Kun
menyapa begitu mengetahui siapa yang telah datang
menolongnya. Dengan tersenyum puas karena dapat menolong Chu Seng
Kun, Yang Kun menghampiri ahli pengobatan itu dan
Tugas Rahasia 3 Kemelut Di Ujung Ruyung Emas Karya Khu Lung Bukit Pemakan Manusia 15
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama