Ceritasilat Novel Online

Pengelana Rimba Persilatan 5

Pengelana Rimba Persilatan Jiang Hu Lie Ren Karya Huang Yi Bagian 5


"Sahabat, siapa marga dan apa namamu?" tanya Ban-el-ye tertawa culas, "kemarin malam, surat yang ditinggalkan di atas kusen pintu, hanya ditulis nama dan tidak ditanda tangani, siapa yang tahu kau adalah Budha besar dari kuil mana" Kelihatannya tubuhmu, untuk menyembelih ayam juga tidak ada tenaga, mana dapat menyusup empat lapis penjagaan tanpa di ketahui, sungguh tidak mudah. Aku percaya pasti sahabatmu yang melakukan aksi yang mengejutkan ini."
"Malah sebaliknya, temanku tiga hari lalu telah pergi, sebelum kejadian dia telah minta tolong temannya untuk menyelidiki terlebih dahulu, setelah siap maka dipersilahkan teman ini pergi, ini adalah prinsip aku melakukan sesuatu pekerjaan, aku sudah tinggal tujuh hari di daerahmu." Fu Ke-wei menggulung lengan baju, gerakan ini jadi tidak cocok dengan penampilan dia sebagai putra bangsawan, "kemarin malam yang mengirim surat itu adalah aku sendiri, jika saudara tidak percaya, aku tidak akan banyak bicara lagi. Mengenai nama! Tunggu saja sampai Huang-jit-ye (Tuan Ketujuh), Huang Yung-sheng datang, bagaimana?"
"Sobat, aku sungguh tidak percaya orang yang mengirim surat kemarin malam adalah dirimu." Ban-el-ye tiba-tiba mengulurkan tangan kanan, ingin mengunci pergelangan tangan kiri Fu Ke-wei yang ditaruh diatas meja, untuk ditekannya di atas meja.
Tiba-tiba meja makan itu mengeluarkan suara aneh, sepertinya lantai lotengjuga bergetar.
"Kau ini sungguh nekad, jika tidak sampai di sungai Huang tidak putus harapan." Fu Ke-wei membiarkan lawan mengerahkan tenaga, tingkahnya tetap santai, "he he he! Aku berani datang mengacau, tentu saja punya sedikit kemampuan."
Wan-wu-ye melihat ada gelagat yang tidak menguntungkan, mengambil kesempatan itu dia bergerak menyerang, sebelah telapaknya melayang miring, dipukulkan ke arah sepasang mata Fu Ke-wei.
Ouw Yu-zhen menjulurkan tangan kirinya, dengan tepat sekali menangkap telapaknya Wan-wu-ye, lima jarinya mencengkeram, lalu membanting kesamping.
"Aduh......" Wan-wu-ye berteriak sambil melayang keluar, merobohkan kursi dan meja, merobohkan satu meja disebelah kiri.
Ruangan makan jadi kacau, sepuluh lebih tamu makan berlarian menghindar, para pelayan berteriak ketakutan, suasana menjadi ribut sekali.
Fu Ke-wei duduk dengan tenang seperti semula, pergelangan tangan kirinya masih dikunci dan ditekan ke atas meja oleh Ban-el-ye.
Tapi anehnya malah seluruh tubuh Ban-el-ye tampak gemetaran, keningnya mengucurkan keringat sebesar kacang, mulutnya tidak bisa bersuara, tampangnya kesakitan sekali.
Lalu Fu Ke-wei membalikan tangan kirinya dengan perlahan, akibatnya tubuh Ban-el-ye seperti terbang, terbangnya lebih jauh dari pada Wan-wu-ye, terbang sampai di mulut tangga, dan buug... jatuh ketanah.
Fu berdua tetap duduk dengan tenang, sepertinya barusan tidak terjadi peristiwa apa-apa.
Ban dan Wan berdua berusaha bangkit setelah setengah harian baru mereka dapat berdiri, seorang memeluk lengan kanannya, seorang lagi menekan tangan kanan, kakinya juga belum leluasa melangkah, tampak jelas, tubuh bagian bawah kedua orang sudah mati rasa, tidak bisa dikendalikan lagi, wajahnya pucat seperti wajah mayat, sambil merintih! Mereka berusaha turun dari loteng, melarikan diri.
"Kalian berdua baik-baiklah dijalan." Fu Ke-wei dengan keras berteriak.
Dua orang ini mana bisa baik-baik dijalan"
Pelayan itu sudah tahu kerepotan akan datang, para tamu makan juga telah pergi menyelamatkan diri.
Masakan dan arak telah di antar, seluruh ruang makan loteng hanya tinggal Fu Ke-wei dan Ouw Yu-zhen yang menjadi tamu makan, pelayannya juga hanya ada dua orang.
Beberapa saat kemudian, tangga loteng berbunyi keras, datanglah tujuh laki-laki besar yang tinggi dan yang pendek.
Orang yang memimpinnya, adalah orang keluarga Huang di perbatasan utara sungai Shi-zi Huang-jit-ye, Huang Yung-sheng, berusia lima puluh tahun lebih, tubuhnya besar seperti beruang, dipinggangnya ada satu Kail Kepala Macan.
Fu Ke-wei berdiri sambil tersenyum, mengangguk, menyapa.
"He he! Inikah Huang-jit-ye?" lagak Fu Ke-wei santai tapi ada sedikit angkuh, "aku tadi mengira Huang-jit-ye hanya membawa dua saudara saja, tidak di duga datang sampai tujuh orang. Pelayan, cepat satukan meja dan tambahkan sumpit dan mangkuknya."
Setelah meja disatukan, Ouw Yu-zhen bangkit berdiri di samping kiri Fu Ke-wei.
Lima orang itu duduk, dua orang lagi berdiri dibelakangnya Fu Ke-wei, berdiri di sebelah kiri dan kanan.
Wajah Huang-jit-ye penuh amarah, dia duduk di seberangnya, sepasang matanya yang aneh seperti api membara, menatap tajam pada Fu Ke-wei yang duduk dengan tenangnya sambil tersenyum.
"Aku Huang Yung-sheng." Suara Huang Yung-sheng seperti guntur, "kemarin malam betulkah anda yang datang ke rumahku meninggalkan surat memanggil aku?"
"Betul." "Anda mengundang aku kesini ingin membicarakan apa" Aku tidak kenal kau..."
"Kau tidak kenal aku, tapi aku kenal kau. Kau adalah Dewa Kail Cakar Elang Huang Yung-sheng, Huang-jit-ye."
"Jangan banyak omong kosong! Kau ingin bicarakan apa" Jika mungkin, aku akan mengabulkannya."
"Aku mengundang kau datang, ibarat pesta tidak ada pesta yang baik, pertemuan tidak ada pertemuan yang baik."
"Puuh! Aku berjuang di dunia persilatan sudah dua puluh tahun lebih, gelombang sebesar apa yang belum pernah aku alami" Walau pestamu ini adalah pesta penguasa, aku juga akan datang, bukankah sekarang sudah datang?"
"Terima kasih atas kemurahan hatimu, aku merasa sangat terhormat."
"Aku menunggu kau mengatakannya."
"Baik, aku lebih baik menurut dari pada menghormat. Anda belajar silat di perguruan Biksu Kepala Besi di Liu An-zhou, marga Biksu Kepala Besi adalah Bai, dia punya seorang keponakan bernama Bai Ru-lian, juga adalah adik seperguruanmu. Beberapa tahun lalu Biksu Kepala Besi mendadak mati di kuil Bai-yun di kota Jia-yu, tahun lalu adik seperguruanmu bersama dengan Sepasang Hebat Jiang-nan malam-malam merampok sembilan keluarga kaya di Jiang-ning dan berhasil merampok puluhan ribu liang perak, kemudian menghilang, di dunia persilatan tidak menampakan lagi jejaknya Tiga Wanita Iblis. Adik seperguruanmu berjuluk Yun-sang-nie (Wanita Baju Awan), menurut kabar dia pintar menyamar, dia dengan kau......"
"Tutup mulut! Aku tidak mau dengar omong kosongmu." Huang-jit-ye menepuk meja berteriak marah.
"Kenapa kau begini terburu-buru" Aku tidak akan membicarakan masalah kotor kalian, asal kau beritahu aku di mana dia berada, kita baik-baik saja......"
"Kau ini makhluk apa?" Huang-jit-ye berteriak marah, dan bangkit berdiri.
Tujuh orang sebelumnya seperti sudah direncanakan, berdiri mengepung.
"Anda tidak ingin membicarakannya dengan baik-baik, kalau begitu tidak ada yang bisa dibicarakan lagi." Fu Ke-wei juga bangkit berdiri, wajahnya ditekan, "di tempat umum tidak baik membuat keonaran, besok tepat tengah hari, aku tunggu kau di depan kuil Tai-hang, di lereng selatan gunung Bo-gu, jika lewat waktu tidak akan ditunggu."
Habis bicara, dia dengan langkah pelan jalan ke tangga, Ouw Yu-zhen mengikuti di belakang sebelah kiri.
Di depan ada seorang laki-laki besar setengah baya menghadang jalannya, sepasang tangannya pelan-pelan diangkat.
"Lebih baik tenagamu digunakan besok." Wajah Fu Ke-wei sangat dingin sekali, "jika perlu, aku tidak akan takut menggemparkan khalayak ramai, di keramaian membunuh orang, minggir!"
Bentakan suara minggir tidaklah keras, tapi ada kekuatannya menakutkan orang, pria besar itu mendadak gemetar dingin, dengan terkejut dia memberi jalan.
Fu Ke-wei dan Ouw Yu-zhen dengan kepala terangkat melewatinya.
Seorang laki-laki setengah baya berwajah kuning yang berada di belakang Huang-jit-ye, diam-diam mengayunkan tangan kanannya ke-depan, seberkas sinar hijau terbang melayang menuju punggungnya Fu Ke-wei.
Fu Ke-wei sepertinya tidak merasakan, dia tetap melangkah dengan tenang. Ouw Yu-zhen yang berjalan di sebelah kiri belakang dia, melangkah setengah langkah ke kanan, lengan bajunya dengan enteng dikibaskan, sinar hijau itu mendadak menghilang.
Kedua orang itu tidak memalingkan kepalanya, juga tidak berhenti, dengan santai turun kebawah.
Laki-laki setengah baya yang berwajah kuning tertegun, akhirnya menghirup hawa dingin berkata:
"Mungkinkah" Seranganku bisa gagal?"
"Adik ketiga, bukan saja kau gagal, Jara Pelebur Darah mu juga diambil wanita itu." Kata Huang-jit-ye, wajahnya sangat tidak tenang, "jika kita tidak bisa segera mengetahui asal usulnya juga tidak tahu ada berapa banyak pembantu dia, mungkin kita akan kalah. Ayo jalan! Mari kita pergi ke taman Tai-hang merundingkannya, bila perlu......"
Tanggal tiga di awal musim panas, di pekarangan timur penginapan tua Shang-dang yang terletak di sebelah timur rumah putra raja Shen.
Karena dekat dengan rumah putra raja, keamanannya sangat terjaga, penduduk disekitar-nya juga jadi aman, tidak ada orang yang berani membuat onar disekitar ini. Sehingga, penginapan tua Shang-dang menjadi salah satu penginapan mewah di daerah ini.
Pekarangan timur di penginapan itu luas sekali, selain dihiasi oleh beberapa pot bunga, di tanam juga dua pohon tua Mei, ada beberapa kursi meja dari batu untuk istirahat tamu, di depan dan di belakang dua jalan dinyalakan dua buah lentera.
Fu Ke-wei dan Ouw Yu-zhen adalah satu satunya tamu penginapan yang belum tidur.
Kedua orang itu sambil mendinginkan tubuh sambil mengobrol.
Di atas meja batu ada satu teko teh dengan dua buah cangkir teh, di sisinya ditaruh satu kipas tilap yang terbuka, diatas kipas ada gambar tiruan Tang He-hu. Tentu saja bukan gambar asli Tang Be-hu, Tang Be-hu sudah mati dua ratus tahun lebih.
Kipas seperti ini dibuat di daerah Su-hang, di Jiang-nan, adalah kipas bambu yang sangat biasa, dengan uang sepuluh sen lebih bisa membeli satu kipas, di Shan-xi tentu saja tidak seharga itu.
Angin kecil bertiup, dua bayangan hitam terbang dari atas tembok benteng, mendadak muncul disisi meja mereka.
Dua orang ini tetap duduk tenang seperti semula, terhadap dua bayangan orang yang terbang datang dengan ganasnya, sedikit pun tidak memperdulikan, sedikit pun tidak ada gerakan untuk mempertahankan diri. Dua bayangan hitam itu memakai baju malam, di punggungnya ada pedang panjang, dua pasang matanya bersinar aneh, tidak seperti mata manusia malah seperti mata hewan yang dapat melihat di kegelapan, sangat menakutkan orang.
"Duduklah!" Fu Ke-wei menunjuk pada dua kursi lainnya, "kalian datang kesini kan bukan untuk berdiri saja.
"Siapa nama dan marga anda?" kata Fu Ke-wei dengan nada dalam.
"Aku Hou-yen, dia adalah temanku, marga Tang, namanya Nan."
"Ooo! Ternyata adalah kepala ruang Zhong-yi dari perkampungan Tian-wang, Kera Tangan Besi, saudara Hou dan Tie-fo (Budha besi) komandan Tang, maaf-maaf. Aku marga Fu, namaku di urutan ketiga, karena namaku diambil dari urutan angka, anda berdua panggil saja aku Fu-shan, he he he! Silahkan duduk."
"Kalau nona ini siapa..." Katanya jurus Tangan Gadis Memetik Bintang dia sangat hebat, pastinya dia adalah Gadis Giok nona Ling yang ternama di dunia persilatan itu!"
"Kau salah lihat, tuan!" Ouw Yu-zhen tertawa, "Aku hanyalah seorang pelayan wanita, budak yang mengikuti marga tuannya, kau panggil saja aku Fu-zhen!"
"Aku datang kemari tidak untuk berkelakar." Wajah Hou-yen tampak tidak senang, "anggap saja kalian ini marga Fu. Fu-shan, kau sengaja .datang ke Lu-an ini, apa ingin pamer?"
"Iii...! Kata-katamu ini aneh." Wajah Ouw Yu-zhen yang elok tampak menonjol, "kalau kami datang ke Lu-an untuk pamer, apa hubungannya dengan perkampungan Tian-wang anda" Apakah Lu-an adalah daerah rampokan kalian" Apakah aku lewat Lu-an akan merampok" Disini apa yang pantas untuk dipamerkan?"
"Kau......" Hou-yen tidak bisa menjawab.
"Aku berani bertaruh jika perkampungan anda pasti ada hubungannya dengan Huang Yung-sheng, jika tidak, maka aku akan membawa kalian kerumah putra raja, menjelaskan pada pengawal, aku jamin bisa mendapatkan hadiah uang dua atau tiga ratus liang perak, kau percaya tidak?"
Hou-yen tidak bisa bicara, kemarahannya tambah memuncak.
"Rumah putra raja dekat sekali, jika anda merasa tidak repot......"
Hou-yen tidak bisa menahan amarahnya lagi, dengan menggigit gigi dia mengulurkan tangan mencengkram.
Tapi dia malah celaka sendiri! Tangan yang sekeras besi itu sebaliknya ditangkap Fu Ke-wei dan ditekan ke atas meja batu, di lanjutkan dengan suara tamparan keras pada kepalanya, kecepatan pukulannya seperti kilat, Hou-yen bukan saja tidak bisa meronta, mengeluarkan suara jeritan juga tidak keburu.
Tie-fo (Budha Besi) Tang-nan sangat terkejut, segera dia mencoba mencabut pedangnya.
Pedang dia biasa selipkan dipunggungnya, memang tidak begitu mudah mencabutnya, keuntungannya adalah tidak mengganggu gerakan, tapi kerugiannya buat lengan yang kurang panjang, tidak gampang mencabutnya, tidak semudah dan tidak selincah jika diselipkan di pinggang. Sehingga baru saja tangannya mengenai gagang pedang "Paak!"
Tiba-tiba sebuah teko teh pecah di atas bahu kanan Tang-nan, air teh panas segera membasahi wajahnya, sungguh sangat sakit sekali, lengan kanannya terasa mati rasa, kehilangan tenaga untuk mencabut pedang.
Fu Ke-wei melepaskan Hou-yen, dia meloncat melewati meja batu, tangan dan kakinya menyerang, pukulannya seperti angin ribut, sepasang kakinya menendang dada dan perut lawan, telapak dan tinju mendarat di dasar leher, sepasang bahu dan telinga jadi naik turun, suara daging terkena pukulan tidak terhitung banyaknya.
Begitu sepasang kaki Fu Ke-wei menyentuh tanah, Tang-nan sudah roboh.
"Aku tidak percaya kau benar Budha yang terbuat dari besi." Fu Ke-wei menepuk-nepuk tangannya, "Hawa murnimu masih belum mencapai tingkat keenam, mana bisa disebut Tie-fo" Berdirilah, aku ingin memberi beberapa pukulan lagi untuk melemaskan otot dan tulangmu, coba lihat apa tenaga dalammu sudah berhasil dilatih belum."
Tang-nan merintih dan meronta, ingin berdiri tapi tenaganya tidak bisa dikerahkan, beberapa kali dia mencoba mengangkat tubuhnya ke atas, tapi kembali jatuh, langit seperti berputar tanah terasa gelap, dia meronta sulit berdiri.
Hou-yen yang ilmu silatnya lebih tinggi, sudah lebih dulu terkapar pingsan diatas meja batu.
Akhirnya Tang-nan dengan susah payah bisa berdiri, meski masih bergoyang-goyang.
"Kau...kau bagus...bagus pukulannya......"
Tang-nan berkata dengan kacau, lidahnya seperti membesar satu kali lipat, suaranya tidak jelas.
"Aku sedang berpikir, apakah akan mengantarkan kalian ke rumah raja Shen." Fu Ke-wei menepuk kipas lipat di tangan berkata pada diri sendiri, "terhadap kalian kepala perampok, para pengawal pasti akan senang sekali, dijamin pasti akan mendapatkan hadiah dua tiga ratus liang perak, uang ini paling sedikit bisa dipakai hidup senang selama duatahun tanpa bekerja..."
Tang-nan mengeluarkan teriakan seperti binatang marah, dengan jurus Naga Awan Menampakan Cakar dia menyerang.
"Paak paak paak......"
Kipas tilap malah menerjang seperti kilat, Tang-nan terkena lagi enam kali pukulan. Buum... terdengar satu suara keras, untuk kedua kalinya dia roboh lagi, Fu Ke-wei dengan santai menyelipkan kipas lipat ke pinggangnya.
"Aku ingin mencabut satu persatu dua ratus lebih tulang di seluruh tubuhmu, karena kau tidak tahu diri." Fu Ke-wei dengan nada dalam berkata, "berdiri, kali aku akan menghancurkan tulangmu."
"Tuan awas......" Ouw Yu-zhen yang di samping mengawasi, berteriak cepat.
Sebuah bayangan hitam seperti kilat datang mendekat, dalam sekejap sudah mendekat kurang dari satu zhang, seperti bayangan setan saja, kehebatan ilmu meringankan tubuhnya sangat menakutkan, angin yang membawa bau harum menerpa hidung.
Kedua belah pihak tanpa pikir saling menyerang, mendekatnya sangat cepat. "Buug paak paak......"
Suara beradu pukulan terdengar, kedua belah pihak masing-masing menyerang, setelah lewat lima-enam jurus, hanya terlihat berseliweran kepalan dan telapak, suara suitan angin kencang terdengar bertubi-tubi, tubuh dengan cepat berputar, berpindah tempat, membuat pertarungan berjalan seimbang.
Terdengar satu teriakan dingin, Fu Ke-wei sudah tidak sabar, dia menambah tenaganya, sebelah telapaknya mengenai bawah iga lawannya, bayangan kedua orang itu pun segera berpisah.
Bayangan hitam melayang satu zhang lebih, sepasang kaki menyentuh tanah lalu mundur lagi tiga langkah baru bisa berdiri tetap.
"Iii! Hebat sekali jurus telapakmu." Kata lawannya, nadanya terasa tidak mantap, tapi sangat merdu, "kau ini......"
Ternyata yang berkata adalah seorang gadis muda berbaju ringkas, tangan kanannya tadi menekan iga kanannya, dengan pelan mengurutnya, pukulan tadi mungkin tidak ringan.
"Ih...! Kau bukan Yun-sang-nie (Wanita Baju Awan), kau terlalu muda." Fu Ke-wei juga merasa terkejut, "kaulah orang pertama yang bisa memukulku satu kali, dalam delapan belas jurus Telapak Hujan Memukul Teratai, yang bisa selamat mengundurkan diri."
"Kau juga bukan penjahat yang melarikan diri itu." Kata gadis itu dengan menatap tidak mengerti.
"Penjahat apa" Aku adalah tamu yang menginap disini."
"Tapi, penjahat itu benar melarikan diri kesini lalu menghilang, aku telah melihat dengan jelas wajahnya. Tapi, kenapa kau menyerang begitu cepat?"
"Ooo! Nona, bukankah kau yang lebih dulu menyerang" Aku sudah berkelana di dunia persilatan bertahun-tahun, baru pertama kali bertemu dengan nona yang punya ilmu meringankan tubuh yang begitu hebat. Kelihatannya, kita telah salah paham, maaf!"
Si nona yang dipuji, wajahnya menjadi merah, dia menunjuk pada Tang-nan yang sedang susah berdiri, "Dua orang ini kenapa" Apa kalian sedang bertarung?"
"Mereka dua orang perampok dari gunung Tai Thang-shan, aku sedang menghukum mereka."
Tang-nan berdiri sambil bergoyang-goyang, ingin maju menyerang lagi.
"Saudara ini namanya Tang-nan, julukannya Tie-fo. ilmu baju besinya dinamakan Tie-fo (Budha Besi), dia mengira telah berhasil melatih Budha Besi pelindung badan, makanya aku akan menghancurkan ilmunya, jika beberapa kali lagi dipukul tentu ilmunya akan pecah." Fu ke-wei sambil bicara, sambil mendesak kearah Tany, nun
"Antar saja mereka ke kantor polisi." Kata si nona, "berani sekali mereka membuat onar di perumahan pemerintah, jangan dibiarkan."
Tang-nan gemetar tidak kedinginan, tidak sadar dia melangkah mundur.
"Aku tidak......tidak mau urus lagi masalah kau dengan Huang-jit-ye." Tang-nan akhirnya mengaku kalah, "aku belajar silat kurang rajin, aku tidak menyalahkanmu."
"Bagus sekali. Tolong bawa pergi juga Hou yen, beritahu dia, di kemudian hari jangan mendekati aku, supaya tidak merepotkanku mematahkan lengan besinya."
Tang-nan tidak berani banyak bicara lagi, dia menggendong Hou-yen, lari terbirit-birit.
"Saudara sangat berbesar hati." Si gadis tersenyum pada Fu Ke-wei, di pipi kirinya tampak satu legok tawa yang dalam, "aku dengar para perampok gunung Tai-hang galak-galak, Tang-nan berani mengaku kalah, jarang bisa terjadi ini!"
"Dia cukup pintar." Katanya, "bila benar-benar dia diantarkan kekantor polisi dia akan dihukum penggal, bagaimana pun itu bukanlah hal yang menggembirakan. Nona masalah kau mengejar orang bagaimana kejadiannya?"
"Biarlah, hanya seorang perampok. Aku lewat di Ze-zhou ketika bertemu dengan seorang perampok sedang merampok kereta, dan membunuh dua orang, dia sudah dua hari dikejar olehku. Malam ini aku pastikan dia akan lari masuk kekota dan bersembunyi, aku menunggu di atas benteng gerbang selatan, benar saja dapat melihat dia, sayang jaraknya ada sejauh seratus langkah lebih, sehingga dia bisa lari sampai kemari dan lolos."
"Siapa orang itu?"
"Tidak tahu, mana dia berani memberi tahu namanya!"
"Ilmu meringankan tubuh nona sangat hebat, dia masih bisa meloloskan diri, orang ini pasti bukan orang yang tidak punya nama. Nona menginap dimana?"
"Penginapan Zhang-zhi di gerbang selatan."
"Siapa nama nona" Aku marga Fu."
"Margaku Peng. Saudara Fu dengan temanmu apa bukan orang sini?" Si gadis sambil bicara sambil melirik pada Ouw Yu-zhen.
"Bukan, aku dengan temanku pengelana, orang yang menganggap dunia adalah rumah. Ooo! Nona tadi terbang meloncat tembok pekarangan dan kaki tidak menyentuh tembok, setelah sebelah kaki menyentuh tanah segera meloncat ke atas, tubuhnya mengecil mengurangi tekanan angin, satu loncatan bisa sejauh tiga zhang lebih, gerakan ini aku sangat hafal......"
Kata Ouw Yu-zhen: "Tuan, itulah gerakan Meteor Meluncur di Langit, nona ini mungkin ada hubungan dengan keluarga Jie di Zhong-zhou, Tian-wai-liu-xing (Meteor Luar Angkasa) pendekar besar Jie."
"Tian-wai-liu-xing adalah suami bibiku, kakak ini sungguh tajam matanya, tolong tanya..."
"Aku juga marga Fu, pelayannya." Kata Ouw Yu-zhen tertawa.
"Betul, ilmu meringankan tubuh nona begitu hebat, ternyata ada hubungannya dengan pendekar besar Jie......" kata Fu Ke-wei tertawa.
"Saudara Fu kenal dengan suami bibiku?"
"Aku sudah lama mengaguminya, sayang belum pernah bertemu." Kata Fu Ke-wei, "jujur saja, antara aku dengan suami bibimu ada perbedaan pendapat, tapi aku menghormati dia."
"Beda pendapat, kenapa?"
"Pendekar besar Jie orangnya polos, kecuali terpaksa, tidak mau terlibat dalam masalah, setelah usianya setengah baya, dia jarang keluar rumah, dan menempuh hidup tenang. Di daerahnya menjadi seorang yang baik, hanya mendamaikan masalah yang kecil-kecil saja." Wajah Fu Ke-wei tampak sedikit tenang, "dan aku yang muda, bersifat bebas tidak terkendali, tidak memperdulikan masalah kecil, arak, wanita, harta, tidak merusak kehormatan, berkelana di dunia persilatan demi masyarakat, mencegah orang melanggar aturan dunia persilatan, selama banyak tahun lebih banyak merusak dari pada mengharumkan nama, sampai aku sendiri juga tidak tahu apa. yang telah kulakukan, entah benar menurut hukum alam, hukum negara, hubungan manusia. Makanya... menurut pendapat, pendekar besar Jie tidak akan suka pada orang sepertiku."
"Aduh! Kalau begitu aku sudah tahu siapa kau ini." Nona Peng teriak gembira, "kau adalah orang yang di dunia persilatan paling misterius..."
"Aku apa pun bukan, aku adalah Fu Shan, hanyalah seorang pengangguran pengelana Dunia persilatan." Fu Ke-wei memotong pembicaraan dia, "Nona Peng, kau datang dari Zhong-zhou" Apa datang seorang diri?"
"Ini......" "Mmm! Diam-diam keluar rumah, berkelana di dunia persilatan, betulkan" Ha ha! Hati-hati suami bibimu memukul patah kakimu."
"Sembarangan ngomong!" kata nona Peng genit, dia melihat sekali dengan mata putihnya, tingkahnya sangat menarik hati, "aku sedang mengejar kakak Pei, dia dengan pendeta wanita Fou Yun berkunjung ke gunung Wu Tai."
"Ooo! Walet Gelombang Awan Pei Pei-yin" Kau membanggakan dia betul tidak" Dia turun gunung sudah lima tahun, namanya termasuk dalam tujuh wanita hebat di dunia persilatan, hatimu tentu tergerak. Terus terang saja, jika kau juga turun gunung, pasti tidak akan kalah olehnya, masalahnya kau harus bisa menghadapi bahaya yang tidak kecil, perbandingan sukses tidaknya adalah satu banding seratus, apakah kau ingin tanya pendapatku?"
"Menurutmu?" "Cepat pulang." katanya dengan pasti.
"Kau......" "Dunia persilatan adalah tempat setan, sulit untuk sukses, apalagi kalau kalah, sangat menyedihkan, buat apa" Ini adalah nasihatku. Malam sudah larut, nona sudah harus kembali ke penginapan beristirahat. Pendeta wanita Fou-yun dan Walet Gelombang Awan sudah lewat empat hari lalu, mungkin sudah bersembahyang di gunung Wu-tai! Sudah tidak dapat terkejar, selamat malam, nona."
'Hmm..! Orang ini memang aneh.' Kata nona Peng seperti berbicara sendiri, dia melihat Fu Ke-wei dan Ouw Yu-zhen berjalan menuju ke kamar.
Kuil gunung Tai-hang hanyalah sebuah kuil kecil yang tidak ada orang mengurus tempatnya, kampung terdekatnya ada sejauh lima li, satu bangunan kecil, ruangannya tidak dapat menampung Sepuluh orang, tapi di depan kuil tumbuh lima pohon besar cemara putih, seperti lima raksasa berdiri di puncak bukit, dalam jarak lima enam li sudah bisa terlihat.
Mengenai cerita setan, di sini banyak dan seram sekali, walau di siang hari, tetap bisa membuat orang ngeri dan tubuh terasa tidak enak, malam hari lebih-lebih bisa memukul mati orang, tidak ada orang yang berani mendekat, malah binatang liarnya banyak sekali.
Masuk tengah hari, Fu Ke-wei seorang diri muncul di depan kuil, dia berbaju ringkas biru, dengan pedang diselipkan di pinggang.
Dia seperti telah berganti orang, penampilan dulu yang tampan, santai, seperti pohon anggrek sudah menghilang tidak berbekas, berganti dengan penampilan yang pemberani, anggun, lapang dada, mata bersinar, sorot mata dingin, seluruh tubuhnya mengeluarkan hawa berbahaya, seperti seekor harimau yang mencium bau mangsanya.
Sorot matanya yang tajam, dengan waspada meneliti setiap tempat yang dapat menyembunyikan orang, rimba, kumpulan rumput, lereng bukit, tanah liar......setiap sudut tempat diawasi dengan teliti, meneliti gejala-gejala yang mencurigakan.
Dia mengawasi dengan pelan, rumput yang bergoyang di tiup angin juga tidak akan lolos dari pengawasannya, dengan waspada dan pengalaman nya, dia tidak perlu mendatangi setiap sudut, dia sudah tahu tempat mana yang harus diawasi, tempat mana mungkin bisa mendapat serangan menggelap atau pengeroyokkan, tempat mana saja bisa maju atau mundur dengan mudah, tempat mana adalah sudut mati.
Paling akhir, di dalam radius tiga ratus langkah, dengan santai dia berjalan satu keliling, di atas tanah keadaan aneh sekecil apa pun tidak akan lolos dari pengamatannya.
Dia kembali ke depan kuil, dia meloncat ke atas atap kuil dan duduk, mencabut pedangnya lalu beberapa saat memeriksanya, mengangkat kepala melihat keadaan cuaca.
Matahari terik tepat di atas kepala, langit tidak berawan sejauh puluhan ribu li, bukit mengelilingi, rumputnya tinggi rimbanya lebat, kecuali burung yang terbang dan kadang kelinci, anjing liar yang menyusup keluar, tidak ada seorang pun di sana.
"Taar!" sebuah suara diikuti suara siulan panjang yang keras, membuat burung yang sedang istirahat terkejut terbang, kelinci terkejut berlarian.
Tik tak tik tak... suara derap kuda semakin mendekat, sekelompok kuda telah tiba.
Kelompok pertama empat kuda tiba di bawah bukit, semuanya kuda Ce-jin yang besar dan tinggi, penunggang kuda dari jarak seratus langkah lebih menghentikan kudanya dan turun dari kudanya, mengangkat kepala melihat ke atas, tapi tidak berjalan mendekat.
Tidak lama, kelompok kedua dengan enam ekor kuda menyusul, meninggalkan satu orang untuk menjaga kuda, sebelas orang pria wanita di pimpin oleh Huang-jit-ye, Huang Yung-sheng berjalan menuju kuil.
Fu Ke-wei mengembalikan pedangnya ke dalam sarung, lalu meloncat turun kebawah.
Kedua belah pihak berhadapan di lapangan rumput depan kuil. Satu banding sebelas.
0-0-0 Bab 10 "Huang-jit-ye sungguh tepat waktu." Fu Ke-wei mengepalkan tangan menghormat, "aku merasa bangga, bisa dikatakan telah memberi muka padaku."
"Bagus, bagus." Huang-jit-ye membalas hormat, "aku telah menyelidik dengan teliti, anda sepertinya benar hanya seorang diri datang kesini, di mana teman wanita anda?"
"Masalahnya tidak ada sangkutan dengan dia, makanya dia tidak datang. Huang-jit-ye tenang saja, jika aku mati di tempat ini, tidak akan ada orang yang akan mengucurkan air mata, juga tidak akan ada orang yang membalaskan dendamku pada anda."
"Bagus kalau kau tahu itu. Tuan, kau mencari adik seperguruanku ada keperluan apa?"
"Ingin dia buktikan satu hal."
"Hal apa?" "Itu masalah dia."
"Aku ingin tahu masalahnya dengan jelas."
"Harus menunggu setelah bertemu dengan adik seperguruanmu, baru bisa membicarakannya."
"Jika anda tidak mengatakannya......"
"Orang-orang yang dibawamu akan menguburkan aku disini."
"Bagus kalau kau mengerti."
"Menurut pendapatku, jika anda tidak memberitahukan keberadaan adik seperguruanmu, aku juga sama tidak akan berhenti memaksa. Kelihatannya kau dan aku sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, harus ada yang kalah baru bisa menyelesaikan masalah."
"Jika kau berpendapat demikian, aku terpaksa menyanggupinya." Kata Huang-jit-ye dengan dingin, tangannya diangkat dan dilayangkan.
Sebelas orang itu secara bersamaan bergerak, sebentar saja sudah mengepungnya, membentuk satu lingkaran sepuluh zhang.
Di mata Fu Ke-wei masih ada perasaan curiga, melihat keadaan, lawan sepertinya tidak ada niat untuk bertarung beramai-ramai! Lingkaran besar ini sama sekali tidak bisa menyerang bersama-sama.
Dalam sekejap, tiba-tiba dia menyadari situasi dirinya sangat berbahaya, pengalaman memberitahu, dia tengah menghadapi keadaan buntu.
Lawan sama sekali tidak berniat menghadapi dirinya dengan pertarungan adil, tapi akan menggunakan strategi senjata rahasia yang menakutkan menghadapi dia. Tidak perduli dia mendobrak kearah mana, pasti akan mendapatkan serangan mendadak dari tiga arah, lawan sama sekali tidak akan peduli melukai teman sendiri.
Sebelas orang itu semuanya tidak mengeluarkan senjata, sepasang tangannya menempel di tubuh dengan santai dijulurkan ke bawah, sebelas pasang mata aneh semua dengan dingin menatap dia, hawa pembunuhan yang begitu dahsyat, dan tekanan yang menekan hati orang seperti ombak menghantam dia, kematian yang menyeramkan tanpa kasihan menyerang dia.
Jika hatinya timbul ketakutan, pasti dia akan hancur oleh tekanan ini, dengan mudah mereka akan memperlakukan dia hingga mati.
Tapi dia bukan orang yang mudah hancur.
Sebaliknya, dia konsentrasi mengumpulkan tenaga dalamnya, menghirup nafas, tenaga dalam disalurkan ke seluruh tubuh, seluruh orangnya seperti seekor macan tutul siap menerkam mangsanya, seperti macan ganas yang akan mengeluarkan kekuatannya, dia harus menempuh bahaya menaklukan musuhnya.
Pedangnya pelan-pelan dicabut, sekarang orang dengan pedang sudah menjadi satu. Sepertinya, di sekeliling tubuhnya telah ada unsur yang tidak terlihat, tapi dapat dirasakan, semacam penampilan aneh yang membuat lawan takut, sepertinya matahari terik telah kehilangan panasnya, aliran angin dingin yang tidak hentinya telah menutupi daerah ini.
Dia berhadapan dengan Huang-jit-ye, walau Huang-jit-ye berdiri lima zhang jauhnya, tapi tetap terpengaruh oleh situasi yang aneh ini, wajahnya pelan-pelan berubah, seluruh tubuhnya keluar bintik-bintik dingin, bulu kuduknya berdiri.
Kedua belah pihak tidak berniat menyerang lebih dulu, muncul situasi aneh yang tidak normal, sepertinya sedang bertarung siapa yang bisa bertahan lebih lama, siapa dalam situasi begini lebih dulu hancur.
Lama, matahari diatas kepala semakin condong ke barat, waktu tidak terasa telah lewat, situasinya semakin dingin, membuat orang lebih sulit bernafas.
Di sebelah kanan di atas satu pohon cemara putih, tiba-tiba terdengar satu teriakan dalam, "inilah ilmu mempengaruhi semangat, cepat bergerak, supaya tidak terpengaruh!"
Huang-jit-ye terkejut, semangatnya bergetar, sekarang dia baru merasakan dia telah berkeringat dingin, tubuhnya merasa dingin, perasaan sulit bernafas semakin bertambah.
Lima pohon cemara putih besar, sepuluh orang itu semuanya dengan cepat meloncat keatas. "Buum!"
Seorang teman yang berada di sebelah kanan Huang-jit-ye, tiba-tiba dengan tegak jatuh ke depan, semangatnya telah hancur.
Sebuah suara yang keluar dari mulunya Fu Ke-wei membuat hati orang ketakutan, membuat kepala orang seperti terkena pukulan, dia menjelma menjadi kilat, tubuh dan pedangnya menjadi satu menerjang maju dari sisi kiri Huang-jit-ye, sekelebat lewat.
Laki-laki besar yang menghadang jalannya, persis sebelumnya, dalam sekejap jatuh ke bawah.
Suara siulan itu mendadak menghilang, bayangan tubuhnya Fu Ke-wei juga telah menghilang ke dalam rimbunan pohon pendek yang berada dalam jarak sepuluh zhang lebih, seperti setan menghilang. Dan dua orang pria besar yang bersembunyi di depan pohon, begitu kepalanya terpukul langsung jatuh pingsan.
"Gila! Bo......bocah ini se......sebenarnya manusia atau setan?" teriak Huang-jit-ye dengan gemetar dan ketakutan sekali.
Seorang pria setengah baya yang berdandan dao meloncat turun dari atas pohon, pedang disembunyikan di belakang tangannya dengan bersuara yang masih ketakutan berkata, "dermawan Huang, mala petaka segera akan menimpa, masuklah ke gunung Tai-hang untuk menghindar! Berharap masih sempat."
Huang-jit-ye bergidik, menggunakan lengan bajunya dia mengelap keringat dingin di wajahnya, sambil ketakutan bertanya:
"Apakah begitu serius" Pendeta dao Qing Chen, maksudmu adalah......"
"Sangat serius." Pendeta dao Qing-chen dengan wajah serius, "Menurut kabar, ilmu mempengaruhi semangat, dengan ilmu Penangkap Semangat, dan ilmu Pembingung Semangat disebut tiga ilmu rahasia aliran sesat. Orang yang ilmunya tinggi, malah bisa mengendalikan ribuan tentara. Dermawan Huang, melawan orang semacam ini, akibatnya sangat mengerikan."
"Katamu... dia... dia... adalah... anggota.. perk umpulan te......teratai putih......"
"Dia bukan termasuk dari Perkumpulan Teratai Putih, tapi dari jurus hebat Mempengaruhi Semangat aliran istana, orang yang pertahanan tubuhnya kurang kuat, mungkin akan jadi idiot selamanya. Untung kalian berada jauh lima zhang lebih, makanya dapat bertahan beberapa saat, dan ilmu dia masih belum mencapai tingkat tertinggi. Dermawan Huang, apa kau tidak merasakan hawa pedangnya yang sangat dingin menusuk tulang, tubuh pedang pelan-pelan membesar, mendekat, mendesak?"
"I......ya betul......"
"Kecuali hawa pedang dan bayangan pedang yang datang mendesak menakutkan, yaitu kaki dan tangan tidak bisa digerakan?"
"I......ya betul......"
"Kalau begitu benar. Dermawan Huang, dia tidak berniat membunuh kalian, dia juga tidak akan melepaskan yang dia ingin kerjakan, malam-malam dia akan masuk kerumah anda, jika tidak tercapai tujuannya, dia tidak akan berhenti. Malam ini......dermawan Huang, hindarilah dia!"
"Pendeta dao tidak dapat menaklukan dia?"
"Tidak dapat." Kata pendeta dao Qing-chen pasti, "Hanya ada dua macam kepandaian yang dapat melawan dia, satu adalah ilmu Yoga dari Wu-tai, satu lagi adalah Ilmu Kepompong dari aliran sesat. Kepandaianku yang begini, tidak dapat berbuat apa-apa. Maaf, aku tidak dapat membantu, pamit."
Pendeta dao tua dengan menyesal menganggukan kepala, membalikan tubuh lalu pergi.
Tidak lama, Fu Ke-wei muncul di depan kuil yang telah kosong, dia melihat jauh ke arah kota ditempat dimana ada debu yang berterbangan, itu adalah debu di injak oleh kawanan kuda kelompok Huang-jit-ye.
Wajahnya tampak tersenyum dingin, dan mengeluarkan suara "Hm...!"
Malam telah tiba, rumah keluarga Huang sepi seperti kota mati.
Di awal tengah malam, dua bayangan hitam masuk meloncati tembok benteng pekarangan sebelah kanan, gerakannya seperti roh melayang, tempat yang di lewati tidak ada debu yang terbang.
Di satu sudut rumah sembunyi dua orang penjaga, mereka melihat bayangan hitam yang melayang datang, mereka secara bersamaan menerjang, satu golok satu pedang menyerang bersama-sama dengan sangat cepat sekali.
Kecepatan dua bayangan hitam mendadak bertambah sepuluh kali, sekelebat melewati golok dan pedang saat sekejap akan menyerang.
"Aww......" Dua penjaga itu berteriak, lalu jatuh meronta ditanah.
Sekejap terdengar beberapa kali teriakan, setiap kali menandakan ada satu kelompok penjaga di pukul roboh.
Akhirnya, dua bayangan hitam langsung menuju kepusat, muncul di depan tangga ruangan besar.
Pintu tengah dibuka, sinar lampu bersinar keluar, seorang bermantel hijau muncul diatas tangga, tidak membawa senjata, wajahnya tenang sekali.
"Anda datang terlambat!" Orang bermantel hijau berkata, "Huang-jit-ye telah pergi ke Tai-hang-shan, sia-sia kedatangan anda."
"Biksunya bisa lari, kuilnya tidak bisa lari." Kata Fu Ke-wei dingin, "dia bisa pergi tidak perdulikan rumah, buat apa aku jadi orang baik" Akan kubakar rumahnya, apakah anda akan melawan?"
"Tentu saja melawan......"
"Apakah anda ada kemampuan melawan?"
"Saudara kecil." Nada orang bermantel hijau melemah, "anda melakukan ini, tidak cocok dengan aturan dunia persilatan, betul?"
"Huang-jit-ye siang hari bolong menyiapkan pasukan panah, malam hari belum bertanggung-jawab sudah pergi, apakah ini sesuai aturan dunia persilatan" kau tidak bisa bertindak menurut aturan dunia persilatan, kenapa aku harus menurut" Kecuali kau mampu menghalangi, jika tidak jangan sebut-sebut aturan dunia persilatan untuk menakut-nakuti aku."
"Saudara kecil......"
"Turun." teriak Fu Ke-wei menunjuk, "aku datang bukan untuk membicarakan aturan, kalian tidak pernah membicarakan aturan pada orang lain, diam-diam berhubungan dengan para perampok gunung Tai-hang, di dalam aturan sudah tidak bisa dibenarkan, satu-satunya yang dapat anda lakukan, keluarkan seluruh kemampuan kalian, coba usir aku dari sini."
Orang mantel hijau sedikit ragu, lalu turun dari tangga.
Fu Ke-wei memberi isyarat tangan, Ouw Yu-zhen meloncat berdiri di sudut tembok.
Dia pelan-pelan mundur, menunggu di tempat lapangan yang kosong.
"Saudara kecil kau terlalu mendesak orang." Orang bermantel hijau dengan nada dalam berkata, "tanpa sebab datang memaksa orang, ini keterlaluan, anda marga Fu, siapa namanya."
"Kau, kau panggil saja aku Fu-shan." Kata Fu Ke-wei dengan tenang, "bukan aku mendesak orang, tapi karena ingin membuktikan satu hal jadi terpaksa datang kesini, jangan gunakan hukum alam, hukum negara, hubungan manusia menghadapi aku. Kau tidak tahu aku, aku pun tidak tahu kau, masing-masing keluarkan kemampuannya untuk membedakan siapa yang kuat siapa yang lemah, setelah selesai baru bicarakan yang lainnya. Tuan, senjata, tinju, kaki, senjata gelap, silahkan gunakan sekehendakmu, aku akan hadapi semuanya, silahkan!"
"Saudara kecil, apa tidak bisa dibicarakan lagi?"
"Tidak bisa dibicarakan lagi." Dia mengatakannya dengan tegas, "aku sendiri juga tahu kedatanganku kurang menurut aturan, makanya sampai detik ini, masih belum melakukan pembunuhan. Sekarang hari terlalu gelap, bertarung mungkin saja tidak terkontrol, tidak terhindarkan terluka atau terbunuh, harap anda jangan salahkan. Jika anda menang, masalah aku anggap selesai."
"Tentu saja, aku akan bertarung dengan tangan dan kaki, silahkan." Orang mantel hijau mengangkat kain mantelnya di selipkan di pinggang, sepasang tangan dibuka, bersiap-siap bertarung.
Dengan sebuah teriakan dingin, Fu Ke-wei menyerang dengan dahsyat, begitu suara terdengar orangnya pun sampai, tangan kiri dengan jurus Naga Awan Menampakan Cakar, merogoh ke dalam.
Buug... satu suara terbekam terdengar, angin kuat bergetar ke sekeliling, orang bermantel hijau berkelit menghindar, telapaknya memukul pergelangan Fu Ke-wei, cepat seperti kilat.
Kedua belah pihak adalah pesilat bertenaga dalam tinggi, setelah beradu tenaga, sama-sama terdorong mundur ke samping, memasang kuda-kuda kembali menyerang, dalam layangan pukulan dan telapak, masing-masing menyerang dan menangkis, setiap pukulannya menggunakan tenaga dalam, suara pukulan atau telapak beradu menimbulkan suara keras.
Dalam sesaat, sepertinya seimbang, maju mundur berputar sama-sama cepat dan lincah, siapa pun tidak bisa merebut posisi diatas angin, hari terlalu gelap, jurus lincah tidak ada gunanya, sekali serangan dilancarkan langsung bentrok, ruang geraknya sempit, seperti bertarung jarak dekat saja, siapa yang tidak dapat menahan pukulan, dia yang kalah.
Dalam kegelapan, tiba-tiba terdengar satu siulan aneh, satu bayangan orang dengan rambut kacau melayang turun dari atap rumah, turun tepat diatas kepala Fu Ke-wei.
Fu Ke-wei mengeluarkan suara "Hm....!" tubuhnya berkelebat, kecepatannya bertambah satu kali lipat, datang ke sebelah kanan orang bermantel hijau, telapak tangannya dilayangkan miring, serangkum angin kuat tiba-tiba muncul.
Orang mantel hijau dengan sendirinya memutar tubuh menangkis, paak... satu suara terdengar karena beradunya pukulan, tapi kali ini tenaga yang menyerangnya seperti bertambah beberapa kali lipat, sambil berteriak terkejut, dia terlontar sejauh satu zhang lebih, hampir saja terjatuh.
Hampir bersamaan waktunya, Fu Ke-wei sudah barada di sisi bayangan hitam yang melayang turun, dia menangkap tongkat lawannya, sekali berteriak keras, dengan keras dia menarik ke belakang.
"Paak!" Tongkat itu tiba-tiba patah, seperti meletus hancur berterbangan, tongkat bambu isi itu telah hancur berleping-keping.
Dengan sebuah teriakan dingin, Fu Ke-wei maju menyerang, sebelah tangannya dipukulkan seperti kilat.
"Buug.. paak.. paak!"
Orang yang rambutnya acak-acakan dapat menangkis tiga pukulan tangannya, tapi mundur sepuluh langkah lebih, walau dapat menangkis tiga pukulan, tapi tidak bisa menahan seluruhnya.
Orang bermantel hijau telah tiba, tangan kanannya menyerang pinggang dan punggung kanan Fu Ke-wei.
Fu Ke-wei memutar tubuhnya, tidak saja dengan tepat menghindar pukulan yang keras itu, dan juga balas memukul bahu kiri orang mantel hijau, kecepatannya sulit di bayangkan, buuk... satu suara telapak telah mengenai dasar leher orang mantel hijau, seperti kapak yang amat besar.


Pengelana Rimba Persilatan Jiang Hu Lie Ren Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mmm..!" teriak orang bermantel hijau itu kaget dan roboh terguling.
Fu Ke-wei seperti seekor harimau ganas, dia lalu membelok menerjang orang yang tongkat nya telah hancur itu.
"Berhenti!" teriak orang yang rambutnya acak-acakan itu.
Saat ini, tempat dua orang berdiri tepat di bawah sinar lampu pintu, sisi kedua orang itu disinari dengan jelas sekali.
Pukulan telapak besi Fu Ke-wei, berjarak kurang tiga cun dari jantungnya lawan, tapi dia malah bisa menghentikannya, dan ditarik setengah chi.
"Kau, Tian-ya-koay (Pengemis Aneh Dunia), Jie Ling-feng." Fu Ke-wei tertawa dingin, "Malah jadi tamu aliran hitam Huang Yung-sheng, sungguh tidak di sangka perbuatan seorang manusia, namamu sebagai pendekar sekarang sudah boleh pensiun! Jika bukan hari ini melihat dengan mata kepala sendiri, aku sungguh tidak berani percaya anda adalah pendekar palsu."
"Sembarangan bicara." Teriak Tian-ya-koay, "Aku datang untuk mencari Lang-ye (Serigala Malam) Hong-hao, dia melarikan diri dari He-nan ke Shan Xi, di tempat ini jejaknya menghilang, aku sengaja datang memeriksanya, dan akhirnya bertemu dengan kalian yang sedang bertarung, sesaat timbul gatal tanganku jadi menampakan diri......"
"Oh! Begitu, jadi aku telah salah menduga." Kata Fu Ke-wei.
"Hm! Bocah, tenaga dalammu sangat menakutkan sekali, telah menghancurkan tongkat pemukul anjingku......"
"Tetua turun dari atas, telah melanggar larangan dulu."
"Hm...! Mmm... orang yang bisa dengan satu pukulan telapak menjatuhkan Sastrawan Neraka, di dunia persilatan sekarang, hanya ada beberapa, coba kupikir, siapa kau sebenarnya."
"Jangan urus aku siapa. Tetua paling bagus jangan ikut campur."
Orang bermantel hijau yang bernama Sastrawan Neraka, saat ini dengan susah payah meronta berdiri, tapi tetap tidak bisa berdiri mantap, tubuhnya bergoyang-goyang tidak bisa berdiri dengan tegak.
"Uuu! Kau masih muda, di dalam sepuluh tahun terakhir ini angkatan muda di dunia persilatan sekarang, ada beberapa orang yang hebat. Apa marga kau?"
"Tetua Jie, apa kau tidak mau melepaskan keterlibatan ini?" Fu Ke-wei mencoba menghindar pertanyaan.
"Uuu! Aku Tian-ya-koay termasuk dalam Delapan Hebat Dunia Persilatan, Sastrawan Neraka menduduki urutan pertama dari tiga penjahat dunia persilatan, tapi semua tidak di pandang olehmu, tidak sulit menerka siapa kau sebenarnya..."
"Dia marga Fu, menyebut dirinya Fu-shan. Seorang teman wanitanya dipanggil Fu-zhen." Sastrawan Neraka dengan lesu memotong, "dia datang mencari Huang-jit-ye untuk meminta kabar keberadaan Yun-sang-nie."
"Ooo! Aku tahu siapa kau." Tian-ya-koay sadar, "kau adalah orang yang paling misterius di dunia persilatan......bukan, salah, menurut kabar orang itu datang dan perginya sendirian, kenapa sekarang bersama seorang teman wanita."
"Kau tidak perlu sembarangan menebak, aku bukanlah orang yang kau pikirkan." Fu Ke-wei membelokan pembicaraan, "tetua Jie, untung bukan tamu Huang Yung-sheng, jika tidak......"
Mendadak wajah Sastrawan Neraka berubah, seperti tikus cepat-cepat melarikan diri.
"Aku hanya mencari Lang-ye, bangsat itu melakukan kejahatan berdarah di He-nan dan melarikan diri ke Shan-xi, di sepanjang jalan dia masih melakukan kejahatan, sangat mungkin bersembunyi di rumah Huang Yung-sheng. Dia adalah mantan kekasihnya Yun-sang-nie, dengan Huang Yung-sheng di dunia persilatan sering melakukan......"
"Tunggu! katamu Lang-ye adalah mantan kekasihnya Yun-sang-nie?" Fu Ke-wei menyela kata-kata Tian-ya-koay, "berita kau ini apa bisa dipercaya?"
"Tentu saja bisa dipercaya, aku tidak pernah sembarang bicara." Tian-ya-koay menyunggingkan mulut, "masih banyak berita rahasia yang aku tahu! Iii... aneh! Rumah setan ini sepertinya selain beberapa penjaga, seluruhnya tidak lebih dari sembilan orang, kemana perginya teman-teman Huang-jit-ye?"
"Mungkin telah naik kegunung." Kata Fu Ke-wei, "aku akan menunggu dia, menunggu sampai jam lima pagi baru membakarnya."
"Membakar" Kau......"
"Jangan terkejut, aku melakukan sesuatu pekerjaan tergantung perasaan hatiku, jika tidak mencapai tujuan tidak akan berhenti. Aku tidak percaya tuan Huang sudah naik ke gunung, dia masih belum tahu jelas asal-usulku, mana sudi melarikan diri jauh-jauh?"
Fu Ke-wei masuk ke dalam ruangan yang amat besar, menyalakan empat lampu, lalu duduk di atas kursi besar.
Tiba-tiba tercium bau wangi, Ouw Yu-zhen mendadak muncul diruangan.
Dia berbisik disisi telinga Fu Ke-wei, Fu Ke-wei menganggukan kepala, mulutnya tersenyum dingin!
Tian-ya-koay dengan mata penuh pertanyaan menatap pada Ouw Yu-zhen.
"Nona ini temanmu?" tanya Tian-ya-koay.
"Orang tua, kau salah." Ouw Yu-zhen tertawa, "aku hanyalah pelayannya."
Tian-ya-koay menatap pada belati mewah yang bergantung di pinggangnya Ouw Yu-zhen, berkata, "belati Salju Hijau kau ini aku pernah dengar, siapa marga nona?"
"Belati ini adalah pemberian dari tuan untukku menjaga diri, apakah belati Salju Hijau, aku tidak tahu." Ouw Yu-zhen asal bicara, "aku marga Fu, dipanggil Fu-zhen, orang tua sebenarnya apa yang ingin kau ketahui?"
Tian-ya-koay menggeleng-gelengkan kepala, mengelilingi ruangan sekali, menghilang di ujung sudut timur.
"Apa kau telah mendapatkan jejak?" tanya Fu Ke-wei.
"Benar, tepat menurut perkiraan tuan, semua bersembunyi di ruang rahasia bawah tanah." Kata Ouw Yu-zhen pelan.
Pada saat itu Tian-ya-koay tepat kembali dari luar ruangan, lalu kedua orang berhenti bicara.
"Aneh! Sepertinya keluarganya juga menghilang." Kata Tian-ya-koay duduk di hadapan Fu Ke-wei dengan tidak mengerti, "saudara kecil, mungkin Huang-jit-ye dan teman penjahatnya benar-benar telah naik ke gunung menjadi perampok."
"Lorong rahasia di bawah tanah untuk menghindar musuh banyak sekali, tersedia makanan dan air, sembunyi tiga-lima puluh hari juga tidak akan kekurangan makanan. Dia tidak ada alasan lari ke atas gunung." Kata Fu Ke-wei dingin, "jika mengatakan dia dengan perampok gunung Tai-hang ada hubungan, tentu tidak salah, mau menuduh dia bersembunyi disana, itu terlalu di paksakan. Jika dia benar-benar naik kegunung, dan ditemukan oleh mata-mata yang diutus permerintah, apa dia masih bisa tinggal di kota" Dia adalah seorang yang pintar, harusnya tahu untung ruginya naik ke gunung, makanya, dia tidak naik kegunung."
"Mmm! Masuk akal......ada orang yang datang."
Pintu belakang ruangan terbuka, keluarlah seorang nyonya setengah baya berbaju rok dengan delapan tilapan warna hijau, dituntun oleh seorang pelayan dengan wajah penuh ketakutan.
"Kau......kau adalah tuan Fu?" tanya Nyonya setengah baya Jia-yong.
"Tidak salah, Sastrawan Neraka telah memberitahukan, nyonya adalah......"
"Tuan Fu, kau adalah orang ternama di dunia persilatan, tidak bisa tidak menurut aturan, menyerang ke rumah......"
"Nyonya, aku bukan orang ternama di dunia persilatan, juga bukan orang yang tidak mengindahkan aturan, masalahnya adalah apakah lawan menurut aturan tidak." Dia memotong perkataannya, "di siang hari bolong di tempat pertemuan di depan kuil, Huang-jit-ye mengerahkan tiga puluh orang lebih, di antaranya setengah lebih adalah perampok, sisanya lagi juga adalah orang-orang pelarian aliran hitam, dia sama sekali tidak menurut aturan menjumpai aku, nyonya mengatakan tidak menurut aturan, menyalahkan aku, apakah itu adil?"
"Kau......" "Jam lima seperempat, aku pasti membakar, nyonya harus bersiap-siap." katanya dengan nada dalam, "Kecuali aku tahu keberadaan Yun-sang-nie, jika tidak, aku tidak akan meninggalkan perumahan Lu An."
"Aku pengemis tua juga ingin tahu keberadaannya Lang-ye, ini yang disebut dalam kesempatan kebakaran merampok, ha ha ha......" Tian-ya-koay juga mendukung disamping.
"Lang-ye sudah mengetahui ada orang yang mengancam dia, kemarin malam sudah pergi dari sini." Nyonya setengah baya menyerah, "Yun-sang-nie setahun lalu masih berada di perumahan Qing-yun, jaraknya beberapa ribu li, mengirim surat padanya juga tidak mudah, sekarang tidak tahu apakah masih di perumahan Qing-yun atau tidak."
Wajah Fu Ke-wei berubah. Tian-ya-koay juga tertegun, mengerutkan alis berpikir.
"Nyonya, kata-katamu, satu pun aku tidak ada yang percaya." Kata Fu Ke-wei dengan keras, "perumahan Qing-yun adalah satu diantara tiga perumahan di dunia persilatan, ketua perumahan yang sekarang adalah Satu Pedang Utara Chen Rou-yi, dijuluki yang terhebat dari Sembilan Jago Pedang terbesar, dia adalah orang aliran putih yang ternama. Yun-sang-nie adalah seorang wanita cabul di dunia persilatan, wanita bejad di dunia persilatan, mana bisa tinggal di perumahan Qing-yun?"
"Yang aku katakan adalah kenyataan, jika tidak percaya kenapa tidak pergi ke perumahan Qing-yun membuktikannya?" Nyonya setengah baya cepat-cepat membela diri.
"Kau ingin supaya aku cepat-cepat pergi, tidak semudah itu."
"Aku bisa saja sembarangan mengatakan satu tempat, supaya kau tidak bisa menemukannya, juga bisa mengatakan dia ada di perkampungan Cheng-huang di Shi-chuan-feng-du, sedang berlatih silat bersama Manusia Iblis salah satu dari empat iblis besar, karena kau juga tidak berani pergi ke perkampungan Cheng-huang mengantar nyawa."
"Jika benar kau mengatakan dia ada di perkampungan Cheng-huang, aku tetap akan pergi memeriksanya, Pendeta dao, Manusia Iblis walau orang mendengar namanya sudah ketakutan, tapi aku bukan orang yang mudah dibuat takut." Fu Ke-wei mendorong kursi bangkit berdiri, "jika terbukti kata-katamu ini bohong semua, lain kali, Hm! Tempat ini mungkin akan jadi rongsokan. Ingat peringatan aku, harap saja aku tidak kembali lagi ke sini mengacau."
Dia dengan langkah besar berjalan keluar ruangan, Tian-ya-koay berjalan berdampingan dengannya, Ouw Yu-zhen berjalan di belakang sebelah kiri dia, sungguh persis seperti pelayan yang setia.
"Saudara kecil Fu, masalah ini mungkin sangat sulit." Tian-ya-koay tampak sedikit gelisah, "orang-orangnya keluarga Chen tidak mudah diajak bicara, jika kau tanpa persiapan mendatangi rumahnya meminta orang, apakah kau tahu akibatnya?"
"Tahu, tentu akan menimbulkan amarah para pendekar aliran putih."
"Kalau begitu kau......"
"Aku tetap harus pergi tidak bisa tidak."
"Saudara kecil, sebenarnya Yun-sang-nie telah melakukan kejahatan apa, sehingga kau jauh-jauh mengejar dia?"
"Itu rahasiaku."
"Kalian berdua pergi melabrak perumahan Qing-yun, mungkin......"
"Pergi menyelidik, bukan melabrak." Kata Fu Ke-wei dengan tenang, "jika hasilnya benar, membuktikan wanita setan itu benar berada di perumahan Qing-yun......"
"Maka akan melabraknya?"
"Betul! dilabrak." Nada Fu Ke-wei tegas, tidak mengizinkan lawan salah mengerti, "jika perumahan Qing-yun adalah tempat persembunyian penjahat, aku ada hak membongkarnya, kecuali aku mati, tidak ada orang yang bisa menahan aku menantang perumahan Qing-yun. Tetua Jie, apakah kau melepas begitu saja masalah Lang-ye?"
"Itu hal yang tidak dapat berbuat apa-apa, aku terpaksa mencari jalan lain."
"Sekarang kau kembali kesana, sangat mungkin bisa bertemu dengan pejahat itu."
"Apa" Kau kata......"
"Di ruangan dalam, pasti tidak salah." Fu Ke-wei seperti tidak terjadi apa-apa melangkah masuk kedalam pintu pekarangan besar yang terbuka, "di ruang dalam ada satu pintu masuk terowongan, menuju ke ruang rahasia bawah tanah di pinggir sungai Shi-zi, terowongan di bawah tanah seperti sarang laba-laba, masuk ke dalam mencari orang terlalu bahaya, Huang-jit-ye dengan tamunya bersembunyi di ruang rahasia bawah tanah itu, sekali kita pergi, mereka seharusnya sudah naik keatas... Jangan membalikan kepala, ada orang menguntit, jalanlah lebih-jauh sedikit baru kembali, aku ingin dari mulutnya Huang-jit-ye mendapatkan berita yang pasti."
0-0-0 Di ruang dalam rumah Huang ada satu lampu menyala kecil sekali, sepuluh lebih pesilat tinggi dunia persilatan berturut-turut muncul,
Huang-jit-ye duduk di kursi besar dengan wajah penuh amarah.
"Si anjing Fu yang harus mati!" Huang-jit-ye menggigit gigi memaki, "aku Huang Yung-sheng tidak ada permusuhan tidak ada dendam dengan dia, dia malah mendatangi rumah, menghina orang, sungguh keterlaluan, jika tidak membunuh dia sulit meredakan amarahku."
"Jika bocah ini benar adalah Xie-jian-xiu-luo yang di dunia persilatan keluar masuknya sulit ditebak, jejaknya juga membingungkan kadang di utara kadang di selatan, ingin membunuh dia tidaklah mudah?" Sastrawan Neraka yang wajahnya masih belum pulih seperti semula, "Saudara Huang, jika tidak berhasil, tempat ini mungkin sudah tidak bisa ditinggali."
"Aku akan menyewa pembunuh bayaran diam-diam membunuh dia."
"Empat bulan yang lalu, perkumpulan Qing-lian menerima pesanan diam-diam membunuh Xie-jian-xiu-luo, bukan saja tidak berhasil, malah dia sendiri datang ke markas pusatnya dan menghancurkan perkumpulan itu. Siapa lagi yang masih berani menerima pesananmu" Jangan terlalu berharap, saudara." Sastrawan Neraka menasihati dengan tujuan baik, "berurusan dengan gelandangan seperti ini, tidak akan mendapat keuntungan sedikit pun. Ooo! Di pihak adik seperguruanmu......"
"Lang-ye sudah menawarkan diri pergi, sekarang sudah berangkat."
"Ooo! Lang-ye orangnya tidak berperasaan, sedikit pun tidak bisa dipercaya, kenapa bisa begitu semangat?" kata Sastrawan Neraka mengerutkan alis.
"Aku juga merasa aneh." Huang-jit-ye tidak mengerti, "Sejak dia mendengar marga Fu mencari adik seperguruanku, dia sudah tidak tenang, terhadap Tian-ya-koay dan nona aneh yang sedang mengejarnya, malah sedikit pun tidak ada perhatikan, tidak tahu apa sebabnya."
"Mungkin dia dengan adik seperguruan anda masih belum putus cinta lamanya!"
"Tidak tahu, katanya siang malam dia akan mengejar waktu pergi ke perumahan Qing-yun memberitahu kabar......Iii!"
Jendela sebelah kanan tanpa suara membuka sendiri, diluar jendela tampak wajah Fu Ke-wei dan Tian-ya-koay.
"Pergi ke perumahan Qing-yun di Shan-dong ada dua jalan, satu timur satu selatan." Tian-ya-koay berkata, "jalan selatan lebih jauh, Lang-ye pasti ambil jalan timur gunung Lin-lu keluar dari Peng-de. Dia adalah Lang-ye yang tidak biasa melihat matahari, jalan malam tentu harus begitu, dia pasti belum jauh."
Jendela sebelah kiri juga ada yang membukanya, nona Peng muncul di luar jendela, berkata:
"Ternyata penjahat itu namanya Hong-hao, aku tidak percaya dia larinya bisa lebih cepat dari pada serigala."
Sepuluh orang lebih jadi terkejut, semua menyembunyikan diri.
Tapi bayangan orang yang diluar jendela telah menghilang, Huang-jit-ye juga sembunyi di kamar dalam, di ruangan jadi kosong kembali.
0-0-0 Hari belum terang Fu Ke-wei dan Ouw Yu-zhen sudah meninggalkan penginapan, menggendong bungkusan baju malam-malam pergi menyeberang sungai kota.
Jalan lewat arah timur sungguh jelek sekali, melalui jalur dalam selatan gunung Tai-hang, jalannya jalan setapak, tempat beraksi para perampok, tidak ada penginapan, juga sedikit sekali kampung, dalam jarak ratusan li binatang liar keluar masuk, puluhan li tidak bertemu dengan manusia.
Di ujung barat, di Hu-guan ada markas tentara, sebelah tenggara, di Yu-xia baru ada pasukan keamanan, di tengah-tengah, orang sekali masuk, mati hidup hanya tergantung nasib.
Pegunungan Tai-hang bersambung ribuan li, di jalur selatan daerah ini yang paling liar, di hutan yang lebat gunung yang tinggi ini, setiap saat bisa terjadi hal yang tidak terduga.
Demi memudahkan perjalanan, Ouw Yu-zhen menyamar jadi seorang pemuda, Fu Ke-wei tetap bermantel hijau, memakai mantel berjalan di pegunungan, sunguh-sungguh dia bisa tahan.
Hari sudah terang, dua orang telah jalan sampai dibawah gunung Fu-kou, masuk ke Fu-kou membeli alat-alat yang diperlukan untuk berjalan di gunung dan makanan kering, menanyakan dengan jelas arah jalan, cepat-cepat melanjutkan perjalanan.
Mereka harus bisa mendahului Lang-ye, harus sampai lebih dulu di Shan-dong.
Jalan kecil keluar dari timur sebenarnya ada beberapa jalan, hanya jalan Fu Kou ini jalannya lebih bagus, karena jalan ini sering dipatroli oleh pasukan keamanan, makanya kelompok-kelompok orang bepergian menganggap jalan ini adalah jalan besar, dan memang juga adalah jalan besar menuju ke kota Zhang-de di He-nan, tidak akan sampai tersasar didalam hutan.
Orang yang bepergian keluar kota sudah pergi di bagi menjadi 3 kelompok, di jalan sering terlihat orang-orang yang kampungnya dekat berlalu lalang.
Diwaktu hampir tengah hari dua orang itu sudah menyusul kelompok pertama dari ratusan orang yang bepergian, mereka terus berjalan lagi, hingga tinggal mereka berdua saja! Tepat untuk mempercepat langkahnya, tidak perlu takut bisa mengejutkan masyarakat.
Menurut perkiraan Fu Ke-wei, Lang-ye seharusnya sudah berada di belakang mereka.
Penjahat itu walau belum pernah bertemu, sebutannya asing, tapi mendengar nada bicara Tian-ya-koay, penjahat itu tidak akan berjalan di siang hari, sangat mungkin bersembunyi dulu di sekitar Fu-kou menunggu hari gelap.
Dia memutuskan jika perlu siang malam berjalan terus mengejar waktu, Lang-ye pasti tidak bisa lebih cepat sampai di Shan-dong memberi kabar.
Setelah lari beberapa saat, mengeliling bukit sekitar dua puluh li lebih, keadaannya semakin menanjak, tumbuhan sudah tidak seperti tadi yang subur, sudah terlihat bukit yang gundul dari kejauhan, Fu Ke-wei tahu, jika berjalan ke depan lagi, maka mereka akan masuk ke daerah yang berbahaya.
Di depan terlihat ada tiga pejalan kaki, dua orang menggendong bungkusan baju, seorang menuntun seekor keledai dengan bawaan di punggungnya, ketiga orang itu semuanya membawa senj ata untuk pertahanan diri.
Fu Ke-wei dengan Ouw Yu-zhen memperlambat langkahnya, berjalan dengan santai.
Sesudah dekat, orang yang menuntun keledai secara tidak sengaja melirik kebelakang, melihat dia.
"Hey! Sobat, kalian berani berjalan hanya berdua saja?" sapa orang yang menuntun keledai sambil tersenyum kepada mereka, "didaerah ini kemarin dulu ada terjadi perampokan, jalan bersama lebih berarti banyak dari pada dua pedang kalian, paling sedikit bisa menakuti perampok kecil, bagaimana?"
"Aku tidak banyak membawa uang, perampok kecil juga tidak akan mau merampok kami." Fu Ke-wei sambil bicara dengan Ouw Yu-zhen berjalan dengan langkah besar melewati mereka, "bila benar membawa terlalu banyak uang, lebih banyak tiga atau lima pedang juga tidak bisa menghadang para perampok yang ingin kaya mendadak. Lagi pula, lebih banyak sepasang kaki, jalannya akan lebih lambat."
"Ha ha! Teman, kalian berdua berjalan terburu-buru, tidak akan bertahan lama." kata seorang pejalan yang membawa golok, "berjalan di pegunungan harus berjalan dengan santai dan mantap, ingin cepat malah tidak akan tercapai."
"Terima kasih atas kebaikan hati saudara." Mereka berdua sudah berada di depan, "kami masih muda, lari sebentar tidak akan apa-apa."
Setelah menjauh dua li lebih, sudah tidak terlihat tiga pejalan kaki tadi.
Turun dari satu kaki gunung, jalan kecil di depan jalan memecah menjadi dua, di tengah pertigaan ada satu papan penunjuk jalan, di kiri tertulis: ke Lu-cheng. Dikanan tertulis: ke Fu-guan.
Mereka berdua tanpa pikir jalan kearah Fu-guan.
Yang dinamakan Fu-guan, bukanlah menunjuk pada Fu Kou-guan, tapi menunjuk pada kota kabupaten Fu-guan, jika salah maka akan sia-sia berjalan, menurut jadwal perjalanan yang dia tahu, tidak perlu melalui Fu-guan, arah yang ditunjuk papan penunjuk jalan, di tengah jalan pasti ada satu jalan cabang yang mengarah ke timur.
Ingin cepat malah tidak tercapai, benar saja tidak salah perkataan itu.
Dia dengan Ouw Yu-zhen tidak tahu daerah, mereka ingin cepat sampai, tapi tidak memperhatikan jalan lama di sekitar ini, tidak pernah di pasang papan penunjuk jalan, tapi papan penunjuk jalan yang terbuat dari batu dan panah jenderal, ini ada kegunaannya, tidak takut di tiup angin, kena hujan atau terik matahari.
Dan juga papan penunjuk jalan ini yang permukaannya licin ini, tulisannya seperti belum kering.
Hidup manusia didunia, jika setiap saat harus perhatikan setiap keadaan apakah ada bahaya tidak, itu sungguh merepotkan sekali, hidup ini sungguh tidak ada banyak artinya.
Melewati dua gunung, aneh! Kenapa jalannya semakin sempit, jejak manusia dan telapak kuda juga sudah tidak ada.
Dua orang berhenti, melihat jauh ke depan.
Hm...! Mungkin benar telah salah jalan.
Dua li didepan sepertinya ujungnya jalan kecil, di depan hutan nampak satu rumah gubuk, di bawah pohon besar di depan rumah, terikat seekor keledai kecil.
"Biar aku pergi tanyakan jalan." Kata Ouw Yu-zhen.
"Tidak, biar aku saja yang bertanya." Fu Ke-wei menghadang Ouw Yu-zhen yang akan melewatinya, "situasinya sepertinya tidak normal, kau sementara sembunyi di dalam hutan, tunggu siulan aku baru bergerak."
Pintu papan tidak tertutup rapat, dia mendorong membuka pintu teriak:
"Hey! Apa ada orang?"
Di dalam ruangan kosong tidak ada orang, satu meja empat kursi, dan beberapa barang serta alat pertanian.
Jalan yang menuju kebelakang rumah sangat kecil, di dalam tiba-tiba terdengar suara tua berkata:
"Siapa itu" Silahkan duduk dulu, aku segera keluar."
Fu Ke-wei masuk kedalam, sampai disisi meja, baru saja akan melepas bungkusan baju beristirahat, tiba-tiba merasa kaki amblas ke bawah, hatinya terangkat keatas.
Peristiwa ini sangat mendadak sekali, punya kemampuan sebesar langit juga sia-sia, tidak menunggu dia bereaksi, tubuhnya dengan cepat telah jatuh ke bawah, sedalam kurang lebih empat zhang, dia baru dapat menggerakan kaki dan tangan menstabilkan tubuh, mengangkat tenaga dalam supaya sampai kebawah.
Untung saja lubangnya sedalam lima zhang, dia masih sempat bereaksi, buug... satu suara dengan mantap menyentuh tanah.
Di atas, lubang telah ditutup, gelap hingga mengulurkan tangan juga tidak bisa melihat lima jari.
Dia menenangkan diri, dengan tenang berpikir, tangan kirinya meraba-raba, dia tahu ini adalah lubang jebakan sebesar satu zhang dua, dasarnya dari batu, permukaan batu tidak terlalu kasar.
Dia merasa aneh, meja dan kursi kenapa tidak ikut jatuh kebawah"
Setelah dipikir lagi, dia jadi sadar. Ternyata meja dan kursi itu terpaku diatas papan jebakan, setelah jatuh, lalu ditarik lagi ketempat semula, menutup kembali lubang jebakan. Kalau begitu, papan jebakannya seharusnya terbuat dari kayu, tidak akan menyulitkan dia, asal bisa naik keatas......
Dia melepaskan tali mendaki gunung, diujung tali ada kail kecil, melemparkannya keatas, mencoba dahulu papan jebakan itu.
"Traang!" suara kail, mental kembali jatuh kebawah.
Celaka! Papannya dari besi.
Dia menggunakan tangan mengukur tali, tingginya ada empat zhang lima chi.
Dalam bahaya kematian mencari kehidupan, dia harus mencari satu jalan hidup, tidak bisa duduk terus menunggu kematian, orang yang suaranya tua itu, mungkin sedang mencari cara menghadapi dia!
Dia melepaskan bungkusan bajunya, dia menempelkan punggungnya di sudut dinding, kaki dan tangan digunakan, menggunakan ilmu cecak satu langkah demi satu langkah satu cun demi satu cun merayap keatas.
Dasar jebakan adalah lapisan batu, di tengah adalah dinding tanah, satu zhang lebih dekat mulut lubang, adalah dibangun dengan batu besar, naik keatas tidaklah sulit.
Tapi, begitu mengusap tutup lubang yang rapat, hatinya menjadi dingin. ternyata tutup lubangnya terbuat dari baja, ketebalan bajanya tidak bisa dihadapi dengan golok atau pedang biasa, punya tenaga super juga tidak bisa digunakan karena tidak ada tempat pijakan.
Dia telah mencoba beberapa kali, tapi sia-sia.
Kecuali menunggu mati, sedikit pun tidak ada jalan untuk lolos.
Tidak lama, di atas ada gerakan.
"Ha ha ha ha......" terdengar tawa keras,
"sobat, kawan-kawannya Serigala tua berhasil menunggumu. Kau bisa tidak mati karena jatuh, sungguh luar biasa!"
Dengan pengalamannya, dia tahu dirinya terjebak, pasti bukan jatuh ke tangan para penjahat setempat, tapi lawan telah merencanakan jebakan menunggu dia.
"Sungguh hebat jebakanmu." Dia terpaksa berkata, "orang yang pintar dan waspada pun, juga tidak akan curiga di dalam rumah ada jebakan, jebakan ini dibangun sangat bagus, di luar sedikit pun tidak ada celah, mengagumkan sekali."
"Anda terlalu memuji. Kau bermarga Fu, apa benar adalah Xie-jian-xiu-luo?"
"Tidak salah, tapi bukan Xie-jian-xiu-luo. Ooo! Mungkin kau temannya Huang-jit-ye."
"Betul, dia memastikan kau pasti melalui jalan ini. Dimana temanmu?"
"Dia jalan lewat jalan cabang satunya lagi. sobat, apakah kita sudah kenal?"
"Tidak kenal, hanya saudara Huang orang yang tahu orang macam kau ini, aku belum pernah dengar orang sepertimu."
"Kau ingin berbuat apa?"
"Menyerahkanmu pada saudara Huang, aku sudah mengutus orang menyampaikan beritanya."
"Sobat, apa kalian orang yang membantu Huang-jit-ye di depan kuil gunung kemarin?"
"Kemarin hanya kami bertiga saudara dari Tie Han Ling yang ikut serta, kami tahu kau amat lihay, makanya harus menggunakan siasat untuk menangkapmu. Tenang saja istirahat di bawah! Tunggu sampai saudara Huang tiba, baru menentukan kau mati atau hidup."
"Sobat, bisakah kita berunding?"
Tidak ada jawaban, tidak terdengar sedikit pun ada gerakan, walau dia teriak-teriak dengan keras, juga tidak ada orang yang menjawab.
Saat ini yang paling dia khawatirkan adalah, keselamatannya Ouw Yu-zhen, jika dia lama tidak menerima isyarat darinya, dalam keadaan gelisah akan melabrak masuk, tentu akan terkena jebakan, sehingga tidak ada lagi orangyang bisa menolong.
Entah lewat berapa lama, pokoknya makanan kering untuk makan sehari itu sudah habis dimakan, sisanya hanya untuk makan sehari lagi, sekarang rasa haus menyerangnya, bau dasar lubang semakin menyengat. Jika keadaannya begini terus, rasa hausnya lambat laun akan merengut nyawanya.
Dia sudah mencoba merayap dua kali, dua kalinya tidak bisa menggoyahkan tutup lubang dari baja yang sangat berat itu.
Sungguh susah menahan rasa haus, perutnya terasa mengepul asap, hawa yang dihembuskan panas, bibir mulai kering merekah.
Makanan kering untuk dua hari sudah habis dimakan, kecuali haus, kelaparan segera akan menyerang dia.
Huang-jit-ye masih belum datang, di atas juga tidak ada kabar beritanya.
Selama tujuh delapan tahun, dia telah lolos dari pintu kematian entah berapa kali, dia pernah mengalami, entah berapa banyak terjangan angin topan dan bahaya. Tapi dia tetap sukses, dia juga pernah mengalami kegagalan, tapi belum pernah merasakan rasa kelaparan dan kehausan di bawah lubang, yang kali ini dia rasakan.
Di ambang hidup atau mati, orang pemberani bisa menghadapi tantangan dengan tenang, keinginan hidup yang kuat menahan dirinya, membuat memangatnya tidak sampai hancur.
Ketika dia sedang berusaha tenang, menahan sakit perutnya, dari atas masuk bau wangi yang aneh, setelah dia merasakan ada yang salah, dia telah menghirup udara wangi tidak sedikit, terasa kepala jadi berat, tangan dan kaki menjulur, sesaat dia telah hilang kesadarannya.
Saat dia terbangun, dia merasa seluruh tubuhnya lemas, sinar petang menembus dari lubang di depan gua, di depannya duduk bersila tiga orang asing.
Akhirnya dia sadarkan diri sepenuh-nya.
Ternyata dirinya berada di dalam gua batu yang di luarnya kecil dalamnya besar, dalamnya sekitar dua zhang, dirinya menyander di dinding gua, kakinya dirantai, sepasang tangannya terbuka, masing-masingjuga dirantai ke dinding batu, tebalnya borgol ada setebal tiga fen, dan dipaku mati, sampai gajah besar pun jangan harap bisa melepasnya.
Akhirnya lumayan juga, mulut sudah tidak haus lagi, mungkin lawan tidak berniat supaya dia mati kehausan, setelah dia diangkat keatas, diberinya minum yang banyak.
"Tempat apa ini?"
Suaranya tampak serak, lemas, tapi dia tahu dirinya sudah sedikit pulih.
Tiga orang pria besar setengah baya sedang makan daging, minum arak, baki keramik untuk menaruh masakan ditaruh di atas tanah, araknya tersimpan di hulu, menggunakan tangan mengambil potongan besar daging, memasukan ke mulut, cara makannya sangat kasar.
"Ini adalah Tie-han-ling, kami semuanya orang gua." Kata orang yang rambutnya kacau wajah penuh brewok, "mau makan sedikit?"
Baru sekarang dia bisa melihat wajah ketiga orang ini dengan jelas, juga dapat merasa ada yang tidak beres.
"Beri aku sedikit sup daging." Dengan suara serak dia berkata, "mungkin seumur hidup kalian tidak pernah ke kota."
"Omong kosong!" laki-laki brewokan bangkit berdiri membawa baki, menyuapi dia sup daging rusa yang segar, "kami sering keluar masuk kota, pernah hidup di kota Hu-zhou dan Zi-zhou."
"Tapi kalian tidak berani muncul di siang hari. Terima kasih, sudah cukup! Tidak bisa makan terlalu banyak, perutku tidak akan tahan." Dia menyamankan posisi duduk, "kalian tidak merampok di satu tempat, tentu tidak ada hubungan dengan para perampok Tai-hang-shan!"
"Apa itu perampok Tai-hang." Pria besar brewokan dengan kasar memaki, "mereka itu, siapa pun dirampoknya, dan dibunuh supaya tidak ada saksi, mulut berkata setia kawan, tapi yang di lakukan adalah sangat tidak manusiawi. Kami adalah kaum gelandangan di dalam gunung, mana bisa dibandingkan dengan para perampok itu. Jangan bicarakan hal yang tidak ada guna ini, kau juga tidak ada banyak waktu untuk bicara lagi."
"Katamu aku tidak banyak waktu bisa hidup?"
"Betul, begitu Huang-jit-ye datang, itulah saat kau dipenggal kepalanya."
"Kapan dia datang?"
"Tidak tahu, dia dikejar oleh seorang wanita dan seorang pengemis tua sampai tidak tahu lari kemana, dia tidak dapat lari naik ke atas gunung. Tapi, mungkin tidak lama lagi akan tiba."
"Jika dia tidak datang?" Dia tahu siapa wanita dan pengemis tua, "pengemis tua dan nona itu, tadinya mengejar Lang-ye, berbalik mengejar Huang-jit-ye, sulit bisa meloloskan diri."
"Kami tidak perduli hal lainnya." Laki-laki besar brewokan berkata, "Huang-jit-ye memberi kami uang tiga ratus liang perak untuk membeli nyawamu, kami telah menunggu dia tiga hari, tapi dia belum datang juga, makanya kami mengangkat kau keatas. Malam ini jika dia masih belum datang, besok pagi kami akan penggal kepalamu, mengantarkannya ke rumah Huang, selesai sudah. Hm! Oh betul, temanmu itu bersembunyi didalam hutan, kemarin juga terperangkap ke dalam jebakan kami, dia bukan buruan kami, setelah masalah kau selesai, kami akan melepaskan dia."
Fu Ke-wei tertegun, lalu menggelengkan kepala tertawa pahit.
"Aku marga Fu cuma di hargai tiga ratus liang perak, sungguh menyedihkan." Dia malah tertawa, "saudara, lepaskan aku, dalam tiga hari, aku beri kalian tiga ribu liang perak."
"Kami tidak menerima uang dari kedua belah pihak, sudahlah! Ini adalah aturan, tiga puluh ribu liang perak juga tidak dapat membeli nyawamu."
"Baik, kalian sangat berpegang aturan." Dia tahu harta tidak bisa mempengaruhi orang-orang yang diam-diam berhubungan dengan Huang-jit-ye, "itu daging rusa bukan" Beri aku beberapa potong, bagaimana" Orang yang akan segera di mati pecutnya juga harus kenyang, betul tidak?"
"Tiga hari di dalam lubang tidak makan tapi tidak mati, kau ini pria hebat." Pria besar brewokan membawa baki mendekat, mengambil sepotong daging dimasukan ke dalam mulutnya, "Sayang, demi aturan, kami harus memenggal kepalamu yang bagus ini."
Berturut-turut dia makan lima potong daging, perut sudah tidak sakit lagi.
Setelah makan beberapa potong daging, semangatnya telah kembali.
"Siapa ketua kalian?" Dia sembarangan bertanya, "apakah Raja Kun-tian?"
"Bukan, Raja Kun-tian jauh di Liao-zhou, berjarak dengan kami ada delapan belas ribu li." Pria besar brewokan kembali ketempatnya, "aku sudah katakan kami ini bukan perampok, hanya masyarakat luar yang bisa makan dan minum, adalah rakyat baik. Huang-jit-ye juga orangnya baik, dengan anak buah Raja Kun-tian berhubungan erat, dengan kami masyarakat luar juga hubungannya tidak jelek. Tapi jika benar terjadi masalah, orang-orangnya Raja Kun-tian tidak bisa membantu dia, ini yang disebut air jauh tidak bisa menolong api yang dekat. Ketua kami namanya Ho-gang, tidak punya julukan, bicara tentang ilmu silat! Raja Kun-tian belum tentu lebih tinggi dari dia. Dia membawa orang-orangnya pergi membantu Huang-jit-ye, kau akan bertemu dengan dia nanti."
"Aku jadi ingin cepat-cepat bertemu dengan dia. Berilah aku sedikit supnya."
0-0-0 JILID KEDUA Bab 11 Tidak lama, hari semakin gelap, di dalam goa telah dinyalakan obor cemara.
Tiga laki-laki besar telah berkurang satu, mungkin keluar menjemput orang.
Salah seorang laki-laki brewokan yang bertubuh besar berjaga pintu keluar goa, seorang lagi yang kaki dan tangannya panjang, berbaring di bawah dinding, sorot matanya tidak henti-hentinya menatap pada Fu Ke-wei, bukan karena takut Fu Ke-wei melarikan diri, tapi arahnya memang menghadap pada Fu Ke-wei, dibawah pengawasan yang ketat ini, manusia super atau gajah besar pun tidak bisa lolos.
"Saudara, obat wangi yang dilemparkan kedalam lubang jebakan itu, punya siapa?" dia menanyakan pada laki-laki besar, "begitu tercium langsung pingsan, sungguh lihay sekali!."
"Obat itu punya seorang pengelana persilatan, yang beberapa tahun lalu dibunuh oleh ketua di Zi-zhou, ketua juga merampas satu botol puder ini, harimau yang ganas juga bisa pingsan oleh obat ini, memang lihay."
"Ooo! Di mana bungkusan baju dan pedangku?"
"Masih ada di dalam lubang jebakan, belum sempat mengambilnya."
Mendadak, dari kejauhan terdengar suara siulan aneh!
"Mereka sudah datang." Teriak laki-laki besar brewokan di luar goa, "adik ketiga, rapihkan di dalam goa, tambah dua obor."
Wajah Fu Ke-wei tampak senyum yang sinis dan dingin, setelah makan dan minum, tenaganya pulih dengan cepat sekali. Tapi, penampilannya, sangat tidak karuan, jenggot dan kumis telah tumbuh, bibirnya kering retak, bajunya kotor dan kusut, penampilannya sangat kacau sekali, dibandingkan beberapa hari lalu yang bertampang seperti seorang pangeran tampan, bedanya jauh sekali"
Suara orang sangat ramai, Hong-gang yang tubuhnya tegap besar pertama-tama masuk ke dalam goa, di belakang diikuti oleh Huang-jit-ye yang wajahnya muram, dan lima enam orang laki-laki.
Di luar goa juga ada enam tujuh orang yang tidak ikut masuk, memang di dalam goa tidak dapat menampung begitu banyak orang.
Huang-jit-ye melihat Fu Ke-wei, wajahnya timbul hawa membunuh.
Wajah Hong-gang tampak sangat galak, kasar dan tegap, keadaan wajahnya sudah cukup menakutkan orang.
"Jit-ye, orangnya masih hidup aku serahkan padamu." Suara Hong-gang seperti geledek, "goa untuk menahan tawanan ini juga sementara boleh kau pergunakan, aku harus keluar mengurus anak buah, bersiap-siap menghadapi orang yang mengejarmu, mungkin sebelum hari terang, mereka sudah mencari kemari."
"Tunggu sebentar." Huang-jit-ye berkata, "setelah aku tanyakan satu hal dengan jelas, aku ikut saudara Hong menghadapi mereka."
"Boleh juga, cepatlah kalau begitu!" Hong-gang tanpa ragu menyetujui.
Huang-jit-ye mendekati Fu Ke-wei, sambil mencabut golok di pinggang temannya, dengan sorot mata yang keji menatap wajah Fu Ke-wei.
"Kita sama-sama orang yang bermain nyawa." Kata Huang-jit-ye sambil menggigit gigi, "jawab pertanyaanku, aku nanti akan memberi kematian dengan cepat. Jika tidak, aku akan mencincangmu, apakah kau tidak ingin mati cepat?"
Ujung golok digoyang-goyangkan di depan wajah Fu Ke-wei, lalu pelan-pelan di pindahkan kedadanya.
"Jika kau tidak berkata terus terang." Huang-jit-ye melanjutkan, "aku akan menggunakan hatimu sebagai teman minum arak, lebih baik kau percaya, perkataanku dapat dipertanggung jawabkan. Katakan, kau mencari adik seperguruanku ada masalah apa?"
"Ini adalah rahasia antara aku dengan adik seperguruanmu, harus berhadapan langsung dengan dia, baru dapat membicarakannya dengan jelas." Kata Fu Ke-wei sedikit pun tidak ketakutan, "aku orang kecil di dunia persilatan, bertindak memakai segala cara, tapi jika perbuatannya benar-benar tidak terbukti, aku pasti tidak akan membunuh orang. Makanya aku hanya bisa memberitahumu, sebelum adik seperguruanmu mengakui kebenarannya, aku sama sekali tidak akan memberitahukan pada orang ketiga, terserah kau yang menentukannya, kau sudah tahu, kita adalah orang-orang yang mempermainkan nyawa, bagaimana cara matinya, tidak perlu dibicarakan secara detail. Aku bisa dengan jelas memberitahu, orang persilatan antara dendam dan budi harus dibedakan dengan jelas, jika kedua belah pihak bertarung, golok putih masuk golok merah keluar, kalau mati mengakulah kalah, kau bunuh aku, aku bunuh kau itu biasa, jika kedua belah pihak tidak mati, tidak perlu membicarakan dendam atau budi. Tapi dengan keadaan seperti sekarang, kau menggunakan cara ini memperlakukan aku, ini adalah siasat busuk berdarah dingin, apakah kau mengerti artinya siasat busuk berdarah dingin?"
Huang-jit-ye naik pitam, sekali berteriak marah golok dibacokan ke tangan kirinya.
Tapi dari samping sebuah tangan besar mengulur, laki-laki besar brewokan dengan tangannya yang besar bertenaga menangkap lengan Huang-jit-ye yang memegang golok.
"Jit-ye, membunuh orang hanya membuat kepala jatuh ke bawah." Kata laki-laki besar brewokan dengan nada dalam, "saudara ini adalah seorang jantan, kau tidak bisa menyiksa dia seperti ini, jika mau, penggal saja kepala dia, betul tidak?"
"Kau......" "Ini adalah perhargaan untuk seorang jantan." Kata laki-laki besar brewokan, "laki-laki sejati menghargai sikap laki-laki jantan, membunuh orang seperti ini harus cocok buat seorang laki-laki sejati. Kau sedikit-sedikit membacok dia, juga tidak akan mendapatkan apa yang kau ingin ketahui."
"Saudara Huang!" Hong-gang melanjutkan, "setelah dia mati, masalah dia dengan adik seperguruan anda juga selesai, buat apa membiarkan dia memaki kau sebelum mati" Bunuh saja langsung dengan satu kali bacokan saja."
Huang-jit-ye melepaskan tangan dari laki-laki besar brewokan, sekali menggigit gigi, goloknya telah diangkat.
Wajah Fu Ke-wei tersenyum dingin.
Goloknya masih belum turun, di mulut goa tiba-tiba terdengar suara tertawa keras yang menusuk telinga, tampak seorang laki-laki besar jatuh ke tanah, seorang laki-laki besar lagi juga terbang melayang masuk kedalam goa.
"Ha ha ha ha......"
Suara tawa keras terdengar menggetarkan telinga, Tian-ya-koay seperti setan, muncul di mulut goa, tangan kanannya menggenggam sebilah golok pembelah gunung, di tangan kirinya ada satu pipa pelontar bertenaga besar sepanjang satu chi yang dipergunakan oleh anak buahnya Huang-jit-ye.
Nona Peng dan Ouw Yu-zhen yang berdandan laki-laki juga muncul di belakangnya pengemis tua itu, tiga orang itu menghadang mulut goa.
"Kalian semua ada disini." Kata Tian-ya-koay tertawa, "ini disebut menangkap kura-kura di dalam gentong, ha ha ha! Keluarlah! Lihat siapa yang mati duluan, di dalam pipa pelontar ada lima peluru, pelontar Mei-hua semacam ini dijamin bisa menembus tubuh manusia, tidak pernah gagal."
"Aku juga berhasil merebut sebuah." Nona Peng juga mengulurkan keluar pelontar di tangan kirinya, "ini adalah penghadang kedua, coba lihat siapa yang bisa menghadapinya."
Ouw Yu-zhen hanya menggenggam belati, di tangannya tidak ada pelontar.
Orang di dalam goa membagi menjadi dua, menempel di dinding menyembunyikan diri.
"Pengemis tua, kau hanya bisa menembak mati dua orang saja dari kami." Hong-gang berteriak marah, "enam belas lawan tiga, apa kalian dapat menghadang kami?"
"Enam belas lawan empat." Suara Fu Ke-wei dengan jelas terdengar.
Tiga buah obor apinya membara, di dalam goa sangat terang, enam belas orang semua menempel di kedua dinding menyembunyikan diri, di dekat Fu Ke-wei tidak ada orang yang berani mendekat, tempat dia di dinding dalam, menghadap pada mulut goa.
Kata-katanya menarik perhatian semua orang, seseorang mengeluarkan makian, "orang ini sungguh tidak tahu mati!"
Tapi peristiwa aneh telah terjadi, sepasang . tangan Fu Ke-wei tiba-tiba berubah jadi lemas seperti tidak bertulang, tanpa kesulitan keluar dari borgol besi, telapak tangannya lemas mengikuti borgol mengempis dan mengembang.
Tidak ada orang yang bisa percaya telapak tangan yang begitu besar bisa menggelincir keluar dari borgol besi yang begitu kecil, tapi kenyataannya benar-benar menggelincir keluar dalam pandangan mata semua orang.
"Kelontraang......"


Pengelana Rimba Persilatan Jiang Hu Lie Ren Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sepasang rantai borgol besi membagi jadi dua, jatuh menggantung kebawah tidak bergerak lagi.
Dia mengeliat, seperti tidak terjadi apa-apa membungkukan tubuh dan mengulurkan tangan, menangkap rantai kaki yang berat, sekali tarik, dua paku besi itu tiba-tiba terlepas.
Dengan tenang dia lalu bangkit berdiri, dengan dingin melirik pada orang-orang yang terkejut ketakutan.
"Ilmu Mengerutkan Tulang!" teriak Hong-gang terkejut.
"Kau kurang pengetahuan!" Tian-ya-koay dengan keras berkata, "menurut kabar, ini adalah ilmu aneh, dua ratus tahun lalu, pendiri Wu-dang, Zhang San-feng memiliki ilmu dao ini."
Fu Ke-wei menggendong tangan, satu langkah demi satu langkah menuju Huang-jit-ye yang wajahnya telah menjadi pucat.
Huang-jit-ye yang sudah putus asa, tiba-tiba membacokan goloknya sambil berteriak:
"Setan!" Tapi goloknya sudah dikunci oleh Fu Ke-wei dengan kuat, tiba-tiba TAK... satu suara dan batang golok itu patah jatuh kebawah.
"Seharusnya aku membunuhmu." Kata Fu Ke-wei dingin, "tapi aku belum pernah dengan mata kepala sendiri menyaksikan kejahatanmu, kau terdesak bertarung denganku, ini adalah sifat manusiawi, aku memaafkan dirimu, sudah berapa lama Lang-ye pergi?"
"Su...sudah pergi em...empat hari..." Kata Huang-jit-ye dengan tubuhnya gemetaran.
"Apakah pergi ke perumahan Qing-yun?"
"Mungkin iya. Aku...aku sumpah, sungguh aku ti...tidak tahu hubungan Lang-ye dengan adik seperguruanku, aku hanya tahu mereka dulu pernah tinggal bersama beberapa saat."
"Aku harap bisa mempercayaimu, tapi hubungan mereka tidak ada sangkut pautnya denganku, aku tidak bisa salahkan kau." Sorot mata Fu Ke-wei pindah kewajah Hong-gang, "Hong-gang, kau harus dihukum."
Hong-gang mengeluarkan kapak besar pembuka gunung yang dikepitnya, melapangkan dada, dia melangkah ketengah goa.
"Aku tidak takut padamu." Kata Hong-gang dengan suara yang seperti geledek, "hidup mati itu hal biasa, orang yang bermain nyawa tidak ada yang harus ditakuti, jika takut mati jangan bermain nyawa. Mari mari mari! Bertarunglah dengan sepuasnya."
Fu Ke-wei melemparkan golok patah di tangannya pada Hong-gang.
Hong-gang dengan berani mengulurkan kapak memukul.
Hal aneh terjadi, kapak besar selebar satu chi malah tidak dapat memukul golok patah yang dilempar dengan pelan, malah sebaliknya kapaknya terlepas dari tangannya, "Traang!" terdengar suara getaran keras, kapak menabrak dinding batu mengeluarkan bunga api dan jatuh ke bawah.
Golok patah itu jatuh di dada Hong-gang, Hong-gang seperti terhukum melihat air, sepasang matanya melotot, seluruh tubuhnya gemetar, mengikuti golok patah itu dia duduk di tanah.
Seorang laki-laki besar brewokan meloncat keluar, menghadang di depan Hong-gang, sambil mencabut golok bersiap-siap.
"Jangan mendekat." Teriak laki-laki besar brewokan pada Fu Ke-wei yang mendekat, "jika tidak, bukan kau maka aku yang akan terkapar."
"Kau adalah laki-laki yang baik, seorang jantan." Kata Fu Ke-wei setengah memuji setengah tidak tertawa, "memukulmu, sangat tidak adil. Makanya, aku putuskan tidak menghukummu."
Di bawah tatapan semua orang, dia berjalan menuju Tian-ya-koay yang menghadang di mulut goa.
"Tetua Jie, aku tahu kau dengan para pendekar sangat berhubungan erat dan sangat menghormati Satu Pedang Utara Chen Rou-yi, kau tidak akan percaya ketua perumahan ini bisa menerima Yun-sang-nie wanita iblis ini menjadi tamu di rumahnya. Makanya, aku minta tetua tidak diam-diam mengikuti aku dari belakang, melihat buktinya." katanya dengan tulus, "yang aku cari adalah Yun-sang-nie, tidak ada hubungannya dengan Satu Pedang Utara, dia menerima Yun-sang-nie sebagai tamu, itu bukan salahnya, pesilat ternama yang punya hubungan intim dengan Yun-sang-nie bukan hanya dia seorang. Aku bukanlah seorang suci, mana ada waktu mengurusi hubungan intim antara laki-laki dan wanita" Makanya tetua tidak perlu mengkhawatirkan dia."
"Aku tahu ketua perumahan Chen doyan wanita, tapi laki-laki mana di dunia ini yang tidak suka wanita." Tian-ya-koay tertawa pahit, "jujur saja, ketua perumahan Chen walau bagaimana dia seorang yang cukup jantan dan jujur di aliran pendekar, jika perumahan Qing-yun di hancurkan, sungguh hal yang amat disayangkan oleh teman-teman pendekar. Jika kau tidak pergi tidak ada masalah, tapi jika pergi pasti perumahan Qing-yun akan musnah."
"Mungkin." Fu Ke-wei menganggukkan kepala, "demi kehormatan ketua perumahan Chen, mungkin tidak akan perduli akibat bertarung denganku."
"Makanya, apakah saudara kecil bisa sedikit memperlambat perjalanannya, aku akan pergi dulu membicarakannya dengan dia?"
"Ini......" "Saudara kecil, pandanglah aku, supaya aku dapat menyumbangkan sedikit tenaga demi pergolakan dunia persilatan yang terjadi."
"Lang-ye sudah berangkat empat hari lalu, saat ini mungkin telah melewati kota Zhang-de. Walau tetua segera berangkat, juga sudah tidak bisa menyusulnya. Makanya, aku menjanjikan pada tetua, memberi tetua waktu tiga hari."
"Apa! Tiga hari" Kau kira aku bisa terbang?"
"Maksud aku tiga hari setelah tetua tiba di perumahan Qing-yun. Selanjutnya, harap ketua perumahan Chen tidak melibatkan diri, tidak mengganggu urusanku." Kata Fu Ke-wei dengan serius, "orang yang melindungi Yun-sang-nie, keselamatannya tanggung jawab sendiri, bagaimana?"
"Baik, aku setuju."
"Sepakat, tetua, sampai jumpa."
Tian-ya-koay membalikan tubuh langsung pergi, menghilang didalam hutan gunung yang gelap.
Fu Ke-wei berdiri di mulut goa, lalu membalikan tubuh menatap pada para jagoan.
"Hong-gang, malam ini aku pinjam goamu untuk istirahat, tidak perduli kau mengizinkan atau tidak. Dan lagi, tolong suruh orang ke lubang jebakan, ambilkan bungkusan baju dan pedang aku. Barang-barang yang kau rampas dari aku, juga tolong sekalian dikembalikan. Hey! Disekitar sini apakah ada air?"
"Kenapa tidak istirahat di kamar tamu di belakang gunung?" tampak keganasan Hong-gang telah hilang, "kami ingin berteman denganmu."
"Kek kek kek! Menjadi seorang pengelana dunia persilatan saja sudah kacau begini, apa ingin menarik aku jadi perampok" Tidak mau." Dia tertawa keras, "goa batu ini cukup bagus, musim dingin terasa hangat, musim panas terasa dingin, aku ingin tinggal semalam, besok langsung pergi, syukur-syukur kau bisa mengantarkan makanan buat kami."
"Aku segera menyuruh orang menyiapkannya." Hong-gang berkata, "di sebelah kanan ada satu parit kecil, mudah sekali."
"Terima kasih." Fu Ke-wei membalikan tubuh, tersenyum pada nona Peng yang menatap dia dengan bengong, "nona Peng, terima kasih kau dan pengemis tua telah menolong temanku. Sekarang, kau sudah bisa menyimpan pelontar Mei Hua itu, para perampok ini sangat memegang janji, dijamin tidak akan mengganggu kau lagi. Ooo! Apakah kau akan kembali kekota?"
Nona Peng menembakan lima buah anak panah di dalam pelontar, lalu membuang pelontarnya, berdiri disamping.
Ouw Yu-zhen juga menyimpan kembali belatinya lalu mundur, membiarkan Hong-gang dan Huang-jit-ye keluar dari goa, membiarkan mereka membangunkan para perampok yang pingsan karena diserang mendadak oleh mereka dan Tian-ya-koay.
"Aku tidak kenal jalan." Kata nona Peng, "aku bersama pengemis tua mengejar di pegunungan liar selama tiga hari, sungguh repot sekali."
"Kenapa kalian tidak mengejar Lang-ye?" tanya Fu Ke-wei.
"Pengemis tua tidak percaya Lang-ye telah pergi, maka kembali mencari Huang-jit-ye, pas bertemu Huang-jit-ye yang sedang membawa orang-orangnya keluar melarikan diri, terjadilah kejar-kejaran sampai di tempat ini, tanpa sengaja menolong kakak.... Ceritanya di lanjutkan besok pagi saja, mungkin dengan adanya kau disini, semua menjadi sangat aman."
"Kau seorang nona muda, cantik, di mana pun tidak akan aman." Kata Fu Ke-wei berjalan ke dalam goa, "kau berkelana di luar lebih berbahaya lagi. Di sudut itu ada rumput kering, kau dan Xiao Zhen bisa tidur bersama."
"Jika disisimu saja tidak aman, di dunia ini mungkin tidak ada tempat yang lebih aman lagi." Kata nona Peng dengan polos, "asap obor ini sangat tidak enak, bagaimana kalau mematikan dua obor lain?"
"Tidak dimatikan juga tidak lama lagi akan habis. Nona, terima kasih kau dengan pengemis tua telah merepotkan Huang-jit-ye selama tiga hari."
"Tidak merepotkan dia, kau juga tidak takut..."
"Belum tentu, mereka mungkin mencari cara membunuh aku di dalam lubang jebakan dulu, baru mengeluarkan aku."
Seorang laki-laki besar brewokan membawa satu orang, mengantarkan bungkusan baju, pedang, dan satu bungkus-barang barang yang dirampas, masih ada satu keranjang makanan, dua buah lampu minyak sapi.
"Saudara Fu, apa sungguh tidak ingin istirahat di ruang tamu?" kata laki-laki besar brewokan, "tolong percayailah ketulusan kami......"
"Aku tidak percaya pada siapa pun." Dia menolaknya, "saudara, terima kasih, di sekitar sini harap jangan ada orang yang tinggal, supaya tidak terjadi kesalah-pahaman."
"Tenang saja saudara Fu, tidak ada orang yang berani mendekati dirimu yang seperti setan ini." Laki-laki besar brewokan tertawa, "kau bukanlah manusia, menakutkan! Jika tidak ada keperluan lain, aku pamit saja, sampai ketemu besok."
"Sampai bertemu besok."
Setelah mengantar pergi laki-laki besar brewokan, Fu Ke-wei mengambil baju dan yang lainnya.
"Nona Peng, Xiao Zhen, kalian makan dulu, jangan tunggu aku." Dia membawa baju pergi keluar goa.
Saat kembali dia seperti telah berubah, bermantel tipis warna hijau danau dengan lengan baju besar, kecuali masih terlihat pecahan kering dibibirnya, sudah tidak terlihat bekas-bekas kesulitan yang dialami selama tiga hari itu, yang tampak di depan para nona, adalah seorang pangeran, dengan satu sikap yang santai.
Dua wanita itu telah menyusun makanan di atas tutup keranjang makan, nona Peng memperhatikan dia dengan pandangan tidak mengerti.
"Sungguhkah kau ini adalah Xie-jian-xiu-luo yang oleh para penjahat, begitu mendengar saja sudah ketakutan?" Nona Peng dengan sorot mata tidak percaya menatap dia, "mana mungkin" Kau lihat, bukankah kau terlihat seperti putra seorang bangsawan?"
"Apa aku pernah mengatakan aku adalah Xie-jian-xiu-luo?" dia duduk di bawah, "jika ingin melakukan pekerjaan dengan sukses, memakai dandanan seperti Hong-gang yang seperti manusia liar, sangat sulit untuk bisa sukses. Makanlah! Aku harus bisa tidur nyenyak."
Satu malam berlalu, tidak ada cerita lagi.
Setelah sarapan pagi, Hong-gang sendiri membawa orang mengantar mereka keluar gunung, mengantar sampai keluar dari bukit Tie Han, setelah menunjukan jalannya dengan jelas baru berpamitan.
Mereka berjalan menuju barat, empat puluh li di sebelah barat itulah Fu Kou-guan.
Dia menghentikan langkah di pertigaan, di sisi jalan ada satu panah jenderal, satu yang mengarah ke timur laut terukir: menuju Hong Di-guan sembilan puluh li.
"Aku merubah perjalanan jadi melalui Hong Di-guan." Dia berkata pada nona Peng, "tidak mengantar kau lagi, nona hati hati."
"Saudara Fu." Kata nona Peng ragu, "Apakah kalian benar-benar tidak perlu bantuan" Hanya berdua pergi melabrak perumahan Qing-yun?"
"Benar." "Tambahkan satu pedangku, bagaimana" Aku bersungguh-sungguh!"
"Nona, suami bibi anda Tian-wai-liu-xing pendekar besar Jie, jika tidak mengeluarkan kartu undangan pendekar mencari aku, itu baru hal aneh."
"Sembarangan omong......"
"Kenyataannya begitu." Dia memutus pembicaraan nona, "jika nona mau membantu, ceritakanlan apa yang terjadi disini pada suami bibi anda, menghindarkan suami bibi anda mempercayai cerita sepihak ketua perumahan Chen, dan membela perumahan Qing-yun."
"Pasti aku lakukan." Nona berkata, "aku sekarang segera pulang."
"Kalau begitu terima kasih! Hati-hati dan sampai jumpa."
Nona Peng dengan perasaan tidak ingin berpisah melihat Fu Ke-wei dengan Ouw Yu-zhen yang menjauh, baru berguman sendiri, "aku percaya dia pasti ada alasan yang benar mencari Yun-sang-nie, aku harus menasihati suami bibi untuk tidak melibatkan diri di dalam perselisihan antara dia dengan perumahan Qing-yun."
Disini adalah kota kecil An-ping di kabupaten Yang-gu, orang setempat menyebutnya kota kecil Zhang-qiu, dari selatan jalan seratus li lebih, adalah rawa yang telah kering, sarangnya para perampok.
Perumahan Qing-yun berada lima enam li sebelah barat kota.
Tian-ya-koay tiba di kota kabupaten Yang-gu sekitar tengah hari.
Dia tidak mencari penginapan, begitu keluar dari gerbang Chao-yang, menelusuri jalan raya, dia pergi menuju perumahan Qing-yun, sejauh lima li lebih, sudah dapat melihat bangunan gerbang besarnya perumahan.
Jalan lurus yang besar sepanjang setengah li bersambungan dengan jalan raya, lebih lebar dari padajalan raya.
Keluarga Chen adalah tuan tanah besar setempat, seratus tahun yang lalu sudah merupakan keluarga kaya setempat, di dalam perumahan ada bangunan sekitar lima enam puluhan rumah.
Berjarak dari belokan jalan masih satu li lebih, sudah terlihat tiga orang polisi membelok ke jalan raya, memecut kuda lari ke kota An-ping.
"Celaka! Lang-ye sudah lebih dulu tiba dari padaku." Dengan gelisah dia berkata sendiri, "jika saudara Chen mengandalkan kepolisian, maka, peristiwa dia menerima kedatangan Yun-sang-nie menjadi benar, harus bagaimana aku" Jika dia mau mempersilahkan wanita iblis itu pergi, dia tidak akan meminta bantuan kepolisian. Tampaknya, mungkin aku tidak bisa menasihati dia, apakah dia malah mau berhubungan dengan Lang-ye, seorang penjahat dunia persilatan yang bodoh?"
Perumahan Qing-yun sangat besar sekali!
Jalan dari gerbang perumahan sampai bangunan utama, ada satu li panjangnya, lapangan untuk latihan silat tersedia bermacam-macam senjata, dari batu rancatan batu kunci hingga lapangan tonggak bunga Mei yang luas, semuanya tersedia.
Sejak kemarin perumahan Qing-yun tiba-tiba mengeluarkan perintah larangan keluar, alasan dikeluarkannya perintah adalah akan ada pesilat tinggi yang tidak jelas asal-usulnya datang membalas dendam, seluruh murid jika tidak perlu, dilarang keluar, diatas bangunan bedug dikibarkan bendera lima warna, siang hari adalah bendera, malam hari adalah lentera, dibantu dengan terompet tanduk sapi, musuh tidak perduli datangnya dari arah mana, semua bisa dihadang melalui aba-aba yang dikeluarkan oleh bangunan bedug.
Begitu Tian-ya-koay belok masuk kejalan menuju gerbang perumahan, sudah diketahui oleh penjaga di atas bangunan bedug, tiga orang setengah baya segera melewati jembatan gantung, di ujung jembatan menyambut tamu yang datang.
Pengemis tua ini adalah orang ternama di dunia persilatan, dari jarak satu li dia sudah dikenali oleh orang perumahan.
Dia mendapat sambutan yang meriah, beberapa teman lama mempersilahkan dia hingga kebangunan utama, tuan rumahnya juga sudah lebih dulu turun dari tangga menyambut, setelah basa-basi, tuan rumah serta tamu dengan gembira masuk kedalam ruangan.
Ketua perumahan, Satu Pedang Utara Chen Ruo-yi, usianya sekitar lima puluh lebih, wajahnya pesegi dan merah bersinar, memelihara kumis dan janggut, berhidung singa mulutnya besar, sepasang matanya bersinar-sinar, dalam keanggunannya tampak ramah, tidak salah disebut orang berpengaruh di dunia persilatan.
Kedua belah pihak duduk di tempat duduk tuan rumah dan tamu, pelayan menyuguhkan teh.
Bungkusan bajunya pengemis tua tidak diijinkan diambil oleh pelayan, bungkusan itu di taruh di bawah kakinya, jelas maksudnya setiap saat bisa pamit.
"Wajah kakak penuh debu, sepertinya telah berjalan jauh." Kata ketua perumahan Chen dengan gembira, "tiga tahun tidak bertemu, semangat kakak tampak lebih bagus lagi. Aku dengar akhir-akhir ini kakak berada di He-nan, apakah pernah berbincang dengan Tian-wai-liu-xing saudara Jie?"
"Aku memang telah lari ke beberapa tempat," Tian-ya-koay tertawa, "kau tahu, saudara Jie sangat beruntung, di rumahnya dia hidup senang tidak mau mengurusi lagi masalah diluar, tapi aku pengemis tua paling suka melibatkan diri meskipun masalah kecil, seorang yang tidak disukai, mana berani aku pergi bertamu" Malah di Shan-xi aku bertemu dengan murid kesayangannya, putri keluarga Peng. Orangnya baik, ilmu silatnya juga cukup bagus, anak muda itu selalu melibatkan diri dalam masalah. Dia mengejar Lang-ye yang membunuh, merampok orang di He-nan, melarikan diri ke Shan-xi tapi di sepanjang perjalanan masih tetap melakukan kejahatan, dia telah banyak membantuku, sayang penjahat itu tetap saja bisa meloloskan diri."
Dia sambil bicara, sambil memperhatikan perubahan wajah ketua perumahan Chen, saat menceritakan Lang-ye Hong-hao, wajah ketua perumahan Chen tidak ada perubahan.
"Lang-ye Hong-hao" Orang ini puluhan tahun pernah melakukan beberapa kejahatan di Shan-dong, dikejar-kejar oleh Tiga Kawanan Tai-shan, yang menghancurkan sarang rahasianya dan mengambil seluruh kekayaannya, hasil rampokannya ternyata ada puluhan ribu liang, selanjutnya Lang-ye menghilang, menurut kabar dia telah mati karena terluka parah, kenapa bisa ada kabar dia melakukan kejahatan di He-nan dan Shan-xi?" kata ketua perumahan Chen dengan tenang, "mungkin bukan dia" Apakah kakak telah melihat dia dengan jelas?"
"Tidak, aku mengejar sampai ke Shan-xi, dari mulut temannya, memang nyata dia orangnya. Adik, apa kau tidak kenal orang ini?"
"Aku belum pernah bertemu dengannya, aku dengar penjahat ini tidak pernah bertemu orang di siang hari, menurut kata-kata Tiga Kawanan Tai-shan, penjahat ini wajahnya tampan, tapi mempunyai gigi taringyang panjang dan tajam, setiap merampok pasti melukai orang, sangat serakah dan kejam."
"Mungkin dia sudah melarikan diri ke daerahmu."
"Apa betul" semoga dia tidak melakukan kejahatan di daerahku."
"Belum tentu." Kata Tian-ya-koay, "apa saudara pernah dengar Sepasang Cantik dari Jiang-nan?"
"Pernah, tapi beberapa tahun ini, sudah tidak ada orang yang bercerita tentang mereka!"
"Kalau Yun-sang-nie, Bai Ru-lian?" Tian-ya-koay langsung menanyakan maksudnya.
"Aku pernah dengar, tapi belum pernah bertemu. Di dunia pelacuran Jiang-nan, ada beberapa pelacur ternama yang bisa menyanyi menari, menulis, dan menggambar, hingga harga dirinya tinggi. Menurut yang aku tahu, wanita ini memang tidak pernah terjun di dunia pelacuran, dia tadinya seorang penyanyi di satu keluarga bangsawan, orangnya cantik. Tapi dia telah menghilang belasan tahun, terakhir ada orang bertemu dia, sepertinya di Jin-ling. Ah...! Kakak menanyakan wanita ini, tujuannya apa?"
"Menyelidik satu hal yang membingungkan." Kata Tian-ya-koay tertawa pahit.
"Ada hubungannya denganku?"
"Aku melihat penjagaan perumahanmu sangat ketat, tidak seperti biasanya." Tian-ya-koay membicarakan hal lainnya, "Apa ada kesulitan?"
"Dua malam yang lalu aku kedatangan seseorang, kehebatan ilmu meringankan tubuhnya, sangat jarang ada di dunia persilatan." Wajah ketua perumahan Chen tampak sinar kemarahan, "Setelah mengacau selama satu jam, akhirnya dengan pisau dia mengirim surat, lalu dengan tenangnya menghilang, Aku sudah terbiasa hidup damai, aku tidak bisa menerima penghinaan ini, jadi perumahanku mempertinggi kewaspadaan, mengambil kesempatan ini melatih, juga menghadapi teman-teman dari segala penjuru."
"Tidak ada jejak?"
"Tidak ada." "Apa yang tertulis disana?" tanya Tian-ya-koay mendesak.
"Hanya delapan huruf: tidak menyerahkan orang, hati-hati nyawa anjing."
"Menyerahkan siapa?"
"Siapa yang tahu" Ini sungguh penghinaan paling besar yang aku terima seumur hidupku. Si anjing ini pasti akan datang kembali, jika tidak datang ya sudah, jika datang, hm...!"
"Hmm...! Banyak sekali pertanyaan."
"Kakak telah mendengar kabar apa" Tentu bukan sengaja berjalan ke daerahku berkunjung?" tanya ketua perumahan Chen seperti tidak mengerti, seperti ada yang disadarinya.
"Harap jawab pertanyaanku dengan jujur." Kata Tian-ya-koay dengan serius, "adik benar-benar tidak tahu masalahnya Yun-sang-nie dengan Lang-ye?"
"Kakak, aku jamin dengan kepala, yang aku tahu tadi sudah diceritakan pada kakak." Kata ketua perumahan Chen dengan tegas, "beberapa tahun ini, paduka raja sering turun ke selatan mengontrol, setiap kali melewati daerah ini, supaya tidak menjadi perhatian kerajaan, aku hampir menutup pintu tidak menerima tamu, sama sekali tidak berani keluar berkelana. Lang-ye dan Yun-sang-nie dua orang kecil ini, aku masih tidak sudi memperhatikan mereka!"
"Aku percaya padamu. Kelihatannya, Huang-jit-ye ingin mengalihkan perhatian, si bangsat itu rasanya sudah bosan hidup."
"Siapa Huang-jit-ye?"
"Kakak seperguruannya Yun-sang-nie, Kail Dewa Cakar Elang Huang Yung-sheng yang namanya sangat tenar di Shan-xi."
"Aku pernah mendengar orang ini, tapi hanya tahu sedikit, dia......"
"Kau jangan menyela dulu, setelah aku habis cerita baru kau boleh bicara. Masalahnya begini..." Tian-ya-koay menceritakan pertemuannya dengan Fu Ke-wei di Shan-xi, dan juga mengatakan kecurigaan didalam hatinya, Fu Ke-wei mungkin adalah Xie-jian-xiu-luo. Terakhir dia berkata, "kecuali Huang-jit-ye berniat mengalihkan perhatian, ada satu kemungkinan Yun-sang-nie menutupi wajah aslinya, sembunyi di rumahmu menghindar bahaya. Karena peristiwa perampokan di Jiang-ning terlalu besar. Asalkan kau periksa seluruh wanita di seluruh perumahan ini, lihat siapa saja dalam sepuluh tahun ini yang datang keperumahanmu" Asal sedikit teliti, tidak akan sulit menemukan jejaknya."
"Para anjing ini sungguh harus mati!" ketua perumahan Chen memukul meja memaki, "Xie-jian-xiu-luo juga bukan orang baik-baik, dengan hak apa berani minta orang padaku" Tidak tahu aturan, Hmm... Biarkan saja dia datang, aku mau melihat dia bisa berbuat apa!"
"Saudara......"
"Walau aku bisa menemukan Yun-sang-nie, aku juga tidak akan memberi tahu pada dia. Kakak, kau jangan libatkan diri pada masalah ini, jika dia berani masuk satu langkah saja ke perumahan Qing-yun, aku pasti akan mengubur dia." Ketua perumahan Chen dengan keras berteriak marah.
"Saudara jangan emosi, ini menyangkut nama baikmu, masalah ini harus dihadapinya dengan tenang. Xie-jian-xiu-luo bukan orang yang tidak tahu aturan, jika tidak ada bukti, dia tidak akan menggunakan cara tidak normal menghadapi mu......"
"Silahkan dia gunakan cara tidak normal." Ketua perumahan Chen semakin bicara semakin marah, "aku juga akan gunakan cara tidak normal menghadapinya. Telah berapa tahun dia makan nasi, sampai begitu tidak tahu diri. Kakak tinggallah disini tiga-limahari, lihat bagaimana aku menghadapi orang yang tidak tahu diri ini."
Pahlawan Padang Rumput 5 Naga Merah Bangau Putih Karya Kho Ping Hoo Pedang Ular Merah 2

Cari Blog Ini