Ceritasilat Novel Online

Pisau Terbang Li 14

Pisau Terbang Li Du Cing Jian Pendekar Budiman Karya Gu Liong Bagian 14


mengerikannya pembalasan dendam itu.
1365 Namun sedalam apapun dendam mereka, kini semuanya
telah selesai. Perkataan Ih Beng-oh sungguh tepat. Walaupun mereka
melakukan kesalahan dalam hidup mereka, mereka telah
mati dengan terhormat, dengan gagah, dengan hati
nurani yang bersih. Begitu sedikit orang dalam dunia ini yang dapat mati
seperti mereka. Lengan dan kaki Li Sun-Hoan terasa begitu dingin,
sampai ia menggigil. Namun dalam dadanya, terasa api
yang membara. Ia menjatuhkan diri, berlutut dalam genangan darah
mereka. Darah ksatria sejati! Ia berlutut dengan hati tenang. Ia sungguh lebih suka
berada di sini, bersama dengan orang-orang benar yang
mati, daripada bersama dengan senyuman orang-orang
licik yang hidup. "Pria sejati tidak lupa diri oleh kesukaan dalam hidup dan
tidak terguncang oleh ketakutan dalam kematian". Jika
seseorang bisa mati tanpa penyesalan, apakah yang
harus ditakuti dari kematian"
Tapi sungguh-sungguh teramat sulit untuk mati seperti
itu! 1366 Selama itu, Sun Sio-ang sama sekali tidak menginjakkan
kaki di tempat itu. Bukan karena ia takut, namun karena
ia tidak tahan melihat adegan berdarah seperti itu. Ia
baru menyadari, laki-laki memang berbeda dari wanita.
Ia baru menyadari bahwa menjadi wanita pun
merupakan suatu anugerah.
*** Malam. Dalam warung kecil itu ada setitik cahaya dan dua orang
manusia. Cahayanya guram, namun hati mereka lebih muram
lagi".. Lilin itu berada tepat di hadapan Li Sun-Hoan. Arak pun
ada di hadapan Li Sun-Hoan. Namun seakan-akan ia
tidak bertenaga untuk mengangkat cawan itu. Yang bisa
dilakukannya adalah menatap cawan itu saja dengan
pandangan kosong. Cahaya lilin menari dan berkelap-kelip.
Setelah sekian lama, akhirnya Li Sun-Hoan menghela
nafas panjang dan berkata, "Mari kita pergi."
"Ak".Aku ikut denganmu?" tanya Sun Sio-ang ragu.
"Kita datang bersama. Tentu saja kita pulang bersama."
1367 "Pulang" Tapi, apakah kau tidak jadi berkunjung ke Hinhunceng?" Li Sun-Hoan menggeleng. "Tapi bukankah tujuan kedatangan kita ke sini adakah
untuk mengunjungi Hin-hun-ceng?"
Jawab Li Sun-Hoan, "Sekarang tidak perlu lagi."
"Kenapa?" Li Sun-Hoan menatap lurus pada lilin itu dan berkata, "Ih
Beng-oh telah mengatakan padaku bahwa dia tidak
berada dalam bahaya. Itu sudah cukup bagiku."
"Dan kau percaya begitu saja pada perkataannya?"
"Ia adalah tipe orang yang bisa dipercaya."
Sun Sio-ang mengejapkan matanya dan bertanya,
"Tapi".bukankah kau ingin bertemu dengannya?"
Li Sun-Hoan terdiam. Lalu perlahan menjawab,
"Berjumpa dengannya akan seperti tidak berjumpa.
Karena ia tidak berada dalam bahaya, tidak ada gunanya
aku pergi ke sana." "Tapi kau kan sudah sampai di sini. Tidak ada salahnya
kau menjumpainya," kata Sun Sio-ang mendesak.
Kembali Li Sun-Hoan terdiam. Lalu tiba-tiba ia tersenyum
dan berkata, "Tiba-tiba aku merasa bahagia. Karena
1368 perasaanku sudah tenang, tidak ada bedanya aku
berjumpa dengan dia atau tidak."
Sun Sio-ang mengeluh dan tersenyum. "Kau memang
orang aneh. Orang lain tidak akan pernah mengerti apa
yang kau lakukan." "Cepat atau lambat kau akan mengerti."
Gadis itu menatap Li Sun-Hoan bengong. Lalu katanya,
"Namun paling tidak kau harus menguburkan mereka
dengan sepantasnya."
"Mereka bisa menunggu, Siangkoan Kim-hong tidak,"
sahut Li Sun-Hoan Lalu ia tersenyum pahit dan menambahkan, "Orang mati
memang jauh lebih sabar daripada orang hidup."
Bab 80. Kesalahan Fatal "Ternyata kau tidak begitu setia kawan seperti yang
kusangka. Paling tidak, kau lebih setia kawan pada yang
hidup daripada yang mati," ejek Sun Sio-ang nakal.
Tiba-tiba Li Sun-Hoan bertanya, "Kemarin, kapan kita
berangkat?" "Malam hari, seperti sekarang ini."
"Dan kapan kita tiba hari ini?" tanya Li Sun-Hoan.
"Hampir petang, hari belum lagi gelap."
1369 "Dan bagaimana kita bisa sampai ke sini?" tanya Li SunHoan lagi. "Kita naik kereta untuk beberapa saat, kemudian kita
berjalan kaki sampai pagi tadi. Setelah itu kita naik
kuda." "Jadi jika kita kembali dengan cara yang sama, kita tidak
mungkin bisa sampai sebelum matahari terbenam."
"Betul," jawab Sun Sio-ang.
"Tapi sekarang, kita sudah terjaga begitu lama. Kekuatan
kita tidak sebesar kemarin. Jadi kita tidak mungkin
berjalan secepat kemarin."
Sahut Sun Sio-ang, "Dan lagi kemarin, hampir-hampir
aku tidak bisa mengikutimu. Tidak heran kakek bilang
bahwa kecepatanmu berjalan hampir sama dengan
kecepatan pisaumu." "Jadi walaupun kita pergi sekarang, belum tentu aku bisa
datang tepat waktu untuk duel dengan Siangkoan Kimhong?"
Sun Sio-ang terdiam. Li Sun-Hoan mengangkat kepalanya dan memandang
gadis itu. Katanya, "Seharusnya kau mendorong aku
untuk segera kembali. Kau kan tahu, aku tidak bisa
terlambat untuk duel itu."
1370 Sun Sio-ang memaLingkan wajahnya dan menggigit
bibirnya. Seakan-akan ia sedang menghindari tatapan
mata Li Sun-Hoan. Kemudian ia berkata dengan lembut, "Aku ingin kau
berjanji padaku." "Apa itu?" "Kali ini, mari kita pulang dengan kereta. Jangan kita
berjalan ataupun naik kuda."
Kata Li Sun-Hoan, "Kau ingin aku beristirahat selama
perjalanan." "Ya. Jika kau tidak beristirahat, kau akan kehabisan
tenaga sebelum menghadapi Siangkoan Kim-hong. Kau
tidak akan bisa berduel jika belum apa-apa kau sudah
terpuruk ke lantai."
Li Sun-Hoan tersenyum dan berkata, "Baiklah, aku
menurutimu. Kita pulang dengan kereta."
Seketika wajah Sun Sio-ang berbinar karena gembira.
"Kita bisa membawa arak dalam kereta. Jika kau tidak
bisa tidur, aku akan minum bersamamu sepanjang
perjalanan." "Kalau aku mulai minum, lama-lama aku pasti akan
tertidur," sahut Li Sun-Hoan.
"Bagus. Selama kau bisa beristirahat dalam perjalanan,
Siangkoan Kim-hong tidak akan mampu melawanmu."
1371 "Kau sungguh yakin akan diriku," kata Li Sun-Hoan
sambil tersenyum. Gadis itu menatap Li Sun-Hoan lekat-lekat. Katanya,
"Tentu saja aku yakin padamu. Kalau tidak mengapa
aku"." Wajahnya menjadi bersemu merah. Tiba-tiba ia berlari
keluar dan berseru dengan riang, "Aku akan pergi
mencari kereta. Kau siapkan araknya ya. Dan jika masih
ada waktu, pergi dan temuilah dia. Aku berjanji, aku
tidak akan cemburu."
Kuncir rambutnya melambai-lambai saat ia berlari dan
dalam hitungan detik, ia sudah tidak kelihatan lagi.
Li Sun-Hoan memandanginya sampai ia tidak terlihat lagi,
baru ia bangkit berdiri dan berjalan keluar.
Ia menengadah. Di balik tembok itu, terlihat ruangan
kecil di pojok atas. Cahaya masih tampak bersinar dari kamar itu.
Namun bagaimana dengan orang di dalamnya"
Apakah ia sedang sibuk menjahit pakaian untuk putra
kesayangannya" Cinta seorang ibu akan anaknya bagaikan seutas benang
yang tiada putusnya. 1372 Namun masih belum dapat menandingi panjangnya
kesepian. Tidak ada satupun di dunia ini yang dapat
menandingi panjangnya kesepian hidup.
Bulan demi bulan, tahun demi tahun. Benang yang tidak
habis terjahit. Kesepian yang tidak dapat disembuhkan.
Wanita itu telah mengubur hidupnya, dan ruang kecil itu
adalah kuburannya. Seseorang?"seorang wanita"..tanpa masa muda, tanpa
cinta, tanpa suka cita. Untuk apa ia hidup"
"Si-im, Si-im, kau telah menderita begitu banyak."
Tiba-tiba Li Sun-Hoan membungkuk dan mulai terbatuk.
Batuk darah! Bagaimana mungkin ia tidak ingin menemuinya"
Walaupun tubuhnya masih berdiri di situ, hatinya telah
melayang pergi ke ruang kecil itu.
Walaupun hatinya telah melayang ke kamar itu,
tubuhnya masih berdiri tidak bergerak di luar.
Ia tidak berani pergi ke sana. Ia tidak sanggup.
Walaupun mungkin inilah terakhir kalinya ia bisa bertemu
dengannya, ia masih tetap tidak sanggup".. Berjumpa
dengannya sama seperti tidak berjumpa. Dan walaupun
ia pergi menjumpainya, apakah yang bisa diperbuatnya"
1373 Wanita itu bukan lagi miliknya. Ia sudah bersuami,
mempunyai seorang anak, hidup dalam dunianya sendiri.
Ia sepenuhnya berada di dunianya sendiri, dunia yang
lain. Li Sun-Hoan menyeka darah dari bibirnya dan mencoba
menelan kembali darah yang masih ada dalam mulutnya.
Bahkan darahnya pun terasa pahit, amat sangat pahit.
"Si-im".Si-im, aku akan merasa puas selama kau hidup
damai sejahtera. Apakah itu di surga atau di neraka,
suatu hari nanti kita akan bertemu kembali."
Namun, apakah Lim Si-im hidup damai sejahtera"
Di tengah hembusan angin malam yang dingin, Li SunHoan terlihat lebih lemah daripada setangkai bunga
seruni. Li Sun-Hoan berdiri sendirian di tengah angin barat yang
menderu. Apakah ia sedang berharap bahwa angin barat
itu akan menerbangkan dirinya pergi"
Akhirnya, Sun Sio-ang pun kembali. Ia memandang Li
Sun-Hoan dan bertanya, "Kau".Kau tidak pergi
menemuinya?" Li Sun-Hoan menggelengkan kepalanya. "Kau berhasil
menemukan kereta?" 1374 "Kereta sudah menunggu di depan sana. Jika kau tidak
ingin menemuinya, mari kita segera pergi."
"Ayo, kita pergi!" jawab Li Sun-Hoan.
Kereta itu berguncang-guncang sepanjang perjalanan.
Arak pun bergoyang-goyang dalam cawannya.
Arak yang cukup umur. Kereta itu sepertinya berusia lebih tua daripada arak itu.
Dan kudanya lebih tua lagi.
Li Sun-Hoan menggeleng-gelengkan kepalanya dan
berkata sambil tersenyum, "Jika kuda yang menarik
kereta ini adalah Si Surai Merah milik Jenderal Guan,
pasti kereta ini langsung menjadi barang antik. Hebat
juga kau bisa menemukan kereta seperti ini."
Sun Sio-ang tidak bisa menyembunyikan tawanya. Ia
mengangkat dagu sambil berkata, "Kau tidak puas atas
persiapanku?" "Tidak, tidak, aku sangat puas. Sangat sangat puas."
Li Sun-Hoan memejamkan matanya dan menambahkan,
"Saat aku masuk ke dalam kereta ini, aku langsung
teringat pada sesuatu di masa lalu."
"O ya" Apa itu?"
1375 "Aku teringat akan kuda kayu mainanku waktu aku masih
kecil. Rasanya sama seperti terayun-ayun di atas kereta
ini." Sebelum ia selesai bicara, ia merasa ada sesuatu yang
dijejalkan ke dalam mulutnya.
"Habiskan kurma itu dan cepat tidur," kata Sun Sio-ang
sambil tersenyum. Sahut Li Sun-Hoan, "Seandainya aku bisa tertidur dan
tidak bangun lagi, ah, sungguh menyenangkan.
Sayangnya".." Sun Sio-ang segera memotongnya dan berkata, "Aku
bersusah-payah mendapatkan kereta ini supaya kau bisa
beristirahat. Jika kau bisa tidur nyenyak, besok pagi kita
bisa berganti kereta."


Pisau Terbang Li Du Cing Jian Pendekar Budiman Karya Gu Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Li Sun-Hoan menghabiskan cawan araknya dan berkata,
"Kalau begitu, aku akan minum beberapa cawan lagi
supaya aku bisa tidur nyenyak."
Arak di cawannya bergoyang-goyang. Kuncir Sun Sio-ang
pun terayun-ayun ke kiri ke kanan.
Matanya bercahaya dan teduh, seperti sinar bintang yang
menerangi langit malam di luar sana.
Cahaya bintang tampak seperti mimpi.
Li Sun-Hoan mulai mabuk. 1376 Di malam yang begitu indah, ditemani wanita yang
begitu cantik, bagaimana mungkin ia tidak mabuk"
Karena ia sudah mabuk, bagaimana mungkin ia tidak
jatuh terlelap" Li Sun-Hoan bersandar pada salah satu sisi kereta dan
mengangkat kakinya ke atas kursi kereta itu. Ia
bergumam, "Orang bijak dan para pendekar selalu
dihantui kesepian dan tidak punya sahabat kecuali guci
araknya".. Namun ternyata, minum semalam suntuk pun
sama menderitanya." Lalu semuanya hening. Hanya kesunyian yang tinggal.
Akhirnya ia jatuh terlelap.
Sun Sio-ang memandangnya sampai lama. Lalu ia
menjulurkan tangannya dan membelai rambutnya
dengan lembut. "Tidur, tidurlah dengan tenang. Setelah
kau bangun, segala kesedihan dan persoalan akan
berlalu. Dan bila saatnya tiba, aku tidak akan
membiarkanmu minum sebanyak ini lagi."
Mata Sun Sio-ang bersinar semakin terang, penuh
dengan harapan dan suka cita.
Ia masih sangat muda. Orang-orang muda selalu optimis menghadapi dunia ini.
Mereka selalu beranggapan bahwa segala sesuatu akan
terjadi sesuai dengan rencana mereka.
1377 Ia belum mengerti bahwa dunia ini tidak berjalan seperti
itu. Apa yang terjadi selalu saja jauh dari bayangan dan
rencana kita. Jika saat itu ia tahu seberapa jauhnya
kenyataan yang akan terjadi dari bayangannya, bajunya
pasti sudah basah kuyup oleh air mata.
Kusir kereta pun sedang menghirup araknya dengan
santai. Ia tidak terburu-buru. Karena si wanita muda penyewa keretanya telah
memerintahkannya begitu! "Pelan-pelan saja di jalan. Kami tidak tergesa-gesa pergi."
Sang kusir tersenyum sendiri. Jika ia sedang naik kereta
bersama kekasih hatinya, ia pun tidak akan tergesa-gesa
pergi. Ia sungguh iri pada Li Sun-Hoan. Ia merasa, Li Sun-Hoan
adalah orang yang sangat beruntung.
Namun jika ia tahu situasi macam apa yang sebenarnya
sedang dihadapi oleh Li Sun-Hoan dan Sun Sio-ang,
mungkin ia tidak akan sanggup menelan arak dalam
cawannya. Hari esok telah tiba. Waktu Li Sun-Hoan bangun, cahaya matahari telah
menerangi seluruh kereta dari jendela.
1378 Ia tidak tahu berapa lama ia sudah tertidur. Apakah ia
sungguh kelelahan" Apakah karena arak"
Li Sun-Hoan memungut cawan arak dan menciumnya,
lalu diletakkannya kembali.
Kereta itu masih bergoyang-goyang ke kiri ke kanan
selagi melaju di sepanjang jalan itu. Jalan kereta itu
sangat lambat, bahkan kadang-kadang berhenti sejenak,
seakan-akan kusirnya pun tertidur.
Sun Sio-ang masih tidur di pangkuan Li Sun-Hoan.
Rambutnya yang panjang terurai di atas kaki Li Sun-Hoan
bagaikan aliran air. Li Sun-Hoan melongok ke luar jendela, namun ia tidak
bisa melihat bayangan kereta itu.
Matahari tepat berada di atas.
Setelah beberapa lama, Li Sun-Hoan melihat batu
penunjuk di sisi jalan. Pada batu itu terukir nama desa
yang akan mereka masuki. Waktu perjanjian dengan Siangkoan Kim-hong tinggal
sebentar lagi. Namun ternyata mereka baru setengah perjalanan.
Dalam sekejap tangan Li Sun-Hoan menjadi dingin dan
mulai gemetaran. 1379 Ada kalanya ia merasa kuatir, sedih, gelisah. Ada kalanya
pula ia merasa bahagia. Jarang sekali ia merasa marah.
Saat ini, ia belum marah betul, namun sudah dekat
sekali. Tiba-tiba Sun Sio-ang terjaga dan merasa tubuh Li SunHoan menggigil. Ia memandang wajah Li Sun-Hoan dan
melihat ekspresi kemarahannya. Belum pernah ia melihat
Li Sun-Hoan seperti itu. Ia menundukkan kepalanya. Matanya langsung memerah
dan ia bertanya, "Apakah kau marah padaku?"
Mulut Li Sun-Hoan terkatup. Terkatup erat.
"Aku tahu kau akan marah padaku, tapi aku akan tetap
melakukannya. Aku tidak peduli apakah kau akan
membentakku atau memukul aku. Tapi kau harus tahu
bahwa aku melakukannya demi kebaikanmu," kata Sun
Sio-ang. Li Sun-Hoan mengeluh panjang. Seluruh tubuhnya yang
tegang mulai mengendur. Hatinya pun mulai lumer.
Sun Sio-ang melakukan semuanya demi dirinya.
Apa salah Sun Sio-ang" Selama ia sungguh-sungguh
menginginkan yang terbaik bagi Li Sun-Hoan, bagaimana
mungkin ia menyalahkan gadis itu"
1380 Kata Li Sun-Hoan, "Aku mengerti perasaanmu. Aku tidak
menyalahkanmu. Tapi, bisakah kau juga berusaha
mengerti perasaanku?"
"Kau"..kau pikir aku tidak mengerti perasaanmu?"
"Jika kau sungguh mengerti perasaanku, kau akan tahu
bahwa sekalipun kau berhasil mencegah aku bertemu
dengan Siangkoan Kim-hong kali ini, bagaimana dengan
nanti" Cepat atau lambat, aku harus berhadapan
dengannya. Mungkin juga besok," kata Li Sun-Hoan.
"Kalau besok, semuanya akan berbeda."
"Apa yang akan berbeda besok?"
"Besok, Siangkoan Kim-hong sudah mati. Mungkin ia
tidak akan melewati malam ini," kata Sun Sio-ang.
Caranya berbicara sungguh aneh, seakan-akan ia sudah
tahu pasti apa yang akan terjadi.
Li Sun-Hoan tidak bisa menebak mengapa Sun Sio-ang
kedengaran begitu pasti. Ia berpikir-pikir sejenak.
Kata Sun Sio-ang, "Tidak akan ada yang menyalahkan
kalau hari ini kau tidak hadir. Itu kan semua salah
Siangkoan Kim-hong. Jika ia tidak memaksamu pergi ke
Hin-hun-ceng, kau tidak mungkin terlambat datang."
Li Sun-Hoan masih berkutat dengan pikirannya.
Wajahnya sedikit demi sedikit berubah.
1381 Perasaan Sun Sio-ang semakin ringan saat ia bersandar
di lengan Li Sun-Hoan. Katanya, "Kalau Siangkoan Kimhong
sudah mati, tidak ada yang akan bilang bahwa".."
Tiba-tiba Li Sun-Hoan memotongnya, "Apakah kakekmu
yang menyuruhmu berbuat begini?"
Sun Sio-ang mengedipkan matanya dan berkata sambil
berkelakar, "Mungkin ya, mungkin tidak."
"Apakah ia yang pergi menghadapi Siangkoan Kimhong?"
tanya Li Sun-Hoan. "Betul sekali. Kau pasti tahu, Siangkoan Kim-hong
melihat kakek sama seperti seekor tikus kecil melihat
kucing. Kurasa, kakeklah satu-satunya orang di dunia ini
yang bisa menghadapi Siangkoan Kim-hong."
Lalu Sun Sio-ang meraih tangan Li Sun-Hoan dan hendak
melanjutkan perkataannya. Namun akhirnya ia terdiam,
karena ia merasa tangan Li Sun-Hoan begitu dingin
seperti es. Waktu hati manusia diliputi ketakutan, mengapa
tangannya selalu dingin membeku"
Namun apakah yang ditakutinya"
Melihat ekspresi wajah Li Sun-Hoan, Sun Sio-ang pun
takut bertanya. 1382 Akhirnya Li Sun-Hoan bertanya, "Apakah kakekmu sendiri
yang ingin pergi, atau engkaukah yang memintanya
pergi?" "Apakah".Apakah itu ada bedanya?" tanya Sun Sio-ang
tergagap. "Ya, sangat jauh perbedaannya."
"Akulah yang meminta dia pergi. Karena untuk
menghadapi orang seperti Siangkoan Kim-hong, tidak
jadi masalah siapa yang membunuhnya. Tidak harus kau
yang melakukannya." Li Sun-Hoan mengangguk, sepertinya ia pun setuju
dengan pendapatnya. Namun ekspresi wajahnya tampak
berbeda. Ia bukan hanya kelihatan takut, tapi juga kelihatan
sangat berduka. Sun Sio-ang tidak bisa menahan diri, tanyanya, "Apakah
kau kuatir?" Li Sun-Hoan tidak perlu menjawab. Wajahnya telah
menjawab dengan jelas. "Aku tidak mengerti apa yang kau kuatirkan". Kau
menguatirkan Kakek?" tanya Sun Sio-ang.
Li Sun-Hoan mendesah dan menjawab dengan suara
rendah, "Aku menguatirkan dirimu."
1383 "Menguatirkan diriku" Kenapa?" tanyanya tidak mengerti.
"Semua orang pasti pernah membuat kesalahan dalam
hidupnya. Ada kesalahan yang bisa diperbaiki, tapi ada
juga yang selamanya tidak dapat ditarik kembali."
Kini dalam pandangan matanya, bukan hanya tampak
duka namun juga kepedihan yang begitu mendalam.
Ia menatap lurus pada gadis itu, lalu melanjutkan, "Jika
kau membuat kesalahan yang tidak mungkin diperbaiki,
apapun juga niatmu, kau harus menanggung beban itu
selamanya seumur hidupmu. Walaupun orang lain sudah
mengampunimu, kau tidak akan pernah bisa
mengampuni dirimu sendiri. Suatu perasaan yang sangat
tidak menyenangkan."
Li Sun-Hoan sangat memahami perasaan ini.
Karena satu kesalahan yang diperbuatnya, ia harus
membayar harga yang sangat mahal.
Sun Sio-ang balik menatapnya dan tiba-tiba merasakan
suatu firasat buruk. Tanyanya, "Apakah kau kuatir aku
akan melakukan suatu kesalahan?"
Setelah lama terdiam, Li Sun-Hoan balik bertanya,
"Selama bertahun-tahun ini, apakah kau selalu bepergian
dengan kakekmu?" "Ya." "Apakah kau pernah melihat beliau bertempur?"
1384 "Mmmm, rasanya tidak pernah"." Jawab Sun Sio-ang.
Bab 81. Tragedi yang Tidak Terduga
Lalu dengan cepat Sun Sio-ang menambahkan, "Tapi itu
karena Kakek tidak punya kesempatan, tidak perlu
bertempur." "Tidak pernah perlu?" tanya Li Sun-Hoan.
"Beliau tidak ada tandingannya."
"Bagaimana dengan Siangkoan Kim-hong?"
"Dia".." Sun Sio-ang tiba-tiba terdiam, tidak melanjutkan
kalimatnya. Apakah tiba-tiba ia terpikir akan sesuatu"
Kata Li Sun-Hoan, "Kakekmu pasti tidak setuju akan
sepak terjang Siangkoan Kim-hong."
"Ia"Ia sungguh jengkel dengan perbuatan Siangkoan
Kim-hong," sahut Sun Sio-ang.
"Tapi beliau tidak pernah pergi menantangnya."
Sun Sio-ang menundukkan kepalanya. Sahutnya, "Tidak
pernah".." 1385 "Mengapa beliau membiarkan Siangkoan Kim-hong
membabi buta begitu lama" Dan mengapa ia baru mau
menghadapi Siangkoan Kim-hong setelah kau
memintanya?" Mulut Sun Sio-ang terasa kering. Ia pun kehilangan katakata.
Kata Li Sun-Hoan, "Waktu ilmu silat seseorang telah
mencapai puncaknya, ia pasti akan mulai merasa takut.
Takut orang lain bisa menandinginya, takut kalau setelah
itu kemampuan mereka akan menurun. Dan bila saat itu
tiba, ia akan menghindarinya dengan segala cara. Secara
ekstrem, menghindar untuk melakukan apapun juga."
Ia mendesah dan menambahkan, "Semakin ia tidak ingin
bertindak, semakin cepat ia menjadi tidak bisa bertindak.
Ada yang tiba-tiba memutuskan untuk mengasingkan
diri, ada yang merusak diri sendiri " ingin segera
mengakhiri segalanya dengan kematian". Inilah yang
biasanya terjadi sepanjang sejarah manusia. Kecuali jika
orang itu bisa melangkah melewati dunia materi dan
masuk ke tingkat di mana tidak ada lagi emosi manusia
yang bermain. Menjadi tidak peduli lagi akan seluruh
dunia dan umat manusia di dalamnya."
Sun Sio-ang merasa tubuhnya mengejang, dan keringat
dingin mulai membasahi tengkuknya.
Karena ia tahu pasti bahwa kakeknya bukanlah orang
yang "tidak berperasaan".
Ia masih peduli akan banyak hal, akan banyak orang.
1386 Kata Li Sun-Hoan lagi, "Mungkin aku salah".."
Tiba-tiba Sun Sio-ang menghambur ke arah Li Sun-Hoan
dan memeluknya erat-erat.


Pisau Terbang Li Du Cing Jian Pendekar Budiman Karya Gu Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tubuh gadis itu menggigil luar biasa.
Ia ketakutan, sangat sangat ketakutan.
Li Sun-Hoan membelai rambutnya. Apakah itu rasa
kasihan" Simpati" Kesedihan"
Seseorang yang tidak berperasaan tidak akan berbuat
demikian. Seseorang yang tidak berperasaan tidak akan membuat
kesalahan. Namun mengapa alam selalu memaksa mereka yang
penuh cinta membuat kesalahan-kesalahan fatal"
Apakah salah menjadi seseorang yang penuh perasaan"
Pecahlah tangis Sun Sio-ang dan ia mulai sesenggukan.
"Tolong, tolong kembali segera bersamaku. Jika kita
segera kembali"..apapun harganya"..aku bersedia
melakukan apapun juga."
Terdengar suara ringkik kuda dari jendela kereta. Kini
mereka sedang berada di kandang kuda.
Salah satu keahlian Li Sun-Hoan adalah memilih kuda
yang baik. Banyak orang tahu bahwa Li Sun-Hoan bukan
1387 hanya ahli dalam hal wanita, tapi juga dalam hal kuda.
Tidaklah mudah menjadi seorang ahli dalam dua bidang
ini. Kuda dan wanita. Dua-duanya sangat sulit dimengerti.
Ia segera memilih dua ekor kuda yang tercepat.
Wanita yang tercantik belum tentu yang terbaik. Kuda
yang tercepat belum tentu yang terkuat. Wanita cantik
sering kali kurang tulus, kuda yang cepat sering kali
kurang ketahanannya. Dua ekor kuda terguling. Dua orang berlari kesetanan.
Matahari sudah mulai tenggelam.
Kedua orang itu terus berlari sekuat tenaga. Mereka tidak
peduli apa yang dipikirkan orang yang di sekitarnya.
Mereka tidak peduli akan kelelahn tubuh mereka sendiri.
Mereka tidak peduli akan apapun juga.
Malam pun semakin dekat. Tidak ada orang lagi di jalan.
Malam ini, bulan dan bintang entah pergi ke mana. Tidak
ada setitik cahaya pun yang tampak.
1388 Hutan yang gelap berada di samping jalan. Di luar hutan
itu tampak siluet sebuah paviliun.
Bukankah ini tempat perjanjian duel"
Di tengah malam yang gelap itu, sepertinya ada secercah
cahaya di kejauhan. Cahaya itu tampak semakin terang, dan sesosok manusia
terlihat dari jauh. Sun Sio-ang mendesah lega dan seluruh tubuhnya yang
tegang mulai rileks. Sungguh merupakan suatu keajaiban ia bisa berlari
begitu lama. Mungkin juga karena rasa takutlah yang
menggerakkan kakinya. Rasa takut memang bisa membangkitkan kekuatan
manusia yang terpendam. Namun kini, ia telah melihatnya. Ia telah melihat apa
yang diharapkannya. Nafasnya yang tersengal-sengal
langsung seolah-olah berhenti dan ia pun tersungkur ke
tanah. Li Sun-Hoan belum berani bernafas lega.
Ia melihat cahaya itu terombang-ambing dan ia melihat
cahaya itu berkelap-kelip aneh. Kadang-kadang sangat
terang, kadang-kadang redup tiba-tiba.
Mendadak cahaya itu berkobar seperti lentera raksasa.
1389 Pada suatu hari dulu, di luar sebuah kota yang lain,
dalam paviliun yang lain, Li Sun-Hoan pernah melihat
kelap-kelip lampu persis seperti ini.
Pada saat itu, Tuan Sunlah yang berada di paviliun itu
sedang mengisap pipanya. Selain Tuan Sun, Li Sun-Hoan belum pernah melihat
orang lain bisa mengisap pipa seperti itu.
Li Sun-Hoan merasa air mata yang hangat membasahi
bola matanya. Sun Sio-ang masih rebah di tanah, perlahan menangis
sambil berusaha bangkit berdiri lagi.
Ini adalah air mata bahagia. Air mata penuh rasa terima
kasih. Tuhan belum mengijinkan ia membuat kesalahan fatal.
Li Sun-Hoan membantunya bangkit berdiri dan mereka
berdua segera berjalan menuju paviliun itu.
Paviliun itu sudah penuh asap dan seseorang duduk
tepat di tengahnya. Wangi asap itu sudah sangat dikenal oleh Sun Sio-ang.
Ia merasakan kehangatan dalam dadanya. Segera
dilepaskan pegangan tangan Li Sun-Hoan dan dengan
cepat ia berlari ke paviliun itu.
1390 Ia hanya ingin segera memeluk kakeknya dan
mengatakan padanya betapa ia sungguh berterima kasih.
Sebelum tiba pun ia sudah berseru-seru, "Kakek! Kami
sudah sampai"..kami sudah sampai!"
Tiba-tiba cahaya di paviliun itu padam.
Lalu terdengar seseorang berkata dengan kaku, "Bagus.
Aku memang menunggu kalian berdua!"
Suara itu dingin, tidak bersahabat, tegas. Tanpa nada,
tanpa perasaan. Langkah Sun Sio-ang terhenti. Kehangatan yang baru
dirasakannya langsung berubah menjadi kebekuan.
Sangat dingin sampai ia tidak bisa bergerak lagi.
Suara itu seperti sebuah pentungan yang menghajar dia
dari langit jatuh berdebam kembali ke bumi.
Lalu empat buah lentera menyala terang.
Empat lentera kuning yang tergantung di tongkat bambu.
Dibawah gemerlap cahaya keemasan itu, duduklah
seseorang. Dingin seperti emas, anggun seperti emas,
bahkan hatinya pun sepertinya terbuat dari bongkahan
emas. Ia sedang mengisap pipa. Pipa yang diisapnya adalah pipa Tuan Sun.
1391 Tapi orang itu adalah Siangkoan Kim-hong!
Orang yang sedang mengisap pipa di paviliun itu adalah
Siangkoan Kim-hong! Angin dingin bertiup kencang, hujan es mengguyur bumi.
Tidak ada yang menyadari kapan hujan mulai turun.
Sun Sio-ang berdiri mematung dalam hujan. Seluruh
tubuhnya mengejang, kaku sekujur tubuh.
Ia ingin berteriak, namun tidak bertenaga. Ia ingin
menyeruduk masuk, namun tubuhnya tidak bisa
bergerak. Dadanya mulai sesak, ia ingin muntah.
Tapi bahkan setetes air mata pun tidak bisa keluar.
Li Sun-Hoan berjalan lebih lambat daripada Sun Sio-ang.
Kini ia terus berjalan menuju ke paviliun itu. Langkahnya
tetap dan pasti. Namun nafasnya telah berhenti.
Ia berjalan perlahan masuk ke paviliun itu dan
berhadapan dengan Siangkoan Kim-hong.
Siangkoan Kim-hong tidak menoleh ke arahnya. Matanya
masih terfokus pada pipa di tangannya.
"Kau terlambat."
1392 Setelah terdiam lama, Li Sun-Hoan menyahut, "Ya, aku
terlambat." Mulut Li Sun-Hoan terasa kering. Pahit. Seolah-olah
lidahnya sedang menjilati sebatang besi berkarat.
Rasanya sangat sulit diutarakan.
Apakah ini rasa ketakutan"
Kata Siangkoan Kim-hong, "Lebih baik terlambat
daripada tidak hadir."
Kata Li Sun-Hoan, "Seharusnya kau tahu, cepat atau
lambat aku pasti datang."
Lalu Siangkoan Kim-hong berkata, "Sayangnya, orang
yang seharusnya datang, datang terlambat. Dan orang
yang tidak seharusnya datang, datang awal."
Setelah perkataan itu, keduanya terdiam. Mereka berdiri
saling berhadapan, saling pandang satu dengan yang
lain. Tidak seorangpun bergerak sedikitpun.
Mereka berdua menunggu kesempatan.
Sekali mereka bergerak, tidak akan mungkin ditarik
kembali! *** Di tengah-tengah hujan dan angin, di tengah-tengah
hutan yang gelap, ada dua orang lagi, dua pasang mata
lagi. 1393 Kedua pasang mata itu tertuju pada Siangkoan Kim-hong
dan Li Sun-Hoan. Sepasang mata yang tenang dan lembut, bagaikan air
yang mengalir. Terang dan bercahaya, bagaikan bintang.
Di seluruh dunia, sulit ditemukan sepasang mata seindah
ini. Sepasang mata yang satu lagi berwarna kelabu, seolaholah
menyatu dengan kegelapan malam yang tidak
berjiwa. Di seluruh neraka pun, sulit ditemukan sepasang
mata yang begitu mengerikan seperti ini.
Jika ada setan dan dedemit yang bersembunyi di hutan
itu pun, mereka pasti sudah kabur sejak tadi.
Sepasang mata itu bisa membuat setan dan dedemit
gemetar lututnya. Lim Sian-ji dan Hing Bu-bing telah berada di sana
sebelum yang lain tiba. Mereka sudah bersembunyi di
sana sejak lama. Lim Sian-ji berdiri di samping Hing Bu-bing dan
berpegangan kuat-kuat pada lengannya.
Hing Bu-bing tidak bersuara dan tidak bergerak
sedikitpun. Bisik Lim Sian-ji, "Jika kau ingin membunuhnya, ini
adalah kesempatan yang paling baik. Tidak akan ada lagi
kesempatan sebaik ini."
1394 Sahut Hing Bu-bing, "Saat ini ada orang lain yang sedang
berusaha membunuhnya. Aku tidak perlu lagi
menyerang." "Aku bukan menyuruhmu membunuh Li Sun-Hoan."
"Lalu siapa?" "Siangkoan Kim-hong. Bunuh Siangkoan Kim-hong!"
pekik Lim Sian-ji tertahan.
Tubuhnya gemetar sedikit saking gembiranya. Kukukukunya
tertanam di kulit tangan Hing Bu-bing.
Hing Bu-bing tidak bergerak. Ia pun tidak merasa sakit
sedikitpun. Namun ada api yang berkobar di matanya. Seperti
kobaran api neraka. "Saat ini, ia sedang berkonsentrasi penuh pada Li SunHoan. Ia tidak bisa menghadapi orang lain lagi. Lagi pula,
ia tidak tahu sama sekali mengenai tangan kananmu.
Kau pasti dapat membunuhnya," kata Lim Sian-ji.
Hing Bu-bing masih tidak bergeming.
"Kau kan tahu peraturan Kim-ci-pang. Kalau Siangkoan
Kim-hong tidak ada lagi, kaulah yang akan menjadi ketua
yang baru," desak Lim Sian-ji lagi.
Ia mulai menggerutu dengan suara pelan.
1395 Suaranya sungguh tidak enak didengar. Seperti suara
anjing yang akan melahirkan.
"Walaupun kau tidak menginginkan kedudukan itu, kau
harus membalas perbuatannya dulu terhadapmu. Supaya
waktu ia masuk ke neraka, ia akan menyesal telah
memperlakukan engkau seperti itu," Lim Sian-ji terus
membujuknya. Mata Hing Bu-bing masih berkobar dengan api dari
neraka. Dan kobaran api itu makin lama makin besar.
"Ayo, cepat. Kalau kau melewatkan kesempatan ini,
kaulah yang akan menyesal, bukan dia."
Akhirnya Hing Bu-bing mengangguk dan menjawab,
"Baiklah, aku pergi!"
"Cepatlah, aku akan menunggumu di sini. Setelah kau
berhasil, aku akan menjadi milikmu seorang untuk
selama-lamanya." Kata Hing Bu-bing, "Kau tidak perlu menungguku."
"Kenapa?" "Karena kau akan ikut bersamaku!"
Tiba-tiba Lim Sian-ji merasa ada sesuatu yang salah.
Setitik rasa takut terlihat dalam matanya yang indah.
Hing Bu-bing mencekal pergelangan tangannya.
1396 Lim Sian-ji tidak suka menangis. Ia merasa wanita yang
menangis adalah wanita yang lemah, wanita yang
menjijikkan dan sangat bodoh.
Lagi pula, ia masih punya banyak cara untuk membuat
laki-laki melakukan kehendaknya.
Namun saat ini ia sungguh merasa kesakitan dan air
mata pun tidak dapat dibendungnya.
Ia serasa mendengar tulang-tulang tangannya
gemeretuk. "Apa kesalahanku" Mengapa kau
memperlakukan aku seperti ini?"
"Seumur hidupmu, kau telah membuat satu kesalahan
besar," kata Hing Bu-bing.
"Apa itu?" "Kau tidak boleh menganggap semua orang mencintaimu
seperti A Fei mencintaimu!"
*** Li Sun-Hoan berdiri membelakangi hutan itu.
Ia tidak melihat Lim Sian-ji dan Hing Bu-bing, saat
mereka keluar dari sana. Perhatiannya tercurah pada
Siangkoan Kim-hong. Namun ia dapat melihat ekspresi
aneh di wajah Siangkoan Kim-hong.
Tiba-tiba perhatian Siangkoan Kim-hong terpecah.


Pisau Terbang Li Du Cing Jian Pendekar Budiman Karya Gu Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

1397 Tidak pernah ia memberi kesempatan pada lawan seperti
ini. Dan sudah tentu ia tidak akan pernah lagi
melakukannya. Namun Li Sun-Hoan tidak menyerang. Pisaunya masih
tetap berada di tangannya.
Karena ia dapat merasakan hawa membunuh yang
mengerikan datang dari arah punggungnya.
Pisaunya tidak hanya disambitkan oleh tangannya, tapi
oleh seluruh tubuh dan seluruh keberadaannya. Jika ia
menyambitkan pisau saat itu, ia tidak mungkin bisa
melindungi diri dari serangan dari arah belakangnya.
Kakinya berputar dan bergeser tujuh kaki. Kini ia melihat
Hing Bu-bing. Hing Bu-bing berdiri tepat di belakangnya.
Lalu ia pun melihat Lim Sian-ji. Ia belum pernah melihat
Lim Sian-ji kelihatan sangat tertekan seperti itu.
Hujan turun semakin lebat.
Mereka semua sudah basah kuyup.
Walaupun empat lentera tergantung di sudut-sudut
paviliun itu, namun cahayanya redup karena malam
gelap gulita. 1398 Hing Bu-bing masih berdiri dalam kegelapan. Ia tampak
seperti bayangan saja. Seolah-olah ia tidak betul-betul
ada di sana. Namun Li Sun-Hoan telah mengalihkan pandangannya.
Dari Siangkoan Kim-hong pada Hing Bu-bing.
Siangkoan Kim-hong pun mengalihkan pandangannya.
Dari Li Sun-Hoan pada Hing Bu-bing.
Karena mereka kini merasa bahwa kemenangan bukan
lagi terletak di tangan mereka, namun di tangan Hing Bubing.
Hing Bu-bing mulai tertawa. Tertawa sangat keras.
Seumur hidupnya, belum pernah ia tertawa sekeras itu.
Siangkoan Kim-hong menghela nafas dan berkata,
"Teruslah tertawa, karena kau memang berhak tertawa."
Tanya Hing Bu-bing, "Mengapa engkau tidak tertawa?"
"Tawaku tidak bisa keluar."
"Kenapa?" "Kau tahu sebabnya," jawab Siangkoan Kim-hong.
"Memang benar. Aku tahu sebabnya," kata Hing Bu-bing.
Kini ia berhenti tertawa dan perlahan-lahan meluruskan
tubuhnya. Katanya, "Karena kini, akulah yang bisa
1399 menentukan nasib kalian. Kalian berdua tidak akan
berani menyerang aku."
Ia memang benar. Tidak ada yang berani menyerang dia.
Jika saat itu Siangkoan Kim-hong menyerang Hing Bubing,
itu berarti membiarkan dirinya terbuka bagi Li SunHoan. Tidak mungkin ia mengambil resiko sebesar itu
dan memberi kesempatan pada Li Sun-Hoan.
Hal yang sama juga berlaku bagi Li Sun-Hoan.
Kata Hing Bu-bing, "Aku dapat membantumu membunuh
Li Sun-Hoan, atau aku dapat membantu Li Sun-Hoan
membunuhmu." Sahut Siangkoan Kim-hong, "Kurasa memang demikian."
"Benarkah" Bukankah bagimu aku hanya seorang cacad
yang sudah tidak berguna lagi?"
"Setiap orang pasti pernah sekali-sekali salah menilai."
"Bagaimana kau tahu kau telah salah" Mungkin aku
memang hanya seorang cacad yang tidak bisa apa-apa
lagi." Sahut Siangkoan Kim-hong, "Tangan kananmu lebih kuat
daripada tangan kirimu."
"Bagaimana kau bisa tahu?"
1400 "Lim Sian-ji bukan wanita lemah. Sulit bagi siapa saja
untuk menahannya dengan satu tangan saja."
Perlahan Hing Bu-bing menganggukkan kepalanya dan
berkata, "Ternyata kau memang tahu. Sayang sekali kau
tahu sedikit terlambat."
Kata Siangkoan Kim-hong, "Aku tahu. Dan aku juga tahu
bahwa aku telah membuat kesalahan."
Tanya Hing Bu-bing, "Kau menyesal akan apa yang telah
kau perbuat kepadaku?"
"Aku sangat menyesal. Seharusnya aku sudah
membunuhmu saat itu!"
"Mengapa kau tidak membunuhku saat itu?"
"Aku tidak sanggup."
Hing Bu-bing memandang Siangkoan Kim-hong dengan
tatapan aneh, "Bahkan kau pun ada kalanya tidak
sanggup membunuh?" "Aku masih manusia."
"Jadi sekarang kau pikir aku pun tidak akan
membunuhmu?" Siangkoan Kim-hong melirik Lim Sian-ji, "Dia pasti
menginginkan kau membunuhku."
"Memang begitu."
1401 "Tapi jika kau memang ingin membunuhku, kau tidak
akan membawanya ke sini bersamamu."
Tiba-tiba tawa Lim Sian-ji meledak.
Kini ia terjatuh ke tanah dan tertawa seperti orang
kesurupan. Pemandangan yang sangat aneh.
Kata Lim Sian-ji, "Sudah tentu ia takut membunuhmu.
Kalau kau mati, ia pun tidak akan bisa hidup. Kini aku
baru mengerti bahwa ia hanya hidup demi dirimu. Ia
datang ke sini karena ia menginginkanmu untuk
menghargainya. Walaupun di mata orang lain, ia tidak
berharga sepeser pun juga."
Kata Siangkoan Kim-hong, "Kau tahu, ia dapat
membunuhmu dengan sangat mudah?"
"Kau pikir ia sanggup membunuhku".... Waktu kau ingin
membunuhku, ia malah ingin menyelamatkan aku. Kau
tahu kenapa?" Jawab Siangkoan Kim-hong dingin, "Karena ia ingin
membunuhmu di hadapanku."
"Kau salah. Ia tidak ingin membunuhku di hadapanmu.
Ia ingin kau membunuhku dengan tanganmu sendiri,,,,,"
Lim Sian-ji tertawa lagi dan melanjutkan, "Waktu kau dan
aku sedang bersama, ia menjadi gila karena cemburu.
Saat itu, kupikir ia cemburu padamu, tapi sekarang baru
aku tahu bahwa ia cemburu padaku. Ia membenci siapa
saja yang kau sukai. Bahkan putramu sendiri, tidak
1402 terkecuali". Kau tahu siapa membunuh anakmu,
bukan?" "Selama ia membunuh demi aku, aku tidak peduli siapa
yang dibunuhnya," sahut Siangkoan Kim-hong datar.
Senyum di bibir Lim Sian-ji perlahan lenyap. Ia menghela
nafas panjang dan berkata, "Aku selalu menganggap
bahwa aku mengerti jalan pikiran laki-laki, tapi aku
sungguh tidak mengerti pikiran kalian berdua. Aku
sungguh tidak mengerti hubungan macam apa yang ada
di antara kalian berdua."
Lalu ia pun tersenyum dingin dan menambahkan, "Yang
aku tahu, apapun juga itu, itu pasti sangatlah
menjijikkan. Aku tidak peduli apa yang kalian ingin
katakan. Aku tidak mau mendengarnya."
Kata Siangkoan Kim-hong, "Yang kau tahu terlalu sedikit,
yang kau katakan terlalu banyak."
"Tapi apapun juga yang kukatakan, aku tidak mungkin
dapat membujukmu untuk membunuh dia, bukan?"
"Tidak mungkin!"
Lalu Lim Sian-ji menoleh pada Hing Bu-bing dan
bertanya, "Dan aku pun tidak mungkin membujukmu
untuk membunuh dia, bukan?"
"Benar," jawab Hing Bu-bing.
1403 Lim Sian-ji mengeluh dan berkata, "Sepertinya aku
sebentar lagi akan mati dalam tangan kalian.
Pertanyaannya adalah, tangan siapa" Tanganmu" Atau
tanganmu?" Hing Bu-bing tidak menjawab.
Ia menggerakkan tangannya dan melemparkan Lim Sianji
ke dekat kaki Siangkoan Kim-hong.
Kali ini, Lim Sian-ji tidak berusaha bangkit. Ia tidak
bergerak sedikit pun. Ia hanya meringkuk seperti sebuah
bola. Tapi ia adalah seorang wanita.
Kau bisa menyuruhnya tidak bergerak dan tidak
melawan, namun kau tidak mungkin menutup mulutnya.
Bab 82. Penghiburan dalam Keheningan
Jika kau pernah memperhatikan dengan seksama
seorang wanita yang hampir mati, maka kau pasti tahu
bahwa bagian tubuhnya yang menjadi kaku paling
terakhir adalah lidahnya. Ini karena bagian tubuh yang
paling sensitif dalam tubuh wanita adalah lidahnya.
Kata Lim Sian-ji, "Seharusnya aku tahu kaulah yang akan
membunuhku. Seluruh alasan mengapa ia membawaku
ke sini adalah untuk menyaksikan engkau membunuhku
1404 dengan kedua tanganmu. Pada saat itu, barulah ia
merasa puas." Tanya Siangkoan Kim-hong, "Dan apakah kau merasa
puas bisa mati di tanganku?"
"Tergantung dari bagaimana kau akan membunuhku.
Kuharap bukan kematian yang cepat. Dengan mati
perlahan-lahan, barulah seseorang dapat menikmati rasa
kematian yang sesungguhnya."
Tiba-tiba Lim Sian-ji mulai tertawa. "Kan hanya ada satu
kesempatan untuk mati. Walaupun aku harus
menanggung kesakitan yang luar biasa, itu pasti
menyenangkan." Kata Siangkoan Kim-hong, "Dan jika kau mati perlahanlahan,
kau masih bisa mengoceh satu dua kalimat lagi.
Bicara memang bisa mengurangi sedikit kesakitan dalam
kematian. Juga bisa mengurangi kengeriannya."
"Tidak mungkin kau membunuhku dengan cepat bukan"
Aku tahu kau menikmati melihat orang mati perlahanlahan
dan menderita. Dan selama ini, aku telah
memperlakukan engkau dengan cukup baik, bukan" Aku
telah mempercayakan seluruh kekayaan yang
kudapatkan dengan susah-payah kepadamu, dan
membiarkan engkau menggunakannya dengan bebas.
Waktu kau menyuruh orang membunuhku, itu sudah
jelas bahwa kau sudah tidak menginginkan aku dalam
hidupmu lagi." 1405 "Benar. Kini kau tidak berharga sepeser pun. Oleh sebab
itu, aku tidak ingin membunuhmu dan mengotori
tanganku." Ia menendang wanita itu ke arah Li Sun-Hoan.
Kali ini Lim Sian-ji tidak bisa berkata apa-apa. Bajunya
yang basah kuyup melekat erat pada tubuhnya.
Kemolekan lekuk tubuhnya tidak dapat diungkapkan
dengan kata-kata. Memang dia adalah wanita tercantik sejagad raya. Ia
bukan saja sangat mempesona, ia pun sangat pandai.
Ia sebenarnya bisa menjadi orang besar.
Namun kini, kematian yang layak pun tak bisa
didapatkannya. Seharusnya ia bisa menjadi seperti malaikat yang hidup
bahagia di antara awan-awan, namun kini ia hanyalah
seperti seekor anjing yang terpuruk dalam lumpur.
Bagaimana bisa sampai seperti ini"
Apakah ini karena ia tidak tahu menghargai apa yang
dimilikinya" Hujan bertambah lebat lagi.
Li Sun-Hoan hanya memandangi Lim Sian-ji yang
merangkak dalam lumpur. Ia merasa sedih dan simpati.
1406 Bukan kepadanya, tapi pada A Fei.
Lim Sian-ji membawa kemalangan ini pada dirinya
sendiri, tapi A Fei"
A Fei tidak melakukan apa pun yang salah.
Walaupun ia memilih orang yang salah untuk dicintai, ia
sama sekali tidak salah untuk jatuh cinta.
Siangkoan Kim-hong memandang Li Sun-Hoan dan
berkata, "Aku tidak membunuhnya karena aku merasa
kau punya lebih banyak alasan untuk membunuhnya
daripada aku. Jadi kuserahkan dia padamu."
Li Sun-Hoan terdiam sampai lama. Akhirnya ia mengeluh
panjang dan berkata, "Lagi-lagi kau meremehkan aku."
Hening sejenak, lalu Siangkoan Kim-hong mengangguk
perlahan. Katanya, "Benar, aku sudah meremehkan
engkau. Kau pun tidak akan membunuhnya."
Lalu ia pun menambahkan, "Untuk membunuh, kau
memerlukan niat membunuh. Seluruh niat membunuhmu
harus terfokus padaku. Buat apa menyia-nyiakannya
untuk orang seperti dia."
Kata Li Sun-Hoan, "Untuk membunuh, harus membunuh
orang yang tepat. Untuk membunuh, harus membunuh
di tempat yang tepat."
"Ada yang salah dengan tempat ini?" tanya Siangkoan
Kim-hong. 1407 "Tadinya sih tidak ada. Tapi sekarang ada."
"Apa yang salah?"
"Terlalu banyak orang di sini."
"Hing Bu-bing membuatmu merasa tidak nyaman?"
"Ya." Li Sun-Hoan tidak berusaha menutup-nutupi. Walaupun
Hing Bu-bing tidak menyerangnya, ia tetap merupakan
ancaman. Karena pedangnya dapat keluar kapan saja. Tidak ada
seorang pun di dunia ini yang sanggup melawan
gabungan kekuatan mereka berdua.
Siangkoan Kim-hong menundukkan kepalanya dan
berkata, "Aku mengerti maksudmu. Namun sekarang ia


Pisau Terbang Li Du Cing Jian Pendekar Budiman Karya Gu Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sudah datang, tidak ada yang bisa menyuruhnya pergi,
bukan?" Bagian kalimatnya yang terakhir ditujukan pada Hing Bubing.
"Benar," jawab Hing Bu-bing.
Walaupun ia berdiri cukup jauh dari Siangkoan Kim-hong,
siapapun yang melihat pasti tahu bahwa mereka berdua
tampak seperti satu kesatuan, satu kekuatan adi daya
yang tidak bisa dibendung.
1408 Li Sun-Hoan mendesah. Tiba-tiba ia teringat pada A Fei.
Kalau saja A Fei ada di sini".
Siangkoan Kim-hong seolah-olah bisa membaca pikiran Li
Sun-Hoan dengan tepat. Katanya, "Jika A Fei yang dulu
ada di sini, mungkin kau masih punya kesempatan.
Sungguh sayang"..ia sungguh mengecewakan."
Sahut Li Sun-Hoan, "Aku tidak pernah kecewa padanya.
Berapa kali pun manusia jatuh, ia pasti akan bisa bangkit
kembali." "Kau sungguh percaya ia adalah orang semacam itu?"
"Tentu saja." Kata Siangkoan Kim-hong, "Sekalipun kau benar, pada
saat ia bisa bangkit lagi, kaulah yang telah mencium
tanah. Dan aku bisa menjamin, kali ini kau jatuh, kau
tidak akan mungkin akan bangun lagi."
Kata Li Sun-Hoan, "Sekarang".."
Siangkoan Kim-hong menyelanya, "Sekarang kau tidak
punya kesempatan sedikitpun."
Tiba-tiba Li Sun-Hoan tertawa dan berkata, "Kalau
begitu, paling tidak kau harus memberiku kesempatan
untuk menentukan tempatnya. Orang yang hampir mati
paling tidak boleh memilih tempat di mana ia akan mati."
1409 Sahut Siangkoan Kim-hong, "Kau salah. Orang yang akan
membunuhlah yang punya kekuasaan. Orang yang akan
dibunuh tidak punya hak apapun juga. Namun".."
Ia menatap Li Sun-Hoan dan melanjutkan, "Namun kali
ini aku membuat perkecualian bagimu. Kau bukan hanya
sahabat baik, kaupun adalah musuhku yang berharga."
"Terima kasih," kata Li Sun-Hoan.
"Jadi di mana kau ingin mati?"
"Seseorang yang sudah menderita seumur hidupnya,
pasti ingin mati dalam kenyamanan."
Kata Siangkoan Kim-hong, "Mati itu tidak pernah
nyaman." "Aku hanya ingin tempat yang tidak basah oleh air hujan,
supaya aku bisa berganti pakaian. Aku tidak ingin mati
basah kuyup di tempat kotor berlumpur seperti ini."
Ia tersenyum dan menambahkan, "Sejujurnya, selain
waktu sedang mandi, aku lebih suka tubuhku tetap
kering." Kata Siangkoan Kim-hong, "Aku sudah sering mendengar
bahwa kau sama sekali tidak takut mati, tapi aku tidak
pernah percaya. Aku tidak percaya ada orang di dunia ini
yang tidak takut mati. Namun sekarang"..aku bisa
melihat bahwa yang kudengar itu benar adanya."
"O ya?" 1410 "Kalau orang masih bisa bicara seperti itu walaupun tahu
sebentar lagi akan mati, itu sungguh menunjukkan
bahwa baginya tidak ada lagi perbedaan antara hidup
dan mati. Oleh sebab itulah aku merasa agak aneh."
"Aneh?" "Satu-satunya yang harus ditakuti selama kita hidup
adalah kematian. Tapi jika pada kematian pun kau tidak
takut, mengapa kau harus pilih-pilih apakah kau basah
atau kering waktu mati?"
Ia memandang Li Sun-Hoan dan melanjutkan, "Oleh
sebab itu, aku pikir kau pasti punya maksud-maksud lain
meminta ini." Tanya Li Sun-Hoan, "Dan maksud apakah itu?"
"Mungkin ada orang yang akan berpikir bahwa kau hanya
berusaha mengulur waktu. Karena untuk sebagian orang,
pada saat mereka menghadapi kematian di depan mata,
mereka akan terus berusaha dengan segala cara untuk
menundanya, bahkan semenit saja. Mungkin mereka pikir
akan ada semacam kesempatan atau seorang
penyelamat akan datang, atau paling tidak mereka bisa
hidup semenit lebih lama."
"Dan kau pikir, itukah maksudku?"
"Tentu saja tidak. Aku tidak pernah meremehkanmu,"
kata Siangkoan Kim-hong. "Kau tahu pasti bahwa tidak
akan ada mujizat. Tidak ada seorang pun di dunia ini
1411 yang dapat menyelamatkanmu. Dan juga, aku tahu
bahwa kau tidak takut mati."
"Kalau begitu, menurutmu apakah maksudku?"
"Kurasa kau hanya mencari kesempatan agar mereka
berdua bisa lolos. Kau tahu pasti bahwa aku tidak akan
membunuh siapapun sebelum membunuhmu. Seseorang
tidak akan makan roti banyak-banyak kalau tahu ada
hidangan yang lezat yang akan datang."
Kata Li Sun-Hoan, "Perumpamaan yang buruk."
"Mungkin, tapi tidak meleset jauh."
Li Sun-Hoan memaksakan diri untuk tersenyum. "Apakah
kau peduli apakah kedua orang itu hidup atau mati?"
"Aku tidak peduli."
Memang bukan urusannya. Kalau pun mereka hidup, mereka bukan ancaman
baginya. Jika ia ingin mereka mati, ia bisa membunuh mereka
kapan pun juga. Li Sun-Hoan tidak sanggup melihat pada Sun Sio-ang.
Tapi apapun yang akan terjadi, ia masih hidup saat ini. Ia
masih bernafas. 1412 Itu sudah cukup baginya. Apalagi yang dapat diperbuatnya bagi gadis itu"
"Tapi aku sudah bilang bahwa aku akan membuat
perkecualian bagimu, karena kau berbeda dari orang
lain," kata Siangkoan Kim-hong. "Kau sudah hidup begitu
bersih, paling sedikit aku harus memastikan kau tidak
mati secara kotor, seperti anjing liar mati dalam lumpur."
Mati. Bagaimana ia akan mati" Di mana ia akan mati"
Ini semua tidaklah penting.
Yang terpenting adalah bahwa ia dapat mati dengan
tenang. Namun bagaimana dengan Sun Sio-ang"
Selama itu, ia tidak sanggup memandangnya. Ia tidak
berani. Karena ia tidak bisa memecahkan konsentrasinya.
Namun kini ia harus pergi. Gadis itu pasti tahu bahwa
mungkin inilah terakhir kalinya ia bisa melihat Li SunHoan. Ia bukan hanya akan pergi ke negeri asing, ia
akan pergi meninggalkan dunia ini.
Bagaimana ia akan mengikuti Li Sun-Hoan kali ini"
Li Sun-Hoan kuatir ia akan memaksa pergi mengikuti dia
dan mati bersama. 1413 Kalau ia melakukannya, Li Sun-Hoan mungkin harus
memukulnya sampai pingsan atau menutup Hiat-to (jalan
darah)nya dan perlahan-lahan membujuknya untuk terus
hidup tanpa dirinya. Akan menjadi adegan yang sangat sedih dan menyayat
hati. Li Sun-Hoan sungguh berharap ia tidak harus
melakukannya. Sun Sio-ang sudah cukup mempunya
beban yang berat yang harus dipikul dalam hatinya.
Ditambah dengan beban yang lain, mungkin hatinya akan
hancur berkeping-keping. Walaupun ia adalah gadis yang berkemauan keras,
hatinya agak lemah. Sun Sio-ang tidak melakukan apa yang dipikirkan Li SunHoan. Ia bahkan tidak menghampirinya untuk
mengucapkan selamat tinggal.
Apa alasannya" Akhirnya Li Sun-Hoan tidak dapat menahan diri dan
menoleh memandangnya. Gadis itu tidak jatuh pingsan, tidak bergeser sedikit pun
dari tempat dia berdiri dari semula.
Ia menatap Li Sun-Hoan lekat-lekat.
Walaupun wajahnya penuh dengan kepedihan, tatapan
matanya masih tetap tenang dan teduh. Walaupun ia
1414 tidak mengatakan sepatah katapun, matanya seolah-olah
berkata pada Li Sun-Hoan, "Kalau inilah yang harus kau
perbuat, perbuatlah dengan konsentrasi penuh. Jangan
biarkan diriku menghalangimu. Aku mengerti dan aku
tidak akan menghalangimu. Aku percaya sepenuhnya
kepadamu." Walaupun Li Sun-Hoan hanya memandangnya sekilas,
beban yang berat dalam hati Li Sun-Hoan terangkat
seketika. Karena ia menyadari, betapa kuatnya gadis itu dan
betapa ia tidak ingin Li Sun-Hoan menguatirkan dirinya.
Tanpa Li Sun-Hoan harus membujuknya, ia pasti akan
berusaha sekuat tenaga untuk terus hidup.
Ia hanya ingin menjadi sumber penghiburan dan
kekuatan bagi Li Sun-Hoan.
Li Sun-Hoan tidak dapat mengungkapkan dengan katakata,
betapa ia berterima kasih pada Sun Sio-ang. Karena
hanya dialah yang mengerti betapa besar arti pengertian
dan dukungan Sun Sio-ang bagi dirinya saat itu.
Tiba-tiba ia menyadari betapa beruntungnya dia
mengenal gadis itu. Li Sun-Hoan sudah melangkah pergi. Langkahnya lebih
mantap dan lebih tenang daripada waktu ia datang tadi.
Sun Sio-ang hanya memandangi kepergiannya tanpa
bicara. Setelah sekian lama, ia menoleh ke arah Lim
Sian-ji. 1415 Lim Sian-ji sedang berusaha keras untuk bangkit berdiri
dari tanah yang berlumpur itu.
Ia berusaha sekuat tenaga untuk kelihatan anggun dan
gagah, namun ia tahu bahwa usahanya itu sia-sia belaka.
Karena itu, dalam hatinya ia merasa sangat kesal dan
jengkel. Sun Sio-ang memandangnya tanpa perasaan di
wajahnya. Tanpa perasaan adalah salah satu cara untuk
menunjukkan rasa muak. Lim Sian-ji tertawa dingin. Katanya, "Aku tahu bahwa
saat itu kau memandang rendah padaku. Tapi kurasa,
kau lebih buruk lagi daripada aku. Kau tahu sebabnya?"
Jawab Sun Sio-ang, "Tidak tahu."
"Ia telah membunuh kakekmu, dan sekarang ia akan
membunuh Li Sun-Hoan. Tapi yang bisa kau perbuat
hanya berdiri di sini seperti sebatang kayu kering."
"Lalu apa yang harus kuperbuat?"
"Pertanyaan itu seharusnya ditujukan pada dirimu
sendiri". Jangan bilang bahwa kau tidak tahu apa yang
kau rasakan dalam hatimu."
"Aku tahu." 1416 Kata Lim Sian-ji, "Jadi seharusnya kau merasa sedih,
menyesal, berduka cita."
"Bagaimana kau bisa tahu bahwa aku tidak berduka"
Waktu seseorang bersedih hati atau berduka cita, ia tidak
harus menunjukkannya dengan kata-kata, namun
dengan perbuatan," jawab Sun Sio-ang.
"Lalu dengan apakah kau tunjukkan perasaanmu"
Dengan perbuatan seperti apa?"
"Apakah yang dapat kuperbuat sekarang?"
"Kau tahu bahwa Li Sun-Hoan sedang berjalan menuju
pada kematiannya. Setidaknya kau berusaha
mencegahnya"." "Kau pikir aku bisa mencegahnya?" Sun Sio-ang
mendesah dan berkata, "Kalau aku melakukannya,
pikirannya akan menjadi lebih kalut dan ia akan mati
lebih cepat lagi." "Tapi kau"..kau tidak meneteskan setetes air mata pun."
Sun Sio-ang terdiam sejenak sebelum menyahut, "Aku
memang ingin menangis sekarang, ingin membanjiri
wajahku dengan air mata. Namun saatnya belum tiba."
Tanya Lim Sian-ji tidak mengerti, "Apa lagi yang kau
tunggu?" "Besok".."
1417 "Setelah esok tiba, akan ada esok hari lagi."
"Karena selalu akan ada hari esok, selalu akan ada
harapan baru," kata Sun Sio-ang.
Lalu perlahan ia melanjutkan, "Walaupun aku telah
melakukan kesalahan, itu sudah berlalu dan aku harus
hidup menanggung akibatnya. Walaupun aku ingin
menangis meraung-raung, aku harus menunggu sampai
besok. Karena ada yang harus kukerjakan hari ini!"
Hanya orang bodoh yang menangisi masa lalu.
Orang-orang yang gagah berani, mengakui kesalahan
mereka, sehingga mereka memiliki kekuatan untuk
menghadapi masa kini. Bukannya menenggelamkan diri
dalam kubangan air mata. Air mata tidak dapat menghapuskan penghinaan, tidak
dapat memperbaiki kesalahan di masa lampau. Jika
seseorang ingin memperbaiki kesalahan yang ia perbuat,
satu-satunya yang dapat diperbuatnya adalah menggali
semangatnya dan memulai segala sesuatu lagi dari awal,
mulai saat ini. Lim Sian-ji berdiri mematung.
Ia mengatakan segala sesuatunya hanya untuk membuat
Sun Sio-ang sedih. Karena ia tahu Sun Sio-ang
memandang rendah pada dirinya, ia pun ingin membuat


Pisau Terbang Li Du Cing Jian Pendekar Budiman Karya Gu Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sun Sio-ang memandang rendah pada dirinya sendiri.
Tapi ia telah gagal. 1418 Sun Sio-ang jauh lebih kuat dan jauh lebih gagah
daripada perkiraan Lim Sian-ji.
Bab 83. Cinta yang Dalam dan Luas
Setelah beberapa saat terdiam, Lim Sian-ji mencibir dan
bertanya, "Apa sih yang begitu penting yang harus kau
kerjakan hari ini?" "Kalau seorang wanita ingin mendukung kekasihnya, itu
bukan berarti bahwa ia harus ikut serta dalam
kematiannya, atau bahwa ia harus mati demi kekasihnya.
Tapi ia harus memberikan penghiburan dan kelegaan
kepada kekasihnya, supaya ia bisa melakukan apa yang
harus dilakukannya dengan tenang. Ia harus membuat
kekasihnya merasa dirinyalah yang terpenting dalam
hidupnya, dan ia tidak merasa diabaikan," kata Sun Sioang.
"Itu saja?" "Selain itu, apa lagi yang dapat kuperbuat baginya?"
Memang tidak ada lagi yang dapat dilakukannya.
Itu saja sudah cukup. Laki-laki yang beruntung memiliki wanita seperti ini akan
merasa puas sepenuhnya. Kata Sun Sio-ang, "Aku tahu kau sedang berusaha
membuatku merasa sedih, tapi aku tidak
menyalahkanmu. Aku merasa kasihan padamu."
1419 "Kasihan padaku" Mengapa aku harus dikasihani?"
"Kau pikir kau masih muda, cantik, dan pandai. Kau pikir
semua laki-laki di dunia ini akan bertekuk lutut di
hadapanmu. Oleh sebab itu, pada saat kau bertemu
dengan laki-laki yang sungguh-sungguh mencintai dan
sayang padamu, kau tidak bisa menghargainya. Malah
kau menggebahnya pergi dan menganggapnya seperti
seorang tolol. Tapi suatu hari nanti kau akan menyadari
bahwa orang yang sungguh-sungguh mencintaimu
tidaklah banyak. Cinta sejati tidak dapat dibeli dengan
kecantikan dan usia muda."
Dengan lembut Sun Sio-ang melanjutkan, "Dan bila
saatnya tiba, kau akan menyadari bahwa kau tidak
memiliki apapun juga. Bahwa hidupmu kosong dan tidak
berarti. Saat seorang wanita berada pada posisi seperti
itu dalam hidupnya, ia sungguh patut dikasihani."
Tanya Lim Sian-ji, "Kau".Kau pikir aku seperti itu?"
Suaranya bergetar. Seluruh tubuhnya pun bergetar.
Apakah ia merasa kesal" Dingin" Atau takut"
Sun Sio-ang tidak menjawabnya. Ia hanya memandang
dingin pada wajah Lim Sian-ji yang pucat dan gelisah,
pada tubuhnya yang penuh lumpur. Jauh lebih buruk
daripada jawaban apapun yang mungkin diberikannya.
Lim Sian-ji tertawa tiba-tiba tiba-tiba. "Kau benar, aku
memang meremehkan dia dan menganggapnya tidak
lebih daripada seorang tolol yang dimabuk cinta. Tapi
1420 kalau sekarang aku pergi mencari dia, dia pasti akan
merangkak kembali kepadaku."
"Lalu mengapa tidak kau coba?" tantang Sun Sio-ang.
"Tidak perlu kucoba. Aku sudah tahu hasilnya. Ia tidak
mungkin dapat hidup tanpa diriku."
Walaupun bibirnya berkata begitu, tubuhnya sudah
berputar dan melangkah pergi.
Ia mengerahkan seluruh kekuatannya dan berlari sekuat
tenaga, karena ia tahu bahwa inilah kesempatan
terakhirnya. Jika kesempatan ini berlalu, berakhir sudah
baginya. Sun Sio-ang masih berdiri di situ sejenak
sebelum memaLingkan wajahnya.
Bumi telah tertutup oleh kekelaman yang tiada berujung.
Dari balik rintik air hujan muncul sesosok bayangan
manusia". Tidak ada yang tahu kapan orang itu datang, tidak ada
yang tahu sudah berapa lama ia berada di sana.
Yang pertama terlihat oleh Sun Sio-ang adalah matanya.
Mata seorang wanita. Matanya tampak suram. Mungkin mata itu sudah begitu
banyak mencucurkan air mata sehingga cahayanya
sudah pudar. Namun kesedihan dan dukacita tanpa katakata
yang terkandung di dalamnya dapat membawa lakilaki
yang paling gagah sekalipun meneteskan air mata.
1421 Lalu tampaklah wajahnya. Bukan wajah yang luar biasa cantik.
Wajah itu sangat pucat, seakan-akan sudah begitu lama
tidak kena sinar matahari.
Tapi entah mengapa, saat Sun Sio-ang melihatnya, ia
serasa sedang melihat wanita yang tercantik di seluruh
bumi. Rambutnya berantakan dan pakaiannya basah kuyup,
seperti orang yang sedang putus asa. Namun anehnya,
jika orang yang melihatnya, mereka tidak akan
menyangka demikian. Karena ia masih terlihat begitu muda, begitu anggun.
Apapun situasinya, ia dapat menyentuh perasaan orang
lain dengan pribadinya yang unik dan kekuatannya yang
luar biasa. Sun Sio-ang belum pernah melihat wanita ini
sebelumnya, namun hanya dengan sekali pandang ia
langsung tahu siapa dia. Lim Si-im. Hanya wanita seperti dialah yang dapat membuat orang
seperti Li Sun-Hoan jatuh ke dalam jurang cinta begitu
dalam. Sun Sio-ang menghela nafas panjang.
1422 "Mengapa semua orang menganggap Lim Sian-ji adalah
wanita tercantik di dunia" Wanita inilah yang seharusnya
mendapatkan predikat itu. Apalagi pada masa mudanya.
Bahkan saat ini pun, ia jauh lebih mempesona daripada
Lim Sian-ji." Mungkin karena malam yang hujan, atau mungkin karena
ia adalah seorang wanita, tapi itulah pikirannya yang
sejujurnya. Selera wanita terhadap wanita memang berbeda dari
selera pria. Lim Si-im pun sedang menatapnya. Perlahan ia berjalan
mendekat dan berkata, "Kau"..kau adalah Nona Sun,
bukan?" Sun Sio-ang mengangguk dan berkata, "Aku tahu siapa
engkau. Aku sering mendengar tentang dirimu dari dia."
Lim Si-im tersenyum, senyum yang penuh derita.
Tentu saja ia tahu siapakah "dia" yang disebut oleh Sun
Sio-ang. Kata Sun Sio-ang, "Jadi kau sudah berada di sini dari
tadi." Lim Si-im menundukkan kepalanya dan berkata, "Aku
mendengar bahwa ia akan berduel di sini, maka aku
datang untuk berbicara sedikit kepadanya. Tapi sudah
lama aku tidak pergi keluar rumah dan aku tersesat
dalam perjalanan." 1423 Ia tersenyum sedikit dan menambahkan, "Tapi tidak
mengapa. Apa yang tadinya akan kukatakan kepadanya
bisa kusampaikan kepadamu."
Suaranya pelan dan lembut. Seakan-akan ia perlu
berpikir sebelum mengucapkan setiap kata.
Tiap kata yang keluar dari mulutnya jelas dan kaku.
Orang yang mendengarnya berbicara saat itu mungkin
akan menganggap bahwa ia adalah wanita yang tidak
berperasaan. Namun Sun Sio-ang sungguh memahami dirinya.
Perkataannya terdengar dingin dan datar karena ia sudah
begitu banyak menanggung kesedihan dan penderitaan
dalam hidupnya. Sun Sio-ang merasa simpati yang begitu besar dalam
hatinya terhadap wanita ini. Ia tidak tahan untuk tidak
bertanya, "Aku tahu bahwa ia ingin sekali bertemu
denganmu. Dan kau pun sudah jauh-jauh datang ke sini,
mengapa kau tidak mengikutinya untuk bertemu
dengannya sekali lagi?"
"A".Aku tidak bisa."
Awalnya memang ia ingin bertemu dengan Li Sun-Hoan.
Tapi saat dia tiba, sudah ada orang yang berada di
sampingnya. Ia tidak ingin menunjukkan diri karena ia
kuatir akan perasaan yang akan timbul dalam hatinya.
Karena ia tahu pasti, jika ia bertemu dengan Li Sun-Hoan
lagi, ia tidak akan dapat mengendalikan dirinya lagi.
1424 Walaupun ia tidak mengatakannya, Sun Sio-ang paham
sepenuhnya. Kata Sun Sio-ang, "Sebelumnya aku tidak mengerti
mengapa ada orang yang mau menuruti semua
perkataan orang lain dan membiarkan orang lain
menentukan nasibnya. Baru sekarang aku tahu bahwa ia
bukan menuruti perkataan orang itu karena takut
padanya, tapi karena mencintainya begitu rupa dan tahu
bahwa apapun yang diperbuat orang itu adalah demi
kebaikannya." Selama itu Lim Si-im berusaha keras menahan diri, tapi
saat itu pertahanannya runtuh.
Air mata membanjiri wajahnya.
Karena setiap kata yang diucapkan Sun Sio-ang terus
menusuk ke dalam hatinya. Tiap kata bagaikan sebatang
jarum yang menghunjam jauh ke dalam sanubarinya.
Ia pernah bertanya pada dirinya sendiri, "Aku tidak punya
apa-apa lagi. Aku merasa hampa, sama persis seperti
Lim Sian-ji. Tapi salah siapakah ini" Apakah akulah yang
bersalah waktu dulu itu?"
Tadinya ia begitu geram pada Li Sun-Hoan, begitu benci
padanya. Hidupnya berakhir sedih dan tragis seperti ini, semuanya
karena kesalahan Li Sun-Hoan!
1425 Tapi baru sekarang ia menyadari bahwa yang salah
bukanlah Li Sun-Hoan, tetapi dirinya sendiri.
"Mengapa waktu itu aku mendengarkan perkataannya"
Mengapa tak kukatakan dengan tegas kepadanya bahwa
aku sungguh mencintainya dan aku tidak akan menikah
dengan siapapun juga kecuali dia?"
Sun Sio-ang berkata dengan lembut, "Aku tidak tahu
pasti apa yang terjadi di antara kalian berdua, tapi aku
tahu bahwa".." Lim Si-im menyelanya tiba-tiba, "Tapi sekarang aku tahu.
Sekarang, setelah bertemu denganmu, aku tahu bahwa
akulah yang salah." "Kenapa begitu?" seru Sun Sio-ang.
"Karena"..jika aku berani berbuat seperti engkau, sekuat
dan setegas engkau, aku tidak akan berakhir seperti ini."
"Tapi kau".."
Kembali Lim Si-im memotongnya, "Sekarang aku tahu
bahwa aku tidak pantas menjadi istrinya. Hanya
engkaulah yang pantas untuknya."
Sun Sio-ang menundukkan kepalanya. "Aku".."
Lim Si-im tidak memberinya kesempatan berbicara.
"Karena hanya kau yang bisa menghibur dan
mendukungnya. Apapun yang dilakukannya,
1426 kepercayaanmu kepadanya tidak pernah berubah. Tapi
aku".." Ia mendesah, dan setetes air mata bergulir ke pipinya.
Sun Sio-ang terdiam beberapa saat. Lalu tiba-tiba ia
tersenyum dan berkata, "Tapi di kemudian hari kau akan
punya banyak kesempatan untuk bertemu dengannya.
Apapun yang terjadi di masa lalu itu sudah lewat. Kini
kalian berdua dapat"."
Lim Si-im memotongnya cepat, "Kau pikir ia masih punya
kesempatan" Masih ada harapan?"
"Tentu saja masih ada!"
Sun Sio-ang tersenyum dan berkata, "Mungkin semua
orang beranggapan bahwa ia sudah kehilangan
kepercayaan diri. Jika seseorang sudah kehilangan rasa
percaya dirinya, apa lagi harapannya?"
"Betul sekali," sahut Lim Si-im.
"Tapi aku tahu pasti bahwa ia bersikap demikian hanya
untuk memancing agar Siangkoan Kim-hong menjadi
lengah. Jika Siangkoan Kim-hong mulai meremehkan
lawannya, ia pun akan menjadi kurang hati-hati."
Mata Sun Sio-ang berbinar dan menambahkan lagi, "Jika
Siangkoan Kim-hong kurang hati-hati, Li Sun-Hoan pasti
bisa mengalahkannya!"
1427 Lim Si-im mendesah dan berkata, "Ia punya rasa percaya
diri yang begitu besar karena kau begitu yakin pada
dirinya. Dukungan dan semangatmu sangat berharga
baginya. Aku rasa kau tidak menyadari seberapa
pentingnya dirimu baginya."
Sun Sio-ang menundukkan kepalanya. "Aku
menyadarinya." Ia tidak hanya yakin pada Li Sun-Hoan, ia pun yakin
pada dirinya sendiri. Lim Si-im memandang gadis itu dengan perasaan yang
tidak terkatakan. Apakah itu iri hati" Cemburu" Atau
kasihan pada dirinya sendiri" Atau mungkin, ia hanya
merasa sangat berbahagia bagi Li Sun-Hoan.
Li Sun-Hoan telah berkubang dalam kesedihan lebih dari
setengah masa hidupnya. Hatinya pasti merasa sangat
lelah. Hanya orang seperti Sun Sio-anglah yang dapat
memberikan penghiburan kepadanya. Sekalipun ia bisa
menang kali ini, akan tiba saatnya suatu hari nanti ia
akan kalah. Walaupun tidak ada orang yang dapat menjatuhkannya,
ia pasti bisa menjatuhkan dirinya sendiri!


Pisau Terbang Li Du Cing Jian Pendekar Budiman Karya Gu Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lim Si-im kembali mendesah dan berkata, "Bahwa ia bisa
berjumpa denganmu, itu adalah anugerah Tuhan,
menggantikan seluruh penderitaan dalam hidupnya. Ia
pantas untuk berbahagia, tapi".."
1428 Tiba-tiba ia bertanya, "Bagaimana dengan Hing Bu-bing"
Walaupun ia dapat mengalahkan Siangkoan Kim-hong,
tidak mungkin ia dapat mengalahkan serangan gabungan
mereka berdua." Sahut Sun Sio-ang, "Mungkin Hing Bu-bing tidak akan
menyerang sama sekali. Siangkoan Kim-hong sudah
begitu yakin bahwa dia tidak mungkin kalah, sehingga ia
tidak akan meminta bantuan Hing Bu-bing. Saat ia
menyadarinya, sekalipun Hing Bu-bing ingin membantu,
itu sudah sangat terlambat."
Pemikirannya sungguh tepat. Ini adalah kesempatan Li
Sun-Hoan satu-satunya. Jika mereka ingin mengalahkan Li Sun-Hoan, ini juga
satu-satunya kesempatan mereka " pisau terbangnya
tidak akan memberikan kesempatan kedua bagi siapapun
juga. Pertanyaannya adalah, siapakah yang dapat
memanfaatkan kesempatan yang satu-satunya ini"
Kata Lim Si-im, "Jadi maksudmu, jika Hing Bu-bing tidak
menyerang bersamaan dengan Siangkoan Kim-hong, Li
Sun-Hoan masih punya kesempatan?"
"Benar." "Bagaimana kau bisa yakin bahwa Hing Bu-bing tidak
akan menyerang?" 1429 "Aku tidak bisa yakin," jawab Sun Sio-ang. "Namun aku
yakin setelah dua jam, tidak ada satu pun dari mereka
yang bergerak." "Meskipun kau benar, bagaimana kita bisa tahu apa yang
terjadi selama dua jam ini?" tanya Lim Si-im kuatir.
"Sesuatu akan terjadi."
"Apa itu?" "A Fei," jawab Sun Sio-ang singkat.
Walaupun Lim Si-im tidak mengatakan apa-apa,
wajahnya menunjukkan kekecewaan.
Semua orang pasti merasa kecewa terhadap A Fei.
Kata Sun Sio-ang, "Tidak seorang pun percaya padanya
lagi, tapi itu hanya karena saat ini ia masih mengenakan
belenggu yang berat pada tubuhnya."
"Belenggu?" "Ya, belenggu. Dan hanya ada satu orang yang dapat
membebaskan dia dari belenggu itu."
"Siapa?" tanya Lim Si-im penuh harap.
"Hanya pemukul genta yang dapat melepaskan ikatan
genta." "Maksudmu"..Lim Sian-ji?"
1430 "Tepat sekali. Kalau ia bisa menyadari bahwa Lim Sian-ji
tidak pantas memperoleh cintanya, maka ia akan
terbebas dari seluruh belenggu yang mengikatnya."
Lim Si-im terdiam sejenak. Lalu ia berkata, "Mungkin kau
benar. Namun ia telah jatuh begitu lama dan begitu
dalam, bagaimana mungkin ia dapat bangkit kembali
dalam waktu yang sangat singkat?"
Jawab Sun Sio-ang, "Untuk alasan lain mungkin dia tidak
akan bisa, namun untuk Li Sun-Hoan ia pasti bisa."
Lalu dengan perlahan ia menambahkan, "Untuk orangorang
yang sangat kita kasihi, kadang-kadang kita bisa
membuat hal-hal yang luar biasa."
Lim Si-im menghela nafas panjang. "Jadi begitu"."
Kata Sun Sio-ang, "Jadi sekarang aku harus pergi
mencari A Fei dan memberitahukan padanya apa yang
terjadi." "Tunggu"..ada lagi yang ingin kusampaikan padamu,"
kata Lim Si-im tiba-tiba.
"Apa itu?" "Sudah lama aku tidak pergi dunia luar, tapi aku tahu
begitu banyak tentang apa yang terjadi. Apa kau tidak
merasa heran?" 1431 "Sama sekali tidak. Karena aku tahu kau memiliki putra
yang sangat cerdas," jawab Sun Sio-ang sambil
tersenyum. Lim Si-im menundukkan kepalanya dan berkata, "Apapun
yang terjadi, ia tetap adalah anakku. Tidak ada satupun
dalam dunia ini yang kumiliki kecuali dia seorang".. Oleh
sebab itu aku berharap kau dapat memberitahukan
kepadanya, memintakan maaf kepadanya".."
"Ia tidak pernah membenci siapapun juga. Kau
seharusnya sudah tahu."
Lim Si-im terdiam. Seolah-olah ada lagi yang ingin
dikatakannya, namun ia tidak tahu bagaimana harus
memulainya. Tanya Sun Sio-ang, "Apakah ini mengenai "Ensiklopedi
LianHua?"" Lim Si-im tampak terkejut. "Kau sudah tahu?"
Sun Sio-ang tersenyum dan menyahut, "Aku juga sudah
memberitahukan kepadanya. Jisusiokku"."
"Benar. Waktu Tuan Wang datang, Tuan Sun juga ada
bersamanya." "Jadi kitab itu memang ada padamu?"
"Ya. Tapi aku tidak pernah memberitahukan kepadanya
selama ini." 1432 "Mengapa?" Jawab Lim Si-im, "Karena pada saat itu aku merasa
bahwa ilmu silat tidak mendatangkan kebaikan baginya,
malahan akan membahayakan dirinya. Semakin tinggi
ilmu silat seseorang, akan semakin banyak persoalan
yang timbul, jadi".."
"Jadi kau tidak memberitahukan kepadanya karena kau
ingin dia menjadi orang biasa, dengan kehidupan yang
sederhana." "Itulah alasan utamanya. Tapi tidak seorang pun akan
mempercayai aku".."
"Aku percaya padamu," kata Sun Sio-ang.
Ia mendesah dan menambahkan, "Jika aku ada di
tempatmu, mungkin aku pun akan melakukan hal yang
sama." Hanya seorang wanitalah yang dapat memahami
perasaan wanita lain. Hanya seorang wanitalah yang dapat memahami bahwa
seorang wanita sanggup berbuat apapun juga demi lakilaki
yang dicintainya. Di mata orang lain, mungkin
perbuatannya dianggap bodoh, namun di mata mereka,
tidak ada alasan lain yang lebih penting daripada ini.
Kata Lim Si-im, "Namun sekarang aku menyesal.
Seharusnya aku memberikan kitab itu kepadanya."
1433 "Kau menyimpannya demi kebaikannya sendiri," kata Sun
Sio-ang. "Tapi"..kalau ia sempat mempelajari isi "Ensiklopedi
LianHua", sekalipun Siangkoan Kim-hong dan Hing Bubing
bersama-sama menyerang dia, dia tidak mungkin
terkalahkan." "Ah, jadi karena itu kau merasa bersalah. Karena itulah
kau meminta maaf." Lim Si-im mengangguk. Katanya, "Aku tahu ia tidak akan
menyalahkan aku, tapi jika aku"..jika aku tidak
mengakui hal ini kepadanya, aku tidak akan dapat hidup
dengan diriku sendiri."
"Tapi kau salah," kata Sun Sio-ang.
"Salah?" "Jika ia mempelajari isi "Ensiklopedi LianHua", ia tetap
bukan tandingan Siangkoan Kim-hong."
"Kenapa?" "Tahukah kau mengapa ilmu pedang A Fei begitu ditakuti
orang?" "Karena dia".." Lim Si-im tidak tahu jawabannya.
"Ia bisa menjadi sangat cepat dan tepat karena ia sangat
berdedikasi pada pedangnya, lebih daripada orang lain.
Sama seperti Li Sun-Hoan. Jika ia mempelajari ilmu silat
1434 yang lain, ia akan kehilangan fokus. Pisaunya tidak
mungkin bisa menjadi secepat dan seakurat sekarang."
Lim Si-im kembali menundukkan kepalanya.
"Bagaimanapun juga, kuharap kau berkenan
menyampaikan perasaanku kepadanya."
Kata Sun Sio-ang, "Kalian berdua akan punya
kesempatan untuk bertemu. Mengapa tak kau katakan
sendiri kepadanya?" Setelah beberapa saat terdiam, Lim Sian-ji mengertakkan
giginya dan bertanya, "Apa sih yang begitu penting yang
harus kau kerjakan hari ini?"
"Kalau seorang wanita ingin mendukung kekasihnya, itu
bukan berarti bahwa ia harus ikut serta dalam
kematiannya, atau bahwa ia harus mati demi kekasihnya.
Tapi ia harus memberikan penghiburan dan kelegaan
kepada kekasihnya, supaya ia bisa melakukan apa yang
harus dilakukannya dengan tenang. Ia harus membuat
kekasihnya merasa dirinyalah yang terpenting dalam
hidupnya, dan ia tidak merasa diabaikan," kata Sun Sioang.
"Itu saja?" "Selain itu, apa lagi yang dapat kuperbuat baginya?"
Memang tidak ada lagi yang dapat dilakukannya.
Itu saja sudah cukup. 1435 Laki-laki yang beruntung memiliki wanita seperti ini akan
merasa puas sepenuhnya. Kata Sun Sio-ang, "Aku tahu kau sedang berusaha
membuatku merasa sedih, tapi aku tidak
menyalahkanmu. Aku merasa kasihan padamu."
"Kasihan padaku" Mengapa aku harus dikasihani?"
"Kau pikir kau masih muda, cantik, dan pandai. Kau pikir
semua laki-laki di dunia ini akan bertekuk lutut di
hadapanmu. Oleh sebab itu, pada saat kau bertemu
dengan laki-laki yang sungguh-sungguh mencintai dan
sayang padamu, kau tidak bisa menghargainya. Malah
kau menggebahnya pergi dan menganggapnya seperti
seorang tolol. Tapi suatu hari nanti kau akan menyadari
bahwa orang yang sungguh-sungguh mencintaimu
tidaklah banyak. Cinta sejati tidak dapat dibeli dengan
kecantikan dan usia muda."
Dengan lembut Sun Sio-ang melanjutkan, "Dan bila
saatnya tiba, kau akan menyadari bahwa kau tidak
memiliki apapun juga. Bahwa hidupmu kosong dan tidak
berarti. Saat seorang wanita berada pada posisi seperti
itu dalam hidupnya, ia sungguh patut dikasihani."
Tanya Lim Sian-ji, "Kau".Kau pikir aku seperti itu?"
Suaranya bergetar. Seluruh tubuhnya pun bergetar.
Apakah ia merasa kesal" Dingin" Atau takut"
Sun Sio-ang tidak menjawabnya. Ia hanya memandang
dingin pada wajah Lim Sian-ji yang pucat dan gelisah,
1436 pada tubuhnya yang penuh lumpur. Jauh lebih buruk
daripada jawaban apapun yang mungkin diberikannya.
Lim Sian-ji tertawa tiba-tiba tiba-tiba. "Kau benar, aku
memang meremehkan dia dan menganggapnya tidak
lebih daripada seorang tolol yang dimabuk cinta. Tapi
kalau sekarang aku pergi mencari dia, dia pasti akan
merangkak kembali kepadaku."
"Lalu mengapa tidak kau coba?" tantang Sun Sio-ang.
"Tidak perlu kucoba. Aku sudah tahu hasilnya. Ia tidak
mungkin dapat hidup tanpa diriku."
Walaupun bibirnya berkata begitu, tubuhnya sudah
berputar dan melangkah pergi.
Ia mengerahkan seluruh kekuatannya dan berlari sekuat
tenaga, karena ia tahu bahwa inilah kesempatan
terakhirnya. Jika kesempatan ini berlalu, berakhir sudah
baginya. Sun Sio-ang masih berdiri di situ sejenak
sebelum memaLingkan wajahnya.
Bumi telah tertutup oleh kekelaman yang tiada berujung.
Dari balik rintik air hujan muncul sesosok bayangan
manusia". Tidak ada yang tahu kapan orang itu datang, tidak ada
yang tahu sudah berapa lama ia berada di sana.
Yang pertama terlihat oleh Sun Sio-ang adalah matanya.
Mata seorang wanita. 1437 Matanya tampak suram. Mungkin mata itu sudah begitu
banyak mencucurkan air mata sehingga cahayanya
sudah pudar. Namun kesedihan dan dukacita tanpa katakata
yang terkandung di dalamnya dapat membawa lakilaki
yang paling gagah sekalipun meneteskan air mata.
Lalu tampaklah wajahnya. Bukan wajah yang luar biasa cantik.
Wajah itu sangat pucat, seakan-akan sudah begitu lama
tidak kena sinar matahari.
Tapi entah mengapa, saat Sun Sio-ang melihatnya, ia
serasa sedang melihat wanita yang tercantik di seluruh
bumi. Rambutnya berantakan dan pakaiannya basah kuyup,
seperti orang yang sedang putus asa. Namun anehnya,
jika orang yang melihatnya, mereka tidak akan
menyangka demikian. Karena ia masih terlihat begitu muda, begitu anggun.
Apapun situasinya, ia dapat menyentuh perasaan orang
lain dengan pribadinya yang unik dan kekuatannya yang
luar biasa. Sun Sio-ang belum pernah melihat wanita ini
sebelumnya, namun hanya dengan sekali pandang ia
langsung tahu siapa dia. Lim Si-im. 1438 Hanya wanita seperti dialah yang dapat membuat orang


Pisau Terbang Li Du Cing Jian Pendekar Budiman Karya Gu Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seperti Li Sun-Hoan jatuh ke dalam jurang cinta begitu
dalam. Sun Sio-ang menghela nafas panjang.
"Mengapa semua orang menganggap Lim Sian-ji adalah
wanita tercantik di dunia" Wanita inilah yang seharusnya
mendapatkan predikat itu. Apalagi pada masa mudanya.
Bahkan saat ini pun, ia jauh lebih mempesona daripada
Lim Sian-ji." Mungkin karena malam yang hujan, atau mungkin karena
ia adalah seorang wanita, tapi itulah pikirannya yang
sejujurnya. Selera wanita terhadap wanita memang berbeda dari
selera pria. Lim Si-im pun sedang menatapnya. Perlahan ia berjalan
mendekat dan berkata, "Kau"..kau adalah Nona Sun,
bukan?" Sun Sio-ang mengangguk dan berkata, "Aku tahu siapa
engkau. Aku sering mendengar tentang dirimu dari dia."
Lim Si-im tersenyum, senyum yang penuh derita.
Tentu saja ia tahu siapakah "dia" yang disebut oleh Sun
Sio-ang. Kata Sun Sio-ang, "Jadi kau sudah berada di sini dari
tadi." 1439 Lim Si-im menundukkan kepalanya dan berkata, "Aku
mendengar bahwa ia akan berduel di sini, maka aku
datang untuk berbicara sedikit kepadanya. Tapi sudah
lama aku tidak pergi keluar rumah dan aku tersesat
dalam perjalanan." Ia tersenyum sedikit dan menambahkan, "Tapi tidak
mengapa. Apa yang tadinya akan kukatakan kepadanya
bisa kusampaikan kepadamu."
Suaranya pelan dan lembut. Seakan-akan ia perlu
berpikir sebelum mengucapkan setiap kata.
Tiap kata yang keluar dari mulutnya jelas dan kaku.
Orang yang mendengarnya berbicara saat itu mungkin
akan menganggap bahwa ia adalah wanita yang tidak
berperasaan. Namun Sun Sio-ang sungguh memahami dirinya.
Perkataannya terdengar dingin dan datar karena ia sudah
begitu banyak menanggung kesedihan dan penderitaan
dalam hidupnya. Sun Sio-ang merasa simpati yang begitu besar dalam
hatinya terhadap wanita ini. Ia tidak tahan untuk tidak
bertanya, "Aku tahu bahwa ia ingin sekali bertemu
denganmu. Dan kau pun sudah jauh-jauh datang ke sini,
mengapa kau tidak mengikutinya untuk bertemu
dengannya sekali lagi?"
"A".Aku tidak bisa."
1440 Awalnya memang ia ingin bertemu dengan Li Sun-Hoan.
Tapi saat dia tiba, sudah ada orang yang berada di
sampingnya. Ia tidak ingin menunjukkan diri karena ia
kuatir akan perasaan yang akan timbul dalam hatinya.
Karena ia tahu pasti, jika ia bertemu dengan Li Sun-Hoan
lagi, ia tidak akan dapat mengendalikan dirinya lagi.
Walaupun ia tidak mengatakannya, Sun Sio-ang paham
sepenuhnya. Kata Sun Sio-ang, "Sebelumnya aku tidak mengerti
mengapa ada orang yang mau menuruti semua
perkataan orang lain dan membiarkan orang lain
menentukan nasibnya. Baru sekarang aku tahu bahwa ia
bukan menuruti perkataan orang itu karena takut
padanya, tapi karena mencintainya begitu rupa dan tahu
bahwa apapun yang diperbuat orang itu adalah demi
kebaikannya." Selama itu Lim Si-im berusaha keras menahan diri, tapi
saat itu pertahanannya runtuh.
Air mata membanjiri wajahnya.
Karena setiap kata yang diucapkan Sun Sio-ang terus
menusuk ke dalam hatinya. Tiap kata bagaikan sebatang
jarum yang menghunjam jauh ke dalam sanubarinya.
Ia pernah bertanya pada dirinya sendiri, "Aku tidak punya
apa-apa lagi. Aku merasa hampa, sama persis seperti
Lim Sian-ji. Tapi salah siapakah ini" Apakah akulah yang
bersalah waktu dulu itu?"
1441 Tadinya ia begitu geram pada Li Sun-Hoan, begitu benci
padanya. Hidupnya berakhir sedih dan tragis seperti ini, semuanya
karena kesalahan Li Sun-Hoan!
Tapi baru sekarang ia menyadari bahwa yang salah
bukanlah Li Sun-Hoan, tetapi dirinya sendiri.
"Mengapa waktu itu aku mendengarkan perkataannya"
Mengapa tak kukatakan dengan tegas kepadanya bahwa
aku sungguh mencintainya dan aku tidak akan menikah
dengan siapapun juga kecuali dia?"
Sun Sio-ang berkata dengan lembut, "Aku tidak tahu
pasti apa yang terjadi di antara kalian berdua, tapi aku
tahu bahwa".." Lim Si-im menyelanya tiba-tiba, "Tapi sekarang aku tahu.
Sekarang, setelah bertemu denganmu, aku tahu bahwa
akulah yang salah." "Kenapa begitu?" seru Sun Sio-ang.
"Karena"..jika aku berani berbuat seperti engkau, sekuat
dan setegas engkau, aku tidak akan berakhir seperti ini."
"Tapi kau".."
Kembali Lim Si-im memotongnya, "Sekarang aku tahu
bahwa aku tidak pantas menjadi istrinya. Hanya
engkaulah yang pantas untuknya."
1442 Sun Sio-ang menundukkan kepalanya. "Aku".."
Lim Si-im tidak memberinya kesempatan berbicara.
"Karena hanya kau yang bisa menghibur dan
mendukungnya. Apapun yang dilakukannya,
kepercayaanmu kepadanya tidak pernah berubah. Tapi
aku".." Ia mendesah, dan setetes air mata bergulir ke pipinya.
Sun Sio-ang terdiam beberapa saat. Lalu tiba-tiba ia
tersenyum dan berkata, "Tapi di kemudian hari kau akan
punya banyak kesempatan untuk bertemu dengannya.
Apapun yang terjadi di masa lalu itu sudah lewat. Kini
kalian berdua dapat"."
Lim Si-im memotongnya cepat, "Kau pikir ia masih punya
kesempatan" Masih ada harapan?"
"Tentu saja masih ada!"
Sun Sio-ang tersenyum dan berkata, "Mungkin semua
orang beranggapan bahwa ia sudah kehilangan
kepercayaan diri. Jika seseorang sudah kehilangan rasa
percaya dirinya, apa lagi harapannya?"
"Betul sekali," sahut Lim Si-im.
"Tapi aku tahu pasti bahwa ia bersikap demikian hanya
untuk memancing agar Siangkoan Kim-hong menjadi
lengah. Jika Siangkoan Kim-hong mulai meremehkan
lawannya, ia pun akan menjadi kurang hati-hati."
1443 Mata Sun Sio-ang berbinar dan menambahkan lagi, "Jika
Siangkoan Kim-hong kurang hati-hati, Li Sun-Hoan pasti
bisa mengalahkannya!"
Lim Si-im mendesah dan berkata, "Ia punya rasa percaya
diri yang begitu besar karena kau begitu yakin pada
dirinya. Dukungan dan semangatmu sangat berharga
baginya. Aku rasa kau tidak menyadari seberapa
pentingnya dirimu baginya."
Sun Sio-ang menundukkan kepalanya. "Aku
menyadarinya." Ia tidak hanya yakin pada Li Sun-Hoan, ia pun yakin
pada dirinya sendiri. Lim Si-im memandang gadis itu dengan perasaan yang
tidak terkatakan. Apakah itu iri hati" Cemburu" Atau
kasihan pada dirinya sendiri" Atau mungkin, ia hanya
merasa sangat berbahagia bagi Li Sun-Hoan.
Li Sun-Hoan telah berkubang dalam kesedihan lebih dari
setengah masa hidupnya. Hatinya pasti merasa sangat
lelah. Hanya orang seperti Sun Sio-anglah yang dapat
memberikan penghiburan kepadanya. Sekalipun ia bisa
menang kali ini, akan tiba saatnya suatu hari nanti ia
akan kalah. Walaupun tidak ada orang yang dapat menjatuhkannya,
ia pasti bisa menjatuhkan dirinya sendiri!
Lim Si-im kembali mendesah dan berkata, "Bahwa ia bisa
berjumpa denganmu, itu adalah anugerah Tuhan,
1444 menggantikan seluruh penderitaan dalam hidupnya. Ia
pantas untuk berbahagia, tapi".."
Tiba-tiba ia bertanya, "Bagaimana dengan Hing Bu-bing"
Walaupun ia dapat mengalahkan Siangkoan Kim-hong,
tidak mungkin ia dapat mengalahkan serangan gabungan
mereka berdua." Sahut Sun Sio-ang, "Mungkin Hing Bu-bing tidak akan
menyerang sama sekali. Siangkoan Kim-hong sudah
begitu yakin bahwa dia tidak mungkin kalah, sehingga ia
tidak akan meminta bantuan Hing Bu-bing. Saat ia
menyadarinya, sekalipun Hing Bu-bing ingin membantu,
itu sudah sangat terlambat."
Pemikirannya sungguh tepat. Ini adalah kesempatan Li
Sun-Hoan satu-satunya. Jika mereka ingin mengalahkan Li Sun-Hoan, ini juga
satu-satunya kesempatan mereka " pisau terbangnya
tidak akan memberikan kesempatan kedua bagi siapapun
juga. Pertanyaannya adalah, siapakah yang dapat
memanfaatkan kesempatan yang satu-satunya ini"
Kata Lim Si-im, "Jadi maksudmu, jika Hing Bu-bing tidak
menyerang bersamaan dengan Siangkoan Kim-hong, Li
Sun-Hoan masih punya kesempatan?"
"Benar." 1445 "Bagaimana kau bisa yakin bahwa Hing Bu-bing tidak
akan menyerang?" "Aku tidak bisa yakin," jawab Sun Sio-ang. "Namun aku
yakin setelah dua jam, tidak ada satu pun dari mereka
yang bergerak." "Meskipun kau benar, bagaimana kita bisa tahu apa yang
terjadi selama dua jam ini?" tanya Lim Si-im kuatir.
"Sesuatu akan terjadi."
"Apa itu?" "A Fei," jawab Sun Sio-ang singkat.
Walaupun Lim Si-im tidak mengatakan apa-apa,
wajahnya menunjukkan kekecewaan.
Semua orang pasti merasa kecewa terhadap A Fei.
Kata Sun Sio-ang, "Tidak seorang pun percaya padanya
lagi, tapi itu hanya karena saat ini ia masih mengenakan
belenggu yang berat pada tubuhnya."
"Belenggu?" "Ya, belenggu. Dan hanya ada satu orang yang dapat
membebaskan dia dari belenggu itu."
"Siapa?" tanya Lim Si-im penuh harap.
1446 "Hanya pemukul genta yang dapat melepaskan ikatan
genta." "Maksudmu"..Lim Sian-ji?"
"Tepat sekali. Kalau ia bisa menyadari bahwa Lim Sian-ji
tidak pantas memperoleh cintanya, maka ia akan
terbebas dari seluruh belenggu yang mengikatnya."
Lim Si-im terdiam sejenak. Lalu ia berkata, "Mungkin kau
benar. Namun ia telah jatuh begitu lama dan begitu
dalam, bagaimana mungkin ia dapat bangkit kembali
dalam waktu yang sangat singkat?"
Jawab Sun Sio-ang, "Untuk alasan lain mungkin dia tidak
akan bisa, namun untuk Li Sun-Hoan ia pasti bisa."
Lalu dengan perlahan ia menambahkan, "Untuk orangorang
yang sangat kita kasihi, kadang-kadang kita bisa
membuat hal-hal yang luar biasa."
Lim Si-im menghela nafas panjang. "Jadi begitu"."
Kata Sun Sio-ang, "Jadi sekarang aku harus pergi
mencari A Fei dan memberitahukan padanya apa yang
terjadi." "Tunggu"..ada lagi yang ingin kusampaikan padamu,"
kata Lim Si-im tiba-tiba.
"Apa itu?" 1447 "Sudah lama aku tidak pergi dunia luar, tapi aku tahu
begitu banyak tentang apa yang terjadi. Apa kau tidak
merasa heran?" "Sama sekali tidak. Karena aku tahu kau memiliki putra
yang sangat cerdas," jawab Sun Sio-ang sambil
tersenyum. Lim Si-im menundukkan kepalanya dan berkata, "Apapun
yang terjadi, ia tetap adalah anakku. Tidak ada satupun
dalam dunia ini yang kumiliki kecuali dia seorang".. Oleh
sebab itu aku berharap kau dapat memberitahukan
kepadanya, memintakan maaf kepadanya".."
"Ia tidak pernah membenci siapapun juga. Kau
seharusnya sudah tahu."
Lim Si-im terdiam. Seolah-olah ada lagi yang ingin
dikatakannya, namun ia tidak tahu bagaimana harus
memulainya. Tanya Sun Sio-ang, "Apakah ini mengenai "Ensiklopedi
LianHua?"" Lim Si-im tampak terkejut. "Kau sudah tahu?"
Sun Sio-ang tersenyum dan menyahut, "Aku juga sudah
memberitahukan kepadanya. Jisusiokku"."
"Benar. Waktu Tuan Wang datang, Tuan Sun juga ada
bersamanya." "Jadi kitab itu memang ada padamu?"
1448 "Ya. Tapi aku tidak pernah memberitahukan kepadanya
selama ini." "Mengapa?"

Pisau Terbang Li Du Cing Jian Pendekar Budiman Karya Gu Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jawab Lim Si-im, "Karena pada saat itu aku merasa
bahwa ilmu silat tidak mendatangkan kebaikan baginya,
malahan akan membahayakan dirinya. Semakin tinggi
ilmu silat seseorang, akan semakin banyak persoalan
yang timbul, jadi".."
"Jadi kau tidak memberitahukan kepadanya karena kau
ingin dia menjadi orang biasa, dengan kehidupan yang
sederhana." "Itulah alasan utamanya. Tapi tidak seorang pun akan
mempercayai aku".."
"Aku percaya padamu," kata Sun Sio-ang.
Ia mendesah dan menambahkan, "Jika aku ada di
tempatmu, mungkin aku pun akan melakukan hal yang
sama." Hanya seorang wanitalah yang dapat memahami
perasaan wanita lain. Hanya seorang wanitalah yang dapat memahami bahwa
seorang wanita sanggup berbuat apapun juga demi lakilaki
yang dicintainya. Di mata orang lain, mungkin
perbuatannya dianggap bodoh, namun di mata mereka,
tidak ada alasan lain yang lebih penting daripada ini.
1449 Kata Lim Si-im, "Namun sekarang aku menyesal.
Seharusnya aku memberikan kitab itu kepadanya."
"Kau menyimpannya demi kebaikannya sendiri," kata Sun
Sio-ang. "Tapi"..kalau ia sempat mempelajari isi "Ensiklopedi
LianHua", sekalipun Siangkoan Kim-hong dan Hing Bubing
bersama-sama menyerang dia, dia tidak mungkin
terkalahkan." "Ah, jadi karena itu kau merasa bersalah. Karena itulah
kau meminta maaf." Lim Si-im mengangguk. Katanya, "Aku tahu ia tidak akan
menyalahkan aku, tapi jika aku"..jika aku tidak
mengakui hal ini kepadanya, aku tidak akan dapat hidup
dengan diriku sendiri."
"Tapi kau salah," kata Sun Sio-ang.
"Salah?" "Jika ia mempelajari isi "Ensiklopedi LianHua", ia tetap
bukan tandingan Siangkoan Kim-hong."
"Kenapa?" "Tahukah kau mengapa ilmu pedang A Fei begitu ditakuti
orang?" "Karena dia".." Lim Si-im tidak tahu jawabannya.
1450 "Ia bisa menjadi sangat cepat dan tepat karena ia sangat
berdedikasi pada pedangnya, lebih daripada orang lain.
Sama seperti Li Sun-Hoan. Jika ia mempelajari ilmu silat
yang lain, ia akan kehilangan fokus. Pisaunya tidak
mungkin bisa menjadi secepat dan seakurat sekarang."
Lim Si-im kembali menundukkan kepalanya.
"Bagaimanapun juga, kuharap kau berkenan
menyampaikan perasaanku kepadanya."
Kata Sun Sio-ang, "Kalian berdua akan punya
kesempatan untuk bertemu. Mengapa tak kau katakan
sendiri kepadanya?" Bab 84. Mata yang Terbuka
Lim Si-im terpekur lama, lalu ia mengangkat wajahnya.
Kini wajahnya menjadi sangat tenang dan damai.
Katanya, "Tidak akan ada lagi kesempatan bagi kami
untuk bertemu di kemudian hari."
Sun Sio-ang mengerutkan alisnya. "Mengapa?"
"Karena"..karena aku akan pergi ke tempat yang jauh."
"Kau?"mengapa kau harus pergi?"
"Aku harus pergi!"
"Kenapa?" tanya Sun Sio-ang tidak mengerti.
1451 "Aku sudah mengambil keputusan yang bulat."
Sun Sio-ang tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Lim Si-im tersenyum dan berkata, "Kelemahanku yang
terbesar adalah selalu ragu-ragu. Mungkin inilah pertama
kalinya aku bertekad bulat. Aku hanya berharap tidak
ada orang yang membujukku untuk berubah pikiran."
"Tapi"..tapi inilah pertama kalinya kita berjumpa. Paling
tidak, ijinkanlah aku bertemu denganmu sekali lagi.
Masih banyak yang ingin kubicarakan denganmu," pinta
Sun Sio-ang. Lim Si-im berpikir sejenak, lalu menjawab, "Baiklah. Kita
akan bertemu lagi di sini, besok pagi-pagi sekali."
Setelah mengatakan itu, Lim Si-im pun pergi.
Seolah-olah Sun Sio-ang adalah satu-satunya orang yang
tersisa di bumi ini. Selama itu, tidak setetes air mata pun keluar dari
matanya. Namun kini, ia merasa matanya mulai basah.
Ia pun berkeputusan bulat.
Selama Li Sun-Hoan masih hidup, ia akan membawanya
datang ke sini. Sejak pertama kali bertemu dengan Li Sun-Hoan, ia
sudah memutuskan untuk mendedikasikan seluruh
hidupnya bagi laki-laki itu.
1452 Ia belum pernah meragukan keputusannya.
Tapi saat ini, ia merasa begitu egois. Jadi kini ia
memutuskan bahwa ia akan mengorbankan
kebahagiaannya demi Li Sun-Hoan!
Karena ia merasa bahwa Lim Si-im memerlukan Li SunHoan lebih daripada dia. "Mereka berdua telah menderita begitu lama. Mereka
berhak merasakan kebahagiaan sekarang. Apapun yang
terjadi, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk
mempersatukan mereka."
"Lim Si-im adalah miliknya. Tidak ada seorang pun yang
berhak memisahkan mereka."
"Liong Siau-hun pun tidak berhak. Ia tidak pantas bagi
Lim Si-im." "Tapi aku?""
Dan ia pun berkeputusan bulat untuk tidak memikirkan
dirinya sendiri. Ia menggigit bibirnya kuat-kuat dan
menyeka air matanya. Lalu berkata pada dirinya sendiri,
"Walaupun aku ingin menangis, aku harus menunggu
sampai besok. Masih banyak yang harus dikerjakan hari
ini".." Ia mengangkat dagunya. Sekelilingnya gelap gulita. Malam telah larut.
1453 Namun, saat malam gelap gulita telah tiba, hari yang
terang-benderang pun tidak lama lagi akan tiba.
Ada orang yang mengatakan bahwa hanya ada dua
macam manusia di dunia ini: baik dan jahat.
Lim Sian-ji sudah pasti bisa digolongkan jahat, tapi
bagaimana dengan Lim Si-im dan Sun Sio-ang"
Walaupun mereka adalah orang-orang yang baik,
keduanya sangat berbeda. Ketika persoalan dan kesulitan muncul, Lim Si-im hanya
akan bertahan, dan bertahan".
Ia merasa bahwa kegagahan seorang wanita adalah
untuk bisa terus bertahan.
Namun Sun Sio-ang berbeda. Ia akan selalu melawan!
Jika ia sungguh-sungguh menginginkan sesuatu, ia akan
bertempur habis-habisan. Ia adalah gadis yang tegas, cerdas, berani dan penuh
percaya diri. Ia tidak takut mencintai, tidak takut
membenci. Dan jika seluruh jiwanya diperiksa dengan
seksama, tidak akan ditemukan setitikpun kegelapan
ataupun kesedihan. Karena orang-orang seperti dialah, dunia ini menjadi
begitu hidup, maju tanpa kenal rintangan.
1454 "Wanita-wanita dunia ini memimpin umat manusia ke
masa depan". Perkataan ini sungguh pantas bagi dirinya.
*** "Kalau aku pergi dan mencarinya sekarang, ia pasti akan
datang merangkak kepadaku."
"Tanpa diriku, tidak mungkin ia bisa terus hidup."
Apakah Lim Sian-ji begitu yakin akan hal ini"
Memang ia pantas menjadi begitu yakin, karena ia tahu
betul bahwa A Fei sungguh-sungguh mencintainya.
Tapi di manakah A Fei sekarang"
"Ia pasti masih ada di pondok kecil itu, karena pondok itu
adalah "rumah kami". Barang-barangku masih ada di
sana. Keberadaanku masih ada di sana."
"Ia pasti sedang menantikan kepulanganku."
Tiba-tiba Lim Sian-ji merasa begitu rileks.
"Mungkin selama dua hari terakhir ini ia tidak melakukan
apapun juga kecuali minum arak. Mungkin rumah itu
sudah berantakan sekarang. Mungkin mayat-mayat itu
masih bergelimpangan di sana."
1455 Saat ia memikirkan itu, mengerutkan alis pun Lim Sian-ji
tidak berani. "Tapi bagaimanapun juga, saat ia melihat aku, ia akan
berusaha mati-matian untuk melakukan apa saja yang
kuminta. Aku tidak perlu mengangkat seujung jaripun."
Lim Sian-ji menghela nafas lega. Ketika wanita seperti
dia sudah jatuh ke dasar jurang, namun masih ada
tempat pelarian, masih ada orang yang menantikan
kepulangannya dengan sabar, tidak heran ia merasa
sangat bersuka cita. "Aku memang terlalu kejam padanya dulu. Aku sudah
menekannya kelewat batas. Mulai sekarang aku akan
memperlakukan dia dengan baik."
"Laki-laki itu seperti anak kecil. Jika kau ingin mereka
berkelakuan baik, kau harus memberi mereka permen
terlebih dulu." Tiba-tiba ia merasakan kehangatan dalam dadanya.
"Kalau dipikir-pikir, dia bukanlah orang yang
menyebalkan. Bahkan mungkin ia jauh lebih baik
daripada semua laki-laki yang pernah kutemui seumur
hidupku." Lim Sian-ji baru menyadari bahwa sebenarnya ia pun
sedikit banyak telah jatuh cinta pada A Fei.
1456 Hanya terhadap A Feilah ia memiliki perasaan yang tulus.
Semakin dipikirkannya, semakin ia menyadari betapa
berbahagianya dia saat A Fei ada di sisinya.
"Aku sungguh-sungguh harus memperlakukan dia dengan
lebih baik mulai sekarang. Laki-laki seperti dia jarang ada
di dunia ini. Mungkin aku tidak akan menemukan laki-laki
lain yang seperti dia."
Dan semakin dipikirkannya, semakin dalam ia menyadari
bahwa ia tidak boleh membiarkan A Fei pergi dari
hidupnya. Mungkin selama ini sebenarnya Lim Sian-ji pun
mencintainya. Tapi cinta A Fei terhadapnya sungguh jauh
lebih besar dan dalam, sehingga Lim Sian-ji tidak
menghargainya. Jika ia tidak begitu dalam mencintai Lim Sian-ji, mungkin
Lim Sian-ji akan lebih menginginkannya.
Inilah kelemahan manusia. Kontradiksi sifat dasar
manusia. Itulah sebabnya mengapa laki-laki yang pintar tidak akan
menunjukkan seluruh perasaan mereka kepada wanita
yang mereka cintai. Lebih baik mereka simpan di dalam
hati. "A Fei, jangan kuatir. Mulai sekarang, aku tidak akan lagi
menyakitimu. Aku akan setia mendampingimu tiap hari,
tiap saat. Mari kita lupakan masa lalu, dan mulai dengan
lembaran baru hidup kita."
1457 "Selama kau memperlakukan aku sama seperti dulu,
mulai sekarang akulah yang akan menuruti semua
perkataanmu." Tapi bisakah A Fei memperlakukan dia sama seperti
dulu" Lim Sian-ji mulai ragu, rasa percaya dirinya mulai
memudar. Belum pernah ia merasa seperti ini, karena belum pernah
sebelumnya ia menyadari betapa berharganya A Fei bagi
dirinya. Saat ini, ia bahkan tidak peduli apakah A Fei
akan memperlakukannya dengan baik atau tidak.
Hanya pada saat seseorang begitu menginginkan
sesuatu, ia akan sangat takut kehilangan.
Perasaan selalu ingin lebih dan selalu tidak puas adalah
salah satu kelemahan umat manusia.
Yang lebih menyedihkan adalah, semakin banyak kita
ingin, semakin besarlah rasa tidak puas itu.
Lim Sian-ji mengangkat kepalanya dan melihat pondok
kecil yang berdiri sendirian di tepi jalan itu.
Ada cahaya dari dalam sana.
Ia berhenti sejenak. Dirobeknya lengan bajunya, dan
dibersihkannya wajahnya dengan air hujan. Lalu dengan
lembut dirapikannya rambutnya dengan jari-jemarinya.
1458 Ia tidak ingin A Fei melihatnya dalam kondisi yang
menyedihkan. Karena saat ini, ia tidak sanggup lagi kehilangan A Fei.
Cahaya dalam pondok itu terlihat sangat terang.
Sebatang lilin menyala di atas meja.
Sepanci besar bubur tampak berada di samping lilin itu.
Rumah itu tidak tampak kotor atau berantakan seperti
yang dibayangkan Lim Sian-ji. Tidak ada lagi mayat yang
kelihatan. Bekas-bekas darah pun sudah tidak tampak.
Semuanya serba bersih dan rapi.
A Fei sedang duduk di depan meja sambil menghirup
semangkuk bubur panas. Ia selalu makan perlahan-lahan karena ia tahu benar
bahwa makanan itu harus dihargai. Oleh sebab itulah ia
makan perlahan, untuk menikmati setiap suapan.
Tapi sepertinya ia tidak sedang menikmati saat itu.


Pisau Terbang Li Du Cing Jian Pendekar Budiman Karya Gu Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Di wajahnya tergambar kepahitan, seakan-akan ia makan
dengan terpaksa. Mengapa ia memaksa diri untuk makan" Apakah karena
ia terpaksa makan demi bertahan hidup"
Malam sudah sangat larut.
1459 Seorang laki-laki duduk menghadapi meja sendirian
sambil mengirup buburnya.
Jika kau tidak melihatnya sendiri, sangat sulit
membayangkan betapa sedih dan memilukannya
pemandangan ini. Dengan perlahan pintu terbuka.
Saat ia melihat A Fei, ia merasakan kehangatan menjalari
sekujur tubuhnya. Ia sendiri tidak pernah menyangka bahwa ia bisa
memiliki perasaan seperti ini.
Karena darahnya selalu dingin.
A Fei seperti tidak menyadari ada yang masuk ke rumah
itu. Kepalanya masih menunduk, sibuk mengirup
buburnya. Seolah-olah bubur itulah satu-satu hal yang
nyata baginya di dunia ini.
Namun otot-otot wajahnya mulai menegang.
Lim Sian-ji tidak bisa menahan diri lagi. Ia
memanggilnya, "Fei sayang"."
Suaranya masih tetap manis dan lembut seperti dulu.
Akhirnya A Fei mengangkat wajah dan memandangnya.
Matanya masih tetap bercahaya. Apakah karena air
mata" 1460 Mata Lim Sian-ji pun mulai tampak basah. "Fei sayang,
aku sudah kembali".."
A Fei tidak bergerak, tidak menyahut.
Seolah-olah ia sudah membeku dan tidak bisa bergerak
lagi. Perlahan Lim Sian-ji berjalan ke arahnya dan berkata,
"Aku tahu, kau pasti akan menungguku. Karena akhirnya
aku menyadari bahwa kaulah satu-satunya yang baik
kepadaku di dunia ini."
Kali ini ia tidak berpura-pura.
Ia mengatakannya dari lubuk hatinya yang terdalam.
Perasaannya terhadap A Fei sangat tulus.
Lanjut Lim Sian-ji, "Aku sadar sekarang bahwa semua
orang yang lain hanya ingin memanfaatkan diriku".dan
aku pun hanya memanfaatkan mereka. Oleh sebab itulah
aku tidak peduli bahwa mereka itu memanfaatkan aku.
Tapi seberapa buruknya aku memperlakukan engkau,
kau tetap setia kepadaku."
Ia tidak memperhatikan perubahan di wajah A Fei.
Ia berjalan semakin dekat. Begitu dekat, sampai-sampai
ia tidak melihat apa yang seharusnya terlihat jelas.
"Aku telah memutuskan bahwa aku tidak akan pernah
menipumu lagi. Tidak pernah akan menyakitimu lagi.
1461 Apapun yang kau inginkan, akan kudengarkan, akan
kulakukan, dan aku berjanji".."
Prak! Sumpit di tangan A Fei patah menjadi dua.
Lim Sian-ji merengkuh tangan A Fei dan meletakkannya
di dadanya. Suaranya sungguh manis, semanis madu.
"Aku telah begitu bersalah padamu di masa lalu. Aku
akan berusaha sekuat tenaga untuk memperbaikinya di
kemudian hari. Aku ingin kau mengerti bahwa seluruh
perbuatan baikmu terhadap aku tidaklah sia-sia belaka."
Dadanya terasa hangat dan lembut.
Siapapun yang meletakkan tangannya di dada itu tidak
akan mungkin ingin melepaskannya lagi.
Tapi tiba-tiba A Fei menarik tangannya.
Lim Sian-ji terperanjat. "Kau".kau".kau tidak
menginginkan aku lagi?"
A Fei hanya menatapnya terdiam. Seolah-olah inilah
pertama kalinya ia melihat Lim Sian-ji.
"Semua yang kukatakan itu benar adanya. Walaupun aku
pernah bersama dengan laki-laki lain di masa lalu".aku
tidak pernah punya perasaan apa-apa terhadap mereka.
Itu semua palsu".."
1462 Suaranya terhenti, karena saat itulah ia melihat ekspresi
wajah A Fei. A Fei kelihatan seperti ingin muntah.
Lim Sian-ji mundur dua langkah dan berkata,
"Kau?"kau tidak suka aku mengatakan yang
sebenarnya" Apakah kau lebih suka aku berdusta?"
A Fei memandang lurus padanya cukup lama, dan
akhirnya berkata, "Ada satu hal yang kurasa sangat
ganjil." "Apa itu?" A Fei bangkit berdiri dan berkata perlahan tapi pasti,
"Bagaimana aku bisa jatuh cinta pada wanita seperti
engkau!" Lim Sian-ji merasa kejang seluruh tubuhnya.
A Fei tidak mengatakan apa-apa lagi.
Ia tidak perlu mengatakan apa-apa lagi. Satu kalimat itu
saja sudah cukup. Sudah cukup untuk mengirim Lim Sian-ji ke neraka yang
paling gelap. Perlahan A Fei melangkah keluar.
Seseorang tidak mungkin dapat menahan rasa sakit,
penghinaan dan olok-olok terus-menerus.
1463 Mungkin ada orang dapat menerima dibohongi terusmenerus,
tapi ada batasnya orang bisa menerima
penghinaan " ini berlaku untuk wanita, juga untuk pria.
Ini berlaku untuk istri, juga untuk suami.
Lim Sian-ji merasa hatinya terperosok semakin dalam,
dan semakin dalam". A Fei membuka daun pintu.
Tiba-tiba Lim Sian-ji melompat dan terpuruk dekat
kakinya. Ia menarik lengan baju A Fei dan menangis
tersedu-sedu, "Bagaimana mungkin engkau
meninggalkan aku seperti ini".. Hanya engkaulah yang
kumiliki sekarang".."
Tapi A Fei tidak menoleh.
Perlahan ditanggalkannya bajunya yang terus diganduli
oleh Lim Sian-ji. Ia melangkah keluar dengan dada telanjang menerjang
hujan. Hujan yang sangat dingin.
Namun air hujan yang sangat bersih.
Akhirnya ia dapat melepaskan diri dari Lim Sian-ji.
Melepaskan diri dari belenggu yang mengikat hatinya.
Sama seperti baru saja membuang baju yang sudah lama
dan usang. 1464 Lim Sian-ji masih berpegangan pada baju itu. Ia tahu
benar bahwa tidak ada lagi tempat baginya untuk
berpegangan. "Pada akhirnya, kau menyadari bahwa kau tidak memiliki
apa-apa dan hidupmu begitu hampa"."
Air mata mengalir deras di wajahnya.
Saat itulah ia menyadari betul bahwa ia sebenarnya
begitu mencintai A Fei. Mungkin ia menyiksa A Fei karena ia mencintainya, dan
karena ia tahu bahwa A Fei mencintainya.
Mengapa wanita suka menyiksa laki-laki yang paling
mereka cintai" Baru sekarang ia menyadari betapa berharganya A Fei
dalam hidupnya. Karena baru sekarang, ia kehilangan A Fei.
Mengapa wanita sering kali tidak menghargai apa yang
mereka miliki, dan baru menyadari betapa berharganya
sesuatu setelah semuanya hilang"
Mungkin laki-laki pun seperti ini.
Lim Sian-ji tertawa seperti orang kesurupan sambil
merobek-robek baju A Fei di tangannya.
1465 "Apa yang kutakuti" Aku masih muda dan cantik. Kalau
aku mau, aku bisa mendapatkan laki-laki manapun
juga". Aku bisa mendapatkan sepuluh laki-laki dalam
sehari." Ia sedang tertawa, tapi tawanya terasa lebih memilukan
daripada air mata. Karena ia sebenarnya tahu, bahwa laki-laki memang
mudah didapatkan, namun cinta sejati tidak dapat dibeli
dengan kecantikan dan usia muda.
Bagaimanakah nasib Lim Sian-ji sekarang"
Tidak ada yang tahu. Seakan-akan ia hilang ditelan bumi.
*** Dua, tiga tahun kemudian, di kompleks pelacuran yang
paling terkenal di ChangAn tersiar kabar ada seorang
pelacur yang sangat unik. Ia tidak pernah minta bayaran.
Yang diinginkannya hanya laki-laki.
Bahkan ada yang bilang bahwa ia melayani sedikitnya
sepuluh laki-laki dalam sehari.
Awalnya, begitu banyak pria yang berminat kepadanya,
namun sejalan dengan waktu, laki-laki yang
menginginkannya pun semakin berkurang.
1466 Mungkin karena pelacur itu begitu cepat menjadi tua,
tapi lebih mungkin karena lama-kelamaan orang
menyadari bahwa ia bukan seperti manusia. Ia seperti
induk serigala yang memangsa laki-laki bulat-bulat.
Ia bukan saja suka menghancurkan laki-laki, namun
penyiksaan yang dilakukan terhadap dirinya sendiri jauh
lebih mengerikan. Ada orang bilang bahwa ia adalah wanita yang dulunya
dijuluki "wanita tercantik di seluruh dunia", Lim Sian-ji.
Tapi ia sendiri tidak pernah mengakuinya.
Beberapa tahun setelah itu, di sebuah daerah paling
kumuh di ChangAn, terdengar lagi ada seorang wanita
aneh yang menjadi cukup terkenal.
Ia bukan terkenal karena kecantikannya, tapi karena ia
begitu buruk rupa. Sampai-sampai tidak bisa
diungkapkan dengan kata-kata.
Yang lucu adalah, ketika ia mabuk berat, ia selalu
mengatakan bahwa dulunya ia adalah si "wanita tercantik
di seluruh dunia". Tentu saja tidak ada yang percaya.
*** Hujan semakin dingin. 1467 Walaupun A Fei telah basah kuyup dari kepala hingga
ujung kaki, entah mengapa ia merasa segar. Karena
hujan telah membuatnya menyadari bahwa ia bukanlah
sebatang kayu kering. Inilah pertama kalinya dalam dua
tahun ini ia merasa begitu hidup.
Lagi pula, ia merasa begitu lega. Seakan-akan beban
ribuan ton telah diangkat dari bahunya.
Sayup-sayup terdengar orang memanggil dari kejauhan,
"A Fei".."
Suaranya begitu pelan. Mungkin beberapa hari yang lalu,
ia tidak akan bisa mendengar suara ini.
Tapi sekarang, matanya tidak lagi buta. Telinganya tidak
lagi tuli. Ia menghentikan langkahnya dan bertanya, "Siapa itu?"
Seseorang segera bergegas ke arahnya. Dengan dua
kuncir panjang, dua mata besar.
Seorang gadis muda yang cantik. Ia kelihatan sangat
kelelahan. Akhirnya Sun Sio-ang menemukan A Fei.
Ia berlari ke arah A Fei dengan nafas tersengal-sengal,
"Kau tidak mengenali aku lagi"."
A Fei segera memotong perkataannya, "Aku ingat siapa
engkau. Kita bertemu dua tahun yang lalu. Kau sangat
1468 pintar bicara. Aku juga melihat engkau dua hari yang
lalu, tapi kau tidak mengatakan apa-apa."
Sun Sio-ang tersenyum dan berkata, "Kelihatannya
ingatanmu masih bagus."
Hatinya merasa lega, karena ia melihat A Fei berdiri,
bahkan berdiri tegap. "Ada orang yang bisa bangkit, seberapa kali pun mereka
jatuh." Li Sun-Hoan dan A Fei memang benar-benar sehati
sejiwa. A Fei tahu apa yang akan ditanyakan gadis itu.
Tapi Sun Sio-ang tidak mengatakan apa-apa. Ia tidak
tahu bagaimana harus bertanya.
Kata A Fei, "Katakan saja apa yang ingin kau katakan,
karena kau adalah sahabat Li Sun-Hoan."
Tanya Sun Sio-ang, "Apakah kau telah berjumpa
dengannya?" "Ya." "Di mana dia sekarang?"
"Dia tidak ada lagi hubungan dengan aku, mengapa kau
menanyakannya?" 1469 Di masa lalu, jika ada orang yang berbicara tentang Lim
Sian-ji kepadanya, ia selalu merasa tercekat. Mendengar
namanya saja dapat membuat hatinya bergetar.
Namun kini ia terlihat sangat tenang.
Sun Sio-ang menatapnya menyelidik, lalu menghela
nafas lega. "Ternyata kau benar-benar sudah terbebas
dari belenggumu." "Belenggu?" tanya A Fei bingung.
"Setiap orang di dunia ini memliki kurungan dan
belenggu mereka masing-masing. Tapi hanya sedikit saja
yang dapat membebaskan diri."
"Aku tidak mengerti."
Kata Sun Sio-ang, "Kau tidak perlu mengerti. Yang


Pisau Terbang Li Du Cing Jian Pendekar Budiman Karya Gu Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

penting kau sudah berhasil melakukannya."
A Fei terdiam lama. Akhirnya ia berkata, "Ah, aku
mengerti sekarang." "Kau sungguh-sungguh mengerti"...." Kini Sun Sio-anglah
yang bingung. "Kalau begitu, aku ingin tahu, dengan cara
bagaimana kau dapat membebaskan diri dari
belenggumu?" A Fei berpikir sejenak sebelum menjawab sambil
tersenyum, "Mataku tiba-tiba terbuka."
1470 "Mataku tiba-tiba terbuka". Sungguh suatu kalimat yang
sederhana. Tapi pada kenyataannya, sangat sulit untuk
mengalaminya. Waktu Sang Budha mengalami pencerahan di bawah
pohon bodhi, ia pun mengalami mata yang tiba-tiba
terbuka. Bodhidharma bermeditasi selama sembilan tahun
sebelum matanya terbuka. Bagaimanapun kejadiannya, jika matamu sudah terbuka,
pikiranmu pun akan terbebaskan dari segala macam
persoalan. Tapi sebelum itu dapat terjadi, seseorang mau
tidak mau harus mengalami berbagai macam pencobaan
dan kesukaran hidup. Kata Sun Sio-ang, "Kau pasti telah begitu menderita
sebelum mencapai pencerahan itu."
Namun kelihatannya A Fei tidak berminat untuk
mendiskusikannya. Tiba-tiba ia bertanya, "Apakah Li SunHoan menyuruhmu untuk mencari aku?"
"Tidak," jawab Sun Sio-ang.
"Di manakah ia saat ini?"
Sun Sio-ang terdiam. Senyumnya pun lenyap.
"Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya A Fei
mendesak. 1471 Wajah Sun Sio-ang bertambah kelam saat ia menjawab,
"Sejujurnya, aku pun tidak tahu di mana tepatnya ia
berada saat ini. Aku pun tidak tahu apakah ia masih
hidup atau"." Wajah A Fei langsung memucat. "Apa maksudmu?"
"Mungkin aku dapat menemukan di mana ia berada,
namun hidupnya"."
"Ada apa dengan hidupnya?" Nada suara A Fei semakin
tinggi. Sun Sio-ang menatap matanya sambil berkata, "Hidup
matinya terletak di tanganmu seorang!"
Bab 85. Salah Siapa"
Hujan masih turun dengan lebat di luar, namun di dalam
rumah begitu kering. Ada sebuah jendela kecil di
ruangan itu yang letaknya jauh di atas.
Jendela itu selalu tertutup. Cahaya matahari jarang
Kemelut Blambangan 11 Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung Geger Dunia Persilatan 17

Cari Blog Ini