Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Giok Bun Kiam Lu Karya Chin Yung Bagian 4
Ketika ia sampai di Hay-Kee-Chun, dilihatnya pintu
masuk kedalam rumah terkunci rapat. Keadaan sunyi
senyap. la dobrak pintu itu dan masuk kedalam rumah. la menjerit bahna kagetnya!
Hay An Peng rebah diatas tanah dengan tidak bernyawa lagi! la, menubruk tubuh orang itu seraya menangis
menggerung-gerung. Didapatkan olehnya, pada bagian
bawah kuping Hay An Peng darah yang sudah-kering dan disitu masih menancap sebuah senjata rahasia! Dicabutnya senjata itu yang ternyata bukan lain adalah... Kui-cu Liu-seng! Sambil menggertakkan giginya ia mendesis seorang diri : "Im Hian Hong Kie-su! Tunggulah pembalasanku!"
Akhirnya Hay Yan menutupi jenazah. Hay An Peng
dengan selimut, kemudian ia berlari ke Kota Hitam pula.
Setelah tiba dihadapan Wanyen Hong, gadis kitapun
menjatuhkan dirinya ditanah. Sambil, menangis tersedu-sedu dituturkannya perihal kematian Hay An Peng, yang telah terbunuh oleh Im Hian Hong Kie-su. Diberikan pula senjata rahasia Kui-cu Lui-seng kepada gurunya.
Wanyen Hong gemetar sekujur tubulinya tatkala
mendengar semuanya yang diceritakan oleh muridnya,
mengenai Gokhiol dan Wan Hwi-Sian.
"Wan Hwi To-tiang yang kau jumpai itu berapa kira2
usianya?" tanya Wanyen Hong dengan nada curiga.
"walaupun sejak dahulu aku belum pernah mendengar
tentang orang tua itu, didalam rimba persilatan. Heran!
Bagaimana ia dapat mengetahui bahwa aku ini adalah
puteri dari negeri kerajaan Kim" Dan selain itu, bagaimana ia dapat mengetahui terlebih dahulu akan kematian Hay An Peng?"
"Suhu," jawab Hay Yan, "sebelum mereka pergi aku teiah menanyakan apabiIa; Wan Hwi To-tiang mengetahui.
dimana Im Hian Hong Kie-su berada. Ia katakan bahwa
Iblis itu tidak tentu tempat tinggalnia, tapi apabila suhu kelak memerlukan bantuannia, maka dalam waktu sepuluh hari suhu dapat berjumpa dengannya diatas bukit Sai-cu-giam di Kiam Kok"
Wanyen Hong mengerutkan keningnya.
"Dibalik ini tentu orangtua itu ada maksud apa2. Yan jie, baiklah akan kutulis sebuah surat rahasia. Kau harus dengan segera pergi kegedung Hu-tim Koan digunung
Ciong-Iam San untuk menyerahkan suratku itu kepadai
Hian Cin-cu yang menjadi kepala dari kuil disana. Dia adalah murid dari Song Hie Liam yang kini sudah lanjut usianya. Kemudian kau harus lekas2 kembali untuk
menyusul aku digunung Kiam Bun dalam jangka waktu
delapan hari. Jangan sampai meleset perhitunganmu!"
"Muridmu pasti akan menjalankan tugas suhu dengan
baik," jawab Hay Yan dengan sungguh2 "Hanya aku belum mengetahui hubungan apa yang ada antara suhu dengan
pendeta Hian Cin-cu?"
Sambil menulis surat Wanyen Hong menjelaskan kepada
muridnya : "Hian Cin-cu berasal dari partai Bu-tong Pay.
Kini ia telah menjadi Ciang-bun-jin perguruan Ciong-lam Pay. Pernah ia menjabat sebagai koksu agama To-Kauw
diistana negeri Kim dan menjadi sahabat karib dari guruku.
Nah, kalau nanti dilihatnya suratku ini dengan tanda pengenalku, pasti ia akan bertindak. Ingatlah! Kau harus kembali menurut waktu yang telah kutetapkan, janganlah sampai terlambat."
Berbareng dengan selesainya surat itu, Wanyen Hong
melepaskan gelang Giok-cwan dari pergelangan tangannya dan kemudian dibungkusnya menjadi satu dengan surat
rahasia tadi. Pada saat itu juga Hay Yan meninggalkan Kota Hitam
untuk menempuh perjalanan siang dan malam ...
---oo0dw0oo--- MAKA beralihlah kini cerita pada pada pahlawan kita
Gokhiol yang tengah mengikuti gurunya Dewa Kera
Terbang, melewati gunung Wi-Lian San untuk kembali ke Mo-Thian Nia.
Disepanjang jalan hatinya tidak tenteram, sebab ia telah Melanggar perintah gurunya dan takut dimarahi.
Wan Hwi Sian dapat menangkap pikiran muridnya,
iapun mesem. "Muridku, segala yang telah kau perbuat telah kuketahui semuanya. Peruntunganmu masih bagus, kalau tidak
niscaya nyawamu sudah melayang."
"Suhu!" jawab Gokhiol dengan rasa herannya, "bagaimaha suhu mengetahui bahwa aku telah kena
pukulan Telapak Tangan Hijau dari Im Hian Hong Kiesu?" "Aku tidak menyebut tentang kau kena pukulan Lok-moCiang itu, melainkan bahwa Wanyen Hong bermaksud
mengambil jiwamu' Mendengar keterangan gurunya itu, pemuda kita makin
tidak mengerti. "Apa suhu juga mengetahui bahwa Hek-Sia Mo-lie itu
adalah sama orangnya dengan Wanyen Hong" la telah
menyembuhkan luka2-ku bagaimana suhu dapat mengatakan bahwa ia ingin mengambil jiwaku?"
"Huh!" bentak Wan Hwi Sian dengan suara dihidung.
"Apakah kau kira aku tidak mengetahui segala-nya"
Wanyen Hong bukannya orang baik2. la telah mengetahui bahwa kau tak sudi mengingkari Jenderal Tuli ayah
angkatmu dan kelak kau pasti akan menyumbangtan
tenagamu demi kepentingan bangsa Monggol, sebab itulah ia bermaksud memusnahkan bibit penyakit yang akan
merugikan terhadap kepentingannya negeri Kim." Sejenak Wan Hwi Sian berhenti, kemudian meneruskan.
"Oleh karena itulah ia telah membujuk Hay Yan untuk
menurunkan tangan jahat terhadapmu. Mengenai luka
didadamu, sekalipun tidak diobati, kau takkan binasa oleh karenanya. Bukankah kau mengetahui sendiri bahwa
selama setahun ini kau sudah berlatih ilmu Sui Hwee To yang tak mempan air dan api" Mana dapat racun Lok-mo-ciang masuk kedalam tubuhmu?"
Gokhiol mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Suhu," tiba2 ia berseru, "kau telah menjanjikan kepada Wanyen Hong untuk berjumpa denganmu di Kiam Kok,
agakah benar2 kau ingin membantunya untuk membunuh
Im Hian Hong Kie-su?"
"Benar," jawab Wan Hwi Sian, "Im Hian Hong Kie-su kepandaiannya tinggi sekali, tetapi sebaliknya terhadap pedang Mo-Hwee-Kiam ia gentar menghadapinya. Nah,
begitulah rencanaku! Apabila Im Hian Hong Kie-su sampai dapat ditaklukan, barulah aku membekuk Hek Sia Mo-lie dan kemudian akan kubawa mereka ke Holim untuk
memperoleh hadiah dari ayah angkatmu Jenderal Tuli.
Dengan jasaku yang besar ini beliau pasti akan gembira sekali. Selain itu kaupun dapat membalas Sakit hatimu dan dihadapan
ayah angkatmu kau akan meyakinkan kepercayaan lebih teguh terhadap dirimu. Nah, bukankah kau tidak sia2 mempunyai aku sebagai guru?"
Mendengar ucapan gurunya itu, bukan main besar
hatinya pemuda kita. Lekaslah ia berlutut dihadapan sang guru untuk menyatakan terima kasihnya. Tiba2 ia teringat akan nasib Hay Yan.
"Suhu, adapun murid Wanyen Hong yang bernama Hay
Yan itu, orangnya baik sekali."
Sebuah senyuman tersungging pada bibir Dewa Kera
Terbang tatkala ia berkata : "Hm, kau sudah terpikat oleh gadis
cantik itu" Hati2lah, ia selama ini telah mempergunakan tipu Bie-jin-kee terhadapmu. Dahulu
tatkala kau baru saja meninggalkan Holim dan berada
dilembah Ban-Coa-Kok, bukankah kau telah diserang oleh dua orang See-hek" Sebenarnya yang berada dibelakang peristiwa itu adalah... Hay Yan sendiri! Kemudian karena usahanya gagal, ia telah muncul sendiri untuk merebut pedang pusakamu Ang-liong kiam. Apakah dengan
kejadian tersebut kau masih berpendapat bahwa Hay Yan itu hatinya baik?"
Gokhiol tak sependapat dengan apa yang diuraikan oleh gurunya terhadap Hay Yan, namun hal itu disimpannya
saja dalam hatinya. "Suhu, sekarang kita kemana?" ia bertanya.
"Muridku, kau harus benar2 menurut perintahku. Dua
hari lagi kita akan tiba didaerah Ceng-hay. Kau harus menyampaikan suratku kekuil Bu-liong Sie yang letaknya dibawah gunung Siok-kit San."
"Tapi, suhu." Gokhiol menegurnya dengan heran.
"Daerah itu termasuk wilayah See-Hek. Sedangkan suhu sendiri mengetahui bahwa kaum See-Hek itu adalah musuh besar dari Monggolia."
"Aku tahu," jawab Wan Hwi Sian, "Tapi aku hanya menyuruhmu pergi kekui! Bu-liong Sie untuk menemui
Ang-bian Kim-kong disana. Bagaimana orang2 See-Hek
dapat megetahui tentang asal-usulmu" Setelah selesai melakukan tugasmu, kau harus lekas kembali ke Leng-Wan Koan dan menunggu berita selanjutnya dariku."
"Mengapa suhu tidak membiarkan teecu mengikuti suhu
saja untuk ber-sama2 mencari Im Hian Hong Kie-su?" tanya pemuda kita dengan nada tidak puas.
"Apa kau ingin menghantarkan jiwamu dengan konyol"'
jawab Wan Hwi Sian dengan gusar. "Kelak, apabila aku berhasil membekuk Im Hian Hong Kie-su, maka dengan
sendirinya kau dapat kesempatan untuk menuntut balas terhadapnya."
Gokhiol terdiam. Dua hari kemudian tibalah guru dan murid itu digunung Siauw-cek San dan dikejauhan nampaklah pegunungan
Siok-kit San. Wan Hwi Sian menyerahkan sepucuk surat kepada
Gokhiol dan mengulangi lagi pesanannya, setelah itu
merekapun saling berpisah.
---oo0dw0oo--- Cerita beralih pada Hay Yan yang tengah membawa
surat rahasia dari Wanyen Hong yang harus disampaikan kepada Hian-Cin-cu digunung Ciong-lam San.
Adapun Ciong-lam San merupakan anak cabang dari
pegunungan Cin Nia didaerah wilayah Siam-lam (daerah propinsi Siam-say bagian selatan yang beberapa ratus lie panjangnya).
Tatkala Hay Yan sampai dikaki bukit ia menanyakan
letak tempatnya Hu-tim Koan kepada penduduk yang
berdiam disekitar daerah itu. Setelah mendapat beberapa petunjuk, iapun meneruskan perjalanannya mendaki
gunung. Adapun kuil Hu-tim Koan letaknya dilembah In-bu
Hoan, bentuknya sangat mewah dan mentereng pada pilar pintu gerbang besar terukir kata2 : Sin Sian In Kong Kwat.
Gadis kita melewati pintu gerbang itu dan ia terus
disambut oleh petugas penerima tamu, yaitu Tie Tek Tosu.
Melihat Hay yan yang masih sangat muda dan ingin
menemui Ciang-bun-jin, maka Tie Tek Tosu merasa heran".
"Siauw niocu datang dari Mana" Couw-su kami sudah
lama tidak menerima orang luar. Siauw niocu mempunyai urusan apa dengan beliau" Nanti biarlah siauw-te yang menyampaikannya."
Hay Yan tak sabar hatinya, surat rahasia yang harus
disampaikan sendiri kepada Hian Cin To-tiang. Harap kau memberitahukan kepada beliau dengan lekas"
Mendengar sigadis mempunyai urusan penting, Tie Tek
Tosu tergerak hatinya. "Silahkan Siauw nioicu masuk dan tunggulah dikamar
tamu. Biarlah siauw-te memberitahukannya kepada Couw-su Ya."
Hay Yan diantarkan keruangg tetamu. Setelah melewati beberapa lapis rumah dan pekarangan, maka sampailah
mereka pada sebuah ruangan kecil. Disitu ada seorang To-tong keci1 menyajikan teh. Tie Tek Tosu meninggalkan gadis kita diruangan itu.
Setelah menunggu beberapa saat lamanya, Tie Tek Tosu masih belum muncul juga. Hay Yan menjadi gelisah, ia keluar dari ruangan tamu untuk berjalan dipelataran rumah.
Begitulah tanpa disengaja sampailah ia pada tempat dimana tertanam banyak pepohonan dengan sebuah jalan kecil
Yang terbuat dari batu2 menuju kesebuah bukit. Diatasnya berdiri sebuah rumah yang terbuat dari bambu. Keadaan disekitarnya sangat sunyi, nampaklah Tie Tek Tosu tengah berdiri tegak didepan rumah bambu itu.
Hay Yan menjadi mengkel. Mengapa tosu itu berdiam
saja disitu dan tidak masuk kedalam rumah". Sungguh
kelakuan mereka itu sangat tolol kelihatannya. Hay Yan berlari menanjak bukit, gesit sekali seperti kijang. Begitu sigadis datang, Tie Tek Tosu lantas membentak.
"Siauw niocu jangan sembarang masuk" Couw-su sedang
tidur siang dan tidak boleh dibangunkan"
"Urusanku sangat penting, harap bangunkan saja
"Couw-sumu," ujar gadis kita.
Tie Tek Tosu menyilangkan tangannya.
"Siauw niocu" Jangan kau coba berbuat lancang! Tunggu dibawah?"
Mendengar bentakan tosu itu, Hay Yan menjadi
mendongkol, maka didorongnya Tie Tek Tosu hingga
terpental kebelakang. Tapi pada saat itu juga terdengarlah orang berseru dari dalam.
"Biarkan gadis kecil itu masuk, Tie Tek! Surat yang
dibawanya telah kubaca!"
Suara itu bergema dikeempat penjuru angin, menandakan tenaga dalam yang sempurna sekali. Tie Tek Tosu tersenyum getir.
"Siauw niocu, silahkan masuk," ujarnya.
Hay Yan dengan hati berdebar masuk kedalam rumah
bambu itu dan nampak dihadapannya sebuah tempat tidur yang terbuat dari batu marmer putih. Seorang Tosu yang lanjut usianya sedang duduk bersila diatas pembaringan itu.
Ditangannya, ia masih memegang sepucuk surat dan diatas meja kecil menggeletak... batu Giok-Cwan!
Terperanjat Hay Yan merabah saku bajunya dan... benar saja. Surat rahasia sudah berpindah tangan tanpa
disadarinya sedikitpun juga. Ia mengawasi dengan
terbengong-bengong, kepandaian tosu tua itu sungguh hebat luar biasa. Penuh hikmat ia berlutut dihadapan Hian Cincu.
"Lo-sin Sian," ujarnya "Tit-lie yang rendah bersujud kepadamu. Surat itu adalah dari suhuku untuk disampaikan kepada Couw-su Ya."
Hian Cin-cu mengangguk-anggukkan kepalanya seraya
berkata : "Pinto sudah mengetahui semuanya. Sungguh
tidak kusangka bahwa Wanyen Hong Kongcu masih hidup
didunia. Kini kau pulanglah dan sampaikan salamku
kepadanya." Hay Yan membelalak matanya.
"Tapi..., tapi, apakah Couw-su hanya dapat memberikan jawaban itu saja?"
"Aku sekarang belum dapat menjawabnya dengan
segera. Tapi obat Oil yang gurumu minta akan kuserahkan, tapi kau harus ber-hati2 membawanya dan simpanlah
dengan baik2 dalam baju dalammu."
"Couw-su," tanya Hay Yan pula, "obat apakah itu?"
"Nanti, gurumu akan beritahukan padamu sendiri,"
jawab Ciang-bun-jin perguruan Ciong-lam Pay.
Setelah menghaturkan terima-kasihnya, maka Hay Yan
meninggalkan gunung Ciong-lam San dan menempuh
perjalanan siang dan malam tanpa berhenti. Begitulah ia sampai dibukit Kiam-Bu Nia, yang merupakan daerah
penting untuk memasuki propinsi Su-Cwan. Disitu hanya terdapat jalanan batu pasangan yang berjajar menanjak keatas bukit.
Gadis kita meng-hitung2 dan baru diketahuinya bahwa
ia telah berjalan selama tujuh hari lamanya. Iapun berpikir apakah gurunya sudah sampai atau belum"
Sedang asyiknya berjalan, sekonyong-konyong sesosok
bayangan orang melompat turun dari puncak gunung. Tapi ayal ia bersiap dalam sikap tempur dan nampak olehnya kini orang itu sudah berdiri dihadapannya!
"Yan-jie, gurumu sedang menantikan kau," kata orang.
Itulah gurunya Gokhiol, Wan Hwi Sian"
"Gurumu sudah bertemu denganku pagi ini," kata Wan Hwi Sian dengan suara tenang, "kami telah berjumpa
dibukit Sai-cu Giam. Ia takut kalau2 ia sampai dikenali orang, sedangkan tempat ini letaknya tidak jauh dari Mo-Thian Nia. Oleh karena itu untuk sementara ia bersama Gokhiol bersembunyi di Leng-Wan-Koan. la telah
memberitahukan bahwa hari ini kau akan tiba kesini, maka ia telah minta pertolonganku untuk memberitahukanmu."
Hay Yan setengah tidak percaya akan ucapan itu dan
iapun berkata penuh kesangsian : "Tapi suhu telah
menyuruh aku berjurnpa denangnya disini, mengapa
sekarang ia sudab pergi lebih dahulu sebelum menemui aku?"
"Suhumu hendak mencari tahu tempat dimana Im Hian
Hong Kie-su sedang bersembunyi," jawab Wan Hwi Sian dengan wajah sungguh2. "Setelah diketahuinya, barulah bersama pinto akan pergi menuntut balas" Nah, oleh karena itu ia menunggu kedatanganmu di Leng-Wan-Koan. Nah,
sampai bertemu pula."
Dengan sekali berkelebat Dewa Kera Terbang meninggalkan tempat itu. Hay Yan menghela napas panjang, tapi tak urung daIam hatinya ia merasa cemas dan kuatir. Sebaiknya malam itu juga ia pergi ke Leng-Wan-Koan untuk melihat keadaan sesungguhnya.
---oo0dw0oo--- Kembali pada kisah Wanyen Hong, yang telah
menyuruh muridnya pergi kegunung Ciong-lam San untuk minta obat Cie-sui Wan (Pil penghenti rasa ngantuk)
kepada Hian Cin-cu, serta untuk menyelidiki asal-usul tentang diri... Wan Hwi Sian. Karena Wanyen Hong
merasa curiga terhadap munculnya Wan Hwi Sian didalam dunia persilatan. Lagipula kekuatiran timbul ia harus tidur kembali, dan keadaan sangat gawat.
Begitulah sejak Hay Yan berangkat, sang waktu berjalan amat pesatnya. Pada hari kedelapan, pagi2 sekali puteri kita telah berdiri menanti dibawah bukit Salju Giam. Tapi setelah ditunggu sampai petang, Hay Yan masih juga belum kunjung tiba. la menjadi gelisah.
Menjelang magib, tiba2 terdengar olehnya suara senjata saling beradu dibawa angin. Rupanya ada orang sedang bertempur. Dengan cepat ia lompat kebalik bukit dan
memandang kelembah. Tampak olehnya dua bayangan manusia yang sedang
bertempur diancara berkelebatnya sinar2 pedang yang
berkilauan. Tatkala itu sang surya yang berwarna kemerahan sudah lambat2 menyelinap dibalik gunung. Didalam lembah
sudah menjadi gelap. Wanyen Hong mempergunakan
ilmunya untuk melihat dalam jarak jauh. Maka tampak
olehnya salah seorang mengenakan pakaian berwarna hijau, sedangkan seorangnya lagi mengenakan pakaian berwarna hitam. Walaupun jaraknya jauh, ia dapat melihat bahwa pedang sibaju hitam mengeluarkan sinar merah. Itulah Ang-liong-kiam!
Sayup2 terdengar orang berseru : "Hai, iblis Im Hian Hong! Apakah ganjalan sakit hatimu terhadap gadis kecil itu" Mengapa kau menurunkan tangan kejammu?"
Itulah suara Wan Hwi Sian!
"Huh," jawab orang yang berbaju hitam itu. "Hay Yan adalah puteriku. Aku bawa ia pulang, itulah urusanku.
Mengapa kau ingin turut campur urusan orang" Kalau kau belum kenal gelagat janganlah kau salahkan bahwa pedang pusaka Ang-liong-kiam tidak mempunyai mata!"
Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Giok Bun Kiam Lu Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mendengar ucapan sibaju hitam itu. Wanyen Hong
timbullah kegusarannya. Sekali cabut pedang Mo-HweeKiam terhunus ditangannya dan bagaikan macan betina ia, melompat turun kedalam lembah dimana dua orang tadi
tengah bertempur. "Wan Hwi To-iang! Jangan lepaskan iblis jahanam itu."
teriaknya. Dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh yang
jarang tandingannya, maka cepat sekali puteri kita sudah sampai dibawah lembah. Ia lompati batu2 gunung yang
terjal bagaikan seekor burung walet saja yang sedang melayang turun dari angkasa.
Begitu mendengar seruan Wanyen Hong, sibaju hitam
Menangkis pedang Wan Hwi Sian. Kemudian menyusul
pukulan Telapak Tangan Hijau dan segera pasir serta lelatu kecil berhamburan bagaikan dihembus badai. Sesaat
kemudian sibaju hitam melesat keatas, tebing lamping gunung. Hal itu tepat terjadi pada ketika Wanyen Hong sampai dibawah lembah! Bagaikan setan sibaju hitam
menghilang tanpa diketahui arahnya lagi.
Wanyen Hong berhadapan dengan Wan Hwi Sian. Ia
melihat pada baju tosu itu terdapat bekas telapak tangan berwarna hijau. Sedangkan yang kelihatan hanyalah empat jari!
Wan Hwi Sian bermandikan peluh. Begitu melihat
Wanyen Hong ia menyapanya dengan nada menyesal.
"Kalau Kongcu datang sedikit lebih cepat pasti Iblis itu takkan lolos dari kematian."
Wanyen Hong tak menghiraukan ucapan orang itu,
sebalikanya ia bertanya dengan kuatir.
"To-tiang, dimanakah muridku Hay Yan ?" Wan Hwi Sian berubah suram.
"Iblis itu telah menangkap muridmu. Pinto mengejarnya dari belakang tapi tengah kukejar tak di-sangka2 muncul kalian yang lantas mengambil muridmu dan melarikan
diri." "Celaka!" Wanyen Hong berseru bahna kagetnya, "aku harus, menolong Yan-jie. Apakah totiang dapat membantu aku untuk mencarinya?"
"Memang aku bermaksud mengajak Kongcu untuk
bersama pergi kegunung Jie-Liong San untuk membuat
perhitungan dengan jahanam Im Hian Hong Kie-su," jawab Wan Hwi Sian dengan penuh semangat, "jika Kongcu tidak gentar untuk menyatroni sarang harimau, maka dengan
menggabung tenaga kita berdua menjadi satu, pasti kita dapat membunuh penjahat itu!"
Wanyen Hong memberi hormat kepada Dewa Kera
Terbang, yang lekas2 mundur seraya mengulapkan
tangannya. "Jangan Kongcu mengucap terima kasih terhadapku.
Sudah selayaknya kita harus bantu membantu dalam
menumpas kebathilan. Dengan menggunakan pedang MoHwee-Kiam Im Hian Hong pasti akan dapat dibinasakan
oleh Kongcu." "Mula2 aku kira Wan Hwi Sian adalah orang jahat.
Sungguh keterlaluan, hampir saja aku memusuhi seorang
sahabat rimba persilatan," demikianlah pikir puteri kita dalam hatinya.
Begitulah malam hari itu juga bersama Wan Hwi Sian,
Wanyen Hong menempuh perjalanan kegunung Jie-Liong
San. Bagaikan bayangan saja kedua petualangan itu melesat secepat angin dan dalam waktu sekejap mata saja mereka telah hilang dikegelapan malam ...
---oo0dw0oo--- Kembali kisah dilanjutkan tatkala Wanyen Hong melihat Hay Yan bersama-sama Gokhiol menghampirinya di Kota
Hitam. Diam2 ia merasa gembira sekali. Disambutnya
Gokhiol dengan ramah-tamah dan diajaknya masuk
kedalam istana dibawah tanah. Setelah mereka berada
dalam ruangan duduk maka mulailah Hay Yan menceritakan tentang pengalaman2nya, tatkala ia bersama Gokhiol bertempur melawan Im Hian Hong Kie-su.
Setelah itu diperlihatkannya kepada Wanyen Hong tanda bekas telapak tangan pada dada Gokhiol. Tanpa terasa lagi Wanyen Hong menggertakkan giginya.
Teringatlah kembali olehnya bahwa Im Man Hong Kiesu itu masih, terhitung kemenakan murid dari gurunya Tiang Pek Loni. Duapuluh tahun yang lalu bersama-sama Tio Hoan, lm Hian Hong Kie-su ber-sama2 bekerja didalam istana raja dari kerajaan Song. Sedangkan hubungan antara kedua orang itu demikian eratnya, se-olah2 bagaikan kakak beradik saja. Tapi apa mau dikata, hati orang tak dapat diterka. Maka yang telah datang ingin merampas mustika yang tersimpan secara rahasia itu bukan lain dari pada Im Hian Hong Kie-su, juga yang mencemarkan dirinya.
Tidaklah heran orang itu telah menutupi mukanya dengan sepotong kain hitam. Rupanya, supaya orang tidak
mengenali rupanya yang asli! Demikianlah kejadian2 yang selama tujuh belas tahun dialaminya, kini ter-bayang2 pula dialam pikiran Wanyen Hong. Tiba2 ia tersadar kembali setelah mendengar suara Hay Yan
"Suhu! Lekaslah kau tolong lenyapkan racun Lok-Mo
Ciang dari tubuh Tio Kongcu. Kalau terlambat aku kuatir ia akan binasa."
Semangat Wan Yen Hongt bangkit kembali, diawasinya
wajah sipemuda yang tak ubahnya mirip seperti wajah
ayahnya Tio Hoan, bekas kekasihnya! Bukan kepalang rasa pilu hatinya, iapun akhirnya berkata dengan suara perlahan.
"Hian-tit. Apakah kau sudah mengetahui tentang
hubungan antara ayahmu dengan aku?"
"Kongcu," jawab Gokhiol dengan tersenyum, siauwtit pernah mendengarnya dari ibuku, bahwa ayahku dahulu
menjadi kepala ksatrya dari istana kerajaan Kim. Bahwa ia ber-sama2
Kongcu pergi untuk menunaikan tugas perdamaian" "Benar," ujar Wan Yen Hong, "jika kehidupanku tidak sampai dirusakkan Im Hian Hong Kie-su, aku... aku sudah menikah dengan ayahmu...."
Tak sampai habis pengakuan yang mengharukan itu atau air mata mengalir dengan deras dikedua belah pipi puteri negeri Kim. Kemudian diambilnya dari dalam sakunya,
sebuah cermin tembaga yang pada bagian tengahnya
tersisip sebutir mutiara bersinar putih cemerlang. Gokhiol disuruh mendekatinya dan cermin itu disorotkan pada luka akibat pukulan Lok-Mo-Ciang pada dada Gokhiol.
Kira2 sepemakan nasi lamanya maka mulai kelihatan
bekas telapak tangan yang berwarna hijau lambat laun mulai lenyap... Sedangkan rasa sesak dalam dadannyapun
kini sudah tidak terasa lagi. Gokhiol merasa gembira, iapun segera
berlutut dihadapan Wanyen Hong untuk menyatakan rasa terima kasihnya.
Tiba2 pemuda kita teringat pula akan pesan gurunya.
Tanpa perkenan gurunya, ia telah meninggalkan Leng Wan Koan dan apabila gurunya sampai mengetahuinya, niscaya ia akan mendapat teguran. Maka seketika itu juga ia mohon diri kepada Wanyen Hong.
Wanyen Hong mengerutkan keningnya.
"Siauwtit, kau hendak kemana?" tanyanya.
"Aku ingin kembali ke Leng Wan Pay untuk berlatih
dengan tekun selama setahun lagi. Kelak, apabila telah tinggi kepandaianku, aku akan mencari Im Hian Hong Kiesu untuk mengadakan perhitungan jiwa!" jawab Gokhiol dengan penuh semangat.
Sambil me-manggut2kan kepalanya Wanyen Hong
berkata pula : "Benarlah kata2-mu itu. Hanya, kau harus.
senantiasa ingat bahwa kau adalah keturunan dari
bangsawan kerajaan Song. Kau masih berdarah dan
berdaging bangsa Han yang mempunyai nama keturunan
Tio. Bahwa dahulu karena aku telah melenyapkan diri, ayahmu telah memutuskan diri untuk menetap di
Monggolla. Dan disanalah ia telah menikah dengan ibumu, Lok Giok. Kini kau sudah dewasa, maka sudah
kewajibanmu untuk memulihkan martabat nama keluarga
she Tio itu dan memakai namamu Tio Peng, namamu yang sebenarnya. Tak boleh kau menjadi anak-angkat Tuli,
musuh dari negara dan bangsa kita."
Sungguh tak disangka-sangka oleh pemuda kita bahwa
Wanyen Hong akan mengungkap persoalan tersebut. Maka iapun segera menjawab : "Kongcu, maafkanlah aku
sebelumnya, tapi aku kira Monggolia letaknya sangat jauh
dengan negeri Song dan diantaranya masih terpisahkan oleh negeri Kim, negeri Kongcu. Bahwa selama beberapa puluh tahun ini kerajaan Song kerapkali mengerahkan tentara dan mengangkat senjata untuk berperang dengan negara Kim.
Maka jika berbicara tentang musuh negeriku, Iebih tepat jika dikatakan musuh itu adalah negeri Kim. Dan bagi diriku yang diperlakukan oleh Jendral Tuli sebagai anaknya sendiri, sudah
selayaknya berlaku sebagai ksatrya Monggolia" Wanyen Hong menjadi gusar bukan kepalang.
"Diam!" serunya menggeletar. "Kau tidak mengetahui, apa2! Sejak Monggolia berdiri, negeri Kim telah bersepakat dengan kerajaan Song untuk hidup berdampingan secara damai. Sebab itulah ayahmu telah datang kekerajaan Kim untuk melakukan tugas muhibah. Kelak, dikemudian hari Monggolialah yang akan menghancurkan kerajaan Song!
Kau jangan mengira bahwa Tuli berbudi luhur terhadapmu, sesungguhnya ia hendak memperalat dirimu untuk
mengabdi kepada Monggolia untuk menghancurkan negeri Song dan negeri Kim!"
Melihat Wanyen Hong demikian, gusarnya, Gokhiol,
tidaklah heran apa bila ia senantiasa membunuh Busu2 dari Monggolia! lapun lekas2 menyahut dengan tegas.
"Kongcu, aku bukan orang yang tidak mengenal budi.
Hari ini aku telah menerima budi kebaikanmu yang sudah rela menolong jiwaku, maka biarlah kelak seteiah berhasil membalas dendam aku akan, kembali datang bersujud,
dihadapan Kongcu!" Setelah berkata demikian pemuda kita memberi hormat
dan membalikkan tubuhnya.
Sementara itu Hay Yan melihat gurunya bersitegang dan gusar, tergesa-gesa mendampingi Gokhiol keluar dari
istana. "Suhu bermaksud baik, mengapa kau tidak menuruti
perkataannya?" Gokhiolpun menggelengkan kepalanya.
"Suhumu tak mau membantu aku dalam menuntut
balas, sebaliknya malah ia minta aku mangingkari ayah angkatku Jendral Tuli. Manakah dapat aku menyetujui
pendapatnya?" Hay Yan menghantarkan sipemuda keluar dari rimba
Ang-Liu-Wi, lalu berpisah dengan airmata bercucuran, hancur hatinya. Ketika ia kembali kedalam, tampak
gurunya sedang mencekal pedang musika Mo-Hwee-Kiam
dengan wajah beragi-api. Terdengarlah teriakannya penuh kemurkaan.
"Yan-jie, tangkap dia! Bawalah dia kembali kesini!"
Mendengar titah gurunya itu, Hay Yan menjadi terkejut.
"Suhu!, apakah yang kau maksudkan dengan kata2-mu
itu ?" Wanyen Hong membuka mulutnya.
"Dia mengetahui rahasiaku. Sekarang dia kembali
kegunung Mo-thian Nia. Jika kelak ia mewariskan
kepandaian gurunya yaitu Wan Hwi Sian yang menjadi
tokoh kaum To Kauw, niscaya ia akan menyumbangkan
tenaganya untuk kepentingan bangsa Monggolia! Dia akan menjadi musuh yang berbahaya! Lebih baik apabila kita siang2 menangkapnya dan mengasingkannya! Janganlah
kita sampai meninggalkan bibit bencana dikemudian hari!"
"Tapi.... suhu; bukankah ia puteranya Tio Hoan"!" Hay Yan menegurnya dengan cemas.
"Diam! Kau tidak tahu apa2. Jika Tio Hoan sendiri
dapat mengetahuinya, ia pasti takkan mengijinkan
puteranya memandang musuh. sebagai ayah angkatnya.
Kini baiklah kau menangkapnya untuk dikurung kembali: Lekas kau pergi dan jangan gagaI!. Kalau sampai kau
secara diam2 membantunya, aku... bunuh kau."
---oo0dw0oo--- Begitulah tatkala Gokhiol tengah melanjutkan perjalanannia atau se-konyong2 dari belakangnya terdengar suara halus berseru : "Tio Kongcu! Berhentilah dulu!"
Pemuda kita berpaling kebelakang maka tampaklah
o!ehnya Hay Yan berlari datang menyusul. la menjadi.
heran dan berdiri menanti. Dilihatnya airmuka sicantik dingin, sedangkan ditangannya mencekal pedang Mo-hweekiam.
"Siocia, apakah kau ingin ikut ke Mo-thian Nia?"
Pemuda kita bertanya dengan tersenyum.
"Guruku menyuruh kau kembali, katanya ia masih ada
sesuatu yang ingin diucapkan kepadamu secara pibadi."
"Ha-ha-ha! Kau tak usah mendustai aku," sahul Gokhiol.
"Sedangkan tadi saja aku telah mempunyai firasat yang kurang baik. Gurumu menginginkan agar aku memisahkan diri dari bangsa Monggol dan kembali mengabdi kepada kerajaan Song. Tentu ini menyuruh kau untuk menangkap aku, bukan?"
Hay Yan diam tak bergerak, akhirnya dengan suara
gemetar ia berkata : "Baiklah, setelah kau mengetahuinya juga, akupun
akupun tak perlu berdusta pula. Memang pada tahun yang lalu suhu telah menyuruh aku mengurungmu dibawah
tanah justru karena ia mengetahui hahwa kau adalah anak angkat dan Jenderal Tuli. Dan kelak dikemudian hari kau pasti akan menjadi musuh negeri Kim dan Song. Selain dari pada itu, suhupun merasa kuatir bahwa kau telah diperkuda oleh Im Hian Hong Kie-su untuk mencari tahu tentang
rahasianya. Sebab itulah sekalipun aku hendak, menolongmu, aku masih lebih dipangaruhi oleh perasaan takut dimarahi oleh guruku..."
"Dan sekarangpun kau takut kalau2 gurumu menjadi
gusar hingga terpaksa kau menangkap aku juga" Gokhiol memotong perkataan sigadis. "Bukankah begitu, Siocia?"
Tampak sepasang mata sigadis bersinar.
"Kau belum habis mendengar penjelasanku! Jika aku
bermaksud menangkapmu, untuk apa aku harus membuka
mulut panjang-lebar" Suhu menyuruh kau untuk tidak
kembali ke Holim dan beliaupun berjanji akan membunuh Im Hian Hong Kie-su!"
"Huh, janganlah membuat aku tertawa. Apakah kau
belum tahu bahwa aku ini seorang jantan" Im Hian Hong Kie-su adalah musuh ayahku, aku harus membunuhnya
dengan tanganku sendiri. Aku tak perlu bantuan suhumu!"
"Tio Kongcu, jika bukan diobati oleb guruku, siapa lagi yang dapat menyelamatkan hidupmu" Paling2 kau masih
dapat bertahan selama tiga hari saja! Hal ini sudah
membuktikan bahwa kau masih bukan tandingan musuhmu. Maka kalau bukan dengan pertolongan guruku, siapa lagi yang dapat membantumu" Dapatkah kau dengan mendongkol menuntut balas seorang diri?"
Pemuda kita tak mau mengalah dan iapun menyahut :
"Kau jangan meng-agung2kan kepandaian gurumu dihadapanku. Diluar langit masih ada langit yang lebih tinggi. Demikian pula halnya dengan kaum rimba
persilatan. Dibalik jago, masih ada lagi yang lebih jago daripadanya. Kau belum tahu bahwa guruku Wan Hwi
Sian adalah seorang tokoh kelas satu didunia persilatan.
Aku menuntut ilmu kepada beliau, dan akupun pasti akan membunuh lm Hian Hong Kie-su! Lihatlah nanti!" Tengah mereka sedang ber-cakap2, tiba2 desiran angin menyambar dari atas bukit. Menyusul mana berkelebatlah satu,
bayangan. Tahu2 orang itu sudah berada dihadapan mereka! Bukan kepalang rasa kaget hati pemuda kita. Orang itu kiranya bukan lain dari Wan Hwi Sian! Buru2 Gokhiol
menjatuhkan diri dihadapan gurunya.
"Kedatangan suhu sungguh tepat pada waktunya. Siocia ini....
Tapi Hay Yan cepat2 menjura.
"Boanpwe Hay Yan anak perempuan Hay An Peng dari
Hay-Kee-Chun." Dewa Kera Terbang menatap dengan suram kepada
gadis itu, lalu berkata. "Yan-jie, lebih baik sekarang kau lekas2 kembali ke Hay-Kee-Chun! Hay An Peng telah binasa dibunuh orang "
Hay Yan menjadi pucat, ia sangsi apakah berita itu benar atau tidak.
"Yan-jie, pulanglah dan beritahukan kepada gurumu.
jika ingin mencari Im Hian Hong Kie-su untuk menuntut balas, pinto dapat membantunya. Tapi kuminta supaya hal
ini jangan sampai bocor. Nanti kelak kita dapat bertemu pula."
Begitulah selesai berkata maka Wan Hwi Siang
mengajak Gokhiol pergi meninggalkan tempat itu.
Hay Yan menggigil tubuhnya.
"Orang itu adalah gurunya Gokhiol, kiranya tidaklah ia akan mendustai aku," pikirnya dalam hati.
Dengan satu, lompatan ia menyusul kedua murid dan
guru itu sambil berseru. "Boanpwee mohon bertanya kepada to-tiang, sekarang
ini Im Hian Hong Kie-su berada dimana?"
Wan Hwi Sian berpaling kebelakang, lalu menjawab :
"Dia tidak berketentuan tempat tinggalnya. Maafkanlah Pinto tidak dapat menjelaskannya. Jika gurumu Wanyen Hong Kongcu, memerlukan aku, maka dalam waktu
sepuluh hari ini boleh ia bertemu dengan aku diatas bukit Sai-cu-giam di Kiam Kok."
Hay Yan berpikir, bagaimana orang ini dapat
mengetahui akan gurunya yang memang adalah puteri dari kerajaan Kim" Ia menengadah pula tapi kedua orang itu sudah berada jauh sekali. lapun membalikkan tubuhnya dan berlari menuju... Hay-Kee-Chun.
Ketika ia sampai di Hay-Kee-Chun, dilihatnya pintu
masuk kedalam rumah terkunci rapat. Keadaan sunyi
senyap. la dobrak pintu itu dan masuk kedalam rumah. la menjerit bahna kagetnya!
Hay An Peng rebah diatas tanah dengan tidak bernyawa lagi! la, menubruk tubuh orang itu seraya menangis
menggerung-gerung. Didapatkan olehnya, pada bagian
bawah kuping Hay An Peng darah yang sudah-kering dan
disitu masih menancap sebuah senjata rahasia! Dicabutnya senjata itu yang ternyata bukan lain adalah... Kui-cu Liu-seng! Sambil menggertakkan giginya ia mendesis seorang diri : "Im Hian Hong Kie-su! Tunggulah pembalasanku!"
Akhirnya Hay Yan menutupi jenazah. Hay An Peng
dengan selimut, kemudian ia berlari ke Kota Hitam pula.
Setelah tiba dihadapan Wanyen Hong, gadis kitapun
menjatuhkan dirinya ditanah. Sambil, menangis tersedu-sedu dituturkannya perihal kematian Hay An Peng, yang telah terbunuh oleh Im Hian Hong Kie-su. Diberikan pula senjata rahasia Kui-cu Lui-seng kepada gurunya.
Wanyen Hong gemetar sekujur tubulinya tatkala
mendengar semuanya yang diceritakan oleh muridnya,
mengenai Gokhiol dan Wan Hwi-Sian.
Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Giok Bun Kiam Lu Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Wan Hwi To-tiang yang kau jumpai itu berapa kira2
usianya?" tanya Wanyen Hong dengan nada curiga.
"walaupun sejak dahulu aku belum pernah mendengar
tentang orang tua itu, didalam rimba persilatan. Heran!
Bagaimana ia dapat mengetahui bahwa aku ini adalah
puteri dari negeri kerajaan Kim" Dan selain itu, bagaimana ia dapat mengetahui terlebih dahulu akan kematian Hay An Peng?"
"Suhu," jawab Hay Yan, "sebelum mereka pergi aku teiah menanyakan apabiIa; Wan Hwi To-tiang mengetahui.
dimana Im Hian Hong Kie-su berada. Ia katakan bahwa
Iblis itu tidak tentu tempat tinggalnia, tapi apabila suhu kelak memerlukan bantuannia, maka dalam waktu sepuluh hari suhu dapat berjumpa dengannya diatas bukit Sai-cu-giam di Kiam Kok"
Wanyen Hong mengerutkan keningnya.
"Dibalik ini tentu orangtua itu ada maksud apa2. Yan jie, baiklah akan kutulis sebuah surat rahasia. Kau harus
dengan segera pergi kegedung Hu-tim Koan digunung
Ciong-Iam San untuk menyerahkan suratku itu kepadai
Hian Cin-cu yang menjadi kepala dari kuil disana. Dia adalah murid dari Song Hie Liam yang kini sudah lanjut usianya. Kemudian kau harus lekas2 kembali untuk
menyusul aku digunung Kiam Bun dalam jangka waktu
delapan hari. Jangan sampai meleset perhitunganmu!"
"Muridmu pasti akan menjalankan tugas suhu dengan
baik," jawab Hay Yan dengan sungguh2 "Hanya aku belum mengetahui hubungan apa yang ada antara suhu dengan
pendeta Hian Cin-cu?"
Sambil menulis surat Wanyen Hong menjelaskan kepada
muridnya : "Hian Cin-cu berasal dari partai Bu-tong Pay.
Kini ia telah menjadi Ciang-bun-jin perguruan Ciong-lam Pay. Pernah ia menjabat sebagai koksu agama To-Kauw
diistana negeri Kim dan menjadi sahabat karib dari guruku.
Nah, kalau nanti dilihatnya suratku ini dengan tanda pengenalku, pasti ia akan bertindak. Ingatlah! Kau harus kembali menurut waktu yang telah kutetapkan, janganlah sampai terlambat."
Berbareng dengan selesainya surat itu, Wanyen Hong
melepaskan gelang Giok-cwan dari pergelangan tangannya dan kemudian dibungkusnya menjadi satu dengan surat
rahasia tadi. Pada saat itu juga Hay Yan meninggalkan Kota Hitam
untuk menempuh perjalanan siang dan malam ...
---oo0dw0oo--- MAKA beralihlah kini cerita pada pada pahlawan kita
Gokhiol yang tengah mengikuti gurunya Dewa Kera
Terbang, melewati gunung Wi-Lian San untuk kembali ke Mo-Thian Nia.
Disepanjang jalan hatinya tidak tenteram, sebab ia telah Melanggar perintah gurunya dan takut dimarahi.
Wan Hwi Sian dapat menangkap pikiran muridnya,
iapun mesem. "Muridku, segala yang telah kau perbuat telah kuketahui semuanya. Peruntunganmu masih bagus, kalau tidak
niscaya nyawamu sudah melayang."
"Suhu!" jawab Gokhiol dengan rasa herannya, "bagaimaha suhu mengetahui bahwa aku telah kena pukulan Telapak Tangan Hijau dari Im Hian Hong Kiesu?"
"Aku tidak menyebut tentang kau kena pukulan Lok-moCiang itu, melainkan bahwa Wanyen Hong bermaksud
mengambil jiwamu' Mendengar keterangan gurunya itu, pemuda kita makin
tidak mengerti. "Apa suhu juga mengetahui bahwa Hek-Sia Mo-lie itu
adalah sama orangnya dengan Wanyen Hong" la telah
menyembuhkan luka2-ku bagaimana suhu dapat mengatakan bahwa ia ingin mengambil jiwaku?"
"Huh!" bentak Wan Hwi Sian dengan suara dihidung.
"Apakah kau kira aku tidak mengetahui segala-nya"
Wanyen Hong bukannya orang baik2. la telah mengetahui bahwa kau tak sudi mengingkari Jenderal Tuli ayah
angkatmu dan kelak kau pasti akan menyumbangtan
tenagamu demi kepentingan bangsa Monggol, sebab itulah ia bermaksud memusnahkan bibit penyakit yang akan
merugikan terhadap kepentingannya negeri Kim." Sejenak Wan Hwi Sian berhenti, kemudian meneruskan.
"Oleh karena itulah ia telah membujuk Hay Yan untuk
menurunkan tangan jahat terhadapmu. Mengenai luka
didadamu, sekalipun tidak diobati, kau takkan binasa oleh karenanya. Bukankah kau mengetahui sendiri bahwa
selama setahun ini kau sudah berlatih ilmu Sui Hwee To yang tak mempan air dan api" Mana dapat racun Lok-mo-ciang masuk kedalam tubuhmu?"
Gokhiol mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Suhu," tiba2 ia berseru, "kau telah menjanjikan kepada Wanyen Hong untuk berjumpa denganmu di Kiam Kok,
agakah benar2 kau ingin membantunya untuk membunuh
Im Hian Hong Kie-su?"
"Benar," jawab Wan Hwi Sian, "Im Hian Hong Kie-su kepandaiannya tinggi sekali, tetapi sebaliknya terhadap pedang Mo-Hwee-Kiam ia gentar menghadapinya. Nah,
begitulah rencanaku! Apabila Im Hian Hong Kie-su sampai dapat ditaklukan, barulah aku membekuk Hek Sia Mo-lie dan kemudian akan kubawa mereka ke Holim untuk
memperoleh hadiah dari ayah angkatmu Jenderal Tuli.
Dengan jasaku yang besar ini beliau pasti akan gembira sekali. Selain itu kaupun dapat membalas Sakit hatimu dan dihadapan
ayah angkatmu kau akan meyakinkan kepercayaan lebih teguh terhadap dirimu. Nah, bukankah kau tidak sia2 mempunyai aku sebagai guru?"
Mendengar ucapan gurunya itu, bukan main besar
hatinya pemuda kita. Lekaslah ia berlutut dihadapan sang guru untuk menyatakan terima kasihnya. Tiba2 ia teringat akan nasib Hay Yan.
"Suhu, adapun murid Wanyen Hong yang bernama Hay
Yan itu, orangnya baik sekali."
Sebuah senyuman tersungging pada bibir Dewa Kera
Terbang tatkala ia berkata : "Hm, kau sudah terpikat oleh
gadis cantik itu" Hati2lah, ia selama ini telah mempergunakan tipu Bie-jin-kee terhadapmu. Dahulu
tatkala kau baru saja meninggalkan Holim dan berada
dilembah Ban-Coa-Kok, bukankah kau telah diserang oleh dua orang See-hek" Sebenarnya yang berada dibelakang peristiwa itu adalah... Hay Yan sendiri! Kemudian karena usahanya gagal, ia telah muncul sendiri untuk merebut pedang pusakamu Ang-liong kiam. Apakah dengan
kejadian tersebut kau masih berpendapat bahwa Hay Yan itu hatinya baik?"
Gokhiol tak sependapat dengan apa yang diuraikan oleh gurunya terhadap Hay Yan, namun hal itu disimpannya
saja dalam hatinya. "Suhu, sekarang kita kemana?" ia bertanya.
"Muridku, kau harus benar2 menurut perintahku. Dua
hari lagi kita akan tiba didaerah Ceng-hay. Kau harus menyampaikan suratku kekuil Bu-liong Sie yang letaknya dibawah gunung Siok-kit San."
"Tapi, suhu." Gokhiol menegurnya dengan heran.
"Daerah itu termasuk wilayah See-Hek. Sedangkan suhu sendiri mengetahui bahwa kaum See-Hek itu adalah musuh besar dari Monggolia."
"Aku tahu," jawab Wan Hwi Sian, "Tapi aku hanya menyuruhmu pergi kekui! Bu-liong Sie untuk menemui
Ang-bian Kim-kong disana. Bagaimana orang2 See-Hek
dapat megetahui tentang asal-usulmu" Setelah selesai melakukan tugasmu, kau harus lekas kembali ke Leng-Wan Koan dan menunggu berita selanjutnya dariku."
"Mengapa suhu tidak membiarkan teecu mengikuti suhu
saja untuk ber-sama2 mencari Im Hian Hong Kie-su?" tanya pemuda kita dengan nada tidak puas.
"Apa kau ingin menghantarkan jiwamu dengan konyol"'
jawab Wan Hwi Sian dengan gusar. "Kelak, apabila aku berhasil membekuk Im Hian Hong Kie-su, maka dengan
sendirinya kau dapat kesempatan untuk menuntut balas terhadapnya."
Gokhiol terdiam. Dua hari kemudian tibalah guru dan murid itu digunung Siauw-cek San dan dikejauhan nampaklah pegunungan
Siok-kit San. Wan Hwi Sian menyerahkan sepucuk surat kepada
Gokhiol dan mengulangi lagi pesanannya, setelah itu
merekapun saling berpisah.
---oo0dw0oo--- Cerita beralih pada Hay Yan yang tengah membawa
surat rahasia dari Wanyen Hong yang harus disampaikan kepada Hian-Cin-cu digunung Ciong-lam San.
Adapun Ciong-lam San merupakan anak cabang dari
pegunungan Cin Nia didaerah wilayah Siam-lam (daerah propinsi Siam-say bagian selatan yang beberapa ratus lie panjangnya).
Tatkala Hay Yan sampai dikaki bukit ia menanyakan
letak tempatnya Hu-tim Koan kepada penduduk yang
berdiam disekitar daerah itu. Setelah mendapat beberapa petunjuk, iapun meneruskan perjalanannya mendaki
gunung. Adapun kuil Hu-tim Koan letaknya dilembah In-bu
Hoan, bentuknya sangat mewah dan mentereng pada pilar pintu gerbang besar terukir kata2 : Sin Sian In Kong Kwat.
Gadis kita melewati pintu gerbang itu dan ia terus
disambut oleh petugas penerima tamu, yaitu Tie Tek Tosu.
Melihat Hay yan yang masih sangat muda dan ingin
menemui Ciang-bun-jin, maka Tie Tek Tosu merasa heran".
"Siauw niocu datang dari Mana" Couw-su kami sudah
lama tidak menerima orang luar. Siauw niocu mempunyai urusan apa dengan beliau" Nanti biarlah siauw-te yang menyampaikannya."
Hay Yan tak sabar hatinya, surat rahasia yang harus
disampaikan sendiri kepada Hian Cin To-tiang. Harap kau memberitahukan kepada beliau dengan lekas"
Mendengar sigadis mempunyai urusan penting, Tie Tek
Tosu tergerak hatinya. "Silahkan Siauw nioicu masuk dan tunggulah dikamar
tamu. Biarlah siauw-te memberitahukannya kepada Couw-su Ya."
Hay Yan diantarkan keruangg tetamu. Setelah melewati beberapa lapis rumah dan pekarangan, maka sampailah
mereka pada sebuah ruangan kecil. Disitu ada seorang To-tong keci1 menyajikan teh. Tie Tek Tosu meninggalkan gadis kita diruangan itu.
Setelah menunggu beberapa saat lamanya, Tie Tek Tosu masih belum muncul juga. Hay Yan menjadi gelisah, ia keluar dari ruangan tamu untuk berjalan dipelataran rumah.
Begitulah tanpa disengaja sampailah ia pada tempat dimana tertanam banyak pepohonan dengan sebuah jalan kecil
Yang terbuat dari batu2 menuju kesebuah bukit. Diatasnya berdiri sebuah rumah yang terbuat dari bambu. Keadaan disekitarnya sangat sunyi, nampaklah Tie Tek Tosu tengah berdiri tegak didepan rumah bambu itu.
Hay Yan menjadi mengkel. Mengapa tosu itu berdiam
saja disitu dan tidak masuk kedalam rumah". Sungguh
kelakuan mereka itu sangat tolol kelihatannya. Hay Yan berlari menanjak bukit, gesit sekali seperti kijang. Begitu sigadis datang, Tie Tek Tosu lantas membentak.
"Siauw niocu jangan sembarang masuk" Couw-su sedang
tidur siang dan tidak boleh dibangunkan"
"Urusanku sangat penting, harap bangunkan saja
"Couw-sumu," ujar gadis kita.
Tie Tek Tosu menyilangkan tangannya.
"Siauw niocu" Jangan kau coba berbuat lancang! Tunggu dibawah?"
Mendengar bentakan tosu itu, Hay Yan menjadi
mendongkol, maka didorongnya Tie Tek Tosu hingga
terpental kebelakang. Tapi pada saat itu juga terdengarlah orang berseru dari dalam.
"Biarkan gadis kecil itu masuk, Tie Tek! Surat yang
dibawanya telah kubaca!"
Suara itu bergema dikeempat penjuru angin, menandakan tenaga dalam yang sempurna sekali. Tie Tek Tosu tersenyum getir.
"Siauw niocu, silahkan masuk," ujarnya.
Hay Yan dengan hati berdebar masuk kedalam rumah
bambu itu dan nampak dihadapannya sebuah tempat tidur yang terbuat dari batu marmer putih. Seorang Tosu yang lanjut usianya sedang duduk bersila diatas pembaringan itu.
Ditangannya, ia masih memegang sepucuk surat dan diatas meja kecil menggeletak... batu Giok-Cwan!
Terperanjat Hay Yan merabah saku bajunya dan... benar saja. Surat rahasia sudah berpindah tangan tanpa
disadarinya sedikitpun juga. Ia mengawasi dengan
terbengong-bengong, kepandaian tosu tua itu sungguh hebat luar biasa. Penuh hikmat ia berlutut dihadapan Hian Cincu.
"Lo-sin Sian," ujarnya "Tit-lie yang rendah bersujud kepadamu. Surat itu adalah dari suhuku untuk disampaikan kepada Couw-su Ya."
Hian Cin-cu mengangguk-anggukkan kepalanya seraya
berkata : "Pinto sudah mengetahui semuanya. Sungguh
tidak kusangka bahwa Wanyen Hong Kongcu masih hidup
didunia. Kini kau pulanglah dan sampaikan salamku
kepadanya." Hay Yan membelalak matanya.
"Tapi..., tapi, apakah Couw-su hanya dapat memberikan jawaban itu saja?"
"Aku sekarang belum dapat menjawabnya dengan
segera. Tapi obat Oil yang gurumu minta akan kuserahkan, tapi kau harus ber-hati2 membawanya dan simpanlah
dengan baik2 dalam baju dalammu."
"Couw-su," tanya Hay Yan pula, "obat apakah itu?"
"Nanti, gurumu akan beritahukan padamu sendiri,"
jawab Ciang-bun-jin perguruan Ciong-lam Pay.
Setelah menghaturkan terima-kasihnya, maka Hay Yan
meninggalkan gunung Ciong-lam San dan menempuh
perjalanan siang dan malam tanpa berhenti. Begitulah ia sampai dibukit Kiam-Bu Nia, yang merupakan daerah
penting untuk memasuki propinsi Su-Cwan. Disitu hanya terdapat jalanan batu pasangan yang berjajar menanjak keatas bukit.
Gadis kita meng-hitung2 dan baru diketahuinya bahwa
ia telah berjalan selama tujuh hari lamanya. Iapun berpikir apakah gurunya sudah sampai atau belum"
Sedang asyiknya berjalan, sekonyong-konyong sesosok
bayangan orang melompat turun dari puncak gunung. Tapi ayal ia bersiap dalam sikap tempur dan nampak olehnya kini orang itu sudah berdiri dihadapannya!
"Yan-jie, gurumu sedang menantikan kau," kata orang.
Itulah gurunya Gokhiol, Wan Hwi Sian"
"Gurumu sudah bertemu denganku pagi ini," kata Wan Hwi Sian dengan suara tenang, "kami telah berjumpa
dibukit Sai-cu Giam. Ia takut kalau2 ia sampai dikenali orang, sedangkan tempat ini letaknya tidak jauh dari Mo-Thian Nia. Oleh karena itu untuk sementara ia bersama Gokhiol bersembunyi di Leng-Wan-Koan. la telah
memberitahukan bahwa hari ini kau akan tiba kesini, maka ia telah minta pertolonganku untuk memberitahukanmu."
Hay Yan setengah tidak percaya akan ucapan itu dan
iapun berkata penuh kesangsian : "Tapi suhu telah
menyuruh aku berjurnpa denangnya disini, mengapa
sekarang ia sudab pergi lebih dahulu sebelum menemui aku?"
"Suhumu hendak mencari tahu tempat dimana Im Hian
Hong Kie-su sedang bersembunyi," jawab Wan Hwi Sian dengan wajah sungguh2. "Setelah diketahuinya, barulah bersama pinto akan pergi menuntut balas" Nah, oleh karena itu ia menunggu kedatanganmu di Leng-Wan-Koan. Nah,
sampai bertemu pula."
Dengan sekali berkelebat Dewa Kera Terbang meninggalkan tempat itu. Hay Yan menghela napas panjang, tapi tak urung daIam hatinya ia merasa cemas dan kuatir. Sebaiknya malam itu juga ia pergi ke Leng-Wan-Koan untuk melihat keadaan sesungguhnya.
---oo0dw0oo--- Kembali pada kisah Wanyen Hong, yang telah
menyuruh muridnya pergi kegunung Ciong-lam San untuk minta obat Cie-sui Wan (Pil penghenti rasa ngantuk)
kepada Hian Cin-cu, serta untuk menyelidiki asal-usul tentang diri... Wan Hwi Sian. Karena Wanyen Hong
merasa curiga terhadap munculnya Wan Hwi Sian didalam dunia persilatan. Lagipula kekuatiran timbul ia harus tidur kembali, dan keadaan sangat gawat.
Begitulah sejak Hay Yan berangkat, sang waktu berjalan amat pesatnya. Pada hari kedelapan, pagi2 sekali puteri kita telah berdiri menanti dibawah bukit Salju Giam. Tapi setelah ditunggu sampai petang, Hay Yan masih juga belum kunjung tiba. la menjadi gelisah.
Menjelang magib, tiba2 terdengar olehnya suara senjata saling beradu dibawa angin. Rupanya ada orang sedang bertempur. Dengan cepat ia lompat kebalik bukit dan
memandang kelembah. Tampak olehnya dua bayangan manusia yang sedang
bertempur diancara berkelebatnya sinar2 pedang yang
berkilauan. Tatkala itu sang surya yang berwarna kemerahan sudah lambat2 menyelinap dibalik gunung. Didalam lembah
sudah menjadi gelap. Wanyen Hong mempergunakan
ilmunya untuk melihat dalam jarak jauh. Maka tampak
olehnya salah seorang mengenakan pakaian berwarna hijau,
sedangkan seorangnya lagi mengenakan pakaian berwarna hitam. Walaupun jaraknya jauh, ia dapat melihat bahwa pedang sibaju hitam mengeluarkan sinar merah. Itulah Ang-liong-kiam!
Sayup2 terdengar orang berseru : "Hai, iblis Im Hian Hong! Apakah ganjalan sakit hatimu terhadap gadis kecil itu" Mengapa kau menurunkan tangan kejammu?"
Itulah suara Wan Hwi Sian!
"Huh," jawab orang yang berbaju hitam itu. "Hay Yan adalah puteriku. Aku bawa ia pulang, itulah urusanku.
Mengapa kau ingin turut campur urusan orang" Kalau kau belum kenal gelagat janganlah kau salahkan bahwa pedang pusaka Ang-liong-kiam tidak mempunyai mata!"
Mendengar ucapan sibaju hitam itu. Wanyen Hong
timbullah kegusarannya. Sekali cabut pedang Mo-HweeKiam terhunus ditangannya dan bagaikan macan betina ia, melompat turun kedalam lembah dimana dua orang tadi
tengah bertempur. "Wan Hwi To-iang! Jangan lepaskan iblis jahanam itu."
teriaknya. Dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh yang
jarang tandingannya, maka cepat sekali puteri kita sudah sampai dibawah lembah. Ia lompati batu2 gunung yang
terjal bagaikan seekor burung walet saja yang sedang melayang turun dari angkasa.
Begitu mendengar seruan Wanyen Hong, sibaju hitam
Menangkis pedang Wan Hwi Sian. Kemudian menyusul
pukulan Telapak Tangan Hijau dan segera pasir serta lelatu kecil berhamburan bagaikan dihembus badai. Sesaat
kemudian sibaju hitam melesat keatas, tebing lamping gunung. Hal itu tepat terjadi pada ketika Wanyen Hong
Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Giok Bun Kiam Lu Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sampai dibawah lembah! Bagaikan setan sibaju hitam
menghilang tanpa diketahui arahnya lagi.
Wanyen Hong berhadapan dengan Wan Hwi Sian. Ia
melihat pada baju tosu itu terdapat bekas telapak tangan berwarna hijau. Sedangkan yang kelihatan hanyalah empat jari!
Wan Hwi Sian bermandikan peluh. Begitu melihat
Wanyen Hong ia menyapanya dengan nada menyesal.
"Kalau Kongcu datang sedikit lebih cepat pasti Iblis itu takkan lolos dari kematian."
Wanyen Hong tak menghiraukan ucapan orang itu,
sebalikanya ia bertanya dengan kuatir.
"To-tiang, dimanakah muridku Hay Yan ?" Wan Hwi Sian berubah suram.
"Iblis itu telah menangkap muridmu. Pinto mengejarnya dari belakang tapi tengah kukejar tak di-sangka2 muncul kalian yang lantas mengambil muridmu dan melarikan
diri." "Celaka!" Wanyen Hong berseru bahna kagetnya, "aku harus, menolong Yan-jie. Apakah totiang dapat membantu aku untuk mencarinya?"
"Memang aku bermaksud mengajak Kongcu untuk
bersama pergi kegunung Jie-Liong San untuk membuat
perhitungan dengan jahanam Im Hian Hong Kie-su," jawab Wan Hwi Sian dengan penuh semangat, "jika Kongcu tidak gentar untuk menyatroni sarang harimau, maka dengan
menggabung tenaga kita berdua menjadi satu, pasti kita dapat membunuh penjahat itu!"
Wanyen Hong memberi hormat kepada Dewa Kera
Terbang, yang lekas2 mundur seraya mengulapkan
tangannya. "Jangan Kongcu mengucap terima kasih terhadapku.
Sudah selayaknya kita harus bantu membantu dalam
menumpas kebathilan. Dengan menggunakan pedang MoHwee-Kiam Im Hian Hong pasti akan dapat dibinasakan
oleh Kongcu." "Mula2 aku kira Wan Hwi Sian adalah orang jahat.
Sungguh keterlaluan, hampir saja aku memusuhi seorang sahabat rimba persilatan," demikianlah pikir puteri kita dalam hatinya.
Begitulah malam hari itu juga bersama Wan Hwi Sian,
Wanyen Hong menempuh perjalanan kegunung Jie-Liong
San. Bagaikan bayangan saja kedua petualangan itu melesat secepat angin dan dalam waktu sekejap mata saja mereka telah hilang dikegelapan malam ...
---oo0dw0oo--- Diceritakanlah bahwa setelah Im Hian Hong Kie-su yang sejati, nama sebenarnya adalah Gak Hong, keluarga
almarhum Jendral besar Gak Hui setelah berpisahan
dengan Pato dan Gokhiol di Kota Hitam, lalu balik kembali ke Jie Liong San, ke Jie-liong-bio.
Adapun tatkala Gak Hui difitnah oleh Cin Kui dan
menjalani hukuman mati yang menimpah sanak keluarganya. maka Gak Hong mengganti namanya menjacli Im Hian Hong Kie-su dan hidup mengasingkan diri
bersama kedua orang perwira bawahannya yang setia
padanya. Adapun kedua perwira itu yang satu bernama Ong
Hoan, yang memiliki tenaga yang luar biasa hebatnya, ia melatih Gwa-kang atau Tenaga-luar. Sedangkan yang
satunya lagi bernama Lie Gan yang mempunyai
kepandaian untuk mempergunakan senjata Lian Cu Tancie, yaitu peluru berantai! Andaikata ia seratus kali melepaskan pelurunya, maka tidak satupun yang gagal menemui
sasarannya. Lie Gan sangat faham akan sifat2 binatang. Apabila ia bersiul, maka binatang2 buas didalam hutan segera datang menghampirinya.
Semenjak kedua perwira setia mengikuti Im Hian Hong
Kie-su untuk hidup menyepi mereka menjadi penjaga kuil Jie-Liong Bio. Apabila ada orang jahat yang ingin mendaki gunung, maka mereka menggulingkan batu2 besar atau
menyuruh binatang2 buas mengusirnya. Maka selama
belasan tahun, tiada seorangpun yang berani mencoba
untuk mendekati atau mengganggu Jie-Liong Bio.
Malam itu angin gunung menderu-deru, diluar kuil JieLiong Bio sebaliknya keadaan sunyi senyap. Tiba2 seekor burung gagak terbang keatas seraya menjerit-jerit dengan berisiknya.
Terkesiap Ong Hoan melompat dan masuk kedalam
untuk membangunkan Lie Gan.
"Diluar ada orang!" bisiknya.
Cepat2 Lie Gan menjambret busurnya dan membuka
jendeIa kamarnya untuk melihat keluar. Baru saja jendela terbuka atau mendadak desiran angin menyambar masuk.
Pada saat itu juga jeritan mengerikan keluar dari mulut Lie Gan, sekonyong-konyong ia roboh dilantai.
Berbarengan dengan jatuhnya Lie Gan, maka sesosok
bayangan hitam muncul dijendela. Ong Hoan terperanjat bukan kepalang. Tanpa berpikir panjang lagi ia mengangkat tangannya, dengan penuh kegusaran ia pukul tamu yang tak diundang itu hingga terpental keluar.
Tetapi sebaliknya ia merasa semacam hawa dingin
menyerang tubuhnya. Tanpa ayal Ong Hoan menutupi
seluruh jalan-darahnya seraya lompat keIuar melaIui
jendela. Tapi baru saja ia sampai diluar atau mendadak kakinya menjadi lemas. Maka dengan mengumpulkan
tenaga yang penghabisan ia berteriak :
"Cujin ada musuh....!"
Suaranya berkumandang keseluruh penjuru angin, dan
setelah itu seluruh pandangan ong Hoan menjadi gelap.
Menyusul mana ia roboh.....
Im Hian Hong Kie-su yang sedang bersamadi didalam
kamarnya, tergetar hatinya. Pada saat itu juga ia mendengar dua macam gelombang suara desiran angin.
Insaf akan kedatangan musuh2 yang tangguh, ia
mengganti pakaiannya dan mengenakan baju wasiat Kilin Hok Sin Kok atau baju lapis pelindung tubuh. Lalu
diambilnya pula Biat-hwee Hud-tim atau Pengebut-api yang terbuat daripada bulu jenggot gajah laut. Disisipkannya senjata itu pada ikat pinggangnya, kemudiarn barulah ia mengenakan baju biasanya lagi.
Mendadak dari luar terdengar suara gedebukan dan
tampaklah dua buah benda besar menghantam dinding
hingga hancur, dan terus melayang masuk kedalam.
Itulah dua ekor babi hutan besar yang beratnya ratusan kati. Babi2 itu sudah mati dan kepalanya pecah berlumuran darah.
Seraya tertawa dingin Im Hian Hong Kie-su menyambut
hadiah istimewa tersebut dengan kedua belah tangannya.
"Wan Hwi Sian!, malam ini kau baru datang kemari!
Sungguh sudah banyak kejahatan yang telah kau lakukan.
Bagus! Aku justru hendak menyingkap kedok rahasiahmu!'
Pada waktu yang bersamaan Wanyen Hong yang datang
bersama sama Wan Hwi Sian, sudah menghunus pedang
pusaka Mo-hwee-kiam. Tiba2 terdengar ditelinganya orang berbisik.
"Wanyen Hong Kongcu, dengarlah! Orang yang datang
bersamamu itu justru adalah musuhmu! Dialah Iblis yang selalu berganti rupa."
Wanyen Hong menyadari bahwa penghuni dalam rumah
itu tengah berbicara dengannya secara rahasia. Ilmu
menyalurkan suara diudara itu mirip dengan ilmu pendeta2
kaum Bit-cong Pay yang bernama Thwan lm Jie-Bie!
Ilmu itu menunjukkan tenaga-dalam yang tinggi sekali!
Dengan cara demikian, hanya orang yang diajak bicara saja yang dapat mendengar, orang lain tidak. Wanyen Hong
sangat terkejut akan apa yang baru didengarnya itu.
Wan Hwi Sian tertawa dingin, "Iblis Im Hian Hong!" ia berteriak mencaci. "LekasIah keluar untuk menerina
ajalmu" Kau sudah membunuh Hay An Peng, menculik
Hay Yan. Hah!, hari ini tamatlah riwayatmu." Berbareng Wan Hwi Sian menggerakkan tangannya, memukul amat
dahsyatnya. Biasanya pukulan angin Wan Hwi Sian dapat membuat
rubuh dinding batu, maka sudah semestinya dinding kuil Jie-Liong Bio takkan dapat menahan serangannya. Namun sungguh aneh" Beberapa kali Dewa Kera Terbang
memukul, tapi rumah itu tidak roboh, hanya pelahan-lahan
terbenam kedalam tanah sehingga rumah itu kini lebih rendah berdirinya dari semula.
Melihat kejadian itu, Wan Hwi Sian berdiri mejublak.
Begitu pula Wanyen Hong melongo keheran-heranan.
Sekonyong-konyong ditelinganya terdengar pula bisikan halus: "Kongcu yang berdiri disisimu itu tidak lain dari pada iblis jahanam yang dulu menyamar menjadi Tio
Hoan. Ia mengetahui bahwa aku mengetahui rahasianya, maka ia hendak mempergunakan pedang Mo-hwee-kiammu
untuk membinasakan aku. Apabila kau tak percaya,
kibaskanlah pedang Mo-hwee-kiam dekat tangan-kanannya dan waktu itu juga telunjuk palsu pada tangan sebelah kanannya akan locot dihadapanmu."
Selesai membisikkan Wanyen Hong, Im Hian Hong Kiesu membentak dengan suara mengguntur.
"Wan Hwi Sian, kau telah menipu Wanyen Hong
Kongcu sebagai Tio Hoan. Tepatlah dikatakan bahwa kau berhati serigala dan bernapaskan paru2 anjing ...."
Bukan kepalang gusarnya Wan Hwi Sian! Dangan mata
menyala-nyala ia berseru kepada Wanyen Hong.
"Kongcu, lblis itu menyemprotkan darah kepada kita.
Apa yang kita nantikan lagi?"
Sambil menarik tangan sang puteri, berbareng ia
menghantam bertubi-tubi menghancurkan dinding kuil
dengan telapak tangannya.
Serempak dengan itu dari dalam rumah berkelebat keluar dua benda yang lantas saja hancur berkeping-keping. Itulah babi2 hutan yang dilemparkan keluar oleh lm Hian Hong Kie-su!
Tiba2 angin berkesiur dari dalam rumah dan sesosok
bayangan orang muncul keluar.
Wan Hwi Sian mengayunkan tangannya dan bagaikan
kilat senjata-gelapnya membeset diudara malam, menyilaukan sinarnya. Im Man Hong Kie-su berdiri tegak dengan Biat-hwee
Hud-tim ditangannya Sekali dikibaskan hud-tim itu. maka senjata2 gelap itu lantas menempel pada bulu2 hudtim, indah nampaknya bagaikan perhiasan saja!
"Ha-ha-ha! Sungguh suatu timpukan yang jarang
tandingannya dari ilmu Liu-seng Yap-cu Piauw!"
Demi mendengar teriakan itu, hati Wanyen Hong
terkejut! Diawasinya orang yang bersenjatakan Hudtim itu dengan seksama, sibaju hitam!
Dikepalanya terdapat sebuah topi yang biasa dipakai
oleh seorang sastrawan, jubahnya amat besar, sedangkan lengan bajunya bergoyang-goyang tertiup angin.
Boleh dikata tidak ada perbedaannya dengan sibaju
hitam yang biasa ditemui oleh Wanyen Hong..... tetapi...
ada perbedaannya diantara keduanya. Perbedaannya, ialah yang dulu sinar matanya ber-nyala2 seram menakutkan, sebaliknya yang ini dan sekarang berada dihadapannya
....wajahnya jernih dengan sikapnya yang agung.
"Siapakah gerangan orang ini?" pikir Wanyen Hong dalam hatinya.
Seketika itu wajah Wan Hwi Sian menjadi pucat.
"Im Hian Hong Kie-su!" teriaknya dengan gemetar,
"Kiu-cu Liu-seng itu adalah milikmu. Semenjak beberapa tahun ini sudah banyak korban yang jatuh akibat tangan jahatmu. Aku hanya membalas dengan cara yang sama,
agar kau binasa dengan nasib serupa seperti korban2-mu."
"Ah, kiranya begitu!" jawab Im Hian Hong sambil tersenyum, "Hek Yauw Hu-lit Sian! Aku Gak Hong
mengucap banyak terima kasih atas pengajaranmu!"
Demi Wan Hwi Sian disebut Hu-lit Sian, Wanyen Hong
mendadak menjadi pucat air mukanya.
"Apa"! Kau... Gorisan"!" seru Wanyen Hong dengan gemetar seraya menuding kepada Wan Hwi Sian. Adapun
gerakan itu seolah-olah Wanyen Hong hendak menyingkap wajah aslinya Wan Hwi Sian!
"Kau"!...." Tetapi sampai disitu saja perkataannya, Wan Hwi Sian yang kini bermandikan peluh tertawa dengar
suara parau : "Kongcu, kau jangan mendengar obrolannya.
Ia hendak mengadu-dombakan kita. Waspadalah!"
Mendadak, mendadak saja Wan Hwi Sian melompat
kesamping! Dengan gerakan yang amat pesat, ia menyerang Im Hian Hong Kie-su!
Sebagaimana diketahui Wan Hwi Sian mahir menggunakan ilmu meringankan tubuh dari Barat-laut,
maka kini dipergunakannya tipu Leng-wan Ya-cong atau Kera-sakti berloncatan dimalam-hari. Gerakannya sangat gesit dan lincah serta cepat bagaikan halilintar!
Im Hian Hong Kie-su hanya melihat bayangan
berkelebat dan tiba2 saja mukanya kena telapak tangan yang bersinar hijau.
"Plak!" lm Hian Hong Kie-su terhuyung-huyung kebelakang.
Mata Wanyen Hong membelalak. Melihat tanda bekas
telapak tangan berwarna hijau dileher orang, hatinya menjadi dingin. Apa yang dilihatnya ialah bahwa bekas telapak tangan itu... berjari empat!
Puteri negeri Kim menggigil kedinginan. Nafasnya
turun-naik amat sesaknya saking menahan, amarahnya
yang bergelora. Terbayang-bayang pula dalam pikiranya perjamuan maut di Kota Hitam.
Im HianHong Kie-su menggeletak di atas tanah bagaikan mayat.
Seraya menjerit bagaikan keranjingan Wan Hwi Sian
lompat menerjang pula untuk membunuh lawannya yang
kelihatan sudah tak berdaya lagi, yang sedang menunggu kematian saja.
Dengan gerakan Hek-hauw Tiauw-sim atau Harimauhitam-mencuri-hati Wan Hwi Sian menghantam dada Im
Hian Hong Kie-su dengan suara yang menggeletar.
Sedangkan tangannya yang lain siap-sedia memberikan
pukalan untuk membinasakan!
"Gedebuk!...." Telak sekali pukulan itu mengenai dada Im Hian Hong Kie-su! Sipenunggu Puncak Gunung Maut
menjerit dan berkelejetan seperti seekor ikan!
Dengan megahnya Wan Hwi Sian mendongak keatas
dan tertawa terbahak-bahak. "Ha-ha-ha.! Ha--ha-ha!.... kau akhirnya mampus juga!" Dia melangkah maju dan
melontarkan tendangan geledeknya.
Tapi... sekonyong-konyong... dengar tidak ter-duga2 Im Hian Hong Kie-su mencelat bangun! Sungguh suatu
gerakan yang luar biasa cepatnya! Berbareng dengan itu pendekar besar itu mengirimkan pukulan Wan-to Bian-chiu atau tangan-kapas-meraup-selendang yang hebat bukan
kepalang. Tepat sekali pukulan itu mengenai mukanya Wan Hwi
Sian. Dan Wan Hwi Sian mengerang kesakitan, menyusul mana ia jatuh terguling ketanah.
Selagi Wanyen Hong dengan tegangnya menyaksikan
perkelahian yang luar biasa hebatnya itu, bekas tetapak tangan pada leher Im Hian Hong Kie-su lenyap! Sebaliknya kini nampak dipipi Wan Hwi Sian... tanda telapak tangan berwarna hijau segar!
Wanyen Hong tak habis berpikir. Memang ia
mengetahui bahwa para ahli tenaga-dalam sudah mencapai taraf yang sempurna, memiliki ilmu Khie-kang Han-thwan-tauw atau Mengirim-tenaga-melalui-udara.
Ilmu tersebut selain dapat mematahkan pukulan musuh, juga dapat berbareng mengembalikan pukulan pada
lawannya sendiri. Tepat kalau dipakai istilah : Meminjam tenaga lawan untuk menghancurkan lawan itu!
Tadi Im Man Hong Kie-su telah terkena pukulan Lokmo-ciang dari Wan Hwi Sian, tapi kini telapak tangan itu dikembalikan pada pipi lblis itu. Hal mana dengan
sendirinya telah mengubah serta memunahkan lukanya
sendiri! Wanyen Hong tertegun bahna kagumnya.
Sebagaimana diketahui Wan Hwi Sian telah duapuluh
tahun lamanya menyakinkan Lok-mo-ciang, ilmu yang
menjadi kebanggaannya. Tapi tak disangka kini ia sendiri yang menjadi korban kepandaiannya itu!
Tanpa ayal dihisapnya hawa murni untuk melenyapkara
tanda telapak tangan pada pipinya itu.
Rupanya Im Hian Hong Kie-su telah menggunakan ilmu
Khie-kang Hang-thwan-tauw dan sengaja mandah menerima pukulan dari Wan Hwi Sian itu.
Hal ini ada latar belakangnya, sebab Sipenunggu Puncak Gunung Maut ingin memperlihatkan bahwa telapak tangan Wan Hwi Sian hanya berjari ampat! Dengan demikian
sudah menjadi bukti yang tak dapat disangkal lagi bahwa
benarlah orang itu adalah musuh besarnya Wanyen Hong!
Iblis yang telah lama mempergunakan nama baiknya
sehingga ia menjadi korban akibat perbuatan2 jahat itu.
Wanyen Hong segera mengenali musuh besarnya!
Hatinya melonjak-lonjak, tubuhnya gemetar. Hanya
matanya saja yang ber-api2 menatap Wan Hwi Sian dengan penuh dendam dan kebencian. Melihat pandangan Wanyen Hong itu, mau tak mau hati Wan Hwi Sian gentar juga.
"Kongcu, janganlah kau sampai dikelabui akal bulus si Iblis!" Wan Hwi San berteriak, mencoba ingin membela dirinya. "Tangan kananku jari2nya lengkap lima buah, lihatlah! Dia sengaja menghilangkan telunjukku agar
kelihatannya hanya ada empat jari2 saja! Dia hendak
membingungkan kau agar mengira aku adalah musuh
besarmu. Maka dengan jalan ini, dia ingin meminjam
tenaga Kongcu untuk membunuh aku."
Ketika Wan Hwi Sian sedang berbicara, telinga Wanyen Hong pada saat bersamaan menangkap suara Im Hian
Hong Kie-su yang dikirim melalui udara : "Kongcu, dialah saudara misanm sendiri ....Gorisan! Bunuhlah dia! Jangan kasih lolos!"
Sekonyong-konyong bagaikan gila Wanyen Hong
menuding kepada Wan Hwi Sian serta menjerit bagaikan gila.
"Gorisan! Kau manusia yang berjiwa binatang! Tak
kusangka bahwa musuhku yang sudah tujuhbelas tahun
lamanya kucari-cari adalah kau.... Kau, saudara misanku sendiri! Kau!"."
Bagaikan halilintar pedangnya menyambar, namun Wan
Hwi Sian tidak kalah tangkasnya. Ia merandek, berbareng tangannya mengebut. Begitu kebutan tangan itu mengenai pedang Mo-hwee-kiam, senjata itu kena kesamppk.
"Kongcu, jangan ladeni hasutannya. Dia justa!" berteriak Wan Hwi Sian alias Gorisan.
Pedang pusaka bergetar ditangan puteri negeri Kim.
Matanya mengawasi Wan Hwi Sian dengan panah
kebencian yang menggila! Tampak olehnya samar2 pada
muka orang itu ada sesuatu yang tidak beres. Kulit muka orang itu telah merekah dan terbeset sedikit. Kini Wanyen Hong menyadari bahwa orang telah mengenakan ... sebuah kedok!
Gorisan belum mengetahui bahwa sebagian dari
kedoknya telah rusak. Melihat sang puteri tengah
memandang dirinya dengan mata berkilat-kilat, tanpa ayal ia lompat menubruk deengan tipu Leng-wan Tie-kauw atau KeraSakti-memetik-buah. Tahu2 ia berada disamping puteri negeri Kim!
Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Giok Bun Kiam Lu Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan tangan kirinya diluruskan kaku, Gorisan
menotok pergelangan tangan sang puteri yang halus-putih, sedangkan tangan kanannya bergerak mencengkeram.
Tapi pada detik yang gawat itu, Im Hian Hong Kie-su
mencelat kedepan, berbareng ia sampok lengan Gorisan.
Hebat sekali pukulannya! Tapi Gorisan pun bukan sembarang orang. Laksana ular bermain, jari2nya menyambar untuk menyerang.
Hawa dingin menyambar diudara, terkesiap Im Hian
Hong Kie-su menarik kembali tangannya. Bila terlambat, pasti hawa dingin itu akan merembes kejantungnya dan itu berarti ... kematian!
Itulah bukan lain daripada tipu Thian-kwan Kay-in atau Malaikat kayangan mencapkan tanda.
"Gorisan, kau adalah manusia anjing yang tidak
mengenal budi!" tiba2 Wanyen Hong berteriak, disusul
dengan serangan pedangnya yang dahsyat laksana
halilintar. Gorisan terkejut! la menginsyafi dirinya dalam ancaman bahaya menghadapi dua lawan tangguh, maka iapun buru2
melompat keluar dari gelanggang pertarungan.
Dibakar kebencian yang membara, Wanyen Hong
melesat kedepan sambil menikam dengan pedang Mo-hweekiam!
Mendadak Gorisan membalikkan tubuhnya dan dengan
gerakan Ci-ju Tiauw-swie atau Kodok-bangkong-meloncat-kedalam-air ia menyerang dengan Lok-mo-ciang kearah
sang puteri" Begitu kesampok, pedang Wanyen Hong balik membal
keudara. Dengan gusar Wanyen Hong menggetarkan pedangnya dan asap putih mulai mengepul menyelubungi pedang pusakanya.
Gorisan berkali-kali melepaskan pukulan-mautnya yang dahyat, namun satupun tak ada yang dapat menembusi
kepulan asap putih. Sebaliknya dia sendiri menjadi
kepanasan hingga mendadak saja telunjuknya terlocot!
Kiranya telunjuknya adalah palsu! Tak salah lagi! Gorisan adalah si Iblis! Dialah yang telah mencemarkan puteri negeri Kim! Dialah yang menimbulkan kegegeran dan
mala-petaka! "Gorisan!" Wanyen Hong berteriak sambil tertawa menyeramkan, "akhirnya tersingkap juga kepalsuanmu!
Malam ini adalah malam kematianmu!"
Wanyen Hong membuka baju luarnya! Menyusul mana
cahaya putih menyorot dari mutiara pada kaca tembaganya.
Cahaya putih itu menyilaukan sekali.
Gorisan memejamkan maianya dan se-konyong2 tubuhnya berjumpalitan membubung keatas, sambil bersiul
panjang memekakkan telinga ia sudah hinggap diatas tebing gunung. Begitu kakinya menyentuh batu. Sekali sepak saja batu dihadapannya jatuh menggelinding kebawah dengan suara gemuruh.
"Pengecut! Jangan lari!"
Im Hian Hong Kie-su berteriak dengan suara mengguntur. Dengan tak gentar sedikitpun ia mengangkat tangannya menangkap batu besar itu dan bagaikan
menyambut daun yang rontok, maka dilemparkannya
kembali keatas. Tetapi Gorisan sudah menyingkirlan diri dan menghilang ditempat yang gelap. Sayup2 dari kejauhan berkumandang suaranya.
"Ha-ha-ha! Wanyen Hong, puterimu Hay Yan masih
berada ditanganku! Ingatlah!"
Muka puteri negeri Kim menjadi pucat.
"Da menculik Hay Yan. Marilah kita susul!" serunya dengan gemetar.
Tetapi lm Hian Hong Kie-su mencegahnya.
"Kongcu," katanya dengan sabar. "Ada peribahasa yang mengatakan : binatang kawa2 matipun tidak kaku. Dia
telah meyakinkan ilmu meringankan tubuh yang sempurna sekali. Tak mungkin kita menyandaknya. Lebih baik kita bersabar dulu. Puterimu Hay Yan tidak terancam jiwanya."
"Kie-su" jawab sang puteri, "walaupun Yan-jie adalah keturunan jahanam itu, tapi aku tetap kuatir akan
keselamatannya." Laksana butir2 permata yang putih airmata puteri kita berlinang turun.
"Kongcu, janganlah bersusah hati," Im Hian Hong Kiesu menghibur. "Kini Gorisan dapat meloloskan diri. Tapi kalau kelak ia kembali ke Mo-Thian Nia, pasti ia akan masuk perangkap adik-seperguruanmu Liu Bie."
Kemalu-maluan Wanyen Hong mengusap matanya.
"Kie-su, bagaimana kau ketahui bahwa adik seperguruanku bernama Liu Bie" Sedangkan aku sendiri belum mengetahuinya," jawabnya dengan heran.
"Dialah murid gurumu Tiang Pek Lo-ni yang terakhir.
Liu Bie lah yang mengirimkan surat gurumu kepadamu."
sahut Sipenunggu Puncak Gunung Maut.
Wanyen Hong kini baru mengerti segalanya. Maka ia
bertanya pula: "Bagaimanakah Kie-su mengetahui bahwa puteriku Hay Yan tertawan oleh Gorisan!"
Im Hian Hong Kie-su menceritakan bagaimana Gorisan
telah berhasil menipu Hay Yan untuk disuruh pergi ke Leng-Wan-Koan. Dan disitulah sigadis telah tertawan oleh para Lhama."
"Ada hubungan apakah antara kaum Lhama, dengan
Gorisan?" tanya Wanyen Hong dengan heran.
"Kongcu," jawab lm Hian Hong Kie-su "Ketahuilah bahwa Gorisan pada akhir2 ini telah bersekongkol dengan pihak See-Hek dan berteman dengan Ang-bian Kim-kong
dari kuil Bu-liong Sie cabang Ceng-hay. Dialah yang baru diangkat menjadi menteri agama oleh raja dari negeri See-Hek."
Wayen Hong terdiam, mendengar dengan penuh
perhatian. "Adapun tugasnya yang terutama ialah memimpin
agama Too sedangkan yang lainnya untuk mengurus agama
Buddha. Beberapa hari yang lalu, Gorisan telah menyuruh Gokhiol untuk mengirim surat ke Bu-liong Sie dengan
maksud mengundang datang Ang-bian Kim-kong ke LengWan-Koan untuk menangkap Hay Yan!"
"Jadi puteriku tertawan oleh mereka"!" tanya sang puteri dengan cemas. "Aku harus segera ke Mo-Thian Nia untuk menolonginya."
"Kongcu," ujar Sipenunggu Puncak Gunung Maut.
"Gurumu Tiang Pek Loni memesan agar kita jangan
bertindak ter-gesa2. Hati kita boleh panas, namun pikiran haruslah dingin."
lm Him Hong Kie-su mengajak sang puteri berjalan, tak beberapa lama kemudian sampailah mereka pada sebuah
goa yang tertutup oleh batu besar.
Sipenunggu Puncak Gunung Maut mendorong batu
tersebut dan dari dalamnya terhuyung-huyung keluar
seorang yang berpakaian baju hitam. Orang itu serupa benar dengan Im Hian Hong Kie-su, bagaikan pinang
dibelah dua saja. "Kie-su, siapakah gerangan dia"!" seru Wanyen Hong bahna kagetnya.
"Dia adalah murid Ang-bian Kim-kong dari Bu-liong
Sie, namanya Ma Tui si Kaki Terbang. Dialah yang kau lihat telah menyamar seperti aku dan ber-pura2 bertempur dengan Gorisan."
Wanyen Hong begitu melihat orang itu, segera timbul
pula amarahnya. "Plak ! Plok ?"
Tangannya mampir dipipi Ma Tui, yang lantas jatuh
terguling. "Sabarlah, Kongcu; dia hanya alat-boneka saja," ujar Im Hian Hong Kie-su, kuatir sang puteri membunuh si Kaki Terbang.
"Hei, Ma Tui! Dimana Hay Yan" Lekaslah beritahukan
sebelum Kongcu mengambil jiwamu."
Ma Tui melihat kepada Wanyen Hong yang tengah
mengawasinya dengan mata me-nyala2, menjadi ketakutan sekali. Lekas2 ia ceritakan apa yang diketahuinya
"Nona Hay Yan telah ditipu oleh Gorisan yang telah
menyuruhnya pergi untuk berjumpa dengan Koncu di Leng Wan-Koan. la masuk kedalam kuil, tetapi tidak ada orang.
Samar2 terhendus olehnya bau wewangian yang aneh, yang seolah-olah membetot dirinya untuk berjalan, berjalan menghampiri wewangian itu.
la melewati tiga pintu, lalu tiba pada sebuah ruangan yang ditengah-tengahnya berdiri sebuah patung Buddha sebesar manusia, jubahnyapun merah tua.
Hati gadis kita bercekad! Patung itu mirip sekaii seperti...
manusia hidup! Se-olah2 orang hidup dalam keadaan
mabuk. Tiba2 hidungnya mencium pula wewangian aneh, kini
lebih keras, sehingga kepalanya menjadi pening. Kiranya diatas meja sembahyang ada sebuah anglo terbuat dari tembaga yang mengepulkan asap
Hay Yan merasakan ada sesuatu yang kurang beres.
Dengan hatil berdebar dihampirinya patung Budha untuk melihat lebih jelas. Tiba2 pada wajah sigadis membayang kekagetan... Patung itu bergerak!
"Kau manusia atau setan"!" teriak gadis kita dalam ketakutannya.
"Ha-ha-ha....! Ha-ha-ha...! Betul, aku setan... gentayangan, gentayangan yang mencari kau! Ha ha-ha!"
Bukan kepalang kagetnya Hay Yan. Serentak ia
mencabut pedangnya untuk melawan. Tapi tiba2 sekujur badannya menjadi lemas, padangannya menjadi gelap.
Terhuyung-huyung ...... sigadis jatuh pingsan ...
---oo0dw0oo--- MENDENGAR cerita Ma Tui itu, Wanyen hong
menjadi tak sabar untuk lekas mendengarkan akhir
penuturan itu. "Lalu bagaimana selanjutnya?" ia membentak "Patung Buddha itu adalah guruku dalam penyamaran
Tapi ia menantikan Gorisan, untuk mengambil tindakan selanjutnya terhadap muridmu."
"Kemana pedang Ang-liong-kiam yang kau pakai itu?"
tanya sang putri. "Gorisan merasa kuatir," jawab Ma Tui, "Bahwa
Gokhiol akan mengenali pedangnya, maka tak berani ia membawanya kemana2. Kemarin ia telah menyuruh aku
untuk menyimpannya kembali kedalam lembah. Tapi diluar dugaan, aku telah kena ditawan oleh Kie-su."
"Ma Tui," ujar Im Hian Hong Kie-su, "Bila kau mau menunjukkan tempat persembunyian pedang itu, nanti
setelah Kongcu berhasil membereskan Gorisan, aku akan melepaskan kau!"
Ma Tui menjadi girang bukan kepalang, terus ia berlutut menghaturkan terima-kasihnya.
"Kongcu," ujar Im Hian Hong Kie-su. "Setelah pedang itu kembali ditangan kau, kita akan berangkat ke Leng Wan Koan!"
---oo0dw0oo--- Kita kembali dahulu pada jago-muda kita Gokhiol yang mendapat tugas dari gurunya untuk mengantarkan surat kepada Ang-bian Kim-kong di Bu-liong Sie.
Pada waktu itu wilayah See-Cong masih dibawah
kekuasaan pengaruh Turfan dan pengaruh agama Buddha
sangat kuat. Ang-bian Kim-kong mendapat anugerah dari raja See-Hek Lie Tek Wang untuk menjabat sebagai menteri agama dan kini ia berkedudukan dikuil Bu-liong Sie di Ceng Hay.
Kesanalah Gokhiol pergi dan menyampaikan surat
suhunya. Kemudian ia segera berangkat lagi untuk pulang.
Sepanjang jalan ia memikirkan kata2 gurunya yang
menceritakan kepadanya bahwa Wanyen Hong dan Hay
Yan bermaksud untuk membunuhnya. Hal ini mau tak mau menjadi buah pikirannya, membikinya gundah gulana.
Sebaliknya waktu akhir2 ini Gokhiol memperhatikan
sepak terjang gurunya sangat aneh dan dalam hati kecilnya timbul rasa prasangka. Gurunya menjanjikan untuk bantu membunuh Im Hian Hong Kie-su, tapi sebaliknya kenapa Wanyen Hong yang diajaknya dan bukannya ia sendiri"
Dan lagi pula para Lhama di Bu-liong Sie itu roman
mukanya bengis2 dan sangat menakutkan, tak tahu dari golongan mana mereka sebenarnya. Mengapa gurunya tak pernah menjelaskannya lebih dahulu" Kali ini ia menyuruh aku mengirimkan surat, tentu ada latar belakangnya. Petang
harinya Gokhiol menginap disebuah dusun. Adapun dusun itu hanya terdiri dari tiga sampai lima rumah keluarga.
Pemuda kita duduk didepan rumah penginapan sambil
melepaskan pandangannya kearah jalanan dihadapannya.
Hembusan angin sepoi2 meng-goyang2 daun2 hijau diatas pohon yang berjajar dikedua tepi jalan.
Se-konyong2 kesunyian dikejutkan oleh datangnya
seorang penunggang kuda, yang kemudian berhenti didepan penginapan. Penunggang kuda itu lompat turun dan
melangkah masuk seraya berteriak : "Hei, pelayan! Lekas sediakan aku makan!"
Gokhiol memperhatihan orang itu dengan diam2.
Tampak orang itu menggendong sebuah buntalan dipunggungnya, lalu dilihatnya kedua kaki orang itu sangat panjang seperti cengcorang. "Ma twaya, kau perlu apa lagi?" tanya sipemilik penginapan dengan hormatnya, "
Hari sudah hampir gelap apa twaya masih ingin
meneruskan perjalanan."
Orang itu mengeringkan cawannya dan tidak menyahut.
Setelah meletakkan kembali gelasnya diatas meja, barulah ia menjawab : "Guruku menyuruh aku pergi ke Jie-Liong San, tahukah kau jalan mana yang paling dekat?"
"Twaya adalah Ma Tui si Kaki Terbang. Adapun jalan
yang Iebih dekat untuk sampai di Jie-Long San, adalah jalan melintang Batu im Peng. Tapi jalanan itu
berbahaya..." Belum sipemilik penginapan habis berkata, Ma Tui telah menjangkau buntalannya.
"Harap kau catat saja hutangku, nanti kalau aku kembali akan kubayar semuanya."
"Tak usah, biarkan saja," jawab pemilik penginapan dengan hormatnya.
Baru saya Ma Tui! keluar pintu atau tiba2 ia balik seolah2 ada sesuatu yang terlupakannya.
"Haya!" ujarnya, "Hampir saja aku lupa karena ter-buru2. Sun Lotia, guruku Ang-bian Kim-kong besok pagi akan pergi ke Mo-Thian Nia. Adapun guruku orangnya
berbadan tinggi besar, harap kau ingatkan untuk
menyediakan seekor unta. Dan sebelum tengah hari kau harus menjemputnya di Bu Liong Sie. Jangan sampai kau lupa!"
Sun Lotia manggut dengan tersenyum.
"Twaya tak usah kuatir. Koksuya akan kusampar."
Gokhiol terkejut. Kiranya Ma Tui itu dari Bu liong Sie!
Dan dia hendak pergi ke Jie Long San, tempat kediaman Im Hian Hong Kie-su. Dan Ang bian Kim-kong hendak pergi pula ke Mo-Thian Nia. Mungkinkah Lhama itu begitu
menerima surat lantas berangkat untuk menjumpai
suhunya" Tapi tak mungkin! Gurunya telah pergi bersama Wanyen Hong dan ia sendiri disuruh kembali ke Leng Wan Koan untuk menanti berita. Ah, tentunya Ang-bian Kimkong telah mengetahui bahwa suhunya tidak berada
ditempat. Tapi mengapa ia juga hendak pergi ke Mo -Thian Nia" Ke Leng Wan Koan"
Diawasinya Ma Tui yang menghilang diantara gelapnya
sang malam. Tiba2 terdengar sipemilik penginapan ini menggerutu sendirian : "Ah, sial sial! Dia makan dengan Cuma2, malahan besok masih harus kucarikan unta untuk Ang-liong Kim-kong, rugi!, rugi!..."
Seorang tamu yang sedang minum arak, tertawa
terbahak-bahrk. "Ha ha ha! untuk menyokong sedikit
rasanya tidak ada halangannya. Sedangkan orang lain
sampaikan menyembah-nyembah untuk dapat bertemu
dengan Ang-bian Kim-kong. Mengapa kau berpikiran
demikian tolol, seorang Koksu dari kerajaan See-Hek yang sangat
agung kau tak mau mengambil hatinya" Kemungkinan besar kau akan kecipratan jasa baiknya!"
Sun Lotia terdiam, merah mukanya.
Gokhiol mengulum senyumnya.....
Pada keesokan harinya, pagi2 benar Gokhiol berangkat dan melarikan kudanya kearah padang pasir yang luas, menuju Hay-Kee-Cun
Matahari bersinar amat teriknya tapi angin menghembus sejuk sekali. Hati pemuda kita besar sekali, maka dua hari kemudian sampailah ia ditempat tujuannya. Dusun Hay-Kee-Cun tenang seperti biasa. Empang yang terdapat
didepan pekarangan jernih airnya bagaikan cermin.
Gokhiol lompat turun dari kudanya.
"Tio Kongcu, kebetulan sekali! Ada surat penting sekali untukmu." Tiba2 terdengar suara dari atas pohon.
Terperanjat Gokhiol mengangkat kepalanya dan melihat Tai-Tai yang sedang duduk diatas tangkai pohon.
"Hei!, Tai Tai! Ada surat apa" Hayuh!, lekas turun dan berikan padaku."
Tai-Tai segera turun dari atas pohon. Kemudian
dikeluarkannya sepucuk surat dari dalam sakunya dan
berkata : "Kemarin ada seorang gadis cantik menunggang kuda lewat disini. la memberikan aku sekantong buah Toh dan menitipkan sepucuk surat kepadaku. Katanya hari ini kau akan datang. Surat itu harus kusampaikan kepadamu dan menyangkut keselamatan jiwa siociaku. la memesan
wanti2 agar jangan sampai surat ini jatuh ketangan yang salah. Sebab itulah aku pagi2 benar memanjat pohon ini untuk menunggu kedatanganmu. Ah, aku takut sekali kau tidak datang."
Gokhiol menerima surat itu dan melihat pada sampulnya tertulis sebagai berikut :
Dihaturkan kepada yang terhormat Tio Peng.
Dalam surat itu tertulis : Lekas kembali ke Leng-WanKoan untuk menolongi Hay Yan. Jangan terlambat! Akan ada orang yang diam2 membantu kau.
Dibawah surat itu terlukis sepasang alis mata.
Gokhiol merasa heran sekali. Siapakah pengirim surat itu"
Dan bagaimana mungkin Hay Yan berada di Leng-WanKoan" "Siocia menghantarkan surat kegunung Ciong-Lam-San
atas perintah gurunya. Tapi sampai sekarang belum pulang.
Aku kuatir, Tio Kong-cu."
Gokhiol bercekad hatinya. Jiwa gadis yang dicintainya berada dalam bahaya!
"Dapatkah kau lukiskan bagaimana romannya gadis
Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Giok Bun Kiam Lu Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang sampaikan surat ini kepadamu?" ia bertanya.
"Aih, dia cantik sekali seperti Siociaku, tapi yang ganjil adalah sepasang alis matanya. Warnanya hijau seperti dua helai daun liu yang malekat diatas matanya yang jelita"
Mendengar tentang warna alis itu, Gokhiol teringat pula akan kata2 Hay Yan dahulu yang pernah menceritakan
kepadanya bahwa gurunya Wanyen Hong, Tiang Pek Lo-ni telah menerima seorang murid baru yang mendapatkan
julukan Kim Can Bie. Tentulah gadis itu yang dimaksudkan oleh Tai-tai.
Dengan sekali lompat Gokhiol mencemplak pula
kudanya. "Nonamu jatuh ketangan Ang-bian Kim-kong. Aku akan
pergi ke Leng-Wan-Kian untuk menolonginya."
Tapi Tai-tai menahan tali-kekang kudanya serta
memaksa agar ia diajak serta.
"Tio Kongcu! Aku mau ikut, tunggulah sebentar."
Tergesa-gesa Tai-tai berlari kedalam untuk bersalin
pakaian, tapi begitu ia keluar, Gokhiol sudah tak kelihatan lagi mata-hidungnya.
Tai-tai bukan kepalang gusarnya dan sesumbar ia
mencaci : "Persetan! Sial! Gila paras elok!"
Sehabis kenyang memaki, Tai-tai merasa menyesal.
Ditempelengnya serdiri mulutnya serta berkata searang diri : "Aku benar2 jahat. Dia pergi untuk menolong
siociaku. Mengapa sebaliknya aku memakinya" Jika
terlambat bukankah siociaku akan binasa?"
Mendadak saja bayangan berkelebat dari belakang Taitai dan tahu2 tubuhnya berada diatas punggung kuda,
sedangkan ditelinganya ia mendengar orang berbisik.
"Janganlah kuatir, Tai-tai."Dia tak mau mengajak kau pergi, aku yang ajak kau."
Dan dalam sekejap mata saja sang kuda berlari kedepan, Tai-tai menoleh dan segera mengenali bahwa yang naik Kuda itu adalah gadis beralis hijau yang telah menyelipkan surat kepadanya waktu kemarin. Tanpa terasa ia berseru :
"Kau mau bawa aku kemana?"
"Ah, Tai-tai. Jangan banyak bicara, siociamu sedang
ditawan musuh. Aku tahu bahwa kau pernah ke Leng-WanKoan, maka aku minta kau menjadi penunjuk jalan."
---oo0dw0oo--- Tak henti2nya Gokhiol memacu kudanya, bagaikan
angin "terbang" diatas padang pasir. Kemudian ia
mengambil jalan singkat menyusuri permukaan sungai yang airnya telah membeku menjadi es.
Akhirnya ia tiba di Leng Wan Koan. Tapi hari sudah
malam. Pemuda kita loncat keatas genteng rumah dan melongok kesana kemari. Setelah dilihatnya keadaan aman, barulah ia melompat turun diruang tengah. la berjalan masuk,
berindap-indap tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
Tiba2 dilihatnya sebuah topi bambu yang biasa di pakai oleh kaum Lhama bagian barat, menggeletak diatas serambi yang menembus keluarg gunung. Pada topi itu terdapat tulisan "Bu-liong-Sie" yang merupakan tiga huruf Ceng-hay.
Cokhiol terkejut! Segera ia hampiri goa tadi dan tampak didalamnya
sebuah pendopo dengan satu meja sembahyang. Adapun
tempat sembahyang tersebut ialah untuk memuja rohnya Kie Thian Tay Seng, Sun Go Kong si Raja Kera.
Sedangkan diluar goa terdapat tiga huruf Swie-Cian-Tong.
Gokhiol melangkah masuk, dan bercekatlah hatinya.
Patung si Raja Kera sudah tidak ada lagi! Juga tiang yang berdiri tegak sebagai Kim-kong Pang, senjata Kie Than Tay Seng yang berupa pentungan dan tingginya
kurang lebih tiga tombak sudah dicabut dan kini rebah dipinggiran meja sembahyang.
"Siapa yang telah mencabut tiang berat itu?" pikir sipemuda dalam hatinya, "Tenaga orang itu bukan main hebatnya!"
Keadaan didalam goa gelap-pekat. Tiba2 terdengar oleh Gokhiol suara orang sayup2 me-rintih2, iapun menjadi kaget. Dihampirinya tempat darimana suara tadi terdengar dan nampak olehnya..., seorang gadis terhimpit balok batu dan pentungan Kim Kong Pang. Gadis itu bukan lain dari...
Hay Yan! "Siocia, kau kenapa?" seru sipemuda dengan kaget
bercampur gusar. Tanpa ayal ia mengangkat sigadis, menariknya, tapi Hay Yan berteriak kesakitan.
"Sudahlah," teriaknya, "Badanku ... terjepit oleh balok batu... " belum habis ia berkata atau sigadis telah... jatuh pingsan.
Karena terburu-buru Gokhiol tidak melihat lagi bahwa badannya sigadis terjepit balokan batu setengahnya, sampai batas pinggang. Hay Yan persis masuk pada lubang bekas tiang, sedangkan balok batu itu kelihatannya seperti belum terkisar dan lagi terpendamnya sangat dalam sekali.
Pemuda kita tak habis pikir cara bagaimana harus
mencongkel batu besar itu keluar.
Demi melihat keadaan sigadis, hatinya merasa kuatir, pedih bagaikan disayat sembilu. Berkali-kali ia memanggil Hay Yan, tapi sigadis diam saja. Wajahnya pucat pasi dan napasnya tersesak-sesak.
Gokhiol bingung, bingung sekali. Apakah yang harus
diperbuatnya" Tiba2 teringat olehnya bahwa didalam kamar gurunya
tersimpan banyak macam obat2-an. Dengan terharu ia
turunkan buntalannya untuk diganjalkan pada kepala
sigadis. Setelah itu lekas2 ia ber-lari2 kekamar gurunya.
Dengan hati ber-debar2 dicarinya obat Sian Cauw Wan
Hun Wan atau Pil Mujijat Pemulih Sukma.
Gokhiol mengetahui obat ini, karena apabila ia berlatih ilmu "Sui Hwee To" dia kerap kali pingsan, maka Wan Hwi Sian memberikannya obat mustajab tersebut. Diraupnya beberapa butir pil, lalu pemuda kita berlari keluar.
Benar saja! Setelah pil itu ditelan, maka Hay Yan sadar pula. Gokhiol bukan kepalang girangnya. Sambil menarik napas legah, iapun bertanya : "Siocia, bagaimana kau sampai datang kesini" Dan kemana perginya Lhama iblis Ang-bian Kim-kong?"
Sambil menyenderkan kepalanya diatas paha sipemuda,
Hay Yan menjawab dengan suara yang lemah :
"Bagaimana kau sampai mengetahui bahwa Lhama itu
ingin mencelakakan diriku" Aku telah ditipu oleh gurumu untuk datang kemari. Dia bilang guruku ada disini, tapi tak terduga sama sekali aku masuk perangkapnya Ang-bian
Kim -kong." "Aku sudah mengetahui segala tipu busuknya Wan Hwi
Sian" ujar Gokhiol dengan gemas. "Memang sebelumnya dalam hati kecilku telah merasa bahwa ia bukan orang baik2. Sebab itulah setelah pulang dari Bu Liong Sie aku mencari kau. Tapi dengan cara bagaimana An- bian Kimkong sampai dapat menawan dirimu ?"
"Dia menggunakan ilmu "Toan-auw Kui-eng-kang" atau
Ilmu menyusut, tubuh. Dan tanpa terasa lagi aku jatuh Pingsan," demikian Hay Yan menceritakan kepada
Gokhiol. "Setelah aku siuman, ternyata separoh badanku tidak dapat bergerak lagi karena terjepit balok batu ini."
Mendengar penuturan sigadis, hati Gokhiol bergelora
bagaikan dibakar saja. "Tunggulah sebentar," ujarnya, "Aku akan, menolongmu keluar, nanti kita sama2 pergi mencari Angbian Kim-kong untuk mengadakan perhitungan! Aku
keremus dia!" Gokhiol meninggalkan sigadis sebettar untuk kembali
membawa setahang air. Dituangkannya air itu kedalam
lubang. Kini semangat sigadis pu!ih kembali, iapun
bertanya: "Apakah yang hendak kau lakukan sekarang?"
Gokhiol menyelidiki keadaan permukaan tanah, lalu
jawabnya : "Aku sedang menyelidiki bagian tanah yang lembek. Disitu tentunya air akan terhisap dengan lebih cepat."
Kemudian Gokhiol mengambil sebuah linggis dan
dengan cepat sekali ia sudah berhasil menggali lubang sedalam empat atau lima kaki.
"Ang-bian Kim-kong akan segera kembali," kata sigadis dengan cemas, "Jika kau melakukan pekerjaan ini, mungkin sampai pagi belum bisa selesai."
Gokhiol tak menyahut. Tiba2 ditariknya tiang yang
terlentang itu, dan ... tiang itu terangkat naik sedikit.
Hay Yan merasakan getaran tanah yang hebat sekali.
Tampak olehnya peluh telah mengucur diseluruh tubuh
Gokhiol, sehingga pakaiannya basah. Ia maklum, karena sipemuda telah mempergunakan saentero tenaganya.!
Hati Hay Yan merasa girang tercampur terima kasih dan dengan hati berdebar ia berbisik : "Oh, Kokoku.. Kapankah
kau yakinkan tenaga yang sehebat itu?" Mendengar sigadis membahasakan dirinya dengan koko, hati pemuda kita
terasa seperti di-elu2. Semangatnya semakin bertambah dan sambil menyingsingkan lengan bajunya ia berkata : "Aku telah meyakinkan ilmu Sui Hwee To, sehingga tenagaku seperti raksasa. Tapi sayang sekali, sehabis menggunakan tenaga ini, paling sedikit setengah bulan lamanya aku harus beristirahat. Baru setelah itu tenagaku akan pulih kembali."
Pada waktu itu pentungan Kim-kong Pang sudah
menyerong kedalam tanah, sedangkan pangkal lainnya
menonjol keluar. Gokhiol mendorong pula pentungan itu beberapa kali
kedalam tanah, lalu ia berseru : "Moay-moay, kau jangan kaget. Lihatlah aku nanti mencongkel balok batu:"
Kedua tangannya mencakup ujung pentungan yang
keluar dari tanah itu dan dengan sekuat tenaga ditekannya kebawah. Hay Yan melihat muka sipemuda menjadi merah padam, sedangkan urat2 nadinya menonjol keluar.
Peluh mengalir dengan derasnya, tanpa terasa lagi
sigadis berbisik : "Koko, kau capai sekali. Jangan paksakan dirimu."
"Untukmu Moy-moy, mengorbankan jiwaku aku rela!"
"Aih, balok batu itu sudah bergerak!" ujar Hay Yan saking girangnya, "Lihatlah! Tanahnya sudah naik keatas."
Benar saja balok batu itu telah tercangkel keatas. Tanah dipinggiran lobang pada merekah.
Gokhiol berkutetan setengah mati.
Mendadak dari luar berkesiur angin yang, amat santer disusul sebuah bayangan merah meleset kedalam.
Dialah Ang-bian Kim-kong! Tanpa mengucapkan kata2
lagi, Lhama itu menggerakkan tangannya memukul.
Terdengar angin menderu menyertai pukulan geledek
tadi, sehingga tanah yang terbuka, kini merapat pula!
"Koko, lekaslah Iari ! Jangan kau hiraukan diriku!"
sigadis memperingati Gokhiol. Tetapi pemuda kita mana mau mengerti, dengan suara yang menyeramkan ia berseru
: "Ang-bian Kim-kong! Marilah kita bertempur sampai kau atau aku menggeletak menjadi mayat!"
Ang-bian Kim-kong mengawasi pemuda kita sebentar,
lalu tertawa terbahak-bahak.
"Ha-ha-ha! Kau sungguh bernyali besar. Coba lihatlah, aku akan bekuk kepalamu dan mengembalikan kepada
gurumu!" Lhama itu lompat menyerbu. Gokhiol menyapu dengan
pedangnya. Tapi dengan sekali sampok, pedang sipemuda terpental. Sedangkan telapak tangan Ang-bian Kim-kong menghantam
amat dahsyatnya. Gokhiol merandek menghindarkan tangan orang, lalu menjemput pula
pedangnya. Bagaikan harimau mengamuk dengan ujung
pedangnya Gokhiol tikam perut Lhama itu!
Tak dinyana lawannya memiliki ilmu Thiat-pan Sui-gwa-khang yang sangat sempurna. Dengan Iengan bajunya ia mengibas dan pedang sipemuda kelibat. Gokhiol tertarik dan tubuhnya melayang berputar.
Mendadak saja Ang-bian Kim kong mengendorkan
lengan bajunya dan Gokhiol terpental menubruk dinding.
Hay Yan, setelah menelan pil mujarab tadi, kini
semangatnya telah pulih kembali. Begitu melihat jantung-hatinya dipermainkan, maka sambil menggertak giginya ia
mengeluarkan dari kantong bajunya tiga batang panah kecil dari emas dan ditimpuknya kearah kepala si Lhama!
Ang-bian Kim-kong tak menduga sama sekali yang
sigadis telah pulih kembali tenaganya dengan begitu cepat.
Begitu merasa ada samberan angin, ia miringkan kepalanya.
Tapi apes baginya, sebatang anak panah menancap
dipipinya. Yang dua lagi dapat ia elakkan.
Ang-bian Kim kong menggeram kesakitan, dicabutnya
panah itu dan dibuangnya ketanah. Kemudian ia
membalikkan tubuhnya dan dengan sekelebatan saja anglo batu yang atas meja sembahyang telah berada diatas
tangannya. Dengan sekuat tenaga anglo itu ditimpukkan kearah kepala sigadis.
"Budak jahanam! Kuhancurkan kepalamu!" teriaknya dengan bengis.
Se-konyong2 pada detik yang genting itu angin
menyambar masuk, menyusul mana terdengar suara orang berseru : "Lepaskan anglo itu!"
Maka tampaklah sesosok bayangan berkelebat dan pada
detik menyusul anglo itu sudah terlepas dari tangan Angbian Kim-kong.
Terperanjat si Lhama menoleh dan dilihatnya yang
menyerangnya adalah seorang ... gadis muda yang berparas elok. Adapun yang mengherankan adalah alis sigadis ...
yang hijau! Ditangannya menggenggam sebuah pecut
panjang, sedangkan dipinggangnya terselip sebilah pedang.
Dalam sekejap mata saja pecut gadis itu sudah
menggeletar diudara. Cepat2 Ang-bian Kim-kong menggunakan ilmu Thiatpan-sui yang sangat diandalkannya, dan dengan sekuat tenaga ia menyapu pecut orang!
Biasanya semua senjata lawan akan hancur kena
kibasannya itu, tapi kini diluar dugaannya begitu pecut menyambar, ....brett... bagaikan pisau tajamnya, lengan bajunya terbeset robek!
Ang-bian Kim-kong terperanjat! Samar2 permainan
pecut gadis itu dapat dikenalnya. Inilah ilmu Tian-Pek Bu-pay yang disebut "Hong-bwee-cie" atau Gergaji-ekor angin yang sangat lihay.
Kabarnya Tiang Pek Lo-ni mempunyai seorang murid
yang bernama Kim Gan Bie. Mungkinkah gadis ini
orangnya, pikir Ang-bian Kim-kong dalam hatinya.
Si Lhama menjejakkan kakinya dan mencelat keatas
meja semhahyang, seraya tertawa dingin ia berseru : "Hai, gadis cilik! beritahukan namamu! Aku tak pernah
membunuh orang yang tiada kuketahui namanya!"
Sigadis menyimpan kembali pecutnya dan sambil
menuding ia berseru : "Ang-bian Kim-kong! Aku
memperingatkan kepadamu. Apabila kau mau lekaslah
enyah dari sini! Guruku Sin Ciang Taysu sedang menanti diatas puncak!"
Ang-bian Kim-kong gentar juga. "Mengapa aku harus
bercidera dengan Tiang Pek Lo-ni gara2 Gorisan" Nikow tua itu tak boleh dibuat gegabah!"
Tiba2 Gokhiol berteriak mengguntur dan mencabut tiang yang menantap pada lubang tanah, kemudian sambil
membalikkan badannya berbareng ia menyapu lawannya.
Bukan kepalang kagetnya si Lhama, buru2 ia lompat
kesamping, tapi tak, urung ia masih merasakan juga desiran angin dibawah kakinya.
Menyusul terdengar suara yang keras, pentungan tadi
telah membentur batu yang menjepit tubuh Hay Yan.
Tanah disekitarnya bergetar dengan hebatnya, sedangkan balok batu itu menjadi hancur berkeping-keping.
Hay Yan segera meloncat keluar, sedangkan sigadis
beralis hijau dengan tersenyum mengayunkan pecutnya
hingga berbunyi diudara. Tanpa pikir panjang Ang-bian Kim-kong berlari pergi
meninggalkan tempat itu. "Gorisan telah menyuruh aku membunuh Hay Yan,
baiklah kalian mencari dia saja!" teriaknya.
Gokhiol ingin mengejarnya, tapi telah dicegah oleh Hay Yan. Dan untuk beberapa saat lamanya ketika muda-mudi itu saling berpandangan satu sama lain.
Kemudian pemuda kita memberi hormat kepada sigadis
penolongnya seraya berkata : "Engkaukah Siocia yang
dipanggil Kim Gan Bie" Aku mengucapkan terima kasih, atas suratmu. Karena surat itulah aku baru ketahui bahwa Hay Yan tertawan disini. Sudilah kiranya kau menerima hormatku?"
"Tio Kongcu, betul akulah Liu Bie," jawab sigadis
beralis hijau. Kau tak perlu menghaturkan terima kasih kepadaku. Adapun pada tahun yang lalu guruku Tiang Pek Lo ni telah menitahkan kepadaku untuk menyelidiki
hilangnya Wanyen Hong, kakak seperguruanku. Kebetulan sekali aku telah menyingkap rahasia orang yang telah menyamar sebagai Gak Hong, setelah dengan teliti
kuselidiki, barulah dapat kuketahui bahwa segala perbuatan adalah perbuataan suhumu. Dan selain itu, diluar dugaanku dialah orangnya yang telah....membunuh ayahmu?"
"Liu Siocia" tanya Gokhiol, "Siapa sebenarnya Gak Hong yang kau sebut itu" Apakah dia Im Hian Hong Kiesu?"
"Benar, dialah Im Hian Hong Kie-su keponakan
alamarhum Goan-swee Gak Hui," sahut Liu Bie seraya menyahut.
"Tapi mengapa Gak Hong jeriji tangan kanannya putus
satu?" tanya Gokhiol dengan heran. "Lagipula apa bukan Gak Hong yang membunuh ayahku?"
"Koko, kau belum mengerti!" Hay Yan segera
memotongnya. "Orang yang berbaju hitam yang berjumpa denganmu itu adalah Wan Hwi Sian yang menyamar
sebagai Im Hian Hong Kie-su. Sejak ia memperoleh obat ajaib untuk merubah rupa, ia dapat menyamar sebagai siapa saja. Waktu itu ia menyamar sebagai Im Hian Hong Kie-su dan kau disuruhnya untuk mencari Wan Hwi Sian itu
adalah dia sendiri!"
Begitulah seterusnya sigadis menceritakan bagaimana ia kena ditipu oleh Wan Hwi Sian, yang menyuruhnya datang ke Mo Thian Nia. Dan lalu bagaimana dirinya sampai kena ditawan oleh Ang-bian Kim-kong, Lhama berwajah merah itu.
Mendengar penuturan Hay Yan itu, pemuda kita bukan
kepalang lagi gusarnya "Wan Hwi Sian! kau sungguh
seorang keji. Bi1a kau tak kubunuh dengan tanganku
sendiri, aku bersumpah tidak akan menjadi arang!" la berteriak dengan suara mengguntur bergema suaranya
dikeempat penjuru. Gokhiol bergerak ingin meningggalkan tempat itu, untuk mencari gurunya.
"Tunggu! Kau tak perlu mencari dia!" Liu Bie
mencegahnya "dia menyangka bahwa kalian berdua telah dapat dibereskan oleh Ang-bian Kim-kong, maka tak lama lagi pasti ia akan datang sendiri kesini."
"Tapi Iblis itu berkepandaian tinggi sekali, mungkin kita bertiga bukanlah tandingannya!" ujar Hay Yan dengan
kuatir. "Siauw-tit, janganlah kecil hati," ujar Liu Bie. Dia pergi ke Jie-Liong San bersama gurumu. Gak Hong Taihiap sudah memasang perangkap sedemikian rupa bahwa
didepan gurumu ia akan membuka rahasia Ibis itu. Maka waIaupun ia dapat meloloskan diri, tentunya tak lain ia akan bersembunyi disini. Sedangkan Gak Hong dan
gurumupun akan mengejarnya sampai kemari. Sebaliknya kita ikhtiarkan dahulu agar tidak sampai ketahuan olehnya bahwa kau dan Gokhiol dalam keadaan bebas."
Begitulah ketiga muda-mudi itu bersepakat untuk
menunggu kedatangannya Wan Hwi Sian, Iblis jahanam
itu. ---oo0dw0oo--- KEMBALI pada Gorisan yang telah dilocoti kedoknya,
oleh Im Hian Hong Kie-su. Dengan mengandalkan ilmu
meringankan tubuhnya yang sempurna
ia berhasil melarikan diri. Dalam hatinya ia tak habis2nya mencaci.
"Selama sepuluh tahun aku berhasil menyembunyikan
wajahku, seorangpun tak ada yang tahu bahwa aku
Gorisan. Dasar sial! Gak Hong telah menyingkap
Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Giok Bun Kiam Lu Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
rahasianya dihadapan Wanyen Hong. Perbuatannya kelak akan kubalas! Tapi, kini Wanyen Hong telah mengetahui bahwa akulah yang telah memperkosa dirinya, pasti ia takkan diam begitu saja. Ah!, masih beruntung aku
mempunyai siasat lain, yakni dengan tertawannya Gokhiol dan Hay Yan. Lebih baik kedua anak muda itu kupindakan tempat persembunyiannya!"
Bagaikan terbang ia berlari kembali ke Mo-thian Nia dan lantas masuk ke Leng-Wan-Kwan. Tapi ia tidak melihat Ang-bian Kim-kong! Setelah dua kali ia berteriak
memanggil dan masih tak ada yang menyahut, iapun mulai
merasa curiga, Cepat2 ia lari kebelakang dan samar-samar didengarnya ada orang berteriak, "Suhu, lekas kau tolongi kami! Ang-bian Kim-kong telah menotok aku bersama Hay Yan."
Maka dilihatnya Gokhiol sedang, duduk meringkuk bersama2 Hay Yan, masing2 terborgol pada sebuah tiang
besar. Gorisan. merasa bersyukur dalam hatinya, tapi ia masih ber-pura2 untuk bertanya : "Apakah si Lhama yang telah kau sampaikan suratku kepadanya" Dimana dia
sekarang?" Gokhiol seperti kehabisan tenaga menyahut :
"Pagi2 sekali,ia telah berangkat... suhu... lekas
bebaskanlah jalan darahku!"
Gorisan mengawasi kedua muda-mudi itu dengan
sepasang matanya yang buas. Gokhiol tiba2 berteriak
sambil terbelalak matanya ia berteriak : "Suhu, wajahmu....!
Bagaimana bisa berobah begitu menakutkan?"
Rupanya muka palsu Gorisan telah terpukul rusak oleh Im Hian Hong Kie-su, sehingga kini kelihatan muka aslinya yang bopeng dan menakutkan seperti iblis.
Hay Yan yang sedari tadi hanya turut menyaksikan, kini tak dapat mengekang lagi kegusarannya lebih lama,
"Wan Hwi Sian kini rahasiamu sudah terbongkar,
kaulah jahanam yang telah menyamar sebagai Im Hian
Hong Kie-su. Pantas kau menipu aku untuk datang kemari, hingga aku kena ditawan Lhama jahanam itu."
Gorisan termenung sebentar, lalu berkata dengan dingin :
"Anak manis, kaupun telah mengetahui rahasiaku! Maka akupun tak sungkan2 lagi untuk memberitahukan padamu bahwa aku adalah ayah kandungmu sendiri yang bernama Gorisan, keponakan raja Wanyen Ping dari negeri Kim.
Turutlah aku pulang kenegeri See-hek untuk mengecap
kebahagiaan. Janganlah ikuti ibumu yang hidup se-olah2
dalam neraka dan sengsara...." Hay Yan meludahi muka Wan Hwi Sian.
"Jahanam! aku tidak mempunyai ayah yang berhati
binatang! Aku tidak mengakui kau sebagai ayahku. Hatimu melebihi binatang alas. Kaulah iblis yang telah membunuh Tio Hoan!"
Bukan kepalang gusarnya Wan Hwi Sian dimaki habis2an oleh anaknya sendiri. "Anak haram! Kuperingatkan kamu bahwa Tiang Jun
dan Hay Peng telah mati ditanganku! Jangan kurang ajar.
Aku tak sungkan untuk menurunkan tangan dan jangan
sesalkan aku apabila nasibmu seperti kedua orang itu. Bila terpaksa aku berani membunuh kau, mengerti!"
Gorisan mengangkat tangannya dan memukul tiang batu
dihadapannya sampai somplak.
"Hay Yan" ujarnya dengan ganas, "kau boleh pilih mana yang lebih kau suka, mati atau hidup. Apabila ingin hidup, kau harus menyebut ayah kapadaku. Tapi kalau
membangkang, tulang igamu akan kucabut satu per satu."
Gorisan menggeram dan mengangkat tangan kanannya.
Seketika itu Gokhiol dapat melihat bahwa jari2 tangan orang hanya ada ... empat! Kini pastilah bahwa orang itu adalah musuh besarnya, pembunuh ayahnya.
Tetapi ia segera mengekang nafsunya dan ber-pura2
bermain sandiwara. "Suhu, sabarlah. Bukankah Hay Yan adalah darah
dagingmu sendiri" Biarlah nanti per-lahan2 aku akan
membujukinya." Maka berpikirlah Gorisan seorang diri, "Tak salah, Hay Yan
adalah darah dagingku sendiri, apabila aku mengampuninya kemungkinan besar aku dapat memperalatnya demikian rupa hingga Wanyen Hong tak
berani menuntut balas kepadaku" Maka sambil mengerutkan alisnya ia berkata kepada Gokhiol : "Baiklah, aku akan mengampuni dianya. Tapi, sebaliknya apa kau bersedia untuk berkorban meggantikan tempatnya?"
"Tapi, suhu!" teriak Gokhiol, "sebab apa kau ingin mengambil jiwaku?"
"Tatkala aku menerima kau sebagai muridku, maka kau
telah berjanji apabila aku menginginkan kau mati, kau harus mati, Lagipula kini kau sudah mengetahui bahwa aku
adalah musuh besarmu yang telah membunuh ayahmu,
Maka apabila tidak ini hari juga aku membunuh kau, kelak kemungkinan besar kau sendiri yang akan mengambil
jiwaku!" Gokhiol meratap mohon ampun, tapi dibalas oleh
Gorisan dengan bentakan :
"Diantara kamu berdua salah satu harus mati, dalam
tanganku. Lagipula tak seberapa lama lagi Gak Hong
bersama Wanyen Hong akan tiba disini."
Akhirnya Gokhiol berkata bersedia untuk menggantikan tempat sigadis, sebaliknya Hay Yan tak mau mengerti dan menyerahkan dirinya untuk menerima kematiannya,
berbareng mana ia memaki pula Gorisan dengan habis2an.
Gorisan niengangkat tangannya! "iblis! Jahanam!, hari ini kau tidak membunuh aku, tapi pada suatu hari dan suatu ketika aku pasti akan membunuhmu!, hati2-lah."
Gorisan yang digerecoki oleh kedua anak muda itu
menjadi mendongkol. "Hah!, dasar dua2nya sialan. lebih baik apabila tidak ada satu orangpun diantara kalian yang boleh hidup! Aku akan menghantarkan jiwamu keneraka!"
Gorisan menggosok-gosokan tangannya, dan sinar kehijau2an keluar dari telapak tangannya. Tapi dalam
keadaan yang sangat kritis itu, kedua muda-mudi itu
mendadak lompat bangun. "Gorisan," ujar Gokhiol, "jangan kau anggap bahwa kami dengan begitu saja ingin mengantarkan jiwa"
kepadamu" Huh! sebaliknya kau akan, menemui ajalmu!"
Berbareng itu dua buah pedang menyambar kearah muka
si Iblis! Gorisan terperanjat! Tahulah kini bahwa ia sedang dipermainkan oleh anak2 muda itu. Dengan tipu "Angsa-putih menyeblok air." kedua tangannya menyapu amat
dahsyatnya hawa dingin yang menyerang dua bilah pedang itu, sehingga tersampok miring.
Gorisan tidak berhenti disitu saja, sambil menggeram ia melompat maju, kedua tangannya mencengkeram kepala
anak2 muda itu! Gerakannya bukan main cepatnya!
Tapi dalam keadaan yang sangat gawat, terdangar suara bentakan yang merdu. Menyusul mana sebuah bayangan
menyerang Gorisan. Gorisan awas matanya, ia tahu bahwa ada gadis muda
mengayunkan pecut yang menggeletar bagaikan seekor ular sedang melibat mangsanya.
Tanpa pikir panjang lagi dengan sepasang telapak
tangannya mengibas keatas. Tapi sigadis beralis hijau itu tengah menggunakan ilmu pecut Hong-bwee cie dari Tiang-Pek Bu-pay yang lihay sekali!
Adapun diujung pecut itu terdapat semacam rumput
yang sangat beracun dan dinamakan Tauw-kan-Cie adapun bisanya sangat hebat, hingga dapat membunuh seekor
banteng. Kalau yang terluka adalah manusia, maka ia akan menderita dengan perlahan-lahan dan tidak Iantas
menemui ajalnya. Bahkan ilmu menutup jalan darahpun
takkan dapat menolong. Gorisan menjambret pecut orang dengan maksud untuk
mematahkannya, tapi sebaliknya duri2 pada pecut itu
segera melukai telapak tangannya" Rasa sakit yang tak terhingga menembus sampai keulu hatinya. Ia menjerit saking kesakitan.
Gorisan tak mengetahui akan adanya racun yang begitu hebat pada pecut sigadis. Kini ia buru2 menjatuhkan
badannya ketanah dan sambil ber-guling2-an bagaikan
harimau terluka ia berlari keluar.
Sementara itu Kim Gan Bie mengejarnya dari belakang
dan dengan tipu Tok-coa Ko-su atau ular-berbisa-melilit pohon, pecutnya menyambar punggung lawannya. Duri2
itu bagaikan jarum yang lembut menembus masuk. Gorisan mencelat keatas, tapi saking cepatnya sepotong kulitnya terbeset! Gorisan terperanjat bukan kepalang. Untung sekali ilmu meringankan tubuhnya sangat lihay, sehingga ia dapat meloloskan diri dan kabur meninggalkan Leng Wan Koan.
Setelah berada pada jarak yang agak jauh, barulah
Gorisan menarik napas lega. la berpikir seorang diri.
"Apakah gadis tadi bukannya murid "Tiang Pek Lo-ni"
yang benama Kim Gan Liu Bie" Entah senjata yang telah digunakannya tadi" Hm, apabila tidak sekarang juga
kucabut nyawanya, dikemudian hari mereka
akan menyusahkan diriku saja."
Segera... dikeluarkannya senjata rahasia yang terkenal...
Kiu-ciu Lui-Seng!.... Pedang Medali Naga 3 Peristiwa Bulu Merak Karya Gu Long Dendam Empu Bharada 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama