Ceritasilat Novel Online

Pedang Kiri 13

Pedang Kiri Cin Cu Ling Karya Tong Hong Giok Bagian 13


kanan pelahan mengebut ke belakang. Gayanya indah gerakannya
ringan dan gagah, lebih harus dipuji lagi karena dia
memperhitungkan waktu dengan tepat, ujung lengan bajunya
bergerak lamban seperti melambai tertiup angin, kebetulan panah kecil sambitan Hay-siang kena disampuknya. "creng", panah kecil terbuat dari batang baja itu berdering nyaring seperti membentur benda keras, lengan baju Kun-gi lunak tapi panah baja itu kena
disampuknya terpental balik. "Tak", tepat dan persis menancap dipapan lantai didepan Hay-siang.
Sudah tentu Hay-siang terperanjat dengan sigap dia berjingkrak
mundur. Demontrasi kepandaian yang tiada taranya ini sungguh
membuat kagum dan riang hati Pek-hoa-pangcu. Hu-pangcu dan
lain, siapapun tak pernah membayangkan bila kepandaian silat Ling Kun-gi bukan saja tinggi, malah sudah begitu matang dan
sempurna. Thay-siang manggut2 senang dan puas, kata-nya tersenyum
ramah: "Memang tidak malu sebagai murid Put-thong Taysu, balik sini."
Ling Kun-gi balik ke depan Thay-siang, katanya membungkuk:
"Thay-siang masih ada pesan apa?"
Lembut suara Thay siang: "Perlihatkan kepada mereka, apakah ujung lengan bajumu tertimpuk berlubang oleh panah kecil itu?"
Panah kecil itu terbuat dari baja, bobotnya cukup lumayan, tapi lengan baju Ling Kun-gi ternyata tetap utuh tidak kurang suatu
apa. Dalam jarak setombak setengah panah kecil itu tak mampu
melubangi lengan baju Kun-gi, apalagi kalau dalam jarah tiga
tombak. Seketika tersimpul senyuman riang lega pada wajah So
yok. Pek-hoa-pangcu dan Giok-lan diam2 juga menghela napas lega,
rasa kuatir dan jantung dag-dig-dug tadi seketika sirna.
Hay-siang tunduk. katanya: "Ilmu sakti cong-su-cia tiada
taranya, kiranya Tecu yang salah lihat orang." Nyata nada
bicaranyapun menjadi lunak dan putar haluan
Thay-siang mendengus, kedua matanya mencorong menatap
Ling Kun-gi, katanya kalem: "Kalau Losin tidak mampu menilai orang, memangnya kuangkat dia menjadi cong-hou-hoat-su-cia"
Kalau jabatan tinggi ini sudah kuserahkan padanya, maka aku
harus percayabeginisajaakancarakeji musuhuntuk memfitnahdia?"
Sejak tadi sikap Kun-gi tetap tenang dan wajar meski dirinya
difitnah dengan barang2 bukti yang memberatkannya, tapi setelah mendengar kata2 Thay-siang ini, tanpa terasa keringat membasahi badan, serunya hambar: "Selama hidup hamba tidak akan lupa akan budi dan kebijaksanaan Thay-siang."
Sudah tentu ini bukan kata2 yang terlontar dari lubuk hatinya,
tapidihadapan Thay-siangterpaksadia harusber-muka2.
Nada Thay siang tiba2 berubah kereng: "Ling Kun-gi, walau
Losin memaafkan dan mengampunimu, tapi bangsat yang coba
membunuh Losin itu menjadi tanggung jawabmu untuk
membekuknya, kau mampu tidak?"
Kun-gi membungkuk, serunya: "Sesuai dengan jabatanku
hamba memang wajib membekuknya . "
"Aku berikan batas waktu untukmU membongkar perkara ini,"
desak Thay-siang. "Entah berapa lama batas waktu yang Thay-siang berikan
kepada hamba." Thay-Siang gebrak meja, serunya gusar: "Dia berani coba
membunuh Losin, memangnya Losin harus berpeluk tangan
membiarkan dia bebas bergerak sesukanya, kau harus dapat
membekuknya sebelum terang tanah atau kau menyerahkan batok
kepalamu sendiri." Tatkala itu sudah kentongan ketiga, kira2 masih satu dua jam
lagisebelumfajar menyingsing. .
Perkara ini masih merupakan teka teki, bayangan untuk
menyelidikipun tiada, cara bagaimana harus membekuk biang
keladi pelakunya. Yang terang perintah harus dilaksanakan, walau waktu sudah teramat mendesak.
Pek-hoa-pangcu bermaksud mohonkan keringanan, tak terduga
Kun-gi lantas menjura, katanya: "Hamba terima perintah Thaysiang." Tanpa ragu2 dia terima perintah yang menyudutkan dirinya ini.
Sudah tentu hal ini lagi2 membuat Pek-hoa-pang-cu, Hu-pangcu
dan Giok -lan melengak heran, tanpa berjanji mereka sama
tumplek perhatian padanya.
Thay-siang manggut2, katanya memuji: "Losin tahu kau punya bakat dan mampu melaksanakan tugas."
"Thay-siang terlalu memuji, cuma hamba kebentur suatu hal
yang menyulitkan ...."
"Ada kesulitan apa boleh kau katakan, Losin akan memberi
kelonggaran padamu."
"Walau hamba sebagai cong-hou-hoat-su-cia dari Pang kita, tapi hak kuasa hamba terbatas, gerak lingkungan hamba hanya
terbatas pada tingkat kedua maka, umpama tingkat ketiga ini
bukan lagi menjadi daerah operasiku ....."
Terunjuk senyum lebar pada wajah Thay-siang di balik cadar,
katanya: "Baik", Lalu dia berpaling pada salah seorang pelayannya, katanya: "Liu-hoa, pergilah ambilkan Hoa-sin-ling kemari,
sampaikan pula perintah ku kepada semua orang, sejak kini sampai terang tanah nanti, Losin serahkan kekuasaan tertinggi kepada
cong-su-cia sebagai wakil Losin untuk melaksanakan tugas, tak
peduli Pek"hoapangcu atau Hu-pangcu juga harus siap terima
tugas dan perintahnya, siapa berani membangkang akan dijatuhi
hukuman yang berlaku." Pelayan itu mengiakan-Baru saja dia bergerak hendak putar ke belakang, tiba2 Kun-gi berseru:
"Nona tunggu sebentar"-Lalu dia menjura kepada Thay-siang, katanya: "Sudah cukup dengan kata2 Thay-siang tadi, tak perlu pakaiHoa-sin-ling segala.."
Tiba2 dia berkata kepada Giok-lan dengan ter-tawa: "Thay-siang sudah serahkan kekuasaan untuk menjalankan tugas, tentunya
congkoan sendirijuga telah dengar."
Pek-hoa-pangcu yang berdiri disamping hampir tidak berani
percaya akan apa yang di dengarnya ini, sungguh dia tidak habis mengerti kenapa Thay-siang berubah begini mendadak" Dan yang
membuatnya heran adalah Ling Kun-gi, entah akal muslihat apa
pula yang tersembunyididalam benaknya.
Demikian pula So-yok mempunyai rasa curiga yang sama, kedua
matanyaterbeliak menatap Kun-gitanpaberkedip.
Mendengar ucapan Kun gi, lekas Giok-lan menjura, sahutnya:
"Hamba sudah dengar."
Lebar tawa Kun-gi, katanya balas menjura: "Kalau begitu tolong congkoan sampaikan perintahku, suruhlah ketujuh TayCia datang
kemari." Hay-siang sudah berada disini, berarti Giok-lan harus memanggil enam Tay-cia yang lain-Setelah mengiakan Giok-lan lantas keluar.
Kun-gi menjura pula kepada So-yok, katanya: "Ada pula sebuah tugas, mohon Hu-pangcu suka membantu."
So-yok mengerling penuh arti, katanya tertawa: "cong-su-cia hendak menugaskan apa?"
"cayhe minta Hu-pangcu suka berjaga dipintu keluar, kalau ada orang berusaha melarikan diri, harap Hu-pangcu membekuknya
hidup2, kalau terpaksa boleh juga membunuhnya . "
"Memangnya perlu dijelaskan, siapa berani melarikan diri lewat pintu, pastitidak akan kulepasdia."
"Hu-pangcu perlu hati2, bukan mustahil kalau kepepet orang itu jadi nekat, diapun bisa menggunakan Som-lo-ling," Kun-gi
memperingatkan "Aku tahu," ucap So-yok, "begitu ia merogoh kantong, akan segera kuserang dulu, umpamanya kutabas lengannya."
"Tapi Hu-pangcu harus bertindak menurut aba-abaku."
So-yok cekikik geli, katanya: "Aku tahu, aku akan menurut
petunjukmu." "Terima kasih Hu-pangcu, sekarang silakan kau berdiri dipintu."
Sambil memegang gagang pedang dipingggang So-yok keluar
dan berdiri di ambang pintu. Kun-gi menghadapi Pek-hoa-pangcu
lalu katanya:"SilakandudukPangcu."
Pek-hoa-pangcu melirik mesra, tanyanya: "cong-su-cia tidak memberitugas kepadaku?"
"Tidak. silakanPangcu duduksaja."
Karena Kun-gi bekerja mewakili Thay-siang, maka Pek-hoapangcu menurut saja permintaan Kun-gi, dia duduk di sebuah kursi di bawah Thay siang. Sementara Thay-siang tetap duduk di kursi
kebesarannya tanpa bersuara, dia melihat saja apa yang dilakukan Ling Kun-gi tanpa memberi komentar karena dirinya tidak
dihiraukan, tak tahan Hay-siang buka suara: "cong-su-cia, apakah hambatidakdiberi tugas?"
Kun-gi tertawa, ujarnya: "Nona adalah saksi satu2nya yang
melihat bayangan musuh, kunci membongka peristiwa malam ini
berada dipundak nona," lalu tangannya menuding: "Silakan nona duduk di sebelah Pangcu." Hay-siang mengiakan lalu duduk di tempat yang di tunjuk.
Kerai tampak tersingkap. Giok-lan melangkah masuk lebih dulu,
di belakangnya mengikuti ber-turut2 adalah Bi-kui, Ci-hwi,
Hu-yong, Hong-sian, Giokju dan Loh-bi-jin.
Giok-lan menjura kepada Kun-gi, serunya: "Lapor cong-su-cia, enam Taycia yang lain sudah kumpul seluruhnya."
Keenam Taycia ini dipimpih oleh Bi-kui (Un Hoan-kun), melihat
So-yok berjaga di pintu, semuanya tertegun, ter-sipu2 mereka
berlutut dan berseru bersama: "Tecu menghadap Thay-siang."
Thay-siang angkat tangan, katanya: "Bangunlah, kalian harus tunduk kepada cong-su-cia, malam ini dia bekerja mewakili Losin untuk menyelesaikan perkara besar. kalian harus dengar
perintahnya, tidakboleh membantah."
Para Taycia sudah tahu akan peristiwa usaha pembunuhan atas
junjungan mereka dan Ling Kun-gi sebagai tertuduh utama,
sungguh tak nyana dari nada bicara Thay-siang sekarang tertuduh justeru diberi kuasa mewakilinya untuk mengusut perkara ini,
Pangcu mereka sendiripun harus tunduk di bawah perintahnya,
keruan jantung mereka ber-debar2.
Sudah tentu yang paling merasa diluar dugaan adalah Bi-kui
samaran Un Hoan-kun, sehingga ia melirik kearah Kun-gi.
Giok-lan bawa keenam orang ini berbaris di depan Kun-gi.
Sambil mengawasi Bi-kui, Kun-gi berkata: "Nona Bi-kui, harap maju."
Di antara ke-12 Taycia Bi-kui mendapat urutan nomor sembilan,
tapi dalamperjalanan kali ini dia merupakan tertua daritujuh Taycia yang ikut, maka Kun-gi menampilkan dia, Un Hoan-kun segera
tampil ke depan Kun-gi. "Silakan duduk," kata Kun-gi menunjuk sebuah kursi di depannya sana.
Sedikit merandek, akhirnya Un Hoan-kun duduk di kursi yang
teraling meja bundar di depan Kun-gi.
"Lepaskan kedok nona," kata Kun-gi. Perlu diketahui Un Hoankun sudah dirias oleh Kun-gi sehingga sekarang bukan dengan
wajah aslinya, maka dia tidak usah kuatir akan konangan
kepalsuannya, tanpa ragu2 dia mengelupas kedok mukanya.
Tajam pandangan Kun-gi, sekian lamanya dia mengamati wajah
orang, akhirnya manggut2, katanya: "Baiklah, nona boleh pakai lagi kedok itu."
Un Hoan-kun segera tempelkan lagi kedok mukanya yang tipis
ke wajahnya serta mengelusnya dengan telapak tangan, tanyanya:
"Masih ada pesan lain cong-su-cia?"
"Nona boleh kembali ke tempat semula," ujar Kun-gi, lalu dia angkat kepala dan berkata pula:
"NonaCi-hwisilakan maju."
Ci-hwi segera duduk juga dihadapannya. "Bukalah kedok nona,"
kata Kun-gi. Karena Thay-siang sudah keluarkan perintah, terpaksa dia
mencopot kedoknya meski dengan rasa berat. Duduk berhadapan
dengan pemuda gagah cakap ini, setelah kedok mukanya dicopot,
tampak wajahnya yang putih halus bersemu merah jengah. Kun-gi
juga mengamati muka orang sekian lama dengan teliti, akhirnya
menyuruhnya mengenakan kedok dan kembali ketempatnya.
Para Taycia yang lain tidak luput mengalami pemeriksaan yang
sama, semua sama menunduk malu dengan muka merah, enam
Taycia sudah di-periksa wajah aslinya, tinggal Hay-siang seorang yang belum diperiksa. Kun-gi berdiri lalu katanya kepada para
Taycia dengan tertawa: "Sekarang para nona boleh kembali,
sementara nona Bi-kui harap tinggal di sini, ada tugas lain untuk nona."
Un Hoan-kun menjura, sahutnya: "Hamba menunggu perintah."
Lima Taycia mengundurkan diri.
Hay-siang bersuara: "cong-su-cia tiada tugas untukku bukan?"
"Tadi sudah kubilang, untuk membongkar peristiwa malam ini, bantuan nona amat diharapkan, sudah tentu kau harus tetap di
sini." lalu ia berpaling kepada Giok-lan-"cayhe masih menyusahkan congkoan, suruhlah 20 dara kembang yang ada naik kemari."
"Dara2 kembang itu dipimpin oleh cap-go-moay (Loh-bi-jin), Cukup hamba memberitahu kepadanya supaya membawanya
kemari." habis berkata dia keluar dan Cepat sekali sudab kembali pula.
Tidak lama kemudian Loh-bi-jin sudah melangkah masuk.
katanya membungkuk: "20 dara kembang sudah hadir seluruhnya, apakahcongsu-ciahendaksuruh merekamasukkemari?"
"Tempat ini sempit, suruhlah mereka masuk satu persatu," ujar Kun-gi, Loh-bijin mengiakan lalu menyapa keluar, seorang dara
terdepan segera melangkah masuk. Loh-bi-jin berkata:
"Gong-su-cia ingin berkenalan dengan kalian, majulah."
Melihat Thay-siang, Pangcu dan lain2 sama hadir, dengan
menunduk dan gemetar dia melangkah ke depan Ling Kun-gi,
katanya sambil bertekuk lutut dan merangkap kedua tangan:
"Hamba menyampaikan hormat kepada cong-su-cia."
Para dara kembang ini tiada yang mengenakan kedok, maka
Ling Kun-gi tidak perlu menggunakan banyak waktu, dengan
tertawa dia cuma pandang kiri lihat kanan, lalu tanya Siapa
namanya dan di Suruhnya keluar. Dalam waktu Singkat 20 dara
kembang telah diperiksanya Semua, dia berdiri memberi Salam
kepada Loh-bi-jin: "Bikin Susah nona saja, boleh kau bawa mereka turun."
Diam2 Loh-bi-jin menggerutu dalam hati, suruh mereka naik,
kerjanya cuma menikmati wajah para dara yang jelita dan tanya
namanya saja, memangnya apa maksudnya" Tapi dihadapan Thaysiang dan Pangcu sudah tentu dia tak berani bertingkah, lekas dia membungkukserta menjawab: "Baiklah, hamba mohondiri."
Pek-hoa-pangcu dan So-yok diam2 saja mengawasi tingkah Ling
Kun-gi yang mirip pemuda binal sedang memilih kesukaan, mereka
heran dan tak habis mengerti apa maksud Kun-gi. Thay-siang diam saja se-olah2 setuju tindakan Ling Kun-gi. .
Semua sudah mengundurkan diri, tinggal Bi-kui seorang yang
ditahan disini, memangnya Bi-kui inikah mata2 musuh" Sejak tadi So-yok ber-diri di depan pintu, setelah semua orang pergi, tanpa kuasa dia bertanya: "cong-su-cia, tugasku sudah selesai?"
"Belum, kau belumboleh meninggaikan tugas-mu," ujar Kun-gi.
Hay-siang berkata: "Bayangan yang kulihat terang seorang
laki2, orang2 yang diperiksa cong su-cia justeru para saudara kita yang nona, kenapa yang laki2 tidak diperiksa?"
Kun-gi tertawa, katanya: "Para Taycia dan dara2 kembang ini semuanya belum kukenal. Sementara para Hou-hoat su-cia yang
ada boleh di katakan setiap hari berkumpul bersamaku, dan
keadaan mereka sudah Kuketahui jelas, sudah tentu tak perlu
kuperiksa mereka." "Jadi cong-su-cia sudah memperoleh apa yang diharapkan?"
tanya Hay-siang. "Belum," ujar Kun-gi menggeleng. "sekarang giliran nona, harap dudukdan copotkedokmu, biarkuperiksajuga."
Hay-siang malu2, katanya: "Apakah cong-su-cia mencurigai
hamba?" pelan2 tangannya mengelupas kedok mukanya yang tipis halus. Hay-siang memiliki seraut wajah bundar, kulitnya putih
mulus, sepasang matanya tampak hidup lincah, bibirnya tipis,
memang sesuaisekali dengannamayangdiberikan kepadanya.
Sorot mata Kun-gi mendadak tajam, katanya tertawa:
"Berhadapan dengan wajah molek begini tidak puas hanya
memandangnya berhadapan, ingin kududuk disampingnya dan
merebahkan diri menikmati kecantikan yang molek ini." Betul juga dia lantas duduk di sisinya mengawasi wajah Hay-siang dari
samping kiri lalu ke samping kanan. Sungguh aneh, di hadapan
Thay-siangdia beranibertindakbegini kasar.
Sudah tentu Pek-hoa-pangcu merasa heran, sedangkan So-yok
yang berdiri di depan pintu segera melengos, wajahnya merah
bersungut. Sementara pipi Hay-siang sendiri menjadi merah, katanya
menunduk: "cong-su-cia jangan menggoda."
Kun-gi tidak pedulikan, dia putar ke belakang dan berdiri
sejenak seperti seorang pembeli yang sedang menikmati barang
pilihannya saja, sementara mulut bersenandung membawakan
syair pujangga dinasti Tong.
Sudah tentu Hay-siang tidak tahu apa maksud orang
bersenandung, karena dirinya dipuji, hatinya merasa senang.
namun rasa malunya semakin jadi, akhirnya tak tahan dia berkata:
"Sudah puas cong-su-cia?"
Kun-gi goyang2 tangannya: "Nanti dulu nona" Dari kantong bajunya dia keluarkan kotak gepeng serta membuka tutupnya,
dijemputnya sebutir obat warna madu terus diangsurkan, katanya
dengan tertawa tawar: "Sayang sekali kalau pupur menutupi warna yang asli, kukira nona terlalu tebal memakai pupur, bagaimana
kalau nona cuci muka saja?" obat bundar berwarna seperti madu itu adalah obat khusus untuk mencuci muka yang telah di
make-up, Mendadak berubah hebat sikap Hay-siang, tiba2 dia berjingkrak
berdiri, baru saja pergelangan tangannya terayun. Tapi Kun-gi
lebih cepat lagi, jari tangan kiri dengan enteng menyentik, sejulur angin segera menerjang Ki-ti-hiat di pergelangan tangan
Hay-siang, mulutpun tertawa: "Lebih baik nona tetap duduk saja, ada pertanyaan yang ingin kuajukan padamu."
Pada saat Hay-siang berjingkrak berdiri itulah, Bi-kui alias Un Hoan-kun telah bertindak pula di belakang Hay-siang, kedua
tangan bekerja cepat, beruntun dia tutuk tiga Hiat-to besar
dipunggung orang, lalu menekan pundak orang, bentaknya:
"Duduk" Tanpa kuasaHay-siangtertekanduduk kembali dikursinya.
Thay-siang manggut2 dan berkata sambil tersenyum senang:
"Ternyata kau memang sudah tahu akan dia."
Serius sikap Ling Kun-gi, katanya: "Thay-siang serba tahu, soal ini tentunya juga sudah di-ketahui. Waktu hamba memeriksa
kamar tadi kudapati jendela terbuka, kucium pula bau pupur yang tertinggal di dalam kamar dan pupur itu sama dengan bau pupur
yang dipakainya, cuma waktu itu belum berani kupastikan, kini
setelah melihat make-up dimukanya baru aku lebih yakin dan
ternyatamemangterbuktibetul adanya."
Thay-siang mengangguk. ujarnya: "Betul, gurumu ahli rias yang tiada duanya di kolong langit, cara make-up yang dia gunakan ini, sudah tentu takkan bisa mengelabui dirimu yang cukup ahli pula
dalam bidang ini." Kaget dan girang hati So-yok, katanya sambil melerok: "Kenapa tidak kau jelaskan sejak tadi."
"Tentunya Hu-pangcu sudah lihat, baru saja cayhe sendiri
memperoleh buktinya." sahut Kun-gi. Pek-hoa-pangcu menghela napas, katanya: "Dia ternyata bukan cap-si-moay, tentu
cap-si-moay sudah dia Celakai."


Pedang Kiri Cin Cu Ling Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kun-gi serahkan obat berwarna madu itu kepada Bi kui,
katanya: "Tolong nona, remas saja obat ini di telapak tangan dan poleskan ke mukanya,bahanmakeupdi mukanyaakantercucibersih."
Bi-kui lantas bekerja, obat itu dia taruh di tengah telapak tangan terus di-gosok2 lalu mulai memoles di muka Hay-siang. Memang
aneh sekali, di mana jari2nya bergerak di muka Hay-siang, bahan2
rias di muka Hay-siang seketika mengelotok lenyap. dengan cepat wajah Hay-siang nan molek itu sudah berganti rupa.
Dia ternyata seorang perempuan berusia sekitar 25, bentuk
wajahnya bundar agak mirip Hay-siang yang asli. Kerena tertutuk Hiat-tonya oleh Bi-kui, kecuali kedua biji matanya yang masih bisa bergerak, mulutpun tak mampu bersuara. Kun-gi bertanya kepada
Bi-kui: "Nona, buka-lah Hiat-to yang membisukan dia itu."
Bi-kui memukul pelahan di belakang leher Hay-siang. Hay-siang
menjerittertahan, gerahamnyatampakbisabergerak.
Tiba2 Kun-gi membentak pula: "Lekas tutuk lagi Hiat-to
pembisunya." UntungBi-kui bekerjacepatdansigap. sekali gerakdiatutuk pula
Hiat-to bisunya. Kata Kun-gi: "Sekarang nona buka lagi tutukan Hiat-to barusan, cuma gunakan tenaga lebih keras sedikit."
Bi-kui menurut petunjuk. telapak tangan terangkat, dia gablok
keras tengkuk Hay-siang. Kembali Hay-siang menjerit, dari
mulutnya mendadak mencelat keluar sebutir obat bungkus lilin
sebesar kacang tanah. Sigap sekali Kun-gi menyambarnya, katanya tertawa: "Sepatah kata saja belum nona katakan, mana boleh kubiarkan kau
mampus?" Mendelik mata Hay-siang, semprotnya: "Kau menggagalkan
tugasku, aku benci padamu."
"Nona harus salahkan dirimu sendiri," ujar Kun-gi, "Kenapa kau memfitnah diriku?"
"Kau kira aku akan mengaku" Hm, mau bunuh atau hendak
disembelih boleh silakan, jangan kau harap akan mendapatkan
keterangan dari mulutku."
So-yok mengejek: "Keparat kurang ajar, jiwamu sudah berada di tangan kami masih berani bertingkah" Kalau tidak diberi ajaran kau tidak tahu kelihayanku." Sembari bicara dia lantas melangkah masuk.
Hay-siang menyeringai ejek: "orang2 Pek-hoa-pang siapa yang tidak tahu kalau kau bertangan gapah dan berhati keji, tidak punya rasa perikemanusiaan, memangnya kau berani berbuat apa
terhadap diriku" Mengelam wajah So-yok saking murka, teriaknya: "Kau kira aku tidakberani membunuh mu?"
PedangSo-yoksegera menusuk kebelakang kepalaHay-siang..
"Ji-moay ..... "teriakPek-hoa-pangcu.
Tapi Kun-gi turun tangan lebih cepat lagi, jarinya menjentik
sekali, "creng", sejalur angin kencang membikin pedang So-yok tergetar sehingga menusuk tempat kosong, katanya: "Jangan
Hupang-cu tertipu olehnya, sengaja dia memancing kemarahanmu,
maksudnyasupayabisa matiseketika."
Thay-Siang yang duduk di atas sana manggut2, katanya
tersenyum: "So,-yok, kau memang terburu nafsu, kalau gurumu mau membunuh dia, ketika dia menyambit dengan Som-lo-ling
tentu jiwanya sudah amblas, memangnya kau kira gurumu tidak
tahu kalau penyerangnya ialah dia ini" Kalau langkahnya tidak
gurumu ketahui, sia2lah aku berkedudukan sebagai Thay-siang.
Terus terang, gurumu memang sengaja ingin melihat permainan
licin apa yang akan dia lakukan pula, di samping itu akupun ingin menguji ketrampilan kerja Ling Kun-gi, sampai di mana
kecerdikannya pula, maka peristiwa ini kuserahkan kepada Ling
Kun-gi untuk membongkarnya. Kalau menuruti watakmu yang
sembrono itu, susah payah Ling Kun-gi setengah malam ini
bukankah akan sia2 belaka?"
Merah muka So-yok. katanya menunduk: "Peringatan guru
memang betul." Kun-gi berdiri tegak lalu menjura ke arah Thay-siang, katanya:
"Terlalu tinggi Thay-siang menilai hamba, untuk ini hamba merasa gugup sekali."
Ramah tawa Thay-siang, katanya: "Kenyataan sudah demikian, kini kau sudah bongkar kejahatan ini, soal mengompes keterangan dari mulutnya tetap kuserahkan padamu, kau harus berhasil
memperoleh keterangannya."
"Hambaterima perintah,"seruKun-gi sambil menjura.
Hay siang mengertak gigi, katanya mendesis: "orang she Ling, kau membongkar kedokku, semakin besar pula kepercayaan Thaysiang terhadap-mu, semakin tinggi pula kedudukkanmu, sekali
gebrak berhasil mengangkat dirimu, mungkin kau akan menjadi
calon suami sang Pangcu, ini tentu akan memuaskan cita2mu, tapi untuk mengorek keterangan dari mulutku, jangan kau harap"
Tawar tawa Kun-gi, katanya sembari menghampiri Hay-siang,
suaranya lembut: "Nona sendiri sudah dengar, Thay-siang memberi tugas kepadaku untuk mengorek keteranganmu maka kuharap
nona tahu diri." "Kau hendak menyiksaku?" tanya Hay-siang.
"Syukurlah kalau nona tahu?" kata Kun-gi.
Penuh kebencian nada Hay-siang: "Kau adalah murid paderi
Siaulim yang agung dan kosen, sampai hati kau mengorek
keterangan mulut seorang perempuan dengan cara kekerasan,
memangnya tidak takut merendahkan derajat dan merusak nama
baik perguruanmu?" Kun-gi bergelak-tawa, katanya: "Salah nona, guruku Hoan jiu julay sudah keluar dari Siau-lim, maka hakikatnya beliau bukan
murid Siau-lim lagi, kalau ada orang bilang aku ini lurus, aku akan bertindak lurus, bila dikatakan aku sesat, aku malah akan bertindak lebih sesat, soal perguruan tidak pernah kupikirkan,jangan kau
menakutidirikudengan embel2 itu."
Merandek sejenak lalu dia menyambung: "Perlu kuberitahu
kepada nona, jika kau mau bicara terus terang, menjawab apa
yang . . .." Sebelum Kun-gi habis bicara, tiba2 Hay-siang angkat kepala,
"cuh", se-keras2nya dia meludah ke muka Ling Kun-gi.
Jarak mereka teramat dekat, sudah tentu Kun-gi tidak sempat
menghindar, maka mukanya basah berlepotan ludah.
Bi-kui naik pitam, sekali tempeleng dia gampar muka Hay-siang
sekeras2nya, teriaknya: "Berani kau kurang ajar terhadap cong-sucia."
Hay-siang tertawa dingin, jengeknya: "Bagus sekali pukulanmu, memangnya kau juga kepincut pada orang she Ling ini. Hm
Bok-tan, So-yok. semua rela mengorbankan kesucian sendiri
padanya, memangnya kau juga mau ........"
Merah jengah wajah Bok-tan, So-yok dan Giok-lan mendengar
ocehan ini. Malu dan murka pula Bi-kui, hardiknya gusar: "Berani usil
mulutmu." Kembalitanganterayun, diagamparpula mukaorang,
Panas muka Kun-gi mendengar ocehan Hay-siang yang
terang2an itu, dia angkat lengan baju membersihkan kotoran di
mukanya, lalu mencegah gamparan Bi-kui lebih lanjut, katanya
kepada Hay-siang: "Nona juga seorang perempuan kenapa bicara sekotor ini, kalau nona tetap berkeras kepala, jangan salahkan aku tidakkenal kasihan lagi."
"Kau boleh bunuh aku saja," teriak Hay-siang.
Kun-gi tersenyum, katanya ramah: "Agaknya nona amat bandel dan tak mau mendengar nasehat-ku, terpaksa kau akan merasakan
betapa siksa derita bila darah tubuhmu mengalir sungsang terbalik, seharikautidak bicara, seharijiwamutidakakan melayang, asalkau
sanggup bertahan, berapa lama terserah pada dirimu"
"Buat apa Ling-heng hanya bicara saja?" desak So-yok tak sabar.
"Tidak, cayhe harus jelaskan lebih dulu, supaya dia ada waktu untuk mempertimbangkan. "
"Aku tidak akan mengaku, kau boleh mulai dengan
siksaanmu,"jawab Hay-siang ketus.
"Kuberi waktu satu jam, kau boleh katakan siapa namamu,
siapa yang mengutusmu kemari, berapa banyak komplotanmu
yang ada di kapal ini?"
Sorot mata Hay-siang diwarnai dendam membara, teriaknya
keras: "Aku adalah ibu gurumu, Hoan-jiu ji-lay yang menyuruhku kemari ......."
Mencorong sorot mata Ling Kun-gi, desisnya dingin: "Dengan baik hati kuberi nasehat, kau malah bermulut kotor, baiklah biar kau rasakan dulu betapa nikmatnya bila darahmu menyungsang
balik," Sembari bicara sekaligus ia menutuk delapan Hiat-to di tubuh Haysiang, gerakannya amat cepat, seperti menutuk tapi juga seperti mengusap saja.jelas gayanya berbeda dengan ilmu tutuk
umumnya. Tubuh Hay-siang seketika mengejang gemetar, seperti orang
mendadak terserang malaria, terasa darah sekujur badannya
mendadak bergolak. semua menuju ke ulu hati.
"sekarang masih ada waktu kalau kau mau bicara," desak Kun-gi. Walau sudah kesakitan Hay-siang tetap bandel, dia
pejamkan mata tanpa bUka sUara.
Tapi hadirin jelas menyaksikan dalam waktu sesingkat ini,
wajahnya yang semula putih halus telah berubah merah melepuh
seperti darah, badannya kelejetan, keringat dingin sebesar kacang membasahi mukanya, tapi dia tetap mengertak gigi, bertahan
mati2an darisiksaantanpa mau berbicarasepatahkatapun.
Kira2 semasakan air terdengar Hay-siang merintih, teriaknya
serak: "Kau bunuhlah aku saja." Mendadak tubuhnya terguling, kiranya jatuh pingsan.
"Budak bangsat sungguh bandel sekali," Thay-siang menggeram dingin.
Sekali mengebas tangan kiri, Kun-gi buka Hiat-to di badan
orang, lalu menutuknya pula pada dua Hiat-to yang lain, katanya kepada So-yok: "Hu-pangcu, cayhe ingin pinjam kamarmu, apa boleh?"
Merah muka So-yok. katanya. " Untuk apa?"
Kun-gi tersenyum, katanya: "Untuk ini harap Hu-pangcu jangan tanya."
Kata So-yok: "Itulah kamarku, silakan masuk."
"Terima kasih Hu-pangcu," ucap Kun-gi lalu ia memanggil Bi-kui, katanya "Marilah nona ikut masuk."
Bi-kui ragu2, katanya: "cong-su-cia ....."
"Bi-kui," seru Thay-siang, "cong-su-cia menyuruhmu, kau boleh ikut masuk tak usah banyak tanya."
Bi-kui membungkuk sahutnya: "Tecu terima perintah."
"Saat latihan sudah tiba. perkara ini kuserahkan padamu untuk membongkar seluruhnya, kekuasaan penuh kuberikan padamu,"
ujar Thay-Siang sambil berdiri.
"Terima kasih Thay-siang, musuh dalam selimut yang ada kapal ini akan hamba jaring seluruhnya," seru Kun-gi sambil
menghormat. Thay-siang mengangguk. ujarnya: "Ya, kau memang anak baik."
Lalu melangkah ke dalam. Setelah Thay-siang masuk. Kun-gi menjura kepada Pek hoapangcu dan Hu-pangcu, katanya: "Pang cu dan Hu-pangcu harap tetap duduk dan tunggu saja di sini." Lalu dia memanggil Bi-kui:
"Marilah, nona ikut cay he."
Karena sudah dipesan oleh Thay-siang, tak berani Bi-kui
membantah, terpaksa dia ikut Kun-gi masuk ke kamar So yok.
Begituberadadidalamkamar Kuu-gisegera menutup pintu,
"Untukapa ini" tanyaUnHoan-kun lirih.
"Kuminta nona suka menyamar seseorang."
"Menyamar siapa?"
"Janganbanyaktanya, lekasbukakedokmu."
Un Hoan-kun mengelupas kedok mukanya, sementara cepat
sekali Kun-gi sudah keluarkan bahan2 rias dalam kotak kayunya,
pertama dia cuci bersih wajah Un Hoan-kun. lalu secara teliti dia merias wajah orang menjadi bentuk lain
Kira2 satu jam lamanya baru dia membereskan barang2nya ke
dalam kotak serta disimpan dalam baju, katanya: "Sejak kini nona tidak usah lagi mengenakan kedok, duduk saja di kamar ini,
menunggu panggilan baru boleh keluar."
Lembut suara Un Hoan-kun: "Ya, kuturut segala petunjukmu."
"Terima kasih nona," ucap Kun-gi seraya membuka pintu dan keluar, daun pintu dia tutup pula dari luar.
Sudah tentu Bok-tan, So-yok dan Giok-lan tidak tahu apa kerja
Kun-gi bersama Bi-kui di-dalam kamar tertutup sekian lamanya"
Melihat dia keluar, sorot mata mereka setajam pisau menatapnya.
Anehnya setelah keluar dia tutup pula pintu dari luar, jadi Bi-kui dia kurung didalam kamar.
Dasar suka blingsatan, So-yok tak tahan, tanyanya: "Ling heng, mana Bi-kui" Apakah dia mata2 musuh?"
"Sebentar lagi Hu-pangcu akan jelas duduk persoalannya,"
sahut Kun-gi. Lalu ia berpaling ke arah Giok-lan, katanya: "Kini mohon bantuan congkoan lagi"
"Tidakapa,"sahutGiok-lan-"Adapesanapacong-su-cia."
"Harap congkoan panggil Loh-bi-jin kemari dengan membawa
empatdara kembang,"lalu iaberbisik beberapapatahkatapula.
Giok-lan berkata: "Hamba mengerti." Lalu berjalan keluar.
So-yok melerok pada Kun-gi, katanya: "Ling-heng, sebetulnya langkah apa yang sedang kau atur?"
Pek-hoa-pangcu juga tertawa, katanya "Kukira cong-su cia
sudah punya perhitungan matang, buat apa Ji-moay banyak tanya,
nonton saja dengan sabar, nanti kau juga akan mengerti."
"Aku tidak sabar melihat caranya jual mahal, bikin dongkol saja," omel So-yok.
Lebar senyum Kun-gi, katanya membungkuk: "Rahasia alam
tidak boleh bocor, hamba harus berikhtiar dan memutuskan
langkah2 yang penting, untuk ini harap pangcu, Hu-pangcu
maklum." So-yok melerok pula, katanya sambil cekikiksan: "Sekarang
Lingheng adalah orang kepercayaan Thay-siang, bila Thay-siang
sudah serahkan kuasa padamu untuk membongkar peristiwa ini,
memangnya siapa yang berani menyalahkan kau."
Tengah bicara Giok-lan tampak menyingkap kerai berjalan
masuk, katanya: "cap-go-moay telah datang."
"silakan dia masuk." ujar Kun-gi.
Loh-bi-jin mengiakan di luar pintu, lalu katanya kepada orang2
di belakangnya: "Cucu, kau ikut aku masuk. kalian bertiga tunggu gilirandiluarsini."-Laludiasingkapkeraidanberjalan masuk.
Cu-cu ikut di belakang Loh-bi-jin. begitu masuk langsung ia
melihat Hay-siang yang meringkuk lemas di lantai dengan wajah
yang sudah tercuci bersih, seketika dia bergidik ngeri, serta merta langkahnya agak merandek.
"NonaCu-cu," kataKun-gitertawa, "tolongkau papahdia."
Cu-cu mengiakan sembari menghampiri Hay-siang dengan
takut2, baru saja dia membungkuk badan secepat kilat telunjuk jari Kun-gi menutuk Hiat-to di belakang badannya. Tanpa ayal Giok"
lan maju mengempitnya terus diseret ke kamar So-yok.
Cepat2 Kun-gi dorong daun pintu sembari berkata kepada
Bi-kui: "Lekas nona tukar pakaian dengan dia."
Giok-lan Cepat menutup pintu. Tak lama kemudian pintu
terbuka lagi, Giok-lan melangkah, keluar bersama Cu-cu
Semua orang tahu Cu-cu yang satu ini adatah samaran Bi-kui.
Tanya Kun-gi lirih kepada Loh-bi-jin: "Apakah nona sudah
mempersiapkan seluruhnya?"
Loh-bi-jin mengangguk. sahutnya: "Sudah kusampaikan pesan
sesuaipermintaancong-su-cia, semuanyasudah siap."
"Baik sekali, sekarang boleh nona menggusurnya keluar," kata Kun-gi.
Dengan bimbang Loh-bi-jin bertanya: "Apa betul tidak perlu menugaskan beberapa orang lain untuk menjaganya?"
"cayhe sudah menutuk beberapa Hiat-tonya, sementara dia
kehilangan kepandaian silatnya, nona Cukup bekerja menurut
rencana yang telah kuatur itu."
"Hamba mengerti," sahut Loh-bi-jin, dia membalik kepintu lalu memanggil "Kalian masuk lagiseorang."
Seorang dara kembang mengiakan dan melangkah masuk. Kata
Loh-bi-jin sambil menuding: "Kalian gusur dia keluar."
Cu-cu tiruan alias Bi-kui dan dara kembang baru ini mengiakan,
mereka angkat tubuh Hay-siang terus dibawa keluar.
Loh-bi-jin tidak berani gegabah, lekas dia membungkuk:
"Hamba mohon diri " cepat2 dia ikut keluar menjaga Hay-siang.
So-yok bertanya: "Ling-heng, Cu-cu masih ada dikamarku, apa tindakanmu terhadapnya?"
"orang ini lebih penting dari Hay-siang, kita harus mengompes keterangan dari mulutnya, sebentar kumohon Hu pangcu sendiri
yang mengompes dia."
"Kenapa aku yang mengompesnya?" tanya So-yok.
"Karena Hu pangcu juga menjabat kepala Hukum, biasanya
melaksanakan peraturan sekokoh gunung, seluruh anggota Pang
kita sama segan dan hormat kepadamu, kalau Hu pangcu yang
tanya dia pasti dia takut dan mau bicara terus terang."
So-yok mencibir,jengeknya: "Kenapa tidak katakan saja ini
perempuan galak dan bawel."
"Sebagai pelaksana hukum yang harus memegang teguh
peraturan sudah tentu Hu pangcu harus bermuka kaku dingin
tanpa kenalbelaskasihan terhadapyangsalah,"ujar Kun-gi.
Cerah sorot mata So-yok. katanya tersenyum: "Kau memang
pandai bicara" Tampak kerai tersingkap. ternyata Bi-kui telah kembali. Kini dia telah ganti seperangkat pakaian warna hijau kembang,
mengenakan kedok muka Bi-kui yang asli lagi.
"Kiu-moay,"seruSo-yokheran, "kenapa kau kembali?"
Bi-kui memberi hormat, katanya tertawa: "cong-su-cia suruh hamba untuk mendengarkan apa2 yang terjadi di sini."
"o." So-yok bersuara singkat, lalu dia bertanya sambil menatap Kun-gi: "Sekarang boleh mulai?"
"Waktu amat mendesak. lebih Cepat lebih baik," ujar Kun gi.
So-yok membalik, katanya kepada Pek-hoa-pangcu: "Toaci
silakan duduk di atas," Lalu dia berkata kepada Giok-lan dan Bi-kui:
"Sekarang harap Sam-moay dan Kiu-moay gusur Cu-cu keluar."
Ruang sidang ini adalah tempat kediaman Thay-siang, tanpa
dipanggil para pelayan tidak berani masuk, maka sekarang
terpaksa Giok-lan dan Bi-kui harus kerja sendiri, atas perintah So-yok mereka gusur Cu-cu keluar dari kamar.
Kun-gi serahkan sebutir obat mencuci bahan rias pada Giok-lan
dan Giok-lan langsung mencuci bersih wajah Cu-cu dengan obat
yang diterimanya itu. Cu-cu yang asli baru berusia 17-an, ternyata gadis yang menyamar jadi Cu-cu ini kelihatan juga baru berusia
17an So-yok duduk pada kursi disebelah bawah tempat duduk Pekhoa-pangcu, lalu memberi tanda anggukan Kepada Giok-lan dan
Bikui. Sekali gablok Giok-lan buka tutukan hiat-to Cu-cu. seketika
gadis yang menyaru Cu-cu membuka mata dan mendapati dirinya
rebah di lantai, sesaat dia melenggong, waktu dia angkat kepala, di lihatnya Pangcu, Hu pangcu, cong-su-cia dan lain2 berada di
Sekelilingnya. diam2 hatinya terkesiap. bergegas dia merangkak
dan menyembah, serunya: "Hamba menyampaikan sembah hormat
kepada Pangcu, Hu pangcu ... ." Tegak alis So-yok. hardiknya:
"Tutup mulutmu, tiada dara kembang seperti dirimu dalam Pang kita, ketahuilah, Hay-siang sudah mengaku terus terang, maka


Pedang Kiri Cin Cu Ling Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bicaralah secara blak2an juga , memangnya kau ingin disiksa
dulu?" Gemetar gadis yang menyaru Cu-cu, katanya sesenggukan
sambil mendekam di lantai: "Pangcu, Hu pangcu, hamba sungguh penasaran-"
"Kiu-moay," kata So-yok angkat tangan, "serahkan sebuah cermin padanya, biar dia melihat tampangnya sendiri."
Bi-kui memang sudah menyiapkan sebuah cermin bundar terus
diangsurkan. Gadis penyamar Cu-cu masih belum tahu kalau makeup dimukanya sudah dicuci, begitu melihat wajah sendiri di cermin seketika merasa terbang sukmanya, mukanya pucat, bibir gemetar
tak mampu bicara lagi. "Hay-siang berani coba membunuh Thay-siang, kini telah
dijatuhi hukuman mati,"
Demikian geram So-yok katanya dingin. "Sepatah kata saja kau berani bohong, jangan harap kau bisa hidup."
Diam2 Kun-gi memberi isyarat kedipan mata kepada Pek-hoapangcu. Segera Pek-hoa-pangcu buka suara: "Cu-cu, mengingat usiamu masih muda belia, mungkin lantaran dipaksa dan diancam
orang sehingga kau menyelundup ke tempat kita ini, tapi asal kau suka bicara terus terang, akan kuberi kelonggaran padamu,jiwamu akan diampuni, sebaliknya kalau berkukuh dan tidak menyadari
kesalahanmu, kematian Hay-siang akan menjadi contoh bagimu."
Semakin takut dan gemetar gadis yang menyaru Cu-cu,
tangisnya terisak. katanya: "Pangcu dan Hu pangcu harap periksa, semula aku adalah pelayan yang ditugaskan di bawah cui-tongcu,
lantaran Ci-Gwat-ngo yang ditugaskan di sini bilang wajahku mirip Cu-cu, demikian juga usia kami sebaya, maka aku disuruh menyaru jadi Cu-cu dan menyelundup kemari. cui-tongcu menahan ibuku,
katanya kalau aku gagal menunaikan tugas ibuku akan
dibunuhnya. Mohon Pangcu dan Hu pangcu menaruh belas kasihan
terhadap nasibjelekku inidan ampunilahdiriku."
Ci-Gwat-ngo yang di-katakan ini sudah tentu adalah perempuan
yang menyamar jadi Hay slang.
"cara bagaimana kalian menyelundup kemari?" tanya So-yok.
Tutur gadis yang menyamar Cu-cu: "Bagaimana cara Gwat-go
cici masuk kemari aku tidak tahu, kira2 tiga bulan yang lalu aku diantar ke suatu tempat yang dekat dengan Hoa keh-ceng, lalu
Gwat-go cici memancing Cu-cu keluar serta menutuk Hiat tonya,
sejakituakudibawanya masuk Hoa-keh-ceng."
"Kau tahu berapa lama Ci-Gwat-ngo menyelundup kemari
setelah menyaru jadi Hay-siang" tanya So-yok.
"Entah, hamba tidak tahu," sahut gadis itu, "agaknya sudah cukup lama"
"Setelah kalian berada disini, cara bagaimana pula mengadakan kontakdenganpihak Hek-liong-hwe?"
"Itu urusan dan tugas Gwat-go cici, aku sendiri tidak jelas, kalau tidak salah ada seorang lain lagi yang bertugas dalam hal ini." Kungi manggut2, tapidiadiamsajatidak memberi komentar.
Tiba2 Bi-kui menyelutuk: "Biasanya kalau bertemu dengan CiGwat-ngo, bagaimana sebutanmu kepadanya?"
"Di muka umum aku memanggilnya cici dan dia memanggilku
Cucu," sahut gadis itu.
"Kau pernah melihat orang yang ditugaskan mengadakan
kontak rahasia dengan dia?" tanya So-yok.
"Pernah kulihat sekali," tutor gadia itu, "dia mengenakan kedok.
di malam hari lagi, jadi sukar melihat wajahnya" Tapi Gwat-go cici juga mengenakan kedok, mungkin orang itu juga tidak tahu siapa
sebetulnya Gwat-ngo cici."
"Mereka sama2 mengenakan kedok. untuk berhadapan dan
saling kenal tentu digunakan tanda2 rahasia yang diperlukan?" sela Bi-kui lagi.
"Waktu itu Gwat-ngo cici menyuruhku berjaga di sekeliling
tempat itu, waktu kami sampai di tempat tujuan, orang itu sudah ada di sana, aku hanya melihat orang itu angkat sebelah tangan
kanan serta menekuk jari telunjuk. sementara Gwat-ngo cici
menggerakkan tangan membuat lingkaran ditengah udara lalu
menutul ke-tengah2 lingkaran."
"Sudah cukup?" tanya So-yok berpaling ke arah Kun-gi.
Lekas Kun-gi menjura, katanya: "Memang Hu-pangcu lebih
berhasil. Ya, sudah cukup,"
"Sam-moay," kata So-yok. "tutuk Hiat-tonya, sementara sekap dia di kamar Hay-siang, tugaskan beberapa orang lagi untuk
menjaganya." Giok-lan menutuk Hiat-to orang terus mengempitnya keluar.
"congkoan, biar hamba bantu menggusurnya keluar," kata Bi-kui.
"Tidak usah," ujar Giok-lan menoleh," kau masih punya tugas sendiri.
Bi-kui putar tubuh serta memberi hormat kepada Kun-gi,
katanya: "Entah cong-su-cia masih ada pesan apa?"
"Nona sudah dengar apa yang dikatakan tadi, maka boleh kau bekerja sesuairencana semula."
"Hamba terima tugas," sahut Bi-kui. Setelah memberi hormat kepada Pangcu dan Hu pangcu segera dia mengundurkan diri.
Bertaut alis Pek-hoa-pangcu, matanya yang bundar besar
terbelalak, bibirnya yang tipis bak delima merekah bergerak2,
tanyanya: "cong-su-cia, di atas kapal kita ini adakah mata2 yang lain lagi?"
Kun-gi menepekur sebentar, katanya kemudian: "Sekarang
masih sukar dikatakan, asal rencana ku berjalan dengan lancar,
kukira perkara ini segera akan terbongkar."
Sampai di sini tiba2 dia menjura: "Hari hampir terang tanah, Pangcu dan Hu-pangcu sudah lelah setengah malam, sekarang
bolehlahistirahat,hambatidakpunyaurusanlagidan mohondiri."
Fajar menyingsing, sang surya mulai memancarkan cahayanya
yang terang benderang. Lilin masih menyala di ruang makan tingkat kedua. Di atas
meja2 yang berbentuk segitiga itu sudah ditaruh beberapa macam
sayur dan bubur yang masih mengepul serta senampan besar
bakpau yang banyak jumlahnya.
Kini tiba saatnya sarapan pagi, dari setiap pintu kamar di tingkat kedua beruntun menongol keluar para Busu yang berpakaian
seragam Hijau pupus (Hou hoat) dan hijau kelabu (Hou-hoat-sucia), mereka berbaris menjadi dua baris, tiada seorangpun yang
bicara. Tak lama kemudian pintu kamar disebelah kanan terbuka,
munculah coh-houhoat Kiu-cay-boan-koan Leng Tio-cong dan Yuhouhoat coa Liang. Hanya cong-su-cia saja seorang yang
menempati sebuah kamar tersendiri pada tingkat kedua ini,
coh-yuhou hoat berdua menempati satu kamar, sementara yang
lain2 empat orang satu kamar.
Setelah coh-yu-hou-hoat muncul, para Hou-hoat dan Hou-hoatsu-cia segera membungkuk badan lalu menegak pula sembari
berseru: "Hormat kepada coh-yu-hou-boat."
Kulit muka Leng Tio-cong yang tirus itu kelihatan memancarkan
senyum lebar yang licik, sebelah tangannya mengelus jenggot
kambing di bawah dagunya, katanya manggut2 dengan mata
menyapu hadirin: "Kalian cukup pagi, silakan semua duduk."
Barang bukti berupa Sam-lo-ling dan jubah hijau ditemukan di
kamar Ling Kun-gi, sejak malam tadi tak tampak bayangan Kun-gi
setelah digusur naik ke tingkat atas menghadap Thay-siang.
Mereka juga tahu bahwa para dara kembang berbaris naik ke
tingkat atas serta turun pula tak kurang suatu apa. Sejauh ini
Thay-siang tidak pernah memanggilcoh-yu-hou-hoatuntukdimintai
keterangan, jelas Thay-siang amat ma rah akan usaha
pembunuhan atas dirinya, mungkin secara diam2 Ling Kun gi
sudah dijatuhi hukuman mati, Cuma berita inibelumdiumumkan
saja. Kalau Ling Kun-gi dihukum mati, maka jabatan cong-su-cia akan
kosong, secara langsung se-bagai coh-houhoat, Leng Tio-cong
akan dinaikkan pangkatnya mengisi jabatan cong su-cia itu. Karena itulah sikap Leng Tio cong tampak riang dan bersemangat
langsung dia menuju ke meja di sebelah kiri terus duduk, serta
merta dia melirik kursi di tengah itu yang masih kosong, baru saja ia hendak bersuara menyuruh hadirin mulai makan, sekilas di
lihatnya pintu kamar di ujung kiri sana tiba2 terbuka.
Cong-hou-hoat-su-cia Ling Kun-gi dengan lh-thian-kiam di
pinggang dengan jubah hijau yang longgar melambai tiba2 muncul
dengan langkah tenang. Tiada seorangpun tahu kapan Kun-gi
kembali ke kamarnya, sudah tentu hadirin kaget dan melenggong.
Sikap Ling Kun-gi yang wajar dengan senyum kemenangan dan
gagah lagi se-olah2 tak pernah terjadi apa2, agaknya perkara yang menimpa dirinya telah berhasil dibereskan dengan baik.
Setelah melengak sebentar, hampir seperti berlomba saja
hadirin berdiri menyambutnya. Dengan tertawa lebar Kun-gi
berkata: "Silakan duduk saja" Dengan langkah tetap dia menuju tempat duduknya.
Tajam tatapan mata Sam-gan-sin coa-Liang, tanyanya:
"cong-coh tidak apa2 bukan?"
Tawar tawa Kun-gi, ucapnya: "Terima kasih atas perhatian coa-heng, kalau Thay-siang sendiri berpendapat peristiwa itu tidak
menyangkut diriku, sudah tentu tiada apa2 pada diriku."
Kiu-cay-boan-koan Leng Tio-cong berkata: "orang berani coba membunuh Thay-siang dan memfitnah cong-coh lagi, ini
membuktikan bahwa di kapal kita ini ada mata2 musuh, maka soal
ini harus diselidiki sampai sedalam2nya, entah bagaimana petunjuk dan perintah Thay-siang selanjutnya."
"Betul juga ucapan Leng-heng," ujar Kun-gi. "Walau Thay-siang amat murka, soalnya perkara ini tiada sumber yang dapat dijadikan sumbu penyelidikan, untuk membongkar jejak mereka tentu amat
sukar, Kini hanya ada satu cara .. . . . .."
"cara apa?" tanya Leng Tio-cong.
"Tunggu saja, nantidia akan memperlihatkan jejaknyasendiri."
"Kalau selanjutnya dia tidak mengadakan aksi apa2, lantas kita tidak mampu menangkap dia" kata Sam-gan-sin-Tengah bicara, kerai tersingkap. tampak para peronda yang
bertugas malam hari telah kembali. Mereka adalah Hou hoat
Kongsun Siang dan Song Tek seng, Hou-hoat-su-cia Kik Thian-yu,
Ki Yu-seng, Kho Thing song dan Ho Siang-seng. Keng-sun Siang
pimpin mereka memberi hormat serta memberi laporan: "Lapor cong coh, semalamsuntuk keadaan aman tenteram, hamba
beramai telah menunaikan tugas dengan baik."
Yang dikuatirkan oleh Kun-gi adalah keselamatan Kongsun
Siang, kini melihat orang kembali dengan segar bugar, maka dia
tersenyum lebar sambil manggut2, katanya: "Kalian sudah letih semalam suntuk. lekas duduk dan makan." Sorot matanya satu persatu menyapu wajah keenam orang, entah sengaja atau tidak ia melirik dua kali kearah Ho Siang-seng.
Kongsun Siang berlima menjura lagi sekali lalu menuju tempat
duduknya masing2. Kemudian Kun-gi bertanya:, "Apakah luka2 Nyo Keh-sian dan
Sim Kian-sin sudah lebih baik?"
"Mereka sudah bisa turun ranjang dan berjalan beberapa
langkah," sahut Leng Tio-cong, "cuma hamba kira kesehatan mereka belum pulih seluruhnya, maka kusuruh koki mengantar
makanan ke kamar mereka saja."
"Ya, baik," ujar Kun-gi. Setelah makan Kun-gi langsung kembali ke kamarnya pula, diam2 Kong-sun Siang ikut di belakangnya. Tapi Kun-gi tidak ajak orang bicara, agaknya dia menaruh perhatian
kearah jendela, maka begitu masuk kamar langsung dia menuju ke
jendela, dengan teliti dia memeriksa dan meraba. Kejap lain
tampak rona mukanya sedikit berubah, dalam hati dia mengumpat:
"Bedebah, besar sekali nyali orang ini."
Melihat orang hanya memperhatikan jendela tanpa hiraukan
dirinya, Kongsun Siang kira orang tidak tahu akan kedatangannya, maka dia berteriak: "Ling-heng." Kun gi membalik badan, katanya tertawa: "Silakan duduk Kongsun heng."
Teko di meja masih mengepulkan bau harum, Kongsun Siang
mengambil dua cangkir lalu mengisinya penuh, katanya sambil
duduk di kursi sebelah: "Kudengar semalam ada perkara
pembunuhan diatas kapal"
"Kongsun-heng sudah tahu?" ucap Kun-gi.
"begitu kembali dan tiba di kapal aku lantas mendengar kabar ini," ujar Kongsun siang, sembari bicara tangannya mengambil sebuah cangkir teh yang di isinya tadi, katanya pula: "orang berani menyembunyikan barang bukti di kamar Ling-heng, bagaimana
Ling-heng akan menghadapipersoalan ini?"
Kun-gi tertawa tawar, sebelum bicara kedua matanya tiba2
menatap tangan Kongsun Siang, serunya dengan suara rendah:
"Tunggu dulu, ku-kira air teh ini tidak boleh diminum."
Kongsun Siang sudah angkat cangkir dan menyentuh bibir, dia
melengak mendengar seruan Kun-gi, katanya sambil menatap
cangkir ditangan-nya: "Ling-heng kira orang menaruh racun dalam air teh ini?"
"Apakah dia menaruh racun belum bisa dipastikan, tapi setelah aku keluar barusan, terang ada orang masuk kemari."
"Dari mana Ling-heng tahu?"
"orang itu masuk melalui jendela, jejaknya tak bisa mengelabuhi mataku" Mungkin karena gagal memfitnah diriku, maka dia
gunakan cara licik lainnya, segala benda yang ada di kamar ini bisa dipandang mata, untuk melaksanakan tipu daya terhadapku,
kecuali menggunakan racun, kukira tiada cara lain yang lebih baik lagi."
Kongsun Siang melenggong, katanya: "Agaknya Ling-heng amat teliti dan hati2, biasanya aku cukup cermat, kalau akal licik kaum persilatan umum-nya takkan bisa mengelabuhi diriku, tapi dengan menaruh racun di dalam air teh yang masih mengepul hangat
seperti ini jelas sukar diketahui muslihatnya, nyata aku tak dapat membedakan tipu daya musuh ini."
"Aku hanya menduga saja, apa betul air teh ini beracun biarlah kucoba," ujar Kun-gi, dia sobek kain gordyn jendela yang terbuat dari wool terus direndam ke dalam air teh. Ujung kain sobekan
masuk air dan jadi basah, tapi tidak menimbulkan reaksi apa2,
tidak bersuara juga tidak menimbulkan asap tebal, tapi setelah
Kun-gi mengangkatnya tinggi2, ujung kain wool yang terendam air itu tampak berubah hitam gelap seperti hangus terbakar.
Berubah air muka Kongsun Siang, serunya: "Lihay betul racun ini, tak berwarna dan tidak berbau, jadi sukar diketahui." Kelam air muka Kun-gi, dia menenekur tanpa bersuara.
"Kalau demikian, orang yang menyembunyikan barang bukti di kamar ini dan orang yang menaruh racun dalam air teh ini pasti
perbuatan satu orang. "
"Yang menyembunyikan barang2 bukti adalah Hay-siang dan dia sudah tertangkap," demikian batin Kun-gi. Maka ia lantas berkata.
"Kukira bukan perbuatan satu orang saja."
Kongsun siang berjingkrak. tanyanya: "Maksud Ling-heng mata2
musuhyangterpendamdi kapalini bukan hanyaseorangsaja?"
"Memang tidak cuma seorang saja," kata Kun-gi, "kalau hanya seorang, apa yang mampu dia lakukan" Saat ini aku memang
belum punya keyakinan, tapi aku tidak akan memberi kelonggaran
kepada mereka." Kongsun Siang tepuk dada, katanya: "Bila Ling-heng
memerlukan tenagaku, tugas berat apapun takkan kutolak."
"Memang ada tugas yang perlu bantuan Kong-sun-heng, kalau
tibawaktunyapastiakan kuberitahu padamu."
-oodwoo- Gudang yang berbau apek dan penuh ditimbuni barang2
makanan dan benda rongsok terletak di tingkat paling bawah dari kapal besar ini, di-batasi oleh sebuah dinding papan yang tebal, gudang yang terletak di tengah kapal itu dijadikan dua bagian,
depan dan belakang, sehingga kedua bagian ini satu sama lain
tidak bisa berhubungan-Bagian belakang dibagi pula menjadi dua
kamar gudang besar, kamar disebelah depan peranti menyimpan
makanan dan persediaan air, pokoknya kedua rangsum. Sedang
kamar belakang adalah tempat tidur para kelasi. Kelasi yang
berjumlah dua puluh orang itu hanya menempati sebuah kamar
tidur besar, sudah tentu keadaannya serba kotor dan sumpek,
baunya apek dan lembab. Paling belakang ada lagi sebuah
ruangan, letaknya dipantat kapal, tempatnya sempit dan doyong
miring, tak mungkin orang bertempat tinggal di sini, jadi
keadaannya kosong. Sementara bagian depan hanya terdapat sebuah ruang besar
dan sebuah kamar kecil, ruang besar itu tempat para dara
kembang tidur, mereka adalah dara2 manis yang lembut dan belia, ranjang yang mereka pakai selalu bersih dan rapi, sudah tentu
tidak sekotor dansumpekseperti tempar parakelasi itu.
Siapapun asal bukan perempuan, bila masuk ruang besar ini
pasti hidungnya akan terangsang oleh bau parfum yang wangi
semerbak. bau pupur yang harum, semangat akan ikut terbang
ke-awang2. Kamar kecil itu diperuntukkan Loh-bi-jin yang diserahi tugas
mengawasi dan memimpin para dara kembang ini, maka seorang
diri dia memperoleh fasilitas yang lebih baik.
Kecuali ruang besar dan kamar kecil ini ada pula ruang depan
yang kosong, keadaanya seperti pantat kapal, bagian depan kapal inipun serong, cuma miringnya menjurus ke atas, jadi berlawanan dengan buritan yang miring ke bawah.
Ci-Gwat-ngo alias perempuan yang menyaru Hay-siang itu
dikurung di ruang depan yang miring ini. Semua dara kembang
hanya tahu bahwa seseorang semalam coba membunuh
Thay-siang, mata2 musuh telah ditangkap. tapi tiada orang tahu
kalau perempuan inilah yang menyamar jadi Hay-siang dan hidup
rukun sekian lamanya dengan mereka.
Memang tata tertib Pek hoa pang amat keras, sesuatu hal yang
tidak diberitahukan. Siapapun di-larang mencari tahu atau bisik, main kasak kusuk. Terutama semalam Loh-bi jin sudah memberi
peringatan kepada mereka, peristiwa semalam dilarang bocor
meski hanya sepatah kata, oleh karena itulah tiada yang berani
sembarang buka suara. Ci-Gwat-ngo sudah tertutuk oleh ilmu tutuk khas perguruan Ling
Kun-gi, ilmu silatnya sementara telah dibekukan sehingga tak
mampu berbuat apa2, tapi dia tetap harus dijaga. Menjadi
tanggung jawab Loh-bin-jin untuk menugaskan empat dara
kembang bergiliran menjaganya, sudah tentu keempat dara
kembang ini sudah mendapat pesan Loh-bi-jin bahwa dikala
menjaga Ci-Gwatngo sedapat mungkin ajak orang bicara panjang
lebar, seCara halus diharapkan bisa mengorek keterangannya.
seperti diketahui walau disiksa oleh tutukan Ling Kun-gi, tapi ci Gwat ngo tetap bandel tidak mau buka suara. Maka Caranya lantas diubah diusahakan dara2 kembang ini akan berhasil mengoreknya
dalam obrolan2 yang telah direncanakan lebih dulu.
Ternyata Ci-Gwat-ngo memang terlampau bandel, meski para
dara kembang itu hampir kering ludahnya mengajaknya bicara, dia tetap bungkam seribu bahasa, malah pejamkan mata lagi, anggap
tidak melihat dan tidak mendengar.
Maklumlah, kalau dia pantas menyamar Hay-siang sebagai
mata2 terpendam di tempat musuh, sudah tentu dia pernah
mengalami gemblengan dan ujian berat, hanya beberapa gelintir
dara2 kembang pingitan ini masa bisa mengorek keterangan dari
mulutnya" Sehari telah lalu tanpa terasa. Sejak pagi sampai
malam, dua dara kembang yang bertugas gagal memperoleh
keterangan-Bukan saja tak berhasil ajak orang bicara, malah
makanan yang diantar sejak pagi hingga malam tidak pernah
diusiksnya, semUa dibawa keluar tanpa disentuh sedikit-pun-Hanya gagal menelan pil beracun, perempuan ini ingin menghabisi jiwa
sendiri dengan mogok makan.
Kini telah tiba saatnya makan malam, terdengar langkah2
mendekati, seorang dara muncul di ruang depan sambil


Pedang Kiri Cin Cu Ling Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menenteng rantang makanan, kiranya tiba saatnya pula ganti
piket. "Siu-kui cici, kau boleh kembali untuk makan," Yang datang ternyata Cu-cu. .
Pintu terbuka, dengan menenteng rantang makanan yang
dibawanya siang tadi, Siu-kiu mencibir, katanya uring2an: "Buat apa kau bawa makanan itu" Sungguh menyebalkan, setengah hari
ini hanya menemani orang sekarat belaka," dengan ber-sungut2 ia lantas berlari keluar.
Cu-cu tersenyum mengawasi perginya, pintu gudang dia tutup
pula serta menggantung lampu di atas paku, lalu pelan2 dia
turunkan rantang makanan, cepat dia putar tubuh menghampiri CiGwat-ngo seraya memanggil dengan suara lembut: "cici, kau tidak apa2 bukan?"
Ci-Gwat-ngo yang meringkal itu tiba2 membuka mata, sesaat
dia mengawasi Cu-cu, katanya: "Kau?"
Cu-cu mengangguk. tanyanya penuh perhatian "Kau tidak apa2
bukan?" Sambil mengawasi orang Ci-Gwat-ngo bangun berduduk. sekali
raih dia tarik tangan kiri Cu-cu sambil menunduk. entah sengaja atau tidak dia memandang pergelangan tangannya, sorot matanya
tiba2 memancarkan rona yang aneh, lalu dia geleng2, katanya:
"Siau-koay, syukurlah kau kemari, hiat-toku tertutuk oleh bocah she Ling itu, tenagapun tak mampu kukerahkan-"
"cici," lirih juga suara Cu-cu, "Hiat-to mana yang ditutuk" Biar kubantu kau membukanya . "
Kecut tawa Ci-Gwat-ngo, katanya: "Tutukan khas perguruannya apalagi yang ditutuk adalah urat nadi besar, jangankan dengan
kemampuanmu yang Cetek ini, umpama seorang ahli yang punya
kepandaian 10 kali lipat daripadamu juga takkan bisa
membukanya." Bertaut alis Cu-cu, katanya kuatir: "lalu bagaimana?"
"Apa boleh buat, ingin matipun aku tidak mampu lagi, terpaksa biarlah begini saja."
Kesal dan masgul Cu-cu, katanya: "Apakah mereka bakal
membebaskan kau?" Ci-Gwat-ngo mendengus: "Mereka ingin mengompes
keteranganku." Cu-cu pura2 kaget, katanya: "Sudah kau katakan?"
"Tidak," berhenti sesaat, lalu Ci Gwat Ngo tertawa, katanya:
"Kau kira aku mau bicara" Eh, waktu kau kemari, bagaimana pesan mereka padamu?" .
Cu-cu menekan suaranya lebih rendah: "Waktu mau kemari
Lohbi-jin memanggilku ke kamarnya, dia suruh aku mengajak kau
mengobrol dan nanti memberi laporan padanya tentang apa saja
yang telah kita bicarakan."
Ci-Gwat-ngo mendengus lagi, katanya. "Mereka ingin mengakali pengakuanku,jangan mimpi,"
Cu-cu berpaling mengawasi rantang makanan, katanya: "Cici, seharian kau tidak makan apa2, mana kau kuat bertahan, kau
harus makan." "Tidak!!akutidakakan makan,cukupasalkautelahkemari."
Dengan mata terbelalak Cu-cu bertanya: "Cici, masih ada pesan apa?"
"o, ya," Ci-Gwat-ngo bersuara, "ada sebuah tugas harus kau lakukan-"
"ApaCicihendaksuruhaku memberitahukanseseorang?"
"Kau tahu siapa orang yang perlu kau beritahu?" Ci-Gwat-ngo balas bertanya.
"Bukankah orang yang pernah kulihat tempo hari" Tapi aku
tidak tahu siapa dia,"
Berkelebat sinar dingin pada sorot mata Ci-Gwat-ngo, katanya:
"Tak perlu kau tahu siapa dia."
"Lalu cara bagaimana aku harus memberitahu padanya?"
"Asal kau mondar-mandir tiga kali di atas dek tingkat kedua sebelah kanan, lalu akan datang orang itu mengajak kau bicara."
"Itu gampang, waktu naik ke kapal Loh Bi-jin pernah bilang bila merasa sumpek berada di tingkat bawah, siapapun boleh naik ke
tingkat dua setelah memperoleh persetujuannya untuk cari angin, api.... tapi, carabagaimanaorang ituaku ajakakubicara?"
"Kau tahu tanda2 gerakan tangan kita untuk pertemuan itu?"
"Ya, tahu." Ci-Gwat-ngo berpikir sebentar, katanya: "Cukup asal kau bilang: Rembulan yang hampir terbenam tidak benderang lagi, pasang laut akansemakin tinggi. Dua patahkatainisudah cukup,"
"Apa maksud dan gunanya kedua patah kata itu?"
"Memberi tahu padanya bahwa aku telah tertangkap. bila ada beritaapa2daripihakatasbiardia sendiriyangambil keputusan."
Cu cu ingat betul2, tiba2 dia cekikik tawa, katanya: "Rembulan saat ini memang hampir terbenam, umpama ocehanku didengar
orang juga tidak menjadi soal"
"o", CiGwat-ngobersuaradalam mulut.
Seperti ingat sesuatu, mendadak Cu-cu mengerut kening,
katanya: "Tapi aku harus ganti piket setelah larut malam nanti, bagaimana baiknya?"
"Tidak jadi soal, janji pertemuanku mengadakan kontak dengan dia setelah kentongan keempat nanti."
Cu-cu mengangguk. katanya: "Baiklah, akan kuingat baik2."
Dia awasi Ci-Gwat-ngo, lalu berkata pula: "Cici, sedikit2 kau harus makan untuk menjaga kesehatan-"
Dingin kaku muka Ci-Gwat-ngo. "Tidak perlu," sahutnya.
"Tapi kau. . . . "
"Jangan banyak omong, cukup asal kau sampaikan pesanku
tadi." "Cici jangankuatir, pastikusampaikan pesan-mu itu,"
"Berani kau menjual aku, kapan saja seseorang akan merenggut jiwamu."
Terunjuk rasa jeri dan takut pada wajah Cu-cu, katanya: "Masa cici tidak percaya lagi padaku"
Melihat orang ketakutan, Ci-Gwat-ngo ganti sikap. katanya
dengan suara lembut: "Sudah tentu aku percaya padamu, kalau tidak takkan ku-serahkan tugas rahasia ini padamu, tapi kau harus hati2, bocah she Ling itu lebih cerdik dan tajam penciumannya dari pada anjing pelacak." .
"Aku akan berlaku hati2, mereka takkan tahu apa yang
kulakukan.". Ci-Gwat-ngo manggut2, katanya: "Syukurlah, legalah hatiku."
Waktu berlalu dengan cepatnya. Mungkin belum tengah malam,
tapi pintu sudah gudang itu sudah berkeriut terbuka setelah rantai gembokan berdering nyaring, seseorang memanggil lirih: "Cu-cu Cici lekas buka pintu, tiba saatnya aku menggantimu."
Kalau dihitung dengan waktu yang tepat, saat mana sebetulnya
baru lewat kentongan kedua. Sudah tentu semua ini sudah diatur
dengan baik2. Cepat2 Cu-cu tarik pintu lalu mengambil rantang
makanan beranjak keluar, seorang dara kembang yang lain
melangkahmasukdan menutuppintudarisebelahdalam.
Begitu keluar dari ruang kurungan di depan itu, sambil
menjinjing rantang makanan, langsung Cu-cu menuju ke kamar
Loh-bi-jin untuk memberi laporan kerjanya. Tapi tak lama setelah dia masuk. tampak pintu kamar terbuka, muncul seorang gadis
belia tinggi semampai mengenakan gaun panjang warna putih,
dengan langkah gemulai dia menyusuri tangga naik ke atas kearah tingkat kedua sebelah kiri. Dia bukan lain ialah salah seorang dari 12 Tay-cia yang bernomor sembilan yaitu Bi-kui adanya.
Sudah tentu Kun-gi belum tidur, dia masih menunggu kabar
baik. Baru saja kentong kedua ber-bunyi lantas didengarnya
langkah kaki mendekati kamarnya, ketukan pintu pelahanpun
terdengar, suara seorang gadis merdu berkata di luar:
"Cong-su-cia." "Siapa?" tanya Kun-gi.
"Hamba Bak-ni," sahut gadis di luar, "Atas perintah Pangcu, Cong-su-cia dipersilahkan naik ke atas."
Kun-gi melangkah keluar, katanya mengangguk: "Silakan nona kembali dulu, segera aku menyusul."
Bak-ni atausi melatiterus mengundurkandiri.
Kun-gi merapatkan pintu kamarnya terus naik ke tingkat ketiga.
Tampak Bak-ni dan Swi-hiang bersenjata lengkap berjaga di luar
pintu, melihat Kun-gi tiba, mereka membungkuk ke dalam seraya
berseru: "Lapor Pangcu, Cong-su-cia telah tiba." Suara Pek-hoapangcu berkumandang dari dalam: "Silakan masuk."
Bak-ni dan Swi-hiang menyingkap kerai kiri-kanan sembari
membungkukhormat: "SilakanCong-su-cia masuk."
Tanpa bersuara Kun-gi masuk ke dalam, dilihatnya Pek-hoapangcu, Hu pangcu dan Giok-lan serta Bi-kui sudah duduk
mengelilingi meja bundar. Melihat Kun-gi masuk, Pek-hoa-pangcu
mendahului berdiri, suaranya nyaring lembut: "Silakan duduk Congsu -cia."
SudahtentuSo-yok, Giok-lan danBi-kui ikutberdiripula.
Dengan berseri tawa So-yok tak mau ketinggalan, katanya:
"Muslihat Ling-heng ternyata amat manjur, lekas duduk dan
dengarkan kabar gembira."
Kun-gi menjura, katanya: "Pangcu, Hu pangcu, Congkoan dan
Taycia silakan duduk." Lalu dia tarik sebuah kursi dan duduk di sebelah kiri yang masih kosong, tanyanya sambil menoleh kepada
Bi-kui: "Nona berhasil mengorek keterangan apa?"
So-yok mendahului bicara: "Bukan saja mengorek keterangan, malah malam ini kita akan dapat membekuk seluruh mata2 musuh
yang mengendon di kapal kita ini."
Dengan tertawa Pek-hoa-pangcu berkata: "Ji-moay memang
berwatak keras dan terburu nafsu, duduk persoalannya biar
dijelaskan dulu oleh Kiu-moay, Cong-su-cia sendiri yang memimpin operasi ini, dia harus mendengar laporan selengkapnya baru akan memberikan petunjukdan perintahselanjutnya."
Sedikit membungkuk Kun-gi berkata: "Berat ucapan Pangcu
untuk diterima." Lalu dia mengamati Bi-kui, katanya: "Bagaimana, hasil kerja nona" Kurasa Ci-Gwat-ngo adalah perempuan yang licin dancerdik, apakah samaran nonatidakdiketahuiolehnya?"
"Aku yakin akan ilmu tata rias Cong-su-cia teramat lihay,
sedikitpun dia tidak mengunjuk perasaan curiga padaku," lalu Bi-kui ceritakan pengalaman dan pembicaraannya tadi dengan
ringkas dan jelas. Setelah mendengar laporan itu, Kun-gi angkat kepala, katanya:
"Sekarang baru kentongan kedua, masih dua jam lagi baru
kentongan keempat . . . ."
"Dengan waktu yang cukup kita dapat mempersiapkan diri lebih matang, sekarang silakan Ling-heng mengatur tipu daya dan
memberi komando," ujar So-yok.
Tawar tawa Kun-gi, katanya: "Memberi komando, terus terang Cayhe tidak berani."
Pek-hoa-pangcu lantas berkata: "Thay-siang sudah serahkan
kekuasaan kepada Cong-su cia membongkar perkara ini, termasuk
aku, Ji-moay dan Sam-moay seluruhnya siap tunduk dan patuh
akan petunjuk mu, maka tidak perlu kau sungkan."
"Sebetulnya persoalan ini cukup sederhana," ujar Kun-gi,"kalau betul bangsat itu muncul di dek sebelah kanan dan ajak bicara
dengan nona Bi-kui, hamba yakin masih punya cukup waktu untuk
membekuknya hidup2."
"Lalu kami bagaimana" Memangnya kau suruh kami menonton
saja?" sela So-yok. "Hu pangcu dan Congkoan harap sembunyi di atas dek tingkat ketiga sebelah kanan, begitu melihat orang itu muncul, setelah
nona Bi-kui saling memberi tanda gerakan tangan, kalian boleh
segera terjun ke bawah mencegat jalan mundurnya," merandek sebentar, Kun-gi menatap Bi-kui: "Cuma ada satu hal, harap nona suka perhatikan-"
"Hal apa?" tanya Bi-kui
"Nona harus tetap menyaru dan berpura2 lebih lanjut, bila
mendadak dia muncul, kau harus pura2 bersikap gugup dan
ketakutan sembari mundur, jangan sekali2 kau berusaha
merintangi dia," "Kenapa demikian?" tanya Bi-Kui.
"Bangsat itu pasti membawa Som-lo sing atau senjata rahasia lain yang jahat, umpama nona tidak berusaha merintangi dia,
mungkin karena rahasia sudah terbongkar, dia bisa turun tangan
keji untuk menutup mulut nona. Betapa dahsyat kekuatau Som-loling itu sukar dihindarkan dari jarak dekat, maka kau harus pura2
takut sambil mundur sejauh mungkin untuk menyelamatkan diri
dari segala kemungkinan."
Haru dan terima kasih Bi kui, katanya dengan prihatin: "Dan kau, kau tidak takut diserang oleh dia?" Setelah mulut bersuara baru dia sadar, betapa kasih mesra kata2nya dihadapan Pangcu
dan Hu pangcu bertiga. "Memang," timbrung Pek-hoa-pangcu, "dalam keadaan kepepet musuh bisa berlaku nekat, maka kaupun harus hati2."
"Terima kasih atas perhatian kalian, Cayhe punya cara untuk menghadapinya,"jawab Kun-gi.
"o, ya," kata Pek-hoa-pangcu, "apakah Cong-su-cia tidak memberitugas padaku?"
"Pangcu sebagai pimpinan tertinggi dalam Pek-hoa-pang, hanya menghadapi mata2 musuh saja mengapa harus turun tangan
sendiri, cukupasalduduk sajadi sini menunggu beritagembira."
Baru saja dia habis bicara, terdengar suara Bak-ni berkata di
luar: "Lapor Pangcu, Taycia Loh-bi-jin ada urusan penting mohon bertemu dengan Pangcu."
"Lekas suruh dia masuk." So-yok mendahului bersuara. Kerai tersingkap. dengan gopoh dan tegang loh-bi-jin menerobos masuk.
"Cap go moay," tanya Pek-hoa-pangcu, "apa yang terjadi?"
Dada Loh-bi-jin masih turun naik, napasnya ter-sengal2, ia
membungkuk kepada Pek-hoa-pangcu dan berkata: "Lapor Pangcu, Ci-Gwat-ngo yang dikurung di bawah gudang ternyata telah bunuh
diri dengan menggigit putus lidahnya sendiri."
"Apa?" mendelik mata So-yok. "keparat itu bunuh diri dengan menggigit putus lidah sendiri, memangnya kau tidak suruh orang
menjaganya?" Loh-bi-jin membungkuk, serunya: "Setelah Kiu-ci (Bi-kui) pergi, Ci-Gwat-ngo dijaga oleh Ting-hiang, dia terus meringkel tak
menghiraukan orang lain, setelah Ting-hiang melihat darah yang
berceceran dikepalanya baru tahu kalau dia sudah mati menggigit lidah."
"Gentong nasi semua," omel So-yok. "seorang lumpuh saja tidak mampu menjaganya, kau tahu dia pesakitan penting yang
berusaha membunuh Thay-siang?"
Loh-bi-jin menunduk. sahutnya: "Hamba kemari untuk minta
hukuman pada Pangcu dan Hu pangcu. ....."
"Kesalahan tidak bisa dijatuhkan kepada orang yang
menjaganya, mungkin Ci-Gwat-ngo mengira setelah menyuruh Cucu menyampaikan kabar jelek tentang dirinya berarti dia sudah
menunaikan tugas terakhir, hidup juga hanya tersiksa belaka,
maka dia nekat bunuh diri. Memangnya dia meringkel tanpa buka
suara, jangan kata orang lain, umpama kita sendiri juga takkan
menduga sebelumnya, sekarang lekas nona Loh turun saja,
kematian Ci-Gwatngo jangan sekali2 sampaibocor."
Haru dan berterima kasih sorot mata Loh-bi-jin kepada Ling
Kungi, katanya: "Waktu hamba kemari tadi sudah memberi pesan kepada Ting-hiang, kularang dia membocorkan kejadian ini."
"Baiklah, lekas kau turun saja," ujar Pek-hoa-pangcu. Loh-hi-jin mengiakan dan mengundurkan diri.
"Kalau Cong-su-cia tiada pesan lainnya, hamba juga ingin
mohon diri saja," kata Bi-kui.
"Nona harus ingat perkataanku tadi, waspadalah selalu" pesan Kun-gi.
"Hamba mengerti," sahut Bi-kui, dia menyingkap kerai terus keluar.
Akhirnya Kun-gi juga berdiri, katanya: "Waktu masih ada satu setengah jam, Pangcu dan Hu-pangcu boleh istirahat, hamba juga
mohon diridulu." Tersenyum manis Pek-hoa-pangcu, katanya: "Tunggulah
sebentar Coh-su-cia, tadi sudah ku-suruh Sam-moay ke dapur
memberi tahu koki untuk membuat beberapa nyamikan supaya kita
tidakkelaparantengah malamini."
Terbeliak So-yok. katanya tertawa riang: "Toaci, kenapa aku tidak tahu?"
Pek-hoa-pangcu tertawa lebar, katanya: "Memang kupesan
Sammoay supaya tidak memberitahukan padamu, supaya kau
kaget dan kegirangan, malah kusuruh buatkan makanan
kegemaranmu. " So-yok cekikikan, katanya: "Ya, tentunya bolu mawar, Toaci sunggubbaikhati." Laludiaberpaling kepadaKun-gi, katanya:"Tadi sudah kupikir lebih baik Ling-heng tetap di sini saja, dari tingkat ketiga ini bukan saja bisa menyaksikan dengan jelas, umpama
harus menubrukturun mencegatmusuhjugalebihleluasadancepat."
"Banyak terima kasih atas kebaikan Pangcu, baiklah terpaksa hamba mengganggu," demikian ucap Kun-gi. .
Kerai tiba2 tersingkap. tampak Toh cian ber-sama Siang-hwi
mengusung sebuah baki besar berjalan masuk dan diletakkan di
meja bundar sana. Lalu dengan hati2 membuka tutup baki dan
mengeluarkan empat tatakan, di atas tatakan masing2 berisi bolu mawar, manisan kenari, pangsit udang dan goreng kepiting.
Menyusul Swi hiang juga masuk membawa sepanci bubur sarang
burung, di hadapan empat orang masing2 dia isi semangkok penuh
bubur sarang burung itu lalu mengundurkan diri.
Dengan sumpitnya So-yok jepit sepotong bolu mawar dan
ditaruh di lepek Ling Kun-gi, katanya riang: "Ling-heng,aku paling suka makan bolu mawar, wangi lagi empuk. manis tapi tidak
membosankan, coba kaupun mencicipi."
Merah muka Kun-gi, katanya: "Terima kasih Hu pangcu, biarlah aku ambilsendiri."
So-yok melerok. katanya: "Ling-heng sekarang adalah cong-sucia kita, kedudukanmu sejajar dengan Hu pangcu yang kujabat,
kenapaselalu kau masih membahasakanhambapada dirisendiri?"
Pek-hoa-pangcu juga angkat sumpit yang terbuat gading,
dijepitnya sepotong pangsit udang dan diangsurkan kedepan
Kun-gi, katanya dengan tertawa: "Aku suka pangsit udang karena warnanya putihsepertibatujade, cobacong su-sia men-cicipi."
Muka Kun-gi yang jengah tampak berkeringat, berulang kali dia
nyatakan terima kasih, katanya: "Silakan Pangcu makan juga."
Giok lan menjadi geli sendiri, katanya sama tengah: "Toaci dan Ji-ci tidak anggap cong-su-cia sebagai orang luar, kenapa cong-sucia malah sungkan dan malu2" Kukira cong-su Cia suka makan apa
saja boleh silakan ambil sendiri, kalau main sungkan begini perut takkan bisa kenyang."
"Sam-moay memang betul," ujar So-yok. "memang itulah Cirinya, kita tidak anggap dia orang luar, dia justeru anggap dirinya orang asing."
"Ah. masa," ujar Kun-gi malu2 "cayhe tidak beranggapan demikian."
Giok lan Cekikian geli, katanya: "Sebelum datang ke Pang kita mungkin cong-su-cia jarang bergaul dengan anak perempuan,
betul tidak?" "Ya, memang demikian," sahut Kun-gi manggut.
Biji mata So-yok mengerling, katanya tertawa: "o, pantas, maka kau selalu pemalu."
Penuh kasih mesra lirikan Pek-hoa-pangcu, katanya tersenyum:
"Sudahlah, jangan ngobrol saja, mari makan mumpung masih
hangat." Di bawah penerangan lampu yang redup, berhadapan dengan
tiga nona secantik bidadari, dengan tutur kata lemah lembut lagi, perasaan laki2 mana yang takkan melayang keawang2. Selesai
sarapan, pelayan mengangkuti peralatan serta menyuguhkan
sepoci teh wangi. Lambat laun sang waktu mendekati kentongan keempat. Bulan
sabit yang sudah doyong ke barat masih bercokol di cakrawala,
bintang kelap-kelip menghiasi angkasa, cuaca remang2.
Tiada sinar pelita di atas kapal besar ini, semua penghuni sudah terbuai dalam impian-Hanya ditempat yang gelap dekat daratan
sana kelihatan bayangan beberapa orang, mereka berpencar
mondar-mandir sambil berdiri celingukan. Itulah para Hou-hoat-sucia yang bertugas ronda.
Mendadak sesosok bayangan langsing semampai muncul dari
tangga kayu tingkat terbawah, langkahnya pelan ringan dan hati2
manjat ke atas dek-di tingkat kedua. Dilihat bentuk tubuh dan
dandanannya, jelas dia adalah salah seorang dara kembang.


Pedang Kiri Cin Cu Ling Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Langkahnya enteng tidak mengeluarkan suara, pelan2 dia
beranjak ke haluan kapal menyusuri pagar, kepalanya mendongak
memandang bulan sabit yang hampir tenggelam diufuk barat,
pandangannya sayu sepertiorang melamun.
Dia bukan lain adalah Un Hoan-kun yang menyamar Bi-kui.
malam ini Bi-kui palsu ini menyaru jadi cu-cu pula menjalankan
rolnyasesuairencanaLing Kun-gi.
Berdiri sejenak di haluan, dia menunggu dengan sabar, serta
melihat tiada reaksi apa2 di sekitarnya, pelan2 dia putar tubuh beralih ke dek sebelah kanan. Angin malam meniup sepoi2
sehingga dia tampak suci dan anggun, setiap langkahnya beralih
lamban dan ringan-Tapigayanya sedemikian indah gemulai.
Kalau langkah kakinya lamban dan tenang mantap. sebaliknya
jantung tiga orang yang mengintip dari tingkat ketiga justeru
berdebar2 tegang. So-yok sembunyi di haluan depan, Giok" lan
menempatkan dirinya di buritan yang gelap. tugas mereka adalah
mencegat musuh begitu melihat Bi-kui (Cu-cu) memberi tanda.
Tapi kekuatan yang utama berada di tangan Ling Kun-gi, dia harus mendadak muncul, secara sigap dan tangkas harus berhasil
membekuk lawan sebelum sempat turun tangan atau melarikan
diri. Maka dia sembunyi di tempat yang paling dekat bagian kanan deretan kamar, badannya mepet dinding tanpa bergerak. Lamban
langkah Bi-kui, secara diam2 iapun sudah kerahkan hawa
murninya, seperti panah yang siap terpasang dibusurnya tinggal
melepaskannya. Bayangan Cu-cu yang anggun ini dari haluan sudah tiba di
buritan melalui dek kanan, lalu dari buritan putar balik pula ke haluan, langkahnya tetap pelan dan penuh perhitungan-Dia
memang tidak tahu bahwa saat itu seseorang sedang
memperhatikan dirinya, tapi dia yakin bahwa gerak-gerik dirinya tentu sudah diincar orang dari tempat Sembunyinya. Karena dia
melakukannya sesuai janji tempat dan tepat pada waktunya, dia
melakukan isyarat pula yang sudah ditentukan sebelumnya.
Kini dia sudah putar balik, menuju ke buritan lagi, supaya orang yang memperhatikan dirinya di tempat gelap itu melihat lebih jelas, maka setiaplangkah kakinyaitubergerakamatpelansekali..
Ada kalanya dia menunduk kepala seperti memikirkan sesuatu,
lalu menengadah memandang ke tempat jauh seperti mengenang
masa silam, sementara jari jemarinya mengucek2 sapu tangan
sutera di tangannya. Bagi orang yang tidak tahu duduk persoalannya tentu mengira
nona ini sedang menunggu sang kekasih ditengah malam buta dan
hendak mengadakan pertemuan rahasia, karena tidak sabar
menunggu maka dia mondar-mandir menghabiskan waktu.
Diam2 Kun-gi manggut2, batinnya: "Walau hanya sandiwara,
tapi diadapat main denganbaiksekali, seperti
kejadiansesungguhnya."
Kini sudah putaran yang ketiga. Dari haluan dia melangkah ke
buritan pula, lalu kembali lagi ke haluan, Kalau orang itu akan muncul maka dia akan keluar di tengah perjalanan antara buritan ke haluan ini.
"Nah, tibalah saatnya," demikian batin Kun-gi, dia sudah menarik napas panjang, matanya menatap tajam ke arah Bi-kui,
iapun pasang kupingnya yang tajam sambil melirik sekitarnya, ke segala sudut kemungkinan dari mana orang itu akan muncul.
Inilah detik2 yang menegangkan, karena hal ini amat penting,
maka dia merasa perlu tahu dari arah mana orang itu akan muncul.
Karena dari mana dia keluar mungkin pula dari arah itu juga dia akan mundur dan Kun-gi harus bersiaga mencegat jalan
mundurnya, kalau tidak jangan harap akan bisa menawannya
hidup2. Tatapan Kun-gi ikut bergerak mengikuti lang-kah Cu-cu, dari
buritan sampai ke haluan kapal-. Kini dia sudah selesai
menjalankan isyarat yang telah dijanjikan sebelumnya, pulang
pergi tiga kali, lalu berdiri tegak di haluan kapal.
Orang yang ditunggu dan harus keluar itu tetap tidak kunyung
tiba. Sudah tentu Cu-cu tidak akan bergerak lagi, terpaksa dia
tetap berdiri tenang di haluan, menyongsong hembusan angin
malam, bersikap pura2 seperti orang kelelahan dan sedang
istirahat. Sebetulnya pikirannya timbul tenggelam, gelisah dan masgul
pula. "Kenapa dia belum muncul juga?"
Sudah tentu yang gelisah bukan hanya dia seorang. So-yok
lebih risau lagi, tangannya sejak tadi sudah menggenggam gagang pedang, alisnya bertaut dan sudah habis kesabarannya menunggu.
Giok lan biasanya sabar dan tenang, kini iapun ikut gelisah
pikirnya: "orang itu tak mau muncul, bisa jadi dia sudah tahu akan rencana kita hendak menyergap dia, tapi rasanya tidak mungkin-"
Walau gelisah Kun-gi tak pernah lena, matanya tetap
memperhatikan Cu-cu yang berdiri disana, dia masih berharap
sesuatu perubahan akan terjadi, dia menunggu penuh
kesabaran-Tak ubahnya seperti seseorang yang memancing ikan,
sedikit bergeming, ikan yang akan terpancing bisa terkejut dan
lari.. Cu-cu masih berdiri di haluan tingkat dua. Tiga orang yang
sembunyi di tingkat ketiga juga tetap berjaga2 penuh waspada.
Detik demi detik telah berlalu, orang seharusnya muncul tetap
tidak kunjung datang. Lama2 Ling Kun-gijadi kesal.
"Mungkinkah orang itu tidak akan muncul" Kenapa dia tidak
keluar"dalamsoal initentuadasebab musababnya."
Mengingat sebab musabab ini, seketika dia teringat adanya
beberapa gejala yang mungkin menjadikan orang itu merasa curiga dan bertindak hati2. Umpamanya: "Apakah betul isyarat yang dituturkan Ci-Gwat-ngo" Tapi setelah dia berpesan kepada Cu-cu
untuk melaksanakan tugasnya sesuai apa yang dia jelaskan, lalu
bunuh diri, jelas bahwa isyarat yang dia tuturkan takkan salah.
Kalau isyarat ini tidak salah, kenapa orang itu tidak muncul"
Mungkinkah dia curiga dan tahu akan rencananya" Tapi inipun
tidak mungkin" Mendadak ia teringat kepada Ci-Gwat-ngo suruh Cu-cu mondarmandar tiga kali di atas kapal, memangnya isyarat untuk
menyampaikan sesuatu berita" Mungkinkah rahasia Cu-cu tiruan ini sudah diketahui oleh Ci-Gwat-ngo"
Karena yang ditunggu tetap tak kunjung tiba, sudah tentu Cu-cu
alias Un Hoan-kun masih tetap ia berdiri di tempatnya, kini dia sudah berdiri setanakan nasi lamanya, tapi orang itu tetap tidak kunjung datang.
Kun-gi menjadi sadar bahwa langkah pionnya kali ini jelas gagal total, kalah oleh Ci-Gwat-ngo yang telah mati dan sukses
menunaikan tugas. Maka dia tidak perlu ragu lagi, dengan ilmu
suara dia berkata kepada Cu-cu: "Nona tak usah menunggu-nya lagi, dia tidak akan datang, kembalilah ganti pakaian dan segera naik kemari."
Mendengar seruan Kun-gi, sekilas Cu-cu melengak. dengan
kepala tunduk pelan2 dia beranjak turun lewat tangga terus ke
bawah. Habis bicara Kun-gi lalu memberi tanda gerakan tangan ke arah Giok lan dan So-yok terus mendahului masuk ke dalam.
So-yok menyongsong kedatangannya sambil bertanya: "Bagaimana Lingheng?"
"Marilahkitabicaradi dalamsaja,"ajak Kun-gi.
"Apakah rahasia kita sudah bocor?" tanya So-yok.
Kun-gi menggeleng, katanya: "Mungkin kita tertipu malah."
"Tertipu?" seru So-yok. "Ditipu siapa?"
"oleh Ci-Gwat-ngo," kata Kun-gi.
Melihat mereka bertiga masuk, Pek-hoa-pangcu lantas bertanya:
"JadiapayangdibicarakanCi-Gwat-ngo itubohong belaka?"
"Paling tidak separo yang dikatakannya hanya bualan belaka,"
sahut Kun-gi. Pek-hoa-pangcu melenggong, tanyanya: "Bualan apa
maksudnya?" "Kita diperalat olehnya untuk memberi kabar kepada temannya."
Pek-hoa-pangcu melengak, tanyanya: "Maksud cong-su-cia
bahwa Ci-Gwat-ngo sudah tahu tipu daya yang kita atur?"
"Mungkin demikian," kata Kun-gi.
Tengah bicara tampak Bi-kui berjalan masuk. tanyanya:
"Kenapa cong-su-cia memanggilku kembali?"
"Umpama nona menunggunya lagi satu jam, dia tetap takkan
keluar," ucap Kun-gi. "cong-su-cia kira apa yang dikatakan Ci-Gwatngo hanya bualan belaka"
Tanpa menjawab Kun-gi mendekati meja, di-jemputnya
secangkir air teh terus ditenggaknya, lalu berkata: "Silakan duduk nona, Ceritakan pula sejelasnya pembicaraanmu tadi dengan
Ci-Gwatngo." Bi-kui melenggong, katanya: "Maksud cong-su-cia
penyamaranku telah diketahui oleh Ci-Gwat-ngo?"
"coba nona bayangkan kembali secara cermat, sejak kau masuk ke sana sampai pembicaraan kalian yang terakhir."
Bi-kui duduk disebuah kursi, katanya: "Hamba menggantikan
Siukin mengantar makan malam padanya, setelah siu-kin pergi,
hamba lantas menutup pintu, lampu kugantung di dinding, setelah menurunkan rantang makanan kuhampiri dia, kupanggil dia dan
tanya: cici, kau tidak apa2 bukan" Semula Ci-Gwat-ngo rebah tak bergerak. mendengar suaraku tiba2 ia membuka mata, suaranya
lirih terCengang: Kaukah" -Hamba manggut2 sambil tanya: Kau
tidak apa2" -Dengan susah payah dia merangkak berduduk, sambil
menarik tanganku, katanya dengan menunduk: Siau-moay, syukurlah kau telah datang
Mendadak Kun-gi angkat tangan, "Tunggu sebentar nona, dia
menariktanganmu yang mana?"
"Tangan kiri." "Waktu dia berduduk, apakah selalu tunduk kepala" Bi-kui mengiakan sambil mengangguk.
Kun-gi menoleh ke arah Giok-lan, katanya: "Minta tolong
congkoan, suruhlah orang membawa Cu-cu kemari."
Giok-lan mengiakan terus mengundurkan diri, tak lama
kemudian ia membawa Bak-nidan Swi-hiang memapah Cu-cu
masuk. Bi-kui tidak tahu dalam hal apa dirinya berbuat salah dan sudah diduga oleh Ling Kun-gi, maka dengan melongo ia pandang Cu-cu
yang di-gusur masuk. Kun-gi menghampiri dan pegang tangan kiri orang, betul juga
ditemukan sebuah tahi lalat ke-cil di ujung bawah telapak tangan kiri Cu-cu, meski keCil tahi lalat itu, hanya sebesar lubang jarum, tapi warnanya hitam legam, kalau tidak diteliti memang sukar
menemukannya. Maka dia mendengus sekali, katanya: "Hek lionghwe memang Cermat bekerja, sampai orang utusan mereka juga
sudah diberi tanda khusus di badannya, umpama orang luar bisa
menyamarnya juga sukar mengelabui orang mereka sendiri."
"Jadi tanda ini sudah mereka tato sebelum di utus keluar?"
tanya So-yok. Kun-gi manggut2.
"Tangannya sudah di tato, tak heran Ci-Gwat-ngo menarik
tanganku serta memeriksa dengan teliti, cermat dan cerdik serta licin betul orang ini."
Kun-gi memberi tanda supaya Cu-cu digotong keluar, katanya:
"Tangannya sudah di tato selembut ini tanpa kita ketahui, inilah kecerobohan kita. kesalahan yang kecil dan tidak di sengaja, tapi mengakibatkan gagalnya urusan besar."
"Apakah hamba perlu meneruskan bercerita?" tanya Bi-kui.
Kun-gi menggeleng dan berkata: "Sudahlah."
"Bahwa dia sudah tahu aku Cu-cu palsu, sudah tentu apa yang diakatakanpadakujuga tak-dapatdipercaya,"ujarBi-kuipula.
"Ci-Gwat-ngo memang cerdikdan licin, walaudiatahubahwa Cucu dipalsukan orang lain, tujuannya sudah tentu untuk mengorek
keterangan dari mulutnya, maka dia sengaja mengatur tipu untuk
balas menipu kita, dan nonalah yang diperalat untuk
menyampaikan berita buruktentang dirinya."
"Hah, hamba yang menyampaikan beritanya?" teriak Bi-kui kaget.
"Ya, dia minta padamu supaya mondar-mandir tiga kali di atas dek tingkat kedua setelah kentongan keempat, mungkin itulah
salah satu cara untuk mengadakan kontak secara rahasia, karena
lena dan kurang hati2, kita malah kena diselomoti mereka."
"Bangsat keparat yang pantas mampus" dengus So-yok gusar.
Pek-hoa-pangcu manggut2, katanya: "Analisa cong-su-cia amat masuk akal, dia tahu kita pasti melakukannya sesuai pesannya,
maka dia rela gigit putus lidah sendiri mencari jalan pendek. congsu-cia, lalu bagaimana tindakan kita selanjutnya?"
Bercahaya sorot mata Ling Kun-gi, tiba2 dia tersenyum,
katanya: "Walau Ci-Gwat-ngo licik dan licin, tapi para begundalnya itu sudah
berada dalam genggaman tanganku, kuyakin mereka tidak akan
bisa lolos." Terbelalak mata So-yok. serunya girang: "Jadi kau sudah tahu siapa mereka" coba sebutkan nama2 mereka."
"Wah, ini. ....." Kun-gi ragu2.
"Kenapa"Kautidak maumenerangkan?"desakSo-yok.
"Maaf Hu-pangcu, sekarang belum kuperoleh bukti nyata, sudah tentu Cayhe tak bisa menuduh seseorang yang tidak terbukti
melakukan kesalahan."
"Kau memang suka jual mahal," So-yok merengut.
"Ji-moay," sela Pek-hoa-pangcu, "apa yang dikatakan
cong-su-cia memang tidak salah, sebelum memperoleh bukti yang
nyata, tak bisa kita memfitnah seseorang sehingga membikin orang penasaran, untuk membongkar komplotan ini ke-akar2nya kita
harus bekerja penuh kesabaran."
"Baiklah, aku takkan banyak bertanya lagi, lalu apa yang harus kita kerjakan, tentunya cong-sucia bisa memberi petunjuk?" tanya So-yok.
Kun-gi tertawa, katanya: "Urusan selanjutnya kuyakin dapat menyelesaikannya ditingkat kedua, maka Pangcu, Hu-pangcu dan
congkoan selanjutnya boleh tidak usah turut Campur."
"Apakah tenaga hamba masih dibutuhkan cong-su-cia?" tanya Bikui.
"Untuk sementara tiada tugas nona lagi, setelah orang itu dapat kubekuk, nonaboleh tampilsebagaisaksi."
"Eh, agaknya kau yakin benar akan rencanamu," ucap Bi-kui dengan melerok.
"Memangnya jabatan cong-su-cia harus sia2 berada
ditanganku." Pek-hoa-pangcu menatapnya penuh rasa kasih mesra dan
prihatin, katanya: "Thay-siang memang tidak meleset menilai dirimu."
oooodwoooo Kapal besar itu laju mengikuti arus sungai Tiang-kang, kini
sudah memasuki wilayah propinsi An-hwi dan hampir sampai
perbatasan Kang-soh. Sejak terjadi usaha pembunuhan atas diri Thay-siang dan
barang bukti ditemukan di kamar Ling Kun-gi, Thay-siang ternyata tidak menaruh curiga padanya. Bukan saja Ling Kun-gi tidak
di-hukum, malah dia tetap menjabat cong-su-cia dan diberi kuasa untuk membongkar peristiwa pembunuhan ini. Dan peristiwa ini
akhirnya tiada kelanjutannya dan terbengkalaidemikian saja.
Beruntun dua hari keadaan aman tenteram tak terjadi apa2 lagi,
perasaan semua prang mulai tenang dan lupa akan kejadian yang
lalu. Kapal terus berlayar sesuai haluan yang ditunjuk dan berlabuh ditempat yang sudah ditentukan pula, selanjutnya tidak ditemukan rintangan apa2, tiada kapal musuh yang menguntit, seolah2 Hek
liong-hwe tidak tahu bahwa Thay-siang-pangcu Pek-hoa-pang
pimpin sendiri pasukan intinya untuk menyerbu ke sarang mereka.
Secara tidak langsung ini membuktikan bahwa sarang Hek-lionghwe yang menjadi tujuan utama mereka letaknya tentu masih
teramat jauh sekali. Hari ketiga setelah Cu-cu palsu menyampaikan berita dengan
cara mondar-mandir tiga kali di atas dek sebelah kanan, Menjelang senjakapalberhenti padakaki bukitLiang-sansebelah timur.
Gunung Liang-san dibatasi sebuah aliran sungai sehingga
terbagi timur dan barat, umpama sebuah pintu bagi Tiang-kang
yang panjang dan luas, maju lebih lanjut adalah Gu-cu-san, karena letak gunung itu menonjol keluar dan menjurus ke tengah sungai, maka dia juga dinamakan Gu-cu-ki.
Enam sampan yang berisi para peronda yang dinas malam
sudah mulai bergerak diperairan sekitarnya, malam ini para
peronda itu tetap dibagi dua kelompok. Kelompok pertama
dipimpin oleh Houhoat cin Tek khong ditemani Houhoat-su-cia Kho Ting-seng yang pandai menggunakan pelor perak. seorang lagi
adalah Ji Siusang, murid Bu-tong-pay, tugas mereka adalah 10 li perairan perbatasan timur dan barat gunung Liang-san-.
Kelompok yang lain dipimpin oleh IHouhoat Liang ih-Hun, dua
Houhoat su-cia yang menemani adalah Ban Yu-wi dan Sun Pinghian. sepuluh li sebelah selatan perairan kaki gunung Liang-san menjadi daerah operasi mereka, tegasnya 20 li sekitar kapal yang ditumpangi Thay-siang itu kapal lain milik siapapun dilarang
mendekat. Waktu turun kapal Cin Te-khong telah memberi tahu kepada
Kha Ting-song danJi Siu-seng:
"Ji-heng, Khong-heng, daerah operasi kita lain dengan daerah yang harus dijelajah oleh kelompok Liang Ih-jun, dalam jarak
20-an li mereka masih biaa saling kontak secara leluasa, sebaliknya bagian kita ini kalau maju lagi adalah Gu-Cu-ki dibawah lereng
gunung adalah perkampungan kaum nelayan, besar kemungkinan
musuh bersembunyi di sana, maka kita harus hati2, menurut
hematku dalamkelompokkitainiharus membagitugas,
Kho-heng ke sebelah timur,Ji-heng ronda sebelah barat, aku
akan tetap berada di tengah sebagai poros untuk memberi bantuan ke segala jurusan, setiap setengah jam kita bertemu sekali di utara Gu-cu-ki, semoga tidak akan terjadi apa2."
Kho Ting-seng dan Ji Siu-seng berkata bersama: "Rencana kerja cin-houhoat memang baik, kami menerima pembagian tugas ini."
Begitulah mereka bertiga lantas berpencar ke utara menurut
arah masing2 yang telah dirancang-. Kira2 menjelang kentongan
pertama turun hujan rintik2, permukaan air menjadi pekat diliputi kabut yang semakin tebal, dalam jarak sedikit jauh sudah tidak
kelihatan apa2 lagi. Setiap sampan kecil yang mereka pakai rata2 menggunakan
tenaga dua orang pendayung, keduanya duduk di haluan dan
buritan, sisa tempatnya di tengah hanya cukup untuk duduk dua
orang, karena bentuknya yang kecil dan pendek, maka sampan ini
bisalaju cepatsekali dipermukaanair.
Sampan yang berlaju ditengah itu meluncur lurus ke utara
Gu-cusan, seorang laki2 berpakaian hijau ketat tengah memberi
aba2. orang ini adalah Cin Te-khong, perahunya langsung menuju
ke utara dengan sendirinya lebih cepat dan dekat daripada Kho
TingsengdanJiSiu-sengyangharus berputarkearahtimurdan barat.
Utara Gu-cu-ki ini adalah pesisir belukar yang ditumbuhi semak2
gelaga, air sungai Tiang-kang yang mengalir sampai daerah ini
terbagi dua cabang aliran, menuju ke timur dan barat, melampaui dan kemudian bergabung kembali.
Oleh karena itu daerah pesisir sungai ini sepanjang tahun
terdampar oleh arus air yang deras sehingga dinding batu padas
menjadi terjal. Kini Cin Te-khong sedang memberi petunjuk kepada kedua pembantunya untuk menggayuh sampan ke arah utara di
mana tepi sungai lebih rendah dan rata.


Pedang Kiri Cin Cu Ling Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tepi air ditumbuhi daun welingi yang lebat, arus air di sinipun agak lambat. Sesuai petunjuk Cin Te-khong kedua orang
menggayuh sampan itu melampaui tetumbuhan welingi dan
akhirnya berhenti di tepian. Hujan gerimis ternyata juga sudah
berhenti. Supaya kedua sampan lain tahu tempat di mana dia berdiam,
maka Cin Te-khong suruh anak buahnya memasang lampu angin,
sementara dia sendiri duduk di sampan-Kira2 setanakan nasi
kemudian, Kho Ting seng dan Ji Siu sengpun menyusul tiba dengan kedua sampan mereka.
Cin Te-khong menyambut kedatangan mereka, katanya: "Kalian sudah letih tentunya."
Kho Ting-seng menjura, katanya: "Sudah lama cin-houhoat tiba di sini?"
Cin Te-khong tertawa, katanya: "Baru saja, kalian harus
berputar, sudah tentu sedikit terlambat."
Cepat sekali kedua perahu itupun merapat di darat. Kata Ji Siuseng: "Untung cin-houhoat menyulut pelita di sini, kalau tidak sukar menemukan tempat ini."
"Keadaan sekitar sini aku paling apal, arus air di sinipun tidak deras, tempat ini paling cocok untuk berteduh dari hujan angin, di daratan sebelah sana ada tanah lapang berumput, kita bisa duduk atau merebahkan diri sambil mengawasi situasi perairan, ada
gerakan apapun di air tentu tak lepas dari pandangan kita. Hayolah kita mendarat, sudah kubawakan arak dan hidangan, mari makan
minum sepuasnya." "cin-houhoat," kata Ji Siu-seng, "kita bertugas meronda keadaan perairan sini, janganlah kita lena?"
Cin Te-khong tertawa dengan pongahnya, katanya: "Ji-heng
terlalu jujur, memangnya semalam suntuk kita harus mondar
mandir dipermukaan air melulu, sekali2 patrolikan sudah Cukup,
kita juga perlu istirahat. Apalagi sambil makan minum di sana kita sekaligus bisa mengawasi situasi perairan, setelah istirahat
sejenak. kita harus periksa juga keadaan hutan sekitar sini."
Lalu dia mendahului melompat ke sana dan menambahkan"Hayolah, aku naik lebih dulu." ..
Mendengar bakal makan minum sepuasnya, Kho Ting-seng
segera tertawa, katanya: "Ji-heng, situasi daerah ini cin-houhoat apal seperti membaca telapak tangannya sendiri, kita turuti saja kehendaknya."
Lalu dia melompat ke daratan juga. Terpaksa Ji Siu-seng ikut
melompat naik. Apa yang dikatakan Cin Te-khong memang tidak salah, tidak
jauh dari tepi danau adalah sebuah tanah lapang, lereng di depan adalah hutan yang cukup lebat, di depan hutan inilah terdapat
tanah berumput yang datar.
Cin Te-khong sudah mendahului duduk di atas rumput, katanya
dengan tertawa: "Kho-heng,ji-heng, lekas duduk, sayang malam ini tiada rembulan, makan minum di tempat gelap rasanya jadi kurang nikmat."
Kho Ting-seng dan Ji Siu-seng juga lantas duduk di tanah
berumput, sementara anak buah Cin Te-khong sudah menjinjing
sebuah guci arak dari atas sampan, tiga mangkuk dan sebungkus
makanan di taruh di tengah mereka. Waktu bungkusan di-buka,
ternyata isinya ada babi panggang, ayam goreng, dendeng dan
telur asin segala. Ji Siu-seng bertanya heran-"cin-houhoat dari mana kau peroleh makanan sebanyak ini?"
Sambil meraih poci arak Cin Te-khong mengisi penuh mangkuk
kedua orang lalu mengisi mangkuk sendiri, katanya setelah
meneguk araknya: "Asal punya duit, setanpUn bisa kita perintah, tahu malam ini aku bertugas, diam2 kusogok koki untuk
menyiapkan makanan ini. Hawa sedingin ini, siapa tahan
bergadang semalam suntuk tanpa minum arak?"
Lalu dia Celingukan-"Hayolah, kalian jangan sungkan, sikat dulu makanan ini" sembariomongdiaambil pahaayamterusdilalap.
Kho Ting-seng angkat mangkuk araknya, katanya: "cin-houhoat, kuaturkan seCawan arak ini."
Sambil menggerogoti paha ayam Cin Te-khong angkat mangkuk
araknya dan ditenggak habis, ka-tanya menoleh ke arah Ji
Siu-seng: "KenapaJi-hengtidak minumarak?"
"Akutidakbiasa minumarak."sahutJiSiu-seng.
"Memangnya Ji-heng kenapa?" ejek Cin Te-khong. "Tidak bisa minumjugaharusmencicipisedikit, terusterang,arakyangkubawa
malam ini paling cocok dengan makanan yang kubawa, sengaja
kusediakan untukJi-hengpula."
"Ah, mana berani kuterima kebaikan cin-houhoat," ujar Ji Siuseng.
Mendadak Cin Te-khong menarik muka, katanya: "Ji-heng kira aku berkelakar denganmu" Terus terang semua hidangan ini
memang khusus kusediakan untukmu. Kau tahu apa maksudku?"
"Hamba tidak tahu, harap cin-houhoat menjelaskan," kata Ji Siuseng.
Cin Te-khong tergelak2, katanya: "Berapa kali manusia mabuk dalam hidup ini" Kusediakan makan minum malam ini untuk
mempertemukan duplikat seorang kepada Ji-heng."
"o, duplikat siapa itu?" tanya Ji Siu seng.
"Duplikat yang kubawa kemari ini punya nenek moyang yang
sama dengan Ji-heng," lalu beruntun dia tepuk tangan tiga kali, serunya keras2: "Ji-heng, kau boleh keluar sekarang."
Lenyap suaranya, tampak dari hutan sana beranjak keluar
seorang dan menjura pada Cin Te-khong, katanya: "Hamba sudah datang."CinTe-khong menudingJiSiu-seng,katanya:
"Inilah Ji-houhoat, murid Bu-tong-pay, kalian harus berkenalan dengan akrab."
Malam pekat,Ji Siu-seng sukar melihat wajah orang, cuma
terasa olehnya perawakan dan dandanan orang ini agak mirip
dirinya, walau merasa heran, lekas ia menjura, katanya: "Mohon tanya siapa nama Ji-heng yang mulia."
orang itu pelan2 mendekati sambil berkata: "Siaute bernama Ji Siu-seng, mendapat perintah untuk menggantikan kau."
Ji Siu-seng berjingkat kaget dan mundur selangkah, tangan
memegang gagang pedang dan bertanya mendelik ke arah Cin Tekhong: "Cin-houhoat, apa maksudmu ini?"
Cin Te-khong menyeringai, katanya: "Kenapa Ji-heng bersikap sekasar ini" Maksud perjamuan yang kusediakan ini adalah untuk
menyambut kehadiran Ji-heng ini, sekaligus untuk mengantar
keberangkatan Ji-heng pula." Sampai di sini tiba2 dia menarik muka serta menghardik: "Tunggu apa lagi, lekas turun tangan . . .
. " Belum habis dia bicara, tahu2 terasa pinggang sendiri menjadi
kaku. Didengarnya seorang berbisik dipinggir telinganya: "Maaf Cinhouhoat, sementara bikin susah dirimu."
Ternyata yang bicara adalah anak buahnya yang pegang gayuh
di sampannya, yaitu Li Hek kau, Hong-gan-hiat dipinggang Cin Tekhong telah ditutuknya.
Kejadian berlangsung dalam sekejap mata, tahu gelagat tidak
menguntungkan Ji Siu-seng lantas melolos pedang, hardiknya: "Cin Te-khong, Jadi kau ini mata2 Hek liong-hwe, apa yang hendak kau lakukan atas diriku?"
Seorang anak-buah Cin Te-khong yang lain bernama Ong
Ma-cu, sambil berdiri di sana dia pegang sebuah kotak perak yang kemilau, itulah Som-lo-ling adanya, ia minta petunjuk kepada Cin Te-khong: "Cin-houhoat, menurut perintahmu Ji siu-seng yang mana yang harus kubidik?"
Cin Te-khong tetap duduk di sana, keringat ber-ketes2
membasahi kepala dan selebar mukanya, tapi mulutnya tetap
terkancing. Mengawasi Ji Siu-seng palsu, tiba2 kelasi bernama Ong Ma-cu
itu angkat kotak gepeng perak ditangannya sambil tertawa,
katanya: "Memangnya saudara ini belum melihat jelas" Kenapa tidak lekas menyerah untuk dibelenggu, memangnya perlu
ku-turun tangan?" Baru sekarang orang yang menyamar Ji Siu-seng itu tahu
gelagat jelek. mendadakdiamelompatmundurterushendak
melarikandiri. Ong Ma-cu ter-gelak2, katanya: "Aku tidak menyerangmu
dengan Som lo-ling ini lantaran ingin membekukmu hidup2,
memangnya kau bisa melarikan diri?"
Melihat bangsat yang menyaru dirinya hendak lari Ji Siu-seng
segera menghardik: "Keparat, ke mana kau lari?"
Baru saja dia hendak menubruk maju, kelasi tadi telah bergelak
tawa, serunya: "Ji heng, tak usah dikejar, dia tidak akan bisa lolos." Betul juga, belum kata2 Ong Ma-cu itu berakhir, dari arah depan sana dua bayangan orang tampak berkelebat maju
memapak Ji Siusengpalsuseraya membentak:"Berdirisajakawan, jangan lari."
Ji Siu-seng melihat jelas, kedua orang yang mencegat Ji
Siu-seng palsu adalah anak buah di sampan Kho Ting-seng, ia
merasa heran dan kaget, dilihatnya anak buah yang pegang kotak
gepeng perak telah menyimpan benda itu. "Sreng", tahu2 dia telah melolos sebatang pedang panjang, teriak-nya: "Song-heng,
Tio-heng, kitakan sudah berjanji, orang ini serahkan padaku ......"
sekali lompat dia sudah menubruk tiba disamping musuh,
kata-nya: "Saudara, keluarkan senjatamu."
Baru sekarang Ji Siu-seng sadar duduk persoalannya, serunya:
"Aha, kiranya Kongsun-houhoat adanya." Kongsun houhoat ialah Thian long-kiam Kongsun Siang.
Terdengar seorang anak buah yang berdiri di samping Cin Tekhong itu tertawa lantang, katanya: "Betul, dia memang kongsunhouhoat, boleh Ji-heng duduk saja, sekarang marilah minum arak
sepuasnya." Kembali Ji Siu-seng melongo kaget, lekas dia menjura dan
berteriak heran: "He, engkau kiranya Cong-su-cia adanya."
Anak buah bernama "Li Hek kau" sementara itu sudah mencuci obat rias diwajahnya. katanya tersenyum: "Ya, aku memang Ling Kun-gi."
Melenggong sejenak. segera Ji Siu-seng. ber-jingkrak girang,
serunya: "Kiranya memang Congcoh, kalau bukan kalian yang
menyamar, pastijiwa hambasudahamblas malamini."
Sementara itu Kongsun Siang yang menyaru jadi Ong Ma-cu
dengan gerakan Long-sing-poh telah menerjang ke samping Ji Siuseng palsu, ternyata reaksi Ji Siu-seng palsu juga sebat dan cepat luarbiasa, sekaliayunpedang menusuk kebadan Kongsun Siang.
Betapa cepat serangan pedang orang ini, cabut pedang terus
menusuk dilakukan serentak dalam waktu yang amat singkat, jelas iapun memilikiIlmu pedangyang luarbiasa.
"Serangan bagus" seru kongsun Siang sambil tertawa
"Trang", lelatu api meletik, dua pedang beradu keras dan menerbitkan gema suara nyaring panjang. Kedua orang sama2
merasakan telapak tangan sakit kesemutanKongsun Siang menerjang ke samping, pedang berkisar,
serangan jurus ke dua sudah dia lancarkan mendahului musuh.
Ternyata gerakan Ji Siu-seng palsu ini juga tidak lambat,
serempak iapun memutar, kembali dengung suara keras beradunya
dua senjata terdengar, tusukan pedang Kongsun Siang ternyata
kena disampuknya pergi. Kongsun Siang tertawa, serunya: "Kau berani menyaru Ji-heng, kenapa Ilmu pedang Bu-tong-pay tidak kau yakinkan sekalian?"
Sambil bicara secara beruntun ia mencecar pula tiga kali tusukanLawan tidak berkata sepatahpun, pedang tetap balas
menyerang dengan sengit, beruntun iapun balas menyerang tiga
jurus. Ini merupakan pertandingan pedang tingkat tinggi yang jarang
terlihat, kecuali samberan Sinar pedang bagai kilat berkelebat, Sering pula terdengar suara dering pedang yang beradu secara
keras. Thian-long-kiam-hoat yang diyakinkan Kong-sun Siang memang
menjurus kealiran liar yang ganas dan buas. pedangnya sering
menyerang tatkala lawan menyangka dia hendak kabur, tahu2
orang malah dicecar dengan tusukan dan tabasan yang sukar
dijaga, Tapi permainan Ilmu pedang Ji Siu-seng palsu ini ternyata cepat sekali, pedangnya bergerak laksana kitiran, setiap jurus
serangan juga mematikan,jadi Ilmu pedang mereka memang
sama2 keji dan hebat. Ling Kun-gi ikut menyaksikan dengan seksama dan penuh
perhatian, demikian pula Ji siu-seng dan kedua anak buah lainnya sama menonton dengan berdebar.
Suatu ketika Ji Siu-seng melirik kearah Cin Te-khong dan Kho
Ting-seng yang duduk dan menggeletak tertutuk Hiat-tonya, diam2
dia membatin: "Syukurlah kedua orang ini sudah terbekuk lebih dulu oleh Cong-su-cia dan Kongsun-houhoat yang muncul malam
ini, entah bagaimana mereka bisa tahu akan muslihat musuh yang
licik ini?" Serta merta matanya mengerling ke arah Ling Kun-gi, diam2
hatinya menaruh hormat dan kagum luar biasa kepada Cong su-cia
yang masih muda dan gagah perkasa ini,
Dilihatnya Kun-gi pegang mangkuk sambil meneguk arak
pelan2, wajahnya mengulum senyum cerah, sikapnya tenang2 saja
seakan2 dia sudah yakin bila Kongsun Siang akhirnya pasti
menang. Diam2 ji Siu-seng keheranan, lekas dia menoleh pula
mengawasi kedua orang yang tengah berhantam, keduanya masih
tetap saling serang, lingkaran cahaya pedang kini bertambah luas mencakup lima tombak di sekeliling gelanggang sehingga sukar dia memastikan siapa bakal menang dan kalah. Padahal kedua orang
sudah bergebrak seratus jurus lebih.
Se-konyong2 terdengar Kongsun siang membentak. pedang
bergerak lebih kencang lagi, beruntun tiga jurus lihay dilancarkan, maka terbit pula dering nyaring beradunya senjata mereka, pedang di tangan Ji siu-seng palsu tampak terpukul jatuh di tanah
berumput. Sekali tuding pedang Kongsun Siang menutuk ke dada lawan,
serunya dengan gelak tertawa: "Kan sudah kepepet, memangnya tidak terima kalah dan menyerah?"
Lekas Ji siu-seng palsu menarik napas dan mengempiskan dada
sambil mundur dua langkah, teriaknya beringas: "Siapa bakal mampus masih sukar diramaikan."
Mendadak tangan kiri ter-ayun dan mulut membentak, dia
melenting tinggi melesat miring ke sana. Kiranya dia tahu keadaan cukup gawat, kecUali Kongsun Siang, masih ada dua orang lain
yang mencegat jalan mundurnya, maka dia pura2 menyerang dan
berusaha melarikan diri. Melihat tangan orang terayun, tapi tidak menimpukkan senjata
rahasia, Kongsun Siang membade lawan hanya main gertak dan
berusaha melarikan diri, maka dengan tawa lantang dia berkata:
"Kau masih ingin ngacir, kukira tidak gampang."-Tangan kanan sekali bergerak. pedang ditangannya seketika meluncur dan "crap"
menancap ambles di tanah berumput sana, sementara seringan
burung walet badannya melambung tinggi berusaha mencegat
lawan di tengah udara. Ji siu-seng palsu semakin murka, teriaknya: "Turun kau" ia songsong tubrukan Kongsun Siang dengan pukulan telak. Sudah
tentu dikala tubuh terapung Kongsun Siang juga sudah siaga,
maka iapun melancarkan pukulan keras menyambut hantaman
lawan"Brak", di tengah udara kedua orang adu jotos, kekuatan pukulan mereka sampai menerbitkan suara yang membisingkan
telinga, keduaorangsama2tertolakturunke tanahpula.
Begitu menginjak bumi, mendadak kaki kiri Kongsun Siang
melangkah setapak. tahu2 ia sudah mendesak tiba di samping Ji
Siu-seng palsu, serentak dia tutuk siau-you-hiat di pinggang Ji Siuseng palsu.
Ternyata Ji siu-seng palsu tidak kalah sebatnya, dengan gaya
liong-bwe-hwi-hong (ekor naga menerbitkan angin) iapun balas
menyerang, Tangkas sekali Kongsun Siang sudah ganti gaya sambil menyingkir ke samping, secara cepat luar biasa dan memberosot
Pedang 3 Dimensi 12 Golok Kumala Hijau Serial 7 Senjata Karya Gu Long Senopati Pamungkas I 16

Cari Blog Ini