Ceritasilat Novel Online

Pengelana Rimba Persilatan 15

Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi Bagian 15


bergejolak, "kau cantik sejak lahir, sebenarnya di dalam hati aku juga khawatir, selanjutnya aku akan baik-baik terhadapmu, menyayangi
kau......" Yu-shu-xiu-shi memeluk erat, lalu mencium sambil tangannya
mengerayang kesana-kemari, akhirnya sampai di dada, dengan
lembut dan sayangnya mengusap-usap buah dada yang mulus dan
belum turun itu. "Ahh......" Liu Fei-yan merasakan seluruh tubuhnya panas membara, dengan nafsu yang mulai naik melakukan rontaan yang
bersifat perlambang saja, "Yunfei......jang......jangan......siang hari......"
"Pintu kamar telah dikunci, sayang......"
Sekali mendehem, nafasnya terasa sesak, tangannya yang ramping
mulus, tidak tahu ditaruh di mana, lama-lama dengan bernafsu
merangkul erat Yu-shu-xiu-shi yang sedang sibuk itu, akhirnya dia sudah masuk kedalam keadaan setengah sadar karena merasa sangat nyaman.
Dalam waktu sekejap, diatas ranjang telah nampak
sepasang kambing putih besar terbaring.
Lewat satu jam, Yu-shu-xiu-shi turun dari ranjang. Liu Feiyan malah terbaring telanjang bulat di atas ranjang, bukan saja jalan darah bisunya telah ditotok, sepasang bahu dan sepasang kakinya juga telah ditotok, dia seperti telah menjadi ulat yang tidak bisa bergerak sama sekali.
Kecuali menggerakan sepasang mata yang penuh air mata dan
bernafas, semua sudah tidak bisa bergerak bebas, ingin berteriak ke langit tidak menyahut, memanggil bumi tidak ada pintu.
"Jangan salahkan aku, sayang!" Yu-shu-xiu-shi sambil mengelus-elus tubuh telanjang yang sempurna di depan matanya, sambil tertawa
misterius berkata, "Iblis pendeta dao menginginkan mu, sebagai syarat kita menginap di dalam kuil, aku sudah tidak ada jalan lain, hanya kau yang bisa menolong aku, maafkan aku, sayang!"
Liu Fei-yan sudah tidak mengucurkan air mata lagi, hanya
dengan sorot matanya dengan buas, menatap tajam pada
kekasihnya yang berhati anjing, yang pernah dia curahkan seluruh
tubuhnya untuk dia. Dia jadi teringat kata-kata Fu Ke-wei yang pernah
mengkritik Yu-shu-xiu-shi.
"Ooh langit! Aku sungguh buta!" di dalam hati dia berteriak,
"Yu-shu-xiu-shi binatang ini! Asalkan aku masih ada nafas, aku tidak akan melepaskanmu......"
Dia menyesal, tapi sudah terlambat!
Laporan selalu tidak bisa sampai ke kuil Jing-yun,
utusannya satu persatu menghilang ili tengah jalan.
Ketika sembilan ekor kuda melewati San jit dian, orang-orang
di pos penghubung terkejut sekali! Sembilan orang asing dengan
santainya lewat di depan mata, mengapa sebelumnya tidak ada
kabar laporannya" San-jia-dian berada dijalan pertigaan, juga adalah jalan kecil dari kota Ping-hu menuju kabupaten Pei, lima belas li ke kuil Jing-yun di arah barat daya, ke kota dua puluh lima li lebih sedikit.
Pos penghubung disini, dengan kuda cepat menyampaikan kabar,
dalam sekejap bisa sampai.
Fu Ke-wei sembilan orang datang dengan persiapan, dia akan
menggunakan kekuatan yang amat dahsyat menghancurkan orang
yang melindungi dua orang penakut itu, selanjutnya, orang yang
berani melindungi dua orang penakut itu, tidak akan ada beberapa
orang. Berita kilat telah tiba, musuh telah sampai.
Jangan membiarkan musuh langsung menuju kuil Jing-yun, musuh
berada di depan hidung bukankah itu akan mencoreng muka"
Selama tiga puluh tahun tidak pernah terjadi hal semacam ini,
kemarahan orang orang kuil Jing-yun bisa dibayangkan.
Tujuh penunggang kuda yang pertama datang menghadang,
dalam satu perintah, membagi ke kiri dan kanan, tujuh ekor kuda
menghadang dijalan yang lebarnya tiga zhang.
Seorang penunggang kuda setengah baya bertubuh tinggi besar
berwajah bengis yang berada di tengah, wajahnya sangat
menyeramkan. Enam orang lainnya adalah pendeta dao setengah tua
bermantel hijau. "Ada urusan apa?" orang setengah baya berwajah bengis,
berteriak seperti geledek.
Fu Ke-wei dengan sembilan ekor kuda, membagi jadi dua
berjalan pelan, dalam jarak tiga zhang pelan-pelan menghentikan
kudanya. "Brengsek!" Fu Ke-wei menghujat, suaranya keras sekali,
"disiang hari bolong, kalian berani terang-terangan menghadang jalan, apa mau merampok" Apakah kabupaten Pei ini tidak ada
hukum?" "Jangan pura-pura, anjing!" teriak orang setengah baya wajah bengis sambil mencabut golok.
"Anjing blasteran, turun kau!" Xie-shen meloncat turun dari kuda, goloknya menunjuk ke bawah, "golok lawan golok, aku Xie-shen
belum pernah berhadapan dengan lawan yang menggunakan golok,
mari mari mari! Makan golok aku ini!"
"Kau ini barang apa!" orang setengah baya meloncat turun dari kuda, dengan marahnya melayangkan golok menerjang.
"Bagus!" "Traang...!" Orang setengah baya itu terpental ke pinggir lima enam
langkah. "Kau juga terima golokku!" Xie-shen berteriak marah.
Sinar golok berkilat, hawa golok menyerang orang, orang
dengan golok menjadi satu, dengan sepasang tangan
mengayunkan golok dahsyatnya seperti geledek menerjang.
Orang setengah baya baru tergebrak satu jurus sudah kalah,
sekarang dia baru tahu Xie-shen bukanlah hanya namanya saja yang
hebat, dia tidak berani menangkisnya, golok mengikuti tubuhnya
menghindar, dengan cepat menempel ke belakang kanan Xie-shen,
mencari celah, golok disabetkan secepat kilat.
Xie-shen tertawa keras, tubuhnya setengah berputar, golok baja
dengan cepat ditekan ke bawah:
"Traang...!" Punggung goloknya memukul miring golok lawan, sekali putar
sekali tusuk, segera membalasnya.
"Ssst...!" Ujung goloknya berhasil melukai kaki kanan bawah orang
setengah baya, celana robek darah langsung mengalir.
Orang setengah baya meloncat lima che, memutar tubuh
melayangkan tangan kiri, dari dalam lengan baju menyemburkan
asap hitam pekat, asap itu begitu tertiup angin menyebar, terbang
kearah Xie-shen. Xie-shen sudah lebih dulu cepat mundur, juga melayangkan tangan
kirinya, satu sinar abu abu membelah asap, masuk menerjang, tepat
setelah asap pekat menyebar, menembus masuk!
"Siiaat...!" bersamaan Xie-shen berteriak keras.
"Paak...!" Sinar coklat menembus asap tebal, meletus di atas
hidungnya orang setengah baya, serbuk warna coklat
menebar ke seluruh wajannya orang setengah baya.
Xie-shen tidak pernah menggunakan senjata gelap, ini pertama
kalinya dia menggunakannya, hasilnya sangat bagus.
"Aduh......mataku......" orang setengah baya menutup
sepasang matanya, cepat mundur sambil mengucurkan air mata
dan ingus, langkahnya menginjak tempat kosong, lalu jatuh
kedalam parit di pinggir jalan.
Itu bukan senjata rahasia, tapi hanya sebutir lada, salah satu
barang yang disiapkan oleh Fu Ke-wei.
Keponakan dari keluarga Ceng yang dipanggil Wu-ge, sudah
turun dari kuda dan maju, pedangnya menunjuk pada seorang
pendeta dao tua bermata elang.
"Kau juga turunlah melemaskan otot, aku antar kau menuju
neraka!" Wu-ge menantang dengan menunjuk nama, "Aku,
Ceng-wu!" Pendeta dao tua maju dengan marah, tepat di saat Xieshen
melukai orang setengah baya.
"Matilah...!" teriak pendeta dao tua bermata elang, pedangnya menyerang tangan kanan bersamaan waktu diayunkan, menyemburkan
meteor memenuhi udara, menutup kearah Ceng-wu, ternyata gerakan
pedangnya hanyalah jurus tipuan.
Ceng-wu seperti sudah ada persiapan lebih dulu, dia menerkam
ke bawah, pegangan pedang menahan ke tanah, tangan kiri segera
melemparkan tiga bungkus kertas kecil.
"Siiaaat...!" teriakan dia menyambung teriakan Xie-shen!
Meteor yang memenuhi langit telah tiba, bau amis menusung
hidung, dan di saat melemparkan bungkusan kecil dari kertas,
Ceng-wu dengan cepat berguling satu zhang lebih.
Tiga bungkusan kecil kertas menembus jaring meteor,
mengenai kening dan perutnya pendeta dao tua bermata elang.
"Aduh! Sialan......mata ku......" pendeta dao tua mata elang menutup wajah dengan tangan menengadah berteriak, kapur masuk
ke dalam matanya, bagaimana bisa nyaman" Jika tidak cepat-cepat
diobati, sepasang matanya pasti jadi buta.
Ceng-wu menerjang menempel tanah, pedangnya menembus di
paha kanannya pendeta dao tua bermata elang.
"Aaa......" pendeta dao tua menjerit keras.
Ceng-wu tertawa terbahak-bahak, meloncat bangkit
mundur. "Sembelih para perampok ini!" teriak Ceng-wu mencabut
pedang, menerjang maju. Lima orang pendeta dao tua, begitu melihat dua orang teman roboh
dengan membawa jeritan menggiriskan hati, mereka jadi ketakutan,
tidak berani lagi menghadang lawan yang melarikan kuda menerjang"
Mereka bersamaan melarikan kuda ke dalam ladang sawah melarikan
diri, meninggalkan temannya tidak mau perduli lagi.
Kelompok orang kedua berada satu li jauhnya, melihat orang
orang yang didepan sedang melarikan diri, saling berpandangan
wajah berubah warna, segera membalikan kuda mundur
kebelakang, tidak berani menghadang lagi.
Sembilan ekor kuda segera melanjutkan perjalanan ke depan,
masuk ke dalam kampung kecil yang ada di samping jalan. Setiap
rumah di kampung kecil itu sudah lebih dulu menutup jendela dan
pintunya, menjadi seperti kampung mati.
Karena tidak menerima kabar, membuat kuil Jing-yun kehilangan
kesempatan mengumpulkan orang, di tengah jalan mengatur
jebakan, sehingga mengacaukan rencananya.
Ketua benteng Xi dan kawan-kawan yang bersembunyi
ketakutan di dalam kampung, hatinya ketakutan sekali, dia
mencoba berteriak memanggil bantuan!
Yu-shu-xiu-shi menyamar jadi seorang kampung,
menyelinap masuk ke rumah yang ditinggali oleh ketua
benteng Xi. "Brengsek ini sungguh tidak mau sudah, benar-benar mencari
sampai disini." Ketua benteng Xi berkata, "masalah kita menginap masuk kedalam kuil, mungkin jadi gagal!"
"Sungguh sial! Liu-Fei-yan sudah mau mendengar katakataku, masuk ke dalam kuil, sekarang ini si anjing kecil sudah berada di dalam
kampung, sudah tidak bisa mengantarkan orang ke dalam kuil." Kata Yu-shu-xiu-shi dengan gelisah, "apa lagi sekarang kuil Jing-yun sudah berhadapan dengan musuh, iblis pendeta dao mana bisa perhatikan
hidup matinya kita" Kita hanya bisa berdoa saja."
"Aku sudah menduga iblis pendeta dao tidak bisa di percaya,
ternyata dugaan aku tidak salah, sekarang kita hanya bisa menunggu hasil dari pertarungan ini." Kata ketua benteng Xi mengeluh, "Ooo!
Kau harus waspada, di dalam sembilan orang si anjing kecil Fu tidak ada satu pun wanita, ini artinya Hoa-fei-hoa dan kawan kawan
bergerak secara sembunyisembunyi, kita harus waspada pada
serangan gelap mereka."
Fu Ke-wei tidak tahu musuhnya berada di dalam kampung, dia
hanya melewati pintu kampung tidak masuk ke dalam kampung, jadi
kesempatan yang bagus telah terlewatkan.
Dua li di sebelah timur kampung kecil, adalah sebuah hutan, di
depan hutan adalah tanah liar yang tumbuh rumput liar bermacam
ragam, pandangannya sangat luas, dari sana bisa melihat dengan
jelas keadaan kuil Jing-yun yang berjarak satu li lebih.
Di sisi hutan Fu Ke-wei sendirian melihat tiga puluh lebih
rombongan orang yang terdiri dari pendeta dao dan orang biasa
datang mendekat. Orang yang jalan paling depan, dia itulah ketua kuil Jingyun
Xiao-yao-xian-ke yang tampangnya sedikit seperti dewa, membawa
pedang menggendong kantong Gan-kun (Dunia dan akhirat), di
belakang krah bajunya tertancap sebuah kemoceng. Enam orang
pendeta dao setengah baya mengiring di kiri kanan, satu persatu
berwajah marah, penuh hawa membunuh.
Baris kedua adalah dua belas orang berwajah bengis bertubuh
tegap, baris ketiga adalah dua belas orang pendeta dao wanita yang cantik-cantik. Baris terakhir adalah enam orang bocah pendeta dao
berwajah putih bersih. Semua orang berseragam membawa pedang baja.
"Ha ha ha ha......pasukan yang besar sekali!" orang yang datang sudah mendekat sampai di dalam lima puluh langkah, dia tertawa
menengadah kelangit, "Tiga puluh enam Tiangang (Hawa langit)
semuanya sudah datang. Xiao-yao-xianke, tidak aneh kau berani
menguasai sebuah daerah, kekuasaannya menggetarkan dunia
persilatan, ada demikian banyak orang membantu mu, merampas harta
menculik wanita cantik, sungguh membuat orang iri!"
Dalam jarak dua puluh langkah lebih kiri kanan mereka
mengatur strategi, hawa pembunuhan seperti gelombang
menerjang Fu Ke-wei, di udara seperti mengalir hawa kematian.
"Pendosa berani sekali kau!" mata elang iblis pendeta dao menyorot sinar hijau gelap seperti api setan.
"Ha ha ha......tidak ada keberanian bagaimana bisa datang
kemari" Aku berani bertaruh, dalam waktu tiga puluh tahun ini aku
lah satu-satu nya orang yang bisa memaksa kau keluar!"
"Mana orang-orangmu yang lainnya?"
"Sedang ke kampung mengurus sesuatu!"
"Hanya meninggalkan kau seorang diri?"
"Karena akulah satu satunya musuh besar mu, terlalu banyak
orang malah akan mengganggu gerakan."
"Apa yang kau inginkan sebenarnya?"
"Tiga orang, ketua benteng Xi dan anaknya, juga Yu-shuxiu-shi Gao Yun-fei, serahkan orangnya pada ku, aku segera pergi
meninggalkan tempat ini."
"Mereka adalah tamu agung di bawah perlindunganku."
"Kalau begitu tidak ada yang perlu di bicarakan lagi, kita hanya bisa bertarung hidup atau mati!"
"Pendosa yang pantas mati, kau sudah selesai!"
"Aku ribuan li mengejar penjahat, tidak akan berhenti
sebelum ajal menjemput, Majulah!"
Setiap katanya seperti baja, setiap suaranya memukul kepala
lawan. Dengan sangat beraninya mencabut pedang lalu diangkat
tinggi-tinggi, dengan langkah besar maju ke depan semangatnya
menelan dunia! "Jangan di kasih hidup!" Xiao-yao-xian-ke marah seperti gila, melayangkan tangan sambil berteriak marah.
Seorang pendeta dao tua mencabut pedang melangkah maju,
orang kedua mengikuti keluar, wajahnya dingin, seperti penagih
hutang. "Dia pasti bosan hidup!" pendeta dao tua yang pertama
melangkah keluar menunjuk Fu Ke-wei dengan pedang, nadanya
sangat yakin. Di bawah pegangan pedang, baru saja di buka penutupnya, obat
yang meminta nyawa masih belum tumpah keluar, pendeta dao tua
kedua kuda-kudanya masih belum mantap.
Satu sinar membelah langit, orang dan pedang sekelebat sudah
tiba, hawa pedang seperti es batu, ajal telah tiba.
"Lepaskan senjata!" suara teriakan bersamaan waktu tiba.
Tidak ada orang yang bisa melihat dengan jelas, bagaimana Fu
Ke-wei maju menerjang, hanya terlihat sinar bergerak, orangnya
tiba, suaranya tiba, pedangnya sudah menusuk!
"Ahh......" suara jeritan mengerikan mendadak terdengar, tubuh manusia di depan sinar terbang ke atas, terlempar jatuh ke bawah.
Yang satu dada di kiri terbuka satu lubang besar, yang
satunya lagi dada kanan terbelah, jeroannya keluar, darah
memerahkan rerumputan. Dalam sekejap mata, Fu Ke-wei kembali muncul di tempat
asalnya. "Tidak membunuh habis kalian, kabupaten Pei selamanya tidak
akan aman!" dia mengangkat tinggi pedang yang berlumuran darah, hawa pembunuhan menembus dari kepala, di dalam mata macannya
berkilauan kilat dingin, satu kata persatu kata suaranya seperti
geledek, "kalian kalau tidak mampu bertahan satu jurus, jangan coba-coba keluar mengantarkan nyawanya, racun yang hina jangan
sekali-sekali dikeluarkan, jika tidak aku pasti akan membelah kalian."
Dua orang pendeta dao tua keluar menolong temannya,


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menggendong orang dengan susah payah kembali ke tempatnya.
Seorang pendeta dao tua kembali keluar, lalu kedua, ketiga,
mereka adalah pendeta dao wanita, dengan menggoyang
pinggul, melangkah lembut, tempat yang dilewati tercium bau
harum. Orang ke empat masih seorang pendeta dao wanita, dengan jelas
terlihat mereka berempat akan melawan Fu Kewei.
"Hanya boleh dua orang dua orang yang maju, tidak boleh
mengeroyok ramai-ramai!" teriak Fu Ke-wei dengan keras.
"Bocah, yang harus disalahkan adalah kau sendiri, tidak seharusnya menyuruh temanmu pergi, meninggalkan kau seorang diri!" pendeta dao tua yang pertama bersiap dengan tertawa keji katanya, "kau sudah tahu datang ke kabupaten Pei tidak mungkin mendapatkan pelayanan
yang adil, bagaimana pun kau harus mati, buat apa mempersoalkan?"
"Jika demikian, aku tidak akan mempersoalkan lagi."
"Kau terimalah! Tidak mempersoalkan lalu mau apa?"
"Kalian akan mendapat sial besar!"
Diikuti dengan satu siulan panjang! Suaranya
menggetarkan lapangan! Orang dengan pedang sepertinya telah melebur menjadi satu,
hanya terlihat sinar yang menyilaukan mata, bayangan orang yang
tipis samar-samar, dengan kecepatan yang mengejutkan orang,
sekelebat sudah menghilang, tanpa takut menerjang masuk kedalam
kerumunan orang. Di belakang para iblis pendeta dao, rumput setinggi lutut tidak
menghalangi pandangan mata, tidak terlihat ada yang aneh, juga
tidak terlihat ada bayangan orang.
Tutup rumput semuanya membuka, delapan orang loncat keluar
dari lobang tanah, tutup lubang adalah alat pengaman tubuh
berbentuk kayu, rumput yang menutupi diatasnya sekali dibuka
langsung jatuh. Delapan orang yang mendadak muncul, dengan papan pelindung
melindungi tubuhnya, pedang juga digunakan sebagai golok, dua
orang satu grup, pelindung diangkat miring tidak melihat wajah orang, dari bawah pelindung melihat kaki lawan, melihat kaki langsung
dibacokan. Dari sekelompok orang tanpa diduga mengganti orang, seperti
tentara dewa yang muncul didalam tanah, bergantian menerjang
membunuh dan saling melindungi, matanya memakai cadar tipis, mulut memakai penutup untuk melindungi dari wewangian dan racun, lengan
memakai pelindung, punggung dipasang papan tipis, di depan ada kulit kaca pelindung hati.
Sekali menerjang, telah membacok kaki sebelas orang lakilaki dan
perempuan. Penjagalan besar-besaran yang sangat mengerikan, lebih
dahsyat dari pada benteng Zhang-feng, dengan persiapan yang
matang menyerang lawan yang tidak ada persiapan, membuka
jaring menunggu ikan besar, kalah menang sudah ditentukan.
Fu Ke-wei telah mengerahkan segala kemampuannya, setiap
pedangnya seperti pukulan geledek, orang pertama yang terkena
terjangannya adalah dua orang pendeta dao tua dan dua orang pendeta dao wanita, satu persatu dibelah, dilemparkan oleh pedang, menebarkan hujan darah segar.
Semua orangnya seperti sudah jadi gila, sifat binatang liarnya
nampak jelas. Xiao-yao-xian-ke seperti sudah gila mengejar-ejar Fu Kewei, tapi
Fu Ke-wei selalu menghindar berhadapan dengan dia, datang
seperti angin pergi seperti kilat mengejar orang lainnya, putaran
yang cepat membuat hawa pedang memenuhi langit, dalam
sekejap mata telah membunuh delapan orang laki-laki dan
perempuan. Akhirnya dengan satu siulan panjang, dia memutar tubuhnya
menerjang dahsyat ke arah Xiao-yao-xian-ke yang wajahnya marah
seperti akan meledak. Di lapangan anggota tubuh bertebaran dimana-mana, mayat
memenuhi tanah liar, hanya tersisa beberapa orang lagi.
"Traang!" Kembang api bertebaran, Xiao-yao-xian-ke telah menangkis satu
serangan dahsyat, dia berhasil menangkis keluar pedangnya Fu Ke-wei, kuda-kudanya hanya goyang setengah langkah, kekuatan tenaga diatas pedangnya bisa disamakan dengan Fu Ke-wei.
Fu Ke-wei tidak ragu-ragu lagi, dia melakukan serangan seperti angin ribut, memaksa iblis pendeta dao tidak bisa menggunakan tangan kiri melakukan tipuan, memaksa iblis pendeta dao hanya bisa menggunakan kepandaian sesungguhnya bertarung, tekanannya pedangnya makin
lama makin kuat, tenaga dalamnya menekan tidak terputus-putus.
"Traang! Traang traang traang......" kedua belah pihak menggunakan kecepatan seperti kilat, tidak bisa terhindarkan benturan pedang,
menyerang memaksa membuat celah, tidak ada kesempatan bertarung
dengan cara bergerilya, setiap serangan pedang menentukan hidup atau mati.
Untuk pertama kalinya Fu Ke-wei bertemu dengan orang yang
berilmu pedangnya sehebat ini, dengan tenaga dalam mengendalikan
pedang menyerang seperti gelombang, kedua belah pihak bertarung
dengan tenaga dalam penuh, sudah tidak ada lagi yang disebut jurus.
Saking cepatnya kedua orang ini bergerak, orang yang
menonton di pinggir sudah tidak bisa melihat dengan jelas
perubahan yang terjadi, mata sudah tidak bisa mengikuti gerakan,
sampai bayangan orang pun sulit bisa dibedakan.
Sinar kilat menyilaukan mata, kembang api memancar, siutan
suara pedang yang seperti geledek, bayangan orang yang
samar-samar sulit dibedakan, hanya terdengar benturan sepasang
pedang yang sangat dahsyat.
Lingkup pertarungannya tidak luas, hanya sekitar tiga zhang
saja, rumput diatas tanah telah terinjak rata semua, sudah tidak
tampak ada rumput yang berterbangan.
Lapangan pertempuran sudah kembali jadi tenang, hanya seorang
pendeta dao wanita dan seorang bocah pendeta dao yang berhasil lari menyelamatkan diri. Selain Xiao-yao-xian-ke, teman-teman Fu Ke-wei telah melumpuhkan tiga puluh empat orang, dikatakan keji memang
sangat keji, ini adalah satu penjagalan besar-besaran yang mendadak, yang berat sebelah.
Delapan orang berkumpul menonton di pinggir, tidak ada
keberanian melibatkan diri, memang sama sekali tidak bisa
melibatkan diri. Keponakan keluarga Ceng ada empat orang yang mendapat luka
ringan, tapi gerakannya tidak terganggu, yang lainnya selamat tidak mendapat luka.
Delapan orang menonton jalannya pertarungan, Pi-li-hu yang
silatnya sudah sampai taraf kesempurnaan juga menonton telapak
tangannya sampai mengeluarkan keringat, denyut jantung jadi
berjalan cepat, saking tegangnya sampai menggenggam erat
pegangan pedang, napas pun terasa susah
"Traang traang traang!" terdengar tiga kali suara benturan logam.
Fu Ke-wei mundur tiga langkah, Xiao-yao-xian-ke terlontar miring
satu zhang lima enam. Xiao-yao-xian-ke menggunakan kesempatan sekejap ini menarik
nafas dalam, mengeluarkan satu siulan aneh yang menakutkan,
tubuhnya berputar, mantel dao nya mengembung, wajahnya sangat
bengis sekali, dalam sekejap bentuk tubuhnya seperti menghilang,
melayang layang menjadi asap tipis.
Fu Ke-wei menekan wajahnya, dia segera mengambil nafas,
sepasang tangan dibuka keluar pelan-pelan diangkat, selapis hawa
yang misterius mendadak muncul, tubuhnya sedikit berjongkok
kebawah, angin meniup keras sejauh delapan langkah, dalam
sekejap tubuhnya juga telah menghilang tidak berbekas.
Kejadian yang tidak terbayangkan yang dilakukan kedua orang,
membuat orang yang melihatnya terkejut, mulut menganga tidak
bisa bicara, bulu kuduknya berdiri, seperti benar-benar melihat
setan di disiang hari bolong.
Dua bayangan hijau tipis tiba-tiba muncul tiba-tiba menghilang
dalam radius sepuluh zhang, sepertinya dua aliran sinar sedang
berkejar kejaran, menghilang lalu muncul muncul, lebih mirip roh
yang bergentayangan. Kecuali suara hawa dingin mengalir yang samar-samar bisa di
rasakan, tidak terdengar ada suara derap kaki, tidak bisa melihat
bayangan nyata. Suara angin berhembus yang samar-samar semakin cepat, dan
terdengar suara aneh mmm... nnn... suaranya tidak tinggi, tapi bagi yang mendengarnya membuat orang berdiri bulu kuduknya, suara
aneh ini seperti tidak ada di kehidupan manusia, tapi panggilan yang datang dari neraka.
Suara aneh terdengar semakin menegangkan, lapangan masuk
ke dalam situasi misterius tidak bisa diduga.
"Ilmu hitam!" teriak seorang keponakan dari keluarga Ceng dengan wajah pucat ketakutan.
Terdengar satu suara menggelegar, suara aneh, asap,
bayangan dan keadaan aneh lainnya bersamaan waktunya
menghilang. Xiao-yao-xian-ke dengan wajah pucat mendekap perutnya
sempoyongan mundur ke belakang, akhirnya sepasang kakinya
menjadi lemas dan bersujut diatas tanah, pedangnya terjatuh dua
zhang lebih diatas rerumputan.
Badannya Fu Ke-wei muncul kembali delapan che di depan iblis
pendeta dao, dengan dingin menatap iblis pendeta dao.
"Kau sudah berhasil melatih Yuan-shen-fen-shen-shu (ilmu
membagi semangat murni), tidak aneh kau tidak memandang
orang-orang dunia persilatan, menguasai sendiri daerah kekuasaan
melindungi para penjahat." Kata Fu Ke-wei dingin.
"Kau......kau telah menghancurkan Nei......Nei-dan (butir inti) a......aku......" iblis pendeta dao yang bersujud di tanah, berteriak sekuat kuatnya.
"Sekarang, aku akan hancurkan Yuan Shen (semangat dasar) mu!"
Fu Ke-wei mengulurkan pedang, wajahnya serius, ujung pedang
menunjuk pada tengah alisnya iblis pendeta dao, "lalu, menggunakan San-mei-zhen-huo (semedi api murni) melebur tubuhmu!"
"Ja......jangan......" pertahanan iblis pendeta dao telah hancur.
"Harus, kau harus!"
"Tolong beri aku kesempatan......"
"Kenapa aku harus beri kau kesempatan?"
"Aku......aku bersumpah akan berubah dan menjalani jalan
baru......" "Ooo! Apa benar?" Fu Ke-wei berpikir sebentar, "aku ada syaratnya."
"Aku......aku terima!"
"Hancurkan ruang rahasia bawah tanah di dalam kuilmu." Fu Ke-wei satu kata persatu kata mengatakannya, "harta benda di dalam kuil, kau sumbangkan dua per tiga untuk yayasan amal, sepertiga nya untuk biaya membubarkan anggota kuil."
"Aku......aku siap melakukannya."
"Beritahu teman temanmu yang diam-diam bersiap
membantumu, tidak boleh melibatkan diri urusanku dengan ketua
benteng Xi." "Akan kulaksanakan." Keta Xiao-yao-xian-ke dengan sedih, "aku siap melepaskan kedudukan ketua. Pergi ketempat jauh......"
"Apakah bisa menerima nasihatku?"
"Ini......silahkan katakan!"
"Walau kau berhasil melatih dao, tapi tidak lurus dan murni,
mangkin lama berlatih nyawanya akan lebih pendek. Carilah satu
tempat yang bagus, kembali ke jalan yang benar, baru bisa kembali ke asal yang benar."
Fu Ke-wei dengan serius berkata lagi:
"Jika bisa melatih secara alamiah dan hati bersih tidak banyak mengubar nafsu, walau belum tentu bisa mencapai taraf dewa di
dunia, tapi paling sedikit bisa memperpanjang
nyawa sepuluh tahun lebih pasti tidak akan jadi soal."
"Aku pasti tidak akan menyia-nyiakan nasihat kau. Iii...!"
Dari kejauhan bayangan orang berdatangan seperti kilat, iblis
pendeta dao ketakutan sekali!
"Wen Wen......" teriak Pi-li-hu terkejut.
"Xiao Wen, kenapa kau datang kesini?" Fu Ke-wei berteriak, cepat menghampiri menyambut.
Jin Wen-wen dengan cepat tiba di tempat, nafas
terengengah-ngengah! "Kakak Fu, kami telah mendapatkan tempat
persembunyiannya ketua benteng Xi."
"Dimana mereka?" tanya Pi-li-hu dengan khawatir.
"Di satu kampung kecil dekat kuil Jing-yun......"
"Jangan terburu-buru, pelan pelan katakan, mereka tidak akan
bisa lari." Fu Ke-wei menepuk perlahan punggung si nona,
menenangkan emosi dia, "ceritakan kejadiannya padaku."
"Aku bersama kakak Fei dan kawan-kawan, lebih cepat beberapa jam meninggalkan Xu-zhou pergi ke utara, menghadang para pelapor berita untuk kalian dan diam-diam mencari berita. Sekarang kami telah
mendapatkan tempat persembunyian ketua benteng Xi dan kawan
kawannya, di satu kampung kecil di dekat kuil Jing-yun. Dan di satu rumah penduduk, kami menemukan Liu-fei-yan yang telah di totok jalan darahnya oleh Yu-shu-xiu-shi, setelah di tolong Liu Feiyan bercerita bahwa, Yu-shu-xiu-shi menduga ketua Jing-yun tidak bisa lagi di andalkan, maka dia berunding dengan ketua benteng Xi dan kawan kawan siap melarikan diri ke tempat lain dan meninggalkan dirinya. Kita harus cepat bergerak, jika tidak, kita tidak akan bisa mengejarnya!"
"Tenang saja, mereka tidak akan berani terang-terangan
bergerak di siang hari bolong, dimana kawan-kawanmu
sekarang?" "Bersembunyi di luar kampung mengawasi mereka."
"Baik, sekarang kita berangkat."
"Sobat, apakah ada bisa aku bantu?" Tanya Xiao-yao-xianke dengan tulus.
"Terima kasih! Kau tidak baik menampilkan diri." Fu Ke-wei dengari sopan menolak, "supaya tidak mengganggu orang kampung, aku tidak akan bertindak di dalam kampung, aku akan menunggu mereka, setelah mereka meninggalkan kampung baru menangkapnya."
Sore hari. Ketua benteng Xi dan kawan-kawannya sedang menunggu berita,
setiap orang tampak gelisah.
Tidak lama, Er-lang-shen yang menyamar jadi orang
kampung kembali dari luar.
"Bagaimana keadaannya?" tanya ketua benteng Xi dengan
gelisah. "Sangat tidak bagus!" kata Er-lang-shen wajahnya tampak tidak normal, "iblis pendeta dao membawa tiga puluh lebih pesilat tinggi, hampir dibunuh bersih anjing kecil Fu dan kawan kawannya,
sungguh parah sekali!"
"Bagaimana iblis pendeta dao sendiri?"
"Saat aku meninggalkan tempat persembunyian, iblis pendeta dao sedang bertarung ilmu gaib dengan anjing kecil Fu, keadaannya itu
seperti di dalam neraka saja, aku......aku tidak berani melanjutkan melihatnya, segera meninggalkan tempat itu, berputar satu putaran
besar baru kembali kesini."
"Aku lihat situasinya tidak bagus, kita harus segera meninggalkan tempat ini." Kata Yu-shu-xiu-shi dengan gelisah.
"Itu juga harus menunggu sampai hari gelap baru bisa berangkat."
Ketua benteng Xi berpesan pada Er-lang-shen, "utus beberapa orang pergi ke kampung lihat apakah ada gerakan di kampung" Lalu
perintahkan ke bawah, segera bersiap-siap pergi, bungkusan baju dan kuda tidak perlu dibawa lagi, setiap orang bagikan sebagian harta
pusaka dan uang, berangkat dengan bawaan yang ringan."
Er-lang-shen mengiyakan, lalu pergi keluar ruangan.
"Ketua benteng mau melarikan diri ke arah mana?" tanya
Yu-shu-xiu-shi. "Kota kabupaten." "Kota kabupaten?"
"Tidak salah." Kata ketua benteng Xi dengan yakin, "anjing kecil Fu bisa dari jauh mengejar kesini, dia pasti mempunyai jaring pencarian yang sangat rapi, sejak awal bisa mengetahui jejak kita, sehingga, melarikan diri kearah mana pun tidak akan aman, kota kabupaten adalah satu-satunya tempat yang aman, walau keberanian dia lebih besar lagi, juga tidak akan berani membuat onar di dalam kota."
"Tapi kita tidak mungkin selamanya sembunyi di dalam kota!"
"Tentu saja, ini hanya satu cara sementara, tapi paling sedikit bisa menghindarkan mala petaka di depan mata ini." Kata ketua benteng dengan tenang, "Sekarang kantong kita penuh uang, walau menginap dipenginapan paling besar pun, juga bisa menginap barang satu tahun atau setengah tahun. Diantara waktu ini, aku akan berusaha
mengumpulkan teman baikku, melakukan perhitungan dengan anjing
kecil Fu." "Sebuah cara yang sangat bagus." Yu-shu-xiu-shi dengan gembira menyetujuinya, "aku juga bisa mengumpulkan para anggota
perkumpulan yang dulu terpisah di dunia persilatan, melakukan
serangan terang-terangan atau gelap, bertarung mati-matian dengan
anjing kecil Fu!" "Kantor pusat perkumpulanmu walau telah ditutup, tapi para
anggota yang terpisah di Dunia persilatan jumlahnya masih cukup
menggembirakan, saudara kecil jika bisa mengumpulkan sebagian
para anggota perkumpulan, ditambah kekuatan keuanganku,
harapan kita bisa bangkit kembali masih besar sekali."
"Ini harus mendapat dukungan sepenuhnya dari ketua
benteng!" "Bagus, bagus, sekarang ini kita adalah orang yang di atas satu perahu, ada kesulitan kita hadang bersama ada keuntungan kita nikmati bersama, hubungan kita di bangun diatas kesulitan, di kemudian hari kita pasti bisa bekerja sama dengan gembira!"
"Tentu, tentu."
Dari bermacam-macam orang, ada sebagian orang bisa
menempuh kesulitan bersama-sama, juga bisa menikmati
keberuntungan bersama-sama, tapi ada sebagian orang, hanya
bisa menempuh kesulitan bersama, tapi tidak bisa menikmati
keberuntungan bersama. Ketua benteng Xi dengan Yu-shu-xiu-shi, adalah orang ambisi
yang mementingkan nama dan keberuntungan, sekarang mereka
terjerumus ke dalam kesulitan, terpaksa harus saling mendukung
dan bersama-sama menghadapi keadaan sulit, jika mereka bisa
melewati kesulitan, di kemudian hari jika bisa berhasil, dua orang ini apakah benarbenar bisa bersama sama menikmati keberhasilannya,
hanya langit yang tahu! Bersamaan waktu. Fu Ke-wei dan kawan kawan, di dalam hutan yang berjarak empat
li dari kota kabupaten sedang menyantap makanan kering.
"Saudara kecil, dugaanmu apa tidak terlalu beresiko" Jika mereka tidak masuk ke kota untuk sembunyi, bukankah kita akan repot lagi
mencari mereka sampai ke ujung dunia?" kata Pi-li-hu tidak yakin.
"Paman Ceng terlalu banyak berpikir." Kata Fu Ke-wei dengan yakin, "iblis pendeta dao yang mereka andalkan sebagai
perlindungan terakhir juga sudah jatuh, di dalam radius dua tiga
ratus li ini, tidak bisa menemukan lagi penguasa setempat yang
dapat melindungi mereka. Di dalam hati mereka pasti tahu, sulit
meloloskan diri dari kejaran kita, kota kabupaten adalah
satu-satunya tempat yang aman, dan juga sangat dekat, dalam
sekejap sudah bisa dicapai. Aku yakin sembilan puluh sembilan


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

persen, mereka pasti pergi ke kota kabupaten untuk menghindarkan
mala petaka. Makanya aku menyuruh Xiao Fei dan lainnya
meninggalkan kampung kecil, supaya tidak di ketahui oleh mereka
dan timbul kewaspadaannya."
"Kak Fu, bagaimana kalau iblis pendeta dao membocorkan jejak
kita?" tanya Hoa-fei-hoa yang sedang makan makanan kering.
"Tidak, urusan dia masih sibuk untuk membereskan orangorangnya, mana ada semangat mengurusi masalah orang lain" Apa
lagi dia tidak tahu apa tujuan kita sebenarnya."
"Jika dugaan majikan benar, itu artinya keberuntungan mereka
telah habis. Mereka pasti menunggu hari gelap baru bergerak, tapi
tidak menduga bulan sabit malam ini menggantung diatas langit, jadi gerakan mereka kehilangan kerahasiaannya!" Xie-shen dengan
gembira menunjuk bulan sabit yang telah muncul di atas.
"Jika bertarung malam hari, harus sangat hati-hati terhadap
senjata gelap lawan." Fu Ke-wei dengan serius berpesan pada semua orang, "tinggalkan ketua benteng Xi untuk aku, aku ingin mengetahui keberadaannya Tian-long-jian."
"Tuan, masalah Tian-long-jian Lu Zhao, apakah kau tidak merasa di dalamnya ada apa-apa?" tanya Ouw Yu-zhen ragu.
"Apakah kau mencurigai sesuatu?" tanya Fu Ke-wei.
"Kabar Lu Zhao minta perlindungan duri ketua benteng Xi, adalah di beritakan oleh Yuu Shang-nie, dan Sepasang Cantik Jiang-nan juga
pernah menyatakan melihat dengan mata kepala sendiri dia muncul di benteng tersebut, ini artinya Lu Chao benar telah berlindung didalam benteng Zhang-feng."
"Tidak salah......"
"Tapi kau pernah menginterogasi kepala pengurus ruang dalam
benteng tersebut, dia malah menyatakan tidak pernah melihat
Tian-long-jian. Inilah persoalannya."
"Maksudmu......"
"Ada dua kemungkinan." Ouw Yu-zhen dengan tenang
menguraikannya, "kemungkinan pertama adalah, ketua benteng Xi menempatkan Tian-long-jian di suatu tempat yang sangat rahasia.
Kemungkinan kedua adalah, Tian-long-jian mengalami nasib yang
sama dengan Sepasang Cantik Jiangnan, hanya saja dia tidak
seberuntung seperti Sepasang Cantik Jiang-nan, kemungkinan ini
yang paling besar." "Kau curiga ketua benteng Xi melihat kekayaan jadi lupa rasa
setia kawan, setelah memaksa mengambil harta dia lalu
membunuhnya." Tanya Fu Ke-wei dengan tenang.
"Tidak salah. Hari itu setelah benteng hancur, kita telah memeriksa seluruh tempat, tapi tidak menemukan jejaknya, orang yang sudah
cacat, tidak mungkin mengambil kesempatan ketika benteng sedang
kacau melarikan diri keluar benteng!"
"Jika benar demikian, sungguh teledor! Sebenarnya di dalam hati aku juga ada curiga, hanya saja tidak bisa membuktikannya." Kata Fu Ke-wei mengeluh, "Jika ternyata benar begitu, kebencianku
terhadap Tian-long-jian, tidak se dalam seperti terhadap ketua
benteng Xi, jika tidak dari dulu aku tidak akan mengampuninya. Hati Xi Zhang-feng sungguh sadis, orang semacam ini hidup lebih sehari
akan lebih berdosa sehari, malam ini aku harus menghabis penjahat
ini!" "Ingat Yu-shu-xiu-shi punyaku, kalian jangan berebut
denganku!" kata Jin Wen-wen.
"Mungkin kau tidak akan kebagian!" kata Hoa-fei-hoa
tertawa. "Aku sudah katakan dulu, kak, kau jangan merebut
punyaku!" kata Jin Wen-wen.
"Bukan aku, tapi ada orang lain."
"Siapa?" "Liu Fei-yan!" kata Hoa-fei-hoa, "dia mendapat penghinaan sebesar ini, apakah bisa melepaskan brengsek itu?"
"Anggap saja brengsek ini beruntung." Kata Jin Wen-wen
kecewa. "Beruntung?" kata Nie-sha-yin-hoa sinis, "dia sedang menuju jalan kematian, kau tidak percaya lihat saja nanti."
"Kau kira Liu-Fei-yan pasti mencarinya?" Xie-shen tidak
sependapat, "bukankah dia selalu menuruti apa saja kehendak
brengsek itu?" "Paman Tu, kau tidak mengerti hati wanita, wanita yang sifatnya keras seperti Liu Fei-yan. Begitu mencinta pasti sangat dalam, tapi kalau sudah benci, malah akan membenci setengah mati, Liu
Fei-yan adalah wanita semacam itu." Kata Nie-sha-yin-hoa
menghabiskan makanan kering terakhirnya, setelah mengelap
bersih tangannya, mendekati pada Fu Kewei, "Tuan, apa bisa bicara sebentar, aku ada sesuatu yang akan dibicarakan."
Fu Ke-wei setelah sedikit tertegun, langsung bangkit berdiri jalan keluar bersama dengan Nie-sha-yin-hoa.
"Kenapa kak Ling begitu rahasia?" Hoa-fei-hoa dengan pelan bertanya pada Ouw Yu-zhen.
"Aku juga tidak tahu......"
"Jika mereka menghindari kita, yang dibicarakan pasti masalah pribadi." Xie-shen menyela, "kau tanya pada Xiao Zhen, bukankah sia-sia saja?"
Dua orang itu sudah berjalan sampai di pinggir hutan, sudah
cukup jauh dengan Hoa-fei-hoa dan kawan-kawan.
"Terhadap adik Fei, di kemudian hari bagaimana kau akan
mengaturnya?" Nie-sha-yin-hoa dengan perlahan melontarkan
pertanyaan yang terus terang.
"Dia satu-satunya darah daging guruku, tentu saja aku akan
melindungi dia sebagaimana mestinya."
"Bagaimana melindunginya?"
"Ini......" "Yang diinginkan adik Fei adalah cinta antara laki dan
perempuan, bukan cinta antara kakak dan adik!"
"Kami adalah kakak adik seperguruan......"
"Alasan apa itu" Di dunia persilatan kakak beradik seperguruan yang jadi suami istri juga banyak sekali." Niesha-yin-hoa dengan serius berkata, "Aku melihat dari sisi jadi melihat dengan jelas, didalam hati kalian saling berhasrat, tapi karena sifatnya keras, masing-masing tidak mau dengan aktif menyatakannya. Apakah kau tidak tahu, sifat adik Fei akhirakhir ini sudah berubah banyak" Dia adalah seorang wanita yang pantas kau cintai, hanya dengan menjadi suami istri, baru bisa
melindungi dia seumur hidup."
"Aku pikir......."
"Jangan pikir, tapi harus melakukannya!"
"Aku......aku sekarang sudah tahu harus bagaimana
melakukannya." "Begitu baru benar, aku dengan adik Zhen, paman Tu dengan
tulus hati mendoakan kalian." Nie-sha-yin-hoa jadi merasa lega.
"Apa yang ingin kau bicarakan hanya masalah ini?"
"Tidak, masih ada satu masalah."
"Masalah apa?" "Mengenai persoalan hubungan antara kau dan adik Wen."
Nie-sha-yin-hoa dengan wajah serius berkata, "Siapa pun bisa
melihatnya dia mencintaimu, tapi sepertinya di dalam hatimu ada
simpul, malah sengaja menghindar, kenapa?"
"Jin-she-dong adalah keluarga terhormat di dunia persilatan,
adalah lambang nya aliran putih di dunia persilatan, aku tidak berani mengharapkannya!" Fu Ke-wei dengan tenang berkata, "kali ini karena tujuannya sama, terpaksa bersatu dengan aku melakukan
tindakan, mungkin itu sulit bisa mendapat pengertian dari
Zi-xi-shan-xian, mana aku masih berani menerima perasaan ini?"
"Kau terlalu banyak berpikir. Zi-xi-shan-xian walau adalah lambang terhormat aliran putih, tapi tidak ada tampang seperti orang aliran putih biasa yang menyebalkan orang." Kata Nie-sha-yin-hoa sambil tersenyum,
"sebaliknya, dia sangat membenci kejahatan, cara menghukum para penjahat sangat keras, dia adalah seorang yang sangat tahu aturan, kenapa kau menggaris batas untuk diri sendiri" apa lagi pernah diruang rahasia bawah tanah di gedung Wang-yue di Wu-chang kau terang terangan
mengumumkan adik Wen adalah wanita kepunyaanmu......"
"Itu karena untuk menolong orang jadi sembarangan berkata,
mana bisa dianggap sungguh-sungguh?" Fu Ke-wei
menjelaskannya. "Dipihakmu, itu adalah tindakan terpaksa. Tapi di pihak adik
Wen, malah di hadapan para angkatan tuanya terangterangan
mengumumkan akan mengikutimu, jadi sudah berbeda artinya!"
"Aku tahu, berdasarkan hubungan antara kau dan dia sehingga
melakukan ini, tapi kau belum benar-benar mengerti kenyataan
sebenarnya..." "Kau salah, paman Ceng yang menitipkan padaku supaya aku
menanyakan pendapatmu." "Paman Ceng?"
"Betul." Nie-sha-yin-hoa dengan serius berkata, "dia merasa kau adalah seorang laki-laki hebat yang sangat jarang, laki-laki baik yang pantas dipercayai, dia sangat setuju hubunganmu dengan adik Wen."
"Hubungan antara laki-laki dan perempuan perubahannya sangat
besar, tidak boleh maju dengan cepat." Kata Fu Ke-wei dengan tulus,
"terhadap diri Jin Wen-wen aku kurang banyak mengenal, dia juga hanya melihat wajah luarku saja, dari pada menyesal di kemudian hari, lebih baik lebih banyak mengenalan dulu. Begini saja" Biarkan hubungan kami berkembang secara alamiah, setelah saling mengenal, pelanpelan
berkembang secara alamiah, sehingga tidak saling melukai."
"Kata-katamu memang benar, masalah hubungan cinta tidak bisa
dipaksakan." Nie-sha-yin-hoa menganggukan kepala, "tapi aku berharap kau tidak membentuk garis pembatas terlebih dulu, dan
juga harus membuka simpul di dalam hati."
"Aku mengerti maksud kau." Fu Ke-wei menganggukan kepala tanda setuju.
Dua orang kembali ke dalam hutan, sorot mata yang
menyambut mereka tampak bermacam-macam.
Saat malam tiba. Sepuluh lebih bayangan orang dengan kecepatan yang tidak
pelan juga tidak cepat berjalan melewati tanah liar, di bawah sinar bulan wajahnya bisa jelas dikenali.
Sekelompok orang itu sudah mendekati lima zhang dari
pinggir hutan. "Tunggu! lebih baik kita mengutus orang masuk ke hutan
memeriksanya lebih dulu." Kata Yu-shu-xiu-shi pada ketua benteng Xi yang berjalan paling depan dengan suara pelan dia mengajukan
peringatan. "Saudara kecil Gao, kau terlalu banyak khawatir!" ketua benteng Xi dengan sangat yakin, "anjing kecil Fu itu bukan dewa, pasti tidak akan terpikir oleh dia, kita ini bisa pergi ke kota kabupaten dan
menghadangnya dari depan, menurut dugaan aku, dia mungkin masih
di dalam kampung melakukan pencarian!"
"Walau pun begitu, tapi aku masih ada firasat yang tidak baik."
Kata Yu-shu-xiu-shi dengan tidak tenang.
"Sekali digigit ular, sepuluh tahun takut pada tali sumur." Kata Ketua benteng Xi sambil tertawa pahit, "perasaan saudara kecil, aku bisa mengerti. Tapi aku menduga di dalam hutan pasti tidak ada bahaya
sama sekali, dengar kata-kata aku, pasti tidak salah......"
"Ha ha ha ha......" di dalam hutan terdengar suara tawa yang nyaring, menghentikan kata katanya ketua benteng Xi.
Suara tawa belum berhenti, di dalam hutan melangkah keluar
sembilan orang terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Ketua benteng Xi dan kawan-kawannya mendengar suara tawa
itu sudah sangat terkejut dan curiga, setelah orangnya muncul
mereka jadi ketakutan, wajahnya berubah warna seperti melihat
setan. "Marga Fu, orang dulu berkata: berandalan memukul
sembilan-sembilan, tidak memukul lebih satu, apa kau ingin
membunuh habis semua satu pun tidak akan ditinggalkan?" ketua benteng Xi berteriak marah dan gelisah.
"Marga Xi, apakah kata-katamu adil?" kata Fu Ke-wei dingin,
"di jalanan Shan-xi dua puluh lebih nyawa tidak berdosa mati, mereka harus minta keadilan pada siapa?"
"Benteng Zhang-fengku telah hancur, harta jutaan telah
dirampas olehmu, apakah itu masih belum cukup membayar
hutang nyawa mereka itu?"
"Di dalam matamu, nyawa manusia sangat murah, didalam
mataku, nyawa manusia tidak ternilai harganya." Fu Ke-wei tawa dingin, "apalagi harta pusaka itu aku tidak merampas untuk diri sendiri, terhadap harta benda haram yang penuh
dengan bau amis darah itu, sedikit pun aku tidak ada minat."
"Apa sebenarnya yang kau inginkan?"
"Dendam antara aku dengan kau sudah tidak bisa diuraikan, bukan kau ayah dan anak yang mati, pasti aku yang mati." Kata Fu Ke-wei dengan suara dingin, "tapi walau bagaimana pun kau adalah seorang penguasa setempat, aku beri kau ayah dan anak dua jalan, terserah kau pilih yang mana."
"Dua jalan apa?"
"Jalan pertama adalah, kau dengan anak kau bersamasama
bertarung hidup mati denganku."
"Lalu jalan kedua?"
"Kau jawab satu pertanyaanku, hapuskan ilmu silatmu ayah dan
anak, aku beri satu jalan hidup buatmu."
"Pertanyaan apa" Apakah itu sangat penting buatmu?"
"Kau pilih dulu jalan yang mana?" Fu Ke-wei tidak
menjawab malah balik bertanya.
"Jika aku tidak memilih kedua jalan ini, bagaimana?"
"Aku akan membunuh habis kalian semua." Nada bicaranya Fu Ke-wei tegas tidak membuat orang curiga.
"Marga Fu, permusuhanmu dengan benteng Zhang-feng tidak
ada hubungannya dengan aku, kau tidak ada alasan mencari aku!"
Yu-shu-xiu-shi berteriak.
Si brengsek ini sudah ketakutan pada Fu Ke-wei, seperti tikus
bertemu dengan kucing. "Benarkah?" kata Fu Ke-wei tertawa dingin, "di Jiang-ning kau membawa sekelompok anak buah, mengejar ketat aku, dan
perkumpulanmu menyerang aku secara terang-terangan dan
sembunyi-sembunyi, itu bagaimana mengatakan hal ini" Jabatanmu
wakil ketua, kau berani mengatakan tidak ada hubungannya
denganmu?" "Tapi......ketua perkumpulan kami dan sejumlah pesilat tinggi telah dibunuh habis olehmu, markas pusat perkumpulan Cun-qiu juga
sudah runtuh, seharusnya semua dendam juga terhapus oleh
karenanya......" kata Yu-shu-xiu-shi dengan gelisah, sikap angkuhnya waktu dulu sudah tidak tampak sama sekali.
"Mmm, kau brengsek ini kata-katamu juga masuk akal,
permusuhan di antara kita nampaknya juga harus hilang......"
"Lalu......lalu apakah aku boleh pergii ?" hati Yu-shu-xiu-shi merasa lega.
"Aku tidak akan mencari kau lagi, tapi ada orang lain yang ingin mencari kau."
"Siapa......" hatinya Yu-shu-xiu-shi kembali jadi tegang.
"Aku!" Jin Wen-wen keluar dari kerumunan orang, "Hutang dua nyawanya dua tamu penginapan di Wu-chang sedang menuntut
pembayaran darimu! Jangan lari! Kau pengecut tidak bertanggung
jawab ini......" Yu-shu-xiu-shi mana berani tidak melarikan diri"
Dia terhadap Jin Wen-wen, dia cinta juga takut, ketika Jin Wen-wen keluar dari kerumuman orang, diam-diam dia sudah bergeser kearah
timur satu zhang lebih. Belum habis perkataan Jin Wen-wen, Yu-shi-xiu-shi segera
mengeluarkan jurus Ikan Mas Balik Menerjang Ombak, dia meloncat ke belakang satu zhang lebih, begitu sepasang kakinya menginjak tanah, dia membalikan tubuh lari menuju tanah liar, dalam sekejap telah
menghilang di dalam hutan disebelah timur.
"Xiao Wen, jangan dikejar! Dia tidak akan bisa melarikan diri." Fu Ke-wei seketika teriak menghentikannya.
"Tapi dia sudah melarikan diri!" kata Jin Wen-wen dengan menyesal.
"Liu Fei-yan sedang menunggu dia di dalam hutan! Dengan sifat dia mana mungkin bisa mengampunnya begitu saja?" Fu Ke-wei
tertawa tawar, membalikan tubuh berjalan menuju ketua benteng Xi
dan kawan-kawan. "Bagaimana, sudah pilih belum?" Dengan bengis dia
menatap ketua benteng Xi.
"Aku adalah seorang penguasa setempat, tidak akan
menundukan kepala di bawah ancaman, aku ingin mencari jalanku
sendiri." sikapnya ketua benteng Xi sangat bengis,
memang bersikap seorang penguasa setempat.
"Baik, akan aku kabulkan."
Fu Ke-wei mengayunkan tangannya, kerumunan orang
dibelakang tubuhnya bersamaan mencabut senjatanya,
membentuk formasi lingkaran pengepungan.
Sembilan lawan tiga belas, dalam jumlah orang ketua benteng Xi
berada diatas angin, tapi kebanyakan orangnya sudah ketakutan.
Sehingga, ketika ketua benteng Xi memberi aba-aba membentuk
formasi, bukan saja para anak buahnya Yu-shu-xiu-shi tidak ada
reaksi, sampai orang kepercayaannya ketua benteng Xi yaitu
Chang-cun-ji-shi, Er-lang-shen dan kawan-kawannya tetap berdiri
tidak bergerak. Menyaksikan begitu hati ketua benteng Xi menjadi dingin,
dengan wajah tidak berekspresi melihat pada para anak buahnya
sekali, lalu mencabut pedang bersama ketua muda benteng Xi Wen
Xin maju kedepan. Pi-li-hu menghembuskan nafas, keadaan pertarungan sudah
teruraikan, tidak perduli membunuh atau dibunuh orang,
bagaimana pun itu bukanlah satu hal yang menyenangkan.
Ayah dan anak berdampingan melangkah masuk ke lapangan,
tapi ketika ketua muda benteng Xi berjarak dua zhang dengan Fu
Ke-wei dia menghentikan langkah, dan melangkah ke kanan lima
langkah, dia bersikap semua ini seperti tidak ada sangkut pautnya
dengan dia. Ketua benteng Xi dengan sikap tenang melanjutkan langkahnya
maju ke depan, sekitar sembilan che di depan Fu Ke-wei dia
menghentikan langkahnya, dan memasang kudakuda siap
menyerang. "Iii...! Apakah kalian ayah dan anak tidak akan maju
bersama-sama?" tanya Fu Ke-wei merasa heran.
"Omong kosong." Kata ketua benteng Xi dengan keras, "aku termasuk salah satu dari Sembilan Jago Pedang Terbesar Dunia
Persilatan, di dunia persilatan kedudukan aku tinggi dan terhormat, tidak perlu bersama-sama melawanmu."
"Ooo! Apa betul?" Fu Ke-wei jadi mengerti, di dalam mata macannya timbul rasa curiga.
Sejak dimulai dari Shan-xi, ketua benteng Xi tidak pernah berani
tampil melawan dia, hanya mengutus anak buahnya melawan dia, namun sekarang sebaliknya dari biasa, dengan berani akan bertarung satu lawan satu dengan dia, tidak aneh di dalam hati dia timbul curiga.
Ketua benteng Xi tertawa dingin tidak bicara lagi, mulai
berkonsentrasi diri mengumpul kau tenaga dalam.
Fu Ke-wei juga mencabut keluar pedangnya, wajahnya jadi serius.
Sepasang pedang saling menunjuk dan kejauhan, hawa
pembunuhan hebat menerjang ke arah lawannya.
Sebuah teriakan dalam terdengar, sinar kilat menerjang menimbulkan angin topan, ketua benteng Xi mendadak menyerang dengan sangat
dahsyat dengan sikap seperti tiada lawannya dia menekan menyerang, serangannya seperti guntur, tajam sulit ditahan.
"Traang traang traang......"
Fu Ke-wei dengan tenang menangkisnya, tubuhnya pelanpelan
bergerak, bentuk tubuhnya sepertinya menciut menjadi kecil,
lingkaran tangkisan pedangnya juga semakin mengecil, sehingga
kecepatan gerakan pedangnya jadi semakin cepat semakin lincah, di


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bawah tekanan serangan lawan yang dahsyat, pertahanannya
sampai setitik air pun tidak bisa tembus, kadang menyerang titik
kelemahan lawannya, yang mau tidak mau harus menghindarnya
dan memaksa lawan mengurangi tekanan menyerangnya.
Dalam sekejap, mungkin dia telah menahan kira-kira seratus
jurus serangan pedang lebih, kecepatannya sulit dibayangkan.
Serangannya ketua benteng Xi masih tetap menggila dan hebat,
setiap pedang mengandung kekuatan sangat dahsyat, menyerang
tempat-tempat penting di tubuh lawannya, tenaga dalamnya tidak
ada hentinya, setiap pedang seperti guntur memecah batu,
menyerang tanpa ampun. Fu Ke-wei tetap masih melakukan strategi bertahan, setiap
pedang bergerak langsung menahan serangannya, dia tidak
sembarangan menangkis setiap serangan.
Xie-shen yang melihat sampai menggeleng-gelengkan
kepala, mulutnya bergumam
"Apa ada yang salah?" tanya Pi-li-hu tidak mengerti.
"Penyakit lamanya tuan kembali kambuh, dia sedang menguji
dirinya, mencoba sebenarnya bisa menerima tekanan seberapa
berat, makanya tidak balik menyerang." Ouw Yuzhen menjela.
"Aku juga heran!" kata Pi-li-hu jadi mengerti, "Iblis pendeta dao juga tidak bisa berbuat banyak dan kalah oleh saudara kecil Fu, apa lagi hanya seorang ketua benteng Xi!"
"Tuan, kau jangan bermain-main lagi?" teriak Ouw Yuzhen.
"Baik! Baik!" Selesai berkata tampak sinar kilat menerjang ketua benteng Xi
secara berturut-turut, menyerang dua kali serangan pedang,
kekuatannya dahsyat membelah langit.
"Traang! traang!" dua pedang berbenturan, hawa dingin
bergelombang menyebar, dengungan naga menggetarkan telinga!
Tubuh ketua benteng Xi mendadak mundur lima langkah
kebelakang, nafasnya mendadak menjadi sesak.
Ketua benteng muda Xi yang berdiri sejauh satu zhang lebih,
tangan kanannya dengan cepat diangkat.
"Aduh......" ketua benteng muda yang mengangkat tangan belum sampai ke posisi yang tepat, mendadak jatuh miring, punggung sebelah kanannya tampak ada satu lubang berdarah sebesar kepalan tangan,
nyawanya tampak tidak tertolong lagi.
Itu adalah sebuah Bunga Perak yang dilemparkan oleh Niesha-yin-hoa, senjatanya meletus di dalam dirinya, di tangannya
terjatuh sebuah pisau terbang sepanjang lima cun yang tidak keburu dilemparkan.
Baru saja ketua benteng Xi memantapkan dirinya, melihat
anaknya mati di bawah senjata gelap, hatinya jadi marah seperti
mau meledak. "Aku bunuh kau......" dia seperti sudah gila melayangkan pedangnya maju menerjang.
Tubuh Fu Ke-wei bergoyang sebentar, pedang di tangan
kanannya menjelma menjadi satu sinar kilat, berliku-liku
memotong masuk. Tubuh ketua benteng Xi tanpa halangan terpental sejauh satu
zhang lebih, buum.... getaran keras terasa, dia jatuh terlentang,
ditanah tertinggal sebuah tangan kanan yang masih menggenggam
pedang. Fu Ke-wei tertawa dingin, dia melangkah maju mendekati ketua
benteng Xi yang sedang memaksakan diri untuk bisa berdiri,
bergoyang-goyang lalu berdiri tegak, wajahnya pucat.
"Aku ingin tahu keberadaannya Tian-long-jian, jika kau tidak
mengatakannya, aku pasti mencincangmu dan diberikan pada
anjing!" katanya dengan dingin.
Sekali melihat sorot mata Fu Ke-wei yang dingin, hati ketua
benteng Xi dengan merinding, sampai rasa sakit dari tangan yang
putus juga seperti tidak terasa lagi.
"Aku......aku......" wajah ketua benteng Xi penuh dengan keringat dingin, bicaranya tidak menentu.
Pedangnya Fu Ke-wei pelan pelan menunjuk ke arah tangan
kirinya. "Dia......dia......dia sudah mati......sudah mati......"
"Kau telah membunuhnya, karena kau melihat harta jadi lupa
kebenaran, betul tidak?" Fu Ke-wei seperti tidak terkejut.
"Ini......" "Kau binatang yang tidak ada peri kemanusiaan, bagaimana kau
bisa melakukan perbuatan yang dikutuk ini" Puuh! Anjing pun lebih
tinggi tiga kelas dari pada kau!"
"Tolong......tolong am......ampuni aku......" dia sudah
hampir tidak bisa bertahan lagi,
"Aku......aku sudah tahu salah, tolong beri aku
kesempatan......aku......aku akan berubah menjadi baik......"
"Apakah kau pernah memberi kesempatan pada orang lain?"
"Tolong ampuni aku......" dia menggunakan tangan kiri menutup luka ditangannya dengan sedihnya berteriak, "Budha berkata,
lepaskan pisau penyembelih, segera berpaling menjadi budha......"
"Jika setiap orang yang melakukan kejahatan mengatakan dua
kata ini, orang yang menjadi Budha akan terlalu banyak, langit bakal tidak tahu ada seberapa besar, apakah bisa menampung begitu
banyak Budha?" "Ampun......" "Kau juga pernah jadi penguasa di dunia persilatan, melihat semua orang yang baik-baik sebagai anjing yang hina, putra putri harta
benda kau sesuka hati merampasnya, seharusnya kau bersikap
seorang penguasa, tidak diduga kau adalah seorang penakut!" Fu Ke-wei dengan memandang rendah dia berkata, "aku sudah tidak
ingin bunuhmu, hukuman mati walau telah di hapus, tapi hukuman
tubuh tidak bisa dihindarkan......"
Perkataannya belum habis, sinar pedang berkelebat,
memotong putus tangan kiri ketua benteng Xi.
Sepasang tangan telah hilang, tubuhnya kehilangan
kestabilan, segera jatuh ketanah.
"Kau......kau sungguh berhati keji......cara yang sangat
kejam......lebih baik bunuh saja aku......" Dia berteriak diatas tanah.
Chang-cun-ji-shi, Er-lang-shen dan kawan-kawan dengan
sendirinya mengeluh menggelenggelengkan kepala, dengan wajah
memandang hina membubarkan diri.
Semua teman dan kerabat telah meninggalkan dirinya,
sepasang tangan juga telah hilang, dia memaksakan diri bangkit
duduk. "Aku bersumpah pada langit." Dia menggigit gigi berteriak ke arah bayangan belakang Fu Ke-wei yang meninggalkan lapangan, "aku
akan menghabiskan harta bendaku, menyewa semua pembunuh
bayaran diseluruh dunia, menggunakan segala cara membunuhmu,
pasti!" "Kau sudah tidak ada kesempatan lagi menyewa pembunuh
bayaran, anjing tua!"
Disisi tubuhnya terdengar suara genit, bau harum tercium.
"Siapa?" dia terkejut dan membalikan kepala melihat.
Disisi tubuhnya tidak sampai delapan che, berdiri Sepasang Cantik
Jiang Nan, dengan dingin sedang menatap dia.
Wajahnya yang tadinya pucat tidak berdarah, menjadi
bertambah lebih pucat lagi.
"Kalian......kalian mau apa......"
"Seharusnya kau tahu kami mau apa." Kata si Cantik besar dingin, di dalam matanya yang genit membara api dendam.
"Aku......aku sudah......sudah terluka parah,
kalian......kalian tidak......tidak boleh melemparkan batu
kedalam sumur......" dia dengan kesulitan menggerakan
bokongnya mundur kebelakang.
"Tentu saja kami tidak akan." Si Cantik besar melangkah maju mendesak, "di dalam benteng Zhang-feng, bagaimana kau
memperlakukan kami kakak beradik?"
"Aku.......aku minta maaf pada kalian, aku bersedia
mengganti kerugian kalian, lepaskan aku......"
"Tidak perlu dibicarakan lagi!" kata si Cantik besar dingin, "kami tidak membicarakan dendam antara kami bersaudara denganmu,
hanya melihat sumpah kau tadi saja, kami sudah tidak bisa
melepaskanmu. Tuan Fu adalah penyelamat kami, kami akan
melakukan pembersihan bibit mala petaka demi penyelamat kami
juga!" "Aku......aku hanya sembarangan berkata saja......"
"Tapi sumpahmu adalah sumpah darah." Si Cantik besar tidak terpengaruh, "buat orang semacam kau, hidup adalah kejahatan. Orang dulu berkata: kalau membabat rumput tidak sampa akarnya, begitu ditiup angin musim semi, dia akar kembali tumbuh, jadi jangan menyalah-kan kami!"
Si Cantik besar mencabut pedangnya, lalu di tusukan pada
jantungnya...... 0-0-0 Hawa segar musim semi tahun ini, agak lain dengan tahuntahun
sebelumnya, pada musim Cing-ming (Ceng-beng) tahun ini, suasana
terasa begitu cerah dan hangat.
Musim Cing-ming tahun ini terasa begitu ramai dan meriah, lima
orang manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, rupanya
baru saja selesai bersembahyang pada sebuah kuburan yang menjadi
kuburan guru Fu Ke-wei. Fu Ke-wei membawa adik seperguruannya Hoa-fei-hoa Ling Yu-ji
bersembahyang, Ratu lebah Ouw Yu-zhen, Nie-sha-yinhoa, Chao
Yung-ling, Jin Wen-wen, tidak lupa ikut juga Xieshen Tu-bu, semua ikut bersembahyang di kuburan Tian-luofei-mo.
Selesai bersembahyang Fu Ke-wei telah merencanakan akan menetap
selamanya di kampung Liu-jiang, kampung halamannya yang berada di
bawah gunung, melupakan persoalan-persoalan ruwet dunia persilatan.
Tentu saja semua juga berhubungan dengan bersatunya cinta kasih
dengan adik seperguruannya Hoa-fei-hoa, Ling Yu-ji dan juga Jin
Wen-wen. Bagaimana dengan Ouw Yu-zhen, Chao Yung-ling dan Xieshen"
Mereka berdua juga sudah tidak ingin meninggalkan Fu Kewei
bertiga, dan mereka dengan senang hati tinggal di kampung tempat
tinggal Fu Ke-wei. Tamat Bandung, 10 Desember 2007
Salam Hormat (See Yan Tjin Djin) Harimau Mendekam Naga Sembunyi 10 Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya S H Mintardja Payung Sengkala 10

Cari Blog Ini