Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung Bagian 11
Tiga orang tua itu semula sangat galak, tapi begitu
melihat Lam kiang Tay-bong berada disitu, semua
nampak terperanjat dan tidak berani berlaku galak lagi.
Mereka juga melihat gadis kaki telanjang dan Ho Hay
Hong, terutama ketika melihat Ho Hay Hong wajah
mereka berubah seketika. Satu diantaranya berkata:
"Kiranya adalah kau bocah yang berani mati ini, kau
benar-benar berani mati sekali, Lam-kiang Tay-bong kau
juga berani ganggu barangkali kau sudah bosan hidup !"
Mulutnya meskipun berkata demikian, tapi dalam hati
diam-diam terkejut, sebab Ho Hay Hong dalam usia yang
masih demikian muda ternyata sudah memiliki
kepandaian ilmu silat tinggi sekali.
Apa yang tak habis mengherankannya ialah orangorang
yang diganggunya hampir semuanya merupakan
tokoh-tokoh terkuat yang namanya sudah terkenal.
Kesimpulan mereka bertiga hampir bersamaan, ialah
bocah itu mungkin baru-baru mendapat nama, jikalau
tidak mengapa selalu menggunakan jiwanya sendiri
sebagai barang permainan, sebab lawan-lawan yang
dipilihnya selalu merupakan orang-orang kuat yang
sudah terkenal namanya. Tiga orang tua itu mendadak mendapat pikiran lain:
"Bocah yang tak ketahuan asal-usulnya ini bukan saja
berkepandaian sangat tinggi tetapi juga bernyali besar.
Bagai mana lihaynya orang yang dihadapinya, sedikitpun
tidak merasa takut. Jikalau kita dapat membujuknya
menjadi kaki tangan Bengcu, ini merupakan suatu pahala
yang paling besar." Tiga orang itu yang masing-masing mempunyai pikiran
demikian, maka tidak berlaku kasar lagi terhadapnya,
hanya berdiri di tempat masing2 sebagai penonton.
Lam kiang Tay bong menganggap bahwa tiga orang
itu masih terhitung orang-orang yang mempunyai
kedudukan, maka lantas menanya pada mereka:
"Bagaimana keadaan Liong ceng Houw sie?"
Liong ceng Houw sie yang berkedudukan sebagai
Bengcu rimba hijau, juga merupakan seorang yang
namanya sangat terkenal, bagi orang biasa sudah tentu
tak berani menyebut namanya begitu saja. Tetapi
Lamkiang Tay bong lain keadaannya, maka tiga orang itu
sedikitpun tidak merasa berang, dengan berbareng
mereka menjawab: "Bengcu baik-baik saja, terima kasih atas perhatian
Cianpwee!" "Liong ceng Houw sie sedang mengumpulkan
kekuatan, lama sudah ingin menelan partai-partai lainnya
di daerah Tiong goan apakah itu benar?"
"Tidak ada kejadian semacam itu, harap Cianpwee
jangan percaya desas-desus orang!" jawab tiga orang
itu. "Aku tidak perduli ia mempunyai rencana apa, aku
hanya mengharapkan dia jangan sampai tujukan
usahanya pada diriku!"
"Sudah tentu Bengcu kita selamanya menjunjung
tinggi kepada Cianpwee, bagaimana berani mengandung
maksud demikian?" Mulutnya meskipun berkata demikian, tapi sikapnya
menunjukkan kebanggaan dan kesombongannya, jelas
mereka tidak begitu memandang mata kepada Lam
Kiang Tay bong. Ho Hay Hong membuka mulut bertanya pada tiga
orang itu: "Liang hay Hokkheng, dia kau amankan ditempat
mana ?" "Dia " Haha, kau jangan khawatir, dia sekarang
berada di tempat yang paling aman!" jawab Liang hay
Hek kheng sambil tertawa terbahak-bahak.
"Dimana sekarang Liong ceng Houw-sie berada"
Bolehkah undang dia kemari?"
Tiga orang tua itu ketika mendengar Ho Hay Hong
menyebut nama Bengcu begitu saja, dalam hati merasa
tidak senang, maka lalu bertanya:
"Kau ada keperluan apa?"
"Aku hendak menjumpai dengannya?"
"Bengcu tidak sembarangan menemui orang, kau
bicara dengan kita saja!"
"Aku minta bebaskan nona itu"
"Hanya untuk itu saja?"
"Karena Bengcu anggap tinggi kedudukannya, tidak
sudi menemuiku, maka aku terpaksa mencari kalian
untuk minta kembali nona itu!"
Tiga orang tua itu karena masing-masing mempunyai
pikiran serupa hendak menarik diri anak muda itu, maka
kata-kata Ho Hay Hong itu meski didengarnya pedas,
tetapi dia juga tidak ingin kebentrok dengannya, maka
lantas menjawab dengan sabar:
"Sangat menyesal sekali, kita bertiga tidak berhak
membebaskan diri nona itu"
"Bengcu tidak suka menemui orang, dan kau bertiga
tidak bisa mengambil keputusan. apa nona itu harus
menjadi tawanan seumur hidup?"
"Kita sangat baik perlakukan dia, harap kau jangan
khawatir!" "Kau bertiga tidak perlu coba-coba memperdayai aku.
lekas panggil Bengcumu keluar!" kata Ho Hay Hong
dengan alis berdiri. Karena jawaban licik tiga orang tua itu telah
menimbulkan kemarahan Ho Hay Hong. lalu
mengeluarkan plat emas lambang kebesarannya,
diperlihatkan dimata tiga orang tua itu, kemudian berkata
dengan suara nyaring: "Aku adalah Bengcu rimba hijau daerah utara, lekas
undang Liong ceng Houw-sie luar. Jikalau aku akan
mencari sendiri, hal ini aku rasa sangat tidak enak
akibatnya bagi kita semua!"
Tiga orang tua itu ketika melihat lambang kebesaran
itu, wajah mereka berubah seketika, dengan sikap
terheran-heran mengawasinya, lama baru berkata:
"Apa" Tuan adalah."
Tiga orang tua itu memang sudah dengar kabar
bahwa golongan rimba hijau daerah utara sudah
mengangkat Bengcu baru tetapi mereka sesungguhnya
tidak menduga bahwa Bengcu itu ternyata masih
demikian muda, sudah tentu sangat mengherankan
mereka. Ho Hay Hong setelah membuka kartu dengan
kedudukan sebagai Bengcu. Ia lantas berkata dengan
suara keras: "Bagaimana" Benarkah Liong hong Houwsie demikian
congkak !" Tiga orang tua itu saling berpandangan sejenak
kemudian berkata: "Maaf, tuan kiranya adalah Bengcu rimba hijau daerah
utara!" Mereka meskipun diliputi dengan perasaan heran,
tetapi karena sudah biasa suka mengejek golongan rimba
hijau daerah utara, maka ketika melihat Bengcunya,
sudah tentu tidak mau melepaskan kesempatan mana,
dengan berbareng berkata sambil tertawa:
"Kita orang kira Kay see Kim kong itu adalah Bengcu
yang sebenarnya tak diduga belum diangkat secara
resmi, sudah binasa ditanganmu, jelas ini merupakan
suatu tragedi yang tidak enak. Haha."
Tiga orang tua itu setelah merasa puas tertawa lalu
berkata lagi: "Kalau kita tinjau dengan sebenarnya, sebab-sebab
sahabat sahabat golongan rimba hijau daerah utara yang
selalu tidak bisa bangun, semua itu kita harus mencari
kesalahannya dipundak Bengcu yang lama. Locianpwee
itu meskipun seorang yang berambisi besar, hendak
membangun seluruh kekuatan golongan rimba hijau
tetapi oleh karena ia sendiri kurang kuat, maka akhirnya
mengalami kegagalan total. Kita dapat dengar cerita dari
salah seorang didaerah selatan ia pada waktu locianpwee
berkunjung keselatan untuk meninjau, pernah
mengeluarkan suara besar, hal itu telah menimbulkan
tidak suka seorang anak muda yang belum dikenal,
dengan satu kali pukul locianpwee itu telah jatuh dari
atas kudanya, hingga akhirnya pulang keutara dengan
kehilangan muka. Hanya kita tidak tahu benar hal itu
benar-benar kejadian atau tidak!"
Ho Hay Hong yang menyaksikan tiga orang tua itu
menghina nama baik golongan rimba hijau daerah utara,
lantas bertanya dengan nada gusar:
"Apa maksudnya perkataan ini?"
Kembali tiga orang kakek itu saling berpandangan
sejenak, mendadak tertawa terbahak-bahak, lama baru
berkata: "Dengan terus terang, sudah lama kita mendengar
kabar bagaimana keadaan sahabat-sahabat kita didaerah
utara, juga sudah lama turut prihatin, hari ini kita merasa beruntung telah bertemu muka dengan Bengcu, sudah
tentu ingin mencari tahu keadaan sebenarnya. Harap
Bengcu jangan marah dulu!"
"Aku tahu bahwa golongan rimba hijau daerah utara,
karena selalu timbul cakar-cakaran sendiri, sehingga
keadaan sendiri tidak terurus, hal ini sering terjadi buah tertawaan sahabat-sahabat golongan rimba hijau daerah
selatan. Tetapi, aku kira kita sama-sama dari satu
sumber, dengan sendirinya tidak seharusnya ada pikiran
untuk memecah belah sehingga terbagi menjadi
golongan selatan dan utara!"
Dengan sikapnya yang agung ia memandang tiga
orang itu, ketika mereka melihat kasak-kusuk sendiri,
sedikitpun tidak perhatikan ucapannya. Seketika itu
lantas naik pitam. Ia berkata lagi dengan suara marah:
"Hanya, sahabat-sahabat golongan selatan setelah
mendengar keteranganku ini, apabila ada yang merasa
tidak senang, boleh mencari aku, aku pasti dapat
memuaskan hatinya!" Liang hay Hek kheng tidak tahu kalau Ho Hay Hong
sudah marah benar, ia masih bicara seenaknya sambil
tertawa. "Sudah tentu sahabat-sahabat didaerah utara jikalau
mendapat bimbingan Bengcu pasti akan dapat kemajuan
pesat, aku dan sahabat-sahabat di daerah selatan juga
sudah tentu merasa gembira, bagaimana berani timbul
perasaan tidak puas. Aku kira itu adalah Bengcu sendiri
terlalu banyak pikiran!"
Ho Hay Hong diam-diam berpikir: "Di-hadapan banyak
jago dunia rimba persilatan, si tua bangka ini berani
berlaku demikian congkak, jikalau tidak kuberi hajaran
sedikit benar-benar akan anggap aku sebagai seorang
yang tak ada harganya sama sekali!"
Setelah berpikir demikian, ia kendalikan hawa
amarahnya, dengan sikap pura-pura tidak mengerti, ia
berkata sambil tertawa dan menganggukkan kepala:
"Ya, kita satu sama lain harus saling menghormat,
saling bantu, baru nampak persahabatan yang
sebenarnya! Oleh karena itu, maka kalian bertiga aku
minta tunjukkanlah sikap persahabatannya, agar
membebaskan kemerdekaan nona itu!"
Liong hay Hek kheng pura-pura merendahkan diri,
berkata: "Kedudukan kami sangat rendah, dengan
sesungguhnya tidak berani berlaku lancang, harap
Bengcu maafkan saja!"
Ho Hay Hong lantas unjukkan sikap marah, katanya:
"Kau sudah terang tidak pandang mata padaku,
semua ucapanmu tidak berani mengambil putusan
sendiri, hanyalah merupakan suatu alasan saja!"
"Bengcu keliru! Aku hanya seorang berkedudukan
rendah, bagaimana berani bertindak lancang melepaskan
nona itu. Apalagi Liong cing Houw sie sudah masukkan
dia sebagai seorang tawanan kelas berat, kita lebih-lebih
tak berani berlaku sembarangan lagi!" kata Liang hay
Hek kheng. "Saat ini belum waktunya Bengcu kita menemui tamu,
sebab Bengcu belum bangun dari tidurnya, harap tuan
suka menunggu sebentar!" berkata orang tua hidung
bengkok. Mendengar kata kata dan sikap sombong itu, Ho Hay
Hong tidak dapat kendalikan amarahnya lagi, ia berkata
dengan suara keras. "Apa" Liong ceng Houw sie berani bertingkah di
hadapanku?" "Maaf, ini adalah aturan yang ditetapkan oleh Bengcu
kita, maka kita tak berani membantahnya!" berkata
orang tua hidung bengkok itu.
"Jikalau di waktu tidur tengah hari kita berani
membangunkan Bengcu, kita pasti akan menimbulkan
tidak senangnya, apabila itu di anggap salah, siapapun
tidak berani membela. Tentang ini harap tuan maklum!"
berkata Liang hay Hek kheng.
"Kamu bertiga jelas sudah mengejek aku dengan
alasan yang bukan-bukan, perbuatan yang tidak sopan
ini benar-benar merupakan suatu kejahatan. Lekas pergi,
jika tidak, jangan sesalkan kalau aku nanti bertindak
keras!" Tiga orang itu masih ragu, tiada mau berlalu, sikapnya
menunjukkan keberatan. Tetapi Ho Hay Hong mengerti, bahwa sikap
berkeberatan itu hanya sikap pura-pura tiga orang itu,
maka hawa amarahnya lantas meluap, dengan
mendadak ia lompat melesat setinggi tiga tombak,
dengan satu gerak tipu garuda sakti terjun ke laut,
dengan cepat menyerbu ke bawah.
Lima rupa gerakan ilmu silat garuda sakti itu sangat
aneh sekali, maka ketika ia mengeluarkan ilmunya itu,
wajah tiga orang itu pucat seketika.
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Di tengah udara Ho Hay Hong menjeritkan suara
pekikan yang mirip dengan suara burung garuda, dengan
mulutnya mengeluarkan suara itu menyerang tiga orang
itu. Liang hay Hek kheng yang paling sial, ialah yang
pertama diserang dadanya, hingga seketika itu jatuh
terlentang, mulutnya mengeluarkan darah.
Gadis kaki telanjang mendadak terkesima, otaknya
berpikir keras, ia berkata dalam hati sendiri: "Ini adalah gerakan dari ilmu silat garuda sakti!"
Belum lagi lenyap pikirannya, tangan Ho Hay Hong
sudah menjatuhkan serangannya ke atas punggung
siorang tua hidung bengkok, hingga orang tua itu
terhuyung-huyung dan jatuh ke tempat yang jauh sekali.
Orang tua itu merasa malu dan marah, dengan satu
gerakan membalikkan tangan, ia balas menyerang.
Tetapi, pada saat itu Ho Hay Hong sudah pindah
tempat dan serangan orang tua itu lantas mengenai
kawannya sendiri, dan orang itu mengeluarkan suara
jeritan, dan bareng jatuh rubuh di tanah.
Liang hay Hek-kheng perlahan-lahan bangkit lagi,
tetapi dalam perasaannya, seluruh tenaganya telah
lenyap hingga ia terkejut dan khawatir, tapi ia tidak bisa berbuat lain, hanya mulutnya yang berteriak-teriak
seperti orang gila. Orang tua hidung bengkok juga sudah lompat bangun,
dengan mendadak ia nampak berkelebatnya sesosok
bayangan orang, tahu-tahu Ho Hay Hong sudah berdiri di
hadapan matanya, hingga wajahnya pucat pasi,
badannya gemetaran. Sekarang tiga orang itu baru tahu bahwa anak muda
itu benar-benar memang berkepandaian sangat tinggi,
mereka sangat menyesal, tapi sudah terlambat.
Ho Hay Hong yang menyaksikan orang tua itu
ketakutan demikian rupa. t idak menyerang lagi, mulutnya
berkata kepadanya dengan nada suara dingin:
"Kuberikan waktu yang paling singkat, suruh Liong
ceng Houw-sie keluar menemuiku atau membebaskan
nona itu. Salah satu diantara dua ini terserah kau hendak
pilih yang mana. Jikalau kau berani melawan dan tidak
dengar perintahku, aku akan kirim kau ke neraka dengan
segera!" Ia lalu angkat tangan meskipun itu hanya gertak
sambal saja, tetapi orang tua hidung bengkok itu sudah
ketakutan setengah mati, maka lantas buru-buru angkat
kaki, lari terbirit-birit dan tidak memperdulikan
sahabatnya lagi. Tinggal orang tua bermata burung, ia tahu gelagat
tidak beres, maka buru-buru bimbing Liang hay Hek
kheng untuk lari meninggalkan tempat itu.
Kejadian itu hanya berlangsung dalam waktu yang
sangat singkat saja, tetapi orang-orang yang
menyaksikan itu sudah berubah anggapannya terhadap
Ho Hay Hong. Lam kiang Tay bong tidak mengagulkan
kedudukannya yang tinggi lagi, ia berkata dengan suara
berat: "Sahabat she Ho, harap kau suka menjawab
pertanyaanku dengan terus terang, ilmu silat yang kau
gunakan tadi bukankah ilmu silat garuda sakti?"
"Benar." jawab Ho Hay Hong singkat.
"Apakah itu kakek penjinak garuda yang mengajarkan
padamu?" "Kakek penjinak garuda sudah menjadi musuhku, tidak
mungkin ia sudi menurunkan kepandaiannya kepadaku!"
"Apakah di dalam dunia pada dewasa ini masih ada
orang lain yang mengerti ilmu silat ini?"
"Tepat !" "Siapakah orangnya?" tanya Lam-kiang Tay bong
heran. "Tentang ini..maaf aku tidak dapat memberitahukan!"
"Aku tahu namamu Ho Hay Hong, dengan muridku Ho
Hay Thian adalah sepasang saudara kembar, tahukah
kau riwayat dirimu sendiri?"
"Aku tahu tidak banyak, tetapi juga cukup jelas!"
"Kalau begitu, kau pasti juga tahu bagaimana
kematian ibumu?" "Aku hanya dengar bahwa ibu bekerja terlalu keras,
sehingga meninggal dunia."
Ho Hay Hong ketika mengucapkan keterangan itu,
perlahan-lahan menundukkan kepala, hatinya merasa
sedih. "Bukan, dia telah dibunuh secara menggelap dan
pengecut oleh Tio Kang yang bergelar naga api. Sebelum
menemukan ajalnya sendiri masih belum tahu yang
sebenarnya, dia harus dikasihani!"
Bukan kepalang terkejutnya Ho Hay Hong, maka
lantas bertanya: "Benarkah ada kejadian serupa, Siapakah orang yang
bernama Tio Kang itu?"
"Tentang orang ini, kau juga pernah melihatnya, dia
adalah orang tua bermuka merah di dalam kampung
setan itu" Ho Hay Hong berdiri tertegun sambil berpikir: "Heran, ibuku kalau benar dibunuh secara gelap oleh orang tua
bermuka merah, mengapa ia sendiri tidak tahu, kakekku
juga tidak tahu, sebaliknya hanya Orang tua itu yang
tahu?" "Apa kau ada bukti?" demikian ia bertanya.
"Peristiwa yang sudah lama ini, kalau diusut, akan
menyangkut orang banyak, pendek kata si naga api Tio
Kang itu adalah musuh besar yang membunuh ibumu, ini
adalah hal yang sebenar-benarnya! Perbuatan itu
dilakukan olehnya juga atas kemauan kakek penjinak
garuda. Didalam dunia dewasa ini selain aku, sudah tidak
ada orang lain yang tahu!"
"Tolong kau ceritakan kejadian pada waktu itu! Jikalau tidak aku tidak akan percaya!"
"Ibumu setelah diusir oleh kakek penjinak garuda,
telah hidup terlunta-lunta dikalangan Kang ouw, tetapi
karena memikirkan nasib anaknya, ia juga tidak boleh
pergi begitu saja. Pada suatu hari, ketika ia menginap
dalam suatu rumah penginapan, pada waktu tengah
malam mendengar suara ketukan pintu, ia merasa heran
lalu dibukanya pintu kamar.
"Diluar dugaannya diluar kamar tiada terdapat
seorangpun juga. ia kira salah mendengar, selagi hendak
balik menutup pintu, dari luar tiba-tiba menghembus
angin dingin, mulai saat itulah dalam tubuhnya sudah
kemasukan hembusan angin dingin yang sangat berbisa,
hingga tidak lama kemudian mati di kampung orang.
"Aku sebetulnya tidak tahu, hanya waktu itu aku
kebetulan jalan ditempat yang sunyi, tiba-tiba
mendengar suara rintihan orang, ketika aku menghampiri
dan melihat, ternyata disitu terdapat ibumu dan seorang
sahabat baiknya diwaktu masih hidup, ibumu dengan
dibimbing oleh sahabat karibnya sedang meninggalkan
pesan yang terakhir. "Aku berdiri disamping, dan dapat menangkap katakatanya,
yang semua merupakan kata-kata perpisahan.
Aku sebetulnya hendak pergi, dengan tiba-tiba dua orang
yang berada dalam dukungan ibumu, telah menangis
semua. "Aku perhatikan tangisan dari orok itu, suara tangisan
mereka sangat nyaring, jauh berbeda dengan tangisan
orok biasa, maka timbullah maksudku untuk menurunkan
kepandaianku. Aku minta kepada supaya dua orok itu
boleh kubawa pulang untuk dirawat, tetapi sahabat karib
ibumu itu kukuh tidak bersedia memberikan, ia hanya
memperbolehkan aku salah seorang oroknya.
"Aku tidak dapat berbuat apa-apa, terpaksa aku terima
permintaannya! Ibumu bagai seorang ibu bijaksana,
dengan sendirinya sangat menyinta kepada anaknya,
maka sebelum meninggal dunia, ia pesan wanti-wanti
kepadaku supaya merawat anaknya dengan baik.
"Aku lihat mukanya saat itu telah gelap, tidak mirip
dengan seorang yang mati secara wajar, maka aku
periksa dengan teliti, baru tahu bahwa ibumu itu terluka
ilmu pukulan yang dinamakan tinju sakti dari naga api.
"Ilmu pukulan itu adalah ilmu paling ampuh yang
dimiliki oleh si naga api Tio Kang. Tio Kang sebetulnya
belum lama mendapat nama, aku sesungguhnya tidak
dapat mengerti apa sebabnya ia begitu kejam
menggunakan ilmu pukulan yang tunggal untuk
menyerang seorang wanita yang lemah.
"Diam-diam aku merasa benci, maka aku mengambil
keputusan untuk merawat orok itu sampai dewasa,
kemudian aku perintahkan ia menuntut balas untuk
ibunya! Waktu itu bila ada serangan beracun itu yang
berada didalam tubuh ibumu sudah mulai naik kebagian
hati sehingga tidak ada obat untuk menolong lagi.
"Demikianlah akhirnya ia telah menutup mata.
Peristiwa berdarah ini telah menjadi pikiranku sehingga
sekarang, tak diduga hari ini, sepuluh tahun lebih setelah peristiwa itu, aku baru mendapat kesempatan untuk
menceritakan." Mata jago tua itu memandang Tang siang Sucu
sejenak, kemudian berkata lagi:
"Aku bawa satu orok pulang kegunung, mulai saat itu
aku rawat sendiri dengan segala obat-obatan untuk
menguatkan badannya, disitulah aku menemukan tanda
rajah lukisan "Burung garuda" diatas lengan tangannya, maka aku lalu memastikan bahwa orok itu adalah anak
laki-laki kakek penjinak garuda!
"Kakek penjinak garuda dahulu pernah bercekcok
denganku, lama aku memikirkan soal itu, tetapi akhirnya
aku anggap bahwa mengambil murid adalah soal
penting, maka aku kesampingkan soal permusuhan
dengannya, dan aku rawat sehingga dewasa.
"Selama beberapa tahun aku coba mencari keterangan
tentang Tio Kang, ternyata orang she Tio itu sudah lama
mengabdi kepada kakek penjinak garuda, waktu itu aku
merasa heran, karena ibunya orok itu adalah isteri kakek
penjinak garuda, mengapa kakek penjinak garuda
memerintahkan Tio Kang mengambil jiwanya"
"Teka-teki itu kusimpan sehingga sekarang. Dari salah
seorang sahabat karib, aku baru mengetahui segala
urusan mengenai diri kakak penjinak garuda dan
sahabat-sahabatnya, ia suruh orang membinasakan
istrinya sendiri. "Aku anggap kakek penjinak garuda terlalu kejam, ia
sudah mengusir istrinya, itu sudah cukup untuk
melampiaskan kemarahannya, perlu apa harus
mengambil jiwanya" Oleh karena itu maka aku membuka
rahasia ini, supaya kau tahu sebab-sebab yang
sebenarnya atas kematian ibumu!"
Ho Hay Hong setelah mendengar cerita itu, wajahnya
menunjukkan sikap marah sekali. Ia berkata kepada diri
sendiri: "Jikalau aku tahu bahwa orang tua bermuka
merah itu adalah musuh besarku, tadi waktu aku lihat ia
unjuk diri, pasti aku tidak melepaskan kesempatan baik
ini untuk menuntut balas, sayang sekarang sudah
terlambat !" Kemudian ia pikir: "Anak yang tidak dapat menuntut
balas kematian ibunya, bagaimana bisa disebut sebagai
anak manusia?" Ia telah mengambil keputusan menebalkan mukanya
sendiri, minta obat kepada gadis kaki telanjang, maka ia
tarik tangan gadis itu kesamping kemudian berkata
padanya dengan suara pelahan:
"Penuturan Lam kiang Tay bong tadi, apa kau sudah
dengar dengan baik?"
"Tak kusangka kau juga seorang yang berdiri disatu
garis denganku !" "Sebelum dapat menuntut balas dendam ibuku, aku
mati masih sangat penasaran, sekarang aku harap kau
dapat menolong aku sedikit !"
"Apa kau suruh aku menalangi dirimu melakukan balas
dendam ibumu ?" "Bukan, aku hanya mengharap kau memberikan
kesempatan bagiku supaya dapat pertahankan jiwaku !"
"Mendengar perkataanmu ini, seolah-olah jiwamu
berada ditanganku" Sudah tentu aku juga tidak
mengharap kau mati penasaran, tetapi aku tidak tahu
dengan cara bagaimana" harus membantu dirimu ?"
"Kau tahu diriku terkena serangan ilmu pukulan San
hoa Ciang lik yang sangat berbisa, aku pernah berobat
kepada seorang tabib kenamaan didaerah utara, tapi
karena kurang semacam obat, ia tidak berdaya
menyelamatkan jiwa ku."
"Obat apa yang kau perlukan ?"
"Liong yan hiang !"
Dengan perasaan tegang Ho Hay Hong mengeluarkan
perkataan itu, kemudian baru menanya lagi:
"Apa kau masih ada obat itu ?"
"Aku masih ada sedikit, tetapi kutaruh dirumah ibu
sana." Ho Hay Hong sudah tentu tidak enak meminta gadis
itu lekas mengambil, maka lantas menundukkan kepala
dan berkata dengan perasaan kecewa.
"Aku terpaksa akan meninggalkan penyesalan seumur
hidup !" Gadis itu mendadak tertawa dan berkata: "Mengapa
kau cemas " Aku tokh tidak berkata tidak punya, dan aku
tokh juga bisa pergi mengambil !"
Ho Hay Hong tidak menduga bahwa gadis yang tinggi
hati ini mendadak berubah demikian jinak, dalam
kegirangannya ia lantas berkata:
"Kalau begitu, aku terpaksa merepotkan kau!"
"Kudamu kau berikan padaku, aku akan pulang
sebentar dan segera kembali."
Dengan cekatan ia lompat keatas kuda dalam waktu
sekejap mata kuda menghilang dari mata Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong berdiri tertegun sambil berpikir: "ia
demikian baik terhadapku, bagaimana aku harus
membalas kebaikannya?"
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pada saat itu, dengan mendadak terdengar teriakan
orang yang sangat nyaring terdengar didalam telinganya:
"Siapa adalah Bengcu rimba hijau daerah utara."
Ho Hay Hong angkat muka, dari jauh tampak
serombongan orang naik kuda lari ke arahnya. Orang
yang pertama tubuhnya hanya setinggi kira-kira delapan
kaki, dibahunya terdapat kerudung kulit harimau, orang
itu nampaknya sangat berwibawa, dibelakangnya diiringi
oleh banyak pengawalnya. Ho Hay Hong setelah berhadapan dengan orang yang
matanya bersinar tajam itu, diam-diam terkejut: "Orang
ini nampaknya bukan orang sembarangan, sikapnya juga
sombong, apakah dia adalah Liong ceng-houw sie?"
Ia perhatikan mata orang itu, yang benar-benar
bersinar tajam bagaikan mata naga, dibawah janggutnya
tumbuh kumis dan janggut yang sangat lebat, tetapi
dipelihara indah maka diam-diam ia memastikan bahwa
orang itu pasti orang yang menduduki kursi Bengcu
rimba hijau daerah selatan.
Berhadapan dengan orang seperti itu, Ho Hay Hong
yang juga menjadi pemimpin rimba hijau daerah utara,
sudah tentu tidak boleh bersikap lemah. Maka ia lalu
menghampiri dengan langkah lebar, kemudian berkata
sambil tertawa: "Aku adalah Bengcu golongan rimba hijau daerah
utara, bolehkah kiranya aku minta tanya nama tuan yang
mulia?" Orang itu menjawab dengan suara yang nyaring:
"Aku adalah Liong ceng Houw sie, sudah lama aku
dengar bahwa jago-jago rimba hijau daerah utara sudah
mengangkat Bengcu yang baru, maka dengan ini aku
datang memberi selamat!"
Ia memberi hormat dengan menyoja, Ho Hay Hong
buru-buru membalas hormat seraya berkata.
"Aku tidak berani menerima penghormatan sebesar ini
sebagai seorang yang tidak memiliki kepintaran apa-apa,
maka untuk selanjutnya aku mengharap petunjuk Bengcu
yang berharga!" Liong ceng Houw sie yang berhadapan dengan
seorang pemuda yang usianya masih muda sekali, tetapi
sangat berwibawa, dan sopan santun budi bahasanya,
maka dalam hati diam-diam memuji Ho Hay Hong.
"Kita merupakan saudara serumpun, maka tuan tidak
perlu merendahkan diri?" demikian ia berkata.
Pada saat itu, ulu hati Ho Hay hong mendadak merasa
muak. hingga racun ilmu pukulan San hoa Ciang-lek
dalam tubuhnya sudah mulai bekerja.
Ia sangat jengkel karena racun itu dalam situasi yang
sangat penting baginya itu mendadak bekerja, bukankah
itu tidak akan menodai nama baik golongan rimba hijau
daerah utara" Ia mengharap dengan sangat kedatangan gadis kaki
telanjang, karena hanya dengan obat gadis itu, baru
tertolong jiwanya. Tetapi orang yang dinanti-nantikan kedatangannya itu,
tetapi tidak tampak bayangannya.
Dalam keadaan cemas, otaknya membayangkan
bagaimana nanti nasibnya apabila obat Liong yang hiang
itu hilang atau sudah digunakan untuk keperluan lain"
Berbagai kekuatiran timbul dalam pikirannya namun
demikian diluarnya masih tetap menunjukan sikap seperti
biasa. Sebab berhasil atau tidaknya ia menundukkan
kawanan golongan rimba hijau daerah selatan, erat
sekali hubungannya dengan nasib seluruh rimba hijau
daerah utara. Perasaan kuatir itu semakin lama semakin menjadijadi,
orang-orang disekitarnya seperti bergoyang-goyang,
meskipun itu tidak mungkin, tetapi ini ada suatu bukti
bahwa racun dalam tubuhnya sudah mulai bekerja,
mendadak ia ingat bahwa ia masih membawa salinan
dari ilmu silat garuda sakti, ia pikir, apabila ia nanti mati, pelajaran ilmu silat yang sangat berharga itu pasti akan
terjatuh ditangan orang-orang jahat. Daripada terjatuh
ditangan mereka, lebih baik dihancurkan saja.
Dengan mengeraskan hatinya, ia mengeluarkan
salinan ilmu silat garuda sakti dari dalam sakunya,
kemudian dirobek-robek hingga menjadi berkepingkeping.
Tang siang Sucu tertarik oleh kepingan kitab itu, ia
berusaha merebutnya, tapi tidak berhasil, hanya
mendapatkan beberapa lembar kepingan kecil.
Lembaran yang dapat dipungutnya itu kebetulan
lembaran lembaran bagian yang ada lukisan gambar
seorang yang sedang menengadah menyedot hawa
matahari dan rembulan. Ia segera berseru.
"Saudara gambar apakah ini ?"
Ho Hay Hong mendadak mendapat suatu akal, ia
hendak menggunakan kesempatan itu untuk mengulur
waktu, mungkin dapat diperpanjang sehingga
kedatangan gadis kaki telanjang. Maka ia lalu menjawab
sambil tertawa: "Dengan terus terang, kitab-kitab yang ku robek-robek ini adalah salinan pelajaran ilmu silat garuda sakti !"
Tang-siang Su cu membuka lebar kedua matanya,
memandang gambar orang-orangan dalam lembaran
kertas yang berada ditangan nya, sementara dalam
hatinya diam-diam berpikir: "orang-orang dalam gambar
ini menunjukkan gerak-gerik yang sangat aneh, setiap
gerakan merupakan suatu gerak tipu yang istimewa,
apakah benar itu gerakan dari ilmu silat garuda sakti ?"
Buru-buru ia menyimpannya kedalam, saku dan
memunguti robekan-robekan kertas yang berterbangan
ditanah. Ho Hay Hong yang menyaksikan perbuatan Tang siang
Sucu, diam dan berpikir: "apabila ia berhasil
mengumpulkan kembali kepingan-kepingan kertas itu, ini
berarti bahwa salinan pelajaran ilmu silat garuda sakti
akan terjatuh kedalam tangannya."
Tetapi karena saat itu hawa dingin dalam tubuhnya
sedang bekerja, ia tidak berani bergerak sembarangan,
hingga diam-diam merasa jengkel sendiri.
Sementara itu mendadak terdengar suara. Liong ceng
Houw sie: "Dihadapan Bengcu golongan rimba hijau
daerah utara apabila aku tidak memperkenalkan orangorangku, dianggapnya tentu kurang sopan. Mari, mari
kita semua sudah menjadi saudara, semuanya saling
mengenal!" Perkataan Liong ceng Hauw sie ini, justru yang
diharapkan oleh Ho Hay Hong, maka ia buru-buru
memberi hormat seraya berkata:
"Sudah lama aku dengar bahwa saudara-saudara
didaerah selatan banyak terdapat yang berkepandaian
tinggi, inilah merupakan suatu kesempatan yang paling
baik bagi kita untuk saling mengenal, aku sangat
berterima kasih apabila tuan sudi memperkenalkan!"
"Tiga pembantu utamaku ini, tuan sudah
mengenalnya, tidak perlu aku perkenalkan lagi." berkata Liong ceng houw sie. "Ini adalah Hok kauw cia yang
namanya sangat terkenal disekitar daerah Tong-touw
ouw. Ini adalah pembantuku yang paling kuandalkan,
Tee Kang, gelarnya Yu sin Pat kwa ciang. Dahulu ilmu
silatnya Yu-sin Pat kwa ciang sangat kesohor didaerah
Su-swie, tahun dulu musim semi ia baru masuk sebagai
anggauta kita." Ho Hay Hong mengawasi orang she The itu sejenak,
ternyata merupakan seorang bermata sipit dan
berhidung seperti burung kakak tua, sinar matanya
tajam. Orang tipe demikian pastilah seorang yang banyak
akalnya. The Kang yang melihat Ho Hay Hong mengawasi
dirinya, segera maju keluar dari rombongannya dan
berkata sambil memberi hormat:
"Aku yang rendah seorang yang tidak berguna, tadi
aku dengar tiga kawan kita pulang setelah menerima
pelajaran tuan, aku diam-diam merasa kagum. Kini aku
pikir dengan menggunakan kepandaianku yang tak
berarti, hendak belajar kenal dengan kepandaian tuan!"
Ho Hay Hong meskipun tahu bahwa saat itu ia sudah
seperti macan kertas, tetapi untuk mempertahankan
nama baik dan wibawa pemimpin rimba hijau daerah
utara, bagaimanapun juga tidak boleh menunjukkan
kelemahan. Maka lalu pura-pura gembira, kemudian
menjawab sambil tersenyum:
"Boleh, boleh. Aku juga sudah lama mendengar nama
ilmu silat Yu sin Pat kwa ciang itu, maka juga ing in
belajar kenal, tetapi harap kau suka tunggu sehingga
Beng-cu selesai memperkenalkan semua anggautanya,
barulah kita mulai!"
"Sudah tentu!" berkata The Kang sambil tertawa
girang, kemudian kembali kerombongannya.
Menampak sikap orang itu. Ho Hay Hong mengerti
bahwa kedudukannya sendiri sudah terpandang dalam
mata mereka. Liong ceng Houw sie sementara itu melanjutkan lagi
memperkenalkan orang-orangnya satu persatu kepada
Ho Hay Hong, tetapi kecuali Hok kauw cia dan Pat kwa
Yu-sin The Kang sudah tidak tahu lagi satu persatu nama
tokoh rimba hijau daerah selatan itu, bahkan muka
mereka juga tidak bisa melihat jelas karena selama itu,
perhatiannya dipusatkan untuk memikirkan gadis kaki
telanjang yang masih belum kembali.
Sekarang, ia diam-diam merasa menyesal, sebab ada
kemungkinan ia akan menemukan kejadian yang tidak
menyenangkan. Liong ceng houw sie sama sekali tidak mengerti apa
yang sedang dipikirkan oleh Ho Hay Hong, ia masih
berkata: "Aku dapat dengar laporan tiga pembantuku bahwa
didalam rumah penginapan Khen an Cie Saw tuan sudah
memukau kepandaian tuan, bertempur dengan orang
yang sedang melakukan tugasku, bahkan melukai
beberapa diantaranya! "Tetapi akhirnya, Ho Beng cu karena seorang diri,
dalam keadaan marah lantas berlalu, hanya
meninggalkan seorang nona berbaju ungu yang
kemudian dibawa pulang oleh tiga pembantuku.
Benarkah ada kejadian itu?" mendengar ucapan
Bengcunya, semua orang golongan rimba hijau daerah
selatan itu lalu tertawa besar, agaknya mengandung
maksud mengejek. Ho Hay-Hong mengerti bahwa Bengcu rimba hijau
daerah selatan itu sengaja mengejek dirinya, tetapi
karena mengingat bahwa gadis baju ungu itu kini berada
dalam tangannya, sudah tentu terpaksa mengendalikan
hawa amarahnya. Liong ceng houw sie agaknya melihat sikap Ho Hay
Hong tidak senang, benar-benar berpaling memandang
orang-orangnya, seolah-olah memberi sesuatu teguran
terhadap sikap orang-orangnya yang kurang sopan.
namun ia tak marah. Orang-orangnya setelah di pandang oleh
pemimpinnya, semua lantas berhenti tertawa. Tetapi
karena Ho Hay Hong lama tak memberi jawaban, mereka
kasak-kusuk sendiri, agaknya sedang menghina
pemimpin golongan rimba hijau daerah utara, yang
didalam mata mereka sudah tidak mampu melindungi
kawan wanitanya. Ho Hay Hong juga tahu bahwa orang-orang itu
pandang rendah dirinya. Selagi hendak membuka mulut
untuk menegur, Liong ceng Houw sie sudah berkata lagi:
"Tadi tiga pembantuku karena berlaku kurang sopan
terhadap Ho Bengcu, telah pulang dalam keadaan
bonyok. Mereka pun menyampaikan maksud Bengcu
bahwa apabila tidak membebaskan gadis baju ungu itu,
semua tanggung jawab Ho Bengcu hendak timpahkan
diatas pundakku. Sekarang aku datang memenuhi
permintaanmu, benarkah Ho Bengcu pernah berkata
demikian?" Ho Hay Hong ketika mendengar ucapan itu, segera
mengerti bahwa tiga orang yang pernah dihajarnya itu
tentu merasa tidak senang hingga menambahi bumbu
dalam keterangan mereka, dengan maksud agar
pemimpin mereka marah. Tetapi karena kesalah pahaman sudah tidak dapat
dielakkan lagi, membantah juga tak ada gunanya,
bahkan mungkin akan ditertawakan oleh pemimpin rimba
hijau daerah selatan ini maka lalu jawabnya dengan
suara dalam: "Memang benar, aku anggap perbuatan menghina
seorang wanita lemah, bukanlah perbuatan yang harus
dilakukan oleh seorang gagah. Entah bagaimana
anggapan Bengcu?" Liong ceng Houw sie tertawa terbahak-bahak.
"Ucapan Ho Bengcu memang cukup beralasan. Tetapi
yang menimbulkan persoalan kini adalah Ho bengcu
sendiri. Ho Bengcu penyebabnya bukanlah tiga
pembantuku, mana boleh dianggap sebagai perbuatan
yang menghina seorang wanita lemah" Jelas Ho Bengcu
hendak menjatuhkan beberapa tokoh kuat rimba hijau
daerah selatan dengan sengaja menimbulkan onar
demikian?" OoodwooO Bersambung Jilid 24 RAHASIA KAMPUNG GARUDA Karya : Khulung Saduran : Tjan ID Jilid 24 HO HAY HONG mengerti bahwa pemimpin rimba hijau
itu bermaksud menyulitkan kedudukannya. Tapi ia sudah
bertekad, setapakpun tak akan mundur.
"Jika Bengcu memang ada maksud memperbesar
sengketa, aku juga tak bisa berkata apa-apa, silahkan"
Belum habis ucapannya, Pat kwa Yu in ciang
mendadak lompat keluar dan berkata dengan suara
keras:
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku The Kang seorang yang tak tahu diri, ingin
belajar kenal lebih dulu dengan kepandaian ilmu silat
daerah utara!" Dua tangannya lain bergerak melancarkan serangan.
Ho Hay Hong berdiri masih sedikitnya hanya kira-kira
berjarak lima tombak namun sudah dapat merasakan
betapa hebatnya hembusan angin yang keluar dari
sambaran tangannya. Ia tahu bahwa ia tidak bisa
pandang ringan musuhnya ini.
Maka ia mengerahkan seluruh kekuatan tenaganya
dengan jurus apa yang dinamakan "diluar langit masih
ada langit", tangan kanannya digunakan untuk
menangkis serangan Pat kwa Yu-sin ciang, sedang
tangan kirinya digunakan untuk menyerang.
Selagi Pat kwa Yu sinciang hendak menggunakan
gerak tipunya yang terampuh, membelah bunga
menyampok daun" untuk menghadapi musuhnya baru
mencapai setengah jalan, tiba-tiba kebentur oleh
kekuatan hebat. Ia tidak keburu menarik kembali serangannya, tak
ampun lagi dihajar oleh serangan Ho Hay Hong hingga
seketika itu juga lantas juga jatuh pingsan.
Setelah berhasil menjatuhkan lawannya, semangat Ho
Hay Hong terbangun. Selagi hendak menantang
pemimpin rimba hijau daerah selatan, mendadak darah
dalam tubuhnya bergolak, kepalanya dirasakan pening.
Untung ia masih dapat menguasai dirinya, untuk
pertahankan prestasinya, ia lantas berkata dengan suara
keras. "Kau rupanya sangat penasaran, tidak halangan maju
sekalian!" Tubuhnya yang hendak rubuh ke kiri, digunakan untuk
menubruk Hok kauw cia sambil mementang dua
lengannya. Hok kauw cia yang tiada maksud melawan Ho Hay
Hong, tetapi karena keadaan memaksa, mau tidak mau
ia pentang tangannya, menyambut Ho Hay Hong. Malang
baginya, kekuatan sangat hebat telah mendorongnya
sehingga ia mundur terhuyung-huyung.
Ho Hay Hong sebetulnya sudah hampir tidak sanggup
pertahankan berdirinya kaki, tetapi dengan tindakannya
yang luar biasa ini, bukan saja tidak sampai roboh,
sehingga malah mengejutkan musuh-musuhnya.
Liong ceng Houw sie segera merubah sikapnya semula
yang memandang rendah, ia maju menghampiri dan
berkata sambil tertawa dipaksa:
"Ha ha ha! Sudah lama aku dengar kepandaian
Bengcu yang luar biasa, hari ini setelah menyaksikan
dengan mata kepala sendiri, aku percaya bahwa apa
yang pernah kudengar itu ternyata benar. Ini bukan saja
merupakan suatu keuntungan besar bagi golongan rimba
hijau daerah utara, tetapi juga merupakan suatu
kehormatan bagi seluruh kawan dari golongan rimba
hijau." Ho Hay Hong yang masih bisa pertahankan dirinya
hanya dengan kekerasan hatinya ketika mendengar
perkataan itu, lantas berkata dengan suara keras:
"Liong ceng Houw sie, aku sebetulnya tiada maksud
melukai orangmu. Tapi karena terdesak olah keadaan,
terpaksa aku bertindak berlawanan dengan kemauanku
sendiri, harap kau suka maafkan!"
"Mana, mana, ini adalah Bengcu yang masih suka
pandang mata padaku, jikalau tidak, Bengcu pasti tidak
akan berlaku demikian!"
Pemimpin itu meskipun wajahnya masih menunjukkan
sikap berseri-seri, tetapi sepasang matanya penuh api
kebencian. Ho Hay Hong yang berpandangan mata tajam,
bagaimana tidak tahu" Maka diam-diam ia merasa
gelisah. Dalam keadaan demikian, tiba-tiba terdengar suara
derap kaki kuda. Ketika ia menoleh, benar saja derap
kaki kuda-kuda itu adalah kuda tunggangan gadis kaki
telanjang yang sedang dibedal dengan pesatnya.
Kuda itu lari laksana terbang, dalam waktu sekejap
mata sudah berada dihadapan matanya.
Bukan kepalang girangnya Ho Hay Hong buru-buru
menghampirinya dan berkata dengan separoh berbisik di
telinganya. "Akhirnya kau keburu sampai, aku sudah lama
menunggu dengan sangat gelisah."
Gadis kaki telanjang seolah-olah tidak dengar, semua
perkataannya, buru-buru mengeluarkan bungkusan obat
bubuk dari dalam saku diberikan kepada Ho Hay Hong
seraya berkata: "Lekas telan, kalau terlambat." Dengan sikap
ketakutan gadis itu menoleh ke belakang, hal mana
sangat mengherankan Ho Hay Hong. Buru-buru ia
berpaling nampak olehnya seorang pemuda berbaju
putih dan berwajah tampan sedang berjalan
menghampiri. Pemuda itu tampan dan gagah, gerakannya
menunjukkan bukan orang sembarangan. Ia berjalan
lambat tetapi gesit sekali, sebentar saja sudah berada di
hadapan matanya. Ho Hay Hong tercekat, ia bertanya-tanya kepada diri
sendiri: "ilmu apa yang digunakan oleh pemuda ini ?"
Tiat Chiu Khim ketika melihat pemuda itu menghampiri
dirinya mendadak mundur dua langkah, wajahnya
menunjukkan sikap gelisah.
Ho Hay Hong yang tidak mengerti apa sebabnya diamdiam
merasa heran. Karena gadis yang berani dan
berkepandaian tinggi itu, biasanya berkelakuan tenang
dan tidak takut dengan siapa saja, tetapi mengapa
sekarang demikian gugup dan ketakutan " Apakah
pemuda baju putih itu benar-benar seorang lihay yang
harus ditakuti " Oleh karena itu, maka ia juga tidak berani berlaku
gegabah, ia diam saja, menantikan perkembangan lebih
lanjut. Dilain pihak, diam-diam ia sudah menelan obat
bubuknya Liong yan hiang.
Ketika obat bubuk itu masuk ketenggorokannya, bau
harum yang sangat tebal dirasakan seperti menghembus
keluar dari mulutnya, sehingga dapat tercium oleh semua
orang yang berdiri di sekitar tempat itu.
Semua orang menoleh kearahnya, dan
memandangnya dengan penuh keheranan.
Bau harum itu terus mengalir keseluruh tubuhnya,
hingga racun sangat berbisa dari serangan San hoa
Ciang, lenyap seketika. Diam-diam ia coba mengerahkan kekuatan tenaga
dalamnya, ia telah dapat kenyataan bahwa keadaan
dalam tubuhnya sudah pulih kembali seperti biasa.
Dari girang timbul perasaan terima kasih, dari
perasaan terima kasih timbul perasaan cinta. Lalu diamdiam ia bersumpah kepada diri sendiri asal masih bisa
bernapas, ia pasti tidak akan membiarkan sang kekasih
menderita. Pada saat itu, Tiat Chiu Khim sudah mundur
kehadapan Tang Siang Sucu, pemuda bangor itu lantas
pentang kedua lengannya, memeluk tubuh sigadis.
Tiat Chiu Khim yang tidak tenang pikirannya, hampir
saja berada dalam pelukan Tang Siang Sucu. Ho Hay
Hong mendadak mengeluarkan suara bentakan keras
dan menyambitkan pedang panjangnya.
Ia sebetulnya hendak menghadapi pemuda baju putih
yang tidak dikenalnya itu tapi ketika menampak Tiat Chiu
Khim dalam ancaman perbuatan Tang siang Sucu yang
tidak sopan, pedangnya terpaksa di gunakan untuk
menyambit saudaranya sendiri.
Sebelum tangan Tang siang Sucu berhasil menjamah
tubuh Tiat Chiu Khim pedang Ho Hay Hong sudah berada
hanya sejarak sekaki dihadapan mukanya.
Tang siang Sucu menjerit kaget, karena ia tahu benar
betapa hebatnya serangan pedang itu, maka ia buru
buru lompat mundur. Suasana lantas menjadi gempar, semua orang terkejut
bahwa Ho Hay Hong menilik kepandaian ilmu pedang
terbang. Hanya Tiat Chiu Khim seorang yang tahu,
bahwa kepandaian ilmu itu adalah kepandaian ilmu si
Kakek penjinak garuda. Selagi semua orang ramai memperbincangkan soal
pedang terbang itu, pemuda baju putih itu mendadak
pentang mulut: "Aha, bagus sekali, dengan susah payah aku mencari,
tak kusangka berada disini."
Suaranya itu cempreng sekali, sehingga mengejutkan
semua orang. Kedatangan pemuda tidak dikenal tanpa diundang itu,
memang sudah menimbulkan perasaan tidak senang
kepada semua orang yang ada disitu, kini setelah
mendengar suaranya yang menjemukan, dan tidak
karuan Juntrungannya, maka semua orang
memandangnya dengan perasaan muak.
Ho Hay Hong kini baru melihat keadaan yang
sebenarnya. Pemuda itu mempunyai bentuk muka yang
agak aneh, dahinya tajam, hidungnya mancung, bibirnya
tipis, daun telinganya berdiri, matanya merah.
Sedang rambut dikepalanya berwarna kuning dan
menurun dikedua pundaknya mirip dengan binatang
serigala, hingga ia merasa geli dan tertawa sendiri.
Gerakan pemuda itu memang diakui sangat gesit, dan
jauh memang seperti pemuda yang tampan dan gagah,
tak disangkanya setelah dilihat dari dekat, merupakan
seorang pemuda aneh bahkan mirip dengan satu
makhluk aneh. Ho Hay Hong melihat pemuda aneh itu memandang
Tiat Chiu khim dengan matanya yang liar tanpa berkedip,
diam-diam ia merasa sangat mendongkol. Maka
dihadapan orang banyak, tanpa malu-malu ia menarik
tangan si gadis dan ditanya dengan suara perlahan.
"Siapa orang itu?"
"Aku juga tidak tahu," jawabnya sambil
menggelengkan kepala. Ho Hay Hong tercengang. "Mengapa takut padanya?"
"Ini aku sendiri juga tidak mengerti, aku hanya merasa baru melihat mukanya saja sudah takut."
"Kau kenal dengannya"!"
"Tidak!" "Mengapa ia terus mengikuti kau?", Tiat Chiu Khim pentang lebar matanya dan menjawab:
"Aku sendiri juga tidak mengerti. Sejak ia melihat aku, lantas mengikuti aku sampai disini. Aku tidak
menghiraukannya, tetapi juga tidak bisa melepaskan diri
darinya. Kadang-kadang ia tertawa padaku, membuat
aku merasa takut." "Ow, aku tahu, dia mungkin tertarik oleh
kecantikanmu, maka terus membuntuti."
Mendengar ucapan demikian, selembar muka Tiat Chin
Khim merah seketika dengan perasaan tidak senang ia
mengawasi pemuda aneh itu sejenak, kemudian berkata:
"Hm persetan dengan pemuda ceriwis seperti dia."
Ho Hay Hong tidak mau menggoda lagi maka
pembicaraannya dialihkan kesoal lain.
"Aku tadi dengar kau kata jangan sampai terlambat
kalau terlambat bagaimana" Aku sangat khawatir,
semula kiranya jiwaku tidak akan tertolong lagi, tak
kusangka hanya lamaran pemuda ceriwis ini. Tetapi ada
aku disini, ia tidak akan berani berlaku kurang ajar
terhadapmu. Jikalau ia berani, aku akan hajar dia."
Tiat Chiu Khim menundukkan kepala dan berkata:
"Aku selamanya bernyali besar, tidak takut kepada
siapapun. Tetapi entah apa sebabnya, ketika melihat dia
lantas takut." Berkata sampai disitu, dengan perasaan bingung
memandang Ho Hay Hong, kemudian melirik kepada
pemuda aneh itu. Pemuda aneh itu ketika melihat si nona melirik
kepadanya, tingkah lakunya semakin tengik. Sambil
tertawa dingin ia menghampiri Ho Hay Hong seraya
berkata dengan suaranya yang tajam:
"Kepandaianmu mengendalikan pedang sangat aneh,
mirip dengan kepandaian si tua bangka penjinak garuda.
Aku sebetulnya tidak suka mencampuri urusan orang
lain, tetapi sekarang aku hendak mencoba-coba
kepandaianmu!" Perkataan pemuda itu mengejutkan semua orang yang
ada disitu, sebab terhadap seorang dari angkatan tua
yang namanya sangat kesohor seperti kakek penjinak
garuda, ia menggunakan sebutan si tua bangka. Pada
waktu itu orang-orang angkatan muda yang berlaku
demikian sombong, hanya ia seorang saja.
Ho Hay Hong berpikir: Kakek penjinak garuda
meskipun kejam tetapi bagaimanapun juga adalah
seorang luar biasa yang kenamaan. Kau orang macam
apa, berani demikian menyebutnya"
Meskipun dalam hati Ho Hay Hong merasa tidak
senang, tetapi ia masih bertanya dengan nada suara
dingin. "Siapa she dan nama tuan yang mulia! Bolehkah
kiranya kau beritahukan padaku?"
"Ow, ow. namaku Long gee mo, tiada halanganku
beritahukan padamu!" jawabnya sambil tertawa.
Suara tertawanya itu meskipun tidak nyaring, tetapi
tajam dan menusuk telinga. Jelas ia sedang
memamerkan kekuatan tenaga dalamnya.
Lam kiang Tay-bong yang menyaksikan sikap congkak
pemuda itu, alisnya dikerutkan lalu bertanya.
"Kau murid siapa?"
Long-gee mo mendengar pertanyaan itu, menoleh dan
menjawab: "Locianpwee, apa kau tanya padaku?" Sikapnya
demikian jumawa, seolah-olah tidak pandang mata
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lamkiang Tay bong. Lam kiang Tay bong meskipun
sangat mendongkol, tetapi karena harus menjaga
kedudukannya ia tidak mau sembarangan turun tangan
terhadap anak muda, maka hanya menganggukan kepala
sebagai jawaban. Long gee-mo tidak ambil pusing, masih tetap dengan
sikapnya yang jumawa ia berkata:
"Suhu sudah lama tidak mau mencampuri urusan
duniawi, locianpwee tahu namanya juga tidak ada
faedahnya, sebaiknya aku tidak jawab!"
Belum pernah ada orang bersikap demikian jumawa
terhadap Lam kiang Tay bong, maka ia lantas berkata:
"Kalau begitu, aku akan minta anda sendiri yang
membuka mulut !" Ucapan Itu mengundang maksud: "Karena tidak
mendapat jawaban yang semestinya maka pemuda itu
hendak ditawan, supaya suhunya datang sendiri memberi
jawaban." Tetapi Long gee mo tidak mengerti, entah ia memang
tidak mengerti betul atau memang berlaku bodoh. Ketika
mendengar perkataan itu, kepalanya digeleng-gelengkan
seraya berkata: "Tidak ada gunanya, tidak ada gunanya, masa mau
suhu menjawab pertanyaanmu ?"
Lam kiang Tay bong lantas marah, tidak dapat
kendalikan perasaannya menghadapi sikap congkak
pemuda itu. Lebih cepat ia menghampiri dan berkata:
"Bocah! Matamu hanya melihat keatas. Kau begitu
kurang ajar. Aku terpaksa tidak tinggal diam, maka aku
hendak mewakili suhumu mengajar adat kau !"
Jubahnya dikebutkan, dari situ mengeluarkan
hembusan angin hebat. Long gee mo berteriak tajam:
"Apa" Locianpwee benar-benar hendak menghajar
aku?" Sementara itu angin hebat sudah menyambar dirinya,
ia agaknya mengetahui bahwa serangan itu amat
dahsyat, maka buru-buru lompat setinggi lima tombak
Ia tidak menduga bahwa kepandaian orang tua itu
demikian tingginya, wajahnya berubah seketika. Dari
tengah udara ia melayang sejauh delapan tombak. tepat
di dibelakang Liong ceng Houw sie berdiri agak jauh,
kemudian berseru: "Oooh celaka ! Locianpwee jangan begitu,
seranganmu ini benar-benar akan mematahkan
tulangku!" Lam kiang Tay bong masih mendongkol dengan sikap
anak muda itu, maka hendak diberi hajaran seperlunya.
Tetapi Lam kiang Tay bong berpikir lagi, dari gerakan
pemuda itu dapat dipastikan bahwa suhunya tentunya
juga merupakan satu tokoh terkemuka. Karena ia tidak
ingin membesarkan urusan, maka hanya diberi
peringatan saja lalu balik ketempatnya sendiri.
Ketika Long gee mo balik lagi ketengah lapangan,
sikapnya semula yang sangat sombong nampak
berkurang, ia tidak berani mencari onar dengan Lam
kiang Tay bong, langsung menghadapi Ho Hay Hong.
kemudian berkata sambil memberi hormat.
"Ucapanku nasib berlaku, tadi aku kata hendak
mencoba kepandaianmu, jikalau tidak maka sia-sialah
perjalananku ini." Pikiran Ho Hay Hong tertuju kepada ucapan terakhir
pemuda itu, selagi memikirkan apa maksudnya, dari
depan tiba-tiba merasa hembusan angin, kemudian
disusul oleh teriakan Tiat Chiu Khim: "Lekas menyingkir!"
Ia tersadar seketika, buru-buru mengelak dan balas
menyerang. Long gee mo tanpa sebab menarik dirinya jauh-jauh
kemudian melakukan latihan napas dan tangan seperti
seorang yang sedang mengadakan latihan olah raga.
setelah itu barulah melancarkan serangannya yang
kedua. Ho Hay Hong yang masih belum mengerti, tetap
menggunakan tangan untuk menangkis serangan itu.
Sebentar terdengar suara beradunya dua tangannya
yang halus sekali, tangan Ho Hay Hong dirasakan seperti
mau patah oleh serangan lawannya, hingga diam-diam
terkejut. Ia sebetulnya hendak menggunakan gerak tipuan
untuk mengelakkan kekuatan lawannya, kemudian balas
menyerang diluar dugaan lawannya, tak disangkanya,
ketika serangannya baru setengah jalan lawannya juga
menggunakan siasat yang serupa, hingga ia diam-diam
memuji kepandaian pemuda itu.
Sekarang ia buru sadar bahwa perhitungannya
terhadap kepandaian lawannya ternyata, sudah keliru ia
memikirkan pemuda itu entah dari golongan mana,
mengapa kepandaiannya semakin tinggi.
Tetapi, sejak ia berhasil mempelajari ilmu silat garuda
sakti, meskipun Ia dikejutkan olah kepandaian lawannya
tetapi masih dapat mengendalikan perasaannya sendiri,
ia geser kakinya beberapa langkah, dengan
menggunakan siasat pertahanan, telah berhasil menahan
serangan lawannya. Long gee mo segera berkata dengan suara nyaring:
"Boleh juga. boleh juga. Bolehkah aku minta tanya
apakah kau murid keturunan yang dididik langsung oleh
kakek penjinak garuda?"
"Kalau iya, mau apa?"
"Kalau iya, itulah paling baik. Hari ini aku hendak
membunuhmu!" Sehabis berkata ia sudah akan bergerak lagi karena ia
sudah anggap Ho Hay Hong benar-benar muridnya kakek
penjinak garuda. Dari ucapan yang menggunakan istilah tua bangka
kepada kakek penjinak garuda, ia sudah tahu bahwa
pemuda itu berdiri sebagai musuh dengan kakek
penjinak garuda, telah mendengar perkataan pemuda itu
makin kuat dugaannya, ia lalu berkata:
"Jika aku bukan muridnya, lalu bagaimana?"
"Kau berani mengatakan bukan" Akh tidak, tidak! Kau
pasti adalah muridnya atau setidak-tidaknya cucu
muridnya, atau mungkin juga ada sedikit hubungan
dengannya maka aku harus membunuhmu!"
Ho Hay Hong dengan tenang bertanya: "Mengapa kau
hendak membunuh aku" Katakanlah sebabnya, supaya
seandainya aku mati juga tidak penasaran!"
"Kakek penjinak garuda adalah musuh bebuyutan
suhu semua kepandaianku kudapatkan dari suhu,
mengapa aku tidak melakukan sesuatu bagi suhuku?"
"Siapakah suhumu itu?"
"Ing Siu, kau dengar tidak!"
"Haha, kau salah kawan! Kakek penjinak garuda tidak
ada hubungan apa-apa denganku, ucapanku tadi hanya
untuk menyelidiki siapakah suhumu, benar seperti apa
yang aku duga, dia adalah Ing Siu."
"Kau bohong, kepandaianmu mengendalikan pedang
semuanya dari golongan kakek penjinak garuda, dalam
hal ini, aku percaya semua orang yang ada disini sudah
menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bagaimana
kau hendak mengelabui mataku ?"
Tiat Chiu Khim mendadak maju dan berkata:
"Kau ini menuduh orang dengan sikap b iasa dan tidak
sopan, benar-benar tidak mengenal aturan. Aku ini
adalah muridnya sikakek penjinak garuda, kau mau
apa?" Ho Hay Hong berkata kepada Chiu Khim dengan suara
pelahan: "Kau dengan kakek penjinak garuda sudah
memutuskan hubungan, Jangan lupa bahwa dia adalah
musuhmu !" "Aku lihat dia sangat menjemukan maka kupikir
hendak memberikan ia sedikit pelajaran!" berkata Tiat Chiu Khim.
"Kau sudah tak takut lagi?" tanya Ho Hay Hong heran.
"Aku mungkin masih takut, tetapi mungkin juga tidak!"
"Kenapa?" tanya Ho Hay Hong semakin heran.
Gadis itu tiba-tiba merasa sangsi lama baru berkata:
"Kau berada di sampingku, aku seperti mendapat
perlindungan!" "Bagaimana jika kau tak berada di sampingmu"
"Aku tak tahu!"
"Aku kira tidak ada harganya kau keluarkan tenaga
untuk kakek penjinak garuda!"
Gadis itu menggelengkan kepala dan berkata dengan
tegas: "Tidak. Ini adalah untuk yang terakhir kalinya.
Kepandaianku kudapatkan dari dia, maka kali ini hitunghitung sebagai balasan, tapi selanjutnya aku tidak akan
keluarkan tenaga untuknya lagi, juga tidak akan mau lagi
menggunakan ilmu kepandaiannya!"
Oleh karena gadis itu dapat membedakan dengan
tegas antara budi dengan kebencian, maka Ho Hay Hong
tak bisa membantah. Ia tahu bahwa gadis itu sifatnya
tinggi hati, diberi nasehatpun tidak berguna, maka ia
diam saja. Suasana mendadak tegang, sebab dua orang itu
semua merupakan murid-murid dari dua orang terkuat
pada dewasa ini, dan pertandingan itu ada hubungannya
dengan perguruannya. Buat Lam kiang Tay bong kini lebih cenderung
membantu pihaknya Long gee mo, sebab ia sendiri juga
bermusuhan dengan si-kakek penjinak garuda.
Matanya tajam menatap Tiat Chiu Khim, meskipun Ho
Hay Hong berulang-ulang telah menyatakan bahwa gadis
itu sudah memutuskan hubungan dengan kakek penjinak
garuda, tapi kini karena mengeluarkan tenaga untuk
kakek penjinak garuda, maka ia lantas alihkan
kemarahannya pada Ho Hay Hong, yang tak seharusnya
melarang tindakan muridnya.
Sementara itu Liong ceng Houw sie yang merasa
dirinya di kesampingkan, sebagai seorang pemimpin
rimba hijau tujuh propinsi yang sudah biasa di hormati
oleh anak buahnya, juga belum pernah mendapat
perlakuan yang demikian dingin, maka dalam hati merasa
tidak senang. Belum lama berselang ia masih dianggap sebagai
pemimpin golongan rimba hijau, tak diduganya dengan
kedatangan Long gee mo dan Tiat Chiu Khim, ia lantas di
kesampingkan. Dalam mata pemimpin rimba hijau itu, kecuali anak
buahnya sendiri, yang lainnya semua dianggap sebagai
musuh yang tak boleh diampuni.
Tetapi ia masih merasa ragu-ragu. Sebab di samping
Ing Siu dan kakek perjinak garuda dua orang kuat itu,
masih ada Lam kiang Tay bong yang juga merupakan
salah satu dari lima tokoh terkuat rimba persilatan
dewasa ini yang ada disitu.
Pada saat itu, Long gee mo lantas menghampiri Tiat
Chiu Khim dan segera melakukan serangan, hingga
keduanya lantas mulai bertempur.
Ho Hay Hong menyaksikan kekasihnya bertempur
dengan musuh, kepandaian mereka berimbang. Ia
sangat marah, tetapi karena keadaan tidak mengijinkan,
terpaksa mengendalikan amarahnya.
Liong ceng Houw sie mendadak timbul pikiran lain:
"Jika aku menggunakan kesempatan ini, memberi
pukulan telak padanya, sungguhnya paling baik. Jika
tidak, setelah gadis itu berhasil menjatuhkan musuhnya,
tidak mudah kuhadapinya."
Sebagai seorang Kang-ouw kawakan, ia dapat
menghadapi segala sesuatu dengan menyesuaikan
keadaan. Dari sikap dan kata-kata Tiat Chiu Khim dengan
Ho Hay Hong, Ia segera dapat menduga bahwa dua
muda-mudi itu berdiri disatu pihak. Dengan demikian,
bilamana Ho Hay Hong diserang musuh, Tiat Chiu Khim
pasti akan membantu dengan tenaga sepenuhnya
Semula ia tidak takut kepada gadis yang cant ik itu,
sebab kecuali kecantikannya, tidak ada apa-apanya yang
menonjol. Tetapi sekarang anggapan pemimpin itu telah
berubah, ia sungguh tidak menduga bahwa gadis itu
adalah murid kakek penjinak garuda !
Ia tahu benar, siapa adanya Kakek penjinak garuda
itu, anak muridnya sudah tentu juga tidak boleh
dipandang ringan. Sebagai seorang ambisius, setelah mengetahui
kekuatan Ho Hay Hong, lantas timbul maksudnya hendak
menjatuhkan dengan akal untuk menghindarkan
pertempuran hebat, karena ia belum yakin bisa
mengalahkannya, bahkan bisa jadi dia sendiri yang akan
jadi buah tertawaan kawan-kawan dari rimba hijau.
Harapan satu-satunya adalah: Long-gee-mo berhasil
membinasakan kawan-kawannya.
Pemuda aneh itu meskipun sering mengganggu dan
kadang-kadang bahkan mengejek dirinya, sehingga
dianggapnya sebagai pengacau yang memusingkan,
tetapi keadaan sekarang berlainan, karena menghadapi
lawan labih berat, sudah tentu memilih yang ringan.
Sementara itu, Tang siang Sucu masih berdiri disitu,
menantikan kesempatan baik untuk turun tangan.
Tang-siang Sucu tergila-gila paras Tiat Chiu Khim yang
cant ik jelita, tetapi benci perbuatannya yang menyulitkan dirinya dihadapan orang banyak. Ia lebih benci lagi
melihat sikapnya yang demikian erat terhadap Ho Hay
Hong. Tang siang Sucu terhadap Ho Hay Hong sedikitpun
tidak mempunyai kesan baik, terutama perbuatannya tadi
yang sangat memalukan dirinya. Ia masih simpan dihati,
set iap saat mencari kesempatan hendak menuntut balas
dendam. Apa mau, Lam kiang Tay bong telah mengeluarkan
perintah: "Bunuh yang perempuan, bebaskan yang laki!"
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Yang perempuan dimaksudkan Tiat Chiu Khim dan
yang laki dimaksudkan Ho Hay Hong.
Tang siang Sucu tidak berani melawan perintah
suhunya, meskipun ia diasuh dan dibesarkan oleh Lamkiang Tay bong, tetapi orang tua itu bukanlah seorang
yang dapat dipermainkan. Matanya terus berputaran, menjelajahi tiap bagian
tubuh Tiat Chiu Khim. Seumur hidupnya ia belum pernah
demikian tergila-gila terhadap wanita, apa lacur, selagi
benih cinta sedang bersemi, gadis yang dicintai sudah
menyerahkan diri dalam pelukan orang lain.
Dan yang lebih celaka, orang itu bukan lain dari
saudara sekandungnya sendiri! Tetapi ia tidak perdulikan
soal saudara atau bukan, ia sudah biasa membenci siapa
saja yang berani menentang perbuatannya atau orang
yang merebut kepentingannya.
Pandangan matanya cukup tajam, meski pun Tiat Chiu
Khim sedang melakukan pertempuran hebat, tetapi ia
masih bisa melihat dengan tegas setiap bagian, sehingga
yang paling halus ditubuh gadis itu.
Ia anggap dirinya seorang anak muda romantik yang
memiliki wajah tampan dan gaya menarik hati. Tak
disangka si gadis cantik jelita yang dirindui itu, tidak sudi mendekati, mau tidak mau ia terpaksa mengakui
kebodohannya sendiri. Sementara itu, Su siang Sucu mendadak timbul
pikirannya yang jahat: "kalau saat ini aku bokong
padanya dengan senjata rahasia paku Thian mo teng,
sekalipun berkepandaian tinggi sekali, juga tidak
mungkin lolos dari tangan maut!"
Yang dimaksudkan dengan dia oleh pemuda ini ialah
Ho Hay Hong. Sedangkan Ho Hay Hong sendiri pada saat itu masih
menyaksikan jalannya pertempuran antara Tiat Chiu
Khim dengan Long gee mo dengan hati cemas, jelas
bahwa seluruh perhatiannya sedang ditujukan kepada
pertempuran itu. Sudah tentu See siang Sucu merasa girang, diam-diam
ia mengeluarkan dua buah Thian-mo-teng yang
mengeluarkan sinar gemerlapan, ia hilangkan dulu
sinarnya dengan tanah lumpur, hingga sinarnya lenyap.
Senjata rahasia itu meskipun nampaknya biasa saja,
seperti senjata-senjata rahasia lainnya, tetapi
mengandung bisa yang sangat berbahaya. Sekalipun
binatang buas seperti singa atau harimau dan ular
berbisa, juga akan mati seketika jika terkena serangan
paku itu. Tetapi sebelum melaksanakan maksudnya, ia masih
memikirkan perintahnya Lam kiang Tay bong, karena
justru bertentangan dengan maksudnya sendiri. Jika ia
membinasakan Ho Hay Hong dengan senjata itu,
suhunya pasti tidak tahu karena bekerjanya bisa dalam
tubuh orang yang terkena serangannya baru ketahuan
setelah berlangsung tiga jam. Dalam waktu tiga jam itu,
mungkin pertempuran sudah selesai, siapa yang akan
menduga kalau sang korban mati ditangannya"
Paku Thian mo-teng bentuknya halus sekali, tidak
mudah dilihat oleh mata biasa. Apalagi sinarnya sudah
dihapus oleh lumpur tanah liat. Jangankan orang lain,
sekalipun orang yang diserang, juga tidak tahu, karena
serangan itu hanya menimbulkan rasa seperti orang
digigit nyamuk. Diam-diam ia geser kakinya kebelakang Lam kiang Tay
bong menantikan kesempatan baik untuk turun tangan.
Kesempatan yang dinanti-nantikan itu akhirnya tiba,
meluncurlah sebuah paku halus tetapi sangat berbisa itu
dari dalam tangannya. Dengan tidak mengeluarkan
sedikit suarapun juga, paku meluncur kearah Ho Hay
Hong. See siang Sucu sangat girang, diam-diam berkata
sendiri: "Haha, bocah, akhirnya kau binasa ditanganku."
Tetapi, tepat pada saat paku berbisa itu meluncur,
Liong ceng Houw sie mendadak lompat menyerbu Ho
Hay Hong. Tubuhnya yang tinggi besar, justru
menghalangi tubuh Ho Hay Hong yang sedang diserang
oleh senjata rahasia See siang Sucu.
See siang Sucu terkejut, matanya dibuka lebar-lebar,
karena ia tahu bahwa senjata itu pasti akan bersarang
dalam tubuh Liong ceng Houw sie. Dasar nasib!
Liong ceng Houw sie yang memiliki kekuatan tenaga
dalam cukup sempurna, ketika terkena senjata berbisa
itu, hanya terkejut sejenak, karena seperti ada apa-apa
yang tidak beres, tetapi tidak dapat menemukan bagian
mana yang tidak beres. Hanya sejenak hatinya tercekat, tetapi tidak berhenti,
dengan tangannya yang besar, secepat kilat menyerang
batok kepala Ho Hay Hong, dan kakinya juga melakukan
tendangan geledek. Serangan mendadak tanpa peringatan dan secara
pengecut itu, membangkitkan kemarahan Ho Hay Hong,
ia juga mengeluarkan suara bentakan keras, dengan satu
gerakan luar biasa mengelakkan serangan Liong ceng
Houw sie, kemudian balas menyerang bagian jalan darah
Khie hiat musuhnya. Sementara itu, See siang Sucu diam-diam berpikir.
"Sekarang aku sudah kesalahan membunuh pemimpin
rimba hijau daerah selatan. Kematiannya itu pasti akan
menimbulkan kecurigaan anak buahnya, dan apabila
diadakan pemeriksaan, pasti menyulitkan diriku."
Ia tahu benar pengaruh Liong ceng Houw sie, juga
tahu benar bahwa anak buahnya hampir menyusup di
mana-mana. Kalau diketahui oleh anak buahnya, ia pasti
akan menjadi musuh besar golongan rimba hijau daerah
selatan. Meskipun ia sendiri tidak takut, tetapi setidak-tidaknya
juga menyulitkan kedudukannya. Oleh karenanya, maka
ia lalu mengambil keputusan turun tangan lebih dulu,
untuk membasmi habis anggot a-anggotanya yang
terkuat. Semakin memikir, ia jadi semakin gelisah, napsunya
membunuh juga semakin berkobar. Ketika Lam kiang Tay
bong berpaling kearahnya dan melihat mata muridnya
yang berapi-api, tentu saja merasa heran, maka
ditegurnya: "Kau kenapa?" "Tidak apa-apa, murid hanya menyaksikan
pertempuran hebat dari dua orang kuat itu, dalam hati
merasa kagum!" jawabnya dengan sikap menghormat.
"Sekali lagi jangan membunuh pemuda she Ho itu,
karena dia dengan kakek penjinak garuda terlibat
permusuhan. Di kemudian hari, besar faedahnya bagi
kita." See siang Sucu meski mulutnya menyahut akan ingat
pesan itu, tetapi keringat dingin sudah membasahi
tubuhnya. Tidak berani lagi ia berpikir untuk membunuh Ho Hay
Hong, Kini perhatiannya dialihkan kepada anak buah
Liong ceng Hou sie. Dengan cara yang serupa ia tujukan serangannya
kepada Hok kauw cia. Hok kauw cia yang sedang pusatkan perhatiannya
kemedan pertempuran, meskipun lengannya merasa
gatal, ia juga tidak perhatikan.
Dengan cara itu juga See siang Sucu menyerang Pat
kwa Yu sin, ciu pat kwa Yu sin chin yang masih terluka
bekas serangan Ho Hay Hong, sudah tentu tidak berasa
sama sekali. Dua kali serangannya berhasil baik nyalinya semakin
besar. Ia mengambil sebuah lagi, kali ini serangannya
ditujukan kepada orang tua hidung bengkok, salah satu
dari tiga pembantu Liong ceng Houw sie.
Setelah itu dengan beruntun ia menyerang orangorangnya
Liong ceng Houw sie. sehingga menghabiskan
dua belas senjata paku beracun.
See siang Sucu setelah melakukan perbuatannya yang
keji. diam-diam memperhatikan gerak-gerik semua
korbannya tetapi mereka tidak menunjukkan maupun
reaksi apa-apa, bahkan masih tertawa-tawa.
Dua belas orang yang diserang itu, semua merupakan
tokoh tokoh terkemuka dalam kalangan rimba hijau
daerah selatan yang lainnya meskipun masih ada, tetapi
senjata paku beracun See siang Sucu sudah keburu
habis, hingga mereka boleh merasa beruntung, tidak
turut kawan-kawannya keneraka.
See sang Sucu simpan kotak pakunya, otaknya
dikerjakan semakin keras. Dengan cara bagaimana harus
mengambil jalan keluar lagi senjata itu dari tubuh para
korbannya, supaya orang lain tidak sampai tahu
perbuatannya. Sementara itu, pertempuran antara Ho Hay Hong
dengan Liong-ceng Houw sie masih terus berlangsung
dengan serunya. Ho Hay Hang masih belum tahu bahwa
ia hampir saja menjadi korbannya senjata beracun See
siang Sucu. Ia juga tidak tahu bahwa Liong-ceng Houw-sie tanpa
ia turun tangan juga akan mati. Ia hanya khawatir
keselamatan kekasihnya. Karena melihat sekian lama
belum ada yang menang dan yang kalah maka ia lalu
berseru: "Nona Chiu Khim, lekas gunakan ilmu garuda sakti!"
Mendengar perkataan itu. Liong ceng Houw-sie
mendadak lompat mundur sebelum kalah, matanya
ditujukan ke arah Tiat Chiu Khim, agaknya ing in
menyaksikan ilmu luar biasa itu.
Tong siang Sucu juga mendadak merasa tegang urat
syarafnya, matanya ditujukan ke arah gadis pujaannya
tanpa berkedip. Hanya See siang Sucu yang tujukan perhatiannya
kepada Liong-ceng Houw sie. Ia khawatir pemimpin
rimba hijau itu sebelum mati mengetahui rahasia
kematiannya. Liong ceng Houw sie tidak bergerak, Ho Hay Hong
juga demikian. Kini ia baru tahu bahwa pemuda yang
bentuknya aneh itu sesungguhnya gagah sekali,
bertempur sekian lama sikapnya semakin gagah.
Sedangkan dipihaknya Tiat Chiu Khim nampak jelas agak
kewalahan. Tiba-tiba ia merasa benci dengan kedudukannya
sendiri. Seandainya ia bukan pemimpin rimba hijau
daerah utara, ia pasti tidak akan membiarkan pemuda
aneh itu demikian congkak.
Sementara itu Tiat Chiu Khim mendadak lompat
set inggi tiga tombak lebih, ditengah udara melakukan
gerakan salto yang manis sekali.
Selanjutnya, cepat bagaikan kilat ia meluncur turun,
telapakan tangannya dengan satu gerakan yang manis
menyerang pundak Long gee mo.
Tidak ampun lagi Long gee mo menjerit, tubuhnya
terpental dan rubuh kearah Lam kiang Tay bong.
Tang siang Sucu seperti menemukan apa-apa,
mulutnya mengeluarkan seruan girang.
"Aaaa! Ini gerak tipu yang pertama."
Dalam tangannya menggenggam segumpal potongan
kertas dengan tangan bergemetaran ia berkata pula:
"Gerak tipu yang pertama kiranya begitu. haha,
untung keterangan dalam kertas masih belum terobek."
Ho Hay Hong berpikir apabila ilmu kepandaiannya ini
terjatuh dalam tangannya, untuk selanjutnya entah
berapa banyak jiwa yang akan melayang ditangannya!
Pikiran sehat mendadak timbul dalam otaknya, dengan
cepat ia menghunus pedangnya dan dilontarkan
kearahnya. Tang siang Sucu yang melihat pedang Ho Hay Hong
meluncur kearahnya, bukan kepalang terkejutnya.
Karena dahulu ia pernah merasakan hebatnya serangan
itu, maka lantas lari. Diluar dugaannya, sesosok bayangan orang sudah
berada disampingnya dan merebut gumpalan kertas dari
dalam tangannya Orang itu bukan lain daripada Ho Hay
Hong. Kejadian itu berlangsung sangat cepat, belum hilang
rasa kaget: Tang siang Sucu, Ho Hay Hong sudah
menarik kembali pedangnya dan berdiri sambil
tersenyum. Tang siang Sucu sangat mendongkol, tetapi ia tidak
bisa berbuat apa-apa. Lam kiang Tay bong tahu bahwa Long gee mo terlalu
sombong, kalau tidak diberi sedikit hajaran, ia pasti tidak mau unjukkan tempat sembunyi gurunya.
Oleh karena ada maksud hendak berserikat dengan
Ing Siu untuk menghadapi Kakek penjinak garuda, maka
ia sengaja memberi pertolongan kepada Long gee mo
supaya jangan sampai rubuh.
Dengan agak susah payah Tiat Chiu Khim baru
berhasil menjatuhkan pemuda ceriwis itu, sudah tentu
tidak mau tinggal diam. Cepat ia maju menghampiri, jari
tangannya menotok jalan darah bagian perut anak muda
itu. Jalan darah yang diarah itu merupakan salah satu dari
dua belas jalan darah terpenting anggauta badan
manusia, apabila kena ditotok. sekalipun tidak mati,
set idak-tidaknya juga akan terluka parah.
Lam kiang Tay bong yang selagi hendak memberi
sedikit hajaran kepada Long gee mo supaya mau
menyerah. Tetapi ketika melihat jiwa Long gee mo
terancam, pikirannya mendadak berubah. Ia tidak lagi
memberi hajaran Long gee mo, Sebaliknya menyerang
Tiat Chiu Khim. Tiat Chiu Khim terkejut, buru-buru mengelakkan
serangan Lam kiang Tay bong.
Ho Hay Hong yang menyaksikan kejadian itu, benarbenar
merasa bingung, ia tidak dapat membedakan siapa
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kawan siapa lawan. Masih dalam keadaan bingung, Lam kiang Tay bong
sudah menyerang lagi sehingga tiga kali. Setiap
serangannya seolah-olah diliputi oleh bayangan bunga
Bwee, yang mengurung sekujur badan Tiat Chiu khim.
Walaupun Tiat Chiu khim cukup gesit mengelakan
serangan jago tua dari Tay bong itu, namun lawannya
adalah salah satu dari lima orang kuat rimba persilatan
pada dewasa itu, apalagi diserang bertubi-tubi dengan
serangannya yang aneh sudah tentu agak kewalahan dan
terpaksa mundur. Selagi gadis itu dalam keadaan bahaya, Ho Hay Hong
tidak mau berpikir terlalu banyak, tidak lagi perdulikan
kawan atau lawan, ia lalu bertindak menyergap Lam
kiang Tay bong. Dengan beruntun ia menggunakan tiga rupa gerak
tipu dari ilmu silatnya Kun hap Sam kay yang paling
hebat. Dengan campur tangannya Ho Hay Hong, serangan
Lam kiang Tay-bong lantas terhambat. Dan dengan
demikian, maka Tiat Chin Khim juga terlepas dari
bahaya. Tak ia duga, sebelum ia berdiri tegak. Tang siang Sucu
dan See siang Sucu sudah menyerang lagi dari kanan
dan kiri dengan berbareng.
Tiat Chiu khim yang keras kepala, meskipun berada
dalam bahaya, wajah dan sikapnya tetap t idak berubah.
Dengan menggunakan serangan jari tangan, ia sudah
berhasil mendesak mundur See siang Sucu sehingga
empat langkah. Selagi hendak melancarkan serangannya lagi,
mendadak ia berdiri tertegun, matanya memandang
kearah jauh. Tang siang Sucu sangat girang, dengan cepat
bertindak, jari tangannya sudah menyentuh baju sinona.
Nampaknya ia masih penasaran. Selagi hendak
menyergap Tiat Chiu Khim, seorang tua muka merah,
mendadak datang menghampiri dan berkata sambil
tertawa: "Lam kie Gwat cu! Sudah lama kita tidak bertemu!"
Lam kiang Tay bong paling tidak senang ada orang
menyebut nama julukan yang lama maka ketika
mendengar perkataan itu, wajahnya berubah seketika.
"Benar, naga api Tio Kang, kau ternyata masih hidup!"
katanya dingin. Orang muka merah itu sedikitpun tidak marah,
katanya sambil tertawa: "Lam kie Gwat cu, apakah kau mengharap aku lekas
mati" iya,kan kawan lama, ini benar-benar sudah tidak
ingat persahabatan lama!"
Pada saat itu, asal ia lanjutkan gerakannya, gadis itu
akan terluka parah. Tetapi dalam perasaannya mendadak
timbul perubahan besar. Dalam waktu sangat singkat, di otaknya timbul
pertentangan sendiri. Ia harus melanjutkan tindakannya
atau tidak" Dalam hidupnya ia sudah membinasakan banyak jiwa
manusia, belum pernah timbul perasaan ragu-ragu
seperti itu. Tetapi karena orang yang hendak dibinasakan
itu justru orang yang dicintai, maka pikirannya lantas
merasa bimbang. Dalam pada itu, Tiat Chin Khim sudah sadar akan
keadaannya. Dengan cepat ia geser kakinya, mundur
setombak lebih. Setelah Tiat Chiu Kim mundur, Tang-siang Sucu baru
merasa menyesal, ia sesalkan dirinya sendiri, mengapa
kesempatan demikian baik, dilepaskan begitu saja"
Matanya beralih ke arah Tiat Chiu Khim, nadanya
lantas berubah, ia berkata dengan nada suara dingin:
"Chiu Khim. tadi ketika kau melihat aku, mengapa
lantas kabur?" Dalam hatinya Tiat Chiu Khim meski-pun sangat
mendongkol, tetapi karena sudah lama diasuh oleh orang
tua itu, perasaan takut dan hormat sudah melekat,
hingga tidak bisa merubah dengan cepat. Maka ketika
mendengar teguran itu, ia diam saja sambil
menundukkan kepala. Empat bintang yang sekian lama diam saja mendadak
lompat keluar. Dengan mengandalkan pengaruh Lam
kiang Tay bong, ia lalu menegur dengan suara keras:
"Tua bangka, kemarin kau menghajar kita sekalian
seenaknya saja, sekarang kita akan menuntut keadilan!"
"Setan tua, dendam pasti di balas. Kau dengan aku
sudah berdiri sebagai musuh, sekarang kini salah satu
harus ada yang mampus!" kata Tang siang Sucu.
Orang tua muka merah tertawa terbahak bahak dan
berkata: "Lam kie Gwat cu, apa ini perintahmu?"
"Kalau ya, mau apa?" demikian Lam kiang-Tay bong balas menanya.
"Tak kusangka setelah berpisah sepuluh tahun lebih,
meskipun wajahmu sudah berubah, tetapi adatmu masih
tetap berangasan seperti dulu. hahaha!"
Orang tua muka merah itu tidak menghiraukan lagi
empat bintang dan Tang siang Sucu, perlahan-lahan
menghampiri Tiat Chiu Khim seraya berkata:
"Tidak perlu banyak bicara, majulah, biar aku dapat
melaksanakan keinginanku!"
Tiat Chiu khim tetap menundukkan kepala, meskipun
dalam hatinya ingin mengatakan tidak mau pulang, tetapi
kata-kata itu tidak bisa keluar dari mulutnya.
Ho Hay Hong meninggalkan Lam kiang Tay-bong,
dengan langkah lebar menghampiri Tio Kang dan berdiri
menghalang didepan Tiat Chiu Khim. Katanya dengan
suara berat: "Ia sudah bersumpah tidak akan pulang kekampung
setan, kau jangan mendesak terus!"
Orang tua muka merah itu ketika melihat Ho Hay
Hong, wajahnya berubah. "Bocah, kau jangan turut campur tangan awas batok
kepalamu!" Mendengar ucapanmu itu Ho Hay Hong teringat
dendam sakit hatinya. Mendadak ia tertawa bergelakgelak
dan berkata: "Batok kepalaku" Haha! Sepuluh tahun berselang
belum berhasil kau pindahkan, sekarang kau hendak
pindahkan lagi" Barang kali sudah tak keburu lagi!"
Ia berhenti tertawa, dengan buas menatap siorang tua
dan sambungnya: "Tio kang mungkin kau sudah lupa peristiwa berdarah
yang kau lakukan pada sepuluh tahun lebih berselang,
tetapi, aku sebagai keturunan dari orang yang menjadi
korban keganasanmu, selama sepuluh tahun lebih aku
hidup piatu, tiada satu menit aku dapat melupakanmu!
Bagaimana kau hendak membantah" Katakanlah!"
Orang tua bermuka merah itu terkejut, sinar matanya
yang tajam beralih kearah Lam kian Tay bong, katanya
dengan singkat: "Lam kie Gwat cu! Apa semuanya sudah kau
beritahukan padanya?"
"Apakah kau si Naga api menjadi marah karena
merasa malu" Sehingga aku juga kau bawa-bawa?"
jawabnya mengejek. "Dengan terus terang, sewaktu aku melakukan
perbuatanku itu, aku sudah menduga akan akibatnya.
Tetapi aku sedikitpun tidak menghiraukan. Dengan
ilmuku Tok liong-ciang aku menanam permusuhan ini,
biarlah sekarang juga aku menggunakan ilmuku itu untuk
membereskan persoalan ini. Kau bocah kau hendak
menuntut balas dendam kematian ibumu, silahkan maju.
Kecuali ilmu seranganku Tok liong ciang aku tidak akan
menggunakan ilmu lain untuk menghadapimu!" kata
orang tua bermuka merah. Kata-katanya itu di ucapkan dengan suara datar, tidak
menunjukan rasa takut, juga tak menunjukan rasa
penyesalan. Agaknya tidak pandang Ho Hay Hong sama
sekali. Lam kiang Tay bong segera menyela sambil tertawa
dingin: "Ini bukan, terhitung kemurahan hati mu, semua
orang rimba persilatan tahu, kau si Naga, hanya serupa
ilmu serangan naga apimu yang terkenal itu. Kecuali itu
kau masih memiliki kepandaian ilmu apalagi yang pantas
kau banggakan?" "Kawan ucapanmu itu memang betul! Sebentar,
setelah aku membereskan bocah ini aku hendak belajar
kenal lagi denganmu, aku ingin melihat, kau Lam kie
Gwat cu selama beberapa puluh tahun ini, mendapat
tambahan ilmu kepandaian apa lagi"." berkata si-Naga
api sambil tertawa. Ho Hay Hong berkata dengan suara nyaring:
"Tak perlu banyak bicara. Majulah, biar aku dapat
melaksanakan keinginanku!"
Orang tua muka merah itu berdiri tegak, tanpa
bergerak, katanya dengan sikap jumawa:
"Meskipun aku adalah musuh besarmu tetapi kau
masih harus menghadapiku dengan peraturan dari orang
tingkatan muda. Seumur hidupku aku belum pernah
melakukan penyerangan lebih dulu, kalau kau bermaksud
hendak menuntut balas, berbuatlah sesukamu!"
Tiat Chiu Khim yang mendengarkan pembicaraan
mereka, baru tahu permusuhan antara mereka. Ia buruburu
berbisik bisik ditelinga Ho Hay Hong:
"Gunakanlah gerak tipu keempat dari ilmu garuda
sakti, untuk menghancurkan ilmu serangan tangan naga
apinya. Ingat baik baik:"
Peringatan itu menarik perhatian Ho Hay Hong.
tanyanya: "Kecuali gerak tipu keempat itu, apakah gerak tipu
lainnya tidak bisa menghancurkan ilmunya?"
"Bisa sih bisa, tetapi kau masih belum hapal betul,
tidak boleh menggunakan secara sembarangan." kata si
gadis perlahan. Ia menambah keterangannya lagi: "Umpama gerak
tipu pertama, harus digunakan dengan tambahan sedikit
variasi atau perubahan, baru berhasil menundukkan dia.
Tetapi, dalam keadaan mendesak, aku tidak dapat
memberi penjelasan sampai ke detail-detailnya, hanya
gerak tipu ke empat, tidak perlu variasi atau perubahan,
sudah cukup untuk mengalahkan dia, asal nyalimu dan
tenagamu cukup besar"
Ho Hay Hong menganggukkan kepala tanda mengerti,
tetapi ia melakukan gerakan pembukaan dari ilmu silat
Kun Hap Sam kay. Tiat Chiu Khim yang menyaksikan, alisnya dikerutkan,
wajahnya menunjukkan perasaan khawatir.
Ia masih belum sempat membuka mulut. Ho Hay Hong
sudah membuka serangannya.
Orang tua bermuka merah itu tertawa terbahak bahak,
satu tangannya dengan tiba-tiba menerobos dari
serangan Ho Hay Hong, lalu menyerang batok kepalanya.
Yang mengherankan, ialah sewaktu ia melakukan
serangannya, telapakan tangannya merah membara,
seolah-olah besi selagi dibakar.
Ho Hay Hong mengelakan serangan tersebut
kemudian menggunakan gerak tipu ketiga untuk
menutuk serangan selanjutnya dari orang tua itu, sedang
kakinya lantas melakukan tendangan mengarah lutut
musuhnya. Tiat Chiu Khim semakin kesal, selagi hendak
memperingatkan tidak boleh menggunakan ilmu silat itu
untuk menghadapi musuhnya, Tio Kang sudah
menyerang dengan lengan jubahnya.
Lengan jubah yang gerombongan dan panjang,
ternyata mengandung hembusan angin yang sangat
kuat, lengan jubah itu merupakan sebuah bukit yang
mendidih, sehingga Ho Hay Hong merasa tidak dapat
bernapas. Dalam keadaan sangat berbahaya, terpaksa ia menarik
kembali kakinya, kemudian menggunakan jari tangannya
menghembuskan hembusan angin, barulah berhasil
mematahkan serangan lawannya.
Ia sudah agak mengerti ilmu silat yang dinamakan
serangan naga api berbisa. Dengan tiba-tiba ia
mengeluarkan pekikan nyaring dan lompat set inggi lima
kaki, di tengah udara dua lengan tangannya bergerak
bagai burung terbang, kemudian menukik dan
menyambar lawannya. Pada waktu itu wajah orang bermuka merah nampak
sedikit heran, ia berkata:
"Tak kusangka engkau juga mempelajari ilmu silat
garuda sakti." Lengan jubahnya dikebut-kebutkan, hembusan angin
yang hebat telah memaksa Ho Hay Hong turun lagi.
Tiat Chiu Khim lantas berseru:
"Kau lompat terlalu tinggi oleh karenanya maka
sewaktu kau menukik dan melakukan serangan
tanganmu sudah banyak kehilangan!"
Ho Hay Hong dalam hati terkejut, ia membenarkan
pendapat gadis itu. O-ood-e-w-ioo-O Bersambung Jilid 25 RAHASIA KAMPUNG GARUDA Karya : Khulung Saduran : Tjan ID Jilid 25 SEBAGAI seorang yang berotak cerdas dengan cepat
ia dapat memperbaiki kesalahannya, kembali dia melesat
set inggi tiga kaki lalu menukik dan menyerbu lagi.
Orang bermuka merah juga menggunakan lengan
jubahnya lagi untuk menggoyangkan serangan Ho Hay
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hong. Dengan suara marah orang tua itu berkata kepada
Tiat Chiu Khim: "Kiranya kau sibudak hina ini yang memberi pelajaran
padanya, Baiklah kubunuh dulu kau!"
Sehabis berkata demikian, serangannya segera
dialihkan kepada Tiat Chiu Khim.
Dengan satu gerakan yang lincah, dan bagaikan
terbang. Tiat Chiu Khim lompat tinggi, dengan kekuatan
dari dua kakinya, ia melakukan gerakan bagaikan burung
terbang di tengah udara, kemudian menggunakan gerak
tipu keempat dari ilmu silat garuda sakti menyerang
musuhnya. Orang tua bermuka merah itu semakin kalap, ia
berteriak-teriak seperti orang gila:
"Budak hina, kau benar-benar ingin mampus."
Meskipun mulutnya mengucapkan demikian, tetapi
tangan dan kakinya tidak tinggal diam, dengan tergesagesa
ia lompat sejauh lima tombak, mengelakkan
serangan yang hebat itu. Ho Hay Hong yang menyaksikan kejadian itu,
tergeraklah hatinya, karena gadis itu ternyata mengajar
ia melakukan serangan secara demikian . . .
Ia segera meniru gerakan itu dengan suatu gerakan
hebat ia mendepak musuhnya mundur beberapa
langkah. Orang tua bermuka merah matanya nampak beringas,
napsu memburunya nampak berkobar, dengan tiba-tiba
ia mengangkat tinggi dua telapakan tangannya,
kemudian dirangkap seolah-olah melakukan gerakan
menjura, namun bagian telapak tangannya dihadapkan
keluar dan didorongnya, seketika itu juga hembusan
angin meluncur dari telapak tangan itu, menuju kearah
Tiat Chiu Khim. Pada waktu itu Lam kiang Tay bong mendadak
berseru: "Huh, tua bangka kau ternyata juga pandai ilmu Patciok sin-ciang dari golongan Budha!"
Ucapan itu telah mengejutkan semua orang yang ada
disitu, semua mata ditujukan kepada Tio Kang si naga
api. Saat itu orang tua bermuka merah itu mukanya
semakin merah, matanya yang buas beringas terbuka
lebar, rambut dikepalanya seolah-olah berdiri semua,
langkah kakinya bagaikan hantu hendak menyergap
orang, benar-benar sangat menakutkan.
Dengan tiba-tiba Tiat-Chiu Khim menjerit dan rubuh
ditanah. Ho Hay Hong terkejut, ia meninggalkan musuhnya dan
menghampirinya, wajah gadis itu nampak pucat bagaikan
kertas, matanya dipejamkan, napasnya sangat lemah,
agaknya sudah hendak putus nyawa.
Ho Hay Hong menjadi kalap, ia menggeram, dengan
tenaga sepenuhnya menyerang diri Tio Kang.
Orang tua bermuka merah itu masih tetap melakukan
gerakan seperti tadi, setiap tanah yang diinjak,
meninggalkan bekas kakinya sedalam tiga dim, setelah
mengeluarkan suara dari hidung, kembali, melakukan
serangan dengan dua tangan seperti tadi.
Lam-kiang Tay-bong dengan alisnya berdiri mendadak
keluar dari tempatnya dan membuat gerakan yang
serupa dengan orang bermuka merah, dua telapak
tangannya mengeluarkan hembusan angin hebat, lantas
menyambut serangan orang tua bermuka merah.
Ketika dua kekuatan saling beradu menimbulkan suara
gemuruh, dua-duanya tidak dapat pertahankan kakinya,
hingga masing-masing mundur beberapa langkah.
Ho Hay Hong yang menyaksikan itu, diam diam
merasa heran, karena dengan kepandaian yang dimiliki
oleh Lam-kiang Tay-bong tetapi masih belum dapat
menjatuhkan orang tua bermuka merah, dapat
dimengerti serangan ilmu silat dari golongan Budha itu,
apabila tadi ia yang menyambut, barangkali tubuh dan
tulang-tulangnya akan hancur lebur!
Meskipun dalam hatinya sangat marah, apalagi karena
terlukanya gadis itu, tetapi biar bagaimana ia masih
merupakan seorang yang mengerti keadaan, ia tahu
benar apabila hendak menuntut balas dendam itu, ia
harus berlaku sabar menunggu kesempatan baik.
Jikalau, hanya menuruti hawa nafsu saja, akibatnya
pasti akan mencelakakan diri sendiri, hal ini baginya tidak ada faedahnya sama sekali.
Perlahan-lahan ia tenang kembali. Ia berdiri
menghadapi Tio Kang sambil memulihkan kekuatan
tenaganya. Terhadap bantuan tenaga Lam-kiang Tay-bong ia agak
bingung. Ia benar-benar tidak mengerti apa sebabnya
Lam-kiang Tay-bong turun tangan membantu dirinya"
Tio Kang sangat marah atas perbuatan Lam-Kiang
Tay-bong, katanya: "Sahabat Lam-kiang, aku tadi sudah kata, setelah
membereskan bocah ini, baru mengadu kekuatan
denganmu, tetapi tanpa sebab kau berani turun tangan
merintangi tindakanku, apakah sebetulnya maksudmu
itu." "Maksudku ada tiga, satu aku tidak puas menyaksikan
sepak terjangmu, terutama di hari t ua kau telah berubah
tujuanmu dengan mengabdikan diri kepada Kakek
penjinak garuda, hal ini sangat menggemaskan. Dua, aku
benci terhadapmu karena kau menyebut nama julukanku
yang lama, sehingga membangkitkan kedukaanku. Dan
ketiga, jiwanya pemuda ini masih perlu ditinggalkan
untuk menghadapi Kakek penjinak garuda sendiri, kau
hanya seorang hamba saja, tidak ada harganya
mengorbankan jiwa untukmu. Tiga sebab ini kau pikir
bagaimana?" jawabnya tenang.
"Kalau demikian halnya, kau saudara Lam lie memang
bermaksud mencari onar denganku."
"Bukan, bukan, aku hanya tidak suka menyaksikan ia
mati terlalu lekas!"
"Sungguh enak omonganmu, padahal dalam hatinya
sebetulnya menyumpahi supaya aku mati lebih dulu.
Betul tidak?" "Jikalau kau anggap demikian, aku terpaksa
mengakui." "Pikiranmu memang bagus, tetapi aku Tio Kang
bukanlah seorang yang tidak ada gunanya, seranganku
tadi, hanya suatu percobaan saja, tak kusangka telah
mengejutkan kau. Nampaknya kau juga hanya mendapat
nama kosong belaka."
"Aku memang seorang yang mendapat nama kosong
belaka, perlu apa kau selalu ingat saja. Ha ha ha!"
Sehabis berkata, matanya mementang ke arah Tangsiang
Sucu, agaknya mengandung maksud dalam.
Tang siang Sucu mengerti maksud gurunya tetapi
senjata rahasia paku Thian-moting teng diluar tahu
gurunya sudah digunakan sampai habis. Maka sesaat itu
menjadi bingung, tidak tahu bagaimana harus
menghadapi gurunya. Ho Hay Hong sementara itu selesai dalam usaha
memulihkan kekuatan tenaganya, selagi hendak
melancarkan serangan lagi, Pat-kwa Yu sin mendadak
mengeluarkan suara jeritan mengerikan kemudian rubuh
telentang. Liong-eng Houw-cia buru-buru menghampiri, tetapi
pahlawannya itu ternyata sudah putus jiwanya, hingga
wajahnya berubah seketika.
Dengan mata beringas, ia menyapu orang-orang di
sekitarnya, tetapi tidak ada yang dicurigainya hingga
amarahnya lalu ditimpahkan kediri Ho Hay Hong. Ia
berkata sambil tertawa dingin:
"Saudara, kejam sekali perbuatanmu, sesungguhnya
tidak kuduga" Belum habis ucapannya, Hok-kauw-cia juga mendadak
mengeluarkan jeritan ngeri dan rubuh mati di tanah.
Dengan demikian, suasana menjadi kacau, anak buah
yang dibawa oleh Liong-eng Houw pada lompat keluar,
mencari-cari disekitarnya dengan perasaan tidak tenang.
Akan tetapi, kecuali orang-orang yang ada disitu, tidak
terdapat bayangan orang lain lagi.
Keadaan semakin kalut, mereka bersama-sama
memperbincangkan kejadian aneh itu.
Dalam waktu sekejap, semua anak buah Liong-ceng
Houw-sie pada berpencaran mengurung tempat itu,
seolah-olah berhadapan dengan musuh tangguh.
Liong-ceng Houw-sie berkata dengan suara gusar:
"Houw Bengcu, kau harus mengaku bahwa kematian
The Kang dan Hok-kauw-cia adalah perbuatanmu
seorang. Coba kau pikir, kecuali mereka berdua, anak
buahku tidak ada lagi yang bertempur denganmu."
"Aku dengan mereka berdua tidak mempunyai
permusuhan apa-apa, diwaktu pertempuran hanya
melukai mereka sedikit saja, yang tidak mungkin
mengakibatkan kematian mereka. Kejadian ini hanya hal
yang sangat mencurigakan, kau harus menggunakan
pikiranmu dengan tenang untuk memikirkan soal ini
dengan tenang" kata Ho Hay Hong.
"Houw Bengcu, juga merupakan salah seorang
pemimpin golongan rimba Hijau, fakta demikian
meyakinkan, apakah masih perlu dibantah?" kata Liongceng Houw-sie marah. Dengan napsu berkobar-kobar ia
menghunus senjatanya yang sudah terkenal, maju
menghampiri Ho Hay Hong. Suasana semakin gawat, semua anak buahnya tahu
bahwa Liong-ceng Houw-sie mempunyai satu kebiasaan,
jikalau sudah mengeluarkan senjatanya, senjata itu harus
menghirup darah musuhnya baru dimasukkan lagi.
"Apa boleh buat, jikalau Bengcu telah menyalakan api, aku terpaksa mengiringi kehendakmu!" berkata ia. Ho
Hay Hong sambil tertawa getir.
Dalam amarahnya Liong-ceng Houw-sie lantas
mengeluarkan sumpah: "Jikalau dalam tiga puluh jurus
aku tidak berhasil memindahkan batok kepala Houw
Bengcu, aku rela melepaskan kedudukanku sebagai
Bengcu rimba hijau daerah selatan dan kemudian aku
akan bunuh diri dihadapan Houw Bengcu!"
Sementara itu Tio Kang yang menyaksikan dua
pemimpin dari golongan rimba hijau saling bertengkar
sendiri, ia lalu berdiri beristirahat seraya berkata.
"Bagus, aku mengijinkan kau bereskan musuhmu lebih
dulu." Liong Ceng Houw-sie segera hendak membuka suara
lagi, tak diduga salah satu dari pembantunya ialah orang
tua hidung bengkok kembali menjerit dan mati disaat itu
juga. Kematian tiga anak buahnya secara misterius, benarbenar
sangat mengejutkan, hingga saat itu juga keadaan
semakin kalut. Liong-ceng Houw-sie selama menduduki kursi Bengcu
rimba hijau daerah selatan, belum pernah mengalami
pukulan demikian hebat, di samping marah ia juga
merasa sedih atas kematian beberapa pahlawannya.
"Houw Bengcu, jikalau bukan kau biarlah aku yang
mati!" Ia berdiri tegak, senjata tombaknya yang ujungnya
merupakan bulan satu mendadak di angkatnya dan
menyerang Ho Hay Hong. Ho Hay Hong juga merasa heran, dalam hati ia
berpikir: "Apakah sebab musabab yang sebenarnya,
mengapa tanpa sebab orang orang itu mati mendadak"
Dan orang-orang mati itu justeru orang-orang yang
pernah bertempur denganmu?"
Siapakah sebetulnya yang membokong secara keji,
yang hendak memindahkan dosanya diatas pundakku"
Selagi pikirannya bekerja, Liong-ceng Houw-sie sudah
berada dimukanya. Dalam waktu sesingkat itu, ia sudah
dapat lihat bahwa diujung senjata Liong-ceng Houw-sie
timbul asap putih, ia segera mengetahui senjata itu ada
mengandung barang beracun yang sangat jahat.
Ia tidak berani berlaku gegabah, dengan cepat
menggunakan pedangnya untuk menangkis, setelah itu
ia geser kakinya kesamping.
Liong-ceng Houw-sie maju mendesak lagi, senjatanya
menyontek keatas kemudian membabat bahu kirinya
sedikitpun tidak memberikan kesempatan bagi lawannya.
Ho Hay Hong selagi hendak menangkis dengan
pedangnya lagi, matanya mendadak melihat seseorang
anak buah Liong-ceng Houw-sie lagi berkutetan dengan
maut. Menyaksikan penderitaan orang itu, bukan
kepalang terkejutnya Ho Hay Hong, ia lalu membatalkan
maksudnya hendak memberi perlawanan dan lompat
mundur sejauh setombak lebih.
Tak lama ia lompat mundur, orang itu sudah
mengeluarkan suara jeritan mengerikan, kemudian jatuh
rubuh ditanah, hanya mengeliat dua kali, kemudian putus
nyawanya. Ia buru buru berseru: "Liong-ceng Houw-sie, kau periksa dulu orangmu ini,
dia pernah bertempur denganku atau tidak?"
Liong-ceng Houw-sie baru tahu bahwa anak buahnya
itu adalah Cit-Sa ciang yang terkenal kebuasannya,
namun ia belum pernah bertempur dengan Ho Hay Hong.
maka seketika itu ia lantas berdiri tertegun.
Kini ia bukan lagi hanya terkejut atau marah lagi,
bahkan agak bingung. Ia pikir: "seandainya ada orang membokong, tidak
mungkin terlepas dari mataku, lagi pula, mereka semua
merupakan orang-orang punya pilihan, mengapa mereka
sendiri juga tidak merasa kalau diserang orang " Apakah
didalam tubuh kita sendiri terdapat penghianat yang
lebih dulu menggunakan obat berbisa?"
Ia mengingat-ingat kembali semua orang-orangnya
dan pelayan pelayannya, t api orang-orangnya itu semua
adalah orang kepercayaan, juga sudah beberapa puluh
tahun mengikuti dirinya, tidak mungkin melakukan
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perbuatan keji seperti itu.
Ia berdiri bingung, sementara itu terdengar pula suara
jeritan ngeri dari anak buahnya, beberapa anak buahnya
rubuh binasa saling susul.
Peristiwa misteri itu menyakiti hatinya, kalau
memikirkan anak buahnya yang setia pada binasa
dengan penasaran hampir saja ia mengeluarkan air
mata. Kini ia tidak lagi mencurigai Ho Hay-Hong, sebab
orang-orang yang binasa sebagian besar belum pernah
bertempur dengan Ho Hay Hong.
Kalau begitu, siapakah yang harus di curigai"
Anak buahnya yang masih hidup, semua berdiri
tertegun dengan badan gemetaran, ada juga ketakutan
dirinya sudah kemasukan racun.
Suasana diliputi oleh perasaan ngeri dan sedih, kecuali
Liong cing Houw sie, siapapun rasanya tidak sanggup
menyingkirkan perasaan ngeri itu.
Tio Kang juga merasa heran, karena urusan tidak
menyangkut dirinya, ia tidak mau ambil pusing.
Liong ceng Houw sie mendadak menggeram:
"Semua jangan bergerak !"
Hakekatnya, tanpa ia keluarkan perintah, semua anak
buahnya juga tidak ada satupun yang berani
melangkahkan kaki. Dalam ot aknya diliputi oleh berbagai pertanyaan,
membuatnya hampir seperti orang gila.
Dengan mendadak, rasa dingin bergerak dalam
tubuhnya, seolah-olah binatang semut yang
menggeremet, melalui sekujur badannya, sehingga
gemetar. Wajahnya pucat seketika, ia bertanya-tanya kepada
diri sendiri: "Apakah aku juga"
Perasaan nyeri menyerang dingin tiba-tiba, sesaat itu
keadaannya seperti para korban yang terdahulu,
meronta-ronta sambil memegangi lehernya:
Ia menggeram dengan suara seram, masih
mempertahankan kekuatan tenaganya dengan
mengempos tenaga dalamnya, tetapi hawa dingin dalam
tubuhnya tidak berhasil ditekannya, perlahan-lahan
mengalir kedekat jantung.
Ia agaknya tahu bahwa ajalnya sudah dekat, maka
lantas menggeram sambil mendongakkan kepala:
"Ya Tuhan, sebelum aku mati, tolonglah tunjukkan
siapa orangnya yang berani melakukan perbuatannya
keji! Jikalau tidak, aku akan mati penasaran !"
Suaranya itu demikian menakutkan dan menyedihkan
bagi semua anak buahnya, yang sudah tahu bagaimana
garangnya pemimpin mereka, juga belum pernah melihat
sikap demikian mengherankan hingga semua anak
buahnya pada mengucurkan air mata.
Ho Hay Hong yang menyaksikan keadaan itu juga
merasa terharu. Ia lompat keluar dan membentak
dengan suara keras: "Siapakah yang melakukan perbuatan keji ini, kalau
memang satu laki, silahkan keluar untuk mengakui
perbuatannya." Lam kian Tay bong dengan sinar matanya yang dingin
memandang Tang-siang Sucu sejenak, sinar mata itu
mengandung teguran. Cee-siang Sucu agaknya juga sesalkan perbuatannya,
dengan perasaan tidak tenang ia menundukkan kepala.
Gerakan yang tidak berarti itu ternyata sudah menarik
perhatian Ho Hay Hong, sesaat itu darahnya mendidih.
Dengan suara keras ia berkata Sambil menuding Cee
siang Sucu: "See siang Sucu, lekas mengakui, supaya ia lekas
berangkat dengan mata meram!"
See siang Sucu mendadak angkat muka, wajahnya
menunjukkan perubahan yang menyeramkan.
"Kau gila." demikian ia berseru dengan suara nyaring.
Liong ceng Houw-sie sudah akan roboh, t etapi ketika
mendengar suara itu, mendadak terbangun
semangatnya, matanya yang beringas memandang
wajah See-siang Sucu, kemudian berkata sambil terbawa
terbahak-bahak: "Tidak salah lagi, See siang Sucu, ini memang
perbuatanmu. Suaramu penuh rasa takut sehingga
gemetaran." Wajah See-siang Sucu berubah, dengan tiba-tiba
lompat melesat setinggi lima tombak tanpa
menghiraukan suhunya, lantas kaburkan diri.
Semua anak buah Liong ceng Houw-sie berteriak
marah, lalu mengejarnya. Ho Hay Hong juga merasa marah, segera
menggunakan ilmunya pedang terbang, hingga pedang
melesat keluar dari tangannya, mengejar See-siang Sucu.
Melihat dirinya dikejar demikian rupa, See siang Sucu
diam-diam juga merasa ketakutan, dalam keadaan
bingung, pedang Ho Hay Hong berhasil menembusi
badannya. Sebelum putus nyawa, ia masih mengeluarkan jeritan
menakutkan, dengan badan mandi darah, ia roboh
tersungkur. Lam kiang Tay bong yang menyaksikan kematian
muridnya, membentak dengan marah. "Bocah she Ho,
kau berani . . ." Cepat bagaikan kilat, ia sudah lompat ke hadapan Ho
Hay Hong, selagi hendak menyerang dengan
menggunakan seluruh kekuatan tenaganya, tiba-tiba
terdengar suara bentakan Liong ceng Houw sie:
"Lam kiang Tay bong, kalau kau berani membunuh
sahabatku setanku nanti akan merampas nyawamu!"
Lam kiang Tay bong dalam hidupnya sebetulnya
belum pernah kenal apa artinya takut, tetapi ketika
melihat wajah dan sikap pemimpin rimba Hijau yang
menyeramkan itu, teringat pula kematian yang tidak
wajar dari pemimpin rimba hijau itu, tanpa sadar lantas
ia membatalkan maksudnya.
Liong ceng Houw-sie meninggalkan pesan terakhir
kepada anak buahnya: "Hai, saudara-saudaraku dengar! Selanjutnya kita
harus menyatukan diri dengan saudara-saudara didaerah
utara tidak boleh ada perpecahan lagi. Siapa yang tidak
mau turut pesan ku ini, aku akan minta Ho Beng-cu
untuk menghukum dengan keras. Tentang nona baju
ungu itu, setelah kalian pulang kemarkas, segera
bebaskan, ingat baik-baik pesanku ini!"
Sehabis meninggalkan pesan kepada anak buahnya ia
berpaling dan berkata kepada Ho Hay Hong:
"Aku sangat menyesal bahwa persahabatan kita tidak
lama, untuk selanjutnya, semua urusan kuserahkan
padamu. Selamat tinggal, Sahabatku."
Sehabis berkata demikian, matanya dipejamkan,
tubuhnya yang besar, roboh bagaikan pohon raksasa
yang tumbang. Semua anak buahnya lalu maju menggerung dan
menangis dengan sedihnya.
Lam-kiang Tay-bong yang menyaksikan keadaan
demikian juga merasa terharu.
"Murid durhaka, meskipun setengah dari umurmu kau
mengikuti aku, namun aku juga tidak dapat menuntut
balas untukmu." demikian ia berkata sendiri.
Dengan mata terpejam, ia perintahkan empat bintang
dan pengawalnya mengubur jenazah Cee-siang Su-cu.
Hanya dalam waktu sekejap mata saja ia telah
berubah banyak dilihat sepintas lalu, seperti sudah jauh
lebih tua dari biasanya. Mungkin karena kesedihan atas
perbuatan dan kematian salah satu muridnya yang
tersayang. Dari fihak anak buah Liong-ceng Houw-sie, kini repot
mengurus jenazah-jenazah para saudaranya yang mati
secara mengenaskan. Sikap garang yang tadi d iunjukkan
ketika baru tiba kini telah lenyap seluruhnya dan diganti
dengan kedukaan. Dalam keadaan demikian mereka meninggalkan
lapangan dan pulang kembali kemarkas.
Ho Hay Hong lalu menghampiri dan membimbing Tiat
Chiu Khim, napas gadis itu nampak semakin lemah,
hingga Ho Hay Hong diam-diam merasa khawatir.
Dengan hati penuh dendam, ia maju menghampiri T io
Kan seraya berkata. "Mari kita lanjutkan, kalau bukan kau yang mampus
biarlah aku yang mati!"
Tio Kang kini merasa sangat menyesal atas
perbuatannya, sebab apabila gadis itu binasa, bagaimana
ia harus pertanggung jawabkan perbuatannya kepada si
kakek penjinak garuda"
Lagi pula, si kakek yang tidak tahu duduk perkara
yang sebenarnya, sudah pasti akan marah bahkan akan
menghukum dirinya. Menghadapi Ho Hay Hong penuh dendam dalam
hatinya, ia masih bingung terlongong-longong.
Ketika ia merasa hembusan angin, ia baru sadar,
tetapi Ho Hay Hong sudah berada di tengah udara.
Ia lalu mengarahkan seluruh kekuatan tenaganya
ketelapak tangannya, hendak menyambut serangan Ho
Hay Hong. Sementara itu Ho Hay Hong juga sudah mulai
menyerang dengan sepenuh tenaganya. Serangannya
kali ini ada mengandung sari dari gerak tipu kedua ilmu
silat garuda sakti. Ini adalah berkat kecerdasan otaknya
yang dengan secara tiba-tiba dapat menemukan satu
cara yang lebih ampuh. Tio Kang yang pikirannya masih belum tenang,
meskipun sudah mengerahkan seluruh kekuatan
tenaganya, tetapi ketika menyaksikan Ho Hay Hong
mengadakan perobahan gerak tipunya secara memadai,
dalam hati agak terkejut dan terpaksa melepaskan
maksudnya hendak menyerang lebih dulu, tarik mundur
dirinya. Ho Hay Hong sudah tidak dapat mengendalikan
perasaannya, selagi hendak menukik, mendadak
mendapat satu akal, dengan menggunakan pedang
terbang untuk memegat mundurnya musuh.
Dengan cepat ia menghunus pedangnya dan
disambilkan kearah musuhnya.
Tio Kang mendorong keluar dua tangannya, hembusan
angin kuat meluncur keluar, hembusan angin itu diikuti
oleh cahaya merah, membara.
Dengan mendadak suara halus mendesir, pedang
terbang Ho Hay Hong ternyata berhasil menembusi
hembusan anginnya secara aneh. Bagaikan sambaran
kilat cepatnya, pedang Itu menikam kearahnya. Ia
sungguh tidak menyangka adanya perubahan yang tidak
terduga-duga itu, hingga sesaat gerakannya menjadi
kalut. Lam kiang Tay bong yang menyaksikan semua
kejadian itu, berkata kepada diri sendiri: "Bocah ini
sungguh besar rejekinya, pantas ia bisa menanjak
demikian pesat." Ho Hay Hong sendiri juga tidak menyangka ilmu
pedangnya kali ini demikian ampuh, ia mengempos lagi
kekuatan tenaga dalamnya menambah kekuatan
pedangnya, untuk menyerang musuhnya.
Bersamaan dengan itu, ia juga hendak menggunakan
kesempatan itu sebaik-baiknya, ia lompat melesat lagi
set inggi tiga tombak, menggunakan gerak tipu keempat
dari ilmu silat garuda Sakti, serangan itu dilakukan
dengan kekuatan tenaga sepenuhnya.
Tio Kang sedang repot mengelakkan sambaran
pedang terbang dengan menggunakan lengan jubahnya
semakin repot ketika diserang berulang-ulang oleh Ho
Hay Hong. Suatu kali, serangan Ho Hay Hong telah mengenakan
dengan telak bagian tulang diatas pundaknya, hingga
menimbulkan rasa nyeri yang menyusup sampai
kesekujur badan. Berhasil dengan serangannya itu, Ho Hay Hong tidak
mau berlaku ayal lagi. Dua tangannya menyerang
dengan beruntun, sehingga orang tua bermuka merah itu
mulutnya menyemburkan darah.
Dalam keadaan demikian Lam kiang Tay bong
mendadak menghampiri dan berkata padanya:
"Tio Kang dalam hidupmu terlalu banyak kejahatan
kau lakukan, maafkan aku terpaksa tidak dapat
memandang kau sebagai Sahabat aku terpaksa bantu Ho
Hay Hong melaksanakan tugasnya!"
Dimasa yang lampau, Lamkiang Tay bong, memang
sudah ada permusuhan dengan Tio Kang, hanya karena
kekuatan mereka berimbang. Satu sama lain tidak bisa
berbuat apa-apa. Kini jiwa Tio Kang berada dalam keadaan berbahaya,
sudah tentu Lam kiang Tay bong tidak mau melewatkan
kesempatan baik itu. Satu tangannya bergerak,
hembusan angin hebat telah menghancurkan tulang siku
Tio Kang. Dengan demikian, sekalipun Tio Kang terbuat dari
besi, juga tidak bisa tahan lagi. Ia jatuh roboh ditanah
sambil menggeram. Lam-kiang Tay-bong masih khawatir musuhnya itu
belum mati, hingga dikemudian hari bisa menimbulkan
onar lagi. maka dengan secara kejam ia menyerang lagi
tanpa kenal kasihan. Serangannya itu satu mengenakan bagian perut, satu
lagi mengenakan dada, Tidak ampun lagi, jiwa Tio Kang
seketika itu juga melayang pergi menemui raja akherat.
Ho Hay Hong yang sudah berhasil menuntut balas
sakit hati ibunya, sudah merasa puas. Tetapi ia merasa
kurang senang atas perbuatan Lam kiang Tay bong, yang
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membinasakan lawannya selagi dalam keadaan tidak
berdaya, selagi hendak menegur, Lam kiang Tay bong
sudah berkata lebih dulu:
"Rejekimu memang besar, jikalau tidak lantaran kau
membunuh muridku, dalam hidupmu jangan harap kau
dapat mengganggu seujung rambutnya!"
Teringat nasib cee-siang sucu, wajah Lam kiong Taybong
nampak murung, matanya menatap wajah Ho Hay
Hong. Ho Hay Hong anggap ucapan Lam-kiong Tay-bong itu
mengandung maksud mengejeki dirinya, maka lantas
berkat sambil tertawa dingin:
"Apa maksud ucapanmu ini?"
"Benar-benar kau tidak tahu?" balas menanya Lamkiong Tay-bong.
"Sudah tentu tidak tahu, maka aku bertanya padamu,"
jawabnya sambil menggelengkan kepala.
"ilmu serangan naga berbisa yang dipelajari oleh Tio
Kang, memang ampuh sekali, tetapi juga ada
kelemahannya, ialah pantang terhadap darah manusia!"
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang 22 Anak Berandalan Karya Khu Lung Pendekar Cengeng 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama