Ceritasilat Novel Online

Rahasia Kampung Garuda 3

Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung Bagian 3


tombak. Karena keadaan dalam goa itu gelap maka Ho
Hay Hong tidak melihat nyata wajah bayangan itu.
Munculnya bayangan putih secara tiba-tiba itu. sangat
mengejutkannya, Ia berdiri terpaku, lama tidak bisa
bicara. Terlintas suatu pikiran hendak menyingkir tetapi
keadaan tidak memungkinkan lagi.
Dalam keadaan kepepet itu timbullah pikirannya
hendak memberi perlawanan. Matanya di buka lebar,
hendak menegasi siapa adanya bayangan itu.
Bayangan putih itu jelaslah bukan si-Kakek misteri itu,
karena bukan rambutnya yang putih, melainkan seluruh
pakaiannya. Juga merupakan seorang perempuan muda,
yang sepasang kakinya dalam keadaan telanjang.
Hatinya mulai lega, ketenangan perempuan itu meski
sangat menakjubkan, tetapi bagaimanapun juga jauh
lebih lunak daripada si kakek rambut putih.
Perempuan itu berdiri tidak bergerak, dan ia berdiri
juga tidak bergerak, keduanya berdiri tegak saling
berpandangan bagaikan patung.
Perempuan muda kaki telanjang itu memandang
dirinya dengan sinar mata dingin kemudian, lambat
lambat mengeluarkan sepotong kertas dari dalam saku
bajunya dan diberikan kepadanya.
Ho Hay Hong menyambar kertas itu dengan tegang.
Ketika dibacanya, dikertas itu terdapat tulisan yang
berbunyi: "Harap tuan habiskan jiwa sendiri, jangan
sampai mengotorkan tanganku."
Meskipun perasaannya masih tegang, tetapi setelah
membaca surat itu, Ia lantas berkata dengan nada
mengejek: "Aku tidak ingin mendengar nasihatmu. Jika aku ingin
mati, aku bisa pergi sendiri, kalian tidak perlu ikut capek hati !"
Mendengar jawaban itu, wanita muda itu
mengeluarkan lagi sepotong surat dan diberikan kepada
Ho Hay Hong. Dikertas itu kini terdapat tulisan yang berbunyi: "Siapa berani membangkang, harus menerima kematian, tanpa
ampun." Ho Hay Hong setelah membaca tulisan itu, bukan saja
perasaan tegangnya lenyap seketika, bahkan
dianggapnya sangat lucu. "Kau selalu menggunakan tulisan untuk menggertak
orang, apakah aku benar-benar bisa mati?"
Kembali perempuan muda itu mengeluarkan sepotong
kertas yang dibeberkan dihadapannya, diatas kertas itu
terdapat tulisan: "Itu salahmu sendiri, jangan sesalkan aku buas."
Ho Hay Hong semakin geli katanya:
"Kalau kau mempunyai kepandaian membinasakan
aku, sudah tentu aku tidak akan sesalkan perbuatanmu.
Tetapi aku kira tulisanmu itu belum tentu dapat
dipercaya seluruhnya."
Diam-diam iapun merasa heran mengapa perempuan
itu tidak membuka mulut" Apakah ia seorang gagu"
Kalau benar demikian halnya, sesungguhnya sayang
sekali. Mata gadis kaki telanjang itu mendadak membelalak,
memancarkan sinar tajam. Melihat perubahan itu, Ho
Hay Hong dengan sendirinya lantas siap untuk
menghadapi segala kemungkinan.
Tidak sepatah kata keluar dari mulut gadis itu, tetapi
kedua tangannya mendadak bergerak, bagaikan ular
menyambar Ho Hay Hong. Ho Hay Hong yang sudah tidak ada jalan mundur,
terpaksa menyambut dengan tangannya. Sebentar
terdengar suara beradu yang sangat nyaring, tangan Ho
Hay Hong tiba-tiba menjadi lemas, kehilangan tenaga
Dengan membalikkan telapak tangannya, gadis itu
telah memukul jatuh Ho Hay Hong.
Dalam satu gebrakan gadis itu telah menjatuhkan
seorang yang berkepandaian seperti Ho Hay Hong,
kejadian itu sesungguhnya sangat mengherankan.
Ho Hay Hong sendiri juga tidak menduga bahwa gadis
cantik molek yang kelihatan lemah gemulai itu
mempunyai kepandaian demikian mengherankan. Ketika
menyadari bahwa tadi ia agak memandang ringan,
lawannya ternyata ia sudah terlambat.
Ia tahu bahwa dirinya telah tidak mempunyai
kekuatan tenaga untuk memberi perlawanan, maka ia
menyerah menunggu kematiannya.
Gadis kaki telanjang itu mengangkat badan Ho Hay
Hong, lantas membawanya pergi.
Ho Hay Hong merasa sangat malu. tetapi ia diam saja.
Diam-diam ia berusaha memulihkan kembali tenaganya,
tetapi tidak berhasil. Gadis itu terus berjalan tanpa berhenti. Badan Ho Hay
Hong yang berat, diangkatnya.seperti bukan apa apa.
Perjalanan itu nampaknya sangat panjang, gadis itu
berjalan cukup cepat, tetapi begitu lama belum tiba juga
ditempat tujuannya. Akhirnya, Ho Hay Hong mendengar suara aneh,
kemudian disusul dengan tiupan angin, ia segera
mengerti bahwa kini mereka sudah keluar dari jalan
dibawah tanah. Suara aneh itu ia belum pernah didengarnya. Ketika ia
membuka mata, benar saja sebuah patung besar berdiri
tegak dihadapannya. Dari penerangan sinar rembulan remang-remang, ia
mencuri lihat wajah gadis itu. Bukan main cantiknya,
hingga hatinya berdebar-debar.
Ia lupa bahwa jiwanya berada dalam tangan orang.
Dengan tenang seenaknya ia menikmati kecantikan gadis
itu. Diam diam ia juga membandingkan gadis itu dengan
kecantikan Su to Cian Hui, yang disebut duluan adalah
mempunyai kecantikan dari gadis agung pendiam,
sedang yang tersebut belakangan mempunyai kecantikan
dari gadis remaja yang lincah segar.
Gadis itu agaknya sadar bahwa dirinya dipandang
orang. Sinar matanya yang tajam segera berubah.
Agaknya ia ingin bertanya, tetapi karena merasa yakin
keagungan seorang gadis, ia segan untuk menanya.
Hanya pipinya kemerah-merahan. Agaknya ia merasa
malu. Sikap kemalu-maluan itu nampaknya semakin
menggiurkan. Wajah gadis seperti ini belum pernah
dilihat Ho Hay Hong. Aneh dalam segala-galanya. Kalau
Ia memandang orang, matanya selalu tidak berkedip.
Orang Kang ouw kawakan seperti Cie lui Kiam-khek
pun tidak akan sanggup berhadapan mata dengan gadis
itu, apalagi dia. Tetapi ia lupa bahwa ia adalah seorang
laki muda belia dan cakap rupawan, sudah tentu
berlainan dengan Cie lui Kiam khek.
Dari perubahan sikap gadis itu, Ho Hay Hong telah
menarik kesimpulan bahwa gadis itu pastilah seorang
yang mempunyai sifat lengkap. Wanita semacam ini
kalau bergerak lincah gesit bagaikan kuda liar. Kalau
diam, angkuh agung melebihi wanita yang paling agung.
Gadis itu meletakkan Ho Hay Hong di tanah, sedang ia
sendiri disamping seolah-olah sedang menantikan apa
apa. Ho Hay Hong yang biasanya diam tidak suka banyak
bicara, pada waktu itu entah apa sebabnya, mendadak
ingin bicara dengan gadis itu, Lama ia berpikir untuk
mencari bahan pembicaraan, akhirnya berkata:
"Aku sudah mengerti, bahwa kau memang seorang
penduduk Kampung Setan. Meskipun sekarang kau
menguasai jiwaku, tetapi aku juga menguasai salah satu
barang pusaka kalian!"
Gadis itu mendengarkan dengan penuh perhatian.
Diwajahnya tertulis suatu perasaan kaget.
Ho Hay Hong diam-diam berpikir. Gadis Itu meski
tidak bisa bicara, tetapi toh ia masih bisa mendengar,
"Urusan ini aku sebetulnya tidak ingin mengatakan,"
demikian ia berkata lagi, "tetapi, orang yang hendak
berangkat mati, kukatakan juga tidak apa. Kau pasti akan
merasa heran, mengapa aku bisa menguasai salah satu
barang pusaka kalian" Terus terang, kampung setan ini
dua hari berselang aku pernah datang satu kali, waktu
itu aku tidak mengetahui segala-galanya mengenai
tempat ini, juga tidak diketahui oleh orang-orang
kampungmu, kalau kau ingin tahu barang pusaka apa itu
yang berada didalam tanganku, harap kau anggukkan
kepala!" Gadis itu setelah mendengarkan uraian yang panjang
lebar itu, benar saja lantas menganggukkan kepala.
Dengan demikian Ho Hay Hong membuktikan
dugaannya. "Barang itu merupakan sebilah pedang pusaka
namanya pedang pedang Garuda sakti!"
Gadis itu mendadak membuka mulut:
"Apa" Kaukah yang mencuri pedang pusaka itu?"
Ia agaknya tersadar bahwa dirinya sudah salah
omong. Ini Berarti ia sudah membuka rahasia tempat itu,
maka buru buru ia menutup mulut. Tetapi Ho Hay Hong
sudah mendengar dengan jelas, sehingga untuk sesaat ia
merasa bingung. Pikirnya:
"Hm! Kau jelas bukanlah seorang gagu, mengapa
pura-pura tidak bisa bicara?"
Namun demikian, ia tidak mau mengunjukkan
perasaan herannya, katanya sambil tertawa hambar.
"Semula aku kira kau seorang gagu, tak kusangka
suaramu demikian merdu."
Gadis itu tidak dapat berlaku pura-pura lagi, katanya
dingin. Sikap tadi itu menunjukkan, betapa besar
perhatiannya terhadap pedang pusaka itu hingga hati Ho
Hay Hong tergerak. Ia pikir pedang itu pasti ada
hubungannya dengannya jikalau tidak, tidak nanti
menunjukkan perhatiannya demikian besar.
Tiba-tiba ia tidak ingin mati, hendak menggunakan
pedang pusaka itu menukar jiwanya.
Maka ia pura-pura bersikap misterius, katanya sambil
tertawa: "Ini maaf aku tidak dapat memberitahukan, kalian
perlakukan diriku demikian buruk tanpa sebab, hendak
mengambil jiwaku, tidak perlu aku berlaku baik."
"Kau benar-benar seorang pintar, aku kira ketika aku
bicarakan soal ini tadi, dalam hatimu sudah ada
rencana!" "Sudah tentu, aku tidak mau mati konyol!"
"Apa artinya ucapanmu ini?"
Ho Hay Hong yang sudah berpikir masak masak purapura
berlaku hambar. kepalanya menengadah
mengawasi rembulan, katanya lambat-lambat.
"Kau juga tahu. bahwa bagi manusia yang terpenting
ialah nyawa. Jikalau aku kehilangan nyawa tanpa
mengetahui apa sebabnya, bukankah itu sangat
penasaran" Maka itu, aku harus berusaha untuk
mempertahankan jiwaku."
"Maksudmu, apakah kau ingin menggunakan pedang
itu untuk menukar jiwamu?"
Ho Hay Hong pura pura kaget, lalu berkata sambil
menganggukkan kepala. "Ow, kau sungguh pandai, tepat sekali dugaanmu!"
Gadis itu nampak ragu-ragu. "Tentang ini aku harus
menanya ayahku dulu baru bisa mengambil keputusan!"
"Ayahmu apakah kakek rambat putih itu ?"
Gadis itu terkejut, katanya sambil menggelengkan
kepala. "Kau keliru, ayahku adalah...."
Dengan sinar mata dingin Ho Hay Hong memandang
gadis itu, kemudian memotongnya.
"Kau tak perlu menjelaskan, aku sudah tahu siapa
ayahmu!" Gadis itu kembali terkejut, "siapa?"
"Manusia liar!"
Mendengar ucapan itu, wajah gadis itu berubah
seketika, katanya dengan suara keras:
"Kau berani menghinaku."
Tangannya tiba-tiba diangkat, menampar dua kali
dipipi Ho Hay Hong, lalu berkata lagi. mengandung
peringatan: "Kalau kau berani mengatakan ucapan serupa itu lagi,
jangan sesalkan aku berlaku tak kenal kasihan!"
Ho Hay Hong yang belum pernah terhina orang
wanita, setelah ditampar pipinya, dalam hati sangat
marah. Tetapi ia adalah seorang laki-laki berjiwa besar,
dengan menekan hawa amarahnya, ia berkata dengan
nada suara dingin: "Mengapa membohongiku" Siapa ayahmu kau kira aku
tak tahu" Hmm!"
"Pikirkan masak-masak ucapanmu tadi apakah tidak
menyakiti perasaan orang" Kau disini menunggu
keputusan ayah, aku tak mau bicara denganmu!"
Pada saat itu, telinga Ho Hay Hong mendadak
menangkap suara jeritan ngeri. Suara yang mengerikan
itu datangnya dari arah selatan. Suara yang mengerikan
itu seolah-olah keluar dari mulut seseorang yang
mengalami nasib mengenaskan.
Mendadak ia bangkit, tetapi baru berjalan beberapa
langkah, Ia sudah jatuh terduduk lagi, tahu bahwa Cie lui
Kiam khek dan lain lainnya mungkin sudah ada yang
dibinasakan oleh orang-orang dari Kampung Setan. Akan
tetapi, ia sendiri nasibnya berada ditangan orang,
sekalipun ingin memberi bantuan juga tidak bisa.
Suara jeritan itu, agaknya juga membingungkan gadis
itu, matanya ditujukan ke-tempat gelap tanpa berkejap.
Dengan tiba tiba sesosok bayangan orang muncul
dibawah patung. Dari mana datangnya dan sejak kapan
bayangan itu berada di situ, Ho Hay Hong tidak tahu.


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan mata tidak berkedip, ia mengawasi gerakan
bayangan itu. Bayangan orang itu diam-diam berjalan kesamping
gadis berkaki telanjang, lalu menanya dengan suara
perlahan: "Kemana ayah?" "Aku tidak tahu," jawab gadis itu agak bingung.
Bayangan orang itu mengangkat tangannya, rambut
panjang dan putih yang menutupi kepalanya segera
terbuka, lalu tampaklah satu wajah yang tampan.
Ho Hay Hong yang menyaksikan orang itu meskipun
masih muda usianya, tetapi berkepandaian sangat tinggi.
Semula dikiranya si Kakek yang dilihatnya ditepi danau
Lok ing ouw, tetapi anggapan itu dibantahnya sendiri
karena wajah yang dilihatnya ditepi danau itu jelas
wajahnya seorang tua. "Adik, disini masih ada yang hidup, bagaimana bisa
terjadi?" Pemuda itu mengedip-ngedipkan matanya yang tajam,
berkata lagi kepada diri sendiri:
"Pantas aku tadi mendengar suara angin agak kotor,
kiranya adalah suara napasnya?"
Ucapan itu sebetulnya tak disengaja, tetapi Ho Hay
Hong yang mendengarkan, diam-diam merasa kaget. Ia
sungguh tak menduga bahwa tamu aneh yang masih
sangat muda usianya itu, ternyata memiliki kekuatan
tenaga dalam demikian sempurna.
"Jangan sentuh dia, tunggu ayah sendiri yang
membereskannya." demikian gadis itu berkata.
"Apa yang telah terjadi?" tanya sipemuda aneh.
"Dia adalah orang yang mencuri pedang itu."
Pemuda itu memandang Ho Hay Hong lagi sejenak, Ho
Hay Hong lalu berkata: "Memang benar, pedang Garuda sakti berada
ditanganku!" "Kau adalah orang yang mencuri pedang itu, mengapa
tidak mau mengembalikan" Apakah kau tidak tahu
bahwa Kampung setan ini angker?"
Melihat sikap pemuda yang amat sombong itu. Hati Ho
Hay Hong merasa mendongkol, katanya:
"Aku bukan orang daerah Tionggoan, perduli apa
dengan Kampung dewa atau Kampung setan: Asal aku
dibebaskan, pedang itu akan kukembalikan kepada
kalian, jikalau tidak aku tidak ingin mati konyol."
"Orang yang menginjak tanah Kampung setan, semua
harus mati, tidak ada yang hidup, apakah kau belum
mengerti?" berkata pemuda itu gusar, tangannya
diletakkan dipundak Ho Hay Hong, hingga Ho Hay Hong
merasa kesakitan. Pemuda itu berkata pula sambil
tertawa mengejek: "Baru begini saja kau sudah meringis, benar-benar
seorang yang tak ada gunanya."
Ho Hay Hong diam saja, ia melihat baju dibawah
bagian lengannya sudah hancur semua, entah
menggunakan kepandaian ilmu apa pemuda itu dapat
menghancurkan bajunya sedemikian rupa. Meskipun ia
mengagumi kepandaian pemuda itu, tetapi ia tidak suka
dengan sikapnya yang sombong.
Pemuda itu menyentil dengan jarinya, hingga baju
yang sudah hancur itu menjadi berantakan. Selagi
hendak mengejek lagi. matanya tiba-tiba dapat lihat
tanda cacahan seekor burung Garuda dilengan Ho Hay
Hong, hingga seketika itu ia memandangnya dengan
mata membelalak dan mulut menganga.
Cepat ia membalikkan badan dan berkata kepada
gadis kaki telanjang: "Adik, apakah kau pernah dengar ceritera ayah."
"Pernah, mengapa koko menanyakan soal ini?" jawab gadis itu heran.
"Coba kau lihat !"
Gadis itu tujukan matanya kearah lengan Ho Hay
Hong yang ditunjukkan oleh pemuda misteri itu.
Mendadak ia terkejut. "Apa itu ?" "Kau berani jamin tidak akan memberitahukan hal ini
kepada ayah?" berkata pemuda itu, kemudian bisik-bisik ditelinganya: "Aku ingin bunuh dia !"
"Koko, jangan!" demikian gadis itu menentang maksud kokonya, "pedang pusaka itu adalah barang sangat
penting bagi kita, tidak boleh hilang untuk selamalamanya."
"Adik, apakah kau benar benar tidak mengerti?" kata sang koko, kemudian dengan bisik-bisik: "dia bukan
orang baik-baik, mau tidak mau harus dibunuh!"
"Jangan koko, kau terlalu egois." Dengan perasaan kurang senang pemuda itu menatap wajahnya, katanya
sambil mengibaskan lengan bajunya.
"Baiklah, aku tidak mau perdulikan lagi. Selanjutnya
kau juga jangan panggil aku koko lagi!"
Sehabis berkata demikian, ia lantas menghilang.
Gadis itu mengawasi kearah menghilangnya pemuda
tadi, otaknya seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.
Sebentar kemudian, diwajahnya terlintas suatu perasaan
tegas, lambat-lambat membalikkan badan dan berkata
kepada Ho Hay Hong: "Baiklah, aku terima baik permintaan mu, untuk
menukar pedang dengan jiwanya, tetapi aku harus ikut
pergi mengambil, supaya kau tidak bisa menipu aku!"
"Cara ini baik sekali, setelah mengambil kembali
pedangmu, kau lantas bunuh aku!"
Gadis itu mengunjukkan paras cemberut, katanya
sambil cibirkan bibirnya:
"Apa katamu" Apa kau kira aku orang semacam itu?"
Ho Hay Hong telah memikirkan bahwa pedang itu
sudah berada dalam tangan pemimpin golongan Lempar
batu, bagaimana ia harus mengambil kembali"
Karena kesulitan itu, maka akhirnya Ia berkata:
"Aku lebih suka mati ditanganmu tidak mau tertipu !"
"Apa sebetulnya yang kau inginkan!?"
"Aku akan pulang seorang diri untuk mengambil
pedang itu akan kuletakkan disuatu tempat yang sudah
kita janjikan. Jikalau tidak, diwaktu aku menyerahkan
pedang, kau masih mendapat banyak kesempatan untuk
melakukan perbuatan yang tidak menguntungkan diriku."
"Kau pintar sendiri, apabila kau pergi tidak kembali, bukankah aku akan kehilangan dua-duanya?"
Ketika mengucapkan kata-kata terakhir, ia agaknya
merasa bahwa ucapannya itu kurang tepat, hingga
mukanya merah seketika. Ho Hay Hong tidak memperhatikan perubahan kecil
itu, berkata sambil membusungkan dada:
"Kalau kau sedikitpun tidak percaya kepadaku, aku
juga tidak bisa berbuat apa apa, terserah pada yang kau
kehendaki!" Melihat sikap Ho Hay Hong yang sungguh-sungguh,
gadis itu lantas berkata.
"Baiklah aku mengalah lagi!" Matanya menatap wajah Ho Hay Hong, "hanya kau harus bersumpah dulu
terhadap aku, tidak membocorkan rahasia Kampung
setan kepada siapapun juga."
Ho Hay Hong terperanjat, Ia berusaha supaya
perasaannya itu tidak terlihat oleh sigadis, katanya.
"Kau jangan khawatir, tentang rahasia Kampung
setan, apa yang kuketahui sebetulnya sedikit sekali!"
"Sekarang begini saja, setelah kau ambil pedang
pusaka itu, kau tanam di bawah pohon kayu putih, satusatunya pohon yang daunnya putih ditepi danau Lo king
ouw. Kuberikan waktu sampai besok, sebelum tengah
hari jikalau tidak, besok sore aku akan datang untuk
mengambil pedang itu, kalau tidak ada, aku akan
mencari kau untuk membuat perhitungan!"
"Tidak bisa, pedang itu kusimpan ditempat yang
sangat rahasia, setidak tidaknya masih harus makan
waktu tiga hari baru dapat kuambil."
Dalam perhitungannya dalam waktu tiga hari itu masih
ada kesempatan untuk minta kembali pedangnya kepada
pemimpin golongan lempar batu. Tetapi itu juga
merupakan suatu pertanyaan, dalam waktu itu bisa minta
kembali pedangnya atau tidak, ia sendiri juga tidak
berani memastikan. Meskipun sangat berbahaya, tetapi ia
sudah tidak mempunyai pilihan lain, terpaksa menempuh
jalan untung-untungan. Gadis itu setelah menghitung-hitung sejenak kemudian
berkata sambil menganggukkan kepala.
"Kuperhitungkan dari sudut yang paling buruk dulu,
taruh kata kau kabur, dalam waktu tiga hari, paling
banter kau dapat mencapai perjalanan tiga ratus pal, aku
masih bisa menangkap kau kembali. Baiklah, aku terima
baik permintaanmu ini."
Ho Hay Hong tertawa, "demikianpun kita tetapkan !"
Kesan pemuda pendiam itu, gadis kaki telanjang ini
meskipun sikapnya agak galak, tetapi hatinya masih putih
bersih. "Lekas kau pergi, sebentar kalau mereka datang kau
tidak bisa pergi lagi! Lagi pula aku juga tidak mempunyai
kekuatan untuk melindungi dirimu hingga kedua pihak
sama-sama tak ada untungnya!"
"Kenapa aku harus pergi yang agak aman."
"Sekarang ini semua penjuru sudah terkurung rapat
kawan kawanmu pasti sih, pergilah menuju kejalan
bawah tanah, kemudian kau kabur kedanau lok ing ouw."
"Terima kasih atas kebaikanmu, dilain waktu"
Belum habis kata-katanya, pundaknya mendadak
ditepuk oleh si gadis itu. seketika itu juga perasaan
lemasnya lenyap, darah dalam tubuhnya mengalir seperti
biasa lagi, begitupun kekuatan tenaga dalamnya juga
sudah pulih kembali, hingga diam-diam ia merasa girang.
Ia tidak mau membuang waktu, dengan langkah lebar
ia masuk kedalam gua, telinganya masih dengar katakata
si gadis: "Setelah kau keluar dari dalam rimba, itu
berarti kau sudah menginjak tanah bebas !"
Setelah, itu, terdengar suara keresekan. Mendadak
gua itu gelap gulita, kiranya jalan masak kedalam gua itu
sudah tertutup oleh patung besar itu.
Ia tahu bahwa itulah jalan satu-satunya untuk
menyelamatkan dirinya maka dengan menindas rasa
takutnya, ia berlari-larian didalam jalan dibawah tanah
itu. Keluar dari jalan bawah tanah, terus lari menuju
kekota. Saat itu baru saja lewat jam satu malam. Tanpa
menoleh ia terus lari menuju ke gedung Kanglam Bu
koan. Tiba didepan pintu gedung, ruangan tamu masih
terang benderang, jelaslah sudah terjadi apa-apa. Ia
pura-pura jalan-jalan dulu ketaman, kemudian baru
masuk keruangan tamu. Dalam ruangan tamu itu tampak banyak orang sedang
duduk dalam keadaan diam, mereka itu adalah Cie lui
Kiam khek, Khong ciok Gin cee, si Ayam Emas Song Sie,
dan Giok bu Kie su serta yang lainnya, sedang empat
serangkai keluarga Liong tidak nampak.
Pakaian orang orang itu sudah hancur, di sana sisi di
badan mereka terdapat banyak luka, seolah-olah baru
melakukan pertempuran hebat.
Empat orang itu ketika melihat Ho Hay Hong kembali,
semua membuka mata dan menganggukkan kepala
kepadanya.Cie lui Kiam khek mencoba berlaku tenang,
katanya sambil tertawa: "Menurut keterangan anakku, katanya Ho siauhiap
juga pergi ke Kampung Setan?"
-oood0-0wooo- Bersambung jilid 6 RAHASIA KAMPUNG GARUDA Karya : Khulung Saduran : Tjan ID Jilid 6 SEBELUM Ho Hay Hong menjawab, ialah melihat Su to
Cian Hui dengan tergesa-gesa lari keluar dari dalam
kamar, tangannya membawa seember air bersih dan
handuk, maka buru-buru ia mengurungkan maksudnya
hendak menjawab. Dengan sangat hati-hati, Su to Cian Hui membersihkan
luka-luka empat orang itu dengan air bersih, kemudian
diberinya obat luka. Mendapat perawatan hangat, Khong ciok Gin cee
berkata sambil menghela napas:
"Kampung Setan benar-benar merupakan suatu
tempat yang amat seram, kalau Su-to Tayhiap tidak
cepat-cepat menginsyafi adanya bahaya, kita semua
barangkali sudah binasa disana. Ah, kasihan itu orangorang rimba persilatan yang dahulu pergi kesana tanpa
rencana, sehingga mereka tidak bisa kembali lagi."
Si Ayam emas mendadak bangkit dan membuka
matanya lebar-lebar, katanya.
"Dengan munculnya manusia liar secara mendadak,
empat persaudaraan keluarga Liong telah menjadi
korban dalam tangan mereka. Tidak usah dikata lagi.
Kipas besi Hok Yauw pasti sudah tidak punya harapan
hidup." Ketika ia mengenangkan kejadian mengerikan itu,
perasaan ngeri masih tampak lekat dimukanya. Ia
menarik napas panjang, lalu berkata lagi.
"Aku tetap menganggap bahwa kita belum mempunyai
rencana yang sempurna, sehingga terjebak oleh
kawanan siluman itu. Jikalau tidak, kekalahan kita pasti
tidak sampai begini mengenaskan."
Cie-lui Kiam khek berkata sambil menggelenggelengkan
kepala. "Bukan, bukan, aku diduga bahwa dalam Kampung
Setan itu setiap jengkal terjaga keras, bahkan dalam
rimba juga ada orangnya. Kematian keluarga Liong
bukan ditangan manusia liar, melainkan diserang senjata
gelap oleh orang yang sembunyi didalam rimba. Apakah
kau tadi tidak dengar suara ser-seran itu" Itu adalah
senjata jarum beracun yang tidak berwujud!"
Khong Ciok Giok cee berkata dengan nada suara
sedih: "Persaudaraan Liong menjadi korban kurang kesiapsiagaan, hingga lebih dulu terkena serangan senjata
gelap jarum beracun dan kemudian dibinasakan oleh
kawanan manusia liar, kita tahu bahwa empat saudara


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Liong itu sudah lama mendapat nama, kawanan manusia
liar itu meskipun lihay, juga tidak mungkin demikian
mudah membinasakan mereka. Aku kira Hok Yauw juga
terbinasa oleh serangan gelap jarum beracun, karena
jarum beracun itu tanpa suara dan tanpa bayangan,
mudah sekali digunakan untuk membokong orang,
apalagi musuh bersembunyi ditempat gelap, orang tak
bisa berjaga-jaga" "Aku selalu anggap bahwa orang aneh berpakaian
kelabu, berambut putih itu adalah orang yang melakukan
penyerangan dengan menggunakan jarum beracun,
Khong ciok Lo enghiong, kau tadi telah mengadu
kekuatan dengannya, bagaimana kekuatannya kau rasa?"
berkata Cie lui Kiam khek.
"Kekuatan tenaga dalam Kakek rambut putih itu jauh
lebih sempurna dari padaku, dengan mengorbankan
ilmuku Cie yang Ceng khie, aku mengadu kekuatan
dengannya sampai dua kali. hingga sekarang aku masih
merasa debaran jantungku. Begitupun kaki tanganku,
juga masih terasa kejang!" berkata Khong ciok Gin cee.
"Dia adalah pembunuhnya empat saudara Liong!"
berkata Cie lui Kiam khek.
"Aku pikir bukan, dengan kepandaiannya yang
demikian tinggi, sudah cukup untuk membinasakan kita
secara terang-terangan tidak perlu secara gelap-gelapan.
"Pikiran lo enghiong ini juga ada benarnya. Orang
aneh berbaju kelabu itu kalau bukan pembunuhnya
empat saudara Liong, aku anggap itu adalah perbuatan
gadis kaki telanjang itu. Karena senjata jarum beracun
yang halus bagaikan bulu kerbau itu, kecuali orang-orang
rimba persilatan yang mempunyai kekuatan tangan
sangat besar yang dapat menggunakannya. selanjutnya
adalah kaum wanita Cie cian Sien sio dulu telah terkenal
namanya dengan senjata rahasia jarum beracun ?"
Song Sie agaknya membenarkan pikiran Cie-lui Kiam
khek, katanya: "Dari sinar matanya yang dingin, tajam, sikapnya
barangkali juga kejam"
Ho Hay Hong yang sejak tadi mendengarkan
pembicaraan mereka tanpa bersuara, kini tiba-tiba
membuka mulut. "Dia bukan orang perempuan semacam itu. Jarum
beracun itu bukan perbuatannya."
Cie-lui Kiam khek terkejut. "Dari keterangan Ho
siauhiap ini agaknya ia kenal baik dengan wanita itu.
Bagaimana sebetulnya?"
Pertanyaan itu menarik perhatian semua orang,
hingga semua mata tertuju kepada Ho Hay Hong.
Su to Cian Hui juga menghentikan pekerjaannya,
dengan sepasang matanya yang penuh tanda tanya
memandangnya. Ho Hay Hong terperanjat, ia tahu sudah kelepasan
omong, maka terpaksa menjawab:
"Selama pertempuran berlangsung, dia terus berada
disampingku, maka aku berani memastikan bahwa jarum
beracun itu bukan ia yang menggunakan."
Giok bu Kie su yang terluka paling berat, berkata
dengan kebencian yang meluap-luap kepada orang-orang
dari Kampung Setan "Orang-orang dari Kampung Setan semuanya berhati
kejam dan bertangan ganas, kali ini Ho siauhiap
memasuki goha macan, ternyata bisa pulang keadaan
selamat, apakah mendapat perlindungan dari dewa" Ho
siauhiap, dapatkah kau memberi keterangan?"
"Aku melarikan diri selagi ia dalam keadaan lengah!"
jawab Ho Hay Hong. "Dalam Kampung Setan, setiap jengkal tanah ada
orang yang menjaga, keterangan Ho siauhiap ini sudah
jelas bukan dengan sejujurnya." berkata Khong ciok Gin cee sambil menggelengkan kepala.
"Kalian semua tidak percaya keterangan ku. apa yang
harus aku katakan?" berkata Ho Hay Hong sambil
menghela napas dan berjalan pelahan-lahan menuju ke
pintu, "apalagi pengalamanku kali ini, juga tidak bisa dijelaskan dengan singkat."
Ia mendongakkan kepala memandang rembulan
kelangit. Hatinya terasa kalut, sebab kalau dalam waktu
tiga hari dapat mengambil pedang pusakanya, akan
hilanglah kepercayaan gadis kaki telanjang itu kepadanya
Dari jauh, tiba-tiba terdengar suara burung Garuda.
Diwaktu tengah malam, dalam keadaan sunyi itu, suara
itu benar-benar bisa membuat berdiri bulu roma.
Ho Hay Hong menghenti langkah kakinya. Matanya
berputaran mencari-cari di angkasa. Tidak jauh ditempat
ia berdiri, tampak satu bayangan lompat melesat setinggi
kira-kira empat tombak, Di angkasa bayangan itu
melakukan gerakan jumpalitan, kemudian menukik turun
ketaman belakang gedung dan sebentar kemudian
menghilang. Gerakannya berjumpalitan di tengah udara itu
sungguh indah, ketika Ho Hay Hong menyaksikan itu,
terkejutlah hatinya. Katanya kepada diri sendiri: "Celaka, dia adalah toa suheng."
Diwaktu tengah malam toa suhengnya itu mendadak
muncul digedung Kang lam Bu koan, dapat dimengerti
apa maksudnya. Diam-diam Ho Hay Hong
mengkhawatirkan jiwa Cie lui Kiam khek.
Dengan Cie lui Kiam khek ia tidak mempunyai
perhubungan erat, tetapi terdorong oleh perasaan
keadilan dan prikemanusian, ia telah melupakan semua
bahaya yang mengancam dirinya.
Ia merobek sepotong bajunya untuk menutupi
mukanya, dibagian kedua matanya ia membuat lobang
dengan jari tangannya lain dengan tergesa-gesa lompat
melesat mengejar toa suhengnya.
Bayangan tadi agaknya berbalik arah sebab tiba-tiba ia
membalikkan badannya, hingga berpapasan dengan Ho
Hay Hong. Tanpa membuka suara, Ho Hay Hong sudah maju dan
menyerang dengan dua tangan kearah dua jalan darah
Khie hay dan Sian ing Bayangan orang itu mundur setengah langkah, sambil
mengeluarkan suara dihidung menghunus pedangnya,
lalu diputar dan membabat tangan Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong terpaksa membatalkan serangannya,
kaki kirinya digeser maju, tangannya diangkat hendak
menggaet pedang lawan, pedang ditangan bayangan
orang itu menyontek keatas, hembusan angin menuju
ke-muka Ho Hay Hong. Ho Hay Hong setengah badannya menggeblak
kebelakang, tangannya bergerak mengketok gagang
pedang lawannya. Beberapa gerak tipu serangannya yang digunakan itu,
adalah menurut ciptaannya sendiri. Karena ia tahu benar
bahwa untuk menghadapi suhengnya itu, sekali-kali tidak
boleh menggunakan ilmu silat golongan sendiri.
Oleh karena ia harus berusaha untuk menghindari
supaya jangan diketahui oleh suhengnya maka agak
berat baginya untuk menyambuti serangan suhengnya
yang dilancarkan bertubi-tubi. Apalagi setelah suhengnya
menggunakan ilmu silat golongannya yang dikenalnya
paling ampuh, maka keadaan Ho Hay Hong semakin
berbahaya. Diluar dugaannya, secara tiba-tiba sang suheng itu
undurkan diri dan menengok kelain jurusan. Dibawah
sinar rembulan, wajah tampan sang suheng jelas
menunjukkan perasaan kaget.
Ho Hay Hong baru tahu pada saat itu didalam tanah
itu sudah tambah satu orang.
Orang itu berwajah tampan, mengenakan pakaian
sangat mewah. Gerakannya halus merupakan tipenya
seorang pemuda dari tingkatan atas. Namun dari
mukanya nampak sifatnya seperti seorang pemuda yang
gemar pipi lic in. Sangat mengherankan bahwa seorang pemuda
demikian, diwaktu tengah malam buta seperti itu
mendadak muncul didalam taman gedung Kang lam Bu
koan " Terdengar suara bentakan yang keluar dari suhengnya
Ho Hay Hong: "Ho Sutee, ada keperluan apa kau datang kemari ?"
Pemuda itu tersenyum. tidak menjawab, Ho Hay Hong
yang mengenakan kerudung dimukanya, ketika
mendengar teguran suhengnya itu terkejut dan terheranheran.
Ia mengira bahwa suhengnya sudah mengenali
dirinya, namun sang suheng itu berjalan mendekati
pemuda berpakaian mewah itu.
Pemuda tadi tetap tidak membuka mulut, dengan
mendadak mengangkat tangannya yang putih,
mendorong kearah anak muda yang menjadi suhengnya
Ho Hay Hong. Pemuda yang tersebut belakangan itu marah,
bentaknya, "Berani sekali hei Ho sutee, kau sudah berontak?"
Tangannya diangkat, menyambuti hembusan angin
yang keluar dari tangan pemuda pakaian merah itu.
Dua kekuatan saling beradu, pemuda pakaian merah
itu bibirnya masih tersungging satu senyuman, dengan
langkah lebar dia maju setindak lagi. Sebaliknya
suhengnya Ho Hay Hong mundur tiga langkah, dan
kemudian tanpa berkata apa-apa, lompat melesat
setinggi tiga tombak lebih, dengan cepat kaburkan diri
melalui tembok. Ho Hay Hong diam diam mengeluh, karena sang
suheng salah melihat orang, tanpa mencari keterangan
lebih dulu, ia berlalu dengan hati marah. Hal itu
dikemudian hari pasti akan menimbulkan kerewelan.
Ia mengawasi pemuda pakaian mewah itu, memang
benar. Wajah pemuda itu sangat mirip dengan wajahnya
sendiri, bahkan tindak tanduknya juga sangat mirip
sekali. "Kau juga ingin merampok burung Garuda?" demikian pemuda pakaian mewah itu menegur Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong tidak mengerti maksud dalam katakatanya
itu, tetapi ia merasa bahwa perkataan juga ingin,
terlalu menghina dirinya, hingga diam-diam ia merasa
tidak senang. Pemuda berpakaian mewah itu maju beberapa
langkah, sebelum mendekati Ho Hay Hong mendadak ia
menggerakkan lengan bajunya.
Ho Hay Hong menyambuti serangan itu dengan
tangannya, mendadak terdorong mundur selangkah,
hingga diam-diam terkejut.
"Hm, hanya begitu saja." berkata pemuda berpakaian merah, lalu menyerang lagi dengan tangan kosong.
Ho Hay Hong mengerahkan sepenuh tenaganya,
membacok dengan menggunakan belakang telapak
tangan. Terdengarlah suara beradunya dua kekuatan,
kembali ia terpental mundur oleh kekuatan tenaga yang
tidak berwujud. Dengan demikian, mereka sudah mengadu kekuatan
tenaga dalam, masing-masing sudah dapat mengukur
kekuatan tenaga dalam lawannya. Ho Hay Hong merasa
penasaran dengan alis berjengit, ia menggerakkan kedua
lengannya, sehingga mengeluarkan suara keretekan.
Mulutnya menghembuskan hawa putih, semakin lama
semakin tebal, sehingga hawa itu tidak buyar. Kemudian
barulah mendorong tangannya pelahan-lahan.
Pemuda berpakaian mewah itu dengan sikap yang
memandang ringan lawannya, mengibaskan bajunya.
Dari situ keluar hembusan angin yang merupakan angin
kekuatan tenaga dalamnya.
Ketika kedua kekuatan tenaga saling beradu, Ho Hay
Hong roboh ke belakang, sedangkan pemuda baju
mewah Itu mundur terhuyung-huyung dengan wajah
berubah. Ho Hay Hong dengan perasaan mendongkol merayap
bangun, jidatnya sudah penuh dengan peluh.
Matanya menatap wajah lawannya, tanpa berkata apa
apa ngeloyor pergi. Pemuda berpakaian mewah itu juga tidak melakukan
penyerangan lagi, ia membiarkan Ho Hay Hong pergi.
Sejenak mulutnya menggumam sendiri, kemudian
berseru: "Hei, Su to Cian Hui, sahabat baikmu sudah datang,
lekas keluar!" Suaranya itu sangat nyaring, didalam suasana sunyi
seperti itu, suara itu menggema sampai jauh.
Tidak lama kemudian, tampak sesosok bayangan
langsing berkelebat keluar dari ruangan tamu dan
menghampiri pemuda itu, lain menegurnya:
"Tang-siang Sucu, aku sedang berpikir hendak
membuka kedokmu, tak kuduga kau sudah membukanya
sendiri!" Pemuda Itu tampak tercengang, katanya: "Su to Cian
Hui, kau sesungguhnya keterlaluan, kau pikir saja sendiri, dari tempat ribuan pal jauhnya aku datang menengokmu,
sebaliknya kau sambut dengan cara yang tidak enak
seperti ini !" "Lekas kau enyah dari sini, mulai hari ini, pintu rumah keluarga Su to sudah tertutup bagimu, mengerti!"
berkata Su to Cian Hui marah.
"Apa" suruh aku enyah" Bukankah terlalu kejam
keputusanmu ini!" berkata pemuda itu kaget, matanya
memandang sinona melotot.
"Hm! kau sungguh hebat, dalam waktu beberapa hari
saja, kau sudah pindah tinggal dalam rumahku!"
"Apa katamu?" "Kau jangan kira bahwa ayah junjung tinggi kau,
menghargai kau! Harus kau ketahui, asal aku membuka
kedokmu, ayah pasti akan usir keluar kau. Maka aku
nasehatkan kau, sebaliknya jangan kau merecoki aku!"
"Aku tak mengerti maksudmu, aku tak tahu siapa
sebetulnya yang kau katakan"!"
Su to Cian Hui tertawa dingin, lalu berkata:
"Tidak mengerti yah sudah, nonamu tidak ada tempo
bicara dengan kau!" tapi baru saja kata-kata itu


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diucapkannya, Cie lui Kiam khek, Khong ciok Gin cee dan
Song Sie sudah berjalan menghampiri dengan tindakan
lebar. Sebelum Cie lui Kiam khek berbicara sudah didahului
oleh Song Sie. "Hei, lotee, aku sudah kata. jangan terlalu menuruti
hawa napsu, tetapi, tetapi kau tidak mau dengar."
Cie lui Kiam khek mendadak bertanya: "Benarkah kau
muridnya Lam tiang Tay bong. Tang siang Sucu?"
Tang siang Sucu semula tercengang, ia berkata
kepada Song Sie: "Lo enghiong ini siapa" Aku tak kenal denganmu!"
Song Sie sangat mendongkol, katanya: "Lotee,
benarkah kau sudah tidak mengenali diriku lagi?"
Tang siang Sucu tidak menghiraukan, sebaliknya
berkata sambil memberi hormat kepada Cie lui Kiamkhek:
"Tuan ini kiranya Cie lui Kiam khek Su to tayhiap, yang namanya sangat kesohor itu" Aku yang rendah merasa
sangat beruntung, hari ini bisa berjumpa dengan
tayhiap." Cie lui Kiam khek mendadak tercengang, diam-diam
merasa heran, karena sewaktu orang she Ho itu datang
hanya membawa se-stel pakaian, tapi sekarang darimana
pakaiannya yang demikian mewah itu "
Ia pura-pura bertanya: "Siauhiap she apa ?"
"Ho !" jawab Tang siang Sucu.
Kembali Cie lui Kiam khek terkejut, dalam hatinya
berpikir: "sudah jelas kau adalah Ho Hay Hong, mengapa
pura-pura tidak kenal ?"
"Apakah siauhiap bukan Ho Hay Hong?" demikian ia bertanya.
"Bukan, aku yang rendah Ho Hay Thian!"
Semua orang terkejut oleh jawaban pemuda itu. Ho
Hay Hong telah berjalan keluar dari taman belakang.
Pakaian yang ada dibadannya masih tetap pakaian yang
berwarna hijau yang sudah luntur, sedang bagian
lengannya indah hancur, tetapi gerak kakinya tetap
tegap. Diri jauh ia dengar Tang-siang Sucu menyebutkan
nama Ho Hay Thian. Nama itu bukan saja hanya terpaut
satu huruf dengan namanya sendiri, tetapi raut muka
dan potongan badan orangnya juga mirip dengan dirinya,
hingga sesaat Itu ia merasa bingung.
Tadi ia terlalu banyak mengeluarkan tenaga dalam,
sehingga tidak sanggup melanjutkan pertempuran. Kini
setelah mendapat waktu beristirahat, kekuatannya sudah
pulih kembali. Dengan memainkan potongan bambu ia
berkata kepada Tang Siang Sucu:
"Pertempuran kita tadi belum selesai, mari sekarang
kita lanjutkan!" Munculnya Ho Hay Hong bukan saja membuat Cie lui
Kiam khek, Khong ciok Gin cee dan si Ayam emas Song
Sie lantas sadar dari kekeliruan mereka, tetapi Su to Cian Hui juga lantas mengerti duduk perkaranya. Pikirnya:
"Mukanya dan potongan badannya sangat mirip satu
sama lain. juga sama-sama she Ho, sudah tentu orang
susah membedakan." Diam diam ia juga merasa menyesal terhadap Ho Hay
Hong, karena pemuda pendiam itu selamanya berlaku
sopan dan lemah lembut terhadap dirinya, tetapi ia
sendiri memperlakukannya dengan sikap ketus.
Tang siang Sucu Ho Hay Thian dengan sikap sopan
berkata kepada Cie lui Kiam-khek:
"Jikalau Su to locianpwee tidak menganggap aku yang
rendah terlalu kurang ajar, bolehkah kiranya aku yang
rendah main-main beberapa jurus dengannya?"
"Urusan siauhiap aku orang tua tiada hak turut
campur tangan. Tetapi kalau siauhiap hendak
mempertunjukan kepandaianmu, silahkan diluar
pekarangan saja. Tempat ini adalah tempatku siorang
tua, aku tidak ingin terbawa-bawa dalam pertikaian ini!"
kata Su-to Siang dingin. Jawaban itu kedengarannya memang pantas, tetapi
didalamnya ada mengandung maksud "mengusir". Sudah tentu Tang siang Sucu merasa malu untuk berdiam lebih
lama disitu. Maka lantas ia berkata sambil memberi
hormat: "Kuucapkan banyak-banyak terima kasih atas kebaikan
tayhiap, sampai berjumpa lagi!"
Setelah berkata demikian, ia lantas berlalu.
Su to Cian Hui berkata sambil cibirkan mulutnya:
"Orang itu sangat menjemukan!"
"Saudara Su to, kali ini kau berlaku salah, kau tahu
bahwa Lam kiang Tay bong itu adalah seorang jagoan
yang berpikiran cupat, orang semacam ini tidak perlu kita
ganggu." berkata Song Sie.
"Terhadap Lam kiang Tay bong selamanya memang
aku tidak begitu suka, kalau kita tidak unjuk gigi,
tentunya ia akan anggap bahwa kepada keluarga Su to
dia boleh berbuat sesukanya! Saudara Song, kau tidak
usah khawatir, kalau lantaran ini Lam kiang Tay bong
merasa tidak senang, aku ada akal untuk
menghadapinya!" berkata Cie lui Kiam khek sambil
menggelengkan kepala. "Maksudmu apakah burung garuda itu berkata Song
Sie, tetapi mendadak ia tutup mulut.
Cie lui Kiam khek memandang Ho Hay Hong berlaku
pura-pura tidak dengar, namun dalam hati diam-diam ia
merasa heran. Apa sebabnya Cui lui Kiam khek takut bila
orang membicarakan burung garuda yang berada dalam
sangkar di tamannya "
Ia pikir dalam hal ini pasti ada sebab musababnya !
Karena ia anggap sudah tidak ada gunanya berada
disitu. Maka lantas berkata kepada Cie lui Kiam khek:
"Su to Tayhiap, malam ini harap sedikit hati-hati
mungkin ada orang datang mengganggu."
Ia tidak mau bercerita lebih banyak, sehabis berkata
demikian, lantas iapun berlalu.
Cie lui Kiam khek ternyata salah tangkap maksud
perkataannya. Dianggapnya Tang siang Sucu yang akan
mengganggu. Maka lantas tertawa, kemudian berkata
sambil anggukkan kepala. "Ho siauhiap tidak perlu khawatir, kalau benar ada
orang berani mengganggu, kita akan lawan sekuat
tenaga. Tetapi aku yakin Tang siang sucu masih belum
berani berbuat apa apa terhadap aku!"
Kembali kedalam kamarnya, semalam suntuk Ho Hay
Hong tidak bisa pejamkan matanya. Hingga pagi hari,
barulah pikiran agak tenang.
Pagi itu ia menyaksikan Cie lui Kiam khek sudah
berada di pekarangan melatih silat. Salah satu gerak tipu
yang dikeluarkannya pagi itu agak mirip dengan gerak
tipu golongannya sendiri. Karena ia menganggap hal itu
suatu kebetulan. Maka ia tidak ambil perhatian.
Ia berjalan terus, kebetulan berpapasan dengan Su to
Cian Hui yang berjalan mendatangi. Nona itu meskipun
tidak menyapanya, tetapi sudah tidak menunjukkan sikap
tidak senang seperti biasanya. Mungkin nona itu sudah
insyaf atas kekeliruannya.
Baru saja ia hendak pamitan kepada Cui lui Kiam khek,
jago silat itu sudah menghentikan latihannya,
melambaikan tangan kepadanya. Ia melihat wajah Cie lui
Kiam khek agar murung, seolah-olah sedang menghadapi
persoalan rumit. "Ho lotee, tadi pagi aku menerima kabar, bahwa
suteeku Kam In Kiam khek berada dalam kesulitan, kalau
kau sudi membantu aku. sekarang boleh berangkat "
berkata Cie lui Kiam khek.
"Aku justru ingin berpamitan denganmu, ada banyak
hal yang masih perlu kulakukan." kata Ho Hay Hong.
Cie lui Kiam khek terus terang "Kalau begitu sangat
kebetulan, Ho lotee boleh sekalian menengoknya.
Dengan terus terang, suteeku sudah mengirim orangnya
kerumah makan Yin pin menunggu kau, ia dengar
banyak tentang kau, benar-benar sangat
mengagumimu." "Kalau kau nanti tiba di rumah makan Yin pin. apabila melihat seseorang yang didepan dadanya tertancap
setangkai bunga bunga merah, kau boleh tegur dia.
Orang itu adalah utusan atau orang yang terdekat
dengan suteeku. kau boleh minta keterangan darinya,
untuk menentukan rencana selanjutnya."
Ho Hay Hong menganggukkan kepala, ia mengerti
bahwa tuan rumah agaknya telah mendesak agar ia lekas
pergi. Tetapi sebelum kakinya bergerak, dari luar pintu
muncul seorang Kang ouw, yang lari tergesa-gesa seraya
menyerahkan sepotong undangan.
Ketika Cie lui Kiam khek membaca surat itu, wajahnya
berubah seketika dan kemudian berkata:
"Baik aku akan berangkat segera?"
Tanpa berkata apa-apa lagi, jago tua itu lantas tukar
pakaian ringkas, kemudian bersama sama Khong ciok Gin
cee, Song Sie, Giok bu Kie su dan lain lainnya serta orang Kang ouw tadi, pergi menuju kearah selatan.
Ho Hay Hong seolah-olah mendapat firasat bahwa Cie
lui Kiam khek sedang menghadapi persoalan sulit. Mata
orang Kang ouw tadi berputaran tak hentinya, jelas
mengandung maksud tidak baik, tetapi ia sudah tidak
mempunyai waktu untuk campur tangan.
Tidak lama setelah Cie lui Kiam khek pergi, pintu
terbuka lagi. Kembali seorang Kang ouw lari masuk ke
dalam ruangan, orang itu memanggil manggil dengan
suara nyaring. "Su to Cian Hui! Kemana nona Su to?" Sepasang mata orang itu terus berputaran, badannya sudah basah
dengan air keringat, jelas habis me lakukan perjalanan
jauh. "Ada urusan apa?" bertanya Ho Hay Hong.
Orang itu mengawasi padanya sejenak, mulutnya
masih berkata . "Apakah nona Su to ada " Bolehkah saudara tolong
sebentar, minta dia keluar?"
"Pergilah kau panggil sendiri, ia berada dalam kamar!"
berkata Ho Hay Hong. Ia mendadak merasa bahwa ruangan belakang sepi,
tidak terdengar suara apa-apa, hingga diam diam
bertanya tanya kepada diri sendiri: Aneh kemana
perginya pemuda-pemuda yang tadi berlatih silat disini"
Ia tidak menghiraukan orang itu lagi. dengan cepat
berjalan menuju ke belakang, dari jauh ia melihat
puluhan anak muda sedang berdiri bagaikan patung.
Ia juga melihat, dibawah sebuah pohon, berdiri
berpencaran empat jago pedang muda-muda berpakaian
ringkas, sikapnya sopan sopan. Mereka sedang bercakapcakap, seolah olah tidak pandang mata orang lain.
Pelayan pelayan laki-laki dan perempuan gedung itu,
juga pada berdiri dalam keadaan seperti patung. Mata
mereka berputaran, tetapi badan mereka tidak bisa
bergerak. Jelas bahwa jalan darah mereka sudah ditotok.
Salah satu diantara empat jago pedang muda itu tibatiba
berkata dengan suara nyaring:
"Eh mengapa Siangcu masih belum kelihatan?"
Seorang muda yang pinggangnya terselip senjata
pecut berkata: "Kau jangan cemas, kalau Siangcu membereskan Cie
lui Kiam-khek, sudah tentu bisa datang sendiri."
Seorang lagi berkata sambil menghela napas:
"Siangcu diam-diam mencintai nona Su-to sudah dua
tahun lamanya sejak ia berguru pada Bwee san sin kie.
Siancu lantas kurang kegembiraan, Bwee san Sin kie
dengan Lam kiang Tay bong tidak ada hubungan,
agaknya sudah mempunyai ganjelan hati, pantas kalau
Siangcu tidak senang nona Su to berguru di sana."
Ho Hay Hong hendak membalikkan badan. Tiba-tiba
orang Kang ouw itu menyerangnya. Ia putar kakinya,
mengelakkan serangan tersebut. Selagi hendak menegur,
di luar tiba tiba terdengar suara orang berkata sambil
tertawa dingin: "Sahabat, kau mirip benar denganku!"
Ho Hay Hong berpaling, ia segera mengenali bahwa
orang yang baru datang itu adalah Tang siang Su cu.
Seperti biasa, pakaiannya sangat perlente.
"Benar, kau juga mirip dengan aku."
Sehabis berkata, Ia terus berjalan menuju keruangan.
Disana ia duduk diatas kursi besar, mengawasi segala
perbuatan Tang siang Sucu sambil berpeluk tangan.
Tang siang Sucu sangat mendongkol, selagi hendak
menyerang, dari dalam kamar tampak keluar seseorang
yang tak lain dari pada Su-to Cian Hui sendiri.
Dengan wajah berseri seri Tang siang Sucu maju
menghampiri dan berkata padanya sambil memberi
hormat: "Su to Cian Hui, tanpa diundang kita datang sendiri,
sesungguhnya agak kurang sopan !"
Mata Su to Cian Hui menatap wajahnya kemudian
beralih kepada Ho Hay Hong. Dalam hati ia berpikir:
"Mereka berdua benar benar seperti saudara kembar."
Ho Hay Hong menundukkan kepala. Ia sebetulnya
tidak berani menerima pandangan mata Su to Cian Hui.
"Ada urusan apa ?" bertanya Su-to Cian Hui.
"Tidak ada urusan apa-apa, hanya hendak
mengabarkan suatu berita !" menjawab Tang-Siang Su
Co. "Berita apa ?" "Ayahmu sudah terjatuh dalam tanganku, harap nona
pikirkan suatu cara untuk mengambil orang !"
"Apa katamu ?" Su To Cian Hui membuka matanya
lebar-lebar menatap wajah pemuda ceriwis itu,
mendadak Ia merasa bahwa wajah yang berseri-seri itu
sangat menjemukan. "Kau manusia berhati binatang, perbuatan apa yang
kau lakukan itu?" Demikian marah nona itu, sehingga mukanya merah
padam. "Sekarang kau harus mengadakan suatu pilihan: kalau
kau cinta ayahmu, harus korbankan diri sendiri. Jikalau
tidak, kepala ayah mu akan pindah dari badannya, dan


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

anak-anak muda dalam taman itu tidak perlu aku
jelaskan, kau tentunya mengerti sendiri!"
Su to Cian Hui kini baru tahu apa yang terjadi dengan
para pemuda itu. Karena terkejutnya, ia sampai tidak
bisa bicara. Dengan cepat Tang siang Sucu maju menyergap, jari
tangannya menotok jalan darah Sam lie hiat sinona,
hingga Su to Cian Hui tidak bisa bergerak.
Ho Hay Hong melihat Su to Cian Hui mengucurkan air
mata. Perasaan keadilan timbul mendadak dalam
hatinya. Ia bangkit dari tempat duduknya, membuka dua
tangannya merintangi Tang siang Sucu, mulutnya
membentak: "Diam !"
Tetapi, Su to Cian Hui lantas berkata dengan suara
sedih: "Kau jangan campur tangan, biarlah aku ikut dia untuk menjumpai ayah."
Ho Hay Hong tidak bisa berbuat apa. Terpaksa berlalu.
Dibelakangnya terdengar suara tertawa mengejek dari
Tang siang Sucu, tetapi ia tidak menghiraukan.
Keluar dari pintu gerbang Kang lam Bu koan, ia sudah
tahu ada orang menguntit, ia anggap orang itu pasti
mata-matanya Tang siang Sucu
Ia tidak habis pikir. Tang siang Sucu sudah tercapai
maksudnya, apa maksudnya menyuruh orang menguntit
dirinya. Tiba disebuah rumah makan Yin pin, tanpa menoleh
lagi, ia masuk dengan langkah lebar dan mengambil
tempat duduk, menggunakan kesempatan minta
disediakan barang hidangan matanya melirik kepada
orang yang menguntit dirinya. Ternyata sangat asing
baginya. Dilain meja dekat mejanya sendiri, duduk tiga orang
Kang ouw, mereka agaknya kenal dengan orang yang
menguntit dirinya, masing-masing menganggukkan
kepala padanya. Orang itu memilih tempat duduk yang paling dekat
dengannya. Wajah orang itu sangat menjemukan
hatinya, singkatnya, ia belum pernah melihat seorang
yang demikian menjemukan.
Matanya mencari-cari orang menyematkan setangkai
bunga merah didadanya, karena menurut keterangan Cie
lui Kiam khek orang itu adalah orang kepercayaan Kan lui
Kiam khek. Dalam khayalannya, orang itu tentunya seorang yang
cerdas pandai. Ia menunggu dengan sabar, dalam isengnya, Ia
bertanya kepada orang-orang Kangouw yang dekat
dengan mejanya: "Numpang tanya, dalam rimba persilatan dewasa ini,
siapa-siapa yang namanya paling terkenal?"
Orang yang ditanya itu nampaknya sangat gelisah,
namun ia tetap menjawab: "Kecuali si Kakek penjinak Garuda, siapapun tahu
nama-nama Thian cee Lojin, Hok-say ceng, Lam kiang
Taybong, Bwee san Sin nie dan pendekar baju kuning.
Itu adalah lima manusia aneh dalam rimba persilatan.
Namun, si Kakek penjinak Garuda sudah beberapa tahun
menghilang dari dunia Kang ouw. Ia merupakan seorang
yang sudah lewat jamannya. Pengaruh partai Kuda hitam
sudah surut, maka Hok say ceng dan Siau lim, Thian tie
Lojin dan Bu tong, Pendekar baju kuning dari cong lam,
Bwee san Sin nie dari Hoa san dan Lam kiang Tay bong,
nama-nama mereka terus menanjak, belakangan ini
agaknya sudah menggantikan tempat si Kakek penjinak
garuda!" "Apa itu partai Kuda hitam?" tanya Ho Hay Hong tidak mengerti.
Orang Kang ouw itu agak heran. Matanya terus
mengawasi wajah Ho Hay Hong, dalam hatinya ia mau
berkata: "tentang ini kau tidak mengerti, bagaimana
berani terjun kedunia Kang ouw?"
Tetapi mulutnya menjawab.
"Partai Kuda hitam mewakili orang orang luar biasa
dalam rimba persilatan seperti si Kakek penjinak garuda
yang namanya sangat terkenal. Sekaligus namanya
menggemparkan dunia Kang ouw. Orang-orang
semacam ini bagaikan kuda yang terlepas dari talinya,
demikian cepat namanya dikenal orang maka semua
orang menyebutnya orang-orang dari partai Kuda hitam!"
Ho Hay Hong bertanya tanya kepada diri sendiri:
"kalau namaku sudah terkenal, apakah aku juga terhitung
orang-orang dari golongan partay Kuda Hitam?"
Pada saat itu, rumah makan itu kedatangan
serombongan tamu tamu yang topinya hampir menutupi
muka masing masing. Orang orang semacam ini,
kebanyakan bukan manusia baik-baik.
Orang yang tadi menguntit dirinya itu tiba-tiba
menggumam sendiri. "Ow, delapan tukang pukul Lam
kiang Taybong juga datang, sungguh aneh!"
Ho Hay Hong mempunyai daya pendengaran sangat
tajam. Kata-kata orang itu sudah masuk kedalam
telinganya. Sesaat itu, ia bingung sendiri. Jelas bahwa
orang itu bukankah orangnya Tang siang Sucu, tetapi
mengapa menguntit dirinya" Dan siapakah sebetulnya
orang itu" Ia berpikir memikirkan persoalan itu, akhirnya
menemukan satu akal. Delapan tukang pukul Lam kiang Tay bong yang baru
datang itu, sebentar saja sudah menimbulkan
kegaduhan. Mereka berbicara dan tertawa-tawa
seenaknya, seperti dirumah sendiri.
Ho Hay Hong tenggak araknya berulang-ulang. Ia pura
pura mabok, dengan membawa cawan araknya dia
bangkit dari tempat duduknya, perlahan-lahan berjalan
menuju ketempat duduk orang yang tadi menguntit
dirinya. Tempat yang terdapat banyak meja kursi itu memang
sempit, kalau berjalan kurang hati-hati, bisa menginjak
kaki orang. Ketika ia berjalan sampai didepan orang tadi.
sebetulnya ia bisa melangkah. tetapi ia tidak berbuat
demikian, sebaliknya menginjak kaki orang itu, kemudian
ia berlagak sempoyongan dan akhirnya jatuh di
sampingnya. Dengan menggunakan kesempatan itu, ia
mengeluarkan ilmu kepandaiannya, tangannya dengan
cepat mencekal pergelangan tangan orang itu, karena
khawatir menimbulkan kecurigaan yang lainnya, Ia buru
buru minta maaf dan berkata sambil tertawa:
"Ah ya maaf, maaf. apa kau masih merasa sakit?"
Sambil berkata demikian, ia sengaja duduk di
sampingnya. Orang itu dalam keadaan tidak menduga. Ketika
tangannya dicekal, jantungnya berdebaran wajahnya
berubah seketika. "Kau ini benar-benar tidak tahu aturan lepaskan
tanganmu." demikian jawabnya tidak senang.
Karena semua perhatian para tamu dalam rumah
makan itu ditujukan kepada delapan tukang pukul Lam
kiang Tay bong, tiada seorangpun yang memperhatikan
Ho Hay Hong. "Sahabat kau jangan berlagak, beritahu terus terang,
siapa yang memerintahkanmu menguntit aku?" berkata
Ho Hay Hong dengan suara perlahan.
Orang tua itu masih hendak mencekal Ho Hay Hong
dengan menggunakan memisahkan urat, menekan urat
nadi orang itu. "Kalau tidak berkata terus terang, sebentar lagi kau
akan muntah darah dan mampus disini."
Tubuh orang itu menggigil, keringat dingin mengucur
deras, Ia coba pertahankan diri, tetapi akhirnya tidak
tahan siksaan hebat itu, hingga terpaksa membuka
suara: "Aku adalah orang dari kawa-kawa."
"Aku tidak mempunyai permusuhan dengan orang dari
golongannya, mengapa kau terus menguntit?"
"Aku hanya menjalankan tugas, harap tuan bebaskan
aku!" "Siapakah yang perintahkan kau?"
"Tie cu Sin kun!"
"Mengapa ia perintahkan kau menguntit aku ?"
"Tidak, ia perintahkan aku menguntit orang yang
keluar dari rumah Cie lui Kiam-khek, bukan kau yang
dimaksudkan!" "Jelaskan sebab-sebabnya, baru aku membebaskan
kau!" "Tie cu Sin kun menduga Cie-lui Kiam khek pasti
mengirim orang untuk membantu suteenya Kan lui Kiam
khek, maka ketika aku melihat kau keluar dari rumah Cie
lui Kiam khek, lantas mengikutimu. Aduh kalau kau tidak
membebaskan aku, apalagi diketahui oleh mata-mata
golongan Kawa-kawa, aku pulang juga akan mendapat
hukuman mati. Tayhiap, Ampunilah jiwaku!"
Ho Hay Hong telah mengetahui sebab-sebabnya, juga
tidak menyusahkan dirinya, tangannya dilepas, katanya
dengan suara perlahan: "Lekas pergi, kalau kau berani berbuat demikian lagi
akan kupotong lehermu!"
Tanpa menoleh lagi, orang itu lantas bangkit dan lari
keluar, sebentar kemudian sudah menghilang.
Baru saja Ho Hay Hong hendak membayar uang
makannya dari luar tampak masuk seorang tamu lagi,
kali ini yang datang adalah tamu perempuan.
Perempuan itu mempunyai bentuk badan ramping dan
potongan muka cantik, berjalan sambil menundukan
kepala, dari air mukanya menunjukan bahwa perempuan
itu sedang kesal hati. Mata Ho Hay Hong berputaran diatas tubuh
perempuan muda itu tiba-tiba berhenti kepada setangkai
bunga merah yang tersemat diatas dadanya. Bukankah
ini orang yang dimaksudkan oleh Cie-lui Kiam khek".
Dengan cepat ia lari menghampiri dan berkata
padanya dengan suara pelahan.
"Kau datang agak lambat."
Mendengar perkataan itu, tamu perempuan itu angkat
muka, sinar matanya memajukan rasa terkejutnya
kemudian berkata: "Kau adalah ?" "Silahkan duduk!" berkata Ho Hay Hong. Kembali
ketempat duduknya. "Aku adalah sahabatnya Cui lui
Kiam khek Su-to Siang, dan kau, siapa namamu?"
Wanita itu tanpa ragu-ragu lantas duduk.
"Aku adalah putrinya Kan lui Kiam khek Toan bok Ban
Hwa! Kau datang seorang diri?"
"Ya !" "Ayah kini telah menerima "Panji membetot nyawa", dari golongan Kawa-kawa. barangkali hari ini, orangorang
golongan Kawa-kawa akan melakukan
penyerangan besar besaran. Kau seorang diri?"
"Apa kau anggap kurang cukup tenaga?"
"Tidak, paman Su to sudah minta kau datang seorang
diri, kukira kau tentunya seorang jagoan yang gagah
perkasa. Terhadap kata-kataku tadi kau jangan marah!"
Melihat sikap nona itu yang agaknya kurang tenang,
Ho Hay Hong juga tidak mau membuang waktu, maka
lantas mengajak nona itu berlalu.
Setelah membayar uang makan, bersama-sama nona
Toan bok, keluar dari rumah makan dan berjalan keluar
kota. Ditengah jalan Ho Hay Hong mendadak berhenti dan
berkata: "Andai aku mati, bagaimana?"
Nona itu terkejut. "Mengapa kau mengajukan
pertanyaan demikian ?"
"Jika tidak beruntung aku mati, harap kau melakukan
suatu tugas untukku!"
"Kau jangan khawatir, permintaanmu, akan kulakukan
sedapat mungkin. Bolehkah aku tahu dulu, urusan apa
yang kau kehendaki untuk kulakukan?"
Ho Hay Hong mendongakkan kepala, memandang
awan dilangit, pikirannya melayang ketempat jauh.
"Sudahlah, nanti saja kuceriterakan lagi."
Dengan langkah lebar, ia melanjutkan perjalanannya,
sedang Toan bok Ban Hwa mengikutinya dari belakang.
Saat itu pikirannya Toan-bok Bun Hwa dibingungkan oleh
sikap Ho Hay Hong yang aneh.
Sikap aneh dan pendiam pemuda itu, sangat menarik
perhatian Toan bok Bun Hwa, Kalau bukan karena ada
urusan penting, ia benar-benar hendak menanyakan
riwayat diri pemuda itu. "Apakah tuan Ho tidak membawa senjata?" demikian Toan bok Bun Hwa mengajukan pertanyaan,
memecahkan kesunyian. Karena ia lihat pemuda itu datang dengan tangan
kosong, dianggapnya karena tergesa-gesa sehingga lupa
membawa senjata. Ia sengaja memberikan senjata
pedangnya, tetapi, Ho Hay Hong tidak menyambuti
pedang itu, hanya memotong sebatang bambu kecil
dipinggir jalan, dan kemudian diunjukkannya kepada
Toan bok Bun Hwa terkejut.
Sebagai seorang yang masih belum cukup
pengalaman, ia benar-benar tidak dapat mengukur,
sampai dimana tinggi kepandaian pemuda pendiam itu.
Dua muda mudi itu berjalan lagi beberapa puluh pal.
Ho Hay Hong tiba tiba menarik tangan Toan bok Bun
Hwa seraya bertanya: "Dimana rumahmu?"
Toan-bok Bun Hwa yang lengan tangannya ditarik
dengan tiba-tiba, hatinya berdebaran, hawa panas
seolah-olah mengalir dalam tubuhnya, menimbulkan
suatu perasaan yang tidak dimengerti. Ia tidak melawan
dan menjawab sambil menundukan kepala: "Jalan
sebentar lagi sudah sampai!"


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiba didepan sebuah rumah, Toan bok Bun Hwa
berhenti dan berkata: "Inilah rumahku, agak kurang terawat harap jangan
dibuat tertawaan!" Ho Hay Hong angkat muka, tiba-tiba minggir
kesamping, hal ini sangat mengherankan Toan bok Ban
Hwa. "Ho sianseng, mengapa kau tidak mau masuk?"
Mata Ho Hay Hong terus menatap wajah Toan bok
Bun Hwa, kemudian bertanya:
"Siapa pemuda baju putih yang berada dalam ruangan
itu?" "Dia adalah orang yang diminta oleh Naga lengan satu
untuk membantu kita." menjawab Toan bok Bun Hwa
agak heran. "Siapa itu Naga lengan satu?"
"Dia adalah jago nomor satu didaerah Siok-ho, erat
setali hubungannya dengan ayahku, perlu apa kau
tanya?" "Bagaimana sifatnya orang ini ?"
Toan-bok Bun Hwa semakin heran, karena melihat
sikap serius si anak muda, pikirnya pasti ada sebabnya,
maka ia lantas menjawab: "Biarpun ayah mengatakan bagaimana erat
hubungannya dengannya, tapi aku selalu merasa bahwa
ia adalah seorang tua yang licik dan mata duitan!"
"Itulah, pantas dia bisa minta pemuda itu datang
membantu !" Toan-bok Bun Hwa mengikutinya sampai kesamping
rumah, baru bertanya. "Ho sianseng, apakah ada apa apa yang tidak beres ?"
"Tahukah kau bahwa ayahmu sudah membawa masuk
srigala kedalam rumahnya."
Toan-bok Bun Hwa terkejut. "Maksudmu pemuda yang
diminta oleh Naga Lengan Satu untuk membantu ayah
itu, tidak menguntungkan ayah ?"
"Benar, pemuda baju putih itu mengandung maksud
tidak baik !" "Aya, Ho sianseng, sekarang bagaimana " Dapatkah
kau menolong?" "Boleh, kau pancing keluar dulu Naga Lengan Satu
untuk menemui aku." sampai disini Ho Hay Hong
berkata, lalu menyobek sepotong pakaiannya, untuk
menutupi mukanya, kemudian membuat dua lubang di
bagian matanya. "Ho sianseng, kau tunggu disini, aku akan ajak ia
keluar!" berkata Toan-bok Bun Hwa, buru-buru masuk
kedalam. Ho Hay Hong menggumam sendiri: "Hm, Sam suheng
benar-benar sangat licin, dalam waktu beberapa hari
sudah berhasil membunuh Siang koan Lo dan kini
berhasil pula menempel Naga Lengan Satu. Untung
kuketahui, jikalau tidak, Kan lui Kiam khek sampai mati
barangkali juga tidak tahu siapa pembunuhnya !
Perasaan setia kawan dan keadilan mendorong ia
harus membela kebenaran, sehingga melupakan
keselamatan diri sendiri.
Ia juga merasa bahwa tindakan gurunya, Dewi ular
dari gunung Ho lan san agak ceroboh, memerintahkan
murid-muridnya membunuh orang yang tidak berdosa.
Sejak kematian Hong-lui Kiam khek Siang koan Lo, ia
telah mengambil keputusan hendak mencegah usaha
gurunya membunuh orang-orang tanpa dosa, sekalipun
dikemudian hari diketahui oleh gurunya, ia juga tidak
perdulikan lagi. Tidak lama kemudian, Toan bok Bun Hwa keluar lagi,
dibelakangnya diikuti oleh seorang laki-laki tua berusia
kira-kira lima puluh tahunan. Orang tua itu kurus kering
dan mukanya kuning. Toan bok Bun Hwa ajak orang tua
itu kedepan Ho Hay Hong kemudian berkata:
"Paman Hang. tuan ini katanya hendak menemui kau,
kalian bicaralah!" Setelah itu, ia lantas masuk kedalam rumah, sembunyi
jauh-jauh. Naga lengan satu yang berhadapan dengan seorang
yang mukanya tertutup oleh kain hijau, merasa heran.
"Sahabat, siapa kau?"
"Hong lo enghiong. sudah lama tidak ketemu!" berkata Ho Hay Hong.
Mendengar suara Ho Hay Hong yang agak asing,
orang tua itu semakin heran.
"Sahabat mencari aku ada keperluan apa?"
"Hang-lo enghiong, benarkah kau hendak membantu
kesulitan Kan lui Kiam-khek ?"
"Benar, sahabat, harap beritahukan nama kau! Supaya
aku bisa menyebut namamu!"
"Aku kira kedatangan kau ini hendak mengambil jiwa
Kan lui Kiam khek!" jawabnya menyimpang.
Naga lengan satu terkejut, wajahnya mengunjukkan
sikap terheran. "Mendengar suaramu, agaknya mengandung maksud
tidak baik, apakah kau kaki tangan golongan Kawakawa?"
Sehabis berkata orang tua itu menghunus pedangnya,
tetapi Ho Hay Hong bertindak lebih cepat. Begitu
bergerak, sudah bersarang kelengan siorang itu yang
cuma tinggal satu. Orang tua itu segera merasa kesemutan dilengannya,
pedang ditangannya lantas jatuh di tanah. Ia agaknya
mengetahui gelagat tidak pergi, maka buru buru lompat
mundur. Sambil tertawa dingin, Ho Hay Hong mengambil
pedang yang ditinggalkan oleh orang tua lengan satu itu,
kemudian dilontarkan kearahnya.
Naga lengan satu cacat mengelakkan pedang itu
dengan mengeblakan setengah badannya kebelakang,
hingga pedang itu lewat diatas kepalanya.
Orang tua itu baru saja merasa lega. tak disangka
pedang panjang itu tiba tiba menyerang diri ke belakang,
hingga ia mengerti apa sebabnya orang berkerudung itu
melontarkan pedangnya. "Hai. sahabat ternyata kau pandai mengendalikan
pedang." demikian ia berkata dengan menggunakan
lengan bajunya untuk menyampok pedang itu, hingga
pedang itu agak terhalang sebentar kemudian meluncur
balik ketangan Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong tidak mau memberikan si Naga lengan
satu itu kabur, kembali melontarkan pedangnya.
Kali ini mengerahkan tenaga sepenuhnya, hingga
pedang itu menimbulkan suara mengaung, lalu
berpusaran diatas kepala Naga Lengan Satu.
Bukan kepalang terkejutnya orang tua itu. Selagi ia
hendak memaksa turun pedang itu dengan kekuatan
tenaga dalam, Ho Hay Hong sudah mendorong
pedangnya dengan kekuatan tenaga dalam pula, hingga
dengan cepat pedang itu meluncur dan menikam perut.
Usaha Naga lengan satu tidak berhasil, ujung pedang
sudah sampai diperutnya. Ia mengerahkan seluruh
kekuatan tenaganya untuk mengelakkan serangan
pedang itu, tetapi juga tidak berhasil, hingga ujung
pedang menancap diperutnya dan mati seketika itu juga.
Toan bok Bun Hwa lari keluar dari tempat
sembunyinya, berkata dengan hati cemas:
"Bagaimana kalau ayah mengetahui bahwa ia mati
ditanganmu" Lekas kau pikirkan."
"Aku menolong jiwa ayahmu, bagaimana ia akan
sesalkan perbuatanku" Kau jangan banyak omong. lekas
ajak keluar pemuda baju putih itu."
Tanpa menunggu jawaban si nona, ia sudah mencabut
pedang yang menancap diperut Naga lengan satu,
kemudian di angkat jenazahnya dan dibawa ketempat
gelap. Tak lama kemudian, Toan bok Bun Hwa sudah ajak
keluar lagi pemuda baju putih. Di pertemukannya dengan
Ho Hay Hong, kejadian ia sendiri balik kedalam rumah.
Dengan perasaan terheran-heran pemuda baju putih
itu memandang tamu aneh yang berada di hadapan
matanya. "Kau siapa?" demikian ia tanya.
Ho Hay Hong tak berani membuka mulut, takut
dikenali suaranya, ia hanya perdengarkan suara tertawa
dingin dan memandangnya dengan sinar matanya yang
tajam. Di pandang demikian, pemuda baja putih itu tidak
dapat menduga apa maksud orang aneh itu, mata lantas
berkata lagi: "Kau tidak mau bicara, hanya mengawasi aku saja,
apa maksudmu?" Pertanyaan itu tidak di hiraukan Ho Hay Hong hanya
perdengarkan suara tertawanya yang aneh. Pemuda baju
putih merasa dipermainkan, lalu ia hendak berlalu. Tibatiba melihat orang berkerudung itu menunjukkan jari
tangannya kesuatu tempat yang agak lebat, di sana
terdapat si Naga lengan satu yang sudah menjadi mayat.
Melihat bangkai itu, pemuda baju putih itu marah,
katanya: "Hoh, kaukah yang membunuhnya?"
Melihat sikap itu, Ho Hay Hong mengerti bahwa Sam
suhengnya agak jeri terhadap ia, maka lantas
menggunakan ujung pedang untuk menggores ditanah.
Pemuda baju putih yang menyaksikan goresan pedang
itu. tulisan itu berbunyi:
"Untuk sementara aku akan menutup rahasiamu, lekas
enyah dari sini" Pemuda itu dengan mata terbuka lebar memandang
Ho Hay Hong, tetapi karena mukanya tertutup oleh kain
Hijau, hanya tampak ujung kedua matanya bersinar
tajam, Ia maju selangkah lalu bertanya padanya:
"Kau tahu asal-usulku?"
Ho Hay Hong tak menyahut, tetap dengan
menggunakan goresan pedang untuk menjawab: "Lekas
enyah! Naga lengan satu itulah contohnya. Tidak
percaya, kau boleh coba ilmuku Kiu coan Sin kang!"
Hakekatnya, apa yang dinamakan ilmu Kiu coan Sin
kang itu, ia sendiri juga tidak tahu. Hanya dari mulut
orang orang Kang-ouw sepanjang jalan, ia dengar nama
ilmu itu, yang rupanya bukan ilmu silat biasa. Karena
keadaan mendesak, ia katakan seenaknya saja.
Diluar dugaannya, pemuda baju putih itu benar-benar
terkejut, dengan perasaan terheran-heran bertanya:
"Tuan murid Oey touw lao hud?" Pertanyaan itu
sebaliknya mengherankan Ho Hay Hong, ia tak sangka
bahwa sam suhengnya itu kenal orang yang memiliki
ilmu silat itu. Dengan sikap jumawa Ia menulis lagi:
"benar, kalau kau sudah tahu siapa aku, lekas enyah!"
O0d-w0O Bersambung Jilid 7 RAHASIA KAMPUNG GARUDA Karya : Khulung Saduran : Tjan ID Jilid 7 "MURID OEY TOUW LAO HUD, ceng hong kiam telah
berbuat salah terhadapku, aku sedang mencarinya untuk
membuat perbincangan, hm! Kedatanganmu sangat
kebetulan?" berkata pemuda baju putih dengan alis
berdiri. Ho Hay Hong mundur selangkah, kembali menggores
dengan pedangnya: "Kalau kau masih banyak bicara,
jangan sesalkan pedangku ini tidak ada matanya!"
Diam-diam ia mengerahkan kekuatan tenaganya, siap
untuk menghadapi pertempuran.
"Ilmu Kiu coan Sin kang bukan berarti apa-apa
sahabat! Hai. lihat serangan!" berkata pemuda itu sambil tertawa dingin dan melakukan serangan dengan tangan
kiri. Ho Hay Hong tahu benar bahwa serangan itu adalah
ilmu Bit cong Tay ciu in dari pelajaran perguruannya
sendiri, tetapi dalam keadaan tergesa-gesa, ia tidak
dapat memikirkan suatu cara untuk menghadapinya,
maka terpaksa lompat mundur.
Ia sekarang sudah seperti orang berada di atas
punggung harimau, menggunakan gertakan sedikitpun
tidak mempan, tapi juga tak bisa membuka kedoknya
sendiri, hingga percuma saja semua kepandaiannya,
untuk sementara ia tak mampu memberi perlawanan.
Iapun tahu bahwa ilmu Bit cong Tay-ciu in itu harus
dilawan dengan ilmu silat yang terdapat dalam ilmu Khun
koan sam-kay baru tidak akan terkalahkan. Tetapi ia
tidak dapat menggunakan ilmunya itu, karena bagian
mana saja dari ilmu Khun goan sana kay, tidak akan lolos
dari mata Sam suhengnya yang cerdik itu.
Terpaksa ia menggunakan gerak tipu saja, tapi diamdiam
mengandung ilmu dari khun goan sam kay, dengan
kaki berputaran seolah-olah gugup menyambuti serangan
itu. namun sebenarnya sedang menempuh jalan yang
paling aman. Pemuda baju putih itu diam-diam merasa geli
menyaksikan sikap gugup Ho Hay Hong, selagi hendak
melakukan serangannya yang kedua, tiba tiba terdengar
suara pertempuran, hingga membatalkan maksudnya.
Pada saat itu, api telah berkobar membakar rumah
Kan lui Kiam khek. Kebakaran yang timbul secara tiba-tiba diiringi pula
angin sedang meniup kencang, sehingga sudah tidak
keburu dipadamkan. Depan rumah Kan lui Kiam khek terdapat banyak
orang yang sedang bertempur sengit.
"Ow! Orang-orang golongan Kawa-kawa sudah mulai
menyerang." demikian pemuda baju putih itu
mengumam sendiri. Dengan cepat ia meninggalkan Ho Hay Hong, ia
melompat setinggi lima tombak lebih kemudian melayang
turun kedalam rombongan orang yang sedang
bertempur.

Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ho Hay Hong agaknya mengerti maksud suhengnya,
seketika itu darahnya menggolak, tanpa banyak pikir lagi,
pedang ditangannya dilontarkan kearah suhengnya.
Tapi kemudian ia mendadak sadar bahwa ia tidak
boleh menggunakan ilmu pedang terbang, karena ia
berarti membuka kedoknya sendiri
Sebab ilmu pedang yang sudah ribuan tahun hampir
menghilang dari dunia Kang-Ouw itu, dalam rimba
persilatan dewasa itu, kecuali seorang tokoh partay dari
ngo bie pay tidak ada lagi orang lain yang sanggup
menggunakan. Dewi Ular dari gunung Ho lan san meskipun juga
faham ilmu itu. tetapi tidak sembarang menggunakan,
apalagi alirannya juga agak berlainan dengan ilmu yang
digunakan oleh tokoh ngo-bie pay. maka kalau Ho Hay
Hong menggunakan ilmu itu, dengan sendirinya akan
segera diketahui oleh Sam suhengnya.
Sementara itu pemuda baju putih yang mendengar
suara angin dibelakangnya. segera mengetahui bahwa
dirinya diserang dari belakang dengan cepat ia melayang
turun, begitu kakinya menginjak tanah, tanpa menoleh
lagi lantas menghunus pedangnya dan dilontarkan
kebelakang. Pedang yang melesat keluar dari tangannya itu beradu
dengan pedang Ho Hay Hong hingga menimbulkan suara
nyaring. Pemuda baju putih itu mendadak balikkan
badannya, matanya terbuka lebar memandang Ho Hay
Hong, seolah-olah menemukan kejadian aneh.
Bukan kepalang terkejutnya Ho Hay Hong. Pada saat
itu, suatu pikiran mendadak terlintas dalam otaknya,
menggunakan waktu yang sangat singkat itu. diam-diam
mengendorkan kekuatannya, hingga pedangnya yang
beradu dengan pedang pemuda baju putih, lantas jatuh
ditanah. Dengan sinar mata tajam pemuda baja putih itu
mengawasi dirinya, wajahnya menunjukkan perubahan
dengan cepat, nampaknya merasa lega, tanpa berkata
apa-apa lantas berlalu. Perbuatan Ho Hay Hong tadi, maksudnya ialah hendak
menunjukkan kepada lawannya bahwa ia tidak paham
faham ilmu pedang terbang. Pemuda baju putih yang
tidak banyak pikir, benar saja dapat dikelabui matanya.
Ho Hay Hong melihat Sam suhengnya itu kembali
kerumah Kan lui Kiam khek, tidak berani berlaku ayal
lagi, dengan gencar ia mengejar, sebentar kemudian
sudah benda di medan pertempuran. Tetapi ia tidak
mengetahui dengan tepat siapa kawan.
Selagi dalam keadaan bingung, mendadak tampak
Toan bok Bun Hwa menggapai dirinya, nona itu sedang
dikepung oleh tiga orang laki-laki bermuka hitam, yang
saat itu hampir roboh ditangan musuhnya karena
perhatiannya ditunjukan kepada Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong lompat setinggi dua tombak, dengan
satu gerakan sepasang burung elang menyerobot air,
dua kakinya menyerang dua laki-laki yang mengepung
Toan bok Bun Hwa. Sementara itu mulutnya bertanya
dengan suara perlahan. "Mana satu adalah ayahmu"
Siapa, siapa yang menjadi musuhmu."
Toan-bok Bun Hwa mendapat kesempatan mengaso,
segera menjawab sambil menunjuk.
"Itulah ayah." Ho Hay Hong melihat seorang laki-laki berusia kira-kira
empat puluhan, mukanya bersih, berpakaian ringkas,
matanya bersinar tajam, saat itu sedang dikepung oleh
empat musuh-musuhnya yang semua berpakaian warna
biru. Meskipun menghadapi empat musuh, tetapi orang tua
itu dapat melawan dengan gagah berani, tidak ada
tanda-tanda ia akan kalah.
"Kekuatan tenaga dalam ayahmu sungguh hebat."
demikian Ho Hay Hong berkata sambil menganggukkan
kepala. "Orang-orang berpakaian warna biru itu, semua
adalah orang orang golongan kawa-kawa, pemimpinnya
sendiri kini belum unjuk muka, tidak lama lagi barangkali
akan tiba." berkata Toan bok Bun Hwa.
Sedang matanya menyapu keadaan disekitarnya, tibatiba
ia berkata lagi. "Ho sianseng, pemuda baju putih itu sudah mendekati
ayah. Kini." Tangan kiri Ho Hay Hong mendorong lawan yang
berada dekat dengannya, sehingga orang itu
sempoyongan mundur tiga langkah, kemudian ia lompat
menyerbu pemuda baju putih tanpa berkata apa-apa,
lalu menyerang dengan tangan kosong.
Kan lui Kiam khek memandangnya sejenak, sinar
matanya menunjukkan perasaan heran.
"Apakah siauhiap orang yang diundang oleh Cie-lui
Kiam-khek" " demikian ia bertanya.
Ho Hay Hong hanya menganggukkan kepala,
tangannya terus bergerak, jari tangan kiri monotok jalan
darah Siang Gung badan pemuda baju putih, tetapi
pemuda baju putih itu juga menggerakkan tangannya,
lima jari tangannya mengancam batok kepala Ho Hay
Hong. Ia tahu bahwa ini adalah salah satu dari gerak tipu
ilmu serangan Naga emas yang paling dahsyat, maka ia
tidak berani berlaku gegabah. Dengan cepat ia
membalikkan badan kebelakang, menghindarkan
serangan tersebut, namun hembusan angin yang keluar
dari tangan, yang lewat di mukanya, masih terasa
sakitnya. Tiba-tiba ia menggunakan suara serak yang di buatbuat
berkata kata: "Apakah kau masih ada muka bertempur lagi?"
"Apa maksudmu?" tanya pemuda itu heran.
"Heh heh! Kalau kau tetap membandel aku nanti akan
beritahukan maksud kedatanganmu kepada Kan lui Kiam
khek, aku lihat kau masih ada muka atau tidak?"
"Kau mengaco belo, kedatanganku ialah hendak
membantu mengusir musuh!" berkata pemuda itu gusar.
"Hm! Kalau kau hendak bantu mengusir musuh,
mengapa tidak lantas membunuh, satu dua musuh untuk
diperlihatkan kepada tuan rumah?" berseru Ho Hay Hong dingin. "Jangan menipu orang, tahukah kau bahwa
tentang rahasiamu kini sudah diberitahu oleh Naga
lengan satu"!" Sesudah berkata, ia maju menghampiri dan
mementangkan lima jari tangannya, mengancam lima
jalan darah pemuda baju putih.
Pemuda baju putih mundur selangkah dan berkata
dengan suara keras: "Siapa kau sebenarnya?"
Ternyata pemuda baju putih itu telah mendapat
kesan, bahwa serangan yang digunakan oleh lawannya
yang berkerudung itu mirip benar dengan ilmu silat
golongannya Khun goan Sam kay, namun disamping itu,
juga bagian-bagian berikutnya merupakan gerak tipu
campuran, entah dari golongan mana. Diam-diam ia
mulai mencurigai asal-usul diri lawannya itu.
Karena Ho Hay Hong tidak memberi jawaban, kembali
menggunakan salah satu gerak tipunya yang paling
berbahaya dalam ilmu silatnya, ilmu pukulan tangan
naga emas, jari tangannya mencakar muka Ho Hay
Hong. Serangan sederhana itu mengandung kekuatan tenaga
dalam sangat hebat Ho Hay Hong miringkan kepalanya
mengelakkan serangan tersebut, tangan kiri menyodok
kedepan dengan secara berani menutup tangan
lawannya. Gerak tipu biasa itu, kalau digunakan dalam waktu
biasa, tidak nampak kedahsyatan tetapi digunakan untuk
menghadapi serangan serupa itu. sangat menakjubkan,
hingga jangan harap pemuda baju putih dapat segera
mengetahui asal usul dari gerak tipu serangannya.
Ho Hay Hong tahu bahwa Sam suhengnya itu sudah
timbul curiga. Kembali ia menggunakan suara yang
dibikin-bikin sambil tertawa dingin.
"Bukankah aku sudah beritahukan padamu bahwa
aku." berkata sampai disitu, mendadak ia mendapatkan
satu akal maka ia lantas rubah: "baiklah, karena kau
mendesak terus hendak mengetahui asal-usulku. Dan
kalau aku merahasiakan diriku terus menerus, rasanya
juga kurang pantas, salah-salah bisa dikatakan orang
bahwa aku takut padamu!"
Ia sengaja berdiam dulu sebentar kemudian berkata
pula sambil tertawa dingin "tuan besarmu selalu tidak akan merubah nama, aku adalah murid kepala Lam kiang
Tay bong, Tang siang Su cu. Aku berani mempermainkan
kau, sudah tentu karena aku tidak takut kau akan
menuntut balas. Heh! Aku ingin melihat kau masih
mempunyai keberanian atau tidak?"
Dipermainkan demikian rupa, pemuda baju putih itu
sangat mendongkol, katanya:
"Tang siang Sucu, kau perlakukan aku demikian tidak
tahu aturan, selama aku masih bernyawa, pasti tidak
akan tinggal diam,kau tunggu saja!"
Karena ia merasa bahwa rahasia sendiri sudah berada
di tangan orang, kalau berdiam lebih lama, mungkin
tidak menguntungkan dirinya, maka lantas berlalu begitu
saja. Ho Hay Hong tidak menduga dengan mudah dan
berhasil menghentak kabur Sam suhengnya, dalam hati
ia merasa girang. Ia berkata kepada diri sendiri. "Muka dan potongan Tang siang Su cu sangat mirip denganku,
kali ini aku sengaja menggunakan namanya untuk
menggertak Sam suheng, biar Sam suheng dikemudian
hari kalau berjumpa dengannya, kecurigaannya akan
hilang sendiri" Pada saat itu. tiba-tiba terdengar suara siulan
menggema diudara. Ia pasang mata, mencari-cari siapa
orangnya yang mengeluarkan siulan itu.
Diatas tembok pagar tinggi sebelah timur, tampak
berdiri tiga orang, salah satu diantaranya, mempunyai
bentuk luar biasa, hidungnya melengkung, matanya sipit,
rambutnya putih meletak bagaikan perak, memakai
pakaian jubah panjang warna merah darah, sedangkan
badannya pendek dan kurus, tapi kaki dan tangannya
panjang luar biasa. Begitupun kepalanya, luar biasa besarnya, hingga
sepintas lalu mirip dengan kawa-kawa. Orang itu adalah
pemimpin golongan kawa-kawa Tie cu Sin kun!
Dikanan kiri Tie-cu Sin kun, adalah dua laki-laki tua
yang mempunyai badan seperti raksasa, kekuatan tenaga
mereka juga sangat mengejutkan.
Tie cu Sin kun yang berbadan pendek kurus, berdiri
ditengah dua raksasa, seperti anak kecil berusia tiga
tahun berdiri disamping orang tuanya, setapakpun tidak
berani berpindah dari tempat berpijaknya.
Dengan munculnya tiga orang luar biasa itu, semua
orang-orang berpakaian warna biru yang sedang
bertempur mendadak menghentikan pertempuran dan
mengundurkan diri, kecuali berkobarnya api yang
membakar gedung Kan lui Kiam khek, tidak terdengar
suara orang bertempur lagi.
Dengan muka sedih Kan lui Kiam khek mengawasi
bekas kediamannya yang sudah dimusnahkan oleh api.
Gedung dan pekarangannya yang di bangun dengan
keringat selama hampir seumur hidupnya, kini telah
musnah dalam waktu sekejap mata di hadapan matanya
sendiri. Bagaimana ia tidak sedih"
Ho Hay Hong diam-diam menghitung orang-orang di
pihaknya sendiri, kecuali Kan lui Kiam khek dan putrinya.
Hanya ada tiga orang tua berkumis pendek, seorang
pelajar pertengahan umur dan tiga pemuda berbadan
tegap, berpakaian warna kuning.
Sedangkan pihak musuh, kecuali Tie cu Sin kun yang
paling susah dihadapi, masih ada tujuh belas orang kuat
dari golongan rimba hijau. Jelas kekuatan kedua belah
pihak mempunyai perbedaan yang sangat menyolok,
rasanya sudah dapat dibayangkan, bagaimana sulitnya
keadaan Kan lui Kiam khek.
Sebentar ia mengawasi berkobarnya api, diam-diam
berpikir: "Kan lui Kiam khek meskipun tidak mempunyai
hubungan apa-apa denganku, tetapi dilihat dari sepak
terjang Tie cu Sin-kun yang sangat ganas ini, mau tidak
mau aku harus turun tangan"
Toan bok Bun Hwa diam-diam menghampiri dan
berkata. "Ho sianseng, apakah paman Su to membawakan kau
pesan lain lagi?" Ho Hay Hong memandang padanya. Dari sikap sinona,
ia segera dapat menduga apa yang terkandung dalam
pertanyaannya. Ia sebetulnya ingin menjawab, ia sendiri
hampir tidak sanggup mempertahankan kedudukannya
tetapi kata-kata yang sudah sampai diujung bibir,
ditelannya lagi, kemudian katanya:
"Aku dapat memahami perasaanmu pada saat ini.
Meskipun aku sendiri tidak dapat memperbaiki keadaan
yang sedang kita hadapi, tetapi aku bersedia sekuat
tenaga untuk memberi perlawanan sehingga titik darah
terakhir. Jikalau betul betul sudah tidak sanggup, aku
sendiri juga tidak bisa berbuat apa-apa."
Dengan pandangan mata dari seorang yang sudah
putus asa, Toan bok Bun Hwa berkata dengan suara
sedih: "Aih, paman Su to benar benar tidak memahami
kesulitan ayah." Ho Hay Hong mendadak tidak sadar, katanya:
"Dia mengirim aku datang kemari, sudah merupakan
usahanya yang paling besar, yang ia dapat lakukan.
Kalian tidak akan dapat memahami keadaannya,
sekarang ini ia sudah dikurung oleh Tan Siang Su cu!"


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Toan bok Bun Hwa membuka mata lebar-lebar "Apa"
Apakah paman Suto juga.... ?" ia tidak dapat
melanjutkan kata-katanya, pikirannya sudah kalut,
banyak urusan ia tak dapat memikirkan lagi. katanya
pula sambil menghela napas pelahan:
"Sudahlah, kita semua sedang menghadapi nasib
buruk, perlu apa mengharapkan yang bukan-bukan. Ho
sianseng, demikian besar perhatianmu terhadap kita, aku
tidak tahu bagaimana harus mengucapkan terima kasih
padamu." "Kau tidak perlu mengucapkan terima kasih padaku,
aku adalah orang yang dikirim kemari oleh Su to tayhiap,
seharusnya kau mengucapkan terima kasih padanya!"
Sehabis berkata, ia lantas berlalu dengan perasaan
sedih, ia memikirkan tanggungannya sendiri, agaknya
semakin lama semakin berat.
Mata Tie cu Sin kun yang tajam menyapu semua
orang sejenak, tiba-tiba berkata:
"Toan bok Tayhiap. sekarang kau sudah menghadapi
jalan buntu, mengapa tidak segera menyerahkan kitab
pusaka mu Rajawali sakti,supaya aku tidak perlu turun
tangan membunuh kalian."
"Tie cu Sin kun, ucapanmu ini sesungguhnya terlalu
menghina orang, aku hanya tahu bahwa barang pusaka
peninggalan orang tua, harus disimpan oleh
keturunannya, belum pernah dengar ada aturan, kalau
orang tidak mau menyerahkan barangnya, lantas mau
dibunuh seluruh rumah tangganya. Tie cu Sin-kun, kau
perintahkan orang-orangmu membakar rumahku,
melukai orang-orangku, permusuhan kedua fihak sudah
sedemikian dalam, apa kau kira dapat dibereskan dengan
sepatah dua patah kata saja" Permintaanmu ini, tidak
akan ku terima !" berkata Kan lui Kiam khek.
"Ha ! Ha ! Sedangkan binatang semut saja, masih
sayangi jiwanya, apalagi manusia" Toan-bok Tayhiap,
sekalipun kau tidak memikirkan dirimu sendiri, kau juga
harus memikirkan orang-orangmu dan keluargamu.
Harus kau ketahui, begitu aku mengeluarkan perintah,
tidak dapat dibayangkan bagaimana akibatnya, nanti kau
tidak keburu menyesal!" berkata Tie cu Sin kun sambil tertawa terbahak-bahak.
"Iblis tua, perbuatanmu ini tidak beda dengan
binatang, jangan bangga satu hari kelak akan ada orang
yang mengambil batok kepalamu!" berkata Toan bok Bun
Hwa. "Nona kecil, kau tentunya anak perempuan Toan bok
Tayhiap" Kau tidak perlu khawatirkan diriku, aku dapat
menjaga diriku, aku dapat menjaga diriku sendiri sebaikbaiknya."
berkata Tie cu Sin kun sambil tertawa besar.
Ho Hay Hong tiba-tiba berkata. "Toan bok Tayhiap,
pertempuran ini sudah tidak dapat dielakan lagi,
mengapa tidak minta ia lekas menyebutkan caranya?"
Kata-kata Ho Hay Hong ini sudah merupakan satu
tantangan, sehingga suasana yang memang sudah
tegang, bertambah tegang Tie cu Sin kun tidak menyangka bahwa fihak lawannya
yang sudah berada dijalan buntu, ternyata masih ada
orang yang berani menyatakan perang padanya, lalu
matanya terus menatap wajah anak muda itu tanpa
berkedip. Karena muka Ho Hay Hong ditutupi oleh kerudung
sobekan bajunya, nampak semakin misteri, dengan
sendirinya tidak berani berlaku gegabah. Ia berkata
kepada raksasa di sebelah kirinya:
"San ceng siu, orang itu tidak berani menunjukkan
wajah aslinya kepada orang, kau harus waspada
kepadanya, jangan sampai mendapat kesempatan
mengeruhkan keadaan."
Raksasa yang disebut San ceng siu itu hanya
mengeluarkan siulan dari mulutnya. Badannya bergerak,
sebentar kemudian, tubuhnya yang seperti kingkong itu
sudah berdiri tegak di tengah taman, semua terheran,
sungguh tidak disangka seorang yang bertubuh bagaikan
raksasa memiliki ilmu meringankan tubuh demikian
hebat. Dari sini dapat diduga bahwa Tie cu Sin kun
bukanlah orang sembarangan.
Pemimpin golongan Kawa-kawa itu kembali berpaling
dan berkata kepada raksasa di sebelah kanannya:
"Bok khek siu, kau juga harus menjaga keras Kan lui
Kian khek, jangan sampai mendapat kesempatan
memusnahkan kitab yang di sakunya karena sudah buntu
jalan. Kitab ini besar sekali artinya bagiku, sekali-kali
tidak boleh dimusnahkan. Mengertikah kau maksudku?"
"Apa Sin kun hendak menggunakan kekerasan."
bertanya Bok khek siu. Tie cu Sin kun tertawa terbahak-bahak, memoyong
ucapan Bok khek siu yang bagaikan gertakan, katanya
sambil mengulapkan tangannya:
"Jangan. jangan banyak bicara lagi."
Badan Bok khek siu tidak tampak bergerak, tapi
tubuhnya yang besar, tahu-tahu sudah berada di
hadapan Kan lui Kiam khek. Dengan sendirinya Kan lui
Kiam khek dikejutkan oleh kedatangan raksasa itu.
Dengan cepat ia menutup dadanya dengan kedua
tangannya dan mundur selangkah.
Ho Hay Hong dengan langkah lebar menghampiri
seorang seperti bangsa pelajar berpenyakitan kemudian
bertanya padanya: "Kau pikir hendak memilih pertempuran cara
bagaimana ?" Wajah pelajar pertengahan umur yang seperti
berpenyakitan itu menjawab acuh tak acuh:
"Lihat saja, kalau saatnya sudah tiba baru memilih
rasanya juga masih belum terlambat !"
Mendengar nada suaranya yang seperti tidak
bersemangat itu. Ho Hay Hong menggeleng-gelengkan
kepala dan berkata: "Kau agaknya kurang enak badan, aku lihat beberapa
orang berpakaian warna biru itu lebih mudah dihadapi,
biarlah kau saja yang membereskan mereka!"
Orang itu tersenyum, tidak berkata apa-apa. Tapi
ketika empat orang berpakaian biru lari menghampirinya,
mulutnya mendadak mengeluarkan suara bagaikan
geledek: "Kawanan tikus, kau berani!"
Lengan jubahnya digerakkan, kekuatan tenaga
dalamnya yang hebat, menyerang ke-empat orang itu.
Empat orang itu lompat kesamping, tidak berani
menyambut. Ho Hay Hong yang menyaksikan kejadian
itu diam-diam merasa heran. Waktu itu menengok
kepadanya lagi, sepasang matanya yang tadi seperti
mata orang sakit kini mendadak bercahaya terang,
hingga ia tertawa sendiri, wajah berpenyakitan ternyata
memang sudah pembawaannya.
"Toan bok Tayhiap, aku masih memberi kesempatan
untuk kau berpikir masak-masak, kalau tidak mau
menurut, aku nanti akan mengeluarkan perintah untuk
membasmi serumah tanggamu." berkata Tie-cu Sin kun
kepada Kan lui Kiam-khek.
"Kau boleh berbuat sesukamu, aku Kan-lui Kiam khek
tidak sudi berdamai dengan musuh." menjawab Kan lui
Kiam khek gusar. Tie cu Sin kun marah, segera mengeluarkan perintah
kepada orang-orangnya mulai bertindak.
Mendengar perintah itu, orang-orang dari golongan
kawa-kawa dengan serentak bergerak, hingga keadaan
menjadi kalut. Tiga orang bertubuh besar memburu Toan
bok Bun Hwa, sedang sekelompok orang orang
berpakaian biru menyerbu tiga orang tua kumis pendek.
Kan lui Kiamkhek lompat tinggi, sebelum musuhnya, ia
sudah turun tangan lebih dulu. dengan menggunakan
ilmu silatnya golongan Coan lam pay yang terampuh
menyerbu kedalam barisan Sam thay tio yang terdiri dari
lima orang. Dalam waktu singkat barisan itu sudah dipukul pecah,
hingga buru-buru undurkan diri.
Bok khek su dengan kegesitannya yang luar biasa,
sebentar sudah berada dihadapan Kan-lui Kiamkhek.
Jago pedang itu merasakan serangan dari hembusan
angin yang hebat, pandangan matanya mendadak
menjadi kabur, ia buru-buru lompat mundur, ternyata
Bok khek siu berdiri didepan matanya.
Ia tahu benar bahwa musuhnya itu adalah satu
pahlawan terkuat Tie cu Sinkun, yang memiliki
kepandaian sangat tinggi, maka ia tidak berani berlaku
gegabah. Dengan cepat ia menghunus pedangnya, tanpa
banyak omong sudah menyerang musuhnya.
Dengan berani Bok khek sin menangkis serangan itu
dengan tangan kirinya, Kan lui Kiam khek yang sudah
banyak pengalaman, segera dapat mengenali gerak tipu
apa yang digunakan oleh musuhnya, dengan cepat ia
rubah gerakannya, serangannya ditujukan ke arah lain.
Sementara itu Ho Hay Hong yang belum mendapat
lawan, melihat Toan bok Ban Hwa dikeroyok oleh tiga
musuh, buru-buru lari kepadanya untuk memberi
bantuan. Dengan satu gerak tipu yang sangat aneh, ia
menyerang salah satu musuh Toan bok Bun Hwa yang
terdekat, karena serangannya yang tidak terduga-duga,
lagi pula cepat luar biasa, musuhnya terperanjat, dalam
keadaan tergesa-gesa balas menyerang dengan golok
besarnya. Tapi perbuatan musuhnya itu memberikan
kesempatan bagi Ho Hay Hong untuk melancarkan
serangannya lebih jauh, golok ditangan musuh terbang
keudara, pergelangan tangan tertendang oleh kakinya
hingga musuhnya terhuyung-huyung dan jatuh ditanah.
Ho Hay Hong lompat tinggi, tangannya menyambar
golok musuhnya yang terbang ketengah udara, ditengah
udara golok itu berputaran sebentar, kemudian menurun
kebawah. Pada saat itu, Sun Teng siu telah menghampiri dengan
langkah lebar. Ho Hay Hong yang mendengar suara
angin, tangannya dengan cepat menyambar golok yang
terbang menurun dan digunakan untuk menyontek.
Tapi sebelum bacokannya itu mengenai sasarannya,
tiba-tiba golok terlepas dari tangannya, ketika ia
berpaling, segera berhadapan dengan San beng siu
siraksasa. Ia tidak dapat membantu Toan-bok Bun Hwa lagi,
karena ia hendak mencoba kekuatan si raksasa itu, entah
sampai dimana kekuatan tenaga dalamnya.
Diam-diam ia mengerahkan kekuatan tenaga
dalamnya dan didorong melalui kepalan tangannya.
San-ceng siu memandang dengan matanya yang tidak
bersinar ketika serangan Ho Hay Hong hendak
mengenakan badannya, ia agaknya baru sadar dirinya
sedang diserang. Lengannya yang besar bergerak, suatu
kekuatan tenaga dalam yang sangat hebat meluncur
keluar mendorong mundur Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong diam-diam berpikir: "orang ini benarbenar
memiliki kekuatan tenaga dalam sangat hebat, tapi
nampaknya kurang gesit hingga gampang diperdayakan."
Pikiran itu sepintas lain terlintas dalam otaknya,
sepasang tangannya dengan cepat sudah melakukan
serangan lagi. San ceng siu tetap mengawasinya dengan matanya
yang tidak bersinar, tetap menggunakan tangannya
untuk menyambut serangan Ho Hay Hong.
Setengah jalan, Ho Hay Hong mendadak merubah
gerak tipunya, ia menggunakan dua gerak tipu dalam
ilmunya Khun hap Sam-kay,hembusan angin kuat
menggempur dada si raksasa.
Kalau San ceng sin masih seperti pertama, lengannya
yang sangat lambat menyambut serangan lawannya, Ho
Hay Hong segera merubah serangannya dengan
menggunakan jari tangan, untuk menotok jalan darah
Siang seng hiat. Apabila totokannya itu berhasil, biarpun dewa juga
akan binasa. Tetapi, kali ini Sat-ceng siu mendadak sangat gesit,
sepasang lengan tangannya yang besar, nampaknya
berat, tetapi kalau bergerak, ternyata gesit sekali. Ho
Hay Hong segera dapat merasakan betapa hebat
kekuatan tenaga yang keluar dari tangan raksasa itu.
Dengan cepat ia menarik kembali serangannya dan
lompat mundur jauh-jauh. Saat itu ia baru sadar, bahwa gerak lambat yang
semula diperlihatkan oleh si raksasa itu tadi, tak lain dan tak bukan, ialah untuk memancing musuhnya masuk
perangkap, kemudian diserangnya dengan hebat.
Ia sendiri semula tidak menduga siasat si raksasa itu,
hampir saja terjebak oleh akal busuknya. Kini setelah
dipikir, diam-diam ia mengucurkan keringat dingin.
Dari sini ia dapat menarik kesimpulan, bahwa si
raksasa itu bukan saja berkepandaian tinggi, tapi juga
berwatak ganas kejam. Seorang yang diluarnya demikian
kasar dan bodoh, ternyata memiliki sipat demikian buas
dan kejam, ini paling mudah membuat lawannya
terjebak. Orang-orang semacam ini benar-benar sangat
berbahaya. Menggunakan kesempatan selagi ia lompat mundur, ia
meninjau seluruh keadaan medan pertempuran. Kecuali
pelajar pertengahan umur yang berkepandaian tinggi dan
sangat berani, dengan seorang diri melawan empat
musuh, dan tokh masih nampak lebih unggul, kawankawan
yang lainnya semua sudah berada dalam posisi
terjepit, terutama Toan bok Bun Hwa, yang keadaannya
paling berbahaya. Meskipun ia tadi sudah merobohkan salah seorang
musuhnya, tapi tiga musuh yang mengeroyok padanya,
masih tetap membuat si nona itu tidak berdaya.
Ia kini mulai menimbang kekuatan musuh dan


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kekuatan fihak sendiri. Pihak musuh masih ada seorang
yang berkepandaian tinggi sekali, yang masih belum
bertindak, sedang dipihaknya sendiri sudah mulai
berantakan. Kalau saja kemenangan sudah terbayang di
tangan musuh, mungkin jiwa orang-orang di pihaknya
juga tidak terjamin semua.
Tiba-tiba ia ingat kepada kepandaian ilmu silatnya
sendiri, mengapa tidak menggunakan ilmu pedang
terbangnya untuk membantu Toan bok Bun Hwa" Begitu
pikiran itu terlintas dalam otaknya, ia lantas bertanya
kepada San ceng sin: "Beranikah kau menyambut pedang terbangku?"
San ceng sin yang sudah mencoba kekuatan tenaga
dalam Ho Hay Hong, telah mengetahui bahwa kekuatan
anak muda itu masih selisih jauh dengannya, maka
lantas menjawab tanpa dipikir lebih dulu:
"Mengapa tidak berani" Kau keluarkan saja semua
kepandaiannya!" Ho Hay Hong sengaja mengeluarkan suara dihidung
dulu, baru berkata: "Sekarang aku tidak membawa pedang, hingga aku
tidak dapat menundukkan kau, benar-benar sangat
menyesal!" Sehabis berkata, ia sengaja menarik napas panjang
dan menggoyang-goyangkan kepala.
Mendengar ucapan jumawa itu. San ceng-siu sangat
marah, katanya: "Kalau begitu, aku tunggu kau mengambil pedangmu!"
"Baik! demikian kita tetapkan!" berkata Ho Hay Hong kegirangan.
Ia mendapat kesempatan melepaskan diri dari
lawannya yang tangguh. lantas menghampiri Toan Bok
Bun Hwa. Dengan tiba-tiba membuka serangan dengan
menggunakan dua tangan menyerang berbareng kepada
dua musuh Toan bok Bun Hwa, setelah itu ia berkata
dengan tergesa-gesa. "Lekas pinjamkan pedangmu padaku!"
Toan bok Ban Hwa segera lompat mundur dengan
cepat menyerahkan sebatang pedang berikut sarungnya,
Ho Hay Hong menyambuti pedang dari tangan Toan bok
Bun Hwa, tangan yang lain digunakan untuk menotok
jalan darah Sam lie hiat badan seorang musuh yang
memburu Toan bok Bun Hwa.
Musuh yang tidak keburu menyingkir itu, kontan
tertotok jalan darahnya, hingga seketika itu berdiri tegak bagaikan patung.
Toan bok Bun Hwa melirik sejenak kepada si anak
muda, kemudian terjun lagi ke medan pertempuran
untuk melawan dua musuhnya lagi.
Ho Hay Hong berkata padanya.
"Kau harus berusaha keras mempertahankan dirimu,
jangan membuat orang lain merasa khawatir!"
Toan bok Bun Hwa yang mendengar perkataan itu,
tiba-tiba dapat merasakan maksud yang terkandung
dalam ucapannya, hingga kedua pipinya merah seketika.
Entah darimana datangnya tenaga, dalam
pertempuran selanjutnya, dengan cepat Toan bok Ban
Hwa sudah berhasil mendesak dua lawannya, sehingga
terus menerus. Ho Hay Hong juga tidak mengerti apa sebabnya,
dengan perasaan heran ia membalikkan badannya, selagi
hendak menghampiri San ceng siu lagi, si raksasa itu
sudah menghampiri sendiri dengan marah-marah,
katanya dengan suara keras:
"Heh, bocah, kau berani mengingkari janji, aku akan
patahkan lehermu!" Ho Hay Hong tertawa menyeringai, dengan
menghunus pedangnya ia berkata:
"Jangan banyak bicara!"
Secepat kilat pedangnya bergerak mengarah perut si
raksasa yang mendekat. Dengan beruntun San ceng sio menggerakkan
tangannya sampai tiga kali, setiap kali dari bawah
menyampok keatas, serangan itu benar-benar sangat
aneh. Ho Hay Hong merasa ujung pedang tertekan hebat,
hampir tidak dapat menggerakkan.
Sambil tertawa besar San ceng siu maju mendesak,
Ho Hay Hong tiba-tiba merasa kabur matanya, entah
sejak kapan, tangan besar lawannya sudah berada
dihadapan matanya. Ia berusaha sekuat tenaga untuk
melepaskan diri dari tekanan musuh, dengan
menggunakan jurus-jurus dari gerak tipu ilmu silatnya
Khun hap San kay menyerang kepada musuhnya.
Dengan tiba-tiba dari arah selatan terdengar suara
jeritan ngeri, Ho Hay Hong dan San ceng siu sama-sama
berhenti bertempur, untuk menyaksikan apa yang telah
terjadi. Kemudian ternyata bahwa tiga orang laki-laki tua
berkumis pendek dari fihak Kan lui Kiam khek, salah satu
diantaranya mundur terhuyung-huyung sambil menekap
mukanya dengan kedua tangannya, darah mengucur
keluar dari sela-sela jari tangannya.
Dua yang lainnya, pakaiannya hancur, rambutnya
awut-awutan, wajah sangat bengis.
Apa yang mengherankan Ho Hay Hong ialah: Bok khek
siu, salah satu raksasa yang tadi bertempur melawan Kan
lui Kiam khek, entah sejak kapan, sudah ganti lawan.
Orang orang baju biru yang semula bertempur dengan
tiga laki-laki tua berkumis pendek tadi. Kini mengertilah
dia, bahwa tiga laki tua berkumis pendek itu sampai
mengalami kekalahan hebat bukan lain karena ganti
lawan! Ho Hay Hong yang menyaksikan kejadian itu, tidak
terkendalikan hawa amarahnya, dengan mengeluarkan
suara bentakan keras, pedang meluncur keluar dari
tangannya. Dengan mengeluarkan sinar berkilauan pedang itu
terbang meluncur kearah Bok khek sin yang sedang
membanggakan kemenangannya. Ketika menyaksikan
pedang itu meluncur ke arahnya, wajahnya berubah
seketika dengan cepat mengeluarkan seluruh kekuatan
tenaganya menyampok pedang terbang itu.
Ho Hay Hong mendengus, hawa putih bagaikan kabut
keluar dari mulutnya, pedang yang berterbangan
memburu mangsanya, memancarkan sinar semakin
terang dengan menembus hembusan angin tenaga
dalam Bok khek Sin terus menikam.
Bukan kepalang terkejutnya Bok khek-Siu buru-buru
menjatuhkan dirinya kebelakang. sehingga tubuhnya
yang gemuk rebah terlentang ditanah. Dengan demikian,
pedang itu meluncur melewati dirinya, meskipun tidak
kena, tetapi hal itu sudah menggemparkan medan
pertempuran, hingga semua orang yang sedang
bertempur, lantas menghentikan pertempurannya.
Semua mata ditujukan kepada pedang yang
berterbangan ditengah udara bagaikan naga terbang
benar-benar merupakan suatu ilmu kepandaian luar
biasa. Ketika Bok khek Siu bangun lagi, wajahnya merah
padam, jelas bahwa dalam satu gebrakan itu ia sudah
kehilangan muka benar-benar. Belum lagi hilang rasa
kagetnya belakang dirinya merasa ada sambaran angin.
Ia buru-buru menengok, sambaran angin itu ternyata
adalah pedang terbang itu juga. Seperti orang yang
menghadapi setan, semangatnya terbang seketika.
Karena keadaan sudah mendesak, terpaksa lompat tinggi
untuk mengelakkan serangan pedang
Dua kali pedang itu tidak mengenai sasarannya
kekuatan serangannya agak berkurang dan akhirnya
berputar kembali ketangan pemiliknya. Ho Hay Hong
juga sudah menggunakan kekuatan tenaga terlalu
banyak, kalau bukan sudah mempunyai dasar cukup
kuat, barang kali ia sudah jatuh roboh ditanah.
Kepandaian ilmu menggunakan pedang terbang itu
segera menggemparkan semua orang-orang golongan
Kawa-kawa, termasuk Tie cu Sinkun sendiri.
Bagi mereka yang mengetahui tidak dapat meloloskan
diri dari ancaman pedang terbang, diam-diam tidak
melakukan serangan terhadap musuhnya lagi, karena
mereka takut akan diserang oleh pedang terbang
pemuda baju hijau itu . Tie cu Sin kun tidak bisa tinggal diam lagi, dengan
gerak secepat kilat, ia sudah berada dihadapan Ho Hay
Hong dan berkata padanya sambil tertawa dingin:
"Kepandaian ilmu pedang terbang jago muda ini,
benar-benar sangat mengagumkan. Hanya aku belum
tahu, kau dari golongan Ngo bie pay atau bukan "
Tentang ini harap kau suka memberi jawaban padaku
yang sejujurnya !" "Kuberitahukan padamu juga tidak ada gunanya."
menjawab Ho Hay Hong. "Apa kau anggap aku seorang yang tidak ada gunanya
" " Pada saat itu, tiba tiba terdengar suara gemuruh,
gedung besar dan megah kediaman Kan lui Kiam khek
telah roboh. Kan lui Kiam khek menyaksikan gedungnya yang
dibangun dengan susah payah, ternyata sudah ludes
dalam waktu sekejap mata. Air matanya mengalir keluar,
dengan hati gemas ia berkata:
"Tie cu Sio kun, semua ini adalah perbuatanmu dan
orang-orangmu yang kejam, gedung yang kubangun
dengan keringatku sendiri selama sepuluh tahun,
sekarang telah kau bikin rata dengan bumi. Apa salahku
terhadapmu " Dendam ini kalau tidak dicuci dengan
darahmu, tidak akan habis !"
Tie cu Sin kun tertawa dingin, tanpa menoleh
sedikitpun juga, terus melanjutkan tindakannya ia maju
dua langkah, tangannya menyambar tangan Ho Hay
Hong. Dua orang terpisah kira-kira tiga kaki, kalau bagi
orang biasa, dengan jangkauan tangan, tidak akan dapat
menyentuh tangan Ho Hay Hong, tapi tangan dan kaki
Tie cu Sin-kun yang luar biasa, kalau ia mengulurkan
tangannya, dapat mencapai jarak tiga kaki lebih.
Ho Hay Hong terkejut menyaksikan gerakan itu, buruburu
lompat mundur. Sebentar kemudian, tiba-tiba ia dikaburkan pandangan
matanya oleh gerak tangan Tie cu Sin kun yang luar
biasa, gerakan itu nampaknya sangat sederhana, tetapi
menimbulkan bayangan yang beribu. Ia tahu bahwa
serangan itu mengandung gerak tipu yang sangat
berbahaya dan tidak mudah disambut, maka ia terpaksa
loncat mundur lagi. Tetapi matanya kembali dikaburkan oleh sebuah
kepala besar yang tahu-tahu berada dihadapan matanya.
Tak dapat dicegah lagi, matanya beradu dengan mata
besar itu. Ho Hay Hong terkejut, buru buru menundukkan
kepala, tetapi pada saat itu, pergelangan tangannya
sudah tercekal oleh tangan musuhnya.
Ia coba meronta dengan sekuat tenaga, tetapi tidak
berhasil, sebaliknya ia sendiri yang terbetot oleh suatu
kekuatan tenaga sangat kuat. hingga jatuh ngusruk
kedepan. pedang terlepas dari tangannya dan jatuh
ditanah. Dalam keadaan seperti itu, telinganya seperti
mendengar suara jeritan: "A ya ia dianiaya oleh siiblis."
Tatkala ia angkat muka, orang yang mengeluarkan
suara jeritan itu adalah Toan-bok Bun Hwa.
Sementara itu, iapun tahu bahwa saat itu semua
orang sudah berhenti bertempur, mata mereka sedang
ditujukan kepada dirinya. Jatuhnya kali ini, membuat
malu dan marah, dengan tanpa banyak pikir lagi, tangan
kirinya lantas bergerak menyerang Tie-cu Sin kun.
Tie cu Sin kun mempererat genggamannya, hingga Ho
Hay Hong merasakan pergelangan tangannya seolaholah
akan remuk, rasa sakit mencekam hatinya.
Karena perlawanannya itu menimbulkan penderitaan
hebat baginya, ia tidak berani mengulangi lagi.
"Aku sudah menggunakan kekuatan tenaga dalam
untuk menekan urat nadimu, kalau kau tidak mau dengar
kata-kataku dan masih berkepala batu, jangan sesalkan
aku berlaku kejam!" berkata Tie cu Sin kun dingin.
Ho Hay Hong menundukkan kepala, tidak berani
memandang mata lawannya. "Kau mau apa" tanyanya perlahan.
Tie cu Sin kun tetap tidak menjawab, berpaling dan
berkata dulu kepada San ceng siu.
"Jangan menonton keramaian disini, lekas ambil batok
kepala Kan lui Kiam khek!"
San ceng siu menerima baik perintah itu. Kemudian
Tie cu Sin kun berkata kepada Ho Hay Hong.
"Kau bermusuhan dengan golongan Kawa-kawa,
bahkan menutup mukamu dengan kain, ini pasti ada
sebabnya. Aku harus melihat dulu wajahmu, kemudian
baru menetapkan dosanya!"
Kerudung kain ditariknya, selembar muka yang
tampan terbentang dihadapannya, tetapi, muka pemuda
itu ternyata belum pernah di kenalnya, maka lantas
berkata lagi. "Kau ini rasanya tidak ada rasa permusuhan apa apa
dengan golongan Kawa-kawa mengapa memusuhi orangorang
golongan Kawa-kawa dengan menutup muka?"
"Terdorong oleh perasaan keadilan dan atas
kemauanku sendiri aku membantu Kan lui Kiam khek. Ini
adalah kebebasanku sendiri, kau tidak perlu campur
tangan!" jawab Ho Hay Hong dengan berani, kemudian
memejamkan matanya. "Melihat sikapmu ini, kau juga terhitung seorang


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pendekar Penyebar Maut 31 Perkampungan Misterius Seri Pendekar Cinta 4 Karya Tabib Gila Mencari Bende Mataram 1

Cari Blog Ini