Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung Bagian 4
kesatria, kau juga pandai ilmu mengendalikan pedang,
jelas bukan orang sembarangan. Mengapa tidak berani
menyebut namamu?" Ho Hay Hong tidak menjawab.
"Aku hanya pernah dengar bahwa golongan Ngo biepay
angkatan tua, ada beberapa diantaranya yang
pandai ilmu mengendalikan pedang, tapi tidak pernah
dengar orang dari angkatan muda yang ada juga
memiliki kepandaian seperti itu. Nampaknya kau benar
memang murid kesayangannya ketua Ngo bie pay!"
"Kau boleh mimpi sendiri!" jawab Ho Hay Hong sambil mengeluarkan suara dihidung.
Ia telah melupakan bahaya yang mengancam dirinya
sama sekali, ia membuka mata, mulutnya mengeluarkan
tertawa yang mengandung ejekan. Tetapi sebentar
kemudian mendadak ia berhenti tertawa, matanya
ditujukan kepintu disebelah barat.
Disana tampak olehnya seorang perempuan
berpakaian putih dengan kaki telanjang sedang berjalan
melalui pintu, ia seperti melihat sesuatu yang
mengejutkan, mulutnya berseru: "Hai kau kemari
sebentar." Perempuan kaki telanjang itu sejenak nampak
terkejut, perlahan-lahan menoleh kearah Ho Hay Hong.
Ia agaknya melihat bahwa pemuda ini rasanya pernah
main-main berapa jurus dengannya, maka lantas
membalikkan badannya, perlahan-lahan
menghampirinya. Tie cu Sin kun menekan tangan Ho Hay Hong lebih
kencang, katanya dengan nada mara dingin:
"Apa dia sahabatmu" Gadis yang demikian cantik
molek, kau tega hati menyeret padanya terjun kedalam
air keruh?" Tangan yang ditekan oleh Tie cu Sin-kun,
menimbulkan rasa sakit yang hampir membuat Ho Hay
Hong menjerit, tetapi ia masih coba menahan rasa
sakitnya dan berlaku gembira. Sambil tersenyum ia
berkata kepada perempuan itu:
"Senang sekali hari ini aku dapat melihat kau lagi"
Perempuan kaki telanjang itu memandangnya tanpa
berkedip, mendadak berhenti berjalan, agaknya sedang
memikirkan maksud yang terkandung dalam perkataan
pemuda itu. Ho Hay Hong sudah berkata lagi:
"Hari ini, adalah hari kedua batas perjanjian kita,
apakah Kau sudah menyesal, hingga perlu mencari aku?"
"Aku bukan mencari kau, aku ada keperluan lain!"
menjawab perempuan itu sambil menggelengkan kepala.
Ho Hay Hong pura-pura menarik napas panjang. "Aku
mungkin akan terpaksa mengingkari janjiku, sebab
sebab." Perempuan kaki telanjang itu ketika mendengar
perkataan demikian, lantas membuka mulut dan
menanya: "Kenapa?" "Aku tidak ada waktu untuk mengambil pedang itu,
mereka tidak mau melepaskan aku, mungkin aku tidak
dapat memenuhi janjiku."
"Apa kau tidak bisa melepaskan diri" Apakah, begitu
saja tidak mengerti?"
"Aku tidak dapat melepaskan diri, tangan orang ini
kuat sekali, beberapa kali aku mencobanya, tetapi selalu
tidak berhasil. Maaf, aku sebetulnya tidak ingin
mengingkari janjiku, tetapi."
"Aku mengerti maksudmu!" berkata perempuan itu
dingin. Lalu badannya berkelebat, tiba-tiba melancarkan
serangan tiga kali beruntun kepada Tie cu Sin kun.
Tie cu Sin kun yang mendengarkan pembicaraan
mereka ada mengandung gelagat tidak beres, diam-diam
sudah siap sedia, tetapi ia tidak menduga bahwa
serangan perempuan itu sedemikian cepat. Dengan agak
tergesa-gesa ia menggerakkan lengan tangannya yang
panjang, untuk menyambut serangan itu.
Karena ia melihat perempuan itu demikian cantik, ia
tidak tega hati menggunakan tangan kejam, maka hanya
menggunakan kekuatan tenaganya lima bagian saja.
Ketika lengan tangan Tie-cu yang panjang itu sudah
akan menyentuh dada perempuan itu, secepat kilat,
perempuan itu memutar badannya dan menggerakkan
tangannya demikian gesit, untuk menyerang perut Tie cu
Sin kun. Bukan kepalang terkejutnya Tie cu Sin kun, Ia tidak
mengira sama sekali bahwa perempuan cantik yang
lemah gemulai itu memiliki kepandaian ilmu silat
demikian tinggi. Dalam keadaan gugup, ia menarik tangan Ho Hay
Hong dengan keras, untuk dijadikan perisai. Tapi
perempuan itu dengan kecepatan luar biasa, serangan
tangan kirinya dimiringkan kesamping, dua jari
tangannya mendadak mengancam tiga jalan darah tubuh
Tie cu sin kun dan bagaikan gasing dengan tangan
menarik Ho Hay Hong. Tetapi, perempuan itu dengan
sepasang tangannya yang putih halus, telah dapat
memaksa Tie cu Sin kun berhenti berputar
Perubahan gerakan yang sedemikian gesit, tujuan
sasarannya yang sangat jitu, menunjukkan bahwa
perempuan yang usianya masih sangat muda sekali itu,
adalah orang kuat berkaliber besar.
Tie cu Sin kun mengeluarkan ilmunya Sian-thian cengkhie,
kakinya berputar-putar bagaikan gasing dengan
tangan menarik Ho Hay Hong.
Tetapi perempuan itu dengan sepasang tangannya
yang putih halus, telah dapat memaksa Tie cu sin kun
berhenti berputar. Tie-cu Sin kun segera mengerti kalau bertemu dengan
musuh tangguh luar biasa, mau tidak mau ia harus
melepaskan Ho Hay Hong, yang didorongnya sejauh satu
tombak lebih. Bok khek sin yang menyaksikan pemimpinnya
demikian rupa, segera dapat mengerti bahwa hari itu
menjumpai lawan yang luar biasa tangguhnya. Dalam
hati raksasa itu mendadak timbul suatu pikiran, dengan
diam-diam tanpa menimbulkan suara sedikitpun juga ia
menerjang perempuan muda itu.
Perempuan muda itu mengawasi sebentar, tiba-tiba
mulutnya mengeluarkan suara bentakan "Kau mencari
penyakit sendiri!" tanpa menoleh, satu tangannya
bergerak memutar, tepat menotok jalan darah Cie len
hiat dibagian Bok khek siu yang gendut.
Bok khek siu yang saat itu baru saja hendak
mengerahkan kekuatan tenaganya untuk menangkap
hidup-hidup si nona, tiba-tiba merasakan sambaran
angin, karena ia berperawakan tinggi besar, maka tidak
dilihatnya kalau perempuan itu sedang melakukan
serangan pembalasan terhadap dirinya. Ketika ia
mengetahui, ternyata sudah terlambat.
Sesaat tubuhnya seperti disambar geledek, tidak
ampun lantas roboh terjungkal dan tidak ingat orang lagi.
Kejadian itu kembali merupakan suatu kejadian gaib
hingga mata semua orang kini ditujukan kepada diri
perempuan muda berkaki telanjang itu.
Banyak diantara mereka yang digiurkan oleh
kecantikan perempuan aneh itu tetapi sebagian besar
dikejutkan kepandaian ilmu silatnya yang luar biasa
tinggi. Mereka sungguh tidak mengira bahwa seorang wanita
yang masih demikian muda belia lemah gemulai, dalam
satu gebrakan telah berhasil merubuhkan Bok khek siu
yang mempunyai tubuh bagaikan raksasa !
Mata Tie ciu Sin kun berputaran dibadan Bok khek siu
yang gemuk semangatnya runtuh seketika. Ini bukan
berarti dia takut pada musuhnya, melainkan berat
melepaskan kedudukan dan nama baik yang dipupuknya
dengan susah payah. Sekarang Ia menghadapi dua pilihan. Satu, menelan
segala kepahitan dan pulang kembali dengan tangan
hampa: kedua: tanpa perdulikan apa akibatnya,
membinasakan musuhnya. Yang tersebut duluan. baginya merupakan suatu
perbuatan yang membuatnya kehilangan muka dan
dijadikan buah tertawaan oleh sahabat-sahabat rimba
hijau, yang tersebut belakangan terlalu bahaya, karena
apa bila mengalami kekalahan ini berarti tamatlah
penghidupannya dalam kalangan Kang ouw, sedang
nama baiknya juga akan hanyut.
Ho Hay Hong berusaha bangun, dengan langkah lebar
ia menghampiri Kan-lui Kiam khek. Tetapi, jalan baru
berapa langkah, pinggangnya tiba-tiba merasa sakit,
hingga membongkokkan badan. Pemuda yang keras hati
bagaikan baja itu, segala penderitaan masih sanggup
melawan, tapi kali ini, rasa sakit yang dideritanya, ia
benar-benar hampir tidak sanggup menahan. Ia
mengatur pernapasan sendiri, tetapi beberapa kali harus
berhenti setengah jalan, ini telah membuktikan bahwa
dalam tubuhnya sudah terluka.
Ini merupakan suatu luka dalam tubuh, mungkin itu
ada perbuatan Tie cu Sin kun menekan perutnya,
memandang Tie cu Sin kun dengan sinar mata berapiapi.
Pada saat itu, Tie cu Sin kun sudah mulai bertempur
dengan perempuan cantik kaki telanjang itu, keduanya
saling menyerang silih berganti, hingga menimbulkan
hembusan angin hebat disekitar tempat mereka
bertempur. Sejak kapan Kan lui Kiam khek sudah berada
disampingnya, dengan diam-diam menyusupkan sebuah
bungkusan kedalam sakunya, ia terkejut dan bertanya:
"Toan bok Tayhiap, ini apa ?"
"Jangan bersuara, barang ini adalah kitab pusaka
garuda sakti." berkata Kan-lui Kiam khek dengan suara perlahan, dengan terus terang aku merasa tidak sanggup
melindungi keselamatan barang pusaka ini, karena aku
melihat siauhiap seorang muda yang berjiwa besar dan
gagah berani, timbullah rasa sukaku maka aku
menghadiahkan barang ini kepadamu. Kau jangan
menolak, ini mungkin ada gunanya bagimu!"
"Aku tidak mau!" berkata Ho Hay Hong sambil
menggelengkan kepala. "siauhiap, sekarang ini bukanlah waktunya untuk
memperbincangkan soal menolak atau menerima, salahsalah
barang ini bisa terjatuh dalam tangan Tie cu Sin
kun." berkata Kan lui kiam khek, mendadak ia diam,
ternyata ada empat tokoh golongan Kawa-kawa bersama
San ceng-siu sedang berjalan menghampiri. Ia tahu
bahwa dirinya dalam pengawasan orang-orang Kawakawa,
maka lantas memberi pesan dengan tergesa-gesa:
"Biar bagaimana, ia tidak boleh terjatuh di tangan Tie cu sinkun. Kalau ada apa-apa atas diriku, harap siauhiap
jaga baik-baik anak perempuanku!"
Sehabis berkata demikian, lantas berlalu. Kebetulan
berpapasan dengan lima orang itu, hingga sebentar
kemudian lantas bertarung.
Dua orang lainnya menyerbu Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong yang saat itu dalam keadaan parah,
keadaannya tidak beda dengan orang biasa, tapi ia lantas
memegang erat-erat pedangnya, katanya dengan suara
bengis. "Jangan bergerak, kalau kamu berdua berani maju lagi
selangkah saja, kupersilahkan coba-coba rasanya pedang
terbang ini !" Ucapannya benar-benar telah berhasil menggertak
dua orang itu, mereka lantas berhenti bertindak dan
saling memandang. Diam-diam Ho Hay Hong menghela napas dan berkata
kepada diri sendiri. "Sungguh heran mengapa Kan lui
Kiam khek tidak mengetahui kalau aku hanya merupakan
macan kertas saja" Bahkan masih menyerahkan barang
pusakanya, suruh aku simpan."
Tiba-tiba terdengar suara bentakan Tie cu sinkun
sambil melompat setinggi lima tombak, iblis itu bertanya
kepada perempuan berkaki telanjang.
"Kau ini murid siapa" Lekas jawab !"
Keadaan Tie cu sinkun pada saat itu nampak sangat
menakutkan, rambutnya pada berdiri, wajahnya benarbenar
seperti iblis, dengan badan masih mengapung di
tengah udara ia berkata lagi.
"Kau sembunyikan kepandaian, hanya menggunakan
gerak tipu campur aduk, kau melawan aku, apakah kau
anggap aku Tie cu sinkun anak berumur tiga tahun?"
"Kau situa bangka ini benar-benar tidak tahu diri,
kalau aku mengeluarkan kepandaian warisan
perguruanku, kau boleh pikir sendiri, apakah sekarang ini
masih bisa membuka mulut untuk bicara?" berkata nona
baju putih itu. Tiba-tiba tangannya dimasukkan kedalam saku.
mengeluarkan sebuah bungkusan, kemudian dilemparkan
kepada Ho Hay Hong seraya berkata dengan nada suara
dingin: "Bungkusan ini berisi barang mujarab dari keluarga
kita namanya Liong yan biang, kau makanlah. Semua
penderitaanmu akan lenyap seketika." ia berhenti
sebentar dan berkata lagi:
"Kau ini benar-benar tidak mempunyai liangsim,
demikian baik aku perlakukan kau, tapi kau tidak bisa
pegangkan janji. apakah kau sedikitpun tidak pandang
padaku" Oh sudahlah sekarang sudahlah sekarang
setelah aku melihatmu, dalam hati aku merasa jemu!"
Ho Hay Hong masih memiliki jiwa kesatria, melihat
sikap si nona bersifat menghina segera menolak
pemberiannya. Dengan menggunakan ujung pedang ia
menyontek bungkusan itu kemudian berkata.
"Terimakasih atas kebaikanmu. Aku Ho Hay Hong
meskipun jiwa dalam keadaan bahaya, juga tidak sampai
demikian tebal muka, untuk menerima belas kasihan
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang. Liong yan hiang meski obat mujijat luar biasa, tapi aku belum pikir untuk menggunakannya."
Perempuan berkaki telanjang itu mengawasi padanya
dengan sinar mata dingin, mulutnya tidak mengatakan
apa-apa. -ooo0dw0ooo- Bersambung Jilid 8 RAHASIA KAMPUNG GARUDA Karya : Khulung Saduran : Tjan ID Jilid 8 BUNGKUSAN obat yang disontek oleh ujung pedang
Ho Hay Hong, tepat jatuh didepan dua orang dari
golongan Kawa-kawa. Dua orang itu agaknya tertarik
oleh bungkusan itu, mereka dengan serentak
menghentikan pertempuran dan mengambilnya. Masingmasing
makan separuh bungkus. Toan-bok Bun Hwa berkata dengan suara nyaring:
"Ho sianseng, kau bodoh sekali."
Mendengar kata-kata Toan-bok Bun Hwa yang
mengandung perhatian dan pernyataan sayang, dalam
hati Ho Hay Hong berpikir.
"Belum tentu obat itu demikian manjur tapi kalau
lantaran mementingkan jiwaku, aku harus merendahkan
derajat, apa perlunya?"
Ia tidak tahu entah sejak kapan, pelajar berpenyakitan
itu diam-diam menghampirinya, dan berkata padanya
dengan suara perlahan: "Kepandaianmu mengendalikan pedang terbang cukup
hebat, tetapi oleh karena ini mengingatkan aku kepada
sesuatu hal." Dengan perasaan heran Ho Hay Hong mengawasi
pelajar berpenyakitan itu. Pikirnya perkataan orang itu
pasti ada sebabnya, maka ia lalu bertanya. "Urusan
apa?" "Beberapa hari berselang ketika aku berjalan melalui
kota Thong koan, selagi hendak menuju kekota Lam
leng, dari dalam rimba tiba-tiba lompat keluar seorang
yang tidak kukenal, melambai-lambaikan tangan padaku.
Aku merasa heran. Selagi hendak menanya, diluar
dugaan orang itu lantas menghunus pedangnya dan
disambitkan kepadaku. Orang itu juga menggunakan
ilmu pedang terbang, bahkan gerakannya dan caranya
sangat mirip dengan siauhiap. Untung aku keburu
menyingkir, kalau tidak, niscaya kini sudah mati di bawah
pedang orang itu. Kini setelah melihat siauhiap pandai
ilmu itu, teringatlah padaku keadaan tempo hari."
"Maaf. aku belum tahu, siapakah nama tuan yang
terkenal?" "Nama julukan adalah Peng si seng (pelajar
berpenyakitan). Sebetulnya aku hanyalah seorang yang
tidak mempunyai kemampuan apa-apa !"
Mendengar disebutnya nama julukan orang itu, Ho
Hay Hong teringat pesan guru. Orang yang dimaksudkan
oleh pelajar berpenyakitan itu pasti adalah Jie
suhengnya. "Kalau siauhiap tidak membuka kerudungmu, tadi aku
masih mengira kau adalah orang yang menyerang aku
hari itu! Apakah siauhiap kenal padanya"!"
"Dalam dunia Kang ouw pada dewasa ini,
bermunculan banyak jago-jago muda. Di antara mereka
banyak yang mempelajari ilmu pengendalian pedang
terbang. Aku belum melihat bagaimana romannya orang
itu, maka tidak berani menduga sembarangan !"
"Kalau begitu aku juga tidak berani mengganggu
terlalu banyak padamu. Hanya, hingga sekarang aku
masih merasa heran. Orang itu tidak mempunyai
hubungan permusuhan apa-apa denganku, tapi mengapa
begitu bertemu muka, lantas menyerang tanpa minta
keterangan lebih dulu."
"Tuan jangan memikirkan soal itu terlalu jauh. Biar
bagaimana kita tidak akan mengerti. Terlalu banyak apa
yang terjadi dalam dunia ini. Ada kemungkinan orang itu
berbuat demikian hanya atas perintah orang saja."
Perkataanmu ini memang masuk akal, tetapi aku Peng
sie seng sejak terjun didunia Kangouw, selamanya
bertindak sangat hati-hati, baik dalam kata-kata maupun
dalam perbuatan. "Belum pernah aku melanggar batas-batas keadilan
atau kebenaran. Apakah ini akibat suatu dendam dari
perbuatanku yang tidak disengaja?"
Ho Hay Hong tersenyum getir, ia tidak dapat
memikirkan suatu jawaban yang tepat untuk menjawab.
Matanya dialihkan ke medan pertempuran, saat itu Kan
lui Kiam khek sedang menghadapi lawan empat orang
dengan seorang diri, nampaknya ia sudah mulai keteter.
Tiga pemuda baju kuning dari pihaknya Kan lui Kiam
khek yang sudah bertempur hampir setengah hari tanpa
mengaso, badan mereka sudah mandi keringat,
nampaknya juga tidak bisa tahan lebih lama lagi.
Pelajar berpenyakitan agaknya juga melihat gelagat
tidak baik, maka lantas minta diri dan terjun karena
pertempuran lagi. Ia membantu laki-laki kurus pendek, untuk
memperkuat kedudukannya. Namun demikian, karena
jumlah musuh ada lebih banyak, kekalahan pihak Kan lui
Kiam khek agak susah dihindarkan, kecuali terjadi
sesuatu keajaiban. Keajaiban itu mungkin hanya diharapkan kepada
perempuan cantik kaki telanjang itu, tetapi sikap
perempuan itu selalu dingin.
Ho Hay Hong tidak inginkan bantuan, walaupun dalam
hatinya ia merasa cemas, sifatnya yang keras, tidak suka
menundukkan kepala minta bantuan orang. Dalam
keadaan demikian, ia masih berusaha memulihkan
tenaganya untuk melawan musuh-musuh.
Tiba-tiba terdengar suara teriakan Kan lui Kiam khek:
"Aku adu jiwa denganmu!"
Ho Hay Hong baru lihat bahwa jago pedang itu sudah
berlumuran darah, dengan napas memburu menggempur
Sam ceng sin. Sam Ceng siu menggunakan lengan baju tangan
kirinya untuk menyerang, Kan lui kiam khek terpukul
mundur. Tiba-tiba dua orang yang tadi makan obat liong yan
hiang dari perempuan kaki telanjang, menjerit-jerit
dengan suara mengerikan. Ho Hay Hong mengira dua
orang itu terluka di tangan Toan Bok Bun hwa, tapi
ketika disaksikannya dengan seksama ternyata Toan Bok
Bun hwa masih berdiri dengan sikap bingung, mengawasi
dua bangkai bekas lawannya.
Dua orang itu mengeluarkan darah matang dari
lubang hidung masing-masing. Siapapun yang
melihatnya tahu bahwa kematian mereka itu karena
keracunan. Ho Hay Hong segera mengerti bahwa obat dalam
bungkusan yang dinamakan Liong yan hiang itu bukanlah
obat mujijat, tetapi obat mencabut nyawa. Ia sungguh
tidak mengira bahwa perempuan cantik kaki telanjang itu
demikian kejadian, hendak meracuni dirinya, Mengingat
kejadian itu, keringat dingin membasahi badannya.
Ia mulai merasa curiga. Perempuan kaki telanjang
yang pernah dianggapnya sebagai perempuan yang
masih berhati putih bersih, sebetulnya adalah satu iblis
wanita yang kejam dan ganas. Tetapi, kalau ditilik dari
luarnya, segala-gala yang dimilikinya, orang tidak berani
gegabah menarik kesimpulan demikian terhadap dirinya.
Sementara itu, perempuan kaki telanjang itu masih
berdiri berhadapan dengan Tie cu Sin kun, kedua fihak
tidak mengunjukkan dengan gerakan apa-apa. Tetapi
asal satu fihak bergerak, lantas disambut oleh serangan
kematian dari fihak lawannya. Dalam keadaan demikian
maka kedua fihak tidak berani melakukan tindakan lebih
dulu. Pada waktu itu, perempuan itu berpaling kearah dua
orang yang mati keracunan dan berkata sambil tertawa:
"Inilah upahnya orang rakus, hei kau sungguh
beruntung." "Sudah tentu, kau ingin supaya orang menutup mulut
untuk selamanya, supaya orang lain tidak mengetahui
rahasiamu. Untuk selanjutnya, aku tidak akan percaya
kepada siapapun juga!" berkata Ho Hay Hong.
"Hei mendengar kata katamu ini, pada sebelumnya
kau rupa rupanya percaya kepada diriku, betul tidak?"
"Tidak semuanya benar, aku hanya anggap kau tidak
bisa menggunakan akal bangsat, tak disangka otakmu
ternyata tidak sedemikian bodoh seperti apa yang aku
kira!" "Aku benci kepada orang rakus, umpama kau juga
pernah mempunyai pikiran rakus kehilangan pedang itu,
membuatku beberapa waktu tidak bisa tidur Maka aku
mencobanya satu kali lagi, kalau kau memang seorang
tamak, pasti tidak mau melepaskan begitu saja sesuatu
kesempatan yang paling baik. Kalau kau benar begitu, ini
berarti upah dari kerakusanmu."
"Hanya lantaran beberapa malam tidak bisa tidur, kau
lantas menumpahkan kebencianmu kepada orang lain"
Pikiran demikian, sebetulnya terlalu sempit."
Perempuan itu memperdengarkan suara tertawa
dingin, dengan tiba-tiba ia me lancarkan tiga serangan
dengan beruntun. Tie cu Sin kun tahu hebatnya serangan itu, seluruh
kekuatan tenaga dikerahkan kepada kaki dan tangannya,
dengan satu gerakan, badannya mendadak membongkok
kebawah, hanya dua lengannya yang luar biasa
panjangnya, yang bergerak-gerak.
Sungguh heran, serangan hebat perempuan itu sama
sekali tidak berhasil menyentuh badan lawannya.
Orang yang menyaksikan keadaan dan gerakan Tie cu
Sin kun, dengan sendirinya teringat kepada nama
julukannya Tie cu Sin kun, yang berarti dewa Kawakawa,
sebab sikap dan gerakannya sangat mirip dengan
seekor Kawa kawa raksasa!
Dengan sangat bangga Tie cu Sin kun berkata sambil
tertawa besar: "Budak hina, hari ini kau juga boleh membuka
matamu, ini adalah ilmu Tie cu Khi kang yang sangat
kesohor di dalam kalangan rimba persilatan. Ha! ha! ha!
Aku ingin melihat, kau bisa berbuat apa terhadapku?"
"Baik aku akan coba." berkata perempuan itu dingin.
Belum habis mengucapkan perkataannya badannya
sudah bergerak, dan hanya tampak berkelebat
bayangannya saja. orangnya sudah melesat setinggi
tujuh delapan tombak. Di tengah udara, tiba-tiba mementang kedua
tangannya, badannya yang melayang turun dengan
demikian agak merandek. Dengan tiba-tiba, bagaikan
seekor burung garuda ia terbang rendah berputaran,
lama tidak tampak gerakan apa apa.
Bagi orang yang tidak mengerti, hanya mengagumi
kepandaiannya yang bisa mengapung atau terbang
ditengah udara. Tapi Tie cu Sinkun yang menyaksikan
itu, wajahnya mendadak pucat pasi, mulutnya berseru:
"Budak hina, kau ternyata juga pandai ilmu garuda
sakti. ." Ilmu silat garuda sakti yang terdiri dari lima jurus,
telah keluar dari mulut Tie cu Sin-kun dalam sikap
terheran-heran, jelas merupakan suatu ilmu luar biasa,
jikalau tidak, tidaklah Tie cu Sin kun sampai ketakutan
demikian rupa! Dalam waktu sangat singkat Tie-cu Sin kun sudah
merubah lima macam gerakan, hanya sepasang matanya
yang besar, tetap mengawasi perempuan kaki telanjang
itu tanpa berkedip. Wajahnya menunjukkan perasaan
hati yang amat tegang. Bagaikan seekor Kawa-kawa. Tie cu Sin kun
merangkak ditanak, kadang-kadang menggerakkan dua
lengan tangannya yang luar biasa panjangnya. Setiap kali
tangannya bergerak, menimbulkan suara ser ser yang
amat nyaring. Perempuan kaki telanjang itu mendadak melayang
turun. Tampaklah berkelebatnya sinar putih, keduanya
saling mengadu kekuatan, tapi sebentar kemudian
berpencar lagi. Orang masih belum tahu benar dengan cara
bagaimana pertempuran itu berlangsung tapi ternyata
sudah ada kepastian siapa yang menang dan siapa yang
kalah. Dalam waktu yang sangat singkat itu, Tie cu Sin kun
seolah-olah kehilangan ambisinya yang berniat menjagoi
rimba persilatan. Ia menggumam sendiri sambil menundukkan kepala:
"Nampaklah kau adalah orangnya si kakek penjinak
garuda sakti. Kali ini aku benar sudah lamur mataku,
sehingga harus menelan pil pahit seperti ini, aku tidak
dapat mengalahkan orang lain, aih."
Untuk kedua kalinya perempuan ini mengeluarkan
sebungkus obat bubuk dari dalam sakunya dan
dilemparkan kepada Ho Hay Hong, katanya:
"Obat bubuk ini adalah Liong yan hiang yang tulen,
kau." Tiba-tiba ia melihat sikap Ho Hay Hong berubah,
kepalanya menengok kearah lain. Ia pungut lagi
bungkusan obatnya, dimasukkan kedalam tangan Ho Hay
Hong, katanya lagi: "Dalam tubuhmu terluka parah, kalau biarkan lebih lama, harap kau sayang kepada dirimu
sendiri, jangan sampai mengingkari janjimu padaku !"
Mendengar kata-kata sinona yang penuh perhatian,
hati Ho Hay Hong tergerak. Ia tahu bahwa saat itu
bukanlah waktunya untuk berlaku keras kepala lagi,
maka lantas dibukanya bungkus itu mengambil obat
bubuknya dan ditelan kedalam mulut sisanya
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dikembalikan. Tidak antara lama, hawa panas yang mengandung bau
harum, mengalir diseluruh tubuhnya sudah terasa segar
kembali. Ia coba menggerakkan tangan dan kakinya.
Memang benar sudah seperti biasa lagi. Suatu bukti
bahwa ucapan nona itu memang benar. Tetapi dengan
demikian, berarti ia telah menerima budi lagi dari sinona, hingga tidaklah pantas kalau memperlakukannya dengan
sikap dingin. Maka ia lantas memberi hormat seraya
berkata: "Terima kasih atas budi kebaikanmu, lain waktu apa
bila masih ada umur, aku pasti akan membalas budimu
ini." "Aku lihat Sebaiknya aku ikut kau pergi mengambil
pedang, supaya tidak terjadi kejadian seperti ini lagi!"
berkata si nona. "Sekalian aku akan mengurus sesuatu
urusan, urusan ini harus memerlukan waktu beberapa
hari baru bisa beres. Aku ikut kau pergi mengambil
pedang, apabila pulang agak lambat sedikit, mereka juga
tidak akan menyalahkan aku!"
Dalam hati Ho Hay Hong berpikir: "kalau aku seorang
diri minta kembali pedangku kepada Chim kiam sianseng,
apabila ia tidak mau mengembalikan, mau tidak mau
pasti akan terjadi pertempuran lagi. Aku sendiri tidak
yakin akan dapat mengalahkan Chim kiam sianseng,
salah-salah janjiku bisa meleset. Apa salahnya pergi
bersama-sama dengannya" Seandainya tidak bisa
mengambil kembali pedang pusaka garuda sakti, ia yang
sudah menyaksikan dengan mata kepala sendiri pasti
juga tidak akan salahkan aku tidak bisa pegang janji."
"Baik, kalau kau takut aku tidak bisa pegang janji,
ikutlah pergi bersama-sama aku," demikian Ho Hay Hong berkata.
Sementara itu. Tie-su Sin kun tiba-tiba berkata dengan
suara keras: "Semua anak buahku, dengarlah perintah ku.
Sekarang juga semua lekas meninggalkan tempat ini.
Siapa yang tidak mau dengar perintah, akan dihukum
mati!" Semua anak buah golongan Kawa-kawa yang
mendengar perintah itu, lantas lompat keluar dari
kalangan, dengan berkelompok-kelompok mereka berlalu
meninggalkan medan pertempuran.
Hanya San-ceng sin yang nampaknya masih
penasaran. Sebelum meninggalkan tempat itu, lebih dulu
ia melancarkan satu serangan hebat kepada pundak Kan
lui Kiam khek hingga jago pedang itu jatah rubuh
ditanah. Ho Hay Hong yang menyaksikan itu nampaknya
sangat marah, selagi hendak menimpukan pedangnya,
tiba-tiba melihat mata Tie cu Sin kun mendelik, agaknya
juga mengetahui perbuatan San ceng sin yang tidak
menurut perintahnya, maka lantas menegurnya dengan
suara gusar: "San ceng siu, aku sudah mengeluarkan perintah
supaya lekas meninggalkan tempat ini. mengapa kau
tidak mau dengar perintah ku" Apakah maksudmu?"
San ceng siu yang ingin dapat pahala, setelah
didamprat demikian pedas oleh pimpinannya, seketika
menjadi gelagapan. lalu menundukkan kepala, tidak bisa
menjawab. "Lekas pulang," hardik Tie cu Sin kun "pergi melaporkan segala kesalahanmu!"
San ceng siu menerima baik perintah itu dengan
menggendong Bok khek siu yang terluka, ia lari keluar
sebentar sudah tidak kelihatan.
Pihak musuh hanya tinggal Tie cu Sin Kun seorang
yung masih belum undurkan diri, lainnya sudah tidak
tampak bayangannya lagi. Tie cu Sin kun yang masih penasaran dengan satu
tangan memukul rubuh tiang bendera yang berada
didepan pintu gerbang, kemudian berkata kepada
perempuan kaki telanjang.
"Lain kesempatan aku akan minta pelajaran lagi ilmu
garuda saktimu. Sampai ketemu lagi!"
Sehabis berkata demikian, ia lompat setinggi tujuh
delapan tombak, menghilang melalui tembok pagar.
Dengan sangat hati-hati Toan bok Bun Hwa
membimbing ayahnya, matanya ditujukan kepada Ho
Hay Hong. Ho Hay Hong tidak berani memandang sinona
kemudian sinar mata si nona masih nampak perasaan
tidak senang terhadap dirinya. Ia lalu teringat tadi
selama mengawasi pertempuran, tentunya dianggap oleh
si nona kalau ia menonton sambil bertepuk tangan,
padahal ia sendiri sedang terluka parah.
Mengenai kesalah fahaman ini, kelihatannya tidak mau
membuang waktu untuk memberi penjelasan, Ia berkata
sang waktu nanti akan melenyapkannya sendiri.
Ia menghampiri Kan-lui Kiam khek, mengembalikan
kitab garuda sakti yang diberikannya tadi, katanya:
"Barang ini sekarang kukembalikan padamu. Orangorang
golongan kawa-kawa sudah mengundurkan diri.
Tugasku sudah selesai, sekarang aku mohon diri!"
"Ho siauhiap harap jangan menolak, kitab ini
merupakan benda pusaka yang tidak ternilai harganya,
hanya seorang gagah dan berbudi luhur seperti siauhiap
ini yang pantas memiliki benda itu." berkata Kan lui Kiam khek sambil menggoyangkan kepala.
Ia menyerahkan kitab pusaka itu kepada Ho Hay Hong
dengan kedua tangannya tetapi Ho Hay Hong tetap
menolak. "Aku dapat berkenalan dengan Toan bok Tayhiap, ini
sudah merupakan suatu kehormatan bagiku. Kitab ini
sebaiknya kau simpan sendiri !"
Dengan tiba-tiba wanita cantik itu lari menghampiri,
tangannya merebut kitab pusaka itu, katanya kepada Ho
Hay Hong dengan nada suara dingin:
"Jangan membuang waktu mari kita jalan."
"Mengapa kau merampas kitab itu, lekas kembalikan!"
berkata Ho Hay Hong. "Kitab pusaka garuda sakti ini sebetulnya memang
milikku, dengan hak apa kalian memilikinya?"
Kan lui Kiam khek hanya melihat berkelebatnya
bayangan putih, tahu-tahu kitab ditangannya sudah
direbut, tetapi kemudian ia tahu bahwa orang yang
merebut kitab dari tangannya adalah seorang wanita
muda berkaki telanjang, wajahnya lalu mengunjukkan
senyum lebar dan berkata pada diri sendiri, sambil
mengangguk-anggukan kepala yang penuh arti: "Ha ha.
ini sama juga. sama juga"
"Toan bok Tayhiap suka memberikan padanya !"
bertanya Ho Hay Hong. "Sudah tentu .sudah tentu."
"Kalau begitu aku tidak bisa berkata apa-apa. Marilah kita jalan, tuan-tuan sampai bertemu lagi."
Dengan mengejek wanita kaki telanjang itu ia berlalu,
ketika berjalan dihadapan pelajar berpenyakitan, Ho Hay
Hong mendadak ingat sesuatu, ia berkata dengan suara
perlahan: "Tuan sebaiknya pergi kearah Koan gwa untuk
sementara waktu, dimana mungkin ada baiknya bagimu."
Pelajar berpenyakitan itu tercengang, tetapi ia segera
mengerti maksud yang terkandung dalam ucapannya itu.
Dengan sikap agak kaget, Ia menjawab sambil memberi
hormat: "Terima kasih atas budimu"
Waktu itu udara cerah, Ho Hay Hong bersama wanita
kaki telanjang berjalan ketengah jalan raya, ia sedang
memikirkan bagaimana mencari keterangan tempat
kediaman Chim kiam sianseng, supaya dapat meminta
kembali pedangnya. Tetapi pertama ia harus dapat mengelabui gadis itu.
Sebab, kalau ia mengetahui bahwa sepasang pedang
yang dibuat barang tanggungan kepada Chim kiamsianseng, bukanlah tempat disimpannya pedang pasti
akan menimbulkan kesan buruk bagi wanita Itu. Urusan
mungkin bertambah ruwet. Pada saat itu, didepan tiba tiba timbul suara ramai,
matanya segera melihat serombongan orang berkumpul
entah sedang membicarakan apa.
Timbulah perasaan herannya, ia ingin mengetahui apa
yang telah terjadi. Wanita kaki telanjang yang selama itu berjalan
kencang sambil menundukan kepala, mendadak berhenti
dan berkata padanya: "Disana terlalu ramai, mari kita mengambil jalan lain !"
Karena sikapnya yang tergesa-gesa, telah
menimbulkan kecurigaan Ho Hay Hong ia pikir, gadis ini
tentu tahu apa yang telah terjadi dengan orang-orang
itu, hingga mengajak jalan melalui jalan lain. Mungkin
takut kuketahui. Karena berpikir demikian, ia tidak menghiraukan gadis
itu, bahkan berjalan keorang banyak dengan langkah
lebar. Setelah berdesak-desak dengan orang banyak, tibalah
Ho Hay Hong ketengah-tengah orang yang berkerumun.
Disitu ternyata tampak tiga kepala manusia yang masih
berlumuran darah, yang berada diatas sebuah meja
persegi. Diatas meja itu masih terdapat selembar kulit kambing
yang lebar tebal, diatasnya terdapat tulisan yang ditulis
dengan huruf-huruf besar yang warna merah: "Ini adalah sukma-sukma yang baru keluar dari kampung setan,
siapa yang berani coba-coba memasuki kampung setan
itu akan diperlakukan sama!"
Ho Hay Hong berdiri terpaku, huruf-huruf besar itu
baginya sudah tidak asing lagi, dari tangan wanita kaki
telanjang ia pernah menyaksikan itu.
Dari kenyataan orang yang menonton, menunjukan
bahwa kepala diatas meja itu adalah kepalanya orangorang
yang dikenal baik oleh mereka. Maka ia segera
mengetahui bahwa tiga sukma penasaran itu, semua
orang-orang daerah itu yang mempunyai banyak
kenalan. Ia memeriksa dengan seksama, tiba-tiba dapat
mengenali bahwa salah satu diantaranya yang
berjenggot lebat, adalah jago tombak she Hoo yang
kesohor namanya. Dari situ, ia juga segera mengenali bahwa batok
kepala disamping kepala jago tombak itu adalah batok
kepala Hoo Yan San. Satunya lagi mesti pun masih asing,
tapi mungkin juga ialah satu muridnya jago silat itu.
Ia diam-diam merasa bergidik, pikirannya kalut, apa
yang telah terjadi malam itu agaknya masih jelas dalam
ingatannya. Jago tombak itu dengan senjata pendek
ditangannya, dengan gagah berani menggempur lawanlawannya.
Waktu itu, ketangkasan dan keberanian jago tombak
itu pernah menimbulkan rasa kagumnya, ia juga pernah
merubah pandangannya terhadap jago tombak itu
akhirnya menjadi salah satu korban dari keganasan
dalam Kampung Setan. Segala sudah berlalu selalu menimbulkan kenangan,
dan apalagi jago tua itu pernah bertanding beberapa
jurus dengannya. Lama sekali Ho Hay Hong berdiri terpaku,
mengenangkan kembali semua yang telah terjadi.
Ketika tangannya menyambar tangan wanita kaki
telanjang, biji matanya hampir melotot keluar. Katanya.
"Hm. waktu kau bicara tadi, aku sudah merasakan
sikapnya agak berlainan, tak kusangka adalah suatu
peristiwa yang demikian mengerikan."
Ia sendiri juga tidak mengerti, mengapa perasaannya
terpengaruh demikian hebat oleh kejadian itu.
"Kau harus mengakui bahwa kematian jago tombak
dan anaknya itu, adalah suatu dosa yang kau perbuat!"
demikian ia berkata pula dengan suara keras.
Wanita kaki telanjang itu memandangnya dengan
perasaan heran, jawabnya:
"Kau harus salahkan mereka, suruh siapa mereka
menyelidiki kampung setan?"
"Apa kau kata" Didalam dunia ini, dimana sajapun
orang boleh pergi, apa kecualinya dengan kampung
setan" Apakah tempat itu sudah kau beli."
Wanita itu mendadak menundukkan kepala.
"Demikian keras kau menggenggam tanganku, kalau
itu orang lain, tangannya sudah terluka"
Kini Ho Hay Hong baru sadar bahwa perbuatannya itu
agak keterlaluan, tetapi ia tidak sudi minta maaf kepada
wanita itu, dengan suara meluap-luap ia berkata.
"Aku mengerti, maksudmu keluar dari kampung setan,
bukan lain ialah hendak menggunakan batok kepala jago
tombak dan anaknya, untuk memperingatkan orangorang
kampung yang masih bodoh itu, supaya mereka
tidak lagi berani memasuki kampung setan, betul tidak ?"
Berkata sampai disitu, mendadak ingat sesuatu,
katanya pula. "Aku benar benar tidak mengerti, ada rahasia apakah
sebetulnya dalam kampung setan itu" Kecuali beberapa
manusia liar, ada apa lagi yang ada harganya untuk
dirahasiakan ?" "Kita balik membicarakan soal pedang pusaka itu saja, dimana kau simpan itu?" berkata wanita itu dingin.
"Masih ada satu hari. akulah yang akan memutuskan,
baik kuserahkan kembali atau tidak, kau desak juga tidak
ada gunanya." "Kalau aku tahu hatimu demikian kejam, tidak nanti
aku menerima permintaanmu." berkata wanita kaki
telanjang. Ho Hay Hong sebetulnya ingin berkata: "Kalau aku
tahu kau datang, aku juga menerima baik permintaan
Kan lui Kiam khek untuk menyimpan kitab pusaka itu."
Tetapi sebelum perkataan keluar dari mulutnya,
ditengah jalan raya tiba-tiba tampak debu mengebul,
seekor kuda dilarikan dengan kencang. Diatas kuda
duduk mendekam seorang tua yang sekujur badannya
penuh luka-luka. Mata Ho Hay Hong berputar sejenak di atas senjata
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang berada dipinggangnya, tiba-tiba lari menyongsong
dan menarik tali kuda yang sedang lari kencang itu.
Kuda itu mendadak berhenti, tetapi orang tua yang
duduk diatas kuda seketika itu lantas jatuh ditanah. Ia
bimbing bangun dan bertanya:
"Kong ciok Gin cee lo-enghiong, apakah artinya ini?"
Muka Khong ciok Gin cee penuh debu, wajahnya yang
semula cerah, kini telah berubah pucat kuning. Dengan
membuka matanya yang sayu, jago tua itu mengawasi
Ho Hay Hong sejenak, nampak semangatnya terbangun,
katanya: "Ho siauhiap, kau tak usah pergi lagi, semua sudah
terlambat, Cie lui Kiamkhek sudah meninggal."
Berkata sampai disitu, jago tua itu tidak sanggup
bertahan lebih lama, mulutnya menyemburkan darah
segar. Depan dada Ho Hay Hong penuh semburan darah, ia
sudah tidak keburu membersihkan, sudah bertanya lagi:
"Apakah Song Sie dan Giok-hu Kie-su juga sudah."
Ia tidak sanggup melanjutkan pertanyaannya.
Kenyataannya, dengan kembalinya Khong-ciok Gin-cee
dalam keadaan penuh luka-luka, mereka orang-orang
yang memasuki kampung setan, mungkin bisa keluar
dalam keadaan selamat"
"Sebetulnya tidak sampai begini mengenaskan."
berkata Khong Ciok Gin cee, "kita bertiga menghadapi
Tang-siang Sucu dan empat kawannya, sekalipun kalah,
juga tidak sampai begini hebat. Semua adalah garagaranya si setan tua Lam kiang Tay bong yang turut
campur tangan. Dengan satu serangan jarak jauh yang
luar biasa ia telah menyerang Cie lui Kiam khek. setelah
itu, Song Sie dan Giok-hu Kiesu, kedua-duanya juga mati
ditangan iblis tua itu. Aih! Dendam sakit hati ini, entah
kapan baru bisa dibalas. Ho siauhiap, kau tidak usah
pergi lagi!" berkata Khong ciok Gin cee gemas.
"Benarkah Lam kiang Tay bong sedemikian ganas?"
berkata Ho Hay Hong dengan suara keras.
Sedang Khong ciok Gin ce kenal dengan Ho Hay Hong,
baru pertama kali ini menyaksikan sikapnya demikian
beringas, hingga diam-diam merasa kaget.
"Semua ini adalah benar, Suto Cian Hui sudah
melepaskan diri dari tangan Tang siang Su cu dengan
menggunakan akal. Menampak sikapnya yang demikian
menyedihkan, jangan-jangan ia mengambil putusan
pendek. Aih! Ho siauhiap, sewaktu hendak menutup
mata, Cie lui Kiam khek pernah meninggalkan kata-kata
terakhir, ia minta kau supaya baik-baik perlakukan Cian
Hui " "Cie lui Kiam khek perlakukan diriku cukup baik,
urusan ini sedapat mungkin akan ku lakukan!" berkata
Ho Hay Hong tegas, tapi mendadak hatinya merasa
bingung sendiri. Karena urusan ini sangat mendadak
untuk sementara, ia tidak tahu bagaimana harus berbuat.
"Mengenai rumah perguruan silat Kang lam Bu koan,
kini sudah diteruskan oleh sutenya Kan lui Kiam khek.
Kalau kau sudi boleh berdiam terus disana. Aku harus
berangkat kegunung Cong lam san dengan segera. Ho
siauhiap, harap kau baik-baik jaga diri sendiri!"
"Badan Lo enghiong penuh luka, mengapa tidak
mengaso dulu untuk beberapa hari?"
"Tidak bisa! Aku harus segera memberitahukan berita
ini kepada ketua Cong lam-pay, Pendekar baju kuning.
Dia adalah salah satu dari lima orang luar biasa dalam
rimba persilatan. Namanya berendeng dengan Lam-kiang
Tay bong. sudah tentu ia dapat menyelesaikan urusan
ini!" Ho Hay Hong tiba-tiba seperti baru sadar, katanya:
"Oh, jadinya tiga jago pedang dalam rimba persilatan
itu adalah anak muridnya Pendekar baju kuning. Kalau
begitu adalah paling baik. Pendekar baju kuning adalah
salah satu dari lima orang luar biasa dalam rimba
persilatan. Permusuhan ini tidak boleh di pandang
ringan." Khong ciok Gin cee tiba-tiba menggunakan suara
pelahan, bisik bisik ditelinganya:
"Kata-kata Su to tayhiap, Burung garuda raksasa
dalam sangkar itu, adalah milik si Kakek penjinak garuda.
Burung itu sangat pintar! Kekuatan terbangnyapun besar
sekali. Dengan susah payah ia berhasil menangkapnya,
sebetulnya hendak dipersembahkan kepada ketua Cong
lam pay, Pendekar baju kuning di waktu hari ulang
tahunnya, tetapi ia takut garuda itu nanti mengamuk,
maka ia tidak berani mengambil keputusan. Sejak Su to
Cian Hui yang membawa berita itu kembali dari danau
Liok ing ouw. ia telah dapat memastikan bahwa si Kakek
penjinak garuda itu lagi, supaya tidak membawa bencana
bagi perguruannya. Harap kau membuka sangkar itu,
biar burung itu terbang bebas keangkasa. Ia juga
mengatakan, bahwa dalam kampung setan juga terdapat
seekor burung garuda sejenis itu. Malam itu ia telah
menyaksikan sendiri burung itu terbang berputaran tidak
mau pergi, beberapa kali me lakukan serangan terhadap
kita. Ia mengerti bahwa dalam hal ini tentu ada
sebabnya, ada kemungkinan bahwa si kakek penjinak
garuda yang namanya sangat kesohor itu sembunyikan
diri dalam kampung setan."
Hati Ho Hay Hong bercekat, pikirannya memang
benar, sejak aku menemukan garuda raksasa itu
perasaanku juga tidak aman kampung setan itu jelas ada
hubungannya dengan Kakek penjinak garuda.
"Dan lagi." berkata pula Khong ciok Gin cee, "Kan lui kiam khek juga menyimpan sebuah benda rahasia,
namanya kitab garuda sakti, kitab itu sebetulnya
tergantung di leher burung garuda. Dalam kitab itu ditulis sebab musababnya si kakek penjinak garuda menghilang
dari Kang ouw dan kepandaian ilmu silatnya. Karena
sudah jelas bahwa kakek penjinak garuda itu masih
hidup, kitab itu bagi kita juga tidak ada gunanya.
Buanglah saja, supaya tidak menyusahkan orang lain. Ini
adalah pesan Su to tayhiap, minta supaya disampaikan
kepada Kan lui Kiam khek."
Setelah mendengar habis keterangan itu maka Ho Hay
Hong menatap wajah perempuan kaki telanjang tanpa
berkedip. "Kau pernah apa dengan Kakek penjinak garuda?"
demikian ia bertanya. Perempuan itu tidak memperhatikan pertanyaan Ho
Hay Hong, ia menjawab dengan suara hambar.
"Aku tidak kenal siapa itu Kakek penjinak garuda."
"Kau bohong!" berteriak Ho Hay Hong. Mendengar
suara keras Ho Hay Hong Khong ciok Gin-cee merasa
tertarik, ia memandang gadis itu dengan seksama,
mendadak membuka matanya dan berkata.
"Ho siauhiap, nona ini masih pernah apa denganmu?"
Ho Hay Hong menjawab: "Dia sahabatku, kau jangan salah faham."
Khong ciok Gin ce nampaknya merasa lega, sambil
menarik napas ia berkata:
"Ia sangat mirip dengannya. Akh, sudah tidak ada
waktu lagi. aku masih perlu melanjutkan perjalananku.
Ho siauhiap, kita sampai ketemu lagi !"
Dengan napas masih memburu ia naik keatas kuda.
setelah mengawasi lagi Ho Hay Hong sejenak, lantas
kaburkan kudanya. Pikiran Ho Hay Hong agak kalut, tetapi diluarnya ia
masih berlaku tenang. "Kau tidak merahasiakan dirimu lagi. Kau tadi telah
mengaku bahwa kitab pusaka garuda sakti itu adalah
milikmu, ini sudah jelas bahwa mesti punya hubungan
dengan Kakek penjinak garuda !" berkata sampai disitu ia pura pura berhenti, lama baru berkata lagi
"Sebetulnya. Kakek penjinak garuda itu bukanlah
seorang hebat seperti malaikat, apa lagi ia sudah lama
tidak unjuk diri dalam dunia Kang ouw. Kedudukannya
dimasa lampau sudah diambil oleh orang lain. Taruh kata
benar kau adalah orangnya Kakek penjinak garuda, aku
juga tidak anggap apa-apa."
Ia memperhatikan perubahan sikap si nona. Pikirnya
kalau benar dia adalah orangnya Kakek penjinak burung
garuda, setelah mendengar perkataan itu, pasti akan
marah. Tetapi, wajah dan sikapnya wajar seperti biasa, tetap
kaku dingin, hingga membuat ia kecewa.
"Kau benar-benar bagaikan sebuah patung, kalau kau
masih belum mempunyai nama julukan aku pikir akan
memberikan kau satu nama"
"Tidak halangan kau pilihkan nama untukku !" berkata perempuan itu dengan tiba-tiba.
Ho Hay Hong pura-pura berpikir agak lama, kemudian
baru berkata: "Hian peng Mo lie !"
Perempuan kaki telanjang itu ketika mendengar nama
itu, merasa tidak senang, katanya:
"Mengapa tidak sebut aku Hian peng Yao lie"
Bukanlah lebih tidak enak didengar daripada Hian peng
Molie?" "Kalau kau suka dengan nama Hian peng Yao lie, aku
juga tidak bisa berbuat apa apa terserah padamu
sendiri." Perempuan itu hanya menunjukkan senyum dingin,
tidak menyatakan apa-apa.
Dua orang itu berjalan tanpa berkata apa-apa, Ho Hay
Hong mendadak membuka suara:
"Ku pikir, aku sendiri barangkali mempunyai sedikit
hubungan dengan Kakek penjinak garuda, jikalau tidak,
tak mungkin lenganku bisa ada tanda cakar garuda
sakti!" "Apa maksudnya perkataanmu ini?" tanya wanita itu.
"Ucapanmu ini hanya sekedar mengungkap
pertanyaan dalam hatiku, mengapa kau merasa tidak
tenang ?" "Jangan pikirkan yang bukan-bukan, barangkali orang
tidak mau mengenali." berkata sampai disitu, mendadak bungkam. Tetapi Ho Hay Hong sudah dapat menangkap
tanda-tanda tidak wajar, hingga hatinya bercekat, namun
diluarnya Ia bersikap marah-marah, katanya agak
mendongkol: "Tidak mengenali juga tidak apa, kalau kau benarbenar ada hubungannya dengan dia, aku juga tidak ingin
mengenalnya. Hem jangan kau kira aku seperti orang
yang bersifat suka menjilat pantat !"
"Kau benar-benar seorang jantan!" berkata wanita itu dingin.
Dari kata-kata wanita itu, Ho Hay Hong merasa bahwa
wanita itu tidak kena dipancing, hingga dalam hati ia
merasa kecewa. Ia berkata:
"Ini juga belum tentu, karena orang toh tidak mau
mengenaliku, mana aku punya itu muka untuk minta
berkenalan dengannya?"
Dengan tiba-tiba dalam otaknya terlintas suatu pikiran,
lalu berkata lagi dengan nada suara dingin:
"Mungkin tanda cacah burung Garuda ditanganku ini
yang hanya membawa sial. Sebelumnya aku mempunyai
sifat yang suka kepada burung Garuda dilenganku,
umpama burung Garuda aneh yang kulihat didalam
kampung setan malam itu."
"Jika ia binatang peliharaan kampung setan, sehingga
tidak dapat ditangkap sesungguhnya sangat sayang,
tetapi apabila kita benar-benar dapat menangkapnya
hidup-hidup, aku kira dengan kecerdikan yang luar biasa
itu apabila kita didik dengan baik rasanya lebih baik dan
lebih boleh dipercaya dari pada puluhan orang
pengawal." "Dia adalah binatang luar biasa. seumur hidupnya
hanya mengabdikan kepada satu majikan saja, setia
seumur hidup, tidak akan mau dengar perintah orang
kedua. Sekalipun kau dapat menangkapnya hidup-hidup
juga tidak bisa mengendalikannya!"
"Benarkah " Seandai aku berhasil menangkapnya dan
kubawa pulang, umpama aku kurang hati-hati apabila ia
juga dapat lari pulang?"
"Sudah tentu!" "Ow, binatang luar biasa ini benar hebat! Tetapi kini aku mendapatkan suatu cara yang baik sekali, aku akan
membawanya ketempat yang jauhnya ribuan pal dari
sini, bagaimana ia bisa pulang kembali?"
"Kau boleh simpan saja pikiranmu yang bukan-bukan
itu, jangankan hanya ketempat yang baru sejauh ribuan
pal saja, sekalipun kau bawa ke Gurun pasir, dia juga
dapat mencari arah letak tempat asalnya. Dengan
mengikuti petunjuk sinar matahari, ia bisa mencari jalan
untuk pulang lagi, kecuali kalau kau membunuhnya. Dia
memiliki kekuatan tenaga terbang luar biasa satu hari
bisa terbang ribuan pal, untuk kemudian balik kesamping
majikan lamanya." "Aih, karena kau mengatakan demikian, aku juga tidak
merasa tertarik lagi, coba pikir, aku sudah menggunakan
banyak pikiran dan tenaga, dengan susah payah
mendidiknya! pada akhirnya tokh ia masih kabur lagi,
apa gunanya?" Diam-diam ia merasa girang, pikirnya: burung Garuda
raksasa dalam sangkar ditaman Gedang rumah
pendidikan ilmu silat Kanglam-Bu koan adalah burung
peliharaan si kakek penjinak Garuda, alangkah baiknya
kalau aku dapat menggunakannya untuk mencari jejak si
kakek itu! Diluarnya ia tidak mengatakan apa-apa, ia mengikuti
perempuan kaki telanjang itu berjalan sambil
menundukkan kepala, dalam waktu singkat ia menginjak
kelain kota. Kota itu bernama kota Hok-san, letaknya tepat
ditengah-tengah daerah Kang lam, Kota itu mempunyai
pemandangan alam yang indah, disamping itu
penduduknya juga cukup banyak, kotanya cukup ramai,
dijalan banyak orang lalu lalang, diatas sungai juga
banyak terdapat perahu sampan mundar mandir hilir
mudik. Ho Hay Hong diam-diam menjadi geli sendiri, dalam
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hati berpikir sedikit pun tidak mendapat hasil apa-apa,
hanya menyusahkan dirinya saja. Aku harus lekas
mencari letak markasnya perkumpulan lempar batu,
supaya tidak menimbulkan rasa curiganya.
Tiba-tiba ia teringat pengalaman sewaktu bertemu
muka dengan Chim kiam Sianseng dan tanda rahasia
partai lempar batu, lalu mengajak perempuan kaki
telanjang itu menuju ke pantai sungai di mana banyak
berkumpul orang-orang yang hendak menyebrang
sungai. Tiba di pantai, ia lihat sungai itu airnya jernih sekali,
pada waktu Itu hari sudah senja, angin meniup sepoisepoi,
merupakan waktu yang paling baik untuk pesiar
keatas air. Perahu-perahu sampan yang dihiasi dengan
beraneka warna hampir sibuk semuanya, banyak orang
bergembira pada berdiri ditepi sungai, juga ada yang
berdiri diatas sampan untuk menikmati pemandangan
alam sangat indah ini. Ho Hay Hong memilih tempat yang terdapat banyak
orang, ia mengambil sebuah besar, lalu dilemparkan ke
dalam sungai sedang mulutnya berseru: "Lempar batu. .
Lempar batu" Kelakuan yang aneh itu segera menimbulkan perhatian
orang-orang, baik yang berada di tepi sungai maupun
yang berada didalam sampan. Sedangkan perempuan
kaki telanjang itu sendiri juga mengawasinya dengan
keheranan. Ho Hay Hong agak kecewa, karena kelakuannya yang
aneh itu ternyata tidak menimbulkan tindakan timpalan
dari orang-orang dari golongan Lempar batu. Hari sudah
senja sebentar lagi malam akan tiba. Dengan bergantinya
hari, berarti akan hilang kepercayaannya.
Hatinya mulai gelisah, diambinya cobaan batu besar
dan dilemparkannya kedalam sungai, sedang mulutnya
masih berkaok-kaok. Lempar batu tidak berhentinya.
Kelakuannya itu kembali menimbulkan gelak tertawa
orang banyak yang menyaksikannya.
Ia agak mendongkol kepada orang-orang golongan
lempar batu itu adalah satu partai besar. orang-orangnya
pasti tersebar luas disegala pelosok. Nampaknya Partay
lempar batu itu hanya satu partay kecil yang tidak
berarti. Dengan tiba-tiba. dibelakangnya terdengar orang
batuk-batuk, kemudian dibarengi oleh kata-katanya.
"Sudah cukup, sudah Cukup."
Ho Hay Hong diam-diam merasa girang ketika ia
berpaling, dilihatnya seorang tua berdiri menghadap
sungai. Pakaiannya berwarna kuning, sudah kumal dan
banyak lubang, banyak mirip dengan tukang-tukang
sampan. Melihat itu Ho Hay Hong agak kecewa.
Perempuan kaki telanjang itu mengawasi orang tua itu
dengan mata tanpa berkedip tetapi orang tua itu tidak
menghiraukannya, dari mulutnya terdengar serentetan
bunyi sajak. Ho Hay Hong tercengang. Dalam hati ia tidak mengerti
mengapa orang tua itu bersajak" Sungguh tidak disangka
orang tua seperti tukang sampan itu ternyata seorang
terpelajar. Pikiran itu hanya sepintas lalu saja terlintas dalam
otaknya, mendadak ia teringat akan kode rahasia dalam
partay. Tidak perduli betul tidak, ia lantas menyambutnya
dengan ucapan sajak juga.
Wajah orang tua bongkok itu menunjukkan senyuman,
kemudian menegurnya: "Sahabat, kau dari mana, ikutilah aku!"
Tanpa menantikan jawaban Ho Hay Hong orang tua
itu sudah membalikkan badannya dan berlalu. Belum
lenyap perasaan terkejut Ho Hay Hong, orang tua itu
sudah berjalan dan naik keatas sampan, tangannya
dilambai-lambaikan kearahnya. Jelas bahwa orang tua itu
memintanya lekas ikut dirinya.
Dengan perasaan tak tenang, Ho Hay Hong berkata
kepada perempuan kaki telanjang dengan suara
perlahan. "Bolehkah kau tunggu sebentar?"
"Kau ada urusan, sudah tentu aku tidak dapat
menghalangi urusanmu!" jawab perempuan itu.
"Maaf aku akan pergi dulu, sebentar akan kembali!"
Dengan cepat Ho Hay Hong lari keatas sampan, orang
tua bongkok itu dari dalam keranjang bambu mengambil
sebuah bungkusan dan diberikan kepada Ho Hay Hong,
supaya dimakannya. Ho Hay Hong tidak menolak. Diambil dan dimakannya
bubuk hitam dalam bungkusan.
"Karena partai lempar batu semakin lama
pengaruhnya semakin besar, maka kita harus berlaku
sangat hati-hati, jangan sampai kemasukan mata-mata
musuh. Umpama obat dalam bungkusan itu tadi, adalah
obat yang khusus digunakan untuk menghadapi orang
orang semacam itu. Jikalau orang itu berani menyamar
sebagai saudara saudara golongan kita, obat itu dapat
memaksanya membuka sendiri rahasianya. Bagi saudara
saudara kita sendiri semua sudah sedia obat
pemunahnya makan lebih banyak juga tidak halangan.
Saudara tentunya sesalkan perbuatan tadi, bukan?"
Ho Hay Hong terperanjat, dari keterangan orang tua
itu, dapat diduga bahwa bubuk hitam itu mengandung
racun yang amat dahsyat. Dengan pikiran kusut, terpaksa ia menjawab:
"Ah, tidak apa, kalau itu memang merupakan suatu
peraturan dari perkumpulan, kira tokh harus
menurutinya." "Tadi saudara melemparkan batu ketengah sungai,
tentunya ada urusan penting yang perlu saudara
laporkan, marilah kita jangan membuang waktu." berkata orang tua itu sambil tertawa.
"Baik!" jawab Ho Hay Hong. Ia sebetulnya hendak
melanjutkan kata-katanya, tetapi perutnya mendadak
dirasakan sakit. Untung orang tua itu tidak
memperhatikannya, jikalau tidak, pasti sudah terbuka
kedoknya. Dengan berusaha keras untuk menenangkan
pikirannya, barulah ia melanjutkan kata-katanya:
"Pangcu telah perintahkan aku mengabarkan kepada
saudara saudara dikota Hok san bahwa pada waktu
belum lama berselang si kakek hidung merah tanpa
sebab telah mati terbunuh ditepi danau Liok ing ouw.
Kepandaian orang yang membunuhnya itu sangat tinggi.
Pangcu sangat perhatikan kejadian itu, minta saudarasaudara di Hok san melakukan persiapan. Kalau
mendengar suara tidak baik harus segera memberi
laporan kepada atasannya, supaya tidak menelan korban
lebih banyak." "Memang benar, kematian kakek hidung merah
merupakan suatu kejadian yang sangat menyedihkan
bagi kita. Aku si Srigala kuning Hek Tek dengan mentaati
peraturan partai, hendak menuntut dendam untuknya."
Ho Hay Hong mengeluarkan rintihan perlahan tetapi
tidak diperhatikan oleh si Srigala kuning.
"Pangcu ingin menggerakkan kekuatan di kota Hok
san, Entah." demikian Ho Hay Hong yang baru berkata
sampai disitu, pengaruh obat hitam tadi menimbulkan
rasa sakit dalam perutnya, hingga ia tidak sanggup
bertahan lagi. Ia sudah akan berlaku nekad untuk membinasakan
Srigala kuning itu lebih dulu. Tentang letak pusat partai
lempar batu ia sudah tidak pikirkan lagi. Tetapi kekuatan
tenaga dalam tubuhnya agaknya sudah lenyap
seluruhnya hingga ia tidak dapat melaksanakan
serangannya. Iapun tahu bahwa orang tua bongkok yang
menamakan diri Srigala kuning itu, adalah pemimpin
cabang dikota Hak san, kepandaian ilmu silatnya sudah
tentu tidak lemah. Apabila serangannya itu tidak dapat
membinasakannya, ia sendiri pasti juga sangat
berbahaya keadaannya. Wajahnya pelahan-lahan semakin pucat pada
akhirnya, kepalanya terasa mabuk hingga hampir tidak
bisa berdiri. Ia sudah mulai putus harapan, selagi hendak
menggunakan sisa tenaganya, untuk menceburkan diri
kedalam sungai, tiba-tiba teringat diri perempuan kaki
telanjang yang ada membekal obat mujarab Liong yan
hiang. Obat mujizat itu pertama membawa pengaruh besar
baginya, harapan hidup tumbuh lagi, tetapi akhirnya
mendadak ia menarik napas karena Ia paling tidak suka
untuk tunduk kepala minta-minta dihadapan kaum
wanita, sekalipun pedang di tinggalkan diatas lehernya.
Srigala kuning agaknya dapat melihat perubahan sikap
dan kelakuan anak muda itu, ia bertanya dengan
perasaan heran: "Saudara kenapa?"
Ho Hay Hong terkejut, buru-buru berusaha
mempertahankan tubuhnya. "Tiga hari tiga malam aku melakukan perjalanan terus
menerus sehingga sampai di sini, aku merasa terlalu
letih!" jawabnya. "Tiga hari tiga malam?" tanya Srigala kuning, "apakah saudara datang dari markas besar?""
"Benar!" "Aneh," berkata orang tua itu sambil membuka
matanya lebar-lebar, "mengapa pangcu bisa mengutus
orang seperti kau untuk mengirim berita. Tempat ini
letaknya hanya seperjalanan setengah hari saja dari
markas besar. Sekalipun bagi seorang yang tidak
mengerti ilmu silat, dengan jalan kaki satu hari satu
malam juga bisa sampai, jangankan saudara sebagai
orang pilihan, apakah saudara kesasar jalan?"
Ho Hay Hong yang dalam keadaan sulit coba
menjawab seenaknya, tak disangka telah membuat
kekeliruan. Dalam marahnya, ia masih berlaku keras
kepala. "Kenapa" Apakah kau mencurigai aku dan pangcu?"
Dengan sinar mata keheran-heranan orang tua itu
berkata: "Saudara mengapa bicara tanpa aturan?"
Ho Hay Hong mendadak merendah "Maafkan,
pikiranku tidak karuan."
Pada saat itu ia, telah mengambil keputusan hendak
tunduk kepala kepada perempuan kaki telanjang, maka
lantas berkata kepada Srigala kuning:
"Kau tunggu sebentar aku hendak panggil sahabatku,
sebentar akan kembali."
Ia menggemertakkan giginya berusaha
mempertahankan sikapnya, pelahan-lahan jalan turun
dari sampan. Dengan menggunakan kesempatan yang ada, ia
berteriak memanggil: "Hai."
Baru sepatah kata keluar dari mulutnya ia dikejutkan
oleh keadaan didepan matanya. Tepi sungai itu ternyata
sudah kosong, entah ke mana perginya perempuan kaki
telanjang tadi. Dalam keadaan putus asa, matanya
mendadak gelap dan akhirnya jatuh pingsan.
Ketika ia membuka matanya kembali, keadaan
didepan matanya sudah berubah. Udara sudah gelap
angin meniup kencang, sekitar dirinya berdiri
serombongan laki-laki tegap dengan sinar mata bengis.
Ia bingung, masih ingat ketika ia jatuh pingsan, orang
tua bongkok itu lompat keluar dari sampan, dengan
muka menyengir menyerbu dirinya, mengapa dalam
waktu sekejap keadaan sudah berubah"
Ia berusaha menenangkan pikirannya, matanya
melihat orang-orang yang berdiri di sekitarnya. Tak
disangkanya bahwa orang-orang yang berdiri
disekitarnya itu semua merupakan orang-orang yang
sudah dikenalnya. Tiba-tiba ia mencurigai dirinya berada dineraka, tetapi
orang-orang disekitarnya benar-benar adalah delapan
pengawal. Suatu pikiran terlintas dalam otaknya: "apakah aku telah tertangkap?"
Tetapi diantara delapan pengawal itu terdapat Srigala
kuning yang kini sudah menjadi tawanan. Wajah orang
tua itu menunjukkan perubahan besar, dari kaget, marah
berubah minta dikasihani. Matanya mengawasi tanah
seolah-olah ingin berlutut sambil meratap minta
diampuni. Ho Hay Hong tidak mengerti, mengapa Srigala kuning
itu ketika mengawasi dirinya, yang juga menjadi tawanan
delapan pengawal, wajahnya mendadak menunjukkan
sikap minta dikasihani "
Delapan pengawal itu ketika melihat Ho Hay Hong
sadar, semua mengangkat tinggi-tinggi tangan mereka,
salah seorang diantaranya berkata dengan sikap sangat
menghormat: "Apakah Siangcu tidak mendapat halangan apa-apa"
Manusia keparat dari golongan lempar batu ini sudah
menyerahkan sendiri obat pemunahnya, tetapi kita tidak
berani mengambil keputusan terhadapnya, maka minta
petunjuk Siangcu!" Mendengar perkataan mereka yang sangat
menghormat, jelas bahwa dirinya sudah di anggap Tang
Siang Sucu. Dalam hati Ho Hay Hong merasa geli sendiri.
Berada dalam keadaan demikian, tampaklah disini
kecerdikan Ho Hay Hong. Dengan meniru sikap gaya
Tang sian Sucu, ia tertawa dingin berulang-ulang,
kemudian berkata. "Tua bangka kau tidak mempunyai mata, lekas
ceburkan dalam air untuk umpan ikan !"
Orang tua bongkok itu mendadak unjukkan sifat yang
takut mati, mendengar ucapan itu segera ia berlutut di
hadapan Ho Hay Hong, dan dengan suara meratap ia
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
minta diampuni. "Siangcu, ampunilah dosaku si orang tua yang tidak
mempunyai mata, lain kali aku tidak berani lagi."
Ho Hay Hong membentak sambil mendelikkan
matanya. "Lekas beritahukan dimana markas Lempar batu ! Aku
dapat mengampuni jiwamu jikalau tidak akan kupotong
batang lehermu !" "Markas besar Lempar batu letaknya sangat
dirahasiakan, hamba tidak dapat menyebutkan dimana
letaknya. Siangcu sendiri pasti juga tidak dapat
menemukan. Maka sebaiknya hamba yang mengantarkan
tuan-tuan sekalian. Kalau Siangcu percaya, sekarang
juga boleh berangkat!"
Ho Hay Hong diam-diam berpikir: "Delapan pengawal
sudah ditanganku, tidak perlu takut padamu. Lagi pula
aku tokh bukan Tang siang Sucu, sekalipun harus
bentrok dengan golongan Lempar batu tidak perlu takut".
Ia memandang keadaan disekitarnya, ternyata
merupakan tempat belukar maka lalu bertanya kepada
delapan pengawal: "Ini tempat apa ?"
Salah seorang dari delapan pengawal itu menjawab:
"Disini terpisah sejarak lima pal dari sungai Yang-cekiang, letaknya disebelah barat Hok san. Tempat ini sunyi
sepi, jarang didatangi oleh manusia disebelah kanan,
tidak jauh dari sini, ada sebuah kelenteng tua yang
sudah rusak, aku pikir sekarang sudah malam, terpaksa
minta Siangcu bermalam disini dulu"
Ho Hay Hong mencoba kekuatan tenaga dalamnya,
ternyata tidak mendapat halangan suatu apa. Diam-diam
ia merasa girang. "Kalian tadi apakah melihat wanita berkaki telanjang
ditepi sungai ?" Kepala rombongan delapan pengawal itu yang
badannya gemuk bagaikan kerbau, ketika mendengar
pertanyaan itu, ia hanya memancarkan sinar heran.
"Bukankah tadi Siangcu telah mengajak padanya
sendiri" Bagaimana sekarang menanyakan kepada kita?"
demikian jawabnya. -ooo0d-w0ooo- Bersambung Jilid 9 RAHASIA KAMPUNG GARUDA Karya : Khulung Saduran : Tjan ID Jilid 9 HO HAY HONG terkejut, baru merubah perkataannya:
"Dia kabur dengan cepat, aku tidak dapat mengejar."
Kepada pengawal itu memandangnya dengan
perasaan bingung. perasaan herannya nampak semakin
nyata. "Kepandaian Siangcu tokh tidak dibawahnya, lagi pula
mendapatkan luka oleh ciang-bun loya, sehingga ia
menderita luka dalam, bagaimana bisa kabur ?"
Mendengar jawaban itu bukan kepalang terkejutnya
Ho Hay Hong. Pikirnya, pantas wanita itu berlalu tanpa
pamitan, kiranya telah terluka ditangan Lam kiang
Taybong. dan Kini sedang dikejar oleh Tang liang Sucu.
Mungkin juga sudah tertangkap
Diam-diam ia merasa cemas, karena Lam kiang Taybong
sebagai salah satu lima orang kuat dalam rimba
persilatan, kepandaiannya pasti tinggi sekali.
Namun demikian, diluarnya mau tidak mau harus
berlagak tidak senang. "Jangan banyak bicara, nanti membangkitkan
kemarahanku, mengerti?" demikian bentaknya.
Delapan pengawal itu ketika mendengar ucapan itu,
semua memandangnya dengan perasaan bingung.
Ho Hay Hong khawatir mereka curiga lantas buru-buru
berkata: "Jangan khawatir, wanita itu walaupun sangat licin,
tetapi Ciang bun loya lebih licin daripadanya, pasti tidak akan lolos dari tangannya!" sebentar ia berdiam purapura menghela napas, "aih. loya tergesa-gesa berpisah
denganku, entah dia sudah tahu atau belum bahwa aku
kehilangan dia. Ai, aku khawatir loya anggap aku dapat
menyelesaikan sendiri, sehingga tidak campur tangan
lagi, dengan demikian memberi kesempatan kepada
wanita itu untuk melarikan diri. Kalian melihat loya atau
tidak ?" Delapan pengawal itu semakin bingung, satu diantara
balas menanya: "Bagaimana artinya ucapan Siangcu ini" Apakah ciang
bun loya tidak pesan apa-apa kepada Siangcu?"
Ho Hay Hong terkejut. "Tidak, sebelum itu loya tidak
pernah menyatakan apa-apa padaku !" demikian
jawabnya. "Heran, loya sebaliknya meninggalkan pesan kepada
kita, perintahkan kita semua mengikuti siangcu, dengan
cepat melakukan penggerebekan, mencari jejak Khong
ciok Gin cee dan putrinya Su to Siang, ajar supaya
segera dibunuh." Ho Hay Hong diam-diam berpikir. "sungguh jahat,
kalau bukan aku yang kebetulan dianggap sebagai Tang
liang Sucu mereka berdua benar-benar sulit akan
meloloskan diri dari tangan orang-orang jahat ini."
Dengan pura pura berlaku tidak tahu, ia berkata:
"Apakah kalian sudah tahu kemana perginya Khong
ciok Gin cee dan nona Su to itu?"
"Nona itu telah menghilang, sedang Khong ciok Gin
cee kabur menuju kegunung Cong lam san, mungkin
memberitahukan kepada ketua Cong lam pay, Pendekar
baju kuning. Pendekar baju kuning adalah suhu tiga jago
pedang, kalau ia mengetahui hal itu. Dia tentu tidak bisa
tinggal diam. Kita sudah perintahkan saudara kita untuk
mencegat, dalam satu dua hari ini barang kali bisa
mendapat kabar." Ho Hay Hong anggap telah mendapat kesempatan
untuk memberi peringatan kepada delapan pengawal,
masa lantas berkata: "Kalian bekerja kurang beres, dikemudian hari pasti
akan menimbulkan kerewelan, bagaimana kalian
sekarang harus bertanggung jawab padaku ?"
Delapan pengawal itu tercengang, dengan serentak
berkata. "Siangcu, semua telah kita lakukan menurut perintah
siangcu sendiri !" Ho Hay Hong terkejut, diam-diam berpikir: "Aku
sebetulnya tidak boleh berlagak pintar sendiri,
mengucapkan perkataan sembarangan."
Ia berlaku sangat cerdik, pura-pura berlagak lupa,
kemudian berkata sambil mengangguk anggukkan
kepala: "Oh ya, benar, itu memang aku yang perintahkan,
tetapi sekarang sudah kurubah rencanaku, kalau aku
tidak memberikan keterangan, bagaimana kau
mengetahui keadaan yang sebenarnya . . .
Hakekatnya apa yang dikatakannya "rencana", ia
sendiri juga tidak tahu rencana apa, maka akhirnya ia
berlagak marah dan berkata:
"Tidak bisa, aku perlu mencari Chim kiam sianseng
lebih dulu untuk minta pertanggungan jawabnya, supaya
orang-orangnya lain kali tidak berani bermusuhan lagi
denganku !" Dengan satu tangan, ia mengangkat tubuh Srigala
kuning dan membentak padanya.
"Lekas antar kita, baru aku ampuni jiwamu !"
Orang tua itu berkata sambil menganggukkan kepala
"Tayhiap, lepaskan tanganmu, hamba segera
berangkat." Selagi masih berdiri ditempatnya, delapan pengawal
itu berkata: "Apakah siangcu sudah lupa, bahwa empat bintang
kita masih menunggu perintah didalam kelenteng tua ?"
Ho Hay Hong pikir, apabila tidak lekas pergi, nanti
kalau Tang siang Sucu tulen datang, pasti akan terbuka
kedoknya. Itu berarti memberi kesempatan bagi Srigala
kuning untuk melarikan diri, tapi membahayakan
kedudukan sendiri. Maka ia lantas perintahkan kepada delapan pengawal
untuk memberitahukan kepada empat bintang, tidak
lama kemudian, empat laki-laki berpakaian pendek warna
hijau berjalan menghampiri dengan langkan gesit.
Empat laki-laki muda itu memberi hormat padanya
seraya berkata: "Melaporkan kepada siangcu, kita berempat sudah
melakukan penyelidikan seluruh daerah Hok san, tidak
menemukan jejak musuh kita."
Karena Ho Hay Hong tidak mengerti pembicaraannya,
jawabnya seenaknya: "Tidak apa, cari saja pelan-pelan, pasti ketemu !"
Dengan membawa delapan pengawal di tambah
empat bintang dari Lam Kiang Tay beng, di paksa Srigala
kuning mengunjuk jalan, berjalan menuju ke barat.
Selagi mereka berjalan, terasa dari dalam rimba yang
tidak jauh terdengar suara burung berbunyi, kemudian
disusulnya dengan munculnya satu bayangan besar,
terbang diatas kepala mereka dengan cepatnya, hingga
sebentar sudah menghilang.
Ho Hay Hong sudah dapat melihat dengan tegas
bahwa bayangan besar itu adalah bayangan seekor
burung raksasa. Dalam hatinya lalu berpikir: "Dari mana
burung garuda ini" Apakah burung garuda dari kampung
setan Itu?" Belum lenyap pikirannya, ditepi jalan terdengar suara
orang berkata: "Hendak melakukan perbuatan jahat,
janganlah tergesa-gesa! Hai, semua jangan bergerak!"
Ketika sinar mata berhadapan dengan mata orang itu,
mendadak ia terperanjat. Orang itu mengenakan pakaian
berwarna kelabu, rambutnya putih. Itu adalah orang
yang pernah dilihatnya didalam kampung setan.
Meskipun dalam hati agak khawatir, tetapi Ia masih
berlaku tenang. Ia mengulapkan tangannya, memberi
isyarat supaya semua orangnya berhenti, kemudian ia
bertanya. "Sahabat ada urusan apa!"
Orang aneh berpakaian kelabu itu dengan sinar
matanya yang tajam menatap wajah semua orang
sejenak, baru berkata. "Kau jangan berlagak pilon, lekas serahkan kembali
wanita kaki telanjang itu. Siapa berani melanggar
perintah ini, akan kuambil kepala kalian!"
Ho Hay Hong pikir, "orang tua ini meskipun suaranya
berat dan agak mirip dengan suara orang tua, tetapi
tidak sesuai dengan bentuk badannya, sudah jelas kalau
menyamar. Memang benar, orang itu adalah orang aneh
yang pernah dijumpainya didalam kampung setan."
"Sahabat perkataanku sungguh hebat, tapi apakah
benar tanganmu memiliki kekuatan tenaga itu" Pernah
apa kau dengan nona kaki telanjang itu" Kalau tidak
mempunyai hubungan rapat, jangan coba-coba campur
tangan. Hem, kau ketahui bahwa anak muridnya Lam
kiang Tay-bong selamanya tidak suka kepada orangorang
yang suka mencampuri urusanku. Sahabat, kau
pikirkan dulu masak-masak."
Sebetulnya ia sudah dapat menduga bahwa orang itu
adalah saudara tua perempuan kaki telanjang, tetapi
untuk memegang derajat dirinya sendiri, ia tidak
menyebutkan namanya, ia sengaja menyebutkan nama
Lan kiang Tay bong, untuk menggertak lawannya
Dilain fihak, ini berarti diam-diam memberi petunjuk
kepada orang itu, supaya dalam penyelidikan dapat
mengetahui kemana perempuan itu dibawa. Sebab ia
tidak ingin perempuan kaki telanjang itu dapat celaka.
"Lam kiang Tay bong itu manusia apa" dengan
mengandalkan kepandaiannya apa ia berani bermusuhan
denganku" Heh sekarang aku sudah datang sendiri,
suruhlah ia pulang lekas"
Ucapan orang aneh itu sungguh sombong, benarbenar
tidak memandang mata kepada Lam kiang Tay
bong. Bagi Ho Hay Hong, hal ini tidak berarti apa-apa,
tetapi bagi anak buah Lam kiang Tay bong lain lagi
halnya. Mereka, delapan pengawal dan empat bintang
seketika berubahlah wajahnya, mata mereka ditujukan
kepada Ho Hay Hong, agaknya menantikan, perintah
untuk bertindak Dalam keadaan demikian. Ho Hay Hong terpaksa pun
harus marah. Ia membentak dengan suara keras:
"Apakah kau sudah makan nyali harimau, sehingga
Lam kiang Tay bong loya kau juga berani menghinanya"
Sudahlah, kala kau memang sudah bosan hidup, kita
akan mengiringi kehendakmu."
Tangannya melambai, delapan pengawal dan empat
bintang segera turun tangan menyerbu orang berbaju
kelabu dengan senjata masing-masing.
Tamu aneh berbaju kelabu itu mendorong dengan
kedua tangannya, suatu kekuatan tenaga yang hebat
sekali meluncur keluar hingga mengejutkan orang yang
mengurung dirinya. Semua lompat mundur, tiada
satupun yang berani maju lagi.
Orang aneh itu tertawa terbahak-bahak, ia maju
beberapa langkah, matanya mengawasi Ho Hay Hong,
"Tentang urusanku, kau juga sudah tahu sendiri.
Sekarang jangan banyak bicara, lekas serahkan kembali
gadis kaki telanjang itu, jangan sampai kau kehilangan
jiwa!" "Apa kau kira hilangnya nona itu adalah perbuatan
kita?" berkata Ho Hay Hong.
Ia sengaja berlaku lunak, pura-pura kaget.
"Apa kau masih mencoba mengelabuhiku" Hm! Kalau
bukan karena garuda sakti telah melihat tuan muda
sedang berada dalam kesulitan dan cepat melaporkan,
aku masih belum tahu kalau Lam kiang Tay bong
demikian kurang ajar!" berkata tamu aneh itu.
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Setelah itu mulutnya mengeluarkan satu siulan kecil.
Dari udara melayang turun seekor burung, benar saja
adalah burung garuda raksasa itu yang lantas hinggap
diatas bahu orang aneh itu.
Tamu aneh itu mengelus-elus tubuh burung garuda,
kemudian berkata dengan suara dingin:
"Kalian sudah dengar atau belum" Suara burung tadi
adalah suatu jawaban bahwa memang benar ada
kejadian itu. Apakah kau masih hendak menyangkal?"
"Hanya mengandalkan keterangan seekor binatang
burung, mana boleh dipercaya" Kau tunjukkan buktinya!"
Tamu aneh itu ketika mendengar ucapan itu, marah
sekali. Ia melesat setinggi lima enam tombak, ditengah
udara ia menghardik "Bangsat, kau kepala batu." Dua tangannya dipentang, cepat bagaikan kilat menyerbu
orang banyak, barisan delapan pengawal dan empat
binatang menjadi kacau, mereka pada lompat mundur,
tapi Srigala Kuning Hak Tak yang tidak keburu lari, mati
seketika itu juga. Kejadian itu sangat menggemparkan, semua anak
buah Lam kiang Tay bong tidak berani berkutik.
Burung garuda raksasa itu juga tidak tinggal diam, ia
terbang berputaran ditengah udara, kemudian
melakukan suata gerakan, dari kedua sayapnya
mengeluarkan hembusan angin yang luar biasa
hebatnya. Ho Hay Hong geser mundur kakinya, dengan kedua
tangannya ia menyerang dari samping.
Garuda itu terbang tinggi dan berputar putaran
ditengah udara. "Burung garuda ini sungguh bebat, tentunya burung
peliharaan kakek penjinak garuda" berkata Ho Hay Hong, matanya ditujukan kepada tamu aneh itu.
Ia sengaja mengajukan pertanyaan demikian, hendak
membuktikan dugaannya yang selama itu tersimpan
dalam hatinya. Tetapi tamu aneh itu sebaliknya menjawab tertawa
dingin: "Tidak perduli bagaimana, kedatanganku ialah hendak
minta orang! Pertanyaanmu ini boleh kau ajukan kepada
raja akherat." "Sahabat, kau terlalu jumawa, apa kau kira aku benarbenar takut padamu?" berkata Ho Hay Hong, lalu maju
tiga langkah, dan dengan mendadak melancarkan satu
serangan. Bersamaan dengan itu, ia berkata dengan
suara sangat perlahan: "Jangan ribut-ribut! Tentang nona kaki telanjang itu
juga merupakan suatu hal yang menjadi perhatianku.
Aku pikir, ini adalah perbuatan Lam kiang Tay bong. Kau
boleh pura-pura bertempur denganku, tetapi jangan
merusak rencanaku!" Tamu aneh itu baru akan mengeluarkan serangannya,
setelah mendengar perkataannya Ho Hay Hong, dengan
cepat ditariknya kembali. Sambil maju selangkah ia
bertanya dengan suara perlahan juga.
"Kau bukan orangnya Lam-kiang Tay-bong ?"
Ho Hey Hong pura-pura melancarkan serangan lagi,
tetapi tidak disertai kekuatan tenaga.
"Apakah kau sudah lupa" Orang yang malam itu
berada disamping nona kaki telanjang itu, adalah aku
sendiri." demikian ia mengingatkan kepada tamu aneh
itu. Tamu aneh itu membuka lebar matanya,
memandangnya sekian lama, baru berkata: "Ow, ya
betul, kau benar adalah orang itu, tetapi dengan cara
bagaimana kau dapat melarikan diri ?"
Ia ajukan pertanyaan demikian sambil mementang
lima jarinya, menyambar tubuh Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong hampir kesambar oleh kuku jarinya.
Buru-buru ia menundukan kepalanya, katanya dengan
perasaan tidak senang. "Nona itu yang melepaskan aku, aku sudah berjanji
dengannya, hendak mengembalikan pedangnya."
"Aku pikir ia tentu kau perdayai, dalam dunia dimana
ada orang yang sudah mendapatkan barang pusaka, sudi
mengembalikan lagi" Kau mungkin dapat membohongi
dia tetapi aku tidak !"
Ho Hay Hong marah. "Pikiranmu banyak curiga. Bukan
saja kau tidak akan menemukan dia, sebaliknya malah
akan merusak urusan besar, Dikemudian hari kau jangan
menyesal!" Dengan kepalan tangan kirinya ia melakukan satu
serangan. Tamu aneh itu tangannya tanpa bergerak sambil
tertawa dingin ia maju menerobos hembusan angin dari
serangan Ho Hay Hong. Ho Hay Hong terperanjat, buru-buru ia berkata:
"Apakah kau benar-benar sudah tidak memikirkan
keselamatan jiwanya ?"
Tamu aneh itu merandek dan bertanya:
"Apa artinya ucapanmu ini ?"
"Terus terang, ia sudah terluka di tangan Lam kiang
Tay bong, bahkan lukanya sangat parah ."
Mendengar keterangan itu, tamu aneh itu mendadak
lompat, ia berkata dengan suara gusar:
"Hah, iblis tua itu benar-benar sudah bosan hidup! Dia itu siapa, bagaimana boleh."
Berkata sampai disitu, agaknya merasa kurang tepat,
maka buru-buru ia menutup mulut.
Dengan satu siulan perlahan, burung garuda yang
terbang berputaran diudara itu menyambutnya dengan
suara perlahan. Dan suara itu saling berpaduan, agaknya
sedang melakukan percakapan antara dua mahluk itu,
sebentar kemudian garuda raksasa itu terbang kearah
barat, dalam waktu sekejap mata ia sudah menghilang.
"Sahabat, kau perintahkan dia panggil bala bantuan?"
tanya Ho Hay Hong. Pada bibirnya tersungging satu
senyuman misterius. "Aku pikir ia pasti pergi mengundang penghuni
kampung setan. Kakek penjinak garuda yang namanya
sangat kesohor." "Kau mengoceh, Lam kiang Tay bong terhitung
manusia macam apa" Dengan aku seorang diri juga
sudah cukup membuatnya gemetar, perlu apa minta bala
bantuan" Kau ini selalu mengoceh tidak karuan,
kebanyakan orangnya Lam kiang Tay bong juga!"
Tangan kirinya dengan kecepatan bagaikan kilat,
mendadak menerobos melalui ketiak Ho Hay Hong
tangannya menekan bahunya.
Baru saja Ho Hay Hong hendak menjawab, mendadak
bahunya dirasakan sakit, dengan kaki sempoyongan ia
jatuh ketanah Pada saat itu, sesosok bayangan kelabu mendadak
melayang turun dari atas dengan menggunakan lengan
jubahnya yang grombongan, mencegah serangan tamu
aneh yang hendak dilancarkan kepada diri Ho Hay Hong
yang sudah tidak berdaya.
"Kau tenang-tenang saja, jangan terburu napsu.
Urusan ini biarlah aku sendiri yang membereskan . . . ."
demikian bayangan orang itu berkata.
Orang itu tinggi besar, matanya bersinar ketika
memandang orang-orang disekitarnya orang-orang itu
pada ketakutan. Luka Ho Hay Hong tidak terlalu parah hanya bahunya
dirasakan sakit, seperti mau remuk. Pikirnya tulang
bahunya pasti hancur mungkin lengannya akan bercacad.
Sebagai pemuda berkepala batu, dengan menahan rasa
sakitnya. ia lompat bangun, mengawasi orang tidak
dikenal yang datang secara tiba-tiba itu.
Muka orang itu sebagian besar tertutup oleh topinya
yang lebar, tetapi kumis dibawah hidungnya sangat
lebat. Rambut dikedua samping telinganya sudah
beruban, dan ia tidak bisa melihat dengan nyata. Dapat
dipastikan bahwa orang itu sudah lanjut usianya
Sejak munculnya orang tua itu. sikap galak tamu aneh
itu mendadak berubah. Dengan sikap merendah ia berdiri
disamping. Dari situ dapat diduga bahwa orang tua itu
jauh lebih tinggi kedudukannya dari pada tamu aneh itu.
Kepandaian tamu aneh itu sudah hebat sekali, dan
orang tua itu kedudukannya lebih tinggi lagi.
Anak buah Lam kiang Tay bong tidak ada yang berani
bersuara, mereka hanya menyesalkan mengapa hingga
saat itu, ia masih belum muncul. Kalau ia tidak datang,
semua anak buahnya seperti terbenam dalam suasana
tiada harapan untuk menolong diri sendiri
Anggota empat bintang, yang termasuk golongan
termuda dari anak buah Lam Kiang Taybong, juga yang
terhitung agak berani, coba berpikir hendak menempuh
bahaya. Mereka saling berpandangan sejenak dengan
serentak masing-masing menghunus senjata mereka.
Senjata itu terdiri dari empat jenis yang sangat ganjil,
itu adalah senjata yang diciptakan oleh Lam Kiang Tay
bong, khusus digunakan untuk anggauta empat bintang
itu saja. Senjata itu terdiri dari pedang yang terbuat dari besi
murni, tiga yang lainnya adalah berbentuk papan papan
catur, tulisan dan ukiran. Tiga jenis senjata itu terbuat
dari bahan kulit yang hanya didapatkan didaerah Lam
Kiang saja, kulit binatang itu sangat kokoh kuat, tahan
api atau air. Senjata apa saja, begitu bersentuhan dengan tiga
jenis senjata aneh itu lantas tidak berdaya. Bagi orang
biasa, jangan harap bisa menarik kembali senjatanya
apabila sudah melekat dengan senjata aneh itu.
Maka empat anggota bintang yang masih muda belia
itu, sejak muncul dikalangan Kang ouw, belum pernah
menemukan tandingan. Kini mereka berada dalam keadaan terpepet, sudah
tentu hendak berlaku nekad. Dengan satu pikiran dan
satu tujuan, mereka berdiri mengawasi dua musuhnya,
untuk siap menghadapi segala kemungkinan.
Ho Hay Hong mendadak teringat si orang tua itu,
semangatnya terbangun seketika.
"Kau adakah Kakek penjinak garuda." demikian satu pertanyaan meluncur keluar dari mulutnya.
Peristiwa di tepi danau Liok ing auw yang di lukiskan
melalui keterangan Su-to Cian Hui, selalu di ingat oleh Ho Hay Hong.
Kini ketika berhadapan dengan orang yang
dandanannya mirip seperti apa yang dilukiskan oleh Su
to Cian Hui, Ia segera menduga siapa adanya orang tua
itu. Orang tua itu memandang Ho Hay Hong dengan sinar
mata guram, jelas bahwa semangatnya menurun.
Dengan singkat tapi tegas ia menjawab:
"Wajah kasar kakek penjinak garuda sudah lama
menghilang dari dunia, aku adalah penghuni kampung
setan!" Ho Hay Hong tak mau percaya, katanya: "Kakek
penjinak garuda, sudah terlalu lama aku mencarimu,
dalam perjalanan mencari kau itu, juga aku telah
mengalami berbagai kesulitan dan penderitaan. Kau
jangan mengecewakan aku lagi. Kakek penjinak garuda.
Kau harus mengaku terus terang, kau adalah manusia
luar biasa dalam rimba persilatan, si kakek penjinak
garuda!" Orang tua rambut putih di desak terus oleh Ho Hay
Hong, agar mengaku sebagai kakek penjinak garuda,
tiba-tiba jadi naik darah.
"Aku beritahukan padamu, kakek penjinak garuda
sudah lama mati, kalau kau masih banyak mulut, jangan
sesalkan aku nanti tidak pandang dirimu lagi!"
Ho Hay Hong merasa bingung, mengapa kakek dari
kampung setan ini begitu mendengar nama kakek
penjinak garuda lantas marah Apakah dalam hal ini ada
terkandung suatu rahasia besar"
Sebagai seorang muda yang beradat keras dan kepala
batu, ia tidak kena digertak begitu saja, lalu berkata
tegas: "Sekalipun kau hajar aku sampai mati, aku juga akan
tetap anggap kau kakek penjinak garuda. Kakek penjinak
garuda, ditepi danau Liok ing ouw kau telah memancing
orang berbagai partai untuk berkumpul, kemudian kau
adu domba sesama mereka, apakah maksudmu yang
sebenarnya?" Orang tua itu marah sekali, orang tidak melihat
bagaimana ia bergerak. Ho Hay Hong sendiri juga belum
melihat dengan tegas, tahu-tahu lengan tangannya
sudah terpegang olehnya. Gerakan itu bagi siorang tua sendiri merupakan suatu
gerak biasa, meskipun usianya sudah lanjut, tetapi
tenaganya kuat sekali, segera tangan Ho Hay Hong yang
terpegang olehnya di rasakan sakit sekali, sepertinya
bagaikan dijepit oleh bahan keras.
Oleh karenanya, maka Ho Hay Hong yang coba
mempertahankan rasa sakitnya sampai mengucurkan
keringat dingin, tubuhnya menggigil.
Tetapi, ia selamanya tak pernah minta ampun walau
golok di tanggalkan diatas leher sekalipun.
Menderita, baginya sudah merupakan kebiasaan.
Selama belajar ilmu silat digunung Ho lan san, segala
penderitaan sudah pernah dialaminya, ia betul-betul
seorang muda matang dalam gemblengan.
"Kakek penjinak garuda, sudah sepuluh tahun lebih
kau tidak muncul dikalangan Kang ouw. Apa sebetulnya
yang kau lakukan selama dalam persembunyianmu itu?"
demikian ia bertanya. Mulut orang tua itu mengeluarkan suara siulan
perlahan, dari angkara muncul burung garuda raksasa
itu, yang melayang turun dan berhenti disamping Ho Hay
Hong Burung garuda itu seolah-olah sudah terdidik baik
oleh orang tua itu, untuk menuruti segala perintahnya.
Dengan tiba-tiba paruhnya yang tajam mematok dada Ho
Hay Hong. Ho Hay Hong menjerit dan jatuh ditanah, telinganya
mendengar suara orang sedang memaki dirinya. Karena
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
semangatnya sudah runtuh, ia hanya mendengar katakata seperti anak haram yang sangat jahat dengan hak
engkau hendak hidup, bangsat bajingan." dan
sebagainya. Mendengar kata-kata yang menyakiti hatinya,
perasaan pedih dalam hatinya lebih hebat daripada rata
sakit pada tubuhnya. Pikirannya kalut, hampir saja ia
pingsan. Pemuda empat bintang lompat dari empat penjuru,
mengurung siorang tua dengan senjata ditangan. Tetapi
siorang tua seolah-olah tidak menghiraukan gertakan
empat pemuda itu. Ia membiarkan dirinya dibuat bulan-bulanan senjata
empat bintang, tapi sedikitpun ia tidak terganggu.
Mulutnya menggumam sendiri: "Lam kiang Taybong
terhitung manusia apa" Sewaktu namaku sudah dikenal
ia masih merupakan anak-anak baru umur tiga tahun.
Dia juga berani mengejar anak gadisku, sungguh ia tak
tahu diri." Ho Hay Hong tiba-tiba lompat bangun, berkata dengan
suara keras: "Semua mundur, aku hendak bicara!" Dengan mata
menatap wajah si orang tua ia berkata lagi sambil
tertawa dingin: "Kakek penjinak garuda, kau jangan bangga dulu!
Gadis kaki telanjang itu terjatuh dalam tanganku, mati
hidupnya tergantung dengan sepatah perkataanku. Kalau
demikian menghina diriku. Hm, ia juga tidak akan
mengalami nasib baik !"
"Aku bukan kakek penjinak garuda! berkata orang tua
itu dengan suara amat keras, "kalau kau berani
mengganggu anak gadisku seujung rambutnya saja,
batok kepala Lam kiang Tay bong sebentar akan berada
didepan matamu. Kalau kau tidak percaya, boleh coba !"
"Belum tentu." jawab Ho Hay Hong sambil tertawa
dingin. Ia sebetulnya hendak menjelaskan bahwa tidak ada
hubungannya dengannya Lam-kiang Tay bong, tiba-tiba
dari tempat tidak jauh tampak api berkobar, dari empat
penjuru terdengar suara hiruk pikuk: "Lempar batu
.lempar batu." dan kata-kata kode rahasia golongan
Lempar batu, yang diucapkan saling menyusul.
Akal baik timbul dalam otak Ho Hay Hong tanpa
banyak pikir lagi, ia lantas berseru:
"Lempar batu Lempar batu.!" dan kode kode rahasia itu dapat didengarnya dari mulut Srigala kuning Hek Tek.
Orang banyak itu ketika mendengar seruan Ho Hay
Hong, nampak terkejut. Hanya burung garuda raksasa
itu, setelah mendapat tanda isyarat dari tamu aneh baju
kelabu itu mendadak terbang tinggi, terus menyerbu
tempat suara orang banyak itu.
Tidak jauh dari tempat itu, segera terdengar suara
orang bertanya: "Sahabat, aku adalah anak buah cabang kedua belas, saudara dari mana, lekas menjawab!"
Tidak perduli benar atau tidak, Ho Hay Hong dan
lantas menjawab: "Aku adalah pengurus cabang sungai
Bang ce kiang, si Srigala kuning Hek Tek. Lekas utus
orang mengundang Chim kiam sianseng datang kemari,
tempat ini sangat gawat!"
Terdengar pula suara orang menanya Ia "Saudara Hek
Tek minta tunggu sebentar, kita orang akan datang
dengan segera!" Sebentar kemudian, dari berbagai penjuru terdengar
suara keresekan, suatu tanda banyak orang sedang
bergerak. Akan tetapi, Ho Hay Hong tidak melihat bayangan
seorangpun juga, dari tempat yang tidak jauh telah
terdengar suara ribut-ribut, kemudian disusul oleh suara
jeritan yang jelas itu adalah perbuatan garuda raksasa
yang sedang menerkam para korbannya.
"Kakek penjinak garuda, apakah kau sudah tidak
menginginkan pedang pusaka garuda saktimu lagi?"
"Apa" pedang pusaka garuda sakti berada
ditanganmu?" bertanya orang tua itu heran, kemudian
berpaling kepada orang aneh berbaju kelabu dan
bertanya kepadanya: "Katakan, apa sebetulnya yang telah terjadi?"
Orang itu gelagapan, lama baru bisa menjawab:
"Itu adalah urusan adik, tidak ada sangkut pautnya
denganku!" Mata orang tua itu nampak beringas, sejenak ia
mengawasi keadaan disekitarnya, kemudian berkata
dengan suara, keras: "Apa tidak ada sangkut pautnya
denganmu" Barang dijaga oleh kamu orang berdua,
bagaimana bisa diambil oleh orang lain" Bukankah kau
pernah mengatakan bahwa barang itu sudah disimpan
baik-baik" Apakah semua itu hanya bohong belaka?"
Orang aneh itu berkata sambil menundukkan kepala:
"Bukan, itu adalah maksud adik, aku tidak berani
membohongi kau!" Wajah orang tua itu nampak sangat bengis, katanya:
"Oh, anak itu juga sudah belajar membohongi aku,
aku harus hajar dia!"
Ho Hay Hong yang mendengarkan pembicaraan
mereka, mendapat firasat tidak beres. Meskipun ia
sendiri tidak mengetahui sebab musababnya, tetapi ia
tahu benar bahwa ia sendiri dengan tidak langsung telah
mencelakakan diri gadis kaki telanjang itu, maka seketika
itu hatinya merasa cemas, ia buru-buru memberi
keterangan: "Pedang garuda sakti itu adalah aku yang mencuri dari kampung setan, sedikitpun tidak ada sangkut pautnya
dengannya." "Oh, ini lebih mengherankan lagi," berkata orang tua itu sambil tertawa dingin, "kau bisa keluar dari daerah terlarang yang terjaga keras" Apakah benar kau memiliki
kepandaian luar biasa?"
Kemudian berpaling dan bertanya kepada orang aneh
berbaju kelabu: "Orang ini keluar masuk kampung setan! Agaknya ia
tidak mendapat rintangan. Apakah kau pernah
menggeledah dirinya?"
Orang aneh itu merasa ragu-ragu. matanya
berputaran, akhirnya ia memaksakan diri untuk
menjawab: "Lihat sih memang sudah melihat, tetapi ia berada
ditangan adik, aku kira adik akan membunuhnya, tak
kusangka adik telah melepaskan dia!"
"Ketika ia melepaskannya, apa kau tidak berada
disitu?" "Tidak semua itu adalah perbuatan adik seorang."
"Kau telah menimpahkan semua tanggung jawab
kepada diri adikmu seorang, ini sesungguhnya tidak adil,"
"Kakek penjinak garuda, kedatanganku inilah yang
benar, kau harus mendengar keteranganku, pedang itu
akulah yang mencuri, setelah itu aku pergi sedikitpun
tidak ada sangkut pautnya dengannya" berkata Ho Hay
Hong. "Mengapa kau selalu melindungi dia, apakah dalam hal
ini ada sebabnya?" berkata orang tua itu dingin.
Ho Hay Hong tidak menjawab, ia sendiri sebetulnya
juga tidak mengerti mengapa ia demikian keras
hasratnya membela gadis itu. Setelah berpikir lagi
sejenak, akhirnya ia menjawab juga:
"Aku kira dia adalah satu-satunya yang masih
mempunyai perasaan manusia diantara orang-orang
dalam kampung setan."
"Kau katakan tidak ada hubungan dengannya,
mengapa kau mengetahui sifatnya" Apakah kau kira aku
boleh kau permainkan" Ataukah kau rela menanggung
dosa lain orang supaya mendapat ketenangan hatinya ?"
Berkata orang tua itu. Ucapan orang tua itu sesungguhnya sangat tajam,
sehingga Ho Hay Hong tidak dapat memikirkan suatu
jawaban yang tepat untuk menjawab, ia hanya dapat
menjawab: "Aku terhadapnya sedikitpun tidak mengandung
maksud apa-apa. Kau jangan salah melihat orang,
tentang perkenalanku dengan dia hanya secara
kebetulan saja, yang melihatnya sepintar lalu, waktu ia
sedang menjalankan tugas untuk kau, batok kepala jago
tua she Hok dan anaknya."
"Batok kepala tiga orang itu" Ha. ha." Berkata orang tua itu, suara tertawanya itu meskipun tidak nyaring,
tetapi dalam pendengaran telinga orang lain sangat
menusuk telinga. Dengan tiba-tiba, orang tua itu berhenti tertawa,
matanya yang tajam seolah-olah menekan apa-apa. lalu
mata itu dialihkan ke arah barat.
Pada waktu itu orang aneh berpakaian kelabu itu tibatiba
lompat tinggi lima enam tombak, ditengah udara,
bagaikan seekor burung elang terbang berputaran, ia
berkata dengan suara nyaring:
"Adik jangan cemas, aku datang!" Baru sekian detik ia menutup mulut, dua sosok bayangan manusia datang
dengan tiba-tiba. Orang pertama datang rambutnya terurai, dengan
wajah letih. Begitu melihat orang tua rambut putih lantas
menghampirinya, seolah-olah bertemu dengan orang tua
yang dicintainya. Dengan berseru, ia menubruk dalam
pelukannya. Orang itu tak lain dari pada sigadis kaki
telanjang. Dibelakangnya diikuti oleh seorang tua rambut putih
tetapi wajahnya masih seperti anak-anak, hanya
hidungnya melengkung seperti burung betet, orang tua
itu sedang terpegat oleh orang aneh berpakaian kelabu
tadi. Karena masing-masing tidak mau mengalah,
keduanya lantas baku hantam sendiri.
Kepandaian orang aneh berbaju kelabu yang luar
biasa tingginya, saat itu barulah benar-benar disaksikan
oleh orang banyak, kalau bukan karena Ho Hay Hong
yang menghalangi disitu, barangkali akan meminta
banyak korban. Saat itu empat bintang dan delapan pengawal, mulai
hilang rasa takutnya, rasa takut itu diganti oleh perasaan dan sikap gembira, dengan penuh pengharapan mereka
berdiri sebagai penonton.
Ho Hay Hong yang menyaksikan itu dalam hati segera
timbul suatu perasaan. Karena melihat kepandaian yang
sangat tinggi dari orang tua yang hidungnya melengkung
itu, ia menduga bahwa orang tua itu pasti adalah Lam
kiang Tay-bong sendiri. Gadis kaki telanjang itu mengundurkan diri dari dalam
pelukan si orang tua. Ketika ia angkat muka, matanya
berhadapan dengan Ho Hay Hong. Seketika itu matanya
terbuka lebar. Lama ia menatapnya dengan perasaan
cemas. Ho Hay Hong tidak mengerti, ia menunjukkan
sikap heran. Mata kakek penjinak garuda selanya itu selalu
ditujukan kepada si orang tua hidung melengkung itu,
namun mulutnya berkata kepada gadis kaki telanjang:
"Anak, bicaralah terus terang, pedang pusaka garuda
sakti itu, betulkah dia yang mencuri ?"
Gadis itu membuka matanya lebar-lebar, ia berkata
dengan perasaan heran: "Yah, urusan ini apakah dia yang menceriterakan ?"
"Anak, mengapa kau tidak memberitahukan
kepadaku?" "Ayah, orang ini jahat sekali, paling tidak bisa pegang janjinya ! Aku sangat menyesal tidak mendengar
perkataanmu, sehingga terjadi kejadian seperti ini, orang
ini beberapa hari berselang mencuri pedang pusaka
garuda sakti dari dalam kampung setan. Ketika aku
menemukannya, pedang pusaka sudah tidak berada
didalam badannya, maka aku terpaksa membohongi kau,
dan melepaskan dirinya. Tak kusangka Ia tidak boleh
percaya, lama ia membohongi aku . . ."
Belum lagi habis ucapannya, disitu sudah tambah satu
orang, ketika semua orang menyaksikan kedatangan
orang itu. semua terkejut, mata mereka dengan
bergantian memandang orang yang baru datang, yang
ternyata adalah Tang-siang Sucu, dan dengan Ho Hay
Hong, mereka tidak dapat membedakan mana Tang
siang Sucu yang tulen dan yang palsu !
Gadis kaki telanjang berseru kaget:
"Dia." Matanya beralih kewajah Ho Hay Hong, sikapnya
menunjukkan perasaan keheran-heranan.
Tang siang Sucu memandang Ho Hay Hong sejenak,
mendadak berkata sambil tertawa:
"Bagus, saudara kembali kubertemu lagi denganmu,
manusia benar-benar dimana saja bisa bertemu!"
Gadis kaki telanjang itu agaknya baru mengerti duduk
perkara, ia berkata kepada Ho Hay Hong:
"Kaubukan dia.?" Ho Hay Hong tahu bahwa ia telah menganggap Tang Siang Sucu sebagai dirinya, ia
sebetulnya tidak ingin memberi penjelasan, tetapi setelah
ditegor demikian akhirnya ia menerangkan juga:
"Benar aku dengannya sangat mirip dan kau pasti
salah faham." "Nona ini tentunya ada hubungan denganmu, ketika
melihat aku lantas minta pedang, aku menjadi heran,
lantas saling berdebat, dan akhirnya karena saling tidak
mau mengalah, lantas menggunakan kekerasan" Berkata
Tang siang Sucu. Gadis kaki telanjang itu kini tersadar, Ia merasa
kemalu-maluan. Ho Hay Hong mengawasi gadis itu sejenak, lalu
berkata kepadanya: "Anak buah Chim Kiam Sian Seng berada tidak jauh
disekitar kita. harap kau suka perintahkan garuda
saktimu supaya menghentikan penyerangan, agar aku
dapat minta kembali pedang garuda sakti dari tangan
Chim Kiam Sian Seng! Tentang ini kau harap maafkan
diriku, batas waktu hanya tinggal satu hari kalau lewat
hari ini berarti aku kehilangan percaya darimu, maka aku
terpaksa berkata terus terang saja kepadamu."
Gadis kaki telanjang itu dengan suara sangat perlahan
menceritakan keterangan Ho Hay Hong kepada orang tua
rambut putih Orang tua itu meskipun nampaknya tidak
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
senang, tetapi menurut juga untuk memanggil pulang
burung garudanya. Tak lama kemudian, sekelompok orang-orang Kang
ouw muncul dari berbagai penjuru. Tetapi ketika orang
orang itu menyaksikan apa yang telah terjadi, semua
tertegun tidak berani maju lagi.
Akhirnya, mata orang banyak itu tertuju ke mayat
Srigala kuning Heng Tek. wajah mereka berubah
seketika, masing-masing segera menghunus senjata dan
membentak kepada orang tua rambut putih.
"Hai kau tua bangka ini sesudah mengandalkan
burung-burung menyerang kita. kembali membunuh
saudara kita dari cabang Hok san, apakah kau tidak
pernah dengar nama Lempar Batu ?"
"Kamu anak anak kecil ini benar-benar tidak
mempunyai mata, lekas panggil Chim Kiam, aku hendak
hajar dia!" Semua orang yang mendengar kata kata jumawa itu
pada marah, dengan serentak melakukan penyerangan.
Ho Hay Hong cepat mencegah seraya berkata.
"Dia adalah kakek penakluk garuda, siapa yang tidak
takut mati, boleh juga lawan?"
Dengan sinar mata dingin ia melirik Kakek penjinak
garuda, di bawah sinar rembulan, tampak topinya
menutup mukanya makin rendah, hingga jangan harap
dapat melihat ekspresi dimukanya.
Ucapan Ho Hay Hong ini mengejutkan orang-orang
dari golongan Lempar batu, semuanya berdiri terpaku,
tiada satupun yang berani buka suara.
"Sebaiknya kalian minta Chim Kiam Sian Seng yang
datang sendiri untuk berurusan dengannya, kalian bukan
tandingannya" Tiada seorangpun yang berani membantah, hanya
salah satu diantaranya yang coba memberi keterangan:
"Hari ini adalah hari ulang tahun golongan kita akan
mengadakan perjalanan ke berbagai cabangnya. Tadi
kita telah dengar berita, mungkin sebentar lagi akan
tiba." Tang siang Sucu menghampiri Ho Hay Hong berkata
sambil tertawa cengar cengir: "Saudara, kau dengan Cie lui Kiamkhek mempunyai hubungan persahabatan baik.
aku rasa putrinya Su to Cian hui, juga baik hubungannya
denganmu. Aku juga ia sudah ikut namamu."
Ho Hay Hong sangat jemu terhadap pemuda yang
ceriwis ini. "Itu juga belum tentu semuanya benar, aku
dengannya tidak mempunyai hubungan baik,
sementara." demikian ia menyahut.
Tetapi baru berkata sampai disitu, tiba-tiba melihat
tangan Tang Siang Sucu bergerak menyambar
tangannya. Dalam keadaan demikian, ia tidak keburu
mengerahkan kekuatan tangannya, terpaksa ia lompat
mundur beberapa tombak lalu katanya dengan suara
keren: "Kalau kau mau berkelahi. berkelahilah secara
jantan. Dalam tiga jurus kalau aku tidak dapat
menangkan kau, boleh anggap aku yang kalah !"
Dengan tiba-tiba gadis kaki telanjang maju
menghampiri dan menghalangi mereka, katanya:
"Urusan denganku belum beres, kau harus bereskan
dulu !" Tang-Siang Sucu menoleh kemedan pertempuran
kemudian berkata. "Sahabatmu sudah kalah."
Ho Hay Hong berpaling benar saja. Orang aneh
berbaju kelabu itu mundur terhuyung-huyung, sedang
orang tua berjubah kuning yang hidungnya bengkung
terus maju mendesak dengan serangannya yang hebat.
Orang tua rambut putih agaknya tidak dapat menahan
kesabarannya, ia maju menghampiri dan be diri
berhadapan dengan orang tua hidung bengkung.
Orang tua hidung bengkung itu sedang minta
keterangan asal usul lawannya, tiba-tiba tampak orang
tua berambut putih berdiri hadapannya, wajahnya yang
keriputan dan rambutnya yang putih bagaikan perak,
seketika mengingatkan kepada diri seseorang, maka
lantas berkata: "Kau adalah kakek penjinak Garuda, kau masih hidup
?" Ho Hay Hong terkejut dan girang, ia telah mendapat
kepastian bahwa orang tua rambut putih itu benar adalah
si kakek penjinak Garuda, Dengan demikian, usahanya
mencari orang tua itu ternyata tidak cuma-cuma.
Begitu nama kakek penjinak Garuda itu keluar dari
mulut orang tua hidung bengkung, semua orang yang
ada disitu membuka mata mereka lebar-lebar,
memandang sikakek tanpa berkedip. Mereka sungguh
tidak menduga bahwa tokoh rimba persilatan yang
namanya pernah menggemparkan dunia Kangouw
selama beberapa puluh tahun, kini telah muncul lagi !
"Kau mengaco, kakek penjinak garuda sudah lama
mati !" demikian orang tua rambut putih itu membentak dengan suara keras dan wajah bengis.
Orang tua hidung bengkung itu lama berdiri tertegun,
setelah menekan kegoncangan hatinya baru berkata:
"Kalau kau benar adalah si kakek penjinak garuda,
itulah paling baik. Sudah beberapa puluh tahun aku tidak
menemukan tandingan, tulang-tulangku rasanya sudah
kaku dan sekarang bolehlah coba-coba mengadu
kekuatan denganku !"
Setelah itu ia perintahkan anak buahnya supaya
semua mundur. "Lam-kiang Tay bong, kau juga terhitung seorang
ternama, biarlah aku mengalah dan memberi
kesempatan padamu untuk menyerang dulu sampai tiga
jurus!" berkata orang tua rambut putih itu singkat.
Lam kiang Tay bong tidak marah, sebab orang dari
tingkatan tua ini, ketika ia baru belajar ilmu silat, nama orang tua itu sudah kesohor lama, dan ilmu silat
ciptaannya yang dinamakan Lima Jurus Gerak Burung
Garuda Sakti, sesungguhnya sangat luar biasa.
Dalam kalangan Kang ouw tidak pernah menemukan
tandingan. Kalau orang tua itu memberikan kesempatan
padanya menyerang lebih dulu tiga jurus, sedikitpun
tidak berlebih-lebihan. maka ia hanya menganggukkan
kepala sambil mengerahkan seluruh kekuatannya, supaya
jangan sampai kehilangan muka.
Dua jago kenamaan dalam rimba persilatan, kini
berhadapan sebagai musuh. Dapat dibayangan, hebatnya
pertempuran yang akan berlangsung nanti.
Orang masih belum tahu bagaimana dimulainya,
mereka hanya mendengar suara saling membentak,
kemudian disusul oleh suara hebat, tetapi dimedan
pertempuran tidak tertampak bayangan mereka berdua.
Semua orang yang ada disitu terheran-heran. Hampir
dalam hati setiap orang di hadapkan pertanyaan, apakah
demikian caranya bertempur orang-orang kuat kelas
tinggi. Entah siapa yang mengeluarkan teriakan.
"Aaa diatas." Begitu mendengar suara itu, semua mata lantas
ditujukan keatas. Benar saja, ditengah udara tampak
oleh mereka si Kakek penjinak garuda bersama Lam
kiang Tay bong sedang berpegangan tangan, jidat
mereka penuh keringat, tapi mata mereka dipejamkan,
Dan keduanya berhenti mengapung ditengah udara.
Pemandangan ini merupakan suatu pemandangan
aneh untuk mereka. Ho Hay Hong yang berkepandaian agak tinggi dan
lebih banyak pengetahuannya tentang ilmu silat, pasang
mata benar-benar memperhatikan keadaan dua orang
itu. Ternyata dua orang tua itu meski mengapung
ditengah udara dan bertempur dengan mengadu
kekuatan tenaga dalam, tetapi kaki mereka selalu
bergerak. Barulah ia sadar bahwa kedua orang tua itu bukannya
pandai ilmu terbang, melainkan menggunakan kekuatan
sepasang kaki masing-masing untuk mempertahankan
badan mereka supaya jangan meluncur turun.
Kepandaian semacam ini merupakan suatu ilmu
meringankan tubuh yang sudah tidak ada taranya.
Sementara itu Lam kiang Tay bong mendadak
melayang turun, kemudian disusul oleh si Kakek rambut
putih. Lam kiang Tay bong menundukkan kepala. Sikapnya
yang Jumawa tadi kini lenyap bagaikan asap tertiup
angin. Wajahnya pucat pasi, semangat sudah runtuh.
"Lam kiang Tay bong, kalah atau menang adalah soal
biasa, kau harus menginsyafi hal ini." berkata si kakek rambut putih.
Lam kiang Tay-bong diam saja, Sesaat itu ia seperti
lebih tua beberapa puluh tahun
Hingga saat itu anak buahnya masih belum mengerti
betul bagaimana sang pemimpin dikalahkan, perasaan
curiga mendadak timbul dalam hati mereka masingmasing.
Ho Hay Hong agaknya dapat menyelami pikiran
mereka, maka lantas berkata:
"Lam kiang Tay bong sudah kalah."
Mendengar perkataan itu, beberapa puluh pasang
mata ditujukan kepadanya. Mereka merasa heran
mengapa pemuda itu berani berkata demikian.
Tang siang Su cu sangat marah, katanya gusar.
"Kau bangsat cilik ini, berani banyak mulut. Orang lain dapat mengampuni dosamu, tetapi aku tidak."
Sehabis berkata demikian, lalu melancarkan serangan
dengan kedua tangan. Tetapi dengan mudah, gadis kaki telanjang itu dapat
menolak serangan hebat Tang siang Sucu.
"Budak hina, kau benar-benar berani melawan aku ?"
berkata Tang siang Sucu gusar.
Wajah gadis itu berubah, dengan tiba-tiba tangannya
bergerak lagi, sekaligus melontarkan tiga kali serangan.
Tang siang Sucu tidak sanggup perlahan-lahan
kedudukannya, dengan beruntun mundur dua langkah,
saat itu ia sudah marah benar-benar. Lalu ia
mengeluarkan bentakan keras, sambil melakukan
serangan pembalasan dengan menggunakan ilmunya Im
yang khie kang. Ilmu itu merupakan ilmu kepandaian simpanan Lam
kiang Tay bong, yang tidak diturunkan kepada orang
lain, kalau tidak orang yang terdekat. Orang yang tidak
melihat hebatnya ilmu itu, begitu terkena serangannya,
semua kepandaiannya akan musnah oleh hawa panas
dan dingin yang terkandung dalam serangan itu, dan
akhirnya binasa. Tetapi gadis kaki telanjang yang sudah tinggi ilmu
silatnya dan banyak pengetahuannya, dengan cepat
melompat menyingkir hingga serangan Tang siang Sucu
hanya mengenai sebuah pohon besar, yang roboh
seketika. Kakek berambut putih yang menyaksikan kejadian itu,
tiba-tiba menghampiri. Tang siang Sucu masih belum
tahu kedatangan orang tua itu. Bahunya sudah
terpegang, bajunya robek terbeset.
Ho Hay Hong mendadak berseru kaget.
"Apa kau juga ada."
Kiranya dilengan tangan Tang siang sucu, juga
terdapat tanda cacah seekor burung garuda, yang bentuk
dan besar kecilnya mirip benar dengan tanda pada
dirinya. Orang tua rambut putih itu ketika menyaksikan tanda
cacahan itu, wajahnya mendadak berubah, katanya
dengan suara bengis: "Jahanam, kau juga seorang anak haram." jari
tangannya bergerak, kulit dilengan Tang siang Sucu
terkupas, hingga tanda gambar burung garuda itu lantas
lenyap, hanya tinggal darah yang membasahi lengannya.
Perbuatan itu dilakukan dengan cepat sekali, maka
Tang siang Sucu sedikitpun tidak dapat melawan. Ia
meraba sakit dan marah, mulutnya mengeluarkan katakata
Playboy Dari Nanking 2 Tiga Dara Pendekar Siauw-lim Karya Kho Ping Hoo Perjodohan Busur Kumala 25
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama