Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung Bagian 7
atau setidak-tidaknya mencegah jangan sampai lukamu
semakin parah. Ah tetapi adatmu yang keras, bukan saja
tidak mau memelihara badanmu sebaik-baiknya bahkan
menggunakan kekuatan tenaga dalam mu, sehingga
lukamu menjadi semakin parah Aih, sekarang sudah
terlambat untuk ditolong."
"Ucapan Totiang ini berdasar atas apa?"
"Partai Ceng shia pay adalah satu partai yang terkenal dengan ilmunya obat-obatan, pinto sendiri sudah tigapuluh
tahun lebih mempelajari ilmu ketabiban. Pinto
yakin segala luka dan penyakit tidak akan lolos lari mata
pinto. Pertanyaanmu ini sesungguhnya terlalu bodoh !"
Ho Hay Hong mengerutkan alisnya, diam-diam
berpikir: "buat aku sendiri, mati tidak menjadi soal, tetapi bagaimana dengan kitab garuda sakti ini ?"
Tiba-tiba ia ingat kitab garuda saktinya yang menjadi
milik suhunya. Karena suhunya itu suruh ia mencari It Jie
Hui-kiam, guna mencari tahu ayah bundanya. Ia
menduga pasti orang tua itu kenal betul dengan ayah
bundanya. Mengapa ia tidak menanyakan padanya,
kemudian kitab itu diberikan padanya supaya
dikembalikan kepada suhunya "
Ia juga ing in sekali mengetahui di mana ayah
bundanya, maka tanpa banyak pikir lagi ia lantas berjalan
menghampiri It-jie Hui kiam dan berkata padanya
dengan suara perlahan: "Cianpwee, boanpwee ingin minta keterangan yang
sebenarnya !" Ia mengucapkan kata-katanya sambil menggulung
lengan bajunya, tanda cacah burung garuda ditangannya
itu ditunjukan pada It- jie Hui-kiam.
It Jie Hui-kiam yang menyaksikan tanda itu, sesaat
lantas tertegun. Setelah berusaha keras menahan getaran jantungnya,
orang tua itu berkata: "Siapa namamu ?"
"Boanpwee Ho Hay Hong," jawabnya terus terang.
"Siapa suruh kau mencari aku ?"
Waktu orang tua itu mengucapkan perkataannya,
suaranya gemetar, jelas bahwa jantungnya berdebar
keras. Ketika orang tua itu mengerutkan alisnya. Ho Hay
Hong melihat seperti usianya mendadak bertambah tua
sepuluh tahun, Ia diam-diam merasa heran, entah hal
apa yang membuat jago dari utara itu mendadak sedih "
Ia tahu bahwa dalam persoalan yang menyangkut
dengan dirinya, pasti ada sebab musababnya dengan
jago tua itu, maka lantas menjawab dengan terus terang:
"Dewi ular dari gunung Ho lan-san !"
"Dewi ular dari gunung Ho-lan-san.?" It Jie Hui kiam berkali-kali menyebut nama itu, "siapakah sebetulnya
orang itu " Aku tidak kenal padanya !"
"Ia adalah suhu boanpwee!" jawab Ho Hay Hong agak kecewa.
"Suhumu itu lelaki ataukah perempuan?"
"Suhu termasuk yang belakangan"
It Jie Hui kiam mengamat-amati wajah Ho Hay Hong
sejenak, lalu berkata sambil menghela napas panjang:
"Mari kau ikut aku . . ."
Ho Hay Hong mengikuti It-jie Hui-kiam berjalan turun
dari atas panggung pertandingan langsung menuju
kesebuah gedung bertingkat. Ketika ia menampak It Jie
Hui kiam mengeluarkan air mata, hatinya juga merasa
pilu, tetapi ia tidak tahu mengapa orang tua itu
menangis" Tiba di ruangan tamu, ia persilahkan duduk. Saat itu It
Jie Hui kiam seperti seorang yang sudah kehilangan
semangat, duduk diatas kursinya sambil berpikir,
agaknya sedang mengenangkan apa yang telah terjadi
dimasa yang lampau . . . Ho Hay Hong tidak berani mengganggu sebentar
kemudian, jago tua itu perlahan angkat muka, dan
berkata sambil menghela napas:
"Semua ini adalah salahku, kesalahan yang berakibat
suatu dosa Kau jangan tanya, akan kuceritakan
padamu." "Dahulu, ada seorang berandal bulim yang
menamakan dirinya Manusia tanpa bayangan. Baru
beberapa bulan ia muncul di kalangan Kang ouw, tetapi
sudah menggentarkan seluruh rimba persilatan daerah
utara, ia tidak menentu jejaknya, perbuatannya selalu
membasmi kejahatan dan membantu rakyat yang
tertindas, sehingga mendapat penghargaan dan
penghormatan dari rakyat jelata."
"Tidak lama kemudian, ia telah menyatakan hendak
mengundurkan diri dari kalangan Kang-ouw. diwaktu hari
upacara cuci tangan, banyak sahabatnya yang datang
memberi selamat, tetapi diantaranya juga ada musuhnya
yang paling lihay. "Musuhnya itu sudah lama terkenal dengan
kejahatannya, ia pernah mendapat luka-luka ditangan
Manusia tanpa bayangan. Selanjutnya tidak berani unjuk
muka, tetapi bertekun melatih diri, hendak menuntut
pembalasan. "Beberapa tahun kemudian, setelah pelajaran ilmunya
yang berhasil ia keluar lagi dan datang mencari manusia
tanpa bayangan. "Menurut peraturan dunia Kangouw seorang Kangouw
yang sudah menyatakan cuci tangan sudah
dianggap meninggalkan dunia Kangouw. dan segala
permusuhan yang lalu dianggap habis semua.
"Tetapi musuh itu tetap tidak mau mengerti, ia
sesumbar bahwa dalam lima kali pukul sudah cukup
menyelesaikan urusannya, Apabila dalam lima kali pukul
tidak berhasil membinasakan lawannya, ini berarti ia
sendiri yang akan membereskan dirinya sendiri.
"Dalam keadaan terpaksa Manusia tanpa bayangan
mengumumkan dihadapan semua sahabat sahabatnya
tentang permusuhan itu. ia juga bersedia menyelesaikan
urusan itu dalam batas waktu lima jurus.
"Demikianlah kedua pihak dibawah orang banyak
sebagai saksi mengadakan pertempuran mati-matian.
"Akhirnya musuh itu meski sudah bertekun melatih
ilmu beberapa tahun, masih belum sanggup menjatuhkan
lawannya. Dengan adanya yang keras, seketika itu juga
lantas bunuh diri. "Karena soal itu sudah selesai, Manusia tanpa
bayangan mengundurkan diri dengan hati lega, set iap
hari kerjanya mendidik anak-anaknya dan hidupnya juga
berbahagia. "Tak disangkanya anak perempuannya yang sulung
ketika berusia tujuh belas tahun, telah mengalami
kejadian diluar dugaannya. Anak perempuan itu memang
seorang yang suka bergerak, tapi sejak suatu hari ia
keluar rumah dan waktu malam baru pulang,
kelakuannya sangat banyak berubah. Setiap hari ia
menutup pintu dan selalu nampak murung.
"Manusia tanpa bayangan yang menyaksikan
perubahan anak perempuannya, semula diam saja, t etapi
lama kelamaan ia tidak sabar lagi.
"Pada suatu malam, ia panggil menghadap anaknya
itu, dan ditanyakan apa sebabnya selalu murung" Semula
anak itu tidak mau memberi keterangan, tetapi setelah
didesak oleh ayahnya, akhirnya mengaku.
"Ternyata anak perempuan itu diluaran mempunyai
seorang kawan laki-laki, yang menjadi kekasihnya.
Karena tidak tertahan goda hati muda, akhirnya
melakukan hubungan gelap, dan kini gadis itu sudah
mengandung. "Dalam keadaan sudah terlanjur seperti itu, Manusia
tanpa bayangan hanya dapat mendamprat anaknya,
kemudian suruh ia memanggil kawan lelakinya itu datang
menghadap sang ayah itu ingin melihat apakah lelaki itu
ada harganya atau tidak."
"Tak lama kemudian, kawan laki anaknya itu benar
saja datang menghadap. Manusia tanpa bayangan yang
menyaksikan anak laki sopan santun, diam-diam merasa
girang, juga bersedia menerima padanya sebagai
menantu. "Apa mau, satu kejadian yang tidak sangka sangka
telah terjadi. Diwaktu diadakan pesta makan minum, lakilaki tampan bakal menantu Manusia tanpa bayangan itu
dalam mabuknya telah mencari keterangan urusan yang
sudah lain, bahkan mengejek manusia tanpa bayangan
sebagai seorang yang tidak baik kelakuannya.
"Manusia tanpa bayangan yang dimasa mudanya
mendapat nama baik dikalangan Kang ouw, ketika
mendengar ucapan tidak beres itu, sedapat mungkin
kendalikan diri dalam medan pesta itu ia tidak berani
minum arak, dengan kepala dingin memperhatikan
maksud ucapan bakal menantunya itu."
"Pemuda itu sembari minum arak telah membeberkan
sifat-sifatnya sendiri yang busuk dan akhirnya dengan
mata melotot ia memberitahukan bahwa ia adalah anak
laki-laki musuhnya manusia tanda bayangan, maka
kedatangannya itu hendak menuntut balas dendam.
"Manusia tanpa bayangan yang mendengar ucapan
itu, bukan kepalang terkejutnya. Akhirnya mereka
bertempur sengit dengan beruntun pemuda itu
melancarkan serangan pedang dan tangan kosong yang
ganas tetapi semua dapat dielakkan oleh Manusia tanpa
bayangan. "Ketika manusia tanpa bayangan hendak melakukan
serangan pembalasan, pemuda itu mengetahui gelagat
tidak baik lantas melarikan diri, meninggalkan anak
perempuan Manusia tanpa bayangan yang remuk redam
hatinya. "Kejadian itu menyulitkan Manusia tanpa bayangan,
sebab anak perempuannya sudah mengandung dengan
anak laki laki bekas musuhnya, kemudian hari anak yang
akan dilahirkan pasti juga mengandung darah
permusuhan." "Setelah mengalami pukulan hatin yang sangat hebat
itu, anak perempuannya perlahan-lahan berubah
pikirannya segera orang gila, ketika Manusia tanpa
bayangan mengetahui perubahan itu, ternyata sudah
terlambat. "Entah dengan kabar dari siapa, anak perempuannya
itu pada suatu malam telah melarikan diri, pergi
kegunung Kat nia untuk menjadi isteri si Kakek penjinak
garuda. "Manusia tanpa bayangan menyusul kegunung Kat nia
hendak mencegah, tapi kakek penjinak garuda ada
menerima padanya sebagai isteri, hingga sang ayah
terpaksa balik kembali dengan hampa."
"Selama itu, pemuda musuhnya itu pernah datang
kerumah manusia tanpa bayangan dua kali, pertama kali
bertempur lagi dengan Manusia Tanpa Bayangan sampai
beberapa puluh jurus, tidak ada yang kalah dan yang
menang, dengan perasaan marah ia pergi.
"Kedua kali datang ia menyatakan hendak menghapus
semua permusuhan yang sudah lalu, dan bersedia
menikahi anak perempuan Manusia tanpa bayangan,
tetapi perempuan itu kini sudah menjadi istri si-kakek
penjinak Garuda, dalam marahnya Manusia tanpa
bayangan telah membeberkan semua, apa sebabnya
anak perempuannya sampai mengambil keputusan itu.
"Pemuda itu setelah mendengar keterangan itu,
wajahnya berubah seketika, agaknya sangat menyesal,
terkejut dan marah, hingga ia pergi lagi dan selanjutnya
tidak muncul lagi, entah kemana perginya."
"Tak lama kemudian, anak perempuan manusia tanpa
bayangan telah melahirkan sepasang anak kembar lakilaki.
Kakek penjinak garuda rupanya girang sekali, tanda
burung garuda yang dibuat bangga selama hidupnya
telah dicacahkan diatas lengan dua bayi itu.
"Tetapi, keberuntungannya kakek itu tidak
berlangsung lama, entah apa sebabnya, pada suatu hari,
ketika kakek itu pulang dari pesiar tiba-tiba marah besar.
"Orang utan yang menjaga rumahnya dibunuh, tujuh
ekor burung garuda kesayangannya dilepaskan semua,
dan memaki isterinya tidak set ia, akhirnya berlalu
meninggalkan rumah tangganya"
Berkata sampai disitu, It Jie Hui-kiam memesut air
matanya yang mengalir keluar, jantung Ho Hay Hong
yang mendengar cerita kisah menyedihkan itu, samarsamar
sudah jauh mengerti bahwa kisah itu menyangkut
dirinya sendiri. Ia merasa seperti disambar petir, matanya berkunangkunang, otaknya ruwet, hampir saja ia jatuh pingsan.
It Jie Hui kiam melanjutkan ceritanya:
"Perempuan yang bernasib malang itu dengan hati pilu
dia membawa dua oroknya pergi mencari suaminya,
dengan susah payah ia mencari dimana-mana hampir
semua gunung dan lautan sudah didatangi, tetap selama
dua tahun ia mencari, masih tidak berhasil menemukan
suaminya. Apa mau ia sendiri lantas jatuh sakit.
"Ia tahu benar sudah tidak ada harapan hidup lagi,
dengan sisa tenaganya yang masih ada, ia pergi mencari
kawan akrabnya semasa masih kanak-kanak,
diberitahukannya semua pengalamannya dan
menyerahkan kedua anaknya itu kepadanya, dan ia
sendiri kemudian menutup mata untuk selama-lamanya."
It Jie Hui kiam tidak sanggup melanjutkan ceritanya, ia
menangis seperti anak kecil.
Ho Hay Hong tiba-tiba berkata: "Ibu." Semangatnya mendadak runtuh, jantungnya berdebar keras, lalu jatuh
tengkurap dan tak ingat orang orang lagi.
Entah beberapa lama telah berlalu, ketika ia perlahanlahan sadar kembali, hari sudah malam. Diluar angin
meniup kencang, ia seperti orang bingung, otaknya
kosong melompong. It Jie Hui kiam masih belum berlalu, dengan suara
lemah lembut: "Anak, tanda burung garuda dilenganmu itu suatu
bukti bahwa kau adalah keturunanku yang terdekat."
Ho Hay Hong yang sudah seperti orang linglung,
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ucapan It Jie Hui kiam hanya masuk kedalam telinganya,
tetapi tidak mengerti maksudnya. Lama ia duduk
termenung, baru pelahan-lahan membuka mulut.
"Aku sudah hampir mati, barang ini tolong locianpwse
sampaikan kepada suhuku Dewi ular dari gunung Ho lansan,
dia adalah teman karib ibu dimasa hidup."
Ia mengeluarkan salinan kitab ilmu silat garuda sakti,
diberikan kepada It Jie Hui Kiam dan berkata pula.
"Kitab ini mungkin barang yang dibawa keluar oleh ibu dari gunung Kat nia, jikala locianpwee tidak dapat
menemukan suhu boleh simpan saja sebagai barang
peringatan!" "Kau tidak akan mati. Hud sim Tot iang sudah
menyembuhkan penyakitmu." berkata It-jie Hui kiam
sambil menggelengkan kepala.
Mendengar perkataan itu, Ho Hay Hong lompat
bangun dan bertanya: "Benarkah?" Belum lagi It Jie Hui kiam menjawab, sudah didahului
oleh gadis baju ungu: "Kalau kau tidak percaya, kau boleh coba bernapas,
betul luka dalam dada sudah sembuh atau belum ?"
Ho Hay Hong kini baru tahu bahwa dalam ruangan itu
kecuali It Jie Hui kiam masih ada gadis berbaju ungu,
Hud sim Tot iang, orang tua kuras tinggi, orang tua
berambut pendek dan diapun anggauta pasukan angin
puyuh serta laki-laki setengah umur berpakaian kuning
yang dikenalnya sebagai suhengnya gadis berbaju ungu
itu. Ia merasa sangat malu, tetapi ia tahu bahwa orangorang
itu memandang dirinya dengan kacamata lain,
mungkin karena pengaruhnya It Jie Hui kiam.
"Dada kirinya terdapat tanda jari tangan yang biru, itu adalah perbuatannya pemimpin Liong houw hwee. Thian
lam Lo jin, tanda itu adalah serangannya dengan ilmu
khi-kangnya yang dinamakan Siao ciu thian khie kang
yang membuat namanya terkenal. Setiap orang yang
pernah diserang olehnya pasti meninggalkan bekas
tapakan tangannya!" Begitu mendengar keterangan Hut si Tot iang, delapan
anggauta pasukan Angin puyuh mendadak lompat
bangun dan berkata dengan suara serentak:
"Liong houw hwee juga begitu berani sewenangwenang,
kita sekarang hendak pergi membuat
perhitungan dengan mereka !"
Tetapi maksud mereka itu dicegah oleh It Jie Hui
kiam, katanya sambil menggeleng kepala:
"Saudara-saudara silahkan duduk dulu, soal ini lambat atau cepat harus kita bereskan, tidak perlu tergesa-gesa.
Kabarnya digunung Soat giam-san set iap tengah malam
memancarkan sinar berkilauan yang bisa dilihat dari
tempat jauh. Mungkin disitu terdapat benda pusaka,
malam ini kau delapan orang coba mendaki gunung itu,
untuk pergi melihat apa sebetulnya benda itu !"
Delapan orang itu menerima baik perintah
pemimpinnya, lalu dengan serentak meninggalkan
ruangan. Gadis berbaju ungu itu mendadak berkata:
"Kongkong, aku juga hendak pergi !" It Jie Hui kiam mengerutkan keningnya, baru hendak menjawab, gadis
itu sudah bertanya kepada Ho Hay Hong:
"Kau mau pergi atau tidak ?"
"Aku mungkin tidak sempat!" jawab Ho Hay Hong,
tetapi ketika melihat gadis itu menundukkan kepala
dengan perasaan kecewa, segera memberi penjelasan:
"tetapi kalau kau tidak ada kawan, aku boleh menemani
kau !" Gadis itu lantas berkata sambil tertawa: "Bagus,
kongkong, ia bersedia menemaniku, kongkong izinkan
atau tidak ?" "Kau ini memang nakal, baiklah. malam ini biar kau
pergi pesiar, tetapi harus berlaku hati-hati, sekarang
keadaan kurang aman. tidak seperti dulu" menjawab It
Jie Hui kiam sambil tertawa.
"Aku tidak takut, para toako dari pasukan Angin puyuh semua merupakan orang yang kesohor namanya, siapa
berani mengganggu" Apalagi Ho koko juga pandai
menggunakan ilmu pedang terbang, asal ia
mengeluarkan pedang pusakanya, musuhnya pasti
gemetaran!" berkata gadis baju ungu sambil tertawa.
Ho Hay Hong yang jarang mendapat perlakuan
hangat, mendapat perlakuan mesra seperti itu, sudah
tentu merasa senang, apalagi orang yang berlaku mesra
itu adalah satu gadis cantik manis bagaikan bidadari.
It Jie Hui-kiam dengan muka berseri-seri bertanya
padanya: "Hay Hong. usiamu sudah cukup besar diluar kau
sudah mempunyai pandangan kawan wanita atau
belum?" Mendengar pertanyaan itu, wajah Ho Hay Hong merah
seketika, ia lihat gadis berbaju ungu itu mengawasi
dirinya dengan sinar matanya yang tajam, agaknya
sangat perhatikan urusan itu.
"Aku belum pernah memikirkan soal itu !" demikian jawabnya.
"Perlukah bantuan kongkongmu untuk mencarikan ?"
Gadis baju ungu itu tiba tiba nyeletuk. "Kau siorang
tua selalu suka menggoda orang, jalan, mari kita jalan
jangan hiraukan dia."
Sehabis berkata demikian, ia berlalu sambil menarik
tangan Ho Hay Hong. Ho Hay Hong merasa terharu, ia mengerti ucapan It
Jie Hui kiam tadi adalah suatu pernyataan cinta kasih dari seorang tua terhadap cucunya. Bukan menggoda.
Dari istal kuda gadis baju ungu itu mengeluarkan dua
ekor kuda tinggi besar, kemudian berkata kepada Ho Hay
Hong sambil tertawa: "Ho koko, seekor ini untukmu !"
"Aku tak mau naik kuda" menjawab Ho Hay Hong.
Gadis itu membuka lebar matanya dan bertanya
dengan perasaan heran. "Benarkah kau tidak bisa naik kuda ?"
Ia mengira bahwa pemuda itu merendahkan diri.
Diluar dugaannya, Ho Hay Hong menganggukkan kepala,
hingga ia benar-benar merasa heran. Sebab Ho Hay
Hong memiliki kepandaian tinggi sekali, tentunya pandai
segala ilmu, diluar dugaannya, naik kuda saja tidak bisa.
Ia berpikir sebentar, kemudian berkata "Kalau kau
tidak bisa menunggang kuda, biarlah aku menunggang
bersamamu !" Dengan sangat lincah ia lompat keatas adanya,
kemudian menggapai Ho Hay Hong. "Lekas naik. Ho
koko!" Sejenak Ho Hay Hong merasa ragu-ragu, akhirnya
naik juga keatas kuda. Tiba-tiba kuda itu karena terkaget hingga melonjak
tinggi. Ho Hay Hong yang tidak berjaga-jaga hampir saja
jatuh terpelanting dari atas kuda. Ia buru-buru memeluk
diri si nona. Ia sudah lupa bahwa diri nona itu masih gadis, yang
belum pernah bersentuhan dengan laki laki, apalagi
dipeluk demikian rupa,maka seketika itu ia merasa malu
sendiri, jantungnya berdebaran, mukanya merah
membara. Tetapi entah apa sebabnya, gadis itu ternyata tidak
marah, hanya berpaling mengamati padanya sejenak,
tanpa berkata apa apa lantas bedal kudanya.
Ho Hay Hong ingin melepaskan tangannya, apa mau
kuda itu larinya sangat pesat hingga menimbulkan
kegoncangan hebat, terpaksa ia memeluk terus. Ia kini
baru merasa menyesal yang dahulu tidak pernah belajar
menunggang kuda. Kuda dilarikan sangat pesat, dalam waktu sangat
singkat, sudah keluar pintu kota.
Gadis itu berkata padanya dengan suara pelahan:
"Para toako dari pasukan angin puyuh sudah jalan
jauh, kita harus lekas menyusul!"
Suaranya itu sangat pelahan sekali, kalau tidak
mempunyai daya pendengaran sangat tajam, susah
mendengar, Ho Hay Hong tahu bahwa perasaan malu
gadis itu masih belum lenyap, maka ia lantas menjawab:
"Ya, kita harus lekas mengejar!" Dengan tiba-tiba, dari suatu tempat agak jauh, Ho Hay Hong dapat dengar
suara nyanyian pasukan Angin puyuh, yang sudah tidak
asing lagi baginya. Namun kali ini, diiringi suara
beradunya senjata tajam. Gadis baju ungu itu kembali berkata dengan suaranya
yang masih tetap perlahan:
"Oh, pasukan Angin puyuh sedang bertempur dengan
musuh!" Ho Hay Hong belum menjawab, didepan sudah ada
orang menyahut: "Turun turun, untuk kedua kalinya kita berjumpa,
seharusnya berlaku sedikit ramah!"
Suara itu sangat asing, tetapi sangat nyaring. Gadis
baju ungu itu tercengang, kemudian berkata kepada Ho
Hay Hong: "Lekas kita pergi, dia adalah musuh besar pasukan
Angin puyuh, namanya Te-coan hong, Tok Bu Gouw.
Orang ini muncul dirimba persilatan belum ada satu
bulan, sudah mengeluarkan ucapan terkebur, katanya
hendak membasmi pasukan Angin puyuh dan It Jie Hui
kiam. Ia berkepandaian tinggi dan bernyali besar. Muncul
dan menghilangnya tidak menentu hingga saudarasaudara
pasukan Angin puyuh tidak berdaya
terhadapnya. It Jie Hui kiam juga pusing
menghadapinya." "Benarkah demikian hebat orang itu, apa yang
diandalkan olehnya?" bertanya Ho Hay Hong heran.
"Kepandaian ilmu pedang Tee soan Sin kiam orang itu
pada dewasa ini sudah tidak ada tandingannya. Sejak
dibentuknya pasukan Angin puyuh, pertama kali jatuh
ditangannya." "Dengan pasukan Angin puyuh dia ada permusuhan
apa?" "Aku tidak tahu, tetapi ia selalu datang mencari setori, itu memang benar, Semula pasukan Angin puyuh masih
berlaku sabar, tidak menghiraukan tantangannya. Tetapi
ia semakin didiamkan semakin melunjak, sehingga
seorang sabar seperti It Jie Hui kiam juga sampai marah.
Kedatanganmu sangat kebetulan, ilmu pedangnya Teesoan
Sin-kiam yang sangat ampuh, hanya dengan ilmu
pedang terbang, barulah tidak akan terkalahkan!"
Ho Hay Hong terperanjat, "Barangkali aku belum
yakin." "Kau takut ?" "Meski aku belum yakin atas kemampuanku, tetapi
aku tidak takut!" Sehabis berkata demikian, gadis itu mendadak
menghentikan kudanya dan lompat turun, segera diikuti
oleh Ho Hay Hong. Kini tampak delapan anggauta pasukan angin puyuh
sedang berhadapan dengan seorang lelaki pertengahan
umur yang berwajah putih bersih dan berambut panjang
sampai kebahu. Dengan wajah merah dan nada suara dingin laki-laki
itu berkata: "Siapa suka mengabarkan kepada It ji Hui kiam, aku
nanti akan ampuni jiwanya tidak akan kubunuh!"
Gadis baju ungu berkata kepada Ho Hay Hong dengan
suara perlahan: "Ho koko, kau dengar, betapa sombongnya manusia
itu!" Mendengar suara dan sebutan yang manis itu,
semangat Ho Hay Hong terbangun, seketika dengan
berani ia maju tiga langkah dan menegurnya:
"Tuan adalah Tee-soan hong. Tok Bu Gouw?"
Tee soan hong Tok Bu Gouw memandangnya dengan
sinar mata dingin. Dari sinar mata itu, Ho Hay Hong
mengetahui bahwa orang setengah umur itu memang
benar-benar memiliki kekuatan tenaga dalam yang sudah
cukup sempurna. Tee soan hong mengeluarkan suara dari hidung, tibatiba
melintangkan pedangnya dan menggulungnya,
sesaat kemudian timbullah sinar berkilauan.
Ho Hay Hang terkejut. mundur tiga langkah, walaupun
ia sudah cukup gesit, tetapi tidak urung celananya masih
kesambar oleh ujung pedang.
Dengan alis berdiri Ho Hay Hong berkata kepada gadis
baju ungu. "Boleh aku pinjam pedangmu?"
Gadis itu mengerti maksud Ho Hay Hong hendak
pinjam pedang, serta merta menjawabnya sambil
tersenyum manis: "Kau harus berlaku hati-hati!"
"Aku tahu!" jawab Ho Hay hong mengangguk.
Pedang gadis itu ternyata sangat berat, tapi sungguh
tepat digunakan untuk ilmunya pedang terbang.
"Tee-soan hong, jangan kira bahwa ilmu pedangmu
Tee-soan Sinkiam sudah tiada orang yang sanggup
melawan, aku siorang she Ho tidak takut padamu!"
demikian ia berkata. Matanya ditujukan kepada ujung pedang, diam-diam
mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya kepada gagang
pedang, kemudian tangannya bergerak dan pedang itu
mendadak mendengung. Setelah mendapat kepastian bahwa luka didalam
dadanya sudah sembuh, semakin tebal keyakinannya,
maka lantas berkata kepada anggauta pasukan Angin
puyuh. "Toako sekalian silahkan menyingkir sebentar,
sekarang aku hendak belajar kenal dengan ilmu pedang
Tee soan Sin kiam!" Anggauta pasukan Angin puyuh rupanya masih
merasa khawatir, tetapi menuruti kehendak Ho Hay
Hong, Semua pada menyingkir kesamping, hendak
menyaksikan bagaimana anak muda itu memberi
perlawanan kepada musuh tangguh itu.
Ho Hay Hong mendadak mengeluarkan suara siulan
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
panjang Dengan sepenuh tenaga menyambitkan
pedangnya, hingga pedang panjang itu meluncur kearah
Tee-soan hong. Tee soan hong juga mengerahkan tangannya, sinar
pedang ditangannya membuat lingkaran hendak
menggulung pedang Ho Hay Hong, tetapi tidak berhasil.
Ho Hay Hong mengempos kekuatan tenaga dalamnya,
pedang yang meluncur dengan cepat itu mendadak
melesat setinggi setengah kaki, kemudian memutar dan
menikam punggung Tee-soan hong.
Tee-soan hong tahu bahwa Ia salah hitung, terlalu
memandang rendah kepada lawannya yang masih muda
belia itu. Tetapi sudah agak terlambat, sebab pedang
lawannya sudah tiba dibelakang punggungnya.
Dalam keadaan tergesa-gesa, Tee soan hong segera
berbalik, pedangnya terhadap lawannya, sebab pedang
yang disambitkan itu bukanlah seperti menyambitkan
senjata rahasia, melainkan ilmu mengendalikan pedang
yang sudah lama menghilang dari rimba persilatan untuk
menghadapi dirinya. Sebagai seorang yang berpengetahuan luas, ia buruburu
lompat melesat setinggi tiga tombak lebih, baru
berhasil mengelakkan serangan pedang itu.
Tetapi pedangnya sendiri sudah terjatuh di tanah.
Ho Hay Hong maju selangkah, pedangnya dikedut
keatas, hingga pedang itu mengarah dua bagian jalan
darah dikaki Tee-soan hong.
Serangan kali ini lebih hebat dari yang pertama Teesoan
hong tidak menduga lawannya yang masih muda
belia itu, ternyata memiliki kepandaian luar biasa
tingginya. Sehingga seketika itu wajahnya berubah seketika.
Dengan menggunakan lengan jubahnya dikebutkan
kebawah. Kebutan dengan lengan baju ini, adalah serangan Tee
soan hong dengan kekuatan tenaga dalam yang paling
hebat. Ho Hay Hong tertahan gerakannya oleh serangan
itu terpaksa merandek dan mundur tiga langkah.
Tee soan hong mengandalkan kesempatan itu terus
meluncur turun dan menyerang dengan tinjunya.
Ho Hay Hong sangat penasaran. Selagi hendak
menyambitkan pedangnya lagi tiba-tiba hembusan angin
dari serangan jari tangan lewat dibawah ketiaknya,
langsung mengarah jalan darah Khie hay hiat Tee soanhong.
Tee soan-hong tahu apabila totokan jari tangan itu
mengenakan dirinya, ia pasti binasa. Tetapi ia masih
mengandalkan kekuatan tenaga dalamnya yang sudah
sempurna. Sedikitpun tidak takut, ia segera mengempos kekuatan
tenaga dalamnya keseluruh tubuhnya, untuk melindungi
seluruh tubuhnya. Dengan gerakan yang tetap tidak
berubah, masih menyerang Ho Hay Hong.
Gadis baju ungu itu lantas berseru:
"Kau berani membandel!"
Kembali jari tangannya bergerak, menotok jalan darah
Tee soan hong. Tee soan hong mendadak tarik kembali serangannya
dan menegur gadis itu: "Budak hina kau masih pernah apa dengan It Jie Hui
kiam " Lekas jawab!"
Dengan sinar mata penuh kebencian memandang
gadis itu, hingga gadis itu bergidik dan menundukan
kepala. "Kau t idak perlu tahu." demikian jawabnya.
"Apakah kau muridnya It Jie Hui kiam?" bertanya Tee soan hong kepada Ho Hay Hong.
Selagi Ho Hay Hong hendak menjawab, gadis itu
berkata ditelinganya: "Jangan beritahukan padanya,
orang itu terlalu kurang ajar!"
Ho Hay Hong tercengang dalam hatinya berpikir:
apakah antara ia dengan It Jie Hui kiam ada permusuhan
yang sangat dalam atau rahasia yang tidak diketahui oleh
orang luar" Tee soan hong maju selangkah bertanya kepada Ho
Hay Hong sambil menudingkan ujung pedangnya:
"Lekas jawab bocah, kalau kau hendak menjadi
seorang gagah yang kesohor namanya, tidaklah patut
kau sembunyikan namamu."
"Dia adalah familiku, kau mau apa?" jawab Ho Hay Hong marah.
"Aneh, aku hanya dengar It Jie Hui kiam hanya
mempunyai dua anak perempuan, anaknya yang sulung
dulu sudah kawin dengan kakek penjinak garuda, anak
Gadisnya yang kedua, lima tahun berselang telah
meninggal dunia karena sakit. Belum pernah dengar
mempunyai anggauta famili seperti kau!" berkata Tee
soan hong sambil tertawa dingin:
Tee soan hong masih belum menjawab gadis baju
ungu itu sudah nyeletuk dengan heran:
"Bagaimana dia tahu bibiku, kawin dengan kakek
penjinak garuda "."
Tee-soan-hong tertawa terbahak-bahak "Oh, kiranya
nona adalah cucu perempuan It Jie Hui kiam. Ini lebih
aneh lagi. Anak perempuan yang besar It Jie Hui kiam
tidak pernah melahirkan anak perempuan sedang anak
perempuannya yang kedua juga belum kawin, apakah
hahahaha, bagus benar didikan rumah tangga keluarga It
Jie Hui-kiam .haha" Kata-katanya itu mengandung penuh ejekan, terutama
kata-katanya didikan rumah tangga keluarga It Jie Hui
kiam. diucapkan dengan tegas.
Ho Hay Hong diam diam bertanya tanya kepada diri
sendiri: "mengapa ia mendadak berubah seperti orang
gila, seperti terpukul bathinnya."
Gadis baju ungu itu marah ketika mendengar
perbantahan itu mendadak maju menghampiri dan
menyerang dengan jari tangannya Tee soan-hong segera
berhenti tertawa, buru-buru lompat kebelakang gadis itu
dan menyerang dengan membalikkan tangan.
Gadis itu tidak menduga akan diserang dengan cara
demikian, setelah mengeluarkan suara jeritan, badannya
lemas dan rubuh dalam pelukan Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong buru-buru menghadapi dan berkata Tee
soan hong dengan suara gusar:
"Tee soan hong, kau benar-benar sudah turun tangan
jahat kepadanya?" Wajah gadis pada saat itu tampak pucat pasi, matanya
dipejamkan, mulutnya merintih, ia berkata dengan suara
terputus-putus: "Ho koko, aku terluka. parah"
Ho Hay Hong segera naik darah, sambil mengeluarkan
suara bentakan keras, pedangnya di sambitkan kepada
Tee soan hong. Tee soan hong tahu hebatnya serangan anak muda
itu, dengan mengempit pedangnya badannya
bergulingan di tanah, hingga tanah dan batu-batu pada
berterbangan tidak tertampak orangnya.
Delapan anggauta pasukan Angin puyuh yang sudah
kenal baik semua sepak terjang Tee soan hong, buruburu
memperingatkan Ho Hay Hong:
"Ho siaohiap lekas mundur, itu adalah ilmu pedang
Tee soan hong Sin kiam!"
Ho Hay Hong meskipun terkejut, tetapi ia tidak mau
mundur begitu saja. Diam-diam ia mengerahkan
kekuatan tenaga dalamnya, pedang yang disambitkan itu
ketika berada ditengah jalan, tiba-tiba melesat dengan
pesat, dengan menembus putaran pedang Tee soan
hong menyerang orangnya. Suara ser ser terdengar nyaring. Tee-soan hong
mendadak lompat melesat setinggi lima enam tombak,
berkata dengan suara: "Bocah dari Ngo-bie, benarkah kau berani bermusuhan
denganku?" Saat itu delapan anggauta pasukan Angin puyuh
sudah tahu bahwa lengan baju Tee-soan-hong sudah
berlubang. Lengan tangannya terluka. darah bertetesan
membasahi bajunya. Jelas bahwa luka itu bekas
serangan pedang Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong tidak menghiraukan pertanyaan Tee
soan-hong, lagi sekali mengempos tenaganya,
menggerakan pedangnya. Pedang itu bagaikan naga
terbang dari atas menukik kebawah, kemudian melayang
lagi keatas, mengarah tapak kaki Toe-soan hong.
Sudah dua kali Tee-soan hong menghadapi serangan
hebat ilmu pedang terbang Ho Hay Hong, hingga
kesombongannya lenyap seketika, ia tidak berani
memberi perlawanan lagi, dengan terbirit-birit kaburkan
diri. Pasukan Angin puyuh mendadak memencarkan diri,
membuat satu lingkaran, mengurung Ho Hay Hong
dengan serentak berkata. -oo0dw0ooo- Bersambung Jilid 15 RAHASIA KAMPUNG GARUDA Karya : Khulung Saduran : Tjan ID Jilid 15 "HO SIAOHIAP, harap ingat baik-baik pantangan dunia
Kang ouw jangan mengejar musuh yang melarikan diri
kedalam rimba!" "Kalian rela membiarkan musuh besar itu kabur ?"
demikian Ho Hay Hong balas menanya dengan perasaan
heran. "Bukan begitu, tetapi itu adalah pantangan dalam
dunia Kang ouw, kita tidak boleh melanggar!" jawab
mereka. Ho Hay Hong mengawasi bayangan Tee soan hong
yang pelahan-lahan menghilang tempat gelap
menggumam sendiri. "Jangan membohongi aku! Dari
sikap kalian, sudah jelas menunjukan isi hati kalian. Aku
pikir kalian sengaja melepaskan musuh besar itu dengan
dalih yang kalian kemukakan tadi, tentunya ada
tersembunyi sebab sebab yang kalian tidak dapat
menjelaskan secara terang-terangan. Benarkah ucapanku
ini?" Delapan anggota pasukan angin puyuh itu diam saja,
tidak berani menjawab. Ho Hay Hong merasa tidak senang, sinar matanya
yang tajam menyapu orang-orang itu kemudian berkata:
"Dengan sebetulnya, kalian delapan orang, setiap
orang memiliki kepandaian yang cukup tinggi, juga
bernyali besar. Meskipun Tee Soan hong Tok Bu Gouw
kuat dan berkepandaian tinggi, tapi belum tentu bisa
mengalahkan kalian dengan mudah. Jikalau dugaanku
tidak keliru, toako sekalian jelas sengaja mengalah."
Mendengar celaan itu, delapan anggota pasukan Angin
puyuh itu agaknya tidak dapat menahan sabar lagi selain
memandangnya dengan wajah keren, dengan serentak
berkata: "Ho siaohiap jangan coba mencari-cari sebabnya, kita
bertindak hanya menurut perintah saja, maaf kita tidak
bisa menjawab?" "Apakah itu perintahnya It Jie Hui kiam locianpwee?"
Delapan orang itu saling memandang, kemudian
melompat keatas kuda masing-masing, barulah
menyahut: "Maaf. kita masih perlu segera berangkat ke gunung
Siau giam-san untuk menyelidiki benda pusaka itu. Kalau
siaohiap suka boleh segera berangkat!"
Ho Hay Hong terheran-heran tetapi orang-orang itu
semua menutup mulut. Ia juga tidak berdaya. Terpaksa
menjawab sambil menggelengkan kepala:
"Siaote tidak bisa pergi, ia terluka parah perlu lekas ditolong."
Baru berkata sampai disitu, suatu pikiran aneh
terlintas dalam ot aknya: "Gadis itu adalah cucu
perempuan It Jie Hui kiam, dan orang-orang itu
melakukan tugasnya atas perintah It Jie Hui kiam,
seharusnya, betapapun pentingnya urusan itu, tokh tidak
lebih penting dari pada jiwa cucu perempuan
pemimpinnya, dan sudah seharusnya pula kalau mereka
ambil perhatian. Tetapi, mengapa mereka berlalu
demikian dingin, bahkan nampaknya acuh tak acuh,
sedangkan menanya sajapun tidak."
Sementara masih berpikir, delapan anggota pasukan
angin puyuh itu sudah bedal kuda masing-masing
meninggalkan dirinya. Ho Hay Hong diam-diam menghela napas, dengan
membimbing gadis baju ungu, pulang kembali kerumah.
Dalam perjalanan ia selalu berpikir: "dari rumah ia dalam
keadaan sehat dan baik-baik. Sekarang pulang dalam
keadaan terluka. Kalau kongkongnya tahu, bukankah
anggapan aku tidak mampu melindungi
keselamatannya?" Sebagai orang gagah yang berjiwa ksatria, ia bersedia
memikul tanggung jawab dan sendiri! Demikianlah Ia
sambil mengepal-ngepal tinjunya, berkata kepada diri
sendiri: "Tidak bisa, aku harus jaga nama baikku, aku harus mengandalkan tenagaku sendiri, untuk
menyembuhkan lukanya!"
Gadis baju ungu yang mendengarkan ia berkata
seorang diri, bertanya dengan perasaan heran:
"Apa yang kau katakan?"
Ho Hay Hong buru-buru menggunakan kesempatan itu
balas menanya: "Apa kau suka kalau aku dipandang enteng oleh
orang?" "Sudah tentu tidak suka!" jawabnya singkat, dengan perasaan semakin heran ia balas menanya: "Mengapa
kau bertanya demikian Ho koko?"
"Kau terluka parah, kalau aku antar kau pulang, ini
berarti akan mengunjukkan kelemahanku, yang tidak
mampu melindungi keselamatanmu. Maka aku pikir
jangan pulang dulu, nanti setelah lukamu sembuh, baru
pulang. Dengan demikian, kita tidak sampai dihina orang
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kau anggap bagaimana?"
"Baiklah, Ho koko, kau ingin bagaimana, terserah
pikiranmu sendiri." jawab si gadis sambil tersenyum.
Waktu ia mengucapkan jawaban demikian, wajahnya
kemerahan-merahan hingga tampaknya semakin
menggiurkan. Ho Hay Hong yang menyaksikan sikap demikian,
jantungnya mendadak berdebar keras. Dalam
perjalanannya menuju kedaerah Tionggoan kali ini,
dengan beruntun ia sudah berkenalan dengan tiga gadis
cant ik, hal itu sesungguhnya belum pernah diimpikannya.
Tiga gadis cant ik yang dikenalnya itu masing-masing
memiliki sifat tersendiri. Dalam soal kecant ikan, kalau ia suruh memilih sesungguhnya berat untuk mengadakan
pemilihan. Tetapi kini ia merasa bahwa gadis baju ungu
itu dalam segala hal selalu mengiringi kehendaknya, ini
merupakan tipenya seorang wanita yang bersifat wanita
penurut. Lengannya memeluk erat erat pinggang gadis itu,
dalam waktu singkat, sifat halus gadis itu berhasil
memikat hati Ho Hay Hong.
Ia berusaha melupakan gadis kaki telanjang, tetapi
tidak berhasil. Oleh karenanya, ia ingin coba menenangkan
pikirannya meskipun dalam pelukannya terdapat tubuh
seorang gadis cant ik, namun tidak berani timbul pikiran
yang bukan-bukan. "Nona sejak kecil kau dilahirkan disini, tentunya
mengenal baik keadaan disini. Tahukah kau dimana ada
tabib pandai?" demikian ia bertanya kepada sinona.
"Di kota sebelah barat. Kek Seng To si seng adalah
akhli penyakit bagian dalam, ia sanggup menyembuhkan
segala luka dalam tetapi..." menjawab sang gadis tetapi ia mendadak mengerutkan keningnya dan berkata pula:
"luka dalam tubuhku ini terkena pukulan tinju dengan
menggunakan ilmu Khie kang tabib biasa tidak bisa
menolong." "Ya, kita harus mencari tabib pandai yang juga pandai ilmu silat!"
"Dengan terus terang ditempat ini mestinya tidak ada
orang pandai luar biasa!"
"Kalau begitu kita terpaksa minta pertolongan kepada
Hud-sim Totiang, betul tidak?"
"Ini kurang baik, mungkin lantaran aku, nanti akan
mencemarkan nama baikmu."
"Lukamu penting, harus segera diobati. Bila aku
sendiri tidak berarti apa-apa. Asal kau selamat, hatiku
merasa lega !" Gadis itu menundukkan kepala, hatinya goncang.
"Tidak apa, aku pelahan-lahan bisa sembuh."
"Kalau dari semula aku tahu Tee soan-hong seorang
demikian ganas, kau tadi bunuh mati saja dia dengan
pedang terbangku, sekalipun aku harus menghamburkan
banyak tenaga!" Mendadak ia ingat sesuatu katanya pula:
"Mengenai diri orang itu, aku merasa sangat curiga.
Sebab jelas para toako dari pasukan Angin puyuh,
mempunyai cukup kekuatan menundukkan dia, tetapi
tokoh-tokoh itu nampaknya selalu mengalah. Bahkan
tidak mengizinkan aku mengejar, ketika ia terluka
ditanganku, dengan dalih yang tidak masuk akal. Hal ini
aku benar-benar tidak mengerti. Tetapi aku percaya nona
pasti lebih mengerti dari padaku, bolehkah kau
memberitahukan sedikit saja sebab musababnya ?"
Gadis itu membuka matanya lebar-lebar. "Kau terlalu
banyak pikiran Tee soan hong itu sejak muncul dirimba
persillatan daerah utara, belum pernah mendapat
tandingan. Sudah lama namanya disegani oleh orangorang
rimba persilatan. Kabarnya pada waktu yang
belakangan ini, lantaran hendak merebut kedudukan.
Bengcu rimba hijau enam propinsi daerah utara, telah
bentrok dengan kepala penyamun Kay see Kim kong.
Kepala penyamun ini karena mengetahui kepandaian Tee
soan hong tinggi sekali, pernah mengalah tidak berani
berbuat apa-apa. Coba kau pikir, dengan orang seperti
Kay see Kim kong yang biasa melakukan kejahatan dan
keganasan, tokh masih mengalah terhadapnya,
jangankan pasukan Angin puyuh."
"Bukankah kau pernah katakan bahwa Tee soan hong
belum lama muncul di dunia rimba persilatan, mengapa
sekarang kau katakan sudah lama namanya terkenal ?"
"Mungkin aku salah kata."
"Aku tahu nona hatinya lembut, tidak mungkin salah
kata. Pasti ada rahasia yang kau tidak inginkan aku
tahu." "Perlu apa diungkat lagi" Semua ini untuk
kebaikanmu." "Hal ini ada hubungan apa denganku?"
Gadis itu menggelengkan kepala, tidak menjawab,
matanya berkaca-kaca. "Kau pasti tidak pandang mata aku yang tidak berguna
ini, maka ada banyak rahasia tidak memberitahukan
padaku!" berkata Ho Hay Hong sambil tertawa getir.
Mendengar perkataan itu, gadis itu angkat muka dan
berkata: "Ho koko, mengapa kau berkata begitu. Mana aku
mempunyai pikiran begitu?"
Sewaktu ia mengucapkan perkataan itu, wajahnya
mengunjukan perasaannya yang pilu, jelas bahwa ia
memang tidak mempunyai pikiran demikian. Ia seperti
tersinggung perasaannya, sehingga tanpa disadari sudah
mengeluarkan air mata. Ho Hay Hong berusaha keras mengendalikan
perasaannya, katanya. "Kau tidak mau menerangkan ya sudah, aku mau
mencari Tee soan hong sendiri untuk menanyakan
padanya." "Aku Ingat, ditempat dekat ini ada seorang tabib
pandai, sudah banyak mengobati orang-orang rimba
persilatan yang terluka dalam maupun luar. Tetapi
adanya sangat aneh, ia tidak mau menerima bayaran,
kalau tidak dibayar dengan pedang pusaka atau benda
mustika lainnya ia tidak mau menyembuhkan
penyakitnya." Ho Hay Hong menghela napas, tidak berkata apa-apa,
hanya bertanya: "Dia bernama siapa?"
"Dia adalah familie jauh Kay see Kim-kong, nama
julukannya Hoa chiu Hwa tho, dahulu ia belajar ilmu silat
dan ilmu tabib dikelenteng Koan-im Sin bio, gunung Kie
lian san. ia sudah mendapat semua warisan pemimpin
kelenteng itu, Chie chiu Sin kun, tetapi adanya keras dan
suka membawa caranya sendiri, maka sudah beberapa
kali Kay see kim kong mengundang selalu tidak berhasil"
"Orang itu sudah berani menggunakan nama julukan
Hoa chiu Hwa tho, ilmunya dalam ketabiban tentunya
luar biasa. Lukamu meski parah, barangkali juga masih
bisa disembuhkan. Mari kita lekas mencarinya!"
Tetapi setelah berkata demikian, ia merasa menyesal
katanya pula sambil menghela napas: "Kita minta obat
seperti minta belajar ilmu kepandaian, sedikitpun tidak
boleh memaksa. Aku tidak memiliki barang pusaka apaapa,
bagaimana bisa menginjak rumahnya?"
"Kau tidak perlu gelisah, disini aku masih mempunyai
barang peninggalan ayahku, mungkin dapat kita
gunakan!" Dari lehernya ia melepaskan liont in kalungnya yang
merupakan sebuah batu giok, ia letakan di tangannya
dan dielus-elusnya, entah apa sebabnya, perasaan sedih
timbul seketika, hingga matanya kembali berkaca-kaca.
"Ini adalah barang pusaka satu-satunya peninggalan
keluargaku. It-jie Hui kiam kongkong berikan padaku,
suruh aku pakai sejak aku mengerti urusan. Dia pesan
padaku supaya menggunakan barang ini untuk mencari
keterangan tentang diriku."
Mendengar perkataan itu. Ho Hay Hong terkejut.
"Apa" Kau bukan cucu perempuan It Jie Hui kiam?"
"Tee soan hong, Tok Bu Gouw juga pernah berkata si
orang tua hanya mempunyai dua anak perempuan, yang
satu sudah kawin dengan Kakek penjinak garuda, satu
lagi meninggal dunia karena sakit, bagaimana kau bisa
menjadi cucu perempuannya?"
"Batu giok ini adalah barang peninggalan keluargamu,
betapa pentingnya bagimu, janganlah lantaran aku, kau
bikin hilang. Aku kehilangan muka tidak menjadi soal,
bagaimanapun juga aku tokh bukan seorang besar yang
sudah kesohor namanya. Kau simpan barangmu, jangan
kau berikan kepada Ho chiu Hwa tho!"
"Orang laki-laki tidak dibandingkan dengan orang
perempuan, yang terpenting adalah nama baik. Kau
berkepandaian tinggi, mungkin bisa menjadi seorang
besar, jangan lantaran aku kau lantas putus asa!"
Ho Hay Hong sangat terharu mendengar ucapan itu,
dalam hatinya berpikir: "kau perlakukan aku sedemikian baik, bagaimana aku harus membalas budimu?"
Memasukkan tangannya kedalam sakunya
mengeluarkan kitab Salinan ilmu silat garuda sakti dan
sepotong batu kaca yang ia dapatkan dari dasarnya
danau Liok ing ouw. berpikir bulak balik, kecuali kitab
salinan ilmu silat garuda sakti yang masih ada harganya,
sudah tidak ada barang apa-apa lagi.
Tetapi kitab Ilmu silat garuda sakti itu adalah milik
suhunya, ia tidak berhak memberikan kepada orang lain.
Dalam sengitnya, batu kaca itu dilemparkannya ketempat
jauh, pikirnya barang itu sudah lama disimpannya, tapi
tokh tidak ada gunanya. Diluar dugaannya, batu kaca itu ketika berada diatas
batu keras, mendadak mengeluarkan sinar terang,
kemudian menggelinding ke dalam rerumputan.
Ho Hay Hong tertarik oleh kejadian gaib itu, ia buruburu
lompat turun dari atas kudanya dan memungut lagi
batunya. Batu yang kebentur oleh batu kacanya tadi
masih bercahaya terang. Ia juga segera mengetahui bahwa sekitar tempat
dimana batu kaca itu terletak, terdapat cahaya terang
hingga matanya hampir menjadi silau.
Ia buru-buru memungutnya kembali dan dibungkus
dalam sapu tangannya, lalu disimpannya lagi kedalam
sakunya. Gadis baju ungu yang menyaksikan semua perbuatan
itu, lantas menegurnya: "Itu siapa?" "Lekas simpan kembali batu giokmu, kita sudah ada
barang untuk diberikan kepada Hwa chiu Hwa tho!"
menjawab Ho Hay Hong dengan perasaan girang.
Ia sungguh tidak sangka bahwa batu kaca yang ia
dapat dari dasar danau Liok ing ouw itu, ternyata adalah
batu pusaka yang belum dijamah oleh tangan manusia.
Ia sendiri meski belum dapat menilai berapa harganya
tetapi dari sinarnya yang berkilauan, dapat menduga
bahwa barang itu bukanlah barang sembarangan.
Gadis itu menyimpan kembali batu gioknya berkata
sambil tersenyum manis: "Kau salah jalan, ini jalan yang menuju ketimur,
sedang kita seharusnya menuju ke barat!"
Ho Hay Hong mencari jalan, sambil memondong tubuh
gadis baju ungu, Ia mengerahkan ilmunya meringankan
tubuhnya lari kebarat. Lari belum berapa jauh, dari dalam rimba tiba-tiba
muncul tiga orang laki-laki menegur dan membentak
padanya: "Sahabat, siapa namamu?" Ho Hay Hong mengawasi
senjata tembaga dalam tangan tiga orang itu, karena
waktu itu sudah tengah malam buta, dianggapnya
berpapasan dengan kawanan begal.
Dengan kepandaian ilmu silatnya sendiri yang sudah
cukup tinggi, sudah tentu tiga orang tu tidak dipandang
di mata, maka ia lantas menyahut sambil tertawa:
"Namaku Ho Hay Hong, tuan-tuan ada keperluan apa
?" Tiga orang itu tidak menjawab, sebaliknya balas
menanya: "Boleh kami numpang tanya, Ho thayhiap mewakili
golongan mana?" Mendengar pertanyaan itu, Ho Hay Hong tercengang,
karena ia tidak mengerti makna pertanyaan itu.
Selagi hendak menanya, gadis baju ungu itu berbisik
ditelinganya: "Ho koko, kita sudah menginjak daerah
kawanan rimba hijau, pertanyaan mereka tadi adalah
istilah dalam dunia Kang ouw, kau boleh menjawab salah
satu nama dari suatu tempat, hingga kita tidak dapat
rintangan lagi." Ho Hay Hong baru sadar, bahwa dirinya sedang
berhadapan dengan kawan berandal karena harus segera
mencari obat untuk menyembuhkan luka gadis itu, ia
juga tidak mau menimbulkan onar, maka lantas
menjawab seenaknya: "Oh. siaotee datang dari Liok cui" Tiga orang itu tampaknya terkejut, tapi mereka tidak berani
mengganggu, katanya sambil memberi hormat:
"Kiranya adalah sahabat dari Liok cui, silahkan!"
Ho Hay Hong merasa bahwa suasana tempat itu agak
berbeda, tempat dimana ia lewat selalu mendapat
pengawasan, baik secara terang maupun secara
menggelap, seolah-olah khawatir ada orang asing yang
masuk kedaerahnya. Ia lalu berkata kepada gadis dalam
pondongannya dengan suara pelahan:
"Tahukah kau mereka sedang main sandiwara apa?"
"Aneh, sudah begini malam, orang-orang dari rimba
hijau semua berkumpul disini, apakah didepan sana ada
terjadi apa-apa?" Ho Hay Hong tidak ingin mencari urusan, Ia usulkan
mencari jalan lain. Tapi gadis itu berkata.
"Disini hanya ada satu jalan, kecuali jalan ini, yang lainnya semua merupakan daerah rimba. Kalau kita
mencari jalan lain mudah kesasar, sebaliknya kita
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengambil jalan yang ada, asal kita tidak menimbulkan
onar, biarpun ada terjadi apa-apa, kita jangan
perdulikan, mungkin tidak akan ada bahaya."
"Aku mengerti maksudmu."
Belum menjelaskan perkataannya, tiba-tiba ada
serombongan orang laki-laki yang masing-masing
membawa senjata tajam, berjalan menghampiri dan
menghadang didepannya. "Sahabat, tinggalkan senjatamu, ini adalah peraturan
dalam pertemuan ini, harap sahabat maafkan!" demikian rombongan orang-orang itu berkata.
Ho Hay Hong memandang tempat sekitarnya, ia baru
lihat ditempat tidak jauh dari rombongan orang-orang itu
berdiri, terdapat sebuah meja persegi besar, diatas meja
terdapat rupa-rupa senjata tajam, yang jumlahnya lebih
dari sepuluh potong, hingga ia diam-diam berpikir:
apakah orang-orang yang datang menghadiri pertemuan
ini ada demikian banyak jumlahnya" Pertemuan apakah
ini sebetulnya" Gadis itu kembali berbisik ditelinganya. "Ho koko, aku lihat malam ini gelagatnya kurang baik. Sudah jelas kita
kesasar, hingga seperti sudah membuka rahasia mereka.
Lekas serahkan pedangmu kepada mereka kita sudah
berada digua macan, mau tidak mau harus berlaku
tenang dan bertindak melihat gelagat, jangan sampai
membuat kekeliruan!"
Dalam hal ini, pengetahuan Ho Hay Hong sangat
sedikit sekali, maka ia menurut kehendak gadis itu,
pedang panjang diloloskan dan diserahkan kepada
orang-orang itu. Dari mereka ia dapat sepotong papan
yang sudah diukir dengan tanda masuk mereka.
"Simpan baik-baik kedalam sakunya." berkata kepada sigadis dengan suara perlahan.
"Apakah kita tidak boleh berkata terus terang dengan
mereka bahwa kita kesasar dan kemudian kita
meninggalkan tempat ini?"
"Orang-orang rimba hijau paling pantang orang luar
golongannya turut hadir dalam pertemuan mereka,
terutama pertemuan seperti ini, yang mungkin hendak
merundingkan suatu urusan penting. Jikalau tidak, kita
nanti akan membangkitkan kemarahan orang banyak, ini
lebih sulit bagi kita."
Ho Hay Hong pikir bahwa hal itu memang benar,
karena ia memondong tubuh gadis itu. Apalagi terjadi
pertempuran sudah tentu tidak leluasa. Apalagi pihak
mereka jumlah orangnya terlalu banyak, sudah tentu
lebih susah untuk keluar dari kancah pertikaian ini.
Oleh karenanya, maka ia empos semangatnya,
berjalan dengan tindakan lebar.
Tak lama kemudian, telinganya mendadak dapat
menangkap suara dekat yang sangat tebal.
Suara itu sangat keras dan nyaring, tidak mungkin
dilakukan oleh satu dua orang saja.
Pandangan matanya yang tajam, segera dapat melihat
di lapangan sebuah kelenteng yang letaknya dikaki bukit,
ada sekelompok orang sedang duduk mengitari
pelataran. Dari sinar api itu ia juga bisa melihat wajah
orang-orang yang hadir dalam pertemuan itu
Orang-orang itu meskipun diluarnya berlaku tenang,
tetapi sifat orang Kang ouw itu memberi kesan dalam
hati Ho Hay Hong. Selagi memikirkan bagaimana harus melewati pos
penjagaan rahasia itu, gadis baju ungu itu sudah
berusaha turun dari pondongannya, kemudian berkata
padanya: "Kau boleh pura-pura menggandeng tanganku, cukup
menggunakan kekuatan tenaga dalammu untuk
membimbing aku!" "Kau lihat, penjagaan sepanjang jalan yang menuju
ketempat pertemuan itu nampaknya sangat ketat
bagaimana supaya kita bisa melaluinya dengan aman ?"
"Kita jangan ganggu mereka, untuk sementara kita
menyelinap kedalam rombongan orang banyak, nanti kita
mencari ketempat air untuk lewat !"
Ho Hay Hong yang tidak membawa senjata apa-apa
harus menghadapi demikian banyak jumlahnya orangorang
dari kalangan rimba hijau yang nampaknya terdiri
dari orang orang berkepandaian tinggi, Sedikit banyak ia
merasa agak gentar. Dengan sangat hati-hati ia
menggandeng tangan gadis itu berjalan terus.
Dengan tiba-tiba tombak panjang dari orang-orang
yang melakukan penjagaan disilangkan dihadapannya,
dua belas mata memandangnya dengan sinar tajam.
Ho Hay Hong agak bingung. Ia tidak bisa berkata apaapa.
Untung gadis itu cerdik, dengan suara perlahan
memperingatkan padanya supaya mengeluarkan tanda
kayu. Bagaikan patung hidup Ho Hay Hong mengeluarkan
tanda kayu dari dalam sakunya. Dilihatkannya kepada
rombongan penjaga, kemudian tanpa mengucapkan
sepatah katapun juga, ia ajak gadis baju ungu duduk di
belakang banyak orang. Setelah duduk, ia baru lihat disudut kanan ada sebuah
muka yang dikenal baik olehnya. Orang itu adalah Tok
gan Sin cu, satu penjahat besar yang terkenal dalam
dunia Kang ouw, yang pada waktu Ho Hay Hong baru
tiba didaerah Tiong goan, pernah mencegat ditengah
jalan dan pernah bertempur hebat dengannya.
Ia mengerutkan keningnya, matanya langsung kepada
wajah-wajah yang lain. Benar saja, ia lantas menemukan
komplotan To gan Sin cu. Bok khek ceng Hui pat Tojin
Cit seng Koay khek. Menemukan itu memberikan firasat
tidak baik dalam hatinya.
Gadis baju ungu itu ketika melihat perubahan muka
Ho Hay Hong, lalu menanya dengan suara sangat
pelahan sekali: "Kau kenapa?" Ho Hay Hong tersenyum getir sambil menggelengkan
kepala, ia tidak mau memberitahukan firasat tidak baik
itu. Pada saat itu, seorang tua dengan membawa pipa besi
panjang tampil diatas mimbar, lebih dulu orang tua itu
menghisap pipanya yang panjang dan kemudian
mengepulkan asapnya ketengah udara, barulah
membuka suara: "Aku anggap Kay see Kim kong tidak tepat memegang
tugas berat ini!" sinar matanya yang tajam ditujukan
kepada seorang laki berkepala botak yang tubuhnya
tinggi besar Kay see Kim kong, "kau harus berani
mengakui bahwa adatmu terlalu berangasan, tidak bisa
mengendalikan hati orang banyak. Jabatan bengcu ini
bukanlah jabatan sembarangan, besar sekali
hubungannya dengan mati hidupnya golongan rimba
hijau daerah utara, harus dipikir masak-masak.
Mata Ho Hay Hong ditujukan kepada Kay see Kim
kong, tentang diri kepala berandal ini, ia sudah
mendapat sedikit gambaran dari mulut si gadis baju
ungu. Kalau dilihat dari potongan muka dan badannya,
memang bukan orang sembarangan.
Pelan-pelan Kay see Kim kong bangkit dari tempat
duduknya, dengan sikap keras berkata:
"Ucapan Tok heng Tayhiap meskipun benar, tetapi
anak buahku tersebar hampir seluruh pelosok daerah
utara, pengaruhnya sangat besar, jabatan Bengcu itu,
aku tetap hendak pertahankan."
"Soalnya bukan begitu, kita harus tahu meskipun
pengaruh anak buahmu sudah cukup besar dan
menguasai sebagian daerah penting, tetapi ingatlah kau
sejarahnya kawanan rimba hijau daerah-daerah Ho
siang. See san Khian heng dan Oak bun, yang
pengaruhnya sudah menguasai hampir seluruh daerah itu
dan tidak kalah dengan kawanan rimba hijau tujuh
propinsi daerah selatan, tetapi karena berkali-kali terbit onar antara anggautanya sendiri, sehingga sering diejek
oleh orang-orang rimba hijau daerah selatan Apakah hal
yang semacam ini kita terus telan begitu saja." berkata orang tua tadi.
"Kalau demikian halnya, Tok heng Tayhiap tentunya
meragukan kepandaianku?" bertanya Kay see Kim kong
sambil tertawa besar. "Bukan, bukan: Apa selamanya berlaku dan berbicara
sangat hati-hati, lebih baik tidak diadakan pemilihan,
daripada semakin kalut" kata orang tua itu sambil
menggelengkan kepala dan duduk lagi dengan tenang.
Kay see Kim kong merasa tidak senang, menepuk
tangan dengan keras seraya berkata:
"Kalau aku beruntung terpilih jadi Bengcu rimba hijau enam propinsi daerah utara, ku jamin dalam waktu dua
bulan akan berhasil menyapu bersih kekuatan Liong
houw-hwee dan Ceng gie hwee. kecuali pasukan angin
puyuh yang dipimpin oleh situa bangka It Jie Hui Kiam,
juga termasuk dalam rencanaku yang harus dibasmi."
Mendengar ucapan takabur itu, benar saja
mengejutkan gadis baju ungu dan Ho Hay Hong. tetapi
para hadirin juga merasa tertarik, banyak diantaranya
yang pada kasak-kusuk, ada yang pro, tetapi ada juga
yang kontra. Bagi Ho Hay Hong, sudah tentu mengharap agar
supaya Kay see Kim kong ini tidak terpilih, sebab
ucapannya yang sombong ini bukan saja membahayakan
kedudukan partai-partai dari orang-orang golongan baikbaik, tetapi juga mengancam keselamatan It Jie Hui
Kiam. Seorang imam pendek kecil beroman buas. tiba-tiba
berseru: "Siao tee setuju rencana Kay see Kim kong. Dengan
hak apa perkumpulan Liong houw hwee dan Ceng gie
hwee saban-saban menyusahkan kita " lagi pula pasukan
Angin puyuh itu juga bukan orang baik, mari kita
bersatu, mengusir mereka keluar dari daerah utara !"
"Kawan ini orang gagah dari mana?" demikian seorang tua bertanya dengan sangat tenang. "aku kira saudara
saudara dari golongan rimba hijau enam propinsi daerah
utara sejak peristiwa yang terjadi antara orang sendiri,
tidak mempengaruhi kekuatan tenaga kita. Seharusnya
kita semua prihatin sama-sama membina kekuatan
sendiri, janganlah dipengaruhi oleh angkara murka,
hendak membasmi Liong houw-hwee dan Ceng gie-hwee
se-ih, salah salah kita akan dihina lagi oleh saudarasaudara kita dari daerah selatan."
Seorang laki-laki pertengahan umur dengan sikapnya
yang agung, menyetujui pikiran orang tua itu, katanya:
"Ucapan Kat-lo memang beralasan, sejak kesalahan
pimpinan Bengcu yang lama, sehingga terjadi
pemberontakan didalam sendiri, kekuatan kita banyak
berkurang. Karena kekuatan kita sendiri masih belum
teguh, sekali-kali jangan menggunakan kekerasan.
"Jikalau tidak beberapa puluh tahun kemudian, kita
akan ludes sendiri hingga kita menyesalpun sudah
terlambat!" dengan sikapnya yang tenang ia mengibasngibaskan kertasnya. "pada waktu belakangan ini. aku
dengar dalam golongan rimba hijau tujuh propinsi daerah
selatan, orang-orang dari kelompoknya si Raja
pembunuh, ingin menggabungkan diri dengan golongan
kita diutara. "Dalam hal ini, apabila tidak ada suatu rencana busuk,
sesungguhnya merupakan suatu kabar baik bagi kita.
Akhirnya kita harus menerima mereka dengan hati
sungguh-sungguh, biar orang orang rimba hijau daerah
selatan tidak menghina atau mengejek kita lagi !"
Ho Hay Hong sangat tertarik oleh perdebatan itu, tibatiba
mendengar suara rintihan gadis baju ungu, maka
segera menanya dengan perasaan kaget.
"Apa kau merasa tidak enak?"
"Tidak, tidak ." jawab gadis dengan badan gemetaran.
Ho Hay Hong tidak mau percaya, ia tanya pula dengan
suara perlahan: "Mengapa kau harus menyusahkan diri sendiri. apa
salahnya kau berkata teras terang."
"Aku. hanya merasa kepalaku puyeng." jawabnya
dengan napas memburu. Ho Hay Hong mengawasi orang-orang yang hadir
disitu, saat itu semua sedang pusatkan perhatian mereka
kepada orang-orang yang sedang berdebat, tiada
seorangpun yang memperhatikan keadaannya sendiri,
hingga ia merasa lega. Tetapi kesulitan baru muncul. ia pikir, gadis itu tokh
tidak bisa duduk disitu sehingga pertemuan selesai
dengan keadaan sakit. Seandainya pertemuan itu
berlangsung terus beberapa hari, apakah ia juga
menunggu! Bukankah itu akan membahayakan gadis itu"
Ia berpikir bolak-balik, belum menemukan suatu akal
yang baik untuk meloloskan diri. Dalam keadaan gelisah,
timbullah pikirannya hendak menggunakan kekerasan.
Pikirnya: "kalau aku bertindak dengan mendadak
kemudian menggunakan ilmu meringankan tubuhku,
mungkin ada harapan untuk kabur"
Dengan cepat ia mengambil keputusannya. Tanpa
memberitahukan lebih dulu maksudnya itu kepada si
gadis, ia sudah hendak memondong tubuhnya. Di luar
dugaannya mendadak ada orang menegur dengan suara
dingin: "Sudah lama kita tidak berjumpa!" Dengan wajah
berubah, ia membalas maksudnya. Cepat ia berpaling.
Dibelakang dirinya tampak seorang laki-laki kira kira tiga puluhan, menghampirinya dan pelahan, ia duduk
disampingnya. Laki-laki itu dengan tertawa bangga
mengawasi gadis baju ungu seraya berkata:
"Tak kusangka nona juga berada disini,." Kata-katanya itu diucapkan dengan suara sangat perlahan, agaknya
takut didengar oleh orang-orang lain. Kecuali Ho Hay
Hong dan gadis itu, tiada seorangpun tahu apa yang
sedang dikatakannya. Mata gadis baju ungu itu menatap wajah laki-laki itu.
Wajahnya mendadak berubah, lama ia tidak bisa
mengucapkan apa-apa. Laki-laki itu berpakaian sangat perlente, wajahnya
putih bersih, tetapi sepasang matanya sangat liar
terhadap kaum wanita. Jelas merupakan seorang laki-laki
yang gemar pipi licin"
"Hadiahmu satu tamparan tangan pada berapa hari
berselang, sehingga kini masih belum terlupakan, aku
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak menduga bisa berjumpa denganmu ditempat ini,
mari kita berunding untuk mengadakan perdamaian!"
demikian laki-laki itu berkata pula.
Gadis itu dengan cepat sudah tenang tapi ia menahan
rasa sakitnya, katanya dengan nada suara dingin.
"Kau ingin menuntut balas dendam tamparanku pada
beberapa hari berselang, silahkan mengumumkan
kehadiranku dan siapa adanya aku. Hai, nonamu sudah
berani seorang diri memasuki guha harimau, sudah tentu
sudah tidak menghiraukan soal mati hidup sendiri."
Mendengar ucapkan tersebut, Ho Hay Hong terkejut.
Pikirnya: "mengapa ia menyatakan demikian kepada
orang itu" Apakah ia sudah terlalu sulit untuk keluar dari tempat ini, hingga sengaja berkata demikian, supaya aku
berhasil melarikan diri " Tetapi sebagai seorang lelaki,
bagaimana telah memikirkan kepentingan diri sendiri dan
membiarkan kawan wanitanya berada dalam sarang
harimau seorang diri ?"
Apalagi jika diingat bahwa gadis itu keluar dari rumah
bersama-sama dengan dirinya, dengan sendirinya harus
bertanggung jawab atas keselamatannya, seandainya
harus menghadapi bahaya, juga harus dihadapi bersama,
bagaimana boleh melarikan diri seorang diri " .
Karena berpikir demikian, maka ia diam saja, sedang
matanya terus mengawasi orang-orang yang sedang
berdebat ramai tetapi diam-diam ia perhatikan gerakgerik
lelaki ceriwis itu. Lelaki itu berkata lagi :
"Dengan terus terang, aku tadi sudah melihat kau.
Semula aku kira itu ada suatu kejadian kebetulan saja,
tak kuduga benar-benar adalah kau!" sambil tertawa
dingin ia memandang wajah gadis yang cant ik itu,
kemudian berkata pula dengan kelakuannya yang sangat
ceriwis. "Dalam perjalananmu ini pasti mendapat hasil baik,
kalau aku mengumumkan namamu, orang-orang jahat ini
pasti tidak akan membiarkan kau hidup. Tetapi dengan
demikian, bukankah aku akan dicap seorang lelaki yang
tidak kasihan terhadap kaum wanita?"
Ho Hay Hong yang mendengarkan kata-katanya yang
mulai melantur itu, lantas naik pitam. Tetapi ia masih
tidak mengunjukan sikap apa-apa. Diam-diam ia telah
mengambil putusan hendak menempuh bahaya,
melindungi si gadis untuk melarikan diri.
Lelaki itu mendadak menepok bahunya seraya
berkata: "Kawan, tolonglah kau minggir sedikit berikan aku
tempat duduk !" Ho Hay Hong semula hendak menyerang dengan
tangannya, atau menotok jalan darahnya, tetapi
kemudian batalkan maksudnya, karena mendadak ia
sadar, bahwa bila ia bertindak sembrono, bukan saja
tidak menguntungkan pihaknya bahkan merunyamkan
keadaan. Maka ia terpaksa berlaku sabar, sambil
menggeser badannya ia memberi tempat kepada laki-laki
itu. Laki-laki itu lalu duduk disisi gadis baju ungu, dengan
penuh perhatian ia berkata:
"Eh, melihat keadaanmu, kau seperti sedang terluka,
mengapa tidak pergi berobat." kau benar-benar hebat,
dengan badan masih terluka demikian parah, masih
berani datang kemari untuk mencuri rahasia!"
Gadis itu melirik kepada Ho Hay Hong agaknya
meminta supaya pemuda itu memastikan kejadian itu,
katanya dengan suara pelahan:
"Kabarmu pamanmu pandai mengobati orang sakit,
bolehkah kau bawa aku kepadanya" Aku bersedia barang
pusaka sebagai balas jasanya"
"Kau ingin minta pertolongan dariku maka kau
bersikap merendah demikian rupa-rupa, aku masih ingat
betul, bagaimana sikapmu pada beberapa hari berselang,
yang sangat mengecewakan hatiku"
Ho Hay Hong tidak mengerti mengapa gadis itu
berlaku demikian sabar terhadap laki-laki ceriwis itu"
Seketika itu ia merasa sangat tidak senang, dan hampir
tidak sanggup mengendalikan hawa amarahnya.
Ketika dengan tidak disengaja laki-laki itu menoleh
kepada Ho Hay Hong, segera tampak olehnya mata Ho
Hay Hong bersinar guram hingga dalam hatinya timbul
perasaan curiga. Gadis itu mendadak berkata pula sambil tertawa:
"Hay, kukatakan terus terang juga tidak apa, kalian
orang laki-laki, kebanyakan bangsa mata keranjang,
kalau tidak berlaku sedikit bengis, benar-benar bisa
dianggap aku gampang diperhina!"
Sehabis berkata demikian, ia sengaja berlaku manis.
Laki-laki itu belum pernah mendapat perlakuan demikian
manis dari gadis. Sudah tentu ia sangat kegirangan
sehingga lupa segala-galanya. Katanya sambil tertawa:
"Sesungguhnya, aku bukan tidak menghargai dirimu,
oleh karena kau terlalu cant ik sehingga membuatku lupa
daratan Kau tentunya juga tahu, aku bukannya bangsa
orang-orang gelandangan bagaimana tidak menghargai
diri sendiri?" "Luka dalam tubuhku akan bekerja, sekalipun kau
membenci aku, juga tidak bisa berbuat apa-apa
terhadapku, Mengapa kau tidak menunjukkan sikapmu
ksatria, menghantarkan aku kepadamu?"
"Kau tunggu sebentar, aku akan beritahukan dulu
kepada ayah, setelah itu, segera membawa kau kepada
Hoat chiu Hwa tho!" Buru-buru ia bangkit, dengan wajah berseri-seri
berjalan menghampiri Kay see Kim kong.
Setelah lelaki itu berlalu, gadis baju ungu itu berkata
dengan suara pelahan kepada Ho Hay Hong:
"Hei! lekas kau kabur..." Ho Hay Hong merasa sangat terharu, tapi ia pura-pura perhatikan perubahan suasana
tidak menghiraukan perkataannya.
Dengan mendadak Ho Hay Hong berpaling dan
berkata: "Aku ingin mendengarkan perdebatan mereka
sebentar Lagi, luka kamu penting segera diobati,
berusahalah supaya bisa berlalu dari sini lebih dulu!"
Gadis itu tidak mengerti maksud Ho Hay Hong maka ia
bertanya: "Ho koko, mengapa kau bersikap demikian
terhadapku?" Apa bedanya dengan kelakuan yang biasa?" jawab Ho
Hay Hong. Gadis itu menundukan kepala, katanya dengan suara
sedih. "Dari sikapmu aku dapat menduga, kau pasti marah
terhadap aku." "Tidak sama sekali, kau jangan salah paham." jawab Ho Hah Hong.
Sehabis berkata demikian, kembali matanya ditujukan
keatas mimbar. Waktu itu Kay see Kim kong sudah
berkata dengan suara keras sambil membusungkan
dada: "Begini salah begitupun salah, saudara-saudara hanya
mengeluarkan pendapat tanpa memikirkan akibatnya
dikemudian hari. Benar-benar sangat menjengkelkan."
"Kay see Kim kong, berlakulah dengan tenang, urusan
ini ada menyangkut mati hidupnya rimba hijau dari
propinsi daerah utara tidak dapat dibereskan hanya
dengan menuruti hawa napsu saja!" kata Tok heng Lo
jin. Suasana semakin tegang, ketika para hadirin
mendengar ucapan jago tua itu.
Kay see Kim kong berkata dengan tegas.
"Tok heng Tayhiap, kalau kau mempersulitkan siaotee
lagi, terpaksa siaotee minta tayhiap keluar dari sini. Jika tidak, aku akan undurkan diri, tidak mau campur tangan
lagi!" Wajah Tok heng Tayhiap berubah seketika, selagi
hendak membuka mulut, diantara para hadirin tiba-tiba
tampak seorang memakai kerudung kain. bangkit dari
tempat duduknya dengan suaranya yang serak orang itu
berkata: "Aku berdiri dibelakang Tok heng Tay hiap,
menentang Kay see Kim kong ambil bagian!"
Dengan pernyataan terus terang dari orang itu,
membuat keadaan semakin terpecah belah, meskipun
Kay see Kim kong cukup kuat, tapi saat itu juga merasa
jeri. "Saudara bernama siapa" Bolehkah kau
memberitahukan kepada kita!" demikian ia berkata.
"Tentang ini kau tidak perlu tahu, biar bagaimana aku ada hak untuk menghadiri pertemuan ini!" jawab orang
itu. "Saudara menggunakan kerudung untuk menutupi
muka, ini saja sudah menimbulkan rasa curiga orang
banyak. Aku harap kau akan memberitahukan nama dan
kedudukanmu, supaya kita semua bisa mengambil
keputusan!" kata Kay see Kim-hong.
"Tok heng Tayhiap pernah kata bahwa kau suka
membawa caramu sendiri, susah mendapat dukungan
besar saudara, hal ini nampaknya memang benar. Aku
selamanya suka bebas, sudah biasa menggunakan
kerudung untuk menutupi mukaku. Mengapa tak boleh
menghadiri pertemuan ini, harap kau jelaskan sebabsebabnya!"
kata orang itu sambil tertawa dingin.
"Kalau begitu, aku Kay see Kim kong hendak
mengundurkan diri dari rimba hijau daerah utara, tidak
mau campur tangan segala urusan lagi. Dikemudian hari
apabila ada orang minta aku masuk persekutuan, jangan
menyesal kalau aku menolak!"
Keterangan Kay-see Kim kong itu menggemparkan
medan pertemuan, semua hadiri ramai
memperbincangkan keputusan itu.
Tok-heng Tayhiap bangkit lagi, katanya dengan suara
dalam: "Tunggu dulu, Kay see Kim kong tunggulah dulu
keputusanmu!" Kemudian ia berpaling dan berkata pada orang
berkerudung: "Saudara ini, biar bagaimana aku harap suka memberi
tahukan namamu, apakah kau ingin melihat saudarasaudara
kita dari rimba hijau terpecah belah ?"
Ucapan terakhir itu suaranya penuh nada memohon
sehingga membangkitkan rasa simpatik dari para hadirin.
Karena sebagai seorang jago tua yang berkedudukan
sangat tinggi dalam kalangan rimba hijau masih demikian
merendahkan diri memohon kepada orang supaya semua
jangan membikin keruh suasana.
Semua ini semata mata untuk kepentingan bersama.
Maka para hadirin dengan serentak meminta supaya
orang berkerudung itu segera memberitahukan
namanya. Orang berkerudung yang dengan mendadak berdiri
terpencil, lantas berkata sambil tertawa dingin:
"Sudahlah, aku lihat jabatan pangcu, ini sebaiknya
diberikan saja kepada Kay see Kim kong!"
Berulang-ulang ia perdengarkan suara tertawa dingin
kemudian berlalu meninggalkan medan pertemuan.
Perbuatan yang seenaknya itu mengejutkan semua
orang yang hadir, tetapi tiada orang yang berani
merintangi perginya orang itu.
Dengan tiba-tiba, seorang bermuka merah maju
menghampiri tangannya menyambar tangan orang
berkerudung, sementara mulutnya membentak dengan
singkat: "Balik!" Orang berkerudung itu membalikkan tangannya
mendorong orang muka merah, si orang muka merah itu
lantas terdorong mundur sampai lima langkah, tapi masih
belum berhasil mempertahankan kakinya.
Orang berkerudung itu berkata sambil tertawa dingin.
"Bangsa kantong nasi, dalam medan pertemuan
kemasukan mata-mata masih tidak tahu, sebaliknya
hendak mencari mampus!"
Orang muka merah itu adalah seorang jagoan dari
daerah gunung Haow nia-san, banyak hadirin yang kenal
padanya, tak diduga dengan didorong saja oleh orang
berkerudung itu sudah mundur terhuyung huyung
demikian rupa, hingga semua pada terheran-heran.
Justru karena kekuatan tenaga yang diperlihatkan itu,
maka ucapannya tadi menarik perhatian para hadirin.
Kay-see Kim kong dengan sinar matanya yang tajam
menatap wajah orang berkerudung sejenak, kemudian
beralih kepada setiap orang yang berada disitu. Matanya
set iap kali berhenti ketika menatap setiap wajah orang,
sehingga orang itu menyebutkan namanya sendiri,
barulah beralih lagi kelain orang.
Pada saat itu, Ho Hay Hong diam-diam merasa
khawatir, apabila tidak menyembunyikan wajahnya,
mungkin akan membawa bahaya.
Dilain pihak, ia juga merasa curiga terhadap ucapan
orang berkerudung tadi, apakah ucapan orang itu
ditujukan kepada dirinya Kalau benar demikian, orang itu
pasti kenal dirinya, ini lebih berbahaya lagi.
Tiba-tiba Kay see Kim kong mengeluarkan suara
bentakan keras, "Huh, tanda siapa" Rasanya belum
pernah muncul dalam rimba hijau daerah utara."
Dia adalah pemimpin dalam pertemuan itu, suaranya
itu sudah tentu sangat berpengaruh. Semua mata kini
ditujukan kepada tempat Ho Hay Hong duduk.
Bukan kepalang terkejutnya Ho Hay Hong, kalau
bukan seorang berkepandain tinggi dan bernyali besar,
barangkali sudah terbuka kedoknya.
Wajah gadis baju ungu seketika pucat pasi, diam-diam
ia mengeluh, ia khawatir apabila Ho Hay Hong
tertangkap, bagaimana ia harus memberi pertolongan"
Ia ingin sekali Ho Hay Hong memberi isyarat tindakan
apa yang akan diambil, tetapi pemuda itu masih tetap
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berdiam dengan tenang, sedikitpun tidak
menghiraukannya, sehingga gadis itu semakin gelisah.
Laki laki ceriwis tadi sudah balik lagi dan duduk di
hadapan gadis baju ungu. Dengan demikian, hingga wajah gadis itu teraling oleh
dirinya. Gadis itu mengerti maksud laki-laki itu, tetapi
dalam keadaan cemas seperti itu, mana ada waktu untuk
bicara dengannya" Sementara itu, Ho Hay Hong masih tenang-tenang
saja, sedikitpun tidak mengunjukkan sikap cemas atau
bingung. Dengan tiba-tiba dihadapannya ada orang bicara.
"Apakah Kay-see Kim kong mencurigai diriku sebagai
mata-mata?" Ho Hay Hong tidak bisa melihat nyata orang itu, hanya
dari belakangnya ia menduga bahwa orang itu sudah
lanjut usianya. Terdengar pula terdengar suara orang tu "Memang
benar sudah lama aku tidak terjunkan diri dirimba hijau
daerah utara, t etapi tanda ku Ngo jiaw leng sudah cukup
untuk membersihkan diriku."
Ho Hay Hong mendadak terkejut, suara nyaring dan
agak serak orang itu, rasanya pernah didengarnya.
Tetapi ia sudah tidak ingat dimana pernah bertemu
dengan orang itu. Kini ia merasa lega, sebab mata orang banyak tadi
ternyata tidak ditujukan kepadanya, melainkan ditujukan
kepada orang lain. "Tanda Ngo-jiauw leng adalah tanda kebesaran
pemimpin kita dahulu, boleh saudara keluarkan untuk
melihat?" kata Kay see Kimkong.
Orang berkerudung tadi berdiri ditempat agak jauh,
masih belum berlalu. Ketika mendengar percakapan dari
dua pihak, ia hanya perdengarkan suara tertawa dingin
berulang-ulang. Ho Hay Hong sementara itu bahwa manusia yang
berkerudung itu disengaja atau tidak, berkali-kali
memandang dirinya, hingga diam-diam merasa heran.
Apakah orang itu kenal dirinya, dan siapakah sebetulnya
orang itu" Ia sengaja arahkan pandangan matanya kepada Kaysee
Kim kong, memperhatikan segala gerak-geriknya.
Orang itu terpaksa bangkit dan mengeluarkan tanda
Ngo jiauw lengnya untuk diperlihatkan kepada orang
banyak, kemudian berkata.
"Sekarang apakah semua saudara sudah percaya
tentang diriku?" "Bawa kemari untuk kulihat!" berkata Kay see Kim kong.
Orang itu menganggukkan kepala, dengan langkah
lebar berjalan menghampiri Kay see Kim kong, lalu
memberikan tanda Ngo jiauw-leng.
Kay see Kim kong memperhatikan dengan teliti,
kemudian berkata: "Benar, barangnya memang tulen!"
Tetapi, ia tidak mengembalikan tanda itu kepada
orang tersebut, bahkan dimasukannya kedalam saku
sendiri. Orang itu menyaksikan perbuatan Kay see Kim Kong
nampak sangat cemas, mendadak menyambarnya dan
berkata: "Kay see Kim kong, kau harus menjaga nama dan
kepercayaanmu!" Kay see Kim kong mengibaskan lengan bajunya yang
gedrombongan, kekuatan tenaga yang meluncur keluar
dari situ telah mendorong orang itu hingga beberapa kaki
jauhnya. "Tanda Ngo jiauw leng ini untuk sementara biarlah aku yang simpan, kau mundur!" demikian ia berkata dengan
bengis. Orang itu tidak mau mengerti, katanya: "Tidak bisa,
aku tidak berhak untuk diberikan kepada lain orang."
"Bengcu yang dahulu sejak terjadinya pengkhianatan
golongan sendiri, kekuatannya lantas lumpuh. Apakah
masih ingin meminta saudara dari golongan rimba hijau
daerah utara?" berkata Kay see Kim kong sambil tertawa dingin.
Ucapan itu segera menimbulkan perbincangan lagi,
salah seorang diantara hadirin berkata:
"Tanda ini masih bisa digunakan untuk menggerakkan
orang-orang gagah daerah See-an barat, aku kira
sebelum jabatan Bengcu diputuskan dipegang oleh siapa,
tanda ini sebaiknya kita jaga bersama!"
"Saudara bolehkah aku ingin tanya, tanda ini hanya
sebuah, bagaimana harus dijaga oleh orang banyak"
Cara bagaimana menjaganya."
"Kalau begitu, kau hendak mengangkangi sendiri
benda itu?" kata orang itu.
"Tutup mulut!" kata Kay-see Kim ko marah, "dengan hak apa kau berani berkata demikian terhadap aku?"
Orang itu sedikitpun tidak takut, ia berkata sambil
mementangkan dada: "Aku berkata atas nama keadilan, yang lurus harus
kukatakan lurus. Bengkok harus kukatakan bengkok. Aku
tidak suka menghina orang dengan menggunakan
pengaruh!" Mata Kay-see Kim kong menyapu kearah para hadirin,
katanya sambil tertawa dingin:
"Saudara benar-benar seorang jantan, benar-benar
mengagumkan!" Baru saja Kay see Kim kong menutup mulut,
disamping orang tadi. tampak dua orang sudah bangkit
dan mengulurkan tangannya diletakan diatas bahu orang
itu seraya berkata: "Kawan harap jangan terburu napsu silahkan duduk!"
Orang itu jatuh duduk ditanah, lama tidak dengar lagi
suaranya. Ho Hay Hong yang menyaksikan kejadian itu, diamdiam
berpikir! Kay see Kim kong berani berlaku
sewenang-wenang, kiranya mengandalkan pengaruhnya
dan jumlah orangnya yang banyak untuk menindas para
hadirin dengan kekerasan. Nampaknya jabatan Bengcu,
itu mau tidak mau pasti akan jatuh ditangannya.
Ia juga tahu bahwa orang-orang dari golongan hitam
ini, selalu menggunakan hukum rimba. Kekuatan berarti
keadilan. Maka ia juga t idak menghiraukan soal ini lagi.
Tetapi ketika matanya tertuju kewajah orang yang
jatuh itu, tidak kepalang terkejutnya. pikirannya
melayang dan tanya-tanya kepada diri sendiri: "Mengapa dia?"
Semula ia tidak melihat tegas wajah orang yang
membawa tanda Ngo jiauw leng itu, tetapi sekarang
setelah jatuh duduk tidak berdaya, ia baru melihat
mukanya, Orang itu ternyata adalah orang tua
kepercayaan It Jie Hui kiam yang pernah ditemuinya
diatas panggung pertandingan.
Ia masih ingat ketika ia menonton pertandingan ilmu
silat, orang tua kurus kering itu duduk diatas panggung
belakang meja pertandingan, menerima orang-orang
yang hendak turut ambil bagian dalam pertandingan
diatas panggung. Sungguh tidak disangka orang tua itu ternyata ada
hubungan dengan musuhnya It Jie Hui kiam.
Perasaannya dirasakan seperti disambar petir, diam-diam
merasa bergidik. Ketika ia berpaling kepada gadis baju ungu, entah
sejak kapan gadis itu rebah dalam pelukan laki-laki
ceriwis dalam keadaan pingsan. Rambutnya yang
panjang terurai kebawah, matanya tertutup rapat,
agaknya sedang tidur nyenyak.
Hatinya tercekam, hawa amarahnya meluap seketika.
Laki-laki ceriwis itu memandang paras sinona dengan
matanya yang liar, tangan kirinya menunjang janggut,
agaknya sedang mencari akal untuk menyadarkan.
Sebentar kemudian Ho Hay Hong mendadak menghela
napas dan berpaling lagi memperhatikan perubahan
selanjutnya, ia anggap bahwa gadis itu dengan rela
diperlakukan demikian. bagaimanapun ia tidak berhak tak
merintangi. Sementara itu, maka Kay see Kim kong terus mencaricari
wajah wajah yang dicurigakan dengan sikapnya yang
tetap tenang, sedikitpun tidak menghiraukan urusan
orang tua kurus kering itu tadi.
"Tanda Ngo jiauw leng Bengcu kita yang dahulu kini
sudah berada dalam tanganmu, saudara tentunya orang
kepercayaan Bengcu yang lama !" demikian Tok heng
Tayhiap bertanya kepada orang tua kurus kering.
-ooo0dw0ooo- Bersambung jilid 16 RAHASIA KAMPUNG GARUDA Karya : Khulung Saduran : Tjan ID Jilid 16 MATA orang tua kurus kering ditujukan kepada Kay
see Kim kong dengan perasaan bimbang, sedang
mulutnya menjawab pertanyaan Tok heng Tayhiap:
"Ucapan Tayhiap benar, aku yang rendah ini memang
benar adalah orang kepercayaan Bengcu kita yang lama."
Tok heng Tayhiap batuk-batuk sebentar, ia berkata:
"Aku duga saudara ada membawa tugas."
"Bengcu kita yang lama telah kalah d itangan It Jie Hui kiam, dan aku yang rendah ini adalah orang
kepercayaannya, sudah terus hamba berusaha untuk
membalas dendam!" Kata-katanya itu diucapkan demikian mantap dan
tegas benar-benar mengejutkan Ho Hay Hong.
Ia merasa bersyukur bahwa dengan secara kebetulan
mengetahui rahasia besar itu, ia telah bertekad hendak
membuka membuka kedok orang tua itu dihadapan It Jie
Hui-kiam. Suara bentakan keras yang keluarnya mendadak, telah
memutuskan lamunannya. Saat itu mata Kay see Kim kong ditujukan kepada diri
seorang jago muda, kemudian bertanya sambil tertawa
dingin: "Kau datang dari mana ?"
"Siaoseng datang dari Pak-sun. anak murid Cui seng
Siang kaow." Jawab jago muda itu.
"Ow bagus anak didikan Ciu seng Siang kauw tidak
akan kalah dengan murid-murid jago kenamaan!" kata
Kay see Kim kong. Ia agaknya sudah hilang rasa curiganya, perlahanlahan
mengalihkan perhatiannya ke arah lain orang:
Tetapi kemudian ia seperti teringat apa-apa, pandangan
matanya ditujukan lagi kepada jago muda itu dan
katanya: "Ciu seng Siauw kauw selamanya menaati janjinya
sendiri, jauh sebelum diadakan pertemuan ini sudah
diberitahukan, mengapa tidak tampak mereka berdua
yang datang sendiri ?"
"Suhu berdua karena ada urusan penting, sedang
melakukan perjalanan keluar kota, sehingga tidak bisa
hadir sendiri. Oleh karena itu, maka suhu telah mengutus
Siaoseng untuk mewakili !"
Kay see Kim kong mengangguk-anggukan kepala
seraya berkata: "Beralasan juga, tetapi aku tidak percaya Cui seng
Siauw kauw sampai begitu malas, tempat ini terpisah
dengan kediamannya hanya beberapa puluh pal saja,
betapapun penting urusannya, juga tidak mungkin tidak
memberitahukan." Dengan sinar mata dingin ia memandang si jago muda
dan sambungnya: "untuk mencegah terjadinya hal hal
yang tidak diinginkan harap kau tunggu sebentar, aku
akan suruh orang mengadakan penyelidikan."
Tangannya menggapai, dua lelaki bertubuh tegap
bangkit dan lari menuju kedepan.
Ho Hay Hong memperhatikan keadaan jago muda itu,
diwajahnya yang putih bersih terlintas suatu
kekhawatiran, Ho Hay Hong tanya tanya kepada diri
sendiri: "apakah ia mengaku-aku saja ?"
Ia merasa bahwa mata Kay see Kim kong kini
ditujukan kepadanya, Ho Hay Hong terperanjat. Dalam
keadaan gelisah, tiba-tiba mendapat suatu akal, Ia buruburu menepuk bahu lelaki ceriwis dan berkata padanya
sambil tertawa: "Nona dalam pelukanmu ini sangat cantik, dengan
saudara merupakan pasangan yang setimpal benar!"
Lelaki ceriwis itu semula agak kaget, tapi setelah
mendengar ucapan Ho Hay Hong yang memuji padanya
demikian rupa dalam hati merasa sangat girang, maka ia
juga tidak marah, bahkan menyahutnya sambil tertawa:
"Mana. saudara terlalu memuji."
Dengan wajah tidak berubah Ho Hay Hong berkata
sambil tertawa: "Dari bentuk badan dan pandangan saudara, jelas
saudara memiliki kepandaian sangat tinggi. Jikalau
saudara tidak keberatan bagaimana kalau kita mengikat
tali persahabatan?" Laki-laki ceriwis itu paling senang di sanjung orang,
maka ketika mendengar ucapan Ho Hay Hong yang
memuji padanya setinggi langit, hatinya sangat gembira.
Ia segera balas menanya: "Berapa usiamu tahun ini?"
"Dua puluh lima tahun!" jawabnya.
"Wajah saudara masih seperti sangat muda sekali, tak
disangka sudah berusia dua puluh lima tahun. Dari sini
membuktikan bahwa saudara pandai menjaga diri,
sesungguhnya merupakan suatu bakat yang sangat baik.
Aku lebih tua beberapa tahun, baiklah aku panggil kau
lot ee saja!" Ho Hay Hong harus berbahasakan toako dengan
seorang yang tidak disukainya, Dalam hati ia merasa
jemu. Tetapi keadaan mendesak, terpaksa pura-pura
berlaku gembira. "Jika saudara tidak anggap rendah diri siaotee maka
siaotee akan panggil anda toako!"
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Lotee jangan merendahkan diri, pepatah ada kata,
empat penjuru lautan, semua adalah saudara. Mengapa
aku harus anggap rendah dirimu?"
Ho Hay Hong pura-pura berlaku girang, berkata sambil
menganggukkan kepala: "Toako sangat ramah, siaote sangat menyesal baru
hari ini bertemu dengan toako."
Menggunakan kesempatan itu, matanya melirik Kaysee
Kim kong, benar saja pandangan matanya sudah
beralih kepada orang lain.
Karena Kay see Kim kong sudah tidak mencurigai
dirinya, Ho Hay Hong kini tidak di banyak bicara lagi
dengannya. Tapi laki-laki ceriwis itu juga tidak perhatikan perubahan sikap Ho Hay Hong itu, ia juga ingin
mendapat banyak waktu untuk menikmati kecantikan
gadis baju ungu. Wajah cantik jelita itu saja waktu pernah membuatnya
mabuk. Kini ia mendapat kesempatan menikmatinya
sepuas-puasnya, mengapa tidak puas"
Sementara itu, orang berkerudung tiba-tiba membuka
mulut lagi: "Orang-orang ini benar-benar seperti rombongan
kaledai bodoh, apa gunanya debat demikian sengit?"
"Hm" Suaranya itu diucapkan sangat nyaring agaknya
disengaja supaya semua orang mendengarkan. Tetapi
ketika semua mata berpaling kearahnya, orang itu
dengan tergesa-gesa sudah angkat kaki.
Seorang diantara para hadirin loncat bangun dan
berseru padanya: "Kurang ajar, kau benar benar terlalu menghina,
jangan lari, nanti kuhajar kau!"
Tetapi, perbuatan orang itu segera dicegah oleh Tok
heng Tayhiap Ia berkata sambil menggoyangkan
tangannya: "Saudara jangan gegabah biarlah pergi!"
Kay see Kimkong menggumam sendiri "Tak mungkin
kau tidak unjukkan muka heh?"
Tangannya menggapai, dua laki laki segera lari
menghampiri. Kay see Kim-kong berkata kepada dua laki-laki tua itu:
"Lekas tanyakan kepada orang tua yang menerima
tanda masuk, tanyakan padanya senjata apa yang
dibawa oleh orang berkerudung tadi."
Dua laki laki itu berlalu, sebentar kemudian mereka
sudah kembali memberi laporan:
"Loya, senjata yang dibawa oleh orang itu tadi adalah sebilah pedang pusaka!"
Mendengar laporan itu Kay see Kim-kong
membelalakkan matanya, katanya kepada diri sendiri:
"Apakah dia itu Tee soan ong Tok Bu Gouw?"
Ucapannya yang cukup terang itu, menarik perhatian
semua hadirin, satu diantara memperdengarkan
suaranya: "Pasti dia! Meskipun dia tadi bicara dengan suara yang dibikin-bikin, tetapi aksennya masih belum
berubah." Ho Hay Hong pikir ucapan orang itu memang
beralasan, sebab Tee soan hong pernah bertempur
dengannya, maka memeta keadaannya.
Teringat diri Tee soan-hong, pikiran melayang
ketempat jauh: mengapa pasukan Angin puyuh selalu
berlaku sabar dan mengalah saja terhadapnya" mengapa
gadis baju ungu yang tahu siapa sebenarnya orang itu
tidak mau memberitahukan padanya" Bahkan
mengatakan ada hubungan dengannya, hubungan
apakah sebetulnya" Ia terus memikirkan soal itu, tetapi selalu tidak
menemukan jawabannya. Sebab ia sendiri memang tidak
kenal dengannya, bagaimana dapat memecahkan
persoalan itu" Pada saat itu, dia laki-laki lari mendatangi dengan
napas tersengal-sengal, sebelum orangnya sampai,
suaranya yang keras sudah terdengar lebih dahulu:
"Jangan lepaskan bocah itu tadi dia adalah mata-mata!"
Jago muda itu agaknya mendapati firasat tidak baik,
dengan mengeluarkan suara bentakan keras, ia bertindak
lebih dulu, dua tangannya bergerak, menyerang orangorang
disekitarnya. Wajah semua hadirin berubah seketika, orang-orang
yang duduk dekat dengannya, karena tidak menduga
terjadinya tindakan jago muda itu, banyak yang jatuh
oleh serangan yang dilancarkan oleh jago muda itu,
sedang ia sendiri menggunakan kesempatan kalut itu,
sudah melarikan diri. Dalam keadaan marah, Kaysee Kim-kong
memerintahkan anak buahnya mengejar.
Ho Hay Hong mendadak terbuka pikirannya, ia anggap
itu adalah kesempatan yang paling baik untuk melarikan
diri. Sambil membentak: "Bocah, jangan lari." ia mengerahkan ilmunya lari pesat, mengejar jago muda
tadi. Beberapa anak buah Kay see Kim kong yang bergerak
duluan, pada akhirnya ternyata ketinggalan semua oleh
Ho Hay Hong. Ilmu lari pesat Ho Hay Hong masih jauh diatas jago
muda itu, maka beberapa saat kemudian, tinggal
terpisah sejarak lima tombak saja. Sementara itu hatinya
berpikir: "kalau aku lari sendiri tanpa perdulikan cucunya, bagaimana aku harus menjawab kepada It Jie Hui kiam?"
Hal ini menyulitkan kedudukannya
Pada saat itu ia dengan jago muda itu terpisah
semakin dekat, dari lima tombak, pelahan menjadi empat
tiga dua dan akhirnya hanya tinggal kurang satu tombak.
Asal ia mau mengeluarkan serangan dengan kekuatan
tenaga dalam jago muda itu pasti terluka.
Anak buah Kay see Kim kong yang berada
dibelakangnya semua berkaok-kaok supaya ia lekas
menangkapnya. Ketika melalui jalan tikungan Ho Hay Hong sengaja
memperlambat larinya tetapi kemudian terus mengejar
lagi hingga jarak yang sama. Dalam keadaan demikian ia
diam-diam sesalkan kepandaian ilmu lari pesat jago
muda itu, yang kurang mahir sehingga menempatkan
dirinya dalam kedudukan sulit.
Sebuah sungai selebar kira-kira enam tombak, telah
terbentang dihadapan jago muda itu mengeluh dan
merandak. Ho Hay Hong dapat mendengar dengan tegas suara
keluhan jago muda itu dalam keadaan demikian, kembali
ia mendapatkan satu akal. Ia mengerahkan seluruh
kekuatan tenaga dalamnya kepada kedua tangannya,
kemudian mendorongnya sambil berseru:
"Pergi kau." jago muda itu punggungnya terdorong, dengan mengeluarkan jeritan keras, badannya melayang
ke tengah udara. Tetapi kemudian ketika Ia melayang turun ke
seberang sungai dalam keadaan selamat, ia baru
mengerti bahwa Ho Hay Hong tidak melakukan serangan
sesungguhnya, melainkan menolong jiwanya.
Sebagai seorang cerdik, jago muda itu juga lantas
berpura-pura memandang marah kepada Ho Hay Hong,
kemudian tanpa berkata apa-apa, lantas mengundurkan
diri. Rombongan yang mengejar akhirnya tiba d itempat itu,
tetapi mereka yakin tidak mampu menyeberangi sungai
itu, terpaksa membiarkan jago muda itu pergi. Salah satu
diantara orang-orang itu menyesalkan Ho Hay Hong,
katanya: "Benarkah saudara membiarkan ia kabur?"
"Jangan khawatir ia telah terkena pukulan tanganku,
dalam tubuhnya sudah terluka. Sekalipun Ia sekarang
bisa lolos dari tangan kita tetapi juga tidak mungkin lolos dari tangan maut, heh.heh" jawab Ho Hay Hong.
Salah seorang setelah melihat tegas muka Ho Hay
Hong mendadak berseru: "Eh, kau !" Ho Hay Hong ketika mendengar suara teguran itu,
menyapu wajahnya sejenak kemudian berkata:
"Ow, kiranya Chit-seng Koay khek, sudah lama kita
tidak bertemu!" Sementara itu ia sudah mengambil keputusan karena
Chit-seng Koay khek sudah membuka kedoknya, pasti
menimbulkan bahaya bagi dirinya maka ia harus
bertindak lebih dulu. Sebelum Chit seng Koay khek
membuka mulut, sudah diserang lebih dulu.
Chi-seng Koay-khek tidak keburu menangkis atau
mengelak, hingga serangan itu mengenainya dengan
telak. Seketika itu juga Chit seng Koay khek rubuh, tak
bisa bangun lagi. Dahulu sewaktu Ho Hay Hong baru turun gunung, Chit
seng Koay khek sudah tidak sanggup melawan, apalagi
kini setelah Ho Hay Hong mendapat bantuan tenaga
dalam si kakek penjinak garuda.
Setelah berhasil merubuhkan Chit seng Koay khek, Ho
Hay Hong tidak tinggal diam, dua tangannya bergerak
berbareng, menyerang dua orang yang lain.
Satu diantaranya, yang agak lemah, seketika itu juga
terpukul mundur, dan yang satu lagi terpental dan
kecebur dalam sungai. Satu yang terpukul mundur tadi masih berusaha
hendak melarikan diri. tetapi berhasil ditangkap kembali
oleh Ho Hay Hong dan dilemparkan kedalam sungai.
Sekaligus ia membinasakan tiga orang, dalam hati
merasa tidak enak, tetapi kalau mengingat bahwa orangorang itu biasanya suka memeras rakyat dan melakukan
kejahatan, ia bisa merasa senang
Tiba-tiba sesosok bayangan orang muncul dari dalam
rimba dan berkata padanya sambil tertawa dingin:
"Sungguh hebat, kau anak muda."
Ho Hay Hong terkejut, ketika ia berpaling hawa
amarahnya meluap, katanya dengan nada suara gusar:
"Apakah tuan masih ingin merasakan pedang
terbangku?" "Sungguh tak kusangka pandangan matamu demikian
tajam, sehingga dapat mengenali diriku." kata orang itu, yang bukan lain daripada orang berkerudung yang
sangat misterius. "Bukan cuma aku saja yang mengenali, tetapi Kay see
kim kong dan lain-lainnya juga sudah tahu siapa adanya
kau!" "Benarkah ucapanmu ini?"
"Walaupun kau menggunakan kain untuk menutupi
mukamu, merobah aksen suaramu, tetapi senjata yang
kau tinggalkan tak dapat mengelabui mata mereka."
"Begitupun baik, sekalipun Kay see Kim kong telah
mengetahui diriku, ia juga tidak berani berbuat apa-apa
terhadap aku!" katanya sambil tertawa dingin, "anak muda, kau jangan merasa bangga dulu, ketahuilah
olehmu aku sudah mengetahui dirimu, hanya kawanan
kantong nasi itu saja yang berhasil kau kukelabui. Hai,
dengan memandang muka It Jie Hui kiam, aku tidak
akan membuka kedokmu dihadapan mereka, biarlah kau
bisa pulang dalam keadaan hidup. Coba kau pikir sendiri,
apabila aku membuka kedokmu dihadapan mereka,
apakah kau kira saat ini kau masih bisa hidup?"
"Kalau kau merasa menyesal tadi tidak membuka
kedokku, sekarang saja kau umumkan kepada mereka,
juga masih keburu!" "Anak muda, kau ternyata juga pandai omong besar,
tidak kecewa kau menjadi si anak It Jie Hui kiam.
hahaha" "Kalau kau masih berani menghina sembarangan
terhadap dia orang tua, jangan sesalkan aku berlaku
kurang sopan terhadapmu!"
"Pulanglah beritahukan kepada It Jie hui kiam, suruh
dia lekas menyelidiki dimana anakku, jikalau tidak, aku
akan mencari balas sakit hatiku yang sudah kupendam
berapa tahun." Sinar masanya yang tajam menatap wajah Ho Hay
Hong. entah apa sebabnya, matanya mendadak berkacakaca.
Ho Hay Hong masih berada dalam kesan keheranan
tetapi orang itu sudah berlalu dan sebentar sudah
menghilang kedalam rimba.
Ia lalu bertanya-tanya kepada diri sendiri: "apakah It Jie Hui kiam merampas anaknya" Tetapi orang tua itu
bukan seorang macam itu. Namun dari ucapan Tee soan
hong jelas mengandung maksud demikian. Heran."
Ia balik kembali kedepan kelenteng, kabut tipis yang
meliputi gunung, jauh di depan matanya, terhadap sinar
ungu, sehingga memberikan suatu pemandangan yang
indah. Pemandangan aneh itu juga dilihat oleh semua hadiri
dalam pertemuan itu, hingga mereka sudah lupa
tugasnya, semua mata diarahkan kearah gunung.
Ho Hay Hong diam-diam tergerak untuk pemandangan
alam yang aneh itu, mengalihkan perhatian orang banyak
jikalau tidak entah bagaimana ia harus mempertanggung
jawabkan perbuatannya. Tiba-tiba Kay see Kim kong berkata kepada diri
sendiri: "Ow, arah itu adalah arah gunung Set giam san.
Kabarnya diwaktu belakangan ini, sering tampak sinar
magis, semula aku anggap desas-desus saja, tak
kusangka ternyata benar."
Kata-katanya itu juga didengar oleh Ho Hay Hong, ia
segera teringat kepada diri delapan anggot a Angin
puyuh, apakah mereka berhasil menemukan benda
pusaka yang dicari" Jika ditilik dari sinar aneh yang masih melayang
diudara itu, jelas bahwa delapan pasukan Angin puyuh
itu belum berhasil mendapatkan barang pusaka yang
dicari. Dan dari kata kata Kay see Kim kong tadi, urusan
itu agaknya juga sudah diketahui luas oleh set iap orang
Kangouw. Dapat diduga bahwa orang-orang Kang ouw yang
pergi mencari benda pusaka itu, pasti tidak sedikit
jumlahnya. Dapatkah delapan pasukan Angin puyuh
melakukan tugasnya dengan baik "
Karena mengingat kepandaian delapan orang itu,
diam-diam ia merasa cemas.
Tiba-tiba terdengar suara siulan tajam dan panjang,
yang terbawa oleh tiupan angin. Suara itu meskipun
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak keras, tetapi terpisah dari jarak yang sangat jauh.
suara itu masih bisa didengar dengan tegas, dapat
diduga betapa tinggi kepandaian orang yang
mengeluarkan suara siulan itu.
Kay see Kim kong dan Tok heng Taihiap yang
mendengar suara itu mendadak bungkam. Dengan
sangat hati-hati memperhatikan suara itu.
Semua hadirin dikejutkan oleh sikap dua jago tua itu
hingga semua pandangan mata dialihkan kepada mereka
berdua. Pelahan-lahan Kay see Kim kong yang menunjukkan
perasaan terkejutnya lebih dulu, kemudian Tok heng
Tayhiap juga nampak terperanjat. Keduanya saling
berpandangan, dengan serentak mereka berkata:
"Celaka, makhluk aneh si tua bangka itu benar-benar
masih hidup." Semua orang yang mendengar ucapan itu, tidak
mengerti apa yang mereka maksudkan, orang-orang
hanya menampakkan dua jago tua itu wajahnya pucat
pasi, dapat diduga bahwa urusan ini bukanlah urusan
biasa. Terutama Ho Hay Hong yang memikirkan
keselamatan delapan anggauta pasukan Angin puyuh,
hatinya semakin gelisah. Ketika pandangan matanya beralih ketempat dimana
gadis baju ungu tadi duduk, gadis itu ternyata sudah
tidak ada ditempatnya, begitupun dengan laki-laki ceriwis
tadi, bukan kepalang terkejutnya, ia pikir gadis itu pasti memerlukan pertolongan dengan segera, mungkin sudah
pergi berobat bersama laki-laki tadi.
Mengingat diri laki laki ceriwis itu, Hay Hong merasa
muak. Matanya yang liar, sifatnya yang ugal-ugalan,
sikapnya yang ceriwis, segala-galanya jelas menunjukan
tipenya seorang laki-laki yang tidak bermoral. Bagaimana
juga, tidak sesuai menjadi pasangan gadis baju ungu.
Ia terpaksa memberanikan diri, den tindakan lebar
berjalan menghampiri Kay see Kim-kong, dan bertanya
padanya: "Cianpwee, kemana perginya anakmu, bolehkah
cianpwe memberi tahukan kepada boanpwee?"
Kay see Kim kong yang sudah melihat anak muda tadi
bercakap-cakap dengan mesra bersama anak lakinya,
dianggap sahabat karib laki-laki ceriwis tadi, maka tanpa
banyak pikir lantas menjawab:
"Ia pergi berkunjung kepada pamannya."
Ho Hay Hong segera teringat dari Hoa-tho Hwa thio, ia
menggunakan kesempatan selagi semua orang curahkan
perhatiannya kepada cahaya benda pusaka itu, dengan
cepat pergi kebelakang kelenteng, kemudian dengan
melalui rimba kejalan raya. lalu menuju ke barat.
Tiba dekat empang, tampak olehnya sinar lampu dan
keluar dari deretan rumah bambu. Tanpa banyak pikir, ia
segera menghampiri dan mengetok pintunya.
Tak lama kemudian, dari dalam terdengar suara
menegur: "Siapa ?"
"Paman, numpang tanya, dimana tempat tinggal Hoa
ciu Hwa tho locianpwee?" jawab Ho Hay Hong.
"Ada urusan apa ?"
Ho Hay Hong terkejut pikirnya: "ia bebas menanya
demikian, apakah ia adalah Hoa ciu wa tho sendiri ?"
Ia tidak berani berlaku kasar, maka lantas bertanya.
"Apakah paman adalah Hoa chiu Hwa tho locianpwee
sendiri?" Lama tidak terdengar suara jawaban, Ho Hay Hong
terpaksa menggedor lagi. Diluar dugaannya, pintu yang
terbuat dari papan itu ternyata keras sekali.
Tidak lama ia menggedor, terdengar pula suara orang
tadi, kali ini nadanya penuh kemarahan, jelas merasa
tidak senang atas perbuatan Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong buru-buru bertanya pula. "Maaf
numpang tanya apakah paman Hoa ciu Hwa tho
locianpwee?" Mendengar pertanyaan itu, dari dalam rumah tidak
terdengar suara lagi. Beberapa kali ia memanggil, tetapi
tidak mendapat jawaban, hingga ia naik darah.
Tapi mendadak ia ingat sifat aneh hwa Chiu Hoa tho,
mungkin pertanyaan yang diajukan berulang-ulang tadi
menimbulkan kemarahannya, maka tidak mau
menjawab. Oleh karena itu. maka ia segera mencari akal. Ia tidak
mau menggedor lagi, diam-diam undurkan diri.
Lama ia duduk dibawah sebuah pohon besar, setelah
menganggap waktunya sudah cukup, ia balik kerumah itu
lagi dan mulai mengetok pintunya.
Tak lama kemudian diri dalam terdengar pula suara
pertanyaan: "Siapa?"
Ho Hay Hong buru-buru merubah suaranya, jawabnya:
"Numpang tanya apakah Hoa Chiu Hwa tha
locianpwee berdiam disini?"
"Ada urusan apa?"
Ho Hay Hong diam-diam merasa geli katanya:
"Aku hendak menukarkan barang pusakaku dengan
ilmu obat-obatan locianpwee!"
"Suaramu seperti bukan orang yang sedang sakit.
Apakah ada orang lain yang perlu diobati?"
"Benar bolehkah locianpwee membuka pintu, supaya
kita bisa masuk untuk berunding"
"Orang yang perlu diobati itu laki-laki ataukah
perempuan?" "Perempuan." "Aku Hoa chiu Hwa tho selamanya tidak mengobati
orang perempuan!" Ho Hay Hong merasa cemas, "Tolonglah locianpwee
sekali ini saja boanpwee bersedia membayar dengan
benda berharga!" Orang tua dalam rumah itu mendadak membentak:
"Bangsat, kau berkali kali mengganggu orang, apa
maksudmu?" Ho Hay Hong baru ingat bahwa dalam keadaan gelisah
telah lupa merubah suaranya hingga dapat dikenali oleh
orang tua yang berada didalam rumah itu.
Maka setelah ditegur demikian, ia menjadi gelagapan
dan tidak bisa menjawab. Sesaat ia menjadi bingung lagi, tidak tahu bagaimana
harus berbuat, Mendadak pada saat itu pintu telah
terbuka, seorang lelaki tua kurus kering berada
dihadapan matanya, yang mengusir dirinya dengan
perkataan kasar. Dengan cepat mata Ho Hay Hong melirik kedalam
ruangan rumah itu, keadaannya ternyata sangat berhasil,
diatas meja terdapat banyak tumpukan buku. suatu
tanda bahwa penghuninya adalah seorang terpelajar.
Tetapi ia tidak melihat lelaki ceriwis anaknya Kay see
Kim kong dan gadis baju ungu. Dengan perasaan kecewa
ia menjawab: "Boanpwee adalah teman Kongcu Kay see Kim kong,
tolong locianpwe beritahukan dimana adanya sekarang,
karena boanpwee ada urusan hendak mencari dia."
Hoa ciu Hwa tho memandang padanya dengan sinar
mata dingin, kemudian berkata.
"Aku tidak peduli kau sahabat siapa lekas pergi?"
Ho Hay Hong yang beberapa kali sudi mengalah,
tetapi masih mendapat perlakukan demikian kasar dari
tuan rumah, darah mudanya bergolak, katanya dengan
suara keras. "Boanpwee menghormati kau sebagai orang tingkatan
tua, maka dengan sikap merendah aku minta
pertolonganmu. Sungguh tak kusangka sikap cianpwee
masih tetap tak memandang mata orang, sehingga
boanpwee kehilangan muka. Malam ini kalau cianpwe
tidak mau memberitahukan dimana adanya anak lelaki
Kay see Kim kong, boanpwee terpaksa hendak
menggunakan sepasang tangan kosong, untuk belajar
kenal dengan locianpwe"
Sambil berpeluk tangan, ia berdiri di hadapan Hoa chiu
Hwa tho. Matanya memandang tajam.
"Bocah, kau sebetulnya memiliki beberapa banyak
kekurangan, berani berlaku bertingkah dihadapanku?"
kata Hoa chiu Hoa tho dingin.
"Dengan kepandaian ilmu obat-obatan locianpwee
mendapat nama baik di kalangan Kang ouw, tetapi dalam
hal ilmu silat belum pernah dengar tentang kepandaian
yang istimewa." Hoa chiu Hwa tho tertawa dingin berulang-ulang,
kemudian berkata: "Kalau kau berani merendam diri dalam empang itu
dalam waktu kira-kira seperminum secangkir teh panas
saja aku akan memberitahukan jejak keponakanku!"
"Apa kau kira aku tidak berani?" kata Ho Hay Hong sambil angkat muka. Lalu berjalan menuju ke empang.
Empang itu airnya biru, bening, tanpa banyak pikir. Ia
lantas terjun kedalam air.
Hoa chiu Hwa tho berkata sambil tertawa dingin:
"Air dalam empang ini sudah kumasukkan ramuan
obat, sehingga dinginnya luar biasa. Bagi orang biasa,
sekalipun diwaktu tengah hari, sinar matahari sedang
panasnya, juga tidak berani mencoba, aku lihat kau
baiknya kenal diri sedikit!"
Ho Hay Hong yang sudah berada dalam air, badannya
dirasakan sangat dingin mendengar ucapan itu, semakin
menggigil. Tetapi adanya yang keras, ia tidak mau
menyerah mentah-mentah. Meskipun ia sudah tahu
bahwa air itu bukan air biasa, tetapi ia masih tetap
hendak pertahankan diri. Sebentar kemudian, ia mengawasi lengan tangannya
ternyata sudah mulai bengkak, otot-ototnya dilengan
tangannya seperti ada binatang cacing berjalan, Ia
mengerti sudah kena ditipu oleh orang tua itu.
Karena air bukan saja sangat dingin, tetapi juga bisa
mengakibatkan darah dalam daging bergolak hingga
dagingnya membengkak dan akhirnya urat-uratnya pada
putus." Ia sudah ketelanjuran menunjukkan sikap keras, tidak
mau menyerah, kalau tidak bisa bertahan sampai waktu
seperminuman secangkir teh saja, benar-benar akan
kehilangan muka ! Sejenak ia merasa bimbang, tetapi akhirnya ia
mengambil keputusan hendak mencoba dengan
mempertaruhkan jiwanya. Dengan mendadak, rasa hangat timbul dari dalam
badan, hawa itu mengalir terus ke seluruh tubuhku,
hingga rasa dingin lenyap seketika. Ia merasa heran dan
bertanya-tanya kepada diri sendiri, "Barang apakah yang
bisa menimbulkan perubahan ini"
Mendadak ia ingat kepada batu kaca yang aneh,
mungkinkah batu itu yang mengeluarkan khasiatnya "
Hoa chiu Hwa tho yang menyaksikan dari samping,
ketika melihat wajah dan sikap Ho Hay Hong sedikitpun
tidak berubah, dia diam merasa heran. Pikirnya:
"Beberapa hari berselang Hoa san Lo wan masih tidak
sanggup menahan serangan hawa dingin dari situ
sehingga terpaksa keluar lagi dalam empang. Tapi bocah
ini yang usianya masih sangat muda sekali, bisa bertahan
sekian lama, benar-benar sangat mengherankan. Barang
apakah yang membuat dirinya dapat bertahan terhadap
serangan hawa dingin itu ?"
Sementara itu terdengar suara Ho Hay Hong bertanya:
"Hoa chiu Hwa tho, waktunya sudah cukup atau belum?"
Hoa chiu Hwa tho menghitung-hitung waktunya,
sebetulnya sudah lewat, tapi Ia tahu bahwa kekuatan
hawa dingin dari air itu, semakin lama semakin kuat,
maka ia pura-pura balas menanya:
"Hah, bocah, apa kau sudah tidak sanggup bertahan?"
"Hm! Bukan aku omong sombong, sekalipun
merendam tiga jam lagi, bagiku juga bukan soal apaapa."
jawab Ho Hay Hong. Ia sudah mengerti khasiatnya batu mujijad dalam
sakunya, adalah batu pusaka yang dapat menolak hawa
dingin, maka ia berani menjawab demikian.
Hoa chiu Hwa tho membuka lebar matanya dan
berkata: "Bocah, apakah kau mengandalkan kekuatan tenaga
dalamnya, melawan hawa dingin ?"
"Jangan banyak bicara, waktunya sudah sampai atau
belum?" jawab Ho Hay Hong menyimpang.
Sudah tidak ada alasan lagi bagi Hwa chiu Hwa tho
untuk menolak, maka lalu berkata:
"Naiklah, kau menang!"
Ho Hay Hong lompat keluar dari dalam empang, ketika
angin Meniup, sungguh aneh pakaiannya seketika itu
Bara Dendam Menuntut Balas 1 Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong Pedang Inti Es 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama