Ceritasilat Novel Online

Setan Harpa 13

Setan Harpa Karya Khu Lung Bagian 13


buah pukulanku itu...?" tanya Tan Liok sambil tertawa
dingin. "Benar!" "Andaikata kau menderita kalabnanti?"
To liong jiu tertegun, andaikata dia kalah, dengan
kedudukannya sekarang tak mungkin baginya untuk
memutuskan bahwa mereka tak akan bertarung lagi
melawan Ong Bun kim, maka untuk beberapa saat lamanya
ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Tan Liok segera tertawa dingin, ejeknya.
"Kau tak sanggup untuk mengambil keputusan bukan?"
Dihasut dengan ucapan tersebut oleh Tan Liok, seketika
itu juga To liong jiu merasa seperti kehilangan muka, paras
mukanya lantas berubah hebat.
"Akan kusambut kedua buah seranganmu itu!"
bentaknya kemudian. Sambil membentak, dengan langkah lebar dia lantas
maju ke depan. Tan Liok tertawa hambar, katanya:
"Mau menyambut seranganku tentu saja boleh, cuma
kau harus menjamin dulu bila kau kalah maka kelima orang
ciangbunjin tak boleh melancarkan serangan terhadap Ong
Bun kim kalau tidak, lebih baik persoalan ini tak usah
dibicarakan lagi" Diantara kelima orang ciangbunjin itu, To liong jiu boleh
dibilang paling lihay di dalam ilmu telapak tangan kosong,
tak seorangpun diantara rekan-rekannya yang percaya
bahwa ia tak mampu menerima dua buah serangan dari
manusia aneh itu. Maka keempat orang ciangbunjin lainnya segera
mengangguk bersama sebagai pertanda bahwa mereka telah
setuju. "Sekarang, kau boleh turun tangan?" bentak To liong jiu
dengan suara dingin. Tan Liok segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaah... haahh.....haaah tentu saja boleh, cuma aku
harus terangkan lebih dulu, jika kalian tak mau memegang
janji maka sampai waktunya jangan salahkan kalau aku
orang she-Tan akan bertindak keji!"
Ucapan tersebut diutarakan dengan penuh kobaran hawa
napsu membunuh, membuat pendengarannya merasakan
hatinya bergidik. "Silahkan kau lancarkan seranganmu itu!" bentak To
liong jtu dengan suara dingin.
"Baik, sambutlah seranganku ini..." Belum habis dia
berkata tubuhnya sudah melejit ke tengah udara, kemudian
tampak bayangan hitam berputar kencang dan sebuah
pukulan dilontarkan kedepan.
Serangan yang dilancarkan Tan Liok ini dilakukan
dengan suatu gerakan yang aneh dan cepat, dalam kejutnya
buru buru To-liong jiu mengayunkan tangan kirinya untuk
menangkis, pada saat To liong jiu sedang menggerakkan
tangannya itulah, tangan kiri Tan Liok sudah menerobos
masuk dengan kecepatan diluar dugaan.
"Blaaam....!" Secara telak To Liong jiu termakan oleh sebuah pukulan
Tan Liok yang bersarang tepat diatas dadanya itu, sambil
muntah darah segar tubuhnya mencelat kebelakang dan
roboh terkapar diatas tanah.
Peristiwa ini kontan saja membuat gempar semua jago
lainnya, mereka tidak mengira, kalau manusia aneh yang
tampaknya sama sekali tidak menonjol ini ternyata benarbenar
berhasil melukai To liong jiu belum sampai dua
gebrakan. Dari sini bisa diketahui kalau ilmu silat yang dimilikinya
telah mencapai puncak kesempurnaan yang luar biasa.
"Maaf. maaf !" kata Tan Liok kemudian sambil tertawa
hambar. Pelan-pelan Ong Bun kim mengalihkan sinar matanya ke
atas wajah Kim losat kemudian hardiknya:
"Sekarang, tibalah giliran kita berdua untuk
menyelesaikan perselisihan diantara kita!"
"Kau anggap aku takut kepadamu?" teriak Kim lo sat
sambil menggetarkan pedangnya.
Bersama dengan selesainya perkataan itu, tubuhnya
segera menerjang kedepan melepaskan serangan dahsyat ke
tubuh Ong Bun kim. Empat orang ciangbunjin lainnya cuma bisa berdiri kaku
disisi kalangan tanpa mengetahui apa yang musti
dilakukan. Mendadak.... suatu bentakan menggelegar diudara,
pedang Kim lo-sat dengan menciptakan selapis cahaya hijau
secepat kilat menyerang tubuh Ong Bun kim.
Kim lo sat telah membuka serangannya lebih dahulu
dengan sebuah sergapan kilat yang maha dahsyat.
Ong Bun kim membentak keras, pedang sin kiam diputar
cepat membendung ancaman tersebut, diantara perputaran
cahaya pedangnya, buru-buru Kim losat menarik kembali
serangannya, ia tak berani melawan pedang suci lawan
dengan keras lawan keras.
Bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu Kim losat
telah terdesak mundur sejauh tujuh delapan langkah, dalam
waktu yang amat singkat itu kedua belah pioak lama sama
telah melepaskan tiga buah serangan berantai.
Kepandaian Kim losat dalam permainan pedang meski
amat dahsyat, tapi ia toh tetap bukan tandingan dari pedang
sin kiam milik Ong Bun kim, kejadian ini membuat paras
muka keempat orang ciangbunjin tersebut berubah hebat.
Mendadak Ong Bun kim membentak keras, secara
beruntun pedang sin kiam itu melancarkan dua buah
serangan berantai, cahaya tajam berkilauan memenuhi
angkasa, dahsyatnya bukan kepalang, dalam keadaan begini
Kim lo sat semakin tak berani melancarkan serangan untuk
membendung datangnya ancaman lawan.
Diantara kilatan cahaya pedang dan ber-kelebatnya
bayangan manusia, lima gebrakan sudah lewat.
Secara beruntun Kim lo sat sudah terdesak mundur
sejauh satu kaki lebih dari posisi semula.
"Ciangbunjin. kenapa kalian hanya berdiam diri belaka?"
tiba-tiba gadis itu membentak keras.
Mendengar bentakan dari Kim lo sat tersebut, paras
muka ke empat orang ciangbunjin itu segera berubah hebat,
sambil membentak serentak mereka menyerbu ke arena dan
menyerang Ong Bun kim. "Kurang ajar. Rupanya kalian ingin mampus!" bentak
Tan Liok dengan geramnya.
Sambil berteriak ia melejit ke udara dan menerkam ke
empat orang ciangbunjin tersebut, sebuah pukulan dahsyat
dihantamkan dengan gencarnya...
Untuk sesaat suasana dalam arena menjadi kalut dan
suatu pertarungan massal tak terhindar.
Gin lo sat membentak keras, dia turut terjun pula ke
areiia pertarungan dengan mengerubuti lawannya, dengan
demikian delapan orang bergumul menjadi satu saling
serang menyerang dengan gencarnya.
Mendadak....terdengar beberapa kali jerit kesakitan yang
memekikkan telinga, menyusul kemudian robohnya
keempat orang ciangbunjin itu termakan oleh sebuah
pukulan yang amat dahsyat.
Begitu lawan-lawannya telah roboh, Tan Liok
membalikkan badan dan menerkam Gin lo sat.
Sementara Tan Liok sedang menyergap Gin lo sat, Ong
Bun kim telah membentak pula.
"Ku Pek-hoa, kau masih mempunyai jurus maut apa
lagi?" Secara beruntun tiga buah serangan telah dilancarkan
kembali. Tahan!" Kim lo-sat membentak.
Ong Bun kim segera menarik kembali serangannya dan
melayang mundur sejauh lima depa lebih, kemudian
serunya dengan dingin. "Ku Pek hoa, apalagi yang hendak kau katakan?"
"Ong Bun kim, apakah kau bertekad hendak membunuh
diriku?" teriak Kim losat dengan wajah memucat.
"Benar!" "Ong Bun kim, dalam hal apakah aku telah melakukan
kesalahan terhadap dirimu?"
"Tindak tandukmu serta kekejaman hatimu tak bisa
diampuni oleh siapa saja!"
"Tapi aku berbuat kesemuanya itu toh demi dirimu!"
"Maksud baikmu itu biar aku terima didaIam hati saja"
Kim lo-sat tertawa sedih. katanya kemudian:
"Baiklah, kalau kau telah bertekad untuk membunuh,
sekarang bunuhlah diriku ini!"
"Traaang....." diiringi suara gemerincing, pedang yang
berada dalam genggamannya di buang ke tanah lalu
berjalan kedepan dan berdiri lebih kurang tiga depa
dihadapah Ong Bun kim. Tindakan gadis itu sebaliknya malah membuat Ong Bun
kim menjadi tertegun, tanpa terasa dia mundur selangkah
kebelakang dan menatap wajah Kim lo sat dengan perasaan
ragu. 00000OdwO00000 BAB 78 "HAYO cepat bunuh aku !" kembali Kim lo sat
membentak. Sekujur badan Ong Bun kim menggigil keras, tapi ia
belum juga turun tangan. "Kenapa?" ejek Kim losat sambil tertawa diri. "Bukankah
kau ingin membunuh aku" Kenapa tidak turun tangan."
Diejek begitu, berkobar juga hawa amarah dari Ong But
kim, akhirnya pedang Sin kiam diangkat tirggi tinggi ke
udara, mata pedang ditujukan ke arah dada Kim lo sat.
Dalam keadaan demikian asal Ong Bun kim melanjutkan
serangannya, niscaya Kim lo sat akan tewas seketika itu
juga. Sewaktu ujung pedang Ong Bun kim sudah mulai
menempel diatas dada Kim lo sat, pelan-pelan gadis itu
memejamkan matanya, dua titik air mata tanpa terasa jatuh
bercucuran membasahi pipinya.
Air mata itu melambangkan apa" Penyesalan" Ataukah
agar membuat Ong Bun kim menjadi lemah hati"
Ketika sinbar mata Ong Bund kim bertemu deangan titik
air bmata dari Kim lo sat tersebut, tanpa terasa sekujur
badannya bergidik jkeras, tangannya yang nemegangsenjata
sudah mulai gemetar keras.
"Ong Bun kim, hayo cepat turun tangan !" bentak Kim lo
sat dengan suara keras. Pelan-pelan Ong Bun kim menurunkan kembali
pedangnya ke bawah, lalu bentaknya dingin.
"Ambil pedangmu itu dan mari kita lanjutkan bertempur,
aku tak mau membunuh orang yang tidak melancarkan
serangan balasan!" "Kau menginginkan aku bertarung dengan kau?" seru
Kim lo sat dingin. "Benar!" "Bagus sekali!"
Dia membungkukkan badan dan memungut kembali
pedangnya yang terjatuh ditanah itu, kemudian dengan
mata yang jeli dia menatap wajah Ong Bun kim tajamtajam,
bentaknya dingin. "Ong Bun kim, sekarang kau
boleh turun tangan!"
Ong Bun kim menggertak giginya keras-keras, lalu
sambiI membentak dengan pedang bergetaran dia lancarkan
sebuah serangan kilat. Didalam serangannya ini, Ong Bun kim telah
menyertakan segenap tenaga dalam yang dimilikinya,
tampak cahaya tajam berkilauan, pedang sin kiam dengan
menciptakan tiga macam gerakan yang berbeda menyergap
ketubuh Kim losat. Sementara itu Kim lo sat sudah tidak memikirkan soal
mati hidupnya lagi, dikala Ong Bun kim melancarkan
serangan kilatnya, diapun tidak menghindarkan diri,
sebaliknya malahan maju kedepan sambil balas
melancarkan dua buah serangan.
Bila seseorang sudah nekad, biasanya serangan yang
mereka lancarkan juga akan lebih ganas dan keji, dua buah
serangan balasan dari Kim-lo sat ini segera memaksa Ong
Bun kim mundur dua langkah.
Sambil menggigit bibir sianak muda itu mengayunkan
kembali pedang sin kiamnya, dalam sekejap mata dia
lancarkan empat buah serangan balasan, keempat buah
serangan yang di-gunakan itu pun merupakan empat jurus
maut dari ilmu pedang sin kiam hoat, lihaynya bukan
kepalang. Menghadapi ancaman selihay ini, Kim lo sat mulai
merasa keteter hebat dan sedikit tak sanggup untuk
mempertahankan diri. Dalam waktu singkat, sepuluh gebrakan sudah lewat.
Ong Bun kim segrera membentak kteras, tubuhnya
qmelejit kedepanr dan cahaya pelang berkilauan, dalam
suatu gerakan tahu-tahu pedang yang berada ditangan Kim
lo sat sudah terlepas dari cekalan dan rontok keatas tanah.
Sekali lagi ujung pedang Sin kiam diri Ong-Bun kim
telah menempel diatas dada gadis itu.
Paras maka Kim lo sat berubah menjadi pucat keabuabuan,
sekarang dia tak mampu berkutik lagi.
Air muka Ong Bun kim penuh diliputi emosi, untuk
kedua kalinya dia dihadapkan pada kenyataan yang pelik,
bila dia menggunakan sedikit tenaga lagi niscaya pedang
Sin kiam akan menembusi dada dan Kim lo sat akan tewas
seketika. Tangannya gemetar sangat keras
"Hayo, bunuhlah aku!" teriak Kim losat dengan suara
pedih. "Kau... kau anggap aku tidak berani?"
Saking emosinya bukan saja tangan Ong-Bun kim
gemetar keras, bahkan suaranya juga ikut gemetar keras.
"Aku toh tidak mengatakan kalau kau tidak berani... .
"kata Kim lo sat dengan sedih.


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jadi kau benar-benar ingin mati ditanganku...!"
"Bukankah kau Ong Bun kim datang kemari untuk
membunuhku?" Mendengar perkataan itu, sekujur badan Ong Bun kim
kembali gemetar keras, bahkan ucapan tersebut
membuatnya tertegun pemuda itu juga membuat hatinya
bimbang, karena ia tak tahu haruskah melanjutkan
serangannya ataukah tidak".
Yaa. benar! Ia memang datang untuk membunuhnya!
Tapi bagaimanapun juga dia adalah istrinya entah dalam
hatinya terkandung rasa senang atau tidak, dia harus
mempertahankan-nama, serta kewajiban sebagai suami istri.
Kim lo sat tertawa sedih, katanya:
"Bunuhlah aku! Aku pinta kepadamu, aku lebih senang
mati ditanganmu daripada ditangan orang lain!"
Perasaan Ong Bun kim bagaikan terkena aliran listrik
bertegangan tinggi, kontan saja membuat sekujur badannya
gemetar keras berulang kali gadis itu mengutarakan rasa
cintanya, ini membuktikan bahwa luapan perasaan tersebut
bukan bohong atau kosong belaka, sebab selama ini gadis
itu selalu menganggapnya sebagai suami yang dicintai"
Untuk sesaat Ong Bun kim terjerumus dalam suatu
lembah kesedihan yang menyiksa perasaan, dia-tak tahu
apa yang harus dilakukannya sekarang....
Haruskah gadis itu dibunuh" Ataukah jangan dibunuh"
Dalam kesedihan dan kemurungan, ia berdiri tertegun
seperti patung arca.... Kim lo sat adalah seorang gadis yang cantik jelita bak
bidadari dari kahyangan, tapi keadaannya sekarang amat
mengenaskan dan patut dikasihani, punyakah keberanian
dihati Ong Bun kim untuk memusnahkan kehidupan gadis
tersebut" Pelan-pelan ia menurunkan kembali pedangnya
kebawah. "Ong Bun kim, mengapa kau tidak jadi membunuhku?"
tanya Kim lo sat kemudian.
"Aku., .aku..... akan kuampuni dirimu sekali lagi."
Suara Ong Bun kim masih penuh diliputi oleh emosi
sehingga tidak jelas kedengaran nya, Ya dia memang tidak
memiliki keberanian untuk membunuhnya, sebab
bagaimana pun juga gadis itu adalah istrinya."
"Kau tidak memiliki keberanian untuk berbuat demikian"
seru Kimlo sat dingin. "Yaa, benar! Aku Ong Bun kim memang tidak memiliki
keberanian untuk membunuh-mu!"
-oo0dw0oo-- Jilid 25 TIBA-TIBA gadis itu tertawa dingin. Paras muka Ong
Bun kim segera berobah hebat, suara tertawa itu dirasakan
sebagai suatu penghinaan yang besar baginya, dengan suara
keras segera bentaknya: "Apa yang kau tertawakan?"
"Plak! Plok!?" dua tempelengan tahu tahu sudah
disarangkan ke wajah Kim losat.
Kedua tamparan tersebut keras sekali sehingga membuat
Kim lo sat mundur tujuh delapan langkah dengan
sempoyongan, dengan sinar mata tercekat ia mengawasi
wajah Ong bun kim tanpa berkedip.
"Ku Pek hoa!" bentak Ong Bun kim dengan suara keras,
"jangan kau anggap aku tak sanggup membunuhmu, aku
tidak membunuhmu kini lantaran aku tidak tega, kalau kau
masih menganggap diriku sebagai suamimu, tidak
seharusnya kau lakukan perbuatan yang justru merugikan
aku, Ku Pek hoa! Aku Ong Bun kim bersedia mengampuni
selembar jiwamu, aku berharap kau bisa bertobat dan
kembali ke jalan yang benar."
Setelah berkata dia lantas membbalikkan badan ddan
berlalu darai situ. Hati kebcil Ong Bun-kim sedang menitikkan air mata, ia
tak bisa melukiskan betapa sedihnya perasaan hatinya
waktu itu, seakan-akan baru pertama kali ini dia menjumpai
persoalan yang sedemikian peliknya sehingga membuat
peningnya kepala. Memandang bayangan punggung Ong Bun kim yang
berjalan keluar dari pintu, Tan Liok menghela napas
panjang, gumamnya: "Aiii ! Rupanya dia adalah seorang pemuda yang baik
hati!" Berpikir sampai disana dia lantas mengikuti Ong Bun
kim berjalan keluar dari ruangan itu.
Setelah mengundurkan diri dari ruangan, Ong-Bun kim
menyaksikan para anggota Hui mo pang yang berada di
ruang tengah telah berdiri berjajar dengan kesiap siagaan
penuh, dari sikap mereka itu dapat diketahui bahwa orangorang
itu bermaksud untuk menghalangi jalan pergi mereka
berdua. Paras suka Ong Bun kim segera berubah hebat setelah
menyaksikan kejadian itu, bentaknya.
"Hayo minggir, apakah kalian semua kepingin mampus?"
Nenek berbaju biru yang rupanya merupakan pimpinan
dari rombongan itu segera tertawa dingin, sahutnya.
"Jika tiada ijin dari pangcu, jangan harap kalian berdua
bisa pergi meninggalkan tempat ini."
Hawa napsu seketika menyelimuti seluruh wajah Ong
Bun kim, bentaknya. "Jadi kaiian benar-benar ingin mampus?"
"Benar!" Baru saja Ong Bun kim akan turun tangan, tiba-tiba dari
belakang tubuhnya berkumandang suara dari Kim lo sat:
"Minggir semua!"
Dengan hormat para jago dari Hui mo pang mengiakan,
kemudian pelan-pelan menyingkir ke samping dan
membuka sebuah jalan lewat.
Ong Bun kim memandang sekejap ke arah Kim losat, ia
saksikan sepasang pipinya itu merah membengkak dan jelas
kelihatan bekas telapak tangannya yang membekas dipipi
Dengan suara dingin gadis itu berkata:
"Disekeliling markas besar kami penuh dengan
penjagaan yang berlapis-lapis, sekalipun kekuatan mereka
masih belum terpandang sebelah mata oleh kalian, tapi hal
mana sudah jelas akan merupakan sesuatu yang
merepotkan, hayolah, akan kuhantar kalian berdua sampai
diluar pintu gerbbang sana!"
Seldesai berkata, taidak menanti jabwaban dari Ong Bun
kim lagi, dia membalikkan badan dan berjalan lebih dulu
menuju keluar. Tampaknya gadis itu telah mengalami banyak
perubahan, ia berubah menjadi begitu menyedihkan
mengenaskan. Dipimpin olehnya, benar juga, sepanjang jalan Ong Bun
kim tidak menjumpai halangan apa apa, secara mudah
mereka sudah tiba di luar tebing tersebut.
"Sekarang kalian berdua boleh melanjutkan perjalanan
sendiri!" kata Kim lo sat sambil tertawa dingin.
Ong Bun kim memandang sekejap ke arahnya, bibirnya
bergerak seperti hendak mengucapkan sesuatu tapi niat itu
kemudian di batalkan, akhirnya dia membalikkan badan
dan berlalu dari sana. Tan Liok mengikuti di belakang Ong Bun-kim dan
dengan cepat telah berlalu dari sana.
Setelah turun dari bukit Thia gau san, Tan liok baru
menegur: "Bagaimana Ong Bun kim?"
Ong Bun kim menghela napas sedih.
"Aai ! Tak usah disinggung lagi" sahutnya.
"Aku toh sudah bilang, kau tak akan tega
membunuhnya" Sekarang percaya bukan" Ku Pek-hoa
memang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan."
"Locianpwe, kau jangan menggoda aku lagi"
"Tidak, aku berbicara sejujurnya!"
"Aku tidak tega membunuhnya bukan karena cantik, tapi
aku ingin memberi kesempatan sekali lagi kepadanya agar
bertobat" "Kalau memang demikian buat apa kau datang kemari.?"
"Aaai..." Selain menghela napas panjang dengan suara dalam,
apalagi yang bisa diucapkan oleh Ong-Bun kim" Dia
seharusnya membunuh gadis itu, tapi ia tak tega untuk
melakukannya. Ucapan dari ketua Hiat hoo pay tiba-tiba merasa
mendengung kembali disisi telinganya.
"Kau bisa membunuh orang lain, mengapa tak bisa
membunuh istrimu sendiri ?"
Ong Bun kim merasa batinnya saling bentrok sendiri, dia
merasakan suatu siksaan penderitaan dan kepedihan yang
luar biasa akibat dari persoalan itu.
Setelah menghela napas panjang, akhirnya dia
bergumam. "Aku Ong Bun kirm bukan seorangt yang luar biasqa."
"Benar, kaur memang bukan orang luar biasa, sekalipun
aku menjadi dirimu mungkin aku juga sulit untuk turun
tangan. Sekali lagi Ong Bun kim menghela napas panjang.
"Sekarang kan hendak kemana?" tanya Tan Liok
kemudian. "Entahlah...." Ong Bun kim menggelengkan kepalanya
berulangkali. "Semestinya kau harus mendirikan perguruan Sin kiam bun pada saat ini !"
"Baiklah, tapi dimanakah aku harus mendirikan
perguruan itu?" "Mengapa tidak di gua Bu cing tong?"
Ong Bun kim termenung sebentar, kemudian
mengangguk juga. "Baiklah, tapi kita akan mendirikannya kapan?"
"Lebih baik memilih hari baik, bagaimana kalau tanggal
lima bulan lima saja" Asal berita akan didirikannya
perguruan itu disiarkan ke dalam dunia persilaan, sudah
pasti akan banyak orang yang berbondong-bondong datang
untuk menjadi anggota."
Ong-Bun kim lantas mengangguk, memang itulah yang
dipesankan Hek mo im didalam surat wasiatnya, sebagai
orang yang memperoleh pedang tersebut, mengapa ia tidak
menurutinya?" "Baiklah, mari kita berangkat ke gua Bu cing tong lebih
dulu, di sana. kita menyusun rencana lagi kemudian baru
disiarkan ke dalam dunia persilatan!"
"Begitupun baik juga!"
"Kalau begitu mari kita berangkat!"
Dua orang itu segera menggerakkan badannya berangkat
menuju ke bukit Thian mo-san.
Mendadak... Dikala mereka berdua sedang melakukan perjalanan
itulah, dari kejauhan sana terdengar seseorang membentak
keras, suara tersebut berkumandang datang dari kejauhan
sana. Ong Bun kim serta Tan Liok yang mendengar suara itu
menjadi tertegun. Pada saat itulah tampak sesosok bayangan putih sedang
berlarian mendekat dengan langkah sempoyongan, Ong
Bun kim segera tahu bahwa orang int tentulah korban yang
sedang dikejar orang, tanpa terasa ia berhenti berlari.
Dalam waktu singkat, bayangan putih itu sudah berada
lebih kurang satu kaki dihadapan Ong Bun kim, pemuda itu
dapat melihat jelas raut wajahnya sekerang, ternyata dia
adalah seorang nyonya berusia tiga puluh tahunan yang
berwajah cantik. Noda darah masih mengotori ujung bibirnya dan
keadaan tersebut dapat diketahui bahwa luka yang
dideritanya tidak enteng.
Ong Bun kim tidak kenal siapakah perempuan cantik
berbaju putih itu, dengan cepat dia melejit ke depan dan
menghadang jalan perginya perempuan tersebut seraya
menegur: "Kenapa kau?" Ketika menyaksikan ada orang menghadang jalan
perginya, perempuan cantik berbaju putih itu menjerit
keras. Ditengah jeritan kaget yang melengking itu, secara
beruntun tubuhnya mundur tiga empat langkah dengan
sempoyongan. "Siapa kau ?" tegur Ong Bun kim lagi. "siapa yang
sedang mengejar dirimu?"
"Ada beberapa orang hendak memperkosa aku...!" jawab
perempuan berbaju putih itu ketakutan.
Mendengar jawaban tersebut, paras muka Ong Bun kim
segera berubah hebat, serunya keras:
"Sungguhkah perkataanmu itu?"
"Sungguh!" "Siapa yang hendak melakukan perbuatan biadab itu?"
"Orang..orang-orang Yu leng bun..."
Begitu mendengar "Yu leng bun" tiga patah kata, hawa
napsu membunuh seketika menyelimuti seluruh wajah Ong
Bun kim, serunya kemudian.
"Kau tak usah kuatir. selama aku berada disini, jangan
harap ada orang yang bisa melaksanakan niatnya!"
Dia lantas menarik perempuan cantik berbaju putih itu
kebelakang tubuhnya sementara sorot mata yang tajam
segera dialihkan ketempat kejauhan sambil berjaga-jaga.
Tiga sosok bayangan manusia berbaju abu abu, dengan
kecepatan bagaikan sambaran kilat sedang bergerak
mendekat dengan kecepatan luar biasa.
Si perempuan cantik berbaju putih yang berdiri
dibelakang Ong Bun kim itu mendadak mengayunkan
tangan kanannya, kemudian dengan kecepatan luar biasa
menotok jalan darah di punggung Ong Bun kim.
Tindakan siperempuan cantik bebrbaju putih yandg
secara tiba-taiba melancarkanb sergapan maut terhadap
Ong Bun kim ini sungguh jauh diluar dugaan siapa saja.
Tan Liok maupun Ong Bun kim sedang mengalihkan
perhatiannya untuk mengawasi bayangan manusia yang


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sedang meluncur tiba itu, mana mereka sangka kalau
perempuan tersebut bakal berbuat begitu, terdengar
dengusan tertahan bergema memecahkan keheningan, tahutahu
Ong Bun kim sudah roboh terjengkang ke atas tanah.
Tan Liok menjadi tertegun, serunya kemudian:
"Kau...." Belum habis kata-kata tersebut, perempuan cantik
berbaju putih itu sudah merangkul tubuh Ong Bun kim
kedalam pelukannya "Kau betul-betul seorang perempuan yang berhati
kejam!" bentak Tan Liok dengan suara keras.
Sambil menggerakkan tubuhnya ia lantas menubruk ke
depan, sebuah pukulan dahsyat dengan cepat dilontarkan ke
depan. Tapi sebelum ancaman tersebut sempat menghembus
keluar, perempuan cantik ber baju putih itu telahmengancam.
"Apakah kau sudah tidak menginginkan nyawa Ong Bun
kim lagi?" Tan Liok terkesiap buru-buru ia menarik kembali
serangannya sambil melompat mundur.
Sinar mata yang penuh pancaran hawa napsu
membunuh segera mencorong keluar dari balik matanya,
dengan geram ia membentak.
"Apakah kau mempunyai dendam dengan Ong Bun
kim?" "Yaa, benar! Aku dengannya memang mempunyai
dendam kesumat yang lebih dalam dari pada samudra!"
Sementara pembicaraan sedang berlangsung, ketiga
sosok bayangan manusia itu sudah tiba didepan mata,
ternyata mereka adalah Tay khek Cinkun, Phang Pak bun
serta Thia Eng. Ketika sinar mata mereka bertiga dapat menangkap apa
yang terjadi disana, kontan saja ketiga orang itu menjerit
tertahan. Sambil tertawa dingin perempuan cantik berbaju putih
itu mengejek: "Tay-khek Cinkun kau tidak mengira bukan kalau aku
bakal memperoleh seorang penolong?"
Tay khek Cinkun segera mengalibhkan sinar matadnya
ke wajah Taan Liok, setelahb merenung sejenak, tegurnya.
"Sebetulnya apa yang telah terjadi?"
"Dia membohongi kami dengan mengatakan ada orang
hendak memperkosanya, kemudian menggunakan
kesempatan disaat Ong Bun kim tidak siap, ia telah
menyergapnya" Dengan geramnya Tay khek cinkun meng-gertak gigi erat
erat. "Ciu Li li!" teriaknya, "jika kami tidak merobek kain
cadarmu sehingga Ong Bun kim tidak kenal denganmu,
hari ini kau sudah pasti akan mampus ditangan kami."
000OdwO000 BAB 79 "AAAh. jadi dia yang bernama Ciu Li li" seru Tan Liok
dengan perataan terkejut, "bukankah dia sudah terjatuh
kejurang" Mengapa tidak mampus....?"
Sementara itu Ciu Li li telah tertawa dingin katanya.
"Heeehh.......heeehb heeohh........ tidak kalian sangka
bukan, justru karena perbuatan kalian merobek kain
cadarku, selembar jiwaku justru berhasil diselamatkan."
"Kau hendak lepas tangan tidak?" bentak Tan Liok
kemudian. "Tidak!" "Kubunuh dirimu !"
Sambil membentak tubuhnya menerjang maju kedepan
kemudian secepat sambaran kilat meluncur kehadapan Ciu
Li li sambil melepaskan sebuah pukulan dahsyat.
Tapi begitu Tan Liok melepaskan serangan, Ciu Li li
segera mengancam dengan suara keras.
"Kau benar-benar sudah tidak maui nyawa Ong Bun
kim?" Ancaman tersebut diucapkan dengan penuh
mengandung hawa napsu membunuh, membuat siapa saja
yang mendengar merasakan bula kuduknya pada bangun
berdiri. Menghadapi ancaman seperti ini, Tan Liok terpaksa
harus mengurungkan serangannya dan mundur kebelakang.
"Crrriiing !" menggunakan peluang itu Ciu Li li segera
meloloskan pedang sin kiam dari saku Ong Bun kim
kemudian menempelkan mata pedang diatas tubuh si anak
muda tersebut, bentaknya dingin.
"Bila kalian berani turun tangan, dia akan segera
mampus diujung pedang sakti ini!"
Oleh keadaan yang ter bea tang di depa n mata, semua
orang menjadi tertegun d a n tik maaaan berbuat rapa api
lagi. Ctiu Li li memangq seorang perempruan yang licik dan
lihay, dikala ia menemukan bahwa Ong Bun kim tidak
mengenali dirinya sebagai Ciu Li li, dengan cepat
dikarangnya suatu cerita untuk menjebak si anak muda itu.
Selama ini Ong Bun kim seIalu menjumpai Ciu Li li
dengan wajah berkerudung, darimana mungkin ia bisa
menyangka kalau orang yang berwajah cantik itu bukan lain
adalah Ciu Li li dengan wajah aslinya"
"Ciu Lili, mau apa kau sekarang?" tegur Tay khek cin
kun kemudian dengan suara dingin.
Ciu Li li tertawa dingin, sahutnya:
"Asal kalian tidak turun tangan, akupun tak akan
membinasakan dirinya."
Saking gusarnya hampir meledak dada beberapa orang
itu, akan tetapi mereka tak berani turun tangan secara
gegabah, kalau tidak bila Ciu Li li ingin membunuh Ong
Bun kim maka hal ini akan dilakukannya dengan gampang
sekali. Ciu Li li memandang sekejap sekeliling arena, kemudian
katanya. "Untuk sementara waktu Ong Ban kim akan kubawa
pergi, siapa berani menyusul diriku, maka orang pertama
yang bakal menjadi korban adalah dia!"
Selesai berkata, sambil mengempit tubuh Ong Bun-kim,
dia lantas berlalu lebih dulu meninggalkan tempat itu.
Oag Ban kina t e 1 a b menjadi tuan r*eno longnya ketika
d'a pergi meninggalkan tempat tersebu.t a n t o k sesaat tak
seorang pon diantara Tan Liok sekalian yang berani
melakukan penge jiran. Ciu Li li segera melarikan diri terbirit-birit, dalam waktu
singkat ia sudah berlari setengah li jauhnya, tiba-tiba ia
berbelok ke arah timur, kemudian setelah berlarian setengah
li lagi, tiba-tiba ia berbelok ke arah barat.
Ia sengaja berbuat demikian agar bisa meloloskan diri
dari pengejaran Tay khek Cinkun sekalian:
Setelah berlarian beberapa puluh li jauhnya, dalam
waktu singkat tibalah perempuan itu didepan sebuah hutan
yang luas dan lebat, akhirnya dia pun menghentikan
larinya. Dia harus mencari suatu tempat yang aman lebih dulu
untuk menyembuhkan luka yang dideritanya, kemudian
baru menyusun rencana berikutnya..
Setelah mengawasi sekitar tempat itu, akhirnya dibalik
sebuah hutan tak jauh dari situ, ia menemukan sebuah kuil
kuno bobrok, dengan cepat tubuhnya meluncur kesana.
Kuil itu tidak terlalu besar, tapi debu setebal beberapa
inci telah menyelimuti seluruh permukaan tanah, keadaan
didalam rumahpun sama banyak yang rusak sehingga
keadaannya tampak mengenaskan sekali.
Ciu Li li membaringkan tubuh Ong Bun kim didepan
ruangan, pedang Sin kiam tersebut masih tetap ditempelkan
didepan dada Ong Bun kim.
Dia harus berjaga-jaga terhadap segala hal yang-tak
diinginkan, dia tak mau dirinya bakal disergap orang dikala
sedang menyembuhkan luka yang dideritanya.
Maka dengan cepat dia mengeluarkan sebuah pil dan
ditelan kedalam perut, setelah itu matanya dipejamkan dan
mengatur pernapasan untuk menyembuhkan luka yang
dideritanya itu. Sementara itu Ong Bun kim masih tergeletak tak
sadarkan diri dalam ruangan tersebut.
Lebih kurang satu jam kemudian, luka yang dideritanya
telah sembuh, perempuan itu kelihatan lebih cantik dan
merangsang hati kaum lelaki yang memandangnya.
Berbicara yang sebenarnya, Ciu Li li memang seorang
perempuan yang berparas cantik jelita bak bidadari dari
kahyangan Dia memandang sekejap kearah Ong Bun-|im,
kemudian tertawa dingin, senyuman itu mendatangkan
suatu perasaan yang sukar di lukiskan dengan kata-kata,
apa yang dia pikirkan" Dan apa pula yang dia hendak
lakukan" Rasanya susah diduga.....
Tiba-tiba tangannya bergerak membebaskan totokan
jalan darah tidur Ong Bun kim kemudian merubahnya
menjadi totokan pada jalan darah kaku.
Pelan-pelan Ong Bun kim sadar kembali dari
pingsannya, dia menggerak-geralan kepalanya seperti sudah
tidak teringat lagi olehnya apa gerangan yang telah terjadi.
Ketika sinar matanya dialihkan kewajah Ciu Li li, paras
mukanya segera berubah hebat, tiba-tiba saja ia menjadi
teringat kembali apa yang telah terjadi. Dengan suara keras
segera bentaknya. "Kau kah yang turun tangan menyergap diriku...?"
"Benar !" "Siapa kau?" "Ciu Lib li!". "Apakah... kau adalah Caiu Li li?"
"Benbar!" Tak terlukiskab rasa kaget Ong Bun kim setelah
mendengar perkataan itu, dia tak menyangka kalau
perempuan itu adalah Ciu Li li, tak heran ketika berjumpa
tadi perempuan itu sempat menjerit kaget.
Berpikir sampai disitu. Ong Bun kim segera tertawa
dingin, serunya ketus. "Sungguh tidak kusangka kau belum mampus!"
"Hmm! Kau anggap aku bakal melompat ke dalam
jurang apabila sebelumnya didasar jurang itu belum
kupasang jaring penyelamat"Haaahhh... haahh... haaahhh...
dalam hal ini, mungkin kejadiannya jauh diluar dugaan kau
bukan?" "Benar, peristiwa ini memang benar-benar berada diluar
dugaanku !" "Dan sekarang, kau telah terjatuh kembali ditnnganku!"
"Apa yang hendak kau lakukan?" seru Ong Bun kim
dengan paras muka berubah.
Tiba-tiba Ciu Li li tertawa cekikikan dengan genitnya,
suara tertawanya itu penuh dengan daya pikat yang
mempersonakan hati orang, sambil mengerling genit
perempuan itu mulai memperlihatkan gerak-geriknya yang
jalang. Ong Bun kim belum pernah berhadapan dengan
perempuan sejalang ini, sekeras-kerasnya iman anak muda
ini, tak urung berdebar juga hatinya...
Ciu Li li segera menarik kembali senyumannya,
kemudian berkata: "Apakah kita boleh berbicara lebih dulu?"
Tanpa sadar Ong Bun kim merasakan sekujur badannya
bergidik, dia tahu perempuan yang dihadapannya sekarang
adalah seorang perempuan cabul yang sudah terkenal di
seantero jagad, ia pun bisa menduga apa yang hendak
dilakukan perempuan tersebut terhadap dirinya.
Berpikir apa yang bakal menimpa tubuhnya Ong Bun
kim sungguh merasakan hatinya terkejut.
Dengan cepat dia berusaha untuk menenangkan hatinya,
kemudian membentak keras.
"Apa yang hendak kau bicarakan?"
"Membicarakan apa soal dirimu, juga membicarakan
soal ayahmu, tahukah kau dimasa lalu aku amat mencintai
ayahmu?" "Aku tahu!" "Tapi ayahmu telah menolak cintaku mentahmentahan!"
"Maka, kaupun menggunakan pelbagai cara dan akal keji
untuk mencelakai jiwanya!"
"Tepat sekali !"
Setelah tertawa hambar, terudsnya:
"Wajahmu mirip sekali debngan ayahmu..."
Mendengar ucapan tersebut, sekali lagi Ong Bun-kim
merasakan sekujur badannya bergetar keras, dengan
pandangan terkesiap dia awasi wajah Ciu Li-li lekat-lekat.
Ciu Li-Ii segera tertawa jalang, serunya:
"Jika aku bisa bermain cinta denganmu pada malam ini,
rasanya kejadian ini sudah cukup untuk mengobati rasa
rindu dan cintaku kepada ayahmu...!"
"Apa" bilang apa?" teriak Ong Bun kim keras-keras,
sekujur badannya bergetar keras..
Kembali Ciu Li li tertawa jalang.
"Mengapa kau harus terperanjat" Sekalipun kita akan
bermain cinta semalan suntuk, toh kejadian ini tak akan
merugikan dirimu. "Kau...kau..." saking terperanjatnya Ong Bun kim
sampai tak mampu mengucapkan kata apapun.
Tiba-tiba Ciu Li li membungkukkan badan dan mencium
bibir Ong Bun kim dengan hebat.
Waktu itu jalan darah Ong Bun kim telah tertotok, dia
tak mampu berbuat apa-apa kecuali pasrah dan
memberikan apa saja yang iendak dilakukan perempun
jalang itu terhadapnya. "Sudah pernah melakukan permainan sorgawi yang
penuh kenikmatan itu...." "bisik perempuan itu lagi.
"Kau...kau tak tahu malu!"
Ong Bun kim mencaci maki kalang kabut, tapi Ciu Li li
tidak menggubris, dia malah mencium pemuda itu semakin
bernapsu.... untuk sesaat lamanya Ong Bun kim menjadi
susah bernapas... Luapan napsu birahi yang membara mulai menyelimuti


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

wajah Ciu Li li yang jalang itu, seluruh bagian tubuhnya
mulai memancarkan gairah napsu seks yang merangsang
hati orang, ia mulai gemetar keras dan merangkul badan
pemuda itu dengan penuh napsu.
"Minggir kau!" bentak Ong Bun-Kim.
Sekalipun pemuda itu sudah berusaha untuk membentak
dan memaki, sayang tubuhnya sama sekali tak berkekuatan
untuk mendorong tubuh Ciu Lili yang telah menindih
diatas tubuhnya itu, badannya yang momok dan lembut itu
bagaikan baranya api menindih tubuhnya rapat-rapat.
Perempuan cabul yang sudah mulai diliputi oleh napsu
birahi itu telah bersiap sedia untuk melangsunrgkan
permainan yang paling nikmat di dunia berrsama
korbannya... "Ong Bun kim, bersediakah kau menemani ku
melangsungkan permainan surgawi ini..?" gumamnya
seperti orang mengigau. "Kentut busuk!"
Ciu Li li tertawa hambar, dari sakunya dia mengeluarkan
sebuah sapu tangan kemudian diayunkan dihadapan Ong
Bun kim. Dengan cepat Ong Bun kim mengendus bau harum aneh
yang merangsang tubuh. "Aduh celaka!" pekiknya dengan perasaan terkejut.
Tapi waktu itu jalan darahnya sudah tertotok, diapun tak
sanggup untuk membebaskan diri dari pengaruh totokan
tersebut, ketika bau harum yang sangat aneh itu mulai
menyusup ke dalam tubuhnya. Ia mulai merasakan
timbulnya sesuatu perasaan yang aneh sekali didalam
badannya. Kobaran napu birahi pelan-pelan mulai
membara dalam tubuhnya. Pada akhirnya Ciu Li-li telah menggunakan cara yang
paling keji untuk menjebak Ong Bun kim kedalam
perangkap napsu cabul. Kesadaran Ong Bun kim lambat laun semakin mundur,
ia mulai dikuasahi oleh napsu birahi yang berkobar makin
lama semakin ganas. Ciu Li li tertawa semakin cabul, ia tahu bahwa usahanya
untuk melalap pemuda itu segera akan tercapai....
Mendadak sepasang mata Ong Bun kim memancarkan
sinar merah yang berapi-api, sambil melotot besar teriaknya
keras-keras: "Aku minta....aku minta..."
"Aku tahu kau musti minta..." jawab Ciu Li li tertawa
semakin jalang. Mendadak ia membopong tubuh Ong Bun kim dan
dibawa menuju ke ruang belakang, dalam ruangan sana
terdapat sebuah kamar yang sudah kuno, ke dalam kamar
itulah perempuan tersebut menuju.
la membaringkan tubuh si anak muda itu diatas
pembaringan yang penuh berdebu itu, kemudian menepuk
bebas jalan darah Ong Bun kim yang tertotok itu.
Ketika jalan darah Ong Bun kim sudah terlepas dari
pengaruh totokan, bagaikan orang kalap ia terjang tubuh
Ciu Li li dan memeluknya kencang-kencang, daya kerja
obat perangsang yang telah menguasahi tubuhnya itu
membuat ia kehilangan kesadaran otaknya.
"Ong Bun kim!" seru Ciu Li li sambil tertawa cabul,
"mengapa kau begini terburu napsu?"
Sepasang mata Ong Bun kim semakin membara,
tangannya sudah mencengkeram baju yang dikenakan Ciu
Li li, kemudian... "Sreeet!" merobeknya sebagian.
Dengan terlepasnya pakaian luar, maka tampaklah
pakaian dalamnya yang berwarna merah, sepasang
payudaranya yang montok dan kenyal kelihatan gemetar
keras. Bagaikan orang kalap Ong Bun kim memeluk
perempuan itu, sementara mulutnya bagaikan orang
mengigau berseru. "Aku minta... aku minta..."
Ciu Li-li tertawa terkekeh-kekeh.... dengan suatu gerakan
cepat melepaskan sisa pakaian yang masih melekat
ditubuhnya hingga dalam tempo singkat ia berada dalam
keadaan telanjang bulat, kemudian ia naik keatas ranjang
dan bergulingan dengan sikap menantang.
Ong Bun kim segera menubruk keatas tubuhnya dan
menungganginya secara brutal.
"Lepaskan dulu seluruh baju mu." bisik Ciu Li-li
kemudian. Bagaikan orang kalap Ong Bun kim melepaskan
pakaiannya kemudian tubuhnya yang bugil menindih
kembali diatas tubuh Ciu Li li yang membara seperti api...
Sepasang tangannya secara kasar menggerayangi sekujur
tubuhnya, lalu dengan keras meremas payudaranya...
Ciu Li li menggigil keras, tubuhnya dengan penuh
kenikmatan. "Oooh... agak lah pelan sedikit...sakit amat... Rintihan
itu seperti rintihan setan Iblis membuat jantung orang
berdebar semakin keras saja.
Tangan Ong Bun kim makin tidak tahu aturan lagi,
setelah meremas payudara orang, sekarang tangannya
bergerak kebawah dan mulai mencomot bagian bawah
tubuh perempuan itu.... Rabaan dan comotannya makin garang dan brutal, tapi
anehnya Ciu Li li justru makin bergairah dan senang,
sambil meliuk-liukkan tubuhnya yang bugil dengan penuh
napsu, rintihan yang syahdu bergema terus-menerus dari
bibirnya. Maka suatu peristiwa yang mengerikan pun segera akan
terjadi... Ong Bun kim yang terpengaruh obat perangsang Ciu Li
li, sudah kehilangan sama sekali kesadarannya, dia tak tahu
apa yang sedang terjadi, didalam benaknya sekarang hanya
terlintas satu tujuan, melampiaskan hawa napsu birahinya
yang semakin membara di badannya.
Rabaan, remasan dan comotan sudah berlangsung makin
menghebat, kedua belah pihak sudah makin tak sanggup
menahan diri lagi... Akhirnya Ciu Li li memprakarsai tindakan lebih lanjut,
rupanya perempuan inipun sudah tak sanggup menahan
pancingan-pancingan birahi yang semakin menggila, ia
telah bersiap-siap menggiring perahu untuk memasUki
pelabuhan.... Tapi apa yang kemudian terjadi"
Baru saja ujung perahu mulai memasuki mulut
pelabuhan, pada saat itulah dari luar ruang kamar
menggema suara bentakan keras.
"Ciu Li li, kau tak akan lolos dari cengkeraman kami!"
Itulah suara bentakan dari Tay khek Cin-kun.
Bentakan yang datangnya secara tiba-tiba ini, kontan saja
memadamkan seluruh kobaran api birahi yang sedang
membara ditubuh Ciu Li li, bagaikan diguyur oleh air
dingin sebaskom dengan cepat ia tersadar kembali.
Terdengar suara langkah kaki yang berat berkumandang
dari luar ruangan dan makin mendekat.
Dalam keadaan demikian, cepat-cepat Ciu Li-li
mendorong tubuh Ong Bun kim dari hadapannya,
kemudian melompat bangun dari atas pembaringan, hawa
napsu membunuh yang mengerikan memancar keluar dari
atas wajahnya yang cantik.
Dengan tergopoh-gopoh ia mengenakan bajunya,
kemudian dengan pedang sin kiam berada ditangan ia
menyelinap keluar pintu. Saat itulah terdengar Ong Bun-kim sedang menjerit-jerit
seperti orang sinting. "Aku minta cepat.... cepat... aku minta..."
Menyusul teriakan-teriakan dari Ong Bun kim itu,
sesosok bayangan manusia menerjang tiba di depan pintu.
Bayangan manusia itu bukan lain adalah Tay khek Cin
kun. Ketika didengarkan suara teriakan Ong Bun kim tidak
wajar, ia segera menyadari bahwa gelagat tidak beres, maka
sambil menerjang masuk kepintu ruangan, bentaknya:
"Ciu Li-li kau sedang apakan Ong Bun kim?"
Belum selesai Tay khek Cinkun berkata, Ciu Li-li telah
membentak dengan suari dingin.
"Hidung kerbau sialan, kau harus mampus."
Secepat sambran petir ia menerjang maju ke muka,
pedang sin-kiam diputar dan langsung menusuk ke tubuh
Tay khek cin kun. Serangan yang dilancarkan oleh Ciu Li li ini boleh
dibilang dilancarkan dengan kecepatan luar biasa, ini
menyebabkan Tay khek cin kun menjadi gelagapan dan tak
tahu apa yang mesti dilakukan.
Cahaya tajam berkelebat lewat, jerit kesakitan segera
berkumandang memecahkan keheningan.
Akhirnya Tay khek cin kun gagal untuk menghindarkaa
diri dari serangan Ciu Li li, sebuah lengan kirinya segera
terpapas kutung dan tergeletak diatas tanah.
Sambil menahan rasa sakit yang luar biasa, Tay khek cin
kun segera menjatuhkan diri berguling diatas tanah.
"Hidung kerbau tua, berangkatlah menghadap raja
akhirat" bentak Ciu Lili deagan geramnya.
Cahaya tajam berkilauan, pedang mestika itu segera
menyambar ke bawah menusuk tubuh Tay khek cin kun.
Tapi sebelum ujung pedang menembusi tubuh
korbannya, kembali terdengar bentakan keras menggelegar
di udara: "Ciu Li li, lihat serangan!"
Menyusul bentakan itu segulung tenaga pukulan yang
amat kuat dengan cepat menyerang ke punggung Ciu Li li,
sedemikian dahsyatnya serangan tersebut membuat
perempuan itu mau tak mau harus menarik diri dan
menghindarkan diri ke samping.
Ternyata penyerang itu bukan lain adalah Phang Pak
bun. oooOdwOooo BAB 80 "BANGSAT, kurang ajar rupanya kau sudah ingin
mampus..." bentak Ciu Li-li dengan geramnya.
Diiringi bentakan tersebut, tubuhnya segera menerjang
kearah Phang Pak bun, cahaya pedang berkilauan, dengan
suatu gerakan cepat pedang Sin kiam menyambar ke depan
melepaskan sebuah bacokan.
Phang Pak bun cukup menyadari akan keterbatasan ilmu
silat yang dimilikinya, ia tahu kalau bukan tandingan Ciu
Li-li, cepat-cepat badannya berkelit ke samping.
Gagal dengan serangannya, Ciu Li li semakin naik
darah, ia melejit kedepan dan sekali lagi menerjang tubuh
Phang Pak bun sambil melepaskan sebuah tusukan.
Sementara itu Phang Pak bun telah mengundurkan diri
ke ruang tengah kuil tersebut, akhirnya ia berhasil disusul
oleh Ciu Li li, dalam keadaan begini cepat dia membalikkan
badan sambil melancarkan sebuah pukulan dahsyat....
Ciu Li li membentak keras, tangan kirinya berputar
melepaskan pula sebuah pukulan untuk membendung
serangan Phang Pak bun kemudian pedang Sin kiam
ditangan kanannya melepaskan sebuah tusukan maut.
Jeritan ngeri yang memilukan-hati segera berkumandang
memecahkan keheningan. Tahu-tahu dada Phang Pak bun sudah tertembus oleh
pedang sin kiam hingga tembus ke punggung, darah segar
muncrat ke empat penjuru, tak ampun lagi tubuhnya segera
roboh terjengkang dan tak berkutik lagi untuk selamalamanya.
Sungguh kasihan jago silat yang gagah perkasa ini,
akhirnya dia harus mengorbankan selembar jiwanya
diujung pedang perempuan iblis yang tak berperi
kemanusiaan itu. Ciu Lili tertawa dingin, dengusnya:
"Inilah ganjaran bagi orang yang suka mencampuri urusan
orang lain seperti kau!!"
Selesai membunuh Phang Pak bun, ia-membalikkan
badan dan balik kembali ke ruang belakang, tapi Tay khek
cin kun yang sebelumnya tergeletak di situ mendadak
lenyap tak berbekas.. "Aduh celaka..." teriaknya tertahan, buru-buru dia lari
masuk ke dalam kamar... Tapi disinipun ia gagal menemukan bayangan tubuh dari
Ong Bun kin. Tak tahan Ciu Li-li kembali menjerit tertahan, dia tahu
pastilah dikala ia sedang merobohkan Phang Pak bun tadi,
ada orang yang telah datang ke situ dan menyelamatkan
Ong Bun kim serta Tay khek cin kun.
Paras mukanya segera berubah hebat, sumpahnya.
"Sialan, siapa yang bernyali begitu besar berani
mengacau kesenanganku "
Ia melompat naik ke atas wuwung rumah, ketika
memeriksa sekeliling tempat itu, dilihatnya ada sesosok
bayangan hitam sedang meluncur keluar hutan sebelah
depan...... "Kau anggap bisa kabur dari tanganku?" sumpahnya
dengan geram.. Tubuhnya segera berkelebat ke depan
dengan ilmu gerakan san tian sin hoat yang cepat bagaikan
halilintar itu, arah yang di tuju adalah orang di depan sana.
Dalam pada itu, bayangan manusia tadi sudah
menerobos masuk ke dalam sebuah gua.
Ciu Li-li segera tertawa dingin, jengeknya sinis: "Huuuh,
pingin mampus rupanya..."
Dalam beberapa kali lompatan saja ia sudah berada lebih
kurang tiga kaki didepan mulut gua tersebut.
Mendadak sesosok bayangan manusia melayang turun
persis dihadapan muka Ciu Li li ini, membuat perempuan
itu amat terperanjat dan cepat-cepat menarik kembali
gerakan tubuhnya. Ternyata orang yang barusan munculkan diri itu bukan
lain adalah Thia Eng, si pemuda berbaju abu-abu yang
memiliki ilmu silat sangat lihay itu.
Selapis hawa napsu membunuh yang tebal dan
mengerikan telah menyelimuti seluruh wajah Thia Eng,
bentaknya. "Ciu Lili. kau anggap bisa kabur dari cengkeramanku?"


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hm..... enak benar kalau berbicara." bentak Ciu li li,
"justru kau yang sesungguhnya ingin mampus!"
"Ciu Li li, kali ini aku tak bakal melepaskan dirimu
dengan begitu saja."
"Kalau memang kau merasa berkemampuan demikian,
kenapa tidak dicoba."
Begitu ucapan terakhir meluncur keluar dari bibirnya,
tampak bayangan putih berkelebat lewat, tahu-tahu
perempuan itu sudah menerjang ke arah Thia Eng
sementara telapak tangan kirinya melepaskan sebuah
pukulan dahsyat. Dalam keadaan demikian, Ciu Li li sudah bertekad
untuk beradu jiwa, sementara tangan kirinya melancarkan
sebuah pukulan, Pedang sin kiam di tangan kanannya
melepaskan pula sebuah babatan maut.
"Cari mampus...!" bentak Thia Eng dengan suara
menggelegar. Tubuhnya mengigos ke samping menghindarkan diri dari
ancaman Ciu Li li tersebut, sementara tubuhnya menerjang
maju ke depan, sementara Ciu Li li belum sempat turun
tangan, ia sudah melancarkan sebuah pukulan dahsyat.
Ilmu silat maupun gerakan tubuh yang di miliki Thia
Eng sungguh luar biasa sekali.
Ketika Ciu Li li kabur sambil membawa luka tadi, tak
lain luka tersebut diperolehnya dari pukulan si pemuda
berbaju abu-abu ini. Coba kalau tidak terjadi peristiwa diluar-dugaan yang
menolong Ong Bun kim, sudah dapat dipastikan
perempuan itu bakal tewas ditangannya semenjak tadi.
Begitu serangan dari Thia Eng meluncur tiba, buru-buru
Ciu Li li menghindar ke samping.
Mendadak..... "Tahan!" suatu bentakadn yang menggelegar
berkumandang memecahkan keheningan.
Sesosok bayangan manusia berbaju hitam melintas lewat
di depan mata. Tan Liok telah melayang turun ketengah
arena. Thia Eng maupun Ciu Li li bersama-sama menghindar
kesamping. Dengan sinar mata yang tajam seakan-akan
memancarkan cahaya hawa napsu membunuh yang
menggidikkan hati, Tan Liok mengawasi raut wajah Ciu
Lili itu tanpa berkedip. Disaat seperti itu, Ciu Li li merasakan hatinya amat
terperanjat, selama itu satu hal lain juga segera menghantui
pikirannya. Semula dia menduga bayangan hitam yang dijumpainya
memasuki gua tadi adalah Tan Liok, tapi terbukti sekarang
Tan Liok tidak masuk kedalam gua melainkan berdiri
sendiri disana, lantas siapa pula yang telah menyelamatkan
jiwa Tay-khek cinkun serta Ong Bun-kim.." .
"Ciu-Li-li, kaukah yang telah membunuh Phang Pak
bun?" hardik Tan Liok dengan sinar mata berapi-api.
"Betul!" "Apa?" teriak Thia Eng kaget, "Phang Cianpwe telah
tewas?" "Betul, dia sudah tewas diujung pedang Sin kim ku ini!"
sahut Ciu Li li sambil menjengek sinis.
"Kemana larinya Ong Bun kim dan Tay khek cin kun?"
kembali Tan Liok membentak.
"Barusan kulihat mereka berdua ditolong orang masuk
kedalam gua itu." Thia Eng segera rnenerangkan.
"Sungguhkah perkataanmu itu?"
"Sungguh!" Kepada Thia Eng, Tan Liok segera berseru:
"Ciu li li akan kuserahkan kepadamu, akan kuperiksa
dulu ke dalam gua itu!"
"Baik." Begitu mengiakan, dengan kecepatan yang luar biasa
Thia Eng segera melejit keudara dan menubruk kearah Ciu
Li li, sebuah pukulan dahsyat dengan cepat dilontarkan.
Sementara Thia Eng melepaskan, pukulan dahsyat, Tan
Liok telah melompat masuk kedalam gua.
Baru tiba dimulut gua tersebutb, lamat-lamat ida
menangkap suaara dengusan napbas yang tidak normal.
Dengaa perasaan kuatir ia lantas menerjang maju lebih
kedalam. Tapi sebelum ia sempat meneruskan langkahnya, sesosok
bayangan manusia telah menerjang keluar dengan langkah
sempoyongan. "Siapa?" Tan Liok segera membentak.
"Aku!" "Can cianpwekah disitu?"
"Betul!" Tampak paras maka Tay khek cin kun pucat pias seperti
mayat, lengan kirinya telah kutung, darah segar masih
mengucur keluar dengan derasnya, keadaannya
mengenaskan sekali. Melihat itu, dengan kaget Tan Liok berseru tertahan:
"Can Ciaapwe ke... kenapa kau?"
"Lenganku telah dikutungi oleh Ciu Li li cuma aku
masih sanggup untuk menahan diri."
"Bagaimana dengan Ong Bun kim ?" tanya Tan Liok
dengan perasaan gelisah. "Didalam sana..."
Belum selesai Tay khek cin kun berkata, Tan Liok sudah
menerjang masuk kedalam gua deng n kecepatan luar biasa,
tapi apa yang kemudian terlihat olehnya hampir saja
membuatnya bersuara tertahan.
Tampak olehnya Ong Bun kim sedang menindih seorang
gadis telanjang dan melakukan hubungan senggama yang
amat mendebarkan hati. Kedengaran suara rintihan kesakitan gadis itu diiringi
suara mengaduh yang mendesis.
"Aduuh... jangaa yaa.,.. jangan..."
Tapi Ong Bun kim tidak ambil perduli akan desisan gadis
tersebut, bagaikan orang kalap, ia melalap terus gadis itu
dengan penuh napsu birahi.
Tan Liok sangat terkejut menyaksikan kesemuanya itu,
tapi sebelum ia tahu untuk berbuat sesuatu, tiba-tiba
terdengar Tay khek cin kun berseru dari luar gua.
"Tan tayhiap. cepat mundur kemari!"
Dengan cepat Tan Liok mengundurkan dirinya keluar
gua. lalu dengan wajah terkejut bercampur keheranan ia
menatap wajah Tay khek cinkun lekat-lekat.
"Mengapa dia?" tegurnya dengan rasa terkejut.
"Kau maksud Ong Bun kim?" tanya Tay khek cin kun
"Benar!" "Ia surdah terkena obatt perangsang yaqng sangat
jahatr!" "Haaah?" "Ketika Ciu Li li berhasil menangkap Ong Bun kim,
sudah pasti pemuda itu telah dica koki semacam obat
perangsang yang sangat hebat, bara saja akan
melangsungkan perbuatan cabulnya, kebetulan aku datang
kesana maka diapun lantas mengutungi sebuah lenganku.."
"Pang Pak-bun, telah tewas!" Tan Liok berkata dengan
sedih. "Apa...." Dia tewas?"
"Yaa, ketika aku tiba dalam kuil, kusaksikan jenasahnya
terkapar disitu!" "Tak heran Sebelum jatuh pingsan tadi aku tempat
mendengar ngeri...aai Sungguh kasihan pendekar budiman
tersebut, akhirnya harus tewas secara mengerikan diujung
pedang Sin kiam !" Berbicara sampai disitu. Tay khek cinkun tak dapat
menahan rasa sedihnya lagi, tanpa terasa titik air mata jatuh
bercucuran membasahi pipinya.
"Siapa yang telah menyelamatkan jiwa kalian?" tanya
Tan Liok kemudian memecahkan keheningan.
"Seorang nona, aku belum sempat melihat jelas raut
wajahnya, jadi akupun tak tahu siapa gerangan orang itu?"
"Aaai.. ..! Nona itu ingin menolong jiwa kalian, siapa
tahu dia pun harus mengorbankan pula kesucian
tubuhnya." "Betul...! Bagaimana dengan Ciu Li li?"
"Thia Eng sedang bertempur dengannya!"
"Hari ini kita jangan biarkan dia kabur lagi, kalau tidak
sukar dibayangkan bagaimana akibatnya!"
Tan Liok merasa perkataan itu ada benarnya juga, bila
hari ini Ciu Li li dibiarkan kabur dari situ, dengan pedang
sin kiam berada ditangannya, akibat yang bakal terjadi
benar-benar tak bisa dibayangkan mulai sekarang.
Maka tanpa membuang waktu dia lantas membalikkan
badan dan lari keluar dari situ.
Dalam pada itu Ciu Li-li sudah didesak sedemikian rupa
oleh Thia Eng sehingga tidak bertenaga lagi untuk
melancarkan serangan balasan, kendatipun dia membawa
sebilah pedang Sin-kiam yang luar biasa tajamnya, sayang
kehebatan dari senjata tersebut tak sanggup dikerahkan
sebagaimana mestinya. Rupanya Ciu Li-li juga sadar, bila pertarungan harus
dilangsungkan lebih jauh, besar kemungkinannya dia akan
menjumpai mara bahaya. Maka pada suatu ketika dia lancarkan sebuah serangan
tipuan, kemudian secara tiba-tiba ia membalikkan badan
dan kabur meninggalkan tempat pertarungan.
Mendadak... Di kala Ciu Lili sedang melejit ke udara dan siap
melarikan diri itulah, Tan Liok telah tiba di arena
pertarungan segera bentaknya:
"Ciu Li li, perempuan sundal! Kau anggap masih mampu
untuk kabur dari tempat ini dengan selamat?"
Di tengah bentakan tersebut tubuh Tan Liok meluncur ke
muka dengan kecepatan luar biasa lalu menghadang jalan
perginya, ketika tangan kanannya diayunkan ke depan
sebuah pukulan dahsyat segera dilepaskan.
Serangan yang dilancarkan Tan Liok ini sungguh luar
biasa cepatnya, tampak bayangan manusia berkelebat lewat,
tanpa sadar Ciu Li li dipaksa untuk balik kembali ketempat
semula. Thia Eng segera membentak keras. "Ciu Li li, silahkan
kau cicipi lagi sebuah pukulanku ini"
Sebuah serangan yang amat dahsyat dengan cepat dan
hebatnya dilontarkan ke pinggang Ciu-li li.
Ilmu silat yang dimiliki Tan Liok maupun Thia Eng
boleh dibilang tak terlukiskan dengan kata-kata, jangankan
Ciu Li li tak sanggup menahan diri, sekalipun seorang jago
yang berilmu lebih hebat daripada kepandaian perempuan
inipun belum tentu akan sanggup untuk menahan serangan
semacam itu. Belum lewat tiga gebrakan, mendadak...
"Blaaam!" sebuah pukulan dahsyat yang dilancarkan Tan
Liok telah bersarang telak ditubuh Ciu Li li.
Sambil menjerit kesakitan, tubuhnya terlempar sejauh
tiga kaki lebih sambil muntah darah kental, ia tak mampu
berkutik lagi untuk beberapa saat.
Pedang sin kiam yang berada ditangannya juga terlempar
dari acekalannya dan btergeletak di atas tanah.
"Kubunuh kau perempuan jahanam " teriak Thia Eng
dengan dendamnya. Sambil berteriak dia maju kedepan dan mengayunkan
telapak tangannya ketubuh lawan.
"Jangan dibunuh!" mendadak terdengar Tay khek
Cinkun membentak nyaring.
Mendengar bentakan dari Tay khek Cinkun itu, tanpa
terasa Thia Eng menarik kembali tenaga serangannya dan
berdiri termangu ditempat dengan wajah keheranan.
"Perempuan jahanam itu jangan dibunuh" seru Tay khek
cin kun lagi dengan suara lantang.
"Kenapa?" "Masih ada empat jilid kitab pusaka milik enam partai
besar yang terjatuh ditangannya, bila ia sampai terbunuh,
bisa jadi kitab itu tak akan ditemukan kembali untuk
selamanya" Tan Liok membungkukkan badannya dan memungut
kembali pedang sin kiam yang tergeletak di atas tanah itu.
lalu tanyanya kepada Tay khek cinkun: "Sekarang, apa
yang harus kita lakukan?"..
"Tunggu saja sampai Ong Bun kim menyelesaikan
pekerjaannya.,.." Tiba-tiba Thia Eng menjerit kaget, lalu menegur:
"Locianpwe, kenapa kau ?"
"Lenganku telah dikutungi oleh Ciu Lili!"
Thia Eng segera menggigit bibirnya menahan kobaran
rasa dendam yang menggelora dalam dadanya, dengan
gemas dia berseru: "Kalau bisa aku ingin mencincang
tubuhnya menjadi berkeping-keping, bagaimana dengan
saudara Ong?" "Dia masih berada didalam..."
"Mari kita masuk menengoknya"
"Jangan... Jangan masuk....!"
Sementara Thia Eng masih termangu, secara ringkas
Tay-khek-cin-kun segera menerangkan apa gerangan yang
telah terjadi. Sementara itu Ong-Bun kim telah melampiaskan
kobaran napsu seksnya terhadap gadis yang belum
diketahui siapa gerangan dirinya itu dengan tersalurnya
hawa napsu birahi itu maka pengaruh obat perangsang yang
menyusup tubuhnya juga punah...
Bagaikan seseorang yang baru sembuh dari penyakit
parah, ia menggeletak lemas diatas tanah.
Sambil memejamkan matanya ia mengenang kembali
semua peristiwa yang baru saja terjadi... mendadak
telinganya sempat menangkap suara isak tangis yang
memilukan hati Pemuda itu menjadi amat tberperanjat!
Akhirnya dia menjuampai dirinya berada dalam keadaan
telanjang bulat, sementara disisi tubuhnya berbaring pula
seorang gadis dalam ke adaan bugil, gadis itulah sedang


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menangis terisak waktu itu.
Sekujur tubuh Ong Bun kim menggigil keras, dia sekuat
tenaga berusaha untuk mengingat kembali apa gerangan
yang telah terjadi... akhirnya pemuda itu menjerit tertahan.
Sekarang, ia sudah teringat kembali apa gerangan yang
sebenarnya telah dilakukan olehnya.
Sambil menelan air liur, tegurnya kemudian.
"Sii... siapa kau?"
Dia masih mengira perempuan itu adalah Ciu Li li.
Ketika mendengar teguran tersebut, gadis itu segera
menghentikan isak tangisnya.
"Sii.... siapakah kau?" kembali Ong Bun kim bertanya
dengan suara agak gemetar.
Gadis itu melepaskan tangannya yang menutupi wajah
dan mendongakkan kepalanya, dengan wajah yang basah
oleh air mata dia memandang si anak muda itu.
Begitu sinar muta Ong Bun kim bertemu dengan wajah
gadis tersebut, dia segera menjerit tertahan, kepalanya
bagaikan dipukul oleh martil yang sangat berat, kontan saja
membikin kepalanya pusing sekali.
"Rupanya kau " Oh Thian !" gumamnya dengan suara
gugup bercampur cemas. Sesungguhnya siapa gadis itu"
Dengan wajah termangu-mangu gadis itu memandang
menatap wajah Ong Bin kim tanpa berkedip.
Untuk sesaat lamanya kedua orang itu hanya saling
berpandangan dengan wajab tertegun, seakan-akan kejadian
semacam ini seharusnya tak boleh sampai terjadi, tapi
kenyataannya benar-benar telah terjadi !
"Oooh Thian! Kenapa bisa kau?" kembali Ong Bun kim
bergumam dengan perasaan bimbang.
Air mata bercucuran dari mata gadis itu dan membasahi
pipinya yang halus, dia merasa sedih tak terlukiskan dengan
kata-kata, apa yang bisa dilakukannya sekarang hanya
memandang wajah Ong Bun kim sambil membungkam
dalam seribu bahasa. "Bagaimana mungkin bisa kau?" bisik Ong Bun kim lagi
dengan suara gemetar, "kenapa kau pun bisa sampai disini?"
Gadis itu berusraha keras untukt mengendalikan qrasa
sedih yangr mencekam perasaannya, bisiknya:
"Kau... kau telah mencelakai diriku!"
"Kenapa?" "Aku ingin menolongmu."
la tak tahu bagaimana harus berbicara, akhirya setelah
tertawa getir ujarnya lebih jauh:
"Diluar dugaan mu bukan?"
"Yaa. benar!" "Siapa bilang tidak berada diluar dugaanku pula" Inilah
kesalahanku sendiri, tidak seharusnya aku datang
menolongmu, kalau tidak, tak akan sampai terjadi peristiwa
yang hanya akan mendatangkan perasaan menyesal
belaka!" "Ku Pek hoa, kau..."
Ong Bun kim tak tahu apa yang harus dilakukan.
Ternyata gadis itu adalah Tay pangcu dari Hui mo pang,
Kim lo sat Ku Pek hoa. "Yaa. tak salah lagi, memang gadis itulah yang menjadi
korban!" Sesungguhnya peristiwa ini sungguh merupakan sesuatu
kejadian yang amat mengejutkan, karena Ku Pek hoa telah
keluar mengikuti Ong Bun kim, menyelamatkan pemuda
itu, bahkan terjadi pula peristiwa yang sama sekali diluar
dugaan itu. Peristiwa ini benar-benar tak bisa diterima dengan jalan
pemikiran siapapun juga. Bagaimana mungkin Ong Bun kim tak kaget setelah
mengetahui kejadian ini"
Ia muncul di markas besarnya dengan tujuan hendak
membunuh Ku Pek hoa, tapi sekarang ia telah memperkosa
gadis itu dan merenggut kehormatannya secara paksa,
kendatipun dia sendiripun tak sadar karena terpengaruh
obat perangsang, akan tetapi, bagaimanapun juga nasi telah
menjadi bubur, apa yang tidak pernah diharapkan sekarang
telah menjadi suatu kenyataan, tidak heran kalau Ong Bun
kim merasa begitu terperanjatnya sampai dia sediripun
kehilangan pegangan. Sekalipun demikian, Ku Pek hoa sendiri-pun tak pernah
menyangka akan terjadi peristiwa semacam ini, dia lebihlebih
tak mengira kalau tujuannya yang semula untuk
menolong anak muda itu berakibat hilangnya kehormatan
kegadisannya ditangan pemuda itu.
Kini nasi telah menjadi bubur, mereka harus berani
menghadapi kenyataan, entah hubungan tersebut akan
berakhir dengan kebahagiaan atau tragedi, mereka harus
menerimanya. Pelan-pelan gadis itu bangun berdiri, lalu mengenakan
bajunya dan menatap pemuda itu lekat-lekat, lama sekali ia
tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Yaa, dia
memang tak tahu apa yang musti diucapkan.
000OdwO000 BAB 81 AKHIRNYA pelan-pelan gadis itu menundukan
kepalanya seraya berbisik lirih. "Aku, akan pergi dulu."
suaranya lirih, pedih dan penuh mengandung kesedihan
yang memilukan hati siapapun. Ong Bun kim turut merasa
sedih, untuk sesaat dia tak tahu apa yang musti dikatakan,
sebab kesalahan berada dipihaknya sudah sewajarnya kalau
tanggung jawab inipun dipikul olehnya.
Sementara Itu Ku Pek hoa sudah melanjutkan berjalan
keluar dari gua itu. "Ku Pek hoa!" tiba-tiba Ong Bun-kim berteriak keras.
Tanpa terasa gadis itu menghentikan langkah kakinya
seraya berpaling, tanyanya dengan sedih.
"Masih ada persoalan apa lagi yang hendak
kaukatakan?" "Kau kau sudah pergi?"
"Benar!" "Kau akan ke mana?"
"Pulang ke perkumpulan ku !"
"Untuk sementara waktu kau boleh berdiam disini dulu"
kata Ong Bun kim sambil menggigit bibir.
"Ada sesuatu yang hendak kau sampaikan kepadaku?"
Ong Bun kim tertawa getir.
"Aku..,, aku merasa telah berbuat salah kepadamu, aku
malu kepadamu " Gadis itu tiba-tiba berpaling dan menatap wajah Ong
Bun kim lekat-lekat, titik air mata jatuh bercucuran
membasahi wajahnya entah karena terharu oleh perkataan
Ong Bun kim, atau karena ia senang memikirkan persoalan
lain, yang jelas gadis itu kelihatan amat terharu.
Ong Bun kim sendiri juga merasakan hatinya bergetar
keras, secara tiba-tiba ia seperti menemukan kebajikan dan
kemuliaan gadis itu, kemuliaan semacam itu belum pernah
ditemukan sebelumnya. Tiba-tiba ia melompat kedepan dan menubruk kedalam
pelukan Ong Bun kim, kemudian menangis, menangis
tersedu-sedu. Dengan perasaan yang kaku Ong Bun kim membelai
rambutnya yang halus itu dengan penuh kelembutan, dalam
keadaan sekarang dia tak bisa mengartikan apakah hal
tersebut merupakan suatu penampilan dari perasaan
cintanya. Ong Bun kim merasa hatinya makin sedih, makin pedih
dan tak terlukiskan dengan kata-kata.
Isak tangis gadis itu seakan-akan hendak melampiaskan
keluar seluruh perasaan sedih dan derita yang mencekam
perasaannya selama ini. Lama... lama sekali akhirnya dia baru berhenti
menangis, katanya: "Ong Bun kim akupun memang bersalah kepadamu, aku
merasa berdosa kepadamu!"
Ucapan ini membuat perasaan Ong Bun kim bergetar
keras, serunya dengan cepat.
"Kau sama sekali tidak berbuat salah kepadaku, kau
tidak berbuat dosa kepadaku."
"Aku... aku telah berbuat yang salah selama ini, aku baru
merasa... aku baru menyadari sekarang bahwa aku telah
melakukan suatu kesalahan besar..."
Dengan amat sedihnya ia menangis tersedu-sedu.
"Ya, selama hidupnya gadis itu sudah banyak melakukan
perbuatan yang salah, dia telah menciptakan badai darah
yang mengerikan bagi umat persilatan, padahal dia
sendiripun tak tahu apa yang sedang dikejarnya selama ini."
Pelan-pelan Ong Bun kim membangunkannya dari
pelukan, kemudian dengan sedih berkata:
"Ong Bun kim percayakah kau bahwa aku cinta
kepadamu?" "Aku..." Pemuda itu gelagapan dan tak tahu bagaimana musti
menjawab. Setelah tertawa getir, kembali Ku Pek hoa berkata.
"Mau percaya atau tidak terserah kepadamu, atau hal itu
tidak terlalu penting, tapi aku harus menerangkan
kepadamu! aku cinta kepadamu, meski aku tak pernah
memikirkan seorang lelaki didalam hatiku, termasuk juga
kau sendiri. "Aku beranggapan, bila aku telah mencintai ia seseorang
maka aku harus menguasahi penuh orang itu, setiap saat
aku bisa mengendalikan lelaki yang kucintai itu sekehendak
hatiku sendiri, termasuk pula terhadapmu, Ong Bun kim."
"Makaa dengan pelbagbai cara aku berusaha merajai
seluruh dunia persilatan, menguasahi seluruh-dunia, dengap
harapan aku dapat memberikan kesemuanya itu kepadamu,
tapi akupun hendak menyuruh kau mendengarkan
perkataanku. "Tapi sekarang aku baru tahu. bahwa aku keliru besar."
"Karena hal itu aku telah kehilangan kau, memang kau
berbeda sekali dengan lelaki lain. kaa mempunyai harga diri
yang kuat serta karakter yang keras, halmana belum pernah
kubayangkan sebelumnya. "Kau tidak membunuhku membuat aku merasa bahwa
kau sesungguhnya adalah seorang lelaki yang lembut dan
berhati bajik. Dua buah tempelenganmu membuat aku memperoleh
diriku yang sebenarnya, ketika kau sudah pergi dari situ.
aku beru merata bahwa aku harus memberitahukan
kepadamu... aku ini memang salah.
"Tapi siapa yang menyangka setelah kutolong dirimu,
peristiwa semacam ini telah terjadi.....?"
Ketika berbicara sampai disitu. titik air mata tak kuasa
lagi jatuh berenceran membasahi pipinya.
Ketika Ong Bun kim telah selesai mendengarkan
ungkapan kata hati dari gadis tersebut, hatinya merasa
girang sekali, serunya kemudian dengan suara tertahan.
"Jadi kau sudah menyesal dengan semua perbuatan yang
telah kau lakukan di masa Ialu?"
"Yaa, benar! Aku menyesal sekali!"
"Oooh.... hal ini terlalu baik... hal ini terlalu baik,....,"
seru Ong Bun kim kegirangan.
"Tidak!" Ku Pek hoa menggeleng sambil tertawa getir,
"sekarang sebenarnya sudah terlambat."
"Apanya yang terlambat?"
"Aku menyesal terlalu lambat !"
"Tidak, sama sekali tidak terrlambat !"
Tapi gadis itu segera menggelengkan kepalanya berulang
kali. "Seluruh umat persilatan membenciku, tak seorang
manusia di dunia ini yang mau memaafkan perbuatanku!"
"Tapi aku bersedia untuk memaafkan dirimu!"
"Tapi apalah gunanya" Aaai- setelah berpisah denganmu,
akan kubawa segenap anak buahku untuk kembali ke lautan
Lam hay." "Apa" Kau hendak kembali ke Lam hay?"
"Yaa, aku akan kembali ke Lam hay, agar aku dapat
melupakan semua perbuatan yang telah kulakukan selama
ini!" "Tidak, kau tak boleh pulang ke Lam hay!?"
"Kenapa?" "Sebab kau adalah istriku!"
"Istri...?" "Apakah kau menyangkal ?"
Gadis itu gelengkan kepalanya berulang kali.
"Aku tidak pantas menjadi istrimu... terlalu banyak
kejahatan yang telah kuperbuat selama ini, aku sudah tidak
pantas lagi untuk mendampingi dirimu."
"Tidak!" seru Ong Bun kim, "kau adalah istriku, siapa
yang mau bertobat dia adalah orang yang berpuji, aku dapat
mencintaimu, kita sudah mewujudkan arti kata dari suami
istri yang sebenarnya, sekarang kita sudah melakukan
hubungan intim, maka kau harus tetap tinggal disini
mendampingiku." "Kau benar-benar mencintaiku?"
"Benar, karena aku cinta kepadamu maka kau harus
tetap tinggal disini!"
Dengan perasaan berterima kasih dan terharu gadis itu
menjatuhkan diri ke dalam pelukan Ong Bun kim dan
menangis sepuasnya, sedang si anak muda itu membelai
dengan kasih sayang dan lemah lembut, ia berusaha untuk
memberi kehangatan kepadanya.
"Apakah kau meminta kepadaku untuk tetap tinggal
disini?" tanya gadis itu kemudian.
"Benar, kau harus tetap tinggal disini!."
"Baiklah, kalau begitu aku akan tetap tinggal disini?"
Ketika mengucapkan perkataan tersebut keduanya
menampilkan kebulatan tekadnya yang tebal.
Ong Bun kim tak dapat menahan diri lagi. ia
menundukkan kepalanya dan mencium gadis itu.. .Inilah
ciuman yang murni dan polos, dia telah memberikan
seluruh perasaannya kepada istrinya lewat ciuman
tersebut..... istrinya yang baru dicintainya mulai sekarang,


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ku Pek hoa. Ciuman yang mesra dan hangat telah memusnahkan
semua dendam dan kemurungan yang mendekam diri
mereka selama ini. Lama lama sekali, akhirnya mereka buru saling
melepaskan rangkulan. -oo0dw0oo-- Jilid 26 DENGAN pandangan sayu gadis itu mengawasinya
lekat-Iekat, kemudian katanya: "Ong Bun kim, aku merasa
amat berterima kasih kepadamu!"
"Sudahlah, kau tak usah mengucapkan kata-kata
semacam itu lagi, asal kau bersedia untuk bertobat dan
kembali kejalan yang benar, aku sudah merasa bahagia
sekali" "Kalau begitu aku akan pergi dulu!"
"Kembali kemarkas besarmu?"
"Benar, aku harus menyelesaikan beberapa persoalan
penting." "Dikala perguruan Sin kiam bun diresmikan nanti,
apakah kau akan turut menghadirinya?"
"Kapan hal itu akan diselenggarakan?"
"Bulan lima tanggal lima."
"Aku pasti datang sebab bagaimanapun juga aku telah
menjadi istrimu yang sah"
"Tapi ada beberapa persoalan aku juga harus
memberitahukan kepadamu, selain kau..."
Belum selesai pemuda itu berbicara, Ku Pek-hoa telah
menukas. "Aku tahu, jangan kuatir. Aku tak akan cemburu."
"Kalau begitu aku merasa lega!"
"Sebentar aku akan pergi. sekarang kenakan dulu
pakaianmu, aku telah membawakan untukmu"
Hingga kini Ong Bun kim baru tahu kalau dia masih
berada dalam keadaan telanjang bulat, kontan saja merah
padam selembar wajahnya karena jengah, tanpa banyak
bicara dia segera mengambil pakaian dari lantai dan buruburu
dikenakan. Sementara itu Ku Pek hoa telah berjalan meninggalkan
tempat itu. Sedangkan Ong Bun kim tetap berdiri termangu disana
tanpa mengetahui apa yang musti di-lakukan.
Pemuda itu merasa dirinya seakan-akan telah melakukan
suatu perbuatan yang dia sendiripun tidak mengetahuinya,
ya peristiwa yang telah terjadi itu benar-benar diluar
dugaannya. Dalam pada itu, ketika Ku Pek hoa-berjalan keluar dari
dalam gua, Tay khek cinkun Tan Liok serta Thia Eng
segera mengalihkan sinar matanya ke wajah gadis itu,
begitu tahu siapa dia, hampir pada saat yang bersamaan
mereka berseru: "Kau ?" Ku Pek bhoa tertawa getir dan mengangguk. "Yaa,
benar, memang aku!" Tay khek cinkun bertiga segera saling berpandangan
tanpa bisa mengucapkan sepatah katapun, sebab peristiwa
yang terjadi benar-benar membuat mereka terkejut
bercampur tercengang, bagaimanapun juga Ku Pek hoa
adalah gadis yang hendak dibunuh, oleh Ong Bun kim
selama ini. Tapi kenyataannya sekarang, ia telah mengadakan
hubungan intim dengan si anak muda itu.
Sudah terlalu banyak kejadian yang telah dilakukan gadis
tersebut selama ini, padahal Ong Bun kim adalah pemegang
pedang Sin kiam, bagaimanakah penyelesaian selanjutnya"
Tay khek cinkun termangu-mangu sejenak kemudian
gumamnya: "Sungguh jauh diluar dugaanku."
"Ya, akupun merasa sedikit diluar dugaan." kata gadis
itu. "Pertama-tama lohu akan mengucapkan banyak-banyak
terima kasih, dulu atas budi pertolongan yang telah kau
berikan kepadaku!" "Tak usah dipikirkan lagi" kata gadis itu sambil tertawa
getir, "sekarang Ong Bun kim masih berada dalam gua,
masuklah dan tengok dirinya, aku akan pergi dulu."
Seusai berkata, dia lantas menggerakan tubuhnya berlalu
dari sana. "Ternyata gadis itu adalah...." gumam-Tan Llok
kemudian setelah gadis itu berlalu dari sana.
"Kejadian ini sama sekali tak terduga sama sekali, heran,
kenapa bisa terjadi peristiwa semacam ini?"
Mereka hanya bisa menghela napas dengan perasaan
kaget, untuk sesaat lamanya ketiga orang itu cuma berdiri
termangu-mangu belaka tanpa mengetahui apa yang harus
dilakukan. Akhirnya Tay khek cinkun menghela napas berat,
katanya: "Terpaksa kita harus membiarkan persoalan ini
berkembang lebih lanjut sebelum dibicarakan lagi."
Seusai berkata, dia lantas melangkah lebih dulu masuk
ke dalam gua tersebut. Ketika mendengar ada suara langkah manusia
berkumandang dari luar gua, Ong Bun-kim segera menegur:
"Siapa disitu?"
"Aku!" Ong Bun kim segera berpbaling, tapi sesdudah
memandang akeadaan dari Tabykhekcin kun, tanpa sadar
dia berseru: "Locianpwe, tanganmu..."
"Tanganku telah dipenggal oleh Ciu Li-li !"
"Dikutungi Ciu Li li?"
"Yaa. lenganku telah dikuturgi Ciu Li li, tapi ini masih
belum terhitung seberapa, yang paling kasihan adalah
Phang Pak bun, dia telah tewas secara mengenaskan...."
"Apa?" Bagaikan disambar geledek disiang hari bolong, Ong Bun
kim kontan saja merasakan kepalanya pusing dan matanya
terbelalak lebar, tubuhnya sempoyongan hampir saja jatuh
terjungkal, sesungguhnya kejadian ini benar-benar membuat
hatinya merasa amat terperanjat.
"Kau... kau bilang Phang Pak bun telah tewas?" serunya
dengan suara gemetar. "Yaa. ia sudah tewas."
"Tidak...." bagaikan orang gila yang kehilangan
ingatannya Ong Bun kim berreriak keras, mukanya tampak
penuh diliputi emosi, sementara air matanya jutuh
bercucuran membatasi pipinya.
Tay khek cinkun menghela napas berat, dengan wajah
yang murung dan teramat sedih dia berkata:
"Ya, ia bena benar telah tewas....tewas ditangan Ciu Li li
si perempuan laknat itu."
"Mana mungkin?" teriak Ong Bun kim lagi.
Secara ringkas Tay khek cinkun lantas menceritakan
kejadian yang sesungguhnya kepada pemuda itu.
Selesai mendengar penuturan itu. sambil menggertak gigi
menahan rasa benci dan marah yang luar biasa, Ong Bun
kim berteriak: "Akan kucincang tubuhnya menjadi
berkeping-keping, di manakah dia sekarang?"
"Diluar gua!" Ong Bun kim segera menggerakkan tubuhnya dan
meluncur keluar gua.. Tapi dengan suara keras Tay khek sinkun segera
mencegah. "Ong Bun kim, mau apa kau?"
"Akan kubunuh perempuan jahanam itu."
"Jangan, dia jangan dibunuh..."
"Mengapa?" "Kau jangan lupa, ke enam kitatb pusaka dari enam
partai besar masih berada di-tangannya."
Mendengar ucapan tersebut, Ong Bun kim segera
merasakan hatinya bergetar keras, ia merasa hal ini ada
benarnya juga, sampai sekarang ke enam jilid kitab pusaka
dari enam partai besar itu masih berada ditangan Ciu Li li,
itu berarti tak mungkin baginya untuk membinasakannya
sekarang juga. Berpikir sampai disitu, saking gemasnya dia sampai
menggertak giginya kencang-kencang.
Ketika Tay khek Cinkun dan Ong Bun kim telah berjalan
keluar dari gua, Tan Liok yang menyaksikan Ong Bun kim
masih bertelanjang badan, dengan cepat ia seperti
memahami akan sesuatu, dengan cepat dia melompat pergi
meninggalkan sana. ooooOdwOoooo BAB 82 TAK lama kemudian, ia telah muncul kembali sambil
membopong jenazah Phang Pak bun yang mati secara
mengenaskan itu. Menyaksikan jenazah Phang Pak bun membujur ditanah,
Ong Bun kim tak bisa membendung rasa sedihnya lagi, ia
segera menubruk keatas jenazah itu dan menangis tersedusedu.
Dalam waktu singkat, suasana disekeliling tempat itu
diliputi oleh kesedihan yang luar biasa.
Beberapa saat kemudian, dengan suara yang sedih Tay
khek cinkun berkata: "Ong Bun kim, orang yang telah mati tak bisa hidup
kembali, apa gunanya kau mesti bersedih hati?"
"Ia mati terlalu mengenaskan..." gumam Ong Bun kim
dengan suara pedih. "Yaa, dia memang mati secara mengenaskan, tapi kita
toh bisa membalaskan dendam baginya"
Pelan-pelan Ong Bun kim bangkit berdiri, sinar matanya
dialihkan ke arah Ciu Li li yang tergeletak diatas tanah
dalam keadaan terluka itu, sepasang giginya gemerutukan
menekan rasa benci, kalau bisa dia ingin sekali
membunuhnya untuk melampiaskan rasa dendam dan
bencinya yang telah merasuk kedalam tulang itu.
"Mari kita menguburnya!" bisik Tay khek Cin kun
kemudian. "Baik..." Dengan suatu upacara yang sederhana, akhirnya mereka
mengebumikan jenazah Phang Pak bun di tempat itu juga."
Seorang pendekar sejati yang berhati bajik, akhirnya
harus berpulang ke alam baka dengan membawa dendam.
Dalam perjalanan hidupnya yang penuh kesedihan,
hampir boleh dibilang ia tak berhasil mendapat apa-apa.
sekalipun ada, itupun hanya cinta kasihnya yang teramat
singkat dengan Coa Siok go.
Tapi hubungan cinta mereka akhirnya dipunahkan oleh
Hau kwan kwancu. Cinta kasih mereda pun punah dan musnah bagaikan
embun yang tertimpa matahari.
Manusia hidup didunia ini memang penuh dengan
kepedihan dan kesengsaraan, tapi kehidupannya lebih
tragis, lebih menyedihkan dan sengsara dari pada orang
lain. Ia tidak berhasil mendapatkan apa-apa, hingga sesaat
menjelang ajalnya tiba...
Tapi yang ditinggalkan bagi masyarakat adalah jiwa
yang mulia serta bayangan setia kawan yang penuh dengan
jiwa kesatria. Tay khek cinkun, Tan Liok, Thia Eng dan Ong Bun kim
masih berdiri didepan kuburannya sambil mengenangkan
kegagahan dan kebajikan dari orang yang telah tiada itu...
Lama, lama sekali.... akhirnya Tay khek cinkun berkata:
"Kami akan selalu terkenang kepadanya, sekarang.....kita
harus pergi meninggalkan tempat ini."
"Ya, kita harus pergi meninggalkan tempat ini!" sambung
Ong Bun kim dengan suara dalam.
Tan Liok segera menyodorkan pedang sin-kiam itu
kehadapan Ong Bun kim seraya berkata:
"Harap kau menerima kembali pedang sin kiam ini!"
Ong Bun kim menerima pedang sin kiam itu dan
memasukkan kembali kedalam sarungnya, kemudian ia
melompat ke depan dan mencengkeram tubuh Ciu Li li dari
atas tanah. Bagaimanapun benci dan dendamnya pemuda itu
terhadap perempuan laknat tersebut, tak mungkin baginya
untuk membunuh musuh besarnya itu detik itu juga.
Ia lantas menepuk bebas jalan darah Ciu Li li yang
tertotok itu sehingga ia sadar dari pingsannya...
Begitu memandang wajah Ong Bun kim, Ciu Li li segera
tertawa getir, kemudian dengan wajah tanpa emosi katanya:
"Ong Bun kim. sekarang aku yang telah terjatuh ke
tanganmu!" "Ciu Li li!" bentak Ong Bun kim, "tahukah kau rasa
dendam dan benci yang berkobar dalam dadaku sekarang"
Kalau bisa akan kucincang tubuh anjingmu ini hingga
hancur berkeping-keping..."
"Kalau itu kehendakmu, kenapa tidak segera kau
lakukan?" "Sekarang aku belum dapat membunuhmu aku ingin
bertanya, dimana kau simpan ke enam jilid kitab pusaka
dari enam partai besar itu?"
Ciu Li li tertawa dingin.
"Heeehh.... heehh.... hehh... jadi lantaran keenam jilid
kitab pusaka itu, maka kau belum sampai membunuhku
sekarang?" "Benar." "Kalau aku tak akan memberi tahukan tempat
penyimpanan kitab pusaka itu kepadamu?"
"Aku punya cara yang baik untuk memaksamu
berbicara!" "Sekalipun kuberitahukan tempat itu kepadamu, belum
tentu kau bisa menemukannya."
"Dimana letaknya?"
"Dalam perguruan San tim bun"
"Keenam jilid kitab pusaka itu berada didalam perguruan
San tian bun..?" "Benar!"

Setan Harpa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mari kita pergi mengambilnya bersamamu, sekarang
kau tidur lebih dulu"
Seusai berkata dia menotok kembali jalan darah Ciu Li
li, perempuan Itu mendengus tertahan dan segera tertidur
pulas. Setelahnya Tay khek Cinkun baru bertanya "Ong Bun
kim kapankah merupakan hari apa untuk meresmikan
perguruannya?" "Bulan lima tanggal lima."
"Akan kucari Tiang seng lojin dan berusaha untuk
menyiarkan kabar ini kedalam dunia persilatan, siapa tahu
sampai waktunya nanti sudah ada banyak jago persilatan
yang bersedia menjadi anggota perguruan Sin kiam bun
kita." "Locianpwe akan pergi mencari Thiang Seng lojin?"
"Benar, sekalian untuk mengobati luka yang sedang
kuderita ini..." sahut Tay khek Cinkun.
"Bagaimanapun boleh juga."
Tay khek Cinkun manggut-manggut, baru saja akan
melangkah pergi, tiba-tiba ia menarik kembali kakinya dan
berhenti, kemudian setelah memandang sekejap kearah Ong
Bun kim tanyanya. "Ada satu persoalan aku ingin bertanya kepadamu."
"Katakan apa?" "Hui mo pangcu bisa turun tangan menyelamatkan jiwa
kita, hal ini benar-benar berada diluar dugaan kita semua,
cuma bagaimanakah penyelesaianmu terhadap persoalan
ini?" "Bagaimana" Maksudmu..."
"Maksudku, dengan cara apakah kau akan bersikap
kepadanya?" Ong Bun kim tertegun dan termangu-mangu berapa saat
lamanya, kemudian jawabnya: "Akan kuampuni dirinya!"
"Apa?" jerit Tay khek Cinkun. "kau hendak memaafkan
dirinya?" "Benar, aku akan memaafkan dirinya, kini ia telah
bertobat dan mau kembali ke jalan yang benar!"
Tay khek Cinkun segera mengerutkan dahinya rapatrapat.
"Aku rasa tindakanmu ini agak kurang begitu baik !"
"Apanya yang kurang baik?"
"Sekalipun Hui mo pangcu telah bertobat dan kembali ke
jalan yang benar, tapi kejahatan yang pernah dilakukannya
selama ini terlalu banyak, ku kuatir orang persilatan tak
akan mengampuni jiwanya."
Paras muka Ong Bun kim segera berubah hebat.
"Kalau aku akan memaafkan kesalahannya, siapa berani
mengatakan tidak ?" serunya.
"Aku berbicara yang sesungguhnya, cuma persoalan ini
memang terpaksa harus menunggu perkembangan
selanjutnya baru dapat dibicarakan lagi"
Setelah menghela napas dalam-dalam, ia Iantas
membalikkan badannya dan sebentar kemudian sudah
lenyap dari pandangan mata.
Sekalipun Ong Bun kim sendiri juga menyadari bahwa
apa yang diucapkan Tay khek Cinkun bukan kata-kata yang
kosong, akan tetapi bagaimanapun juga Ku Pek hoa adalah
istrinya, dia hendak menanggung semua resiko dan
tanggung jawab yang telah dilakukan istrinya selama ini.
Kepada Tan Liok, dia lantas bertanya:
"Cianpwe apakah kau akan turut aku pergi ke-perguruan
San tian bun ?" "Benar!" "Bagaimana dengan saudara Thia?"
Thia Eng tersenyum. "Siaute adalah seorang anak yatim piatu yang tak punya
beban anak maupun istri, tentu saja aku akan selalu
mendampingi saudara Ong."
Mendengar perkataan itu, Oig Bun kim menghela napas
panjang. "Aaaai... budi kebaikan Thia heng yang selama ini kau
limpahkan kepadaku, aku Ong Bun kim tak tahu
bagaimana harus membalasnya?"
"Aaaai...! Hanya urusan sepele seperti itu, apalah
artinya?" Ong Bun kim segera tertawa.
"Thia heng, berapa usiamu sekarang?" tanyanya
kemudian. "Aku berusia dua puluh enam tahun!"
"Bila kau merasa tidak keberatan, bagaimana kalau kita
mengikat diri menjadi saudara angkat?"
Thia Eng segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh... haaahh... haaahhh..... jika kau tidak merasa
keberatan, hal mana justru merupakan suatu kebanggaan
bagiku!" Mereka berdua menjadi girang sekali, maka pada saat itu
juga mereka segera berlutut sambil mengangkat sumpah
dan mengikat diri menjadi saudara angkat.
Usia Thia Eng lebih tua maka ia menjadi kakak,
sedangkan Ong Bun kim lebih muda, ia menjadi adik.
Tak terlukiskan rasa girang Ong Bun kim setelah
peristiwa itu, tanyanya kemudian"
"Toako, selain gurumu, apakah kau masih mempunyai
sanak keluarga yang lain?"
"Tidak ada!" "Apakah,sudah mempunyai kekasih?"
"Adik kim, jangan bergurau, aku belum lama terjun ke
dalam dunia persilatan, dari mana datangnya kekasih?"
"Bagaimana kalau kuperkenalkan seorang untukmu?"
Thia Eng segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh....haaabbh. .haaahhh siapa?"
"Sampai waktunya nanti, kan akan tahu sendiri
orangnya, yang penting sekarang mau atau tidak?"
"Terima kasih, atas kebaikan adik kim, siapa bilang aku
enggan dikenalkan sama wanita?"
"Baik kita berjanji dengan sepatah kata ini, hayo
berangkat sekarang kita berangkat dulu ke perguruan San
Tian bun untuk mendapatkan kembali ke enam kitab
pusaka dari enam partai besar."
Setelah Ong Bun kim mengempit Ciu Li-li di bawah
ketiaknya, berangkatlah ketiga orang itu menuju ke bukit
Thian mo-san. Hari itu juga, sampailah mereka bertiga di depan selat
Thian mo sia. Mendadak terdengar suara bentakan nyaring
berkumandang datang dari arah dalam selat Thian mo sia
tersebut. Mendengar bentakan itu, Ong Bun kim menjadi amat
terperanjat, dengan cepat ia melesat ke udara dan
menerjang masuk ke dalam selat Thian mo-sia tersebut.
Sepanjang perjalanan ia tidak menemui hadangan apaapa,
setelah melewati dinding pekarangan akhirnya ia
menjumpai ada lima enam sosok mayat tergelatak diatas
tanah. Didepan pintu gerbang, tampak puluhan orang manusia
berbaju putih sedang mengerubuti tiga orang.
Ong Bun kim segera meluncur ke muka dengan
kecepatan luar biasa, bentaknya keras-keras:
"Tahan !" Mendengar bentakan yang berkumandang dahsyat itu,
tanpa terasa semua orang menghindarkan diri ke samping.
Ong Bun kim segera menerobos masuk ke tengah arena,
tapi begitu memandang ke wajah tiga orang yang dikerubuti
itu, dia segera menjerit tertahan.
Ternyata tiga orang yang sedang dikeroyok itu tak lain
adalah Lui Thian-ciu, Kwan Siok kim dan Kwan Siau-ciu
yang mengenakan kain cadar muka.
Ketika Kwan Siok kim melihat kemunculan Ong Bun
kim, dengan suara tertahan ia lantas berteriak:
"Engkoh Ong, kaukah?"
"Benar !" "Kau...bukankah kau telah tewas?"
"Telah tewas ?"
"Mereka semua mengatakan kau sudah mati karena kena
obat peledak." "Untung saja aku tak sampai mati."
"Engkoh Ong !" Dengan luapan rasa girang dan haru, Kwan Siok kim
menubruk kedalam pelukan Ong Bun kim, keadaannya
seperti anak ayam yang tiba-tiba bertemu dengan induknya
setelah tersesat sekian lama, tak tahan lagi dia menangis
tersedu-sedu. Pelan-pelan Ong Bun kim mendorong tubuhnya dari
rangkulan, lalu bisiknya lembut:
"Adik Kwan, aku toh belum mati! "
Gadis itu segera tertawa, tertawa ia sangat riang meski
noda air mata masih membasahi pipinya.
Tiba-tiba Kwan Siau ciu berseru lantang:
"Ong Bun kim, bukankah orang yang berada ditanganmu
itu adalah Ciu Li li?"
"Benar!" Sementara itu, puluhan orang manusia San tian bun juga
telah mengetahui kalau orang yang berada di tangan Ong
Bun kim itu adalah Ciu Li-li, hampir saja mereka menjerit
bersama, di tengah bentakan nyaring serentak orang-orang
itu menerjang ke arah Ong Bun kim.
"Bangsat! Rupanya kalian pingin mampus !" bentak Tan
Liok dengan suara keras. Tubuhnya segera meluncur kedepan menghadang jalan
pergi kawanan anggota dari perguruan San tian bun itu,
kemudian sebuah pukulan dahsyat dilontarkan ke muka.
Serentetan jerit kesakitan yang memilukan hati segera
menggema memecahkan keheningan, dua orang manusia
kilat San tian bun seketika terhajar telak dan roboh binasa.
Selapis hawa napsu membunuh yang sangat tebal
menyelimuti seluruh wajah Ong Bun kim, ia serahkan
tubuh Ciu Li li ke tangan Kwan Siok kim, kemudian
bentaknya. "Kalian cari mampus semua?"
Mendengar suara bentakan yang menggelegar dengan
wajah yang menyeringai seram penuh diliputi hawa napsu
membunuh itu, puluhan orang anggota San tian bun itu
segera menyusut mundur beberapa langkah ke belakang.
"Hayo jawab! Kalian ingin mampus atau ingin hidup?"
kembali Ong Bun kim membentak keras.
Segera terdengar ada orang yang berteriak;
"Kami ingin hidup."
"Kami ingin hidup...."
Ong Bu kim tertawa dingin, kembali ujarnya.
"Mengingat Thian mengajarkan kepada umatnya untuk
berwelas kasih, akupun tak akan membunuh kalian, kenapa
tidak segera menjumpai Buncu kalian yang sebenarnya?"
Belasan orang anggauta perguruan San tian bun itu
segera berjalan ke hadapan Lui Thian ciu, kemudian
menjatuhkan diri berlutut ke atas tanah, katanya:
"Harap buncu bersedia mengampuni kami sekalian yang
telah dibuat khilaf selama ini, kami tak sadar kalau telah
diperalat oleh Ciu Li li....harap buncu sudi mengampuni
jiwa kami..." "Bangunlah!" "Terima kasih Buncu!"
Lui Thian ciu menghela napas panjang.
"Aaaai..... ambisiku telah padam, aku tidak berminat lagi
untuk menjabat sebagai Bun cu ditempat ini, lebih baik
kalian bubar saja dan kembali kedesa kelahirannya masingmasing...."
"Buncu, soal ini..."
"Perguruan San tian bun tak akan berdiri lagi dalam
dunia persilatan." tukas Lui Lhian ciu, "hayo ikutlah aku,
dalam gudang harta masih tersedia banyak sekali intan
permata emas dan perak, akan ku bagikan uang itu kepada
kalian semua, semoga kalian bisa membangun kembali
sejarah hidup kalian dengan perbuatan yang lebih mulia
dan bahagia..." oooOdwOooo BAB 83 "LUI BUNCU ..." teriakan keras segera terdengar.
"Hal ini mana boleh....?"
"Kami bersedia mengikuti Lui buncu."
Dua puluhan orang itu segera berteriak-teriak dengan
suara yang gaduh sehingga suasana menjadi kacau balau.
Dengan cepat Lui Thian ciu mengulapkan tangannya,
kemudian berkata dengan lantang "Nama dan harta yang
ada di dunia ini akan berlalu dalam sekejap mata,
keputusanku sekarang telah bulat, hayo ikuti aku masuk ke
dalam gudang harta dan jangan membantah lagi."
Seusai berkata rdia lantas berjtalan lebih duluq menuju
kedalamr ruang tengah. Harta kekayaan yang disimpan dalam gudang dengan
cepat dibagi-bagikan kepada orang-orang itu, setelah
mengucapkan terima kasih, mereka baru pergi
meninggalkan tempat itu. Menanti semua orang sudah pergi Ong Bun kim baru
berpaling kearah Kwan Siu ciu seraya berkata.
"Pekbo, sejak berpisah baik-baikkah dirimu?"
"Ong Bun kim kau memanggil aku apa?"
Ditanya secara begini oleh Kwan Siau ciu, untuk sesaat
lamanya Ong Bun kim berdiri tertegun, Tan Liok segera
tertawa terbahak-bahak. "Haahh... haahh... haaahh.... Ong-Bun kim kau telah
salah memanggil." serunya.
Tiba-tiba seperti menyadari akan sesuatu, Ong Bun kim
segera menjadi amat jengah, dengan wajah memerah
serunya kemudian. "Gak bo (mertua)...."
"Panggilan yang tepat!" seru Kwan Siau-ciu sambil
tertawa terkekeh-kekeh, "sekarang putriku sudah menjadi
istrimu, masa aku tidak pantas untuk menerima panggilan
mertua?" "Pantas! Pantas!"
Kwan Siau ciu tertawa, kembali katanya.
"Sejak berpisah aku baik-baik saja, dari mulut Leng-ji aku


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendapat tahu tentang peristiwa Pay kiam tersebut. Bun
kim, kau benar-benar telah memberi sangat banyak
kepadaku" "Gak bo, kenapa kau mesti berkata demikian?" Ong Bun
kim hanya kuatir akan mencemarkan nama baik dari Siok
kim saja." "Kau juga tak usah terlalu sungkan-sungkan lagi."
Pelan-pelan Ong Bun kim berjalan ke hadapan Lui Thian
ciu, kemudian sambil memberi hormat panggilnya.
"Gakhu..." Lui Thian ciu menghela napas panjang. "Aaai..Kau tak
usah banyak adat lagi, budi kebaikan kau yang telah
bersedia mengampuni jiwaku sudah merupakan budi yang
besar, sekalipun harus menjadi anjing atau kuda, Lui Thian
ciu juga rela untuk membayarnya"
"Urusan yang sudah lewat, buat apa musti disinggung
kembali?" tukas Ong Bun kim cepat.
Setelah berhenti sebentar, dia menambahkan:
"Mari, akan kuperkenalkan kepada kalian..."
Ia lantas memperkenalkan Tan Liok dan Thia Eng
kepada mereka bertiga, sesudah berbincang-bincang
sebentar, Ong Bun kim baru berkata kepada Lui Thian ciu:
"Gak hu, apakah kau telah menyerahkan ke enam jilid
kitab pusaka itu kepada Ciu Li-li?"
"Benar!" "Kau benar-benar tidak tahu dimana ia sembunyikan
benda-benda itu?" "Yaa, benar!" Ong Bun kim segera tertawa dingin, serunya kemudian:
"Sekarang Ciu Li li sudah terjatuh ke tangan kita,
memangnya kuatir ia tak mau ber bicara?"
Seraya berkata dia menerima kembali tubuh Ciu Li li
dari tangan Kwan Siok kim, setelah menepuk bebas jalan
darahnya, pelan-pelan Ciu Li li tersadar kembali.
Setelah perempuan itu sadar kembali, Lui Thian ciu
segera membetak keras: "Ciu Li-li, kau masih kenal dengan diriku" Angkat
kepalamu dan tataplah wajahku!"
Dengan sorot mata yang dingin Ciu Li li menatap
sekejap ke arah Liu Thian-ciu, mendadak paras mukanya
menjadi hebat sambil tertawa dingin katanya kemudian:
"Sungguh tak kusangka kau belum mampus..."
"Ciu Li li!" seru Kwan Siau ciu pula sambil menggertak
gigi menahan rasa bencinya, "apakan kau juga masih
teringat dengan seorang perempuan yang bernama Kwan
Siau ciu?". Ciu Li-li menatap sekejap wajah Kwan Siau ciu yang
ditutup dengan kain kerudung itu, kemudian tertawa
dingin. "Heeebhh.... heeehhh.d... heeehhh... atentu saja masibh
teringat, sungguh tak kusangka kalau kau belum mampus!"
"Ciu Li-li!" bentak Ong Bun kim kemudian dengan suara
dingin. "dimana kau simpan ke enam jilid pusaka dari enam
partai persilatan itu...?"
Ciu Li-li tertawa dingin.
"Tampaknya kalau tidak kukatakan hal ini tak mungkin,
baiklah, hayo ikuti diriku."
"Dimana ?" "Dalam ruang rahasia!"
Begitu mendengar "ruang rahasia", sepasang alis mata
Ong Bun kim segera berkenyit, tanpa terasa sinar mata-nya
segera dialihkan ke atas wajah Lui Thian lui.
"Dalam markas besar San tian bun memang benar-benar
terdapat tempat semacam itu!" Liu Thian Ciu segera
menerangkan. Ong Bun kim lantas manggut-manggut, tangan kanannya
kembali berkelebat untuk menotok jalan darah ditubuh Ciu
Li li, setelah itu ujarnya dengan suara dingin.
"Hayo jalan, akan kuikuti dirimu ke sana untuk
mengambilnya." Dengan tertotoknya jalan darah ditubuh Ciu Li-li saat
ini, boleh dibilang tenaga dalam yang dimiliki perempuan
itu telah punah, dia melirik sekejap kearah Ong Bun kim,
kemudian baru melangkah masuk ke dalam ruang belakang.
Ong Bun kim seperti menyadari akan sesuatu dengan
suara dingin seperti es dia berkata.
"Ciu Li li kuperingatkan kepadamu agar jangan bermain
licik, kalau tidak maka kaulah yang pertama-tama akan
mampus lebih dulu" Ciu Li li sama sekali tidak menjawab, setelah masuk ke
ruang belakang dia berbalik menyelusuri sebuah serambi,
tak lama kemudian sampailah didalam sebuah kamar..
Ciu Li li segera mendorong pintu dan melangkah masuk
kedalam kamar itu. Ong Bun kim turut masuk juga kedalam ruangan itu,
tempat tersebut adalah sebuah kamar tidur yang sangat
indah, tampaknya disitulah letak kamar Ciu Li li selama ini.
"Disinikah letaknya?" tegur Ong Bun kim dengan suara
dingin. "Mungkin saja."
Sementara Ong Bun kim masih tertegun, Ciu-Li li telah
menggeserkan sebuah cermin tembaga yang menempel
diatas dinding kamar. "Kreeeek ! Kreeeek....!" diiringi bunyi gemeretek yang
amat nyaring, muncullah sebuah pintu rahasia disana.
Ong Bun kim sama sekali tidak menyangka kalau dalam
kamar tidur seperti itubpun telah dilengkapi dengan
peralatan rahasia seperti itu.
Dalam pada itu, Ciu Li li telah melangkah masuk ke
dalam pintu rahasia tersebut.
Ong Bun kim segera mengikuti dibelakangnya dan
masuk pula ke dalam ruangan, dia menjumpai jalan yang
dilaluinya sepanjang perjalanan mirip sekali dengan sebuah
lorong rahasia. Lorong bawah tanah itu amat panjang dan lebar, tak
lama kemudian tiba tiba Ciu Lili menghentikan langkah
kakinya. Paras muka Ong Bun kim segera berubah hebat,
tegurnya. "Ciu Li li, mau apa kau ?"
Belum habis si anak muda itu berkata, mendadak...
Dari arah belakang punggungnya terasa ada desingan
angin tajam yang menyerang datang, pemuda itu amat
terkejut, diam-diam pekiknya:
"Aduh, celaka!"
Buru-buru ia membalikkan badan sambil melancarkan
sebuah pukulan dahsyat. Gerak serangan yang dilakukan Ong Bun kim sambil
membalikkan badannya itu di lakukan dengan gerakan
amat cepat, tampak beratus-ratus batang anak panah
pendek telah meluncurkan tiba dan mengurung sekujur
badannya... Mimpipun Ong Bun-kim tidak menyangka kalau Ciu Lili
masih mempunyai tindakan seperti ini, apalagi memasang
alat jebakan yang begitu rahasia dan lihaynya dalam lorong
bawah tanah semacam itu, hal mana benar-benar sama
sekali tidak terduga olehnya.
Sesungguhnya Ong Bun-kim memang terlampau tolol,
kalau tempat itu disebut sebagai suatu Ruang rahasia, sudah
barang tentu di sekeliling ruangan tersebut telah dipasang
alat-alat jebakan yang hebat.
Rupanya dalam keadaan Ong Bun-kim tidak menaruh
perhatian tadi, secara diam-diam Ciu-Li-li telah menginjak
ubin rahasia yang mengatur tempat memancarnya senjata
rahasia. Ciu Li-li sadar bagaimanapun juga dia pasti akan mati,
maka setiap kesempatan yang ada tak pernah disia-siakan
olehnya dengan begitu saja.
Ong Bun kim mana bisa menyangka sampai ke situ"
Disaat senjata rahasia tersebut berhamburan datang, dia
malah masih melepaskan sebuah pukulan dahsyat.
Baru saja serangan itu dilancarkan, tiba tiba da ri atas
kepalanya terdengar bunyi gemerincing yanrg amat
nyaring,t menyusul kemudqian tampak seburah batu
raksasa yang luar biasa besarnya meIuncur kebawah
mengancam batok kepalanya.
Tak terlukiskan rasa kaget Ong Bun kim setelah
menghadapi kenyataan tersebut, sambil melepaskan
pukulan, tubuhnya segera meluncur ke sebelah mana Ciu Li
Ii berada tadi. Tapi waktu itu, mana ada bayangan tubuh dari Ciu Li li
lagi" "Tentu saja didalam lorong bawah tanah itu terdapat
banyak sekali cabang-cabang jalan tak terhitung jumlahnya,
bagaimana mungkin Ong Bun kim bisa menduga kalau
liang kelinci selalu bercabang banyak...
Baru saja ia menerjang kemuka.. "Blaaam!" batu martil
yang besar sekali itu sudah terjatuh-menghantam
permukaan tanah, parcikan bunga api-segera bermuncratan
kemana-mana, ini menandakan betapa dahsyatnya
kekuataa dari batu martil tersebut.
Ong Bun kim mencoba untuk memperhatikan tempat itu
sekejap kemudian lari kedepan..
Mendadak ia mendengar suara gemuruh yang
menggelegar dalam ruangan itu, ternyata jalan tembus
disebelah depan telah terputus oleh sebuah pintu besi yang
besar dan berat. Terdengar suara Ciu Li li yang diiringi gelak tertawa
dingin berkumandang datang dari batik pintu baja tersebut:
"Ong Bun kim, tindakanku ini tentunya jauh diluar
dugaanmu bukan?" Ong Bun kim benar-benar dibikin marah bercampur
mendongkol sehingga sepasang giginya saling bergemerutuk
keras, ia mencoba untuk mendorong pintu baja itu sekuat
tenaga, tapi sayang pintu itu terbuat dari baja murni yang
sangat kuat, bagaimanapun ia berusaha untuk
mundorongnya ternyata hanya sia-sia belaka.
Di tengah kegelapan, kembali terdengar suara gelak
tertawa bangga dari Cia Li li. .
"Haaahh......haaahh .....haaahh..... Ong Bun ki,m,
beristirahatlah didalam dengam tenang!"
Kemarahan Ong Bun kim betul-betul telah memuncak
sehingga dadanya terasa bagaikan mau meledak saja tapi ia
betul-betul dibikin kehabisan daya, sebab dia memang tak
sanggup menggerakkan apalagi menggeser pintu baja
tersebut. Mendadak ia teringat kembali dengan pedang mestika
Sin kiam yang tertajam itu.
Buru-buru dicabutnya senjata itu dari sarungnya
kemudian sambil menyalurkan tenaga dalamnya ke dalam
senjata itu, dia membacok pintu baja tersebut keras-keras.
"Traang.....!" diiringi suara dentingan nyaring yang
memekikkan telinga, pintu baja itu segera hancur dan
berlubang besar sekali. Pedang mestika Sin kiam ternyata memang betul-betul
merupakan sebuah senjata yang luar biasa, senjata itu
memiliki daya kemampuan untuk memotong baja bagaikan
memotong tahu saja. Demikian setelah melubangi pintu baja yang berat
tersebut, Ong Bun kim segera menerobos masuk kedalam
lorong yang ada didepan. Dengan gerakan tubuhnya yang amat cepat, dalam
waktu singkat ia sudah tiba didepan sebuah ruangan batu
yang besar sekali, sekalipun ruangan itu besar dan luas,
akan tetapi bayangan tubuh dari Ciu Lili sama sekali tidak
nampak. Hampir meledak dada Ong Bun kim saking gusarnya
menyaksikan kenyataan tersebut, mendadak ia pun
menyadari akan sesuatu, dia yakin dalam ruang rahasia
tersebut sudah pasti masih terdapat sebuah lorang rahasia
lain untuk meloloskan diri....
Berpikir sampai disitu, pemuda itu segera berpekik
tertahan. "Aduh celaka........bisa jadi ia sudah kabur dari dalam
ruangan rahasia ini!"
Begitu ingatan tersebut melintas didalam benaknya,
dengan suatu gerakan yang paling cepat dia membalikkan
badan dan lari balik melalui jalan semula.
Tapi sebagaimana diketahui tadi, jalan keluarnya sudah
tersumbat oleh pelbagai macam alat jebakan yang telah
digerakkan oleh Ciu Li-li tadi.
Untung saja pedang Sin kiam memang sebuah senjata
mestika yang besar sekali daya gunanya. Ong Bun kim
segera mengerahkan tangannya dan mulai menghancurkan
benda-benda yang menyumbat jalan lewatnya itu untuk
membuka sebuah jalan lewat.
Tak selang beberapa saat kemudian, dia sudah lolos dari
dalam ruangan rahasia dan secepat kilat meluncur ke
tengah ruang besar. Betapa terperanjatnya Lui Thian ciu sekalian yang
berada di ruang tengah ketika melihat Ong Bun kim muncul
dengan wajah gugup dan langkah tergopoh-gopoh.
Dengan perasaan terkejut bercampur keheranan, Tan
Liok menegur paling dulu:
"Apa yang terjadi?"
"Dia sudah kabar dari tanganku!" teriak Ong Bun kim
dengan perasaan gelisah. "Apa?" Semua orang yang berada disitub hampir saja bedrteriak
keras, arupanya kejadiabn ini sama sekali diluar dugaan
mereka. "Ia berhasil meloloskan diri dari ruangan- itu?" tanya Lui
Thian Ciu dengan perasaan terkejut.
"Apakah kau mengetahui tentang lorong rahasia didalam
ruang rahasia bawah tanah?"
"Ya." "Apakah masih terdapat jalan keluar yang lainnya?"
"Yaa, ada! Cepat ikuti aku!"
Begitu selesai berbicara Lui Thian ciu segera
membalikkan badan dan secepat kilat meluncur ke arah
pintu gerbang.

Setan Harpa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sebagaimana diketahui, Lui Thian ciu asalnya adalah
Buncu atau ketua dari perguruan San tian bun, sudah
barang tentu dia mengetahui jelas semua peralatan rahasia
serta lorong bawah tanah yang berada disana sejelas melihat
jari tangan sendiri. Ruang rahasia masih terdapat jalan tembus lainnya,
bagaimana mungkin dia bisa tidak mengetahuinya" - Setelah meluncur keluar dari pintu gerbang, dengan
langkah tergopoh-gopoh dia meluncur kearah tanah
perbukitan di belakang bangunan sana, dengan cepat
mereka tiba dibawah sebuah dinding batuan karang,
disekeliling batu kurang itu penuh tumbuh-tumbuhan rotan
serta semak belukar yang amat lebat.
Lui Thian cu segera menyingkirkan tumbuhan rotan dan
semak belukar disekeliling, tak lama kemudian muncullah
sebuah gua yang cukup besar.
Dengan gerakan yang cepat dan enteng Lui-Thian ciu
melompat masuk kedepan gua itu dan menerobos kedalam,
disusul oleh Ong Bun kim dari belakang.
Mendadak... Dari balik gua itu terdengar suara langkah kaki yang
cepat berkumandang datang, Ong Bun kim merasakan
hatinya bergetar keras sekali, bersama-sama dengan Lui
Thian ciu mereka segera menghentikan langkah kakinya...
Lui Thian ciu melirik sekejap ke arah Ong-Bun kim dan
meminta kepada pemuda itu untuk menyembunyikan diri.
Ong Bun kim segera menempelkan badannya di antara
lekukan dinding batu karang tersebut.
Tak lama kemudian tampaklah sesosok bayangan
manusia berbaju putih sedang berlarian mendekat, dalam
waktu sekejap orang itu sudah berada satu kaki didepan
mata. Sedikitpun tak salah, tebrnyata orang itdu memang
benar-abenar adalah Cibu Li li.
Begitu perempuan laknat itu sudah semakin dekat
didepan matanya, tiba tiba saja Ong Bun-kim membentak
keras. "Ciu Li U mau kabur kemana kau" Hayo cepat serahkan
selembar nyawa anjingmu."
Diiringi bentakan yang menggelegar, tubuhnya secepat
anak panah yang terlepas dari busurnya segera menubruk
kearah Ciu Li li, sebuah pukulan dahsyat yang memekikkan
telinga dilepaskan pula kearah tubuh lawan.
Waktu itu. Ciu Li li sedang gembira dan bersukur karena
berhasil meloloskan diri dari cengkeraman Ong Bun kim,
mana ia sangka kalau malaikat elmaut sudah menunggu
didepan mata, lebih-lebih tak pernah disangka olehnya
kalau Ong Bun kim sudah terlebih dahulu menunggunya
dimuka gua jalan keluarnya.
Diiringi dengusan tertahan, tubuhnya segera termakan
telak oleh serangan tersebut hingga jatuh terkapar diatas
tanah. "Plaak.... plaaak... plaaak...!" beberapa jilid kitab yang
berada di tangan Ciu Li li segera terjatuh dan berserakan di
atas tanah, ketika Ong Bun kim mendekat dan menariknya
ternyata kitab tersebut tak lain adalah keenam jilid kitab
pusaka dari enam partai persilatan besar.
Jelaslah sudah, rupanya Ciu Li li ingin membawa kitabkitab
pusaka tersebut untuk melarikan diri dari sana.
Dengan suatu gerakan yang cepat Ong Bun kim
mengumpulkan kitab-kitab pusaka yang tercecer itu
kemudian ia cengkeram tubuh Ciu Li-li yang terkapar
ditanah tersebut dan diangkatnya bangun.
Ciu Li li memandang sekejap kearah Ong Bun kim
kemudian tertawa dingin tiada hentinya.
"Heehh.... heehhh.... heeeh tidak kusangka kalau orang
she Lui itu mengetahui jalan rahasia ini!"
"Ciu Li li!" seru Ong Bun kim sambil menggertak gigi
menahan rasa gusar dan bencinya yang amat tebal.
"Kepandaian apalagi yang kau miliki" Kenapa tidak
sekalian kau gunakan semua?"
"Hmm! Kali ini kuakui bahwa diriku tak akan sanggup
melepaskan diri lagi" sahut Ciu Li-li dengan suara dingin
bagaikan salju dari kutub
Ong Bun kim kemrbali tertawa ditngin, "Kau
sehaqrusnya mengertir bahwa tiada kesempatan lagi bagimu
untuk hidup didunia ini."
Seraya berkata, dia lantas menyeret tubuh Ciu Li li untuk
keluar dari gua tersebut.
Dalam pada itu Tan Liok, Thia Eng, Kwan Sau-ciu dan
Kwan Siok kim telah menunggu dimuka gua, ketika
dilihatnya Ong Bun kim telah berhasil membekuk Ciu Li-li,
mereka merasa lega sekali.
"Ciu Li-li !" bentak Ong Bun kim dengan suara dingin,
"sebelum mampus, apa lagi yang hendak kau katakan?"
"Tidak ada !" "Kalau begitu, terimalah hukuman ini!" Tiba-tiba Ong
Bun kim melemparkan tubuh Ciu Li li ke tengah udara,
disaat tubuh perempuan tersebut mulai meluncur ke bawah
kembali, pedang Sin kiam yang berada ditangannya segera
di ayunkan ke depan berulang kali.
Jeritan ngeri yang memilukan hati segera berkumandang
memecahkan keheningan, darah segar segera berhamburan
ke mana-mana dan menggenangi seluruh permukaan tanah.
Terlihatlah tubuh gembong iblis perempuan yang berhati
kejam dan membunuh orang-tanpa berkedip ini sudah
menjadi beberapa bagian oleh ayunan pedang tersebut.
Diiringi oleh berhamburnya isi perut bercampur darah
kental,badannya berserakan di tanah.
Inilah buah yang diraih olehnya akibat perbuatan keji
dan jahat yang telah dilakukannya selama ini, barang siapa
pernah berbuat kejam dan tak berkemanusiaan, akhirnya
dia pun harus menerima akhir yang tragis...
"Ciu Li-li" teriaknya dengan penuh perasaan benci,
"sekarang kau tak mampu untuk melakukan kejahatan lagi !
Kau pun tak mampu berbuat licik lagi terhadap orang lain."
Semua orang merasakan hatinya lega sekali setelah
menyaksikan kematian yang mengenaskan dari perempuan
laknat itu. Hanya Lui Thian ciu seorang yang melengos ke arah lain
sambil menundukan kepalanya rendah-rendah, ia tak tega
menyaksikan tubuh Ciu Lili yang berserakan dialas tanah
itu, sebab bagaimanapun juga dia pernah mencintai
perempuan cabul yang cantik tapi berhati keji bagaikan ular
berbisa itu. Entah dia telah menyesali perbuatan sendiri atau tidak,
akan tetapi tak bisa disangkal lagi kematian dari Ciu Li li
cukup mendatangkan perasaan pedih dan sedih dalam hati
kecilnya. Mendadak terdengar Kwan Siau ciu berseru dengan
suara lantang: "Bun kim, kau telah salah membunuhnya!"
Mendengar suara tersebut, Ong Bun kim menjadi
tertegun, dengan perasaan tidak mengerti katanya:
"Mengapa?" "Kau lupa dia adaiah istri kesayangan siapa?"
Tentu saja Ong Bun kim cukup memahami arti
perkataan dari Kwan Siau ciu itu, dengan cepat dia tertawa
terbahak-bahak. "Haaahhh...haaahhh....haaahhh... istri kesayangan
siapa?" tanyanya pura-pura tidak mengerti.
Kedele Maut 6 Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H Persekutuan Pedang Sakti 3

Cari Blog Ini