Ceritasilat Novel Online

Suling Mas 12

Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo Bagian 12


Lu Sian cepat-cepat membalas, menjura dan berkata,
"Sudah lama mendengar nama besar Suthai dan setelah bertemu muka, ternyata membuat aku yang muda kagum dan
heran luar biasa." "Omitohud...! Pinni hanya seorang nikouw yang lemah, kepandaian apa sih yang patut dikagumi" Dahulu pinni terlalu malas berlatih silat sehingga dari ilmu silat Siauw-lim-pai yang maha hebat itu, tidak ada seperseratus bagian yang dapat pinni miliki."
"Melawan usia tua dan berhasil merupakan kepandaian yang paling hebat di dunia ini, yang akan menjadi kebanggaan kaum wanita," kata Lu Sian.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Aihh, agaknya si bocah nakal Kwan Bi ini yang
membocorkan rahasia, ya" Ah, Nona apa sih artinya awet
muda bagi seorang pendeta macam pinni" Pinni memang
mempelajari ilmu dan pengobatan untuk melawan usia tua, akan tetapi sekali-kali bukan menghendaki awet mudanya, melainkan menghendaki kesegarannya agar jangan terlalu
mudah diganggu penyakit!"
Setelah bercakap-cakap sebentar, Lu Sian minta diri, lalu pergi bersama Yap Kwan Bi. Ke manakah mereka pergi"
Kembali ke rumah penginapan" Sama sekali tidak. Dua orang muda hamba nafsu ini menyerah bulat-bulat kepada nafsu
mereka sendiri, dan semalam itu mereka bersenang-senang, bersenda gurau dan bermabok-mabokan dibuai nafsu, di dekat telaga dalam hutan.
Yap Kwan Bi adalah seorang pemuda yang sama sekali
belum ada pengalaman. Tentu saja bertemu seorang wanita seperti Lu Sian, dia benar-benar jatuh. Kwan Bi dimabok nafsunya sendiri yang baginya sama sekali bukan merupakan nafsu, melainkan berubah menjadi cinta kasih murni, cinta kasih yang tidak hanya terbatas pada darah daging, melainkan menjiwa. Cinta kasih suci murni! Sama sekali ia tidak tahu bahwa ia menjadi permainan nafsu belaka, tidak tahu bahwa perbuatannya itu sudah termasuk perbuatan maksiat,
perjinaan yang sama sekali tidak patut dilakukan oleh seorang yang menghargai tata susila dan kesopanan, lebih tidak patut dilakukan oleh seorang pendekar atau satria.
Bagi Lu Sian, dia memang sudah tidak peduli lagi! Kalau ia menyukai seorang pria, siapapun juga dia, harus dia dapatkan.
Bukan untuk dicinta selamanya, melainkan untuk menghibur hatinya, dan untuk dipermainkan atau dipatahkan cintanya kemudian! Lu Sian tidak percaya lagi kepada cinta kasih murni, ia hanya mau tunduk kepada cinta nafsu, hanya untuk sementara waktu saja. Ia tidak mau lagi ditundukkan cinta, sebaliknya ialah yang akan mempermainkan cinta kasih orang!
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Dua hari kemudian, tepat seperti yang diceritakan oleh
Kwan Bi kepada Lu Sian, di Siauw-lim-si yang besar diadakan upacara sembahyangan. Para tamu yang datang dari segenap penjuru di sekitar wilayah itu, terdiri dari bermacam golongan.
Nama Siauw-lim-pai sudah amat terkenal sehingga banyak
tokoh kang-ouw memerlukan datang pula. Sembahyangan itu diadakan untuk merayakan hari lahir Ketua Siauw-lim-pai yang keseratus tahunnya! Kian Hi Hosiang, Ketua Siauw Lim Pai, sudah amat tua dan pikun, namun masih dihormat dan dicinta oleh semua anak muridnya. Memang jasanya amat besar
ketika ia masih kuat, berkat keuletannya dan disiplin keras yang ia jalankan di Siauw-lim-si, maka partai persilatan ini menelurkan banyak murid-murid pandai dan pendekar-pendekar yang terkenal sebagai penumpas kejahatan. Nama Siauw-lim-pai makin harum, disegani kawan ditakuti lawan.
Kini Kian Hi Hosiang sudah terlalu tua, sudah pikun
sehingga kerjanya hanya bersamadhi saja. Sementara urusan Siauw-lim-pai diserahkan kepada muridnya yang paling
dipercaya, yaitu Cheng Han Hwesio murid pertama dan Cheng Hie Hwesio murid kedua. Cheng Han Hwesio tepat memang
menjadi calon ketua karena ia berwatak tekun, jujur, keras hati berdisiplin, dan sebagai seorang hwesio (Pendeta Budha) ia sudah menjauhakan diri daripada urusan duniawi. Adapun Cheng Hie Hwesio, yang usianya juga sudah lima puluh tahun lebih ini biarpun dalam hal disiplin sama dengan Cheng Han Hwesio, namun sikapnya halus dan ramah-tamah. Cheng Hie Hwesio inilah yang terkenal sebagai hwesio pengawas para murid Siauw-lim-pai. Kalau ada seorang murid Siauw-lim-pai melakukan penyelewangan sehingga menodai nama baik
Siauw-lim-pai biarpun murid murtad itu berada di tempat sejauh seribu lie, dia takkan dapat terbebas jangkauan tangan besi Cheng Hie Hwesio yang pasti akan datang menangkapnya dan menghukumnya sesuai dengan peraturan persilatan
Siauw-lim-pai! Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Para tamu disambut oleh hwesio-hwesio Siauw-lim-si dan
dipersilakan duduk di ruangan depan yang amat luas. Adapun semua hwesio setelah terdengar bunyi kelenengan keras
nyaring, berkumpul di ruangan dalam untuk mulai upacara sembahyangan. Asap hio dan nyala lilin membuat suasana
menjadi serem. Di barisan belakang para hwesio nampak pula murid-murid bukan hwesio yang terdiri dari laki-laki dan wanita, semua bersikap gagah bersemangat. Mereka ini
adalah murid-murid Siauw-lim-pai bukan pendeta, baik yang masih belajar ilmu silat di kuil besar itu maupun yang sudah bekerja di luar, yang memepergunakan kesempatan itu untuk ikut memberi hormat dan selamat kepada sukong mereka
serta ikut melakukan sembahyang. Hanya beberapa orang
murid, kesemuanya murid-murid Kian Hi Hosiang, yang
diwajibkan melakukan penjagaan dan perondaan disekeliling tembok yang memagari Siauw-lim-si.
Seperti telah diceritakan oleh Yap Kwan Bi kepada Lu Sian, pemuda ini termasuk seorang di antara murid-murid yang
ditugaskan menjaga. Dia murid termuda Kian Hi Hosiang,
murid tersayang, biarpun usianya masih amat muda. Pada
saat di ruangan depan kuil Siauw-lim-si penuh tamu dan di ruangan tengah diadakan upacara sembahyangan, maka di
bagian belakang bangunan kuil yang besar dan luas itu sunyi senyap, tak terdapat seorang manusia pun. Akan tetapi pada saat itu, kesunyian bagian belakang kuil itu terganggu oleh berkelebatnya bayang-bayang orang yang gerakannya ringan bagaikan burung. Bayangan ini bukan lain adalah Lu Sian.
Dengan mudah saja ia tadi muncul dari tembok bagian
selatan. Setelah mendapat "tanda aman" dari Yap Kwan Bi yang berjaga di situ, Lu Sian lari melompati tembok selatan dan dengan ringan tubuhnya melayang turun ke pekarangan belakang, terus menyelinap dan berindap-indap masuk melalui bangunan-bangunan kecil di sebelah belakang Kuil Siauw-lim-si.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ia menjadi kagum sekali. Baiknya malam tadi, di antara
cumbu rayu, ia telah mendapat gambaran dan keterangan
yang amat jelas tentang keadaan Siauw-lim-si ini dari Kwan Bi.
Andaikata tidak mendapat keterangan yang jelas lebih dulu, kiranya akan sukar baginya untuk mencari tempat yang
dimaksudkan yaitu kamar kitab. Bukan main luasnya kuil ini, banyak bangunan-bangunan kecil yang sama bentuknya. Akan tetapi ia telah mendapat keterangan jelas, maka ia mulai menghitung dari kiri ke kanan. Bangunan yang ke tujuh belas dari kiri, itulah kamar kitab!
Dengan jantung berdebar Lu Sian mendorong daun pintu.
Matanya menjadi silau dan kepalanya pening ketika ia lihat deretan kitab di atas rak buku. Bukan main banyaknya. Kitab-kitab tebal dan sebagian sudah hampir lapuk! Bau di kamar itu amat tidak enak, bau kertas membusuk. Namun ia sudah
mendapat keterangan pula di deretan mana letak kitab yang ia kehendaki, maka terus saja ia menghampiri rak dan
memeriksa di rak paling atas di ujung kiri. Setelah membuka dua tiga buah kitab wajahnya berseri. Sebuah kitab yang amat kecil, hanya sebesar telapak tangannya, bersampul kuning.
Inilah kitab yang ia kehendaki. Kitab pelajaran Im-yang-tiam-hoat, ilmu menotok jalan darah yang amat terkenal dari
Siauw-lim-pai! Cepat ia membuka kancing bajunya sehingga tampak baju dalamnya yang berwarna merah muda. Kitab
kecil itu ia masukkan di balik baju dalam, menyelinap di antara buah dadanya. Tempat aman! Dikancingkannya lagi baju
luarnya dengan hati girang
ia berlompatan menuju kebelakang. Matanya bersinar-sinar dan ia berjanji dalam hati akan menghadiahi Yap Kwan Bi dengan cinta mesra sebagai upahnya!
Bibirnya sudah bergerak hendak memberi tanda dengan
suara mendesis seperti yang sudah mereka janjikan ketika ia melihat bayangan tubuh Yap Kwan Bi di atas tembok. Akan tetapi tiba-tiba berobah wajahnya dan ia cepat menyelinap di balik sebuah arca penjaga taman. Orang yang berdiri di atas
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tembok itu sama sekali bukan Kwan Bi kekasihnya! Melainkan seorang laki-laki lain yang berdiri dengan pedang telanjang di tangan dan matanya menyapu ke arah dalam pekarangan!
Dari luar tembok melayang naik seorang laki-laki lain yang usianya tiga puluh tahun lebih, dengan gerakan ringan berdiri di atas sebelah laki-laki pertama lalu berkata perlahan.
"Belum kelihatan?" "Belum, akan tetapi dia tentu akan keluar melalui sini. Mana Liok-sute?" "Dia menjaga di tembok timur." "Dan Yap-sute?" "Sudah dibawa menghadap ke depan.
Ah, siapa kira Yap-sute akan sampai hati akan berlaku khianat terhadap perguruan kita. Sayang sekali, kasihan dia yang masih amat muda..."
Dua orang laki-laki itu nampak muram wajahnya dan
berkali-kali menarik napas panjang. Dari balik arca itu, Lu Sian menjadi kaget setengah mati. Mendengar percakapan mereka, agaknya perbuatan Yap Kwan Bi menyelundupkannya masuk
telah diketahui dan kini Yap Kwan Bi telah ditawan oleh saudaranya sendiri! Tentu saja Lu Sian tidak takut. Ia sudah ingin menerjang naik ke atas mempergunakan kekerasan
melawan para penghadangnya. Akan tetapi ia segera teringat akan Yap Kwan Bi. Pemuda itu dihadapkan di depan, tentu dihadapkan pada para hwesio pimpinan. Tak mungkin ia
mendiamkan saja. Ia harus menolong kekasihnya yang
tertawan karena dia! Dengan pikiran ini, Lu Sian lalu
menyelinap di anatara bangunan-bangunan itu menuju ke
sebelah dalam, menuju ke depan! Karena maklum bahwa ia
berada di tempat berbahaya sekali, ia bersiap-siap dan
waspada. Akan tetapi, di ruangan belakang kuil besar yang menjadi bangunan utama itu tetap sunyi sekali. Setelah ia mendekati ruangan tengah, barulah mulai terdengar suara berisik dari para hwesio yang berdoa. Asap hio menyambutnya ketika Lu Sian memasuki lorong yang menghubungkan ruangan
belakang dengan ruangan tengah yang menjadi tempat
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
sembahyang. Dari dalam lorong sudah tampak punggung
sebuah arca Buddha yang amat besar. Berdebar jantung Lu Sian. Betapapun tabahnya, ia merasa ngeri juga kalau
memikirkan bahwa ia akan berhadapan dengan para tokoh
Siauw-lim-pai yang merupakan tokoh-tokoh nomor satu dalam dunia persilatan! Hampir saja ia kembali lagi dan nekat menerjang keluar melalui tembok belakang yang hanya
terjaga oleh murid-murid Siauw-lim-pai bukan pendeta. Akan tetapi kalau mengingat akan nasib Yap Kwan Bi, ia
membatalkan niat ini dan melanjutkan langkahnya berindap-indap menuju ke depan. Ia terlindung dan tertutup oleh arca besar itu, tidak tampak oleh para hwesio yang berlutut di depan arca dan berdoa beramai-ramai.
Lu Sian mencabut pedangnya sambil bersembunyi, agak
gelap. Lu Sian memegang pedang dan mengintai dengan hati-hati sekali. Tidak kurang dari lima puluh orang hwesio berlutut dan berdoa. Paling depan tampak seorang whesio yang amat tua, dengan wajah tekun berlutut dan berdoa, matanya
dipejamkan. Melihat usianya, Lu Sian dapat menduga bahwa kakek ini tentulah ketua Siauw-lim-pai, yaitu Kian Hi Hosiang.
Disebelah belakang kakek ini berlutut dua orang hwesio
berusia lima puluh tahu lebih. Yang sebelah kanan berwajah keras dan berwibawa, dia menduga tentu Cheng Han Hwesio.
Sebelah kiri dibelakang kakek itu tentulah Cheng Hie Hwesio yang wajahnya halus tanpa kumis jenggot.
Sejenak Lu Sian meragu. Sulit untuk menerobos keluar
melalui pintu depan tanpa diketahui, dan ia sangsi apakah ia akan mampu menerobos di antara sekian banyak tokoh
hwesio Siauw-lim-pai yang tersohor sakti. Kemudian ia
teringat akan cerita ayahnya tentang para hwesio Siauw-lim-si. Selain terkenal sakti, juga para hwesio Siauw-lim-si adalah pendeta-pendeta yang tekun dalam agama. Maka ia lalu
mengambil keputusan dan dengan menekan debaran jantungnya, ia menyarungkan pedangnya kemudian muncul
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
keluar dari balik arca dan berjalan dengan langkah tenang, dada dibusungkan, menuju keluar.
Tentu saja gerakannya ini tidak terlepas daripada
pendengaran para hwesio yang sedang berdoa. Namun, tepat seperti perhitungan Lu Sian, para hwesio itu tidak mau
menunda sembahyang mereka, sungguhpun mereka merasa
terkejut, heran dan juga marah sekali. Bagaimana ada
seorang wanita muncul dari ruangan dalam kuil" Padahal
sebuah di antara larangan yang amat keras dari Kuil Siauwlim-si di manapun juga, adalah hadirnya seorang wanita ke pedalaman kuil! Merupakan pantangan keras karena para
tokoh hwesio maklum bahwa diantara segala godaan, yang
paling mudah menjatuhkan keteguhan batin para pendeta
adalah wanita. Akan tetapi deretan anak murid Siauw-lim-pai yang berlutut paling belakang, yaitu golongan murid yang tidak menjadi pendeta, tidaklah setekun para hwesio itu. Melihat munculnya seorang wanita muda cantik berpedang dari balik arca,
terkejutlah mereka dan bangkitlah kecurigaan mereka. Enam orang murid Siauw-lim-pai sudah melompat dengan gerakan ringan, menghadang di pintu tengah antara ruangan tengah dan ruangan depan. Para tamu yang hadir di ruangan depan juga menjadi heboh.
Melihat dirinya dihadang, Lu Sian tersenyum dingin. Ingin ia menyerbu keluar, akan tetapi maklum bahwa cara ini
bukanlah cara yang bijaksana. Biarlah ia mempergunakan
ketajaman lidahnya sebelum terpaksa mengandalkan ketajaman pedangnya, maka ia berhenti melangkah dan
menanti, berdiri tegak dan tetap tersenyum dingin. Ia tahu bahwa murid-murid Siauw-lim-pai yang bukan pendeta itu, biarpun masih banyak di antara mereka yang muda-muda,
rata-rata memiliki kepandaian tinggi, karena mereka ini pun merupakan murid-murid Kian Hi Hosiang ketua Siauw-lim.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Memang sesungguhnyalah dugaan Lu Sian ini. Di antara
anak murid yang bukan pendeta, memang banyak yang
langsung menjadi murid Kian Hi Hosiang, bahkan murid-murid bukan pendeta inilah yang rata-rata memiliki kepandaian tinggi karena mereka ini adalah murid ilmu silat, bukan murid agama. Di antara para hwesio, kiranya hanya dua orang yang menonjol kepandaiannya, yaitu Cheng Han Hwesio dan Cheng Hie Hwesio, sungguhpun mereka itu sejak kecil hanya belajar agama dan kebatinan, dan baru setelah tua mempelajari ilmu silat. Bahkan tiga orang di antara para murid, yang kini berdiri menghadang, yang usianya di antara tiga puluh dan empat puluh tahun, terhitung suheng (kakak seperguruan) Cheng Han dan Cheng Hie Hwesio, sungguhpun kedua orang ini lebih tua usianya. Mengapa demikian" Karena tiga orang ini sudah lebih dulu menjadi murid mempelajari ilmu silat dari Kian Hi Hosiang.
Akan tetapi enam orang murid Siauw-lim-pai itu hanya
berdiri menghadang dengan sinar mata tajam, tidak turun tangan karena memang mereka hanya bermaksud mencegah
wanita cantik itu keluar dari situ. Mereka tidak akan
mengganggu suasana hening dan penuh khidmat dalam
upacara sembahyang itu. Akhirnya selesailah pembacaan doa dan para hwesio itu
bangkit berdiri. Segera Cheng Han Hwesio yang keras dan jujur itu membentak, "Wanita dari mana berani mati memasuki kuil kami tanpa ijin?"
Lu Sian menentang pandang mata hwesio itu sambil
tersenyum mengejek, tanpa menjawab. Tak sudi ia menjawab.
Pertanyaan begitu kasar. Pada saat itu, para tamu yang
melihat sembahyangan selesai, banyak yang mendekat untuk melihat peristiwa aneh itu. Tiba-tiba seorang di antara mereka berseru.
"Ah, dia Tok-siauw-kwi...!!" Mendengar julukan Tok-siauw-kwi (Iblis Cilik Beracun) ini semua orang kaget sekali. Lu Sian
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
dengan tenang mengerling dan melihat dandanan orang itu seperti piauwsu (pengawal) ia dapat menduga bahwa dia itu tentulah ada hubungannya dengan para piauwsu Hong-ma-piauwkiok yang telah menghancurkan pertalian asmara antara dia dengan Tan Hui.
Para pendeta mendengar julukan yang biarpun masih baru
namun sudah terkenal itu, terkejut. Kian Hi Hosiang sendiri lalu berkata, "Omitohud...! Kiranya puteri Beng-kauwcu yang sengaja datang membikin geger! Nona, di antara kami kaum pendeta Siauw-lim-pai tidak pernah ada urusan dengan Beng-kauw, bahkan hubungan antara pinceng dan ayahmu, Bengkauwcu Pat-jiu Sin-ong, tak pernah dikotori oleh permusuhan, mengapa kau hari ini mengganggu upacara sembahyang
kami" Mendengar ucapan yang sopan dan sikap yang sabar dari
kakek itu, Lu Sian lalu berlagak penuh kehalusan, menjura dengan penuh hormat dan suaranya lemah lembut dan merdu ketika ia menjawab.
"Harap Losuhu sudi memaafkan saya yang lancang. Karena mendengar dari Ayah bahwa Siauw-lim-pai paling benci
kepada wanita dan memberi pantangan bahwa lantai
pedalaman kuil Siauw-lim-pai tidak boleh di njak kaki wanita, sekali terinjak kaki wanita akan dicuci dengan abu dapur, maka saya menjadi tertarik dan tidak percaya. Maka,
menggunakan kesibukan di Siauw-lim-si ini, saya sengaja mencuri masuk untuk melihat-lihat. Kiranya tidak ada apa-apanya di dalam, yang macam begitu saja melarang terinjak kaki wanita. Sungguh keterlaluan! Akan tetapi, betapapun juga saya mohon maaf kepada Losuhu dan biarlah setelah pulang akan saya ceritakan kepada Ayah bahwa biarpun para pendeta lain di Siauw-lim-si galak-galak dan benci wanita, namun ketuanya amat peramah dan baik hati."
Kian Hi Hosiang tertawa dan menggeleng-geleng kepalanya. "Sungguh cocok dengan Ayahnya. Pandai dan keji,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
baik tangan maupun mulutnya. Sudahlah, Nona cilik, melihat muka Ayahmu dan mengingat bahwa hari ini adalah hari baik, biarlah pinceng menganggap pelanggaran berat ini seperti tidak pernah ada. Kau boleh pergi." Ia menghela napas panjang.
"Suhu! Ijinkanlah teecu (murid) mengajukan pertanyaan lebih dulu. Munculnya wanita ini sungguh mencurigakan!"
Kian Hi Hosiang mengangguk. "Boleh, tapi jangan lupa, pinceng telah memberi ampun akan pelanggarannya."
"Pelanggaran memasuki kuil memang telah Suhu beri
ampun. Akan tetapi siapa tahu ada pelanggaran lain yang lebih hebat. He, Tok-siauw-kwi, jawabanlah lebih dulu
pertanyaan pinceng sebelum engkau pergi dari sini!"
Lu Sian membalikkan tubuh dan menghadapi hwesio itu
dengan senyum mengejek. Panas dadanya mendengar ia
disebut Setan Cilik Beracun, sebuah julukan yang diberikan orang kepadanya di luar kehendaknya. "Heh, setan tua busuk, kalau pertanyaanmu tidak busuk, baru akan kujawab!"
"Kurang ajar, berani kau memaki pinceng?" Cheng Han Hwesio membentak dan matanya melotot.
Lu Sian juga pelototkan matanya. "Kau menyebut aku Setan Cilik Beracun, aku pun menyebut engkau setan tua
busuk, apa bedanya. Bukankah itu berarti antara kita sudah punah, satu-satu?"
Bukan main marahnya Cheng Han Hwesio. Ia adalah
seorang di antara murid Siauw-lim-pai yang dipercaya
suhunya, bahkan dialah calon ketua kelak, karena sejak saat gurunya mengundurkan diri untuk bertapa, Cheng Han
Hwesiolah yang mewakilinya. Karena ini ia senantiasa bersikap penuh wibawa dan sungguh-sungguh, siapa nyana hari ini ia dipermainkan seorang wanita muda, di depan banyak tamu!
Kalau ia tidak ingat akan pesan suhunya, tentu ia sudah turun tangan memberi hajaran kepada setan cilik ini!
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Baiklah akan kusebut Nona kepadamu. Nona, tadi Suhu sudah mengampunimu. Akan tetapi, kami tidak percaya
engkau akan dapat memasuki pekarangan belakang kuil tanpa diketahui penjaga. Tentu ada yang membantumu masuk.
Katakan, siapa dia yang membantumu?"
Diam-diam Lu Sian merasa heran. Para penjaga di belakang tadi sudah tahu agaknya akan perbuatan Kwan Bi, kenapa
kepala gundul ini belum tahu" Ah, tentu saja. Mereka ini tadi sedang sibuk berdoa, tentu hal itu belum dilaporkan. Ia tersenyum lebar dan menjawab, "Losuhu, kuil ini adalah kuilmu, yang menjaga adalah penjagamu, bagaimana aku bisa tahu akan kelalaian penjagamu" Tentang bagaimana caranya aku masuk ke pekarangan belakang, ah, itu kewajibanmu
untuk mencari tahu dan menyelidik. Sudah, aku mau pergi."
"Nanti dulu!" bentak Cheng Han Hwesio, suaranya mengguntur.
"Eh, hwesio tua, kau mau apa?" Lu Sian menoleh ke arah Kian Hi Hosiang dan berkata. "Losuhu yang mulia, muridmu yang satu ini benar-benar tak patut. Terpaksa saya berlaku kurang hormat kepadanya!"
"Cheng Han, mengapa menahan dia" Lebih baik lekas-lekas suruh dia pergi." Hwesio tua itu mengomel dan diam-diam ia mencela muridnya yang hanya mencari perkara saja
menghadapi wanita ini. Di depan begini banyak orang, wanita berandalan ini tentu dapat membuat para hwesio Siauw-lim-si menjadi buah tertawaan orang banyak.
"Suhu," Cheng Han Hwesio memberi hormat kepada gurunya, "dia baru saja berkeliaran di dalam kuil, siapa tahu dia mengambil sesuatu?"
Mendengar ini, Lu Sian terkejut sekali. Tak disangkanya hwesio galak itu ternyata bukan orang bodoh. Ia lalu cepat melangkah
maju, mengedikkan kepala membusungkan dadanya mendekati Kian Hi Hosiang dan berkata nyaring,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Losuhu, apakah orang menyangka aku mencuri benda di kuil"
Hayo geledahlah aku, geledahlah!!" Ia melangkah maju dan dadanya yang membusung itu menantang, agak berguncang
ketika ia menghampiri Ketua Siauw-lim-si sampai dekat.
"Omitohud...!" Kian Hi Hosiang melangkah mundur, ngeri menyaksikan dada membusung itu begitu dekat. "Pinceng takkan menggeledah..."
"Kau, hwesio tua" Kau mau menggeledah" Kau menuduh aku mencuri" Hayo geledahlah! Tak tahu malu, geledahlah aku!" Kini ia menghampiri Cheng Han Hwesio yang juga mundur-mundur kewalahan, mukanya berubah merah sekali.
"Menuduh orang mencuri, disuruh menggeledah tidak mau.
Cih, benar-benar menyebalkan. Aku tidak mau berdiam lebih lama lagi di sini!" Lu Sian melangkah lebar menuju ke pintu.
Mendadak berkelebat bayangan putih dan seorang wanita
berusia empat puluh tahun lebih, pedangnya di punggung, kelihatan gesit dan gagah sudah menghadang di depan Lu
Sian. "Cheng Han Suheng benar. Kau harus digeledah!" Lu Sian memandang dengan mata bersinar marah. "Kau" Hendak menggeledah" Berani kau begini menghinaku?"
Wanita itu adalah seorang anak murid Siauw-lim-si yang
kepandaiannya sudah tinggi, bernama Tan Liu Nio. Ia
memandang rendah Lu Sian yang kelihatan masih seperti
seorang gadis muda, maka sambil tersenyum ia menjawab,
"Mengapa tidak berani menggeledahmu?" kedua tangannya bergerak cepat sekali, hendak meraba tubuh Lu Sian.
Akan tetapi tiba-tiba wanita itu mengeluarkan seruan kaget, tubuhnya sudah mencelat jauh ke belakang, mukanya pucat karena hampir saja ia celaka. Ketika ia menggerakkan tangan tadi, Lu Sian juga bergerak dan tahu-tahu dua jalan darah maut di tubuhnya sudah diserang oleh Lu Sian secepat kilat
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
sehingga jalan satu-satunya bagi Tan Liu Nio hanyalah
melompat ke belakang secepat mungkin sehingga ia terhindar daripada malapetaka yang hebat.
Lu Sian tersenyum mengejek,
"Siapa lagi hendak menggeledahku" Orang-orang gagah dari Siauw-lim-pai
memang hanya suka menghina seorang wanita! Hayo kalian
hwesio-hwesio perkasa, siapa mau menggeledah" Siapa mau menggunakan kesempatan ini untuk menghina seorang
wanita, meraba-raba badannya dengan dalih menggeledah"
Tak tahu malu! " Semua hwesio dan murid Siauw-lim-pai tidak ada yang berani berkutik. Mereka memandang dengan muka
merah dan serba salah. Tan Liu Nio merupakan seorang murid perempuan
terpandai di Siauw-lim-pai, maka murid perempuan lain tidak ada yang berani maju. Tan Liu Nio
sendiri hampir celaka menghadapi wanita berandalan yang lihai itu, apalagi mereka. Adapun murid-murid pria yang berkepandaian lebih tinggi, menjadi mati kutu setelah
mendengar ucapan Lu Sian yang menantang. Memang serba
susah kalau harus menggeledah tubuh seorang wanita
secantik dan semuda itu, apalagi di depan banyak orang.
Padahal ketua mereka sendiri sudah mengampuni wanita ini dan sudah memperkenankannya pergi.
Pada saat itu dari luar menerobos beberapa orang laki-laki, mengiringkan Yap Kwan Bi yang bermuka pucat sekali. Tiga orang laki-laki itu bersama Kwan Bi sudah menjatuhkan diri berlutut menghadap Kian Hi Hosiang. Terdengar Kwan Bi
berkata, suaranya gemetar. "Murid murtad Yap Kwan Bi menghadap Suhu, siap menerima hukuman."
"...apa..." Ada apa...?" Kian Hi Hosiang terheran dan bertanya dengan gagap karena ia benar-benar tidak pernah meragukan kesetiaan muridnya yang termuda dan tersayang ini.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Suhu, Yap-sute telah bersekutu dengan orang luar dan
lancang menyelundupkan seorang wanita memasuki pekarangan belakang..."


Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Keparat!" Cheng Han Hwesio yang membentak ini. Akan tetapi pada saat itu, cepat bagaikan seekor garuda
menyambar, Lu Sian sudah bergerak ke depan dan
menangkap lengan Yap Kwan Bi dan terus dibawa meloncat
keluar. Pada saat itu, Cheng Han Hwesio yang melihat hal ini, cepat menyusul dengan pukulan maut dari Siaw-lim-pai.
Yap Kwan Bi juga terkejut dan hendak meronta dari
tangkapan Lu Sian, namun tak berhasil dan pada saat itu pukulan Cheng Han Hwesio tiba, biarpun tidak menyentuh
tubuhnya, namun tiba-tiba ia merasakan dadanya sesak dan muntah darah! Melihat Kwan Bi pingsan, Lu Sian lalu
memanggulnya dan sambil meloncat ke depan, tangan kirinya bergerak menyambit ke belakang. Pada saat itu, tiga orang murid Siauwlim-pai tingkatan atas bersama seorang wanita, yaitu Tan Liu Nio sudah mengejar. Mereka berempat terkejut sekali dan cepat-cepat mereka lompat menghindarkan diri dari sambaran sinar merah senjata rahasia Lu Sian. Ketika mereka mengejar terus, mereka telah tertinggal jauh. Tentu saja sukar bagi mereka berempat untuk dapat menyusul Lu Sian karena Lu Sian telah mempergunakan gin-kangnya yang hebat, yang ia pelajari dari mendiang Hui-kiam-eng Tan Hui, yaitu Ilmu Lari Cepat Coan-in-hui (Terbang Menerjang Mega)!
Untung bagi Lu Sian, Cheng Han Hwesio dan Cheng Hie
Hwesio yang hendak mengejar pula, dicegah oleh Kian Hi
Hosiang yang berkata, "Omitohud... semoga Sang Buddha melimpahkan kesadaran kepada mereka yang sesat. Cheng
Han dan Cheng Hie, tak usah mengejar. Ketiga Suhengmu dan seorang Sumoimu sudah cukup. Kita tidak perlu menanam
bibit permusuhan dengan golongan lain. Kurasa empat orang muridku itu sudah maklum dan asal dapat menangkap kembali
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kwan Bi dan membawanya ke sini untuk menerima hukuman,
cukuplah." Demikianlah, upacara sembahyang di Kuil Siauw-lim-si yang tadinya akan dibuat besar-besaran dan meriah, ternyata
menjadi sunyi dan muram akibat peristiwa itu. Para tamu juga tahu diri, melihat keadaan tuan rumah tertimpa urusan yang tidak menyenangkan mereka lalu berpamit dan meninggalkan kuil itu dalam keadaan suram.
Lu Sian berlari cepat sekali dan setelah memasuki sebuah hutan tiga puluh lie jauhnya dari Kim-peng, ia berhenti dan meletakkan tubuh Kwan Bi di atas rumput, terlindung oleh pohon besar dari sinar matahari senja. Segera ia memeriksa keadaan kekasihnya itu. Ketika membuka bajunya, tampak
kulit dada membayang biru, tanda bahwa Kwan Bi telah
menderita luka pukulan yang cukup hebat. Cepat ia mencari air untuk membasahi kepala pemuda itu, lalu memberinya
pula minum sedikit. Kwan Bi siuman kembali dan membuka
matanya. Melihat Lu Sian, ia tersenyum dan menggeleng
kepalanya. "Lu-cici, aku telah membikin kau banyak susah..."
Lu Sian menggunakan pipinya menutup mulut pemuda itu
dan berbisik di telinganya. "Hushhh, kau mengigau, bicara dibolak-balik. Akulah yang membuat kau menderita seperti ini.
Akan tetapi jangan takut, selama ada aku di sini, tidak ada seorang pun boleh mengganggumu, siapa pun juga dia!"
Kwan Bi tersenyum, akan tetapi berbareng dua titik air
mata membasahi pipinya, lalu kembali dia menggeleng kepala dan menarik napas panjang. "Tidak mungkin... dosaku terhadap Suhu dan Siauw-lim-pai tidak boleh kuhindari, aku harus kembali ke sana. Lu-cici kau pergilah, tinggalkan aku.
Budimu sudah terlampau banyak. Cin... cinta kasihmu takkan kulupakan selama hidupku. Kau tinggalkanlah aku, biar
kuhadapi sendiri kemarahan Suhu."
Lu Sian menciumnya. Timbul rasa sayangnya kepada
pemuda ini, rasa sayang yang terdorong rasa haru mendengar
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
betapa pemuda ini amat mencintainya, cinta sungguhsungguh, cinta yang membuat pemuda itu sanggup berkorban untuknya. Belum pernah ia dicinta orang seperti ini, kecuali....
kecuali agaknya... cinta kasih Kwee Seng yang telah mati!
"Tidak, aku tidak akan pergi dari sampingmu. Mereka itu boleh saja datang dan mereka hanya akan dapat mengganggu dirimu jika aku sudah menjadi mayat!"
"Lu-cici... ah, Lu-cici...!" Kwan Bi merangkul dan roboh pingsan pula. Guncangan jantungnya akibat rasa haru dan kasih ini membuat napasnya sesak dan luka itu menyerangnya lagi, membuatnya pingsan.
Lu Sian cepat menaruh telapak tangan kirinya ke atas dada yang terpukul, lalu sambil duduk bersila ia mengarahkan sinkangnya untuk membantu kekasihnya memanaskan jalan
darah memperkuat hawa sehingga luka itu akan cepat
sembuh. Ia duduk dalam keadaan begini sampi senja terganti malam. Bulan sudah muncul sore-sore dan keadaan menjadi terang seperti siang.
Tiba-tiba Lu Sian terkejut oleh suara bentakan. "Perempuan tak bermalu! Kau serahkan murid Siauw-lim-pai yang murtad itu kepada kami!"
Lu Sian terkejut sekali, akan tetapi ia tidak melepaskan tangannya dari atas dada Kwan Bi. Ia hanya mengerling dan tampaklah olehnya empat orang berdiri tidak jauh dari pohon.
Yang seorang adalah wanita yang tadi hendak menggeledahnya, maka ia memandang rendah. Yang tiga
adalah laki-laki semua, yaitu murid-murid Siauw-lim-pai yang tadi ia lihat ikut menghadang di pintu. Dua orang berusia empat puluh lebih, yang seorang paling banyak empat puluh, mukanya putih halus seperti pemuda belasan tahun, tubuhnya kecil akan tetapi matanya berkilauan terkena cahaya bulan.
Orang kedua berkumis kecil panjang bergantung kebawah,
sedangkan orang ke tiga bermuka kurus sehingga tulangtulang pipinya menonjol keluar, tampak menyeramkan.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Cih, perempuan tak tahu malu. Menculik laki-laki!" Wanita yang bukan lain adalah Tan Liu Nio murid Siauw-lim-pai itu mencaci.
Panas hati Lu Sian dan wataknya yang nakal membuat ia
sengaja memanaskan hati orang. Ia menunduk, merangkul
leher dan mencium Kwan Bi yang masih pingasan dengan
mesra dan lama! Dengan hati geli ia mendengar betapa Tan Liu Nio mengeluarkan suara menyumpah-nyumpah dan
meludah, sedangkan laki-laki berkumis itu membentak lagi.
"Kami mengingat Ayahmu ketua Beng-kauw, dengan baik-baik minta kembalinya adik seperguruan kami. Akan tetapi bukan berarti kami takut kepadamu! Jangan sesalkan kami kalau
kami menggunakan kekerasan apabila kau membangkang!" Lu Sian tertawa mengejek dan ringan bagaikan seekor
kupu-kupu ia melompat ke atas cabang pohon dan dari situ ia melayang turun. Indah sekali gerakannya, indah seperti
seorang dewi kahyangan menari dan seperti seekor kupu-kupu terbang melayang mencari madu kembang. Dengan ringan
sekali ia melompat pula ke depan empat orang murid Siauwlim-pai itu sambil berkata.
"Betul kalian tidak takut kepadaku" Kalau tidak takut, kenapa kalian mau mengeroyokku berempat?" Lu Sian berkata sambil tersenyum manis.
"Siapa hendak mengeroyok" Tak tahu malu! Kami orang-orang
Siauw-lim-pai bukanlah pengecut yang suka mengandalkan jumlah banyak mencari kemenangan!" bentak Si Muka Halus yang bernama Long Kiat.
"Aih, aih, begitukah" Jangan-jangan hanya untuk bersombong saja begitu, nanti kalau suah terdesak lalu
melolong-lolong minta bantuan kawan dan sambil menebalkan muka kalian berempat maju berbareng!"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Cukup, kami datang bukan untuk berdebat!" kata Si Kumis yang bernama Lo Keng Siong. "Kuulangi lagi, kami datang untuk membawa pulang Yap Kwan Bi, tidak ada sangkut-pautnya dengan kau!"
"Wah, jangan galak-galak. Bagaimana tidak ada sangkut-pautnya dengan aku" Kalian hendak membawa pulang dia
untuk dipukul lagi" Untuk dihukum" Enak saja! Aku yang tidak suka membiarkan dia disiksa."
Si Muka Kurus yang bernama Tan Bhok, kakak misan Tan
Liu Nio, tak sabar lagi. Sambil menudingkan telunjuknya yang hanya tulang terbungkus kulit itu ke arah muka Lu Sia ia membentak, "bocah setan banyak tingkah! Kami datang berurusan dengan Sute kami sendiri, mengapa kau turut
campur" Kau berhak apakah mencampuri urusan dalam
orang-orang Siauw-lim-pai seperti kami!"
"Huh, kalian berempat dan semua orang Siauw-lim-pai yang tak tahu malu! Kalian semua berhak apa mencampuri
urusan pribadi Yap Kwan Bi dan aku" Kami saling mencinta, kalian tahu" Kami saling mencinta, dan kami berhak, sama-sama muda sama-sama suka, kalian mau apa" Tentu saja aku tidak membiarkan kalian membawa pergi Yap Kwan Bi yang
sudah terluka oleh Si Keledai Gundul tadi!"
"Kurang ajar kau! Sekali lagi kuperingatkan, lebih baik kau mundur dan jangan mencampuri urusan Siauw-lim-pai!" kata Lo Keng Siong marah.
"Tidak bisa tidak mencampuri urusan Yap Kwan Bi.
Pendeknya, aku melarang kalian membawanya pergi, habis
perkara!" "Kau menantang?" kumis Lo Keng Siong bergerak-gerak.
"Terserah! Aku sudah berjanji bahwa orang hanya dapat membawa tubuh Yap Kwan Bi kalau aku sudah menjaadi
mayat!" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Iblis betina, kau sudah bosan hidup?" "Hi-hik, kalian hendak mengeroyok?" Lu Sian mengejek. "Kunasihatkan kalian, kalau memang hendak memaksa dan hendak
menyerangku, lebih baik kalian maju berempat mengeroyokku, karena kalau maju seorang demi seorang
bererti mengantar nyawa dengan sia-sia!"
"Perempuan sombong!" Bentak Liong Kiat marah. "twa-suheng, biar siauwte mengusir iblis betina ini!"
"Eh, eh, benar-benar hendak maju satu-satu" Awas, aku sudah memberi peringatan. Karena Kwan Bi juga murid Siauwlim-pai, aku tidak bermaksud memusuhi Siauw-lim-pai, akan tetapi kalau kalian mendesak, jangan salahkan kaki tanganku yang tidak bermata."
"Sombong!" Liong Kiat sudah menerjang dengan Ilmu Silat Tangan Kosong Lo-han-kun yang terkenal tangguh itu.
Dengan kuda-kuda terpentang dan langkah diseret hampir
berbareng, ia melancarkan pukulan bertubi-tubi ke arah dada dan pusar. Berat dan mantap pukulan ini, mendatangkan
angin pukulan yang mengeluarkan bunyi "werrrr-werrr!"
Lu Sian menggerakkan tangannya dengan jari terbuka.
Dengan telapak tangannya ia menerima kedua kepalan tangan amatlah kuatnya. Ia tidak melawan, melainkan meminjam
tenaga pukulan Liong Kiat, kedua kakinya diayun ke belakang sehingga tubuhnya dengan kedua tangan masih menempel
pada kepalan lawan, terangkat naik ke atas. Selagi Liong Kiat terkejut sekali menyaksikan penyambutan lawan yang luar biasa ini, tiba-tiba Lu Sian sudah mengirim pukulan dengan sodokan
jari tangan kanannya mengarah ubun-ubun kepalanya. Karena pada saat itu tubuh Lu Sian berada tepat di atasnya, maka serangan itu luar biasa dahsyat dan
bahayanya, amat cepat datangnya sehingga sukar ditangkis lagi!
"Sute, awas....!" Lo Keng Siong berseru kaget sekali sambil melompat dekat di kuti Tan Bhok dan Tan Liu Nio. Pada saat
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
yang amat berbahaya itu, Liong Kiat
masih sempat mempelihatkan bahwa murid Siauw-lim-pai tidaklah semudah itu dirobohkan. Ia membuang tubuhnya ke belakang, roboh terjengkang bagaikan sepotong balok kayu akan tetapi begitu pundaknya menyentuh tanah, ia sudah melakukan poksai
(salto) ke belakang, berjungkir balik sampai tiga kali. Ia berdiri dengan muka pucat dan keringat dingin membasahi dahinya.
Bergidik ia kalau teringat betapa dalam segebrakan saja ia tadi sudah hampir tercengkeram maut.
Lu Sian sudah berdiri sambil tersenyum manis. Memang
kepandaian Lu Sian sekarang jauh bedanya dengan ketika ia mula-mula meninggalkan suaminya, Kam Si Ek. Sekarang ia telah memperoleh kemajuan yang amat hebat. Gin-kangnya
sudah terlatih baik dan yang ia warisi dari Tan Hui adalah ilmu gin-kang yang terhebat di jaman itu. Juga ia telah
mempelajari tiga macam kitab Sam-po-cin-keng dari ayahnya, maka baik ilmu silat tangan kosong maupun ilmu pedangnya sudah meningkat beberapa kali lipat, ditambah gerakan yang luar biasa cepatnya berkat gin-kang Coan-in-hui.
"Sudah kukatakan, lebih baik kalian mundur dan jangan ganggu aku dan Yap Kwan Bi. Atau kalau kalian nekad
mengajak berkelahi, majulah berbareng. Kalau satu-satu, percuma, tidak akan ramai!"
Bukan main pedas dan tajamnya kata-kata ini memasuki
dada keempat orang murid Siauw-lim-pai itu. Akan tetapi melihat kenyataan bahwa memang ilmu kepandaian wanita ini seperti iblis, bukan lawan mereka kalau maju seorang demi seorang. Bahkan seandainya Cheng Han Hwesio sendiri yang maju, belum tentu saudara seperguruan itu akan dapat
menandingi Lu Sian. "Kau menantang kami maju berempat?" kata Lo Keng Siong hati-hati. "Hi-hik,
mengapa Tanya-tanya lagi" Majulah
bersama, biar lebih asyik aku melayani kalian berempat."
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Bukan kami takut maju seorang demi seorang, akan tetapi kau menantang dan kau terlalu menghina. Ji-wi Sute (Kedua Adik Seperguruan) dan Sumoi, mari kita basmi iblis betina sombong ini!" seru Lo Keng Siong sambil mencabut
senjatanya, sebatang ruyung berwarna hitam yang tadinya ia sembunyikan di bawah bajunya. Tan Liu Nio dan Liong Kiat mencabut pedang masing-masing, sedangkan Tan Bhok
mengeluarkan senjatanya yang hebat, yaitu sehelai rantai baja. Mereka segera mengambil kedudukan empat penjuru,
mengurung Lu Sian dengan gerakan perlahan dan langkah
teratur, mata tak berkedip memandang lawan yang terkurung di tengah-tengah!
Lu Sian masih tersenyum, kedua kakinya membuat kudakuda menyilang, tubuhnya miring, kedua lengannya diangkat ke atas, melengkung di atas kepala dengan jari-jari tangan terbuka. Pasangan kuda-kudanya ini amat manis seperti orang menari, akan tetapi menyembunyikan kesiapsiagaan yang
lengkap dan gagah. "Keluarkan senjatamu!" Bentak Lo Keng Siong yang menjadi pimpinan sambil mengangkat ruyungnya ke atas.
"Aku sudah siap, seranglah. Mengeluarkan senjata tak usah kauperintah!" jawab Lu Sian seenaknya.
"Ciuuuttt.... si ing... weeerrrr!!" keempatsenjata itu sudah menyambar
ganas. Sinarnya tertimpa cahaya bulan menyilaukan mata. Akan tetapi keempatnya hanya mengenai angin karena tibuh Lu Sian sudah lenyap menjadi bayangan yang berkelebatan dan menyelinap di antara sinar keempat senjata itu. Bukan main hebatnya gin-kang Coan-in-hui itu!
Makin hebat empat senjata itu menyambar dan mengikuti
gerakan bayangannya, makin cepat pula Lu Sian bergerak dan mendadak "cranggg..... cringgg.... tranggg-trang!" Bunga api berpijar dan berhamburan. Tanpa dapat di kuti pandang mata lawan, tahu-tahu Lu Sian sudah memegang Toa-hong-kiam di
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tangan kanannya dan sekaligus ia telah menangkis keempat buah senjata lawan.
Hanya Tan Liu Nio seorang yang merasa betapa tangan
kanannya yang memegang pedang serasa lumpuh karena ia
kalah tenaga. Akan tetapi tiga orang murid Siauw-lim-pai yang lain dengan girang mendapat kenyataan bahwa biarpun dalam gin-kang mereka kalah jauh oleh Lu Sian, namun mengenai tenaga sin-kang, setidaknya mereka dapat mengimbangi.
Maka mereka mendesak makin hebat, mengerahkan tenaga
dan berusaha mengadu senjata agar pedang di tangan puteri Beng-kauwcu itu terpukul lepas.
Namun Lu Sian adalah seorang yang amat cerdik. Ia
maklum bahwa tidak menguntungkan baginya kalau ia
mengadu tenaga kekerasan dengan tiga orang laki-laki yang memiliki lwee-kang hampir sempurna ini, maka ia lebih
mengandalkan kelincahan gerakannya untuk mengelak dan
balas menyerang. Karena ia lebih banyak mengelak inilah maka empat orang pengeroyoknya mengira bahwa ia
terdesak. Orang-orang Siauw-lim-pai amat berdisiplin dan selalu mentaati guru mereka. Karena tadi mereka berempat sudah mendengar sendiri betapa suhu mereka, Kian Hi
Hosiang, tidak menghendaki permusuhan dengan Beng-kauw, bahkan sudah mengampuni Lu Sian, kini mereka merasa tidak enak sekali kalau sampai membunuh Lu Sian.
"Tok-siauw-kwi, kami mentaati guru kami mengampunkan engkau. Pergilah dari sini dan jangan mencampuri urusan Siauw-lim-pai!" kata Lo Keng Siong dengan suara keras.
Inilah salahnya. Tadinya Lu Sian hanya ingin mempermainkan mereka saja, mengalahkan mereka dengan
ilmunya kemudian lari lagi membawa pergi Yap Kwan Bi. Akan tetapi mendengar ucapan ini, bangkit kemarahan dan
keangkuhannya. Dia memang seorang yang keras hati,
pantang dikatakan kalah. Mendengar ini, darahnya bergolak dan ia mengeluarkan seruan nyaring, merupakan lengking
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
lebih mirip suara iblis siluman. Akan tetapi pedangnya kini bergerak secara luar biasa, bergelombang dan berubah
menjadi gulungan sinar yang membentuk lingkaran-lingkaran besar lalu berubah lagi menjadi gelombang-gelombang yang datang menerjang ganas. Inilah Toa-hong Kiam-sut yang kini telah menjadi ganas dan luar biasa dahsyatnya. Di tengah-tengah lengkingnya yang belum putus, terdengar teriakan ngeri dan tampak Liong Kiat terguling roboh dalam keadaan mengerikan karena pundaknya telah terbabat putus berikut lengan kanannya. Ia bergelimpangan mandi darah, berlojotan dan tak dapat mengeluarkan suara lagi.
"Tok-siauw-kwi, hutang jiwa harus dibayar jiwa!" teriak Lo Keng Siong marah sekali. "Tok-siauw-kwi, berani kau membunuh Suteku?" Tan Bhok juga membentak dan rantainya berdesing-desing menyambar.
Lu Sian tertawa bergelak, lalu melompat mundur. Ketika
ketiga orang pengeroyoknya yang menyangka dia hendak
kabur itu mendesaknya, tiba-tiba tangan kirinya bergerak dan... sinar merah menyambar ke arah mereka!
"Celaka....!" Tan Liu Nio berseru. Karena dia berada paling belakang, maka ia sempat melihat gerakan ini dan dapat
mengelak. Akan tetapi dua orang suhengnya yang jaraknya terlalu dekat, terlambat mengelak. Mereka dapat melindungi tubuh atas dengan putaran senjata, akan tetapi paha kanan masing-masing telah terkena jarum Siang-tok-ciam! Seketika hidung mereka mencium bau amis akan tetapi harum, maka
maklumlah mereka bahwa mereka terkena senjata beracun.
Namun keduanya masih belum roboh dan masih memutar
senjata. Lu Sian tidak berhenti sampai di situ, begitu tangan kirinya menyambitkan jarum, ia telah menerjang maju lagi mainkan pedangnya dengan jurus dari Ilmu Pedang Toa-hong Kiam-sut yang dahsyat. Dua kali pedangnya berkelebat dan robohlah Lo Keng Siong yang tertembus pedang lehernya, dan Tan Bhok yang hampir putus pinggangnya, perutnya robek
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
dan isi perutnya keluar. Mereka berdua tidak menderita lama, cepat menghembuskan napas terakhir menyusul arwah Liong Kiat yang tewas lebih dulu.
"Tok-siauw-kwi, kau benar keji dan ganas...!" Tan Liu Nio marah sekali dan
menjadi nekat, menyerbu dengan pedangnya. Sambil tersenyum Lu Sian menangkis dan
mengerahkan tenaga. "Tranggg...!" pedang Tan Liu Nio terlepas dari tangannya.
Dengan kakinya Lu Sian menendang, membuat tubuh Tan Liu Nio roboh terguling, kemudian matanya yang sudah menjadi beringas itu berkilat ketika pedangnya ditusukkan ke bawah.
"Trangggg!" Lu Sian meloncat ke belakang, wajahnya pucat, matanya terbelalak memandang kepada Yap Kwan Bi
yang ternyata telah menangkis pedangnya.
"Kau... kau Tok-siauw-kwi....?"" dengan pedangnya Kwan Bi menuding kepada kekasihnya.
"Orang menamakan aku begitu, namaku Lu Sian, kau
tahu...." "Kau.... kau perempuan hina...! Kau telah membunuh tiga orang Suhengku dan hendak membunuh Suciku" Keparat jahanam! Kubunuh engkau....!"
Yap Kwan Bi menyerang, akan tetapi karena tubuhnya
masih lemah, sekali ditangkis ia roboh terguling, dan Lu Sian yang mukanya menjadi pucat itu tiba-tiba meludah. "Cih, kiranya kau pun sama saja! Laki-laki berhati palsu! Mual perutku melihatmu!" setelah berkata demikian,
sekali berkelebat Lu Sian lenyap dari tempat itu.
Yap Kwan Bi menangis menggerung-gerung ketika menyaksikan keadaan tiga orang suhengnya yang tewas
dalam keadaan demikian mengerikan. ia menjambaki rambutnya dan memukuli kepalanya sendiri seperti orang gila.
Percuma saja Tan Liu Nio menghiburnya. Akhirnya murid
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
wanita Siauw-lim-pai itu berlari cepat melaporkan ke kuil Siauw-lim-si. Tentu saja berita ini menimbulkan geger. Cheng Han Hwesio dan Cheng Hie Hwesio sendiri bersama beberapa orang sute berlari-lari ke arah hutan itu dan apa yang mereka dapatkan" Yap Kwan Bi telah tewas di samping ketiga orang suhengnya, lehernya hampir putus dan tangan kanan penuh darahnya sendiri. Ia telah membunuh diri karena telah
menyesal! Sementara itu, Lu Sian sudah mempergunakan Ilmu Coatin-hui untuk berlari cepat sekali. Ia merasa kecewa dan menyesal. Ia benar-benar muak mengingat kepalsuan cinta kasih Kwan Bi yang tadinya dikira benar-benar suci murni.
Bahkan pengalaman ini membuat ia makin muak terhadap
laki-laki, makin tidak percaya, dan makin sakit hati. Di samping kekecewaannya, ia pun merasa girang bahwa ia
berhasil mengambil kitab Ilmu Im-yang-tiam-hoat dari Siauwlim-pai. Ia gemas kepada orang-orang Siauw-lim-pai yang telah menghancurkan ikatan cinta kasihnya dengan Kwan Bi, maka kini pikirannya tertuju kepada Su Pek Hong atau Su-nikouw di Kuil Kwanim-bio. Ia harus dapat merampas
kepandaian nikouw itu, ilmu yang membuat ia selamanya
takkan menjadi tua! Ia akan memaksa pendekar wanita
Siauw-lim-pai itu untuk menyerahkan rahasia kepandaiannya!


Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hari telah malam ketika ia tiba di Kuil Kwan-im-bio. Kuil itu telah menutup daun pintu depan, akan tetapi sebuah lampu gantung menerangi ruangan depan, Lu Sian menghampiri
pintu dan mengetuk. Terdengar suara langkah kaki dari dalam menuju pintu dan sebelum daun pintu dibuka, suara lembut seorang pendekar wanita bertanya.
"Siapakah yang datang di luar dan ada keperluan apa malam-malam mengunjungi Kwan-im-bio?" "A ku Lu Sian, mohon bertemu dengan Su-nikouw!"
Ketika Su-nikouw keluar dan melihat Lu Sian, ia tersenyum ramah dan menegur. "Eh, kiranya Lu-lihiap yang datang.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Keperluan apakah gerangan yang membawa Li-hiap malammalam datang mengunjungi tempatku yang buruk" Dan di
mana adanya Kwan Bi?"
Akan tetapi nikouw ini mengerutkan keningnya ketika
melihat pandang mata Lu Sian amat berlainan dengan
beberapa hari yang lalu, bahkan ia melihat Lu Sian
membanting kaki lalu berkata tak manis. "Tak perlu kita berpanjang kata, Su-nikouw. Kedatanganku ini hanya perlu minta kepadamu agar kau membuka rahasiamu tentang ilmu
awet muda!" Lu Sian mengancam dengan suara dan pandang matanya. Kalau kemarin dulu ketika datang ke sini bersama Kwan Bi ia merasa suka kepada pendeta wanita yang awet
muda ini, sekarang ia memandangnya dengan mata benci dan Su-nikouw kelihatan tidak menyenangkan hatinya lagi.
Memang pengaruh rasa benci amat jahat, membutakan mata.
Karena ia merasa sakit hati kepada Siauw-lim-pai, menimbulkan benci di hatinya dan siapa pun orangnya yang sudah mabok rasa benci, pandang matanya akan berbalik!
Akan tetapi Su-nikouw orangnya sabar. Ia sudah mampu
menguasai batinnya dan ia memandang Lu Sian dengan
senyum wajar. "Li-hiap, biarpun pinni merasa heran sekali atas perubahan sikapmu ini, namun penolakan pinni bukan
disebabkan oleh sikapmu, melainkan karena rahasia ini kalau terjatuh ke tangan wanita yang belum sadar akan kebenaran, hanya akan merugikan dirinya sendiri saja. Kemudaan dan kecantikan pada usian tua hanya akan menyelewengkan hati, membesarkan nafsu, dan percayalah, kelak di waktu kau
sudah berusia tua, kecantikan dan kemudaan yang disertai nafsu itu akan menyeretmu ke lembah kesengsaraan belaka.
"Tak usah banyak cerewet!" Lu Sian membentak. Lajim, orang yang sudah membenci seorang yang lain, apa pun yang keluar dari mulut orang yang di benci itu selalu diterima keliru dan tak dipercaya. "Kauserahkan secara baik-baik atau dengan paksaan, aku harus mendapatkan rahasia itu!"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Su-nikouw menghela napas. "Lu-lihiap, pikiranmu sedang kacau, batinmu sedang gelap. Biarlah lain kali kau datang kembali bersama Yap Kwan Bi, kita bicarakan hal ini perlahan-lahan secara baik-baik."
Alis yang hitam kecil itu bergerak, disusul gerakan tangan kiri dan Su-nikouw cepat mengelak dengan menjatuhkan diri ke belakang. Namun terlambat. Jalan darah di pundak kirinya tertusuk sebatang Siang-tok-ciam! Nikouw itu terhuyung lalu menjatuhkan dirinya di atas sebuah kursi, memandang pada Lu Sian dengan mata terbuka lebar saking heran dan
kagetnya. Sambil tersenyum dingin Lu Sian berkata perlahan. "Kau sudah terluka Siang-tok-ciam, obat pemunahnya hanya
padaku. Lekas kau keluarkan rahasia ilmu awet muda untuk ditukar dengan obat pemunahku."
Su-nikouw yang masih duduk di atas kursi kelihatan
tenang-tenang saja. "Omitihud.... kau ini wanita muda sungguh ganas, kasihan sekali kau tersesat jauh tanpa
kausadari! Seorang pertapa seperti aku ini, menganggap
kematian sebagai pembebasan jiwa daripada kurungan raga yang banyak kehendak dan lemah. Racun jarummu yang
mengancam nyawaku sama sekali tidak membikin pinni takut."
Diam-diam Lu Sian menjadi kecewa sekali. Celaka, pikirnya.
Ia tidak bermaksud membunuh, hanya mengancam, akan
tetapi kalau wanita gundul ini nekat menghadapi kematian, tidak mau menukar obat pemunah dengan rahasia ilmu awet muda, bagaimana"
"Nikouw bandel! Mengapa hendak kaukangkangi sendiri ilmu itu" Apakah kau hanya ingin muda sendiri dan cantik sendiri" Ilmu seperti itu saja mengapa kau hargai daripada nyawamu?"
Su-nikouw menggeleng kepala. "Ilmu ini adalah ilmu yang bersumber pada ilmu dari Siauw-lim-pai, ilmu menguatkan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tubuh pelajaran Siauw-lim-pai yang kuperkembangkan.
Merupakan rahasia Siauw-lim-pai, tak boleh sembarangan
diajarkan orang luar, apalagi untuk maksud buruk. Tidak, biarlah kau pergi, pinni akan mati tanpa mengeluh!"
Tiba-tiba Lu Sian tertawa. "Hi-hik, enak saja kau ingin mati.
Mana aku membiarkan kau mati begitu saja kalau kau tidak mau membuka rahasia itu" Ketahuilah, Su-nikouw, racun
jarumku itu memiliki daya pembangkit nafsu berahi! Racun Ngo-tok-hwa (Lima Bunga Beracun) telah mengalir di dalam jalan darahmu. Tidak terasakah olehmu Nikouw tolol, betapa ujung hidungmu mencium bau wangi dan tulang punggungmu
berdenyut keras" Sebelum mati oleh racun, kau terserang oleh rangsangan berahi dan aku akan mengerammu dalam kamar
bersama seorang laki-laki yang kupaksa menemanimu.
Hendak kulihat, bagaimana malunya jiwamu kalau pada saat kematianmu engkau melakukan pelanggaran yang paling
besar bagi seorang pendeta wanita!"
Napas Su-nikouw terengah-engah, mukanya pucat dan
matanya memandang penuh kengerian. "Ah, jangan....
jangan....! sebenarnya siapakah engkau ini, begini keji?"
"Orang menyebutku Tok-siauw-kwi." "Aahhh... kiranya engkau Tok-siauw-kwi...?" Nikouw itu makin ketakutan, karena ia mendengar nama julukan ini sebagi seorang tokoh kang-ouw yang amat keji dan ganas, maka ancaman tadi
bukan tak mungkin dilakukan oleh Tok-siauw-kwi yang
terkenal kejam. Pula, ia memang sejak terluka tadi mencium bau harum yang aneh dan memang betul tulang punggungnya berdenyutan keras! Tentu saja sebagai seorang tokoh Siauwlim-pai yang lebih mementingkan pelajaran batin, nikouw ini tidak tahu tentang segala racun, dan ia tidak tahu bahwa Lu Sian sebenarnya membohong. Siang-tok-ciam yang merah itu memang berbahaya dan racunnya cukup jahat untuk
merampas nyawa korbannya, akan tetapi sekali-kali tidak akan menimbulkan gejala nafsu berahi segala. Dia sengaja
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
mengeluarkan ancaman ini karena dengan tepat ia menduga bahwa hal seperti itu jauh lebih mengerikan daripada
kematian bagi seorang wanita pertapa yang saleh!
"Bagaiman" Aku mengenal seorang kepala rampok dalam hutan, usianya tiga puluh tahun, tubuhnya tinggi besar seperti raksasa, mukanya penuh cambang bauk dan kaki tangan serta dadanya juga penuh bulu seperti monyet. Dia tunduk
kepadaku dan dia amat suka kepada wanita yang wajahnya
bersih. Tentu dia akan senang sekali mendapatkan engkau yang masih kelihatan muda dan cantik ini! "
Su-nikouw bergidik. Meremang bulu tengkuknya mendengar gambaran tentang laki-laki itu. Tak tertahan lagi ia menangis, hal yang selama sepuluh tahun lebih tak pernah ia lakukan. "Baiklah, baiklah...., kuberikan rahasia ilmu itu kepadamu." Ia lalu masuk ke dalam kamar dan keluar lagi membawa sebuah kitab tipis tulisan tangan hasil pekerjaannya sendiri.
"Tidak mudah mencapai tingkat seperti aku." katanya.
"Untuk dapat mengalahkan kerusakan kulit daging dan tulang, kau harus memiliki dasar ilmu I-kin-swe-jwe (Ganti Otot Cuci Sumsum) dan untuk pelajaran itu, menyesal pinni tidak dapat memberi karena kitabnya tersimpan di Siauw-lim-pai. Akan tetapi seorang berkepandaian tinggi seperti engkau ini tentu akan dapat mempelajarinya dengan mudah. Hanya saja, ilmu I-kin-swe-jwe yang paling hebat di dunia ini hanyalah dari Go-bi-pai, di samping Siauw-lim-pai tentu saja. Nah, setelah kau memiliki ilmu itu, engkau pelajari samadhi seperti tertunjuk dalam kitab ini, dan makan akar dan daun yang sudah tertulis lengkap pula di situ."
Cepat Lu Sian menyambar kitab itu dan membuka-bukanya
sebentar. Ia percaya bahwa nikouw itu tidak akan
membohonginya, maka ia pun lalu mengeluarkan obat
pemudah dari sakunya sambil tertawa. "Siang-tok-ciam
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
senjata rahasiaku memang mematikan, akan tetapi mana bisa membangkitakan nafsu berahi?"
Nikouw itu marah sekali, bangkit berdiri dan menahan diri sedapatnya untuk tidak memaki-maki. Akan tetapi setelah memberikan obat pemunahnya, Lu Sian sudah melompat
keluar dan menghilang di tempat gelap sambil membawa kitab yang amat diinginkannya itu.
Su-nikouw kembali menjatuhkan diri di atas kursi dan
menarik napas panjang berkali-kali. "Su Pek Hong... Su Pek Hong..... inilah hukumannya kalau orang tidak mentaati
nasehat guru! Mendiang Suhu dahulu pernah bilang bahwa
ilmu awet muda ini mengandung sifat berbahaya dan tidak baik marena menentang hukum alam! Betul kau hanya
menghendaki awet muda demi kesehatan, namun wanita lain tentu akan menganggapku pesolek dan ingin cantik selalu.
Dan wanita yang selalu ingin cantik seperti ingin mendapat perhatian dan pujian laki-laki. Ah, betapa memalukan. Su Pek Hong, kau sudah tua, mengapa tidak mau menerima
kekuasaan alam" Jadilah nenek-nenek yang penerima,
hadapilah kematian usia tua yang sewajarnya, dan tentu tidak akan mengalami hal yang begini memalukan..." Dengan wajah duka pendeta wanita ini lalu mempergunakan obat pemunah racun yang ditinggalkan Lu Sian.
Harta benda, kepandaian, dan kekuasaan duniawi adalah
anugerah, bukti kemurahan Tuhan kepada manusia. Namun,
dalam anugerah ini terbawa pula ujian yang amat berat. Siapa yang kuat
menerima anugerah ini, ia akan dapat menikmatinya lahir batin. Sebaliknya, mereka yang tidak kuat menghadapi ujian ini, hanya akan menikmati pada lahirnya saja, sedangkan pada batinnya mereka akan mengalami
kemunduran yang akan membawa mereka kepada kesengsaraan. Namun diantara tiga macam anugerah itu, yang paling
berbahaya akibatnya bagi mereka yang tidak kuat adalah
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kekuasaan. Harta benda dapat menjadikan orang menjadi
hamba nafsunya sendiri, kepandaian dapat menjadikan orang menjadi sombong, tinggi hati dan memandang rendah orang lain. Akan tetapi kekuasaan yang timbul dari kekuatan
ataupun kedudukan, amatlah berbahaya karena dapat
menjadikan orang sewenang-wenang terhadap orang lain,
mau menangnya sendiri saja tanpa menhiraukan tatasusila dan perikemanusiaan.
Liu Lu Sian termasuk orang yang mendapat anugerah
kekuatan, hasil dari pada banyaknya macam ilmu silat yang ia kuasai. Makin pandai, makin kuatlah dia dan makin besar kekusaannya terhadap orang lain mentaati kehendaknya.
Ia menjadi mabok akan kekuatan sendiri, ingin menang
sendiri dan tidak peduli akan perikemanusiaan. Makin ia turuti nafsunya makin hebatlah nafsu menggulung dirinya. Makin ia turuti kemurkaannya akan ilmu, ia makin tidak puas dan
menghendaki lebih. Sepak terjangnya makin liar menjadi-jadi, sehingga beberapa tahun kemudian nama Tok-siauw-kwi
menggemparkan dunia persilatan sebagai seorang tokoh yang ganas, liar, kejam dan ditakuti.
Untuk mematangkan ilmu yang dirampasnya dari Sunikouw, seorang diri Lu Sian memasuki Go-bi-pai dan berhasil mencuri kitab Cap-sha-seng-keng (Kitab Ilmu Tiga Belas
Bintang) yang selain mengajarkan latihan lwee-kang dan
langkah-langkah kaki, juga Ilmu I-kin-swe-jwe (Ganti Otot Mencuci
Sum-sum) seperi yang ia butuhkan. Ilmu kepandaiannya meningkat cepat sekali dan kini Tok-siauw-kwi Liu Lu Sian benar-benar menjadi seorang wanita sakti yang sukar dicari tandingannya. Di Go-bi-pai ia dikeroyok para hwesio, akan tetapi sanggup melarikan diri dengan hanya menderita luka ringan setelah merobohkan banyak hwesio Go-bi-pai yang terkenal konsen!
Bukan hanya Go-bi-pai yang ia serbu, juga ia naik ke
Puncak Hoa-san, mencuri pedang pusaka Pek-giok-kiam
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
(Pedang Pusaka Kumala Putih) yang menjadi pedang pusaka Hoa-san-pai. Dalam pertempuran ia dikeroyok dan berhasil merobohkan lima orang anak murid Hoa-san-pai yang tewas oleh pedangnya yang ganas dan dahsyat. Kemudian ia lari lagi sehingga semenjak saat itu ia menjadi seorang buruan dicari dan dikejar oleh orang-orang Siauw-lim-pai, Go-bi-pai dan Hoa-san-pai! Namun berkat gerakannya yang lincah, ginkangnya yang tinggi serta kecerdikannya yang seperti setan, ia selalu berhasil meloloskan diri.
Bukan hanya itu semua kehebohan yang ia perbuat di
dunia kang-ouw. Banyak golongan persilatan yang sengaja ia datangi untuk diajak bertanding, mengalahkan ketuanya dan merobohkan banyak sekali tokoh kenamaan sehingga
namanya menjulang tinggi, bahkan melewati nama besar
ayahnya sendiri, Pat-jiu Sin-ong! Yang paling hebat adalah ketika ia mendatangi Kong-thong-pai karena mendengar berita bahwa Ilmu Pedang Kong-thong-pai amat lihai. Ia datang
sengaja hanya untuk menantang ketua Kong-thong-pai
bertanding ilmu pedang! Juga di Kong-thong-pai ini Lu Sian merobohkan banyak tokoh, sungguhpun ia belum sanggup
mengalahkan ilmu pedang Ketua Kong-thong-pai yang
bernama Kim Leng Tosu. Namun ia menang cekatan dan
lincah sehingga kekalahannya dalam ilmu pedang dapat ia atasi dengan kelincahannya.
Demikianlah selama sepuluh tahun Lu Sian malangmelintang di dunia kang-ouw, ilmu kepandaiannya makin
hebat, akan tetapi berkat ilmunya awet muda, wajahnya
masih tetap cantik jelita, tubuhnya menyiarkan keharuman yang khas sedangkan bentuk tubuhnya masih menggairahkan seperti seorang gadis remaja.
Betapa pun liar dan ganas watak Lu Sian, sebagai seorang ibu kadang-kadang ia merasa rindu kepada puteranya, Bu
Song. Rasa rindu inilah yang akhirnya membawa kedua
kakinya melangkah menuju propinsi Shansi. Pada waktu itu,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kerajaan Cin Muda telah roboh, terganti dengan kerajaan baru yang disebut Kerajaan Han Muda. Propinsi Shan-si telah
berdiri sendiri dan menjadi Kerajaan Hou-han. Akan tetapi alangkah kecewa hatinya ketika ia mendengar kabar bahwa bekas suaminya, Kam Si Ek, telah meletakkan jabatan dan telah pindah. Tak seorang pun tahu ke mana pindahnya Kam Si Ek, bekas suaminya. Hatinya menjadi dingin kembali dan ia hanya percaya bahwa puteranya, Bu Song, tentu saja hidup aman sentausa disamping bekas suaminya.
Sambil makan di sebuah rumah makan di kota raja Houhan, Lu Sian termenung. Kalau teringat akan puteranya, ingin ia menangis. Namun hatinya yang keras mencegahnya
berduka lebih lama lagi. "Lebih baik dia tidak mengenal aku sebagai ibunya,"
demikian pikirnya. Bagaimana kalau puteranya itu bertemu dengannya dan mengenalnya sebagai seorang ibu yang
meninggalkan anaknya" Apalagi kalau mengenal bahwa
ibunya adalah Tok-siauw-kwi, iblis betina yang ditakuti orang"
Lu Sian tersenyum dan dengan gemas ia meneguk cawan
araknya yang ke sembilan kalinya. Cara ia menuangkan arak ke mulut dan langsung ke perut melalui tenggorokan
menandakan bahwa ia sudah biasa dengan minuman keras ini dan memang jarang sekali ada wanita yang dapat minum arak seperti dia itu. Cara ia minum adalah cara seorang "setan arak" benar-benar.
Tiba-tiba Lu Sian menengok ke kiri. Perasaannya yang
tajam membuat ia tahu bahwa ia diperhatikan orang dari arah kiri. Pemuda yang sedang memandangnya itu nampak gugup, hendak menundukkan muka atau pura-pura tidak melihat,
namun pandang matanya seakan-akan lekat pada wajah ayu
itu. Lu Sian tersenyum, membuang muka akan tetapi matanya yang tajam mengerling, tajam melebihi pedang. Hatinya pun tergetar. Betapa tidak" Pemuda itu tampan bukan main.
Tubuhnya tinggi tegap, mukanya halus putih seperti muka
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
wanita, namun alisnya hitam tebal, matanya lebar bercahaya terang dan tajam seperti mata harimau. Wajah tampan dan tubuh tegap seorang pria ganteng selalu masih menggerakkan hati Lu Sian, biarpun usianya sudah empat puluh tahun!
Semenjak hatinya yang mengalami cinta kasih telah
dikecewakan oleh Kam Si Ek, Tan Hui dan yang terakhir murid Siauw-lim-pai Yap Kwan Bi, ia menganggap pria hanya
manusia jenis lain yang menarik, dan hanya tepat dijadikan permainan belaka untuk memuaskan nafsunya. Semenjak ia
merantau, banyak sudah pria yang jatuh bertekuk lutut oleh kecantikannya yang luar biasa, akan tetapi setelah Lu Sian mempermainkannya dan laki-laki itu benar-benar telah roboh hatinya, selalu Lu Sian meninggalkannya pergi dan tertawa puas melihat bekas kekasih ini menjadi patah hati, menjadi gila atau setengah gila!
Selagi Lu Sian berdebar hatinya bertemu dengan seorang
pemuda tampan remaja paling tinggi berusia dua puluh dua tahun ini, tiba-tiba terdengar angin mendesir dan pandang mata Lu Sian yang tajam berkelebatnya senjata rahasia halus menyambar ke arah Si Pemuda Tampan! Melihat sikap
pemuda itu yang seorang pemuda pelajar yang tak mengerti ilmu silat, Lu Sian merasa khawatir sekali, maka ia lalu menjemput nasi dengan sumpitnya dan sekali menggerakkan tangan, nasi itu menyambar ke arah sinar senjata rahasia menjadi butiran-butiran nasi dan runtuh ke bawah tanpa
mengeluarkan suara!! Pemuda itu masih enak-enak minum araknya dan memang
ia tidak tahu akan adanya bahaya yang tadi mengancam
nyawanya. Setelah senjata-senjata rahasia jarum itu runtuh terdengar orang berseru di luar rumah makan, "Biar ada yang melindungi, kita harus bunuh pangeran ini! " Dan muncul ah tiga orang laki-laki tinggi besar yang membawa golok
telanjang di tangan. Pemilik rumah makan dan dua orang
pelayannya ketakutan, juga dua orang lain yang sedang duduk makan di situ lari keluar. Pemuda tampan itu pun kelihatan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
terkejut sekali mendengar ucapan ini, bangkit berdiri dari kursinya dan mukanya pucat. Gerakan ini saja menyakinkan Lu Sian bahwa pemuda yang diserang tadi benar-benar tak pandai silat, maka ia melirik ke arah tiga orang tinggi besar itu. Orang-orang yang kasar akan tetapi tidak seperti
penjahat. Betapapun juga, melihat mereka menyerbu ke arah pemuda yang kini berteriak, "Tolong! Tolong!" itu, Lu Sian tidak mau tinggal diam saja. Tangan kirinya bergerak tanpa ia bangkit dari kursinya. Terdengar tiga orang itu berteriak kesakitan dan roboh bergulingan menabrak meja kursi. Mata mereka mendelik, dari dalam hidung dan telinga keluar darah dan nyawa mereka sudah putus!
"Keparat dari mana berani membunuh murid-murid
keponakanku?" Terdengar bentakan keras dan melayanglah tubuh seorang tosu yang bersenjata pedang, langsung
menghantamkan pedangnya dari atas ke bawah tepat di atas kepala Lu Sian! Wanita sakti ini hanya tersenyum, sama sekali tidak menoleh, akan tetapi tiba-tiba kursi yang didudukinya mencelat ke samping dan ia masih enak-enak duduk di
atasnya. Pedang itu menyambar terus ke bawah dan
"crakkkkk!!" meja yang tadi berada di depan Lu Sian terbelah menjadi dua potong! Pemuda yang sebenarnya seorang
pangeran yang menyamar itu menggigil ketakutan, juga tiga orang pengurus rumah makan kini berjongkok bersembunyi di balik meja.
Si Tosu ternyata bertubuh tinggi kurus, usianya hampir lima puluh tahun, wajahnya pucat seperti orang berpenyakitan.
Namun menyaksinkan betapa sekali bacok ia dapat membelah meja yang tebal, dapat dibayangkan betapa besar tenaganya dan betapa tajam pedangnya. Hampir ia tidak percaya ketika pedangnya hanya mengenai meja sedangkan wanita muda
yang ia bacok itu masih enak-enak duduk di atas kursi dekat sebuah meja lain. Ia membalikkan tubuh, mengeluarkan
seruan marah dan melompat ke arah Lu Sian, menerjang
dengan pedang diputar cepat.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Trakkk!" Pedang itu berhenti di tengah-tengah dan kiranya telah terjepit sepasang sumpit yang berada di tangan Lu Sian, Si Tosu mengerahkan tenaga membetot, namun sia-sia karena pedangnya seakan-akan terjepit oleh jepitan baja yang amat kuat. Mendadak Lu Sian melepaskan jepitannya sehingga Si Tosu terhuyung mundur. Sepasang sumpit itu melayang ke
arah lambung dan leher. Namun Si Tosu ternyata cukup gesit karena ia mampu membuang diri ke samping dan bergulingan menyelamatkan diri. Akan tetapi baru saja ia melompat
bangun, sinar merah menyambarnya. Tosu itu memutar
pedang dan banyak jarum runtuh, namun sebatang jarum
masih dapat menerobos dan menancap di dadanya. Tosu itu mengeluh dan terguling roboh. Ia mencabut jarum di dadanya dan melihat jarum merah serta mencium bau harum, matanya terbelalak memandang Lu Sian, telunjuknya menuding dan
mulutnya berseru, "Kau... Tok-siauw-kwi....!" Namun ia tak dapat bicara lebih lanjut karena racun jarum telah mencapi jantungnya dan ia mati dengan mata mendelik. Lu Sian hanya tersenyum dan masih duduk menghadapi meja.
Tiga orang pemilik dan pengurus rumah makan itu segera
keluar dari tempat sembunyi mereka dan berlutut di depan Si Pemuda Tampan. "Syukur bahwa Tuhan masih melindungi Paduka...."
"Sssst, sudah jangan banyak ribut. Lebih baik lekas laporkan kepada penjaga keamanan kota dan mengurus
empat mayat penjahat itu." Kata Si Pemuda, kini sikapnya agung dan sudah tenang kembali. Ia lalu melangkah
menghampiri Lu Sian, merangkap kedua tangan di depan dada sambil membungkuk memberi hormat.
"Li-hiap (Nona Perkasa) telah menolong nyawa saya, sungguh merupakan budi amat besar dan membuat saya
bingung bagaimana saya akan dapat membalas budi itu."
Ucapannya halus dan tutur katanya sopan menyenangkan.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Lu Sian segera bangkit berdiri dan membalas penghormatan orang, bibirnya tetap tersenyum manis kerling matanya benar-benar mengiris jantung. "Ah, urusan kecil seperti itu bukan berarti menghutangkan budi. Ada orang-orang jahat hendak membunuh Kong-cu, bagaimana saya
dapat berpeluk tangan saja?"
Pemuda itu memandang penuh kagum dan ia tidak
menyembunyikan rasa kagum ini, bukan hanya kagum akan
kehebatan kepandaian wanita ini, namun juga kagum akan
kecantikannya yang luar biasa, akan bau harum semerbak
yang memabokkannya, yang keluar dari tubuh wanita itu.
"Hebat sekali, Li Hiap! Kalau tidak menyaksikan dengan mata sendiri, mana mungkin saya percaya di dunia ini ada seorang yang kepandaiannya seperti dewi, sedangkan Li-hiap begini can.... eh, muda" Tadi pun merupakan teka-teki bagi saya siapa gerangan yang membuat tiga orang penyerang saya
jatuh tersungkur dan tewas seketika. Kalau tidak ada
penyerang ke empat tadi, sampai mati pun saya mungkin
tidak percaya bahwa Li-hiap yang telah menolong saya."
Berdebar jantung Lu Sian. Laki-laki ini sungguh menarik hati dan menyenangkan. Rasa kagum yang terpancar dari
matanya dan pujian yang keluar dari mulutnya sama sekali bukanlah kosong dan menjilat sifatnya, melainkan langsung keluar dari hati. Ia dapat membedakan hal ini. Sambil menjura lagi dan memperlebar senyumnya sehingga sedikit deretan gigi putih berkilau tampak, ia berkata, "Ah, Kongcu terlalu memuji dan membesar-besarkan. Bukankah Kongcu seorang
Pangeran, kalau tidak salah pendengaran saya" Inilah yang mengagumkan, melihat seorang pangeran berada di luar
istananya dengan berpakaian seperti rakyat biasa, benar-benar jarang sekali dapat ditemui pada jaman kini."
Pemuda itu tersenyum. "Apa sih bedanya pangeran dan orang biasa" Li-hiap, sekali lagi, katakanlah bagaimana saya harus membalas budimu?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Telah saya katakan tadi, tidak ada penghutangan budi.
Kalau Kong-cu hendak melakukan sesuatu untuk menuruti
permintaanku, saat ini tidak ada keinginan lain di hatiku kecuali keterangan mengapa Kongcu sebagai pangeran
diserang oleh empat orang ini dan siapakan mereka?"
Pemuda itu menggerakan kipasnya untuk mengipas leher,
padahal ia menggunakan benda itu untuk menutup mulutnya dari orang lain agar kata-katanya tidak terdengar orang lain kecuali Lu Sian, kemudian berkata perlahan, "Li-hiap disini bukan tempat kita bicara tentang itu. Saya
persilakan Li-hiap singgah di gedung kami, sudikah Li-hiap memberi penghormatan itu?"
"Ayaaa....! Kong-cu

Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

benar-benar terlalu merendah! Undangan itu justru merupakan kehormatan besar sekali
bagiku. Terima kasih Kongcu, tentu saja saya bersedia
memenuhi undangan Kongcu."
Pada saat itu terdengar langkah kaki banyak orang dan
masuklah tujuh orang berpakaian seragam yang serta-merta menjatuhkan diri berlutut di depan pemuda itu, "Bangunlah!"
kata Sang Pangeran dengan sikap berwibawa. "Urus empat mayat ini dan selidiki kalau-kalau masih ada teman-teman mereka berkeliaran dalam kota!"
Mereka bangkit dengan sikap hormat. "Sediakan dua ekor kuda untuk kami!" kata pula pemuda itu. Cepat sekali dua orang di antara mereka keluar dan terdengarlah tak lama kemudian derap kaki dua ekor kuda di depan pintu rumah
makan. "Li-hiap, mari kita berangkat." Ajak Si Pangeran. Ketika Lu Sian hendak membayar harga makanan, cepat-cepat Si
Pemilik Rumah Makan mencegah dengan ucapan manis.
"Harap Li-hiap tidak usah repot-repot. Semua yang berada di sini hamba sediakan untuk keperluan Sang Pangeran dan
sahabat-sahabat beliau!"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Pangeran itu tersenyum dan mengajak Lu Sian keluar. Dua ekor kuda besar dan lengkap pakaiannya telah tersedia.
"Silakan, Li-hiap," ajak pemuda itu. Lu Sian tidak sungkan-sungkan lagi, segera melompat ke atas pelana kuda, di kuti oleh pangeran itu. Mereka segera menjalankan kuda, di kuti pandang mata kagum dari belakang.
Karena pernah tinggal di kota ini bersama suaminya,
walaupun jarang keluar Lu Sian mengenal jalan dan tahu pula bahwa pemuda itu mengajaknya memasuki halaman sebuah
gedung besar yang dahulu menjadi isatana Gubernur Li!
Hatinya berdebar tidak enak, khawatir kalau-kalau ada orang mengenalnya. Akan tetapi ia menjadi lega ketika teringat bahwa sudah lewat belasan tahun sejak ia berada di sini, pula dahulu ia tidak pernah keluar rumah dan tak pernah bertemu dengan para pembesar di tempat ini. Selain itu, ia percaya bahwa ilmu awet muda membuat ia takkan dikenal orang,
karena biarpun usianya sudah empat puluhan, namun ia tetap kelihatan seperti seorang gadis dua puluh tahun lebih!
Bekas gedung Gubernur Li itu memang kini menjadi istana raja. Komplek bangunannya banyak sekali dan pemuda ini
bertempat tinggal di sebuah gedung sebelah kiri belakang.
Begitu kuda mereka diurus oleh pelayan, mereka memasuki gedung.
Banyak sekali pelayan laki-laki
dan wanita menyambut mereka penuh penghormatan.
"Sampaikan kepada Thai-thai (Nyonya Besar) bahwa aku hendak
menghadap bersama seorang pendekar wanita yang telah
menolongku." Kata Pangeran itu dengan sikap gembira kepada seorang pelayan wanita. Mendengar ini, para pelayan
memandang Lu Sian penuh perhatian dan kagum.
Pangeran itu mempersilakan Lu Sian duduk di ruang tamu
yang amat indah. Dengan kagum Lu Sian memandangi
lukisan-lukisan dan tulisan-tulisan yang bergantungan di sepanjang dinding. Alangkah bedanya dengan suaminya
dahulu, pikirnya. Suaminya itu biarpun seorang jenderal
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
ternama, hidupnya sederhana dan gedungnya tidak semewah dan seindah ini.
"Li-hiap, bolekah saya mengetahui nama Li-hiap yang terhormat?" Lu Sian terkejut. Kalau ia mengakui namanya, ada bahayanya orang mengenalnya sebagai bekas isteri Jenderal Kam Si Ek! Ia tersenyum manis dan menjawab, "Saya seorang wanita perantau yang tidak pernah mengingat nama. Seingat saya, nama saya Sian, akan tetapi orang-orang menjuluki saya..."
"Tok-siauw-kwi" Sungguh terlalu ketika aku mendengar tosu keparat itu memakimu Tok-siauw-kwi! Kau patutnya
seorang Sian-li (Dewi) dan mungkin Li-hiap benar-benar
seorang Dewi karena namanya Sian (Dewa). Biarlah bagi saya, Li-hiap adalah seorang Sian-li dan selanjutnya kusebut begitu..
Ah, Kongcu benar-benar membuat saya malu dengan
pujian-pujian muluk. Dan siapakah Kongcu" Apakah Thai-cu (Pangeran Mahkota)?"
"Ah, bukan... bukan! Saya hanya seorang pangeran yang lahir dari seorang selir, ibuku selir ke tiga dari Sri Baginda.
Namaku Lie Kong Hian."
Lu Sian mengangguk-angguk dan pada saat itu muncul ah
seorang pelayan wanita yang memberitahukan bahwa nyonya besar
telah siap menerima puteranya dan seorang sahabatnya. "Marilah kita menghadap ibu. Beliau tentu girang sekali mendengar bahwa kau telah menolong nyawaku."
Lu Sian hanya tersenyum dan mengikuti pemuda itu
memasuki ruangan belakang. Gedung ini amat besar dan
indah, di sebelah dalamnya terdapat taman yang kecil namun indah sekali. Di sebelah belakang juga terdapat taman bunga yang dihias pintu bulan yang menembus ke taman gedung
sebelahnya. Di ruangan belakang, ibu pemuda itu sudah
menanti sambil duduk di atas kursi, seorang wanita yang usianya
empat puluh tahun lebih namun masih Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
memperlihatkan sisa-sisa kecantikannya. Di belakangnya
menjaga dua orang pelayan wanita yang memijit-mijit
punggungnya akan tetapi segera disuruh berhenti ketika
nyonya itu melihat masuknya Kong Hian dan Lu Sian.
"Ibu....!" Pemuda itu tanpa memberi hormat lagi merangkul pundak ibunya dengan sikap manja sekali. "Inilah Nona Sian-li yang telah menyelamatkan nyawa puteramu." Serta-merta Pangeran itu menceritakan betapa di dalam rumah makan ia diserang mata-mata musuh akan tetapi diselamatkan oleh
Sian-li (Dewi) yang perkasa ini.
"Nah, itulah jadinya kalau anak tidak mentaati nasihat orang tua." Sang ibu mengomel. "Kau senang sekali keluyuran di luar padahal kau tahu bahwa suasananya sedang tidak
aman. Kekuasaan-kekuasaan sedang timbul di mana-mana
untuk saling berlumba merebutkan kedudukan. Tentu saja
seorang pangeran seperti engkau ini menjadi sasaran gemuk.
Kong Hian, tanpa keluyuran di luar, kau di rumah kurang apa lagikah" Aahhh, dasar anak sukar diurus....!" Nyonya itu menarik napas panjang, kemudian menoleh kepada Lu Sian
yang berdiri menundukkan muka.
"Nona, banyak terima kasih atas pertolonganmu kepada puteraku. Alangkah akan tenang rasa hatiku kalau dia
mempunyai seorang pelindung seperti engkau yang selalu
mendampinginya! Agaknya Nona ini seperti Coa Kim Bwee,
sayang dia itu menjadi ibu ke tujuh Kong Hian, kalau tidak...."
"Ibu, urusan dalam istana kausebut-sebut di depan Li-hiap, mana dia tahu" Sudahlah, harap ibu beristirahat, aku mau mengajak tamu kita melihat-lihat taman." Ibunya tersenyum dan mengedipkan mata, kemudian menggerakkan tangan
memberi ijin mereka pergi meninggalkannya.
Sambil berjalan di samping Kong Hian memasuki taman
belakang yang lebih besar dari pada taman di dalam tadi, diam-diam Lu Sian merasa heran atas sikap selir raja yang ke tiga itu. Begitu bebas, bahkan ada sifat-sifat genit dan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
agaknya senang melihat puteranya bergaul dengan wanita.
Akan tetapi hanya sebentar saja ia memikirkan hal ini karena segera ia tertarik oleh keindahan taman, kehalusan tutur kata dan ketampanan wajah Kong Hian. Pemuda pangeran ini
pintar sekali mengarang sajak dan mengucapkannya dengan kata-kata berirama sehingga Lu Sian makin tertarik dan
teringat kepada Kwee Seng. Tanpa mereka sadari, percakapan menjadi lebih bebas dan kini mereka duduk berhadapan di antara bunga-bunga, di dekat pintu bulan sambil menikmati keindahan tubuh ikan-ikan emas yang berenang di dalam
empang teratai. "Sian-li..." Lu Sian memandang dengan alis terangkat.
Suara pemuda ini menggetar dan baru sekarang menyebutnya Sian-li begitu saja sedangkan tadinya menyebut Li-hiap atau kadang-kadang juga nona. Geli hatinya mendengar sebutan Dewi ini, akan tetapi juga senang. Lebih baik Sian-li (Dewi) daripada disebut Tok-siauw-kwi (Setan Cilik Beracun)!
"Hemmm...?" gumamnya sambil mengerling tajam.
Dengan gagap pangeran muda itu berkata. "Aku... aku akan merasa bahagia sekali kalau ucapan ibuku tadi menjadi kenyataan."
"Ucapan yang bagaimana?" "Kalau kau menjadi pelindung yang selalu mendampingiku!" Kong Hian menatap tajam dan melihat Lu Sian tersenyum, sama sekali tidak marah, ia lalu memegang tangan wanita itu. Jari-jari tangan mereka yang mengeluarkan getaran dan saling cengkeram menjadi bukti bahwa hati masing-masing telah menjawab
Akan tetapi dengan halus dan perlahan Lu Sian menarik
tangannya, tersenyum lebar dan berkata, "Apa salahnya" Akan tetapi sebagai calon pelindung, aku harus tahu lebih dulu mengapa kau perlu dilindungi dan siapakah para penyerangmu tadi, lalu apa syaratnya jika aku menjadi pelindungmu?"
Girang sekali wajah pangeran muda itu karena ia mendapat tanda bahwa wanita ini tidak akan menolaknya! Cepat ia
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
bercerita, "Empat orang itu adalah orang-orang yang bergabung dengan pemberontak, mereka itu bekas anak buah Jenderal Kam Si Ek yang sudah meletakkan jabatan."
Tentu saja disebutnya nama suaminya ini membuat Lu Sian terkejut, akan tetapi ia dapat menguasai perasaannya dan bertanya, "Mengapa meletakkan jabatan dan mengapa pula mereka memberontak?"
"Setelah Kerajaan Hou-han didirikan, Jenderal Kam Si EK
menentang karena hal itu ia anggap pengkhianatan terhadap kesetiaan kepada Dinasti Tang yang sudah roboh. Dia masih baik, hanya meletakkan jabatannya dan hidup mengundurkan diri ke dusun. Akan tetapi banyak di antara anak buahnya bersekutu dengan tokoh Tang, yaitu bekas Raja Muda Couw Pa Ong untuk memberontak dan selalu berusaha meruntuhkan kerajaan-kerajaan kecil yang sudah bangun, dengan jalan membunuhi para bangsawan dan keluarga raja."
Diam-diam Lu Sian terkejut. Nama Sin-jiu Couw Pa Ong
tentu saja sudah dikenalnya baik-baik, sungguhpun kini ia tidak gentar mendengar nama itu karena ilmu kepandaiannya sudah meningkat hebat, sehingga tidak perlu lagi takut
menghadapi orang-orang pandai seperti Couw Pa Ong atau
Kong Lo Sengjin yang lumpuh itu. Melihat Lu Sian tidak
terkejut disebutnya tokoh sakti ini, Kong Hian bertanya.
"Apakah Sian-li belum mendengar nama Couw Pa Ong?" Lu Sian mengangguk. "Kakek tua bangka lumpuh itu tentu saja pernah aku mendengar namanya, bahkan pernah bertemu
dengannya." Kagetlah hati Pangeran. "Dan kau tidak gentar menghadapinya?" "Ah, kakek seperti itu, hanya patut menakut-nakuti anak kecil."
Kong Hian memandang kagum sungguhpun hatinya masih
meragu apakah wanita cantik ini benar-benar akan sanggup menghadapi seorang sakti menakutkan seperti Couw Pa Ong.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Kalau begitu benar-benar aku mendapat perlindungan dewi dari kahyangan!" ia berseru girang.
"Kongcu, tadi ibumu menyebut-nyebut nama Coa Kim Bwee yang menjadi ibu ke tujuh darimu, siapakah dia dan mengapa ibumu membandingkan dia dengan aku?"
"Ah, dia itu selir ke tujuh dari Sri Baginda, maka terhitung ibu ke tujuh dariku. Dia masih amat muda, akan tetapi di antara semua penghuni istana, dialah paling lihai ilmu silatnya.
Dia itu dahulu puteri seorang jenderal yang berguru kepada orang-orang pandai. Memang dia hebat... eh, betapapun juga dibandingkan denganmu, dia bukan apa-apa!"
Lu Sian tersenyum lagi dan memainkan biji matanya. "Kau belum tahu sampai di mana kepandaianku, bagaimana bisa
menyatakan begitu" Agaknya Coa Kim Bwee itu amat lihai dan kau mengenal baik ibu tirimu itu!"
Wajah Pangeran ini mendadak menjadi merah sekali dan
mata tajam Lu Sian dapat menduga bahwa di antara pemuda tampan dan selir ayahnya tentulah ada hubungan mesra.
Sudah banyak ia mendengar tentang selir-selir raja yang masih muda mengadakan hubungan dengan putera-putera
raja yang muda dan tampan. Akan tetapi ia tidak peduli akan hal ini karena sepanjang pengalamannya, tak pernah ia
mendapatkan seorang pun laki-laki yang benar-benar hanya mencinta seorang wanita dan benar-benar "setia" seperti yang seringkali terdengung dari mulutnya.
"Lie-kongcu, sekarang apakah syarat-syaratnya kalau aku menjadi pengawal pribadimu?"
"Syaratnya" Eh... syaratnya tentu saja kau tidak boleh berpisah dari sampingku, siang.. malam... jadi... eh, kau selalu mendampingiku dan kalau kau suka menerimanya, aku... aku akan berterima kasih sekali. Biar aku berlutut di depanmu....!"
Pangeran muda yang sudah tergila-gila oleh kecantikan Lu Sian itu benar-benar hendak berlutut!
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Dengan halus Lu Sian menyentuh pundaknya, melarangnya
berlutut. "Nanti dulu, Kongcu. Kau mempunyai syarat, aku pun mempunyai permintaan sebagai syarat. Pertama, aku harus mendapat kebebasan bergerak di dalam istana ini, kecuali tempat tinggal Raja tentu saja." "Baik, baik, hal itu dapat dilaksanakan."
"Ke dua, di luar kehendakku, orang lain tidak boleh bertanya-tanya tentang
diriku, dan ke tiga, segala permintaanku harus kauturuti,
juga setiap saat aku meninggalkan tempat ini, tak boleh ada yang menghalangiku."
"Baik, baik, asal Sian-li suka menjadi pelindungku, pengawal pribadiku yang tak pernah meninggalkanku siang malam..."
"Dan tentang berlutut itu, nanti malam saja boleh kau berlutut sepuas hatimu!"
Mendengar ini, Si Pangeran Muda menjadi girang dan tanpa banyak cakap lagi ia lalu bangkit dan merangkul leher Lu Sian yang mandah saja terbuai dalam belaian Si Pangeran Muda yang muda dan tampan. Bahkan dengan halus ia berbisik.
"Senja telah lewat, di sini sudah mulai gelap dan dingin, lebih baik kita masuk saja."
Menghadapi rayuan seorang wanita yang berpengalaman
seperti Lu Sian Pangeran muda itu bertekuk lutut dan benar-benar jatuh. Sampai-sampai di dalam kamar Pangeran yang mewah dan bersih itu ketika mereka makan minum
menghadapi meja, Si Pangeran menuruti segala perintah Lu Sian biarpun ia disuruh minum arak dari sepatu Lu Sian yang dijadikan cawan! Disuruh berlutut, disuruh mengembalikan perhiasan apa saja yang dikehendaki Lu Sian. Memang tidak ada kegelian yang lebih menggelikan dapat menghinggapi
seorang pria daripada kalau ia sudah tergila-gila kepada seorang wanita!
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Dua hari dua malam Lu Sian dan Pangeran Lie Kong Hian
tak pernah meninggalkan kamar, tenggelam ke dalam
permainan nafsu. Pada pagi hari ke tiga, ketika Lu Sian terbangun dari tidurnya, pangeran itu sudah tidak berada di dalam kamar. Ia bangkit dan dengan malas-malasan Lu Sian duduk menghadapi cermin yang besar, mengambil sisir dan menyisir rambutnya yang dilepas sanggulnya dan terurai
panjang sampai ke pinggul. Rambutnya hitam halus,
berombak dan berbau harum. Sambil tersenyum-senyum puas dan girang karena kini ia merasai kenikmatan hidup seperti seorang puteri istana, tiba-tiba ia mendengar suara ribut-ribut di luar. Cepat ia bangkit dan mengintai dari balik pintu kamar.
Kagetlah hatinya ketika ia melihat Pangeran Lie Kong Hie berdiri dengan muka pucat dengan kedua lengan terpentang, sedangkan di depannya berdiri seorang wanita muda yang
cantik bersikap galak, membawa pedang di tangan dan di
belakangnya terdapat seorang gadis lain berpakaian pelayan, juga membawa pedang telanjang! Lu Sian cepat meraba
kantung jarumnya, sambil mengintai ia bersiap dengan jarum-jarum merahnya. Ia tidak segera turun tangan karena hendak melihat dan mendengar dulu apa yang terjadi. Kalau gadis cantik itu hendak membunuh Kong Hian, tentu ia akan
mendahuluinya dengan jarum-jarum yang tak pernah meleset!
"Kau bersekongkol dengan pemberontak!" Si Gadis membentak dengan suara yang yaring sedangkan matanya
memancarkan sinar berapi, "Hayo, serahkan dia kepadaku, ataukah kau benar-benar hendak membelanya karena ia
kabarnya cantik jelita" Mata keranjang! Kau rela bersekongkol dengan pemberontak hanya karena dia cantik?"
"Tidak... tidak... Kim Bwee... eh, ibu... dia bukan pemberontak. Dia... dia pengawal pribadiku, dan malah
menolongku daripada serangan kaum pemberontak!"
"Tapi dia Tok-siauw-kwi...!" "Orang-orang jahat menamakan dia begitu akan tetapi dia seorang Dewi! Dia
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
bukan pemberontak. Kim... eh, ibu... harap suka bersabar dan jangan menuruti hati cemburu..."
"Siapa cemburu?" Biar engkau kumpulkan... eh, seribu orang perempuan lacur, aku tidak peduli! Akan tetapi sekali engkau bersekongkol dengan pemberontak, pedangku sendiri yang akan menembus dadamu...!" Wanita itu mengancam dan menodongkan pedangnya ke depan dada Lie Kong Hian.
Sedangkan pelayan yang juga berpedang itu sudah bergerak mengurung.
"Chit-moi (Adik ke Tujuh)... tahan pedangmu...!" Tiba-tiba terdengar jerit tertahan dan selir raja ke tiga, ibu Lie Kong Hian sudah datang berlari-lari dan memeluk puteranya,
kemudian menghadang di depan puteranya memandang
kepada wanita berpedang itu.
"Chit-moi, jangan engkau main-main dengan senjata tajam!
Mengapa kau bersikap begini?"
"Sam-cici (Kakak ke Tiga), puteramu yang bagus ini bersekongkol dan menyembunyikan seorang perempuan
pemberontak dalam kamarnya.
Bagaimana aku dapat mendiamkannya saja" Bukankah hadirnya seorang pemberontak, betapa cantiknya pun, berarti membahayakan kita semua, terutama Sri Baginda?"
"Tenanglah, Chit-moi. Memang betul ada datang seorang wanita yang telah menolong nyawa Hian-ji (Anak Hian) ketika ia diserang pemberontak. Tentu saja kami percaya kepada penolong itu dan hatiku malah lega ketika mendengar bahwa ia suka menjadi pengawal pribadi anakku. Kalau ia
pemberontak, mengapa ia menolong Anakku" Dan andaikata
ia pemberontak sekalipun, hal itu bukanlah salahnya Anakku, melainkan dia yang menyelundup dengan tindakan palsu.
Mengapa kau tidak menyelidikinya lebih dulu sebelum
bertindak terhadap puteraku?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Memang aku akan menyelidikinya! Dia Tok-siauw-kwi, berarti dia pemberontak. Dia di kamarmu bukan?" Pertanyaan ini ditujukan kepada Kong Hian yang menjadi merah sekali wajahnya, dan mengangguk.
Wanita berpedang yang cantik dan galak ini memang Coa
Kim Bwee, selir ke tujuh Sri Baginda. Memang mudah diduga bahwa selain berkepandaian tinggi, Coa Kim Bwee yang masih amat muda dan cantik itu tentu saja merasa tidak puas
menjadi selir ke tujuh. Wataknya memang berandalan dan
genit, dan Lie Kong Hian bukanlah satu-satunya "anak tiri"
yang ia jadikan kekasihnya! Adapun tindakannya sekarang ini selain menaruh curiga, juga sebagian besar terdorong oleh rasa cemburu,
mendengar bahwa seorang di antara
kekasihnya yang paling ia sayangi ini mengeram seorang
wanita cantik dari luar sampai dua hari dua malam!
Coa Kim Bwee bersuit dan muncullah lima orang wanita
pelayan lain yang sudah siap memang, dengan pedang di
tangan masing-masing. Kini enam orang pelayan wanita itu mengikuti Coa Kim Bwee melangkah perlahan menuju ke
kamar Pangeran Lie Kong Hian!
Setelah mendengar dan melihat semua yang terjadi di luar, Lu Sian tersenyum. Ia sudah senang tinggal di istana
pangeran ini dan memang ia mulai bosan dengan perantauan yang kadang-kadang amat sengsara. Kalau ia turun tangan membunuh Coa Kim Bwee dan enam orang pembantunya,
tentu ia tak mungkin dapat tinggal dalam istana lebih lama lagi. Coa Kim Bwee adalah selir terkasih dari Raja tentu kematiannya akan menimbulkan geger. Dan melihat betapa
Coa Kim Bwee agaknya berpengaruh dan dapat bertindak
sesukanya di istana, ia rasa lebih baik wanita ini ia dekati dan untuk dapat melaksanakan niat ini, ia harus mampu
menaklukkan wanita ini yang melihat dari langkahnya memiliki ilmu kepandaian yang lumayan. Maka melihat Coa Kim Bwee dan enam orang pembantunya yang semua memegang
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
pedang telanjang itu menuju ke kamarnya, ia cepat duduk kembali di depan cermin dan menyisir rambutnya dengan
sikap tenang. Coa Kim Bwee muncul di sebelah belakangnya. Mereka
bertemu pandang melalui cermin dan tanpa menyembunyikan rasa kagumnya melihat wajah cantik terhias rambut hitam panjang itu, Coa Kim Bwee memandang lalu membentak.
"Apakah engkau Tok-siauw-kwi?" Bentakannya mengandung keraguan karena ia benar-benar tidak mengira akan menemui seorang wanita yang demikian cantik jelita, lagi masih muda. Sepanjang pendengarannya, Tok-siauw-kwi
tentu telah berusia empat puluh tahun, karena ketika Tok-siauw-kwi masih menjadi isteri Jenderal Kam Si Ek, dia sendiri baru berusia sepuluh tahun! Karena inilah ia ragu-ragu dan bertanya.
Tanpa menoleh, Lu Sian menjawab melalui cermin. "Kalau betul, mengapa" Mau apakah engkau datang bersama enam
orang pembantumu dengan pedang di tangan?"
Kembali Coa Kim Bwee tertegun. Sikap wanita ini demikian tenang dan manis, namun sinar mata melalui cermin itu
membuat tengkuknya berdiri. Banyak sudah Coa Kim Bwee
menghadapi lawan tangguh, namun belum pernah ia merasa
jerih seperti pada saat ini. Akan tetapi ia memberanikan hati dan membentak lagi.
"Aku datang untuk menangkapmu. Menyerahlah baik-baik sebelum pedang kami memaksamu!"
Lu Sian tersenyum makin lebar. Giginya berkilat putih. "Adik yang manis, kalau ada urusan yang hendak dibicarakan,
mengapa tidak masuk sendiri dan bicara baik-baik tanpa
diganggu enam orang pelayanmu yang menjemukan?"
Coa Kim Bwee marah. Ia memberi isyarat dengan
pedangnya kepada enam orang pembantunya sambil berkata,
"Tangkap dia!"

Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Juga enam orang pelayan itu marah karena dikatakan
menjemukan dan sama sekali tidak dipandang mata oleh
wanita berambut panjang itu. Mereka berenam adalah pelayan perempuan yang bertugas sebagai pengawal, memiliki ilmu kepandaian silat yang cukup tinggi. Biasanya, penjahat pria saja mereka masih mampu menghadapi dan mengalahkan,
apalagi hanya seorang perempuan tak bersenjata yang sedang bersisir rambut" Mereka bahkan merasa malu untuk
mengeroyok, akan tetapi karena telah menerima perintah, mereka tidak berani membantah. Coa Kim Bwee melangkah
msuk dan berdiri di pinggir untuk memberi jalan kepada
mereka. Enam orang pelayan itu segera melangkah masuk
menghampiri Lu Sian dari belakang dengan sikap mengancam.
Akan tetapi Lu Sian tetap tidak menoleh, hanya menatap
mereka dengan pandang mata tajam melalui cermin di
depannya. "Serbu!" seorang di antara mereka memberi komando dan dengan bermacam gerakan menyerbulah keenam orang
pelayan itu ke depan. Lu Sian menggerakkan kepala sambil memutar tubuh. Rambutnya yang panjang itu bagaikan
cambuk yang banyak sekali menyambar ke depan menggulung keenam orang penyerangnya dan terdengar ia berseru.
"Pergi kalian, tikus-tikus busuk!" Hebat bukan main. Enam orang pelayan itu sama sekali tidak berdaya karena dalam sedetik saja tubuh mereka, terutama tangan dan kaki, telah terbelit rambut dan tiba-tiba bentakan itu ditutup dengan gerakan kepala. Akibatnya, enam orang pelayan itu terlempar keluar pintu bagaikan daun-daun kering terhembus angin
keras. Mereka menjerit-jerit dan jatuh tunggang-langgang di luar kamar, babak-bundas dan ada yang terluka oleh senjata pedang mereka sendiri!
"Nah, Adik yang manis. Tutuplah daun pintu dan mari kita bicara baik-baik tanpa gangguan orang lain." Kata Lu Sian
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
sambil tetap tersenyum dan menyibakkan rambutnya yang
menutupi sebagian mukanya.
Coa Kim Bwee berdiri melongo. Selama hidupnya, belum
pernah ia menyaksikan kepandaian seperti ini. Ia kagum dan gentar. Kagum menyaksikan betapa seorang bertangan
kosong masih enak-enak duduk, dapat menghalau keluar
enam orang penyerangnya hanya mengandalkan rambut yang
panjang dan harum! Pula, bau harum yang merangsang keluar dari tubuh Lu Sian membuat ia makin kagum. Hebat wanita ini, pikirnya, dan patut ia jadikan guru! Ketika melihat enam orang pembantunya itu merangkak bangun memungut pedang
dan melongok ke dalam, ia memberi perintah singkat
menyuruh mereka mundur! Kemudian ia menutup daun pintu
dan melangkah dekat, pedangnya masih di tangan.
"Engkau hebat! Ilmu siluman apakah yang kaugunakan"
Akan tetapi jangan mengira bahwa aku takut..."
"Adik yang manis, ilmu lwee-kang begitu saja kauherankan" Mari, mari kita main-main sebentar agar kau tidak menyangka aku seorang siluman. Akan kuhadapi
pedangmu dengan duduk saja, hanya kugunakan rambutku,
bagaimana?" "Hemm, kau mencari mampus. Jangan samakan aku
dengan pelayan-pelayanku yang lemah!"
"Kalau aku kalah dan tewas di ujung pedangmu, aku takkan mengeluh karena hal itu menandakan bahwa kepandaianku
masih rendah. Akan tetapi, kalau kau yang kalah bagaimana?"
Coa Kim Bwee bukan seorang bodoh. Tidak, ia bahkan
cerdik sekali. Dia dahulu adalah puteri seorang jenderal, yaitu Jenderal Coa Leng yang bertugas di Shan-si, tangan kanan Gubernur Li Ko Yung. Akan tetapi semenjak kecil Coa Kim Bwee mempunyai pula dua kesukaan, yaitu mengumbar nafsu mencari menang sendiri dan mengejar ilmu silat. Banyak
orang pandai menjadi gurunya, dan karena memang ia
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
berwajah cantik jelita, banyaklah pemuda tergila-gila
kepadanya. Sebagai puteri tunggal yang amat dimanjakan, Kim Bwee wataknya makin menjadi-jadi, bahkan ia berani
mulai bermain gila denga pemuda-pemuda tampan. Ketika
terjadi perang, ayahnya tewas dalam perang dan begitu
Kerajaan Hou-han bangkit, Kim Bwee yang terkenal cantik dan pandai mengambil hati itu dipilih menjadi selir ke tujuh oleh Raja Hou-han! Di dalam istana inilah terkabul semua
nafsunya, karena selain kedudukannya yang tinggi sebagai selir raja, juga kepandaian silatnya yang lihai membuat ia sebentar saja menjadi orang paling berpengaruh. Di samping ini nafsunya yang buruk membuat ia makin binal dan cabul dan mulailah ia di belakang punggung suaminya, Sang Raja, bermain gila dengan para pangeran dan pengawal yang
tampan! Kini, bertemu dengan Lu Sian ia merasa kagum dan juga
penasaran. Diam-diam ia berpikir bahwa kepandaiannya yang sudah tinggi ini, apalagi ilmu pedangnya, kalau sampai kalah oleh wanita yang melawannya sambil duduk dan hanya
mempergunakan rambut, benar-benar hebat! Kalau benar ia kalah, jalan paling baik adalah menarik wanita cantik ini sebagai sahabat, bahkan kalau mungkin sebagai guru. Maka tanpa bersangsi lagi ia berkata.
"Kalau pedangku ini kalah menghadapi rambutmu, biarlah aku mengangkatmu menjadi guruku!"
Lu Sian tertawa. Bagus, pikirnya. Wanita ini agaknya
mempunyai pengaruh yang besar di istana, kalau menjadi
gurunya, berarti kedudukannya akan tetap menyenangkan.
Selain itu, sebagai guru ia dapat melarang wanita selir raja ini memberitakan di luar bahwa dia adalah Nyonya Jenderal Kam Si Ek.
"Baik, nah, kaumulailah!" katanya tenang sambil duduk menghadapi lawannya dengan rambut panjang tergantung di kanan kiri.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Coa Kim Bwee tidak mau sungkan-sungkan lagi karena
maklum bahwa wanita di depannya ini memang memiliki
kepandaian tinggi. Kalau ia menang dan pedangnya
membunuh wanita ini, berarti ia menyingkirkan seorang
"saingan" berat, sebaliknya kalau benar-benar ia kalah, ia akan mengambil hati wanita ini untuk mendapatkan pelajaran ilmunya.
"Lihat pedang!" bentaknya nyaring dan ketika tubuhnya bergerak didahului sinar pedangnya berkelebat, terdengar suara berdesing tanda bahwa gerakannya cepat sekali dan tenaga yang menggerakkan pedang memiliki sin-kang cukup kuat. Lu Sian memandang rendah kepada lawannya, namun
menyaksikan kecepatan gerakan ini, timbul niatnya mencoba sampai di mana kekuatan Si Wanita Cantik, maka ia
menggerakkan kepalanya sedikit dan "werrrr!" segumpal rambut panjang menyambar ke depan. Hebat memang tingkat kepandaian Lu Sian sekarang. Setelah ia melatih diri dengan tekun,
menurut isi kitab-kitab yang dicurinya, selain
kepandaiannya meningkat tinggi juga tenaga sin-kangnya
menjadi hebat luar biasa. Rambut yang lemas dan halus itu sekali digerakkan dapat menjadi benda keras seperti kawat-kawat baha dan kini rambut segumpal itu telah menangkis pedang Coa Kim Bwee dan ujung rambut melibat pedang.
Berbahaya sekali perbuatan ini. Betapa pun tinggi kepandaian dan betapa pun kuat sin-kangnya, namun rambut tetap
merupakan benda yang lemah, hanya menjadi kuat oleh
gerakan beberapa detik. Mungkin cukup kuat untuk melibat benda tumpul dan merupakan pengikat yang ampuh, akan
tetapi menghadapi mata pedang yang amat tajam, sungguh
sebuah permainan yang banyak resikonya.
Coa Kim Bwee melihat betap pedangnya tertangkis
sehingga tangannya gemetar tadi, kaget sekali. Terutama setelah ia merasa pedangnya terlibat dan tak dapat ditarik kembali. Cepat ia mengerahkan lwee-kangnya dan berseru
keras sambil mendorong pedang dengan mata pedang ke
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
depan. Mereka bersitegang sebentar, dan tiba-tiba Lu Sian melepaskan libatan rambutnya. Coa Kim Bwee terhuyung ke pinggir terdorong oleh tenaganya sendiri, akan tetapi belasan helai rambut rontok karena putus terbabat mata pedang yang tajam!
"Boleh juga kau!" Lu Sian berkata sambil tertawa, tetap duduk tenang dan rambutnya sudah tergantung kembali ke
depan dadanya. Coa Kim Bwee penasaran. Tentu saja ia tidak merasa puas melihat hasil gebrakan pertama tadi, hanya beberapa helai rambut yang terbabat putus, sedangkan dia sendiri terhuyung-huyung. Kalau dinilai, malah dia yang berada di bawah angin, maka seruan Lu Sian tadi di anggap sebagai ejekan yang
membuat pipinya berubah merah karena marah.
"Aku masih belum kalah!" bentaknya dan kembali ia menerjang maju, kini ia memutar pedangnya cepat sekali
untuk mencegah libatan rambut lawannya. Kelihatannya Lu Sian diam saja, akan tetapi ketika pedang menyambar ke arah lehernya, tubuh Lu Sian yang duduk di atas bangku pendek itu seperti hendak roboh ke kiri sehingga pedang lewat di pinggir tubuhnya dan pada saat itu juga kaki kanannya menyambar bagaikan kilat cepatnya ke arah pusar Coa Kim Bwee. Hebat sekali serangan balasan yang tiba-tiba dan tak tersangka-sangka ini, namun hebat pula reaksi selir raja itu. Untung bahwa ia tidak memandang rendah kepada Lu Sian, bahkan
sudah merasa yakin bahwa wanita cantik ini memang berilmu tiggi sehingga dalam penyerangannya yang kedua ini ia tidak membuta, tidak hanya mencurahkan seluruh perhatiannya
kepada penyerangan, melainkan membagi perhatian untuk
menjaga diri dengan memperhatikan gerakan lawan.
Maka begitu melihat berkelebatnya kaki dari bawah
mengancam perutnya, Kim Bwee cepat kembali pedangnya
yang gagal, memutar pedang itu ke bawah membabat kaki
sambil melompat ke kanan belakang. Tendangan gagal,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
namun penyerangan Kim Bwee juga gagal. Mereka kini saling pandang tanpa bergerak, berpisah dua meter lebih, seorang berdiri dengan pasangan kuda-kuda, tangan kiri ditekuk di depan dada, tangan kanan memegang pedang di atas kepala, sedangkan yang seorang lagi duduk enak-enak, kaki kanan bertumpang ke atas kaki kiri, tangan kiri mengelus rambut dan tangan kanan menggaruk-garuk belakang telinga. Lu Sian
kelihatan enak-enak saja menghadapi pasangan kuda-kuda
lawan yang siap menyerang lagi.
"Awas, Adik manis, sekali ini kau akan jatuh!" kata Lu Sian dengan suara perlahan, pandang mata berseri dan mulut
tersenyum. Ia diam-diam merasa girang bahwa ia telah
menciptakan ilmu berkelahi mempergunakan rambutnya ini, karena melihat gerakan-gerakannya tadi, selir raja ini sudah memiliki ilmu silat yang cukup tinggi sehingga untuk
merobohkannya tentu memerlukan waktu yang agak lama.
Namun dengan ilmunya mempergunakan rambut sebagai
senjata, ia sudah dapat memastikan bahwa ia akan dapat
menjatuhkannya, karena sebagai seorang ahli, ia dapat
melihat kelemahan dalam gerakan pedang Kim Bwee.
Diejek demikian, makin panas hati Kim Bwee. Matanya
memancarkan sinar bengis dan liar, bibirnya bergerak-gerak, cuping hidungnya berkembang-kempis dan tiba-tiba ia
mengeluarkan jeritan nyaring, tubuhnya menerjang ke depan dan pedangnya diputar seperti kitiran angin di depan dada!
Hebat penyerangan ini, karena gulungan sinar pedang tidak memberi kesempatan kepada rambut Lu Sian untuk melibat
pedang, sedangkan tubuh Kim Bwee seakan-akan terlindung dari atas ke bawah, tak mungkin diserang seperti tadi.
Lu Sian duduk, memperhitungkan detik yang paling baik
lalu berseru, "Lihat senjataku!" Dan kini sekali kepalanya bergerak, semua rambutnya berkelebat ke depan merupakan ratusan ribu batang kawat-kawat halus yang amat lemas.
Tentu saja ada sebagian rambut bertemu pedang, akan tetapi
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
karena Lu Sian mempergunakan "tenaga halus" sehingga rambutnya menjadi lemas dan ulet, maka rambut itu tidak dapat terbabat putus, bahkan sebagian lagi terus membelit ke arah pergelangan lengan tangan yang memegang pedang,
sebagian membelit lengan kiri, sebagian lagi membelit leher terus mencekik! Kim Bwee kaget setengah mati. Kedua
lengannya serasa lumpuh dan lehernya tercekik membuat ia tidak mampu bernapas lagi. Ia meronta-ronta, persis seperti seekor lalat tertangkap sarang laba-laba dan terdengar suara ketawa cekikikan lalu disusul robohnya tubuh Kim Bwee,
terpelanting dan pedangnya sudah terlempar ke sudut kamar!
Sejenak nanar rasa kepala Kim Bwee. Kamar itu serasa
berputaran. Ia telah mengalami kekalahan hebat dan
andaikata bukan Lu Sian yang melakukan hal itu, andaikata tidak ada maksud hendak mengeduk ilmu dalam hati Kim
Bwee, tentu penghinaan ini takkan dibiarkan begitu saja.
Seorang selir raja tersayang dihina seperti ini! Sekali ia menjerit minta tolong tentu istana ini akan dikepung pengawal istana. Akan tetapi Kim Bwee tidak mau melakukan perbuatan bodoh ini. Ia maklum bahwa seorang sakti seperti perempuan itu, belum tentu akan dapat ditawan dan sebelum para
pengawal datang, dia sendiri tentu akan dibunuh. Pula,
perempuan ini bersikap baik kepadanya dan lebih banyak
Kitab Mudjidjad 10 Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt Hantu Wanita Berambut Putih 7

Cari Blog Ini