Ceritasilat Novel Online

Suling Mas 8

Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo Bagian 8


"Locianpwe (Orang Tua Gagah) sudilah Locianpwe
menerima teecu (murid) sebagai murid. Apa pun yang
locianpwe perintahkan, akan teecu taati dengan taruhan jiwa raga teecu."
Inilah yang membuat Bu Tek Lojin tertawa bergelak-gelak sehingga terdengar tadi oleh Kwee Seng. Kakek cebol itu setelah tertawa berkata, "Aku akan membikin kepalamu seperti kepala Ban-pi Lo-cia, hendak kulihat apakah kau masih nekat mau mengangkat aku sebagai gurumu! " Setelah berkata demikian, kakek cebol itu menggerakkan telapak tangannya ke arah kepala Kalisani. Bekas Panglima Khitan ini terkejut sekali ketika merasa hawa panas menyambar kepalanya. Celaka,
pikirnya, mati aku sekali ini! Akan tetapi karena ia telah terlanjur berjanji akan patuh menurut, ia meramkan matanya dan menguatkan hatinya, kalau perlu mati, apa boleh buat!
Kwee Seng yang mengintai juga kaget sekali. Telapak
tangan kakek cebol itu bukannya memukul, melainkan
mengusap kepala Kalisani dan ketika ia mengangkat kembali tangannya, semua rambut bagian atas kepala Kalisani rontok semua sehingga kepala itu menjadi gundul kelimis bagian atasnya, botak tidak kepalang! Diam-diam Kwee Seng memaki atas kekejaman kakek cebol itu.
Kalisani meringis , kulit kepalanya terasa panas dan sakit, akan tetapi tidak tembus sampai menembus ke dalam, hanya terasa seperti dibakar. Melihat rambutnya rontok semua, ia kaget dan makin teguh hatinya untuk belajar ilmu kepada kakek yang amat sakti ini. Ia segera mengangguk-angguk
sampai jidatnya membentur tanah sambil berkata, "Jangan lagi begini,
biar nyawa teecu kalau memang Suhu
membutuhkan, teecu serahkan!"
Bu Tek Lojin tercengang menyaksikan kebulatan tekad hati orang. Ia mengelus-elus jenggotnya dan menarik napas
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
panjang. "Kau boleh juga. Bukankah kau panglima di Khitan, mengapa kau mengikuti aku dan hendak menjadi murid?"
"Sekarang teecu bukanlah prajurit Khitan lagi, teecu sudah meninggalkan kerajaan karena jemu menyaksikan perebutan kekuasaan dan melihat betapa Khitan akan menjadi tidak
beres. Karena amat kagum akan kesaktian suhu, maka teecu hanya mempunyai satu niat di hati, yaitu menjadi murid
suhu." "Hah-hah-hah, selamanya aku tidak menerima murid. Akan tetapi, hemmm, dia sudah menurunkan kepandaian kepada
jembel tengik, mengapa aku tidak" Eh, Botak, baiklah kau menjadi muridku. Nah, hayo kau gendong aku dan jangan
berhenti sebelum kuminta, biarpun kedua kakimu akan patah-patah!"
Bukan main girangnya hati Kalisani. Setelah memberi
hormat berlutut dan mengangguk sampai delapan kali, ia
menggendong kakek cebol itu dan lari congklang seperti kuda.
Si Kakek Cebol tertawa bergelak-gelak lalu berkata, "Hayo kau pun tertawa yang keras! Menjadi muridku harus gembira
selalu, kalau tidak kau akan kubunuh!" Dan terdengarlah suara Kalisani tertawa pula, terkekeh-kekeh menyaingi suara ketawa gurunya! Kalau ada orang melihat mereka, tentu orang itu akan lari terbirit-birit atau berdiri terlongong keheranan karena keadaan mereka itu hanya akan menimbulkan dua macam
dugaan, pertama, mereka adalah dua iblis neraka atau yang kedua, mereka adalah sepasang orang gila yang liar. Yang menggendong seorang berkepala botak dan tertawa terkekeh-kekeh, yang digendong seorang kakek cebol tertawa bergelak-gelak sepanjang jalan. Dan di atas mereka, terbanglah si Burung Hantu sambil mengeluarkan suara seperti tertawa
pula, hanya saja suara itu akan membuat orang menggigil serem di waktu malam!
Kwee Seng keluar dari balik pohon, menggeleng-geleng
kepala dan menarik napas panjang. Aneh-aneh di dunia ini,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
memang! Kemudian ia lalu melanjutkan perjalanan meninggalkan Khitan. Urusannya di Khitan sudah selesai.
Bayisan telah terhukum, sungguhpun bukan langsung dari
tangannya, adapun Ban-pi Lo-cia, biarlah lain kali kalau ada kesempatan berjumpa, akan ia tantang untuk membereskan
perhitungan, karena betapapun juga, matinya Ang-siauw-hwa karena perbuatan keji Ban-pi Lo-cia, tak dapat terhapus begitu saja dari ingatannya.
Dalam perantauannya ini yang menjelajah belasan propinsi dan puluhan kota ratusan desa, tiada hentinya Kwee Seng mengulurkan tangan melakukan darma baktinya sebagai
seorang berilmu. Tak terhitung lagi jumlahnya penjahat yang mengenal betapa keras dan ampuhnya telapak tangan
kanannya, dan sebaliknya entah berapa banyaknya orangorang tertindas mengenal betapa lunak halus dan terbukanya telapak tangan kirinya! Di mana-mana Kwee Seng melakukan perbuatan gagah perkasa dan kini masih saja ia sembunyi, tak suka menonjolkan namanya, dan hanya beberapa kali karena terpaksa ia memperkenalkan namanya sebagai Kim-mo Taisu.
Namun tak seorang pun dapat menduga bahwa orang yang
berpakaian compang-camping penuh tambalan, yang rambutnya riap-riapan dan tertawa-tawa di sepanjang jalan, orang gila ini sebenarnya adalah Kim-mo Taisu Si Pendekar Budiman!
Berbahayalah orang yang terlalu lemah menghadapi racun
asmara seperti halnya Kwee Seng. Pendekar ini seorang yang kuat lahir batin, namun menghadapi pengaruh asmara, ia
roboh. Perasaannya menjadi lemah dan lunak seperti lilin cair dipermainkan tangan-tangan asmara yang jahil. Kegagalan cinta kasihnya terhadap Ang-siauw-hwa, kemudian pukulan batin oleh asmara yang nakal ketika terjadi peristiwa dengan nenek di Neraka Bumi, benar-benar membuatnya runtuh. Rasa sesal dan malu bercampur aduk sehingga
membuat kelakuannya seperti orang gila. Membuat ia merantau tanpa tujuan sampai bertahun-tahun lamanya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Memang sesungguhnya, tiada seorang pun manusia di
dunia ini yang terluput dari pada serangan dan dorongan nafsu yang merobah diri menjadi cinta. Tak seorang pun boleh mengingkari atau menghindarinya, karena hal ini sudahlah wajar. Namun, betapa hebat cinta kasih merangsang hatinya, manusia tetap harus tenang waspada, jangan membiarkan diri diperhamba nafsu, harus tetap berada di atas nafsu dan dapat mengendalikannya. Nafsu seumpama kuda. Badan wadag
(jasmani) seumpama kereta. Nafsulah yang menarik jasmani ke depan sehingga berhasil memperoleh kemajuan jasmani, seperti halnya kuda menarik kereta sehingga dapat maju
dengan lancar. Akan tetapi, tanpa ada Sang Kusir yang
menguasai kuda itu maka akan berbahayalah jadinya. Sifat kuda memang liar, ganas dan tidak mudah ditundukkan. Sang Kusir inilah rohani yang harus diperkuat dengan kesadaran.
Apabila Sang Kusir kuat dan dapat menguasai keliaran kuda nafsu, maka kuda itu akan dapat dibikin jinak, dapat
dikendalikan untuk maju menarik kereta jasmani ke arah jalan yang benar. Sebaliknya, apabila Sang Kusir itu lemah, maka kuda nafsu yang akan menguasai perjalanan, dan akibatnya dapat mengerikan. Kuda liar dapat menarik kereta beserta kusirnya tanpa aturan lagi dan besar kemungkinan akan
membawa kereta masuk jurang!
Betapapun juga, terlalu meremehkan cinta kasih seperti
halnya Liu Lu Sian, juga berbahaya sekali. Sekali meremehkan cinta kasih murni antara suami isteri, besar kemungkinan orang akan terseret kepada sifat tinggi hati dan memandang cinta sebagai barang permainan dan iseng-iseng belaka! Sifat ini akan menyeret orang untuk berkecimpung ke dalam
percintaan hewani yang terdorong oleh nafsu berahi semata.
Liu Lu Sian telah melakukan kesalah itu. Ia memandang
rendah akan cinta kasih suami isteri sehingga ia rela
meninggalkan kam Si Ek dan puteranya, mencari kebebasan.
Memang hal ini tidak mungkin. Siapapun juga yang telah
mengikatkan diri dengan perjodohan, berarti ia mengikatkan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
diri pula dengan pelbagai kewajiban, tak mungkin dapat bebas lagi kalau ia mau menjadi seorang isteri atau suami yang baik.
Lu Sian lari daripada kewajiban-kewajiban yang dianggapnya berat tak menyenangkan itu. Ia lari mencari kebebasan,
kebebasan total, juga kebebasan cinta!
Ada juga rasa sesal di hatinya ketika ia meninggalkan
rumah, namun rasa ini ia buang jauh-jauh dengan bayangan yang menyenangkan. Betapa pun ia akan bertualang sesuka hatinya. Pergi ke mana pun ia suka. Agak berat hatinya kalau ia teringat kepada Bu Song. Namun, bantah hatinya, Bu Song sudah besar, dan di sana ada ayahnya. Tentu anak itu takkan terlantar. Pula, ia memang hendak mempertinggi ilmunya
untuk kelak diwariskan kepada Bu Song. Puteranya harus
menjadi ahli silat nomor satu di dunia ini!
Lu Sian berangkat menuju rumah ayahnya di Nan-cao. Ia
harus memberitahukan ayahnya tentang perceraiannya
dengan Kam Si Ek. Kalau tidak diberitahu dan ayahnya itu datang menjenguknya di rumah Kam Si Ek, tentu ayahnya
akan mendapat malu. Selain ini, untuk mempertinggi ilmunya ia harus minta bantuan ayahnya. Ia maklum betapa ayahnya amat kikir dalam hal menurunkan kepandaiannya. Ketika
ayahnya bertanding melawan Kwee Seng, ayahnya dapat
mengimbangi kelihaian pendekar itu, sedangkan dia sama
sekali tidak berdaya menghadapi Kwee Seng. Kalau ayahnya masih bersikap kikir, ia tahu di mana ayahnya menyimpan kitab-kitab itu, kalau perlu dicurinya.
Ia tidak tergesa-gesa dalam perjalanannya yang amat jauh itu, karena ia hendak menikmati "kebebasannya". Bukan main gembira hatinya ketika ia melihat betapa semua mata,
terutama laki-laki, di sepanjang perjalanan menelannya
dengan lahap. Teringat ia akan keadaannya dahulu sebelum menjadi isteri Kam Si Ek, di mana semua laki-laki memuja dan memperebutkan
cintanya. Alangkah senangnya dalam keadaan seperti itu. Ia merasa dirinya terangkat tinggi sekali,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
merasa amat berharga, tidak seperti kalau berada di rumah Kam Si Ek di mana ia hanya terikat oleh kewajiban melayani suaminya seorang dan merawat anaknya.
Akan tetapi, beberapa bulan kemudian mulailah Lu Sian
merasa kesepian. Mulai ia merasa rindu akan belaian dan cumbu rayu, akan kasih sayang seorang pria. Ia merasa rindu sekali
kepada Kam Si Ek, suaminya yang selalu memperlihatkan kasih sayang mesra terhadap dirinya.
Pada pagi hari itu, Lu Sian duduk termenung di dalam
rumah makan. Semalam ia sama sekali tidak tidur dalam
rumah penginapan tak jauh dari rumah makan itu. Gelisah semalam suntuk ia bergulingan di atas pembaringan, hatinya penuh rindu berahi kepada suami yang telah ia tinggalkan. Ia malah sampai menangis penuh penyesalan mengapa ia
tinggalkan suami dan anaknya. Akan tetapi hatinya yang keras melarangnya untuk kembali, karena ia maklum bahwa di
rumah suaminya, segala akan berubah lagi menjadi hambar, sehari-hari hanya berkeliaran di dalam rumah tak pernah dapat menikmati alam bebas.
Hanya semangkok bubur dan daging asin dapat memasuki
perutnya. Sehabis makan ia termenung, tak merasa betapa tiga pasang mata pelayan melahap kecantikannya. Rumah
makan itu masih kosong, belum ada tamu sepagi itu.
"Bung pelayan, beri aku dua mangkok bubur panas dan arak panas dan arak hangat!" tiba-tiba suara ini menyadarkan Lu Sian dari lamunannya. Ia melirik ke kanan dan tampak olehnya seorang laki-laki sudah duduk di depan meja sebelah kanannya, dekat pintu rumah makan. Karena tenggelam
dalam lamunannya, ia sampai tidak tahu bahwa ada tamu
memasuki rumah makan itu. Pelayan cepat melayani tamu
baru ini dan laki-laki itu makan dengan lahapnya, kelihatannya lapar sekali.
Dari sudut matanya, Lu Sian melihat bahwa laki-laki itu berusia tiga puluh lebih, sikapnya tenang dan wajahnya
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tampan gagah, akan tetapi seperti diliputi awan kedukaan dan kekuatiran. Tubuh laki-laki itu tegap dan di pinggangnya tergantung sebatang pedang yang sarungnya lapuk, akan
tetapi gagangnya yang licin karena sering dipergunakan itu berukirkan kepala burung dewata, Lu Sian dapat menduga
bahwa laki-laki itu tentulah seorang yang pandai ilmu silat, akan tetapi seperti biasa, ia memandang rendah karena
selama perjalanan, terlalu banyak ia melihat laki-laki
berpedang namun yang tingkat kepandaiannya hanya begitubegitu saja.
Hanya wajah orang itu agak menarik
perhatiannya, wajah yang benar-benar gagah, dagunya
membayangkan kekerasan hati, wajah yang memiliki kegagahan seperti wajah Kam Si Ek, suaminya.
Pada saat itu terdengar suara nyanyian yang parau dan
serak, datangnya dari jalan besar, diselingi suara berketuknya tongkat di atas tanah berbatu. Lapat-lapat terdengar kata-kata dalam nyanyian bersama dari beberapa orang itu, membuat Lu Sian terkejut dan cepat memandang ke luar.
Beratap langit berlantai bumi Disanalah tempat tinggal kami Kami tidak punya apa-apa Makan pakaian kami tinggal minta!
Kekagetan Lu Sian ada sebabnya. Pernah ia mendengar
nyanyian sederhana ini dari mulut ayahnya yang memuji
nyanyian itu sebagai syair yang baik dan berisi dari
Perkumpulan Pengemis Hati Kosong (Khong-sim Kai-pang).
Menurut penuturan ayahnya, diantara perkumpulan- perkumpulan pengemis yang besar-besar, yang paling terkenal dan amat banyak anggotanya, adalah Khong-sim Kai-pang
itulah. Mereka itu rata-rata memiliki ilmu kepandaian yang tinggi dan biarpun hanya perkumpulan pengemis, namun
sesungguhnya merupakan orang-orang yang menjadi penganut agama gabungan Buddha dan Locu. Karena filsafat Locu, maka mereka namakan diri Pengemis Hati Kosong, dan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
karena pengaruh ajaran Budhha, maka mereka mengemis ke
sana ke mari, hidup sederhana sekali! Lu Sian masih teringat beberapa tahun yang lalu ayahnya menyatakan bahwa ketua perkumpulan Pengemis Hati Kosong ini adalah Yu Jin Tianglo, seorang yang memiliki ilmu silat tinggi, ahli bermain toya dan tongkat. Biarpun tidak secara resmi, namun pada umumnya para perkumpulan pengemis lain di beberapa propinsi
mengakui Khong-sim Kai-pang sebagai partai induk dan
semua peraturan mengenai "dunia pengemis" bersumber kepada perkumpulan Pengemis Hati Kosong inilah. Kiranya hanya
perkumpulan pengemis Ban-hwa-kai-pang (Perkumpulan Pengemis Selaksa Bunga) di pantai timur
sajalah yang dapat menandingi kebesaran nama Khong-sim
Kai-pang. Pada saat Lu Sian termenung mengingat cerita ayahnya,
suara nyanyian mereka sudah berhenti, tinggal suara ketukan tongkat di atas batu-batu jalan saja yang terdengar, makin lama makin dekat. Ketika Lu Sian melirik ke arah laki-laki gagah di dekat pintu, orang itu juga menggeser kursinya menghadap pintu, akan tetapi wajahnya tidak membayangkan sesuatu,
tetap tenang dengan awan kedukaan menyelimutinya. Orang itu masih tetap makan buburnya
dengan sumpit, sebentar-sebentar diseling minum araknya.
Karena penggeseran kursi itu, maka kini Lu Sian duduknya berhadapan dengan laki-laki itu dan diam-diam ia harus
mengakui bahwa laki-laki itu tampan dan gagah, amat
menarik hati. Muncullah kini rombongan penyanyi itu di depan pintu.
Mereka terdiri dari tiga orang pengemis, pakaian mereka bermacam-macam akan tetapi kesemuanya sudah rombeng,
penuh tambalan, bahkan ada seorang di antara mereka yang kaki celana sebelah kiri buntung sampai di atas lutut. Ada pula yang kaki kanannya telanjang sedangkan kaki kiri bersepatu baru. Orang ke tiga masih muda, biarpun pakaiannya tambal-tambalan dan robek-robek, namun kainnya bersih sekali dan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
jelas tampak pengemis muda ini "pasang aksi" ketika matanya memandang Lu Sian.
Tiga orang pengemis ini kelihatan tercengang kaget ketika melihat laki-laki tadi, dan segera mereka maju ke depan, mata mereka tiba-tiba mengandung sinar kemarahan, akan tetapi mulut mereka masih senyum-senyum. Hanya Si Pengemis
Muda saja yang kadang-kadang melirik tajam ke arah Lu Sian, agaknya perhatiannya terhadap laki-laki tadi amat terganggu oleh hadirnya Lu Sian yang membetot semangatnya. Pengemis yang bersepatu sebelah itu mengetuk-ngetukkan tongkat
berirama, lalu membuka mulutnya bernyanyi, suaranya parau dan dalam seperti suara seekor katak besar.
"Tamu tak diundang datang kemari apakah hendak menyerahkan diri?"
Laki-laki gagah itu menghabiskan buburnya, lalu berteriak memanggil pelayan dengan suara tenang, "Hei , Bung Pelayan.
Tolong tambah bubur setengah mangkok lagi." Pelayan segera datang, akan tetapi ketika melirik keluar pintu ia menjadi marah. Setelah mengisi mangkok kosong dengan bubur dan
menghidangkannya ke meja Si Laki-laki gagah, pelayan itu lalu mendamprat ke luar pintu.
"Eh, kalian ini bagaimana berani tak tahu aturan begini"
Ada tamu sedang dahar, jangan diganggu! Nanti sore saja datang kalau hendak minta sisa..." Tiba-tiba ia menghentikan kata-katanya ketika melihat betapa pengemis termuda telah mengambil batu dan meremasnya hancur seperti orang
meremas tepung saja! Pelayan itu mengenal gelagat, tahu bahwa tiga orang pengemis itu bukan pengemis biasa, maka mukanya menjadi pucat ketika ia menoleh ke arah tamunya yang enak-enak makan kemudian cepat-cepat ia pergi
menjauhi. Pengemis muda itu dengan lagak sombong
membuang hancuran batu ke atas tanah, matanya melirik ke arah Lu Sian mengharapkan pujian. Akan tetapi gadis ini melirik pun tidak, melainkan terus memperhatikan Si Laki-laki
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Gagah, dan di dalam hatinya siap untuk membantu kalu laki-laki itu menghadapi bahaya.
Tanpa mempedulikan teguran pimpinan tadi, pengemis ke
dua yang kaki celananya panjang sebelah, menyambung
nyanyiannya. "Menyerahkan diri membayar hutang baru si Kecil diantar pulang!"
Pengemis muda segera menyambung nyanyian ini,
suaranya dibuat-buat dan memang suaranya merdu, matanya melirik Lu Sian dan bibirnya tersenyum-senyum.
"Diantar pulang ke rumah siapa" Apakah si Manis ada yang punya?"
Mendengar nyanyian terakhir ini, tiba-tiba lelaki itu
menoleh ke arah Lu Sian dan dalam beberapa detik dua
pasang mata bertemu. Muka lelaki itu menjadi merah, sinar matanya tampak terpesona lalu bingung. Namun jelas bahwa dengan kekerasan hati laki-laki itu dapat menyadarkan
kembali kebingungannya karena terpesona oleh kecantikan wajah Lu Sian yang sejak tadi tidak dilihatnya. Ia memaksa mukanya kembali menunduk dan tenang-tenang saja makan
buburnya dengan sumpit. Juga hati Lu Sian berdebar aneh, ketika mereka bertemu
pandang tadi. Melihat pandang mata orang itu, ia seperti dapat menjeguk isi hatinya! Jelas sekali laki-laki itu kagum kepadanya. Biasanya, semua laki-laki yang memandangnya
tentu kagum dan jatuh hati, akan tetapi hal itu malah
membuat Lu Sian kadang-kadang tersenyum mengejek di
samping kebanggaannya. Sekali ini tidak. Ia merasa girang sekali!
Tiga orang pengemis itu jelas menujukan nyanyian mereka kepada
orang itu, kecuali pengemis muda yang menyelewengkan nyanyian ke arah Lu Sian. Kini melihat orang itu sama sekali tidak peduli mereka menjadi marah. Si
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/


Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pengemis Muda menggerakkan tangannya dan menyambarlah
sinar kehitaman ke arah leher laki-laki gagah. Lu Sian diam-diam kaget sekali, tahu bahwa itu adalah senjata rahasia, yang biarpun tidak terlalu hebat namun cukup berbahaya
kalau Si Laki-laki tidak dapat menghindarkan diri. Akan tetapi hatinya lega dan kagum ketika melihat laki-laki itu
mengangkat sumpitnya dan... paku hitam yang menyambar
lehernya telah terjepit di antara sepasang sumpit! Kemudian tangan yang memegang sumpit bergerak, paku hitam
menyambar dengan kecepatan beberapa kali lipat daripada tadi ke arah Si Penyerang.
"Auuuhhh...!" Pengemis muda yang aksi itu meloncat-loncat dengan kaki kanan sambil mengaduh-aduh dan
memegangi kaki kirinya yang diangka-angkat. Paku tadi,
pakunya sendiri yang biasanya ia sombongkan sehingga ia memakai julukan Tou-hiat-teng (Si Paku Penembus Jalan
Darah), kini telah menancap di paha kirinya sampai tidak kelihatan lagi kepalanya!
Dua orang pengemis melihat ini menjadi marah sekali. Si Celana Panjang Sebelah menerjang dengan tongkatnya yang ditusukkan ke arah muka sedangkan pengemis sepatu tunggal itu mencabut golok lalu membacok ke arah leher. Namun
orang itu masih enak-enak makan buburnya yang belum
habis, membiarkan dua senjata itu menyambar sampai dekat sekali. Kali ini Lu Sian benar-benar kaget. Sungguh berbahaya sekali ketenangan yang berlebih-lebihan itu, pikirnya. Cepat tangannya menyambar sumpit yang tadi ia pakai makan,
sekali tangannya bergerak sepasang sumpit itu meluncur ke depan seperti anak panah melesat dari busurnya.
"Tranggg! Aduhhh! Aduhhh...!" Peristiwa yang menjadi beberapa detik mengherankan sekali. Secara tiba-tiba, laki-laki yang dijadikan sasaran tongkat dan golok itu lenyap dari atas kursinya sehingga golok dan tongkat saling bertemu di udara, kemudian dalam detik selanjutnya, tangan dua orang
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
pengemis yang memegang senjata itu telah tertusuk sumpit, tembus di telapak tangan sehingga senjata mereka terlepas dari pegangan, mereka berteriak-teriak kesakitan sambil menggunakan tangan kiri memijit-mijit tangan kanan.
"Lee-hi-ta-teng (Ikan Lee Meloncat) yang bagus!" "Sambitan yang luar biasa!" Pujian yang keluar dari mulut Lu Sian dan orang gagah itu keluar dalam waktu bersamaan,
mereka saling pandang pula. Hanya beberapa detik, pandang mata penuh kagum dan "ada rasa"! akan tetapi laki-laki itu segera melangkah keluar menghadapi tiga orang pengemis
yang masih mengaduh-aduh, lalu berkata dengan suara
lantang berwibawa. "Aku Tan Hui adalah laki-laki tidak suka berlaku pengecut!
Setahun yang lalu urusanku dengan Kong-sim Kai-pang sudah kubereskan dengan Yu Jin Tianglo, kami berdua saling
menghargai dan bersahabat. Kenapa sekarang tanpa alasan Kong-sim Kai-pang mengganggu anak kecil" Kalu ada urusan silahkan Yu Jin Tianglo menemui aku, mengapa mengutus
segala macam anjing kecil macam kalian" Hayo katakana
kepada Yu Jin Tianglo bahwa aku Tan Hui ingin bicara dengan dia sendiri. Pergilah!" Dengan tangan kanannya laki-laki yang bernama Tan Hui itu mendorong. Hawa dorongan ini
menimbulkan angin dan tiga orang pengemis yang sudah
terluka itu roboh terguling! Mereka merangkak bangun,
meringis kesakitan, lalu yang sebelah kakinya telanjang memandang dengan mata melotot kepada Lu Sian.
"Nona, kau siapakah dan mengapa mencampuri urusan
kami" Apa hubunganmu dengan Hui-kiam-eng Tan Hui?"
Lu Sian tersenyum, manis sekali senyumnya sehingga
pengemis muda yang pahanya terluka itu untuk sejenak
melupakan rasa nyerinya. "Aku bukan apa-apa dengan orang gagah ini, adapun namaku Lu Sian. Karena jemu menyaksikan sikap tengik kalian, maka aku menjadi muak. Masih untung sumpitku tidak kutujukan kepada kepala kalian!"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Tiga orang pengemis itu memandang dengan mata
melotot, kemudian mereka membalikkan tubuh dan sambil
menuntun pengemis muda yang terpincang-pincang mereka
meninggalkan tempat itu. Lu Sian tadi kaget juga mendengar laki-laki itu memperkenalkan namanya. Tentu saja ia sudah mendengar
akan Hui-kiam-eng (Pendekar Pedang Terbang) yang amat
terkenal di daerah timur ini, seorang yang kabarnya amat lihai ilmu pedangnya dan terutama sekali gin-kang (ilmu
meringankan tubuh) yang dimilikinya tak pernah menemui
tanding. Tadi ia sudah menyaksikan gerakan yang biasa saja, namun dilakukan oleh Tan Hui dengan hebat luar biasa. Dia sendiri tak mungkin dapat melakukan gerakan ini secepat itu.
Di lain pihak, Tan Hui mengingat-ingat dan ia tak pernah mendengar nama seorang pendekar wanita bernama Sian
dengan nama keturunan Lu. Akan tetapi sambitan sumpit tadi jelas membuktikan bahwa wanita cantik jelita seperti bidadari di hadapannya ini adalah seorang ahli silat yang berilmu tinggi. Ketika ia memandang wajah yang tersenyum itu,
sepasang mata yang bagaikan bintang begitu bercahaya,
bening dan berbentuk indah sekali, hidung mancung dan bibir merah basah, rambut sinom yang terurai di kening, benar-benar membuatnya terpesona dan dengan gagap ia berkata
sambil mengangkat kedua tangan di depan dada.
"Nona, banyak terima kasih atas bantuanmu tadi." Lu Sian tersenyum, tampaklah deretan gigi yang laksana mutiara, kemudian bibirnya bergerak-gerak ketika bicara, matanya bersinar-sinar. "ah, itu bukanlah bantuan namanya dan tidak ada artinya. Kita mempunyai perasaan yang sama, bukan"
Sama-sama sebal menyaksikan tiga orang jembel tadi..."
Hening sejenak, dan tiba-tiba Lu Sian menahan tawanya
melihat betapa orang itu memandangnya dengan melongo,
jelas terpesona dan seperti lupa keadaan.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Eh, Tan-enghiong, kau kenapa....?" Tegurnya, tersenyum manis.
Tan Hui gelagapan. Selama hidupnya belum pernah ia
menyaksikan wanita begini cantik jelita, yang bibirnya
bergerak-gerak dan matanya bersinar-sinar. "Eh... oh... kau...
kau hebat sekali..."
Kembali Lu Sian tersenyum lebar dan untuk sesaat mereka hanya berdiri saling pandang dengan kaku. Akhirnya Lu Sian berkata, "Apkah kita akan terus bicara sambil berdiri saja?"
Kembali Tan Hui baru sadar akan keadaan yang serba
canggung itu, maka ia menjadi malu, merah sekali mukanya ketika ia berkata. "ah..., silakan, Nona. Mari silakan duduk."
Mereka duduk semeja, saling berhadapan. "Sudah lama aku mendengar
tentang Khong-sim Kai-pang. Kabarnya perkumpulan pengemis itu terkenal sebagai perkumpulan baik-baik, diketuai oleh Yu Jin Tianglo yang lihai dan terkenal sebagai tokoh baik-baik. Mengapa kau di musuhi mereka?"
Tan Hui menarik napas panjang dan kembali wajahnya
yang sejenak tadi kehilangan bayangan duka, kini menjadi keruh kembali. "Panjang ceritanya, nona. Akan tetapi aku yakin bahwa kita segolongan, maka tidak ada salahnya kalau aku ceritakan hal ini kepadamu. Eh, Bung Pelayan, tolong kauantarkan seguci arak dan daging sekati."
Pelayan menghampiri mereka. Pelayan ini tersenyumsenyum dan terbongkok-bongkok penuh hormat. "Maaf, Taihiap. Kami tidak tahu bahwa Tuan adalah Tan-taihiap yang terkenal budiman. Dasar pengemis-pengemis itu tidak tahu diri, berani main gila terhadap Hui-kiam-eng Tan Hui Taihiap (Pendekar Besar)!"
"Sudahlah tolong kau sediakan pesananku." Pelayan itu tersenyum-senyum
ramah, lalu berlari pergi untuk mempersiapkan pesanan itu. Adapun pelayan lain melihat
rumah itu masih belum banyak tamu,
menggunakan Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kesempatan menganggur ini lari ke luar rumah makan untuk membual tentang kehadiran pendekar budiman Hui-kiam-eng Tan Hui di tempat kerjanya!
"Aku mempunyai banyak musuh." Tan Hui mulai bercerita setelah menarik napas panjang, semua karena salahku. Aku terlalu lancang tangan dan suka mencampuri urusan lain
orang. Tak tahan aku melihat orang ditindas atau kejahatan berlalu saja tanpa orang membenciku...."
"Sudah selayaknya orang gagah dibenci orang jahat." Lu Sian berkata menghibur, karena ia anggap hal seperti itu bukanlah hal yang patut disusahkan. Orang ini gagah sekali dan sikapnya jantan, amat menarik hati. Akan tetapi wajahnya selalu membayangkan kerisauan hati.
Tan Hui mengangguk. "Cocok! Memang begitulah pendirianku pula, Nona. Karena itulah maka aku tak pernah berhenti dengan tugasku, selalu kubela kebenaran dan
kutegakkan keadilan, kalau perlu kugunakan kekerasan untuk menghantam mereka yang sewenang-wenang. Dan ini pula
sebabnya mengapa aku mempunyai urusan dengan Khong-sim
Kai-pang. Lima orang angguta Khong-sim Kai-pang melakukan penyelewengan setahun yang lalu di kota Tong-an. Mereka minta derma secara paksa, tidak itu saja, malah seorang di antara mereka telah menculik puteri seorang hartawan dan memperkosanya. Aku kebetulan lewat di kota itu, lalu turun tangan memberi hajaran kepada mereka dan
malah membunuh Si Penculik."
"Kenapa tidak dibunuh semua saja?" Lu Sian memotong.
Tan Hui menghela napas. "Kalau kubunuh semua, kiranya tidak akan muncul akibat begini panjang. Akan tetapi
mengingat bahwa selamanya Khong-sim Kai-pang terkenal
baik, apalagi aku memandang muka ketuanya, maka
kuampunkan mereka dan hanya membunuh seorang yang
paling jahat. Aku sangka urusan hanya berhenti sampai di situ.
Tidak tahunya, ketika kau melakukan perjalanan, aku
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
dihadang dan dikeroyok tiga puluh orang Khong-sim Kai-pang yang memendam atas kematian seorang temannya. Terjadi
pertempuran dan biarpun aku merobohkan dan melukai
banyak di antara mereka, namun aku menjaga sehingga tidak seorang pun tewas. Aku lalu pergi langsung mencari Yu Jin Tianglo, menceritakan semua urusan itu. Yu Jin Tianglo marah sekali kepada anak buahnya, malah menghukum mereka
dengan penurunan tingkat. Urusan itu sudah beres sampai...
setengah bulan yang lalu..." Sampai di sini Tan Hui berhenti dan wajahnya memperlihatkan kemuraman.
"Lalu mereka mengganggumu" Kalau hanya pengemispengemis itu saja, takut apakah" Biar mereka datang mencari mati. Yu Jin Tianglo kalau membela anak buahnya yang
mencari perkara, dia pun tidak benar dan perlu diberi
hajaran!" Tan Hui tercengang keheranan menyaksikan Lu Sian bicara penuh semangat dan marah-marah. Urusan ini tidak ada
sangkut-pautnya denga Lu Sian, mengapa gadis ini menjadi begitu marah"
"Sungguh tidak enak terhadap Yu Jin Tianglo..." "Tidak enak bagaimana" Anak buahnya yang tak tahu aturan yang
mencari-cari perkara! Apakah kau takut menghadapi orang tua itu" Tan-enghiong, jangan kuatir, aku akan membantumu. Aku tidak takut menghadapi orang tua itu kalau ia banyak
bertingkah membantu anak buahnya yang tidak benar!"
Tan Hui tentu saja tidak mengenal watak Lu Sian maka ia makin terheran-heran. Memang watak Lu Sian amat ganas
menghadapi orang-orang yang ia anggap memusuhinya atau
memusuhi orang yang disukainya. Dan Tan Hui otomatis telah menarik perhatiannya dan menimbulkan rasa sukanya!
Dengan muka masih terheran Tan Hui bangkit berdiri dan
menjura. "Terima kasih atas perhatian Nona terhadap perkaraku."
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Ah, kita sudah menjadi sahabat. Bukankah kau katakan tadi bahwa kita orang segolongan" Tak perlu sungkan-sungkan lagi." Jawab Lu Sian.
Tan Hui duduk kembali dan menarik napas panjang, lalu
menghirup araknya. "Persoalannya tidaklah begitu sederhana.
Kalau hanya para anggota Khong-sim Kai-pang yang masih
penasaran, hal itu tidaklah menguatirkan. Akan tetapi dua pekan yang lalu... aku hidup sebatang kara, mengapa mereka mengganggu anakku" Mereka menculik anakku yang baru
berusia lima tahun..."
Lu Sian terkejut dan merasa agak kecewa. "Tan-enghiong!
Kau bilang hidup sebatang kara... tapi kau... mempunyai anak?"
Melihat kekagetan orang, Tan Hui tersenyum duka.
"Memang aku sebatang kara... semenjak isteriku meninggal dua tahun yang lalu. Aku seorang duda dengan seorang anak yang kutitipkan kepada pamannya. Itu pula sebabnya orang-orang jahat itu dapat menculik puteriku. Kalau dia berada bersamaku, tak mungkin mereka dapat melakukannya! Ah,
aku menyesal sekali mengapa aku suka merantau seorang diri dan menitipkan kepada kakak isteriku. Pada suatu malam, serombongan anggota Khong-sim kai-pang mendatangi rumah itu dan menggunakan kekerasan menculik pergi anakku.
Iparku tidak dapat berbuat apa-apa dan mereka meninggalkan pesan bahwa kalau aku menghendaki anakku selamat, aku
harus menyerahkan diri kepada mereka!"
"Ah... begitukah" Jahanam benar mereka! Di manakah adanya Yu Jin Tianglo sekarang" Dia seoranglah yang harus bertanggungjawab menghadapi semua ini. Minta anak itu dari tangannya, kalau tidak diberikan, berarti dia menantang!"
"Markas Khong-sim Kai-pang berada di kota Kang-hu, hanya dua puluh li dari sini jauhnya. Adapun Yu Jin Tianglo biasanya berdiam dalam sebuah kuil tua di luar kota itu.
Karena itu pula aku hari ini sampai di sini, siapa tahu, agaknya
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Yu Jin Tianglo sudah menyuruh anak buahnya sengaja datang untuk menentang!"
"Tak usah takut! Kita serbu saja ke sana. Mari kita ke sana, aku akan membantumu, Tan-enghiong!"
"Nona Lu..., bukan aku tidak menghargai penawaranmu yang amat berharga itu. Akan tetapi... urusan ini mengenai pribadiku sendiri, sedangkan Yu Jin Tianglo amat lihai, belum lagi anak buahnya yang banyak..."
"Aku tidak takut!" "Aku percaya, Nona. Kepandaianmu tinggi. Akan tetapi... aku seorang duda yang mencari anaknya, sedangkan kau... kau seorang Nona terhormat, seorang gadis muda yang baru saja kujumpai. Kalau orang luar melihat, tentu... ah, kiranya amat tidak baik untuk namamu kelak...."
Tiba-tiba Lu Sian serentak bangun berdiri, alisnya berkerut matanya berkilat. "Apa peduliku akan pendapat orang luar!
Aku suka membantumu, siapa melarangmu" Tentang kau
seorang duda, apa salahnya" Aku pun seorang... janda! Kita maju bersama untuk menghadapi Khong-sim Kai-pang,
seorang duda dan seorang janda mana yang lebih cocok lagi?"
Tan Hui tertegun dan diam-diam berdebar hatinya. Belum
pernah selama hidupnya ia bertemu dengan wanita begini
cantik jelita, begini berani dan terbuka, kata-kata yang keluar dari mulutnya mencerminkan isi hatinya, tinggi ilmu silatnya.
Seorang janda pula! Pada saat itu terdengar bentakan dari luar rumah makan.
"Orang she Tan! Keluarlah dan lekas berlutut untuk kami tangkap dan hadapkan kepada ketua kami!"
"Hemm, mereka benar-benar amat tak sabar. Heran aku mengapa Khong-sim Kai-pang dalam waktu setahun telah
begini berubah!" "Kaulihat saja bagaimana aku menghajar mereka!" Sekali menggerakkan kakinya Lu Sian sudah meloncat keluar
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
menghadapi dua orang pengemis tua yang berdiri di depan rumah makan. Akan tetapi Lu Sian mendengar desir angin dan tahu-tahu Tan Hui sudah pula berada di sampingnya. Kembali ia kagum bukan main dan harus ia akui bahwa nama besar
Hui-kiam-eng sebagai jago gin-kang nomor satu benar-benar bukanlah omong kosong belaka. Ia tadi sudah sengaja
mengerahkan ilmunya meringankan tubuh ketika meloncat,
sebagian untuk pamer kepada Tan Hui, juga untuk membikin jerih kedua orang pengemis tua. Siapa kira, gerakannya itu bagi Tan Hui agaknya kurang cepat karena dalam sekejap
mata ia tersusul! "Nanti dulu, adik Sian!" bisik Tan Hui yang kini tidak tahu harus menyebut apa kepada Lu Sian. Menyebut Nona tidak
tepat karena Lu Sian ternyata bukan seorang gadis, melainkan seorang janda seperti pengakuannya. Menyebut Nyonya,
wanita ini masih amat muda, maka ia merasa paling tepat menyebut adik saja. "Biarkan aku bicara dulu dengan mereka."
Tanpa memberi kesempatan kepada Lu Sian yang hendak
membantah, Tan Hui sudah menjura kepada dua orang
pengemis tua itu sambil berkata,
"Melihat ikat pinggang putih yang Jiwi (Tuan Berdua) pakai, kiranya Ji-wi termasuk pimpinan Khong-sim Kai-pang, aku dapat bicara dengan baik, tidak seperti tiga orang anggotanya tadi yang datang-datang lantas menyerang. Mungkin J i-wi sudah tahu bahwa di antara Khong-sim Kai-pang dan aku,
tidak ada urusan permusuhan semenjak aku bertemu dengan Yu Jin Tianglo setahun yang lalu. Oleh karena itu, kuharap Ji-wi suka menghadapkan aku kepada orang tua itu agar urusan di antara kita dapat diselesaikan baik-baik. Ingin benar aku mendengar kata-kata orang tua itu tentang main-main dari Khong-sim Kai-pang dengan anakku ini!"
Di dalam ucapan Tan Hui ini, biarpun terdengar sopan dan lunak, namun terkandung kekerasan tersembunyi, sehingga
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
sama sekali tak boleh dikatakan pendekar ini merendahkan diri. Betapapun juga, Lu Sian tidak puas. Menurut kata
hatinya, lebih baik menggunakan pedang daripada menggunakan lidah dalam menghadapi orang-orang macam
itu. Dua orang pengemis itu sudah tua, usia mereka lima puluh tahun lebih. Keduanya bersikap sombong dan memandang
rendah, apalagi yang memegang tongkat berbentuk ular.
Mukanya yang penuh keriput itu kelihatan pucat, akan tetapi selalu membayangkan senyum mengejek dan pandang
matanya seperti pandang mata seorang bangsawan melihat
pengemis. Dengan gerakan mulut yang kedua ujungnya ditarik ke bawah, Si Tongkat Ular ini berkata,
"Inikah orang muda sombong bernama Tan Hui yang telah membunuh dan menghina anak buah Khong-sim Kai-pang?"
Sambil berkata demikian, ia menggoyang-goyangkan tongkatnya berbentuk ular itu di depan dada dengan gerakan penuh aksi!
Akan tetapi pengemis ke dua yang mempunyai kepala
besar sekali, sikapnya biar sombong namun lebih sungguh-sungguh
dan berwibawa. Ia berkata dengan suara membayangkan ketinggian hati. "Hui-kiam-eng Tan Hui!
Setahun yang lalu kau menggunakan kelemahan bekas
pangcu (ketua) kami, mengandalkan kepandaian untuk
membunuh dan menghina anak buah kami. Sekarang, kami
telah mempunyai pangcu baru yang tidak mau membiarkan
Khong-sim Kai-pang dihina orang. Oleh karena itu, kalau kau menghendaki anakmu selamat, pangcu kami minta kau datang menghadap kepada beliau di Kang-hu!" Setelah berkata demikian, pengemis berkepala besar ini membalikkan tubuh hendak pergi.
"Heh-heh, mungkin dengan minta-minta ampun dan
mengajak dia ini menghadap Pangcu, kau akan diampuni!"
kata Si Pengemis Bertongkat Ular yang lalu membalikkan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tubuh pula, kemudian dengan langkah dibuat-buat ia
meninggalkan tempat itu, setelah melirik-lirik ke arah Lu Sian.
Tan Hui terkejut sekali dan termenung. Kiranya Yu Jin
Tianglo sudah tidak menjadi Ketua Khong-sim Kai-pang, sudah diganti. Pantas timbul urusan ini, pikirnya. Akan tetapi, ke manakah perginya Yu Jin Tianglo" Dan siapa penggantinya" Ia harus lekas-lekas datang ke Kang-hu dan semua pertanyaan itu tentu akan terjawab. Terhadap sikap dua orang pengemis tua itu, Tan Hui sama sekali tidak ambil peduli.
Boleh jadi Tan Hui menganggap mereka itu tidak perlu
dilayani. Akan tetapi tidak demikian dengan Lu Sian. Dia masih dapat menahan kesabarannya melihat dua orang itu
memandang rendah Tan Hui, akan tetapi ketika pengemis
kurus bertongkat ular itu membawa-bawa dia yang jelas sekali mengandung maksud kotor dan kurang ajar, mana mungkin
Lu Sian berlaku sabar lagi"
"Eh, eh, nanti dulu, Lo-kai (Pengemis Tua) yang baik, aku mau bicara denganmu!" Dengan langkah cepat Lu Sian mengejar. Tan Hui mengerutkan keningnya. Sahabat barunya ini benar-benar seorang wanita yang tidak tahu bahaya,
pikirnya. Melihat ikat pinggang putih lebar yang dipakai kedua orang pengemis itu, terbukti bahwa mereka adalah pimpinan Khong-sim Kai-pang dan sudah terkenal bahwa para pimpinan Khong-sim Kai-pang adalah orang-orang yang memiliki ilmu silat tinggi. Sekelebatan saja ia tadi dapat menerka bahwa Si Kepala Besar adalah seorang ahli lwee-kang yang amat kuat, sedangkan Si Kurus itu agaknya seorang ahli bermin ilmu tongkat. Ia dapat menduga bahwa Lu Sian tentu hendak
mencari perkara, maka diam-diam ia merasa kuatir, akan
tetapi juga ingin sekali ia tahu sampai di mana kelihaian dua orang pengemis itu dan terutama wanita yang menarik hatinya ini. Tadi ia hanya menaksir kelihaian Lu Sian melihat cara ia menyambit dengan sumpit, akan tetapi sesungguhnya hal itu belum dapat dijadikan ukuran. Karena keinginan tahu inilah
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
maka ia tidak menghalangi Lu Sian, melainkan mendekat agar dalam waktu keadaan berbahaya, ia dapat memberikan
pertolongan dengan cepat.
Kedua orang pengemis itu berhenti, Si Kepala Besar tidak bergerak, hanya membalikkan tubuhnya, akan tetapi Si Kurus sudah melangkah lebar menghadapi Lu Sian sambil memutar-mutar tongkat ularnya dan menyeringai. "Nona mau bicara apakah?" Ia melangkah maju sampai dekat sekali sehingga terpaksa Lu Sian mundur dua langkah.
"Harum... sedap...!" Si Pengemis mengembang-kempiskan hidungnya karena memang tercium keharuman luar biasa
ketika ia mendekati Lu Sian.
Diam-diam Tan Hui mendongkol sekali terhadap pengemis
itu. Memang ia sendiri diam-diam sudah menjadi heran ketika ia mencium keharuman dari tubuh Lu Sian, akan tetapi
mendengar seruan kurang ajar itu ia merasa panas dadanya.
Benar-benar tidak patut sikap seorang pimpinan Khong-sim Kai-pang seceriwis itu!
Lu Sian sengaja melempar senyum manis, matanya
bergerak-gerak dengan kerling tajam, kemudian ia berkata,


Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Orang tua yang baik, kau tadi bilang kepada Tan-enghiong supaya mengajak aku menghadap pangcumu agar mendapat
pengampunan, apa artinya itu?"
Si Pengemis tertawa ha-hah-he-heh. "Nona seorang yang cantik luar biasa seperti bidadari, harum seperti mawar hutan.
Pangcu baru kami masih muda, tentu girang hatinya bertemu dengan orang seperti Nona, dan mungkin kemarahannya
terhadap orang she Tan akan mencair."
Di dalam hati Lu Sian mendongkol. Siapa sudi mendapat
pujian dari seorang kakek jembel buruk seperti ini" Akan tetapi wajahnya yang jelita itu tersenyum manis. "Pengemis tua, kau seorang pimpinan Khong-sim Kai-pang tentu lihai dan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
terkenal sekali. Bolehkah aku mendengar namamu yang mulia dan terkenal?"
Si Kurus kegirangan, terkekeh sampai keluar air matanya.
"Wah, namaku sih tidak terlalu besar akan tetapi di dunia kang-ouw tentu cukup dikenal, cukup menggemparkan.
Julukanku adalah Sin-coa Koai-tung (Tongkat Aneh Ular
Sakti)!" Kakek jembel itu mengharapkan Lu Sian menjadi kagum,
akan tetapi ia sejenak tercengang ketika melihat gadis itu bertepuk tangan memuji. Hanya sejenak ia bingung melihat cara menyatakan kagum seperti ini, akan tetapi hatinya lalu membengkak besar saking bangganya. "Hebat, Kakek Jembel, hebat namamu! Pantas kaugoyang-goyang selalu tongkatmu
seperti ular itu! Kiranya julukanmu Ular Sakti. Wah, hebat, seperti halilintar di tengah hari panas!"
Kembali pengemis itu melengak. "Seperti halilintar di tengah hari" Wah, baru sekali ini aku mendengar pujian
begitu." "Kau tahu, bukan" Halilintar yang menyambar-nyambar mengeluarkan suara keras, takkan mendatangkan hujan!
Namamu seperti gentong kosong berbunyi nyaring! Seperti perut kosong kebanyakan angin, maka angin busuk pula yang dikeluarkan!"
Tan Hui tak dapat menahan senyumnya. Wah, Lu Sian ini
terlalu berani, terlalu bebas dan liar, akan tetapi juga terlalu...
menarik hati! Sebaliknya, Sin-coa Koai-tung marah bukan main. Tahu-tahulah ia sekarang bahwa ia telah dipermainkan oleh wanita cantik ini.
"Uh-uh, bocah kemarin sore berani kau memandang rendah tongkatku dan nama besarku?"
"Ah, sama sekali tidak. Sin-coa Koai-tung! Hanya mengingat nama julukanmu istimewa, tentu kau pun
mempunyai keistimewaan pula."
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Memang, aku mempunyai dua keistimewaan. Pertama,
sekali tongkatku ini bergerak, jiwa seorang manusia melayang!
Dan sekali aku melihat wanita sejelita seperti kau ini, sekaligus hatiku lemas!" Ternyata kakek ini tidak hanya lihai julukannya, juga lihai pula mulutnya sehingga serentak ia mampu
membalas. Namun ia menghadapi Liu Lu Sian, gadis yang lincah
jenaka, liar ganas dan pandai bicara. "Sayang sekali, tua bangka jembel, mulai hari ini julukanmu akan terganti dengan Tongkat Buntung Ular Buduk!" Kata-kata ini ditutup dengan gerakan tangan dan "singgg!" pedang Toa-hong-kiam sudah berada di tangan kanan sedangkan tangan kirinya di saat itu juga sudah mengipatkan tujuh batang Siang-tok-ciam yang hanya tampak sebagai kilatan sinar merah menuju semuanya ke arah muka Si Pengemis Kurus!
"Ai ihhh!" Pengemis itu kaget bukan main, akan tetapi ia lihai, karena dalam kegugupannya, tongkatnya sudah diputar cepat melindungi mukanya sehingga jarum merah itu kena
dipukul runtuh. "Monyet tua, makan pedangku!" Lu Sian sudah menerjang lagi dengan pedangnya. Ia menggunakan Ilmu Pedang Toa-hong Kiam-hoat, cepatnya bukan main, dahsyat bagaikan
angin badai, sesuai dengan sifat dan namanya. Seperti badai mengeluarkan kilat bertubi-tubi, dalam serentetan serangan pedangnya sudah menyambar ke arah lima jalan darah
berturut-turut! "Eh... orang...! Oh... ting... cring-cring-cring....!" Lima kali pengemis itu menangkis dengan tongkatnya, keringat dingin mengucur membasahi mukanya karena hampir saja ia tak
dapat menahan serbuan hebat itu. Baiknya ilmu tongkatnya memang lihai maka setelah berhasil menangkis lima kali
sambil mengeluarkan seruan kaget, ia melompat ke belakang menjauhkan diri agar terlepas daripada rangkaian kilat
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
menyambar itu. Lu Sian berdiri tersenyum memandang
dengan sinar mata berseri-seri mengejek.
"Ular Buduk, apakah kau tidak lekas berlutut minta ampun?"
Kalau tadinya pengemis kurus tua itu tertarik oleh
kecantikan Lu Sian yang berhasil membangkitkan darah
tuanya yang sudah hampir mendingin, kini kakek itu menjadi demikian marahnya sehingga serasa dadanya hampir meledak dan ia mengeluarkan kata-kata. Setelah menelan ludah
beberapa kali, barulah ia berteriak-teriak. "Bocah setan, agaknya kau sudah bosan hidup!" Berkata demikian ia lalu memutar tongkatnya dan menerjang maju. Tongkatnya
menusuk dengan gerakan aneh dan karena ujung tongkat
yang bergerak-gerak tak menentu itu sukar diduga ke mana hendak menyerang.
Sejak tadi Tan Hui melongo kagum menyaksikan kehebatan
ilmu pedang dan ilmu melepas jarum wanita itu. Kini ia makin kagum lagi setelah menyaksikan betapa Lu Sian menghadapi tongkat yang digerakkan sedemikian lihainya dengan cara sembarangan dan main-main saja. Pedang di tangan Lu Sian membentuk garis-garis segi delapan seperti pat-kwa. Akan tetapi anehnya, ke mana pun ujung tongkat pengemis itu
meluncur, ia pasti bertemu dengan garis pedang sehingga tongkatnya terpental kembali.
"Hebat wanita ini!" diam-diam Tan Hui berpikir. Ia mencoba untuk memperhatikan dan mengenal ilmu pedang itu, namun sia-sia. Sifatnya seperti Pat-kwa-kun, akan tetapi ada kalanya mirip Ilmu Pedang Pat-sian Kiam-hoat yang tersohor, namun ini hanya mirip belaka karena sifatnya benar amat berlainan.
Ilmu pedang ini aneh dan menyembunyikan sifat yang amat ganas. Dalam waktu singkat saja Sin-coa Koai-tung merasai keganasan ini karena tiba-tiba garis-garis itu berobah menjadi lingkaran berputar-putar dan tiba-tiba dari kedudukan
mempertahankan, pedang itu berobah menjadi fihak Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
penyerang karena setiap tangkisan dilanjutkan dengan
tusukan yang kesemuanya mengarah bagian berbahaya.
Mulailah pengemis itu terdesak dan celakanya, tangan kiri Lu Sian terus menerus bergerak, sekali bergerak menyambarlah sebatang jarum merah yang berbau wangi. Sambaran jarum
dibarengi tusukan pedang. Serangan Ilmu Pedang Pat-mo
Kiam-hoat ciptaan Pat-jiu Sin-ong saja sudah hebat apalagi kini ditambah dengan serangan Siang-tok-ciam, tentu saja ia menjadi repot sekali.
"Menarilah, Ular Buduk, menarilah!" Lu Sian berkata mengejek dan menyerang makin gencar dengan jarum dan
pedangnya. Sengaja ia menutup jalan bawah dengan
serangan jarum bertubi-tubi sedangkan pedangnya merangsang ke arah muka sehingga keadaan pengemis itu
seperti seekor kera dikeroyok tawon. Ia meloncat-loncat menghindarkan kakinya dari sambaran jarum, sedangkan
sedapat mungkin ia melindungi mukanya dari ancaman
pedang dengan pemutaran tongkatnya yang sudah tidak
karuan lagi gerakannya! Tiba-tiba Lu Sian membentak, disusul teriakan kesakitan.
Cepat sekali hal ini terjadi, tahu-tahu pengemis itu roboh dengan paha tertusuk jarum dan telinganya menggelinding ke dekat kaki Lu Sian dan sekali bacok, tongkat itupun buntung!
"Nah, bukankah kau sekarang menjadi Tongkat Buntung Ular Buduk?" Lu Sian mengejek.
Kebetulan saat itu Lu Sian berdiri membelakangi pengemis kepala besar, dan agaknya ia tidak tahu betapa dengan penuh kemarahan kakek pengemis itu sudah melompat maju dan
mengirim pukulan dengan tangan kosong yang menimbulkan
angin bersiutan! "Jangan curang!" Tiba-tiba Tan Hui berseru. Tempat ia berdiri cukup jauh, akan tetapi sekali kakinya menjejak tanah, tubuhnya berkelebat cepat luar biasa dan di lain saat ia telah
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
menangkis pukulan jarak jauh yang dilakukan pengemis
kepala besar. "Dukkk! " Dua buah lengan yang kuat bertemu dan terus menempel. Alangkah kaget hati Tan Hui ketika mendapat
kenyataan betapa lengannya seakan-akan lekat dan tak dapat ditarik
kembali. Ia maklum bahwa pengemis itu mempergunakan lweekang yang amat tinggi, maka terpaksa ia pun lalu mengerahkan lweekangnya untuk melawan. Mereka
bertanding tanpa bergerak, hanya kedua lengan saling tempel, saling mendorong dengan pengerahan tenaga lweekang.
Pertandingan macam ini selalu lebih berbahaya daripada
pertandingan ilmu silat yang setiap serangan masih dapat dielakkan. Akan tetapi adu tenaga macam ini, yang kalah tentu akan menderita luka dalam yang amat berbahaya. Ketika merasa betapa tenaga pengemis itu benar-benar amat kuat, makin lama dorongan dan tekanannya makin berat, diam-diam Tan Hui mengeluh. Kalau mengandalkan ilmu silat, kiranya takkan sukar mengalahkan lawan ini, akan tetapi sekarang sudah terlanjur mengadu tenaga, sukar baginya untuk mundur lagi. Maju payah, mundur berbahaya! Terpaksa ia nekat dan mengerahkan terus tenaga dalamnya.
"Koko, mengapa begini sabar melayani dia?" Tiba-tiba Lu Sian berkata halus di belakang Tan Hui sambil menepuk
pundak pendekar itu. Tan Hui kaget. Tepukan itu biarpun perlahan namun dapat mengganggu pengerahan tenaga
lweekangnya, karena tepukan itu agaknya
mengarah punggung dekat pundak. Namun untuk menghindarkan diri tak mungkin. Celaka, pikirnya, apakah Lu Sian ini hendak
mencelakai aku" Tapi suaranya begitu merdu, panggilannya
"koko" begitu mesra.
"Plakkk!" Benar-benar Lu Sian menepuk punggungnya, tempat dimana hawa sin-kang lewat dan menjurus ke
lengannya yang menempel dengan lengan lawan. Akan tetapi anehnya, tenaganya bukannya buyar melainkan menjadi
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
makin kuat dan tahu-tahu kakek berkepala besar itu mencelat ke belakang sampai tiga meter jauhnya, lalu bergulingan beberapa kali baru meloncat berdiri dengan muka pucat!
"Kalian yang curang!!" Kakek itu memaki dan begitu kedua tangannya bergerak, ia sudah menyambar sebuah batu besar di sampingnya dan melontarkannya ke arah Tan Hui dan Lu Sian. Batu itu besar sekali, beratnya tentu tidak kurang dari lima ratus kati, akan tetapi tidak begitu mudah dilontarkan seperti orang melontarkan sekepal batu saja!
Hebat serangan ini, karena jarak di antara mereka hanya empat meter sedangkan batu itu menyambar amat cepat. Lu Sian berseru keras dan tubuhnya lalu ia banting ke belakang, terus ia bergulingan menjauhi tempat itu. Ia melihat dengan penuh kekaguman betapa tubuh Tan Hui mencelat ke depan
agak tinggi dan tepat pendekar itu hinggap di atas batu yang menyambar lewat, seperti seekor burung saja gerakan ini, kemudian ia "menunggang" batu itu dan ketika batu jatuh ke tanah, ia pun meloncat turun!
"Wah, kalau aku memiliki ginkang seperti itu, barulah puas hidupku!" Tanpa terasa lagi Lu Sian berseru penuh
kekaguman. Kakek berkepala besar itu telah menderita luka dalam. Ia menjura lalu berkata, "Hui-kiam-eng, kepandaianmu dan temanmu memang hebat. Akan tetapi kalau kau berani
mendatangi tempat pangcu kami di Kang-hu untuk menerima puterimu atau menerima kematiamu, barulah kami benar-benar kagum!" Ia lalu menghampiri temannya yang masih merintih-rintih, dan menyeretnya pergi dari situ.
Adik Lu Sian, hebat bukan main kepandaianmu! Benarbenar tak pernah kusangka. Kiam-hoatmu aneh dan hebat,
adapun tenaga lweekangmu... ah, benar-benar aku seperti tidak bermata tak tahu bahwa aku berhadapan dengan
seorang pendekar wanita yang sakti!"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Lu Sian tersenyum, girang sekali hatinya. "Ah, Tan Hui Koko, mengapa kau begitu memuji setinggi langit" Kalau mau bicara tentang kelihaian, kaulah orangnya. Terutama sekali ginkangmu, benar-benar membuat aku tunduk dan kagum.
Kalau saja aku dapat memiliki ginkang seperti itu, ahh..
alangkah akan bahagia hatiku."
"Bagi seorang seperti kau ini, Adik Lu Sian, tidak ada lagi yang tak mungkin di dunia. Apa sukarnya mempelajari
ginkang bagi kau uang sudah mampu mempelajari ilmu silat sehebat itu?"
"Benarkah" Benarkah, Kakak yang baik" Kau suka untuk mengajarkan ginkangmu kepadaku" Ah, terima kasih... kau baik sekali, baik sekali..." saking girangnya Lu Sian memegang lengan Tan Hui dengan kedua tangannya. Sejenak mereka
berdiri seperti itu, mata saling pandang, dan di dalam hati masing-masing makin tertarik. Semenjak dua tahun yang lalu isterinya meninggal dunia karena sakit, Tan Hui hidup penuh dengan kesunyian. Hal itu biarpun amat mendukakan hatinya, namun dapat ia tahan, karena Tan Hui adalah seorang jantan yang berbatin kuat. Tidak mudah hatinya tergoda oleh
kecantikan wanita, maka selama ini ia pun tinggal menduda, sedikit pun tidak pernah menoleh ke arah wanita lain,
menekuni kesunyian hidupnya. Akan tetapi pertemuannya
dengan Lu Sian ini adalah luar biasa. Wanita ini luar biasa cantiknya, luar biasa pula kepandaiannya. Tidaklah heran kalau Tan Hui menjadi tertarik. Hati seorang kakek pendeta sekalipun mungkin akan tergetar kalau melihat Lu Sian yang cantik jelita, yang semerbak harum, berlagak memikat hati.
Bagi Tan Hui, Lu Sian merupakan wanita yang amat menarik, apalagi kalau diingat bahwa mendiang isterinya adalah
seorang wanita lemah, berbeda sekali dengan Lu Sian ini yang dalam hal kepandaian, tidak berada di sebelah bawah
tingkatnya sendiri! Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Bagaimana, Koko" Tentu kau mau mengajarku ginkang, bukan?"
Sudah berada di ujung lidah Tan Hui untuk menyanggupi,
akan tetapi mengingat bahwa ilmu pedang dan ilmu
ginkangnya adalah kepandaian yang merupakan ilmu turunan, ia merasa agak meragu. "Aku tidak keberatan... eh, tapi...
ilmu itu belum pernah diturunkan kepada orang luar... eh, maksudku, itu adalah ilmu turunan..."
Lu Sian yang masih memegang lengan Tan Hui,
merapatkan tubuhnya sehingga Tan Hui terpaksa meramkan
mata karena keharuman yang menyengat hidungnya membuat hatinya berguncang keras. "Apakah kau tidak mau menganggap aku orang dalam...?" Suaranya merdu lirih seperti berbisik.
Pada saat itu, sudah banyak orang berkumpul karena tadi tertarik oleh keributan di depan rumah makan. Melihat ini, Tan Hui segera berkata perlahan.
"Moi-moi, tak baik bicara di sini seperti ini. Di manakah kau tinggal" Mari kita bereskan perhitungan dengan rumah makan dulu."
"Aku tinggal di penginapan sebelah rumah makan. Biarkan aku yang membayar, Tan-koko..."
Akan tetapi sebelum mereka memasuki rumah makan,
serombongan orang kelihatan berlari mendatangi. Pakaian mereka adalah pakaian ahli silat, seperti yang biasa dipakai oleh orang-orang yang pekerjaannya pengawal atau tukang pukul. Akan tetapi begitu tiba di depan Tan Hui, tujuh orang itu segera menjatuhkan diri berlutut dan setelah dekat
tampaklah bahwa mereka adalah para piauwsu (pengawal
barang berharga) yang mukanya penuh debu dan keringat,
bahkan di antara mereka ada yang terluka sehingga pakaian mereka berlumur darah.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Tan-taihiap (Pendekar Besar Tan), mohon suka memberi pertolongan kepada kami para piauwsu yang celaka....!"
Seorang diantara mereka yang tertua dan pundaknya terluka bacokan, segera berkata dengan suara penuh permohonan.
"Kebetulan sekali kami yang bercelaka mendengar akan kehadiran Taihiap di sini, maka kami segera menghadap
Taihiap untuk mohon pertolongan. Kalau Taihiap tidak suka menolong, berarti kami sekeluarga akan mati...."
Tan Hui mengerutkan keningnya. Tidak patut para piauwsu yang termasuk golongan orang gagah bersikap selemah ini.
"Kalian ini rombongan piauwsu dari manakah dan apa yang terjadi sehingga kalian merengek-rengek seperti anak kecil?"
tanyanya berisikan teguran.
"Maaf, Taihiap, kalau sikap kami menjemukan Taihiap.
Akan tetapi karena kami sudah putus harapan. Ketahuilah, Tan-hiap. Kami dari perusahaan pengantar barang Hong-ma-piauwkiok (Perusahaan Pengantar Kuda Angin). Kali ini kami ditugaskan mengantar lima peti barang-barang berharga milik seorang pembesar yang pindah tempat, yang katanya
berharga ribuan tali emas. Karena perjalanan menuju kota Sui-kiang biasanya aman, kami tidak merasa kuatir apa-apa.
Ternyata, di luar dugaan, di lereng bukit itu, hanya empat puluh li dari sini, kami dihadang perampok, barang-barang kami dirampas semua, bahkan diantara kami ada yang tewas dan luka-luka. Gerombolan perampok itu agaknya masih baru di sana, dipimpin oleh kepalanya yang lihai. Tan-taihiap, harap tuan sudi menolong kami, karena kami tidak mampu
merampas kembali lima buah peti itu pasti perusahaan kami akan bangkrut, dan kami semua akan diseret ke penjara!"
"Kalian tidak becus melawan perampok, mengapa berani menjadi piauwsu?" Tiba-tiba Lu Sian membentak mereka.
"Memang piauwsu lawannya perampok, siapa kalah harus berani
menanggung resikonya, mengapa kalian ribut merengek-rengek minta bantuan orang lain" Tak tahu malu!
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Hayo pergi, jangan ganggu lagi, kami punya urusan yang lebih penting!"
Tujuh orang piauwsu itu kaget sekali. Mereka bingung
karena tidak tahu siapa adanya wanita cantik jelita yang galak itu. Akan tetapi karena melihat wanita itu berada di situ bersama Tan Hui, mereka lalu membentur-benturkan jidat ke tanah sambil memohon-mohon dengan suara pilu.
"Sudah bertahun-tahun mendengar nama besar Tan-taihiap sebagai pendekar budiman yang selalu mengulurkan tangan menolong mereka yang menghadapi melapetaka! Kini kami
mohon dengan segala kerendahan hati..."
"Hemmm, sudahlah jangan banyak ribut lagi. Biar
kubereskan sebentar urusan kecil itu. Di mana adanya si perampok?"
"Koko! Kau hendak memenuhi permintaan mereka yang
cerewet ini" Bukan urusan kita..."
"Hanya sebentar, Sian-moi. Bukit itu tampak dari sini, dan membereskan segala macam perampok hina apa sih
sukarnya" Hanya makan waktu beberapa jam juga beres."
"Aku tidak sudi mencampuri urusan piauwsu-piauwsu
tengik ini!" Lu Sian cemberut. Tan Hui tersenyum. "Biarlah aku sendiri yang mengurus hal ini, harap kau suka menanti. Tak lama aku kembali."
Lu Sian tidak menjawab, keningnya berkerut dan matanya
memandang ke arah para piauwsu dengan marah. Kemudian
ia membalikkan tubuh memasuki rumah makan. Setelah Tan
Hui pergi dengan cepatnya diikuti para piauwsu yang seakan-akan hidup kembali karena mendapat harapan besar
tertolong. Lu Sian lalu dengan sikap uring-uringan membayar harga makanan, menyuruh pelayan rumah makan mengambil
alat tulils, lalu ditulisnya beberapa huruf di atas kertas yang kemudian dilipatnya dan diserahkannya kepada pengurus
rumah makan. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Kalau Tan Hiap datang, kauberikan surat ini kepadanya.
Awas, jangan sampai lupa, surat ini sama harganya dengan sepasang telingamu!" Pengurus itu yang tadi melihat betapa wanita kosen ini membikin buntung telinga seorang pengemis lihai, menjadi ngeri dan hanya dapat memandang dengan
lidah keluar ketika Lu Sian dengan langkah gesit keluar dari situ
Mengapa terjadi keanehan pada perkumpulan Khong-sim
Kai-pang" Dahulu perkumpulan ini terkenal sebagai perkumpulan pengemis yang mengutamakan kegagahan dan
kebaikan, di bawah pimpinan Yu Jin Tianglo yang terkenal bijaksana dan keras terhadap anak buahnya sehingga jarang terjadi anak buah perkumpulan ini berani melakukan
penyelewengan. Akan tetapai, memang terjadi perubahan hebat sejak tiga bulan yang lalu. Seorang laki-laki berusia tiga puluh tahun lebih bernama Pouw Kee Lui, berasal dari pantai Lautan Po-hai, datang membuat gara-gara. Pouw Kee Lui ini bukan orang sembarangan, ia murid seorang sakti yang bertapa di dalam gua-gua sepanjang pantai Po-hai. Semenjak kecil Pouw Kee Lui digembleng oleh pertapa ini dan memperoleh ilmu silat yang tinggi sekali. Akan tetapi beberapa tahun yang lalu, ia tidak dapat menahan gelora nafsunya yang memang selalu
mengalahkan batinnya sehingga ia menculik dan memperkosa seorang wanita nelayan, membunuh suami wanita itu dan
beberapa orang keluarganya yang hendak membela wanita
itu. Gurunya marah sekali, akan tetapi dalam cengkeraman nafsu iblis, Pouw Kee Lui turun tangan pula terhadap gurunya yang sudah amat tua dan lemah sehingga ia berhasil
membunuh gurunya sendiri, kemudian membunuh pula wanita itu! Peninggalan gurunya berupa kitab-kitab pelajaran ilmu kesaktian ia ambil semua dan pergilah Pouw Kee Lui
meninggalklan pantai Po-hai dengan kedua tangan berlepotan darah pembunuhan kejam!
Selama bertahun-tahun ia Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
memperdalam ilmunya, mempelajari kitab-kitab dari suhunya, maka kepandaiannya makin meningkat tinggi.
Dalam perantauannya, Pouw Kee Lui yang sudah menjadi
hamba nafsu itu mengumbar nafsu angkara murka,
mengandalkan kepandaiannya untuk melakukan apa saja demi memuaskan dirinya. Merampok,
membunuh, merampas wanita, dan mengganggu orang-orang kang-ouw untuk
mengangkat diri dan namanya sehingga dalam beberapa
tahun saja terkenal ah nama Pouw Kee Lui sebagai seorang tokoh muda yang ganas dan kejam sepak terjangnya.
Pada suatu hari, yaitu tiga bulan yang lalu, sampailah Pouw Kee Lui di Kang-hu dan ia mendengar tentang perkumpulan Khong-sim Kai-pang yang terkenal dan kuat. Dengan tertarik ia mendatangi markas perkumpulan itu dan tercenganglah ia menyaksikan
betapa kuil tua yang dijadikan pusat perkumpulan, ternyata di sebelah dalamnya terdapat perabot-perabot rumah yang cukup lumayan dan lengkap. Tertarik
pula melihat betapa kedudukan ketua perkumpulan ini amat dihormat, baik oleh anak buah Khong-sim kai-pang yang
mempunyai ratusan orang anggota, maupun oleh para
penduduk sekitar tempat itu. Bahkan pembesar-pembesar
negeri memandang perkumpulan ini dengan hormat! Maka
timbullah niatnya yang bukan-bukan yaitu ingin merampas kedudukan ketua Khong-sim Kai-pang!


Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan tenang ia mendatangi kuil di luar kota Khang-hu, dan dengan seenaknya pula ia menyatakan kepada Yu Jin
Tianglo bahwa ia ingin menjadi ketua Khong-sim Kai-pang!
Tentu saja belasan orang pimpinan itu menjadi marah, namun sekaligus mereka itu dirobohkan secara mudah oleh Pouw Kee Lui! Bahkan Yu Jin Tianglo sendiri yang tentu saja
mempertahankan kedudukan, terutama nama besarnya, dalam pertandingan yang hebat terbunuh olehnya!
Sifat-sifat baik seseorang sukar ditiru dan tidak mudah menular. Sebaliknya sifat-sifat buruk itu tanpa diajarkan pun
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
akan mudah ditiru dan merupakan semacam penyakit batin
yang mudah menular. Setelah menyaksikan kesaktian
petualang muda itu, para pimpinan Khong-sim Kai-pang mau tak mau terpaksa tunduk, dan kemudian, melihat sifat Pouw Kee Lui atau Kai-pangcu (Ketua Perkumpulan Pengemis) yang baru ini jauh berlainan dengan sifat dan watak Yu Jin Tianglo, para anggota perkumpulan ini menjadi gembira sekali. Nafsu mereka yang selama berada di bawah pimpinan dan
pengawasan Yu Jin Tianglo seakan-akan tertekan, kini
mendapat jalan keluar dan mulailah terjadi pelanggaranpelanggaran oleh anak buah Khong-sim Kai-pang. Bahkan
dendam yang selama ini terpaksa disimpan saja di dalam hati terhadap Hui-kiam-eng Tan Hui karena Yu Jin Tianglo malah menyalahkan anak buahnya sendiri, kini meluap-luap dan
ketika para pimpinan menceritakan kepada ketua baru itu.
Pouw Kee Lui segera mengatur rencana dan menyuruh para
pimpinan yang berkepandaian cukup tinggi untuk menculik puteri Tan Hui yang baru berusia lima tahun dari rumah
paman bocah itu. Hal ini dilakukan untuk langsung pergi mencari Hui-kiam-eng Tan Hui, ketua baru ini merasa dirinya terlalu tinggi!
Demikianlah peristiwa hebat yang terjadi pada perkumpulan Khong-sim Kai-pang dan yang tentu saja
mengherankan hati Tan Hui dan juga Lu Sian yang sudah
mendengar akan kebesaran perkumpulan itu dan ketuanya, Yu Jin Tianglo.
Dapat dibayangkan betapa marahnya hati Pouw Kee Lui
melihat anak buahnya mendapat penghinaan dari Tan Hui dan seorang wanita jelita bernama Lu Sian, malah dua orang
pembantunya yang ia anggap berkepandaian cukup yang ia
utus menantang Hui-kiam-eng Tan Hui, juga menerima
penghinaan pula. Ia anggap penghinaan melampaui batas dan ketika sore hari itu ia mengambil keputusan untuk mencari sendiri Tan Hui, tiba-tiba muncul ah Lu Sian yang menerobos masuk dengan pedang di tangan dan berseru.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Di mana adanya Yu Jin Tianglo! Aku mewakili Hui-kiam-eng Tan Hui untuk mengambil kembali puterinya!"
Di dalam kuil itu para pimpinan Khong-sim Kai-pang
berkumpul, malah dua orang pengemis yang telinganya
buntung dan Si Kepala Besar yang menderita luka dalam juga hadir di situ. Menyaksikan seorang wanita muda dengan
pedang di tangan yang demikian cantik jelita, sejenak Pouw Kee Lui melongo terpesona dan keheranan. Ia dapat menduga tentu inilah teman Tan Hui yang telah membuntungi telinga pembantunya. Ia terheran-heran bagaimana ada seorang
wanita muda yang cantik jelita seperti ini mampu melakukan hal itu. Pouw Kee Lui pada hakekatnya bukanlah seorang laki-laki mata keranjang, namun kali ini ia benar-benar terpesona dan untuk sejenak ia tidak mampu mengeluarkan kata-kata.
Namun ia tidak bodoh. Ia tahu bahwa seorang, apalagi kalau ia wanita, yang sudah berani dengan sikap begini tabah
memasuki sarang lawan, tentulah memiliki kepandaian yang boleh diandalkan. Kepandaian dua orang pembantunya
bukanlah rendah, dan kalau dua orang pembantunya itu
setelah bertemu dengan wanita ini pulang dalam keadaan
terluka cukup hebat, terkena jarum beracun harum, telinganya buntung dan isi dadanya terguncang dan terluka, jelas bahwa di dalam kai-pang, kiranya hanya dia seorang yang akan
sanggup menandingi wanita itu. Maka sebagai seorang yang berpengalaman luas, ia bersikap hati-hati, ingin tahu lebih dulu siapa gerangan wanita ini dan dari golongan mana.
Akan tetapi, begitu dua orang pengemis yang kalah di
depan rumah makan itu melihat munculnya Lu Sian, mereka sudah lantas memaki dan memandang dengan mata melotot.
Ini cukup menjadi isyarat bagi para pimpinan pengemis yang jumlahnya ada tujuh orang lagi. Serentak mereka itu bangkit dan mencabut senjata masing-masing. Tujuh orang pengemis ini semua adalah pengemis tua dan yang memiliki kepandaian tinggi. Lima di antara mereka, bersenjatakan tongkat mereka, sedangkan yang dua orang mencabut pedang.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Namun Lu Sian sama sekali tidak takut. Dengan tangan kiri bertolak pinggang dan tangan kanan yang memegang pedang menudingkan ujung pedangnya ke arah tujuh orang pengemis itu, ia membentak.
"Aku tidak ada tempo untuk berurusan dengan segala macam jembel tua bangka! Suruh Yu Jin Tianglo keluar untuk bicara denganku!"
Akan tetapi tujuh orang pengemis itu tidak ada yang
menjawab atau peduli, bahkan mereka lalu membuat gerakan mengurung nona yang cantik dan galak ini. Lu Sian menjadi gemas sekali dan ia sudah siap menerjang untuk memberi
hajaran ketika di belakangnya terdengar suara yang jelas dan nyaring.
"Nona, Yu Jin Tianglo yang kautanyakan itu sudah mati."
Kaget sekali Lu Sian mendengar hal ini. Ia memang
mendengar dari dua orang pengemis bahwa para para
pengemis sudah mempunyai ketua baru, akan tetapi tidak ia sangka bahwa Yu Jin Tianglo sudah mati. Cepat ia memutar tubuh menghadapi Si Pembicara yang bukan lain adalah Pouw Kee Lui. Ia melihat sorang laki-laki berusia tiga puluh tahun lebih, tubuhnya sedang, kumis dan jenggotnya pendek,
wajahnya berkulit kasar akan tetapi tidaklah buruk bahkan mendekati tampan. Kelihatannya orang ini lemah dan tidak mempunyai kepandaian yang tinggi, akan tetapi sepasang
matanya mencorong bagaikan mata srigala. Pakaiannya biar sederhana, namun tidak ada yang ditambal, maka ia sama
sekali tidak kelihatan seperti anggota pengemis, apalagi seperti ketua pengemis.
"Mati...?" Lu Sian ketika memutar tubuhnya berseru. "Ya, mati," kata Pouw Kee Lui dan senyum sinis muncul di bibirnya.
"Tidak kebetulan sekali, ia mati melawan aku."
Diam-diam kagetlah Lu Sian. Siapa kira, orang macam ini mampu mengalahkan bahkan membunuh Yu J in Tianglo yang
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
terkenal berkepandaian tinggi" Tak masuk akal! Orang di depannya ini pantasnya seorang petani gunung, atau paling hebat seorang pedagang obat keliling.
"Hemmmm," akhirnya ia mendengus, "kau siapakah?" Akan tetapi pada saat itu, tiba-tiba tujuh orang pengemis tua sudah serentak maju menerjangnya. Terpaksa Lu Sian memutar
pedangnya dan membalikkan tubuh menghadapi mereka yang
sudah mengurungnya. Ia segera menggunakan jurus Delapan Iblis Menahan Hujan dari Ilmu Silat Pat-mo Kiam-hoat,
sekaligus ia menangkis datangnya hujan senjata, bahkan
sekaligus pula dapat balas menyerang! Terdengar suara
nyaring beradunya senjata dan di antara berdentingan ini Lu Sian mendengar orang itu tertawa dan berkata dengan nada mengejek.
"Namaku Pouw Kee Lui, Nona, dan akulah sekarang Ketua Khong-sim kai-pang!"
Lu Sian marah sekali karena ia kini dapat menduga bahwa ketua baru yang kelihatan lemah itu amat curang. Tentu tadi selagi bicara memberi perintah kepada para pembantunya
untuk menyerbunya, menggunakan kesempatan selagi ia agak jengah. Baiknya ia dapat menghindarkan diri dari serangan mendadak itu dan kemarahannya meluap-luap ketika ia
memaki, "Pengecut tengik! Kalau tidak lekas dibebaskan puteri Tan Hui, akan kubasmi habis Khong-sim Kai-pang hari ini!"
Pouw Kee Lui memperhatikan gerakan pedang nona itu dan
diam-diam ia terkejut dan heran karena ia sama sekali tidak mengenal gerakan ilmu pedang yang mirip Pat-sian Kiam-hoat itu. Ia sudah berpengalaman dan boleh dibilang mengenal ilmu pedang dari golongan manapun, baik dari partai bersih maupun dari golongan hitam. Akan tetapi ilmu pedang yang dimainkan nona ini sama sekali asing baginya dan ia harus akui bahwa ilmu pedang ini hebat!
Tiba-tiba tedengar suara "wesss-wessss" beberapa kali dan.... Seorang demi seorang pengemis tua yang mengeroyok
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Lu Sian, terjungkal roboh karena mereka merasa kaki mereka menjadi lumpuh secara mendadak. Lu Sian sendiri tidak tahu mengapa mereka itu pada roboh dengan sendirinya, maka ia tidak mau mengotori pedangnya dengan lawan yang robh
bukan oleh dia. Dengan heran dia hanya menambah
tendangan saja yang membuat amereka roboh mencelat
keluar dari ruangan, hiruk pikik mereka memaki dan
menyatakan rasa heran. "Ilmu siluman....!" "Dia bukan manusia!" Tujuh orang pengemis itu memaki-maki. Akan tetapi Pouw Kee Lui menjadi kaget bukan main. Matanya mengerling kekiri dan ia melihat sebuah kantung besar, seperti karung tempat beras,
bersandar di sudut kiri ruangan itu, di belakang patung Budha.
Ia tahu betul bahwa tadinya tak pernah ada karung seperti itu.
Tentu dari karung itulah datangnya hawa pukulan yang
membuat para pembantunya tadi roboh, maka ia berlaku hati-hati sekali. Gadis cantik jelita itu sudah lihai ilmu pedangnya, dan masih mempunyai pembantu yang demikian hebat ilmu
pukulannya dari jarak jauh. Ia harus membikin wanita ini tidak berdaya, baru ia akan menghadapi tokoh aneh yang
bersembunyi itu. Pouw Kee Lui memang cerdik dan juga
banyak akal bulusnya. Kini dengan wajah tersenyum dan
pandang mata kagum ia melangkah maju menghampiri Lu
Sian sambil menjura dan berkata.
"Lihiap benar-benar hebat sekali, membuat orang kagum!"
Akan tetapi ia menjura bukan sembarang menghormat karena diam-diam ia menggunakan tenaga dalam untuk melancarkan pukulan yang amat kuat. Lu Sian kaget. Tentu saja ia sudah bersiap sedia dan sudah pula menduga bahwa ketua baru
Khong-sim Kai-pang ini mungkin melakukan serangan gelap berselimut penghormatan, akan tetapi ia sama sekali tidak mengira bahwa tenaga serangan gelap itu akan sehebat ini. Ia merasa dadanya sesak. Cepat-cepat ia mengerahkan tenaga untuk melawan dorongan tenaga yang tak tampak itu, dan
legalah hatinya bahwa ia berhasil mendorong mundur hawa
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
pukulan Pouw Kee Lui. Akan tetapi pada saat keduanya
bersitegang mengerahkan tenaga dan pada saat Lu Sian
merasa lega karena mengira bahwa tenaga dalamnya dapat
menolak mundur lawan sehingga perasaan ini membuat ia
agak lengah, tiba-tiba tangan kanan Pouw Kee Lui menyambar ke depan dan tahu-tahu lengan kiri Lu Sian sudah kena
dicengkeram! Lu Sian terkejut bukan main, tak pernah mengira lawan ini selicik itu karena biasanya orang yang saling mengadu tenaga lwee-kang seperti mereka itu, sama sekali tidak mengandung lain pikiran untuk melakukan serangan gelap seperti yang dilakukan ketua pengemis ini. Dicengkram lengan kirinya, Lu Sian merasa sakit sekali, seakan-akan dari telapak tangan kanan Pouw Kee Lui keluar api yang mengalir masuk melalui pergelangan tangannya yang dicengkram. Ia kaget dan
marah, lalu menggerakkan pedang di tangan kanannya
dibacokkan ke arah muka lawan.
Namun tenaga bacokan ini berkurang karena ia merasa
tangan kirinya sakit sekali. Agaknya Si Ketua Pengemis
menambah tenaga cengkeramannya. Begitu hebatnya rasa
nyeri sehingga bacokan Lu Sian tidaklah sehebat yang ia inginkan. Dengan tangan kirinya yang dibuka jari-jarinya, Pouw Kee Lui menangkis, tepat mengenai tangan kanan Lu
Sian yang memegang pedang. Begitu keras tangkisan ini
sehingga terpaksa Lu Sian melepaskan pedangnya yang
meluncur ke sebelah kanannya, ke arah karung yang
bersandar di sudut belakang arca! Ini saja sudah membuktikan kehebatan tenaga dan kepandaian Pouw Kee Lui yang sekaligus sambil menangkis serangan pedang, dapat
membuat pedang lawan menyerang "karung" itu.
Tepat seperti yang diduganya, karung itu bukan benda mati Karena tiba-tiba karung itu mencelat ke atas dan pedang Toa-hong-kiam yang menyambarnya itu terpental dan menancap
pada lengan patung. Karung itu sendiri setelah jatuh di atas
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
lantai, membal lagi ke atas dan hinggap di atas kepala arca itu, bergoyang-goyang akan tetapi tidak jatuh ke bawah.
Sementara itu, sejenak Lu Sian terkejut sekali oleh
kelihaian ketua baru Khong-sim Kai-pang ini. Namun ia segera mengerahkan khikang, tubuhnya merendah dan tangan kanan dengan jari terbuka menghantam pusar lawan sambil tangan kirinya yang masih dicengkram itu di tarik keras.
Hebat sekali serangan yang bersifat ganas ini, serangan maut dengan pukulan dari ilmu silat Sin-coa-kun (Ilmu Silat Ular Sakti) ditambah pengerahan tenaga sakti dan suara
teriakan yang mengandung khi-kang. Pouw Kee Lui juga
kaget, terpaksa melepaskan pegangannya dan mencelat
mundur. Lu Sian sudah menyambar pedangnya yang
menancap di lengan arca, dengan kemarahan meluap ia sudah siap lagi menghadapi lawannya yang tangguh, tangan kirinya diam-diam mengambil segenggam Siang-tok-ciam.
Pouw Kee Lui kagum menyaksikan kepandaian Lu Sian.
Akan tetapi ia tahu, bahwa menghadapi gadis jelita ini, ia takkan kalah. Yang membuat ia ragu-ragu adalah setan
karung itu, yang ia belum ketahui siapa, bahkan belum ia ketahui apakah isinya, manusia, binatang, ataukah setan"
Akan tetapi ia dapat menduga bahwa yang berada dalam
karung itu memiliki kepandaian yang amat tinggi, lebih tiggi daripada kepandaian nona ini, bahkan belum tentu ia sendiri mampu menandinginya. Melihat munculnya tokoh rahasia ini tepat pada waktu Lu Sian datang mewakili Tan Hui, Ketua Khong-sim Kai-pang ini menjadi curiga dan ia berlaku lebih hati-hati. Seperti biasa, Pouw Kee Lui orangnya cerdik, dapat melihat gelagat dan tidak mau sembrono.
"Tahan dulu, Nona!" ia berseru melihat lawannya sudah siap hendak menerjangnya lagi, bahkan siap dengan jarum-jarum rahasia di tangan kiri. Ketika ia memeriksa luka akibat jarum merah yang wangi itu, ia sudah terheran dan mendugaTiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
duga, dari golongan mana wanita cantik yang menggunakan jarum beracun harum dan berwarna merah.
Lu Sian juga bukan seorang bodoh. Ia tahu bahwa ketua
baru yang masih muda ini benar-benar amat lihai, dan ia masih belum tahu pula apakah atau siapakah adanya karung yang dapat bergerak aneh bahkan yang tidak termakan oleh pedangnya, yang dapat
mengeluarkan hawa pukulan
membikin roboh para pimpinan pengemis yang mengeroyoknya tadi dan sekarang masih bergoyang-goyang di atas kepala arca. Menghadapi seorang seperti Pouw Kee Lui, ia tidak boleh berlaku nekat dan sembrono. Maka ia pun
menahan serangannya, memandang dengan mulut, hatinya
masih mendongkol karena pergelangan tangan kirinya, masih terasa nyeri bekas cengkeraman Pouw Kee Lui yang kuat.
"Nona, terus terang saja, di antara kau dan aku tidak terdapat permusuhan apa-apa, bahkan selamanya baru kali ini kita saling jumpa. Urusan antara kami dan Hui-kiam-eng Tan Hui adalah urusan perkumpulan yang kupimpin, bukan
urusanku pribadi, melainkan urusan Khong-sim Kai-pang. Oleh karena itu, untuk menghindarkan kesalahpahaman, bolehkah kami bertanya, siapakah Nona yang datang mewakili Tan Hui, dari golongan mana dan apa sebabnya mewakili Hui-kiam-eng Tan Hui yang tidak berani datang sendiri?"
Lu Sian tersenyum mengejek. Setelah ia mendapat
kenyataan bahwa ketua baru ini seorang lihai, pula di situ masih banyak terdapat pimpinan Khong-sim Kai-pang yang
juga tidak boleh dipandang ringan kalau mereka maju
mengeroyok, perlu ia mempergunakan nama Beng-kauw.
Maka jawabnya dengan suara lantang.
"Dari golongan mana datangku, tak perlu kusebut-sebut karena
terlampau besar untuk dibandingkan dengan perkumpulan segala macam jembel busuk. Akan tetapi kalau hendak mengetahui namaku, aku adalah Liu Lu Sian, adapun Ayahku adalah Pat-jiu Sin-ong Liu Gan..."
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Beng-kauwcu (Ketua Beng-kauw)...?"" Pouw Kee Lui memotong cepat dan kaget. "Betul. Nah, kau mau bicara apalagi?" Lu Sian berkata dengan suara angkuh. "Aku mendengar bahwa puteri Beng-kauwcu telah menikah dengan Kam-goanswe...?" "Sekarang tidak lagi!" Lu Sian cepat memotong. "Nah, sekarang kau mau serahkan puteri Hui-kiam-eng atau kita lanjutkan pertandingan?"
Pouw Kee Lui tersenyum. Tentu saja ia tidak takut
menghadapi Lu Sian. Akan tetapi setelah ia mengetahui bahwa wanita ini adalah puteri Beng-kauwcu, ini lain lagi soalnya!
Tentu saja ia tidak boleh main-main dengan Pat-jiu Sin-ong Liu Gan, ketua dari Beng-kauw! Tidak nanti ia mau
mengorbankan diri untuk membela anak buah Khong-sim Kaipang, perkumpulan pengemis yang baru saja ia pimpin. Ia merebut kedudukan pangcu bukan karena ia terlalu mencinta para pengemis.
"Ah, kiranya puteri Beng-kauwcu! Di antara kita orang segolongan, perlu apa terjadi pertengkaran tiada artinya?"
"Kita bukan segolongan! Dan jangan kira aku datang untuk mengemis kebaikanmu. Aku bukan pengemis!"
Kembali Pouw Kee Lui tersenyum. Tidak terasa sakit
hatinya karena ia sendiri pun tidak merasa sebagai pengemis biarpun ia mengepalai perkumpulan pengemis. Akan tetapi para pimpinan Khong-sim Kai-pang melototkan mata, karena mereka sebagai tokoh-tokoh pengemis merasa terhina.
"Biarlah kukembalikan anak Hui-kiam-eng, karena mengingat persahabatan dengan Pat-jiu Sin-ong!" Sambil berkata demikian, Pouw Kee Lui menoleh ke arah arca dan alangkah kagetnya melihat bahwa setan karung tadi sudah tidak berada lagi di tempat itu. Entah ke mana perginya! Ia meresa heran dan penasaran. Dengan kepandaiannya yang
tinggi, bagaimana ia sampai tidak dapat melihat perginya mehluk aneh dalam karung itu" Ia menduga bahwa tentu
karung itu terisi manusia sakti dari Beng-kauw yang terkenal
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
dengan tokoh-tokohnya yang sakti. Ia menghela napas.
Baiknya ia berlaku hati-hati. Kalau ia sampai berlaku ceroboh dan melanjutkan permusuhan dengan wanita ini, biarpun ia akan dapat menangkan Lu Sian, tapi tentu ia akan berhadapan dengan tokoh-tokoh Beng-kauw dan tentu setan karung itu seorang tokoh Beng-kauw yang akan membantu Lu Sian.
Ia memberi isyarat kepada seorang anggota kai-pang yang cepat masuk ke belakang kuil itu dan tak lama kemudian
orang itu datang kembali menuntun seorang anak perempuan.
Anak itu berusia lima tahun, wajahnya cantik dan masih kecil sudah tampak sifat kegagahannya karena anak itu tidak
menangis, hanya dengan sepasang matanya yang bening
memandang ke arah Lu Sian.
Lu Sian tersenyum kepada anak itu. "Anak baik, mari kau ikut aku pulang menemui Ayahmu." Akan tetapi anak itu diam saja, bergerak maju pun tidak, hanya memandang dengan
penuh pertanyaan dan ragu-ragu, agaknya tidak percaya
kepada Lu Sian. Akan tetapi ketika Lu Sian memondongnya, anak itu pun menurut saja, tidak membantah.
"Nah, sudah beres urusan kita, aku pergi Pouw-pangcu!"
kata Lu Sian sambil melangkah keluar.
"Harap sampaikan hormatku kepada Beng-kauwcu!" kata Pouw Kee Lui tanpa mempedulikan sikap para pembantunya
yang kelihatan penasaran. Setelah Lu Sian pergi jauh tak tampak bayangannya lagi, barulah Pouw Kee Lui menghadapi para pembantunya sambil berkata, suaranya keren.
"Kalian mau apa?" "Pangcu,sudah banyak anak buah kita celaka oleh wanita itu, pula, apakah kematian anak buah kita di tangan Tan Hui harus didiamkan saja" Bukankah hal ini, biarpun kami tahu bahwa Pangcu sengaja mengalah, akan
dipandang oleh dunia kang-ouw bahwa kita telah dikalahkan oleh Tan Hui dan seorang temannya siluman betina"
Bukankah Khong-sim Kai-pang akan menjadi bahan tertawaan dan..."
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Desss!" Pouw Kee Lui mengayun tangannya dan Si Pembicara itu, seorang pengemis tua, jatuh tersungkur,
giginya yang tinggal buah itu meloncat keluar dari mulutnya yang berdarah.
"kau tua bangka tahu apakah" Kalian tidak tahu orang macam apakah aku ini sehingga mudah dikalahkan oleh Tan Hui dan wanita itu" Akan tetapi kalian harus menggunakan akal cerdik, tidak seperti kerbau gila asal berani menerjang saja tanpa perhitungan. Apakah kalian tidak tahu bahwa Beng-kauwcu adalah perkumpulan agama yang amat besar dan
berpengaruh, menjadi tulang punggung dari Nan-cao" Ketua Beng-kauw adalah Koksu Negara Nan-cao yang dalam sedetik bisa mengumpulkan laksaan orang tentara! Kita Khong-sim Kai-pang sama sekali bukanlah lawan Beng-kauw, seperti anak kijang melawan harimau! Apakah kekuatan Khong-sim Kaipang yang dulu dipimpin oleh seorang tua bangka lemah
model Yu Jin Tianglo" Phuh, hanya dua ratusan orang!
Sebelum kita menjadi besar dan kuat, jangan bertingkah
hendak menentang Beng-kauw dengan jalan mencelakai
puteri ketuanya. Sungguh tolol perbuatan begitu, berarti bunuh diri!"
Tercengang para pimpinan pengemis. Baru sekarang
mereka mendengar keterangan yang begitu banyak isi dan
alasannya. Makin tertarik mereka dan kagum akan pandangan ketua baru ini yang luas.
"Kami mentaati segala perintah Pangcu. Mohon penjelasan." Kata Si Kepala Besar. Pouw Kee Lui tertawa bergelak. "Di seluruh dunia ini, entah berapa banyaknya pengemis macam kalian yang sesungguhnya merupakan
kekuatan yang besar. Akan tetapi kalian hanya berpisah-pisah secara berkelompok, merupakan kai-pang-kai-pang yang tidak ada artinya. Kalian lihat saja, aku akan menaklukkan semua kai-pang di seluruh negeri, dengan Khong-sim Kai-pang
menjadi golongan teratas. Setelah itu, barulah kita menjadi
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kuat, dengan anak buah yang puluhan ribu orang banyaknya.
Baru setelah itu, Beng-kauw dan yang lain-lain tak usah kita pandang lagi! Ha-ha-ha!"
Para pimpinan pengemis menjadi terkejut dan kagum.
Memang tak pernah mereka memikirkan hal ini, dan dengan ketua seperti Pouw-pangcu ini, agaknya niat itu bukan mimpi belaka. Dahulu ketika Yu Jin Tianglo masih menjadi ketua mereka, perkumpulan Khong-sim Kai-pang sudah terkenal
paling kuat. Apalagi Pouw-pangcu ini kepandaiannya jauh melebihi Yu Jin Tianglo!
Maka mereka lalu tunduk mendengarkan uraian Pouw Kee Lui tentang rencananya
hendak menundukkan para kai-pang, menjatuhkan ketua
mereka dan kalau ada ketua kai-pang yang tidak tunduk akan dibunuhnya.
Sementara itu, sambil memondong anak perempuan Huikiam-eng Tan Hui, Lu Sian berlari cepat mempergunakan ginkangnya menuju kembali ke dusun yang terletak tiga puluh li lebih, di mana ia meninggalkan pakaiannya di rumah
penginapan. Anak perempuan itu tidur dalam pondongannya.
Menjelang tengah malam, sampailah ia di dusun itu, terus saja ia langsung menuju ke pondok penginapan dengan niat
menanti di situ sampai Tan Hui datang.
Akan tetapi pada saat itu, ia melihat banyak orang di
ruangan depan penginapan. Kiranya Tan Hui baru saja
kembali setelah menyelesaikan bantuannya pada para
piauwsu. Pendekar ini berhasil mengalahkan para perampok dan merampas kembali barang-barang berharga yang menjadi tanggungan para pengawal. Dengan cepat Lu Sian menyelinap ke tempat gelap dan berindap-indap menghampiri rumah
penginapan. Ia tidak dapat melihat jelas, akan tetapi dapat mendengar percakapan mereka. Terdengar suara seorang
laki-laki yang parau, dan mudah dimengerti bahwa laki-laki itu sedang mengomeli Tan Hui, karena ucapannya begini.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Dasar kau yang tidak mentaati nasihat orang tua! Kalau dulu-dulu kau suka menikah lagi dengan gadis pilihanku, tentu kau tidak akan merantau meninggalkan anakmu sehingga
takkan terjadi urusan ini! Kau tahu sendiri betapa Lian-ji (Anak Lian) amat mencinta Siok Lan, dan dia masih terhitung
saudara sepupu mendiang isterimu. Tidak akan ada wanita yang lebih tepat daripada Siok Lan untuk menjadi ibu Lian-ji..."
"Paman, harap jangan terlalu memarahi kakak Tan Hui, dia sedang menguatirkan anak Lian..." terdengar suara wanita, suaranya menggetar penuh perasaan dan tiba-tiba Lu Sian menjadi cemburu sekali. Ketika ia mengintai, di bawah sinar lampu tampaklah seorang laki-laki tua dan seorang gadis cantik di dalam ruangan itu, masih ada beberapa orang lain yang berpakaian piauwsu. Adapun Tan Hui duduk menunjang dagu di atas bangku.


Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah menarik napas panjang berkali-kali, Tan Hui
akhirnya meloncat bangun dan berkata, "Aku harus menyusulnya sekarang juga! Orang lain berusaha menolong Anakku, bagaimana aku bisa tinggal diam saja?"
"Kau terluka dan lelah, mana boleh pergi lagi menghadapi lawan tangguh" Tunggu sampai besok pagi juga belum
terlambat." Kata suara parau.
"Akan tetapi Lauw-ko, Nona Lu pergi seorang diri, dan Khong-sim Kai-pang amat berbahaya, banyak orangnya yang pandai."
Pada saat itu, terdengar suara anak kecil berteriak.
"Ayah...! Ayah...!" Dan anak perempuan yang tadi digendong Lu Sian meronta dari pondongan lalu lari masuk.
"Lian-ji...!" Seruan ini sekaligus keluar dari mulut mereka yang berada di ruangan, disusul tangis seorang wanita yang memeluk anak itu.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Lian-ji! Syukur kepada Thian bahwa kau selamat, Nak..."
"Bibi Lan...!" Anak itu menangis dalam pelukan gadis cantik, sedangkan tan Hui yang sudah meloncat dekat membelai
rambut kepala puterinya dengan wajah berseri. Kemudian Tan Hui menghadap ke arah pintu dan berkata, "Adik Lu Sian, silakan masuk!"
Akan tetapi tidak ada orang yang masuk, tidak ada suara.
Tan Hui terheran dan cepat meloncat keluar. Ia melihat
bayangan Lu Sian terhuyung-huyung keluar dari halaman
depan. "Adik Lu Sian...!" Tan Hui mengejar dan ia berseru kaget ketika melihat tubuh nona itu terguling roboh. Cepat ia meloncat dekat dan memondong tubuh itu. "Kau... terluka...?"
bisiknya. Sambil merintih kesakitan Lu Sian berkata lirih. "...
punggungku... terkena... jarum beracun...!" Lalu ia menjerit dan pingsan.
Kagetlah semua orang melihat Tan Hui datang memondong
tubuh seorang wanita cantik yang pingsan. "Inilah Nona Lu Sian yang telah menolong Lian-ji dan membawanya pulang.
Akan tetapi ia terluka parah, terkena racun. Lauw-ko, harap suka menjaga dan mengantar pulang Anak Lian lebih dulu ke rumah, biar Adik Siok Lan menemaninya. Aku harus
mengantar Nona Lu Sian ini ke seorang ahli pengobatan
racun, sekarang juga!"
Orang yang suaranya parau itu adalah kakak dari mendiang isteri Tan Hui. Melihat Tan Hui memondong tubuh seorang wanita cantik seperti itu, ia mengerutkan keningnya dan berkata. "Mengapa susah-susah" Apakah tidak lebih baik dirawat di penginapan sini lalu memanggil tabib?"
"Ah, kau tidak tahu, Lauw-ko. Luka jarum beracun amat berbahaya, dan hanya ahli-ahli saja yang dapat mengobatinya.
Sudahlah, Nona ini telah menyelamatkan anakku sampai
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
mengorbankan diri, bagaimana aku dapat ragu-tagu lagi untuk menolongnya" Harap Lauwko suka menjaga Lian-ji baik-baik, dan Adik Siok Lan, aku mohon bantuanmu menemani
keponakanmu." Setelah berkata demikian, sambil kedua lengan memondong tubuh Lu Sian yang lemas. Tan Hui
berkelebat dan sebentar saja ia sudah berada di luar rumah penginapan.
"Tan-taihiap, sekali lagi kami menghaturkan terima kasih atas bantuanmu dan maafkan kami yang tidak mampu balas
menolong Tai-hiap yang menghadapi kesukaran." Seorang diantara para piauwsu itu berteriak, namun Tan Hui tidak mempedulikan mereka, dengan kecepatan luar biasa ia telah menggunakan gin-kangnya untuk berlari cepat meninggalkan dusun itu. Setengah malam penuh ia berlari cepat, bahkan pada keesokan harinya ia masih kelihatan berlari-lari cepat keluar masuk hutan dan dusun. Setelah matahari naik tinggi, Tan Hui memasuki sebuah dusun yang sunyi dan tiba-tiba ia mendengar Lu Sian mengeluh dan Tan Hui girang sekali
karena tadinya ia merasa kuatir melihat Lu Sian tidak pernah bergerak dalam pondongannya, dan wajahnya pucat.
"Bagaimana, Sian-moi" Sakit sekalikah?" Ia berhenti sambil memandang wajah orang dalam pondongannya.
Lu Sian membuka mata, mengeluh lagi perlahan, lalu
mengangguk. "Tan Hui Koko, kau hendak bawa aku ke
manakah?" "Di Lembah Sungai Yang-ce bagian selatan, ada seorang ahli pengobatan racun yang tinggal di kota I-kiang. Kalau aku berlari cepat, dalam tiga hari akan sampai di sana, dan kau tentu akan tertolong."
Lu Sian menggeleng kepala sambil mengerutkan alisnya
yang hitam panjag dan bagus bentuknya. "Percuma, Koko, akan terlambat..."
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kaget sekali Tan Hui mendenagar hal ini, ia seorang ahli pedang dan ahli gin-kang, tidak banyak mengetahui tentang senjata-senjata beracun, maka ia menjadi kaget dan gugup.
"Ah... kalau begitu... bagaimana baiknya Moi-moi?"
Sejenak Lu Sian diam saja, berpikir, lalu bertanya. "Tan Hui Koko, mengapa aku membingungkan keadaanku" Kalau aku
sampai mati pun kau tidak akan rugi apa-apa!"
"Ah, jangan kau bilang begitu, Moi-moi. Kau telah
mengorbankan diri untuk menolong puteriku. Aku bersedia mengorbankan nyawa untuk membalas budimu yang amat
besar itu." "Hemm, jadi hanya karena ingin membalas budi" Andaikata aku tidak menolong anakmu, tentu sekarang kau sudah
tinggalkan aku mati kering di pinggir jalan tanpa peduli sedikit pun, bukan?"
"Ah... eh, bagaimana pula ini" Sian-moi, jangan kau berpikiran begitu! Biarpun kita baru saja berkenalan, akan tetapi aku... aku amat kagum dan suka kepadamu. Sudahlah, untuk apa bicara seperti ini" Sekarang yang paling penting, bagaimana harus membebaskanmu daripada bahaya racun.
Sian-moi tadi kau bilang... dalam tiga hari terlambat.
Bagaimana kau bisa bilang begitu" Apakah kau mengerti
tentang pengaruh racun?"
"Aku tahu, bahkan aku mengerti bagaimana caranya
mengobati luka karena jarum beracun ini. Akan tetapi aku sangsi apakah kau sudi melakukannya untukku." "Wah, bagus!! Tentu saja aku suka menolongmu, biarpun untuk itu aku harus korbankan apa juga. Moi-moi yang baik, lekas
kaukatakan bagaimana aku dapat menyembuhkanmu!" Girang sekali Tan Hui, hal ini dapat dirasakan oleh Lu Sian yang merasa betapa kedua lengan laki-laki gagah itu memeluk
tubuhnya makin erat. Diam-diam Lu Sian tersenyum di dalam hatinya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Tan-koko, tenanglah dulu. Kau ini lucu, melihat lukaku pun belum, kau sudah kebingungan tidak karuan. Lekaslah kau cari sebuah kamar penginapan di dusun ini."
"Kurasa tidak akan ada sebuah pun rumah penginapan di dusun kecil seperti ini." Tan Hui menjawab sangsi, memandang keadaan dusun yang sunyi itu.
"Kalau begitu, kita sewa rumah seorang petani. Nanti akan kuberi petunjuk kepadamu untuk mengobati punggungku.
Mudah-mudahan saja berhasil dan nyawaku masih belum
bosan tinggal di dalam badanku."
Tan Hui girang sekali dan diam-diam ia menjawab ucapan
Lu Sian. "Siapa yang akan bosan tinggal di dalam tubuh seindah tubuhmu?" Akan tetapi mulutnya tidak menyatakan sesuatu. Segera mereka bisa mendapatkan sebuah rumah
kecil yang cukup bersih, yang mereka sewa dari keluarga petani. Dengan amat hati-hati Tan Hui meletakkan tubuh Lu Sian di atas sebuah pembaringan dalam kamar sederhana tapi cukup bersih di pondok itu.
"Aduhh...! Ah, punggungku yang terluka, kenapa kautelentangkan tubuhku...?" Lu Sian mengeluh kesakitan, membuat Tan Hui makin bingung dan cepat-cepat ia
membantu wanita itu tertelungkup.
"Lekas, Koko, lekas periksa punggungku, sebelah kiri, ah, sakit sekali rasanya. Panas, perih dan gatal-gatal...!"
Tan Hui bingung melihat pinggang dan pinggul di
depannya. "Ha... bagaiman bisa memeriksanya...?" ia
tergagap karena memang ia merasa sungkan sekali. Punggung itu tertutup baju. Memeriksa punggung berarti harus
membuka baju yang menutupnya, betapa mungkin"
"Ah, Koko, katanya kau hendak menolongku. Selagi
nyawaku terancam oleh racun yang makin menghebat
menjalar masuk mendekati jantungku, kau masih memakai
segala sopan santun dan sungkan-sungkan" Katakanlah, kau
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
mau menolongku atau tidak" Kalau tidak, lebih baik kau lekas pergi dan tinggalkan aku mati sendiri di sini!"
"Moi-moi kau tahu aku ingin sekali menolong..." "Kalau begitu, lekas kau buka baju di punggungku, kaurobek saja!
Lekas periksa dan ceritakan kepadaku bagaimana macamnya dan di mana letaknya."
Mendengar ucapan yang keras ini, lenyap kebingungan Tan Hui. Tangannya merenggut baju di atas punggung dan
"brettt!" baju luar berikut baju dalam yang tipis berwarna merah muda terobek oleh jari-jari tangannya yang kuat.
Sejenak ia puyeng melihat kulit punggung yang putih halus seperti salju, dengan urat-urat merah membayang. Akan
tetapi Tan Hui menggoyang kepalanya mengusir kepeningannya, dan ia berkerut kuatir melihat tujuh batang jarum merah menancap pada punggung berkulit putih halus itu, di sebelah kiri!
"Tujuh batang jarum merah!" Katanya dengan suara menggetar melihat betapa kulit di sekitar jarum-jarum itu mulai berwarna merah kebiruan, tanda keracunan hebat.
"Lekas cabut dan berikan jarum-jarumnya kepadaku!"
karena ingin sekali menolong sedangkan dia sendiri memang tidak mengerti tentang senjata beracun, Tan hui memenuhi permintaan ini dengan cepat. Ketika tujuh batang jarum-jarum merah itu tercabut dan disimpan oleh Lu Sian yang memeriksa sebentar, tampak bekas tusukan jarum-jarum itu merupakan tujuh
bintik-bintik merah. Lu Sian merogoh saku mengeluarkan dua batang jarum perak, memberikan jarumjarum itu kepada Tan Hui.
"Tan-koko, kaucari lilin dan nyalakan lilin itu. Kemudian kaubakarlah ujung kedua jarum itu sebentar. Cepat, Koko.
Racun ini sekali memasuki jantungku, nyawaku takkan
bertahan sampai dua hari lagi!"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Mendengar ini bukan main kagetnya hati Tan Hui. Ia cepat mencari dan akhirnya datang kembali ke dalam kamar
membawa lilin yang dinyalakan. Kemudian, sesuai dengan
petunjuk Lu Sian, ia membakar ujung kedua jarum.
"Sekarang kautusuklah tepat di kedua jalan darah kian-ceng-hiat dengan jarum-jarum itu, Koko, diamkan sebentar lalu kautusukkan pada jalan darah hong-hu-hiat."
Jari-jari tangan Tan Hui gemetar ketika tangannya
memegangi dua jarum perak, keningnya berkerut. Bermacam perasaan menggelora di dalam dadanya. Perasaan gelisah
kalau-kalau Lu Sian takkan sembuh dan juga perasaan tidak karuan yang ditimbulkan oleh penglihatan di depannya! Lu Sian begitu bebas! Wanita ini seakan-akan menganggapnya bukan orang lain. Tidak sungkan-sungkan dan tidak malu-malu membuka robekan baju itu lebih besar lagi ketika ia menyuruh Tan Hui menusuk jalan darah di bawah pangkal
lengan. Biarpun dia merasa mulai lega hatinya karena kini di sekitar bintik-bintik merah itu tidak kelihatan biru lagi, namun setiap kali menusukkan jarum dan ujung jarinya menyentuh kulit punggung atau kulit lambung, Tan Hui menggigil dan terpaksa meramkan kedua matanya.
"koko, kau kenapakah...?" pertanyaan dengan suara halus merdu ini membuat Tan Hui sadar. Ia membuka matanya dan merahlah kedua pipinya ketika ia melihat betapa Lu Sian kini sudah duduk di depannya dan memandangnya dengan
sepasang mata menyatakan kemakluman hati akan keadaannya! "Aku... aku... ah, aku, telah berdosa besar terhadapmu, Moi-moi.
Betapa aku berani berlancang tangan, menghadapimu, dalam keadaan begini."
Lu Sian meraih dan memegang lengan Tan Hui. "Aiih, mengapa kau bilang begitu" Koko, kau telah mengobatiku,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
mengapa lancang" Tentang keadaan kita seperti ini, apa
salahnya" Bersamamu aku tidak merasa malu. Tan Hui Koko, bukankah... bukankah kau suka pula kepadaku seperti aku kagum dan suka kepadamu?"
Tan Hui menelan ludah. Bukan main wanita ini. Cantik jelita sukar dicari keduanya, berilmu tinggi pula. Laki-laki mana di dunia ini yang takkan tergila-gila" Apakah dia suka kepada Lu Sian" Pertanyaan gila! "Moi-moi, tentu saja aku suka kepadamu, aku kagum kepadamu. Akan tetapi ketahuilah,
Sian-moi, aku hanya seorang duda yang sama sekali tidak cukup berharga untukmu
dan...." Tiba-tiba Lu
Sian menutupkan jari-jari tangannya yang kecil dan berkulit halus itu di depan mulut Tan hui, mencegahnya bicara lebih lanjut.
Betapapun hebatnya seseorang, sudah tentu sekali ada
kelemahannya. Dan bagi pria, biasanya takkan kuat
menghadapi rayuan wanita, betapa kuat pun si pria itu. Bujuk rayu seorang wanita cantik lebih dahsyat daripada gerak kilat ratusan anak panah atau ribuan mata pedang! Tan Hui adalah seorang pendekar yang memiliki nama besar. Nama julukan Hui-kiam-eng bukanlah nama kosong belaka. Ia merupakan
seorang pendekar penegak keadilan dan kebenaran, penentang kejahatan, ditakuti lawan disegani kawan. Namun ia seorang laki-laki juga, malah ditinggalkan isterinya, seorang laki-laki yang haus akan cinta kasih, yang haus akan kehadiran wanita di dekatnya. Kalau saja ia tidak kematian isterinya, belum tentu ada wanita betapapun cantiknya akan dapat
berhasil menggodanya. Akan tetapi kini keadaannya lain. Ia kehilangan isterinya, sedang haus akan cinta. Celakanya, ia berjumpa dengan seorang wanita seperti Lu Sian, seorang wanita yang hebat, cantik jelita, apalagi yang sudah menolong puterinya dengan pengorbanan. Wanita muda yang bajunya
robek terbuka bagian punggung sampai hampir membuka
dadanya, yang memegang tangannya, yang memandangnya
dengan sinar mata mesra dan bibir tersenyum menantang.
Herankah kita kalau kemudian Tan Hui terjungkal pertahanan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
batinnya dan tergila-gila membiarkan diri menjadi hamba nafsu asmara" Begitu tergila-gila pendekar ini sampai ia lupa bahwa perbuatannya ini adalah sebuah pelanggaran besar
bagi seorang satria, bagi seorang pendekar! Lupa bahwa ia telah melanggar pantangan, melanggar susila. Lupa pula
bahwa ia melanggar hukum keluarganya ketika ia berbisik-bisik menjanjikan kepada Lu Sian untuk menurunkan ilmu ginkang yang luar biasa dengan keluarganya!
Tan Hui, pendekar besar berjuluk Hui-kiam-eng itu telah benar-benar menjadi mabok oleh kecantikan wajah dan
keharuman tubuh Lu Sian. Mereka berdua lupa akan segala, mengejar kesenangan yang tak kunjung puas. Sampai
berpekan-pekan Tan Hui dan Lu Sian berdiam di dusun sunyi itu, setiap hari bermain-main di pinggir anak sungai dalam hutan, bersenda-gurau, tertawa-tawa dan bermain cinta, di samping berlatih ilmu gin-kang yang diturunkan oleh Tan Hui kepada kekasihnya. Ilmu gin-kang keturunan keluarga Tan Hui ini memang hebat dan aneh pula cara melatihnya. Rahasia kehebatannya terletak dalam latihan pernapasan dan samadhi, cara penyaluran jalan darah di waktu mempergunakan ilmu ini untuk bergerak atau berlari cepat. Di situlah terletak
perbedaannya dengan gin-kang dari golongan lain. Dan cara melatihnya pun istimewa, yaitu dengan bersamadhi dalam
keadaan telanjang bulat! Inilah sebabnya mengapa Tan Hui pernah menyatakan keraguannya untuk mengajarkan ginkang, dan menyatakan bahwa hanya orang "dalam" atau keluarga sendiri yang boleh melatihnya, karena untuk
mengajar orang lain, bagaimana mungkin dengan syarat
seperti itu" Akan tetapi setelah Lu Sian si cantik jelita menjadi kekasihnya, menjadi isteri walaupun di luar pernikahan, tentu saja syarat itu tidak menyusahkan mereka lagi.
Karena Lu Sian memang sudah memiliki ilmu silat tinggi, dan di samping ini juga amat cerdik, dalam waktu kurang lebih dua bulan saja ia sudah berhasil menguasai ilmu gin-kang yang diturunkan oleh kekasihnya kepadanya. Ia merasa girang
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
sekali. Bukan hanya girang karena dapat mempelajari ginkang yang terkenal di dunia kang-ouw sebagai gin-kang
nomor satu itu, juga ia merasa girang karena mendapat
kenyataan bahwa Tan Hui adalah seorang kekasih yang
menyenangkan hatinya. Seorang kekasih yang cocok
dengannya, tidak seperti bekas suaminya, Jenderal Kam Si Ek, yang dalam segala hal ingin menonjolkan disiplin! Sudah dapat ia membayangkan berapa akan bahagia hidupnya di samping Tan Hui, karena kekasihnya ini sudah menyanggupi untuk
berdua dengan dia menjelajah di dunia kang-ouw, mencari ilmu-ilmu yang lebih tinggi lagi dan sedapat mungkin ingin menjadi suami isteri jagoan nomor satu di dunia! Dengan Tan Hui di sampingnya, bukan tak mungkin cita-cita ini akan tercapai
Akan tetapi, betapapun juga, manusia takkan mampu
mengatur nasibnya sendiri kalau perbuatannya bertentangan dengan prikebajikan. Mimpi yang muluk-muluk ini ternyata menghadapi kegagalan total yang menyedihkan! Pagi hari itu, ketika pagi-pagi sekali Lu Sian mendahului kekasihnya bangun dan pergi mandi di anak sungai, kebetulan datang
serombongan orang mencari Hui-kiam-eng Tan Hui di dalam dusun. Mereka ini adalah serombongan piauwsu terdiri dari sembilan orang. Ketika bertemu dengan Tan Hui, mereka
menceritakan bahwa mereka diminta tolong oleh kakak ipar pendekar ini untuk mencarinya sebagai pembalasan budi,
tentu saja para piauwsu ini segera mencarinya. Selain
menyampaikan pesan kakak iparnya agar Tan Hui segera
pulang, juga para piauwsu ini membawa berita yang membuat Tan Hui hampir pingsan saking kagetnya. Akan tetapi
pendekar ini masih mampu menekan perasaannya dan segera ia menyuruh pergi para piauwsu itu secepatnya sambil
mengirim pesan kepada kakak iparnya bahwa ia segera
pulang. Demikianlah, ketika Lu Sian dengan wajah berseri, wajah seorang wanita dalam cinta, pulang dari anak sungai, ia
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
disambut oleh Tan Hui dengan muka masam. Jelas sekali
bahwa Tan Hui menahan-nahan gelora amarah yang
mengamuk di hatinya. Menurutkan kata hatinya, ingin Tan Hui mengamuk, namun ia mencinta Lu Sian maka yang keluar dari mulutnya hanyalah ucapan singkat.
"Sian-moi, sampai saat ini sajalah hubungan kita. Aku hendak pergi sekarang. Selamat tinggal! "
Harimau Mendekam Naga Sembunyi 10 Sepasang Golok Mustika Karya Chin Yung Pedang Hati Suci 7

Cari Blog Ini