Ceritasilat Novel Online

Tangan Geledek 18

Tangan Geledek Pek Lui Eng Karya Kho Ping Hoo Bagian 18


ini jangan sampai iblis itu bisa melol oskan diri dari tangan kita."
"Benar apa yang totiang katakan," kata Sin Hong. "Tiang
Bu, apakah kau hendak mencari jejak Liok Kong Ji bersama
kami?" "Biarlah, pek-pek, siauwtit mencari sendiri. Ingin siauwtit
berhadapan muka satu lawan satu dengan dia!" jawab Tiang Bu gemas.
Sin Hong maklum akan perasaan hati pe muda yang
mengejar-ngejar ayah sendiri ini dan maklum pula bahwa di
antara semua yang berada di situ, kiranya hati Tiang Bu
yang paling panas. Pula, ia percaya bahwa kepandaian Tiang
Bu lebih dari cukup untuk melawan Liok Kong Ji.
"Baiklah kalau begitu. Cuma pesanku, malam nanti
kalau belum juga Liok Kong Ji kita temukan, kau pergilah ke
pantai se latan di mana kami s emua berkumpul. Kau tentu
sudah ingin bertemu dengan yang lain-lain, terutamna sekali
adikmu Lee Goat yang s udah amat rinda kepadamu."
Tiang Bu mengangguk-angguk terharu sekali dan ia
memandang kepada Wan Sun.
"Adikku yang baik. Aku benar-benar me rasa berbahagia
sekali ketika mendengar bahwa Lee Goat menjadi iste rimu.
Dia itu adikku, kau juga adikku, be nar-benar perjodohan
yang amat menggirangkan hatiku."
Wan Sun hanya bisa memegang pundak Tiang Bu dan
memandang tajam. Di dalam lubuk hatinya, Wan Sun
menangis sedih. Alangkah akan baiknya kalau Bi Li tidak
meninggal dunia dan menjadi jodoh Tiang Bu.
Mereka lalu berpisah dan tiga orang itu meninggalkan
Tiang Bu yang masih merasa enggan meninggalkan makam
kekasihnya. 5 -oo(mch)oo- Liok Kong Ji pandai sekali menyembunyikan diri.
Memang sebelum ia dise rbu oleh musuh-musuhnya, Liok
Kong Ji sudah mengadakan penyelidikan di Pulau Pek-houwto dan sudah membuat persiapan terlebih dulu. Ia sudah
membuat tempat rahasia yang sukar dilihat dari luar dan di
dalam tempat persembunyian ini dia sudah menyediakan
bahan makan yang cukup banyak. Orang seperti dia yang
banyak mus uhnya tentu saja sudah membuat persiapan
kalau kalau ia terpaksa be rsembunyi seperti sekarang ini.
Tempat persembunyiannya itu, jangankan orang luar
bahkan se lir-selirnya sendiri sekalipun tidak ada yang tahu.
Oleh karena itu tak seorangpun di antara selir-selir dan
pelayannya dapat memberi tahu ke mana ia bersembunyi.
Usaha Wan Sin Hong dan kawan-kawannya juga usaha
Tiang Bu, belum juga berhasil . Tiing Bu sudah datang ke
tempat berkumpulnya Wan Sin Hong dan rombongannya.
Perte muan yang amat menggembirakan, juga amat
mengharukan, terutama sekali pertemuan antara Tiang Bu
dan Coa Lee Goat, Berada di antara orang-orang gagah ini, Tiang Bu teringat
akan semua pengalamannya ketika ia mas ih kecil dan di
lubuk hatinya ia merasa kecewa sekali mengapa dia putera
Liok Kong Ji yang terkenal jahat dan dimusuhi orang-orang
gagah ini. Aku harus dapat membasmi Liok Kong Ji dengan
kedua tanganku sendiri pikirnya, agar aku dapat mencuci
noda yang didatangkan oleh orang yang mengaku ayahku
itu. Juga pertemuannya dengan pasangan-pasangan seperti
Wan Sin Hong dan Siok Li Hwa, Wan Sun dan Coa Lee Goat,
membuat ia makin teringat kepada Bi Li dan memhuat ia
berduka. Sudah dua hari dua malam mereka berada di pulau itu
dan setiap hari mencari jejak Liok Kong Ji, namun belum
juga orang yang licin itu dapat mereka temukan.
6 "Lebih baik kita pusatkan penjagaan pada pantai saja,"
Wan Sin Hong menyatakan pendapatnya. "Dan jangan kit a
mencari-cari lagi. Dengan sembunyi kita mengintai dan
meronda di sepanjang pantai agar Liok Kong Ji mengira
bahwa kita sudah pergi dari sini. Hanya dengan siasat ini
kiranya ia akan keluar dari tempat sembunyinya"
Semua orang menganggap pendapat ini baik sekali, maka
tadak lagi diadakan usaha mencari ke dalam pulau,
melainkan penjagaan pantai diperkuat.
Hal ini tidak memuas kan hati Tiang Bu dan diam diam ia
menemui Wan Sin Hong katanya,
"Wan pek-pek, memang siasat pek-pek baik sekali. Akan
te tapi, ijinkanlah siauwte se orang diri mencarinya dengan
diam diam menanti sampai ia muncul untuk membekuknya.
Mencari beramai-ramai memang amat berisik dan membuat
ular itu tidak mau keluar dari sarangnya, akan tetapi kalau
seorang saja yang mencari, kiraku tidak akan mengagetkan
dia." Sin Hong tahu bahwa dengan kepandaiannya yang tinggi,
Tiang Bu tentu saja merupakan penge cualian. Dengan
kepandaiannya itu tentu saja Tiang Bu dapat mencari tanpa
terlihat oleh musuh. Maka ia menyatakan persetujuannya
dan pergilah Tiang Bu dari pantai, kembali ke pedalaman
pulau untuk mencari lagi.
Hal ini terdengar oleh Ciu Lee Tai dan membuat si dogol
ini penasaran. "Mengapa dia diperbolehkan dan aku tidak?"
katanya pe nasaran. "Biarpun boleh jadi Tiang Bu lihai, akan
te tapi bukankah dia itu pute ra sajati dari Liok Kong Ji"
jangan- jangan me nyuruh dia mencari sama halnya dengan
menyuruh dia memberi peringatan kepada Kong Ji ayahnya
lebih berhati-hati dan jangan ke luar dari tempat
persembunyiannya." Ucapan ini ia keluarkan di depan Ang Lian, karena sering
kali dua orang muda ini bercakap, atau lebih tepat lagi.
7 sering kali Lee Tai mencari kes empatan untuk mendekati
Ang Lian pada waktu gadis ini berada seorang diri di tepi
pantai. "Huh. omongan apa ini?" bentak Ang Lian cemberut
marah. "Se kali lagi kau bicara seperti itu, aku selamanya tidak mau mendengar omonganmu yang busuk lagi. Dia
adalah calon cihuku (kakak iparku), kau tahu" Dan kau
berani menghinanya ?"
"Eh.......... , oh.......... begitukah.......... " Jadi.......... enci Pek Lian........." s ungguh mengge likan sikap Lee Tai ini.
Belum apa apa ia sudah menyebut enci kepada Pek Lian,
biarpun usianya lebih tua dari pada Pek Lian yang baru
berusia dua puluh satu tahun.
"Tutup mulut, jangan kaubicarakan hal ini kepada orang
lain. Pendeknya kau tidak berhak memburukkan nama
Tiang Bu. Dia itu seorang yang tinggi ilmunya, bahkan
menurut Wan-bengcu, di dunia persilatan sekarang ini
jarang ada orang yang dapat manandinginya. Kau ini siapa
sih" Janjimu untuk menewaskan manusia iblis Liok Kong Ji
juga hanya omong kosong bel aka, syaratku itu masih
berlaku, kau tahu" Kalau tak dapat mengalahkan Liok Kong
Ji. jangan harap aku akan memperdulikanmu lagi !" Setelah berkata demikian dengan cemberut Ang Lian membalikkan
tubuh dan meninggalkan Ciu Lee Tai seorang diri di atas
batu-batu di pantai itu. "Adik Ang Lian ...... "
Akan tetapi Ang Lian menengokpun tidak, terus pergi ke
pondok di mana ia bermalam dengan Pe k Lian. Rombongan
ini memang membuat pondok-pondok darurat untuk
melewatkan waktu malam. "Bait," kata Le e Tai yang menjadi panas hatinya. "kauki ra aku tidak dapat berusaha seperti Tiang Bu" Kaukira aku
tidak bisa pergi sendiri mencari Liok Kong Ji dan
menantangnya bertanding sampai selaksa jurus Ang
8 Lian.......... Ang Lian.......... kau belum kenal adanya Kang-thouw-ciang Ciu Lee Tai!" Pemuda ini bicara seorang diri sambil menepuk-nepuk dada dan goloknya. Kemudian ia
berlari ke pedalaman pulau untuk me ncari Liok Kong Ji.
Ciu Lee Tai memang peenuda yang berhati keras dan
bernyali besar. Dia keturunan orang gagah. Ayahnya Ciu
Beng, adalah seorang piauwsu (pengawal barang) yang gagah
dan terkenal di dae rah Shan-tung. Juga ayahnya berwatak
keras dan tak mau kalah, namun jujur den memiliki jiwa
ksatria. Oleh karena wataknya yang keras, adil dan jujur
inilah maka mereka banyak dimusuhi oleh penjahatpenjahat di dunia liok-lim. Biasanya, sebagian besar
piauwsu mempergunakan cara-cara halus menghadapi para
perampok, yaitu dengan jalan memberi "uang jalan" at au juga disebut uang sewa jalan, pendeknya semacam care
menyuap agar perampok-perampok itu tidak mengganggu
barang yang dikawalnya. Akan tetapi Ciu Beng tidak sudi
melakukan cara ini. Dia mengawal mengandalkan
kegagahannya, mengandalkan tajamnya golok.
"Seorang piauwsu adalah seorang pengawal dan tugas
seorang piauwsu adalah mengawal dan melindungi barang
kiriman dengan taruhan nyawa. Ada perampok menghadang
harus dibasmi, selain demi melindungi barang juga demi
mengamankan kehidupan rakyat jelata. Ini baru gagah
namanya!" Demikian Ciu Be ng sering menyatakan
pendapatnya. Wutaknya yang keras dan tidak mau berkompromi
dengan para penjahat itu akhirnya mendatangkan
malapetaka bagi rumah tangganya. Sekawanan perampok
yang menaruh dendam, menyerbu rumahnya, membakar
rumah itu dan di dalam pertempuran hebat Ciu Beng dan
isterinya tewas terbunuh oleh orang-orang jahat,
meninggalkan anak tunggal mereka yaitu Ciu Lee Tai yang
baru berusia sepuluh tahun.
9 Ciu Lee Tai mewarisi watak ayahnya. Se jak kecil ia sudah
gemar akan ilmu silat dan sudah mewarisi dasar-dasar ilmu
silat ayahnya. Setelah ia menjadi yatim piatu dan harta
benda ayahnya habis terbakar, ia lalu menjadi seoring bocah
gelandangan, ti ada sanak kadang tiada penolong. Namun
sejak berusia sepuluh tahun, ia sudah memperlihatkan
keteguhan hati sebagai seorang calon pendekar. Ia tidak sudi
melakukan perbuatan jahat seperti mencuri dan lain-lain,
tidak sudi pula mangemis makanan biarpun perutnya sudah
kelaparan. Sebaliknya ia bekerja apa saja yang orang mau
mempergunakan tenaganya. Berkat kejujuran dan kerajinannya, ia dapat membawa
diri, dapat memelihara diri sendiri sampai dewasa. Juga ia
tidak melupaka kegemarannya akan ilmu silat. Terus ia
melatih diri dan setiap kali ia mendengar akan adanya
seorang guru silat yang pandai, biarpun tempatnya jauh, ia
rela kehilangan pekerjaannya, meninggalkan tempatnya dan
pe rgi ke kota tempat tinggal guru silat itu. Ia rela menjadi bujang atau penyapu lantai di rumah guru silat itu hanya
untuk menerima pelajaran il mu silat dengan cuma-cuma.
Memang bagi orang bersemangat dan bers ungguhsungguh, terbentang jalan luas menuju ke pantai cita cita.
Biarpun dengan susah payah, akhirnya Ciu Lee Tai berhasil
juga memiliki ilmu silat yang lumayan, bahkan ia telah
mempelajari ilmu golok yang dulu menjadi andalan ayahnya.
Para orang gagah di dunia kang-ouw amat suka kepadanya
karena selain jujur dan ringan tangan, juga Lee Tai amat
rajin. Biarpun dalam urusan lain ia nampak dogol , namun
dalam mempelajari ilmu silat ia termasuk golongan pandai
dan cerdik, cepat me ngerti. Ini pula yang menyebabkan Wan
Sin Hong sampai menurunkan beberapa macam ilmu
pukulan kepadanya. Sifat baik lain yang ada pada diri Lee Tai ada
hubungannya dengan kematian ayah bundanya. Pemuda ini
amat benci kepada perampok dan setiap kali ia mendengar
10 ada perampok, ia lalu me rcari dan tidak mau berhenti
sebelum dapat membasmi perampok-perampok itu sampai
ke akar-akarnya. Tadinya ia membabi-buta, akan tetapi
pengalamannya dan pergaulannya dengan orang-orang
gagah di dunia kang-ouw membuka matanya sehingga dia
dapat mambedakan antara perampok-perampok yang
memang benar jahat dan perampok-perampok yang
sebet ulnya menjadi pembela-pembela rakyat, karena yang
dirampok oleh mereka itu hanya pembesar-pembesar korup
dan bangsawan se rta hartawan keji, kemudian hasil
rampokan diberikan kepada rakyat miskin. Seperti halnya
Huang-ho Sian-jin, kakek yang menjadi datuk bajak ini
mendapat penghargaan tinggi di mata Lee Tai. Apa lagi
karena Huang ho Sian-jin adalah ayah dari Ang Lian.
Di Shantung, nama Cui Lee Tai sudah terkenal dari
kegagahan serta ke jujuran dikagumi orang, biarpun di
samping kekaguman ini juga orang selalu tertawa kalau
bicara tentang dia karena ia dianggap lucu.
Demikianlah riwayat singkat dari Ciu Lee Tai yang
sekarang pergi seorang diri ke dalam hutan di Pulau Pekhouw-to untuk mencari Liok Kong Ji. Hatinya masih panas
karena ucapan-ucapan Ang Lian, gadis yang membetot
hatinya itu. Karena panas ia menjadi marah dan dengan
nekat ia berjalan terus memasuki hutan sambil berteriakteriak ! "Liok Kong Ji, keluarlah kalau kau jantan. Mari
bertanding selaksa jurus dengan tuanmu Kang-thouw-ciang
Ciu Lee Tai !" Sampai serak tenggorokannya dan sampai lelah kakinya,
belum juga Liok Kong Ji muncul atau menjawab. Akhirnya ia
menjadi marah kepada Tiang Bu ketika ia teringat akan
kata-kata Ang Lian yang memuji-muji dia membela Tiang Bu
sebaliknya mencelanya. Ia berteriak lagi, kini mencela nama
Tiang Bu. 11 "Tiang Bu, kau orang apa" Hanya anak bangsat Liok
Kong Ji. Mana bisa lebih lihai dari aku" Anak srigala tak
mungkin menjadi domba. Bapaknya jahat anaknya tentu
jahat pula!" Makin diingat hatinya makin panas . Tiang Bu anak
penjahat Liok Kong Ji bagaimana bisa diterima menjadi
calon jodoh Pek Lian dan bahkan Ang Lian agaknya suka
kepada Tiang Bu" Sedangkan dia keturunun orang gagah,
selalu dicela oleh Ang Lian ! Padahal apakah Tiang Bu itu"
Mukanya tidak tampan, pendiam tak pandai bicara, agak
angkuh. "Hei. Tiang Bu! Kalau kau betul gagah dan mau membela
ayahmu, kau juga majulah bersama Liok Kong Ji. Kaukira
aku orang she Ciu takut dikeroyok dua?"" ia berteriak-teriak
seperti orang kemasukan setan untuk mengumbar
kemarahan dan kemendongkolan hatinya.


Tangan Geledek Pek Lui Eng Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah keluar dari hutan itu, ia tiba lagi di pantai laut, di bagian yang penuh batu-batu karang tinggi dan aneh-aneh
bentuknya. Ia lelah sekali dan mengaso, duduk di atas
sebuah batu yang licin. Hatinya masih mengkal, akan tetapi
juga agak bingung. Ia me rasa amat lapar dan panas, untuk
kembali di tempat rombongannya, ia tidak tahu jalan lagi.
"Celaka." katanya keras-keras. "Gara Kong Ji dan Tiang Bu ayah anak keparat aku harus bersengsara !" Karena
marah dan kesal tanpa disadarinya ia mendorong- dorong
batu karang di sebelah kanannya sambil memaki-maki nama
Kong-Ji. Tiba-tiba ia berteriak kaget karena batu karang besar itu
tiba-tiba berbunyi dan sebuah pintu terbuka pada bat u
karang itu! Ternyata bahwa ia telah mendorong dan
menyentuh alat rahasia tempat persembunyian Liok Kong Ji.
Sebelum hilang kagetnya, tahu-tahu ia telah berhadapan
dengan seorang laki-laki tinggi kurus setengah tua yang
12 bermata tajam bukan main. Ciu Lee Tai sampai hampir
terjengkang saking kagetnya.
"Kau ?". kau setankah .......... ?" tanyanya s aking
gugup melihat tahu-tahu ada orang di depannya..
Liok Kong Ji tertawa. Ia tadi telah mendengar makianmakian orang ini dan i a yang cerdik dapat menduga bahwa
ia berhadapan dengan seorang anggauta rombongan Wan
Sin Hong, seorang muda yang dogol.
"Aku lebih tinggi dari pada set an, akulah penunggu pulau ini. Kau siapakah dan apa
maksud kedatanganmu ?"
Lee Tai kaget bukan main, ia setengah percaya
setengah tidak. Pe nunggu
pulau berarti sebangsa dewa atau iblis, bagaimana bisa muncul di tengah hari" Kalau
mantissa biasa, mengapa tiba-tiba keluar dari dalam batu karang" "Aku ........ aku Ciu
Lee Tai, hendak mencari Liok Kong Ji untuk menangkapnya," katanya
gagah. Liok Kong Ji tertawa geli. "Kan ..... " Hendak menangkap Liok Kong Ji" Apa kau sudah tahu bahwa Liok Kong Ji itu kepandaiannya tinggi
sekali. lebih tinggi dari pada kepandaian gurumu?"
Lee Tai menepuk dadanya "Aku tidak takut ! Tak
mungkin orang semacam dia lebih lihai dari guruku padahal
guruku yang terakhir adalah Wan bengcu."
13 "Ha ha ha, orang dogol. Aku sendiri belum tentu dapat
nienangkan Liok Kong Ji. Hendak kulihat sampai di mana
sih tingtat kepandaianmu maka kau berani me nyombong
berteiak menangkap Liok Kong Ji ?" Tiba-tiba tangannya
bergerak menampar ke depan.
Ciu Lee Tai cepat menangkis sambil mengerahkan
tenaganya untuk memamerkan K ong thouw ciang (Kepalan
Baja). Akan tetapi ia menangkis angin dan tahu-tahu
kakinya kedua-duanya terangkat membuat ia terengkang ke
belakang dan bergulingan. Kepalanya sebelah kiri benjol
sebesar telur ayam karena menumbuk batu.
Ia melompat berdiri sambil memandang denganmata "Eh,
kau pakai ilmu siluman !"
Kong Ji tersenyum mengeiek, penuh hinaan dan juga
geli. "Biagaimana kau bilang aku pakai ilmu siluman ?"
"Kalau memang berkepandaian, adu tebalnya kulit
kerasnya tulang, jangan main je gal-jegalan se cara curang!"
Tanpa menanti jawaban, Lee Tai menyerang lagi, kini ia
memukul dengan tangan kanannya yang keras ke arah dada
Kong Ji. "Blekkk !" Lee Tai merasakan kepalanya puyeng saking sakitnya
kepalan tangan kanannya yang berte mu dengan dada Kong
Ji. Mulutnya yang hendak menjerit kesakitan ia tahantahan, sampai ia menggigit bibirnya, pringisan seperti orang
sakit mules. Tulang-tulang lengan kanannya seperti ditusuki
jarum! "Kau ...... kau bukan manusia.......... "
Kong Ji tersenyum. "Bocah bodoh, baru sekarang kau
mau mengaku. Memang aku bukan manusia biasa,
melainkan pertapa yang sudah ratusan tahun be rada di sini.
Kepandaian seperti kau miliki itu mana bisa untuk melawan
Liok Kong Ji?" 14 Akan tetapi Lee Tai berpikir lagi. Mungkinkah ia
berjumps dengan setan" Ah, jangan-jangan ia ditipu, janganjangan orang in menggunakan akal untuk menerima
pukulannya tadi. "Barangkali kau memakai baju besi di balik bajumu itu !"
Liok Kong Ji sudah mempunyai siasat untuk
menggunakan si dogol ini, maka ia berlaku sabar sekali,
tidak seperti biasanya. Kalau dalam keadaan biasa, ia tidak
terjepit seperti sekarang, te ntu dengan satu pukulan saja
akan menghabiskan nyawa orang ini. Ia membuka bajunya,
memperlihatkan dadanya yang tidak terlindung apa-apa.
"Kau masih penasaran?" tanyanya.
Lee Tai betul-betul meras a heran. Memang ia masih
penasaran karena biasanya, tangannya ampuh sekali.
"Kalau kau masih penasaran, boleh kau memukul atau
menendangku tiga kali lagi tampa aku mengelak atau
menengkis." Lee Tai membelalakkan matanya. "Betul betul kau tidak
akan mengelak " Bagaimana kalau aku me mukul atau
mene ndang bagian tubuhmu yang berbahaya?"
Kong Ji memang sedang berusaha menundukkan orang
ini untuk dipakai pembantu menyembunyikan diri, maka ia
mengangguk. "Boleh kaupukul atau tendang di mana saja.
aku takkan mengelak atau menangkis. Kalau aku mengaduh
sedikit saja, anggap aku kalah"
"Orang tua, kau sendiri yang menantang, Jangan bilang
aku Ciu Lee Tai seorang pemuda curang. Awas, aku akan
menyerang bagian tubuhmu yang lemah, apa kau berani?"
"Serang saja, serang sampai tiga kali !" kata Kong Ji tersenyum.
Lee Tai lalu me ngerahkan tenaganya dan mengirim
pukulan dua kali dengan ke dua kepalan tangannya. Tangan
kanannya menghantam leher sedangkan tangan kirinya
15 menjotos lambung. Pukulan -pukulun ini hebat sekali, apa
lagi pukulan tangan kirinya yang menjotos lambung karena
tangan kirinya masih belum terluka, tidak seperti tangan
kanannya yang sudah merah membiru akibat pukulannya
pertama tadi. "Bukk! Plak!" Berturut turut kedua kepalan tangannya mengenai sasaran dengan jitu.
Akan t etapi, seperti juga tadi, Kong Ji tidak bergeming,
sebaliknya Lee Tai tak dapat menahan lagi, mengaduh-aduh
dan kedua tangannya digoyang-goyangkan ke kanan kiri
karena terasa sakit-sakit, linu dan panas sekali.
"Masih boleh satu kali lagi, orang muda," kata Kong Ji.
Karena penasaran dan rasa sakit, Lee Tai menjadi marah.
Kakinya menendang, tadinya hendak menendang ke arah
anggauta yang paling lemah akan tetapi karena memang
pada dasarnya Lee Tai bukan manusia curang ia merasa
malu sendiri kalau mempergunaka kesempatan untuk
membinasakan orang yang tidak berdosa, masa kakinya
menyeleweng dan menendang perut.
"Blekk !" Akibatnya hebat sekali, Lee Tai meras a kakinya sepe rti
menendang bola baja sampai-sampai ia merasa tulang
tulang kakinya merasa remuk. Sambil pringisan kesakitan ia
berjingkrak-jingkrak, berloncatan dengan kaki kirinya dan
mengaduh-aduh, akhirnya ia menjatuhkan diri berlutut di
depan Kong Ji. Pemuda dogol ini sekarang menjadi takluk
benar-benar. "Selama hidup baru kali ini bertemu manusia sakti
seperti locianpwe yang mulia Mohon diberi petunjuk agar
teecu me mpunyai kepandaian seperti locianpwe dan dapat
mengalahkan Liok Kong Ji"
"Ha, agaknya kau amat membenci orang she Liok itu. Ada
permusuhun apakah antara kau dengan dia?" tanya Kong Ji.
16 "Sebetulnya teecu tidak mempunyai urusan pribadi
dengan dia, hanya kekasih teecu mengajukan syarat bahwa
dia mau menerima pinangan teeecu kalau teecu dapat
mengalahkan Liok Kong Ji " Lee Tai yang jujur kini sudah menaruh kepercayaan seribu prosen kepada "manusia sakti"
ini, maka dengan jujur iapun mengutarakan isi hatinya.
Kong Ji mengangguk angguk. "Aku suka kepadamu dan
aku mau memberi pelajaran ilmu silat dan memberi sebuah
kitab yang kalau kau sudah pelajari, seribu orang Liok Kong
Ji kiranya takkan mampu melawanmu."
Lee Tai girang sekali dan buru-buru ia mengangguk
anggukkan kepalanya menghaturkan terima kasih.
"Teeeu bersumpah akan mentaati perintah locianpwe."
Kong Ji adalah seoring yang mempunyai tipu muslihat
licik sekali. Satu kali bertemu ia sudah dapat mengenal
watak Lee Tai, dan ia tahu bahwa betapapun dogol nya
pemuda ini, namun kejujuran Lee Tai adalah aseli dan tentu
pemuda ini menolak perintahnya untuk melakukan sesuatu
yang berlawanan dengan suara hatinya sendiri. Oleh karena
itu ia mengambi l jalan lain dan berkata,
"Permintaanku hanya satu, yaitu kau jangan bilang
kepada siapapun juga tentang diriku di s ini. Aku sudah
puluhan tahun tidak bertemu dengan manusia, dan dengan
kau aku suka memperlihatkan diri oleh karena kita berjodoh
dengan aku. Maukah kau bersumpah takkan mengatakan
kepada siapapun juga bahwa aku berada di s ini dan takkan
membuka mulut tentang pertemuan ini?"
"Teecu bersumpah takkan bi cara pada siapapun juga
tentang lo-cianpwe."
"Bagus, aku percaya kepadamu, karena kalau kau
melanggar tentu aku akan datang mengambil nyawamu.
Sekarang te ntang hal lain. Tadi aku mendengar kau
menyebut-nye but nama Tiang Bu, apa kau tidak tahu bahwa
17 Tiang Bu itu adalah anak Liok Kong Ji dan bahwa sekarang
Tiang Bu membantu ayahnya itu untuk bersembunyi ?"
Mata Lee Tai terbelalak kaget. "Betulkah itu, locianpwe"
"Aku selamanya tidak pernah membohong. Aku melihat
sendiri be tapa Tiang Bu bercakap-cakap dengan Liok Kong Ji
dan sambil menangis di depan ayahnya, pemuda itu
menyembunyikan Liok Kong Ji di suatu tempat yang tak
mungkin didapatkan oleh orang lain. Kau tak perlu sibuk,
lebih baik kauberitahukan hal ini ke pada W an Sin Hong dan
yang lai n-lain agar Tiang Bu itu ditangkap dan dipaksa
mengaku di mana adanya Liok Kong Ji. Tentu dia bisa
memberi tahu." "Tentu saja ! Tentu tee cu akan memberitahukan kepada
Wan bengcu dan yang lain-lain. Memang teecu sudah
bercuriga. Mana ada srigala... ....."
"Sst, cukup. Tak perlu memaki di depanku. Akan tetapi,
kare na kau sudah bersumpah takkan menyebut-nyebut
namaku, kaupun harus mencerit akan bahwa kau melihat
dengan matamu sendirl pertemuan antara Tiang Bu dan Liok
Kong Ji. Jangan kau menyebut-nyebut tentang aku."
"Tentu teeeu mengerti, dan teee u akan melaksanakan
semua perintah locianpwe. Hanya teecu mohon pelajaran
Ilmu silat untuk melawan Liok Kong Ji."
Kong Ji mengeluarkan sejilid kitab kuno dari saku
bajunya. "Kitab ini adalah pelajaran Ilmu Pedang Swat-lian-kiamcoan-si, kalau kau me mpelajarinya, ilmu pedang ini dapat
membuat kau menjadi seorang sakt i. Akan tetapi jangan
sampai kitab ini terlihat oleh orang lain, apa lagi oleh Tiang Bu sebelum pemuda itu tertangkap. Dia amat jahat dan
tentu kitab ini akan dia rampas!"
Bukan main girangnya hati Ciu Lee Tai. Ia percaya
seratus prosen bahwa dengan kitab itu tentu ia akan dapat
18 menjadi seorang s akti, dapat melawan Liok Kong Ji sehingga
ia dapat diterima dengan senyum manis ole h Ang Lian.
Sekali saja ia membuka kitab itu, ia me ngerti bahwa itu
memang sebuah kitab ilmu silat yang hebat sekali. Memang,
dalam hal-hal lain Lee Tai boleh jadi dogol dan bodoh, akan
tetapi dalam ilmu silat otaknya memang ence r dia dapat
membedakan ilmu silat yang bai k. Dengan girang Lee Tai
menghatutkan terima kasih. Lalu timbul kekhawatirannya
kalau-kalau orang sakti ini bertemu dengan Liok Kong Ji dan
menggunakan kepandaian me mbunuh musuh besar itu,
mendahuluinya. Moka ia cepat berkata,
"Locianpwe, harap locianpwe jangan mengganggu Liok
Kong Ji dulu, biar teecu mempelajari ilmu pedang ini dan
teecu sendi ri yang akan me mbekuknya !"
Dapat dibayangkan betapa geli hati Liok Kong Ji setelah
mempermainkan Lee Tai mendengar ucapan ini. Akan tetapi
iapun tidak berani muncul terlalu lama. Saking gelinya ia
tak dapat menahan gelak tawanya dan tiba-tiba ia berkelebat
le nyap dari depan Lee Tai yang tentu s aja menjadi makin
kagum dan heran. Ah, benar-benar dia seorang dewa,
pikirnya, dan cepat-cepat menyembunyikan kitab itu ke
dalam bajunya. Lee Tai yang tadinya kegirangan itu medadak menjadi
kaget dan gelisah ket ika ia te ringat bahwa ia berada di
tengah pulau dan t idak tahu ke mana jalan untuk kembali
ke tempat rombongannya ! Ia sudah menjadi bingung dan
tidak tahu lagi mana selatan mana utara, mana barat mana
timur. Akhirnya ia mendapatkan akal juga. Rombongan itu
berada di pantai pulau, kalau aku terus mengikuti sepanjang
pantai masa tidak akan mendapatkan mereka "
BerpikIr demikian, pemuda ini lalu cepat-cepat berjalan
ke kanan, terus saja berjalan ke depan tidak membelok ke
mana-mana lagi. Tentu saja akhirnya ia sampai juga ke
partai. Gi rang hatinya melihat air laut membiru terbentang
di depannya. Ia lalu berjalan megikuti pantai dengan laut di
19

Tangan Geledek Pek Lui Eng Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebelah kirinya. Untuk menghilangkan kssalnya, ia kadangkadang membuka lembaran kitab itu dan mulai mempel ajari
isinya. Jelek- jelek Lee Tai juga pandai membaca karena
dahulu ia telah belajar pula membaca. Sayang
ke pandaiannya dalm hal membaca ini kurang sempurna
sehingga sering kali ia harus mengasah otak untuk
memecahkan arti sebuah huruf yang kelihatan asing
baginya. Selagi ia enak berjalan, tiba tiba ia mendengar suara
wanita tertawa. ia cepat me nengok ke kiri dan ..... Ang Lian dan Pek Li an mendayung perahu tak jauh dari pantai,
melihat kepadanya dan tertawa-tawa.
"Hee, Ciu twako ! Kau sedang mencari Liok Kong Ji atau
sedang berjalan-jalan makan angin laut ?" te gur Pek Lian.
Lee Tai cepat me nyimpan kitabnya dan kelihatan senang
bukan main, me lambai-lambaikan kedua tangannya kepada
dua orang gadis itu. "Enci Pek Lian dan adik Ang Lian ..... Kebetulan sekali
berjumpa dengan kalian di sini ! Aku sedang bingung
bagaimana bisa kembali ke tempat romboogan kita. Enci Pek
Lian, kaubawalah aku pulang ......"
Pek Liao tersenyum, tidak menjawab, Ang Lian cembe rut
dan bertanya. "Apakah sudah bertemu dengan Liok Kong Ji ?"
Lee Tai menggeleng kepala. "Belum, akan tetapi aku
mendengar hal penting sekali, tentang dia dan Tiang Bu!"
Mendengar orang bicara tentang Tiang Bu, Pek Lian cepat
mendayung perahu ke te pi dan meloncat ke darat, diikuti
oleh Ang Lian yang menyeret perahu ke pinggir.
"Mendengar hal penting apa" Lekas ce ritakan. Ciutwako." Pak Lien mendesak karena ia sudah ingin sekali
mendengar tentang Tiang Bu yang pergi seorang diri mencari
20 Liok Kong Ji. "Apa dia sudah berhasil merobohkan Liok Kong
Ji ?" Muka Lee Tai menjadi pucat dan ia nampak bingung. Ia
tadi ketika melihat Ang Lian me njadi begitu girang sampai ia lupa akan pesan "dewa" itu. Sekarang ditanya oleh Pak Lian, ia tidak dapat segera menjawab. Bagaimana ia bisa
menerangkan tanpa menyebut orang sakti itu" Untuk
be rbohong bahwa dia melihat sendiri pertemuan antara
Tiang Bu dan Liok Kong Ji, ia tak sanggup. Selamanya Lee
Tai memang tidak biasa membohong.
"Aku mendengar dari orang lain." katanva jujur. Akhirnya
ia mengambil keputusan untuk mengaku saja mendengar
dari orang lain tanpa menyinggung orang sakti itu. "Aku
mendengar bahwa Tiang Bu sudah mengadakan pertemuan
dengan Liok Kong Ji. Tiang Bu agaknya ingat ke pada
ayahnja yang sejati dan menghianati kita, ia bantu
menyembunyikan Liok Kong Ji!"
"Tak mungkin.......... !" Pe k Lien membentak keras sampai Lee Tai me njadi kaget.
Ang Lian meloncat maju menghadapi Lee Tai. Sepasang
mata gadis ini yang bening dan tajam menatap wajah Lee Tai
penuh selidik dan pertanyaan, membuat hati pemuda itu
be rdebar-debar keras. "Kau bicara se mbarangan apa lagi" Mana bisa Tiang Bu
menyembunyikan iblis itu" Tiang Bu mencari-e ari untuk
membunuhnya. "Apa anehnya?" jawab Lee Tai. "Hal itu sudah sewajarnya.
Bukankah Liok Kong Ji itu ayahnya ?"
"Apa kau melihat sendiri hal itu?" desak Ang Lian.
Lee Tai menjadi bingung. "Tidak, aku aku mendengar dari
orang lain." "Bodoh, mau percaya saja. Siapa orang yang bilang
kepadamu ?" 21 Lee Tai makin bingung. Biarpun ia agak dogol, akan
tetapi pemuda ini berhati keras dalam hal kejujuran dan
kesetiaan. Biarpun terhadap Ang Lian ia mau dan rela
melakukan apa saja, bahkan kalau perlu mengorbankan
nyawanya, akan tetapi dalam hal melanggar janji apa lagi
sumpah, ia pantang ! "Aku mendengar dari orang lain dan.......... dan aku tidak bisa mengatakan siapa orang itu.......... Aku tidak
mengenalnya." "Kau.......... kau bohong!" Pak Lian membentak marah.
Lee Tai boleh jadi dogol den agak bodoh, akan tetapi ia
tidak mau dihina. "Selamanya aku tidak membohong! Lebih
baik aku mati dari pada membohong!" jawabnya tegas.
Diam diam ada sinar girang dan kagum berpancar keluar
dari mata Ang Lian, dan gadis ini berkata agak hal us, "Boleh jadi kau tidak membohong, akan tetapi sudah pasti orang itu
membohongimu. Mengapa kau tidak mau Mengapa kau
tidak mau bilang siapa dia" Di dalam pulau ini mana ada
orang lain ?" "Adik Ang Lian, aku.......... aku tidak bisa mengatakan
siapa dia." "Hemmm, kau agaknya me lindungi dia," Ang Lian berkata
marah. "Hayo enci, kita pergi, jangan perdulikan si tolol ini."
ia melompat ke dalam perahu, juga Pek Lian naik ke dalam
pe rahu dan mereka mendayung pe rahu itu ke tengah.
"Tunggu dulu ! Aku ikut pulang !"
"Orang sedogol kau l rbih baik jalan kaki," Ang Lian
be rkata dan mendayung perahu makin ce pat.
"Ang Lian ?" aku tidak tahu ke mana aku harus pe rgi
untuk pulang ke tempat rombongan kita!" Lee Tai mengeluh.
Ang Lian dan Pe k Lian tidak menjawab.
Lee Tai makin bingung. akan tetapi akhirnya timbul juga
ingatannya bahwa tentu dua orang gadis itupun hendak
22 pulang. Meli hat pe rahu mereka itu me nuju ke kanan, iapun
melanjutkan perjalanannya karena yakin bahwa tantu di
jurusan itu letaknya tempat rombongan mereka. Dalam hal
ini memang ia berpikir tepat. Ternyata tempat berkumpulnya
rombongan it u hanya lima belas li lebih dari tempat
pertemuannya dengan dua orang gadis itu.
-oo(mch)oo- Dari manakah dua orang gadis itu" Mereka i ni bertugas
untuk membawa perahu mengelilingi Pulau Pek-houw-to
untuk menjaga dan mengawasi kalau-kalau Liok Kong Ji
berusaha minggat dari pulau itu.
Dua orang gadis inipun seperti Lee Tai menyimpan
sebuah rahasia. Rahasia hati masing-masing. Diam-diam
mereka sering kali bercakap-cakap te ntang Tiang Bu dan Lee
Tai. Setelah melthat watak dan gerak gerik Lee Tai , biarpun
pemuda tampan itu bodoh namun amut jujur dan bernyali
besar. Hal ini membuat Ang-Lian yang centi l dan lincah itu
tertarik hatinya dan ia mengaku te rus terang kepada
encinya. Sebali knya, biarpun di hadapan orang lain tak
pernah membuka mulut, terhadap adiknya, Pek Lian juga
berte rus terang bahwa ia jatuh hati kepada Tiang Bu yang
gagah perkasa. Tentu saja berita yang di!erima oleh mereka dari Lee Tai
itu amat menggelisahkan hati mereka. Pek Lian gelisah
sekali karena kalau hal itu be tul-betul, Tiang Bu tentu akan dimusuhi oleh W an Sin Hong dan tokoh-tokoh lain sebagai
seorang pengkhianat. Sebaliknya Ang Lian menjadi gelisah
karena Lee Tai membawa berita buruk ini.
Setelah tiba di tempat rombongan, Pek Lian dan Ang Lian
menemui ayah mereka dan kepada kakek ini mereka
bercerita tenting berita buruk yang mereka dengar dari Le e
Tai. 23 Huang-ho San jin terkejut dan kakek ini menganggukangeuk. "Sungguh berita ini agak tak masuk di akal, akan tetapi Lee Tai itu boleh dipercaya omongannya. Baiknya
bukan dia sendiri yang melihat pertemuan antara Tiang Bu
dan Liok Kong Ji, sehingga masih banyak se kali
kemungkinan ia mendengar berita bohong. Anehnya,
siapakah orang di dalam pulau yang menyampaikan berita
itu kepadanya ?" "Mungkin seorang pelayan Liok Kong Ji yang masih
berkeliaran dan belum tertangkap," kata Pek Lian.
"Akan tetapi, semua selir dan pelayan sudah kita suruh
keluar dari pulau ini dan kita membiarkan mereka
membawa harta benda Liok Kong Ji. Andaikata ada seorang
pelayan yang masih berkeliaran, me ngapa kita tak pernah
melihatnya " Padahal kita sudah mencari Liok Kong Ji di
seluruh pulau," kat a Ang Lian.
Huang-ho Sian jin menepuk nepuk jidatnya. "Betul juga !
Orang macam Liok Kong Ji mana kuat hidup menderta,
seorang diri bersembunyi dari kejaran kita. Tentu ia sudah
berhasil membawa seorang pelayan untuk melayaninya di
dalam tempat persembunyian itu. Bagus sekali ! Kalau
begitu, Lee Tai tentu dapat membawa kita ke tempat
pe rsembunyian Liok Kong Ji."
"Akan tetapi, ayah. Agaknya si dogol i tu tidak mau
memberi tahu tentang orang yang menyampaikan berita itu
kepadanya, lebih baik menanti sampai dia sendiri
menyampaikan berita itu kepada Wan-bengcu. Nanti kita
baru menyampaikan pandangan ayah ini."
Huang-ho Sian-jin me ngangguk-angguk. Kakek ini
bermata awas dan sebagai seorang ayah yang sudah usia
lanjut dan banyak pengalamannya, tentu saja ia dapat
mengetahui hati anak-anaknya. Tanpa diberi tahu oleh
siapapun juga, ia tahu babwa Pek Lian jatuh hati kepada
Tiang Bu dan bahwa Ang Lian juga tertarik pada Lee Tai. Ia
mengerti pula akan maksud ucapan Ang Lian tadi, yaitu agar
24 supaya Ang Lian tidak dianggap mendahului Lee Tai dan
melaporkan halnya kepada Wan Sin Hong. Terhadap kedua
orang pemuda pili han dua orang puterinya itu, memang
Huan ho Sian-jin sudah penuju sekali, tinggal menanti
perantara. Dengan bersungut sungut karena tidak dibawa oleh Pek
Lian dan Ang Lian, Lee Tai tiba di tempat berkumpulnya
rombongan itu. Kedatangannya disambut oleh senyuman
Wan Sin Hong yang bertanya,
"Bagaimana hasil penyelidikanmu, Lee Tai ?"
Merah muka Lee Tai. "Wan bengcu, biarpun teecu belum bertemu muka
dengan Liok Kong Ji , namun teecu membawa berita yang
amat penting sekali."
Pek Lian, dan Ang Lian saling lirik dan Huang-ho Sian-jin
menatap wajah pemuda pilihan Ang Lian ini dengan penuh
perhatian untuk melihat apakah pemuda ini membohong
atau tidak. Akan tetapi wajah yang tampan itu polos saja,
sama sekali tidak membayangkan kebohonpan. Juga ketika
berkata demikian Lee Tai melirik kepada Pek Lian dan Ang
Lian. Ia girang juga bahwa ternyata dua orang gadis itu tidak mengadu sesustu di depan Wan Sin Hong.
"Be rita pent ing apa" Coba ceritakan. Apakah kau melihat
jejak Liok Kong Ji ?"
"Tidak, Wan bengcu. Hanya aku mendengar dari orang
yang tak kukenal bahwa Tian Bu telah mengadakan
pertemuan dengan Liok Kong Ji. dan Tiang Bu telah
membantu ayahnya bersembunyi. Kalau hendak mengetahui
di mana adanya Liok Kong Ji, mudah saja, tanya kepada
Tiang Bu dan dia tentu akan dapat memberi tahu, kalau dia
tidak melindungi ayabnya !"
Wajah Sin Hong berubah. Berita ini hebat. Saketika itu
juga ia meragukan kebenaran berita ini.
25 "Aku mendengar dari orang lain yang tidak klukenal dan
tidak dapat kuce ritakan kepada siapupun juga,
Wan.bungcu," jawab Lee Tai terus terang sambil
menundukkan mukanya. "Lee Tai, kau jangan berlaku sembrono, dan pikirlah
baik-baik. Beritamu ini merupakan dakwaan yang amat
berat bagi Tiang Bu. Kalau kau melihat Tiang Bu benar
mengadakan sekongkol dengan Kong Ji, meli hat dengan
mata sendiri, tentu aku percaya dan akan kutanyai Tiang
Bu. Akan tetapi mendengar dari orang lain, ini masih
meragukan. Apa lagi kau tidak mau menceritakan siapa
adanya orang pembawa barita buruk itu. Kalau beritamu itu
tidak betul, bukankah berarti k menanam permusuhan
de ngan Tiang Bu ?" Lee Tai di am saja. Terbayang wajah orang sakti itu yang
melihat sikap dan kesaktiannya tak mungkin membohong.
De ngan berani maka ia lalu berkata:. "Berita itu tidak
bohong. biarpun teecu tidak melihat dengan mata sendiri
namun teecu menanggung kebenarannya !"
Semua orang melengak, juga Wan Sin Hong. Pendekar ini
sudah mengenal watak Lee Tai yang jujur sekali dan tidak
pernah membohong, dan melihat sikap pemuda ini, be narbenar mencurigakan. "Lee Tai, kau keli hat an sudah amat percaya kepada orang itu dan kau melindungi dia, kau tidak mau menceritakan dia
itu siapa, sedikitnya kau bisa mengatakan mengapa kau
tidak berani mengaku siapa dia."
"Hal itupun menyesal sekali teecu tidak dapat
menceritakan. Yang terpenting adalah tentang Liok Kong Ji.
Setelah kita mengetahui bahwa Tiang Bu mengerti tempat
sembunyi me ngapa kita tidak bertanya kepadanya ?"
Sin Hong diam saja, menjadi bingung. Isterinya Siok Li
Hwa yang amat cerdik berkata,
26 "Lee Tai tentu telah berj anji kapada orang itu untuk
merahasiakan keadaannya. Kalau tidak demikian, tidak
nanti Lee Tai bersikap seperti ini. Hemm, menarik sekali
orang ini...." Mendengar ini, Lee Tai makin menundukkan mukanya
dan menjawab, "Tepat sekali apa yang dikatakan oleh toanio.
Dan bagi Lee Tai, memegang janji lebih berharga dari pada
nyawa !" Huangho Sian-jin beasts keras, "Pertemuan Ciu sicu
dengan orang yang membawa berita itu sungguh baik sekali.
Menurut dugaanku, orang itu tentulah seorang pe layan dari
Liok Kong Ji. Buktinya, ketika kita mengusir semua pelayan,
di pulau sudah tidak ada siapa-s iapa lagi dan ketika kita
mencari-cari Liok Kong Ji, juga tidak melihat seorangpun
manusia di pulau. Sekarang muncul orang ini, tentu dia itu
pe layan yang dibawa bersembunyi oleh Liok Kong Ji dan
sengaja menjual obrolan kosong. Kalau sekarang Ciu-sicu
mau membawa kita menemui orang itu dan menangkapnya,
tentu kita dapat menemukau Liok Kong Ji !"
"Tidak........... tidak .......... !" Lee Tai capat menjawab.
"Tak mungkin dia itu pelayan Liok Kong Ji, tak mungki n !
Dan lebih baik aku dipulkul dari pada harus membuka


Tangan Geledek Pek Lui Eng Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rahasia orang itu." Sete lah berkata demikian, pemuda ini
pe rgi dari situ, me nuju ke tempat sunyi di tepi pantai dan
duduk di atas batu karang.
Peng Soan toj in, tosu gemuk dari Te ng san pai adalah
seorang yang suka akan kejujuran. Ia dapat memaklumi isi
hati Lee Tai, maka ia berkata,
"Betapapun juga, kira harus menghargai kejujuran Ciusicu. Kalau dia bermaksud jelek dengan sikapnya
merahasiakan orang itu, tentu dia sama sekali tidak akan
bercerita dan kita pun tidak akau tahu akan peeremuannya
dengan orang itu. Juga kecurigaannya terhadap Tiang Bu,
beralasan. Kita semua sudah me ngenal Tiang Bu sebagai
seorang pemuda gagah perkasa dan budiman. Bukan tak
27 masuk pada akal apabila dalam pertemuannya dengan Liok
Kong Ji hati pemuda itu menjadi lemah dan teringat akan
hubungan antara anak dan ayah."
Semua orang berdiam lagi, kata-kata inipun amat
beralasan. Akhirnya Wan Sin Hong berkata tenang",
"Sukar sekali mengadakan dugaan-dugaan dari sebuah
berita yang tidak dilihat sendiri ole h Lee Tai . Karena untuk memaksa Lee Tai juga tidak mungkin, lebih baik kita
menanti kembalinya Tiang Bu dan aku sendiri yang akan
bertanya kepadanya tentang berita ini."
Menjelang se nja, Tiang Bu datang. Semua orang keluar
dari tempat istirahat masing-masing dan menyambutnya.
Wajah pemuda ini tampak keruh dan muram. Ini tidak
mengherankan karena ia masih se lalu mengabungi kematian
Bi Li dan lebih sedih lagi hatinya karena penyelidikannya
sehari penuh itupun tidak membawa hasil. Karena
kesedihan hatinya inilah maka ia tidak pandang mata penuh
perhatian dari semua orang yang menyambut
kedatangannya. "Tiang Bu, bagaimana hasil penyelidikanmu " Dapatkah
kau menemukan jejak Liok Kong Ji ?" tanya Sin Hong.
Tiang Bu menggeleng kepala dengan lemah. "Belum
berhasil, pek-pek. Akan tetapi aku akan berusaha terus, biar
untuk itu aku harus tinggal selama hidup di pulau. Aku
tidak akan berhenti mencari sebelum dapat menemukan
iblis itu. ...... " Tiang Bu masih belum intaf berapa semua mata
memandang ke arahnya dengan penuh selidik dan penuh
perhatian. "Tiang Bu, kau tentu tahu bahwa aku menganggap kau
bukan orang lain. Ibumu kuanggap sebagai saudara sendiri,
juga ayah angkatmu selalu menjadi saudara-saudaraku yang
terkasih. Kau seperti keponakan atau anakku sendiri."
28 Baru sekarang Tiang Bu merasa bahwa tentu ada
sesuatu. Ia me ndengar suara yang terdengar demikian
sungguh-sungguh dan aneh. Ketika mengangkat muka, baru
ia melihat betapa semua orang memandangnya dengan sinar
mata penuh selidi k. "Oleh karena itu, kuharap kau suka berterus-terang dan
jangan menyembunyikan sesuatu dari aku. Apakah benar
kau tidak bertemu dengan Liok Kong Ji dan tidak tahu
tempat sembunyinya ?"
Tiang Bu yang tadinya duduk di atas batu karang,
sekarang bangkit berdiri memandang kepada Wan Sin Hong
dengan mata penuh pertanyaan.
"Wan pek-pek, apa artinya pert anyaan itu" Kalau siauwtit
be rtemu dengan iblis itu, tentu dia atau siauwtit yang
menggeletak tanpa nyawa lagi. Apakah pek pek mencurigai
sesuatu kepadaku" Ada apakah?"
"Tiang Bu, sebetulnya, kami di sini mendengar berit a
bahwa kau telah berjumpa dengan Liok Kong Ji...... "
Hening sejenak. Semua mata memandang Tiang Bu yang
menjadi pucat mukanya. Kemudian dengan nada suara
penasaran Tiang Bu bertanya.
"Dan Wan-pek pek percaya akan berita itu ?"
"Belum, karenanya aku sengaja bertanya kepadamu
sendiri !" "Kalau aku berjumpa dengan iblis itu mengapa aku diam
saja" Ataukah orang mengira aku bersekongkol dengan dia
sengaja menyembunyikan dia" Pek-pek, siapakah orangnya
yang menyampaikan berita itu?"
"Tak perlu kami terangkan, Tiang Bu. Kami tidak
menduga sesuatu, hanya minta penjelasan darimu apakah
betul kau bertemu dengan dia atau tidak," kata Sin Hong
te gas. 29 "Tidak, Wan-pek-pek. Aku heran......" Tiang Bu
memandang ke sekeliling, menatap wajah tiap orang yang
hadir di situ untuk se jenak, "mengapa orang menuduhku
demikian ....... mengapa!"
Wan Sin Hong hanya menarik napas panjang, Juga yang
lain-lain tidak mengeluarkan suara. Pek Lian menahan
matanya yang menjadi panas hendak menitikkan air mata.
Ia merasa amat kasihan meli hat pemuda gagah yang telah
merebut hatinya itu. "Wan-pek-pek, jawablah. Mengapa orang tidak menaruh
kepercayaan kepadaku" Mengapa orang menuduh aku
mengadakan pertemuan dengan Li ok Kong Ji?"
Sampai lama Sin Hong diam saja, akhirnya ia berkata
dengan perlahan. "Agaknya ?". karena kau putera Liok
Kong Ji itulah. Umum menganggap sepantasnya kalau
sekiranya kau membantu ayah kandungmu sendiri untuk
menyelamatkan diri."
Wajah Tiang Bu pucat sekali. Ia berdiri bengong sampai
lama, kemudian ia menundukkan mukanya
menyembunyikan dua titi k air mata yang melompat ke luar.
Kemudian ia mengangguk-angguk.
"Memang....... memang aku anak Liok. Kong Ji ..........
memang aku anak seorang jahat seperti iblis. Ayahnya jahat
tentu anaknya jahat pula, seperti.......... Bi Li. Dia puteri Kwan Kok Sun yang jahat, maka ia tewas .......... akupun
anak orang jahat, patut saja tidak dipercaya ".... aku telah
kotor dan cemar karena menjadi anaknya ......... tidak seperti kalian .......... !" Ia mengangkat mukanya dan menatap wajah
orang-orang itu dengan mata berkilat. "Kalian anak orang baik-baik, keturunan orang-orang gagah, tentu saja patut
dianggap orang gagah! Tak patut orang macam aku dekat
dengan dekat dengan kalian, tak patut mendapat
kepercayaan kalian! Betapapun juga kita sama lihat s aja
siapa yang akan mampu membasmi Liok Kong Ji. Biar aku
30 tinggal dalam kerendahanku !" Setelah berkata demikian, ia
melompat bangun dan berlari pergi.
"Tiang Bu ..... ! Jangan salah paham .......... !" teriak Sin Hong, akan tetapi Tiang Bu tidak perduli lagi dan berlari
terus. Diam-diam Pek Lian juga berlari mengejar sambil
menangis. Hati Pek Lian seperti di iris-iris melihat keadaan
orang yang dikasihinya itu.
Huang- ho Sian- jin te rdengar batuk-batuk. "Hemm,
semua ini gara-gara Ciu Lee Tai. Pemuda dogol itu terlalu
pe rcaya orang lain .....!"
Mendengar ucapan ayahnya ini, Ang Lian bangkit berdiri
dan be rjalan pergi tanpa pamit. Hatinya te rtusuk dan ia
marah se kali kepada Lee Tai yang menjadi gara-gara semua
ke ributan itu. Selain marah, juga ia penasaran mengapa
ayahnya mencela Lee Tai. -oo(mch)oo- "Coa-taihiap, percayalah bahwa aku tidak menganggap
kau se bagai orang jahat. Akulah yang tidak percaya
sedikitpun juga bahwa Coa Tiang Bu yang kutahu se orang
jantan sej ati melakukan pengkhianatan. Harap saja kau
suka me maafkan mereka itu karena sesungguhnya
merekapun tidak percaya begitu saja akan berita yang
terdengar oleh mereka." Kata-kata ini adalah ucapan
hiburan yang dikeluarkan oleh Pek Lian kepada Tiang Bu.
Tiang Bu duduk di atas batu karang. Kedua tangannya
menutupi mukanya dan ia diam tidak bergerak seperti
patung. Pek Lian berdiri d depannya dan gadis ini dengan
suara gemetar menyampaikan isi hatinya, dalam usahanya
menghibur hati pemuda yang sedang dirundung duka
nestapa itu. 31 Melihat betapa pemuda itu berdiam saja dan tak berge rak
seperti patung. Pek Lian menjadi makin kasihan dan juga
khawatir. Ia takut kalau-kalau saking sedihnya, pe muda ini
mengambil keputusan pende k dan nekat. membunuh diri
atau bagaimana ! Hatinya se perti diremas -re mas dan tanpa
disadari tangannya bergerak dan jarinya menyentuh pundak
Tiang Bu dengan halus. "Coa taihiap.......... harap kan jangan terlalu
berduka.......... orang lain di dunia ini boleh membencimu,
akan tetapi aku tidak ! Sampai mati aku takkan
membencimu, takkan berubah pandanganku terhadapmu,
kau seorang yang paling jantan di dunia ini. Taihiap..........
aku bersedia membantumu dalam segala hal ..........
katakanlah, dapatkah aku membantumu...........
menghiburmu ......?"
Tentu saja Tiang Bu yang sedang terbenam dalam
kesedihan itu sejak tadi tahu akan kedatangan Pek Lian,
akan tetapi ia tidak perduli, semua ucapan gadis itu tidak
dapat mengobati luka di hatinya. Memang Tiang Bu
berturut-turut menerima serangan hebat pada hatinya,
pertama-tema karena Bi Li, kemudian sangkaan bahwa ia
bersekongkol dengan ayahnya yang jahat. Setelah ia lari dari
rombongan Wan Sin Hong ia tidak kuat berlari jauh,
menjatuhkan diri di atas batu karang di tepi pantai dan
menangis se perti anak kecil.
"Bi Li ...... ." bis iknya, "Bi Li.......... hanya kau seorang yang percaya ke padaku, kau se orang yang menj adi kawanku
sejati...... sekarang kau pergi meninggalkan aku pula?""
Kemudian datang Pek Lian yang me nghiburnya, maka
Tiang Bu hanya menutupi mukanya dan se mua ucapan Pek
Lian tak dapat masuk perhatiannya. Akan tetapi, ucapan
terakhir yang dikeluarkan dengan suara te rgetar den mesra,
dibarengi sentuhan pada pundaknya, mendatangkan getaran
aneh dalam tubuhnya. Seakan-akan Bi Li hidup dan muncul
lagi, seakan akan Bi Li yang bi cara ke padanya. Hampir dia
32 tidak dapat percaya bahwa ada lain gadis yang bicara
kepadanya dengan suara seperti Bi Li. Pe nuh kasib sayang !
Tak terasa ia mengangkat muka dan menurunkan kedua
tangannya. Sinar mata itu seperti sinar mata Bi Li benar,
penuh kemesraan dan penuh cinta! Mungkinkah ini"
"Pek Lian cici, mengapa?" mengapa kau sabaik ini
terhadap aku" Mengapa ...... " tanyanya lembut.
"Karena ..... bagiku engkaulah orang termulia di dunia
ini, taihiap," jawab Pek Lian kedua pipinya merah sekali akan tetapi suaranya mengandung ketetapan hatinya.
"Ye Tuhan .......... kau.......... kau suka kepadaku?"
Pek Lian mengangguk. "Kalau saja kau tidak memandang
hina kepadaku ....."
Tiba-tiba tubuh Tiang Bu bergerak dan tahu-tahu ia telah
meloncat sejauh empat tombak lebih dari dekat Pe k Lian.
"Pek Lian cici...., jangan! Jangan kau menambah dosaku,
jangan kau menambah beban hidupku ! Aku takkan mau
mengganggu hati orang lain lagi. Aku.... setelah selesai
urusan di pulau ini ..... aku akan bertapa, menjadi seorang
pertapa dan selama hidup takkan mencampuri urusan dunia
lagi. Aku akan be rtapa untuk mencuci noda atas nama
keluargaku, yang dikotori oleh manusia she Liok...! Maafkan
aku. Pek Lian cici ..... maafkan!" Dengan suara berubah
menjadi isak tertahan, tubuh Tiang Bu berkelebat lenyap
dari depan Pek Lian. Gadis ini berdiri mematung, mukanya pucat sekali.
Kemudian ia tersenyum pahit dan menghadap ke arah
menghilangnya Tiang Bu, berkata keras.
"Tiang Bu, akupun bers umpah takkan menikah dengan
orang lain dan mulai saat ini aku Pek Lian menjadi seorang
pendeta !" ia mengeluarkan pedangnya dan ?".. membabat
habis rambut kepalanya yang hitam, halus dan panjang itu !
Setelah itu. Pek Lian lari ke pinggir pantai di mana ia
33 menaruh perahunya dan meloncat ke dalam perahu, terus
mendayungnya perahu itu pergi dari Pulau Pek-houw-to.
Ang Lian tampak berlari-lari di tepi pantai sambil
bersungut-sungut. "Dasar tolol tetap tolol !" gerutunya
berkali-kali. Tiba-tiba ia melihat perahu yang didayung pergi oleh Pek Lian,
"Pek cici, kau kemanakah ?" teriaknya heran melihat cicinya itu mendayung pergi menjauhi pulau.
Pek Lian menengok dan kagetlah Ang Lian melihat
cecinya itu kepalanya telah hampir gundul. Hanya tinggal
sedikit rambutnya, pendek saja.
"Ang- moi, aku hendak pergi dulu, sampaikan hormatku
kepada ayah!" hanya demikian Pe k Lian berseru dan
sebentar saja perahunya jauh meninggalkan pulau.
Tentu saja Ang Lian menjadi keheran-heran dan gelisah,
Cepat ia be rlari memberitahukan hal ini kepada ayahnya.
Huang-ho Si an-jin mengerutkan kening. Menang semenjak
kecil Pek Li an memiliki watak yang aneh. Baru pakaiannya
saja selalu mengenakan pakaian pria, orangnya pendiam,
hatinya sukar dijajaki. Tidak seperti Ang Lian yang genit,
lincah dan jujur. "Kalau dia hendak pergi dulu, biarlah. Tentang dia
mamotong rambut, hemm, kita lihat saja nanti, tentu ada
sebabnya." Ang Lian termenuug mendengar ucapan ayahnya ini.
Tentu ada hubungan dengan Tiang Bu pikirnya".
Mungkinkah cicinya menjadi korban asmara " Ia teringat
akan keadaan diri sendiri dengan Lee Tai. Tadi sebelum
melihat perahu Pek Lian, ia baru saja meninggalkan Lee Tai
dengan marah dan gemas. Ia sengaja mencari Lee Tai untuk
menegurnya tentang gara-gara yang ditimbulkan si dogol itu
tentang Tiang Bu. Ia mendapatkan Lee Tai berada di dekat
pantai seorang diri, sedang berlatih silat dengan goloknya.
Akan tetapi gerakan goloknya itu lucu dan canggung, lebih
34 menyerupai gerakan pedang, maka banyak gerakan
menusuk dari pada membacok berlawanan dengan ilmu
golok. Melihat Ang Lian datang, si dogol gembira dan
menghentikan permainan, berkata senyum lebar di bibir.
"Adik Ang Lian, kaulihat. Aku tekun berlatih silat untuk


Tangan Geledek Pek Lui Eng Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merobohkan si laknat Liok Kong Ji."
Ang Lian menjebikan bibirnya yang merah.
"Lee Tai, belum juga kau memenuhi syarat-syaratku
mengalahkan Liok Kong Ji, kau sudah mengecewakan
hatiku." "Aku mengecewakan kau" Lho, apa salahku. manis ?"
"Hussh, bicara jangan seperti orang gila ! Kau
mendatangkan keributan dengan berita bus ukmu tentang
Tiang Bu. Apa otakmu sudah miring" Lee Tai, aku sendiri
tidak pernah akan dapat memaafkan kau kalau kau
memfitnah Tiang Bu secara pengecut dan curang. Betulkah
kau tidak bohong tentang Tiang Bu ?"
Muka Lee Tai menjadi sungguh-sungguh. "Biar aku
mampus disambar geledek kalau aku membobong, Ang Lian.
Berita itu memang betul, aku mendengar dengan kedua
telingaku seadiri." "Tidak kaulihat dengan kedua mata sendiri"."
"Tidak, akan tetapi betul-betul kudengarkau dengan
kedua telingaku ini," jawabnya sambil menjewer kedua
telinganya. "Siapa itu orangnya yang begitu kaupercaya?" Ang Lian
memancing. Gadis itu berusaha supaya Lee Tai mengaku
agar ia dapat memindahkan kesalahan pemuda ini kepada
sumber berita. Akan tetapi Lee Tai tentu saja tidak mengerti
akan usaha gadis yang hendak menolongnya ini.
"Hal ini.......... tak dapat kuceritakan, Ang-Lian.......... "
35 Ang Lian menjadi marah dan membanting-banting
kakinya. "Kepada akupun kau tidak mau mengalah ?"
Lee Tai menarik napas panjang dan kelihatan sedi h
sekali. "Apa bole h buat, biarpun untuk kau aku sanggup terjun
ke laut api, akan tetapi, aku telah bersumpah takkan
membuka rahasia orang itu dan biar kaupukul mati padaku,
aku tak dapat mengaku, Ang Lian."
"Kau........... kau tolol !" Ang Lian marah-marah dan
membalikkan tubuh te rus pergi berlari-lari. Hatinya
mendongkol sekali biar pun pada dasar hatinya terdapat
rasa kagum kepada pemuda yang setia ini. Kegelisahannya
karena Lee Tai merupakan biang keladi gara-garanyalah
yang membuat ia merasa gemas bahwa pemuda itu tetap
tidak mau mengaku dari s iapa ia mendengar berita buruk
itu. Akhirnya seperti diceritakan di atas, dalam berlari-lari ini ia malihat Pek Lian yang mendayung perahu pergi dari
Pulau Pek-houw-to. Lee Tai juga berduka sekali. Orang-orang lain boleh
marah kepadanya, akan te tapi kalau Ang Lian yang marah,
ini hebat ! Saking se dih dan bingungnya, pemuda ini tidak
mau pulang ke tempat rombongan, melainkan terus sampai
malam tinggal di tepi pantai itu dan melatih ilmu pedang
dari kitab Soat-lian-kiam-coan-si. Dengan tekun i a
mempelajari isi kitab dan saban-saban bermain silat untuk
mempraktekkan pelajaran itu.
Pemandangan malam itu indah sekali. Bulan yang besar,
merah, dan bundar timbul dari permukaan air laut sebelah
timur. Bukan main indah dan megahnya alam di waktu itu.
Cahaya bulan merah di atas air benar-be nar mentakjubkan
dan sukarlah dilukiskan betapa indahnya bulan timbul di
permukaan air ini. Hanya parenung-perenung yang
berperasaan halus kiranya akan dapat menangkap
keindahan ini. 36 Akan tetapi Lee Tai sama sekali tidak dapat merasakan
keindahan alam itu. Menengok pun tidak. Ia hanya girang
karena ada cahaya bulan sehingga ia dapat membaca huruf
dalam kitab ilmu pedang itu.
Satelah meneliti bunyi huruf-huruf dalam kitab, ia lalu
melakukan gerakannya, me mbaca lagi, bersilat lagi.
Demiki an berulang-ulang ia melatih diri dengan amat
tekunnya karena pe muda ini memang berhasrat bear untuk
segera menguasai ilmu silat ini untuk merohohkan penjahat
besar Liok Kong Ji! Demikian asyik ia berlatih sampaisampai ia tidak sadar bahwa semenjak tadi ada sepasang
mata tajam mengintai dan memperhatikan gerak geriknya
dengan penuh perhatian. Pengintai ini adalah Tiang Bu. Pemuda ini tanpa
mengenal lelah mencari Liok Kong Ji untuk membalas
dendamnya yang be rtumpuk-tumpuk. Bahkan ia mendapat
dugaan bahwa fitnahan yang orang-orang jatuhkan
kapadanya, bahwa dia bers ekongkol dengan Li ok Kong Ji,
tentulah juga hasil muslihat orang jahat yang amat licin itu.
Entah bagaimana jalannya, te ntu Liok Kong Ji yang menjadi
biang keladi sehingga dia difitnah dan dibenci orang. Ia
dapat menduga pula bahwa hal ini direncanakan oleh Liok
Kong Ji dengan maksud memecah belah fi kak musuh. Tipu
muslihat yang licin dan li cik sekali.
Ketika melihat Ciu Lee Tai, ia hanya memandang sepintas
lalu dengan acuh tak acuh. Pemuda itu tidak ada artinya
baginya dan dalam keadaan sepert i itu, ia tidak ada nafsu
untuk bertemu dengan anggauta rombongan. Akan tetapi
selagi ia hendak pergi mengambil jalan lain pandang
matanya tertarik sekali oleh gerakan golok dan kaki pemuda
yang sedang berlatih silat ini . Gerakan-gerakan itu amat
dikenalnya karena mengandung dasar ilmu silat Ome i-san !
Ia menunda maksudnya me ninggalkan Lee Tai, sebaliknya
diam-diam ia menye linap dan menghampiri lalu mengintai
dari balik batang pohon. Alangkah kagetnya ketika ia
37 mendapat kenyataan bahwa betul-betul pemuda dogol itu
sedang berlatih Ilmu Padang Soat Kiam hoat dari Omei-san !
Di samping kekagetannya, ia juga merasa heran bukan
main. Akan tetapi semua perasaan ini berubah menjadi
kemarahan ketika ia meli hat Lee Tai mengeluarkan sebuah
kitab dan mambaca kitab ilmu silat i tu di bawah penerangan
bulan. Sekilas pandang saja Tiang Bu mengenal kitab dari
Omei-san itu. I a tidak dapat menduga dari mana Lee Tai
mendapatkan kitab itu akan tetapi ia tidak perduli. Siapa
yang mempunyai kitab Omei-san, berarti musuhnya dan
kitab itu harus dirampasnya kembali, sesuai dengan
perintah suhu-suhunya ketika hendak menutup mata. Cepat
ia melompat dan membentak,
"Dari mana kauperole h kitab itu ?"
Bukan alang kepalang kagetnya Lee Tai mendengar
be ntakan ini dan melihat orang tiba-tiba me lompat keluar.
Akan tetapi ketika Lee Tai melihat bahwa yang muncul
adalah Tiang Bu, ia teringat akan pesan orang sakti pemberi
kitab bahwa ia harus be rhati-hati terhadap Tiang Bu karena
pemuda itu suka merampas kitab orang lain. Maka ia cepat
menjauh sambil menyimpan kitabnya,
"Kau anak iblis perduli apakah ?"
Tiang Bu marah sekali. "Berikan kitab itu !"
Lee Tai juga marah. Cocok benar kata-kata orang sakti
itu, pikirnya. Begitu berjumpa Tiang Bu sudah hendak
merampas kitab. Ia lihai, lebih baik aku mendahuluinya.
Tanpa banyak cakap lagi Lee Tai membacokkan goloknya ke
arah leher Tiang Bu. Ia bertenaga besar dan gerakan
goloknya cepat. Serangannya itu bukan serangan ringan,
dan amat berbahaya bagi lawannya. Akan tetapi ia
menghadapi Tiang Bu dan lebih hebat lagi, Tiang Bu sedang
marah. Sekali Tiang Bu mengulur tangan memapaki
38 goloknya, golok itu sudah terpukul dari samping dan
terpental lepas dari tangan Lee Tai !
Sebelum Lee Tai sempat menyembunyikan kitabnya.
Tiang Bu yang marah itu sudah melompat dan
menerkamnya dengan tangan kiri menyampuk tangan kanan
Lee Tai sehingga kitab Soat lian-kiam-coan-s i terlempar, jari tangan kanannya menyambar dengan totokan istimewa ke
arah pundak Lee Tai. Si dogol merintih lemah dan roboh
dengan tubuh lemas tak berdaya, lumpuh dari kepala
sampai ke kaki. Tiang Bu mengambil kitab itu dan mendapat kenyataan
bahwa itulah kitab Soat-lian-kiam-coan-si, sebuah di antara
kitab-kitab Ome i-san yang lenyap dicuri orang ketika Ome isan diserbu beramai -ramai oleh orang-orang kang-ouw. Ia
menyimpan kitab itu di dalam saku bajunya dan hendak
meninggalkan Lee Tai. Akan tetapi i a teringat bahwa Lee Tai
adalah anggauta rombongan. Akan tidak enak sekali
terhadap Wan Sin Hong kalau ia morobohkan Lee Tai tanpa
mengakui alasan-alasannya. Pula ke adaan pemuda ini
mencurigakan sekal i. Bagaimana kitab Omei-san itu bisa
terjatuh ke dalam tangannya. Dan mengapa pemuda ini
mengasingkan diri dari rombongan untuk mempelajari kitab
secara diam-diam " Pikiran ini membuat ia tanpa ragu lagi menyambar tubuh
Lee Tai yang sudah seperti kain lapuk lemasnya, mengempit
tabuh itu dan membawanya lari ke tempat rombongan
berkumpul. Kedatangannya disambut oleh rombongan dengan penuh
pertanyaan dalam pandang masa mereka. Ang Lian lari maju
ketika melihat Lee Tai dikempit oleh Tiang Bu. Gadis ini
merasa khawatir melihat keadaan Lee Tei yang sudah seperti
orang tak bertulang itu. Ia me ngira bahwa Lee Tai sudah
bertempur melawan Liok Kong Ji dan dikalahkan.
"Apa dia dilukai oleh Liok Kong Ji?" tanya Ang Lian.
39 Melihat Ang Lian, Tiang Bu teringat kepada Pek Lian dan
menjadi tidak enak sekali. Ia hanya menggeleng kepala dan
hatinya agak lega ketika melihat ke kanan kiri, ia tidak
melihat gadis berpakaian pri a itu. Dengan langkah lebar ia
menghampiri Wan Sin Hong yang berdiri tegak sambil
memandangnya penuh perhatian. Di depan Wan Sin Hong,
Tiang Bu melepaskan tubuh Lee Tai yang masih segar
namun tak dapat bergerak itu.
"Dia kenapa, Tiang Bu?" tanya Sin Hong, matanya tajam
memandang. "Maaf, Wan pek-pek. Aku melibat dia berlatih ilmu Omeisan dan melihat pula dia membawa-bawa kitab ini." Tiang Bu mengeluarkan kitab Soan-lian-kiam-coan-si dari sakunya. "Ketika
kitegur, dia menyerang. Terpaksa aku merobohkannya dan merampas kitabnya. Tent u pek-pek tahu akan tugas siau-tit, siapa yang
membawa kitab Omei- san dialah musuh, dan kitab Omei-san harus kurampas kembali. Sekarang terserah kepada pek-pek." Cepat
Tiang Bu menggerakkan tangan dan dalam sekejap mata Lee Tai terbebas dari totokan. Pemuda dogol ini
merayap bangun dan me ngeluh perlahan.
Wan Sin Hong menerima kitab itu, me meriksanya dan
keningnya berkerut. Tanpa diketahui oleh orang lain karena
40 pendekar ini pandai sekali menekan peras aannya, di dalam
hati ia terkejut bukan main. Bagaimana Lee Tai bisa
mendapatkan kitab Omei-san" Dari siapakah
mendapatkannya" "Lee Tai! Sekarang kau harus bicara terus terang, sesuai
de ngan kejujuranmu. Darimana kau mendapatkan kitab
ini?" tegurnya, suaranya keren berpengaruh.
Lee Tai sudah merayap bangun dan berdiri dengan kepala
menunduk, sikapnya mendatangkan rasa kasihan dalam
hati Ang Lian. Mendengar bentakan Wan Sin Hong ini, ia
menjawab lirih. "Wan-bengcu, teecu mendapat kannya dari locianpwe
itu".." "Locianpwe yang mana?" hati Sin Hong makin tidak enak
karena ia sudah hampir dapat menduganya.
Kekhawatirannya terbukti ketika pemuda itu menjawab
"Locianpwe yang teecu jumpai ".."
"Aha Kaumaksudkan orang yang berjumpa denganmu,
yang bercerita sepadamu akan persekutuan Tiang Bu
dengan Liok Kong Ji?"
Dengan muka merah Lee Tai mengangguk. Sekarang
tahulab Tiang Bu bahwa yang membawa berita yang
memfitnahnya itu bukan lain adalah Ciu Lee Tai inilah! Ia
menggigit bibir menahan kegemasan hatinya. Ingin ia
menampar muka pemuda dogol itu.
"Dan selain menceritakan berita itu iapun memberi
hadiah kepadamu kitab ilmu pedang ini?" tanya pula Sin
Hong mendesak. "Dia berkasihan kepada teecu memberikan kitab Ilmu
pedang agar teecu dapat mengal ahkan Liok Kong Ji. Teee u
ingin sekali merobohkan Liok Kong Ji dengan kedua tangan
teecu sendiri, W an-bengcu."
41 Lee Tai meli rik ke arah Ang Lian yang memandang
dengan hati tidak karuan. Ada rasa mendongkol, ge mas, dan
juga girang. Untuk ke sekian kalinya, pemuda dogol ini
membuktikan kesetiaan dan cinta kasih kepadanya.
Mendengar ini, Wan Si n Hong membanting kakinya.
"Bodoh betul! Kalau begitu, orang it u adalah Liok Kong Ji
!!" Lee Tai terkejut sekali seperti disambar petir.
"Tidak mungkin"..." batahnya perlahan.
"Bukankah dia itu le bih tua sedikit dari pada aku,
bertubuh kurus tinggi, pakaiannya mewah, jenggotnya
sedikit dan meruncing, mat anya mengandung sinar aneh?"
Makin pucat muka Lee Tai mendengar ini dan ia hanya
bisa mengangguk-angguk, bingung dan takut.
"Betul Liok Kong Ji orang itu" Sin Hong berseru "Lee Tai, kau telah tertipu ole h Liok Kong Ji yang menyebar berita
pe rpecahan melalui kau dan telah menyuapmu dengan kitab


Tangan Geledek Pek Lui Eng Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ilmu pedang. Lee Tai, sekarang kau harus memberi tahu di
mana tempat sembunyinya penjahat itu"
(Bersambung Jilid ke XXVII )
42 (PEK LUI ENG) Karya: Asmaraman S. Kho Ping Hoo Scan djvu : syauqy_arr Convert & edit : MCH Jilid XXVII Dengan suara gemetar Lee Tai menjawab, "Wan-bengcu.
Baru sekarang mata teecu terbuka dan teecu sungguh bodoh
sekali kena tipu orang. Akan tetapi, teecu sudah bersumpah
takkan membuka rahasia persembunyianya dan mana bisa
teecu melanggar sumpah sendiri! Lebih baik teecu mati dari
pada melanggar janji."
Wan Sin Hong, Huang-ho Sian-jin, Bu Kek siansu, Pang
Soan Tojin dan yang lain-lain tertegun dan tak dapat bilang
apa-apa lagi mendeogar kata-kata Lee Tai ini. Sin Hong
maklum betul akan watak Lee Tai yang amat jujur dan seti a.
Pemuda berwatak seperti ini akan memegang kata-katanya
dan andaikata ia dibujuk maupun diancam sampai dibunuh
sekalipun, takkan mungkin mengaku dan melanggar
sumpah dan janji yang sudah dikeluarkan di depan Liok
Kong Ji tanpa disadarinya itu!
Tiba-tiba dalam kesunyian yang tidak enak itu, terdengar
suara Tiang Bu, "Wan-pek pek, memang tidak bisa kita me nyalahkan Ciutwako. Dia berjanji kepada orang yang tidak ia duga Liok
1 Kong Ji adanya. Tentu saja seorang laki-laki gagah takkan
melanggar janjinya. Akan tetapi sebagai laki-laki gagah pula, kiranya Ciu twako takkan mau sudah begitu saja diingusi
(ditipu) mentah-mentah oleh Liok Kong Ji dan tentu Ciu
twako akan membalas dendam. Ataukah, barangkali Cui
twako jerih menghadapinya" Hal ini terserah kepada Ciutwako karena dialah yang dipermainkan. Bagi kita yang lain,
lebih baik kita mencari lebih giat kare na sudah nyata bahwa
Liok Kong Ji masih tetap berada pulau ini."
Ketika Wan Sin Hong memandang kepadanya, Tiang Bu
diam-diam memberi isyarat dengan matanya. Sin Hong
dapat menangkap maksud Tiang Bu, maka ia menarik napas
panjang dan berkata kepada Lee Tai,
"Sudahlah, kalau kau tidak mau mengaku kamipun tidak
dapat memaksa. Aku hanya merasa menyesal sekali
mengapa kau sampai dapat diperemainkan demikian
mudahnya oleh musuh kita itu."
Huang-ho Sian-jin, tokoh yang sudah berpengalaman
luas di dunia kang-ouw, tentu saja dapat menangkap
maksud hati Tiang Bu dan Sin Hong. Iapun berkata dengan
keras, "Seorang laki-laki tertipu ole h manusia iblis penuh
muslihat seperti Liok Kong Ji, masih tidak aneh dan dapat
dimaafkan. Akan tetapi seorang yang tertipu dan
dipermainkan seperti itu diam saja tidak membalas benarbenar dia tidak patut menjadi laki-laki, lebih pantas disebut banci !"
Panas perut Lee Tai mendengar ini semua, telinganya
merah. Kalau calon mertuanya berkata demikian, benarbenar terlalu sekali kalau dia diam saja.
"Liok Kong Ji jahanam keparat, awas kau!" sambil
be rkata demikian, ia lalu lari pergi dari situ tanpa pamit lagi.
Bayangan ke dua berkelebat cepat sekali dan Tiang Bu
sudah lenyap dari situ mengikuti Lee Tai dengan diam-diam.
2 Sin Hong cepat berkata kepada kawan-kawannya, "Siasat
Tiang Bu termakan olehnya. Di luar pengertiannya dan
tanpa sengaja, Lee Tai akan membawa kita ke tempat
persembunyian Liok Kong Ji. Hayo kita kejar dan ikuti dia.
Akan tetapi, hanya Tiang Bu, aku sendiri, Huang-ho Sian-jin
dan kedua locianpwe saja yang boleh me ndekat, yang lainlain mengikuti dari jauh. Lee Tai tentu tidak tahu dirinya
diikuti orang, akan tetapi Liok Kong Ji lihai sekali. Kalau dia tahu Lee Tai diikuti orang lain, tentu dia tidak mau muncul."
Demikianlah, ramai ramai mereka lari mengej ar. Sin
Hong, Huang-ho Sian-jin, Bu Kek Siansu dan Pang Soan
Tojin di depan, yang lain-lain mengikuti dari belakang.
Bayangan rombongan ini bergerak-gerak di bawah sinar
bulan purnama, seperti setan-setan penghuni pulau itn
karena gerakan mereka cepat dan ringan.
Siasat yang dijalankan oleh Tiang Bu dan Sin Hong
memang tepat sekali . Ucapan-ucapan Tiang Bu, Sin Hong,
dan yang dibumbui oleh Huang-ho Sian-jin itu berhasil
membakar hati Lee Tai yang memang berdarah panas.
Dengan hati mengandung dendam he bat Lee Tai melarikan
diri di sepanjang pantai, mencari tempat pertemuannya
dengan Liok Kong Ji kemarin. Akan tetapi karena ia sedang
marah dan bingung, terutama sekali oleh karena bulan
sudah mulai bersembunyi di ujung barat, ia kehilangan jalan
dan semalam suntuk ia berputar putar saja keluar masuk
hutan tanpa berhasil menemukan kembali tempat itu. Tentu
saja Tiang Bu yang membayangi di belakangaya menjadi
bingung dan mendongkol sekali. Ada sebuah hutan yang
sudah dimasuki sampai dua kali oleh pemuda dogol itu.
Juga Sin Hong dan kawan-kawannya yang mengikuti dari
jarak agak jauh menjadi bingung.
"Jangan-jangan ia tidak berani menj umpai kembali iblis
itu," gerutu Huang-ho Sian-jin.
3 "Lee Tai tak mengenal takut," Sin Hong berkata
menghibur, "agaknya ia sudah lupa lagi tempat itu dan kini sedang mencari-cari."
"Liok Kong Ji amat keji dan penuh muslihat. Kalau Ciu
sicu bertemu dengan dia, pinto khawatir Ciu-sicu akan
terancam bahaya," kata Pang Soan Tojin yang sudah
mengenal baik kekejaman hati Liok Kong Ji .
"Belum tentu," jawab Sin Hong. " Liok Kong Ji tidak akan membunuh sembarang orang yang ia anggap tidak penting.
Juga Lee Tai sudah sepatutnya menghadapi resiko itu untuk
menebus kesalahan dan kebodohannya. Pula, bukankah kita
dapat menolongnya dan terutama sekali Tiang Bu berada
tidak jauh darinya. Kalau Tiang Bu melindungi, Kong Ji
takkan mampu menggang gu Lee Tai."
Bu Kek Siansu menarik napas panjang. "Orang muda itu
patut dikagumi, berbeda jauh dengan ayahnya. Hanya masib
diragukan, setelah ia difitnah sede mikian keji ole h Ciu-sicu, apakah ia mau memperduli kan kaselamatan Ciu-sicu."
"Biarpun putera Liok Kong Ji, aku yakin Tiang Bu
sedikitpun tidak mewarisi kekejian hati ayahnya se baliknya
anak itu seperti mendiang ibunya," kata Sin Hong dengan
suara sungguh-sungguh. "Biarlah kesempatan ini
kupergunakan untuk menguji pribadinya, kuharap saja
dugaanku tidak meleset."
Sementara itu, Tiang Bu menjadi mendongkol ketika
menjelang pagi, Lee Tai menghentikan lari-larinya yang tidak
ke ruan tujuannya itu dan pemuda dogol itu malah duduk
mengaso di bawah pohon ! Tiang Bu memang sedang marah
dan gemas terhadap Lee Tai yang mendatangkan semua
keributan dan prasangka buruk terhadap dirinya. Kalau saja
ia tidak ingat bahwa Lee Tai adalah seorang pemuda
anggauta rombongan Wan Sin Hong, tentu ia akan turun
tangan memberi hajaran. Ia tahu bahwa Wan Sin Hong
adalah seorang pendekar besar yang selain sakti, juga
memiliki kewaspadaan. Tak mungkIn Wan Sin Hong mau
4 membawa-bawa seorang dogol seperti Ciu Lee Tai kalau
pemuda itu tidak memiliki apa-apa yang baik.
Sambil berlari cepat mempergunakan ginkangnya
sehingga gerakannya menjadi amat ringan dan sama sekali
tidak kelihatan atau terdengar oleh orang yang diikutinya,
Tiang Bu memikirkan tentang diri Ciu Lee Tai. Diam-diam ia
harus mengatakan bahwa pemuda dogol itu memiliki
kepribadian dan kesetiaan yang patut dipuji. Biarpun
terhadap seorang jahat seperti Liok Kong Ji, Lee Tai tetap
tidak mau melanggar janji sendiri dan rela mengorbankan
nama dan nyawanya. Dan sekarang, pemuda yang sudah tahu bahwa ia takkan
mungkin mampu mengalahkan Liok Kong Ji, dengan nekat
hendak mencari Liok Kong Ji dan diajak bertanding. Benarbenar seorang pemuda yang bernyali besar, biarpun dogol
dan bodoh. Melihat Lee Tai beristirahat sambil menyus uti peluh,
terpaksa Tiang Bu juga berhenti, bersembunyi di balik pohon
dan memperhatikan gerak-gerik Lee Tai. Pemuda dogol ini
bersungut-sungut dan terdengar ia berkata seorang diri.
"Liok Kong Ji jahanam keparat! Kalau kali ini aku tidak
dapat menghancurkan kepalamu, lebih biik aku Ciu Lee Tai
pulang tak be ryawa lagi !"
Tiang Bu tersenyum geli. Baru kata-katanya saja sudah
dogol dan menggelikan. Kalau sudah tak bernyawa,
bagaimana bisa pulang" Ket ika Tiang Bu menggerakkan
kepala ke belakang, ia tersenyum. ia mel ihat bayangan
empat orang tua dan ia bisa menduga siapa adanya mereka
itu. Memang, Sin Hong dan tiga orang kawannya terpaksa
berherti karena Lee Tai dan Tiang Bu berhenti pula. Dan
jauh di belakang mereka, rombongan kedua juga berhenti.
Hal ini memang kebetulan sekal i bagi rombongan ke dua
yang terdiri dari Ang Lian dan Siok Li Hwa yang
menggendong Leng Leng. 5 Mereka mendapat kesempatan beristirahat karena Leng
Leng yang digendong dan dibawa berlari-lari itu merasa lelah
dan ingin menangis. Khawatir kalau-kalau Leng Leng
menangis, maka Li Hwa mengajak Ang Lian mengikuti dari
jauh saja. Hal ini sebetulnya mengecewakan hati Ang Lian.
Gadis ini diam-diam amat mengkhawatirkan keadaan Lee Tai
dan ingin ia mengejar sampai dekat agar dapat melihat apa
yang sedang dilakukan oleh pemuda dogol yang memikat
hatinya itu. Ia sekarang dapat mengerti mengapa Lee Tai
merahasiakan orang yang menjadi sumber berita yang
memfit nah Tiang Bu. Kiranya orang itu, yang bukan lain
adalah Liok Kong Ji sendiri, menggunakan kebodohan Lee
Tai untuk menjalankan siasat buruk memecah belah fi hak
musuh. Tentu Lee Tai dibujuk didiberi kitab pelajaran ilmu
silat untuk dapat melawan Liok Kong Ji, dan di dalam
hatinya Ang Lian tahu mengapa Lee Tai mati-matian
berusaha mengalahkan Liok Kong Ji. Sebabnya hanya satu,
dia sendiri ! Ucapannnya dahulu yang mengajukan syarat
supaya pemuda itu mengalahkan Liok Kong Ji, rupanya
termakan betul oleh Lee Tai dan menjadi cta-cita pemuda itu
! Semua itu hanya mencerminkan betapa besar kasib sayang
Lee Tai kepadanya, betapa besar hasrat hati Lee Tai untuk
dapat memperisterikannya ! Ang Lian me njadi terharu sekali
kalau memikirkan hal ini.
Kalau orang-orang yang diam-diam mengikuti jejaknya
melamun dalam alam pikiran masing-masing, adalah Lee Tai
yang duduk mengaso itu mengorok dalam tidurnya.
Memang, orang seperti Lee Tai ini berjiwa babas.
Betapapun duka dan masgul hatinya, kalau mata sudah
mengantuk iapun tidurlah!
Orang yang melihat dia tidur hanya Tiang Bu saja,
karena yang lain-lain berada di tempat jauh. Dapat
dibayangkan bet apa mendongkolnya hati Tiang Bu. Dia
sendiri merasa tegang dan gemas, ingin lekas- lekas dapat
6 berte mu dengan Liok Kong Ji. Eh, orang yang diharapkan
membawanya ke tempat persembunyian Liok Kong Ji, enakenak tidur! Ketika matahari sudah naik tinggi tet ap Lee Tai
belum juga bangun. Tiang Bu tidak sabar lagi, Diambilnya
tanah lempung dan se kali lontar, tanah lempung itu
mengenai hidung Lee Tai. "Plak !" Lee Tai melompat bangun, tersentak kaget. Cepat
mencabut goloknya yang sudah ia ambi l ke mbali ketika ia
mulai pergi me ncari Liok Kong Ji tadi, membolang-balingkan
goloknya dan berseru. "Liok Kong Ji, kalau be rani jangan menyerang di waktu
aku tidur ! Keluarlah dan mari kita bertanding selaksa
jurus!" Seruannya keras, sampai terdengar dari te mpat di mana
Ang Lian dan Li Hwa beristirahat, Siok Li Hwa menggelenggeleng kepalanya. "Bocah itu be rnyali besar, sayang dogol amat."
Ang Lian diam saja, mukanya kemerahan.
Kalau tanah lempung itu disambitkan oleh orang belum
tentu akan dapat terasa oleh Lee Tai. Akan tetapi sambitan
Tiang Bu membuat hidungnya menjadi merah dan terasa
pe das sekali. Seperti kebiasaan ahli silat yang sudah agak
"matang" biarpun dalam keadaan tidur, namun urat
syarafnya selalu bersia siap begitu merasa ada sesuatu yang
menggangu, seluruh urat syarafnya bekerja. Inil ah sebabnya
maka begitu hidungnya tercium oleh senjata lempung itu Lee
Tai terus saja melompat dan mencabut golok siap me nyerang
! Sin Hong yang berada di tempat agak jauh dan tidak
melihat perbuatan jahil Tiang Bu tadi hanya saling pandang
dengan kawan-kawannya. Akan tetapi mereka segera bangkit
dan mulai bergerak maju karena mereka melihat Tiang Bu
7 sudah bergerak pula mengikuti Lee Tai yang sudah berlari lari ke depan. Setelah matahari naik makin tinggi, baru Lee Tai
mendapatkan kembali tempat di mana ia bertemu dengan
Liok Kong Ji. Seperti juga ke marin, pemuda ini berdiri di
dekat batu karang. Betapapun dogolnya ia masih mampu
menggunakan pikiran bahwa kalau ia bersikap kasar, Liok
Kong Ji tentu takkan mau keluar. Ole h karena itu, ia lalu
duduk di atas sebuah batu karang kecil dan berkata dengan
suara keras. "Locianpwe yang sakti ! Teecu mohon locianpwe suka
ke luar lagi untuk memberi penjelasan!"
Lee Tai memang tidak pernah membobong, juga tidak
bisa membohong. Maka ia se ngaja menggunakan kata kata
"untuk memberi penjelasan" karena memang ia hendak
meminta penjelas an dari orang tua itu. Kata-katanya yang


Tangan Geledek Pek Lui Eng Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jujur ini ternyata malah kebetulan sekali. Tentu saja Liok
Kong Ji yang sedang bersembunyi di dalam gua rahasia.
mendengar suaranya. Liok Kong Ji tadinya menjadi curiga
dan me ngintai ke luar dari sebuah lubang rahasia. Akan
te tapi ia tidak melihat orang lain kecuali Ciu Lee Tai yang
duduk di atas batu sambil mengebut ngebut leher dengan
ujung lengan baju mengusir panas. Pemuda itu tidak
memegang kitab tanda bahwa pemuda itu memperhati kan
pesannya, tidak sembarangan mengeluarkan kitab itu. Juga
pemuda itu minta ia ke luar memberi penjelasan. Tak salah
lagi, tentu ia mengalami kesulitan dengan pelajaran Soatlian kiam hoat, pikir Kong Ji. Ahh dogolnya orang ini !
Kalau aku tidak keluar, tentu ia akan membuka mulut
menimbulkan gaduh, jangan jangan malah menarik
perhatian Wan Sin Hong atau Tiang Bu. Lebih baik aku ke
luar dan mencari akal supaya ia jangan datang lagi, pikir Lio Kong Ji. Setelah sekali lagi mengintai dan meli hat keadaan
di luar betul -betul aman, ia menekan alat rahasia dan
sebuah pintu terbuka. 8 Untuk ke dua kalinya Lee Tai tersentak kaget ketika
meli hat Liok Kong Ji tahu-tahu sudah berdiri di de pannya,
entah dari mana seperti baru muncul dari muka bumi di
depannya saja. I ni adalah karena gerakan Kong Ji amat
ringan dan cepatnya. ia tidak memberi kesempatan kepada
Lee Tai untuk melihat pintu rahasia dari gua
pe rsembunyiannya. Akan tetapi, alangkah heran hati Liok
Kong Ji ketika meli hat Lee Tai tidak segera menjatuhkan diri berlutut, malahan pemuda itu mencabut golok, berdiri tegak
dil depannyat lalu mangeluarkan suara bentakan.
"Kau sebenarnya s iapakah" Apakah kau Liok Kong Ji?"
Kalau tidak sudah luas pengalaman dan tinggi ilmunya,
te ntu Liok Kong Ji akan menjadi pucat mukanya "ditodong"
seperti ini oleh Lee Tai. Akan tetapi Kong Ji malah menarik
muka terheran-heran, lalu tersenyum.
"Orang muda, apa kau s udah mabok" Kan tahu aku
bukan Liok Kong Ji. Bagaimana kau bi sa berkata demikian?"
Sikap yang sewajarnya dari Liok Kong Ji kembali te lah
menipu pandangan Lee Tai yang me mang betul-betul bodoh
dalam hal ini. Dia terlalu jujur dan iapun menganggap
bahwa orang lain juga tentu jujur seperti dia, karena
menurut anggapannya, mengapa orang harus membohong"
Mendengar kata kata Liok Kong Ji ini, Lee Tai menjadi
bingung. Memang amat sukar, bagaimana bisa me nentukan
apakah orang ini Liok Kong Ji atau bukan" Dia selama
hidupnya belum pernah bertemu dengan Liok Kong Ji dan
orang ini begitu bertemu s udah memberi hadiah kitab
pelajaran ilmu pedang, bagaimana ia bisa bersikap tak tahu
terima kasih " Akan tatapi, teringat akan kitab, ia mendapat pikiran.
Segera ia bertanya. "Kitab itu milik Liok Kong Ji, bagaimana kau bisa
memberikannya kepadaku kalau kau bukan Liok Kong Ji ?"
9 Kembali di dalam hatinya Liok Kong Ji terkejut sekali.
Kalau pemuda ini tahu bahwa kitab Soat-tian-kiam-coan-si
itu milik Liok Kong Ji, berarti bahwa kitab itu tentu terlihat oleh Tiang Bu atau Wan Sin Hong!
"Orang muda, apa kau mel anggar janji dan memberi tahu
tentang kitab kepada mereka ?"
"Tidak, sama sekali tidak! Hanya ......... ketika aku
mempelajarinya, Tiang Bu melihat nya dan .......... dan..........
oh, kalau begitu kau betul Liok Kong Ji?"
"Babi hutan ! Dasar kau berotak udang bodoh, goblok
dan tolol ! Aku memang Liok Kong Ji dan kau boleh bawa
nama ini ke mereka! Hayo katakan, sekarang mereka baru
apa?" bentak Liok Kong Ji yang sudah tidak mau main
sandiwara lagi. Akan tetapi Lee Tai tidak takut. Ia menggerakkan
goloknya dan me mbe ntak, "Bagus! Kalau kau Liok Kong Ji, itulah yang kucari-cari dan kutunggu tunggu! Mari kita
berte mpur selaksa jurus, kalau bukan kau yang kupengal
lehermu, tentu aku yang menggeletak di sini tak bernyawa.
Goloknya menyambar cepat se kali ke arah leher Liok Kong
Ji. Serangan Lee Tai ini boleh jadi akan membahayakan
lawan lain, akan tetapi sekarang berhadapan dengan Liok
Kong Ji. Sekali menggerakkan tubuh ke samping, golok itu
menyambar tempat kosong. Golok Lee Tai menyambar lagi
dengan kecepatan kilat , kenekatan dan kemarahan Lee Tai
membuat gerakan-gerakannya cepat sekali dan serangannya
susul-me nyusul bagaikan air hujan. Juga ia melakukan
serangan sekuat tenaga sampai goloknya mengeluarkan
suara berdesing. Betapapun ia mengerahkan seluruh tenaga dan
kepandaiannya, selalu goloknya menyambar tempat kosong
dan pada jurus ke delapan, ketika tangan kiri Kong Ji
melakukan gerakan menyentil dari samping, terdengar suara
10 nyaring golok itu terlepas dari pegangan Lee Tai, terlempar
jauh. Sebelum Lee Tai sempat memperbaiki kedudukannya,
kaki kanannya kena dicium ujung sepatu Kong Ji, membuat
ia roboh terguling dengan sambungan lutut terlepas !
Namun pemuda ini amat bandel dan nekat. Ia melompat
bangun lagi, dan biarpun sudah terpincang-pincang, ia
menyerang lagi tanpa mengeluarkan keluhan sedikitpun !
"Iblis keji !" terdengar bentakan nyaring dan sebatang
pedang menyambar ke arah punggung Liok Kong Ji, akan
tetapi dapat dielakkan dengan mudah oleh Kong Ji.
"Ang Lian........." seru Le e Tai, girang dan kaget. "Jangan dekat-dekat, dia berbahaya!"
"Ciu-twako, aku membantumu!" jawab Ang Lian sambil
menyerang lagi. Kejadian ini amat mengejutkan hati Tiang Bu, juga Sin
Hong dan yang lain-lain. Tanpa diduga-duga, ketika
menyaksikan betapa Lee Tai tidak berdaya menghadapi Liok
Kong Ji timbul kekhawatiran hati Ang Lian dan gadis ini
segera melompat dan mati-matian membantu pemuda dogol
itu. Dengan ilmu pedang warisan ayahnya, penyerangan
gadis ini hebat juga. Akan tetapi tentu saja semua
penyerangan ini bukan apu apa bagi Liok Kong Ji yang jauh
le bih tinggi tingkat kepandaiannya. Me lihat munculnya gadis ini. Kong Ji makin gelisah. Take salah lagi, tentu yang lain
akan segera muncul. "Bagus kau datang," serunya dan cepat tubuh Liok Kong Ji bergerak. Sebelum Ang Lian dan Lee Tai tahu apa yang
terjadi, karena tiba-tiba bayangan Liok Kong Ji lenyap dari
depan mereka, tahu tahu mereka telah roboh tak berdaya,
te rkena totokan lihai dari manusia iblis itu.
Liok Kong Ji mempunyai siasat bagus untuk
menyelamatkan diri. Meli hat dua orang muda itu, ia segera
merobohkan mereka dan hendak mempergunakan mereka
11 sebegai pe risai, atau sebagai tebusan bagi keselamatan dan
kebebasannya. Akan tetapi, sama sekali di luar persangkaannya bahwa
Tiang Bu sudah dekat tempat itu, karena tiba-tiba hawa
pukulan keras menyambar hebat ketika ia hendak
menghampiri Ang Lian dan Lee Tai yang sudah menggeletak
di atas tanah dan hendak menawan mereka. Hawa pukulan
ini biarpun datang dari jarak jauh, hebatnya bukan main
dan hawanya panas seperti api menyambar.
Link Kong Ji sendiri adalah seorang abli lwee-keh dan ia
memiliki dua macam pukukan lweakang istimewa, yaitu
Hek-tok-ciang dan Tin-san-kang, yang dapat merobohkan
lawan dari jarak jauh. O leh karena itu, tentu saja ia maklum bahwa ia sedang diserang oleh se orang lawan yang berilmu
tinggi ia tidak berani berlaku ge gabah, terpaksa ia
mengurungkan niatnya me nawan Lee Tai dan Ang Lian.
Sebaliknya ia cepat membalikkan tubuh, menggerakkan
kedua tangan untuk menyampok pukulan lawan ini.
Tubuhnya terhuyung ketika dua tenaga raksasa bertemu
membuat Liok Kong Ji makin terkejut terpaksa ia melompat
jauh ke belakang. Ketika ia memandang, ternyata bahwa yang
menyerangnya dan yang menolong Lee Tai dan Ang Lian tadi
bukan lain adalah Tiang Bu! Kemudian bermunculanlah
Wan Sin Hong, Huang-ho Sian-jin, Bu Kek Si ansu, Pang
Soan Tojin, dan nampak juga Siok Li Hwa yang memondong
Leng Leng. Mereka sudah berdiri di hadapannya, sikap
mereka rata-rata garang dan penuh kemarahan !
Muka Liok Kong Ji menjadi pucat, lalu kehijauan, akan
tetapi ia dapat menekan perasaannya, meringis dalam
senyum buatan. Ia hanya dapat memandang saja ketika
Tiang Bu membebaskan totokan yang membuat Ang Lian
dan Lee Tai tak berdaya. Dua orang muda in segera
mengundurkan diri di belakang orang orang tua, karena
12 mereka maklum bahwa mereka sama sekali bukanlah lawan
Liok Kong Ji yang jagoan itu.
"Ha-ha-ha." Kong Ji tertawa mengejek "Wan Sin Hong
sudah menjadi pengecut, tidak berani datang sendiri dan
membawa seregu pembantu. Apakah kalian ini tua-tua
bangka hendak mengeroyok aku ?"
Sebelum orang lain menjawab, Tiang Bu sudah
membentak marah, "Perlu apa mengeroyok" Aku sendiri dengan dua
tanganku cukup untuk mengakhir riwayatmu yang busuk !"
Pemuda ini dengan muka merah sudah bersiap saaga
menerkam musuhnya ini. Ia makin membenci Liok Kong Ji
kalau teringat akan Bi Li kekasihnya yang tedinya menjadi
buntung lengannya oleh Liok Kong Ji, kemudian te was di
laut oleh Liok Cui Kong. Liok Kong Ji meneogok ke arah pemuda ini, nampaknya
gentar, akan tetapi ia memperlebar senyumnya ketika ia
menoleh kembali kepada Wan Sin Hong.
"Hemmm, bagus sekali, Sin Hong. Kau tahu bahwa bocah
ini adalah keturunanku, anak Soan Li. Dan kau sengaja
menyuruh dia melawanku" Tentu saja aku tidak bisa
bersungguh-sungguh dan tidak leluasa kalau harus
melawan puteraku sendiri, petera tunggal dan?"."
"Tutup mulutmu yang busuk !" Tiang Bu membentak lagi dan tubuhnya berkelebat, di lain saat ia telah mengirim
pukulan ke arah dada Liok Kong Ji!
Kong Ji menangkis, keduanya terhuyung ke belakang,
akan tetapi kalau Tiang Bu tidak merasa sesuatu, adalah
diam-diam Liok Kong Ji mengeluh karena lengannya terasa
panas dan li nu. "Tiang Bu !" Sin Hong mencegah ketika melihat Tiang Bu hendak menyerang lagi. "Tunggu sampai dia habis bicara !"
13 Tiang Bu mentaati perintah ini dan ia melangkah
mundur, berdiri tegak dengan mata mencorong, mata yang
serupa benar dengan mata Kong Ji, tajam dan bersinar
aneh. Kong Ji maklum bahwa kali ini tidak ada jalan lari lagi bagiaya, maka dengan sikap keren berkata,
"Sekarang aku sudah terkepurg, akan tetapi aku
menuntut hak seorang kangouw, aku ingin menghadapi
kalian seorang demi seorang. Ini kalau kalian berani.
Pertama-tama aku menantang musuh besarku sejak kecil.
Wan Sin Hong. Majulah kalau kau masih memiliki sifat
jantan !" Sambil berkata demikian, Liok Kong Ji melangkah maju setindak ke depan Sin Hong.
Wan Sin Hong menjadi merah mukanya dan iapun
melangkah tiga tindak ke depan Liok Kong Ji. Dua orang
musuh besar sejak kecil ini akhirnya berhadapan muka,
satu lawan satu! Teringat mereka akan riwayat dahulu
ketika mereka masih sama-sama kecil, lalu ketika mere ka
sama-sama muda menjadi musuh, juga berhadapan seperti
ini. Teringat akan ini, tak tertahan lagi Wan Sin Hong
berkata, suaranya tenang namun mengandung kebencian
besar, "Kong Ji, teringatkah akan riwayat hidupmu yang penuh
dosa" Hi dupmu penuh noda darah orang-orang tak berdosa.
Kekejianmu melebihi iblis dan akhi r akhir ini dalam usia tua kau bukan me njadi kapok dan menebus dosa-dosa di waktu
muda. malah menambah lagi dosa dosamu dengan dosadosa baru, kau benar-benar manusia berhati iblis ! Sekarang
tibalah saatmu untuk menebus dos a dosamu itu, tidak
hanya di dunia akan tetapi juga di depan Giam-kun."
Mendengar kata-kata ini, Liok Kong Ji malah tertawa
bergelak. "Wan Sin Hong, di dunia ini mana ada dosa" Dosa hanya
pandangan orang yang merasa dirugikan. Aku membunuh
untuk mendahului jangan sampai aku yang dibunuh. Kalau
aku tidak pandai menjaga diri, apakah aku tidak kaubunuh
14 dari dulu" Ha-ha, Sin Hong. Aku membunuh orang
kauanggap berdosa, apakah kulau kau berhas il membunuh
aku, kau tidak berdosa" Aku melakukan perbuatan demi
ketenangan hatiku dan orang hidup harus be rsenangsenang, apa itu kauanggap dosa" Ha-ha-ha !"
Semua orang tertegun mendengar omongan itu, dan Sin
Hong marah sekali. "Liok Kong Ji, manusia macam kau ini sama dengan iblis.
Mana kau tahu tentang dosa." Kau melakukan perbuatanperbuatan keji, berlawanan dengan kebajikan, berlawanan
kehendak Thian. Kau tentu tidak mengenal Tuhan kau
menurutkan hawa nafsu iblis belaka. Perlukah kau
kuingatkan akan kedosaanmu yang dulu-dulu" Kau
diperlakukan baik-baik oleh gihu (ayah angkat) Lie Bu Tek,
akan tetapi kau membalas dengan menabas buntung
lengannya. Ini kaulakukan ketika kau masih kecil. Kau
menipu orang orang yang menolongmu, mendidiknya
bahkan manipu guru-gurumu. Kau melakukan perbuatan
keji terhadap orang baik-baik, termasuk Gak Soan Li,
perbuatanmu ini saja sudah terkutuk oleh Thian. Lupakah
kau akan semua itu" Berkali-kali kau lolos dari tanganku
karena sias at-siasat burukmu, kau tidak berani menghadapi
segala tantangan seperti orang laki-laki, melainkan
mempergunakan tipu muslihat. Akhir-akhir ini kau
membunuh Pek thouw-tiauw-ong Lie Kong suami isteri dan
puteri mereka, kau menyuruh anakmu yang menjadi iblis
cilik itu menyebar maut di Kim bun-to, membunuh sutitku
dan suaminya, kau membuntungi lengan tangan Wan Bi Li.
Pendeknya, terlalu banyak kau membikin sengsara orang
dan terlalu lama kau mengotorkan dunia. Bersiaplah untuk
menghadap Giam-kun dan menebus dosa-dosamu di neraka
!" Wan Sin Hong sudah memasang kuda-kuda dan bersiap
untuk melakukan sarangan.
15 Akan tetapi Liok Kong Ji masih bersikap biasa saja,


Tangan Geledek Pek Lui Eng Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

malah ia tersenyum mengejek.
"Wan Sin Hong, kau pandai mencatat dan membacakan
daftar kesalahan orang lain, akan tetapi kau menutupi
kekejianmu sendiri. Lupakah kau akan perbuatan keji mu
membuat aku bercacad seumur hidupku ?"
Sin Hong terheran-heran mendengar ini. Sepanjang
ingatannya, belum pernah ia melakukan perbuatan itu.
Memang betul ia sering kali merobohkan Liok Kong Ji dan
melukainya, akan tetapi bukan luka yang mendatangkan
derita dan cacad. "Omongan bohong apa yang kau keluarkan ini ?"
bentaknya. "Ha-ha-ha, se orang laki-laki tidak berani mengakui
perbuatannya, apakah layak disebut gagah" Kau telah
membuat lengan kiriku bercacad selama hidup, apa masih
tidak mau mengaku " Kau lupa ini " Lihatlah baik-baik,
macam apa lenganku sekarang setelah dahulu kau bikin
remuk !" Liok Kong Ji maju mengulurkan lengan kiri sambil
menyingsingkan lengan bajunya yang kiri, memperlihatkan
lengannya yang barkulit putih, lengan yang kurus dan
nampak kehitataman totol-totol di dekat sambungan siku.
Sikap wajar Liok Kong Ji ini membuat Sin Hong kurang
waspada. Ia dahulu memang pernah mematahkan tulang
lengan Kong Ji ketika ia merampas pedang Pak-kek-sin-kiam
dari musuh ini, akan tetapi tidak mengira bahwa
perbuatannya itu membuat lengan Kong Ji bercacad
selamanya. Karena ingin tahu melangkah makin mandekat
dan melihat lengan itu. "Wan-pek-pek, awas ...... !! " Tiang Bu berseru keras.
Akan tetapi terlambat ! Langan ki ri Liok Kong Ji yang
disingsingkan lengan bajunya dan sedang dilihat oleh Sin
16 Hong itu, tiba-tiba meluncur ke depan. menghantam dada
Wan Si n Hong dengan pukul an Tin-san-kang yang luar biasa
lihainya ! "Buukk!!" Tubuh Wan Sin Hong terpental sampai dua
tombak lebih terkena pukulan itu dan terdengar Siok Li Hwa
menjerit melihat suaminya terlempar dalam keadaan berdiri
akan tetapi memuntahkan darah segar! Siok Li Hwa
melompat mendekati suaminya, akan tetapi Sin Hong
memberi tanda supaya isterinya mundur, kemudian ia
berjalan tegap menghampiri Liok Kong Ji lagi sambil
menyusut darah dari bibirnya ! Tiang Bu yang sudah hendak
menerjang Liok Kong Ji. terpaksa mundur ketika dengan
tangannya Sin Hong memberi isyarat supaya ia juga
mundur. "Pengecut jahanam!" maki Siok Li Hwa dengan muka
pucat, gelisah memandang suaminya.
"Iblis tak tahu malu" Ang Lian juga memaki marah.
"Wan-bengcu, mundurlah. Biar aku yang mel abraknya!"
Lee Tai terteriak-teriak, akan tetapi segera menutup mulut
ketika Ang Lian mendelik kepadanya.
Wan Sin Hong tersenyum memandang Kong Ji yang
terheran-heran. Kong Ji t adinya me mang mengharapkan
dapat memukul mati kepada lawannya ini, akan tetapi Sin
Hong tidak roboh, hanya muntah darah. Hal ini benar-benar
tidak diduga-duganya. Ia tidak tahu bahwa memang Sin
Hong selamanya tidak percaya kepadanya dan tadipun
pendekar ini sudah mengerahkan tenaga sinkangnya
menjaga diri. Sayangnya, Sin Hong tertarik untuk memeriksa
lengannya, maka terlambat mengelak atau menangkis
sehingga terkena pukulan yang biarpun tidak
membabayakan nyawanya, namun telah mendatangkan luka
dalam yang cukup hebat. "Kong Ji, apa perbuatanmu tadi patut di banggakan ?"
sindir Sin Hong. "Kau berlaku curang."
17 "Apa yang curang " Kau sudah memasang kuda-kuda,
sudah s iap kita mengadakan pertandingan. Perbuatanku
tadi termasuk takt ik pertandingan, apanya yang salah"
Hanya kau yang terlalu goblok, berotak kerbau." Setelah
berkata demikian, Liok Kong Ji te rus menyerang bertubi-tubi
dengan pukulan pukulan Hek-tok-ciang dan Tin-san-kang.
Penyerangannya hebat sekali, gerakan-gerakannya jauh
le bih sempurna dari pada beberapa tahun, bahkan beberapa
bulan yang lalu. Hal ini adalah karena semenjak ia
mampelajari kitab Delapan Jalan Utama ilmu silatnya
bertambah lihai dan mendapat kemajuan pesat sekali.
Diam-diam Sin Hong terke jut dan kagum. Harus ia akui
bahwa ilmu kepandaian Liok Kong Ji telah memperoleh
kemajuan yang jauh di luar sangkaannya. Biarpun dia
sendiri juga selalu berlat ih dan memperdalam ilmunya, akan
tetapi ia harus mengakui bahwa ia kaLah maju. Karena
dahulu memang tingkatnya sudah lebih tinggi, maka
kemajuan yang luar biasa dari kepandaian Kong Ji, hanya
membuat lawan ini sekarang memiliki tingkat yang seimbang
dengan dia. Sin Hong berlaku hati-hati, mengerahkan se mua
kepandaian untuk melawan musuh yang tqngguh ini. Betapa
pun juga Pak-ke k Sin-ciang ternyata masih tahan uji dan
dapat dibanggakan, dapat menangkis semua terjangan Liok
Kong Ji. Sayangnya Sin Hong sudah menderita luka dalam
akibat penyerangan gelap tadi, maka di dalam pertandingan
mati-matian ini kadang-kadang ia meras a dadanya sesak
dan terpaksa ia sering kali mengalah dalam hal adu tenaga,
mengalah untuk menghindarinya dan me ngelak.
Tentu saja hal ini diketahui baik oleh Liok Kong Ji. Dia
malah berusaha mengadu lwee-kang agar luka di dalam
dada Sin Hong makin menghebat dan parah. Biarpun ia
akhirnya akan roboh di tangan Tiang Bu dan kawankawannya, kalau ia sudah dapat menewaskan Sin Hong, ia
sudah puas. 18 "Ha ha, Sin Hong. Kau dulu bukan kau sekarang dan
Liok Kong Ji dulu berbeda dengan Liok Kong Ji sekarang !"
ejeknya untuk memanaskan hati lawan.
"Tentu saja kau berbeda dengan dulu. Kau sekarang
lebih pengecut dan le bih keji." balas Sin Hong yang mengelak dari sebuah pukulan lalu membalas dengan totokan kilat
dari ilmu silatnya Pak-kek Sinciang yang lihai. Akan tetapi
Liok Kong Ji sempat juga menangkis s ambil mengerahkan
tenaga dan sekali lagi dua lengan saling bentur dengan
hebat. Baiknya Sin Hong adalah ahli tenaga dalam lm yang Sinkang. Ia dapat menyalurkan tenaga kasar atau lemas
menurut kehendak hatinya dan dapat mengatur harus
mempergunakan tenaga apa untuk menyambut serangan
Kong Ji agar lukanya di dalam dada tidak bertambah parah.
Akan tetapi, setelah lima puluh jurus lewat dan keadaan
Liok Kong Ji be rtambah kuat dan ganas, Si n Hong yang
sudah menderita luka itu terpaksa mengakui bahwa ia
takkan dapat bertahan lebih lama lagi. Peluh telah
memenuhi dahinya dan ia maklum kalau pertempuran
tangan kosong ini dilanjutkan, ia akan menderita kekalahan.
Liok Kong Ji terlalu cerdik sehingga tidak mau mengadu
kecepatan ilmu silat, melainkan selalu mempergunakan Tinsan-kang at au Hek-tok-ciang untuk mengadu tenaga dalam,
maklum bahwa lawannya sudah terluka parah.
"Kong Ji, hadapilah Pak-kek-sin-kiam yang akan
mengantar nyawamu ke dalam neraka !" Be rkelebat sinar
menyilaukan dan di lain saat pedang Pak-kek-sin-kiam
sudah berada di tangan Wan Sin Hong !
Liok Kong Ji tertawa berkelak. "Belum apa apa sudah
mengeluarkan pedang!" Iapun mencabut padangnya dan di
dalam otaknya terbayang sesuatu yang menyenangkan hati.
Kalau saja aku dapat merampas Pak-kek-sin-kiam, pikirnya.
Di antara mereka semua, yang paling harus dikhawatirkan
hanya Tiang Bu seorang. Yang lain-lain tak masuk hitungan,
19 kecuali Wan Sin Hong. Akan tetapi kalau aku berhasil
menewaskan Sin Hong dan me rampas Pak kek-sin-kiam,
aku sanggup menghadapi Tiang Bu dan terbukalah jalan
keluar ke arah pembebasan !
Dengan pikiran ini, Liok Kong Ji menggerakkan
pedangnya dan memegang pedang itu melintang di depan
dada. Ia memasang kuda-kuda miring dan matanya
memandang tajam ke arah lawan. Juga Wan Sin Hong sudah
memasang kuda-kuda, tangan kanan memegang pedang
melintang di depan, tangan kiri dimiringkan melintang dada
pula, seperti orang bersidekap. Sikapnya tenang, matanya
tajam waspada, akan tetapi peluh di keningnya menandakan
bahwa ia telah lelah. Melihat dua orang musuh besar berdiri barhadapan
dengan pedang di tangan, diam tak bergerak laksana patung
itu, bagaikan dua ekor jago yang sedang menanti saat baik
untuk menerkam, benar-benar menegangkan hati. Semua
orang maklum bahwa keduanya siap untuk mengadu nyawa,
untuk menentukan siapa menang siapa kalah dengan aliran
darah. Siok Li Hwa memberikan Leng Leng kepada Ang Lian dan
nyonya ini berdiri dengan kaki gemetar siap dengan senjata
rahasia Cheng-jouw-ciam ( Jarum Rumput Hijau ) di tangan
untuk melindungi suaminya apabila terancam bahaya maut.
Tiang Bu berdiri paling dekat, tegak dengan kedua kaki
terpentang dan kedua tangan tergantung di kanan ki ri,
setiap urat syarafnya pun siap untuk menolong Sin H ong
bila mana perlu. Adapun tiga orang kakek Huang-ho Sianjin, Bu Kek Siansu dan Pang Soan Tojin berdiri menonton
dengan penuh ketegangan hati. Mereka bertiga maklum
bahwa dua orang yang berilmu tinggi dan sakti sedang
berhadapan untuk mengadu nyawa dan mereka sendiri tak
kuasa berbuat sesuatu karena tingkat mereka lebih rendah.
Kalau dulu, tentu Kong Ji merasa gentar menghadapi Sin
Hong dengan Pak-kek-sin-kiam di tangan. Pedang itu se ndiri
20 sudah merupakan pedang pusaka yang ampuh apa lagi di
tangan Sin Hong yang menjadi ahli waris Pak-kek-sin-kiamhoat, benar-benar merupakan lawan berat. Akan tetapi
sekarang Liok Kong Ji sudah mempelajari banyak ilmu
pedang yang ampuh-ampuh, di antaranya Soat-lian Kiamhoat dan Soan-bong Kiam hoat, keduanya dari kitab-kitab
Omei-s an yang tentu saja mengandung ilmu pedang kelas
satu. Di s amping itu il munya sudah dipermasak oleh
pelajaran dalam kitab Delapan Jalan Utama.
Sampai lama dua orang lawan ini saling berhadapan
tanpa bergerak. Kemudian Kong Ji berkata mengejek, "Kau
memegang Pak kek sin-kiam, tentu saja kau dapat menang
dengan mudah mengandalkan ketajaman pe dangmu. Anak
kecilpun bisa menang seperti itu."
Watak Sin Hong adalah menjunjung tinggi kegagahan.
Biarpun ia maklum bahwa ucapan Kong Ji ini merupakan
siasat, akan tetapi mengandung kebenaran juga. Maka ia
menjawab. "Jangan khawatir, aku takkan mematahkan pedangmu.
Kalau patah aku takkan menyerangmu, dan kau boleh
bergant i pedang. Seorang di antara kita akan mati dengan
pedang di tangan !" Tentu saja ucapan ini amat menggembirakan hati Kong
Ji. Sekarang ia tidak takut lagi menghadapi Pak-kek-sinkiam dan begitu Sin Hong menghentikan ucapannya, ia
mengeluarkan seruan seperti binatang menjerit dan
menerkam ke depan dengan tusukan kilat . Tusukan ini ia
susul dengan ujung pedang diguratkan ke atas menyerang
leher sehingga dalam segebrakan saja pedangnya telah
melakukan dua macam tusukan maut.
Sin Hong berlaku tenang. Ia mengelak dari tusukan
pertama dan tusukan ke dua ia tangkis dengan pe dangnya
dimiringkan sehingga bagian yang tajam tidak merusak
pedang lawan. Biarpun demikian Kong Ji merasa padangnya
terge tar dan diam-diam ia mengaku bahwa ilmu pedang
21 lawannya ini benar-benar kuat. Ia lalu berseru keras dan
mulai mainkan Ilmu Pedang Soat -lian Kiam-hoat dari Omeisan. "Huh, tak tahu malu. Ilmu curian dipakai bertempur !"
Tiang Bu mencela gamas. Tent u saja ia mengenal gerakangerakan dari ilmu silat Omei-san dan dapat menduga bahwa
tentulah ilmu yang dipelajari dari kitab curian.
Adapun Sin Hong ketika menghadapi pedang ini, merasa
ada hawa dingin sekali menyusup tulang. Hawa ini timbul
dari sambaran pedang Kong Ji. Maklumlah ia bahwa inti dari
ilmu pedang ini berdasarkan tenaga Im-kang yang dalam,
sehingga hawa pukulan pedang mengandung hawa dingin
yang cukup dahsyat untuk merobohkan lawan yang
lweekangnya kurang kuat. Menghadapi Soan-lian Kiam-hoat ini, terpaksa Sin Hong
juga mengerahkan Im-kangnya untuk menahan hawa dingin.
Dari Pak-kek sin-kiam juga menyambar hawa yang
dinginnya tidak kalah oleh hawa pedang Liok Kong Ji. Bukan
main hebatnya Im-kang dari dua orang jago tua ini sampaisampai mereka yang me nyaksikan pertempuran itu merasa
dingin sekali. Lee Tai dan Ang Lian yang ilmu kepandaiannya
paling rendah di antara mereka semua, sampai menggigil
kedinginan. Setelah lewat ti ga puluh jurus, Kong Ji merobah
permainan pedangnya dan sekarang pedangnya bergerak
bagaikan angin taufan lenyap menjadi gulungan sinar
pedang yang mendatangkan hawa panas sedangkan tangan
kirinya mulai melakukan pukulan Tin san-kang dan Hektok-ciang secara gencar dan bertubi-tubi. Inilah Ilmu Pedang
Soan-hong Kiam- hoat, juga ilmu pedang yang ia curi dari
Omei-san, yang ia pelajari dari kitab yang dibawa oleh Lo
Chian-tung Cun Gi Tosu. Kembali Wan Sin Hong terpaksa harus mengubah
saluran lweekangnya, dan ia sekarang mengerahkan tenaga
Yang kang untuk melawan musuhnya. Ia dipaksa main adu
22 tenaga dalam oleh Liok Kong Ji yang cerdik dan diam-diam
Sin Hong mengeluh. Dalam ilmu pedang ia tidak mungkin
kalah oleh lawannya, akan tetapi kalau lawannya main adu


Tangan Geledek Pek Lui Eng Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ilmu lweekang, ia payah oleh lukanya di dalam dada tadi Ia
sudah mulai merasa mual dan ingin muntah lagi, karena
luka di dalam dadanya yang terdesak oleh pergantian tenaga
itu kini menjadi makin parah.
Celakanya, ia tadi sudah berjanji takkan mematahkan
pedang Liok Kong Ji, maka ini berarti ia sudah kalah
selangkah. Percuma saja ia memegang pedang pusaka,
malah lebih baik memegang pedang biasa saja, tidak usah
menjaga agar pedangnya tidak menabas putus pedang
lawan. Kong Ji makin bersemangat, menyerang mati-matian.
Terpaksa Sin Hong mengeluarkan ilmunya, pukulan Tin-sankang yang menyambar datang ia tangkis dengan tenaga
lweekang sedangkan pedangnya membacok pundak Li Kong
Ji dengan gerakan miring, Kong Ji terkejut sekali dan
menangkis. "Traang.......... .!" Pedang di tangan Liok Kong Ji putus menjadi dua! Dia melompat mundur dan kesempatan yang
amat baik ini tak dapat dipergunakan oleh Sin Hong yang
sudah berjanji takkan mau mengambil kemenangan dengan
ketajaman pedangnya. "Aku sudah tak berpedang lagi. Mari lanjutkan dengan
tangan kosong!" Kong Ji menantang, tahu bahwa dengan
tangan kosong akan ia akan lebih mudah memancing adu
tenaga untuk memperoleh ke menangan terakhir.
Dengan sikap tenang Sin Hong manyarungkan
pedangnya, agaknya s iap untuk melayani Kong Ji
selanjutnya. Siok Li Hwa melompat ke dekatnya dan berkata
perlahan penuh khawatiran.
"Kau sudah terluka, lebih baik mengaso dulu, biar yang
lain melayani jahanam ini." Yang dimaksudkan dengan "yang 23
lain" tentu saja Tiang Bu, karena Li Hwa juga maklum
bahwa selain Tiang Bu atau suaminya, tidak ada yang akan
sanggup melawan Liok Kong Ji.
Kong Ji tertawa keras, "Ha-ha-ha! Wan Sin Hong,
nyonyamu khawatir kau akan mampus dalam pertandingan.
Lekas kau turut dia pulang dan sembunyi di kamar bersama
dia!" Inilah hinaan hebat sekali. Tidak ada hinaan yang lebih
menyakitkan hati bagi seorang gagah dari pada dikatakan
takut mati dalam pertandingan. Memang sengaja Kong Ji
menghina demikian supaya Sin Hong merasa malu untuk
mengundurkan diri. Dan ia berhasil.
Sin Hong menyuruh iasterinya mundur, lalu mju
menghadapinya. "Kong Ji, jangan sombong. Aku bukan
orang yang takut mati, apa lagi takut padamu. Majulah !"
Sambil berseru ke ras Kong Ji menubruk, mengirimkan
pukulan dahsyat. Sin Hong mengelak dan membalas dengan
pukulan yang tak kalah hebat nya. Dua orang musuh lama
ini kembali bertempur hebat dengan tangan kosong. Daundaun pohon rontok dan batu-batu kecil berhamburan
terke na sambaran hawa pukulan mereka.
Tiang Bu menonton penuh perhatian. D ari wajah Sin
Hong ia maklum bahwa pendekar itu benar-benar sudah
berkurang tenaganya, akan tetapi tadi ia melihat Sin Hong
mene lan tiga butir pil, maka ia mengerti bahwa luka di
dalam dada pendekar itu biarpun me lemahkan tubuh, tidak
berbahaya lagi. Ia percaya penuh akan kepandaian Sin Hong
mengobati luka sendiri. Kong Ji juga tahu bahwa biarpun ia akhirnya dapat
menewaskan Sin Hong, namun ia harus lebih dulu
menghabiskan tenaga sendiri dan kalau terjadi pertempuran
terlalu lama, ia akan menjadi terlalu lemah untuk
menghadapi yang lain. Oleh karena itu ia segera mengambil
24 jalan nekat dan cepat. Soalnya bagi dia hanya dua, hidup
atau mati. Pada saat Sin Hong menggunakan kepalan kanan
memukul dadanya, Kong Ji sengaja bar-laku lamban,
mengerahkan lweekang untuk menahan hawa pukulan
dahsyat itu, kemudian bagaikan ular menyambar, lengan
kirinya bergerak menangkap pergelangan lengan Sin Hong
dan membarengi saat itu memukulkan kepalan kanannya ke
arah kepala lawan. Sin Hong terkejut sekali, tidak mengira bahwa lawannya
akan mengambil jalan nekat. Kalau ia menggunakan
pukulan kirinya, tentu Kong Ji akan tewas, akan tetapi dia
sendiri terancam oleh pukulan kanan lawannya yang
menyambar bagaikan geledek. Ce pat ia mengambil jalan
yang sama karena untuk menyingkir tidak ada waktu lagi,
untuk menangkis masih berbahaya. Dengan gerakan tepat
tangan kirinya mencengkeram dan di lain saat pergelangan
lengan Kong Ji yang kanan juga dapat ia tangkap !
Dua orang jago tua yang lihai ini berdiri memasang kudakuda teguh, berhadapan muka dan saling memegang
pergelangan tangan kanan lawan, saling mengerahkan
tenaga yang disalurkan melalui lengan tangan masing Pendekar Asmara Tangan Iblis 2 Perguruan Sejati Karya Khu Lung Kuda Binal Kasmaran 4

Cari Blog Ini