Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin Bagian 31
kawan2nya menyingkir keluar dari Cap jie Lian hoan ouw.
Tentara negeri jadi jerih, sebab Peng Gie bukan orang sembarangan, diapun jadi orang kesayangannya coei soe teetok, komandan utama dari pasukan air. Dengan terpaksa mereka membuka jalan.
Itu waktu pasukan Garuda berada didekat situ, mereka
sedang terancam tentara negeri, yang bisa menembak
karena menyangka merekapun ada pasukan penjahat.
Dalam saat yang genting itu, mendadak sebuah perahu
melesat maju kearah perahunya Ie Tiong, sebelum Ie Tiong tahu apa2, satu orang sudah loncat naik keperahunya
hingga ia terkejut, lekas ia berkelit kesamping sambil membacok, akan sambut orang tidak dikenal itu. Selagi putar tubuh ia tampak, penyerangnya adalah satu pendeta.
"Binatang, kau berani mengganas!" demikian bentaknya
pendeta itu, yang sambil egos tubuh mengulur tangannya menotok nadinya Ie Tiong, sedang tangan kanannya
menotok pundak. Walau ia ada satu jago dan gesit, Ie Tiong kalah sebat, ketika pundaknya kebentur jari musuh, sebelah tangannya jadi lemas, goloknya terlepas dan jatuh. Ia insaf liehaynya musuh, yang sekarang ia tampak nyata ada satu niekouw, pendeta perempuan umur tujuh atau delapan puluh tahun, alis dan matanya bagus, romannya alim campur pengaruh.
Menjadi jerih, Ie Tiong berlompat untuk singkirkan diri, akan tetapi si niekouw yang lihat demikian, jadi gusar.
"Binatang, kau hendak lari ke mana?" ia membentak
seraya loncat mencelat, untuk mengejar.
Ie Tiong tidak perdulikan bentakan, ia lari terus. Ia keluarkan kepandaiannya lari keras, iapun bisa berlompatan dengan leluasa diatas pelbagai perahu setelah empat lima perahu, ia terjun kedalam air. Justeru itu si niekouw sampai, dia ini lompat menyambar, dengan serangannya
kakinya sendiri lantas injak perahu lain.
Entah mati atau hidup, atas serangan itu, tubuhnya Ie Tiong lantas hanyut terbawa air.
Itu waktu, Ho Tiong sibuk menghampirkan untuk
menolongi Peng Gie. Tapi si niekouw dului ia sampai pada opsir yang malang itu, yang telah pingsan karena kaget dan terkocok kocok. Segera Peng Gie ditotok didua tempat pada tubuhnya, untuk bikin ia sadar.
"Terima kasih," kata Ho Tiong selagi ia mendekati.
"Apakah Lie Engkhoa tidak dalam bahaya" Apakah gelaran taysoe yang mulia" Cara bagaimana taysoe bisa masuk
kemari?" Selagi Peng Gie buka mata mengawaki orang
disekitamya, si niekouw sendiri berpaling kepada Ho Tiong, untuk membalas hormat.
"Pinnie adalah To Cie Loo nie dari See Gak Pay," jawab nya.
"Pinnie datang untuk tolongi rombongan perahu disana, yang bergambar burung Garuda. Itu bukannya perahu2
penjahat". Ho Tiong pernah dengar nama besar dari To Cie Taysoe, ia heran kenapa kebetulan sekali si niekouw berada disitu.
Iapun kagum sekali atas kegagahannya To Cie Taysoe.
Tidak ayal lagi ia luluskan permintaannya, ia larang
barisannya kurung perahu itu.
Bukan main lega hatinya pihak Soe Soei.
Peng Gie yang sudah sadar lantas haturkan terima kasih pada To Cie Taysoe pada siapapun ia memberi hormat,
sementara itu Ho Tiong perkenalkan siapa adanya niekouw gagah itu.
To Cie Taysoe tidak tunggu Ho Tiong berhenti bicara, ia lantas beritahukan Peng Gie tentang pasukan Garuda
Terbang, yang datangnya ke Cap jie Lian hoan ouw untuk labrak Hong Bwee Pang, bahwa didalam Ceng Giap San
chung ada lain rombongan pihaknya sedang tempur Boe
Wie Yang, ia minta supaya mereka itu juga dilindungi.
"Jangan kuatir, taysoe, aku nanti coba lindungi mereka", kata Peng Gie. "Sekarang baik taysoe turut kami masuk lebih dalam, mungkin pemimpin kami sudah sampai di
Ceng Giap San chung".
To Cie Taysoe manggut, ia puas dengan jawabannya
opsir itu, karena itu berarti pasukan Garuda Terbang sudah terjamin keselamatannya. Ia lantas keluarkan satu botol
kecil akan ambil tiga butir obat pulung, sembari serahkan itu kepada Lie Peng Gie, ia kata "Silahkan tayjin makan obat ini, sebentar baharu pakai obat luka, nanti tayjin tertolong dari gangguan cacat di urat2. Aku harap tayjin suka berbuat jasa, dengan kurangkan pembunuhan didalam Cap jie Lian hoan ouw ini, nanti pinnie pujikan kau doa selamat, supaya tayjin peroleh kenaikan pangkat. Sekarang pinnie ingin pamitan, pinnie haturkan terima kasih untuk kebaikan tayjin"
To Cie Taysoe memberi hormat, lalu ia putar tubuhnya, kapan ia telah erijot tubuhnya itu, akan menjejak perahu, ia telah lantas mencelat keperahu lain. Ia telah berlompatan beberapa kali diantara pelbagai perahu, lantas ia sampai disebuah perahu Garuda Terbang.
Tauwbak yang berada diperahu itu kenali niekouw tua
ini, yang menjadi tetua dari See Gak Pay, ia ajak kawannya menyambut sambil berlutut, terutama untuk haturkan
terima kasih, karena mereka lantas ketahui, adalah tetua ini yang telah tolong mereka dari ancaman malapetaka.
Kemudian mereka mohon pengunjukan bagaimana mereka
harus bertindak. "Kedua pembesar tentara sudah terima baik permintaanku, selanjutnya pasukan kita telah bebas dari ancaman bahaya," To Cie Taysoe bilang. "Sekarang
tunggulah disini, jangan sembarang bergerak, sampai
kembalinya Coe Im Am coe dan Siangkoan In Tong, untuk nanti kamu keluar secara baik2 dari sini. Tentang orang2
yang terluka, aku tak perlu meniliknya lagi, karena
cukuplah rawatannya Siok beng Sin Ie satu orang. Sekarang pinnie hendak lihat Boe Wie Yang, sebab walaupun ia
sudah kalah, tentu dia belum puas."
Setelah pesan untuk tauwbak itu ber hati2 untuk
serangan gelap dari musuh, ia lantas berlalu sambil
berlompat pula, kearah barat selatan. Sebentar saja ia sudah lenyap ditempat yang gelap.
Sementara itu Eng khoa Ho Tiong sangat kagumi
niekouw itu, yang sudah berumur tujuh puluh lebih akan tetapi masih gesit dan gagah, sedang hatinya ada mulia.
Kemudian Ho Eng khoa pergi ke Gedung Tetamu, untuk
beri laporan kepada Liok Tongleng tentang pertolongannya To Cie Taysoe, hingga pemimpin tersebut ketahui segala apa, hatinya jadi lega. Begitulah penuturannya kepada kedua ketua dari Hoay Yang Pay dan See Gak Pay.
Eng Jiauw Ong dan Coe In Am coe berterima kasih,
mereka memberi hormat sebagai tanda terima kasih
mereka. Liok Tongleng berlaku ramah tamah. Kemudian ia tanya
bagaimana sikapnya kedua ketua itu mengenai urusannya dengan Hong Bwee Pang.
"Hong Bwee Pang telah runtuh, urusan kami dengannya
sudah habis", Eng Jiauw Ong jawab. "Soalnya tinggal
terserah kepada Boe Wie Yang sendiri, yang bisa lolos. Aku kuatir dia belum puas dan nanti dia bangkit pula, hingga dibelakang hari masih ada ancaman bahaya dari pihaknya.
Boe Wie Yang sangat berpengaruh, ia masih punyakan
banyak orang yang tersebar di pelbagai tempat, mungkin dia akan cepat bergerak pula. Maka jangan kita pandang enteng kepadanya. Kami mohon tayjin sukalah ijinkan
kami lekas keluar dari Cap jie Lian hoan ouw ini untuk pulang, karena dikuatirkan selagi kami berada disini, orang jahat sudah satroni Lek Tiok Tong dan Pek Tiok Am. Bila itu terjadi, hebat akan akibatnya."
"Kamu jangan kuatir, tidak ada niatku untuk menahan
kamu", berkata komandan itu. "Menurut keterangannya
Sin Lauwko, bentrokan diantara kamu dengan Hong Bwee
Pang disebabkan diculiknya murid2mu masing2. Yo Hong
Bwee itu, katanya ada puterinya Yo Jie looya Yoe Boen Hoan. Aku tahu bahwa orang she Yo itu adalah bekas
pembesar yang bijaksana, namanya terkenal di Kanglam, maka aku percaya, gadisnya pun pasti ada baik hati sebagai ayahnya sendiri. Ingin aku melihat dua murid itu, apa sekarang mereka ada bersama2 kamu?"
"Tayjin terlalu, memuji", berkata Eng Jiauw Ong dengan merendah. "Mereka itu berada diluar, nanti aku perintah mereka datang menghadap."
Eng Jiauw Ong lantas bertindak kemulut pintu, akan
panggil kedua pemuda dan pemudi ini, ia tidak mau suruh lain orang yang memanggil, karena ia hendak pesan mereka bagaimana harus bersikap kepada komandan yang baik hati itu.
Hoa In Hong dan Yo Hong Bwee datang menghadap
seraya beri hormat pada Liok Tongleng. Ong Too Liong
adalah yang perkenalkan mereka.
Liok Tongleng awasi dua anak muda itu, lalu ia tanya
Hoa In Hong, perihal asal usulnya murid Hoay Yang Pay ini.
In Hong tuturkan bahwa ia sebatang kara, karena itu, ia ingin ikuti terus gurunya sebab meski benar ia sudah lulus dari perguruan tapi masih kurang pengalaman.
"Bagus!" memuji penggawai itu, yang lalu tanya Hong
Bwee tentang ayahnya dia ini, yang katanya ia pernah
dengar namanya yang kesohor bijaksana. Iapun puji nona ini,
yang dikatakan gagah dan bisa lindungi kehormatannya. Hong Bwee tuturkan hal keluarganya, halnya ia diculik, hingga saking gusar dan malu hampir ia bunuh diri, hanya
karena masih ingat ayah dan ibunya, ia bisa sabarkan diri, akan diakhirnya ia bersyukur bahwa gurunya bisa tolongi ia. Ia sekarang berduka untuk ayah dan ibunya, karena difitnah, ayahnya itu masih mesti meringkuk dalam
tahanan Gouw Teetok, malah ia tak tahu ayah itu masih hidup atau sudah mati.
"Jangan kuatir, nona, kau ada baik hati, orang tuamu
tentu tak kurang suatu apa", Liok Tongleng menghibur.
Setelah ini, tongleng ini minta untuk menemui Siok beng Sin Ie Ban Lioe Tong, maka Eng Jiauw Ong pergi panggil soeteenya itu.
Liok Tongleng kagum begitu lekas ia tampak jago dari
Kwie In Po itu. Dari Sin Wie Pang rupanya ia sudah dengar banyak perihal orang2 Hoay Yang Pay, maka sekarang ia jadi bersikap luar biasa. Ia undang tabib itu duduk.
Ban Lioe Tong mengucap terima kasih, ia duduk
dibawahan soehengnya. Ia jawab jelas sesuatu pertanyaan komandan itu.
Setelah bicara seperlunya, Liok Pang Gan ijinkan semua orang Hoay Yang Pay dan See Gak Pay pergi keperahu
Garuda Terbang untuk beristirahat, tapi sebelum mereka pergi, ia jamu dulu pada mereka.
Perjamuan ini tak dapat ditampik, maka juga Eng Jiauw Ong bertiga haturkan terima kasih kepada tongleng itu.
Selagi bersantap, tiba2 Liok Tongleng bicara kepada Eng Jiauw Ong dan Coe In Am coe. Ia usulkan perangkapan
jodoh dari In Hong dengan Hong Bwee, katanya inilah
tindakan paling tepat, terutama untuk lindungi nama baik Hong Bwee. Tidakkah selama diculik si nona senantiasa berada sama2 In Hong" Ia kata, asal kedua ciang boen jin
itu setuju, ia sendiri suka bertanggung jawab untuk Yo Boen Hoan, ayahnya si nona.
Eng Jiauw Ong dan Coe In Am coe setujui usul itu,
mereka serahkan putusan kepada tong leng itu.
"Baik", kata pembesar ini, yang terus bicara langsung pada In Hong, untuk rangkap perjodohannya mereka
berdua, kemudian ia pun bicara langsung juga kepada Hong Bwee tentang soal itu.
In Hong dan Hong Bwee malu, hingga mukanya menjadi
merah, dan si nona tunduk saja, hingga karenanya, Eng Jiauw Ong dan Coe In Am coe turut bicara, untuk
menasihatkan mereka agar terima baik usulnya tongleng yang bermaksud baik itu.
"Kau ada punya barang apa untuk tanda mata?" tanya
Eng Jiauw Ong pada muridnya.
Dalam keadaan seperti itu, In Hong tidak punya apa2,
maka ia ingat kepada kumalanya, Kioe liong Giok pwee, yang tak pernah terpisah dari badannya sejak ia ditangkap dan diculik, maka ia serahkan kumala itu. Diam2 ia girang yang ia diperjodohkan dengan Hong Bwee, satu nona
cantik dan cocok baginya, sedang juga sama2 mereka telah menderita.
Ketika gilirannya Hong Bwee oleh gurunya ditanyakan
ada punya barang apa, ia tunduk, karena ia tidak punya apa juga. Iapun malu dan likat. Maka Coe In Am coe tolong muridnya dengan serahkan sebutir mutiara See boen Cit poo coe.
"Inipun bagus!" Liok Tongleng tertawa. "Aku yang
rekoki perjodohan ini, aku yang menanggungnya!"
Maka kedua pihak lantas saling tukar tanda mata itu.
Atas anjuran gurunya masing2, In Hong dan Hong Bwee
memberi hormat pada Liok Tongleng seraya haturkan
terima kasih mereka. Sin Wie Pang kasi selamat pada Eng Jiaiuw Ong dan
Coe In Am coe dengan masing2 secawan arak. Tapi Coe In tidak minum arak, ia cuma mengucap terima kasih.
Sampai disitu, Liok Tongleng minta Eng Jiauw Ong
berikan daftar nama2 rombongannya, ia minta daftar yang lengkap, karena ini ada perlu untuk mereka keluar dari Cap jie Lian hoan ouw, juga daftar itu bisa dijadikan surat keterangan bila perlu, supaya mereka tidak dapat gangguan dari pihak alat2 negara kelak. Penjagaan yang keras telah dipasang sampai melewati Tong peng pa.
Eng Jiauw Ong dan Coe In Am coe bersyukur atas
kebaikannya tongleng ini, yang sangat perhatikan mereka.
Setelah itu Sin Wie Pang ajak muridnya, Hoei thian
Giok niauw Hang Lim, untuk pamitan dari Liok Tongleng dan Eng Jiauw Ong semua. Ia minta diberikan satu
pengantar, supaya mereka tak terintang ditengah jalan.
Liok Tongleng heran. "Eh, Sin Lauwko!" katanya, "apakah artinya ini"
Apakah lauwko tidak hendak berangkat bersama Ong
Loosoe beramai?" "Ada sebab2nya mengapa aku ambil sikapku ini" Sin
Wie Pang jawab. Ban Lioe Tong mengerti sikap nya orang she Sin ini. Wie Pang masih tetap kuatir ia dicurigai, baik oleh Boe Wie Yang maupun oleh pihak Hoay Yang Pay. Maka itu ia
lantas kasi mengerti, supaya orang jiatsim ini lega hatinya.
Akan tetapi Wie Pang tak dapat dibujuk. Ia kata ia
punyakan urusan sangat penting hingga, setelah begitu lama berdiam di Cap jie Lian hoan ouw, perlu ia lekas pulang ke Lim jie. Ia utarakan puasnya urusan di Cap jie Lian hoan ouw ini telah beres.
"Sebenarnya," kata ia antaranya, "apabila aku mau,
selama aku ditahan didalam lembah Cie Hoa Kok, aku bisa singkirkan diri, tapi aku telah tidak lakukan itu, untuk hunjuk bahwa maksudku adalah untuk kebaikan kedua
pihak. Aku tidak menyesal Boe Wie Yang curigai aku,
sebab memang kedudukanku sulit. Sekarang semua telah
selamat, dari itu perlu lekas aku pulang. Sudah terlalu lama aku berdiam diluaran."
Karena niat orang ada demikian keras, walau ia merasa menyesal, Liok Tongleng tidak dapat menahan lebih jauh.
Juga Eng Jiauw Ong tidak bisa mencegah lagi.
Maka akhirnya Wie Pang dan muridnya diijinkan
berlalu. Semua orang membilang terima kasih kepadanya dan Liok Tongleng berikan dia satu pengantar.
Eng Jiauw Ong menduga bahwa orang she Sin itu
kecewa karena kepergiannya ke Cap jie Lian hoan ouw
sudah tidak berhasil dan ia jadi jengah sendirinya. Tapi sebenarnya, semua orang bersyukur kepadanya.
Setelah perjamuan ditutup, semua orang pergi beristirahat. Adalah keesokannya, rombongan Hoay Yang Pay dan
See Gak Pay berikut barisan perahu Garuda Terbang,
pamitan dari Liok Tongleng, untuk mereka berlalu dari Capjie Lian hoan ouw dan berangkat pulang.
Disepanjang jalan, Eng Jiauw Ong semua saksikan
kurban2 api bekas pertempuran hebat semalam, sedang
disesuatu pos, tentara negeri ada bikin penjagaan rapi dan kuat.
Adalah ditengah jalan, Eng Jiauw Ong beramai berpisah dari Coe In Am coe dan pasukan Garuda Terbang, karena mereka perlu lekas2 pulang ketempatnya masing2. Malah Ban Lioe Tong kuatir nanti ada orang Hong Bwee Pang
yang terus satroni Lek Tiok Tong.
T A M M A T. Hina Kelana 16 Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu Kisah Si Rase Terbang 7
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama