Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa Bagian 23
menepuk nepuk pundak Siang-koan Kie seraya berkata ;
"Saudara, mendusinlah, aku hendak bicara denganmu "
"Tidak perlu bicara lagi, aku sudah tidak bisa hidup lebih lama," rnenjawab Siang-koan Kie hambar.
Touw Thian Gouw terperanjat, ternyata pemuda itu sudah tidak mempunyai keinginan hidup iagi, ia lalu
memperdengarkan suara batuk-batuk, kemudian berkata pula: Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau nampaknya sudah putus harapan dan membiarkan
penyakitmu bertambah berat, apakah itu disebabkan lantaran nona Nie itu?"
Siang-koan Kie agaknya mendengar nyata semua perkataan yang diucapkan oleh Touw Thian Gouw, namun ia hanya
mengunjukkan senyum pahit tidak berkata apa-apa.
Touw Thian Gouw menarik napas perlahan, katanya:
"Saudara, tidak dapat menjauhkan diri dari gangguan
asmara, memang merupakan suatu penderitaan bathin yang sangat hebat bagi manusia. tetapi kau jangan berbuat
demikian, bukankah akan mengecewakan pengharapan Yang Goan Totiang yang mewariskan kau ilmu pedang Thay-kek-hui-hiam, betapakah besarnya tangguug jawab ini" Apa-lagi kau sudah menerima baik permintaan Yang Goan Totiang, hendak menggunakan seluruh tenaga-mu untuk melindungi keselamatan partai Bu-tong" Aih! saudara, seorang laki-laki jantan yang sudah menyanggupi sesuatu permintaan orang, harus dapat memenuhinya, bagaimana hanya karena wanita lalu menelantarkan kewajiban besar ini?"
Siang-koan Kie mendadak membuka lebar matanya,
dengan sinar mata yang tajam menatap wajah sahabatnya itu, kemudian berkata;
"Kalau begitu aku tidak boleh mati."
"Bukan saja tidak boleh, bahkan itu tidak seharusnya."
Siang koan Kie memejamkan matanya, air matanya
mengalir keluar, katanya:
"Tidak seharusnya aku menerima baik permintaan Yang
Goan Totiang mempelajari ilmu pedang Thay-kek huikiam........" "Tetapi sekarang sudah terlambat, dalam dunia pada
dewasa ini, kecuali kau, sudah tidak ada orang keduanya yang dapat menggunakan ilmu pedang Tliay-kek-hui-kiam."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie tiba-tiba lompat bangun, ia mengibasngibaskan keringat badannya, kemudian berkata;
"Touw toako, penyakitku sudah sembuh, aku minta kau
supaya menerima baik satu permintaanku."
"Jangankan satu, sepuluh atau seratus perkarapun,
toakomu sudah tidak akan menolak."
"Demikianlah kita tetapkan."
"Aku sudah menerima baik, kau seharusnya
memberitahukan kepadaku permintaan apa yang kau ingin aku Lakukan?"
"Bawalah aku mencari Kun-liong Ong;"
"Mencari Kun-liong Ong?" bertanya Touw Thian Gouw terkejut.
"Benar, aku hendak menantangnya dengan seorang diri."
Touw Thian Gouw buru-buru menjawab sambil
menggeleng-gelengkan kepala;
"Kau jangan gegabah, jangan kata empat raja muda itu
yang masing-masing mempunyai kepandaian tinggi sendiri-sendiri, hanya barisan pengawal baju hitam, sudah cukup memusingkan dirimu......" ia berhenti sejenak," barangkali kita untuk melihat muka Kun-liong Ong saja, juga susah, apa lagi hendak bertempur dengannya."
"Apabila ia ada seorang yang mudah diciari, siaote juga tidak berani minta pertolongan toako."
Thouw Thian Gauw menampak sinar matanya mengandung
keinginan keras dari kemauannya, berpikir agak lama baru berkata ;
"Baiklah, toakomu nanti akan berusaha mencarikan
untukmu." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siaote masih mempunyai suatu permintaan yang mungkin kurang pantas."
"Katakanlah!" "Sebelum kita pergi, harap Touw toako pegang rahasia, jangan sampai bocor."
"Mati dimedan pertempuran, biar bagaimana lebih baik
daripada mati dipembaringan, aku terima baik permintaanmu."
Pada saat itu tiba2 terdengar suara orang tertawa,
kemudian disusul oleh munculnya Teng soan dihadapan
mereka. sambil bersenyum gembira orang cerdik pandai itu berkata ,
"Sepatah kata Touw tayhiap, sudah cukup meringankan
sebegian besar beban siaote.........."
"didepan sianseng ini apa perlunya?" bertanya Touw Thian Gouw.
"karena Touw tayhiap sudah membawa saudara siang-koan kie datang kemari, itu berarti hidup mati saudara Siang-koan Kie menjadi tanggung jawabku, apalagi............"
Siang-koan Kie sangat terharu mendengar jawaban itu, ia buru-buru berkata ;
"Perhatian Sianseng yang begitu besar terhadap diriku, kuucapkan banyak2 terima kasih!"
"Aku tadi sudah mengeluarkan omongan besar,
rnengatakan bahwa penyakit saudara Siang-koan pasti tidak halangan, tak kusangka penyakit Siang-koan meski dapat ditolong, tetapi penyakit dalam pikirannya, sudah tidak tertoloug," berkata Teng Soan sambil bersenyum,
"jikalau saudara Siang-koan sendiri sudah putus harapan untuk hidup, sekalipun aku pandai mengobati juga tidak ada gunanya, maka selama beberapa hari ini, kedua pundakku seolah2 dibebani pikulan yang sangat berat hati dan perasaan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terganggu semakin hebat: hingga hari ini, dengan beberapa patah kata Touw tay hiap, telah membangkitkan semangat hidup saudara Siang-koan, asal makan obat lagi beberapa ha-ri, penyakit saudara Siang-koan segera sembuh!"
"Kepandaian Teng Sianseng sesunggulmya sangat
mengagumkan," berkata Touw Thian Gouw sambil memberi hormat.
"Sembuhnya penyakit saudara Siang-koan, semua adalah
jasa Touw tay-hiap........" berkata Teng Soan sambil tertawa.
"Sianseng terlalu merendahkan diri!"
"Bukan begitu, obatku hanya dapat menolong sakit saudara siang-koan, tetapi ucapan Touw tay-hiap sudah menolong penghidupan hatinya, mempunyai raga tetapi tidak
mempunyai hati, meskipun hidup seperti juga mati. Jikalau semangat hidup berkobar kembali sekalipun tidak diobati juga bisa hidup."
"Kalau begitu, siaote ingin mengucapkan beberapa patah kata untuk menasehati Sianseng!"
"Siaote bersedia mendengar."'
"Badan Sianseng kian hari nampak semakin kurus, wajah ya juga nampak pucat, tentunya disebabkan karena Sianseng terlalu banyak pekerjaan terlalu banyak menggunakan pikiran sehingga nampak tanda2 agak kurang sehat!"
Teng Souu menarik napas panjang kemudian ber kata
dengan lambat2 ; "Makan sedikit bekerja banyak, siaotee juga tahu sudah tidak lama hidup dalam dunia!"
Touw Thian Gouw diam2 menghela napas, sebelum ia
membuka mulut, sudah didahului oleh Siang-koan Kie ;
"Sianseng merupakan tiang dalam rimba persilatan pada dewasa ini, sesuatu tindakan dapat membawa akibat nasib Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seluruh rimba persilatan, selagi dunia diliputi oleh kabut bahaya seperti sekarang ini, sianseng bagumanapun juga tidak boleh mati!"
"Hidup atau mati tergantung kepada Tuhan, soal mati
hidupku, bagaimana dapat kukuasai, sendiri" Hanya...... atas perhatian yang begitu besar dari kalian berdua, sesungguhnya membuatku merasa sangat benerima kasih."
"Namun demikian, tetapi Sianseng juga seharusnya
menjaga diri sendiri, jangan terlalu menforsir tenaga dan pikiran, sedapatnya berusaha supaya mendapat waktu untuk beristirahat,......."' berkata Touw Thian Gouw sambil menarik napas.
Teng Soan diam, tiba2 mengangkat muka dan berkata ;
"Kalian berdua pernahkah mendengar ucapan : bekerja
keras sehingga ajal tiba, yang termasyhur itu!"
Touw Thian Gouw dan Siang-koan Kie saling berpandangan sebentar, sesaat itu perasaannya seperti tertindih, tiada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka. Karena dua orang itu sudah timbul rasa kagum dan menjunjung tinggi kepada Teng Soan, maka kematian Teng Soan menjadi
perhatian mereka. "Siaotee seorang biasa, meskipun tidak berani
menyamakan diri sebagai Cu-kat sianseng dari jaman tiga negara (Samkok), tetapi berada dalam zaman dan keadaan seperti sekarang ini, menempatkan siaotee kesuatu
kedudukkan yang tidak beda dengan Cu-kat sianseng, siaotee telah menerima budi pangcu, juga hanya............." mendadak ia menarik napas panjang dan tiada berkata Iagi. Suasana didalam kamar itu tiba2 berobah gawat, Walaupun Siang-koan Kie dan Touw Thian Gouw berusaha hendak memecahkan
kegawatan dan kesunyian itu, tetapi mereka tidak tahu apa yang harus dikatakan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lama sekali, tiba2 nampak Teng Soan bersenyum dan
berkata dengm lambat2 ; "Tetapi kalian jangan khawitir sekalipun siaotee mati, tetapi itu bukan berarti tidak ada gantinya, maka siaotee juga sudah merasa lega."
"Kepandaian dan kepintaran Sianseng, untuk dewasa ini belum ada yang duanya, siaotee sudah menjelajah keseluruh tempat, sesungguhnya belum pernah menemukan ada orang yang dapat menggantikan Sianseng," berkata Touw thian Gouw.
"Orang yang siaotee maksudkan itu bukan saja
kecerdikannya dan kepandaiannya tidak dibawah siaotee, bahkan masih diatas siaotee, cuma sayang............."
la berpaling dan menatap wajah Siang-koan kie sejenak, tiba2 bungkam.
Hati Touw Thian Gouw tergerak, diam-diam bertanya-tanya kepada diri sendiri; orang yang dimaksudkan oleh Teng sianseng ini, mungkinkah dia".
Sementara itu dua anak buah golongan pengemis telah
rnasuk dengan membawa nampan yang penuh hidangan.
Teng Soan Ialu berkata sambil tertawa:
"Sedikit hidangan ala kadarnya, bukan berarti apa-apa, silakan saudara makan sebagai ucapan selamat atas
sembuhnya saudara Siang-koan."
Dua anak buah golongan pengemis itu setelah
mempersiapkan hidangan diatas meja, lalu berlalu.
Teng Soan mempersilahkan Touw Thian Gouw dan Siangkoan Kie duduk ditempat masing2, sudah tentu mereka tidak dapat menolaknya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selama beberapa bulan, Touw Thian Gouw belum pernah
mendapat makanan dan minuman arak yang begitu baik,
maka ia segera makan dan minum sepuas-puasnya.
"Sudah lama siaotee tidak merasakan minuman arak, siaote sangat berterima kasih mendapat kehormatan Sianseng yang begini besar," demikian ia berkata,
"Pangcu kita sebetulnya hendak datang untuk melayani
sendiri, tetapi karena baru saja menerima kabar sangat penting, terpaksa harus pergi sendiri dengan tergesa-gesa, anak buahnya yang berkepandaian tinggi, sebahagian besar sudah ikut serta, maka hanya tinggal siaote seorang diri yang dapat mengawani kalian berdua, tetapi siaote selamanya jarang minum arak, harap kalian berdua minum sendiri
sepuas-puasnya," berkata Teng Soan sambil tertawa.
"Apakah pangcu menerima laporan tentang pergerakan
kun-liong Ong"," bertanya Touw Thian Gouw.
"Benar, pada pagi-pagi hari ini, Kun-liong Ong telah muncul disuatu tempat yang terpisah kira2 lima pal dari sini, nampaknya sangat tergesa-gesa dengan cepat sudah
menghilang lagi..........
"Apakah pangcu hendak pergi menyelidiki?"
"Kun-Iiong Ong telah muncul dengan tiba-tiba sudah tentu hendak mengatur suatu siasat sangat penting, maka Pangcu terpaksa pergi sendiri dengan membawa pembantunya yang terkuat........"
Sementara itu seorang anak buah golongan pengemis
masuk kekamar dengan membawa setumpuk pakaian yang
segera diserahkan dan berkata kepada Teng Soan:
"Teng-ya, pakaian sudah sedia."
"Letakkan disana dan pergilah!" berkata Teng Soan sambil menganggukkan kepala dan menunjuk kebalai-balai:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu setelah meletakkan bungkusan pakaian itu lalu berlalu.
Teng Soan lalu berkata kepada Siang-koan Kie:
"Pakaian saudara Siang-koan sudah basah seluruhnya,
tukarlah dengan yang baru itu."
"Terima kasih atas kecintaan dan perhatian Sianseng,"
berkata Siang-'toan Kie yang scgera mengambil bungkusan pakaian itu dan mengundurkan diri kekamar lain untuk ganti pakaian.
Setelah Siang-koan Kie berlalu, Touw Thian Gouw berkata kepada Teng Soan dengan suara perlahan :
"Sianseng menilai sesuatu perkara, belum pernah meleset, maka tidak perlu siaote banyak bicara, tetapi ada beberapa perkataan siaote yang barangkali kurang tepat, makan seperti tulang dalam tenggorokkan, belum merasa lega kalau belum dikeluarkan."
"saudara terangkan saja."
"Orang2 kuat dalam golongan pengemis telah ikut serta semua kepada Auw-yang pangcu untuk mengejar jejak Kun-liong Ong, sedangkan penjagaan ditempat ini tidak diperkuat, bukankah itu berarti suatu kelemahan" Apabila Kun-liong Ong menggunakan siasat memancing Harimau meninggalkan
guanya, lalu ia menggunakan kesempatan ini menyerang
dengan satu pasukan yang kuat, bukankah........"
Touw Thian Gouw berkata sampai disitu tibas merasa
bahwa ucapan selanjutnya terlalu tidak enak, maka segera menutup mulut.
Teng Soan berkata sambil menganggukan kepala.
"KeKhawatiran saudara memang pada tempatnya tetapi
siaote kira Kun-liong Ong sebelum jelas mengetahui kekuatan keadaan kita, tentu tidak berani berlaku gegabah, apalagi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kun-liong Ong tentu tidak mau menyerah mentah2 dan
mengundurkan diri begitu saja setelah gagal usahanya hendak membasmi kita; Ia seorang berkepandaian tinggi dan
mempunyai ketajaman otak luar biasa, ia sudah anggap
dirinya sebagai orang terkuat dalam rimba persilatan dewasa ini, kekalahannya itu pasti merasa penasaran dan
membangkitkan ambisinya yang selalu ingin menang saja, ia pasti hendak menggunakan kesempatan ini untuk mengadu kekuatan secara terang2an dengan golongan pengemis."
Ia mengangkat cawannya, setelah diminum kering ia
berkata pula sambil tertawa ;
"Tetapi kesombongannya dan ambisinya yang besar,
setelah mengalami kekalahan besar, dengan terbakarnya habis tanah datar seluas sepuluh pal yang hendak digunakan untuk menjebak kita, membuat ia tidak berani berlaku
gegabah dan memandang ringan kekuatan musuhnya.... "
Seorang anak buah golongan pengemis tiba2 lari masuk, setelah berkata sebentar dengan suara perlahan kepada Teng Soan, ber.lalu lagi tergesa2.
Teng Soan mengerutkan alisnya, ia berkata kepada dirinya sendiri';
"Hal ini agak runyam."
Touw Thian Gouw yang coba hendak berlaku sabar, tetapi karena tertarik oleh perkataan Teng Soan itu, maka akhirnya bertanya ;
"Sian-seng, apakah ada anak buah golongan pengemis
yang menemukan jejak orangnya Kun-liong Ong"......"
Siang-koan Kie segera berkata ;
"Tidak apa, biarlah siaote dan Touw toako yang
menghadapi lebih dahulu."
Teng Soan lalu berkata sambil tersenyum :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Orang gagah paling takut menghadapi penyakit, saudara Hang-koan meskipun pikirannya sudah jernih, tetapi kekuatan badannya masih belum pulih kembali, sekalipun benar ada orang-nya Kun-liong Ong datang. menyerang juga tidak perlu segera bertindak, apalagi orang yang datang itu bukanlah orangnya Kun-liong Ong."
"Apa sebetulnya yang telah terjadi?", bertanya Touw Thian Gouw.
"Kenalkah saudara dengan orang yang bernama Kiang Su
im itu," bertanya Teng Soan.
"Nama itu sudah pernah dengar, tetapi belum kenal
orangnya," jawab Touw Thian Gouw"
"Nah, orang itu entah mengalami kejadian apa yang
menyedihkan hatinya, sering bergelandangan di-tempat
dekat2 ini seperti lakunya seorang gila, anak buah kita yang bertugas menjaga keamanan sekitar daerah ini, entah sudah berapa banyak jumlahnya yang terluka ditangannya.
"Apakah Sianseng hendak kirim orang untuk
menghadapinya?" "Orang ini berkepandaian tinggi sekali, apalagi dalam keadaan sedang terpengaruh pikirannya, sekalipun ingin mengutus orang untuk menghadapinya, juga tidak dapat
menemukan orang yang dapat mengimbangi kepandaiannya."
"Apakah ia sekarang muncul lagi?"
"Bukan saja sudah muncul, bahkan sudah melukai
beberapa anak buah kita."
"Kalau begitu siaote ingin pergi menengok." Siang-koan Kie tiba2 berdiri dan berkata;
"Jalan! Aku ikut sama toako!"
"Silakan duduk dulu......" berkata Teng Soan sambil menggelengkan kepala.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu suara bentakan keras terdengar di luar
kamar: "Siapa yang membawa pergi anakku Siapa yang membawa
pergi anakku"........"
Suaranya itu mengandung penuh rasa duka sehingga
kedengarannya sangat mengharukan.
Dua orang berpakaian abu-abu dengan sikap ter-gesa-gesa lari masuk dan berkata kepada Teng Soan:
"Teng-ya, orang itu sudah masuk kedalam kampung,
perlukah kita bertindak menyegahnya?"
Teng Soan mendengarkan dengan sikap tenang, kemudian
berkata; "ia telah kehilangan anaknya, karena pikirannya bingung sehingga menjadi gila, kalau tidak lekas diobati, barangkali akan gila benar-benar, pancinglah ia Supaya masuk kemari!"
Dua orang itu terkejut, katanya;
"Teng-ya, orang itu terlalu tinggi kepandaiannya, apalagi perkataannya tidak keruan, tidak dapat di-ajak bicara seperti orang biasa, kalau ia sampai menyerbu kemari, sesungguhnya terlalu berbahaya.."
"Tidak halangan, berusahalah supaya dapat memancing ia kemari!"
Dua orang itu tidak berani melawan perintah terpaksa
mengundurkan diri dengan perasaan khawatir.
Teng Soan berkata dengan suara perlahan;
"Nanti kalau Kiang Su Im itu masuk kemari, kalian
sebaiknya jangan bertindak........" sambil menatap Siang-koan Kie ia berkata pula;
"Saudara siang-koan masih belum sembuh betul, jangan
menggunakan banyak tenaga dulu. sementara itu kembali ada Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang berpakaian abu-abu yang masuk sambil membawa
mangkok berisi obat yang sudah dimasak.
Teng Soan dengan tangan kiri menyambat mangkok obat,
meletakkan kipas yang dipegang oleh tangan kanannya, kemudian dengan kedua tangan diberikannya mangkok obat itu kepada Siang-koan-Kie seraya berkata:
"Saudara Siang-koan, minumlah obat ini....."
Siang-koan Kie terperanjat, katanya;
"Siaotee tidak berani merepotkan Sianseng sampai begini."
Ia buru-buru bangkit dan menyambut mangkok itu sambil memberi hormat, kemudian diminumnya.
"Hanya obat untuk mengasir hawa dingin dalam tubuh saja, tidak perlu dipantang, mari! minumlah secawan arak ini"
Siang-koan Kie buru-buru meletakkan mangkoknya dan
menyambut cawan yang sudah penuh arak sambil berkata;
"Perlakuan Sianseng terhadap Siang-koan Kie,
sesungguhnya membuat Siang-koan Kie merasa sangat malu."
"Mungkin siaote masih ada suatu urusan penting yang ingin minta pertolongan saudara Siang-koan!" berkata Teng Soan sambil tertawa.
"Apakah yang siaote dapat lakukan, pasti tidak akan
menolaknya." "Terima kasih."
"Entah sianseng ada keperluan apa?"
"Pada saat ini keadaan masih belum jelas, agaknya terlalu pagi kalau siaote katakan."
Siang-koan Kie tahu benar bahwa orang cerdik pandai itu tidak mau mengeluarkan perkataan yang belum yakin benar, maka juga tidak ada gunanya ditanya lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba terdengar suara rintihan aneh, seorang tua
berpakaian warna hijau dengan rambut kusud berjalan masuk dengan rindakan lebar.
Muka orang tua itu basah dengan air mata, pakaian nya terdapat banyak tanah kotor.
Dengan munculnya orang tua itu, dari kedua samping pintu kamar tiba-tiba muncul beberapa puluh orang berpakaian warna abu-abu, segera berdiri berbaris hendak merintangi orang tua itu.
Touw Thian Gouw diam-diam berpikir tempat ini
nampaknya sedikitpun tidak ada penjagaan, tetapi sebetulnya terjaga kuat, dimana-mana ada orang yang sembunyi dan bisa bertindak sewaktu2............"
"Biarkan dia masuk, karena pikirannya masih belum jernih", demikian Teng soan berkata kepada anak buah golongan
pengemis yang hendak merintangi orang tua itu.
Mendengar perintah itu, orang-orang itu segera menyingkir mundur membiarkan orang tua itu masuk.
Seolah-olah tidak melihat adanya orang-orang yang coba merintanginya itu, orang tua itu berjalan dengan tindakan lebar terus menuju kekamar. Touw thian Gouw melihat sikap dan keadaan orang tua itu, takut ia akan turun tangan dengan tiba2 menyerang Teng Soan, hingga hatinya merasa cemas, ia menggeser kakinya dihadapan teng Soan. Anak buah
golongan pengemis yang ditugaskan menjaga dipintu masing2
memperhatikan gerak-gerik orang tua itu dengen sikap
tegang, asal bergerak sedikit saja, mereka akan segera bergerak dengan serentak.
Orang tua itu matanya berputaran kemudian memandang
Siang-koan Kie, tiba2 ulur tangannya mengambil poci arak diatas meja dan ditenggaknya sehingga kosong.
Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sesudah menghabiskan sepoci arak, pikirannya se-olah2
agak jernih, ia membereskan rambutnya yang tak karuan, lalu menyambar sepasang sumpit dan makan dengan lahapnya,
Orang tua itu agaknya sudah lama tidak pernah makan,
karena begitu melihat hidangan nampaknya sangat bernapsu, dalam waktu sangat singkat barang hidangan semeja sudah disapu bersih.
Teng Soan hanya mengawasi semua perbuatan orang tua
itu dengan tenang, dengan mulut membungkam.
Orang tua itu kemudian meletakkan mangkok dan
sumpitnya, lalu menatap wajah Teng Soan sejenak dan
berkata ; "Apakah anak perempuanku sudah mati?"
"Putrimu masih hidup baik2, "menjawab Teng Soan
lambat-lambat. Orang tua itu mengedip2kan matanya, kemudian bertanya dengan sinar mata tajam ;
"Benarkah ucapanmu ini?"
"Aku selamanya belum pernah membohong."
Orang tua itu tiba2 tertawa besar, kemudian berkata ;
"Dimana sekarang anakku itu?"
"Beristirahatlah dulu sebentar, setelah keadaanmu nanti pulih kembali dan pikiranmu jernih, kita bicara lagi."
Orang tua itu agaknya sudah dapat mengendalikan
pikirannya sendiri, lambat2 ia memejamkan matanya dan duduk.
Teng Soan memerintahkan orang2 yang menjaga diluar
pintu supaya meninggalkan tempat itu. Karena keadaan
bahaya sudah lalu, orang2 itu kemudian berlalu dan sembunyi lagi, ketempat masing-masing.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Penjagaan Sianseng sangat tertib, benar2 sedikitpun tidak tampak kalau ada penjagaan demikian kuat," berkata Touw Thian Gouw.
"Kun liong Ong anggap dirinya pandai menggunakan siasat melakukan serangan tiba2 jikalau aku tidak berjaga2 dan berhati2 dalam segala tindakkan, barangkali benar2 akan tertangkap hidup olehnya......" berkata Teng Toan sambil tersenyum,
"Orang tua ini entah memerlukan waktu berapa lama untuk beristirahat, mari kita juga boleh mengaso sebentar!"
la segera memejamkan matanya dan duduk tengkurap
diatas meja. Karena selama beberapa bulan sedikit sekali waktunya
untuk beristirahat dengan tenang, sehingga waktunya untuk tidur hampir tidak ada, tanpa di-rasa Teng Soan dalam waktu sangat singkat itu benar2 sudah tertidur dengan nyenyak, itu disebabkan karena ia tahu benar kepandaian dan kekuatan Siang-koan Kie dan Touw Thian Gouw, sudah cukup untuk melindungi dirinya, maka hatinya merasa lega.
Kiang Su Im, ialah orang tua berbaju hijau itu, sejak kehilangan anak perempuan satu-satunya yang paling
disayang, karena gusarnya sehingga berobah menjadi gila, setiap hari ia keluyuran ke-mana2 untuk mencari sambil berkaok-kaok, tidak ingat makan juga tidak ingat tidur, hanya mengandelkan latihan kekuatan tenaga dalamnya yang sudah sempurna, ia baru sanggup bertahan sehingga tidak jatuh.
Kini setelah mendengar keterangan Teng Soan bahwa
anaknya masih hidup didalam dunia, dianggapnya Teng Soan benar2 mengetahui jejak anaknya, karena hatinya merasa lega, apalagi sudah kenyang makan dan minum, maka lalu tertidur demikian nyenyaknya.
Siang-koan Kie dan Touw Thian Gouw saling mengawasi
sejenak, kemudian Siang-koan Kie berkata;
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Touw toako, karena urusan siaote kau telah repot
demikian rupa sehingga tidak dapat waktu untuk tidur, sebaiknya kau tidur sebentar!"
"Saudara kau baru sembuh dari penyakit, justru
memerlukan mengaso, disini sudah ada aku yang mengawasi, kiranya sudah cukup!", berkata Touw Thian Gouw sambil tersenyum.
Keduanya saling mendorong, hingga akhirnya siapapun
tidak ada yang tidur, dengan mata terbuka lebar menjaga Teng Soan dan Kiang su Im.
Kiang Su Im yang sudah tidur kira2 dua jam lamanya, tiba2
lornpat bangun dan berseru;
"Cui-jie, kau ada dimana?"
Dengan sinar mata yang tajam ia mengawasi keadaan
disekitarnya, kemudian dengan tiba-tiba ia memegang pundak Teng Soan dan berkata dengan suara bengis;
"Orang she Teng, dimana anakku berada?" Orang tua yang bertenaga kuat itu, dalam keadaan begitu cemas, sudah tentu cengkeraman dipundak itu dirasakan hebat sekali bagi Teng soan, maka ia segera tersadar, pundaknya dirasakan sakit, tetapi sikapnya sedikitpun tidak berobah, bahkan masih dapat menjawab sambil tersenyum;
"Jejak putri locianpwee, bagaimana aku bisa tahu?"
"Tadi kau katakan sudah tahu, mengapa sekarang
mengatakan tidak tahu?", berkata Kiang Su im dengan nada suara gusar, tangannya mencengkeram pundak Teng Soan
semakin kencang, meskipun Teng soan masih tersenyumsenyum, tetapi dahinya sudah penuh keringat dingin.
Siang-koan Kie yang menyaksikan itu mengerutkan alisnya dan berkata dengan suara gusar;
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kiang tay-hiap, sekalipun kau sedang cemas, seharusnya suka lepaskan dulu tanganmu dan bicaralah dengan
sopan.........." Touw Thian Gouw juga berdiri sambil memperhatikan gerak gerik orang tua itu.
Kiang Su Im setelah makan kenyang dan tidur pulas,
pikirannya agaknya sudah jernih kembali, ketika mendengar perkataan itu ia melengak, agak nya juga merasa bahwa perbuatannya itu keliru, maka segera melepaskan tangannya dan berkata:
"Lekas jawab!" Pundak Teng Soan masih sakit sekali, tetapi ia tidak
merabanya sedikitpun juga, bahkan masih menjawab dengan sikap keras :
"Karena aku ingin supaya cianpwee jangan sampai terlalu khawatir, dan supaya pulih pikiran cianpwee yang jernih maka............"
Wajah Kiang Su Im berubah, ia segera memotong
perkataan Teng Soan ; "Maka kau baru mengatakan bahwa Cu-jie masih hidup,
apakah maksudmu hanya untuk menghibur aku saja?"
"Kini locianpwre benar2 sudah sadar!" berkata Teng Soan sambil tersenyum.
Tangan Kiang Su Im gemetar, kemudian duduk diatas
bangku dan berkata dengan menghela napas panjang ;
"KaIau begitu apakah Ciu-jie benar-benar sudah mati?"
"Tidak, apa yang tadi kukatakan, meskipun untuk
menghibur locianpwee tetapi kuucapkan perkataan itu
berdasar suatu kenyataan," berkata Teng Soan dengan sungguh sungguh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiang Su Im nampak sangat girang, ia bertanya;
"Kau sebetulnya berdasar suatu kenyataan apa" Coba lekas terangkan, aku ingin mendengarnya!"
"Andaikata nona Kiang meninggal, jenazahnya pasti masih berada disamping locianpwee."
"Lalu?" "Coba pikir, dengan kepandaian locianpwee, pembunuh itu apabila hendak mencari kesempatan membunuh nona Kiang, sedikit banyak pasti gemetar, mana begitu berani
menyingkirkan bangkai-nya itu.........."
Kiang Su Im lalu menepuk maji dan berkata;
"Ya benar, sekalipun mereka mempunyai keberanian, juga sudah tidak mendapat kesempatan lagi................"
Teng Soan setelah berpikir sejenak, lalu berkata sambil mengerutkan alisnya ;
"Waktu putri locianpwee hilang, bagaimana keadaan waktu itu" Apabila locianpwee sudi men-ceritakan padaku mungkin aku dapat memikirkan persoalan ini!"
"Sudah lama aku dengar namamu yang sangat terkenal
dalam ilmu ramalan, apabila kau mau memberi petunjuk, aku sangat berterima kasih ke-padamu," berkata orang tua itu, yang pikirannya ternyata sudah jernih, hingga sikapnya dan perka-taannya juga sudah sopan,
Siang-koan Kie diam2 mengagumi Teng Soan, karena
dengan sepatah duapatah kata saja sudah dapat
menggerakkan hati Kiang Su Im yang adatnya sangat aneh itu, bahkan berlaku hormat terhadap-nya.
Touw Thian Gouw juga berpikir; orang kata bagaimana
anehnya adat Kiang Su Im, tetapi karena kehilangan putrinya yang tersayang, sampai berlaku dem.kian hormat terhadap Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Teng Soan, ke-sayangan seorang bapak atau ibu kepada
anaknya benar2 besar sekali.
Pemikiran dua orang itu berlainan, karena penghidupan dan pengalaman mereka juga berlainan.
Kiang Su Im berkata pula sambil menghela napas panjang;
"Anakku itu sangat lemah, lama berada dalam keadaan
sakit, selama hidupnya, hampir tiap hari berada
dipembaringan, dalam usia sangat lanjut aku dapatkan anak itu, sudah tentu sangat aku sayangi, maka dalam keadaan baik seperti ini, aku membawanya keluar pesiar keberbagai tempat. Tak kusangka ia tidak tahan angin, hingga
diperjalanan jatuh sakit Iagi, bahkan sakitnya sangat berat, hari itu aku tiba ditepi sebuah danau, ia tiba2 ingin makan kupikan segar, aku tidak tega menolak permintaannya, maka turun kedanau untuk menangkap ikan."
"Cinta kasih locianpwee yang demikian besar terhadap
anakmu, benar2 harus didengar oleh anak2 yang tidak
berbakti kepada orang tuanya." berkata Teng Soan sambil menghela napas.
"Aku turun kedanau, menangkap ikan dan keluar Iagi dari danau hanya dalam waktu sangat singkat saja, tak disangka2
bahwa dalam waktu sangat singkat itu, sudah terjadi
perubahan besar, ketika aku kembali ketepi danau dengan menenteng ikan, anakku itu sudah tidak ada. Waktu
itu......aih, perasaanku pada waktu itu, tidak dapat dilukiskan dengan kata2 apapun juga."
Teng Soan setelah mendengarkan sekian lama, baru
berkata dengan lambat2; "Dalam waktu sesingkat itu, orang dapat membawa lari
putrimu dari tempat yang tidak jauh dari pengamatan dan pendengaran locianpwee, dalam rimba persilatan dewasa ini, siapakah orang-nya yang mempunyai kepandaian setinggi itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiang Su Im berpikir lama sekali, kemudian baru berkata;
"Auw-yang pangcu dari golongan pengemis, kepandaian
ilmu silatnya merupakan tersendiri, aku sudah lama
mengaguminya!" "Pangcu kita memang mempunyai kepandaian setinggi itu, tetapi bagaimana perangai dan sepak terjang Auw-yang
pangcu, locianpwee seharusnya sudah mengetahui dengan jelas, apakah ia dapat melakukan perbuatan semacam itu?"
"Auw yang pangcu seorang jantan yang berjiwa besar, hal ini sudah diketahui oleh semua orang, memang benar tidak akan melakukan perbuatan serendah itu. Kecuali Auw-yang pangcu, hanya Kun-liong Ong yang mempunyai kepandaian yang demikian tinggi."
"Orang ini meskipun mungkin bisa berbuat demikian, tetapi sementara ini boanpwee juga tidak bisa memberi
kepastian.........."
"Kenapa?" "Orang itu meskipun sepak terjangnya sangat kejam dan tanpak pilih cara, hingga apapun dapat ia lakukannya, akan tetapi ia juga tidak nanti terus menerus mengikuti jejak locianpwee, untuk menantikan kesempatan bisa turun
tangan." "Kalau begitu, kau telah menganggap bahwa orang yang
membawa lari anakku itu, pasti terus menerus mengikuti jejakku."
"Kejadian sesuatu hal meskipun kadang2 bisa kebetulan, tetapi kalau dipikir lebih dalam, kenya-taannya mungkin memang begitu."
"Orang yang dapat mengikuti jejakku tanpa aku ketahui, dalam dunia Kang-ouw boleh dikata sedikit sekali jumlahnya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua itu menundukan kepalanya untuk berpikir lagi, tetapi semakin memikir hatinya semakin cemas.
Siang-koan Kie dan Touw Thian Gouw khawatir gilanya
akan kumat lagi, diam2 menggeser kakinya, berdiri ditempat yang cocok untuk melindungi Teng Soan.
-oo-dw-oo- Jilid 19 Bab 73 TENG SOAN tiba2 tertawa dan berkata: "Tetapi locianpwee tidak perlu gelisah, putrimu bukan saja jiwanya tidak dalam bahaya, tetapi malah dalam waktu tiga atau lima hari ini, pasti ada kabar tentang dirinya."
Semangat Kiang Su Im terbangun, ia berkata dengan
suara nyaring: "Bagaimana kau bisa mendapat tahu
demikian?" "Putrimu masih dalam keadaan sakit, apabila ada orang yang membunuhnya, pastilah sangat mudah sekali, tetapi orang itu lebih suka menempuh bahaya besar, telah
membawanya kabur dan tidak membunuhnya seketika itu
juga, hal ini sudah jelas, bahwa orang itu pasti mengandung maksud tertentu, yang ingin menggunakan jiwa putrimu untuk memeras locianpwee. Orang itu karena ada mengandung
maksud hendak memeras locianpwee, sudah tentu akan
memberi kabar kepada locianpwee, barulah mencapai
maksudnya, berdasar atas ini, maka boanpwee dapat
mengambil kesimpulan demikian.''
Kiang Su Im berpikir sebentar kemudian berkata sambil menghela napas panjang: "Kau menganalisa sesuatu urusan seperti menyaksikan dengan mata kepala sendiri, benar2
sangat mengagumkan, semoga ... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Belum lagi habis ucapannya, dari luar terdengar suara nyaring. "Pangcu tiba!"
Selanjutnya, Auw-yang Thong, Koan Sam Seng Hui Kong
Leang dan Tiat-bok Taysu masuk ke dalam kamar dengan
sikap serius. Teng Soan segera berbangkit dan tempat duduknya dan
berkata sambil memberi hormat: "Tuan-tuan semua tentunya sudah letih."
Auw-yang Thong menganggukkan kepala, kemudian
memberi hormat kepada Siang-koan Kie dan Touw Thian
Gouw, pandangan matanya segera beralih kepada Kiang Su Im, kemudian berkata sambil memberi hormat:
"Tak kusangka Lam Ong Kiang Tayhiap, ternyata sudi
berkunjung ke tempat ini, nampaknya Teng sianseng besar pamornya."
Kiang Su Im memandang padanya dengan mata sayu,
seolah2 tidak mendengar apa yang dikatakan, Koan Sam Seng segera menegur: "Kiang tayhiap!"
Kiang Su Im seperti baru sadar dari mimpinya, ia segera menyahut: "Oh, ada apa?"
"Apakah telinga Kiang tayhiap mendapat gangguan?"
berkata Koan Sam Seng. Kiang Su Im setelah mendengar pertanyaan itu, sejenak nampak tercengang kemudian berkata: "Pendengaranku baik."
Teng Soan khawatir dua orang itu akan bentrok maka buru-buru berkata: "Kiang tayhiap ini karena kehilangan putrinya hatinya terluka, saudara harus berlaku sedikit sabar."
Koan Sam Seng dan Teng Soan sama kedudukannya di
dalam golongan pengemis, hanya tugasnya berlainan, tetapi karena Koan Sam Seng menjunjung tinggi dan menghormati Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perangai dan kepandaian Teng Soan, maka selalu
menghargainya. Setelah mendengar perkataan Teng Soan, ia segera
memberi hormat kepada Kiang Su Im dan berkata sambil
tertawa: "Kiang tayhiap, adakah selama ini baik2 saja" Teng sianseng bukan saja dapat meramal seperti dewa, tetapi juga pandai ilmu bintang, perhitungannya selalu jitu, mengapa tayhiap tidak minta dia melihat nasib putrimu?"
Kiang Su Im meski-pun merasakan perobahan sikap Koan
Sam Seng ini, tetapi karena ia selalu mengingat keadaan putrinya, maka tidak mendapat kesempatan untuk memikirkan maksud yang terkandung dalam perkataan Koan Sam Seng, ia hanya mengangguk-anggukkan kepala dan berkata: "Terima kasih atas petunjukmu, kalau begitu minta Teng Sianseng coba melihat bagaimana nasib anakku."
Orang tua yang sifatnya aneh itu, selamanya tidak
menghiraukan adat istiadat dan tata cara umumnya, ia terus bicara soal anaknya sehingga kedatangan Auw-yang Thong dan lain-lainnya ia juga tidak menyapa. Untung ia adalah seorang bersifat aneh yang sudah sangat terkenal di kalangan Kang-ouw, maka Auw-yang Thong, Tiat-bok Taysu dan lain-lainnya juga tidak ambil di hati.
Teng Soan berkata sambil tersenyum: "Tentang ilmu
bintang, meski-pun seluruhnya bukan tidak berdasar, tetapi juga tidak boleh dipercaya semuanya, apabila Kiang tayhiap pasti hendak mencoba, harap suka tunggu sebentar boanpwee pasti memenuhi permintaan cianpwee."
"Aku merepotkan sianseng, asal aku dapat menemukan
anakku, maka budimu kali ini, dikemudian hari aku pasti membalasnya," berkata Kiang Su Im sambil menarik napas.
"Ucapan locianpwee sungguh berat, hanya sumbangan
sedikit tenaga yang tidak berarti, perlu apa ... " berkata Teng Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Soan kemudian mengawasi. Auw-yang Thong dan bertanya
padanya: "Apakah pangcu melihat Kun-liong Ong?"
Auw-yang Thong menggelengkan kepala dan menghela
napas panjang, kemudian menjawab: "Kun-liong Ong sangat kejam, jahat dan licin, mungkin di dalam dunia ini tidak ada duanya, tetapi kepandaian dan kepintarannya, sesungguhnya juga sangat mengagumkan."
"Pangcu dapat melihat apa?" bertanya Teng Soan sambil mengibas2kan kipasnya.
"Aku dengan Tiat Bok taysu dan lain2nya ketika pergi
mengejar, Kun-lion Ong sudah berlalu, tetapi di tempat itu ia meninggalkan sebuah barisan aneh, kalau dari jauh hanya merupakan gundukan beberapa buah gunung batu, di tempat itu ia meninggalkan sepucuk surat minta aku bersama Tiat-bok Taysu dan yang lain2nya menjumpainya di dalam barisan batu itu.
Semangat Teng Soan terbangun ketika, sepasang matanya memancarkan sinar aneh, katanya: "Ada kejadian serupa itu, apakah pangcu menurut dan memasuki barisan itu?"
"Aku sering mendengar sianseng membicarakan tentang
barisan Pat-tin-touw Cu-kat Bu Hauw yang mempunyai
perohahan aneh, sayang aku belum pernah mengalami
sendiri, berapa gundukan gunung batu yang tidak berarti itu, tak disangka ketika kita masuk ke dalamnya hampir saja kami terbinasa di tempat itu ... "
"Benarkah barisan batu itu mempunyai banyak perobahan demikian rupa?"
"Mula2 waktu kita masuk barisan itu, tidak merasakan
apa2 yang aneh, tetapi setelah memasuki belum satu tombak, segera merasakan kejadian aneh, angin gunung dan hawa demak timbul dari dalam gundukan batu itu, dalam waktu sangat cepat kita sudah diliputi kabut tebal sehingga tidak dapat melihat keadaan di depan mata ... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Barisan Pat-tin-louw merupakan satu ilmu luar biasa yang diciptakan oleh Cu-kat sianseng, sudah hilang dari dunia, bagaimana Kun-liong Ong bisa mendapatkan rahasia ilmu itu?"
"Justru itulah yang menjadi pikiran,'' berkata Auw-yang Thong sambil menghela napas.
Teng Soan tiba2 mendongakkan kepala dan menarik napas panjang, kemudian berkata: "Apabila Kun-liong benar2 dapat membentuk barisan Pat-tin-touw peninggalan Cu-kiat sianseng itu aku si orang she Teng tidak sanggup menandingi lagi."
Semua orang diam sambil menundukan kepala.
Orang2 kuat seperti Tiat-bok Taysu, Hui Kong Leang dan lain2nya, sejak mengalami pertempuran di atas tanah datar itu, sudah mengetahui bahwa di kalangan Kang-ouw terdapat banyak hal, yang sesungguhnya tidak dapat dibereskan hanya dengan kekuatan ilmu silat saja, kepintaran, kecerdasan otak dan kepandaian mengatur siasat, adakalanya lebih penting dari pada ilmu silat.
Terhadap Teng Soan mereka sudah timbul rasa hormat dan kagum, bukan saja semakin mendapat penghargaan lebih
tinggi dari pangcunya, tetapi Tiat-bok Taysu juga merasa bahwa untuk menghadapi musuh kuat seperti Kun-liong Ong itu, sesungguhnya sudah tidak dapat dilawan hanya
mengandalkan kekuatan Siao-liem saja. Selama beberapa hari ini apa yang dilihat dan didengarnya ia sudah merasakan bahwa anggota golongan pengemis, sebetulnya tidak lebih sedikit dari pada paderi kuil Siao-liem-sie. Dunia Kang-ouw selama terus seratus tahun selamanya selalu pandang Siao-liem-pay sebagai pusat dan jiwa rimba persilatan bukan saja kepandaian ilmu silatnya golongan itu yang tinggi sekali, tetapi juga karena jumlah anak muridnya yang banyak sekali, namun pengaruh dan kekuatan golongan pengemis pada saat ini agaknya sudah dapat merendengi kedudukkan Siao-liem-pay.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi kekuatan Kun-liong Ong yang dipupuk olehnya
selama beberapa puluh tahun, jumlah orang2 kuat yang
dipunyainya, agaknya masih di atas golongan pengemis, dia bukan saja mengandalkan pengaruhnya obat untuk
mengendalikan jiwa dan pikiran anak buahnya, tetapi ia juga menarik orang dari segala golongan tanpa pilih bulu dan tanpa pandang kelakuannya, kalau ditinjau dari kekuatan ilmu silatnya memang benar masih di atasnya golongan pengemis.
Kejadian ini merupakan suatu perubahan besar dalam
rimba persilatan selama beberapa ratus tahun ini, Tiat-bok Taysu semakin memikir pikirannya semakin khawatir.
Kekuatan golongan pengemis agaknya sudah kalah
setingkat dengan kekuatan Kun-liong Ong, yang membuat rencana dan menentukan nasib golongan pengemis, hanya mengandalkan Teng Soan seorang. Orang pelajar yang lembut dan berbadan lemah ini, bukan saja sudah menjadi tiang dalam golongan pengemis, tetapi juga sudah menjadi hakim luntuk memutuskan kebaikan dan kejahatan dalam rimba
persilatan, kalah atau menangnya dalan mengadu kepintaran dengan Kun-liong Ong bukan hanya mempengaruhi mari
hidupnya golongan pengemis, tetapi juga mempengaruhi
nasib seluruh rimba persilatan, untuk menegakkan keadilan dan kebenaran serta dalam usaha membasmi kejahatan,
semua tergantung di atas pundak pelajar yang tidak mengerti ilmu silat ini.
Demikian Teng Soan dalam pandangan mata Tiat-bok
Taysu, demikian-pun penilaian Hui Kong Leang terhadapnya, tidak usah dikata buat Auw-yang Thong yang seolah2
menyerahkan semua nasib golongan pengemis di tangan
penasehatnya itu. Maka, ketika Teng soan mengucapkan
perkataan demikian, seketika itu lalu menimbulkan perasaan bingung bagi mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Teng Soan sendiri waktu ita memejamkan matanya
lambat2 wajahnya sebeatar biru sebentar pucat, ada kalanya terlintas sedikit kemerah2an.
Mata Auw-yang Thong ditujukan kepada penasehatnya itu dengan penuh perhatian, ia tahu bahwa keletihan dapat merusak kesehatan badan Teng Soan, tetapi sekarang mau tidak mau kembali harus memutar otaknya yang mempunyai simpanan kepandaian melebihi manusia, untuk memecahkan soal rumit ini.
Ia yakin bahwa Teng Soan dalam waktu sangat singkat
akan dapat menemukan jawaban persoalan sulit itu, tetapi hal itu akan menggunakan banyak pikiran dan tenaga sehingga mempengaruhi kesehatan badannya yang memang sudah
lemah itu. Tidak berapa lama, terdengar suara tarikan napas panjang Teng Soan, dan kemudian membuka matanya lamba-lambat.
Sepasang matanya memancarkan sinar yang tajam, di situ menunjukkan kecerdasan dan kepintaran penasehat dan
pemikir yang luar biasa itu. Hal itu dengan wajahnya yang pucat merupakan suatu kontras yang sangat menyolok.
Auw-yang Thong menghela napas perlahan berkata:
"Sianseng seharusnya beristirahat dulu ... "
"Terima kasih atas perhatian Pangcu ... " berkata Teng Soan sambil bersenyum, "tuan-tuan setelah terjebak di dalam barisan Pat tin-touw itu, dengan cara bagaimana bisa keluar lagi?"
"Dalam barisan batu itu tertutup oleh kabut tebal sehingga merintangi pandangan mata kita, semua aku tidak
menghiraukan, aku memulai membuka serangan dengan
menggunakan kekuatan tenaga dalam, tak disangka
seranganku itu membuat kabut semakin tebal, bersamaan dengan itu juga terdengar suaranya Kun-liong Ong ... "
berkata Auw-yang Thong. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Teng Soan tiba2 menyambung sambil tersenyum,
Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bukankah ia memberitahukan kepada kalian sudah terjebak dalam barisan Pat-tin-touw peninggalan Cu-kat sianseng?"
Tiat-bok Taysu terperanjat, ia berkala, "Bagaimana
sianseng tahu?" "Apabila dugaan siaute tidak keliru, perkataan selanjutnya tentu mengucapkan, dalam keadaan sekarang ini, kalau aku hendak mencelakakan jiwa kalian, sesungguhnya sangat
mudah." Hui Kong Leang lalu berkata dengan nada suara kagum:
"Perkataan Sianseng ini, seolah-olah mendengar dan
menyaksikan sendiri, benar-benar sangat mengagumkan."
Teng Soan lambat-lambat mengalihkan pandangan
matauya kepada Auw-yang Thong, kemudian berkata.
"Apakah ia tidak menasehati pangcu supaya lekas
mengundurkan diri, jangan campur tangan dalam pertikaian rimba persilatan kali ini" Oleh karena maksud dan tujuan Kun-liong Ong hanya untuk menghadapi sembilan partai besar dan untuk mengumpulkan orang-orang kuat dunia Kang-ouw yang tidak berpartai atau tidak bergolongan. Golongan pengemis seharusnya bekerja sama dengannya, karena merupakan
suatu golongan yang hendak disingkirkan oleh sembilan partai besar. Menurut kemauannya, sekali-pun tidak bisa bekerja sama, setidak-tidaknya juga jangan mengganggu satu sama lainnya."
"Dugaan sianseng ini sedikit-pun tidak salah," berkata Auw-yang Thong.
"Kun-liong Ong sehabis mengucapkan perkataan demikian, ia lalu memerintahkan orangnya membawa kalian keluar dari dalam barisan, dan setelah memberitahukan kepada kalian keluar dari dalam barisan, segera terjadi lagi suatu kejadian yang menggetarkan, untuk menarik perhatian kalian, supaya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalian tidak mendapat kesempatan menoleh untuk
menyaksikan barisan itu."
"Memang benar, Kun-liong Ong sehabis mengucapkan
perkataan itu, lalu muncul dua gadis berpakaian hijau dengan tangan membawa kipas berbulu, jalan ke arah kita, dua gadis itu tanpa hentinya menggerak-gerakkan kipasnya berbulu, membawa keluar dari dalam barisan batu itu."
"Apakah dapat melihat kejadian yang menggetarkan?"
"Ya, barisan batu itu dibentuk disebuah tempat yang dekat dengan lereng bukit yang tidak tinggi, setelah kita keluar dari barisan itu, tiba-tiba terdengar suara jeritan ngeri, di tempat suatu tikungan kira-kira setombak lebih, dipasang lima tonggak kayu, sepasang tiang itu menggantung diri
seseorang, orang yang berada paling kiri sudah terluka oleh sebuah pisau yang disambitkan dari jarak jauh, keadaannya diwaktu itu, sesungguhnya, membuat kita tidak mendapat kesempatan untuk menengok kebelakang, karena kita segera memburu hendak menolong orang itu tak disangka ketika kita tiba di tempat tersebut dari empat penjuru segera dihujani anak panah dari orang-orang Kun-liong Ong yang
disembunyikan di sekitar tempat itu, ia mungkin sudah tahu bahwa anak panah itu berhenti sendiri."
"Siapa2 yang digantungkan di atas tiang itu?"
"Semua adalah anak murid golongan kita."
"Apakah empat orang yang masih hidup itu dapat ditolong dan dibawa kembali?"
"Semua binasa di bawah hujan anak panah."
"Siasat yang digunakan oleh Kun-liong Ong ini,
sesungguhnya sangat kejam, sekali ... aku si orang she Teng merupakan bulu matanya, satu hari tidak dicabut, ia tidak akan merasa terang, tetapi karena ia hendak mencelakakan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diri saute, telah membinasakan empat anak buah kita, yang tidak berdosa, hal ini membuatku merasa tidak tenang."
"Maksud Teng Sianseng ... "
"Kun-liong Ong bermaksud memancing siaute pergi melihat barisan Pat-tin touw itu, benar atau tidak ilmu peninggalan dari Cu-kat sianseng, dan ia akan sembunyikan orang2nya yang kuat di sekitarnya ... "
Auw-yang Thong seperti baru tersadar ia berkata, "Ucapan sianseng ini memang benar, kabarnya Pat-tin-touw
peninggalan Cu-kat sianseng mengandung banyak perobahan tidak ada habisnya, juga banyak mengandung ilmu gaib, tetapi barisan Pat-tin-touw yang dibentuk oleh Kun-liong Ong itu, hanya angin gunung dan kabut tebal yang ada di situ, kecuali menghalangi pandangan mata kita, tidak apa-apanya lagi yang aneh."
Teng Soan berpikir sejenak, tiba2 dengan sikap tegas ia berkata: "Sekarang kita mau tidak mau harus menimpali akal busuknya itu, bertempur secara terang2an dengannya ... "
Ia menarik napas dalam2, lalu berkata pula, "Selagi
semangat dan tenagaku masih sanggup, baik juga melakukan pertempuran yang menentukan dengannya."
Auw-yang Thong bercekat segera berkata: "Kesehatan
Sianseng sangat penting, Kun-liong Ong seorang jahat yang berkepandaian tinggi, apalagi ia sekarang sudah banyak pembantunya, tidak mudah dibasmi kekuatannya dalam waktu singkat, sianseng jangan pikirkan kesalahan yang tidak ada artinya ini, supaya jangan sampai menggunakan tenaga dan pikiran terlalu banyak.
Teng Soan tersenyum, wajahnya pucat terlintas perasaan gembira.
"Keadaan badan sianseng sangat lemah sebaiknya kita
tarik kembali orang2 kita kepusat dulu setelah tenaga Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sianseng sudah pulih kembali, kita nanti bertempur mati2an lagi dengan Kun-liong Ong berkata Auw-yang Thong dengan perasaan terkejut.
"Kalau kita mundur, musuh pasti akan maju, ini berarti memberikan kesempatan baginya, api yang membakar tanah belukar seluas sepuluh pal itu, rasa ngerinya barangkah masih belum lenyap dari dalam hati Kun-liong Ong, kalau ia tidak berani maju secara gegabah itu disebabkan karena masih mengandung rasa jeri dalam hatinya terhadap kita golongan pengemis ... " berkata Teng Soan sambil menggelengkan kepala, "siaute sudah bertekat hendak mengadu kekuatan dengannya, apabila Tuhan melindungi kita dan kali ini berhasil dapat memberi pukulan hebat, kepada Kun-liong Ong, akan memberikan waktu seratus hari bagiku untuk beristirahat ... "
agaknya ia merasa bahwa ucapannya itu sudah membocorkan rahasia alam, maka buru2 mengalihkan kesoal lain, ia lalu berpaling dan berkata kepada Kiang Su Im: "Tadi bukankah Kiang locianpwee minta boan-pwee memberikan sedikit
pertunjukan untuk coba melihat nasib ... "
"Apabila aku dapat menemukan anakku, budi sianseng ini, akan kuingat untuk selama2nya," berkata Kiang Su Im.
"Tetapi ramalan ini barangkali tidak seluruhnya jitu, sehingga akan mengecewakan locianpwee, berkata Teng Soan sambil tertawa.
"Kepandaian sianseng aku sudah tahu betul, sianseng
tidak usah merendah diri."
Teng Soan mengeluarkan alat2nya untuk membuat ramalan dan mulai meramalkan nasib anak orang tua itu.
Semua orang gagah yang menyaksikan permainan itu tidak mengerti apa maksudnya. Hanya Kiang Su Im yang
mengawasi Teng Soan dengan penuh perhatian dan perasaan tegang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Teng Soan dengan sikap sangat serius mainkan alat2nya tanpa berkata apa-apa.
Suasana dalam ruangan sangat sunyi, semua mata
ditujukan kepada diri Teng Soan.
Sang waktu berlalu dengan cepat, Teng Soan masih tetap meng-goyang2kan alat2nya dengan sikap serus dan mulut bungkam.
Kiang Su Im yang selama itu menantikan dengan sabar,
akhirnya tidak dapat kendalikan perasaannya sehingga ia menegur: "Teng sianseng, bagaimana ramalanmu" Apakah anakku masih hidup?"
"Menurut petunjuk dalam ramalan, puterimu ... " dan berkata kepada Teng Soan sambil menghela napas, dan
mendadak menutup mulut lagi.
Kiang Su Im sangat cemas, ia menyambar Teng Soan dan
brekata: "Apakah anakku sudah mati?"
Orang tua itu dalam cemasnya sudah berlaku kasar
terhadap Teng Soan sebagai orang berbadan lemah, sudah tentu Teng Soan tidak bisa berbuat apa2, ia rasakan sekujur badannya sakit sekali, tetapi di hadapan banyak orang, ia tidak suka mengeluarkan suara, maka ia terpaksa menahan rasa sakitnya.
Auw-yang Thong yang menyaksikan kejadian demikian, lalu berkata sambil mengerutkan keningnya: "Kiang tayhiap, Teng sianseng tidak mengerti ilmu silat, bagaimana sanggup menahan perlakuanmu ini, kau ada urusan apa, seharusnya jangan bertindak demikian kasar, lepaskan dulu tanganmu nanti bicara lagi."
Kiang Su Im yang ditegur demikian, pikirannya seketika jernih kembali, ia buru2 melepaskan tanganuya dan berkata:
"Harap sianseng maafkan kelakuanku yang kasar ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kiang locianpwee gelisah karena kehilangan anak,
bagaimana dapat disesalkan?" berkata Teng Soan sambil tertawa.
"Apakah anakku dalam keadaan bahaya?"
"Harap Kiang locianpwee maatkan boanpwee hendak
berkata terus terang, menurut ramalan ini, anakmu penuh bahaya, tetapi masih ada tanda hidup, ramalan semacam ini, sebelumnya boanpwee belum pernah menemukan, karena
boanpwee tidak sanggup menentukan bahaya apa dalam
ramalan ini, maka tadi sekian lama membungkem sambil
berpikir." "Kalau begitu anaku sekarang dalam bahaya," berkata Kiang Su Im, tiba-tiba mengucurkan air mata.
"Baiknya dalam bahaya itu masih ada tanda hidup,
berdasar ramalan ini, anakmu masih hidup, hanya berada dalam keadaan bahaya ... "
"Sianseng tidak perlu menghibur aku ... "
"Kiang locianpwee jangan khawatir, putrimu bukan saja masih hidup, bahkan bahaya itu hanya merupakan bahaya yang tidak membawa maut, boan pwee suka menjamin
dengan jiwa, apabila anakmu tidak ada di dunia, locianpwee boleh cari boanpwee lagi ..."
"Sianseng, kematian adalah perkara besar, bagaimana kau boleh main-main?"
"Kiang locianpwee boleh legahkan hati, boanpwee
selamanya tidak suka main-main." "Benarkah ucapanmu ini?"
"Bagaimana boanpwee berani permainkan locianpwee."
"Apabila anaku sudah tidak ada di dalam dunia, nanti Teng sianseng jangan salahkan aku tidak memandang sahabat."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Auw-yang Thong tahu bahwa orang tua itu berani berkata juga berani berbuat, maka ia lalu berkata: "Urusan ramalan, bagaimana boleh digunakan untuk bertaruhan?"
Kiang Su Im tiba-tiba berpaling mengawasi Auw yang
Thong seraya berkata: "Adakah Auw-yang pangcu
mengkhawatirkan kematian Teng Sianseng?"
"Harap Kiang tay-hiap jangan salah paham, maksud siaute bukanlah hendak membela Teng sianseng, siaute hanya
merasa bahwa kepandaian ilmu bintang, hanya merupakan suatu ilmu sangat dalam yang tidak mudah dimengerti,
tidaklah tepat digunakan untuk bertaruhan."
"Jikalau kau anggap jiwa Teng sianseng itu demikian
berharga, apakah jiwa anaku juga tidak berharga?" berkata Kiang Su Im sambil tertawa dingin.
Auw-yang Thong sesungguhnya memang khawatir apabila
Teng Soan kalah, dengan sifatnya yang aneh seperti Kiang Su Im itu, ia pasti tidak mau mengerti. Maka dengan hati sejujurnya mencegah dua orang itu melakukan pertaruhan, lalu berkata, Kiang tayhiap sudah tahu bahwa Teng Soan adalah orang golongan pengemis, perkara pertaruhan
seharusnya juga berunding dulu denganku."
Kiang Su Im mula-mula terkejut, kemudian berkata dengan suara keras: "Apabila anaku masih hidup, itu tidak apa, tetapi kalau sudah tidak ada, aku pasti mencari Teng Soan membuat perhitungan."
Setelah itu ia berjalan keluar dengan tindakan lebar.
Auw-yang Thong menyingkir memberikan jalan seraya
berkata: "Kiang-tayhiap, apabila kau demikian serius, kelak harap kau mencari aku lebih dulu, itu sama juga."
"Ditambah satu orang untuk mengganti jiwa anakku,
bukankah itu terlalu banyak?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Koan Sam Seng dan Hui Kong Leang merasa tidak senang
dengan ucapan sombong Kiang Su Im itu, mereka mengawasi dengan mata gusar.
Auw-yang Thong mengawasi berlalunya orang tua itu
sambil kerkata: "Orang ini benar2 sangat sombong."
Teng Soan tiba2 memburu seraya berkata: "Kiang tayhiap, tunggu dulu."
Auw-yang Thong hendak mencegah, tetapi kemudian
dibatalkan maksudnya. Kiang Su Im merandek dan berpaling seraya berkata: "Kau masih ingin bertanya apalagi?"
"Jikalau anakmu sudah tidak ada di dunia, maka Kiang
locianpwee hendak mengambil jiwa boanpwee, apakah itu berarti hendak membalas dendam karena locianpwee anggap boanpwee menipumu ... "
"Benar." "Tetapi bagaimana andaikata anakmu masih hidup?"
Kiang Su Im tercengang, "aku pasti akan bawa anaku untuk menerima perintah Teng sianseng, asal Teng sianseng
perintahkan apa, sekali-pun menyuruh aku terjun ke lautan api juga tidak akan menolak."
"Baiklah! Demikian saja kita tetapkan, di dalam waktu sepuluh hari boanpwee pasti akan mencari kabar tentang diri anakmu."
Kiang Su Im melongo, ia berjalan kembali dengan tindakan lambat-lambat.
Auw-yang Thong sangat gelisah, seketika itu ia lalu
berkata: "Betapakah tingginya kepandaian Kiang-tayhiap, apakah ia sendiri tidak mampu mencari jejak anaknya"
Mengapa sianseng perlu campur tangan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pangcu jangan khawatir, hambamu sudah tentu
mempunyai akal yang baik untuk mencari nona Kiang,"
berkata Teng Soan sambil tersenyum.
Dengan sinar mata dingin Kiang Su Im mengawasi sejenak, kemudian berkata: "Aku bersedia menunggu sampai sepuluh hari."
"Dalam waktu sepuluh hari boanpwee tentu dapat
menemukan jejak anakmu, locianpwee jangan khawatir,"
berkata Teng Soan. Dalam hati Auw-yang Thong meski-pun curiga, tetapi ia tahu benar bahwa Teng Soan tidak akan berbuat sesuatu yang belum yakin benar, ia tidak akan mudah berjanji apa yang ia tidak sanggup lakukan, mendengar kata-katanya yang tegas nyata, agaknya sudah mempunyai rencana masak-masak,
maka ia tidak berkata apa-apa lagi.
Teng Soan menghela napas perlahan dan berkata:
"Boanpwee selama hidupnya belum pernah mengeluarkan
perkataan yang tidak akan terbukti, locianpwee tidak perlu gelisah, mulai hari ini dalam waktu sepuluh hari pasti mendapat kabar di mana adanya anakmu, locianpwee baik akan menunggu disini mau-pun nanti sepuluh hari datang lagi, terserah locianpwee sendiri."
"Baik aku menunggu disini saja, setelah sepuluh hari batas waktu itu habis, apabila kau tidak bisa berhasil menemukan anakku ... "
"Saat itu apabila tidak berhasil menemukan jejak anakmu, Teng Soan akan mengganti dengan jiwa."
"Aku selamanya tidak suka main-main."
"Dalam rimba persilatan dewasa ini, ada beberapa orang yang berani main2 secara demikian dengan Kiang tay-hiap ... "
berkata Teng Soan sambil tertawa, kemudian memerintahkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
salah seorang anak buah golongan pengemis menyediakan kamar untuk orang tua itu.
Kiang Su Im yang beradat aneh, agaknya sudah tidak dapat menguasai diri sendiri, ia menurut diajak oleh orang
berpakaian abu2 kekamarnya.
Auw-yang Thong mengawasi berlalunya Kiang Su Im,
kemudian berkata kepada Teng Soan sambil menghela napas:
"Sianseng memegang keselamatan golongan pengemis, tugas ini sangat berat, perbuatan Sianseng yang memandang
kematian demikian ringan, sesungguhnya terlalu gegabah.
Apalagi Kiang Su Im seorang yang beradat aneh dan sukar diajak bicara apabila dalam waktu sepuluh hari itu sianseng tidak dapat menemukan jejak nona Kiang, bagaimana?"
"Sampai di mana tingginya kepandaian ilmu silat Kiang Su Im ini?" bertanya Teng Soan sambil bersenyum.
"Tidak di bawah dua sesepuh golongan pengemis kita."
"Itulah, orang yang mempunyai kepandaian demikian
tinggi, apabila ditarik oleh Kun-liong Ong bukankah itu berarti menambah satu musuh tangguh bagi golongan pengemis" "
dan apabila ia berhasil kita tarik, hal ini bagi Kun-liong Ong akan berarti satu lawan berat."
"Orang tua ini adatnya aneh dan tinggi serta sombong, hampir diketahui oleh semua orang sifatnya yang liar
barangkali susah ditundukkan," berkata Hui Kong Leang.
"Bagaimana apabila dalam waktu sepuluh hari aku dapat menemukan anaknya?" berkata Teng Soan.
"Hal ini mungkin tidak mudah," berkata Hui Kong Leang.
"Adu nasib ... ia sedang berduka karena anaknya, sehingga pikirannya juga terpengaruh, apabila dibiarkan ia pergi begitu saja, akhirnya pasti akan ditarik oleh Kun-liong Ong."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ucapan sianseng ini meski-pun benar, tetapi
menggunakan jiwa sebagai taruhan, sesungguhnya sangat berbahaya, aih! Mati hidup sianseng, bukan saja besar sangkut pautnya dengan hari depan golongan pengemis kita, ditinau dari keadaan dewasa ini, dunia rimba persilatan telah terancam bahaya kemusnahan, kejahatan merajalela, untuk menghindarkan itu semua tergantung kepada diri sianseng,"
berkata Auw-yang Thong. Teng Soan tiba2 menjura dan berkata: "Budi pangcu yang besar itu, sekali-pun mati Teng Soan juga belum bisa
membalas, bagaimana tidak berani mempertaruhkan jiwa
Teng Soan untuk kepentingan pangcu, sebab apabila Kiang Su Im sampai ditarik oleh Kun-liong Ong, akibatnya terlalu hebat
... " "Maksud sianseng meski-pun baik, tetapi biar bagaimana terlalu berbahaya."
"Sewaktu hambamu belajar ilmu kepada suhu mendapat
ilmu bintang ini, hambamu terjunkan diri di dunia Kangouw, jarang sekali digunakan, kali ini hambamu coba untuk mencari jejak gadisnya Kiang Su Im ?"
"Apakah di dalam dunia benar2 ada ilmu bintang yang
dapat meramalkan kejadian yang sudah atau sebelum
datang?" bertanya Tiat bok Taysu.
"Ilmu itu sangat luas, siaute meski-pun mendapat warisan suhu, tetapi karena terbatas kecerdasan siaute, tidak dapat mempelajari seluruhnya, harap agak mengerti sedikit, jikalau tidak terlalu salah sedikit banyak masih dapat
menghitungnya." Auw-yang Thong menghela napas perlahan berkata,
"Jikalau sianseng berkata demikian, tentunya sudah
mempunyai gambaran yang jelas, semoga perhitungan
sianseng tidak meleset, disini pasti akan aku ucapkan selamat kepadamu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih atas perhatian pangcu, tuan2 habis melakukan pertempuran sengit, tentunya sudah letih, harap beristirahat dulu!"
"Sianseng telah bekerja keras, menggunakan pikiran dan tenaga terlalu banyak, harap menjaga kesehatan baik2,"
berkata Tiat-bok Taysu. "Terima kasih atas perhatian Taysu," berkata Teng Soan sambil tersenyum, kemudian lambat-lambat berjalan keluar.
Tiatbok Taysu mengawasi berlalunya Teng Soan sehingga tidak tamtampak, ia menarik napas kemudian berpaling dan berkata kepada Auw-yang Thong: "Teng sianseng
sesungguhnya ia memerlukan banyak beristirahat, untuk merawat kesehatannya."
"Aih, dalam segala hal ia harus melakukan sendiri. Setiap hari memutar otak, sehingga badannya makin lemah berkali2
aku menasehati, supaya jangan terlalu banyak bekerja, tetapi ia selalu hati2, kepintarannya juga melebihi manusia biasa, orang2 golongan kita asal mendapat kesulitan, baik urusan kecil ataupun urusan besar, suka sekali minta
pertolongannya........" berkata Auw-yang Thong.
"Kepintaran dan kecerdasan orang ini, di mana kita dapat cari lagi" Pangcu dapat menggunakan kepintarannya, diharap supaya baik2 mendjaga kesehaatannja," berkata Hui Kong Leang.
"Entah sudah berapa banyak kali aku menasehatinja,
supaja ia baik2 menyayangi dirinya menjaga kewarasannya, tetapi ia selalu tidak mau dengar hingga aku juga tidak bisa berbuat apa-apa."
"Pangcu harap maafkan lolap berkata secara terus terang, Teng Sianseng barangkali sudah ada penyakit dalam
badannya karena terlalu banjak kerja, apabila tidak lekas berusaha menolongnya, barangkali. ....." berkata Tiat-bok Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Taysu, tetapi perkataan selanjutnja agaknya merasa berat mengeluarkannya.
"Aku juga mengkbawatirkan kesehatannya," berkata Auwyang Thong.
"Ada suatu hal yang siaute tidak mengerti, ingin minta keterangan pangcu," berkata Hui Kong Leang.
"Katakanlah!" berkata Auw-yang Thong.
"Teng sianseng seorang pintar yang mempunyai
kecerdasan luar biasa, untuk belajar ilmu silat rasanya tidak susah, mengapa pangcu tidak mengajarinya ilmu bersemedi untuk kesehatan badannya?" berkata Hui Kong Leang
"Meski-pun ia tidak mengerti ilmu silat, tetapi
pengetahuannya tentang ilmu silat luas sekali, sesungguhnya tidak di bawahku ... "
"Begitukah?" bertanya Hui Kong Leang heran.
"Sedikit-pun tidak salah, aku pernah berunding, sendiri dengannya merundingkan beberapa macam ilmu silat."
"Sungguh aneh, ia mempunyai pengetahuan luas tentang
ilmu silat, mengapa tidak mau belajar."
"Aih! Setiap kali aku menasehatinya supaya belajar ilmu silat untuk menguatkan dirinya ia selalu ketawa tidak mau menjawab."
"Keadaan pada waktu sekarang ini, tidak dapat ditolong dengan hanya mempelajari ilmu silat melulu, sebaiknya pangcu perhatikan kesehatan badannya," berkata Tiat-bok Taysu.
-odwo- Bab 74 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa orang itu setelah berunding soal kesehatan
badan Teng Soan beberapa lamanya, baru berlalu dan kembali ke masing-masing pondoknya untuk beristirahat.
Auw-yang Thong yang selalu memikir kesehatan Teng
Soan, tidak kembali ke pondoknya sebaliknya pergi kepondok Teng Soan.
Dua anak buah golongan pengemis yang menjaga di depan pintu, begitu melihat pangcunya, segera menghampiri untuk memberi hormat.
"Apakah sianseng sudah tidur?" bertanya Auw-yang Thong.
"Sianseng sedang menantikan kedatangan pangcu,"
mienjawab dua orang itu dengan serentak.
Auw-yang Thong sejenak nampak tercengang, dalam
hatinya diam-diam merasa heran mengapa Teng Soan
mengetahui ia hendak berkunjung.
Ketika ia hendak melangkah masuk ke dalam kamar,
ternyata Teng Soan nampak sedang tidur.
Auw-yaug Thong tidak berani mengganggu, ia berdiri
disampingnya dengan sabar.
Entah berapa lama kemudian, Teng Soan perlahanperlahan membuka matanya, ia menoleh memandang Auwyang Thong sejenak, lalu berkata: "Sudah lama pangcu
datang?" "Baru saja tiba," berkata Auw-yang Thong.
"Maafkan dosa hambamu yang tidak menyambut
sebagaimana layaknya."
Auw-yang Thong menarik sebuah bangku dan duduk,
kemudian berkata: "Ah! Kita tokh bukan orang luar."
"Ada beberapa soal penting, sudah lama hambamu ingin
merundingkan dengan pangcu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sianseng katakan saja, aku bersedia untuk membantu."
"Ini ada beberapa persoalan piibadi."
Auw-yang Thong tercengang.
"Apa" Apakah sianseng ingin mengundurkan diri lagi?"
"Ini saat apa" Bagaimana hambamu timbul pikiran untuk undurkan diri lagi?"
"Kecuali soal ini, aku selalu menurut kehendak sianseng."
Teng Soan meletakkan kipas di tangannya, ia menarik
Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
napas dalam2, wajahnya yang pucat, nampak semakin pucat, keadaannya nampak sangat letih sekali.
Dalam waktu yang sangat singkat itu, Auw-yang Thong
mendadak timbul perasaan bahwa Teng Soan yang biasanya tenang dan gembira, sudah banyak lebih tua.
Suaranya yang bening juga sudah berubah menjadi parau, katanya: "Pangcu, adakah pangcu merasakan keadaan
hambamu agak berlainan?"
"Oleh karena urusan dalam golongan pengemis, Sianseng telah menggunakan banyak tenaga dan pikiran, sehingga badanmu kian hari kian lemah, justru karena itu aku sendiri setiap hari merasa tidak enak."
"Aku memang sudah ditakdirkan tidak bisa panjang umur, pada waktu itu sudah merasakan bahwa akhir hidupku sudah akan tiba ... nampaknya, sudah tidak sanggup menahan
setengah tahun lagi."
Auw-yang Thong terkejut. "Sianseng sendiri mengerti ilmu tabib dan obat-obatan, rasanya pasti tahu obat untuk
menyembuhkan kesehatanmu, aku pasti akan mencurahkan
semua tenaga, untuk mencarikan obat yang manjur itu
bagimu." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Teng Som sambil tersenyum pahit berkata dengan suara
lembut: "Obat hanya menumbuhkan penyakit yang tidak
membawa kematian, tetapi bagi hambamu yang sudah habis batas umurnya, bagaimana nyawa dapat disambung dengan obat" Maka pangcu tidak perlu susah hati."
"Dalam hal ini meski-pun aku tidak membunuh sianseng, tetapi jikalau sianseng meninggal itu berarti disebabkan karenaku. Andaikata waktu itu aku tidak minta sianseng turun gunung, maka penghidupan sianseng di atas gunung yang aman tentram, tidak sampai mengakibatkan sianseng harus bekerja keras sehingga penyembuhan sianseng terganggu."
"Bukan begitu, pangcu tahu bahwa Kun-liong Ong tidak
akan melepaskanku begitu saja, jikalau bukan pangcu yang menolong, saat ini hambamu barangkali cuma tinggal tulang dan tengkoraknya saja!"
"Di atas pundak sianseng terpikul beban berat untuk
menegakkan keadilan dan kebenaran rimba persilatan serta membasmi segala kejahatan, bagaimana boleh membicarakan soal mati dengan mudah".. "
"Pangcu seorang gagah berjiwa besar bagaimana boleh
karena kematian hambamu seorang, lalu berputus asa ...
hambamu ini karena menanggung budi pangcu, dalam
hidupku ini, sudah menyumbangkan semua kepintaran dan jiwa raga untuk mencari banyak orang pandai dan kuat bagi golongan pengemis, beberapa anggauta kita yang menduduki kedudukan penting, semua merupakan orang-orang luarbiasa, umpama Koan Sam Seng adalah seorang setia dan jujur,
hanya disebabkan karena kepandaian dan kecerdasan pangcu yang melebihi manusia, maka kepandaian maupun kepintaran orang2 itu tidak kelihatan menonjol, sebetulnya mereka itu semuanya dapat ditugaskan untuk suatu tugas berat, aih ...
selama beberapa tahun ini segala urusan pangcu selalu menanyakan dan merundingkan dengan hambamu sehingga
lambat laun menjadi kebiasaan, pangcu sendiri juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasakan dirinya kecil, tidak sanggup melakukan pekerjaan besar, Cu-kat sianseng dizaman tiga negeri Sam Kok
merupakan suatu contoh, namun hambamu yang mengetahui itu tetap sudah melanggarnya ... "
"Belum tentu semua itu betul, kepintaran dan kecerdasan sianseng, bagaimana dapat dibandingkan denganku, justru karena itu, sudah tentu aku harus mengandalkan sianseng."
"Walau-pun demikian, tetapi Kun-liong Ong adalah seorang yang cerdik, licin, jahat dan kejam, sesungguhnya merupakan lawan yang sangat berbahaya dan berat ditandingi, beberapa orang2 kita yang memegang jabatan penting, meskipun
semuanya merupakan orang2 kuat dan dapat melakukan
pekerjaan besar, tetapi mereka itu jikalau hendak menghadapi Kun-liong Ong, sesungguhnya masih selisih jauh. Namun demikian hambamu selama ini diam2 telah menemukan dua orang yang dapat mengimbangi kepandaian Kun-liong Ong."
Auw-yang Thong yang seolah2 sudah merasa jeri terhadap pengaruh kekuatan Kun-liong Ong, lalu berkata dengan wajah murung: "Kecuali sianseng, aku sebetulnya tidak melihat seorangpun yang dapat mengimbangi kecerdikan Kun-liong Ong."
"Dua orang itu, pangcu sudah pernah melihat semuanya,"
berkata Teng Soan sambil bersenyum.
Auw-yang Thong terkejut. "Siapa?"
"Mengadu kekuatan dengan tenaga mau-pun kepandaian
ilmu silat, orang yang dapat mengalahkan Kun-liong Ong, untuk dewasa ini hanya Siang-koan Kie seorang ... "
"Siang-koan Kie ... " berkata Auw-yang Thong heran,
"bagaimana ia dapat menandingi Kun-liong Ong" Hal ini aku tidak sependapat dengan sianseng."
"Menurut apa yang hambamu ketahui, kepandaian ilmu
silat yang dipelajari oleh Siang-koan Kie, ada banyak bagian Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
agaknya ditujukan untuk menundukkan Kun-liong Ong, apalagi gerak tipu llmu silatnya yang dimiliki sangat banyak
macamnya dan terlalu sulit bagi orang lain, semua ini justru merupakan kepandaian untuk mengalahkan kepandaian Kun-liong Ong, dewasa ini meski-pun ia belum sanggup
menandingi Kun-liong Ong tetapi tidak berapa lama lagi, ia pasti dapat mengimbanginya dan melakukan pertempuran
yang memutuskan, hambamu dapat memastikan, dikemudian orang-orang yang dapat mengalahkan Kun-liong Ong dengan kepandaian ilmu silat, di dalam dunia ini hanya ada dua orang
..." "Kecuali Siang-koan Kie, masih ada satu lagi?"
"Kecuali Siang-koan Kie, alalah Wan Hau yang bentuknya seperti manusia setengah seperti binatang monyet, ia
dilahirkan dengan keadaan fisiknya yang aneh, mempunyai kekuatan tenaga raksasa melebihi manusia biasa, nampaknya sangat bodoh tetapi sesungguhnya mempunyai bakat terbaik untuk belajar ilmu silat, suksesnya dalam ilmu silat, kemudian hari pemuda itu pasti tidak di bawahnya Siang-koan Kie."
Auw-yang Thong berdiam sambil berpikir, jelas bahwa ia sedang menganalisa keterangan Teng Soan itu.
Teng Soan mengibas-ngibaskan kipasnya dan berkata pula:
"Sementara itu orang yang dapat mengimbangi Kun-liong Ong dalam kepintaran, kecerdasan otot dan siasat atau akal, hingga dewasa ini, hambamu baru menemukan pada diri Nie Suat Kiao seorang."
Ucapan itu sangat mengejutkan dan mengherankan Auwyang Thong, sehingga hampir tidak percaya terhadap
pendengarannya sendiri. "Nie Suat Kiao?" demikian ia bertanya.
"Benar, ia dibesarkan disamping Kun-liong Ong, sehingga mengenal baik semua sifat, watak, keganasan dan kekejaman Kun-liong Ong, kecerdasan otaknya barangkali masih di atas Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hambamu, hamba sudah tahu tidak bisa hidup lama di dalam dunia, maka semua peladjaran yang hamba punyai, sudah hamba tulis dalam satu kitab tetapi selama itu belum
menemukan seorangpun yang dapat hamba turunkan
pelajaran itu. Karena urusan ini hamba sangat prihatin, aih!
Untung sebelum ajalku sampai sudah dapat menemukan Nie Suat Kiao, yang menjadi persoalan sekarang ini ialah, dengan cara bagaimana supaya kita dapat menariknya untuk kita gunakan."
"Di mana sekarang jejaknya Nie Suat Kiao, kita semua tidak tahu, kemana harus mencarinya?"
"Teng Soan tiba-tiba menatap wajah Auw-yang Thong
sekian lama diam saja. Auw-yang Thong merasa tidak enak, maka segera
bertanya. "Sianseng, adakah salah pada diriku?"
"Apabila pangcu ingin menarik Nie Suat Kiao, harus berlaku dan bersikap hormat terhadapnya, setidak-tidaknya sama seperti apa yang pangcu lakuan terhadap hambamu."
Auw-yang Thong terperanjat. "Benarkah sianseng
mengajukan Nie Suat Kiao?"
"Urusan ini ada menyangkut kepentingan dan kedamaian
golongan pengemis, bagaimana hambamu berani main-main?"
Sekarang ini sebaiknya Sianseng merawat diri sendiri
dahulu, untuk membicarakan soal ini rasanya masih terlalu pagi."
Teng Soan perlahan-perlahan bangkit dan berkata sambil tertawa. "Hambamu, hanya ingin supaya dalam hati pangcu ebih dahulu sudah mendapat suatu gambaran, bukan berarti dilaksanakan sekarang juga."
Auw-yang Thong sudah melihat gelagat Teng Soan ingin
minta ia berlalu, maka ia lalu bangkit dan berkata dengan suara perlahan: "Apabila sianseng dapat menemukan putri Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiang Su Im, itu lebih baik, tetapi seandai tidak juga jangan terlalu banjak dipikir."
"Hambamu sudah berani mengeluarkan perkataan sudah
tentu akan hambamu wujudkan dengan mencurahkan
sepenuh tenaga." "Namun demikian, kesehatan sianseng harus diperhatikan!"
"Silahkan pangcu beristirahat, hambamu tidak mengantar lagi."
Auw-yang Thong menarik napas dalam2 dengan hati
sangat duka ia meninggalkan penasehatnya.
Teng Soan setelah mengantar keluar pangcunya lalu mandi, tukar pakaian dan menutup pintu kemudian mengeluarkan alat nujumnya, alat2 tulis dan kertas, mulai dengan nujumannya sambil menuliskan di atas kertas.
Meskipun ia nampaknya sangat letih, tetapi dalam
melakukan pekerjaannya, nampaknya sangat bersemangat.
Dengan cara demikian ia meliwati malam itu hingga
menjelang subuh, ia baru tidur.
Ketika ia mendusin, Auw-yang Thong sudah berdiri di
belakangnya sambil menggendong kedua tangannya,
wajahnya nampak sangat murung, tatkala nampak Teng Soan mendusin, segera ditegurnya sambil menghela napas:
"Sianseng, nampaknya kau tidak tidur semalam suntuk?"
"Hambamu sudah berhasil menujumkan di mana jejak nona Kiang," menjawab Teng Soan sambil bersenyum.
Auw-yang Thong tercengang, kemudian berkata sambil
menggeleng2kan kepala: "Dalam hati dan mataku, kesehatan sianseng lebih penting dari segala-galanya."
"Sekarang kita harus mencari dua orang kuat dalam
golongan kita, untuk mencari jejak nona Kiang."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Auw-yang Thong mengalihkan pandangan matanya ke atas
meja, di situ terdapat empat atau lima helai kertas penuh dengan tulisan dan lukisan bundaran Teng Soan, tetapi ia tidak mengerti apa maksudnya.
Sambil mengawasi kertas di atas meja itu Teng Soan
berkata pula: "Ini adalah hasil percobaan ilmu nujumku, entah manjur atau tidak" Aih! Apabila kita beruntung dapat
menemukan putri Kiang Su Im, golongan pengemis kita akan tambah satu tenaga seorang kuat."
Menyaksikan sikap penasehatnya demikian gembira,
pemimpin golongan pengemis itu dalam hatinya merasa girang tercampur sedih. Ia merasa kasihan akan kesehatan badannya yang semakin memburuk, sebaliknya merasa kagum akan
keuletan dan kesetiannya.
"Sianseng, beritahukan padaku hasil nujummu itu, supaya aku bisa pergi sendiri," demikian ia berkata sambil menghela napas ringan.
"Dalam hal ini, masih terdapat banyak tanda tanya yang hamba belum dapat pecahkan, perlu dihitung lagi setelah tiba di tempatnya. Harap pangcu tinggal disini untuk memegang pimpinan, hambamu akan pergi sendiri."
"Semalam suntuk sianseng tidak tidur, barangkali terlalu letih melakukan perjalanan jauh, apabila perlu betul sianseng harus pergi sendiri, juga harus beristirahat satu dua hari dulu baru berangkat."
"Kita tidak boleh berlaku ayal, barangkali akan terjadi perubahan, nanti setelah hambamu berhasil menemukan nona Kiang, barulah beristirahat, bukankah sama saja?"
Mendengar kata2nya yang tegas, Auw-yang Thong tidak
dapat mencegah lagi, ia berkata sambil menghela napas:
"Karena Sianseng sudah bertekad bulat hendak pergi, aku juga tidak bisa mencegah, orang2 yang sianseng hendak bawa serta, harap sianseng pilih sendiri."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku ajak Siang-koan Kie dan Touw Thian Gouw sudah
cukup ... " "Dua orang ini bukan orang2 golongan kita, sianseng ajak mereka jalan bersama-sama, bukankah terlalu gegabah?"
"Tidak halangan, hambamu akan menggunakan
kesempatan ini, hendak berusaha untuk membujuk Touw
Thian Gouw, supaya ia suka masuk kepada golongan kita."
"Sianseng telah bekerja keras untuk kepentingan golongan pengemis, semua orang golongan pengemis sangat berterima kasih, tetapi kesehatanmu kian hari makin lemah, juga menjadi pikiran semua orang dari golongan pengemis. Diharap supaya sianseng baik2 menjaga kewarasan diri sendiri, ingatlah mati hidup golongan pengemis tergantung di tangan sianseng."
"Kun-liong Ong saat ini tidak bergerak, pasti sedang
mengatur siasat keji. Ketenangan pada waktu ini merupakan suatu ketenangan sejenak menjelang angin taupan datang.
Nanti setelah hambamu pergi, harap pangcu berlaku hati2, selambat-lambatnya tujuh hari, secepat-cepatnya lima hari, hambamu pasti sudah kembali."
Dengan perasaan berat, Auw-yang Thong menuruti
kehendaknya. Teng Soan menyuruh orang menyediakan kuda, dengan
membawa Siang-koan Kie dan Touw Thian Gouw sebagai
pengawal ia melakukan perjalanannya mencari anak
perempuan Kiang Su Im. Bertiga terburu-buru melakukan perjalanan, dalam waktu singkat sudah mencapai tiga atau empat puluh pal, Touw Thian Gouw yang tidak dapat kendalikan perasaan herannya, lalu bertanya kepada Teng Soan dengan suara perlahan.
"Sianseng tidak mau membawa orang2 golongan pengemis, sebaliknya mengajak kita berdua, apakah mengandung
maksud tertentu?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dengan adanya dua saudara yang menyertaiku, siaute
merasa aman," menjawab Teng Soan sambil tersenyum.
"Tindakan sianseng ini, membuat siaute berat tanggung jawabnya!''
"Asal kita tidak berjumpa dengan orang2nya Kun-liong Ong, dengan kepandaian saudara berdua, sudah cukup untuk
menghadapi segala sesuatu."
Siang-koan Kie yang sejak tadi diam saja, tiba2 berkata:
"Siaute sebaliknya mengharap bisa berjumpa dengan Kun-liong Ong sendiri."
"Rupanya saudara Siang-koan sudah bernapsu benar
hendak melawan dia," berkata Teng Soan sambil tertawa.
"Bukan maksud siaute hendak mendapat nama, siaute
hanya ingin dapat melakukan suatu pertandingan yang
menentukan dengannya, agar cita2ku tercapai."
"Kalau kau benar2 dapat menjatuhkan Kun-liong Ong,
kejadian ini pasti akan menggemparkan rimba persilatan, walaupun kau sendiri tidak ingin mendapat nama, tetapi dengan sendirinya namamu akan terkenal dengan suatu
kenyataan yang nyata."
Sementara itu tibalah mereka kesebuah rimba.
Teng Soan menghentikan kudanya seraya berkata: "Inilah tempatnya Kiang Su Im kehilangan anak perempuannya."
Siang-koan Kie memperhatikan keadaan tempat itu,
memang benar disebelah timur rimba itu, terdapat sebuah danau seluas kira2 lima tombak persegi. Tidak jauh dari danau itu, terdapat beberapa buah gubuk.
"Sianseng, apakah kita perlu masuk?"
Teng Soan perlahan2 turun dari atas kudanya, setelah
menambat kudanya di suatu tempat tersembunyi, lalu berkata kepada Toaw Thian Gouw dengan suara perlahan: "Kiang Su Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Im yang kehilangan anaknya secara mendadak, pikirannya lalu menjadi kalut, sehingga tidak ingat untuk mengadakan
pemeriksaan keadaan di sekitarnya, sebetulnya pada waktu itu anak perempuannya masih disembunyikan disebuah tempat hanya beberapa puluh tombak dari tempatnya beberapa
rumah gubuk itu paling mencurigakan, mari kita pergi
melihatnya." Siang-koan Kie berkata sambil menunjuk beberapa
bangunan rumah didekat danau: "Toako harap memutar di belakang gubuk itu sembunyi didekatnya, siaute hendak berjalan bersama Teng sianseng, apabila ada terjadi apa-apa supaya toako bisa lekas kembali memberi kabar."
Touw Thian Gouw berpikir sejenak, ia pergi menuju
ketempat yang ditunjuk oleh Siang-koan Kie.
Siang-koan Kie maju selangkah, berada di depan Teng
Soan, kemudian berkata: "Siautee hendak berjalan dimuka."
Teng Soan mengerti bahwa pemuda itu akan melindungi
dirinya, maka diam saja, sambil bersenyum ia mengikuti dibelakangnya.
Dua orang itu setelah mengitari danau, lalu langsung
menuju kesalah satu gubuk.
Rumah itu dikelilingi oleh pagar bambu, pintu pagar masih tertutup rapat.
Siang-koan Kie dengan sangat hati2 berjalan mendekati pintu pagar, tiba2 ia berhenti, berpaling dan berkata kepada Teng Soan: "Sianseng, apakah kita perlu masuk?"
"Lihat-lihat saja boleh juga, menjawab Teng Soan sambil tertawa.
"Harap sianseng mengikuti di belakangku, jangan terpisah terlalu jauh, supaya kalau ada musuh menyerang, jangan sampai siaute tidak keburu menolong."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba dimuka pintu gubuk, Siang-koan Kie mengetuk duakali sambil berkata. "Apakah di dalam ada orang?"
Dari dalam terdengar suara jawaban seorang tua: "Siapa?"
Bersamaan dengan itu, pintu telah terbuka dari dalam
nampak seorang tua dengan tangan memegang tongkat
berjalan lambat-lambat. Siang-koan Kie mengerutkan keningnya, ia bertanya
dengan suara perlahan: "Adakah nenek seorang diri saja dirumah?"
"Kalian tamu-tamu yang lewat disini, apakah memerlukan minum karena haus di jalanan?" menjawab perempuan tua itu, tetapi bukan jawaban yang ditanya oleh Siang-koan Kie.
Siang-koan Kie yang kali ini jalan sama-sama Teng Soan, tiba2 berubah sangat hati2, ia merasa bahwa suara nenek tua itu masih bening lembut bukan suara seorang perempuan jang sudah berusia lanjut.
Ia berpaling mengawasi Teng Soan, Teng soan balas
memandang kepadanja sambil tersenjum tanpa berkata apa-apa, agaknja ia hendak melihat bagaimana Siang-koan Kie menghadapi persoalan itu.
Siang-koan Kie memperdengarkan suara batuknya biji
matanya berputaran, mengawasi keadaan sekitarnya.
Gubuk itu terdapat dua kamar tidur, karena pintunya
tertutup oleh tirai, tidak tampak tegas apa yang ada di dalamnya, hanya dalam hatinya saja bertanya-tanya kepada dirinya sendiri: apakah kamar ini ada tersembunyi orang"
Mata nenek tua rambut putih itu menatap wajah Siangkoan Kie, kemudian dialihkan pandangan matanya kepada Teng Soan.
Kedua fihak saling membisu, hingga suasana dalam gubuk itu nampak sunyi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie tiba2 memperdengar suara tertawa dingin, memecahkan kesunyian, kemudian berkata: "Penyaruanmu
meskipun mirip, sayang kau tidak dapat mengelabuhi
mataku.'' "Ucapanmu ini, aku sesungguhnya tidak mengerti," berkata perempuan tua itu sambil menggelengkan kepala.
Siang-koan Kie berkata sambil mengulurkan tangannya:
"Tongkatmu ini boleh juga!"
Dengan cepat tangan itu menyambar tongkat si perempuan tua.
Perempuan tua itu, tongkatnya tersambar oleh Siang-koan Kie, orangnya rubuh di tanah.
Kejadian itu di luar dugaan Siang-koan Kie, hingga untuk sesaat ia merasa sangat malu lalu melepaskan tongkatnya dan membimbing bangun perempuan tua itu.
Teng Soan buru-buru berseru: "Saudara Siang-koan awas
" " Penasehat yang pintar itu meskipun segera mengetahui apa yang akan dilakukan oleh perempuan tua itu, tetapi sudah terlambat, baru saja perkataannya keluar dari mulutnya, tangan perempuan tua itu sudah berhasil menyambar
pergelangan tangan Siang-koan Kie, setelah itu ia melompat berdiri dan berkata kepada Teng Soan dengan nada suara dingin: "Tutup mulutmu, kalau kau berani membuka mulut aku segera memutuskan urat nadimu."
"Meskipun Teng Soan tidak mengerti ilmu silat, tetapi ia mempunyai ketenangan luar biasa, sambil tertawa hambar ia berkata: "Penyaruanmu meskipun mirip, sayang kau tidak dapat mengelabuhi mataku."
"Aku tahu bahwa berdiri dirumah atap orang, tidak boleh tidak harus menundukkan kepala, kau jangan khawatir."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kekuatan tenaga perempuan tua ini ternyata cukup hebat, ketika Siang-koan Kie tergenggam pergelangan tangannya, separoh badannya segera dirasakan kejang, tidak bisa
bergerak. Tetapi selama itu, karena beberapa kali berhadapan dengan musuh kuat hingga pengalamannya bertambah
banyak. Ketika mengetahui pergelangan tangannya
tergenggam di tangan orang ia tidak berontak lagi. Di luarnya tidak mengunjukkan sikap apa2, tetapi diam2 mengerahkan kekuatan tenaga dalam, untuk mencari kesempatan yang baik, walaupun tangannya tidak bisa terlepas dari nenek tua itu, bagaimanapun juga ia harus berusaha untuk balas
menyerang, bahkan jikalau perlu mati bersama-sama.
Mata perempuan tua itu terus menatap wajah Teng Soan, sambil memperdengarkan suara tertawa dingin, perempuan tua itu bertanya : "Dilihat dari dandananmu ini, kau tentunya Teng Soan, yang mempunyai julukan Siao-yao-siucay itu.
Betul tidak?" "Benar," menjawab Teng Soan sambil tertawa.
"Dalam dunia Kang-ouw tersiar kabar kau tidak paham ilmu silat, hanya dengan mengandalkan kepintaran dan
kecerdikanmu kau mengalahkan lawan-lawanmu," berkata perempuan tua itu dengan nada suara dingin.
"Kabar angin belum tentu dapat dipercaya."
"Hem! Kau nampaknya tenang sekali."
"Kita sudah terjebak, sekalipun minta pertolongan, juga belum tentu dapat menolong."
"Sudah lama aku dengari tentang kepintaranmu hari ini aku ingin melihat dengan cara bagaimana kau dapat lolos dari sini
... !" berkata perempuan tua itu, kemudian berkata kepada orangnya yang tersembunyi di dalam rumah: "Kalian tidak lekas keluar, masih tunggu apa lagi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sesaat kemudian terdengar tindakkan kaki orang2 dari dua kamar, muncul empat laki2 tegap, ia menyerbu Teng Soan.
Siang-koan Kie yang menyaksikan kejadian itu merasa
gelisah, tiba2 ia mengeluarkan suara bentakan keras, semua kekuatan tenaga dalam dipusatkan ketangan kanannya,
kemudian menyerang perut perempuan tua itu.
Perempuan tua itu hanya pusatkan kekuatannya untuk
memegang tangan Siang-koan Kie supaya jangan dapat
melepaskan diri, tak disangka pemuda itu telah menyerang dirinya, dalam terkejutnya dengan cepat ia melompat mundur dua langkah.
Siang-koan Kie yang mengingat keselamatan diri Teng
Soan, sebaliknya tidak menghiraukan jiwanya sendiri dengan satu tendangan kaki, ia dapat menendang tongkat perempuan tua dan tongkat itu terus meluncur ke arah seorang dari empat laki2 itu dengan kecepatan hebat, sesaat kemudian terdengar suara jeritan ngeri yang keluar dari mulut laki2 itu ternyata tongkat itu sudah menembusi dadanya, sehingga roboh seketika itu juga.
Tiga yang lainnya ketika menyaksikan Siang-koan Kie
hanya dengan tendangan kaki dapat menembusi dada
kawannya dengan tongkat bambu, hingga seketika berdiri tertegun.
Perempuan tua itu juga terkejut, diam-diam merasa jeri.
Teng Soan lalu berkata sambil mengawasi tiga laki2 yang berdiri tertegun itu: "Apakah kalian pernah dengar bahwa di dalam golongan pengemis ada seorang bernama Teng Soan?"
"Nama itu sudah lama tersohor di dunia Kang-ouw, tidak seorangpun tidak tahu," menjawab salah seorang dari pada tiga laki-laki itu.
Perempuan itu menambah kekuatan tenaganya ketangan
yang mencekal pergelangan tangan Siang-koan Kie, sehingga Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
badan Siang-koan Kie dirasakan kesemutan, sebetulnya ia dapat menggunakan kesempatan itu untuk mencecer
lawannya, mendesak perempuan tua itu, melepaskan
Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tangannya, tetapi karena ia harus menolong jiwa Teng Soan sehingga kehilangan kesempatan yang baik itu.
Mata Teng Soan berputaran, ia lihat jidat Siang-koan Kie sudah berkeringatan, ia tahu bahwa pemuda itu tidak dapat melepaskan tangannya dari genggaman tangan perempuan
tua itu, segera berkata sambil menggoyang2kan kipasnya:
"Apakah tuan2 ingin berkenalan dengan Teng Soan" Aku inilah orangnya."
"Teng Soan tidak mengerti ilmu silat, tidak mempunyai kekuatan tenaga, mengapa kalian tidak lekas turun tangan"
Masih tunggu apa lagi?"
Tiga laki2 itu saling berpandangan sejenak, lalu menyerbu Teng Soan.
Teng Soan tertawa bergelak2 dan berkata: "Jangan
bergerak! Kalian kira Teng Soan itu orang apa" Kalau tidak sanggup menghadapi kalian beberapa manusia kecil yang tidak ternama, mana masih ada muka untuk bertanding
dengan Kun-liong Ong?"
Tanpa sadar tiga laki2 itu menghentikan tindakkannya.
Perempuan tua itu yang menyaksikan keadaan demikian,
segera membentak: "Manusia tidak berguna, jikalau kalian tidak mau segera turun tangan, hati2 dengan batok kepala kalian ... "
Teng Soan terus mengibas-ngibaskan kipasnya, dan
berkata dengan suara hambar: "Siapa yang tidak takut mati, boleh maju."
Salah seorang diantara mereka lalu berkata: "Nampaknya kau seorang lemah yang tidak bertenaga, apakah kau sanggup menahan tinjuku?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan tindakan lebar laki-laki itu menghampiri kepadanya.
Tetapi belum lagi bergerak tangannya, tiba-tiba sudah jatuh terlentang di tanah.
Dua laki-laki lain yang sudah akan bertindak, ketika melihat kawannya itu roboh, dengan serentak lalu berhenti.
"Mengapa kalian tidak berani maju lagi?" bertanya Teng Soan sambil tersenyum.
Perempuan tua itu dengan kedua tangan mencekam
pergelangan tangan siang-koan Kie. namu pandangan
matanya ditujukan kepada Teng Soan, ketika, menyaksikan salah seorang orangnya roboh tanpa mengeluarkan suara, ia tidak tahu masih hidup ataukah sudah mati" Sesaat
perasaannya tergoncang, diam2 mengagumi kepandaian Teng Soan, sehingga tidak mendesak lagi kepada orang2nya,
sebaliknya malah berkata: "Teng Soan banyak akalnya, kalian harus berhati2 jangan sampai tertipu olehnya."
"Takutkah kalian berdua" Mengapi tidak berani maju lagi?"
berkata Teng Soan sambil tertawa terbahak2, sedang kipas di tangannya tiba2 dikibaskan ke barat.
Laki2 yang berdiri disebelah barat tiba2 berbangkis dan jatuh rubuh di tanah.
Teng Soan mengibaskan lagi kipasnya ke arah timur, lelaki yang disebelah timur juga roboh seketika itu juga.
Empat orang laki2 yang keluar diri tempat sembunyinya tadi, satu mati di tangan Siang-koan Kie tiga sudah roboh tanpa bersuara, hingga bahaya yang mengancam Teng Soan, dengan sendirinya telah lenyap. Ia lalu menghampiri
perempuan tua itu seraya berkata sambil bersenyum: "Dalam rumah ini masih ada beberapa banyak orang yang
tersembunyi, suruhlah mereka keluar semuanya."
Perempuan tua itu meskipun hatinya agak gentar, tetapi di luarnya masih bersikap dingin denga suara perlahan2 ia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkata: "Kau jangan sombong, hari ini kalau kau pikir bisa berlalu dari smi dalam keadaan hidup, barang kali sulit sekali."
Teng Soan masih menjawab dengan sikap tenang dan
wajah ramai senjum: "Kun-liong Ong telah memperhitungkan bahwa aku pasti akan datang kemari, sudah tentu aku tidak ingin ia kecewa."
"Di sekitar danau ini, sudah ada beberapa puluh orang kuat yang menantikan kedatanganmu, sekali pun golongan
pengemis datang bala bantuan mungkin juga tidak terburu lagi," berkata perempuan tua itu dingin.
Teng Soan menghentikan kakinya, kipas di tangannya
dikibas2kan, hanya tersenjum tidak berkata apa-apa.
Perempuan tua itu menunggu lama, masih nampak Teng
Soan tidak bicara, ia lalu berkata pula. "Tetapi kali ini yang memancing kalian datang kemari, bukanlah siasat Kun-liong Ong."
"Hal ini sesungguhnya di luar dugaanku."
Tiba-tiba terdengar suara geraman Siang-koan Kie,
tangannya meronta dan terlepas dari genggaman tangan
perempuan tua itu, setelah itu lalu menyerangnya.
Perempuan tua itu agaknya tidak menduga Siang-koan Kie dapat melepaskan diri, seketika itu ia tercengang, sehingga diserang oleh Siang-koan Kie, baru tersadar dan dengan cepat melompat mundur.
"Saudara Siang-koan jangan bertindak dulu," berkata Teng Soan.
Siang-koan Kie menarik kembali serangannya, kemudian
melompat mundur dan berdiri di sisi Teng Soan.
Perempuan tua itu dengan berdiri termanggu2 mengawasi Siang-koan Kie sambil mengguman: "Kepandaian ilmu apa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang kau gunakan, sehingga dapat melepaskan diri dari genggaman tanganku?"
Siang-koan Kie hanya tertawa dingin tidak menjawab.
Teng Soan menghentikan gerakannya mengibaskan
kipasnya kemudian berkata lambat-lambat: "Kalau benar Kun-liong Ong tidak mengetahui soal ini dan siapakah orang yang memancing aku datang kemari?"
Perempuan tua itu segera melepaskan rambut putih dari atas kepalanya, sehingga rambut palsu itu terangkat dan sebagai gantinya rambut hitam jengat, yang ada di atas kepalanya ia menggunakan pula lengan baju untuk
menghapus mukanya sehingga wajah yang tadi kelihatan
berkeriputan seperti nenek2 kini telah pulih kembali wajah aslinya, yang merupakan wajah cantik jelita dari seorang gadis berusia kira2 delapanbelas tahun.
"Nona pandai sekali menyaru, sayang suaramu belum
berubah, apabila suaramu itu kau robah agak serak,
barangkali kita juga tidak dapat membuka rahasia
penyamaranmu ini," berkata Teng Soan sambil tersenyum.
Gadis itu setelah pulih kembali keadaan semulanya, tidak lagi merasa ragu2, dengan suara lemah lembut ia berkata:
"Kau sadarkan dulu orang2ku yang kau jatuhkan itu."
"Tidak perlu, barangkali tidak lama lagi, mereka akan mendusin sendiri," berkata Teng Soan sambil bersenyum, "aku ingin menanyakan sesuatu hal kepada nona, apakah kiranya kau dapa memberi keterangan?"
"Urusan apa?" "Ada seorang gadis seorang she Kiang, apakah ia masih berada di tempat ini?"
Gadis itu berpikir sejenak, baru menjawab, "Ia berbadan lemah dan berpenyakitan, untung nyonyaku kasihan padanya, sehingga dibawanya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nyonyamu itu sesungguhnya juga sangat gegabah,
seandai hari ini yang datang itu bukannya aku bagaimana?"
"Apakah kau kira nyonyaku tidak bisa keluar?"
"Aku juga pikirkan soal itu, entah masih ada berapa lama lagi nyonyamu baru datang kemari?"
"Cepat, barangkali tidak usah setengah jam."
Teng Soan berpaling dan berkata kepada Siang-koan Kie :
"Kita juga harus menggunakan kesempatan ini untuk
beristirahat sebentar."
Ia berjalan ke satu sudut dan duduk di atas sebuah kursi sambil memejamkan matanya.
-odwo- Bab 75 DI LUARNYA Teng Soan menunjukkan sikap acuh tak acuh, tetapi sebetulnya ia sudah merasa letih sekali, maka ketika mendengar keterangan gadis itu, menunggu kira2 setengah jam, justru itulah yang diharapkan Teng Soan, kesempatan itu digunakan sebaik2nya, untuk beristirahat dan siap sedia untuk menghadapi kesulitan yang mengancam dirinya.
Siang-koan Kie mengikuti dan berdiri di samping Teng
Soan. Ia tiba2 merasa bahwa kewajibannya sendiri sangat berat, maka juga memejamkan matanya untuk bersemedi,
guna menghadapi kemungkinan adanya pertempuran hebat.
Gadis itu mengawasi dua orang sejenak, dalam hatinya
berpikir: "dua orang ini sungguh berani, di bawah pengawasan dan bahaya demikian rupa, ternyata masih bisa berlaku tenang."
Entah berapa lama telah berlalu, tiba2 terdengar suara merdu, sehingga mengejutkan mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sesaat kemudian, dalam gubuk itu muncul delapan
perempuan2 muda yang mengenakan pakaian beraneka
ragam, di tangan setiap orang memegang sebilah pedang.
Siang-koan Kie segera berdiri di depan Teng Soan kali ini ia tidak berani berlaku gegabah lagi, kali ini ia tidak berani berlaku gegabah lagi, pedang panjangnya dihunus keluar.
Ia memandang rombongan perempuan muda itu sejenak
tanpa bicara, tetapi diam2 sudah menggeser kakinya,
menempatkan dirinya kesuatu posisi yang baik untuk
menghadapi musuh2nya. Rombongan perempuan muda itu juga mengawasi Siangkoan Kie dengan sikap dingin.
Teng Soan masih tetap memejamkan matanya duduk
menyender dinding, agaknya sedang tidur nyenyak.
Siang-koan Kie tiba2 teringat diri Touw Thian Gouw, sudah beberapa lamanya mengapa tidak muncul, apakah mendapat halangan"
Bagaimanapun juga, ia bukanlah seorang Kang-ouw
kawakan apa yang dipikir, selalu tak dapat dikendalikan oleh perasaannya, maka segera menanya kepada rombongan
perempuan muda itu. "Hai! Apakah kalian tadi melihat seorang laki2 yang bersenjatakan pecut emas?"
Berulang2 ia bertanya, tetapi tidak seorangpun yang
menjawab. Ia segera naik pitam, dengan suara keras ia
membentaknya. "Apakah kalian sudah tuli semuanya?"
Seorang diantara rombongan perempuan muda itu, yang
rupanya sudah agak banyak pengalaman, dengan sinar mata dingin mengawasi Siang-koan Kie sejenak, lalu berkata, "Kau memaki siapa?"
"Pertanyaanku tadi kalian dengar atau tidak?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau dengar mau apa?"
"Kalau sudah dengar, mengapa kalian tidak menjawab"'
"Tidak sudi mengurusi segala urusan demikian."
Siang-koan Kie melengak, ia tidak tahu bagaimana harus membuka mulut.
Sementara itu, Teng Soan telah tersadar dari pulasnya karena mendengar suara ribut itu, ia berkata kepada Siangkoan Kie dengan suara perlahan: "Jangan pedulikan mereka."
Lambat-lambat Siang-koan Kie menurunkan pedangnya, ia berdiri tegak tanpa menghiraukan rombongan perempuan
muda itu lagi. Liwat lagi sejenak tiba-tiba terdengar suara:
"Nyonya tiba." Rombongan perempuan muda itu, semua segera berlutut di tanah, pedang mereka diletakkan di atas kepala.
Teng Soan perlahan-perlahan berbangkit, ia berkata
kepada Siang-koan Kie: "Saudara Siang-koan, jikalau tidak terpaksa, sebaiknya jangan menggunakan kekerasan."
Siang-koan Kie memasukkan pedangnya ke dalam sarung,
kemudian berkata: "Siaute nanti akan tunggu perintah
sianseng dulu baru bertindak."
Teng Soan menganggukkan kepala sambil tersenyum.
Sementara itu dari dalam rumah nampak seorang wanita
berpakaian putih, mukanya tertutup oleh kain sutra jarang yang berwarna hijau, lambat-lambat jalan menghampiri.
Sikap wanita itu sangat agung, ia berjalan dengan tenang tidak menghiraukan rombongan wanita muda yang
menyambutnya dengan berlutut, sebaliknya langsung
menghampiri Teng Soan dan Siang-koan Kie.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba dihadapan mereka, wanita itu membuka mulut
bertanya, "Diantara kalian berdua, mana satu yang bernama Teng Soan?"
"Akulah yang bernama Teng Soan." menjawab Teng Soan sambil membuka kipasnya.
"Sudah lama kudengar namamu yang besar, orang2 rimba
persilatan dewasa ini, hanya kaulah yang dapat menandingi kepintaran suamiku," berkata wanita baju putih itu.
"Terima kasih atas pujian nyonya, tetapi aku merasa
sangat malu," berkata Teng Soan sambil tertawa hambar.
Wanita berbaju putih itu perlahan-perlahan membuka
kerudung yang menutupi mukanya, kemudian berkata dengan suara perlahan: "Kau pandanglah aku dengan seksama,
kenalkah kau?" Teng Soan memandang dan memperhatikan muka
perempuan itu, ternyata adalah seraut wajah cantik jelita, namun ia merasa agak asing, ia memutar otak mencari-cari bayangan setiap wanita yang di kenalnya, ia merasa wajah yang cantik itu entah di mana pernah melihatnya, ia sudah tidak dapat mengingat kembali, maka lalu menjawab sambil menggelengkan kepala. "Nyonya, maafkan mataku ini sudah lamur, aku sudah tidak ingat lagi di mana pemah melihat nyonya?"
"Benarkah kau sudah tidak ingat lagi?" bertanya wanita itu sambil tersenyum.
Waktu ia tersenyum, kedua pipinya nampak dua buah
lobang yang dalam. Hati Teng Soan tergerak, samar-samar ia ingat memang
rasanya sudah pernah kenal, tetapi kalau ia pikir lagi, sebaliknya merasa asing, maka ia menjawab dengan tegas:
"Benar, aku yakin apabila aku pernah melihat nyonya, pasti dapat mengingatnya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita itu perlahan-perlahan menurunkan lagi kain
kerudungnya seraya berkata. "Jawabanmu itu merupakan
suatu jawaban mutlak ataukah benar-benar tidak pernah melihat" " " ia berhenti sejenak, "Aih! Hari ini kau sudah dapat mencari ketempat ini, benar-benar pintar sekali, kalau begitu, suamiku itu benar-benar tidak dapat menandingi kepintaranmu?"
"Apakah nyonya memang bermaksud hendak menemui
aku?" "Aku hanya ingin menanyaimu tiga soal saja."
"Baiklah, aku bersedia menjawabnya, katakanlah lebih dulu soal yang pertama!"
"Benarkah kau hendak menentang suamiku?"
"Aku ingin mendapat penjelasan lebih dulu, yang nyonya maksudkan dengan suamimu itu apakah Kun-liong Ong?"
"Aku adalah permaisuri Kun-liong Ong?"
"Dengan Kun-liong Ong pribadi aku tidak mempunyai
permusuhan apa2, tetapi untuk kepentingan rimba Persilatan, diantara kita berdua kini merupakan musuh satu sama lain."
"Sayang kau sudah tidak dapat hidup lebih lama lagi,
setelah kau binasa, siapa lagi yang dapat menandingi
suamiku?" Teng Soan terkejut, namun dilahirnya masih mengunjukkan sikap tenang, katanya : "Perkataan nyonya ini, apakah merupakan pertanyaan yang kedua?"
"Boleh juga!" menjawab perempuan itu sambil
menganggukkan kepala. "Kun-liong Ong seharusnya tahu bagaimana kepandaianku dalam ilmu ketabiban, dunia cukup luas, anak buah golongan pengemis cukup banyak, apakah tidak bisa mendapatkan obat manjur untuk menyambung jiwaku?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perempuan berbaju putih itu berpikir sejenak, kemudian bertanya : "Marilah kita bicarakan soal yang terakhir, ini juga merupakan soal yang terpenting."
"Katakanlah, aku bersedia mendengarkan."
Perempuan berbaju putih itu menarik napas dalam2 dan
berkata : "Kulihat rimba persilatan, tidak lama lagi akan terjadi suatu bencana besar, meskipun aku menjadi istri Kun-liong Ong, tetapi tidak menyetujui sepak terjangnya."
Teng Soan tertawa hambar, tidak menjawab.
Perempuan berbaju putih itu berkata pula, "Aku dilahirkan sebagai seorang perempuan, tidak mampu merintangi sepak terjang suamiku."
"Memberi nasehat dengan perkataan baik, mungkin dapat membatalkan keinginannya untuk menguasai rimba persilatan
... " "Kau dengan Kun-liong Ong pernah belajar bersama2
dalam satu perguruan, apakah kau masih belum tahu watak perangainya" Aih! Ia seorang keras kepala dan menuruti hati sendiri, selamanya tidak pernah mau dengar nasehat orang."
Teng Soan diam2 merasa heran, entah bagaima ia
mengetahui bahwa dirinya pernah belajar bersama2 dengan Kun-liong Ong, wanita misterius ini nampaknya mengetahui banyak tentang diri orang cerdik pandai itu.
"Kun-liong Ong tidak memberitahukan kepadaku bahwa
kalian pernah belajar bersama2 dalam satu perguruan ?"
"Dan mengapa nyonya mengetahui aku keluaran satu
perguruan dengan Kun-liong Ong?"
"Apa yang dibuat heran," berkata nyonya berbaju putih itu sambil menarik napas panjang, "seperti halnya kenal baik denganmu, tetapi kau merasa asing."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Teng Soan yang selama itu merupakan seorang cerdik
pandai, kini seolah2 tenggelam dalam kabut, beberapa
pertanyaan perempuan berbaju putih itu membuatnya sangat bingung, ia tidak tahu bagaimana harus menjawab.
"Ingatkah kau besok hari apa?" bertanya perempuan berbaju putih itu dengan suara sedih.
Teng Soan tercengang, ia berkata : "Besok adalah hari wafat suhu."
"Aku tidak menduga kau bisa datang, dalam hatiku
kesempatan ini hampir tisak ada, tetapi kau ternyata sudah datang, aih! Apalagi kau tidak datang, maka seumur hidup kita, sudah tidak ada kesempatan untuk menjumpai lagi."
Romantika Sebilah Pedang 8 Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen Geger Dunia Persilatan 6
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama