Ceritasilat Novel Online

Irama Seruling Menggemparkan 25

Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa Bagian 25


Teng Soan mengajak pula mereka berjalan mengitari
barisan batu yang sudah berbentuk itu, lalu menunjuk mereka tempat2 yang harus dijaga dan bagaimana harus menghadapi serangan musuh katanya : "Setiap orang harus menjaga di posnya sendiri2, batu2 kecil itu memang dapat digunakan sebagai senjata rahasia, tetapi jika tidak perlu betul jangan menggunakan sembarangan, terlebih2 tumpukan batu yang digunakan sebagai barisan itu, tidak boleh diambil
sembarangan supaya tidak kehilangan khasiatnya."
Empat laki2 itu menganggukkan kepala, satu di antaranya bertanya : "Sianseng bagaimanakah kegunaannya barisan batu ini" Apakah namanya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Teng Soan berpikir sejenak, baru berkata sambil tertawa :
"Barisan batu ini kubentuk menurut barisan Pat tin-touw dari Cu-kat sianseng di jaman Sam-kok, hanya diadakan sedikit perobahaan, nanti apabila saudara-saudara bertempur dengan orang2nya Kun-liong Ong menyerang, cukup menjaga di pos masing-masing jangan mundur setapakpun juga, maka Kun-liong Ong tidak akan dapat memasuki barisan ini."
Seorang lagi bertanya : "Hamba pernah dengar bahwa
barisan Pat-tin-touw itu sangat gaib dan mengandung banyak perobahan, khasiatnya yang luar biasa dapat mengundurkan musuh yang menyerang, tidak tahu bagaimana dengan
barisan sianseng ini, apakah juga ada khasiatnya demikian?"
"Ini susah dikatakan, tetapi apabila saudara2
mempertahankan dengan kokoh kedudukkan saudara
masing2, sekalipun Kun-liong Ong menyerang dengan puluhan ribu tentara juga susah menembusi barisan ini."
"Kita menurut perintah sianseng," berkata empat orang itu serentak.
"Tidak perduli apa yang terjadi di luar barisan, saudara2
jangan hiraukan, asal musuh tidak menyerbu masuk, sekali2
jangan keluar dari barisan batu ... andaikata barisan batu ini dibobolkan oleh musuh dan tidak dapat dipertahankan lagi, saudara2 mengundurkan diri, jangan lupa gerak kaki yang kuajarkan kepada kalian itu."
Empat laki2 itu semua menganggukkan kepala sebagai
tanda sudah mengerti. "Saudara2 ingit baik2 perkataanku sudah tentu ada
gunanya, sekarang masing2 siaplah diposnya sendiri2 ... "
berkata pula Teng Soan sambil tertawa.
Suara jeritan ngeri tiba2 terdengar dari tempat yang agak jauh, memecahkan suasana yang sunyi itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Teng Soan berkata sambil menghela napas, "Dia sudah
bertempur dengan musuh."
Dalam suasana yang sunyi itu samar2 terdengar suara
beradunya senjata tajam. Teng Soan meski di luarnya nampak tenang, tetapi dalam hatinya juga merasa cemas, kematian Su-moy, telah
membangkitkan perasaan sedih dan kenangan terhadap
gurunya, juga memperkuat hasratnya hendak membinasakan Kun-liong Ong, manusia yang tidak berbudi dan tidak
berperikemanusiaan itu, bukan saja sudah membinasakan gurunya sendiri, tetapi juga menganiaya istrinya, begitu juga hampir setiap kejahatan di dalam dunia ini, ia selalu mengambil bagian. Teng Soan yang selama itu belum pernah memikirkan soal mati hidupnya sendiri, mendadak bahwa ia sendiri seharusnya tidak boleh mati, setidak2nya sebelum ia berhasil merencanakan suatu rencana untuk menyingkirkan Kun-liong Ong, tidak boleh mati.
Kemurkaan yang tersimpan dalam hatinya itu, telah
menimbulkan hasrat hidup baginya, ia mulai berusaha,
bagaimana baru bisa mempertahankan hidupnya lebih lama.
Selagi berpikir, di bawah kakinya tiba2 merasakan ada benda bergerak, diam2 ia terkejut, karena dianggapnya itu adalah sebangsa binatang ular, maka buru2 berdiri.
Dugaan itu ternyata keliru, tetapi ia merasa telah
menyentuh barang bergerak, namun yang bergerak itu
bukanlah ular, melainkan manusia, Bwee Cian Tay.
Di bawah sinar bintang di langit, gadis itu nampak biji matanya bergerak-gerak, gadis cantik yang masih kanak2 itu, ternyata mempunyai kepandaian sangat tinggi, yang dapat membuka sendiri totokannya.
Dalam otak Teng Soan memikirkan bagaimana caranya
untuk menghadapi gadis itu, ia tahu bahwa ia sendiri tidak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pandai ilmu silat, apabila membiarkan Bwee Cian Tay sadar terus, ia sendiri sudah pasti tidak dapat menundukkannya ... "
Selagi masih dalam keadaan ragu2 gadis itu mendadak
sudah bangun duduk. Gadis yang masih putih bersih dan kanak2an itu setelah terbokong serangan gesit, agaknya menjadi dewasa dengan tiba2, ia duduk dan menyapu keadaan di sekitarnya sejenak, kemudian matanya lambat2 ditujukan kepada Teng Soan dan berkata: "Di mana ayahku?"
Teng Soan mengerti bahwa keadaan pada saat itu, apabila kesalahan omong atau perasaannya terpengaruh oleh
ketegangan, dapat membawa akibat kematian baginya, maka dengan sikap sangat tenang sekali ia tersenyum dan berkata,
"Orang yang menyaru sebagai ayahmu itu, sekarang ada di sampingmu."
Bwee Cian Tay berpaling mengawasi Kun-liong Ong tiruan itu sejenak, kemudian berkata sambil menghela napas
panjang: "Benar saja orang lain yang menyaru ... "
Ia mendongakkan kepala memandang bintang2 di langit,
pikirannya terbenam dalam lamunan.
Jelaslah sudah, bahwa dalam alam pikirannya yang masih putih bersih, telah timbul berbagai pertanyaan, setelah pengalamannya hari itu, segala kejadian yang lalu dan persoalan yang baru, bertumpuk-tumpuk timbul di dalam hatinya.
Teng Soan takut mengganggu gadis itu, sehingga
menimbulkan kemarahannya, maka ia selama itu dimn saja.
Tidak berani bertanya. Tiba2 terdesgar suara panggilan Siang-koan Kie, sianseng, sianseng ... "
Bwee Cian Tay matarya mencari-cari, segera tampak
olehnya beberapa bayangan orang berdiri di suatu tempat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sejauh setombak lebih, ia lalu berkata kepada Teng Soan dengan suara perlahan: "Paman Teng, apakah itu orang2 yang mengikuti paman, mengapa tidak menyuruh mereka masuk ke dalam barisan batu ini?"
"Baiklah aku akan panggil mereka masuk." berkata Teng Soan.
Selagi hendak menggapai, gadis itu tiba2 berkat pula :
"Tunggu dulu, apakah paman kenal dengan ibu Suriku?"
"Ayahmu menganggap dirinya seorang agung ia telah
mengangkat dirinya sebagai raja, istri dan selirnya banyak sekali, entah yang mana yang satu nona maksudkan?" berkata Teng Soan sambil tersenyum.
"Istri dan selir ayah meskipun banyak, tetapi yang
diangkat sebagai permaisuri hanya satu ... saja aku ingat urusan, aku sering berada di samping ibuku, juga sering mendengar ceritanya tentang dirimu."
Teng Soan mengawasi Siang-koan Kie yang berdiri di luar barisan sejenak, kemudian berkata : "Ia membicarakan apa saja tentang diriku?"
"Dahulu kalau ibu membicarakan tentang dirimu agaknya penuh rasa benci, bahkan berulang kali pesan kepadaku, menyuruh aku kalau sudah dewasa dan bertemu denganmu, jangan melepaskan legitu saja, ia berkata bahwa kau adalah seorang berhati binatang tidak boleh dipercaya ... "
Teng Soan tertawa terbahak2 dan berkata : "Bagus sekali, semua kejahatan di dalam dunia ini, boleh saja ditimpakan di dalam dunia ini."
"Tetapi waktu belakangan ini, ibu tidak memaki kau lagi, sebaliknya malah menyatakan kau sebagai seorang yang
sangat baik, ia kata bahwa dahulu ia tertipu oleh orang, salah anggap kepribadianmu, belakangan setelah ia mengetahui apa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang sebetulnya yang terjadi, ia baru tahu bahwa kau adalah seorang yang baik dan jujur."
Teng Soan menghela napas perlahan, ia hendak berkata
apa2, tetapi kemudian diurungkan.
Bwee Cian Tay juga menghela napas dan berkata pula:
"Maka itu, ibu berpesan kepadaku lagi, apabila aku bertemu denganmu, jangan mengganggu kau."
"Aih, selama beberapa hari ini, apakah kau pernah melihat ibumu?"
"Tidak, sudah lama aku tidak melihatnya, tiga bulan
berselang, ayah mendadak panggil aku, sejak saat itu, aku tidak melihat ibu lagi."
"Aku hendak memberitahukan kepadamu suatu kabar
buruk, ibumu itu kini sudah tiada."
Bwee Cian Tay terkejut, ia bertanya: "Benarkah ucapanmu ini?"
"Aku selamanya tidak mau bohong."
Bwee Cian Tay tiba2 bangun berdiri dan berkata: "Apakah paman pernah melihat ibu?"
"Sewaktu ibumu membakar diri, meskipun aku berada di
situ, tetapi karena terhalang oleh keadaan dan peraturan, apalagi sudah bertekad hendak menghabisi jiwanya, maka meskipun aku ada maksud ingin memberi pertolongan, tetapi tidak dapat melaksanakan maksud itu."
"Di mana sekarang jenazah ibuku, lekas paman bawa aku pergi melinat," berkata Bwee Cian Tay sambil mengis.
"Kau kendalikan perasaanmu dulu, keadaan pada saat ini sangat berbahaya ... "
Tiba2 terdengar suara Siang-koan Kie bicara: "Siaute
merasa beruntung, tidak mengecewakan perintah Sianseng, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang2 Kun-liong Ong asal memperlihatkan muka saja, semua sudah kubasmi."
Teng Soan bangkit dan berkata: "Kau tentunya sudah letih, mari lekas masuk ke dalam barisan batu ini untuk beristirahat
... " Sementara itu, ditengah udara tiba2 tampak beberapa
batang panah api, yang melayang turun ke tempat di mana Teng Soan berada.
Teng Soan ajak Siang-koan Kie masuk kedalam barisan
batu, api itu setelah tiba di tanah menimbulkan suara ledakan ringan, kemudian menyala berkobar-kobar.
Dengan beruntun terdengar beberapa kali suara ledakan ringan, api yang jatuh di tanah itu berobah menjadi lima sinar api bagaikan lilin menyala, sehingga menerangi tempat di sekitar itu.
Pada saat itu, Teng Soan sudah membawa Siang-koan Kie dan lain2nya masuk ke dalam barisan batu, bahkan sudah memberikan tugas kepada empat orang yang ikut Siang-koan Kie tadi, hanya tinggal Siang-koan Kie yang berada di sampingnya.
Angin malam meniup santer sehingga api itu terus
berkobar. Dari tengah udara tiba2 berterbangan anak panah bagaikan hujan, terus meluncur kepada benda2 yang diterangi oleh api itu.
Teng Soan menyaksikan meluncurnya anak panah bagaikan hujan itu, menghela napas perlahan dan berkata: "Di bawah hujan anak panah ini, sekalipun orang berkepandaian tinggi, juga tidak sanggup menahan.
Siang-koan Kie menganggukkan kepala dan berkata sambil tertawa, "Kalau bukan sianseng yang mempunyai pikiran Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cerdik, maka kita sekarang ini barangkali sudah menjadi setan di bawah hujan panah itu."
Teng Soan berpaling mengawasi Bwee Cian Tay sejenak,
kemudian berkata: "Ayahmu tidak memperdulikan
keselamatan diri anak buahnya yang menyaru sebagai dirinya, hingga dibinasakan sekalian, itu masih dapat dimengerti, tetapi mengapa kau sampai punya keselamatan juga tidak dipedulikan lagi."
Bab 79 BWEE CIAN TAY tersenyum getir dan berkata: "Terhadap
isteri2nya dan kepada kita beberapa saudara, ayah
terhadapku memang agak sayang."
"Tetapi sejak kau dipanggil, perlakuan terhadapmu apakah lebih sayang?"
"Memang betul! Bagaimana kau bisa tahu?"
"Teng sianseng kalau menduga suatu perkara, bagaikan
dewa yang selalu tepat," berkata Siang-koan Kie.
Teng Soan tersenyum dan berkata: "Tetapi sekarang kau lihat, perbuataunya yang tidak memperdulikan mati hidupmu, menghujani anak panah seganas itu, dalam hatimu apakah merasa heran?"
Bwee Cian Tay menganggukkan kepala dan berkata: "Ya!
Ayah seharusnya tahu bahwa aku ada di dalam barisan ini, masih belum berhasil keluar dengan selamat, serangan panah bagaikan hujan itu, bukankah akan membinasakan aku
sekalian?" "Hasrat Kun-liong Ong hendak membinasakan kau,
barangkali tidak di bawah hasratnya akan membunuh aku."
"Kenapa" Ayah tokh sangat sayang terhadapku!"
"Sebab ia sudah anggap ibumu itu, memberitahukan
kepadamu banyak rahasia."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bwee Cian Tay diam. Mata Teng Soan perlahan2 beralih ke tempat yang terbakar itu, ia berkata kepada Siang-koan Kie dengan suara perlahan:
"Akal kita untuk meloloskan diri ini meskipun untuk sementara dapat mengelabuhi Kun-liong Ong, tetapi kebuasan dan
kekejamannya, tidak nanti akan sudah begitu saja."
Sementara itu, terdengar pula beberapa kali suara ledakan, asap api menjilat tinggi batu dan rumput pada beterbangan.
Teng Soan berkata sambil tersenyum: "Siasat yang kuatur untuk menghadapi Kun-liong Ong, tak disangka telah berobah menjadi suatu kegaiban yang menjadikan teka-teki nasib kita bagi mereka."
Siang-koan Kie mengawasi api dan asap yang menjulang
tinggi itu dengan termangu2, kemudian ia berkata: "Sianseng, apabila saat ini kita masih berada di tempat semula,
barangkali tak seorangpun yang bisa hidup."
Teng Soan menghela napas perlahan dan berkata:
"Bencana besar masih belum lalu, bahaya masih selalu
mengintai kita." Bwee Cian Tay berpaling mengawasi Kun-liong Ong tiruan yang berada di samping sejenak kemudian berkata: "Paman Teng, aku hendak pergi."
"Kau hendak kemana?"
"Aku hendak mencari ayah, untuk menanyakan kepadanya
mengapa dia menipu aku?"
"Jikalan kau pasti hendak menemuinya, sebaiknya kau
jangan menyebutkan urusan ibumu."
"Kenapa?" "Dari pembicaraanmu, Kun-liong Ong agaknya masih
sayang terhadapmu, kalian antara ayah dan anak sudah
berkumpul sepuluh tahun lebih, Kun-liong Ong meskipun Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jahat, tetapi sedikit banyak masih mempunyai perasaan, apabila kau tidak menyebut urusan ibumu, meskipun dia ada kandung maksud untuk membunuh kau, juga tidak dapat
turun tangan, apabila kau berlaku hati2, mungkin tidak ada halangan bagi jiwamu, tetapi apabila menyebut urusan ibumu Kun-liong Ong barangkali tidak akan membiarkan kau hidup lagi."
"Hal ini benar-benar menyulitkan aku," berkata gadis itu sambil menghela napas panjang. Ia lalu melangkah keluar diri dalam barisan batu.
Waktu itu, api yarg membakar rumput di tanah, sudah
mulai menjalar, hingga tanah datar, yang luas itu di mana-mana terbit kebakaran.
Siang-koan Kie menghunus pedangnya dan bertanya
kepada Teng Soan dengan suara perlahan: "Sianseng,
perlukah merintangi tindakannya?"
"Biarkan ia pergi!" menjawab Teng Soan sambil
mengelengkan kepala. "Apabila ia bertemu dengan Kun-liong Ong dan
menceritakan kekuatan pertahanan kita, bukankah usaha sianseng ini akan tersia-sia saja?"
"Aku kira dia tidak akan menceritakan, namun demikian kita juga perlu sedia."
Tiba-tiba terdengar suara derap kaki kuda, sepuluh ekor lebih kuda dengan penunggangnya dengan cepat
menghampiri, di bawah sinar api, tampak tegas semua
penunggangnya pada membawa senjata tombak panjang.
Bwee Cian Tay yang berjalan lambat-lambat, tiba-tiba
memutar tubuhnya dan lari balik ke dalam barisan batu.
"Mengapa nona balik lagi?" menegur Teng Soan sambil lersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku pikir ucapanmu benar, ayah sudah lama bermaksud
hendak membinasakan aku."
Teng Soan merasa sulit untuk menyatakan pikirannya,
maka ia hanya diam saja. Gadis itu tiba-tiba menarik napas dalam-dalam dan berkata:
"Orang-orang yang datang menunggang kuda ini, adalah
sebagian dari tujupuluh dua pasukan berkuda, pasukan itu dapat dibandingkan dengan pasukan pengawal baju hitam ... "
"Mengapa dinamakan tujupuluh dua pasukan berkuda?"
bertanya Sian-koan Kie. Bwee Cian Tay memandang Siang-koan Kie sejenak, lalu
berkata: "Tujupuluh dua pasukan berkuda, ialah tujuh puluh dua orang yang dipilih oleh rakyat dari dalam anak buahnya yang terkuat, pasukan itu dididik sendiri oleh ayah, bagaimana caranya bertempur dengan menggunakan tombak, mereka
juga memakai pakaian yang terbuat dari bahan yang tidak dapat ditembus oleh senjata tajam, meskipun jumlahnya hanya tujuhpuluh dua orang tetapi daya tempur mereka, tidak kalah dengan pasukan berkuda yang jumlahnya sangat besar."
Pasukan berkuda menunggang kuda dan menggunakan
senjata panjang, pasukan berbaju hitam digunakan untuk pertempuran jarak dekat, melatih pasukan berkuda, agaknya bukan ditujukan kepada orang-orang rimba persilatan,
nampaknya Kun-liong Ong benar-benar mengandung maksud hendak berontak terhadap pemerintah!" berkata Teng Soan sambil tertawa.
"Pasukan pengawal berbaju hitam, sering mengikuti ayah sebagai pelindung. Tetapi pasukan berkuda itu, sebaliknya ditugaskan untuk menjaga istana, entah sejak kapan dikirim kemari ... "
"Ayahmu menganggap aku sebagai duri dalam matanya,
sebelum berhasil membunuhku, ia tidak akan enak makan, tidak enak tidur," berkata Teng Soan sambil tersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Paman dengan ayah tokh masih saudara dalam satu
perguruan, bagaimana sedikitpun tidak mempunyai perasaan persaudaraan?"
"Hal ini harus ditanyakan kepada ayahmu sendiri, ayahmu tidak mengijinkan aku hidup layak, selalu mendesakku, baru merasa puas setelah aku mati ... "
"Aih! Baku hantam antara saudara dalam satu perguruan, juga merupakan satu tragedi yang menyedihkan ... "
Dari sinar api, tampak Wajah dan sikap Bwee Cian Tay
ketika bicara mengunjukkan kedukaannya, hingga Teng Soan menarik napas dalam-dalam, kemudian berkata: "Diantara beberapa putri Kun-liong Ong, barangkali hanya kau yang mempunyai hati paling baik."
"Mereka semua berlaku baik terhadapku."
"Sudahkah kau melihat encimu Nie Suat Kiao?" bertanya Siang-koan Kie sambil tertawa dingin."
"Sudah sih sudah, tetapi aku sudah tidak begitu ingat lagi.
Aih! Sewaktu ia diistana, aku masih kecil, tidak tahu apa2, setelah aku dewasa, ia ditugaskan oleh ayah ke suatu tempat jauh, sehingga tidak bisa bertemu lagi. Tetapi dalam hati kecilku aku merasa ia baik sekali terhadapku " "
"Kumaksudkan, dalam beberapa hari ini apakah kau
pernah melihat encimu itu." berkata Siang-koan Kie.
"Tidak, sudah beberapa tahun aku tidak ketemu
dengannya." "Jikalau dalam waktu paling belakang ini kau dapat
melihatnya, niscaya kau tahu sampai di mana kejahatan ayahmu itu."
Bwce Cian Tay meskipun dibesarkan dalam keluarga Kunliong Ong yang penuh kejahatan kekejaman dan misteri, tetapi watak dan pribadinya jauh berlainan dengan Nie Suat Kiao.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nie Suat Kiao cerdik, tenang keras hati dan banyak akalnya, selalu bercuriga terhadap sesuatu yang dihadapinya. Tetapi Bwee Cian Tay berhati lapang, suka terus terang dan
kekanak2an, seolah2 tidak mengerti kejahatan dalam dunia ...
Matanya yang bulat besar, membelalak terhadap wajah
Siang-koan Kie, lama baru berkata, "Mengapa" Apakah ayahku itu bisa mencekakakan anaknya sendiri?"
Dalam istana Kun-liong Ong, ternyata bisa mendidik orang seperti kau, sesungguhnya merupakan suatu keganjilan
besar," berkata Siang-koan Kie sambil menghela napas.
Suara bentakan keras yang terdengar secara mendadak,
telah memutuskan percakapan mereka.
Beberapa pasukan berkuda yang bersenjata tombak,
demikian pesat melarikan kudanya menyerbu kedalam
gumpalan api yang sedang mengamuk, dengan tombaknya,
menyontek baju panjang Teng Soan yang ditanggalkan ditiang kayu kering.
"Celaka, akal kita telah diketahui oleh mereka," berkata Siang-koan Kie.
"Sebetulnya tidak perlu memeriksa ke dalam gumpalan
api, dari luar juga seharusnya bisa diketahui ... " berkata Teng Soan.
Dua diantara pasukan berkuda yang menyerbu ke dalam
api itu, mendadak melarikan kudanya menyerbu ke dalam barisan batu.
Siang-koau Kie lalu berkata sambil mengayunkan
pedangnya: "Siautee akan keluar menyambut mereka, untuk mencoba sampai di mana tangguhnya pasukan berkuda Kun-liong Ong ... "
"Mereka pandai bertempur di atas kuda, badan mereka
juga memakai pakaian lapis besi yang tidak takut senjata Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tajam, maka itu, kita semua namakan mereka pasukan
berkuda baju besi," berkata Bwee Cian Tay.
Selagi Siang-koan Kie hendak melangkah keluar dari
barisan batu, tiba2 dicegahnya oleh Teng Soan, "Tunggu dulu."
Siang-koan Kie terkejut, dan menghentikan tindakkannya, sementara hatinya berpikir: "Ya, mengapa aku begitu gila, meninggalkan ia seorang diri, sedangkan gadis itu masih tidak diketahui bagaimana pikirannya?"
Teng Soan berkata pula kepadanya dengan suara perlahan:
"Mereka masih belum mengetahui bahwa kita bersembunyi di dalam barisan batu ini ... "
Sementara itu suara derap kaki kuda, terdengar nyata dari dalam barisan batu itu, hingga Teng Soan lalu diam.
Satu diantaranya barisan kuda itu, selagi hendak menyerbu kedalam barisan batu, tiba-tiba menghentikan kudanya dan putar balik ke arah kiri, sebentar saja sudah tak kelihatan.
Sedangkan barisan kuda yang menerjang api tadi juga
sudah tidak tampak lagi. Teng Soan menarik napas dalam-dalam, diam2 memuji
kegesitan barisan berkuda itu. Kemudian ia berkata kepada Siang-koan Kie: "Dalam keadaan seperti ini jikalau tidak terpaksa, kita jangan bertempur dengan musuh, supaya
kekuatan kita tidak diketahui olehnya."
Siang-koan Kie berkata dengan suara rendah sambil
menatap wajah Bwee Cian Tay: "Sianseng apakah kau hendak melepaskan ia pulang?"
"Biarkan saja apa yang ia suka, kita tidak usah
perdulikannya," menjawab Teng Soan.
"Jangan-jangan ia nanti akan dibunuh oleh Kun-liong
Ong."

Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bwee Cian Tay agaknya mengerti bahwa mereka sedang
membicarakan dirinya, maka lalu berkata: "Sebelum aku datang kemari, ayah pernah memberitahukan kepadaku."
"Memberitahukan apa kepadamu?" bertanya Siang-koan Kie.
"Ia berkata paman Teng tidak pandai ilmu silat, asal aku turun tangan, pasti binasa di bawah serangan senjata jarum beracunku, ayah berkata bahwa tindakanku itu semata-mata untuk membalas dendam ibu ... " berkata Bwee Cian Tay,
"Aih! Ia hanya tahu kebencian ibu kepada paman Teng,
sebaliknya tidak tahu bahwa ibu diam-diam sudah berpesan kepadaku, apapun yang akan terjadi, se kali-kali tidak boleh aku mencelakakan diri paman Teng ... "
Dan akhirnya kau dengar perkataan ibumu."
"Apa" Hingga sekarang kau masih belum tahu sendiri?"
berkata Bwee Cian Tay sambil menganggukkan kepala.
"Sekarang, kita sedang berhadapan sebagai musuh
dengan Kun-liong Ong, maka seharusnya nona menentukan tindakan selanjutnya, supaya sebentar lagi apabila kita sudah bertempur dengan Kun-liong Ong kedudukkan nona menjadi serba salah."
Lama Bwee Cian Tay berpikir, akhirnya berkata dengan
suara sedih : "Kalau begitu sebaiknya aku menyingkir jauh2."
Sementara itu terdengar pula suara derap kaki kuda, empat ekor kuda dilarikan dengan cepat ke arah barisan batu.
Empat penunggang kuda ini, tangan kiri memegang
tombak, tangan kanan memegang lembing. Kedatangan
mereka agaknya ditujukan kepada barisan batu.
Di belakang empat penunggang kuda itu, diikuti oleh
duabelas orang pasukan pengawal baju hitam yang masing2
memegang senjata golok. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bwee Cian Tay yang sudah akan bertindak keluar, ketika melihat empat penunggang kuda dan duabelas pasukan
pengawal berbaju hitam, yang sedang mencari dirinya,
pikirannya mulai bimbang, hingga menghentikan langkahnya.
Siang-koan Kie berkata kepadanya degan suara perlahan,
"Harap nona tunggu sebentar nanti boleh jalan lagi."
Bwe Cian Tay menurut, ia duduk di dalam batu barisan.
Siang-koan Kie berkata kepada Teng Soan dengan suara
perlahan : "Sianseng, apabila orang yang menyerang itu menyerbu ke dalam barisan, mau tidak mau persembunyian kita ini tentu akan diketahui oleh mereka, maka siaute pikir akan memberi pikiran lebih dulu supaya mengejutkan mereka, bagaimana pikiran sianseng?"
"Pertempuran sudah tidak dapat dihindarkan lagi, mereka juga sudah mendapat firasat bahwa kita bersembunyi di dalam tumpukan batu ini " " berkata Teng Soan.
Siang-koan Kie mengambil sebutir batu, digenggam dalam tangannya seraja berkata : "Senjata2 rahasia dari alam ini, pasti akan merupakan suatu pukulan tidak ringan bagi Kun-liong Ong........"
Sejenak ia berhenti, kemudian berbisik2 di telinga Teng Soan : "Selagi siaute bertempur dengan musuh, bagaimana seandainya gadis ini nanti turun tangan kepada sianseng"
Maka siaute ingin menotok dulu jalan darahnya, bagaimana pikiran sianseng?"
Teng Soan menggelengkan kepala sambil tersenyum.
Tiba-tiba nampak berkelebat sinar senjata tajam, sebatang lembing menyambar dan mengenakan tumpukan batu yang
berada di depan Siang-koan Kie sehingga menimbulkan suara keras, batu-batu itu terbang berhamburan.
Siang-koan Kie menggerakkan tangan kirinja menyampok
jatuh sebutir batu yang terbang ke arah Teng Soan, kemudian Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lompat melesat sambil mengeluarkan suara bentakan keras, dengan tangan dengan tangan kanannya memegang pedang, batu di tangan kirinya disambitkan, sebentar ia sudah melompat keluar dari dalam batu, kembali dengan tangan kirinya menyambar lembing yang disambitkan oleh musuhnya dan dilemparkan kembali.
Batu yang disambitkan lebih dulu, meluncur ke arah
penunggang kuda yang berada paling depan orang itu
menghentikan kudanya sambil mengelakkan serangan batu tersebut, tetapi ia tidak menduga bahwa lembing yang
disambitkan belakangan menyusul dengan cepat, sehingga dengan tepat mengenakan kepala kudanya. Tidak ampun lagi kuda itu lalu rubuh dan mati seketika itu juga.
Orang itu menggeram dan melompat turun dari kudanya,
dengan kedua tangannya, memegang tombak terus menyerbu ke dalam barisan batu.
Siang-koan Kie sudah menggunakan ilmunya meringankan
tubuh, melesat tinggi ke tengah udara, lalu melakukan serangan dari atas.
Orang itu menyambut Siang-koan Kie dengan tombaknya,
tak disangka Siang-koan Kie sudah memikirkan bagaimana harus menghadapi musuhnya, maka sebelum tombak
musuhnya mendekati dirinya, gerakan pedangnya sudah
berobah, dengan pedang ia menangkis ujung tombak,
menyerang musuhnya dengan tinju tangan kiri.
Musuhnya tergetar kena tinju Siang-koan Kie, dengan
terhuyung-huyung mundur lima langkah.
Tetapi Siang-koan Kie juga merasakan bahwa tinjunya itu seperti menghantam besi keras, hingga diam-diam terkejut, tetapi kemudian ia mendadak ingat ucapan Bwee Cian Tay, bahwa pasukan berkuda itu mengenakan baju berlapis besi.
Sementara itu, seorang lagi dari pasukan berkuda itu telah menyerangnya dengan tombak panjang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie sedikitpun tidak merasa takut, ia tidak menyingkir atau mengelak, kekuatan tenaga dalamnya
dipusatkan ke senjata pedangnya, dengan pedang itu ia menangkis tombak musuhnya.
Setelah terdengar suara beradunya dua senjata, tombak di tangan musuhnya ternyata tertangkis dan hampir terlepas dari tangannya.
Serbuan orang itu terlalu cepat, ia juga tidak menduga Siang-koan Kie berani menggunakan senjata pendek untuk menahan senjata panjangnya, maka seketika itu hampir tidak dapat mengendalikan kudanya, hingga kuda itu nyelonong terus.
Siang-koan Kie terus menekan tombak musuhnya dengan
pedang, sementara tangan kirinya menghantam kepala kuda.
Orang itu ternyata mahir sekali main di atas kuda, ketika melihat gelagat tidak baik, tiba2 menjepit perut kuda dengan kedua pahanya, hingga kuda yang terlatih baik itu, mendadak mengangkat tinggi sepasang kaki depan menerjang Siangkoan Kie.
Sambil putar tubuhnya Siang-koan Kie mengelakkan
serbuan kuda, sedang pedang di tangan kanannya didorong dan kemudian membabat musuhnya.
Orang itu meskipun ada tombak di tangannya, tetapi
tombak yang panjang itu, hanya tepat digunakan untuk
pertempuran di atas kuda, pertempuran jarak dekat, malah kurang leluasa, tetapi berkat kepandaian ilmu silatnya yang cukup tinggi, dengan satu gerakan luar biasa, ia telah sembunyikan badannya di bawah perut kuda sambil
melakukan pertempuran. Dua orang itu bertempur sangat cepat Siang-koan Kie telah melakukan serangan tiga kali masin belum menjatuhkan
lawannya, dalam hati juga diam-diam terkejut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lagi dua orang dari pasukan berkuda, datang menyerbu
dengan berbareng, dua tombak menusuk ke arah dada Siangkoan Kie.
Siang-koan Kie mengeluarkan seluruh kepandaiannya,
sambil mengeluarkan suara keras pedangnya diputar bagaikan titiran, kemudian lompat setinggi satu tombak, dengan demikian hingga dua ekor kuda itu lewat di bawah kakinya.
Siang-koan Kie sungguh berani sekali, tetapi ia juga tidak memperhitungkan dengan matang sampai di mana kecepatan larinya kuda itu, setelah dua ekor kuda itu lewat di bawah kakinya, ia segera turun lagi, dengan pedangnya balik menikam belakang punggung satu diantaranya.
Pedang itu mengenakan lengan baju orang tersebut,
sehingga baju itu itu robek oleh ujung pedang.
Siang-koan Kie diam2 sesalkan perbuatannya sendiri, ia seharusnya mengarah kepalanya, tidak seharusnya menyerang bagian badannya yang terlindung oleh lapisan besi.
Sementara itu dua ekor kuda itu sudah berada beberapa tombak jauhnya.
Serombongan pasukan pengawal berbaju hitam segera
menyerbu padanya, dengan tujuh atau delapan batang golok tajam.
Siang-koan Kie kembali memutar pedangnya, untuk
melindungi dirinya. Setelah terdengar suara beradunya senjata yang nyaring, senjata dari tujuh delapan orang baju hitam, telah dapat disingkirkan oleh pedang Siang-koan Kie.
Waktu itu Siang-koan Kie sudah timbul napsunya
membunuh, ia berpendirian apabila berhasil membunuh satu musuh, berarti keuntungan mengurangi satu lawan baginya, maka setelah menyingkirkan senjata lawan2nya, pedangnya diputar demikian rupa balas menyerang lawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di bawah serangan hebat, tiba2 terdengar suara jeritan ngeri, seorang baju hitam jatuh roboh di tanah.
Yang lainnya agaknya tidak menduga bahwa serangan
pedang Siang-koan Kie itu sedemikian hebat maka semua dikejutkan oleh jatuhnya kawan sendiri.
Siang-koan Kie setelah berhasil membinasakan satu musuh, serangan kedua menyusul lebih hebat.
Perobahan gerak tipu serangan pedangnya sangat aneh
dan susah diduga oleh lawannya, apalagi dalam keadaan sebenarnya seperti itu, ia menyerang musuhnya tanpa kenal kasihan, maka setiap melakukan serangan pasti berhasil menjatuhkan satu musuh, begitulah dengan serangannya, yang kedua itu seorang lagi telah binasa di ujung pedangnya.
Dua kali serangan, Siang-koan Kie sudah meminta dua
korban, perbuatan itu sudah tentu mengejutkan yang lain2nya hingga pada mundur.
Pada saat itu, dua orang pasukan berkuda, sudah berhasil menyerbu masuk ke dalam barisan batu, dan mulai bertempur dengan orang2 bekas Kun-liong Ong yang sembunyi di dalam barisan batu.
Delapan orang yang bekas anak buah Kun-liong Ong,
dahulu juga pernah menjadi pasukan pengawal baju hitam, hingga mereka tahu benar kekejaman Kun-liong Ong, sebelum bertempur, hati mereka masih dipengaruhi oleh rasa takut apabila tertangkap kembali, tetapi setelah bertempur, pikiran mereka malah menjadi tenang, sebab dari pada tertangkap kembali oleh Kun-liong Ong ada lebih baik mati di medan perang, maka mereka semua melawan musuh2nya dengan
tanpa menghiraukan jiwanya sendiri.
Barisan batu yang dibentuk oleh Teng Soan untuk menahan musuhnya yang tangguh ini, meskipun belum dapat
dibandingkan dengan barisan Pat-tin-touw yang diciptakan oleh Cu-kat Bu-hok di jaman Sam kok, tetapi setiap orang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang menjaga di setiap pos, semua bisa menghadapi musuh atau saling menolong dengan baik.
Sementara itu musuh yang menyerbu masuk ke dalam
barisan mendadak merasakan suatu perasaan ganjil, batu2
yang berserakan ditanah, dirasakan sebagai suatu rintangan besar sehingga mereka tidak bisa bertempur dengan leluasa.
Itulah kegaiban di dalam barisan batu itu, meski pun
kekuatan musuh lebih besar, tetapi dengan adanya rintangun itu membuat gerakkan mereka terhalang sehingga mudah
diganyang. Bwee Cian Tay dan Teng Soan duduk berdampingan di
dalam barisan batu, gadis itu yang menyaksikan Siang-koan Kie demikian gagah, diam2 merasa kagum, ia berkata kepada Teng Soan sambil menghela napas ringan: "Kepandain
pemuda itu sungguh hebat, serangan pedangnya luar biasa, jumlah pasukan baju hitam meskipun banyak, barangkali juga tidak sanggup melawan serangan."
Teng Soan hanya tersenyum saja, tidak menjawab.
"Aku telah menerima baik pesan ibuku, tidak akan
mengganggu dirimu," berkata pula Bwee Cian Tay, "tetapi Kun-liong Ong denganku masih belum putus hubungan antara ayah dengan anak, dengan demikian maka aku tidak dapat mengawasi anak buahnya terbinasa di tangan orang-orang sambil berpeluk tangan."
Teng Soan lambat2 mengangkat kipasnya, berkata sambil tersenyum: "Hal ini terserah kepada nona sendiri ... "
"Jangan gerakkan kipasmu," berkata Bwee Cian Tay sambil melompat bangun.
Teng Soan perlahan2 meletakan kipasnya dan berkata:
"Apa nona yakin kepandaian nona dapat menangkan Siangkoan Kie."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bwee Cian Tay yang sudah pernah dibikin tidak berdaya oleh kipas itu, maka ketika melihat Teng Soan mengangkat kipasnya, ia segera minta supaya jangan digerakkan.
Sementara itu Siang-koan Kie sudah berhasil
membinasakan satu musuhnya lagi.
Bwee Cian Tay yang menyakakan kegagahan Siang-koan
Kie, alisnya dikerutkan kemudian menjawab: "Aku tidak tahu, tetapi dia memang benarw sangat gagah dan mahir sekali ilmu pedangnya."
"Kita sudah terkurung disini oleh ayahmu, di tempat
sekitar ini sudah terkurung rapat oleh anak buah ayahmu, untuk melepaskan dari kepungan ini sudah tentu tidak mudah, nona ingin bantu ayahmu itu, memang seharusnya, aku tidak akan menghalangi, kalau nona ingin tertindak bertindaklah."
Bwee Cian Tay berpaling menatap wajah Teng Soan dan
berkata: "Ada satu hal yang aku masih merasa tidak mengerti, maka aku ingin menanyamu?"
"Hal apa?" "Kau dengan ayah bukankah saudara dalan seperguruan?"
"Benar." "Bagaimana kepandaian ilmu silat ayah?"
"Orang terkuat nomor satu dalam rimba persilatan, dalam pertempuran satu dengan satu susah dicari orang yang
mampu melawan kepandaiannya."
"Tetapi mengapa kau tidak pandai ilmu silat"''
"Ilmu silat dan siasat, masing2 ada batasnya, yang
kupelajari adalah ilmu siasat dan pertempuran, bagaimana caranya melawan musuh2 tangguh."
"Tetapi aku sering dengar kata ayah bahwa dalam dunia pada dewasa ini, hanya kau seorang yang merupakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
satu2nya musuh paling kuat, apa yang dimaksud dengan
ucapan itu?" "Dalam kepandaian ilmu silat, aku tidak sanggup melawan ayahmu, tetapi dalam ilmu siasat dan memakai tenaga orang, ayahmu harus mengaku kalah terhadapku, dengan demikian sehingga kita menjadi seri dan lawan setimpal ... "
"Aih, ayahku mempunyai banyak anak buah yang
berkepandaian tinggi, dengan mengutus seorang saja untuk membunuh kau, bukankah ia sudah tidak akan ada
tandingannya?" "Ketika kita masih sama2 belajar, ia sudah bermaksud
hendak membunuhku, tetapi selama beberapa puluh tahun ini, ia selalu tidak berhasil maksudnya itu."
"Ini yang aku tidak mengerti."
"Akal dan ilmu siasat, ada kalanya dapat menangkan ilmu silat."
Sementara itu terdengar pula suara jeritan ngeri, orang2
dari pasukan baju hitam kembali ada seorang binasa di ujung pedang Siang-koan Kie, sisanya empat orang masih bertempur mati2an dengan Siang-koan Kie.
Bwee Cian Tay tiba2 maju selangkah, sambil mengangkat tangan kanannya ia berkata: "Aku hendak meayingkirkan seorang lawan tangguh bagi ayah."
Teng Soan berkata bersenyum: "Sudah berapa puluh tahun ayahmu ingin membinasakanku, tetapi selalu tak berhasil, apa kau yakin kau lebih kuat daripada ayahmu?"
Wajah Bwee Cian Tay beberapa kali berobah, akhirnya
lambat2 menurunkan tangannya dan berkata, "Aku tidak boleh mengingkari pesan ibuku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan tiba2 melompat melesat, dengan satu gerakan
yang sangat lincah dan gesit sekali melompat keluar dari dalam barisan batu.
Begitu kakinya menginjak tanah lagi, tangannya
menyambar sebilah golok yang terletak di tanah, dengan golok di tangan ia terus menyerbu Siang-koan Kie.
Siang-koan Kie meskipun sedang menghadapi empat
musuh kuat, tetapi mata dan telinganya sangat tajam, ketika dari belakang terdengar suara sambaran senjata, segera membalikkan tangannya untuk menangkis dengan pedangnya.
Golok dan pedang saling beradu, sehingga menimbulkan
suara nyaring. Serangan golok Bwee Cian Tay yang ditangkis oleh pedang Siang-koan Kie, seketika itu mundur beberapa langkah, tangannya kesemutan, goloknya dirasakan mau terlepas dari tangannya di situlah ia baru mengagumi benar kekuatan tenaga Siang-koan Kie.
Siang-koan Kie setelah berhasil mengundurkan Bwee Cian Tay, pedangnya digunakan untuk menyerang lagi pasukan baju hitam yang coba menyerangnya, dengan gerak
pedangnya yang luar biasa itu, sebentar saja sudah berhasil membuat empat musuhnya hampir tidak berdaya.
Bwee Cian Tay mengatur pernapasannya sejenak lalu
menyerbu lagi. Siang-koan Kie memperdengarkan suara tertawa dingin,
kemudian memutar pedangnya, ia juga mengurung Bwee Cian Tay ke dalam lingkaran sinar pedangnya.
Gerakan pedangnya meskipun sudah tidak sehebat seperti tadi, tetapi masih tetap lincah dan ganas, hingga Bwee Cian Tay dan empat orang pasukan baju hitam yang terkurung dalam sinar pedang itu semua tidak berdaya melepaskan diri dari lingkaran sinar pedang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat itu Bwee Cian Tay baru merasa telah
menemukan satu lawan tangguh yang belum pernah dihadapi pada waktu sebelumnya, maka ia buru-buru memusatkan
semua pikirannya, untuk menggunakan ilmu pedangnya
Thian-ceng-sin-kiang yang terdiri dari tiga puluh jurus.
Meskipun ia tidak menggunakan pedang, dan mengunakan
golok sebagai gantinya pedang, sehingga mempengaruhi
gerakan dan perobahannya, tetapi karena ilmu pedang itu merupakan satu ilmu pedang yang aneh dan ganas, maka
masih merupakan satu ilmu pedang yang terhebat, sehingga dapat menahan juga serangan pedang Siang-koan Kie.
Orang-orang pasukan baju hitam, semua sudak tidak
berdaya menghadapi ilmu pedang Siang-koan Kie yang
nampaknya sederhana tetapi sebetulnya sangat ganas, hingga mereka tidak tahu bagaimana harus melawan.
Selagi mereka berada dalam kesulitan, gerakan golok Bwee Cian Tay mendadak berobah bagaikan air banjir yang
membobol tanggul, sinar golaknya berkelebatan untuk
menahan serangan pedang Siang-koan Kie yang ganas.
Karena serangan pedang Siang-koan Kie tertahan, maka
beberapa orang pasukan baju hitam baru berhasil melepaskan diri dari kurungan pedang Siang-koan Kie dan mulai balas menyerang.
Sambil menahan serangan Bwee Cian Tay, Siang-koan Kie memuji: "Ilmu golok nona bagus sekali!"
"Aku jarang menggunakan golok, hingga sekarang
merasakan kurang leluasa," berkata Bwee Cian Tay.
"Mengapa kau tidak mengganti senjatamu?"
"Seranganmu tertalu gencar, aku merasa susah keluar dari ancaman seranganmu."
Siang-koan Kie tiba-tiba memperlambat serangannya
seraya berkata: "Nah, nona boleh tukar dengan pedang!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa kau bermaksud ingin mengadu kepandaian
denganku?" "Ilmu pedang nona, pasti merupakan warisan kepandaian ayahmu, dengan demikian aku dapat menyaksikan kepandaian ayahmu dari kepandaianmu."
"Kepandaian ayah jauh lebih tinggi entah berapa ribu
ganda diri kepindaianku, kau ingin dari diriku untuk
mengetahui kepandaian ayah, mana begitu mudah?"
Siang-koan Kie mendesak mundur beberapa orang pasukan baju hitam yang menyerangnya, kemudian berkata: "Aku ingin menggunakan kesempatan ini hendak mengadu pedang
dengan nona, tetapi orang2 baju hitam ini, merupakan
rintangan yang menjemukan, maka aku ingin menyingkirkan mereka lebih dulu."
Setelah berkata demikian, serangannya tiba2 berbalik
ditujukan kepada pasukan baju hitam.
Bab 80 GERAKAN pedangnya itu sangat aneh, merupakan gerak
menotok tetapi juga mirip gerak membabat, ujung pedang ditujukan kepada seorang diantaranya.
Orang itu meskipun melihat pedang mengancam dirinya,
tetapi ia berdiri diam, golok di tangannya diangkat tinggi sebatas dada tetapi ia tidak tahu bagaimana harus menangkis serangan pemuda itu.
Orang itu ternyata karena melihat gerakan serangan yang aneh itu, hingga tidak tahu bagaimana menangkisnya, maka terpaksa berdiri diam sambil melintangkan pedangnya untuk melihat gelagat.
Serangan pedang Siang-koan Kie dari lambat mendadak
menjadi cepat, sinar putih berkelebat dan ujung pedang menyerang kepala orang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang berbaju hitam itu mengangkat tinggi goloknya untuk menangkis pedang Siang-koan Kie tak disangka gerakan
Siang-koan Kie ternyata lebih cepat, ketika golok orang itu diangkat tinggi, pedang Siang-koan Kie lebih dulu sudah meluncur melewati bawah goloknya, hingga orang itu
tubuhnya terbelah menjadi dua.
Bwee Cian Tay yang menyaksikan kejadian itu, berkata
sambil menghela napas, "Satu serangan yang ganas sekali."
Siang-koan Kie yang mendengar ucapan itu terkejut, tak disadari ia menoleh mengawasinya, gadis itu berdiri sambil melintangkan goloknya, sikapnya menunjukkan rasa terkejut bercampur kagum, hingga dalam hati anak muda itu merasa heran, maka segera menanyanya, "Kenalkah nona dengan
gerak tipu ini." "Tidak, tetapi gerak tipu itu banyak mirip dengan retak tipu yang pernah kupelajari,'' menjawab gadis itu sambil
menggelengkan kepala. "Banyak bagiannya yang mirip" Dan bagian mana yang
berlainan?" "Perobahan gerakan pedangmu, jauh lebih ganas."
"Ilmu pedang nona, apa juga pelajaran dari ayahmu?"
"Sebagian besar dari ayah ... " mendadak gadis itu menutup mulut.
Siang-koan Kie yang menyaksikan sikap dan ucapan gadis itu, ternyata masih belum terlepas, dari sifat kekanak2kan, dibandingkan dengan Nie-Suat Kiao, jauh sekali
perbedaannya. "Nona, lekas ganti senjatamu," demikian Siang-koan Kie berkata sambil bersenyum.
Pada saat itu pasukan berbaju hitam itu, hanya tinggal dua orang yang masih hidup, tetapi dua orang itu sudah dibikin Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keder oleh ilmu pedang Siang-koan Kie yang sangat ganas itu.
hingga tidak berani lagi melakukan serangannya.
Bwee Cian Tay mengawasi keadaan di sekitarnya sejenak, lalu berkata: "Aih! Diantara orang2 yang sudah mati ini, tak seorangpun yang menggunakan pedang, nampaknya aku
sudah tidak dapat mengganti senjataku."
Siang-koan Kie yang sudah bertekad hendak menguji
kepandaian gadis itu, supaya dapat digunakan untuk
mempelajari kepandaian Kun-liong Ong segera memberikan pedangnya, seraya berkata: "Nona boleh menggunakan
pedangku ini, dan aku akan menggunakan golok, mari kita mencoba mengadu kepandaian, bagaimana coba pikir?"
Bwee Cian Tay berpikir sejenak, kemudian ia menyambut pedang Siang-koan Kie dan menyerahkan goloknya sendiri.
Siang-koan Kie setelah menyambut golok dari tangan gadis itu, segera memulai membuka serangannya sambil berkata:
"Nona, awas!"

Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan satu gerak tipu gelombang ombak menggempur
batu cadas, golok itu digunakan untuk menyerang sebagai pedang.
Bwee Cian Tay membabat dengan pedangnya, badannya
turut memutar untuk mengelakan serangan goloknya.
Siang-koan Kie lompat menyingkir untuk menghindarkan
serangan pedang kemudian dengan beruntun menyerang lagi sampai tiga kali.
Pedang Bwee Cian Tay tiba2 diputar sedemikian rupa, terus menyerbu dalam sinar golok Siang-koan Kie, dua senjata itu memperdengarkan suara nyaring, Siang-koan Kie tiba2
menarik kembali goloknya dan melompat mundur seraya
berkata: "Ilmu pedang nona, benar saja luar biasa."
Kemudian ia memutar goloknya dan maju menyerang lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bwee Cian Tay menyambut serangan golok Siang-koan Kie dengan pedangnya hingga terdengar pula suara nyaring yang terbit diri beradunya dua senjata itu.
Pada saat itu delapan orang bekas anak buah Kun-liong Ong, sudah berhasil melukai dua orang pasukan berkuda yang menyerbu ke dalam barisan batu.
Dua orang itu meskipun memakai baju lapis besi yang tidak takut golok atau pedang, tetapi karena di bawah kakinya terhalang oleh barisan batu gerakan mereka tidak leluasa, maka akhirnya telah jatuh di tanah dalam keadaan terluka.
Teng Soan mendongakan kepala melihat cuaca diam2
menghela napas dan berkata kepada dirinya sendiri:
"Pertempuran ini bagaimana kesudahannya, barangkali
tergantung di tangan Tuhan saja ... "
Sesosok bayangan orang tiba2 muncul mendekati barisan batu.
Delapan orang dalam barisan batu itu, semua sudah
mendapat perintah Teng Soan, tidak boleh sembarangan
meninggalkan barisan batu, meskipun mereka melihat ada seorang berbaju hitam menghampiri, juga tidak ditegurnya, mereka menantikan sehingga orang itu masuk, baru akan diserangnya.
Orang berbaju hitam itu agaknya juga mengetahui
hebatnya barisan batu itu, terpisah sejauh empat lima kaki dari barisan batu, orang itu berhenti dan memanggil dengan suara perlahan: "Teng Sianseng."
Teng Soan melongok keluar, ia lihat sesosok bayangan
hitam berada tidak jauh di luar barisan batu, tetapi tidak menampak tegas muka orang itu, maka ia balas menanya:
"Siapa?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu menyahut: "Touw Thian Gouw, ada urusan
penting ingin siaute bicarakan dengan sianseng, bolehkah siaute masuk sebentar?"
"Oh saudara Touw" Lekas masuk ke dalam barisan."
Touw Thian Gouw dengan cepat menggerakkan kakinya.
Sebentar kemudian sudah berada di dalam barisan batu.
Dua bayangan orang coba merintangi majunya Touw Thian Gouw.
Teng Soan buru2 berkata sambil mengibaskan tangannya:
"Kalian minggir."
Dua orang itu menurut dan mengundurkan diri, Touw Thian Gouw dengan cepat menghampiri Teng Soan dan berkata:
"Apakah sianseng masih belum pergi?"
"Jangan tergesa2, ada urusan apa ceritakanlah dengan
sabar." "Kun-liong Ong sudah mengumpulkan orang2nya yang
terkuat, bersama pasukan berkuda mengurung tempat ini, asal ia mengeluarkan perintah, orang2 itu segera bergerak, waktu pada saat ini sangat berharga sekali, jikalau sianseng tidak lekas pergi, barangkali tidak keburu lagi."
Teng Soan dengan tenang mengibas2kan kipasnya dan
berkata sambil tertawa: "Tempat ini sudah terkurung rapat oleh orang2nya Kun- liong Ong, bagaimana masih bisa lari?"
"Tidak jauh dari sini, ada sebuah sungai besar, sungai itu dapat dilalui oleh perahu layar, asal sianseng bisa sampai ke tepi sungai itu, lalu naik perahu, mungkin bisa terlolos dari kepungan Kun-liong Ong."
"Sungai itu berapa jauh terpisah dari sini?"
"Kira-kira masih perjalanan empat atau lima pal."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Teng Soan tersenyum dan berkata: "Kau tahu, Kun-liong Ong pasti juga tahu."
"Siaute yang mendengar kabar itu, dengan menempuh
bahaya jiwa siaute datang kemari, tetapi sian-seng ternyata tidak mau meninggalkan tempat ini, apakah harus duduk saja menantikan datangnya kematian?"
Teng Soan berpikir sejenak baru menjawab: "Duduk
menantikan datangnya bala bantuan, harapan hidup lebih besar dari pada menembus kepungan yang sangat berbahaya ini."
Touw Thian Gouw menghela napas perlahan, ia berkata
dengan suara rendah: "Tujuan Kua-liong Ong hanya diri sianseng seorang, ia sudah menggunakan bantuan burung dara pos mengirim perintah kepada semua anak buahnya, jikalau tidak dapat menangkap hidup-hidup sianseng, boleh dibinasakan dengan cara apa saja."
Teng Soan tersenyum dan berkata: "Apakah Kun-liong Ong belum tiba" Dia sudah beberapa puluh tahun ingin
membinasakanku, tetapi sehingga kini maksud itu mungkin tak akan terlaksana untuk selama-lamanya."
Touw Thian Gouw menyaksikan sikap Teng soan yang
tenang saja, seolah-olah sudah ada yang diandalkan sehingga tidak perlu merasa takut, diam2 terkejut, ia berkata sambil menghela napas, "sekalipun sianseng sudah mempunyai
rencana yang sempurna, tetapi juga tidak usah menempuh bahaya keterlaluan, menurut kabar yang saaute dapat, Kun-liong Ong sudah mengerahkan sebagian besar pasukannya, disebar di sekitar tempat ini, untuk menahan datangnya bala bantuan, empat raja muda telah datang dan memimpin sendiri pasukannya, menjaga di empat penjuru, selain mencegah datangnya bala bantuan, juga untuk merintangi keluarnya Sianseng dari sini ... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tong Soan hanya mengibas-ngibaskan kipasnya, tidak
menjawab. Touw Thian Gouw berkata pula, "Sianseng merupakan
tiang, baik bagi golongan pengemis maupun bagi rimba
persilatan, apabila ada terjadi apa2 atas diri sianseng, maka siaute akan menanggung dosa yang tidak akan ditebus oleh jiwa, dari pada kita duduk diam manda diri dikepung, akan lebih baik selagi mereka belum berhasil memperkuat
kedudukkannya, kita menerjang keluar, siaute ada mempunyai rencana untuk meloloskan diri, harap sianseng coba
pertimbangkan." "Adakah kau ingin menukar pakaian denganku?" bertanya Teng Soan sambil tertawa.
"Benar, akal ini meskipun merupakan suatu yang biasa
saja, tetapi mereka mungkin tidak berpikir sampai di situ, siaute akan memakai pakaian sianseng dengan nembawa
Siang-koan Kie ... " berkata Touw Thian Gouw, matanya menyapu sejenak kepada delapan orang anak buah bekas
Kun-liong Ong kenudian sambungnya: "Apabila orang2 ini, semua boleh dipercaya, separoh di antaranya, boleh disuruh melindungi sianseng, yang empat lagi boleh ikut siaute menerjang keluar ke arah timur, untuk mengacaukan
perhatian musuh, sedangkan sianseng boleh menggunakan kesempatan ini menerjang keluar melalui arah barat, mungkin kita dapat ... "
"Kau menyaru sebagai Teng Soan, akal ini memang bagus, tetapi tidak perlu melarikan diri."
"Kenapa?" "Kau harus ketahui bahwa Kun-liong Ong mempunyai
kecerdasan berpikir melebihi manusia biasa, dalam
kecerdikkan dan mengatur siasat, dengan aku hanya selisih sedikit saja, dalam hal kekejaman tindakannya, aku harus Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengaku kalah, tetapi ia melanggar suatu kesalahan besar, tanpa disadarinya."
"Kesalahan apa?"
"Sombong, keangkuhannya terlalu besar," berkata Teng Soan dengan suara perlahan. "seseorang jikalau terlalu sombong, kecerdikannya sering tertutup, apabila dia pada saat tempat seperti sekarang ini, datang sendiri cukup dengan beberapa pembantunya yang kuat saja, baik menangkap
hidup atau membunuh mati, aku tidak akan bisa lolos dari tangannya, tetapi ia tidak berbuat demikian, disuatu pihak ia ingin membunuh aku, tetapi dilain pihak ia ingin menangkap aku hidup aku sebagai umpan, untuk memancing dan
membasmi orang2 kuat golongan pengemis."
"Kebimbangannya itu, memberikan kesempatan bagiku ...
" Berkata sampai disitu, tiba2 menghela napas, "Satu hal lagi, ialah peraturannya terlalu keras, terlalu banyak campur tangan urusan orang, sehingga anak buahnya yang
bagaimana pandaipun tidak dapat memperkembangkan
kecerdasan dan kepandaiannya dalam segala hal harus
menunggu perintahnya, aih! Dalam hal ini, aku lebih unggul dari padanya ... tetapi kali ini aku mendahului bertindak, dalam perjalananku ini, aku sengaja, tidak meninggalkan pesan kepada Auw-yang Pangcu, maksudku ialah memberikan kesempatan bagi Auw-yang pangcu supaya menggunakan
kecerdikan berpikir, Kun-liong Ong menghadapi golongan pengemis, di dalam harus berhadapan denganku untuk
mengadu kecerdikan otak, di luar harus menghadapi Auwyang pangcu dengan kekuatan tenaga, meskipun pihak kita sudah mendapat keuntungan dalam strategi, tetapi bagaimana kesudahannya, masih belum dapat kita ramalkan ... "
Tiba2 terdengar suara kuda meringkik, empat batang obor nampak lari mendatangi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Touw Thian Gouw berkata dengan suara cemas: "Keadaan
sudah terlalu gawat! Jikalau sianseng tidak lekas tukar pakaian, mungkin mereka akan segera menyerbu, keadaan malam ini kita tidak boleh bandingkan dengan keadaan di tanah datar tempo hari."
"Baiklah! Bukalah baju luarmu," berkata Teng Soan, kemudian dari dalam saku mengeluarkan sebungkus
bungkusan kecil dan dua lembar kedok kulit manusia, "kau mengenakan kedok kulit ini dan memakai pakaian dalam
bungkusan ini." Touw Thian Gouw menurut, ketika ia membuka bungkusan
itu di dalamnya terdapat dua potong pakaian sutra berwarna biru dan dua buah kipas, ia heran dan menanya: "Apa" Jadi sianseng sudah mempunyai persiapan?"
"Kun-liong Ong bisa berubah menjadi beberapa rupa,
tetapi aku Teng Soan selama itu, tetap dengan keadaanku yang asli, hari ini aku hendak meniru perbuatannya," berkata Teng Soan sambil tertawa.
Touw Thian Gouw tidak berkata apa2 lagi, ia mengenakan kedok kulit dan menukar bajunya lalu mengambil sebuah kipas dan bertanya: "Bagaimana dengan sepotong pakaian yang lain ini?"
"Untuk dipakai oleh Siang-koan Kie."
"Aih! Kecerdikan sianseng, sesungguhuya sangat
mengagumkan." "Sebetulnya juga tidak terhitung aneh, aku melainkan lebih dulu dapat memikirkan soal ini dari pada kalian."
Ketika Touw Thian Gouw melongok keluar ia melihat Siangkoan Kie sedang bertempur sengit dengan Bwee Cian Tay, ia lalu berkata sambil mengerutkan alisnya: "Dia sedang
bertempur sengit dengan anak dara itu, kelihatannya dalam Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
waktu dua tiga puluh jurus belum tentu bisa mendapat
kemenangan, bagaimana kalau siaute membantunya?"
"Tidak perlu, kepandaian gadis itu meskipun tinggi, tetapi masih bukan tandingan Siang-koan Kie, saudara Touw boleh lihat sendiri saja!"
Benar saja, ketika Siang-koan Kie melihat datangnya empat penunggang kuda yang lari mendatangi dengan membawa
obor itu, hatinya merasa cemas, dengan mengeluarkan suara bentakkan keras, gerakkan golok di tangannya mendadak berobah, ia menyerang tiga kali dengan beruntun dan berhasil membuat pedang di tangannya Bwee Cian Tay terpental
terbang. Bwee Cian Tay yang diserang demikian hebat dengan gerak tipunya yang aneh dan kekuatan tenaga sangat besar,
seketika menjadi gugup, dan akhirnya ketika golok Siang-koan Kie membentur pedangnya, tanpa dirasa pedang telah
terlepas dari tangannya, sehingga ia berdiri tertegun.
Selagi ia masih belum tahu tindakan apa yang akan diambil selanjutnya, tangan kiri Siang-koan Kie dengan cepat sudah menotok jalan darahnya.
Setelah Siang-koan Kie berhasil menotok Bwee Cian Tay, badannya mendadak memutar, golok di tangan kanannya
disambitkan. Dan orang berbaju hitam yang sama sekali tidak menduga Siang-koan Kie berbuat demikian satu telah tertabas putung badannya, dan satunya lagi baru saja hendak melarikan diri, sudah diserbu oleh Siang-koan Kie, sehingga juga binasa di tangannya.
Touw Thian Gouw yang menyaksikan kepandaian luarbiasa yang diunjukkan oleh Siang-koan Kie, diam-diam merasa terkejut, ia sungguh tak menyangka bahwa kepandaian
pemuda itu demikian hebat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Belum, lagi lenyap rasa takutnya, Siang-koan Kie sudah melompat masuk ke dalam barisan batu sambil menenteng pedangnya dan mengempit tubuh Bwee Cian Tay, ketika
menyaksikan Teng Soan berdiri berdampingan, sejenak ia melongok, kemudian bertanya: "Sianseng, apa artinya ini?"
Teng Soan bersenyum dan berkata, "Lekas letakkan dia, kau juga mengganti pakaianmu dengan pakaian panjang!"
Siang-koan Kie semula terperanjat, kemudian mengawasi sejenak kepada Bwee Cian Tay yang berada dalam kepitan, lalu berkata sambil tertawa: "Sebaiknya biar saja ia yang pakai!"
"Cara ini meskipun bagus, tetapi kalau nanti ia sadar, pasti akan membencimu setengah mati," berkata Teng Soan.
"Biar saja ia membenci aku," berkata Siang-koan Kie sambil tertawa, ia lalu mengambil baju panjang kain sutra berwarna biru itu, selagi hendak dikenakan di badan Bwee Cian Tay, tiba-tiba ia mengurungkan maksudnya, ia melompat keluar dari barisan batu seraya berkata: "Siaute hendak membereskan dulu empat orang dari barisan berkuda itu."
Sambil menenteng pedangnya, ia menyerbu empat
penunggang kuda yang membawa obor itu.
Touw Thian Gouw berkata sambil tertawa: "Saudara Siaug-koan kulitnya masih tipis, biarlah siaute yang mengenakan pakaian ini."
Pada saat itu, empat penunggang kuda yang membawa
obor itu sudah berada sejarak kira2 sepuluh tombak dari barisan batu.
Siang-koan Kie dengan gerakan bagaikan terbang
menyambut kedatangan mereka, terpisah kira2 masih satu tombak di depan barisan berkuda itu, tiba2 melesat tinggi, dengan badan pedang tergabung menjadi satu, menyerbu
kepada mereka. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika pedangnya bergerak, lalu terdengar suara jeritan ngeri, seorang yang berada paling depan sudah roboh
terguling dari atas kudanya.
Teng Soan dengan mengibas2kan kipasnya berkata dengan pujiannya: "Sungguh seorang gagah jago yang luar biasa."
Touw Thian Gouw yang selagi mengenakan pakaian untuk
Bwee Cian Tay, segera menyahut: "Sejak aku pertama
menjumpainya sehingga sekarang, kepandaian ilmu silatnya, agaknya mendapat kemajuan pesat sekali, setiap kali
bertempur dengan musuh, kepandaiannya mendapat
kemajuan tidak sedikit."
"Siaute meskipun tidak pandai ilmu silat, tetapi masih ingat banyak tentang berbagai hafalan ilmu silat yang aneh, apabila kita berhasil terlepas dari bahaya hari ini, siaute pasti menurunkan kapandaian ilmu itu kepada saudara2 sekalian, sebagai hadiah atas perlindungan saudara2 hari ini."
Dalam hati Touw Thian Gouw diam2 berpikir, "Tidak tahu hari ini kita bisa berlalu dari sini dalam keadaan hidup atau tidak?"
Ia yang sudah lama berkecimpungan di dunia Kang-ouw
walaupun pengalamannya banyak bertambah, tetapi sipatnya sebagai seorang jantan yang dimiliki sejak dilahirkan, tanpa dirasa mulai berkurang banyak, ketika menyaksikan pengaruh dan wibawa Kun-liong Ong mengerahkan pasukannya, dalam hatinya diam2 telah membuat perhitungan bagaimanapun
juga, ia merasa sulit sekali untuk meloloskan diri dari kepungan yang rapat itu, maka ia lalu menghela napas
panjang dan berkata: "Banyak perhitungan orang cerdik pandai, sekali-sekali pasti ada yang meleset, sianseng semula hidup berlaku sangat hati2, tetapi malam ini, ternyata sudah dikuasai lebih dulu oleh Kun-liong Ong dengan kawan siaute dan saudara Siang-koan datang kemari, tindakan ini, lebih terlalu gegabah ... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Teng Soan hanya mengibas2kan kipasnya sambil
tersenyum, tidak sepatah katapun keluar dari mulutnya, di dalam hati orang cerdik pandai itu agaknya sudah mempunyai rencana masak2, tetapi juga seolah-olah gampang dengan soal mati hidupnya.
Touw Thian Gouw yang menyaksikan ketenangan luar biasa Teng Soan, tiba2 merasa malu sendiri, ia keluarkan suara batuk2 dan berkata pula: "Hidup atau mati merupakan soal sepele, siaute juga tidak memikirkan, hanya bagi sianseng ... "
Teng Soan tiba2 mengangkat kipasnya dan berkata sambil menunjuk Siang-koan Kie: "Kwan ie, seorang pahlawan
kenamaan di jaman Sam Kok dahulu, dengan seorang diri dan seekor kuda serta sembilan golok, menyerbu ke dalam
pasukan musuh, sebelum arah yang ditinggalkannya masih belum dingin, ia sudah balik kembali sambil menenteng batok kepala seorang jago perang dari lawan, hari ini aku
menyadikan kegagahan Siang-koan Kie, sesungguhnya dapat dibandingkan kegagahannya dengan pahlawan kenamaan di jaman dahulu itu."
Ketika Touw Thian Gouw berpaling ke arah Siang-koan Kie, ia telah menyaksikan pemuda itu sudah balik kembali sambil menenteng pedangnya, sedangkan empat musuhnya dari
pasukan berkuda yang hendak menyerbu barisan batu, semua sudah menggeletak di tanah menjadi bangkai, empat obor yang dibawanya, jatuh berserakan di tanah, apinya menyala membakar tempat di sekitarnya.
Touw Thian Gouw mengambil dua butir batu, disambitkan ke arah obor itu, hingga dua obor itu telah padam, ia mengulangi lagi perbuatan seperti tadi, hingga empat obor itu padam seluruhnya, pada saat itu Siang-koan Kie sudah balik kedalam barisan batu, lambat-lambat meletakkan pedangnya dan berkata sambil menghela napas: "Anak buah Kun-liong Ong terlalu banyak jumlahnya, setiap orang berkepandaian Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tinggi, harapan untuk menembus kepungan ini, nampaknya tipis sekali."
Sudah beberapa puluh anak buah Kun-liong Ong mati di
bawah tangannya, orang lain memuji dan mengagumi
kegagahannya, namun ia sendiri merasa agak putus asa
menghadapi musuh yang terlalu banyak jumlahnya.
Touw Thian Gouw khawatir Siang-koan Kie merasa ngeri
menghadapi musuhnya yang terlalu kuat, sehingga
semangatnya menurun, maka buru2 berkata: "Saudara gagah sekali, tidak perlu banyak merendahkan diri."
"Bukankah ini Touw Toako" Kapan kau kembali?" bertanya Siang-koan Kie girang.
Kiranya tadi selagi ia bertempur sengit dengan Bwee Cian Tay, maka tidak tahu kedatangan Tow Thian Gouw.
"Toakomu waktu mencari2 ke rumah gubuk di sebelah kiri kita, sudah melihat gelagat tidak baik hatku tiba2 terbuka, daripada aku berjalan bersamamu dan Teng sianseng, ada lebih baik berusaha balik lagi ke rombongan pasukan baju hitam Kun-liong Ong, untuk mencari keterangan, apabila nasib baik dapat mengetahui rencana keji Kun-liong Ong, kita juga bisa siap sedia lebih dulu untuk menghadapinya ... " berkata Touw Thian Gouw.
"Kalau begitu Touw toako apakah pernah mendengar
rencana keji Kun-liong Ong" Aih! Mati hidup kita tidak perlu dipikirkan, tetapi Teng Sianseng adalah orang yang
memegang nasib rimba persilatan dewasa ini, apabila ada terjadi apa2, bukan saja kita tidak dapat menemui Auw-yang pangcu, tetapi juga tidak ada muka menjumpai sahabat2
rimba persilatan." "Itu memang benar, apapun juga yang terjadi kita harus berusaha sekuat tenaga untuk melindungi Teng sianseng, supaya bisa berlalu dari sini dalam keadaan selamat."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Teng Soan tersenyum dan berkata: "Saudara2 jangan
khawatir, bala bantuan dari golongan pengemis, akan segera tiba, apabila dugaanku tidak keliru, usaha Kun-liong Ong kali ini mungkin akan sia2 lagi."
Sementara itu tiba2 terdengar suara genderang dan
tambur, yang amat riuh, dari berbagai penjuru dengan
berbareng tampak banyak obor.
Di bawah sinar penerangan obor, dari jauh tampak sebuah panji besar yang tertulis dengan huruf2 besar "TANGKAP
HIDUP TENG SOAN", berkibar tertiup angin.
Di bawah angin santer dan suara gemuruh, musuh dalam
jumlah besar datang mengurung dari berbagai penjuru.
Serbuan musuh itu bagaikan badai mengamuk, susah
diduga berapa banyak jumlahnya.
Siang-koan Kie tergerak hatinya, ia berkata kepada Touw Thian Gouw dengan suara perlahan: "Tolong Touw toako
melindungi diri sianseng siaute hendak membikin kacau barisan mereka lebih dulu."
Dengan cepat ia melompat keluar dari dalam barisan batu, menyambar dua ekor kuda.
Teng Soan berkata sambil tersenyum: "Saudara Siang-koan Kie meskipun gagah, tetapi tindakan itu juga terlalu
berbahaya." "Saudara kau hendak berbuat apa?"
"Aku hendak membikin kalut barisan mereka, juga ingin mencoba apa maksud Kun-liong Ong, betul hendak
membinasakan Teng Soan atau tidak menjawab Siang-koan Kie."
Touw Thian Gouw agaknya masih kurang paham, tetapi
Siang-koan Kie sudah mengempit tubuh Bwe Cian Tay,
kemudian melompat keluar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat itu, Bwee Cian Tay sudah memakai pakaian
panjang, mukanya mengenakan kedok kulit manusia, Siangkoan Kie meletakkan ia di atas pelana kuda, tali kuda diikatkan dengan tangan kirinya, tubuh gadis itu nampak mendukung ke depan, kipas di tangan kanannya setengah terbuka menutup setengah mukanya, Siang-koan Kie memasukkan pedang ke dalam sarungnya, mengambil sebatang tombak panjang,
melompat naik keatas seekor kuda yang lain.
Touw Thian Gouw yang menyaksikan kelakuan pemuda itu
terkejut dan terheran2, tanyanya: "Saudara, kau hendak berbuat apa?"
"Aku hendak menyerbu pasukan anak buah Kun-liong Ong
... " "Hanya dengan seorang diri?"
Siang-koan Kie berpaling ke arah Bwee Cian Tay sejenak lalu berkata: "Dia akan mengawani aku ..." sejenak ia berhenti, "apabila siaute beruntung dapat mengacaukan anak buah Kun-liong Ong itu, Touw toako dan delapan saudara ini supaya melindungi Teng sianseng, lekas berlalu dari sini untuk kabur."
"Harap saudara berlaku hati-hati," berkata Touw Thian Gouw sambil menghela napas. "Touw toako jangan khawatir."
Pemuda itu lalu bedal kudanya menyerbu musuh.
Touw Thian Gouw berpaling dan berkata kepada Teng
Soan: "Teng Sianseng, perlukah kita menggunakan
kesempatan ini kabur dari sini?"
"Saudara Touw jangan khawatir, menurut pikiranku, bala bantuan kuat dari golongan pengemis, sudah akan tiba."
"Menurut apa yang aku tahu, Kun-liong Ong sudah
memasang orang-orangnya yang kuat, menutup jalan di
sekitar tempat ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apabila mereka tidak menutup empat penjuru jalan ini, mungkin golongan pengemis tidak sampai mengerahkan
seluruh kekuatan tenaganya untuk datang kemari."
"Perhitungan sianseng siaute sangat kagum, kalau kita harus bertahan di tempat ini, setidak-tidaknya perlu
memahami lebih dahulu perobahan barisan batu ini, dalam hal ini harap sianseng suka memberikan petunjuknya."
"Saudara Touw benar-benar sangat cermat .... " berkata Teng Soan sambil tersenyum, lalu dengan tenang menjelaskan bagaimana perobahannya dan khasiatnya menahan musuh
dari barisan batu ini. Touw Thian Gouw merdengarkan dengan penuh perhatian,
bagian yang masih kurang paham, ditanyakan pula berulang-ulang.
Pada saat itu, Siang-koan Kie sudah mulai bertempur
dengan anak buah Kun-liong Ong.
Di bawah penerangan sinar obor, tampak Siang-koan Kie memutar tombaknya demikian rupa, siapa saja yang
menghadapinya lantas rubuh bagaikan daun tertiup angin.
Touw Thian Gouw yang menyaksikan ketangkasan pemuda
itu, tanpa sadar timbul semangatnya, ia berpaling mengawasi delapan orang bekas anak buah Kun-liong Ong itu sejenak, lalu berkata: "Saudara-saudara, keadaan hari ini, kita sudah tidak boleh tinggal diam, apabila tertangkap hidup oleh Kun-liong Ong siksaan dan penderitaan apa yang kita akan alami, kiranya saudara-saudara sudah mengetahui dan merasakan sendiri ... "
Delapan orang itu semua mengangukkan kepala dengan
serentak. Touw Thian Gouw berpikir sejenak, kemudian berkata pula:
"Daripada kita hidup terhina dan tersesat, lebih baik kita mengadu jiwa dengannya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Delapan orang itu agaknya terpengaruh oleh semangat
jantan Touw Thian Gouw, dengan serentak mereka menyahut:
"Ucapan saudara memang benar, bagi kita, lebih suka mati di tempat ini, juga tidak sudi tertangkap hidup oleh Kun-liong Ong."
Touw Thian Gouw berpaling mengawasi orang yang
menyaru, sebagai Kun-liong Ong itu sejenak lalu bertanya:
"Sianseng, siapa orang ini?"


Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Orang yang menyamar menjadi Kun-liong Ong,"
menjawab Teng Soan. "Kalau dibiarkan ia hidup, akhirnya pasti akan menjadi bencana," berkata Touw Thian Gouw.
Kemudian dengan golok di tangannya, ia tabas putung
orang itu, bangkainya dilemparkan keluar dari barisan batu.
Teng Soan mengawasi Touw Thian Gouw, terhadap
perbuatan jago itu, ia tidak melarang atau menyetujui.
Touw Thian Gouw setelah melemparkan Kun-liong Ong
tiruan itu, lalu berkata dengan suara keras kepada delapan orang bekas anak buah Kun-liong Ong, "Bala bantuan yang kuat dari golongan pengemis, di bawah pimpinan Koan Sam Seng, tiga Kok-cu, dan empat puluh delapan pasukan berani mati yang namanya sudah sangat terkenal itu, sudah mulai bertempur dengan anak buah Kun-liong Ong, satu pasukan lagi, dibawah pimpinan Auw-yang pangcu sendiri dengan dibantu oleh delapan hulubalang, sudah datang menyerbu dari lain bagian, saudara2 asal dapat menggunakan barisan batu ini sebagai pelindung, menahan Kun-liong Ong satu jam saja, bala bantuan itu pasti keburu menyelamatkan kita ... "
Sejenak ia berdiam, kemudian berkata pula: "Harus
diketahui bahwa situasi pada sekarang ini, kecuali berbuat demikian, sudah tidak ada jalan hidup lain, dari pada tertangkap hidup, lebih baik kita mengadu jiwa mati bersama-sama."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ucapan yang menyala-nyala dan bersemangat itu telah
mengobarkan semangat delapan orang itu, hingga semua
menyahut dengan serentak: "Benar."
Touw Thian Gouw yang menyaksikan orang-orang itu
sudah berkobar semangatnya, agak hilang kekhawatirannya, ia berkata kepada Teng Soan dengan suara perlahan, "Nasib sianseng dan golongan pengemis, semua tergantung dalam pertempuran ini, aih! Golongan pengemis dapat menentang kekuatan Kun-liong Ong atau tidak, semua tergantung
rencana sianseng, kalah menangnya golongan pengemis, ada mempunyai hubungan erat dengan nasib seluruh rimba
persilatan, maka kedudukan sianseng sesungguhnya terlalu kecil sekalipun siaute harus korbankan jiwa, juga akan mempertahankan jiwa sianseng ... "
Teng Soan menghela napas perlahan, selagi hendak
menjawat, Touw Thian Gouw berkata pula, "Ada satu hal siaute ingin minta bantuan sianseng, harap sianseng tidak menolaknya."
"Kau katakanlah!"
Touw Thian Gouw melongok keluar, obor yang berkobar
dan suara orang berteriak-teriak, ternyata sudah berada dekat sekali dengan barisan batu, sedangkan Siang-koan Kie yang menyerbu kedalam barisan berkuda, telah menunjukkan
keberanian dan kegagahannya, namun dengan seorang diri, biar bagaimana rada berat melawan musuhnya yang
berjumlah jauh lebih banyak. Anak buah Kun-liong Ong
menyerang dari berbagai penjuru bagaikan arusnya
gelombang air laut. Betapapun gagahnya Siang-koan Kie, juga cuma dapat menghadapi musuhnya dari satu fihak saja.
Touw Thian Gouw agak khawatir, dengan suara perlahan ia berkata: "Sianseng tidak pandai ilmu silat, agak kurang baik memperlihatkan diri di dalam barisan batu, hal ini berarti memberi kesempatan baik bagi musuh."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa kau ingin aku rebahkan diri di dalam barisan?"
bertanya Teng Soan sambil tertawa.
"Itulah maksud siaute."
"Baiklah," berkata Teng Soan sambil tertawa, kemudian rebahkan diri di dalam barisan.
Hampir bersamaan dengan itu, barisan anak buah Kunliong Ong sudah menyerbu barisan.
Sebatang tombak panjang menusuk sebuah tumpukkan
batu. Dilain saat, sebilah golok gemerlapan terbang melayang, menangkis tombak itu.
Baru bertempur segebrakan, anak buah Kun-liong Ong
sudah menyerbu bagaikan gelombang air laut menyerang
dengan senjata tombak dan golok.
Delapan orang bekas anak buah Kun-liong Ong yang
ditugaskan menjaga barisan tersebut, serentak menyambut kedatangan musuh dengan mempertahankan kedudukan
masing-masing. Touw Thian Gouw dengan tangan kanan memegang kipas
dan tangan kiri memegang pecut berdiri mengomando
pertempuran itu. Pada saat itu, anak buah Kun-liong Ong yang sangat kuat, sudah mengepung barisan batu dari berbagai penjuru, api obor berkobar sehingga menerangi tempat seluas sepuluh tombak.
Tetapi mereka tidak berhasil menyerbu masuk ke dalam
barisan, karena kalau mereka mendekati barisan batu itu, merasakan ada banyak rintangan yang mengganggu gerakan mereka, sehingga dengan mudah terpukul mundur lagi.
Touw Thian Gouw tahu, banyak mata ditujukan kepadanya dengan sorot mata penasaran, setiap orang agaknya sangat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bernapsu hendak menangkapnya hidup2 tetapi tiada
seorangpun yang berani bertindak. Jelas bahwa maksud Kun-liong Ong hendak menangkap hidup, Teng Soan memang
benar. Dari dalam barisan mendadak terdengar suara bentakan
keras, seorang bertubuh tinggi besar, dengan tangan
membawa ruyung perak, keluar dari dalam barisan dengan tindakan gesit.
Melihat senjatanya yang bulat besar, Touw Thian Gouw
diam2 terperanjat, ia dapat menduga bahwa orang itu pasti bertenaga besar.
Selagi berpikir, orang itu sudah menyerbu dekat barisan batu dan melancarkan serangan dengan senjatanya yang
berat itu. Tenaga orang itu ternyata sangat kuat sekali, serangannya menimbulkan hembusan angin hebat.
Seorang dari dalam barisan batu coba menahan serangan itu dengan senjata goloknya, tetapi goloknya terpental terbang, orangnya mundur terhuyung-huyung.
Seorang kawannya memperingatkan kepada orang bekas
anak buah Kun-liong Ong yang terpental goloknya: "Saudara Lo, hati2, orang ini adalah Kim Goan Pa, orang kuat nomor satu dari raja dari Koo Pat Kie, jangan pandang ringan lawan."
Sementara itu, Kim Goan Pa yang sudah memukul mundur
lawannya, dengan tindakan lebar masuk ke dalam barisan batu.
Selagi kakinya baru mau melangkah, dari samping
disambut oleh serangan golok dari bekas anak buah Kun-long Ong, tetapi Kim Goan Pa membalas serangan itu.
Karena kegagahan Kim Goan Pa sudah dikenal baik oleh
hampir semua anak buah Kun-liong Ong maka bekas anak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
buah Kun-liong Ong ketika melihat Kim Goan Pa memutar ruyungnya, segera mundur teratur.
Kim Goan Pa setelah memukul lawannya yang kedua,
melanjutkan usahanya hendak masuk kedalam barisan batu, kemudian dengan tiba2 kakinya menendang tumpukan batu, tetapi badannya segera mengusruk kedepan.
Tiga bilah golok dengan berbareng menyerang dirinya.
Betapapun gagahnya Kim Goan Pa, karena kakinya merasa terhalang, terpaksa lompat mundur.
Delapan bekas anak buah Kun-liong Ong yang menyaksikan kegaibannya barisan batu itu, semangatnya bangun seketika.
Kim Goan Pa yang terdesak keluar dari dalam barisan batu, sangat mendongkol, menampak batu2 berserakan di tanah dan tumpukkan2 batu lainnya, lalu melampiaskan hawa
amarahnya kepada batu2 itu, dengan senjata ruyungnya ia menyapu batu2 itu, hingga berterbangan di udara.
Touw Thian Gouw terperanjat, pikirnya: "apabila barisan batu ini dihancurkan oleh orang kasar ini, tentu akan kehilangan khasiatnya, sedangkan jumlah musuh terlalu banyak jumlahnya, bagaimana kita dapat melawan ... "
Sementara itu, Kim Goan Pa kembali menggunakan
ruyungnya untuk menyapu tumpukan batu2 itu, sehingga
terbuka satu ruang yang lebar.
Touw Thian Gouw terkejut, dengan cepat menyerang Kim
Goan Pa dengan pecutuya. Tiba2 terdengar suara Teng Soan: "Saudara Touw, orang itu mempunyai tenaga sangat besar, tidak boleh dilawan dengan kekerasan, biarlah dia masuk ke dalam."
Touw Thian Gouw tercengang, "Biarkan dia masuk ke
dalam ... " demikian katanya, pergelangan tangannya tiba2
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dirasakan kesemutan, pecut di tangannya hampir terlepas, hingga hatinya semakin terkejut.
Pada saat itu, delapan bekas anak buah yang ditugaskan menjaga barisan batu itu, sebagian besar sudah meninggalkan posnya, hendak mengeroyok menahan majunya Kim Goan Pa.
Tetapi karena orang2 yang menjaga itu kacau balau
sendiri, hingga hampir menggoyahkan seluruh kedudukan barusan batu itu. Empat orang berbaju hitam, sudah berhasil menerobos masuk ke dalam barisan batu.
Touw Thian Gouw memutar pecutnya demikian rupa, ia
telah berhasil merubuhkan salah seorang yang menyerbu masuk itu, sementara mulutnya berteriak-teriak kepada kawan2nya yang menjaga barisan, supaya jangan
meninggalkan posnya. Delapan bekas anak buah Kun-liong Ong, semua sudah
bertekad bulat hendak mempertahankan barisan batu itu hingga titik darah penghabisan, ketika mendengar seruan Touw Thian Gouw, segera kembali kekedudukan masing2
untuk balas menyerang orang2 yang menyerbu masuk,
sehingga terdesak keluar lagi.
Sementara itu, Kim Goan Pa sudah berhasil masuk ke
dalam barisan batu tanpa rintangan.
Teng Soan yang rebah di dalam barisan, saat itu sudah berdiri, ia mengeluarkan sebuah benda dari dalam sakunya, disambitkan ke tanah.
Sebentar kemudian terdengar suara ledakan nyaring, asap tebal mengepul tinggi, dalam waktu sangat singkat, asap tebal itu sudah meliputi seluruh tempat dalam barisan batu itu.
Di bawah lindungan asap tebal, Teng Soan mengibaskan
kipasnya, Kim Goan Pa segera rubuh di tanah tanpa sadarkan dirinya lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Apakah Teng Soan bisa terlolos dari kepungan Kun-liong Ong"
Bagaimana nasib Siang-koan Kie dengan Bwee Cian Tay"
Silahkan pembaca mengikuti kisah selanjutnya.
-oo0dw0oo- Jilid 21 Bab 81 PANDANGAN mata Touw Thian Gouw juga dikaburkan oleh
asap tebal itu, ia tidak tahu apa yang telah terjadi sebenarnya, hanya dari telinganya terdengar suara seperti orang jatuh di tanah, waktu ia pasang mata benar-benar baru mengenali bahwa yang jatuh di tanah itu adalah Kim Goan Pa,
tergeraklah hatinya, pikirnya: "nampaknya ilmu silat ada kalanya juga tidak ada gunanya, Teng Soan sebagai seorang yang lemah tidak pandai ilmu silat, tetapi kepandaiannya sesungguhnya tidak boleh dipandang ringan, pantas di dalam keadaan yang betapapun gawatnya, ia selalu tenang-tenang saja."
Sementara itu terdengar suara Teng Soan berkata
padanya: "Saudara Touw, lekas sambut ini."
Touw Thian Gouw mengulurkan tangannya, menyambut
benda yang dilemparkan kepadanya, benda itu ternyata
sebuah botol kecil, dalam herannya ia bertanya: "Sianseng, botol ini berisi apa?"
"Kau buka tutupnya, botol itu terisi air, pakailah untuk mencuci dua matamu," berkata Teng Soan.
Touw Thian Gouw mengerti bahwa air itu ada gunanya,
maka ia juga tidak tanya2 lagi, lalu membuka tutup botolnya, airnya dibuang keluar untuk mencuci kedua matanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Telinganya mendengar pula suara Teng Soan: "Saudara
Touw, botol berisi air obat itu kau berikan kepada mereka, supaya mereka juga dapat mencuci matanya dengan air obat itu."
Touw Thian Gouw diam-diam berpikir: "orang ini, benar-benar terlalu banyak akalnya, entah khasiatnya air ini?"
Meskipun dalam hatinya berpikir demikian, tetapi ia
melakukan apa yang diminta oleh Teng Soan air itu
disampaikan kepada delapan orang bekas anak buah Kunliong Ong. Sebentar kemudian, sepasang mata Touw Thian Gouw
mendadak dirasakan terang, asap yang semula pedas
menusuk mata itu, kini tidak merupakan rintangan lagi, semua benda dapat dilihatnya dengan nyata.
Di luar terdengar riuh suara orang berteriak-teriak dan suara derap kaki kuda, tetapi karena asap tebal telah mengurung barisan batu itu, maka orang-orang itu tidak berani masuk ke dalam, takut akan terjebak.
Dengan tiba-tiba, seorang penunggang kuda melarikan
kudanya denga pesat sambil menggerakkan tombaknya, siapa saja yang coba merintanginya, tidak ampun lagi diserangnya, tiada satupun yang dapat menahan, hingga dalam waktu
sangat singkat, sudah berhasil merobohkan tiga orang.
Kuda itu ketika mendekati barisan batu, tiba2 berputar dan mundur lagi.
Touw Thian Gouw sudah dapat melihat dengan nyata
bahwa penunggang kuda itu bukan lain dari pada Siang-koan Kie, sekujur badan pemuda gagah itu sudah penuh darah, maka ia segera berseru memanggilnya: "Apakah di sana
saudara Siang-koan Kie" Lekas masuk untuk beristirahat sebentar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dari luar terdengar pertanyaan Siang-koan Kie : "Apakah Teng sianseng tidak mendapat halangan suatu apa2"
"Sianseng tidak ada halangan suatu apa2, saudar jangan menuruti hawa napsu, bertempur terlalu lama, lekaslah masuk kedalam barisan."
Siang-koan Kie tiba2 menggerakkan tombaknya, untuk
menangkis serangan dari seorang pasukan berkuda serangan tombaknya diteruskan, ujung tombak menusuk kepala kuda orang itu.
Kuda itu kesakitan, setelah mengeluarkan suara meringkik, lalu melemparkan penunggangnya di atas tanah.
Seorang berbaju hitam ingin membokong Siang-koan Kie, pemuda itu mengeluarkan suara bentakan keras, tombak
panjang dilontarkan, tidak ampun lagi senjata itu menembusi dada orang berbaju hitam itu hingga binasa seketika itu juga.
Selesai membereskan dua musuhnya, Siang-koan Kie
melompat tinggi meninggalkan kudanya, kemudian melayang masuk ke dalam barisan batu.
Touw Thian Gouw buru2 menyambut, ia berkata sambi1
memberikan botol terisi air mujizat itu: "Saudara, lekas kau pakai air dalam botol ini, untuk menyuci dua matamu, hingga tidak usah takut matamu terhalang oleh asap tebal ini."
Siang-koan Kie menurut, setelah itu ia berkata sambil menghela napas panjang: "Siaute tidak ada gunanya,
sehingga tidak mampu melindungi diri Bwee Cian Tay, kini telah tertanggap hidup oleh mereka."
"Tertangkap oleh mereka, inilah yang paling baik, nanti kalau Kun-liong Ong melihat putrinya kita perlakukan demikian rupa, perasaan jerinya semakin bertambah, dan semakin tambah rasa jerinya, itu berarti kita semakin selamat," berkata Teng Soan sambil tertawa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie perlahan2 duduk di tanah seraya berkata:
"Dalam pasukan anak buah Kui-liong Ong banyak terdapat orang yang berkepandaian sangat tinggi, benar saja tidak beleh dipandang ringan ... "
"Tetapi saudara Siang-koin Kie sebaliknya tidak bisa pergi datang dengan leluasa, ini juga sudara cukup menggemparkan mereka," berkata Teng Soan sambil tertawa.
"Siaute tidak berani menerima pujian sianseng kedudukan kita sekarang ini sangat berbahaya, barisan ini sudah terkurung rapat, mungkin Kun-liong Ong akan datang sendiri
... " Sementara itu di luar barisan suara riuh itu, mendadak berhenti, ketika Touw Thian Gouw pasang mata, di bawah empat lentera yang diangkat tinggi-tinggi, tampak berdiri seorang berbaju hijau, di muka dan belakang orang itu banyak berdiri orang berpakaian hitam.
Touw Thian Gouw berkata kepada Teng Soan dengan suara perlahan: "Sianseng, nampak sikap agung orang itu, mungkin Kun-liong Ong datang sendiri!"
Teng Soan tersenyum dan berkata: "Benar, tidak perduli beberapa kali ia ganti rupa dan bagaimana pakaiannya, jangun harap bisa mengelabuhi mataku."
"Kepandaian mengenali diri seseorang ini, bolehkah
sianseng menjelaskan kepada kita, supaya kita mendapat sedikit pengetahuan," berkata Siang-koan Kie.
"Perkara ini memang mudah kelihatannya, tetapi sukar
dimengerti, asal saudara2 mau menggukan sedikit perhatian memperhatikan ciri2 seseorang, tidak sulit untuk membedakan mana yang tulen dan mana yang palsu," berkata Teng Soan sambi1 tertawa.
Siang-koan Kie seolah2 baru tersadar, ia berkata sambil mengangguk2kan kepala : "Ya, setiap orang ada mempunyai Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ciri2 pembawaan alam sendiri, jikalau kita bisa memperhatikan ciri2 itu, mudah untuk membedakan mana yang palsu dan mana yang tulen ... "
Tiba-tiba terdengar suara Kun-liong Ong berkata :
"Benarkah Teng Soan di dalam barisan?"
Jelas bahwa asap tebal itu telah merintangi pandangan mata Kun-liong Ong, sehingga ia juga tidak dapat melihat dengan jelas keadaan di dalam barisan.
Tujuh atau delapan orang berbaju hitam berkata dengan serentak : "Kita telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, sedikitpun tidak salah."
Kun-liong Ong lalu mengibaskan tangannya, serentetan
hujan anak panah meluncur dengan hebatnya ke dalam
barisan. Siang-koan Kie berkata dengan suara perlahan kepada
Teng Soan. "Harap sianseng bertiarap di tanah, Kun-liong mulai melepaskan anak panah."
Teng Soan menganggukkan kepala, dan berkata kepada
Touw Thian Gouw dengan suara perlahan: "Saudara Touw
harap perhatikan delapan orang yang menjaga barisan ini, asal musuh tidak menyerbu masuk, kita jangan bertindak apa-apa."
Touw Thian Gouw berpaling, ia lihat delapan orang bekas anak buah Kun-liong Ong itu, masing-masing dengan golok ditangan, tetapi badannya tegak gemetar, jelaslah sudah, bahwa dalam hati dan perasaan orang2 itu diliputi oleh perasaan jeri dan emosi yang tebal. Ia mengerutkan alisnya dan berkata kepada Siang-koan Kie dengan suara perlahan:
"Saudara harap kau melindungi sianseng, perhatikan diri Kim Goan Pa, orang itu berhati jujur dan mempunyai tenaga sangat besar, sayang kalau dibinasakan, tetapi dibiarkan juga merupakan bencana, sebaiknya totok dulu kedua jalan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
darahnya jikalau perlu, tidak halangan membunuhnya lebih dulu, aku hendak mengawasi tindakan delapan orang itu."
Tanpa menantikan jawaban Siang-koan Kie ia sudah
berjalan dengan tindakan lebar.
Siang-koan Kie memandang Kim Goan Pa, lalu menotok
lubang jalan darahnya, kemudian diseret kesamping dirinya.
Selama itu beberapa puluh batang anak panah sudah
meluncur ke arah mereka. Siang-koan Kie menghunus pedangnya dan berkata dengan suara perlahan: "Jikalau sianseng ingin melihat, harap sembunyi dibelakang diriku ... "
Dengan pedang panjang itu ia gunakan untuk menangkis
serangan anak panah yang meluncur deras.
Tiba-tiba terdengar suara Kun-liong Ong: "Tahan." Dan anak panah itu lantas berhenti.
Seorang berbaju hitam melompat ke dekat barisan batu
dan berkata dengan suara nyaring: "Kun-liong Ong minta bicara dengan Teng Soan dari golongan pengemis."
Touw Tnian Gouw bertanya kepada Teng Soan dengan
suara perlahan: "Bagaimana kalau siaute saja yang mewakili sianseng keluar untuk menjumpainya?"
"Tidak perlu, aku akan menjumpai sendiri, harap saudara menunggu dalam barisan, apabila ada bahaya, nanti aku akan minta bantuan saudara ... " berkata Teng Soan, kemudian memandang dan berkata kepada Siang-koan Kie: "Harap
saudara Siang-koan Kie bantu melindungi aku."
Siang-koan Kie melompat ke samping Teng Soan seraya
berkata: "Sianseng jangan terlalu jauh meninggalkan barisan batu, supaya siaute keburu memberi pertolongan."
Sambil menenteng pedang penuda gagah perkasa itu
berjalan lebih dulu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Teng Soan mengikuti dari belakang dengan tindakan
lambat2 berjalan keluar dari dalam barisan batu yang diliputi oleh kabut asap.
Tiba dihadapan Kun-liong Ong, Teng Soan lalu berkata
sambil memberi hormat: "Kun-liong Ong ada keperluan apa?"
"Tahukah kau di mana sekarang kau berada?" demikian Kun-liong Ong balas menanya dengan nada suara dingin.
"Di suatu tempat yang terkurung ketat oleh barisan anak buah Kun-liong Ong."
Kun-liong Ong tertawa menyeringai, kemudian berkata:
"Aku masih ingat persaudaraan dalam satu perguruan pada masa yang lampau, maka aku memberikan kesempatan
terakhir bagimu." Teng Soan tertawa dingin, kemudian berkata: "Sayang aku sudah bertekad hendak membunuh dirimu."
Kun-liong Ong tertawa terbahak2, lalu berkata: "Sekalipun kau mengerahkan seluruh kekuatan golongan pengemis, aku juga tidak takut apalagi kau sudah terkurung rapat olehku, sekalipun mempunyai sayap, kau juga tidak bisa terbang dari sini, sungguh berani mati kau masih berani mengeluarkan ucapan sombong itu."
Dengan sikap sungguh2 Teng Soan berkata sepatah demi
sepatah: "Kun-liong Ong kau tentunya sudah tahu bahwa aku selamanya belum pernah mengeluarkan ucapan yang aku
sendiri belum yakin benar kesanggupanku."
Sejenak Kun-liong Ong tercengang, kemudian tertawa
bergelak2, lalu berkata: "Sayang, jalan hidupmu sudah buntu, kau tidak bisa hidup sampai besok pagi."
"Itu masih belum tentu," sahut Teng Soan tenang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah kau percaya bahwa dengan membentuk barisan
batu semacam ini, benar2 dapat merintangi maksudku?"
bertanya Kun-liong Ong dingin.
"Kau tidak percaya, boleh coba sendiri."
Dengan kecepatan bagaikan kilat Kun-liong Ong bergerak mendekati teng Soan."
Siang-koan Kie yang terus mengawasi gerak geriknya,
ketika menyaksikan kegesitannya, diam2 juga terkejut, untung ia sangat waspada, dengan cepat ia menggunakan
pedangnya, melindungi Teng Soan.
Kun-liong Ong dengan tangan kiri menahan pedang Siangkoan Kie, lima jari tangan kanannya tetap menyambar Teng Soan.
Siang-koan Kie menendang perut Kun-liong Ong jari tangan kiri digunakan untuk menotok jalan darah Kun-liong Ong.
Kun-liong Ong terpaksa mengurungkan maksudnya, ia
menarik kenbali tangannya sambil memiringkan badannya, dengan cara demikian ia telah terlepas dari tendangan kaki dan totokan Siang-koan Kie.
Siang-koan Kie diam2 dikejutkan oleh kepandaian manusia kejam itu, ia menarik kembali tangannya untuk menjaga serangan Kun-liong Ong, pedang di tangan kanannya diputar dengan cepat.
Dua orang itu meskipun bergebrak sementara, tetapi setiap serangan dilakukan dengan cepat dan sangat berbahaya, sehingga orang tidak dapat melihat dengan tegas bagaimana mereka bergerak, Kun-liong Ong yang sudah bertekad hendak menangkap Teng Soan tidak membalas serangan Siang-koan Kie, hanya dengan sangat lincah mengelakkan diri dari serangan pedang Siang-koan Kie.
Teng Soan yang menyaksikan Siang-koan Kie
menggunakan pedang dan tangan, ternyata masih tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhasil menghalangi tindakan Kun-liong Ong, diam-diam juga terkejut, ia lalu menggunakan kipasnya untuk menotok Kun-liong Ong.
Sungguh aneh, Kun-liong Ong yang tidak takut dengan
serangan pedang dan tangan Siang-koan Kie tetapi terhadap kipas Teng Soan, agaknya jeri sekali, sambil mengelakkan tubuhnya kebelakang, ia melompat mundur sampai sejauh lima kaki.


Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siang-koan Kie melihat gerakkan kipas Teng Soan ternyata mengeluarkan sinar keredepan yang sebentar menghilang ditelan oleh kegelapan, sehingga diam-diam berpikir, nama Teng Soan, benar2 bukan nama kosong belaka, meskipun dia tidak pandai ilmu silat, tetapi sekujur badannya agak diperlengkapi oleh berbagai senjata untuk melindungi dirinya, dalam kipas yang sekecil ini, juga diperlengkapi obat mabuk dan senjata rahasia yang halus, entah masih ada apa lagi yang belum digunakan.
Selagi masih berpikir, Kun-liong Ong sudah melancarkan pula serangannya kepada Teng Soan.
Siang-koan Kie dengan cepat menyambut serangan itu.
Ia tidak menyangka Kun-liong Ong mempunyai kekuatan
tenaga dalam sangat hebat, maka ketika menyambut
serangan itu, darahnya merasa berkurang, tanpa sadar sudah lompat mundur lima kaki.
Teng Soan buru2 mengeluarkan sebutir pel, dimasukkan
kemulut Siang-koan Kie, lalu berkata dengan suara bisik2
ditelinganya: "Jangan terburu napsu, lekas makan pel ini.''
Siang-koan Kie menurut, ia menelan pel itu dan duduk di tanah, memejamkan matanya mengatur pernapasannya.
Dalam keadaan demikian, telinganya tiba2 mendengar
suara bergeraknya orang, enam atau tujuh sosok bayangan orang menyerbu ke dalam barisan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie selagi hendak melompat bangun untuk
merintangi orang-orang itu, Teng Soan tiba2 menggerakkan kipasnya.
Sebentar terdengar suara gedebukan, enam tujuh orang itu telah jatuh semua.
Siang-koan Kie menyaksikan orang2 yang jatuh di tanah itu, sedikitpun tidak mengeluarkan suara dari mulut, tetapi jiwanya sudah melayang semua, hingga diam2 terkejut.
Sementara itu telinganya mendengar suara Kun-liong Ong yang berkata: "Bagus sekali! Kau sudah menggunakan tangan kejam demikian rupa, maka jangan sesalkan kalau aku berlaku kejam juga."
"Persaudaraan antara kita sudah putus, jikalau kau yakin bisa masuk ke dalam barisan batu ini, apa salahnya kau coba?" Menyahut Teng Soan dengan suara nyaring.
Kun-liong Ong agaknya naik darah oleh jawaban Teng Soan itu, ia berkata dengan suara bengis: "Orang lain takut senjata rahasiamu, tetapi aku tidak."
Benar saja ia lalu bertindak menuju ke dalam barisan batu, tetapi ia berjalan lambat sekali, setiap langkah sangat hati2.
Siang-koan Kie mengerahkan kembali kekuatannya, berkata kepada Teng Soan dengan suara perlahan: "Sianseng, harap masuk kedalan dulu, siaute hendak merintangi dia."
"Jangan mengadu kekuatan dengannya, ilmu pedangmu,
boleh kau gunakan untuk melawan," berkata Teng Soan dengan suara perlahan.
Siang-koan Kie menerima baik, pedangnya dilintangkan di atas dada ia sudah siap hendak menghadapi musuhnya.
Kun-liong Ong berjalan sampai dipinggir barisan batu, sejenak ia ragu2, kemudian berjalan masuk dengan tindakan lebar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie menggerakkan pedangnya, ia menyerang
dari samping. Mata Kun-liong Ong terbuka lebar, tetapi agaknya tidak melihat serangan pedang Siang-koan Kie itu, ketika pedang sudah hampir mengenai dirinya, ia baru mengelakkan, dengan tiba2 kakinya diangkat menendang pergelangan tangan Siangkoan Kie.
Siang-koan Kie mengelakkan tendangan itu, kemudian
memutar lagi pedangnya menyarang tiga bagian jalan darah Kun-liong Ong.
Kun-liong Ong terpaksa mengerahkan seluruh kekuatannya, dengan mengikuti bergeraknya sinar pedang Siang-koan Kie ia menjatuhkan diri di belakang.
Siang-koan Kie dengan cepat merobah gerak pedangnya,
ujung pedangnya digunakan untuk menotok ke bawah.
Tiba2 merasakan hembusan sambaran angin, waktu
pedangnya meluncur kebawah Kun-liong Ong ternyata sudah menghilang, hingga diam2 ia terkejut.
Kiranya Kun-liong Ong menjatuhkan diri kebelakang tadi, kemudian memutar dengan cepat di belakang diri Siang-koan Kie, setelah ia melompat bangun, ia balas menyerang Siangkoan Kie.
Ketika serangan Siang-koan Kie mengenai tempat kosong Kun-liong Ong sudah berhasil melepaskan diri dari
rintangannya, dan terus menyerbu kepada Teng Soan.
Tepat pada saat itu, sebatang pecut lemas, menyerang
kepada Kun-liong Ong. Karena dalam barisan batu itu diliputi oleh asap tebal, maka Kun-liong Ong hanya menggunakan telinganya, ia dapat
merasakan dan mengenal ada senjata menyerang dirinya, maka mengibaskan tangan kanannya, dengan berani
menyambar pecut itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Touw Thian Gouw terpcranjat menyaksikan keberanian
Kun-liong Ong, dengan cepat menarik kembali pecutnya, balik menyerang jalan darah di bagian rusuk Kun-liong Ong.
Kun-liong Ong memperdengarkan suara tartawa dingin,
sekaligus berkelit sampai tiga kali untuk mengelakkan serangan pecut Touw Thian Gouw dan serangan pedang
Siang-koan Kie dari samping, sedang kakinya melangkah maju tiga kaki.
Gerakan yang sangat aneh ini, bukan saja Siang-koan Kie belum pernah melihatnya, sekalipun Touw Thian Gouw yang sudah banyak pengetahuan, juga terkejut menyaksikan
kepandaian itu ia merasa bahwa gerakan Kun-liong Ong
mengelakkan diri dari serangan musuh, sangat aneh dan luar biasa gesitnya, merupakan suatu kepandaian yang belum pernah dilihatnya.
Pada saat itu, Teng Soan sudah mundur ketengah-tengah barisan batu, terpisah dengan Kun-liong Ong masih ada sejarak kira2 tiga empat tombak.
Waktu pertama masuk ke dalam barisan batu itu Kun-liong Ong barangkali masih dapat mengandalkan kekuatan tenaga dalamnya yang sudah sempurna, samar2 dapat melihat benda di dalam asap tebal itu, tetapi setelah mengalami pertempuran itu. sepasang matanya agaknya sudah tidak tahan dengan asap putih itu, hingga air matanya mengalir keluar dan akhirnya sepasang matanya dipejamkan.
Berulang-ulang Siang-koan Kie menyerang dengan
pedangnya, tetapi ia khawatir Kun-liong Ong melukai Teng Soan, maka ia sudah mempersiapkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya hendak memberikan pukulan dahsyat kepada
musuhnya. Touw Thian Gouw juga sudah bertindak, jikalau perlu ia akan merintangi Kun-liong Ong dengan sepenuh tenaga,
supaya Kun-liong Ong tidak melukai Teng Soan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak disangka Kun-liong Ong mendadak menghentikan
tindakannya. Suasana di dalam barisan batu kembali sunyi senyap.
Hanya di luar barisan tampak berkelebatnya banyak
bayangan orang berbaju hitam, yang masih mengurung
barisan batu dengan senjata terhunus.
Tiba2 terdengar suara Kun-liong Ong: "Teng Soan, apa kau kira bahwa barisan batumu yang tidak berarti ini, benar2
dapat menyulitkan aku?"
Teng Soan matanya berputaran, memberi isyarat kepada
orang2nya supaya jangan bersuara.
Kun-liong Ong tiba2 mengeluarkan suara bentakan keras, suara itu bagaikan bunyi geledek, sehingga seorang dari pada delapan bekas anak buah Kun-liong Ong, telah dikejutkan oleh suara itu dan mengeluarkan suara, menunjukkan terkejutnya.
Kun-liong Ong tiba-tiba mengayunkan tangannya, orang
tadi seketika jatuh roboh sambil mengeluarkan suara jeritan ngeri.
Siang-koan Kie terkejut, ia heran atas terjadinya kejadian itu, entah kepandaian apa yang digunakan oleh Kun-liong Ong untuk membinasakan orang itu"
Kun-liong Ong menggerakkan pula tangan kanannya,
kembali terdengar suara jeritan ngeri lagi seorang roboh binasa.
Siang-koan Kie yang melihat dengan tegas bahwa serangan Kun-liong Ong itu tidak manggunakan senjata rahasia,
semakin terkejut, diam-diam ia mengerahkan kekuatan
tenaganya, hendak mencoba kekuatan Kun-liong Ong.
Teng Soan tiba-tiba bergerak dan berkata kepada Kun-liong Ong: "Hebat sekali kepandaianmu ... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sekalipan kau sudah banyak pengetahuan, barang kali
juga belum mengenal kepandaian apa yang kugunakan ini,"
berkata Kun-liong Ong dingin.
"Bagaimana seandainya aku dapat menyebutkan ilmu
kepandaianmu itu?" berkata Teng Soan sambil tertawa dingin.
"Aku akan segera menarik kembali pasukanku .... "
Kun-liong Ong berkata sampai di situ, tiba2 bungkem.
"Suheng, malam ini aku sudah tidak bersedia pulang lagi,"
berkata Teng Soan dingin.
"Melepaskan harimau pulang ke kandang, hal seperti ini aku juga tidak akan melakukan kesalahan lagi ... " berkata Kun-liong Ong, "katakanlah, kalau benar kau dapat menyebutkan nama ilmu kepandaianku ini. Malam ini aku tidak akan menggunakan ilmu kepandaian ini untuk menghadapi orang2mu."
"Sebagai seorang laki-laki, harus dapat menepati janji, baiklah aku percaya kepadamu ..."
"Lekas sebutkan! Jikalau tidak benar, kau harap mencoba seranganku ini."
"Tangan mencabut nyawa," berkata Teng Soan sambil tertawa terbahak-bahak.
Untuk sesaat Kun-liong Ong tertegun, "apa" Bagaimana
kau tahu nama ilmu kepandaian ini"'
"Seorang cerdik pandai sekalipun tidak keluar pintu, juga mengetahui urusan dunia, dalam hal kepanduan ilmu silat, aku memang tak dapat menandingi suheng, tetapi dalam hal
pengetahuan aku percaya jauh lebih luas dari pada suheng ...
" "Juga belum tentu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekalipun ia bercakap-cakap dengan Teng Soan tetapi
matanya masih belum bisa melihat, hanya dari suara Teng Soan itu dapat mengenali dimana letak Teng Soan sedang berdiri.
Terhadap Teng Soan, manusia buas dan kejam itu agaknya masih merasa sedikit jeri, meskipun ia sudah mengetahui di mana letaknya Teng Soan, tetapi ia tidak berani bertindak.
"Baku hantam antara saudara sendiri, kini sudah tidak dapat dihindarkan lagi, aku juga tidak akan segan2 lagi terhadapmu, tetapi dalam hatiku masih ada beberapa hal yang hingga kini masih belum memengerti, aku ingin menggunakan kesempatan ini untuk menanyakan kepadamu.
"Katakanlah!" "Aku juga tidak akan bertanya cuma-cuma, asal kau
menjawab satu pertanyaanku, aku juga akan menjawab
pertanyaanmu." "Itu sangat adil, tanyalah lebih dulu!"
"Kau membunuh mati suhu dan memperkosa Su-moy,
perkara ini kenar ataukah bohong!"
Kun-hong Ong terkejut pikirnya diam-diam, jikalau aku mengaku, kejadian itu, itu berarti mengakui dosaku sendiri, urusan ini sekalipun. Sudah diketahui banyak orang, namun aku juga tidak boleh mengaku terus terang.
Oleh karena berpikir demikian, maka segera menjawab:
"Kau selalu dapat menebak segala kejadian se-olah2 dewa, apa yang kau duga sudah tentu tidak bisa salah."
"Apakah kau tidak berani mengakui?" berkata Teng Soan dingin.
"Dugaanmu tidak salah, apa kau masih belum mengerti ...
?" berkata Kun-liong Ong, "sekarang adalah giliranku untuk bertanya kepadamu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Silahkan!" "Aku dengar kabar katanya kau sudah mendekati ajalmu, entah bisa hidup berapa lama lagi" Apakah sudah tidak ada obat yang dapat menolong jiwamu?"
Teng Soan tercengang. "Tiada obat yang dapat menolong lagi, mengenai hidupku paling lama satu tahun paling sedikit setengah tahun."
"Kau selamanya tidak pernah membohong, ucapanmu ini
sudah tentu tidak bisa salah lagi, haha, aku boleh menunggu satu tahun, setelah kau memengerti, aku ingin meninggal, aku boleh melanjutkan lagi usahaku untuk menguasai rimba
persilatan." "Aku lihat ambisimu, barangkali belum merasa puas hanya dapat menguasai rimba persilatan saja."
"Jikalau kau mau membantuku merebut kekuasaan
pemerintah, kau akan mendapat kedudukkan penasehat
negara atau kedudukan sebagai raja muda."
"Siaute tidak mempunyai rejeki demikian besar untuk
menerima kedudukan itu."
Kun-liong Ong tertawa bergelak-gelak. "Semua orang
gagah di dalam dunia, hanya kau dan aku yang terhitung sama kuatnya, sayang cita2 kita berlainan, sehingga tidak bisa saling membantu, satu hari kau masih hidup, aku benar2
percaya belum dapat mempersatukan dunia, sungguh tak
disangka Tuhan agaknya sengaja membantu aku, sehingga kau mendapat penyakit yang tidak dapat disembuhkan lagi, hem, aku sudah menunggu beberapa puluh tahun, apa
salahnya menunggu satu dua tahun lagi."
"Aku bertanya kepadamu, untuk membunuh seseorang,
membutuhkan waktu berapa lama?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Untuk sesaat Kun-liong Ong tidak dapat menyelami maksu yang terkandung dalam pertanyaannya itu, maka lalu
menjawab: "Hanya dalam waktu sekejap mata saja."
"Untuk membunuh seseorang, hanya memerlukan sekejap
mata saja, apalagi aku masih bisa hidup setahun, barangkali sebelum cita-citamu yang besar itu tercapai kau sudah mati terlebih dahulu."
"Diantara kita berdua, dalam hal ilmu peperangan dan
siasat pertempuran, mungkin aku masih kalah terhadapmu, tetapi jikalau aku menghindarkan diri tidak bertempur denganmu, rasanya kau juga tidak bisa melukai aku ... kau muncul di duma Kang-ouw sudah hampir sepuluh tahun
lamanya, kecuali membangun kekuatan golongan pengemis, yang sudah hampir runtuh, apa kau dapat berbuat
terhadapku" Selama sepuluh tahun ini, hasilmu tokh cuma begitu saja apalagi dalam waktu satu tahun yang amat singkat sekali.
"Itu karena disebabkan aku masih mengingat tali
persaudaraan kita berdua, sehingga selama itu aku tidak ingin berlaku kejam terhadapmu."
"Dalam ilmu siasat meskipun aku kalah darimu tetapi
dalam hal kepandaian ilmu silat di dalam dunia ini siapa yang dapat menandingi aku?"
"Cara membunuh jiwa manusia, banyak sekali macamnya,
mengapa harus menggunakan pedang atau golok?"
Sejenak Kun-liong Ong terkejut, tetapi secepat kilat ia berkata. "Apa, apakah asap putih dalam barisan ini
mengandung racun".. " tiba2 ia tertawa terbahak2, "apabila dalam barisan batumu ini benar-benar ada racunnya, yang mati terlebih dahulu barangkali bukan aku."
"Dosamu yang membunuh mati gurumu sendiri, sudah
tidak dapat diampuni, perbuatanmu yang menipu, memancing dan kemudian memperkosa Su-moy, sekalipun kau dihukum Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
matipun, tak cukup untuk menebus dosamu, selewatnya hari ini, apabila bertemu muka lagi, itu berarti saat kematianmu."
berkata Teng Soan dengan bengis.
"Aku sudah mengerahkan semua anak buahku yang
terkuat, untuk menutup jalan mundur diempat penjuru,
sekalipun di dalam barisan batumu ini ada mempunyai banyak sekali perobahannya, juga tidak ada gunanya, karena kau tetap akan terkurung disini sampai mati, tetapi jikalau kau mau damai dan menghentikan peperangan pertempuran
Kemelut Blambangan 13 Dendam Membara Karya Kho Ping Hoo Naga Naga Kecil 3

Cari Blog Ini