Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana Bagian 2
akhirnya mereka mengangguk mengerti.
"sungguh hikmat Han-lihap luar biasa, terbukalah mataku
sekarang bahwa kami terlalu membabi buta sehingga tidak
mengukur kekuatan, dan bahkan merasa lebih pantas dengan
mengagulkan keadaan kami dengan menutup mata pada
66 keadaan orang lain." ujar Cia-taihap, Han-sian-hui mengangguk
dan tersenyum lembut "baiklah jiwi taihap, saya pamit dan segeralah luka taihap
diobati." ujar sian-hui sambil menjura
"baik lihap dan terimaksih atas percakapan yang amat
bermamfaat ini." sahut Cia-taihap membalas menjura diikuti oleh
sutenya, Han-sian-hui pun melangkah melanjutkan perjalanan,
demikian juga dua saudara seperguruan itu segera
meninggalkan hutan. Sejak meninggalkan dua bersaudara itu, Sian-hui merasa ada
yang mengikutinya, namun Sian-hui tidak menggubrisnya, dan ia
berlari sangat cepat, orang yang mengikuitinya berusaha
mengejar, namun ia jauh tertinggal, pada sore harinya Sian-hui
sampai disebuah bukit yang indah dengan panoramanya yang
syahdu oleh safak merah kala senja itu, Han-sian-hui duduk
menikmati indahnya panorama alam didepannya, hembusan
semilir angin senja menerpa wajah dan tubuhnya, dengan seulas
senyum Han-sian-hui melantunkan sebuah syair
"duhai Thian yang maha agung
"alam milikMU berhias lembayung
"mata takjub hati tunduk tertenung
"batin bergema memuji tiap relung
"duhai Thian pencipta alam raya
"terhampar ciptaan didepan mata
"terlukis ruwet berpadu lagi tertata
"sungguh luar biasa indah tidak terkata
67 Setelah melantunkan syair, Han-sian-hui merenggangkan kedua
tangannya, ia hirup udara yang penuh aroma wangi kembang,
menyejukkan paru-parunya, lalu ia duduk bersandar disebatang
pohon, tidak lama kemudian malam pun tiba, Han-sian-hui
menyalakan api unggun, dan membakar dendeng daging
bekalnya, sian-hui makan dengan lahap ditengah malam berhias
bulan separuh dan taburan bintang, Han-sian-hui melewatkan
malam di bukit itu, tidurnya lelap bertatahkan rasa aman dan
nyaman, seulas senyum menghias wajah indah yang nyenyak
dalam tidurnya. Keesokan harinya, setelah mandi dan membersihkan diri, Hansian-hui melanjutkan perjalanan, dan ia kembali merasa diikuti
oleh orang, Han-sian-hui berlari cepat dan orang yang mengikuti
berusaha mengejar, tapi disebuah tikungan orang itu kembali
kehilangan Han-sian-hui, ia clingak-clinguk mencari-cari arah,
dan ketika ia hendak berlari, Han-sian-hui muncul dari balik
rerimbunan hutan "ada pakah sicu mengikuti saya ?" tanya Han-sian-hui dengan
tatapan selidik "eh".si..siapa yang mengikuti ?" sahut pemuda itu terkejut,
pemuda itu adalah kongcu tampan yang melihatnya di rumah
makan dikota Anhui "lalu kenapa sicu clingak-clinguk ?" tanya Han-sian-hui
"ah".tidak..aku hanya sedikit pangling dengan tempat ini."
jawab pemuda itu berdalih
"oh maaf kalau begitu, silahkan lanjutkan perjalanan sicu !" ujar
Han-sian-hui sambil melangkah meninggalkan pemuda itu,
pemuda itu terkejut melihat Han-sian-hui melangkah
68 meninggalkannya, lalu dia mengejar
"tunggu dulu nona !" seru pemuda itu, Han-sian-hui berhenti dan
membalikkan badan "ada apa sicu !?" tanya Han-sian-hui lembut, pemuda itu makin
salah tingkah, sejak dari kota Anhui ia berniat menyusul gadis
yang penuh pesona dan telah memikat hatinya ini, namun
malang semalaman ia mengejar ia tidak dapat menyusul Hansian-hui, lalu saat Han-sian-hui keluar dari hutan setelah
bercengkrama dengan kedua pendekar, ia terlihat pemuda itu,
lalu ia membayanginya, namun ia harus kecewa karena harus
kehilangan lagi, dan pada keesokan harinya ia kembali melihat
Han-sian-hui, lalu ia kembali membayanginya, tapi ia harus
kehilangan Han-sian-hui disebuah tikungan, dan malunya ia
malah dipergoki oleh Han-sian-hui.
Dengan hati gelisah pemuda itu memberanikan diri menatap
bola mata Han-sian-hui dan berkata sembari senyum ramah
"maaf nona, bolehkah kita berkenalan " dan kalau tidak
keberatan mungkin kita dapat melakukan perjalanan bersama,
kenalkan namaku Bouw-bian, nona"
"namaku Sian-hui, kenapa tiba-tiba Bian-sicu mau kenalan dan
bahkan ingin berjalan bersama denganku ?"
"hehe"aku ini seorang pengelana Sian-siocia, dan ingin sekali
kenal banyak orang, terlebih orang-orang kangowu."
"kamu darimana Bian-sicu !?"
"saya dari huangsan, dan baru enam bulan saya meninggalkan
rumah, dan Hui-soicia darimanakah ?"
"aku dari kota kaifeng, apakah menurutmu bagus jika kita yang
tidak punya hubungan apa-apa mengadakan perjalanan
69 bersama ?" "apakah Hui-siocia merasa riskan ?"
"tentu Bian-sicu, orang akan menilai negatif dan memandang
buruk pada kita." "kalau kita bisa saling menghormati, untuk apa ambil pusing
dengan penilaian orang lain, bukankah semuanya tergantung
pada kita berdua Hui-siocia ?"
"itu cara pandang yang salah kaprah Bian-sicu."
"eh..kenapa salah kaprah hui-sicu ?"
"cara pandang itu merupakan cara pandang yang membawa
maunya sendiri dan mengabaikan orang lain, kita sebagai
manusia yang hidup berdampingan dengan orang lain tidak
sepatutnya berpaham seperti itu."
"jadi hui-siocia merasa keberatan jika kita berjalan bersama ?"
"benar sekali Bian-sicu, dan maaf kita bersilang pendapat
tentang itu" "Hui-siocia memang sangat mengagumkan, tidak hanya cantik
rupawan, tapi juga tegas tidak terpatahkan." ujar bouw-bian
dengan getar hati takjub, rasa penasarannya kian hangat, wanita
ini adalah wanita pilihan gema hatinya, suatu keberuntungan jika
dapat memenangkan hatinya, pikir Bouw-bian dengan harap,
bouw-bian menatap lekat wajah indah didepannya, Sian-hui
yang mendengar pujian seiring pandangan takjub penuh binar
dari wajah gagah dan tampan didepannya membuat hatinya
jengah, lalu dengan senyum ia berkata
"Bian-sicu terlalu melebihkan, oh ya sebaiknya kita berpisah
sicu." "tunggu dulu Hui-siocia, maafkan aku jika kata-kataku
70 menyinggung perasaanmu."
"kamu salah faham Bian-sicu, tidak ada kata-katamu yang
menyingung hatiku." "kalau begitu aku yang terlalu perasa kalau begitu." sahutnya
dengan senyum "hihihi".mungkin saja Bian-sicu, baik aku permisi dulu"
"kamu memang luar biasa menarik hui-siocia." puji Bouw-bian
dengan hati blingsatan mendengar dan melihat tawa yang
menawarkan pesona luar biasa itu, Sian-hui yang hendak
berpaling tidak jadi dan menatap wajah tampan didepannya
"nyata benar apa yang bergemuruh dalam hatimu Bian-sicu,
terimakasih dan aku menghargainya, namun maaf kita harus
berpisah, permisi !" ujar Sian-hui dan sekelabat ia sudah pergi
dari hadapan Bouw-bian, Bouw-bian kaget dan hendak menahan
tapi gadis itu telah pergi, akhirnya ia melonggo ngambang, lalu
seperti tersentak ia tersadar dan berteriak
"Hui-moi..! aku cinta padamu?".! dan aku akan berusaha
mendapatkan cintamu"!" suaranya teriakan itu bergema
seantoro hutan itu. Han-sian-hui jelas mendengar teriakan itu, dengan mulut
tersenyum ia terus berlari dengan pengerahan gin-kang yang
luar biasa, hatinya memang bergetar hangat, tapi sastrawati ini
tidak mudah dipermainkan perasaan, umurnya memang masih
muda, namun kematangan pikir dalam tubuh muda itu sangat
pekat oleh gemblengan hikmat yang sangat dalam, walaupun
hatinya bergetar, wajah tampan itu memenuhi pandangan, ia
tidak serta menerima, tapi juga ia tidak memutuskan harapan,
71 karena rasa cinta hak setiap orang, berkembang dan layu butuh
kesempatan dan usaha. Sebulan kemudian Han-sian-hui sampai dikota Jinan, siang itu
cuaca mendung, ia bergegas masuk kedalam kota, dan tidak
lama hujan deras pun turun, dan untungnya Sian-hui
menemukan sebuah likoan dan segera masuk untuk berlindung
dan istirahat, seorang pelayan menyediakan pesanan untuknya,
ditengah hingar bingarnya hujan Han-sian-hui menikmati
makanya, hingga selesai makan hujan masih lebat, sambil
menunggu reda Sian-hui minum teh hangat, sementara dibagian
atas seorang lelaki tampan parlente menatapnya dengan hati
takjub. Lelaki itu adalah Pang-hui-san, anak sulung dari Pang-taijin
kepala pemerintahan di kota Jinan, Pang-hui-san yang berumur
tiga puluh dua tahun itu adalah orang terpandang, disamping
memeiliki kekuasaan, ia juga memiliki kekayaan yang banyak, ia
memang belum memilki istri, tapi haremnya dihuni sepuluh
orang selir, hari itu ia berada dalam likoan bersama dua orang
pengawalnya, mereka baru saja pulang dari berburu dihutan
sebelah barat, mata Pang-hui-san benar-benar terpana melihat
wajah Sian-hui yang sedang duduk diruang bawah.
"Tio-bun",! kamu lihat wanita yang duduk dibawah itu ?" orang
yang dipanggil she-Tio itu melenggak memandang kebawah, lalu
mulutnya tersenyum dan memuji
"hehehe"wanita yang amat menakjubkan tuan."
"gadis itu cantik sekali Tio-bun, jadi bagaimana caranya mesti
kamu bawa ia kerumahku, mengerti !?"
72 "hehehe"..beres tuan, tuan tidak usah khawatir, serahkan saja
padaku." sahut Tio-bun menyombongkan diri dan nada menjilat
"wanita mana maksud siauwya..?" tanya pengawal yang lain
sambil berdiri dari kursinya
"itu wanita bersal putih yang duduk di dekat tiang." sela Tio-bun
sambil menunjuk kebawah ke arah Han-sian-hui
"hehehe"mata siauwaya memang luar biasa." puji pengawal itu
dan matanya tidak lepas memandang wajah anggun Han-sianhui
"bagaimana caranya, kalian berdua harus mendapatkan wanita
itu dan membawanya kerumah." tegas Pang-hui-san
"kenapa siauwya tidak menghampirinya dan megajaknya
kerumah " hehehe?" sela pengawal itu dan kembali duduk
kekursinya "goblok kamu Bao-kun ! tuan sudah memerintahkan tetap saja
kamu ngeyel tidak juntrungan." bentak Tio-bun
"hehehe"maaf siauwya, hanya bercanda." kilah Bao-kun
"sudahlah"! aku ingin juga melakukan apa yang dikatakan oleh
Bao-kun, tapi wanita itu sepertinya bukan orang sembarangan,
hati saya berkata bahwa gadis itu adalah gadis kangowu, jadi
harus ditundukkan dulu" ujar Pang-hui-san
"baiklah siauwya, saya akan mendapatkan gadis itu untuk
siauwya." sela Tio-bun meyakinkan.
"bagus kalau begitu, sekarang Bao-kun kamu pergilah menemui
pemilik likoan untuk meminta kereta kudanya mengantar kita
kerumah." "baik siauwya.." sahut Bao-kun, lalu ia pun segera turun, dan
tidak berepa lama sebuah kereta kuda sudah disiapkan pemilik
likoan, Pang-hui-san dan Bao-kun meninggalkan likoan kembali
73 kerumahnya dibagian utara kota, sementara Tio-bun tinggal
untuk melakukan perintah tuannya.
Karena hingga sore hujan tidak juga berhenti, maka Sian-hui
memutuskan untuk menginap dilikoan itu, dengan senyamsenyum pelayan mengantarkannya kekamar, sesampai dikamar,
Sian-hui membersihkan diri dan berganti pakaian, dan pada
malam harinya hujan semakin deras dibarengi hembusan angin
yang kencang, Han-sian-hui sudah tertidur pulas dibawa selimut
yang hangat, tapi diatas atap bayangan Tio-bun mengendapendap seakan tidak memperdulikan hujan dan angin yang
menerpa tubuhnya, dengan hati-hati dan gerakan ringan Tio-bun
turun kebawah atap, gerakannya laksana seekor cecak yang
merayap, sambil menggantung laksana kalong Tio-bun
mengintip kedalam kamar, lalu dengan perlahan meniupkan
asap bius kedalam kamar Han-sian-hui, setelah menunggu
beberapa lama ia membuka jendela dan masuk tanpa suara.
Ketika mendekati ranjang, Tio-bun kecele karena Han-sian-hui
tidak lagi berada diatas ranjang, Han-sian-hui sudah menyadari
gerakan Tio-sun sejak dari atap kamar yang ditempatinya, ia
waspada dan menunggu kelanjutan yang diperbuat Tio-bun,
ketika bambu menerobos kedalam dan asap keluar dari lobang
bambu, han-sian-hui bergerak cepat keluar dari kamar, ia
melihat Tio-bun masuk dan berdiri terpaku disamping ranjang
"apa yang kamu lakukan didalam sicu !?" tanya Sian-hui sambil
membuka pintu, Tio-bun sontak terkejut pucat dan menoleh
kepada Sian-hui, walaupun hatinya kecut ia tidak mau kepalang
tanggung, dan tanpa menjawab ia langsung menyerang hendak
meringkus Han-sian-hui, namun hatinya kecut karena
74 serangannya luput dan Sian-hui lenyap dari pandangannya,
matanya mencari-cari ke atas
"sial"! Kemana perginya." umpat Tio-bun hendak berpaling dan
melangkah keluar, namun tiba-tiba didekatnya muncul Han-sianhui
"apa yang kamu lakukan disini !?" bentak Han-sian-hui
"hah"monyet..kadal buduk".kentut busuk"." sumpah serapah
Tio-bun keluar tidak terkendali saking kagetnya, jantungnya
hampir copot mendengar bentakan Sian-hui yang tiba-tiba, hati
Tio-bun sudah lemah dan ciut, ia lalu bergerak dan melompat
kejendela hendak lari, namun gerakan Sian-hui lebih cepat
menotok punggungnya sehingga ia lemas ambruk kelantai.
Wajah Tio-bun makin pucat, dia benar-benar tidak menyangka
akan dipecundangi gadis muda yang cantik ini, ia tertangkap
basah, dan bahkan dipermainkan, ia hendak lari tapi nyatanya ia
juga sangat mudah dirobohkan, nyalinya ciut kesombongannya
sirna "katakan siapa dan apa maksudmu masuk kekamarku !" tanya
Sian-hui, Tio-bun diam tidak menjawab, karena rasa takut yang
menderanya, disamping masih heran dengan apa yang ia alami
Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"kalau kamu tidak menjawab maka aku akan mencungkil
matamu !" ancam Sian-hui, makin gelisah dan takut hati Tio-bun
mendengar ancaman Sian-hui
"a..aku ha"hanya iseng lihap, ma..maafkanlah aku." pinta Tiobun gugup
"luar biasa sekali keisengan yang kamu lakukan ini, sampai rela
berbasah-basah, tapi itu adalah urusanmu, namun yang jelas
keisenganmu ini harus kamu bayar dengan kedua matamu !"
75 "aduhh".jangan lihap, maaf lihap dan ampunkan aku, aku
hanya seorang suruhan !"
"suruhan ! katakan siapa kamu dan siapa yang menyuruhmu !"
"sa..saya adalah Tio-bun, saya disuruh majikan saya Pang-huisan."
"hmh"..Pang-hui-san yang menjadi majikanmu itu siapa !?"
"dia seorang kaya raya yang tampan dan juga memiliki kuasa
yang besar dikota ini."
"untuk apa ia menyuruhmu mengintai saya " jawab dengan jujur
! kalau tidak kedua matamu aku ambil !"
"ba.baik lihap, ia sangat terpikat dengan lihap, dan ingin
memperistri taihap yang cantiiknya luar biasa."
"majikanmu ini tentu orang sombong yang suka memaksakan
kehendak pada orang."
"ampunkanlah aku lihap, aku hanya melaksanakan tugas." keluh
Tio-bun memelas "dan kepatuhan kamu ini telah mempermudah majikanmu untuk
berbuat semena-mena, dan untuk itu kamu pantas dihukum."
ancam Sian-hui, Tion-bun makin takut, matanya menatap
dengan sayu memohon iba. "tapi kali ini tidak apalah kamu saya bebaskan, tapi jika bertemu
lagi dengan keadaan yang sama, mungkin kamu tidak akan
kulepas lagi." "te"terimakasih lihap." sahut Tio-bun dengan hati sedikit lega,
Sian-hui melepaskan totokannya, Tio-bun segera berdiri dan
menjura hormat "sudah pergilah ! cepat"sebelum aku berubah pikiran !" bentak
76 Sian-hui, Tio-bun segera melompat dari jendela dan berlari
menerobos hujan yang sudah agak reda.
Pada pagi harinya, Han-sian-hui turun untuk sarapan, hujan pagi
itu hanya tinggal rintik-rintik, dan seorang pelayan
menghidangkan sarapan untuk Sian-hui, sebelum pelayan itu
meninggalkannya, Sian-hui bertanya
"twako, apakah twako kenal dengan orang bernama Pang-huisan ?"
"hampir semua orang kenal dengan pang-kongcu, orang kaya
terpandang dikota ini, maaf kenapa siocia menanyakannya ?"
"tidak apa-apa twako, dimanakah pang-kongcu ini tinggal ?"
"dia tinggal tinggal di bagian utara kota." jawab pelayan itu
"baik dan terimaksih twako atas informasinya." ujar sian-hui,
pelayan itu segera berbalik dan melayani tamu yang lain.
Setelah hujan rintik-rintik berhenti, Han-sian-hui keluar likoan
untuk melanjutkan perjalanannya, ia keluar melalui pintu utara,
dan ketika ia baru saja keluar dari pintu gerbang, terdengar
bentakan dari belakangnya
"berhenti"!" Han-sian-hui berbalik dan melihat lelaki
berperawakan tinggi berumur lima puluh tahun, rambutnya pada
bagian ubun-ubun putih sementara rambut bagian samping
hitam, rambut dua warna itu digelung rapi menambah
kegagahan lelaki itu, dan satu lagi seorang wanita berumur
empat puluh tahun lebih, wajahnya putih pucat, dan matanya
sangat cipit, yang laki-laki bernama Pang-sui berjulukan "jitkiam" (pedang matahari) sedangkan yang perempuan adalah
istrinya "goat-kiam" (pedang bulan) bernama Coa-bi, Pang-sui
adalah paman dari Pang-hui-san.
77 Pang-sui dan istrinya sudah dua hari bertamu dirumah
keponakannya, dan ketika Tio-bun datang melapor Pang-hui-san
sedang bercakap-cakap dengan suami istri itu diruang tengah,
melihat wajah Tio-bun, Pang-hui-sian langsung bertanya
"eh mana gadis itu tio-bun !?"
"maaf siauwya, aku tidak berhasil meringkusnya, gadis itu
ternyata sakti luar biasa." jawab Tio-bun dengan wajah memelas
"goblok".! omongan kamu saja yang besar." bentak Pang-huisan dengan marah
"ada apa sebenarnya Sian-ji !?" sela Pang-sui
"aku menyuruh dia ini untuk meringkus seorang gadis, tapi
nyatanya ia tidak berhasil." jawab Pang-hui-san kesal
"bagaimana kamu tidak berhasil, Tio-bun !?" tanya Pang-sui
dengan nada tajam "gadis itu memergoki saya setelah masuk kedalam kamarnya,
dan saya berkelahi deengannya, namun ia sepertinya bisa
menghilang, dan saya tidak menyadari sudah ditotok sehingga
saya lemas, cianpwe." jawab Tio-bun dengan wajah meringis
memelas "eh".kalau kamu sudah roboh, bagaimana kamu bisa lepas ?"
sela coa-bi "aku dilepaskannya begitu saja hujin." jawab Tio-bun menunduk
"dasar kamu tidak berguna !" bentak pang-hui-san sehingga Tiobun tersentak, ia makin menundukkan kepalanya
"sudahlah Sian-ji, biar besok paman dan bibimu meringkus gadis
itu." ujar Pang-sui menenangkan hati keponakannya.
"sudah ! kamu pergi sana !" bentak Hui-sian, Tio-bun segera
keluar 78 "kenapa kamu menginginkan gadis itu Sian-ji ?" tanya coa-bi
"gadis itu luar biasa cantik bibi, dan aku hendak menjadikannya
selir, tolonglah bibi menundukkannya untukku " jawab Pang-huisan, memohon
"baik, kamu tenang saja, dan serahkan pada paman dan bibimu,
besok dia akan kami bawa kesini." sela Pang-sui
"sebutkan ! apa cirri-ciri gadis itu Sian-ji ?" tanya Coa-bi
"gadis itu masih muda bibi, dibahunya tersampir sal berwarna
putih dengan lukisan merak dari benang keemasan." jawab
Pang-hui-san "sudah, sekarang istirahatlah, biar kami yang urus gadismu itu."
ujar Pang-sui, lalu merekapun meninggalkan ruangan tengah
untuk tidur. Keesokan harinya suami istri itu pergi ke likoan dimana Hansian-hui menginap, namun mereka terlambat. Karena sian-hui
sudah pergi, dari seorang pelayan mereka mendapat keterangan
bahwa sian-hui menuju arah utara, lalu keduanya segera
mengejar dan melihat sian-hui hendak keluar gerbang, dan coabi menyeru untuk berhenti.
"ada apa jiwi-hohan menahan dan menyuruh saya berhenti ?"
tanya Han-sian-hui "apakah benar ini orangnya bi-moi ?" tanya Pang-sui
"dari ciri-ciri yang digambarkan sian-ji, sepertinya tidak salah
lagi, sui-ko" jawab Coa-bi, melihat kedua orang yang
mencegatnya menatap dia penuh selidik, Han-sian-hui bertanya
lagi "apakah jiwi-hohan suruhan dari Pang-kongcu ?"
"hmh".benar, dan sebaiknya kamu menurut saja, untuk kami
79 bawa menemui pang-siauwya," sahut coa-bi dengan nada ketus
"saya tidak ada urusan dengan majikan jiwi, kenapa saya harus
menemuinya ?" "tidak usah banyak bacot nona, untungmu besar jika kamu
menuruti kemauan keponakanku." sela Pang-sui
"bagaimana jika aku tidak mau, apakah jiwi akan memaksa ?"
tanya sian-hui dengan sikap yang demikian tenang, melihat
sikap yang amat bersahaja dan tenang itu, membuat kedua
orang itu saling bertatapan dengan heran dan kagum.
"nona..! kami ini bukan seperti orang yang kamu pecundangi
semalam, jadi sebelum kamu terluka sebaiknya kamu menurut
saja." ujar pang-sui dengan tatapan tajam dan nada
mengancam, mendengar nada ancaman itu Han-sian-hui
tersenyum lembut "maaf jiwi, kalian tidak ada hak untuk memaksaku, jadi jiwi
kembalilah, dan aku juga hendak melanjutkan perjalananku."
Han-sian-hui berpaling dan melangkah, Pang-sui terkejut dan
penasaran melihat gadis muda yang tidak sedikitpun merasa
gentar, bahkan sangat tenang
"sialan"..! diberi hati malah tidak tahu diri..!" teriak Coa-bi
sambil melompat hendak mencengkram bahu Sian-hui, namun
ia terkejut karena serangannya luput, Han-sian-hui hanya
bergeser sedikit untuk berkelit dari serangan kilat itu, Coa-bi
melonggo sesaat, lalu dengan gemas Coa-bi menyusulkan
serangan dengan terkaman dengan dua tangan mencengkram,
tapi Han-sian-hui tidak merasa gugup menghadapi serangan
kuat dan cepat itu. "bangsat"..terimalah ini !" teriak coa-bi sambil mengibaskan
80 tangan, dan serangkum hawa sakti meluncur ke arah Han-sianhui, tapi Han-sian-hui melenting cepat ke atas dan pukulan itu
lewat diatas kakinya dan menghantam pigura pintu gerbang
hingga hancur, Coa-bi terbeliak tidak percaya, dan hatinya makin
gemas, sehingga serangannya dikerahkan bertubi-tubi.
Hingga tiga puluh jurus Coa-bi belum berhasil menyentuh tubuh
Sian-hui, Pang-sui segera bergerak dan membantu untuk
mendesak Sian-hui, pertempuran makin ramai dan seru, tekanan
sepasang suami istri itu sangat luar biasa, dua puluh jurus tanpa
perlawanan membuat Sian-hui terdesak hebat, dan ketika sianhui mendapat peluang menjauh dari serangan Pang-sui, Hansian-hui mengeluarkan mouwpit, tangan kiri bergerak dengan
jurus "in-hua-bun-pit" (pena sastra melukis mega), sementara
tangan kanan yang memegang kipas bergerak dengan jurus
"kwi-hut-san-sian" (dewa kipas penakluk iblis), kini Han-sian-hui
berinisiatif menyerang dan membalas serangan sepasang suami
istri itu, Pang-sui dan istrinya terkejut mendapat serangan
dengan senjata moupit dan kipas tersebut, gerakan Han-sian-hui
demikian cepat dan kuat, sepuluh jurus kemudian suami istri
merasakan perlawanan hebat dari gadis muda yang
mencengangkan ini, keduanya mempergencar serangan, namun
kibasan kipas yang berisi sin-kang hebat laksana badai itu
membuat serangan mereka terpantal, dan lima puluh jurus
kemudian, moupit sian-hui menjotos pinggul Coa-bi
"tuk".ugh?" Coa-bi meringis dan jungkir balik untuk menahan
tubuhnya yang terdorong, tapi saat kakinya kembali menginjak
tanah ia menjerit dan mengangkat satu kakinya, karena rasa
nyeri dan ngilu dipinggulnya menyentak ulu hatinya
81 Pang-sui tercengang tidak percaya melihat istrinya terpincangpincang, lalu dengan marah ia menerkam dan mengayun
pedangnya "trang".tuk..auh".prang?" pergelangan tangan pang-sui kena
totol moupit sian-hui, dan membuat pedangnya jatuh, ia
melompat kebelakang dan muka berkerinyit menahan sakit
"kita sudahi saja urusan ini jiwi, aku hendak pergi." ujar Hansian-hui dan tubuhnya sudah berkelabat meninggalkan pintu
gerbang, Pang-sui tercenung melihat ke arah perginya Sian-hui,
lalu menatap istrinya yang juga menatapnya.
"ah..kita juga telah dipecundanginya Bi-moi." keluh Pang-sui
dengan nada jerih "tidak disangka kita demikian mudah dikalahkannya, apa sui-ko
tidak mengenal ilmu moupitnya ?"
"bagaimana aku tahu Bi-moi, selama ini kita ada di singkiang,
dan kita baru saja ditempat ini."
"lalu bagaimana, apa yang hendak sui-ko katakan pada Sian-ji
!?" "hmh"memang memalukan kalau sudah begini, apa kamu
punya ide untuk menutup malu kita ini ?"
"katakan saja pada sian-ji, bahwa gadis itu sudah meninggalkan
kota dan kita tidak menemukannya."
"hmh"marilah kita pulang, eh"bagaimana dengan kakimu !?"
"kakiku sudah sembuh hanya masih ngilu saja, dan sian-ji tidak
akan tahu." sahut Coa-bi. Keduanyapun kembali kerumah Panghui-san.
Dua minggu kemudian Han-sian-hui sampai kelembah merak, ia
berdiri gagah didepan bangunan mewah dan besar ditengah
82 bukit, hatinya takjub melihat indahnya hamparan bunga krisan
dibagian barat lembah, sementara hamparan bunga kanoka
dibagian yang lain, setelah memeriksa dan mencari
penghuninya, ternyata bangunan itu kosong dan tidak
berpenghuni lagi, Han-sian-hui duduk dibalai-balai menikmati
indahnya hamparan bunga kanoka yang indah dibawahnya,
matahari yang hendak turun keperaduan demikian indah
dipandang mata, warna merah menyeruak diangkasa, semilir
hembusan angin yang datang dari bawah lembah membawa
aroma semerbak mewangi. Han-sian-hui beranjak dari balai-balai saat matahari sudah
tenggelam, ia menyalakan semua lampion yang tergantung
diluar dan didalam bangunan besar itu, dan bangunan megah itu
pun terang benderang, Han-sian-hui duduk diruang tengah, dan
memang selera siang-mou-bi-kwi dalam mendekorasi rumah itu
amat luar biasa, cara penataan yang demikian apik membuat
rasa takjub, dan tidak terkecuali Han-sian-hui yang sedang
duduk santai diatas sofa lembut beralaskan kain beludru merah
mengagumi dekorasi ruangan itu
"hmh"kemana mereka pergi " kenapa mereka meninggalkan
bangunan ini ?" gumam hati Sian-hui.
Setelah melihat semua seisi ruangan dalam bangunan, Hansian-hui keluar dan kembali mengelilingi bangunan itu, Han-sianhui berhenti dihalaman luas dibelakang bangunan, ia menatap
sebuah panggung besar serta empat buah tenda besar berdiri
kokoh diempat sudut panggung, sementara pada bagian depan
panggung ada tempat duduk melengkung penjang dan terdiri
dari tujuh tingkat, kemudian dibagian belakang panggung ada
83 sebuah makam yang nisannya bertuliskan "makam Tan-kui-ko
"Ang-gan-kwi" (iblis mata merah).
Han-sian-hui kembali masuk kedalam bangunan, hatinya sangat
nyaman berada di lembah yang penuh aroma mewangi itu, Hansian-hui masuk kedapur, alat masak masih lengkap, hanya tidak
ada makanan untuk dimasak, Han-sian-hui keluar dari ruang
dapur, dan memasuki sebuah kamar yang besar, ranjangnya
demikian besar dengan tilam yang lembut dengan seprei
berwarna kuning dan kelambunya berwarna merah, Han-sian-hui
membuka buntalannya dan menyusun pakaiannya dalam lemari,
kemudian dengan memakai pakaian tidur dari bahan satin, Sianhui naik ke atas ranjang dan merebahkan badan, dan tidak lama
ia pun tertidur pulas. Keesokan harinya pagi sekali Han-sian-hui bangun dan
langsung mandi, tempat ini memang sangat menarik hatinya,
dan ia sudah memutuskan untuk tinggal disitu, hari itu Han-sianhui membersihkan semua ruangan dari debu yang menempel,
pekerjaan itu selesai hingga sore hari, dan sebelum malam
datang, Sian-hui turun untuk mencari binatang buruan, dan
seekor ayam hutan sudah didapatkannya, dia kembali dan
membakar ayam tersebut di dapur, saat malam tiba ayam bakar
menjadi makanan pengganjal perut yang lapar.
Keesokan harinya Han-sian-hui bangun dan pergi mandi, lalu
berganti pakaian, dan setelah selesai berdandan, dan hendak
menutup lemari, ia melihat tusuk rambut yang memang
dibawanya dari rumahnya di kaifeng, tusuk rambut dari emas
dengan hiasan kepala burung hong, serta ada sepuluh rantai
84 berjuntai dengan bandul dari mutiara, Han-sian hui mendapatkan
tusuk rambut ini tiga tahun yang lalu, dan benda itu hanya
Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
disimpannya dan tidak pernah dipakainya, dan hari itu ia melihat
benda itu, dan dengan senyum sumigrah ia mencoba
memakainya, dan luar biasa, keanggunan wajah nan cantik itu
semakin menawan mengagumkan, sesaat ia menatap wajahnya
di cermin, kemudian ia keluar dari kamar, hari itu rencananya ia
mau kekota tianjin untuk membeli perbekalan, dengan langkah
ringan Han-sian-hui meninggalkan lembah.
Saat siang harinya Han-sian-hui sudah kembali dengan bahan
makanan untuk bekal satu minggu, dengan hati senang ia
memasak nasi dan sayur, serta menggoreng ikan kering, setelah
masak, Han-sian-hui menikmati makan siangnya di ruang
makan, diatas meja yang besar, dan kala senja tiba Han-sian-hui
duduk dibalai-balai dan menikmati panorama alam yang
tehampar didepannya sembari takjub menyaksikan bola mentari
yang hendak tenggelam, karena terbawa suasana lalu han-sianhui pun melantunkan syair, suaranya yang merdu menggema di
seantoro lembah berpadu dengan gemerisik dedaunan yang
dibelai hembusan angin sepoi-sepoi.
Sebulan kemudian, pada pagi hari itu Han-sian-hui
meninggalkan lembah untuk membeli bekal kekota Tianjin, saat
matahari sudah agak tinggi, Han-sian-hui sudah masuk kekota
dan membeli beberapa keperluannya, keanggunan wajah yang
menarik simpatik itu menjadi buah bibir para pedagang, dan
bahkan sebagian kecil dari para pedagang sudah mengetahui
tempat tinggal dara cantik ini, Han-sian-hui keluar dari sebuah
toko, dan berkebetulan seorang kongcu tampan yang sudah
85 berumur sedang lewat dan menatap wajah cantik Han-sian-hui,
sekilas Han-sian-hui menatap wajah si kongcu, lalu melangkah
meninggalkan toko. Si kongcu memutar kudanya dan mengikuti Han-sian-hui dengan
pandangan takjub penasaran
"nona siapakah namamu " sungguh aku tidak menyangka
bahwa dikotaku ini ada wanita seanggun dan secantik dirimu."
ujar si kongcu dengan nada merayu, Han-sian-hui berhenti dan
berpaling pada sikongcu, namun ia diam dan kembali
melanjutkan langkahnya "hehehe"luar biasa cantik dan indah matamu nona." puji si
kongcu makin berani, Han-sian-hui berhenti dan berkata
"pujianmu terlalu berlebihan, dan maaf aku sedang buru-buru."
lalu ia melangkah lagi "tunggu dulu nona ! dan jangan sekali-kali mengabaikanku ! saya
adalah Yo-jin kungcu dari kota ini." ujar sikongcu dengan nada
memaksa, Han-sian-hui berhenti dan sedikit membungkuk
hormat "maafkan ketidak tahuan saya, ternyata saya sedang
berhadapan dengan kungcu kota tianjin ini."
"bagus nona cantik, dan sebaiknya ikutlah kerumahku, berikan
kudamu zhang-ciangbun pada nona ini !" ujar yo-taijin, zhangciangbun segera turun dan menuntun kudanya mendekat pada
Sian-hui "maaf"., saya ini sedang belanja, haruskah saya ikut kerumah
taijin ?" tolak Han-sian dengan nada halus
"benar nona dan aku tidak mau dibantah !" sahut yo-taijin tegas.
"baiklah kalau begitu tuan, karena mengingat saya warga baru
86 dikota ini." sahut Han-sian-hui, lalu ia naik ke atas kuda, Yo-taijin
tersenyum dan berkata pada pengawalnya
"zhang-ciangbun, kamu bawa semua belanjaan nona ini."
setelah itu Yo-taijin membedal kudanya, warga yang
menyaksikan menatap iba pada Han-sian-hui.
Tatapan warga itu sangat beralasan, karena kungcu mereka ini
sangat terkenal doyan wanita, dan suka membawakan maunya
sendiri, tak ada halangan baginya untuk mendapatkan wanita
yang menarik hatinya, dan memang diantara wanita-wanita yang
dijadikan selirnya ada yang dengan suka rela dan merasa
beruntung, tapi ada juga yang merasa terpaksa dan tertekan,
Yo-taijin yang berumur lima puluh tahun itu memiliki dua istri dan
sepuluh selir. Setiba dirumah megah Yo-taijin, dua pengawal menyambut
dengan hormat, Yo-taijin turun dari kudanya dan menyerahkan
kedua kuda kepada dua pengawal, dua pengawal itu menerima
tali kekang kuda dan membawanya kebelakang
"mari nona, kita keruang pribadi saya !" ajak Yo-taijin, Han-sianhui mandah dan mengikuti Yo-taijin masuk kedalam rumah.
"taijin sudah datang !" seru empat orang selir Yo-taijin dengan
senyum senang dan manja "hehehe".kalian bawa nona ini keruang pribadi saya,
sementara saya hendak membersihkan diri !" perintah Yo-taijin
sambil meninggalkan mereka, empat selir itu menatap Han-sianhui dengan tatapan cemburu dan tidak senang, sian-hui
menatap empat wanita cantik didepannya dengan seulas
senyum ramah 87 "cih".kamu saja yang membawanya kiu-moi !" ujar salah
seorang dari mereka, lalu tiga orang wanita itu meninggalkan
wanita yang dipanggil kiu-moi (adik kesembilan), kiu-moi
mengangguk dan segera membawa sian-hui kedalam kamar
peribadi Yo-taijin "kalian ini siapanya taijin ?" tanya sian-hui sambil duduk dan
melihat-lihat sekitar ruangan besar dan indah itu
"kami adalah selir tuan, dan saya selir kesembilan." jawabnya
"kira-kira apa maksud taijin membawaku keruangan pribadinya
ini ?" tanya Sian-hui
"sebentar lagi kamu akan tahu sendiri, jadi kamu tunggu saja
disini !" jawab kiu-moi sambil meninggalkan sian-hui sendirian,
sian-hui kembali menatap sekeliling ruangan yang dipenuhi
banyak lukisan indah yang menempel didinding.
Agak lama juga Han-sian-hui menunggu dalam kamar tersebut,
dan ketika Yo-taijin masuk kedalam kamar, ia menutup pintu dan
menguncinya, Han-sian-hui menatap tenang tindak-tanduk sang
kepala daerah, dengan senyum manis Yo-taijin duduk dihadapan
Han-sian-hui "apa maksudnya taijin membawa saya kesini ?" tanya sian-hui
dengan nada tenang, Yo-taijin menetap lekat wajah cantik
didepannya, dia tidak menjawab pertanyaan sian-hui, tapi dia
senyam-senyum melihat wajah sian-hui, tatapan itu bagi wanita
biasa akan membuat merinding, karena tatapan itu nakal
menelanjangi dan senyuman itu penuh hasrat.
"apakah taijin hendak menatap saya saja atau hendak berbicara
?" tanya sian-hui dengan nada tajam
"hehehe"siapakah namamu moi-moi, dan dimanakah kamu
88 tinggal ?" "namaku Han-sian-hui, taijin, dan aku tinggal di lembah merak."
jawab Han-sian-hui "hmh"lembah merak, apakah kamu ada hubungan dengan
siang-mou-bi-kwi ?" "tidak, aku tidak kenal dengan siang-mou-bi-kwi."
"eh"bagaimana kamu bisa tinggal disana " sementara tempat
itu adalah tempat siang-mou-bi-kwi ?"
"aku mendapatkan tempat itu tidak berpenghuni dan telah
ditinggalkan." jawab Sian-hui, Yo-taijin senyum dan manggutmanggut, lalu kembali ia bertanya
"lalu kamu datang dari mana hui-moi ?"
"aku seorang pengelana yang dari kota kaifeng, taijin."
"hmh"tempat yang jauh, dan kamu seorang wanita muda
nancantik mengadakan perjalanan sendiri, lalu kenapa kamu
tinggal di lembah merak ?"
"maaf taijin, saya punya urusan yang tidak bisa kukatakan pada
orang lain" "sekarang aku bukan orang lain hui-moi." ujar Yo-taijin dengan
senyum "apa maksud taijin ?" tanya sian-hui dengan menatap heran.
"hehehe"..aku suka denganmu hui-moi, dan kamu akan
kujadikan selir terkasihku." jawab Yo-taijin
"hihihi".taijin tidak sedang bercanda kan ?" sela Sian-hui,
sesaat Yo-taijin terdiam dan kaget mendengar tawa datar dan
melihat wajah yang luar biasa tenang itu, dengan nada sedikit di
kuatkan Yo-taijin menjawab
89 "tidak sayang ! aku tidak bercanda, dan sejak hari ini kamu akan
tinggal disini bersama saya."
"hihihi"luar biasa cara taijin untuk meraih keinginan taijin, dan
taijin salah jika memaksakan kehendak padaku." ujar Sian-hui
masih dengan santai dan tenang, Yo-taijin memaksa senyum
walaupun hatinya tergetar melihat ketenangan Sian-hui.
"saya minta kepadamu untuk ikut apa kata saya, karena kalau
tidak akan merugikan dirimu sendiri." kata Yo-taijin benrnada
mengancam "apa yang hendak taijin lakukan, jika saya menolak ?"
"Hui-moi, kamu jangan mengira bahwa aku ini tidak sanggup
memaksamu." "maaf taijin, pembicaraan ini sudah tidak berguna." sahut sianhui sambil berdiri dan melangkah ke arah pintu.
"kamu hendak kemana !?" bentak Yo-taijin dengan lompatan
ringan menghalangi langkah Sian-hui yang menuju pintu.
Sian-hui mengibaskan tangannya, dan tak pelak Yo-taijin
limbung kesamping dan terlempar empat tindak
"brak"." Han-sian-hui memukul pintu hingga daun pintu
melayang menghantam patung singa-singaan diruang tengah,
Yo-taijin dengan sigap memukul dan serangkum hawa sakti
meluncur, namun Sian-hui sudah berkelit dan melayang ke
ruang tengah, pukulan itu luput menjebol dinding kamar, suara
hangar bingar mengundang para pengawal untuk melihat apa
yang terjadi "tangkap gadis itu ciangbun !" teriak Yo-taijin, dan tanpa pikir
panjang ciangbun dan empat orang lainnya mengurung dan
menyerang Sian-hui. 90 Han-sian-hui dengan sikap tenang menyambut empat serangan
yang datangnya beruntun, dan dalam empat gebrakan ciangbun
dan empat orang terjungkal ambruk mencium tanah
"kuperingatkan padamu taijin untuk tidak menggangu saya !"
ancam Sian-hui, Yo-taijin terbelalak, melihat lima orang anak
buahnya yang merupakan pengawal pilihannya tidak berkutik,
lima orang itu jika ia sendiri yang menghadapi setidaknya
setengah hari baru ia meraih kemenangan, ia terpukau dengan
ucapan Sian-hui yang bernada tenang itu, namun hasrat untuk
mendapatkan Sian-hui lebih sangat kuat, sehingga menutup
pikiran jernihnya, lalu ia melompat menyerang Sian-hui, Yo-taijin
memang seorang ahli silat kelas tinggi, kali ini ia mengerahkan
semua kekuatanya dengan konsentrasi penuh.
Han-sin-hui meladeninya dengan gesit, serangan Yo-taijin
sangat gencar dan tangkas, namun lawannya ini adalah wanita
gembelengan yang kosen, gin-kangnya yang luar biasa
membuat Yo-taijin kelabakan dan bingung, tapi ia berusaha
untuk terus menyerang sian-hui, tiga puluh jurus kemudian, Hansian-hui tidak lagi memberi hati pada kepala daerah yang ngotot
ini "plak..augh..buk"buk?" tamparan keras mematahkan pundak
Yo-taijin, dan dua pukulan beruntun menghantam lambung dan
dan dadanya, Yo-taijin terlempar kebelakang sambil muntah
darah, Yo-taijin ambruk pingsan.
Semua penghuni rumah dan para pengawal terdiam dengan hati
kecut, Han-sian-hui mendekat pada zhang-ciangbun yang berdiri
pucat "zhang-ciangbun cepat kembalikan belanjaan saya !" bentak
91 Sian-hui "ba"..baik lihap." sahut zhang-ciangbun sambil keluar diikuti
oleh Sian-hui, Zhang-ciangbun menyerahkan kembali belanjaan
Sian-hui, Sian-hui menerima kembali belanjaannya dan dengan
langkah tenang ia meninggalkan kediaman Yo-kungcu dilepas
pandangan takjub para pengawal.
Tiga hari kemudian kejadian tersebar keluar dinding kediaman
kungcu, warga jadi heboh, ada yang merasa senang tapi ada
juga yang merasa kasihan pada kungcu mereka, dan dua
minggu kemudian Han-sian-hui kembali kekota untuk belanja,
kedatangannya menimbulkan rasa takjub warga, orang-orang
yang nongkrong di warung dan kedai membicarakan gadis
menawan yang sakti itu. "kongciak-kok-bi-siucai"!" terdengar seruan menghentak suara
hiruk pikuk di pasar yang ramai itu, tiga orang lelaki tua
mengurung Han-sian-hui, sian-hui menatap tiga orang tua itu
heran, tiga kakek itu adalah kalangan ahli silat tinggi, baru tujuh
tahun terakhir ini ketiganya muncul diwilayah utara, awalnya
ketiga kakek ini adalah pertapa di lembah awan di wilayah
singkiang, di wilayah singkiang mereka sangat terkenal dengan
julukan in-kok-sam-lohap (tiga pertapa dari lembah awan), yang
pertama bertubuh jangkung kurus dan bermata besar dipanggil
hong-lohap (pertapa angin), dan yang kedua berbadan ceking
pendek dengan rambut putih riap-riapan di juluki sui-lohap
(pertapa air) dan yang ketiga berbadan kurus dengan kulit hitam
di juluki ho-lohap (pertapa api)
92 Tujuh tahun yang lalu, perantauan tiga pertapa ini sampai dikota
Beijing, dan dua tahun kemudian mereka bertemu dengan Yotaijin, Yo-taijin yang suka dengan ilmu silat menarik mereka
menjadi guru, ketiga kakek ini menikmati hidup senang di
pavilion milik Yo-taijin di kota jiangjun kota kecil sebelah utara
kota tianjin, selama lima tahun Yo-taijin digembeleng tiga kakek
luar biasa ini, sehingga ilmunya semakin meningkat, dan karena
malunya ia dipecundangi Sian-hui, Yo-taijin mengutus dua
pengawalnya untuk memanggil ketiga gurunya.
Tiga hari yang lalu mereka tiba dikota tianjin, dan mendapatkan
murid mereka terbaring lemah
"siapa yang membuatmu hingga seperti ini Yo-beng !?" tanya
hong-lohap "kalau dipikir amat membuat penasaran suhu, dia hanya seorang
gadis muda, tapi ilmunya luar biasa sekali suhu."
"heh"kamu dikalahkan gadis muda !" itu memalukan sekali yobeng !" sela ho-lohap marah
"samwi-suhu harus membalaskan sakit hatiku kepada gadis itu !"
"hmh"siapa nama gadis itu dan dimana ia tinggal ?" tanya suilohap
"namanya Han-sian-hui, tapi warga kota ini saya dengar
memanggilnya dengan kongciak-kok-bi-siucai (sastrawan cantik
lembah merak), ia tinggal di lembah merak suhu."
"bagaimana menurutmu hong-lohap !?" tanya sui-lohap kesal
"ini harus dibalas, dan saya akan kelembah merak untuk
menghajarnya." "bukan aku tidak percaya dengan kehebatan suhu, tapi
sebaiknya samwi-suhu yang berangkat kesana." ujar yo-taijin,
93 ketiga kakek itu saling berpandangan
"kamu terlalu melebih-lebihkan lawanmu yo-beng !" sela holohap tidak senang
"apa yang kukatakan ini benar suhu, kalau seorang sari suhu
menghadapinya, aku tidak yakin, tapi kalau samwi suhu
menghadapinya aku baru yakin dendamku dapat terbalas."
Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"sudah kalau memang demikian keinginan yo-beng, kita ikut
saja, tapi sebaiknya kita menyatroni lembah merak setelah kita
cukup istirahat." sela sui-lohap, dua rekannya mengangguk.
Tiga hari kemudian, ma-ciangbun melapor bahwa kongciak-bisiucai memasuki kota, dan tiga kakek itu segera keluar dan
menuju pasar bersama ma-ciangbun.
"itulah gadis itu samwi-cianpwe, gadis yang memakai baju warna
hijau dan bersal putih." ujar ma-ciangbun, lalu dengan sigap holohap menyeru sambil melompat dan diikuti dua rekannya.
"ada apa samwi-cianpwe, siapa yang kalian panggil tadi ?" tanya
sian-hui tenang dan lembut
"kamulah yang kami maksud !" bentak Ho-lohap yang berkulit
hitam "oh begitu, lalu ada apa cianpwe " apa yang bisa saya bantu ?"
tanya Han-sian-hui tetap tenang
"sial..! kamu telah membuat malu murid kami dengan
menolaknya dan bahkan mencelakakannya." umpat Ho-kohap,
Han-sian-hui menatap tiga kakek itu bergantian, lalu bertanya
"siapakah murid sam-wi-cianpwe ?"
"Yo-taijin adalah murid kami, dan kau harus menerima balasan
perbuatanmu !" jawab Ho-lohap dengan nada mengancam,
mendengar bahwa ketiga kakek ini adalah guru Yo-taijin, Han94
sian-hui tersenyum lembut dan berkata
"o" ternyata Yo-taijin yang aniaya itu, lalu samwi hendak
menuntut balas begitu ?"
"benar". dan rasakanlah ini !" sahut Ho-lohap sambil memukul
dengan sin-kang, Han-sian-hui memapaki pukulan itu dengan
pukulan sakti "dhuar"." suara keras itu membuat warga yang sedang
termanggu melihat perdebataan itu terkekjut, mereka berserakan
lari menjauh. Pertempuran hebat pun berlangsung, dua kakek yang lain
bersedekap menonton pertarungan rekan mereka melawan
gadis muda yang membuat malu murid mereka, serangan Holohap diakui sangat ganas dan cepat, Han-sian-hui
mengerahkan ilmu "tee-tong-pak-sian (dewa utara menggetar
bumi) pertandingan ditengah pasar raya itu menyita perhatian
semua orang, Han-sian-hui harus mengakui bahwa gin-kang holohap seimbang dengan yang ia miliki, hanya dalam sin-kang
sian-hui masih berada diatas Ho-lohap, setelah berjalan delapan
puluh jurus Han-sian-hui memainkan kipasnya dalam rangkaian
jurus "kwi-hut-san-sian" (dewa kipas penakluk iblis) dan dalam
dua puluh jurus Ho-lohap mulai kelimpungan dan terdesak, Holohap melompat menjauhkan diri dengan hati kecut tidak
menyangka bahwa ilmu kipas gadis itu membuat dia kewalahan.
Setelah mengambil nafas Ho-lohap kembali menyerang dengan
cambuknya, suara lecutan mengaung mengiriskan menyerang
bagian-bagian berbahaya ditubuh Han-sian-hui, namun ujung
cambuk selalu mental di hadang kibasan kipas Han-sian-hui,
dan kadang bahkan berbalik menyerang Ho-lohap, sehingga ia
95 jadi kerepotan sendiri, dan pada jurus ke lima puluh ujung
cambuk ho-lohap mental dan berbalik arah dengan kecepatan
tinggi menyerang ke arah mata Ho-lohap, hal ini membuat Holohap kaget dan dengan cepat ia melengkungkan badan
kebelakang sehingga perutnya sejajar, dan kedudukan yang
darurat itu dimamfaatkan baik oleh Han-sian-hui, gulungan kipas
yang laksana kilatan halilintar menggulung pertahanan ho-lohap,
sehingga membuat dua rekannya tercengang dan melompat
menyelamatkan ho-lohap terdesak,
Ho-lohap tidak jadi tumbang berkat kedua rekannya memasuki
pertempuran untuk membantu rekannya, serangan Han-sian-hui
terpecah, sehingga tidak lagi menekan Ho-lohap, dua kakek itu
merangsak membangun serangan, sepuluh jurus Han-sian-hui
tidak mampu untuk menyerang karena harus mempertahankan
diri dari tekanan dua kakek luar biasa itu, dan untuk mengatasi
keadaan kali ini Han-sian-hui menggabung ilmu kipasnya
dengan moupit ditangan kiri, jurus "in-hua-bun-pit" (pena sastra
melukis mega), dua kakek lawannya merasakan daya serang
yang kuat dari balik pertahanan kokoh luar biasa, keduanya
semakin gemas karena sampai sekian lama mereka belum
dapat memberikan desakan berarti pada gadis yang masih muda
ini. Lima puluh jurus kemudian sui-lohap dan hong-lohap terkejut
memapaki dua senjata yang pehuh dengan daya sin-kang, dan
memang pada serangan ini Han-sian-hui meningkatkan eposan
sin-kang sehinga tiga perempat bagian, dan hasilnya ayunan
kipas yang mengeluarkan sin-kang dahsyat itu membuat mata
kedua lawannya terasa perih, sehingga membuat pertahanan
96 sepersekian detik buyar, dan totolan moupit berkiblat menyerang
keduanya tanpa ampun "tuk"agh"tuk".ugh..." bahu hong-lohap kena totol hingga
sendinya tergeser, dan lutut sui-lohap mengalami hal yang
sama, dan pada saat yang sama ho-lohap menyerang dan
sebuah pukulan jarak jauh menghantam punggung sian-hui,
Han-sian-hui berjungkir balik dan mendarat ringan ditanah,
wajahnya berubah pucat akibat serangan curang tersebut.
Han-sian-hui menatap ho-lohap dengan tajam, lalu kemudian
Han-sian-hui menyerang ho-lohap dengan rangakain dua jurus
gabungannya, dan akibatnya ho-lohap tungang langang
mempertahankan diri, dia masih bisa bertahan selama dua puluh
jurus, dan saat sapuan kipas mengarah mukanya, ia mengelak
dengan berjumpalitan namun totolan mouwpit menghantam
punggungnya, hong-lohap jatuh bergedebuk ketanah dengan
nafas sesak luar biasa, mukanya merah menahan sakit,
untungnya kedua rekannya merangsak maju lagi , sehingga
Han-sian-hui kembali sibuk menghadapi dua lawannya,
kemudian hong-lohap kembali membalas serangan setelah
menguasai dirinya, tiga orang itu dengan gencar menyerang
Han-sian-hui. Pertempuran sengit itu sudah berlalu setengah hari lebih, Hansian-hui bertahan dari serangan tiga lawan yang kuat
menekannya, tiga kakek makin geram dan gemas akan
pertempuran yang alot itu, kenapa tidak mereka adalah orangorang golongan tua kelas atas, sementara lawan mereka
seorang gadis muda, terlebih mereka sudah turun bersama, hal
97 ini membuat mereka merasa malu pada orang sekitar sekaligus
jerih pada Han-sian-hui. Senja pun mulai tiba, Han-sian-hui merubah gerakan dua
senjatanya dalam rangkaian ilmu "liang-hok-bun-hoat" (jurus
sastra penakluk sukma), kali ini tiga lawannya menjadi
kebingungan karena jurus itu didasari dengan sin-kang dan ginkang penuh, sehingga membuat tubuh Han-sian-hui berpindahpindah dan mengejutkan dengan serangan tidak terduga, suilohap yang tidak bisa mengelak ketika serangan tidak terduga
muncul dihadapannya "cras,,,,,auh"eh,,,tuk".hegh?" daun kipas merobek lambung
sui-lohap, dan totolan kilat menghantam ulu ati ho-lohap, dua
serangan kilat dan tiba-tiba memaksa dua kakek itu keluar dari
pertempuran Ho-lohap ambruk pingsan, sementara sui-lohap limbung dan
berusaha duduk di emperan toko sambil memegang luka robek
dilambungnya, nafasnya sesak dan mukanya berkerenyit
menahan perih, hong-lohap berdiri tertengun melihat dua
rekannya, warga yang banyak menonton pertarungan luar biasa
itu menatap kagum pada gadis yang berdiri tegap dengan sikap
siaga, kipas mengembang didepan dada dan moupit bermain
disela-sela lima jarinya, dengan wajah merah hong-lohap
menyerang, tapi kali ini sebelum serangan hong-lohap
mendekati sian-hui, sian-hui mengambil inisiatif bergerak
menyambut, dua senjatanya berkiblat luar biasa, dan tidak pelak
dalam tujuh gebrakan, hong-lohap terlempar dua tombak
menggerus tanah, mulutnya dua kali memuntahkan darah, luka
dalamnya sangat fatal, karena ronnga dalam dada dan perutnya
98 berguncang hebat akibat dua totolan beruntun dari gagang kipas
dan mouwpit. Hong-lohap terduduk mematung, sementara darah terus meleleh
dari kedua sudut bibirnya, nafasnya satu-satu, melihat keadaan
hong-lohap, sui-lohap memaksakan diri untun mendekat, sebuah
pel warna hitam dicekokinya kedalam mulut hong-lohap yang
merah karena muntahan darah, setelah menelan pel itu honglohap memejamkan mata, dan sui-lohap dengan rasa nyeri
merebahkan badan disamping hong-lohap, Han-sian-hui
menatap ketiga lawannya "bagaimana keadaanmu cianpwe ?" tanya Han-sian-hui pada
sui-lohap "hari ini kami kalah, dan satu saat kami akan membalas
kekalahan ini kongciak-bi-siucai !" sahut sui-lohap dengan wajah
pucat "cianpwe, ingatlah bahwa kalian sudah tua, seharusnya cianpwe
bukan memupuk sakit hati, tapi berusaha memperbaiki diri."
"kongciak-bi-siucai"!" jika kamu demikian pengecut menunggu
pembalasan kami, sebaiknya bunuh saja kami..! tidak ada
gunanya kamu berkhotbah didepan kami !"
"cianpwe, hati anda demikian sempit, menjebak diri pada hal
yang rumit, kepuasan apakah yang didapat dari sebuah dendam,
selain dari merebaknya kegelisahan yang tak kunjung padam,
kasihanilah diri kalian cianpwe, selamat tinggal !" ujar sian-hui
dan meninggalkan tempat itu.
Lima orang pengawal Yo-taijin membawa tiga kakek itu kembali,
warga bubar sambil membicarakan peristiwa hebat yang terjadi,
99 orang-orang makin kagum, dan gadis penghuni lembah merak
menjadi bahan cerita yang tidak jemu untuk diperbincangkan,
julukan yang awalnya beredar dikalangan warga kota tianjin, kini
menyebar santer ke seluruh wilayah utara, lembah merak jadi
perhatian para kalangan kangowu, penghuninya yang cantik
rupawan menarik perhatian, disamping kegagahan dan
kesaktian yang menarik kekaguman.
Serombongan piauwkiok berkuda berbaris rapi dan gagah,
diatas kereta kuda berkibar dua bendera berwarna putih dan
hijau, pada bendera warna putih terpampang tulisan hanpiuwkiok dari benang kuning keemasan, dan bendera hijau
terlukis pedang tegak dan batang pedang dilingkari lukisan
seekor naga dengan sulaman benang emas, didepan Han-buseng dan wakilnya membedal kuda mempercepat lari kuda, pintu
gerbang kota tianjin sudah nampak dari kejauhan.
Tidak lama kemudian rombongan han-piuawkiok sudah
memasuki kota, rombongan itu langsung menuju kantor cabang
han-piuawkiok di tengah-tengah kota
"selamat siang pangcu !" sapa pimpinan cabang han-piuwkiok
sambil menjura dalam dihadapan Han-bu-seng
"selamat siang Li-te." sahut Han-bu-seng sambil turun dari
kudanya, dan seorang piauwsu membawa kuda Han-bu-seng ke
kandang kuda "kalian antar empat macam barang ke alamat ini !" perintah Hanbu-seng sambil memberikan supucuk gulungan surat, pimpinan
cabang segera menerima gulungan itu dan menyerahkan pada
wakilnya, lalu ia mengajak han-bu-seng kedalam kantor.
100 "kenapa pangcu yang turun tangan memimpin rombongan "
kemanakah Liu-twako ?"
"barang kawalan kita sangat berharga milik sahabatku Yo-taijin,
jadi saya tidak mau ada kekacauan dengan pengirimannya."
jawab Han-bu-seng sambil duduk
"o.. begitu, lalu berapa hari rencana pangcu berada disini ?"
"hanya tiga hari, dan nanti malam aku hendak bertemu dengan
Yo-taijin." "memang pangcu bagus untuk menyambangi Yo-taijin." sahut Liwan, Han-bu-seng menatap Li-wan heran
"eh..kenapa kamu berkata demikian, Li-te " "
"masalahnya Yo-taijin baru saja sembuh setelah sebulan lebih
terbaring." jawab Li-wan
"apa yang terjadi " Yo-taijin bukan orang sembarangan Li-te."
sela bu-seng heran "memang benar pangcu ! Yo-taijin orang sakti disamping orang
terpandang, namun hampir dua bulan yang lalu ia dilukai
kongciak-bi-siucai."
"hmh"julukan ini santer saya dengar sampai kekota shijajuang,
benarkah orangnya cantik Li-te ?"
"memang benar pangcu, dan juga sangat sakti, bahkan luar
biasanya tiga suhu Yo-taijin juga dikalahkannya didepan warga
kota." "amat memalukan kalau begitu." ujar Han-bu-seng dengan nada
lirih, kemudian ia berdiri dan berkata
"baiklah, saya hendak istirahat, dan bangunkan saya jika sudah
sore !" Li-wan mengantar Han-bu-seng sampai kedepan kamar
yang memang disediakan khusus bagi Han-bu-seng.
101 Malam harinya Han-bu-seng bersama Li-wan pergi kerumah Yotaijin, mereka disambut Yo-taijin ramah dan bahkan keduanya
berangkulan "kedatangan Han-taihap sangat membuat hati senang, silahkan
duduk han-taihap !" "terimakasih Yo-taijin, apakah barang titipan sudah sampai ?"
"ho"sudah han-taihap dan terimaksih atas kesudian Han-taihap
memimpin langsung." "memang selain mengawal barang taijin, saya juga hendak
menemui taijin." "oh ya, ada apa han-taihap, sepertinya penting betul." tanya Yotaijin, dan pada saat itu dua orang pelayan datang
menghidangkan arak manis dan beberapa macam makanan
ringan, setelah kedua pelayan mengundurkan diri, Han-bu-seng
menjawab "boleh dikatakan demikianlah Yo-taijin, hal ini sehubungan
dengan apa yang menimpa keluarga saya setahun yang lalu."
"hmh..berita yang menimpa han-loya di Bicu memang membuat
penasaran, lalu apa yang dapat saya Bantu han-taihap ?"
"begini Yo-taijin, keluarga saya di bicu tewas semua, dan ayah
saya hilang dibawa pelakunya, jadi saya minta sekiranya Yotaijin dan samwi-cianpwe ikut menyelidiki pelaku pembunuhan
keluarga saya tersebut, saya tahu bahwa Yo-taijin memiliki
orang-orang cekatan dalam menyelidiki perkara sulit dan misteri
seperti ini, dan samwi-cianpwe luas pengetahuan tentang orangorang kangowu."
"hal itu bisa saja saya lakukan Han-taihap, tapi saya memiliki
rasa penasaran yang mungkin Han-taihap dapat mengatasinya."
102 ujar Yo-taijin dengan nada harap
"apa yang membuat penasaran itu Yo-taijin ?" tanya Han-buseng, Yo-taijin sesaat terdiam dan kemudian berkata
"beberapa bulan yang lalu, saya dipermalukan seorang gadis,
dan saya sangat penasaran dengan gadis itu"
"apa kongciak-bi-siucai gadis yang dimaksud Yo-taijin ." sela
han-bu-seng "hmh"Han-taihap ternyata sudah tahu, memang benar dialah
yang saya maksud." "bagaimana saya mengatasi rasa penasaran Yo-taijin ?" tanya
Han-bu-seng "ilmu keluarga Han-taihap tidak diragukan lagi kehebatannya,
dan saya yakin hanya Han-taihap yang dapat mengatasi gadis
itu." jawab Yo-taijin
"saya dengar disamping gadis itu sakti, juga sangat cantik,
benarkah Yo-taijin ?"
"memang demikianlah Han-taihap, bermula dari kecantikannya
yang luar biasa itu membuat aku berurusan dengannya." jawab
Yo-taijin, Han-bu-seng tersenyum dan berseloroh
"hehehe"Yo-taijin memang punya hobi luar biasa."
Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"hehehe".apa boleh buat Han-taihap, jadi tolong ringkus dan
bawalah dia kesini, maka akan aku kerahkan tilik sandi untuk
menyelidiki pembunuhan keluarga taihap."
"hmh"..baik, besok aku akan ke lembah merak untuk
membawanya kesini." ujar Han-bu-seng dengan penuh yakin.
Setelah bercakap-cakap sampai jauh malam, Han-bu-seng dan
Li-wan pamit dan kembali kekomplek Han-piuawkiok, ditengah
103 jalan Li-wan yang hanya diam saja sejak bertamu kerumah Yotaijin tiba-tiba nyelutuk
"semoga saja pangcu akan dapat mengatasi kongciak-bi-siucai
?" Han-bu-seng menghentikan langkah dan menatap Li-wan
penasaran "menurutmu apa aku tidak sanggup Li-te ?"
"aku hanya meragu pangcu, karena ketiga suhu Yo-taijin juga
kalah menghadapi kongciak-kok-bi-siucai."
"hmh..jika tiga cianpwe kalah, wanita ini bukan lawan yang
ringan, tapi apakah ilmu keluargaku akan juga mental " untuk
mengetahuinya maka patut untuk dicoba, dan aku juga ingin
melihat wajah cantik gadis itu."
"hehehe"dari tadi penasaran pangcu adalah wajah cantik
kongciak-bi-siucai, apa pangcu ingin mendapatkannya ?"
"hahaha"kamu ini bagaimana Li-te, apakah kamu tidak dengar
keinginan Yo-taijin, dia masih mengharapkan kongciak-kok-bisiucai jadi selirnya walaupun sudah dikalahkan."
"hehehe..saya kira pangcu ketularan Yo-taijin yang tergila-gila
pada kecantikan." "ah..sudahlah mari kita bergegas..!" ujar Han-bu-seng sambil
mempercepat langkahnya, dan tidak berapa lama keduanyapun
sampai ke komplek Han-piuwkiok, Han-bu-seng langsung masuk
kekamar dan istirahat. Keesokan harinya Han-bu-seng pergi ke lembah merak, dan
sebelum siang hari, Han-bu-seng sampai di depan bangunan
besar ditengah lembah, bangunan itu sunyi dan sepi, Han-buseng melompati pagar dan melangkah menyusuri halaman yang
luas dan penuh tanaman bunga yang ditata rapi dikanan kiri,
104 "sicu siapa dan apa maksud datang kemari ?" sapa sebuah
suara lembut, Han-bu-seng terkejut melihat seorang gadis cantik
sudah berdiri didepannya, matanya takjub, tatapannya melekat
pada wajah anggun didepannya.
"apakah kamu kongciak-kok-bi-siucai ?" tanya Han-bu-seng
dengan tatapan takjub, melihat wajah gagah yang masih lekat
menatapnya, Han-sian-hui tersenyum dan menjawab
"benar sekali sicu, dan ada urusan apa hingga sicu datang kesini
?" "aku adalah Han-bu-seng hendak bertemu dengan nona untuk
sebuah urusan penting" jawab Han-bu-seng, mendengar nama
itu, wajah Han-sian-hui makin cerah dan senyumnya kian lebar,
karena orang didepanya ini ternyata adalah saudara seayahnya,
Han-sian-hui bertanya dengan senyum sumigrah
"ada urusan apa twako hendak menemui saya ?" Han-bu-seng
yang sombong tidak sedikitpun merasa bahwa gadis didepannya
ini adalah adiknya yang lahir di rumah mereka di kota Bicu, dan
dengan nada tajam ia berkata
"saya dengar kamu telah mengalahkan dan mempermalukan Yotaijin." mendengar urusan yang dibawa kakakknya adalah
urusan Yo-taijin, maka dengan heran ia bertanya
"eh" apa hubungannya dengan twako ?"
"Yo-taijin adalah temanku, dan aku diminta tolong olehnya untuk
menawarkan hatimu yang telah menolaknya." jawab Han-buseng
"artinya twako akan memaksa saya supaya tunduk pada Yotaijin, begitukah ?" tanya Han-sian-hui penasaran
105 "benar dan sebaiknya kamu menurut saja, tidak ada kurangnya
Yo-taijin karena ia gagah dan terpandang." Melihat wajah
kakaknya yang kaku dan nampak sangat serius, Han-sian-hui
tidak dapat menahan ketawanya
"hihihi"seng-ko ini ada-ada saja, memaksa adik sendiri untuk
tunduk pada temannya yang hidung belang."
"heh..! apa maksudmu memanggilku dengan seng-ko ?" tanya
Han-bu-seng heran "hihihi"aku tahu denganmu seng-ko, karena aku adalah Hansian-hui."
"hah"Han-sian-hui adik fei-lun !?" teriak Han-bu-seng kaget
"benar"! aku adalah adik kandung Lun-ko dan adik seayah
Seng-ko." "sial"! ternyata kamu Sian-hui, kenapa kamu disini dan tidak di
kaifeng ?" "aku sedang mencari ayah yang diculik orang, dan menurut Lunko, aku harus mulai dari sini." jawab Han-sian-hui
"aneh benar, ayah diculik di kota bicu, malah kamu disuruh
kesini, Fei-lun memang gila!" ujar Han-bu-seng mencibir
"cukuplah umpatanmu Seng-ko, keketusanmu pada kakak
kandungku tidak beralasan, hanya timbul dari iri hati yang
menyesatkan." bantah Han-sian-hui, dengan mata mendelik
Han-bu-seng membentak "tutup mulutmu Sian-hui, kamu tidak berhak menilaiku !"
"pergilah dari sini Seng-ko, aku tidak mau berdebat denganmu."
balas Sian-hui sambil mebalik badan, Han-bu-seng makin
meradang melihat sikap Han-sian-hui
"heh..tunggu dulu Sian-hui, urusan kita belum selesai !"
106 "Seng-ko, aku tidak punya urusan denganmu, pergilah !" sahut
Han-sian-hui dengan nada datar
"enak saja, Yo-taijin sudah engkau celakain dan
mempermalukannya !" "hmh"..apa yang hendak Seng-ko lakukan !?" tanya Han-sianhui
"memaksamu jika kamu masih bersikeras menolak !" sahut Hanbu-seng tegas
"dengan cara apa Seng-ko hendak memaksaku " apa Seng-ko
hendak bertempur denganku !?"
"benar, jika memang harus demikian."
"boleh aku tahu kenapa Seng-ko demikian ngotot memaksaku,
tentunya ini bukan sekedar teman bukan ?" tanya Han-sian-hui
dengan nada menuntut "ketahuilah Sian-hui, Yo-taijin memeiliki tilik sandi yang handal,
jika mereka dapat diajak kerjasama akan sangat membantu
mengetahui keberadaan pelaku penculikan ayah."
"oo, ternyata kalian sudah memiliki kesepakatan, baiklah kalau
begitu, lakukanlah niatmu Seng-ko !" sahut Sian-hui dengan
sikap tenang dan siaga, Han-bu-seng melakukan serangan
pembukaan dengan pedang ditangan, Han-bu-seng tahu bahwa
adiknya ini hanya bisa dihadapi dengan ilmu bun-liong-kiam,
ilmu yang tidak dimiliki Sian-hui maupun Fei-lun, Sian-hui
berkelit cepat, dan serangan mata pedang makin gencar
menekan mencari sasaran dan mendobrak pertahanan Sian-hui,
walaupun sian-hui diserang dengan ilmu pedang yang belum
ada tandingan itu, ia tidak gugup, sin-kang dan gin-kangnya
masih jauh diatas Han-bu-seng.
107 Han-sian-hui menghadapi pedang Bu-seng dengan "bun-liehoat" (jurus tarian sastra) kibasan dan gerak langkah
mementalkan daya serang pedang yang datangnya bertubi-tubi,
seratus jurus sudah berlangsung, Han-bu-seng belum mampu
mendesak sian-hui, apalagilah untuk melukai, gerakannya mati
langkah dan selalu terlambat, dan kadang ia harus merasakan
getaran pada dadanya saat pedangnya mental berbalik
padanya, untungnya sian-hui tidak berniat mencelakakan
saudaranya yang sombong ini, sehingga pertarungan itu
berlangsung lama, kalau sian-hui mau, lima puluh jurus pedang
ditangan han-bu-seng akan dapat dirampas dan menghajar Hanbu-seng.
Han-sian-hui lebih banyak mengelak dan berkelit, Han-bu-seng
yang sombong tidak merasa bahwa adiknya sudah banyak
mengalah, dia terus merangsak maju, hingga dua ratus jurus,
Han-bu-seng sudah ngos-ngosan karena kelelahan, keringatnya
bercucuran karena tenaganya terkuras akibat serangan yang
luput atau benturan yang membalikkan tenaganya.
"sebaiknya seng-ko pulang, biar aku lanjutkan pencarian ayah !"
"hmh".kamu terlalu menghinaku sian-hui !" bentak Han-bu-seng
"susah memang berurusan dengan orang sombong, bawaannya
salah mulu, dikasih hati ngelunjak, tak dikasih hati mencakmencak." sahut Han-sian-hui
"bangsat"! kamu memang tidak diajari adat oleh kakakmu !"
"kakakku demikian telaten mengajariku, dan jangan bicara
ngawur tentang kakakku ! kalau mau dihormat tau diri dulu,
supaya pertimbangan tidak timpang."
"sial"! kamu jangan belagu mau mengajari saya, ya!" ancam
108 Han-bu-seng "saya tidak hendak mengajarimu Seng-ko, untuk apa mengajari
orang berlagak pintar."
"grrrh....kuhancurkan mulutmu..!" teriak bu-seng dengan amarah
meletup, ia lalu mempergencar serangannya, Han-sian-hui juga
tidak mau memberi hati lagi
"ih"tuk".agh"trang"." pedang ditangan bu-seng sudah
berpindah, dan sekali jepit pedang itu terpotong dua dan jatuh
ketanah, pergelangan tangan Bu-seng terasa ngilu.
"pulanglah seng-ko !" ujar Sian-hui sambil berbalik dan masuk
kedalam rumah, ia lalu menutup pintu, Bu-seng dengan hati
mengkal meninggalkan lembah merak, hari itu juga ia
meninggalkan kota tianjin bersama rombongan, melihat gelagat
kedatangan ketuanya, Li-wan tahu bahwa pangcunya telah
kalah, namun dia heran kenapa pangcunya tidak sedikitpun luka,
namun ia takut untuk bertanya, saat rombongan Han-bu-seng
berkemas, Li-wan juga ikut membantu dan ia melepas
rombongan sampai keluar pintu gerbang, Han-bu-seng dan Liwan tidak tahu bahwa Han-sian-hui mengintai keberangkatan
rombongan Han-bu-seng dari jauh.
Pada malam harinya Han-sian-hui memasuki Han-piuawkiok,
seorang piuawsu yang berjaga heran, karena gadis muda ini
tidak asing baginya, dan hampir seluruh warga kota tahu benar
dengan ciri kongciak-kok-bi-siucai
"selamat malam lihap, ada apakah sehinga lihap datang
kemari.?" tanya piauwsu itu
"katakan pada Li-pangcu, saya datang hendak bertemu
dengannya." jawab Han-sian-hui
109 "baik..! dan tunggulah sebentar, saya akan laporkan pada Litwako." sahut piuawsu, dan segera masuk kedalam, dan tidak
lama ia keluar bersama Li-wan.
Li-wan dengan wajah heran bertanya pada tamunya
"ada apakah kongciak-bi-kok-siucai malam-malam datang kesini
dan hendak bertemu denganku?"
"Li-twako ! kamu mungkin tidak kenal siapa saya sebenarnya,
dan saya juga baru tahu bahwa kalian adalah piauwsu dari Hanpiuawkiok setelah bertemu dengan saudara seayah saya." jawab
Han-sian-hui "apa maksud lihap dengan saudara seayah adalah pangcu Hanbu-seng !?" tanya Li-wan dengan nada meragu
"benar ! saya adalah Han-sian-hui adik kandung dari "siauwtaihap" jawab Han-sian-hui, mendengar jawaban itu, Li-wan
langsung merangkap tangan dan membungkuk
"maafkan saya Han-lihap, dan sungguh tidak saya sangkat
bahwa adik bengcu yang menjadi kongciak-bi-siucai."
"sudahlah twako, tidak perlu sungkan dan janganlah meminta
maaf !" sahut Han-sian-hui
"baiklah Han-lihap, marilah kita masuk dan bicara didalam !" ajak
Li-wan, lalu keduanya masuk kedalam rumah, setelah keduanya
duduk dan seorang pelayan telah menyuguhkan minuman, Liwan mempersilahkan Han-sian-hui untuk minum
"apa yang bisa saya bantu Han-lihap ?" tanya Li-wan
"apakah Li-twako tahu dengan yo-taijin ?" Han-sian-hui balik
bertanya "tahu persis mungkin tidak Han-lihap" sahut Li-wan
110 "Li-twako ! saat Seng-ko datang ke lembah merak, ia
mengatakan bahwa Yo-taijin memiliki tilik sandi yang handal
dalam penyelidikan perkara, benarkah itu ?" tanya Han-sian-hui,
Li-wan tidak langsung menjawab tapi dia menyeruput tehnya
terlebih dahulu "memang demikianlah katanya Han-lihap, lalu apakah
keberadaan lihap disini sehubungan dengan menghilangnya
Han-loya dari kota bicu ?"
"benar Li-twako, dan mungkin twako sendiri tahu, bahwa dulu
penghuni lembah merak adalah Ang-gan-kwi bersama tiga
saudara saya, tapi nyatanya mereka sudah meninggalkan
lembah merak." "lalu apa hubungan dengan Yo-taijin ?"
"saya ingin tahu kemana perginya tiga saudara saya itu, dan
tentunya tilik sandi Yo-taijin bisa memberikan informasi." jawab
Han-sian-hui, Li-wan mengangguk mengerti, lalu berkata
"hal itu mungkin saja han-lihap, dan saya tidak tahu bagaimana
sistim kerja dari tilik sandi Yo-taijin tersebut, lalu bagaimana
saya bisa membantu ?"
"bagaimana kalau Li-twako menanyakan Yo-taijin tentang
kepergian tiga saudara saya itu ?"
"itu tidak mungkin lihap," sahut Li-wan tegas, mendengar itu
Han-sian-hui sedikit kaget dan bertanya penasaran
"kenapa tidak mungkin Li-twako ?"
"karena apa yang diminta Yo-taijin pada pangcu tidak berhasil,
maka sulit jugalah untuk meminta bantuan Yo-taijin." Jawab Liwan
"hmh"apakah Li-twako ikut mendengar kesepakatan Seng-ko
111 dengan Yo-taijin ?" "benar Han-lihap, kerena semalam saya menemani pangcu
membicarakan hal itu dengan Yo-taijin, kami tidak menyangka
bahwa kongciak-kok-bi-siucai masih saudara pangcu."
"Li-twako sendiri apa tidak pernah mendengar desas desus
kemana perginya penghuni lembah merak sebelum saya ?"
"tidak Han-lihap, bahkan saya tidak tahu bahwa penghuni
lembah merak adalah tiga bersaudara Han, yang saya tahu
penghuni lembah merak dihuni oleh thian-tin dan terakhir oleh
siang-mou-bi-kwi." jawab Li-wan
"apakah Li-twako mempunyai ide untuk membantu saya, supaya
saya mendapatkan informasi tentang penghuni lembah merak
sebelumya ?" "hmh".saya mengenal seorang pengawal dalam Yo-taijin,
namanya Cia-jun, dia mungkin mengetahui apa dan bagaimana
sepak terjang tilik sandi dari Yo-taijin."
"bagus kalau begitu Li-twako, dan bisakah twako
mempertemukan saya dengan she-Cia itu ?" tanya Han-sian-hui
dengan nada gembira "bisa Han-lihap, marilah kita keluar, rumahnya ada tiga blok dari
kediaman Yo-taijin." jawab Li-wan, lalu keduanya keluar dan
menemui Cia-jun, sesampai dirumah Cia-jun, Cia-jun terkejut
melihat kedatangan Li-wan dan gadis cantik yang sangat ia
kenal, karena gadis ini pernah menumbangkannya saat
membela majikannya. "ada apakah ini Li-twako !?" tanya cia-jun dengan tatapan selidik
"Cia-ciangbun tentu tahu dengan kongciak-kok-bi-siucai, bukan
?" 112 "benar dan ini sangat mengagetkan dan mengherankan bagi
saya Li-twako." "maaf Cia-ciangbun, jika kedatangan saya membuat ciangbun
Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak nyaman." sela Han-sian-hui sambil membungkuk dan
merangkap kedua tangan, Cia-jun menatap kongciak-kok-bisiucai, lalu kemudian bertanya pada Li-wan
"hmh"katakanlah Li-twako, ada urusan apa sehinga kalian
datang kemari ?" "begini Cia-ciangbun, Han-lihap ini ingin minta bantuan tilik sandi
Yo-taijin tentang keberadaan penghuni lembah merak sebelum
ditempati han-lihap"
"benar ciangbun, dan saya mengharap bantuan ciangbun." sela
Han-sian-hui menambahkan "tilik sandi itu bekerja penuh rahasia, karena mereka pandai
menyamar dan jarang berada dikota ini." sahut Cia-hun dengan
nada datar "kalau boleh tahu untuk apa tilik sandi ini dibentuk Yo-taijin ?"
tanya Han-sian-hui "sebenarnya tilik sandi itu adalah perintah dari hosiang dikota
raja, karena kota tianjin kota besar pertama dibibir pantai yang
berbatasan dengan orang korea, jadi mereka dibentuk untuk
mengawal kemanan dari penyusup luar." Jawab Cia-jun
"jadi artinya sulit untuk bisa bertemu dengan mereka, begitukah
ciang-bun ?" "benar lihap, apalagi keberadaan mereka tidak ada yang tahu,
kecuali Yo-taijin sendiri, jadi maaf lihap, saya tidak bisa
membantu" jawab Cia-jung, Han-sian-hui terdiam dan berpikir
langkah yang hendak diambil
113 "bagaimana Han-lihap " tanya Li-wan memecah kediaman yang
terjadi "yah, mau bagaimana lagi, jalan satu-satunya hanya bertanya
pada Yo-taijin." jawab Han-sian-hui pasrah
"baiklah ciangbun, kami permisi dulu !" ujar Han-sian-hui hendak
berdiri "tungu dulu Kongciak-kok-bi-siucai ! kalau boleh tahu, kenapa
begitu penting untuk mengetahui keberadaan penghuni lembah
merak ?" "begini ciangbun ! penghuni lembah merak sebelumnya adalah
tiga saudara saya, jadi keberadaan mereka perlu untuk
kuketahui sehubungan dengan hilangnya ayah kami dari kota
Bicu." jawab Han-sian-hui terus terang.
"jika ada ide ciangbun, tolonglah Han-lihap, Han-piuawkiok
selama ini sangat kehilangan Han-loya yang entah bagaimana
nasibnya, saya sendiri tidak mengerti bagaimana Han-lihap
seakan mencurigai ketiga saudaranya dengan hilangnya Hanloya, walhal sudah jelas yang bertanggung jawab adalah "toatbeng-kiam-ong" (raja pedang pencabut nyawa." sela Li-wan
penuh harap. "Han-lihap ! saya sendiri tidak tahu apakah informasi saya ini
membantu." "apakah itu ciangbun ?" tanya Han-sian-hui dengan wajah cerah
"saya pernah melihat Yo-taijin menuju bukit batu, saya tidak tahu
urusannya untuk apa kesana, tapi yang jelas setiap Yo-taijin ke
bukit batu, dia tidak pernah membawa pengawal."
"dimanakah bukit batu itu ciangbun ?" tanya Han-sian-hui
"bukit batu berada di bagian timur kota." jawab Cia-jung
114 "terimaksih ciangbun, informasi itu amat membatu bagi saya."
"sama-sama lihap, hanya karena percaya pada Li-twako, saya
berani menceritakan hal itu, terlebih urusannya jelas urusan
peribadi dan bukan urusan yang menyangkut hal Negara."
"memang demikian ciangbun, saya hanya ingin mengetahui
penculikan ayah saya, yang oleh saudara saya menyarankan
saya mulai dari lembah merak."
"benar ciangbun, dan saudara yang dimaksud kongciak-kok-bisiucai adalah "siauw-taihap"
"oh"begitu, jadi Han-lihap ini adik dari bengcu ?" sela Ciaciangbun termanggu.
"benar ciangbun, jadi kami pamit dulu dan terimakasih atas
informasinya." ujar Han-sian-hui, lalu keduanya meninggalkan
kediaman Cia-ciangbun. Keesokan harinya Han-sian-hui pergi kebukit batu disebelah
timur kota, dan bukit batu itu berada dipinggir laut, menjelang
siang hari Han-sian-hui sampai area bukit tandus penuh jurang
dan tebing curam, dengan gerakan gesit han-sian-hui mendaki
bukit yang tandus dan melintasi tebing batu yang curam dan
licin, setelah sekian lama menyelidiki keadaan bukit, Han-sianhui tiba disebuah jurang yang menganga, dan anehnya ada
seutas tali yang membentang dari tempat Han-sian-hui berdiri
dengan tepi tebing diseberang sana, kalau orang yang melewati
jembatan tali itu tidak memiliki gin-kang yang tinggi maka jelas
tidak mampu menyeberanginya.
Han-sian-hui melompat dan dengan ringan menjejakkan kaki di
atas tali, dan luar biasanya Han-sian-hui berlari di atas tali dan
sekejap saja ia telah sampai di seberang dan memasuki hutan
115 lebat, tapi baru saja ia masuk hutan empat bayangan datang
menyerang dan mengurungnya, Han-sian-hui tidak gugup dan
berkelit menghindari semua serangan sambil berkata
"maaf".saya kesini bukan cari permusuhan."
"kelancanganmu memasuki tempat ini telah membuat
permusuhan dengan kami." sahut seorang dari mereka sambil
terus mempergencar serangan.
Namun serangan itu masih kalah cepat dibanding dengan
kecepatan Sian-hui, Sian-hui harus membalas kalau tidak mau
diserang terus, maka dengan jurus bun-lie-hoat ia bertahan dan
menyerang dengan dahsyat, empat orang itu takjub mendapat
perlawanan hebat dari Sian-hui, formasi keroyokan mereka jadi
sembraut dan tidak terkordinasi, lawan mereka sangat cekatan
dan kuat, serangan balasan yang mereka terima juga sangat
berbahaya sehingga membuat mereka sibuk, delapan puluh
jurus berlalu, dan seorang dari mereka mulai terdesak hebat,
tiga serangan datang beruntun untuk mengurangi desakan pada
rekan mereka, dan kali itu berhasil, karena Han-sian-hui
mengalihkan serangan pada ketiga lawan yang mengurungnya,
namun sepuluh gebrakan kemudian, salah seorang yang lain
terdesak, dan kembali Sian-hui gagal karena tiga serangan
harus ia sambut, dan orang yang kelimpungan itu selamat.
Dan pada kali ketiga, Han-sian-hui kembali mendesak seorang
lawannya, tiga serangan datang, dan kali ini Sian-hui bersalto
dan menukik laksana burung walet, kedudukan orang yang
didesak belum sempurna "buk.." sebuah tendangan menghantam lambungya sehingga ia
terlempar melabrak pohon, tiga rekannya tidak menyangka
116 serangan itu dikelit dan melanjutkan serangan susulan pada
rekan mereka yang kelimpungan, ketekejutan itu dengan cepat
dimamfaatkan sian-hui menyerang, lawan yang diserang mundur
kelabakan, tapi terpojok ke sebuah pohon, dua rekannya hendak
membantu, tapi sian-hui melesat kebalik pohon.
"buk"auhg?" sebuah pukulan telak menghantam wajah lawan
yang hendak lari menjauhi pohon, mulut orang itu berdarah, dan
dia duduk lemas karena kepalanya terasa pening
"maaf cuwi, aku bukan hendak membuat onar disini !" ujar sianhui keluar dari balik pohon, dua lawannya terkesima melihat
gadis muda yang luar biasa ini.
"lalu untuk apa kamu datang kesini !?" tanya seorang yang
berkumis tebal "aku kesini ingin bertemu petugas tilik sandi Negara." jawab
Han-sian-hui "heh".kongciak-kok-bi-siucai, tahu apa kamu dengan negara,
keluarga kalian saja centang perenang." Bentak lelaki berkumis
itu, sesaat Han-sian-hui terdiam karena terkejut mendengar
celaan lelaki berkumis yang sepertinya sudah mengenalinya,
dan bahkan mencela keluarganya, hal ini membuat hati Sian-hui
kagum akan kehandalan para tilik sandi ini, lalu dengan senyum
lembut ia berkata "hihihi"tidak kupungkiri bahwa aku memang tidak tahu dengan
urusan negara, dan keluargaku memang memalukan saling sikusikutan, dan karena itulah aku ingin menjumpai tilik sandi yang
amat luas pengetahuannya, bahkan membuat aku terkagum"
"untuk apa meladeninya bicara "tung-siok" (sisir selatan)" sela
yang terluka lambungnya dengan ketus
"maafkanlah saya cuwi-hohan, dan tolong berikanlah saya
117 kesempatan untuk bicara, supaya kita tidak berlarut pada
kesalah pahaman." sela Han-sian-hui lembut
"ini adalah tempat rahasia, dan masuknya kamu kesini tidak bisa
ditolerir kongciak-kok-bi-siucai !" sela pak-siok (sisir utara) lelaki
yang tegak disamping lelaki berkumis yang dipabggil dengan
tung-siok "sicu, sebenarnya aku tidak ingin memaksakan kehendak,
walaupun aku mampu melakukannya, tapi tolonglah saya untuk
secuil informasi dari sicu semua,"
"hmh"..setelah engkau melukai saya, apakah menurutmu aku
akan berbaik hati padamu !?" sela orang yang terluka mulutnya
dengan pandangan tajam "bukan niat saya untuk melukai, sicu sendiri tahu bahwa saya
diserang tanpa tedeng aling-aling, dan jika karena itu harapan
saya pupus untuk berbicara dengan para sicu, saya dapat
maklum, dan saya akan pergi." sahut sian-hui sambil melangkah
keluar dari hutan menuju tebing
"tunggu dulu kongciak-kok-bi-siucai, saya bisa membantu anda,
jika kamu juga membantu kami." ujar pak-siok
"pak-siok ! kamu ini bagaimana sih !?" sela tung-siok heran,
demikian juga dua rekannya yang terluka
"tenanglah kalian sobat-sobat, aku ada ide bagus dengan
pertukaran ini jika kongciak-kok-bi-siucai setuju." mendengar
jawaban pak-siok, tiga rekannya diam dan mengangguk
mengerti "katakanlah sicu, jika kira-kira sanggup aku akan membantu."
sahut Han-sian-hui "di pulau ikan ada dua orang penyusup yang membentuk
118 kekuatan untuk merebut kota dalian."
"lalu apa yang bisa saya bantu sicu ?" tanya Han-sian-hui
"ilmu Han-lihap jelas lebih hebat dari kami, jadi bantulah kami
menyingkirkan kedua penyusup itu." jawab pak-siok
"baik saya akan membantu sekuat tenaga jika para sicu juga
memberikan informasi yang saya butuhkan"
"bagus kalau begitu, marilah kita kepondok kami untuk
membicarakan rencana lebih lanjut." ujar pak-siok dengan hati
gembira, lalu mereka masuk lebih jauh kedalam hutan, ditengah
hutan itu ada empat gubuk yang ditempati masing-masing siok,
Han-sian-hui di ajak duduk dibalai-balai, dengan nada semangat
pak-siok berkata "sebelum kita membicarakan rencana, ada baiknya kita makan
dulu, bukankah kamu sudah lapar kongciak-kok-bi-siucai ?"
"benar sicu, dan terimakasih atas penawarannya." sahut Sianhui, lalu empat siok itu masuk kepondok masing-masing, dan
tidak lama kemudian, mereka keluar sambil membawa makanan,
tung-siok menghidangkan makanan berupa nasi dan tumis
sayur, serta lauk ikan goreng, juga tidak ketinggalan sepoci teh
dan seguci arak manis, mereka makan dibalai-balai ditengah
halaman yang dikelilingi empat pondok
"bagaimana denganmu see-siok (sisir barat) dapatkah engkau
makan !?" tanya tung-siok sambil mengisi mangkok nasinya
"bagaimana aku bisa mengunyah tung-siok, mulutku terasa nyeri
." sahut see-siok dengan muka berkerenyit menahan nyeri
"kalau begitu kamu makan bubur encer saja, tadi pagi aku
memasak bubur nasi, ambillah kedalam gubukku !" sela pak-siok
"lalu kamu bagaimana dengan lam-siok (sisisr selatan) ?"
119 "aku tidak apa-apa tung-siok, lambungku sudah tidak nyeri."
jawab lam-siok sambil menyumpit nasinya.
Setelah mereka selesai makan, balai-balai dibersihkan, dan lamsiok mengambil arak dan menuangkan kedalam cangkir, dan
saat hendak menuangkan arak ke cangkir Han-sian-hui, Hansian-hui menolak lembut
"maaf sicu, aku tidak bisa minum arak, jadi aku minum teh saja."
lalu Sian-hui menuangkan teh kedalam cangkirnya.
"baik, sekarang kita bicarakan rencana kita, dan sebelumnya
kongciak-kok-bi-siucai, saya akan memperkenalkan diri kami,
saya sendiri dipanggil pak-siok, dan ini tung-siok, lalu lam-siok
dan see-siok." ujar pak-siok, Han-sian-hui menjura dan
merangkap tangan sambil tersenyum lembut, lalu pak-siok
melanjutkan "perlu Han-lihap ketahui, bahwa rencana ini adalah dadakan, ide
ini muncul dibenak saya, setelah mengetahui betapa tingginya
ilmu Han-lihap." "rekan pak-siok terlalu merendah dan berlebihan memuji saya,
dan saya mengucapkan terimakasih pada cuwi semua yang
demikian ramah kepada saya, dan ide pertukaran ini sangat
menguntungkan bagi kita semua, lalu bagaimana pak-twako,
saya siap mendengarkan." ujar Han-sian-hui, pak-siok meneguk
araknya dan berkata "pulau ikan ini han-lihap tidaklah seberapa besar, tapi penghuni
pulau terdiri dari bajak-bajak laut yang sebagian besar adalah
orang-orang korea, dan sebagian kecil adalah para bajak dari
bangsa kita, para bajak ini awalnya bergerak sendiri-sendiri,
120 namun dua tahun yang lalu dua orang jawara dari korea
mengumpulkan mereka di pulau ikan, dua orang itu bernama
Kim-seung dan Pak-meong." Han-sian-hui mendengarkan penuh
perhatian, karena pak-siok diam, Han-sian-hui lalu bertanya
"berapa jumlah mereka pak-twako ?"
"sekarang jumlah mereka tidak kurang dari empat ratus orang,
dan seminggu yang lalu, kami mengetahui bahwa penghuni
pulau ikan akan menyerang kota dalian, lalu rencananya hari ini
kami hendak menyampaikan pada Yo-taijin, tapi karena kita
bertemu, maka ide meminta bantuanmu jadi alternatif antisipasi
gerakan penghuni pulau ikan." jawab pak-siok
"bukankah sebaiknya tetap disampaikan pada Yo-taijin ?" tanya
tung-siok, pak-siok meraih cangkirnya dan meneguk kembali
araknya, lalu kemudian ia menjawab
"menurut saya tidak perlu lagi, karena menurut hitung-hitungan,
bahwa kekuatan pasukan di tianjin tidak kalah dengan kekuatan
seorang seperti kongciak-kok-bi-siucai, bagimana menurut kalian
?" tiga rekannya saling pandang, lalu tung-siok berkata
"pemikiran pak-siok ada juga benarnya, dan saya setuju
melanjutkan rencana dadakan ini." see-siok dan lam-siok
mengangguk, Han-sian-hui tersenyum sumigrah dan berkata
"cuwi-twako terlalu memandang tinggi kepada saya, janganlah
demikian twako." "hehehe..tapi itu baru salah satu alasan han-lihap." sela paksiok, Han-sian-hui menatap pak-siok dengan heran dan senyum
yang kian melebar "memangnya ada alasan lain lagi sehingga pak-twako merasa
tidak perlu melapor pada Yo-taijin ?"
121 "benar Han-lihap, dan alasan yang kedua adalah menghemat
waktu dan juga menghemat biaya negara." jawab pak-siok, Hansian-hui melihat kebanaran alasan itu dan ia pun mengangguk
mengerti "hmh".lalu bagaimana strategi kita menghadapi bajak yang
Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berjumlah empat ratus orang itu ?"
"caranya kita menyusup kepulau ikan." jawab pak-siok
"lalu apakah kemunculan saya tidak akan mengacaukan
penyusupan itu pak-twako " saya inikan perempuan, dan para
bajak semuanya adalah laki-laki kasar yang membawa maunya
sendiri." "justru karena itu Han-lihap akan mudah masuk ke sana, dan
akan memperlancar rencana ini"
"maksudnya bagaimana pak-twako ?" tanya Han-sian-hui heran,
pak-siok melihat keheranan Sian-hui, sambil meraih cangkirnya
ia menjawab "para bajak di pulau ikan butuh gadis penghibur, jadi setiap dua
minggu semua wanita penghibur di rumah bordil yang berada
dipantai dalian menyeberang kepulau ikan, dan sudah
kesepakatan antara dua pimpinan pulau nelayan dengan germo
rumah bordil itu." "lalu bagaimana pak-twako menyusupkan saya kerombongan
wanita penghibur itu ?"
"itu bisa diatur, saya mengenal seorang petugas keamanan
rumah bordil itu." "lalu bagaimana dengan cuwi-twako, apakah ikut masuk ataukah
saya sendirian saja ?"
"kami juga akan ikut masuk kedalam pulau."
"hmh".baik, lalu setelah kita sampai di pulau ikan, apa
122 selanjutnya Pak-twako ?"
"sesampai disana tentunya para bajak akan berpesta, dan
kecantikan Han-liihap pasti akan menarik perhatian dua
pimpinan itu." "dan selanjutnya bagaiman pak-twako ?"
"saat keduanya membawa Han-lihap kekamar, tentu Han-lihap
tahu apa tindakan selanjutnya." jawab pak-siok, Han-sian-hui
terdiam dan berpikir sejenak
"ada tiga kemungkinan dari misi ini pak-twako, yang pertama
berhasil dan penghibur pulang tanpa kekacauan, yang kedua
misi berhasil tapi bisa jadi terjadi kekacauan, dan yang ketiga
misi gagal dan terjadi kekacauan."
"tiga kemungkinan itu bisa jadi, jika kemungkinan kedua dan
ketiga yang terjadi, kita bisa menghindari kekacauan melarikan
diri ke pantai sebelah selatan pulau ikan, disana ada perahu
untuk menyeberangkan kita kembali ke kota dalian."
"baiklah, sepertinya pak-twako sudah cermat dalam rencana
dadakan ini, dan kapan kita akan bergerak ?"
"hari ini juga kita akan berangkat kekota dalian." jawab pak-siok
"bagaimana dengan see-twako ?" tanya Han-sian-hui sambil
memandang pada see-siok "saya tidak apa-apa han-lihap, besok memar ini akan berangsur
sembuh." sahut see-siok.
"jika sudah sepakat mari kita berangkat..!" sela tung-siok, lalu
merekapun berkelabat dari tempat itu menuju pantai, dengan
dua buah perahu mereka menyusuri garis pantai menuju kota
dalian. 123 Keesokan harinya mereka sampai dikota Dalian, pak-siok
menuju rumah kenalannya, sementara tung-siok dan yang
lainnya menuju penginapan, dan menjelang siang pak-siok tiba
dipenginapan "bagaimana pak-siok ?" tanya lam-siok
"saya sudah bertemu dengan petugas itu, dan katanya dua hari
lagi para penghibur akan berangkat ke pulau ikan, dan dia juga
sudah menyanggupi menyusupkan kita berlima dalam
rombongan, tapi kita harus menyamar"
"memang kenapa pak-siok ?" tanya tung-siok
"kalau kita tidak menyamar jadi perempuan, kita tidak bisa
masuk kekapal, karena kapal yang hendak menyeberangkan
para penghibur adalah kapal bajak laut, jadi untuk mengatasinya
kita akan menyamar jadi perempuan." jawab pak-siok, dan tiga
rekannya mengangguk, dalam hati Han-sian-hui tertawa
membayangkan empat orang siok ini berdandan perempuan.
Dua hari kemudian empat siok keluar dari kamar mereka, dan
demikian juga dengan Han-sian-hui, ketika melihat empat siok
han-sian-hui tidak dapat menahan tawanya
"hihihi".empat twako memang luar biasa." puji sian-hui melihat
empat siok sudah cantik dengan dadanan yang apik
"bagaimana menurutmu han-lihap ?" tanya tung-siok sambil
berjalan dan memutar lemah gemulai , Han-sian-hui tersenyum
dan juga takjub, bukan hanya dandanan yang berubah, tapi
suara itu juga berubah, sian-hui geleng-geleng kepala sambil
tersenyum "hihihi"aku benar-benar pangling, siapakah twako ini ?"
"hihihih"aku tung-siok." sahut tungsiok, tiga rekannya tertawa
124 mengikik, lalu merekapun keluar dari penginapan menuju rumah
bordil. Kapal bajak sudah bersandar, dan beberapa wanita sudah ada
yang naik ke atas kapal "bagaimana jiauw-te..?" bisik pak-siok pada seorang lelaki tinggi
besar dan mukanya bercodet, lelaki itu berpaling dan menatap
lekat pak-sok yang tersenyum
"apakah Ma-twako ?" tanya petugas itu meragu
"benar, dan ini empat rekanku yang kuceritakan padamu." Jawab
pak-siok, petugas itu melihat empat teman pak-siok, dan
matanya berbinar takjub saat melihat wajah Han-sian-hui yang
anggun "mari ikuti saya Ma-twako dan juga yang lain-lain." ujar jiauw,
lima gadis cantik itu mengikuti jiauw, jiuaw membawa mereka
kesebuah ruangan yang penuh dengan para wanita penghibur
"bergabunglah dengan mereka Ma-twako, sebentar lagi wanita
yang berada di ruangan ini akan dipanggil, dan saat kalian
ditanya dari ruangan apa, sebut ruangan ang-hoa." ujar jiauw,
pak-siok mengangguk, kemudian jiuaw meninggalkan mereka.
Tidak lama kemudian seorang lelaki tua berbadan kurus masuk
ruangan, matanya yang cekung jelalatan melihat wanita-wanita
didepannya dan hidungnya kembang kempis menghidu aroma
wangi yang menyeruak dari tubuh wanita-waniat penghibur
"semuanya baris dan berjalan kesini !" teriaknya, lalu semua
wanita berbaris, dan kemudian berjalan beriring mendekati lelaki
kurus itu "kamu dari ruang mana ?" tanyanya sambil senyum pringas
pringis seperti monyet mencium terasi
125 "saya dari ruang jeng-hoa?" jawab wanita itu dengan suara
manja, lalu ia melihat pada daftar ditanganya dan membuat
tanda. "sudah kamu keluar dan naik kekapal !" perintahnya, dan wanita
itu pun keluar "selanjutnya !" teriak lelaki itu, lalu gadis dibelakang gadis tadi
mendekat "ruang mana !?" tanya lelaki itu singkat
"ruang jeng-hoa." jawab gadis itu dengan senyum genit
"lanjut"!" teriak lelaki itu setelah menyuruh wanita itu keluar,
hampir setengah jam juga pemanggilan itu berlangsung hingga
semuanya naik ketas kapal.
Menjelang siang kapal pun berangkat menuju pulau ikan,
perjalanan itu hanya setengah hari, dan pada saat sore kapalpun
sampai di pulau ikan, semunya turun disambut sorak sorai para
bajak yang blingsatan, para wanita itu di giring kesebuah
bangunan besar, hanya setengah jam mereka istirahat, karena
pesta pun digelar, seratus wanita di bariskan didepan, dua orang
lelaki paruh baya duduk keren di tingkat atas, mata mereka
menatap barisan wanita itu sambil senyam senyum
"seong"wanita itu luar biasa cantik !" ujar pak-meong sambil
menunjuk pada Han-sian-hui
"benar".meong, sepertinya itu barang baru." sahut Kim-seong,
lalu ia berbisik pada seorang bajak yang berdiri dibelakang
mereka, lelaki itu mengangguk dan kemudian turun dan
mendekati Han-sian-hui "kamu ikut saya !" perintahnya, Sian-hui keluar dari barisan dan
mengikuti lelaki itu 126 "kamu juga ikut saya !" ujar lelaki itu pada seorang wanita cantik
berpakaian hijau, wanita itu mengangguk dan mengikuti lelaki itu
bersama sian-hui, keduanya dibawa ke atas, setelah sampai
diatas, pak-meong meraih tangan dan memeluk bahu Han-sianhui sambil tertawa nakal, Han-sian-hui mandah saja, kemudian
Kim-seong berteriak sambil memeluk wanita cantik berbaju hijau
"mari kita berpesta"! kita berpesta sampai pagi !" teriakan Kimseong disambut sorak sorai para bajak, lalu kedua pimpinan itu
berlalu, Han-sian-hui digandeng Pak-meong dan wanita satu lagi
digandeng Kim-seong, mereka memasuki kekamar yang sama.
"heheh"kalian buka pakaian dan menarilah !" perintah Kimseong sambil duduk dikursi, Pak-meong pun duduk
disampingnya dengan senyum dan nafas yang agak memburu,
wanita berpakaian hijau sudah membuka kancing bajunya, Hansian-hui hanya diam menatap kedua pimpinan itu dengan tajam
"kamu kenapa masih diam !?" bentak pak-seong dengan wajah
tidak senang "aku mau kamu yang membuka pakaianku !" sahut sian-hui,
mendengar itu wajah yang tadi merah berubah menjadi cerah
"hehehe".kamu makin membuat aku bergairah cantik." ujar
pak-meong sambil berdiri dan melangkah mendekati Sian-hui,
tangannya yang besar terulur untuk meremas buah dada Sianhui, namun sebelum niat itu kesampaian, Sian-hui menagkap
tangan itu dan "krak"auh"bugh"hegh?" pergelangan tangan pak-meong
patah dan dadanya dihantam telak pukulan sian-hui, tubuhnya
terlempar dan ambruk sambil memuntahkan darah, Kim-seong
terkejut, dan langsung menyerang sian-hui dengan marah,
namun sian-hui tidak mau menunda, tangan Kim-seong yang
127 hendak mencengkram itu ditangkap dan dipatahkan tulang
sendinya oleh Han-sian-hui, dan ditambah sebuah pukulan telak
menghantam dada Kim-seong, tampa bersambat Kim-seong
ambruk pingsan menghantam kursi.
Wanita berpakain hijau terbeliak pucat dan meringkuk di sudut
ranjang, Han-sian-hui sambil senyum lembut menatap wanita itu
dan berkata "cici,,,tidak usah takut, anggap saja tidak ada yang terjadi,
silahkan cici rebahan diranjang, saya hendak melanjutkan
pekerjaan saya." wanita itu segera bergeser dan berbaring,
namun wanita itu duduk kembali melihat apa yang akan
dilakukan oleh gadis yang mengejutkan itu.
Han-sian-hui menotok dua pimpinan dan kemudian ia naik ke
atas ranjang, wanita itu dengan cepat rebahan karena melihat
Han-sian-hui naik ke atas ranjang, keduanya berbaring, hati
wanita berpakaian hijau itu berdebar dan takut pada Han-sianhui, Han-sian-hui tersenyum sambil berkata lembut
"cici ! aku tidak akan mencelakakanmu, jadi jangan takut."
Melihat senyum itu, wanita itu sedikit lega dan bertanya
"kamu siapa sebenarnya, kenapa kamu merobohkan dua
pimpinan pulau ikan ini ?"
"aku Han-sian-hui, dan aku sedang melaksanakan tugas negara,
dua orang korea ini hendak merebut kota dalian, jadi niat mereka
itu harus dihentikan." Jawab Han-sian-hui
"setelah mereka roboh, apa yang kita lakukan disini ?"
"kita menunggu sampai larut malam, jadi cici tidurlah, bukankah
kita masih merasa capek." sahut Han-sian-hui, lalu keduanya
diam membisu 128 "aku tidak bisa tidur sian-moi." ujar wanita itu sambil membalik
badan sehingga keduanya berhadapan, Han-sian-hui membuka
matanya dan dengan senyum lembut ia berkata
"hmh"baik, siapakah namamu cici dan bagaimana cici bekerja
seperti ini ?" "namaku Kao-lian, dan sudah nasibku sehingga aku melakukan
pekerjaan ini." "nasib " nasib apa yang dialami Lian-cici ?"
"sejak umur delapan belas tahun aku diculik dari kampungku."
"siapa yang menculikmu cici ?"
"aku diculik perampok yang membumi hanguskan kampung
kami, lalu setelah aku dipermainkan, aku dijual pada germo
pemilik bordil pantai dalian." Jawab Kao-lian dengan nada sedih
mengenang keadaannya "sudah berapa lama cici berada di rumah bordil ?" tanya Hansian-hui
"sudah empat tahun lebih." jawab Kao-lian singkat
"hmh".bagaimana kehidupan germo yang memelihara kalian ?"
tanya Han-sian-hui, pertanyaan itu membuat Kao-lian heran dan
menatap lekat wajah Han-sian-hui, tapi melihat mata Han-sianhui nampak serius dan menuntut jawaban, maka Kao-lian
menjawab "germo kami sangat kaya, dia banyak kenal orang-orang kaya
dan pejabat pemerintah."
"lalau bagaimana kerja sama dengan dua orang korea ini ?"
"setiap kami pulang, germo mendapat satu kantong barang
kemas berupa emas dan mutiara." jawab Kao-lian, lalu keduanya
terdiam, Han-sian-hui berpikir sejenak lalu kemudian bertanya
"apakah cici tahu darimana para bajak ini memiliki harta
129 sebanyak itu ?" "tentulah hasil dari merampok kapal-kapal pesiar orang kaya,
dan pernah ketika saya melayani Kim-seong, ia yang dalam
keadaan mabuk menyebutkan penyimpanan harta mereka."
"dimanakah tempat itu cici ?" tanya Han-sian makin
bersemangat "apa yang hendak kamu lakukan hui-moi ?" tanya Kao-lian heran
"mungkin dengan harta itu kalian semua dapat diselamatkan dari
pekerjaan yang tidak layak ini." jawab Han-sian-hui, Kao-lian
menatap Han-sian-hui dengan hati ragu
"jangan takut dan ragu Kao-cici, jika kita dapatkan harta itu, akan
menjadi kesempatan bagi kalian untuk merubah keadaan." kata
Han-sian-hui meyakinkan "tapi bagaimana dengan para bajak dan kedua orang ini ?"
"tentang mereka ini serahkan saja padaku, jadi katakanlah cici !"
jawab Han-sian-hui sambil tersenyum, sejenak Kao-lian terdiam,
lalu kemudian berkata "katanya harta mereka ada di pemakaman selatan pulau, harta
itu dipendam dalam sebuah makam bernisan dengan lukisan
matahari." "baik kalau begitu, cici tenang saja dikamar ini, dua orang itu
tidak akan siuman sampai pagi, saya akan kepemakaman itu."
ujar Han-sian-hui, dan dengan ringan ia keluar dari jendela dan
melenting ke atas atap, suasana diluar hening, dengan gesit
Han-sian-hui berlari menuju selatan pulau, dan dia mencari-cari
areal pemakaman, dan tidak lama kemudian ia mendapatkan
areal pemakaman tersebut, lalu ia menjelajah areal pemakaman
mencari makam bernisan dengan lukisan matahari, dan tidak
lama makam itupun ditemui dibagian pinggir pemakaman.
Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
130 Han-sian-hui segera membongkar makam itu, dan ternyata
didalam adalah ruang bawah tanah, Han-sian-hui masuk
kedalam dengan menuruni sebuah tangga kayu, dibawah tangga
ada sebuah lorong sepenjang sepuluh meter, Han-sian-hui
menyalakan obor yang tergantung dididnding lorong, dan
kemudian berjalan memasuki lorong, lorong itu berakhir pada
sebuah ruangan berisi lima belas peti kayu berukuran sedang,
lalu Han-sian-hui membuka sebuah peti, matanya takjub melihat
kilauan emas dan mutiara, kemudian ia membuka semua peti
dan semuanya berisi emas dan mutiara, lalu dengan cepat dia
menutup kembali semua peti.
Setelah Han-sian-hui menutup kembali lima belas peti itu, lalu ia
bekerja cepat mengeluarkan semua peti dari ruang bawah
tanah, hanya dalam waktu satu jam semua peti telah berhasil
dikeluarkan, lalu empat peti diangkat dengan mudah, masingmasing dua tumpuk ditangan kanan dan kiri, Han-sian-hui berlari
menuju pantai, sesampai di pantai, Han-sian-hui mencari goa
dimana perahu pak-siok yang disembunyikan, setelah goa itu
ditemukan ia meletakkan empat peti, lalu ia kembali lagi
kepemakaman dan mengangkat enam peti dan membawanya
kedalam goa, dan yang terakhir lima peti, dan dalam waktu tiga
jam, lima belas peti sudah berada didalam goa.
Han-sian-hui kembali keperkampungan dan masuk kembali
kedalam kamar, Kao-lian terkejut ketika sian-hui muncul
membuka jendela, ia lalu duduk dan bertanya
"ba..bagaimana Hui-moi, apakah kamu menemukan harta itu ?"
"aku berhasil Lian-cici, dan tetaplah disini !" jawab sian-hui, lalu
ia menyobek tirai jendela, lalu mengambil moupitnya, kemudian
ia menulis kalimat diatas perca kain bekas tirai itu, setelah itu ia
131 Legenda Kematian 1 Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo Iblis Sungai Telaga 22
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama