Tangan Berbisa Karya Khu Lung Bagian 18
penjara ini" Hati Suma Siu Khim tergetar, menengadah kepalanya
perlahan ia membawakan sikapnya seperti acuh tak acuh,
ucapnya dingini "Dia bukan suamiku, aku tidak bersuami lagi."
"Mengapa?" bertanya penguasa rumah penjara Bu-san,
"Kau tidak Cinta padanya?"
"Jangan banyak mulut Lekas bebaskan semua tawanan
itu." "Kalau tidak mau. Bagaimana?" Laucu rumah penjara
Bu-san mulai menantang. "Kau berani?" "Mengapa tidak?"
"Eh, masih ada backing lagi?"
"Tepat!! Aku masih mempunyai enam puluh orang
kawan, mereka bersedia mengawaniku meringkus seorang
iblis betina yang ugal-ugalan."
Berbareng disaat ini, terdengar gesekan-gesekan langkah
kaki, suma Siu Khim terkejut, cepat-cepat ia menoleh
kebelakang.. Jelas... hatinya kaget tidak terhingga, disana ia telah
terlihat datangnya banyak orang, dari goa- goa gelap itu
bermunculan banyak orang.
Siapakah Orang-orang itu".......
orang-orang itu tidak terlalu asing, orang pertama yang
dikenal adalah pemimpin orang berseragam putih lembah
patah hati yang pernah muncul ditelaga Tay-pek tie itu,
Kong-Sun Bwee Kun, sikakek gelandangan Kiat Hian,
empek Ie-oe Pek Hong Teng, sipengemis sakti Lu Bong
Kong, cu Giok Tian, Yo In-jie, Bok siu dan lain-lainnya.
Ternyata orang yang menyebut namanya dari lembah
patah hati itu adalah orang-orang yang pernah disakiti oleh
kekasih mereka, mereka pernah mengalami rasa patah hati.
IHai, bagaimana orang-orang itu bisa berada didalam
rumah penjara Bu-san"
Peristiwa, adalah hadirnya Yo In-jie dan Bok Siu
ditempat itu, mereka sudah diculik orang, bagaimana bisa
memihak rumah penjara Bu-san, hendak meringkus
dirinya" Suma Siu Khim mengeluarkan dengusan gusar dari
hidung. "Huh Aku dianggap iblis betina yang ugal-ugalan?"
Suma Siu Khim marah besar, kini ia berada dibawah
kurungan orang tesebut, kemarahannya tidak terhingga.
Bagaimana Yo In-jie dan Bok Siu yang baik hati itu bisa
berpihak kepada musuh"
Tapi ada satu yang menggirangkan Suma Siu Khim,
diantara sekian banyak orang itu, tidak hadir Kim Hoong
Tidak hadir sang kekasih memberi bukti, kalau saja sang
suimi masih berpihak kepada dirinya.
Selama belasan tahun ini, Suma Siu Khim menaruh
dendam sakit hati kepada Kim Hoon anggapannya, ia
masih mempunyai harapan. Tetapi. Hasilnya kosong Tibatiba......
"Omitohud." Kong-sun Bwee Kun menyebut nama
Buddha, ia telah mensucikan diri, mengganti nama menjadi
Pan-su Lonnie. "Apa yang omitohud?" bentak Suma Siu Khim.
Pan-su Lonnie berkata: "Suma Siu siecu apakah sudah bisa mengerti duduknya
perkara?" "Mengerti apa" Hah Lembah patah Hati menjadi rumah
penjara gunung Bu-san- Tidak aneh... Tidak aneh"
Kong Sun Bwee Kun, kakek gelandangan Kiat Hian dan
lain-lainnya menggeleng-gelengka kepala.
Suma Siu Khim menudingkan jarinya kearah laucu
rimba persilatan Bu-san dan membentak:
"Bangun Hayo gerakkan orang mu ini, aku tak takut.
Akan kuhadapi semua dengan kekuatanku seorang".
Penguasa rumah penjara Bu-san masih duduk
menggelendot didinding gua, ia semakin kolokan, dengan
tertawa cengar-cengir, berkata:
"Mengapa terburu-buru, di tempat ini kau menjadi tamu.
Sebagai tuan rumah aku wajib membuat perjamuanMakanlah dahulu. Sesudah itu kita boleh meneruskan
persengketaan kita, bukan?"
"Huh Sangkamu, dengan berpura-pura menderita luka
itu, aku bisa melepaskanmu begitu saja"
Mengimpi!!!Bangun!!! Tidak perduli luka atau tidak, akan
kuhancurkan dirimu."
Penguasa rumah penjara Bu-san tertawa lagi, ia
tersenyum kecil dan berkata
"Oh..... Sulit menemukan Suma Siu Khim yang lama itu.
Kuharap saja kau bisa berbuat tenang, aku masih
mengharapkan kembalinya Suma Siu Khim yang baik hati,
bukan Suma Khim yang sudah hampir menyerupai iblis
betina yang ugal-Ugalan"
Lagi- lagi Suma Siu Khim dikatakan iblis wanita yang
ugal-ugalan, marahnya tidak kepalang, tangannya terayun,
siap menghancurkan batok kepala penguasa rumah penjara
gunung Bu-sanTiba- tiba, terdengar satu helaan nepas panjang, Pan-Su
Lonnie menyebut nama Buddha dan berkata:
"Omitohud Suma Siecu, apa betul-betul kau tega
membunuh dirinya?" Di dalam keadaan yang seperti ini, mendengar kata-kata
yang seperti tadi, hati Suma Siu Khim tergerak. Sebagai
penguasa rumah penjara Tay-pa-san, ia memiliki
kecerdikkan otak yang luar biasa, kiranya ia bisa menduga
makna kata-kata tadi. Tercekat beberapa waktu, memikir
sebentar, terbukalah segala kekosongan-kekosongan itu,
hatinya tergerak, membarengi ilham tadi, tangannya pun
terayun. "Breett," Secepat itu pula ia sudah mengait dan
mencopot tutup kerudung muka rumah penjara gunung BusanSiapa penguasa rumah penjara gunung Bu-san"
Di balik tutup kerudung kuning, disana terpeta jelas
wajah seorang laki-laki setengah umur, matanya lentik,
itulah Kim Hoong. Tiba-tiba, tangan Suma Siu Khim terayun lagi, suara
plak.....plok..... ia menggampar dua kali, tubuh Suma Siu
Khim gemetaran, saking gemas dan kesalnya, ia sudah
mengirim tamparan-tamparan tubuhnya kelejatan dan
terjengkang jatuh kebelakang. Penguasa rumah penjara
Tay-pa-san jatub pingsan Jelaslah sudah, siapa yang menjadi penguasa rumah
penjara Bu-san- penguasa rumah penjara Bu-san adalah
ayah Kim Hong. Kedua penguasa rumah penjara itu sedang ber-hadap2an,
memang ilmu kepandaian dan kecerdikan Suma Siu Khim
masih berada diatas suaminya, tapi menghadapi getaran
jiwa yang seperti itu sebagai seorang wanita. toh ia tidak
berdaya. Latihan Suma Siu Khim memang luar biasa, katau tidak.
bagaimana ia bisa memenjarakan sekian banyak jago-jago
silat kelas satu" Bagaimana ia bisa membuat dan
menciptakan rumah penjara Tay-pa-san"
Sesudah jatuh beberapa saat, ingatannya sadar kembali.
ia pingsan karena rasa sakit hati yang luar biasa, merasa
dipermainkan oleh Kim Hoong.
Beberapa saat kemudian, Suma Siu Khim sudah duduk.
butiran air mata meleleh turun, membasahi kedua pipinya
yang masih tetap montok. Air mata itu mengalir, menganak sungai dan butiran2
jatuh pada lantai goa rumah penjara Bu-sanPerlahan-lahan, Kim Hoong bangun berdiri
membangunkan sang istri, sesudah itu ia berkata kepada Yo
In-jie: "Nona Yo, tolong ambilkan sebaskom air untuk bibimu
cuci muka." Yo In-jie tertawa nyengir, membalikkan badan dan
berlari, ia telah siap menjalankan perintah itu. untuk
mencuci muka Suma Siu Khim yang sudah dipupuri
lumpur lumpur kotoran-Kim Hooog memayang Suma Siu
Khim meninggalkan banyak orang kembali kekamarnya.
Kedua penguasa rumah penjara rimba persilatan
meninggalkan ruangan itu, meninggal seorang.
Mereka rujuk kembali siPengemis Sakti Lu Bong Kong menghela napas, ia
bergumam. "Ah... untuk selanjutnya, aku pengemis ini tidak bisa
menantang penguasa rimba persilatan lagi."
Empe Ie-oe dengan suaranya yang pletat-pletut berkata:
"Jangan...kecil...hati,. kukira.... masih ada.....permainan
didalam....." "Ha ha haaa ....,." cu Giok Tian tertawa: "Hanya
menerima dua kali tamparan rimba persilatan menjadi
tenang " Didalam sebuah kamar batu, dibawah dasar puncak Sinliehong, disebuah tempat yang menjadi ruangan khusus
Kim Hoong, jago itu telah membaringkan Suma Siu Khim.
Yo In-jie bergerak Cepat, ia sudah membawa sebaskom
air, diletakkannya dibawah pembaringan, dengan
mengedipkan mata ia melirik kearah penguasa rumah
penjara Tay-pa yang telah terbaring, kemudian melirik lagi
kearah penguasa rumah penjara Bu-san, perlahan-lahan
mengundurkan diri. Betulah Yo In-jie mengundurkan diri"
Tidak Gadis ini masih nakal, ia berindap-indap
meninggalkan ruangan itu, dan seCara bersembunyi pula,
berjongkok dibawah, diujung lorong yang gelap.
Baru saja Yo In-jie membenarkan letak tubuhnya, tibatiba
ia membentur sesuatu, itulah tubuh seorang yang lebih
cepat darinya dan sudah berjongkok ditempat gelap
tersebut. Hampir Yo In-jie berteriak. ia menengok dan mengenali,
itulah Bok Siu. Bok Siu meletakkan jarinya pada bibir, suatu tanda kalau
mengharapkan jangan banyak pembicaraan.
Selembar muka merah Yo In-jie menjadi merah,
mendelikkan mata kearah Bok siu, ia membentak perlahan:
"Hei, apa kerjamu disini ?"
Dengan suara yang lebih perlahan Bok Siu menjawab:
"Kan hendak mencuri dengar percakapan orang" Apa
aku tidak boleh ?" "Tidak tahu malu " berkata Yo In-jie, "siapa yang
mempunyai pikiran sampai kesitu?"
"Sudahlah" berkata Bok Siu mengulapkan tangan.
"Kalau kau masih banyak Cincong, biar aku berteriak. Kita
sama-sama tidak bisa menonton."
Yo In-jie mendelikkan mata, tapi tiba-tiba tertawa kecil.
Bersama-sama mereka mendengar apa yang hendak
dipercakapkan oleh kedua penguasa rumah penjara rimba
persilatan- Didalam ruangan rumah penjara Bu-san Kim Hoong.
Terdengar suara kecepretannya air, dan ini waktu
terdengarlah suara Kim Hoong.
"Hayo Siu Khim. lihatlah sendiri... Jadi apa kau seperti
ini" Mukamu cumang-cemong, jelek sekali."
Tidak terdengar suara Suma Siu Khim. Yo In-jie dan
Bok Siu saling pandang, wajah mereka sama-sama menjadi
jengah. Terdengar lagi suara Kim Hoong berkata.
"Hayo...Jangan begitu...Balikkan badanmu, biar
kubersihkan debu-debu dan abu itu ..."
Didalam kamar, Suma Siu Khim masih tak bergerak.
juga masih tidak membuka mulut. Terdengar lagi suara
Kim Hoong berkata "Lebih baik kuberitahu sesuatu yang menggirangkanNah, dengar baik-baik. Anak kita si Kim Hong tidak mati
didasar telaga, dia diseret oleh Kiat Hian kegoa
persembunyiannya" "Aaaaa ..." berita ini betul-betul mengejutkan Suma Siu
Khim juga sangat menggirangkan- "Betul?"
"Tentu saja betul" Inilah suara rumah penjara Bu San,
"anak kita itu telah memakan sebuah obat Tiang-seng-pu-lotan.
Sekarang, ilmu kepandaiannya sudah berada diatas
dirimu." Terdengar suara gemerasak gemeresek. entah apa yang
dilakukan oleh mereka itu.
Tiba-tiba terdengar suara bentakan Suma Siu Khim.
"Minggir" "oh..." terdengar suara Kim Hoong. "Ya... selama ini aku
banyak menyakiti hatimu. tapi aku minta maaf, apa yang
bisa kulakukan" Mengingat....."
"TUtup mulut" bentak Suma Siu Khim lagi, "Hubungan
kita sudah putus, jangan kau sangkal, Kim Hong itu bukan
anakmu, Kim Hong adalah aku yang melahirkan..,."
"Aku tahu," berkata Kim Hoong.
"Apa yang kau tahu?" bentak Suma siu Khim, "Kim
Hong bukan hasilmu anak itu adalah dari hubungan dengan
Sie Hoa Hong suheng ..."
"He, hee.." Kim Hoong tertawa."Aku tahu kau hendak
menyakiti hatiku lagi. Tapi kesalahanku itu sudah jauh
dibelakang .... Aku tak akan cemburu."
"Huh Kau kira bohong?"
"Sudahlah. Betapa keraspun siapa-siapa seorang laki-laki,
sesudah meninggalkan selama delapan belas tahun, aku
menyelidiki dengan lebih teliti, aku tahu betul, Kim Hong
itu adalah anakku. Kalau tidak. bagaimana begitu mirip?"
Terdengar suara isak tangis Suma Siu Khim.
Terdengar lagi suara penguasa rumah penjara Bu-san"Jangan menangis, dengar keteranganku itu hari, sesudah
perkenalan kita dibawah puncak gunung oey San, aku
menyelidiki betul-betul keadaanmu, kudengar kalau
ayahmu hendak menikahkan kau dengan Sie Hoa Hong
suheng, kulihat Sie Hoa Hong itu begitu cakap dan tampan,
ilmu kepandaiannya tinggi. maka....."
"Maka kau cemburu" berkata Suma Siu Khim.
"Maafkan aku, demikianlah aku tinggalkan kau......"
"Mengapa sekarang kau balik kembali?" bertanya Suma
Siu Khim.
Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku telah tahu kesalahanku."
"Mengapa baru tahu sekarang" Mengapa tak mau datang
kerumah penjara Tay-pa-san?"
"Aku... aku..."
"Plok. .. terdengar satu kali suara tempelengan,
"Ya." berkata Kim Hoong. "Tamparlah lagi... Aku
menerima salah." Terdengar suara Suma Siu Khim:
"Aku merasa sakit hati ditinggalkan olehmu. Kukira kau
tidak mempunyai tanggung jawab. Kulahirkan anak itu,
dengan membawa bayi yang masih kecil aku menyusul
dirimu. Tidak berhasil. Disungai ciang-yang-kang, perahu
tenggelam, anak itu jatuh dihanyutkan air beberapa kali aku
hendak bunuh diri. Tapi aku penasaran, kalau tidak ada
urusanmu sudah lama aku bunuh diri, seorang diri aku
mencarimu. Kukira kau sembunyi disuatu tempat yang
terasing karena itu aku tidak berhasil. Tanpa disengaja,
disuatu goa aku mendapatkan suatu kitab Thian-tok-ka-lamCin-keng, itulah kitab cikal bakal Siauw-lim-pay Tatmo
causu. Dengan adanya kitab peninggalan itu, aku melatih
diri. Dan berhasil membuat diriku sebagai seorang tokoh
silat tanpa tandingan- untuk memanCing kau dari tempat
persembunyianmu, aku mendirikan sebuah rumah penjara
Tay-pa-san-" "Sudah kuduga," berkata Kim Hoong "Penguasa rumah
penjara Tay-pa-san adalah hasil buah tanganmu."
"Plok....." terdengar lagi suara tempilengan.
"Tamparlah" berkata Kim Hoong. "Tamparlah sesuka
hatimu." Ini waktu, Yo In-jie dan Bok Siu saling pandang, mereka
sedang berpikir, apa yang sedang dikerjakan oleh kedua
penguasa rumah penjara itu?"
TERDENGAR lagi suara bentakan Suma Siu Khim.
"Hayo Katakan, mengapa kau tidak kerumah penjara Taypasan?" Kim Hoong menghela napas dan berkata:
"Aku sedang menuju kerumah penjara Tay-pan-san, tibatiba
terdengar satu berita yang sangat menyakitkan hati."
"Berita apa?" Kim Hoong berkata lagi:
"Kau masih ingat seorang tawanan yang bernama Liok
Siao Yu?" Sesudah memikir lama, suma Siu Khim menjawab:
"Tidak ingat. Kukira dia berada dikamar ular, atau
mungkin juga sudah mati"
"Nah" berkata Kim Hoong, "Sampai orang tawanan
sendiripun tidak tahu. Bagaimana kau menjadi penguasa
rumah penjara?" "Aku tidak membutuhkan nama mereka." berkata Suma
Siu Khim, "Siapa saja yang menerima sayembara, kuhajar
jatuh, sesudah itu masuk kedalam kamar tahanan- Beres"
Kim Hoong menghela napas panjang, ia berkata:
"Liok Siao Yu itu adalah salah satu dari famili jauhku.
ilmu kepandaiannya tidak tinggi, orangnya juga lemah, ia
menerima tantangan sayembara, itu waktu baru saja kawin
satu bulan..." "Pengantin baru?" berkata Suma Siu Khim. "Tapi tak
perduli. Bukan urusanku. Siapa saja yang menerima
tantangan Sayembara, akan aku layani dengan baik-baik."
"Ia menerima tantangan bukan maksud tujuan sendiri,
kawan-kawannyalah yang mengolok-ojok. "
"Mengapa kawannya haruS mengojok-ojok?"
"Sifatnya hanya berkelakar, banyak orang mengiri
melihat sepasang kemantin baru Liok Siao Yu, suami isteri
itu berCinta-Cintaan, dikatakan, kalau Liok Siao Yu berani
menerima tantangan sayembara, rumah penjara Tay-paSan, mereka akan memenggal kepala sendiri. Kawan-kawan
Liok siao Yu mengetahui sifat-sifatnya Liok Siao Yu itu
seorang pengecut. Sangkanya tak berani......"
"Seorang yang tidaK berani mana mungkin menerima
sayembara tantangan rumah penjara."
"Nah, disinilah letaK kesalahan- Yang penting, dari
Sipengantin perempuan- Wanita itu mempunyai sifat-sifat
yang angkuh inilah sifat yang mirip dengan Sifatmu.
Didalam anggapannya inilah satu penghinaan untuk sang
suami. Ia marah, segera digentak dan disuruhnya sang
suami menerima sayembara, sesudah itu mereka dipaksa
membuat perjanjian, kalau saja sang suami berani
menerima sayembara rumah penjara kawan-kawan mereka
itu berani penggal diri. "
"Pengantin perempuan yang tolol" berkata Suma Siu
Khim. "Mengapa dia rela mengorbankan batok kepala
kawan-kawan sendiri, dan juga menyerahkan suami sendiri
kedalam kamar tahanan?"
"Hai, mana dia tahu kalau si iblis betina yang ugalugalan
dari rumah penjara Tay-pa-san itu begitu hebat?"
Lagi-lagi satu tamparan dipipi. "Eh," kata Kim Hoong.
"Apa salahnya?"
"Tidak sedap mendengar suara panggilan iblis itu. Aku
tidak mau mendengar lagi." berkata Suma Siu Khim.
"Kalau bukan seorang iblis yang ugal-ugalan,
bagaimana...." Lagi Suma Siu Khim menampar lakinya. Di dalam hal
ini memang si wanita lebih galak.
Bok Siu dan Yo In-jie yang mengikuti percakapan diluar
kamar itu saling pandang, mereka melewekkan mulut dan
tertawa, Bok Siu mendekatkan mulutnya ketelinga Ya In-jie dan
berkata: "Nah Dia sudah tidak berani menggampar lagi."
Yo In-ji melirik dan berkata:
"Kalau kau, bagaimana" Kau berani menampar lagi?"
Bok Siu menggelengkan kepala berkata:
"Mana boleh. Setiap laki-laki mempunyai adat yang
terbatas. Kalau hendak mengerjainya pun harus tahu diri."
"Ya," berkata Yo In-jie. "Sekali lagi bibi mengayun
tangan, kukira penguasa rumah penjara baru kita ini bisa
naik darah juga ." Bok Siu berkata: "Kulihat paman kita itu masih Cinta
padanya." Yo In-jie berkata: "Tentu saja."
"Tapi, bibi......"
"Mereka sedang bersenda gurau."
"ciss Tak tahu malu."
"Siapa yang tak tahu malu" Mengapa kau hendak
mengintip disini?" Sampai disini, perdebatan kedua gadis tertahan. Dari
dalam ruangan kamar Kim Hoong, terdengar jago aneh itu
berkata: "Nah Kini giiiran kau yang harus mendengar perintahku.
Aku sangat Cinta, tapi kau tidak boleh ugal-ugalan lagi, dua
puluh tahun kita berpisah, apa sebabnya" Sebab pertama,
karena salah pahamku, sebab yang kedua adalah sifatSifatmu bagaimana?" "Eh.,." berdengus Suma Siu Khim, "sifatku bagaimana?"
"Kau tidak mau mengalah kepada siapa pun juga ."
Terdengar suara isak tang is Suma Siu Khim.
"Sudahlah." berkata Kim Hoong, "Semua kesalahan
boleh dijatuhkan kepadaku. Karena adanya rumah penjara
digunuog Tay-pa-san itu berapa banyak keluarga yang
terpisah dari suaminya, betapa banyak yang bercerai berai
dengan anaknya?" "Hanya karena Liok Siao Yu?"
"Akhirnya Liok Siao Yu menjadi tawanan dari penjara
ularmu." "Tentu saja, bagaimana dengan kawan-kawannya" Apa
mereka bersedia dipotong kepala?"
"Menurutpendapatmu ?"
"Mereka lari kabur "
"Tepat!! Kasihan sipengantin perempuan- Anggapannya
Sang suami jago, tidak tahunya Penguasa rumah penjara
Tay-pa-san jauh lebih Jago darinya. Sepuluh kali lipatpun
ilmu kepandaian suami lagi, belum tentu bisa
menandingimu. Karena itu sang kemantin perempuan
menyesal. ia menangis, setiap hari kerjanya menangis, tapi
apa daya...." "Oh..... maka malam itu kau menerobos masuk kedalam
rumah penjara, dengan maksud menolong Liok Siauw Yu?"
"Itu waktu, aku tidak tahu kalau penguasa rumah penjara
adalah Suma Siu Khim."
"Kemudian ?" "Oh Suma Siu Khim yang cantik molek. itu telah banyak
membunuh orang." Suma Siu Khim berdiam.
"Pikiriah" berkata Kim HoonGee "Disaat kau
membunuh orang, disaat kau mengurung orang didalam
kamar tahanan, pernahkah terbayang olehmu, betapa susah
keluarga mereka ?" Suma Siu Khim masih berdiam.
"Nah Karena itulah, aku membuat rumah penjara
gunung Bu-san- Membuat rumah penjara tandinganMelihat bagaimana reaksimu kalau mengetahui murid
sendiri tidak berada disampingmu. "
"Tapi..,tapi..." isak tang is Suma Siu Khim mereda. "Kau
kasihan kepada orang, siapa yang kasihan kepadaku,
ayahku dianiaya orang. Suamiku melarikan diri, suhengku
tiada kabar ceritanya. Anakku kecemplung disungai, Siapa
yang kasihan kepadaku ?"
"Maafkan! Inilah gara-gara kesalahanku."
"Jangan menyentuh aku !"
"Siu Khim...." "Bah! bisa memberi nasehat kepada orang, Bagaimana
dengan keadaanmu" Mengapa kau juga membuat rumah
penjara?" "Dengan keteranganku." berkata penguasa rumah
penjara Bu-san "Aku telah membuat satu ide baik, kulihat
rimba persilatan sudah mulai tidak keruan macamnya,
Tokoh-tokoh silat yang jujur dan berjiwa satria berada
didalam kamar tahananmu. Yang ada diluar adalah kaum
pengecut, mereka tidak mempunyai nyali keberanian,
Mereka mengacau rimba persilatan, karena itu secara diamdiam
aku mendidik orang-orang yang bisa dididik,
membuat satu rumah penjara Bu-san, untuk bersiap sedia
menghadapi golongan Kalong."
"Bohong!" "Tidak bohong." berkata Kim Hoong "Kalau tidak
percaya, akan kuajak kau melihat orang-orang tawananku
itu ?" "Bagaimana dengan para penantang sayembara ?"
"Kupilih dan kudidik. kalau saja mereka mempunyai
sifat-sifat ksatria, kuberi tahu sesuatu dengan terperinci.
kuajak ia mengikuti jejak-jejakku, empek Ie-oe, sipengemis
sakti Lu Bong Kong, dan lain-lainnya adalah termasuk
orang-orang kepercayaanku ini. Tanpa berkelahi dengan
mereka rela mendiami tempat ini, aku sebut saja sebagai
orang-orang tawanan, Tapi kenyataan tidak, mereka bebas
bergerak. Seperti apa yang sudah kau lihat, disini mereka
bisa melakukan apa yang disukai olehnya. Tidak seperti
didalam kamar tahananmu."
"Akal bulus!" berkata Suma Siu Khim.
"Terserah Kepada penilaianmu."
"Jaogao terserah-terserah saja. Aku masih tidak mengerti
dengan tindak tandukmu."
"Apa lagi yang tidak mengerti" Tanya sajalah."
"Hei, apa makdudmu menculik Leng Bie Sian?"
"Dengan adanya Leng Bie Sian di tempat ini. Aku
mengharapkan kedatanganmu."
"Menculik Bok Siu?"
"Begitu juga." "Sikarang aku sudah datang. Mau apa lagi?"
"Inilah yang aku harapkan."
Diluar, Yo In jie dan Bok Siu saling pandang,
mengeluarkan keluhan napas lega. Ternyata kedua rumah
penjara rimba persilatan rujuk kembali. Tidak ada
pertentangan dari kedua penguasa rumah penjara rimba
persilatan itu. "Nah!" berkata Yo In-jie pelahan. "Rimba persilatan
akan bebas dari gangguan-gangguan Rumah penjara!"
Bok Siu menarik lengan baju Yo In-jie dan berkata:
"Sudah waktunya kita pergi, kalau mengintip terus, bisa
celaka!" "Tunggu dulu!" berkata Yo In-jie "Apa lagi yang akan
mereka percakapkan nanti."
Didalam terdengar suara cabikan air, terdengar suara
penguasa tumah penjara Bu-san Kim Hoong tertawa dan
berkata: "Siu Khim, kau semakin cantik, Semakin subur."
"Cih!" berkata Suma Siu Khim. "Tidak tahu tak malu."
"Siu Khim......."
"Kim Hoong, hatiku berdebar-debar."
"Siu Khim... haaa ... bibirmu seperti apel mereka...."
"Selalu itu melulu."
Diluar, wajah Yo In-jie menjadi merah, dia bertanya
kepada Bok Siu: "Apa yang sedang mereka kerjakan?"
Bok Siu bangkit bangun, ia siap berangkat dan berkata:
"Lekas, kita berangkat."
"Tunggu dulu....."
Disaat Bok Siu dan Yo In-jie sedang berkata, tiba-tiba
pundak mereka dirasakan dicekal Orang. Kedua gadis itu
menjerit, disaat mereka menoleh disana tampak
kehadirannya penguasa rumah penjara Tay-pa-san Suma
Siu Khim satu tangan satu menjingjing leher baju kedua
gadis itu, dengan wajah yang merah-kemerahan,
Dan entah kapan, disamping Suma Siu Khim berdiri
seorangg laki-laki setengah umur, inilah penguasa rumah
penjara Bu-san Kim Hoong Yo In-jie menjadi gugup, ia berkata kaget;
"Hayo, bibi, mengapa?"
"Dua gadis kurang ajar, apa kerja kalian disini?"
"Bibi," berkata Bok Siu. "Kita orang sedang berjalan dan
sampai disini....." "Pergi!" Suma Siu Khim menghardik kedua gadis itu dan
melepaskan pegangannya. "Sudah besar, sudah waktunya
Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kawin masih berani begitu."
Yo In-jie dan Bok Siu terpontang panting melarikan diri.
Memandang lenyapnya mereka, Kim Hoong tertawa
berkakekan ia mengulurkan tangan dan merangkul Suma
Siu Khim, dengan tertawa berkata:
"Siu Khim, anak kita mempunyai rejeki bagus. Ada tiga
nona yang bersedia dikawini olehnya."
Suma Siu Khim berkata: "Itulah urusan Kim Hong. Biar anak kita saja yang akan
memilih," Disaat suami istri yang terpisah lama itu berkasihkasihan,
terdengar suara kentongan terpukul. itulah suatu
tanda ada berita untuk rumah Penjara Bu-san,
Kim Hoong membuka pintu dan bertanya,
"Ada apa?" Disana tampak seorang kakek berbaju merah, inilab Co
Tiok Hu, ia menyerahkan kepada sang penguasa rumah
penjara rimba persilatan Bu-san secarik kertas, laporannya:
"Laucu, ada berita datang!"
Kim Hoong menerima surat tadi, itulah surat laporan
dari bawah gunung Bu-san, laporan yang diantar oleh
burung dara. "Aku tahu. Sudah tidak ada urusanmu." berkata Kim
Hoong kepada si kakek berbaju merah Co Tiok Hu.
Co Tiok Hu mengundurkan diri.
Kim Hoong membaca suat itu, memandang Suma Siu
Khim dan berkata; "Orang-orang golongan Kalong dan Tay-wan-kok
menyerang rumah penjaramu!"
"Aaaah..,...!" Suma Siu Khim terkejut.
"Jangan takut," berkata Kim Hoong. "Mari kita keluar."
Tidak menceritakan bagaimana rencana kedua rumah
penjara rimba persilatan yang tergabung, Suma Siu Khim
dan Kim Hoong menemui pengikut-pengikut mereka,
disana terdiri dari rombongan berbaju putih, dibawah
pimpinan si kakek Ie-oe Pek Ho Teng, si pengemis Sakti Lu
Bong Kong, Cu Giok Tian, Ma Liong Po. Yo In-jie,
Pihauw-peng Kiam-khek Bok Siu dan yang lain-lainnya.
-oo0dw0oo- Kekuatan Tay-wan-kok dan kekuatan Kalong yang
tergabung menjadi satu sedang menyerang rumah penjara
Tay-pa-san. Kim Hong beserta kesepuluh Raja Akherat Tay-pa-san
ber-sama dengan anak buah mereka membikin pertahanan
kuat. Pertempuran-pertempuran masih terjadi disana-sini, api
mulai berkobar menyala diantara tebing-tebing rumah
penjara itu. Yang kena sensor disambung kembali.
Kita menyusul ke gunung Tay-pa-san, disana berkumpul
banyak orang, dari anggota rumah penjara Tay-pa-san, dan
anak buah golongan Kalong, juga dari jago Tay-wan-kok,
terakhir datang pula orang-orang berkerudung putih dan
berseragam putih. Siapa orang-orang berkerudung putih dan berseragam
putih itu" Mereka adalah anak buah rumah penjara gunung
Bu-san. Hamid dan Jooss berunding, mereka menganggukkan
kepala, Hamid melempar sebuah boom berapi, boom itu
meledak diantara orang-orang berseragam putih.
Jago-jago rumah penjara Bu-san melepas anak panah
mereka, maka terjadilah peperangan total.
Hamid melempar lagi boom-boom berapi. Orang-orang
dari golongan pengemis yang menggunakan tutup kerudung
muka putih itu kucar-kacir.
Yang menjadi pemimpin rombongan pertama adalah
Can Sa-sian ketua pengemis itu, Lemparan boom berapi
berada diluar dugaannya, ia menjadi uring-uringan, ia
memaki kalang kabut: "Kurang ajar, aku bukan kepala
golongan pengemis lagi, kalau tidak menghancurkan
kalian." Sebetulnya, ia hendak mempermainkan Kim Hong. Tapi
didalam lupa daratan ia telah menggunakan suara asli.
Kim Hong segera mengenali kepada suara Can-sa-sian,
ia berteiak girang: "He, kau Can Sa-sian cianpwe?"
Pemimpin pertama dari rumah penjara Bu-san adalah
Can Sa-sian, ia membanting kaki dan berteriak:
"Betul! Suhu dan subomu juga sudah datang. Leng Bie
Sian juga turut serta. Eh, kau bocah Kim Hong, mengapa
kau berpeluk tangan saja?"
Kim Hong sangat girang, matanya jelalatan ia berteriak:
"Dimana" Dimana mereka berada?"
Itu waktu, Hamid sudah memberi perintah untuk mulai
melepas boom berapi, pertarungan agak kalut. Panah
tangan kontra boom berapi!
Karena tidak mendapat jawaban Can Sa-sian, Kim Hong
berteriak lagi: "Dimana mereka berada?"
Tiba-tiba ia teringat, kalau Leng Bie Sian itu terkurung
didalam rumah penjara Bu-san, ia menjadi bingung. Maka
teriaknya lagi; "Hai, Can Sa-sian cianpwee, Leng Bie Sian turut serta"
Dimana dia berada" Bukankah sudah menjadi tawanan
rumah penjara gunung Bu-san ?"
Ini waktu, muncul seorang berkerudung putih lain, ia
berteriak: "Kim Hong, pedang apa yang kau pegang."
Itulah suara It-hu Sianseng.
Mengenal suara suhunya, Kim Hong berteriak girang:
"Suhu!...." It-hu Siansang membuka tutup kerudung mukanya, ia
berteriak lagi: "Kim Hong, benda apa yang kau pegang,
bukankah pedang pusaka ?"
Kata-kata yang seperti itu diulang sehingga beberapa
kali, hati Kim Hong tergerak maka ia sadar, intruksi apa
yang sang guru berikan, karena itu ia menggelengkan kepala
berteriak: "Mana bisa! Suhu, dibawah lembah masih banyak orang
tawanan." It-hu Sianseng berteriak: "Jangan takut! Kau bisa
menangkap maling didalam rumah !"
Kim Hong mengerti, inilah intruksi, intruksi agar Kim
Hong menggunakan pedang Tay-pek-kiam yang
ketajamannya bisa menghancurkan segala apapun,
membabat putus tenur-tenur besi, dengan cara demikian
maka dari pihak penyerang yang terdiri dari orang-orang
dan golongan KalOng dan jago-jago Tay-wan-kok akan
jatuh kebawah lembah. Maka pertempuran kalut dengan
jarak dekat bisa lebih meringankan beban mereka.
Tapi Kim Hong tidak mengambil langkah perorangan, ia
membisik-bisiki para raja akherat, sesudah memberi intruksi
itu, raja akherat segera mengundurkan diri dari tenur-tenur
besi, demikianlah anggota Tay-pa-san mengundurkan diri.
Orang-orang golongan Kalong sudah berketrampilan
ditenur-tenur besi itu. siap mengambil alih kekuasaan
rumah penjara Tay-pa-san.
Hanya Kim Hong seorang, merasa sudah menunggu
setelah semua orang mengundurkan diri Kim Hong pun
melejit kebelakang ia berdiri ditebing. Sesudah itu,
mengayun pedang pusaka, 'trass' membabat putus tenur besi
pertama. Terdengar jeritan-jeritan dari golongan-golongan Kalong,
karena tenur yang mereka pijak sudah putus, maka mereka
kehilangan keseimbangan badan, pada jatuh kedasar jurang.
Kim Hong bisa bergerak tepat, 'cress....cress.. cress'...
semua tenur-tenur itu dipapasinya.
Langkah ini berada diluar dugaan musuh, anggota anak
buah golongan Kalong berjatuhan kedasar lembah.
Tentu saja, itu tak termasuk Jooss Hamid, Jie Hioag Hu
dan beberapa jago-jago kelas satu.
Mereka berlompatan, dan menempelkan diri ditebingtebing
Tay-pa-san. KIM Hong sesudah balik kembali kejendela berhati
ayam. Disaat kim Hong memeriksa isi kamar tahanan, ia tak
mendapatkan keseluruhan raja akherat dan para tawanan
rumah penjara. Ia menjadi bingung.
Disaat ini, seorang berkerudung putih berpakaian putih
datang menghampirinya. Mengetahui kalau orang berkerudung putih dan
berseragam putih ini bukan dari golongan musuh, hati Kim
Hong menjadi lega, segera ia berteriak:
"Hei, Siapa kau?"
Orang yang datang itu segera berkata: "Nomor tiga dari
lembah patah hati!" jawabnya singkat.
Kali ini, Leng Bie Sian tidak menekan aksen suaranya,
suara itu segera bisa dikenal oleh Kim Hong.
Dengan berlOmpat girang. Kim Hoag berteriak:
"Leng Bie Sian, kau nakal sekali!"
Leng Bie Sian membuka tutup kerudung mukanya,
tertawa cekakak-cekikik dan berkata: "Kau tidak mengerti?"
Kim Hong mencekal tangan gadis itu, ia bertanya:
"Eh, dengan cara bagaimana kau bisa melarikan diri dari
rumah penjara Bu-san?"
Leng Bie Sian melepaskan pegangan Kim Hong, ia
berkata; "Bukan waktunya bicara. Lekas kau halangi kerja Jooss
dan Hamid itu." Kim Hong menganggukan kepala, ia berkata;
"Tolong bantu orang-orang tawanan itu. Keadaan
mereka sangat berbahaya sekali."
"Jangan takut." berkata Leng Bie Sian. "Sudah
kuperintahkan mereka."
"Mereka sudah berada ditempat aman"'
"Mereka sudah melalui jalan rahasia, siap menggempur
musuh. Menunggu sampai boom berapi Pek-lek-tan itu
habis dipunahkan. Secara serentak kita mengurung musuh
didalam tempat sendiri."
"Ahaaa....." Kim Hong berteriak girang.
"Kau handal sekali!"
"Lekas! Lekas tahan kemajuan Jooss dan Hamid itu."
berkata Leng Bie Sian. Kim Hoag tertawa berkakakan, tubuhnya melejit lagi,
menuju kearah tebing-tebing Tay-pa-san.
Di atas tebing-tebing yang curam, tampak Thian-san
Soat Po-po dan it-hu Sianseng mereka sedang menahan
kemajuannya orang-orang anggota Kalong dan jago-jago
Tay-wan-kok. Disaat itu muncul Jooss! Sebagai juara silat dari Taywankok, Jooss menempur Thian-san Soat Po-po dan It-hu
Sianseng. Walau dua lawan satu Jooss berada dipihak yang
menyerang. Lompat pula seorang sangat besar, inilah ketua golongan
pengemis, Can-sa Sian, ia datang membantu Thian-San
Soat Po-po dan It-hu Sianseng bersama-sama menempur
Jooss!. Hati Kim Hong menjadi tenang, ia memeriksa lagi lain
bagian. Disana api masih menjalar terus, ledakan-ledakan
terjadi. Anggota golongan Kalong yang jatuh ada juga yang
menjadi korban boom berapi sendiri. Tapi jumlah musuh
ferlalu besar, pihaknya masih berada didalam keadaan
keteter, banyak musuh masih menyerang terus.
Diatas tebing, dibawah tebing, dan dibawah lembah,
bergerak-gerak banyak kepala, dari pihak golongan Kalong,
dari jago Tay-wan-kok dan juga dari gunung Tay-pa-san.
Tiba-tiba meluncur satu bayangan kecil, bayangan
Hamid, langsung ia merandengi Jooss. menggempur ketiga
tokoh ajaib, Thian-san Soat Po-po, It-hu Sianseng dan Cansasian. Situasi cepat berbalik, tiga lawan dua, seketika Jooss dan
Hamid mendesak lawannya. Timbul pula seorang pengemis kecil, itulah Can Sa-jie, ia
turut Serta didalam arena pertempuran itu, kini terpecah
menjadi dua bagian, It-hu Sianseng dan Thian-san Soat Popo
suami istri menempur Hamid, Can-sa-sian dan Can-sajie
menempur Jooss. It-hu Sianseng dan Thian-san Soat Po-po terdesak,
mereka mundur terus menerus.
Can Sa-sian dan Can San Jie lebih keteter, Jooss
mempermainkan kedua pengemis itu, seolah-olah kuCing
mempermainkan tikus. Mendesak lebih cepat.
Kim Hong menjadi kaget, jaraknya dengan lawan sangat
jauh, untuk turun mungkin terlambat, disaat ini, tanpa pikir
panjang ia melempar pedang Tay-pek-kiam dan kakinya
pun turut melejit, menyusul lajunya pedang itu,
'tap'...sebelah kaki Kim Hong telah menempel pada badan
pedang, lajunya pedang pada meluncur terus membawa
sang majikan, Maka seorang jago Sakti mandraguna yang menunggangi
sebatang pedang meluncur.
Pedang terbang. Banyak orang mendongakkan kepala, seolah-olah
menyaksikan dewa yang menaiki pedang terbang!
Dengan meluncur diatas pedang, dengan mengikuti arah
pedang itu, Kim Hong meluncur kearah Jooss.
Betapa cepatpun meluncurnya pedang Kim Hong,
karena membawa bobot berat seorang, kecepatan pedang
itu terlambat. Gerakan Jooss lebih cepat, ia bisa melihat akan adanya
bahaya Kim Hong. Ilmu kepandaian Kim Hongg sangat ditakuti, kalau saja
Kim Hong berhasil turun membantu Can Sa Sian dan Can
Sa Jie, keadaan dipihaknya pasti kalah.
Karena itu, Jooss segera bergerak cepat, maju langkah
tiga kali, berjongkok dan memukul bagian bawah Can Sa
Jie, "bletak" Can Sa Jie jatuh terjungkir.
Cia Sa Sian kaget, ia memukul Jooss.
Jooss berlompat dan tangannya dikaitkan, menyeret Can
Sa Jie, menggunakan jarinya, menotok beberapa jalan
darah pengemis itu.
Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Gebrakan-gebrakan ini terjadi dalam waktu yang singkat,
disaat Kim Hong meluncur turun, Can Sa-jie sudah jatuh
kedalam tangan Jooss. Meluncurnya pedang nancap ditanah, Kim Hong
lompat, dan mengambil pedang itu kini dia menghadapi
Jooss! Tapi sudah terlambat! Ditangan sijago rambut merah
sudah bertambah seorang itulah Can Sa-jie yang sudah
tiada daya, tangan Jooss ditempelkan keubun-ubun Ca Sa
Jie, memandang Kim Hong dengan penuh sinar tantangan,
ia berkata: "Jangan maju lagi! Apa kau sudah tidak membutuhkan
jiwa kawan ini?" Kim Hong tak berdaya, cara-cara Jooss adalah cara-cara
dari bajingan kecil. Menggunakan tameng orang, tameng
hidup yang setiap saat bisa diubah menjadi tameng mati.
"Tidak tahu malu!" bentak Kim Hong, "Lekas lepaskan
Can Sa Jie". "Hahahahaaa......" Jooss tertawa.
"Kalian sudah terkurung rapat. Hayo! Apa lagi yang
dimaui?" bentak Kim Hong
"Apa lagi yang kita maui, hanya rumah penjara Tay-pasan
ini." kata Jooss tertawa.
"Lepaskan Can Sa Jie." berkata Kim Hong.
"Akan kami lepaskan, sesudah kalian menyerah!" sahut
Jooss. Kim Hong menghadapi Jooss, tetapi tidak berani segera
membuat penyerangan, demi mengingat jiwa Can Sa Jie
yang masih terancam. Jooss tertawa berkakakan dan berkata: "Hahahaaa....
baiklah diam-diam di tempat itu. Jangan maju lagi."
"Tidak tahu malu!...." bentak Kim Hong. "Mengapa
menggunakan tameng hidup?"'
"Hahahahaaa....." Jooss tertawa lagi. "Lepaskan
kawanku!" bentak Kim Hong.
"Boleh. Tapi kau jangan banyak bergerak. Diam sajalah
disitu." Tentu saja, kalau Kim Hong tidak segera membuat
pencegahan, anak buah glongan kalong sedang merajalela,
membunuhi anak buah Tay-pa-san, dan itu Waktu, iapun
celaka! Kim Hong tak berdaya menghadapi situasi yang seperti
itu, jiwa Can Sa Jie berada ditangan orang. Yang mana
yang lebih penting" Keselamatan Tay-pa-san atau jiwa Can
Sa Jie" Membiarkan orang-orang golongan Kalong membasmi
anak buah Tay-pa-san" Berarti berpeluk tangan kepada
kejahatan. Turun tangan untuk mencegah terjadinya drama
pembunuhan itu, berarti mengorbankan jiwa Can Sa-jie.
Jiwa banyak orang harus ditukar dengan jiwa Can Sa Jie.
Tetapi tegakah membiarkan Can Sa Jie menjadi sesajen
pengorbanan" Disaat Kim Hong masih berada didalam situasi
kebimbangan, tiba-tiba terdengar suara Can-sa sian
bergema: "Kim Hong, kerjakan saja menurut kehendak hatimu.
Aku rela mengorbankan seorang murid."
Kim Hong tidak mempunyai itu kekuatan hati, ia masih
berdiam membeku. Can-sa-sian berdehem dingin, kakinya terangkat
melewati diatas kepala, ia menyeruduk kearah jago
berambut merah itu. Kim Hong yang menyaksikan kenekatan Can-sa-sian
segera berteriak: "Can-sa-sian Cianpwe, jangan!"
Tapi Jooss tidak menganggap kedatangannya Can Sasian
sebagai jago silat lihai, ia tertawa geli, tangannya di
kebawahkan sedikit, menyodok bagian perut Can-sa-sian,
Can-sa Sian mengerahkan semua kekuatan pada tangan,
memuKul jago berambut merah itu.
"Pergi!" terdengar bentakan Joos".
Betul-betul saja tubuh Can-Sa-sian menurut perintah
tersebut, terpental jauh kebelakang. 'Bleuk,' Can ca-sian
jatuh numprah ditanah. Sebagai salah satu dari tiga orang tokoh ajaib, Cui,Sian
dan Po, Can-sa-sian menganggap dirinya tanpa tandingan,
tapi berhadapan dengan Jooss seolah-olah kuCing yang
berhadapan dengan macan. Can Sa-sian menangis sedih, ia menengok kearah Kim
Hong dan berkata: "Kim Hong, tengoklah dibawah, karena untuk membela
jiwa seorang Can Sa Jie, kau mengorbankan lebih banyak
orang lagi. Tokh penjara tidak dipertahankan. Itu waktu
Can Sa Jie pun akan mati juga."
Kim Hong melongok kearah bawah, perubahan telah
terjadi. Anak buah golongan kalong yang dibantu jago-jago
Tay-wan-kok semakin merajalela membunuh dan
membakar, kemajuan mereka tidak bisa dibendung.
Masih terdengar lagi suara boom Pek-lek-tan, api
mengganas. Menengok kearah sang suhu dan sang subo, It-hu
Sianseng dan Thian-san Soat Po-po bukan tandingan
Hamid, didalam belasan jurus lagi kedua jago ajaib itupun
akan jatuh terjungkal dibawah jago Tay-wan-kok.
Akhirnya Kim Hong mengambil putusan, ia berkata:
"Baiklah. Can-sa-sian Cianpwe, tolong kau bantu
suhuku, serahkan kakek rambut merah yang satu ini
kepadaku." Sesudah itu, ia mendekati kearah Jooss.
Can-sa-sian berlompat girang, ia membantu Thian-san
Soat Po-po dan It-hu Sianseng. dengan tiga kekuatan lawan
satu, bertahan terhadap serangan-serangan Hamid.
Tentu saja, Hamid kewalahan dan kerepotan.
Perlahan-lahan, Kim Hong mendekati Jooss, dengan
menahan rasa sedih yang tidak kepalang ia berkata;
"Saudara Can Sa Jie, terpaksa aku harus melakukan
tugas ini. Tenangkanlah hatimu; kalau ia berani menyentuh
sedikit rambutmu, aku akan menCincang kepalanya untuk
disembahyangkan arwahmu,"
Kim Hong maju dua langkah.
Jooss terpaksa mundar tiga langkah, Segera ia
membentak: "Berhenti! Setapak lagi kau maju kedepan akan
kuhancurkan batok kepalanya."
Jiwa Can Sa Jie Sedang menjadi barang pertaruhan!
Disaat ini, tiba-tiba terdengar satu suara yang nyaring
berteriak: "Kim Hong koko, serahkan kepadaku!"
Disana melayang sesuata bayangan putih, itulah
bayangan Leng Bie Sian! Leng Bie Sian bukan datang seorang, ia menjinjing
sebuaah tubuh berambut merah, dia adalah murid Hamid
yang bernama Brey! Ternyata Brey jatuh kedasar jurang,
Wajah pucat pasi, ia sudah terkena jarum Bwee-hoa-ciam
dari raja akherat keenam Liok-giam-ong, dan Leng Bie Sian
turut serta, ditotoknya jalan darah Brey, dan dibawanya
kesini. Jooss sedang mengancam ubun-ubun Can Sa Jie.
Dan Leng Bie Sian juga menghampirinya meletakkan
tangan kepada kepala Brey, menghadapi Jooss dan berkata:
"Hayo! Kita sama-sama mengorbankan seorang!"
Dan sesudah itu, Leng Bie Sian menoleh kearah Kim
Hong dan berkata: "Situasi disini serahkan kepadaku! Lekas bantu mereka
dibawah lembah!" Datangnya Leng Bie Sian sangat menggirangkan Kim
Hong, Can Sa Jie jatuh kedalam tangan musuh, tapi
seorang jago Tay-wan-kok yang bernama Brey juga jatuh
kedalam tangan mereka situasi menjadi seimbang, Kim
Hong mengerti, menyerahkan penandingan Jooss dengan
Leng Bie Sian, ia meninggalkannya menuju kebawah
lembah, disana tenaganya masih sangat dibutuhkan.
Didalam sekejap mata, pedang Kim Hong mengganas,
siapa saja yang berani menentang pasti menjadi korban
pedang Tay-pek-kiam. Terdengar jeritan-jeritan dari anak buah golongan
Kalong, mereka adalah makanan-makanan Kim Hong yang
sangat empuk. Didalam sekejap mata, Kim Hong bisa menyatukan diri
dengan sembilan raja akherat, mereka sedang mengepung
ketua golongan Kalong Jie Hiong Hu, Kuat, Alwi dan
Dokucan. Kim Hong berlompat-lompatan diantara tebing-tebing
gunung Tay-pa-san, dia memukul jatuh setiap anggota
golongan Kalong yang berusaha merambat naik.
Ini waktu, sembilan raja akherat sedang mengurung Jie
Hiong Hu, Kuat, Sulek, Alwi dan kawan-kawan.
Dilain fihak, Ouw-yang Po-kui dan kawan-kawan sedang
bertempur acak-acakan dengan ketua dua belas partay
besar. Jalannya pertempuran tidak teratur, tebing-tebing dengan
banyak batu cadas membuat mereka tidak bebas bergerak.
Dibawah, api menggolak makin hebat. Suara-suara
pertempuran menggema diseluruh penjara Tay-pa-san.
Kim Hong menghampiri Ouw-yang Po-kui, ia
membentak: "Wanita buruk, apa kau tidak kasihan kepada orangorangmu?"
Mengetahui boom berapi tidak berhasil menahan
kedatangan Kim Hong, meninggalkan Tie-kong Taysu,
Ouw-yang Po-kui melarikan diri!
Kim Hong tidak membiarkan wanita jahat ini
mengganas terus, pedangnya meluncur, terlepas dari
tangan, terdengar jeritan Ouw-yang Po-kui, tubuh wanita
itu terbelah menjadi dua bagian. Isinya berceceran!
Dan pedang Tay-pek-kiam sudah membalik ketangan
Kim Hong kembali. Menghadapi kearah rombongan golongan Kalong, Kim
Hong berteriak: "Hayo! Siapa lagi yang berani!"
Jumlah anggota golongan KalOng, jauh lebih besar dari
pertahanan Tay-pa-san, karena itu mereka masih
mengurung. Suatu ketika, terdengar suara Jie Hiong Hu berteriak:
"Hei! Siapa yang bisa membunuh mati Kim Hong, aku
menaikkan kedudukannya menjadi Tongcu!"
Kedudukan Tongcu didalam anggota golongan Kalong
mempunyai kedudukan baik, maka tiga boom berapi
melayang kearah Kim Hong,
Kim Hong marah besar, yang penting harus menangkap
Jie Hiong Hu, itu waktu Jie Hiong Hu sedang terkurung
oleh beberapa Raja Akherat, dan sesudah mengelakkan
datangnya boom berapi, Kim Hong melejit kesana.
"Kalian mundur! Serahkan orang ini kepadaku!"
Jie Hiong Hu telah menyaksikan betapa gagah Kim
Hong membunuh Mobilson, betapa hebat Kim Hong
menandingi Jooss, dia sudah bukan tandingan Kim Hong,
apalagi dalam kemarahan seperti itu, ia harus
mengelakkannya sebelum meluncurkan kaki, ia melempar
Kiu-yu-pek-ku-ciang. Kim Hong sudah bertekad untuk melenyapkan si
manusia banci dari permukaan dunia, setiap serangannya
tidak mengenal ampun. Keadaan Jie Hiong Hu sudah begitu mengenaskan, anak
buahnya morat marit, dirinya yang digencar oleh pedang
Tay-pek-kiam, mengelak tiga kali, jidatnya sudah penuh
dengan keringat dingin, mengelakkan lagi tiga kali
serangan, rambutnya sudah terpapas sebagian, dan yang
terakhir ia tidak bisa mengelakkan lagi. terdengar
lengkingan panjang, sebelah tangannya terpupus-putus, ia
jatuh ngusruk ditanah. Disaat Kim Hong hendak menamatkan jiwa Jie Hiong
Hu, tiba-tiba ada satu bayangan yang menyelak masuk
langsung menerjang kearah Jie Hiong Hu, gerakan
bayangan itu tidak bisa dilihat jelas, ia sudah menyeruduk
Si manusia banci itu. Terdengar suara jeritan panjang Jie Hiong Hu, hatinya
tercongkel keluar. Sebelum kematian Jie Hiong Hu, tangan Jie Hiong Hu
mengepruk kearah bayangan itu, terdengar jeritan ngeri
yang lain, si bayangan hitam itu telah remuk kepalanya.
Dua orang menjadi korban sekaligus.
Kejadian itu terjadi dalam waktu dua kedipan mata,
Disaat Kim Hong bisa melihat jelas disana telah
menggeletak dua mayat. satu adalah mayat Jie Hiong Hu,
yang terkorek ulu hatinya dan yang lain adalah mayat Kha
Gee San. Ditangan Kha Gee San masih tercekal hati Jie Hiong
Hu, ia menyerobot dan memecah dada Jie Hiong Hu dan
mengambil hatinya. Karena sudah siap berkorban, kepala Kha Gee San
dihancur luluhkan oleh pukulan Jie Hiong Hu.
Disaat Kim Hong masih berada didalam keadaan
bingung, terdengar lain bayangan menyusul. Pa Cap Nio
menangis menggerung-gerung, dia menubruk mayat
suaminya. Mayat Kha Gee San bertumpukan dengan mayat Jie
HiOng Hu, tiba-tiba saja pa Cap NiO mengerutuk gigi,
kedua tangannya diangkat, 'crep....crett.....' dengan
kesepuluh jari ia mencakari mayat Jie Hiong Hu berlubanglubang,
darah bersemburan, berlepotan membuat suasana
itu menjadi sangat seram.
Sesudah puas menyayat-nyayat mayat Jie Hiong Hu,
tiba-tiba Pa Cap Nio merangkul mayat suaminya,
kepalanya dibenturkan dibatu dan satu korban lagi terjadi!
Pa Cap Nio mengorbankan diri, ia juga mati bunuh diri.
Mati disamping mayat suaminya.
Disaat Kim Hong hendak berikan bantuan kepada orangorangnya,
tiba-tiba dua bayangan meluncur datang, kedua
bayangan itu adalah Hamid dan Jooss.
Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hahahaaa....." Hamid tertawa berkakakan.
"Bocah Kim Hong, gurumu sudah kupukul mati. Kau
masih belum mau menyerah"!"
Hati Kim Hong tercekat, kepalanya seperti terpukul oleh
benda berat, oleng sebentar, hampir saja ia jatuh pingsan.
Tidak mungkin suhu bertiga bisa dikalahkan, tokh,
kenyataan sudah berada di depannya, kalau saja belum
berhasil membunuh It-hu Sianseng, Thian San Soat Po-po
dan Can Sa-jie bagimana kedua kakek berambut merah ini
bisa berada disini" Keadaan Kim Hong menjadi kalut, ia mengeluarkan
suara lengkingan panjang, pedang Tay-pek-kiam diayun,
bagaikan kerbau gila menerjang kearah Hamid.
Hamid melirik Jooss, masing-masing dari kanan dan kiri,
menggempur Kim Hong ditengah. Ilmu kepandaian Hamid
hanya berada dibawah Kim Hong, begitu juga ilmu
kepandaian Jooss. Kalau satu lawan satu, mungkin Kim
Hong bisa memenangkan mereka. tapi dua lawan satu,
didalam pikiran kalut, keadaan Kim Hong terdesak.
Masih untung, Hamid dan Jooss takut kepada
ketajamannya pedang Tay-pek-kiam. mereka tidak berani
berlaku nekad mendekati Kim Hong.
Pertarungan masih berjalan seimbang. Kim Hong
melupakan kepada keselamatan jiwanya sendiri, ia
menyerang dengan membabi buta.
Ilmu Tay-yang-sin-kang dari kedua jago Tay-wan-kok itu
membuat suasana menjadi panas, bagai api bara.
Dibawah lembah, udara memerah, api masih membakar
apa yang ada. Belasan jurus kemudian, pukulan Hamid mengenai
pundak Kim Hong. Tangan jago muda ini hampir lemas,
sulit mengangkatnya lagi.
"Hahahahahaa...,," Hamid tertawa. "Nah! Terima lagi
seranganku." Kim Hong berjumpalitan, 'plok,' pinggangnya terpukul
lagi. Ia terhuyung-huyung hampir jatuh ngeloso.
Jooss membarengi gerakan sang kawan, ia
menendangkan kaki dan berkata:
"Nah! Pergi bersama-sama suhumu!"
Serangan ini memang sulit dielakkan, Kim Hong tidak
mungkin bisa menghindari serangan maut. Lompat
kebelakang atau kekiri, berarti ketempat Hamid, ia tidak
berdaya. Tiba-tiba satu bayangan menubruk masuk, "Bleduk,"
bayangan itu tertendang oleh kekuatan Joos, melayang
jatuh kedasar jurang, terbakar api yang bernyala-nyala.
Itulah raja akherat Tay-giam Ong. untuk membela
keselamatan tuan mudanya, dia mengorbankan diri. Tubuh
Tay-giam-ong ditelan oleh lautan api.
Kim Hong meletik bangun, ia lebih panas karena
kematian Tay-giam-ong, matanya dipelototkan besar-besar,
pedang terayun, menusuk kearah Hamid.
Hamid mengelakkan serangan itu, dan di saat ini, Joos
menendang lagi. Kim Hong sudah hampir menjadi orang setengah gila,
tidak memperdulikan datangnya serangan itu, ia siap
mengorbankan diri untuk mati bersama.
Hamid dan Jooss terkejut, masing-masing tidak berani
menempur secara dekat. Mereka menjauhi si bocah yang
sudah kalap. Hal ini menguntungkan Kim Hong, ia menyedot napas
dua kali, mempercepat peredaran jalan darah.
Disaat Jooss menyerang Kim Hong tadi Tay-giam-ong
telah mengirim satu pukulan, pukulan mengenai Joos, Hal
mana membuat sedikit gangguan baginya.
Belasan jurus lagi dilewatkan, keadaan Kim Hong
semakin berbahaya, Dipihak lain, empat raja akherat sedang menempur Kuat
bersama Dokucan, Kecuali Tay-giam-ong yang sudah mengorbankan diri
masih ada raja-raja akherat lainnya, mereka ditantang oleh
Touw Kui Hui dan Liu Kui Hui.
Dan orang-orang golongan Kalong menyerbu kembali.
Dari puncak tebing meluncur satu bayangan putih, tidak
hentinya bayangan itu berteriak-teriak:
"Kim Hong koko..... Kim Hong koko.....dimana kau
berada?" Itulah suara Leng Bie Sian!
Hati Kim Hong menjadi besar kembali, segera ia
berteriak: "Bie Sian, aku disini!"
Secepat itu Leng Bie Sian menerjang, dan ia berhasil
menolong keadaan Kim Hong yang terjepit. Kini dua lawan
dua! Jooss menderita sedikit luka hal itu membuat
keseimbangan terjadi. Sambil menempur Hamid, Leng Bie Sian berkata kepada
Kim Hong: "Kim Hong koko, legakan hatimu, sebentar lagi ibumu
pun tiba!" Dan Jooss menempur Leng Bie Sian.
Kim Hong menempur Hamid. Walau ia sudah luka di beberapa tempat, hanya
menghadapi seorang Tay-wan-kok, keadaan Kim Hong
masih jauh berada diatas angin. Sambil menempur ia masih
sempat membuka mulut, bertanya kearah Leng Bie Sian.
"Leng Bie Sian, bagaimana keadaan suhuku sekalian?"
"Mereka menderita luka parah," berkata Leng Bie Sian.
"Aku sudah menolong mereka memberi pengobatan yang
secukupnya. Legakan hatimu, mereka tak akan terjadi
sesuatu apa." Di saat ini, Jooss menyerang terus menerus, membuat
Leng Bie Sian kerepotan. Hati Kim Hong semakin lega, ia menghujani Hamid
dengan serangan-serangan, dan sesudah itu ia bertanya lagi:
"Bagaimana keadaan saudara Can Sa-jie?"
"Dia juga berada di atas tebing," berkata Leng Bie Sian.
"Aaa......!" Karena harus menjawab pertanyaan-pertanyaan Kim
Hong, pada suatu saat Leng Bie Sian menjadi lengah, Jooss
bukan jago biasa, dan berhasil memukul murid rumah
penjara Tay-pa San itu. Jooss berlaku cepat, tangannya diulurkan ia memegang
pergelangan tangan Leng Bie Sian menotoknya dan berhasil
meringkus Leng Bie Sian. "Kim Hong!" berteriak Jooss. "Hentikan pertempuran!"
Kim Hong sedang mendesak Hamid, menyaksikan
keadaan itu ia jadi terkejut. Hendak menolong, tapi
terlambat! Tiba-tiba.....! Beberapa suara lengkingan panjang, membelah angkasa,
suara itu datangnya cepat, tiga bayangan meluncur turun.
Hanya satu titik kecil, kemudian besar, dan itulah
bayangan-bayangan dari jago-jago rumah penjara Bu-san.
Tiga bayangan lagi merandengi bayangan yang terdepan,
jelaslah mereka enam orang. Ke-enam orang itu adalah
penguasa rumah penjara Tay-pa-san Suma Siu Khim,
penguasa rumah penjara Bu San Kim Hoong, Kongsun
Bwee Kun yang mensucikan diri dan mengganti nama
menjadi Pan-su Lonnie, kakek geladangan Kiat Hian yang
sudah mencukur rambut menjadi Hweeshio dengan gelar
Beng-khong taysu, pengemis sakti Lu Bong Kong dan
sikakak Ie-oe Pek Hong Teng.
Rombongan itu segera turun ketebing-tebing Tay-pa-san.
Kim Hong berteriak girang:
"Ibu, lekas datang kesini. Mereka menawan Leng Bie
Sian sumoy." Pan-su Lonnie menggerakkan tangan, mengajak Bengkhong
Taysu, sipengemis sakti Lu Bong Kong, dan kakek
Ie-oe menerjang Hamid. Suma Siu Khim dan Kim Hoong mengurung Jooss
ditengah-tengah. Giliran keadaan Jooss yang terjepit, menghadapi dua
penguasa rumah penjara dikanan dan dikiri. Wajahnya
berubah, mengangkat tubuh Leng Bie Sian tinggi-tinggi ia
membentak. kepada mereka;
"Semua berhenti, Kalau tidak mendengar perintahku ini,
maka aku akan melemparnya kelautan api."
Jooss siap melempar Leng Bie Sian kedalam dasar
jurang, dimana api masih berkobar-kobar menyala dan
merambat terus. Suma Siu Khim tidak kena digertak, tetap berjalan maju
dan berkata dingin: "Lemparkan sajalah ! Kalau kau berani menanggung
resikonya." "Kau inikah yang menjadi penguasa rumah penjara Taypasan?" Suma Siu Khim menganggukan kepala berkata:
"Ya mau apa?" Jooss berkata; "Kedatanganku kedaerah Tinggoan hendak meminta
sedikit pelajaranmu. Menjajal sampai dimana ilmu
kepandaian rumah penjara yang terhebat.
Sayang.....sayang,.......keadaan telah berubah."
"Apa yang harus disayangkan." berkata Suma Siu Khim.
"Lepas dahulu muridku itu. Mari kita bertarung secara adil,
kalau sampai kau bisa melayaniku seratus jurus, segala
terserah kepadamu!".
Jooss memandang kearah Hamid dan kawan-kawan,
keadaan itu telah berbalik cepat dengan kedatangannya
sikakek gelandangan dan sipengemis sakti Lu Bong Kong
dan kawan-kawan keadaan gologan Kalong telah kucarkacir
lagi. Mengetahui situasi yang tidak menguntungkan dirinya,
Jooss menoleh kearah Suma Siu Khim dan berkata:
"Betul?" "Aku mewakili semua orang yang berada didaerah
Tionggoan, memberi janji kepadamu, kalau saja kau bisa
melayaniku sampai seratus jurus. Aku akan membebaskan
kalian," "Baik." berkata Jooss, ia meletakan Leng Bie Sian.
Menggapaikan tangan dan berkata: "Mari ! Hm kita
bertanding secara adil."
Ini waktu, bantuan dari gunung Bu-san telah tiba, orangorang
berseragam putih itu telah mengurung semua
golongan Kalong, pertarungan telah terhenti, golongan
Kalong menyerah ! Sesudah melepaskan Leng Bie Sian, Joos meninggalkan
orang-orang itu. Merambat naik keatas tebing.
Gerakan Jooss disusul oleh gerakan Suma Siu Khim,
penguasa rumah penjara Tay-pa-san menyasul untuk
bertanding secara adil. Sebentar kemudian, bayangan kedua jago itu sudah
lenyap diatas tebing tinggi.
Kim Hong menubruk Leng Bie Sian. memeriksa
lukanya, hanya beberapa totokan itu tentu tidak
menyulitkan jago muda yang sakti draguna. Ia memberi
kebebasan. Penguasa rumah penjara Bu-san Kim Hooag
memperhatikan gerak gerik sang putra, ia boleh menjadi
bangga karena menghasilkan seorang anak yang gagah
perkasa. Sesudah membangunkan Leng Bie Sian, Kim Hong
menoleh kearah Kim Hoong dengan heran ia bertanya:
"Eh, Oey Ceng cianpwe, kau sudah menjadi orang
tawanan rumah penjara Bu-san. Bagaimana bisa
membebaskan diri?" Kim Hoong tersenyum-senyum. ia tidak menjawab
pertanyaan anak muda itu.
"Oey Ceng cianpwe......" panggil lagi Kim Hong.
Tentu saja, Kim Hong tidak tahu kalau ia sedang
berhadapan dengan ayah kandungnya.
Kim Hoong menowel janggut anak muda itu, dengan
tertawa ia berkata: "Kau masih betul-betul belum tahu, atau hendak
mengolok-olok bapakmu?"
"Apa"!!!" Kim Hong terbelalak kaget.
"Ha-ha-ha-ha....." Penguasa rumah penjara Bu-san Kim
Hooog tertawa. "Nanti saja kita bicara."
Sesudah itu, Kim Hoong meninggalkan Kim Hong.
Kim Hong menggoyang-goyangkan tubuh Leng Bie Sian,
ia memanggil-manggil, "Bie Sian, Bie Sian, kau masih
belum ingat orang?" Perlahan-lahan Leng Bie Sian membuka mata, dengan
nakal ia tertawa kecil. katanya:
"Tolol! Mengapa memanggil ayah sendiri menjadi Oey
Cianpwe?" "Aahh......" Kim Hong terkejut. "Dia itukah ayahku?"
"Siapa lagi?" bertanya Leng Bie Sian tertawa cekikikan.
"Itulah Tamu Tidak Diundang Dari Luar Daerah alias
penguasa rumah penjara Bu-san, alias Kim Hoong, itulah
ayah kandungmu!" "Aaaaahhh......." Kim Hong melompongkan mulut.
Sekarang, giliran Leng Bie Sian yang memeriksa lukaluka
Kim Hong. Si pemuda menderita luka dibeberapa
tempat, dibalutnya dengan teliti.
Disaat ini, dari jauh terdengar satu suara lengkingan
panjang: "Kim Hong koko, mengapa diam disitu saja"
Lekas bantu kita." Itulah suara Thian-san-soat-lie-ang Yo In-jie.
Ternyata, beberapa anggota golongan Kalong yang
berkepala batu tidak mau menyerah begitu saja, mereka
melarikan diri, kadang-kadang melempari dengan sisa-sisa
boom berapi. Menggandeng tangan Leng Bie Sian Kim Kong berkata:
"Mari! Mari kita membantu mereka."
Kedatangan Kim Hong dan Leng Bie Sian bersamprokan
dengan Kuat dan Dokacan dari daerah Tay-wan-kok,
terjadi pertempuran baru!
Sebentar saja, orang itu sudah berhasil dibereskan !
Kim Hong memandang kearah Yo In-jie dan bertanya
Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
heran: "Hei, bukankah kau sudah menjadi biarawati ?"
Wajah Yo In-jie menjadi merah, meleletkan lidah dan
berkata: "Sebetulnya begitu, tapi Pan-su Lonnie itu tidak mau
menerima aku." Seorang lagi menghadap mereka, itulah Phiauw Peng
Khiam-khek Bok Siu. "Eh, Saudara Bok Siu!" berkata Kim Hong.
"Saudara Bok Siu," mengoreksi kata-kata kesalahan Kim
Hong, sigadis tertawa. Disaat ini, penguasa rumah penjara Bu-san Kim Hoong
datang kembali, kepada anak-anak muda itu ia berkata:
"Hei, mari kita menontOn pertandingan di-atas tebing.
Anak-anak, mari kita saksikan, bagaimana ilmu kepandaian
ibumu." Demikian, dengan mengajak orang-orang itu, penguasa
rumah penjara Bu-san Kim Hoong menaiki tebing.
Kim Hong, Yo In-jie. Piauw-peng Kiam-khek Bok Siu
dan Leng Bie Sian berjalan dibelakang.
"Eh. mereka mengatakan kau adalah ayahku. Apa
betul?" Suatu ketika Kim Hong merendengi Kim Hoong
dan bertanya. Penguasa rumah penjara Bu-san Kim Hoong berkata:
"Tentu saja betul. Tapi kalau kau tidak mau memanggil
ayah, aku juga tidak memaksa. Aku kurang kewajiban."
Kim Hong mengucurkan air mata, dengan getaran jiwa
ia memegang tangan ayah itu, katanya tenang.
"Ayah, kukira kesalahan-kesalahan sudah harus
dikesampingkan. Kau tidak akan meninggalkan ibu lagi,
bukan?" Mata Kim Hoong juga berkaca-kaca, ia berkata. "Tentu
Saja tidak. Keeuali ibumu tidak membutuhkan diriku."
Bergandengan tangan, ayah dan anak yang mempunyai
nama hampir sama itu berada diatas tebing. Disana ia
kehilangan jejak Suma Siu Khim, juga kehilangan juara
Tay-wan-kok Joos! Penguasa rumah penjara Bu-san Kim Hoong
menggerakkan tenaga dalam dan memanggil:
"Siu Kkim.... Siu Khim....."
Suara itu berkumandang dibeberapa lie, tiga empat
penjuru, tapi tidak terdengar suara balasan Suma Siu Khim.
Hati Kim Hong juga mulai kebat-kebit.
Penguasa rumah penjara Busan Kim Hoong mengulang
suara panggilannya: "Siu Khim.... Siu Khim...."
Dimana pertempuran dilangsungkan"
Kim Hong memandang sang ayah, memandang ketiga
gadis, dan merekapun menantikan dengan hati penuh
khawatir. Kim Hoong berkerut alis dan bergumam: "Eh, kemana
kepergian mereka?" Kim Hong memeriksa daerah itu, tampak adanya bekas
pertempuran. Memandang kearah sang ayah, dan Kim Hong bertanya:
"Ayah, bagaimana kedatangan kalian tadi?"
Kim Hoong berkata: "Biasa saja. Tidak ada terjadi sesuatu yang aneh."
Lima orang itu berpencaran, Kim Hoong. Kim Hong,
Leng Bie Sian, Phiauw-peng Kiam-khekk Bok Siu dan Yo
In-jie mencari jejak penguasa rumah penjara Tay-pa-san,
Suma Siu Khim dan jago Tay-wan-kok Jooss.
Tiba-tiba terdengar suara teriakan Kim Hong. '
"Ayah...... lihat!"
Penguasa rumah penjara Bu-san Khim Hoong lompat
menghampiri sang putera, tampak olehnya sesosok mayat
disana. Itulah jenasah Jooss yang sudah mati!
Tidak lama, Phiauw-peng Kiam Khek Bok Siu, Leng Bie
Sian dan Yo In-jie juga kembali. Mereka hanya bisa
menemukan mayat Jooss. Tapi tidak berhasil menemukan
Suma Siu Khim! Ternyata, pertempuran sudah selesai. Suma Siu Khim
berhasil menamatkan riWayat hidup Jooss!
"Eh," Kim Hong berkata. "Ibu sudah menghukum mati
orang ini. seharusnya berkumpul dengan kita. Tapi kemana
kepergiannya?" Kemana pula kepergian Suma Siu Khim"
Mereka berembuk kembali, dan Kim Hoong berkata
kepada keempat anak muda itu;
"Mari kita berpencar lagi, aku akan memeriksa disini,
kalian periksalah didalam rumah penjara, nanti kita
berkumpul kembali, kalau ada berita, beritahu."
Tubuh penguasa rumah penjara Bu-san bergerak
meninggalkan keempat anak muda itu.
Menceritakan perjalanan Kim Hong, ia bertekad untuk
melihat rumah penjara, berlompat-lompatan dan masuk
kejendela berhati ayam, didalam rumah penjara ini ia
memeriksa. Tidak ada orang menghampiri kamar ibunya,
inilah penguasa rumah penjara rimba persilatan Tay-pa-san
yang pernah menggegerkan dunia Kang-ouw, disini Suma
Siu Khim pernah melepaskan perintah-perintah, disinilah
Kim Hong menemukan ibunya.
Ruangan itu masih teratur rapi, tiada tanda-tanda, satu
bukti sang ibu belum kembali.
Berturut-turut, kamar demi kamar Kim Hong membuat
pemeriksaan, hatinya dak-dik-duk.
Teringat keterangan Leng Bie Sian yang mengatakan
kalau sang suhu dan sang subo itu sudah menderita luka,
tentu mereka sudah ditolong didalam rumah penjara.
Kim Hong mencari di kamar-kamar sepuluh raja akherat.
Melewati lorong-lorong panjang di dalam rumah penjara
Tay-pa-san, tiada hentinya Kim Hong memanggil:
"Ibu!.....Ibu......"
Demikian Kim Hong menjelajahi seluruh kamar rumah
penjara Tay-pa-san. Pada ruangan terakhir, Kim Hong menemukan Suma
Siu Khim, disana ia sedang mengobati It-hu Sianseng,
Thian San Soat Po-po dan Can Sa Sian.
Rasa girang Kim Hong tak kepalang!
Disaat ini, Suma Siu Khim duduk bersila, sebelah
tangannya di tempelkan pada punggung It-hu Sianseng, lain
tangannya ditempelkan pada Thian San Soat Po-po. Inilah
cara pengobatan tradisi kuno, cara-cara penyembuhan
dengan mengerahkan tenaga murni yang disalurkan dan
melancarkan peredaran jalan darah!
Tentu saja, ketiga tokoh ajaib It-hu Sianseng, Thian-san
Soat Po-po dan Can-sa-sian terkena ilmu pukulan Tay-yang
Sin-kang dari daerah Tay-wan-kok. Wajah mereka pucat
pasi. Hanya Suma Siu Khim yang bisa menyembuhkan lukaluka
itu. Sebentar kemudian, wajah It-hu Sianseng dan Thian-san
Soat Po-po yang tadinya pucat itu memerah kembali.
Suma Siu Khim meneruskan usahanya, saluran-saluran
tenaga murni menambah kekuatan dua jago silat yang
terluka. Kim Hong tidak mau berpeluk tangan, ia membantu
usaha sang ibu, dan menyembuhkan Can Sa-sian.
DISAAT Suma Siu Khim selesai menyembuhkan Thiansan
Soat Po-po dan It-hu Sianseng. Kim Hong juga selesai
menyembuhkan Can-sa-sian.
Mereka sama-sama bangkit berdiri. suatu bukti kalau
latihan tenaga dalam Kim Hong tidak berada di bawah
ibunya. Can-sa-sian tertawa berkakakan, ia berkata: "Kim Hong,
ilmu kepandaianmu hebat sekali, hm! Kalau begini
gelagatnya, kita yang sudah tua ini harus mengundurkan
diri." It-hu Sianseng dan Thian-San Soat Po-po saling
pandang, mereka melirik ke arah Suma Siu Khim dan
bertanya ; "Hei, kau inikah yang menjadi penguasa rumah penjara
rimba persilatan?" Suma Siu Khim memberi hormat dan berkata:
"Namaku Suma Siu Khim."
Thian-San Soat Po-po berteriak: "Siapa yang menjadi
penguasa rumah penjara rimba persilatan!"
Suma Siu Khim menundukkan kepala, ia berkata rendah:
"PenguaSa rumah penjara rimba persilatan sudah mati."
Thian San Soat Po-po masih tidak mau mengerti,
mulutnya terentang lagi, disaat ini It-hu Sianseng mengelus
jenggot dan berkata: "Nenek tua, sudahlah. Kulihat kata-kata saudara Can Sasian
memang tepat, Sudah waktunya kita mengundurkan
diri." Ia bisa menduga asal-usul Suma Siu Khim.
Thian-San Soat Po-po tertegun, kemudian ia sadar.
Memperhatikan Suma Siu Khim keatas dan kebawah,
memuji dan berkata: "Hm.....umurmu masih muda. Tapi ilmu kepandaianmu
hebat sekali. Tidak kusangka iblis betina yang ugal-ugalan
itu adalah masih berumur begini muda."
Thian-san Soat Po-po tidak pandai berbicara, ia
mencetuskan apa yang hendak dikatakan didepan orang
yang bersangkutan. Sifat-sifat Suma Siu Khim sudah berubah ia
menundukkan kepala. Kalau saja dahulu mendapat katakata
yang seperti itu, celakalah Thian-san Soat Po-po.
Lain dahulu lain sekarang. Sesudah berhasil menemukan
suaminya, sesudah Kim Hong muncul dari dasar telaga
Tay-pek-tie. Keluarga mereka berkumpul. Turut merobah
pula sifat-sifat Suma Siu Khim. Ia bisa menguasai darah
tingginya. Kim Hong menarik tangan sang ibu dan berkata: "Ibu,
ayah sedang ubek-ubekan mencari dirimu. Mari kita temui."
Suma Siu Khim berkata: "Biarkan saja! Dahulu, akupun
pernah dibuat seperti itu."
Demikianlah, Thian-san Soat Po-po, It-hu Sianseng,
Can-sa-sian, Suma Siu Khim, dan Kim Hong meninggalkan
ruangan itu. Disaat berada diruangan besar dari rumah penjara,
tampak Yo In-jie menenteng batok kepala Hamid berlompat
masuk. Dibelakang Yo In-jie, turut juga Leng Bie Sian dan
PhiauW-peng Kiam-khek Bok Siu, Menjinjing batok kepala
orang berambut merah itu, Yo In-jie berteriak:
"Bibi, lihat! Apa yang kubawa" Inilah batok kepala
Hamid." Suma Siu Khim berkerut alis, ia membentak;
"Lekas buang! Siapa yang membunuhnya?"
Yo In-jie terkejut, cepat-cepat melempar batok kepala
Hamid. Disaat ini Leng Bie Sian berkata: "Orang yang
menjatuhkan Hamid adalah Pan-su Lonnie dan Beng-khong
taysu. Tetapi orang yang membacok kepala Hamid adalah
seorang saudara dari golongan pengemis."
Suma Siu Khim bertanya: "Bagaimana dengan musuhmusuh
lain?" Leng Bie Sian menjawab' "Semua sudah menyerah. Kita
tidak mengganggu mereka."
"Berapa kerugian di pihak kita?" bertanya Suma Siu
Khim lagi. Dengan menundukkan kepala bersedih, Leng Bie Sian
menjawab: "Tay-giam-ong, Ngo-giam-ong, dan Cit-giam Ong
dimakan api, mereka gugur secara gagah perkasa. Diantara
orang-orang tawanan, dua puluh lebih yang mati,
Diantaranya orang-orang yang kita bawa dari gunung Busan
juga gugur tujuh orang....."
Suma Siu Khim mengangguKkan kepala, mengadahkan
kepala, memandang awan-awan yang berarak itu, kedua
matanya menjadi basah. Lima hari kemudian. Penguasa rumah penjara Tay-pa-san, Suma Siu Khim
dan penguasa rumah penjara Bu-san Kim Hoong
mengulangi upacara perkawinan mereka.
Para jago rimba persilatan termasuk orang-orang bekas
tawanan rumah penjara Tay-pa-san memeriahkan upacara
itu. Disaat yang sama, Kim Hong juga mengawini Leng Bie
Sian dan Yo In-jie. T A M A T. Anak Berandalan 10 Kilas Balik Merah Salju Karya Gu Long Kemelut Di Majapahit 19
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama