Ceritasilat Novel Online

Tangan Berbisa 7

Tangan Berbisa Karya Khu Lung Bagian 7


tidak kenal dengan Ho-ong, dalam hati terheran- heran,
diam-diam berpikir: "Meskipun suhu belum menceritakan
jelas tentang diri Ho ong itu. tetapi suhu pernah
mengatakan bahwa suhu dahulu bersama-sama dengan
empek Ie-oe dan ketua golongan pengemis can Sa-sian,
Mengusir Ho ong keluar dari daerah Tionggoan, hanya
dengan keterangan suhu ini saja sudah dapat diketahui
betapa tinggi kepandaian ilmu silat Ho ong, sedangkan
nenek ini, kepandaian ilmu Silatnya juga termasuk dari
golongan kelas tinggi, bagaimana ia malah tidak tahu orang
yang bernama Ho ong?"
Selagi masih berpikir, tiba-tiba terdengar suara aneh, dari
tengah udara melayang turun sesosok bayangan putih,
Monyet putih itu kini sudah lompat kembali kedalam
pekarangan. Di tangannya menggenggam segumpal daun rumput
berwarna putih, Tampak Cin Hong masih berdiri dalam
keadaan segar-bugar, sedangkan Can Sa-jie juga sudah
duduk ditanah, monyet itu lompat- lompat kegirangan, lalu
melemparkan rumput putih di tangannya dan berlompat
kehadapan nenek tua itu dengan sikap hendak menyerang.
TAMPAK Sedikit perobahanpada sikap nenek itu,
dengan cepat mundur setengah langkah, katanya dengan
suara bengis: "Binatang, kemana majikanmu?"
Monyet patih itu menggelengkan kepalanya Sepasang
biji matanya berputaran mengawasi nenek itu, agaknya
mengandung maksud permusuhan, tetapi juga seperti sikap
ketakutan. Sinar buas dimata sinenek itu tiba-tiba lenyap
dengan ramah tamah ia berkata:
"Pek Ie Sio su, lekaslah beritahukan padaku. Kemana
perginya majikanmu" Barang kali majikanmu mendapat
bahaya" Kalau beritahukan kepadaku aku akan segera pergi
untuk membantunya " Monyet putih itu masih tetap menggelengkan kepalanya,
sedikitpun tidak mengendorkan sikap waspadanya,
meskipun nenek itu sudah berubah sikap.
"Kau monyet ini benar-benar terlalu banyak curiga Aku
ini adalah sahabat karib majikanmu, bagaimana kau masih
tidak mempercayai diriku demikian rupa?" berkata nenek
itu sambil tertawa. Monyet putih itu berteriak-teriak, kedua tangannya
bergerak-gerak, menunjukkan sikap mengusir seolah-olah ia
mau mengatakan: "Kau pergilah cepat, aku justru tidak
mempercayai dirimu "
Nenek itu tertawa-tawa, lalu berkata lagi sambil
menunjuk gubuk yang sudah rata dengan tanah:
"Kau lihat, ada orang telah membakar kediaman
majikanmu, dan orang-orang itu barang kali sudah mencuri
dan membawa pergi seluruh kepandaian ilmu majikanmu,
betul tidak?" Monyet putih itu menggeleng-gelengkan kepala,
wajahnya yang merah menunjukkan sikap bangga.
Diwajah nenek itu menunjukkan sikap girang, maju
selangkah dan berkata: "Benarkah belum tercuri orang?"
Monyet putih itu kembali mengangguk-anggukkan
kepala. Nenek tua itu berkata sambil tertawa: "Aku tak percaya
Kecuali kau mengeluarkan semua kitab kepandaian ilmu
Silat itu, diperlihatkan kepadaku"
Baru saja Monyet putih itu hendak berlalu, tiba-tiba
seperti ingat sesuatu, lalu lompat- lompat dan sambil
menunjuk nenek itu, dengan mulutnya berteriak-teriak tidak
berhentinya, seolah-olah hendak mengatakan: "Heh Nenek
aku hampir saja tertipu olehmu"
Mengetahui bahwa akal muslihatnya tidak berhasil,
nenek itu lalu mendongakkan kepalanya tertawa aneh,
rambut putih diataS kepalanya bergerak-gerak, diwajahnya
memperiihatkan kembali sikapnya yang bengis, sepasang
matanya memancarkan sinar buas, mulutnya membentak
sambil menunjuk Monyet putih.
"Binatang, hari ini majikanmu tak ada dirumah jikalau
kau masih sayangi nyawamu, lekaslah keluarkan barang
yang kukehendaki" Monyet itu memperlihatkan sikapnya yang marah,
badannya bergerak. tangannya yang panjang secepat kilat
sudah melakukan serangan, hendak menotok sepasang
mata nenek itu. Nenek itu bersikap tenang sekali, diserang secara
demikian, ia masih menggeser kakinya setengah langkah
dengan gayanya yang bagus sekali, sedang tangan kanannya
berbalik menyambar pergelangan monyet putih itu bersama
dengan itu, jari tangan ditangan kiri juga hendak menotok
sepasang mata monyet tadi, meskipun ia bergerak
belakangan, tetapi ternyata lebih cepat dari pada gerakan
Monyet putih itu. Monyet putih itu juga ternyata sangat tangkas cepat ia
telah membatalkan serangannya yang mengarah mata
nenek tadi, sebaliknya sudah dirobah tujuannya kejalan
darah didepan dada nenek itu, kakinya juga tidak tinggal
diam, menendang lutut lawannya. Serangannya yang
dilancarkan dengan berbareng itu, bukan Saja sangat hebat,
tetapi juga sangat aneh dan seperti banyak sekali
mengandung perubahan. Pertempuran antara manusia dengan binatang telah
berlangsung seru sekali, kedua pihak menggunakan gerak
tipu gerak tipu yang aneh- aneh dan luar biasa hebatnya,
hingga hanya tampak bayangan mereka berpuratan dan
bergerak- gerak. yang dibarengi oleh hembusan angin yang
timbul dari gerakan tangan mereka, hingga daun-daun
ditanah pada berterbangan
Pertempuran itu berlangsung kira-kira setengah jam
lamanya, tiba-tiba terdengar suara plak^, tubuh Monyet
putih itu terbang sejauh lima kaki dan kemudian jatuh
ditanah, akan tetapi monyet itu benar-benar hebat, begitu
jatuh sudah bangun lagi, dan untuk kesekian kalinya
menyergap nenek tua itu. Dengan begitu untuk keduanya
terjadi pula pertempuran hebat....
Cin Hong yang menyaksikan pertempuran itu, sudah
melihat bahwa gerakan Monyet putih itu agaknya tak
sanggup melawan nenek itu, maka buru-buru mendorong
can-sa-jie seraya berkata^
"Saudara can-sa bagaimana dengan kau?"
can-sa-jie lompat bangun, lalu berkata Sambil
membereskan rambutnya yang terurai: "Tidak apa-apa. Kita
perlu membantu monyet itu atau tidak?"
"Benar Hanya aku tidak tahu siapakah nenek itu"
Iaternyata memiliki kepandaian lebih hebat dari pada suami
istri golongan Lo-hu tadi "
"Mari kita maju bersama"
"Baik" Keduanya bergerak maju, Cin Hong segera melancarkan
serangan sambil berkata dengan suara bengis:
"Nenek. kau barang kali bukan orang bail- baik, lihat
seranganku" Can Sa-jie menyusul dengan serangannya, mulutnya juga
tidak tinggal diam, katanya: "Nenek. kita bertiga kalau usia
kita digabung menjadi satu, barangkali juga belum setua
usiamu, hingga belum dapat dihitung hendak menggunakan
jumlah banyak untuk merebut kemenangan-Jadi kalau kau
kalah, janganlah sekarang, cobalah serangan tanganku ini"
Nenek itu tertawa terbahak-bahak. kemudian berkata.
"Tidak apa, aku sinenek akan perlakukan kalian sama,
semua akan kukirim keneraka"
Tubuhnya diputar bagaikan kitiran, ketika lengan
bajunya itu terbuka, tangannya juga bergerak untuK
menyerang ketiga lawannya yang masih muda- muda,
benar saja sedikitpun tidak menunjukkan keadaannya yang
keripuhan. Tetapi Monyet putih itu ketika melihat adanya orang
membantu pihaknya, semangatnya mendadak terbangun,
tetapi serangannya dilakukan demikian ganas, kakinya juga
tidak tinggal diam, sekaligus ia sudah melancarkan
serangan sepuluh kali lebih, ditambah dengan Cin Hong
dan can-sa-jie yang membantu dari samping, sebentar saja
sudah berhasil memperbaiki kedudukkannya hingga nenek
itu dipaksa hanya bertahan saja.
Pertempuran sengit berlangsung lama, Cin Hong yang
melihat tidak bisa merebut kemenangan. tiba-tiba teringat
kepada ilmu Kipasnya Tay Seng Hong Sin San yang tadi
barusan dipelajari salah satu dari gerak tipu ilmu kipas itu ia
sudah dapat memahami delapan puluh persen, maka saat
itu ia pikir hendak dicobanya untuk menghadapi lawan
tangguh itu. Begitu timbul pikiran demikian, gerakan tangannya itu
menunjukkan satu gerakan yang seperti menggoyanggoyangkan
kipaS menyerang nenek itu.
Nenek yang menyaksikan gerak tipu sangat aneh dan Cin
Hong, agak terkejut ia hendak mengelakkan serangan tadi
namun sudah tidak keburu, hingga bagian pinggangnya
terkena pukulan dengan telak.
dalam terkejutnya, nenek itu lantas lompat keluar diri
kalangan dan berkata dengan suara nyaring: "Berhenti
dulu" Cin Hong menghentikan serangannya dan bertanya
dengan sikap bangga: "Kau mau apa?"
"Jangan tertipu olehnya, ia tentunya hendak
menggunakan kesempatan ini untuk beristirahat" berseru
can-sa-jie. "Kau ngoceh. Jika aku hendak membunuh mati kalian,
Semudah seperti membalikkan telapak tanganku. PerCaya
atau tidak. kan boleh coba lagi" berkata si nenek dengan
suara bengis. can-sa-jie sudah akan menyerbu lagi, namun Cin Hong
buru-buru mencegahnya, katanya kepada nenek tua itu tadi:
"Kau hendak kata apa, katakanlah Kau kan harus tahu
bahwa kalau kau menghendaki beristirahat, Kita juga samasama
bisa beristirahat, bagaimanapua juga kau tidak akan
mendapat keuntungan dari akal muslihatmu ini"
Nenek Itu tampaknya merasa tidak enak sekali, katanya:
"oleh karena aku melihat kepandaian ilmu silatmu yang
hebat sekali, maka hendak menanyakan kepadamu
beberapa pertanyaan, siapa guru kalian?"
Nenek itu mengaku sebagai sahabat lama penghuni
rumah gubuk itu. Namun gerak tipu yang digunakan oleh
Cin Hong itu, yakni gerak tipu dan ilmu kipas Tay Seng
Hong sin San milik sahabat lamanya, ternyata masih tidak
dikenalnya, masih dianggapnya sebagai ilmu ampuh
pelajaran guru Cin Hong. Cin Hong tahu bahwa nanek itu telah salah paham,
tetapi juga ia tak mau membenarkan, jaWabnya sambil
senyum: "Suhuku adalah It-hu Sianseng"
Can Sa-jie juga berkata sambil tertawa dingin:
"Bagi orang yang suka bergerak didunia persilatan tiada
seorang yang tidak kenal Suhuku adalah Pangcu golongan
pengemis can Sa Sian"
Nenek tua yang mendengar itu jadi tertawa geli,
kemudian berkata: "Aku nenek ini seumur hidupku sedikit sekali terjun
dikalangan Kang-ouw, maka itu terhadap keadaan tokohtokoh
rimba persilatan memang benar tidak tahu sama
sekali. Tetapi kalau kudengar dari pembicaraan kalian, suhu
kalian itu semua merupakan tokoh-tokoh yang sangat
hebat. Betulkah begitu?"
can-sa-jie yang paling suka dipuji orang, mendengar
perkataan itu lantas menjadi girang, katanya sambil
membusungkan dada: "Memang benar didalam rimba persilatan, siapakah yang
tidak kenal dengan tiga tokoh kenamaan, angkatan tua cui,
sian, dan Po" kalau kau tidak kenal, ini menunjukkan
bahwa kepandaian ilmu silatmu masih belum termasuk
ilmu silat dari golongan tingkat atas"
Sinenek yang mendengar ucapan demikian, sed ikitpun
tidak marah sebaliknya malah merasa girangnya katanya:
"Dimana mereka sekarang berada?"
Wajah can-Sa-jie merah seketika, jawabnya dengan nada
suara gelagapan: "Mereka semua sudah mengasingkan diri tidak mau
mencampuri dunia lagi. Kalau kau ada suatu urusan, boleh
mencari kepada kami tiga tokoh kenamaan angkatan muda
saja" "Tiga tokoh kenamaan angkatan muda" Tapi kalian
masih ada mempunyai seorang kawan lagi?" bertanya nenek
itu heran. "Benar, aku bernamakan Can Sa-jie. Dia ini bernama
Cin Hong yang mempunyai julukkan pelukis tangan sakti.
Disamping kami dua orang, masih ada seorang lagi yang
bernama Swat- lie-ang Yo in in. Diantara kami bertiga,
kepandaian ilmu silat dia itulah yang terhitung paling hebat.
Dia. . .sedang pergi membeli barang, sebentar ia bisa datang
kemari" berkata Can Sa-jie membuaL
"Kalau ia datang kemari lalu mau apa" Apakah kau kira
aku sinenek takut kepada kalian bocah-bocah ini" berkata
nenek itu sambil tertawa dingin,
Can Sa-jie kembali hendak menyerang lagi, tetapi Cin
Hong buru-buru mencegah dan berkata kepada sinenek:
"Hei Kalau kau ingin bicara, bicaralah lekas"
"Aku sinenek tua sudah mempelajari ilmu Silat beberapa
puluh tahun lamanya, Selama itu belum pernah
kepandaianku diuji oleh tokoh kuat manapun, maka aku
tidak tahu sampai dimana tingginya kepandaianku sendiri,
oleh karenanya, maka aku ingin mencari beberapa tokoh
kuat untuk menguji kepandaian ilmuku, kalau kalian mau
menyebutkan alamat Suhu kalian, aku berjanji kepada
kalian tidak akan melukai diri kalian"
can-sa-jie lantas tertawa terbahak-bahak kemudian
berkata: "Jikalau kau benar- benar hendak menguji kepandaian
dan kekuatanmu sendiri, mengapa tidak pergi saja kerumah
penjara rimba persilatan dengan alasan untuk menantang


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pertandingan?" "Apa yang kau namakan rimba penjara rimba persilatan
itu?" bertanya nenek itu heranCin Hong mau menduga bahwa nenek itu pasti belum
pernah keluar pintu, maka ia lalu menceritakan keadaan
rumah penjara rimba persilatan, kemudian berkata sambil
tertawa^ "jika benar benar hendak menguji kepandaian iimu
silatmu, rumah penjara itu memang merupakan suatu
tempat yang paling baik, hanya mau pergi atau tidak itu
terserah padamu sendiri, Jangan sampai lantaran itu,
setelah kau nanti terpukul jatuh oleh penjara rumah
penjara, lantaS kau sesalkan kami yang menjerumuskan
kau" Nenek itu memejamkan matanya berpikir sejenak. tibatiba
membuKa lagi matanya dan berkata sambil tertawa.
"Tadi kalau kata bahwa Suhu kalian semua sudah
mengasingkan diri tidak mau mencampuri urusan dunia,
apakah bukan sudah terpukul jatuh dan kini dipenjarakan
dalam rumah penjara itu?"
Cin Hong yang tidak biasa membohong lalu menjawab
sambil mengangguk. "Benar, Suhu sebetulnya merupakan
salah seorang terkuat dalam rimba persilatan, akan tetapi
Ketika bertanding dengan penguasa rumah penjara itu tak
sanggup menyambut serangannya sepuluh jurus. Ditinjau
dari ini saja, seharusnya kau sudah tahu sampai dimana
tingginya kepandaian ilmu silat penguasa rumah Penjara
itu." Nenek itu menunjukkan sikap agak gentar katanya
sambil mengerutkan alis: "Kalau benar kepandaian ilmu silatnya itu demikian
hebat, jika nenek sampai dikalahkan olehnya dan
dipenjarakan di dalam rumah penjara bagaimana?"
"Itu terpaksa sesalkan dirimu sendiri yang memiliki
kepandaian belum tinggi, masih perlu di kata apa lagi?"
berkata Can Sa-jie sambil tertawa besar.
"IHmm Kalau demikian halnya, aku tidak perlu pergi
menantang lagi" berkata nenek itu,
Cin Hong lantas tertawa, dalam hati berpikir bahwa
nenek ini memang benar-benar bukanlah orang rimba
persilatan, sedikitpun tak mempunyai watak dari
kebanyakan orang-orang rimba persilatan yang tak mau
menyerah mentah-mentah. Can Sa-jie pikir hendak membakar hatinya agar pergi
menantang bertanding di Rumah penjara Rimba Persilatan,
tetapi usaha itu tampaknya tak akan berjalan lancar, maka
ia lalu berkata sambil tertawa:
"Sekarang ucapan kita sudah habis, kau hendak berlalu
dari sini, ataukah meneruskan pertandingan dengan kami?"
Nenek itu kembali memejamkan matanya berpikir,
kemudian berkata lambat- lambat: "Beritahukan dulu
padaku, malam ini kalian datang kesini sebetulnya ada
keperluan apa?" "Kita mengikuti jejak orang hingga tiba di tempat ini,
bukan Sengaja datang kesini untuk melakukan apa- apa"
menjawab Cin Hong. Pandangan mata nenek itu di alihkan kepada gubuk yang
sudah menjadi abu, kembali bertanya:
"Sudah tahukah kalian siapa penghuni rumah ini?"
"Bukankab dia itu anak dewa persilatan yang
menamakan kakek gelandangan Kiat Hian?" jawab Cin
Hong tanpa dipikir. Wajah nenek itu berubah, saat itu kembali menunjukkan
sikapnya yang buas, katanya: "Bagus sekali. Kiranya kalian
juga datang hendak mengincar kitab ilmu silatnya, dan toh
masih berkata tak ada keperluan apa- apa, hmm.. . ."
Baru Saja menutupkan mulut, tangannya dengan tibatiba
menghunus Cemeti sepanjang setombak lebih yang
memancarkan sinar berkilaun ia dengan tidak mengucapkan
kata apa- apa lagi sudah menyabatkan Cemetinya kepada
Cin Hong. Ujung cemeti itu mengarah leher Cin Hong dengan
gerakannya yang cepat luar biasa
Cin Hong buru-buru menunduk kepalanya diluar
dugaannya, serangan cemeti nenek yang mula-mula tadi
ternyata hanya gerak tipu belaka, sedang serangan yang
menyusul berikutnya barulah merupakan Serangan benarbenar,
maka ketika Cin Hong menundukan kepala,
lehernya segera terlibat oleh ujung cemeti, hingga saat itu
leher Cin Hong seperti terjerat.
Can Sa-jie dan Monyet putih itu terkejut menyaksikan
kejadian itu, kedua-duanya lompat meleset untuk
menyergap. tetapi selagi herdak menyerang nenek itu,
mendadak tampak berkelebat bayangan seseorang,
dihadapan nenek itu kini sudah berdiri satu orang lagi
Can Sa-jie dan Monyet putih buru-buru membatalkan
maksudnya, orang yang berdiri di nenek itu ternyata adalah
seorang gadis berparas cantik yang mengenakan pakaian
warna ungu. Begitu tiba didepan nenek, gadis cantik itu
menggerakkan kedua tangannya. tangan kanannya
digunakan untuk menyambar cemeti panjang nenek itu
sedang tangan kiri digunakan untuk menyerang jalan darah
dibagian dada, gerakannya itu dilakukan demikian cepat
sehingga membuat lawannya hampir tidak berdaya untuk
mengelak. Nenek itu meskipun memiliki kepandaian ilmu silat yang
sangat tinggi tetapi saat itu juga menjadi repot, tidak keburu
menggunakan tangannya buat menggagalkan serangan
gadis tadi, terpaksa cemetinya yang menjirat leher Cin
Hong, cemeti itu ditarik kembali dan lompat mundur
beberapa langkah, kemudian berkata sambil
memperdengarkan suara tertawanya yang aneh.
"Budak cilik Kalian tiga tokoh kenamaan rimba
persilatan tingkatan muda, benar-benariah yang paling
hebat" can-sa-jie sebaliknya tidak kenal dengan gadis cantik
berpakaian ungu itu, tampak nenek itu sudah salah
menganggap gadis itu sebagai Swat- lie-ang Yo In In,
meskipun dalam hati merasa heran, tetapi juga tidak mau
menerangkannya berdiri diam saja untuk menyaksikan
perkembangan selanjutnya .
Cin Hong yang terlepaS dari jiratan cemeti nenek itu,
dapat menarik napas lega sambil meraba-raba lehernya, kini
barulah dapat melihat tegas wajah cantik itu, dari mulutnya
mengeluarkan suara seruan:
"He" Selagi hendak bertanya, gadis baju ungu itu sudah
menggoyangkan tangannya dan berkata sambil tersenyum:
"Kau jangan bicara. Biarlah aku Swat-lie-ang Yo In In
dengan seorang diri akan menempur nenek ini"
Cin Hong yang sangat Cerdik tahu gadiS itu hendak
menyamar sebagai In-jie, disebabkan nenek itu dalam
hatinya sudah merasa gentar pada Yo In In maka saat itu ia
lantaS tertawa dan mengeluarkan suara "ooo" lalu
undurkan diri dan berdiri disamping Can Sa-jie.
Gadis cantik berbaju ungu itu lalu berpaling dan berkata
pada sinenek: "Hei, kau lihat dalam satu jurus aku dapat
mengalahkan kau atau tidak?"
Nenek itu memutar pecutnya ketengah udara hingga
mengeluarkan suara geletar yang nyaring, jawabnya sambil
tertawa-tawa tergelak: "Budak kecil, kau ternyata berani
omong besar Apa kau tidak takut menghadapi bahaya?"
"Taruhlah aku omong besar, apa kau berani bertaruh
denganku?" "Bertaruh apa?" tanya nenek itu sambil mendelikan
matanya. "Jikalau dalam satu jurus aku dapat mengalahkan kau,
maka kau harus angkat aku sebagai gurumu. sebaliknya,
kalau aku yang kalah, aku angkat kau menjadi guruku
bagaimana ?" Nenek itu tampakaya ragu-ragu, ia mengamati gadis itu
demikian rupa, pada akhirnya ia berkata sambil
menganggukan kepala: "Baiklah aku bersedia bertaruh denganmu." Si nenek itu
belum lagi menutup mulut. gadis berbaju ungu sudah
bergerak. Siapapun tak tahu ilmu apa yang digunakan
olehnya, dalam waktu sekejap mata ia sudah berada dekat
sekali dengan nenek itu, sedang tangannya juga bergerak
dengan berbareng, tangan yang satu menotok jalan darah
didagu nenek itu, sedang tangan yang lain hendak
menyambar pargelangan tangannya, sementara mulutnya
berseru: "Sekarang aku mulai "
Nenek itu tidak menduga bahwa mulutnya berkata
serangannya pun tiba-tiba, ia lebih tak menduga gerakan
badan gaiis itu demikian gesitnya, apa lagi ia menggunakan
senjata cemeti panjang, paling penting dirangsek oleh
musuhnya demikian dekat, dalam keadaan demikian tanpa
banyak pikir lagi buru-buru lompat mundur beberapa
langkah sedang cemeti panjang ditangannya segera
digunakan untuk menggulung pinggang gadis itu.
Gadis itu mengelakan serangan cemeti si nenek, sedang
mulutnya berseru pula. "Nenek, kau sudah kalah"
Nenek itu terkejut dan dengan cepat menghentikan
serangannya, dengan nada suara marah.
"kau ngoceh Kapan aku kalah?"
"Begitu aku bergerak kau sudah lompat sejauh enam
kaki, bukankah itu suatu bukti bahwa kau sudah kalah?"
berkata sigadis berbaju ungu sambil tertawa.
Wajah nenek itu seketika menjadi merah. Ia pendelikan
matanya dan membentak dengan Suara marah:
"Kau gila.. AKU tadi undurkan diri hanya untuk
memperbaiki posisiku guna maju menyerang lagi, apa
begitu sudah terhitung kalah?"
Cin Hong yang menyaksiKan kejadian itu tertawa geli, ia
berkata sambil tepok tangan. "Undur, itu artinya takut,
kalau tidak dikatakan kalah habis bagaimana ?"
Nenek itu jadi semakin marah, ia menggerakan
Cemetinya lagi untuk menyerang gadis berbaju ungu,
katanya dengan suara bengis:
"Tidak ada aturan semaCam itu Aku tak mau bertaruh
denganmu lagi" Gadis barbaju ungu mengelakkan serangan cemeti
panjang dari sinenek sedang mulutnya terus mengatakan
bahwa nenek itu mengingkari janji sendiri, karena diserang
bertubi-tubi terpaksa mengeluarkan kepandaiannya buat
melawan. Ilmu pedang nenek itu bagus sekali, tapi juga ganas.
Sedang ilmu silat gadiS berbaju ungu itu unggul dalam
gerakannya yang sangat lincah hingga seolah-olah kupukupu
yang sedang terbang diantara pohon bunga, kedua
pihak masing-masing mengerahkan seluruh kepandaiannya,
bertempur dengan sengit, hingga untuk sesaat susah
dibedakan siapa yang lebih unggul
Sementara itu Can Sa-jie yang berdiri sebagai penonton,
dengan beruntun beberapa kali bertanya kepada Cin Hong
mengenai diri gadis berbaju ungu itu. Akan tetapi, Cin
Hong yang sedang memusatkan perhatiannya, dan sedang
terbenam dalam pikirannya sendiri karena menyaksikan
pertandingan antara kedua orang itu, jadi tidak mendengar
pertanyaan can-sa-jie. can-sa-jie tidak senang, ia lalu mendorong Cin Hong
seraya berkata: "Cin Hong, gadis ini cantik sekali Betul
tidak?" Cin Hong yang terdorong tentu saja jadi terkejut,
jawabnya sambil menganggukan kepala:
"Ya, kepandaian ilmu silatnya juga hebat "
"Lebih cantik daripada sumoaymu. Bukankah begitu ?"
"Dengar sejujurnya, memang benar..." berkata Cin Hong
yang kembali mengangkat kepala, can-sa-jie tertawa
tergelak. dan katanya pula: "Kau Suka padanya, bukan ?"
Cin Hong terCengang ia berpaling mengawasi padanya,
katanya heran: "Siapa suka padanya"Jangan mengoceh tak
karuan begitu rupa" "Kalau kau tidak Suka padanya, mengapa tertarik
olehnya ?" "Kau selalu mengoceh tidak keruan Kapan aku tertarik
olehnya?" berkata Cin Hong bingung.
Sambil berpeluk tangan Can Sa-jie berkata:
"Kalau bukan begitu, tadi dua kali aku bertanya
kepadamu siapa gadis itu, mengapa kau tidak dengar?"
"oooh Maaf, aku barang kali sedang mencurahkan
perhatianku kejalannya pertempuran itu. . . .ia bernama
Leng Bie sian murid penguasa rumah Penjara Rimba
Persilatan" Bukan kepalang terkejutnya Can Sa-jie mendengar
keterangan itu, ia angkat kepala dan memperhatikan Leng
Bie Sian yang sedang bertempur sengit, sedang mulutnya
menggumam sendiri: "Pantas, pantas. . ."
Leog Bie Sian bagaimanapun juga kekuatan tenaga
dalamnya masih tidak setinggi nenek itu maka setelah
bertempur berlangsung tujuh, delapan puluh jurus,
keningnya sudah bermandi keringat, gerakkannya juga tidak
selincah seperti semula, bahkan ada beberapa kali hampir
saja terlibat oleh pecut nenek tua itu, hingga ia terkejut,
mulutnya sementara itu berseru:
"Hei, cin Kongcu Lekas maju dan membantu aku"
Cin Hong menerima baik tawaran itu, dan segera turun
ke gelanggang untuk membantu Leng Bie SianMonyet putih itu juga tak mau ketinggaian, ia juga turut
ambil bagian, menyerbu nenek tua itu. Hanya Can Sa-jie
yang masih tetap berdiri sebagai penonton. Karena
berpendapat, gadis berbaju ungu itu adalah murid penguasa
rumah Penjara Rimba Persilatan- biarkan Saja mereka
bertempur sendiri antara orang golongan sesat dengan
golongan Sesat Nenek tua itu mengerahkan seluruh kepandaiannya,
namun masih belum berhasil mengalahkan Leng Bie Sian,


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dalam hati sudah dikejutkan oleh kepandaian Leng Bie
Sian-Dan kini setelah melihat Cin Hong dengan Monyet
putih turut membantu Leng Bie Sian, meskipun ia tidak
takut, tetapi ia merasa pusing menghadapi Monyet putih
yang sangat tinggi ilmu kepandaiannya, maka ia tak berani
bertempur lagi, sambil mengeluarkan suara siulan nyaring,
lantas lompat melesat dari pekarangan, dan lari menuju
kedalam rimba. can-sa-jie tepok-tepok tangan sambil perdengarkan suara
tertawanya yang aneh, kemudian berkata:
"Hajar mampus dia Kejar Mari kita lekas kejar...."
Cin Hong merasa bahwa mengejar nenek itu tak ada
gunanya, maka lalu berpaling dan memberi hormat kepada
Leng Bie Sian seraya berucap: "Nona Leng, bagaimana kau
juga bisa berada disini?"
Leng Bie Sian mengeluarkan sapu tangan merah untuk
menyeka keringatnya, ia menjawab sambil tersenyum:
"Aku keluar main- main, tidak kuduga bisa berjumpa
denganmu ...." Cin Hong tahu bahwa jawaban itu tidak sejujurnya pun
ia masih sambut dengan senyumnya, katanya.
"Tadi apakah kau yang menggunakan batu memimpin
kami ketempat ini?" Leng Bie Sian menganggukkan kepala dan berkata
sambil tertawa. "Ng Aku lihat kalian berputar-putaran didalam rimba,
maka sengaja aku melemparkan batu memimpin kalian
masuk kemari" "Rimba itu sebetulnya merupakan barisan. mengapa kau
mengerti jalannya?" "Itu hanya merupakan barisan yang dinamakan Pu-kao
pat pin-piauw, sebetulnya juga bukan apa apa. . . ."
Can Sa-jie yang menyaksikan pembicaraan mereka sama
Sekali tak ada mengandung permusuhan, dalam hati
merasa heran, lalu menegornya. "Cin Hong kemarilah
sebentar" Cin Hong memutar tubuhnya dan menghampirinya
karena ingin tahu ada uruSan apa.
Can Sa-jie berbisik-bisik ditelinganya bertanya perlahan:
"Benarkah dia itu murid penguasa rumah penjara rimba
persilatan?" Cin Hong menganggukan kepala sementara dalam
hatinya sudah dapat menduga sebagian maksud dari
Sahabatnya itu, maka buru-buru berkata^
"Ia membantu kita memukul mundur nenek itu,
seharusnya dapat membedakan mana musuh dan mana
kawan. Betul tidak?"
"Walaupun demikinn, akan tetapi jikalaU kita dapat
menangkap dia hidup, paksa ia supaya membebaSkan Suhu
dan membubarkan rumah penjara, bukankah itu merupakan
suatu keberuntungan bagi rimba persilatan ?"
Cin Hong meng geleng-geleng kan kepala. dan berkata,
"Tidak!! Budi dibalas dengan perbuatan jahat, tidak bisa
kita lakukan" "Haa yang penting ialah menolong suhu, Perduli apa itu
semua?" Cin Hong masih tetap menggeleng-gelengkan kepala dan
berkata: "Aku tahu baik perangai suhu, suhu pasti tidak
senang kalau aku berbuat demikian."
Sementara itu Leng Bie sian yang menyaksikan dua
sahabat itu berbicara bisik-bisik tidak berhentinya dalam
hatinya sudah dapat menduga apa yang sedang dibicarakan
oleh mereka, lalu tertawa geli sendiri, kemudian berpaling
dan berkata kepada Monyet putih:
"Pek Ie Siu Su, pengemis Tayhiap itu hendak
memperdayai diriku. Kau hendak membantu pihak mana?"
Monyet putih itu Cecuitan sambil menunjuk gadis itu,
sebagai tanda bahwa hal itu tidak menjadi soal baginya,
karena ia pasti akan membantunya.
Hal dimikian itu ketika terlihat oleh Can Sa-jie,
perasaannya mulai gentar, mendengar lagi bahwa Leng Bie
Sian menyebut dirinya Tayhiap. dalam hati merasa senang
juga, maka akhirnya membataikan maksud hendak
menangkap Leng Bie Sian, dengan menarik tangan Cin
Hong ia berkata dengan suara nyaring: "Sudah, Sudah Mari
kita jalan" "Jangan kesusu." kata Cin Hong sebaliknya malah
menarik tangan Can Sa-jie dan diajak duduk ditanah, ia lalu
menceritakan maksudnya yang hendak pergi
memberitahukan kepada dua belas partay, Supaya waspada
terhadap gerakan dan akal muslihat golongan kalong,
kemudian berkata : "Sekarang kalau kita hendak mengejar Pangcu golongan
kalong sudah tidak mungkin lagi. Maukah kau bantu aku
beri kabar kepada enam partay besar" ini bukan lantaran
aku malas, melainkan dengan cara ini, dapat
memperpendek waktunya. Bagaimana pikiranmu?"
Can Sa-jie memiringkan kepalanya untuk berpikir
sejenak, kemudian menerima baik tawaran itu, katanya:
"Baiklah Kau suruh aku memberitahukan enam partay
besar yang mana?" "Kau pergi memberitahukan kepada partay-partay Kunlun,
Ngo- bie, Klong-lay, Swat-san, dan Thin San, sedang
aku akan pergi memberitahukan kepada partay-partay Siaolim,
Bu-tong, Hoa-San, oey San dan Lam-hay.
Bagaimana?", "Haa, baguS Sekali Kau bocah ini baru saja terjun
didunia Kang ouw sudah pikir hendak makan aku, kau
memberitahukan tugas kepadaku untuk pergi ketempat
yang jauh-jauh saja"
"Siaote sedikitpun tidak ada maksud begitu, kau tahu
bahwa dibadanku tidak ada uang sepeserpun, melakukan
perjalanan jauh kurang leluasa, sedangkan kau boleh tidak
usah memikirkan saol makan dan tempat menginap.
bukankah begitu?" Can Sa-jie kembali berpikir, akhirnya ia menerima baik,
katanya. "Baiklah, dan kita pergi sekarang atau tunggu
sampai terang tanah?"
Leng Bie Sian menghampiri kesamping mereka, katanya.
"Sekarang jalan, aku akan ajak kalian pergi kesatu tempat.
..." "Kemana?" tanya Cin Hong heran.
"Tempat yang dinamakan Kui Chung" menjawab Leng
Bie Sian sambil tersenyum.
Baru sekali ini Cin Hong mendengar nama tempat yang
disebut Kui- Chung atau kampung setan- ia terperanjat,
tanyanya: "Tempat apakah yang dinamakan Kui- Chung
itu?" can Sa Jie lalu menyelak sambil tertawa dingin:
"Tempat yang dinamakan Kui- Chung atau kampung
setan itu, nama dahulunya sebetulnya adalah Kui- layChung, perkampungan itu terpisah dan sini kira-kira sejarak
tiga puluh pal, tempat itu Sebetulnya adalah tempat
kediaman Sin-ciu-piauw-khek. Sie Thay, kabarnya pada tiga
tahun berselang, keluarga she Sie itu serumah tangga yang
berjumlah dua puluh jiWa lebih, dalam waktu semalaman
telah dibunuh habis oleh musuhnya, sejak malam itu, di
dalam perkampungan itu lantas sering-sering terjadi heboh
lantaran ada setan kabarnya, hingga semua menamakan
tempat itu menjadi Kui-cung atau kampung setan, hingga
sekarang ini tidak ada orang yang berani mendiami tempat
itu" Cin Hong terkejut, ia berpaling dan bertanya pada Leng
Bie Sian: "Untuk apa kau hendak ajak kami keperkampungan
setan itu?" "Aku tadi dengar kalian kata hendak mengejar Pangcu
golongan Kalong, dan dia itu sekarang mungkin bermalam
diperkampungan setan itu" menjawab Leng Bie Sian Sambil
tertawa. "Bagaimana kau tahu?" tanya Cin Hong heran.
"Aku dengar sendiri, tadi ketika pangcu Golongan
Kalong ber-sama2 sepasang suami golongan Lo-hu berlalu
dari sini, aku justru sembunyi diatas pohon dalam rimba
itu. Mereka bertiga lewat di bawahku, si Kie-lim merah Kha
Gie San bertanya kepada pangcu golongan Kalong hendak
kemana, dan pangcu itu menjawab akan pergi
keperkampungan setan"
Cin Hong berpaling dan bertanya kepada can-sa-jie:
"saudara can Sa, kita mau pergi ataukah tidak?"
Can Sa-jie mengangguk-anggukkan kepala kemudian
mengangkat mata dan bertanya kepada Leng Bie Sian"Kaum wanita apa lagi yang masih gadis kebanyakan
takut setan- Apakah kau tak takut?",
"Dengan kalian berjalan bersama-sama, aku tidak merasa
takut" berkata Leng Bie Sian Sambil membusungkan dada.
Cin Hong dan can-sa-jie lalu bang kit. Monyet itu
mengetahui juga mereka mau pergi, Sikapnya menunjukan
perasaannya berat, tetapi suka ikut mereka, sambil
menunjuk rumah gubuk yang sudah menjadi abu, mulutnya
terus cecowetan tidak berhentinya seolah-olah hendak
beritahukan bahwa ia hendak menunggu sampai majikan
kembali. Tiga orang yang menyaksikan sikap setia dari Monyet
putih itu tergerak juga hatinya, lalu berpamitan padanya,
dan Monyet putih itu juga mengantar mereka hingga keluar
dari barisan Pat bin PouW.
Pemuda itu, pada malam itu juga terus melakukan
perjalanannya menuju kekampung setan,
Usia mereka meskipun masih muda, tetapi masingmasing
memiliki kepandaian ilmu silat dari golongan
sendiri-sendiri. Waktu mereka masing-masing mengerahkan
ilmu meringankan tubuh, tempat sejarak tiga puluh pal
dalam waktu sekejap mata sudah dicapai oleh mereka, dan
perkampungan yang dinamakan kampung setan itu juga
sudah berada dihadapan mata mereka.
Kampung itu merupakan kampung kuno yang dibangun
satu yang agak tinggi diluar kota, disitu tidak ada lain
rumah penduduk desa, diluar perkampungan ada sebuah
kolam ikan, seputarnya dikurung oleh dinding tembok
ditanami pohon-pohon buah tho dan pohon itu dalam
keadaan gelap gulita. perkampungan itu bentuknya seperti
seekor binatang aneh yang sedang tengkurap. seolah-olah
diliputi oleh keseraman yang menakutkan.
Tiga anak muda itu tidak berani masuk dengan lancang,
ketika tiba dibawah kaki tembok lantas lompat keatas
pohon untuk melihat keadaan disekitarnya, tampak
perkampungan itu gelap gulita, sedikitpun tak ada sinar
lampu, bahkan suasana dalam perkampungan itu Sunyi
senyap, sekalipun suara binatang juga tidak terdengar sama
sekali, benar-benar mirip dengan perkampungan setanLeng Bie Sian lompat keatas pohon dibelakang Cin Hong
dan Can Sa-jie, katanya dengan suara perlahan^
"Suhu kata bahwa kepandaian ilmu silat Pangcu
golongan kalong itu sangat hebat, ia ada melatih semacam
ilmu yang dinamakan ilmu sihir, ia dapat menyuruh kita
tidur jikalau kita dipergoki olehnya. Sebaiknya kita harus
lekas-lekas lari pulang. sekali-kali jangan sampai ke bentrok
dengan sinar matanya"
Cin Hong yang pernah ditidurkan satu kali oleh Pangcu
golongan Kalong itu, sudah tentu percaya ucapan gadis itu,
Sebaliknya dengan can-sa-jie yang tidak begitu perCaya
dengan ilmu gaib, diam- diam sudah mengambil keputusan.
bahwa malam itu apa bila berjumpa dengan seorang
tersebut, pasti hendak memandang matanya, ia akan
menguji benar atau tidak Pangcu itu dapat membikin tidur
dirinya. Mereka berunding sebentar. lebih dulu pikir hendak
masuk kekampung itu dari tiga jalan, tetapi Leng Bie Sian
yang takut dalam kampung itu benar ada setannya, tidak
berani bergerak seorang diri, pada akhirnya terpaksa
menurut kehendaknya, tiga orang berjalan bersama-sama.
Cin Hong memberi pesan kepada kawannya bahwa
maksudnya malam itu hanya hendak menyelidiki
keadaannya, tidak boleh melakukan pertandingan langsung.
Can Sa-jie sementara itu menerima baik saja, tetapi ia sudah
bergerak lebih dulu, lompat melesat keatas tembok dan
melayang turun kedalam kampung.
Cin Hong bersama Leng Bie sian terpaksa mengikuti
jejaknya, tiga orang itu dengan menyusuri kaki tembok
terus berjalan kebawah perumahan., dengan gerakan sangat
ringan mereka lompat keatas genteng, dari mulutnya
meniru suara kucing, dan sepasang tangannya juga meniru
suarakan kucing, dengan Sangat hati-hati, merayap diatas
rumah. Rumah batu dalam kampurg itu jumlahnya tidak kurang
dari lima puluh buah, ada yang dibangun sendiri, ada yang
dibangun berpetak-petak, hingga tampaknya sangat luas,
jelas sin-ciu piauw-khek Sie Thay waktu itu memiliki
kekayaan yang sangat besar dan hidupnya juga sangat
mewah. Leng Bie sian terus merayap tidak terpisah dari damping
Cin Hong, saban-saban ia harus menoleh dan memandang
pemuda itu, seolah-olah dengan meniru kucing berjalan itu
sangat interesan sekali. Mereka dengan caranya demikian itu, telah melalui
beberapa bangunan rumah yang merupakan bangunan
terpenting dalam kampung itu. Tiba-tiba, tampak dari
jendela salah satu bangunan itu ada sinar lampu, tapi simar
lampu itu telah terhalang oleh sebuah rumah batu, maka
tadi tidak terlihat oleh mereka.
can-Sa-jie dengan kegesitannya luar biasa, lebih dulu
melompat keatas genteng rumah yang terdapat sinar lampu
itu, kedua kakinya dicantolkan dipayon rumah, dengan
Cara bergelantungan melongok kedalam. Hanya melongok
sebentar saja, dengan cepat sudah loncat balik. keatas
genteng. Cin Hong dengan Leng Bie Sian waktu itu sudah
menghampiri padanya dan bertanya dengan suara perlahan:
"Bagaimana?" can-Sa-jie membuka mulutnya dan menunjukkan
senyumnya misteri, katanya dengan suara sangat perlahan:


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Suami istri dari golongan Lo-hu"
"Bagaimana?" tanya Cin Hong Cemas. can-sa-jie
menggeleng kan kepala dan menjawab: "Tidak apa-apa..."
Cin Hong tidak perCaya, tanyanya pula: "Mereka sedang
berbuat apa?" can-sa-jie kembali menggelengkan kepala, ia berkata:
"Tidak apa apa...."
Cin Hong mengerutkan alisnya dan menyesali sang
kawan itu: "Jangan kau berlaku misteri. . ."
Can Sa-jie menggaruk-garok kepalanya dan berkata
dengan suara gelagapan: "Kau pergi lihat sendiri, aku juga
tidak bisa kata apa-apa...."
Cin Hong merasa lebih heran, ia segera menelaah
perbuatan can-Sa-jie tadi, kedua kekinya dicantolkan diatas
payon, dan dangan Cara bergelantungan merengok
kedalam. Apa yang disaksikan olehnya" la jadi melongo.
Kiranya didalam rumah itu hanya merupakan kamar
yang sudah rusak keadaannya.diatas sebuah meja bundar
yang sudah peCah ada sebuah lampu minyak, sebagai
penerangan, sebuah tempat tidur yang sudah mesum dan
rusak keadaannya begitupun bantalnya juga awut-awutan.
keCuali itu, tidak ada apa lagi, juga tidak terdapat bayangan
sepasang suami istri dari Lo-hu.
Apakah can-sa-jie membohong" Tapi dalam kamar itu
tiada orangnya, bagaimana ada lampu pelita"
Cin Hong untuk sesaat itu tidak dapat memikirkan soal
itu, terpaksa balik lagi keatas atap. selagi hendak membuka
mulut, can-Sa-jie sudah berkata lebih dulu dengan suara
perlahan: "Hah, aku can-Sa jie masih tidak berani melihat,
sebaliknya kau sudah melihat demikian lama "
Leng Bie Sian Seolah-olah sadar, mukanya menjadi
merah, kemudian pendelikan matanya kepada Cin Hong,
setelah itu ia menundukkan kepalanya. Cin Hong menarik
napas perlahan, kemudian berkata: "Saudara can Sa,
mengapa kau bersenda-gurau demikian rupa?"
can-sa-jie menyipitkan matanya, berkata sambil tertawa:
"Heh,jangan pura-pura berlaku alim"
"Pura pura berlaku alim apa?" tanya Cin Hong heran.
Can Sa-jie mengerlingkan matanya kearah Leng Bie
Sian, katanya sambil mengangkat pundak: "Aku Can Sa-jie
meskipun seorang bodoh, tetapi juga tahu, tidak bisa
membicarakan soal ini dihadapan nona, apa kau masih
perlu tanya?" Cin Hong mencekal padanya, katanya dengan sungguhsungguh.
"Apakah artinya ucapanmu ini" Didalam kamar
itu benar-benar tak ada orang"
Can Sa-jie yang mendengar ucapan itu terkejut, katanya
heran: "Apakah matamu sudah buta" Sepasang suami istri Lohu
itu jelas rebah di tempat tidur dalam keadaan telanjang
bulat, mengapa kau kata tidak ada orang?"
Wajah Cin Hong menjadi merah, ia berkata sambil
menunjuk kebawah: "Benar-benar tidak ada orang Kalau kau tidak percaya
lihatlah lagi kesana"
Can Sa-jie menurut, benar-benar menggelantungkan lagi
kakinya dan kepalanya melongok kebawah, tetapi dengan
Cepat dia sudah balik kembali keatas genteng, dengan
wajah berubah dan mata terbuka lebar berkata:
"Sungguh aneh, apakah yang telah terjadi?"
"Apa yang kau saksikan tadi?" bertanya Cin Hong,
can-sa jie kembali melirik kepada Leng Bie Sian,
kemudian berbisik-bisik ditelinga Cin Hong:
"Kau tahu bahwa mereka suami istri sudah disekap
berapa tahun lamanya dalam rumah penjara rimba
persilatan, hari ini adalah malam pertama mereka keluar
dari penjara, seperti juga api yang ketemu dengan kayu
kering. ..." Dalam hati Cin Hong terkejut, buru-buru mengeluarkan
tangannya untuk menekap mulut Can Sa-jie katanya
dengan suara perlahan: "Kalau demikian halnya, gerakan kita ini mungkin sudah
diketahui mereka" Wajah can-sa-jie kembali berubah, ia gelengkan
kepalanya untuk menengok keadaan disekitarnya, ketika
pandang matanya beralih kebagian belakang, tampak
olehnya ditempat selisih kira-kira dua kaki belakang
dirinya, ada berdiri tenang seorang wanita berbaju merah
yang sangat cantik sekali, dalam terkejutnya ia hanya
mengeluarkan suara 'Aaaaa', kemudian cepat meleset
kesamping. Cin Hong dan Leng Bie Sian juga pada waktu yang
bersamaan sudah melihat kehadiran wanita berbaju merah
itu, juga sama-sama terkejut dan lompat kesamping.
Wanita berbaju merah itu usianya kira-kira tiga puluh
tahun, tubuhnya langsing, rambutnya yang hitam dan
panjang terurai dikedua bahunya, Wajahnya bagaikan
bunga, alisnya lentik matanya jeli, bibirnya merah, sekujur
tubuhnya tiada satu bagian yang tidak menarik, hanya
dengan munculnya dimalam gelap seCara tiba-tiba itu
dengan sendirinya menimbulkan perasaan takut bagi orang
yang menghadapinya. Dia itu bukanlah Pa cap Nio dari Leng- hui pay, juga
bukan isteri PangCu golongan Kalong Touw Kui Hui, atau
selirnya Liu Kui Bin, melainkan Seorang wanita cantik
yang tidak dikenal oleh mereka bertiga.
Kecantikan wanita itu benar-benar bagai bidadari yang
turun dari kayangan. Wanita cantik itu selalu mengedipkan sepasang matanya
yang jeli, dan membuka bibirnya yang merah, hingga
tampak sebaris giginya yang bersih kemudian berkata
sambil tersenyum: "Kalian tiga anak anak, tengah malam
buta mendatangi rumah orang tanpa mengetok pintu,
seharusnya mendapat hukuman apa?"
Suaranya itu demikian merdu, sedikitpun tidak
mengandung maksud untuk menegor hingga bagi orang
yang mendengarkan tidak merasa kalau dirinya
dipersalahkan, tanpa disadari pula telah menimbulkan
kesan baik yang tak dapat dimengerti oleh mereka.
Cin Hong yang mendengarkan tegoran itu memang
pantas, buru-buru mengangkat tangan memberi hormat
seraya berkata: "Numpang tanya nona ini siapa" Apakah perkampungan
Kui- lay- Chung ini adalah milikmu?"
Wanita cantik itu menganggukan kepala, katanya sambil
tersenyum: "Aku siorang she Song, benar majikan wanita
perkampungan setan ini"
Can Sa-jie perdengarkan suara tertaWanya yang dingin.
kemudian bertanya: "oh, apakah kau adalah isteri Sin-chiupiauwkhek Sie Thay almarhum?"
Wajah wanita itu tampak guram, katanya sambil
menghela napas: "Benar, Suamiku mengalami bencana sudah Tiga tahun
lamanya, aku sendiri meskipun terhindar dari kematian,
tetapi rumah-rumah dalam perkampungan ini yang
jumlahnya tidak kurang dari dua puluh buah, dengan
tenagaku seorang diri, sesungguhnya agak sulit untuk dapat
urus seluruhnya, sekarang sebagian besar rumah ini sudah
nampak bobrok. sehingga mendapat tertawaan kepala
kalian bertiga" Can Sa-jie semula mengira bahwa wanita cantik itu
adalah orangnya golongan Kalong, maka mencoba
mengejeknya. Tetapi nyatanya, Wanita cantik itu dengan
terus terang mengaku sebagai Janda dari Sin cee. setengah
tidak sebab menurut apa yang tersiar dalam kalangan Kang
ouW, keluarga Sie itu seluruh rumah tangganya sudah di
bunuh habis oleh musuhnya, belum pernah dengar ada
seorang yang masih hidup, apa lagi istrinya, apakah tidak
mungkin wanita itu adalah sukmanya istri Sie Thay"
Berpikir sampai disitu, tanpa disadari tuhuhnya lantas
menggigil, tanyanya: "Hei Kau ini manusia atau setan?"
Wanita cantik itu tiba-tiba perdengarkan suara tawanya
yang merdu, Kemudian ia berkata sambil menunjuk
sepasang kakinya sendiri:
"Adakah kau belum pernah dengar orang berkata, bahwa
setan itu kalau berdiri, terpiSah dengan tanah kira-kira tiga
dim" Can Sa-jie tujukan pandangan matanya kekaki wanita
cantik itu, benar saja sepasang kaki wanita itu menginjak
diatas genteng, hingga diam-diam hatinya percaya bahwa
wanita itu bukanlah setan, kemudian ia bertanya lagi sambil
menunjuk kebawah: "Siapakah orangnya yang berada di
dalam kamar itu?" "sepasang suami istri, mereka datang untuk menumpang
bermalam diSini, kukira kalian pun datang dengan maksud
demikian, bukan?" menjawab wanita cantik itu sambil
tertawa. Cin Hong yang mendengar ucapan wanita cantik itu,
dalam hatinya sudah berpikir bahwa malam ini terpaksa
harus memohon, maka buru-buru menyelak:
"Memang benar, kami tiga orang sedang melakukan
jalan malam dan tiada tempat untuk bermalam. maka kami
pikir hendak bermalam satu malam diperkampungan ini,
tak disangka-sangka bahwa dalam perkampungan ini masih
ada Nyonya ditempat ini, kunjungan kami tengah malam
buta memang tidak seharusnya maka dengan ini aku minta
maaf sebesar-besarnya"
Ia mengira bahwa jawabannya itu sudah cukup sopan,
maka setelah itu ia melirik kepada Can Sa-jie sejenak.
Wanita cantik itu menganggukkan kepala lalu memutar
tubuh hendak berlalu, sementara mulutnya berkata sambil
tertawa: "Tidak halangan, kalian bertiga sudah datang hendak
minta bermalam, silahkan ikut aku"
can-sa-jie seperti ada sesuatu yang tidak beres, maka lalu
berkata pula: "Tunggu dulu."
Jari tangannya menunjuk kekamar dibawah dan
bertanya: "Nyonya, bolehkah aku numpang tanya, sepasang
suami istri itu mengapa sekarang tidak ada didalam
kamarnya?" Wanita cantik itu berpaling dan menunjukkan
senyumnya yang manis, sedang mulutnya berkata: "Kalian
tadi telah mengintip suami-istri yang sedang bekerja,
membuat mereka ketakutan hingga sembunyi dikolong
tempat tidur " Sehabis berkata demikian, lalu menggapai kepada
mereka, dan hendak berjalan lagi. Wajah Can Sa-jie
menjadi merah, ia maju selangkah seraya berkata: "Tunggu
dulu Nyonya" Wanita itu kembali berpaling dan berkata padanya: "Ada
apa lagi" Kalau hendak bicara tunggu nanti sampai dikamar
baru bicara lagi" Sepasang matanya Can Sa-jie dengan Cepat menyapu
keadaan disekitarnya, katanya dengan suara perlahan:
"Nyonya, bolehkah aku numpang tanya, malam ini
semua ada berapa orang yang hendak bermalam
ditempatmu?" "Tiga berikut kalian semua ada enam orang" menjawab
wanita cantik itu sambil tertawa.
Can Sa-jie kembali matanya mencari-cari, lalu bertanya
pula "Yang seorang lagi itu tidur dikamar sebelah mana?"
Tangan wanita cantik itu menunjuk kesebuah rumah
batu tinggi besar yang terpisah sejarak beberapa puluh
tombak dari tempatnya, jawabnya: "Ia tidur diruang tamu
kamar itu, ia kata suka tidur diruangan tamu"
Tiga anak mudaitu saling berpandangan sejenak. lalu
mengikuti wanita cantik itu lompatturun kebawah,
diperkampungan itu mereka melalui perjalanan berliku-liku,
akhirnya tibalah mereka dibawah atap rumah batu, wanita
cantik itu lalu memutar tubuh dan berkata sambil menunjuk
kederetan rumah itu: "Kalian masing-masing boleh pilih satu kamar, hanya
kamar- kamar itu keadaannya sudah rusak tidak karuan,
harap jangan dibuat pikiran"
"Tidak. kami bertiga hendak tidur dalam itu kamar saja?"
kata Leng Bie Sian. "Kau seorarg nona, bagaimana bisa tidur bersama
mereka dalam satu kamar?" berkata wanita cantik itu sambil
tertawa. Leng Bie Sian menundukkan kepalanya. dan dengan
muka kemerah-merahan berkata:
"Kami tiga orang ajaib rimba persilatan angkatan muda,
selamanya rukun seperti seudara sekandung, tidak
mempersoalkan soal itu"
Wanita cantik itu kembali tertawa, ia lalu membuka
kamar yang paling dekat. mengeluarkan korek api dan
menyalakan lampunya, selagi semua ia berjalan lagi keluar,
Sedang matanya yang melirik tiga orang tamunya
bergiliran, dengan tiba tiba tertawa, lalu berkata:
"Didalam kalangan Kang-ouw sering terdengar cerita
bahwa perkampunganku ini sering diganggu setan, apabila
kalian merasa takut, aku boleh tidur bersama-sama dengan
kalian" Can Sa-jie tidak menantikan wanita itu habis bicaranya,
buru-buru menjawab sambil memberi hormat, "Kami tidak
takut setan, silahkan nyonya kembali kekamar sendiri"
Wanita cantik itu membalas hormat sambil tersenyum,
kemudian membalikkan diri dan sebentar saja sudah
menghilang kedalam kegelapan.
Tiga anak mudaitu masuk kedalam kamar, mata mereka
mengawasi keadaan dalam kamar itu. Kiranya, didalam
kamar itu hanya adasebuah tempat tidur, kasur dan
selimutnya juga tidak ada, beberapa buah perabot rumah
tangga berserakan ditanah, sedang sudut tembok rumah
sudah penuh dengan kotoran, debu terdapat dimana-mana
keadaannya kotor sekali. Can Sa-jie menutup pintunya, ia memeriksa keadaan
kamar itu sekali lagi, kemudian memberi isyarat kepada Cin


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hong dan Leng Bie sian supaya duduk ditanah, Sedang
mulutnya berkata dengan suara sangat perlahan: "Hei,
kalian coba pikir dia itu benarkah janda Sie Tay?"
Cin Hong tampak berpikir, kemudian berkata: "Dia
agaknya kenal baik keadaan dalam perkampungan ini,
barang kali. ..." "Bukan", berkata Leng Bie Sian sambil menggelengkan
kepala. "Aku kira juga bukan. coba katakan dulu pendapatmu
supaya aku bisa dengar" berkata can-sa-jie sambil tertawa.
"Pertama: suaminya dan orang-orang seluruh rumah
tangga ini sudah dibunuh olehnya, meskipun peristiwa itu
sudah terjadi tiga tahun yang lalu. Tetapi setidak-tidaknya
harus ada perasaan duka. Mengapa ucapan pertama tadi
meskipun menunjukkan sikap kedukaannya, tetapi
kemudian ia masih bisa tertawa-tawa demikian riang" Dan
lagi .... dia mengenakan pakaian berwarna merah" kata
Leng Bie Sian. "Aku juga mempunyai kesan demikian, dan kedua?"
berkata can-sa-jie sambil menganggukkan kepala.
"Kedua: Barang siapa yang melakukan pekerjaan sebagai
Piauwsu, kepandaian ilmu silat mereka kebanyakan
bukanlah terlalu tinggi sekali. Sin ciu-piauw-khek Sie Thay
itu, betapa pun tinggi ilmu silatnya juga tidak bisa lebih
tinggi dari kita tiga manusia gaib keCil dari dalam rimba
persilatan- . . ." "Tidak bisa Tadi kau dihadapan musuh sudah mengaku
sebagai Soat-lie-ang Yo in in, Karena sudah menghadapi
musuh besar, perbuatanmu itu masih dapat dimaafkanTetapi sekarang tidak boleh lagi kau gunakan nama orang
lain" kata Can Sa-jie yang agaknya tidak merasa senang.
Leng Bie Sian miringkan kepalanya, dengan sikap
kekanak-kanakan ia berkata:
"Sebelum nona Yo keluar dari rumah penjara, aku
adalah salah satu dari tiga manusia gaib keCil rimba
persilatan. Nanti setelah dia keluar dari rumah penjara
akuakan kembalikan lagi gelar itu kepadanya, dan aku
jamin takkan menodakan nama baiknya. Bagaimana?"
Cin Hong anggap bahwa perbuatan gadis ini sangat unik,
maka lalu berkata mendahului Can Sa-jie:
"Baik, aku setuju "
Can Sa-jie pendelikan matanya mengawasi, kaCanya
sambil angkat pundak: "Baiklah, kalau begitu kau teruskanlah keteranganmu"
Dengan sangat gembira Leng Bie Sian melanjutkan
keterangannya: "Kepandaian ilmu silat Sie Thay meskipun tidak terlalu
tinggi betul, tetapi dia sudah berani menggunakan gelar Sinciu,
suatu bukti bahwa didalam kalangan piauwsu dia pasti
merupakan seorang yang paling kuat, apabila
kepandaiannya ilmu Silat istrinya lebih tinggi dari padanya,
aku pikir didalam kalasan Kang ouw tidak mungkin kalau
tidak mendapat sedikit nama, betul tidak?"
can-sa-jie menganggukkan kepala, lantas berkata sambil
mengaCungkan ib ujarinya, "Pendapatmu sama dengan
pendapatku Can Sa-jie, kau benar-benar hebat"
Cin Hong yang mendengarkan pembicaraan mereka
rupanya tak mengerti cepat-cepat bertanya:
"Dengan Cara bagaimana kalian tahu kepandaian ilmu
silat perempuan tadi lebih tinggi daripada Sie Thay?"
can-Sa jie tampak bangga, ia menjawab dengan
mengalihkan kepada soal lain:
"Jikalau bicara soal ilmu silat, kita berdua barang kali
hampir bersamaan, tapi jikalau bicara soal pengetahuan
rimba persilatan, kau cin cay-cu masih kurang jauh sekali,
selanjutnya kau masih perlu banyak belajar, jikalau tidak
kita tiga orang gaib angkatan muda dalam rimba
persilatan,akan rusak namanya ditanganmu, kalau
demikian aku sendiri juga akan terbawa-bawa."
Leng Bie Sian takut cian Hong akan marah, cepat-cepat
memberi penjelasan: "Perempuan tadi sewaktu berada dibelakang kita sejarak
dua kaki, kita sedikitpun tak merasa, lagi pula, dia sewaktu
melayang turun dari atas genteng, betapakah hebat
kepandaian ilmu silatnya masih jauh diatas tiga orang gaib
angkatan muda dalam rimba persilatan- Betul tidak begitu?"
Cin Hong kini baru sadar, katanya:
"Benar Sekarang aku ingat, dia ada kemungkinan
merupakan salah satu isterinya PangCu dari golongan
Kalong" cin Sa-jie lalu bangkit dan berkata^ "Tidak perduli siapa
dia, aku hendak melihat lebih dulu bagaimana maCamnya
PangCu golongan Kalong itu"
Cin Hong juga turut bangkit, katanya dengan perasaan
heran: "Apa kau hendak pergi sendiri?"
Can Sa-jie menganggukkan kepala dan menjawab:
"Ng Kalau kita tiga orang pergi bersama-sama, tentu
akan menarik perhatian orang. Jadi baiknya aku keluar
sendiri saja.Jikalau aku ada urusan- aku akan meniru suara
burung untuk memanggil kalian keluar"
"Tetapi kau harus berlaku hati-hati, sepasang suami isteri
golongan Lo-hu itu sudah mengetahui kita memasuki
perkampungan ini," berkata Cin Hong.
can-sa-jie dengan sangat hati-hati membuka daun jendela
dalam kamar lantas lompat keluar. ia berdiri diluar jendela
dan menunjukkan sikap mengejek pada Cin Hong berdua,
katanya sambil tertawa: "Mereka yang sedang menikmati cinta kasih sayang
sudah lama tidak berkumpul, aku pikir sekalipun langit
rubuh juga tidak mengejutkan mereka" Sehabis berkata
demikian, lantas berkelebat dan hilang dalam kegelapan.
Leng Bie Sian bangkit, berjalan kedaun jendela dan
tongolkan kepalanya melongok ke luar, setelah itu memutar
tubuh dan memandang Cin Hong semakin lama, tiba-tiba
pipinya menjadi merah, berkata sambil menundukan
kepala. "cin Kongcu, kita juga harus cepat-cepat keluar"
Cin Hong juga dapat merasakan bahwa dengan berduaan
berada didalam satu kamar rasanya kurang pantas, maka
lalu berkata sambil menganggukkan kepala:
"Baik Tetapi Can Sa-jie tadi kata, tiga orang berkumpal
menjadi satu akan menarik perhatian orang..,..."
"Kalau begitu kita tunggu saja dia diluar kamar, hanya
kita berdua berada didalam kamar ini, kalau dilihat orang
rasanya kurang pantas"
"Apakah kau takut aku akan menelan kau?" berkata Cin
Hong menggoda. Wajah Leng Bie sian semakin merah, ia mendelikan
matanya mengawasi Cin Hong sejenak. katanya:
"Aku....barusan berpikir, apabila kampung setan ini benarbenar
ada setannya, aku rela biar dimakan setan sekalipun
juga, akan berada ber-sama2a denganmu. Akan tetapi aku
sekarang tahu bahwa kampung ini tidak ada setannya. . . ."
Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara jeritan setan yang
dibarengi oleh desiran angin yang menghembus dari
jendela. Leng Bie sian terkejut hingga menjerit, lalu lompat dan
menubruk Cin Hong, dengan memeluk tubuh pemuda itu ia
berkata dengan suara gemetaran: "setan, setan- .. ."
Cin Hong mendengar suara tadi tidak mirip dengan
suara orang juga merasa gentar.. tetapi oleh karena ia harus
melindungi gadis itu, mau tak mau ia harus berlaku tenang,
maka saat itu sambil memeluk erat, tangan yang lain
menepuk-nepuk bahu Leng Bie Sian seraya berkata:
"Jangan takut, suara itu mungkin palsu."
Leng Bie sian tidak berani keluar, masih tetap memeluk
Cin Hong erat-etat, tidak mau melepaskan, katanya dengan
suara gemetaran: "Tidak, aku tidak mau keluar. . . ."
"Nona Leng, kepandaian ilmu silatmu jauh lebih tinggi
dari padaku, kami masih memerlukan bantuanmu,jikalau
kau demikian penakut, malam ini barang kali akan
mendapat susah semua" berkata Cin Hong Cemas.
Leng Bie sian mendongakkan kepala dan berkata dengan
suara gelagapan: "Kepandaian ilmu silat tidak dapat
digunakan untuk melawan setan, kau tahu. . . ."
Tiba-tiba terdengar pula 'Cit' yang sangat menyeramkan,
kali ini suaranya ditarik demikian panjang, dari jauh
semakin mendekat, kedengarannya seperti dari jarak
sepuluh tombak lebih, lalu berada di luar jendela, sementara
itu angin dari lubang jendela meniup masuk. hingga sinar
pelita tampak tergoyang-goyang sebentar terang sebentar
redup, hingga menambah keseraman suasana.
Cin Hong alihkan pandangan luar jendela, tampak
olehnya di lubang jendela ada sebuah kepala setan
perempuan yang rambutnya panjang terurai dikedua
pundaknya, sedangkan mukanya dan lubang hidung serta
matanya tampak mengalir darah, begitu setan itu unjuk
muka lantas menghilang, seolah-olah tertiup angin. . . . "cit"
"cit...." Suara setan yang agak mirip dengan suara tikus itu
terdengar pula diluar kamar, suara itu sebentar terdengar di
depan, sebentar terdengar dibelakang, ada kalanya lewat
melalui kamar, seolah-olah sedang mengitari kamar tidur
itu, bahkan luar biasa cepatnVa, tetapi tidak terdengar suara
kibaran pakaiannya. Leng Bie sian ketakutan setengah mati, sekujur badannya
lemas, menggandul dalam pelukan Cin Hong, giginya juga
berkatrukan, sedang mulutnya seperti orang mengoceh^
"Engkoh Hong. . .setan itu. . .hendak membinasakan kita"
Cin Hong yang mendengar gadis itu memanggil dirinya
engkoh, diam-diam terkejut, mulutnya menganga, tidak
sepatah katapun keluar dari mulutnya.
Leng Bie Sian memejamkan matanya, kepalanya
diletakkan pada dada Cin Hong, katanya dengan suara
gemetar, "Maaf, harap.,.. harap kau ijinkan aku demikian
memanggil kau, apabila. . .apabila malam ini kita
beruntung tidak mati, besok pagi aku akan robah panggilan
cin Kongcu terhadapmu."
Cin Hong teringat kepada in-jle sewaktu bertanding
dengan Penguasa Rumah Penjara, setiap kali memanggil
dirinya engkoh cin, lalu sanggup menyambut serangan
Penguasa Rumah Penjara, maka ia lalu berkata sambil
tertawa: "Panggillah sesenangmu, apabila kau memanggil aku
demikian atas tidak takut setan, kau boleh panggil terus"
Leng Bie Sian angkat muka, dan matanya dibuka lebar
mengawasi Cin Hong, katanya dengan nada girang:
"Benarkah?" "Sudab tentu benar" berkata Cin Hong Sambil
tersenyum. Semangat Leng Bie sian seperti mendadak terbangun,
dalam waktu sekejap mata perasaan takutnya hilang semua,
ia melepaskan diri dari pelukan Cin Hong dan lompat
keluar, mulutnya berseru:
"Engkoh Hong, ayo keluar, kita tangkap setan keparat
itu" Cin Hong juga lompat dari lubang jendela, matanya
mengawasi keadaan disekitarnya, tampak setan perempuan
yang berlumuran darah tadi sedang berdiri di dinding
tembok sambil lompat- lompatan, setan perempuan itu
berpakaian hitam dan putih. rambutnya yang panjang
tertiup angin hingga melambai-lambai, kuku dijari-jari
tangannya panjang bagaikan belati, saat itu sedang
mendongakkan kepala menghadap rembulan sambil
lompat- lompat tidak berhentinya, setiap kali melompat dari
mulutnya mengeluarkan "cit" seolah-olah sedang
menggadangkan putri malam.
Leng Bie Sian lantas berseru, badannya bagaikan anak
panah terlepas dari busurnya melesat keatas tembok, lalu
mengangkat tangan untuk menyerang setan perempuan itu.
Gerakan setan perempuan itu ternyata sangat ringan
bagaikan daun pohon Liu, berbareng dengan Serangan
tangan Leng Bie Sian,sudah melesat setinggi tiga kaki,
kemudian melayang turun ke tanah dengangerakan sangat
ringan sekali. Cin Hong pada saat itu justru tiba dibelakang dirinya
dengan menggunakan ilmu silatnya seperti orang mabok
arak. Kedua tangannya menyerang dua bagian jalan darah
setan wanita itu. sementara mulutnya membentak dengan
suara keras: "Sambutlah serangan ini"
setan wanita itu tanpa menoleh mengibas lengan
jubahnya kebelakang, dari situ lantas menghembus keluar
angin dingin dan Cin Hong yang dikibas demikian, dapat
merasakan angin dingin itu seperti menutuk dagingnya,
hingga ia jadi menggigii sendiri, oleh karenanya, maka
serangan tadi mengenakan tempat kosong, dan sesaat
kemudian setan wanita tadi sudah hilang lagi.
la menengok kekanan kiri mencari-cari. setan wanita tadi
sudah berdiam diatas pohon Cemara pendek yang berada
sejauh empat tombak dari tempatnya, tampaknya dia begitu
tenang. Leng Bie Sian mengeluarkan suara bentakkan lagi, lalu
melesat untuk menyergap setan wanita itu, ketika badannya
masih ditengah udara, serangan tangannya sudah
dilancarkan lebih dahulu, dengan beruntun melancarkan
serangan dengan menggunakan kekuatan tenaga dalam
yang sangat lunak. diarahkan pada bagian atas dan bawah
setan wanita itu, la sejak masih keCil sudah dipungut dan dididik oleh
Penguasa Rimba Persilatan, sekalipun kekuatan tenaga
dalamnya masih belum Cukup, tetapi kalau dibanding
dengan tokoh rimba persilatan kelas satu, masih jauh lebih
tinggi kepandaiannya, saat itu dengan bantuan semangat
diri Cin Hong yang mengijinkan ia memanggil engko Hong,
dan sebagai gadis remaja yang baru tumbuh peraSaan
cintanya, hatinya Sangat gembira, hingga semangatnya
meluap-luap. ia bertempuran tanpa kenal takut lagi.
Setan Wanita itu seperti takut menghadapi serangan
tangan Leng Bie Sian, begitu melihat kedua tangan Leng
Bie Sian bergerak, tidak berani menyambuti dengan
kekerasan, lebih dulu mundur kebelakang setelah tiba


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ditanah lantas kabur, dengan berjalan lompat- lompatan lari
menuju keruangan tamu dirumah batu yang tinggi besar itu.
Leng Bie sian juga tidak mengejar, ia berpaling dan
berkata pada Cin Hong sambil tertawa: "Engko Hong,
apakah setan perempuan itu takut kepadaku"."
Cin Hong lompat kesampingnya dan berkata sambil
tertawa: "Benar setan dan manusia sama saja.Jika kau tidak takut
padanya, dia tentu takut padamU"
Leng Bie Sian tampak sangat gembira sekali, katanya:
"Kita perlu kejar dia ataU tidak?"
Cin Hong menganggukkan kepala dan berkata:
"Baik. kita perlu menangkap dia untuk minta keterangan
dari mulutnya, aku juga ingin melihat itu setan benar
ataukah setan jejadian"
Leng Bie sian dengan gembira mengulurkan tangannya
hendak berjalan bergandengan, Cin Hong terCengang,
katanya sambil tertawa: "Apakah kau tidak katakan aku
orang Ceriwis lagi?"
UCapan itu adalah ucapan yang dikeluarkan Cin Hong
ketika pertama kali ia memasuki rumah Penjara Rimba
Persilatan- Waktu Cin Hong mau turun kerumah Penjara
untuk melihat orang tua gila, Leng Bie Sian menolak
tangannya digandeng, oleh Cin Hong,.
Wajah Leng Bie Sian lalu berubah menjadi merah,
katanya sambil menutup mulutnya sendiri:
"Kau sekarang boleh anggap aku sebagai nona Yo terus
Sehingga dia bebas dan keluar dan rumah penjara"
"Bagaimana setelah ia keluar dari rumah penjara?"
Leng Bie sian berusaha berlagak untuk berlaku setenang
mungKin, katanya sambil tersenyum: "WaKtu itu aku
terpaksa akan berlalu dari sampingmu."
Cin Hong tidak berani bertanya lagi, dengan menarik
tangannya berjalan menuju keruangan tamu rumah besar
itu. Tiba didepan pintu ruangan tamu itu, dua orang itu
dengan sangat hati-hati melangkah masuk melalui tangga
batu, ketika berada diambang pintu, ia melongok kedalam
Untuk melihat, ruangan tamu itu ternyata gelap gulita,
tidak tampak ada sinar sedikitpun disitu, juga tidak
terdengar sedikitpun suara.
Leng Bie sian menarik baju Cin Hong, lalu dekatkan
mulutnya ketelinga pemuda itu dan berkata dengan suara
perlahan- "Menurut keterangan perempuan cantik tadi, pangcu
golongan Kalong tidur disini. Entah benar atau bohong?"
"Entahlah, bagaimana kalau kita masuk untuk melihat?"
"Tidak bisa, kita tidak sanggup melawan dia" berkata
Leng Bie Sian sambil menggelengkan kepala.
Cin Hong melongok kesana kemari, katanya dengan
suara perlahan: "Saudara can Sa semula kita kedatangannya
kesini ialah hendak mengadakan penyelidikkan, tetapi
sekarang entah kemana ia pergi?"
Baru Cin Hong menutup mulut, dari ruangan tamu tibatiba
terdengar suara orang tertawa yang amat merdu sekali,
kemudian disusul dengan kata- katanya yang juga
kedengarannya sangat merdu: "APa" can sa jie" Dia sedang
tidur nyenyak disini"
Menyusul suara merdu tadi, dalam rumah tamu itu tibatiba
memancarkan sinar pelita terang hingga ruangan yang
semula gelap gulita itu, kini menjadi terang benderang.
Cin Hong dan Leng Bie Sian jadi kesilauan karena
tersorot oleh sinar lampu, buru-buru mundur tiga langkah,
dan pasang mata kedalam ruangan tamu. Di ruangan
bagian tengah dari kamar itu terdapat sebuah meja delapan
persegi dan sebuah kursi, di atas kursi itu tampak duduk
wanita yang mengaku dirinya sebagai isteri chungCu
kampung setan itu, sedang dihadapannya benar saja tampak
Can Sa-jie yang rebah terlentang di tanah, tampaknya
sedang tidur nyenyak sekali.
Dengan tenang nyonya rumah itu duduk di tempatnya,
nampak Cin Hong dan Leng Bie Sian juga tidak bangkit,
hanya dengan sikapnya yang ramah menggapai ke arah Cin
Hong berdua, seraya berkata:
"Masuklah Kalian anak- anak muda ini tengah malam
buta masih belum mau tidur, malah gentayangan dikeluar.
Kalian mau apa?" Cin Hong menampak bahwa dalam ruangan itu hanya
ada nyonya rumah itu sendiri saja, dalam hati lalu timbul
perasaan curiga, diam2 berpikir bahwa setan perempuan
tadi jelas lari ke dalam ruangan ini apakah yang menyamar
menjadi setan perempuan tadi adalah nyonya rumah itu
sendiri" Leng Bie Sian juga mempunyai kesan demikian, tetapi ia
merasa bahwa setan perempuan tadi kepandaiannya tidak
seberapa tinggi" maka ia tidak merasa takut terhadapnya,
lalu menarik tangan Cin Hong dan berkata sambil tertawa:
"Engko Hong, mari kita masuk"
Cin Hong menyahut sambil menganggukkan kepala,
kemudian dengan langkah lebar bersama Leng Bie Sian
masuk kedalam ruangan, pertama ia menjura memberi
hormat kepada nyonya rumah itu, dan setelah itu ia
bertanya dengan terus terang^
"Nyonya, kuingin tanya setan wanita yang semula
muncul tadi, apakah kau yang menyamar?"
Nyonya rumah itu tersenyum manis, selagi hendak
menjawab, dari jauh terdengar suara: "cit"
Suara itu begitu tajam, ternyata adalah suara dari setan
wanita yang semula hendak mengganggu Cin Hong.
Cin Hong dan Leng Bie Sian saling berpandangan
dengan perasaan terheran-heran, sedang nyonya rumah tadi
lalu berkata sambil tertawa tergelak: "Bagus, jadi aku tidak
perlu repot- repot untuk memberi keterangan lagi "
"Hei, dia itulah setan benar-benar ataukah setan
bikinan?" bertanya Leng Bie Sian"Sudah tentu setan benar, hanya aku sudah mengadakan
perjanjian dengannya, siapapun tak akan saling
mengganggu" menjawab nyonya rumah itu smbil tertawa.
"Heng, aku tidak percaya" berkata Leng Bie Sian.
Nyonya rumah itu mendongakan kepala dan tertawa
nyaring, kemudian berkata^ "Kalau kali tidak percaya,
boleh tinggal sampai terang tanah, pergilah kesetiap rumah
perkampungan ini, disitu juga terdapat tengkorak-tengkorak
manusia yang jumlahnya tidak kurang dari seratus "
Leng Bie Sian tsrperanjat bertanya beran^ "Jadi dia itu
membunuh orang ?" "Tidak. ia tidak membunuh, melainkan makan."
menjawab nyonya rumah sambil menggelengkan kepala
dan tertawa. Cin Hong tidak percaya bahwa dalam dunia ini benarbenar
ada Setan yang makan daging manusia, ia
mengeluarkan suara dari hidung, baru saja hendak bicara
untuk bertanya apa sebab Can Sa-jie bisa tidur ditanah, tibatiba
diluar ruangan terdengar suara orang wanita yang
berseru kaget: "PangCu PangCu dikampung ini ada setan"
Cin Hong berbareng, tampak sepasang suami istri dari
partay Lo-hu menyerbu masuk kedalam ruangan tamu,
mereka itu begitu melihat didalam ruangan itu ada nyonya
rumah dan Cin Hong bertiga, menunjukkan sikap terkejut,
Kha Gi San dengan perasaan terkejut dan terheran-heran
mengawasi nyonya rumah sejenak. lalu bertanya: "Kau
Siapa?" Nyonya rumah itu bangkit dari tempat duduknya,
menjawab sambil memberi hormat.
"Aku adalah nyonya janda Sie Tay, dalam
perkampungan ini, sungguh tidak beruntung ada setan yang
mengganggu keamanan, semoga setan Wanita itu tidak
mengganggu kalian suami istri"
"Aku tidak takut setan. Tetapi kau kata bahwa kau
nyonya rumah kampung setan ini, mengapa malam ini
ketika kita masuk dan minta menginap disini, tidak melihat
kau keluar menyambut?" berkata Kha Gi San sambil
tertawa dingin. "Sejak kampung ini mengalami peristiwa yang
menyedihkan itu, aku seorang sudah tiada tenaga lagi untuk
menyambut tamu dari luar, barang siapa yang tidak takut
setan dan berani masuk kemari untuk menginap. aku selalu
tidak akan menolak. juga tidak ada perlunya unjuk diri
untuk menyambut, harap kalian berdua suka maafkan."
berkata nyonya rumah sambil menunduk kepala.
Kha Gee San menunjukkan sikap curiga ia tertawa
dingin sebentar, lalu alihKan pandangan matanya
keperbagai tempat. lalu bertanya pula:
"Pangcu kita ada kata bahwa ia akan bermalam disini,
kemana sekarang ia pergi?"
"Pangcu" Apakah orang berpakaian baju warna emas itu
yang kau maksud?" bertanya nyonya rumah sambil angkat
kepala. "Benar, kenapa ia pergi?" jawab Kha Gee San sambil
mengangguk. Sepasang mata nyonya rumah yang jeli dan indah
melirik kepada Can Sa-jie yang terlentang di tanah,
kemudian berkata sambil tersenyum:
"Dia pada setelah kalian masuk ke kamar lantas berlalu
dan katanya setelah terang tanah baru baliK kembali, kalian
tak usah khawatir, silahkan balik kekamar saja untuk
beristirahat" Kha Gee San mengerutkan alisnya berpikir lama sekali,
tiba-tiba dengan secepat kilat melesat ke hadapan nyonya
rumah, tangannya mencengkeram pergelangantangan
kanan nyonya itu. sedangkan kekuatan tenaga dalamnya
disalurkan kejari-jari tangannya, mulutnya membentak
bengis: "Benarkah?"
Nyonya rumah itu yang tidak keburu menyingkir, ketika
tangannya tercengkeram demikian, Wajahnya berubah dan
merasa kesakitan. seningga tubuhnya pun gemetaran,
sedang mulutnya merintih-rintih karena kesakitan, lama ia
baru berkata: "Aduh, kau ini mengapa demikian kasar?"
Isteri Kha Gee San, Pa cap Nio, menyaksikan suaminya
mencengkeram tangan nyonya rumah, ia mengira benarbenar
bahwa suaminya itu mencari alasan saja untuk
berlaku kurang ajar terhadap perempuan cantik itu, maka
sepasang alisnya lantas berdiri, sedang mulutnya
membentak keras: "Lelaki berandal, lekas lepas tanganmu"
"cap Nio, perempuan itu belum tentu orang baik-baik,
mungkin pangcu kita sudah celaka ditanganya?" ucap sang
suami sambil palingkan kepalanya dan tertawa.
"Omong kosong Pangcu kita, apa kau kira. . .kira ia
sanggup melukai dirinya" Lekas lepaskan" kata Pa cap Nio
marah. Kha Gee San adalah seorang laki-laki yang takut bini,
mendengar ucapan marah istrinya, segera melepaskan
tangannya dan lompat mundur, setelah itu ia berpaling dan
bertanya kepada Leng Bie Sian sambil tertawa:
"Nona Leng, mengapa kau juga berada disini?"
"Main- main saja" menjawab Leng Bie Sian sambil
tersenyum. Cin Hong khawatir Kha Gee San tadi akan marah
terhadap Leng Bie Sian, karena disekap selama empat tahun
di dalam rumah penjara oleh gurunya Leng Bie Sian, Saat
itu ia lupa bahwa kepandaian ilmu silat nona itu masih jauh
lebih tinggi dari pada dirinya sendiri, buru-buru lompat dan
menghadang di hadapannya siap-siap untuk menghadapi
segala kemungkinan. Kha Gee San tertawa terbahak-bahak. kemudian berkata:
"Kami suami istri meskipun sudah dipenjarakan selama
empat tahun- tetapi itu disebabkan karena kepandaian kami
yang kurang sempurna, hingga tidak perlu menyalahkan
kepada orang lain, adalah kau si bocah ini, tadi mengapa
mencuri lihat kami suami isteri yang sedang tidur?"
Muka Cin Hong segera berubah menjadi merah, buruburu
berkata: "Kau ngoceh Aku tidak lihat apa- apa"
Kha Gee San berjalan menghampiri padanya, berkata
sambil tertawa dingin: "Tidak lihat juga boleh dibilang
sudah, aku sekarang hendak mengerok biji matamu"
Cin Hong menampak orang she Kha itu wajahnya
memperlih atkan kegarangannya, tanpa disadari sudah
mundur selangkah. Leng Bie Sian sebaliknya sudah lompat maju
menghalangi dirinya dan berkata sambil tertawa:
"Kha-toako, ingatkah adikmu ini ketika mengantarkan
dua gelas air tercampur madu kepada kalian suami isteri"
Kha Gee San tercengang, ia merandek dan berkata
sambil mengangguk: "Ingat, itu adalah sewaktu kami suami
isteri merayakan hari ulang tahun pada tahun Jing lalu.
Kenapa?" "KalaU begitu harap kalian memandang mukaku, berilah
kepadaku sedikit kelonggaran, bagaimana?"
Pa cap Nio teringat sewaktu hari ulang tahunnya pada
tahun yang lalu, jikalau bukan lantaran nona ini dua gelas
air madu, keadaannya benar-benar sangat mengenaskan,
maka terhadap Leng Bie Sian kesannya baik sekali, dan
masih bersyukur kepadanya, maka buru-buru berkata:
"Ya benar. Suamiku, budi kebaikan nona Leng ini tidak
boleh tidak harus dibalas, marilah, marilah kita balik ke
kamar untuk istirahat"
Kha Gee San dengan sinar mata marah mengawasi Cin
Hong sejenak lalu berpaling dan berkata kepada Leng Bie
Sian sambil tersenyum: "Nona Leng, kau harus hati-hati, bocah ini baik sekali
hubungannya dengan sumoaynya."
Kedua pipi Leng Bie sian menjadi merah seketika,
katanya dengan sikap kemalu-maluan "Aku tahu, Silahkan
kalian tidur." Sepasang suami isteri itu lantas berjalan keluar dari
ruangan, untuk kembali kekamarnya sendiri.
Nyonya rumah ketika melihat suami isteri itu sudah
pergi, segera berpaling dan memanggil kepintu sebelah kiri
ruangan itu: "ceng Ceng, teh sudah disediakan atau belum?"
Pintu lantas terbuka, Seorang perempuan muda cantik


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berpakaian hijau, berusia kira-kira dua puluh lima tahunan,
berjalan menuju keruangan tamu sambil membawa
minuman teh. Ia dengan sangat hati-hati meletakkan poci dan cangkir
teh di atas meja, lalu menuang teh ke dalam cangkir
masing-masing, kemudian matanya mengawasi Cin Hong
berdua, lantas berjalan kembali kepintu kamar tadi dengan
diam saja. Sikapnya itu demikian dingin. gerakannya seperti malasmalasan,
Sejak muncul hingga kembalinya tidak pernah
membuka suara, seperti orang gagu, juga seperti bangkai
hidup, Cin Hong yang menyaksikan itu semua dalam hatinya
timbul perasaan curiga, matanya terus mengawasi hingga
perempuan itu masuk ke dalam pintu, buru-buru berpaling
dan bertanya kepada nyonya rumah^ "Siapa dia itu ?"
"Pelayan wanitaku." jawab nyonya rumah dengan
tenang. Leng Bie Sian terkejut dan terheran-heran, tanyanya:
"Bukankah kau tadi berkata, bahwa dalam kampung ini
hanya seorang diri saja yang berdiam disini?"
"Seorang pelayan bukanlah seorang yang ada
kedudukan. Bukankah begitu?" balas menanya nyonya
rumah itu sambil tertawa hambar.
Cin Hong berjalan kesamping can-sa-jie. dan lalu
berjongkok, untuk menarik sekujur badannya, ketika
melihat tidak terdapat tanda-tanda luka, lalu mendorongnya
dan memanggilnya, tetapi pengemis kecil itu masih tidak
juga mendusin. hingga dalam hati Cin Hong merasa Cemas
dan berkata kepada nyonya rumah^ "Kau apakan dia ?"
"Aku tidak tahu, waktu aku masuk. ia sudah rebah
menggeletak disini". jawab nyonya rumah sambil
menggelengkan kepalanya. Leng Bie Sian juga menghampiri Can Sa-jie dan
berjongkok disampingnya, ia mengulurkan tangannya
untuk membuka kelopak matanya, lantas berseru kaget:
"Aaa, benar saja terkena ilmu sihir Pangcu dari golongan
Kalong" "Apakah kau mengerti caranya menolong dia?" tanya
Cin Hong gelisah. Leng Bie Sian menganggukan-anggukkan kepala, dan
berkata sambil tersenyum: "Kemarin ketika suhu menolong
kau, aKu menunggu dan menyaksikan terus dari samping
dirimu" Cin Hong sangat girang, katanya: "Kalau begitu lekaslah
kau tolong sadarkan dia"
Nyonya rumah menggerakkan kakinya, berjalan
kesamping Leng Bie Sian, katanya:
"Ya, kalau kau mengerti caranya menolong lekaslah kau
tolong, supaya dia bisa sadar kembali"
Cin Hong yang selalu berjaga-jaga terhadap nyonya
rumah itu, ketika melihat ia berjalan mendekati, buru-buru
berkata sambil mengulapkan tangannya. "Jangan dekati
dia?" sepasang alis nyonya itu terjengit, katanya: "Tidak
perCayakah kau padaku?"
Cin Hong menganggukkan kepala dan berkata: "Maaf,
memang benar ada sedikit tidak percaya"
Wajah nyonya rumah itu menunjukkan sikap kecewa,
menghela napas perlahan, dan balik lagi ketempatnya.
Leng Bie San mendukung tubuh Can Sa-jie, lalu
mengangkat tangan dan menepok sebentar dibagian jalan
darah belakang Kepalanya sekujur tubuh Can Sa-jie
tergetar, sepasang matanya perlahan-lahan terbuka, dengan
sikap seperti orang bingung menengok kekanan kekiri,
kemudian menguap dan bertanya: "Sudah jam berapa?"
Leng Bie San tertawa geli. "Jam lima pagi" jawabnya.
can-sa-jie lompat bangun dan duduk di tanah, berkata
sambil menggoyang-goyangkan kepala:
"Benar-benar aneh, mengapa tidurku semalam ini
rasanya enak sekali. . . .?"
Cin Hong lantas tertawa terbahak-bahak dan berkata.
can-sa-jie miringkan kepalanya untuk berpikir, tiba-tiba
lompat dan berkata dengan suara yang aneh, "Haya Pangcu
golongan Kalong itu benar-benar lihay. . . ."
Cin Hong tadi masih mencurigai nyonya rumah tidak
baik, tetapi menampak nyonya itu tidak turun tangan
mencegah Leng Bie San menyadarkan Can Sa-jie,
pandangannya terhadap diri nyonya itu segera berubah, saat
itu menampak tiga CangKir teh panas diatas meja
mengepulkan uapnya, lalu bertanya sambil tertawa:
"Nyonya, apakah teh ini disediakan untuk tetamu nyonya?"
Wajah nyonya rumah itu menunjukkan sikap marah,
namun ia masih menjawab dengan tertawa yang
dipaksakan, "Kau tidak mempercayai diriku, Sebaiknya
jangan minum, supaya jangan sampai keracunan"
Cin Hong memberi hormat kepadanya sambil
mengucapkan perkataan: "Maaf!!" Lalu mengulurkan tangainnya untuk
mengambil dua Cangkir teh itu dan memutar tubuhnya,
seCangkir diberikan kepada Can Sa-jie seraya berkata:
"Mari Minumlah dulu seCangkir teh untuk membangunkan
semangatmu" Can Sa-jie yang baru Ssja mendusin dari tidurnya,
otaknya masih belum jernih seluruhnya, pada saat itu lalu
disambutnya dan lantas diminumnya. Cin Hong
memberikan seCangkir lagi kepada Leng Bie Sian seraya
berkata: "SeCangkir teh untukmu"
Leng Bie Sian sangat girang, dengan sikap sangat manja
tersenyum kepadanya, lalu menyambut teh dan dihirupnya,
Cin Hong berpaling dan selagi hendak mengambil
seCangkir yang lain untuk dirinya sendiri, tampak nyonya
rumah itu sudah mengambil dan ditaruh ditangannya
serdiri, hingga dalam hati merasa heran, dalam bati
berpikir, nyonya rumah ini benar-benar tidak mengerti
aturan, merampas teh yang disediakan untuk tetamunya....
Selagi berpikir, tiba-tiba terdengar suara jatuhnya cangkir
ditanah dan kemudian di susul oleh dua kali suara keluhan
tertahan, ketika ia berpaling dan melihat, tampaklah
olehnya Leng Bie Sian dan can-sa-jie, kedua-duanya sudah
jatuh ditanah dalam keadaan pingsanTerjadinya perobahan secara mendadak ini, sekalipun
Cin Hong seorang pintar dan Cerdik juga agak repot
dibuatnya. Baru Saja didalam otaknya timbul pikiran
hendak berpaling untuk minta pertangganganjawaban
nyonya rumah, bahunya terasa dipegang orang, dan jalan
darahnya Kian-lang-hiat, sudah tertotok. hingga sesaat itu
sekujur badannya kesemutan dan tidak bisa bergerak lagi.
Dalam keadaan demikian, ia mendengar suara
tertawanya terkekeh-kekeh nyonya rumah yang berada di
belakang dirinya, kemudian di susul dengan kata- katanya^
"Engkoh keCil, sekarang baru jam empat hampir pagi,
encimu akan bawa kau pulang kekamar untuk tidur
bersama-sama, kau mau ?"
Dalam hati Cin Hong terkejut, juga Cemas sekali, ia lalu
membuka mulut dan memaki-maKi padanya^
"Kau perempuan jahat, hendak berbuat apa terhadap
diriku?" Nyonya rumah itu memutar balikkan tubuh Cin Hong,
lalu mencium pipinya dengan bernapsu sekali, kemudian
berkata^ "Hendak berbuat apa" TUnggulah sampai kita sudah
masuk didalam kamar, kau nanti tentu akan tahu sendiri"
Bukan kepalang takutnya Cin Hong, ia berulang- ulang
berseru: "Kau ngoceh Kau tidak tahu malu Kau tidak tahu
malu" Nyonya rumah itu kembali mencium pipinya, dengan
sikap sangat gembira, setelah berkata sambil tertawa^
"Apa tidak tahu malu" Tunggu setelah kau dapat
menikmati kesenangan. kau barangkali akan bertindak lebih
tidak tahu malu pada encimu ini"
Sambil berbicara, tangannva diulur dan mendekap
pinggang Cin Hong, sikapnya seolah-olah hendak
memondong ia pergi, pada saat itu di pintu ruangan tamu
tampak istri dari Lo-hu-pay, dengan bergandengan tangan
untuk kedua kalinya berjalan masuk ke dalam ruanganMereka suami istri, barang kali sudah mencuri lihat
keadaan dalam ruangan itu, setelah berada dalam ruangan
tamu, masing-masing berdiri diambang pintu, seolah-olah
tidak ambil peduli perbuatan nyonya rumah itu, mereka
bercakap-cakap dengan seenaknya sendiri.
Kha Gee San yang berbicara lebih dahulu kepada
isterinya^ "cap Nio bila kau yang berbuat seperti ia itu, pasti
akan kubunuh kau" Pa cap Nio lalu menjawab sambil
tertawa, "Kau jangan kata begitu, Sebetulnya adalah kau yang
perlu waspada." Nyonya rumah yang melihat suami istri itu masuk
kembali, wajahnya berubah seketika, dari matanya
memancarkan sinar buas, katanya sambil tertawa dingin:
"Hei, kita masing-masing mengerjakan urusan sendirisendiri
jangan kau mencampuri urusan orang lain Lekaslah
kalian keluar dari sini"
Sepasang suami istri itu tidak menghiraukan katakatanya,
sementara Kha Gee San sudah berkata sambil
tertawa, "Aku lagi heran, mengapa didalam kampung ini,
terdapat demikian banyak tengkorak manusia, sekarang aku
mengerti apa sebabnya. Ha ha...."
Pa cap Nio lalu berkata^ "Sebetulnya, orang wanita
mempermainkan orang lelaki juga bukan soal apa- apa,
akan tetapi sesudah dipermainkan lantas dibunuh, aku Pa
cap Nio yang mempunyai julukan sebagai burung ekor
hitam, meskipun terkenal dengan tanganku yang ganas dan
telengas, tetapi juga tidak Setuju dengan perbuatan seperti
ini...," Nyonya rumah yang mendengar pembicaraan yang
menyindir dirinya, seketika lantas menjadi marah dan
berkata: "Kalian berdua suami istri terkutuk dari Lo-hu-pay, kalau
kalian tidak mau pergi juga dari sini, nyonyamu nanti akan
suruh kalian tidak bisa bertindak lagi"
Kha Gee San yang tidak menghiraukan kata-kata itu,
masih berkata kepada istrinya sambil tertawa terbahakbabak:
"Pa cap Nio, kau pikir hendak berbuat bagaimana
sekarang?" "Kita dengan setan arak tua It-hu Sianseng dan
pemimpin golongan pengemis can-sa-sian semua tidak ada
hubungan apa- apa, maksudnya ialah hendak menolong
nona Leng seorang saja, dan kau sendiri?" jawab sang istri.
Dalam hati Cin Hong merasa gelisah, ia pikir babwa Pa
cap Nio ini pikirannya terlalu sempit, kalau memang dia
mau menolong tolong saja tiga orang sekalian apa
salahnya" Mengapa hanya menolong kepada orang yang
ada hubungan dengannya. Maka saat itu lantas berkata dengan suara nyaring:
"Nyonya Pa, mengapa kau tidak mau menolong kita
semua?" "Tidak Kau bocah ini sikapnya dingin tidak berperasaan,
beberapa hari lamanya kau berada didalam rumah penjara
rimba persilatan, juga tidak mau menengok kepadaku,
dengan alasan apa aku harus menolong kepadamu?"
menjasab Pa cap Nio dengan sikap mengejek.
Cin Hong yang mendengar jawaban itu merasa malu
sendiri, maka ia tidak berani berkata lagi, hanya dalam
hatinya berpikir: "Kepandaian ilmu silat Leng Bie Sian
tidak dibawah kalian berdua, tunggu setelah kalian
menyadarkan dirinya, ia sudah tentu bisa menolong aku."
Sementara itu Kha Gee San yang mendengar ucapan
dirinya, lalu mengeluarkan sebuah botol kecil dari dalam
sakunya kemudian berjalan menghampiri Leng Bie SianNyonya
rumah itu mengeluarkan suara tertawa tajam,
lalu menotok jalan darah Cin Hong ditaruh ditanah dan
setelah itu ia lompat menyergap Kha Gee San, tangannya
diayun dan melancarkan serangan yang mengandung hawa
sangat dingin. Hawa itu memenuhi seluruh ruangan.
Pa cap Nio sudah tentu tidak membiarkan ia berbuat
sesukanya, tampak nyonya itu melancarkan serangan-nya,
maju dan mengirim serangan kepadanya.
Dimasa masih gadis Pa cap Nio namanya sangat terkenal
dirimba persilatan dengan serangan tangannya yang
dinamakan sayap burung Hong, namanya waktu itu tidak
berada dibawah Thian-San Swat Po-po, malam itu karena
melihat nyonya rumah itu dengan perbuatannya yang aneh,
dapatlah menduga bahwa nyonya itu pasti bukanlah orang
sembarangan, masa begitu turun tangan, ia lantas
menggunakan kekuatan tenaga dalamnya sepenuhnya.
Tak disangkanya, ketika kekuatan tenaga dalam kedua
pihak saling beradu ditengah udara lantas timbul suara
benturan hebat, kini ia dapat merasakan bahwa kekuatan
tenaga dalam lawannya yang mengandung hawa dingin,
sedikitpun tidak terhalang seperti mengalirnya air banjir
hingga untuk sesaat ia tidak dapat menahan, dan saat itu
juga ia terpental mundur tiga langkah.Kini ia baru terkejut,
dengan wajah berubah ia berseru, memperingati suaminya:
"Suamiku, perempuan hina ini jauh lebih lihay daripadaku"
Kha Gee San yang sudah berada disamping Leng Bie
Sian dan sedang berjongkok dan akan segera membuka
tutup botolnya, mendengar ucapan istrinya ia terkejut dan
berkata: "Tidak mungkin begitu. Apa kau tidak lihat, aku begitu
turun tangan mencengkeram pergelangannya, ia Toh tidak
berdaya apa- apa?" Nyonya rumah itu maju lagi, dan tangannya bergerak
hendak menyerang batok kepala Pa Cap Nio, sementara
mulutnya berkata sambil tertawa terkekeh-kekeh: "Apa
betul" coba kau sekarang Cengkeram lagi pergelangan
tanganku" Botol obat Kha Gee San waktu itu sudah ditempelkan
dilobang hidung Leng Bie Sian. Mendengar ucapan tadi,


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkata sambil tertawa terbahak-bahak.
"Baik Tunggu setelah aku menyadarkan nona Leng baru
akan kutangkap tanganmu lagi"
Waktu Pa cap Nio sudah mengelak serangan tangan
nyonya rumah, bersamaan dengan itu, sikunya bergerak
untuk menghantam balik dada kanan nyonya rumah,
gerakannya itu seolah-olah burung Hong yang
membentangkan sayap. Pertandingan antara dua wanita itu, berlangsung sengit
sekali dalam ruangan tamu itu...
Pertempuran itu berlangsung terus sampai hampir tiga
puluh jurus. Pa cap Nio mulai keteter, dalam hati mengerti
bahwa kepandaian ilmu silat atau kekuatan tenaga dalam
lawannya masih jauh lebih tinggi daripada dirinya sendiri,
maka disamping terkejut ia juga merasa benci maka kembali
berteriak kepada suaminya: "Suamiku, sekarang kaulah
yang maju" Kha Gee San masih tetap memegangi botolnya yang
didekatkan kelobang hidung Leng Bie Sian, jawabnya:
"Jangan Cemas, aku nanti akan segera datang"
Nyonya rumah itu dengan beruntun melancarkan
serangannya kepada Pa Cap Nio, hingga yang tersebut
belakangan ini terus terdesak mundur dampai keambang
pintu, kini nyonya rumah itu berkata dengan sendirinya^
"Tidak sanggup melawan orang lantas berkaok-kaok
panggil suami, apa kau tidak punya rasa malu?"
"HabiS, kalau aku tidak panggil suamiku harus panggil
siapa lagi" orang toh tidak seperti kau yang panggil engkoh
kecil. Heh, kaulah yang benar-benar tidak tahu malu"
Pada saat itu, Leng Bie Sian yang menggeletak ditanah,
tiba-tiba berbangkit, matanya perlahan-lahan dibuka, dan
siuman kembali. Kha Gee San menyimpan lagi botol kecilnya lalu bangkit
dan berjalan menghampiri dua perempuan yang sedang
bertempur hebat, ia berdiri disamping untuk menonton
sejenak, tiba-tiba wajahnya berubah dan berkata dengan
suara nyaring" "cap Nio Kepandaian ilmu silat perempuan ini ada
sedikit mirip dengan PangCu punya."
"Jangan banyak bicara. Lekas kau bantu aku" kata Pa
cap Nio. Kha Gee San segera menyahut,
"Baik" lalu muai melancarkan serangannya membantu
Sang istri. Dia pada masa mudanya namanya juga sangat terkenal
dalam rimba persilatan, ia dalam hal kepandaian ilmu silat
termasuk salah seorang tokoh terkemuka dalam rimba
persilatan, maka begitu masuk kalangan membantu
isterinya segera dapat merobah jalannya pertempuran,
setelah beberapa jurus lagi, ia sudah berhasil mendesak
nyonya tadi ketengah ruangan, tampaknva mereka suami
isteri kini sudah berada diatas angin.
Nyonya rumah yang terdesak mundur oleh mereka,
tampak sangat marah sekali, hingga wajahnya berubah
pucat, sedang mulutnya terus mencaCi maki:
"Sepasang manusia dari Lo hu-pay Kalau kalian berani
mengaCau lagi, nanti nyonyamu akan suruh kalian mati
bunuh diri" Kha Gee San tertawa tetbahak-bahak, kemudian berkata:
"omong kosong Kami suami istri baru saja keluar dari
rumah penjara rimba persilatan- kini sedang menikmati
betapa indahnya dunia ini, untuk apa kami hendak bunuh
diri?" "Ya benar Kami malah masih ingin pUnyai anak"
berkata Pa cap Nio Nyonya rumah itu marah sekali, hingga rambutnya yang
panjang kini terurai dan berkibar, sedang giginya
berCatrukan ada beberapa kali, ia seolah-olah mau
mengeluarkan suara seruan tetapi akhirnya ditahan dan
dirubah menjadi makian dengan mengeluarkan seluruh
kepandaiannnya, ia coba bertahan mengnadapi dua
lawannya itu. . . . Mereka bertiga bertempur hebat sekali, tapi yang
mengherankan ialah pelayan wanita berbaju hijau tadi,
setelah membawa air teh untuk tetamunya sampai saat ini
masih belum muncul lagi Leng Bie Sian yang sudah benar- benar sadarkan diri dari
mabuknya, melihat Cin Hong menggeletak ditanah, dengan
sepasang matanya berputaran mengawasi dirinya segera
mengetahui bahwa jalan darah pemuda itu sudah tertotok.
maka buru-buru melompat menghampiri dan terus
membuka totokannya, sementara mulutnya bertanya
dengan pCrasaan Cemas: "Engko Hong, apakah sebetulnya yang telah terjadi?"
Cin Hong begitu terbuka totokannya, lantas bangkit dan
menceritakan semua apa yang telah terjadi disitu. Leng Bie
Sian^ berseru kaget, kemudian berpaling dan berkata
kepada sepasang suami isteri Lo^hu-pay:
"Kha-toako, Pa-toaso, terima kasih atas bantuan kalian"
Kha Gee San sedang bertempur menghadapi lawannya,
menjawab sambil tertawa^ "Jangan sungkan, kau tahu
sewaktu di dalam rumah penjara rimba persilatan, harganya
dua gelas air madu itu, masih jauh lebih berharga dari pada
dua butir mutiara besar"
Leng Bie Sian tersenyum dan berkata pula, "Dengan cara
apa kau menyadarkan diriku tadi?"
"Itu adalah sebotol obat yang terbuat dari otaknya naga
yang kudapat dari negara Taylee, obat itu merupakan obat
paling mujarab memunahkan segala macam racun dan
orang mabuk" menjawab Kha Gee San.
"Kalau begitu, bolehkah kau pinjamkan kepadaku
sebentar?" bertanya Leng Bie Sian sambil tertawa.
"Tidak bisa Kami dengan can-Sa-Sian dan It-hu Sianseng
tidak ada hubungan apa apa" kata Pa cap Nio
"Sebelum aku memberikan kalian air madu itu, apakah
diantara kita ada hubungan persahabatan?" tanya Leng Bie
Sian sambil tersenyum. "Ya, betul," berkata Kha Gee San, ia lalu mengeluarkan
sebuah botol keCil dari dalam sakunya dan dilemparkan
kepadanya, setelah itu ia lanjatkan pertempurannya dengan
Nyonya rumah. Leng Bie Sian setelah menyambut borol keCil dari
tangan Kha Gee San bersama-sama Cin Hong berjalan
menghampiri Can-sa-jie, lalu membuka tutup botolnya,
tampak dalam botol itu ada bubuk berwarna putih,
harumnya luar biasa, orang yang menclum baU itu,
semangatnya seperti terbangun seketika,
Lebih dahulu ia mencium-cium sebentar, tiba-tiba
berbangkis hingga waahnya merah semringah, ia buru-buru
menutup lagi botolnya dan di tempelkan di lubang hidung
Cin Hong, katanya sambil tertaWa:
"Coba kau juga berbangkis, maukah kau?"
Cin Hong berkata sambil tertaWa dan mendorong botol
obat itu: "Jangan main- main, lekas sadarkan Saudara Can
Sa-jie dulu" Leng Bie Sian tidak mau menurut. Kembali disodorkan
botol itu Kepada Cin Hong sambil katanya:
"Tidak. cobakau cium sebentar saja, benar- benar akan
terasa nyaman" Cin Hong tidak berdaya. terpaksa mencium juga. Bau
harum yang keras sekali menusuk Kehidungnya, hingga ia
juga lantaS berbangkis berjuang-ulang.
Leng Bie Sian yang menyaksikan itu terus cekikikan,
barulah lubang botol itu di tempelkan di lubang hidung
Can-sa-jie. Tak lama kemudian dengan beruntun Can-sa-jie
berbangkis dua kali, juga sadar dari mabuknya, setelah
mengetahui sebab musababnya, ia lantas menjadi marah
sekali, ia lantas lompat bangun hendak turut bertempur.
Tapi Cin Hong sudah segera menarik tangannya dan
berkata padanya sambil tertawa:
"Jangan terburu napsu Saudara Can-sa, ceritakanlah dulu
dengan cara bagaimana kau tadi dapat dibuat mabuk oleh
Pangcu golongan Kalong?"
Wajah Can Sa-jie merah seketika, ia lalu ceritakan
pengalamannya didalam rumah itu.
Kiranya, ketika ia tadi baru berada di atas genteng
ruangan tamu, telah melihat di dalam ruangan itu ada sinar
lampu, maka ia lalu tongolkan kepala untuk melihat
keadaan dalamnya, tampak pangcu golongan Kalong
sedang duduk di atas kursi dan menggapaikan tangan
kemudian bertanya padanya ia berani masuk. oleh karena
sudah dipergoki, Can Sa-jie terpaksa mengeraskan kepala
untuk turun kebawah. Pangcu itu pertama-tama bertanya
kepadanya, sudah larut malam seperti itu mengapa belum
tidur. 0leh karena Can Sa-jie ada maksud hendak mencoba
ilmu sihirnya ada betapa tinggi, maka lalu berkata padanya:
"Jika kau bisa menidurkan aku, aku akan tidur."
Pangcu dari golongan Kalong lantas tersenyum dan
suruh padanya melihat matanya. Setelah memandang mata
Pangcu itu, apa yang terjadi selanjutnya, ia sudah tidak tahu
sama sekali. Cin Hong dan Leng Bie Sian yang mendengarkan cerita
mendadak jadi tertawa terpingkal-pingkaL.
Can Sa-jie merasa malu, hingga unjukkan tawa getir
sambil angkat pundak. Tiga orang itu yang menonton dari samping jalannya
pertempuran antara suami istri dari Lo-hu-pay. disatu pihak
dan nyonya rumah dilain pihak, semua merasa bahwa gerak
tipu ilmu silat nyonya rumah itu jauh lebih tinggi dari pada
nenek berambut putih yang pernah diketemui digunung Bie
ciong San, tetapi kekuatan tenaga dalamnya masih kalah
jauh dengan nenek itu hingga menunjukkan gambaran yang
tidak seimbang. pada saat itu, Nyonya rumah tadi nampaknya sudah
letih sekali, keringat sudah membasahi jidat dan badannya,
tetapi mengandalkan gerak tipunya yang aneh-aneh ia
masih bisa juga bertahan hingga tidak sampai terkalahkan,
keadaan itu sudah barang tentu lantaS membuat suami istri
Lo-hu-pay ter-heran2, Pa Cap Nio yang sedang bertempur
bertanya pada suaminya: "Suamiku kepandaian ilmu Silat perempuan busuk ini
benar- benar hebat, jikalau ia memiliki kekuatan tenaga
dalam lebih bebat, barangkali orang seperti tetamu tidak
dikenal dari luar daerah, masih bukan tandingannya"
"sekarang apakah kita perlu banuh mati padanya?"
bertanya sang suami, "Sudah tentu harus bunuh mati dulu dia. Kita sepasang
suami isteri dari golongan Lo-hu-pay, sudah beberapa tahun
tidak membunuh orang, kalau tidak dapat membunuh satu
orang saja, bisa-bisa membuat orang yang melupakan nama
kita" menjawab sang istri sambil tertawa.
"Kemarin di dalam rumah penjara kau berkata tidak
memeriukan lagi segala nama baik, mengapa kau sekarang
ingin mendapat nama lagi?" berkata sang isteri Sambil
tertawa terbahak-bahak. .
Sang suami tidak menjawab, SepaSang tangannya terus
mencecar lawannya hingga nyonya rumah itu menjadi
kewalahan. Ia hanya menyambut serangan mereka saja tanpa dapat
balas menyerang, dengan susah payah tiba-tiba ia berseru:
"sepasang suami isteri Lo-hu-pay, tahukah kalian siapa
aku ini?" "Kau tidak mau bicara, bagaimana aku tahu?" kata Kha
Gee San sambil melancarkan dua kali seranganNyonya rumah itu marah sekali, hingga wajahnya merah
padam, selagi hendak membuka mulut lagi, dari luar
kampung tiba-tiba terdengar suara ayam berkokok,
menandakan fajar telah menyingsing,
Sungguh aneh, Waktu mendengar suara ayam berkokok,
wajah nyonya rumah mendadak berubah seketika,
mulutnya mengeluarkan suara siulan nyaring, dengan
secara nekad melancarkan dua kali serangan kepada
lawannya hingga berhasil mendesak sepasang suami isteri
itu mundur selangkah. Menggunakan kesempatan itu,
bagaikan kilat cepatnya ia menerobos lari keluar dari dalam
ruangan hingga sebentar kemudian sudah menghilang
didalam kegelapan. Sepasang suami istri itu benar- benar dibuat terkejut dan
terheran-heran, mereka segera menghentikan serangannya,
Sementara itu tiga anak muda yang sedang asik-asiknya
menyaksikan jalannya pertempuran, Seolah-olah dipagut
ular, bulu roma mereka pada berdiri, Can Sa-jie lantas
berteriak-teriak.: "Ya Allah Mendengar suara ayam berkokok lantas
kabur, bukankah dia itu juga sebangsa setan?"
Pa Cap Nio dan Leng Bie Sian dua perempuan itu sudah
ketakutan setengah mati sehingga wajah mereka pucat pasi,
yang satu buru-buru lari memeluk suaminya, yang lain
sudah menarik tangan Cin Hong sambil berseru tidak
berhentinya: "Engkoh Hong. . . ."
Sedang Pa Cap Nio lantas berkata kepada suaminya:
"Kita ini seperti orang gila saja bertempur dengan setan
perempuan, sekarang bagaimana ini?"
"Rasanya bukan Kalau dilihat ia seperti manusia hidup,
sedikitpun tidak mirip dengan setan- . ." berkata sang suami
sambil mengerutkan alisnya.
Cin Hong waktu itu telah dapat merasakan bahwa Leng
Bie Sian yang berada di sampingnya, sudah menggigil
tubuhnya. maka buru-buru mengulurkan tangannya
menggenggam tangan gadis itu katanya sambil tersenyum:
"Jangan takut, aku berani kata ia itu pasti bukanlah setan"
Leng Bie Sian yang tangannya digenggam oleh Cin
Hong, dalam hatinya merasa sangat girang, menggigilnya
antas lenyap seketika katanya sambil menundukkan kepala
dan tertawa, "Kalau dia bukan setan, mengapa mendengar
Suara kokok ayam lantas kabur?"
"Waktu itu memang dia justru hendak kabur, bukan
disebabkan lantaran mendengar suara ayam berkokok"
menerangkan Cin Hong sambil tertawa.


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kukira bukan begitu Aku tadi melihat dengan jelas
waktu ia mendengar suara kokok ayam, wajahnya lantas
berubah mendadak. Seperii orang ketakutan"
Cin Hong tidak dapat menjelaskan, kalau teringat gadis
itu setelah memanggil Engkoh Hong lantas tidak takut
setan, hingga lalu menarik semakin dekat dan bisik-bisik
ditelinganya. "Taruhlah dia itu benar- benar setan, tetapi sekarang kau
toh sudah tidak takut lagi, bukan?"
Leng Bie Sian menyahut: "Mh," dengan sikap kemalumaluan
menganggukkan kepala. Can Sa-jie yang menyaksikan sikap mereka demikian
mesra, dalam hati merasa tidak enak terhadap in-jie maka ia
lalu berkata sambil tertawa dingin: "Cin Hong apakah kau
sudah melupakan diri sumoayku?"
Cin Hong yang ditegur demikian, tentu saja jadi terkejut,
dalam hati mengeluh: "Ya benar. In-jie baik sekali
perlakukan aku mana boleh aku berlaku begini mesra
dengan Leng Bie Sian-...?"
Reaksi Leng Bie Sian lebih cepat daripada jalan pikiran
Cin Hong. Dengan cepat ia sudah melepaskan tangannya
dari genggaman tangan Cin Hong, berjalan kehadapan
sepasang suami istri golongan Lo-hu yang lantas
diberikannya kembali kepada Kha Gee San, Ia lalu berkata:
"Kha-toako, barang ini kukembalikan kepadamu"
Kha Gee San menyambuti botol kecil itu, dengan
perasaan heran mengawasi Can Sa-jie, lalu menengok
kepada Cin Hong, pada akhirnya ia berpaling dan berkata
kepada Leng Bie Sian: "Nona Leng, kau rupanya sudah salah menolong orang"
Leng Bie Sian jadi cemas sendiri mendengar ucapan itu,
katanya Sambil membanting- banting kakinya, "Tidak. Kau
janganlah berkata yang bukan-bukan "
Kha Gee San tersenyum, berkata sambil menarik tangan
istrinya: "Cap Nio, hari sudah hampir terang, marilah kita
kembali kekamar menantikan kedatangan Pangcu "
"Ya, kita sudah bertempur setengah malaman, benarbenar
tidak ada artinya" berkata Pa Cap Nio girang.
Keadaan mereka itu mirip sekali dengan sepasang suami
istri yang belum lama menikah, dengan sikap mesra sekali
mereka berdua bergandengan tangan berjalan keluar dari
dalam ruangan- Cin Hong dapat merasakan bahwa adat suami istri itu
meskipun aneh, tetapi perbuatan mereka sedikit banyak
masih boleh dipuji juga, ia pikir orang semacam ini telah
menceburkan diri dalam golongan kalong, sesungguhnya
sangat sayang, maka saat itu ia menjura dalam- dalam
kepada mereka seraya berkata:
"Kha Tayhiap malam ini atas pertolongan dan bantuan
tenaga Tayhiap berdua, aku merasa sangat bersyukur dan
terima kasih banyak. bagaimana kalau kita beromongomong
dulu sebentar?" Kha Gee San merandek. berpaling mengawasi Cin Hong
sambil berkata: "Kau tak usah mengucapkan terima kasih
apapun, kami toh bukan menolong kau"
Pa Cap Nio mengerutkan alisnya seolah-olah merasa
sayang bahwa malam itu tidak bisa berlalu dengan baik,
buru-buru menarik tangan suaminya, diajak berjalan lagi,
Sementara mulutnya berkata: "Jangan banyak bicara"
Cin Hong buru-buru menyusul, kembali berkata sambil
memberi hormat: "Aku hanya ingin bertanya sepatah kata
saja boleh kah?" Kha Gee San berhenti dan bertanya dengan nada marah:
"Ada urusan apa?"
"Kha Thayhiap. sebelum kau menggabungkan diri
dengan golongan Kalong, tahukah kau Pangcu golongan
Kalong itu bagaimana orangnya?"
Kha Gee San tercengang, katanya sambil menggelengkan
kepala: "Tidak tahu Apa kau tahu?"
"Menurut kata suhu, dia adalah seorang She Jie, nama
Hong Hu. juga mempunyai nama lain, Biauw Kouw. Nama
gelarnya Ho ong. Dia adalah Seorang wadam yang sangat
cabul dan kejam sekali"
Kha Gee San yang mendengar ucapan itu wajahnya
berubah seketika, sesaat ia berdiri melongo, tiba-tiba
bertanya dengan suara bengis^
"Benarkah ?" "Tayhiap berdua sudah menjadi anggota golongan
Kalong, urusan ini cepat atau lambat pasti akan tahu sendiri
perlu. . .perlu apa aku harus membohong terhadapmU?"
Pa Cap Nio saat itu- juga berubah wajahnya, ia berkata
dengan perasaan cemas sambil memegangi tangan
suaminya: "suamiku, kita sudah terpikat oleh akal iblis itu. Sekarang
bagaimana?" Kha Gee San untuk sesaat tampak tercengang, tiba-tiba
mengayunkan tangannya dan menggampar pipi isterinya,
katanya dengan suara menggeram:
"Semua karena gara-garamu perempuan busuk ini. Jika
bukan lantaran kau yang selalu ribut-ribut dan menangis
saja, mana mau aku terima permintaannya" Aku
sebenarnya sudah tak mau ditolong keluar olehnya dari
dalam penjara" Pa Cap Nio menjerit kesakitan sambil mengelus-elus pipi
kirinya, lalu menendang suaminya. sedang mulutnya
berteriak-teriak sambil menangis: "Bagus Kalau berani
pukul aku sekarang aku hendak adu jiwa denganmu"
Kha Gee San tidak balas memukul, juga tak menyingkir,
ia berdiri terus membiarkan sang isteri menendangi sepuaspuasnya,
sedang mulutnya berkata sambil tertawa "he. .he .
.he. .he. ..Tendanglah sepuas hatimu" Kalau kau
menendang aku hingga tewas, biarlah kau hidup sebagai
janda" Pa Cap Nio jadi tak berani menendang lagi, sebaliknya
malah memeluk sang suami sambil menangis sedih.
"Siapa suruh kau pukul aku?" katanya. "Apa aku tahu
kalau dia itu adalah Ho-ong. Kau ini benar- benar seorang
lelaki yang tidak punya liangsim"
Sejenak Kha Gee San terdiam, lalu mendongakkan
kepala dan menarik napas dalam-dalam, tangannya
memeluk pinggang istrinya, lalu mengelus-elus rambut
panjang isterinya, kemudian berkata:
"Baiklah. Taruh kata aku salah pukul, ini juga untuk
pertama kali selama sepuluh tahun. Apakah kau lantas tak
dapat memaafkan aku?"
Pa Cap Nio berhenti menangis lalu berkata dengan sedih:
"Kita buron saja "
Kha Gee San berpikir sejenak. lalu berkata dengan tegas
sambil menggelengkan kepala:
"Tidak bisa Sudah menerina baik permintaannya, mau
tak mau harus mengikuti dia terus, Bagaimana pun juga toh
tidak lain daripada haruS membunuh orang. Kita
sebetulnya memang tidak takut membunuh^..."
Pa Cap Nio masih merasa takut, katanya:
"Akan tetapi dia adalah seorang wadam. Kabarnya
sangat cabul dan kejam sekali. Barang kali dikemudian hari,
diwaktu malam ia akan mendekati kau, sedangkan diwaktu
siang ia tentu akan mendekati aku. Lalu bagaimana kalau
sudah begitu ?" Berkata sampai disitu, tiba-tiba seperti ingat sesuatu,
wajahnya pucat seketika, katanya dengan suara perlahan"Apakah orang tadi itu...."
"IHm" Baru ia bicara sampai setengahnya, diluar ruangan tibatiba
terdengar suara dengusan yang keluar dari hidung.
Seketika itu juga mata semua orang yang ada disitu lantas
bertumbukan dengan seorang berwajah putih, tidak
berkumis dan mengenakan pakaian berwarna emas, yang
perlahan-lahan berjalan masuk kedalam ruanganDia, bukan lain dari pada Pangcu golongan Kalong yang
mengenakan kedok kulit manusia. Kha Gee San ketakutan,
buru-buru menundukan kepala dan berkata sambil memberi
hormat: "Pangcu Kau sudah kembali?"
Pangcu golongan Kalong itu hanya mengeluarkan suara
dari hidung. Sepasang matanya lama memancarkan sinar
tajam, memandang kepada Cin Hong bertiga secara
bergiliran, lalu berpaling lagi dan berkata kepada Kha Gee
San-"Kalian tidak tidur didalam kamar, perlu apa datang
kemari?" Kha Gee San menundukan kepala berdiam terus, sedang
Pa Cap Nio saat itu lalu memberi hormat dan berkata
sambil tertawa dibuat-buat.
"Pangcu didalam kampung ini ada sebangsa jin atau
setan yang suka bikin ribut-ribut. Apa kau tahu juga ?"
"Kalau benar ada setan lalu kenapa" Apakah kalian
takut?" kata Pangcu golongan kalong.
"Kami hanya keluar untuk melihat, lalu didalam ruangan
ini telah berjumpa dengan seorang wanita, Dia mengatakan
dirinya sebagai nyonya rumah dalam perkampungan ini.
Kenalkah Pangcu dengan dia?" tanya Pa Cap Nio sambil
menundukkan kepala. "Dia memang nyonya rumah perkampungab ini.
Kenapa?" kata Pangcu dingin.
Pa Cap Nio dengan perasaan takut melirik padanya
sejenak. kemudian berkata lagi sambil menundukan kepala:
"Kami bertempur dengannya setengah malaman, ia
benar hebat sekali. . ."
"Pa Tongcu, apakah maksudmu hendak mengatakan
bahwa ia lebih lihay dari padaku?" tanya Pangcu golongan
Kalong sambil tertawa dingin.
Pa Cap Nio menganggukkan kepala perlahan jawabnya^
"Ya, harap pangcu jangan marah...."
Pangcu golongan Kalong itu mendadak mendongakkan
kepala dan tertawa besar, suara tertawanya itu demikian
tajam, seolah-olah jarum menusuk telinga, sambil tertawa ia
berkata: "Berapa lama dia sudah bertempur dengan kalian?"
Pa Cap Nio tiba-tiba angkat muka dan berkata sambil
tertawa: "Barangkali ada dua ratus jurus lebih.Jika pangcu
bertempur dengan kami barangkali tidak Sanggup bertahan
sampai begitu lama" Pangcu itu mendadak menggerakkan badannya melesat
ketengah-tengah ruangan, ia lalu berdiri tegak, dan berkata
dengan suara aneh: "Mari Kalian berdua suami istri kalau sanggup
menyambut seranganku sampai lima puluh jurus saja, aku
akan segera membebaskan kalian, dan kalian boleh bebas
menurut sesuka hatimu"
Pa Cap Nio sangat girang, ia berpaling dan berkata
kepada suaminya: "Suamiku, mari kita minta petunjukpetunjuk
berharga dan pangcu. Maukah kau?"
Kha Gee San dapat memahami makssd istrinya, tapi ia
pura-pura tak senang, katanya: "Pa Cap Nio, Dihadapan
pangcu, kau tidak boleh berlaku tak sopan"
Pangcu mengeluarkan suara tawa yang memekakkan
telinga, katanya: "Tidak halangan Kita sebagai orang rimba
persilatan, kalau satu sama lain mengadakan pertandingan
untuk mempelajari ilmu silat, itu soal biasa. Kalian tentu
saja tidak usah takut"
Kha Gee San yang mendengar ucapan itu juga tidak mau
terus pura-pura merendahkan diri lagi, ia memberi isyarat
pada isterinya agar siap. kedua-duanya setelah
Pendekar Muka Buruk 15 Pendekar Misterius Karya Gan K L Kisah Pedang Bersatu Padu 19

Cari Blog Ini