Ceritasilat Novel Online

Terbang Harum Pedang Hujan 13

Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long Bagian 13


Dengan aneh Ruan-wei berkata: "Benda ini milik Gai-bang, apakah karena terburu-buru, barang
ini tertinggal di sini" Mengapa orang Gai-bang mengintip Adik?"
Dengan ekspresi tidak mengerti Wen menggelengkan kepala:
"Aku juga tidak tahu. semenjak dari Guan-xi, sepanjang jalan selalu ada pengemis yang
mengikutiku terus, aku tidak tahu apa sebabnya." "Apakah Adik pernah berselisih dengan Gaibang?"
"Aku tidak tahu di dunia persilatan ini ada Gai-bang."
"Ha... benar-benar aneh."
"Aneh tidak aneh, yang penting aku tidak berbuat salah, kita tidak perlu takut kepada siapa
pun. Mungkin Gai-bang salah melihat orang. Mereka mengira aku adalah orang yang mereka cari."
Ruan-wei mengangguk. "Kakak, kita sudah tidak mengantuk bagaimana jika kita ke taman bunga penginapan dan
berjalan-jalan, setelah itu baru kembali tidur?"
Ruan-wei merasa sudah tidak mengantuk maka dia setuju dengan tawaran Wen yi. Mereka
keluar dari kamar menuju taman, hanya sebentar mereka sudah sampai di sana. Penginapan itu
sangat besar. Di taman ditumbuhi dengan bermacam-macam bunga, wangi bunga membuat orang
merasa segar. Mereka duduk di sebuah bangku taman. Dengan diam, mereka menikmati malam yang begitu
indah. Tiba-tiba dari dalam lengan bajunya, Wen-yi mengeluarkan sebuah seruling kuno dengan tujuh
lubang. "Apakah Adik ingin meniup seruling?"
"Apakah Kakak sering meniup seruling?"
"Sejak kecil aku memang menyukai musik, tapi tidak bisa meniupnya dengan baik."
"Bagaimana jika aku meniupkan sebuah lagu untuk Kakak, harap Kakak memberiku masukan
setelannya." Suara seruling mengalun sangat indah, membuat orang terbuai, apalagi di malam yang begitu
hening, benar-benar menggetarkan sukma.
Hanya meniup sebentar, Ruan-wei sudah tahu ini adalah 'Bei-fen-shi' (sajak sedih dan marah).
Sampai lagu terakhir, Ruan-wei mengikuti alunan musik dengan membaca syair-syair lagu ini.
Akhirnya suara semakin kecil dan seruling juga berhenti.
Yang mendengar alunan musik ini seperti tertarik ke dalam cerita ini. Yang meniup suling pun
sama-sama sudah masuk ke dalam indahnya sajak-sajak ini. Mereka lupa bicara juga lupa berkatakata....
Lagu ini menceritakan tentang seorang perempuan berbakat, karena perang membuatnya
terkena banyak bencana. Seumur hidup dia selalu berada dalam kesedihan....
Melihat Ruan-wei sedih, Wen-yi segera meniup lagi sebuah lagu ringan dan penuh kehangatan..
Lagu ini bernama 'Feng Qiu Feng' (phoenix jantan mendapatkan phoenix betina).
Irama lagu ini penuh godaan. Karena sedari kecil Ruan-wei suka membaca dan menulis sajak
begitu terdengar lagu ini, langsung syair terucap dari mulutnya. Sebenarnya dia tidak bermaksud
apa-apa. Tapi wajah Wen-yi sudah menjadi merah, sehabis meniup suling, dia merasa malu.
Ruan-wei tidak melihat keanehan sikap Wen-yi, dia memegang tangan Wen-yi:
"Adik benar-benar pandai meniup seruling. Jika terus menerus mendengar kau memainkannya,
kakak akan merasa seperti seorang dewa!"
"Pepatah sering berkata: lagu berada di atas langit, di dunia jarang terdengar. Sekarang kakak
baru mengerti perumpamaan ini tidak bohong."
"Jika kakak menyukainya, seumur hidup aku akan berada di sisi kakak dan meniupkan lagu
untuk kakak, bagaimana?"
"Mana boleh, kakak bukan perempuan, mana boleh selalu berada di sisimu?"
"Jika aku perempuan, selamanya aku ingin berada di sisi kakak...."
340 Ruan-wei tertawa terbahak-bahak: "Sudahlah, jangan bergurau terus. Malam sudah larut, kita
harus kembali ke kamar dan tidur!" Sambil berjalan Ruan-wei berkata: "Besok kakak akan ke pergi
Tibet, katanya perjalanan ke Tibet sangat sulit ditempuh, apakah adik ingin ikut?"
"Kata-kata seorang tuan tidak akan berubah, sesulit apa pun perjalanan itu, adik pasti akan
mengikuti kakak, sekalian mencari pengalaman di dunia persilatan."
o-o-o "Aku juga senang adik bisa ikut ke Tibet! Besok pagi kita berangkat."
"Apakah kakak harus buru-buru sampai di Tibet?"
"Asal dalam waktu setengah tahun bisa sampai ke sana, yang lainnya tidak masalah."
"Jika begitu, kita main dulu di Kai-feng, di sana banyak tempat melancong. Kita bisa menambah
pengetahuan." Ruan-wei masih muda, begitu tahu ada tempat melancong, dia segera setuju:
"Besok kita bermain setelah itu baru berangkat ke Tibet!"
"Besok pagi kita bermain ke pagoda besi!" ajak Wen-yi.
"Besok kita harus mencuci muka dulu dan maka baru pergi."
Mereka bercanda dan kembali ke kamar Wen-yi.
"Biar kakak tidur di kamarmu, kita masih bisa mengobrol sampai besok, bagaimana?"
"Apa...." Melihat wajah Ruan-wei begitu serius dan tidak bermaksud apa-apa, Wen-yi berkata:
"Tidak, tidak! Aku sudah lelah, aku harus tidur kalau tidak, besok tidak bersemangat bermain."
"Baiklah, sampai bertemu besok pagi."
Setelah Ruan-wei masuk ke kamarnya, Wen-yi baru menutup pintu.
BAB 98 Formasi batu 5 ketua Gai-bang
Kota Kai-feng adalah ibu kota di jaman Tiongkok kuno. Dulu negara Song dan negara Da-liang
menjadikan kota Kai-feng sebagai ibukota, Dinasti Song lebih lama menjadikan kota ini sebagai
ibukota. Maka bangunan sejarah di kota ini sangat banyak, yang paling terkenal adalah Tie-Ta
(pagoda besi). Hari ini udara cerah. Ruan-wei dan Wen-yi sudah tiba di Tie-ta. Tie-ta bersudut delapan,
memiliki 13 tingkat, dengan tinggi 50-60 meter.
Mereka bersama-sama memasuki Tie-ta. Di dalam Tie-ta terlihat patung Budha yang duduk
bersila sejajar demi sejajar, dari yang ukurannya besar hingga kecil. Ternyata dinding pagoda
terukir gambar Budha. Dalam hati Ruan-wei merasa ada penghormatan. Dia merasa tempat ini sangat cocok dengan
sifatnya. Ilmu silat Tian-long-shi-san-jian memiliki teknik yang berhubungan erat dengan ajaran-ajaran
agama Budha. Jika tidak mengerti aturan-aturan agama Budha, tenaga pedangnya hanya bisa
dikeluarkan sebesar 50% saja dan tidak mungkin bisa mencapai tingkat tertinggi.
Tie-ta adalah bangunan yang mewakilkan agama Budha. Walaupun Ruan-wei belum
mempelajari ajaran-ajaran agama Budha, tapi karena dia sudah berlatih Tian-long-shi-san-jian,
maka dia tanpa sadar telah mempelajari agama Budha. Melihat patung Budha, dia seperti melihat
orang yang sudah dikenalnya tapi yang sudah lama terlupakan. Dia teras melihat, hatinya
seperti tenggelam ke dunia lain. Dia hampir melupakan semua yang ada di dunia ini.
Melihat dia seperti tergila-gila pada patung Budha, dalam hati Wen-yi berpikir, 'Kakak benarbenar
seperti anak kecil, melihat patung Budha sampai tergila-gila seperti itu.' Dia menggoyanggoyangkan
tangan dan memanggil, "kakak, kakak!"
Ruan-wei terkejut dan segera tersadar. Wen-yi terus menertawakannya.
"Aku merasa seperti pernah datang kemari," sahut Ruan-wei dengari kebingungan.
"Bukankan kau mengatakan kalau kau belum pernah datang ke He-nan?"
"Betul!" "Kau betul-betul kebingungan. Di kota Kai-feng hanya ada satu Tie-ta, kapan kau pernah
melihatnya?" 341 "Aku benar-benar bingung, juga membuat adik ikut bingung."
"Sudahlah, ayo kita ke atas."
Tangga pagoda dibuat dengan cara memutar dan bisa mencapai ujung tertinggi dari pagoda.
Tapi karena pagoda tinggi dan sudah lama tidak diperbaiki, maka jika tidak memiliki tubuh sangat
sehat atau pemberani, tidak ada yang berani mencoba sampai ke tingkat atas. Biasanya para
wisatawan hanya sampai di tingkat 6.
Sampai di tingkat ketujuh, sudah tidak ada pelancong di sana. Wen-yi adalah pelajar lemah
maka Ruan-wei tertawa dan berkata:
"Adik, apakah kita turun saja?"
Wen-yi adalah orang yang pintar melihat, dia segera mengerti maksud Ruan-wei. Dia segera
berteriak: "Kakak, apakah kau tidak percaya kepada kemampuan adikmu?"
"Baiklah, baiklah! kita naik lagi untuk melihat!"
Sambil tertawa Ruan-wei berkata: "Jika sudah sampai di atas, dan kau mengeluh lelah, aku
tidak akan meladenimu, kau benar-benar seperti anak kecil."
Wen-yi tersenyum. Dia benar-benar berterima kasih kepada perhatian Ruan-wei.
Di tingkat teratas pagoda itu sangat sempit tapi tetap bisa menampung 10 orang lebih. Di
setiap tingkat pagoda terdapat lubang seperti jendela untuk melihat keluar. Sampai di tingkat 13,
Ruan-wei melihat Wen-yi tidak terengah-engah juga terlihat sangat tenang. Dalam hati Ruan-wei
memuji kekuatan Wen-yi. Mereka melihat keluar melalui lubang itu. Huang He yang bergelombang seperti sebuah tali
kuning yang berliku-liku dan diletakkan di atas hamparan pasir putih yang luas.
Tiba-tiba Wen-yi berteriak. Ternyata air Huang He seperti lebih tinggi dari tembok dinding kota
Kai-feng. Kota Kai-feng seperti berada di bawah kapak. Kalau sampai dinding penghalang Huang-He
roboh, seluruh kota Kai-feng akan terendam.
Melihat keadaan seperti itu, hati Ruan-wei seperti air Huang He terus bergejolak. Dia berharap
pedangnya bisa menjadi penghalang tembok agar Huang He tidak banjir.
Dia teringat pada kesaktian Tian-long-shi-san-jian, dia membalikkan tubuh dan terus berpikir.
Di depan setiap lubang jendela ada patung Budha yang terbuat dari kaca kuning dengan tinggi 1.5
meter, jumlah patung itu ada 48 buah.
Karena melihat patung Budha begitu mulia, pikiran Ruan-wei memasuki dunia kosong. Dia terus
berkata: "Ajaran Budha benar-benar tiada batasnya...."
Dia mulai mengeluarkan rasa percaya diri pada kemampuannya untuk melakukan jurus-jurus
Tian-long-shi-san-jian. Melihat Ruan-wei terus bengong, Wen-yi segera berpikir, 'Sepertinya pagoda ini memberikan
sedikit rasa gaib, aku tidak akan membiarkan kakak terus di sini, akan membuatnya terlihat aneh."
Maka dia berteriak: "Kakak, ayo kita turun!"
"Apakah Adik takut?"
Wen-yi mengangguk. Dia sangat berharap bisa segera meninggalkan tempat ini.
Karena sudah tersimpan pendapatnya di dalam hati, Ruan-wei menyetujui usul Wen-yi.
Baru sampai di tingkat lima, dari lubang jendela terlihat di depan pagoda banyak orang yang
sedang berkerumun. Wisatawan menghindar jauh-jauh. Di dalam kerumunan itu ada dua orang
yang sedang bertarung. Salah satu orang yang bertarung terlihat di punggungnya menggendong tiga karung dan
menggunakan golok, dia seperti seorang pengemis. Setelah dilihat lagi dengan teliti, Ruan-wei
baru sadar yang sedang bertarung ternyata adalah orang Gai-bang dengan orang Tian-zheng-jiao.
Orang yang bertarung dengan pengemis itu menggunakan senjata pena, berpakaian ungu, dia
adalah orang Tian-zheng-jiao kelompok baju ungu. Di sekeliling masih terlihat ada enam orang
Tian-zheng-jiao yang berbaju biru dan sedang bersiap-siap membantu temannya.
Dari Gai-bang hanya ada satu orang yang bertingkat tiga karung. Kekuatan Gai-bang waktu itu
berada di bawah Tian-zheng-jiao dan Zheng-yi-bang, tapi jika membicarakan keberadaan Gai-bang
342 di dunia persilatan, sekali menyebut Gai-bang, orang akan segera mengangkat jempol dan memuji
Gai-bang. Mereka selalu membela keadilan, wibawa Gai-bang setingkat dengan Zheng-yi-bang.
Ilmu silat pengemis bertingkat tiga karung itu tidak setinggi orang Tian-zheng-jiao. Pakaian-nya
sudah usang dan sobek-sobek, ditambah lagi dengan sobekan karena digores pena dan darah
mulai menetes dari tubuhnya.
Terlihat pengemis bertingkat tiga karung itu akan segera mati karena senjata pena orang Tianzhengjiao. Karena takut pada kekuatan Tian-zheng-jiao, maka para pelancong di sana tidak ada
yang berani membantunya, mereka hanya melihat dari jauh.
Tapi pengemis itu tidak berniat kabur, dia diam dan terus mengacungkan goloknya untuk
melawan. Tiba-tiba gerakan si baju ungu terlihat ada celah, maksudnya memancing agar si pengemis
menyerangnya dan dia akan berputar ke belakangnya, membuat senjatanya bisa menusuk ke
punggung pengemis itu. Karena pengemis itu memang ingin menang, dia sama sekali tidak menyangka kalau musuh
membuat jebakan untuknya. Ruan-wei selalu mendengar Xiao San-ye memuji kehebatan Gaibang,
sekarang melihat murid Gai-bang akan terbunuh, dia tidak tega. Dia terbang turun dari
lubang jendela itu. Begitu turun, kedua jarinya membentuk seperti kaitan dan siap mengait mata orang berpakaian
ungu. Orang berpakaian ungu itu mengira ada dewa turun dari langit, maka dia melepaskan
musuhnya dan menjaga dirinya, dia juga mundur.
Ilmu meringankan tubuh Ruan-wei lebih tinggi dari si baju ungu, hanya sekejap dia sudah
berada di belakang orang berpakaian ungu itu. Dia langsung menendang pantatnya.
Tendangan itu membuat orang berpakaian ungu jatuh terjengkang. Lalu dia cepat-cepat berdiri,
dan dengan cepat membawa enam orang berpakaian biru itu pergi dari sana.
Pengemis bertingkat tiga karung itu berkata dengan penuh terima kasih.
Wen-yi mendekati Ruan-wei dengan tertawa memuji:
"Kakak, benar-benar hebat!"
Ruan-wei balas memberi hormat pada pengemis:
"Di jalan bertemu dengan perlakuan tidak adil, memang patut menolong."
"Kita bertemu lagi di kesempatan lain, aku harus pergi mencari Cao Jiao-hai. Aku pamit dulu!"
"Tunggu dulu!" kata Wen-yi tiba-tiba.
Dari balik dadanya dia mengeluarkan uang perak dan memberikannya kepada pengemis itu:
"Lukamu cukup berat, bawalah uang ini untuk berobat."
"Apakah Tuan bermarga Wen?"
"Betul, bagaimana kau bisa tahu?" tanya Wen-yi aneh
Pengemis itu melempar kembali uang perak pemberian Wen-yi, dengan marah dia berkata:
"Walaupun aku terluka sampai mati, aku tidak akan memakai uang bermarga Wen untuk
berobat." Dengan marah, dia membalikkan tubuh dan pergi dari sana.
Melihat adik angkatnya dihina, Ruan-wei ingin membela tapi Wen-yi sudah melarangnya dan
berkata: "Mungkin dia salah melihat orang, menganggap aku adalah musuhnya."
"Sifatmu benar-benar penyabar!"
"Kakak jangan memuji, asal jangan mengatakan kalau aku seperti anak kecil, itu sudah cukup."
Mereka tertawa dan meninggalkan tempat itu.
Di Kota Kai-feng terdapat dua danau besar. Jika disatukan namanya disebut danau Pan Yang.
Jika dipisah, yang satu bernama Danau Pan, yang satu lagi bernama Danau Yang.
Kedua danau itu mengalirkan air ketempat yang sama, tapi ketika airnya di telusuri,
perbedaannya akan terlihat jelas. Danau Yang bersih dan bening, sedangkan Danau Pan kotor.
Katanya Danau Pan pada jaman Dinasti Song adalah rumah kediaman Pan-mei. Sedang Danau
Yang adalah rumah kediaman Yang-ye. Karena keturunannya sering menggali barang peninggalan,
maka lama-kelamaan tempat itu menjadi sebuah danau.
Yang-ye adalah seorang jenderal jaman itu. Anak cucunya biasa disebut orang-orang Yang Jiajiang
(Jenderal keluarga Yo). Dengan setia mereka membela Dinasti Song. Terakhir karena tentara
343 yang dipimpin Yang-ye kekurangan makanan karena kiriman makanan terputus, maka Yang Ye
bunuh diri tapi dia tetap tidak menyerahkan diri kepada bangsa lain. Maka setelah dia gugur, air
danau selalu bening, bersih, itu semua melambangkan kesucian dan kebersihan keluarga
Yang. Pan-mei adalah pejabat yang berkhianat. Dia tidak akur dengan Yang-ye. Beberapa kali
berusaha mencelakai Yang Jia-jiang, membuat kondisi negara Song semakin turun. Maka setelah
dia mati, danaunya pun menjadi kotor, melambangkan kotornya hati Pan-mei.
Ruan-wei dan Wen-yi melewati sebuah jalan kecil, di kedua sisi jalan itu adalah Danau Pan dan
Danau Yang. Sambil bermain mereka mengobrol, mereka menceritakan tentang sejarah kedua
danau ini. Begitu tiba di tengah danau, mereka melihat lima orang pengemis tua berambut putih. Setiap
mengemis menggendong enam buah karung, berarti mereka adalah pengemis bertingkat enam
karung. "Lima tetua Gai-bang!" teriak Ruan-wei
"Mereka berdiri di tengah jalan sedang menunggu siapa?" tanya Wen-yi.
Tiba-tiba dari belakang pohon muncul seorang pengemis bertingkat tiga karung. Tubuhnya
dibalut kain putih. "Kakak lihat, pengemis tadi pagi yang terluka ternyata ada di sana!"
"Apakah dia adalah Cao Jiao-hui yang kita temui tadi pagi?"
Ketika mereka sampai di depan Lima tetua Gai-bang itu, salah satu orang Gai-bang bertubuh
tinggi berkata: "Di antara kalian berdua, siapa yang bermarga Wen?"
"Pasti yang lebih pendek!" kata tetua Gai-bang yang bertubuh lebih pendek.
"Lima tetua mencari adik angkatku, ada apa?" tanya Ruan Yi hormat.
Pengemis paling tua itu menjawab: "Keempat orang ini adalah adik angkatku, kami sudah lupa
dengan nama kami sendiri. Di dunia persilatan kami biasa dipanggil tetua satu, tetua dua, tetua
tiga, tetua empat, dan tetua lima."
Ruan-wei dengan cepat mengingat nama-nama mereka. Karena namanya sesuai dengan tinggi
tubuh mereka. Tetua satu sangat sungkan terhadap Ruan-wei mereka terus mengobrol.
"Apakah saudara angkatmu bermarga Wen?" tanya tetua empat dengan tidak sabar
"Betul, aku bermarga Wen, untuk apa aku berbohong kepada Anda?"
Tetua lima paling tidak sabaran, dia berteriak:
"Baiklah!" Setelah itu dia memindahkan sebuah batu ke sisi jalan.
Tiba-tiba tetua tiga bertanya:
"Apakah ayahmu masih hidup?" Dia juga memindahkan sebuah batu ke tengah-tengah jalan.


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan nada marah Wen-yi berkata:
"Tentu saja ayahku masih hidup, kalian yang sudah tua yang pantas dikubur dulu!"
Tetua dua Gai-bang tertawa:
"Betul, kami memang sudah pantas dikubur, tapi sebelumnya kami ingin membawa seorang
setan tua mengikuti kami!" Sambil tertawa dia juga meletakkan sebuah batu di balik tubuh Ruanwei.
"Siapa yang ingin kalian bawa?" tanya Wen-yi"Menurutmu siapa?" tanya tetua lima, dia juga tergesa-gesa meletakkan batu ke pinggir.
"Apa yang mereka lakukan?" tanya Ruan-wei dalam hati.
"Tentunya bukan aku dan kakak"' tanya Wen-yi sambil tertawa.
Tetua satu Gai-bang juga meletakkan batu di depan sambil mengeluh:
"Apakah keadaan ayahmu baik?"
"Jangan khawatir, ayahku sangat sehat. Dia sering mengatakan jika teman lamanya belum mati
semua, dia tidak akan mati duluan."
Tetua empat sibuk memindahkan batu mengelilingi Ruan-wei dan Wen-yi.
Kata tetua satu: "Sejak dulu siapa yang tidak ingin mati sebenarnya bisa lebih awal mati itu lebih baik. untuk
apa ayahmu harus menunggu semua temannya mati duluan baru dia mau mati?"
344 Ruan-wei mulai melihat kalau mereka menyusun sebuah formasi batu, diam-diam berpikir,
'Kemampuanku tentang formasi batu sampai di tahap mana" akan kucoba sekarang!"
"Kau mengatakan lebih baik mati dulu tapi mengapa kalian belum mati juga" Hidup di dunia
hanya menjadi seorang pengemis, benar-benar sangat dikasihani!"
Segera lima tetua itu menumpukkan batu-batu di sekeliling Wen-yi dan Ruan-wei. Kemudian
lima tetua Gai-bang berteriak:
"Jangan banyak bicara dengan bocah itu, biar dia yang menggantikan setan tua Wen
mengantar nyawanya."
Tetua dua Gai-bang tertawa:
"Ayahmu paling pandai memecahkan formasi, sekarang coba kau pecahkan formasi ini."
"Formasi apa ini?" tanya Wen-yi.
Lima tetua Gai-bang bersama-sama menjawab:
"Formasi batu lima tetua Gai-bang." Mereka dengan cepat menyusun batu lagi.
Tadinya Ruan-wei bisa melihat lima tetua yang ada di luar formasi batu, tapi begitu batu terus
ditumpuk, keadaan di luar sama sekali jadi tidak terlihat.
Dengan terkejut Ruan-wei berkata: "Formasi apa ini?"
Lima tetua yang ada di luar bersama-sama berteriak:
"Ini adalah formasi batu dari lima tetua Gai-bang, formasi ini khusus untuk mengurung keluarga
Wen!" "Apakah kakak tahu ini formasi apa?"
"Sejak kecil aku memang senang membaca buku tentang formasi, tapi aku tidak tahu ini
formasi apa." "Lalu kita harus bagaimana?" Ruan-wei tidak bisa menjawab, dia hanya termangu berdiri di
sana. Tapi Wen-yi tidak terlihat tegang. Sambil tertawa dia berkata:
"Jika kakak bisa keluar dulu, aku sendiri bisa memecahkan formasi ini."
Ruan-wei tidak mengerti maksud Wen-yi. Wen-yi berkata lagi:
"Gai-bang tidak akan mengurung orang yang sudah berbudi kepada mereka!"
Tiba-tiba ada cahaya merah yang masuk, ternyata formasi bagian barat sudah terbuka dan
tampak pemandangan. Ruan-wei berteriak:
"Cepat! Adik, kita keluar dari sini!"
"Tidak mungkin semudah itu. Kakak, coba lihat!"
Terlihat lima tetua Gai-bang sudah berjaga di tempat terbuka. Jika memaksa keluar dari sana
mereka akan dibunuh oleh lima tetua itu.
"Mengapa mereka membuka sebagian formasi ini?" tanya Ruan-wei.
"Mereka ingin melepaskan kakak!" Benar saja, dari luar formasi, tetua satu berteriak:
"Pendekar Ruan, silakan keluar dari formasi ini!"
"Lima tetua Gai-bang sangat terkenal, untuk apa membuat sulit orang muda, aku ingin adik
angkatku yang keluar lebih dulu dari formasi ini!"
Tetua lima Gai-bang berteriak:
"Jangan bicara sembarangan! Karena kau telah menolong murid Gai-bang Cao Jiao-hui, maka
kami membuka sebagian formasi untukmu tapi bukan untuk pencuri kecil keluarga Wen!"
Tetua empat ikut bicara: "Jika kami melepaskan pencuri kecil keluarga Wen, tetua enam akan mati sia-sia."
Ternyata Gai-bang tadinya memiliki enam ketua. 10 tahun yang lalu tetua enam menghilang,
tidak ada yang tahu bagaimana dia bisa menghilang, tidak disangka ternyata tetua enam mati di
tangan ayah Wen-yi. Tetua tiga berkata: "Dulu kami enam bersaudara berkelana di dunia persilatan selalu bersama-sama. Kami benarbenar
merasa senang, tapi di Guang-xi, ketika kami berniat akan bersenang-senang, penjahat tua
Wen telah mengurung tetua enam dengan formasi yang dibuatnya sampai mati. Maka hari ini kami
juga akan mengurung mati orang keluarga Wen dengan formasi kami."
Wen-yi tertawa dingin: 345 "Bagaimana bisa formasi ini mengurung ayahku" Aku saja bisa dengan mudah memecahkan
formasi ini dan keluar dari sini!"
"Baiklah, silahkan kau mencobanya!" sahut tetua dua.
"Silakan Pendekar Ruan keluar!" pesan tetua satu.
"Aku mohon adik angkatku juga dilepaskan, aku akan membalas kebaikan kalian!" mohon
Ruan-wei. "Kenapa kau begitu cerewet, jika kau tidak mau keluar, kami akan menutup kembali formasi
ini," teriak tetua lima.
"Baiklah, silahkan tutup kembali formasi ini," teriak Ruan-wei.
"Kakak, cepat keluar, aku pasti bisa keluar dari formasi ini."
"Adik sendirian dalam formasi mana mungkin kakak bisa tenang."
"Kakak keluar dulu, formasi ini tidak begitu sulit bagiku. Cepat keluar, jika telat bisa terjadi
perubahan." Terdengar SREEEK, keadaan di luar sudah tidak terlihat dan gelap. Lima tetua sudah berteriak:
"Kami ingin tahu kalian punya kelebihan apa sehingga bisa keluar dari formasi ini!"
Suara mereka kecil dan sulit terdengar, ternyata formasi sudah ditutup kembali.
Ruan-wei tersenyum: "Hidup atau mati ditentukan oleh Tuhan. Formasi sudah ditutup, kau tidak bisa memaksaku
keluar dari formasi ini!:
Wen-yi meneteskan air mata, pelan-pelan berkata :
"Kakak...." "Ada apa...." tanya Ruan-wei.
"Untuk apa kau mati demi diriku?"
"Kita adalah saudara angkat, ada kebahagiaan kita nikmati bersama, ada kesulitan kita hadapi
bersama, mana mungkin kakak meninggalkanmu seorang diri di dalam formasi ini?"
"Formasi ini terlihat sederhana tapi lima tetua Gai-bang menghabiskan waktu 10 tahun
menyusun formasi ini. Yang pasti tidak ada aturan formasi lagi, jika ingin memecahkan formasi ini
harus melihat situasi waktu itu!"
"Betul, pantas sejak tadi aku tidak melihat sedikit celah pun, ternyata mereka tidak mengikuti
aturan formasi yang berlaku!" kata Ruan-wei. Dengan lembut Wen-yi berkata: "Ayahku di dunia
persilatan sangat terkenal dengan kepandaian formasinya, lima tetua Gai-bang sadar dengan
formasi biasa, mereka tidak bisa mempersulit ayahku maka mereka berusaha mencari jalan lain.
Tapi semua formasi di dunia ini bagaimana pun sulit dan anehnya, semua pasti ada dasarnya dan
tidak berubah. Aku percaya kita bisa keluar dari formasi ini, hanya ketika aku berhasil
memecahkan formasi ini, aku tidak bisa membawa kakak...."
Ruan-wei tertawa: "Aku akan tinggal di sini, jika terus mengikutimu, tentunya akan menyulitkanmu. Keluarlah
dulu, aku dan Gai-bang tidak ada dendam, mereka tidak akan membuat masalah denganku."
"Kakak begitu baik kepadaku, mana mungkin aku akan meninggalkan kakak dalam formasi ini.
Kita keluar bersama-sama, jangan bicarakan keluar sendiri lagi."
"Baik, baiklah! Hari ini kita keluar bersama-sama. Kakak benar-benar senang bisa mendapat
teman sehidup semati seperti Adik."
"Adik pun demikian, aku benar-benar beruntung mengenal kakak, hidup ini serasa sempurna!"
Wen-yi berada di depan, Ruan-wei mengikutinya dari belakang. Mereka mulai mencari jalan
keluar dari formasi ini. Begitu masuk formasi, terlihat di dalam formasi penuh dengan kabut juga asap, batu-batu
disusun sangat aneh, membuat orang sulit berjalan, seperti berada di sebuah parit besar dalam
lembah. Ruan-wei sering membaca buku tentang mengatur prajurit dan juga aturan-aturan formasi tapi
dia belum pernah melihat formasi seperti ini. Kata pepatah: melihat sekali lebih baik daripada
beratus kali membaca. Sekarang begitu melihatnya secara langsung, dia juga tidak tahu dengan
cara apa bisa keluar dari sini.
Seperti teori-teori ilmu silat atau hal lainnya jika hanya dimengerti tapi tidak dipraktekkan, jadi
tidak akan ada gunanya. 346 Ruan-wei tidak berani berbuat ceroboh. Dia terus mengikuti di belakang Wen-yi. Terlihat Wenyi
sangat tenang, di depan jalan buntu tapi dia berbelok kiri lalu berbelok kanan, dan keluar lagi.
Wen-yi takut Ruan-wei tersesat maka dia selalu menoleh ke belakang baru berjalan lagi beberapa
langkah. Sebuah batu menghadang mereka, Wen-yi berteriak:
"Kakak, hati-hati!" Ternyata Wen-yi sudah berputar-putar kemudian kehilangan jejak.
Ruan-wei terkejut, dia mencari-cari dan tidak bisa melangkah lagi. Dalam hati berpikir:
"Jika sembarangan berjalan, aku akan terperangkap dalam formasi ini. Dan Wen-yi tidak bisa
mencariku." Dia terus menunggu tapi Wen-yi tidak Kembali mencarinya. Dia segera berteriak: "Adik Yi,
Adik Yi...." Terdengar Wen-yi menjawab:
"Kakak, kembalilah ke tempat semula...."
Tadi sewaktu berjalan, Ruan-wei mengingat jalan yang dilaluinya, sekarang ketika harus
kembali ke tempat semula jadi tidak sulit baginya. Sesampainya di tempat semula, tidak lama
kemudian Wen-yi sudah kembali.
Wajah Wen-yi mulai pucat:
"Benar-benar hebat, formasi batu lima tetua Gai-bang benar-benar hebat!"
"Kenapa kau begitu cepat menghilang?" tanya Ruan-wei.
"Aku pernah mendengar ayah mengatakan kalau formasi tersulit jika formasi disusun di wilayah
sempit. Hari ini mereka membuat formasi hanya menggunakan tempat beberapa puluh meter
luasnya tapi 8 sudut bercampur dengan 5 jalan pertahanan. Tadi begitu melihat keadaan di sini,
aku segera mengubah jalan. Ketika aku menoleh ke belakang aku tidak melihat kakak. Ingin
kembali ke tempat semula sudah tidak ada jalan, terpaksa aku mencari jalan lain kemari."
"Bagaimana jika kita menggunakan ilmu meringankan tubuh dan meloncat keluar?" tanya
Ruan-wei. Wen-yi menggelengkan kepala:
"Ketika aku berusia enam tahun, aku melihat ayahku di tempat 10 meter persegi memasang
formasi dan dia bisa mengurung seorang pengemis tua. Ilmu silat pengemis tua itu sangat tinggi,
dia terus meloncat keluar dari formasi tapi tetap tidak berhasil keluar."
"Apakah pengemis tua itu adalah ketua Gai-bang yang ke-enam?"
"Sekarang setelah dipikir-pikir, pengemis tua yang dulu dikurung ayahku dengan formasi adalah
ketua Gai-bang ke-6. Semenjak itu aku tidak melihat pengemis tua itu lagi, mungkin dia sudah
mati di tangan ayahku." Ruan-wei menarik nafas:
"Kalau begitu lima tetua Gai-bang mempunyai dendam kepada ayahmu...."
"Sekarang kita jangan membicarakan masalah ini dulu, jika kakak ingin keluar dari formasi ini
hanya beberapa meter, kau harus belajar dulu langkah 'Jiu-gong-lian-huan-bu' (Sembilan langkah
berantai). Jika tidak walaupun kakak mempunyai ilmu meringankan tubuh yang tinggi, begitu
tersesat dalam formasi ini, kau tidak akan bisa keluar lagi." lalu Wen-yi menjelaskan dengan
terperinci bagaimana cara melakukan 'langkah sembilan irama berturut-turut'.
Dalam satu hari Ruan-wei berhasil berlatih 'Jiu-gong-lian-huan-bu' dengan lancar.
Satu hari berlalu, dia dan Wen-yi mulai berjalan dalam formasi batu ini. Menghadapi
perubahan-perubahan yang ada dalam formasi, ditambah lagi dengan apa yang dipelajari Ruanwei,
mereka mulai mendapatkan sedikit arah.
Hari ketiga pagi, Ruan-wei dan Wen-yi berhasil keluar dari formasi walaupun sudah dua hari
mereka tidak makan dan minum tapi mereka tetap terlihat bersemangat.
Di luar formasi tidak terlihat ada seorang pun, ke manakah lima tetua Gai-bang itu" Dengan
aneh Wen-yi berkata: "Mengapa lima tetua Gai-bang meng-hilang?"
"Mereka mengira dengan formasi ini bisa mengurung kita sampai mati maka mereka
memutuskan meninggalkan tempat ini. Lebih baik seperti ini jika tidak begitu Adik keluar, mereka
berusaha menghadang kita."
Wen-yi menggelengkan kepala:
"Lima tetua Gai-bang membuat formasi ini, mereka sedang mencoba apakah formasi ini bisa
mengurung orang bermarga Wen. Jika mereka tidak melihat aku mati di dalam formasi, mereka
tidak akan meninggalkan tempat ini, aku kira pasti tentu ada alasan lain."
347 "Formasi batu lima tetua Gai-bang khusus dibuat untuk mengurung orang bermarga Wen yang
tidak membela kebenaran." Kata-kata ini membuat Ruan-wei jadi ingin tahu lebih banyak tentang
keluarga Wen-yi dan memecahkan pertanyaan-pertanyaan yang bercokol di dalam hatinya. Sekitar
250 meter dari sana terdengar ada yang sedang bertarung.
"Kita kesana untuk melihat!" kata Wen-yi Mereka berlari kesana, sepanjang jalan Wen-yi selalu
berada di belakang Ruan-wei. Ilmu meringankan tubuhnya ternyata tidak rendah, Ruan-wei tahu
Wen-yi mempunyai kepandaian tapi dalam hatinya berpikir Wen-yi yang begitu kecil dan pendek,
apalagi dia terlihat lemah, ilmu silatnya pasti tidak seberapa.
Mereka berlari menuju kesebuah pondok, ternyata pondok itu berada di dalam istana
peninggalan Dinasti Song, karena sudah lama tidak dirawat maka istana ini menjadi bobrok dan
sebagian roboh karena itu para pelancong jarang datang kesana.
Sesampainya mereka di depan pondok itu, di bawah ada sebuah panggung yang terbuat dari
batu setinggi 20 meter, lebarnya puluhan meter, dipinggirnya terdapat ukiran naga. Terlihat
sangat indah juga megah. Kedua sisinya terdapat beratus-ratus anak tangga batu. Suara orang
bertarung keluar dari dalam istana tua itu.
Begitu menaiki tangga terlihat jelas di atas panggung orang sedang bertarung, ternyata mereka
adalah lima tetua Gai-bang yang menghilang tadi, mereka sedang dikurung oleh tujuh orang Tianzhengjiao berpakaian emas. Tampak lima tetua Gai-bang sedang berada di bawah angin, mereka
tampak kesulitan menahan serangan orang-orang Tian-zheng-jiao.
Tujuh orang berpakaian emas adalah ketua berbaju emas Tian-zheng-jiao. Tampaknya dari lima
tetua Gai-bang akan ada yang mati karena kepungan mereka bertujuh itu. Ruan-wei tidak
menyukai Tian-zheng-jiao, dia membentak dan membuka bungkusan kainnya, Fei-long-jian pun
dikeluarkan. "Kakak, kau mau apa?"
"Memang Gai-bang bermusuhan dengan kita, tapi mereka adalah orang yang selalu membela
keadilan, aku tidak mau mereka terbunuh oleh Tian-zheng-jiao," jelas Ruan-wei.
Suara Ruan-wei terdengar jelas oleh orang-orang di sana. Di dalam bahaya lima tetua Gai-bang
masih sempat mendengar, alis mereka segera terangkat.
"Tapi kakak... kau... kau... tidak akan sanggup melawan mereka."
Ketika bertarung dengan tuan muda gemuk, Wen-yi sudah tahu bagaimana kemampuan ilmu
silat Ruan-wei yang tidak tinggi. Teringat hal itu dia berteriak.
Ruan-wei tidak mendengar kata-kata Wen-yi, dia mengandalkan hati membela keadilan,
dengan cepat mendekati orang-orang itu kemudian dia memutar pedangnya dan mengeluarkan
bunga api. Dia mulai menyerang ketua berbaju emas. Jurus ini adalah jurus keempat Tian-longshisan-jian yaitu "Jin-tong-bai-fu' (anak emas menyembah Budha).
Tiga orang ketua berbaju emas menggunakan pedang, begitu merasa desiran pedang yang
datang, mereka tidak bisa menghindar, maka dengan cepat mereka membalikkan tubuh
mengangkat pedang untuk bertahan.
Jurus 'Jin-tong-bai-fu' adalah jurus khusus untuk menyabet pergelangan musuh. Untung
mereka cepat mengubah jurus. TANG! TANG! TANG! tiga pedang ditepis hingga putus, hampir saja
pergelangan tangan mereka disabet putus.
Tiga ketua berbaju emas dengan cepat mundur dari sana, sedangkan empat ketua berbaju
emas lainnya tampak terkejut. Mereka berhenti menyerang. Jika lima tetua Gai-bang bertarung
satu lawan satu dengan ketua berbaju emas Tian-zheng-jiao, mereka tetap akan kalah. Karena
mereka sudah bertarung semalaman, mereka sangat lelah. Begitu pertarungan berhenti mereka
segera duduk untuk mengatur nafas.
Tiga ketua berbaju emas yang pedangnya . terputus adalah pesilat pedang terkenal berjuluk
'Yan-shan-san-jian', Lao-da nya, Zhong-jian (pedang berat) ChenZhong-quan. Lao-er, Chang-jian
(pedang panjang) Hu Zhong-rui, dan Lao-san, Qing-jian (pedang enteng) Zhong Rong-hui. Pedang
Chen Zhong-quan beratnya 5 kali lipat dari pedang biasa. Pedang Hu Zhong-rui lebih panjang
setengah meter dari pedang biasa. Pedang Zhong Rong-hui lebih ringan dari pedang biasa.
Sebetulnya bila ketiga pedang itu digabung menjadi satu maka akan menjadi kekuatan yang
tidak terkalahkan, tidak disangka hanya dalam satu jurus pedang mereka ditebas hingga putus
348 oleh seorang pemuda yang tidak terkenal, hal ini akan membuat geger dunia persilatan. Zhongjian
Chen Zhong-quan berteriak: "Fei-long-jian!"
Chang-jian Hu Zhong-rui membentak: "Bocah, Fei-long-jian siapamu?" Ruan-wei tidak
menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, dengan lantang dia berkata:
"Apakah kau mau mencari seseorang di kota Kai-feng, di Tie-ta akulah yang memukul muridmurid
Tian-zheng-jiao, tidak ada hubungan-nya dengan lima tetua Gai-bang, kalian jangan
mencari mereka untuk melampiaskan kemarahan kalian!" Tetua satu Gai-bang berkata: "Pendekar
Ruan, Tian-zheng-jiao selalu berseberangan dengan Gai-bang, kau jangan melawan mereka
seorang diri. Asalkan lima tetua Gai-bang masih bisa bernafas, kami akan terus melawan mereka."
Seorang pak tua gemuk dan pendek, yang memegang senjata aneh jala ikan, dengan pelan
mendekati Ruan-wei. "Saudara kecil, apakah kau benar-benar bermarga Ruan?"
"Betul, aku adalah Ruan-wei, ada apa?" Begitu melihat, Ruan-wei sudah tahu kalau dia adalah
Qi-hai-yu-zi Wei Ao-wu yang sering diceritakan oleh Kakek Xiao.
Wei Ao-wu tertawa:

Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah kau adalah pesilat pedang yang pernah membuntungi pergelangan tangan dua ketua
kami di Jin-ling?" "Akulah yang melakukannya, aku yang bertanggung jawab, pemuda itu adalah aku yang
menyamar. Jika kalian ingin membalas, carilah aku, jangan mencari orang yang tidak ada sangkut
pautnya denganku." Lima tetua Gai-bang sangat terkejut, sampai Wen-yi sendiri pun tidak menyangka kalau Ruanwei
adalah pemuda yang telah membuat permusuhan dengan Tian-zheng-jiao dan Zheng-yi-bang.
Wajah gemuk Wei Ao-wu tertawa sinis: "Katanya senjata rahasia Tuan sangat lihai, jika Tuan
menang, aku tidak akan mencari masalah lagi dengan lima tetua Gai-bang."
Qing-jian Zhong Rong-hui berkata dengan cepat:
"Aku juga tidak merasa malu, 20 tahun yang lalu aku pernah kalah oleh 'Fei-long-jian' Gongsun
Qiu-jian. Bekas luka ini adalah pemberiannya." Begitu lengan bajunya digulung, tangan kanannya
terdapat bekas luka tusukan pedang sebesar mangkuk.
Zhong Jian Chen Zhong-quan, Chang-jian Hu Zhong-rui diam-diam menggulung lengan baju
mereka. Di lengan mereka pun terdapat bekas luka karena pedang. Posisinya sama dengan Zhong
Rong-hui. Sepertinya teknik pedang Fei-long-jian ke sangat tinggi. Sekali menyerang, ketiga lengan orang
itu terdapat bekas luka dengan keadaan sama, benar-benar mengejutkan.
Qing-jian Zhong Rong-hui berkata:
"Yan-shan-san-jian telah mendapat penghinaan begitu besar, maka selama 20 tahun ini kami
terus memperdalam ilmu pedang dan kami ingin sekali bertarung dengan Fei-long-jian ke. Tapi
Fei-long-jian ke menghilang, apakah dia tahu kalau kami mencarinya untuk membalas dendam
dan dengan cepat dia bersembunyi dari kami?"
Ruan-wei bukan murid Gongsun Qiu-jian tapi menurut kakek, Gongsun Qiu-jian adalah orang
yang sangat keras. Ruan-wei memegang pedangnya, dia tidak boleh merusak nama besarnya.
Maka dengan marah Ruan-wei menjawab:
"Fei-long-jian ke bukan orang yang takut mati, aku ingin melihat orang yang mengeluarkan
kata-kata tidak enak."
Chang-jian Hu Zhong-rui tertawa terbahak-bahak:
"Hari ini kami akan membunuh yang lebih muda dulu, yang tua pasti akan menyusul. Ayo!"
"Bukankah pedang mereka telah ditebas hingga putus oleh kakak, dari mana mereka
mempunyai pedang lagi?"
Dari balik dinding yang kotor muncul tiga orang laki-laki berpakaian biru, mereka masingmasing
membawa sebilah pedang dengan dua tangan terangkat.
Chen Zhong-quan berlari ke depan mereka dan menerima sebilah pedang berat, membuat
orang yang membawanya pun kesulitan berjalan. Hu Zhong-rui mengambil sebilah pedang
panjang. Zhong Rong-hui mengambil sebilah pedang ringan, tipis, dan kecil.
Chong Jian Hu Zhong-rui tertawa terbahak-bahak:
349 "Tadi karena tidak berhati-hati maka pedang kami ditebas buntung oleh bocah ini, sekarang
aku ingin tahu apakah kau masih sanggup menebasnya?"
Chen Zhong-quan mengangkat pedang dan menjadikannya seperti kapak. Dia berniat
memenggal kepala Ruan-wei. Karena datang dengan sangat kencang maka Ruan-wei tidak berani
menyambut, dia hanya menghindar ke kanan. Hu Zhong-rui yang ada di kanan segera mengambil
kesempatan. Dengan pedangnya dia menebas pinggang Ruan-wei, pedang sangat panjang.
Pedang panjang menutup jalan mundur sebelah kanan.
Jurus Hu Zhong-rui sangat cepat, apalagi pedangnya panjang, sulit menghindar, tapi Ruan-wei
meloncat ke atas. Dia dengan ringan turun ke kiri.
'Qi-hai-yu-zi' Wei Ao-wu mengenal ilmu meringankan tubuh ini. Dia berteriak:
"Bai-bian-gui-ying (setan berubah seratus bayangan)!"
Zhong Rong-hui yang ada di sebelah kiri menyerang dari kiri, kanan, dan depan. Pedang
bergerak sangat cepat seperti 10 pesilat pedang secara bersamaan menyerang. Hal ini membuat
Ruan-wei terkejut. Begitu kakinya baru menapak di tanah, dia segera meloncat ke belakang.
'Yan-shan-san-jian' menyerang dengan pedang-pedang mereka yang aneh serta formasi
pedang yang sangat kuat. Ruan-wei baru meloncat, Hu Zhong-rui dan Zhong Rong-hui sudah
menunggu di belakang. Jika Ruan-wei ingin turun harus melewati pedang mereka.
Ruan-wei ingin meloncat ke depan tapi sudah tidak sempat karena pedang berat Chen Zhongquan
sudah diayunkan. Ruan-wei menarik nafas kemudian dia sedikit menghentikan laju tubuhnya. Fei-long-jian
dikeluarkan. Segera tampak di sana dipenuhi dengan bayangan pedang. Pedang mengeluarkan
cahaya perak, Yan-shan-san-jian-ke sama sekali tidak menyangka Ruan-wei yang berada di posisi
yang tidak menguntungkan bisa mengeluarkan sebuah jurus yang tidak pernah mereka lihat
sebelumnya. Jurus ini adalah jurus khusus menyerang dari atas menyerang ke bawah, ini adalah jurus kedua
dari Tian-long-shi-san-jian yang bernama 'Fei-iong-zai-tian'.
Terdengar TANG, TANG, TANG, tiga pedang Yan-shan-san-jian ditebas hingga patah oleh Ruanwei,
dengan terkejut Yan-shan-san-jian segera meloncat jauh.
Saat pertama kali pedang Yan-shan-san-jian ditebas hingga putus, mereka seperti tidak
menganggap ini suatu kepandaian, karena tadi saat Ruan-wei tiba-tiba menyerang mereka dan
sama sekali tidak ada persiapan. Kali ini saat kembali berhadapan dengan Ruan-wei mereka
bertiga telah memasang formasi pedang, tapi pedang mereka tetap bisa ditebas hingga putus, hal
ini membuat mereka kaget.
Dengan marah Hu Zhong-rui berteriak: "Ambil pedang!"
Segera dari balik dinding tua dan kotor muncul lagi tiga lelaki berbaju biru kedua tangan
mereka mengangkat pedang. Yan-shan-san-jian takut kalau Ruan-wei akan mengejar mereka,
maka mereka berlari mengambil pedang. Sewaktu mereka menoleh, Ruan-wei sudah berada di
belakang mereka. Pedang terjulur ke bawah dan menunggu aksi mereka.
Wen-yi baru mengerti, diam-diam tertawa: "Pantas mereka menyiapkan banyak pedang,
mungkin mereka tahu kalau pedang Fei-long-jian ke bisa menebas besi seperti menebas tanah."
Dugaan Wen-yi memang tidak salah, dulu Yan-shan-san-jian kalah oleh pedang Gongsun Qiujian,
waktu itu pedang mereka tidak sampai patah, setelah itu mereka terus mencari tahu,
ternyata lawan mempunyai Fei-long-jian yang bisa menebas besi seperti menebas tanah, mereka
menganggap mereka sudah sanggup melawan Gongsun Qiu-jian. Selama beberapa tahun mereka
mencarinya dan mereka pun menyiapkan cadangan pedang sebanyak 5 buah. Kalau-kalau pedang
mereka putus, bisa segera digantikan.
Ruan-wei tidak menunggu mereka menyerang, dia menebas ke depan, segera 3 bunga pedang
memutari kaki kanan Yan-shan-san-jian.
Jurus ini khusus menepis kaki musuh, ini adalah jurus kelima Tian-long-shi-san-jian yang
bernama 'Long-zhan-yu-ye'.
Terpaksa mereka menahan serangan itu dengan pedang mereka. Terdengar suara TANG,
TANG, TANG, tiga kali bunyi terdengar dan tiga pedang kembali putus.
Hu Zhong-rui tidak patah semangat dia berteriak:
"Ambil pedang!"
350 Mereka bertiga tahu kalau Ruan-wei tidak akan mengambil kesempatan menyerang mereka,
begitu orang berbaju biru mengeluarkan pedang, dengan pelan mereka mengambil pedang, secara
tiba-tiba membalikkan tubuh dan terbang untuk menyerang Ruan-wei.
Ruan-wei masih tidak bergerak, sampai pedang menyerang dekat didadanya, dia menarik
dadanya, kemudian menegakkan punggungnya. Ini adalah jurus ilmu yoga yang aneh. Dadanya
tiba-tiba melesak 0.50 meter ke dalam, pedang menahan di depan dada, kemudian pedang diputar
ke kiri juga ke kanan. Jurus ini adalah jurus keenam dari Tian-long-shi-san-jian yang bernama 'Yi-jian-qing-tian'
(pedang naik ke langit). Jurus ini terbagi menjadi 4 bagian. Ruan-wei hanya menggunakan
setengah jurus, hasilnya telah membuat orang ketakutan.
Kemudian terdengar tiga pedang terputus lagi, pedang Yan-shan-san-jian kembali tertebas
hingga putus. Cheng Zhong-quan membentak lagi:
"Bawa pedang.'" Hu Zhong-rui telah kehilangan semangat, tenaga untuk berteriak pun sudah
tidak ada. Tiga pedang diantar ke hadapan mereka. Tapi Yan-shan-san-jian sudah tidak mempunyai
semangat untuk mengambil dan tidak bersemangat menyerang.
Mereka hanya memegang pedang, dengan melotot melihat Ruan-wei, tiba-tiba Ruan-wei duduk
di bawah. Yan-shan-san-jian mengira Ruan-wei memandang remeh mereka, maka mereka pun
membentak, tiga pedang disatukan menjadi sebuah titik. Mereka menyerang ke arah kepala Ruanwei.
Tiga pedang dengan berat berbeda, tapi angin pedang yang bergabung menjadi satu, seperti
pusaran air sungai besar terus mengarah ke kepala Ruan-wei.
Orang yang berdiri di pinggir merasa tegang dan mengeluarkan keringat dingin, mereka
mengkhawatirkan keadaan Ruan-wei.
Mereka tidak tahu kalau Ruan-wei harus mengambil posisi duduk terlebih dulu baru bisa
mengeluarkan 100% dasar dari Tian-long-shi-san-jiun yaitu jurus 'Xiao-fu-zhi-tian'.
Begitu salah jurus Tian-long-shi-san-jian ini dikeluarkan, tiga pedang yang menyerang
membawa .mgin kencang segera lenyap. Belum diketahui apa sebabnya ke tiga pedang itu sudah
terputus lagi. Yan-shan-san-jian masih berdiri dengan termangu, mereka tidak sanggup bicara sepatah kata
pun. Qing-jian Zhong Rong-hui kelihatan masih bersemangat. Dia berteriak:
"Bawa pedang kemari!"
Dari luar dinding datang seseorang dengan terburu-buru, dengan gemetar dia berkata:
"Lapor Ketua, pedangnya sudah habis!"
"Apa! Pedang sudah habis?" mungkin karena terburu-buru mereka lupa menyiapkan pedang, 5
pedang semua sudah terputus semua.
Wajah Hu Zhong-rui sangat pucat, dia menarik nafas:
"Sudahlah, selama beberapa tahun ini kita hanya ingin membalas dendam tidak disangka hanya
menghadapi murid Fei-long-jian saja, kita sudah kalah telak."
Cheng Zhong-quan dengan dingin berkata: "Hari ini kita mendapat penghinaan lagi, kami
bersumpah kalau tidak membunuh Gongsun Qiu-jian, kami tidak akan menjadi manusia!"
Ruan-wei berdiri, dengan tegas dia berkata: "Aku bukan murid Gongsun Qiu-jian, aku dan dia
tidak mempunyai hubungan apa pun. Kalau kalian ingin mencatat dendam kalian, catat dengan
nama Ruan-wei, kalian tidak bisa mencari Tetua Gongsun Qiu-jian!"
Hu Zhong-rui tertawa kecut: "Baiklah, tentang masalah ini suatu hari pasti akan
diperhitungkan." Mereka melempar pedang mereka yang putus dan mundur dari sana, lalu berdiri di pinggir. Wei
Ao-wu tertawa dengan terpaksa: "Tuan sungguh mempunyai ilmu silat bagus, apakah aku bisa
mencoba senjata rahasiamu?" dia tidak bersikap sesombong tadi, nada bicaranya pun terdengar
sungkan. Jala ikan milik Wei Ao-wu terbuat dari campuran sutra kawat juga seperti bulu orang utan dan
dianyam menjadi jala, khusus dibuat untuk memecahkan berbagai macam senjata rahasia, senjata
351 ini lebih hebat dari senjata rahasia, dia mengira dengan senjatanya, dia bisa membuat Ruan-wei
bertekuk lutut di hadapannya, paling sedikit bisa mengembalikan nama baik Tian-zheng-jiao yang
telah dipermalukan tadi. "Kalau aku menang, apakah kalian tidak akan mengganggu lima tetua Gai-bang lagi?"
Sambil menepuk dadanya, Wei Ao-wu berjanji, asalkan Ruan-wei bisa menang mereka akan
melepaskan lima tetua Gai-bang.
"Sebenarnya aku dan lima tetua Gai-bang masih ada sedikit salah paham yang yang belum
dibereskan, aku kira lima tetua Gai-bang belum tentu takut kepada kalian, hanya saja karena
kedatangan kalian berniat membalaskan dendam Tang dan Yin, jadi aku tidak akan membiarkan
lima tetua Gai-bang menerima kemarahan kalian, dengan wibawa Gai-bang yang besar, belum
tentu kalian akan memperoleh keuntungan."
Lima tetua Gai-bang yang duduk bersila untuk mengatur nafas, mendengar kata-kata Ruan-wei,
mereka jadi merasa berterima kasih.
"Silakan, beri petunjuk," Wei Ao-wu tertawa. Selesai membungkus pedangnya, Ruan-wei
melempar bungkusan itu kepada Wen-yi dan bercanda:
"Dari mana Adik belajar ilmu senjata rahasia?"
Wen-yi menyambut pedang itu sambil tertawa:
"Sewaktu aku kecil, ayah berpesan di dunia persilatan banyak anjing galak, dan cara memukul
anjing yang paling bagus adalah dengan senjata rahasia, maka sedari kecil aku telah belajar
senjata rahasia." "Berarti Adik sangat paham dengan jenis senjata rahasia?"
"Sejak kecil aku sudah malas dan tidak berniat belajar, ayah marah dan mengatakan, 'Kalau
kau tidak menguasai ilmu senjata rahasia, begitu bertemu anjing gemuk dan pendek, yang siapsiap
menggigitmu dan kau tidak akan bisa memukulnya.'"
Melihat mereka terus mengobrol dan sering menghinanya, Wei Ao-wu mulai marah.
"Cepatlah kalau ingin bertarung! Jangan banyak cingcong!"
Wen-yi tertawa, di depan Wei Ao-wu dia berkata:
"Kakak, hati-hati dengan jala anjing galak ini!"
"Dengan cara apa kita bertarung?" Ruan-wei bertanya.
"Kita bertarung tanpa taruhan nyawa!"
"Bagaimana cara bertarung tanpa taruhan nyawa?"
Wen-yi tertawa: "Pertarungan tanpa taruhan nyawa adalah kau berdiri biar dia menembakmu dengan senjata
rahasia sampai puas, kau tidak boleh membalas juga tidak boleh lari, hanya boleh menghindar!"
"Kata-kata pemuda cerewet itu benar," Wei Ao-wu menjawab dengan dingin, karena dia takut
dengan ilmu pedang Ruan-wei, dia tidak berani memarahi Wen-yi.
"Siapayang maju pertama?" tanya Wen-yi.
"Karena kau sudah meletakkan pedang dan tidak punya senjata untuk menahan serangan,
maka kau yang menyerang terlebih dulu!" Wei Ao-wu berkata dengan nada sombong.
"Ide yang bagus, biar orang lain yang melempar dulu, yang penting kau mempunyai cara untuk
menahannya, nanti kau baru membalasnya, kalau aku punya perkiraan seperti itu aku pun rela
diserang lebih dulu oleh orang lain."
Wei Ao-wu marah dan dia melotot memandang Wen-yi, Ruan-wei bermaksud membantu lima
tetua Gai-bang, maka dari dalam kantongnya dia mengeluarkan segenggam 'Wu-mang-zhu' dan
berteriak: "Hati-hati!" Kemudian lima butir Wu-mang-zhu dibagi menjadi dua menyerang ke depan dan tiga
menyerang belakang, semua dilemparkan ke arah Wei Ao-wu.
Wei Ao-wu tidak sempat bicara, dia mengangkat jalanya, 3 butir Wu-mang-zhu bagian belakang
tiba-tiba mengejar dua butir Wu-mang-zhu yang ada di depan, Wei Ao-wu tidak menyangka ada
perubahan seperti itu. Walaupun bisa menyambut lima butir Wu-mang-zhu tapi tetap membuatnya
kalang kabut. Jala baru ditebarkan, kedua tangan Ruan-wei melayang lagi, tangan kanannya menebarkan
Wu-mang-zhu dua di depan tiga di belakang, Wei Ao-wu mengira ada celah, dia mengira
352 tenaganya pasti terkumpul di tiga Wu-mang-zhu yang ada di belakang, sewaktu jala terpasang
berbeda dengan cara pertama tadi, tapi tangan kanan dengan tenaga terkumpul mengarah dua
butir Wu-mang-zhu di depan, kali ini walaupun Wei Ao-wu bisa menyambutnya, tapi dia pasti akan
lebih kalang kabut dibandingkan pertama tadi.
"Benar-benar hebat, tenaga tangan kanan dan kiri tidak sama, itu yang disebut Yin Yang Shou,
anjing galak hampir saja kena pukulan." orang lain bisa melihat bagaimana kalang kabutnya Wei
Ao-wu tapi tidak melihat perubahan pada tangan Ruan-wei, maka begitu Wu-mang-zhu terjerat di
dalam jala, baru terjadi perubahan tenaga tangan. Begitu mendengar Yin Yang Shou, membuat
orang-orang di sana terkejut, Wen-yi bicara sambil tertawa.
Kedua tangan Ruan-wei mengeluarkan segenggam Wu-mang-zhu lagi, dengan posisi berjajar
tiga. Dia menembak baris pertama terdiri dari tida butir. Baris kedua terdiri dari dua butir, baru
ketiga terdiri dari lima butir, sepuluh butir Wu-mang-zhu dengan tenang melaju ke depan. Wei Aowu
tidak berani menyambut dengan tangannya, dengan mata melotot dia melihat sepuluh butir
Wu-mang-zhu itu, di depan tiga butir Wu-mang-zhu itu berhenti sejenak, di tengah-tengah dua
butir Wu-mang-zhu melaju sangat pelan, terakhir lima butir Wu-mang-zhu berjalan dengan sangat
cepat. Begitu melihat Wei Ao-wu telah mengambil kesempatan kalau tenaga itu terkumpul di lima
butir Wu-mang-zhu yang ada di belakang kemudian tenaga selanjutnya terkumpul di dua butir
Wu-mang-zhu yang ada di tengah. Maka dia menyambutnya dengan jala.
Penglihatan orang memang sangat terbatas, gerakan tangan kiri Ruan-wei sedikit dipelankan
tapi perubahan yang terjadi pada tangan kanan berbeda jauh, perubahan yang terjadi dua butir
mengejar tiga butir Wu-mang-zhu yang ada di depan, lima butir Wu-mang-zhu yang ada di
belakang sama sekali tidak terjadi perubahan. Tenaga tangan kanan sama sekali berbeda. Jala Wei
Ao-wu seperti kemasukan seekor kucing besar, jalanya terus bergoyang-goyang, hal ini membuat
Wei Ao-wu sangat malu. "Shi-jin-san-xian-yin-yang-shou yang bagus!" kata Wen-yi sambil tertawa.
Dalam istilah senjata rahasia hanya ada kata 'Yin-yang-shou' sedangkan Shi-jin-san-xian
hanyalah karangan Wen-yi saja. (sepuluh bagus, tiga enak, biasanya digunakan untuk memuji
orang kalau masakannya enak dan memperlihat-kan warna masakan yang indah).
Ketua berbaju emas itu tidak berkata apa-apa, tapi lima tetua Gai-bang tahu, tapi dalam hati
mereka marah: "Mulut bocah itu lebih tajam dari ayahnya." tapi karena Ruan-wei membantu mereka, maka
sindiran Wen-yi kepada Wei Ao-wu pun mereka dengar dengan senang.
Terdengar Ruan-wei membentak, kedua tangannya terjulur keluar, lemparan Wu-mang-zhu kali
ini terdiri dari 24 butir.
Karena Wei Ao-wu tidak bisa membedakan mana yang serangannya kuat dan mana yang
serangannya lemah, maka dia hanya mengandalkan perasaannya saja. 24 butir Wu-mang-zhu
masuk ke dalam jala, segera terjadi 8 macam perubahan tenaga, walaupun Wei Ao-wu sangat
kuat, tapi tetap tidak bisa membedakannya, tiba-tiba Wu-mang-zhu yang terjerat di dalam jalan
terus bergerak, dua butir Wu-mang-zhu keluar dari jala dan menyerang ke dada Wei Ao-wu.
Karena tahu bagaimana lihainya Wu-mang-zhu, terpaksa Wei Ao-wu melepaskan jalanya, dan
dia meloncat untuk menghindar.
Selama puluhan tahun ini baru pertama kalinya Wei Ao-wu melepaskan jalanya dan melarikan
diri, dia tidak menyangka Wu-mang-zhu bisa berubah sebanyak delapan kali. Dulu Xiao San-ye
saja hanya bisa melakukan enam kali perubahan.
Karena Wei Ao-wu telah melepaskan jalanya, artinya dia sudah kalah, tapi dia masih berniat
membalas kekalahannya, tiba-tiba kedua tangannya melayang, puluhan jarum beracun keluar,
membentuk kain yang menutupi langit, dan siap menutupi kepala Ruan-wei.


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Orang yang telah terkena jarum beracun pasti akan mati, tapi puluhan jarum telah menyerang
Ruan-wei membuat orang yang berdiri di pinggir merasa kaget sekaligus takut.
Dengan cepat Wen-yi berteriak:
"Pukul dengan angin telapak!" orang biasanya menggunakan angin telapak untuk meloloskan
diri dari bahaya. 353 Tapi sekarang Ruan-wei dengan kedua tangannya mencakar-cakar di udara, hanya dalam
waktu singkat kedua tangan Ruan-wei masing-masing telah memegang 20 lebih jarum kecil
sebesar bulu kerbau dan jarum-jarum itu beracun. Wen-yi berteriak:
"Itu adalah jurus Qian-shou-guan-yin-shou-bao!" (tangan seribu Kuan-Im menerima barang
berharga). Dengan wajah pucat Wei Ao-wu berkata: "Semua ilmu aneh milik Xiao San-ye telah kau
kuasai." "Apakah Tuan mengenal kakekku?"
"Ayahmu sendiri saja kau tidak tahu, masa sembarangan memanggil Xiao San-ye kakek, benarbenar
anak haram!" kata Wei Ao-wu.
"Apa kau bilang?" Ruan-wei membentak.
Ternyata dulu sewaktu Xiao-xiang-fei-zi menjadi gila, dia merebut bayi perempuan yang
bernama Ruan-xuan yang baru lahir, bayi itu adalah anak Xiao-wu dan Xue Ruo-bi. Dia juga
merebut putra Xue Ruo-bi dari tangan istri Lu Nan-ren yang bernama Wan-hong. Putra ini adalah
anak dari Lu Nan-ren dan Xue Ruo-bi. Semua ini disaksikan Wei Ao-wu dengan mata kepala
sendiri, maka dia tahu persis sejarah mereka.
Tadi Wei Ao-wu melihat wajah Ruan-wei yang mirip dengan Lu Nan-ren, dia sudah curiga kalau
Ruan-wei bukan bermarga Ruan. Kemudian dia melihat ilmu senjata rahasia yang digunakan
Ruan-wei adalah milik Xiao San-ye, dan Ruan-wei memanggil Xiao San-ye dengan sebutan
kakek, berarti Xiao San-ye belum mati maka dia sudah tahu bahwa Xiao Nan-pin yang tidak waras
menganggap putra Lu Nan-ren adalah putra sendiri dan dia bisa mendapatkan ilmu senjata rahasia
langsung dari Xiao San-ye.
Dengan sombong Wei Ao-wu berkata: "Kalah ya kalah, kau tidak perlu tahu aku bicara apa!"
Ruan-wei tidak tahu siapa ayah kandungnya, dia paling tidak senang dikatai anak haram maka
dia sangat marah dan meloncat ke depan untuk menggampar Wei Ao-wu.
Karena Wei Ao-wu sudah kalah, dia sama sekali tidak mengira kalau Ruan-wei akan
menggunakan ilmu Bai-bian-gui-fa. Terdengar PAK! Wei Ao-wu terkena gamparan Ruan-wei. Wei
Ao-wu kalah total, walaupun digampar, dia hanya memegang pipinya yang sakit kemudian mundur
ke pinggir. Ruan-wei benci dikatai anak haram, kedua matanya terus melotot kepada Wei Ao-wu.
Masih ada tiga ketua berbaju emas, mereka adalah tiga saudara kandung, mereka menguasai
ilmu telapak. Lao-da'Hei-sha-zhang' Li Zhuang-ling, 1 ao-er 'Fen-bei-shou' Li Zhuang-jing, dan Laosan
Ti-li-shou' Li Zhuang-qi. Mereka bertiga perlahan mendekati Ruan-wei.
Lao-da Hei-sha-zhang memberi hormat: "Kami sangat tidak tahu diri, kami ingin mencoba ilmu
telapak Tuan." "Aku tadi sudah berjanji dengan si gemuk yang memakai jala jika aku menang, kalian tidak
boleh mencari gara-gara dengan lima tetua Gai-bang. Sekarang aku sudah menang, kenapa kalian
masih cerewet?" "Apa yang dijanjikan Ketua Wei, kami tidak akan langgar, kapan pun lima tetua Gai-bang ingin
pergi kami tidak akan melarangnya, kami hanya tertarik dengan ilmu telapak Tuan maka kami
meberanikan diri untuk bertarung dengan Tuan."
Ruan-wei benar-benar tidak berpengalaman. Dalam hati dia berpikir, 'Bila aku menggunakan
Bai-bian-gui-ying, mereka tidak akan bisa memukulku, aku akan menggampar mereka agar
mereka tahu salah dan pergi dari sini." Maka dia setuju dan berkata:
"Baiklah, kalian bertiga boleh sama-sama maju!"
Wen-yi yang berdiri di pinggir sangat cemas karena dia melihat ilmu telapak tiga bersaudara ini
sangat kuat, apalagi 'Hei-sha-zhang' (tangan hitam) Li Zhuang-ling. Kedua telapaknya hitam dan
berkilau, berarti 'Hei-sha-zhang'nya sudah benar-benar dikuasainya. Sedang ilmu telapak dan kaki
Ruan-wei tidak tinggi, karena itu sewaktu di rumah makan beberapa kali dia dibanting oleh tuan
muda gemuk. Kali ini jika Ruan-wei bertarung dengan mereka, dia pasti akan kalah. Dengan
cemas Wen-yi berteriak: "Kalian benar-benar tidak tahu malu, sudah kalah Dua babak masih tidak pergi dari sini, apakah
kalian ingin bertarung secara bergantian?"
354 'Fen-bei-shou' Li Zhuang-jing memukul sebuah batu setinggi orang, batu itu segera hancur
berantakan, dia berteriak:
"Bocah, kau bicara apa" Kalau tidak terima, kau boleh ikut bertarung, aku akan menghancurkanmu
sama seperti batu itu!"
'Pi-li-shou' (tangan geledek) Li Zhuang-qi bersuara lebih keras lagi:
"Aku lihat kau tidak seperti laki-laki, juga tidak seperti seorang perempuan, satu pukulanku juga
tidak akan bisa kau terima!"
Karena marah, mata Wen-yi menjadi merah, air matanya hampir menetes. Dia ingin membalas
tapi Ruan-wei sudah menghadang:
"Adik jangan marah, kakak akan membantumu membalas penghinaan ini."
Wen-yi dengan sangat berterima kasih berkata:
"Kau... kau...." Tadinya dia ingin berkata, kau juga tidak akan sanggup melawan mereka. Tapi
kalimat ini tidak tega diucapkan, tiba-tiba terdengar suara aneh yang berkata:
"Kurang ajar, apakah semalaman masih kurang ribut" Teriakan kalian seperti bebek dan setan,
apakah kalian menganggap aku gampang dihina?"
Li Zhuang-qi ikut berteriak:
"Siapa yang tidak tahu malu, berani-beraninya bicara seperti itu kepada kami, kalau berani
keluarlah! "Bagus!" jawab suara aneh itu
Tiba-tiba di bawah patung dewa, dari balik sebuah tiang batu, muncul seorang pengemis tua
berusia sekitar 60 tahun dengan malas-malasan. Pengemis tua itu berwajah kotak, bertelinga
besar, dari wajahnya terlihat, dia adalah orang dari pandangan lurus hanya saja suaranya sangat
keras juga aneh. Dia tertawa:
"Siapa yang menyuruhku...pengemis tua ini Keluar?"
"Aku yang menyuruhmu keluar!" jawab Li Zhuang-qi.
"Ternyata kau, aku kira siapa. Ternyata hanya setan hitam dari istana dewa kematian, untuk
apa kau ke dunia ini dan marah-marah. Kau membawa udara yang tidak enak!"
Ternyata 'Pi-li-shou' Li Zhuang-qi memang berkulit hitam tapi dia paling benci orang
menyebutnya hitam. Sekarang dia dihina seperti itu mana mungkin dia tahan" Terdengar suara
kelebat angin telapak membawa suara, Li Zhuang-qi-menepis kepala pengemis tua. (Pi-li=petir
yang sangat keras). Pengemis tua itu seperti tidak melihat, dia masih terus tertawa. Setelah serangan Li Zhuang-qi
hampir mengenai hidungnya, dia baru melambaikan tangannya dan mencengkram nadi tangan Li
Zhuang-qi. Li Zhuang-jing ingin menolong adiknya, jurus Fen-bei-shou menyerang ke pinggang pengemis
tua itu tapi tangan kanan pengemis tua itu bergerak seperti kilat, dia mencengkram nadi Li
Zhuang-jing lagi. Lao-da Li Zhuang-ling terkejut, kedua tangannya langsung menyerang wajah pengemis. Karena
tangan pengemis tua itu sedang mencengkram Lao-er dan Lao-san, maka dia tidak bisa menahan,
terpaksa menendang dengan kaki kiri dan tepat mengenai selangkangannya. Karena kesakitan Li
Zhuang-ling terhuyung-huyung dan terjatuh.
Kedua tangan pengemis tua itu menenteng dua orang itu dan dilempar ke udara. Li Zhuang-qi
dan Li Zhuang-ling seperti dua butir peluru, terbang ke atas dan terjatuh ke danau yang berjarak
puluhan meter dari sana. Melihat keadaan seperti itu, Li Zhuang-ling berlari terbirit-birit ke arah
danau. Pengemis tua itu tertawa dan berteriak: "Setan kecil, kau masih ingin kabur!" Dia mengejar tiga
bersaudara itu. Wei Ao-wu dan Yan-shan-san-jian takut terjadi sesuatu pada marga Li, maka
mereka ikut berlari ke arah danau.
Lima tetua Gai-bang sudah pulih keadaannya, mereka berdiri, Ruan-wei mendekat dan berkata:
"Sungguh Gai-bang mempunyai banyak orang berbakat, siapakah Long-zhang-shen-qi itu?"
(pengemis sakti telapak naga).
Tetua satu sambil tertawa menjawab: "Kami berterima kasih karena Pendekar Muda telah
menolong kami." 355 "Oh, tidak, tidak! Aku yang membuat lima tetua menjadi seperti ini, aku mohon maaf." Tetua
dua menghela nafas: "Tian-zheng-jiao selalu berbuat jahat kepada dunia persilatan, Gai-bang yang
biasanya selalu menegakkan kebenaran dan keadilan tidak bisa berbuat apa-apa, benar-benar
memalukan." Tetua lima berkata:
"Saudara kecil, aku sungguh kagum kepadamu. Tadi aku sudah menyulitkanmu, aku minta
maaf. Orang dalam Gai-bang yang bisa mengalahkan ketua berbaju emas Tian-zheng-jiao hanya
ketua sendiri. Jika tadi bukan Saudara yang menolong, kami pasti akan mati."
"Di Gai-bang banyak harimau dan naga yang masih bersembunyi, lima tetua terlalu merendah,
benar-benar membuatku malu." Tetua satu mengeluh:
"Tadi Long-zhang-shen-qi bukan orang Gai-bang, apakah kau tahu?"
"Tetua tadi memakai baju yang ditambal-tambal, penampilan seperti itu masa bukan orang Gaibang?"
Tetua satu berkata: "Semua pengemis memang termasuk Gai-bang, hal ini sudah diketahui semua orang, tapi
hanya pengemis tua bermarga Rui merupakan pengecualian. Hal ini jarang ada yang tahu."
"Apakah Long-zhang-shen-qi bermarga Rui?"
"Betul. Di dunia persilatan kecuali Tian-zheng-jiao dan Zheng-yi-bang, beberapa tahun ini
muncul Lima Qi (5 orang aneh) yang menggegerkan dunia persilatan. Ilmu silat mereka tidak
kalah dengan ketua Tian-zheng-jiao Xiao-wu dan ketua Zheng-yi-bang Lu Nan-ren. Long-zhanshenqi adalah salah satu dari Lima Qi."
Tadinya Ruan-wei ingin bertanya Lima Qi itu siapa saja dan mengapa pengemis bermarga Rui
tidak termasuk orang Gai-bang, tapi melihat mereka sangat lelah juga belum pulih dengan benar,
maka dia mengurungkan niatnya dan pamit pergi.
Dari balik dadanya tetua satu mengeluarkan sebuah plakat terbuat dari bambu berwarna ungu.
Dia memberikannya kepada Ruan-wei:
"Kau sangat berjasa kepada Gai-bang, plakat bambu ini adalah benda terpenting di Gai-bang.
Sekalipun ketua yang melihat plakat ini, dia pasti akan menuruti perintah dari plakat ini. Kami
berharap kau bisa menyimpannya dengan baik."
Dengan hormat Ruan-wei menerima dan mengucapkan terima kasih:
"Aku akan menjaga dengan baik plakat ini, kita bertemu di lain waktu." Dia menuntun Wen-yi
dan membalikkan tubuh dan pergi dari sana. Tiba-tiba tetua empat berkata:
"Semoga Tuan Wen bisa tinggal di sini."
"Formasi kalian berhasil kupecahkan,mengapa aku harus tinggal?"
Tetua dua menyambung: "Formasi batu lima tetua Gai-bang yang sudah diteliti selama 10
tahun lebih, dalam waktu tiga hari bisa kau pecahkan, kami berlima merasa malu, sepertinya kami
tidak bisa membalaskan dendam Lao Liu."
Wen-yi dengan senang berkata: "Tentu, ayahku banyak akal, kalian ingin mengurungnya, itu
adalah hal yang tidak mungkin. Menurutku, ketua keenam belum tentu mati di tangan ayahku,
mengapa kalian begitu yakin kalau ketua keenam mati di tangan ayahku?" Tetua empat berkata
lagi: "Kau tinggallah di Gai-bang sampai ayahmu datang untuk menjelaskan mengenai hidup atau
matinya adik keenam kami. Kau adalah teman baik Saudara Ruan maka kami tidak akan
menyulitkanmu." "Maksud kalian tidak lain adalah ingin menculikku kemudian memancing ayahku datang dan
masuk perangkap kalian."
Tetua dua berkata: "Kami tidak berani berkata kalau kami menculikmu, kami hanya ingin Tuan Wen bisa tinggal
lebih lama di Gai-bang karena ayahmu sulit untuk keluar dari lembah selatan, terpaksa kami
merepotkanmu!" "Kalau aku tidak mau tinggal bagaimana?" Tetua dua menarik nafas: "Terpaksa kami memakai
kekerasan." Wen-yi marah: "Ujung-ujungnya kalian tetap tidak akan melepaskanku. Tetua satu, apakah kalian tidak malu
menghinaku?" Dia melihat tetua satu lebih ramah dibandingkan yang lain maka Wen-yi bertanya
langsung kepada dia. 356 Tetua satu dengan gagap menjawab: "Ini... ini... terpaksa merepotkanmu...."
Tiba-tiba Ruan-wei mendekati mereka, dia memberikan plakat ungu itu kepada tetua satu:
"Semua orang Gai-bang dengarkan!" Tetua lima dengan tergesa-gesa berkata: "Apakah Adik tahu
kalau plakat ini hanya bisa memberikan perintah satu kali saja pada Gai-bang?"
"Jika perintah sudah diturunkan, orang Gai-bang dengan segenap tenaga akan
melaksanakannya," kata tetua empat
"Jika kau mengalami hal berbahaya, puluhan ribu orang Gai-bang akan datang membantumu,"
kata tetua tiga Tetua dua mengeluh: "Jika kau secara sembarangan memakai plakat yang ibaratnya menggunakan lima nyawa ketua,
kau akan merasa menyesal, karena ketika kau berada dalam bahaya dan membutuhkan bantuan,
kau tidak akan bisa menggunakan plakat itu lagi."
Tetua satu membentak: "Bukankah aku sudah memberitahu agar hati-hati memakainya" Jika kau tetap memberikan
perintah plakat kepada kami, kami akan melaksanakan satu hal untukmu tapi budi yang telah kau
beri kepada kami juga akan terhapus. Aku harap kau pikirkan ini baik-baik."
Tapi Ruan-wei tetap dengan tegas berkata:
"Gai-bang, dengarkan perintah plakat!"
Lima tetua itu menarik nafas, mereka bersama-sama bersujud dan menjawab:
"Lima tetua Gai-bang mewakili semua murid Gai-bang mendengarkan perintah."
Dengan tegas Ruan-wei berkata:
"Meski telah terjadi permusuhan antara Ketua Wen dengan Gai-bang, tapi putranya Wen-yi
sama sekali tidak ada hubungannya maka Gai-bang tidak boleh mengganggu Wen-yi!"
Lima tetua Gai-bang bersama-sama menjawab:
"Lima tetua Gai-bang mewakili semua murid Gai-bang menerima perintah, yang melanggar
harus dihukum mati."
Sesudah lima tetua menjawab, mereka duduk dan memejamkan mata, mereka tidak ingin
berbicara. "Jika ada yang menyinggung perasaan kalian, aku mohon maaf," Ruan-wei berkata dengan
tidak tenang. Tetua lima dengan suara tajam berteriak:
"Pergi, pergi! Jangan banyak bicara lagi!'
"Pergilah! Di dalam hatiku tetap akan tersimpan perasaan terima kasih kepadamu, jaga dirimu
baik-baik!" kata tetua satu
Ruan-wei tahu lima tetua Gai-bang sudah kehilangan kesempatan membalas dendam maka
hatinya menjadi tidak tenang. Wen-yi memegang tangan Ruan-wei, dengan lembut berkata:
"Kakak, mari kita pergi dari sini!"
"Adik, jika tetua keenam belum mati, kau nasehati paman agar segera melepaskannya!" kata
Ruan-wei. Wen-yi tertawa kecut: "Baiklah! Apa yang kau katakan pasti akan kudengar."
Tetua satu tiba-tiba berkata:
"Harap Tuan Wen memperhatikan hal ini."
Enam tetua Gai-bang memiliki hubungan sangat akrab. Mereka tahu jika ingin menolong adik
keenam mereka dari Wen-tian-zhi lebih sulit dibandingkan naik ke langit. Asal bisa menyelamatkan
nyawa adik keenam, apa pun akan mereka lakukan.
Tetua empat datang dan berkata:
"Jika adik keenam belum mati, dendam kami dengan keluarga Wen impas."
Dari jauh terdengar suara tawa Long-zhang-shen-qi. Walaupun hanya bertemu sekali tapi Ruanwei
sudah merasa seakan dia kerabatnya. Dia ingin sekali bertemu dengannya maka dia pun
berteriak: "Ayo, kita jalan!"
Dia menuntun Wen-yi dan berlari hampir seperti terbang.
o-o-o 357 BAB 99 Orang aneh, tempat aneh, dan peraturan aneh
Setelah berjalan sekitar setengah kilometer, mereka tiba di pan Hu (danau Pan), di Pan Hu
tampak ada 2 orang yang sedang terapung, kadang-kadang tenggelam, setelah dilihat dengan
teliti ternyata mereka adalah 'Fen-bei-shou' Li Zhuang-jing dan 'Pi-li-shou' Li Zhuang-qi. Ada juga
seorang sedang mengambang di Yang-hu, dia adalah 'Hei-sha-shou' Li Zhuang-ling.
Qi-hai-yu-zi Wei Ao-wu dan Yan-shan-san-jian sedang berdiri di kejauhan melihat, mereka tidak
berani menolong. Long-zhang-shen-gai (Qi) berdiri di sisi Yang-hu. Sambil tertawa dia berkata:
"Kalau berani naiklah!"
'He-sha-zhang' Li Zhuang-ling pandai berenang, dia berteriak:
"Kalau berani turunlah!"
Mungkin Long-zhang-shen-gai tidak bisa berenang, dia menggaruk-garuk kepalanya. Li Lao-er
dan Li Lao-san berada di belakang Long-zhang-shen-gai, mereka hanya terapung di danau tapi
tidak berani naik ke darat, mungkin setelah terkena pukulan mereka tidak berani naik.
Melihat Wen-yi dan Ruan-wei datang, Long-zhang-shen-gai sangat senang. Dia bertanya
kepada Wen-yi: "Kau tampak pintar, apakah kau bisa menipunya supaya naik ke darat" Kalau kau bisa
melakukannya, aku akan memberikan hadiah besar."
Melihat Long-zhang-shen-gai tidak memperhatikan mereka, Li Zhuang-jing dan Li Zhuang-qi
diam-diam naik ke darat. Long-zhang-shen-gai tertawa terbahak-bahak, dia memungut batu
sebesar kacang dengan membalikkan tangan dia melemparnya ke belakang.
Li Zhuang-jing dan Li Zhuang-qi yang mempunyai ilmu silat tinggi ternyata tidak bisa
menghindari sambitan batu ini, kaki mereka terkena sambitan dan kembali terjatuh ke danau,
"Kalian jangan diam-diam naik, sekali lagi berbuat seperti itu aku akan melempar batu ini ke
mata kalian!" 'Hei-sha-zhang' Li Zhuang-ling marah:


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Penjahat tua, apakah karena tidurmu terganggu maka kau harus membunuh kami?"
Long-zhang-shen-gai tertawa:
"Siapa yang ingin membunuh kalian, aku hanya ingin memukul untuk melampiaskan kekesalan,
setelah itu aku akan melepaskan kalian."
"Siapa yang percaya pada kata-katamu" Kalau kau ingin memukulku, aku tidak akan naik. Kalau
berani kau saja yang turun!"
"Aku mempunyai cara menipunya supaya mau naik ke darat," Wen-yi berkata tiba-tiba.
"Cara apa" Cepat katakan! Jika betul bisa menipu dia naik ke darat, aku tidak akan melupakan
kebaikanmu," kata Long-zhang-shen-gai. Wen-yi tertawa:
"Aku tidak berharap akan mendapat kebaikan dari Tetua, aku hanya ingin tahu mengapa Lao
Da itu harus naik ke darat?"
"Coba kau tebak!"
Wen-yi menggelengkan kepala:
"Hal-hal yang disimpan di dalam hati, mana mungkin aku tahu."
"Apakah Tetua ingin melemparnya ke Pan-hu?" tanya Ruan-wei:
Long-zhang-shen-gai berteriak: "Betul! Bocah, kenapa kau bisa tahu?"
Dengan hormat Ruan-wei menjawab: "Orang Tian-zheng-jiao adalah orang yang penuh dengan
kejahatan, jika terjatuh di Danau Yang yang airnya bersih yang melambangkan kebersihan
keluarga Yang bukankah itu suatu penghinaan terhadap Yang-hu?" Wen-yi baru mengerti:
"Karena itu Tetua ingin Hei-sha-zhang yang terjatuh di Yang-hu tetap berada di Pan-hu
bersama 2 saudara mereka?"
"Betul, Betul," puji Long-zhang-shen-gai Wen-yi berteriak kepada Li Zhuang-ling yang masih
berada di danau: "Kalau kau tidak berani jangan naik ke darat, teruslah berendam di sana!"
"Jika Li Lao-da ingin naik tidak ada orang yang bisa melarangnya." teriak Li Zhuang-ling
358 Wen-yi tertawa: "Apakah benar kau berani naik?" Wen-yi membalikkan tubuh dan berkata, "mari kita pergi dari
sini, tiga saudara itu tidak akan berani naik ke darat."
Belum sampai mereka berjalan selangkah, Hei-sha-zhang yang ada di belakang sudah
berteriak: "Aku sudah naik, siapa yang berani melarangku!"
"Hantam," kata Wen-yi dengan suara kecil.
Reaksi Long-zhang-shen-gai sangat cepat, dia sudah memungut dua batu kecil dan
menyentilnya. Li Zhuang-ling ingin menghindar dan meloncat kembali ke danau tapi terlambat, dia
sudah terjatuh. Long-zhang-shen-gai tertawa terbahak-bahak dan berlari ke depan, seperti menjinjing seekor
ayam kecil. Dia membawa Li Zhuang-ling ke depan Pan Hu. Dan menendang pantat Li Zhuang-ling
dia berseru: "Pergilah!"
Di tengah udara Li Zhuang-ling berteriak: "Setan tua! Kau sudah menotok dua nadi kakiku,
apakah kau ingin aku mati tenggelam?"
Tapi Li Zhuang-ling benar-benar terkejut, begitu masuk tubuhnya ke dalam danau, dia
menggelepar tiba-tiba dia merasa kakinya bisa bergerak lagi, dan karena nadinya baru terbuka,
gerakannya belum begitu lincah, dia jadi minum air danau. Ketika kedua adiknya datang, mereka
segera memapahnya, saat itu dia sudah kekenyangan minum air danau.
Tiga saudara itu terus marah-marah tapi mereka tidak berani naik ke darat karena takut
sentilan batu dari Long-zhang-shen-gai akan mengenai mereka. Wen-yi tertawa:
"Benar-benar ilmu yang hebat!"
Dalam ilmu silat ada cara memukul kerbau di balik gunung, membuka totokan ini pun caranya
sama. Misalnya menotok di dada, hanya dengan menendang pantat, totokan di dadanya akan
terbuka. Seperti tadi saat menendang pantat bisa membuka totokan di kaki. Ilmu ini sangat hebat,
orang yang menguasai ilmu ini bisa dihitung dengan jari.
"Ini teknik biasa, yang lebih hebat adalah caramu menipunya naik ke darat benar-benar hebat!"
puji Long-zhang-shen-gai.
"Itu teknik menunggang keledai!" Wen-yi tertawa.
"Teknik menunggang keledai?"
"Keledai sebagai dewa kami mempunyai sifat paling nakal, jika kita menyuruhnya berjalan ke
barat, dia pasti akan berjalan ke timur, atau sebaliknya, tadi terpaksa kita melakukan dengan cara
seperti itu baru bisa berhasil sesuai dengan tujuan," Wen-yi tertawa.
"Betul, betul! Di dunia ini banyak orang seperti keledai," Long-zhang-shen-gai tertawa.
Wei Ao-wu dan Yan-shan-san-jian yang masih ada di sebelah sana terus berbisik, tidak ada satu
pun yang berani bertarung dengan Long-zhang-shen-gai. Mereka juga tidak berani meninggalkan
tempat itu karena tiga saudara Li masih berada di danau. Jika meninggalkan mereka, artinya
mereka melanggar peraturan Tian-zheng-jiao.
"Melihat kaki tangan Tian-zheng-jiao saja aku sudah benci!" Long-zhang-shen-gai mengerutkan
alis. "Apakah kita juga akan memberikan pelajaran kepada empat keledai yang di darat?" tanya
Wen-yi tertawa. "Empat keledai itu tidak membuatku marah, aku tidak ingin memberi mereka pelajaran," Longzhangshen-gai tertawa. "Itu sangat mudah, bagaimana jika kakak dan aku maki-maki ketua Tian-zheng-jiao Xiao-wu,
mungkin mereka akan segera keluar untuk memarahi kami," kata Wen-yi.
Ruan-wei tidak biasa melakukan hal seperti ini, dengan Xiao-wu dia tidak mempunyai
permusuhan, dia ingin maki-maki pun tidak bisa, akhirnya dengan wajah menjadi merah dia
berkata: "Aku... aku... tidak bisa keluar... kata-kata marah...."
Long-zhang-shen-gai tertawa terbahak-bahak:
"Biar aku saja yang maki-maki." Dia berteriak:
"Xiao-wu kurang ajar! Xiao-wu harus mati! Xiao-wu sudah memelihara keledai-keledai bodoh!"
359 Ketua Tian-zheng-jiao adalah orang yang sangat kejam. Dulu murid kesayangannya Zhong-jing
karena melakukan hal yang tidak berkenan di hatinya, sebelah tangannya dibuntungi. Sekarang
ada orang secara terang-terangan memakinya, jika terdengar olehnya, orang itu pasti akan
mendapatkan siksaan berat. Wei Ao-wu dan Yan-shan-san-jian memang takut kepada Long-zhangshengai, tapi mereka juga tidak akan membiarkan orang lain menghina ketua mereka. Maka
terdengar suara raungan, mereka sudah berlari mendatangi.
Qi-hai-yu-zi Wei Ao-wu berteriak:
"Menghina ketua Tian-zheng-jiao harus di hukum."
"Menghina pengemis Lao Rui, apa hukumannya?" Long-zhang-shen-gai melihat keatas
"Orang yang menghina Lao Rui harus menerima hukuman di tendang dan di pukul," jawab
Wen-yi tertawa. "Memukul keledai tidak ada artinya, malah mengotori tangan dan juga kakiku." kata Longzhangshen-gai angkuh "Aku ada ide, lebih baik lempar mereka ke Danau Pan supaya bisa minum air kotor di Pan Hu,"
usul Ruan-wei. "Ide yang bagus, ide ini sama dengan ideku," Long-zhang-shen-gai bertepuk tangan.
Biasanya ketua-ketua berbaju emas Tian-zheng-jiao sangat angkuh dan berwibawa, hari ini
mereka terus-menerus dihina, mereka tidak tahan lagi. empat orang itu berteriak, mereka mulai
menyerang Long-zhang-shen-gai.
Tubuh Long-zhang-shen-gai bergerak seperti seekor naga yang sedang bermain, telapak
tangannya bergerak berganti-ganti dan tertawa terbahak-bahak. Hanya dalam beberapa jurus
dia berhasil menangkap mereka dan satu per satu dilempar ke Pan-hu.
Walaupun hanya beberapa jurus tapi jurusnya membuat Ruan-wei begitu terkagum-kagum.
Ilmu telapaknya begitu aneh juga hebat, jurusnya tidak kalah dari Tian-long-shi-san-jian.
"Ilmu telapak ini sangat lihai, Lao Rui, apa nama ilmu telapak ini?" kata Wen-yi iri
Long-zhang-shen-gai termenung. Urutan generasinya sangat tinggi, ada yang menyebut dirinya
Lao Rui. Semua orang dunia persilatan menyebutnya tetua, tidak pernah ada yang menyebutnya
Lao Rui. Tapi sifatnya memang sangat terbuka, setelah termenung sebentar, dia tertawa:
"Ilmu telapak ini adalah ilmu sakti warisan keluarga, namanya Long-xing-ba-zhang (delapan
telapak naga keluar). Jangan coba-coba berniat untuk mempelajarinya, kalau bukan keluarga
sendiri ilmu telapak ini tidak akan diwariskan."
"Tadi kau berjanji jika aku bisa menipu Li Lao Da naik ke darat akan mendapatkan hadiah
besar. Aku tidak menginginkan hadiah besar hanya saja kakak tidak bisa ilmu telapak tangan,
walau bagaimanapun kau harus menurunkan Long-xing-ba-zhang kepadanya!"
"Mana boleh____" Long-zhang-shen-gai mengambil segenggam kerikil kemudian
menyentilnya. Terdengar empat suara teriakan lalu ada yang terjatuh lagi ke dalam danau.
Ternyata mereka secara sembunyi-sembunyi sedang naik ke darat. "Dua bocah, kalian mau ke
mana?" "Aku dan adik angkatku akan pergi ke perbatasan Tibet."
"Apakah kalian akan mengunjungi pak tua Fei-long-jian ke Gongsun Qiu-jian."
"Sekalian kami akan mengunjungi beliau," jawab Ruan-wei.
"Jika kalian mau keperbatasan Tibet, kalian harus melalui Shan-xi. Ayo kalian ikut Lao Rui ke
Shan-xi, nanti akan kuberi kalian hadiah."
Sambil berkata seperti itu dia sudah berjalan. Tujuh orang yang masih ada di danau benarbenar
baik dan penurut. Mereka terapung di danau, tidak ada yang berani naik ke darat.
"Keledai-keledai, cepat naik, Lao Rui akan pergi!" Long-zhang-shen-gai tertawa.
Setelah melakukan perjalanan selama beberapa hari, mereka tiba di wilayah Shan-xi.
Sepanjang jalan mereka terus mengobrol dan bercanda. Long-zhang-shen-gai semakin
menyukai Ruan-wei dan Wen-yi. Hari ini mereka sampai di sebuah kota kuno. Kota ini dikelilingi
oleh dinding kota yang tinggi.
Dinding kota berwarna-warni, terlihat sangat kuno tapi ada sebagian berwarna hijau karena
lumut. Mungkin karena kota ini sudah berdiri lama sekali.
360 Sampai di pintu kota, di atas pintu tertulis 'Rui-zheng-fu' (rumah/kampung keluarga Rui).
Goresan huruf sangat indah dan tegas.
Di sebelah kanan rumah ada sebaris kata-kata larangan:
"Perempuan yang bukan saudara atau teman lama dilarang masuk kampung ini."
'Larangan ini benar-benar aneh, kampung ini juga aneh,' pikir Ruan-wei. Wen-yi tidak mengerti
dan bertanya: "Apa arti kata-kata ini?"
Long-zhang-shen-gai tertawa:
"Kata-kata ini adalah kata-kata peringatan dari keluarga Rui, jangan meladeni kata-kata ini, ayo
kita masuk kampung! Setahun lebih aku tidak pulang kampung, aku sudah kangen."
Tiba-tiba tiga laki-laki berpakaian mewah keluar dari pintu kampung, dengan gagah mereka
berjalan ke depan Long-zhang-shen-gai dengan memberi hormat:
"Paman sudah kembali!"
"Betul, aku sudah pulang, apakah kalian bertiga akan pergi untuk berbelanja?"
"Betul, Paman!"
Long-zhang-shen-gai dengn senang berjalan sambil bergoyang memasuki kampung. Ruan-wei
dan Wen-yi dengan aneh mengikutinya di belakang. Di dalam kampung, rumah-rumah yang ada di
sepanjang jalan tersusun rapi.
Begitu berada di tengah kampung, orang yang berlalu lalang dan berpakaian mewah tapi begitu
melihat Long-zhang-shen-gai, mereka selalu menyapanya dengan sikap hormat.
Kadang-kadang ada beberapa orang pengemis, begitu melihat Long-zhang-shen-gai mereka
hanya mengangguk. Sepertinya generasi mereka sama.
Tiba-tiba di depan mereka berdiri seorang biksu tua berusia sekitar 80 tahun lebih. Segera
Long-zhang-shen-gai memberi hormat:
"Apa kabar, Pu-ye?"
"Satu tahun sudah berlalu lagi." Biksu tua itu tertawa
"Satu tahun berkelana di dunia persilatan, aku sudah kangen dengan rumah." jawab Longzhangshen-gai hormat "Sebentar lagi kau akan berusia 70 tahun, tapi kau masih saja nakal. Nanti setelah menjadi Fu
(Budha), kau akan susah."
"Kata-kata Fu-ye benar." jawab Long-zhang-shen-gai.
"Cepatlah pulang untuk berkumpul dengan keluargamu!"
Dengan hormat Long-zhang-shen-gai parnit.
Karena sejak tadi merasa aneh, Ruan-wei bertanya: "Apa yang dimaksud pengemis keluarga
Rui, Tetua?" "Aku tahu begitu memasuki kampung, kalian pasti merasa aneh. Mari, ikutlah ke rumah-ku,
nanti baru akan kujelaskan."
Sebuah rumah mewah dan besar muncul di depan mata:
"Ini adalah gubukku," Long-zhang-shen-gai menunjuk rumah itu.
"Jika rumah seperti itu disebut gubuk, berarti semua rumah yang lain adalah kandang?"
Sebenarnya umur Long-zhang-shen-gai cocok sebagai kakek Wen-yi tapi karena mereka sudah
akrab, apa lagi sifat Long-zhang-shen-gai sangat terbuka maka pembicaraan mereka terasa lepas.
Baru saja memasuki rumah besar itu, anak-anak dengan pakaian mewah segera keluar. Ada yang
memanggil ayah, ada yang memanggil kakek. Keadaan rumah menjadi ramai dan kacau:
"Jangan ribut! Jangan ribut! Ada tamu yang berkunjung ke rumah kita," teriak Long-zhangshengai. Begitu mendengar ada tamu, anak-anak itu segera diam dan berdiri membagi menjadi dua
kelompok. Begitu melihat tamu yang datang hanya berusia sekitar 15-16 tahun, anak-anak yang
memanggil Long-zhang-shen-gai dengan sebutan Ye-ye, hampir berusia 13-14 tahun. Mereka
hanya sedikit lebih kecil maka mereka berteriak:
"Yang datang hanya dua tamu kecil!"
"Apa tamu kecil, tamu besar! Cepat panggil ibu keluar!"
Di tengah ruangan mewah dan indah, meja dan kursi terbuat dari kayu merah, tertata dengan
rapi. Begitu Ruan-wei dan Wen-yi duduk, dari belakang tercium aroma kayu wangi yang dibakar,
361 dua orang pelayan datang membawakan teh juga makanan, mereka memberi hormat kepada
Long-zhang-shen-gai: "Tuan Besar, Anda sudah pulang." Kemudian seorang perempuan anggun, dengan umur
sekitar 50 tahun, datang bersama tiga orang laki-laki setengah baya berpakaian pelajar.
Perempuan itu dengan lembut berkata:
"Suamiku, setahun kita tidak bertemu, apakah keadaanmu baik-baik saja?" lalu ada Laki-laki
setengah baya berlutut dan menyapa: "Ayah!"
'Pantas di luar banyak anak kecil, ternyata Long-zhang-shen-gai mempunyai banyak anak,' pikir
Wen-yi. "Tidak perlu banyak aturan, bangunlah, bangun!"
Tiga menantu membawa banyak anak, datang memberi hormat. Long-zhang-shen-gai tertawa
dan berkata kepada Wen-yi:
"Aku benar-benar takut pulang, karena ketika aku pulang, aku menerima banyak
penghormatan, aku bosan mendengar dan melihatnya."
Perempuan anggun itu tertawa: "Kau selalu berbuat macam-macam, kalau tidak menyuruh
anak-anak memberi hormat, bukankah itu sama dengan merusak peraturan rumah?"
"Betul! Istriku, Chen-er bawalah tamu kecil untuk beristirahat," Long-zhang-shen-gai tertawa.
Dalam hati Ruan-wei berpikir:
'Mereka harus berkumpul, kita jangan ganggu mereka.'
Maka dia memberi kode kepada Wen-yi dan mengikuti laki-laki itu ke belakang rumah.
Laki-laki itu membawa mereka ke sebuah kamar tamu yang dihias sangat indah:
"Kalian berdua beristirahat dulu, ayahku akan segera datang!"
Setelah laki-laki itu pergi, Wen-yi tertawa:
"Tidak disangka Long-zhang-shen-gai mempunyai keluarga begitu besar."
"Aku benar-benar tidak mengerti, Tetua Rui mempunyai usaha dan keluarga begitu besar,
mengapa harus menjadi pengemis di dunia persilatan?"
"Orang aneh dan hal aneh seringkah tidak bisa dijelaskan," jawab Wen-yi.
Hari hampir gelap, pelayan datang membawa sayur dan nasi. Sayur ada bermacam-macam
jenis. Ketika mereka berdua sedang mengobrol, Long-zhang-shen-gai datang.
"Tuan rumah datang!" Wen-yi berseru.
"Telingamu sungguh peka," sahut Long-zhang-shen-gai dengan senang dan berdiri.
"Duduklah, duduk! Jangan sungkan!" diapun duduk.
"Tetua sungguh beruntung!" sahut Wen-yi.
"Beruntung apa" Keluarga besar Rui semakin sedikit, hanya aku yang membuat keluarga besar
Rui bertambah anggotanya. Aku mempunyai lima orang putra."
"Punya berapa orang putra baru bisa disebut beruntung?" tanya Wen-yi.
Tiba-tiba Long-zhang-shen-gai mengeluh: "Ketika kalian masuk ke kampung ini bukankah kalian
melihat larangan 'perempuan yang bukan saudara atau teman, jangan masuk ke kota ini'. Katakata
ini sepertinya sangat sederhana juga aneh, sebenarnya kata-kata ini dibuat setelah nenek
moyangku mengalami gejolak percintaan dan menyesal, baru memasang larangan ini agar
perempuan dari luar jangan masuk ke kampung ini. maka keluarga Rui juga jarang menikah,
membuat anggota keluarga besar Rui semakin berkurang."
"Tetua sudah punya keluarga, buat apa berkelana di dunia persilatan?" tanya Ruan-wei.
"Apakah kau bertanya mengenai aku yang menjadi pengemis" Semua marga Rui jika bisa
bertahan hidup sampai 50 tahun, dia akan menjadi pengemis selama 20 tahun."
"Berarti harus menjadi pengemis sampai usia 70 tahun?" tanya Wen-yi.
"Tahun ini umurku 63 tahun, aku sudah menjadi pengemis selama 13 tahun, masih ada 7 tahun
lagi harus mengemis di dunia persilatan, dan aturan menentukan satu tahun aku hanya boleh
pulang tiga hari untuk berkumpul dengan keluarga."
Diam-diam Ruan-wei berpikir, 'Pantas tadi biksu tua itu mengatakan satu tahun sudah tiba,
berarti tahun ini dia baru pulang untuk pertama kalinya.'
"Aku hidup susah di luar, hari ini baru bisa pulang untuk menginap selama tiga hari."
"Mengapa marga Rui harus menyiksa diri dengan cara seperti ini?" tanya Wen-yi.
362 "Ini aturan yang sudah ada sejak dulu dan berlaku sampai sekarang, siapa pun tidak bisa
mengubahnya!" "Jika keluarga Rui ada yang menjadi pejabat, saat usianya 50 tahun, apakah dia harus
mengundurkan diri dari jabatannya untuk menjadi pengemis?" tanya Wen-yi.
Long-zhang-shen-gai menggelengkan kepala:
"Selama ratusan tahun ini keluarga besar selalu menuruti aturan yang sudah ada, secara turun
temurun tidak ada yang menjadi pejabat."


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tidak mengerti, nenek moyang kalian mendapat musibah cinta apa, sampai-sampai
membuat peraturan begitu aneh?" tanya Wen-yi.
"Aku harap tujuh tahun bisa berlalu dengan cepat, Tetua bisa berkumpul selamanya dengan
keluarga." "Aku harap waktu bisa berlalu lebih perlahan karena tujuh tahun kemudian aku harus mati!"
jelas Long-zhang-shen-gai.
"Tubuh Tetua begitu sehat, mengapa membicarakan kematian?" Ruan-wei bertanya dengan
aneh. "Apakah kalian ingat biksu tua yang kita temui tadi di kota" Aturan keluarga Rui menentukan
jika dalam 70 tahun tidak mati, dia harus menjadi biksu!"
"Apakah menjadi biksu berarti mati! Aduh, mengapa di dunia ini ada aturan keluarga begitu
ketat?" Wen-yi mengeluh.
"Bisa hidup sampai menjadi biksu itu sudah lumayan, setelah menjadi biksu, keluarga Rui harus
memangilnya 'Fu-ye'. Sekarang di keluarga Rui ada 4 'Fu-ye'."
"Keluarga Rui menjadi pengemis, mengapa tidak masuk Gai-bang saja?" tanya Ruan-wei.
"Gai-bang adalah perkumpulan pengemis dan perkumpulan ini menghidupi mereka sendiri
sedangkan keluarga Rui menentukan menjadi pengemis hanya mengemis, tidak boleh mendapat
bantuan dari luar. Maka sejak dulu keluarga Rui selalu belajar ilmu silat untuk membela diri. Kami
juga meneliti dan memperdalam ilmu silat. Ilmu-ilmu ini dipersiapan untuk menjaga diri di masa
tua karena kami harus hidup sendiri." Dia berhenti sejenak lalu berkata lagi, "walaupun demikian,
banyak tetua Rui pada masa mengemis karena tidak kuat menahan dingin dan lapar atau karena
diserang oleh perkumpulan lain, maka mereka meninggal dengan cepat."
Wen-yi meneteskan air mata: "Benar-benar kejam! Kejam! 20 tahun harus hidup sendiri, siapa
yang bisa tahan?" Long-zhang-shen-gai tertawa: "Aku...Lao Rui tidakmerasa ini adalah kehidupan susah, hanya
orang yang menjadi pengemis baru bisa merasakan bagaimana kehidupan yang dingin dan
hangat. Menurut orang-orang, setelah tiga tahun menjadi pengemis, ditawari menjadi raja pun
dia, akan berpikir-pikir dahulu. Kejujuran tidak akan berbohong kepada kita."
Ruan-wei dan Wen-yi merasakan betapa besar lapang dada Long-zhang-shen-gai.
Tiba-tiba ada orang yang berteriak: "Ayah, rapat akan segera dimulai!" Long-zhang-shen-gai
berdiri dan membujuk: "Ikutlah Lao Rui dalam rapat keluarga Rui yang diadakan setahun sekali."
"Sepertinya kami tidak akan ikut." jawab Ruan-wei pelan-pelan.
Long-zhang-shen-gai tertawa: "Rapat besar keluarga Rui menyambut baik bila ada orang luar
yang ikut. Mari ikutlah denganku!"
Begitu keluar dari kamar tamu, mereka melihat seorang pelayan membawakan sebuah lukisan
setinggi orang. Orang yang ada di dalam lukisan itu adalah seorang perempuan.
Perempuan itu sangat cantik, tubuhnya tinggi semampai seperti seorang dewi.
"Kemana kau akan membawa lukisan ini?" tanya Long-zhang-shen-gai.
Dengan gugup pelayan itu menjawab:
"Nyonya menyuruh hamba untuk membersihkannya lalu ditempel ulang karena lukisan ini
terlihat usang...." Alis Long-zhang-shen-gai berkerut, "Untuk apa ditempel kembali, gambarnya pun masih bagus,
kembalikan lagi ke tempat semula!"
Dengan perasaan tidak tenang pelayan itu berkata:
"Hamba tidak berani melanggar perintah nyonya."
"Bila ditempel kembali tidak apa-apa, Lao Rui, jangan membuat pelayan menjadi serba salah,"
Wen-yi tertawa. 363 Begitu melihat lukisan itu, Long-zhang-shen-gai terlihat sedih. Dia melambaikan tangan:
"Baiklah, cepat bawa ke sana!"
Pelayan itu dengan cepat berlari dari sana.
Tapi Long-zhang-shen-gai masih termenung berdiri di sana. Dia seperti memikirkan sesuatu.
"Lao Rui, siapakah perempuan yang ada di dalam lukisan itu" Mengapa membuatmu begitu
sedih?" tanya Wen-yi.
Long-zhang-shen-gai menarik nafas:
"Itu adalah lukisan adik perempuanku!"
"Dia sangat cantik, dimana sekarang dia berada?" tanya Wen-yi lagi.
Long-zhang-shen-gai berhenti berjalan, dengan sedih dia menjawab:
"Adik perempuanku sudah meninggal beberapa tahun yang lalu!"
"Oh, maaf, seharusnya aku tidak bertanya, malah membuatmu sedih!" teriak Wen-yi.
"Setiap kali aku pulang, jika melihat lukisan itu aku akan sedih selama beberapa hari bukan
salahmu" "Istrimu sangat baik kepadamu!" kata Wen-yi
Long-zhang-shen-gai merasa aneh mengapa Wen-yi berkata seperti itu. Wen-yi berkata lagi:
"Istrimu takut setelah melihat lukisan itu kau akan sedih, maka dia menyuruh pelayan untuk
menempel ulang." Long-zhang-shen-gai tidak terpikir sampai kesana
"Tapi niat baik istrimu gagal karena secara kebetulan kau melihat pelayan membawa lukisan
itu, maka begitu pelayan tadi bertemu denganmu dia menjadi begitu gugup. Mungkin istrimu
sudah berpesan agar jangan sampai terlihat olehmu."
Ruan-wei yang berdiri di pinggir diam-diam memuji adik angkatnya yang begitu teliti. Orang
lain tidak melihat, tapi dia bisa melihatnya dengan teliti, benar-benar tidak mudah.
"Kau benar-benar pintar, aku tidak pernah memikirkan istriku yang begitu baik kepadaku!"
"Sekarang kau sudah tahu, kau harus baik kepada istrimu!" kata Wen-yi sambil tertawa.
"Sudah terlambat! Kami sudah tua, sudah tidak ada perasaan seperti anak muda!"
Begitu membicarakan istrinya, Long-zhang-shen-gai terlihat lebih sedih lagi, maka dengan cepat
Ruan-wei bertanya: "Hubungan antara Tetua dengan adik Tetua begitu baik, ini benar-benar patut dipuji!"
Long-zhang-shen-gai mengangguk: "Lao Rui hanya mempunyai seorang adik perempuan. Sejak
kecil kami tumbuh bersama dan jarang bertengkar. Bukan Lao Rui ingin memuji diri sendiri,
hubungan seperti kami benar-benar jarang ada."
"Mengapa dia bisa meninggal?" tanya Wen-yi dengan aneh.
Dalam hati Long-zhang-shen-gai sangat menyukai Ruan-wei dan Wen-yi, maka dengan
sungguh-sungguh dia berkata:
"Sambil berjalan aku akan menceritakannya kepada kalian."
Di dalam hembusan angin malam yang sepoi-sepoi, mereka keluar dari pintu pekarangan.
Long-zhang-shen-gai bercerita:
"Adik perempuanku bernama Rui Jing Hua, dia menikah dengan orang yang terkenal di dunia
persilatan 'Fei-long-jian ke', Gongsun Qiu-jian...."
"Fei-long-jian ke!" teriak Ruan-wei
Long-zhang-shen-gai terus mengenang masa lalu, dia tidak menjawab pertanyaan Ruan-wei.
"Fei-long-jian ke adalah pendekar paling terkenal waktu itu, tapi adikku salah karena telah
memilihnya...." "Mengapa?" Wen-yi tidak mengerti.
"Salah karena adikku kenal dulu dengannya...."
"Itu tidak apa bukan, mengenalnya terlebih dulu bukankah itu lebih baik?" tanya Wen-yi.
"Aturan keluarga Rui sangat ketat, perempuan tidak boleh kenal lebih dulu dengan laki-laki,
harus dijodohkan baru bisa menikah. Dia tidak mempunyai hak untuk menikah...."
"Kalau begitu benar-benar tidak adil bagi perempuan!" teriak Wen-yi
Pelan-pelan dia berkata lagi:
"Jika ada aturan seperti itu, aku tidak akan menurutinya!"
364 "Suatu waktu, dalam rapat keluarga Rui, Gongsun Qiu-jian ikut sebagai tamu, begitu adik-ku
melihatnya dia langsung jatuh cinta kepada-nya...."
"Kadang-kadang adikku ke luar kota untuk bertemu dengannya. Lama kelamaan hal ini
diketahui oleh orang tua kami...."
Karena teringat pada aturan keluarga Rui yang begitu ketat, maka Wen-yi berteriak: "Lalu
bagaimana kelanjutannya?"
"Tadinya adikku harus dihukum berat tapi karena ayah dan ibuku mempunyai wibawa tinggi
dalam keluarga Rui, maka mereka terus memohon pengurangan hukuman, tapi dia harus segera
menikah dengan orang lain...."
Wen-yi sudah tahu kalau adik Long-zhang-shen-gai menikah dengan Gongsun Qiu-jian, tapi dia
tetap berteriak karena terkejut:
"Bagaimana dengan Fei-long-jian ke?"
"Adikku bersifat keras, malam itu dia melarikan diri keluar kota ini dan menikah dengan
Gongsun Qiu-jian...."
"Baik, itu baik sekali! Aku juga akan ber-buat seperti itu," seru Wen-yi.
Ruan-wei menarik tangannya: "Ada apa denganmu?"
"Apakah kakak mengira adik perempuan Lao Rui yang salah?"
Ruan-wei tersenyum tapi tidak menjawab. Long-zhang-shen-gai berhenti sebentar dan
mengangguk: "Sebenarnya aku juga setuju dengan jalan yang diambil oleh adikku, tapi karena itu membuat
ibu dan anak, adik dan kakak seumur hidup tidak bisa bertemu...."
"Mengapa dia tidak pulang untuk menengok kalian" Atau kalian yang pergi ke sana untuk
mengunjunginya?" tanya Wen-yi.
"Mana berani kami bertemu lagi, seharus-nya mereka berdua dihukum mati tapi karena wibawa
ayah maka sesuai aturan keluarga, adikku telah diusir dari keluarga Rui. Karena sudah tidak
tercatat sebagai anggota keluarga Rui, maka kami tidak boleh bertemu lagi dengannya. Jika tidak,
dosanya adalah menghina nenek moyang."
"Benar-benar tidak masuk akal! Tidak masuk akal...." teriak Wen-yi
"19 tahun yang lalu, kami baru tahu kalau adikku telah meninggal setelah melahirkan anaknya.
Setelah dipikir-pikir, jika dia tidak menikah dengan Gongsun Qiu-jian, dia tidak akan mati seperti
itu...." Dari kata-katanya terlihat kalau hubungan mereka sangat erat sebagai adik dan kakak. Mereka
bertiga diam tidak bicara. Ruan-wei dan Wen-yi yang berjalan di belakang terus mengenang
almarhum wajah Rui. 0oo0 BAB 100 Tian-mei-jiao menggoda orang
Sampai di sebuah lapangan, malam itu bulan bersinar terang karena Tong-qiu hampir tiba,
maka lapangan itu begitu terang.
Lapangan telah dipenuhi dengan ratusan orang, usia mereka kebanyakan telah 30 ke atas atau
orang tua. Di tempat terhormat diisi oleh beberapa lelaki yang rambutnya tekah memutih. Mereka
adalah orang yang dihormati oleh keluarga besar Rui.
Kata Long-zhang-shen-gai:
"Semua yang ikut rapat hari ini adalah para kepala keluarga, kalian ikut denganku jangan pergi
ke tempat tamu." Long-zhang-shen-gai duduk di depan, karena dia sudah tua maka dia termasuk sebagai
generasi atas. Ruan-wei dan Wen-yi duduk di sisinya, orang-orang di sekeliling mereka semua-nya
telah berambut putih, mereka berdua yang paling muda.
Lapangan sangat ramai, tiba-tiba berdiri seseorang dan berkata:
"Aku adalah pembawa acara, aku akan mengumumkan kalau rapat akan segera dimulai."
Segera suasana lapangan menjadi sunyi, pembawa acara berbadan tinggi dan besar, berwajah
kotak, dan terlihat sedikit bodoh.
365 "Celaka, ternyata Kak Jing-yu yang menjadi pembawa acaranya," keluh Long-zhang-shen-gai.
"Orang tinggi besar itu menjadi pembawa acara bukankah itu sangat baik?" sahut Wen-yi.
"Jing-yu selalu tidak akur denganku, hari ini dia menjadi pembawa acaranya, dia pasti akan
mengambil kesempatan ini untuk menyerangku," jelas Long-zhang-shen-gai.
"Silakan Fu-ye mengumumkan aturan-aturan keluarga Rui," ucap pembawa acara Jing-yu.
Terlihat seorang biksu tua berbaju putih berdiri, dia berjalan ke tangah lapangan, dia membuka
sebuah kartu emas, dengan penuh semangat memuji:
"Aturan keluarga Rui yang kesatu, kalau perempuan bukan saudara atau teman lama, dilarang
masuk kampung ini, aturan kedua...."
Jumlah aturan keluarga Rui ada 13, salah satunya berbunyi, "Tidak boleh menjadi pejabat!
Tidak boleh menjadi orang terkenal! 50 tahun harus menjadi pengemis, 70 tahun harus menjadi
biksu, dan lain-lain."
Setelah biksu tua itu selesai membacakan peraturan keluarga Rui, kemudian dia mengumumkan
tentang perdagangan dengan pihak luar, dan membereskan masalah lainnya. Tiba-tiba Jing-yu
berteriak: "Kita mulai, selama satu tahun ini siapa yang telah melanggar peraturan keluarga?"
Segera suasana menjadi ramai, tapi tidak ada seorang pun yang berdiri untuk mencari
kesalahan orang lain. Tiba-tiba Jing-yu berdiri dan berkata: "Aku ingin mengungkapkan kesalahan seseorang, harap
Fu-ye dengan jelas memberikan keputusan."
Dalam rapat keluarga ini, perkataan seorang pembawa acara paling didengar, segera orang
yang berada di lapangan terdiam. Mereka ingin tahu siapa yang akan ditunjuk kesalahannya.
"Kau ingin menunjuk kesalahan siapa" Coba sebutkan namanya dulu!" Jing-yu berteriak:
"Nama yang akan kutunjuk adalah Kakak Jing-yuan."
Waktu itu juga terdengar suara ribut-ribut, karena pada rapat hari ini kecuali Fu-ye, generasi
yang paling tinggi adalah generasi Jing, yang biasanya selalu berbuat kesalahan adalah generasi
bawah. Tahun ini giliran generasi tinggi yang membuat kesalahan, ini pertama kalinya terjadi.
Dengan serius biksu tua itu berkata: "Coba kau perjelas buktinya!"
Jing-yu berkata, "Aturan-aturan keluarga Rui yang telah berlaku selama ratusan tahun ini
jarang ada atau bahkan dikatakan tidak ada yang berani melanggarnya, kalau generasi muda
melanggar peraturan, kami akan memaafkan mereka, karena mereka masih muda. Tapi kalau
generasi tua yang melanggar, ini benar-benar memalukan keluarga Rui!"
Begitu melihat semua orang tertarik dengan perkataannya, Jing-yu terlihat lebih bersemangat:
"Aturan keluarga Rui yang ketiga berisi apa?"
"Tidak boleh membuat nama sendiri terkenal," jawab Long-zhang-shen-gai
"Kalau terkenal, bukankah itu akan membuat nenek moyang menjadi bangga" Mengapa tidak
diijinkan?" kata Wen-yi tertawa.
Terdengar lagi Jing-yu dengan suara keras berteriak:
"Kakak Jing-yuan sudah 13 tahun mengemis, di dunia persilatan dia telah mendapat nama, dia
disebut sebagau salah satu dari Lima Qi (5 orang aneh)...Long-zhang-shen-gai. Bukankah semua
ini telah melanggar peraturan keluarga Rui yang ketiga?"
"Apakah orang yang dimaksud olehnya adalah Lao Rui?" Wen-yi bertanya dengan aneh.
"Aku sudah tahu kalau hari ini akan menjadi bulan-bulanan seseorang," keluh Long-zhangshengai. Semua orang menjadi ribut, karena pertama kalinya orang-orang Rui mendengar Jing-yuan
dijuluki Long-zhang-shen-gai.
Jing-yu melambaikan tangan untuk menghentikan suara ribut dan berkata:
"Long-xing-ba-zhang yang diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang, saat berada di
tangan Jing-yuan tidak disangka ilmu ini bisa membuatnya terkenal di dunia persilatan, menurut
kalian apakah ini salah atau benar?"
Dia mengira dia akan mendapatkan sambutan rarnai dari para hadirin, dan dia akan
menjatuhkan kesalahan kepada Jing-yuan dan akan diberi hukuman.
Tapi keadaan malah sepi, tidak ada seorang pun yang menyahut, ternyata ingin terkenal adalah
penyakit semua orang. Walaupun di keluarga Rui banyak pesilat tangguh, tapi mereka tidak
366 terkenal. Hari ini ada keluarga Rui yang bisa terkenal dan dijuluki 'lima orang aneh dunia
persilatan' semua keluarga Rui menjadi bangga karenanya. Jing-yu sudah tidak sabar, sekali lagi
dia bertanya: "Menurut kalian, apa dia harus diberi hukuman?" di sekeliling tetap tidak ada suara dan tidak
ada seorang pun yang setuju dengan pendapatnya.
Wajah Jing-yu menjadi merah:
Biksu tua itu dengan lantang bertanya kepada Jing-yu:
"Apakah keponakan Yu hafal dengan aturan keluarga Rui yang ke-13?" karena Fu-ye telah
bersuara maka suasana lapangan segera hening kembali.
"Aku tidak berani bicara kalau tidak ada bukti tapi menyalahkan orang kalau tidak terbukti, aku
terima hukuman keluarga Rui," kata Jing-yu.
"Baiklah, katakan!" biksu tua itu menarik nafas.
Jing-yu membentak Long-zhang-shen-gai: "Kakak Jing-yuan, apa aturan keluarga Rui yang
pertama?" Pembawa acara bertanya, Long-zhang-shen-gai berdiri dengan sikap hormat dan menjawab:
"Aturan keluarga Rui yang pertama, perempuan kalau bukan saudara atau teman akrab, tidak
diijinkan masuk kampung ini."
"Maksudnya kampung ini adalah kampung apa?" Jing-yu bertanya.
"Maksud kampung di sini adalah kampung Rui!" dengan hormat Long-zhang-shen-gai
menjawab. "Kakak Jing-yuan mengetahui aturan ini, tapi mengapa masih membawa perempuan asing
masuk kampung ini?" "Siapa yang dimaksud oleh pembawa acara?" Long-zhang-shen-gai mulai marah.
Sambil menunjuk Wen-yi, Jing-yu Membentak: "Dia!
Wen-yi sama sekali tidak merasa gugup, walaupun saat itu semua mata melihatnya. Jing-yu
merasa kakinya gemetar, tangannyapun telah berkeringat dingin. Ternyata Jing-yu mengatakan
kalau Wen-yi adalah perempuan, karena dia terburu-buru melihat Wen-yi seperti perempuan, dia
segera melontarkan pendapatnya.
Demi menjatuhkan wibawa Long-zhang-shen-gai di depan keluarga Rui, dia telah melanggar
peraturan ketiga keluarga Rui yaitu : menghina orang untuk mencapai tujuan.
Melihat sikap Wen-yi begitu tenang, Long-zhang-shen-gai menjadi sedikit tenang, dia tertawa:
"Kalau pembawa acara selalu ingin menunjuk kesalahanku, lebih baik mengatakan, 'Akulah
perempuan.' untuk apa menyalahkan orang lain dan merusak nama keluarga Rui?"
Melihat Wen-yi begitu tenang, dahi Jing-yu mulai menetes keringat, diam-diam berpikir, 'Mati
aku! Di dunia ini banyak laki-laki tampan seperti perempuan, mengapa aku bisa sembarangan
bicara" Aku benar-benar pantas mati! Pantas mati!'
Dengan serius biksu tua itu berkata: "Keponakan Yu, apa yang ingin kau sampaikan,
katakanlah, karena aku akan menjatuhkan hukuman!"
Karena terburu-buru, Jing-yu berkata:
"Kalau kalian tidak percaya, suruh bocah itu untuk membuka celananya, dan kita bisa melihat


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

apakah dia laki-laki atau perempuan!"
Karena tergesa-gesa, dia tidak menutupi kata-katanya lagi, tapi kata-kata ini membuat wajah
Wen-yi menjadi merah. Ruan-wei mulai marah: "Kau benar-benar bukan seorang tetua yang pantas dihormati, mana boleh sembarangan
menyuruh orang membuka celana?"
Mata Jing-yu memang jeli, dia melihat wajah Wen-yi menjadi merah, maka sambil tertawa
terbahak-bahak dia berkata:
"Kalau dia tidak berani di depan para lelaki membuka celana, dia pasti seorang perempuan!"
Wen-yi malah berkata: "Kalau aku perempuan memangnya kenapa" Apakah perempuan tidak boleh menjadi tamu
keluarga Rui?" kata-kata ini telah terucap, berarti dia mengaku kalau dia adalah perempuan, maka
orang-orang bermarga Rui pun bergejolak, suara mereka seperti guntur.
Diam-diam Long-zhang-shen-gai menyalahkan dirinya sendiri:
367 "Benar-benar ceroboh! Mengapa Lao Rui sampai tidak melihatnya?"
Ruan-wei pun tampak kebingungan, dia duduk terpaku, Jing-yu dengan senang tertawa:
"Sejak dulu sampai saat ini di keluarga Rui kecuali perempuan yang terpilih untuk dijadikan istri,
perempuan yang bukan saudara atau teman karib, dilarang masuk kampung ini, ini semua karena
keturunan marga Rui takut akan berbuat macam-macam, maka kecuali laki-laki yang ditunjuk
untuk keluar berdagang, lelaki bermarga Rui lainnya tidak diijinkan keluar kota, semua ini demi
menjaga supaya mereka tidak bercampur dengan perempuan-perempuan bermarga lain!"
Dia tertawa terbahak-bahak dan dengan tenang berkata:
"Tidak disangka, Kakak Jing-yuan membawa perempuan bermarga lain masuk kota Rui, apa
hukumannya?" Ruan-wei berdiri dan berkata dengan tegas: "Kakak, kita di sini tidak disambut dengan baik,
lebih baik kami pergi!"
Wen-yi segera berdiri mengikuti Ruan-wei baru beberapa langkah dia mengomel:
"Mengapa perempuan tidak boleh menjadi tamu di sini?"
Jing-yu lari menghadang mereka, dengan marah berkata:
"Begitu gampangkah kau keluar dari sini" Dari dulu sampai sekarang tidak ada perempuan yang
bukan saudara masuk kampung ini, kami akan menyambut dengan baik tamu laki-laki, tidak
menyambut tamu perempuan, kalian berdua duduk kembali untuk bersiap menerima hukuman!"
Long-zhang-shen-gai mendekati mereka:
"Ini semua adalah kesalahanku, aku yang sudah buta, aku rela dihukum, mereka tidak
bersalah, lepaskan mereka!"
Jing-yu tertawa dingin: "Aturan nenek moyang tidak boleh dilanggar, kecuali kalau perempuan itu mau menikah
dengan salah satu dari laki-laki keluarga Rui, kalau tidak, ha, ha, ha...."
"Kalau tidak bagaimana?" Wen-yi marah.
"Kalau tidak wajahmu akan dirusak dengan pisau, supaya kelak tidak akan datang lagi untuk
menggoda laki-laki keluarga Rui!"
Wen-yi benar-benar ketakutan, tapi Ruan-wei sudah menjaga di depannya, dia seperti siap
bertarung, kalau ada orang yang mencoba menyerang mereka, dia akan melawannya.
"Hei, perempuan! Apakah kau mau menikah dengan putra keluarga Rui?" bentak Jing-yu
"Aturan mana yang memaksa orang menikah" Aku tidak setuju?" jawab Wen-yi marah
Sang Penerus 1 Tugas Rahasia Karya Gan K H Pendekar Guntur 23

Cari Blog Ini