Ceritasilat Novel Online

Lembah Nirmala 10

Lembah Nirmala Karya Khu Lung Bagian 10


pernapasan, tak selang berapa saat kemudian kekuatan mereka telah pulih kembali, dengan
semangat baru serentak mereka bertiga terjun kembali kearena pertarunganKim Thi sia pun secara diam-diam mengerahkan ilmu "tangguh tanpa akhir" dari ciat khi mi
khinya untuk mengatur pernapasan, dengan begitu meski dia harus bertarung sekian lama tanpa
beristirahat, namun kekuatan tubuhnya tak nampak menjadi lemah.
Justru disinilah letak rasa takut dari para tosu itu, hingga tanpa terasa perhatian semua orang
pun beralih pada pemuda ini.
Biarpun lelaki ceking itu memiliki kepandaian silat yang tangguh, namun orang itu tidak
memiliki daya tahan yang begini hebatnya.
itulah sebabnya setiap kali para tosu itu bersua dengan Kim Thi sia, tanpa syarat mereka
menghindarkan diri kesamping dan berusaha menjauhkan diri dari bentrokan secara langsung
dengannya, tentu saja hal ini membuat pemuda Kim mendapat banyak keuntungan.
secara beruntun lelaki ceking itu sudah merobohkan dua belas buah tiang besi. Kini tinggal
enam, tujuh buah tiang yang belum sempat dirobohkan ketika kawanan tosu bengis itu
menyerang kembali kearahnya secara ganas.
Berbicara sesungguhnya ilmu silat yang dimiliki kawanan tosu itu tidak terlalu tinggi, tapi
mengandalkan jumlah yang banyak itulah membuat orang yang menjadi muak dan jengkel.
Dalam keadaan kritis, Kim Thi sia tak sempat lagi membantu tiga bersaudara itu untuk
bertarung, cepat-cepat dia memburu kesamping lelaki ceking tadi sambil teriaknya keras-keras:
"Hey situa, lanjutkan usahamu untuk menolong orang, serahkan saja tosu-tosu bangsat ini
kepadaku." sambil menyeka peluh lelaki ceking itu menyahut sambil membuat muka setan.
"Tentu saja kau harus menjadi setan pengganti matiku, sebab nyawaku memang lebih berharga
daripada nyawamu." Kim Thi sia segan bersilat lidah dengannya hanya didalam hati kecilnya dia berpikir:
"Tungguh saja sampai semua musuh sudah selesai diringkus, biar kaupunya selembar lidah
yang tajam, tak akan bisa banyak membantumu nanti."
Meski tak sampai diutarakan keluar, namun dalam hati kecilnya ia sudah bertekad hendak
memberi pelajaran yang setimpal kepada orang itu.
sambil melintangkan toyanya didepan dada, ia berseru kepada kawanan tosu yang lari
mendekatinya itu. "Digunung ada sarang, dilaut ada kedung, dibukit ada pentolan, dialut ada raja, tapi akulah
yang menjadi raja disini sekarang. Bila kalian berani bertindak secara sembarangan, jangan
salahkan bila toyaku akan menghancurkan batok kepala kalian."
Kawanan tosu itu menjadi tertegun, malah berapa orang diantara mereka yang berangasan
sudah siap melancarkan serangan. Mendadak Kim Thi sia membentak lagi dengan mata melotot
besar: "Sejak kecil aku sudah ikut Ciang sianseng merantau diseantero jagad tanpa menjumpai
tandingan. Hmmm, kalian berapa cecunguk han terhitung manusia macam apa" Berani betul
mencabut kumis harimau........."
Dengan gayanya yang keren dan serunya sebagai murid Ciang sianseng, kontan saja kawanan
tosu itu menjadi termangu dan tak berani berkutik secara sembarangan.
Melihat musuhnya terkelabuh, Kim Thi sia segera manfaatkan kesempatan itu untuk membual
lagi. "Terus terang saja aku bilang, sejak berusia sepuluh tahun aku sudah mulai mengembara d
idalam dunia persilatan, algipula aku punya kegemaran membunuh, apa saja yang tak berkenan
dihati segera akan kubantu sampai habis. Hinga berusia lima belas tahun, aku membunuh orang
seperti menginjak mati semut, jumlahnya sudah tak terhitung lagi dengan jari tangan, maka bila
kalian pingin merasakan gaya membantaiku, silahkan saja maju untuk mencoba tanggung kuberi
kepuasan untuk kalian."
Ketika dilihatnya semua orang dibuat tertegun, diam-diam ia tertawa puas dan melirik sekejap
kesamping, ia menjumpai silelaki ceking itu sudah berhasil merobohkan sisa ketujuh tiang besi itu,
malah sekarang sedang memotong tali pengikat tubuh gadis-gadis tersebut.
Melihat usahanya telah berhasil, maka diapun berkata lebih jauh sambil tertawa dingin:
"Tapi berbicara lebih lanjut, dengan kegemaranku untuk membunuh, lama kelamaan sifatku ini
menjadi mendarah daging, sehingga walaupun kalian tak berani mencoba sekarang, aku tetap
akan mencari kalian untuk melancarkan serangan-"
Tiba-tiba sambil membentak keras dia memutar toyanya sambil melancarkan serangan dahsyat
kedepan- Waktu itu kawanan tosu tersebut sedang mendengarkan kisah tersebut dengan serius dan
asyik. Diam-diam perasaan bergidik telah muncul dalam hati kecil mereka, maka begitu melihat
anak muda itu mulai menyerang dengan kalap serentak mereka kabur kalang kabut untuk
menyelamatkan diri Dua tiga orang tosu yang tak percaya dengan obrolannya itu berniat melakukan perlawanan,
tapi akhirnya merekapun kena dirobohkan oleh pukulan toya yang keras.
Entah sejak kapan ternyata tosu berwajah penyakitan itu sudah muncul pula disitu, tanpa
menimbulkan sedikit suarapun, dia segera mengayunkan telapak tangannya melepaskan sebuah
pukulan yang maha dahsyat.
Desingan angin tajam yang menyambar dari belakang membuat Kim Thi sia berpaling secara
tiba-tiba, begitu mengetahui siapa penyerangnya, hawa amarah segera berkobar dalam benaknya.
sambil membentak keras, dia segera mengayunkan pula telapak tangannya untuk menyambut
datangnya serangan tersebut.
"Blaaaaaaa mmmmmmm."
Tenaga pukulan yang dilancarkan tosu tua berwajah penyakitan itu benar-benar sangat
dahsyat. Akibat dari bentrokan kekerasan itu, tubuh Kim Thi sia mundur kebelakang dengan
sempoyongan- Mendadak terdengar silelaki ceking itu memperingatkan" Kepandaian silat yang dimiliki tosu bengis ini termasuk jagoan top dari kuil Pek hun koan,
lebih baik jangan kau hadapi serangannya dengan keras, cepat hadapi saja dengan ilmu
meringankan tubuh. Tosu bau ini tidak pernah belajar ilmu meringankan tubuh, itulah titik
kelemahannya yang terbesar........."
Begitu perkataan tersebut diutarakan keluar, paras muka tosu tua itu segera berubah hebat,
dengan gemas dia melotot sekejap kearahnya. Kim Thi sia pun mengernyitkan alis matanya yang
tebal, pikirnya: "sialan, akupun belum pernah mempelajari ilmu meringankan tubuh, darimana aku bisa
menghadapinya dengan cara tersebut?"
Ia tak menyangka musuh yang dihadapinya sekarang mempunyai kelemahan seperti dirinya, ini
berarti kedua belah pihak sama-sama tak dapat meraih kemenangan dengan mengandalkan
kelincahan tubuh. Tapi untuk menakut-nakuti musuhnya itu, dia snegaja menyahut:
"Baik, aku segera akan menghadapinya dengan ilmu meringankan tubuh............"
Tapi pertarungan sudah berlangsung sekian lama ternyata belum nampak juga pemuda itu
mengeluarkan ilmu meringankan tubuhnya, tapi akibatnya cukup mempengaruhi kehebatan tosu
tua tersebut. Karena takut pemuda itu benar-benar menghadapinya dengan ilmu meringankan tubuh, tosu
tua itu menjadi was- was sehingga tenaga serangannya tak pernah bisa mencapai sepuluh bagian.
Itulah sebabnya ketika secara beruntun Kim Thi sia mengajaknya beradu tenaga sampai enam
kali, posisi anak muda tersebut tetap tenang tanpa kelihatan terdesak.
Agaknya lelaki ceking itu menjadi amat merah, karena pemuda itu tak mau menuruti
nasehatnya, mendadak ia mengumpat keras:
"Tolol, ilmu pukulanmu masih ketinggalan jauh dibandingkan dirinya, kenapa kau tidak segera
menghadapinya dengan ilmu meringankan tubuh........."^
Waktu itu Kim Thi sia sedang mendongkol karena tak punya kesempatan untuk mengundurkan
diri dari pertarungan, mendengar dirinya dimaki sebagai orang tolol, kontan saja dia naik darah,
segera teriaknya: "Yaa, betul, aku memang tak becus aku memang tolol, kalau kau memang lebih hebat
mengapa buka kau yang turun tangan untuk menghadapinya?" Lelaki ceking itu segera tertawa
katanya: "Baik, baik anggap saja memang salah berbicara kalau toh kau ingin bertarung menurut caramu
sendiri, silahkan aku tak akan mencampuri urusanmu lagi."
setelah itu gumamnya seorang diri
"Hmmm, sudah tak becus dalam ilmu meringankan tubuh, sekarang ingin menyeret aku terlibat
dalam pertarungan. Hmmm, silahkan kau rasakan sendiri pahit getirnya pertarungan itu
haaaah......haaaah........"
Kim Thi sia menganggap perkataannya tadi kelewat lemah, maka dengan cepat tambahnya
lagi: "selama hidup aku paling tak percaya dengan segala tahayul, biarpun aku tahu lima pukulanku
lemah, aku tetap akan bertarung lebih jauh, mau apa kamu?"
Untuk menunjukkan kebolehannya didepan lelaki ceking itu, secara beruntun ia lancarkan
serangan dengan menggunakan jurus "kobarkan api dibalik batu" dan "guntur menggelegat kilat
menyambar" dari ilmu Tay goan sinkang untuk menyerang musuhnya.
Tentu saja tosu tua itu tidak memberi kesempatan bagi lawannya untuk bergerak maju, dengan
sebuah pukulan yang maha dahsyat dia bendung datangnya ancaman itu.
Pucat pias selembar wajah Kim Thi sia tubuhnya nampak sempoyongan, tapi akhirnya sambil
menggigit bibir ia melancarkan terjangan kembali kemuka........
sambil mendengus dingin tosu tua itu melepaskan sebuah pukulan lagi kedepan.
Kini paras muka Kim Thi sia berubah makin memucat, langkah kakinya mulai kacau tak karuan,
tapi kekerasan hatinya membuat dia tetap bertahan dan mendesak maju lagi kemuka.
Lambat laun selisih jarak antara kedua orang itu semakin mendekat. Hal ini membuat tosu tua
tersebut mulai nampak gugup, sambil menghimpun segenap tenaga dalamnya dia melepaskan dua
buah pukulan dahsyat. Tapi pada saat yang bersamaan pula Kim Thi sia telah melepaskan dua serangan yang tak
kalah dahsyatnya. Dalam waktu singkat seluruh angkasa nampak diliputi bayangan tangan yang berlapis-lapis. Kim
Thi sia yang berkemampuan biasa, tiba-tiba saja berubah menjadi perkasa dnegan kekuatan
sepuluh kali lipat lebih hebat daripada keadaan semula.
Dibalik serangannya terdengar desingan angin tajam dan suara guntur yang amat memekikkan
telinga. sedemikian dahsyatnya sampai lelaki ceking yang menonton dari sisi arena pun merasa
bergidik, Tosu tua itu paling takut bila musuhnya menyerang dengan segenap kekuatan, maka begitu
melihat pemuda itu melepaskan sergapan kearahnya dengan mempertaruhkan selembar jiwanya
berubah hebat paras mukanya.
Dalam keadaan begini, dia tak mempunyai jalan lain kecuali menghadapi datangnya ancaman
dengan adu jiwa. Dalam waktu singkat kedua orang itu sama-sama berteriak keras dan roboh terjungkal
kebelakang. Tosu tua itu segera memuntahkan darah segar, setelah tertawa parau berapa saat, matanya
melotot dan tubuhnya melejit, dia tewas seketika itu juga.
sebaliknya kulit muka Kim Thi sia pun kelihatan berkejang keras, tapi hanya sebentar, tiba-tiba
saja melompat bangun lagi dan seraya sambil menuding kearah lelaki ceking itu.
"Hey, kau jangan pergi dulu, aku hendak berbicara denganmu."
Lelaki ceking itu mengira Kim Thi sia tak bisa hidup lebih lanjut, selalu timbul perasaan
menyesal yang mendendam, dia mengangguk dengan wajah serius, pikirnya:
"Bocah muda yang patut dikasihani, mungkin dia hendak titip pesan terakhir kepadaku....."
Baru selesai dia berpikir, Kim Thi sia telah berseru:
"Hey situa, coba kau lihat, ilmu pukulanku lebih hebat atau ilmu meringankan tubuh lebih
dahsyat?" "Hey bocah muda, kau tidak menderita apa-apa?" tanya silelaki ceking itu keheranan, matanya
terbelalak lebar-lebar. "Aku sedang bertanya kepadamu, sudahkah kau dengar?" teriak Kim Thi sia lagi. Dengan cepat
sikap cengar cengir muncul kembali diwajah lelaki ceking itu, sahutnya:
"Anak muda, ilmu pukulanmu memang sangat indah, cuma aku merasa sedikit agak
kampungan." "Bagaimana kemampuannya?" Kim Thi sia tertegun. Lelaki ceking itu segera tertawa.
"Kampungan adalah tingkal laku orang yang hidup didusun, jauh dari keramaian kota, orang
kampung yang urakan dan berkelahi semau hatinya sendiri, tidak pakai aturan, tidak menuruti
peraturan permainan yang berlaku.........."
" Kurang ajar, kau berani mencemooh diriku?" tiba-tiba saja Kim Thi sia jadi naik darah.
sambil berseru ia segera melakukan cengkeraman kemuka.
Tapi lelaki ceking itu amat cekatan, dengan suatu gerakan yang indah dan lincah dia
meloloskan diri dari cengkeraman itu, kemudian sambil menunjukkan muka setan katanya:
"Hey anak muda, kau bukan kampungan dalam cara berkelahi saja, sepak terjangmu, cara
berbicara mu, semuanya masih kampungan.....kau masih mirip orang gunung....."
"Hmmm, apa gunanya ilmu meringankan tubuh selain untuk berkentut?" seru Kim Thi sia
kemudian- "Kita berkelahi kan bertujuan merobohkan musuh, sekalipun tak mempergunakan ilmu
meringankan tubuh, buktinya musuh dapat kurobohkan, bagaimana mungkin kau menuduhku
berkelahi secara kampungan-............?"
"Aaaah.....kau cuma pandai mengotot, coba berganti orang lain, pasti kutabok sampai
mampus........" dengki lelaki ceking itu.
sekalipun diluarnya dia berkata begitu, secara diam-diam dia harus mengagumi atas kelihayan
dan ketangguhan daya tahan tubuh pemuda ini.
Kim Thi sia ingin berbicara lagi, namun waktu itu lelaki ceking tersebut sudah bertarung sengit
melawan seorang tosu bermuka merah, sepuluh gebrakan kemudian senyuman yang menghiasi
wajah lelaki itupun sudah hilang lenyap tidak berbekas, hal ini menunjukkan kalau ia telah
menjumpai musuh yang cukup tangguh.
Kim Thi sia segera mengalihkan perhatiannya kearah lain, dia saksikan tiga saudara
seperguruan itupun sedang terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru.
Tampak cahaya golok bayangan pedang dan suara bentakan keras menyelimuti seluruh arena,
pertarungan berjalan dengan amat serunya.
Tujuh, delapan sosok mayat tosu telah tergeletak disepanjang jalan, agaknya itulah hasil
pembantaian dari tiga bersaudara seperguruan tersebut.....
sisa dari sekawanan tosu lainnya sudah lenyap entah kemana, tampaknya mereka sadar kalau
bukan tandingan dan kini sudah kabur menyelamatkan diri.....
Tiba-tiba muncul suatu kecurigaan dalam hati kecil Kim Thi sia, pikirnya dengan cepat:
"Tampaknya kawanan tosu ini hanya berkumpul sebagai komplotan saja, mereka tak mendapat
pendidikan yang baik, tidak kelihatan juga siapa pemimpinnya, mungkinkah mereka hanya
merupakan gabungan dari pelbagai kelompok tosu jahat yang bersama-sama melakukan
kejahatan?" semula dia berniat membekuk pemimpinnya lebih dulu sebelum membasmi anak buahnya,
tetapi sekarang sang "pemimpin" sudah tak nampak muncul disitu, otomatis rencananyapun
mengalami kegagalan. "Nama busuk Pek hun koan yang sudah termashur sampai dimana-mana, apakah anak buahnya
hanya berupa kelompok berandal yang tak berguna begitu?"
"Dimanakah koancu atau pemimpin kuilnya" Bukankah dia seharusnya merupakan pemimpin
dari mereka semua." serangkaian pertanyaan itu berkecamuk dalam benak pemuda kita, namun jawabannya tak
berhasil ditemukan. Yang mirip sebagai seorang koancu hanya tosu tua berwajah penyakitan atau si tosu bermuka
merah ini, namun bila dilihat lebih jauh merekapun tidak mirip, sebab pertarungan sengit antara
tosu bermuka merah melawan lelaki ceking itu sama sekali tak digubris atau diperhatikan oleh
kawanan tosu lainnya, bahkan kematian si tosu tua berwajah penyakitan tadipun seolah-olah tak
ada hubungannya dengan mereka.
Bagi kawanan tosu itu, seakan-akan kecuali mengurusi diri sendiri, tiada persoalan lain yang
menarik perhatiannya lagi. Kejadian seperti ini benar-benar sangat aneh. Tanpa terasa diapun
mulai berpikir: "Pek hun koan tak lebih cuma begini saja dengan kemampuan sekawanan manusia gentong
nasi, apa pula yang mesti ditakuti" kalau begitu berita yang tersiar ditempat luaran selama ini
hanya berita kosong belaka."
Berpikir sampai disitu tanpa mengucapkan sepatah katapun dia segera lari kedepan
mencengkeram tubuh seorang tosu dari belakang membantingnya keatas tanah dan ditatap
dengan pandangan dingin- Pelan-pelan tosu itu merangkak bangun dari atas tanah wajahnya kelihatan amat bengis.
Cambuk panjang yang berada ditangannya segera dilecutkan berulang kali hingga menimbulkan
suara keras. Kim Thi sia menjadi gusar sekali dengan cepat dia maju kedepan sambil menggetarkan
tangannya. sekali sambaran ujung ruyung musuh telah berhasil dicengkeramannya.
Lalu dalam sekali sentakannya yang berkekuatan ruyung panjang tadi sudah berpindah tangan,
menyusul kemudian tinjunya diayunkan berulang kali kedepan menghujani tosu tersebut dengan
pukulan yang bertubi-tubi.
Tak ampun lagi orang itu menjerit-jerit seperti babi mau disembelih, sekali tendangan Kim Thi
sia menghajar orang itu sampai bergelinding diatas tanah, bentaknya kemudian:
"Telur busuk. siapa pemimpin kalian?"
Ketika tosu itu tetap membungkam, dengan gusar Kim Thi sia menghujani pukulan lagi keatas
tubuhnya, dalam waktu singkat wajah orang itu memar berdarah, kepalanya pusing tujuh keliling
dan pandangan matanya berkunang-kunang, dalam keadaan seperti ini dia tak mampu untuk
berdiam diri lebih lanjut.
Akhirnya dengan suara yang lirih karena harus menahan rasa sakit yang luar biasa, dia
menjawab: " Koancu kami telah lenyap"
"Kenapa?" "Aku tidak tahu"
Kim Thi sia tahu kalau tidak diberi pelajaran tak mungkin tosu itu berbicara terus terang, maka
dia menghajar kembali tawanannya habis-habisan hingga tosu itu tak tahan dan berteriak minta
ampun, dalam keadaan begini terpaksa, orang itupun menceritakan keadaan yang sebenarnya.
Ternyata Pek hun koan adalah sebuah kuil yang banyak dikunjungi jemaah. Pemimpin mereka
bernama sin hong tojin, berusia enam puluh tahunan dan berwajah keren.
sin hong tojin mempunyai dua orang adik seperguruan yang sama-sama memiliki ilmu silat
amat tinggi, sejak jemu melakukan pengembaraan dalam dunia persilatan, mereka bertigapun
mendirikan kuil Pek hun koan untuk hidup mengasingkan diri dari keramaian dunia persilatan.
Lambat laun kuil Pek hun koan banyak menarik minat jemaah untuk berdoa disitu hingga


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka sampai kewalahan melayani begitu banyak umat yang datang, dalam keadaan begini sin
hong tojin segera mengumpulkan anak buah dari segala penjuru dunia, tentu saja diantara mereka
terdapat tosu yang baik tapi lebih banyak kaum tosu yang berwatak jelek dan jahat.
Mula-mula sin hong tojin menaklukkan mereka dengan ilmu silat kemudian baru memimpin
mereka menuju kejalan kebenaran tentu saja kawanan tosu jahat itu harus menerima kenyataan
dalam keadaan begitu, padahal secara diam-diam mereka selalu berusaha mencari kesempatan
untuk mencelakai sin hong tojinBeberapa kali usaha tersebut selalu berhasil ditanggulangi sin hong tojin dengan mengandalkan
ilmu silatnya yang hebat tapi dengan kejadian tersebut tertanamlah bibit kurang baik dalam kuil
tadi. suatu malam pada tiga tahun berselang disaat sin hong tojin bersama kedua orang adik
seperguruannya bersembahyang malam tiba-tiba mereka dengar ada jago persilatan yang masuk
kekuil mereka secara diam-diam serentak merekapun berhenti bersembahyang sambil menunggu
kedatangan orang itu. Ia tahu semasa mudanya dulu banyak permusuhan yang telah dibuatnya sehinga tak sedikit
orang yang membenci serta berusaha membalas dendam kepadanya, karena itu sambil menghela
napas dia menunggu kedatangan orang itu.
Ternyata sipendatang memiliki ilmu meringankan tubuh yang amat sempurna, dengan gerakan
yang sangat ringan tanpa menimbulkan sedikit suarapun orang itu melayang datang dengan
cepatnya. Ternyata orang itu berbaju hitam, bertangan kosong dan tidak membawa senjata. Hal tersebut
membuat sin hong tojin agak lega, tapi bila teringat kelihayan ilmu meringankan tubuhnya, diapun
agak kuatir. Hingga waktu itu ternyata kedua orang adik seperguruannya masih belum tahu kalau ada
musuh telah memasuki kuil mereka.
Dengan langkah yang amat ringan manusia berbaju hitam itu berjalan mendekati kearahnya,
langkahnya amat santai seakan-akan tak ada yang ditakuti olehnya.
sin hong tojin tahu kalau pendatang itu tidak bermaksud baik, diam-diam ia segera
menghimpun tenaga untuk berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan yang tak diinginkan.
Diluar dugaan ternyata pendatang itu tidak melancarkan serangan apa-apa, ia hanya berhenti
pada jarak tiga kaki dihadapannya dan mengulumkan senyuman yang cerah.
Melihat jelas paras muka orang itu, sin hong tojin segera merasakan hatinya berdebar keras,
ternyata pendatang itu merupakan seorang gadis cantik bak bidadari dari khayangan.
Diam-diam sin hong tojin mencucurkan keringat dingin, meskipun dia memiliki iman yang kuat
dan tak pernah terpengaruh oleh gejolak perasaan ataupun napsu, tapi kecantikan gadis itu
terutama disaat sedang tertawa, membuat hatinya terasa goncang dan muncul pelbagai ingatan
yang aneh. saat itulah kedua orang adik seperguruannya mengetahui juga akan kehadiran gadis cantik ini,
tapi dengan cepat merekapun termangu- mangu seperti kehilangan semangat.
Berapa saat kemudian, Sin hong tojin dapat mengendalikan gejolak perasaannya. Ia segera
menegur dengan suara dalam:
"Ada urusan apa Li sicu mendatangi kuil kami ditengah malam buta begini.........?"
Gadis cantik itu hanya tertawa manis tanpa mengucapkan sepatah katapunjua.......
Tak tahan sin hong tojin bertanya lagi:
"Apakah li sicu datang kemari untuk menuntut balas?"
Kali ini gadis itu cuma mengerling genit lalu menggelengkan kepalanya.
"Kalau begitu Li sicu hendak memasang hio?" tanya sin hong tojin keheranan, wajahnya
nampak agak tertegun. sekali lagi gadis cantik itu menggelengkan kepalanya berulang kali, dia tetap tersenyum tanpa
mengucapkan sepatah katapunTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"Jangan-jangan dia bisu?" sin hong tojin yang melihat kejadian itu segera berpikir:
Diam-diam ia merasa sayang begitu cantik wajahnya mengapa memiliki cacad badan ya
mengenaskan" Tapi tiba-tiba saja dia sadar kalau pikirannya sudah melayang terlalu jauh, dalam kagetnya
cepat-cepat dia memejamkan matanya rapat-rapat.
sementara itu kedua orang adik seperguruannya telah terpikat sama sekali oleh kecantikan
gadis itu, mereka menatap wajah nona tadi tanpa berkedip. rasa kagum dan terpesona
menyelimuti wajah kedua orang itu, seakan-akan mereka terbayang kembali masa remajanya
dulu. Menanti sin hong tojin melotot tajam kearah mereka, dengan wajah merah padam kedua orang
itu baru menundukkan kepalanya rendah-rendah, tapi tak lama kemudian mereka mendongakkan
kepalanya lagi sambil mengawasi gadis itu tanpa berkedip. jelas sudah kecantikan wajah gadis itu
telah menggerakkan pikiran mereka berdua.
Menyaksikan hal ini, diam-diam sin hong tojin menghela napas panjang, segera tegurnya lagi:
"Lisicu, apabila kau tak ada urusan lain silahkan pergi dari sini, jangan kau ganggu ketenangan
kami untuk bersemedi." Gadis cantik itu tertawa ringan, tiba-tiba ujarnya: "Apakah kau merasa
terganggu oleh kehadiranku?"
Ternyata gadis cantik itu bukan cuma bisa berbicara, bahkan mempunyai suara yang amat
merdu bagaikan kicauan burung nuri. Dalam tertegunnya sin hong tojin segera berkata lagi:
"Li sicu, sesungguhnya apa maksud kedatanganmu ditengah malam buta begini" Bila tiada
persoalan lain tolong pergilah dari sini dengan cepat, jangan membuat nama baik Pek hun koan
ternoda." "Tosu tua, aku sedang bertanya kepadamu. Apakah kau merasa terganggu oleh kehadiranku?"
gadis cantik itu bertanya lagi.
"Ya, pinto mengakui akan hal ini."
Padahal sejak pertama kali bertemu dengannya, iman tersebut sudah merasa terganggu
pikirannya. Gadis cantik itu segera tertawa merdu sambil menutupi wajahnya dengan manja dia berseru:
"Tosu tua kau sedang berbohong"
sambil berkata dia berjalan maju dua langkah kedepan, sewaktu berjalan pinggulnya kelihatan
bergoncang amat keras sekali hingga menimbulkan kesan yang mendalam bagi siapapun yang
melihatnya. sin hong tojin segera merasakan hatinya terpikat hampir saja dia mengira ada bidadari yang
baru turun dari khayangan.
Dengan gerakan yang genit gadis cantik itu melepaskan tali pengikat rambutnya serta
membiarkan rambutnya yang panjang terurai kebawah gerak geriknya amat lembut dan santai
seakan-akan sedang duduk didepan cermin saja. sin hong tojin menjadi amat gelisah buru-buru
dia berseru lagi: "Li sicu, tempat ini merupakan kuil bukan kamar tempat merias muka, harap kau segera pergi
dari sini jangan membuat nama baik Pek hun koan ternoda oleh ulahmu itu."
"Tosu tua, kau tak perlu begitu gelisah" seru sinona cantik itu sambil tertawa genit. "Aku toh
bukan harimau galak."
Habis berkata dia berlagak membereskan bajunya yang kusut, bahkan seperti sengaja tak
sengaja dia menyinsing gaUn panjangnya serta membelai pahanya yang putih, halus dan
menyolok mata itu. "ooooh.....dua hari dua malam aku harus menempuh perjalanan tanpa berhenti, rasanya benarbenar
melelahkan" kembali gumamnya.
sin hong tojin segera berpaling memperhatikan kedua orang sutenya, ternyata mereka sudah
dibuat terperana sampai lupa keadaanMelihat kejadian tersebut, dia segera menghembuskan napas panjang lalu dengan perasaan
apa boleh buat menyingkir dari situ.
"Tosu tua, bantulah aku sebentar" tiba-tiba gadis cantik itu menggapai kearahnya dengan
lembut. Ketika sin hong tojin berpaling, ia melihat gadis itu sedang membungkukkan badan sambil
melepaskan sepatunya, tapi begitu kakinya menginjak tanah dia nampak sempoyongan seakanakan
hendak roboh terjungkal kearah tanah....
sin hong tojin yang sudah terbiasa menolong orang, tanpa sadar segera maju mendekat dan
membimbing tubuhnya. Gadis cantik itu melepaskan sepasang sepatunya lebih dulu, kemudian baru mengerling genit
kearah tosu tua tadi sambil katanya:
"ooooh......begini baru nyaman rasanya, terima kasih banyak tosu tua atas bantuanmu?"
"Aaaah, itu mah belum terhitung seberapa."
Mendadak dia mengenduskan bau harum semerbak yang amat memabukkan hati, dengan
wajah tertegun sin hong tojin segera mengerling sekejap kearah gadis itu. sambil tertawa merdu
gadis tersebut berseru: "Tosu tua, kau baik sekali"
sin hong tojin amat terkejut, ia merasa perbuatannya sudah kelewat batas, dengan wajah
tersipu karena malu cepat-cepat dia membalikkan badan siap pergi meninggalkan tempat tersebut.
Tiba-tiba terdengar gadis cantik itu berteriak keras dengan nada amat terkejut.
"Aduh.....binatang apakah ini......tosu tua, cepat kemari......."
sin hong tojin segera berkerut kening, pikirnya:
"Hmmm, tampaknya kau memang sengaja hendak menyusahkan aku......."
Walaupun begitu dia toh membalikkan badan dan berjalan mendekati gadis tersebut.
Ternyata binatang yang ditunjuk gadis itu tak lebih cuma dua, tiga ekor semut besar, tapi
agaknya binatang itu cukup membuat sinona ketakutan sampai gemetar keras. sin hong tojin
segera berpikir lagi: "Apa yang aneh dengan semut-semut besar itu" Hmmm, hanya semutpun sudah menjerit
ketakutan, apalagi melihat ular......."
Dengan perasaan tak senang hati dia segera membungkukkan badan mengusir pergi semutsemut
besar, kemudian baru ujarnya: "Li sicu, sekarang kau boleh pergi dari sini" Gadis cantik itu
nampak agak tertegun, lalu serunya:
"Tosu tua, apakah kau sedang mengusirku dari sini" Malam ini aku tak bisa melanjutkan
perjalanan lagi kau suruh aku pergi kemana" ooooh tosu tua, berbuatlah kebaikan dengan
menampungku disini, aku hanya seorang gadis yang hidup sebatang kara, aku paling takut
menjumpai orang jahat yang berpikiran tak senonoh. Tosu tua, bagaimana pun juga kau harus
menyediakan sebuah kamar untukku malam ini......"
"Tiga li dari kuil ini terdapat beberapa orang penduduk. silahkan Li sicu pergi mencari
pemondokan disitu, ketahuilah kuil Pek hun koan tak bisa menampung tamu wanita."
Dengan kening berkerut gadis cantik itu segera berseru:
"Aku sudah tak kuat melanjutkan perjalanan lagi, tosu tua hatimu amat dingin dan tidak
berperasaan-...." sin hong tojin berpaling ketika sepasang matanya saling beradu dengan sepasang mata sinona
yang jeli. Tiba-tiba dia berseru dengan suara keras:
"Li sicu, kau adalah seorang pendekar wanita yang berilmu silat amat tinggi, kenapa mesti
mengucapkan kata-kata bohong" jarak tiga li hanya ditempuh dalam sekejap bila kau tidak segera
meninggalkan kuil ini berarti kau memang sengaja hendak mencari keributan denganku."
Mendadak gadis cantik itu tertawa merdu, suara tertawanya amat menarik hati. selang sesaat
kemudian ia baru berkata:
"Tosu tua, kau memang amat pintar, gara-gara kau seorang nona harus mencari keterangan
sampai satu Siangan lebih, coba bayangkan sendiri Apakah susah payahku selama ini tak pantas
memperoleh suatu imbalan?"
"Aku tidak mengerti dengan maksud perkataanmu itu."
"Aku menyelidiki tentang dirimu karena aku memang mempunyai tujuan tertentu, sin hong tojin
adalah seorang pendekar yang memiliki ilmu silat sangat tinggi, bagaimana mungkin aku bisa
melepaskan dirimu dengan begitu saja?"
sin hong tojin segera merasakan hatinya bergetar keras, tegurnya dengan suara dalam.
"Li sicu, apa yang hendak kau perbuat terhadap pinto" silahkan diutarakan saja secara terus
terang." sambil mengerling genit kearah tosu itu, sinona tertawa terkekeh-kekeh, katanya: "Sin hong
totiang, aku ingin bertanya kepadamu, sukakah kau kepadaku......."
Pertanyaan yang diajukan gadis cantik ini kontan saja membuat perasaan sin hong tojin
berdebar keras, tapi dengan cepat dia mencoba memperingatkan diri sendiri.
"Wahai sin hong totiang, kau adalah seorang imam yang sedang mendapat godaan, berhatihatilah
dalam mengendalikan naps u sendiri..." Dengan wajah berubah hebat tosu itu segera
berseru: "Li sicu, pinto adalah seorang pendeta buat apa kau mempermainkan aku dengan pertanyaan
semacam itu" Bilamana kau membutuhkan pasangan yang serasi, carilah ditempat lain, masih b
nyak lelaki didunia ini yang membutuhkan dirimu, kenapa kau keluar dari Pek hun koan sekarang
juga, tempat ini adalah tempat beribadah, jangan kau nodai dengan ulahmu tersebut."
"Tosu tua, kau benar-benar berhati sekeji itu?" seru sinona cantik itu penuh kemanjaan"Omong kosong, sebagai seorang pendeta kecantikan wajah seseorang hanya kotoran yang
najis bagiku, inilah saat bagiku untuk menguji ketangguhan imanku."
"Baiklah, kalau toh berpikiran begitu nonapun tak takan menyudahi persoalan sampai disini
saja." Berubah hebat paras muka sin hong tojin segera tegurnya dengan penuh kegusaran-"Li sicu,
apakah kau hendak mendesakku terus menerus?"
"Buat apa kau mesti gelisah?" gadis cantik itu tertawa cekikikan- "Terus terang saja kubilang,
banyak orang yang tertarik kepadaku namun tak seorangpun yang penuju dihatiku, sekarang aku
telah tertarik kepadamu. sin hong tojin, kau berbeda dengan orang lain, karena itulah nona hanya
menyukai kau seorang........."
"Li sicu, berhati-hatilah kalau berbicara" sin hong tojin segera membentak keras. "Ketahuilah,
pinto bukan seorang lelaki yang gemar akan kecantikan wajah perempuan."
Gadis cantik itu sama sekali tidak marah bahkan dengan senyuman dikulum selangkah demi
selangkah dia berjalan mendekati tosu tersebut. Bau harum yang semerbakpun berhembus keluar
menyelimuti seluruh ruangan.
sin hong tojin amat terkejut, cepat-cepat dia mundur tiga langkah kebelakang, lalu serunya
lantang: "Li sicu, bila kau tidak segera menghentikan langkahmu, jangan salahkan bila pinto akan
berlaku kasar." Gadis cantik itu sama sekali tidak menghentikan langkahnya, bahkan selangkah demi selangkah
berjalan terus mendekatinya.
Dalam keadaan apa boleh buat terpaksa sin hong tojin mengayunkan telapak tangannya
melepaskan sebuah pukulan, maksudnya hendak menghalangi sinona mendesak maju lebih
kedepan. siapa tahu sambil tertawa gadis cantik itu melanjutkan langkahnya menembusi angin pukulan
tersebut. sin hong tojin menjadi amat terkesiap, ia tak berani berayal lagi dengan menghimpun tenaga
dalamnya sebesar delapan bagian ia lepaskan sebuah pukulan kedepan.
Selisih jarak kedua belah pihak cuma satu kaki, tak ampun lagi serangan tersebut bersarang
telah ditubuh lawan- Tiba-tiba saja gadis cantik itu menjerit kesakitan kemudian tubuhnya roboh terjungkal
kebelakang. sin hong tojin adalah seorang yang jujur, saleh dan berjiwa besar. selama hidup dia tak pernah
membunuh orang baik, maka sewaktu melihat gadis cantik itu terluka oleh serangannya, buruburu
dia maju kemuka dan membimbingnya bangunParas muak gadis cantik itu pucat pias seperti mayat, dibawah cahaya lilin, tampak jelas nona
darah yang membasahi ujung bibirnya, jelas isi perutnya sudah terluka oleh tenaga pukulannya
tadi. sin hong tojin amat menyesal, pikirnya:
"Biarpun dia telah mengganggu ketenanganku, namun perbuatannya belum terhitung suatu
kesalahan besar, masa aku harus melukainya hingga membuat dia menderita?" Cepat-cepat dia
membimbing tubuh gadis tersebut sambil tertawa: "Apakah Li sicu merasa agak baikan?"
Isi perut yang terluka oleh tenaga pukulan merupakan luka yang berbahaya bagi umat
persilatan, dibawah sinar yang redup, kelihatan gadis itu amat lemah keadaannya mukanya pucat
dan napasnya kelihatan senin kemis.
Biarpun jiwanya terancam bahaya, gadis cantik itu tidak menunjukkan perasaan menyesal,
malahan air matanya jatuh bercucuran membasahi pipinya yang putih dan halus, bisiknya tibatiba:
"Cepat katakan, sukakah kau kepadaku?"
JILID 19 Sin Hong tojin tidak berusaha menghindarkan diri dari belaiannya, dia merasa pikirannya sangat
kalut, selama banyak tahun hidup memencilkan diri belum pernah dia melakukan kesalahan seperti
saat ini. Saking sedih dan murungnya dia sampai menundukkan kepalanya tanpa berbicara.
Mungkin saja dalam hati kecilnya telah tumbuh benih sayang, hingga setelah salah turun
tangan tadi, hatinya terasa amat sedih.
Ketika tidak mendengar suara Jawaban gadis cantik itu kembali meronta sambil mengulangi
kembali pertanyaannya. Sin Hong tojin amat kalut pikirannya, diam-diam ia berpikir:
"Aaaai.....dalam keadaan begini apa salahnya kalau kubilang menyukai" toh dia sudah hampir
mati, mengapa aku tak berusaha untuk menghibur hatinya?" Berpendapat demikian, diapun
menjawab dengan suara rendah. "Yaa, aku memang menyukaimu......."
Baru selesai mengucapkan perkataan tersebut, paras mukanya telah berubah menjadi merah
padam bagaikan kepiting rebus, sejak menjadi pendeta tiga puluh tahun berselang, belum pernah
dia mengungkapkan kata-kata seperti ini terhadap seorang wanita, apalagi seorang gadis cantik
bak bidadari dari khayangan.
Iapun pernah mengalami masa remaja, apa yang tak pernah dialami dimasa remaja ternyata
harus dijumpai dimana tuanya, selisih waktu yang amat jauh ini membuat sin Hong tojin merasa
rikuh, malu dan amat menderita.
Mendadak ia tersadar kembali dari lamunannya ketika itu terdengar gadis cantik itu bergumam
lirihi "Kau telah mengucapkan sendiri perkataan itu, kau sendiri yang mengucapkan kata-kata
itu......." suaranya makin lama semakin lirih dan lemah, akhirnya sin Hong tojin tidak mendengar suara
apa-apa lagi. Dengan perasaan kecut dan gelisah sin Hong tojin segera berseru lagi:
"Aku tak pernah berbohong, apa yang kuucapkan merupakan kenyataan. Kau......kau tak usah
kuatir........" "sungguh?" mendadak gadis cantik itu meronta keras.
"sungguh" entah karena menyesal ataukan karena sedih, lambat laun dia mulai lupa dengan
statusnya sekarang. "Kau sendiri yang berkata demikian" seru gadis cantik itu lagi sambil mengulumka senyuman
manis diujung bibirnya.

Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hmmm......." sin Hong tojin kembali merasakan hatinya bergoncang keras dia tahu sebentar
lagi kehidupan gadis cantik itu akan berakhir. Karenanya ia tak kuatir untuk membenarkan
kejadian itu. siapa tahu tiba-tiba saja gadis cantik itu tertawa terkekeh, mendadak ia meronta keras untuk
melepaskan diri dari genggaman tosu itu, kemudian sambil bangkit berdiri katanya lagi:
"Kau mengatakan perkataanmu tak pernah bohong, nah aku menghendaki bukti sekarang." sin
Hong tojin menjadi terkejut sekali, segera tanyanya: "Kau tidak terluka?"
sambil tersenyum gadis cantik itu menggelengkan kepalanya berulang kali, sahutnya: "Tidak.
siapa bilang aku terluka?"
Tiba-tiba saja sin Hong tojin merasa dirinya telah dibodohi orang, hatinya amat mendongkol,
rasa benci dan marah pun meluap memenuhi benaknya tanpa berpikir panjang lagi dia
melepaskan sebuah pukulan dengan mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya.
Dengan suatu gerakan ringan gadis cantik itu mengebaskan ujung bajunya, tahu-tahu saja
tenaga pukulan yang maha dahsyat itu sudah memantul balik tanpa menimbulkan sedikit
suarapun. Mimpipun sin Hong tojin tak pernah menyangka kalau tenaga dalam yang dimiliki gadis cantik
itu begitu sempurna dan hebatnya.
Tak ampun tubuhnya mundur dengan sempoyongan, sampai beberapa kaki jauhnya ia baru
dapat mengatur kembali keseimbangan badannya.
Tidak menunggu sampai tosu tua itu berbicara, sinona cantik tersebut sudah berkata lebih dulu:
"sin Hong totiang kau telah mengucapkan perkataan tadi dengan sungguh hati, bohong atau
tidak aku membutuhkan buktinya sekarang."
Karena ucapannya tadi telah dijadikan sebagai pegangan, sementara melawanpun bukan
tandingan, terpaksa sin Hong tojin menundukkan kepalanya sambil menghela napas panjang,
katanya kemudian: "Dosa, dosa.....hasil pertapaanku selama banyak tahun akhirnya harus runtuh bagaikan air
yang megalir, apa yang kau kehendaki dariku?"
sambil menunjuk kearah kedua orang tosu lainnya yang masih duduk mematung, gadis cantik
itu berkata sambil tertawa:
"Kau harus turut aku kembali kelembah. Apakah kedua orang itu akan dibawa serta?"
"Yaa, mereka berdua adalah adik seperguruanku, hidup mereka sama seperti hidupku."
"Bagus sekali, mari kita berangkat beramai-ramai." Kemudian setelah berhenti sejenak, katanya
lagi: "Terus terang saja aku bilang, aku sengaja mencarimu karena ada suatu persoalan
membutuhkan bantuanmu agar berhasil, sampai waktunya nanti kau masih punya kesempatan
untuk kembali lagi kesini."
Tergerak pikiran sin Hong tojin setelah mendengar perkataan itu, buru-buru dia bertanya:
"Persoalan apa yang nona harapkan bantuannya dariku" Dapatkah engkau utarakan dulu?"
Tanpa berpikir panjang gadis cantik itu manggut- manggut, sahutnya dengan lembut:
"Aku sedang melatih semacam ilmu sakti yang bernama Tay yu sinkang, kekuatannya luar biasa
dan jarang dijumpai tandingan didunia saat ini, siapa tahu abang seperguruanku amat kejam dan
jahat, ia kuatir keberhasilanku dalam ilmu sakti tadi akan mencelakai dirinya, maka diapun
menggunakan ilmu Tay goan sinkang membuyarkan himpunan hawa murniku, untuk memulihkan
kembali kekuatan tersebut berdasarkan rahasia perguruanku, terpaksa aku membutuhkan bantuan
kalian." "Tay yu sinkang?" gumam sin Hong tojin. "Belum pernah kudengar kepandaian tersebut,
bagaimana caraku untuk membantumu?" Gadis cantik itu segera tertawa.
"Tentu saja kau tidak pernah mendengarnya, apalagi pekerjaan tersebutpun bukan
sembarangan orang akan dapat melakukannya, aku membutuhkan bantuan dari berapa orang
jago persilatan yang bertenaga dalam sempurna untuk bekerja sama membantuku agar pulih
kembali seperti sedia kala, bagaimana caranya untuk membantu. Lebih baik dibicarakan setibanya
dalam lembah saja..."
Begitulah tosu bengis itu mengakhiri kisahnya. sejak itu sin Hong koancu bersama kedua adik
seperguruannya lenyap tak berbekas, banyak tahun lewat tanpa kabar berita, maka sebagian
besar anggota kuil yang terdiri dari manusia liarpun kehilangan kontrol, mereka mulai membuat
ulah yang bermacam-macam. Bukan saja pelbagai kejahatan dilakukan, mereka pun dibabat
dengan keji. Lambat laun nama baik pek hun koanpun makin ternoda dan dikenal sebagai sarang
kaum penjahat..... "Bagaimana dengan kau sendiri.....?" jengek Kim Thi sia sambil tertawa dingin. "Bukankah kau
salah satu diantara komplotan mereka?" dengan wajah hampir menangis tosu itu berkata.
"Mula-mula aku hanya seorang pekerja dalam kuil Pek hun koan, tapi sejak lenyapkan koancu,
mereka memaksaku untuk masuk komplotan. sebab barang siapa berani membangkang perkataan
mereka segera dibunuh dengan kejam. Aku takut jiwaku terancam maka dengan terpaksa turut
menjadi komplotan orang-orang itu oooh, tayhiap. berbuatlah kebajikan dengan mengampuni
selembar jiwaku ini........"
"Bagaimana dengan kawanan perempuan itu" Mengapa mereka ditawan disini.......?" tanya Kim
Thi sia lebih jauh. " Kejahatan yang dilakukan Pek hun koan sudah termashur dimana-mana, rakyat kecil tak
berani hidup disekitar tempat ini lagi. Karena banyak orang sudah pindah rumah maka rekanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
rekan kamipun beralih mencari sasaran dikeresidenan lain. Terutama mereka yang gemar main
perempuan, entah sudah berapa banyak waktu yang menjadi korban perkosaan mereka.
Akibatnya sekawan pendekar wanita menjadi gusar dan mereka datang untuk menumpas kami.
sayang ilmu silat yang dimiliki perempuan-perempuan itu terlalu biasa, belum sempat memasuki
kuil Pek hun koan, mereka sudah kena diringkus disini dan digantung ditiang besi siap.........."
"siap menjadi bebek panjang bukan?" sela lelaki ceking itu mendadak.
Agaknya tosu itu tak menyangka akan muncul pertanyaan tersebut, kontan ia menjadi
terperanjat dan mengawasi wajahnya dengan ketakutan. Kim Thi sia segera mengulapkan
tangannya lalu berseru: "Hey situa lebih baik jangan banyak bicara, aku akan menganggap dirimu sebagai bisu."
"Maknya.....kau sibocah kampungan yang bisu......" balas lelaki ceking itu cepat.
Kim Thi sia tahu, orang itu sedang mengumpatnya maka dengan hati mendongkol tiba-tiba saja
sebuah pukulan dilontarkan kedepan.
Lelaki ceking itu segera berteriak keras:
"Hey nona-nona, mari cepat lihat, bocah ini benar-benar kampungan masa sedikit-dikit mau
menunju orang." suaranya keras lagi melengking, kontan saja dua puluhan orang nona yang sedang duduk disisi
arena serentak berpaling kearah Kim Thi sia.
selama hidup Kim Thi sia paling takut dilihat perempuan, dengan wajah bersemu merah dia
segera menghentikan serangannya. Melihat itu, kembali lelaki ceking tersebut menjengek.
"Hmmm, kukira kau sibocah busuk punya nyali dan berapi menghajar orang, ternyata kaupun
gentong nasi yang tak berguna, begitu berada didepan perempuan lantas tak berani apa-apa......"
Tak terlukiskan rasa mendongkol Kim Thi sia menyaksikan hal ini, kalau bisa dia ingin
menghajar mampus lelaki tersebut.
sementara itu keempat orang kakak adik seperguruan akupun duduk tidak jauh dari rombongan
nona-nona, mereka nampak berbicara dengan asyiknya, terutama murid pertama dari Pedang
sakti bunga beterbangan itu, nampaknya ia sedang bermain mata dengan seorang gadis cantik,
meski tak berkata-kata, namun jelas terlihat kedua belah pihak sama-sama punya maksud.
Dalam pada itu, sisute keempatpun sedang menuding kearahnya sambil membual sesuatu, lain
tampak beberapa orang perempuan berpaling mengawasi kearahnya.
Cepat-cepat Kim Thi sia berpaling dan pura-pura tidak melihat, dengan kepala tertunduk ia
mengajak tosu tadi berbicara lagi.
Diantara sekian orang, lelaki ceking itu yang nampak paling lincah, sebentar dia berada disini
sebentar berada disana, dimanapun dia berada, kawanan gadis itu selalu dibuat tertawa
terpingkal-pingkal. Mendadak terlihat dua puluhan orang gadis itu bersama-sama mengawasi kearahnya sedang
lelaki ceking itu nampak berbicara entah apa yang dikatakan, tapi sejenak kemudian tampak
semua orang tertawa cekikikan.
Kim Thi sia yang melihat hal ini segera menganggap lelaki ceking tersebut sedang
menggunakan dirinya sebagai bahan gurauan, dengan gemas ia segera melotot sekejap
kearahnya. siapa tahu lelaki ceking itu bukan saja tak berhenti berbicara, malah dengan suara keras
teriaknya: "Hey bocah muda, matamu tidak berbeda seperti mata patung dikuil, lebih banyak putihnya
daripada hitamnya......"
Kim Thi sia benar-benar dibuat kehabisan akal, ia tak ambil perduli.
Mungkin lelaki ceking itu mengira dia takut dengan suara lebih keras kembali teriaknya:
"Hey bocah muda, jangan kau anggap tubuhmu lebih kekar maka aku takut kepadamu, padahal
aku hanya takut dengan tulangmu, tulang bahumu keras lagi busuk. sampai kepalakupun enggan
menggebukmu......." Perkataan itu segera memancing gelak tertawa kawanan sinona, kali ini Kim Thi sia benar-benar
dibuat naik darah, tapi sebelum ia sempat berbuat sesuatu, lelaki ceking tadi telah berkata lagi:
"Tapi kalau berbicara sesungguhnya, otot tulang bocah muda inipun ada kebaikannya, dia bisa
membuat musuhnya kaok sendiri bila berani menggebuknya. Hal inilah membuat aku merasa amat
kagum." segera Kim Thi sia menghentikan langkahnya, dibawah pandangan orang banyak tentu saja dia
tak bisa mencari gara-gara terhadap orang yang memuji dirinya.
Ia sadar tak mungkin bagi dirinya untuk melakukan perjalanan bersama-sama silelaki ceking itu
lagi. Dari penuturan si tosu tadi, diapun mengetahui bahwa lenyapnya sin hong tojin sekalian adalah
merupakan ulah dari bibi gurunya.
Yang dimaksud sebagai "lembah nirmala" diapun teringat kembali pesan terakhir ayahnya, ia
tahu lembah Nirmala merupakan sebuah lembah dengan sekawanan jago lihay berdiam disitu,
jago-jago lihay hasil paksaan dari bibi gurunya.
Dari sepak terjang bibi gurunya itu, diapun bisa menyimpulkan bahwa perbuatannya amat
jahat, dia merasa berkewajiban untuk melenyapkannya dari muka bumi.
Disamping itu Kim Thi sia juga mendapat bukti bahwa Tay goan sinkang merupakan ilmu
tandingan dari Tay yu sinkang, ia sadar asal kepandaian tersebut dilatih dengan tekun, maka tak
sulit baginya untuk menjagoi dunia persilatan dikemudian hari.
Begitu keputusan diambil, maka ujarnya kepada keempat orang murid dari sipedang sakti
bunga beterbangan itu. "Rekan- rekanku, terus terang saja aku harus meninggalkan kalian, sebab masih banyak
pekerjaan yang harus kuselesaikan, semoga kalian bisa baik-baik menjaga diri dalam perjalanan
selanjutnya." Meski baru bergaul berapa hari, nampaknya keempat orang pemuda itu sudah menjalin
hubungan yang baik dengan Kim Thi sia, tentu saja mereka merasa keberanian dan berusaha
untuk menahannya, tapi Kim Thi sia tetap bersikeras dengan putusannya, begitu selesai berkata ia
segera beranjak pergi dari situ dengan langkah lebar.
"Kim tayhiap. apakah kami telah melakukan kesalahan?" sute keempat bertanya dengan sedih.
Namun Kim Thi sia tidak menjawab lagi, dia meneruskan langkahnya pergi meninggalkan
tempat itu. silelaki ceking yang mengikuti adegan tadi kontan saja menjengek sambil tertawa dingini
"Aku lihat, bukan saja sepak terjang orang ini kampungan, wataknya juga berangasan macam
kerbau, hey bocah kunyuk, kalau ingin menggelinding pergi cepatlah pergi. Hmmm, dia toh bukan
mestika, kenapa mesti bergaya macam-macam........."
"Yaa, tabiat orang she Kim ini memang aneh" sambung seorang nona dengan suara nyaring.
Habis sudah kesabaran Kim Thi sia, mendadak ia berpaling sambil umpatnya:
"situa, bila kau berani menyebut nama aku she Kim lagi, akan kusuruh kau menitis menjadi
seekor anjing." Lelaki ceking itu tidak menggubris, dia mengorek lubang hidungnya dengan begitu asyik,
sampai Kim Thi sia hendak meneruskan perjalanannya, dengan suara lengking ia baru berseru:
"Kau sikunyuk sembarangan mengumpat orang, dalam penitisan mendatangpun tida akan lebih
baik daripada binatang." Kim Thi sia gusar sekali, bentaknya keras-keras: "Kalau punya nyali, ayoh
tinggalkan namamu......."
"Binatang khas dari gurun pasir"sahut lelaki itu acuh tak acuh.
"Kalau bicara yang lebih jelas"
"Kuda berbisul dipunggung"
Kim Thi sia agak tertegun sejenak, tapi ia segera mengerti apa yang dimaksud, dengan suara
dalam katanya kemudian: "Hey unta busuk, bila kita bersua lagi dikemudian hari, saat itulah kita akan berduel matimatian-"
"Jangan kuatir, aku situa memang senang berkelahi......."
Kim Thi sia tidak banyak berbicara lagi, pikirnya:
"Percuma bicara dengan manusia macam gonggongan anjing begitu, biar kuberi pelajaran yang
setimpal bila bersua lagi nanti."
Maka tanpa membuang waktu ia segera meneruskan perjalanannya kedepan......
Tak lama kemudian ia sudah masuk kedalam kota.
Dari kejauhan ia telah melihat lima orang gagah dari yang wi muncul dari rumah makan
Kuipin, tapi tak nampak Lin lin bersama mereka. Kim Thi sia terkejut, ia tahu sebentar lagi Lin
lin tentu akan muncul, ia tak ingin bertamu dengan gadis itu, cepat-cepat dia menyelinap masuk
kedalam sebuah lorong kecil.
Besar juga suara tertawa Lin lin kedengaran makin lama semakin mendekat cepat-cepat Kim
Thi sia berlarian menelusuri lorong lalu dengan cepat membelok lagi ketikungan lain.
Dia sendiri tak habis mengerti kenapa menaruh rasa marah kepada Lin lin, dia hanya tahu Lin
lin telah menyakiti hatinya, bila dia mesti tebalkan muka untuk berbaikan dulu dengannya, hal inijelas
merupakan suatu penghinaan besar baginya.
Itulah sebabnya dia berharap Lin lin yang minta maaf dulu kepadanya agar dia tak kehilangan
muka. Tapi Lin lin pun tak pernah berbuat demikian itulah sebabnya Kim Thi sia yang berwatak kaku
tak ingin mendekatinya lebih dulu.
Dalam waktu singkat ia telah menelusuri berpuluh lorong dan menempuh arah yang
berlawanan keenam orang tersebut.
Akhirnya sampailah dia disebuah persimpangan jalan, baru saja dia hendak melangkah tiba-tiba
dilihatnya putri Kim huan muncul pula diujung jalan sana. Entah mengapa tiba-tiba saja dia
berjalan mendekati gadis itu dengan langkah lebar.
Tanda yang digunakan putri Kim huan sedang berhenti ditepi jalan agaknya gadis tersebut
sedang menikmati keindahan panorama. Apalagi dibulan delapan ini merupakan musim pohon Kui
berbunga, aneka bunga tumbuh segar menghiasi sepanjang sisi jalan.
Hari ini gadis itu nampak berdandan cantik dan menarik. sampai Kim Thi sia sendiripun terikat
jadinya. Waktu itu putri Kim huan sudah memetik banyak sekali bunga Kui, lagaknya tak berbeda seperti
seorang bocah cilik saja.
Tiga orang pengawalnya yang bertubuh tinggi kekar bagaikan raksasa bersembunyi d ibalik
pepohonan, mereka nampak tertegun ketika melihat Kim Thi sia berjalan mendekati mereka.
Ketiga orang raksasa itu saling berpandangan sekejap. diluar dugaan ternyata mereka tidak
bermaksud menghalanginya selain dari tenggorokannya memperdengarkan suara geraman lirih.
Kim Thi sia merasa amat bangga pikirnya: "Jangan-jangan mereka takut digebukin olehku?"
Rupanya suara geraman dari ketiga orang pengawalnya mengejutkan pula putri Kim huan. Ia
segera berpaling ketika melihat Kim Thi sia sedang mengawasi wajahnya, sepasang biji matanya
yang besar dan jeli itu nampak terkejut bercampur keheranan. Hal ini membuat Kim Thi sia
menghentikan langkahnya tanpa terasa.
Disaat empat mata saling bertemu paras muka putri Kim huan kelihatan agak bersemu merah,
tapi dengan cepat dia melengos kearah lain dan ia segera melanjutkan memetik bunga, sikapnya
dingin lagi hambar seakan-akan menganggap pemuda itu sebagai orang asing.
Kim Thi sia yang masih mendongkol karena dipermain silelaki ceking yang mengaku bernama
Unta itu, kini telah muncul keinginan untuk mempermalukan gadis ini, sambil tertawa tergelak
segera serunya: "Selamat berjumpa tuan putriku yang cantik"
Putri Kim huan pura-pura tidak mendengar dia melanjutkan memetik bunga dari atas pohon.
Entah mengapa ternyata watak berangasan Kim Thi sia tiba-tiba saja seperti lenyap. sambil
membetulkan letak bajunya dia maju makin mendekat dan katanya lagi:
"Aku dengar tuan putri amat menyukai Leng gwat kiamku, sekarang aku sudah mengerti, aku
bersedia menghadiahkan pedang mestika untuk gadis cantik, menghadiahkan kepadamu tanpa
syarat." Putri Kim huan segera berkedip dengan mata yang bersinar tajam, agaknya dia merasakan
hatinya berdebar keras, namun mulutnya tetap membungkam dalam seribub bahasa. melihat itu,
Kim Thi sia segera berkata lagi:
"Mau atau tidak terserah pada putusan tuan putri sendiri, aku tak akan memaksa."
Putri Kim huan tidak bisa menahan diri lagi, mendadak dia menatap pemuda itu tajam-tajam
dan berseru: "Aku tak akan mau ditipu olehmu lagi" "
"omong kosong, kapan aku pernah menipumu?"
sambil tertawa geli ia segera melepaskan pedangnya dari pinggang dan maju kedepan sambil
dipersembahkan, kembali katanya: "Bagaimana kali ini pasti kau sudah percaya bukan?"
Pedang tersebut memang pedang palsu sejak leng gwat kiam lenyap dicuri orang, dia
merampas pedang dari tangan Pek hun koan sebagai gantinya, dan sekarang ia selalu
menggunakan pedang palsu itu untuk putri Kim huan dan memanfaatkan kesempatan tersebut
untuk mengolok-olok dirinya.
Namun putri Kim huan cukup cekatan, tidak tertipu dengan begitu saja, sekejap saja dia
melirik, kepalsuan pedang tadi sudah diketahui, sahutnya kemudian dingini "Pedang itu palsu."
Tercekat juga perasaan Kim Thi sia melihat ketajaman mata orang, tapi dia pura-pura melonjak
marah, teriaknya keras: "Apa" kau jangan menghina, masa pedang begini palsu?"
"Mungkin kau yang tak mengerti mutu sebilah pedang."
"sudahlah, kau boleh pergi dari sini, aku tak punya banyak waktu lagi untuk ribut denganmu."
Melihat usahanya untuk mempermainkan gadis itu tak berhasil, maka diapun berkata lagi
terang-terangan. "Kau memang amat cerdik, dalam sekilas pandangan saja, sudah tahu kalau pedang ini palsu,
tadi kaupun mesti niat sebab Leng gwat kiam telah dicuri orang. selanjutnya kita berdua samasama
tak punya rejeki lagi untuk memilikinya."
"Ayah baginda mempunyai banyak benda mestika. Hmmmm, aku sih tak sudi dengan benda
macam begitu." "Yaa, tentu saja kau tak sudi karena pedang itu sudah hilang tercuri" jengek Kim Thi sia sambil


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tertawa dingin- "Coba kalau pedang tersebut masih berada ditanganku, kujamin paras mukamu
pasti akan berubah sangat hebat. Benar tidak?"
"Kau sangat jahat, selalu berkeinginan mempermainka aku. Aku yakin kau pasti sekarang telur
busuk yang banyak berbuat jahat." Mendengar perkataan itu, Kim Thi sia segera tertawa terbahakbahak.
"Haaaaah.....haaaaaah......haaaaaah....... denganmu memang sangat tepat sekali, aku memang
seekor harimau ganas dari Tionggoan, tidak seperti abang seperguruanku. Begitu melihat kau, dia
lantas gelagapan seperti orang yang kehilangan semangat......."
Dengan nada setengah memohon dan kening berkerut kencang putri Kim huan berseru:
"Rasanya diantara kita berdua tak pernah terjalin permusuhan yang terlalu mendalam kenapa
sih kau selalu memusuhi aku" Aku rasa lebih baik kita tak usah saling menyapa dan menggubris
kepada pihak lain. Kita anggap sebagai orang saja, bagaimana menurut pendapatmu......."
setelah berhenti sejenak. kembali dia menambahkan"Kedatanganku kedaratan Tionggoan tak lain karena ingin menikmati keindahan panorama
alam disini, bukan datang untuk cekcok serta bersilat lidah dengan kalian bangsa Han-sekalipun
leluhur kita berasal dari satu sumber dan satu aliran darah, tapi sekarang kita sudah berbeda suku
dan rasa antara sukuku dan sukumu sudah berbeda sekali, bukankah hal ini sama artinya bahwa
kita adalah orang asing?"
"Aku belum pernah berpikir sampai kesitu....." kata Kim Thi sia.
"Berapa hari lagi aku akan pulang kenegeriku, mengapa kau tidak memberi kesempatan
kepadaku untuk bergembira sebentar?"
"Kalau begitu kau selalu merasa pusing kepala bila bertemu denganku?" tanya Kim Thi sia
sambil tertawa. Putri Kim huan tersenyum, ia tidak membantah kenyataan tersebut. Kim Thi sia segera berkata
lebih jauh: "Keliru besar bila kau mengatakan diantara kita berdua tak pernah terjalin permusuhan atapun
perselisihan, bila diselidiki sesungguhnya. sebetulnya diantara kita pernah terjalin hubungan
permusuhan, bukankah berapa hari berselang kau pernah memerintahkan anak buahmu untuk
menghajarku?" "siapa suruh kau mencari penyakit buat diri sendiri?" Kim Thi sia segera mendengus.
"Hmmm, seandainya kau tak berhasrat merampas pedangku, kenapa aku mesti cekcok
denganmu" Apalagi waktu itu kau sedang disekap dalam sumah besi oleh sipembesar dari
Kanglam, dimana kau tak bisa bergerak bebas. Pernahkan kau bayangkan siapa yang bersedia
menjual nyawa bagimu dalam keadaan begitu?"
"Kau anggap ketulusanmu berasal dari keluarga anggun, keluarga terhormat maka kau pun
boleh merampas barang milik orang lain dengan sesuka hati.......?"
" Untung aku yang menghadapi persolaan ini, kalau orang lain apakah dia tak akan dibuat
ketakutan oleh kebengisan anak buahmu sehingga ibaratnya orang bisu menelan empedu. Biar
kepahitan pun tak mampu mengutarakan perasaan hatinya."
Putri Kim huan sudah terbiasa hidup dalam kemanjaan, selama hidup belum pernah dia ditegur
orang, maka sindiran dan kritikan dari Kim Thi sia segera mengobarkan kembali watak aslinya.
Tanpa mengusapkan sepatah katapun dia segera membalikkan badan dan menyingkir dari situ,
agaknya dia enggan mendengarkan perkataannya lagi. Dengan mempertinggi suaranya Kim Thi
sia berkata lebih lanjut:
"Kalau toh kau berniat mengakui kesalahan, akupun tak akan memojokkan kedudukanmu lebih
jauh." Kesabaran putri Kim huan ada batasnya, sekarang dia tak bisa mengendalikan diri lagi, sambil
tertawa dingin serunya: "siapa yang mengaku salah" Kau jangan bicara sembarangan"
"Baik, kau sendiri yang berkata begitu, lihat saja bagaimana akhirnya nanti"
Putri Kim huan betul-betul tak sanggup menahan diri, segera serunya keras-keras:
"Ciangkun-......dia.........."
Belum habis seruan itu bergumam, tiga orang raksasa itu sudah melompat bangun dan siap
melancarkan terkaman kedepanTapi dalam waktu singkat putri Kim huan seperti sudah berubah pikiran, kembali serunya:
"Duduk" sambil mengerang rendah, ketiga orang raksasa itu duduk kembali ketempat semula.
Kim Thi sia ingin berbicara lagi, tetapi saat itulah dari depan situ muncul debu yang
menggulung-gulung diikuti munculnya serombongan penunggang kuda. seorang diantara
penunggang kuda itu menuding kearah tandu sambil berseru keras: "Berhenti didepan situ itulah
dia mereka" Penunggang-penunggang kuda itu hampir semuanya memiliki gerakan tubuh yang cekatan,
dalam waktu singkat mereka sudah melompat turun dari kudanya dan berdiri berjajar ditengah
jalan- Walaupun pakaian mereka berbeda, namun dapat dilihat bahwa mereka terdiri dari tujuh orang
jagoan lihay dari dunia persilatanDiantara ketujuh orang itu terdapat seorang wanita, tapi usianya sudah mencapai lima puluhan
tahun, rambutnya setengah beruban hingga mendekati seperti seorang nenek.
Waktu itu sinenek mendongakkan kepalanya dan memandang sekejap kearah Kim Thi sia,
ketika empat mata saling bertemu tiba-tiba saja Kim Thi sia merasakan hatinya bergetar keras,
pikirnya segera: "Tajam amat pandangan mata orang ini, entah darimana datangnya mereka........"
sementara itu, ketiga orang raksasa telah bangkit berdiri dan berdiri tegak ditengah jalan
hingga memisahkan jalanan tersebut menjadi dua bagian.
Keenam orang jago lihay yang berdiri dibelakang nenek tersebut dengan sorot mata tajam dan
kening menonjol tinggi sekali, berdiri tegak tanpa melakukan sesuatu gerakan, agaknya mereka
tak akan bergerak sebelum mendapat perintah dari nenek tersebut.
Sudah jelas sinenek adalah pemimpin dari keenam orang tersebut hanya dandanan serta asal
usul mereka terasa amat misterius dan membingungkan hati. Kim Thi sia kembali berpikir:
"Delapan puluh perasaan kedatangan orang-orang itu adalah untuk mencari putri Kim huan, itu
berarti tak ada sangkut pautnya denganku. Lebih baik aku jangan mencampuri urusan mereka."
Berpikir demikian, dia segera mengundurkan diri kesamping arena dan berpeluk tangan sambil
menonton peristiwa tersebut.
Mendadak nenek itu menuding kearahnya sambil membentak:
"Hey anak muda, sebelum mendapat perintah dariku, lebih baik kau jangan sembarangan
menggerakkan badan-"
selalu bernada mengancam, jelas merupakan suatu perintah yang tak boleh dibantah.
Diam-diam KimThisia merasa tidak senang hati, namun untuk mengetahui peristiwa yang bakal
terjadi terpaksa dia harus menelan perasaan mendongkolnya itu seraya mengangguk. "Aku sudah
tahu" Nenek itu tersenyum hingga kerutan diatas wajahnya nampak semakin kentara, garis-garis
kerutan wajahnya membentuk celah-celah yang banyak sekali. "Nah, begitu baru penurut" katanya
lagi pelansetelah berhenti sejenak. dia segera menuding kembali kearah tiga manusia raksasa yang
menghadang dihadapannya itu sambil perintahnya lagi: "singkirkan batu penghambat tersebujt"
serentak keenam orangjugo itu mengiakan, dengan langkah yang tertib sekali mereka
menyebarkan diri dan mengurung ketiga orang raksasa tersebut ditengah arena.
Agaknya tingkah laku orang-orang tersebut menggusarkan pula hati ketiga orang raksasa
tersebut, sambil membentak gusar mereka bersiap-siap untuk melakukan sesuatu tindakan"TUnggu sebentar" tiba-tiba Kim huan berseru. Lalu sambil berpaling kearah sinenek dia
bertanya: "Hey nenek tolong tanya apa maksudmu?"
Nenek itu tersenyum ramah, sikapnya berbeda sekali dengan kelakuannya tadi, dengan lembut
ia berkata: "Bila nona bersedia mengikuti kami, tentu saja kamipun tak akan menyulitkan mereka."
Putri Kim huan membelalakkan matanya lebar-lebar, sepasang biji matanya yang jeli nampak
diliputi perasaan tak habis mengerti, kembali dia berseru dengan nada tak habis mengerti:
"Aku tidak memahami maksudmu"
Dengan suatu pandangan mendalam nenek itu mengerling sekejap kearahnya, lalu ujarnya
sambil tertawa: "Nama besar nona memang tidak meleset seperti apa yang sudah tersiar dalam dunia
persilatan selama ini, kecantikan wajahmu pun tiada taranya dikolong langit, nada suaranya juga
amat merdu bak kicauan burung nuri. Hmmmmm.....entah dari mana datangnya rejeki baginya?"
Ucapan yang tiada ujung pangkalnya ini semakin membingungkan putri Kim huan, diapun tak
tahu siapa yang dimaksud sebagai "nya" oleh nenek tersebut"
Tapi sebagai seorang gadis yang cerdik, dengan cepat putri Kim huan sadar bahwa ada orang
yang secara lamat-lamat menaruh niat jahat terhadapnya bisa jadi hendak mengangkangi dirinya.
Tentu saja dia merasa amat rikuh untuk menanyakan masalah seperti ini, apalagi dihadapan
umum. Tiba-tiba Kim Thi sia menyela: "Nenek dia bukan bangsa Han"
Nenek itu tersenyum ramah, sahutnya singkat: "Anak muda, akujauh lebih mengerti dari
padamu." Melihat Kim Thi sia turut menimbrung dengan wajah yang santai dan senyuman dalam, putri
Kim huan segera mengira pemuda tersebut telah bersekongkol dengan kawanan yang dipimpin
sinenek ini. Paras mukanya segera berubah hebat, sambil menuding kearahnya dia berseru:
"Aku sudah menduga kalau kau bukan orang baik, Hmmm, ternyata dugaanku tidak salah."
Kim Thi sia jadi tertegun, tetapi dengan cepat ia berseru:
"Hey apa maksud perkataanmu itu, apakah aku orang baik atau bukan, rasanya toh tiada
sangkut pautnya dengan dirimu."
"sudahlah, kau tak perlu membantah lagi, sekalipun kau berdebat sampai putus lidahmu, aku
tetap tak akan percaya dengan perkataanmu."
Kim Thi sia yang tanpa sebab musabab telah disangkut pautkan dengan persoalan tersebut
menjadi jengkel, watak liarnyapun ikut tumbuh, segera teriaknya keras-keras:
"Kalau tidak percaya yaa sudah, toh aku tidak berniat memaksamu untuk percaya, apa pun kau
ingin berbicara silahkan saja berbicara, yang pasti aku tak akan mencampuri urusanmu."
Putri Kim huan tidak menggubris pemuda itu lagi, sambil berpaling lagi kearah sinenek dia
bertanya: "Nah nenek. sekarang kau boleh jelaskan maksudmu. Asal aku mampu melakukannya tentu
akan kubantu kalian sebisanya."
sebaliknya Kim Thi sia sambil berpeluk tangan telah duduk diatas batu, mulutnya dicibirkan dan
dia menonton kejadian tersebut tanpa turut berbicara lagi. Terdengar nenek itu berkata sambil
tertawa: "Nona, bila kau bersedia ikut bersama kami, sepanjang masa kau akan hidup bahagia."
Kemudian tambahnya lagi: " Kecantikan wajahmu telah menggambarkan seluruh daratan Tionggoan- Entah berapa banyak
gadis cantik yang kau ungguli, itulah sebabnya kami mendapat perintah untuk mengundangmu. "
"siapa yang mengutus kalian datang kemari?" putri Kim huan balik bertanya dengan wajah
tertegun- "soal ini tak perlu kau tanyakan dulu" kata sinenek sambil tertawa. "Pokoknya orang yang
mengutus kami adalah bangsa Han yang amat berkuasa dinegeri ini"
"Hmmm, apanya yang luar biasa dengan kedudukan itu......." putri Kim huan menjengek sinis.
setelah mengerling sekejap kearah Kim Thi sia, dia berkata lebih jauh dengan nada angkuh:
"Ayahku pun seseorang yang sangat berkuasa, aku hanya ingin tahu siapakah dia" Apa
kekuasaannya dinegeri ini" Dan mengapa mengundang aku untuk menjumpainya?" Dengan suara
lembut setengah membujuk nenek itu berkata lagi:
"Nah, kau tak usah banyak bertanya lagi, yang pasti kami tak akan menyia-nyiakan dirimu."
"Bila kau tidak menjelaskan lebih dulu akupun tak akan menyanggupi" tukas putri Kim huan
mulai tak senang hati. Memanfaatkan kesempatan ini, Kim Thi sia segera menyela sambil tertawa dingin.
"Kalau berganti aku yang menghadapi persoalan ini. Hoeeh......heeeeh......bila diundang secara
halus tak bisa, akan kuundang dengan kekerasan-........"
"Manusia jahanam, tutup mulutmu yang bau itu" teriak putri Kim huan sangat marah.
"Heeeeeh.....heeeeeh......heeeeeh....... manusia jahanam" Kau berani memakiku sebagai
manusia jahanam?" Kim Thi sia segera melompat bangun dan tertawa tergelak.
"Haaah...haaah...haaaah....mulut toh menempel ditubuhku, mau berbicara atau tidak. apa hakmu
untuk melarang?" Ketika melihat si nona menjadi marah, nenek itu segera menegur pula dengan suara nyaring:
"Hey anak muda lebih baik kau jangan mencampuri urusan kami, sebab tindakan seperti ini
akan mendatangkan ketidak beruntungan bagimu." Kim Thi sia segera berkerut kening, dia
berseru pula dengan suara lantang: "Hey nenek. jangan kau kira aku benar-benar takut kepada
kalian-......" Tapi secara tiba-tiba ia seperti teringat akan sesuatu, hawa amarahnya segera mereda sambil
duduk kembali katanya: "Baiklah, tidak mengurus yaa tidak mengurus, bagaimanapun jua mati hidupnya toh tiada
sangkut pautnya denganku."
"Eeei anak muda, siapa namamu?" tiba-tiba nenek itu menegur. "Ki Pian li"
Nenek itu segera manggut-manggut dengan perasaan lega, katanya kemudian singkat: "Aneh
betul namamu......."
sebaliknya putri Kim huan seperti memahami akan sesuatu, ia segera tertawa cekikikan, mesti
tak diutarakan keluar namun dia merasa tindakan Kim Thi sia barusan amat menggelikan.
Rupanya nama yang dipakai pemuda tersebut "Ki Pian li" mempunyai arti yang sama sebagai
"aku bohongi dirimu".
Dalam pada itu, sinenek telah menatap kembali wajah putri Kim huan dengan wajah serius,
katanya lagi: "Nona, apa yang hendak kuucapkan telah selesai kusampaikan, sekarang tinggal kau yang
mempertimbangkan." Yang dimaksukan "mempertimbangkan" pun amat jelas, yaitu sebelum mereka mengambil
suatu tindakan, gadis tersebut diberi kesempatan untuk menentukan pulihannya bila putri Kim
huan tetap menolak, maka nenek itupun akan memaksanya dengan menggunakan segala
kemampuan. Kim Thi sia nampak kasar dan bodoh diluar sesungguhnya memiliki otak yang encer. Dia segera
dapat memahami maksud perkataan dari nenek tersebut, diam-diam pikirnya:
"Terlepas dari budi dendam pribadi yang terjalin antara aku dengan perempuan ini. Bila ditinjau
dari sikap sinenek yang hendak menculik orang yang tanpa sebab musabab yang jelas, tindakan
ini sudah terang tak benar.......aku tak bisa berpeluk tangan saja membiarkan kejahatan
berlangsung dihadapan mataku."
Ia memang seorang pemuda yang amat cermat membedakan antara baik dan buruk karena
diapun bisa mengambil keputusan dengan cepat.
sementara itu putri Kim huan masih termenung sambil berputar otak untuk sesaat dia tak tahu
bagaimana mesti menjawab pertanyaan itu.
Dengan biji matanya yang jeli dia mencoba memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu
dengan kekuatan tujuh lawan tiga sudah jelas pihak lawan yang berada diposisi menguntungkan
apalagi disitupun masih hadir Kim Thi sia yang tidak diketahui statusnya sebagai teman atau
musuh. Pikir punya pikir dia mulai menggerutu dalam hati kecilnya mengapa tempat tersebut bukan
negeri Kim, kalau tidak mustahil bisa terjadi peristiwa yang demikian anehnya.
Untuk sementara waktu suasana pun dicekam dalam keheningan- Walaupun diluarnya kedua
belah pihak nampak amat ramah dan penuh kedamaian, namun inilah saat yang paling kritis
menjelang terjadinya suatu bentrokan kekerasansegulung
angin kencang berhembus lewat membawa debu dan pasir yang beterbangan-Tanpa
terasa semua orang memejamkan matanya sekejap.
Waktu itu hanya Kim Thi sia seorang masih melototkan matanya lebar-lebar sebab disaat angin
kencang berhembus lewat tadi, dia telah menyaksikan lambang khusus dari istana Kaisar yang
tertera ditubuh anak buah nenek tersebut.
sejak kecil ia sudah sering mendengar kisah cerita tentang keraton serta pelbagai seluk beluk
kehidupan dalam istana dari ayahnya. sebab itu diapun mengetahui pula pelbagai lambang dan ciri
khas dari petugas istana kaisar.
Dalam waktu singkat diapun menjadi paham siapa gerangan nenek itu dan apa maksud
kedatangannya kesana. Jangan-jangan kecantikan wajahnya telah menggeparkan kolong langit sehingga mereka
berniat memaksanya masuk istana untuk melayani Baginda raja saat ini......." demikian ia mulai
berpikir. Kemudian diapun berpikir lebih jauh.
"sudah pasti orang-orang ini berharap bisa dimanja dan disayang oleh sri baginda hingga
memperoleh pangkat yang lebih tinggi. Hmmmm.....kalau dipikir kembali, cara kerja jago-jago
lihay dari istana kaisar ini benar-benar keji dan jahat....."
Tanpa terasa diapun terbayang kembali segala siksaan dan penderitaan gadis-gadis cantik yang
tertampung dalam istana raja, dimana setiap hari kerjanya hanya disekap dan menghbur raja....
Biarpun dia adalah seorang lelaki, tidak urung peluh dingin bercucuran juga membasahi
tubuhnya. "Rencana keji ini terlalu menakutkan....." kembali dia berpikir didalam hati.
Sekarang dia sudah mulai menguatirkan keselamatan putri Kim huan, meskipun ia merasa
takpuas dengan sikap angkuh dari gadis tersebut namun bagaimanapun juga dia adalah seorang
nona yang amat cantik. Dengan termangu-mangu pemuda itu menatap wajahnya tanpa berkedip. tapisinona belum
merasakannya . selang beberapa saat kemudian, agaknya ia sudah selesai mempertimbangkan hal itu baru saja
akan berbicara mendadak terasa olehnya sorot mata Kim Thi sia sedang tertuju kearahnya cepatcepat
dia berpaling memandang pemuda tersebut.
Empat mata segera saling bertemu membuat gadis itu merasakan hatinya berdebar keras
gumamnya lirih: " Heran, mengapa sorot matanya begitu aneh seakan-akan telah mengetahui sesuatu seperti
juga hendak memberi petunjuk kepadaku. sebetulnya apa yang sedang dia pikirkan-......"^
Dari kilatan mata yang terpancar keluar dari balik matanya Kim Thi sia, putri Kim huan salah
mengartikan maksudnya, pelan-pelan dia mendekatinya sambil berkata:
"Aku tahu, kau pasti ada persoalan yang hendak disampaikan kepadaku, bukankah
begitu.........?" Begitu dia berbicara, perhatian semua orangpun sama-sama dialihkan kewajahnya. Kontan saja
nona itu merasakan wajahnya berubah menjadi merah karena jengah, sambil menghentikan
langkahnya dia tertunduk rendah-rendah......
"Tidak. aku tak ada urusan apa-apa" sahut Kim Thi sia singkat.
Habis berkata dia segera duduk kembali sambil termenung. Tiba-tiba terdengar nenek itu


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bertanya sambil tertawa ramah: "Nona, apakah kau sudah selesai mempertimbangkan persoalan
ini?" Dengan cepat Kim Thi sia mendongakkan kepalanya dan menatap sekejap kearah gadis itu,
melihat senyuman menghiasi wajahnya, diam-diam ia mendengus marah, gumamnya: "Hmmm,
senyum palsu yang amat menggemaskan-......"
sekali lagi dia menatap sekejap kewajah putri Kim huan, tapi gadis itu sudah melengos dengan
pandangan dingin dan hambar malah pelan-pelan ujarnya:
"Aku rasa kemanapun aku hendak pergi merupakan kebebasan pribadiku, kalian tak usah
memaksaku dengan kekerasan."
"Tepat, aku amat setuju dengan keputusan itu?" sorot Kim Thi sia dengan suara lantang.
Nenek itu nampak tertegun, tiba-tiba senyumannya lenyap tak berbekas, bukan berpaling
kearah putri Kim huan, ia justru menuding kearah Kim Thi sia sambil menegur:
"Hey anak muda, apa hubunganmu dengannya, berani amat berbicara kurang ajar
dihadapanku. Hmmmm, kau anggap aku adalah manusia yang gampang dipermainkan dengan
begitu saja?" "Muluttoh milikku sendiri, apa yang ingin kubicarakan apa sangkut pautnya denganmu?" Nenek
itu segera tertawa dingin.
"Hmmm, kalau aku bersikeras akan mencampuri mau apa kau........."
Tiba-tiba dia mengayunkan toyanya sambil melancarkan sebuah serangan dahsyat, desingan
angin tajam yang menderu- deru serasa membelah angkasa.
Kim Thi sia segera memutar pedangnya sambil menangkis, ditengah dentingan nyaring,
nampak cahaya hijau berkilat, pedangnya segera terpental oleh sambaran toya tersebut.
Nenek itu tidak memberi kesempatan kepada lawannya untuk mengatur napas, berhasil dengan
serangan yang pertama, dia mendesak maju setengah langkah kedepan dan sekali lagi
melepaskan sebuah serangan secepat sambaran kilat.........
sambil menghimpun tenaga dalamnya Kim Thi sia menyongsong ancaman tadi dengan
tangkisan pedangnya..... "Traaaaaangggg........."
Tiba-tiba saja ia merasakan datangnya tenaga tekanan yang maha dahsyat menghimpun
tubuhnya, tanpa sadar pedangnya terlepas dari genggaman dan mencelat ketengah udara.
Melihat gelagat tidak menguntungkan, cepat-cepat pemuda itu menjatuhkan diri menggelinding
diatas tanah, nyaris dia termakan oleh sambaran toya yang maha dahsyat itu.
Dengan demikian nenek itupun seegra mengetahui sampai dimanakah taraf kepandaian silat
yang dimiliki Kim Thi sia, dia menganggap pemuda tersebut tidak memiliki kemampuan apa-apa.
Karenanya sambil menarik kembali toyanya dia menjengek sambil tertawa dingin"Hey anak muda, dua buah seranganku barusan hanya menjadi pelajaran bagimu agar tidak
mencampuri urusanku, bila kau tetap membandel, jangan salahkan bila kuberi pelajaran yang
lebih hebat lagi." "Hey nenek. akupun ingin bertanya kepadamu" sahut Kim Thi sia sambil menahan kobaran
hawa amarahnya. "Coba katakan" "Katakan terus terang, sebenarnya apa hubunganmu dengan sri Baginda saat ini?" Berubah
hebat paras muka nenek itu, kontan dia membentak:
"Bocah muda, kau jangan bicara sembarangan kalau tak ingin mampus secara mengerikan-"
"Kalau tak ingin berbicara terus terang yaa sudahlan mengapa kau mesti berkata sekasar
itu.......?" "Mengapa kau mengajukan pertanyaan tersebut?"
"Bukankah kau mengatakan tadi bahwa orang yang mengundang nona ini adalah manusia yang
paling berkuasa dikolong langit. sri Baginda raja, siapa lagi yang lebih berkuasa dikolong langit
saat ini?" "Bocah muda, rupanya kau meraba dari perkataan tersebut......." senyum ramah kembali
muncul diwajah nenek itu. "Padahal dugaanmu itu keliru. Kecuali Baginda raja masih banyak orang
yang berkuasa didunia ini, seperti misalnya ketua dari suatu perkumpulan besar atau ketua dari
suatu perguruan besar. Bukankan merekapun orang yang amat berkuasa?"
"Tapi kau maksudkan orang yang sedang berkuasa didunia ini" sengaja Kim Thi sia berseru.
"Sudahlah bocah muda, kau jangan ngebacot terus, aku tak punya waktu untuk ribut
denganmu" tukas sinenek kemudian dengan wajah berubah. Lalu sambil berpaling kearah putri
Kim huan, dia berkata lebih jauh:
"Nona tak bisa menguatirkan hal-hal yang lain, kujamin tempat itujauh lebih indah daripada
tempat manapun didunia ini. Disitu ada gunung, ada pohon, ada kolam, ada sungai, ada bunga
dan rumput, yang pasti merupakan taman nirwana yang diimpilan setiap gadis cantik. Bukan saja
hidangannya terlezat didunia, baju sutra halus dan kendaraan kencanapun selain tersedia, kujamin
hanya sehari saja disitu kau sudah tak akan kemana lagi."
"Hmmmm apa yang luar biasa......." jengek putri Kim huan sinis. "Tempat itu tak bakal lebih
nyaman dari tempat dirumahku juga terdapat aneka macam yang kau katakan-setiap hari malah
ada banyak penari dan penyanyi yang datang menghibur kami......."
Nenek itu menjadi tertegun, tanyanya kemudian-"Apakah ayah nonapun seseorang yang amat
berkuasa....." Menyinggung soal asal usulnya, senyum cerah segera menghiasi wajah putri Kim huan, sambil
mengerdipkan matanya yang jeli dia menahut: "Yaa, ayahku adalah raja dari suatu negeri."
Nenek itu menjadi tertegun sesaat, tiba-tiba wajah mukanya berubah menjadi amat murung
dan ragu, mungkin setelah putri Kim huan menyebutkan asal usulnya, dia menjadi ragu untuk
mengambil keputusan. sementara itu ketiga manusia raksasa tersebut masih berdiri berhadap muka dengan keenam
jagoan lihay itu. Tak seorangpun diantara mereka yang melancarkan serangan lebih dulu.
Perundingan antara sang tuan putri dengan sinenekpun tidak mereka gubris pokoknya begitu
perintah diturunkan maka mereka akan segera melaksanakannya.
setengah harian kemudian, nenek itu baru mengambil keputusan segera katanya:
"Bagaimanapun juga, nona harus mengikuti aku sebab aku mesti memberi pertanggung jawab
kepada atasanku itu. Harap nona sudi memaklumi kesulitan ini."
"Kalian tak punya alasan untuk memaksaku. Aku mempunyai kebebasanku sendiri, meskipun
tempat ini adalah daratan Tionggoan, namun kebebasan tetap menjadi milikku sendiri"
"Baiklah, kalau memang begitu aku terpaksa harus berlaku kasar kepada nona, sebab
bagaimanapun jua aku mesti memberikan pertanggungan jawab kepada atasanku" kata sinenek
dengan suara dalam. "Aku tak ambil perduli......" seru putri Kim huan tak senang hati. "Apapun yang hendak kalian
lakukan, silahkan saja dilakukan."
Nenek itu mengangguk. dengan suara dalam ia segera berseru kepada keenam orang tersebut.
"Hayo turun tangan"
Begitu perintah diturunkan keenam orang itu serentak membentak keras dan mengayunkan
telapak tangan masing-masing melancarkan serangan dahsyat kearah ketiga orang raksasa
tersebut. Tiga orang raksasa itu membentak keras, tiba-tiba saja mereka memisahkan diri membentuk
posisi segi tiga, enam buah telapak tangan dibalik sambil mendorong kemuka melepaskan enam
buah pukulan yang amat dahsyat.
Kerja sama ketiga orang ini amat rapat tanpa titik kelemahan apapun, seketika itu juga keenam
orang musuhnya berhasil didesak keluar dari lingkaran arena.
Kepandaian silat yang dimiliki keenam orang itu cukup tangguh, dalam waktu sekejap mata
mereka telah menyebarkan diri dalam posisi enam sudut dan menyerang dari situ.
serangkaian serangan yang gencar seketika memaksa salah seorang manusia raksasa itu
terdesak mundur sejauh dua langkah lebih.
Begitu barisan sam tau tin terpecah dengan cepat merapat kembali, tiga manusia raksasa itu
bagaikan satu tubuh saja, begitu melihat seorang rekannya terdesak mundur, dua orang lainnya
serentak menutup kelemahan tadi dengan serangan yang gencar, tak sampai keenam orang
musuhnya melancarkan gempuran balasan, mereka telah menyingkir kesamping serta membentuk
kembali barisannya. Gaya pertarungan dari barisan sam tau tinpun amat hebat, kalau seorang menggunakan
kepalan maka yang lain menggunakan telapak tangan serta sepasang kakinya, deruan angin
serangan yang begitu gencar diantara deruan angin serangan seringkali muncul serangkaian
tendangan berantai yang ama hebat.
Mendadak terdengar teriakan kesakitan bergema memecahka keheningan, rupanya seorang
diantara keenam orang tersebut sudah termakan oleh tendangan tadi hingga tubuhnya mencelat
sejauh dua kaki lebih. Dalam waktu singkat barisan pertahanan keenam orang itu menjadi kalut dan berbahaya sekali
posisinya. Untung saja mereka adalah kawanan jago persilatan yang sudah memiliki didikan ilmu silat
yang hebat. Begitu muncul titik kelemahan dalam barisan Lah hap tin, dengan cepat mereka
merubah barisannya menjadi Ngo huan tinLima gulung serangan muncul dari lima posisi yang berlawanan secara berantai. Dalam waktu
singkat kawanan manusia raksasa itu tak mampu melangkah maju satu tindak pun, posisi diatas
angin yang semula direbut pun dalam sekejap saja telah berubah kembali menjadi seimbang.
Mendadak jagoan yang terluka itu telah membentak keras dan terjun kembali kedalam arena
pertarungan. Kim Thi sia segera dapat merasakan bahwa keenam orang tersebut rata-rata merupakan
jagoan yang amat tangguh cukup dilihat dari kemampuan orang itu dalam mengatur napas serta
memulihkan kembali kekuatan badannya, dapat diketahui bahwa ilmu silat mereka betul-betul
hebat sekali. sementara itu putri Kim huan sedang mengikuti pula jalannya pertarungan tersebut, ketika
dilihatnya ketiga orang raksasa tersebut tak mampu melakukan keenam orang musuhnya. selapis
perasaan sedih dan murung segera menghiasi wajahnya.
Dengan perasaan kuatir dia melirik sekejap kearah Kim Thi sia, ketika dilihatnya anak muda
tersebut tidak memanfaatkan kesempatan itu untuk terjun kearena pertarungan serta membalas
dendam bagi sakit hatinya dulu. sedikit banyak dia merasa agak lega juga hatinya.
Mendadak sinenek itu berjalan menghampirinya sambil berseru: "Nona terpaksa aku harus
menyiksamu sebentar"
Agaknya putri Kim huan memahami maksud perkataannya, dengan ketakutan dia mundur dua
langkah kebelakang dan mencabut sebilah pisau yang tajam dari sakunya, lalu sambil ditempelkan
diatas leher sendiri ancamnya:
"Bila kau berani maju selangkah lagi, aku segera akan menghabisi nyawaku sekarang
juga........" Tanpa sadar nenek itu menghentikan langkahnya, lalu berseru sambil tertawa:
"Nona, kau jangan bergurau, apa artinya kau berbuat senekad ini?"
"Aku tak ambil perduli, kaulah yang memaksaku untuk berbuat demikian^......"
Nenek itu memutar biji matanya sebentar tiba-tiba ia mendapat satu akan, sambil menuding
kemuka tiba-tiba serunya: "Hey nona, coba lihat, apakah itu?"
Tanpa sadar putri Kim huan berpaling namun ia tak melihat sesuatu yang aneh, ketika hendak
menegur, tahu-tahu desingan angin tajam telah menyambar lewat, pisau belati yang semula
berada dalam genggamannya kini sudah dirampas oleh nenek tersebut dengan gerakan yang
cepat sekali. Dengan hilangnya ancaman, nenek itupun berseru lagi sambil tertawa bangga.
"Harap nona jangan marah, aku masih menyayangi nyawamu. Itulah sebabnya terpaksa aku
mesti berbuat demikian-"
Berubah hebat paras muka putri Kim huan serunya mendongkol:
"Kau berani menyerangku secara licik. Hmmm, bila ayah baginda mengetahui akan hal ini,
jangan harap kau bisa hidup dengan tenang didunia ini........."
Nenek itu segera tertawa.
"Tempat ini adalah daratan Tionggoan, lebih baik nona jangan menggunakan kekuasaan raja
negeri Kim untuk menakut-nakuti aku."
Putri Kim huan merasa mendongkol sekali sehingga tak mampu berkata-kata, dengan badan
gemetar dia mundur kebelakang tapi ketika dilihatnya sebatang pohon yang tumbang telah
menyumbat jalan mundurnya, dia segera pejamkan mata seraya bergumam:
"Aku sendiri yang salah, bukan hidup senang dalam istana, siapa suruh aku mohon ijin kepada
ayah Baginda untuk berpesiar kedaratan Tionggoan" sekarang menyesalpun tak ada
gunanya........." Dalam pada itu sinenek telah menggenggam lengannya yang putih seraya memuji: "Nona,
memiliki kulit badan yang benar-benar halus serta putih.........."
Baru saja dia hendak menotok jalan darahnya, mendadak terdengar desingan angin tajam
menyambar datang dari arah belakang. Ketika dia berpaling dengan cepat, tampaklah Kim Thi sia
telah melancarkan sebuah pukulan dahsyat tanpa mengeluarkan sedikit suarapun. Dengan
perasaan geram nenek itu tertawa dingin, serunya: "Bocah keparat, rupanya kau sudah bosan
hidup," Tak nampak bagaimana cara untuk menghimpun tenaga, tahu-tahu sebuah pukulan telah
dilontarkan pula kedepan-"Blaaaaammmmm........"
Dalam waktu singkat kedua gulung tenaga pukulan itu telah saling membentur satu sama
lainnya. Kim Thi sia segera merasakan munculnya segulung tenaga tekanan yang amat besar
menghimpit tubuhnya. Kontan saja dia tak mampu berdiri tegak lagi dan mundur sejauh tiga
langkah lebih sebelum dapat berdiri tegak. Dengan gusar nenek itu mengumpat:
"Bocah keparat, mengapa kau tidak bercermin dulu sampai dimanakah kemampuan yang kau
miliki sehingga begitu berani mengganggu kelancarkan kerjaku."
Kim Thi sia sudah terbiasa menderita akibat dari serangan tersebut diapun tidak berbicara lagi,
tubuhnya segera mendesak maju kemuka dan mengayunkan telapak tangannya melancarkan
serangkaian serangan dahsyat.....
"Bocah keparat ini benar-benar tak tahu diri" umpat si nenek didalam hati. "Kalau tidak diberi
pelajaran, dia pasti tak akan mengetahui tingginya langit dan tebalnya bumi."
Berpikir sampai disitu, hawa napsu membunuhnya segera berkobar, sambil menghimpun
tenaga dalamnya sebesar enam bagian sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan kedepanKim Thi sia amat membenci sinenek tersebut karena ia menyembunyikan golok dibalik
senyuman dan berniat jahat. Kalau semula dia berniat adu kekerasan dengan saling menggempur,
tiba-tiba saja ia berubah pikiranTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Disaat serangannya mencapai setengah jalan, mendadak tangannya diayunkan kebawah dan
melepaskan sebuah pukulan beradu jiwa.
Secara diam-diam ia telah menggunakan jurus kelima dari ilmu Tay goan sinkang yaitu jurus
"Kekerasan menaklukkan jagad" untuk melepaskan sebuah babatan dahsyat.
Nenek itu kelewat memandang rendah kemampuan lawannya, ketika melihat pemuda itu
merubah gerakan dengan membabat lambungnya, bahkan menggunakan bahu untuk menangksi
serangan yang datang, ia menjadi marah sekali, tapi untuk berubah jurus tak sempat lagi,
terpaksa dengan meningkatkan tenaga serangannya mencapai delapan bagian ia lepaskan
serangan dahsyat kemuka. JILID 20 Jeritan tertahan bergema memecahkan keheningan, tubuh Kim Thi sia mencelat ketengah
udara dan teriempar mundur kebelakang.
Sebaliknya nenek itu terhantam oleh serangan Kim Thi sia persis pada lambungnya. Berasa
hawa murni membuyar kemana-mana sambil mendengus tertahan tubuhnya mundur dua langkah
kebelakang. Sambil berusaha keras menahan gejolak hawa murninya, nenek itu mengumpat dengan gemas:
"Bocah keparat, kau sangat menggemaskan biar mampuspun rasanya kegemasanku belum bisa
hilang." Sementara itu putri Kim huan telah manfaatkan kesempatan itu untuk mengundurkan diri
kebelakang, ketika mendengar nenek itu memaki Kim Thi sia, seketika itu juga timbrungnya:
"Dugaanmu keliru, dia tak akan takut digeblek."
Ternyata apa yang diduga memang benar, Kim Thi sia yang terpental sejauh tiga kaki lebih itu
segera meronta sambil melejit bangun lalu serunya sambil tertawa terbahak-bahak:
"Hey nenek, aku belum mampus kenapa kau mengumumkan kematianku lebih dulu?"
Berubah hebat paras muka nenek itu, ujung kakinya segera menutul permukaan tanah dan
seperti seekor burung rajawali, dia melintas diangkasa dan melancarkan serangan dengan
menggunakan toyanya. Dengan cekatan Kim Thi sia berkelit kesamping...... "Blaaaaammmmmm" diatas tanah segera
muncul sebuah liang besar. Kembali Kim Thi sia tertawa tergelak.
"Haaaah......haaaaah.....haaaaah......si nenek kau jangan sewot dulu. Mari kita bertarung pelanpelan........
" "Hmmmm, apa yang bisa kau perbuat terhadapku, dengan mengandalkan ilmu luar semacam
begitu" jengek sinenek sambil tertawa dingin. "Tongkat naga emasku ini khusus dipakai untuk
merusak ilmu khikang pelindung badan. Hoy bocah keparat, saat ajalmu sudah tiba."
seraya berkata, tongkatnya dengan membawa desingan angin tajam menyambar kemuka
dengan hebatnya. Kim Thi sia melangkah maju tiga langkah kesamping untuk meloloskan diri dari serangan
tersebut, lalu dengan mengeluarkan jurus " kehidupan semu membingungkan hati" dan "kejujuran
bagaikan batu emas" Tay goan sinkangnya dia menciptakan selapis bayangan tangan untuk
mencengkeram nenek itu......
sinenek amat terkejut, dia menggetarkan pula tangannya, diiringi dengungan nyaring dari
sebuah serangan totokan dirubahnya menjadi bacokan. Dengan menciptakan selapis bunga-bunga
toyadia kurung tubuh lawan dengan amat rapatnya.
Jurus serangan yang dipergunakan ini adalah jurus "selaksa toya menyemburkan api" dari ilmu
toya naga emas. Bukan saja hebat juga memiliki perubahan yang amat banyak sehingga
kemanapun musuh menghindar sulit baginya untuk melepaskan dari kurungan tersebut.
Rupanya nenek itu sudah menjadi gusar karena malu agaknya ia berniat membinasakan Kim
Thi sia seketika itu juga.
Baru saja serangan Kim Thi sia mencapai sasaran yang kosong bahunya sudah termakan oleh
serangan toyaitu. Ia menjerit kesakitan lalu roboh terjungkal kebelakang.
Begitu serangannya berhasil menghajar musuhnya, dengan cepat nenek itu melancarkan
serangan kembali dengan jurus "tongkat panjang menggapai sukma" dalam waktu singkat angin
serangan menderu- deru bertitik-titik cahaya emas memancar keempat penjuru bagaikan sebuah
jala. Tiba-tiba melejit tiga titik cahaya bintang dari beberapa ujung toya yang mengancam jalan
darah tulan leng hiat, tee hiat serta dengan lambung anak muda tersebut, padahal ketiga jalan
darah itu merupakan jalan darah kematian, barang siapa terkena serangan bakal tewas seketika.
Dengan demikian keadaan Kim Thi sia menjadi kritis dan berbahaya sekali, sehingga tanpa
sadar putri Kim huan menjerit kaget.


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dalam keadaan demikian Kim Thi sia tak sempat berpikir panjang lagi, disaat ujung toyahampir
menyentuh tubuhnya, tiba-tiba saja ia melejit kesamping serta melancarkan sebuah sapuan
dengan kaki kirinya, kemudian dengan jurus " menuding langit selatan dengan pedang" sepasang
tangannya melancarkan serangan berantai.
Biarpun nenek itu sangat berpengalaman dan memiliki kepandaian silat yang tangguh, tak
urung dia dibuat kebingungan juga menghadapi ancaman tersebut.
Menanti dia sudah memahami akan kehebatan dari ilmu pukulan Kim Thi sia tersebut, tahutahu
tubuh bagian bawahnya sudah termakan oleh sambaran kakinya, disusul kemudian
serangkaian pukulan menghantam tiba.
Cepat-cepat dia menutup jalan darah sambil menghimpun tenaga dalam. seketika itu juga
badannya terdesak mundur sejauh tiga langkah lebih.
Dengan cepat Kim Thi sia melompat bangun, wajahnya sama sekali tak berubah karena
menghadapi keadaan yang amat kritis tadi, malah sebaliknya semua persoalan yang dihari biasa
serasa menyumpat pikirannya kini sama sekali sudah tertembusi, tanpa terasa senyum gembira
pun menghiasi wajahnya. Untung nenek itu memiliki tenaga dalam yang amat sempurna, begitu mengatur pernapasan.
Kekuatan badannya telah pulih kembali seperti sedia kala, namun secara diam-diam dia harus
memuji kehebatan Kim Thi sia. otomatis penilaiannya terhadap pemuda itupun meningkat sepuluh
kali lipat. sekalipun tenaga dalam yang dimiliki pemuda ini masih belum mampu menandingi kemampuan
sendiri, tapi jurus aneh yang dipergunakan secara tiba-tiba sangat tangguh dan pada hakekatnya
susah untuk dilawan. Hatinya menjadi dingin separuh, dia tak berani lagi mencari gara-gara secara gegabah.
selangkah demi selangkoh dia berjalan mendesak maju kemuka, toyanya ditancapkan keatas
tanah kuat-kuat hingga ujung toyanya melesak sedalam berapa depa ketanah dan toya
mendengung keras. Dari sini terbukti sudah betapa sempurnanya tenaga dalam yang dimiliki nenek itu.
Tiba-tiba terdengar sekali keritan ngeri yang memilukan hati bergema memecahkan
keheningan, dengan perasaan berdebar serentak sinenek, Kim Thi sia dan putri Kim huan
berpaling kearah arena pertarunganTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Rupanya salah seorang diantara keenam orang jago lihay yang dibawa nenek tersebut sudah
terhajar oleh sambaran tangan seorang raksasa hingga tubuhnya mencelat sejauh tiga, empat kaki
dan roboh terkapar diatas tanah untuk tak bangun lagi selamanya. Dengan gemas nenek itu
segera bergumam: "Manusia yang tak berguna, hmm sungguh bikin malu orang lain saja........."
sebaliknya putri Kim huan nampak tersenyum lega, namun senyuman tersebut tak bisa
bertahan terlalu lama, sebab Liong ciangkunnya kembali terkepung oleh lima orang musuh dan
posisinya terjerumus dalam keadaan yang amat berbahaya.
Hon ciangkun dan Pa ciangkun sudah terdesak keluar dari lingkaran barisan Nao song tin yang
diciptakan lawan, betapa pun mereka membentak gusar namun usaha untuk menerjang masung
kedalam arena tak pernah berhasil, dengan begitu kerja sama dalam barisan sam tau tin
merekapun sudah dihancurkan musuh.
Tiba-tiba Liong ciangkun menjadi kalap. tanpa memperdulikan keselamatan diri sendiri, ia
menerjang maju kedepan sambil menyerap dua orang musuh yang berada disisi kiri.
Waktu itu kedua orang tersebut juga sudah marah, mereka tidak menghindar, bukannya
mundur kedua orang tadi justru mendesak kemuka dan menyongsong datangnya ancaman
tersebut. "Blaaaaammmmmm."
Ditengah benturan yang amat keras, terdengar suara seseorang memekik gusar dan dua kali
jeritan kesakitan yang memilukan hati.
Ketiga orang tersebut sama-sama sudah tergempur oleh serangan musuh yang maha dahsyat
hingga roboh terkapar diatas tanah dan sama-sama kehilangan nyawa.
Liong ciangkun dengan kemampuannya satu melawan dua mesti berhasil membinasakan lawan.
Akan tetapi dia sendiripun tak dapat menghindarkan diri dari sergapan lawan. Empat buah pukulan
yang bersarang ditubuhnya membuat isi perutnya hancur dan tewas seketika.
sambil menjerit nangis putri Kim huan lari kedepan sambil menggoyang-goyangkan jenasah
Liong ciangkun. Tentu saja tubuh tersebut yang tak pernah bisa bergerak lagi dalam putus asanya
ia berteriak keras lalu roboh tak sadarkan diri
Hou ciangkun dan Pa ciangkun menjadi sangat berang, dengan sepasang mata berapi-api dan
menggertak gigi kencang-kencang mereka mendesak maju kemuka dalam keadaan begini.
Mereka sudah tidak memikirkan keselamatan diri lagi, bagaikan banteng terluka mereka
menggempur ketiga orang musuhnya habis-habisan.
Rasa dendam kesumat yang berkobar dengan tewasnya rekan masing-masing membuat
pertarungan berjalan makin sengit. Kedua belah pihak sama-sama nekad dan berusaha adu jiwa.
Hal ini membuat suasana menjadi mengerikan sekali......
Menghadapi perubahan situasi yang sama sekali tak terduga ini, sinenek menjadi tertegun dan
untuk sesaat lamanya tak mampu mengucapkan sepatah katapunTiba-tiba Kim Thi sia membentak keras:
"Kini, kedua belah pihak sudah saling bermusuhan, aku lihat kitapun tak bisa menganggur
terus, lihat serangan"
seraya membentak tubuhnya mendesak maju kemuka, sepasang telapak tangannya segera
diayunkan kedepan melancarkan sebuah serangan yang maha dahsyat. sinenek yang berada tiga
depa dihadapannya itu tiba-tiba saja membentak keras:
"Hoy bocah keparat, rupanya kau pun memiliki tenaga dalam. Hmmm, kalau begitu kau sengaja
menyembunyikan kepandaianmu tadi........."
seraya berkata dia melancarkan sebuah sapuan pula kedepan.
Ucapan mana kontan saja membuat Kim Thi sia menjadi tertegun, pikirnya tanpa terasa:
"semenjak kapan aku mempelajari ilmu pukulan tenaga dalam."
Dalam keadaan begini, dia tak sempat lagi untuk berpikir panjang, dengan cepatnya tenaga
kekuatan masing-masing membentur satu sama lainnya.
Kali ini Kim Thi sia hanya terdesak mundur sejauh tiga langkah, hal tersebut membuat hatinya
menjadi girang setengah mati, segera pikirnya:
"Jangan-jangan tenaga dalam yang berhasil kuhisap dari tubuh musuh telah mendasar didalam
pusar hingga tenaga dalamku telah memiliki dasar yang kuat......" Kalau tidak, sebelum
seranganku tiba, mengapa pihak musuh sudah merasakan tenaga seranganku?"
Dalam waktu singkat pemuda ini telah memahami ucapan dari nenek tersebut, bahkan semakin
dipikir semakin benar, seperti menemukan mestika saja, ia menjadi kegirangan setengah mati.
Untuk membuktikan kebenaran dari pikiran tadi, tiba-tiba saja dia melepaskan sebuah pukulan
kembali. Benar juga, ternyata nenek itu melepaskan pula sebuah pukulan dari jarak berapa depa untuk
menyambut datangnya ancaman tadi.
Dalam gembiranya pemuda itu semakin bersemangat, tanpa banyak bicara dia segera
melancarkan serangkaian serangan berantai.
Nenek itu makin bertarung makin gusar dia menyerang terus dengan tenaga pukulan yang
semakin hebat. Kim Thi sia sendiri masih mundur terus tiada hentinya dengan lagak terdesak dan tak mampu
menahan diri Padahal dalam hati kecilnya dia merasa amat kegiranganDalam waktu singkat dia telah mundur didepan sebatang pohon dan tak mungkin mundur lagi
kebelakang. Hal ini membuat keningnya segera berkerut kencang.
Mendadak ia menggetarkan tangannya sambil berpekik nyaring, suaranya keras menembusi
awan, belum habis pekikan itu bergema sebuah pukulan yang amat dahsyat telah dilontarkan
kedepan- Kali ini sinenek tak berani menyambut dengan kekerasan, dia mundur setengah langkah
kebelakang untuk menghindarkan diri
Kim Thi sia segera mendesak maju lebih jauh, secara beruntun dia melancarkan serangan
dengan jurus " kebajikan memancar keempat samudra" dan " kehidupan semu membingungkan
hati" dari ilmu Tay goan sinkang.
seperti apa yang dialaminya tadi, sinenek segera merasakan pandangannya menjadi kabur dan
seakan-akan dari empat arah delapan penjuru muncul serangkaian pukulan yang membingungkan
hati. Tergopoh-gopoh dia mundur kebelakang untuk menghindarkan diri. Kim Thi sia makin
bersemangat, menyusul kemudian ia melepaskan serangan dengan jurus "kejujuran teguh
bagaikan emas", jurus "kepercayaan membuka jagad", jurus "kekuatan menaklukan bumi", "
kelembutan mencairkan api". " ketenangan bagaikan awan", "kedamaian mencakut awan
semesta", "melenyapkan kejahatan dari muka bumi", dan jurus terakhir " angin mencabut pohon
siong". Dalam waktu singkat nenek itu dibuat terperanjat sampai matanya terbelalak lebar, dan
mulutnya melongo. Dia mundur terus tiada hentinya hingga mundur ketempat semula.
Paras muka nenek itu berubah sangat hebat, mimpipun ia tak menduga kalau seorang pemuda
yang berkemapuan biasa ternyata memiliki kepandaian silat yang begitu dahsyat dan hebatnya,
dengan perasaan terkesiap ia segera berpikir:
"Aku tak boleh mencari gara-gara dengan bocah keparat ini, muridnya saja begitu hebat,
apalagi gurunya.....sudah pasti merupakan seorang tokoh silat yang luar biasa."
Begitu dia tidak bergerak, ternyata Kim Thi sia pun tak bergerak, kedua belah pihak saling
berhadapan dengan mulut membungkam.
Kalau nenek itu dicekam rasa kaget, maka Kim Thi sia diliputi perasaan gembira hingga
sekulum senyum banggapun menghiasi ujung bibirnya.
sementara itu putri Kim huan telah mendusin dari pingsannya, bagaikan seorang bocah yang
mendapat perlakuan tak baik ia mendekam diatas jenasah Liong ciangkun sambil menangis
terseduh-seduh. semua sikap angkuh dan anggunnya kini hilang lenyap tak berbekas.
Kim Thi sia berkerut kening dengan perasaan kesal dan murung, tiba-tiba saja timbul perasaan
kasihan terhadap gadis itu.
Bagaimanapun juga, gadis ini adalah seorang putri yang datang dari kejauhan, bisa
dibayangkan betapa besarnya pukulan batin yang dideritanya akibat kematian, dari pembantu
setianya itu. Kalau dihari-hari biasa Kim Thi sia selalu mengejek dan menyindirnya, maka sekarang dia
berkata dengan wajah serius.
"sudahlah, ditangisipun tak ada gunanya, toh orang yang sudah mati tak mungkin bisa hidup
kembali, yang penting sekarang adalah menyelesaikan persoalan terakhir........."
Baru saja dia selesai berkata, mendadak terlihat Hon ciangkun memuntahkan darah segar dan
mundur dengan sempoyonganseorang
jago lihay dari istana segera tertawa seram sambil mendesak maju kemuka, ketika
sebuah ayunan tangan dilancarkan setitik cahaya bintang segera menyambar ketubuh lawanHon ciangkun tak sempat lagi untuk menghindarkan diri, darah segar segera menyembur keluar
dari lengannya membuat paras mukanya yang hitam berubah jadi merah karena darah.
Jago lihay dari istana itu tertawa seram, ia mendesak lebih kedepan sambil mengayunkan
telapak tangannya. segulung angin pukulan yang maha dahsyat telah menya kedepan.
Kim Thi sia segera membentak gusar, dengan cepat dia mendesak maju kemuka.....
Tapi sebelum serangannya sempat dilancarkan. Hon ciangkun telah berpekik keras sambil
menerkam kemuka. Waktu itu sijagoan lihay dari istana itu sedang bergembira karena berhasil menghantam
musuhnya sampai sempoyongan, mimpipun dia tak mengira kalau Hon ciangkun bakal menerjang
tiba serta memeluknya erat-erat.
Dalam keadaan begini nampaknya Hon ciangkun telah nekad dan siap untuk beradu jiwa,
bagitu berhasil memeluk tubuh musuhnya erat-erat. Dia segera mengerahkan segenap kekuatan
tubuh yang dimilikinya untuk mendekap tubuh orang tersebut.
"Kraaaaakkkk......kraaaaaakkkk........"
Tak ampun lagi, tulang kepala sijagoan dari istana telah terdekap sampai hancur. semburan
darah segar segera memancar kemana-mana, diiringi kemudian kedua belah pihak sama-sama
roboh terjungkal keatas tanah dan menghembuskan napas penghabisan.
Baru saja putri Kim huan sadar dari pingsannya, ketika melihat Hon ciangkun pun mengalami
saat akhir yang tragis, dari tiga orang pengawalnya kini tinggal seorang yang masih
mempertahankan diri, rasa sedih yang luar biasa mmebuat gadis itu pingsan sekali lagi.
Pada dasarnya putri Kim huan memang bertubuh lemah, dia tak mampu menahan pukulan
batin yang datangnya secara bertubi-tubi. Kim Thi sia segera melihat percikan darah meleleh
keluar dari ujung bibirnya, dengan perasaan iba pemuda itu segera membopong tubuh sang gadis
dan dibiarkan diatas rumput, lalu menyeka noda darah dari ujung bibirnya.
sementara itu pertarungan antara Pa ciangkun melawan dua orang jago dari istana masih
berlangsung dengan serunya.
Waktu itu seluruh tubuh Pa ciangkun sudah berpelepotan darah, napasnya tersengkal-sengkal
Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San 16 Kisah Dua Saudara Seperguruan Karya Liang Ie Shen Kisah Para Pendekar Pulau Es 17

Cari Blog Ini