Ceritasilat Novel Online

Lembah Nirmala 8

Lembah Nirmala Karya Khu Lung Bagian 8


sasarannya, betapapun lihaynya ilmu silat yang dimiliki seseorang niscaya akan terbunuh juga.
Disaat yang amat kritis inilah tiba-tiba terdengar putri Kim Huan membentak keras:
"Hey, mengapa kalian tidak mentaati perintahku dan melanjutkan serangan........" sebenarnya
apa maksudmu?" Bentakan ini kontan saja mengejutkan dua orang raksasa yang sedang melancarkan serangan
itu, dengan perasaan bergidik cepat-cepat mereka membuyarkan kembali ancamannya.
Kendatipun begitu, toh masih ada sebagian tenaga yang tak terkontrol sempat menerjang
kemuka dan menghantam tubuh Kim Thi sia hingga maju sejauh berapa kaki dengan
sempoyongan, suasana dalam ruanganpun turut menjadi gelap.
Untung saja kamar itu cukup luas dan lagi Kim Thi sia segera berhasil menyambar sebuah kursi
hingga tubuhnya pun segera berhenti. Dengan perasaan yang geram ia segera memaki.
"Dasar bajingan, tak salah lagi kalau kubilang kalian adalah kawanan perampok. Huuuh.....tahu
begini, akupun akan menyergap kalian secara tiba-tiba pingin kulihat bagaimana cara kalian untuk
menghindarkan diri" "Bagaimana sih kau ini" putri Kim huan segera menegur dengan suara dingin. "Mengapa kau
begitu senang memakai orang?"
Walaupun suaranya dingin dan hambar namun terselip pula sikap acuh tak acuhnya, seakanakan
dia baru terjaga dari tidurnya sehingga rasa kantuk belum hilang sama sekali.
Sementara itu suasana didalam ruangan telah terang benderang kembali, keadaan disitupun
dapat terlihat dengan jelas.
Waktu itu putri Kim huan sedang duduk disisi pembaringan dengan mengenakan pakaian tidur
yang amat tipis, kakinya yang putih mulus kelihatan telanjang, rambutnya amat kusut dan baju
tidurnya tak teratur. Namun sepasang matanya yang jeli dan besar justru memancarkan sinar
yang terang benderang, tak sedikitpun rasa kantuk yang terpancar dari sana.
Ketika ia memandang sekejap kewajah Kim Thi sia dengan pandangan dingin, pemuda itu
segera merasakan hatinya berdebar keras dan hampir saja melompat keluar dari rongga dadanya.
suatu perasaan hangat tapi bukan hangat, dingin pasti bukan dingin dengan cepat menyelimuti
seluruh lubuk hatinya. Dengan sekuat tenaga Kim Thi sia berusaha menunjukkan sikap acuh tak acuh, sementara
dihati kecilnya ia berpikir:
"Hmmmm dia memandang hina kami bangsa Han akupun tak boleh menundukkan kepala
dihadapannya" setelah termangu berapa saat, akhirnya pemuda itu berhasil menenangkan hatinya kembali, ia
segera berkata: "Maksud kedatanganku kemari adalah untuk meminta kembali pedang Leng gwatpo kiam
tersebut. Kuharap kau jangan bermaksud menyusahkan aku, sebab bila aku sampai marah, tak
akan kuperdulikan siapakah dirimu"
Sambil berkata dia segera maju dua langkah kedepan dan mengawasi gadis tersebut dengan
sorot mata yang tajam, ia sedang menantikan jawabannya.
Dari arah belakang terdengar suara langkah manusia, tanpa berpaling Kim Thi sia segera tahu
bahwa ketiga manusia raksasa itu sudah berdiri dibelakangnya serta mengawasi setiap gerak
geriknya. Akan tetapi ia tidak takut, setiap kali rasa ngeri muncul dalam benaknya,aliran darah
angkuhnya segera menimbulkan perasaan malu dalam hati kecilnya.
Tampaknya Putri Kim huan merasa jemu dengan masalah itu, dengan kening berkerut ia segera
berseru: "Pedang Leng gwatpo kiam kubeli dengan uang, kenapa kau menuduhku.........."
"Hmmm, enak benar kalau berbicara" tukas Kim Thi sia sebelum gadis itu sempat
menyelesaikan kata-katanya, "siapa yang telah menjualnya kepadamu" Bila kau tak pakai aturan,
akan kubuat seluruh rakyat bangsa Kim menjadi malu." Kembali putri Kim huan berkerut kening,
katanya: "sudah berapa kali kuperingatkan kepadamu, berbicaralah yang sopan dan tahu adat, jangan
menyinggung perasaan orang lalu semaunya sendiri Hmmm, tapi nyatanya watakmu tersebut tak
pernah berubah, atau mungkin bangsa Han kalian memang manusia- manusia yang tak tahu
sopan santun?" "Tutup mulutmu yang bau, kau belum berhak untuk mengeritik bangsa Han kami" bentak Kim
Thi sia dengan mata melotot.
Putri Kim huan kelihatan agak tertegun, lali serunya lagi:
" Jadi kau sengaja datang kemari untuk mengajakku cekcok?"
"Pokoknya selagi pedang Leng gwatpo kiam belum diserahkan kembali kepadaku jangan harap
pula kau bisa peroleh kehidupan yang tenang, terus terang kukatakan kepadamu, mungkin kaupun
sudah mengetahui secara jelas, didaratan Tionggoan aku dikenal orang sebagai Kim Thi sia,
manusia yang paling susah dilayani........"
Belum selesai perkataan itu diutarakan, mendadak dari belakang tubuhnya terdengar suara
yang aneh, cepat-cepat dia membalikkan badan sambil mengayunkan telapak tangannya.
Ternyata ketiga manusia raksasa itu sedang melotot kearahnya dengan wajah penuh
kegusaran. Putri Kim huan segera mengulap tangannya dan berkata:
"sebelum mendapat perintahku, kalian jangan berkelahi didalam kamarku ini....."
Tiga orang raksasa itu serentak berlutut, serunya dengan perasaan tak puas: "Tuan putri,
anjing bangsa Han itu selalu berbicara kotor dan tidak senonoh......"
Kim Thi sia kontan saja berkerut kening, agaknya dia hendak mengumbar hawa amarah. Tapi
putri Kim huan telah berkata lebih dulU:
"Aku mengerti, dan sekarang adalah kesempatan yang paling akhir baginya untuk bersikap
galak dan kasar kepadaku. Lain kali aku tak akan membiarkan ia berbuat semaunya sendiri"
Dengan perasaan amat tak sabar terpaksa ketiga orang itu berdiri disisi ruangan namun dari
sikap mereka kelihatan jelas bahwa orang-orang itu sudah tak bisa menahan diri lagi, setiap saat
hawa amarahnya bisa meledak dengan hebatnya.
Sinar lentera yang terang benderang menyinari wajah putri Kim huan yang cantik, Wajahnya
yang menawan hati bakbidadari kelihatan lebih cantik dan menawan hati.
Agaknya ia sedang memikirkan sesuatu, tiba-tiba sambil tertawa diambilnya sebilah pedang
mestika dari sisi tubuhnya.
Pedang itu tak lain adalah Leng gwatpo kiam milik Kim Thi sia. Tampaknya kemanapun ia pergi,
pedang tersebut selalu dibawanya kemana-mana dari sini dapat diketahui betapa berharganya
senjata itu dalam pandangannya.....
setelah mengambil pedang tersebut putri Kim huan baru berkata lagi sambil tersenyum:
"Aku dengar suka yang indah merupakan watak setiap manusia, terutama bagi kalian bangsa
Han. Apakah kau setuju dengan pendapat itu?"
Dengan wajah tak habis mengerti Kim Thi sia mengangguk. Dia tak tahu permainan setan
apakah yang sedang dipersiapkan nona itu.
Putri Kim huan segera tertawa, sepasang lesung pipinya kelihatan amat jelas, setelah
termenung sesaat dengan alis mata berkenyit tiba-tiba ia bertanya lagi: "cantikkan wajahku?"
Kim Thi sia tertegun, ia makin tak habis mengerti.
Kecantikan wajahnya sangat menonjol, bahkan setiap orang yang bisa melihat pasti dapat
merasakan hal tersebut, lalu apa maksudnya mengajukan pertanyaan seperti itu"
"Huuuuh, apa artinya pertanyaan itu?" Kim Thi sia mulai menggerutu didalam hati.
Tapi diluarnya dia mengangguk. meski tak mengerti apa makna dari pertanyaan tersebut,
sahutnya juga: "Kau memang amat cantik, kuakui hal tersebut sejujurnya"
Kembali putri Kim huan tersenyum, senyuman yang membuat wajahnya nampak lebih cantik
dan menawan hati. Kim Thi sia tak berani manatap wajahnya berlama-lama, ia merasa kecantikan nona itu seperti
mempunyai daya pikat yang luar biasa menjerumuskan seseorang kedalam cengkeramannya .
Ia mencoba berpaling kebelakang, ternyata ketiga orang "ciangkun" itupun sedang berdiri
termangu-mangu macam orang bodoh. Agaknya merekapun terpesona oleh keayuan majikanya.
Melihat hal ini, diam-diam ia menghela napas, pikirannya:
"seandainya ia dapat bersikap lembut dan gampang diajak berbicara seperti sekarang mungkin
akupun tak akan memusuhinya terus mcnerus........"
Namun diapun tak habis mengerti mengapa terjadi semua perubahan tersebut"
Mengapa dari sikapnya yang dingin dan angkuh putri Kim huan justru menunjukkan sikap yang
lembut menawan hati" Apa gerangan yang tersembunyi dibalik kesemuanya ini" Sementara ia
masih tersenyum, putri Kim hua telah berkata lagi sambil tertawa merdu.
"Kalau memang aku berwajah cantik dan menarik, mengapa kau selalu memusuhiku" Bukankah
kalian bangsa Han menyulai semua yang cantik dan menarik" Atau mungkin terkecuali kau
seorang" Aaaai....sepanjang jalan sampai kemari tak sedikit lelaki yang kujumpai tapi belum
pernah kutemui seorang manusiapun semacam kau, apakah kau bisa memberi tahu alasannya
kepadaku?" Kim Thi sia segera menjadi paham apa yang menjadi tujuan perempuan itu,pikir punya pikir
tiba-tiba saja ia merasa seperti dihina dan dipermainkan secara halus. segera pikirnya:
"Hmmmm, kau manusia akupun manusia, setelah kau merampas pedangku semau hati sendiri,
kenapa aku tak boleh memusuhimu?"
Berpikir demikian ia segera mengangkat kepalanya, tampak putri Kim huan sedang
mengawasinya sambil tersenyum. Agaknya gadis itu sedang menantikan jawabannya.
Dalam keadaan seperti ini, hampir saja dia hendak mengurungkan niatnya untuk memusuhi
gadis tersebut. Tapi perasaan tersebut hanya berlangsung sejenak, dengan cepat ia telah berkata dengan
lantang: "Baiklah, kalau toh kau bersikeras hendak mendengarkan akupun tak akan berusaha untuk
merahasiakan. Kesatu aku tak kuat melihat sikapmu yang dingin dan angkuh. Kedua meskipun kau
cantik bak bidadari dari khayangan namun tidak memiliki kelembutan serta kehalusan seorang
gadis. Ketiga meskipun orang lain suka hal yang cantik, aku justru tidak menyenangi hal seperti
itu. Hmmmm toh setiap manusia yang berada didunia ini bukan berasal dari orang tua yang sama.
Kenapa setiap orang mesti memiliki watak serta kegemaran yang sama?"
Perkataan tersebut kedengarannya memang tepat dan masuk diakal, padahal dalam hati
kecilnya pemuda itupun tahu bahwa pandangan tersebut hanya merupakan pandangannya
seorang diri Tatkala mendengar alasan yang pertama tadi, senyum manis menghiasi wajah putri Kim huan,
tapi setelah mendengar alasan yang kedua ia nampak tak senang hati. Apa lagi selesai
mendengarkan alasan yang ketiga, wajah yang dingin dan kaku telah menyelimuti seluruh
wajahnya. Ia nampak begitu mendongkol sehingga berapa saat Ia manyatak mampu
mengucapkan sepatah katapun.
Kim Thi sia tidak heran atau kaget menyaksikan sikapnya itu, sebab ia sudah menduga kesitu
jauh sebelum itu setelah tertawa bangga ia segera mengulurkan tangannya kedepan seraya berseru: "Nah,
pedang Leng gwat kiam harus dikembalikan kepadaku bukan?"
Putri Kim huan masih tetap sadar namun penderitaan sikap batin yang dialami sekarang jauh
lebih parah ketimbang ia menangis terseduh sampai setengah harian lamanya ia baru dapat
menjawab dengan sepatah kata yang singkat: "Tidak"
Pelan-pelan dia mengalihkan sorot matanya keluar jendela, mengawasi rembulan yang bersinar
diatas langit perasaan hatinya amat kalut disamping pedih, akhirnya dengan suara lirih dia
bergema: "Aku tak percaya, aku tidak memiliki kelemahan sebanyak itu, kau sedang menipuku. Aku tahu
kau sengaja hendak membuatku sedih, membuatku mendongkol....." Entah sejak kapan titik air
mata ternyata sudah meleleh keluar membasahi pipinya.
Kim Thi sia segera merasakan penyesalan yang tak terhingga namun iapun merasa
kegembiraan yang tak terlukiskan dengan kata- kata, setiap kali melihat gadis itu menangis
dengan cucuran air mata, ia selalu merasa murkanya sendiri semakin meningkat. Diam-diam ia
bergumam: "Hmmm, siapa suruh kau memandang hina orang lain, yang lebih mengesankan lagi kau berani
memandang rendah bangsa Han kami. Hmmm....rasain sekarang."
Dua perasaan yang saling bertentangan segera menciptakan suatu perasaan yang bercampur
aduk dan luar biasa sekali. Dia sengaja tertawa ringan, katanya:
"Terus terang kubilang, dengan Lin lin pun kau masih ketinggalan jauh sekali......."
Menyinggung kembali soal Lin lin, senyuman yang menghiasi wajahnya hilang seketika, ia
merasa terlalu banyak kesalahan yang telah diperbuatnya terhadap gadis itu, dan sekarang ia
telah pergi, sedang ia merasa rindu sekali dengan gadis itu... Dengan meningkatkan suaranya
lebih tinggi, pemuda itu berkata lebih jauh:
"Dia tak pernah menyakiti perasaan orang lain, diapun tak pernah bikin susah orang,
kecantikannya mencerminkan kesederhanan. ia merupakan seorang gadis yang lembut dan halus.
Bila didunia saat ini masih ada yang mengatakan ia tak menarik. mungkin orang itu akan percaya
kalau sang surya bisa terbit dari langit barat" Kemudian setelah berhenti sejenak^ kembali
gumamnya: "seperti apa yang telah kukatakan tadi, kau kekurangan kesemuanya itu. Aku berani
mengatakan, orang yang baru pertama kali bertemu denganmu tentu akan memuji akan
kecantikan wajahmu yang tiada tandingannya didunia ini. Tapi mereka yang sudah mengetahui
seluk belukmu yang sebenarnya mereka pasti akan mengatakan kau dingin, kaku, sombong dan
tidak berperasaan. Akhirnya merekapun pasti akan menilaimu sebagai seorang gadis yang tidak
sempurna......" Mendadak putri Kim huan menatap wajahnya lekat-lekat, kemudian teriaknya sambil
menggertak gigi: "Jangan kau lanjutkan perkataanmu itu"
Kim Thi sia mendengus dingin, ia amat puas dengan sikap lawannya, pelan-pelan sinar matanya
dialihkan keatas Leng gwatpo kiam yang berada ditangan gadis tersebut, tiba-tiba saja timbul niat
untuk merampasnya. Tapi ia tal sempat untuk melakukan hal ini, sebab putri Kim huan telah menjatuhkan diri keatas
pembaringan sedang pedang Leng gwat kiam justru tertindih dibawah badannya. saking gusar dan
mendongkolnya hampir saja ia jatuh tak sadarkan diri.
Putri Kim huan seorang putri raja yang dianggap sebagai gadis paling cantik diseluruh dunia
oleh rakyat negeri Kim nya, kini harus merasakan siksaan batin yang luar biasa hebatnya.
selama hidup belum pernah ia mendengar kata-kata seperti ini, diapun tak pernah menyangka
ada orang berani mengucapkan kata-kata demikian kepadanya, harga diri yang banyak tahun
dipupuk serta dibina hingga mencapai ketingkatan melebihi siapapun serasa tercampakkan begitu
saja oleh kata-kata tersebut, membuat ia sakit hati dan tak akan melupakan untuk selama nya.
Kim Thi sia sendiripun amat menyesal gadis secantik bidadari ini boleh dibilang amat langka
didunia saat ini. Kendatipun wataknya agak keras namun iapun bukan manusia sempurna, titik
kelemahannya tetap dimilikinya dan sekarang ia telah menyerang titik kelemahan gadis itu, ia
merasa menyesal sekali. Apa lagi bila teringat dengan senyuman manis sikap hangat dan lembut yang terpancar dari
mukanya terutama pandangan matanya yang jeli dan begitu menawan hati......
"ploooookkkkk" la segera memukul jidat sendiri keras- keras.
Bentakan gusarpun segera bergema dari belakang tubuhnya, salah seorang diantara ketiga
raksasa itu sudah melotot kearah Kim Thi sia dengan penuh amarah, wajahnya yang jelek kini
telah berubah menjadi hijau membesi. Kalau boleh dia akan menyerang pemuda tersebut
sekarang juga, ia akan mencabik-cabik tubuhnya hingga hancur berkeping-keping.
Tapi perintah dari putri Kim huan tak berani dilanggar, ia tak berani bertindak secara gegabah
meski kobaran api kegusarannya sudah membara, membuat sepasang matanya yang hijau kini
berubah jadi merah berapi-api.
"Anjing bangsa Han......." ia mulai mengumpat dengan suara yang parau. "Kau...kau bajingan
besar.....nasibmu bakal berakhir hari ini..... kurang ajar.....kau berani menghina dan
mencemoohnya. Kau tahu putri kerajaan Kim kami yang cantik bukan saja memiliki wajah yang
ayu rupawan bak bidadari dari khayangan. Diapun menguasahi secara sempurna ilmu main khim,
membaca syair, melukis, main catur maupun sulam menyulam. Kau manusia biadab, keparat
terkutuk. Hmmmm, tunggu saja sampai ia mendusin nanti, kami bertiga akan menguliti tubuhmU
dan mencabik-cabik badanmU......"
Manusia raksasa yang lain segera menyambung pula:
"Anjing bangsa Han, bila kau bisa meemukan seorang gadis dari daratan Tionggoan yang
memiliki kecantikan serta kecerdikan melebihi tuan putri kami, setiap saat kau boleh memenggal
batok kepalaku." secara bergilir ketiga manusia raksasa itu meraung dan mengumpat dengan suara keras dan
mata merah membara, masing-masing seperti ingin melampiaskan rasa benci dan dendamnya
yang membara. Andaikata putri Kim huan memberikan persetujuannya, bara api dendam dan benci yang telah
meluap-luap itu pasti akan melanda keseluruh daratan Tionggoan dengan Kim Thi sia pribadi,
mungkin dia akan merasakan siksaan yang terkeji didunia ini.
Namun putri Kim huan tidak memberikan perintah tersebut, hanya ucapnya dengan sepatah
demi sepatah kata: "Siapakah Lin lin" dia berada dimana" katakan-....cepat katakan........"
Kata-kata itu belum sempat diucapkan hingga habis namun napasnya sudah tersenkal-senkal.
Mimpipun Kim Thi sia tak menyangka kalau putri Kim huan memandang begitu tinggi terhadap
harga dirinya ia menjadi tak tega akhirnya dengan suara lembut katanya:
"Lin lin adalah adikku, tapi bukan adik kandungku, sekarang ia telah pergi entah kemana"
"Kau bukan membelainya?" seru putri Kim huan sambil membalikkan tubuhnya ia kelihata
seperti begitu lemah, bagaikan sebuah sampan kecil yang dipermalukan ombak, membuat ia tak
sanggup menahan sedikit gempuranpun. Kim Thisia agak tergagap. keberaniannyapun makin
melemah sahutnya kemudian lirih:
"Aku....aku tak tahu apakah lebih membelainya atau tidak lagi semestinya memang begitu......"
sejak dilahirkan, baru pertama kali ini dia berbicara dengan suara tergagap.
Mendadak putri Kim huan melompat bangun, sepasang matanya yang bulat besar nampak
bersinar lebih terang, sambil terengah-engah teriaknya keras- keras: "Enyah.....enyah kau dari
sini, aku....aku......"
Kim Thi sia berkerut kening, tapi akhirnya sambil menahan gejolak emosi ia menggeserkan
tubuhnya dan mengundurkan diri dari situ. Mendadak terdengar putri Kim huan berseru lagi:
"ciangkun, belenggu....belenggu dia....."
Perubahan yang amat mendadak ini segera membuat Kim Thi sia tertegun sebaliknya tiga
orang raksasa yang masih berlutut itu seperti mendapat anugerah yang besar, sambil meraung
keras mereka menerjang kemuka dengan menggunakan segenap kekuatan yang dimilikinya.
Kim Thi sia bukan manusia yang gampang menyerah dengan begitu saja, amarahnya segera
berkobar, dan tanpa memperdulikan lagi segala sesuatu dia segera menyilangkan telapak


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tangannya dan menghajar dua orang musuh dan menerjang datang paling muka.
Tapi baru saja serangan mencapai setengah jalan, mendadak ia merasakan tangannya jadi linu
dan kaku sehingga tanpa terasa berhenti bergerak. sementara segenap tenaga yang dimilikipun
seperti bola yang kempes tahu-tahu hilang lenyap dengan begitu saja.
Dengan cepat la mundur kebelakang, tapi tubuhnya sudah terbekuk oleh musuh.
Dengan cepat otaknya berputar memikirkan persoalan tersebut, rasa linu dan kaku pada
lengannya membuat ia teringat kembali akan pertumpaannya dengan ciang sianseng ditengah
jalan tadi, waktu itu sikapnya yang mesrah dan hangat terasa jauh berbeda dengan keadaan yang
lumrah. Tapi ingatan tersebut hanya melintas sesaat, menanti ia merasakan gelagat tak beres, rasa
sakit yang menyerang seluruh tubuhnya sudah tak tertahankan lagi, tak kuasa lagi ia menjerit
keras. Dibawah cahaya lentera, tampak wajah yang penuh diliputi perasaan benci dan dendam serta
suara tertawa yang menyeramkan telah muncul didepan mata, apa lagi disaat seorang raksasa
membelenggu tubuhnya dengan tali yang besar, ia sengaja menggunakan tenaganya tiga kali lipat
lebih besar. Kontan saja pemuda itu merintih kesakitan namun watak keras kepalanya membuat dia tak
mau mengeluh, bibirnya digigit kencang-kencang.
"Bagaimanapun juga aku toh bakal mati, tampaknya tepukan dari Ciang sianseng telah melukai
bagian penting ditubuhku, mUngkin juga nasibku memang jelek sehingga harus mengalami nasib
setragis ini" Ia hanya tahu mengeluh atas nasibnya yang jelek. la seperti tidak menaruh curiga sama sekali
apa sebabnya timbul rasa linu dan kaku pada lengannya dan mengapa kekuatan tubuhnya lenyap
dengan begitu saja. sementara itu si raksasa telah membanting tubuhnya disudut ruangan, lalu meludahi mukanya
dengan riak kental, akan tetapi Kim Thi sia menerima penghinaan tersebut dengan mulutnya
membungkam dan mata terpejam rapat, dia enggan banyak berbicara, bahkan melirik sekejap
kearah putri Kim huan pun tidak.
Entah disebabkan rasa linu dari tubuhnya ataukah belenggu yang mengikat badannya kencangkencang
menimbulkan rasa kaku. sampai lama sekali perasaan linu dan kaku itu masih
menyelimuti seluruh badannya.
Ditengah keheningan yang mencekam, mendadak terdengar suara pekikan khim bergema
membelah keheningan. suara pekikan khim seperti apa yang terdengar malam itu.
Ia tahu putri Kim huan pasti sedang memetik tali senar khimnya, dibawah sinar lentera yang
terang benderang sebenarnya ia bisa menyaksikan kesemuanya itu dengan jelas. Namun ia tak
sudi melihatnya, melirik sekejappun tidak.....
Irama musik bergema kian lama melengking, tapi tiba-tiba nadanya berubah pula menjadi
rendah dan berat pada hakekatnya permainan tersebut tanpa disertai irama yang teratur.
Kim Thi sia sangat keheranan, tapi dia tak ingin melihat gerak gerik maupun mimik wajah gadis
itu Lambat laun diapun mulai dapat menangkap makna dari irama tersebut.....
Ketika irama lagu itu mencapai nada yang tertinggi, seakan-akan gadis itu hendak
memperlihatkan sikapnya yang dingin dan angkuh, seolah-olah tiada orang kedua yang lebih tinggi
daripadanya. Kim Thi sia tak tahan lagi, ia segera berpaling kesamping, tampak putri Kim huan dengan
bajunya yang longgar sedang memetik sebuah khim kecil yang berbentuk aneh sementara air
matanya telah membasahi seluruh wajahnya.
Dengan wajah hijau membesi dia memusatkan perhatiannya keatas alat khim tersebut,
napasnya nampak terengah-engah bahkan tangannpun kelihatan gemetar keras.
Ia mencoba berpaling lagi, tampak ketiga manusia raksasa itupun berlutut dengan wajah
bercucuran air mata, tubuhnya kelihatan gemetar keras.
Walaupun ketiga manusia raksasa itu kelihatan garang dan buas seperti iblis hingga siapapun
merasa seram bila menjumpainya, tapi sekarang mereka kelihatan begitu jinak dan memelas.
saat itulah mendadak......
Akhirnya salah satu diantara ketiga orang raksasa itu tak sanggup menahan diri lagi, ia
merengek dengan suara pedih:
"Tuan putri.....tuan putri......kau tak boleh meneruskan permainanmu, kami kuatir bila kau
lanjutkan maka.......maka......."
Kata selanjutnya ditelan kembali bersama cucuran air mata.
Kim Thi sia tak habis mengerti namun diapun tak berani bertanya, sebab ia sadar rasa benci
orang-orang disitu kepadanya melebihi rasa benci seorang musuh terhadap pembunuh orang
tuanya. Putri Kim huan tidak menggubris, dia masih meneruskan permainannya,jari jemari yang putih
lentik masih saja menari diatas senar khim, sementara tubuhnya turut bergoyang pula kekiri dan
kekanan. Dia seperti tak akan menghentikan permainannya sebelum kehabisan tenaga, sebelum
tubuhnya menjadi lelah. sedang air matanya bercucuran keluar terus seperti bendungan sungai
yang jebol. Lama kelamaan manusia raksasa yang berlutut disebelah kiri itu tak sanggup menahan diri lagi,
tiba-tiba ia melompat bangun dan menotok jalan darahnya....
Putri Kim huan tidak merasa, bahkan ketika jari tangan raksasa itu menyentuh tubuhnyapun ia
seperti tak merasakannya sama sekali.
Dalam keadaan seperti ini, biarpun disekeliling tubuhnya telah muncul berpuluh ekor harimau
yang sedang mengaum keraspun, mungkin putri tersebut tak akan merasakan.
Begitu jari tangan raksasa itu menotok jalan darahnya, putri Kim huan segera mengenjotkan
jari tangannya dan tanpa mengucapkan sepatah kata jatuh tertidur dengan nyenyak.
Dua orang raksasa yang lain segera menghembuskan napas panjang, kemudian pelan-pelan
bang kit berdiri. Tanpa berbicara ha atau hu, ketiga orang raksasan itu serentak berjalan mendekati Kim Thi sia,
lalu mengayunkan tangannya yang besar dan........
"Plaaak Ploook Plaaak Plook"
Berapa kali tamparan keras membuat pemuda itu merasakan matanya berkunang-kunang dan
kepalanya pening tujuh keliling, darah kental bercucuran keluar membasahi ujung bibirnya. Diamdiam
Kim Thi sia mendengus dingin, pikirnya:
JILID 15 "Seorang lelaki yang sejati harus pandai menyesuaikan diri dengan keadaan- Hmm hari ini
kalian boleh bergaya, tapi suatu ketika aku pasti akan menyuruh kalian merasakan betapa
hebatnya pembalasan dari Kim Thi sia."
Mungkin lantaran tamparan tersebut kelewat keras, tak lama kemudian sudah roboh tertidur.
Entah berapa saat sudah lewat, ia terbangun dari tidurnya oleh suasana hiruk pikuk
disekelilingnya serta suara langkah manusia yang berjalan mondar mandir.
cepat-cepat dia membuka matanya sambil memperhatikan sekeliling tempat itu, tapi apa yang
kemudian teriihat segera membuat hatinya tertegunTernyata mereka sudah berada diatas sebuah loteng diatas rumah makan yang terbesar dan
termegah itu. Saat tersebut, sorot mata semua tamu yang berada disekeliling tempat itu sedang tertuju
kearahnya, bahkan mengawasinya dengan keheranan dan pandangan tak habis mengerti.
Kim Thi sia mencoba untuk mengawasi sekitar sana, diapun melihat Kim huan beserta ketiga
manusia raksasanya sedang minum arak sambil memandang keluar jendela sana.
Rupanya dalam keadaan terbelenggu ia dilemparkan kesudut ruangan rumah makan itu.
Dibawah pandangan orang banyak keadaannya menjadi mengenaskan sekali.
Menyadari hal itu, kontan saja dia menyumpah-nyumpah didalam hati, saking tak tahannya
menghadapi rasa malu cepat-cepat pemuda itu memejamkan matanya kembali.
Ia mendengar dengan jelas suara bisik-bisik dari para tamu rumah makan itu. Apa yang mereka
bicarakan sudah bisa ditebak dengan jelas, sebab dengan perawakan tiga manusia raksasa yang
luar biasa dan dandanan mereka yang aneh sudah merupakan bahan pembicaraan yang
mengasyikkan bagi semua orang disitu.
Apalagi disitupun hadir putri Kim huan yang kecantikan wajahnya tak terlukis dengan
perkataan, boleh dibilang semua tamu dibuat gempar bahkan orang yang berada diluar rumah pun
berusaha memasuki ruangan itu untuk turut menikmati kecantikan wajahnya.
Betapapun berjubelnya orang-orang untuk menyaksikan kecantikan wajahnya, namun putri Kim
huan tak ambil perduli dia acuh tak acuh, seolah-olah kejadian semacam ini sudah lumrah
baginya. Ia sendiri tetap tenang dan tentram sambil menikmati keindahan panorama diluar jendela situ.
Keningnya kelihatan berkerut, ia seperti ada persoalan yang sedang mengganjel hatinya,
namun rasa simpatik dari Kim Thi sia kini telah berubah menjadi rasa benci, apa lagi membiarkan
ia dibelenggu serta ditonton oleh umum. Kejadian macam begini boleh dibilang merupakan suatu
penghinaan yang tak terlukis dengan perkataan.
Apa jadinya bila peristiwa semacam ini sampai tersiar luas dalam dunia persilatan" apa jadinya
bila ada orang yang kenal dengannya melihat peristiwa ini" Mungkin aib tersebut tak akan tercuci
bersih dalam satu dua tahun.
Dengan sorot mata kebencian dia melotot kearah putri Kim huan, agaknya sang gadis
merasakan hal itu, ia membalas dengan senyuman hambar.
Kim Thi sia mencoba untuk menggerakkan badannya namun tak berhasil, rasa linu dan kaku
yang mengeram didalam badannya kini telah menjalar keseluruh badan, rasa sakit dan tersiksanya
bukan siang kepalang. sekarang ia baru mengerti, asal tubuhnya menggunakan sedikit tenaga saja, maka rasa linu dan
kaku segera akan memaksanya untuk mengurungkan ular tersebut. Akhirnya dia berpikir dengan
sedih. "Dari seorang manusia yang luar biasa kini sudah berubah menjadi manusia biasa mengapa
bisa begitu" Gejala linu dan kaku itu seolah-olah memaksaku tak bisa pulih kembali keluar
biasaanku, mengapa tepukan ciang sianseng begitujitu sehingga membuatku merasakan
penderitaan seperti ini....."^
Dari kerumunan orang banyak tiba-tiba muncul seorang j a go pedang yang muda lagi tampan,
dia mengawasi wajah putri Kim huan lekat-lekat.
Dengan matanya yang besar dan jeli putri Kim huan balas mengerling kearahnya, sekulum
senyuman yang memikat hati dan segera tersungging diujung bibirnya.
Jago pedang muda belia itu nampak agak tertegun, tanpa terasa dia maju lagi sejauh dua
langkah. Beratus-ratus pasang mata lainnya segera melotot keara h pemuda itu dengan pandangan iri
dan dengki..... Jago pedang muda itu tersenyum, dengan sikap yang lembut ia memberi hormat kepada putri
Kim huan, yang segera dibalas pula dengan senyuman yang memikat hati.
Sekali lagi jago pedang muda itu tertegun tapi kemudian setelah yakin bahwa kesemuanya ini
bukan terjadi dalam impian dia melanjutkan langkahnya mendekati gadis itu "Hmmm, dasar
perempuan rendah" umpat Kim Thi sia dalam hati.
Dalam waktu singkatjago muda itu sudah tiba dihadapan gadis cantik itu, sembari
men jura ia segera menegur. ^ ^ ^
"Nona, baik-baikkah kau......."
Putri Kim huan balas tersenyum.
"Aku lihat kau sopan dan lembut, mari silahkan duduk"
Bagaikan menang lotre, pemuda itu cepat-cepat mengambil kursi dan duduk. dihadapnya.
Dengan sorot mata yang tajam dia memandang kearah Kim Thi sia tapi hanya sebentar saja
sinar mata tersebut sudah dialihkan kembali kearah yang lain.
Ketiga manusia raksasa itupun melirik sekejap kearah putrinya dengan pandangan terkejut
bercampur keheranan namun mereka tak berani banyak bertanya dengan mulut membungkam
meneruskan minum araknya ditempat masing-masing. "Kiam kek. siapa namamu?" putri Kim huan
bertanya lembut. Pemuda tampan itu tertawa, setelah memberi hormat dengan sopan ia segera menjawab:
"AkusoBunpin merasa amat bangga dan terharu karena bisa berbincang-bincang dengan nona,
bolehkah ku tahu siapa nama nona......."
Putri Kim huan mengerling sekejap kearah Kim Thi sia, lalu sahutnya sambil tersenyum. "Kau
tak usah mengetahui siapa namaku, yang penting aku mengetahui siapa namamu"
so Bun pin nampak agak tertegun, tapi setelah memutar biji matanya diapun segera
tersenyum. Tiba-tiba Kim Thi sia merasakan hatinya sedikit tergerak, sorot matanya tertuju keatas sebilah
pedang besi yang tersoren dipinggang pemuda tampan itu.
"Nona" terdengar so Bun pin berkata kemudian- "Kecantikan wajahmu belum pernah kujumpai
sebelum ini. Aku benar-benar merasa amat gembira dapat duduk berbincang denganmu sekarang,
pernahkah kau mendengar tentang seseorang yang disebut umat persilatan sebagai "pedang
besi?" Itulah nama julukanku dalam dunia persilatan setelah berkelana sekian lama........"
Berbicara sampai disitu, dia sengaja tertawa untuk menutupi rasa malunya karena sudah
menonjolkan nama besar sendiri
Kim Thi sia jadi amat terperanjat ketika mendengar perkataan itu, segera pikirnya: "Ternyata
dugaanku tidak salah, dia adalah su suheng sipedang besi......."
sebenarnya dia bermaksud hendak menyapanya, tapi teringat keadaan sendiri waktu itu,
terpaksa niar tadi diurungkanDiamatinya sipedang besi dengan seksama, ia merasa abang seperguruannya ini mempunyai
wajah yang tampan serta perawakan tubuh yang cukup kekar. Tapi ia seperti mempunyai sesuatu
kekurangan yang sukar untuk diutarakan, ia nampak seperti begitu angkuh dan lagi dari balik
matanya memancarkan sinar kesesatan.
Pokoknya kekurangan tersebut begitu rawan sehingga hanya bisa dirasakan didalam hati dan
tak bisa diucapkan dengan perkataan.
Putri Kim huan nampak asyik berbincang-bincang dengan pemuda tampan itu, ia seperti tidak
merasakan apa-apa dari sikap lawan bicaranya.
sedangkan sipedang besi so Bun pin kelihatan amat bangga, apalagi dibawah sorot mata iri dari
orang-orang yang berada kesekeliling sana. Ia makin bangga dan gembira.
Dalam keadaan demikian ia sangat berharap ada orang yang datang mencari gara-gara
sehingga waktu itu dengan andalkan pedang besinya serta ilmu silat warisan dari si Malaikat
pedang berbaju perlente, ia dapat unjukkan kebolehannya didepan perempuan cantik ini.
Akhirnya apa yang diharapkan tiba juga, disisi timur meja tampak lima orang lelaki yang mabuk
oleh arak sedang mengawasi wajah putri Kim huan dengan mata melotot dan wajah memerah,
bahkan mereka mulai membuat kegaduhan.
sambil melanjutkan perbincangannya dengan putri Kim huan, secara diam-diam sipedang besi
so Bun pin mengawasi terus gerak gerik dari berapa lelaki mabuk itu
Berbicara yang sebenarnya sipedang besi memang memiliki wajah yang tampan dan mudah
membuat gadis cantik jatuh hati kepadanya tapi sayang agaknya putri Kim huan tidak begitu
menaruh perhatian kepadanya, disaat mengawasi gerak gerik lelaki mabut tadi, dengan kening
berkerut diapun sempat melirik sekejap kearah Kim Thi sia.
Waktu itu Kim Thi sia masih memejamkan matanya sambil berpikir, namun pikir punya pikir ia
belum berhasil juga menemukan jawaban yang tepat. Akhirnya sambil menghela napas panjang
dia bergumam: "Mengapa aku begitu bodoh" Mengapa kutinggalkan Lin lin sehingga ia merasa kesedihan?"
Suara gumam itu amat lirih akan tetapi bila diamati dengan seksama, suara gumam itu masih
dapat didengar dengan cukup jelas.
Tiba-tiba dia membuka matanya lebar-lebar semua rasa gusar dan bencinya segera dialihkan
kearah putri Kim huan, karenanya diapun mengawasi gadis tersebut dengan penuh rasa benci dan
dendam. Waktu itu secara kebetulan putri Kim huan sedang melirik pula kearahnya ketika empat mata
bertemu, dengan cepat gadis itu melengos kembali kearahnya lalu kemudian katanya sambil
tersenyum: "so tayhiap. aku yakin sudah banyak tempat yang kau kunjungi, aku dengar didaratan
Tionggoan penuh terdapat tempat kenamaa, dapatkah kau memberi sedikit petunjuk kepadaku
karena akupun ingin berpesiar ketempat-tempat kenamaan itu?"
"ooooh, tentu saja, tentu saja." sahut sipedang besi so Bun pin sambil tertawa. "Bila nona
mempunyai kesenangan seperti itu aku pun bersedia menemani nona untuk mengunjungi semua
tempat kenamaan serta berpanorama indah yang ada disini."
"Terima kasih" putri Kim huan tersenyum.
Dengan jawaban tersebut ia seperti hendak memberitahukan kepada sipedang besi so Bun pin
bahwa tawarannya telah diterima dengan senang hati.
Kim Thi sia yang turut mendengarkan pembicaraan itu segera tertawa dingin pikirnya:
"Hmm, rupanya kau hendak membuat aku malu, agar setiap orang didunia ini mengetahui
kalau aku sudah menjadi tawananmu" Hmmm, keji amat rencanamu itu. Awas aku tak bakal
memaafkan dirimu" Suara tertawa dingin yang menyeramkan itu kontan saja membuat paras muka putri Kim huan
berubah hebat, senyumanpun segera lenyap dari ujung bibirnya.
so Bun pin yang cekatan pun dapat menangkap suara tertawa dingin itu ia melirik sekejap
kearah Kim Thi sia dengan wajah tak senang hati, kemudian ujarnya dingin:
"Sobat, salah benar bila kau berniat menyakiti hati nona ini. Awas bila kau masih saja tak tahu
diri bakal banyak siksaan yang akan kau alami......."
Kim Thi sia pejamkan matanya rapat-rapat, pikirnya: "Kau adalah su suheng ku, apa pula yang
bisa kukatakan?" Ia mulai menyaksikan pesan terakhir dari gurunya, sebab kesan yang diberikan sipedang kayu
kepadanya kelewat baik, kelewat mendalam. saban kali ia teringat akan sipedang kayu Gi Cu yong,
semua rasa dendam yang tersisa dalam benaknya serasa hilang lenyap tak berbekas.
Karena itulah diapun mulai menaruh kesan yang baik serta yang bersahabat terhadap abangabang
seperguruan lain yang belum dijumpainya selama ini, dia percaya asal identitasnya
diutarakan, maka sipedang besi pun akan bersikap sama baiknya seperti sikap sipedang kayu
terhadap dirinya......"
Dari perubahan mimik wajah sipedang besi, ia dapat merasakan betapa sukanya abang
seperguruan keempatnya ini terhadap putri Kim huan. Ditambah pula nasib tragis yang dialaminya
sekarang, dia tak ingin menyulitkan sipedang besi, diapun tak ingin dikasihani orang lain, dianggap
sebagai seorang manusia lemah.
sindiran umpatan dan hinaan sipedang besi sama sekali tak digubris, ia tidak menaruh rasa
benci kepadanya, hanya didalam hati ia berpikir:
"Seandainya dia tahu siapakah aku, sikap maupun tindak tanduknya pasti akan berubah."
Dalam pada itu, kelima orang pemabuk tapi sudah mulai bangkit berdiri Tanpa ambil perduli
terhadap keselamatan sendiri mereka mulai berjalan sempoyongan dan berseru dengan suara
keras. "Nona kecil yang cantik, mari.....mari..... mari.....aku akan memelukmu sebentar......"


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kawan berandal kota ini memang tak tahu sopan santun, apalagi dalam keadaan mabuk, katakatanya
kedengaran amat kotor dan tak enak didengar. dengan berlagak gusar sipedang besi
segera bangkit berdiri, lalu serunya lantang:
" Kurang ajar, kau anggap sinona ini sebagai perempuan macam apa" Hmmm, berandal yang
tak tahu diri, kalian memang harus diberi pelajaran yang setimpal agar tahu sopan santun-"
selesai berkata ia segera melompat kedepan dengan gerakan yang sangat indah dan melayang
turun didepan kawanan pemabuk itu, tangannya diayunkan berulang kali dan. "Plaaaak, plooook,
plaaaak. plooook" Berapa kali tamparan keras telah bersarang diwajah masing-masing.
Kelima orang pemabuk itu tak mengerti ilmu silat, merasa dirinya ditampar, sambil mengumpat
mereka segera mengayunkan tinju dan menghantam secara ngawur.
sipedsang besi tidak menghindar, dia tangkis semua jotosan lawan tersebut dengan sebuah
sapuan tangan- Jeritan kaget pun bergema berulang-ulang, kawanan pemabuk itu segera kehilangan
keseimbangan badannya dan roboh terjungkal keatas tanah untuk sesaat mereka hanya duduk
terkapar ditanah dengan wajah tertegun, mulutnya ternganga lebar. sekalipun ingin mengumpat
mereka tak berani mengucapkan sepatah katapun lagi.
Pedang besi itu amat kecewa berapa orang pemabuk itu sama sekali tak berkepandaian apaapa,
bahkan menghadapi sebuah gempuranpun tak mampu, ini berarti ia tak punya kesempatan
lagi untuk mendemontrasikan kebolehannya.
Dalam keadaan begini ia amat masgul bercampur marah, tapi tiba-tiba saja satu ingatan
melintas didalam benaknya, kepala semua tamu yang berada dalam ruangan rumah makan itu
segera serunya: "sobat sekalian, bila ada diantara kalian yang merasa tidak puas, lebih baik utarakan saja
sekarang .Jangan sampai akhirnya membicarakan soal ini dibelakang ku sehingga menunjukkan
perbuatan orang yang kurang berpendidikan."
Jelas perkataan ini ditujukan kepada semua orang yang berada dalam ruangan tersebut, tak
heran kalau banyak diantara tamu yang berangasan kontan saja mencaci maki kalang kabut.
Dengan sorot mata yang tajam sipedang basi segera memperhatikan sekejap sekeliling tempat
itu tiba-tiba saja semua umpatan terhenti sama sekali. Agaknya semua orang telah dibuat tertegun
dan ngeri oleh ketajaman mata pemuda itu sehingga siapapun tak ingin mencari penyakit buat diri
sendiri..... sambil tertawa dingin so Bun pin segera berkata:
"Bagus sekali, kalau memang ada diantara kalian yang merasa tak puas, silahkan tampil
kedepan satu demi satu."
sampai setengah harian lebih belum juga nampak ada orang yang tampilkan diri maka agak
mendongkol ia segera menjengek lagi sembari tertawa dingin.
"Huuuuh rupanya kalian semua tak lebih hanya kawanan tikus yang sama sekali tak bernyali"
Ia merasa indah cukup untuk unjukkan kebolehannya maka sambil tersenyum duduk kembali
ditempat semula. "Harap nona jangan mentertawakan" kembali ia berkata dengan suara yang sengaja
dikeraskan- "Kawanan berandal kota ini sudah terbiasa untuk bicara tak sopan dan bertingkah laku
menjemukan. Andaikata tidak diberi sedikit pelajaran niscaya mereka tak akan tahu tingginya
langit dan tebalnya bumi......."
Kembali terjadi kegaduhan dalam ruangan tersebut. Beberapa orang diantara mereka yang
merasa tak puas dengan sikap pemuda tersebut serentak melompat bangun seraya berteriak:
"sobat, anda terlalu menghina kami semua sikapmu yang sombong membuat kami tak puas,
karenanya meski aku tak becus ingin sekali kumohon berapa petunjuk ilmu silat darimu."
orang itu berbicara dengan suara yang nyaring dan bertenaga penuh sekilas saja dapat
diketahui bahwa orang itu memiliki tenaga dalam yang cukup sempurna.
sesungguhnya tak sedikit jago berkepandaian tinggi yang turut hadir didalam ruangan rumah
makan itu, kalau pada mulanya mereka hanya berpeluk tangan belaka tak ingin mencari urusan
disitu Maka setelah keadaan berubah lebih runyam dan tak bisa dipertahankan lagi, akhirnya tanpa
berpikir panjang mereka serentak bangkit berdiri
Dari suara pembicaraan lawan sipedang besi sadar kalau musuhnya berilmu tinggi, diam-diam
ia merasa kegirangan, tapi diluarnya dia sengaja menunjukkan sikap tak senang hati, sambil
tertawa dingin katanya cepat:
"Bagus sekali, kalau toh sobat punya kegembiraan, aku tentu akan mengiringi kehendakmu
itu." Dengan pandangan yang cepat dan memandang sekejap kewajah orang-orang itu, jumlah
mereka mencapai tujuh orang. Tapi yang bersorot mata tajam hanya ada tiga orang. seorang
sisanya tidak memperlihatkan kelebihan apapun.
seorang lelaki kekar berwajah penuh cambang yang mempunyai kening menonjol tinggi dan
berdiri disisi kiri segera tampilkan diri kemuka dan mendekati pemuda itu. Dengan suara keren
sipedang besi segera menegur:
"sobat, siapa namamu" Aku bersedia memberi sedikit petunjuk kepada anda......"
"Aku hanya seorang prajurit kecil yang tak terhitung punya nama besar" sahut orang itu cepat.
"Tapi kalau toh anda pingin tahu, akupun tak akan keberatan untuk mengatakannya kepadamu,
nama julukanku adalah simanusia bercambang." Pedang besi agak tertegun, lalupikirnya:
"Aku dengar manusia ini punya hubungan yang cukup akrab dengan ji suheng sipedang perak.
Aku tak boleh menghinanya, sebab kalau hal ini sampai ketahuan jika dikemudian hari, aku pasti
akan merasa rikuh." Tapi setelah ragu sejenak, diapun berpikir lebih jauh:
"Tapi.... perduli amat, yang penting sekarang aku mesti menonjolkan diri agar gadis itu
menyegani aku. Sekalipun akhirnya jiko mengetahui akan peristiwa tersebut, asal kubilang tak
tahu kalau ia sahabat jiko, paling banter persoalan akan berakhir dengan sendirinya......."
Begitu mengambil keputusan, iapun segera berkata:
"sudah lama kudengar nama besar anda. Nah, silahkan melancarkan serangan lebih dulu"
Berbicara sampai disini, ia melirik sekejap keara putri Kim huan, ketika dilihatnya gadis tersebut
sedang memperhatikan gerak geriknya sambil tertawa manis, ia makin senang dan girang,
ulahnyapun semakin menjadi-jadi.
Sementara itu, manusia bercambangpun tidak sungkan-sungkan lagi, segera serunya: "Kalau
begitu berhati-hatilah aku segera akan melancarkan serangan-......"
Begitu selesai berkata sebuah pukulan dilontarkan kedepan dengan hebatnya. Pedang besi
tersenyum, ia tidak melakukan gerakan apapunTahu-tahu manusia bercambang itu sudah menarik kembali serangannya sambil berseru:
"Ketajaman mata anda benar-benar mengagumkan, siaute merasa kagum, nah coba rasakan
kelihayanku ini." Sepasang telapak tangannya segera direntangkan sipedang besi memopang tubuhnya
kebelakang menggunakan gerakan jembatan kantung, kemudian tidak menunggu sampai seorang
lawan selesai dipergunakan. Telapak tangannya telah diputar sambil melepaskan sebuah babatan
kilat. Dengan ketangguhan ilmu silatnya sekarang, seharusnya dalam dua tiga gebrakan saja
manusia bercambang tersebut dapat dirobohkan, tapi ia tak berbuat begitu, ia memang berniat
mendemontrasikan kebolehannya maka seranganpun dilancarkan bertubi-tubi.
Dalam waktu singkat deruan angin serangan telah menyelimuti seluruh ruangan meja kursi
beterbangan kian kamri, manusia bercambang itu dengan kepalan dikir dan jari ditangan kanan,
secara beruntun melepaskan serangakaian kemari dengan sangat hebatnya.
sipedang besi sedikitpun tak gugup, bahkan sering kali ia meloloskan diri dari serangkaian
serangan musuh yang gencar dan dahsyat dengan suatu gerakan yang manis dan indah, ulahnya
tersebut tentu saja sering memancing keluhan kaget dan sorakan memuji dari para penontonLambat laun semua orang mulai menyadari bahwa pemuda tersebut sengaja tidak bertarung
dengan tenaga oenuh, sudah jelas ia mempunyai kemampuan untuk mengalahkan manusia
bercambang, akan tetapi hal tersebut tak pernah dilakukan malah sebaliknya menghindar dengan
gaya yang berbahaya. Banyak diantara penonton yang cerdik, dengan cepat mereka dapat memahami perasaan
pemuda tersebut, apalagi setelah melihat pemuda itu berulang kali melirik kearah putri Kim huan.
Kim Thi sia pun ingin sekali menyaksikan kebolehan ilmu silat su suhengnya tapi setelah
dipandang sekian lama namun tak nampak sesuatu yang hebat, apalagi setelah melihat ulah
sipedang besi yang berulang kali melirik kearah putri Kim huan, sebagaui orang yang cantikpun ia
segera dapat menarik kesimpulan kesana.
Tak tahan lagi iapun turut berpaling kearah putri Kim huanKebetulan sekali putri Kim huan pun sedang memandang kearahnya, maka sepasang mata
merekapun segera saling bertemu satu dengan lainnya. Kim Thi sia tertegun lalu mendengus,
pikirnya keheranan- "Memangnya wajahku kelihatan lucu atau timbul jerawatnya" Mengapa dia mengawasi diriku
terus atau mungkin tampangku selama berapa hari belakangan ini telah terjadi perubahan?"
Dia ingin meraba wajahnya namun tali yang membelenggu tubuhnya membuat dia tak mampu
berkutik, sabar punya sabar akhirnya meledak hawa amarah Kim Thi sia, dengan suara keras teriaknya:
"Hey, daripada disiksa lebih baik bunuhlah aku, ayoh cepat bunuh aku"
Dengan sorot mata berapi-api dia melotot kearah gadis itu, tapi putri Kim huan tak berani
bertatapan muka lagi dengannya, ia berlagak menonton jalannya pertarungan diarena.
Berubah hebat paras muka Kim Thi sia saking mendongkolnya. Kembali teriaknya dengan
penuh kegusaran. " Kau tak usah berbangga dulu. so Bun pin adalah abang seperguruanku keempat. Hmmm,
tunggu saja tanggal mainnya nanti"
Putri Kim huan tak bisa berlagak pilon lagi sesudah mendengar perkataan ini, sekilas perasaan
heran membayangi wajahnya ia menegur: "Kau kenal dengannya?"
Kim Thi sia tidak ambil perduli. sambil meludah ia pejamkan matanya kembali.
Meski pertarungan yang berlangsung diarena sudah mencapai puncaknya, namun ia tak mau
membuka matanya. Ia tak ingin menyaksikan pertarungan tersebut.
sementara dia masih melamun, mendadak terdengar so Bun pin tertawa nyaring diikuti
terjadinya benturan keras, simanusia bercambang itu menjerit kaget dan tubuhnya tahu-tahu
sudah terpental sejauh tiga kaki lebih dari posisi semula.
Pada akhirnya dari pertunjukkan itulah sipedang besi so Bun pin baru mengeluarkan jurus
serangannya yang tangguh.
Jurus serangan itu bernama "mendekam dijembatan menembusi awan" selain ganas juga
mematikan. Para penonton yang hadir dalam ruangan tersebut rata-rata merupakan jago silat kawakan,
tentu saja mereka mengetahui akan kelihayan tersebut, menyaksikan peristiwa ini keningnya
segera berkerut dan perasaan tak tenang menyelimuti perasaan mereka.
Jago bercambang adalah seorang pendekar kenamaan, tapi kenyataan sekarang ia kena
dihantam seorang pemdua hingga terpental sejauh tiga kaki lebih. Kontan saja paras mukanya
berubah menjadi merah padam bagaikan kepiting rebus.
setelah menghela napas panjang, cepat-cepat ia membalikkan badan dan meninggalkan tempat
itu dengan cepat. sipedang besi so Bun pin merasa amat bangga, apalagi setelah memandang sekejap kearah
hadirin dan melihat mereka menunjukkan rasa takut dan ngeri, ia makin berbangga hati.
Maka setelah berpikir sejenak, dengan langkah lebar ia berjalan mendekati kawanan jago lain
yang menunjukkan sikap tak puas terhadap dirinya tadi.
Bersama waktunya diapun berputar otak mencari akal bagaimana caranya mendekati putri Kim
huan serta mempersunting gadis cantik itu.
Meski dia tak tahu kalau gadis cantik ini adalah putri dari negeri Kim, tapi kecantikan bak
bidadari membuat dia lupa untuk menanyakannya. Dalam waktu singkat dia telah tiba dan didepan
ketiga orang jago tersebut.......
Ketiga orang jago inipun merupakan jago persilatan yang berilmu tinggi, mula-mula mereka
nampak agak tertegun tapi kemudian sambil menenangkan hatinya, setelah seorang diantara
mereka seorang lelaki setengah umur yang bertubuh pendek dan gemuk segera menjura sambil
tertawa hambar. "Kepandaian silat anda memang hebat sekali. Kami sadar meski bukan tandinganmu" katanya.
"Meski begitu, kami berharap anda bersedia memberi berapa petunjuk kepadaku sekaligus untuk
menambah pengetahuanmu serta pengalaman kami."
Pedang besi so Bun pin tertawa lantang sahutnya: "Bagus, bagus sekali, akan kuingat baik-baik
perkataanku ini" Melihat sikap menghina dan memandang rendah dari pemuda tersebut berubah hebat paras
muka lelaki setengah umur itu, segera serunya lagi:
"Aku benar-benar kagum dengan watakmu itu. Nah daripada banyak berbciara tak ada
gunanya, silahkan anda segera memberi petunjuk"
si pedang besi mendengus angkuh, dengan sombongnya dia mengerling sekejap kearah
musuhnya, kemudian berpaling kearah putri Kim huan, dia berharap gadis itu dapat memberi
dukungan kepadanya. siapa tahu dia saksikan putri Kim huan sama sekali tidak menaruh perhatian kepadanya. Waktu
itu sorot matanya yang jeli sedang memperhatikan wajah Kim Thi sia.
Menyaksikan hal tersebut, perasaannya menjadi tercekal, rasa iri dan dengki pun menyelimuti
benaknya membuat ia mendengus berat-berat.
Tanpa terasa semua hadirin pun ikut mengalihkan pandangannya mengikuti sorot mata pemdua
tersebut, mereka sama-sama berpaling kearah putri Kim huanAgaknya putri Kim huan pun segera menyadari kalau perhatian semua orang telah tertuju
kepadanya, dengan wajah bersemu merah ia segera berpaling kembali dan melemparkan
sekuntum senyuman hangat kepada sipedang besi....
senyuman itu begitu manis dan mesrah membuyarkan semua perasaan cemburu yang semula
mencekam perasaan pemuda itu dia merasa begitu bahagia seakan-akan hanya gadis itulah yang
dapat memahami perasaan hatinya saat itu.
Dalam pada itu lelaki setengah umur tadi sudah tak sabar lagi menunggu tiba-tiba ia menjura
lagi sembari menegur: "saudara harap kau segera memberi petunjuk"
Bagaikan baru sadar dari impian, sipedang besi berseru tertahan lalu tertawa nyaring. "sobat,
silahkan kau menyerang dulu"
serentak kedua orang itu mundur selangkah kebelakang dan masing-masing mempersiapkan
diri dengan sebaik-baiknya untuk melangsungkan suatu pertarungan sengit.
Tapi sebelum pertarungan itu berlangsung mendadak terdengar putri Kim huan berseru: "so
tayhiap. tak usah berkelahi lagi, aku hendak berbincang-bincang denganmu" seperti mendapat
firman dari raja, tanpa ragu sipedang besi segera berseru:
"sobat, kesempatan bagi kita untuk bertarung masih banyak. maaf aku tak bisa melayanimu
hari ini" Padahal ketiga orang jagoan itupun merasa sangsi untuk melakukan pertarungan, maka mereka
jadi sangat gembira setelah mendengar perkataan itu, sebab dengan begitu mereka akan
mempunyai kesempatan untuk mundur teratur.
Dengan kecewa para tamu lainnya kembali ketempat duduk masing-masing, meki sorot mata
mereka masih dialihkan kearahnya. sementara itu sipedang besi telah berkata sambil menjura:
"Nona, kau ada urusan apa" Katakanlah terus terang...."
Mengendus bau harum yang memancar keluar dari tubuh sinona, ia merasa semakin kesemsem
dan terbuai dalam alam impian yang tidak-tidak. sambil menuding kearah Kim Thi sia, putri Kim
huan segera berkata: "Ia bilang kau adalah abang seperguruannya, apa benar begitu?"
sipedang besi agak tertegun, dengan tak habis mengerti sahutnya:
"Siapa yang bilang" sama sekali tak ada kejadian seperti itu, malah aku tidak kenal dirinya."
Kentara sekali wajahnya menunjukkan rasa tak senang hati. Putri Kim huan segera tertawa
cekikikan, kembali serunya:
"Yaa, sesungguhnya aku sendiripun rada curiga......"
Kim Thi sia yang turut mendengarkan pembicaraan itu segera merasakan hatinya sakit
bagaikan tersengat lebah. Dengan mata melotot besar teriaknya keras-keras:
"Atas dasar apa kau mencurigaiku" Apa pula urusannya antara aku dengan abang
seperguruanku dengan kau siperempuan busuk?"
"Plooook" Belum selesai perkataan itu diucapkan pandangan matanya terasa kabur dan tahu-tahu sebuah
tamparan keras telah bersarang diatas wajahnya.
Menyusul kemudian terdengar sipedang besi mengumpat dengan penuh kegusaran:
"Hmmm, kau bocah keparat betul-betul tak tahu diri. Bukan saja berani mengaku sebagai adik
seperguruanku, bahkan berani pula memaki nona yang begitu cantik. Hmmm, aku benar-benar
benci melihatmu, kalau bisa ingin kutusuk perutmu sampai mampus"
Berkata sampai disini ia segera berpaling kearah putri Kim huan sepertinya menunggu
persetujuan dari gadis tersebut.
Putri Kim huan hanya berkerut kening, dia tak mengucapkan sepatah katapun-Kim Thi sia juga
membungkam, pikirnya: "Kami berdua tak pernah saling mengenal, tentu saja dia tak akan percaya kalau aku adalah
adik sepergurannya......."
Berpendapat begitu, dlapun segera berkata dengan nada bersungguh-sungguh. "Suheng, aku
tidak membencimu. Meski kau telah menamparku, tapi kesalahan bukan terletak padamu. sebab
kau memang tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya"
Dia masih mengira setelah mendengar perkataan itu maka sipedang besi pasti membelai
dirinya. siapa tahu hawa napsu membunuh telah menyelimuti perasaan sipedang besi waktu itu.
Terdengar ia menjengek sambil tertawa dingin.
"Bocah keparat, peristiwa semacam ini sudah sering kujumpai tapi belum pernah kujumpai
orang yang begitu bernyali seperti kau. soal tamparanku tadi, hal ini bukan dikarenakan
perbuatanmu yang mengaku-ngaku sebagai adik seperguruanku, tapi karena sikap kurang ajarmu
terhadap nona cantik ini. sedang hutang piutang diantara kita belum kutuntut balas."
sejak pandangan yang pertama tadi ia sudah tak senang terhadap Kim Thi sia karena ia dapat
melihat bahwa gadis cantik yang dicintai ini sering kali melirik dan memperhatikan pemuda itu.
Dan sekarang ia sudah mempunyai kesempatan baik untuk menghajar anak muda itu sudah
barang tentu ia tak akan menyia-nyiakan peluang tersebut dengan begitu saja.
Biarpun belum diperlihatkan keluar, sesungguhnya dalam hati kecilnya ia telah menganggap
putri Huan sebagai pacarnya.
"sesungguhnya aku adik seperguruanmu, bila kurang percaya tanyakan sendiri kepada
sipedang kayu Gi suheng, berapa hari berselang ia masih bergaul akrab denganku. sejak suhu dia
orang tua meninggal dunia, aku selain berusaha mencari kalian tak disangka kita akan bersua
ditempat ini" sipedang besi so Bun pin tertawa dingin.
"Hmmm, kau tak usah ngaco belo tak karuan. Malaikat pedang berbaju perlente hanya
mempunyai sembilan orang murid dan hal ini diketahui setiap umat persilatan, tak mungkin dari
bawah bumi bisa muncul lagi seorang sute macam dirimu....."
setelah berbicara napsu membunuhnya makin berkobar, tiba-tiba saja ia meloloskan pedangnya


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan menerjang pedangnya diatas leher Kim Thi sia , tangannya didorong sedikit keatas niscaya
lehernya akan tembus didaerah tersebut.
Walaupun pedang itu tak seberapa tajam, namun berbeda apalagi sipedang besi yang memiliki
kepandaian ilmu yang sempurna, dengan daun saja ia bisa melukai orang apalagi dengan pedang
yang terbuat dari besi. Asal menggunakan sedikit tenaga saja, niscaya jiwa Kim Thi sia akan
melayang. Tapi sebagai orang sombong dan berupaya menarik simpatik putri Kim huan, dia tak ingin
bertindak secara gegabah. sebisa mungkin dia ingin menuruti setiap patah kata dari putri Kim
huan bagaikan seekor anak domba.
"so tayhiap. jangan kau bunuh orang itu" tiba-tiba putri Kim huan berkata seraya menggeleng.
"Asal kita memandang hina dirinya, maka ia akan lebih menderita daripada kita membunuhnya."
sambil berkata sekulum senyuman manis segera menghiasi ujung bibirnya.
sipedang besi merasa amat gembira, apalagi setelah mendengar kata "Kita" ia seperti sedikit
lupa daratan-sambil manggut- manggut serunya cepat:
"Baik, baik nona, asal kau mengatakan jangan dibunuh. AKupun tak akan membunuhnya."
Kemudian setelah melemparkan sekulum senyuman, cepat-cepat pedangnya disimpan kembali.
Kim Thi sia sangat kecewa, ia tak menyangka abang seperguruannya yang tersohor ternyata
menunjukkan sikap begitu lemah dihadapan perempuan.
Apalagi ketika sorot mata kedua orang itu menatap kearahnya dengan pandangan mata yang
sinis dan menghina, seketika itu juga darah panas yang mengalir didalam tubuhnya serasa
mendidih, bergolak dengan sangat hebatnya.
Dengan penuh kegemasan dia mengerahkan seluruh kekuatan yang memiliki dan berteriak
keras-keras. "Bagi seorang lelaki sejati lebih baik mati dibunuh daripada dihina, suheng lebih baik tusuk
matilah aku." Berpuluh-puluh orang tamu yang hadir dalam ruangan rumah makan dibuat terkejut, serentak
mereka alihkan perhatiannya kewajah pemuda itu.
sipedang besi so Bun pin pun agak tertegun, tapi kemudian serunya sambil tertawa dingin.
"Bocah keparat, kuakui kau memang memiliki keberanian untuk berlagak sebegai seorang
enghiong, tapi......apakah kau tak takut ditertawakan umat persilatan karena mengaku sebagai
adik seperguruan?" Kim Thi sia adalah seorang lelaki berpikiran polos yang masih berdarah muda ia tak mampu
mengendalikan diri lagi, segera teriaknya keras-keras:
"Baik, mulai hari ini bila kusebut kau sebagai abang seperguruanku lagi, anggap saja aku bukan
manusia." "Heeeeh....heeeeh.....heeeeh......aku justru kuatir kaupingin menjadi muridku....." jengek
sipedang besi tak senang hati.
selesai berkata ia saling berpandangan sekejap dengan putri Kim huan lalu tertawa dibalik
senyuman itu tercermin sikapnya yang penuh penghinaan dan ejekan.
sekuat tenaga Kim Thi sia mencoba meronta, namun ia tak berhasil untuk meronta bangun,
sebaliknya malah bersadar lemah ditepi dinding sambil bergumam: "Kau membuatku amat
kecewa, kau membuatku amat kecewa......."
Ketiga manusia raksasa yang selama ini membungkam, tiba-tiba berteriak keras:
"Anjing bangsa Han, bila kau berani berkaok-kaok lagi, hati-hati dengan batok kepalamu"
Dengan perawakan tubuh mereka yang tinggi besar, tenaga yang amat kuat, suara yang begitu
nyaring. Ucapan itu sempat menyebar luas keseluruh pelosok ruangan itu.
Reaksi yang kemudian timbul ternyata diluar dugaan, hampir semua orang yang hadir disitu
sama-sama melompat bangun dengan penuh amarah.
Tapi hanya sebentar saja, akhirnya semua orang duduk kembali ketempat semula kendatipun
pada wajah masing-masing tercermin sikap kemarahan yang meluap-luap.
Paras muka sipedang besipun turut berubah hebat mendadak ia melompat bangun sambil
meraba gagang pedangnya, sementara sorot matanya yang tajam mengawasi wajah ketiga
manusia raksasa itu tanpa berkedip.
"Nah, begini baru bersemangat" sorak semua orang didalam hati.
Tiba-tiba putri Kim huan mengerling sekejap kearah sipedang besi dan menegur sambil tertawa
merdu. "Kau hendak kemana?"
sipedang besi segera menghembuskan napas panjang dan duduk kembali dengan lemah
wajahnya kelihatan sangat murung.
Menyaksikan hal tersebut, semua yang hadir segera mengumpat didalam hati dengan rasa
gusar da gemas. "Huuuuh, seorang jago pedang yang tak berguna, lupa dengan rasa kebangsaan, bangsa
sendiri dimakipun masih tetap tenang...... keparat, keparat tak tahu diri"
Rasa benci dan muakpun segera menyelimuti perasaan semua orang.
Pada saat itulah Kim Thi sia dengan kening berkerut telah membentak nyaring:
"Makhluk jelek. sekarang kau boleh saja memaki kami sebagai anjing bangsa Han, tapi ingat
bila aku sudah memperoleh kebebasan nanti, kalian pasti akan kubunuh secara keji agar mulut
anjing kalian tak dapat berkaok-kaok lagi secara sembarangan"
Ucapan ini segera memberi kesan baik bagi setiap orang yang hadir, pikir mereka hampir
bersama: "sayang seluruh tubuhnya dibelenggu hingga tak mampu bergerak. kalau tidak ia pasti akan
melampiaskan rasa mendongkol kita semua."
Terdorong oleh rasa simpati mungkin banyak diantara mereka yang segera mendekati pemuda
tersebut untuk menyuapi hidangan lezat, bahkan ada pula yang mengambil sapu tangan hangat
untuk membersihkan wajahnya dari debu. Dalam waktu singkat pemuda kita telah bersih dan
gagah kembali berkat nasi yang disuapkan kemulutnya, diapun mendapatkan kembali tenaga baru.
Betapa berterima kasihnya dia kepada orang-orang tersebut, betapa terharu hatinya sehingga
tanpa terasa dua titik air mata jatuh berlinang.
Untung saja putri Kim huan menghalangi kawanan raksasa tersebut untuk membunuhnya,
kalau tidak umpatan Kim Thi sia yang terakhir tadi pasti akan mengundang maut baginya.
saban kali putri Kim huan menatap wajahnya, pemuda kita selalu balas menatapnya dengan
sorot mata kebencian, pandangan mata yang berapi-api selalu membuat gadis tersebut tergesagesa
melengos kembali kearah lain.
sipedang besi bukan orang bodoh, tentu saja dia dapat menyaksikan hubungan itu dengan
jelas, hatinya amat gusar namun dia tak habis mengerti apa gerangan yang sesungguhnya telah
terjadi. Akhirnya dia tak tahan, segera tanyanya kepada putri Kim huan: "Nona, siapa sih orang itu?"
"Dia mengakui bernama Kim Thi sia aku sendiripun kurang tahu tentang asal usulnya" sahut
putri Kim huan segera. "Kim Thi sia?" gumamnya sipedang besi. "Apakah Kim Thi sia yang disebut orang sebagai
manusia yang paling susah dilayani dalam dunia persilatan.......?"
" Entahlah aku sendiripun kurang tahu." gadis itu menggeleng.
Namun ketika melihat rasa murung yang melapisi wajah pemuda tersebut, satu ingatan segera
melintas dalam benaknya kembali ujarnya:
"Apakah dia seorang yang termashur" Aaaah, mengerti aku sekarang, orang ini memang
berwatak sangat aneh, susah dilayani dan tak mampu digebuki, benar-benar bikin pusing kepala
orang lain." "Aaaah, kalau begitu tak salah lagi, pasti dia" seru sipedang besi tak sadar. Tapi dengan cepat
ia menambahkan lagi: "Tapi ia bukan termasuk orang yang amat terkenal ia belum lama muncul didalam dunia
persilatan jadi tidak banyak sepak terjang yang telah dilakukannya. Itulah sebabnya aku yang
sepanjang tahun berkelana didalam dunia persilatan pun sedikit mengetahui tentang dirinya."
Putri Kim huan mengiakan tanpa memberi komentar apa-apa. sementara sepasang mata yang
bulat besar dialihkan keluar jendela dan mengawasi panorama disitu dengan termangu.
Tiba-tiba saja perubahan aneh melintas diatas wajah sipedang besi so Bun pin yang tampan,
tanyanya kemudian: "Apakah nona menganggap dia menjemukan sekali" Perlukah bantuanku untuk membuatnya
tak mampu menjemukan diri nona lagi?"
Putri Kim huan tidak menjawab, dia tidak terlalu memperhatikan perkataan itu sebab saat itu ia
sedang berpikir: " orang itu benar-benar luar biasa, sungguh aneh, mengapa setiap kali kupandang wajahnya, ia
nampak semakin tampan dan menawan hati......"
Melihat sinona membungkam, pedang besi so Bun pin menganggap gadis itu telah menyetujui
usulnya, ia menjadi kegirangan setengah mati.
Entah mengapa dia ingin selekasnya menghabisi nyawa pemuda tersebut, karena dia tahu Kim
Thi sia sudah merupakan saingannya yang terberat. "criiiiing....."
Pedangnya segera diloloskan dari sarung, kemudian dengan sepenuh tenaga ditusukkan
kemuka. Biarpun gerakan ini dilakukan amat cepat namun desingan suara yang ditimbulkan juga amat
menusuk pendengaran. Tiba-tiba putri Kim huan berpaling seraya menjerit kaget, cepat-cepat dia menarik lengannya.
seruan kaget bercampur gusar bergema pula dari sekeliling ruangan. Walaupun putri Kim huan
sempat menarik lengannya namun dengan tenaga serangan pedang besi yang begitu kuat, tarikan
tersebut hanya sempat membuat miringnya sasaran serangannya itu.
semburan darah segera memancar keluar dan menodai baju dari beberapa orang tamu yang
kebetulan berdiri didepan sana.
sekalipun Kim Thi sia tak berhasil lolos dari ancaman maut namun tak bisa lolos dari babatan
diatas bahunya, apalagi tenaga serangan dari sipedang besi pun cukup kuat. Akibatnya sebuah
luka memanjang seluas satu depa dan dalamnya tiga inci muncul diatas bahunya.
Darah segarpun menyambar keluar menganak sungai, membuat keadaannya nampak sangat
mengenaskan. Kim Thi sia mendengus tertahan sambil meng gigit bibir kencang-kencang, dia tidak mengeluh
tapi serunya sambil tertawa tergelak:
"Pedang besi, bagus sekali perbuatanmu. Haaaaah......haaaaaah............"
Berkilat sepasang mata so Bun pin dengan pancaran sinar mata penuh kebuasan serta napsu
membunuh dia mendesak maju lagi kemuka. sementara pedangnya membabat batok kepalanya
dengan cepat. "Tahan" mendadak putri Kim huan membentak keras.
so Bu pin segera menarik kembali serangannya sambil berpaling dan mengerling sekejap
kearahnya. Putri Kim huan mundur beberapa langkah tanpa sadar, ia merasa betapa seramnya sorot mata
pemuda she so itu, bukan saja penuh dengan pancaran sinar buas, sorot matanya boleh dibilang
merah berapi-api. so Bun pin hanya menghentikan gerakan serangannya sebentar saja, sambil membentak keras
tiba-tiba ia melanjutkan kembali serangannya membabat tubuh lawan secara kalap. Dengan wajah
berubah hebat putri Kim huan berseru: "Hey, kau sudah edan?"
Menyusul bentakan tadi, segulung angin puyuh menyambar lewat membuat gadis itu tak
mampu berdiri tegak. Ternyata tiga orang raksasa itu sudah menerjang kemuka, sebelum bacokan pedang dari
sipedang besi mengenai sasarannya, ia sudah kena ditarik oleh manusia raksasa itu hingga tertarik
kebelakang. Dalam pada itu semua yang hadir telah melotot kewajah pedang besi dengan penuh amarah.
Rupanya ucapan Kim Thi sia yang gagah perkasa tadi telah menanamkan kesan baik dihati semua
orang, maka sikap sipedang besi yang hendak membuat pemuda tersebut dengan cepat
menimbulkan sikap permusuhan dari semua orang.
Pelan-pelan so Bun pin dapat mengendalikan gejolak perasaannya, diapun tak mengerti apa
sebabnya dia menjadi begitu bernapsu untuk membunuh Kim Thi sia. Apalagi dibawah tatapan
mata putri Kim huan yang menunjukkan rasa tak senang hati, dia semakin tak tentram.
"So tayhiap" terdengar putri Kim huan menegur dengan wajah dingin. "Dia telah menyalahi
aku, dibelenggu olehku sudah seharusnya aku juga yang menghukumnya atas dasar apa kau
hendak membunuhnya tadi....." sipedang besi menjadi gelagapan, buru-buru dia berseru:
"Maaf nona....aku.....aku hanya terdorong oleh emosi......harap nona sudi memaafkan. ..... "
Pelan-pelan putri Kim huan menjadi halus kembali sikapnya, kembali dia berkata:
"Aku tahu kau berbuat demikian demi kebaikanku, tapi toh tidak seharusnya membunuh orang
secara sembarangan......"
"Aku mengerti" "Terus terang saja, orang ini tidak terhitung kelewat jahat" kembali putri Kim huan berkata.
"Hanya tabiatnya yang jelek. orang macam begini belum tentu harus dicabut nyawanya......."
Kim Thi sia turut mendengarkan pembicaraan tersebut, tadi dia sangat mendongkol dan segera
pejamkan matanya rapat-rapat.
Putri Kim huan melirik sekejap kearah luka dibahunya tiba-tiba serunya kepada salah seorang
raksasa itu. "Hey ciangkun, darah yang mengalir dari lukanya terlalu banyak. Hal ini bisa mempengaruhi
kondisi tubuhnya coba kau balut luka tersebut."
Manusia raksasa itu mengiakan dan menerima sapu tangan dari putri Kim huan lalu
menghampiri Kim Thi sia. " Kalian tak usah mengurusi lukaku" mendadak Kim Thi sia berteriak keras. "Terima kasih atas
kebaikanmu, sayang aku tak sudi menerima kebaikanmu itu......."
Putri Kim huan agak tertegun, namun sambil menggigit bibirnya serunya kemudian: "Kalau
begitu biarkan dia mampus"
Darah yang meleleh keluar dari bahu Kim Thi sia memang amat deras. Wajahnya yang semula
merah segar kini telah berubah menjadi pucat pias bagaikan mayat.
Biarpun penderitaan yang harus dialami amat berat dan menyiksa, namun ia tak pernah mau
tunduk kepada orang lain.
sewaktu kembali kedalam kamar penginapan, raksasa itu kembali melemparkan tubuhnya
kesudut ruangan. sekarang didalam ruangan tersebut selain terdapat putri Kim huan serta ketiga orang pengawal
raksasanya, kini ditambah pula dengan sipedang besi so Bun pinDalam ruangan kamar yang lebar, berudara segar dan bercahaya terang, putri Kim huan duduk
bersandar ditepi pembaringan dan mempersilahkan sipedang besi soBun pin duduk disisi
tubuhnya. sikap tersebut dengan cepat membuat sipedang besi kegirangan setengah mati namun dia tak
berani menunjukkan kegembiraannya itu, dengan sikap yang munduk-munduk ia duduk ditempat
yang ditunjuk. Ketiga manusia raksasa itu menunjukkan wajah tercengang, agaknya mereka amat keheranan
oleh sikap putri Kim huan tersebut, namun tak seorangpun diantara mereka yang berani
mengajukan pertanyaan. Bau harum semerbak dari keperawanan putri Kim huan segera menyebar luas diseluruh
ruangan menambah merangsangnya suasana. sambil tersenyum putri Kim huan segera berkata:
"So tayhiap. aku dengar kawasan Kanglam merupakan daerah dengan pemandangan sangat
indah, dapatkah kau memberitahukan kepadaku tempat-tempat mana saja yang menarik......"
"Pertama-tama adalah telaga see oh dikota Hang ciu" ujar sipedang besi sambil tertawa,
"kemudian adalah bukit Kim hong di Go b i san. Ketiga......"
Mendadak ia tutup mulut karena tangan putri Kim huan yang putih bersih telah menggenggam
lengannya. Ia merasa terangsang hingga tak mampu melanjutkan kata-katanya lagi, dia tak mengira akan
peroleh perhatian yang begitu besar dari gadis cantik itu.
"Ketiga adalah telaga Tong ting......." ucap pemuda itu kemudian sambil menggeserkan
duduknya lebih mendekati gadis tersebut.
Pelan-pelan diapun ingin merangkul pinggang gadis itu, ketika dengan tangan yang gemetar
sipedang besi berusaha merangkulnya, ternyata gadis itu tidak menolak. dengan cepat apa yang
diinginkan pedang besi pun terkabulkan.
"so tayhiap" dengan suara lembut gadis itu berbisik. "Kau pandai dalam ilmu sastra maupun
silat, jago muda yang hebat seperti kau amat jarang ditemui dikolong langit dewasa ini, aku amat
kagum kepadamu......"
Bagaikan orang terbuai dalam alam impian, sipedang besi so Bun pin bergumam lirih: "Aaaaah,
mana, mana.....kecantikan nonalah yang amatjarang dijumpai didunia ini...."
sikap maupun tingkah laku dari sipedang besi seketika melenyapkan semua rasa simpatik serta
kesan bagi Kim Thi sia terhadapnya, diam-diam dia mengumpat didalam hati: "Hmmmm,
semuanya hanya manusia-manusia yang tak tahu malu......"
Dengan cepat dia pejamkan matanya rapat-rapat dan mulai bersenandung dengan suara
lantang. Mendadak putri Kim huan menarik mukanya dengan wajah dingin, dia melepaskan tangan
sipedang besi yang merangkul pinggangnya dan membuang muka keluar jendela, jelas terlihat
kalau perasaan lamat-lamat dicekam amarah yang meluap.
sipedang besi sangat kecewa sekalipun diluarnya dia berlagak acuh tak acuh, namun disaat
matanya dialihkan kewajah Kim Thi sia pancaran sinar matanya yang semula lembut dan hangat
segera berubah menjadi buas, ganas dan menyeringai seram bagaikan ular berbisa.
Ia marah dan benci kepada Kim Thi sia karena suara tertawanya telah mengusik keindahan
impian mereka berdua. Peristiwa ini merupakan sebuah dosa yang tak dapat diampuni, selama hidup belum pernah ia
menjumpai orang yang begitu mengemaskan seperti saat ini, sambil menggigit bibir ia bersumpah
didalam hati: "Aku akan mencabik-cabik tubuhnya hingga hancur berkeping-keping, lalu membuang
mayatnya ketengah hutan biar menjadi santapan serigala dan harimau kelaparan-"
sementara itu Kim Thi sia telah terbayang kembali tentang lin lin, teringat bagaimana gadis itu
pergi meninggalkannya tanpa terasa mendadak titik air mata jatuh berlinang.
Putri Kim huan yang menyaksikan hal ini kontan saja tertawa dingin, jengeknya tiba-tiba:
"ooooh, rupanya kaupun bisa melelehkan air mata ternyata engkaupun seorang yang lemah"
Dengan jengkel Kim Thi sia mendengus.
"Hmmm, aku segan berbicara dengan manusia tak tahu malu seperti dirimu itu"
Begitu perkataan mana diucapkan, paras muka putri Kim huan segera berubah hebat, sedang
sipedang besi membentak marah dan melepaskan sebuah pukulan kedepanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
segulung angin pukulan yang amat kuat segera menyergap tiba membuat tubuh Kim Thi sia
bergulingan sejauh tiga kaki lebih dan memuntahkan darah segar.
Biarpun wajahnya menjadi kotor penuh berdebu, namun bukannya mengeluh Kim Thi sia justru
tertawa tergelak penuh ejekan.
sipedang besi so Bun pin semakin mendongkol, kembali tangannya diayunkan dengan tenaga
tiga bagian lebih hebat, ia siap membunuh musuhnya itu secara keji.
Tapi sebelum serangannya dilancarkan tahu-tahu telapak tangannya telah digenggam oleh putri


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kim huan, berbeda dalam keadaan begini terpaksa dia harus mengurungkan niatnya.
Dengan gemas putri Kim huan segera berseru:
"Mulai besok aku hendak menyiksanya habis-habisan, agar dia berubah menjadi makhluk yang
manusia tak mirip manusia, setan tak mirip setan, akan kulihat apakah ia masih bisa keras kepala
terus." Kim Thi sia yang sudah membuang jauh-jauh tentang mati hidupnya malah tertawa semakin
keras setelah mendengar perkataan ini, bahkan ejeknya dengan suara sinis:
"Haaaaahh.....haaaaaahh....haaaaahh...... kuingatkan kepadamu, jangan lupa kalau aku masih
mempunyai jurus simpanan yang terakhir yakni menggigit lidah untuk membunuh diri, ingin
kulihat apa yang bisa engkau perbuat?"
Putri Kim huan jadi tertegun, untuk sesaat lamanya dia tak mampu mengucapkan sepatah
katapun- Kim Thi sia semakin bangga, pikirnya kemudian"Akan kulihat apa yang bisa kau perbuat lagi sekarang walaupun diriku sudah terjatuh
ketanganmu, namun kau tak bakalan bisa menyiksamu, ini berarti belum tentu kau bisa ungguli
diriku........" Kemudian pikirnya lebih jauh:
"Bagi seorang lelaki sejati, lebih baik dibunuh daripada dihina, apa yang mesti kutakuti untuk
menghadapi kematian, toh dua puluh tahun kemudian aku tetap akan muncul sebagai seorang
lelaki." Berpikir sampai disitu, keberaniannya makin membesar, segera teriaknya lagi dengan lantang:
"Hey, putri Kim huan, ayoh jawab, apa yang bisa kau perbuat?"
sipedang besi ingin melakukan sesuatu gerakan, tapi niat segera dicegah putri Kim huanDiam-diam so Bun pin mulai merasakan tak senang hati kenapa putri Kim huan selalu
menghalangi usahanya untuk membunuh Kim Thi sia" Mendadak....
Pada saat itulah ia menemukan suatu peristiwa aneh yang segera menggetarkan hatinya.
Ternyata dari balik jendela ia menyaksikan ada sepasang mata manusia yang tajam sedang
mengawasi semua peristiwa didalam kamar.
semula dia masih mengira matanya yang melamur karena kelewat mendongkol, tapi setelah
diperhatikan dengan lebih seksama dan dilihatnya biji mata orang itu bergerak kian kemari dengan
jelinya, dia baru merasa betul-betul terperanjat.
Apalagi ketika sepasang mata mereka bertemu satu dengan lainnya, tanpa sadar serunya
tertahan- "Tajam benar matanya"
sungguh aneh, biarpun ia sudah menjerit lengking namun sorot mata yang tajam itu masih
berhenti tak bergerak pada posisinya semula.
sebaliknya putri Kim huan berlima seketika dibikin tertegun dan tak habis mengerti.
Menghadapi kejadian begini, merah padam selembar wajah so Bun pin karena lengah, tapi
dengan cepat sebuah pukulan dilontarkan kedepanDia gemas dan benci kepada sipemiliki mata tersebut, sebab gara-gara ulahnya sehingga dia
sebagai seorang jago kenamaan dari dunia persilatan sempat perdengarkan seruan kaget.
Tak heran kalau dalam serangan yang dilancarkan kemudian, ia telah sertakan tenaga
dalamnya sebesar sembilan bagian-"Blaaaaammmm......."
Ditengah benturan keras, daun jendela itu terpental sampai jauh sekali, menyusul kemudian
terdengar sipedang besi membentak gusar dan melesat keluar jendela dengan kecepatan bagaikan
sambaran kilat. Pada saat itulah ia menyaksikan ada sesosok banyangan hitam menerjang kearahnya dengan
amat cepat. Berubah hebat paras muka sipedang besi so Bun pin buru-buru dia melepaskan pula sebuah
pukulan kedepan. "Blaaaaaa mmmmm"
Ditengah suara benturan keras, tahu-tahu sipedang besi merasakan sepasang lengannya
menjadi kaku dan kesemutan sehingga tanpa sadar tubuhnya mundur sejauh tiga langkah lebih.
sementara bayangan hitam itu sama sekali tak berhenti, dia melesat masuk kedalam kamar dan
langsung menyamba tubuh Kim Thi sia dan dibawa kabur dari situ.
Putri Kim huan menjerit keras, disusul kemudian tiga manusia raksasa itu menerjang tiba.
Namun orang tersebut sama sekali tak berpaling lagi, dengan suatu gerakan yang sederhana
dia mengebaskan telapak tangannya kebelakang.
Agaknya tiga manusia raksasa itu segera menderita kerugian besar, mendengar mereka
berpekik penuh kegusara. sipedang besipun membentak nyaring: "Sobat, jangan pergi dulu"
Dengan memutar pedang besinya menciptakan selapis hawa pedang yang menderu- deru
menyeramkan, dalam waktu singkat dia mengancam semua jalan darah penting ditubuh manusia
berbaju hitam itu. "Haaaaah....haaaaah.....haaaaah....ternyata anak murid malaikat pedang berbaju perlente
memang bukan bernama kosong belaka" orang berbaju hitam itu berseru sambil tertawa nyaring.
Tanpa menghentikan gerakan tubuhnya, dia memutar telapak tangannya sembari dikebaskan
lagi kebelakang. Hawa murni segera menyebar keempat penjuru mementalkan seluruh ancaman
yang tertuju kearahnya. sementara so Bun pin masih berdiri tercengang ia telah melesat keluar d ari jendela dan lenyap
dibalik kegelapan sana. Waktu itu kegelapan malam telah mencekam seluruh jagad, ketika manusia berbaju hitam tadi
menyelinap kebalik hutan, maka sekejap kemudian bayangan tubuhnya sudah lenyap tak
berbekas. Agaknya sipedang besi mengetahui siapakah tamu tak diundang itu, dia tidak melanjutkan
pengejaran tapi serunya sambil mendengus marah:
JILID 16 "Hmmm, kau jangan berbangga hati dulu, cepat atau lambat kita berdua tentu akan berduel
untuk menentukan siapa yang lebih dulu........."
Sementara itu Kim Thi sia dibawa kabur orang berbaju hitam itu dengan kecepatan luar biasa,
sepanjang jalan dia hanya merasa desingan angin tajam menderu-deru sementara tubuhnya
bagaikan terapung diatas awan saja.
Dengan perasaan agak terkejut buru-buru tegurnya: "Siapa kau" Mengapa menolong aku?"
Mendadak manusia berbaju hitam itu menghentikan gerak larinya dan menurunkan tubuh Kim
Thi sia keatas tanah, setelah itu katanya dengan suara dingin:
"Sebetulnya cepat atau lambat kau bakal mampus, jadi tak perlu aku mesti bersusah payah
menolongmu dari bahaya. Tapi aku menginginkan kau mati secara jelas. Aku berharap kau bisa
memahami dulu apa yang disebut manusia yang bermuka dingin dan keji diluar tapi berjiwa
kesatria dan pendekar didalamnya?"
Biarpun nada suara itu dingin menyeramkan namun bagi pendengaran Kim Thi sia amat
dikenalnya, cepat-cepat dia mengamati wajah orang itu dengan seksama, kemudian serunya
tertawa: "Aaaah, rupanya sipelajar bermata sakti"
orang itu memang tak lain adalah sipedang bermata sakti, satu-satunya murid dari Ciang
sianseng. sambil tertawa dingin pelajar bermata sakti berkata lagi:
"Mungkin didalam hati kecilmu kau anggap aku sebagai gembong iblis yang amat keji dan tidak
berperasaan. padahal tahu mukanya tahu orangnya siapa yang mengetahui hatinya" siapa pula
yang mengetahui bahwa sejak terjun kedalam dunia persilatan, sudah banyak pahala dan jasa
yang kusumbangkan bagi masyarakat dunia persilatan?"
sekalipun perkataan diucapkan dengan nada dingin dan kedengaranya sombong, namun bila
diperhatikan dengan seksama justru terkandung perasaan pedih dan linu yang tak terhingga.
Kim Thi sia segera berkata:
"seandainya kau adalah orang baik seperti ini, mengapa sikap maupun cara berbicara mu
terhadap gurumu begitu dingin dan tak menaruh rasa hormat. Padahal ciang sianseng adalah
seorang yang bajik?"
sebagai seorang yang polos dan jujur apa yang terjadi beban dalam hatinya langsung saja
diutarakan secara terbuka.
sipelajar bermata sakti segera mendengus dingin, katanya:
"sebagai seseorang yang hampir mau mati, buat apa kau mengetahui kelewat banyak pokoknya
salahku dapat menunjukkan waktuku yang sebenarnya berarti tujuanku telah tercapai."
Begitu selesai berkata, tanpa menunggu pertanyaan dari Kim Thi sia lagi dia segera
membebaskan pemuda itu dari belenggu, kemudian berkelebat pergi meninggaikan tempat
tersebut. Menghadapi watak yang begitu aneh dan belum pernah dijumpai sebelumnya ini untuk sesaat
Kim Thi sia menjadi tertegun dan tak tahu apa yang mesti diperbuatnya.
Dia mencoba untuk mengerahkan tenaga namun kecuali bisa berjalan seperti manusia biasa,
hakekatnya dia tak mampu mempergunakan sedikit tenaga lagi bahkan saban kali dia mencoba
mengerahkan tenaga, seluruh badannya segera terasa linu dan kaku.
Dari seorang manusia yang luar biasa tiba-tiba saja berubah menjadi seorang manusia biasa
kembali. Bisa dibayangkan betapa sedihnya perasaan pemuda tersebut sekarang. Kim Thi sia
segera menjerit keras lalu roboh tak sadarkan diri
Dibawah sinar rembulan yang menyinari tubuhnya, suasana disekeliling tempat itu terasa begitu
hening dan tenang. Entah berapa saat sudah lewat, disaat sorot sang surya yang panas membakar tubuhnya, ia
baru siuman kembali dari pingsannya. Yang pertama-tama terlihat adalah bungkusan obat yang
ditinggalkan pelajar bermata sakti disisi tubuhnya.
Kalau dulu dia tak ingin memikirkan semua persoalan sedalam-dalamnya, maka saat ini telah
terjadi perubahan yang besar sekali dalam waktu singkat ia mulai mencurigai sikap setiap orang
kepadanya. sikap baik yang mungkin belum tentu baik seratus persen, sebab saat ini dia merasa
bagaikan tercampak dari pergaulan manusia.
Rasa percaya pada diri sendirinya mulai goyah, pelbagai persoalan yang pelikpun satu per satu
melintas dalam benaknya, diantara kesemua itu ucapan dingin dari sipelajar bermata sakti yang
paling berkesan dalam. Ia seperti memahami akan sesuatu, seperti mendalami sesuatu, dengan mata terbelalak lebar
karena kaget dan tercengang dia berteriak keras:
"Yang ia maksudkan tentu Ciang sianseng,. Ya a, pasti Ciang sianseng, ilmu silatnya yang lihay,
perawakan tubuhnya yang tinggi besar serta sorot matanya yang tajam, boleh dibilang semuanya
mirip dengan si Manusia dengki......delapan puluh persen aku....aku sudah dicelakainya secara
diam-diam" Dia sendiripun tak tahu mengapa dirinya mencurigai tokoh dunia persilatan yang paling
disanjung dan dihormati, Ciang sianseng dulu. Diapun berpendapat bahwa tidak percaya kepada
Ciang sianseng berarti suatu penghinaan dan sikap tak hormat kepada dia orang tua, tetapi
sekarang ingatan semacam itu terasa makin tipis dan padam.
Apalagi obat seorang pemuda yang membawa dendam dan hampir saja mati, amarah paling
mudah berkobar ia mulai membenci keadilan takdir mulai membenci Ciang sianseng yang
menghancurkan masa depannya. sambil mendongakkan kepala teriaknya kemudian:
"ooooh....ciang sianseng, mengerti aku sekarang.....kau adalah manusia munafik, manusia
keparat.....akhirnya kau pasti akan mampus dalam keadaan mengerikan........"
Teriakannya yang parau bergema dalam lembah dan bukit, mengalunkan gema suara yang
keras dan menyusup kesetiap sudut tempat.
Mendadak dari kejauhan sana terdengar seseorang mengumoat dengan suara keras:
"Siapa yang telah menghina Ciang sianseng" Tampaknya sudah bosan hidup lagi didunia
ini........." Kim Thi sia segera tertegun, dia merasa suara umpatan tersebut amat dikenal olehnya, setelah
dipikir sejenak. seperti sampan kecil ditengah badai yang tiba-tiba menemukan daratan, dengan
kegembiraan yang meluap-luap segera teriaknya:
"Hey lima orang gagah dari Yang wi, cepat kemari, aku adalah Kim Thi sia bagaimana keadaan
Lin lini......." Disaat ia sedang memperhatikan sekeliling situ dengan gelisah, tiba-tiba ia melihat sorot mata
Lin lin yang jeli muncul dikejauhan situ. sorot mata yang jernih dan selalu membawa sinar
kehangatan, cahaya yang menggetarkan kembali perasaan hatinya yang layu.
Beribu-ribu kata serasa akan diutarakan namun ia tak tahu harus mulai berbicara darimana, ia
berdiri kaku bagaikan patung. sementara sepasang matanya yang sayu mengawasi terus gerak
langkah Lin lin tanpa berkedip.
Lambat laun selisih jarak antara kedua belah pihak makin mendekat, tanpa sadar Kim Thi sia
merentangkan sepasang tangannya, dia berniat memeluk Lin lin kedalam rangkulnya, tapi Lin lin
telah menghentikan langkahnya dibawah sebatang pohon, lebih kurang lima kaki dihadapannya,
gadis itu tidak menyapa, tidak pula mengajaknya berbicara.
Dengan kecewa Kim Thi sia duduk kembali sambil memeluk lutut, sementara dalam hati
kecilnya ia mencoba berpikir:
"Kesalahan apa yang pernah kuperbuat" Mengapa kau tidak anggukkan kepala maupun
mengajakku berbicara" Apakah kaupun enggan menolong orang yang hampir mati?"
Pikir punya pikir, akhirnya watak liarnya berkobar kembali, rasa bencinyapun meluap-luap.
seperti gunung berapi yang meletus secara tiba-tiba, dia melompat bangun dari atas tanah dan
berteriak keras: " Kalau tidak ingin mengenal diriku lagipun tak jadi soal. Tapi kau harus mengembalikan kotak
mestika Hong toh hap tersebut kepadaku, mulai detik ini kita mengambil jalan sendiri-sendiri, kita
tak usah saling menggubris lagi satu dengan lainnya."
Lin lin Mengerdipkan matanya lalu mengeluarkan kotak Hong toh tersebut dari sakunya dan
dilemparkan kehadapan sang pemuda tubuhnya tetap bersandar pada pohon mukanya tenang
seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu apapun.
sikap gadis itu ibaratnya api bertemu minyak. rasa tak puas Kim Thi sia makin berkobar-kobar,
sambil menuding kearah gadis itu teriaknya keras-keras:
"Perempuan busuk. perampuan busuk. bila kusapa dirimu lagi, biar dalam penitisan mendatang
aku dijadikan kuda atau kerbau." Lin lin tersenyum hambar, katanya lembut:
"Bukankah kau pernah bilang, disaat kotak Hong toh dikembalikan kepadamu berarti saat kita
untuk berkisah dan tidak saling menggubris lagi......."
"Benar" Kim Thi sia mengangguk dengan tegas. Kembali Lin lin tersenyum.
"Nah, kalau toh memang begitu, kotak Hong toh sudah kuserahkan kembali kepadamu, dan
berarti kitapun sudah menjadi asing. Moga- moga kau bisa menepati janjimu dan tidak
menghalangi kepergianku lagi.....?"
Berbicara sampai disitu ia lantas memberi tanda kepada lima orang gagah dari Yang wi sambil
berseru: "Mari kita pergi"
Lima orang gagah dari Yang wi seperti hendak mengucapkan sesuatu namun niat tersebut
diurungkan, tapi akhirnya mereka toh berbicara juga.
"Kim tayhiap. perselisihan apakah yang terjalin antara kau dengan ciang sianseng" Mengapa
kau memaki-maki dia orang tua?"
Berapa hari berselang, dengan mata kepala sendiri mereka masih menyaksikan Kim Thi sia
berbincang-bincang dengan ciang sianseng. Hubungan mereka nampak begitu akrab dan hangat,
tapi sekarang Ciang sianseng tentu saja peristiwa ini membuat mereka keheranan dan tak habis
mengerti. Kedua belah pihak telah berpapasan dan lewat, namun Kim Thi sia seperti tidak mendengar
perkataan mereka, ia berdiri termangu-mangu sambil memandang ketempat kejauhan. Entah apa
saja yang sedang dipikirkan.
Melihat hal tersebut, lima orang gagah dari Yang wi segera berkerut kening, kemudian setelah
saling bertukar pandangan sekejap. katanya kepada Lin lin hampir berbareng:
"Nona tunggu sebentar, lebih baik semua kesalahan paham dibereskan didepan mata, sebab
bila kedua belah pihak kukuh pada pendirian masing-masing maka kesalahan paham akan
bertambah mendalam yang berakibat penderitaan bagi kedua belah pihak."
"Tidak" tukas Lin lin hambar. "Kesalahan bukan terletak padaku, kesalahan pahampun tak
mungkin makin mendalam, yang ada cuma impian. Impian yang berakhir......."
"Tapi nona.......Kim tayhiap hanya kelewat cepat kalau bicara, padahal hatinya justru nan tulus.
Mungkin saja kata-katanya kurang berkenan dihati, tapi janganlah hubungan kalian menjadi retak
gara-gara urusan yang sepele........"
sambil berbicara dia melirik sekejap kearah Kim Thi sia tampak pemuda tersebut masih berdiri
termangu dengan alis matanya berkenyit kencang. Lin lin melanjutkan langkahnya kedepan
serunya ketus: "Toako sekalian, mari kita pergi, bukankah dia telah menunjukkan sikap mengusir kita?"
Lima orang gagah dari Yang wi menghela napas panjang dan pelan-pelan menyusul
dibelakangnya . seakan-akan baru sadar dari lamunannya, Kim Thi sia berseru tiba-tiba:
"Yaa, siapa yang sedang mengusir kalian" Harap kalian jangan menaruh salah paham."
Nada suaranya kedengaran lemah tak bersemangat, membuat orang lain susah untuk meraba
suara hatinya, mengapa sikapnya sebentar hangat sebentar marah dan garang bagaikan singa,
sebentar lagi bagaikan kucing"
Tanpa sadar kelima orang gagah Yang wi menghentikan langkahnya, sekilas rasa girang
menghiasi wajahnya. Lapisan kabut hitam yang menyelimuti wajah Lin lin pun sedikit terhapus, sepasang matanya
nampaknya lebih cerah bagaikan sang surya yang mengintip dari balik awan.
Tapi dia hanya sejenak, kemudian sambil melanjutkan perjalanannya kedepan katanya lebih
jauh: "Tidak. kita sudah berjanji sejak dulu, tak mungkin apa yang telah dijanjikan bisa dirubah
kembali......." "Nona" dengan gelisah lima orang gagah dari Yang wi berseru. "Kim tayhiap sudah
mengungkapkan perasaan hatinya bahwa dia tidak mengusir kita, mengapa kau mesti
mengajaknya cekcok kembali?"
"Toako sekalian, siapa tahu setan apa yang sedang dipikir olehnya didalam hatinya?" sambil
bertepuk dada, lima orang gagah dari Yang wi berseru lagi:
"Nona, kami tak berani menjamin Kim tayhiap bukan manusia rendah seperti itu. Berdasarkan
pengalaman dan pengetahuan kami selama bertahun-tahun mengembara dalam dunia persilatan,
dalamz sekilas pandangan saja kami sudah tahu kalau Kim tayhiap adalah orang polos yang
jujur........" Lin lin tetap menggelengkan kepalanya sambil melanjutkan perjalanannya, ia berkata:
"Toako sekalian, aku merasa amat lelah, kepalaku pening ingin tidur. Ayoh hantarlah aku
pulang kekota aku tak ingin banyak berbicara lagi........."
Angin lembut berhembus mengacaukan rambut Lin lin yang hitam memanjang, menelimuti pula
bayangan punggungnya yang makin lama semakin menjauh.
Tiba-tiba Kim Thi sia seperti teringat akan sesuatu, sambil mencak-mencak kegusaran teriaknya
segera: "Mengerti aku sekarang, kau pasti sudah mempunyai teman baru sehingga begitu tega kau
meninggalkan kawan lama, siapakah biang keladinya ini" Hmmm, selama Kim Thi sia masih hidup


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

didunia ini, dialah yang pertama-tama akan kulumat jadi abu"
saking gusarnya, luka yang diderita dalam tubuhnya menjadi kambuh, ia segera roboh
terjungkal keatas tanah dan tak mampu merangkak bangun kembali, bahkan untuk berbicara pun
susah. Namun dihatinya dia berteriak penasaran:
"Ciang sianseng.......Lin lini.....putri Kim huan......kalian semua adalah musuh-musuh
besarku......" Entah berapa lama dia mengumpat, tahu-tahu pemuda itu sudah jatuh tertidur dengan
nyenyaknya. Tak lama kemudian tampak sesosok bayangan abu-abu munculkan diri dari balik hutan. Dalam
dua tiga lompatan saja bayangan tadi telah tiba disisi pemuda tersebut.
orang itu berperawakan jangkung dan bermuka kurus, matanya dan bibirnya terkatup rapat.
Diawasinya sekejap wajah Kim Thi sia dari atas hingga kebawah, akhirnya pandangan itu
terhenti pada bungkusan obat yang masih berada dalam genggamannya.
"Dasar tolol......" terdengar orang itu bergumam. "Ada obat enggan digunakan sama artinya
mencari jalan kematian buat diri sendiri Kalau dilihat dari watakmu yang keras, kau nampak begitu
gagah dan luar biasa, tak tahunya perasaanmu begitu lemah....."
"Ya a, kau pasti sudah terbelenggu oleh asmara. Makin terjerumus makin dalam hingga
akhirnya tak tertolong, seperti juga aku."
Tapi dengan cepat ia teringat kembali semua sejak terjangan selama ini, sambil bertepuk dada
gumamnya lebih jauh: "Aku tak mengerti apa artinya asmara, aku hanya tahu berbakti, membuat orang tuaku
bahagia. Aku tak pernah berharap ada gadis yang mendampingiku, aku adalah manusia sebatang
kara. sejak berumur enam belas tahun aku sudah sebatang kara, tiga puluh tahun bagaikan
sehari. Hingga kini aku tak pernah menyesal, tak pernah berubah pikiran- Banyak orang gagah
yang tidak bisa mengatasi soal cinta, tapi aku bisa, sepantasnya kalian belajar dariku, aku disebut
orang pelajar bermata sakti. Padahal yang benar aku cuma pelajar sebatang kara, sebab aku
berhasil mengatasi soal cinta dari dulu hingga sekarang belum pernah ada yang
mengungguliku......."
Bergumam sampai disitu dia termangu sejenak, lalu dengan wajah sedih lanjutnya:
"Tapi....tapi......bila dibicarakan sesungguhnya, aku.....akupun belum bisa membanggakan hal
ini......sebab aku pernah gagal, aku pernah menderita seperti kau sekarang, seandainya bukan si
malaikat pedang berbaju perlente mengakui sebagai abang seperguruannya dan selain memusuhi
diriku. Aku.....aku tetap seorang lelaki biasa, akupun tak pernah bisa mengatasi masalah
cinta......." Makin bergumam pelajar bermata sakti menggumam makin jauh, jelas ia sudah dibuat tersiksa
dan menderita selama banyak tahun gara-gara persoalan ini.
selang sesaat kemudian, sambil menuding kearah Kim Thi sia yang tak sadarkan diri ia berkata
lagi: "Kau adalah murid terakhir malaikat pedang berbajuperlente, kau telah memperoleh seluruh
warisan ilmu silatnya, berarti kau telah mewakilinya, kau tak ambil perduli masalah aturan, aku tak
perduli harus menggempur seorang angkatan muda, tapi aku akan selalu mengacau dirimu
terutama dalam soal hubungan cinta, dengan segala upaya aku akan menggagalkan
dirimu.......sebab dulu, gurumu si malaikat pedang berbaju perlente melalu
mengacau hubungan cinta kami, membuat hatiku kecewa dan dingin, hidup tak berarti,
beberapa kali hendak bunuh diri."
"Mungkin juga......" sorot mata sipelajar bermata sakti melotot makin berat dan makin tajam.
"Mungkin juga aku hendak berduel denganmu, aku tahu usiaku sUdah tua tak jauh dibandingkan
usiamu yang muda, namun aku memiliki sepasang mata yang memiliki daya pikat bagi wanita, aku
pasti akan mengungguli dirimu, bilamana perlu akan kurebut kekasihmu dengan mengandalkan
mataku yang tajam, aku akan memaksamu mengikuti jejakku, menjadi seorang manusia sebatang
kara." "Dendam orang tua, anak yang harus membalas hutang angkatan tua, angkatan muda yang
mesti menanggung tindakanku inipun tidak menyalahi hukum. Apalagi aku hendak menolongmu
mengembalikan kekuatan tubuhmu agar kau bisa memberi perlawanan. Nah orang she Kim, disaat
dia sudah memahami bagaimana beratnya penderitaan yang kualami selama ini, maka kaupun
akan melupakan juga semua penderitaan pada dirimu sendiri"
sampai disini dia segera membangunkan Kim Thi sia, melepaskan pakaiannya yang robek dan
memeriksa luka yang dideritanya. Tiba-tiba ia berseru keras:
"suhu, hatimu sungguh keji, rupanya kau telah memutuskan urat penting ditangannya dengan
menggunakan tenaga Ci yang cengkhi. Tak heran kalau seorang pemuda yang lincah bagaikan
naga tiba-tiba kehilangan seluruh kekuatan tubuhnya, kau tak berperi kemanusian, aku benarbenar
tak mengerti mengapa kau berbuat demikian, apa yang menjadi tujuanmu......."
Pelajar bermata sakti mengambil air bersih dan membuka bungkusan obat itu lalu mengoleskan
kesetiap luka yang ada ditubuh Kim Thi sia merintih kesakitan dan mendusin kembali dari
pingsannya. "Jangan bergerak" pelajar bermata sakti segera memperingatkan. "Disaat kutusuk jalan
darahmu dengan pisau nanti, usahakan untuk bertahan jangan bersuara, kalau tidak maka hawa
murnimu akan menyembur keluar hingga menyebabkan kematian."
Diam-diam Kim Thi sia bergidik, tapi ia mengangguk juga sambil melemparkan pandangan
terima kasih kepadanya. sekalipun nada suara pelajar bermata sakti dingin menggidikkan, namun bagi pendengaran Kim
Thi sia justru lebih hangat dan ramah daripada suara Ciang sianseng.
"Paling baik gertak gigi keras-keras, aku segera akan turun tangan."
sambil berkata pelajar bermata sakti mencabut keluar sebilah pisau dari sakunya dan tanpa
mengucapkan sepatah katapun ditusukkan keatas jalan darah Hong awan hiat ditungkai Kim Thi
sia. Darah segar segera menyembur keluar menodai tubuh mereka berdua.
Pelajar bermata sakti segera memutar pisaunya kuat-kuat, segumpal daging segera terkorek
keluar dari tungkai kaki pemuda itu.
Rasa sakit yang tidak terlukiskan dengan kata segera membuat Kim Thi sia lupa akan
peringatan, tidak tahan dia menjerit keras-keras.
Berubah hebat paras muka pelajar bermata sakti, secepat kilat ia cabut keluar pisaunya dan
menghantam jalan darah Hek seng hiat dibahu kiri Kim Thi sia sebanyak tiga kali.
Kim Thi sia segera merasakan segulung tenaga hisapan yang amat besar menyergap tubuhnya
secara otomatis ia menggerakkan tangannya untuk menangkis, saat itulah pelajar bermata sakti
mendengus tertahan sambil melepaskan sebuah tendangan keras.
Kim Thi sia segera tertendang hingga mencelat sejauh berapa kaki dan jatuh terjerembab
mencium tanah. Dengan suara dingin menyeramkan pelajar bermata sakti segera menegur: "Hey orang she
Kim, apakah kau sudah bosan hidup?"
Kim Thi sia amat mendongkol, apalagi bila teringat apa yang terjadi barusan serta ucapan
pelajar bermata sakti yang begitu garang, ia mengira pihak lawan snegaja hendak
mempermalukannya, dengan suara keras sahutnya lantang:
"Pergi, pergi, aku tak sudi menerima pertolongan seperti in.., cepat enyah dari hadapanku, biar
aku mati disini dengan tenang" Pelajar bermata sakti mendengus lalu tertawa dingin
"Heeeeh......heeeeh......heeeeh tak nyana kau adalah manusia yang tak punya keberanian.
Menahan sakit penderitaan pun tak mampu, benar-benar manusia tak becus"
Merah padam selembar wajah Kim Thi sia sebetulnya dia hendak mengumpat orang itu, namun
setelah melihat wajah sipelajar bermata sakti yang berwarna kuning kehijauan dan jidatnya basah
oleh keringat jelas banyak tenaga yang telah dikorbankan untuk menepuk jalan darahnya tadi,
dengan nada minta maaf katanya kemudian"Rupanya aku memang bodoh, maaf, aku telah menganggap maksud baikmu menjadi niat
jahat." Pelajar bermata sakti tertawa hambar.
"Masih membutuhkan pengobatan dariku" Gara-gara teriakanmu tadi, bukan saja usaha kita
semua gagal total, hampir saja akupun tak dapat menahan diri hingga turut menderita."
"Ya a, semua ini gara-gara salahku sendiri hampir saja aku menyeretmu terjerumus dalam
lembah penderitaan-"
"Sudah tak usah banyak berbicara lagi bila ingin hidup maka kau harus mendapat pengobatanKalau tidak. aku akan pergi dari sini."
Meski Kim Thi sia tak senang hati namun teringat kebaikan orang lain. Rasa mendongkolnya
hilang separuh sambil menunjukkan senyum paksa katanya cepat:
"Tentu saja aku ingin hidup, justru yang kutakuti kau tidak memberi kesempatan kepadaku
untuk menyelamatkan diri"
"Kesempatan memang tak banyak. bila kau tak dapat memanfaatkan peluang yang ada maka
sekalipun aku berniat menolongmu niatku tersebut tak akan bisa dipergunakan-"
"Baik" kata Kim Thi sia kemudian sambil mengangguk. "Mari kita coba sekali lagi, bila kali ini
gagal akupun tak akan memanggilmu lagi"
Berbicara sampai disini, dia segera menggertak gigi sambil memejamkan matanya rapat-rapat.
"Kalau memang begitu, manfaatkan kesempatan yang terakhir ini dengan sebaik-baiknya."
Mendadak Kim Thi sia berseru lagi:
"Sobat, aku ingin bertanya kepadamu, sebetulnya ciang sianseng adalah orang baik atau orang
jahat" Dapatkah kau memberitahukan soal itu kepadaku.......?"
Pertanyaan yang muncul sangat mendadak ini segera membuat pelajar bermata sakti jadi
tertegun, selang sesaat kemudian ia baru berkata:
"Bukankah kau tahu bahwa aku adalah murid Ciang sianseng, mengapa kau ajukan pertanyaan
semacam itu kepadaku?"
"Aku lihat meski kalian punya hubungan sebagai guru dan murid, namun dalam pembicaraan
maupun tindakan justru sama sekali tak cocok satu dengan lainnya."
"Persoalan tersebut merupakan masalah kami pribadi, lebih baik orang luar tidak usah
mencampurinya, tidak terkecuali dirimu" kata sipelajar bermata sakti sambil menarik muka.
Kim Thi sia segera terbungkam dalam seribu bahasa, sementara dihati kecilnya dia
menggerutu. "Masa ditanyapun tak boleh, bunuh, peraturan bau kalian kelewat banyak. tapi suatu ketika aku
pasti akan menunjukkan kenyataannya agar kau pingin disembunyikanpun tak bisa
menyembunyikan kembali."
sementara itu pelajar bermata sakti telah menyeka pisau emasnya dengan kain, lalu katanya
dengan suara dalam: "sekarang aku hendak mulai lagi, bila kau takut sakit lebih baik katakan mulai sekarang,
daripada aku gagal melakukan pengobatan akibatnya diriku justru terjerumus kedalam lembah
kehancuran. Kau tahu, cara pengobatan yang kulakukan sekarang merupakan suatu cara
pengobatan yang amat menyerempet bahaya. Keberhasilan ataupun menyerempet hampir
semuanya tergantung pada kemampuan si penderita untuk menahan siksaan-" Kemudian katanya
lebih jauh: "Aku tahu pikiran dan perasaanku sekarang sedang kalut karena perubahan yang kau alami
masalah cinta, padahal perasaan yang tersumbat semacam ini justru merupakan penghambat
yang hendak kulakukan. Itulah sebabnya kuharap kau bisa membuang jauh-jauh semua pikiran,
asal kau bisa berbuat begitu berarti usaha kita sudah berhasil separuh."
"Darimana kau bisa tahu kalau aku retak hubungannya dengan Lin lini......?"
Pelajar bermata sakti menjawab pertanyaan itu, sebaliknya malah bertanya dengan suara
keheranan- "Nona itu bernama Lin lin" tampaknya dia amat menaruh perhatian kepadamu?"
"Hmm. siapa bilang dia menaruh perhatian kepadaku" Takpernah ada kejadian seperti itu" Kim
Alap Alap Laut Kidul 16 Pendekar Cacad Karya Gu Long Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San 6

Cari Blog Ini