Ceritasilat Novel Online

Menuntut Balas 25

Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi Bagian 25


sempat mengelit tangannya, Dua tangan mereka bentrok
keras, lalu keduanya sama-sama mundur dua tindak. siorang
dengan ikat kepala merah lompat maju. "Tong Losu.." ia
mencegah. "Hm" bersuara sikate- dampak. yang meneruskan berkata:
"Jangan mencegah. Gui Hio-cu Hari ini aku si tua mesti
mengajar adat kepada dua orang manusia bermata tinggi ini"
Si ikat kepala merah itu menjadi masgul, terpaksa ia berdiri
disamping. Sikate- dampak mengawasi bengis, mukanya menyeringai
Dia kata sambil tertawa jumawa: "Seumur aku situa, baru hari
ini aku menemui orang yang berani mengatakan aku bangsat
tua Meski mungkin kamu tidak tahu apa apa tetapi
hukumanmu mesti cacad satu kaki atau satu tangan"
Sianak muda mengawasi siberewokan, dia tertawa lebar.
"Paman Ho, ini hari barulah kita memperoleh tambahan
pengetahuan Kita telah bertemu si manusia tukang omong
besar yang tak tahu malu" katanya.
Bukan kepalang mendongkolnya si kate-dampak itu,
mukinya menjadi merah, romannya bertambah bengis.
"Bocah, kau tidak tahu siapa aku situ" katanya sengit,
"Akulah Pek pu Kie Hun Tong Tay" Dibawah tanganku tak ada
1508 orang mati utuh. Tapi kau, mengingat kau tak kenal aku, aku
cuma mau mematahkan tangan atau kaki-mu"
Mendengar nama dan gelaran orang, anak muda itu dan
siberewokan nampak kaget, Tong Tay itu, yang julukannya
Pek-pu Kie Hun, atau si Penangkap Arwah, adalah seorang
jago Keluarga Tong di Sucoan, yang keistimewaannya yalah
racunnya yang liehay, Dia pula terkenal untuk ilmu silatnya.
Tengah dua orang itu berkuatir, mereka mendengar satu
suara yang datangnya dari tempat tak jauh, mulanya tertawa
nyaring, habis kata-kata ini: "Ha, bakal ada pertunjukan ramai
Tak dapat aku tidak menontonnya Dasar Keluarga Tong dari
Sucoan telah kehilangan mukanya Hai, bocah, jangan kau
bersangsi-sangsi Dengan kepandaianmu, apakah benar kau
jeri terhadap Tong Tay?"
Orang semua heran, semua lantas menoleh. Disana terlihat
satu orang tua dengan baju panjang warna merah, kumisnya
yang disebut kumis kambing gunung terikat pada pohon pekyang,
hingga dia bagaikan main ayunan, Masih terlihat terlihat
wajahnya yang bersenyum berseri-seri. Sipemuda dan
berewokan nampak girang. Bukan kepalang gusarnya Tong
Tay. Dia berlompat maju sambil terus menyerang
orang tua berbaju merah itu terus bersenyum-senyum,
tubuhnya terus berayun-ayun. Sikate-dampak menjadi heran,
serangannya yang dahsyat itu lewat dengan begitu saja.
saking heran, ia berdiri menjublek.
Si orang tua baju merah tertawa lebar, dia kata pula: "Tong
Tay, kau hendak menempur aku siorang tua" oh, masih kacek
jauh. Sianak muda didepanmu ini saja kau masih tidak mampu
melawannya Ditubuhmu ada peluru, jarum, piauw dan torak.
yang sangat beracun, tetapi dimataku, semua itu benda tak
ada artinya jikalau kau tidak percaya, kau cobalah terhadap
anak muda itu, nanti kau akan dapat buktinya aku omong
benar atau tidak" 1509 Tong Tay tidak menjawab, dia hanya mengawasi dengan
sinar matanya berkobar itu artinya dia tengah berpikir keras.
Ketika itu telah datang ketiga imam tadi, mereka datang
sambil berlari-lari, sikumis-jenggot panjang dan Ham Kong
Tojin telah ditolongi, ditotok bebas oleh kawannya Mereka
heran menghadapi suaana mengancam itu. Lantas mereka
dihampirkan siikat kepala merah, yang berbisik kepada
mereka, setelah mana enam matanya ketiga imam itu
diarahkan kepada siorang tua baju merah.
Orang tua baju merah itu berkata dengan dingin: "Ketiga
hidung kerbau, didepan aku siorang tua, jangan kamu banyak
lagak Kuil Sam ceng Koan di In Bong Tek itu yalah ancaman
bahaya untuk Khong Tong Pay Kamu telah datang kemari,
kebetulan sekali, kamu mengantarkan diri kedalam mulut
harimau" Mukanya ketiga imam menjadi pucat. "Heran,
mengapa dia ketahui itu?" Mereka pada berpikir.
orang tua yang menggantung diri dengan kumisnya itu
mendadak berseru. "Eh, bocah, kenapa kau tidak menyapa
sibangsat tua she Tong" Kau hendak tunggu apa lagi" Hm
Kalau aku tahu kau bernyali kecil dan tak berguna, seharusnya
aku situa melepaskan tanganku untuk tidak mencampurkan
lagi." Sianak muda memang sudah siap. dia hanya tadi bersangsi,
tetapi, begitu mendengar suara siorang tua, lantas dia maju
menyerang, tangannya dari bawah naik keatas dalam gerakan
"Badak memandang rembulan-" Dia menyerang jalan darah
hiankie, Tong Tay tidak menyangka orang menyerang ia tanpa
suara lagi, hanya secara demikian mendadak. dia menjadi
kaget. Ketika itu. dalam panasnya hati dan heran, ia tengah
memikirkan tindakan untuk melayani siorang tua yang berlaku
sangat kurang ajar terhadapnya itu, yang tak dipandang mata
sekali. Masih demikian, ia masih sempat menggeraki kedua
tangannya, guna menghalau serangan tiba-tiba dan hebat itu.
1510 Anak muda itu menginsafi dirinya, bahwa ia pandai tetapi
masih kurang latihan, maka itu dibawah anjuran siorang tua
tak dikenal, ia menyerang sehebat itu, ketika ia dilawan dan
di-serang, ia lantas berkelit lincah sekali, ia sudah berada
dibelakang musuh. Lantas ia menotokjalan darah sinijie di
punggung, ia menggunai dua buah jerijinya, serangan itu
disusul dengan totokan tangan kiri kejalan darah ceng-ciok.
Tong Tay berseru, tubuhnya mencelat tinggi, ketika ia
berpaling, ia balas menyerang hebat sekali, ia pun menggunai
kedua tangannya berbareng.
Dua kali sianak muda menyerang gagal, dia tidak lantas
berhenti, ketika lawannya berkelit, ia lompat menyusul, dia
menotok pula punggung lawan itu.
Tong Tay kaget, tetapi karena ia sudah menyerang, ia
meneruskannya, ia menambah tenaganya.
Anak muda itu sudah lompat turun, sendirinya ia dapat
berkelit, Dengan Tong Tay memutar tubuh, serangannya
gagal, tetapi pun serangannya jago dari Sucoan itu turut
gagal. Ketika kakinya menginjak tanah, Tong Tay mendongkol
sekali, mukanya menjadi merah, Dia kata dalam hatinya,
"Kalau hari ini aku situa tidak dapat membikin mampus bocah
ini yang susunya belum hilang, kecewa aku disebut Pek-pu Kie
Hun" Maka terus ia berlompat maju, tubuhnya meluncur, tangan
kirinya menotok, kaki kanannya membarengi terbang,
menendang jalan darah in-hwe. Itulah salah satu jurus
istimewa ilmu silat keluarga Tong.
Hebat anak muda itu, Meski musuh liehay dan menggunai
pukulannya yang istimewa itu, bukannya ia berkelit atau
mundur, ia justeru maju untuk memapaki, untuk menyerang
kejalan darah simjie. Tong Tay terkejut, inilah diluar pemikirannya, Siapa sangka
anak muda ini nekad, bersedia untuk terbinasa bersama"
Dalam heran dan kagetnya itu, ia lompat mundur setombak.
1511 siorang bertubuh besar dan berewokan itu girang,
Sebaliknya ketiga imam itu dari Khong Tong Pay bersama
siorang dengan ikat merah menjadi terperanjat. Dipihak lain,
siorang tua yang bergelantungan itu tertawa terbabak-bahak.
Dia kata nyaring. "Anak yang baik, bagus jurusmu ini Hanyalah berhatihatilah
kau kalau-kalau sibangsat tua she Tong menjadi gusar
dan kalap. jagalah dirimu dari segala benda hancuran yang
disimpan pada tubuhnya."
Tong Tay, dalam murkanya, sudah membentak dan
menyerang, Tiga kali beruntun ia melakukannya, untuk
mendesak. Sianak muda menjadi tambah semangatnya, ia tahu
dengan adanya siorang tua baju merah itu, ia tidak bakal kena
dirobohkan lawannya itu, ia berkelit dengan gesit, ia pun balas
menyerang sama hebatnya. Maka berdua mereka bertempurlah dengan dahsyat sekali.
Si ikat kepala merah lantas bicara kasak-kusuk dengan
ketiga imam, sebagai kesudahan dari itu tanpa ngak atau ngik,
mendadak mereka mengangkat kaki, lari kearah In Bong Tek.
Sama sekali mereka tidak menghiraukan si orang she Tong
Siberewokan panas hatinya melihat kepergian empat orang
itu, Mereka tidak bersikap sebagai orang Rimba persilatan
sejati, Tadinya ia hendak menegur mereka itu atau ia melihat
siorang tua yang bergelantungan itu mengulapkan tangan
mencegah padanya, ia lantas berdiam terus, matanya
mengawasi pertempuran- Tong Tay sedang menumplak perhatiannya pada
pertempuran kepada musuhnya, ia tidak tahu bahwa
rombongannya ketiga imam telah meninggalkan medan
pertempuran itu, ia bahkan memperhebat serangannya karena
ia sangat penasaran- Tengah asyiknya orang mengadu jiwa itu. maka tiba-tiba
terdengariah suara tertawa yang nyaring dan panjang, lalu
1512 tertampak tak jauh dari pohon pek yang tempat
bergelantungannya si orang tua dengan baju merah
berkelebatnya satu tubuh manusia, berkelebat dengan luar
biasa pesat. Tepat digelanggang orang itu berhenti berlari, maka
sekarang tampak nyata dialah seorang petani yang mukanya
kuning berpenyakitan. Dengan lantas dia memandang Tong
Tay, dengan sikap dan suara dingin, dia berkata "Tong Tay,
aku lihat baiklah kau bunuh dirimu sendiri. Satu bocah saja tak
dapat kau robohkan, mana dapat dibilang kaulah jago Kang
ouw yang berkenamaan?"
Tak kepalang gusarnya Pek pou Kie Hun. Dia mendesak
sianak muda, untuk dipaksa mundur, habis itu tubuhnya
mencelat mundur, berdiri di depan siperani. Tanpa menegur
lagi, tanpa mengawasi pula, dia lantas menyerang. Tangan
kanannya bergerak dalam jurus "Tok cu cuk tong" atau "Ular
berbisa keluar dari liangnya."
Walaupun ancaman itu sangat hebat, si petani tidak
berkelit atau menangkis, sebaiknya daripada menyingkirkan
diri, ia justru meluncurkan sebelah tangannya, jarinya mencari
jalan darah kiok-tit dari si Penangkap Arwah.
Tong Tay terkejut saking heran, itulah sambutan luar biasa,
yang baru kali ini ia pernah lihat, Terpaksa ia membatalkan
serangannya, sambil menarik pulang tangannya, ia pun lompat
mundur tiga kaki. Adalah sipetani itu. Gagal peluncuran tangannya itu,
tubuhnya lompat menyusul, mengikuti bagalkan bayangan,
hanya bukan ia melanjut menyerang pula, mendadak ia
menghentikan tindakannya. Tong Tay bingung hingga ia
tercengang. Petani muka kuning berpenyakitan itu tertawa.
"Tong Tay, kau tidak tahu diri" katanya tertawa, "Kau dogol
bagaikan sang kerbau Benar kau diundang U-bun Lui akan
tetapi partai dia tidak menghargakan kau Kau cuma dihormati
1513 sekedarnya. Apakah kau tidak melihat bagaimana kau telah
ditinggal pergi mereka semua?"
Kembali Tong Tay melengak. hanya kali ini segera ia
melihat kesekitarnya, Mana
ketiga imam dan seorang ikat kepala merah" Tak nampak
mereka itu ia menjadi kaget, lantas ia berteriak sendirinya:
"Sungguh menyebalkan Aku bisa mati mendongkol"
Si orang tua berbaju merah agaknya heran melihat
munculnya sipetani berpenyakitan itu, ia meninggalkan
pohonnya, untuk berdiri se-tombak jauhnya dari orang, untuk
mengawasi ia menjadi heran lagi karena ia tidak melihat
sesuatu yang luar biasa pada sipetani ini.
Sipetani berkata dengan dingin: "perlu apa kau mendongkol
sendirian" oey Kie Pay sudah mengundang Bin San Jie Tok.
Racun mereka dan cara menggunainya menang seratus lipat
daripada racun dan kepandaianmu Maka itu dimata mereka,
ada kau tak kekurangan"
Tong Tay sengit sekali. "Apakah kepandaiannya Bin San Jie Tok yang melebihkan
aku Keluarga Tong ?" dia berseru. "Jangan kau lancang
mengoceh menghina." Si muka kuning berpenyakitan tertawa nyaring dan
memegat. "Jikalau kau dapat mengenai racunmu yang tak ada
rasanya dan tak ada romannya yang mudah dikenali, hingga
kau dapat meracuni roboh kepada Shatohoto dan U-bun Lui,
hingga Bin San Jie Tok tak sanggup menyembuhkannya, baru
aku percaya keliehayanmu jikalau benar kau mempunyai nyali
besar, justeru aku juga diundang U-bun Lui, mari kita bersama
pergi kepadanya untuk kau coba meracuni mereka itu.
Maukah kau pergi?" ooooooo
BAB 24 PADA biasanya orang Rimba persilatan suka besar kepala,
demikian Tong Tay tidak 1514 menjadi kecuali, apa pula Keluarga Tong sebagai ahli racun
sudah memperoleh nama sejak beberapa ratus tahun yang
lalu, Tong Tay beranggap didalam dunia tak ada ahli racun
yang keduanya, Saking mendongkol, dia berjingkrakan dengan
tertawa dingin, dia kata: "Aku siorang she Tong tak dapat
dipancing menjadi gusar olehmu Tidak nanti aku melakukan
perbuatan sehina itu"
Simuka kuning berpenyakitan tertawa lebar.
"Jangan kau ngoceh tidak keruan" katanya. Jangan kau
berjumawa sendiri oey Kie Pay sudah tidak menghargai kau
Paling benar kau berpeluk-dagu berangkat pulang ke Su-coan
Disana kau tutup pintumu kau hidup senang dan damai
seorang diri Dimana dalam dunia Kang ouw sudah ada Bin San
Jie Tok maka untuk kau sudah tiada tempat lagi untuk
menyapa. "Touw Liong Locianpwe, benar atau tidak?" dia
tanya. Memang benar, orang tua berbaju merah itu yalah Touw
Liong Kie-su chio Thay Hie si Pembunuh Naga. Ditanya begitu,
dia melengak, Dia tidak mengerti kenapa orang kenal


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

padanya, sebaliknya dia sendiri tidak terhadap orang itu.
Tanpa merasa dia mengeluarkan kata-kata tidak tegas.
Tong Tay sendiri mendongkol dan bingung, tak senang dia
mendengar kata kata orang. Karena itu dia sampai tidak
mendengar perkataan orang terhadap Touw Liong Kiesu,
Meski demikian, dia mencoba menguasai dirinya. Dia tertawa
dingin dan kata. "Sahabat, kau memandang aku siorang she
Tong begini tidak berharga, baiklah, ingin aku main-main
denganmu untuk aku meluaskan pandanganku"
Orang muka kuning berpenyakitan itu tertawa.
"Buat apakah membuka mulut lebar saja?" katanya,
"Sahabat she Tong, harus menimbang dirimu sendiri Kau
mesti bisa melihat gelagat untung dan rugi inilah bergantung
kehormatan dan kehinaannya Keluarga Tong, jangan kau
1515 terkebur tidak keruan, agar kau jangan melukis harimau tetapi
jadinya anjing" Mukanya Tong Tay merah padam, matanya bersinar,
tubuhnya menggigil. sudah lama dia memperoleh namanya,
orang umumnya jeri terhadapnya, dia biasa dipuji, maka itu
mana dapat dia menerima penghinaan demikian macam"
"Baik Baik." dia berseru. Dia seperti kalap. hingga lenyaplah
kecerdasannya. Tak dapat ia memikir lainnya kecuali untuk
menghajar orang sepuas hatinya. Dia cuma bisa
menambahkan "Sahabat bagaimana kalau kita bersama pergi
kemarkas besar oey Kie Pay ?"
Si muka berpenyakitan melirik.
"Sahabat she Tong, bukannya aku tidak pandang mata
pada kau," ia bilang sabar, "akan tetapi bagaimana juga,
kakimu tak kuat menyusul aku sebaliknya jikalau aku berjalan
perlahan, rasanya tidak puas. Maka itu sahabat, baiklah kau
yang berjalan lebih dulu Tentang aku, aku tanggung, aku akan
tiba satu jam dimuka daripada kau"
Pek-pou Kie Hun murka tak terhingga.
"Sahabat, jangan jumawa" dia berteriak. Jangan kau selalu
mengejek aku si orang she Tong Kau lupa bahwa akulah Pekpou
Kie Hun, bahwa dengan lariku seratus tindak seperti
terbang, dapat aku mengejar arwah manusia sama cepatnya
seperti berkelebatnya halilintar"
Si muka berpenyakitan bersenyum, ia melirik tajam orang
didepannya itu, lalu ia berkata sungguh-sungguh, "orang she
Tong, karena kau sangat jumawa, baik mari kita jalan
bersama Hanyalah, umpama kata tenaga kakimu tak ada
seperti tenaga kakiku kau harus sesalkan dirimu sendiri,
jangan kau katakan aku tidak memperhatikanmu"
Habis berkata, ia menggeraki tangannya, mengasi tanda
mempersilahkan orang mulai berangkat.
Tong Tay tertawa dingin, lantas dia menggeraki kedua
kakinya, Benarlah bagaikan jemparing melesat, tubuhnya
1516 berlompat, untuk terus berlari dengan cepat sekali. Karena ini
dalam tempo yang pendek dia telah melalui kira tiga puluh lie.
Tengah dia lari berlari terus dengan cepat itu, tiba tiba dia
merasakan angin bersiur disisinya, Dia lantas menoleh
kesamping, untuk melihat. Tiba tiba dia menjadi sangat kaget,
Dia melihat angin itu disebabkan lewatnya si- muka kuning
berpenyakitan itu, yang berkelebat disampingnya. Setelah itu,
segera dia ketinggalan setengah lie maka dilain saat, dia
sudah kehilangan lawannya itu.
"Ah..." akhirnya dia menghela napas, sekarang baru dia
mengerti dalam ilmu lari keras itu dia kalah jauh.
Dipihak lain, kapan Touw Liong Kiesu melihat gerakan si
muka berpenyakitan itu ia menghela napas saking kagum, ia
memuji, katanya: "orang itu bukan cuma cerdik tetapi juga
ilmu kepandaiannya lihay sekali, oleh karena itu, dengan
perginya Tong Pay bakal mengalami seperti langit ambruk dan
bumi gempa..." "Locianpwe benar," berkata si berewokan. "Aku yang muda
telah bersamber pundakku dengan arit yang beracun,jlkalau
bukannya dia yang menolongi dengan memberikan obatnya
tidak nanti sekarang aku dapat bertemu dengan locianpwe..."
Touw Liong Kiesu bersenyum.
"Anak ceng," ia berkata kepada si anak muda, "benarlah
dugaan gurumu, musuh ayahmu ialah U-bun Lui ketua dari
oey Kie Pay" Matanya si anak muda dipentang lebar.
"Kalau begitu sekarang juga murid hendak pergi mencari
musuh ayahku itu " ia berkata keras.
Touw Liong Kiesu menatap.
"Anak, jangan terkebur" ia berkata, menegur "Kau baru
belajar silat beberapa hari, kenapa kau sudah berani melihat
orang tidak mata" jangan kau turuti napsu amarahmu saja.
1517 Kau harus ketahui disarang oey Kie Pay sekarang ini berada
banyak orang lihay, hingga sekalipun gurumu, hendak ia
bertindak secara waspada, dengan melihat selatan-Apakah
kau rasa kau dapat lancang sembrono?"
Anak muda itu insaf bahwa ia terlalu menuruti suara
hatinya, ia lantas tunduk dan air matanya mengembeng, ia
menutup mulut. Touw Liong Kiesu mengawasi, ia menghela napas, lantas ia
berkata: "Tapi kau tidak dapat dipersalahkan, anak. Memang
segala urusan sulit untuk diramalkan dimuka. Sekarang kita
harus pergi dengan waspada, pergi kita bertindak dengan
melihat gelagat, terutama janganlah semberono Tahukah kau
sekarang?" Sianak muda cuma mengangguk.
"Mari kita pergi" mengajak orang tua itu seraya ia terus
bertindak dengan cepat hingga sianak muda dan kawannya
lantas menyusul untuk berlari-lari bersama ke In Bong Tek.
Ketika itu ditelaga In Bong Tek sendiri dimana pohon
gelaga seperti nempel dengan langit, diatas mana terlihat
burung-burung pada beterbangan dari antara hutan gelaga itu
nampak beberapa bayangan orang, yang kemudian ternyata
adalah ketiga imam yang diketemukan dirumah makan
bersama seorang kawannya. Selagi berlari lari itu tiba tiba
mereka menghentikan. Si ikat kepala merah lantas nampak bersungguh sungguh,
dia lantas berkata: "Lagi setindak kita akan sampai dibalas
tempat terlarang, maka itu maafkan aku seorang she Gui,
lantaran aku tidak dapat melanggar aturan ketua kami, aku
cuma dapat mengantar sampai disini."
Dia menunjuk kedepan untuk menambahkan "Diarah sana,
sekira lima lie, adalah keletakannya kuil, Sekarang aku akan
menantikan disini sekalian menantikan kabar bagus dari kamu
bertiga, totiang." 1518 "Terima kasih, Gui Hiocu," kata ketiga imam. "Kau banyak
cape." Lantas ketiganya berlompat memasuki wilayah terlarang
oey Kie Pay itu. Tepat orang berlompat pergi, tepat dibelakang si orang
dengan ikat kepala merah itu berlompat keluar satu orang
yang segera menotok jalan darah beng-bun hingga tanpa
bersuara lagi, dia roboh dihutan gelaga itu dengan jiwanya
melayang pergi Begitu lekas juga penyerang itu berlompat
untuk lari menyusul ketiga imam tadi.
Disebelah depan ketiga imam tiba dengan cepat dihutan
yang liu yang mengurung kuil. Ketika mereka memandang kuil
itu, mereka saling mengawasi dengan melongo, pintu kuil itu
ditutup rapat. Selang sekian lama Ham Kong yang membuka mulutnya,
Dia berkata: "Sute Ham ceng dan Ham In kelihatannya
pembilangan Gui Hiocu tidak salah, Memang siapa menyangka
ditempat begini berada rumah berhala, sungguh diluar dugaan
dua murid murtad itu, si-tua tak mau mampus, dapat
bersembunyi disini Bagaimana sekarang kita harus bertindak?"
Salah satu imam, ialah Ham in, berpikir sejenak baru ia
menyahut, Jikalau benar tua tua bangka tak mau mampus itu
berada didalam sini, kita bertiga bukanlah lawan mereka, oleh
karena itu aku pikir lebih baik kita pulang ke Khong Tong guna
memberi laporan kepada ketua tentang mereka, untuk
mendengar pikirannya ketua kita itu..."
Ham Kong menggeleng berkata. "Tidak dapat kita berbuat
seperti pikiranmu itu, sute," katanya, "Kau harus ketahui air
yang jauh tak dapat menolong memadamkan api yang dekat,
jikalau mereka mendapat kisikan, lantas mereka
menyingkirkan diri, kemana kita dapat mencari pula mereka
itu" Dahulu sebelum kakek-guru meninggal dunia, kakek
memikir mengangkat mereka menjadi ketua, tetapi tengah
1519 kakek menderita sakit hampir menutup mata, mereka sudah
melakukan pelanggaran besar, karena mana hilanglah
ketikanya mereka diangkat jadi ketua itu, bahkan tempo
mereka hendak dihukum, mereka sudah melakukan
periawanan mereka menyingkirkan diri sambil mencuri kitab
ilmu silat Partai kita. Sudah banyak tahun ketua kita ingin mendapati pulang
kitab pusaka itu, sia-sia saja ikhtiarnya karena mereka ini tidak
ketahuan dimana sembunyinya, hingga kesudahannya telah
diputuskan, "siapa mendapati kitab itu dialah yang akan
diangkat menjadi ketua. syukur Thian ada beserta kita, kita
yang memperoleh endusan ini sekarang kita tinggal bekerja
saja untuk mendapatkannya, maka tak dapat ketika baik ini
dibikin lenyap." Ham ceng mengawasi saudara seperguruannya itu.
"Jikalau benar suheng menghendaki kedudukan ketua kita,
kami berdua suka membantu kepadamu sampai cita citamu itu
tercapai," kata dia, "Tetapi karena kita tidak dapat menggunai
kekerasan baiklah kita berlaku hati hati, kita mesti mencari
akal.,." "Itulah gampang," berkata Ham Kong. "Tong Tay telah
membagi kita dua batang hio beracun Ngo Tok Toan hun-hio,
kita baik gunai itu. Sebentar setibanya dibelakang kuil, sambil
bersembunyi kita sulut itu.
---ooo0dw0ooo--- Jilid 28 : Membebaskan Dua ahli racun dari Bin-san
"AKU percaya, apabila dua tua bangka tak mau mampus itu
sadar, mereka sudah terlambat." Sembari berkata, ia
mengeluarkan tiga butir pel hitam, lalu ia meneruskan "inilah
obat pemunahnya, Sebelum kita sulut hio, kita sesapkan dulu
obat ini didalam hidung, agar kita tidak menjadi kurban
1520 sendiri, sebentar, diwaktu masuk kedalam, kita mesti jaga
supaya kita jangan menerbitkan suara apa apa. Dua tuabangka
itu sangat awas pendengarannya nanti mereka
memergoki kita, dengan begitu, kita bisa kena tertawan
mereka itu, celakalah kalau kita tertangkap. pasti bakal
disiksa...." Kedua saudara seperguruan itu menggigil sendirinya,
saking jerinya, akan tetapi waktu Ham Kong mulai bertindak.
mereka mengikuti. Bersama-sama mereka jalan memutari
pohon liu untuk sampai dibagian belakang dari kuil didepannya
itu. Ketika itu, selagi matahari turun, angin bersiur halus. Disitu,
segala apa nampak sunyi, pemandangan alamnya menarik
hati. Selagi ketiga imam berdamai, suatu bayangan orang sudah
mendahului mereka pergi kebelakang kuil. Dialah sipetani
muka kuning yang seperti berpenyakitan sebentar saja dia
bersangsi atau lantas ia lompat maju, untuk pergi kesebelah
depan- Bahkan dengan berani dia masuk ke- ruang depan itu,
Disini segera dia menjadi kaget.
Rebah diatas tempat duduknya, teriibat dua orang imam
dengan muka pucat seperti mayat, kedua matanya mendelik,
sinarnya guram. Dengan berani sipetani menghampirkan, untuk memeriksa
nadi orang, Nyata nadi mereka itu masih berdenyut peria han,
tandanya mereka masih bernyawa. Rupanya kedua imam itu
korban korban totokan jalan darah.
Karena mereka liehay, terang mereka sudah terbokong,
tetapi meski demikian, mereka masih sempat menutup diri,
dengan begitu mereka tak jadi terbinasa, lantas mereka
mendapat ketika menanti pertolonganku.
"Pembokong itu mesti liehay sekali," pikir sipetani, "jikalau
tidak. tidak nanti dia berhasil membokong kedua imam jago
1521 ini. Tinggal keanehannya, yalah habis menotok membikin ini
dua imam tidak berdaya, kenapa dia tidak sekalian mengambil
jiwa mereka?" Lantas petani ini berpikir. Dia cerdas sekali.
"Ah, aku mengerti sekarang" katanya dalam hati. ia
menduga kepada Shatohuoto, gurunya U-bun Lui. Kalau benar
dugaannya ini, terang kedua imam itu menjadi korban
kelicikannya ketua Partai Bendera Kuning itu. Untuk
membersihkan diri, ketua partai itu dapat menggunai pelbagai
alasan, antaranya dia menyuruh Gui Hiocu mengundang
imam-imam dari Khong Tong Pay, supaya mereka ini masuk
perangkap dan dengan menyebut-nyebut dua imam tua yang
lagi mengasingi diri itu, orang-orang Khong Tong Pay itu dapat
saling membunuh." "Tak sukar untuk menolong sadar kedua imam ini," sipetani
berpikir lebih jauh, "hanya untuk itu dibutuhkan sedikit waktu, sekarang ketiga
imam hidung kerbau dari Khong Tong Pay tentu sudah berada
dibelakang kuil, baiklah aku urus dulu mereka itu..."
Tengah berpikir itu, petani ini mendengar tindakan kaki,
Segera ia menyingkir kesamping kiri dimana ada sebuah pintu,
ia tidak mau kena kepergok.
Itulah Ham Kong bertiga Ham ceng dan Ham Im yang
sudah tiba dibelakang kuil, Mereka lantas memasang omong,
membicarakan tindakan teriebih jauh, untuk masuk kedalam.
Justeru itu, dipintu terlihat seorang melesat gesit, Mereka
kaget. Belum mereka dapat menyingkir orang itu sudah tiba tepat
didepan mereka. Hingga mereka tercengang.
Orang itu, simuka kuning, lantas tertawa lantang.
"Benar-benar, manusia itu ditempat manakah yang mereka
dapat bertemu satu dengan lain" katanya nyaring, "Totiang
bertiga datang berkunjung kekuil sunyi ini, apakah maksud


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

totiang" pengajaran apakah totiang hendak berikan padaku?"
1522 Habis bicara, orang tani itu tertawa pula, Ham Kong
mengawasi tajam, matanya bersinar.
"Seorang imam tak dapat mendusta" ia berkata.
"Mungkinkah kuil Sam ceng Koan ini menjadi tempat
kediaman kau sie cu?"
Alisnya sipetani terbangun
"Kau ngaco, totiang" katanya: "Apakah sebuah kuil cuma
dapat didiami kamu bangsa hidung kerbau" Ada pepatah yang
membilang pendeta dan imam dapat tinggal disepuIuh
penjuru, selang kami bangsa pengemis, kami dapat berdiam di
dua belas penjuru Sudah lima tahun aku tinggal disini, pagi
aku pergi, sore aku pulang, selama itu belum pernah ada
orang yang mengganggu aku, tetapi hari ini ketiga totiang
datang berkunjung, karena- itu aku menyambut kamu, Kenapa
totiang sebaliknya omong tak memakai aturan terhadapku?"
Ham Kong dan dua saudaranya terkejut, Mereka pun heran
untuk sinarmata tajam orang berpenyakitan ini, Karena
mereka mesti saling mengawasi tidak ada satu yang lantas
membuka mulutnya. Jikalau tidak ada pengajaranmu untukku, ketiga totiang,"
sipetani berkata pula, "Silahkan kamu pulang ke Khong Tong
San guna melanjuti pertapaanmu, supaya lain kali janganlah
kamu bertemu pula dengan aku, sebab itu bisa mencelakai
dirimu kamu" Ham ceng tidak puas. "Kau terlalu jumawa, siecu" dia menegur, "Rupanya kau
menganggap hidup dan mati kami tergenggam dalam tangan
kau" Sipetani sebaliknya tertawa lebar.
"Tempat mondokku ini disekitarnya lima lie, dinamakan
Kota Hantu," ia kata, "Disini dilarang orang lain lancang masuk
dan keluar jikalau totiang bertiga tidak percaya, suka aku
menarik pulang kata kataku, sebaliknya, silahkan kamu
mencoba apakah kamu dapat lari keluar lewat lima lie." Ham
ceng menjadi sangat gusar.
1523 "Apakah sie-cu hendak menahan kami bertiga?" dia tanya,
menantang, "Rasanya kau tak dapat"
"Sute" berkata Ham Kong, tertawa, "Sute, sekarang belum
tiba waktunya untuk turun tangan. Marilah kita pergi
kesebelah depan, untuk memeriksa Setelah itu masih ada
ketika nya untuk dia ini menerima binasa"
Kata kata itu diakhiri gerakan tubuh, untuk berlalu dari situ.
Sekonyong-konyong saja, bagaikan kilat, sebelah tangan
sipetani menyambar tepat dia berhasil mencekal tangannya
Ham ceng dibetulan nadi, Sembari memegang keras, ia
berteriak: "Asal kamu berani lancang bergerak satu tindak saja, itulah
berarti kematianmu" Ham Kong dan Ham In, yang sudah berlompat, menjadi
kaget mendengar suara orang itu, ketika mereka menoleh,
mereka menjadi teriebih kaget lagi sebab saudara mereka
sudah kena ditangkap. Ham ceng sendiri tidak kurang kagetnya.
Begitu tangannya dipegang sipetani, dia merasai napasnya
sesak dan seluruh tubuhnya pada sakit ngilu, hingga tak dapat
dia mengangkat kaki lagi. Lainnya gangguan yang segera
menyusul yalah kerongkongan kering dan berdahaga, peluh
keluar deras, paras muka menjadi gelap.
Oleh karena berkuatir untuk adik seperguruannya itu, Ham
Kong berlompat maju sambil mengawasi turun kebutan yang
digendol dipunggungnya, sedang tangan kirinya turut
menyerang juga. Ham In juga tidak diam saja, Dia berlompat seraya
menyerang dengan pedangnya yang berkilauan mengarah
kepala orang. Hebat serangannya dua imam itu.
Segala gerakan berlaku dengan cepat sekali, Selagi Ham
Kong menyerang dengan kebutannya, tubuh Ham ceng
terlempar kearahnya. Sipetani sudah mengangkat tubuh imam
itu, untuk dijadikan sasaran kakaknya.
1524 Dia kaget sekali, dengan banyak susah barulah bisa dia
menghindarkan adik seperguruannya dari kebutannya itu.
Dengan begitu, tubuh siimam tidak ada yang rintang i, maka
tubuh itu terlempar setombak lebih, jatuh terbanting keras
ditanah dimana dia tak berkutik lagi.
Menyusul itu, Ham In menjerit menyayatkan hati.
Ham Kong kaget, ia mendapatkan saudaranya rebah
dengan mata guram dan muka pucat, Terang adik
seperguruan itu sudah kena ditotok hingga pingsan, ia
menjadi kecil hati, ia tahu, jalan untuknya yalah mengangkat
kaki dari depan musuh liehay ini. Tidak ajal lagi, ia berlompat
mundur, niat menyingkir. Sipetani berdiri terpisah kira setombak. Habis merobohkan
Ham In,ia mengawasi Ham Kong, ketika ia melihat orang mau
lari, ia berlompat mendahului untuk menghadang. Maka diatas
genting, kemana imam itu berlompat naik, ia berdiri didepan
orang, Sembari tertawa ia kata: "Apakah kau mau pergi
dengan tidak menghiraukan lagi mati dan hidupnya kedua adik
seperguruanmu itu " Benarkah kau begini tega hati hendak
meninggalkannya ?" Mukanya Ham Kong menjadi merah, dia malu sekali, Sambil
membentak dia menyerang dengan kebutannya dibantu
tangan kirinya. Sipetani berkelit kesamping, lalu meneruskan ia menolak
dengan begitu, selain siimam gagal dengan dua-dua
penyerangnya, dia pun kena terdorong, membarengi mana,
jalan darahnya thian-kie, kena ditotok. hingga dia roboh
pingsan tanpa berdaya lagi.
Sipetani tertawa dingin, ia menyamber tubuh imam itu,
untuk dikempit, buat dibawa berlompat turun dari genting
guna diletaki ditanah, setelah mana, ia masuk kedalam rumah
suci itu. 1525 Tatkala itu, cepat sekali sang magrib telah tiba, disusul
sang malam hingga dilangit tampak bintang mulai muncul.
Petani itu masuk terus kekamarpetani bersamedhi dari
kedua imam penghuninya kuil Sam ceng Koan itu. Kamar
gelap gulita, maka ia lantas menyalakan api pelita yang
terdapat diatas meja, Sekarang ia melihat tegas kedua imam
yang masih rebah menggeletak. ia menghela napas.
Tanpa bersangsi, ia menggunai dua tangannya berbareng
menekan jaland arah beng bun dari mereka masing-masing ia
menyalurkan hawanya menurut ilmu Pou-te Siang- ciang.
Kira semakanan nasi, kedua imam itu mendusin- Lantas
keduanya membuka mata mereka. Lantas mereka merasa
punggungnya tengah ditekan orang, sebab hawa hangat
terasa berjalan dipelbagai jalan darahnya. Mereka tahu bahwa
mereka lagi ditolongi. "Sie-cu, terima kasih atas pertolongan kau ini." berkata
yang satu, "Kami berdua, Hui He cu dan Hui Lui cu, sangat
bersyukur kepada siecu. Sipetani mengangkat tangannya,
terus ia bangun berdiri. Kedua imam itu juga berlompat bangun, Keduanya
menjura, untuk memberi hormat. Mereka menjura dalam. Lagi
sekali mereka mengucap terima kasih.
"Menolong sesamanya adalah tugas kita manusia," berkata
sipetani. "Aku yang rendah Cia In Gak. tidak berani aku
menerima hormat lotiang berdua." Sipetani muka kuning
bepenyakitan bicara sambil bersenyum manis.
Kedua imam terperanjat, mereka saling mengawasi
Kemudian Hui He cu, dengan roman heran atau bersangsi,
berkata: "Pinto dua sudah belasan tahun lamanya hidup
menyendiri, tentang kami tidak ada orang lain yang
mengetahuinya kecuali seorang sahabat akrab yalah Liang Gi
Kiam-kek Cie Tong Peng dari Heng San, yang bisa datang
setiap tahun satu kali, bahkan dialah yang mengantari segala
keperluan pakaian dan makan dari kami. Siecu tahu, ketika
1526 paling belakang sahabatku itu datang menjenguk kami, dia
telah memuji kegagahan kau hingga kami jadi sangat ketarik
dan kagum, Hanya sahabatku itu melukiskan roman sie-cu
beda daripada wajah sie-cu sekarang."
In Gak. sipetani, bersenyum.
"Tidak berani aku menerima pujian dari lotiang berdua
orang-orang Khong Tong ter-sohor," ia berkata, merendah,
Lalu dengan sebat ia meloloskan topengnya, hingga nampak
wajahnya yang tampan- Kedua imam heran- Lantas Hui He cu menoleh kepada Hui
Lui cu, "Benar apa katanya Cie Tong Peng," ia bilang, "Benar
benar Cia sie-cu tampan dan gagah ialah naga sakti dijaman
dunia keruh ini" Ia lantas berpaling pada sianak muda,
meneruskan "Sie-cu, cara bagaimana sie cu ketahui kamilah
dari pihak Khong Tong Pay?"
In Gak bersenyum, Bukannya ia menjawab, sebaliknya ia
menanyai "Totiang berdua dibokong orang, ingin sekali aku
mendengar penjelasannya."
Hui He Cu menghela napas, kelihatan dia malu sekali.
"Itulah disebabkan kesalahan kami sendiri," dia menjawab,
"Dulu hari ketika U-bun Lui membangun partainya, dia telah
datang mengunjungi kami, Su-teku ini hendak membunuh dia,
pinto melarang, Kesudahannya kita membuat perjanjian untuk
tidak saling mengganggu."
Hui Lui cu mengerutkan alis, ia turut berkata, "Ketika dulu
hari kami usir dari Khong Tong Pay, itu pun sudah terjadi
karena suheng bermurah hati, jikalau sie-cu tidak menjadi
jemu, nanti aku mengganti suheng memberi keterangan kami,
U-bun Lui tidak mengijinkan kami hidup damai dan tenteram
disini, dilain pihak dia tidak berani sendirinya mengganggu
kami, dari itu dia telah mengundang gurunya, Shatohuoto
untuk menyingkirkan kami berdua.
Kami tahu Shatohuoto jago nomor satu dari Barat, kami
bersiap sedia untuk melayani dia- Karena kami tidak mau
1527 minta bantuan orang luar, kami bersiap sendiri, Setiap hari
kami meyakinkan lebih jauh ilmu partai kami, yaitu ilmu
tenaga dalam Siauw ceng cin-khe. Kami ingin
menyempurnakannya sebelum Shatohuoto tiba.
Karena kesusu, kami pikir cukup asal kami dapat
memahamkannya tujuh bagian, Sayang, saking giat berlatih,
kami menjadi alpa dalam hal penjagaan diri selagi kami
bersamedhi, kami dibokong, jalan darah ceng-cok kami kena
ditotok hawa dingin lantas tersalur masuk. sampai kami tidak
keburu menutup diri. Syukur kami masih dapat menjaga
jantung kami, maka itu kami roboh pingsan dengan harapan
nanti ada datang penolong.
Tentu sekali itulah pengharapan karena takdir. Asal lewat
lagi dua jam, pastilah tubuh kami akan menjadi beku, yang
mana berarti tidak ada harapan lagi. Maka kami bersyukur
siecu telah datang menolongi. Rupanya dasar peruntungan,
kami tidak mesti hilang jiwa."
In Gak bersenyum. "Pastikah pembokong ia Shatohuoto?" ia tanya.
Hui Lui Cu mengangguk, In Gak memandang Hui He Cu.
"Totiang, jikalau kamu ingin tahu halnya aku yang rendah
ketahui kamulah orang-orang Khong Tong Pay, silahkan kamu
pergi keruang belakang kuil ini nanti kamu dapat tahu sendiri,"
ia menyahut. Kedua imam itu meIengak.
"Mari kita lihat," kata satu diantaranya-Lantas keduanya
pergi kebelakang. In Gak tidak mengikuti. Tatkala kedua imam itu kembali, sianak muda sudah
lenyap. Cuma diatas meja ditinggaikan sehelai surat dalam
mana diterangkan karena hendak menolongi satu sahabat, dia
mau pergi kesarang oey Kie Pay. ia meninggalkan pesan agar
kedua imam menjaga diri baik baik danjangan membocorkan
rahasianya ini. Kedua imam berdiam, mereka menyesal sekali.
1528 XXX Markas besar dari oey Kie Pay berkedudukan mengandal
pada gunung dan air, letaknya bagus dan juga berbahaya.
Disana dibangun banyak perumahan untuk anggautaanggautanya.
Di- waktu malam, seluruh markas sunyi, kecuali
bunyinya burung air. Malam itu kebetulan bintang-bintang sedikit ketika
disebelah timurnya, didalam
sebuah rumah batu yang kecil, berduduk dua orang tua
dengan pakaiannya abu-abu. Mereka nampak berduka, bicara
mereka seperti berbisik. Diatas meja ada sebuah lilin yang apinya kelak-kelik, sebab
lilin itu tinggal sisanya, Asap lilin memain didalam ruang itu.
Merekalah Bin San Jie Tok. Entah apa yang mereka
bicarakan sambil berbisik itu. selagi mereka berbicara itu.
mendadak kedua daun jendela terpentang sendirinya, angin
bersiur masuk. hingga api lilin berkesip.
Keduanya kaget, dengan lantas mereka menyerang
kejendela, Mereka menyerang sambil berduduk lurus, itulah
Pek- khong- ciang, pukulan Udara Kosong. Serangan itu
mendapat sambutan, hingga suara anginnya terdengar keras.
Lalu dari luar jendela terdengar tertawa perlahan disusuli
kata-kata ini: "Dua sahabat kekal dari Bin San, kepandaianmu
maju pesat sekali. Dapatkah aku yang rendah masuk kedalam
kamarmu untuk memasang omong sebentaran?"
Kedua si Racun menjadi kaget, mereka saling mengawasi.
Toa Tok si Hantu tua, Theng Ceng, menanyai "Tuan, kau
siapa" Kau, begitu baik hati datang menjenguk kami,
mengapa kau tidak mengetuk pintu?"
Tapi, belum lagi berhenti pertanyaannya itu, satu bayangan
orang sudah berlompat masuk, hingga dilain saat telah
tampak romannya yang bengis menyeramkan. Sebab dia tidak
1529 mempunyai alis, dia mirip dengan mayat. Jubahnya yang
panjang, yang berwarna hitam, menambah keseramannya itu.
Bin San Jie Tok mengawasi. Mereka merasa belum pernah
bertemu dengan orang ini.
Kenapa mereka disebut sahabat akrab" Mereka menjadi
heran-orang itu mengawasi, terus dia bersenyum dingin.
"Kedua losu she Theng, mengapa kamu pelupaan sekali?"


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia tanya, "Kenapa kamu tidak dapat mengubah diri" Kenapa
kamu masih tetap seperti membantu Kaisar Tiu melakukan
kejahatan" Apakah kamu tidak takut nanti di tertawai dunia
Rimba Persilatan" Sejak perpisahan di Bong San, rasanya itu
belum lama, maka sungguh diluar sangkaku, kamu menjadi
begini pelupaan?" Theng ceng dan saudaranya, Theng ciong menjadi kaget.
"Jadinya tuan yalah Cia siauwhiap?" keduanya menegasi,
"Suara siauwhiap kami rasanya kenal, hanya roman kau yang
beda sekali hingga karenanya kami menjadi heran dan
bingung...." In Gak bersenyum. "Aku datang kemari dengan mengubah muka-ku, tidak
heran kamu tidak mengenali aku," ia memberitahu "Kamu
tahu, oey Kie Pay bakal lekas runtuh, mengapa kamu masih
terus berdiam disini" Apakah kamu bersedia untuk batu dan
kemala musnah bersama?"
Wajahnya dua bersaudara itu menjadi guram. Theng ceng
menghela napas, juga saudaranya.
"Cia Siauwhiap." katanya duka, "apakah kau mengira kami
rela berdiam disini" Apakah kami ada demikian tak berperikemanusiaan
gemar menggunai racun kami" Kami bertindak
saking terpaksa, karena U-bun Lui telah mempengaruhi
kami..." Lalu si Racun nomor satu ini menuturkan sebabmusababnya
mereka terpengaruhkan. 1530 Habis dari gunung Bong San pulang ke Bin San,
gunungnya, Bin San Jie Tok telah mengambil putusan buat
tidak memperdulikan lagi urusan kaum Kang ouw, Mereka
ingin tinggal menyendiri dengan aman dan damai sampai
dihari terakhir mereka. Merekalah anak-anak piatu, yang semasa kecilnya bernasib
buruk. maka setelah memperoleh kepandaian silat mereka
terombang-ambing diantara kelurusan dan kesesatan, lebih
miring kepada kesesatan, hingga kesudahannya mereka
memperoleh julukannya itu, Bin San Jie Tok. Dua Racun dari
gunung Bin San- Dengan begitu tak heran jikalau mereka mempunyai
banyak musuh, Baru setelah insaf akan kejahatannya itu,
mereka memikir mengubah kelakuan- Dasar sudah bekas
jahat, mereka tak dapat dengan begitu saja membuang nama
buruk mereka. Sekarang mereka dibikin masgul oleh musuhmusuh
mereka, yang sering datang menyatroni untuk
menuntut balas. Demikian sudah terjadi pada suatu tahun di-tanggal
duapuluh-delapan bulan dua belas, selagi gunung dingin
tertutup saiju, Ketika itu berdua mereka duduk didalam
kamarnya sambil menghadapi jendela, sambil menenggak air
kata-kata, guna memuasi mata, buat menyenangi hati.
Mereka demikian asyik sampai mereka tidak tahu
munculnya tiga orang, yang mulanya berkelebat bagaikan
bayangan. Mereka baru terkejut ketika telinga mereka
mendengar tertawa dingin, ketika mereka berpaling, tahu-tahu
tenaga yang keras menghajar punggung mereka.
Kontan mereka terluka parah, Masih bagus tenaga dalam
mereka kuat sekali, mereka tidak binasa seketika hingga
sempat mereka lari keluar dan lompat naik kegenting. Disini
Theng ceng hendak menggunai senjata rahasianya yang
beracun ketika Theng ciong, adiknya yang mengenali siapa
musuh, mencegah dengan menyerukan jangan lo toa jangan
kita menjadi menyesal dan tak merasa aman untuk selamalamanya..."
1531 Theng ceng mengawasi. ia lantas kenal penyerangnya itu,
yalah anaknya Te Beng Kiat. Beng Kiat itu, jago mulia hati dari
Long-se, telah terbinasakan mereka. sebabnya yalah mereka
keliru percaya asutan orang.
Hal itu membikin mereka menyesal, ini sebabnya Theng
ciong melarang kakaknya membikin perlawanan- Sambil
tertawa, Theng ceng berkata: "Lo-in, jie, kita tidak harus
melawan, Memang sejak kebinasaan Te Tayhiap. hati kita
sudah tidak tenang lagi, terus sampai sekarang ini. Baiklah,
mari kita membikin mereka puas"
Jikalau benar kamu menyerah, kamu serahkanlah jiwamu"
membentak satu diantara ketiga orang itu. Lantas dia dan dua
kawannya menyerang pula, masing-masing dengan dua-dua
tangan mereka. Tubuh Jie Tok terhuyung-huyung, darah menyembur dari
mulut mereka, Benar-benar mereka tidak membuat
perlawanan. Disaat ketiga orang itu hendak mengulangi penyerangan
mereka, mendadak Jie Tok memperoleh pertolongan di luar
dugaannya, Disitu terdengar satu seruan nyaring disusul
munculnya seorang yang bertubuh besar dan gesit sekali.
Dengan serangannya penolong itu mengundurkan ketiga
penyerang habis mana dia menyamber Jie Tok buat terus
dibawa lari. Jie Tok sudah separuh pingsan, mereka tidak tahu apa-apa,
mereka cuma mendengar suara angin keras, mereka merasa seperti dibawa terbang
melayang. Apa yang mereka tahu yalah mereka ada yang
tolongi. Kemudian mereka pingsan, tempo mereka mendusin,
mereka mendapat mereka berada didalam sebuah guha, yang
luarnya penuh saiju yang sinarnya berkilauan masuk kedalam
guna itu, dimulut guha, diatas sebuah batu, mereka melihat
seorang lagi duduk bercokol, orang mana bermuka persegi,
telinganya besar hidungnya hidung singa, mulutnya, mulut
1532 harimau, dan sepasang matanya sangat tajam. Dia itu
mengawasi, apabila dia tahu orang sadar, dia tertawa.
"Apakah kamu merasa tubuhmu baikan, saudara-saudara?"
dia bertanya, "tadi ditempat kamu, aku mendengar kamu
menyesal dan bersedia untuk mengorbankan diri, aku menjadi
kagum sekali. Sukar dicari orang berhati lapang sebagai kamu,
maka aku, U-bun Lui, aku girang sekali..."
Bin San Jie Tok heran. Dengan mendengar nama orang,
tahulah mereka siapa penolong ini. Dialah Pat Pie Kim-hong
ketua dari oey Kie Pay, yang kesohor ditiga propinsi
Kangsouw, Anhui dan ouwpak, dimana tadinya dia menjadi
seorang penjahat besar dalam Rimba Hijau, Mereka heran Ubun
Lui justru datang ke Bin San tepat selagi mereka
terancam bahaya maut. "Hanyalah..." U-bun Lui meneruskan kata-katanya, "aku
menganggap kamu kurang sadar dan kurang cerdas Dalam
hidupnya manusia, tidak ada yang luput dari kekeliruan atau
kesalahan, dari itu, sebenarnya cukuplah asal orang insaf dan
kemudian mengubah cara hidupnya. Bukankah dapat
mengubah perbuatan paling bagus" Karena itu, kenapakah itu
mesti ditebus dengan kebinasaan?"
Bin San Jie Tok menganggap kata-kata itu tidak tepat, akan
tetapi karena mereka sudah ditolongi, sebagai orang yang
berbudi mereka tidak mau membantah, mereka mengganda
tertawa sedih saja. "Mungkin kata-kataku ini tak sedap di-dengarnya" kata Ubun
Lui pula tertawa. "Tapi kejadian sudah berlalu, tak dapat
itu ditarik pulang, Sekarang mari kita bicarakan urusanku
Saudara-saudara, aku datang kepada kamu dengan niat minta
pertolonganmu buat menolongi seorang sahabatku. Dia.."
Belum habis orang bicara, Theng ceng sudah memotong
katanya: "U-bun pangcu telah menolongi kami, budimu itu
sangat besar dan buat itu kami sangat berterima kasih hingga
sudah selayaknya kami membalas budi hanya mengenai diri
kami, ingin kami memberi penjelasan- Kami berdua sudah
1533 mengangkat sumpah bahwa kami tidak dapat mencampuri lagi
urusan Kang ouw, dari itu kami lebih dulu mohon dimaafkan
apabila kami terpaksa tak dapat meluluskan permintaan
pangcu... " U-bun Lui tertawa. "Aku U-bun Lui, belum pernah aku memaksa orang" Dia
berkata, "Maka itu saudara-saudara, jangan kamu kuatir." ia
lantas mengasi keluar dua butir pel merah sembari menunjuki
itu, dia berkata, "inilah pel istimewa buatan guruku,
khasiatnya dapat menghidup orang yang sudah menutupi
mata, silahkan kamu makan, nanti kamu bebas dari cacad
seumur hidupmu." Bin San Jie Tok tengah bersyukur tetapi mereka bersangsi,
mereka menjadi bersusah hati, maka mereka saling
mengawasi. Menampak demikian, ketua oey Kie Pay bersenyum.
Jangan kamu kuatir." ia berkata, "U-bun Lui pasti tidak
akan memaksa kamu untuk menagih pembalasan budi, Kamu
tenangin diri kamu, sekarang juga aku mau pergi."
Dua saudara itu menjadi malu hati, mereka menyambuti
obat dan terus makan itu. Lebih dulu mereka menghaturkan
pula terima kasih mereka.
U-bun Lui benar benar lantas memutar tubuh untuk
bertindak keluar, hanya berjalan diluar baru tiga atau empat
tombak dia berpaling pealahan dan berkata, "Aku lupa
membilang in tuan-tuan berdua, sahabatku itu yang aku
hendak tolongi lagi menderita keracunan, ketika aku bicara
dengannya, aku menyebut kamu sebagai sahabat sahabat
akrab dari aku, karena mana, aku telah minta aku
menyampaikan hormatnya kepada kamu..."
Habis berkata, dia memutar pula tubuhnya untuk berjalan
pergi. Jie Tok heran, Lalu Theng ciong memanggil "U-bun Pangcu,
tunggu dulu siapakah itu sahabat Pangcu" Dapatkah pangcu
1534 memberitahukan she dan namanya?" Pat Pie Kim-kong
menghentikan tindakan-nya, ia berpaling pula.
"Dialah Kok Lok San Sin Eng Kat Ek." sahutnya, itulah Kat
Ek si Rajawali Sakti -Sin Eng - dari gunung Kok Lok SanRomannya Jie Tok berubah, agaknya mereka kaget.
"Kami tidak ketahui itulah saudara Kat," kata Theng Ceng.
"Baiklah, suka kami turut Pangcu pergi padanya."
U-bun Lui bersenyum. "Jikalau saudara-saudara sudi membantu sendiri, itulah
bagus sekali." ia berkata, "Hanya ingin aku menjelaskan Kat
Ek itu terlukakan racunnya Pekpou Kie Hun Tong Tay, dia
sekarang tinggalnya napasnya empas-empis, maka kalau
saudara-saudara suka pergi, tolong kamu membawa segala
apa yang perlu, supaya dia dapat segera ditolongi. Sebegitu
jauh pemeriksaanku, aku tidak tahu Kat Ek terluka racun apa,
maka aku percaya melainkan kamulah yang dapat
menyembuhkannya. Mari kita berjalan bersama"
Bin San Jie Tok tidak menduga orang main gila, Mereka
lantas bangun berdiri sambil berlompat, Mareka tidak
merasakan sakit apa apa Maka mereka mengajak ketua oey
Kie Pay itu kerumah mereka untuk mengangkut semua
obatnya, yang dijadikan dua buntalan, habis mana bertiga
mereka berangkat ke In Bong Tek.
"Apakah kamu telah bertemu dengan Kat E k?" In Gak
bertanya, memotong. "Kami dapat menemui dia telah
menutup mata, kami melihat dia telah dikubur.."
Bin San Jie Tok bersenyum getir. Theng ceng adalah yang
menjawab itu, Nampak tegas air muka mereka guram.
"Setelah itu seharusnya kamu pulang kegunung kamu.."
kata pula In Gak. Matanya Theng ceng memain, lalu menjadi terlebih guram
pula, ia menghela napas lama, Terang ia sangat berduka dan
menyesal dan penasaran juga.
"Pantaslah jikalau kau menegur kami, siauwhiap." katanya,
"lni yang disebut sekali salah tindak lantas menyesal seumur
1535 hidup hingga untuk memperbaikinya perlu tempo lagi seratus
tahun." In Gak heran- "Kenapa begitu ?" ia tanya.
"Setelah Kat E k mati, tidak ada perlunya kami berdiam
lebih lama pula di In Bong Tek," kata Toa Tok, "Maka itu kami
lantas memohon diri dari U-bun Lui, Lantas U-bun Lui
menjelaskan kepada kami halnya Kat E k itu, bahwa katanya
mereka bermusuh dengan pihak Tong untuk mana telah
dijanjikan pertemuan dimarkas oey Kie Pay pada malaman
Goan-siauw, Pihak Tong, katanya akan datang bersama
rombongannya yang semuanya orang lihay. U-bun Lui
berkata, lantaran dia ketahui sumpah kami, dia tidak mau
memaksa minta bantuan kami sebaliknya dia minta suka kami
membagi resep obat racun yang tak ada warna dan rasanya,
untuk menghabiskan musuh she Tong itu. Katanya supaya
racun musuh itu tidak mencelakai anggauta-anggauta partai
ber-salah-dosa, supaya Kat Ek pun mati meram.
Kami meluluskan permintaan itu, kami memberikan surat
obatnya begitupun surat obat pemusnahnya, Tengah kami
menulis itu, tiba-tiba U-bun Lui menotok kami hingga kami
lantas pingsan-.." Dia tertawa meringis, dia menunjuk
saudaranya, terus dia menambahkan: "Setelah kami sadar,
kami bercacad pada kedua kaki kami, Bukankah siauwhiap
lihat kami tetap duduk saja" Apakah siauwhiap tidak menegur
kami untuk kelakuan kami tidak hormat ini?"
In Gak memang telah melihat orang terus duduk
bercongkol, ia menyangka karena sudah berusia lanjut,
mereka itu sungkan berbangkit tidak disangka mereka
sebenarnya orang-orang tapa daksa, ia menjadi tidak senang.
Theng Ceng berkata pula, melanjuti: "Kami sudah berusia
lanjut kalau kami mati, kami tidak mati muda-muda.
sebenarnya kami sudah memikir untuk membunuh diri saja,
tetapi kami penasaran sebab obat racun kami itu terjatuh
1536 ditangan orang jahat, sebab itu dapat mendatangkan
kecelakaan kepada bukan sedikit manusia, dari itu kami terus
mencuri hidup, kami masih mengharap mendapat pulang
resep kami itu untuk dimusnahkan terutama untuk dapat
membinasakan U-bun Lui. cuma dia sendiri yang ketahui rahasianya obat itu, jikalau
U-bun Lui tidak terbinasakan maka kami berdua, sampai dilain
dunia juga kami tentu bakal terbenam didalam neraka, tak
nanti kami dapat menitis pula.." Theng ciong menangis, air


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

matanya mengalir turun. In Gak mendongkol, ketika ia hendak menghiburkan dua
orang itu" mendadak ia berkata periahan: "Ada orang
datang.." dan ia terus lompat kepojokan untuk
menyembunyikan diri. Kesitu cahaya lilin tak sampai.
Bin San Jie Tok heran- Mereka tidak mendengar suara apaapa
kecuali rumput tertiup angin serta kerak-keroknya sang
kodok. Tapi karena In Gak mengatakan demikian, keduanya
lantas duduk berdiam, seperti lagi bersemadhi.
Hanya sedetik, diluar terdengar suara orang batuk. lantas
daun pintu terbuka sedikit, terus terlihat satu orang nyeplos
masuk. Dengan perlahan dia bertindak menghampirkan kedua si
Racun dari Bin san itu. Dialah seorang dengan kumis janggut
panjang sampai dipusar, romannya gagah, sepasang matanya
tajam berpengaruh. Selagi menghampirkan itu, dia tertawa, Nyata tertawa itu
tertawa buatan, tertawa palsu, Tertawa itu pula
mendahulukan kata-katanya, Siapa mendegar itu, pasti
hatinya mendeluh. Baru kemudian terdengar dia berkata: "Dua
saudara Theng, persahabatan kita bukan persahabatan baru,
maka itu tak tega aku mengawasi saja kamu terpaksa secara
begini....Bukankah manusia itu tak hidup sampai lebih
daripada seratus tahun " Bukankah sang tempo lewat seperti
satu sentilan saja " oleh karena itu, kenapakah kamu masih
1537 berkeras kepala " pula ada pepatah yang membilang siapa
kenal gelagat dialah si orang gagah-perkasa..."
Theng ciong tidak menanti sampai orang bicara habis
dengan alisnya berkerut dia berkata: "Saudara Leng Hui,
sesuatu orang ada cita-citanya sendiri, maka itu tak usahlah
orang main paksa" Leng Hui itu, yang bergelar song-bun Kiam-kek. jago
Pedang Berkabung, terhitung sebagai orang Rimba persilatan
nomor satu dari pihak Kiong Lay Pay. Sejak dia muncul, In
Gak telah memperhatikannya, memasang mata terhadapnya.
Leng Hui tertawa dan berkata pula: "Tuan-tuan, aku minta
kamu jangan salah mengerti " Dengan sebenarnya aku
siorang she Leng bermaksud baik hati, Racunmu sudah
terjatuh kedalam tangannya U-bun Lui, racun itu sangat
membahayakan meski demikian, baiklah kamu bekerja sama
dengannya, menanti ketikanya yang baik untuk mendapatkan
pulang. Dunia ini luas sekali, ditempat mana yang orang tak
dapat memernahkan dirinya."
Bin San Jie Tok heran, keduanya tercengang.
"Kebaikan kau ini, saudara Leng, kami terima dengan
segala senang hati," kata Theng ceng kemudian "Hanya
dengan kata-katamu ini, apakah kau tidak kuatir mereka nanti
mencelakakan kau?" Theng Ceng menanya demikian karena ia curiga Leng Hui
ini diutus U-bun Lui, jadi ia hendak mencoba hati orang.
Leng Hui mengasi lihat roman muram, disinar lilin, dia
nampak semakin menyeramkan-Dia tertawa dingin.
"Saudara-saudara, ada pepatah yang mem- bilang, bicara
dengan orang cukup dengan tiga bahagian saja, jangan
semuanya diutarakan," ia berkata, "maka itu mengenai kamu
ini, kiranya sudah cukup aku berbicara, Apakah kamu tidak
merasa, semua benda yang ada padamu yalah racun belaka
racun yang sangat ber-bahaya" Dan semua racun kamu itu
sudah diambil U bun Lui jikalau racun itu dipergunakan
1538 terhadap musuh, bukan main ancaman bencananya... Biar
bagaimana, racun itu yalah racun kamu... Saudara-saudara,
Leng Hui sudah bicara, rupa rupanya kata-kataku sampah
belaka, dari itu tak usahlah kita men-sia siakan waktu."
Habis berkata begitu orang she Leng itu memutar tubuh,
untuk bertindak keluar. Theng Ceng tertawa perlahan dan berkata:
"Jikalau kau pun bukan dipaksa U bun Lui, mustahil kau
datang pada kami " Lagi pula kami sudah bercacad, walaupun
kami menghendaki tenaga kami sudah tidak ada, dari itu
percuma kita bicara."
Leng Hui sudah sampai didekat pintu ketika ia mendengar
suara itu, segera ia memutar tubuhnya, ia tertawa
menyeringai dan kata: "Baiklah Leng Hui beritahukan kamu
maksudnya dia datang ke In Bong Tek ini. Kami telah
mendengar halnya satu anak muda yang luar biasa, Katanya
pemuda luar biasa itu membanggakan dirinya sebagai ahli
pedang nomor satu dan dia pun memusuhkan oey Kie Pay.
Aku datang untuk menguji dia. Tidak demikian, sudah sedari
lama aku pergi dari sini Mana dapat U-bun Lui pengaruhkan
aku ?" Baru berhenti suaranya song-bun Kiamkhek. maka dari luar
pintu terdengar ini suara dingin: "Leng Hui, jangan omong
besar Pangcu sudah ketahui hatimu serong, maka itu telah
menotok jalan darah sam-im ditubuhmu. Kau tahu, jikalau kau
mengangkat kaki dari sini, belum sampai seratus lie, kau bakal
terbakar sendirinya oleh apa yang - dinamakan api imhwe,
cuma dengan makan obat setiap hari tiga kali, kau dapat buat
sementara waktu menghalau penderitaanmu pangcu pun ingin
melihat pasti sifatmu, maka kau masih tetap dikasih tinggal
hidup sampai sekarang ini.
Nyatanya kau berpikir lain dan sekarang kau membujuki
kedua locianpwe she Theng ini untuk bekerja sama, guna
1539 memberontak. Hm Leng Hui, saat kematianmu sudah sampai,
kau masih belum tahu"
Suara itu seram dan sangat tak enak masuk ditelinga, Leng
Hui kaget hingga mukanya menjadi pucat sekali dan peluhnya
mengucur deras, tubuhnya pun menggigil. Tapi cuma sejenak,
begitu suara itu berhenti, begitu terdengar suara tertahan,
disusul dengan suara robohnya tubuh orang.
Sesaat itu, dari ketakutan, Leng Hui menjadi girang, Dia
lantas lari keluar. Bin San Jie Tok diam saja sekian lama, tapi mereka melihat
dibelakang Leng Hui itu, In Gak dalam penyamaran turut lari
keluar, cepatnya luar biasa, hingga mereka menjadi kagum.
Setibanya Leng Hui diluar, ia melihat seorang rebah
ditanah, Tanpa memikir lagi, siapa yang menolongi dia
merobohkan orang itu, didorong niatnya menyingkirkan bukti
atau saksi, ia angkat dan kempit tubuh orang itu, buat dibawa
lari kearah jurang. Markas besar oey Kie Pay yalah tempat yang terjaga rapat
dan kuat, akan tetapi sebagai orang dalam, Leng Hui kenal
baik seluruhnya, maka itu, ia berlari-lari tanpa rintangan- Ia
selalu mencari jalan tanpa perangkap ataupenjaga, ia tidak
tahu, ketika In Gak datang, semua penjagaan telah
dilumpuhkan-Karena itu ia seperti berjalan ditempat di mana
tidak ada orang lain- Angin malam bertiup halus, sang rembulan tergantung
ditengah-tengah langit, In Bong Tek nampak terang sekali,
hingga terlihatjelas juga dua orang berlari-lari, satu didepan,
satu lagi dibelakang, terpisah cukup jauh satu dari lainnya
hingga yang didepan tak tahu ada orang yang menguntitnya.
Sampai di lereng gunung Leng Hui menggenjot tubuh untuk
berlompat naik, untuk berlari lari terus, ia baru berhenti
setibanya ia ditepijurang, kapan ia melongok kebawah, ia
melihat hanya air telaga beserta hutan gelaganya lagi tertiup
1540 angin malam hingga daun dan cabangnya berombak sebagai
gelombang. Cuma bersangsi sebentar, lantas ia lemparkan orang dalam
kempitannya itu, hingga terdengar suara air menjubar keras,
itulah jalan untuk melenyapkan bukti
Baru sekarang setelah hatinya lega, Song-bun Kiam-kek
memikirkan siapa penolongnya dan kenapa sekian lama ia
berlari-lari ia tidak kepergok orang oey Kie Pay. itulah aneh.
Sia-sia belaka ia menduga-duga, ia berdiri diam dengan
menggendong tangan, matanya mengawasi sang mega lalu
nampak ia berduka puLaooooo
BAB 31 SEKARANG Song bun Kiam-kek bersusah hati lantaran
memikirkan kesehatannya, atau lebih benar jiwanya, lantaran
ia tidak berdaya untuk membebaskan diri dari totokan pada
jalan darah sam-im. saking berduka, ia menghela napas
panjang. Mendadak saja dari belakangnya jago ini terdengar suara
tertawa dingin, Dia kaget dukanya lantas menjadi pucat, Tidak
ayal lagi ia berlompat kesamping, setelah mana dia berbalik
sembari terus melakukan penyerangan dengan sebelah
tangannya, dengan tenaga sembilan bagianItulah pukulan hebat, Tetapi pukulan itu tidak memberi
hasil. orang yang diserang itu, yang tadi terdengar tertawanya
jang dingin, berdiri menghadapi dia dengan tubuh tak
bergeming. ialah seorang pemuda dengan baju panjang warna
hitam, romannya bengis, Dia heran hatinya cemas.
Anak muda itu mengawasi dengan sikap dingin, matanya
sangat berpengaruh. "Kau siapa, tuan?" akhirnya Leng Hui tanya, suaranya
dalam, Dia menenangkan diri sebisanya, "Kita tidak kenal satu
dengan lain, mengapa tuan mengambil tempat dibela kang ku,
seperti tuan hendak mencari gara-gara " Aku minta kau suka
1541 lekas mengundurkan diri, jikalau tidak. jangan kau katakan
aku telengas" Anak muda itu tertawa dingin, "Aku tidak nyana sekali
Song-bun Kiam-kek sebenarnya seorang tidak berbudi" katanya.
"Kalau tadi aku tidak menolongi kau, niscaya kau sudah
terbinasa ditangannya U-bun Lui, mana dapat kau mementang
mulut lebar begini" Leng Hui mundur setindak. Dia terkejut, Jadinya tuanlah
membinasakan ong Thian Hok?" dia tanya, suaranya
menyatakan kesangsiannya.
"Mana aku tahu dia ong Thian Hok atau bukan?" sahut
pemuda itu. "Untuk membinasakan seorang bandit tak usahlah
kita membuang-buang tempo dengan menanyakan dulu she
dan namanya. Binasakan saja, habis perkara"
Leng Hui berdiam, matanya mengawasi Suara orang itu
berpengaruh, dapat membuat orang
"Bukankah kau hendak mencari aku ?" tanya pula si anak
muda, "Akulah yang punya Kang ouw menyebutnya si pemuda
aneh" Kaget Leng Hui sampai ia berteriak ia lantas menatap.
Sungguh, ia tidak menduga, orang yang disohorkan demikian
rupa sekarang berdiri didepannya.
Ketika itu angin malam meniup tajam tubuhnya, ia
merasakan perih. Sesudah mengawasi sekian lama, selama mana ia pun
dapat menenteramkan hati, akhirnya Song- bun Kiam-kek
tertawa, ia berkata: "Aku si orang she Leng adalah seorang
jujur maka hendak aku menjelaskan, apa yang telah aku
ucapkan melainkan kata-kata karena kekagumanku, jadi
sebenarnya bukan aku ingin mencoba coba kau, tuan
Sekarang inijusteru tuan telah menolong, aku hendak aku
membalas budimu yang besar, Tuan, aku bersumpah bersedia
kau memerintahkan aku sebanyak sepuluh tahun."
Agaknya si anak muda heran, ia berkata:
1542 "Akulah seorang Kang ouw tak ternama, Leng it Losu
sebaliknya orang kenamaan Rimba Persilatan, mana dapat aku
membudakkan losu" Aku minta janganlah losu berkata
begini..." Belum berhenti perkataan si anak muda, Song bun Kiamkek
sudah memotong: "Aku sudah bersumpah, tidak nanti aku
menyesal karenanya jikalau Leng Hui berbuat bertentangan
antara hati dan rnututnya, biarlah dia nanti terbinasa diujung
laksaan anak panah" Anak muda itu tercengang. ia masgul, ia lagi berpikir
bagaimana harus bersikap kepada orang ini, tiba-tiba ia ingat
apa apa, Maka ia berkata dalam hatinya: "Satu tahun sudah
aku merantau, aku masih belum memperoleh hasil, sebaliknya
aku terlibat asmara, hingga rasanya sulit untuk aku bertindak
jalan, sampai sukar untuk aku menguasai diriku. selagi sakit
hati ayahku belum terlampiaskan mana dapat aku
membangun rumah tangga" Baru-baru ini Lui Siauw Thian
membilangi aku, pengeroyokan atas diri ayahku mungkin
dipelopori orang Kiong Lay Pay, justeru Leng Hui ini salah satu
jago partai itu, barangkali dia tahu sesuatu."
Maka ia lantas bersenyum dan berkata:
"Jikalau demikian losu, baiklah, suka aku menerima
kebaikan kau ini, akan tetapi paling baik ialah kita menjadi
sahabat satu dengan lain...stt orang Oey Kie Pay mendatangi"
mendadak ia bersuara di hidung dan berkata dingin.
Leng Hui lantas mengangkat kepalanya, memandang
kearah rimba, ia benar melihat beberapa bayangan orang lagi
mendatangi, Lantas ia berkata: "Tuan, coba kau menyingkir
dulu ketempat gelap. nanti aku si orang she Leng yang
melayani mereka itu" Sianak muda menggeleng kepala.
"Tak usah." sahutnya, "mari coba aku pinjam pedang losu"
Leng Hui meloloskan pedangnya dari punggungnya.
1543 Sianak muda menyambuti cepat, lantas ia lari
menghamburkan beberapa bayangan itu, hingga mereka
segera datang dekat satu dengan lain. Beberapa orang itu
heran, mau mereka menegur, akan tetapi mereka lantas
diserang, belum mereka tahu apa-apa, batang leher mereka
sudah tertabas kutung, darah mereka muncrat
Leng Hui tidak menyembunyikan diri, dia malah menyusul
anak muda itu, maka dia dapat menyaksikan apa yang terjadi.
Dia menjadi heran dan terkejut. Sungguh hebat pemandangan
itu, Benar-benar luar biasa ilmu silat sianak muda, yang
menggeraki pedangnya bagaikan kilat menyamber-nyamber,
sedang tubuhnya sangat lincah. cuma sekejapan, beberapa
orang oey Kie Pay itu itu telah roboh semua.
"Syukur aku tidak main gila terhadapnya." pikirnya.
Sianak muda sudah lantas membayar pulang pedang orang
ia berkata: "Leng Losu, mari kita bereskan beberapa mayat ini,
kita mesti lekas pergi ketempatnya Bin San Jie Tok"
Leng Hui menurut, Maka cepat sekali semua mayat
dilemparkan keselokan, setelah mana, mereka pun lantas lari
seperti terbang.

Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pada kira jam empat hampir fajar, ketika si Puteri Malam
sudah doyong kearah barat, selagi angin dingin bertiup halus,
maka dari dalam rumah batu terlihat berlompat keluarnya
empat bayangan yang hitam, yang terus berlari lari cepat
sekali kearah selatan- Itulah Koay ciu Sie-seng Cia In Gak, yang telah menunjuki
kepandaiannya, hingga ia berhasil menotok bebas pada Bin
San Jie Tok, begitu pun jalan darah sam-im dari Leng Hui.
Hingga orang itu dapat pulang kesebatannya seperti sediakala,
lantaran mana mereka jadi dapat turut si anak muda.
Leng Hui ketahui tempat di kurungnya Tonghong Giok Kun
ialah yang mengajak sianak muda dan kedua Racun dari Bin
San guna menolongi orang she Tonghong itu.
1544 Tonghong Giok Kun menyesal ketika habis pertempuran di
Ya Ap Thoa itu menyaksikan Cia In Gak pergi
meninggalkannya dengan menghilang dimalam yang gelap.
lalu Kang Yauw Hong mengajak Lo siang Bwe pergi menyusul
pemuda itu. ia menderita sampai ia hampir pingsan, sampai
hampir ia tidak dapat bertahan, ia sebenarnya mengharap ia
diajak nona-nona itu. Selagi ia bersengsara hati itu, Kiang cong Yauw muncul dari
tempat gelap terus menanya padanya, "Sute, bagaimana
sekarang" Kemana kita mesti pergi?"
"Aku sudah sebal mengenai penghidupan merantau ini,"
sahut Giok Kun menyeringai "Aku pikir buat pulang ke Ngo Bie
San untuk menjadi pendeta saja, untuk melewati hari dengan
senantiasa menemani kitab suci..."
Cong Yauw tidak menyangka kawan itu menjadi demikian
tawar hatinya, ia heran, ia mengawasi kawan itu. Kemudian ia
melihat ke-sekitarnya. "Mana kedua sumoay Kang dan Lo ?" ia tanya. ia tidak
melihat melihat kedua nona itu. "Siapa yang tahu tentang
mereka ?" sahut Giok Kun tawar, nadanya campur penasaranCong Yauw melengak, Tapi sekarang ia mengerti ia belum
tahu jelas toh ia dapat menduga. Mestinya itu urusan Lo Siang
Bwe, ia menjadi masgul, karena tak tahu ia bagaimana harus
menghibur. "Sute," katanya, "aku berjanji dengan satu orang untuk
bertemu di Yan khia, baiklah kau menemani aku dalam
perjalanan ke kota raja, nanti sepulangnya baru kita kembali
ke Ngo Bie San- Bagaimana?"
Tonghong Giok Kun mengangguk secara sembarangan,
lantas saja ia membuka tindakan lebar menuju ke utara. cong
Yauw masgul. 1545 "Entah bagaimana hebat pukulan yang diderita Tonghong
Sute," katanya dalam hati. Lantas ia bertindak mengikuti adik
seperguruan itu. Ketika cuaca telah menjadi terang, awan abu-abu warnanya
dan angin santer dan dingin. salju yang bertumpuk masih
belum lumer, Maka suasana itu tak mirlp- miripnya dengan
suasana musim semi. Dua anak muda itu berlari- lari disepanjang tepi sungai,
satu dengan lain mereka tidak berbicara, Tonghong Giok Kun
terus diliputi kedukaan, hatinya tetapi tawar, ia polos, ia
menyinta sangat Siang Bwe, siapa tahu sikap si nona
membuatnya bersusah hati.
Tengah mereka berlari, selagi Cong Yauw memperhatikan
kawannya itu, Mendadak ia melihat sesuatu yang bercahaya
merah berkelebat disebelah depan mereka, "Sute, lihat"
serunya. Tonghong Giok Kun mengangkat kepala, ia lantas melihat
seorang nona dengan pakaian merah tiba didepannya. Nona
itu cantik dan manis, kulitnya putih bersih dan halus, matanya
celi. Dia lantas memandangi Giok Kun dengan mengimplang
Hanya sejenak. nona itu tertawa dan berkata: "Siangkong,
aku numpang menanya, apakah siangkong tahu jalanan untuk
ke Ya Ap Thoa?" "Tidak?" menjawab Giok Kun, acuh tak acuh.
Kiang cong Yauw heran, ia bertindak maju, "Untuk apa kau
hendak pergi ke Ya Ap Thoa, nona?" ia menanya, tertawa,
"Aku tahu jalanan untuk kesana."
Nona baju merah itu mendelik kepada orang yang bicara
dengannya itu. "Nona mu tidak menanya kau" kata nya,
ketawa. "Buat apakah kau menjawab aku"
Cong Yauw tidak gusar, hanya didalam hati ia tertawa dan
kata: "Suteku ini tampan dan polos, tidak heran jikalau kau
ketarik terhadap-nya, maka sayang sute sendiri berpikir lain,
1546 dia telah mempunyai cita-citanya sendiri dengan begitu sia-sia
belaka perhatianmu" Nona itu menoleh kepada Tonghong Giok Kun dan
menatap. "Eh, bagaimanakah kau?" tanyanya, "Nona- mu tidak
mengganggu kau bukan" Kenapa sikapmu kaku sekali?"
Giok Kun likat, ia pun merasa si nona manis sekali. Akhimya
ia paksakan tersenyum. "Ya Ap Thoa terletak empat puluh lie di timur kota
chongciu," katanya, "asal tanya orang, orang tentu
membilangnya. Maafkan aku, karena ada urusan penting,
perlu aku lekas-lekas melanjuti perjalananku Sampai bertemu
pula" ia lantas menoleh pada Cong Yauw, untuk mengajak:
"suheng, mari kita pergi" ia terus membuka tindakannya.
"Tahan" Mendadak sinona berseru.
Giok Kun heran, hingga ia melengak. Lalu sepasang alisnya
bangun berdiri. "Nona, kau mau apakah?" ia tanya dingin.
"Baru saji aku ingat akan kata-katamu," berkata nona itu,
tertawa, Kalau barusan suaranya berpengaruh sekarang
sikapnya manis pula, "Kamu ketahui jelas tentang Ya Ap Thoa,
rupanya kamu baru saja datang dari sana, bukankah?"
"Memang" Giok Kun menjawab terus-terang, "Kami berdua
datang dari Ya Ap Thoa sana, Mungkinkah nona mau pergi
kesana untuk menemui Pat-pou Kan siam Honghu Siong?"
Sujen sinona memain, ketika ia tertawa, dingin tertawanya,
ia kata: "Nonamu orang Kun Lun Pay, buat apa aku cari segala
manusia bangsa hantu itu?"
Selagi si nona berkata-kata itu, Kiang cong Yauw
mendengar tindakan kaki samar-samar dari arah belakang, ia
lantas berpaling maka itu ia melihat lari mendatanginya empat
orang bertubuh besar yang pakaiannya hitam dan singsat.
cepat larinya mereka itu, sebentar saja mereka sudah
sampai, lantas didepan sinona mereka menjura. Yang satu,
1547 yang mukanya merah dan alisnya gompyok. berkata:
"Melaporkan-..."
Alisnya sinona terbangun, tangannya terus mengibas.
"Kalau ada bicara, mari biar dekat" kata-nya. "Apakah kau
takut orang lain mendengarnya ?"
orang itu mengerti, ia lantas menghampir-kan sampai dekat
sekali untuk membisik. Sinar mata si nona nampak aneh lalu
dia tertawa menggiurkan-"Aku tahu" bilangnya, "Disini tidak
ada apa-apa lagi, Mari kita pulang"
Kata-kata itu diakhirkan si nona dengan tubuhnya
mendadak mencelat kedepan Tong-hong Giok Kun seraya dua
jari tangannya di-luncurkan, demikian cepat, hingga jalan
darah sianak muda lantas kena ditotok. Kembali dia
menyerukan "Tangkap"
Tonghong Giok Kun tidak menyangka sama sekali, ia
menjadi korban- Lantaran totokan itu tubuhnya terhuyung
kebelakang karena segera ia merasakan kepalanya pusing dan
matanya kabur, ia lantas disamber sicrang bermuka merah,
untuk dikempit, buat terus dibawa lari.
Semua itu beriaku dengan sangat cepat.
Kiang cong Yauw heran dan kaget, tetapi ia masih
berlompat, kepada si orang muka merah untuk menolong
kawannya. Sinona melihat gerakan orang tiba-tiba ia menyerang. ia
melayangkan sebelah tangan-nya. Cong Yauw lagi melompat, kakinya tengah tak menginjak
tanah, maka itu kena tertolak, hingga ia terhuyung,
"Nona, apakah maksudmu ini?" ia tegur nona itu.
Selagi orang menegur, sinona mengibas kepada empat
orang itu, Itulah isyarat, maka itu empat orang lantas lari kabur.
1548 Kiang cong Yauw menjadi sangat gusar, ia terus
menyerang. Sinona berkelit sambil berlompat kira setombak ia tertawa
terkekeh. "Hai telah kau ketahui bahwa nonamu ini yalah Ang Hong
Nio-cu dari oey Kie Pay" ia perkenalkan diri. "Jikalau kau
hendak menolong sutemu itu silahkan kau pergi kemarkas
besar kami" Kata-kata itu diakhiri bareng dengan mencelatnya pula
tubuhnya, hingga dilain saat ia sudah memisahkan diri tiga
tombak lebih. Cong Yauw gusar bukan main, ia pun berkuatir untuk adik
seperguruannya. Segera ia menyusul, ia mengeluarkan
kepandaiannya ilmu ringan tubuh Ngo Bie Pay. walaupun
demikian, sulit ia menyandak, berselang dua jam, sinona dan
rombongannya itu sudah lenyap dipuncak gunung yang
bersalju, sedang kaki mereka itu memberi tapak yang bercerai
berai keempat penjuru, ia menjadi bingung, ia tahu tentulah
sinona sengaja membikin ia tak tahu mesti mengejar kemana.
"Menyesal aku mengajak sute pergi ke-Yan-khia, kalau
tidak nanti dia dirampas orang..." pikirnya, berduka, Hanya sekarang ini, percuma ia
menyesal. oleh karena ia sendiri tidak berdaya, ia lantas pikir
tak ada jalan lainnya untuknya kecuali pergi terus ke Yankhia,
guna mencari kawan, buat minta pertolongan ia tidak terlalu
menguatirkan keselamatannya Giok Kun sebab terang si nona
baju merah mencintai pemuda itu.
Demikian berangkatlah ia ke Yan-khia, sementara itu
Tonghong Giok Kun sudah berada dalam kurungannya Ang
Hong Nio cu, terkurung dalam kamar yang indah dengan
pembaringan yang mewah. Sebagai pelayannya budak wanita yang cantik, yang pun
pandai ilmu silat. ia telah ditotok bebas hingga ia sadar, akan
tetapi disamping itu ia ditotok di-tujuh otot lunaknya hingga ia
1549 menjadi lemas tak berdaya, hingga percuma saja ia mengerti
ilmu silat, tak ada tenaganya untuk menggali hal itu.
Setiap hari tentu tentu sibaju merah menemui sianak
muda, untuk mengajak mengobrol ia senantiasa omong
manis, dengan samar-samar ia mengutarakan cintanya kepada
pemuda itu. Tonghong Giok Kun tidak menghiraukan-nya,
karena dia telah mempunyai nona yang dicintainya, Dia terus
bersikap dingin. Ang Hong Nio-cu terus bersikap manis, ia seperti tidak
mengenal bosen, Lama-lama Giok Kun merasa nona itu mirlp
dengan nona remaja yang terhormat, lalu berobah sedikit
sikapnya, dia menjadi suka juga melayani bicara, kadangkadang
sambil tertawa. Selama itu tidak pernah mereka bicara di-luar garis.
Hanyalah,biar bagai mana, si pemuda tak pernah omong
perihal asmara. Pernah dengan diam-diam Tonghong Giok Kun menanya
kedua pelayannya tentang si-nona baju merah, yang
menyebut dirinya Ang Hong Nio-cu, si Tawon Merah, maka
tahulah ia, si nona she Ho, bahwa nona itu bernasib buruk.
Dengan U-bun Lui dia berasal satu rumah perguruan Meski
dia memperoleh julukannya itu, dia tetap putih bersih,
terhadap lain orang, sikapnya dingin bagaikan es maka juga
pernah dia mengambil putusan untuk tidak menikah seumur
hidupnya, buat hidup, - sebagai pendeta wanita..."
Demikianlah, di itu malam yang Cia In Gak memasuki
markas besar oey Kie Pay, Ang Hong Nio-cu telah datang
kekamarnya Tonghong Giok Kun kepada siapa dia
mengutarakan niatnya untuk meninggalkan kalangan yang
sesat itu, bahwa asal ia telah memperoleh ketetapan untuk
hidupnya, ia suka lantas mengangkat kaki. Mendengar itu,
Tonghong Giok Kun menghela napas.
"Manusia itu bukannya kayu atau batu, tak dapat dia tidak
mencinta," ia berkata. "hanya sayang sekali, aku ada
1550 mempunyai kesulitan yang sukar untuk aku mengutarakannya,
hingga aku telah mengambil putusan buat mencukur
gundul rambut kepalaku, buat aku masuk menjadi pendeta,
supaya selanjutnya aku hidup menemani kitab-kitab suci saja.
Nona, aku menyesal mesti menyia-nyiakan kepercayaanmu
atas diriku..." Ang Hong Nio cu mengasi lihat roman berduka campur
penasaran, sinar matanya tajam lalu sayup-sayup, ketika ia
berkata, ia tertawa, suaranya sedih: "Aku tahu didalam hatimu
sudah ada lain orang maka juga kau mengajukan alasanmu
ini, supaya kau dapat membikin padam hatiku. Akan tetapi
aku tahu di-jaman dulu ada puterinya Kaisar Giauw, ialah Go
Hong, yang bersama sama Lie Eng, telah menikah Kaisar Sun
Go Hong menjadi permaisuri Lie Eng menjadi selir, Bukankah
kau menampik aku begini rupa" Mungkinkah ini disebabkan
romanku yang tak sembabat?"
Lantas nona itu menangis dengan sedih, Giok Kun menjadi
serba salah, mulutnya berkelemak-kelemik mengeluarkan
suara tak tegas: menerima salah, tak menerima salah juga.
Mukanya yang tampan pun menjadi merah.
Ang Hong Nio-cu menanti sekian lama tanpa memperoleh
jawaban, akhirnya ia bangun berdiri untuk tertawa dan
berkata dengan dingin: "Seorang anak perempuan, kenapakah
dia mesti merendahkan dirinya begini rupa" Karena kau tidak
dapat menerima aku buat apa aku hidup didalam dunia ini."
Lantas merogo kedalam sakunya, untuk mengeluarkan
sebuah pisau belati, sembari mengawasi sipemuda dan
mukanya bersenyum sedih, ia terus menikam dadanya.
Tonghong Giok Kun kaget bukan kepalang. "Nona,
jangan..." ia berseru.
Berbareng dengan itu pisau belati si nona terlepas dari
tangannya, jatuh kelantai lauw-teng, sedang baju didadanya
telah robek dan dari dadanya itu darah mengucur keluar.


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

1551 Menyusul itu satu bayangan orang lompat masuk dari jendela
hingga lantas terlihat dialah seorang pemuda dengan baju
panjang hitam dan romannya dingin. Melihat orang muda itu,
Tonghong Giok Kun menyeringai sedih. "Siauw-hiap. bagus
kau datang..." kata-nya.
"Cukup, saudara Tonghong, tak usah kau menyebutkannya
lagi, aku telah ketahui semua," berkata si anak muda. "Benar
katanya nona ini, kau janganlah menampik secara keterlaluan.
Tidak ada halangannya jikalau kamu menelad Go Hong dan
Lie Eng" Ketika si nona pertama kali melihat pemuda dengan baju
hitam itu, ia merasa muak, ia sudah lantas menutup dadanya
dan siap akan menyerang akan tetapi setelah mendengar
perkataan orang lain lagi kesannya, rasa muaknya lenyap
separuhnya, ia terus memandang Tonghong Giok Kun.
Pemuda she Tonghong itu nampak bingung, ia menghela
napas dan berkata: "Selama hidupku ini, aku sumpah tidak
hendak berumah-tangga maka itu aku harap kau tidak
memaksa... In Gak sianak muda berjubah hitam itu tertawa.
"Saudara Tonghong, aku mengerti kau," ia berkata, "Dalam
hal kita baiklah diberi penjelasan- orang ksatrya tak nanti
merampas hati lain orang dan aku ini orang macam apa,
saudara tentunya telah mengetahuinya dengan baik.
Dibanding dengan kau, saudara aku jauh lebih hebat didalam
urusan asmara maka itu aku harap kau mengerti aku. Kau
budiman, saudara kau pasti dapat memaafkan aku." Ia lantas
menarik Giok Kun, untuk dibisikan.
Ang Hong Nio-cu tidak ketahui apa yang orang bicarakan,
hatinya bimbang, ia berduka dan cemas, ia pun heran kepada
pemuda itu, yang wajahnya seperti mayat dapat masuk kedalam
markas besar oey Kie Pay tanpa rintangan, ia terus
mengawasi mereka itu, sinar matanya guram. Tapi karena itu
1552 ia dapat melihat parasnya Giok Kun bersemu merah tandanya
jengah. Lalu terdengar pemuda she Tonghong itu, perlahan: "Kalau
begitu, belum tentu Nona Lo telah mengubah pikirannya,
Hanya bagaimana dapat aku membuka mulutku?"
In Gak lantas berkata sungguh-sungguh: "Aku meraba
tubuh nona itu saking terpaksa untuk menolong dia. jikalau
aku bermaksud buruk. apakah bedanya aku dengan binatang"
Kalau orang luar mungkin dia tidak tahu duduknya hal.
Memang, kalau benar duduknya hal sekalipun air sungai Hong
Ho tak dapat mencuci bersih maluku..."
Ia terus menoleh kepada Ang Hong Nio-cu, untuk berkata
sambil bersenyum: "Nona Ho silahkan kau bersama saudara
Tonghong meninggalkan tempat yang buruk dan berbahaya,
yang bakal segera berubah menjadi neraka. Semoga kamu
bertiga hidup beruntung dan berbahagia"
Hanya dalam sejenak itu, hati si nona menjadi sangat lega,
hingga ia dapat bersenyum manis.
"Tuan, apakah tuan si pemuda aneh yang muncul di Ciu Ke
chung?" ia tanya. Ditanya begitu, In Gak tertawa, ia tidak menjawab, hanya
menoleh kepada Tonghong Giok Kun, ia berkata: "Silahkan
kamu berdua berlalu dengan cepat dari sini Saudara
Tonghong, tolong kau sampaikan kepada mereka itu bahwa
aku hendak pergi ke Barat untuk masuk kepropinsi Su-coan
guna menjenguk kuburan ibuku, setelah mana aku mau pergi
ke Utara untuk menyambangi guruku. .Markas besar oey Kie
Pay ini, rintangannya di bagian timur dan utara telah
terusakkan, disana tidak ada bahaya apa-apa lagi, maka kamu
berdua dapat mengambil jalan dari sana tanpa kekuatiran apa
juga." Mendengar itu mendadak si nona berdiri tegak. "Tonghong
Siauw hiap mari kita pergi " dia mengajak.
1553 Tonghong Giok Kun tahu si nona sudah berkeputusan
meninggalkan oey Kie Pay yang mana pun berarti dia
menentang partai serta kakaknya, ia menjadi terharu dan
jengah sendirinya. "Nona Ho," ia berkata perlahan, "kau belum membebaskan
totokanmu mana dapat aku berjalan?"
Nona itu tertawa geli dengan mendadak ia meluncurkan
tangannya dengan sebat ia menotok tujuh buah ototnya si
anak muda setelah mana ia terus menyamber lengan orang
sambil ia berseru: "mari"
Maka terlihatlah keduanya lompat keluar jendela.
In Gak mengawasi sampai mereka lenyap di tempat gelap.
lantas ia diam berpikir, kemudian sendirinya ia berkata-kata
tak tegas, akan akhirnya ia pun berlompat pergi, untuk
menghilang di suatu pojokan yang gelap. Tak lama, maka
empat orang berkumpul pula. "Theng Losu, apakah kamu
sudah selesai?" In Gak tanya.
"Sudah." menyahut Theng ceng, "Semua obat yang kita
butuhkan sudah kita dapat pulang, yang selebihnya kita
biarkam saja sebab kalau itu dipakai mereka secara
sembarangan cuma-cuma itu akan membahayakan diri mereka
sendiri." ia hening sejenak lantas ia meneruskan:
"Sampai pada waktu ini, mereka itu masih belum kumpul
semua, Diantara mereka, kita melihat Tong Tay, kelihatannya
dia hormat sekali- Pula kita melihal ditelaga ada banyak mayat
orang...." "Sekarang, sam-wie." In Gak mengajak Bin San Jie Tak dan
Song-bun Kiam kek, "mari kita pergi keruang himpunan
mereka itu." Kata-kata itu diikuti dengan bergerak tubuhnya, ia tidak
mau menjelaskan apa apa. Ketiga kawan itu heran, sampai mereka melengak dan
saling mengawasi, akan tetapi tanpa ayal, mereka mengikuti.
1554 Diluar ruang sidang, mereka sembunyi didepan jendela di
bagian yang gelap. Semua peronda atau penjaga oey Kie Pay
telah dirobohkan Bin San Jie Tok dengan racunnya yang lihay.
Dengan leluasa mereka dapat memandang keruang sidang itu.
Sama sekali telah diatur tiga buah meja semua hadirin
duduk dikursinya masing-masing, mendengarln U-bun Lui
bicara. Di kursi pertama terlihat seorang pendeta yang
bertubuh besar yang mengenakan jubah merah.
Dia bermata sangat tajam, Dialah Shatohuoto, pendeta
memedi dari Se Hek. Wilayah Barat. In Gak memperhatikan
Pek-pou Kie Hun Tong Tay, ahli racun dari Su-coan.
Habis U-bun Lui bicara, menyusul beberapa yang lain,
Umumnya mereka merencanakan tindakan atau daya-upaya
untuk menghadapi pelbagai partai musuh pihak lurus.
Setelah tiga idaran arak, orang berbicara dan tertawa
dengan gembira sekali, itu waktu Tong Tay berbangkit dengan
cawan arak di-tangannya, ia tertawa dan berkata: "Malam ini
Tong Tay menampak wajah semua hadirin girangku bukan
main Aku merasa sangat beruntung Sebagai tanda hormat dari
aku, aku minta sukalah sekalian locianpwe mengeringi cawan
masing-masing" "Aku ingin melihat, bagaimana Tong Tay si beracun
menggunai akalnya," kata In Gak perlahanBin San Jie Tok mengawasi si anak rnuda, mereka heranTak dapat mereka menangkap maksud kata-kata kawan ini.
--ooo0dw0ooo-- Jilid 29 : Oey Kie Pay musnah
TONG TAY bertindak menghampirkan Shatohuoto, dengan
sikap sangat menghormat ia berkata: "Locianpwe, cawanku ini
cawan kehormatanku, inilah tidak cukup tapi aku minta
1555 locianpwe ingat saja kesungguhan hatiku." ia lantas minum
cawannya itu, habis mana ia membaliknya, untuk menunjuki
bahwa ia telah meminumnya kering, Lantas cawan itu ia lelaki
diatas meja. Shotohuoto bersenyum, dengan perlahan ia mengangkat
cawannya untuk diminum. "terima kasih" kata Tong Tay. ia mengangkat poci arak
untuk menuang isinya ke- dalam cawannya, buat memberi
hormat kepada hadirin yang duduk dikursi nomor dua, lalu
terus kepada yang lainnya sampai kepada orang yang
kedelapan- In Gak memasang mata. ia melihat setiap kali Tong Tay
menuang arak jari tangannya bergerak seperti menyentil
sedang mukanya yang bersemu dadu mendadak menjadi pias,
ia heran tetapi ia belum bisa menerka apa-apa.
Ketika itu tiba tiba seorang hadirin berkata nyaring: "Tong
Losu, tidakkah caramu ini sangat memberabehkan" Baiklah
semua hadirin minum bareng -saja"
Pek-pou Kie Hun menggeleng kepalanya.
"Itulah tidak sempurna" katanya: "Dengan begitu berarti
aku kurang hormat" Maka ia melanjuti caranya memberi hormat itu, ketika ia
sudah menghormati semua hadirin dari ketiga meja, ia sendiri
telah menjadi sinting, dengan mata merah dan tindakan
limbung, ia kembali kekursinya.
Seorang hadirin tertawa dan berkata nyaring: Tong Losu
tidak punya guna. Baru menenggak kira empat puluh cawan arak kau sudah
mabuk" Pekpou Kie Hun mengawasi dengan mata disipitkan, ia
tertawa. "Sebetulnya Tong Tay tidak kuat minum, ini pun dilakukan
dengan terpaksa," ia berkata.
1556 Baru ahli racun dari Su coan itu menutup mulutnya, maka
dari luar ruang terlihat datang nya lima orang yang muncul
mirip angin menghembus. Semua hadirin, atau semua hantu,
menjadi kaget. Lima orang itu ialah Hui He cu dan Hui Lui cu Khong Tong
Jie Lo atau dua jago dari Khong Tong Pay, bersama Touw
Liong Kiesu, si orang bertubuh besar yang berewokan serta si
anak muda yang romannya tampan- Dengan sinar mata yang
tajam mereka menyapu semua hadirinShatohuoto mengasi lihat sinar mata kaget, lalu mendadak
dia bergelak, luar biasa tertawanya itu, yang diikut dengan
bergeraknya tubuhnya maka dilain saat ia sudah sampai di
depan Khong Tong Jie Lo. Hui He cu menyambut dengan berkata dingin: Pastilah
taysu mengira pinto berdua sudah mati kaku, tetapi tak
tahunya Thian, tak sudi menuruti kehendak manusia, karena
mana maksud hati taysu telah tak tercapai
Sebenarnya sudah lama pinto tak memperdulikan pula
urusan kaum Rimba persilatan dimana orang main saling
bunuh akan tetapi kali ini pinto terpaksa membuka pantangan"
Shatohuoto tidak takut, dia masih tertawa jumawa.
"oleh karena lotiang berdua sudah ketahui perbuatan lolap.
lolappun tak sudi menyangkal" dia berkata, "Hanya sekarang ini, lebih dulu
lolap mau minta sedikit keterangan, Lo-lap pandai ilmu
menotok Leng-khong Tok-hiat ciu-hoat, dikolong langit ini
cuma ada beberapa orang saja yang sanggup memunahkan
totokan itu, di Tionggoan mungkin tak ada sama sekali, tetapi
buktinya lotiang berdua itu" Lolap..."
Belum lagi pendeta dari Barat itu melanjut perkataannya,
dia sudah dipegat Touw Liong Kie-su chiO Thay Hie, bahkan
dia ini berkata bengis, "Bangsat tua cara bagaimana kau
berani menghina ilmu silat Tionggoan " ilmu silat kamu dari
1557 Barat mana dapat dibandingkan dengan ilmu silat Tionggoan
kami" Hm Pastilah kau bercongkol didalam tempurung
memandang sang langit, kau berjumawa tidak keruan
sungguh tidak tahu malu"
Shatohuoto bersikap sabar luar biasa, Dia tidak kaget atau
gusar. Dengan tenang dia mengawasi orang yang mencacinya.
"Kau siapa?" dia tanya. "Pasti kau mempunyai kepandaian
dan menjadi jumawa karenanya sebentar aku akan serang kau
dengan ilmu Leng-khong Tok-hiat ciu-hoat, hendak aku lihat
bagaimana caranya kau melawannya"
Touw Liong Kie-su tidak menjawab, dia cuma tertawa
dingin. Dia dongak. dia tidak menghiraukannya sama sekali.
Ketika itu para hadirin lainnya tidak berdiam saja,
semuanya sudah berbangkit untuk mengambil sikap
mengurung kepada kelima tetamu yang tidak diundang itu.
Belum sampai kedua pihak beradu tangan, U-bun Lui
muncul dari belakangnya Shato-huoto, terus dan berkata
dengan nyaring: "Siapa lancang masuk dalam markas besar
oey Kie Pay, dia pastilah musuh, maka itu, jikalau kamu ingin
keluar pula dari sini dengan masih hidup, kamu mesti
mengutungkan masing-masing sepasang lengan kamu"
Touw Liong Kisu tertawa dingin, "omong saja tak ada
faedahnya" ia kata, "Bukankah kau U-bun Lui?" ia lantas
menunjuk si anak muda yang menjadi kawannya dan berkata
pula : "Apakah kau tau siapa pemuda ini?"
U-bun Lui melengak. Dengan tajam ia mengawasi anak
muda itu. ia merasa kenal akan tetapi sejenak itu ia tidak
dapat mengingat nya. Maka itu ia menjadi berpikir keras.
Chio Tay Hie melihat orang tak dapat ingat, dia lantas
tertawa dingin dan kata: "Dialah Kam Siauw ciu anak dari Kimhoan
ciu Kam ciong yang kau bunuh dengan tanganmu yang
jahat karena perbuatan mana kau hatimu menjadi sakit hingga
kau menjadi seperti si orang edan. Kau tentunya menyangkanyangka
bukan?" 1558 Sianak muda dengan mata menyala hingga romannya
menjadi bengis sekali berteriak: "Bangsat she U-bun kau bayar
pulang jiwa Ayahku" Berbareng dengan itu, dia menyerang
dengan kedua tangannya. U-bun Lui heran hingga ia melengak, ia tidak sangka sekali
Kam ciong mempunyai turunan, Tapi ketika ia diserang,
alisnya terbangun ia tertawa dingin lantas ia berkata: "Baiklah
pangcu kamu nanti membikin kau dapat mencapai citacitamu"
ia lantas menyambuti dengan serangannya yang
dahsyat. Kam Siauw ciu batal menyerang terus: Dia berlompat
membikin lewat serangan musuh besar itu, yang dia sungkan
lawan keras dengan keras, ketika dia sudah turun baru dia


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyerang pula kekedua arah.
U-bun Lui menyerang tempat kosong, segera ia berkelit
mundur lima kaki. "Kau pernah apa dengan chio Tay Hie?" ia menegur bengis,
ia rupanya kenal baik ilmu silatnya sianak muda, yalah Touw
Liong ciu hoat, ilmu "Membunuh Naga" yang terdiri dari lima
puluh delapan jurus. Siauw ciu menaruh kakinya dilantai, dia tertawa dingin.
"Jahanam matamu tajam" dia berkata be-ngis, "Kau dapat
mengenali Touw Liong ciu-hoat. Guruku sudah berada
didepanmu." Apakah kau buta-bolong?"
U-bun Lui mengawasi Touw Liong Kiesu dia berkata: "Tidak
heran kau jadi begitu jumawa. Kiranya kaulah chio Thay Hie"
"Benar itulah aku" Thay Hie jawab jumawa.
Mendengar itu, semua hantu mengawasi Touw Liong Kiesu,
air muka mereka berobah. jadi inilah orang yang puluhan
telah menjadi jago tanpa lawan karena dia mengandel pada
ilmu silatnya Touw Liong ciu-hoat.
Selagi suasana sunyi itu diantara kawanan hantu terdengar
satu jeritan mengerikan hingga semua orang menoleh
1559 mengawasi padanya, untuk mendapat tahu apa yang sudah
terjadi. Orang itu memegangi dadanya, daging dimukanya pada
mengerut, warna kulitnya berubah menjadi matang biru, dan
kedua matanya dipentang lebar, hingga dia kelihatan bengis
sekali, menyusul itu tubuhnya melengkung, terus roboh,
kedua tangannya tak hentinya mencakarin mukanya.
Tak usah orang menanti lama akan mendapatkan dia
mengeluarkan darah dari mulutnya ketika kemudian dia
mengasi dengar suara keras, berhentilah napasnya.
U-bun Lui kaget tidak terkira, Tak tahu ia orang terbinasa
karena apa. Kehebatan semacam itu masih menyusul, Korban pertama
itu lantas disusul oleh lima hantu lainnya, Semua mereka ini
sama penderitanya. Terang mereka terbinasa keracunan
seperti yang pertama, Lain sebab tidak mungkin. sekarang
semua hantu menjadi kaget dan berkuatir. Touw Liong Kiesu
bersama Kong Tong Jie Lo turut menjadi heran.
Ketua partai Bendera Kuning lantas menduga kepada Bin
San Jie Tok, akan tetapi kedua Hantu dari Bin San itu cacad
kakinya, mereka tidak dapat bergerak, tidak nanti mereka
dapat menggunai racun mereka... Habis siapa"
Shatohuoto juga kaget, tetapi ia mencoba menenangkan
diri. Kawanan hantu sudah lantas mulai memencarkan diri,
mereka bertindak mundur perlahan lahan- Dengan begitu
pengurungan mereka menjadi terpecah sendirinya.
Diantara rombongan oey Kie Pay itu, cuma Pek-pou Kie
Hun Tong Tay yang berdiri sabar dan tenang dipinggiran
tembok. matanya mengawasi semua orang.
U-bun Lui menyapu kesegala penjuru ketika ia melihat
sikapnya ahli racun itu, Tiba-tiba saja timbul kecurigaannya
pada orang she Tong itu, maka dengan sekonyong-konyong
dia berlompat sambil menbentak.
1560 Melihat orang berlompat, Touw Liong Kie s u bersama
Khong Tong Jie Lo menggeraki tangan mereka untuk
menyerang. U bun Lui sudah mendekati Tong Tay, tatkala ia merasakan
serangan itu, ia lupa pada Tong Tay. lantas ia membela diri.
Dengan kedua tangannya ia menangkis tubuhnya berlompat
sambil berputar, sehingga ia lantas turun di sisinya
Shatohuoto gurunya. Jago dari Se Hek itu gusar melihat Touw Liong Kie-su
bertiga menyerang muridnya yang disayang itu dengan lantas
dia maju, kedua tangan bajunya dikibaskan kepada mereka
bertiga. Bentrokan sangat keras sudah lantas terjadi.
Chin Thay Hie dan Khong Tong Jie Lo terhajar mundur
setengah tindak, Shatohuoto sebaliknya cuma limbung
tubuhnya, dua kali bergoyang: dari sini ternyata gurunya Ubun
Lui menang unggul sedikit.
Itu waktu terdengar pula jeritan menyayatkan seperti tadi,
terdengar saling susul. Semua itu terjadi diantara kawanan
hantu, Mereka pada roboh, mulut mereka mengeluarkan darah
nyawa mereka lantas terbang pergi.
Didalam tempo yang cepat sudah rebah lebih daripada
duapuluh orang. oleh karena itu, suasana didalam pesta atau
sidang itu menjadi sangat menyeramkan dan menakuti,
Semua mayat seperti bermandikan darah.
U-bun Lui mengawasi Tong Tay tajam, "Tong Losu, adakah
ini hasil perbuatan- mu?" akhirnya dia tanya dingin.
Orang yang ditanya itu mengangguk. dia tertawa dingin.
"Tidak salah" sahutnya berani, "Memang ini perbuatanku si
orang she Tong. Siapa suruh kamu memandang hina
kepadaku" Kamu harus ketahui, racun tawon sangat berbisa,
siapa terkena dia mesti terbinasa juga kau bersama
Shatohuoto telah terkena racunku, hanya karena tenaga
1561 dalam kamu liehay, kamu tidak lantas turut roboh seperti
mereka ini. Toh kamu tinggal menantikan saatmu saja"
Terangnya kamu tidak bakal hidup sampai jam lima saja"
Sekonyong-koyong shatohuoto berseru.
"Hm" dan sebelah tangannya meluncur kepada jago dari
Su-coan itu, ia telah menyerang dengan menggunai totokan
Leng Khong Tok-hiat ciu hoat dengan apa ia perna
membokong Bin San Jie Tok.
Kalau Tong Tay terkena serangan itu tak ampun lagi,
mestilah dia terbinasa seketika.
Tepat Shatohuoto menyerang itu, tepat iapun ada yang
hajar, terkena kedua jari tangannya. Lantas tangannya itu
mesti dikasi turun. Menyusul itu orang mendengar tertawa yang nyaring dan
dari luar jendela tertampak sebuah tubuh manusia berlompat
masuk bagaikan burung rajawali menyamber, bayangan itu
lantas disusul tiga bayangan lainnya.
Itulah Cia In Gak bersama Bin San Jie Tok dan Song bun
Kiam-kek. Semua orang berpaling lebih-lebih U-bun Lui, Dia ini lantas
mengenali si orang she Cia, mukanya menjadi pucat sekali,
Tetapi dia paksa membesarkan nyali dia paksa tertawa, Dia
kata sengit : "Hari ini kalau bukan kau yang mampus tentulah
aku" Tong Tay tertawa dingin, Dia kata: "U-bun Lui, jangan kau
bermimpi disiang hari Segera juga kau bakal menjerit, muntah
darah dan roboh mampus. Disaat ini buat apakah kau masih
mencoba main gagah-gagahan?"
Ketua oey Kie Pay itu sudah menjadi nekad, ia tak
menghiraukan ancaman maut.
"Suhu, inilah itu orang yang muridmu maksudkan- ia kata
pada gurunya, tangannya menunjuk In Gak.
1562 "Gurumu sudah tahu" menyahut Shato-buato, suaranya
dalam, ia lantas mengawasi tajam pada In Gak, ia berkata
sabar. "Bukan-kah kau yang barusan memunahkan totokan
Leng Khong Tok hiat ciu-hoat dari aku?"
Baru berhenti suaranya jago dari Wilayah Barat itu, atau
kembali ada jeritan dari beberapa hantu lainnya yang pun
pada muntah darah dan roboh binasa, Lebih dulu mereka itu
pada berkoseran dilantai.
Menyaksikan itu, In Gak mengerutkan alis, Tapi ia
menghadapi jago dari Barat itu.
"Shatohuoto" ia kata dingin, "sampai waktu ini apakah kau
masih tidak mau menyerah kalah dan manda tertawan?"
Sebelum Shotohuato menjawab muka U-bun Lui berubah
menjadi pula, tubuhnya terhuyung beberapa kali. Terang ia
mencoba mempertahankan diri, ia lantas memegangi perutnya
yang terasa sangat sakit, tidak lama ia merasakan tangan dan
kakinya sangat lemas. Tahulah ia bahwa ia lagi menghadapi maut, maka ia
tertawa sedih dan kata. "Suhu sakit hati ini cuma dapat
dibalas nanti dilain penitisan, tetapi sebelum napasku berhenti,
ingin aku menanya Tong Tay kenapa dia menggunai akalnya
yang licik ini, supaya setelah mati tidaklah aku menjadi setan
penasaran-.." Dari dalam sakunya Shatohuoto mengeluarkan sebuah
cupu- cupu kecil, dari situ ia menuang belasan obat pel yang
berbau harum, separo dari itu ia serahkan pada muridnya,
untuk segera ditelan, separonya lagi ia sendiri yang makan,
habis itu dia kata: "Tidak, muridku kita tidak bakal mati. Lekas
kerahkan tenaga- dalammu, guna menutup diri, buat melawan
racun, setelah itu kau menutup juga pelbagai jalan darahmu"
Baru berkata begitu, jago ini juga merasakan perutnya
panas, Maka lekas-lekas ia menghentikan perkataannya.
Tong Tay tertawa dinginTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
1563 "U-bun Lui, aku si orang she Tong hendak membikin kau
mati puas" ia berkata, "Kemarin tengah hari aku telah
menawarkan jasaku. Aku dari keluarga Tong dari Su coan,
akulah ahli pelbagai senjata rahasia yang beracun, aku
menawarkan diri untuk melayani semua musuhmu yang terdiri
dari pelbagai partai besar. Aku merasa pasti kita bakal dapat
kemenangan- Tetapi kau sudah tolak tawaranku itu.
Penolakan saja masih tidak apa, apa mau kau menyebutnyebut
Bin San Jie Tok, kau kata racunnya mereka itu yang
tanpa rasa dan tanpa rupa bakal dapat dipakai menyapu
bersih semua musuhmu. Kau kata meski senjata rahasiaku
liehay, itu tidak dapat dibandingkan dengan racunnya Bin San
jie Tok. Teranglah kau sangat memandang enteng dan
menghina aku. Akan tetapi kau tidak mengenai aku. Akulah si
cerdik yang nampak tolol, si palsu yang nampak lurus. Aku
minta pinjam lihat racunnya Jie Tok kau tidad menyangka
jelek, kau memberinya. Dasar kau kejam sedang kau tahu
racun itu sangat liehay, kalau mengenai tubuh orang, orang
bakal roboh sebagai kurban, kau masih menanya aku, apa aku
berani pegang itu dengan tanganku. Aku lantas berpura-pura
aku gunai tanganku yang kanan kumasuki ke dalam peles
obat. Mungkin kau tak tega kau berikan aku sebutir obat
pemunah untuk aku telan- Kau tidak ingat bahwa akulah ahli racun, maka juga kalau
tanganku kuat aku tidak dapat keracunan- Begitulah jeriji
tanganku telah dapat mengambil banyak bubuk racun yang
sangat berbisa itu, Mulanya aku tidak memikir untuk
melakukan pembunuhan tetapi kaulah yang keterlaluan, kau
paksa aku menghamba pada Oey KiePay.
Mana dapat aku tunduk dibawa perintahmu" Diam-diam
aku telah menyiapkan racunku, racun untuk merusak isi-perut
didalam kuku tanganku hingga kedua racun bercampur
menjadi satu. Tadi selagi aku memberi selamat kepada kamu
sambil menuang arak. aku masuki racun itu kedalam cawan
kamu Begitulah kamu kena diracuni. sekarang ini biarnya
kamu sadar dan memakan ob at pemuna h ny a, obat
1564 pemunah itu tidak bakal ada khasiatnya" Habis menjelaskan
panjang lebar itu, jago Su-coan ini tertawa nyaring dan lama.
Selagi orang bicara. U-bun Lui sudah mulai menderita
terlebih hebat, mukanya mulai matang biru, matanya mulai
bersinar guram, cuma dengan menguatkan hati ia tidak segera
roboh, adalah hampir berbareng degan habisnya kata-kata
siorang she Tong, ia tidak dapat bertahan terlebih jauh,
segera ia menjerit kesakitan, lantas ia muntah darah, terus ia
jatuh. Justeru itu Shatohuoto mengebut keras, tubuhnya melesat
seperti jemparing keluar jendela dimana ia lantas menghilang.
Kam Siauw ciu panas hatinya, tak puas ia jikalau ia tidak
membinasakan sendiri musuh ayahnya, ia melihat Pat-pie Kim
Liong mengoser dilantai, dia itu lagi bergulat dengan
kematian, tetapi itu tidak mengurangi kebenciannya, Maka ia
menghunus pedangnya, ia lompat kepada musuh besar itu,
untuk menikam dada orang, maka hanya dengan satu kali
berkelebat, putuslah nyawa ketua oey Kie Pay
chin Thay Hie menghela napas.
"Selamat, muridku" ia berkata, "Kau telah berhasil
membalas sakit hatimu, aku sekarang merasa lega"
Ruang sidang atau pesta itu masih terang sekali dengan
cahaya banyak lilin, akan tetapi suasananya telah berubah
menjadi sangat menyeramkan karena disitu bergelimpangan
tubuhnya banyak hantu, semua dengan mandi darah, semua
dengan muka matang biru dan menakuti. Darahnya pun
berbau bacin membikin orang mau tumpah-tumpah.
In Gak terharu berbareng merasa bahwa hidupnya manusia
itu benar aneh, Semua kurban itu gagah dan liehay, semua
terkenal, tetapi sekarang mereka menjadi sekumpulan tubuh
tanpa nyawa dan tak berguna, penghidupan itu bagaikan
1565 impian, maka itu, apa perlunya menjadi jago" Maka hatinya
menjadi tawar... Pekpou Kie Hun menyaksikan pemandangan mengerikan
didalam ruang itu, ia memperlihatkin roman puas, habis itu ia
tertawa bergelak-gelak. lantas tubuhnya lompat keluar
jendela, akan dari luar itu, ia lompat naik keatas genting,
hingga lain saat ia pun lenyap.
Selagi orang berlompat keluar jendela, Hui Hu cu
menyerang dengan pukulan "Thay ceng Kong-kie," akan tetapi
In Gak mengibas dengan tangan kanannya, membikin pukulan
itu tidak mengenakan sasarannya, ia heran"Kenapa kau mencegah aku, Sie-cu-?" ia tanya sianak
muda. "Dia sangat telengas, kalau dia dikasih tinggal hidup,
dibelakang hari dia dapat menjadi bahaya besar bagi Rimba
persilatan seharusnya dia di singkirkan"
"Memang lotiang benar," sahut In Gak bersenyum "Tapi
sukalah lotiang ingat, bagaimana kesudahannya malam ini
andai kata tidak ada Tong Tay disini" kita tidak usah
mengambil tahu sikapnya orang she Tong itu, yang sudah
terang dia telah menyingkirkan suatu peristiwa hebat.
Mengingat itu, biarlah dia mendapatkan keampunannya. Kalau
lain kali dia masih berbuat jahat, belum kasip untuk kita
menyingkirkan dia dari dunia ini."


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hui He cu berdiam, ia memandang Hui Lui cu, matanya
mendelong. "Siecu," kemudian dia tanya, "adakah siecu yang
menolongi kami berdua"
In Gak bersenyum. "Tidak salah," sahutnya manis, "itulah kerjaaan kecil, aku
harap totiang tidak buat pikiran-" Habis berkata begitu, ia
mengawasi Touw Liong Kiesu, ia kata: "Aku yang muda
bersahabat pun dengan It Goan Kiesu dari sahabat itu aku
mendengar kegagahan dan kerendahan hati chie Kiesu, aku
sangat kagum. sebenarnya aku harus berdiam lama bersama
kiesu supaya aku mamperoleh pengajaran maka menyesal
1566 sekali, sekarang aku masih mempunyai urusan penting yang
mesti diselesaikan aku mesti segera berangkat ke Barat, ke
tanah Siok, Aku harap lain kali apabila ada jodohnya, biarlah
aku boleh mengunjungi Kiesu"
Setelah berkata begitu, ia memberi isyarat dengan
tangannya kepada Bin San Jie Tok, Song bun Kiam kek, lantas
ia lompat keluar jendela, disusul ketiga kawan itu.
Touw Liong Kie-su tercengang sejenak. "Siapa dia?" ia
tanya Hui He cu: "Dia liehay sekali. Dia masih sangat muda,
ilmu silatnya sudah sedemikian mahir, dia tak mau kalah dari
kita situa yang belum mau mati. Maukah kau memberitahukan
aku tentangaya?" Sebelum Hui He cu menyahuti, Kam siauw ciu mendahului
berkata kepada gurunya: "Dialah orang yang aku ketemukan
ditengah jalan, hanya baru-baru ini dia dandan seorang tani
yang bermuka kuning yang berpenyakitan. Kalau bukan dianya
yang memancing kemarahannya Tong Tay, mana bisa Oey Kie
Pay mengalami keruntuhan semacam ini"
Guru itu melengak. "Oh, jadinya dialah orangnya?" ia tanya, Baru sekarang Hui
He cu mengangguk "Betul," ia membenarkan- "Totiang,
dapatkah kau memberitahukan she dan namanya?" To Liong
Kie-su tanya pula. Imam yang di tanya itu menggeleng kepala, "Pinto juga
tidak tahu," jawabnya, "Yang pinto tahu yalah apa yang
muridmu bilang sipetani berpenyakitan muka kuning dan
orang yang menolongi kami yalah satu orang adanya."
Chin Thay Hie menjadi sangat kagum, kembali ia memuji
pemuda tak dikenal itu. Ketika itu diluar terdengar suara orang tertawa nyaring,
disusul dengan kata kata ini: "Touw Liong sahabatku, sudah
banyak tahun kita tidak bertemu, kau nyata masih gagah
seperti dahuluhari Sungguh, adikmu kagum sekali"
Touw Liong Kie-su melengak. ia lantas memandang keluar.
1567 Diambang pintu terlibat It Goan Kie su berdiri sambil
bersenyum, tangannya mengurut-urut kumisnya. Disamping
jago tua she ouw itu berdiri ouw Giok Lan si gadis manis
sambil dia bersenyum berseri.
Bukan maln girangnya kedua sahabat ini, mereka
berjabatan dengan erat, kemudian It Goan kie-su dan
gadisnya berkenalan dengan yang lainnya. Apabila ia
menyaksikan pemandangan didalam ruang itu, ia
mengerutkan alis. "Apakah saudara chin telah membuka pula pantangan
membunuh?" ia tanya, "Dibagian luar dari ini, orang orang oey
Kie Pay telah dibikin pada tidak berdaya dan didalam ruang ini
kawanan hantu telah mendapatkan kebinasaannya, jikalau
bukannya jiewie lotiang dan kau, saudara mana dapat semua
ini dilakukan?" Thay Hie mengeleng kepala tetapi ia bersenyum.
"Semua ini bukan perbuatan kita..." ia menyahut Dan ia
menjelaskan peristiwa barusanSelagi orang she chin ini bercerita, Kam Siauw ciu
senantiasa melirik Nona ouw yang cantik, hingga ia berkata
dalam hati- kecilnya: "Nona semanis ini sungguh jarang diketemukan Suhu dan
It Goan Kiesu yalah yang di sebut Lo Houw Siang It, mereka
bagaikan saudara kandung, maka ketika baik ini tak dapat aku
kasih lewat, meski aku bersahabat dengan Nona ouw, supaya
kemudian kita bisa menjadi pasangan"
Ouw Giok Lan dapat melihat tingkah lakunya orang she
Kam itu, mukanya menjadi merah matanya memperlihatkan
sinar memdongkol. Lantas ia mengawasi tajam pada anak
muda itu. Siauw ciu terkejut ketika sinar mata mereka berdua bentrok
lekas-lekas ia melengos. mengawasi siorang bertubuh besar
yang berewokan. Siberewokan itu bersenyum.
1568 Bukan main malunya Siauw ciu, mukanya menjadi merah,
lagaknya likat, Sayang disitu tidak ada lubang kedalam mana
dia dapat masuk bersembunyi.
It Goan Kiesu melongo apabila ia telah mendengar Touw
Liong Kiesu menyebut-nyebut sipemuda dengan jubah hitam.
"Ah, dia telah datang kemari" katanya.
"Chin Pehu" Giok Lan pun bertanya, sinar matanya
bergelisah, "kemana dia telah pergi?"
"Katanya dia mau perg kearah siok." sahut Thay Hie
heran- "Ayah" berkata sinona, cepat, "mari kita susul dia."
Belum berhenti perkataan sinona, tubuhnya sudah
berlompat keluar. Melihat sikap puterinya itu, It Goan Kie-su lantas kata pada
sahabatnya: "Saudara chin lain kali saja kita bertemu pula"
Dan ia pun berlompat keluar, untuk menyusul anaknya.
Siauw ciu menjadi masgul, ia seperti kehilangan sesuatu.
Touw Liong Kiesu melihat lagak muridnya, ia dapat membade
"Muridku, kita pun pergi ke Su coan?" ia kata bersenyum,
"Mari" Maka berangkatlah mereka meninggalkan markas besar oey
Kie Pay, markas yang diterangi sisa rembulan yang doyong
kebarat dan bintang-bintang yang jarang dimana angin bersilir
dingin dan sang kodok berbunyi berkerak- kerok...
"Tiga selat disungai Tiang Kang yalah yang paling
berbahaya dikolong langit," demikian kata-kata umum. itulah
benar. Mulai dari propinsi ouwpak Utara, ujung
penghabisannya yalah selat Se Leng Kiap. Yang lainnya yalah
Bu Kiap dan Kie Tong Kiap.
Ketiga selat itu yalah yang umumnya disebut Sam Kiap. Di
sepanjang itu, pemandangan alamnya menarik hati sekali,
berbahaya tapi indah, puncaknya tinggi dan curam, jurangnya
dalam, airnya deras, banyak tunggul batunya, pula dikedua
1569 tepinya banyak pepohonannya, yang besar dan tinggi, yang
cabang-cabang dan daunnya meneduhkan tepianPada suatu hari maka terlihatlah diselat itu bagian Bu Kiap
kecamatan Busan, belasan perahu besar tengah belayar
mudik, itulah perjalanan berbahaya tetapi orang melakoninya,
terutama kaum saudagar, itulah karena untuk pergi ke Su
Seruling Gading 10 Kuda Besi Kuda Hitam Dari Istana Biru Karya S D Liong Keris Pusaka Nogopasung 4

Cari Blog Ini