Ceritasilat Novel Online

Menuntut Balas 29

Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi Bagian 29


diteguk. Terus ia duduk pula diatas pembaringan untuk
menjalankan pernapasannya guna mengumpul tenaga
dalamnya. Leng Hui mengawasi, sampai kemudian ia kata seorang
diri: "oh, jiwanya telah didapat pulang..."
Thian Ho terperanjat. "Bagaimana?" dia tanya.
Leng Hui mau menjawab atau ia batal, Mendadak terdengar
bentakannya Pit Siauw Hong diluar kamar, itulah isyarat dari
datangnya orang. ia lantas lompat keluar disusul Thian Ho.
Diantara sinar rembulan terlihat ditembok pekarangan
seorang lagi berdiri, Dia dikenali sebagai satu diantara empat
orang bengis yang dikenal kedua pendeta, Siauw Hong sudah
lantas menyerang orang itu dengan pukulan "Udara kosong".
si orang tua tertawa seram, dia lompat turun keluar.
Thian Ho kata pada Leng Hui: "Karena urusanku, aku
merembet pada cianpwe beramai, tak lega hatiku, maka itu
1758 biarlah boanpwe mengajak mereka keluar kota untuk
menempur sendiri pada mereka itu'
'Tak usah," berkata Leng Hui. "cuma aku masih belum tahu
urusan kau dengan mereka itu, Kat siauwhiap..."
"Urusan itu panjang untuk dituturkan,' sahut Thian Ho.
Sebelum anak muda ini dapat berkata terus, In Gak sudah
muncul dengan tindakannya yang perlahan, dengan sabar ia
berkata: "Aku rasa aku sudah mengerti sedikit duduknya
sebab Hoa He su ok datang kemari untuk mencari tahu saja
tempat mondok kita, Malam ini kita jangan pedulikan mereka.
Adalah besok ditengah jalan kita mungkin akan melakukan
pertempuran-" Leng Hui mendekati anak muda itu.
"Apakah kau sudah sembuh seluruhnya?" ia tanya berbisik.
In Gak bersenyum. "Aku belum bisa bilang," sahutnya, "Lihatlah dua atau tiga
hari ini, andaikata aku tidak merasakan sesuatu, pasti aku
sudah sembuh." Ketika itu siauw Hong lompat naik ketembok. untuk lompat
turun keluar, Segera terdengar suara serangan, yang disusul
dengan suara tertahan, yang disusul pula dengan tampaknya
beberapa bayangan kabur diatas genteng. Habis itu Siauw
Hong kembali seraya kata dengan tertawa dingin: "Kawanan
tikus itu pergi tanpa melawan lagi'
In Gak tertawa. "Saudara-saudara, silahkan masuk" ia kata. "Buat apa
meladeni segala panca longok" Aku hendak pergi keluar
sebentar, segera aku akan kembali..."
Sembari berkata begitu, tanpa menanti jawaban ia benar
benar bertindak untuk keluar hotel.
Diwaktu tengah malam, keadaan sunyi sekali orang yang
berlalu lintas pun cuma beberapa gelintir Sinar rembulan
1759 guram, angin bertiup silir mendatangkan hawa dingin
meresap. In Gak berjalan seorang diri, terus sampai disebuah kuil
malaikat tanah, yang keadaannya sudah rusak. Disitu ia
menghentikan tindakannya, Ditembok luar berhala itu ada
seorang pengemis usia pertengahan lagi tidur menyender,
napasnya terdengar mengorok, Dengan sengaja ia menginjak
batu hingga menimbulkan suara.
Mendadak pengemis itu berlompat bangun, matanya
bersinar gusar, mulutnya menegur bengis: "Tengah malam
buta rata kau mengganggu orang tidur, mau apakah?"
In Gak tidak melayani bicara, hanya ia kata keren:
"Sekarang juga kau pergi kepada pangcumu supaya dia lantas
datang menemui aku. Bilang bahwa su-tianglo lagi menantikan
didalam berhala malaikat tanah ini. Lekas" Pengemis itu kaget
sekali Segera ia menekuk sebelah kakinya.
"Aku yang rendah akan lekas pergi" katanya. Terus dia
memutar tubuh dan pergi sambil terlari-lari.
In Gak menghela napas, ia merasa hatinya pepat, Dalam
keadaan seperti itu ia teringat kepada segala pengalamannya
selama satu tahun lebih. Ada budi, ada penasaran, ada sakit
hati, Ada permusuhan, atau pembunuhan Ada jaga gangguan
sang asmara, Toh semua itu kosong, seperti udara. Kembali ia
menghela napas. Tak lama maka dua bayangan orang nampak lari
mendatangi Setelah datang dekat dialah sipengemis tadi
bersama Sam ciat Koay Kit Beng Tiong Ko.
"Oh" kata in Gak menyambut 'Kiranya Saudara Beng yang
menggantikan mengepalai cabang di Kang Pak ini.'
Beng Tiong Ko menekuk sebelah kakinya, untuk memberi
hormat, kemudian dengan kedua tangan dikasih turun, ia
tertawa dan kata: "Dengan titahnya Toa-tianglo aku
ditugaskan mengurus cabang di Kang Pak ini. Aku tidak kira
1760 diwaktu malam begini menemui Su-tianglo disini, Aku minta
diberi maaf." In Gak mengerutkan alis. "Saudara Beng, pastilah kau ketahui sebabnya Hoa He Su
ok berada disini," kata ia. "Apakah sepak terjangnya mereka
itu?" Beng Tiong Ko melengak. "Oh, kiranya Su-tianglo tidak tahu?" kata dia. In Gak
menggeleng kepala. "Aku berjalan secara diam-diam, tak ingin aku berhubungan
dengan siapa juga," ia memberi keterangan- "Partai sendiri
tidak ketahui tentang hal-ikhwalku selama paling belakang ini,
maka itu aku tidak tahu segala rupa kejadian-"
"Jikalau begitu tak aneh Su-tianglo tidak mendapat tahu,"
kata ketua cabang Partai pengemis itu. "Semenjak chong Toatianglo
pergi ke Giok ciong To, ia tak putusnya berhubungan
dengan memakai perantaraan burung dara, baru mulai tiga
hari yang lalu, tak ada kabar ceritanya lagi, Aku kuatir Toa
tiang lo kena terkurung disana.'
In Gak terperanjat. 'Saudara Beng, lekas kau menjelaskan- ia minta.
Beng Tiong Ko berpikir sebentar, baru ia menjawab:
"Sebenarnya cerita panjang," kata ia. "Sejak peristiwa di
Tay Gak maka kaum Rimba persilatan ramai mengatakan
bahwa kitab Pou Te Pwe Yap sian Keng telah didapatkan oleh
Koay ciu Si Seng Jie In, orang hanya belum tahu Su-tianglo
dengan Jie In hanyalah satu orang. Kitab itu kitab kesohor dari
Tanah Barat, semua orang menghendakinya. maka juga orang
lantas berusaha mencari tahu tentang Jie In itu. Sampai
sekarang mereka masih belum memperoleh hasil. Mana dapat
mereka mencari Su-tianglo" Taruh kata mereka bertemu
dengan Su-tianglo, mesti mereka tidak mengenalnya sebagai
Jie In. Lantas terjadi peristiwa di In Bong Tek itu.
1761 Warta tentang itu sampai ditelinganya Nio Kiu Kisu dari
Giok ciong To. Nio Kiu Kisu jelus terhadap Su-tianglo, inilah
sebab dia hendak menjagoi di Tionggoan, Dia telah
mempelajari ilmu silat istimewa untuk menindih pihak Siauw
Lim Si, sedang pelajaran silat dalam kitab Pou Te Pwe Yap
Sian Keng itu mirip pentungan untuknya.
Begitulah dia berdaya untuk memancing Jie In datang ke
pulaunya itu, guna dia mengurung dan membinasakannya
dalam barisannya yang istimewa, yang diberi nama Thian Ki
Tin..." In Gak mengerutkan alis pula.
"Cara bagaimana dia ketahui Jie In bakat datang ke
pulaunya?" tanyanya.
Beng Tiong Ko menghela napas.
"Itulah karena nona Ni Wan Lan telah terlepasan omong,'
sahutnya, 'Diluar keinginannya ia menyebut bahwa
tunangannya yalah keponakan muridnya Jie In. Dia ingin
membikin takut ketua pulau itu, tak tahunya karena itu ia jadi
ditawan dan dikurung di Giok ciong To, dijadikan umpan untuk
memancing datangnya Jie In."
"Saudara Beng, cara bagaimana kau ketahui Ni Wan Lan
terlepasan bicara itu?" tanya In Gak heran"Aku ketahui itu dari berita burung daranya Toa-tianglo,"
sahut Tiong Ko yang terus menambahkannya dengan
sungguh-sungguh: "Karena ini juga setelah menimbang
nimbang. aku mau menduga Toa-tianglo telah menangkap
salah satu muridnya Nio Kiu Kisu yang dia paksa korek
keterangannya." Jie In berduka, tetapi karena ia memakai topeng, parasnya
tak nampak. Beng Tiong Ko pun melanjuti keterangannya: "Baru sepuluh
hari yang lalu kedua nona-nona Kang dan Lo dari Ngo Bi Pay
telah tiba disini, Mereka menemui ciong To seraya mereka
1762 menambahkan pula bahwa Su-tianglo bakal menyusul dalam
dua atau tiga hari ini. Aku telah membujuki agar kedua nona
jangan pergi dulu, untuk menanti tibanya Su-tianglo.
Mereka tidak dapat dibujuk. mereka mau pergi juga,
Terpaksa aku menyediakan sebuah perahu serta tujuh
saudara yang dapat dipercaya untuk mengantarkan mereka
itu. Sekalian dengan itu aku memesan untuk memperoleh
kabar dari Toa-tianglo. Toa-tianglo memberi kabar untuk nanti membuat
pertemuan didalam sebuah gua di sebelah barat dari pulau
Giok ciong To. Tapi semenjak itu kami tidak menerima warta
apa-apa lagi dari Toa-tianglo. Aku telah melepas burung dara,
tetapi tidak ada jawaban-"
In Gak masgul dan berkuatir, Berulang- ulang ia menghela
napas, "Pastilah sudah pihak Giok ciong To ketahui Toa tiang lo
bersembunyi di dalam pulaunya itu,' kata ia, 'tentulah ia
ketahui tentang burung burung dara kamu maka dia lantas
berdaya untuk mencegahnya perhubungan terlebih jauh.
Sekarang ini dia pasti lagi bersiap sedia memancing kita,
supaya kita semua bisa disapu bersih...'
"Su tiang lo benar" kata Beng Tiong Ko, yang lantas
memuji seraya menunjuki jempolnya, "Hoa He Su ok itu sudah
sekian lama menjadi orang-orangnya Giok Ciong To. Mereka
pernah turut dalam peristiwa di In Bong Tek. mereka pun
menjadi orang orangnya oey Ki Pay, setelah lolos dari
bencana, mereka menyambut panggilan Giok ciong To.
Sekarang mereka muncul disini, itulah untuk mengawasi
gerak-gerik kita, Kalau Su tiang lo mau pergi ke Giok -ciong
To, mereka berempat mesti disingkirkan dulu, supaya mereka
tidak dapat memberi kisikan kepada pulaunya."
In Gak nampak gelisah. 1763 "Sayang ketika mendesak begini," katanya, "Dimana
sarangnya Hoa He Su ok" Apakah benar dalam kuil Tay Hud Si
di In Liong San?" Beng Tiong Ko menggoyang kepala.
"Bukan," ia menjawab 'Selama yang belakangan ini Hoa He
Su ok berhubungan erat sekali dengan orang orang jalan
Hitam di Kang Pak ini, sarang mereka tidak ada ketentuan-nya
tetapi Su-tianglo jangan kuatir, biarnya begitu. mereka tak
nanti lolos dari matanya orang orang kita Sekarang ini Sutianglo
mengambil penginapan mana" Didalam satu jam aku
nanti dapat mengabarkan-"
In Gak berpikir, lantas ia mengasih tahu hotelnya. Habis itu
ia langsung pulang kehotelnya.
Beng Tiong Ko sendiri sudah lantas memerintahkan
sipengemis usia pertengahan itu: "Lekas kau menyampaikan
kabar kepada kedua cabang timur dan utara, supaya mereka
segera mencari tahu dimana sarangnya Hoa He Su ok?"
Pengemis itu menerima perintah, dia pergi dengan cepat.
Beng Tiong Ko melihat ke sekelilingnya lantas ia pun
berlalu, ia menuju ke selatan-Ketika ia keluar dari pintu kota,
rembulan guram, suasana sunyi, ia berjalan terus sampai
mendadak ia mendengar suara puji: "omitohud" ia terkejut,
lekas-lekas ia mengangkat kepalanya, Dari gombolan rumput
muncul dua orang pendeta yang bertubuh besar dan gemuk.
Pendeta yang satu tertawa dan kata: "Beng Hu-pangcu,
sungguh kau rajin- Sudah begini malam dan es pun sudah
turun, apakah kau masih meronda " Pasti sekali kau banyak
cape..." Beng Tiong Ko menyahut dingin: "Kiranya ke dua taysu
Hong Wan dan Hong Beng. orang-orang Partai kami terdiri
dari macam-macam golongan, sukar mereka diketahui
hatinya, maka itu untuk menjaga kalau-kalau mereka
1764 membuat perbuatan tidak keruan, perlu aku meniliknya
sendiri. Kedua taysu masih berada di-sini, untuk apakah"'
Pendeta yang bernama I Hong Wan mendadak maju
kedepan- "Pinceng mau minta bantuan pangcu." katanya, "Entahlah
hun-pangcu membantu atau tidak..."
Tiong Ko mengerutkan alis.
"Asal yang aku sanggup, pasti aku suka membantu taysu,"
Sahutnya. "..Urusan apakah itu ?"
Hong Wan tertawa. "Baiklah," katanya, 'Tadi malam kami dapat menangkap
seorang penjahat cilik didekat panggung Kwa Kiam Tay, apa
mau disana kami bertemu dengan tiga siluman tua yang tak
ketahuan she dan namanya, Mereka itu menggerecok. mereka
menolongi penjahat cilik itu. Itu saja masih tidak apa.
celakanya mereka itu sudah membabat sebelah lengannya tokek
Ceng kami. Turut penyelidikan kami, ketiga siluman itu
ada hubungannya dangan partai-mu"
Mendengar itu, Beng Tiong Ko menjadi panas hatinya.
'Kedua taysu, harap kau tidak menyembur orang" katanya,
dingin. Hong Wan tertawa nyaring.
"Pinceng tidak menuduh sembarangan- katanya, "Sekarang
ini kami sudah ketahui dimana adanya ketiga siluman itu,
Hanya, karena memandang kepada partai kau, Hua-pangcu
kami jadi ayal-ayalan turun tangan-.."
"Kami tidak kenal ketiga orang itu," kata Tiong Ko, "Kalau
taysu berdua sudah ketahui tempat kediaman mereka, baiklah
taysu langsung mencari mereka itu disana, Didalam hal ini,
tidak dapat aku memberikan bantuanku Aku lagi mempunyai
urusan, maaf, tak dapat aku menemani lama-lama."


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Begitu berkata, begitu Tiong Ko lompat untuk berlalu. Tapi
angin bersiur keras, lantas Hong Beng menghalang disebelah
depanTiraikasih Website http://kangzusi.com/
1765 Hun-pangcu, aku numpang tanya, urusan apakah urusan
pentingmu itu"' ia tanya bengis, sedang tangannya yang
sebelah segera melayang. Beng Tiong Ko menangkis sambil
mengeluarkan suara dihidung. 'Dapatkah kau menghadang
aku si orang she Beng?" katanya keras.
Kedua tangan mereka beradu keras, Berbareng dengan itu,
Tiong Ko lompat kesamping lawan, untuk terus menyerang
pula. Lima jeriji tangannya mencari jalan darah didadanya
sipendeta. Hong Beng terkejut, ia tidak pernah menduga kepala
pengemis itu demikian sebat, Terpaksa ia berkelit, Meski
begitu, kembali tangannya sipengemis terluncurkan
kepadanya. Hong Wan melihat saudaranya terdesak tidak buang tempo
lagi ia lompat maju sambil menyerang.
MENGETAIHUI ia dikepung berdua, Beng Tiong Ko
menangkis seraya ia terus mencelat jauhnya tiga tombak. Di
dalam Kay Pang ia termasuk kelas satu, maka itu tak mudah
kedua pendeta itu merobohkannya. ia membentak: "Kedua
taysu, apakah maksud kamu ini" Benar-benarkah kamu
memusuhi Kay Pang" Kamu harus ketahui, itulah perbuatan
seperti telur melawan batu"
Hong Wan tidak takut, Dia justeru tertawa berkakak.
"Kami hendak menguji -saja, sekarang kami sudah dapat
hasilnya" kata dia. "Meski partai kamu berada luas dikolong
langit ini dan banyak orangnya yang lihay, akan tetapi
sekarang ini diwilayah Kang Pak ini, kamu semua sudah
terjatuh didalam pengawasan kami hingga kamu tak dapat
berkutik lagi" Tiong Ko terkejut juga. 1766 "Bukti apa kau dapatkan"' ia tanya, "Bukankah kau hendak
mencari tahu tempat kediamannya In Si Su Kiat, supaya kau
dapat memberitahukannya kepada itu tiga silumannya?" Hong
Beng membaliki, Dia menyebut Hoa He Su ok. si Empat jahat
dari Hoa-he, dengan in-si Su Kiat yang berarti Empat jago she
In, Dia pun membentak. Tiong Ko tertawa dingin, "Bicaramu bicara ngawur" kata ia.
"Kay Pang tidak pernah usil urusan lain orang, tak peduli
urusan itu salah atau benar" jikalau kamu jeri terhadap tiga
siluman tua itu, jangan kamu umbar kedengkianmu terhadap
Kay Pang, Tentang... Mendadak ia berhenti dan parasnya pun
berubah karena ia lantas ingat: "celaka, mereka lagi
mengawasi kita, inilah berbahaya, Dengan begini juga, Su
tianglo menjadi lagi menghadapi bencana... Baiklah mereka ini
berdua disingkirkan lalu Su-tianglo diberi kisikan..."
Mengingat demikian ia tertawa dan kata nyaring: "Kamu
berdua berani main gila didepanku, sungguh kamu tidak tahu
diri" Mendadak ia maju menyerang, sebelah tangan kepada
satu orang. Kedua pendeta itu berani, mereka pun tertawa bergelar
Dengan sebat mereka berkelit, dengan sebatjuga mereka
balas menyerang, Hong Beng bahkan sambil membentak:
"Beng Tiong Ko, malam ini jangan harap kau dapat melindungi
dirimu" Sam ciat Koa Kit gusar sekali, ia menangkis, terus ia
menyerang, Bergantian ia menggunai kedua tangannya serta
kedua kakinya juga, ia ingin merobohkan kedua pendeta itu
dengan desakannya. Kedua pendeta itu repot, mereka terpukul mundur, akan
tetapi setelah renggang dan dapat memperbaiki diri, keduanya
maju pula. Sekarang merekalah yang berbalik mendesaki,
sebab mereka dapat bekerja sama dengan baik sekali.
1767 Baru setelah itu Tiong Ko berkuatir, maka ia berpikir:
"Kenapa aku begini tolol melayani mereka" Dengan berbuat
begini, aku bisa menggagalkan urusan Su-tianglo dan Kay
Pang juga, Mesti aku lekas menyingkir dari depan mereka ini."
Oleh karena mendapat pikiran itu, Tiong Ko lantas
mengubah sikap. Segera ia mendesak pula, lalu mendadak ia
lompat mundur, Selagi tubuhnya terapung itu, tiba-tiba ia
mendengar bentakan dibelakangnya:
"Baliklah kau" ia pun merasa tolakan yang keras sekali,
yang membuatnya mental balik. ia kaget sekali sebab ia
merasa jalan darahnya mogok. Ketika ia turun ketanah,
matanya seperti berkunang-kunang, Disamping kedua
pendeta, ia melihat orang lain yang berbaju kuning serta
roman mukanya jahat, ia tidak kenal empat orang itu tetapi ia
menduga kepada Hoa He su ok, ia lantas mengerti bahwa ia
terancam bahaya maka itu tanpa membilang apa-apa,
mendadak ia maju menyerang.
Salah satu diantara empat orang tua itu mengibas tangan
bajunya, terus terlihat dia sudah menggenggam sebatang
pedang kecil yang berkilauan, yang terus menikam kedada si
pengemis, mengarah jalan darah ku-bwe.
Sambil menikam itu, dia kata seram: "Beng Hun-pangcu,
tindakanmu ini tindakan tolol sekali"
Tiong Ko sangat mendongkol, mukanya merah, matanya
melotot "Kamu yang memusuhkan Kay Pang, kamu mencari mati
kamu sendiri" ia berkata bengis. "Aku ketua cabang, jangan
kamu bertingkah" Si orang tua menyeringai dia tertawa seram.
"Aku si orang she In tak sudi bermusuhan dengan Kay
Pang yang besar dan meluas di seluruh negara" katanya,
mengejek, "Aku cuma ingin mendengar suatu keterangan dari
mulutnya Beng Hun-pangcu'
1768 Tiong Ko terkejut dalam hati. Diam-diam ia melirik
kesekitarnya, ia mendapat kenyataan kecuali Su ok. si Empat
jahat itu, dikiri kanan ditempat gelap ada menanti lebih
daripada dua puluh orang, pendeta dan orang biasa. jadinya ia
sudah terkurung mereka itu. ia tidak takut, tetapi ia menjadi
nekad. ia pikir. "Tak dapat aku menyerah Lebih baik aku terbinasa" Maka
ia mengawasi tajam pada Su ok yang pertama itu dan berkata
sambil tertawa dingin, 'Kau kira aku si pengemis tua orang
macam apa"Jangan kau ngelindur ingin mengorek keterangan
dari mulutku Aku bukannya simanusia takut mati" Lalu dia
bertindak maju seraya mengajukan dadanya.
Orang tua itu sudah bersiap sedia, dia meluncurkan lima
jari tangan kirinya kedada orang itu, sedang tangan kanannya
menggeraki pedangnya, Dia kata bengis, 'Kau mau cari
mampus, aku sebaliknya Aku tidak menghendaki kematianmu'
Tiong Ko putus asa. Di dalam hati, ia berduka, tetapi ia
tidak mau terhina, ia kata bengis, "Biarnya kau keset kulitku
atau membetot otot-ototku, jangan kau harap dapat
mengorek keterangan dari mulutku"
Si orang tua bersenyum tawar.
"Aku si orang she In tua, belum pernah aku main siksa,"
katanya, ia batuk-batuk. "Tapi aku mempunyai dayaku untuk
membikin kau dengan rela memberikanmu sendiri" Lantas dia
merogo kedalam sakunya, dia berlaku ayal-ayalan untuk
mengeluarkan sesuatu. Tiong Ko mengawasi tangan orang itu, tangan yang kanan,
ia menduga orang tentu bakal mengeluarkan alat siksaannya,
ia jeri sendirinya, maka juga ia merasai seluruh tubuhnya
dingin. Akhirnya orang she In itu mengeluarkan satu buah merah
marong mirip buah kana, ia letaki itu ditelapakan tangannya,
Sembari mengawasi tajam, sembari bersenyum ia kata: "inilah
1769 buah yang langka dikolong langit ini inilah buah yang
pohonnya cuma terdapat di-pulau Giok ciong To dimanapun
cuma terdapat tiga pohonnya, setiap pohon berbuah satu biji,
benar kulitnya keras tetapi dapat dipecahkan dengan jeriji
tangan, kalau isinya dimakan akan menyiarkan bau yang
harum serta memberikan rasa manis yang lezat ..." ia berhenti
sedetik, ia batuk pula, baru ia menambahkan- "Siapa makan
buah ini, dia bakal terpengaruh ditangannya orang yang
memberikan buah, sampai mati dia tetap tunduk. apa yang
ditanyakan, mesti dia jawab."
Lantas ia menyodorkan buah itu perlahan-lahan kemulut
Tlong Ko. Matanya Tiong Ko bersinar. itulah sinar kegusaran
dan kekuatiran Mendadak orang she In itu menggeraki tangan kirinya
sangat cepat, ia membikin terpentang mulut orang Sedang
dengan tangan kanannya ia hendak menyuapi buah mujizad
itu.... Sekonyong-konyong saja terlihat lompatnya satu bayangan
orang, secara tiba-tiba juga Su ok yang tua itu bersuara
tertahan tubuhnya tak bergerak.
Kejadian itu membikin kaget dan melongo semua
kawannya siJahat, Mereka melihat seorang tua berbaju hitam
yang kumisnya panjang dengan lima jari tangannya mencekal
lengan ketua mereka sedang buah itu segera di tangan kiri
orang tua tak dikenal itu...
Ketiga Su ok lainnya kaget bukan main, untuk sejenak
mereka mendelong, muka mereka pucat. Kemudian mereka
bertindak maju. dengan niat menolongi kakak mereka itu.
Atau: "Apakah kamu tidak menyayangi jiwa kakak kamu?"
Demikian pertanyaan si orang tua, dengan bengis.
Ketiga Su ok merandek. Mereka melihat kakak mereka
bermuka pucat dan mukanya itu mandi keringat, matanya
1770 memperlihatkan sinar ketakutan sangat dan menderita
siksaan- "Apakah kau Koay ciu Si Seng Jie In?" akhirnya tanya Su Ok
nomor dua. Dia baru saja ingat sesuatu.
Orang tua itu tertawa. "Jikalau aku si orang tua Jie In, siang-siang kamu sudah
rebah dengan mandi darah" katanya seram. Dia berkata
begitu tetapi dia melepaskan Cekalannya kepada Su ok
pertama, atas mana orang she In itu roboh terlentang.
Menyusul itu, tiga Su ok yang lainnya menjadi kaget sekali,
Mereka melihat si orang tua mengibas kearah mereka, lantas
mereka merasa dada mereka sesak. segera tubuh mereka tak
dapat digeraki, Bukan main takutnya mereka.
Si orang tua bersikap tenang, dia tertawa dingin, Dia kata:
"Kalian lihatlah kawan-kawanmu semua bagaimana jadinya
dengan mereka itu" Ketiga Su ok tak dapat bergerak kaki dan tangan tetapi
leher mereka dapat dipalingkan. Ketika mereka menoleh
kepada orang-orang mereka, ternyata semua orang itu berdiri
diam mematung seperti mereka sendiri, mata mereka itu
guram, rupanya mereka seperti sudah putus jiwa...
Sementara itu tanpa ketahuan lagi disitu juga muncul dua
orang tua lainnya yang mukanya seram seperti yang pertama
ini, mereka ini didampingi oleh Kat Thian Ho, si anak muda.
xxx BAB 12 KETIKA tadi In Gak pulang ke hotel, Pit Siauw Hong sudah
menantikan ia dengan barang hidangan, untuk mereka
bersantap. Mereka itu melihat orang menjadi pendiam sekali,
mereka tapinya tak mau menanyakan Mereka menduga
pemuda itu mendukakan urusan di Giok ciong To. Mereka
berdahar tanpa banyak omong.
1771 Baru kemudian Siauw Hong habis sabar. "Laote, kemana
kau pergi barusan?" ia tanya. "Kelihatannya kau tengah
berpikir keras. Ada urusan apakah" Sudikah kau memberi
keterangan padaku." In Gak menggoyangi kepala.
"SiIahkan tuan-tuan dahar lekas, sebentar kita bicara,
masih belum terlambat," sahutnya. Habis menjawab itu, ia toh
menghela napas. Siauw Hong saling mengawasi dengan Leng Hui, dengan
terpaksa mereka menangsel perut mereka, Diam-diam mereka
melirik si anak muda, mereka menduga-duga.
In Gak dahar terus, setelah cukup, ia meletaki sumpitnya,
Dengan mendelong ia mengawasi keluar jendela.
Thian Ho berdiam sekian lama. ia merasa aneh, Tanpa
merasa ia menjadi tak tenang sendirinya....
Siauw Hong melihat sikap Thian Ho, ia tertawa.
"Siauwhiap. kau tentunya aneh untuk sikap kami bertiga,"
katanya, "kau tentunya menganggap kami tidak ramah tamah.
sebenarnya kami lagi menghadapi urusan yang sangat sulit
hingga sikap kami menjadi tawar sekali..." ia lantas menoleh
pada In Gak untuk meneruskan berkata: "Laote, kedukaan
dapat membikin orang jatuh sakit, maka itu baiklah kau
utarakan apa yang mengganjal didalam hatimu supaya hatimu
menjadi 1ega...." Dengan perlahan In Gak berpaling. ia tertawa berduka.
"Jikalau aku beritahukan itu kepada kamu, cuma cuma itu
menambahkan kedukaan," kata ia perlahan, "Dengan begitu
kamu jadi turut bersusah hati..."
Walaupun demikian pemuda ini tuturkan keterangan yang
ia peroleh dari Beng Tiong Ko tadi.
Benar-benar Siauw Hong berdua Leng Hui terkejut.
1772 Thian Ho pun terkejut, hanya saking heran dia menanya,
"Locianpwe jadinya locianpwelah orang yang aku ketemukan
di Thay Gak Locianpwelah Ji..."
In Gak mengulapkan tangannya. "Kau sudah tahu, cukup
sudah" katanya tertawa. Mendadak Leng Hui berbangkit.
"Tak nanti Beng Tiong Ko datang kemari" katanya, kaget,
"Sekarang dia tentu berada dalam bahaya... "
In Gak terperanjat. "Apakah kata losu?" tanya dia. "Bilanglah"
Song Bun Kiam Kek balik menatap., "Nio Kiu Kiau telah
mengutus Hoa He Su ok datang ke Kang Pak ini," kata Leng
Hui, "dan tugas su ok yalah mengawasi gerak-gerik Kay Pang,
itu artinya setiap tindakan Beng Tiong Ko atau orang-orangnya
tak lepas dari mata mereka, Barusan pertemuan dikuil


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

malaikat tanah itu. pastilah itu pun sudah di-intai Su ok, maka
sekarang ini Tiong Ko tentu sudah terancam bahaya, bahkan
ada kemungkinan dia telah hilang jiwanya..
In Gak kaget sekali, Benar dugaan Leng Hui itu.
"Sekarang ini tak ketahuan Beng Tiong Ko berada dimana,
jikalau tidak, dapat kita susul padanya untuk menolongnya,"
kata Siauw Hong. Justeru itu diluar kamar terdengar suara
kaki ditaruh ditanah, "Siapa?" tanya si anak muda, seraya ia
terus lompat keluar. Diluar itu berdiri seorang pengemis umur dua atau tiga
belas tahun, rambutnya kusuti kakinya tanpa sepatu,
pakaiannya tipis, tubuhnya kurus. "Apakah Su-tianglo disana?"
dia tanya. In Gak mengangguk. Segera pengemis cilik itu menjatuhkan dirinya untuk
menekuk lutut. "Su-tianglo, lekas" katanya gugup, "Lekas tolongi Beng
Hun-pangcu. Dia sekarang berada di luar pintu kota selatan
1773 terancam Hoa He Su ok serta pendeta-pendeta dari Tay Hud
Si..." Leng Hui bertiga Siauw Hong dan Thian Ho menyusul
keluar, mereka mendengar keterangan pengemis cilik itu.
"Kalau begitu, perlu sekarang juga kita berangkat
menolongi" serunya. "Tunggu dulu" kata In Gak yang mendapat ketenangannya,
ia tanya sipengemis, suaranya keren: "Apakah kau dititahkan
Hun-pangcu?" "Bukan," menjawab pengemis itu, yang membuka matanya
lebar lebar. "Habis kenapa kau ketahui tempat kediamanku ini?" In Gak
tanya pula, Suaranya makin bengis.
Pengemis itu ragu-ragu, mulutnya kemak-kemik, tapi
akhirnya dia menjawab juga perlahan "Ketika tadi Su-tianglo
bicara dengan Hun-pangcu di dalam kuil, aku yang rendah
telah mendapat dengar, Tadi itu aku berada di dalam kuil lagi
merebahkan diri dikolong meja suci, Aku kagum sekali dapat
melihat kepada Su-tianglo, hingga timbul keinginanku untuk
menemui. Justeru aku ingin keluar dari kolong meja mendadak
aku melihat bergeraknya beberapa bayangan dilain bagian
ruang kuil itu. Terang mereka lagi memasang telinga, Karena
itu aku berdiam terus berpura-pura tidur. Ketika Su-tianglo
berlalu, semua bayangan itu keluar juga dari dalam kuil
dengan melompati tembok pekarangan belakang.
Baru setelah itu aku menyusul. Aku melihat Hun-pangcu
menuju kepintu kota selatan. Diam-diam aku menguntit
Segera aku melihat Hun-pangcu dipegat Hong Wan dan Hong
Beng, Dilain pihak itu melihat ada banyak orang bersembunyi
didekat dekat situ. Karena aku menduga Hun pangcu pasti
terancam bahaya, maka aku lantas lari kemari..."
Hebat keterangan itu. 1774 In Gak lantas memandang Leng Hui dan Siauw Hong. "Jiwi,
apakah kamu mengerti ilmu Leng Khong Tiam-hiat Hoat?" dia
tanya. Dua orang itu melengak, itulah ilmu menotok tanpa
mesti mengenai tubuh orang. "Apakah laote hendak menyapu
bersih sekali pukul." Siauw Hong balik tanya.
In Gak mengangguk. "Ya, terpaksa," sahutnya.
"Pernah aku mempelajari ilmu menotok itu, bolehkah aku
coba," kata Siauw Hong, "Hanya kalau musuh berjumlah
banyak. aku kuatir nanti ada yang lolos..."
Leng Hui pun menjawab: "Aku mempunyai sekantung
jarum Song Bun ciam, dapat aku menimpuk dengan itu tanpa
suara dan kalau mengenai tubuh orang, orang nanti lantas
merasai darahnya beku, tak keburu dia membuka suara, Aku
pun dapat mencobanya."
"Baiklah kalau begitu" kata In Gak: Mari kita berangkat
sekarang juga' Tapi pada sipengemis cilik, anak muda itu memerintahkan
"Pergilah kau kepelbagai pos kita, untuk melihat semua
saudara. Kau mesti periksa-ada atau tidak diantaranya yang
lagi diawasi Hoa He Su ok. Kau mesti berlaku hati hati, lalu
lekas kau kembali memberi kabar padaku"
Pengemis cilik itu memberikan jawabannya, habis memberi
hormat terus dia lompat mencelat cepat dan pesat,
lompatannya pun tinggi dua tombak. Siauw Hong kagum
sekali. "Masih begini muda, dia sudah lihay ilmu ringan tubuhnya,"
ia memuji. "Nyatalah di dalam Kay Pang terdapat orang-orang
yang lihay seperti juga harimau mendekam dan naga
bersembunyi... " In Gak bersenyum. "Mari." katanya, dibarengi dengan lompat-nya yang pesat.
1775 Siauw Hong, Leng Hui dan Thian Ho sudah lantas lompat
menyusul. Langsung mereka itu menuju kepintu kota selatan, Mereka
tidak menghiraukan hawa dingin dari angin musim rontok. Lekas sampainya mereka
ditempat dimana Beng Tiong Ko terkurung dan terancam
bahaya. Paling dulu mereka melihat orang-orang yang
bersembunyi diluar gelanggang.
In Gak lantas bekerja, ia minta Leng Hui membagi jarum
kepada Thian Ho untuk mereka itu berdua segera menyerang
orang-orang yang mengurung sambil bersembunyi itu. sambil
merayap mereka mesti mendekati kawanan penjahat itu.
Itulah disaat Tiong Ko dikepung Hong Wan dan Hong Beng
dan tempo dia berlompat untuk menyingkir dia dipegat Hoa H
eSu ok. yang memaksanya kembali kedalam kurungan, hingga
kejadian pengemis ketua cabang itu di-ancam dan mau
dipaksa makan buah mujizad itu.
Siauw Hong mendampingi In Gak. saking murka, ia mau
lantas menyerang, Tapi sianak muda mencegah.
"Tunggu sebentar " In Gak berbisik, "Mari kita dengar dulu
pembicaraan mereka." Demikian mereka mendengar ancaman
Su ok pertama itu. In Gak berbisik: "Aku akan menyerang dengan berlompat
tinggi, setelah su ok pertama itu mati kutunya, saudara lantas
menyerang tiga yang lainnya. Totoklah mereka pada jalan
darah beng-bun dibawahan tujuh dim"
Siauw Hong mengangguk dan bersedia.
In Gak berlaku gesit lompat naik kesebuah pohon didekat
situ dimana ia menantikan maka tempo datang saatnya Su ok
pertama turun tangan, ia lompat turun dengan serangannya,
menangkap tangan si jahat pertama itu.
Tiga si Jahat lainnya kaget dan hendak menolongi kakak
mereka, akan tetapi sebelum mereka dapat bergerak. Siauw
1776 Hong sudah menotok mereka, Totokan itu datang dari
belakang, maka itu tanpa berdaya lagi mereka berdiri
mematung. Ketika itu Leng Hui bersama Thian Ho pun sudah selesai
dengan tugas mereka menyerang puluhan musuh dengan
jarum rahasianya Song Bun Kiam-kek.
In Gak mengawasi ketiga Su ok dengan tawar sedang buah
mujizad dari su ok pertama ia kasih masuk kedalam sakunya,
kemudian ia memandang Tiong Ko, untuk menolongi Ketua
cabang dari Kay Pang itu, Lebih dulu mulutnya yang telah
mengangah dibikin pulih kembali, inilah dengan menggeser
balik grahamnya yang dibikin nyensol baru dia ditotok,
disadarkan- Begitu dia dapat bergerak. saking sengitnya Tiong Ko
menggaplok Su ok pertama dua kali pada pipinya kiri dan
kanan, "Sabarlah, Hun pangcu" kata In Gak tertawa, "Aku hendak
menanyakan sesuatu kepadanya,"
Tiong Ko pergi kesampingnya Su ok pertama, yang
tubuhnya dia bikin roboh. Leng Hui dan Thian Ho sudah
lantas datang menghampirkan.
"Apakah paku Song- bun-ciam bakal meminta jiwa mereka
itu?" In Gak tanya Song Bun Kiam Kek.
'Tidak. cuma dapat membikin orang tak sadar satu jam."
Leng Hui jawab. "Bagus" kata In Gak. "Kecuali Hoa He Su ok dan Hong Wan
dan Hong Beog berenam, baik mereka itu ditotok habis ilmu
silat mereka, lalu totok pula membikin mereka baru mendusin
sesudah tujuh hari. Aku minta Leng Losu dan Kat Siauwhiap
yang melakukan tugas"
Leng Hui dan Thian Ho suka bekerja, maka berdua mereka
lompat kepada semua orang yang tadi mereka hajar dengan
jarum rahasia. 1777 In Gak lantas menjambak Su ok pertama, untuk menotok
dua jalan darahnya, hingga tinggal totokan yang membikin dia
merasa sakit ngilu seluruh tubuhnya, Ketika ia tertawa dingin
dan mau mulai menanya, tiba-tiba terdengar suara angin yang
membawa datang siulan yang jernih berulang ulang, ia
terkejut, lantas ia menoleh. "itulah orang kita,' Tiong Ko
memberi tahu. Dengan lekas dari arah barat muncul delapan bayangan,
diantaranya sipengemis cilik yang cerdik dan gesit itu, Melihat
Beng Tiong Ko, mereka itu menghampirkan untuk memberi
hormat, kemudian mereka maju kedepan In Gak. untuk
melaporkan "Semua orangnya Hoa He Su ok yang mengawasi
pelbagai pes kita sudah disingkirkan- Kamilah sekalian tong cu
dan tocu dari tiga tong dan empat to dari propinsi Shoatang
serta hu tongcu dari cabang di Kangsay Utara, harap Sutianglo
suka menerima hormat kami"
Habis menyatakan bahwa mereka bersedia menerima titah
terlebih jauh, semua tongcu dan tocu itu berdiri menantikanIn Gak mengulapkan tangannya.
"Tunggulah aku selesaikan pertanyaanku baru kita bicara
pula," kata ia. Beng Tiong Ko menyahuti. "Baiklah" Lantas ia menyuruh
delapan orang itu mengundurkan diri.
Hoa He Su ok bermuka pucat.
In Gak mengawasi mereka bergantian, wajahnya sangat
dingin. "Sekarang kamu tentulah telah ketahui aku siapa" kata ia
keren. "Maka sekarang lekas kamu beber segala apa
mengenai pulau Giok ciong To. Apakah kamu mengharap jiwa
kamu diberi ampun?" Su ok pertama berpikir buat apa ia takut-takut, ia percaya,
bicara atau tidak. mereka bakal celaka, Maka ia membesarkan
nyalinya, Demikianlah ia bisa tertawa tawar.
1778 "Didalam kalangan Giok ciong To tidak ada pengkhianat,
maka itu percumalah kau menangkapnya," ia menjawab.
In Gak mengasih lihat roman gusar. Kembali ia tertawa
dingin. Tapi ia tidak mengutarakan kegusarannya, ia hanya
merogo saku orang, mengeluarkan sebiji buah lagi serta
sebuah kantung kulit, ia awasi itu, lalu ia mendapat pikiran, ia
serahkan kantung itu pada Leng Hui, ia sendiri merogo
sakunya sendiri menganbil buah yang tadi.
"Memang aku tahu percuma saja aku menanyakan kamu"
katanya tawar, ia balingkan buah itu dimuka orang, ia tertawa
pula, lalu ia kata dengan keren: "Harus disayangkan jikalau
dua buah ini dipakai menghadapi Koay Ciu Si Seng Jie In,
maka itu baiklah kau sendiri yang makan-"
Keempat si jahat kaget, nyali mereka terbang, mata
mereka mendelong. "Berbuatlah murah hati," kata yang tua, "silahkan kau
tanya, apapun aku si orang she In akan jawab"
In Gak tidak menjawab, ia cuma mengasih lihat roman
keren, ia hanya kata pada Siauw Hong: "Losu, tolong pisahkan
sebuah ini- Kasihlah makan satu diantara mereka tiga, yang
lainnya boleh dihajar mampus"
Siauw Hong menyambut buah, ia mendekati ketiga si Jahat,
Mereka itu takut bukan main, tubuh mereka dingin dan kaku,
rambut mereka berdiri, muka mereka pucat sekali.
Siauw I Hong mengayun sebelah tangannya, dibikin
mampir kepada pipinya satu si Jahat, ia bertindak seperti si Su
ok pertama tadi menghajar mukanya Beng Tiong Ko. Maka
mulut kurbannya ini lantas terbuka, sebab gerahamnya
mengsol. Begitu dia membuka mulut begitu dia dijejali buah itu,
hingga itu lantas kena tertelan- cepat bekerjanya buah,
pikirannya segera menjadi kacau.
1779 Siauw Hong tertawa, dengan sama sebatnya seperti tadi, ia
memperbaiki babamnya si Jahat itu, kemudian dengan
kecepatan seperti kilat ia terus menyerang dua si jahat
lainnya, serta Hong Wan dan Hong Beng, hingga dalam
sejenak itu juga, mereka itu roboh bergantian dengan muntah
darah, terus jiwanya melayang pergi.
In Gak juga bekerja, Dengan cara yang sama, ia masuki
buah itu kedaam mulutnya Su ok yang pertama, ia
menganggap percuma menanggap si jahat itu selagi
pikirannya sehat, "Hun-pangcu, tolong minta mereka datang
berkumpul" kata In Gak yang menggapai terhadap Tiong Ko.
Ketua cabang Kay Pang itu mengangguk lantas ia
memanggil kawan-kawannya dari cabang Shoatang dan
Kangsay itu. Tujuh orang itu menghampirkan, mereka memberi hormat
pula pada In Gak seraya masing masing memperkenalkan diri.
Ketua cabang dari Kangsay Utara, Auw cin namanya,
berkata: "Ketika aku yang rendah mau berangkat kemari, aku
menerima pesan dari Nona Thio dari Cin Tay piauw Kiok
katanya He-houw Kiok-cu suami isteri telah mendapat
penyakit mengeluarkan darah dan bernapas sesaka
keadaannya parah sekali, sedang rombongan dari Thian Bun
Pay mau datang melakukan penyerbuan, maka itu, katanya
apabila aku bertemu dengan Su tianglo suka lekas berangkat
kesana guna mengobati dan menolongi."
Mendengar itu In Gak melengak. ia bersusah hati, ia ingat
kebaikannya suami isteri He-houw itu. seharusnya ia segera
berangkat kesana, tetapi urusannya pun penting sekali. Maka
ia menghela napas. "Baik aku berbuat begini saja," pikirnya, Maka ia kata pada


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Leng Hui: "Leng Losu, aku mohon bantuan kau. inilah dua
macam surat obat, yang aku harap losu ingat diluar kepala.
lantas losu berangkat dengan ditemani Kat Siauwhiap. Urusan
di Giok -ciong To biar aku yang urus berdua Pit Tayhiap."
1780 Leng Hui suka menerima tugas, ia menghampirkan.
In Gak membacakan resepnya guna mengobati He-houw
Him, pemilik Cin Tay piauw Kiok serta isterinya itu. ia
mengulanginya sampai sahabatnya itu apal diluar kepala,
Kemudian ia kata pada Auw Cin: "Hun-pangcu aku minta
sukalah kau memimpin semua saudara-saudara dari Kangsay
utara melindungi Cin Tay Piauw Kiok. segala tindakanmu kau
boleh ambil dengan berdamai dengan Leng Lo-su dan Kat
Stauwhiap ini." Auw Cin menerima tugasnya itu, maka ia lantas meminta
diri, setelah memberi hormat, ia ajak Leng Hui dan Thian Ho
segera berangkat bersama pulang kepropinsi Kangsay.
Habis itu, In Gak memberi pesan kepada Beng Tiong Ko,
kemudian bersama Pit siauw
Hong ia berangkat dengan membawa kedua Su ok, Mereka
berjalan tanpa menghiraukan hawa dingin musim rontok itu.
Mereka menuju ke pelabuhan kepulauan Lian in Tu, Ditengah
jalan, mereka tak hentinya diumbang-ambingkan kereta yang
jalannya goncang... "Berapa jauhnya perjalanan dari sini sampai di Giok -ciong
To?" kemudian In Gak tanya su ok pertama, si orang she In
yang paling tua. Dengan mata guram Su ok pertama jawab: "Jikalau angin
sirap dan gelombang tenang, perlayaran perahu cuma tiga
jam lama-nya. Tapi dalam keadaan seperti sekarang ini, selagi
angin bertiup keras, sukar kita berlayar."
In Gak berdiam, otaknya bekerja, Kemudian ia pergi
ketepian untuk mencari tukang perahu, guna membeli sebuah
perahu kecil. "Mari" ia memanggil.
Pit siauw Hong mengajak kedua Su ok naik keperahu itu,
dari itu sebentar saja mereka sudah mulai berlayar.
1781 Tiga jam sudah mereka mendayung, perahu mereka
memain diantara sang ombak. Mereka telah kuyup selurus
pakaian mereka, lantaran tak hentinya air muncrat
menyamber-nyamber. In Gak tertawa menyeringai katanya: 'Tak enak rasanya
berlayar diantara sang gelombang. orang Utara menunggang
kuda, tapi orang selatan juga tak pasti semuanya pandai
melayari perahu..." Siauw Hong hendak menjawab kawan itu ketika su ok
tertua berkata keras. "Lihat disana itulah pulau Giok ciong To
yang nampak. Hanya aneh, kenapa disana terlihat asap
mengepul?" In Gak dan kawannya mengawasi kearah pulau yang
ditunjuk itu. Diatas itu ada sebuah gunung yang kecil. Benar
diatas gunung itu terlihat asap mengepul-ngepul, diantaranya
samar samar nampak sinar api juga...
Siauw Hong menjadi kaget.
"Celaka, itulah gunung berapi" serunya, "Ketika aku masih
muda sekali, aku telah berlayar keluar negeri, sampai di
kepulauan Nip-pon, disana aku pernah melihat bekerjanya
gunung berapi, perletusan menyebabkan bumi gempa, lahar
membanjir, manusia dan binatang termusnah, tanah merekah
disana-sini, rumah-rumah gempur dan ambruk, hebatnya
bukan buatan. Bukankah Giok Ciong To juga gunung berapi"
itulah permulaan dari perletupan-..'
In Gak terkejut. "Pit Tayhiap. mari kita mengayuh" kata-nya. Jangan kita
kasip..." Siauw Hong menghela napas.
"Biar bagaimana kita pasrah kepada Thian-" katanya.
Mereka lantas mengayuh. Kedua Su ok pun membantu.
1782 Semakin dekat pulau, gelombang mendampar makin keras,
Diatas gunung, asap makin tebal, api makin nyata. Suara pun
mulai terdengar saling susul menulikan telinga.
Lagi lima li akan sampai ditepian, gelombang bagaikan
menyembur hebat, lalu terdengar Su ok tertua menjerit: "Eh,
air bergolak." In Gak dan tiga yang lainnya mulai merasakan air hangat.
Diatas gunung, api nampak mulai berkobar.
"Lekas balik" Siauw Hong berteriak. sambil ia mengayuh
keras, "Thian berkuasa, tak dapat kita menantangnya..."
Maka bagaikan kalap. berempat mereka mengayuh keras
sekali, untuk kembali ke daratan.
Gunung api dipulau Giok Ciong To ini bekerja terus,
akhirnya meledak. maka dilain saat terlihatlah pulau itu mulai
tenggelam ke dalam laut. Tapi di saat itu di kejauhan pun terlihat beberapa tubuh
terapung-apung memegangi batang pohon besar sedang
terdampar ombak ke tepian, setelah dekat barulah terlihat
merekalah yang sedang dicari oleh In Gak dan kawan kawan,
Untuk mempercepat mereka lalu ditolong menaiki perahu
untuk selanjutnya diberi pertolongan sekedarnya.
"Bouw Su Cay Jin, Seng Su Cay Thian" kata pepatah, itulah
benar: "Manusia berusaha, Tuhan berkuasa"
Demikian dengan in Gak. Dilain saat anak muda ini telah
berkumpul dengan semua kawannya, untuk melakukan suatu
perjalanan ketempat yang menjadi tujuannya, untuk
seterusnya tinggal berkumpul disana hidup rukun dan
berbahagia. TAMAT Pendekar Wanita Penyebar Bunga 12 Kilas Balik Merah Salju Karya Gu Long Jejak Di Balik Kabut 36

Cari Blog Ini