Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi Bagian 4
sahabatku mengabarkan bahwa kawanan Bendera Kuning itu
telah mengundang kontjo-kontjonja berapat di Lioe sie Wan
pada sebentar malam djam empat, mungkin mereka hendak
merundingkan sesuatu jang tak baik untuk kita, oleh karena
sahabatku itu bersendirian sadja, ia mengirim surat ini padaku
meminta aku jang pergi menjelidiki aksi mereka itu."
The Kim Go tertawa. "Selama beberapa hari ini aku menganggur sadja, suka aku
menemani siauwhiap dan saudara Gouw, pergi kesana"
katanja. In Gak memberi hormat, ia menghaturkan terima
kasihnja. "Silakan tiangtjoe dan tayhiap bersiap. mari kita pergi
sekarang" ia berkata. Dan ia terus meminta diri, untuk kembali
dulu kekamarnja, guna mengambil sendjatanja, tak dilupakan
topengnja. Hong pioe dan Kim Go bersiap dengan tjepat, maka dilain
saat, bertiga mereka telah meninggalkan rumah Wie seng.
Letaknja Lioe sie Wan limabelas lie dibarat-laut Tjioe-keetjhung.
Tempat itu mempunjai pemandangan alam jang indah.
Penduduknja tjuma kira-kira tigapuluh keluarga, jang hidupnja
bertjutjuk-tanam. Ditepi kampung ada sebuah kali, jang
tepiannja berbarisan pohon-pohon yang lioe jang permai
memain diantara sampokan sang angin. Kalinja pun berlikuliku.
sunji tempat itu tetapi suasananja menjenangkan,
apapula setiap magrib disaat orang-orang tani pulang dari
sawah-ladangnja dan botjah-botjah angon bertjokol
dipunggung kerbau mereka sambil meniup seruling, atau
diwaktu pagi ajam-ajam riuh berkokok dan asap mulai
mengepul keluar dari tiap-tiap rumah.
189 Salah satu penduduk Lioe sie Wan jalah Mo Djin, turunan
seorang berpangkat dikota radja, jang pulang kedesanja
dengan membeli sawah dan kebun, tetapi sampai pada ia,
kedjajaannja telah berturun- Mo Djin tidak gemar beladjar
surat, ia lebih suka beladjar silat, untuk bertjampuran dengan
segala buaja darat, karena mana, ajahnja mati saking
berduka, hingga ia mendjadi sangat merdeka. Habis sawahladangnja
didjual, untuk hidup berpesta-pora, hingga
tinggallah rumahnja. Ia terbawa temannja, ia mendjadi
anggauta Oey Kie Pay, jang menugaskan ia membantu
mengurus tjabang di Kho-yoe. Karena kedudukannja ini, ia
bisa berbuat sewenang-wenang pada sesama penduduk.
hingga mereka itu menderita, tjuma mendongkol tetapi tak
dapat berbuat apa-apa. Berhubung perhubungan buruk Oey
Kie Pay dengan Tjioe Wie seng, rumah Mo Djin didjadikan
markas tjabang. Demikian, tiga hari sebelum dibukanja panggung Wan-yotay,
Tjin Lok bersama limapuluh kawannja telah menempatkan
rumah Mo Djin itu, untuk mengatur sesuatu, antaranja
ditugaskannja Tjie Ek pergi mentjuri pedang dengan Tjie Ek
diantar empat kawannja, sedang ia dan jang lainnja, menanti
sambil bersembunji ditempat-tempatjang berdekatanTjelakanja, dia tidak mendapat kabar apa-apa lagi dari Tjie Ek.
jang tak kembali dan tanpa ada tanda isjaratnja. Djuga lenjap
empat kawannja Tjie Ek itu. sedang malamnja, ketika dia
mengirim beberapa orangnja, untuk mentjari dan menolongi
Tjie Ek. orang-orangnja itu dihadjar In Gak ditengah djalan
dan diantar pulang dalam keadaan tertotok djalan darahnja.
Bukan main gusarnja Tjin Lok tapi ia tak berdaja.
Besoknja ia mengirim orang lagi tetapi kali ini orangorangnja
itu dilabrak orang-orang Kay Pang hingga rusak
separuhnja. Mengerti bahwa Tjioe-kee-tjhung terlindungi orang liehay,
Tjin Lok lantas muntjul setjara berterang dimuka panggung
190 loeitay. Ia tjerdik, ia tidak sembarang bertindak. ia mengharap
bentroknja lain orang, untuk ia jang nanti menjerbu Tjoe-keetjhung,
untuk memungut hasil tanpa bekerdja berat. Karena
ketjerdikannja, ia dipertjaja Oe-boen Loei, ketuanja itu.
Tjin Lok telah memesan orang-orangnja, tanpa isjarat dari
ia, tak boleh mereka itu sembarang turun tangan- Ia terkedjut
dan heran akan menjaksikan Pit siauw Giam dan Tjian seng
Hoan terluka sendjata rahasia. Itu waktu, ia masih belum tahu
jang Koe souw dan lainnja telah kena ditawan, djikalau tidak.
kagetnja mestinja akan bukan kepalang. Tjuma ia seperti telah
mendapat pirasat, hatinja mendjadi tidak tenteram. Karena ini,
ia lantas memikir satu akal. Untuk ini ia mengadjak bekerdja
sedjumlah orang ditetarap barat, jalah orang-orang jang
bukan anggauta partainja. Demikian malam itu djam empat,
mereka berkumpul di Lioe sie Wan, untuk mengatur tjara
kerdja mereka. Apa mau, niat mereka ini diketahui kaum Kay
Pang, maka in Gak lantas dikisiki. Maka si anak muda lantas
datang menjateroni. Diruangan besar dari rumah Mo Djin telah berkumpul Tjin
Lok semua. Api dipasang terang-terang, suasana tapinja sunji.
Disitu berkumpul kira2 delapanpuluh orang. Tepat waktunja,
Tjin Lok mengangkat bitjara.
"Semua tjianpwee dan sesama rekan" katanja, "Pasti kalian
telah mengetahui apa sebabnja sampai terdjadi Tjioe Wie
Seng hendak menutup diri dan membangun panggung Wanyotay. Itulah karena dia menentang Partai kita. Kita pun, kita
telah bertekad bulat untuk mendapatkan pedangnja orang she
Tjioe itu." Ia menundjuk kepada Sien It Beng, untuk menjambungi:
"Inilah Giok- bin Djie-long sien It Beng, ketua dari Gwa sam
Tong kami. Ia telah ditugaskan Ketua kami untuk
mendapatkan pedang dan orang. Maka kalau besok lusa ia
naik keatas panggung, aku minta kalian suka mengalah
191 terhadapnja. Untuk bantuan kalian itu, nanti Partai kami akan
membalas budi. Bagaimana pendapat kalian?"
Selagi Tjin Lok menegasi itu diatas rumah terdengar
tertawa dingin. Ia kaget hingga air mukanja berubah. Tak
sedikit lainnja orang jang pun mendapat dengar tertawa itu.
sebat luar biasa, ia mengebut padam penerangan, terus ia
lompat keluar dari djendela, diturut oleh jang lain-lain- Tiba
diluar, ia terus berlompat keatas genteng.
Rembulan sudah dojong kebarat, sinarnja mulai guram,
tetapi diatas genteng itu, orang masih dapat melihat segala
apa dengan njata, hanjalah disitu tidak ada seorang lain
djuga, keadaan sunji. Heran Tjin Lok. Ia memikir, orang gesit
sekali. "Hoe-paytjoe, dapatkah kau melihat sesuatu?" tanja siauwsongboen Teng Tjee Leng dari gunung Pek M a san- Ia
mendampingi Tjin Lok bersama-sama It-tjie sin-mo Louw
Goan Tong dari Hoa san Pay serta Houw-bin Thaypo Goe
Hoei, ketua muda dari gunung Hin An Leng di Kwan-gwa.
Tjin Lok menggeleng kepala.
"Segala kurtjatji, buat apa saudara Tjin melajaninja" kata
Goan Tong, jang tertawa dingin. "Tentulah dia sudah kabur
djauh Kalau tidak. biarlah dia rasai djeridji
Liok-im-tjie dari aku si orang she Louw"
Belum berhenti suaranja Goan Tong ini, diudjung barat
genteng itu terdengar suara tertawa tadi, hanja kali ini,
terdengarnja sangat njata.
Bagaikan kilat tjepatnja, tubuh Louw Goan Tong sudah
mentjelat madju. Dia pun membentak: "Tikus, kenapa kau
tidak mau perlihatkan dirimu?"
Dari arah barat itu terlihat satu tubuh mentjelat memapaki,
dibarengi tertawa dingin dan bentakan: "Kau turunlah"
192 It-tjie sin-mo kaget sekali. Terpaksa ia berlompat
kesamping. ia bersjukur jang ia masih dapat lolos dari
serangan orang tidak dikenal itu, jang telah memisahkan diri
kira2 sepuluh tombak. Tapi ia mendongkol. Dulu-dulu, belum
pernah ia diserang orang setjara demikian. Maka ia segera
madju pula. Akan tetapi, dengan tjepat, orang itu sudah
menghilang Tjin Lok lantas mendapat tahu bahwa ia berada dengan
musuh ditiga pendjuru, maka bersama-sama kawannja ia
memetjah diri, untuk mendekati mereka itu. segera ia merasa
bahwa ia pun tengah dipermainkan, sebab musuh mereka
tidak dikenal itu, bagaikan bajangan, lari kesana-sini, selalu
menjingkir dari kepungan. Mereka sangat gesit.
Ketika itu diluar rumah terlihat dua bajangan tubuh jang
langsing dan lintjah, mereka dipergoki oleh pihak tuan rumah,
mereka lantas dipegat, untuk diserang. Mereka itu tidak takut,
mereka membuat perlawanan.
Kedua bajangan itu masing-masing memakai topeng hitam,
sendjata mereka sendjata jang pandjang dan lunak. d iba wah
sinar rembulan jang guram, sendjata mereka itu
bergerak-gerak bagaikan ular litjin.
Dipihak tuan rumah, empat orang telah roboh saling-susul.
Djusteru itu, diantara mereka terdengar teriakan- "Dua orang
wanita, bekuk mereka hidup, hidup"
Kedua orang itu membentak. suara mereka njaring,
mengikuti itu, mereka menj erang dengan terlebih hebat,
hingga mereka tidak dapat dirangsak. Tapi dengan begitu,
mereka tidak dapat merusak kepungan- sebaliknja, lantas
terlihat gerakan mereka mendjadi perlahan.
Diantara pengepung ada djuga jang mengupat-tjatji,
hingga suara mereka mendjadi berisik sekali.
Selagi kedua wanita itu terkurung hebat itu, mendadak
disitu muntjul satu bajangan lain, dan dengan lekas orang
193 melihat njata mukanja jang putjat dan menakuti, tak miripnja
manusia biasa, hingga hati orang mendjadi ketjil. Bajangan itu
menj erang keras, sampai lantas roboh tudjuh atau delapan
kurban-Melihat bajangan itu, kedua wanita kaget dan girang.
"Gan.." mereka berseru tetapi lantas berhenti suara
mereka. Tanpa mereka merasa, mereka dihampirkan, untuk
ditjekuk masing-masing dengan sebelah tangan orang itu,
untuk dibawa menjing kir. Tjuma dengan beberapa lompatan,
mereka sudah hilang dari depan para pengepung itu.
Kedua wanita itu. bukan lain daripada Tio Lian Tjoe dan
Tjioe Goat Go. Mereka mendapat tahu kepergian In Gak
bertiga, lantas mereka menjusul. Djikalau mereka minta ikut
dengan berterang, pasti mereka ditolak. Mereka sama-sama
membekal tjambuk. Diluar pekarangan, mereka terlihat orang
djaga, mereka dikasi lewat tapi orang itu lantas lari
mengabarkan pada Wie seng.
Gesit kedua nona itu, mereka dapat menguntit In Gak
bertiga. Mereka heran ketika tiba di Lioe sie Wan, mereka
tidak menghadapi sesuatu rintangan. Lian Tjoe mengutarakan
tjuriganja pada Goat Go. Mustahil musuh tidak membuat
pendjagaan" Lihat, entjie, apa itu" kata Goat Go, menundjuk.
sebelum ia mendjawab. Lian Tjoe segera menoleh. Maka ia melihat, diba wah
sebuah pohon janglioe, rebah dua tubuh manusia. Kapan nona
Tio mendekati, ia mendapat kenjataan dua orang itu telah
tertotok urat gagunja. Mereka itu rebah tanpa berkutik, kedua
mata mereka dipentang lebar-lebar.
"Pasti dia jang menotoknja" kata Lian Tjoe tertawa.
"Adikku, mari kita madju terus, tak usah kita berkuatir lagi"
Goat Go menurut, maka itu, mereka madju terus.
Mereka tiba dipekarangan rumah Mo Djin disaat kawanan
oey Kie Pay itu lagi dibikin pusing oleh fn Gak bertiga, jang
sengadja bergerak-gerak mirip bajangan, untuk mengatjau
194 kawanan Bendera Kuning itu Mereka kena dipergoki, dari itu,
mereka lantas dipegat dan dikepung. Kewalahan mereka
memetjahkan kepungan. In Gak telah memantjing Tjin Lok pergi djauh, lantas dia
lari mutar, guna menemui Hong pioe dan Kim Go, djusteru
disaat nona-nona itu lagi dikurung dan terantjam, maka ia
lantas njerbu kedalam gelanggang, untuk menolong i mereka
itu. sebenarnja ia mendongkol untuk kesembronoannja nonanona
itu, jang menempuh bahaja tanpa perlunja. Ia sendiri,
tjuma berniat mengatjau. Ditjekal si anak muda, kedua nona itu tidak membuat
perlawanan, bahkan mereka membikin kaku tubuh mereka,
hingga gampang sekali mereka dibawa lari. segera mereka
tiba ditepi kali, djauh dari rumah Mo Djin"Nona-nona, hatimu besar sekali," kata fn Gak. setelah
melepaskan tjekalannja. "Kalau terdjadi sesuatu tak diingin,
bagaimana aku dapat berbitjara dihadapan orang-tua kamu?"
"Kami datang sendiri, dapatkah kau mentjampur tahu?"
balik tanja Lian Tjoe, keras.
si nakal ini membawa kenakalannja, meski sebenarnja,
seperti Goat Go, hatinja senang dibawa berlari-lari anak muda
itu Tanpa merasa, In Gak tertawa.
"Benar-benar anak ini berandalan" pikirnja. Apa memang
tabiatnja mereka gemar mengatjau" Karena ini ia lantas ingat
Wan Lan, jang pun berandalan.
"Djikalau aku tidak mentjampur tahu, habis siapakah?" ia
mendjawab, perlahan, sambil bersenjum.
Bukannja ia gusar, Lian Tjoe tertawa lebar.
"Siapa djuga tidak berhak mengurus kami" Goat Go
berkata. "Kau tidak berhak" "Berhak?" tanja si anak muda,
masgul. "Bagaimana mestinja baru berhak?"
195 Kedua nona itu tidak mendjawab, sebaliknja, mereka
tertawa. In Gak kewalahan- setelah berpikir, ia ingat suatu
apa. Itu waktu, Hong pioe dan Kim Go belum datang menjusul,
maka si anak muda berkata: "Nona-nona, kau tunggu disini,
aku mau menjambut saudara-saudara Gouw dan The. Djikalau
kamu tidak pergi dari sini, nanti aku mengadjari kamu suatu
kebisaan. Bagaimana, akur?"
Kedua nona itu nampak girang.
"Benarkah?" mereka tanja tjepat. "Baik, djangan kau salah
djandji, djikalau tidak, djangan salahkan kami"
"Benar, kamu djangan kuatir" djawab In Gak. Atas
djawaban itu, Lian Tjoe tertawa perlahan. In Gak pun tertawa,
tetapi dia lantas pergi. Hati si Nona Tio tergerak melihat
kegesitan pemuda itu. "Dia benar gagah luar biasa," pikirnja. "Entah bagaimana
perasaan dia setelah dia mendapati mutiara dan
saputanganku. oh, kau tahu, bagaimana aku mengagumi kau"
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Goat Go pun berpikir serupa, matanja terus mengawasi
meski tubuh orang telah lenjap ditempat gelap.
"Dia hebat sekali, asal aku bisa mendapatkan separuh sadja
kepandaiannja, tentu aku bisa merantau dan mendjagoi dalam
dunia Kang-ouw," demikian katanja dalam hatinja. "semoga
pengharapanku tidak kosong"
Achirnja berdua mereka menghela napas, mereka berdiri
diam saling mengawasi. Tjuma sedjenak. mereka tertawa
sendirinja. Lantas mereka duduk ditanah untuk menantikan si
anak muda jang mereka kagumi itu
Ketika In Gak tiba dirumah Mo Djin, disana Hong pioe dan
Kim Go terlihat lagi dikepung, karena musuh main mentjatji,
mereka membalasnja. fa tidak lantas menjerbu, ia lompat naik
kesebuah pohon dipinggir lamporan, tempat mendjemur
gandum. 196 Diluar dugaan, diatas pohon itu ada pendjahat jang
mendjaga. Dia melihat orang datang, dia menjerang. sjukur In
Gak awas, ia mendahului menotok. hingga orang lantas
berdiam sadja, mata dan mulutnja terbuka lebar, tubuhnja
bergojang-gojang mau djatuh.
In Gak tidak memperdulikannja lebih djauh, ia terus
memernahkan diri ia ingin menjaksikan kegagahannja Hong
pioe dan Kim Go. Segera terdengar kata-kata mengedjek dari Tjin Lok:
"Sungguh aku tidak sangka bahwa Tuan-tuan Gouw
danThe,jang kesohor di Utara, telah datang berkundjung
kemari dengan membawa sikap bangsa kurtjatji Djikalau tuantuan
bangsa terhormat, selajaknja tuan-tuan berbitjara
dengan orang-orangku, pasti nanti aku mengatur barisan
untuk menjambutnja Liang-hoay Tayhiap mengadakan
upatjara menutup pedang dan membuka panggung
pertandingan untuk mengikat persahabatan, siapa pun dapat
datang disana, maka perbuatanmu mengatjau di Lioe sie Wan
ini pasti bukanlah maksudnja tayhiap itu sekarang kamu
bilanglah apa kehendak kamu, aku akan mengiringinja
Tempatku ini tidak dapat menerima kamu datang dan pergi
sesuka kamu" "Orang she Tjin, djangan terkebur" kata Hong pioe tertawa
lebar. "Bukankah Lioe sie Wan bukan milikmu" Djadi aku si
orang tua, aku suka aku datang, aku suka aku pergi Mana
dapat kamu merintangi aku" Tentang maksud kedatangan
kami ini, tak usah aku djelaskan pula, kau tentunja telah
ketahui baik sekali satu hal ingin aku djelaskan, Koe souw dan
lainnja, djumlah duapuluh orang lebih, jang kamu telah utus,
tak usah kau kuatirkan-Mereka itu berada didalam Tjioe-keetjhung,
lagi dilajani kami baik sekali, nanti setelah beres
pertandingan diatas loeitay, kami akan menggotongnja keluar"
197 Untuk sedjenak, Tjin Lok melengak. Kata-kata Hong pioe
berarti orang-orangnja telah kena dibekuk. fa djadi malu dan
gusar. Akan tetapi dia tertawa terbahak.
"Sahabat baik, kamu mengantarkan diri kamu masuk dalam
djaring, maka itu marilah a si orang she Tjin djuga
menggotong kamu pergi" katanja mengedjek.
Hong pioe mengerti, pertempuran dahsjat tidak dapat
dihindarkan lagi, dan bahwa dirinja terantjam bahaja. ia heran
kenapa In Gak belum djuga datang. Kim Go djuga mengerti
bahaja, ia telah menjiapkan goloknja.
Tjin Lok habis sabar, dia mau lantas madju, tetapi seorang
didampingnja mendahului ia. Kata orang itu: "Tjin Paytjoe,
biarlah kali ini aku Ouw Tjiangjung menjambutnja" Terus ia
madju kedepan Hong Pioe, ia memberi hormat sembari
berkata: "Telah lama aku mendengar nama tuan dipeternakan
charhar Utara, sekarang kita bisa bertemu disini, aku girang
sekali, aku siauw- yauw-tjoe Ouw Tjiang, aku minta sukalah
kau memberikan pengadjaranmu "
Hong Pioe mengawasi orang itu, jang berumur lebih-kurang
empatpuluh tahun. Ia mau menduga orang mahir tenaga
dalamnja, hanja ia tidak kenal padanja. Ia tinggal di Kwangwa
bersama Kim Go, la tidak kenal orang ini jang baru
mendjagoi selama tudjuh atau delapan tahun- Tapi ia
membalas hormat, sambil ketawa ia kata: Kaulah tuan rumah,
"Tuan Ouw, silakan kau jang mulai"
Ouw Tjiang menjahuti: "Baiklah" sambil ia terus madju
menjerang kedada. Hong, Pioe mendongkol atas kedjumawaan orang, ia
menggeser tubuhnja kekiri, selagi dengan tangan kanan ia
menangkis, dengan tangan kiri ia membalas menjerang
dengan tipu silat Dua ekor naga berebut mutiara, dua djari
tangannja meluncur kearah mata. Inilah gerakannja jang
membikin ia dapat gelarannja, Hoei-in-tjioe, si Tangan Mega
Terbang. 198 Ouw Tjiang terkedjut. Karena ditangkis, tubuhnja kena
tertolak. Maka atas datangnja serangan kemata, lekas-lekas
dia berkelit. Tapi dia tidak takut. Kembali dia menjerang pula,
tetap dengan kedua tangannja.
Kali ini Hong Pioe tidak mau mengasi hati pula. Ia telah
ketahui baik tenaga lawannja ini. ia lantas mendahului.
Dengan berlompat ia menjerang dengan kedua tangannja.
Itulah pukulan Sin-liong-tiauw-bwee, atau Naga sakti
menggojang ekor. Dengan mengasi dengar suara "Duk..!" maka dada Ouw
Tilang kena terhadjar, tubuh nja terus roboh terkapar dan tak
bergeming lagi. Louw Goan Tong lompat menghampirkan Ouw Tjiang,
untuk membalik tubuhnja, hingga ia melihat darah mulai
keluar dari mata, hidung, mulut dan kuping orang, jang telah
mendjadi setengah mati. Itulah berarti, umpama dia dapat
hidup, Ouw Tjiang akan ludas ilmu silatnja. Meski begitu, ia
mendjedjalkan djuga sebutir obat dimulut kawan itu. setelah
itu ia lompat kedepan Hong Pioe, untuk mengatakan dengan
dingin: "Sungguh Hoei-in-tjioe jang liehay Djikalau malam ini
kau lolos dari tangan aku it-tjie sin-mo, aku sumpah tidak sudi
mendjadi orang." Djulukan it-tjie sin-mo itu berarti iblis Djeridji satu.
Ketika itu, In Gak berpikir: "Dengan ini tjara, sampai kapan
pertempuran dapat diachirkan?" Kedua nona djuga tengah
menantikan. sebentar sadja fadjar datang, sang djagat bakal
djadi terang- benderang. Baiklah aku menitahkan mereka
mundur." Pertempuran sementara itu sudah berlangsung, Goan Tong
menj erang, Hong pioe menjambuti. orang she Gouw itu tidak
sudi diperhina. Goan Tong lantas main menotok. Ia liehay
untuk ilmu totoknja enam djeridji, jaitu Liok-im-tjie, jang dapat
199 menotok sekalipun seorang bertubuh kebal tak mempan
sendjata. siapa tertotok dia, darahnja akan djadi beku dan
mati seketika. Tidak ada niatnja In Gak untuk menonton lebih lama. Ia
angkat tubuh kurbannja, jang sedari tadi ia masih
membiarkannja rebah diatas pohon disampingnja, lantas ia
melemparkannya djauh kearah It-tjie sin-mo.
Goan Tong sedang mau menerdjang ketika ia terkedjut
disebabkan angin menjamber,
dengan lantas ia lompat mundur tiga tindak dan matanja
dipentang lebar. ia melihat satu tubuh meluntjur kearahnja. ia
menduga kepada musuh, ia memapaki dengan kedua
tangannja. Tubuh itu kena terhadjar, terdengar suara perlahan
dari mulutnja, lantas roboh ketanah, tak berkutik lagi. Baru
sekarang Goan Tong dapat mengenali, orang itu jalah ketua
tjabang Bendera Kuning bernama KieBeng bergelar Toks tjoa
si Ular Berbisa. ia kaget hingga ia melengak.
Djusteru itu dari atas pohon terdengar suara bersiuljang
pandjang, dibarengi lompat turunnja satu orang jang
mukanja, melihatnja, membuat hati orang tjiut. Muka itu mirip
muka malaikat Pek Boe siang jang bengis dan menakuti. Tapi
tidak demikian dengan Hong Pioe dan Kim Go, mereka bahkan
girang. Mereka mengenali In Gak. hingga hati mereka
mendjadi lega. "Siluman apa berani main gila didepan aku It-tjie sin-mo?"
Goan Tong menegur. Ia bertindak perlahan mendekati In Gak.
"Kau mesti mengganti djiwanja ketua tjabang kami" ia
mendongkol dan menjesal berbareng. Ia mendongkol sebab
tidak menjangka ada musuh bersembunji diatas pohon itu,
dan ia menjesal karena ia mesti membinasakan orang sendiri
lantaran kesembronoannja. Maka itu, habis menegur, ia lantas
madju menerdjang. Tak usah diterangkan lagi bahwa ia
mengerahkan sepuluh djari tangannja jang liehay itu.
200 Manusia bermuka aneh itu tidak mundur, tepat ketika
tangan jang kuat bakal mengenai tubuhnja, mendadak
tangannja diangkat, dipakai menjamber kelengan.
Goan Tong terkedjut, hingga ia berseru tertahan, mulutnja
dibuka lebar, matanja mentjilak. Didjidatnja lantas terlihat
peluh keluar berketel-ketel. ia berdiam sadja,
tak dapat ia bergerak. Semua orang berdiam, semua heran dan kagum. It-tjie sinmojang
liehay dapat ditunduki hanja dalam satu gebrak Tjin
Lok tidak mendjadi terketjuali, dia berdiri mendjublak.
Si orang aneh tertawa seram.
"Djadi kaulah It-tjie sin-mo" katanja dingin. "Aku dengar
liehay sekali ilmu Liok-im-tjiejang dimilikimu Bagaimana
sekarang?" Jilid 3.1. Penjusup-penjusup jang sial
Goan Tong berdiam, mukanja putjat. Ia gusar tanpa
berdaja. Ia mau bitjara tetapi batal. Ia anggap pertjuma ia
membuka mulut. Barusan ia tidak dibokong, bahkan ia jang
lagi menjerang setjara mendadak.
"Aku tidak sangka sekali It-tjie sin-mo jang kesohor dan
galak, sekarang ini tidak ada gunanja" kata pula manusia aneh
itu. "Tapi aku mengingat kau baru kali ini berbuat kurang
adjar terhadap aku, suka aku memberi ampun. Nah, pergilah
kau" Kapan tjekalan pada nadinja dilepaskan, tanpa ia dapat
menahan lagi, Goan Tong mesti membiarkan tubuhnja
terhujung dan roboh tiga tombak. Ia pun mendengar tulangtulang
atau ototnja pada berbunji. Ia mendjadi kaget sekali.
Itu berarti musnalah semua kepandaian silatnja, bahwa ia
telah mendjadi satu manusia bertjatjad. Maka habis sudahlah
201 ketikanja untuk ia mentjari balas. Tidak ada lain djalan, ia
lantas ngelejor pergi "Mari kita pergi" si orang aneh berkata kepada Hong Pioe
dan Kim Go. Ia tertawa, ia bertindak kearah kedua kawan itu.
Biar bagaimana, Tjin Lok toh gusar, hingga ia djadi berani.
Tidak bisa ia membiarkan orang pergi setjara demikian.
Mendadak ia lompat menjerang sambil ia berteriak: "Siluman,
aku akan adu djiwaku"
"Kau mentjari mampus?" si orang aneh menegur, tanpa
menoleh lagi, terus ia berkelit.
Tjin Lok menjerang tempat kosong, tangannja meluntjur
terus bersama tubuhnja. selagi begitu, tubuhnja itu lantas
ditepuk hingga ngusruk, membentur pada sebuah pohon
didepannja. Bukan main sakit kepalanja, rasanja maupetjah,
matanja pun kabur. "Tjin Lok. aku beri ingat padamu" kata orang itu bengis.
"Selandjutnja tidak dapat kau membiarkan orang-orangmu
main gila lagi, tidak dapat mereka menimbulkan gara-gara
Djikalau tidak. It-tjie sin-mo tjontohnja"
Habis berkata, dia lantas berdjalan pergi, diturut Hong Pioe
dan Kim Go. Dengan paksakan diri, Tjin Lok merajap bangun- Kalau
tadinja ia mendongkol sangat, sekarang otaknja mendjadi
dingin, hingga ia dapat berpikir: "Tjioe-kee-tjhung dibelai
orang liehay ini, pertjumalah segala usahaku. Tidak dapat
tidak. mestinja paytjoe sendiri datang kemari"
Karena ini, ia lantas menjuruh orangnja melepas isjarat
tanda urusan penting. In Gak berdjalan terus, sampai ditepi kali, ia tertawa dan
kata pada kedua kawannja: "Gouw Tiangtjoe, The Tayhiap
tahukah kamu bahwa kedua botjah jang nakal telah turut
datang kemari?" Kim Go terkedjut. 202 "Mereka datang?" serunja. "Oh benar-benar mereka
sembrono" In Gak menundjuk kedepan, ia tertawa. "Lihat, bukankah
itu mereka itu?" tanjanja.
Hong Pioe dan Kim Go menoleh. sekarang mereka melihat,
Lian Tjoe berdua Goat Go lagi berduduk digili-gili sawah dan
berbitjara sambil tertawa-tertawa. "Ah, dua botjah itu
sungguh" Hong Pioe berkata tanpa dapat meneruskan. Ia berpaling
pada In Gak, untuk membilang: "Gan siauwhiap. apabila kau
tidak datang, pasti kita berdua akan kehilangan djiwa kita di
Lioe sie Wan ini" In Gak tertawa. "Sjukur sang fadjar mendatangi, kalau tidak. tidak dapat
aku bekerdja" ia kata merendah. "Gouw Tiangtjoe, telah aku
menjaksikan kepandaian kau, maka sekarang ingin aku
menjaksikan The Tayhiap."
"Sjukur aku tidak dapat mempertontoni kedjelekanku,
djikalau tidak. bagaimana aku malu" kata Kim Go tertawa.
Lian Tjoe dan Goat Go dikedjutkan tertawa itu, mereka
bangun berdiri. In Gak mengadjak dua kawannja melintasi kali, untuk
menghampirkan kedua nona itu, jang sebaliknja pun lari
kepada mereka. Lantas mereka itu mengawasi si anak muda
tak perduli orang beroman menakuti, bahkan Goat Go
mendjadi berani, ia mengulur tangannja untuk meloloskan
topeng itu sembari ia kata: "Buat apa memakai topeng ini"
Bukankah ini akan membuat orang mati saking takut?"
In Gak meluntjurkan tangannja merampas pulang
topengnja itu. "Nakal" katanja.
"Ja, anak, kau terlalu" kata Hoei-in-tjioe tertawa.
"Apa jang terlalu?" kata si nona tertawa djuga.
Kembali Hong pioe tertawa. Djuga Kim Go.
203
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lian Tjoe turut tertawa, tetapi hatinja kurang gembira
Benar-benar sang fadjar lagi mendatangi. In Gak
memandang kelangit. "Mari kita pulang" ia mengadjak."Tjioe Tjhungtjoe pastilah
tak tidur semalam suntuk"
Lantas kelimanja berangkat dengan tjepat. Ketika mereka
tiba diperbatasan dimana ada berdjaga-djaga orang Tjioe-keetjhung,
mereka itu pada melepaskan burung dara untuk
memberi kabar kepada tjhungtjoe mereka. Maka itu setibanja
mereka dirumah, Wie seng bersama To Tjiok sam lagi duduk
menantikan. Memang mereka ini berdua tidak tidur, mereka
terus menunggu. Goat Go nampak berduka, ia hampir menangis. Melihat
puterinja itu, jang nampak harus dikasihani, roman Wie Seng
tidak guram seperti semula. Ia gusar karena anak itu pergi
setjara diam-diam. To Tjiok sam tertawa dan berkata: "Setelah kita mendapat
kabar kedua botjah nakal ini pergi, Tjioe Laotee mau lantas
menjusul sendiri, tetapi aku si orang tua mentjegah dengan
membilang, dengan adanja Gan siauwhiap disana, tak usahlah
kita berkuatir. Aku kata djuga, tanpa membiarkan mereka
merasai sedikit kesukaran, mereka tak akan tahu rasa.
Laginja, anak perempuan itu terlahir untuk pihak luar, baik
mereka dibiasakan pergi seorang diri Bukankah kalau nanti
mereka menikah, mereka tak dapat didjagai terus?"
Mendengar itu, Hong pioe dan Kim Go tertawa lebar, In
Gak sebaliknja bersemu dadu
mukanja. Ia kata: "Ah, lootjianpwee djail sekali"
Muka Lian Tjoe pun dadu tetapi hatinja senang. Ia kata
dalam hatinja: "Tua bangka she To ini bermata tadjam sekali"
Tjara bagaimana dia mengetahui jang Goat Go dan aku
mengagumi Gan siauwhiap" Aku harap sekalian sadja ia
204 mendajakan agar kita berdua dapat menuntut peladjaran dari
Gan siauwhiap." Ia lantas melirik Goat Go, ia merasa Nona Tjioe
berperasaan seperti ia sendiri,
Goat Go pun melirik pada kawannja, lantas mereka samasama
bersenjum, tetapi ia likat, ia mengeluarkan
saputangannja, untuk menutupi mulutnja. Wie seng pun
tertawa. "To Laodjie, kau gemar bergurau" katanja. setelah itu ia
tanja Hong pioe dan Kim Go, "Bagaimana kesudahannja
dengan kepergian mereka barusan."
Senang Hong pioe ditanja. Dengan gembira dan bernapsu,
ia tuturkan pengalaman mereka tadi di Lioe sie Wan dimana In
Gak telah mempertundjuki kegagahannja.
selama orang bitjara, bunga hatinja Lian Tjoe dan Goat Go,
hampir tak hentinja mereka mengawasi In Gak.
"Djikalau kawanan bangsat itu mau naik dipanggang
dengan menggunai siasatnja," kata Tjiok sam tertawa,
"baiklah, nanti aku naik dan menghadjar mereka terdjungkal
dari atas panggung" "Hebat kau, To Laodjie" kata Wie seng, tertawa. "Orang
naik kepanggung untuk merebut djodoh tetapi kau hendak
menghadjar orang" "Bukannja begitu, saudara Tjioe, aku hanja sangat sebal
terhadap mereka" kata Tjiok
Sa m. Pembitjaraan mereka terhenti karena muntjulnja seorang
tjhungteng, jang datang setjara tergesa-gesa, segera dia
melaporkan bahwa dari arah Lioe sie Wan tertampak isjarat
meluntjurnja kembang api lima warna.
Wie seng memberi tanda untuk orangnja itu mengundurkan
diri, habis itu ia kata sembari tertawa: "Tak lebih tak kurang,
205 lantaran merasa tak ungkulan, mereka itu meminta balabantuan,
Biarlah kita boleh nantikan mereka"
In-liong sam-hian berdiam, untuk berpikir. Lian Tjoe segera
memandang In Gak jang bersikap tenang.
"Gan siauwhiap." sapanja,"Bukankah tadi kau
mendjandjikan akan mengadjarkan sesuatu padaku?"
"Ja, Gan siauwhiap, djangan kau menjangkal" Goat Go pun
kata, tertawa. To Tjiok Sam memandang kedua nona.
"Ha, budak-budak nakal," katanja. "Kau menjebut-njebut
siauwhiap tidakkah itu berbau asing" Kamu seharusnja
menjebut Gan Toako, Kalau tidak. tidak nanti kau diadjari ilmu
silat" Belum berhenti suara orang tua ini, dia sudah diserbu
nona-nona itu. "Oh, oh.." Tjiok sam tertawa terpingkal-pingkal.
"Siauwhiap. lekas kau mengadjari mereka, nanti tulangtulangku
dipatahkan mereka ini"
Wie seng segera menegur anaknja."Anak Goat, djangan
kurang adjar!" katanja.
Kedua nona itu berhenti, muka mereka merah.
In Gak segera datang sama tengah.
"Nona-nona, kamu ingin beladjar apa?" ia tanja.
Lian Tjoe menjing kap naik rambut didjidatnja, ia tertawa.
"Aku ingin mempeladjari kepandaianmu jang diperlihatkan
ditaman belakang, serta itu jang dipakai menangkap tangan
It-tjie sin-mo seperti katanja Gouw Lootjianpwee," ia kata.
"Tentang adik Goat, la ingin mempeladjari apa, kau tanja
sendiri sadja kepadanja" ia tertawa pula.
"Aku" Aku ingin beladjar seperti kau, entjie" kata Goat Go
tertawa. Ketika itu, keduanja tak likat lagi. In Gak tertawa
didalam hati. "Hm, besar sekali hati mereka ini," pikirnja. "Kepandaian ini
ketjuali kakek guru Boe Wie siang djin dan guruku, Beng Liang
Taysoe, hampir tak ada jang dapat mempeladjarinja."
206 Tipu silat jang pemuda ini gunai terhadap Tjie Ek dan Koe
souw berasal dari ilmu silat Hian-thian Tjit-seng-pou atau
tindakan Tudjuh Bintang Hian-thian, ilmu mana ditjiptakanBoe
Wie siang djin selama orang berilmu itu berdiam di Thian san
Utara, sedang ilmujang dipakai melajani It-tjie sin-mo ada dari
Hian-wan sip-pat-kay, im-yang Tjeng-hoan shatjaplak-tjioe,
jaitu tigapuluh-enam djurus im-yang Bulak-balik, Kedua ilmu
itu dapat berakibat buruk bila dipunjai orang jang hatinja tak
lurus, karena ini, si anak muda merasa agak sulit. fa
menguatirkan hati nona-nona itu kurang kuat, nanti mereka
bisa tersesat. Tapi ia tidak kekurangan akal, lantas ia tertawa.
"Aku telah memberi djandjiku, tidak nanti aku menjangkal,"
ia kata. "Tentang kedua matjam ilmu kepandaian jang kamu
minta, aku suka mengadjarinja, hanjalah itu sulit, ketjuali
waktunja lama, sampai lima tahun, djuga setelah dapat
dipahamkan, orang masih mesti berlatih terus, tak dapat dia
lantas keluar pintu. Maka aku lihat, baik begini sadja. Lebih
dulu aku mengadjari pokoknjapeladjaran, jang dapat segera
digunakan. Bagaimana, apakah kamu setudju?"
Kedua nona mempertjajai keterangan itu, mendengar
waktunja lima tahun, mereka mengulur keluar lidah mereka.
"Baik" kata Lian Tjoe. "Sekarang kau mengadjari aku apa
sadja jang kau rasa baik, asal nanti kau djangan melupakan
djandjimu akan mengadjari djuga itu dua matjam ilmu"
In Gak tertawa."Peladjaran ini tak dapat didengar oleh
telinga jang keenam, maka marilah kamu turut aku" kata ia,
jang mengadjak orang pergi ketaman. Ia pun lantas meminta
diri dari Wie Seng semua.
Orang-oraag tua itu mengawasi sampai si anak-anak muda
lenjap. lalu Hong pioe mengulet dan berkata: "Satu malam
kita tidak tidur, sekarang masih ada tempo satu djam, mari
kita beristirahat dulu."
Wie seng semua akur, maka itu, mereka mengundurkan diri
207 Setengah djam kemudian, dari luar Tjioe-kee-tjhung datang
isjarat beruntun- runtun tentang mulai datangnja sekalian
tetamu, maka Wie seng mengatur penjambutan terhadap
mereka. Hong pioe dan Kim Go terus beristirahat, sedang In Gak,
setibanja tadi mereka ditaman, ia mulai mengadjari Lian Tjoe
dan Goat Go ilmu Kioe-kiong Tjeng-hoan im-yang-pou.
Mulanja ia bersilat sendiri, si nona-nona jang mengawasi
dengan perhatian. setiap tindakannja bertapak ditanah. ilmu
ini beda dari Hian-thian Tjit-seng-pou tetapi, dengan ini orang
dapat bertahan dari musuh kelas satu. ilmu jang kedua jalah
Pat-kioe Leng-long Tjioe- hoat, ilmu kelintjahan untuk
menangkap tangan lawan atau menotok.
Kedua nona itu tjerdas sekali, dengan tjepat mereka dapat
menjangkok. maka tak lama kemudian, In Gak membiarkan
mereka berlatih terus, ia sendiri meminta diri untuk kembali
kekamarnja. Setibanja dalam kamarnja, pemuda ini merasa kesepian,
hingga lantas ia teringat akan tugasnja sendiri sudah setengah
tahun ia merantau ditiga propinsi, belum berhasil ia
denganpembalasannja, bahkan ia belum tahu djuga, siapasiapa
semua musuhnja dan dimana beradanja mereka itu,
karena mana tak dapat ia berdiam terlalu lama di Tjioe-keetjhung
ini. fa menghela napas, ia membuka pintu kamarnja,
untuk memanggil pelajannja, buat minta kertas dan alat
tulisnja. Maka dilain saat, selesailah ia menulis sjair dalam
mana ia melukiskan rasa hatinja, tentang tjita-tjitanja jang
belum terwudjudkan itu. Tulisannja pun indah sekali.
Ketika In Gak memanggil pelajan, Hong pioe dan Kim Go
mendengarnja, mereka bangun dari pembaringan, untuk
menghampirkan, hingga mereka menjaksikan anak muda itu
menulis sjairnja, tjepat dan indah sjairnja. Mereka telah
membatja: 208 Satu niat belum terwudjudkan,
Air mata mengalir karenanja. Menjesal, menjesali musuh,
Bagaikan air mengalir, tak kembali Menenggak air kata-kata,
Melenjapkan duka- nestapa
Bersedih, Bernjanji, semangat bergelora.
"Hebat" berkata Kim Go menghela napas, saking kagum.
"Aku tidak sangka siauwhiap dapat menjimpan diri begitu
rupa. sudah ilmu silatmu liehay, ilmu suratmu pun begini
mahir. sungguh sukar didapat lain sebagai kau"
"Djiewie mentertawakan sadja," kata In Gak bersenjum.
"Aku tjuma lagi mempeladjari ilmu bersjair dan menulis indah,
sedang tulisanku ini lugat-legot bagaikan tjatjing, mana bagus
untuk dipandangi" Ketika itu terdengar tindakan kaki dilantai lauwteng lantas
terlihat Lian Tjoe dan Goat Go menolak pintu bertindak masuk.
segera si Nona Tio melihat sjair itu jang terletak diatas medja,
lantas dia mendjemputnja. "Ini untuk aku" katanja. "Kau dapat
menulis jang lainnja lagi" Mukanja Goat Go bersemu dadu,
sangsi ia untuk berbitjara.
"Inilah tidak berarti," kata In Gak tertawa. "Biarlah, lain kali
aku menulisnja pula. sekarang aku hendak tanja kamu,
bagaimana dengan latihanmu?"
"Kami ingat semua" sahut Goat Go tertawa. "Tjuma katanja
entjie Tio kau masih menjembunjikan sesuatu"
In Gak mementang matanja, melongo mengawasi nona itu.
Lian Tjoe tertawa. "Kau, kau" katanja. "Kau tjuma mengadjari kami ilmu
tjambuk. ilmu kelintjahan, tetapi ilmu pedang masih
dihutang." Mendengar itu, Hong pioe tertawa tergelak.
"Lihat, Gan siauwhiap" ia kata, "dua botjah ini tamak bukan
main Mereka tak puasnja, Aku lihat, kau mestinja
209 membongkar kopormu sampai terlihat dasarnja, djikalau tidak.
tak nanti mereka mau sudah"
In Gak memang tahu Lian Tjoe nakal sekali, hanja
kenakalan jang menarik hati. Ia ingin mengudji.
"Sudah, sudah" katanja sesaat kemudian, "aku memang
tahu kamu hendak melibat aku. Untuk beladjar silat, kita harus
menunggu sampai sebentar malam. Bagaimana, kamu puas
sekarang?" Kedua nona nakal itu saling mengawasi, mereka tertawa
sambil membekap mulut mereka. Nampaknja mereka puas.
Sementara itu terdengarlah suara lontjeng dari seluruh
Tjioe-kee-tjhung. Hong pioe terkedjut.
"Tjelaka!" ia berseru. "Djangan-djangan ada orang liehay,
jang tidak memakai aturan, jang menjerbu masuk siauwhiap.
mari kita lihat" Tanpa memberi djawaban lagi, In Gak menurut. Maka
berlima mereka lari keluar. Mereka tidak turun lagi ditangga
lauwteng hanja masing-masing terus lompat naik kelenteng,
untuk memotong djalan ketetarap timur.
In Gak mentjelat paling dulu. segera ia melihat beberapa
orang berlompatan diudjung tembok. sekelebatan sadja,
bagaikan bajangan, mereka itu lewat. Tak nampak muka
mereka itu, tapi terlihat mereka bukannja masuk dari satu
tempat. Ia lantas mendapat tahu ada orang nelusup ketaman
belakang. segera ia mengenakan topengnja, dari mulutnja
terdengar suara edjekan. Hong pioe berempat mendengar suara anak muda ini dan
melihat orang sudah memakai topeng, mereka menduga si
anak muda mesti ada maksudnja. "Siauwhiap. kau mentjurigai
sesuatu?" Hong pioe tanja perlahan. Pemuda itu mengangguk.
"Aku belum pasti, sahutnja. silahkan tiangtjoe berempat
pergi ke depan, aku akan menjusulnja."
210 "Tidak bisa, aku bersama adik Goat ingin turut kau" kata
Lian Tjoe, jang memonjongkan mulutnja. Keluarlah alaman
atau kenakalannja. In Gak tidak sempat melajani nona itu.
"Baik" katanja, tjepat dan singkat, sedang tubuhnja segera
bergerak. Lian Tjoe dan Goat Go mengikuti, sedang Hong pioe dan
Kim Go langsung menudju ke depan ke tetarap timur.
In Gak berlaku sangat gesit, dalam tempo pendek ia telah
meninggalkan kedua nona, hingga mereka ini tidak melihat lagi bajangannja. Hingga
mereka saling mengawasi dengan muka merah dan bingung.
sebab segera mereka pun mendapat kenjataan ditempat
pendjagaan ada orang-orang jang rebah disana-sini." Adik,"
lekas Nona Tio berseru: "Kita terlambat"
Berdua mereka menudju ke kamar batu dimana Tjie E k
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan Koe souw semua ditahan. Mereka mendapat pintu kamar
telah terpentang. Didepan pintu nampak Koe souw semua.
Tjuma Tjie Ek seorang jang menjender ditembok. matanja
melotot. Teranglah orang datang untuk menolong mereka itu
tetapi mereka keburu dapat dirintangi In Gak, lantas mereka
ditotok. Djikalau tidak demikian, pasti mereka berhasil
mengangkat kaki dari situ. Hanjalah, sebab mereka pasti tidak
dapat dibebaskan oleh lain orang, mereka sengadja
ditinggalkan disitu. Kedua nona penasaran, mereka mentjari. Benar, disitu tak
ada satu musuh djuga. Apa jang mereka ketemukanjalah Tan
Boen Han dan Ouw Thian Seng bersama dua tetamu, jang
mulutnja terpentang, matanja terbuka, agaknja mereka lagi
sangat menderita. Teranglah mereka sudah dirobohkan
musuh. "Bagaimana?" Lian Tjoe segera menegur Tjie Ek. bengis
sikapnja. Tjie Ek tidak dapat mendjawab, dia ketakutan,
mukanja meringis. 211 "Disini, nona" mendadak Nona Tio mendengar djawaban
dari sebelah belakangnja, hingga ia terkedjut. suara itu
perlahan tetapi tadjam untuk telinganja, suatu tanda dari
tenaga dalam jang liehay. fa lantas memutar tubuh begitupun
Goat Go. Maka mereka lantas melihat dua tombak lebih
didepan mereka, tiga orang berdiri berbaris.
Orang jang paling kiri bertubuh tinggi-besar, mukanja
berewokan, hingga melainkan nampak sepasang matanja jang
bersinar tadjam bagaikan api menjala. Dia mengenakan
djubah biru jang gerombongan. Dua jang lain berdandan
seperti imam, memakai djubah dan kopiah, mukanja bersih,
kumis dan djenggotnja pandjang terpetjah tiga, dan
dipunggungnja tergondol pedang jang beda antara dua imam
inijalah jang satu ada tapak golok dipipinja.
Melihat orang jang beroman bengis itu, Lian Tjoe terkedjut
bukan main. ia tahu orang itujalah Tjhong-sie Koay-sioe, si
orang tua aneh dari gunung Teng im dari sinkiang, jang
kedudukannja mendjadi kepala dari sip-sam-sia, tigabelas
djago sesat jang ilmu silatnja katanja luar biasa sekali, hingga
dia didjerikan kaum Rimba Persilatan. Hanjalah dia biasa
terdapat diwilajah Sinkiang sadja, paling djauh dia sampai di
Kamsiok. Soetjoan dan Inla m tiga propinsi, belum pernah ke
Kanglam. Tapi sekarang dia mendadak muntjul di Tjioe-keetjhung.
Mungkinkah dia orang undangannja partai Bendera
Kuning" Tentang kedua imam itu, merekalah I m- yang siang-kiam,
sepasang Pedang Im- yang, jalah It Hoei dan it sioe dari Hoa
san Pay. Mereka biasanja berada berduaan, tak pernah
mereka berpisahan, sekalipun diwaktu bertempur, mereka
berduaan djuga mahir ilmu pedangnja, liehay totokan djeridji
tangannja, jang berdasarkan ilmu Liok-im Tjie-hoat. Mereka
melebihkan liehaynja soetee mereka, jaitu It-tjie sin-mo. It
212 Hoei adalah jang pipinja bertapak golok itu, hingga Lian Tjoe
lantas menduganja. selagi si nona Tio berkuatir, Goat Go bahkan mendiadi
gusar. Ia belum tahu masuk dunia Kang-ouw, ia tidak kenal
tiga orang itu. "Siapa kamu?" ia menegur. "Kenapa kamu lantjang
memasuki rumahku ini?"
Tjhong-sie Koay-sioe mentjorong sinar matanja, dia tertawa
dingin. "Botjah wanita, kau tentunja anaknja Tjioe Wie seng,"
katanja. "Namaku si orang tua, tak apa djikalau orang tidak
menanjakannja, tetapi, asal aku menjebutnja, pasti kau bakal
mati karenanja Baiklah kau memberitahukan aku dimana itu
orang jang di Lioe sie Wan telah mentjelakai It-tjie sin-mo.
Aku tidak mau berbuat keterlaluan, suka aku memberi ampun
kepada djiwa kamu berdua."
Goat Go bertambah gusar. "Kau mau tjari orang itu, bukankah?" ia kata, menantang.
"Baik ! Kau menangkan dulu tjambuk ditanganku, baru
nonamu suka memberitahukan"
Kata-kata ini ditutup dengan gerakan tangan hingga udjung
tjambuk menjambar pundak si orang bermuka bengis itu.
"Nona tjilik, kau tjari mampusmu" tertawa Tjhong-sie Koaysioe.
Ia lantas mengangkat tangannja jang besar dan lebar,
untuk menangkap tjambuk. Akan tetapi aneh, tjambuk itu dia
lolos dari sambaran, lalu kembali menjamber, kepundak djuga.
Tjhong-sie Koay-sioe mendjadi heran. Mau atau tidak. la
berkelit, sembari berkelit itu, tangannja menjamber pula. Tapi
lagi-lagi udjung tjambuk lolos, sekarang udjung itu menjambar
kekepala. Bukan main hera nnja Tjhong-sie Koay-sioe. inilah ia tidak
sangka sama sekali. Ia tidak mengerti kenapa ia gagal
menangkap tjambuk itu. 213 Djuga im-yang siang-kiam mendjadi heran. Mereka sudah
berpengalaman tetapi belum pernah mereka menemukan ilmu
silat tjambuk jang lintjah itu.
Tjhong-sie mendjadi penasaran, habis berkelit, ia
merangsak. kedua tangannja diadjukan setjara tjepat. Dengan
mendesak begini, dua kali ia berhasil menangkap tjambuk si
nona, akan tetapi untuk kesekian kalinja, terus-menerus ia
membuatnja lolos pula. Bukan main malunja djago ini. Bukankah disitu ada Imyang
siang-kiam" Maka ia merangsak pula .
Sekarang ini Goat Go tak dapat berlaku lintjah lagi seperti
semula. Ia merasakan sambaran-sambaran hawa dingin, jang
membuatnja kurang leluasa bergerak. Dengan terpaksa ia
terdesak mundur, tindakannja tidak wadjar lagi.
Serangannja Tjhong-sie Koay-sioe itu jalah serangan Touwkoet
Han-hong-tjiang. Itulah hawa dingin, jang dapat meresap
ke tulang-tulang. Maka kagetlah Goat Go. ia lantas mengguna
i akal, j a la h ia menj erang dengan sekalian melepaskan
tjekalannja, hingga tjambuknja meluntjur kepada lawannja.
Tjhong-sie terkedjut. Tentu sekali ia tidak dapat
membiarkan matanja dibikin buta udjung tjambuk. Maka ia
menj ambar. Kali ini ia berhasil. Terus tjambuk itu dilempar ke
samping. Dilainpihak, serangannja itu tidak ia tunda. Ia
mendesak terus. Ia hanja merasa heran untuk ketangguhan si
nona. Belum pernah ia menemui la wan jang sanggup
bertahan lebih dari sepuluh djurus untuk runtunan
serangannja jang berhawa dingin itu akibat ilmu silatnja itu:
Touw-koet Han-hong-tjiang, pukulan Tangan Dingin ia pasti
sekali tidak ketahui, setelah mendapat pimpinan In Gak.
sekalipun waktunja singkat, nona Tjioe telah memperoleh
kemadjuan pesat. 214 Habis melepaskan tjambuknja, hal mana membuat Tjhongsie
Koay-sioe berajal djuga sedikit karena dia mesti
menangkap tjambuk dan melemparnja Goat Go terus bersilat
dengan tindakan Kioe-kiong Tjeng-hoan fm-yang-pou, jang
baru sadja ia peladjarkan, sedang tangannja memainkan
gerak-gerakan Pat-kioe Leng-long Tjioe- hoat, djuga
peladjaran baru. Perlawanan ini membikin Tjhong-sie bertambah heran,
terutama sebab ia telah perhebat serangannja. Biasanja,
lawan bagaimana tangguh djuga, dalam djarak sepuluh
tombak. sukar lolos daripukulannja Tangan Dingin itu. Untuk
menjerang si nona, ia baru meng gunai lima bagian tenaganja,
toh ia heran sekali. setiap bakal kena diserang, tubuh si nona
berkelit lintjah, lalu bebas si nona bergerak ke kiri atau kanan,
atau sebaliknja, atau mendadak dia berada dibelakangnja,
setiap ada ketikanja, dia membalas menjerang, antaranja
dengan totokan. Atau tangannja berniat ditangkap si nona
saking tjepat bergeraknja nona ini, ia merasakan matanja
kabur. Pernah ia totok pundaknja, lantas ia merasakan pundak
itu sesemutan. Ia tangguh, ia tidak dapat ditotok sampai
roboh. Lian Tjoe menonton kawannja bertempur itu, mulanja ia
berkuatir djuga, lalu kemudian dapat ia menetapkan hati.
Diam-diam ia bersjukur kepada In Gak. jang telah memberikan
peladjaran pada mereka, hingga sekarang Goat Go mendjadi
liehay. Disamping itu, sering-sering ia melirik kepada im-yang
siang-kiam. ia mendapati air muka orang menundjuki roman
kaget dan heran, mungkin berkuatir. Karena ini, kemudian ia
lompat ke depan mereka itu, sembari tertawa ia kata: "Imyang
siang-kiam dari Hoa san sangat kesohor, bagaimana
djikalau nonamu beladjar kenal dengan kamu?"
Air mukanja It Hoei Toodjin berubah.
"Djikalau nona ingin beladjar kenal, hunuslah pedangmu"
sahutnja heran. ia mendongkol untuk kedjumawaan si nona,
215 jang terang sangat memandang tak mata kepadanja. Ia pun
lantas menghunus pedangnja, ketika ia mengibas, pedang itu
mengeluarkan sinar berkelebatan.
Lian Tjoe mundur tiga tindak. Ia tertawa pula.
"Katanja Im- yang siang-kiam biasa madju berdua, tak
pernah terdengar madjunja sendirian sadja. Mungkinkah
tootiang berdua tidak sudi memberikan pengadjaran
kepadaku?" ia tania.
Itulah edjekan. It sioe mendjadi mendongkol, maka ia pun
menghunus pedangnja. "It Hoei, mari kita bekuk budak ini" katanja sengit. ia terus
mendamprat nona itu. "Belum tentu" kata si nona tertawa mengedjek. pedangnja
siap-sedia ditangannja. "Kamu madjulah, Apakah kamu
menghendaki nonamu mengalah tiga djurus?"
Tak dapat Im- yang siang Kiam menahan hatinja,
berbareng mereka lompat madju untuk terus menjerang,
masing-masing dikiri dan kanan.
Lian Tjoe tertawa. Ia bertindak dengan Kioe-kiong Tjenghoan
Im-yang-pou seperti Goat Go, maka sekedjab sadja, ia
sudah bebas dari serangan pedang dari sepasang lawannja
itu, menj usul mana, ia membalas menjerang dengan tipu silat
Liong-yauw-ie-yan, atau Naga berlompat di kedungnja.
Pedangnja itu menjambar dari bawah keatas, dengan berani ia
membentur kedua pedang lawan, hingga sendjata kedua pihak
beradu keras dan njaring suaranja.
It Hoei dan It Sioe terkedjut. Bentrokan itu membikin
pedang mereka hampir terlepas dari tjekatan, mereka pun
sampai mundur setindak LianTioe pun heran berbareng girang. Ia menggunai satu
djurus dari Pat-kioe Leng-long Tjioe- hoat, ia tidak sangka
akibatnja demikian rupa. oleh karena ini, dalam gembiranja
karena mendapat hati, ia lantas mengulangi s erangannja,
mendesak dengan tiga serangan berantai.
216 Hati Im-yang siang-kiam berdebar. Mereka tersohor
terutama untuk ilmu silatnja pedang bersatu-padu, djarang
mereka memperoleh tandingan, tetapi sekarang mereka kena
dibikin repot oleh seorang nona tidak dikenal. Dari heran,
mereka djadi gusar. Dengan satu isj a rat, mereka madju
serentak. untuk memetjah desakan, buat mereka berbalik
merangsak. Lian Tjoe tabah hatinja. fa tidak mau mengasikan dirinja
kena didesak. Kembali seperti Goat Go, ia menundjuk
kelintjahannja. Ia selalu berkelit dari pelbagai tikaman dahsjat
dari kedua imam, ia djuga saban-saban membalas menikam
atau menotok. Ketika itu, dengan lewatnja sang tempo, TanBoen Han dan
Ouw Thian Seng, djuga kedua tetamunja, tanpa ketahuan,
telah ada jang menolongi, hingga mereka bebas dari totokan,
setelah mana, mereka berdiri menonton sepuluh tombak diluar
kalangan pertempuran. Dirombongan pertama, Tjhong-sie Koay-sioe telah
menghabiskan puluhan djurus, belum djuga ia memperoleh
kemenangan. Ia heran bukan main. Belum pernah ia
menghadapi lawan begini litjin. Ia malu sendirinja sebab
sebagai seorang kenamaan, ia mesti melajani si nona
demikian lama. Djangan kata tubuhnja, udjung badju si nona
djuga tak pernah disentuh sekalipun satu kali. Kumis dan
berewoknja, mendjadi bangun berdiri saking murkanja. Telah
ia gunakan seluruhnja Touw-koet Han-hong-tjiang, hingga
kalau ia berada dekat pohon, ia membikin tjabang-tjabangnja
pada patah. Masih Goat Go mengandalkan Kioe-kiong Tjeng-hoan Imyangpou, senantiasa ia membebaskan diri dari setiap
serangan djago tua itu, tjuma lama-lama ia mendjadi
bermandikan keringat. Inilah disebabkan kepandaiannja itu
baru sadja didapatkan, latihannja belum berarti.
217 Djuga Lian Tjoe bertjatjad pada latihannja, tjuma ia
menang sedikit daripada Nona Tjioe, sebab ia mempunjai
tenaga dalam lebih mahir, dengan begitu ia dapat bertahan,
terlebih lama. Sesudah pertempuran dua rombongan itu berdjalan sekian
lama sekonjong-konjong terdengar siulan aneh dari atas
sebuah pohon besar diarah barat gelanggang itu. Djernih dan
pandjang siulan itu. Menjusul itu maka berkelebatlah satu
bajangan orang, berkelebat menghampirkan mereka.
Tiga-tiga Tjhong-sie Koay-sioe dan Im- yang siang-kiam
terperandjat. Hanja dengan mendengar sadja siulan itu,
mereka sudah mengetahui liehaynja tenaga dalam dari orang
itu. Terpaksa mereka berlompat ke luar kalangan, untuk
mengawasi orang itu. Lantas mereka mendjadi kaget. Didepan
mereka berdiri seorang dengan pakaian hitam jang mukanja
putjat-pasi seperti muka majat, sedang dari leher ke bawah,
warna kulitnja itu lain. Tak dapat dipastikan orang
mengenakan topeng atau bukan. Jang terang jalah disamping
roman menakuti, kedua mata majat hidup itu sangat tadjam
dan berpengaruh. Sebaliknja adalah kedua nona2 apabila mereka melihat
muntjulnja si majat hidup. sebaliknja daripada takut, mereka
saling bersenjum. Mereka mengundurkan diri ke dekat
TanBoen Han beramai, dengan matanja masing-masing,
mereka mengawasi majat hidup itu, jalah In Gak. jang mereka
kenal sebagai Gan Gak. Sebenarnja In Gak sampai disitu disaat Goat Go mulai
menempur Tjhong-sie Koay-sioe, tetapi ia ingin menjaksikan
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perlawanan si nona, maka ia menjembunjikan diri.
Demikian ia melihat Nona Tjioe menggunai dengan baik
sekali ilmu silat adjarannja, hingga dia membuatnja si djago
tua mendjadi gusar sekali. Ia girang. setelah itu, ia menolongi
218 Tan Boen Han, berempat, jang ia totok bebas dengan ilmu
totok dari djauh, jang bernama Leng-khong Kay-hoat,
pembebasan Kumpul di Udara.
Empat orang itu heran atas kebebasan mereka, sebab
pertjobaan mereka sendiri sia-sia belaka. Karena mereka tidak
memperoleh djawabannja, terpaksa mereka lantas berdiri
menonton. Tjie Ekpun heran hingga dia terbengong sadja.
Kemudian In Gak menjaksikan djuga perlawanannja Lian
Tjoe. Ia pun girang. Ia kagum terhadap kedua nona itu, jang
bisa beladjar demikian tjepat. Adalah kemudian, sesudah
melihat nona-nona itu letih, ia mengasi dengar siulannja
seraja ia lompat turun dari tempatnjas embunji.
"Bukankah tuan jang tadi malam melukai adik seperguruan
kami, It-tjie sin-mo Louw Goan Tong?" tanja Im-yang siangkiam
berbareng. "Bukankah adik kami itu tidak bermusuhan
dengan tuan, kenapa tuan demikian telengas telah lantas
membuatnja bertjatjad seumur hidupnja" Kenapa kah?"
"Hm.." djawabnja In Gak. "Adikmu itu kesohor djahat
diseluruh djagat, aku mewakilkan Thian mendjalankan
keadilan, apakah salahnja" Bahwa djiwanja masih ditinggal
hidup, tandanja aku masih memandang terhadapnja Kenapa
kamu berdua hendak membelai dia?"
It Hoei dan It sioe tidak mendjawab, sebaliknja dengan
mendadak mereka lompat menj erang. Inilah sebab mereka
telah mendapat dengar dari Tjin Lok bahwa musuh merekapun
sangat liehay. Mereka pun menggunai ilmu silat mereka jang
bernama To-hoan Im- yang Ngo-heng-kiam, atau ilmu pedang
Im- yang dan Ngo-heng jang djungkir- balik,
Ilmu pedang ini beragam, serangan benar-benar dapat
berupa djadi gertakan atau sebaliknja, atau jang satu
menjusuli jang lain. Dengan ilmu pedangnja ini, entah berapa
djago pernah mereka robohkan.
219 In Gak melihat bagaimana ilmu pedang kedua lawan itu
tidak memakai aturan tertentu, ia melajani dengan tindakan
Hian-thian Tjit-seng-pou, maka sekedjab sadja, ia lolos dari
kepungan. Ia berkata njaring: "Sungguh hebat Im- yang
siang-kiam jang kenamaan, belum apa-apa sudah lantas
mendesak lawan, Apakah ini dia kepandaian istimewa dari
kamu kaum Hoa san Pay?"
Kedua imam itu merah mukanja. Mereka heran orang dapat
lolos demikian litjin- "Boe-liang-sioe-hoed" It Hoei memudji. "Karena ingin
menjaksikan kepandaian tuan, maka kita sengadja lantas
mengepung" "Kalau demikian, silahkan tuan menghunus sendjatamu" Ia
menantang. In Gak tertawa. "Sudah banjak tahun aku tidak menggunai lagi sendjata,
baiklah aku melajani kamu bermain-main dengan tangan
kosong" ia mend jawab.
Mendapatkan djawaban itu, bukan melainkan Im-yang
siang-kiam, djuga Tjhong-sie Koay-sioe mendjadi heran,
hingga dia mengawasi dengan mata mentjorong. Im-yang
siang-kiam tidak berlaku ajal lagi, keduanja lantas madju
menjerang. In Gak djuga tidak menahan harga pula, kembali ia
bertindak dengan Hian-thian Tjit-seng-pou. Ia senang
menggunai ilmu kelintjahan ini sebab tadi ia girang
menjaksikan Lian Tjoe dan Goat Go menggunainja setjara
baik. Ia tidak mau sembarang memperlihatkan ilmu silat
ajahnja, dari itu ia menggunai djurus-djurus dari Bie-lek sinkang
dan Hian-wan sip-pat-kay.
It Hoei dan It sioe lantas berkelahi dengan heran dan hati
gentar. sia-sia belaka mereka mentjoba menikam atau
membatjok lawannja, si lawan selalu terlolos setjara diluar
220 dugaan. In Gak sebaliknja, beberapa kali ia bersuara "Hm"
dan bersenjum. Dalam belasan djurus, jang berdjalan dengan tjepat, tidak
sekali djuga Im-yang siang-kiam berhasil menjentuh tubuh
lawan, maka setelah itu, mereka mengubah siasat, dari
menjerang, mereka membela diri. Mendjadi tjiut sendirinja
hati mereka. Sesudah melajani sekian lama, hingga ia mengerti baik
tjara bersilat musuh-musuhnja, setjara tiba-tiba In Gak
tertawa pandjang dan tangannja dikibaskan sebat sekali. Atas
itu terdengar dua kali djeritan kesakitan, lalu tubuh Im-yang
siang-kiam mental mundur beberapa tombak. kemudian
terlihat dengan tangan kiri mereka memegangi lengan mereka
jang kanan, muka mereka putjat-pias, peluh mereka
mengutjur. sebaliknja ditangan In Gak tertampak dua batang
pedang, jang berkilau ditjahaja matahari pagi.
It Hoei dan it sioe tahu-tahu merasa tangan mereka
disambar, lalu disempar hingga tubuh mereka terlempar dan
pedang mereka terlepas. Mereka tidak tahu jang In Gak sudah
mengguna i djurus Djit-goat-djip-hoay, atau Matahari dan
rembulan terpeluk-terangkul, suatu djurus lain dari Hian-wan
sip-pat-kay. Djuga Tjhong-sie Koay-sioejang liehay tidak dapat melihat
kesebatannja si majat hidup, Ia tjuma merasa heran bukan
main. Im- yang siang-kiam kena ditotok djalan darahnja keng-kie,
lantas kedua tangannja kaku dan tenaganja lenjap. tak dapat
mereka bertindak, asal mereka bergerak, terasa tulang-tulang
mereka ngilu hingga ke ulu- hati dan napas mereka sesak.
Lian Tjoe dan Goat Go saling mengawasi, mata mereka
dibuka lebar, saking heran dan kagum. Benar-benar, belum
pernah mereka menjaksikan ilmu silat demikian liehay. Dari
heran dan kagum, mereka mendjadi girang sekali.
221 In Gak lantas menggapai pada TanBoen Han dan memberi
kisikan, jalah untuk minta kawan ini pergi pada Tjioe Wie Seng
ditetarap timur, agar Wie Seng tidak meninggalkan tempat,
sebab disini ada ia bertiga kedua nona. Boen Han menurut, ia
berlalu dengan tjepat. Kemudian pemuda kita mengawasi Imyang
siang-kiam, ia tertawa, tangannja tetap memegangi
gedang orang. "Begini sadja Im-yang siang-kiam, jang datang kemari
dengan banjak lagak" katanja. sembari berkata, ia
mengerahkan tangannja, mematahkan kedua pedang
mendjadi empat potong dan dibuang.
"Siluman tua" ia kata pada Tjhong-sie Koay-sioe, jang ia
awasi dengan tadjam, "Kau mendjadi kepala dari sip-sam-sia,
dalam Rimba Persilatan kau ternama baik, mengapa sekarang
kau membawa tingkah- laku kurtjatji, mirip dengan kawanan
tikus jang tak tahu malu?" lalu suaranja diperkeras: "Kenapa
pagi hari begini kau menjerbu kemari dan main melukakan
orang" Apakah maksudmu" Lekas kau bitjara"
Kata-kata itu tadjam dan menjakiti telinga, Tjhong-sie
Koay-sioe ternama dan djumawa, bisa dimengerti ia mendjadi
mendongkol. Ketika ia mendengar Tjin Lok memudji musuh, ia
tidakpertjaja, ia mengira Tjin Lok djeri dan kapok. ia
penasaran, maka sengadja fm-yang siang-kiam datang
menjerbu diwaktupagi. Dengan gampang telah melewati
pelbagai pendjagaan, sampai mereka dirintangi kedua nona
dan sekarang oleh ini si majat hidup, jang kepandaiannja ia
saksikan sendiri Baru sekarang ia gentar hati. Ia paksakan diri
berlaku sabar, matanja memperlihatkan sinar litjik,
"Tuan, kau begini muda tetapi kau sudah liehay sekali, kau
harus dikagumi" ia kata sambil tertawa dingin." Aku mohon
tanja, siapakah gurumu" Mungkin dialah sahabatku dahulu
hari" 222 In Gak tertawa lebar. "Siluman sebagai kau ingin berendeng dengan guruku"
Hm" ia mengedjek. "Sudahlah, djangan bitjara tentang
persahabatan dengan aku Kau tidak berderadjat Bukankah kau
telah mentjari aku" Nah sekarang aku berdiri didepanmu Kau
mau turun tangan atau tidak, tinggal kau bilang sadja"
Sepasang alisnja Tjhong-sie terbangun.
"Botjah, kau tidak tahu langit tinggi dan bumi tebal"
dampratnja. "Baru berkepandaian begini sadja kau sudah
berani bertingkah" Baiklah kau mengangkat kaki siang-siang,
masih ada waktu untuk kau nanti mentjoba mengangkat
namamu" In Gak tertawa pula. "Siluman tua, kaupunja muka atau tidak?" ia tanja, tadjam.
"Tak sudi aku mendengar kata-katamu ini Kabarnja Touw-koet
Han-hong-tjiang milikmu liehay sekali, sekarang kau boleh
tjoba itu Kita nanti lihat, kabar itu benar atau palsu"
Habislah kesabarannja Tjhong-sie Koay-sioe.
"Botjah, kau tidak tahu gelagat" teriaknja, dan terus
dengan kedua tangannja, ia menjerang dengan pukulan hawa
dinginnja jang dapat merembas ketulang-tulang. ia telah
mengerahkan tenaga sepenuhnja. Katanja hawa dingin itu,
setelah meresap kedjantung dan tak dapat obat, dalam tudjuh
hari akan merampas djiwa kurbannja. Inilah jang membuat
nama, jang membikin orang djeri.
In Gak ketahui baik siapa djago dari gunung Tengri ini,
sebab gurunja pernah memberitahukan bahwa dia kedjam
sekali, maka itu, ia ingin menjingkirkannja, djadi kebetulan
sekali, disini mereka berhadapan muka. Dari Lian Tjoepun ia
mendapat tahu, orang jalah tertua dari sip-sam-sia, si
tigabelas sesat. Maka atas datangnja serangan, ia menangkis
dengan Bie-lek sin-kang. Untuknja, ilmusilatnja ini dapat
digunai sembarang waktu. Dengan kedua tangannja, ia
menggunai djurus Liok-hap sie-mie, djurus jang kedua belas.
223 Begitu kedua pihak bentrok. begitu Tjhong-sie mengasi
dengar suara tertahan, begitu
lekas djuga tubuhnja mental enam tombak, kedua
tangannja patah, tjuma tersambung kulitnja, darahnja
mengutjur disatu tempat. Dia mempertahankan diri dengan
tubuh menggigil, dengan tadjam dia mengawasi f n Gak.
setelah mana, dia memutar tubuh, untuk berlompat pergi.
"Kau ingin kabur?" In Gak membentak. terus tubuhnja
mentjelat menjusul, ketika ia sudah dapat menjandak. tangan
kirinja menghadjar kebatok kepala, menepuk djalan darah
giok-tjim. Tjhong-sie tidak berdaja, tak dapat dia menangkis, tak
keburu dia berkelit, begitu tertepuk kepalanja pusing,
tubuhnja terputar, terus dia roboh ditanah.
In Gak menepuk tangan, lantas ia menggapai kearah kedua
nona kawannja. sembari tertawa kegirangan, Lian Tjoe dan
Goat Go lari menghampirkan.
"Tolong kamu menitahkan orang menggotong mereka
bertiga kebawah panggung," I n Gak berkata, dan terus
memesan. sebab ia tidak mau memperlihatkan diri, ingin ia
kembali kekamarnja untuk menjalin pakaian dulu.
"Kemana tadi kau bertiga?" Lian Tjoe menjesali alaman.
"Kalau kau tidak keburu sampai, mungkin majat kita sudah
menggeletak ditaman ini" Apakah kau sengadja senang
melihat kita roboh?"
In Gak mengganda tertawa.
"Nona-nona jang baik, djikalau aku tidak sembunji diatas
pohon itu, mana aku dapat kesempatan untuk menjaksikan
ilmu silat kamu jang indah sekali?" ia kata. Kau tahu kenapa
aku tidak dapat lantas datang kemari?"
Kedua nona itu mengawasi, ingin mereka mendapatkan
keterangan. 224 Sebenarnja ketika tadi In Gak memburu paling dulu, ia
lantas melihat dua bajangan orang melintas kearah lauwteng
Pek Tjim Kok. segera ia menduga pendjahat hendak mentjuri
kedua pedang Kie Koat danTjeng Hong. ia heran kenapa
orang djahat ketahui pedang itu disimpan dibawah tangga
lauwteng itu, sedang jang tahu tjuma beberapa orang dalam.
Karena ketjurigaan itu, ia lantas menguntit mereka.
Dimuka tangga Pek Tjim Kok. kedua bajangan itu berhenti,
untuk melihat kesekitarnja.
"Lao-djie, lekas kau bekerdja" berkata jang satu kepada
kawannja, suaranja perlahan. "Aku rasa sekarang ini semua
orang djaga musuh telah dirobohkan Tjhong-sie Koay-sioe dan
Im-yang siang-kiam. Kalau kita terlambat, dikuatir mereka
jang didepan keburu mendapat tahu."
Atas itu, orang jang dipanggil Lao-djie itu lantas
mengeluarkan goloknja, ia djongkok didepan undakan tangga,
untuk menjongkel, sedang kawannja, dengan golok ditangan
memasang mata. Tahulah In Gak bahwa orang ketahui tempat simpan
pedang itu disebabkan ada musuh jang bersembunji diri, jang
bertjampuran dengan orang dalam. Ia tidak mau berajal lagi,
ia mematahkan tjabang pohon didekatnja, lantas ia
menimpuk. si Lao-djie terkedjut, dia berlompat. Goloknja djatuh
ketanah hingga bersuara njaring.
sang kawan pun kaget. "Eh, Lao-djie, kau kenapa kah?" tegurnja.
"Setahu kenapa, mendadak lengan kananku kaku," sahut
kawan itu, si Lao-djie. "Tahu-tahu aku berlompat sendiri"
"Mungkin karena kau djeri" kata kawan itu,"Kita berdua
pernah menempuh badai dan gelombang, kita tidak takut apa
djuga dan Tjioe-kee-tjhung ini buka nnj a kedung naga atau
225 guha harimau, apa jang mesti ditakuti" Pula kita terlindung
Tjhong-sie Lootjianpwee Hajo, lekas bekerdja"
In Gak dapat mendengar kata-kata orang itu, ia segera
berlompat kebelakang dia itu, tangannja menekan kepundak.
Dia terkejut, dia memutar tubuh, mulutnja menegur: "Siapa?"
Baru dia berkata begitu, mendadak tubuhnja roboh
Si Lao-djie terperandjat, apa pula kapan ia telah melihat
orang adalah si orang luar biasa, jang tadi malam muntjul di
Lioe sie Wan, saking takutnja, tanpa berpikir lagi, ia lompat
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kesamping, berniat menjingkir kerumpun pepohonan. Ia
sebat, ia masih kalah dari si anak muda, jang mendahului
menotok padanja, maka dengan merasakan sakit sekali, dia
roboh terguling. In Gak lompat menghampirkan, untuk menepuk bebas
djalan darahnja. "Sahabat, aku tahu kamulah orang pemerintahan belaka"
katanja tertawa, "kamu tidak merdeka, maka itu tidak aku
membikin kamu susah asal kamu menjebutkan kenapa kamu
ketahui pedang disembunj ikan disini, dan siapa itu jang
membuka rahasia." Lao-djie takut."Kami diperintahkan Hoe-paytjoe Tjin Lok,"
ia menjahut. "Tentang orang jang memberikan kisikan itu, aku
tidak tahu dia siapa, tetapi menurut keterangan dialah Khiong
Thian Yoe, seorang bertubuh kate dan kurus jang matanja
tadjam bersinar kekuning-kuningan. Aku telah bitjara, tuan,
maka tolong kau berlaku murah hati."
Jilid 3.2. Menantu Keluarga Tjioe & Tio sekaligus
"Kamu telah bitjara, tidak nanti aku membikin susah pada
kamu," sahut In Gak tertawa, hanja untuk dua hari ini,
terpaksa aku mesti menahan dulu kepada kamu, nanti aku
memerdekakannja ". 226 Habis berkata, In Gak menotokpula, maka dua orang itu
lantas rebah bagaikan majat. setelah itu ia mengambil kedua
pedang, untuk disembunjikan dilain tempat. Habis ini, ia
memeriksa kelilingan, untuk menotok sadar orang-orang djaga
jang dirobohkan musuh. sesudah memulangi Tjie Ek semua,
baru ia pergi menjaksikan perlawanan Goat Go dan Lian Tjoe
terhadap Tjhong-sie Koay-sioe bertiga serta menjadarkan
TanBoen Han berempat. ia baru mengasi lihat dirinja ketika
tiba saatnja menolongi kedua nona.
"Sekarang, nona Tjioe," kata I n Gak perlahan, "Lekas kau
kembali ketetarap timur, kau minta ajahmu melihat Leng-hoeitjie
Khiong Thian Yoe, dia masih ada atau tidak. kalau ada,
lekas bekuk dia. Kau sendiri, Nona Tio, kau tunggu sebentar,
sampai Tjhong-sie Koay-sioe bertiga telah dibawa kebawah
panggung, Disana kau lihat, pihak musuh dapat melihat
selatan atau tidak.Jang penting jalah memesan mereka jang
melihat aku, agar mereka djangan membuka rahasia.
sekarang aku ingin balik dulu kekamarku untuk menukar
pakaian, sebentar kita bertemu pula."
Begitu dia selesai berkata, begitu In Gak pergi, tjepat
lenjapnja dia. Goat Go menurut, ia lantas pergi kedepan. Pertandingan
diatas loeitay masih belum dimulai tetapi para tetamu sudah
memenuhi kedua tetarap. suara mereka bagaikan suara
njamuk berisiknja. Ia lantas menghampirkan To Tjiok sam,
jang berkumpul bersama ajahnja dan lainnja, ia mengisiki
djago tua itu. "Ah, kiranja binatang itu" kata Tjiok sam, alisnja berdiri,
terus dia berlompat. Leng-hoei-tjie Khiong Thian Yoe, si Tikus Terbang,
mendjadi murid generasi ketiga dari Hoa san Pay. Dia sangat
gesit, maka itu tepat dia mendjadi pentjuri. Baru beberapa
tahun jang lalu dia masuk dalam kawanan Bendera Kuning.
Tapi sekarang ini dia berdiam di Tjioe-kee-tjhung dengan
227 nama paisu, sebagai Ong Yoe dari Ngo Bie Pay. Ia dagang,
katanja, tjuma bermaksud menjaksikan orang-orang gagah.
Tapi diam-diam ia membuat penjelidikan mengenai gera kgerik
pihak Tjioe-kee-tjhung. Kebetulan sekali ia dapat
mempergoki Tjioe Wie seng memendam pedang, maka hampir
djam dua, dia pulang ke Lioe sie Wan memberi kisikan pada
Tjin Lok, dari itu Tjin Lok segera menugaskan Lao-djie berdua
pergi mentjuri pedang itu. Ia tjerdik dan bermata tadjam, ia
melihat muntjulnja Goat Go tergesa-gesa, ia djadi bertjuriga,
maka begitu Tjiok sam bergerak. la djuga bergerak. berniat
menjingkir. Ia si Tikus Terbang, ia kalah dari si Naga Mega,
maka sebelum bisa molos, tubuhnja telah lantas kena
disambar, terus dibawa balik kedepan Tjioe Wie seng, untuk
dilemparkan. Mukanja Tjin Lok mendjadi putjat. Dibekuknja Kh iong
Thian Yoe itu mesti berarti gagalnja usaha mentjuri pedang,
bahwa rahasia telah terbuka. Tapi ia menabahkan hati,
beberapa kali ia bersuara: "Hm..Hm?"
Tidak lama muntullah Tio Lian Tioe, ^ang wad^ahnia
berseri-seri, dibelakangnia
mengikut tiga tjhungteng jang masing2 menggendong
Tjhong-sie Koay-sioe dan Im-yang Siang-kiam, jang tubuhnja
lemas, hingga mereka bertiga dapat diletaki berbaris dengan
Khiong Thian Yoe. Mata mereka itu berempat terpentang
lebar, mulut mereka ternganga, dari mulutnia keluar ilar,
tubuh mereka tak berkutik. Ditetarap barat semua orang
kaget, sirap suara berisik mereka.
Tjioe Wie Seng berbangkit, untuk bertindak ketengah batas
antara kedua tetarap. Ia berwadjah muram, ia mengangkat
kedua tangannja, memberi hormat kepada semua hadirin.
Ketika ia bitjara, suaranja perlahan:" Aku si orang she Tjioe
mengadakan loeitay ini untuk mentjari persahabatan, untuk
merekoki djodoh anakku, maka sajang sekali pihak Oey Kie
Pay telah menganggu kami sedjak beberapa hari jang lalu,
228 sama sekali mereka tidak menghormati aturan kaum Kangouw.
Tentu sekali sulit untuk pihakku ber-djaga2 dari akalmuslihat
itu. Maka itu sekarang, selagi semua rekan Rimba
Persilatan hadir disini, aku mohon sukalah saudara2 mendjadi
saksinja. Aku ingin ketahui apa kata pihak Oey KiePay?"
Setelah berbitjara, Wie Seng pun menitahkan orangnja
membuka Tjie Ek dan semua orang tawanan lainnja, untuk
dikumpulkan didekat Tjhong-sie Koay-sioe berempat, ia sendiri
terus mengawasi tadjam kearah orang-orang Oey Kie Pay
ditetarap barat itu. Tiin Lok bingung bukan main. Terang ia pihak jang
bersalah. Ia pun tidak mengerti kenapa Tjhong-sie Koay-sioe
dan im- yang siang-kiam, jang demikian liehay, kena terbekuk
djuga oleh musuh. Bagaimana kalau sebentar muntjul Tiie Ek
semua" Karena sangsinja, ia berdiam sadja. Tapi tak lama, ia
berlompat keluar dari tetarap. ia menghampirkan Wie Seng,
untuk menuding dan berkata keras: "Memang, itu memang
perbuatan kami kaum Oey Kie Pay Tapi ini disebabkan
kelitjikanmu Kenapa kau menggunai akal litjin" Sien Tongtjoe
kami melamar puterimu, telah beberapa kali kami mengirim
wakil, apakah itu merendahkan kamu" Kenapa kau selalu
menampik" sudah begitu, kenapa sekarang kau membangun
loeitay ini" Bukankah itu berarti kau hendak mempersulit
kami" Bukankah itu berarti penghinaan terhadap Oey Kie Pay"
Kenapa kau mengadakan peraturan demikian sukarnja itu
pertandingan mesti dimenangkan hingga sepuluh kali" Kau
tidak adil, maka djangan kau persalahkan kami"
"Oh, begitu?" kata Wie Sseng." Menurut kau, Tjin Paytjoe,
mendjadi akulah jang tidak adil sekarang ingin aku menanja,
bagaimana aku mesti berbuat baru dinamakan adil" Aku
mentjutji telingaku untuk mendengar dengan hormat
pendjelasanmu ". Ditanja begitu, Tjin Lok berdiam. Tidak
dapat ia segera mendjawab.
229 Melihat orang berdiam sadja, Tjioe Wie Seng kata bengis:
"Tjin Pa ytjoe, djikalau kau tidak dapat memberi pendjelasan,
hari ini djangan kau harap dapat keluar dari Tjioe-kee-tjhung"
Ketika itu beberapa tjhungteng jang diperintah telah
kembali dengan menggotong belasan orang Oey Kie Pay,
dengan bergelutukan mereka diletaki ditanah berdampingan
dengan Tjhong-sie Koay-sioe bertiga. Tjuma Tjie Ek seorang
jang dapat berdjalan. Tiin Lok berkuatir dan mendongkol bukan main. Dia
berseru: "Segala Tiioe-kee-tjhung, jang sebesar peluruh,
dapat menahan aku si orang she Tjin" Wie seng tidak gusar, ia
sebaliknja bersenjum. "Djikalau kau tidak pertjaja, kau lihat
sadja katanja." Ketika itu dari tetarap barat muntjul satu orang bermuka
tampan, punggungnja menggendol pedang, pakaiannja putih
dansingsat, romannja gagah, tjuma kedua matanja bersinar
tadjam dan djahat. Dia menghadapi Wie Seng untuk mendjura
dalam, terus dia kata: "Dalam urusan ini jang bersalah jalah
partai kami, mau dibuat menjesal pun sudah kasip. tetapi
karena dipihak Tjhungtjoe tidak ada kerugiannja, baiklah
Tjhungtjoe suka membikin habis sadja. Aku jang muda, Sien It
Beng, suka aku mentaati aturan bertanding diatas loeitay,
andaikata dalam sepuluh rintasan aku tidak memperoleh
kemenangan, nanti aku mengadjak kawan-kawanku berlalu
dari sini. Aku berdjandji untuk selama- lamanja tidak
mengganggu lagi pada Tjioe-kee-tjhung Bagaimana pendapat
Tjhungtjoe?" Twie-seng Tek-goat tidak menjangka Sien It Beng bakal
berkata-kata demikian, hingga ia djadi mesti berpikir.
"Oleh karena Sien Tongtjoe suka mengaku keliru, baiklah,
aku pun tidak sudi berlaku keterlaluan," sahutnja sesaat
kemudian "Tongtjoe, umpama kata kau tidak mempunjai
urusan, silahkan kau pergi lebih dulu. Tentang pertandingan,
230 baiklah itu tak usah dilakukan lagi. Tongtjoe tidak mempunjai
harapan untuk memperoleh kemenangan. Tentang orangorang
kaummu ini, biarlah mereka ditinggal lagi beberapa hari
disini, sampai Oe-boen Paytjoe datang sendiri kemari untuk
membereskan urusan kita, itu waktu pasti aku akan
merdekakan mereka." Sien It Beng berdiam, mukanja mendjadi merah. Ia serba
salah. Tjin Lok gusar, ia kata njaring. "Sien Laotee, buat apa kau
adu bitjara dengan ini iblis tua" Lihat sadja dia sanggup
menahan kami atau tidak?"
Tjioe Wie seng tertawa tergelak. dengan mata tadjam ia
menjapu hoe-pa ytjoe Oey Kie Pay itu, kemudian ia
menundjuk kepada tubuh Tjhong-sioe Koay-sioe dan im- yang
siang-kiam, terus ia menanja: "Apakah kaupertjaja dirimu
sanggup melawan menang mereka bertiga?"
Tjin Lok mendjadi putjat mukanja. seperti It Beng, ia
mendjadi berdiam sadja. Sjukur itu waktu datang seorang tjhungteng jang
mewartakan tibanja Oe-boen Loei, ketua dari Oey Kie Pay,
jang membuat kundjungan. Wie Seng heran. ia tidak menjangka ketua Oey Kie Pay itu
datang demikian tjepat. ia lantas memikir untuk mengambil
sikap. Dipihak Oey Kie Pay mereka itu girang sekali mengetahui
datangnja ketua mereka, lantas terdengar pula suara mereka
jang berisik. Segera djuga terlihat muntjulnja Oe-boen Loei, jang diiring
belasan orang partainja. Dia bermuka persegi dan besar
telinganja, hidungnja apa jang dikatakan hidung singa dan
mulut harimau, serta sepasang matanja sangat bengis. Dia
memelihara kumis pendek. Badjunjajalah badju
231 hitampandjang dilapis mantel merah tua jang gerombongan,
tindakannja pun lebar. Wie seng menjambut, sembari memberi hormat ia tertawa
dan kata: "Aku si orang she Tjioe tidak ketahui Oe-boen
Paytjoe datang, aku tidak dapat menjambut dari djauh-djauh,
haraplah aku dimaafkan"
Pat-pie Kim-kong Oe-boen Loei telah lantas melihat
bergeletaknja Tjhong-sie Koay-sioe beramai, air mukanja
berubah, tetapi dengan lekas ia bersenjum, ia berkata manis:"
Aku Oe-boen Loei, aku mendengar kabar Tjioe Tayhiap
merajakan hari ulang-tahun sudah selajaknja aku datang
untuk memberi selamat, akan tetapi urusan partaiku banjak
jang mesti diselesaikan, menjesal aku datang terlambat, maka
itu, aku mohon diberi maaf"
"Terima kasih, terima kasih," kata Wie Seng. "Sebenarnja
mengundang paytjoe pun aku tidak berani"
Oe-boen Loei tertawa, tapi mendadak ia mengerutkan alis,
matanja terus menatap Tjin Lok dan Sien It Beng, sembari
menundjuk orang-orangnja jang tidak berdaja, ia tanja:
"Apakah artinja semua ini, Sien Tongtjoe?"
Muka It Beng mendjadi putjat pula, sekian lama ia tak
dapat mendjawabi Wie seng tertawa dalam hatinja, dengan sabar ia berkata,
"Untuk menolongi orang" ia mendjawab: "Oe-boen Paytjoe,
silakan kau menanja Tjie Ek. nanti segala apa mendjadi djelas"
Ia pun menundjuk si radja pentjuri.
Tjepat bagaikan kilat, Oe-boen Loei menjambar tangan Tjie
Ek. Lekas bitjara ia menitah, bengis.
Itu waktu keadaan sipentjuri harus dikasihani. Ia telah
ditotok In Gak, benar ia sudah ditolongi To Tjiok sam, hingga
ia bisa berdjalan, akan tetapi tenaganja sudah habis, tak dapat
ia bertahan atas tjekalan bengis dari ketuanja itu. Tubuhnja
lantas bergemetaran keras. ia lantas sadja mendjelaskan
232 segala apa. Oe-boen Loei memandang bengis kepada Tjin Lok.
habis itu ia menghela napas.
"Tjioe Tayhiap." ia terus kata pada Wie Seng, "Menjesal,
semua kedjadian ini berada diluar tahuku, tetapi walaupun
demikian, aku nanti menggunai aturan perkumpulanku untuk
menghukum bengis pada mereka ini. Hanja mengenai.." Ia
berhenti sebentar, untuk mengawasti Tjhong-sie Koay-sioe
bertiga, baru ia menambahkan: "Mengenai mereka ini, dengan
memandang mukaku, aku harap kau suka mengidjinkan aku
membawa mereka pergi, untuk dimerdekakan. Hoa san Pay itu
bukan seperti Partai kami, jang dapat berlaku murah, maka itu
ingin aku memberitahukan bahwa selandjutnja baiklah tayhiap
berhati-hati untuk pembalasannja"
Wie seng tertawa lebar. "Oe-boen Paytjoe, aku si orang she Tjloe girang untuk
kedjudjuran kau ini" katanja. Ia lantas menundjuk pada
Tjhong-sie Koay-sioe semua, ia berkata: "Oe-boen Paytjoe
hendak mengurus mereka itu, baiklah, aku pun tidak akan
menarik pandjang lagi. Tentang Tjhong-sie Koay-sioe dan
orang-orang Hoa san Pay, apabila benar seperti kata paytjoe,
mereka hendak datang pula kemari, baiklah, pada waktunja,
aku nanti menjambutnja"
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Oe-boen Loei tertawa. "Djikalau tayhiap membilang demikian, baiklah, aku djadi
mirip si orang Kie jang menguatirkan langit roboh," katanja. Ia
lantas membungkuk untuk membebaskan totokan atas dirinja
Tjhong-sie Koay-sioe. Tapi djago itu ditotok In Gak menurut
peladjaran Hian-wan sip-pat-kay, tak berdaja ia
membebaskannja, hingga ia mendjadi heran. Ia kata dalam
hatinja: "Dalam ilmu totok. perjakinanku ada dari banjak
tahun, aku mengerti ilmu totok pelbagai partai diseluruh
negara ini, dapat aku menotok, dapat aku membebaskannja,
233 maka aneh sekarang ini, aku gagal Apakah disini ada menjelip
keratjunan?" Saking penasaran, ketua Oey Kie Pay mentjoba menolong
im- yang siang-kiam. Ia tetap gagal. Bahkan kedua imam itu
mendelik matanja, mengawasi ia dengan gusar sekali. Mereka
itu mengasi dengar suara tidak njata, rupanja saking sakit dan
mendongkol Mau atau tidak, dengan roman menanja, Oe-boen
Loei mengawasi Wie Seng. "Oe-boen Paytjoe," berkata tuan rumah, tertawa, "Mereka
ini semua telah ditotok seorang gagah jang aneh luar biasa
Kedjadian itu aku si orang she Tjioe tidak menjaksikan sendiri,
tjuma aku dengar, orang gagah aneh itu benar-benar luar
biasa. sajang aku tak bertemu dengannja, djikalau tidak. pasti
dapat aku mendjadi perantara untuk mengadakan pertemuan
diantara paytjoe dan dia"
"Apakah benar dia Lootjianpwee TjiaBoen jang katanja
telah muntjul pula dalam dunia Kang-ouw?" tanja Oe-boen
Loei. Ia menanja tetapi parasnja berubah guram. Wie Seng
menggeleng kepala, ia tertawa.
"Tjia Lootjianpwee seorang gagah, dia lagi mengurus
urusannja sendiri bekas dikerubuti orang banjak, mana dia
sempat membantu aku disini?" ia berkata. "Bukankah urusan
disini urusan remeh" Pula ini terang bukan perbuatanTjia
Lootjianpwee, karena biasanja ia bekerdja tanpa
meninggalkan sisa hidup. Menurut katanja Tjie Ek dari partai
paytjoe itu, orang itu masih berusia muda sekali."
Oe-boen Loei mentjoba menjabarkan diri, tetapi mendengar
perkataan Wie Seng ini, ia mendongkol bukan main. Kata ia
dalam hatinja: Djikalau dibelakang aku tidak dapat membikin
kau mampus tanpa tempat kuburanmu, aku sumpah sampai
mati djuga aku tidak mau sudah. Walaupun demikian, ia dapat
tertawa. 234 "Tjioe Tayhiap. kau memudji terlalu tinggi pada orang itu"
ia kata. "Aku tidakpertjaja bahwa kau belum pernah bertemu
dengannja" Wie seng hendak memberikan djawabannja atau Tjin Lok.
jang gusar bukan kepalang, mendahuluinja sambil berseru:
"Paytjoe, djanganlah pertjaja ini bangsat tua Tadi malam
orang aneh itu bersama-sama Hoei-in-tjioe Gouw Hong pioe
dan Pat- kwa-too The Kim Go serta itu dua nona, jang hadir
disini, telah datang ke Lioe sie Wan dimana mereka mengatjau
Mana bisa dia membilangnja tidak kenal?" Oe-boen Loei
memandang tuan rumah. "Tjioe Tayhiap." katanja,"Aku datang kemari untuk
menjudahi peristiwa, maka itu paling benar kau sebutlah siapa
orang itu?" Baru berhenti pertanjaan itu, belum lagi Wie Seng
memberikan djawabannja, dari tetarap timur terdengar suara
tertawa njaring disusul dengan mentjelatnja satu tubuh, jang
bagaikan bajangan turun didepannja ketua partai Bendera
Kuning itu. Saking herannja. Oe-boen Loei mundur dua tindak. setelah
itu ia mengawasi, hingga ia melihat seorang dengan kulit
muka seperti kulit majat berdiri didepannja laksana patung
batu. Biar ia gagah, ia toh terperandjat. Baru sedjenak
kemudian, ia tertawa dingin. "Kau siapa, tuan?" ia tanja.
"Benarkah semua orangku dirobohkan kau?"
Orang dengan muka seperti majat itu, seorang muda,
mengawasi tadjam. "Tidak salah" dia mendjawab, dingin. "Semua itu
perbuatanku Terhadap kawanan maling seperti tikus itu, jang
tidak tahu malu, sebenarnja aku sudah berlaku sungkan
Tentang namaku, kau tidak berderadjat untuk menanjanja"
Oe-boen Loei belum berumur empatpuluh tahun tetapi dia
telah membangun Oey Kie Pay, dia mengepalai anggautaTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
235 anggautanja ditiga propinsi Kangsouw, Ouwpak dan Anhoei,
jang berdjumlah dua- atau tigapuluh-ribu djiwa, maka dialah
seorang besar. Pula, tidak biasanja dia turun tangan sendiri, kalau
sekarang dia telah datang ke Kho-yoe, itulah disebabkan
berulang kali dia menerima laporan hebat dari Tjin Lok. ketua
mudanja itu. Ketika dia tiba di Lioe sie Wan, dia diberitahukan
Tjin Lok sudah pergi ke Tjioe-kee-tjhung, maka dia lantas
menjusul. Tidak pernah dia menduga bahwa peristiwa ada
demikian hebat. Biar bagaimana, dia mesti mendjaga diri,
sebab kalau dia roboh, runtuhlah partainja. Umpama kata dia
menang, dia masih kuatir orang mengatakan dia menghina
Tjioe-kee-tjhung jang disatroni itu Dia memikir untuk
melampiaskan kemendongkolannja dilain kesempatan. Dia
tidak njana, sekarang dia dihadapkan si anak muda jang tak
dikenal, jang sikapnja demikian djumawa. Dia berlenggak.
mengasi dengar tertawanja jang menusuk telinga. "Tahukah
kau, aku ini siapa?" dia tanja.
"Aku tidak perduli kau siapa" sahut si anak muda, suaranja
dalam. "Tak lebih tak kurang, kau tentulah kepalanja
sipendjahat" Oe-boen Loei sangat gusar.
"Aku kepala pendjahat, Aku Oe-boen Loei Kau sendiri apa"
Kau berani begini kurang adjar didepanku?" dia berteriak.
"Oe-boen Loei?" si anak muda mengulangi. "Maaf, aku
tidak kenal Mungkin ini disebabkan, aku muntjul belum lama.
Ia lantas menoleh kearah tetarap barat dan menanja: Tuantuan,
Oe-boen Loei itu machluk apa" Apakah kamu tahu?"
Pertanjaan itu didjawab tertawa ramai ditetarap barat itu.
Hati Oe-boen Loei panas bukan main. Belum pernah orang
menghina dia dimuka umum seperti kali ini. Mukanja mendjadi
guram, alisnja bangun berdiri Tapi, belum lagi dia bertindak.
dia sudah didului Sien It Beng.
236 Ketua Gwa sam Tong dari Oey Kie Pay itu sangat mendelu
menjaksikan tingkah-polanja si pemuda berkulit majat, dilain
pihak ia djeri, maka itu, timbul niatnja jang busuk, jaitu diamdiam
ia menjerang dengan lima bidji sendjata rahasianja jang
berupa piauw. Kebetulan ia menjerang, kebetulan suara riuh,
maka suara menjambernja piauwnja itu saru dengan suara
berisik itu Si anak muda bermuka majat itu benar-benar liehay,
matanja tadjam. Ia melihat ketjurangan Sien It Beng, segera
ia mengulur tangannja, untuk menjerang. Tepat pundak Giokbin
Djie-long kena terhadjar, dia lantas merengkat tubuhnja,
menggigil dan djongkok. sedang matanja mendelik, kulit
mukanja keriput. Dia seperti menderita
kesakitan hebat. Lima buah piauwnja mengenai tubuh
sasarannja tetapi kelima- limanja runtuh ketanah, orang jang
diserang tidak kurang suatu apa.
Oe-boen Loei mengerutkan alis. Belum pernah ia
menjaksikan orang dengan kepandaian seperti si anak muda,
ia tidak pernah kenal partai jang mempunjai ilmu silat
demikian liehay. Ditetarap timur pun orang heran dan kagum, tak terketjuali
beberapa jang mengenal pemuda itu.
Habis menghadjar Sien It Beng, si anak muda dengan
dingin menatap Oe-boen Loei.
Bukan main sulitnja ketua Oey Kie Pay, jang untuk
sementara berdiri tertjengang. Tindakan apa ia mesti ambil"
Berdiam salah, berlalu salah. ia mesti mempersalahkan It
Beng, jang main tjurang itu ia sendiri, kalau dibokong, pasti ia
bertindak seperti anak muda itu.
Selagi orang berdiam itu, Wie Sseng mendjura kepada si
anak muda, ia berkata: "Tayhiap. aku bersjukur untuk
bantuanmu ini. Aku si orang she Tjioe, akan aku ingat budimu
ini. Tapi aku tinggal disini, musuhku banjak. entah bagaimana
djadinja nanti" 237 Maka si anak muda mengangkat tangannja, mentjegah
orang bitjara. ia bilang: "Djikalau mereka mau pergi, tidak
dapat aku mentjegah mereka, hanja lain ini Oe-boen Loei
Bukankah tadi, dia jang menjuruh tjhungtioe menjerahkan aku
padanja" sekarang aku ada didepannja, aku mau lihat, dia
hendak mengatakan apa Tayhiap menjebut-njebut rumahmu,
apakah itu disebabkan tayhiap kuatir pembalasan mereka
dibelakang hari" Baiklah sekarang aku beritahu, kalau mereka
mau pergi, mereka boleh pergi, hanja mesti mereka pergi
semua, berikut tjabang-tjabangnja Dan mereka mesti pergi
dari propinsi ini, tidak dapat mereka mengindjak sekalipun
dengan sebelah kaki lagi"
Darahnja Oe-boen Loei mendjadi naik,
"Tuan, kau begini djumawa, kau tentu mengandalkan
kepandaianmu, bukan?" ia kata. "Kau harus ketahui, didalam
kalangan Kang-ouw, diluar orang ada orang lainnja, diluar
langit ada langit lainnja lagi Maka itu, aku Oe-boen Loei, aku
tidak puas Oey Kie Pay memang tidak terkenal, akan tetapi
tidak dapat tjuma sebab kata-katamu ini aku mesti
membawanja pindah dari sini"
Anak muda itu tetap tertawa dingin.
"Habis apa maumu maka kau menitahkan Tjioe Tayhiap
menjerahkan aku?" ia tanja. "Aku bilang terus-terang, kau
puas atau tidak. terserah kepada kau sendiri, djikalau kau
tetap tidak puas, mari, mari kita mengadu kepandaian kita"
Oe-boen Loei tertawa, lebar. "Aku Oe-boen Loei, tidak
pernah aku bertempur dengan boe-beng-siauw-tjoet" katanja
djumawa. ia menjebut orang Boe-beng-siauw-tjoetjaitu
serdadu ketjil jang tidak mempunjai nama.
Anak muda itu gusar. "Apa" Berani kau memandang enteng padaku?" Lantas
sebelah tangannja melajang dimuka ketua Oey Kie Pay hingga
238 ketua itu mesti mundur lima kaki, mukanja putjat. Dia
terkedjut untuk serangan itu.
Si anak muda tapinja tidak menjerang terus, ia menahan
tangannja, tubuhnja pun tidak
bergerak. Berdiri tetap ditempatnja, ia mengasi turun
tangannja. ia bersenjum. "Djangan takut" katanja halus. "Hari ini aku tidak bakal
melukai kau Ada lain orang jang telah bersumpah untuk
menurunkan tangan sendiri atas dirimu, djikalau aku
mendahului, bukankah orang akan menjesal seumur hidupnja"
Kau baik- baiklah dengar nasihatku, lantas kau menarik diri,
berlalu dari wilajah Kangsouw ini, djikalau tidak. dibelakang
hari kau bakal menjesal sesudah kasip"
Dibelakang Oe-boen Loei berdiri belasan kawannja, jang
sikapnja garang. Mereka itu gusar, asal diberi titah, mereka
segera akan turun tangan. Tapi Oe-boen Loei menghela
napas. "Didalam hal-hal selama beberapa hari ini, pihakkulah jang
salah," ia berkata, "Maka itu biar bagaimana, tidak dapat aku
menempur kau, tuan- Hanja sajang, tidak dapat aku
mengetahui she dan namamu Lain tahun, djikalau gunung
hidjau tidak berubah, nanti kita bertemu pula" ia terus
menoleh kebelakang, untuk menggapai. Maka belasan
orangnja itu madju serentak.
"Bawa mereka ini semua!" ia menitahkan- ia memandang si
anak muda dan Wie Seng untuk memberi hormat, untuk
mengutjap: "Sampai ketemu"
Tjioe Wie seng membalas hormat, ia madju dua tindak."
Oe-boen Pangtjoe, maaf, tak dapat aku mengantar lebih
djauh," katanja. Sebaliknja si anak muda berkata dengan dingin: "Oe-boen
Loei, djikalau kau tidak menarik diri seperti perintahku ini
djikalau nanti kita bertemu pula, itu artinja telah tiba saat
kematianmu" 239 Sepasang alisnja ketua Oey Kie Pay itu bangun, air
mukanja mendjadi guram, akan tetapi ia tidak membilang apaapa,
ia ngelejor terus. Masih si anak muda mengawasi punggung orang, masih
terdengar tertawa mengedjeknja atau kemudian terlihat
tubuhnja bergerak. mentjelat terapung tinggi, berlompat ke
kanan tetarap barat, maka dilainsaat, ia sudah lompat pula
melewati tembok pekarangan, akan lenjap dilain sebelah.
Menjaksikan ilmu lompat tinggi dan djauh itu, semua
hadirin dikedua tetarap berdiri tertjengang.
Baru lewat sesaat, Tjioe Wie Seng lalu memetjah kesunjian.
ia menghadap para tetamunja ditetarap barat dan berkata:
"Sekarang marilah kita mulai pula dengan pieboe diatas loeitay
Andaikata ada saudara-saudarajang menganggap peraturan
pieboe terlalu keras, silakannja mengutarakannja. Aku
memberi waktu satu djam " Habis berkata, ia kembali
ketetarap timur. In- liong sam-hian To Tjiok sam tertawa, ia kata pada
orang banjak: "Anak muda itu liehay sekali, ia dapat membikin
orang mundur tanpa bertanding lagi, itulah hebat, dia
sungguh mengagumkan"
Kata-kata ini merupakan isjarat untuk mereka jang
mengetahui agar mereka itu djangan membuka rahasianja si
anak muda she Gan. Beberapa orang pula tahu In Gak
mestinja liehay tetapi mereka ini tidak berani menjangka dia.
Untuk sementara ramailah orang berbitjara, sebab aneh
mundurnja Oey Kie Pay itu. Baru kemudian terlihat seorang
keluar dari tetarap berat, dia menghampirkan Wie
Sseng, untuk memberi hormat sambil berkata:" Aku jang
rendah Kim-mo-houw ong Beng, aku mewakilkan pihak barat
untuk mengutarakan sesuatu, harap Tjioe Tayhiap dapat
menerimanja." 240 Wie seng berbangkit membalas hormat itu. "Silakan bitjara,
ong Giesoe," katanja tertawa.
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku bitjara tentang batas pertandingan sepuluh kali", kata
Ong Beng. "Tak dapatkah itu diubah mendjadi hanja tiga kali"
Djuga baiklah djangan dipakai djuga batas usia, tjukup asal
seorang tidak mempunjai isteri. Umpama usul ini tak dapat
disetudjui tayhiap. aku hendak menjarankan lainnja, jaitu
supaja puteri tayhiap sendiri jang naik kepanggung sebagai
taytjoe, siapa dapat mengalahkan taytjoe, dialah jang
mendjadi menantu tayhiap. Bagaimana?"
Mendengar itu, Wie seng tertawa lebar.
"Usul jang pertama, perihal pengurangan batas
pertandingan dan umur, masih dapat aku menjetudjui," kata
ia, "Hanja saran anakku mendjadi taytjoe, itulah sukar untuk
dipertimbangkan. Anakku tjuma satu, dan manusia bukannja
naga atau harimau, mana dapat ia melawan begitu banjak
orang jang menantangnja" Tidakkah demikian, Ong Giesoe?"
Ong Beng hendak mendjawab, atau Hong pioe dului ia.
"Aku pikir begini sadja," berkata pemilik peternakan ini:
"Kita djangan mengubah sjarat-sjarat pertandingan, kita ubah
itu dengan To Lootjianpwee jang mendjadi taytjoe, siapa
dapat mengalahkannja, dia mendapat orang dan pedang.
Tidakkah usul ini singkat?" Ong Beng menggojang kepala.
"Mengenai usul ini, aku tidak dapat mengambil keputusan
sendiri," ia bilang. "Nanti aku
berdamai dulu, baru aku memberikan djawaban kami."
Maka baliklah ia ketetarap barat.
Hong Pioe dapat membade hatinja Wie seng, maka ia turut
membuka suara. Wie seng ingin memperoleh menantu jang
tampan dan gagah, setelah melihat Gan G ak. ia lantas
penudju pemuda itu. Goat Go pun sangat mengagumi
kegagahannja si pemuda. Hanja satu kesangsiannja tjhungtioe
itujalah Gan Gak suka naik keloeitay atau tidak- asal dia mau,
241 perdjodohanpasti tak meleset lagi. Karena ini, orang she Gouw
itu mengadjukan sarannja. Ia tahu, madjunja In-liong samhian
bakal membikin banjak orang ditetarap barat itu mundur
sendirinja. To Tjiok sam dapat membade maksudnja Hong Pioe, ia
mengawasi sahabat itu dan berkata: "Laotee, saranmu ini
berarti menutup djalan"
Ketika itu dari tetarap barat muntjul tiga orang, satu
antaranja lantas berkata pada tuan rumah: "Kami telah
membuatpembitjaraan. sebenarnja kami mengetahui
dibangunnja Wan-yo-tay ini disebabkan urusan tayhiap
dengan pihak Oey Kie Pay, maka itu, kami pun datang untuk
menonton sadja, sekarang urusan dengan Oey Kie Pay itu
sudah beres, sjukur. Mengenai perdjodohan, kami merasa
tayhiap sudah mendapatkan pilihan sendiri, dari itu, untuk
apakah kami mesti naik pula dipanggang mendjadi perintang"
oleh karena itu, kami memutuskan untuk pulang sadja.
Hanjalah nanti, dihari kegirangan, kami berbesar hati
menantikan untuk datang menggeretjok setjangkir arak"
Wie Seng mengurut djanggutnja, ia tertawa.
"Itulah pasti katanja. saudara-saudara sudi datang sendiri,
itulah bagus. Memang untuk mengundangnja aku kuatir tak aku berkesempatan."
Tiga orang itu tertawa, mereka memberi hormat, lantas
mereka mengundurkan diri, untuk pergi keluar. Maka jang
lain-lain, jang menanti dibawah tetarap. lantas pada
berbangkit, untuk turut berlalu.
Wie seng lekas-lekas pergi kepintu, guna mengantar
mereka itu. Badai sebenarnja dahsjat, tetapi setelah angin lewat dan
hudjan berhenti, maka langit djadi terang-berderang dan tenang.
242 Habis mengantar semua tetamunja, Wie seng
menghampirkan Tjiok sam dan Hong Pioe, untuk berbitjara
perlahan, setelah mana, dua sahabat ini pun mengundurkan
diri dari tetarap timur. Ketika itu In Gak sudah merebahkan diri didalam kamarnja,
akan tetapi ia sadar, telinganja pun tadjam sekali, ia
mendengar tindakan kaki orang. ia rebah terus, tubuhnja tak
bergerak. sampai muntjullah To Tjiok sam dan Gouw Hong
Pioe, jang masuk dengan menolak pintu sendiri, tanpa
menggedur atau memanggilnja lagi. Tjiok sam tertawa lebar
menjaksikan orang tengah rebah dengan tenang itu.
"Lao-teetay, djanganlah kau berlagak pilon" katanja
gembira."Sepak-terdjang kau barusan telah memadamkan api
berkobar-kobar, sampaipun Oe-boen Loei si tjabang atas
dapat dengan begitu sadja disuruh mengangkat kaki sungguh
kau membikin kita sangat kagum Kau tahu," ia
menambahkan,"Tanpa memberi ketika orang merendah,
urusan loeitay djuga turut mendjadi beres karenanja."
In- liong sam- hian lantas menuturkan hal pembitjaraan
diluar tadi. In Gak bangun dari pembaringannja, ia mengawasi kedua
orang itu. Tjiok sam dan Hong Pioe pun mengawasi, sambil
bersenjum."Lootjianpwee, ada apakah?" anak muda itu tanja.
"Aku si orang tua, aku mau minta setjangkir arak
kegirangan" sahut Tjiok sam.
"Aku djuga" Hong Pioe turut berkata.
"Apa" Arak kegirangan apakah itu?" si anak muda tanja.
Tjiok sam mengawasi terus, tjuma sekarang ia berhenti
tertawa. "Lao-teetay, bagaimana, kau lihat ilmu silatnja Lian Tjoe
dan Goat Go?" ia tanja.
Ditanja begitu, muka in Gak bersemu merah.
"Ilmu silat mereka tjukup," sahutnja.
243 Tjiok sam bertepuk tangan, dia tertawa.
"Bagus " serunja. "Maka djadilah aku si orang perantara"
In Gak menggojangi tangan.
"Tak dapat, lootjianpwee" katanja. "Nona itu masih ada
orang-tuanja Pula aku sendiri, aku masih mesti melakukan
sesuatu, jang tak akan selesai dalam waktu jang pendek. Aku
menjesal mensia-siakan lootjianpwee" Tjiok sam tertawa pula.
"Apakah lao-teetay tidak dapat memberi muka kepada aku
si orang tua?" katanja. "Tentang orang-tua nona Tio, djangan
kau buat kuatir, aku jang akan mendjamin, Perihal urusan
kau, itu tentu bukan lain daripada urusan budi dan penasaran,
mengenai itu, aku tidak ingin merintangi kau, apa jang aku
kehendaki jalah djodoh diikat dulu, habis itu baru kau pergi
kekota radja. Rumah Nona Tio jalah didjalan Ong- hoe Toakay
di Tjhong-tjioe, tak diauh dari kota radja, maka setelah
urusan kau dikota radja itu beres, kau dapat lantas pergi ke
Tjhong-tjioe, disana aku dan nona Tio akan menantikan kau"
Mendengar itu, In Gak tertawa. ia menganggap si orang
tua djenaka. "Lootjanpwee bitjara enak sadja" katanja.
"Gan siauwhiap. Hong Pioe turut bitjara, kau terimalah"
Sikap In Gak lantas bersungguh-sungguh, agak likat, ia
kata: "Dengan adanja lootjianpwee berdua mendjadi orang
perantara, segala apa pun dapat djadi, Hanja.." ia
menambahkan, "Aku tengah merantau, aku lagi mentjari
musuh besarku, aku tidak ingin tjita-tjitaku itu digerembengi
urusan djodoh. Aku ingin seorang diri sadja mentjari musuhku
itu. Djikalau mereka suka menerima baik keberatan ini, baru
aku suka memberikan persetudjuanku."
Tjiok sam dan Hong Pioe heran.
"Benarkah siauwhiap mempunjai musuh?" tanja mereka
berbareng. "Siapakah musuh itu?" In Gak bersenjum, ia tidak
mendjawabi Melihat demikian, Tjiok sam tidak mendesak.
244 "Urusan gampang," katanja kemudian- "Kedua nona-nona
itu dari keluarga baik-baik, mereka dapat diminta menanti
dirumah." Selesai sudah urusan djodoh itu, maka bitjara lebih djauh,
mereka memasang omong daribanjak hal lain, umpama
tentang keramaian kota Kangtouw.
"Pernah aku berdiam disana beberapa hari, sajang aku
belum dapat melihat semua," kata in Gak.
"Tapi Kangtouw dekat, tjuma seperdjalanan satu hari,
dapat siauwhiap kembali kesana", berkata Hong Pioe. "Dengan
pesiar lagi satu atau dua hari, kau akan menikmati segala
keindahan itu." In Gak menggeleng kepala.
"Sajang keras sekali keinginanku pergi ke Utara," bilangnja.
"Sebegitu lama musuh belum dapat ditjari, satu hari pun tak
dapat aku tidur senang. Untuk pesiar, aku lakukan itu sambil
lalu sadja." Setelah itu, anak muda ini memberitahukan kemana ia
telah pindahkan kedua pedang Kie Koat dan Tjeng Hong.
Tidak lama, Tjiok sam dan Hong Pioe mengundurkan diri.
Setelah berada sendirian, in Gak rebah pula, otaknja
bekerdja. Berbajanglah didepan matanja segala usahanja
selama setengah tahun merantau. Ia merasakan lebih banjak
penderitaan daripada kesenangan, bahwa dunia Kang-ouw
benar-benar banjak bahajanja. Mengingat itu, ia merasa
djemu. Tapi ia mesti membalas sakit hati ajahnja, ia mesti
merantau terus Selagi melajangi pikirannja itu, In Gak ingat Goat Go dan
Lian Tjoe. Mereka itu beda daripada Nie Wan Lan jang
berandalan. ilmu silat mereka pun baik. Maka, sebenarnja,
siapa tidak puas memperoleh isteri-isteri sebagai mereka itu"
Ia ingat djuga jang ajahnja menjesal tidak dapat menikahkan
ia, hingga sekarang ia harus menikah dengan ichtiar sendiri
Karena ini ia menjesal tidak dapat segera ia membunuh
245 musuhnja, agar ia bisa menuntun isterinja untuk tinggal
ditempatjang sunji-tenang, supaia tak usah ia merantau lebih
djauh. Mengingat ini, ia menghela napas. itulah tjita-tjita
belaka. ia masih harus mendjalankan tugas.
Lewat lagi sekian lama, pemuda ini menutup diri dengan
selimut, karena ingin beristirahat dengan tidur njenjak, ia tidak
duduk bersamedhi lagi. Ketika dilain waktu ia mendusin,
matahari sudah dojong rendah kebarat. Empat djam lamanja
ia tidur, ia berbangkit dengan pikiran lega dan merasa segar.
Tjepat-tjepat ia dandan. Ketika ia berkatja, ia melihat dirinja
tak miripnja seorang jang mengarti ilmu silat.
Lantas ia mendengar suara tertawa jang ramai tetapi
empuk. Tahulah ia kedua nona lagi mendatangi. Tiba-tiba
sadja timbul pelbagai perasaan dalam hatinja. Tapi ia dapat
menenangi diri, ia membuka pintu kamarnja untuk menjambut
mereka itu. Lian Tjoe dan Goat Go berdjalan denganperlahan-perlahan,
terperandjat mereka waktu mendadak In Gak terlihat berdiri
didepan mereka, tangannja si anak muda digendong
kebelakang dan wadjahnja berseri-seri. Tanpa merasa, mereka
berdiri tertjengang. Lagi pula sekarang mereka melihat tegas
si anak muda djauh lebih tampan daripada hari-hari jang telah
lalu. Hari ini, habis membersihkan tubuh, In Gak mengenakan
badju hidjau badjupakaiannja seorang peladjar, kedua
matanja bersinar terang, hidungnja bangir, giginja putih,
bibirnja dadu, sedang sebelah tangannja mentjekal sebuah
kipas. Mana dia mendjadi seorang ahli silat, dia mirip peladjar,
pikir kedua nona. Achirnja Goat Go tertawa dan berkata: "Ajahku
mengundang Gan Kongtjoe untuk memasang omong."
Kata-kata kongtjoe itu diutjapkan dengan terlebih lama dan
berat. Lian Tjoe pun turut menjampaikan undangan itu.
246 Diwaktu berbitjara, kedua nona telah memberi hormat
mereka. Mereka ini nakal dan djenaka, kata In Gak dalam hati. Toh
ia merasakan manis. Lantas ia berkata: "Sebutan Gan
Kongtjoe itu sebutan baru dan indah, aku menerima nja
dengan terpaksa. Tapi, lain kali, lebih baik kamu mengubah
panggilan kamu" Kedua nona itu merasa bahwa mereka dipukul sindiri, maka
keduanja lantas mengawasi tadjam. Bahkan Lian Tjoe lantas
kata: "Adik, mari Aku lihat orang ini bukan orang baik-baik"
Goat Go memutar tubuh, untuk berlalu, si Nona Tio
mengikuti. In Gak tertawa, sambil mengawasi, ia bertindak dibelakang
mereka. Tiba diruangan dalam, disana Wie Seng berada berlima
dengan Tjiok sam, Hong Pioe, Kim Go dan Ha uw Lie Peng.
Mereka itu asjik bitjara sambil tertawa-tertawa. Ketika mereka
melihat kedua nona serta si anak muda, mereka berbangkit.
Sebuah lilin besar menerangi ruangan itu dan sepasang
gedang Kie Koat dan Tjeng Hong diletaki dikedua sisi lilin itu
In- liong sam- hian tertawa ketika ia berkata: "Gan Laotee,
dandananmu ini luar biasa, kau benarlah menantu Keluarga
Tjioe" In Gak merasai mukanja sedikit panas.
"Ah, lootjianpwee gemar bergujon," katanja terpaksa.
Gouw Hong pioe pun lantas berkata: "Gan Siauwhiap. kami
si orang tua djuru perantara sudah selesai dengan tugas kami,
karena itu kenapa kau tidak mau lekas-lekas memberi hormat
kepada mertuamu?" Barusan pun Nona Tio sudah
mendjalankan kehormatan kepada mentuamu, jang dia angkat
sebagai ajah-angkatnja."
Jilid 3.3. Bentrok dengan Tjeng Hong Pay
247 Mendengar itu, tanpa ajal lagi In Gak memberi hormat
pada Wie Seng. ia paykoei tiga kali.
Wie Seng senang bukan main, sembari tertawa terbahak ia
memimpin bangun mantunja itu. ia kata: "Sudah, anak. tak
usah kau mendjalankan kehormatan"
In Gak mengenakan rantai kemala dimana ada gandulannja
ikan2an dari batu permata, ikan-ikanannja indah sekali
buatannja. Itulah warisan ibunja, warisan jang buat duapuluh
tahun tak pernah berpisah daripadanja. sekarang ia
meloloskan itu, dipersembahkan kepada mentuanja sebagai
tanda matanja untukperdjodohannja.
Wie seng sebaliknja mengambil pedang Kie Koat, untuk
diserahkan pada menantunja itu.
In Gak menjambuti, tapi setelah berpikir sebentar, ia
mengembalikannya pada mentuanja.
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Wie seng tertjengang, tetapi mantunja itu segera berkata:
"Aku tidak mempunjai barang lainnja, maka itu aku minta
pedang ini didjadikan tanda mataku untuk Nona Tio."
Baru sekarang Wie Seng mengerti. ia tertawa. Lantas dua
rupa barang itu diserahkan pada Goat Go dan Lian Tjoe.
Kedua nona itu menjambuti, terus mereka mengundurkan
diri Wie Seng tertawa, ia berkata:" Anak. sekarang telah
ditetapkan, untuk pihak laki-laki, orang perantara jalah kedua saudara Gouw
danThe,dan untuk pihak perempuan, saudara-saudara To dan
Hauw. Maka haruslah kau menghaturkan terima kasihmu
kepada mereka." In Gak menurut, sambil memberi hormat, ia
mengutjapkan terima kasihnja.
Kim-bian Gouw-khong Ha uw Lie Peng memegangi tangan
si anak muda, ia berkata: "Gan siauwhiap. kau muda dan
248 gagah, kau sungguh mengagumi. Aku Hauw Lie Peng, aku
dapat bertemu denganmu, aku girang bukan kepalang"
"Hauw Tayhiap tjuma memudji," kata In Gak merendah,
setelah mana ia menghampirkan mentuanja, untuk berkata:
"Ada sesuatu jang aku hendak djelaskan. ini mengenai
kepentingan pribadi. Aku minta sukalah gakhoe dan sekalian
lootjianpwee merahasiakan, baru dapat aku menjebutnja."
"Kita semua kaum Rimba Persilatan, kata-kata kita berat
sekali," kata Hauw Lie Peng tertawa lebar. "Siauwhiap. kau
bitjaralah, kita pasti tidak akan membotjorkannja"
"Sebenarnja.aku she Tjia, bukannja she Gan," In Gak
menerangkan. "Tjia In Gak jang membinasakan Tjit-sat-tjioe
Koet sin di Kim- hoa jalah aku sendiri"
Mendengar itu, orang heran- Baru sekarang mereka
mengerti. "Kenapa kah laotee mengubah shemu?" tanja Inliong
sam- hian. "Itulah disebabkan setelah peristiwa di Kim- hoa itu, aku
menguatirkan namaku mendjadi terlalu besar dan itu dapat
mendatangkan kesulitan-kesulitan jang tidak diingin, jang bisa
menghalang-halangi usahaku selandjutnja," sahut In Gak.
"Ketika pertama kali aku datang kemari, sebenarnja aku
hendak bekerdja diam2, sesudah mana aku akan
mengundurkan diri setjara diam2 djuga, siapa tahu ia melihat
kesekitarnja: Nona Tio telah mengetahui rahasiaku. Sjukur
melainkan gakhoe serta sekalian tjianpwee jang mendapat
tahu sepak-terdjangku ini, djikalau tidak?"
Sampai disitu djelas sudah hal dirinja In Gak. tjuma orang
masih tidak ketahui siapa musuhnja. Hal ini, Wie Seng tidak
mau menanjakan melit-melit. "Sekarang marilah kita
bersantap" ia mengadjak. Demikian orang pergi keluar.
Sedjak hari itu, In Gak pindah kamar kerumah besar.
sedjak itu hari, ia pun mengadjari silat sungguh-sungguh
kepada Goat Go dan Lian Tjoe, sebab mereka bukan lagi
249 orang luar, selain ilmu bersamedhi, guna memperkokoh
tenaga dalam, ia mengadjari djuga tipu silat Kim-kong Hok
Houw Tjiang atau Kim-kong menaklukkan harimau, serta ilmu
sendjata rahasia Boan-thian Hoe-ie say- kim-tjhie, atau
Menjiram uang emas sebagai hudjan bunga.
"Peladjarilah ini terus-menerus setiap hari, djangan
dialpakan," dia memesan. Begitu djuga tentang peladjaran
Kioe-kiong Tjeng-hoan fm-yang-pou dan Pat-kioe Leng-longtjioe.
Itulah dua matjam ilmu silat langka dalam Rimba
Persilatan- setelah paham benar, taklah sulit untuk melajani
djago-djago kelas satu. "
Selang tiga hari kemudian, In Gak pamitan dari kedua
tunangannja, mentuanja dan sekalian kenalannja di Tjioe-keetjhung,
untuk menudju ke Utara, dimana hawa udara hangat
terlambat datangnja dibanding dengan Kang lam, selatan
maka itu pemandangan alam disini masih menarik hati. ia
melarikan kudanja keras sekali, hingga ia membuatnja seperti
terkurung dengan debu, hingga kepala dan tubuhnja, djuga
kudanja, tertutup seanteronja, tinggal matanja sadja jang
bersinar. Inilah disebahkan selama tiga hari dan dua malam, ia
kabur terus-terusan, ia tjuma singgah seperlunja. setelah
masuk wilajah propinsi Shoatang, dari Liauw-shia ia
memotong ke Tay-beng, melintasi Ham-tan, menudju ke Tjiokeetjhung. Tadi baru sadja ia singgah di see-hoo. Untuk tiba
di Tjio-kee-tjhung, ia mesti melalui lagi perdjalanan dua- ratus
lie lebih, sedang itu waktu, sudah lewat tengah hari. Ia
menduga diwaktu magrib ia akan sampai ditempat tudjuannja.
Karena ini, untuk minum pun ia tak menghentikan lagi
kudanja, ia terus mengasi lari dengan keras.
Mulanja In Gak memikir dari Liauw-shia melintasi
ketjamatan Tek-koan lalu kekota Tjhong-tjioe, terus ke kota
radja. Kemudian ia pikir, setibanja di kota radja dimana ia
bakal menemui Loei siauw Thian, ia perlu mampir dirumahnja
250 Tio Lian Tjoe di Tjhong-tjioe, maka itu, ia mengambil djalanan
ke Ham-tan ini. Ditengah djalan ini ia berpikir: "Entahlah, Kioetjie
sin-kay Tjhong sie akan menjusul atau tidak, akan tetapi
selagi lewat di Kho-yoe, aku telah memesan kata-kata kepada
Lu Boen Liang, supaja dia memberitahukan arah tudjuanku"
Mulai lohor, tibalah In Gak di Kho-ip. Djauh didepannja,
samar-samar ia melihat tembok kota ketjamatan itu, jang ia
taksir masih ada seperdjalanan kira2 tigapuluh lie. Maka ia
mentjambuk kudanja, mengasi kabur.
Djauh disebelah depan, In Gak melihat debu mengepul
Tokoh Besar 4 Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Karya Liang Ie Shen Siluman Goa Tengkorak 4
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama