Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi Bagian 5
naik, selagi mendekati telinganja pun mendengar tindakan
kaki banjak kuda, lantas ia melihat lima penunggang kuda lagi
kabur mendatangi, dari dua jang terdepan, jang satu
membawa seorang tua, sedang seorang jang lain membawa
seorang wanita jang tengah menangis sedih.
"Pasti mereka orang-orang djahat", pikir In Gak. Maka ia
lantas menghadang ditengah djalan, tjambuknja disabarkan
kedepan. Dua penunggang kuda itu kaget, mereka menahan kuda
mereka. Karena ini, mereka diterdjang tiga jang dibela kang,
jang tak sempat menahan kudanja masing-masing. sjukur dua
jang didepan itu tidak roboh, mereka tjuma berkaok-kaok.
Untuk sedjenak. kelima penunggang kuda itu melengak.
mata mereka, menatap. sekarang mereka melihat,
perintangnja itujalah satu penunggang kuda jang penuh debu
hampir mirip mereka sendiri.
"He, botjah, kau tjari mampusmu sendiri" achirnja salah
seorang membentak." Apakah kau tidak mempunjai mata
hingga kau berani merintangi Lim-shia Ngo-pa" Lekas minggir"
I n Gak memang seperti ingin mentjari gara-gara, tak sudi
dia menjingkir. Pula djulukan Lim-shia Ngo-pa itu Lima djago
dari Lim-shia menarik perhatiannja.
251 "Aku tidakperduli siapa Lim-shia Ngo-pa" sahutnja, berani.
ia tertawa dingin. "Bukankah sekarang ini siang hari"
Bagaimana kamu berani mentjulik orang" Bukankah ini berarti
tak ada. lagi undang-undang negara" Djikalau kamu mau
lewat, boleh, asal kamu tinggalkan itu dua orang"
"Rupanja botjah ini orang asing" kata penunggang kuda
jang berbitjara itu. Dia terus tertawa terbahak. "Eh, apakah
kau tidak mentjari tahu siapa kami ini" Apakah kau sudah
bosen hidup" Kalau benar, botjah, kau serahkanlah djiwamu:"
Lantas dia madju, dia menghunus goloknja, untuk
membatjok. In Gak bersenjum, sembari berkelit, ia mengulur tangan
kirinja, atas mana orang itu mendjerit setjara tiba-tiba dan
goloknja terlepas, djatuh ketanah, sedang tubuhnja dibetot,
hingga dilain saat, si wanita dapat ditolongi.
Penunggang kuda itu kaget. Dialah pentjulik, tetapi dia
sekarang kena ditjulik Dia lantas mendjerit- djerit kesakitan,
karena In Gak perkeras pentjetan tangannja itu.
Keempat penunggang kuda lainnja mendjadi terkedjut,
lantas mereka mendjadi murka, hanja karena penuh debu,
kemurkaan itu tak nampak njata pada wadjahnja. Melainkan
mata mereka jang mentjorong. In Gak mengawasi, ia tertawa
terbahak-bahak. "Apa itu Lim-shia Ngo-pa?" ia mengedjek. "Tak lebih tak
kurang, gentong arak dan kantung nasi Lekas kamu kasi turun
orang tua itu" Empat orang itu nampak bingung, mereka saling
mengawasi. saudara mereka telah berada ditangan orang.
Achirnja, terpaksa mereka menurunkan si orang tua.
"Sekarang tolong lepaskan kakak kami" kata jang satu.
In Gak tertawa, tjekalannja dilepaskan, maka djatuhlah
kurbannja bagaikan lajangan putus
252 "Baru ini pertama kali kamu berbuat djahat didepanku,
suka aku memberi ampun" katanja bengis. "Lain kali, djangan
kau mengharap pula sekarang tinggalkan dua ekor kudamu!"
Lim-shia Ngo-pa mati kutunja."Baiklah," kata mereka, jang
lantas kabur dengan lima orang naik atas tiga ekor kuda.
In Gak mempertemukan si orang tua dengan si wanita
muda, untuk menanjakan hal diri mereka. si orang tua
menangis, ia kata: "Aku ThioThianPo dari Lou-san, Hoolam,
kerdjaku djadi kuli tani, lantaran musim kemarau, aku djadi
hidup sengsara. Dengan adjak tjutjuku ini, aku mau tiari
adikku jang berdagang kuwe dikota Kho-ip. Kasihan saudaraku
itu, dia telah menutup mata pada lima tahun jang lalu dan
rumah-tangganja berantakan. Tjelaka untuk kami, kami
keputusan uang belandja. Lebih tjelaka, kami bertemu Limshia
Ngo Pa, tjutjuku ini hendak dirampas, karena aku
melawan, aku pun dibawa lari sekalian. sjukur kau menolongi,
tuan penolongku." I n Gak berkasihan. ia mengawasi si nona, jang rambutnia
kusut dan mukanja kotor, matanja merah dan bengul, tapi
romannja tjantik. ia lantas mengasikan sepotong emas
seharga dua tahil serta perak hantjur, ia pun kata: "Sekarang
pergi kamu menunggang kuda ini pulang ke Hoolam. Uang
emas ini untuk modal dagang ketjil-ketjil dan perak hantjur ini
buat belandja diperdjalanan."
Thian Po sangat bersjukur, bersama tjutjunja itu ia
memberi hormat, ia menghaturkan terima kasih mereka jang
hangat. "Sekarang lekaslah kamu pergi," kata In Gak. Bahkan ia
mengantarkan sampai diluar kota Kho-ip dimana kakek dan
tjutjunja itu menudju kedjalan lain, ia sendiri terus menudju ke
Tjio-kee-tjhung, sebuah tempat jang ramai. Dari sini, ke utara
orang dapat menudju kekota radja, kebarat kekota Thay-goan.
ia lantas mentjari rumah penginapan, untuk paling dulu
253 membersihkan tubuh dan menjalin pakaian, kemudian ia pergi
keruang besar, untuk bersantap. Disini ia menarik perhatian
tetamu-tetamu lainnja, karena ia merupakan seorang muda
jang tampan. Ia pesan makanan, ia dahar seorang diri, sambil
ia sering melihat kelilingan. Dengan begitu ia lantas
mendapatkan dua orang dimedja kiri tengah mengawasi
padanja. Mereka itu masih muda, jang satu hitam- manis,
matanja tadjam,jang lainnja tampan, matanja tadjam djuga,
dan ada pedang dipunggangnja. Mereka itu mestinja mengerti
silat. Masih ada dua orang lain, jang agaknja memperhatikan
anak muda ini jang satu jalah seorang tua kate gemuk. jang
telah ubanan alis dan kumisnja, jang lanang embunembunannja,
tetapi kedua tangannja besar dan bersinar
merah, sepasang matanja bertjahaja. Dia memandang sambil
bersenjum. Jang lain lagi jalah seorang nona, badjunja abuabu
dan singsat, kepalanja dilibat sabuk kuning. Ia membekal
pedang dengan runtje hidjau danpandjang tetapi romannja
berduka. Ia mengawasi tetapi segera melengos ketika sinar
matanja bentrok dengan sinar mata si pemuda.
"Pasti mereka semua orang Rimba Persilatan," pikir In Gak.
Ia kurang pengalaman tetapi luas pengatahuannja, jang mana
membantu banjak padanja, hingga ia bukanlah seorang Kangouw
hidjau. "Mereka pasti sama dengan aku Tjuma si nona,
entah apakah kesulitannja" Karena ini ia pun mengawasi nona
itu hingga beberapa kali.
Kedua pemuda itu, djuga si orang tua dan si nona, sama
kesannja ketika mereka mendapatkan In Gakjang muda dan
tampan itu Mereka tidak dapat melihat bahwa orang mengerti
silat, maka mereka pikir: "Tjoba dia meninggalkan ilmu surat
dan mempeladjari ilmu silat, dia berbakat baik sekali"
Habis menenggak arak. kulit muka In Gak bersemu dadu,
menambah tampannja. Ia sudah lapar, ia pun berdahar
254 dengan tjepat. Ketika ia hendak berbangkit, ia melihat satu
pelajan menghampirkan si nona, menjerahkan selembar
kertas, melihat mana, muka si nona mendjadi putjat.
"Mana dia si pembawa surat?" nona itu tanja perlahan.
"Sehabisnja menjerahkan surat, dia lantas pergi,"
mendjawab si pelajan- Nona itu mengangguk. semundurnja pelajan itu, alisnja
berkerut. Melihat roman si nona, In Gak memikir sesuatu.
Tiba-tiba si orang tua jang kate dan gemuk itu tertawa dan
berkata: "Tak lain tak bukan tentulah kawanan tikus menghina
seorang nona jang harus dikasihani Untuk apakah berduka"
Apakah kau menjangka aku si orang tua tidak bakal
mengulurkan tangan?"
Njaring suara orang tua itu hingga semua tetamu lainnja
mengawasi ianja. ia tapinja bersikap seperti tak ada lain orang
disitu, ia minum araknja dengan merdeka, ia menggajam
makanannja dengan lahapnja.
Mendengar suara si orang tua, In Gak mengubah sikapnja.
ia batal berbangkit untuk meninggalkan medjanja. ia mau
melihat perkembangan terlebih djauh.
Segera terlihat si nona menghampirkan si orang tua, ia
memberi hormat dan berkata perlahan- "Aku tahu kau
bukanlah orang sembarangan, lotjianpwee, maka itu aku
mohon pertolonganmu. Dari djauh aku tiba disini tetapi si
djahat tidak sudi melepaskan aku"
"Kau duduk. Nona Kang," berkata orang tua itu."Aku tahu
kau terpaksa masuk dalam rombongan Tjeng Hong Pay. Aku
mengagumi kau jang keluar dari lumpur dengan tubuhmu
tidak kena terkotorkan- Kau tahu, tanpa aku, tidak nanti kau
dapat lolos sampai disini. Pasti aku nanti menolong kau
sampai diachirnja meski aku tahu lawanmu itu liehay."
255 Si orang tua berkata perlahan seperti si nona, tetapi In Gak
dapat mendengar tegas. Maka ia pikir: "Baiklah aku pun
membantu nona ini. Menurut katanja Djieko Loei Siauw Thian,
dulu hari ajahku telah banjak menjingkirkan orang Tjeng Hong
Pay hingga ia djadi bermusuh dengan mereka itu, karena
mana, diantara musuh-musuh ajahku itu mesti ada orang
partai ini" Ketika itu kedua anak muda itu pun menghampirkan si
orang tua, untuk memberi hormat sambil menanja:
"Lootjianpwee, apakah lootjianpwee bukan siong-san Ayhongsok Kheng soepee?" Orang tua itu mengawasi, dia bersenjum.
"Anak muda, tjara bagaimana kau ketahui nama dan
djulukanku?" dia tanja.
Si anak muda muka hitam lekas menjahuti: "Akujang
mudajalah Kiang YauwTjong, dan ini saudara Tong-hong Glok
Koen. Sungguh beruntung kami dapat bertemu soepee disini".
Orang tua itu nampak girang, hingga dia berdjingkrak bangun
dan matanja pun bersinar.
"Apa?" dia berseru. "Kamu djadinja si anak-anak muda dari
Ngo Bie Pay jang baru mengangkat nama selama ini" Njata
tadjam matanja Hoei Khong si tua kepala botak hingga dia
berhasil mendapatkan kamu berdua Haha-haha Inilah
kebetulan, aku memang lagi memikirkan pembantu Nona ini
lagi didesak Tjeng l Hong Pay, baiklah kamu membantu dia."
In Gak pun girang mengetahui orang tua itu jalah Kheng I
Hong gelar Ay-hong-sok atau Tonghong Sok Kate dari gunung
Siong San- Ia ingat, semasa hidupnja ajahnja, ajah itu pernah
menjebut nama Kheng I Hong sebagai sahabat akrabnja,
sebagai saudara angkat, bahwa sebelum ia dilahirkan, orang
tua itu sudah hidup menjembunjikan diri, siapa sangka disini ia
dapat menemukannja. Tjia Boen sendiri tidak tahu, diharian ia
dikerojok, Kheng I Hong djusteru baru muntjul pula. Bahkan
256 Kheng I Hong muntjul dengan terus mentjari tahu siapa
musuh-musuhnja saudara-angkatnja itu, sedang mengenai
Tjia Boen sendiri, tak tahu dia dimana sahabatnja berada,
sahabat itu masih hidup atau sudah mati, maka dia
mentjarinja disembilan propinsi selatan dan delapan propinsi
Utara. Sekarang baru sadja Kheng I Hong habis menjelidiki
gerak-gerik partai Tjeng Hong Pay digunung Lu Liang San,
sampai dia mengetahui urusan nona she Kang itu, hingga
disepandjang djalan terus dia melindungi si nona.
In Gak pun lantas ingat siapa Kiang Yauw Tjong
danTonghong Giok Koen ini. Ketika di Kim- hoa ia mendengar
Phang Pek Hiong menjebut-njebut halnja orang-orang muda
gagah dan nama mereka ini ada diantaranja, Kiang Yauw
Tjong itu bergelar Hek mo-lek atau Koen loen Mo-lek Hitam,
dan Tonghong Giok Koen, Thian-kong-kiam si Pedang Thiankong.
"Eh, soetee, mengapa anak muda itu senantiasa
mengawasi kita?" tanja Yauw Tjong pada Giok Koen- Mereka
baru sadja merasa In Gak sering mengawaslnja.
"Dia tentu heran melihat gerak-gerik kita kaum Rimba
Persilatan" kata si soetee, adik seperguruan, sambil tertawa.
"Sinar mata dia pun tidak bertjahaja sesat, tak usah kita
memikirkannja. Memangnja dapat kita melarang orang
memandang kita?" "Benar" kata Kheng Hong sambil menepuk medja. "Kau
tidak adil, anak Kau boleh mengawasi lain orang, kenapa
orang lain tak boleh melihat kau?" Giok Koen djengah, djuga
Yauw Tjong. Kheng Hong sendiri, habis berkata begitu, dia melirik
tadjam pada In Gak. agaknja dia sangat ketarik hatinja,
bahkan achirnja dia tertawa, dia menepuk medja dua kali
seraja berkata seorang diri: "Kenapa dia mirip dengan dia
sangat mirip" Heran?"
257 Sampai disitu, In Gak tidak berdiam lebih lama pula. Ia
menghampirkan orang tua itu, untuk memberi hormat seraja
menanja: "Bukankah lootjianpwee Ay-hong-sok Kheng Hong?"
Kalau tadlnja ia melirik, Kheng Hong sekarang mementang
matanja. "Anak. kau siapa?" tanjanja tadjam." Mengapa kau
kenal aku?" In Gak bersenjum. "Sudikah lootjianpwee turut aku sebentar, untuk aku
bitjara?" ia minta. Kheng Hong mementang pula matanja.
"Kita bangsa laki-laki, kita mempunjai urusan jang tak takut
lain orang mengetahuinja" katanja. "Apakah itu jang tak dapat
kau bitjarakan disini" Mengapa kau ingin membilanginja
dengan diam-diam?" Muka In Gak merah, ia djengah djuga. Memang ia tahu dari
ajahnja, orang tua ini liehay mulutnja, tetapi baik hatinja.
"Ada apa-apa jang sukar aku menjebutnja disini," ia kata,
memaksa bersenjum. "Sukakah lootjianpwee mengikut aku
sebentar?" Kheng Hong mengawasi pula, tapi ia menjerah.
"Baiklah, anak. Lain kali tak dapat" katanja. Ia menoleh
kepada Yauw Tjong berdua dan menambahkan- "Anak-anak.
kamu tunggu sebentar. Djangan pergi, aku si orang tua akan
sebera kembali" In Gak adjak orang tua itu kekamarnja. Disini tak takut ia
ada orang mendengar pembitjaraannja. Kamarnja itu mentjil
sendirian-Kheng Hong lantas duduk diatas pembaringan
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang. "Botjah, kau membikin aku si tua berdjalan djauh sekali"
katanja, bersenjum. "Nah, sekarang bolehlah kau membuka
tjupu-tjupumu untuk mengasi keluar obatmu dari kulit
andjing" Didalam hatinja, In Gak tertawa. Djenaka orang tua ini,
jang kata- katanja tadjam.
258 Tapi ia tidak mau turut bergujon- Maka ia memperlihatkan
roman sungguh-sungguh. "Kheng siepee, masih ingatkah
siepee kepada Twie-hoen-poan Tjia Boen?" ia tanja.
Belum berhenti suara anak muda ini, Kheng Hong sudah
mentjelat bangun seraja tangannja menjamber kedua tangan
orang dan matanja segera menatap. didalam situ air matanja
nampak mengembeng. "Apa?" katanja, suaranja menggetar. "Kaulah Pantas sekali
melihat sadja, aku seperti mengenalimu Dasar Thian ada
matanja" orang tua ini menangis saking girang.
In Gak terharu, ia berduka. Ia lantas menekuk kedua
kakinja didepan sahabat ajahnja itu, ia memberi hormat
sambil mengangguk-angguk.
Kali ini Kheng Hong tidak menundjuk lagi sifat djenakanja.
Ia menarik anak muda itu, untuk dirangkul. Ia menangis
terisak. "Ajahku telah menutup mata pada tiga tahun jang lalu," In
Gak memberitahu. Air matanja orang tua itu berlinang-linang.
"Kasihan adik angkatku itu, setelah berpisah duapuluh-satu
tahun, dia telah berpulang kelain dunia," katanja. "Hiantit,
tjobalah kau tuturkan segala apa kepada paman jang tidak
punja guna ini" In Gak suka meluluskan, dengan menahan kesedihannja, ia
menuturkan nasib buruk dari ibunja, hingga ajahnja merantau
mentjari balas, sampai diwilajah Sam-siang, ajahnja itu kena
dikerejok hingga mesti menjingkir ke Kangsay selatan dimana
dia ditolongi seorang pendeta jang tidak disebutkan siapa
namanja, hingga tiga tahun kemudian, ajahnja menutup mata,
sedang ia sendiri lantas beladjar silat pada pendeta jang tidak
mempunjai nama itu Boe Beng.
"Baru berselang setengah tahun sedjak aku mulai
berkelana," In Gak kata achirnja. "Untuk usahaku ini, aku
menggunai nama palsu."
259 Setelah mendengar semua, di balik kedukaannja, Kheng
Hong mendjadi girang sekali, hingga habis menangis, dia
tertawa lebar. "Bagus, hiantit, kau bersemangat" dia memudji. "Kau
pertjaja, pamanmu ini pasti akan membantumu. Didalam
Tjeng Hong Pay memang ada beberapa orang jang harus
ditjurigai sudah membantu mengepung ajahmu itu, tetapi
sekarang, selagi belum ada kepastiannja, kita tidak boleh,
mengeprak rumput hingga ular djadi kaget dan kabur. Pula ini
memang bukannja urusanjang dapat kita bitjarakan dalam
sedikit waktu sadja. sang waktu masih pandjang. Baiklah lain
kali kita berbitjara pula. Diluar, beberapa botjah itu lagi
menantikan kita, mari kita menemukan mereka"
Maka baliklah mereka keluar. segera sambil menundjuk si
anak muda, Ay-hong-sok kata sambil tertawa: "Inilah anaknja
sahabatku jang telah menutup mata Dia she Gan, Gak Kamu
anak-anak muda, hajolah kamu beladjar kenal dan mengikat
persahabatan satu dengan lain"
Benar-benar mereka itu lantas beladjar kenal.
Nona dengan badju abu-abu itujalah Kang Yauw Hong.
"Nona Kang," tanja Kheng Hong kemudian, "Dimana
kawanan tikus itu mendjandjikan pertemuan denganmu?"
Yauw Hong mengeluarkan sehelai kertas, jang ia serahkan
pada si orang tua, maka mereka melihatnja bersama-sama.
Bunjlnja itu jalah: "urat ini dikirim kepada Hian-ie Liong- lie Kang Yauw Hong
jang telah lari merat sebentar djam tiga aku mesti datang
melaporkan diri dimarkas tjabang. Djikalau kau melanggar
perintah, kematianlah bagianmu"
Tanda-tangan dari surat itu adalah tanda tangannja
Pekshouw Hiotjoe Tjie Tjoe Beng.
260 Djadlnja, Yauw Hong bergelar si Puteri Naga Badju Hitam,
Hian-ie Liong-lie, dan hiotjoe, ketua tjabang Tjeng Hong pay
itu, jalah si Harimau Putih, Pekshouw.
Dengan roman sangat berduka, Yauw Hong berkata: "Tjie
Tjoe Beng jalah satu diantara empat hiotjoe terkedjam darl
Tjeng Hong Pay. Dia liehay sekali. Dengan datangnja dia,
mungkin akan turut delapan belas Loo-han Totjoe serta jang
lain-lainnja, jang berdjumlah tak kurang dari empat atau
limapuluh orang. Maka itu djumlah kita mendjadi terlalu ketjil
Ini benar djuga" Kata Kheng Hong jang mengerutkan alis. "Mana dapat
sekarang aku si tua-bangka menabuh gembreng untuk
meminta bantuan?" Ia berduka tetapi si Tonghong sok Kate ini bitjara setjara
lutju, ia membikin orang tertawa.
In Gak berpikir. Ia lantas ingat sin-liong-say-houw-leng,
lentjana hadiah dari Tjhong sie. Ia pertjaja ia akan dapat
membantu, maka ia tanja Kheng Hong: "Siepee, kau memikir
untuk melindungi nona Kang menjingkirkan diri atau kau
berniat pergi kebukit untuk menempur mereka itu?"
Sebelum mendjawab, Kheng Hong sudah tertawa.
"Hiantit, mana dapat kita tidak menempurnja?" sahutnja.
"Tjeng Hong pay telah mengatur orang-orangnja disekitar
hotel ini. Tjoba mereka tidak melihat aku si tua bangka disini,
mungkin mereka sudah menjerbu, tidak nanti mereka mau
berlaku begini sabar."
In Gak tertawa. "Untuk mentjari bala-bantuan, gampang" katanja tertawa.
"Nanti aku pergi sebentar"
Kheng Hong mengerutkan alis.
"Hiantit", katanja, tak mengerti. "Kau baru sadja sampai
disini, kaulah seorang asing, dimana kau dapat bala-bantuan?"
261 "Djangan kuatir siepee," kata In Gak. jang tidak mau
memberi pendjelasan- "Aku akan lekas pergi dan lekas pulang,
tjuma sebentar" Benar-benar pemuda ini lantas bertindak pergi.
Malam itu malam gelap bulan, bintang-bintang pun dj
arang, tjuma ada lenteranja rumah penginapan jang
menerangi djalanan. Adalah disebelah sana, dipusat jang
ramai, nampak tjahaja penerangan. Pusat itu djauh djuga
terpisahnja dari hotel. setelah bersangsi sebentar,In Gak
menudju kesana. Belum ada sepuluh langkah, ia telah
dihalangi seorang jang bertubuh djangkung, jang muntjul dari
sebelah depan. ia mendjadi mendongkol. ia menganggap
orang terlalu galak sudah mengganggu padanja. "Apakah kau
memegat aku, tuan?" ia tanja. si djangkung- kurus itu tertawa.
"Andjing tjilik, bukankah kau kawannja si perempuan
pemburon dan si andjing tua?" dia balik menanja, djumawa.
"Kalau benar, bagaimana?" In Gak tegaskan. "Kalau bukan,
bagaimana?" "Kalau benar, bagus Kau harus turut aku" Mendadak dia
meluntjurkan tangan kanannja, akan menjambar lengan si
anak muda. In Gak tidak berkelit, ia membiarkan tangannja ditjekal,
hanja ia kaget waktu ia merasakan tangan jang keras. Tangan
orang itu njata ada memakai besi. Dengan lantas ia mengutik
dua djari tangannja, atas mana si djangkung- kurus
mengeluarkan seruan kaget, sebab seluruh tubuhnja mendjadi
kaku tiba-tiba. selandjutnja dia tidak dapat bersuara lagi.
In Gak tertawa dan berkata: "Aku lihat baiklah kau
menemani aku sebentar, tuan" Lalu ia balik menuntun tangan
orang, untuk diadja k pergi. Diluar kehendaknja, si djangkung
mengikuti. Lutju In Gak. selagi orang diam sadja, ia mengotjeh
sendirian, ia tertawa-tertawa, sebagai djuga dua kawan jang
262 lagi berdjalan sambil mengobrol disebabkan merekalah kawankawan
lama jang baru bertemu pula
Memang didjalan itu, dibagian mana sadja, ada matamatanja
Tjeng Hong Pay, dan mereka itu saban-saban melirik
atau mengawasi dengan sinar mata heran atau bertjuriga
sebab si anak muda berdjalan bersama si djangkung- kurus,
kontjo mereka. In Gak berdjalan terus sampai disebuah gang ketjil, disitu ia
melepaskan tangannja untuk terus menepuk pundak orang
seraja ia berkata: "Aku minta sukalah kau menanti aku disini,"
sebentar sadja Lalu terus ia berdjalan dengan tjepat.
Si djangkung- kurus terus berdiri diam bagaikan patung,
karena ia telah ditotok anak
muda itu. Ia tjuma bisa mengawasi dengan bengong.
Tiba ditempat ramai, In Gak bertemu seorang pengemis
usia pertengahan. Dia bermuka dekil dan rambutnja kusut.
Dengan mengulur sebelah tangannja, dia minta uang kepada
orang-orang jang berlalu- lintas. Ia mendekati pengemis itu, ia
meluntjurkan tangannja, untuk menjesapkan sesuatu dalam
telapakan tangannja. Itulah bukan uang hanja sin-liong-sayhouwleng. Melihat lentjana itu, jang terbuat dari perunggu,
kaget si pengemis, dia mengawasi tadjam.
In Gak tertawa. Ia menarik pulang tangannja, akan
menjimpan lentjananja itu dalam sakunja, sambil berbuat
begitu, ia kata: "Aku mempunjai urusan saagat penting Tolong kau
memberitahukan ketuamu, agar lantas dikirim anggautaanggauta
jang liehay kemarkas tjabang Tjeng Hong Pay diatas
bukit. Aku bentrok dengan mereka, aku mohon bantuan.
Djamnja jalah kira2 djam tiga. Pesan, sebelum aku muntjul,
djangan turun tangan dulu"
Pengemis usia pertengahan itu lantas menekuk sebelah
lututnja. 263 "Boanpwee akan turut perintah" katanja dtngan hormat. Ia
menjebut dirinja boanpwee, orang jang lebih muda tingkatnja.
Tanpa membilang apa-apa, In Gak kembali kegang tadi,
untuk menarik si djangkung- kurus, guna kembali ketempat
semula mereka bertemu. Disini ia membebaskan orang dari
totokan, dengan dingin ia kata padanja: "Dengan
kepandaianmu ini kau berani main gila didepanku" Hm
sekarang lekas bubarkan semua pendjagaanmu disekitar hotel
Geng Pin ini, lekas kasi tahu TjieBeng Tjoe si bangsat tua
bahwa sebentar djam tiga, Nona Kang bakal pergi kesarang
kamu" Lantas ia memutar tubuhna, untuk masuk terus
kedalam rumah penginapan.
Didalam, Kheng Hong semua lagi menantikan, roman
mereka tidak tenang. Melihat si anak muda, semua berpaling.
"Bagaimana dengan bala- bantuanmu, hiantit?" tanja si
orang tua, jang tapinja dapat bersenjum. Dia bitjara sambil
mengerling mata. si anak muda bersenjum.
"Beres, siepee," sahutnja. "Djam berapa kita berangkat?"
Tonghong sok Kate tertawa lebar.
"Sekarang belum djam dua, buat apa kesusu?" sahutnja."
Aku si orang tua masih belum minum tjukup"
In Gak mengawasi Tonghong Giok Koen beramai, ia
tertawa. Ia mau membilang orang tua itu sangat kemaruk
dengan arak. Tonghong Giok Keen pun tertawa. "Saudara
Gan, siapakah itu bala bantuanmu?" ia tanja. In Gak membuat
main matanja, ia tertawa.
"Ilmu sedjati tak disampaikan kepada enam telinga, maka
itu, setelah tiba saatnja, baru akan ketahuan" sahutnja.
Nona Kang merasa kurang enak dihati. Untuk urusannja, ia
mesti membikin orang pusing dan mungkin menghadapi
bahaja. Maka dengan sinar mata bersjukur, ia mengawasi si
anak muda. 264 In Gak bisa melihat nona itu berduka dan berkuatir, ia
tertawa terhadapnja. "Djangan takut, nona" ia menghibur." Malam ini bentjana
akan berubah mendjadi keselamatan"
Nona itu, bersenjum tanpa kedukaannja lenjap. Dia masih
menggeleng kepala dan menghela napas. Dia tetap
mengawasi dengan roman bersjukurnja itu. In Gak merasakan
itu, maka ia lantas menoleh kepada Tonghong Giok Keen dan
Kiang Yauw Tjong. ia kata: "Nona Kang mendapat gempuran
bathin hebat sekali, lihat, bagaimana dia sangat berduka."
Kedua anak muda itu tjuma bersenjum. Mereka tidak mau
menggoda sahabatnja ini. Kheng Hong sendiri terus menenggak araknja., sampai
mendadak ia menepuk-nepuk tangan, sembari tertawa ia kata:
"Anak-anak, djangan keterlaluan ja Hati-hati, nanti
pembalasan datang" Mendengar itu, Yauw Hong likat sendirinja. Ia tahu si orang
tua telah dapat menangkap arti sinar matanja itu. Ia lantas
tunduk. Tonghong Giok Koen berdua bersenjum.
"Baik, mari kita berangkat sekarang", kata Kheng Hong
kemudian- Ia tertawa lebar. Ia meletaki sepotong perak diatas
medja, habis mana, ia bertindak lebih dulu. In Gak semua
mengikuti tanpa banjak omong.
Ketika itu sudah djam dua. Diluar sudah djarang orang
berlalu- lintas. Ketika In Gak memasang mata, ia melihat tak
djauh dari situ ada si djangkung- kurus bersama lima
kawannja. Ia mendjadi mendongkol. Ia lantas bertindak
tjepat, lantas dengan satu lompatan, ia tiba kepada mereka
itu, tepat didepan si djangkung- kurus. sembari tertawa dingin
ia kata: "Aku lihat kau tidak kenal kapok, tuan Apakah kataku
tadi?" Si djangkung- kurus itu waspada sekarang.
265 "Tadi aku alpa" sahutnja, keras. "Djangan kau djumawa
Aku menerima titahnja Tjie Hiotjoe untuk mendjadi penundjuk
djalan" In Gak mengasi dengar edjekan Hm.. Mendadak tangan
kirinja, menjamber lengan orang, lalu tangan kanannja
menggaplok. menjusul itu, tangan kirinja dilepaskan sambil
didorongkan dan kaki kanannja terangkat. Tidak ampun lagi, si
djangkung itu mendjerit:" Aduh!" dan tubuhnja terpental,
membentur kelima kawannja, hingga mereka itu terhujung
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan dua antaranja turut roboh terdjengkang.
In Gak terus memandang tadjam jang tiga. Ia tertawa
dingin dan membentak mereka: Lekas kamu lari sambil
menggojang ekor kamu atau kamu telah melihat tjontoh
Ketiga orang itu djeri, dengan masing-masing menolongi
tiga kawannja, mereka lari ngatjir
Kheng Hong semua melengak. Hebat sepak-terdjangnja In
Gak. Begitu sebat, begitu djitu tangan dan kakinja, begitu
tadjam mulutnja. Tonghong Giok Koen dan Kiang Yauw Tjong biasa
mengagumi diri sendiri. Merekalah murid- muridnj a orang
liehay, merekapun sudah berkelana. Tapi sekarang mereka
heran. Nona Kang pun mengawasi tadjam, sinar matanja
menundjuki dia kagum luar biasa. Bukankah In Gak mirip
seorang peladjar jang lemah"
Mereka berdjalan terus kebukit, jang terpisahnja dari Tjiokeetjhung tjuma lima belas lie disebelah timur, sedang
penduduknja tjuma kira2 empat ratus keluarga. Tempat itu
dinamakan bukit karena disana-sini ada gundukan-gundukan
tanah jang tinggi dan sepi. Djadinja, untuk bertarung disana, tempat itu
tepat. Kheng Hong ingin mengudji ilmu ringan tubuh dari
keponakannja itu, segera ia lari keras. sebentar sadja ia telah
266 melalui tudjuh atau delapan lle. segera ia heran dan kagum. si
anak muda dengan mudah dapat mendampinginja. Tonghong
Giok Koen dan Kiang Yauw Tjong ketinggalan setombak lebih
dan nona Kang, jang terbelakang, sengal-sengal napasnja.
Untuk menunggui si nona, Kheng Hong memperlambat larinja.
Yauw Tjong dan Giok Koen mentjekal tangan In Gak. "Saudara
Gan, hebat ilmu ringan tubuhmu" mereka memudji. In Gak
merendahkan diri sambil bersenjum.
Mereka berlari-lari terus. Angin dingin menjampok muka
mereka. Selagi mendekati bukit, dua bajangan muntjul dari
pinggiran, lantas terdengar suara mereka jang tegas sekali:
"Apakah ada tiangloo dari Kay Pang disana?"
In Gak menduga kepada pihak Kay Pang, Partai Pengemis,
ia lantas berlompat, untuk mendahului keempat kawannja.
Ketika ia sampai didepan dua orang itu, mereka menekuk
sebelah lutut mereka seraja berkata: "Tjoe-soe Pa Kim dari
Tjio-kee-tjhung bersama muridnja, Djie Liong, menjambut
tiangloo" In Gak lekas memimpin bangun.
"Djangan pakai adat-peradatan, Kim Tjoe-soe" katanja.
"Malam ini kau mengadjak berapa banjak saudara?"
"Duapuluh-lima orang," menjahut Pa Kim, kedua tangannja
dikasi turun, tanda menghormat. "Mohon tanja tiangloo,
mereka hendak diatur bagaimana?"
"Kamu bersembunji sadja disekitarku," In Gak bilang.
"Ketjuali aku keteter, djangan kamu perlihatkan diri Pengaruh
Tjeng Hong Pay besar sekali, djangan kita menimbulkan
antjaman bahaja dibelakang hari."
Pa Kim mengangguk seraja memberikan djandjinja. In Gak
memandang Djie Liong si pengemis usia pertengahan.
"Saudara Djie, pandai kau bekerdja," katanja. "Aku
mewakilkan Tiangloo kita memberi pudjian padamu"
"Terima kasih" berkata Djie Liong.
267 "Sekarang lekaslah kamu mengatur" In Gak berkata.
Kedua pengemis itu menekuk pula kaki mereka, lantas
mereka menghilang ditempat dari mana tadi mereka muntjul.
Kheng Hong, jang telah menjusul, mementang matanja
saking heran- "Hebat, hiantit" katanja, kagum. "Kapannja kau mendjadi
tiangloo dari Kay pang?"
In Gak tertawa. "Aku ini jalah tiangloo tetiron" sahutnja. "Aku tjuma
batoknja sadja" Kheng Hong menduga, mesti ada rahasianja, ia terpaksa
menutup mulut, melainkan alisnja berkerut. Karena In Gak
sudah berlari pula, ia lantas menjusul. Demikian djuga ketiga
muda-mudi. Segera djuga mereka tiba dikota bukit itu. Dari djendela
pelbagai rumah nampak sinar api. Lalu diantara suara ramai
terlihat muntjulnja tudjuh atau delapan orang. Diantara
mereka itu, seorang tertawa njaring dan berkata: "Kheng
Lootjianpwee, maaf TjieTjoeBeng terlambat menjambut"
Tonghong sok Kate tertawa lebar dan menjahuti: "Tjie
Hiotjoe kesohor diempat pendjuru lautan, aku si orang she
Kheng telah lama mendengarnja Aku tidak sangka, bukan
orang jang mendekati hanja djalanan, maka djuga dibukit ini
kita bertemu satu dengan lain"
"Ooh, Kheng Lootjianpwee, bagus kata-katamu ini" kata
orang she Tjie itu. Tadinja mereka itu berada ditempat gelap. atau lantas
mereka dapat melihat tegas satu pada lain. Pihak Tjeng Hong
Pay telah menjalakan delapan buah obor besar.
Kapan TjieTjoeBeng melihat Nona Kang Yauw Hong, dia
membentak: 268 "Kang Yauw Hong, partai kita memperlakukan baik
padamu, kenapa kau minggat" Kenapa disepandjang djalan
kau melukai saudara-saudara kita" Hari ini atas titah Paytjoe
hendak aku membekuk kau, Apakah katamu?"
Yauw Hong pun gusar sekali melihat hiotjoe itu, hingga
matanja bersinar dan giginja terkertak.
"Tua-bangka djahanam" ia berteriak. "Menjesal nonamu
tidak dapat membeset kulitmu untuk gegarasi dagingmu
Kenapa kau berulang kali membudjuki Paytjoe memaksa
mengambil aku mendjadi gundiknja" Bukankah ini
kedjahanamanmu?" Dibeber keburukannja, TjoeBeng gusar. Tetapi dia dapat
tertawa dingin, suaranja seram. Lantas menuding si nona,
menjusul mana segera terlihat muntjulnja lima- atau enam
puluh orang,jang terus melakukan pengurungan. ia kata,
suaranja dalam: "Manusia mau mampus, lihatlah saudarasamdara
ini jang akan membekuk kau untuk dibawa pulang
kegunung Djangan kau menjeret-njeret tjelaka pada sahabatsahabatmu,
baik2 sadja kau turut kami, aku tanggung
keselamatanmu" Yauw Hong dj eri djuga melihat begitu banjak orang Tjeng
Hong Pay, mukanja mendjadi putjat. Kheng Hong tapinja
tenang-tenang sadja, bahkan dia dapat bersenjum-senjum.
Yauw Tjong pula tertawa dingin. In Gak saling memandang
dengan Giok Koen, keduanja memperlihatkan sikap
memandang enteng. Kemudian Yauw Tjong madju kedepan
TjoeBeng. "TjieTjoeBeng, djangan kau mengandalkan djumlah jang
banjak" katanja, tertawa dingin- "Dimata tuan mudamu ini,
mereka bangsa tak berguna, Buat apa kamu banjak tingkah"
Nona Kang nona merdeka, dia tidak mendjual dirinja kepada
Tjeng Hong Pay, kenapa kamu hendak menawannja?"
269 Tjoe Beng pun tertawa dingin.
"Kau siapa, tuan?" tanjanja. Bagaimana, kau berani banjak
lagak didepanku" sengadja Yauw Tjong bersikap djumawa.
"Tuan muda mu jalah Hek mo-lek Kiang Yauw Tjong" ia
perkenalkan diri "Kau dengar njata sekarang?"
TjoeBeng terkedjut djuga.
Kabarnja dalam dunia Kang-ouw muntjul dua djago muda,
adakah mereka ini" ia kata dalam hatinja. Ia lantas
mengawasi tadjam. Ia terus tertawa kering dan berkata:
"Kiranja kau, Aku ingin beladjar kenal dengan kepandaianmu"
Hiotjoe ini mau madju atau seorang dibelakangnja berlompat
kedepannja. "Tongtjoe, serahkan dia padaku" katanja seraja
perkenalkan diri sebagai Song KekBoen.
Ia lantas mendeliki si anak muda dan kata mengeduk:
"Orang she Kiang, malam ini tanah munujul merah ini jalah
kuburanmu" Yauw Tjong tertawa dingin, lantas ia madju menjerang,
kedua tangannja meluntjur kearah pundak.
Kek Boen kaget. Inilah ia tidak sangka. Tapi ia bisa mundur
sambil kedua tangannja dirapatkan, untuk mengatjip tangan
penjerangnja itu. Yauw Tjong tertawa dingin pula, kedua tangannja ditarik
pulang. Disamping itu, kaki kanannja digeser, kaki kirinja menj
usul, untuk berada d isis i lawannja, untuk dengan tangan
kirinja menindju kepunggung.
Sebat gerakan itu, sampai In Gak bersenjum memudjinja.
Tidak ketjewa pemuda she Kiang itu mendjadi murid partai
berkenamaan, bahkan djuga lekas kesohor.
Jilid 3.4. Memukul rubuh murid Soat san sin mo
270 Kek Boen menjabat tangan lawannja, tetapi dia kalah
sebat, punggungnja kena terhadjar, ketjuali merasa sakit,
matanja pun berkunang-kunang. ia berlompat, untuk menjing
kir. Tapi Yauw Tjong menjusul dia, kempolannja kena didupak.
maka sekalian sadja dia djatuh meloso tudjuh atau delapan
tombak djauhnja. Tjie TjoeBeng terkedjut. Terlalu tjepat achirnja
pertempuran itu Song Kek Boen jalah satu diantara
delapanbelas Lohan jang berada dibawahannja golongan Lo
Han Tong. Ia tahu KekBoen telah menjampaikan tingkat enam
atau tudjuh dalam ilmu dalam dan ilmu luar. Dengan terpaksa
ia menjuruh menggotong sebawahan itu.
Lantas muntjul orang jang kedua, jang lantas
memperkenalkan diri sebagai Tek-djiauw-sin Khong Yan si
Malaikat KukuBeratjun. ia pun mendamprat Yauw Tjong
sebagai binatang tjilik, "Baik, Khong Totjoe" kata Tjoe Beng "Berhati- hatilah!"
Khong Yan mengangguk. lantas ia madju, kedua tangannja
dibalik, hingga terlihatlah sendjatanja, itu Ngo-tok Kee-djiauwliam,
arit mirip tjeker ajam jang telah dipakaikan ratjun.
"Andjing ketjil, apa kau tidak mau mengeluarkan
sendjatamu?" tegurnja djumawa. "Malam ini kau mesti
mentjobai ratjunku jang memutuskan arwah"
Yauw Tjong gusar, tetapi waktu ia hendak menghunus
pedangnja, Giok Koen sudah berlompat kedepannja.
"Soeheng, kasilah aku jang lajani bangsat ini," katanja.
Yauw Tjong tertawa, ia mundur.
Giok Koen menghunus pedangnja, ia ulapkan itu kedepan si
orang djumawa. Itulah tantangannja setjara membungkam,
sebab tak sudi ia banjak omong. Khong Yan mendj erit saking
gusar, ia lantas menjerang.
Giok Koen menggeser kesamping, pedangnja membabat.
Atas itu orang Tjeng Hong Pay itu pun berkelit, sesudah mana
dengan gesit dia madju pula, untuk menjerang. Sekali ini, dia
271 menjerang saling-susul, untuk mendesak. sendjatanja itu
dipakaikan ratjun, siapa terkena itu, tjelakalah ia.
Giok Koen berlaku tenang tetapi gesit. Ia putar pedangnja,
untuk membela diri. Itulah ilmu pedang Thian-kong-kiam dari
NgoBiePay. sinar hidjau daripedangnja itu berkilauan, anginnja
bagaikan menderu- deru. Maka hebatlah pertempuran mereka.
Dipihak Tjeng Hong Pay, Khong Yan memang lebih liehay
daripada Song Kek Boen. Achirnja Giok Koen mendjadi habis sabar. Tak sudi ia
melajani terlalu lama. Mendadak ia bersiul, lantas ia
menjerang, tiga kali beruntun. ia mengarah tiga djalan darah
sin-tjiang, kie-boen dan khie-hay.
Baru sekarang Khong Ya n terkedjut. sinar pedang
menjilaukan matanja, sambaran anginnja pun dingin. Tjepattjepat
ia menutup diri dengan sepasang aritnja itu.
Giok Koen madju terus, pedangnja lantas meluntjur. sia-sia
Khong Yan menutup diri, pedang toh menjambar djuga,
hingga dia mendjerit dan mandi darah, tubuhnja roboh. Tapi
selagi roboh, ia menerbangkan aritnja ditangan kanan. Untuk
membela diri, Giok Koen mau menangkis. "Djangan..!"
berteriak Yauw Hong."Mundur!"
Giok Koen kaget, tak sempat ia menarik pulang pedangnja,
maka kedua sendjata beradu, lantas ratjunnja arit menjambar
kearah musuh ini. Kheng Hong melihat antjaman bahaja untuk si anak muda,
dia berseru sambil berlompat madju, kedua tangannja dipakai
menjerang dengan pukulan Udara kosong. Maka itu, ratjun
jang bagaikan pasir, meluntjur kelain arah, kearahnja
TjieTjoeBeng. Hiotjoe itu terkedjut, ia lompat mundur, sambil berlompat,
ia pun menjerang dengan pukulan Udara Kosong itu. Maka
pasir beratjun itu berhamburan ketempat kosong. Tjoba ada
272 jang lolos dan mengenai tubuhnja, pasti tubuhnja mendjadi
hitam dalam sekedjab. Ia kaget dan bingung, takutnja bukan
main. Giok Koen gusar sekali, maka itu ia lompat kepada Khong
Yan, untuk menikam lehernja, hingga darah merah muntjrat.
TjoeBeng menginsafi bahaja, atas tandanja, orangorangnja
semua madju mengurung siap untuk menerdjang.
Dia sendiri tertawa menghina, katanja:"Kheng Tayhiap. tak
pantas perbuatanmu ini.Takpantas kau mentjampuri urusan
orangku jang buron sedang sekarang, kau melukai dua orang
kami, dua murid dari Lo Han Tong, Baiklah kau serahkan
budak itu, supaja permusuhan dapat dibikin habis Djikalau
tidak. Hari ini aku mau lihat apa kau bisa lolos dari bukit ini?"
Kheng Hong tidak takut, dia tertawa terbahak.
"Tjie Hiotjoe, urusan didalam dunia mesti diurus orang
dalam dunia djuga" katanja. "Disini tidak ada soal anggauta
buron atau bukan Aku malu untuk Tjeng Hong Pay, karena
untuk seorang anggauta wanita, kamu datang dalam djumlah
sangat besar, Baik kau ketahui, aku hendak mentjampur tahu
urusan ini, Aku dengar liehay sekali tanganmu jang berpasir
hitam Hek-see-tjiang maka itu djikalau kau tidak puas, kau
keluarkanlah" Tjie TjoeBeng gusar hingga tanpa mengutjap sepatah kata,
dia menjerang Ay-hong-sok si Tonghong sok Kate
Kembali Kheng Hong tertawa, hanja sekarang sambil ia
mengibas dengan tangan badjunja jang gerombongan. ia telah
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengguna i ilmu silatnja, jang diberi nama Ngo-heng-tjiang
atau Tangan Lima Logam. Mereka lantas bentrok, setjara
hebat sekali, sama-sama mereka mundur dua tindak.
Kheng Hong kagum untuk ketangguhan musuh, maka itu,
ia lantas menjerang. Dengan tangan kiri ia mengibas kekanandengan
tangan kanan ia berbareng menjerang keiga musuh.
273 TjoeBeng tertawa, tangan kirinja menangkis. Ia menggunai
djurus Burung hong menghadap kelangit. Tapi Kheng Hong
bersiasat. Dengan tangan kirinja, jang tadi dipakai
menggertak. la menjerang pula.
Inilah, tidak disangka TjoeBeng, dia kena terhadjar hingga
tubuhnja mental, tapi dia tidak roboh, maka itu, musuhnja
mendesak terus semakin seru. Dalam gusarnja, dia pun
membikin perlawanannja sama serunja
Kheng Hong tidak menjajangi tenaganja, terus-menerus ia
menjerang hebat. Maka itu, selang delapanpuluh djurus,
TjoeBeng sudah bermandikan peluh, benar dia belum
terkalahkan tetapi dia merasa bahwa tenaganja tak akan
sanggup bertahan lebih lama pula. Njata dia terdesak.
Menampak demikian, kawanan Lohan berseru, lantas
mereka madju, untuk mengerojok. semendjak tadi, mereka
mengurung dengan waspada. Lantaran madjunja mereka,
maka kira2 limapuluh kawannja, jang mengurung dari sebelah
luar, djuga sudah mempertjiut kurungannja.
Kiang Yauw Tjong dan Tong hong Giok Koen mendjadi
gusar sekali, sambil berseru, mereka madju untuk
menghadang kawanan Lohan itu.
TjieTjoeBeng mendapat hati karena madjunja kawankawannja
itu, perlawanannja mendjadi gigih, dari itu, tak
dapat Kheng Hong segera merobohkannja.
Hati Nona Kang mendjadi tidak tenteram. Tak dapat ia
berdiam sadja menjaksikan lain orang mengadu djiwa
untuknja. Maka ia menghunus pedangnja, berniat berlompat
madju. "Tahan" berkata In Gak. jang mentjegah sambil
menggeleng kepala tetapi bersenjum.
"Berbahaja untuk kau turut madju, nona, kau dapat
menggagalkan siasatku. Djangan kuatir, musuh tak akan
dapat mentjapai maksudnja"
274 Yauw Hong berdiam, tetapi ia tetap tak tenang hati. Ia
mengawasi si anak muda. Karena orang bersenjum, ia
bersenjum djuga. In Gak tidak turut madju disebabkan madjunja Yauw Tjong
dan Giok Koen- ia mengerti, apabila ia turun tangan, Yauw
Hong tidak ada jang lindungi. ia lantas memikirkan daja
lainnja. Ia segera memasang mata kesekelilingnja. Dengan
tjepat ia telah mendapat djalan.
"Nona Kang," ia berkata, "Aku hendak turun tangan, kau
baik-baik djaga dirimu, djaga djangan sampai kau kena
dibokong" Habis berkata itu, anak muda ini mengasi dengar suara
bagaikan naga mengalun lantas tubuhnja bergerak. sedjenak
sadja ia sudah masuk dalam gelanggang pertempuran.
Yauw Hong heran dan kagum, Tjuma sekelebatan, atau
orang telah lenjap dari dampingnja.
Tjie Tjoe Beng lagi hendak menjerang Kheng Hong atau
mendadak ia merasakan lengannja jang kanan mendjadi kaku,
didepan matanja berkelebat satu bajangan, bajangan dari
seorang anak muda tampan jang muntjul tiba-tiba didepannja.
Njata lengannja itu didjepit tiga djeridji si anak muda, dadanja
terus terasa sesak. mengalirnja darahnja bagaikan mandek.
Semua berhenti si anak muda jalah In Gak berseru angker.
Kheng Hong heran dan kagum. Ia telah merasakan Tjoe
Beng bakal sebera habis tenaganja, siapa tahu muntjullah si
anak muda dengan gerakanjang luar biasa itu.
Didalam hatinja ia kata: "Anak ini benar-benar manusia,
Tjia Hiantee mendapatkan anak seperti dia ini, ia boleh mati
meram" Yauw Tjong dan Giok Koen baru sadja merobohkan empat
orang tatkala mereka melihat madjunja si anak muda, bukan
main mereka girang dan kagum. Dengan berbareng mereka
lompat mundur kesisi Yauw Hong.
275 Pertempuran berhenti dengan lantas. semua pendjahat
tertjengang. "Tjie Tjoe Beng, kau sekarang hendak membilang apa?"
tanja In Gak pada pemimpin Tjeng Hong Pay itu. Ia tertawa
dingin. Mukanja TjoeBeng mendjadi muram danputjat. Ia kaget
mendapatkan pemuda tidak dikenal ini demikian liehay. Ia
mengerti, rusaklah lengannja andaikata ia berontak. Tapi ia
berkepala besar. "Aku alpa maka aku kena tertipu kau" katanja, berani. "Apa
aku mesti bilang" Tak takut aku mati, hanja sajang dirimu,
kau tidak bakal lolos dari tangan kami"
In Gak tertawa pula. "Hm Kau djadinja mengandalkan djumlah jang banjak?"
katanja. "Baiklah..!"
Ia lantas berpaling kesamping, untuk berkata
njaring:"Ssaudara Djie Liong, dengar silahkan kamu
perlihatkan diri kamu, supaja mereka ini bisa lihat"
Suara itu disambut seruan diempat pendjuru mereka, lantas
terlihat bergeraknja duapuluh lebih bajangan orang, jang
lantas mengambil sikap mengurung rombongan Tjeng Hong
Pay itu. Melihat demikian, Tjoe Beng kaget.
"Tjie Tjoe Beng" kata In Gak tertawa mengedjek. "Ini dia,
si tjengtjorang mau menangkap tonggeret, dibelakangnja ada
si burung geredja Maka pertjuma sadja segala siasatmu"
Kata-kata ini disusuli dengan tenaga mendjepit jang
diperkeras, atas mana pemimpin Tjeng Hong Pay itu lantas
mengasi dengar d jeritan kesakitan jang hebat. Tiba-tiba sadja
ia merasa digigiti ratusan ular berbisa, jang pagutannja terasa
keulu- hatinja, membikin ia merasa gatal dan sakit luar biasa.
Diluar kehendaknja, ia mengutjurkan air mata.
"Andjing tua, dengar" In Gak membentak."Asal kau
menerima baik dua buah sjarat, kau akan memperoleh
276 keampunan, Djikalau tidak. kau rasakanlah siksaan tudjuh hari
jang akan meminta djiwamu"
"Aku si orang she Tjie akan menerimanja, kau sebutkan
sadja tuan," kata Tjoe Beng lemah. Ia putus asa.
"Jang pertama," kata In Gak keren, "Mulai hari ini dan
seterusnja, tak dapat kau menjusahi lagi Nona Kang Yauw
Hong, Apa djuga jang terdjadi atas diri Nona Kang, kau jang
bertanggung-djawab, Jang kedua jalah, mulai besok, kau
mesti bubarkan markasmu disini, sepak-terdjangmu
selandjutnja tjuma berbatas dalam propinsi Shoasay sadja
Bagaimana?" setelah berkata, In Gak mengawasi sambil
tertawa, menantikan djawaban.
Tjoe Beng mati kutunja, ia mengangguk tanpa bersuara.
In Gak tertawa, ia melepaskan djepitannja, untuk dengan
tjepat menotok djalan darah tjiang-boen dari orang itu.
sembari tertawa, ia berkata: "Aku tahu kau sangat litjin, Aku
terpaksa berbuat begini. Kau telah tertotok bujar tenagamu,
maka itu selama setengah tahun, tidak dapat kau
menggunainja pula, atau kau terluka ulu- hatimu Aku telah
mengasi nasihatku ini, kau mesti turut, supaja djangan kau
menjesal sesudah kasip. Supaja djangan kau nanti sesalkan
aku Totokanku ini tidak dapat dibebaskan oleh lain orang"
la mengasi lihat roman bengis, ia kata pula: "Aku tahu kau
tidak puas, maka hendak aku mengasi kau lihat, Kau kas i
tahulah orang-orangmu untuk mereka berhati-hati"
Tjie Tjoe Beng takut bukan main, ia menarik napas
berduka. setelah ditotok itu, ia merasakan tenaganja bujar,
tangan dan kakinja semakin beku. Ia berdiam meskipun ia
sangat mendongkol. Dengan sinar mata guram, ia
memandang sekalian Lohan-nja.
Dengan sekonjong-konjong terdengar tertawa pandjang
dari In Gak, tubuhnja berkelebat, atau sekedjab, ia sudah
277 kembali ketempatnja dimana ia berdiri sambil menggendong
tangan dan wadjah berseri-seri.
"Apakah artinja ini?" pikir Tjoe Beng, heran. Ia lantas
memandang keenambelas Lohan, lantas ia mendjadi melongo.
Mereka itu terlihat berdiri diam dalam pelbagai sikap jang
berlainan. semua mata mereka mendelik, alis mereka
terbangun, tangan mereka lagi mengantjam dengan
sendjatanja masing2. Mereka benar2 mirip patung2 Lohan
dirumah-rumah sutji Djuga Kheng Hong berempat mendjadi tertjengang. Hebat
anak muda ini. "Tjie Tjoe Beng" kata pula in Gak, tertawa dingin, "Masih
ada satu hal jang kau mesti ingat dan djangan melupakannja.
Kalau nanti kau bertemu ketuamu, kau bilangi dia bahwa
dalam waktu dua tahun, aku bakal datang berkundjung
kegunungnja" Kemudian, menoleh pada kawan- kawannja, pemuda ini
kata: "Djie Liong, mari kita pergi"
Lantas dia bertindak, meninggalkan semua musuh itu.
Rombongannja Djie Liong lenjap. sedang Kheng Hong
berempat mengikuti si anak muda, menghilang djuga didalam
g elap- gulita. **** IX Itulah bulan keempat saat daripohon atau bunga yanglioe
paling memantjing rupa-rupa perasaan manusia. Itu waktu,
dalam sebuah rumah penginapan diselatan Tjio-kee-tjhung,
dengan kedua tangan memegangi tiang pembaringan, In Gak
tengah memandang keluar djendela dimana ada sebuah
pohon yanglioe lagi tertiup angin hingga bergojang-gojang
lembut dan lemb a ran2 bunganja terbang kedalam kamar,
memenuhi lantai. Pula diwaktu pagi, langit terang dari sang
mega, warnanja biru. Anak muda itu memandangi langit, ia
278 lagi berpikir, ia lagi ngelamun- maka djuga terdengarlah suara
senandungnja. Malam tadi, In Gak pulang kehotelnja sesudah djam empat
hampir lewat. Tak dapat ia memedjamkan mata. Disepandjang
djalan tadi, semua orang bungkam, ketjuali Yauw Hong jang
menghaturkan terima kasihnja. Kheng Hong bertiga bungkam
karena mereka berpikir keras, semua heran memikirkan ia,
sedang setibanja dihotel, setelah saling memberi selamat
malam, mereka memasuki kamar masing2.
Kiang Yauw Tjong dan Tonghong Giok Koen heran atas
kesebatan si anak muda. Dia tjuma berkelebat, lantas musuh
mendjadi bagaikan sekumpulan patung. Mereka melainkan
melihat bajangan melesat, tidak lebih. Toh mereka merasa
ilmu silat mereka sudah mahir.
Demikian djuga anggapan Ay-hong-sok jang liehay. Pada
duapuluh tahun dulu ia menemui kitab Ngo-heng Khie-kang
Tjin-koat. Itulah kitab pemahaman tenaga dalam. Mulanja ia
mau mejakinkan itu bersama Tjia Boen, adik-angkatnja.
Maksudnja ini tidak kesampaian, lantaran Tjia Boen tak keruan
parannj a. Maka ia mejakinkan sendiri, digunung siong san
dimana ia hidup menjendiri. Ia berhasil mentjiptakan pukulan
Ngo-heng-tjiang. Enam tahun kemudian ia turun gunung.
Njata ia berpisah untuk selamanja dari adik-angkatnja itu.
Lima belas tahun la manja ia berkelana. Ia niat membalas
dendam untuk adik-angkat itu tapi ia menghadapi kesulitan.
Musuh si adik-angkat banjak dan tak dikenal dan sukar
menjelidiki hal mereka itu. sampai sekarang ia bertemu
puteranja TjiaBoen dan lantas ia menjaksikan kepandaian
orang, jang liehay tak terpikirkan olehnja. Ia sangat kagum.
Belum pernah ia lihat lain orang, jang mempunjai kepandaian
serupa itu Tak tahulah ia, In Gak dari partai persilatan mana,
meskipun ia luas pengetahuannja. Pula aneh, belum berusia
duapuluh tahun, pemuda itu sudah djadi tiangloo, suatu
ketua, dari Kay Pang. Partai Pengemis itu, jang besar dan
279 berpengaruh, mempunjai aturan jang keras. Kenapa seorang
sangat muda mendjadi tiangloonja"
Untuk Kang Yauw Hong, disamping kekagumannja
terhadap In Gak. la memikirkan dirinja. Ia muda dan
sebatang- kara, tak mempunjai sanak atau kadang. setelah
bebas ini, kemana ia mesti tempatkan dirinja" Maka itu, ia
bersedih, tanpa merasa ia mengalirkan air mata.
In Gak masih lama djuga berdiam dalam kamarnja itu.
Telah ia pikir untuk lekas berangkat ke Utara tetapi
pertemuannja dengan Kheng Hong membuatnja terpaksa
menunda. Ia harap saudara-angkat ajahnja itu dapat
memberikan ia banjak keterangan mengenai ajahnja. Maka ia
mengambil ketetapan, setelah menanjakan Ay-hong-sok. baru
ia mau berangkat. ia menjesal, karena membelai Kang Yauw
Hong, ia terpaksa mempertundjuki kepandaiannja, kepandaian
jang ia ambil dari Hian-wan sip-pat-kay. Benar ia berhasil dan
si nona bebas, tapi ia seperti telah membuka rahasianja,
Achirnja ia berbangkit, untuk pergi keluar.
Baru ia mau bertindak, atau telinganja mendengar tindakan
kaki. Lekas sekali, seorang tertampak berdiri dihadapannja.
Ketika ia telah melihat orang itu, girangnja bukan buatanDialah Kioe-tjie sin-kay Tjhong sie. Ia lompat untuk mentjekal
tangannja sang sahabat. Ia tertawa.
"Toako, kapannja kau tiba di Tjio-kee-tjhung ini?" ia tanja.
"Kenapa kau ketahui siauwtee tinggal disini" silakan duduk"
Dengan sinar mata tadjam, Tjhong sie mengawasi adikangkatnja
itu. Ia tertawa. "Tak usahlah," katanja." Tentang perdjalanan kau ini,
hiantee, aku telah mengetahui semuanja. Lebih dulu aku
hendak memberi selamat pada mu" Mukanja In Gak mendjadi
merah, dia likat. Tjhong si tertawa pula, terus ia melandjutkan- "Sekarang
ini Oey Kie Pay sudah keluar dari wilajah Kangsouw Utara,
280 tetapi Oe-boen Loei sangat bersakit hati, dia telah mengutus
beberapa orang liehay mentjari tahu hal kau dan gurumu,
hiantee. Dia hanja belum tahu bahwa kaulah si pemuda luar
biasa itu, Hiantee tahu, peristiwa tadi malam sudah lantas
tersiar luas. sekarang ini orang-orang Tjeng Hong Pa y sudah
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ditarik mundur. sajang kau telah kesalahan menjebut terangterang
Djie Liong, hingga mereka mendapat tahu Kay Pang
membantui kau. Tjeng Hong Pay telah mengandjurkan An
Tjeng Pay menegur Kay Pang, jang dikatakan sudah
mengatjau ketenteraman disini, serta dia menanjakan halichwal
kau, hiantee. Partai An Tjeng ini besar pengaruhnja
dipelbagai propinsi Utara ini, diam-diam dia telah mendjadi
tulang punggung beberapa pangeran Boan golongan Pat- kie,
Delapan Bendera. Karena itu, tidak menguntungi untuk Kay
Pang bentrok dengannja. Aku telah mengirim Djie Liong untuk
memberikan djawaban bahwa pihak kita tidak kenal orang
jang membawa lentjana Partai kita itu, sebab kita tjuma
mengenal lentjana, tidak mengenal orang, tetapi kalau An
Tjeng Pay mau tahu djuga, dia dipersilakan mentjarinja sendiri
dikuil Thian Tjee Bio dikota Utara. Maka sekarang aku pikir,
baik hiantee seorang diri pergi kesana. An Tjeng Pay
mempunjai orang-orang liehay tetapi akupertjaja hiantee
dapat melajani mereka. Hanja mungkin disanapun ada
beberapa guru silat ternama dari Yan- in, jang akan memaksa
minta kau memberi pertundjukan. Hiantee tjerdas, tentu
hiantee ketahui sendiri bagaimana harus bertindak. Tapi,
hiantee, djangan kau salah paham terhadapku. Aku bukan
menegur atau menjesali kau. Telah aku berikan lentjana sinliongsay-houw-leng kepadamu, kau dapat menggunainja
sesukamu, seperti jang kau rasa baik. Kali ini, aku minta kau
suka bertindak bidjaksana. Didalam An Tjeng Pay ada seorang
bernama Yang Hie Kiat. Dari dia itu, pernah tahun dulu aku
menerima budi, maka untuk membalasnja, sebaiknja
djanganlah hiantee bentrok dengan dia"
281 Belum lagi In Gak sempat berkata-kata, Tjhong sie sudah
menambahkan: "Hiantee, untuk perdjalananmu ini menuntut
balas, paling baik djangan kau berdjalan bersama-sama Ayhongsok Kheng Hong Kaum Rimba Persilatan ketahui dia
telah mengangkat saudara dengan ajahmu, maka pergaulan
kau dengannja dapat menjukarkan usahamu menrjari musuhmusuhmu.
sekian sadja, hiantee, sampai kita bertemu pula di
Lou Kauw Kio" Habis berkata, Tjhong sie berlompat mundur, maka
sedjenak kemudian, dia sudah menghilang diatas genteng.
In Gak terbengong. "Hebat orang kaum Rimba PersilatanUrusan ketjil sadja dapat
Berekor pandj a ng. Bukankah ia tjuma menolongi orang"
Kenapa sekarang orang hendak menjaterukanja" An Tjeng Pay
terlalu" pikirnja. Ia mendjadi mendongkol. Maka ia memikir
untuk memberi rasa. Tengah anak muda ini berpikir itu, ia mendengar pula
tindakan banjak kaki. Lantas nampak muntjulnja Kheng Hong
beramai. Mereka itu pada bersenjum. "Saudara Gan, kau
bangun pagi-pagi" kata Giok Koen tertawa.
"Sampai sekarang ini belum aku dapat tidur," sahut In Gak.
Karena sang fadjar lantas tiba, aku terus tidak tidur lagi."
Kheng Hong bertindak masuk. lantas ia duduk ditepi
pembaringan- Ia melirik djenaka ketika ia berkata: "Hiantit,
aku si orang tua djuga tidak dapat tidur. Aku terus memikirkan
ilmu kepandaianmu tadi malam. Dapatkah kau
memberitahukan aku, kau sebenarnja asal partai mana?"
Inilah In Gak tidak sangka. Untuk sedjenak, ia melengak,
"Hal itu, aku sendiri pun tidak mengetahui djelas," ia
menjahut. "Ilmu kepandaian itu bukannja hal jang luar biasa,
itu tjuma berpokok pada kesebatan kaki-tangan dan ketjelian
mata, jalah menjerang selagi orang tidak bersiaga. Tjoba
pihak sana sudah siap-sedia, pasti hasilnja tak ada seperti itu"
Kheng Hong menggeleng kepala. Ia bersangsi.
282 "Tidak disangka, hiantit, kau pandai menjembunjikan diri,"
katanja, "Karena kau tidak sudi bitjara, aku si tua tidak berani
memaksa. Masih ada satu. Kau begini muda, bagaimana kau
dapat mendjadi tiangloo dari Kay Pang?"
In Gak tertawa. "Djikalau aku bitjara siepee, kau tentunja tidakpertjaja"
sahutnja. "Pernah aku menolongi seorang pengemis tua. Dia
mau membalas budi, dia memberikan aku sebuah lentjana
seraja membilang, apabila aku dalam bahaja, aku dapat gunai
itu untuk minta bantuan kaum pengemis. Kalau pihak Kay
Pang melihat lentjana itu, mereka menganggapnja aku
sebagai seorang tiangloo partainja, sebagai wakil. Demikian
apa jang terdjadi tadi malam."
Kheng Hong masih menggeleng kepala, tetap ia bersangsi.
"Alasan belaka" katanja.
Yauw Hong memberi hormat pada si anak muda, untuk
menghaturkan terima kasih. "Djangan!" kata In Gak lekas,
tangannja dikibaskan perlahan.
Nona Kang merasai dorongan tenaga, jang mentjegah ia
mendjura. Ia djadi mengawasi dengan sorot mata heran.
"Nona Kang, djangan gunai banjak adat-peradatan," kata
In Gak. "Adalah keharusan kita untuk saling tolong." Kemudian
ia memandang Yauw Tjong dan Giok Koen, untuk
meneruskan: "Saudara Kiang, saudara Tong hong Bukankah
benar untuk menolong orang hingga diachirnja?" Kedua anak
muda itu heran, mereka mengawasi.
In Gak berkata pula: "Nona Kang sudah lolos dari antjaman
Tjeng Hong Pay, tetapi tetap ia sebatang kara, ia tidak
bersanak-kadang, maka itu, aku pikir, baiklah kamu berdua
suka terus menolongi ia. Dapatkah kiranja ia dipudjikan
kepada partai kamu, supaja ia dapat berlindung dan beladjar
silat lebih djauh?" Mendengar begitu, kedua pemuda itu tertawa.
283 "Saudara Gan, biar umpama kata kau tidak mengatakan
demikian, kami berdua sudah memikirnja," mendjawab Yauw
Tjong. "Djikalau Nona Kang dipudjikan kepada Ban in soethay
kami, tentulah soethay sudi menerimanja. Kebetulan, soethay
pun belum mempunjai murid jang mendjadi achliwarisnja."
Yauw Hong girang mendengar pembitjaraan itu, sampai ia
mengeluarkan air mata. Ia bersenjum, ia lantas menghaturkan
terima kasihnja. "Ah, tjelaka betul" mendadak Ay-hong-sok berseru. "Eh,
anak-anak, kamu enak bitjara, kamu membuatnja aku si tua
kesepian" Anak-anak muda itu terkedjut, tapi achirnja mereka
tertawa. Hebat si tua jang djenaka ini.
Baru orang berhenti tertawa, atau mereka mendengar
suara jang seperti memetjah angkasa, hingga mereka
terkedjut, lantas didepan mereka, diluar djendela, tampak tiga
orang, jang dua tua, mukanja gelap. tubuhnja kurus, badjunja
hitam.Jang satu djidat kirinja ada empat buah tai-lalatnja
warna werah.Jang ketiga jalah seorang muda tampan dengan
badju putih, sepasang alisnja pandjang, tjuma kulit mukanja
jang putih, putih kebiru-biruan, sedang matanja jang tadjam
memain tak hentinja, suatu tanda kelitjikannja. Dia terus
memandang si nona, mulutnja bersenjum. Melihat orang
muda Yauw Hong menggigil sendirinja, mukanja mendjadi
putjat. Ay-hong-sok sebaliknja tertawa lebar, terus dia berkata:
"Aku kira siapa, tak tahunja
Thian-boen Hek-hiat siang-koay" sembari berkata itu,
dengan tangannja menolak kedepan, ia berlompat keluar dari
djendela. In Gak berempat menjusul lantas.
Pekarangan diluar djendela itu empat tombak persegi,
dengan kedua pihak berdiri masing-masing, nampaknja
mendjadi sempit. 284 Dua orang jang disebut Thian-boen Hek-hiat siang-koay itu
sepasang siluman dari Guha Hitam dari Thian-boen lompat
mundur dua tindak ketika Kheng Hong berlompat keluar itu. Di
tempatnja berdiri, mereka bersenjum.
"Orang tua she Kheng, djanganlah berpandangan tjupat
kata mereka. Belum apa-apanja, lantas kau menjerang kami
Kami bukan mentjari kau, mengerti Hutang kita jang lama,
nanti datang ketika nj a untuk dilunaskan Habis, mau apa
kamu datang kemari?" Ay-hong-sok tanja.
Si orang tua muka hitam jang bertai-lalat merah itu
tertawa. "Orang tua she Kheng, inilah hotel" katanja. "Kau dapat
datang kemari, kami djuga Mari kita omong terus-terang Kami
datang kemari karena adjakan tuan ini Dia lantas menundjuk
si anak muda dan menambahkan: Mari aku mengadjar kenal
Inilah Pek san-sioe Lie Djie Yan, murid terpandai dari Hoan-oe
sam-tjiat soat-san Djin-mo, jang datang kemari istimewa
untuk Nona Kang Yauw Hong"
Terkesiap djuga Kheng Hong bertiga Yauw Tjong dan Giok
Koen mendengar orang muda itu muridnja soat-san Djin-mo si
Manusia Hantu dari soat san, Gunung saldju. Mereka pun
pernah dengar nama Lie Djie Yan si Peladjar Berbadju Putih
atau Pek san-sioe. Sedang soat-san Djin-mo itu kesohor gagah
semendjak tudjuh- atau delapanpuluh tahun dulu dan tingkahlakunja
berpokok pada saatnja dia lagi senang atau lagi gusar,
hingga dia tidak menghiraukan benar atau salah, siapa apes
dan bertemu padanja, malanglah nasibnja, mungkin terbinasa
djiwanja. siapa pun biasa menjing kir djauh-djauh dari ianja.
sjukur dia sangat djarang muntjul, djikalau tidak. dunia Rimba
Persilatan mestinja tidak aman.
Mengetahui siapa si anak muda, Ay-hong-sok menundjuki
sikap menghormat, tetapi Lie Djie Yan tidak menghiraukannya,
dia bahkan mengasi dengar suara dihidung, dengan mata
285 tadjam dan galak. dia tetap menatap Yauw Hong, untuk
achirnja tertawa dan berkata: "Adik Yauw, sekarang kau
sudah keluar dari Tjeng Hong Pay, maka itu dapatlah kau
mengikut kakakmu pulang ke soatsan- Kakakmu akan
memberi djaminan kepadamu, untuk selandjutnja pihak Tjeng
Hong Pay tidak akan mengganggu pula padamu"
Nona Kang berdiam. Ia sudah menduga orang bakal
mengutjapkan demikian. Melihat si nona membungkam, Lie
Djie Yan madju, tangannja diulur.
Yauw Hong menjingkir kebelakang In Gak, matanja
menatap bentji. Ay-hong-sok gusar menghadapi sikap djumawa dan galak
serta tjeriwis dari orang she Lie itu, ia mendorong kearah dia
sambil membentak: "Botjah jang baik, bagaimana kau berani
berlaku kurang adjar dihadapanku si orang tua?"
Lie Djie Yan mengasi dengar suara dihidung, tangannja
jang dipakai menjambar Yauw Hong diputar balik, buat dipakai
menjambut dorongan orang tua. Kedua tangan itu lantas
bentrok keras, lantas terlihat si orang tua mundur setindak
dan si anak muda miring pundaknja. Itulah bukti liehaynja
tenaga dalam mereka masing-masing.
Ay-hong-sok terkedjut. Pemuda itu tangguh sekali. Ia
lantas melihat Hek hiat Siang-koay mengawasi ia sambil
tertawa dingin, suatu tanda mereka memandang hina
kepadanja. Ia mendjadi gusar.
"Baiklah, mari tjoba menjambut lagi satu kali" ia berseru
serada ia menjerang. Lie Djie Yan tertawa dingin, ia menjambuti. Bahkan terus
sampai lima kali. Pertama kali bentrok. pundak mereka
masing-masing terangkat, begitu jang kedua, ketiga dan keempat kali. Kelima kalinja,
Ay-hong-sok mundur empat tindak. Diluar dugaan, ia disusuli,
diserang terlebih dulu. 286 Dengan air muka bengis, Lie Djie Yan kata: "Kheng Hong,
kalau bukan tuan mudamu memandang Nona Kang, hari ini
pastilah aku hadjar mampus padamu"
"Belum tentu, sahabat "Kheng Hong tertawa lebar.
"Orang tua she Kheng" berkata Hek-hiat siang-koay jang
bertai-lalat merah, jang suaranja bernada mengedjek.
"Djikalau kau menghendaki keputusan, disana ada tempat
jang lega dimana kaki dan tangan dapat digeraki dengan
merdeka, supaja kalau kau mampus, djangan kau penasaran"
"Hm Aku si orang she Kheng aku belum waktunja mati"
kata Ay-hong-sok balik mentjemooh. "Radja Acherat
membilangi, menangkap aku itu berabeh Maka djuga lebih
baik kamulah jang pergi lebih dulu" Ia mengawasi Djie Yan,
untuk menantang: "Kau berani pergi atau tidak?"
Orang she Lle itu tertawa terbahak.
"Karena kau ingin mampus lekas-lekas, mengapa tuan
ketjilmu tidak suka pergi?" djawabnja. suaranja itu menj
eramkan, membikin orang bergidik sendirinja.
Dengan mata tadjam dan membentji, Kheng Hong
mengawasi Djie Ya n, habis mana ia berlompat melewati
tembok pekarangan. sangat gesit gerakannja itu. Ia lantas
disusul Hek-hiat siang-koay.
Lie Djie Yan berdiri tegak ditempatnja, ia mengawasi Nona
Kang sambil tersenjum. Ia benar-benar tampan dan manis.
Tjuma sinar matanja itu memain tak hentinja.
Yauw Tjong dan Giok Koen kuatir Yauw Hong nanti
diterdjang, mereka mendjagai dengan pedang mereka
terhunus. Djie Yan mendelik terhadap anak muda itu, kembali ia
mengawasi si nona. "Adik Yauw, katanja, untukmu, aku telah
memikir banjak sekali, tak peduli bagaimana sikapmu
terhadapku, hatiku tetap ada padamu, maka djuga
selandjutnja, kemana kau pergi, kesana aku akan menjusul
287 bahkan sampai diudjung langit, baru sekarang," habis berkata
itu, ia berlompat melewati tembok.
In Gak terus berdiam sadja. Menjaksikan kegesitan Lie Djie
Yan, ia kagum. Dilain pihak, mesti ada sebabnja kenapa Yauw
Hong agak djeri pada pemuda itu. Maka ia anggap mesti ia
turun tangan pula. Achirnja ia bersenjum. "Mari kita
menonton" katanja, mengadjak ketiga kawannja.
Berempat mereka lompat keluar. Mereka mendapatkan
sebuah tegalan luas didekat mana ada kira2 tigapuluh rumah.
Dikiri dankananada peng empang beserta rombongan bebek
dan angsanja. Kheng Hong dan Lie Djie Yan sudah bersiap-sedia. Mereka
djalan berputaran dengan saling mengawasi tadjam, mulut
mereka bungkam. setelah empat idaran, mendadak Ay-hongsok
berseru, kedua tangannja menjerang.
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lie Djie Yan tidak menjambuti serangan itu, dia berkelit, dia
berputar terus. Baru setelah diserang pula, ia menangkis dan
melajani berkelahi. Merekalah tandingan jang setimpal. sampai
tigapuluh djurus, mereka tetap seimbang.
Sesudah menonton sekian lama itu, In Gak kata dalam
hatinja: Kheng siepee kesohor, tak dapat dirusak karena
botjah ini. ia terus kata pada Giok Koen dan Yauw Tjong:
"Saudara, tolong lindungi nona Kang. Waspadalah kepada
Hek-hiat siang-koay, agar
mereka dj angan main gila" setelah itu ia bertindak
kedalam gelanggang seraja berkata: "Kheng siepee, buat
melajani manusia djumawa ini tjukuplah aku seorang mari kasi
siauwtit jang turun tangan"
Mendengar itu, Kheng Hong lantas lompat keluar
gelanggang. Lompatannja itu jalah jang dinamakan Mengedjar
gelombang seribu lapis. Ia pertjaja si anak muda sanggup
melawan Djie Yan. Tapi ia memesan: "Hiantit, hati-hati!"
288 Melihat madjunja In Gak. hati Djie Yanpanas. Tanpa
merasa ia mendjadi djelus dan tjemburu. sebab pemuda ini,
jang tampan, selalu mendampingi Yauw Hong, hingga ia
menduga, si nona tak meladeni ia karena adanja saingan ini.
"Siapa kau?" dia tanja bengis. "Mungkinkah kau orang jang
semalam menunduki pihak Tjeng Hong Pay?"
"Tidak salah, itulah aku jang rendah" sahut In Gak tertawa.
"Tentang siapa aku, kau tak berderadjat untuk menanjanja"
"Kau terlalu djumawa" kata Djie Yan dingin. "Lebih-lebih
kau berlagak didepanku"
orang she Lie ini tahu musuh liehay, tetapi ia tetap pertjaja
kepada diri sendiri Ia masih menjangsikan apa orang tidak
menjiarkan berita setjara berlebihan tentang musuh ini, maka
ingin ia mentjobanja. sikap pendiam dari In Gak pun mau
membuatnja pertjaja orang terlalu memudji. In Gak tertawa
dingin. "Kau djuga terlalu djumawa" katanja.
"Sudah sahabat djangan mengadu mulut" Lie Djie Yan
membentak. "Kau sambut dulu tanganku, masih ada waktu untuk
berlaku sombong" Kata-kata ini segera diachiri dengan
serangannja, jang mendatangkan sambaran angin.
In Gak berdiri tegak. sambaran angin tak mengganggunja.
Ia telah menutup diri dengan Bie-lek sin-kang.
"Heran" pikir Djie Yan. "Tak tahu ia orang mengguna i ilmu
apa." "Sekarang giliranmu menjambut aku" berkata in Gak
tertawa. "Aku mau lihat kau benar berderadjat atau tidak
untuk berlaku djumawa"
Kata-kata ini disusuli serangan Bek shok Kim-kong, atau
setjara diam menakluki Kim-kong. Itulah jang ketiga, dari dua
belas djurus Bie-lek sin-kang. Djuga digunakannja itu tidak
dengan sepenuh tenaga. Lie Djie Yan bukan sembarang orang, dia pun berbakat.
Dalam usia enam tahun dia telah dibawa soat-san sin-mo naik
289 kegunung, mulai dididik ilmu silat. Dia sedikit berbuat
kedjahatan, tetapi dia ketjipratan tabiat gurunja, dan
tjatjadnja jalah sangat membawa adatnja sendiri Kalau ada
sesuatu jang dia sukai, biar bagaimana sulit, mesti dia
mendapatkannya belum dapat, belum dia mau sudah. seperti
keinginannja ini, mendapatkan Kang Yauw Hong, belum
dapat, dia belum mau berhenti. Belum lama dia berkelana,
lantas dikenal dan dia dimalui. sebab orang tahu dia muridnja
soat-san sin-mo jang ditakuti, orang pun djeri terhadap
gurunja. Disebelah itu, dia sendiri memang liehay. Karena
semua itu, menghadapi In Gak. dia mendjadi penasaran.
Lantas dia menjerang pula, sekarang sambil menatap
lawannja itu. Ia menggunai pukulan dari Tjin-san Khie-kang,
atau Menggetarkan gunung. Itulah pukulan hebat, jang dapat
meremukkan tulang. Setelah menjerang itu, djago Soat San ini mendjadi heran.
Akibatnja jalah seperti kerbau-kerbauan tanah lempung
ketjemplung didalam laut, serangannja itu tidak
mendatangkan akibat apa-apa. sebaliknja ada angin jang
menjambar kemukanja, rasanja adem, disusul dengan tenaga
lemah menolak tubuhnja, tenaga mana lama-lama berubah
djadi kuat, makin kuat dan makin kuat. Dia mau melawan,
tetapi sudah tak keburu lagi, lantas dia seperti ditindih
gunung, kaki-tangannja kaku, mulutnja bungkam. Tubuhnja
pun tertolak mundur perlahan-lahan. Berbareng dengan itu,
dari mata, hidung, mulut, kuping dan lubang-lubang peluhnja
keluar darah tak hentinja, hiagga dia tak lagisipemuda
tampan, dia mirip hantu bermandikan darah. Pula mundurnja
itu, dari perlahan, lantas mendjadi tjepat.
Achirnja, ketika In Gak menarik pulang tangannja, maka
tubuh Djie Yan djatuh terguling ditepi empang, kepalanja
masuk kedalam air. Hek-hiat siang-koay kaget, mereka lompat, untuk
menolongi. Mereka mendapatkan kedua mata si anak muda
290 tertutup rapat, mukanja putjat seperti kertas. Darahnja semua
telah tertjutji bersih sang air.
In Gak sangat mendongkol untuk kedjumawaan Lie Djie
Yan dan kedjahatannja terhadap Kang Yauw Hong, ia anggap
orang bakal merusak Rimba Persilatan, maka ia melajani
dengan menggunai Bie-lek sin-kang. Mulanja ia menangkis
serangan, untuk dipunahkan, lalu ia membalas. Ia menolak
terus hingga lawan itu mati-daja. Ia memang dapat
menempel, menarik dan menolak disamping menjentil dan
menindju. Dengan Bek shok Kim-kong, ia memunahkan Tjinsan
Khie-kang dari lawannja, lantas ia mendorong, dari
perlahan mendjadi keras. Maka robohlah djago Soat sanjang terkebur itu.
Hek-hiat siang-koay mengangkat tubuh Lie Djie Yan,
mereka menolong sebisa mereka. Djie Yan tetap tak sadarkan
diri Mereka mendjadi kaget.
Si tahi lalat merah lantas mengangkat kepalanja,
mengawasi In Gak tadjam, terus ia berkata,
menjeringai:"Tuan, kau menerbitkan onar besar Aku si tua
berdua hendak mengantarkan Lie Djie Yan pulang
kegunungnja. Djikalau soat-san Djin-mo menanjakan kami,
bagaimana kami mendjawabnja?"
"Hm" djawab In Gak. "Siapa suruh kamu menjateroni orang
dan menghinanja" onar ini kamu sendiri jang mulai Apakah
kamu tidak dapat mendjawab dari hal jang sebenarnja kepada
soat-san Djin-mo?" Orang tua itu tertawa menjeringai.
"Walaupun demikian soat-san Djin-mo bukanlah orang jang
gampang diadjak bitjara" katanja. "Ketika Lie Djie Yan, mau
berangkat kemari, kami sudah mentjegah tetapi dia memaksa"
"Sudah, djangan kau bitjara terus" In Gak memotong. "Aku
tahu kamu serba salah" sembari berkata pemuda ini
menghampirkan musuhnja, terus ia menotok didadanja.
291 "Dilain djam dia bakal mendusin," ia kata. Untuk
sementara, habis tenaga dia, maka djangan dia menggunai
tenaganja. Dengan kepandaiannja soat-san Djin-mo, tak sulit
untuk mempulihkan dia. Tentang she dan namaku sukar untuk
aku memberitahukannja. Tapi aku mengharap kamu nanti
membawa kata-kataku: Achir-achirnja aku bakal pergi pesiar
ke Soat san" Hek-hiat siang-koay mengeluarkan napas lega.
"Tuan, tjukup sudah kata-katamu ini," kata jang bermuka
hitam. "Kami telah menerima budi kau tetapi dikuatir sukar
kami membalasnja." Kemudian dia berpaling kepada Kheng
Hong, untuk berkata sambil bersenjum: "Orang tua she
Kheng, sampai bertemu pula"
Lantas dia pondong tubuh Djie Yan, dibawa pergi bersama
kawannja. In Gak lantas mengadjak semua sahabatnja
kembali kekamar. Ay-hong-sok tertawa dan berkata: "Hiantit,
aneh kepandaian kau, djangan kata sekarang ini, mungkin
didjaman dulu, orang belum pernah melihatnja"
Sebagai orang tua dan achli silat kenamaan, djuga
Tonghong Sok Kate tidak mengenal ilmu silat keponakannja
ini. In Gak tertawa, ia tidak melajani djago tua itu.
"Nona Kang," ia tanja Yauw Hong, kepada siapa ia,
menoleh, "Dapatkah kau menuturkan apa hubunganja
diantara Lie Djie Yan dengan kau?"
Yauw Hong sangat membentji Lie Djie Yan, ia tidak
berdaja, mau ia menangis tetapi didepan banjak orang, ia
mengerasi hati, sekarang ditanja si anak muda, tak dapat ia
menahan pula, lantas ia menangis, air matanja mengutjur
deras. Dengan ini dapat ia mengudal kesengsaraan hatinja.
Baru setelah sedikit redah, baru ia bisa memberikan
keterangannja . Nona Kang jalah gadisnja Kang Hong, seorang guru silat
jang masih rendah kepandaiannja. Tidak dapat Kang Hong
292 mengangkat nama, terpaksa ia bekerdja sebagai tjinteng
dirumahnja seorang hartawan dikampung asalnja,
diketjamatan Pengyang, shoasay.
Ia mempunjai satu tjatjad dialah gemar minum arak.
hingga ia senantiasa lupa daratan. Tapi ia berhati baik dan
djudjur, maka madjikannja, si hartawan, menghargainja. Ia
diberi dua ruangan rumah untuk ia mengadjak anak dan
isterinja tinggal bersama. Maka itu, ia bekerdja sungguhsungguh
untuk madjikannja itu. Waktu Yauw Hong masuk
umur tudjuh tahun, dia diberi peladjaran ilmu silat. sajang
kepandaiannja sendiri rendah, ia tidak bisa mendidik
anakperempuannja itu mendjadi pandai. sebaliknja Yauw
Hong, dia ketarik dengan ilmu silat, dia beladjar radjin.
Pada suatu malam, tibalah saat malang. Malam itu Kang
Hong minum banjak. diwaktu pulang kekamarnja, ia lantas
tidur njenjak sekali. Djusteru malam itu, beberapa puluh orang
djahat datang menjerbu. Mereka masuk dengan melompati
tembok pekarangan. Mereka merampok sambil membunuh.
Lima pendjahat masuk kekamar Kang Hong. Dia kaget dan
bangun. Tapi belum apa-apa, dia sudah dibatjok mati. Njonja
Kang Hong pun turut dibunuh. Yauw Hong kaget hingga ia
pingsan. Ketika ia tersadar, ia mendapatkan tubuhnja rebah d
ipembaringan. Kamar bukan lagi kamarnja.
Didepannja berdiri seorang imam tua, jang romannja luar
biasa. Imam tua itu tertawa dan menanja:" Anak. kau sudah
lapar atau belum?" Atas pertanjaan itu, ia mengangguk.
Dalam umur tudjuh tahun, Yauw Hong sudah mengerti
banjak djuga. Ia mendapat kenjataan ia berada diatas gunung
jang penuh dengan pepohonan. ia tidak menanjakan hal orang
tuanja, jang ia tahu sudah terbinasa. Ia tjuma tahu, imam itu
mesti ada hubungannja dengan ajahnja.
Seterusnja ia berdiam digunung itu bersama si imam. Baru
setelah berselang lama ia
293 ketahui, si imam bernama TjiamBeng, gelaran sutjinja Hong
LoeiToodjin, dan gunung itu pusatnja partai Tjeng Hong Pay.
Nama gunung Lu Liang san, dan keletakan markas diselat
Ouw A Tjoei. Dan Hong Loei jalah soeheng, atau kakak
seperguruan dari Tjian-tjioe siauw-hoed Pok Hong siBuddha
Tertawa seribu Tangan, paytjoe atau ketua dari Tjeng Hong
Pay. semua orang Tjeng Hong pay beroman bengis, tetapi
lama-lama, si nona biasa lagi melihat mereka itu.
Hong Loei menjukai Yauw Hong, ia mengadjari silat
sungguh-sungguh. ia menganggap Yauw Hong sebagai anak.
la minta ia dipanggil sebagai ajah-angkat. sepuluh tahun Yauw
Hong berdiam diatas gunung, sampai ia berumur tudjuhbelas.
Ialah seorang nona tjantik. Banjak orang Tjeng Hong Pay jang
ketarik padanja. Malang ada Hong Loei dan si nona sendiri
pun bagaikan mawar berduri, ia tidak ada jang berani ganggu.
Sebenarnja. Hong Loei djahat dan kedjam, tetapi dia
melindungi Yauw Hong seperti anak sendiri
Kemudian atas permintaan Pok Hong, jang disetudjui Hong
Loei, Yauw Hong dikasi pekerdjaan sebagai penulis partai,
untak mengurus surat-surat. Hong Loei tidak mentjurigai si
soetee, adik seperguruan. Karena ini, setiap Yauw Hong
berada berdekatan dengan Pok Hong. sebenarnja ternjata,
Pok Hong menggilai si nona. Yauw Hong sendiri tidak
menghiraukannja. Pernah karena urusan si nona, Pok Hong
bentrok sama Hong Loei, jang menegurnja. Masih Pok Hong
mentjoba terus membudjuki si nona. Karenanja, saking
berduka, sering Yauw Hong menangis sendirian.
Lantas pada suatu hari, selagi Yauw Hong bekerdja
dikantornja, Hong Loei datang
bersama seorang muda tampan, jang diadjar kenal
padanja. Dialah Pek san-sioe Lie Djie Yan- ia dapat kenjataan,
Djie Yan ini bukan seorang benar. Djie Yan lantas suka
mengadjak ia djalan-djalan. Digunung itu memang ada
294 tempat-tempat jang indah pemandangannya. Karena
memandang gurunja, Yauw Hong tidak menampik. Tapi satu
kali, ia dipedajakan Lie Djie Yan- selindjutnja tak suka ia
bergaul denganpemuda itu, bahkan ia takut.
Pok Hong mendapat tahu kelakuan Lie Djie Yan itu, ia
menjindirnja, Djie Yan mendongkol, ia berlalu dari Lu Liang
san. Diwaktu mau pergi ia bersumpah bahwa ia belum mau
sudah sebelum mendapatkan si nona.
Tidak lama Hong Loei djatuh sakit. Yauw Hong merawatnja
siang dan malam. Berat penjakit itu, si imam tidak mau
sembuh. Maka satu kali, Yauw Hong pegangi tangan anakpungutnja,
sembari tertawa sedih ia kata: "Anak Yauw, aku
tidak menikah, aku tidak punja turunan, tetapi aku mendapati
kau, aku seperti mempunyai anak sendiri sajang aku sakit dan
usiaku sudah landjut. Aku kuatir, kapan aku menutup mata,
kau tidak ada jang lindungi. Mungkin setelah aku mati, kau
bakal diganggu soetee-ku. Maka sekarang, sebelum aku mati,
aku mau mendajakan. Dulu hari itu, sajang aku terlambat, tak
dapat aku mendongi ajahmu. Itu pula sebabnja aku bawa kau
kegunung ini. sebenarnja, madjikan ajahmu itu mendapatkan
sebuah pedang mustika, hal itu diketahui partaiku. Lantas
saudagar itu diserbu, dia dirampok dan dibunuh serumahtangga.
Ketika aku menjusul, aku terlambat, ajah dan ibumu
sudah mati" Yauw Hong menangis. Hong Loei menghela napas.
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sudah anak. djangan menangis" ia membudjuk. "Perkara
sudah terdjadi, menjesalpun sudah kasip. Aku menjesal aku
tersesat, tapi aku beruntung, aku bakal mati baik. Inilah sebab
aku tidak biasa membunuh tanpa sebab. Aku mau mengubah
tjara hidupku, pertjobaan itu sukar. Ada orang2jang
membentjiku. Adalah karena terpaksa, aku menumpang pada
Pok Hong. sudah sepuluh tahun aku tidak pernah turun
295 gunung. Mungkin orang telah melupai aku. Karena ini, aku
puas djuga" Hong Loei berhenti sebentar baru ia melandjuti: "Aku tahu
kau ingin dapat membalas sakit hati ajah dan ibumu, tapi
sukar kau mentjari tahu siapa dia. orang pun tidak mau
memberitahukan padamu. sekarang aku beritahukan kau,
dialah Tjoei-beng Boe-siang Tong Kee Houw, tongtjoe atau
ketua tjabang di soetjoan Barat. setelah aku merawat kau, dia
dipindahkan ke soetjoan. selama sepuluh tahun, belum pernah
dia datang pula kesini. sekarang ini kepandaian kau masih
belum bisa melawan dia, maka kapan kau telah meninggalkan
Lu Liang san, kau mesti berguru pula pada guru jang pandai,
baru kau dapat menuntut balas. Tadinja aku ingin djodohkan
kau dengan Lie Djie Yan, sajang kau tidak penudju dia. Dalam
hal djodoh, aku tidak mau memaksa kau. Ini sehelai leng-kie,
bendera-titah, kau simpan baik-baik, ia menambahkan. Aku
rasa aku tidak dapat tahan sampai lusa, maka itu baiklah
besok malam kau minggat dari sini. Leng-kie ini bisa mendong
kau lolos. Kau boleh menjingkir kedjurusan kota radja.
selandjutnja terserah pada peruntunganmu"
Yauw Hong menangis sedih sekali, ia sampai pingsan.
Hong Loei berduka, ia berdiam sambil meram sadja.
Besok malam, benar keadaan Hong Loei mendjadi buruk.
beberapa kali ia pingsan. Paling belakang, setelah sadar, ia
desak Yauw Hong untuk lekas mengangkat kaki. Kali ini si
nona menurut, ia lantas menjiapkan buntalannja dan
membekal sedikit perak hantjur. Ia minggat dengan membawa
pedangnja. Ketika mau berpisah, tiga kali ia paykoei pada
imam jang mendjadi guru dan ajah-angkat itu.
Untung bagi Yauw Hong, diwaktu la minggat, ia dapat
dilihat Ay-hong-sok. Ia lantas dikuntit. Dibeberapa tempat
djagaan, ia dihalang-halangi, tetapi dengan alasan mau tjari
obat untuk Hong Loei, la dilepaskan djuga. Demikian setelah
296 terang tanah, ia sudah tiba dikaki gunung, terus ia memasuki
kota ketjamatan Lie-sek. Dipagi hari ketiga, benarlah Hong Loei meninggalkan dunia
jang fana ini. Pok Hong heran mendapatkan nona Kang tidak
ada, ketjurigaannja lantas timbul. Ia segera memerintahkan
mentjari tahu. Kapan ia ketahui minggatnja si nona, ia
menugaskan orang menjusul dan mentjari
kepelbagaipendjuru, sekalian untuk memberitahukan pelbagai
tjabang, guna membantu mentjari. si nona mesti ditangkap
hidup, sebab dia dikuatir membuka rahasia partainja.
Didalam kota Lie-sek. habis istirahat sambil bersantap.
Yauw Hong melandjuti perdjalanannja, menudju ke Kauw-shia,
melewati Thay-goan, keluar dari Tjeng-keng, tiba di Tjio-boenselama
itu ia terus dilindungi Ay-hong-sok. sampai ia
tertjandak dan ditantang.
Menutur sampai disini, Yauw Hong menangis.
In Gak bertiga terharu. "Sudah, Nona Kang, djangan kau berduka,"
Giok Koen menghibur. "Nanti kita mengantarkan kau pada
soesiok Ban in- setelah kau menamatkan peladjaranmu,
djangan kuatir sakit hatimu tak terbalas"
Yauw Hong mengutjap terima kasih. Ia terhibur djuga,
hatinja mendjadi lega. "Eh, anak-anak, kamu sudah bitjara habis atau belum?"
Kheng Hong menegur. "Kamu tahu, ilarku sudah keluar"
In Gak tertawa. "Siepee tidak tahu bahajanja arak" ia kata tertawa. "Mari
aku buktikan dengan sjair:
Kaisar Peng bertjelaka karena arak ada ratjunnja,
Lie Thay Pek ditepi sungai rusak tubuhnja,
Maka, tuan djanganlah minum air tak berbudi,
setelah mabuk hati orang tak sehat lagi
297 Kedua matanja Ay Hong sok membelalak.
"Kau tahu apa, botjah tjilik" katanja. "Kebaikannja arak
banjak sekali Nanti aku si orang tua memberitahukan kamu.
Arak itu dapat membantu s i pendekar hingga njalinja
mendjadi besar dan dapat membikin sipejadjar tambah indah
gubahan sjairnja. Aku dapat melenjapkan duka, arakpun untuk
menggadangi sang rembulan dan bunga. Ada djuga dibilang,
minum arak tak dapa sinting itulah paling menjenangi. Maka
itu bagaimana bisa dibilang arak djahat?"
Mendengar itu, semua orang tertawa.
"Benar, benar, siepee benar" kata in Gak. "Nah, mari kita
pergi kedepan untuk minum"
Jilid 4.1. Pembunuh ibunda berhasil dibasmi
Habis bersantap. hari sudah lewat tengah- hari. Kiang Yauw
Cong dan Tonghong Giok Koen mengajak Kang Yauw Hong
berangkat, maka berpisahanlah mereka dari Ay-hong-sok dan
In Gak. Nona Kang menepas air-matanya.
In Gak lantas mengatakan pada Kheng Hong bahwa ia ingin
pulang kehotelnya buat beristirahat, lantaran ia letih dan
ngantuk. "Pergilah kau beristirahat" kata Ay-hong-sok tanpa curiga.
"Aku belum minum cukup" Ia kembali keruangan makan. In
Gak mengawasi sambil bersenyum. Seorang diri Ay-hong-sok
minum sampai matahari doyong kebarat.
"Ah, heran itu bocah" pikirnya. "Dia tidur njenyak sekali"
Lantas ia berbangkit, akan pergi kekamar orang. Ketika ia
menolak daun pintu, ia mendapatkan kamar kosong. Diatas
meja ada sehelai kertas. Ia ambil itu untuk dibaca. sekarang
baru ia ketahui bahwa ia telah ditinggal pergi In Gak
menjelaskan kenapa ia memisahkan diri, ialah lantaran Kheng
298 Hong saudara angkat dari ayahnya dan tak merdeka untuk
mereka berjalan bersama-sama . Kheng Hong menepuk meja.
"Setan cilik, kau berani menipu aku" bentaknya. Ia lantas
berangkat kearah Shoasay, untuk mencari.
In Gak meninggalkan hotel bukan buat terus berangkat, ia
hanya pindah kelain rumah penginapan yang terlebih kecil. Ia
pun menjual kudanya. Ia tahu sudah baik, kalau ia pergi
dengan menunggang kuda, ia gampang menarik perhatian
umum. Ia mau berjalan kaki serta juga memotong jalan
pegunungan. Dihotelnya yang baru, ia lantas tidur, baru ia bangun
sesudah sore. Terus ia dandan, untuk pergi keluar. setelah
mencari keterangan, ia menuju ke Thian Cee Bio yang
letaknya di utara, diluar kota, dekat Cio-kee-chung. Pula kuil
itu berdiri mencil sendirian- Itulah sebuah kuil besar. Disitu
sangat jarang ada orang. Ia berjalan cepat. Ia memakai
topengnya. setibanya, langsung ia lompat naik kepayon, yang
tingginya tujuh atau delapan tombak. Terus ia pergi ke
pendopo. Diatas kuil itu ada beberapa pos An Ceng Pay. Kecuali
suara angin, kuil itu sunyi. Ia sengaja melintas didepan pos.
Dengan menggunai tindakan Hian-thian Cit-seng-pou, ia
bergerak sangat gesit, tubuhnya berkelebat seperti bayangan
sampai mata penjaga pos kabur, seorang ngoceh sendirian:
"Benar-benar aku melihat hantu, Rupanya kelelawar keluar
membentur setan" In Gak tertawa dalam hati. Ia maju terus, sampai
dipendopo besar. Disini ia mendapatkan empat orang berdiri
dimuka pendopo. Mereka membawa lentera yang
mengeluarkan sinar kuning muda, yang saban-saban
disorotkan keempat penjuru. Maka ia menjembunjikan dirinya.
Ia mendengar suara orang didalam pendopo itu. Untuk
299 mendapat dengar dan melihat dengan terang, ia mencari
tempat dimana ia bisa berdiam tanpa terpergok.
Didalampendopo itu berkumpul kira2 tigapuluh orang,
semua berduduk dibangku-bangku panjang. Dibangku kiri,
kebetulan berbicara orang yang nomor tiga, seorang tua
dengan jenggot- kumis panjang dan mukanya merah, yang
matanya tajam. Kata dia: "Sebenarnya kita pihak An Ceng Pay tidak
bermusuhan dengan sipelajar luar biasa itu, maka itu tak
perlunya kita mencari gara-gara, tetapi kita dengan pihak
Ceng Hong Pay telah membuat janji, kalau ada musuhnya
didalam daerah kita, mesti kita membantu padanya.
Demikianlah kita mendapat permintaan dari Ceng Hong Pay
itu, hanya kali ini dari cabangnya. sebenarnya kita dapat
menolak, sebab permintaan bukan langsung dari Paycoe Pok
Hong. Sekarang kebetulan hadir seorang cianpwee dari pihak
kita, harus kita mendengar suaranya. Ialah Loocianpwee Kioesin
Soh Cian Lie." Dari bangku kanan, seorang tua, yang rambut dan
kumisnya sudah putih lantas berkata:"Ooh, loocianpwee itu
muncul pula" sepuluh tahun sudah ia tak pernah terlihat
dalam dunia Kang-ouw, aku kira ia telah berdiam digunung
dan tidak bakal keluar pula. Aku dengar ia liehay ilmu silatnya
terutama ilmu silat Lo- auw sat- kang. Kalau pukulan itu
mengenai tubuh, lantas ketinggalan tapak tangannya yang
hitam dan anggauta-anggauta tubuh bagian dalam lantas
rusak-hancur, sekarang ia muncul pula, mesti ia menjadi
terlebih liehay lagi"
Mendengar itu, In Gak bercekat hati. Ia berpikir: Bukankah
dia orang yang mencelakai ibuku" Kalau benar, hmm.. Tak
dapat dia lolos dari tanganku, ia mendengari terus.
300 "Benarlah Cio Loosoe banyak pendengarannya" kata orang
tua yang pertama. "Tidak kecewa Loosoe menjadi salah satu
dari Yan-san soe-lo" Ia berdiam sebentar, untuk melanjuti:
"Dalam urusan ini paycoe berniat menampik, tetapi Soh
Loocianpwee menganjurinya menerima seraya dia bersedia
melayani sipelajar aneh itu. Hanya heran, sampai disaat ini,
dia masih belum muncul"
"Mungkin dia bakal segera tiba," berkata orang tua she Cio
itu "Hanya sipelajar aneh, dia pun masih belum datang sampai
waktu begini. Apakah boleh jadi warta yang dikirim telah tidak
sampai kepada alamatnya?"
"Hm" bersuara si orang tua muka merah dan jenggot
panjang. "Jikalau pihak Kay Pang berani main gila, aku si
orang tua nanti mengubrak-abrik sarangnya yang butut"
"Besar sekali mulutnya orang tua ini" pikir In Gak. "Kenapa
dalam Rimba Persilatan, semua orang begini jumawa?"
Belum berhenti si anak muda berpikir maka disana terlihat
seorang lari masuk kependopo besar, kepada si orang tua
muka merah itu ia memberi laporan: "Tongcoe, Soh
Loocianpwee telah tiba"
Orang tua muka merah itu mengasi dengar suara tanda
tahu, lantas dia berbangkit, untuk terus bertindak keluar.
Semua orang lainnya mengikuti. Maka dilain saat, mereka
sudah mengiringi masuk seorang tua muka keriputan.
In Gak mengawasi orang tua itu, dalam hatinya ia kata:
"Kiranya dia dijuluki Kioe-sin sebab benar-benar mukanya
mirip sekali" Kioe-sin si Merpati sakti mengenakan baju warna biru,
kepalanya hampir lanang, tinggal hanya dua tumpuk
dipinggiran telinganya. Karena giginya dikedua pinggiran
sudah copot, dia menjadi kempot hingga mulutnya mirip patuk
301 burung dara. Sepasang matanya kecil tetapi bersinar tajam.
Nampaknya dia licin- Ditangannya dia memegang sebatang
hoencwee atau pipa panjang.
Selagi mengawasi hoencwee itu, hati In Gak bercekat,
lantas darahnya mendidih. Ia melihat tangan orang ada dua
jerijinya yang lebih. Kioe-sin Soh Cian Lie sudah lantas duduk gembira
menghisap hoencwee, dia nampak jumawa sekali.
"Lauw Tongcoe," dia kata pada si orang tua muka merah,
"Apakah itu bocah belum tiba?"
Belum habis perkataannya orang yang sikapnya sangat
jumawa ini, mendadak dia merasai tangannya bergetar, lantas
hoencwee ditangannya itu lenyap tanpa sayap. Begitu dia
mengangkat kepalanya, didepannya terlihat seorang muda
dengan pakaian hitam, yang mukanya beroman luar biasa.
Apa yang aneh, orang tahu-tahu sudah berada didepannya itu
serta tangannya mencekal pipa panjang kepunyaannya itu, si
orang muda yang mengawasi ia dengan tajam, dua kali
tertawa dingin, semua orang menjadi heran.
Soh Cian Lie menjadi pucat mukanya, lantas itu berubah
menjadi guram. Cuma sejenak dia memandang si anak muda,
tiba-tiba tubuhnya mencelat bangun dari bangku panjang,
sambil berlompat itu kedua tangannya menyambar kepada si
anak muda, guna merampas pulang pipa panjangnya. Dalam
heran dan murkanya, ingin ia merampas hoencweenya itu.
Belum lagi Kioe-sin sampai kepada si anak muda, tubuh si
anak muda sendiri sudah mencelat kedepannya si orang tua
dengan muka merah, dari mana ia mengawasi si Merpati sakti.
Dia menjadi kecele, tetapi sekarang dia tidak berlompat
pulang, untuk mengulangi percobaannya, hanya dia berdiri
diam, dia tertawa dingin dengan matanya menatap tajam
kepada perampas pipa panjang itu.
302 "Lauw Tongcoe," berkata si orang muda kepada si orang
tua muka merah itu, yang dipanggil tongcoe, atau ketua
bahagian, ia bicara dengan dibikin ayal-ayalan "Ada urusan
apakah kau mengundang tuan mudamu?"
Orang tua dengan muka merah dan jenggot panjang itu
adalah ketua bahagian cabang di Cio-kee-chung dari An Ceng
Pay, dia she Lauw bernama Hay, gelarannya jalah Lauw-haykauw
si Ular naga Pengacau Laut. Ditanya si anak muda, dia
terguguh hingga dia berdiam saja.
"Apakah tuanyalah orang yang tadi malam sudah.."
tanyanya sukar. "Tidak salah" menyahut si anak muda getas. "Tuan muda
kamu ini ialah yang tadi malam sudah menjadi musuhnya
Ceng Hong Pay. Ada sangkutan apakah urusan kita itu dengan
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kamu dari An Ceng Pay?"
Lauw Hay menjadi likat sekali. Memang benar kata-kata si
anak muda, tidak ada perlunya untuk An Ceng Pay membantu
Ceng Hong Pay dalam urusan seperti itu. Hanyalah, sebagai
tongcoe, dia besar hatinya, dia dapat segera mengendalikan
diri. Maka dia tertawa lebar.
"Kau telah menerbitkan onar dalam daerah pengaruh An
Ceng Pay" bentaknya. "Kami berhak untuk mencampuri-tahu
urusan itu" "Prak," demikian suatu suara nyaring, dari ditepuknya meja
suci disamping si anak muda ditepuk oleh anak muda itu, yang
tertawa berkakak. nadanya mengejek. "Angin busuk! Negara
ini negara raya, hak apa An Ceng Pay mempunyai maka kamu
berani melarang" An Ceng Pay bukannya pembesar negeri,
bahkan dialah suatu perkumpulan bangsat- bangsat yang
jahat orang she Lauw, jikalau kau masih ngaco dengan
303 kejumawaanmu maka heranlah andaikata tuan muda kau tidak
menghajar padamu" Meja pujaan malaikat itu, lantaran ditepuk, telah
mendapatkan tanda telapakan tangan bagaikan diukir. Itulah
tanda dari tenaga dalam yang liehay. Maka itu, melihat
demikian, semua orang menjadi tercengang, hingga ada yang
menyedot hawa dingin atau menggigil sendirinya. Soh Cian Lie
sendiri berdiam sambil mengerutkan alis, tak dapat dia
mengucapkan sesuatu. Anak muda itu menepuk dengan tenaga biasa saja, apabila
ia mengerahkan tenaganya, pastilah meja itu ringsak atau
pecah bolong dibagian yang terhajar itu.
Orang tua she Ciotadi lantas bertindak menghampirkan, ia
memberi hormat dengan merangkap kedua tangannya,
sembari tertawa ia berkata:
"Siauwhiap, mari duduk. Untuk kita berbicara dengan
perlahan-lahan. " "Sebenarnya semua hadirin disini mengagumi padamu,
maka juga mereka datang berkumpul untuk dapat
memandang dan aku Cio Cin Thian yang tua, yang disini
membuka rumah perguruan, lantaran sangat kagum, dengan
tergesa-gesa aku datang kemari, untuk belajar kenal, untuk
bersahabat. Dalam hal ini, Lauw Tongcoe tidak dapat
dipersalahkan oleh karena dia lagi menjalankan tugas, dari itu
aku mohon siauwhiap suka memaafkannya."
"Cio Loosoe, berat kata-katamu ini" berkata si anak muda
tertawa. "Sekarang aku cuma hendak bertanya, Lauw Tongcoe
hendak mengambil keputusan apa?"
Lauw Ha y hendak menjawab, atau Soh Cian Lie telah
mendahului dia sembari tertawa aneh, Kioe-sin berkata:
"Bocah, keputusan apa hendak diambil, kau baik menanyakan
saja aku si orang tua"
304 Si anak muda berpaling. Dengan dingin ia berkata: "Soh
Cian Lie, jangan kau terlalu mengandalkan ilmu silatmu yang
dinamakan Lo-auw sat-kang dan menganggapnya kepandaian
itu tanpa tanding. Dimata tuan muda kamu, kepandaianmu itu
tidak ada artinya, tetapi jikalau tanganmu sudah gatal, kau
tunggu dulu sampai urusanku dengan An Ceng Pay sudah
selesai, sebentar kita menc ari satu tempat sepi dimana tidak
ada lain orang, untuk kita main-main"
Cian Lie kaget, hingga hatinya terkesiap. Ilmusilatnya itu
pernah digunai hanya tiga kali, dan selama lima belas tahun
yang paling belakang belum pernah dipakai lagi. Kenapa si
anak muda mengetahuinya"
Si anak muda lantas menatap Lauw Hay, ia berdiam tetapi
la agaknya menanti jawaban, Lauw-hay-kauw juga
mengawasi, akhirnya terpaksa ia memberikan penyahutannya.
"Menurut aturan Rimba Persilatan, yang menang ialah yang
benar," katanya, "Maka itu sekarang, tidak ada perlunya untuk
banyak omong lagi silakan pergi keluar pendopo ini, untuk aku
minta pengajaran dari kau. Umpama kata aku si orang she
Lauw tidak dapat kemenangan, maka selanjutnya, buat
selama-lamanya, partaiku tak akan mencampuri pula urusan
ini" "Baiklah, begitu janji kita" kata si anak muda tertawa.
Lantas ia memutar tubuhnya untuk mendahului pergi keluar
pendopo. Diluar pendopo, itu ada sebuah tempat pemujaan terbuat
dari batu lebar duapuluh tombak lebih, disitu telah dipasang
empat batang lilin besar, yang memberi penerangan luas
kepelbagai penjuru. Lauw Hay muncul bersama delapan kawannya.Yang lainlain
berada ditempatnya 305 masing-masing. Ia merasa sulit karena pertanyaannya si
anak muda kenapa dia dari An Ceng Pay mencampuri urusan
Ceng Hong Pay. Dilain pihak. dia ingin sekali melihat
kepandaiannya Kioe-sin Soh Cian Lie.
"Siauwhiap. Silakan" ia berkata, terpaksa, sambil tertawa
dan merangkap kedua tangannya.
Si anak muda tidak lantas menyerang, ia telah mengambil
keputusannya. Tidak ingin ia menanam bibit permusuhan.
"Lauw Tongcoe," katanya tertawa, "Karena kita tidak
bermusuhan, siapa pun terluka dalam pertempuran ini, buat
kedua pihak sama tidak baiknya, dari itu aku pikir baik kita
mengatur begini saja: kita sama-sama menggunai kegesitan
kita. Tongcoe boleh menyerang aku, selama tigapuluh jurus,
asal tongcoe dapat menowel bajuku, kaulah yang menang,
nanti aku turut kau pergi menemui pangcoe kamu yang
terhormat. Jikalau tongcoe tidak dapat menowel bajuku,
anggaplah kita seri. Bagaimana?"
"Kau terlalu jumawa" pikir Lauw Hay. "Dengan
mengandalkan latihanku limapuluh tahun, jikalau aku dalam
tempo tigapuluh jurus tidak dapat melanggar bajumu, itulah
terlalu lucu." Meski demikian, ia bersenyum. Ia kata: "Kaulah yang
menghendaki ini, siauwhiap. baik, aku menerimanya Kau jaga,
aku mau lantas mulai"
Si anak muda bersenyum, ia seperti tidak menghiraukan
sesuatu. Lauw Hay segera membuktikan perkataannya. Ia
menyerang dengan dua-dua tangannya, dalam sikap Jit-goatjiphoay atau Matahari dan bulan terangkul. Dengan begitu ia
mengancam dari kiri dan kanan, untuk mencegah orang
berkelit kekedua samping. Ia girang sekali, sebab ia merasa
pasti akan berhasil. 306 Tepat kira2 dua dim lagi, tangannya bakal mengenai ujung
baju luar, mendadak tubuh si anak muda melesat, bagaikan
bayangan- tubuh itu menghilang, hingga kedua tangannya
beradu satu dengan lain. ia masih melihat tubuh si anak
muda, atau mendadak dia lenyap pula dari depan matanya,
Itulah ilmu ringan tubuh yang sangat mahir.
Tanpa merasa, ketua cabang An Ceng Pay ini
mengeluarkan peluh dingin. Tapi, dalam herannya, ia menjadi
penasaran, maka itu, ia lantas mengulangi serangannya.
Ketika ini pun gagal, ia mengulangi terus-terusan, sampai
belasan jurus. Aneh anak muda itu. Tubuhnya saban-saban berkelebat,
setiap kalinya dia bebas dari serangannya. Dia gesit luar biasa.
Maka setelah belasan jurus yang dahsyat itu, ketua cabang An
Ceng Pay itu sendiri yang matanya menjadi kabur dan
kepalanya pusing "Celaka" pikirnya Lauw-hay-kauw achirnya. Lawan bagaikan
hantu, kalau ia mencoba terus-terusan, ia bisa roboh
sendirinya saking letih. Ia lantas memikir buat menggunai
siasat berlompat. inilah tipu silat Leng-khong-pak-kie yaitu
menerkam dari udara, inilah cara yang berbahaya,yang
dipandang sebagai pantangan. Cuma dalam keadaan terpaksa,
orang suka menggunai itu. Dengan berlompat, tubuh menjadi
seperti kosong. Yang diandalkan cuma kesebatan, untuk
menang tempo. Ia berani mencoba ini sebab sianak muda
sudah berjanji tidak akan membalas. Maka mendadak ia
berhenti menyerang, dengan tajam ia mengawasi.
Si anak muda pun berdiam seraya memasang mata,
agaknya ia menduga-duga apa yang bakal dilakukan
lawannya. Justeru ia berdiam, justeru ia diserang. Sambil
berseru nyaring Lauw Hay berlompat tinggi, untuk menubruk,
kedua tangannya diulur panjang-panjang, sepuluh jarinya
307 mengancam bagaikan kuku-kuku tajam. Arahnya jalah kedua
pundak lawan. Si anak muda tidak menjadi kaget dengan terjangan dari
udara itu, sebaliknya dia tertawa berkakak, sangat gesit
seperti tadi, dia telah berkelit, maka juga ketua cabang An
Ceng Pay itu menjadi menubruk tempat kosong. Tepat ketika
kedua kakinya menginjak tanah, ia melihat si anak muda
berdiri sambil tertawa didepannya.
Dengan gerakan yang serupa anak muda itu meloloskan
diri. Ia hanya berlompat tinggi untuk berkelit, lalu ia menyusul
turun didepan Lauw-hay-kauw, si Ular naga Pengacau Laut,
orang menjadi kagum, sorak-sorai adalah pujian mereka.
Soh Cian Lie berada diantara para hadirin, air mukanya
nampak guram. Baru sekarang Lauw Hay merasa si anak muda bukan
sembarang orang. Ia berhenti menyerang lebih jauh, ia
memberi hormat, sembari tertawa ia kata dengan jujur:
"Tuan, kau sangat liehay, aku si orang she Lauw menyerah
kalah. sekarang juga aku meminta diri. Jikalau kau sudi,
begitu ada ketikanya harap kau sudi berkunjung ketempat
kami." Si anak muda tertawa. "Lauw Tongcoe," katanya, "Tanpa bertempur tidaklah kita
berkenalan Baiklah, lain hari aku akan berkunjung kepada
tuan." Lantas ia menoleh kepada Soh Cian Lie, untuk berkata
dengan nyaring. Beda daripada menghadapi Lauw Hay, kali ini
ia berlaku bengis. "Soh Cian Lie, sekaranglah giliran kita mengambil
keputusan" demikian katanya.
308 Dengan hoencwee ditangannya, tak hentinya tangannya itu
diputar-putar. Muka Soh Cian Lie menjadi merah-padam. Terang ia
tengah diperhina. Maka ia tertawa bergelak. untuk mengejek.
Selagi tertawa itu, tubuhnya berlompat maju, untuk menj
erang dengan dahsyat. Si anak muda tidak menyambuti serangan- Dengan
menggeser kaki, ia berkelit. Adalah setelah berkelit ini, terus
sembari berputar ia menyerang, menotok kejalan darah siauwkok.
Jalan darah itu berada dibelakang telapakan tanganDengan lantas Soh Cian Lie merasai belakang tangannya itu
kaku, saking kaget, ia lompat mundur, matanya menatap anak
muda itu, dalam hatinya ia kata: "Benar-benar aneh
gerakannya, bocah ini"
Si anak muda tidak maju menyerang, ia tertawa dan kata:
"Soh Cian Lie, mari kita mencari tempat yang sepi dimana kita
boleh melanjuti pertempuran kita, untuk mengadu jiwa, siapa
mati siapa hidup" Belum lagi orang she Soh itu menyahuti, Lauw Hay
menyelak dengan berkata: "Jikalau tuan-tuan tidak sudi kami
melihat pertandingan kamu, baiklah, kami akan
mengundurkan diri" "Bagus" si anak muda menyahut tertawa.
Lauw Hay benar-benar menyingkir bersama rombongannya,
hingga disitu tinggal empat batang lilinnya yang besar.
"Siluman burung merpati" si anak muda berseru dengan
nada suara berat, "Sekarang dapatlah kau menggunai ilmu
silatmu yang liehay, Lo-auw sat-kang, Tuanmu yang muda
ingin belajar kenal dengan kepandaianmu itu"
Kemurkaannya Soh Cian Lie meluap dari takarannya,
dengan sebat luar biasa, dia
309 berlompat maju, untuk menyerang. Dia benar hebat,
tubuhnya berputar sangat pesat.
Si anak muda menduga kepada ilmu silat Bie- lie Hianhengciang, dengan itu orang dapat membuat tubuhnya
tampak samar2. ia tidak kenal ilmu silat itu, ia cuma pernah
mendengar. ia mendapat kenyataan, benarlah ilmu itu liehay
sekali. Untuk melayani ia bersiul panjang, tubuhnya mencelat
tinggi. Inilah jurus sin- liong soan- khong atau Naga sakti
berputaran diudara. Perlawanan semacam itu membikin Soh Cian Lie
terperanjat, selagi berkelit, ia lantas ingat satu orang, Maka itu
begitu berkelit, ia menanya dengan bengis: "Kau pernah apa
dengan Twie-hoen-poan Cia Boen?"
Anak muda itu tertawa terbahak. Ia tengah mencoba, nyata
ia berhasil. "Merpati siluman, matamu benar tajam" katanya. Lalu
menambahkan, dia menjadi bersikap bengis: "Tuan mudamu
ini turunan dari Twie-hoen-poan. Kau lihatlah, malam ini kau
bisa lolos atau tidak dari ilmu silatku Kauw-cap-cit-sie Hoeiliongciang" Benar-benar Soh Cian Lie kaget, hingga gentarlah hatinya.
Tapi ia tidak takut, ia lantas tertawa dingin dan berkata: "Dulu
hari itu, Twie-hoen-poan menjadi arwah berkeliaran dari aku,
maka kau, berapa tinggikah kepandaianmu hingga kau berani
bertingkah jumawa sebagai ini?"
Sekarang si anak muda telah memperoleh kepastian ia
benar lagi menghadapi musuh ayahnya, tidak mau ia bicara
pula, dengan lantas ia menyerang, tubuhnya berlompat tinggi.
Ia menggunai jurus Naga dimega menggunai kukunya.
Ilmu silat Hoei-liong-tiang dari Cia Boen itu, yang terdiri
dari sembilanpuluh-tujuh jurus (kauw-cap-cit-sie) terdiri dari
jurus-jurus yang dilakukannya sambil berlompat tinggi, jadi
tepat dengan namanya pukulan Naga Terbang (Hoei-liongTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
310 ciang). setiap kali habis berlompat, begitu menginjak tanah,
kedua kaki menjejak pula, untuk berlompat lagi, sedang kedua
tangan bergerak-gerak bagaikan kuku.
Soh Cian Lie tetap melayani dengan Bie-lie Yauw Hian
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ciang, tapi saban-saban ia mesti berdongak akan melihat
musuhnya. satu- dua kali masih tidak apa, setelah diserang
terus-menerus, ia menjadi berkuatir juga. Itulah berbahaya
untuknya. Pikirnya: "Celaka aku bisa-bisa aku terpedayakan
anak muda ini" Begitu berpikir, ia berlompat melesat, sebab justeru ia
diserang dengan jurus Naga emas mengeluarkan kuku. Ia
bebas tetapi segumpal rambutnya kena tertarik. Ketika ia
berlompat, ia disusul si anak muda, hanya kali ini anak muda
itu tidak mengulangi serangannya, dia melainkan menatap
tajam, sikapnya memandang tak mata.
Soh Cian Lie juga mengawasi tajam, bahkan ia
memusatkan perhatiannya. sinar matanya bengis, kedua
tangannya dipentang, semua jerijinya ditekuk. Dari embunembunannya
mengepul uap putih. Mukanya yang pucat
membikin ia mirip dengan mayat yang baru dibongkar dari
liang kubur Si anak muda lantas menduga: Dia tentu mau menggunai
Lo-auw sat-kang. Baiklah, aku pancing padanya. Ia lantas
mundur, setindak demi setindak. Kedua tangan orang she Soh
itu mengeluarkan hawa yang panas.
Terus si anak muda mundur, sampai diloneng dari tempat
pemujaan- Baru disini, lantaran tidak ada tempat mundur lagi, ia tidak mundur
lebih jauh. Ia berdiri tegak. matanya mengawasi musuh.
Soh Cian Lie maju terus. Ia menyangka si anak muda jeri.
Ia menjeringai, hingga ia nampak bengis dan tak sedap untuk
311 dipandang. ia maju sampai ia terpisah dua tindak darisianak
muda, sekonjong-konjong kerongkongannya mengasi dengar
suara nyaring dan bengis, terus tubuhnya bergerak. untuk
dengan kedua telapakan tangannya menyerang kedada.
Si anak muda mendak dengan sebat.
Serangan Cian Lie tidak dapat ditarik pulang lagi, maka
dengan satu suara keras, loneng batu kena terhajar, sampai
muncratlah lelatu apinya. Akibatnya itu ialah berbekasnya dua
tapak tangan, diantaranya ada tapak tujuh buah jeriji. Kedua
tapak itu tampak lebih besar, suatu bukti pukulan Lo-auw satkang
itu dengan sendirinya menyebabkan kedua tangan
menjadi melar. Si anak muda mendak bukan untuk mendak belaka.
Dengan sebat ia menggeser tubuhnya kebelakang lawan. Dari
sinilah ia melihat tapak tangan itu, hingga darahnya bagaikan
bergolak. Itulah tapak yang sama benar dengan yang terdapat
pada tubuh ibunya, maka terbuktilah, ini orang liehay ialah
musuh besarnya. sejenak itu, sinar matanya bagaikan
menyala. Soh Cian Lie merasa bahwa bahaya mengancam ia karena
gagalnya serangan itu Dengan sendirinya ia menjejak tanah,
untuk berlompat menjauhkan diri setombak lebih, setelah
mana segera ia memutar tubuhnya, untuk bersiap andaikata
lawannya menyerang padanya. Ia melihat si anak muda tidak
berlompat hanya maju satu tindak demi satu tindak.
lantas ia mendengar pertanyaan yang berat dan seram
terdengarnya: "Apakah kau si anjing tua yang dulu hari telah
membinasakan seorang wanita yang lemah yang tak kuat
sekalipun mengikat ayam didusun nelayan ditepi sungai Kee
Leng?" 312 Benar-benar Soh Cian Lie besar nyalinya.
"Tidak salah" dia mengaku terus-terang. Ketika itu
beruntung sekali Cia Boen si bocah telah dapat
menyembunyikan dirinya. Dia tidak melainkan memberikan
jawabannya, sambil berkata-kata itu dia terus mengerahkan
tenaganya, untuk menyerang pula dengan Lo-auw sat-kang,
pukulan dari kematiannya itu, bahkan kali ini ia menggunai
tenaga yang berlebihan- Maka itu hawa yang panas segera
menyerang si anak muda. Si anak muda tertawa perlahan, dingin nadanya. Ia tidak
berkelit atau menangkis, ia malah menyambuti serangan yang
berbahaya itu. Untuk terkejutnya orang she Soh itu, ia mendapatkan
serangannya itu tertolak mundur dengan keras, dan selagi ia
kaget itu, hingga ia belum sempat memikir apa-apa, ia
merasakan matanya menjadi gelap. berbareng dengan mana,
tubuhnya tergempur hebat sekali. Tidak tempo lagi, ia
terpental mundur, jatuh menimpa undakan tangga batu. Ia
mempunyai tenaga dalam yang mahir, begitu roboh, meskipun
ia mengeluarkan suara tertahan, ia dapat segera mencelat
bangun dengan gerakan ikan gabus meletik, Hanya ia
mencelat bukan untuk menghadapi pula lawannya,yang ia tadi
pandang enteng, hanya ia berniat menyingkirkan diri.
Si anak muda berlaku awas gesit luar biasa. Ia mencelat
maju, untuk menguber. Nyata ia dapat bergerak lebih pesat
lagi. Waktu ia mengulur kedua tangannya, bagaikan kilat
cepatnya, ia dapat menyamber kedua pundak Cian Lie. Maka
itu, disitu terdengarlah suara meretek yang mengakibatkan
kedua tangan Kioe-sin si Merpati sakti menjadi mereyot turun
bagaikan daun pintu terlepas engselnya.
Si anak muda tidak berhenti sampai disitu. Dengan
kesebatan luar biasa, ia menyerang pula dengan pelbagai
totokan, mengenakan sembilan jalan darah, hingga dalam
313 sekejap itu juga, Soh Cian Lie tidak dapat bergeming lagi,
jidatnya mengeteskan peluh sebesar-sebesar kacang kedele,
dan mukanya mengkerut, tandanya dia merasa nyeri tak
terhingga, sama sekali tak dapat dia mengeluarkan suaranya.
Walaupun keadaan dan roman orang demikian rupa itu, si
anak muda. sedikitpun tidak mengasi lihat roman berkasihan,
sebaliknya dengan tertawa dingin la berkata:
"Soh Cian Lie, hendak aku membuat kau mati dengan
terang dan jelas. Aku beritahu kepadamu, tuan mudamu ini
ialah turunan dari Cia Boen serangan ini ialah serangan ilmu
silat Cit-jit souw-im Toan-hoen, artinya, dalam tempo tujuh
Jago Kelana 12 Menjenguk Cakrawala Seri Arya Manggada 1 Karya S H Mintardja Payung Sengkala 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama